takhrij al hadits
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of takhrij al hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Al-Hadits
Ilmu Takhrij Al-Hadits ialah ilmu untuk mengetahui para
perawi hadits dari sisi hubungannya dengan usaha periwayatan
mereka terhadap hadits. Maksudnya ialah ilmu yang membahas
masalah sejarah perjalanan hidup para perawi, mulai dari kapan
dan di mana ia di lahirkan, dari siapa ia menerima hadits, siapa
saja orang yang pernah mengambil hadits darinya, sampai pada
masalah di mana dan kapan ia meninggal dunia, bahkan sampai guru-
guru dan aliran mazhab yang di anutnya, negara-negara mana yang
pernah di kunjunginya, termasuk tempat studynya dan teman-teman
yang segenerasi (se-thabaqat) denganya dan sebagainya1.
Kata takhrij berasal dari kata kharaja, yang berarti al-zuhur
(tampak) dan al-buruz (jelas,) Takhrij juga bisa berarti al-istinbat
(mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih (menerangkan),
Takhrij juga bisa berarti Ijtima’ al-amra’aini al-muttadla diin fi syai’in wahid
(berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan dalam suatu hal),
al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya), at-tadrib (latihan), al-
taujih (menjelaskan duduk persoalan, pengarahan).Sedang menurut
Syeikh Manna’ Al- Qaththan, takhrij berasal dari kata kharaja
yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaan,terpisah dan
kelihatan. Al-kharaja artinya menampakan dan memperlihatkannya,
dan al-makhraja artinya tempat keluar, dan akhraja al-khadits wa1 Ridwan Nasir, Ulumul Hadits & Musthalah Hadits, (Jombang: Darul Hikmah), 2008
2
3
kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadits kepada
orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.2
Adapun beberapa pengertian Takhrij menurut para ulama:3
1. Syeikh Mahmud athtahhan mengatakan:” takhrij adalah
menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya,
dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan
sanadnya,serta menjelaskan derajatnya jika diperlukan.
Dr. Bakar Abu zaid menolak defenisi ini dan mengatakan:
defenisi ini cocok untuk jalur pengeluaran hadits, dan
tidak bisa diterima untuk mendefenisikan atau
memperjelaskan makna takhrij secara hakikat karena
defenisi yang seperti ini tidak sesuai dengan metode
pembentukan ta`riif atau defenisi menurut para ahli ilmu
manthiq.
2. Imam albuqqa`i berkata: Takhrij adalah menampakkan
tempat-tempat hadits tersebut dari sumber-sumbernya yang
dilengkapi dengan sanad.kemudian beliau mengatakan defenisi
yang beliau sebutkan ini tidak akan bertolak belakang dengan
sebagian kitab-kitab takhrij al-hadits yang menyebutkan
didalamnya hukum mengenai hadits-hadits baik dari segi
keshahihan atau kedha`ifannya,karena beliau disini hanya
memperhatikan inti dari kata takhrij tanpa memperhatikan
tambahan-tambahan yang lainnya.akan tetapi defenisi yang
2 Pengertian Takhrij (http://alhaditslover.blogspot.com/2013/10/makalah-takhrij-alhadits_801.html) diakses tanggal 7 november 20143 Ibid
4
kedua ini pun tidak terlepas dari apa yang kita katakan pada
defenisi yang pertama tadinya.
3. DR.Sa`ad bin Abdullah alu humaid menyebutkan untuk
takhrij alhadits ada tiga defenisi secara istilah,yaitu:4
a. Defenisi pertama:mengeluarkan hadits dan menampakkannya
untuk orang ramai dengan menyebutkan sanad dan matan,maka
dikatakan:hadits ini dikeluarkan oleh imam albukhari
yaitu beliau menampakkannya untuk orang ramai dengan
menyebutkan sanad dan matannya secara sempurna.
b. Defenisi Kedua: Mengeluarkan hadits dari kitab-kitab
tertentu dengan menyebut nama almukharrij (yang
menyebutkan hadits ini dalam kitabnya) lengkap dengan
sanad sebagaimana yang dilakukan oleh imam alhafidz ibnu
hajar dalam kitabnya nataaij alafkaar fii takhriij ahaadits
alazkaarimam,anawawi dalam kitab alazkar hanya menyebutkan
hadits tanpa menyebutkan sanad dengan tetap menyebut
penulisnya sebagaimana metode beliau dalam kitab
riyadhushalihin kemudian alhafidz ibnu hajar mengeluarkan
haditsnya satu persatu dengan menyebut sanadnya yang
panjang hingga ke rasulullah saw dengan sedikit
perubahan.
c. Defenisi Ketiga: Barangkali defenisi yang terakhir inilah
yang lebih tepat dibandingkan dengan defenisi-defenisi
yg sebelumnya yaitu defenisi DR.Bakar abu zaid,beliau
mengatakan: takhrij adalah mengetahui perawi dan apa yang
4 Ibid
5
diriwayatkannya,tempat hadits itu dikeluarkan,serta
hukumnya baik shahih atau dha`if dengan mengumpulkan
keseluruhan jalur periwayatan dan lafadz2 nyakemudian
beliau mengatakan:inilah defenisi attakhrij dengan makna
yang lebih konkrit,dan inilah yang dimaksud ketika lafadz
attakhrij itu diitlaqkan,dan defenisi ini lebih sesuai
dengan praktek nyata para ahli hadits dalam mentakhrij
alhadits.
B. Tujuan dan Manfaat
Kegiatan Takhrijul Hadist mempunyai tujuan yang ingindicapai. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:5
a. Mengetahui sumber otentik suatu hadist dari buku hadist
apa saja yang didapatkan.
b. Mengetahui ada berapa tempat hadist tersebut dengan
sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadist atau
dalam beberapa buku induk hadist.
c. Mengetahui kualitas hadist makbul (diterima) atau mardud
(ditolak).
d. Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu
hadist yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku
hadist atau tidak
e. Mengetahui asal-usul riwayat hadist yang akan diteliti.
f. Mengetahui seluruh riwayat bagi hadist yang akan
diteliti.
g. Mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada
hadist yang akan diteliti.5 Ibid
6
Tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat Takhrij adalah
sangat besar terutama bagi orang yang mempelajari hadist dan
ilmunya. Adapun manfaat takhrijul hadist cukup banyak
diantaranya adalah sebagai berikut:6
a. Menghimpun sejumlah sanad hadist, dengan takhrij
seseorang dapat menemukan sebuah hadist yang akan
diteliti di sebuah atau beberapa tempat di dalam kitab
Al-Bukhori saja, atau di dalam kitab-kitab lain. Dengan
demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.
b. Mengetahui referensi beberapa buku hadist, dengan
takhrij seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu
hadist dan yang diteliti dan di dalam kitab hadist apa
saja hadist tersebut didapatkan.
c. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan
yang terputus (munqathi’) dan mengetahui kadar kemampuan
perawi dalam mengingat hadist serta kejujuran dalam
periwayatan.
d. Mengetahui status suatu hadist. Terkadang ditemukan
sanad suatu hadist dhoif, tetapi melalui sanad lain
hukumnya sahih.
e. Meningkatkan suatu hadist yang dhoif menjadi hasan
lighorihi karena adanya dukungan sanad lain yang
seimbang atau lebih tinggi kualitasnya, atau
meningkatnya hadist hasan menjadi shohih ligoirihi
6 Ibid
7
dengan ditemukannya sanad lain yang seimbang atau lebih
tinggi kualitasnya.
f. Mengetahui bagaimana para imam hadist menilai suatu
kualitas hadist dan bagaimana kritikan yang disampaikan.
g. Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun
beberapa sanad dan matan hadist.
h. Dengan takhrij dapat diketahui banyak sedikitnya
beberapa jalur periwayatan suatu hadist yang sedang
menjadi topik kajian.
i. Dengan takhrij akan diketahui kuat dan tidaknya
periwayatan. Makin banyaknya jalur periwayatan akan
menambah kekutan riwayat, sebaliknya tanpa dukungan
periwayatan lain maka berarti kekuatan periwayatan tidak
bertambah.
j. Dengan takhrij kekaburan suatu periwayatan, dapat
diperjelas dari periwayatan jalur isnad yang lain. Baik
dari segi rawi, isnad maupun matan hadist.
k. Dengan takhrij akan dapat ditentukan status hadist
shahih dzatihi atau shahih lighoirihi, hasan lidzatihi
atau hasan lighoirihi. Demikian juga akan diketahui
istilah hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan ghorib.
l. Dengan takhrij akan dapat diketahui persamaan dan
perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai
periwayatan dan beberapa hadist terkait.
m. Memberika kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adlah maqbul
8
(dapat diterima), sebaliknya orang yang tidak
mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut
mardud (ditolak).
n. Mengetahui keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar-
benar berasal dari Rasululloh SAW yang harus diikuti
karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran
hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
C. Metode dan langkah-langkah Takhrij Al-Hadits
Sebelum seseorang melakukan takhrij suatu hadits, terlebih
dahulu dia harus mengetahui metode atau langkah-langkah dalam
takhrij sehingga Akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dan tidak
ada hambatan. Pertama yang perlu di maklumi adalah bahwa teknik
pembukuan buku-buku hadits yang telah dilakukan para ulama dahulu
memang beragam dan banyak sekali macam- macamnya. Di antaranya
ada yang secara tematik, pengelompokan hadits didasarkan pada
tema-tema tertentu seperti kitab Al- Jami Ash-Shahih li Al-
Bukhori dan sunan Abu Dawud. Diantaranya lagi ada yang didasarkan
pada huruf permulaan matan hadits diurutkan sesuai dengan
alphabet Arab seperti kitab Al-Jami Ash-Shaghir karya As- Suyuthi
dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh para ulama dalam rangka
memudahkan umat Islam untuk mengkajinya sesuai dengan kondisi
yang ada7.
7 Dr.H.Abdul majid khon, Ulumul hadis, Jakarta: Sinar Grafika Offset, Cetakan kedua, th.2009, hlm. 118-119.
9
Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku hadits,
maka sangat diperlukan beberapa metode takhrij yang sesuai dengan
teknik buku hadits yang ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode
takhrij dalam arti penulusuran hadits dari sumber buku hadits
yaitu takhrij dengan kata (bi al-lafdzi), Takhrij dengan tema (bi
al-maudhui) takhrij dengan permulaan Matan (bi Awwal al-matan)
takhrij melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-a’la) dan takhrij
melalui pengetahuan tentang sifat khusus atau sanad hadits. Mari
kita praktekkan satu – persatu:
1. Takhrij dengan kata (bi al-lafzhi)
Metode takhrij pertama ini penulusuran hadits melalui
kata/lafal matan hadits baik dari permulaan, pertengahan, dan
atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode takhrij ini salah
satunya yang paling mudah adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li
Alfadz Al-Hadits An-Nabawi yang disusun A.j. Wensinck dan kawan-
kawannya sebanyak 8 jilid.
Maksud takhrij dengan kata adalah takhrij dengan kata benda
(kalimah isim) atau kata kerja (kalimah fi’il) bukan kata sambung
(kalimah huruf) dalam bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3
huruf. Kata itu diambil dari salah satu bagian dari teks hadis
yang mana saja selain kata sambung/ kalimah huruf kemudian dicari
akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf, kemudian
dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya tiga huruf
yang disebut dengan fiil tsulatsi. Jika kata dalam teks hadis
yang dicari kata: ,misalnya م�س��������لم maka harus dicari asal akar
10
katanya yaitu dari kata: س�لم setelah itu baru membuka kamus Bab سbukan Bab م. Demikian juga jika kata yang dicari itu kata: مس لت ي��
maka akar katanya adalah: ل�مس kamus yang dibuka adalah Bab ل bukanbab ي� dan begitu seterusnya8.
Kamus yang digunakan mencari hadis adalah Al-Mu’jam Al-
Mufahras li-Alfazh Al-Hadits Annawawi. Kamus ini terdiri dari 8
jilid, disusun oleh tim orientalis di antaranya adalah Arnold
JohnWensinck atau disingkat A.J.Wensinck (w.1939M) seorang
profesor bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa Arab di lafal dan
penggalan matan hadis, serta mensistimatisasikannya dengan baik
berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi. Untuk kegiatan
takhrij dalam arti kegiatan penelusuran hadis dapat diketahui
melalui periwatan dalam kitab-kitab yang ditunjukkannya9. Lafal-
lafal hadis yang dimuat dalam kitab Al-Mu’jam ini bereferensi
pada kitab induk hadis sebanyak 9 kitab yaitu sebagai berikut:
a. Shahih Al-Bukhari dengan diberi lambang: خ�b. Shahih Muslim dengan lambang: مc. Sunan Abu Dawud dengan lambang:د d. Sunan At-Tirmidzi dengan lambang: ت
