Tipologi Tata Ruang Dalam Rumoh Aceh di Kawasan Mukim Lhee Sagoe

19
arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 1 TIPOLOGI TATA RUANG DALAM RUMOH ACEH DI KAWASAN MUKIM ACEH LHEE SAGOE Farisa Sabila, Antariksa, Rinawati P. Handajani Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Email: [email protected] ABSTRACT Aceh Lhee Sagoe belongs to the area of Hindu Buddha Kingdom’s legacy which suceeded to be surrendered by Bandar Aceh Darussalam Empire which recently becomes the settlement for Aceh society. The legacy of Aceh Lhee Sagoe in the form of the three concepts toward the architecture object with the meaning of the relationship between human with God and nature. As for the uppermost is the existence of implementation concept of three chamber design with the balance meaning toward Rumoh Aceh that is very interesting to be observed.The problem that faced right now is the lack of existence of Rumoh Aceh after the incident of tsunami which happened in Aceh, as conflict and tsunami that will create worry as a matter of culture heritage will dissapear. The purpose of this study is to find the typology of space building in Rumoh Aceh as information for the society therefore it can take the benefit from the values of local wisdom, the variety and the architecture uniqueness of Rumoh Aceh. Using Qualitative Descriptive method that conducts observation directly toward the typology types of space building that formed. There are two types of downstairs chamber and upstairs chamber which represent the whole character of space or chamber in Aceh Lhee Sagoe. Key words: thypology, building space, Rumoh Aceh, Aceh Lhee Sagoe ABSTRAK Aceh Lhee Sagoe merupakan kawasan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang saat ini menjadi mukim tempat tinggal masyarakat Aceh. Adanya peninggalan Aceh Lhee Sagoe berupa konsep tiga segi pada objek arsitektur dengan makna hubungan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan dan liingkungan. Adapun yang paling menonjol, yaitu dengan adanya penerapan konsep pola tiga ruang dengan makna keseimbangan pada Rumoh Aceh sangat menarik untuk dilakukan studi. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah minimnya keberadaan Rumoh Aceh pasca runtutan peristiwa yang terjadi di Aceh, seperti konflik dan tsunami yang dikhawatirkan warisan budaya semakin memudar. Tujuan dari studi ini untuk menemukan tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat mengambil manfaat dari nilai kearifan lokal dan keberagaman serta keunikan arsitektur Rumoh Aceh. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap tipologi ruang bangunan yang terbentuk. Terdapat dua tipe ruang bawah dan lima tipe ruang atas yang mewakili keseluruhan karakter ruang di Aceh Lhee Sagoe. Kata kunci: Tipologi, tata ruang.

Transcript of Tipologi Tata Ruang Dalam Rumoh Aceh di Kawasan Mukim Lhee Sagoe

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 1

TIPOLOGI TATA RUANG DALAM RUMOH ACEHDI KAWASAN MUKIM ACEH LHEE SAGOE

Farisa Sabila, Antariksa, Rinawati P. HandajaniJurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145Email: [email protected]

ABSTRACTAceh Lhee Sagoe belongs to the area of Hindu Buddha Kingdom’s legacy which suceeded to besurrendered by Bandar Aceh Darussalam Empire which recently becomes the settlement for Acehsociety. The legacy of Aceh Lhee Sagoe in the form of the three concepts toward the architectureobject with the meaning of the relationship between human with God and nature. As for theuppermost is the existence of implementation concept of three chamber design with the balancemeaning toward Rumoh Aceh that is very interesting to be observed.The problem that faced rightnow is the lack of existence of Rumoh Aceh after the incident of tsunami which happened in Aceh,as conflict and tsunami that will create worry as a matter of culture heritage will dissapear. Thepurpose of this study is to find the typology of space building in Rumoh Aceh as information for thesociety therefore it can take the benefit from the values of local wisdom, the variety and thearchitecture uniqueness of Rumoh Aceh. Using Qualitative Descriptive method that conductsobservation directly toward the typology types of space building that formed. There are two types ofdownstairs chamber and upstairs chamber which represent the whole character of space orchamber in Aceh Lhee Sagoe.Key words: thypology, building space, Rumoh Aceh, Aceh Lhee Sagoe

