takhrij al hadits

36
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Takhrij Al-Hadits Ilmu Takhrij Al-Hadits ialah ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dari sisi hubungannya dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadits. Maksudnya ialah ilmu yang membahas masalah sejarah perjalanan hidup para perawi, mulai dari kapan dan di mana ia di lahirkan, dari siapa ia menerima hadits, siapa saja orang yang pernah mengambil hadits darinya, sampai pada masalah di mana dan kapan ia meninggal dunia, bahkan sampai guru- guru dan aliran mazhab yang di anutnya, negara-negara mana yang pernah di kunjunginya, termasuk tempat studynya dan teman-teman yang segenerasi (se-thabaqat) denganya dan sebagainya 1 . Kata takhrij berasal dari kata kharaja, yang berarti al-zuhur (tampak) dan al-buruz (jelas,) Takhrij juga bisa berarti al-istinbat (mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih (menerangkan), Takhrij juga bisa berarti Ijtima’ al-amra’aini al-muttadla diin fi syai’in wahid (berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan dalam suatu hal), al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya), at-tadrib (latihan), al- taujih (menjelaskan duduk persoalan, pengarahan).Sedang menurut Syeikh Manna’ Al- Qaththan, takhrij berasal dari kata kharaja yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaan,terpisah dan kelihatan. Al-kharaja artinya menampakan dan memperlihatkannya, dan al-makhraja artinya tempat keluar, dan akhraja al-khadits wa 1 Ridwan Nasir, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah), 2008 2

Transcript of takhrij al hadits

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Al-Hadits

Ilmu Takhrij Al-Hadits ialah ilmu untuk mengetahui para

perawi hadits dari sisi hubungannya dengan usaha periwayatan

mereka terhadap hadits. Maksudnya ialah ilmu yang membahas

masalah sejarah perjalanan hidup para perawi, mulai dari kapan

dan di mana ia di lahirkan, dari siapa ia menerima hadits, siapa

saja orang yang pernah mengambil hadits darinya, sampai pada

masalah di mana dan kapan ia meninggal dunia, bahkan sampai guru-

guru dan aliran mazhab yang di anutnya, negara-negara mana yang

pernah di kunjunginya, termasuk tempat studynya dan teman-teman

yang segenerasi (se-thabaqat) denganya dan sebagainya1.

Kata takhrij berasal dari kata kharaja, yang berarti al-zuhur

(tampak) dan al-buruz (jelas,) Takhrij juga bisa berarti al-istinbat

(mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih (menerangkan),

Takhrij juga bisa berarti Ijtima’ al-amra’aini al-muttadla diin fi syai’in wahid

(berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan dalam suatu hal),

al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya), at-tadrib (latihan), al-

taujih (menjelaskan duduk persoalan, pengarahan).Sedang menurut

Syeikh Manna’ Al- Qaththan, takhrij berasal dari kata kharaja

yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaan,terpisah dan

kelihatan. Al-kharaja artinya menampakan dan memperlihatkannya,

dan al-makhraja artinya tempat keluar, dan akhraja al-khadits wa1 Ridwan Nasir, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah), 2008

2

3

kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadits kepada

orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.2

Adapun beberapa pengertian Takhrij menurut para ulama:3

1. Syeikh Mahmud athtahhan mengatakan:” takhrij adalah

menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya,

dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan

sanadnya,serta menjelaskan derajatnya jika diperlukan.

Dr. Bakar Abu zaid menolak defenisi ini dan mengatakan:

defenisi ini cocok untuk jalur pengeluaran hadits, dan

tidak bisa diterima untuk mendefenisikan atau

memperjelaskan makna takhrij secara hakikat karena

defenisi yang seperti ini tidak sesuai dengan metode

pembentukan ta`riif atau defenisi menurut para ahli ilmu

manthiq.

2. Imam albuqqa`i berkata: Takhrij adalah menampakkan

tempat-tempat hadits tersebut dari sumber-sumbernya yang

dilengkapi dengan sanad.kemudian beliau mengatakan defenisi

yang beliau sebutkan ini tidak akan bertolak belakang dengan

sebagian kitab-kitab takhrij al-hadits yang menyebutkan

didalamnya hukum mengenai hadits-hadits baik dari segi

keshahihan atau kedha`ifannya,karena beliau disini hanya

memperhatikan inti dari kata takhrij tanpa memperhatikan

tambahan-tambahan yang lainnya.akan tetapi defenisi yang

2 Pengertian Takhrij (http://alhaditslover.blogspot.com/2013/10/makalah-takhrij-alhadits_801.html) diakses tanggal 7 november 20143 Ibid

4

kedua ini pun tidak terlepas dari apa yang kita katakan pada

defenisi yang pertama tadinya.

3. DR.Sa`ad bin Abdullah alu humaid menyebutkan untuk

takhrij alhadits ada tiga defenisi secara istilah,yaitu:4

a. Defenisi pertama:mengeluarkan hadits dan menampakkannya

untuk orang ramai dengan menyebutkan sanad dan matan,maka

dikatakan:hadits ini dikeluarkan oleh imam albukhari

yaitu beliau menampakkannya untuk orang ramai dengan

menyebutkan sanad dan matannya secara sempurna.

b. Defenisi Kedua: Mengeluarkan hadits dari kitab-kitab

tertentu dengan menyebut nama almukharrij (yang

menyebutkan hadits ini dalam kitabnya) lengkap dengan

sanad sebagaimana yang dilakukan oleh imam alhafidz ibnu

hajar dalam kitabnya nataaij alafkaar fii takhriij ahaadits

alazkaarimam,anawawi dalam kitab alazkar hanya menyebutkan

hadits tanpa menyebutkan sanad dengan tetap menyebut

penulisnya sebagaimana metode beliau dalam kitab

riyadhushalihin kemudian alhafidz ibnu hajar mengeluarkan

haditsnya satu persatu dengan menyebut sanadnya yang

panjang hingga ke rasulullah saw dengan sedikit

perubahan.

c. Defenisi Ketiga: Barangkali defenisi yang terakhir inilah

yang lebih tepat dibandingkan dengan defenisi-defenisi 

yg sebelumnya yaitu defenisi DR.Bakar abu zaid,beliau

mengatakan: takhrij adalah mengetahui perawi dan apa yang

4 Ibid

5

diriwayatkannya,tempat hadits itu dikeluarkan,serta

hukumnya baik shahih atau dha`if dengan mengumpulkan

keseluruhan jalur periwayatan dan lafadz2 nyakemudian

beliau mengatakan:inilah defenisi attakhrij dengan makna

yang lebih konkrit,dan inilah yang dimaksud ketika lafadz

attakhrij itu diitlaqkan,dan defenisi ini lebih sesuai

dengan praktek nyata para ahli hadits dalam mentakhrij

alhadits.

