TENTANG DESA SIKUN 10 Sept 2012

39
DESA SIKUN KECAMATAN MALAKA BARAT – KABUPATEN BELU PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Desa Sikun merupakan satu dari 16 desa di Kecamatan Malaka Barat yang secara kewilayahan berbatasan langsung dengan Desa Lasaen di sisi sebelah Barat dan Desa Oan Mane di sisi sebelah Timur. Di sisi Selatan Desa Sikun berbatasan dengan Desa Fafoe sementara di sisi sebelah utara terletak Desa Forekmodok SEJARAH DESA Kesatuan masyarakat hukum adat di Kabupaten Belu telah ada jauh sebelum terbentuknya pemerintahan modern sebagaimana sekarang ini. Secara adat, masyarakat Belu terbagi dalam kesatuan yang disebut Rumah Suku. Kesatuan dari beberapa rumah suku yang bersepakat untuk saling mengikatkan diri secara adat, membentuk unit komunitas kecil dan memilih figur pemimpinannya. Pada perkembangannya kemudian, terbentuklah sebuah badan pengurus yang dikenal dengan istilah Swapraja pada tahun 1962 yang dapat dipandang sebagai sebuah organisasi karena pada batas tertentu kesatuannya memiliki struktur yang berfungsi sebagai sebuah system kemasyarakatan yang biasa disebut dengan ke-Nain-an atau Fetor. Dalam bahasa lokal, kata Nain memiliki padanan referensial dengan kata Raja pada bahasa Indonesia. Pada perjalananannya, Fetor Sikun sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang mencakup pula dua wilayah perkampungan lain yakni Forekmodok di sebelah utara dan Sukabilulik di sebelah timur berubah secara administratif menjadi sebuah Desa. Cakupan wilayah Desa Sikun yang demikian luas dengan jumlah penduduk yang cukup besar ternyata menyulitkan Pemerintah Desa untuk memberikan pelayanan secara maksimal. Menjawab keadaan tersebut, sejumlah tokoh dari Dusun Forekmodok dan Sukabilulik bersepakat untuk bertemu dengan Pihak Pemerintah Desa Sikun dalam sebuah rembug desa untuk membahas kemungkinan pemekaran Desa Sikun menjadi tiga desa. Usulan tersebut secara bulat diterima oleh peserta rembug dan akan diusulkan ke Pemerintah Kabupaten. Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page 1 Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012 - 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Transcript of TENTANG DESA SIKUN 10 Sept 2012

DESA SIKUNKECAMATAN MALAKA BARAT – KABUPATEN BELU

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Desa Sikun merupakan satu dari 16 desa di Kecamatan Malaka Barat yangsecara kewilayahan berbatasan langsung dengan Desa Lasaen di sisisebelah Barat dan Desa Oan Mane di sisi sebelah Timur.Di sisi Selatan Desa Sikun berbatasan dengan Desa Fafoe sementara disisi sebelah utara terletak Desa Forekmodok

SEJARAH DESAKesatuan masyarakat hukum adat di Kabupaten Belu telah ada jauhsebelum terbentuknya pemerintahan modern sebagaimana sekarang ini.Secara adat, masyarakat Belu terbagi dalam kesatuan yang disebut RumahSuku. Kesatuan dari beberapa rumah suku yang bersepakat untuk salingmengikatkan diri secara adat, membentuk unit komunitas kecil danmemilih figur pemimpinannya. Pada perkembangannya kemudian, terbentuklah sebuah badan pengurus yangdikenal dengan istilah Swapraja pada tahun 1962 yang dapat dipandangsebagai sebuah organisasi karena pada batas tertentu kesatuannyamemiliki struktur yang berfungsi sebagai sebuah system kemasyarakatanyang biasa disebut dengan ke-Nain-an atau Fetor. Dalam bahasa lokal, kataNain memiliki padanan referensial dengan kata Raja pada bahasa Indonesia.

Pada perjalananannya, Fetor Sikun sebagai kesatuan masyarakat hukum adatyang mencakup pula dua wilayah perkampungan lain yakni Forekmodok disebelah utara dan Sukabilulik di sebelah timur berubah secaraadministratif menjadi sebuah Desa.Cakupan wilayah Desa Sikun yang demikian luas dengan jumlah pendudukyang cukup besar ternyata menyulitkan Pemerintah Desa untuk memberikanpelayanan secara maksimal. Menjawab keadaan tersebut, sejumlah tokoh dari Dusun Forekmodok danSukabilulik bersepakat untuk bertemu dengan Pihak Pemerintah DesaSikun dalam sebuah rembug desa untuk membahas kemungkinan pemekaranDesa Sikun menjadi tiga desa. Usulan tersebut secara bulat diterima oleh peserta rembug dan akandiusulkan ke Pemerintah Kabupaten.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page1Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Tanggal 21 Januari 1965 menjadi titik berangkat pembentukan Desa GayaBaru yang diawali serangkaian pertemuan Rapat Kerja Pamomg Prajapertama di Atambua dan menetapkan Sikun sebagai salah satu Desa GayaBaru. Sebagai langkah awal, Desa Sikun wajib segera melaksanakanrembug warga untuk membangun kesepakatan tentang kesediaan masyarakatCalon Desa Gaya Baru menyediakan lahan bagi tempat bangunan kantorDesa darurat sebagai pusat aktivitas Pemerintah Desa terutama PenjabatKepala Desa dan Wakil Kepala Desa yang akan ditunjuk setelah adanyapersetujuan pambentukan Desa Baru. Sembari menunggu persetujuan pembentukan Desa Gaya Baru, diadakanalahrembug warga untuk membahas persiapan-persiapan yang diperlukan dalamrangka pembentukan Desa Gaya Baru. Pertemuan warga tersebutmenyepakati tiga hal mendasar yaitu :

1. Menyatakan kesediaan untuk mengalokasikan tanah sebagai calonlokasi Kantor Desa yang merupakan tanah ulayat. Hal-hal terkaitpemenuhan persyaratan adat akan disepakati dan dilaksanakansesegera mungkin

2. Memilih kata Sikun sebagai nama Calon Desa yang akan terbentuk.Kata Sikun mengandung makna “Dua Titik atau Sudut, dimama kesatuanHukum Adatnya terpisah Dari Sistem Kerajaan Leunhat”.Sistem Kerajaan Leunhat sendiri dipercaya sebagai sebuahwilayah yang mempraktikkan aturan Wese Wehali namun berbedadengan apa yang ada di Desa Sikun. Menurut cerita adat, aturanyang dipraktikkan di Leunhat adalah sebagian dari Wese Wehalisementara sebagian lainnya dipraktikkan di Sikun. Dewan Adatdahulu memberikan aturan secara sebagian kepada masing-masingdengan maksud agar masing-masing saling belajar dan melengkapisehingga muncul sebuah ikatan sesama pelaku Wese Wehali danmenimbulkan dampak persatuan.

3. Menjadikan momentum pembentukan Desa Sikun sebagai pendorongterbentuknya Desa Forekmodok dan Desa Oan Mane yang sampai dengansaat itu masih merupakan bagian dari Desa Sikun dengan statuswilayah Dusun.

Seperti yang telah direncanakan, Desa Sikun akhirnya menjadi salahsatu Desa Gaya Baru di Kabupaten Belu pada tahun 1966 dibawahkepemimpinan Eduardus Seran sebagai Penjabat Kepala Desa Sikun sebagai

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page2Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

dimandatkan oleh Pemerintah Kabupaten Belu. Menjabat selaku WakilPenjabat Kpela Desa adalah Nikolas Seran.

Pengalaman demokratisasi lokal Sikun terjadi pada tahun 1969 dengandiadakannya pemilihan Kepala Desa Sikun yang pertama yang dimenangkanoleh Eduardus Seran.Pada tahun yang sama Pemeritah Kabupaten Belu menerbitkan SuratKeputusan Bupati yang menetapkan wilayah Sikun dalam status DesaDefinitif atau berstatus sebagai Desa Induk yang berhak mengurus danmengatur rumah tangganya sendiri atau resmi menjadi suatu wilayah desaotonom.

Sikun menjadi Desa sebagaimana yang sekarang ada sejak 2006 ketikaDusun Forekmodok akhirnya resmi menyandang status Desa secara mandirimenyusul Dusun Oan Mane yang telah sepuluh tahun lebih dahulu lepasdari Desa Sikun dan menjadi Desa Oan Mane.

Penjabat Kepala Desa Sikun :

No Nama Tahun JabatanMulai Tahun Selesai Tahun

1 Eduardus Seran 1969 19762 Fransiscus Donny Subang 1977 19903 Hendrikus Fahik 1991 20024 Yoseph Seran Seko 2003 20095 Martinus Nahak 2010 2015

ADMINISTRATIFLuas wilayah Desa Sikun adalah 6 km² dan terdiri dari 6 Dusun yangmasing-masing dikepalai oleh seorang Kepala Dusun dan masing-masingmembawahi beberapa lingkungan setingkat Rukun Tetangga (RT).Sebagaimana umunya satuan wilayah administrative desa di KabupatenBelu, Desa Sikun tidak mengenal adanya satuan setingkat Rukun Warga(RW) sebagaimana layaknya dikenal di Pulau Jawa.

Hal-hal administrative di tingkat lingkungan dijalankan oleh masing-masing Kepala Dusun dengan dukungan dan bantuan dari masing-masingKetua RT.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page3Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Masing-masing Ketua RT bertanggung jawab kepada Pemerintah Desamelalui masing-masing Kepala Dusun untuk kemudian diteruskan kepadaPemerintah Desa baik secara berjenjang melalui masing-masing KepalaUrusan (KaUr) dan Sekretaris Desa maupun langsung kepada Kepala Desasesuai tingkat urgensi dan kebutuhan koordinasi serta penanganannya.

