Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

32
EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA ( Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila yang Dibimbing oleh Bapak Maskuri, S.Ag, M.Pdi ) Disusun Oleh : Desi Rosiani 32141102 Wartini Faisal PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI

Transcript of Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

EMPAT PILAR KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA

( Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pancasila yang Dibimbing oleh Bapak Maskuri, S.Ag, M.Pdi )

Disusun Oleh :

Desi Rosiani 32141102

Wartini

Faisal

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI

STMIK IKMI CIREBON2014/2015

JL.Perjuangan No. 10B Majasem CirebonTelp.(0231) 49048KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim

penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” ini tepat pada

waktunya.

Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya

terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah

ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca

pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah

adanya makalah ini..

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik

yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna

peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada

waktu mendatang.

Wassalamualaikum wr.wb.

Hormat Kami

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................2DAFTAR ISI.................................................3BAB I PENDAHULUAN.........................................41.1.LATAR BELAKANG.........................................41.2.RUMUSAN MASALAH........................................61.3.MANFAAT................................................61.4.SISTEMATIKA PENULISAN..................................7BAB II PEMBAHASAN.........................................82.1.PENGERTIAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN......................82.2.DASAR PENAMAAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN..................92.3 EMPAT PILAR KEBANGSAAN.................................92.3.1. Pancasila...........................................92.3.2. Undang – Undang Dasar 1945.........................102.3.3. Negara Kesatuan Republik Indonesia.................122.3.4. Bhineka Tunggal Ika................................122.4.SEJARAH TERBENTUKNYA EMPAT PILAR KEBANGSAAN......Error! Bookmark not defined.2.5.AKSI NASIONAL (PERAN) EMPAT PILAR KEBANGSAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA.................................152.6.PETUGAS SOSIALISASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN............172.7.KONSEP DAN PEMIKIRAN LEMBAGA PERTAHANAN NASIONAL......17BAB III PENUTUP..........................................203.1.KESIMPULAN............................................203.2.SARAN.................................................213.3.REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA............................22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam berbagai wacana selalu terungkap bahwa telah menjadi

kesepakatan bangsa adanyaempat pilar penyangga kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi negara-bangsa Indonesia.

Bahkan beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan

telah bersepakat dan bertekaduntuk berpegang teguh serta

mempertahankan empat pilar kehidupan bangsa tersebut. Empat

pilar dimaksud dimanfaatkan sebagai landasanperjuangan dalam

menyusun program kerja dan dalam melaksanakan kegiatannya.

Hal ini diungkapkan lagi oleh Presiden RI Bapak Susilo

Bambang Yudhoyono, pada kesempatan berbuka puasa dengan para

pejuang kemerdekaanpada tanggal 13 Agustus 2010 di istana

Negara.

Empat pilar tersebut adalah

1. Pancasila

2. Undang-Undang Dasar 1945

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia

4. Bhinneka Tunggal Ika

Meskipun hal ini telah menjadi kesepakatan bersama, atau

tepatnya sebagian besar

rakyat Indonesia, masih ada yang beranggapan bahwa empat

pilar tersebut adalah sekedar berupa slogan-slogan, sekedar

suatu ungkapan indah, yang kurang atau tidak bermakna dalam

menghadapi era globalisasi. Bahkan ada yang beranggapan

bahwa empat pilar tersebut sekedar sebagai jargon politik.

Yang diperlukan adalah landasan riil dan konkrit yang dapat

dimanfaatkan dalam persaingan menghadapi globalisasi. Untuk

itulah perlu difahami secara memadai makna empat pilar

tersebut, sehingga kita dapat memberikan penilaian secara

tepat, arif dan bijaksana terhadap empat pilar dimaksud,

dandapat menempatkan secara akurat dan proporsional dalam

hidup bermasyarakat, berbangsadan bernegara.

