skripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi ...

156
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN MADIUN Oleh: MIMIN MUSTIKA SARI NIM. 201503028 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

Transcript of skripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi ...

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN TERAPI

ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS

(ODHA) DI KABUPATEN MADIUN

Oleh:

MIMIN MUSTIKA SARI

NIM. 201503028

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

ii

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN TERAPI

ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS

(ODHA) DI KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM.)

Oleh:

MIMIN MUSTIKA SARI

NIM. 201503028

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

iii

iv

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad

SAW. Teriring doa dan dzikir penuh khauf dan roja’ kepada Allah SWT sebagai

penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala ridho-Nya yang telah memberi

kekuatan dalam setiap langkah saya. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtua saya, Bapak dan Ibu yang selalu membimbing dan

memberikan doa serta semangat baru untuk saya dengan tak pernah lelah

mendidik saya untuk mencari ilmu, belajar, beribadah, serta berdoa.

2. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes.(Epid) dan

Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes. yang telah senantiasa memberikan saya

bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh keluarga besar Bapak “Muhadi Untung” yang selalu memberikan doa

dan dukungan kepada saya.

4. Almamater saya, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

5. Seluruh mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat Angkatan 2015 yang senasib dan seperjuangan.

Terimakasih atas solidaritas yang luar biasa, bersama-sama bahu-membahu

serta saling membantu demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Semua teman dekat saya yaitu Endang, Diaz, Annisa, Nini, Nuvri, Desty,

Febrian, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per

satu.

vi

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MIMIN MUSTIKA SARI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Magetan, 27 April 1997

Agama : Islam

Alamat : Ds. Kuwon RT/RW 01/03

Kec. Karas

Kab. Magetan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita Kuwon II (2002 – 2003)

2. SD Negeri Kuwon II (2003 – 2009)

3. SMP Negeri 1 Karangrejo (2009 – 2012)

4. SMK Kesehatan Aditapa (2012 – 2015)

5. STIKES Bhakti Husada Mulia (2015 – 2019)

viii

ix

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

ABSTRAK

Mimin Mustika Sari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN TERAPI

ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS ODHA DI

KABUPATEN MADIUN

156 halaman + 22 tabel + 5 gambar + 12 lampiran

Latar belakang: HIV/AIDS di Kabupaten Madiun pertama kali ditemukan pada

tahun 2002 – 2018 dengan total 678 kasus. ODHA yang meninggal per Desember

2018 sebanyak 213, sedangkan 88 ODHA lepas dari pengawasan, total ODHA

yang masih berada di bawah pengawasan KPAD Kabupaten Madiun sebanyak

377. Pelayanan HIV/AIDS di Indonesia diberikan gratis termasuk penyediaan

terapi ARV oleh pemerintah melalui rumah sakit rujukan ARV. Di Kabupaten

Madiun juga sudah tersedia UPK ARV gratis untuk penderita HIV/AIDS, tetapi

pada prakteknya masih terdapat > 20% ODHA tidak patuh ARV. Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi

ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan desain cross

sectional. Penentuan sampel dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel

penelitian sebanyak 194 responden. Hasil: Menunjukkan ada pengaruh pengetahuan ODHA terhadap kepatuhan terapi

ARV dengan nilai p value sebesar 0,023. Ada pengaruh sikap ODHA terhadap

kepatuhan terapi ARV dengan nilai p value sebesar 0,02. Ada pengaruh tindakan

ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV dengan nilai p value sebesar 0,037. Tidak

ada pengaruh ketersediaan tempat layanan terhadap kepatuhan terapi ARV dengan

nilai p value sebesar 0,197. Tidak ada pengaruh jarak akses ke tempat layanan

terhadap kepatuhan terapi ARV dengan nilai p value sebesar 0,257. Ada pengaruh

sikap petugas kesehatan terhadap kepatuhan terapi ARV dengan nilai p value

sebesar 0,012. Kesimpulan: Terapi ARV menjadi pilihan satu-satunya bagi ODHA untuk

mempertahankan hidup, karena ARV bekerja dengan cara memperlambat

perkembangan virus HIV di dalam tubuh.