Terkait tugas, secara umum, masing-masing Pamong Desa adalah membantukelancaran pekerjaan Kepala Desa khususnya terkait pekerjaan lapangandan implementatif sedangkan Kepala Urusan bertugas membantu kelancarantugas-tugas Sekretaris Desa selaku pemangku dan penanggung jawabkegiatan-kegiatan administrative di wilayah Desa.

Penjabat Ketua RT ditentukan melalui mekanisme pemilian langsung olehwarga setempat serta diangkat dan dilantik oleh Kepala Desa dandikuatkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Desa. Mekanisme yang samaberlaku juga untuk jabatan Kepala Dusun.

Untuk jabatan Kepala Urusan dan Pamong Desa, ditentukan denganmekanisme penunjukan oleh Kepala Desa dan dikuatkan dengan pelantikandan pengangkatan serta Surat Keterangan oleh Kepala Desa.Terkait masa jabatan, Ketua RT, Kepala Dusun dan Kepala Urusan sertaPamong Desa, lamamya menjabat ditentukan oleh unjuk kerja mereka dalammelaksanakan tugas. Jika dirasa dan terbukti bahwa mereka under-performance, maka Kepala Desa berhak melayangkan Surat Teguran dan padakasus-kasus tertentu berhak menerbitkan Surat Pemberhentian setelahmelalui mekanisme konfirmasi dan rembug desa.

Khusus jabatan Sekretaris Desa, sejak diberlakukannya PeraturanPemerintah No. 27/2007, maka satu-satunya Perangkat Pemerintah Desayang berstatus Pegawai Negeri Sipil di Desa Sikun adalah SekretarisDesa. Terkait status kepegawaian tersebut, maka penentuan penjabatSekretaris Desa dilakukan dengan mekanisme penunjukan oleh BupatiKepala Daerah dan dikuatkan dengan pelantikan dan pengankatan olehBupati Kepala Daerah serta dikeluarkannya Surat Keputusan oleh Bupatimelalui Badan Kepegawaian Daerah. Sebagaimana jabatan RT dan KepalaDusun, jabatan Kepala Desa ditentukan dengan mekanisme pemilihanlangsung oleh warga desa dan dikuatkan dengan pelantikan dan SuratKeputusan oleh Bupati Kepala Daerah.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page4Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Masa Jabatan Kepala Desa dan Sekretaris Desa mengikuti aturanperundangan yang berlaku sebagaimana diatur dan ditetapkan olehPemerintah.Susunan Perangkat Desa Sikun :

No Nama Jabatan Masa Jabatanper Periode

BerakhirnyaPeriode Jabatan

Saat Ini1 Martinus Nahak Kepala Desa 6 tahun 20152 Yohanes Bere Pamong Adat

Sesuai dengan unjuk kerja masing-masing

3 Bendiktus Teti Pamong Tani

4 AleksanderLaklo Pamong Keamanan

5 Damianus Bria Sekretaris DesaSampai

dengan usiaPensiun PNS

Batas UsiaJabatan 60

Tahun

6 Delfiana Seuk Kepala UrusanPemerintahan Sesuai dengan

unjuk kerja masing-masing7 Daniel Bria Kepala UrusanPembangunan

8 Melliana Klau Kepala Urusan Umum

Nama Dusun di Desa Sikun :

No Nama Dusun

Nama Kepala Dusun

Jumlah RT

1 Aira’e A Kornelis Seran 22 Aira’e B Ellian Nahak 23 Leorae Simon Nahak 24 Lo’o Maten Dominikus Seran 2

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page5Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

5 Lakulo We Ain Soleman Lelo 26 To’os Kiar Emmanuel Famau 2

Saat ini, insentif yang diterima oleh masing-masing pemangkuadministrative kepemerintahan desa dari Pemerintah Kabupaten berupainsentif tunai tanpa natura yang besarannya berjenjang sebagai berikut:

No Jabatan

Besaran InsentifTunai

per Bulan(Rp)

1 Kepala Desa 800.000,-2 Pamong Desa 150.000,-3 Sekretaris Desa 1.083.000,-4 Kepala Urusan Pemerintahan 150.000,-5 Kepala Urusan Pembangunan 150.000,-6 Kepala Urusan Umum 150.000,-7 Kepala Dusun 100.000,-8 Ketua RT 15.000,-

Secara kesukuan, terdapat beberapa suku yang mendiami wilayah DesaSikun sebagai berikut :

SukuUmaWaik

UmaKlara

n

Laetua

Akanaho

n

UmaMakde

han

UmaIkun

UmaBetun

UmaFerik

UmaFukun

UmaLafae

k

UmaKakalu

k

Asanafore

Sukaerleon

UmaBot

DusunAirae –A √ √ √ √Airae –B √ √ √ √Leorai √ √ √ √

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page6Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Lo’oMaten √ √ √To’oskiar √ √Lakulo √ √ √ √ √ √

DEWAN ADATDisamping nomenklatuur tersebut, masih terdapat juga Dewan Adat Desa. Identik dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang menjalankanfungsi pengawasan dan konsultatif terhadap program pembangunan desasebagai jabaran Visi-Misi Desa yang dituangkan dalam dokumen RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, Dewan Adat memiliki fungsipengawasan dan konsultatif dalam bidang adat.Kesesuaian antara sebuah tindakan dan kebijakan yang diambil olehPemerintah(an) Desa maupun komunitas dan warga secara perorangandengan tata istiadat setempat perlu mendapat masukan dari Dewan Adatsehingga diperoleh sebuah rumusan tindakan yang tetap berada dalamkoridor kepatuhan atas adat.Susunan Dewan Adat terbagi atas dua Kelompok yaitu :

Fukun Ketuas

Fukun memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding Ketuas dalamstruktur Dewan Adat Desa Sikun.Fukun merupakan sekelompok Pemangku Adat yang terdiri dari empat orangyang dipilih oleh para Ketuas yang mewakili masing-masing Dusun.Jumlah Ketuas per Dusun adalah 4 orang yang dipilih melalui mekanismerembug adat per Dusun. Merekalah yang akan menjadi rujukan adat atasseluruh hal terkait upacara, prosesi, ritual dan hal-hal lain terkaitadat. Mereka juga yang akanmenjadi rujukan terkait judgement atas kesesuaiansebuah tindakan dan atau kebijakan yang (akan) diambil baik olehkomunitas suku maupun perorangan dalam sebuah suku bagi komunitasnya.Para Ketuas juga yang akan memilih, mengangkat dan menetapkan FukunAdat melalui mekanisme rembug adat. Segera setelah Fukun dipilih, dilantik dan ditetapkan, mereka akanmenempati posisi tertinggi dalam konstelasi adat setempat. Sekalipun memiliki posisi tertinggi dalam konstruk adat setempat,Dewan Adat tidak memiliki privillage terkait dengan kebijakan, tindakandan keputusan pada ranah kepemerintahan. Artinya, Dewan Adat Desa

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page7Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

tidak dapat secara sepihak menggagalkan kebijakan, tindakan dankeputusan yang diambil oleh pemangku, pelaku dan penanggung jawabpraktek kerja admnistrasi kepemerintahan di tingkat Desa.

Secara internal Dewan Adat pun terdapat pembagian “ruang “ sesuaidengan fungsinya.

Ketuas lebih berada pada fungsi sebagai pemegang mandat tertinggidalam konteks perwakilan adat kesukuan. Ketuas memegang mandat tertinggi masing-masing sub-adat pada masing-masing suku yang biasanya secara administrative kewilayahan berartisetara dengan lingkup lingkungan Dusun. Artinya, dalam konteks konstelatif, mereka identik dengan perwakilanmasing-masing sub-adat dari masing-masing adat kesukuan.

Fukun merupakan kumpulan dari “orang-orang terpilih” secara keyakinanadat.Disebut demikian karena Fukun merupakan high council dimana seluruhtaklimat adat bersumber dan wajib dipatuhi. Meskipun secara konstelatif dalam konstruk Dewan Adat memiliki posisiyang lebih rendah, bukan berarti Ketuas tidak memiliki hak amandementerhadap posisi Fukun. Meskipun belum pernah terjadi, sebagai sesama bagian dari lembagaDewan Adat, Ketuas dapat melakukan hak call for meeting untuk membahaskeputusan yang telah dimaklumatkan oleh Fukun dan jika dirasa terjadikefatalan dalam prosesnya serta terbukti adanya kesalahan maupunincompetence yang ditunjukkan sebagian atau seluruh anggota Fukun, makaKetuas dapat mengajukan Sidang Adat untuk membahas hal tersebut.

Dalam kasus seperti diatas, maka Kepala Desa sebagai bagian dari DewanAdat, akan mengundang Dewan Adat dan Tokoh Masyarakat serta jajaranPemerintahan Desa untuk melakukan Sidang Adat.Sebagai pembuka rangkaian awal prosesi tersebut, maka akan dilakukanUpacara Bakar Lilin di Uma Kakaluk (Rumah Tua) yang merupakan rumah pusatseluruh kegiatan adat di Desa Sikun.Persembahan berupa Sirih-Pinang yang merupakan manifestasi dari adatWese Wehali (Adat yang mengajarkan tentang kebijaksanaan dalamkeseimbangan sebagaimana tergambar dalam fenomena antara laki-laki danperempuan sebagai perlambang dari bertemunya kosmik yang makro dan

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page8Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

mikro), Ayam Jantan dan Sopi Kepala (Hasil penyulingan dari Laru yangmerupakan cairan sadapan dari batang pohon Gewang dan disuling denganmenggunakan batang bambu Petung) serta sebungkus rokok wajib dibawasebagai kelengkapan upacara.