B. Tujuan dan Manfaat

Kegiatan Takhrijul Hadist mempunyai tujuan yang ingindicapai. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:5

a. Mengetahui sumber otentik suatu hadist dari buku hadist

apa saja yang didapatkan.

b. Mengetahui ada berapa tempat hadist tersebut dengan

sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadist atau

dalam beberapa buku induk hadist.

c. Mengetahui kualitas hadist makbul (diterima) atau mardud

(ditolak).

d. Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu

hadist yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku

hadist atau tidak

e. Mengetahui asal-usul riwayat hadist yang akan diteliti.

f. Mengetahui seluruh riwayat bagi hadist yang akan

diteliti.

g. Mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada

hadist yang akan diteliti.5 Ibid

6

Tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat Takhrij adalah

sangat besar terutama bagi orang yang mempelajari hadist dan

ilmunya. Adapun manfaat takhrijul hadist cukup banyak

diantaranya adalah sebagai berikut:6

a. Menghimpun sejumlah sanad hadist, dengan takhrij

seseorang dapat menemukan sebuah hadist yang akan

diteliti di sebuah atau beberapa tempat di dalam kitab

Al-Bukhori saja, atau di dalam kitab-kitab lain. Dengan

demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.

b. Mengetahui referensi beberapa buku hadist, dengan

takhrij seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu

hadist dan yang diteliti dan di dalam kitab hadist apa

saja hadist tersebut didapatkan.

c. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan

yang terputus (munqathi’) dan mengetahui kadar kemampuan

perawi dalam mengingat hadist serta kejujuran dalam

periwayatan.

d. Mengetahui status suatu hadist. Terkadang ditemukan

sanad suatu hadist dhoif, tetapi melalui sanad lain

hukumnya sahih.

e. Meningkatkan suatu hadist yang dhoif menjadi hasan

lighorihi karena adanya dukungan sanad lain yang

seimbang atau lebih tinggi kualitasnya, atau

meningkatnya hadist hasan menjadi shohih ligoirihi

6 Ibid

7

dengan ditemukannya sanad lain yang seimbang atau lebih

tinggi kualitasnya.

f. Mengetahui bagaimana para imam hadist menilai suatu

kualitas hadist dan bagaimana kritikan yang disampaikan.

g. Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun

beberapa sanad dan matan hadist.

h. Dengan takhrij dapat diketahui banyak sedikitnya

beberapa jalur periwayatan suatu hadist yang sedang

menjadi topik kajian.

i. Dengan takhrij akan diketahui kuat dan tidaknya

periwayatan. Makin banyaknya jalur periwayatan akan

menambah kekutan riwayat, sebaliknya tanpa dukungan

periwayatan lain maka berarti kekuatan periwayatan tidak

bertambah.

j. Dengan takhrij kekaburan suatu periwayatan, dapat

diperjelas dari periwayatan jalur isnad yang lain. Baik

dari segi rawi, isnad maupun matan hadist.

k. Dengan takhrij akan dapat ditentukan status hadist

shahih dzatihi atau shahih lighoirihi, hasan lidzatihi

atau hasan lighoirihi. Demikian juga akan diketahui

istilah hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan ghorib.

l. Dengan takhrij akan dapat diketahui persamaan dan

perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai

periwayatan dan beberapa hadist terkait.

m. Memberika kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan

setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adlah maqbul

8

(dapat diterima), sebaliknya orang yang tidak

mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut

mardud (ditolak).

n. Mengetahui keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar-

benar berasal dari Rasululloh SAW yang harus diikuti

karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran

hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.

C. Metode dan langkah-langkah Takhrij Al-Hadits

Sebelum seseorang melakukan takhrij suatu hadits, terlebih

dahulu dia harus mengetahui metode atau langkah-langkah dalam

takhrij sehingga Akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dan tidak

ada hambatan. Pertama yang perlu di maklumi adalah bahwa teknik

pembukuan buku-buku hadits yang telah dilakukan para ulama dahulu

memang beragam dan banyak sekali macam- macamnya. Di antaranya

ada yang secara tematik, pengelompokan hadits didasarkan pada

tema-tema tertentu seperti kitab Al- Jami Ash-Shahih li Al-

Bukhori dan sunan Abu Dawud. Diantaranya lagi ada yang didasarkan

pada huruf permulaan matan hadits diurutkan sesuai dengan

alphabet Arab seperti kitab Al-Jami Ash-Shaghir karya As- Suyuthi

dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh para ulama dalam rangka

memudahkan umat Islam untuk mengkajinya sesuai dengan kondisi

yang ada7.

7 Dr.H.Abdul majid khon, Ulumul hadis, Jakarta: Sinar Grafika Offset, Cetakan kedua, th.2009, hlm. 118-119.

9

Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku hadits,

maka sangat diperlukan beberapa metode takhrij yang sesuai dengan

teknik buku hadits yang ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode

takhrij dalam arti penulusuran hadits dari sumber buku hadits

yaitu takhrij dengan kata (bi al-lafdzi), Takhrij dengan tema (bi

al-maudhui) takhrij dengan permulaan Matan (bi Awwal al-matan)

takhrij melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-a’la) dan takhrij

melalui pengetahuan tentang sifat khusus atau sanad hadits. Mari

kita praktekkan satu – persatu:

1. Takhrij dengan kata (bi al-lafzhi)

Metode takhrij pertama ini penulusuran hadits melalui

kata/lafal matan hadits baik dari permulaan, pertengahan, dan

atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode takhrij ini salah

satunya yang paling mudah adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li

Alfadz Al-Hadits An-Nabawi yang disusun A.j. Wensinck dan kawan-

kawannya sebanyak 8 jilid.

Maksud takhrij dengan kata adalah takhrij dengan kata benda

(kalimah isim) atau kata kerja (kalimah fi’il) bukan kata sambung

(kalimah huruf) dalam bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3

huruf. Kata itu diambil dari salah satu bagian dari teks hadis

yang mana saja selain kata sambung/ kalimah huruf kemudian dicari

akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf, kemudian

dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf

yang disebut dengan fiil tsulatsi. Jika kata dalam teks hadis

yang dicari kata: ,misalnya م�س��������لم maka harus dicari asal akar

10

katanya yaitu dari kata: س�لم setelah itu baru membuka kamus Bab سbukan Bab م. Demikian juga jika kata yang dicari itu kata: مس لت ي��

maka akar katanya adalah: ل�مس kamus yang dibuka adalah Bab ل bukanbab ي� dan begitu seterusnya8.

Kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu’jam Al-

Mufahras li-Alfazh Al-Hadits Annawawi. Kamus ini terdiri dari 8

jilid, disusun oleh tim orientalis di antaranya adalah Arnold

JohnWensinck atau disingkat A.J.Wensinck (w.1939M) seorang

profesor bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa Arab di lafal dan

penggalan matan hadis, serta mensistimatisasikannya dengan baik

berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi. Untuk kegiatan

takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui

melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya9. Lafal-

lafal hadis yang dimuat dalam kitab Al-Mu’jam ini bereferensi

pada kitab induk hadis sebanyak 9 kitab yaitu sebagai berikut:

a. Shahih Al-Bukhari dengan diberi lambang: خ�b. Shahih Muslim dengan lambang: مc. Sunan Abu Dawud dengan lambang:د d. Sunan At-Tirmidzi dengan lambang: ت

8 Ibid.9 Ibid. h 120.

11

e. Sunan An-Nasa’I dengan lambang: ن�f. Sunan Ibnu Majah dengan lambang :ه �جg. Sunan Ad-darimi dengan lambing: دي�h. Muwatha’ Malik dengan lambang :طi. Musnad Ahmad dengan lambang :ح�م

Contoh hadis yang ingin ditakhrij:

وا �حاب� ى ت� وا ح�ت م�ن� و+ وا ولا ب� م�ن� و+ ى ب� ة/ ح�ت ن1 �لون� ال�ج دخ�� لا ي�Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kata-

kata yang digaris bawahi. Andaikata dari kata و �ح����اب� dapat dilihat ت�Bab dalam kitab Al-mu’jam karena kata itu berasal dari kata خ

�ب �-Setelah ditelusuri kata tersebut dapat ditemukan di Al .ح�بMu’jam juz 1 hlm.408 dengan bunyi:

مان� ي;� , 93م ا= �دت امه 131, ا+ ي� ه ال�ق ن� 54. ت ص�ف� د1 ي+ س�ت/ دمه 1, ا= ه م�ق �دت� 9, ج 165, 1, ح�م 11, ا+Maksud ungkapan diatas adalah:

مان� م 93 ي;� Shahih Muslim kitab iman nomor urut hadits 93 = ا=

12

دت� د 131 .Sunan Abu Dawud kitab Al-Adab nomor urut Bab 131 = ا+

ام�����ه ي� ه ال�ق ف� ان�54ص������ د1 ي+ ت/ س������� Sunan At-Tirmidzi kitab sifah al- qiyamah = ت 1 ,ا=nomor urut bab 54 dan kitab isti’dzan nomor urut bab1

دم�ه ه م�ق �11, ادت� 9ج� = Sunan Ibnu Majah kitab Mukadimah nomor urut bab 9

dan kitab Al-Adab nomor urut bab 11.

165, 1ح�م = Musnad Imam Ahmad bin Hanbal juz 1 hlm. 165.

Pengertian nomor-nomor dalam Al-Mu’jam secara ringkas dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahih Al-

Bukhori Sunan Abu Dawud, sunan At-tirmidzi, Sunan An-Nasa’I,

sunan Ibnu Majah dan sunan ad-Darimi menunjukkan angka bab

bukan angka hadis.

b. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau Bab pada shahih

Muslimdan muwataha’ Malik menunjukkan angka urut hadis bukan

angka Bab.

c. Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih

besar menunjukkan angka juz kitab dan angka sesudahnya atau

angka yang biasa menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad

yang berada di dalam kotak bukan yang di pinggir atau diluar

kotak.

Al-Mu’jam hanya menunjukkan tempat hadis tersebut dalam

berbagai kitab hadis sebagaimana diatas. Maka tugas peneliti

13

berikutnya menelusuri Hadis tersebut ke dalam berbagai kitab

hadis sesuai dengan petunjuk Al-Mu’jam untuk dihimpun dan

dianalisis perbandingan10.

Metode takhrij dengan laladz ini mepunyai kelebihan dan

kekurangan. Dintara kelebihannya adalah hadis dapat dicari

melalui kata mana saja yang diingat peneliti tidak harus dihapal

seluruhnya dan dalam beberapa kitab hadis. Sedangkan di antara

kesulitannya adalah seorang peneliti harus menguasai Ilmu Sharaf

tentang asal usul suatu kata.

2. Takhrij dengan tema (bi al-mawdhui)

Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran hadis yang

didasarkan pada topic (mawdhui), misalnya Bab Al-Khatam, Al-

Khadim, Al-Ghusl, Adh-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti

hendaknya sudah mengetahui topic suatu hadis kemudian ditelusuri

melalui kamus hadis tematik. Salah satu kamus hadis tematik

adalah Miftah min Kunuz Assunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi,

terjemahan dari aslinya bebahasa Inggris A Handbook of Early

Muhammadan karya A.J.Wensink pula. Dalam kamus Hadis ini

dikemukakan berbagai topic baik berkenaan dengan petunjuk –

petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan Nama. Untuk setiap

topic biasanya disertakan subtopic dan untuk setiap sub topik

dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya11.

Kitab – kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut

sebanyak 14 kitab lebih banyak dari pada Takhrij bi Al-Lafzi di10 Ibid. h.121.11 Ibid. h. 121-122.

14

atas yaitu 8 kitab sebagaimana di atas ditambah 6 kitab lain.

Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai

berikut:

a. Shahih Al-Bukhori dengan diberi lambang : خ� �ت�

b. Shahih Muslim dengan lambing :م�س

c. Sunan Abu dawud dengan lambing :د �ي�d. Sunan At- Tirmidzi denagn lambing :ر ت�

e. Sunan An-Nasa’I dengan lambing :س ن��

f. Sunan Ibnu majah dengan lambang : م�خ�

g. Sunan Ad-Darimi dengan lambang : مى�

h. Muwaththa’ Malik dengan lambang :م�اi. Musnad Ahmad dengan lambang :ح�م

j. Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi :طk. Musnad Zaid bin Ali : ز�l. Sirah Ibnu Hisyam : Xه�ش

15

m. Maghazi Al- Waqidi :د ق�n. Thabaqat Ibnu Sadin : ع�د

Kemudian arti singkatan – singkatan lain yang dipakai dalam kamus

ini adalah sebagai berikut:

a. Kitab = ]ك�b. Hadis = خc. Juz = خ�d. Bandingkan (qobil) = ا ق�e. Bab = �تf. Shahifah= صg. Bagian( qismun)= ق

Misalnya ketika ingin men-takhrij hadis:

ت�ى Xى م�ت ت� Xل م�ت ص�لاة ال�ي�Hadis tersebut temanya shalat malam (Shalat al-layl). Dalam kamus

miftah dicari pada Bab Al-Layl tentang shalat malam yaitu

dihalaman 430. Disana dicantumkan sebagai berikut:

16

-ك�[ خ� �10ت� 19, ك�[ 1ت� 145, ك�[84 ت� 8ت�

148 – 145 خ 6م�س – ك�[

د – ك�[ �24 ت� 5ي�

206 ت� 2ت� ر – ك�[

21 , 155 ت� 2م�خ� – ك�[

13, 7 خ 7م�ا – ك�[

13, 7 خ 7م�ا – ك�[

ان� ص X10, 9, 5ح�م –ي�Maksudnya hadis tersebut adanya dalam:

Al-Bukhori, nomor urut kitab 8 dan nomor urut Bab 84, nomor urut

kitab 145, nomor urut Bab 1, nomor urut kitab 19 dan nomor urut

bab 10.

