Struktur Ume Kbubu di Desa Kaenbaun Kabupaten Timor Tengah Utara

12
arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 1 STRUKTUR UME KBUBU DI DESA KAENBAUN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA Thomas Kurniawan Dima, Antariksa, Agung Murti Nugroho Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen haryono 167, Malang [email protected] ABSTRACT Kaenbaun village is a village that is inhabited by some of the tribes are divided into two groups, male and female. The traditional house of this village, ume kbubu, plays an important role for the people of Kaenbaun. The purpose of this study was to determine existing structure concept of ume kbubu in the Kaenbaun Village, using descriptive analytical method. Analysis was performed on the structure of the single column ume kbubu. The study results showed that basic shape structure of ume kbubu using suaf (rafters) are supported by two column they are ni enaf (main column/ female column) in the middle of the room and ni ana as the small column surrounding the ni enaf. Besides the main structure, ume kbubu was formed by another parts. They are nikit (wall), nono, lote, tfa, tanpani (reng), lael, nete bifo, ni maun nine, nesu (door) dan roof cover. All parts of the structure of ume kbubu has meaning according to each culture. Building materials are used by natural materials and amounts used in ume kbubu must be an even number as the rule from forefathers to avoid disaster. Key word: Ume kbubu, Kaenbaun Village ABSTRAK Desa Kaenbaun merupakan desa yang ditempati oleh beberapa suku yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu suku laki-laki dan suku perempuan. Desa Kaenbaun memiliki rumah tradisional yang disebut ume kbubu. Ume kbubu menjadi sebuah bangunan yang sangat penting bagi masyarakat Desa Kaenbaun. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui konsep yang ada pada struktur ume kbubu di Desa Kaenbaun. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Analisis dilakukan terhadap struktur ume kbubu bertiang tunggal. Hasil studi menunjukan bahwa Ume kbubu memiliki bentuk dasar struktur yang menggunakan suaf (usuk) yang ditopang oleh tiang induk yang disebut ni enaf (tiang induk/ tiang perempuan) di tengah ruangan dan tiang-tiang kecil yang mengelilingi tiang induk yang disebut ni ana. Selain bentuk dasar ini, ume kbubu juga terdiri dari bagian-bagian lain yang menjadi penunjang terbentuknya sebuah ume kbubu. Bagian- bagian ini terdiri dari nikit (dinding), nono, lote, tfa, tanpani (reng), lael, nete bifo, ni maun nine, nesu (pintu) dan penutup atap. Semua bagian struktur ume kbubu memiliki maknanya masing- masing sesuai dengan budaya masyarakat. Bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan bangunan merupakan bahan-bahan alami dan jumlah yang digunakan pada ume kbubu harus berjumlah genap sebagai aturan yang sudah ada dari zaman nenek moyang agar terhindar dari musibah. Kata kunci: Ume kbubu, Desa Kaenbaun Pendahuluan Desa Kaenbaun merupakan salah satu desa masyarakat Atoni Meto (sebutan bagi masyarakat Pulau Timor bagian barat) yang berada dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Kaenbaun ditempati oleh beberapa suku yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu suku laki-laki (lian mone) yang terdiri dari Suku Basan sebagai raja, Suku Timo sebagai wakil, Suku Taus sebagai pengatur

Transcript of Struktur Ume Kbubu di Desa Kaenbaun Kabupaten Timor Tengah Utara

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 1

STRUKTUR UME KBUBU DI DESA KAENBAUNKABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Thomas Kurniawan Dima, Antariksa, Agung Murti NugrohoProgram Magister Arsitektur Lingkungan Binaan

Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas BrawijayaJl. Mayjen haryono 167, [email protected]

ABSTRACTKaenbaun village is a village that is inhabited by some of the tribes are divided into two groups,male and female. The traditional house of this village, ume kbubu, plays an important role for thepeople of Kaenbaun. The purpose of this study was to determine existing structure concept of umekbubu in the Kaenbaun Village, using descriptive analytical method. Analysis was performed on thestructure of the single column ume kbubu. The study results showed that basic shape structure ofume kbubu using suaf (rafters) are supported by two column they are ni enaf (main column/ femalecolumn) in the middle of the room and ni ana as the small column surrounding the ni enaf. Besidesthe main structure, ume kbubu was formed by another parts. They are nikit (wall), nono, lote, tfa,tanpani (reng), lael, nete bifo, ni maun nine, nesu (door) dan roof cover. All parts of the structure ofume kbubu has meaning according to each culture. Building materials are used by naturalmaterials and amounts used in ume kbubu must be an even number as the rule from forefathers toavoid disaster.Key word: Ume kbubu, Kaenbaun Village