DEMOGRAFISSecara demografis, kondisi statistical di Desa Sikun dapat dilihatpada table berikut :

DUSUN RumahTangga

0 – 14 Tahun DEWASA 65

Tahun +L P L P L P

Aira’e - A 56 27 28 106 100 11 3Aira’e - B 57 24 37 93 92 - 2

Leorai 47 14 21 44 75 5 8Lo’o Maten 65 28 48 88 129 5 10

Lakulo We Ain 50 33 31 89 89 6 8To’os Kiar 32 26 22 70 73 4 5

Jumlah 307 152 187 490 558 31 36

Tabel numeric tersebut merupakan hasil pendataan per akhir 2011 yangdilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan mungkin berubah karena factornatalitas dan mortalitas.Kondisi statistic sebagaimana diatas juga belum mewakili kondisieksisiting demografis di Desa Sikun karena adanya realita buruh migranasal Desa Sikun yang meninggalkan desa. Secara umum jenis pekerjaan yang dijalankan oleh buruh migran laki-laki asal Desa Sikun terbagi dalam tiga kelompok besar sebagai berikut:

1. Bekerja di Kupang sebagai buruh kasar2. Bekerja di Malaysia sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit3. Bekerja di (perbatasan) TimorLeste sebagai crew angkutan umum baik

barang maupun penumpangSementara bagi buruh migran perempuan asal Desa Sikun umumnya bekerjasebagai pembantu rumah tangga atau buruh pabrik di Malaysia.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page9Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Jika dilihat dari realita social yang ada di masyarakat Desa Sikun,migrasi tersebut merupakan dampak dari :

1. Banjir Sungai Benenain yang menghancurkan lahan pertanian wargayang merupakan sumber mata pencaharian utama

2. Rendahnya kapasitas lapangan kerja di tingkat local3. Rendahnya kualitas penyelengaraan pendidikan yang mempengaruhi

kualitas Sumber Daya Manusia sehingga tidak cukup mampu bersainguntuk mencari peluang kerja di bidang yang menuntut derajatpendidikan tinggi

4. Tingginya kuantitas unskilled labor5. Rendahnya kapasitas warga untuk menciptakan lapangan kerja

kreatif 6. Kegagalan fungsi pelayanan dan mekanisme control pemerintah

terhadap praktik penyelenggaraan kebijakan teknis sepertipendidikan dan kesehatan

7. Bergesernya peta aktifitas produktif warga sebagai akibat dariketidaktepatan intervensi pemerintah terhadap kesulitan yangdihadapi warga

Akibat dari fenomena tingginya angka buruh migran tersebut sangatterasa di Desa Sikun. Beberapa dampak yang dapat ditemukan di wilayah Desa Sikun adalah :

1. Piramida demografis yang tidak proposional karena jumlah pendudukfactual yang masih tinggal di wilayah Desa Sikun didominasi olehanak-anak, kaum perempuan dan manula

2. Tidak terurusnya anak karena perempuan harus bekerja di ladangsendiri maupun sebagai buruh lepas di lahan pertanian warga laindan mengurus ternak untuk mencukupi kebutuhan hariandanmenyiapkan stock pangan untuk menghadapi musim hujan yangselalu mendatangkan banjir

3. Terbengkelainya sebagian besar lahan pertanian karena denganluasan rata-rata lahan yang dimiliki oleh sebuah keluarga sebesar50 x 50 m² terlalu luas untuk dikerjakan sendiri oleh kaumperempuan akibat kondisi tanah yang berat untuk diolah

4. Menurunnya kegiatan menenun karena perempuan harus melaksanakanaktifitas mengurus anak, lahan dan ternak

5. Lambatnya progress pembangunan di Desa Sikun karena keterbatasansumber daya manusia

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page10Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

6. Ancaman rendahnya kualitas generasi muda karena ketidakmampuanorang tua untuk menyekolahkan anaknya

7. Ancaman rendahnya kualitas sumber daya generasi muda khususnyaanak-anak akibat buruknya praktek penyelenggaraan sistempelayanan kesehatan

8. Tidak terawatnya lingkungan rumah tinggal karena keterbatasanwaktu dan tenaga untuk mengurusnya karena banyaknya aktifitaspemenuhan kebutuhan hidup yang harus dilakukan

SOSIAL-BUDAYAKehidupan masyarakat di Desa Sikun mencerminkan sebuah dinamika khasmasyarakat desa yang sub-urban. Gejala tersebut dapat dirasakan darisemakin terkikisnya nilai local dalam praktik kehidupan sehari-hari.Fenomena yang dapat ditemukan misalnya :

Anak-anak muda yang sebagian putus sekolah pada usia belasansudah tidak banyak memahami bagaimana bercerita tentang aspeklokalitas desanya.

Pola komunikasi yang berubah terutama diantara yang muda dan dariyang muda terhadap yang lebih tua.

Semakin jarang dilakukannya upacara Bakar Lilin di Uma Kakaluk danRitual Adat lainnya khususnya yang terkait dengan ritual sedekahbumi sebagai bentuk penjagaan atas keseimbangan sebagaimanadiajarkan dalam adat Wese Wehali

Beberapa hal yang dapat dicurigai sebagai penyebab atas hal tersebutantara lain :

1. Kurang terpeliharanya budaya bertutur oleh yang tua kepada yangmuda baik karena kesibukan masing-masing

2. Cellularism sebagai gelombang gaya hidup dikalangan anak muda yangmenyebabkan mereka meng-alienasi diri dari lingkungan pergaulan oraldalam lingkup komunitasnya

3. Masuknya Protestanisme di Desa Sikun dengan dogma-dogmakeimanannya

4. Banyaknya buruh migran yang meninggalkan desanya sehingga bebankerja bagi yang ada di masing-masing keluarga bertambah karenajumlah sumber daya yang berkurang

5. Banjir Sungai Benenain yang memaksa berubahnya pola pertaniandari tiga kali setahun menjadi satu kali dalam setahun dengan

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page11Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

durasi 4 bulan dan memaksa terjadinya konsentrasi energy komunalpada aktifitas penyiapan bahan pangan untuk cadangan selamamusim banjir

Dampak yang terekam dalam praktik hidup keseharian atas hal-haltersebut antara lain :

1. Semakin rendahnya kohesi antar klan 2. Menurunnya kualitas masyarakat secara umum karena terjadinya

undeclared disharmony dalam komunitas yang menghambat lahirnya ide-ide baru

3. Terhambatnya proses implementasi kebijakan dan programpembangunan di tingkat desa karena adanya stigma dan dissident

4. Terakumulasinya sisa pekerjaan peningkatan kesejahteraan yangbelum dapat dilaksanakan secara penuh

Atas keadaan tersebut, diperlukan intervensi dari pihak luar sebagaimediator untuk merumuskan peta jalan resolusi karena dari pengalamandan pengakuan yang diperoleh selama tinggal di Desa Sikun, masyarakat,yang didalamnya terdiri dari beberapa kelompok komunitas yang salingmemistifikasi, lebih mudah bagi mereka untuk mendengar pendapat daripihak diluar masyarakat setempat.Hal tersebut didasari pada anggapan local bahwa :

1. Adanya anggapan bahwa mereka yang berasal dari luar komunitaslebih bersifat netral

2. Adanya anggapan bahwa mereka yang berasal dari luar komunitaslebih memiliki wawasan dan pengalaman

Sebenarnya hal tersebut sangat disayangkan karena jika saja akidah dankaidah Wese Wehali yang merupakan instrument adat dan telah terbuktiampuh di masa lalu dalam menyuarakan dan menjaga kesimbangan baikkosmik maupun komuni dapat terus terpelihara dan terimplementasikanmelalui media budaya local khususnya budaya tutur, maka implementasiprogram percepatan peningkatan kesejahteraan akan lebih mudahdiwujudkan. Pada kasus ini, sebenarnya masyarakat memiliki kesamaan berupa banjirSungai Benenain yang merupakan musuh bersama. Ketidakberadaan programyang komprehensif dari pemerintah terkait DAS Benenain menyulitkanpemerintah desa mengorganisir masing-masing pihak yang terlibat dalam

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page12Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

disharmoni tersebut sementara masyarakat Desa Sikun dengan seluruhpemahaman dan kearifannya atas Benenain tidak mungkin melakukan upayaapapun karena masifnya kebutuhan sumber daya unutk menangani musuhbersama tersebut.

Terkait hal-hal promordialistik imani, terdapat sebuah kasus menarikdi Sikun berupa disharmoni antara kaum Protestanis dengan penganutKatolik.Terdapat perbedaan cara pandang menyangkut ritual dan ritus adat yangtelah ada dan hidup sebagai bagian dari system kultur di Sikun.Inkulturasi yang dipraktikkan oleh gereja Katolik harus berhadapandengan dogma Protestanisme yang cenderung melakukan purifikasiterhadap cara hidup jemaatnya sesuai dengan dogma dan ajaran biblicaldan mengeliminir unsur-unsur penyembahan terhadap hal-hal diluarajaran biblical tentang ketuhanan dan keselamatan yang tunggal(Kristologi).

Terkait Wese Wehali sendiri, sebenarnya ia adalah sebuah Institute atautata nilai hasil rumusan Dewan Adat Timor Raya yang memiliki wilayahyang meliputi seluruh wilayah Timor dari arah Matahari Terbit (LoroSae / sekarang Republik Demokratik Timor Leste) sampai arah MatahariTerbenam (Loro Monu / sekarang Kupang).