Berikut disampaikan secara singkat arti pilar

1. Arti pilar

2. Pilar Pancasila

3. Pilar UUD1945

4. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia

5. Pilar Bhinneka Tunggal Ika

6. Peran dan fungsi empat pilar dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa danbernegara.

Namun sebelumnya, ada baiknya bila kita merenung sejenak

bahwa di atas empat pilartersebut terdapat pilar utama yakni

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17Agustus

1945. Tanpa adanya pilar utama tersebut tidak akan timbul

adanya empat pilar dimaksud. Antara proklamasi kemerdekaan,

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dilukiskansecara indah

dan nyata dalam lambang negara Garuda Pancasila.Sejak tahun

1951, bangsa Indonesia, dengan Peraturan Pemerintah No. 66

tahun 1951,menetapkan lambang negara bagi negara-bangsa yang

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketetapan

tersebut dikukuhkan dengan perubahan UUD 1945 pasal 36A yang

menyebutkan: ” Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan

semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Lambang negara Garuda Pancasila

mengandung konsep yang sangat esensial danmerupakan

pendukung serta mengikat pilar-pilar dimaksud. Burung Garuda

yang memiliki 17 bulu pada sayapnya, delapan bulu pada

ekornya, 45 bulu pada leher dan 19 bulu pada badan dibawah

perisai, menggambarkan tanggal berdirinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Perisai yang digantungkan di dada Garuda menggambarkan

sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa

dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sementara itu Garuda

mencengkeram pita yang bertuliskan ”Bhinneka Tunggal ika”

menggambarkan keanekaragaman komponen bangsa yang harus

dihormati, didudukkan dengan pantas dan dikelola dengan

baik. Dengan demikian terjadilah suatu kesatuan dalam

pemahaman dan mendudukkan pilar-pilar tersebutdalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia mengandung konsep

dan prinsip yang sangat mendasar yakni keinginan merdeka

bangsa Indonesia dari segala macam penjajahan. Tidak hanya

merdeka atau bebas dari penjajahan fisik tetapi kebebasan

dalam makna yang sangat luas, bebas dalam mengemukakan

pendapat, bebas dalam beragama, bebas dari rasa takut,dan

bebas dari segala macam bentuk penjajahan modern. Konsep

kebebasan ini yangmendasari pilar yang empat dimaksud.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana pengertian dari empat pilar kehidupan

berbangsa dan bernegara?

2.      Mengapa disebut empat pilar kebangsaan?

3.      Bagaimana sejarah terbentuknya empat pilar?

4.      Apa saja yang termasuk empat pilar kebangsaan?

5.      Bagaimana peran empat pilar kebangsaan membentuk

karakter bangsa?

1.3. MANFAAT

Dari tujuan diatas duharapkan memperoleh manfaat sebagai

berikut :

1. Memberikan pemahaman kepada para pembaca lebih mendalam

mengenai empat pilar kebangsaan.

2. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pentingnya

empat pilar kebangsaan dalam membentuk karakter bangsa.

3. Memberikan informasi serta dapat dijadikan pedoman bagi

tenaga kependidikan mengenai peranan penerapan empat pilar

kebangsaan.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang

meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang

masalah,rumusan masalah, manfaat, sistematika penulisan

BAB II : PEMBAHASAN membahas tentang pengertian empat pilar

kebangsaan, dasar penamaan empat pilar, empat pilar

kebangsaan, sejarah terbentuknya empat pilar, aksi nasional,

petugas sosialisasi, konsep dan pemikiran lembaga

pemerintahan.

BABIII : PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN

Setelah ada amanat UU No 27 tahun 2009 tentang MPR,

DPR, DPD dan DPRD pasal 15 ayat 1 hurup e, yakni

mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-

Undang Dasar. Sertamerta berbagai wacana baik dari unsur

pemerintahan maupun organisasi politik dan kemasyarakatan,

mulai mengungkap bahwa dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara terdapat kesepakatan yang disebut sebagai empat

pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pilar adalah tiang penguat atau penyangga. Pilar

memiliki peran yang sangat sentral dan menentukan, karena

bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh akan berakibat

robohnya bangunan yang disanggannya. Dalam bahasa Jawa

tiang penyangga bangunan atau rumah ini disebut ”soko”,

bahkan bagi rumah jenis joglo, yakni rumah yang atapnya

menjulang tinggi terdapat empat soko di tengah bangunan yang

disebut soko guru. Soko guru ini sangat menentukan kokoh

dan kuatnya bangunan, terdiri atas batang kayu yang besar

dan dari jenis kayu yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dengan demikian orang yang bertempat di rumah tersebut akan

merasa nyaman, aman dan selamat dari berbagai bencana dan

gangguan. Demikian pula halnya dengan bangunan negara-

bangsa, membutuhkan pilar atau soko guru yang merupakan

tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan

merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari

segala macam gangguan dan bencana.