Muslim, nomor urut kitab 6 dan nomor urut hadis 145- 148.

Abu Dawud, nomor urut kitab 5dan nomor urut Bab 24.

At-Tirmidzi, nomor urut kitab 2 dan nomor urut Bab 206.

17

Ibnu Majah, nomor urut kitab 5dan nomor urut Bab 172.

Ad- darimi nomor urut kitab 2 dan nomor urut Bab 155 dan 21.

Muwaththa’ Malik, nomor urut kitab 7 dan nomor urut hadis 7 dan

13.

Ahmad, juz 2 halaman.5,9, dan 10.

Diantara kelebihan metode ini, peneliti mengetahui makna

hadis saja tidak diperlukan harus mengingat permulaan matan teks

hadis, tidak perlu harus menguasai asal usul akar kata dan tidak

perlu juga mengetahui sahabat yang meriwayatkannya. Di samping

itu peneliti terlatih berkemampuan menyingkap makna kandungan

hadis. Sedang diantara kesulitannya adalah terkadang peneliti

tidak memahami kandungan hadis atau kemungkinan hadis memiliki

topik berganda12.

3. Takhrij dengan Permulaan Matan (bi awwal al-matan)

Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya,

misalnya awal suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari

pada Bab mim, jika diawali dengan huruf ba maka dicari pada Bab

ba dan seterusnya. Takhrij seperti ini di antaranya dengan

menggunakan kitab Al-jami’ Ash-Shaghir Atau Al-Jami’ Al-kabir

karangan As-Suyuthi dan Mu’jam Jami’ Al-Ushul fi Ahadits ar-

Rasul, karya Ibnu Al-Atsir.

Kitab Al-jami’ Ash-Shaghir nama lengkapnya Al-Jami’ Ash-

Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nadzir, salah satu kitab karangan12 Abdul Muhdi bin Abdul Qadir, Thuruq Takhrij Hadits Rosulullah SAW. (Cairo: Dar al-I’tisham, 1987), hlm. 151 – 152.

18

As-Suyuthi (w.911 H). Dia seorang ulama hadis yang memiliki gelar

Al-Musnid (gelar keahlian meriwayatkan hadis beserta sanadnya)

dan Al-Muhaqqiq (peneliti) dan hapal 200.999 hadis13. Sebuah

kitab yang menghimpun ribuan hadis yang terpilih dan yang

singkat-singkat dipetik dari kitabnya yang besar jam’u al-

jawami’14, terdiri dua juz susunan hadis kitab ini sesuai dengan

urutan alphabet Arab alif, ba, ta, tsa, ja, ha, kha dan

seterusnya….jika seorang peneliti ingin mencari hadis melalui

kitab ini harus ingat huruf apa permulaan hadisnya, kemudian

membuka kitab tersebut pada bab yang sesuai dengan huruf

permulaan tersebut.

Misalnya ketika ingin mencari hadis yang populer di tengah –

tengah santri dan mahasiswa:

ه ع�لى ك�ل م�سلم ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�

Kita buka kitab Al-Jami’ Ash- Shaghir Bab ط kita temukan pada juz2 hlm. 54 ada 4 tempat periwayatan disebutkan yaitu sebagai

berikut:

مام ع�ن� اس, ي� �ن� ع�ي �ن� ع�لى� )ط�ش( ع�ن� اب� �ن� ب� ط( ع�ن� ال�جسي� س )ط�ص خ�� ه ع�لى ك�ل م�سلم ( ع�د ه�ب� ( ع�ن� ان�� ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�

د )ص�خ( ي� س�عي� �ب� ( ع�ن� ا+ �ط( ع�ن� ع�لى� )ط�ش ه�ب ن� م�سعود )خ�� �ب� ( ع�ن� ا= �اب��ن� ع�مر )ط�ب

13 Ibid, hlm. 31.14 Jalaluddin Abdurrahman Ibnu Abi Bakar As- Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 11, (Surabaya: Al-hidayah), hlm 3.

19

ه�له ر ا+ ي� د غ� ع ال�علم ع�ي� ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وواص�� ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�

) س )ص� ن�� ه�ب� )ة( ع�ن� ا+ ل�و+ وال�د� وه�ر وال�لو+ �ت;�ر ال�ج از� ن� لد ال�ج� ك�مق

ى� ال�علم ع�ن� ر ف� �د الي �ن� ع�ي �ب� حر, ا= �ى� ال�ب ان� ف� ي ى ال�حي� ى+ ح�ت Xف�ر له ك�ل ش ع� ن� ط�ال�ب� ال�علم ن��ست ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وا= ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�

س )ص�خ( ن�� ا+

س ن�� ى� ال�علم ع�ن� ا+ ر ف� �د الي �ن� ع�ي �ب� ( ا= �ان� )ه�ب ه ال�لهق� Xث� ا ع�� جب�� ا= ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وال�له ت�� ض� ي;� �ر ص�خ ط�لب� ال�علم ف�

Keterangan lambang – lambang di atas:

a. Ibnu Adi dalam kitab Al-Kamil = )ه�ب� ( ع�دb. ط) ط ,Ath-Thabarani dalam Ash-Shaghir =(ط�ص خ�� Al-Khathib = خ��c. Ath-Thabarani dalam Al-Awsath =(ط�ش)d. ( �Ath-Thabarani dalam Al- kabir = (ط�بe. Hadis Shahih =ص�خ

f. Ibnu Majah=(ة)g. ( Hadis Dhai =(ص�

h. Hadis Shahih= (ص�خ)

20

i. �.Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman = ه�بj. Hadis Shahih = (ص�خ)

Dari hasil takhrij di atas ditemukan bahwa seluruh hadis

hanya menyebutkan sampai م�س��لم tidak ada yang menyebutkan Akan وم�س��لمهtetapi yang beredar selalu menyebutkan seperti itu, mungkin ada

rujukannya asal dalam kitab hadis yang dapat dipedomani.

Kualitasnya shahih 3 tempat dan yang satu dha’if.

Lambang –lambang singkatan sebagaimana di atas mempunyai

makna dan telah dijelaskan oleh penyusunnya As-Suyuthi dalam

Mukadimahnya, bagi yang ingin mengetahui secara menyeluruh dapat

buka kitab Al-Jami’ Ash-Saghir Bab Mukaddimah.

Di antara kelebihan metode ini adalah dapat menemukan hadis yang

dicari dengan cepat dan mendapatkan hadisnya secara utuh atau

keseluruhan tidak penggalan saja sebagaimana metode-metode

sebelunya. Akan tetapi, kesulitannya bagi seseorang yang tidak

ingat permulaan hadis. Khawatir hadis yang diingat itu sebenarnya

penggalan dari pertengahan atau akhiran hadis bukan permulaannya.

