Mahkamah Agung Indonesia dan Mahkamah Agung Korea Selatan

10
TUGAS AKHIR MATA KULIAH HUKUM TATA LEMBAGA NEGARA MAHKAMAH AGUNG INDONESIA DAN MAHKAMAH AGUNG KOREA SELATAN, DISUSUN OLEH : ANATASYA PUTRI LUNAWATI SURYANA 110110130296 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

Transcript of Mahkamah Agung Indonesia dan Mahkamah Agung Korea Selatan

TUGAS AKHIR MATA KULIAH HUKUM TATA LEMBAGA NEGARA

MAHKAMAH AGUNG INDONESIA DAN MAHKAMAH AGUNG KOREA SELATAN,

DISUSUN OLEH :

ANATASYA PUTRI LUNAWATI SURYANA

110110130296

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mahkamah Agung (MA) pertama kali didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1789

berdasarkan United States Contitution pada Article III Judiciary Branch. Di pasal 1 Bab 3 ini dijelaskan

“The judicial Power of the United States, shall be vested in one supreme Court”. Setelah di Amerika

Serikat, negara-negara lainnya mulai mendirikan MA, walaupun pendirian ini berdasarkan latar

belakang yang berbeda-beda. Diantaranya adalah pendirian MA di Korea Selatan dan MA di

Indonesia.

Mahkamah di Korea Selatan didirikan tahun 1948 diatur dalam South Korea Constitution bab

5 tentang Pengadilan pasal 101 ayat (1) dan ayat (2). Ayat (1) menjelaskan “Judicial power is vested

in courts composed of judges.”, sementara ayat (2) menjelaskan “The courts comprise the Supreme

Court, which is the highest court of the State, and courts at specified levels.” Sementara itu MA di

Indonesia baru didirikan pada tahun 1945 tepat ditahun kemerdekaan Indonesia. MA Indonesia di

atur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab IX Kekuasaan Kehakiman pasal 24.

1.2. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana wewewang, komposisi hakim, dan cabang kekuasaan Mahkamah Agung

Indonesia ?

b. Bagaimana wewewang, komposisi hakim, dan cabang kekuasaan Mahkamah Agung

Korea Selatan ?

1.3. TUJUAN

a. Untuk mengetahui wewewang, komposisi hakim, dan cabang kekuasaan Mahkamah

Agung Indonesia ?

b. Untuk mengetahui wewewang, komposisi hakim, dan cabang kekuasaan Mahkamah

Agung Korea Selatan ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. MAHKAMAH AGUNG INDONESIA

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Kekuasaan Kehakiman Indonesia berpuncak pada

dua lembaga, yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya dalam pasal 24 ayat (2)

dijelaskan bahwa Mahkamah Agung memiliki 4 cabang lingkungan peradilan dibawahnya, yaitu

lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilian militer, dan

lingkungan peradilan tata usaha.

Peradilan Umum menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Umum (UU Peradilan Umum) adalah salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari

keadilan pada umumnya. Pada pasal 3 UU Peradilan Umum dijelaskan bahwa Peradilan Umum

meliputi Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Pada pasal 50 UU Peradilan Umum, dijelaskan

bahwa wewenang Pengadilan Negeri adalah “memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara

pidana dan perkara perdata di tingkat pertama”, sementara itu pasal 51 mengatur tentang

wewenang Pengadilan Tnggi yang meliputi :

(1) Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan perkara

perdata di tingkat banding

(2) Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan

terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.

Selain itu pada pasal 52 ayat (1) dijelaskan bahwa Pengadilan (Negeri dan Tinggi) dapat

memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instansi Pemerintah di

daerahnya, apabila diminta.

Lingkungan peradilan selanjutnya dibawah Mahkamah Agung adalah Peradilan Agama.

Peradilan Agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama (UU

Peradilan Agama). Berdasarkan pasal 1 UU Peradilan Agama,Peradilan Agama adalah peradilan bagi

orang-orang yang beragama islam. Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana Kekuasaan

Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara pidana tertentu

yang diatur dalam Undang-undang ini (Pasal 2). Peradilan Agama terdiri dari dua cabang kekuasaan,

yaitu Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama (Pasal 3).

Wewenang Pengadilan Agama diatur dalam pasal 49 ayat (1), yang berbunyi :

(1) Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam dibidang :

a. perkawinan ;

b. kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum islam ;

c. wakaf dan shadaqah.