Menurut penuturan pemangku adat Sikun, struktur Wese Wehali sebagaisebuah konstruksi organisatoris dan kewilayahan adat adalah :

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page13Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Maromak Oan

Liurai Likasaen Liurai WehaliLiurai Son Bai

(Loro Sae) (Malaka) (LoroMonu)Di Timor Leste Di Wilayah Malaka

Di Kupang (Malaka Barat – Malaka Tengah – Malaka

Timur)

Loro Hatimuk Loro Lakekun Loro WewikuLoro Sanleo Dirma Loro Baho di Hatimuk di Kada di Besikama di Boas

di Atapupu (Lasaen)

Nain Besikama Nain Rabasa Nain Uma LorNain Leun Klot

Lasaen

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page14Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Nain Etu Ulun Sikun

Struktur tersebut telah ada jauh sebelum kedatangan Belanda di BumiTimor Raya yang didalamnya terdapat sebuah konstruksi tata nilai adattentang prinsip saling menghargai yang memusatkan seluruh ajarannyapada penciptaan keseimbangan antara manusia dengan lingkungannyasebagai wujud ibadah dan rasa syukur kepada pemberi kehidupan.Kedatangan ras Wedoid Melanesia dari Malaya sebagai nenek moyang orangMalaka ke Besikama sebelum kedatangan Belanda dan kemudian menggusurkeberadaan ras Melus Negroid sebagai penduduk asli wilayah setempat keOekusi, Maubara, Alor sampai Papua bahkan tidak mampu menggusur tatanilai tersebut.

Kedatangan Belanda di Besikama yang ditandai dengan kekalahan NahakMaroe Rai pada perang kedua setelah kemenangan yang diraihnya padapeperangan pertama, menjadi momentum masuknya budaya baru ke wilayahBesikama. Segera setelah masa pendudukan Belanda dimulai, masuk juga ajaranKatolik di wilayah Besikama dan ditandai dengan berdirinya gerejaKatolik disana.

Posisi gereja Katolik dalam konteks ke-Nain-an tidak mengalamikesulitan yang berarti karena gereja memberikan ruang pada pelaksanaantata adat dalam masyarakat. Hal tersebut diduga sebagai sebuahtindakan strategis untuk mendapatkan tempat ditengah tata budayasetempat yang telah ada sebelumnya terutama dalam konteks hubungangereja dengan ke-Nain-an. Gereja mewartakan tentang jalan hidup dankeselamatan termasuk larangan melakukan Poligami sekalipun haltersebut tidak mempengaruhi praktik Poligami yang dilakukan oleh paraNain namun disisi lain berhasil merubah kebiasaan poligami dikalanganumatnya.

Setelah masuknya agama Katolik di Besikama, kemudian masuk agamaKristen Protestan ke wilayah Besikama yang ditandai dengan kehadiranpendatang dari Rote Ndao ke wilayah Sikun. Kedatangan trah Raja dariRote Ndao dari fam Loasana ke wilayah Lo’o Maten di Desa Sikun adalahpenanda masuknya Protestanisme ke Sikun yang sebagian besar

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page15Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

penduduknya masih belum mengenal agama modern. Ketrampilan sebagaiperajin perak dan pernikahannya dengan warga local diyakini sebagaisebuah advantage yang memudahkan upaya penyebaran Protestanisme diwilayah ini.Pada perkembangannya kemudian, wilayah Lo’o Maten menjadi pusatpenyebaran Protestanisme di wilayah Besikama.Ajaran monogamik yang diusung oleh gereja Katolik juga diajarkan olehProtestanisme sekalipun Protestanisme tidak cukup memberikan toleransipada praktik budaya local seperti pelaksanaan upacara adat padakematian dan pemberian persembahan kepada leluhur.

Perbedaan sikap terhadap praktik adat setempat tersebut padagilirannya memunculkan adanya stigma anti budaya local atas gerejaProtestan dan merupakan akar dari undeclared disharmony antara umat gerejaKatolik dengan jemaat gereja Protestan namun tidak cukup mampumeminggirkan peran struktur adat yang ada.Hal tersebut dapat dilihat dari masih diakuinya institusi Dewan Adatoleh masyarakat Desa Sikun baik yang merupakan umat Katolik maupunjemaat Protestan. Pada kondisi tertentu, Nain akan mengeluarkan titah yang akan dipatuhioleh seluruh warga Sikun. Titah yang dimaklumatkan oleh Raja biasanyaakan diterima oleh Dewan Adat dan kemudian disebarkan baik melaluiMakle’at (Pamong Adat yang bertugas mewartakan titah kepada warga) maupunmedia lainnya untuk kasus-kasus tertentu.Titah yang dikeluarkan Nain biasanya bukan hal-hal yang terkaitlangsung dengan masalah-masalah yang bersinggungan dengan ajaran dankeyakinan karena Nain sendiri telah memeluk agama modern sekalipunmasih memiliki kemampuan supra natural.Biasanya titah yang dimaklumatkan terkait dengan bidang pertanian dankonservasi lingkungan seperti penentuan waktu tanam dan panen maupunlarangan menebang jenis pohon tertentu pada musim-musim tertentu.Untuk kasus pelarangan penebangan tersebut, terdapat cara unik yangdijadikan media penyampai titah yaitu pendirian instalasi berupa duatiang yang ditancapkan di beberapa tempat dalam satu wilayah desa danbagian atas kedua tiang tersebut dihubungkan dengan seutas tali. Jikapada tali tersebut tergantung daun dari jenis tanaman tertentu berartiRaja telah mengeluarkan titah larangan penebangan serta laranganmenggunakan hasil dalam bentuk apapun dari tanaman tersebut. Lamanya

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page16Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

waktu berlakunya titah akan diwartakan kepada warga baik melaluiMakle’at maupun struktur pemerintah desa.

Secara perspektif gender dalam konteks pembagian peran, kaum perempuandi Sikun mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mengurus danmenjaga praktik adat bagi keluarganya.Seorang perempuan harus mencuci pakaian seluruh anggota keluargatermasuk pakaian tamu yang berkunjung dan bermalam.Mereka juga harus memasak dan menghidangkan makanan bagi seluruhanggota keluarga dan siapapun yang datang berkunjung. Pada saat suamidan tamu laki-laki makan, mereka harus menghidangkan dan menungguikaum laki-laki sampai selesai makan. Setalah kaum laki-laki selesaimakan, nyonya rumah akan membereskan meja sebelum menikmati makan didapur.

EKONOMI PRODUKTIFSekalipun berlokasi didekat Laut Timor dan Sungai Benanain, hanyasebagian kecil warga Desa Sikun yang berprofesi sebagai nelayan.Mereka umumnya adalah petani yang menggarap lahannya untuk menanamtanaman pangan local baik berupa jagung, ubi, kacang hijau, beberapajenis sayuran dan padi.Dari komoditi yang ditanamam, porsi terbesar adalah jagung dan kacanghijau. Luasan rata-rata lahan yang dimiliki oleh masing-masingkeluarga biasanya tidak kurang dari 50 x 50 m².Endapan lumpur dari banjir Sungai Benenain menjadikan tanah pertaniansemakin berat untuk dikerjakan. Hal tersebut berakibat pada semakinbesarnya upaya yang harus dikerjakan termasuk didalamnya kerja fisikdan pengeluaran untuk membayar tenaga bantu.Pekerjaan yang dulu biasa dikerjakan sendiri sekarang harus dikerjakandengan beberapa tenaga bantu karena sempitnya sisa waktu untukbertanam. Banjir Sungai Benanain telah merubah pola tanam dari tigakali dalam setahun menjadi satu kali dalam setahun dengan durasi yangtersisa hanya tiga bulan dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh wargauntuk menanam tanaman pangan yang akan menjadi persediaan pangan bagikeluarga selama musim hujan yang identic dengan genangan lumpur.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page17Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Selain melakukan kegiatan produktif di bidang pertanian, warga jugamelakukan praktik peternakan. Sapi dan babi adalah jenis hewan ternakyang paling banyak terdapat di Desa Sikun selain Ayam dan Kambing. Babi dan Sapi dikembangbiakkan oleh warga karena tingginya nilaiekonomis yang dimiliki. Biasanya warga beternak Sapi sebagai tabunganuntuk memenuhi keperluan dengan memerlukan biaya besar seperti biayapembangunan rumah, upacara pernikahan dan kematian. Sapi akan dijualkepada pedagang pengepul di Besikama atau Betun untuk selanjutnyadikirim ke Atambua untuk diteruskan ke pedagang di Kupang danSurabaya. Umumnya, Sapi hanya akan dipotong oleh pemiliknya pada acarapernikahan sementara pada acara kematian anggota keluarga, daging Babimenjadi sebuah keharusan untuk disajikan sebagai menu bagi keluargadan pelayat sekalipun daging Sapi juga kadang-kadang disajikan sebagaialternative dan pelengkap sajian. Kambing dan ayam tidak banyakditernakkan oleh warga Sikun namun sebenarnya memiliki potensiekonomis yang besar karena adanya kebutuhan konsumsi daging di sekitarSikun terutama melalui pasar mingguan Betun dan Besikama.