ABSTRAKAceh Lhee Sagoe merupakan kawasan peninggalan kerajaan Hindu Budha yang berhasilditaklukkan oleh Kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang saat ini menjadi mukim tempat tinggalmasyarakat Aceh. Adanya peninggalan Aceh Lhee Sagoe berupa konsep tiga segi pada objekarsitektur dengan makna hubungan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan dan liingkungan.Adapun yang paling menonjol, yaitu dengan adanya penerapan konsep pola tiga ruang denganmakna keseimbangan pada Rumoh Aceh sangat menarik untuk dilakukan studi. Permasalahanyang dihadapi saat ini adalah minimnya keberadaan Rumoh Aceh pasca runtutan peristiwa yangterjadi di Aceh, seperti konflik dan tsunami yang dikhawatirkan warisan budaya semakin memudar.Tujuan dari studi ini untuk menemukan tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh sebagai informasibagi masyarakat agar dapat mengambil manfaat dari nilai kearifan lokal dan keberagaman sertakeunikan arsitektur Rumoh Aceh. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukanpengamatan secara langsung terhadap tipologi ruang bangunan yang terbentuk. Terdapat dua tiperuang bawah dan lima tipe ruang atas yang mewakili keseluruhan karakter ruang di Aceh LheeSagoe.Kata kunci: Tipologi, tata ruang.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 20142

PendahuluanAceh Lhee Sagoe merupakan mukim bekas kerajaan Hindu-Budha yang berhasil

ditaklukkan oleh kerajaan Bandar Aceh Darussalam yang ditandai dengan adanya tigaartefak bersejarah membentuk tiga sisi segitiga, yaitu Indrapatra, Indrapurwa, danIndrapuri. Saat ini kawasan ini merupakan kawasan Kabupaten Aceh Besar. Aceh LheeSagoe atau disebut juga dengan Aceh Tiga Segi ini memiliki objek peninggalan yangmemiliki konsep segitiga keseimbangan hubungan manusia, Tuhan, dan lingkungan,salah satu yang paling menonjol adalah objek arsitektur berupa rumah dengan konseptiga ruang pada Rumoh Aceh. Ruang bangunan Rumoh Aceh sangat menarik untukdistudi karena memiliki makna yang dalam mengenai penerapan hubungan manusiadengan Tuhan (hablumminallah), dan manusia dengan manusia (hablumminannas), sertadengan lingkungannya. Namun permasalahan yang terjadi saat ini adalah masyarakatAceh hanya memahami konsep arsitektural pada Rumoh Aceh, seperti konsep struktur,fasad bangunan, dan ornamen. Masyarakat hanya memahami konsep Rumoh Acehmelalui tampilan bangunan saja tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya tipologi ruangbangunan Rumoh Aceh memiliki konsep tiga ruang yang cukup menarik dan mampumenyelesaikan permasalahan di lingkungan. Bagi masyarakat Aceh pola ruang bangunanyang terdapat di Rumoh Aceh selama ini hanya sebatas pola ruang bangunan yangditerapkan pada Rumoh Aceh di museum, yaitu prototype ideal dan bukan merupakanwujud pola ruang bangunan yang diterapkan di Rumoh Aceh asli sebagai rumah tinggalmasyarakat di gampong tradisional. Terlebih runtutan kejadian di Aceh semakinmengurangi keberadaan Rumoh Aceh. Oleh karena itu perlunya untuk meningkatkaninformasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai tipe ruang bangunan Rumoh Acehyang memiliki kecenderungan keberagaman dengan luasnya kawasan Aceh Lhee Sagoe,yaitu 2969km², dengan jumlah 206 gampong yang terdiri dari 25 kecamatan. Hal inimemungkinkan adanya keberagaman tipe ruang yang semakin memperkaya arsitekturRumoh Aceh dengan keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai daerah yangmengawali arsitektur Rumoh Aceh di Provinsi Aceh (Tammat et al. 1996). Berdasarkanpemaparan di atas, permasalahan yang akan diselesaikan adalah untuk mengetahuibagaimanakah tipologi ruang bangunan Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh LheeSagoe. Adapun tujuan dari studi ini agar masyarakat dapat mengambil manfaat daripenerapan nilai-nilai kearifan lokal yang diterapkan pada ruang bangunan Rumoh Acehuntuk kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan adanyastudi lanjutan mengenai pola ruang bangunan yang akan diimplementasikan ke dalamruang bangunan rumah tinggal saat ini.