Selanjutnya bila dihubungkan dengan 4 Pilar Kebangsaan,

artinya ada 4 tiang penguat atau penyangga yang sama-sama

kuat, untuk menjaga keutuhan berkehidupan kebangsaan

Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4 Pilar

Kebangsaan adalah 4 penyangga yang menjadi panutan dalam

keutuhan bangsa Indonesia. Gagasan yang gencar

disosialisasikan sejak 3 tahunan lalu oleh lembaga MPR RI

tersebut dinilai sangat efektif guna menanamkan kembali

nilai-nilai luhur yang perlu dijadikan acuan dan pedoman

bagi setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Menurut Pak Taufiq Kiemas, 4 pilar bangsa harus

dijabarkan dan menjiwai semua peraturan perundangan,

institusi pendidikan, pertahanan serta semua sendi kehidupan

bernegara.

. Salah satu tugas dari MPR adalah Sosialisasi Empat pilar

bernegara yang diamanatkan dalam UU No 27 tahun 2009 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e, yakni

mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang

Undang Dasar.

DASAR PENAMAAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN

EMPAT PILAR KEBANGSAAN

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.3.1. Pancasila

Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) sehingga memiliki fungsi yang sangat

fundamental. Selain bersifat yuridis formal yang

mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan

berlandaskan pada Pancasila (sering disebut sebagai sumber

dari segala sumber hukum), Pancasila juga bersifat

filosofis. Pancasila merupakan  dasar filosofis dan sebagai

perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah

negara dan pandangan/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar

negara dan  sebagai pandangan hidup. Pancasila mengandung

nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh

seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.  Lebih dari itu,

nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat

Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati

diri bangsa Indonesia.

Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat

fundamental bagi negara dan bangsa Indonesia, maka dalam

pembangunan karakter bangsa, Pancasila merupakan landasan

utama. Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan,

dan sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa.

Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan karakter

bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa Indonesia

yang berkarakter Pancasila. Berkarakter Pancasila berarti

manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak

religius, humanis, nasionalis, demokratis, dan mengutamakan

kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai fundamental ini menjadi

sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam pendidikan

karakter bangsa.

2.3.2. Undang – Undang Dasar 1945

Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-

norma yang terdapat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD

1945. Oleh karena itu, landasan kedua yang harus menjadi

acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma

konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai universal yang terdapat

dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi

norma konstitusional bagi negara Republik Indonesia.

Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

memancarkan tekad dan komitmen bangsa Indonesia untuk tetap

mempertahankan pembukaan itu dan bahkan tidak akan

mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam

Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan untuk tidak

mengubahnya. Pertama, di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat

norma dasar universal bagi berdiri tegaknya sebuah negara

yang merdeka dan berdaulat. Dalam alinea pertama secara

eksplisit dinyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala

bangsa dan oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan”. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa

kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu,

tidak boleh lagi ada penjajahan di muka bumi. Implikasi dari

norma ini adalah berdirinya negara merdeka dan berdaulat

merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam

Pembukaan UUD 1945 terdapat norma yang terkait dengan tujuan

negara atau tujuan nasional yang merupakan cita-cita pendiri

bangsa atas berdirinya NKRI.

Tujuan negara itu meliputi empat butir, yaitu (1)

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia,  (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) 

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat luhur dan

tidak akan  lekang oleh waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD

1945 mengatur ketatanegaran Indonesia khususnya tentang

bentuk negara dan sistem pemerintahan. Alasan keempat adalah

karena nilainya yang sangat tinggi bagi bangsa dan negara

Republik Indonesia, sebagaimana tersurat di dalam Pembukaan

UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.

Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat

norma-norma konstitusional yang mengatur sistem

ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, pengaturan hak

asasi manusia (HAM) di Indonesia, identitas negara, dan

pengaturan tentang perubahan UUD 1945 yang semuanya itu

perlu dipahami dan dipatuhi oleh warga negara Indonesia.

Oleh karena itu, dalam pengembangan karakter bangsa, norma-

norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang harus

ditegakkan untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.

2.3.3. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan

karakter bangsa adalah komitmen terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Karakter yang dibangun pada

manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat

dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI, bukan karakter yang

berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan

NKRI. Oleh karena itu, rasa cinta terhadap tanah air

(patriotisme) perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter

bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi

HAM sebagai bagian dari pembangunan karakter harus

diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi persatuan dan

kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah

bangsa dan NKRI. Oleh karena itu, landasan keempat yang

harus menjadi pijakan dalam pembangunan karakter bangsa

adalah komitmen terhadap NKRI.

2.3.4. Bhineka Tunggal Ika

Landasan  selanjutnya yang mesti menjadi perhatian semua

pihak dalam pembangunan karakter bangsa adalah semboyan

Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan itu bertujuan menghargai

perbedaan/keberagaman, tetapi tetap bersatu dalam ikatan

sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki kesamaan

sejarah dan kesamaan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat

yang “adil dalam kemakmuran” dan “makmur dalam keadilan”

dengan dasar negara Pancasila dan dasar konstitusional UUD

1945

Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)

merupakan suatu keniscayaan dan tidak bisa dipungkiri oleh

bangsa Indonesia.  Akan tetapi, keberagaman itu harus

dipandang sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan

yang bersifat kodrati dan alamiah sebagai anugerah Tuhan

yang Maha Esa  bukan untuk dipertentangkan, apalagi

dipertantangkan (diadu antara satu dengan lainnya) sehingga

terpecah-belah. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika

harus dapat menjadi  penyemangat bagi terwujudnya persatuan

dan kesatuan bangsa Indonesia.

2.4. CARA MENJAGA EMPAT PILAR KEBANGSAAN

Ada empat pendekatan untuk menjaga empat pilar kebangsaan

yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,

dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keempat pendekatan tersebut yaitu pendekatan kultural,

edukatif, hukum, dan struktural, dibutuhkan karena saat ini

pemahaman generasi muda terhadap 4 pilar kebangsaan menipis.

1. Pendekatan kultural adalah dengan memperkenalkan lebih

mendalam tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi

muda. Hal ini dibutuhkan agar pembangunan oleh generasi muda

di masa depan tetap mengedepankan norma dan budaya bangsa.

Pembangunan yang tepat, harus memperhatikan potensi dan

kekayaan budaya suatu daerah tanpa menghilangkan adat

istiadat yang berlaku. Generasi muda saat ini adalah calon

pemimpin bangsa, harus paham norma dan budaya leluhurnya.

Sehingga di masa depan tidak hanya asal membangun

infrasturktur modern, tetapi juga menyejahterakan

masyarakat.

2. Pendekatan edukatif perlu karena saat ini sangat marak aksi

kriminal yang dilakukan generasi muda, seperti tawuran,

pencurian, bahkan pembunuhan. Kebanyakan aksi tersebut

terjadi saat remaja berada di luar sekolah maupun di luar

rumah. Oleh sebab itu perlu ada pendidikan di antara kedua

lembaga ini. Di rumah kelakuannya baik, di sekolah juga

baik. Namun ketika di antara dua tempat tersebut, kadang

remaja berbuat hal negatif. Ini yang sangat disayangkan.

Orangtua harus mencarikan wadah yang tepat bagi anaknya

untuk memaknai empat pilar kebangsaan semisal lewat kegiatan

di Pramuka.

3. Pendekatan hukum adalah segala tindakan kekerasan dalam

bentuk apapun harus ditindak dengan tegas, termasuk aksi

tawuran remaja yang terjadi belakangan. Norma hukum harus

ditegakkan agar berfungsi secara efektif sehingga

menimbulkan efek jera bagi pelaku kriminal sekaligus menjadi

pelajaran bagi orang lain.

4. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan struktural.

