Tipologi Ragam Hias Rumah Tinggal Kolonial Belanda di Ngamarto-Lawang

20
TIPOLOGI RAGAM HIAS RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI NGAMARTO - LAWANG Putri Ayu Pertiwi, Galih Widjil Pangarsa, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 e-mail: [email protected] ABSTRAK Lawang merupakan salah satu kawasan yang mendapat pengaruh kolonialisasi, sehingga memiliki peninggalan bangunan kolonial paling banyak (skala kawasan) di Malang Raya sampai sekarang. Salah satunya adalah kawasan permukiman yang terletak di pusat Kota Lawang tepatnya di belakang Stasiun Kereta Api Lawang, yaitu Ngamarto. Peniruan bentuk bangunan kolonial telah mempengaruhi rumah tinggal non Eropa. Hal yang wajar apabila pemilik berusaha menampilkan identitas dirinya pada tampilan bangunan atau menghias bentuk rumahnya. Melalui bentukan bangunan dapat diketahui gaya yang berkembang di Ngamarto saat itu, salah satunya melalui elemen penyusun bangunan, yaitu “riasan” yang merupakan seni dan unsur estetis sebuah bangunan. “Riasan” bangunan berupa ragam hias (ornamen) yang berkembang seiring dengan perkembangan arsitektur pada masa itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis ragam hias yang digunakan pada rumah tinggal kolonial dan menganalisis tipologi ragam hias rumah tinggal kolonial di Ngamarto. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan eksploratif dengan metode purpossive sampling pada pemilihan kasus sehingga ditemukan bahwa tipologi bangunan rumah tinggal kolonial dikelompokkan berdasarkan gaya atau langgam bangunan. Rumah-rumah kolonial tersebut berkembang sekitar tahun 1850-1942. Selama kurun waktu tersebut terdapat 4 buah gaya yang digunakan, yaitu Voor 1900, NA 1900, Romantiek, dan tahun 1915-an. Ragam hias terdapat pada bagian kepala, badan, dan kaki bangunan (bagian luar dan dalam). Kata Kunci: ragam hias, rumah tinggal kolonial, tipologi. ABSTRACT Lawang is one of area that influenced by the colonialization so that has the bigger number of colonial building (at scale area) in Malang Raya until right now. The one is housing area that located in the center of Lawang exactly behind theTranstation of Lawang that called as Ngamarto. The imitation of colonial building’s shape has influence the non Europ’s house. This thing became usual if the owner trying to performance his or her identity at the building appearance or decorate the shape of building. Through the shape of building can be knowed the style that has develop at Ngamarto at that time, those through the buildins arranger’s elements that called as “make up” that became the art and the estetic element in a building. The “make up” of building can be perform as element that develop as the develop of architecture at that time. The purpose of this study is to identifying the varient of ornament that being used in the colonial house and analizing the tipology of the house building’s ornament at Ngamarto. The methodthat being used for this study are descriptif and exploratif method by the purpossive sampling method for the case choice so that being found that the tipology of colonial house building can be classed based on the style of building. Colonial houses develop in 1850’s until 1915’s. As long as the period there been developed four style that being used at colonial house, they are Voor 1900, NA 1900, Romantiek, and 1915’s. The ornament can be found at the head section, body section, and feet section building, whether inside or outside of building. Key word: the ornament, colonial’s house, tipology. arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 1

Transcript of Tipologi Ragam Hias Rumah Tinggal Kolonial Belanda di Ngamarto-Lawang

TIPOLOGI RAGAM HIAS RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI NGAMARTO - LAWANG

Putri Ayu Pertiwi, Galih Widjil Pangarsa, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Lawang merupakan salah satu kawasan yang mendapat pengaruh kolonialisasi, sehingga memiliki peninggalan bangunan kolonial paling banyak (skala kawasan) di Malang Raya sampai sekarang. Salah satunya adalah kawasan permukiman yang terletak di pusat Kota Lawang tepatnya di belakang Stasiun Kereta Api Lawang, yaitu Ngamarto. Peniruan bentuk bangunan kolonial telah mempengaruhi rumah tinggal non Eropa. Hal yang wajar apabila pemilik berusaha menampilkan identitas dirinya pada tampilan bangunan atau menghias bentuk rumahnya. Melalui bentukan bangunan dapat diketahui gaya yang berkembang di Ngamarto saat itu, salah satunya melalui elemen penyusun bangunan, yaitu “riasan” yang merupakan seni dan unsur estetis sebuah bangunan. “Riasan” bangunan berupa ragam hias (ornamen) yang berkembang seiring dengan perkembangan arsitektur pada masa itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis ragam hias yang digunakan pada rumah tinggal kolonial dan menganalisis tipologi ragam hias rumah tinggal kolonial di Ngamarto. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan eksploratif dengan metode purpossive sampling pada pemilihan kasus sehingga ditemukan bahwa tipologi bangunan rumah tinggal kolonial dikelompokkan berdasarkan gaya atau langgam bangunan. Rumah-rumah kolonial tersebut berkembang sekitar tahun 1850-1942. Selama kurun waktu tersebut terdapat 4 buah gaya yang digunakan, yaitu Voor 1900, NA 1900, Romantiek, dan tahun 1915-an. Ragam hias terdapat pada bagian kepala, badan, dan kaki bangunan (bagian luar dan dalam). Kata Kunci: ragam hias, rumah tinggal kolonial, tipologi.

ABSTRACT

Lawang is one of area that influenced by the colonialization so that has the bigger number of colonial building (at scale area) in Malang Raya until right now. The one is housing area that located in the center of Lawang exactly behind theTranstation of Lawang that called as Ngamarto. The imitation of colonial building’s shape has influence the non Europ’s house. This thing became usual if the owner trying to performance his or her identity at the building appearance or decorate the shape of building. Through the shape of building can be knowed the style that has develop at Ngamarto at that time, those through the buildins arranger’s elements that called as “make up” that became the art and the estetic element in a building. The “make up” of building can be perform as element that develop as the develop of architecture at that time. The purpose of this study is to identifying the varient of ornament that being used in the colonial house and analizing the tipology of the house building’s ornament at Ngamarto. The methodthat being used for this study are descriptif and exploratif method by the purpossive sampling method for the case choice so that being found that the tipology of colonial house building can be classed based on the style of building. Colonial houses develop in 1850’s until 1915’s. As long as the period there been developed four style that being used at colonial house, they are Voor 1900, NA 1900, Romantiek, and 1915’s. The ornament can be found at the head section, body section, and feet section building, whether inside or outside of building. Key word: the ornament, colonial’s house, tipology.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

1

Pendahuluan Lawang merupakan salah satu kawasan yang mendapat pengaruh kolonialisasi.