Metode PenelitianStudi ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat analisis dan deskripsi

mengenai fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan cara mencatat, mengumpulkaninformasi terkait dengan pola ruang bangunan Rumoh Acehdengan meninjau faktor nonfisik yang terdapat di lapangan sebagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya polaruang bangunan.

Ruang lingkup studi dibatasi dengan kriteria sebagai berikut:a. Merupakan bangunan rumah tinggal kuno, berusia 50 tahun atau lebih (UU RI

Tentang Cagar Budaya No.11 pasal 5 tahun 2010).b. Bangunan masih ditempati sebagai rumah tinggal yang di dalamnya masih

melakukan aktivitas.c. Rumah berada di kabupaten Aceh Besar.d. Bangunan masih terlihat asli secara fisik, walaupun adanya perubahan di

beberapa elemen.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 3

e. Rumah yang distudi masih menerapkan konsep pola ruang bangunan RumohAcehyang asli, walaupun mengalami perubahan ruang.Pemilihan objek studi dilakukan di beberapa gampong dengan letak titik

persebaran yang berbeda yang diharapkan akan menemukan keberagaman tipe ruangyang mewakili keseluruhan karakter keseluruhan kawasan. Berdasarkan kesesuaiandengan kriteria studi, maka ditemukan 40 Rumoh Acehyang tersebar di enam Gampongdi Kabupaten Aceh Besar, yaitu Gampong Lamlhom, Blangtingkeum, Lambada, LambariBakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri, yang memenuhi kriteria studi untuk dijadikansebagai objek pengamatan.

Hasil dan PembahasanTipologi ruang bangunan Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoe

Ruang dalam pada Rumoh Aceh merupakan ruang yang berdiri di atas tiangsebagai wadah aktivitas penghuni sehari-hari. Terdapat lima tipe ruang dalam padaRumoh Aceh di kawasan Aceh Lhee Sagoe. Secara keseluruhan, adapun tipologi ruangruang dalam pada Rumoh Aceh memiliki susunan asli dan fungsi sebagai berikut:

Susunan dan fungsi ruang dalamSusunan ruang dalam terdiri dari seuramoe keue terletak paling depan, tungai

yang terdiri dari kamar tidur utama yang berada di tengah, dan seuramoe likot berada disusunan paling belakang (Gambar 1).

Adapun fungsi ruang dalam masing-masing memiliki fungsi sesuai dengansusunannya masing-masing. Adapun fungsi ruang berdasarkan susunannya adalahsebagai berikut:

a. Seuramoe keueMerupakan ruang publik yang difungsikan sebagai ruang serbaguna, yaitu

untuk aktivitas menerima tamu, ritual pernikahan, sholat berjamaah, dan sebagaitempat tidur anak laki-laki yang belum menikah, sehingga letak ruang berada didepan karena melibatkan orang lain dalam aktivitasnya (Gambar 2). Seuramoekeue juga disebut dengan seuramoe agam (serambi laki-laki) (Arif 2006).