4. Takhrij melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-ala).

Takhrij ini menelusuri hadis melalui sanad yang pertama atau

yang paling atas yakni para sahabat (muttasil isnad) atau tabi’in

(dalam hadis mursal). Berarti peneliti harus mengetahui terlebih

dahulu siapa sanadnya di kalangan sahabat atau tabi’in, kemudian

21

dicari dalam buku hadis Musnad, atau Al-Athraf. Diantara kitab

yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Musnad atau Al-

Athraf. Seperti Musnad Ahmad bin Hambal, Tuhfat As-Asyraf bi

Ma’rifat Al-Athraf karya Al-Mizzi dan lain-lain. Kitab Musnad

adalah pengkodifikasian hadis yang sistematikanya didasarkan pada

nama-nama sahabat atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan

sifat tertentu. Sedangkan Al-Athraf adalah kitab hadis yang

menghimpun beberapa hadisnya para sahabat atau tabi’in sesuai

dengan urutan alphabet Arab dengan menyebutkan sebagian dari

lafal hadis.

Adapun manfaat dari kitab Athraf, antara lain adalah:

1) Memberi informasi tentang berbagai sanad hadits yang

berbeda-beda secara keseluruhan dalam satu tempat. Dengan

demikian dapat diketahui dengan mudah apakah Hadits itu

gharib, aziz, atau masyhur;

2) Memberikan informasi tentang siapa saja di antara para

penyusun kitab- kitab hadits yang meriwayatkannya dan dalam

bab apa mereka mencantumkan; dan

3) Memberikan informasi tentang jumlah hadits setiap sahabat

yang diriwayatkan Hadits dalam kitab-kitab yang dibuat

athraf-nya.

Mengingat kitab athraf ini hanya menyebutkan sebagian matan

hadits, maka untuk mengetahuinya secara lengkap masing- masing

perlu merujuk kepada kitab sumber yang ditunjukkan oleh kitab

athraf tersebut.

22

Cukup banyak kitab Musnad pada awal abad kedua Hijriyah, di

antaranya yang sangat populer adalah Musnad Ahmad bin hanbal

(w.241 H). Sesuai dengan masa perkembangannya latar belakang

penulisannya agar mudah dihapal, beberapa hadis dikelompokkan

berdasarkan pada sahabat yang meriwayatkannya. Kitab ini memuat

sekitar 30.000 hadis sebagian pendapat 40.000 buah hadis secara

terulang-ulang (mukarrar) sebanyak 6 jilid besar. Sistematikanya

tidak di sesuaikan dengan urutan alphabet Arab, tetapi didasarkan

pada sifat-sifat tertentu, yakni pertama sepuluh orang sahabat

Nabi yang digembirakan surga, kemudian musnad sahabat empat,

musnad sahabat ahli bait, musnad sahabat-sahabat yang populer,

musnad sahabat dari Mekkah (Al-Makiyyin),dari syam (Ash-

Syammiyyin), dari kufah, Bashrah, sahabat Anshar, sahabat wanita,

dan dari Abu Ad-Darda.

Bagaimana Mentakhrij sebuah hadis berikut dalam musnad Ahmad:

امه ق� ر الا= وت� ان� وب�� د� ع الا+ ف� Xن� ن��س لال ا+ �مر ي� ال ا+ ن� م�ال�ك[ ق� �س ب� ن�� ع�ن� ا+Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik,

terlebih dahulu Nama Anas itu dilihat pada daftar isi (mufahras)

sahabat pada awal kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas

pada juz 3 h. 98. Bukalah persatu hadis yang ingin dicari sampai

ditemukan, maka ditemukan pada halaman 103. Dari pentakhrijan ini

dapat dikatakan: Hadis tersebut ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam

Musnadnya juz 3 h. 103.

23

Diantara kelebihan metode takhrij ini adalah memberikan

informasi kedekatan pembaca dengan dengan pen-takhrij hadis dan

kitabnya. Berbeda dengan metode-metode lain hanya memberikan

informasi kedekatan dengan pentakhrijnya saja tanpa kitabnya.

Sedang kesulitan yang dihadapi adalah jika seorang peneliti tidak

ingat atau tidak tahu Nama sahabat atau tabi’in yang

meriwayatkannya, di samping campurnya berbagai masalah dalam satu

Bab dan tidak terfokus pada satu masalah.

5. Metode takhrij melalui pengetahuan tentang Sifat khusus atau

sanad Hadits.

Yang dimaksud[27] dengan metode takhrij ini, ialah memerhatikan

keadaan-keadaan dan Sifat Hadits, baik dalam matan maupun

sanadnya, kemudian mencari asal hadits-hadits itu dalam kitab-

kitab yang[28] khusus mengumpulkan hadits-hadits yang mempunyai

keadaan atau sifat tersebut[29], baik dalam matan maupun

sanadnya. Yang pertama diperhatikan adalah kedaan atau sifat yang

ada pada matan, kemudian yang ada pada sanad, dan selanjut-nya

yang ada pada matan, kemudian yang ada kedua-duanya.

a. Matan

Apabila pada matan hadits itu tampak tanda-tanda ke-

maudhu’an, baik karena rendahnya bahasa atau karena secara jelas

bertentangan dengan Nash Al-Qur’an yang sahih, maka Cara yang

paling mudah untuk mengetahui asal Hadits itu adalah mencari

dalam kitab-kitab yang mengumpulkan hadits-hadits maudhu’. Dalam

24

kitab ini Akan diterangkan dengan jelas hal tersebut. Kitab

semacam ini adalah yang disusun secara alfabetis, antara lain

“kitab al-Mashnu’fi Ma’rifah al-Hadits al-Maudhu’ li al-Syaikh

‘ila al-Qari’ al-harawi. “Dan ada pula yang secara tematis,

antara lain; kitab Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Ahadits

al-Syafiah al-Mawdhu’al-li Al-Kanani.

Apabila Hadits yang Akan di-takhrij itu termasuk Hadits

Qudsi, maka sumber yang paling mudah untuk mencarinya adalah

kitab yang mengumpulkan Hadits-hadits Qudsi secara tersendiri,

antara lain:”kitab Misykah al-Anwar fina Ruwiya’an Allah SAT, min

al Akbar li Ibn Arabi”. Kitab ini mengumpulkan 101 Hadits lengkap

dengan sanadnya. Dan kitab al-Ittihafat al-Saniyyah bil-ahaadits

al-Qudsiyyah karangan syekh Abdur-Rouf al-Manawi, beliau

mengumpulkan 272 hadits tanpa sanad dan menyusun huruf secara

Alfabethis.

b. Sanad

Apabila di dalam sanad suatu Hadits ada ciri tertentu,

misalnya isnad itu mursal, maka Hadits itu dapat dicari dalam

kitab-kitab yang mengumpulkan Hadits-hadits mursal, seperti:”al-

Marasil li Abi Hatim Abd al-Rahman bin Muhammad al-Handhali al-

Razi”, atau mungkin ada seseorang perawi yang lemah dalam

sanadnya, maka dapat dicari dalam kitab”Mizan al-I’tidal li al-

Dzahabi”.

c. dan sanad

25

Ada beberapa sifat dan keadaan yang kadang-kadang terdapat

pada matan dan kadang-kadang pada sanadnya, misalnya: ada illah

(cacat) atau ibham (samar-samar). Maka untuk mencari Hadits-

hadits semacam itu, yaitu:

a. I’lal al-hadits li Ibn Abi Hatim al-Razi.