Selain bertani dan beternak, warga perempuan di Desa Sikun jugamelakukan praktik menenun sebagai alternative income generating. Kegiatanmemenun ini hanya dilakukan oleh perempuan terkait tabu adat bagi kaumlaki-laki untuk melakukannya. Jenis kain yang dihasilkan melaluipraktik menenun cukup beragam mulai dari Tenun Sui, Futus, Marobo maupunselendang. Selain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menjualnya,kain tenun juga dibuat untuk memenuhi kebutuhan sendiri serta sebagaikomoditi social karena adanya keharusan bagi anggota keluarga untukmembawa kain tenun sebagai

persembahan terakhir bagi seseorang yang meninggal. Kain tenun jugadigunakan sebagai pelengkap pada saat keluarga seorang laki-lakimeminang seorang anak perempuan. Secara turun temurun terdapat kepercayaan bahwa seorang laki-lakiditabukan untuk melakukan praktik menenun dan “menunda” pernikahanseorang anak gadis jika ia belm bisa menenun.Selama ini pengepul dari Surabaya, Bali dan Kupang sering berburu kaintenun ke Sikun untuk dijual diluar daerah. Harga selembar kain TenunSui bisa mencapai satu juta rupiah dari tangan perajin namun bernilailebih dari dua juta rupiah di Jawa dan Bali. Untuk Futus, harga per

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page18Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

lembar kain bisa mencapai delapan ratus ribu rupiah dari tanganperajin dengan harga jual mencapai satu juta lima ratus ribu di luarNTT. Jenis kain Marobo berada pada kisaran harga lima ratus riburupiah dari tangan perajin dan satu juta rupiah di pasaran Jawa danBali sementara untuk selendang dan sarung biasa akan bernilai sekitartiga ratus ribu rupiah di pasar Atambua. Sayangnya komoditas ini terhambat oleh waktu pengerjaan yang relatiflama karena kewajiban perempuan penenun untuk mengurus keluarga, kebundan rumah sehingga rata-rata waktu yang diperlukan untuk menenun kainjenis Sui dan Futus mencapai dua setengah bulan dengan modal awaltidak lebih dari dua ratus ribu rupiah. Tingginya biaya social di Sikun terkait upacara adat pernikahan dankematian menjadi masalah tersendiri bagi warga Sikun. Dari sisiekonomi, pengaruh terbesar adalah kewajiban adat bagi saudara untukmembawa buah tangan. Besarnya buah tangan ini ditentukan oleh anakatau anak mantu tertua namun tidak akan kurang dari seekor babi ukuransedang seharga empat ratus ribuan ditambah sekarung kecil berasseharga dua ratus lima puluh ribuan ditambah selembar kain tenunseharga minimal dua ratus lima puluh ribuan. Kondisi tersebut membuat warga sulit berkembang secara finansialkarena hasil yang mereka peroleh dari bekerja beberapa minggu akanhabis dalam satu hari. Dampak lain adalah terjadinya perubahan pola kerja secara sporadic dantemporer. Warga yang memiliki saudara yang akan menikahkan anaknyaakan bekerja menjadi buruh apa saja untuk mendapatkan uang tambahanguna menutup keperluan rumah tangga dan menambah modal untuk membelibuah tangan bagi keluarga yang akan berhajat. Situasi yang lebih berat akan dihadapi oleh keluarga besar yangmengalami kejadian meninggalnya salah seorang anggota keluargakhususnya jika orang tua yang meninggal. Pasca pemakaman, keluargawajib berdiam dirumah duka selama beberapa hari dan meninggalkanpekerjaannya yang berarti meninggalkan ladang, ternak dan kegiatanmenenun sementara kebutuhan hidup berjalan terus. Pada situasi perkabungan ini, seluruh hewan ternak dan beras yangdibawa harus dikonsumsi habis oleh keluarga yang berkumpul dan tidakdiperbolehkan untuk disimpan sementara kain tenun yang dibawa wajibdipergunakan untuk menyelimuti jenazah didalam peti dan tidakdiperkenankan untuk mengambil atau menyimpannya.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page19Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Ada juga beberapa warga yang membuat kios sembako kecil-kecilan danbahkan beberapa diantaranya tidak akan nampak dari luar sebagai kioskarena tidak ada barang yang dipajang. Kios-kios seperti ini biasanyahanya untuk melayani beras, minyak dan kebtuhan pokok harian bagitetangga kanan-kiri.Sebagaian kecil warga lainnya membuat kue atau panganan untuk dijualkeliling kampong setiap pagi hari sebelum jam sekolah dan sore harisebelum petang. Umumnya panganan yang dijual adalah kue donad goreng,pisang goring, ubi goreng dan jenis panganan sederhana lainnya. Usahaini tidak cukup berjalan baik karena biasanya keuntungan yangdiperoleh akan dibelanjakan pada hari yang sama untuk memenuhikebutuhan makanan anggota keluarga dan hanya akan tersisa sedikitkeuntungan yang sering tidak cukup untuk membeli bahan kue danpanganan untuk dijajakan kembali pada keesokan harinya.

KESEHATAN dan LINGKUNGAN Isu kesehatan di Sikun adalah kompleksitas permasalahan yang dipicuoleh beberapa factor seperti banjir tahunan Sungai Benenain, rendahnyakemampuan ekonomi, buruknya kondisi lingkungan dan rendahnyakesadaran masyarakat.

Ketidakberdayaan secara ekonomi yang dialami sebagaian besar wargaakibat banjir tahunan sungai Benenain memaksa mereka untuk mencarialternative lain untuk bertahan hidup. Kesan “yang penting bisa untukhidup hari ini, besok cari lagi” sangat kentara di Sikun. Sulitnya hidup membuat konsentrasi warga sepenuhnya tercurah padakegiatan mencari penghidupan dan membelanjakan seluruh waktu untukterus bekerja serta membelanjakan apa yang diperoleh hari itu untukkebutuhan hari itu juga.Pola ini berdampak pada kesehatan pribadi, anggota keluarga (terutamaanak-anak) serta lingkungan tempat tinggal karena tidak banyak waktuyang tersisa untuk mengurusnya.

Rumah yang menyatu dengan habitat ternak piaraan turut andil dalammemperburuk kondisi kesehatan yang sudah lebih dahulu terdampak olehmal-nutrisi. Selain itu, buruknya fasilitas sanitasi keluarga terutamajamban juga menjadi factor yang harus dilihat sebagai ancaman bagikesehatan keluarga.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page20Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Tidak semua keluarga memiliki jamban. Jikapun terdapat jambankeluarga, sangat sedikit yang menerapkan pola septic-tank. Bagian belakangjamban non septic tank selalu menjadi lokasi favorit bagi babi peliharaankeluarga sebagaimana sapi sebagian besar warga yang diberi minumdengan ember yang sama yang dipergunakan untuk mandi dan mencuci bajuanggota keluarga pemiliknya.

Diare, disentri dan muntaber yang sangat terkait erat dengan kualitashigienitas rumah dan lingkungan tempat tinggal juga menjadi jenispenyakit yang bersifat endemic di desa Sikun.

Berdasarkan masukan dari Tim Kesehatan dari Obor Berkat Indonesia yangmelakukan bhakti pengobatan gratis pada akhir Agustus 2012 yang lalu,diketahui terdapat dua penyakit yang diderita oleh sebagian besarwarga :

1. Gejala gondokGondok diduga diakibatkan oleh tingginya konsumsi garam localyang tidak berkadar iodium memadai. Keterbatasan ekonomi membuatwarga lebih memilih produk yang harganya lebih murah termasukgaram buatan local.

2. MalariaDari pengamatan lapangan, asumsi yang bisa dikemukakan atas kasuspenyakit malaria adalah karena dekatnya binatang piaraan denganrumah tinggal. Disamping itu, kondisi lingkungan yang padabeberapa tempat penuh dengan semak dan pepohonan diduga menjaditempat bersarangnya nyamuk pembawa malaria.

Selain kedua jenis penyakit tersebut, terdapat bahaya laten yang masihharus dikonfirmasi kebenarannya berupa penyebaran virus HIV/AIDS yangkebanyakan dibawa masuk ke Sikun oleh buruh migran local yang bekerjadi Malaysia.Secara stastistikal memang tidak terdapat data yang jelas dan akuratnamun setiap tahun selalu terjadi kasus kematian yang didugadiakibatkan oleh HIV/AIDS di Desa Sikun. Pada awalnya penyebabkematian mereka tidak diketahui. Namun dengan maraknya kasus HIV/AIDSdi Kabupaten Belu baik yang dibawa

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page21Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

masuk oleh eksodan eks Timorleste akibat jajag pendapat kemerdekaanTimorLeste tahun 1999, praktik free sex yang dilakukan oleh buruh migrankhususnya buruh migran local tujuan Malaysia serta akibat pola danorientasi kehidupan seks para trans-jender serta rendahnya kesadaranwarga terhadap pemakaian kondom sebagai upaya pencegahan dini, cukupmenjadi asumsi dasarnya.

Sekalipun secara empiric belum dapat ditarik sebuah kesimpulan namunmenurut sumber local yang pernah bekerja sebagai buruh migran diMalaysia, sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar buruhmigran di Malaysia melakukan transaksi seksual dengan pekerja sekskomersial selama bekerja disana. Diperoleh keterangan bahwa dibeberapa tempat, pemilik kebun kelapa sawit di Malaysia memangmemberikan “fasilitas” bagi transaksi tersebut dengan dua cara :

1. Menyalurkan pekerja seksual komersial bagi para pekerjaperkebunan secara periodic dengan dana talangan pemilik kebun dancara pelunasannya akan dipotong langsung dari gaji yang akanditerimakan bulan berikutnya.

2. Menyalurkan pekerja seks komersial dengan membangun ataumengijinkan pendirian lokalisasi disekitar kompleks kebun danpabrik pengolahan kelapa sawit.

Disamping kondisi-kondisi tersebut, sikap hidup warga terkait sanitasidiri dan lingkungan terlihat sangat kurang. Hal tersebut menjadi dapatditerima jika dilihat dari kaca mata tuntutan dan desakan hidup akibatbanjir Sungai Benanain yang merubah banyak hal secara sangat mendasar.Namun disisi lain, hal tersebut tetaplah berjalan sebagai sebuahkeprihatinan.