a. TungaiTungai merupakan ruang tengah, disebut juga dengan ruang sakral yang terdiri

dari kamar tidur utama dan rambat sebagai ruang istirahat penghuni. Ruang ini

Seuramoe keueRambatKamar tidurutamaSeuramoe likot

Susunan asli Potongan ruang dalam

Gambar 1. Susunan ruang dalam.Rumoh. Aceh

Potongan seuramoe keue

Gambar 2. Fungsi seuramoe keue sebagai ruang serba guna.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 20144

bersifat sakral karena ditempati oleh orang yang dituakan, serta sebagai simbolterjadinya peristiwa pernikahan, kelahiran, dan kematian (Gambar 3).

b. Seuramoe likotSeuramoe likot disebut dengan serambi perempuan, karena perempuan lebih

banyak menghabiskan waktunya di ruang ini untuk memasak. Seuramoe likotberfungsi sebagai ruang servis, yaitu sebagai dapur dan sebagai ruang untukmemandikan jenazah, sehingga letak ruang berada di susunan paling belakang(Gambar 4).

Tipologi ruang dalamTerdapat lima tipologi ruang dalam pada Rumoh Aceh yang tersebar di enam

gampong di kawasan Aceh Lhee Sagoe, yaitu

Tipe 1Tipe 1 merupakan tipe ruang dalam yang masih asli, yaitu belum

mengalami perubahan susunan ruang. Tipe ini masih banyak dipertahankan dikawasan ini, khususnya di gampong dengan kondisi geografis yang berada jauhdari perkembangan kota, yaitu berada di Blangtingkeum, Lambada, dan Indrapuri(Gambar 5).

Ruang memandikanjenazah

Sebagai ruang perempuan

Gambar 4. Fungsi seuramoe likot sebagai ruang perempuan.

Seuramoe keueRambatKamar tidurutamaSeuramoe likot

Susunan asli

Potongan ruang dalamGambar 5. Susunan ruang dalam Rumoh Aceh.

Potongan tungaiGambar 3. Fungsi tungai sebagai ruang sakral, ruang istirahat penghuni.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 5

No Rumah Faktor Pembeda1. Tidak terdapat perbedaan dari

susunan asli

2. Letak tangga utama di Baratdengan pertimbangan hubungankekerabatan, yaitu rumah saudaraberada di Barat, sehingga aksesberada di Barat.

3. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

4. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

5. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli.

6. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

7. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

8. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

9. Tidak terdapat perbedaan darisusunan asli

Terdapat perbedaan pada rumah Ibu Fauziah disebabkan dengan pertimbanganhubungan kekerabatan penghuni yang cenderung berinteraksi dengan saudaranya yang

Tabel 1. Tipe 1 Ruang Dalam Aceh Lhee Sagoe

Rumah Ibu Barisyah-Gampong Lamlhom

Rumah Ibu Fauziah-Gampong Lamlhom

Rumah Ibu Nurnizah- Gampong Blangtingkeum

Rumah Bapak Fakhrurrazi-Gampong Lambada

Rumah Ibu Nur Meutia-Gampong Lambada

Rumah Ibu Zurtawani-Gampong Lambada

Rumah Ibu Siti Aminah-Gampong Lambada

Rumah Ibu Aisyah-Gampong Pasie Lamgarot

Rumah Ibu Ruhani-Gampong Indrapuri

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 7

Tipe 3Terdapat penambahan ruang tambahan di salah satu susunan ruang dalam dan

ruang tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Tipe ini banyak dijumpai di gampongyang berada di daerah dengan lokasi di dekat pusat kota, yaitu di Gampong LambariBakmee, Pasie Lamgarot, dan Indrapuri (Gambar 9).

Penambahan ruang di seuramoe likot dan ruang tambahan di belakang bawah RumohAceh.