Kata kunci : Kepatuhan ARV, HIV/AIDS, Terapi ARV pada ODHA

Kepustakaan : 35 (2010-2019)

x

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN 2019

ABSTRACT

Mimin Mustika Sari

FACTORS THAT AFFECTING THE ANTIRETROVIRAL TERAPY (ARV)

WITH THE PEOPLE ADHERENCE OF ODHA IN MADIUN REGENCY

156 pages + 22 tables + 5 images + 12 attachments

Background: HIV/AIDS in Madiun was first discovered in 2002 – 2018 with a

total of 678 cases. ODHA who died until December 2018 as much as 213, while

88 people have been separated from supervision, the total sufferers who are still

under the supervision of Madiun District AIDS Response Commission as much as

377. The HIV/AIDS service in Indonesia is provided for free including the

provision of ARV therapy by the government through the ARV Referral Hospital.

In Madiun, there is also a free ARV Health Care Unit, but in practice there are

still > 20% ODHA who are not compliant with ARV.

Purpose: Identifying the factors that affecting the ARV adherence of ODHA in

Madiun Regency.

Methods: The type of research was quantitative analytic with cross sectional

design. The sample loggers are performed with “purposive sampling” technique.

The number of research samples was 194 respondents.

Results: Showed that there was an influence of knowledge to the compliance of

ARV therapy, with p value 0.023. There was an influence of attitude to the

compliance of ARV therapy, with p value 0.02. There was an influence of action to

the compliance of ARV therapy, with p value 0.037. There was no influence of

availability of ARV services to the compliance of ARV therapy, with p value 0.197.

There was no influence of the access distance to ARV service to the compliance of

ARV therapy, with p value 0.257. There was an influence of health worker's

attitude to the compliance of ARV therapy, with p value 0.012.

Conclusion: ARV therapy is the only option for ODHA to sustain life, because

ARV works by slowing the development of HIV viruses in the body.

Keywords : ARV adherence, HIV/AIDS, ARV therapy in people with

HIV/AIDS

Literature : 35 (2010-2019)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR .......................................................................................................i

SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ..............................................................................................................ix

DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii

DAFTAR ISTILAH ..............................................................................................xix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 6

1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepatuhan Terapi ARV .................................................................... 9

2.1.1 Kepatuhan ............................................................................. 9

2.1.2 Kepatuhan Minum Obat ..................................................... 10

2.1.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan ............................ 10

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV ........ 11

2.2 Perilaku ........................................................................................... 16

2.2.1 Klasifikasi Perilaku ............................................................. 16

2.2.2 Determinan Perilaku Kesehatan ......................................... 17

2.2.3 Domain Perilaku ................................................................. 18

xii

2.3 HIV/AIDS....................................................................................... 25

2.4 ODHA............................................................................................. 29

2.5 Kerangka Teori ............................................................................... 31

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 32

3.2 Hipotesa Penelitian ......................................................................... 34

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 36

4.2 Populasi dan Sampel....................................................................... 36

4.2.1 Populasi .............................................................................. 36

4.2.2 Sampel ................................................................................ 37

4.2.3 Teknik Sampling ................................................................. 38

4.3 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 39

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 40

4.4.1 Variabel Penelitian.............................................................. 40

4.4.2 Definisi Operasional ........................................................... 41

4.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 42

4.5.1 Uji Validitas ........................................................................ 43

4.5.2 Uji Reliabilitas .................................................................... 45

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 45

4.6.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 45

4.6.2 Waktu Penelitian ................................................................. 46

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 47

4.7.1 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 47

4.7.2 Jenis Data ............................................................................ 47

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ............................................ 48

4.8.1 Pengolahan Data ................................................................. 48

4.8.2 Analisa Data........................................................................ 50

4.9 Etika Penelitian ............................................................................... 51

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 52

5.1.1 Profil KPAD Kabupaten Madun ......................................... 52

5.1.2 Keadaan Geografis.............................................................. 53

5.1.3 Sarana dan Prasarana .......................................................... 54

5.1.4 Sasaran KPAD Kabupaten Madiun .................................... 55

xiii

5.2 Hasil Analisis Univariat ................................................................. 56

5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden .................................... 56