Dari sisi prasarana penunjang kesehatan masyarakat, di Sikun terdapatbeberapa bangunan milik Negara untuk melayani kebutuhan warga terkaitkesehatan dan sanitasi :

No Jenis BangunanPrasarana

Jumlah Kondisi Keterangan

1 PosYanDu 3 Masih layakpakai Bantuan PNPM

2 PolinDes 1 Rusak Berat Milik Pemerintah & Tidakdapat dipergunakan akibat

banjir3 PusTu 1 Rusak Berat

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page22Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

PENDIDIKANSebagaimana bidang yang lain, bidang pendidikan di Desa Sikun tidakluput dari dampak yang ditimbulkan oleh banjir Sungai Benanain.Banjir Sungai Benanain yang menghancurkan ladang dan kebun sertamerubah perwajahan lingkungan permukiman telah merubah kehidupan diDesa Sikun. Pertanian sebagai mata pencaharian utama warga Desa Sikun,tidak lagi mampu menjadi sumber pendapatan karena ladang adan kebuntertimbunan lumpur endapan banjir. Kemiskinan yang terjadi menyebabkanketidakmampuan sebagian besar orang tua murid membiayi sekolah anak-anaknya.Program sekolah gratis yang diluncurkan pemerintah memang meringankanbeban orang tua siswa dalam membiayai pendidkan anaknya namun merekatidak cukup mampu untuk membeli seragam, sepatu dan perlengkapansekolah. Hal tersebut mempengaruhi situasi psikologis siswa karenamerasa tidak mampu memenuhi ketentuan sekolah. Akibatnya banyak siswayang enggan masuk sekolah karena merasa takut dan malu. Selainkebutuhan sekolah yang tidak dapat terpenuhi secara utuh, adanya iuraninsidentil dari sekolah terhadap siswa juga menjadi beban tersendiri.

Berdasarkan informasi dari beberapa narasumber local, masih terdpatbeberapa permasalahan terkait praktik pelaksanaan pendidikan di Sikunseperti :

1. Buruknya prasarana jalan yang menyulitkan transportasi menujusekolah. Perjalanan menuju Desa Sikun sangat memakan waktu dantenaga serta kondisi keuangan para pengajar.

2. Ketiadaan moda angkutan menuju lokasi. Jikapun ada ada biaya yangharus dikeluarkan untuk itu (misalnya ojek)

3. Tenaga pengajar hampir seluruhnya berasal dari luar Desa Sikun 4. Tidak ada asrama / rumah singgah bagi pengajar dari luar daerah

untuk menginap. Untuk mencari tumpangan tinggal dirumah wargapunmenjadi persoalan tersendiri karena kondisi ekonomi rill wargaSikun yang miskin. Tinggal bersama warga hanya akan memberikanbeban tambahan bagi keluarga dimaksut

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page23Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

5. Rendahnya komitmen pengajar. Sangat sering para pengajar tidakhadir di sekolah dengan alasan perjalanan yang berat menuju kesekolah

6. Rendahnya motivasi anak untuk belajar. Pada kasus anak-anak yangmulai beranjak dewasa, mereka lebih “silau” pada gaya hidup.Keberadaan kawan sebaya yang baru datang dari Malaysia sebagaiburuh migran pun menjadi sebuah magnet untuk diikuti jejaknya.

7. Terlibatnya anak usia sekolah dalam pekerjaan di ladang maupunpekerjaan dirumah termasuk pekerjaan produktif misalnya berjualankue di pagi dan sore hari.

Fasilitas pendidikan di Desa Sikun :Jenjang PAUD – A PAUD – B SD SMP SMA

Status

Negeri Swasta Negeri Swasta

Negeri

Swasta

Negeri

Swasta

Negeri

Swasta

Jumlah 1 - 1 - - 2 - - - -

Jumlah Siswa pada sekolah yang ada di Sikun :Jenjang PAUD – A PAUD – B SD SMP SMA

Status Negeri Swast

a Negeri Swasta Negeri Swasta Neger

iSwast

aNeger

i Swasta

Jumlah

Siswa

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P17

20 - - 2

027 - - - - 128 134 - - - - - - - -

Total 37 47 262

Tingkat pendidikan warga Desa Sikun :TidakTamatSD

TamatSD

TamatSMP

TamatSMA

TamatSTM

TamatSMEA

TamatSPG

LulusD1-D2

LulusD3

LulusSarjana S1

L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

124

162

220 227 69 80 6

6 70 3 - 1 4 4 1 3 1 3 5 3 4

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page24Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

KEBENCANAANDalam perspektif kebencanaan sebagaimana definisi bencana dan hal-halterkait lainnya yang termaktub dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentangBencana pada Bab I Pasal 1 menyebutkan :

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan danpenghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupunfaktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alamantara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lainberupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan olehmanusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

6. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangikemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untukmenanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

7. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentuyang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakanatau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page25Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

8. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

maka mengacu pada batasan-batasan tersebut, Desa Sikun telah memenuhiseluruh aspek yang dimaksudkan oleh Undang-Undang tersebut untukdimasukkan sebagai daerah (rawan dan terdampak) bencana dan warga DesaSikun adalah korban bencana.

Dalam konteks tersebut, bencana terbesar yang terjadi di Desa Sikunadalah bencana banjir tahunan akibat meluapnya Sungai Benanain. Sejauhyang bisa digali dari warga desa, bencana banjir tahun 2000 adalahyang paling besar yang pernah mereka alami dan mampu mereka ingat.

Menurut penuturan warga, banjir tahun 2000 tidak saja menggenangiwilayah desa namun juga menghanyutkan harta benda termasuk rumahtinggal dan ternak warga. Banjir setinggi rata-rata 2 meter memaksawarga menyingkir ke Betun selama beberapa minggu.

Sejak saat itulah kondisi Desa Sikun berubah. Perubahan yang terjaditidak saja terkait semakin beratnya mengusahakan lahan pertanian untukmenghidupi keluarga namun juga merubah struktur fundamental local yangmenimbulkan dampak yang berjenjang serta menerus.Perubahan tersebut diawali dengan terjadinya kemiskinan komunal danbersifat massif yang dialami oleh seluruh warga desa. Sekalipun tidaktercatat adanya korban jiwa namun kehilangan harta benda dan rumahserta perubahan struktur permukaan tanah di seluruh wilayah desa daritanah menjadi lumpur (sandy-clay) merupakan sebuah peristiwa penurunankondisi yang luar biasa.Kemiskinanpun memicu migrasi buruh migran ke luar daerah bahkan luarnegeri. Dengan kondisi bahwa mereka adalah unskilled labors, membuat merekatidak berada pada situasi yang kompetitif bagi bidang-bidang pekerjaandiluar buruh kerja kasar namun hal tersebut merupakan pilihan palingcepat yang bisa dilakukan untuk membantu kehidupan keluarga mereka.Secara berantai, migrasi membuat populasi angkatan/usia produktifberkurang secara sangat cepat dan signifikan. Hilangnya laki-lakiangkatan muda jelas meninggalkan persoalan tambahan di dalam keluarga

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page26Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

karena semakin tingginya beban kerja perempuan dan orang tua sehinggatidak banyak waktu untuk mengurus anak yang pada akhirnya akanberdampak pada kualitas generasi muda Desa Sikun pada masa setelahnya.

Pemerintah telah melakukan upaya untuk mengurangi dampak banjirBenanain dengan membangun tanggul Sungai Benanain. Pembangunantersebut dilakukan pada tahun 2005 dan merupakan kerja bersamaPemerintah Indonesia dengan Jepang. Tanggul tersebut dibuatdisepanjang Sungai Benanain mulai dari Haitimuk, Kleseleon, Mota Ulun,Makthihan, Besikama, Lasaen, Uma To’os, Fafoe serta berhenti diperbatasan Desa Fafo’e dan Desa Sikun.

Pada awalnya banyak harapan tertuju pada pembangunan tanggul tersebutsebagai solusi masalah banjir di wilayah Kecamatan Malaka Barat namunternyata fakta berbicara lain. Sebelum dibangunnya tanggul tersebut, banjir memang menggenangi desa-desa disepanjang Sungai Benanain mulai dari Haitimuk sampai Oan Maneyang terletak disebelah Desa Sikun yang berarti banjir tersebutmembentang sepanjang 20 kilometer.Setelah dibangunnya tanggul tersebut, banjir tidak lagi menggenangiwilayah-wilayah tersebut namun masih menyisakan Desa Lasaen, UmaTo’os, Fafo’e, Sikun dan Oan Mane dengan volume yang jauh lebih besardari sebelum dibangunnya tanggul yang berbanding lurus dengan dampakkerusakan yang lebih massif terutama di Desa Sikun.Menurut pengakuan warga Desa Sikun, sejak dibangunnya tanggul tersebutbanjir menjadi lebih sering datang dengan durasi yang lebih lama. Jikasebelum dibangunnya tanggul tersebut banjir akan surut dalam waktupaling lama 24 jam, setelah dibangunnya tanggul tersebut banjir barusurut dalam waktu rata-rata 3 hari dengan lumpur yang lebih pekatserta endapan yang lebih tebal.Hal tersebut sangat bisa dipahami karena tanggul yang dibangun memangtidak sampai ke wilayah Desa Sikun sehingga air yang meluncur dariarah hulu akan menyerbu Desa Sikun karena tanggul yang dibangun justrumengarahkan air menuju Desa Sikun.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page27Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Tidak adanya tanggul Sungai Benanain di wilayah Desa Sikun memangmerupakan hasil dari penolakan warga Desa Sikun karena tanggultersebut direncanakan untuk dibangun secara diagonal menembus wilayahDesa Sikun. Jika hal tersebut dilakukan, maka dari 6 Dusun yang adahanya akan tersisa Dusun Aera’e A yang luput dari serbuan banjir.Menjadi demikian karena posisi tanggul yang mengarah ke Desa Sikundari arah barat-laut akan memotong wilayah Desa Sikun menjadi duabagian. Dusun Lakulo, To’oskiar, Leorai, Lo’omaten dan Aerae B akanberada didalam tanggul dan hanya Dusun Aerae A saja yang beradadiluar. Hal tersebut berarti kelima dusun tersebut akan berada didalamwilayah DAS Benanain karena Desa Sikun memang berbatasan langsungdengan Sungai Benanain.Kerasnya penolakan warga memaksa dihentikannya pembangunan tanggultersebut namun disaat yang sama juga memunculkan stigma negative daripara pemangku kepentingan pembangunan tanggul tersebut atas DesaSikun.