Keempat pilar ini perlu terus diingatkan oleh pejabat di

seluruh tingkat. Mulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun

Warga, kepala desa, camat, lurah sampai bupati/wali kota

hingga gubernur.Bangsa kita sedang terkoyak, dari luar kita

dijadikan sasaran penghisapan oleh kepentingan asing,

sementara di dalam, kita masih terpuruk dengan benang kusut

budaya korupsi anggaran negara, kerusuhan sosial dan konflik

horizontal, lemahnya taraf hidup masyarakat, minimnya akses

pendidikan dan kesehatan, juga belitan persoalan lainnya.

Pancasila sebagai gagasan pencerah semestinya dapatlah

kembali menginsprasi jiwa kita secara utuh sebagai Bangsa

merdeka yang punya kemampuan untuk mewujudkan cita-cita

nasional tentang Bangsa Indonesia yang berdaulat, mandiri,

berkepriadian, adil dan makmur.

2.5. AKSI NASIONAL (PERAN) EMPAT PILAR KEBANGSAAN DALAM

MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Karakter adalah  nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan

berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam

diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara

koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah

raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok

orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau

sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas

moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan

tantangan.

Karakter bangsa adalah  kualitas perilaku kolektif

kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran,

pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku  berbangsa dan

bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan

karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif

kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam

kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku  berbangsa

dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai

Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip

Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.

Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik

suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa

dan bernegara yang sesuai dengan dasar  dan ideologi,

konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam

konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang

berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,

patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks

berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren

melalui proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran,

pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama  seluruh komponen

bangsa dan negara.

Berikut ini merupakan beberapa sikap yang mencerminkan

karakter bangsa, diantaranya:

1.    Saling menghormati dan menghargai,

2.    Rasa kebersamaan dan tolong menolong,

3.    Rasa kesatuan dan persatuan, 

4.    Rasa peduli dalam bermasyarakat berbangsa dan Negara,

5.    Adanya moral dan akhlak dan di landasi nilai-nilai

agama,

6.    Perilaku dan sifat-sifat kejiwaan dan saling menghormati

dan menguntungkan,.

7.    Kelakuan dan tingkah laku menggambarkan nilai-nilai

agama, hukum, dan budaya

8.    Sikap dan prilaku menggambarkan nilai-nilai kebangsaan,

dan sebagainya.

Selain itu pula, untuk membangun karakter bangsa

diperlukan sikap menjunjung tinggi beberapa nilai, seperti:

Nilai kejuangan,

Nilai semangat,

Nilai kebersamaan atau gotong royong,

Nilai kepedulian atau solider,

Nilai sopan santun ,

Nilai persatuan dan kesatuan,

Nilai kekeluargaan, serta

Nilai tanggungjawab, dan sebagainya.

Faktor Membangun Karakter Bangsa, diantaranya sebagai

berikut:

Agama,

 Normatif (Hukum dan peraturan yang berlaku),

 Pendidikan,

 Ideologi,

 Kepemimpinan,

 Lingkungan,

  Politik,

 Ekonomi, dan

 Sosial Budaya.

2.6. PETUGAS SOSIALISASI EMPAT PILAR KEBANGSAAN

Yang menjadi petugas sosialisasi empat pilar kebangsaan

adalah seluruh lapisan masyarakat indonesia termasuk para

generasi muda , pemerintah dan semua yang ada di indonesia

yang akan d bantu oleh para mahasiswa dan lembaga – lembaga

lainnya.

2.7. KONSEP DAN PEMIKIRAN LEMBAGA PERTAHANAN NASIONAL

Ketahanan bangsa merupakan kemampuan suatu bangsa untuk

mempertahankan persatuan dan kesatuannya serta memperkuat

daya dukung kehidupannya. Konsepsi ketahanan bangsa untuk

konteks Indonesia dikenal dengan nama Ketahanan Nasional

yang dikembangkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional

(Lemhanas) pada tahun 1970-an. Secara konsepsional,

ketahanan nasional diartikan sebagai “Kondisi dinamis suatu

bangsa, yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang

terintegrasi. Tujuannya untuk menjamin identitas,

integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta

perjuangan mencapai tujuan nasionalnya. Adapun inti dari

Ketahanan Nasional Indonesia adalah kemampuan yang dimiliki

bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman

yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan kompleks.

Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang

muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam

bahasa Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam

terminologi Barat, terminologi yang kurang lebih semakna

dengan ketahanan nasional, dikenal dengan istilah national

power (kekuatan nasional).

Adapun rumusan konsep ketahanan nasional dalam GBHN tahun

1998 adalah sebagai berikut:

1. Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional

yang selalu harus menuju ke tujuan yang ingin dicapai dan

agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan,

tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar

maupun dari dalam, maka pembangunan nasional diselenggarakan

melalui pendekatan Ketahanan Nasional yang mencerminkan

keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa

secara utuh dan menyeluruh.

2. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan

integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan

negara.

3. Ketahanan Nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan

politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya dan

ketahanan pertahanan keamanan.

1. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa

Indonesia yang berlandaskan keyakinan akan

kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung

kemampuan untuk menggalang dan memelihara

persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan

menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-

nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa

2. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik

bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi

politik berdasarkan Pancasila dan Undang Undang

Dasar 1945 yang mengandung kemampuan memelihara

sistem politik yang sehat dan dinamis serta

kemampuan menerapkan politik luar negeri yang

bebas dan aktif

3. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan

perekonomian bangsa yang berlandaskan demokrasi

ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang mengandung

kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat

dan dinamis serta kemampuan menciptakan

kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing

yang tinggi

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Empat pilar kebangsaan merupakan suatu tiang dalam

mengantisipasi kemajemukan bangsa Indonesia ini. Hal ini

sesuai dengan suatu rumusan sangat indah yang tertera dalam

Penjelasan UUD 1945 sebagai berikut:

Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai

buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-

puncak kebudayaan di daerah di seluruh Indonesia, terhitung

sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke

arah kemajuan adab, budaya, persatuan, dengan tidak menolak

bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat

memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri,

serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Rumusan yang terdapat dalam Penjelasan UUD 1945 adalah

sebagai prinsip dalam kita mengantisipasi keanekaragaman

budaya bangsa dan dalam mengantisipasi globalisasi yang

mengusung nilai-nilai yang mungkin saja bertentangan dengan

nilai yang diemban oleh bangsa sendiri. Semoga dengan

berpegang teguh pada konsep dan prinsip yang terkandung

dalam Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik

Indonesia makin kokoh dan makin berkibar.

SARAN

Dengan dituliskan makalah tentang “Empat pilar kebangsaan”

ini diharapkan tidak hanya bersifat teoritis saja. Namun,

harus di implementasikan oleh bangsa kita. Agar tidak hanya

seperti angin yang berlalu saja..

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

http://elgibran91.blogspot.com/2011/12/empat-pilar-

kebangsaan.html

http://javanese-education.blogspot.com/2011/01/empat-pilar-

kehidupan-berbangsa-dan.html

http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=417:pemasyarakatan-empat-

pilar-kehidupan-bernegara-kajian-dan-strategi-

implementasinya-bagian-kedua&catid=12:artikel&Itemid=85

http://javanese-education.blogspot.com/2011/01/empat-pilar-

kehidupan-berbangsa-dan.html

http://lppkb.wordpress.com/2011/06/22/empat-pilar-kehidupan-

berbangsa-dan-bernegara/

http://lppkb.wordpress.com/2011/06/22/empat-pilar-kehidupan-

berbangsa-dan-bernegara/

http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=416:pemasyarakatan-empat-

pilar-kehidupan-bernegara-kajian-dan-

strategiimplementasinya&catid=12:artikel&Itemid=85

http://jogja.tribunnews.com/2012/11/03/empat-pilar-

kebangsaan-penting-disosialisasikan/

http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/pancasila-sebagai-

paradigma]

http://blogmhs.uki.ac.id/annery/2012/03/23/4-pilar-

berbangsa-dan-bernegara-2/

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/09/18/75118/

empat_pilar_kehidupan_bernegara_harus_disosialisasikan_sejak

_dini/

http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/pancasila-sebagai-

paradigma