ABSTRAKDesa Kaenbaun merupakan desa yang ditempati oleh beberapa suku yang dibagi menjadi duakelompok, yaitu suku laki-laki dan suku perempuan. Desa Kaenbaun memiliki rumah tradisionalyang disebut ume kbubu. Ume kbubu menjadi sebuah bangunan yang sangat penting bagimasyarakat Desa Kaenbaun. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui konsep yang ada padastruktur ume kbubu di Desa Kaenbaun. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.Analisis dilakukan terhadap struktur ume kbubu bertiang tunggal. Hasil studi menunjukan bahwaUme kbubu memiliki bentuk dasar struktur yang menggunakan suaf (usuk) yang ditopang olehtiang induk yang disebut ni enaf (tiang induk/ tiang perempuan) di tengah ruangan dan tiang-tiangkecil yang mengelilingi tiang induk yang disebut ni ana. Selain bentuk dasar ini, ume kbubu jugaterdiri dari bagian-bagian lain yang menjadi penunjang terbentuknya sebuah ume kbubu. Bagian-bagian ini terdiri dari nikit (dinding), nono, lote, tfa, tanpani (reng), lael, nete bifo, ni maun nine,nesu (pintu) dan penutup atap. Semua bagian struktur ume kbubu memiliki maknanya masing-masing sesuai dengan budaya masyarakat. Bahan bangunan yang digunakan sebagai bahanbangunan merupakan bahan-bahan alami dan jumlah yang digunakan pada ume kbubu harusberjumlah genap sebagai aturan yang sudah ada dari zaman nenek moyang agar terhindar darimusibah.Kata kunci: Ume kbubu, Desa Kaenbaun

PendahuluanDesa Kaenbaun merupakan salah satu desa masyarakat Atoni Meto (sebutan bagi

masyarakat Pulau Timor bagian barat) yang berada dalam wilayah Kabupaten TimorTengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Kaenbaun ditempati oleh beberapasuku yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu suku laki-laki (lian mone) yang terdiri dariSuku Basan sebagai raja, Suku Timo sebagai wakil, Suku Taus sebagai pengatur

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 20132

makanan, Suku Foni sebagai serdadu dan kelompok suku perempuan (lian feto) yangterdiri dari Suku Nel, Suku Salu, Suku Kaba, Suku Kolo dan Suku Sait. Suku laki-lakimerupakan suku asli yang mendiami Desa Kaenbaun sedangkan suku perempuanmerupakan suku pendatang (Purbadi 2010).

Ume Kbubu merupakan bangunan berbentuk bulat dengan atap dengan materialalang-alang yang hampir menyentuh tanah. Ume Kbubu berasal dari kata Ume yangartinya rumah dan Kbubu yang artinya bulat sehingga Ume Kbubu artinya rumah yangberbentuk bulat. Ume Kbubu dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tempattinggal dan melakukan aktifitas seperti memasak, tidur, upacara adat dan lain sebagainya.Bentuk ume kbubu ini seperti yang diungkapkan oleh Nas (2009) yang menyebutkanrumah tradisional, khususnya yang berada di bagian timur kepulauan Indonesia memilikikarakter yang menjadi tradisi arsitektur dan langgam bangunannya yang biasanyamemiliki bangunan dengan lantai melingkar dan berstruktur atap kerucut tinggi sepertibentuk sarang tawon atau struktur atap berbentuk kubah elips.

Ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun memiliki bentuk struktur konstruksi yangunik terutama ume kbubu yang bertiang tunggal. Ume kbubu bertiang tunggalmenggunakan sebuah tiang yang berada ditengah ruangan yang menjadi tiang induk atautiang utama yang oleh Tjahjono (2002) disebut sebagai tiang raja seperti yang ada didaerah-daerah lain di Indonesia. Sistem struktur dan sistem sambungan biasanyamengandung makna filosofis seperti kolom yang mengandung makna kekuatan,kekokohan, kestabilan, flexibilitas, dan naturalistis (Beddu 2009). Demikian pula denganume kbubu yang memiliki struktur yang dipengaruhi oleh budaya masyarakatmengandung suatu makna pada setiap bagian struktur ume kbubu. Dengan perpaduanantara bentuk dan makna maka terbentuk sebuah struktur yang unik. Oleh karena itu,perlu untuk mengetahui struktur ume kbubu yang unik sehingga dapat memperkayapengetahuan tentang struktur bangunan tradisional dan dapat mempertahankannya dariperubahan.

Metode PenelitianData-data diperoleh dari hasil survey lapangan yang dilakukan untuk memperoleh

data tentang ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun. Ume kbubu yang menjadi sampeldalam amatan adalah ume kbubu bertiang tunggal karena memiliki nilai adat dan sakralbagi masyarakat Desa Kaenbaun. Selain pengamatan, dilakukan juga wawancaralangsung kepada pemilik ume kbubu dan juga tua-tua adat yang ada di Desa Kaenbaun.Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif analitis. Analisisdilakukan terhadap ume kbubu bertiang tunggal dengan melihat bentuk struktur umekbubu tersebut serta hal-hal yang mempengaruhinya.

Hasil dan PembahasanUme Kbubu berbentuk bulat dengan diameter bangunannya antara lima sampai

tujuh meter luasnya tergantung pada kebutuhan dan status sosial ekonomi pemilik.Fungsi rumah ini adalah sebagai tempat tinggal sekaligus tempat untuk melaksanakanaktivitas-aktivitas kaum perempuan seperti melahirkan, menenun, memasak dansebagainya. Atap Ume Kbubu terbuat dari alang-alang yang menutup seluruh rumah,mulai dari puncak sampai ke tanah. Ume Kbubu hanya memiliki satu pintu yang memilikiukuran yang sempit dan sangat rendah. Untuk dapat masuk dan ke luar orang harusmembungkuk serendah mungkin. Tinggi dan lebar pintu ini dimaksud untuk menjagakehangatan udara di dalam rumah. Hal ini perlu mengingat perkampungan orang Atonidulu terletak di puncak-puncak gunung yang mana pada malam hari udara sangat dingin.Kehangatan juga dibutuhkan untuk menjaga persediaan makanan (jagung dan padi) di

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 3

loteng rumah agar tidak cepat rusak oleh rayap atau kutu-kutu. Umumnya api dinyalakan24 jam di dalam ume kbubu (Timo 2005) (Gambar 1).

Gambar 1. Ume kbubu

Struktur ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun dapat dibahas dalam beberapabagian seperti yang dilakukan oleh Rifai (2010) yang membahas perkembangan strukturdan konstruksi rumah tradisional Suku Bajo dengan melihat pondasi dan kolom, lantai,dinding dan atap. Namun ada perbedaan pada ume kbubu in, yaitu terletak pada bagianlantai yang tidak memeiliki struktur seperti rumah tradisional suku Bajo karena lantainyaberupa tanah sehingga pada pembahasan kali ini hanya akan membahas pondasi dankolom, lantai, dinding, dan atap.

Pondasi dan kolomPondasi ume kbubu disebut baki karena terbuat dari susunan batu. Batu-batu

disusun melingkar dengan diameter yang diinginkan. Batu-batu ini berfungsi untukmenahan dinding agar tidak langsung menyentuh tanah dan juga untuk menahan air agartidak masuk ke dalam ume kbubu jika terjadi hujan. Pondasi ini hanya menopang dindingdan tiang-tiang ume kbubu langsung ditanam ke tanah. Dalam perkembangan sekarang,sebagian ume kbubu sudah menggunakan pondasi batu kali dengan material semen.Penggunaan material semen ini karena dianggap lebih kuat dan tahan lama serta dapatberhemat pada waktu dilakukan perbaikan dengan tidak membuat pondasi lagi (Gambar2).

Kolom atau tiang pada ume kbubu disebut ni. Jika menggunakan pondasi yangmasih alami, kolom langsung ditaman ke tanah dan jika sudah menggunakan pondasi

Gambar 2. Pondasi ume kbubu yang masih asli berupa susunan batu (kiri) danPondasi ume kbubu yang menggunakan material semen (kanan).