Pada tahun 2010, terjadi banjir yang mengakibatkan jebolnya tanggultersebut. Banjir besar tidak bisa dihindarkan dari menggerus DesaLasaen, Fafo’e, dan Sikun. Sebagaimana biasanya, Sikun selalumendapat peran sebagai wilayah yang mengalami dampak paling parah.Jebolnya tanggul juga diikuti dengan munculnya sungai baru. Sungaitersebut merupakan percabangan aliran air Sungai Benanain yang meluap.Dengan kemunculan sungai baru tersebut, konsentrasi air yang masuk danmembanjiri Desa Sikun memang berkurang namun memunculkan masalahtambahan karena wilayah Desa Sikun akhirnya berada diantara dua batangair. Desa Sikun berubah menjadi “pulau” khususnya pada musim basahkarena posisi Desa Sikun diapit oleh Sungai Benanain dan yang satulagi adalah Sungai Benanain “baru” pasca kejadian banjir tahun 2005.Sungai baru tersebut membelah diantara Desa Fafo’e dan Desa Lasaen danmerubah jalan menjadi sungai. Menurut narasumber local, secara adatsetempat percabangan Sungai Benanin yang baru ini sebenarnya merupakanaliran sungai Benanin di masa lalu. Dugaan tersebut diperkuat denganadanya sebuah Desa yang habis diterjang banjir. Desa tersebut bernamaUma Mota yang dalam bahasa Indonesia berarti Rumah Sungai.

Atas hal tersebut Pemerintah sebenarnya berkewajiban untuk segeramenyusun MasterPlan DAS Benanain. Hal tersebut dirasa sangat mendesakkarena akan menjadi acuan dalam pencegahan bencana sekaligus penekan

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page28Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

factor ancaman, risiko, kerentanan serta dampak banjir dari SungaiBenanain.

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber DayaAir yang secara hierarkis merupakan alat penggerak dari Undang-UndangNo 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air secara jelas menyebutkanbahwa :

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, danmengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, danpengendalian daya rusak air.(Bab I / Pasal 1 / ayat 6)

Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan,memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,dan pengendalian daya rusak air.(Bab I / Pasal 1 / ayat 8)

Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkankerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.(Bab I / Pasal 1 / ayat 11)

Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.(Bab I / Pasal 1 / ayat 12)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air mencakup aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaansumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan sistem informasi sumber daya air yang disusundengan memperhatikan kondisi wilayah masing-masing.(Bab I / Pasal 20 / 3 )

Penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melaluikonsultasi publik dengan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait.(Bab II / Pasal 20 / 3 )

Konsultasi publik adalah kegiatan untuk menampung aspirasi para pihak yang berkepentingan dalampengelolaan sumber daya air.(Bab I / Pasal 1 / ayat 16)

Pengendalian daya rusak air meliputi upaya:a. pencegahan sebelum terjadi bencana;b. penanggulangan pada saat terjadi bencana; danc. pemulihan akibat bencana.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page29Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

(Bab VII / Pasal 85 / ayat 1)

Upaya penanggulangan dan pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf cdilakukan berdasarkan rencana pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu, menyeluruh,dan terkoordinasi.(Bab VII / Pasal 85 / ayat 2)

Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh Pemerintahdan/ataupemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dengan melibatkan peranmasyarakat.(Bab VII / Pasal 85 / ayat 3)

Ketentuan mengenai pengendalian daya rusak air yang terkait dengan air hujan, air permukaan, airtanah, dan air laut yang berada di darat diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri.(Bab VII / Pasal 85 / ayat 4)

Pencegahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 85 ayat (1) huruf a dilakukan, baik melalui kegiatanfisik dan/atau nonfisik maupun penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai.(Bab VII / Pasal 86 / ayat 1) Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih diutamakan pada kegiatan nonfisik.(Bab VII / Pasal 86 / ayat 2)

Kegiatan fisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan melalui pembangunan sarana danprasarana yang ditujukan untuk mencegah kerusakan dan/atau bencana yang diakibatkan oleh dayarusak air.(Bab VII / Pasal 86 / ayat 3)

Kegiatan nonfisik dalam rangka pencegahan bencana dilakukan melalui pengaturan, pembinaan,pengawasan, dan pengendalian.(Bab VII / Pasal 86 / ayat 4)

Penyeimbangan hulu-hilir dilakukan dengan mekanisme penataan ruang dan pengoperasian prasaranasungai sesuai dengan kesepakatan para pemilik kepentingan.(Bab VII / Pasal 86 / ayat 5)

Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (4)meliputi:a. penetapan kawasan rawan bencana pada setiap wilayah sungai;b. penetapan sistem peringatan dini pada setiap wilayah sungai;c. penetapan prosedur operasi standar sarana dan prasarana pengendalian daya rusak air; dand. penetapan prosedur operasi standar evakuasi korban bencana akibat daya rusak air.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page30Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

(Bab VII / Pasal 87 / ayat 1)

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (4) meliputi:a. penyebarluasan informasi dan penyuluhan; danb. pelatihan tanggap darurat.(Bab VII / Pasal 87 / ayat 2)

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (4) meliputi:a. pengawasan penggunaan lahan pada kawasan rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanandaerah yang bersangkutan; danb. pengawasan terhadap kondisi dan fungsi sarana dan prasarana pengendalian daya rusak air.

(Bab VII / Pasal 87 / ayat 3)Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (4) meliputi:a. pengendalian penggunaan lahan pada kawasan rawan bencana sesuai dengan tingkat kerawanandaerah yang bersangkutan; danb. upaya pemindahan penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana.(Bab VII / Pasal 87 / ayat 4)

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnyamenetapkan kawasan rawan bencana pada setiap wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal87 ayat (1) huruf a.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 1)

Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan rawan:a. banjir;b. erosi dan sedimentasi;c. longsor;d. ambles;e. perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air;f. kepunahan jenis tumbuhan dan/atau satwa; dan/ataug. wabah penyakit.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 2)

Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi ke dalam zona rawan bencanaberdasarkan tingkat kerawanannya.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 3)

Penetapan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri atau menteri terkait sesuai denganwewenang dan tanggung jawabnya.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 4)

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page31Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi masukan untuk penyusunanrencana tata ruang wilayah.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 5)

Pemerintah daerah wajib mengendalikan pemanfaatan kawasan rawan bencana di wilayahnya denganmelibatkan masyarakat.(Bab VII / Pasal 88 / ayat 6)

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnyamenetapkan system peringatan dini pada setiap wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87ayat (1) huruf b.(Bab VII / Pasal 89 / ayat 1)

Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pengelola sumber daya air atauinstansi terkait sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.(Bab VII / Pasal 89 / ayat 2)

Sistem peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan berdasarkanpedoman yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen.(Bab VII / Pasal 89 / ayat 3)

Dalam hal tingkat kerawanan bencana akibat daya rusak air secara permanen mengancamkeselamatan jiwa, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat menetapkan kawasan rawan bencanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1), tertutup bagi permukiman.(Bab VII / Pasal 90 / ayat 1)

Segala biaya yang timbul akibat penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggungjawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.(Bab VII / Pasal 90 / ayat 2)

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya melakukanpenyebarluasan informasi dan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2) huruf a.(Bab VII / Pasal 91)

Pencegahan bencana akibat daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 sampai denganPasal 91 dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri atau menteri terkait sesuaidengan wewenang dan tanggung jawabnya.(Bab VII / Pasal 92)

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page32Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Penanggulangan daya rusak air dilakukan dengan kegiatan yang ditujukan untuk meringankanpenderitaan akibat bencana.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 1)

Penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penanggulangankerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 2)

Penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilaksanakan oleh instansi terkait dan masyarakat.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 3)

Pelaksanaan penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dikoordinasikan oleh badan penanggulangan bencana nasional, provinsi, ataukabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 4)

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyusundan menetapkan prosedur operasi lapangan penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat dayarusak air pada sumber air di wilayah sungai.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 5)

Penyusunan dan penetapan prosedur operasi lapangan penanggulangan kerusakan dan/atau bencanaakibat daya rusak air sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan berdasarkan pedomanpenanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak air yang ditetapkan oleh Menteri ataumenteri terkait.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 6)

Pemerintah dan/atau pemerintah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyosialisasikanprosedur operasi lapangan penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat daya rusak airsebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada masyarakat.(Bab VII / Pasal 93 / ayat 7)

Pemulihan akibat bencana dilakukan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai denganwewenang dan tanggung jawabnya melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.(Bab VII / Pasal 94 / ayat 1)

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untukmemulihkan fungsi lingkungan hidup serta sistem prasarana sumber daya air.(Bab VII / Pasal 94 / ayat 2)

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page33Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Pemulihan fungsi lingkungan hidup dan pemulihan system prasarana sumber daya air sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.(Bab VII / Pasal 94 / ayat 3)

Dengan memperbandingkan antara fakta lapangan dengan kutipan-kutipanperaturan perundangan diatas, dapat diketahui bahwa sampai sejauh inimasih ada banyak hal yang harus dilakukan khususnya oleh pemerintahpada masing-masing tingkatan terkait dengan banjir Sungai Benanainutamanya dalam konteks pemenuhan kewajibannya terhadap warga DesaSikun.Sekalipun demikian, meskipun menjadi kewajiban dan tanggung jawabpemerintah pada masing-masing tingkatan, hal tersebut tidak dapatdilepaskan dari peran serta seluruh pemangku kepentingan untukmendukung terwujudnya kondisi ideal sebagaimana diharapkan.