5.2.2 Variabel Responden ............................................................ 57

5.3 Hasil Analisis Bivariat .................................................................... 61

5.3.1 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 61

5.3.2 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV ...................................................... 62

5.3.3 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap HIV/AIDS

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 63

5.3.4 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 63

5.3.5 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 64

5.3.6 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien

ODHA Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ......................... 65

5.4 Pembahasan .................................................................................... 66

5.4.1 Pengetahuan ODHA ........................................................... 66

5.4.2 Sikap ODHA ....................................................................... 68

5.4.3 Tindakan ODHA ................................................................. 70

5.4.4 Ketersediaan Tempat Layanan ARV .................................. 71

5.4.5 Jarak Akses ke Tempat Layanan ARV ............................... 72

5.4.6 Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA ............ 73

5.4.7 Kepatuhan Terapi ARV ...................................................... 74

5.4.8 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 76

5.4.9 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV ...................................................... 78

5.4.10 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap HIV/AIDS

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 81

5.4.11 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 83

5.4.12 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ...................................... 84

5.4.13 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien

ODHA Terhadap Kepatuhan Terapi ARV ......................... 86

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 89

xiv

6.2 Saran ............................................................................................... 90

6.2.1 Bagi ODHA ........................................................................ 90

6.2.2 Bagi KPAD Kabupaten Madiun ......................................... 91

6.2.3 Bagi Masyarakat ................................................................. 91

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

LAMPIRAN ...............................................................................................................

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................................ 7

Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................................ 41

Tabel 4.2 Data Validitas Instrumen Penelitian .................................................... 44

Tabel 4.3 Waktu Penelitian ................................................................................. 46

Tabel 4.4 Coding Variabel .................................................................................. 49

Tabel 5.1 Distribusi Responden Bedasarkan Jenis Kelamin ............................... 56

Tabel 5.2 Distribusi Responden Bedasarkan Jenis Umur ................................... 56

Tabel 5.3 Distribusi Responden Bedasarkan Jenis Pendidikan ........................... 57

Tabel 5.4 Distribusi Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan ............................. 57

Tabel 5.5 Pengetahuan ODHA tentang Terapi ARV .......................................... 58

Tabel 5.6 Sikap ODHA Terhadap Terapi ARV .................................................. 58

Tabel 5.7 Tindakan ODHA Terhadap Terapi ARV ............................................ 59

Tabel 5.8 Ketersediaan Tempat Layanan Layanan ARV .................................... 59

Tabel 5.9 Jarak Akses Ke Tempat Layanan Layanan ARV ................................ 59

Tabel 5.10 Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA............................. 60

Tabel 5.11 Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA.................................................. 60

Tabel 5.12 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun .............. 61

Tabel 5.13 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun .............. 62

Tabel 5.14 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun .............. 63

Tabel 5.15 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun .............. 63

Tabel 5.16 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun .............. 64

Tabel 5.17 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun ................................................................................................ 65

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ............................................ 21

Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 31

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 33

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 39

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Madiun ..................................................... 53

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ............................................. 96

Lampiran 2 Surat Balasan Bankesbangpol ..................................................... 97

Lampiran 3 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................... 100

Lampiran 4 Kartu Bimbingan Tugas Akhir .................................................... 101

Lampiran 5 Form Audiens Seminar Proposal ................................................. 103

Lampiran 6 Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) ............................... 104

Lampiran 7 Instrumen Penelitian (Lembar Kuisioner) ................................... 105

Lampiran 8 Data Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 109

Lampiran 9 Output Validitas dan Reliabilitas................................................. 110

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 115

Lampiran 11 Data Penelitian............................................................................. 119