Kondisi iklim dan geografis Lawang membuat kawasan ini dijadikan tempt peristirahatan dan areal perkebunan yang menjadi perhatian pada saat kolonialisasi berlangsung. Hal tersebut membuat kawasan ini memiliki bangunan bergaya kolonial paling banyak (skala kawasan) di Malang Raya. Salah satunya adalah kawasan permukiman yang terletak di pusat Kota Lawang, tepatnya di belakang Stasiun Kereta Api Lawang, yaitu Kawasan Permukiman Ngamarto. Perkembangan Kawasan Ngamarto tidak lepas dari pengaruh berdirinya Stasiun Kereta Api. Kondisi beberapa bangunan rumah tinggal kolonial di Ngamarto kurang terawat dan terpelihara dengan baik.

Peninggalan bangunan bergaya kolonial Belanda merupakan salah satu kekayaan arsitektur nusantara. Sayangnya, masyarakat Indonesia kurang memperhatikan keberadaan bangunan kolonial dan cenderung melakukan pengerusakan bangunan kolonial yang ada. Contohnya, salah satu bangunan kolonial yang merupakan salah satu citra kawasan di Ngamarto akan digusur dan diganti dengan bangunan baru dengan fungsi komersil. Bagian yang diselamatkan hanyalah ragam hias yang digunakan pada bangunan tersebut. Untuk itu, maka diperlukan pemahaman yang baik mengenai pentingnya keberadaan bangunan kolonial. Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengenalan terhadap bangunan kolonial.

Arsitektur dapat dikatakan sebagai perpaduan suatu karya seni dan pengetahuan tentang bangunan, keindahan, dan teknologi konstruksi. Salah satu faktor yang berkaitan dengan keindahan bangunan adalah ragam hias yang penggunaannya sangat berkaitan dengan unsur estetis yang dapat memperindah sekaligus menampilkan karakter suatu bangunan (Amiuza, 2006). Menurut Calloway (1994), terdapat dua cara mengidentifikasi gaya arsitektur pada bangunan (rumah). Pertama; menggunakannya sebagai panduan untuk menetapkan gaya (as a guide to style) dan kedua sebagai panduan untuk mengembangkan bentuk-bentuk mandiri dari ragam hias pada masa lampau (as a guide to development of individual features of the centuries). Peniruan bentuk bangunan kolonial telah mempengaruhi banyak bangunan rumah tinggal non Eropa. Pemilik rumah berusaha menampilkan identitas dirinya pada tampilan bangunan dan dalam menghias bentuk rumahnya. Melalui bentukkan yang ada dapat dilihat perkembangan kebudayaan arsitektur. Kebudayaan arsitektur dengan berbagai macam gaya atau langgam bangunan dapat dilihat melalui elemen-elemen penyusun bangunan, salah satunya “riasan” pada bangunan yang berupa ragam hias (ornamen) bangunan. Ragam hias bangunan kolonial dapat memberi petunjuk mengenai perkembangan arsitektur kolonial di Kota Lawang yang memperkaya arsitektur nusantara.

Menarik animo masyarakat melalui sesuatu yang indah dengan memperkenalkan ragam hias pada bangunan rumah tinggal kolonial. Latar belakang permasalahan ini secara terperinci dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa saja jenis ragam hias yang digunakan pada rumah tinggal kolonial Belanda di Ngamarto dan bagaimana tipologi ragam hias rumah tinggal kolonial Belanda di Ngamarto, Lawang?. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengidentifikasi karakter ragam hias yang digunakan pada rumah tinggal kolonial sekitar tahun 1850-1942 dan menganalisis tipologi ragam hias rumah tinggal kolonial di Ngamarto, Lawang dalam upaya melestarikan sejarah dan bangunan bersejarah di Lawang. Metode Penelitian

Dalam studi ini digunakan metode rasionalistik-kualitatif dengan peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan eksploratif untuk mengidentifikasi karakter ragam hias yang digunakan dan tipologi ragam hias rumah tinggal kolonial di Ngamarto, Lawang. Variabel yang digunakan pada studi ini adalah letak ragam hias berdasarkan elemen bangunan, karakter ragam hias (motif, pola, bahan, dan warna), dan gaya atau langgam bangunan yang digunakan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 2

Data didapatkan dari survey data primer melalui kegiatan observasi secara langsung ke lapangan, dan interview dengan beberapa pihak yang dianggap dapat memberikan informasi mendukung studi. Survey data sekunder didapatkan dari instansi terkait dan survey data tersier didapatkan pada studi literatur.

Populasi bangunan rumah tinggal bergaya kolonial berjumlah 18 rumah. Proses pemilihan sampel bangunan menggunakan purpossive sampling, berdasarkan kriteria pemilihan sampel bangunan sehingga didapatkan 11 rumah tinggal sebagai kasus studi.

Langkah awal adalah mengumpulkan semua data yang diperlukan, kemudian disesuaikan dengan teori yang berkaitan dengan rumusan masalah dan objek di lapangan. Langkah berikutnya, yaitu mendeskripsikan ragam hias yang digunakan berdasarkan variabel amatan. Analisis data menggunakan metode eksploratif terhadap tipe ragam hias yang digunakan pada rumah tinggal kolonial. Hasil analisis akan disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Hasil dan Pembahasan

Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”ornere” yang berarti kerja menghias, dan ornamentum berarti karya yang dihasilkan, yaitu hiasan (Mistaram, 1991). Menurut Toekio (1987:10), ornamen adalah ragam hias untuk suatu benda, pada dasarnya merupakan suatu pedandan atau kemolekan yang dipadukan. Ragam hias berperan sebagai media untuk mempercantik atau mengagungkan suatu karya. Ornamen dan dekoratif mempunyai perlambang atau simbolik dan sekaligus pembentukan jati diri (Baidlowi, 2003:39). Ragam hias pada bangunan menjadi salah satu pembentuk karakter bangunan dan merupakan salah satu cara untuk mengetahui langgam atau gaya yang digunakan pada bangunan. Penggunaannya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan kedudukan sosial di masyarakat. Kepemilikan awal bangunan menjadi salah satu faktor penentu keberadaan ragam hias pada bangunan. Latar belakang ekonomi, kedudukan dan sosial menyebabkan adanya perbedaan penggunaan ragam hias bangunan.