8 Ibid.9 Ibid. h 120.
11
e. Sunan An-Nasa’I dengan lambang: ن�f. Sunan Ibnu Majah dengan lambang :ه �جg. Sunan Ad-darimi dengan lambing: دي�h. Muwatha’ Malik dengan lambang :طi. Musnad Ahmad dengan lambang :ح�م
Contoh hadis yang ingin ditakhrij:
وا �حاب� ى ت� وا ح�ت م�ن� و+ وا ولا ب� م�ن� و+ ى ب� ة/ ح�ت ن1 �لون� ال�ج دخ�� لا ي�Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kata-
kata yang digaris bawahi. Andaikata dari kata و �ح����اب� dapat dilihat ت�Bab dalam kitab Al-mu’jam karena kata itu berasal dari kata خ
�ب �-Setelah ditelusuri kata tersebut dapat ditemukan di Al .ح�بMu’jam juz 1 hlm.408 dengan bunyi:
مان� ي;� , 93م ا= �دت امه 131, ا+ ي� ه ال�ق ن� 54. ت ص�ف� د1 ي+ س�ت/ دمه 1, ا= ه م�ق �دت� 9, ج 165, 1, ح�م 11, ا+Maksud ungkapan diatas adalah:
مان� م 93 ي;� Shahih Muslim kitab iman nomor urut hadits 93 = ا=
12
دت� د 131 .Sunan Abu Dawud kitab Al-Adab nomor urut Bab 131 = ا+
ام�����ه ي� ه ال�ق ف� ان�54ص������ د1 ي+ ت/ س������� Sunan At-Tirmidzi kitab sifah al- qiyamah = ت 1 ,ا=nomor urut bab 54 dan kitab isti’dzan nomor urut bab1
دم�ه ه م�ق �11, ادت� 9ج� = Sunan Ibnu Majah kitab Mukadimah nomor urut bab 9
dan kitab Al-Adab nomor urut bab 11.
165, 1ح�م = Musnad Imam Ahmad bin Hanbal juz 1 hlm. 165.
Pengertian nomor-nomor dalam Al-Mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahih Al-
Bukhori Sunan Abu Dawud, sunan At-tirmidzi, Sunan An-Nasa’I,
sunan Ibnu Majah dan sunan ad-Darimi menunjukkan angka bab
bukan angka hadis.
b. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau Bab pada shahih
Muslimdan muwataha’ Malik menunjukkan angka urut hadis bukan
angka Bab.
c. Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih
besar menunjukkan angka juz kitab dan angka sesudahnya atau
angka yang biasa menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad
yang berada di dalam kotak bukan yang di pinggir atau diluar
kotak.
Al-Mu’jam hanya menunjukkan tempat hadis tersebut dalam
berbagai kitab hadis sebagaimana diatas. Maka tugas peneliti
13
berikutnya menelusuri Hadis tersebut ke dalam berbagai kitab
hadis sesuai dengan petunjuk Al-Mu’jam untuk dihimpun dan
dianalisis perbandingan10.
Metode takhrij dengan laladz ini mepunyai kelebihan dan
kekurangan. Dintara kelebihannya adalah hadis dapat dicari
melalui kata mana saja yang diingat peneliti tidak harus dihapal
seluruhnya dan dalam beberapa kitab hadis. Sedangkan di antara
kesulitannya adalah seorang peneliti harus menguasai Ilmu Sharaf
tentang asal usul suatu kata.
2. Takhrij dengan tema (bi al-mawdhui)
Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran hadis yang
didasarkan pada topic (mawdhui), misalnya Bab Al-Khatam, Al-
Khadim, Al-Ghusl, Adh-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti
hendaknya sudah mengetahui topic suatu hadis kemudian ditelusuri
melalui kamus hadis tematik. Salah satu kamus hadis tematik
adalah Miftah min Kunuz Assunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi,
terjemahan dari aslinya bebahasa Inggris A Handbook of Early
Muhammadan karya A.J.Wensink pula. Dalam kamus Hadis ini
dikemukakan berbagai topic baik berkenaan dengan petunjuk –
petunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan Nama. Untuk setiap
topic biasanya disertakan subtopic dan untuk setiap sub topik
dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya11.
Kitab – kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut
sebanyak 14 kitab lebih banyak dari pada Takhrij bi Al-Lafzi di10 Ibid. h.121.11 Ibid. h. 121-122.
14
atas yaitu 8 kitab sebagaimana di atas ditambah 6 kitab lain.
Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai
berikut:
a. Shahih Al-Bukhori dengan diberi lambang : خ� �ت�
b. Shahih Muslim dengan lambing :م�س
c. Sunan Abu dawud dengan lambing :د �ي�d. Sunan At- Tirmidzi denagn lambing :ر ت�
e. Sunan An-Nasa’I dengan lambing :س ن��
f. Sunan Ibnu majah dengan lambang : م�خ�
g. Sunan Ad-Darimi dengan lambang : مى�
h. Muwaththa’ Malik dengan lambang :م�اi. Musnad Ahmad dengan lambang :ح�م
j. Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi :طk. Musnad Zaid bin Ali : ز�l. Sirah Ibnu Hisyam : Xه�ش
15
m. Maghazi Al- Waqidi :د ق�n. Thabaqat Ibnu Sadin : ع�د
Kemudian arti singkatan – singkatan lain yang dipakai dalam kamus
ini adalah sebagai berikut:
a. Kitab = ]ك�b. Hadis = خc. Juz = خ�d. Bandingkan (qobil) = ا ق�e. Bab = �تf. Shahifah= صg. Bagian( qismun)= ق
Misalnya ketika ingin men-takhrij hadis:
ت�ى Xى م�ت ت� Xل م�ت ص�لاة ال�ي�Hadis tersebut temanya shalat malam (Shalat al-layl). Dalam kamus
miftah dicari pada Bab Al-Layl tentang shalat malam yaitu
dihalaman 430. Disana dicantumkan sebagai berikut:
16
-ك�[ خ� �10ت� 19, ك�[ 1ت� 145, ك�[84 ت� 8ت�
148 – 145 خ 6م�س – ك�[
د – ك�[ �24 ت� 5ي�
206 ت� 2ت� ر – ك�[
21 , 155 ت� 2م�خ� – ك�[
13, 7 خ 7م�ا – ك�[
13, 7 خ 7م�ا – ك�[
ان� ص X10, 9, 5ح�م –ي�Maksudnya hadis tersebut adanya dalam:
Al-Bukhori, nomor urut kitab 8 dan nomor urut Bab 84, nomor urut
kitab 145, nomor urut Bab 1, nomor urut kitab 19 dan nomor urut
bab 10.
Muslim, nomor urut kitab 6 dan nomor urut hadis 145- 148.
Abu Dawud, nomor urut kitab 5dan nomor urut Bab 24.
At-Tirmidzi, nomor urut kitab 2 dan nomor urut Bab 206.
17
Ibnu Majah, nomor urut kitab 5dan nomor urut Bab 172.
Ad- darimi nomor urut kitab 2 dan nomor urut Bab 155 dan 21.
Muwaththa’ Malik, nomor urut kitab 7 dan nomor urut hadis 7 dan
13.
Ahmad, juz 2 halaman.5,9, dan 10.
Diantara kelebihan metode ini, peneliti mengetahui makna
hadis saja tidak diperlukan harus mengingat permulaan matan teks
hadis, tidak perlu harus menguasai asal usul akar kata dan tidak
perlu juga mengetahui sahabat yang meriwayatkannya. Di samping
itu peneliti terlatih berkemampuan menyingkap makna kandungan
hadis. Sedang diantara kesulitannya adalah terkadang peneliti
tidak memahami kandungan hadis atau kemungkinan hadis memiliki
topik berganda12.