Lampiran 12 Output Penelitian ......................................................................... 127

xviii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

ARV : Antiretoviral

DITJEN : Direktorat Jenderal

FIV : Feline Immunodeficiendy Virus

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IDU : Injecting Drug User

IRT : Ibu Rumah Tangga

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

KPA : Komisi Penanggulangan AIDS

LSL : Laki Suka Laki

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

NNRTI : Non-Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors

NRTI : Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors

ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS

P2P : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

PI : Protease Inhibitors

RNA : Ribonucleic Acid

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP : Rumah Sakit Umum Paru

SIV : Simian Immunodeficiency Virus

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

UNAIDS : United Nations Programme on HIV and AIDS

UNDIP : Universitas Diponegoro

UPK : Unit Pelayanan Kesehatan

WHO : World Health Organitation

WPS : Wanita Pekerja Seks

WPSL : Wanita Pekerja Seks Langsung

xix

DAFTAR ISTILAH

Adoption : Adopsi

Anonimity : Tanpa nama

Application : Penerapan

Attitude : Sikap

Biseksualitas : Ketertarikan pada lawan jenis dan sesama jenis

Coding : Pemberian kode

Comprehesion : Memahami

Confidentiality : Kerahasiaan

Covert Behavior : Perilaku yang tidak tampak

Dependen : Terikat

Diskriminasi : Pembedaan perlakuan

Editing : Memperbaiki

Entry : Memasukkan

Estimasi : Perkiraan atau penilaian pendapat

Evaluation : Penilaian hasil

Favorable : Menguntungkan

Heteroseks : Seks dengan lawan jenis

Hipotesis : Dugaan sementara

Holistik : Menjaga kesehatan tubuh

Homoseksualitas : Ketertarikan pada sesama jenis

Identifikasi : Penetapan identitas

Indeks : Daftar kata atau istilah penting

Independen : Bebas

Informed consent : Pernyataan persetujuan

Knowledge : Pengetahuan

Komplikasi : Penyakit baru yang timbul sebagai penyakit tambahan

Komprehensif : Berwawasan luas

Kondusif : Memberi peluang pada hasil yang diinginkan

Kooperatif : Bersifat bekerjasama

Mechanism : Cara kerja

Observasi : Peninjauan secara cermat

Oportunistik : Penyakit lain

Overt Behavior : Perilaku yang tampak

Paradigma : Kerangka berpikir

Practice : Pelaksanaan secara nyata (tindakan)

Produktifitas : Mampu menghasilkan

Psikiatri : Ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penyakit jiwa

xx

Psikososial : Hubungan kondisi sosial dan psikologi

Receiving : Menerima

Reliabilitas : Ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran

Replikasi : Penduplikatan

Responden : Penjawab pertanyaan penelitian

Responding : Memberi jawaban

Responsible : Bertanggung jawab

Retrovirus : Salah satu golongan virus

Seksual insertif : Hubungan seksual dengan pelindung

Seksual reseptif : Hubungan seksual tanpa pelindung

Signifikan : Penting atau berarti

Simtomatik : Pengobatan berdasarkan gejala yang timbul

Sosio-demografi : Sosial kependudukan

Stigma : Ciri negatif

Synthesis : Paduan (campuran)

Tabulating : Menyusun

Unfavorable : Tidak menguntungkan

Validitas : Sifat valid atau logika berpikir

Valuing : memberikan nilai

Variabel : Faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan

Viral Load : Jumlah partikel virus dalam 1 ml atau 1 cc darah

Synthesis : Sintesis

Analysis : Analisis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang

menurunkan kekebalan tubuh manusia dan termasuk golongan retrovirus

yang terutama ditemukan di dalam cairan tubuh, seperti darah, cairan mani,

cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune

Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena

turunnya kekebalan tubuh (KPA Provinsi Jatim, 2016).