Kecenderungan penambahan ruang berada di susunan seuramoe likot. Hal inidisebabkan karena seuramoe likot masih merupakan ruang penghuni, privasi ruangtambahan tetap terjaga. Hal ini juga menyebabkan fungsi seuramoe likot mengalamiperubahan fungsi, sehingga fungsi dapur dipindahkan ke bangunan tambahan yangberada di belakang bawah Rumoh Aceh (Tabel 2).

No Rumah Perubahan Fungsi Faktor Pembeda1. Perubahan fungsi seuramoe

likot menjadi kamar tidurtambahan dan dapurdipindahkan ke ruangbelakang Rumoh Aceh.

Arah penambahan ruang kearah belakang (seuramoe likot)dan bangunan tambahan dibelakang Rumoh Aceh.

2. Perubahan fungsi seuramoelikot menjadi kamar tidurtambahan dan dapurdipindahkan ke ruangbelakang Rumoh Aceh.

Arah penambahan ruang kearah belakang (seuramoe likot)dan bangunan tambahan dibelakang Rumoh Aceh.

Gambar 8. Letak tangga di tengah dengan ukuran pintu yang rendah sebagai simboluntuk menghormati penghuni rumah.

Akses utamaAkses pada

umumnya beradadi Timur

Akses beradadi Selatan

Seuramoe keue

Rambat

Kamar tidur utama

Seuramoe likot

Ruang tambahan

Gambar 9. Penambahan ruang di susunan ruang dalam dan di belakang bawah RumohAceh.

Tabel 2. Tipe 3 Ruang Dalam Aceh Lhee Sagoe

Rumah Ibu Fauziah-GampongLambari Bakmee

Rumah Ibu Mariani -Gampong LambariBakmee

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 20148

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 9

dengan terdapatnya penambahan ruang privasi bagi penghuni. Seuramoe likot jugamenjadi penghubung antara Rumoh Aceh dan bangunan tambahan yang berada dibelakang bawah Rumoh Aceh (Gambar 10).

Arah penambahan ruangPada umumnya kecenderungan penambahan ruang ke arah seuramoe likot. Hal

ini disebabkan karena seuramoe likot masih merupakan ruang penghuni, sehingga tingkatprivasi tetap terjaga. Masyarakat Aceh sangat terbuka kepada siapa saja, namun dalamhal privasi, masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi kehormatan serta batasan bagiyang bukan muhrimnya (Gambar 11).

Namun teradapat salah satu kasus di Gampong Pasie Lamgarot, dimanapenambahan ruang berada di susunan seuramoe keue, sehingga pergeseran privasimulai terjadi karena penghuni mulai menghilangkan batas privasi penghuni denganmelakukan penambahan ruang di area publik (Gambar 12).

Adapun penambahan bangunan pada umumnya berada di belakang Rumoh Aceh.Hal ini dengan tujuan agar tidak mengganggu akses tetangga dengan letak rumah yang

Dapur dipindahkan ke bangunan tamabahan dibelakang bawah Rumoh Aceh. Seuramoe likot

menjadi kamartidur tambahan

Seuramoe likot sebagai aksesmenuju bangunan tambahan dibelakang bawah Rumoh Aceh.

Penambahan kearahbelakang

Tahun 1940

Tahun 2005

Penambahanke

arahbelakang

Tahun 1940

Tahun 2005

Gambar 10. Perubahan fungsi seuramoe keue menjadi kamar tambahan.

Gambar 11. Kecenderungan penambahan ruang di susunan seuramoe likot.

Seuramoe keueRuang tambahan

Gambar 12. Perbedaan arah penambahan ruang ke zona publik (seuramoe keue).

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 11

Pada rumah masyarakat Aceh, jumlah rueng pada rumah tinggal 3-4 rueng,sementara untuk rumah bangsawan sebanyak 5 rueng ke atas. Namun keberadaanRumoh Aceh bangsawan saat ini sangat jarang sekali dijumpai. Adapun yang masihterdapat di kabupaten Aceh Besar adalah pada Rumoh Aceh Cut Nyak Dhien diLampisang.