3. Takhrij dengan Permulaan Matan (bi awwal al-matan)
Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya,
misalnya awal suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari
pada Bab mim, jika diawali dengan huruf ba maka dicari pada Bab
ba dan seterusnya. Takhrij seperti ini di antaranya dengan
menggunakan kitab Al-jami’ Ash-Shaghir Atau Al-Jami’ Al-kabir
karangan As-Suyuthi dan Mu’jam Jami’ Al-Ushul fi Ahadits ar-
Rasul, karya Ibnu Al-Atsir.
Kitab Al-jami’ Ash-Shaghir nama lengkapnya Al-Jami’ Ash-
Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nadzir, salah satu kitab karangan12 Abdul Muhdi bin Abdul Qadir, Thuruq Takhrij Hadits Rosulullah SAW. (Cairo: Dar al-I’tisham, 1987), hlm. 151 – 152.
18
As-Suyuthi (w.911 H). Dia seorang ulama hadis yang memiliki gelar
Al-Musnid (gelar keahlian meriwayatkan hadis beserta sanadnya)
dan Al-Muhaqqiq (peneliti) dan hapal 200.999 hadis13. Sebuah
kitab yang menghimpun ribuan hadis yang terpilih dan yang
singkat-singkat dipetik dari kitabnya yang besar jam’u al-
jawami’14, terdiri dua juz susunan hadis kitab ini sesuai dengan
urutan alphabet Arab alif, ba, ta, tsa, ja, ha, kha dan
seterusnya….jika seorang peneliti ingin mencari hadis melalui
kitab ini harus ingat huruf apa permulaan hadisnya, kemudian
membuka kitab tersebut pada bab yang sesuai dengan huruf
permulaan tersebut.
Misalnya ketika ingin mencari hadis yang populer di tengah –
tengah santri dan mahasiswa:
ه ع�لى ك�ل م�سلم ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�
Kita buka kitab Al-Jami’ Ash- Shaghir Bab ط kita temukan pada juz2 hlm. 54 ada 4 tempat periwayatan disebutkan yaitu sebagai
berikut:
مام ع�ن� اس, ي� �ن� ع�ي �ن� ع�لى� )ط�ش( ع�ن� اب� �ن� ب� ط( ع�ن� ال�جسي� س )ط�ص خ�� ه ع�لى ك�ل م�سلم ( ع�د ه�ب� ( ع�ن� ان�� ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�
د )ص�خ( ي� س�عي� �ب� ( ع�ن� ا+ �ط( ع�ن� ع�لى� )ط�ش ه�ب ن� م�سعود )خ�� �ب� ( ع�ن� ا= �اب��ن� ع�مر )ط�ب
13 Ibid, hlm. 31.14 Jalaluddin Abdurrahman Ibnu Abi Bakar As- Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 11, (Surabaya: Al-hidayah), hlm 3.
19
ه�له ر ا+ ي� د غ� ع ال�علم ع�ي� ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وواص�� ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�
) س )ص� ن�� ه�ب� )ة( ع�ن� ا+ ل�و+ وال�د� وه�ر وال�لو+ �ت;�ر ال�ج از� ن� لد ال�ج� ك�مق
ى� ال�علم ع�ن� ر ف� �د الي �ن� ع�ي �ب� حر, ا= �ى� ال�ب ان� ف� ي ى ال�حي� ى+ ح�ت Xف�ر له ك�ل ش ع� ن� ط�ال�ب� ال�علم ن��ست ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وا= ض� ي;� �ر ط�لب� ال�علم ف�
س )ص�خ( ن�� ا+
س ن�� ى� ال�علم ع�ن� ا+ ر ف� �د الي �ن� ع�ي �ب� ( ا= �ان� )ه�ب ه ال�لهق� Xث� ا ع�� جب�� ا= ه ع�لى ك�ل م�سلم ، وال�له ت�� ض� ي;� �ر ص�خ ط�لب� ال�علم ف�
Keterangan lambang – lambang di atas:
a. Ibnu Adi dalam kitab Al-Kamil = )ه�ب� ( ع�دb. ط) ط ,Ath-Thabarani dalam Ash-Shaghir =(ط�ص خ�� Al-Khathib = خ��c. Ath-Thabarani dalam Al-Awsath =(ط�ش)d. ( �Ath-Thabarani dalam Al- kabir = (ط�بe. Hadis Shahih =ص�خ
f. Ibnu Majah=(ة)g. ( Hadis Dhai =(ص�
h. Hadis Shahih= (ص�خ)
20
i. �.Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman = ه�بj. Hadis Shahih = (ص�خ)
Dari hasil takhrij di atas ditemukan bahwa seluruh hadis
hanya menyebutkan sampai م�س��لم tidak ada yang menyebutkan Akan وم�س��لمهtetapi yang beredar selalu menyebutkan seperti itu, mungkin ada
rujukannya asal dalam kitab hadis yang dapat dipedomani.
Kualitasnya shahih 3 tempat dan yang satu dha’if.
Lambang –lambang singkatan sebagaimana di atas mempunyai
makna dan telah dijelaskan oleh penyusunnya As-Suyuthi dalam
Mukadimahnya, bagi yang ingin mengetahui secara menyeluruh dapat
buka kitab Al-Jami’ Ash-Saghir Bab Mukaddimah.
Di antara kelebihan metode ini adalah dapat menemukan hadis yang
dicari dengan cepat dan mendapatkan hadisnya secara utuh atau
keseluruhan tidak penggalan saja sebagaimana metode-metode
sebelunya. Akan tetapi, kesulitannya bagi seseorang yang tidak
ingat permulaan hadis. Khawatir hadis yang diingat itu sebenarnya
penggalan dari pertengahan atau akhiran hadis bukan permulaannya.
4. Takhrij melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-ala).
Takhrij ini menelusuri hadis melalui sanad yang pertama atau
yang paling atas yakni para sahabat (muttasil isnad) atau tabi’in
(dalam hadis mursal). Berarti peneliti harus mengetahui terlebih
dahulu siapa sanadnya di kalangan sahabat atau tabi’in, kemudian
21
dicari dalam buku hadis Musnad, atau Al-Athraf. Diantara kitab
yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Musnad atau Al-
Athraf. Seperti Musnad Ahmad bin Hambal, Tuhfat As-Asyraf bi
Ma’rifat Al-Athraf karya Al-Mizzi dan lain-lain. Kitab Musnad
adalah pengkodifikasian hadis yang sistematikanya didasarkan pada
nama-nama sahabat atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan
sifat tertentu. Sedangkan Al-Athraf adalah kitab hadis yang
menghimpun beberapa hadisnya para sahabat atau tabi’in sesuai
dengan urutan alphabet Arab dengan menyebutkan sebagian dari
lafal hadis.