Sementara itu, wewenang Pengadilan Tinggi Agama diatur dalam pasal 51 ayat (1) dan ayat

(2), yang berbunyi :

(1) Pengadilan Tinggi Agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi

kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat banding.

(2) Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama

dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar-Pengadilan Agama di daerah

hukumnya.

Dan pada pasal 52 ayat (1) dijelaskan bahwa “Pengadilan dapat memberikan keterangan,

pertimbangan, dan nasihat tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya,

apabila diminta, serta ayat (2) menyatakan “Pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain

oleh atau berdasarkan undang-undang”

Lingkungan peradilan ketiga adalah Peradilan Militer. Peradilan Militer menurut pasal 5 (1)

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer (UU Peradilan Militer), merupakan

pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata untuk menegakkan hukum dan

keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

Wewenang Peradilan Militer beradasarkan UU Peradilan Militer pasal 9 adalah :

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan

tindak pidana adalah :

a. Prajurit ;

b. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit ;

c. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau

dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-undang ;

d. Seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf c tetapi atas

keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu

Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.

2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata .

3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan

atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak

pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut

dalam satu putusan.

Dilingkungan Peradilan Militer terdapat cabang peradilan, yang diatur dalam pasal 12,

meliputi :

a. Pengadilan Militer ;

b. Pengadilan Militer Tinggi ;

c. Pengadilan Militer Utama ;

d. Pengadilan Militer Tempuran

Lingkungan peradilan terkakhir dibawah Mahkamah Agung adalah Peradilan Tata Usaha

Negara. Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara (UU Peradilan TUN). Peradilan TUN adalah salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan sengketa Tata Usaha Negara (Pasal 4). Ada dua

cabang kekuasaa Peradilan TUN yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, yang merupakan pengadilan

tingkat pertama, dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, yang merupakan pengadilan tingkat

banding (Pasal 8).

Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara (Pasal 50). Sementara itu Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara berdasarkan pasal 51 berwenang untuk :

(1) Memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara di tingkat banding

(2) Memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan

mengadili antar Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya.

(3) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa Tata Usaha

Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 .

Sebagai lembaga negara, Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang diatur Pada pasal

24A ayat (1) UUD. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa wewenang Mahmakah Agung meliputi :

1. Mengadili pada tingat kasasi

Pengujian pada tingkat kasasi ini, Mahkamah Agung dapat membatalkan putusan atau

penetapan dari pengadial dari semua Lingkungan Peradilan karena tiga hal, yaitu (1)

karena tidak berwenang atau melampaui batas wewenang, (2) salah menerapkan atau

melanggar hukum yang berlaku, (3) telah memenuhi syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya

putusan yang bersangkutan.

2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-

undang.

Pengujian terhadap undang-undang dilakukan dengan pengujian secara materiil saja.

Jika peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terbukti bertentangan

dengan undang-undang, maka Mahkamah Agung berwenang menyatakan tidak sah

semua peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang.

3. Wewewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang

Mengenai wewenang lain Mahkamah Agung, tersebar di berbagai peraturan perundang-

undangan, diantaranya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.

Wewenang (UU MA) tersebut antara lain :

1. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal pemberian grasi dan

rehabilitasi

2. Mengajukan calon Hakim Mahkamah Konstitusi sebanyak tiga orang

3. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan

peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam

menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.

4. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap pelaksanaan tugas

administrasi dan keuangan. Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan

tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua badan

peradilan yang berada di bawahnya.

5. Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada

pengadilan di semua badan peradilan yang berada di bawahnya

6. Pengawasan internal atas tingkah laku hakim agung dilakukan oleh Mahkamah Agung.

7. Kode etik dan pedoman perilaku hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditetapkan oleh Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung

8. Mahkamah Agung berwenang menetapkan dan membebankan biaya proses

penyelesaian perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (3).(Pasal 81 (A)

Sebagai sebuah lembaga negara, Mahkaham Agung terdiri dari pejabat-pejabat yang bertugas

melaksanakan kewenangannya. Berdasarkan UU MA, komposisi pejabat Mahkamah Agung terdiri

dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung. Pimpinan

Mahkamah Agung terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, dan beberapa orang Ketua

Muda. Hakim Agung maksimal berjumlah 60 orang. Saat ini Mahkamah Agung diketuai oleh Prof. Dr.