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 20134

batu kali dengan material semen, tiang-tiang ume kbubu bertumpu pada pondasi ini.Tiang-tiang (ni) ini terdiri dari tiga jenis, yaitua. Ni enaf (tiang induk)

Ni enaf merupakan tiang induk yang hanya berjumlah satu buah yangberada ditengah ruangan. Ni enaf berfungsi menopang seluruh struktur atap. Ujungtiang ni enaf selalu memiliki cabang yang berfungsi sebagai tempat memasang lael(nok) yang akan memberikan bentuk ume kbubu. Tiang ini merupakan tiang sucidan pada tiang ini digantungkan barang-barang peninggalan leluhur (Gambar 3).Pada bagian bawah tiang dibuat pondasi seperti tangga yang berjumlah dua susunyang digunakan sebagai altar dan pada pondasi ini ditanam batu suci keluarga.Bagian susun pertama paling atas altar digunakan sebagai tempat untukmenyalakan lilin dan pada susun kedua digunkan untuk menaruh makanan padasaat upacara adat.

Ni enaf mempunyai makna tersendiri yaitu kebersamaan dengan maksudketika masuk ke dalam ume kbubu, harus menjadi satu sedangkan ujung ni enafyang bercabang sebagai lambang dari sepasang suami istri yang bersatumembangun sebuah rumah tangga. Ada beberapa alasan penggunaan ni enafbertiang tunggal ini, yaitu (Gambar 3):

1. Tiang tunggal pada ume kbubu merupakan peninggalan orang tua atauleluhur oleh karena itu tidak boleh dirubah menjadi bentuk yang lain sehinggajika dari awal ume kbubu itu berdiri dengan tiang tunggal maka untukselanjutnya ume kbubu tersebut harus tetap menggunakan tiang tunggal juga.Masyarakat Desa Kaenbaun percaya bahwa jika tiang tunggal diganti denganstruktur yang lain, maka akan menjadi bencana.

2. Sebagai simbol rumah adat karena penggunaan tiang tunggal selalu terdapatpada rumah adat.

3. Dengan menggunakan tiang tunggal, memberikan ruang gerak yang lebih luasdibandingkan dengan yang memiliki empat tiang.

4. Tiang tunggal sebagai salah satu simbol dari kekhasan rumah adat sukuseperti ume Naitesbese sebagai simbol rumah pahlawan/bese (senjata yangberhubungan dengan pahlawan).

b. Ni ana (tiang anak)Ni ana merupakan tiang-tiang yang berfungsi sebagai rangka dinding yang

memperkuat struktur dinding ume kbubu. Selain itu, ni ana juga membantumenopang struktur atap (Gambar 4). Ni ana merupakan lambang dari anak-anakdalam sebuah keluarga. Jumlah ni ana yang dipakai disesuaikan dengan luas umekbubu namun yang harus diperhatikan adalah jumlahnya harus genap. Adabeberapa kepercayaan masyarakat yang mendasari konsep jumlah genap ini, yaitu(Gambar 4):

1. Jika ganjil maka hewan pengganggu yang berbahaya seperti kalajengkingatau ular akan masuk ke dalam ume kbubu.

Gambar 3. Ni enaf di tengah ruang ume kbubu.

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 5

2. Genap merupakan lambang keutuhan3. Manusia hidup selalu berpasangan sehingga dapat saling menjaga. Jika

berjumlah ganjil maka yang ganjil ini akan meminta pasangannya yang dapatmembawa bencana bagi penghuninya seperti korban nyawa.

4. Jumlah genap seperti tfa harus genap karena jika ganjil maka jagung-jagungyang berada di dalam ume kbubu akan cepat rusak.

c. Ni maun nineNi maun nine merupakan tiang di depan ume kbubu yang membentuk

seperti teras rumah. Tiang-tiang ini membantu menopang struktur atap yang padabagian depan bangunan yang dibuat lebih menjorok ke depan. Ni maun nine padaume kbubu pada ume kbubu biasanya berjumlah empat buah dan memiliki ukiran.Tiang-tiang ini biasanya terdapat pada ume kbubu suku dan ume kbubu orang tua.Ni maun nine ini menjadi tanda bahwa ume kbubu yang memilikinya merupakanume kbubu adat (Gambar 5).