Adapun manfaat dari kitab Athraf, antara lain adalah:
1) Memberi informasi tentang berbagai sanad hadits yang
berbeda-beda secara keseluruhan dalam satu tempat. Dengan
demikian dapat diketahui dengan mudah apakah Hadits itu
gharib, aziz, atau masyhur;
2) Memberikan informasi tentang siapa saja di antara para
penyusun kitab- kitab hadits yang meriwayatkannya dan dalam
bab apa mereka mencantumkan; dan
3) Memberikan informasi tentang jumlah hadits setiap sahabat
yang diriwayatkan Hadits dalam kitab-kitab yang dibuat
athraf-nya.
Mengingat kitab athraf ini hanya menyebutkan sebagian matan
hadits, maka untuk mengetahuinya secara lengkap masing- masing
perlu merujuk kepada kitab sumber yang ditunjukkan oleh kitab
athraf tersebut.
22
Cukup banyak kitab Musnad pada awal abad kedua Hijriyah, di
antaranya yang sangat populer adalah Musnad Ahmad bin hanbal
(w.241 H). Sesuai dengan masa perkembangannya latar belakang
penulisannya agar mudah dihapal, beberapa hadis dikelompokkan
berdasarkan pada sahabat yang meriwayatkannya. Kitab ini memuat
sekitar 30.000 hadis sebagian pendapat 40.000 buah hadis secara
terulang-ulang (mukarrar) sebanyak 6 jilid besar. Sistematikanya
tidak di sesuaikan dengan urutan alphabet Arab, tetapi didasarkan
pada sifat-sifat tertentu, yakni pertama sepuluh orang sahabat
Nabi yang digembirakan surga, kemudian musnad sahabat empat,
musnad sahabat ahli bait, musnad sahabat-sahabat yang populer,
musnad sahabat dari Mekkah (Al-Makiyyin),dari syam (Ash-
Syammiyyin), dari kufah, Bashrah, sahabat Anshar, sahabat wanita,
dan dari Abu Ad-Darda.
Bagaimana Mentakhrij sebuah hadis berikut dalam musnad Ahmad:
امه ق� ر الا= وت� ان� وب�� د� ع الا+ ف� Xن� ن��س لال ا+ �مر ي� ال ا+ ن� م�ال�ك[ ق� �س ب� ن�� ع�ن� ا+Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik,
terlebih dahulu Nama Anas itu dilihat pada daftar isi (mufahras)
sahabat pada awal kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas
pada juz 3 h. 98. Bukalah persatu hadis yang ingin dicari sampai
ditemukan, maka ditemukan pada halaman 103. Dari pentakhrijan ini
dapat dikatakan: Hadis tersebut ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam
Musnadnya juz 3 h. 103.
23
Diantara kelebihan metode takhrij ini adalah memberikan
informasi kedekatan pembaca dengan dengan pen-takhrij hadis dan
kitabnya. Berbeda dengan metode-metode lain hanya memberikan
informasi kedekatan dengan pentakhrijnya saja tanpa kitabnya.
Sedang kesulitan yang dihadapi adalah jika seorang peneliti tidak
ingat atau tidak tahu Nama sahabat atau tabi’in yang
meriwayatkannya, di samping campurnya berbagai masalah dalam satu
Bab dan tidak terfokus pada satu masalah.
5. Metode takhrij melalui pengetahuan tentang Sifat khusus atau
sanad Hadits.
Yang dimaksud[27] dengan metode takhrij ini, ialah memerhatikan
keadaan-keadaan dan Sifat Hadits, baik dalam matan maupun
sanadnya, kemudian mencari asal hadits-hadits itu dalam kitab-
kitab yang[28] khusus mengumpulkan hadits-hadits yang mempunyai
keadaan atau sifat tersebut[29], baik dalam matan maupun
sanadnya. Yang pertama diperhatikan adalah kedaan atau sifat yang
ada pada matan, kemudian yang ada pada sanad, dan selanjut-nya
yang ada pada matan, kemudian yang ada kedua-duanya.
a. Matan
Apabila pada matan hadits itu tampak tanda-tanda ke-
maudhu’an, baik karena rendahnya bahasa atau karena secara jelas
bertentangan dengan Nash Al-Qur’an yang sahih, maka Cara yang
paling mudah untuk mengetahui asal Hadits itu adalah mencari
dalam kitab-kitab yang mengumpulkan hadits-hadits maudhu’. Dalam
24
kitab ini Akan diterangkan dengan jelas hal tersebut. Kitab
semacam ini adalah yang disusun secara alfabetis, antara lain
“kitab al-Mashnu’fi Ma’rifah al-Hadits al-Maudhu’ li al-Syaikh
‘ila al-Qari’ al-harawi. “Dan ada pula yang secara tematis,
antara lain; kitab Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Ahadits
al-Syafiah al-Mawdhu’al-li Al-Kanani.
Apabila Hadits yang Akan di-takhrij itu termasuk Hadits
Qudsi, maka sumber yang paling mudah untuk mencarinya adalah
kitab yang mengumpulkan Hadits-hadits Qudsi secara tersendiri,
antara lain:”kitab Misykah al-Anwar fina Ruwiya’an Allah SAT, min
al Akbar li Ibn Arabi”. Kitab ini mengumpulkan 101 Hadits lengkap
dengan sanadnya. Dan kitab al-Ittihafat al-Saniyyah bil-ahaadits
al-Qudsiyyah karangan syekh Abdur-Rouf al-Manawi, beliau
mengumpulkan 272 hadits tanpa sanad dan menyusun huruf secara
Alfabethis.
b. Sanad
Apabila di dalam sanad suatu Hadits ada ciri tertentu,
misalnya isnad itu mursal, maka Hadits itu dapat dicari dalam
kitab-kitab yang mengumpulkan Hadits-hadits mursal, seperti:”al-
Marasil li Abi Hatim Abd al-Rahman bin Muhammad al-Handhali al-
Razi”, atau mungkin ada seseorang perawi yang lemah dalam
sanadnya, maka dapat dicari dalam kitab”Mizan al-I’tidal li al-
Dzahabi”.
c. dan sanad
25
Ada beberapa sifat dan keadaan yang kadang-kadang terdapat
pada matan dan kadang-kadang pada sanadnya, misalnya: ada illah
(cacat) atau ibham (samar-samar). Maka untuk mencari Hadits-
hadits semacam itu, yaitu:
a. I’lal al-hadits li Ibn Abi Hatim al-Razi.
Kitab ini tersusun dari beberapa Bab, menyebutkan hadits –
hadits yang terkena ‘ilat didalam Bab tersebut dan sekaligus
menjelaskannya.
b. Al-Mustafad min Mubhamat al-Matan wa Al-Isnad Ali Abi
Zar’ah Ahmad bin Abd al-Rahim al-‘Iraqi.