Indonesia adalah salah satu dari negara di Asia yang memiliki kerentanan

HIV akibat dampak perubahan ekonomi dan perubahan sosial. Berdasarkan

Profil Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus HIV di Indonesia yang

dilaporkan secara resmi oleh Ditjen P2P, Kementrian Kesehatan RI pada

tahun 2014 sebanyak 32.711 kasus, 2015 sebanyak 30.935 kasus, dan 2016

sebanyak 41.250 kasus. Sedangkan jumlah kasus AIDS di Indonesia pada

tahun 2014 sebanyak 7.875 kasus, 2015 sebanyak 6.081 kasus, dan 2016

sebanyak 7.491 kasus (Profil Kesehatan Nasional 2014, 2015, 2016).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, jumlah kasus

HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur selama tiga tahun terakhir selalu

mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 jumlah kasus HIV

sebanyak 4.508 kasus, 2015 sebanyak 4.155 kasus, 2016 sebanyak 6.513

kasus. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus AIDS sebanyak 1.456 kasus,

2

2015 sebanyak 647 kasus, 2016 sebanyak 1.110 kasus (Profil Kesehatan Jawa

Timur 2014, 2015, 2016).

Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Daerah Kabupaten

Madiun menunjukkan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Madiun pertama kali

ditemukan pada tahun 2002 hingga tahun 2018 (per Desember) terjadi

peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penderita HIV sejak tahun 2002 sampai

dengan Desember 2018 mencapai 400 orang, sedangkan jumlah penderita

AIDS sejak tahun 2002 sampai dengan Desember 2018 mencapai 278 orang.

Kasus HIV/AIDS pada tahun 2002 hingga tahun 2018 (per Desember)

terbesar terjadi pada kelompok umur 31-45 tahun sebanyak 311 kasus,

selanjutnya pada kelompok umur 16-30 tahun sebanyak 193 kasus, kelompok

umur lebih dari 45 tahun sebanyak 149 kasus, dan kelompok umur 0-15 tahun

sebanyak 25 kasus. Sedangkan berdasarkan faktor risiko di Kabupaten

Madiun tahun 2002 sampai dengan 2018 (per Desember) terbesar melalui

perilaku heteroseks sebanyak 236 kasus, selanjutnya pelanggan Wanita

Pekerja Seks (WPS) sebanyak 123 kasus, faktor lainnya sebanyak 107 kasus,

IRT/pasangan sebanyak 90 kasus, Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL)

sebanyak 63 kasus, perinatal sebanyak 20 kasus, IDU/narkoba suntik

sebanyak 12 kasus, waria sebanyak 12 kasus, Laki Suka Laki (LSL) sebanyak

12 kasus, dan dari ibu sebanyak 3 kasus. Jumlah ODHA yang meninggal

hingga per Desember 2018 sebanyak 213, sedangkan 88 ODHA telah lepas

dari pengawasan KPAD Kabupaten Madiun, sehingga total ODHA yang saat

3

ini masih berada di bawah pengawasan KPAD Kabupaten Madiun adalah

sebanyak 377 orang (KPAD Kabupaten Madiun, 2018).

Estimasi dari United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS)

pada tahun 2011 orang yang hidup dengan HIV sebanyak 34 juta orang dan

yang meninggal sebanyak 1,7 juta orang dari penduduk dunia. Diperkirakan

0,8% orang berusia 15-49 tahun hidup dengan HIV/AIDS. Pada tahun 2012

diperkirakan 35,3 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 2,3 juta orang

baru terinfeksi HIV. Berdasarkan data yang dilaporkan dari World Health

Organization (WHO) bahwa pada akhir tahun 2012 baru sekitar 9,7 juta

ODHA yang sudah terapi ARV. Ketidakpatuhan pasien pada terapi ARV

dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase

penyakit HIV/AIDS diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65%

pada tahun 2020. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hanya dengan

kelupaan satu atau dua dosis obat ARV dalam satu minggu dapat

memberikan dampak besar terhadap pengobatan HIV/AIDS (UNAIDS,

2012).

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 tentang Hubungan Dukungan

Keluarga dan Pengetahuan dengan Kepatuhan Ibu Hamil dengan HIV dalam

Mengkonsumsi ARV di RSUD dr. Margono Soekarjo Purwokerto

didapatkan hasil bahwa: Sebagian besar responden mendapat dukungan

keluarga; Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik;

Sebagian besar responden patuh mengkonsumsi ARV; Ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam

4

mengkonsumsi ARV; dan Ada hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam mengkonsumsi ARV (Tri Anasari

dan Yuli Trisnawati, 2018).