Suatu barang atau benda hasil karya seni rupa dapat dikatakan sempurna bilamana memenuhi kegunaannya, keindahan, kesesuaian akan ’warna’ dan ’bahannya’.... (Soekiman, 2000). Menurut Marizar (1996:65), ”...ruang dalam dan ruang luar merupakan komponen totalitas dari ruang arsitektural.” Karakter ragam hias dapat terlihat dari penggunaan motif, pola, bahan, dan warna yang digunakan pada rumah tinggal Ngamarto. Keindahan karya seni arsitektur bisa diamati pada gaya rancang arsitektur yang meliputi gaya rancang tata ruang luar (eksterior) dan gaya rancang tata ruang dalam (interior).

Orang Belanda sangat menguasai dan mencintai karya-karya pertukangan hingga pada detail-detailnya (Soekiman, 2000). Elemen-elemen bangunan berarsitektur vernakular Belanda yang banyak digunakan dalam arsitektur kolonial Hindia Belanda antara tahun 1900 sampai tahun 1920-an, antara lain penerapannya pada : 1. Macam-macam hiasan kemuncak dan atap rumah, antara lain windwijzer, noc

acroterie, geveltoppen, gevel, dormer, tower, dan tympanon. 2. Ragam hias pada badan bangunan yaitu hiasan pada kolom, dinding, dan area

bukaan bangunan. 3. Ragam hias pada kaki bangunan, yaitu stoep dan ballustrade.

Ragam hias yang ditemukan pada bangunan rumah tinggal kolonial Ngamarto bukan hanya terdapat pada bagian luar bangunan, akan tetapi juga terdapat pada bagian dalam bangunan. Secara parsial dari elemen-elemen bangunan penyusunnya, dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu ragam hias pada bagian kepala, badan, dan kaki bangunan. Survey awal menunjukkan bahwa ragam hias pada bagian kepala bangunan jarang ditemukan. Ragam hias kepala bangunan yang digunakan hanya sebatas adanya geveltoppen dan gevel. Ragam hias yang sering digunakan terdapat pada badan dan kaki bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

3

Hasil studi menunjukkan bahwa rumah tinggal kolonial di Ngamarto dikelompokkan berdasarkan ciri, sifat, dan kesamaan dasar, yaitu gaya atau langgam bangunan yang dijabarkan melalui perletakkan elemen ragam hias pada bangunan dan karakter ragam hias berupa motif, pola, bahan, dan warna.

Tipologi kasus rumah kolonial Ngamarto dikelompokkan berdasarkan gaya atau langgam bangunan yang digunakan. Rumah-rumah tersebut dibangun sekitar tahun 1850-1942. Selama kurun waktu tersebut, terdapat 4 gaya atau langgam yang digunakan pada bangunan, yaitu sebagai berikut: 1. Voor 1900; 2. NA 1900; 3. Romantiek; dan 4. Tahun 1915-an Gaya Voor 1900

Rumah tinggal kolonial bergaya Voor 1900 paling banyak ditemukan pada kasus rumah tinggal kolonial di Ngamarto, yaitu 6 kasus. Rumah-rumah tersebut dibangun sekitar tahun 1850-1880. Gaya Voor 1900 bukan hanya digunakan pada rumah kolonial kepemilikan Belanda, tetapi juga pada rumah kolonial milik Cina dan pribumi. Ragam hias bangunan pada rumah kolonial Cina lebih rumit dibandingkan dengan rumah kolonial milik Belanda. Hal tersebut dimaksudkan untuk menaikkan status sosial dengan menggunakan hiasan yang lebih rumit sebagai bukti kemampuan ekonomi dan selera seni yang tinggi. Penggunaan ragam hias pada rumah kolonial rakyat cenderung menggunakan bentuk-bentuk sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan pribumi. Penggunaan bahan-bahan yang tanggap terhadap iklim, yaitu adanya penggunaan ragam hias dari material besi menjadi salah satu ciri yang menonjol pada bangunan bergaya Voor 1900. 1. Kepala bangunan

Ragam hias pada kepala bangunan sangat jarang ditemukan dan hanya ditemukan pada 1 kasus, yaitu kasus KB1 karena bangunan ini masih menggunakan gaya Indis Empire yang cukup kuat. Terlihat dari penggunaan gevel bangunan bergaya Yunani dengan motif geometris dan pola simetri yang kuat, bahan plesteran, dan penggunaan warna dominan putih mengikuti warna bangunan. Minimnya ornamen pada kepala bangunan karena pemilik lebih memprioritaskan penyelesaian atap untuk mengatasi masalah iklim. 2. Badan bangunan

Ragam hias bukan hanya digunakan pada bagian luar bangunan tetapi juga pada bagian dalam bangunan. Ragam hias yang digunakan lebih beragam dibandingkan gaya lainnya. Ragam hias pada badan bangunan adalah sebagai berikut : a. Badan luar bangunan

Ragam hias pada bagian luar bangunan didominasi oleh penggunaan bahan-bahan baru seperti seng, besi, dan bahan-bahan yang tanggap terhadap iklim. Ragam hias pada badan luar bangunan terdapat pada dinding, kolom utama, kolom teras, luifel, bouvenlicht, lubang angin, dan teralis. Jenis motif yang digunakan adalah Motif geometris, pada kolom utama, kolom teras, bounvelicht, hiasan dinding,

lubang angin, dan teralis.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 4

KB 1 KC 1 & KR 1 KB 1

KC 1 KR 2 & KR 4

KB 2 KB 1 & KR 1

Motif alamipenonjolan

Motif stilasiyang digunpengaruh g

arsitektur e-

Gambar 1. Ragam hias motif geometris pada badan luar.

, hanya terdapat pada dinding. Motif yang digunakan menggunakan bentuk batu kali.

KB 2 Gambar 2. Ragam hias motif alami pada badan luar bangunan.

tumbuhan, terdapat pada bouvenlicht, hiasan dinding, dan luifel. Motif akan menggunakan bentuk stilasi daun dan sulur-suluran (adanya aya Art Neuveau).