Contoh Penerapan Methode Takhrij Al Hadits tentang amar ma’ruf
nahi mungkar
Shahih Muslim
عف��ر �ن� ج� �د ب� م� ح ا م� ي� µث� د ى خ�� ت� Xمت ن� ال� �د ب� م�� ح ا م� ي� µث� د ان� خ و خ��� ي� ق� ن� س��� ع ع� ت��� ا وك� ي� µث� د ة خ�� �ن ت« Xي� س��� �ب� ن� ا+ �ر ب� ك� �و ي� ��ب; ا ا+ ي� µث� د خ��ل و ال ا+ � ر ق� ك� �ي� ي� �ب� ي;�بX ا+ د ا خ�� د� هات� وه��� Xش�� ن� � ب� ازق ن� ط��� لم ع� س� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ا ع� م� لاه� ة ك� �عن Xا س�� ي� µث� د خ��ال � ق ف�� ة � �ن ط خ� ل ال� � �ن لاة ق� ال ال�ص� � ق ل ف�� � �ه زخ� � ن� ل� ام ا= � ق روان� ف�� لاة م� ل ال�ص� �ن د ق� عي� وم ال� ب�� ة �ن ط خ� ال� �دا+ ي� �ن� ي� م�
ه �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� د ا+ عي� و س��� ���ب; ال ا+ �� ق ك[ ف�� ال��� ي� ا ه� د ت� ��رك�[ م��� �� ق�
26
ك[ ل��� ه ود� ���لن ق �ت ع ق�� ط ت س�� م ن�� ن� ل� ا= ه ق�� لساث�� �ي ع ق�� ط ست م ن�� ن� ل� ا= دة ق�� ي� Ñرة� ث� ي� غ� لت� را ق�� ك ي� م م� ك ي� ي م� ن� زا+ ول م� ف م ي�� ل وس�ل معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ا الا+ ي� µث� د ه خ��� عاوث���� و م� �ب; ا ا+ ي� µث� د علاء خ� ن� ال� �د ب� م ح �ب� م� ي; ر و ك� �ب; ا ا+ ي� µث� د خ� مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+
ن� هات� ع� Xش���� ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� وع� ح���� د ال� عي� ي� س���� �ب� ن� ا+ ه ع� ن���� ÑÙث ن� ا+ اء ع� ��� � زخ� ن� �ب�
ل ���Xمي �م ي� ل ه وس����� ���� لن� ع� ى اهلل ل ى� ص����� �ت ن� ال�ت� د ع� عي� ي� س����� �ب� ا+ Xي;�ب د روان� وخ����� م���� ه ض���� ى� ق� دزي� ف� ح����� د ال� عي� ي� س����� �ب� ا+
ان� ي� ق� ة وس� �عن Xس� Xي;�ب د خ�Sumber: Muslim
Kitab : Iman
Bab : Penjelasan bahwa mencegah kemungkaran adalah bagian dari
iman, dan bahwa iman itu bertambah
No. Hadist : 70
Tahkrij informasi awal didapat dari kitab sembilan imam,
hadis tersebut diriwayatkan oleh muslim. Dengan menggunakan kata
kunci ه اث�� لس����� �ي hadis, ق�� tersebut ditemukan dalam kitab Muslim (No.70), kitab Abu Daud (No. 963, 3777), kitab Tirmidzi (No.2098),
kitab Nasa’i (No. 4922), kitab Ibn Majah (No. 1265,4003), dan
kitab Ahmad (10652, 10723,11034, 11068,1090, 11442).
Hadis penguat
27
ي� �ب� ن� ا+ ه ع� ن��� ÑÙث ن� ا+ اء ع� �� � زخ� ن� �ل ب� معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ا الا+ ي� µث� د ه خ��� عاوث���� و م� ���ب; ا ا+ ي� µث� د علاء خ��� ن� ال� �د ب� م�� ح ا م� ي� µث� د خ���ال ��� دزي� ق� ح���� د ال� عي� ي� س���� �ب� ن� ا+ هات� ع� Xش���� ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� خ وع� ح���� د ال� عي� س����
ب ق� ال� روان� خ���� ا م�� ال ي��� �� ق ل ف�� � �ام زخ� �� ق لاة ف�� ل ال�ص�� � �ن ق� ة � �ن ط خ� ال� �دا+ ي� � �ن د ق�� ي��� وم ع� ى� ب���� ��ر ف� �ي من1 مروان� ال� رخ� خ�� ا+د عي� و س��� �ب; ال ا+ ق لاة ف�� ل ال�ص �ن ق� ة �ن ط خ� ال� �ت ي� دا+ �ي� ه و ن� ق�� ح�رخ� ن� ت�� ك م ي�� د ول� ي� وم ع� ى� ب�� ر ف� �ي من1 ب ال� �رح� خ�� ه ا+ ن� ال�سى ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� � لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� ال ا+ �� ق ف�� لان� ن� ق�� �لان� ب� وا ق�� ال� �� ا ق� د� ن� ه��� دزي� م� ح��� ال�ه اث�� لس� �ي ع ق�� ط ت س� م ن�� ن� ل� ا= دة ق��� � ي� Ñرة ث� ي�� غ� لت� دة ق�� � ي� Ñرة ث� ي�� غ� ن� ي�� اع ا+ ط ت اس�� را ق�� ك� ي� ي م� ن� زا+ ول م� ف م ي�� ل ه وس� لن� ع� اهلل
عف� ص�� ك[ ا+ ل� ه ود� �لن ق �ت ع ق�� ط ست م ن�� ن� ل� ا= ق�� مان� ي;� الا=Sumber : Abu Daud
Kitab : Shalat
Bab : Khutbah di hari Id
No. Hadist : 963
28
ن� � ب� ازق ن� ط���� لم ع� س��� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ان� ع� ي� ق� ا س���� ي� µث� د دي� خ���� ه��� ن� م� � ب� من� ح� ر د ال���� ��� �ي ا ع� ي� µث� د داز خ���� ي���� �ا ث� ي� µث� د خ���� ب ق� ال� ���روان� خ����� م ال ل� ��� ق ل ف�� ��� �ام زخ� ��� ق روان� ف�� لاة م��� ل ال�ص��� ��� �ن ة ق� ��� �ن ط خ� م ال� د ��� ن� ق� ل م� و ال ا+ ��� هات� ق� Xش����
ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه� م� د ا+ عي� و س� �ب; ال ا+ ق ك[ ف�� ال� ي� ا ه� لان� ت� رك�[ م� ا ق�� ال ي�� ق ه ف�� ن� ال�سع ط ت س�� م ن�� ن� ل� ه وم� اث�� لس�� �ي ع ق�� ط ت س�� م ن�� ن� ل� دة وم� �� ي� Ñرة ث� ك�� ن� لت� را ق�� ك�� ي� ي م� ن� زا+ ول م� �� ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص���
خ ي� ج سن� ص� ي;�بX ح� د ا خ� د� سى ه� ي� و ع� �ب; ال ا+ ق� مان� ي;� عف� الا= ص�� ك[ ا+ ل� ه ود� �لن ق �ت ق��
Sumber: Tirmidzi
Kitab : Fitnah
Bab : Menyingkirkan kemungkaran dengan tangan, lisan dan hati
No. Hadist : 2098