Perbedaan AksesWalaupun memiliki susunan dan prinsip perubahan ruang yang sama pada tipe 3,

namun adanya perbedaan akses ruang yang dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitaspenghuni, yaitu pada beberapa rumah di Gampong Lambari Bakmee memiliki akseskamar tidur utama yang umumnya berada di sisi rambat, tetapi berada ke arah seuramoekeue dan seuramoe likot. Setelah diteliti, bahwa adanya peran aktivitas yangmempengaruhi orientasi akses yang seharusnya menghadap ke area tungai karenamerupakan ruang privasi (Gambar 17).

Adapun terdapatnya ruang pada dalam tipe 3 pada Rumoh Aceh dipengaruhi olehfaktor non fisik, yaitu

a. Peristiwa pernikahan, pertambahan anggota keluarga;b. Kebutuhan akan ruang penyimpanan padi mengingkat;c. Aktivitas sehari-hari penghuni.d. Usia penghuni mempengaruhi perlakuan ruang; dane. Hubungan kekerabatan penghuni dan tetangga.

Tipe 4.Ruang dalam tidak mengalami perubahan susunan ruang Rumoh Aceh asli,

namun terdapat bangunan tambahan di belakang Rumoh Aceh. Hal ini disebabkan karenaadanya peristiwa tsunami dengan adanya bantuan dari volunteer asing, sehinggamasyarakat memutuskan untuk melakukan penambahan ruang di sisi belakang bawahRumoh Aceh, tanpa mengubah susunan ruang dalam asli pada Rumoh Aceh. Adanya

Seuramoe keue

Rambat

Kamar tidur utama

Seuramoe likotRuang tambahan

Gambar 15. Rueng membujur ke Barat danTimur menunjukkan strata ekonomi penghuni.

Akses kamar tidurpada umumnya Perbedaan akses kamar tidur ke arah

seuramoe keue dan likot.

Gambar 16. Perbedaan akses pada tipe 3 padaruang dalam Rumoh Aceh.

Orientasi akses kamar tidur ke seuramoe likot

Orientasi akses kamar tidur keseuramoe keue.

RambatK. Tidur

Gambar 17. Perbedaan akses pada tipe 3 pada ruang dalam Rumoh Aceh.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 201412

Tahun 1930

Tahun 2005

Rumah IbuAminah

Tahun 2006Tahun 1935

Rumah IbuSa’diah

Rumah Ibu NurhayatiTahun 2005Tahun 1940

Rumah Ibu Zuriah Tahun 1935 Tahun 2000

RumahIbu Naimah

Tahun 1940Tahun 1998

Rumah Ibu Aisyah Tahun 1924

Tahun 1994

Rumah IbuNurhayati Tahun 2005

Tahun 1940

Rumah Ibu Hafsah Tahun 1920Tahun 1974

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 13

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 201414

Terdapatnya bangunan tambahan tetap memperhatikan hubungan kekerabatan,yaitu dengan meletakkan bukaan ke arah rumah tetangga (Gambar 21).

Terbentuknya ruang dalam tipe 4 juga disebabkan oleh faktor non fisik, yaitua. Peristiwa pernikahan, kelahiran;b. Kebutuhan penunjang ruang usaha;c. Usia penghuni; dand. Bantuan pasca tsunami.

Tipe 5Terdapat penyeederhanaan susunan ruang tipe 5 menjadi dua susunan saja, yaitu

fungsi tungai digantikan pada seuramoe keue atupun seuramoe likot. Hal ini denganpertimbangan ekonomi dan menghemat biaya pembangunan. Faktor ekonomi merupakansalah satu faktor non fisik yang juga menjadi landasan yang melatarbelakangiterbentuknya ruang (Ulfa 2011) (Gambar 22).

Jalan gampong

Bangunan Tambahan

Orientasi bukaan

Gambar 20. Orientasi bukaan bangunan tambahan menghadap ke rumah tetangga.