H. Muhammad Hatta Ali, S.H., M.H., dan wakil ketua di bidang yudisial Dr. H. Mohammd Saled, SH.

MH., serta wakil ketua di bidang non-yudisial Suwardi,S.H.,M.H.

2.2. MAHKAMAH AGUNG KOREA SELATAN

Dalam Konstitusi Korea Selatan, diatur bahwa wewenang Mahkamah Agung yaitu1 :

1. The Supreme Court hears appeals against judgments or rulings rendered by the high courts,

the Patent Court, and the appellate panels of the district courts or the family courts in civil,

criminal, administrative, patent and domestic relations cases. Under special circumstances,

the Supreme Court hears extraordinary appeals against the first trial judgments. (Mahkamah

Agung berwenang untuk mendengar banding terhadap putusan atau penetapan Pengadilan

Tinggi,Pengadilan Patent, dan panel banding dari Pengadilan Distrik atau Pengadilan

Keluarga dalam kasus sipil, criminal, administrasi, paten, dan hubungan domestic. Dalam

keadaan tertentu, Mahkamah Agung dapat mendengar banding luar biasa terhadap putusan

siding pertama.)

2. It has the authority to review rulings rendered by the Korean Maritime Safety Tribunal in

accordance with the ‘Act on the Investigation of and Inquiry into Marine Accidents’.

(Mahkamah Agung memiliki wewenang untuk meninjau peraturan yang dibentuk oleh

Pengadilan Maritim Keamanan Korea yang ‘bertindak untuk menyidik dan menyelidiki kasus

kecelakan laut.)

3. It also has exclusive jurisdiction over the validity of the presidential or parliamentary

election.(Mahkamah Agung juga memiliki juridiksi ekslusif terhadap validitas pemilihan

umum presiden atau anggota parlemen)

4. The Supreme Court has the power to make a definitive review on the constitutionality or

legality of orders, rules, regulations, and actions taken by administrative entities.

(Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk melakukan tinjauan ulang terkait

konstitusionalitas atau legalitas suatu perintah, putusan, regulasi, dan tindakan administrasi

pemerintah)

Sementara itu pejabat Mahkamah Agung Korea Selatan, terdiri dari : “Chief Justice and 13

justices. The Minister of National Court Administration, one of the justices, does not sit on the bench

in the Supreme Court trials”2

1 The Supreme Court of Korea, September 2014

Cabang Kekuasaannya adalah3 :

1. Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi menerima kasasi terhadap putusan, peraturan, atau perintah yang

diajukan baik oleh panel yang terdiri dari tiga hakim Pengadilan Distrik atau

Pengadilan Keluarga, atau oleh Pengadilan Administrasi. Ada lima Pengadilan Tinggi

yang terletak di seantero Korea, diantaranya di Seoul, Busan, Daegu, Gwangju, dan

Daejon.

2. Pengadilan Negeri

Secara umum,seorang hakim memimpin suatu persidangan walaupun panel tiga juri

diperlukan untuk duduk dalam perkara tersebut guna kepentingan hukum yang lebih

besar, , berdasarkan kriteria :

• Kasus sipil : kasus kontroversial yang menghabiskan dana mencapai 100 juta won

Korea (atau sebanyak 98.000 US$ per Agustus 2014) atau dalam jumlah dana yang tak

terhitung. Ada beberapa pengecualian terhadap kasus yang melibatkan klaim terhadap

pembayaran check atau bill dan klaim institusi keuangan terkait pembayaran utang,

yang dipimpin oleh hakim tunggal terlepas dari banyaknya kontroversi.

• Kasus Criminal : Penjatuhan hukuman mati, kurungan penjara, atau kurungan penjara

minimal satu tahun. Ada juga beberapa pengecualian terkait kasus pemalsuan check,

penggunaan kekerasan, kebiasaan mencuri, dsb, yang mana dipimpin oleh hakim

tunggal.

3. Pengadilan Paten

Pengadilan Patent, baru dibentuk pada tanggal 1 Maret 1998 sebagai bagian dari

reformasi kehakiman dan berada di tingkat pengadilan tinggi, yang memiliki wewenang

asli terkait dengan banding terhadap putusan Pengadilan Kekayaan Intelektual dan

banding terhadap putusa Pengadila Patent langsung diajukan ke Mahkamah Agung,

pengadilan telah berjalan dalam sistem pengadilan dua tingkat.