KC 1

KC 1 KB 1

KB 1 KC 1

.

Gambar 3. Ragam hias motif stilasi tumbuhan pada badan luar bangunan

Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 5

Gabungan motif geometris dan stilasi tumbuhan, terdapat pada plafon dan kaca

hias.

KC 1 KC 1

Hiasan dinding

KB 2

Pola yang digtersebut membyang mengikutyang digunaka Material da Material ka Material be Material gip Material ba Material ka Material ke

Warna yang dig Warna puti Warna cokl Warna biru Warna kun Warna ema Variasi war Warna hita

b. Badan dalam bRagam hias padan dinding. Je Motif geo

perpotongagaris diago

Gabungan

ar6

Gambar 4. Ragam hias motif gabungan pada badan luar.

unakan adalan pola isian dan pola perulangan bentuk motif. Pola entuk pola simetri. Pola plafon menggunakan pola isian dan pinggiran i titik pusat ruang dan garis sumbu denah bangunan. Bahan-bahan n pada ragam hias adalah sebagai berikut: ri plesteran untuk hiasan dinding dan kolom; yu pada bouvenlicht dan dinding; si pada kolom teras, luifel, bouvenlicht, dan teralis; sum pada hiasan dinding dan plafon; tu kali pada dinding dan kolom; ca tekstur pada bouvenlicht dan jendela; dan rawang pada lubang angin. unakan adalah:

h pada hiasan dinding, lubang angin, dan plafon; at pada bouvenlicht, luifel, dan kolom besi; dan biru kehijauan pada kolom, bouvenlicht, luifel, dan teralis; ing pada plafon dan hiasan dinding; s pada bouvenlicht; na emas, bening, merah dan hijau pada kaca tekstur; dan m pada dinding dan kolom. angunan da bagian badan dalam bangunan terdapat pada bouvenlicht, plafon, nis motif yang digunakan adalah sebagai berikut : metris yaitu perulangan garis (lengkung, horisontal, vertikal), n garis vertikal dan horisontal, bentuk belah ketupat, dan perpotongan nal. motif geometris dan stilasi tumbuhan pada plafon.

sitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

KB 2 KB 2

KR 2

KB 1 & KR 1 KB 2

KB 1 KB 1

Gambar 5. Ragam hias motif geometris pada badan dalam bangunan.

KC 1

Pola yang diguyang dihiasinyaterdapat pada dihiasinya dan sBahan yang dig Material dar Material dar Material dar Material dar

Warna yang dig Warna krem Warna putih Warna kunin

3. Kaki bangunan Ragam hias

milik Belanda dan serambi, hiasan kaka. Kaki luar bangu

arsitektur e-

Gambar 6. Ragam hias motif gabungan pada badan dalam.

nakan merupakan perulangan bentuk dan motif-motif mengisi bidang . Pola-pola tersebut membentuik pola simetri. Pola isian dan pinggiran plafon dimana motif tersebut mengikuti titik sumbu bidang yang umbu simetri pada denah bangunan. unakan adalah sebagai berikut: i kayu pada bouvenlicht; i besi pada bouvenlicht; i plesteran pada hiasan dinding; dan i gipsum pada hiasan plafon dan cresting plafon. unakan pada ragam hias adalah : , coklat, biru, hijau pada bouvenlicht; pada hiasan dinding dan cresting plafon; dan g pada hiasan plafon.

pada kaki bangunan sangat beragam terutama pada rumah kolonial Cina. Ragam hias pada kaki bangunan berupa ragam hias pagar i bangunan, dan lantai.

nan

Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 7

Ragam hias pada kaki bangunan luar terdapat pada pagar serambi, kaki bangunan, dan lantai teras. Ragam hias pada lantai teras dan pagar serambi hanya terdapat pada rumah kolonial Belanda dan Cina. Jenis motif yang digunakan adalah sebagai berikut: Motif alami, yaitu bentuk batu kali dan batu tabur pada kaki bangunan, pondasi

bangunan, dan pagar serambi.

KC 1 KR 4

KB 1 KB 2

Gambar 7. Ragam hias motif alami pada kaki luar bangunan.

Motif geometris pada kaki bangunan dan pagar serambi berupa perulangan garis linier dan garis zigzag.

KC 1 KB 1

Gambar 8. Ragam hias motif geometris pada kaki luar bangunan.

Gabungan motif geometris dengan motif stilasi tumbuhan.

KB 2 KC 1 Gambar 9. Ragam hias motif gabungan pada kaki luar.

Pola yang digunakan menggunakan perulangan pada motif geometris. Pola isian digunakan pada motif alami dan gabungan motif. Lantai menggunakan pola isian dan pinggiran yang mengikuti titik sumbu bidang dan sumbu simetri denah bangunan. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 8

Material dari batu kali dan batu tabur kaki bangunan dan pagar serambi; Material plesteran pada kaki bangunan dan pagar serambi; dan Material lantai ubin bermotif berukuran 20 cm x 20 cm.

Warna yang digunakan adalah : Warna putih dan hitam pada kaki bangunan dan pagar serambi; dan Variasi warna krem, merah, kuning tua, biru tua, jingga, merah, hitam, dan putih

pada lantai. b. Kaki dalam bangunan

Ragam hias pada bagian kaki dalam bangunan terdapat pada ragam hias lantai. Setiap ruang mempunyai ragam hias lantai dengan motif yang berbeda. Jenis motif yang digunakan adalah sebagai berikut: Motif geometris, dengan bentuk belah ketupat, segiempat, meander, dan

perulangan garis linier.

KR 4 KC 1

KR 4 KB 2

Gambar 10. Ragam hias motif geometris pada kaki dalam bangunan.

Gabungan motif geometris, yaitu bentuk segiempat, belah ketupat, pilin, dan perulangan garis linier, dengan motif stilasi tumbuhan dan bunga.

KR 4 KB 2

KC 1 KC 1

Gambar 11. Ragam hias motif gabungan pada kaki dalam. bangunan.