Susunan asli

Penyederhanaan susunan

Gambar 22. Penyederhanaan susunan ruang pada tipe 5.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 201416

Menurut Wilson (1974) bidang dinding/pembatas (the vertical space devider)merupakan unsur perancangan yang dapat menciptakan ruang. Kondisi susunan ruangdalam pada tipe 5 yang terdiri dari seuramoe keue sebagai ruang publik dan seuramoelikot sebagai ruang penghuni yang bersifat lebih privat menjadikan ruang memiliki fungsidan kedudukan yang berbeda. Terdapat elemen arsitektural berupa dinding yangmembatasi kedudukan ruang tersebut, sehingga privasi penghuni di ruang seuramoe likotlebih terjaga (Gambar 26).

Perbedaan aksesPada kamar tidur utama, terdapat perbedaan akses ruang yang disesuaikan

dengan kecenderungan perilaku penghuni beraktivitas. Adapun pengaruh aktivitaspenghuni juga sangat mempengaruhi pola ruang pada Rumoh Aceh. Terdapat hubunganmanusia dengan ruang. Salah satu perasaan yang penting mengenai ruang adalahperasaan teritorial. Perasaan ini memenuhi kebutuhan dasar akan identitas diri,kenyamanan dan rasa aman pada pribadi manusia (Wilson 1974) (Gambar 27).

Posisi kamar tidur diseuramoe keue

Gambar 25. Letak kamar tidur di seuramoe keue.

Gambar 26. Terdapat pembatas ruang yang mempertegas perbedaan kedudukanruang.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 17

Bentuk seuramoe likotBentuk seuramoe likot terdiri dari dua tipe, yaitu tipe seuramoe likot dengan

anjongan, yaitu dengan adanya ruang yang menjorok ke Timur sebesar 2 meter dansebagai tempat diletakkannya dapur (Hadjat 1987) (Gambar 28).

Terdapat pula dapur tanpa anjongan dengan luas ruang sama seperti seuramoekeue (Gambar 29).

Gambar 28. Dapur dengan anjongan.

Gambar 29. Dapur tanpa anjongan.

Akses ke seuramoe likot

Akses ke seuramoe keue

Gambar 20. Akses kamar tidur ke arah seuramoe keue ataupun ke seuramoe likot.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 201418

Ruang dalam tipe 5 tidak mengalami perubahan susunan sama sekali, hanya sajaterdapat penyederhanaan susunan pada ruang dalam. Terbentuknya pola ruang dalampada tipe 5, yaitu

a. Kesadaran masyarakat untuk tetap mempertahankan pola ruang asli tanpa adanyapenambahan dan pengurangan ruang.

b. Kondisi geografis daerah yang berada jauh dari pusat kota, sehingga belummengalami degradasi budaya dan perubahan bangunan yang disebabkan olehtuntutan zaman.

c. Kondisi perekonomian masyarakat yang menyebabkan tidak terjadinyapenambahan ruang karena minimnya biaya.

Tipologi perkembangan susunan ruang dalamTipe 3 merupakan tipe paling akhir pada urutan perkembangan tipologi ruang

dalam Rumoh Aceh, sebab pada tipe 3 telah terjadi penambahan ruang di susunan ruangdalam dan terdapatnya bangunan tambahan di belakang bawah Rumoh Aceh. Terdapatdua proses perkembangan tipologi hingga mencapai tipe ke 3, yaitu:

Proses 1

Proses 2

Seuramoe keue

Tungai

Seuramoe likot

Ruang tambahan dibelakang bawahRumoh Aceh.

Seuramoe keue

Tungai

Seuramoe likot

Ruang tambahan dibelakang bawahRumoh Aceh.

Seuramoe keue

Tungai

Seuramoe likot

Ruang tambahan dibelakang bawahRumoh Aceh.

Gambar 30. Tipologi perkembangan susunan ruang dalam.