ن� لم ع� س�� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ول ع� ع��� ن� م� �ك[ ب� ال��� ا م� ي� µث� د ال خ��� �� د ق� ل�� ح� ا م� ي� µث� د ال خ��� �� د ق� م�� ح ن� م� �د ب� مي��� ح د ال� �� �ي ا ع� ي� µث� د خ���ول � ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس�� دزي� س�� ح�� د ال� عي� و س�� ��ب; ال ا+ �� ال ق� � هات� ق� Xش� ن� � ب� ازق ط�
29
م ن� ل� د ت����ري+ وم� �� ق ه ف�� اث�� لس�� Ñ��رة ي� ي� غ� دة ف�� �� ي� Ñرة ث� ي��� غ� ن� ي�� ع ا+ ط ت س�� م ن�� ن� ل� د ت����ري+ وم� �� ق دة ف�� �� ي� Ñ��رة ث� ي� غ� را ف�� ك�� ي� ي م� ن� زا+ م�
مان� ي;� عف� الا= ص�� ك[ ا+ ل� ري+ ود� �د ت� ق ه ف�� �لن ق �رة� ي� ي� غ� ه ف�� لساث�� Ñرة ي� ي� غ� ن� ي�� ع ا+ ط ست ن��
Sumber : Nasa'i
Kitab : Iman dan syareatnya
Bab : Pemeluk keimanan satu sama lain mempunyai kelebihan
No. Hadist : 4923
د عي� ي� س��� �ب� ن� ا+ ه ع� ن��� ÑÙث ن� ا+ اء ع� �� � زخ� ن� �ل ب� معي� س��� ن� ا= مسX ع� ع� ن� الا+ ه ع� عاوث��� و م� ���ب; ا ا+ ي� µث� د �ب� خ��� ي; ر و ك��� ���ب; ا ا+ ي� µث� د خ��� رخ� خ������ ال ا+ ���� دزي� ق� ح����� د ال� عي� ي� س����� �ب� ن� ا+ هات� ع� Xش����� ن� � ب� ازق ن� ط����� لم ع� س���� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� دزي� و ع� ح����� ال�
ه ن� ب ال�س���� ق� ال� روان� خ������ ا م���� ل ي������ ���� �ال زخ� ���� ق لاة ف�� ل ال�ص���� ���� �ن ق� ة ���� �ن ط خ� ال� �دا+ ي� ���� �ن د ق�� ي����� وم ع� ى� ب������ ����ر ف� �ي من1 روان� ال� م����ال ق ها ف�� �دا+ ب� �ي ن� ث�« ك م ي�� لاة ول� ل ال�ص �ن ق� ة �ن ط خ� ال� �ت ي� دا+ �ي� و ح�رخ� ن� ت�� ك م ي�� وم ول� ن� ا ال� د� ى� ه� ر ف� �ي من1 ب ال� �رح� خ�� ا+م ك ي� ي م� ن� زا+ ول م� �� ف م ي�� ل ه وس��� �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س� لن� ا ع� ى م� ض� د ق� ق ا ف�� د� ا ه� م� د ا+ عي� و س� �ب; ا+
30
ك[ ل���� ه ود� ����لن ق �ت ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= ه ق����� اث�� لس��� �ي ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= دة ق����� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� لت� دة ق�� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� ن� ي�� اع ا+ ط ت اس���� را ق�� ك��� ي� م�
مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+Sumber: Ibnu Majah
Kitab : Fitnah
Bab : Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar
No. Hadist : 4003
ل �� �ن روان� ق� ب� م�� ط ال خ�� �� هات� ق� Xش��� ن� � ب� ازق ن� ط��� لم ع� س�� م� ن� �س ب� ي� ن� ق� ة ع� �عن Xي� س��� � çب ��ر �ي ج� د ا+ ي��;� ر1 ا ت�� ي� µث� د خ���ا ���ي� ا ا+ ك[ ي���� ل��� ال ت� ��ري د� �� ق ف�� ة �� �ن ط خ� ل ال� �� �ن لاة ق� اي��ب ال�ص�� ا ك��� م�� ي�� ال ا= �� ق ل ف�� �� �ام زخ� �� ق د ف�� عي��� وم ال� ى� ب���� لاة ف� ال�ص��ه �� لن� ع� ى اهلل ل ص��� ول اهلل معب زس��� ه س��� �� لن� ا ع� ى م��� ض��� د ق� �� ق ا ف�� د� ا ه��� م��� ال ا+ �� ق دزي� ف�� ح��� د ال� عي� و س��� ���ب; ام ا+ �� ق ف�� لان� ق��
ك[ ل���� ه ود� ����لن ق �ت ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= ه ق����� اث�� لس��� �ي ع ق�� ط ت س��� م ن�� ن� ل� ا= دة ق����� ��� ي� Ñرة ث� ي���� غ� لت� را ق�� ك��� ي� ي م� ن� زا+ ول م� ��� ف م ي�� ل وس����
مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+Sumber: Ahmad
Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits
Bab : Musnad Abu Sa'id Al Khudri Radliyallahu ta'ala 'anhu
No. Hadist : 10723
32
Sa’ad bin Malik bin Sinan bin ‘Ubaid
Thariq bin Syihab bin‘Abdu Syams bin Hilal
Qais bin Muslim
Sy’bah binAl-Hajjaj bin Al-
Muhammad bin Khazim
Raja’ bin Rabi’ah
Isma’il bin Raja’ bin
Malik bin Mi’wal bin‘Asyim
Sulaian bin Mihran Yazid bin
Harun
Nasa’i
Makhlad bin Yazid
Muhammad bin Al ‘Alaa’ binKuraih
Sa’id binMasruq
Timidzi
Muhammad bin Basyar bin Usman
Ahmad
Abdurrahman bin Mahdiy bin Hasan
Abdul Hamid bin Muhammad bin Al
Abu Daud dan Ibnu Majjah
33
Dari kelima riwayat tersebut, yang memiliki redaksi paling
mirip dengan yang digunakan Muslim dalam kitab Shahih Muslim
adalah riwayat Abu Daud dan Ibnu Majjah. Dengan demikian langkah
berikutnya bisa langsung melakukan kritik hadis (sanad/matan)
pada hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majjah. Berikut biogragi
singkat para perawi dalam jalur sanad Abu Daud dan Ibnu Majjah:
1. Sa’ad bin Malik:
Nama Lengkap : Sa'ad bin
Malik bin Sinan bin 'Ubaid
Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu Sa'id
Negeri semasa hidup :
Madinah
Wafat : 74 H
2. Raja’ bin Rabi’ah
ULAMA KOMENTAR
Ibnu Hajar al
'AsqalaniShahabat