Pola yang digunakan adalah isian dan pola pinggiran yang mengikuti titik sumbu bidang dan sumbu simetri ruang. Bahan yang digunakan adalah lantai ubin bermotif berumuran 20 cm x 20 cm. Warna-warna yang digunakan adalah warna hitam, putih, merah tua, jingga, kuning tua, dan krem.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

9

Gaya NA 1900 Rumah bergaya NA 1900 terdapat pada 2 kasus bangunan. Gaya tersebut

berkembang pada tahun 1881-1910. Rumah bergaya NA 1900 digunakan pada rumah kolonial milik Cina dan pribumi sedangkan rumah kolonial kepemilikan Belanda menggunakan gaya bangunan Romantiek pada kurun waktu yang sama. Hal itu menandakan pada era tahun 1881-1910 berkembang 2 buah gaya bangunan di Ngamarto. Rumah tersebut mulai menonjolkan elemen arsitektur vernakular, yaitu ragam hias kepala bangunan berupa gevel pada bangunan induk dan penunjang. Elemen ragam hias yang lain, yaitu ragam hias berupa geveltoppen.

Ragam hias pada badan bangunan sangat sedikit ditemukan. Ragam hias hanya ditemukan pada bouvenlicht, lubang angin, hiasan pada kaca pintu dan jendela bangunan. Penggunaan bahan dari material besi jarang digunakan dan bahan ragam hias dari kaca bermotif dan berwarna paling banyak digunakan. Motif stilasi tumbuhan dan motif gabungan (geometris dan stilasi tumbuhan) tidak digunakan lagi. Motif baru yang digunakan adalah motif bebas (abstrak) pada badan dan kaki bangunan. Motif bebas lebih sering dinilai dengan motif “modern” karena tidak ada suatu tolak ukur yang jelas.

Ragam hias berupa pagar serambi, penonjolan pondasi dan hiasan kaki bangunan hilang sama sekali dan bagian kaki yang dihias hanya pada kaki bangunan bagian dalam, yaitu lantai. Tidak seperti halnya bangunan bergaya Voor 1900 yang setiap ruang menggunakan motif yang berbeda, motif lantai yang digunakan hanya menggunakan satu jenis motif pada semua ruang dalam.

Ragam hias dengan motif bebas mempunyai bentuk yang abstrak, sehingga tidak terlihat pola yang jelas, akan tetapi karena motif ini merupakan motif isian yang berarti terdapat ruang lingkup yang harus diisi, maka pola pada motif ini menjadi pola perulangan. Frame tersebut berupa bentuk kotak sebagai pembatas motif bebas yang digunakan. Pola simetri hanya mengikuti pola simetri denah bagian depan bangunan. Pola perulangan pada ragam hias berupa perulangan satuan ragam hias. 1. Kepala bangunan

Penggunaan ragam hias kepala bangunan berupa gevel dan geveltoppen menjadi satu ciri khas yang menonjol dari bangunan bergaya NA 1900. Jenis gevel yang digunakan adalah gevel bermotif dan gevel polos. Motif yang digunakan pada ragam hias kepala bangunan adalah sebagai berikut: Motif geometris terdapat pada gevel, yaitu perulangan garis yang mengikuti bentuk

gevel, jendela semu, dan segienam pada kaca bouvenlicht.

KR 3

KC 2

10

Gambar 12. Ragam hias motif geometris pada kepala bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

Motif stilasi tumbuhan dan bentuk mahkota

Pola yang digunakan adalah pola perulangan motif mengikuti pola simetri gevel bangunan. Denah bangunan yang tidak simetri membuat ragam hias gevel dan geveltoppen hanya mengikuti simetri bagian depan ruang yang dihiasinya.

KC 2

Gambar 13. Ragam hias motif stilasi tumbuhan pada kepala bangunan.

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Material plesteran pada gevel. Material kaca warna pada gevel. Material kayu pada geveltoppen.

Warna yang digunakan adalah sebagai berikut: Warna putih, krem, dan biru untuk melapisi bahan plesteran. Warna biru dan coklat pada geveltoppen.

2. Badan bangunan Ragam hias badan bangunan kebanyakan menggunakan motif-motif geometris. Ragam hias pada badan bangunan terdapat pada bagian dalam dan luar bangunan. a. Badan luar bangunan

Ragam hias pada bagian badan luar bangunan terdapat pada lubang angin, bouvenlicht, kaca pintu dan jendela. Motif yang digunakan hanya menggunakan satu jenis motif yaitu motif geometris dengan bentuk lingkaran, belah ketupat, segienam, perpotongan segiempat putar, perulangan garis horisontal, dan perpotongan garis vertikal dan horizontal.

Pola yangdari kaca disusun mBahan yan

KC 2

KC 2

KR 3

.

Materi Materi

Warna yan Warna Warna

arsitektur

Gambar 14. Ragam hias motif geometris pada badan luar bangunan

digunakan adalah pola perulangan bentuk menggunakan pola simetri. Motif menggunakan pola isian yang dibatasi oleh bingkai. Motif-motif tersebut engikuti pola simetri bidang yang dihiasinya. g digunakan adalah sebagai berikut:

al plesteran dan kerawang pada lubang angin. al kaca bertekstur dan berwarna pada kaca pintu dan bouvenlicht. g digunakan pada ragam hias adalah : putih pada kerawang. biru, hijau, dan kuning pada kaca bertekstur.

e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 11

b. Badan dalam bangunan Ragam hias pada bagian dalam bangunan terdapat pada bouvenlicht, kaca daun pintu dan jendela. Jenis motif yang digunakan adalah motif geometris dan motif bebas. Adanya perulangan bentuk ragam hias badan bangunan Voor 1900 pada bangunan NA 1900 terutama pada ragam hias geometris. Mulai munculnya motif abstrak pada bangunan. Pola yang digunakan merupakan pola isian dan perulangan bentuk. Pola isian dibatasi oleh adanya bingkai.

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

KR 3 KR 3

KC 2 KC 2

Gambar 15. Ragam hias pada badan dalam bangunan.

Material dari kayu dan besi pada bouvenlicht. Material dari kaca warna dan bertekstur pada pintu.

Warna yang digunakan pada ragam hias adalah : Warna kuning dan coklat pada bouvenlicht. Variasi warna kaca, yaitu biru, hijau, dan jingga.