Terkait penanda terjadinya akan datangnya musim hujan dan terjadinyabanjir, warga Desa Sikun memiliki kearifan local berupa kedatanganburung Makle’at yang akan terbang rendah di waktu malam danmengeluarkan suara seperti burung elang. Disebut burung Makle’at karena warga mempercayai bahwa tugas dariburung tersebut adalah memberitahukan kepada warga Desa Sikun bahwaakan segera turun hujan. Dalam struktur adat Desa Sikun dikenal jugaistilah Makle’at yang merujuk pada seseorang yang dipercaya oleh wargadusun untuk berjalan berkeliling dusun dan meneriakkan secara berulangtitah dari Nain maupun Kepala Desa.Jika keberadaan burung Makle’at adalah sebagai penyampai pesan akandatangnya hujan, warga akan mendapat pemberitahuan akan datangnyabanjir atau naiknya permukaan air sungai melalui suara katak.

Pada musim hujan, Sungai Benanain akan menjadi rumah bagi katak yangakan bersuara lebih keras dengan nada yang berbeda dari biasanya jikaair mencapai bibir sungai dan akan meluap. Menurut cerita wargasetempat, suara ini terdengar sampai jauh ditengah kampung yangberjarak lebih dari 700 meter dari bibir sungai karena katak akan

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page34Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

saling meneruskan suara itu dari arah sungai dan menjalar kedalamwilayah permukiman warga.

Di Desa Sikun, warga memiliki antisipasi atas banjir dengan beberapacara. Yang paling mencolok adalah konstruksi rumah.Bagi warga yang masih mendiami rumah tradisional, banjir tidak akanmenjadi sebuah masalah besar karena rumah tradisional di Desa Sikunmerupakan rumah panggung dengan tiang kayu bakau laut, lantai papanatau bamboo, dinding dari “bebak” yang merupakan pelepah kering pohonGewang dan beratap daun pohon Gewang kering atau alang-alang.Rumah jenis ini tidak memiliki sekat dan kamar. Dapurpun menyatudidalam rumah. Seluruh aktifitas kecuali buang air besar dapatdijalankan didalam rumah termasuk mandi karena lantainya akan dengansegera mengering sebagai akibat dari konstruksi lantai yang tidakdipasang secara rapat namun berjarak sekitar 0,5 cm diantara papanlantai. Tungku untuk memasak dibuat dari lumpur yang dibentuksedemikian rupa menjadi tungku sehingga potensi kebakaran menjadisangat minim. Bahan pangan digantung pada balok utama konstruksi atapdan diletakkan didalam keranjang sehingga tikus dan kucing tidak akanmenjangkaunya.Rumah ini tidak memiliki jendela namun memiliki dua pintu. Satu pintuutama di depan dan satu pintu disamping kanan. Pada teras kayu depanbiasanya dipasang anyaman dari daun pandan hutan kering sebagipelindung dari panas dan dingin.

Bagi rumah dengan konstruksi semi permanen maupun permanen, makapilihannya adalah meninggikan elevasi lantai dari permukaan tanahsehingga air tidak melimpas masuk pada saat hujan tiba. Kesulitan yangdihadapi rumah jenis ini adalah perlunya mengikuti ketinggian endapanlumpur pasca banjir yang berarti harus menambah ketinggian lantairumah minimal setiap dua atau tiga tahun sekali. Hal tersebut berartipengeluaran ekstra yang sebenarnya bisa dihindari dengan membangunrumah tradisional.Yang menarik dari rumah dengan konstruksi ini adalah adanya “loteng”pada tiap-tiap rumah yang terbuat dari papan kayu maupun bebak yangditata menyerupai lantai yang ditumpangkan diatas tatanan kayumelintang pada konstruksi penyangga atap.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page35Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Ruang yang terdapat diantara atap seng dengan lantai atas tersebutdipergunakan sebagai shelter bagi seluruh anggota keluarga saat terjadibanjir.

Konstruksi rumah yang merupakan pengembangan dari rumah tradisionaldan memanfaatkan unsur rumah semi atau permanen adalah rumah panggung.Secara konsep, rumah tipe ini adalah rumah dengan ruang tunggalsebagimana yang ada pada rumah tradisional namun tiang penyangga rumahmenggunakan pasangan cor-beton dan menggunakan ikatan kait besi antaratiang dengan konstruksi rumah dan dipergunakannya seng sebagai atap.

Selain berkonsep mitigasi dengan konstruksi rumah, hampir seluruhrumah tangga di Desa Sikun memiliki sampan sebagai satu-satunya modatransportasi pada saat terjadinya banjir yang dipastikan akanberlangsung selama berbulan-bulan.

Dari kacamata adat terdapat sebuah kepercayaan bahwa jika seluruhpenganut Wese Wehali dapat bersepakat dan bersatu hati dalamperdamaian dan persaudaraan, maka banjir dari Sungai Benanain akansangat mudah dicegah. Yang perlu untuk dilakukan adalah bertemu danbersepakat diantara Loro dan Nain penganut ajaran Wese Wehali untuksaling mengikatkan diri dalam persaudaraan dengan membuang ego dankepentingan sesaat serta mengedepankan hidup bersama secara adil danbermartabat.Jika permufakatan telah terjadi, maka dimasing-masing tempat (basiske-Nain-an) harus melakukan upacara bakar lilin dan meletakkan koin perakdi Sungai Benanain.

Agak sulit untuk tidak memperhatikan kepercayaan local yang berkembangdi sepanjang Sungai Benanain karena terdapat beberapa cerita localyang terverifikasi dilapangan secara faktual.Beberapa yang telah terverifikasi secara visual adalah :

1. Adanya kepercayaan bahwa buaya air tawar di Benanain adalahpenjaga wilayah Desa Sikun. Di Dusun To’os Kiar terdapatsebuah rumah adat yang disebut Uma Lafaek yang berarti rumah buaya.Penjaga rumah adat ini adalah seorang Ibu yang mempu menyembuhkanbeberapa jenis penyakit dengan menggunakan air liur buaya. Ibu

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page36Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

tersebut (Imbe Ferik) dapat melakukan pemanggilan buaya tanpaberanjak dari tempatnya berada dan buaya yang ia panggil akanmendatangi.

2. Adanya kepercayaan setempat bahwa buaya yang hidup di SungaiBenanain adalah penjaga masyarakat Desa Sikun. Di lokasi jebolnyatanggul, sering ditemui anak-anak bermain bersama buaya yanghidup disana. Tidak pernah terjadi kasus anak yang cidera atauhilang karena buaya kecuali terjadi pelanggaran atas mereka. Yangdisebut dengan pelanggaran adalah membunuh buaya untuk alasanapapun. Namun bagi pelaku tindak kejahatan (pencuri, penipu danpelaku hakur biti kluni (=tindak perselingkuhan) dipastikan tidak akanpernah berani memasuki wilayah tersebut.

3. Adanya kepercayaan bahwa Gunung Mutis yang merupakan hulu SungaiBenanain adalah “pengantin laki-laki” sementara Laut Timor adalah“mempelai perempuan”. Setiap tahun Gunung Mutis mengirim kayu(bakar) ke Laut Timor untuk “menghangatkan mempelai perempuan”. Kayutersebut diantar melalui Sungai Benanain melalui banjir tahunan.Sebagai balasannya, Laut Timor akan mengirim bahan pangan keGunung Mutis berupa ikan sejenis ikan wader (Jawa) yang biasadisebut Na’an Oan (Anak Ikan).Ikan tersebut mudah ditemui pada sekitar bulan Mei - Junidisepanjang Sungai Benanain. Yang menarik dari ikan ini adalahpola migrasinya yang meninggalkan hilir menuju hulu yang berartiikan tersebut berenang melawan arah arus air yang berarti melawankemiringan. Ada 3 jenis Na’an Oan dengan ciri khas masing-masing dan bergerakmenuju Mutis dengan urutan sebagai berikut :a. Hare Fos (Beras)

Disebut demikian karena secara fisiologis ikan ini memilikiciri fisik berwarna putih paling kecil diatara tiga jenis ikanyang lain

b. Hasa Meak (Pipi Merah) Ikan ini secara fisik berukuran sedikit lebih besar dari HareFos dan terdapat ciri kemerahan di bagian penutup insangkanan-kiri

c. Teki (Belang)

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page37Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Jenis ini adalah yan terbesar diantara ketiga Na’an Oan. Iamempunyai ciri fisik berupa garis yang berwarna lebih gelapdan melintang pada tubuhnya.

Sebelum ketiga jenis ikan tersebut muncul di sepanjang SungaiBenanain, akan diawali dengan kemunculan sejenis anak kepiting yangdalam bahasa local disebut dengan Sakawak. Ia memiliki ciri fisikberupa ukuran tubuh yang setara dengan peluru senapan angin ukuran2,5”. Sakawak juga memiliki ciri fisik berupa warna hijau padatubuhnya.

Sakawak dan Na’an Oan memberi berkah berupa lauk bagi wargadisepanjang aliran Sungai Benanain serta penghasilan tambahan padasaat tiba musim migrasi.Warga disepanjang aliran Sungai Benanain mulai dari Hatimuk sampaiSikun akan beramai-ramai turun ke sungai dan menangkap Na’an Oan.Sebagian hasil tangkapan akan dikonsumsi untuk lauk sementarasebagaian lainnya akan dijual dengan harga yang relative mahal.

Untuk satu wadah seukuran gayung berdiameter 12cm dan tinggi sekitar10cm, dijual dengan harga minimal sepuluh ribu rupiah ditingkatlingkungan. Jika dijual di pasar di Betun, harga tersebut akan naikmenjadi minimal limabelas ribu per wadah dengan volume yang bisadipastikan lebih sedikit dari yang dijual di lingkungan.

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page38Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -

Desa Sikun – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur Page39Disusun oleh J.P. Agung Nugroho - Agustus 2012- 0813 924 3666 / [email protected] / skype : nuke.nugroho1 -