Pengadilan Patent memiliki pemeriksa teknik, yang memiliki kemampuan di berbagai

bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan professional lainnya terkait bidang yang

bertujuan untuk membantu hakim dalam hal teknis patent, dan kasus model utilitas

dengan penyediaan konsultasi dan keahlian bagi hakim.

4. Pengadilan Keluarga

2 Ibid

3 Ibid

Tahun 1998, sebagai tambahan dalam kasus hubungan dalam rumah tangga dan

pelanggaran oleh remaja, Pengadilan Keluarga diberikan kekuasaan untuk mengatur

kasus pelanggaran domestic yang diatur dalam Undang-Undang khusus untuk Hukuman

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pengadilan juga diberikan kewenangan untuk

menerbitkan Peraturan Perlindungan Korban Kekerasan Rumah Tangga pada Oktober,

2011, yang memperbolehkan korban kekerasan untuk langsung mengajukan perintah

penahan terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan perintah lainnya terkait

pengadilan keluarga.

Kasus terkait hubungan dalam rumah tangga didengar baik oleh panel tiga hakim atau

hakim tunggal. Kasus pelanggar kekerasan dan kekerasan dalam rumah tangga didengar

oleh hakim tunggal. Setiap Pengadilan Keluarga memiliki komite konsiliasi (conciliation

committee) untuk mendamaikan perselisihan keluarga dan petugas penyelidik untuk

melakukan penyelidikan terkait.

5. Pengadilan Tata Usaha

Pengadilan Administrasi didirikan di Seoul pada tanggal 1 Maret 1998. Di daerah lain,

masing-masing pengadilan distrik, menjalankan fungsi pengadilan administrasi sampai

pengadilan administrasi yang baru dibangun di daerah tersebut.

Pengadilan Administrasi mengadili kasus terkait pajak, , buruh, dan kasus administrasi

lainnya. Di masa lalu, beratnya tugas dalam hal administrasi merupakan persyaratan untuk

dapat mengajukan tuntutan administrasi kepada pengadilan administrasi. Bagaimanapun,

dengan berdirinya Pengadilan Administrasi, tuntutan administrasi dimungkinkan diajukan

tanpa menggunakan sanksi administrasi kecuali ditentukan lain oleh hukum.

Hakim

Mahkamah Agung Korea Selatan terdiri dari Ketua Mahkamah Agung dan 13 hakim. Menteri

Administrasi Pengadilan Nasional, yang merupakan salah satu hakim, tidak duduk dikursi hakim

Mahkamah Agung untuk memutus perkara.

Menurut Undang-Undang Organisasi Pengadilan, kualifikasi hakim Mahkamah Agung harus

berumur lebih dari 45 tahun dan memiliki pengalaman di bidang hukum selama 20 tahun. Ruang

lingkup pengalaman di bidang hukum termasuk mereka yang memiliki profesi di bidang hukum tidak

kurang dari 20 tahun, diantaranya :

1) Seorang hakim, jaksa penuntut, atau penasihat hukum ;

2) Seorang penasihat hukum yang memiliki kualifikasi yang terlibat urusan hukum di instansi

pemerintah, pemerintah daerah, perusahaan nasional atau publik,institusi yang didukung

pemerintah atau orang hukum lainnya; atau

3) Seorang penasihat hukum yang berkualifikasi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi

daripada asisten professor hukum di universitas atau perguruan tinggi yang memiliki

otorisas. Mantan Hakim Ketua dan hakim lainnya, sebagian besar, merupakan hakim

sebelumnya yang ditunjuk ke posisi masing-masing.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan waktu pembentukaannya Mahkamah Agung Indonesia lebih awal dari Mahkamah

Agung Indonesia. Dalam kewenangan, cabang kekuasaan, serta hakimnya, antara Mahkamah Agung

Indonesia dan Mahkamah Agung Korea Selatan juga berbeda.

3.2. SARAN

Makalah ini sangatlah jauh dari sempurna, hanya bersifat informative mengenai Mahkamah

Agung Indonesia dan Mahkaham Agung Korea Selatan terkait kewenangan, hakim, dan cabang

kekuasaannya.