3. Kaki bangunan Ragam hias kaki bangunan hanya terdapat pada lantai bagian dalam bangunan. Ragam hias berupa pagar serambi dan kaki bangunan tidak digunakan pada bangunan bergaya NA 1900. Jenis motif lantai yang digunakan adalah motif geometris dengan bentuk-bentuk belah ketupat dan perulangan garis linier, dan gabungan motif geometris, yaitu bentuk lengkung dan bintang dengan motif bebas. Pola yang digunakan adalah pinggiran pada motif geometris dan gabungan pola pinggiran dengan pola bidang beraturan pada motif gabungan. Bahan yang digunakan adalah lantai ubin bermotif berumuran 20 cm x 20 cm. Warna-warna yang digunakan adalah warna, yaitu putih, hitam, dan abu-abu.

KC 2Gambar 16. Ragam hias pada kaki dalam bangunan.

KR 3

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 12

Gaya Romantiek Bangunan bergaya Romantiek terdapat pada 2 kasus bangunan dan merupakan

rumah tinggal dengan kepemilikan Belanda. Rumah kolonial bergaya Romantiek pada dasarnya adalah corak NA 1900 dengan gaya romantis yang lebih kuat sehingga pada rumah kolonial bergaya Romantiek dapat ditemukan pula ragam hias berupa gevel bangunan. Ciri bangunan bergaya Romantiek adalah penggunaan elemen-elemen dekoratif yang lebih banyak hampir di seluruh bagian bangunan dan elemen ruang luar bangunan. Ragam hias pada rumah kolonial bergaya Romantiek di Ngamarto tidak seperti ciri rumah bergaya Romantiek pada umumnya dan bagian yang paling banyak dihias justru pada bagian badan dan kaki bangunan.

Motif yang digunakan umumnya seperti motif yang digunakan pada rumah bergaya NA 1900. Motif bebas (abstrak) mendominasi ragam hias terutama pada daun pintu, jendela, dan bouvenlicht. Bentuk trapesium muncul pada bangunan bergaya Romantiek. 1. Kepala bangunan

Ragam hias pada kepala bangunan berupa penggunaan ragam hias gevel yang dihiasi dengan penonjolan plesteran, bouvenlicht, dan lubang angin. Terdapat 2 jenis gevel yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

Gevel Hias Gevel polos

Motif dengan bentuk trapesium muncul pada hiasan gevel. Jenis motif yang digunakan hanya 1 jenis motif, yaitu geometris dengan bentuk trapesium, persegi, garis-garis linier, perpotongan garis diagonal. Gaya bangunan Romantiek masih mencirikan gaya NA 1900, yang masih menggunakan ragam hias berupa gevel. Bentuk-bentuk trapesium, L, dan belah ketupat mulai digunakan. Pola yang digunakan adalah pola simetri mengikuti sumbu simetri denah ruang. Denah bangunan yang tidak simetri membuat ragam hias gevel hanya mengikuti simetri bagian depan ruang yang dihiasinya. Bahan yang digunakan adalah adalah kaca berwarna, kerawang, dan plesteran beton. Warna yang digunakan adalah mengikuti dominasi warna bangunan yaitu warna putih dengan variasi warna merah dan hijau pada kaca hias warna. Material kaca warna tanpa tekstur mulai digunakan pada bangunan.

KB 4

Gambar 17. Ragam hias gevel.

2. Badan bangunan Ragam hias badan bangunan paling banyak menghiasi rumah kolonial Belanda

bergaya Romantiek. Badan bangunan yang dihiasi bukan hanya terdapat pada bagian luar bangunan akan tetapi juga pada bagian dalam bangunan. a. Badan luar bangunan

Ragam hias pada baigan luar bangunan berupa hiasan dinding, lubang angin, kolom, lubang angin, bouvenlicht, kaca pintu dan jendela, serta teralis. Jenis motif yang digunakan adalah Motif bebas, yaitu motif abstrak pada kaca pintu, jendela, dan bouvenlicht. Motif alami berupa penonjolan batu kali dan batu tabur pada dinding dan kolom

bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

13

KB 5

KB 4 & KB 5 Gambar 18. Ragam hias motif bebas dan alami pada badan luar

Motif geometris, yaitu bentuk trapesium, belah ketupat, perpotongan garis diagonal, perulangan garis vertikal dan horisontal, bentuk zigzag.

KB 5 KB 4

KB 5 KB 4

Gambar 19. Ragam hias motif geometris pada badan luar bangunan.

Pola yang digunakan adalah pola perulangan terutama pada ragam hias dengan motif geometris. Pola isian terdapat pada motif bebas dan motif alami yang mengisi bidang yang dihiasinya. Motif-motif tersebut disusun mengikuti pola simetri bidang yang dihiasinya. Penggunaan bahan yang lebih bervariasi dalam menghias badan luar bangunan. Material kaca warna dan bermotif mulai banyak digunakan terutama sebagai penutup pintu, jendela, dan bouvenlicht. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Material besi pada teralis. Material kerawang pada lubang angin. Material kaca pada pintu, jendela, dan bouvenlicht. Material batu tabur dan batu kali pada hiasan dinding dan kolom. Material plesteran pada hiasan dinding.

Warna yang digunakan pada ragam hias adalah : Warna putih pada hiasan dinding dan teralis. Warna hijau tua pada hiasan kolom dan dinding dari bahan alam. Variasi warna kaca, yaitu bening, merah, dan hijau.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 14

b. Badan dalam bangunan Ragam hias pada badan dalam bangunan Bouvenlicht, daun pintu dan jendela. Motif yang digunakan menggunakan 3 jenis, yaitu sebagai berikut: a. Motif geometris pada bouvenlicht dan pintu. Motif yang digunakan menggunakan

bentuk persegi, persilangan garis diagonal dan belah ketupat (wajik). b. Motif bebas, yaitu motif abstrak pada kaca pintu. c. Motif alami, yaitu penonjolan batu kali pada dinding dalam bangunan.

KB 5 KB 4

KB 4

KB 4 KB 4 & KB 5

Gambar 20. Ragam hias pada badan luar bangunan.

Pola yang digunakan merupakan pola isian dan motif tersebut mengisi bidang yang dihiasinya dengan dibatasi oleh frame. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Material dari kayu pada hiasan daun pintu. Material dari kaca warna dan bertekstur pada bouvenlicht dan pintu. Material dari batu alam, yaitu batu kali dan batu tabur pada dinding dan lis

pembatas. Warna yang digunakan pada ragam hias adalah : Warna krem pada hiasan daun pintu. Warna hijau tua pada hiasan dinding dari bahan alam. Variasi warna kaca, yaitu bening, merah, biru, kuning, jingga, cyan, dan hijau.