DindingDinding berfungsi sebagai pelindung dan pembentuk ruang. Dinding ume kbubu

yang masih asli biasanya terbuat dari bahan bambu. Pada masa sekarang dinding umekbubu sudah mulai diganti dengan menggunakan papan kayu jati bahkan ada yangmenggunakan dinding bata. Penggunaan material papan sebenarnya sudah ada darizaman dahulu namun lebih digunkan pada ume kbubu suku. Perubahan material inikarena dianggap lebih kuat dan dapat mengemat pada waktu renovasi. Agar strukturdinding menjadi kuat, maka diapit dengan menggunakan bambu ataupun kayu bulat daribagian dalam dan dari luar dinding. Bambu atau kayu untuk mengapit ini bernama tanpaninikit. Tanpani nikit ini dipaku pada tiang ni ana dan kemudian dinding bambu diikatkanpada tanpani nikit (Gambar 6).

Gambar 4. Ni ana sebagai struktur dinding dan juga menopangstruktur atap.

Gambar 5. Maun nine di depan ume kbubu sebagai tiang teras.

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 20136

AtapAtap ume kbubu berbentuk kerucut dengan penutup yang terbuat dari alang-alang.

Atap ume kbubu ini dibentuk oleh beberapa elemen sebagai berikut:a. Suaf (usuk)

Suaf berfungsi sebagai penyangga atau penopang penutup atap. Suafbiasanya terbuat dari bahan kayu busi (melochia umbellata) yang oleh masyarakatdianggap sebagai kayu yang tidak mudah lapuk. Jumlah suaf yang digunakan padasuatu ume kbubu disesuaikan dengan luas ume kbubu namun yang pasti adalahjumlahnya harus genap (Gambar 7).

b. Lael (nok)Lael merupakan kayu yang dipasang pada cabang ni enaf dan berfungsi

sebagai penopang suaf (usuk). Lael biasanya terbuat dari bahan kayu busi(melochia umbellata) yang di dapat dari lingkungan sekitar Desa Kaenbaun dandipasang searah dengan arah hadap ume kbubu (Gambar 8).

Gambar 6. Dinding ume kbubu.

Gambar 7. Suaf pada ume kbubu.

Gambar 8. Lael pada ujung ni enaf yang bercabang.

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 7

c. NonoNono berfungsi mengikat dan menjaga agar susunan suaf tetap berbentuk

bulat dari bagian dalam. Nono pada ume kbubu dibagi menjadi:1. Nono ni ana/non ni ana

Non ni ana berada diatas ni ana atau tiang kecil yang berfungsi seperti ring baloksebagai penyatu ni ana dan membantu menopang suaf (usuk). Non ni anaterbuat dari bahan bambu-bambu kecil yang diikat menjadi satu menggunakantali yang terbuat dari serat daun nanas hutan yang disebut ektani. Selainmenggunakan bambu, ada juga yang menggunakan tanaman rambat sebagainon ni ana. Pada ume kbubu suku yang sudah menggunakan dinding dari papan,non ni ana terbuat dari balok kayu (Gambar 9).

2. Nono lote/ non loteNon lote berfungsi menjaga lote agar dapat membentuk maun nine (teras)dengan baik dan juga sebagai tempat untuk menggantung jagung dan rahang-rahan hewan yang dikurbankan pada saat upacara adat. Karena fungsinya inimaka dinamankan non lote. Selain fungsi tersebut, non lote juga berfungsimengikat dan menjaga susunan suaf dengan cara dipakukan pada suaf. Non lotepada ume kbubu biasanya menggunakan bahan bambu yang dibelah (Gambar10).

3. Nono tetu/ Non tetuNon tetu berfungsi menjaga bentuk susunan suaf yang terletak di atas non lote.Selain itu non tetu juga berfungsi untuk membantu mempermudah pemasangansuaf (usuk). Non tetu biasanya terbuat dari bahan bambu yang dibelah namunada juga yang menggunakan bambu-bambu kecil yang di ikat menggunakan talinanas hutan yang disebut ektani (Gambar 11).