Kitab ini tersusun dari beberapa Bab, menyebutkan hadits –

hadits yang terkena ‘ilat didalam Bab tersebut dan sekaligus

menjelaskannya.

b. Al-Mustafad min Mubhamat al-Matan wa Al-Isnad Ali Abi

Zar’ah Ahmad bin Abd al-Rahim al-‘Iraqi.

Contoh Penerapan Methode Takhrij Al Hadits tentang amar ma’ruf

nahi mungkar

Shahih Muslim

عف��ر �ن� ج� �د ب� م� ح ا م� ي� µث� د ى خ�� ت� Xمت ن� ال� �د ب� م�� ح ا م� ي� µث� د ان� خ و خ��� ي� ق� ن� س��� ع ع� ت��� ا وك� ي� µث� د ة خ�� �ن ت« Xي� س��� �ب� ن� ا+ �ر ب� ك� �و ي� ��ب; ا ا+ ي� µث� د خ��ل و ال ا+ � ر ق� ك� �ي� ي� �ب� ي;�بX ا+ د ا خ�� د� هات� وه��� Xش�� ن� � ب� ازق ن� ط��� لم ع� س� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ا ع� م� لاه� ة ك� �عن Xا س�� ي� µث� د خ��ال � ق ف�� ة � �ن ط خ� ل ال� � �ن لاة ق� ال ال�ص� � ق ل ف�� � �ه زخ� � ن� ل� ام ا= � ق روان� ف�� لاة م� ل ال�ص� �ن د ق� عي� وم ال� ب�� ة �ن ط خ� ال� �دا+ ي� �ن� ي� م�

ه �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� د ا+ عي� و س��� ���ب; ال ا+ �� ق ك[ ف�� ال��� ي� ا ه� د ت� ��رك�[ م��� �� ق�

26

ك[ ل��� ه ود� ���لن ق �ت ع ق�� ط ت س�� م ن�� ن� ل� ا= ه ق�� لساث�� �ي ع ق�� ط ست م ن�� ن� ل� ا= دة ق�� ي� Ñرة� ث� ي� غ� لت� را ق�� ك ي� م م� ك ي� ي م� ن� زا+ ول م� ف م ي�� ل وس�ل معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ا الا+ ي� µث� د ه خ��� عاوث���� و م� �ب; ا ا+ ي� µث� د علاء خ� ن� ال� �د ب� م ح �ب� م� ي; ر و ك� �ب; ا ا+ ي� µث� د خ� مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+

ن� هات� ع� Xش���� ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� وع� ح���� د ال� عي� ي� س���� �ب� ن� ا+ ه ع� ن���� ÑÙث ن� ا+ اء ع� ��� � زخ� ن� �ب�

ل ���Xمي �م ي� ل ه وس����� ���� لن� ع� ى اهلل ل ى� ص����� �ت ن� ال�ت� د ع� عي� ي� س����� �ب� ا+ Xي;�ب د روان� وخ����� م���� ه ض���� ى� ق� دزي� ف� ح����� د ال� عي� ي� س����� �ب� ا+

ان� ي� ق� ة وس� �عن Xس� Xي;�ب د خ�Sumber: Muslim

Kitab : Iman

Bab : Penjelasan bahwa mencegah kemungkaran adalah bagian dari

iman, dan bahwa iman itu bertambah

No. Hadist : 70

Tahkrij informasi awal didapat dari kitab sembilan imam,

hadis tersebut diriwayatkan oleh muslim. Dengan menggunakan kata

kunci ه اث�� لس����� �ي hadis, ق�� tersebut ditemukan dalam kitab Muslim (No.70), kitab Abu Daud (No. 963, 3777), kitab Tirmidzi (No.2098),

kitab Nasa’i (No. 4922), kitab Ibn Majah (No. 1265,4003), dan

kitab Ahmad (10652, 10723,11034, 11068,1090, 11442).

Hadis penguat

27

ي� �ب� ن� ا+ ه ع� ن��� ÑÙث ن� ا+ اء ع� �� � زخ� ن� �ل ب� معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ا الا+ ي� µث� د ه خ��� عاوث���� و م� ���ب; ا ا+ ي� µث� د علاء خ��� ن� ال� �د ب� م�� ح ا م� ي� µث� د خ���ال ��� دزي� ق� ح���� د ال� عي� ي� س���� �ب� ن� ا+ هات� ع� Xش���� ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� خ وع� ح���� د ال� عي� س����

ب ق� ال� روان� خ���� ا م�� ال ي��� �� ق ل ف�� � �ام زخ� �� ق لاة ف�� ل ال�ص�� � �ن ق� ة � �ن ط خ� ال� �دا+ ي� � �ن د ق�� ي��� وم ع� ى� ب���� ��ر ف� �ي من1 مروان� ال� رخ� خ�� ا+د عي� و س��� �ب; ال ا+ ق لاة ف�� ل ال�ص �ن ق� ة �ن ط خ� ال� �ت ي� دا+ �ي� ه و ن� ق�� ح�رخ� ن� ت�� ك م ي�� د ول� ي� وم ع� ى� ب�� ر ف� �ي من1 ب ال� �رح� خ�� ه ا+ ن� ال�سى ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� � لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� ال ا+ �� ق ف�� لان� ن� ق�� �لان� ب� وا ق�� ال� �� ا ق� د� ن� ه��� دزي� م� ح��� ال�ه اث�� لس� �ي ع ق�� ط ت س� م ن�� ن� ل� ا= دة ق��� � ي� Ñرة ث� ي�� غ� لت� دة ق�� � ي� Ñرة ث� ي�� غ� ن� ي�� اع ا+ ط ت اس�� را ق�� ك� ي� ي م� ن� زا+ ول م� ف م ي�� ل ه وس� لن� ع� اهلل

عف� ص�� ك[ ا+ ل� ه ود� �لن ق �ت ع ق�� ط ست م ن�� ن� ل� ا= ق�� مان� ي;� الا=Sumber : Abu Daud

Kitab : Shalat

Bab : Khutbah di hari Id

No. Hadist : 963

28

ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ان� ع� ي� ق� ا س���� ي� µث� د دي� خ���� ه��� ن� م� � ب� من� ح� ر د ال���� ��� �ي ا ع� ي� µث� د داز خ���� ي���� �ا ث� ي� µث� د خ���� ب ق� ال� ���روان� خ����� م ال ل� ��� ق ل ف�� ��� �ام زخ� ��� ق روان� ف�� لاة م��� ل ال�ص��� ��� �ن ة ق� ��� �ن ط خ� م ال� د ��� ن� ق� ل م� و ال ا+ ��� هات� ق� Xش����

ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه� م� د ا+ عي� و س� �ب; ال ا+ ق ك[ ف�� ال� ي� ا ه� لان� ت� رك�[ م� ا ق�� ال ي�� ق ه ف�� ن� ال�سع ط ت س�� م ن�� ن� ل� ه وم� اث�� لس�� �ي ع ق�� ط ت س�� م ن�� ن� ل� دة وم� �� ي� Ñرة ث� ك�� ن� لت� را ق�� ك�� ي� ي م� ن� زا+ ول م� �� ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص���

خ ي� ج سن� ص� ي;�بX ح� د ا خ� د� سى ه� ي� و ع� �ب; ال ا+ ق� مان� ي;� عف� الا= ص�� ك[ ا+ ل� ه ود� �لن ق �ت ق��

Sumber: Tirmidzi

Kitab : Fitnah

Bab : Menyingkirkan kemungkaran dengan tangan, lisan dan hati

No. Hadist : 2098

ن� لم ع� س�� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ول ع� ع��� ن� م� �ك[ ب� ال��� ا م� ي� µث� د ال خ��� �� د ق� ل�� ح� ا م� ي� µث� د ال خ��� �� د ق� م�� ح ن� م� �د ب� مي��� ح د ال� �� �ي ا ع� ي� µث� د خ���ول � ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس�� دزي� س�� ح�� د ال� عي� و س�� ��ب; ال ا+ �� ال ق� � هات� ق� Xش� ن� � ب� ازق ط�

29

م ن� ل� د ت����ري+ وم� �� ق ه ف�� اث�� لس�� Ñ��رة ي� ي� غ� دة ف�� �� ي� Ñرة ث� ي��� غ� ن� ي�� ع ا+ ط ت س�� م ن�� ن� ل� د ت����ري+ وم� �� ق دة ف�� �� ي� Ñ��رة ث� ي� غ� را ف�� ك�� ي� ي م� ن� زا+ م�

مان� ي;� عف� الا= ص�� ك[ ا+ ل� ري+ ود� �د ت� ق ه ف�� �لن ق �رة� ي� ي� غ� ه ف�� لساث�� Ñرة ي� ي� غ� ن� ي�� ع ا+ ط ست ن��

Sumber : Nasa'i

Kitab : Iman dan syareatnya

Bab : Pemeluk keimanan satu sama lain mempunyai kelebihan

No. Hadist : 4923

د عي� ي� س��� �ب� ن� ا+ ه ع� ن��� ÑÙث ن� ا+ اء ع� �� � زخ� ن� �ل ب� معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ن� الا+ ه ع� عاوث��� و م� ���ب; ا ا+ ي� µث� د �ب� خ��� ي; ر و ك��� ���ب; ا ا+ ي� µث� د خ��� رخ� خ������ ال ا+ ���� دزي� ق� ح����� د ال� عي� ي� س����� �ب� ن� ا+ هات� ع� Xش����� ن� � ب� ازق ن� ط����� لم ع� س���� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� و ع� ح����� ال�

ه ن� ب ال�س���� ق� ال� روان� خ������ ا م���� ل ي������ ���� �ال زخ� ���� ق لاة ف�� ل ال�ص���� ���� �ن ق� ة ���� �ن ط خ� ال� �دا+ ي� ���� �ن د ق�� ي����� وم ع� ى� ب������ ����ر ف� �ي من1 روان� ال� م����ال ق ها ف�� �دا+ ب� �ي ن� ث�« ك م ي�� لاة ول� ل ال�ص �ن ق� ة �ن ط خ� ال� �ت ي� دا+ �ي� و ح�رخ� ن� ت�� ك م ي�� وم ول� ن� ا ال� د� ى� ه� ر ف� �ي من1 ب ال� �رح� خ�� ا+م ك ي� ي م� ن� زا+ ول م� �� ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س� لن� ا ع� ى م� ض� د ق� ق ا ف�� د� ا ه� م� د ا+ عي� و س� �ب; ا+

30

ك[ ل���� ه ود� ����لن ق �ت ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= ه ق����� اث�� لس��� �ي ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= دة ق����� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� لت� دة ق�� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� ن� ي�� اع ا+ ط ت اس���� را ق�� ك��� ي� م�

مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+Sumber: Ibnu Majah

Kitab : Fitnah

Bab : Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar

No. Hadist : 4003

ل �� �ن روان� ق� ب� م�� ط ال خ�� �� هات� ق� Xش��� ن� � ب� ازق ن� ط��� لم ع� س�� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ة ع� �عن Xي� س��� � çب ��ر �ي ج� د ا+ ي��;� ر1 ا ت�� ي� µث� د خ���ا ���ي� ا ا+ ك[ ي���� ل��� ال ت� ��ري د� �� ق ف�� ة �� �ن ط خ� ل ال� �� �ن لاة ق� اي��ب ال�ص�� ا ك��� م�� ي�� ال ا= �� ق ل ف�� �� �ام زخ� �� ق د ف�� عي��� وم ال� ى� ب���� لاة ف� ال�ص��ه �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� ال ا+ �� ق دزي� ف�� ح��� د ال� عي� و س��� ���ب; ام ا+ �� ق ف�� لان� ق��

ك[ ل���� ه ود� ����لن ق �ت ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= ه ق����� اث�� لس��� �ي ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= دة ق����� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� لت� را ق�� ك��� ي� ي م� ن� زا+ ول م� ��� ف م ي�� ل وس����

مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+Sumber: Ahmad

Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits

Bab : Musnad Abu Sa'id Al Khudri Radliyallahu ta'ala 'anhu

No. Hadist : 10723

31

Skema sanad

م ك ي� ي م� ن� زا+ ول م� ف م ي�� ل ه وس� لن� ع� ى اهلل ل ص� ول اهلل زس�

32

Sa’ad bin Malik bin Sinan bin ‘Ubaid

Thariq bin Syihab bin‘Abdu Syams bin Hilal

Qais bin Muslim

Sy’bah binAl-Hajjaj bin Al-

Muhammad bin Khazim

Raja’ bin Rabi’ah

Isma’il bin Raja’ bin

Malik bin Mi’wal bin‘Asyim

Sulaian bin Mihran Yazid bin

Harun

Nasa’i

Makhlad bin Yazid

Muhammad bin Al ‘Alaa’ binKuraih

Sa’id binMasruq

Timidzi

Muhammad bin Basyar bin Usman

Ahmad

Abdurrahman bin Mahdiy bin Hasan

Abdul Hamid bin Muhammad bin Al

Abu Daud dan Ibnu Majjah

33

Dari kelima riwayat tersebut, yang memiliki redaksi paling

mirip dengan yang digunakan Muslim dalam kitab Shahih Muslim

adalah riwayat Abu Daud dan Ibnu Majjah. Dengan demikian langkah

berikutnya bisa langsung melakukan kritik hadis (sanad/matan)

pada hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majjah. Berikut biogragi

singkat para perawi dalam jalur sanad Abu Daud dan Ibnu Majjah:

1. Sa’ad bin Malik:

Nama Lengkap : Sa'ad bin

Malik bin Sinan bin 'Ubaid

Kalangan : Shahabat

Kuniyah : Abu Sa'id

Negeri semasa hidup :

Madinah

Wafat : 74 H

2. Raja’ bin Rabi’ah

ULAMA KOMENTAR

Ibnu Hajar al

'AsqalaniShahabat

Nama Lengkap : Raja' bin

Rabi'ah

Kalangan : Tabi'in

kalangan pertengahan

Kuniyah : Abu Isma'il

Negeri semasa hidup :

Kufah

Wafat :

ULAMA KOMENTAR

Ibnu Hibban

disebutkan

dalam 'ats

tsiqaat

Ibnu Hajar al

'AsqalaniShaduuq

Adz Dzahabi Tsiqah

34

3. Isma’il bin Raja’ bin

Rabi’ah

Nama Lengkap : Isma'il bin

Raja' bin Rabi'ah

Kalangan : Tabi'in

kalangan biasa

Kuniyah : Abu Ishaq

Negeri semasa hidup :

Kufah

Wafat :

ULAMA KOMENTAR

Yahya bin Ma'in Tsiqah

Abu Hatim Tsiqah

An Nasa'i Tsiqah

Ibnu HibbanDia

mentsiqahkannya

Adz Dzahabi Tsiqah

Al Azdimungkarul

hadits

4. Sulaima bin Mihran

Nama Lengkap : Sulaiman

bin Mihran

Kalangan : Tabi'in

kalangan biasa

Kuniyah : Abu Muhammad

Negeri semasa hidup :

Kufah

ULAMA KOMENTAR

Al 'Ajli tsiqah tsabat

An Nasa'i tsiqah tsabat

Yahya bin Ma'in Tsiqah

Ibnu Hibban disebutkan

dalam 'ats

35

Wafat : 147 H tsiqaat

Ibnu Hajar al

'AsqalaniTsiqah Hafidz

Ibnu Hajar al

'AsqalaniYudallis

Abu Hatim Ar

Rozy

Tsiqah

haditsnya

dijadikan

hujjah

5. Muhammad bin Khazim

Nama Lengkap : Muhammad

bin Khazim

Kalangan : Tabi'ul Atba'

kalangan tua

Kuniyah : Abu Mu'awiyah

Negeri semasa hidup :

Kufah

Wafat : 195 H

ULAMA KOMENTAR

An Nasa'i Tsiqah

Ibnu Kharasy Shaduuq

Ibnu Hibban

disebutkan

dalam 'ats

tsiqaat

Ibnu Sa'd Tsiqah

Al 'Ajli Tsiqah

Al 'AjliTertuduh

Seorang Murjiah

36

6. Muhammad bin Al ‘Alaa’ bin Kuraib

Nama Lengkap : Muhammad

bin Al 'Alaa' bin Kuraib

Kalangan : Tabi'ul Atba'

kalangan tua

Kuniyah : Abu Kuraib

Negeri semasa hidup :

Kufah

Wafat : 248 H

ULAMA KOMENTAR

Abu Hatim Shaduuq

An Nasa'i la ba`sa bih

Ibnu Hibban

disebutkan

dalam 'ats

tsiqaat

Maslamah bin

QasimKuufii TsiqaH

Ibnu Hajar al

'AsqalaniTsiqah Hafidz

Adz Dzahabi Hafizh

Kesimpulan

Berdasarkan penilaian para ulama terhadap masing-masing

perawi dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majjah,

serta rentang masa hidup yang memungkinkan antar perawi untuk

bertemu, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketersambungan dalam

rangkaian sanad tersebut. Demikian, sanad tersebut adalah

muttashil dan marfu’ karena rangkaian sanadnya sampai kepada

Rasulullah saw. Terkait dengan kualitasnya, semua perawi dalam

sanad Abu Daud dan Ibnu Majjah tersebut dapat diterima

37

periwayatannya karena mayoritas berkualitas tsiqah. Dan yang

terkait dengan redaksinya, hadis tersebut lebih banyak

diriwayatkan bi al-ma’na dan bil lafdzi. Hal ini didasarkan pada

tidak adanya keseragaman redaksi pada kelima riwayat dengan jalur

yang berbeda, terlebih jika merujuk pada hadis-hadis dari jalur

lain yang merupakan syawahid-nya, akan ditemukan banyak keragaman

redaksi yang berbeda namun memiliki esensi yang sama. Berikut

daftar syawahid dari hadis yang dimaksud:

م   Xي;�ب ط�رف� ال�حد ي� �ب� ال�صحا اسم �ات ال�كي

ق ف� ا+ و ال�عر� ال�مصن�ف�

ة س�ن� اة ال�وق��

1 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñكرة ث� ي� لت� ق��ه لساث�� �كرة ي� ي� لت� طع ق�� ن��ستكرة ي� لت� طع ق�� ن� ل�م ن��ست ا= ق��عف� ص�� اك�[ ا+ ه ود� �لن ق �ي�

مان� ي;� الا=

ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� ñرا ح�كام ال�ف ا+صاص �ل�لخ

270 272 صاص �ال�خى� ف� ال�جت�

370

2 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��ن� ل�م ا= ه ق�� لساث�� �ي طع ق�� ن��ستل�ك[ ه ود� �لن ق �ت طع ق�� ن��ست

مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+

ن� م�ال�ك[ �خ م�سلم س�عد ب� ص�جي� 73 52 ن� �م�سلم ب�اخ� �ال�حح

261

3 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+دة ي� Ñرة ث� ي� غ� ن� ي�� طاع ا+ اس�ت ق��ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��ن� ل�م ا= ه ق�� لساث�� �ي طع ق�� ن��ستل�ك[ ه ود� �لن ق �ت طع ق�� ن��ست

مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+

ن� م�ال�ك[ �ه س�عد ب� �ن� م�اج �س�ي�ن� اب� 4011 4013 ه �ن� م�اج �اب�ى� ت� ث;� و ال�ف ر�

275

4 كرا م�ن� كم م�ي� ي م�ي� زا+رة ي� غ� ن� ي�� طاع ا+ ن� اس�ت ا= ق�� ال مرة عل وق� ف� لت� دة ق�� ي� Ñث�

دة ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ن� ل�م ق�� ا= ق��ن� ا= ه ق�� لساث�� �ي دة ق�� ي� Ñطع ث� ن��سته �لن ق �ت ه ق�� لساث�� �طع ي� ل�م ن��ستعف� ص�� ل�ك[ ا+ ود�

مان� ي;� الا=

ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� �ح�مد ب� د ا+ م�سي�ل �ي خ�ي�

10862

10689 ن� �ح�مد ب� ا+

ل �ي خ�ي�241

5 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��

ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� �ح�مد ب� د ا+ م�سي�ل �ي خ�ي�

11246

11068 ن� �ح�مد ب� ا+

ل �ي خ�ي�241