Nama Lengkap : Raja' bin
Rabi'ah
Kalangan : Tabi'in
kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Isma'il
Negeri semasa hidup :
Kufah
Wafat :
ULAMA KOMENTAR
Ibnu Hibban
disebutkan
dalam 'ats
tsiqaat
Ibnu Hajar al
'AsqalaniShaduuq
Adz Dzahabi Tsiqah
34
3. Isma’il bin Raja’ bin
Rabi’ah
Nama Lengkap : Isma'il bin
Raja' bin Rabi'ah
Kalangan : Tabi'in
kalangan biasa
Kuniyah : Abu Ishaq
Negeri semasa hidup :
Kufah
Wafat :
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Hatim Tsiqah
An Nasa'i Tsiqah
Ibnu HibbanDia
mentsiqahkannya
Adz Dzahabi Tsiqah
Al Azdimungkarul
hadits
4. Sulaima bin Mihran
Nama Lengkap : Sulaiman
bin Mihran
Kalangan : Tabi'in
kalangan biasa
Kuniyah : Abu Muhammad
Negeri semasa hidup :
Kufah
ULAMA KOMENTAR
Al 'Ajli tsiqah tsabat
An Nasa'i tsiqah tsabat
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Ibnu Hibban disebutkan
dalam 'ats
35
Wafat : 147 H tsiqaat
Ibnu Hajar al
'AsqalaniTsiqah Hafidz
Ibnu Hajar al
'AsqalaniYudallis
Abu Hatim Ar
Rozy
Tsiqah
haditsnya
dijadikan
hujjah
5. Muhammad bin Khazim
Nama Lengkap : Muhammad
bin Khazim
Kalangan : Tabi'ul Atba'
kalangan tua
Kuniyah : Abu Mu'awiyah
Negeri semasa hidup :
Kufah
Wafat : 195 H
ULAMA KOMENTAR
An Nasa'i Tsiqah
Ibnu Kharasy Shaduuq
Ibnu Hibban
disebutkan
dalam 'ats
tsiqaat
Ibnu Sa'd Tsiqah
Al 'Ajli Tsiqah
Al 'AjliTertuduh
Seorang Murjiah
36
6. Muhammad bin Al ‘Alaa’ bin Kuraib
Nama Lengkap : Muhammad
bin Al 'Alaa' bin Kuraib
Kalangan : Tabi'ul Atba'
kalangan tua
Kuniyah : Abu Kuraib
Negeri semasa hidup :
Kufah
Wafat : 248 H
ULAMA KOMENTAR
Abu Hatim Shaduuq
An Nasa'i la ba`sa bih
Ibnu Hibban
disebutkan
dalam 'ats
tsiqaat
Maslamah bin
QasimKuufii TsiqaH
Ibnu Hajar al
'AsqalaniTsiqah Hafidz
Adz Dzahabi Hafizh
Kesimpulan
Berdasarkan penilaian para ulama terhadap masing-masing
perawi dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majjah,
serta rentang masa hidup yang memungkinkan antar perawi untuk
bertemu, dapat disimpulkan bahwa terdapat ketersambungan dalam
rangkaian sanad tersebut. Demikian, sanad tersebut adalah
muttashil dan marfu’ karena rangkaian sanadnya sampai kepada
Rasulullah saw. Terkait dengan kualitasnya, semua perawi dalam
sanad Abu Daud dan Ibnu Majjah tersebut dapat diterima
37
periwayatannya karena mayoritas berkualitas tsiqah. Dan yang
terkait dengan redaksinya, hadis tersebut lebih banyak
diriwayatkan bi al-ma’na dan bil lafdzi. Hal ini didasarkan pada
tidak adanya keseragaman redaksi pada kelima riwayat dengan jalur
yang berbeda, terlebih jika merujuk pada hadis-hadis dari jalur
lain yang merupakan syawahid-nya, akan ditemukan banyak keragaman
redaksi yang berbeda namun memiliki esensi yang sama. Berikut
daftar syawahid dari hadis yang dimaksud:
م Xي;�ب ط�رف� ال�حد ي� �ب� ال�صحا اسم �ات ال�كي
ق ف� ا+ و ال�عر� ال�مصن�ف�
ة س�ن� اة ال�وق��
1 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñكرة ث� ي� لت� ق��ه لساث�� �كرة ي� ي� لت� طع ق�� ن��ستكرة ي� لت� طع ق�� ن� ل�م ن��ست ا= ق��عف� ص�� اك�[ ا+ ه ود� �لن ق �ي�
مان� ي;� الا=
ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� ñرا ح�كام ال�ف ا+صاص �ل�لخ
270 272 صاص �ال�خى� ف� ال�جت�
370
2 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��ن� ل�م ا= ه ق�� لساث�� �ي طع ق�� ن��ستل�ك[ ه ود� �لن ق �ت طع ق�� ن��ست
مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+
ن� م�ال�ك[ �خ م�سلم س�عد ب� ص�جي� 73 52 ن� �م�سلم ب�اخ� �ال�حح
261
3 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+دة ي� Ñرة ث� ي� غ� ن� ي�� طاع ا+ اس�ت ق��ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��ن� ل�م ا= ه ق�� لساث�� �ي طع ق�� ن��ستل�ك[ ه ود� �لن ق �ت طع ق�� ن��ست
مان� ي;� عف� الا= ص�� ا+
ن� م�ال�ك[ �ه س�عد ب� �ن� م�اج �س�ي�ن� اب� 4011 4013 ه �ن� م�اج �اب�ى� ت� ث;� و ال�ف ر�
275
4 كرا م�ن� كم م�ي� ي م�ي� زا+رة ي� غ� ن� ي�� طاع ا+ ن� اس�ت ا= ق�� ال مرة عل وق� ف� لت� دة ق�� ي� Ñث�
دة ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ن� ل�م ق�� ا= ق��ن� ا= ه ق�� لساث�� �ي دة ق�� ي� Ñطع ث� ن��سته �لن ق �ت ه ق�� لساث�� �طع ي� ل�م ن��ستعف� ص�� ل�ك[ ا+ ود�
مان� ي;� الا=
ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� �ح�مد ب� د ا+ م�سي�ل �ي خ�ي�
10862
10689 ن� �ح�مد ب� ا+
ل �ي خ�ي�241
5 كرا كم م�ي� ي م�ي� م�ن� زا+ن� ل�م ا= دة ق�� ي� Ñرة ث� ي� غ� لت� ق��
ن� م�ال�ك[ �ن� س�عد ب� �ح�مد ب� د ا+ م�سي�ل �ي خ�ي�
11246
11068 ن� �ح�مد ب� ا+
ل �ي خ�ي�241