Penambahan ruang kebawah setelah

memanfaatkan ruangatas

Penambahan ruangdi area belakang(seuramoe likot)

Susunan asli

Seuramoe keueTungaiSeuramoe likotRuang tambahandi atas danbelakang bawahRumoh Aceh.

Melakukan penambahan pada ruang atasterlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikanbangunan tambahan di belakang bawah RumohAceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekanbiaya pembangunan. Hal ini terlihat dengan adanyapenerapan ruang atas tipe 2 menjadi tipe 3 Tahun 1940

Tahun 2005

Tahun2012

Penambahan ruang ke bawahterlebih dahulu karena tetapingin mempertahankan pola

ruang asli.

Penambahan ruang ke atassetelah membangun

bangunan tambahan dibawah belakang Rumoh

Aceh.

Seuramoe keueTungaiSeuramoe likotRuang tambahandi atas danbelakang bawahRumoh Aceh.

Tahun 1945

Tahun 1985Tahun 2005

Membangun bangunan tambahan di sisi belakangbawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukanpenabahan di susunan atas, yang ditandai denganadanya tipe 4 yang dapat berubah menjadi tipe 3 jikadibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upayauntuk tetap mempertahankan susunan asli RumohAceh. tanpa mengubah susunan ruang atas padaRumoh Aceh.

arsitektur e-Journal, Volume 7 Nomor 1, Juni 2014 19

KesimpulanKesimpulan studi ini adalah:

a. Pola ruang bangunan pada Rumoh Aceh di kawasan mukim Aceh Lhee Sagoeterdiri dari lima tipe.

b. Terdapatnya perubahan ruang pada Rumoh Aceh sangat dipengaruhi oleh faktornon fisik, yaitu faktor filosofi ruang pada Rumoh Aceh, kondisi adat berupa adanyaperistiwa pernikahan, pertambahan jumlah anggota keluarga, faktor sosial,ekonomi, serta aktivitas penghuni, yaitu sangat dipengaruhi oleh dengan adanyaperistiwa kelahiran dengan adanya pertambahan anggota keluarga dan peristiwapernikahan, serta erat hubungannya kebutuhan ruang yang memiliki keterkaitansebagai penunjang pekerjaan, seperti ruang tambahan yang berfungsi untukmenyimpan padi hasil panen, dan sebagainya.

c. Pola ruang atas Rumoh Aceh didominasi oleh tipe 3, yaitu dengan adanya ruangtambahan pada susunan asli ruang atas pada Rumoh Aceh dan adanyapnambahan bangunan tambahan yang berada di belakang bawah Rumoh Aceh.

d. Adapun perubahan pola ruang pada Rumoh Aceh memiliki kecenderunganpenambahan dengan dua pola, yaitu Melakukan penambahan pada ruang atasterlebih dahulu, selanjutnya barulah mendirikan bangunan tambahan di belakangbawah Rumoh Aceh. Hal ini dengan pertimbangan untuk menekan biayapembangunan. Namun ada pula yang membangun bangunan tambahan di sisibelakang bawah Rumoh Aceh terlebih dahulu, baru melakukan penabahan disusunan atas, yang ditandai dengan adanya tipe 4 yang dapat berubah menjaditipe 3 jika dibutuhkan. Namun ini merupakan salah satu upaya untuk tetapmempertahankan susunan asli Rumoh Aceh tanpa mengubah susunan ruang ataspada Rumoh Aceh.

Daftar PustakaHadjat, A., Ali, Z., Ardy, M., Kasim, M., S. & Usman, R. 1984. Arsitektur Tradisional

Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Ulfa, S. M. 2011. Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Kuno Desa Bakung KecamatanUdanawu Blitar. Jurnal TESA Arsitektur, IX (2): 62-122 (diakses tanggal 12 Maret2014)

Wilson, F. 1971. Structure the Essence of Architecture. New York : Van NostrandReinhold Company.

Antariksa © 2014