Gambar 9. Non ni ana yang terbuat dari bambu-bambu kecil yang diikat (kiri), Non ni ana yangterbuat dari tanaman rambat (tengah), dan Non ni ana yang terbuat dari balok (kanan).

Gambar 10. Non lote yang menjaga posisi lote agar dapat membentuk maun nine(kiri), Non lotesebagai tempat menggantung jagung (tengah), dan Non lote sebagai tempat menggantung rahang

hewan kurban saat upacara adat (kanan).

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 20138

4. Nono lael/ non laelDisebut non lael karena berada di dekat lael dan mempunyai fungsi seperti lael(nok) dinama menopang suaf (usuk) yang panjangnya tidak mencapai lael. Nonlael biasanya terbuat dari bambu yang dibelah namun ada juga yangmenggunakan tanaman rambat (Gambar 12).

d. LoteLote merupakan usuk yang berfungsi membentuk tritisan teras rumah (maun nine).Lote ini berjumlah empat buah yang terbuat dari bahan kayu busi (melochiaumbellata) dan bertumpu pada dinding dan ni maun nine. Selain menggunakan kayubusi, ada juga yang menggunakan papan. Bagi yang menggunakan papan biasanyamemiliki ukiran kepala ayam (Gambar 13).

e. Tanpani/ TakpaniTanpani terbuat dari bahan bambu yang dibelah dan berfungsi sebagai tempat untukmengikat alang-alang. Tanpani ini mengikat suaf dari bagian luar dan juga untuk

Gambar 11. Non tetu dari bahan bambu belah (kiri) dan Non tetu dari bahan bambu-bambu kecil yang diikat (kanan).

Gambar 12. Non lael dari bahan bambu belah (kiri) dan Non lael dari bahan tanamanrambat (kanan).

Gambar 13. Lote dari bahan kayu busi (melochia umbellata) (kiri) dan Lotedari bahan papan (kanan).

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 9

menjaga susunan suaf tetap bulat. Tanpani biasanya dipasang dengan jarak 30 cm(Gambar 14).

f. TfaTfa merupakan kayu yang dipasang pada bagian dalam ume kbubu yang berfungsimemperkuat struktur atap dan juga sebagai tempat untuk menggantung jagung hasilpanen. Jumlah tfa dalam sebuah ume kbubu bervariasi tapi jumlahnya harus genap.Tfa ini biasanya terbuat dari bahan kayu busi (melochia umbellata) (Gambar 15).

g. Penutup atapPenutup atap terbuat dari alang-alang yang disebut hun. Batang alang-alang diikatmenjadi seperti sapu dan kemudian diikatkan pada tanpani. Bahan untuk mengikatalang-alang terbuat dari serat daun nanas hutan yang banyak terdapat di DesaKaenbaun.

h. Nete bifoNete bifo dalam bahasa Indonesia berarti jalan tikus. Nete bifo ini biasanya terbuatdari bahan kayu busi (melochia umbellata) berada diatas lael untuk mengapit alang-alang pada bagian puncak.

i. TobesTobes merupakan bubungan ume kbubu yang terbuat dari bahan kulit kayu. Biasanyakulit kayu yang sering dipakai adalah kulit kayu putih. Tobes ini berfungsi menutupbagian atas atap ume kbubu agar air hujan tidak merembes masuk ke dalam umekbubu (Gambar 16).

Gambar 14. Tanpani sebagai tempat mengikat alang-alang (kiri) dan Tanpani pada umekbubu yang belum selesai dibangun (kanan).

Gambar 15. Tfa pada ume kbubu.

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 201310

j. Bentuk sambunganPenyatuan bentuk struktur dan penutup atap menggunakan sistem ikatanmenggunakan serat daun nanas hutan yang disebut ektani, serat batang bambu dantanaman rambat yang disebut tufe. Bahan-bahan untuk pengikat ini diambil darilingkungan sekitar Desa Kaenbaun dan kemudian diolah terlebih dahulu sebelumdigunakan. Serat daun nanas hutan biasanya dipotong kecil-kecil membentuk talikemudian di jemur agar menjadi lentur. Berbeda dengan serat nanas hutan, tali yangberasal dari tanaman rambat , direndam terlebih dahulu di dalam air kemudiandipotong-potong menjadi tali (Gambar 17).