3. Kaki bangunan Ragam hias pada kaki bangunan terdapat pada hiasan kaki bangunan, pagar

serambi, penonjolan pondasi, dan ragam hias lantai ruang dalam. a. Kaki luar bangunan

Ragam hias kaki luar bangunan terdapat pada penonjolan pondasi, hiasan pada kaki bangunan, dan pagar serambi. Motif yang digunakan merupakan 2 jenis motif, yaitu sebagai berikut: a. Motif alami, yaitu bentuk batu kali pada kaki bangunan, pondasi bangunan, dan

pagar serambi. b. Motif geometris berupa bentuk ballustrade dan belah ketupat.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

15

KB 5 KB 4

Gambar 21. Ragam hias pada kaki luar bangunan.

Pola yang digunakan menggunakan pola isian pada motif alami. Pola perulangan terjadi pada motif geometris. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Material dari batu kali pada pondasi, kaki bangunan, dan pagar serambi Material dari plesteran pada kaki bangunan.

Warna yang digunakan adalah : Warna putih pada plesteran dan pondasi batu kali. Warna hijau pada kaki bangunan dan pagar serambi.

b. Kaki dalam bangunan Ragam hias kaki dalam bangunan berupa ragam hias lantai. Sama halnya dengan ragam hias kaki bangunan NA 1900 yang hanya menggunakan 1 jenis motif pada seluruh ruangan. Motif yang terdapat pada rumah tinggal bergaya Romantiek adalah Motif yang digunakan menggunakan 2 jenis motif, yaitu sebagai berikut: Motif geometris, dengan bentuk-bentuk belah ketupat, segienam, hati, dan

perulangan garis linier. Gabungan motif geometris yaitu bentuk lingkaran, bintang, belah ketupat, puzzle,

dan perulangan garis linier, dengan motif stilasi tumbuhan, yaitu stilasi daun dan bunga.

KB 4KB 5

Gambar 22. Ragam hias pada kaki dalam bangunan.

Pola yang digunakan adalah pinggiran pada motif geometris dan gabungan pola pinggiran dengan pola bidang beraturan pada motif gabungan. Bahan yang digunakan adalah lantai ubin bermotif berumuran 20 cm x 20 cm. Warna-warna yang digunakan adalah warna merah, jingga, hijau, dan putih. Warna-warna yang digunakan adalah warna-warna yang dipakai pada lantai bergaya Voor 1900 dengan variasi warna hijau

Gaya Tahun 1915-an Rumah tinggal kolonial di Ngamarto yang mengadopsi gaya tahun 1915-an hanya

terdapat pada 1 kasus, yaitu kasus KB 3. Rumah ini dibangun sekitar tahun 1911-1942. Rumah ini masih dipengaruhi corak arsitektur NA 1900 dan Romantiek dan masih ditemukannya penggunaan gevel, pagar serambi dari batu, dan penggunaan elemen-elemen dekoratif. Penggunaan elemen ragam hias dari besi cor mulai berkurang dan bentuk lebih sederhana terutama pada bagian luar bangunan. Hal yang mencolok adalah rumah ini mulai menggunakan unsur budaya lokal, yaitu penggunaan atap perahu yang populer digunakan pada sekitar tahun 1920-an. Rumah yang tinggal bergaya tahun 1915-

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 16

an hanya terdapat pada rumah tinggal kolonial Belanda sedangkan pada rumah kolonial Cina dengan gaya yang sama tidak masuk dalam kriteria pemilihan sampel. Ragam hias yang terdapat pada rumah kolonial Belanda adalah sebagai berikut: 1. Kepala bangunan

Gaya bangunan tahun 1915-an masih menggunakan ragam hias berupa gevel. Seperti halnya bangunan kolonial Cina bergaya NA 1900, gevel utama dan gevel area servis dibedakan, akan tetapi jenis motif yang digunakan menggunakan jenis motif dan bahan yang sama. Ragam hias hanya terdapat pada gevel bangunan. Motif yang digunakan yaitu motif geometris, yaitu perulangan garis linier dan garis lengkung, bentuk setengah dan seperempat lingkaran, serta bentuk persegi. Bahan yang digunakan adalah plesteran. Dominasi warna netral seperti putih dan krem digunakan untuk melapisi bahan plesteran. Warna yang digunakan warna putih dan krem.

KB 3

1917

2. Badan bangunan Ragam hias pada bangunan terdapat pada lubang angin, kolom, teralis, dan

bouvenlicht. Motif yang digunakan pada ragam hias baik dalam dan luar bangunan hanya menggunakan 1 jenis motif, yaitu motif geometris. Ragam dari material besi mulai muncul lagi tetapi digunakan pada area servis. Ragam hias tersebut antara lain sebagai berikut:

Gambar 23. Ragam hias pada kepala bangunan.

a. Badan luar bangunan Ragam hias pada badan luar bangunan terdapat pada lubang angin, kolom teras, bouvenlicht, dan teralis. Material dari besi mulai muncul kembali dan ragam hias dari kaca mulai hilang. Warna-warna yang digunakan adalah warna netral seperti putih dan warna yang mengikuti bahan aslinya. Warna-warna yang digunakan adalah warna netral seperti putih dan warna yang mengikuti bahan aslinya. Motif yang digunakan hanya motif geometris, yaitu perpotongan garis vertikal-horisontal, garis lengkung, perpotongan lingkaran, dan bentuk elips. Terdapat beberapa perulangan motif ragam hias rumah tinggal bergaya Voor 1900 pada ragam hias badan bangunan bergaya tahun 1915-an. Perulangan motif yang terjadi adalah sebagai berikut:

Bagian yang dihias adalah bagian kolom dan bukaan yang ada. Hiasan pada dinding tidak digunakan pada bangunan. Pola yang digunakan menggunakan merupakan perulangan bentuk-bentuk dengan pola isian. Pola isian tersebut membentuk pola simetri. Motif-motif terbentuk karena adanya perulangan bentuk yang digunakan dengan pola simetri. Bahan yang digunakan adalah :

Gambar 24. Perulangan bentuk motif bangunan.

Material dari besi pada kolom dan teralis. Material dari plesteran dan kerawang pada lubang angin

Warna yang digunakan adalah warna netral, yaitu antara lain: Warna putih pada teralis dan lubang angin.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

17

Warna coklat pada kolom besi. Warna merah bata pada kerawang.

Gambar 25. Ragam hias motif geometris pada badan luar bangunan. b. Badan dalam bangunan

Ragam hias pada badan bangunan hanya terdapat pada bouvenlicht. Motif yang digunakan adalah motif geometris, yaitu bentuk + dan ⊥. Sama halnya ragam hias luar bangunan, ragam hias dalam bangunan hanya menggunakan satu motif yaitu geometris. Bagian yang dihias adalah panel kayu bovenlicht. Hiasan diletakkan pada perpotongan garis. Pola yang digunakan merupakan pola perulangan bentuk + dan ⊥ yang disusun mengikuti pola simetri bouvenlicht. Bahan yang digunakan adalah panel kayu yang diukir. Warna yang digunakan mengikuti warna dominan bangunan, yaitu warna putih. (Gambar 26) Gambar 26. Ragam hias motif geometris pada badan dalam.

3. Kaki bangunan Ragam hias kaki bangunan terdapat pada pagar serambi, penonjolan pondasi dan

ragam hias pada lantai. Ragam hias kaki bangunan kebanyakan merupakan perulangan motif, pola, bahan dan warna yang digunakan pada ragam hias kaki bangunan bergaya Voor 1900. a. Kaki luar bangunan

Ragam hias pada kaki luar bangunan berupa penonjolan pondasi dan pagar serambi. Motif yang digunakan merupakan motif alami. Sama halnya dengan bangunan bergaya Romantiek, penonjolan pondasi masih dipergunakan. Muncul kembali penggunaan pagar serambi dari batu kerikil dengan teknik caprutan. (Gambar 27)

Gambar 27. Ragam hias motif alami pada kaki luar bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 18

Pola yang digunakan menggunakan pola isian, yaitu motif alami mengisi bidang yang dihiasinya. Pola yang digunakan menggunakan pola isian, yaitu motif alami mengisi bidang yang dihiasinya. Bahan berupa batu tabur mulai digunakan kembali pada kaki bangunan. Warna yang digunakan adalah warna netral yaitu hitam, abu-abu, dan putih.

b. Kaki dalam bangunan Ragam hias kaki dalam bangunan berupa ragam hias lantai. Motif yang digunakan lebih rumit seperti halnya lantai bangunan bergaya Voor 1900. Adanya perulangan variasi motif geometris, yaitu motif pilin pada gaya Voor 1900. Penggunaan motifpun bervariasi dimana setiap ruang dihiasi dengan motif lantai yang berbeda. Motif yang digunakan menggunakan 2 jenis moti, yaitu sebagia berikut (Gambar 28): Motif geometris, dengan bentuk-bentuk belah ketupat, motif pilin, perpotongan

segiempat putar, dan garis-garis linier. Motif-motif tersebut juga terbentuk oleh adanya perbedaan warna.

Gabungan motif geometris berupa bentuk belah ketupat, persegi, segitiga, dan garis-garis linier dengan bentuk stilasi tumbuhan.

Gambar 28. Ragam hias pada kaki dalam bangunan.

Pola yang digunakan adalah pola isian dan pola pinggiran. Pola-pola tersebut mengikuti titik pusat bidang yang dihiasinya. Bahan yang digunakan adalah lantai ubin bermotif berumuran 20 cm x 20 cm. Warna-warna yang digunakan adalah warna merah, jingga, abu-abu, hitam, dan putih. Warna-warna yang digunakan adalah gabungan warna-warna yang dipakai pada lantai bergaya NA 1900 dan Romantiek.

KESIMPULAN

Karakter ragam hias rumah tinggal kolonial di Ngamarto menggunakan 5 jenis motif, yaitu motif geometris, motif stilasi tumbuhan, motif bebas (abstrak), motif alami, dan gabungan motif. Pola yang digunakan pada ragam hias adalah pola perulangan, pola isian, dan pola pinggiran, dan pola simetri. Bahan yang digunakan menggunakan bahan-bahan yang tahan terhadap cuaca terutama pada ragam hias bagian luar bangunan dan ragam hias dalam bangunan umumnya menggunakan bahan dari kayu. Warna-warna yang digunakan cukup bervariasi, umumnya ragam hias mengikuti warna dominasi bangunan.

Berdasarkan gaya atau langgam bangunan yang digunakan, terdapat 4 gaya atau langgam yang digunakan pada rumah tinggal kolonial di Ngamarto, yaitu Voor 1900, NA 1900, Romantiek, dan tahun 1915-an. Berdasarkan era pembangunan, gaya bangunan yang berkembang terkelompok menjadi 3 era pembangunan. Era tahun 1850-1880 berkembang gaya Voor 1900 yang digunakan pada semua jenis rumah kolonial yaitu kolonial Belanda, Cina, dan rakyat. Era tahun 1881-1910 berkembang 2 gaya bangunan,

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009

19

yaitu NA 1900 dan Romantiek. Bangunan bergaya NA 1900 digunakan oleh rumah kolonial Cina dan rakyat sedangkan pada era yang sama rumah kolonial Belanda mengadopsi gaya Romantiek. Era tahun 1911-1942 berkembang gaya bangunan tahun 1915-an yang digunakan pada rumah kolonial Belanda. Daftar Pustaka Amiuza, C.B. 2006. Tipologi Rumah Tinggal Administratur P.G. Kebon Agung di

Kabupaten Malang. Jurnal RUAS. IV (1): 1-22. Calloway, S. 1994. The Element of Style (An Encyclopedia of Domestic Architectural

Detail). London: Reed International Book. Nix, T. (1958). Stedebouw in Indonesie en de Stedebouwkundige Vormgeving. Nix,

Bandung. Soekiman, D. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakt Pendukungnya di

Jawa (Abad XVIII-Medio Abad XX). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Toekio, S. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa Mistaram, A. & Agung A.A.G. 1991. Ragam Hias Indonesia. Malang: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. IKIP Malang Baidlowi, H. & Daniyanto, E. 2003. Arsitektur Permukiman Surabaya. Surabaya: Karya

Harapan Ching, D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga. Marizar. 1996. Interior dan Lingkungan Hidup serta Seni Dekorasi dan Interior Bangunan

dalam Upaya Membangunan Citra Arsitektur, Desain Interior, dan Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Copyright © 2008 by Antariksa

arsitektur e-Journal, Volume 2 Nomor 1, Maret 2009 20