Dari pembahasan bagian-bagian struktur ume kbubu, diketahui bahwa ume kbubumemiliki bentuk dasar struktur yang menggunakan suaf (usuk) yang ditopang oleh tianginduk yang disebut ni enaf (tiang perempuan/ tiang induk) di tengah ruangan dan tiang-tiang kecil yang mengelilingi tiang induk yang disebut ni ana (tiang anak). Bentuk dasar iniberdiri diatas pondasi yang disebut baki. Selain bentuk dasar ini, ume kbubu juga terdiridari bagian-bagian lain yang menjadi penunjang terbentuknya sebuah ume kbubu.Bagian-bagian ini terdiri dari nikit (dinding), nono, lote, tfa, tanpani (reng), lael, nete bifo, nimaun nine, nesu (pintu) dan penutup atap (Gambar 18).

Gambar 16. Tobes pada atap ume kbubu.

Gambar 17. Ikatan menggunakan tanaman rambat yang desebut tufe (1), ikatan menggunakanserat kulit bambu (2), ikatan menggunakan serat nanas hutan yang disebut ektani (3), Ikatan

pada dinding (4), Tanaman rambat (tufe) direndam terlebih dahulu sebelum digunakan (5), dantanaman nanas hutan/ sisal (6).

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 2013 11

KesimpulanUme kbubu memiliki bentuk dasar struktur yang menggunakan suaf (usuk) yang

ditopang oleh tiang induk yang disebut ni enaf (tiang induk/ tiang perempuan) di tengahruangan dan tiang-tiang kecil yang mengelilingi tiang induk yang disebut ni ana. Suafmemiliki makna sebagai lambang suku-suku yang ada di Desa Kaenbaun, ni enafmempunyai makna kebersamaan dan lambang dari sepasang suami istri yang bersatumembangun sebuah rumah tangga, dan ni ana sebagai lambang dari anak-anak dalamsebuah keluarga. Selain struktur inti yang terdiri dari ni enaf, ni ana dan suaf, terdapatbagian-bagaian lain yang juga mendukung terbentuknya sebuah ume kbubu. Bagian-bagian ini terdiri dari nikit (dinding), nono, lote, tfa, tanpani (reng), lael, nete bifo, ni maunnine, nesu (pintu) dan penutup atap.

Bahan bangunan ume kbubu yang digunakan merupakan bahan-bahan alamiyang didapat dari lingkungan sekitar ume kbubu. Jumlah bahan yang digunakan padaume kbubu harus berjumlah genap sebagai aturan yang sudah ada dari zaman nenekmoyang. Aturan ini harus dilakukan oleh semua penduduk Desa Kaenbaun agar terhindardari musibah. Jumlah genap ini biasanya terlihat pada ni ana, suaf (usuk), lote (usuktritisan di depan pintu), tfa (kayu palang bagian dalam ume kbubu) dan hau feo (tempatmenggantung jagung). Struktur ume kbubu menggunakan sambungan berupa ikatan yangmenggunakan bahan serat nanas hutan (sisal), serat bambu dan tanaman rambat yangdisebut tufe.

Daftar PustakaBeddu, S. 2009. Arsitek Arsitektur Bugis. Jurnal Penelitian Enjiniring. 2 (2).Nas, P.J.M., Martien de Vietter. 2009. Masa Lalu Dalam Masa Kini. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.Purbadi, Y. D., 2010. Tata Suku dan Tata Spasial pada Arsitektur Permukiman Suku

Dawan di Desa Kaenbaun di Pulau Timor, Disertasi. Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta

Gambar 18. Bentuk struktur ume kbubu.

arsitektur e-Journal, Volume 6 Nomor 1, Juni 201312

Rifai, B.A.J. 2010. Perkembangan Struktur Dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku BajoDi Pesisir Pantai Parigi Moutong. Jurnal “ ruang “ 2 (1).

Timo, E.N. 2005. Pemberita Firman Pencinta Budaya. Jakarta. BPK Gunung Mulia.Tjahjono, G. 2002. Indonesian Heritage Jilid 6 edisi Bahasa Indonesia. PT. Widyadara:

Jakarta.

©Antariksa 2013