Pelayanan HIV/AIDS di Indonesia diberikan secara gratis termasuk

penyediaan terapi Antiretroviral (ARV) oleh pemerintah melalui rumah sakit

rujukan ARV. Dari laporan Situasi Perkembangan HIV/AIDS sampai dengan

Desember 2013 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV

sebanyak 73.774 dari 33 provinsi dan 284 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)

di seluruh Indonesia. Paradigma baru yang menjadi tujuan global dari

UNAIDS adalah Zero AIDS – Related Death. Tujuan ini dapat tercapai salah

satunya dengan cara ODHA datang ke layanan HIV/AIDS dan segera

mendapatkan terapi ARV, artinya prosentase ODHA patuh ARV memiliki

target 100%. Di Kabupaten Madiun sendiri sudah tersedia Unit Pelayanan

Kesehatan (UPK) ARV secara gratis untuk penderita HIV/AIDS. Tetapi pada

prakteknya masih terdapat > 20% ODHA ternyata tidak patuh ARV. Hal

inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun.

5

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu, “Mengetahui Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi

ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ODHA tentang terapi ARV.

2. Mengidentifikasi sikap ODHA terhadap terapi ARV.

3. Mengidentifikasi tindakan ODHA terhadap terapi ARV.

4. Mengidentifikasi ketersediaan tempat layanan ARV.

5. Mengidentifikasi jarak akses ke tempat layanan ARV.

6. Mengidentifikasi sikap petugas kesehatan terhadap pasien

ODHA.

7. Mengetahui jumlah ODHA yang patuh dan tidak patuh pada

terapi ARV.

8. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan terapi

ARV pada ODHA.

9. Menganalisis pengaruh sikap terhadap kepatuhan terapi ARV

pada ODHA.

6

10. Menganalisis pengaruh tindakan terhadap kepatuhan terapi ARV

pada ODHA.

11. Menganalisis pengaruh ketersediaan tempat layanan ARV

terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA.

12. Menganalisis pengaruh jarak akses ke tempat layanan ARV

terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA.

13. Menganalisis pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan di bidang kesehatan terkait dengan kepatuhan terapi

Antiretroviral (ARV) pada kelompok ODHA.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam memberikan dukungan sosial serta mengurangi

stigma terhadap kelompok ODHA.

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

instansi sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

ingin melakukan penelitian lain terkait dengan kepatuhan terapi

Antiretroviral (ARV) pada kelompok ODHA.

7

3. Bagi KPAD Kabupaten Madiun

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

rekomendasi untuk instansi terkait dengan peningkatan pelayanan

kesehatan masyarakat terutama di bidang penanggulangan

HIV/AIDS.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Perbeda

-an

Peneliti Sebelumnya

Peneliti (Mimin

Mustika Sari)

Yarmaji Adi

Wicaksono, Alifiati

Fikrikasari, Muchlis

Achsan Udji Sofro,

Hari Peni

Tri Anasari, Yuli

Trisnawati

1 Judul Hubungan Stigma

dan Terapi ARV

dengan Komplikasi

Gangguan Psikiatri

pada Pasien

HIV/AIDS

Hubungan Dukungan

Keluarga dan

Pengetahuan dengan

Kepatuhan Ibu Hamil

dengan HIV dalam

Mengkonsumsi ARV

di RSUD dr.

Margono Soekarjo

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Kepatuhan Terapi

Antiretroviral (ARV)

pada Orang yang

Hidup Dengan

HIV/AIDS (ODHA)

di Kabupaten Madiun

2 Tahun 2018 2018 2019

3 Tempat RSUD RAA Soewon-

do Pati, Fakultas

Kedokteran UNDIP

Semarang, RSUP dr.

Kariadi Semarang

RSUD dr. Margono

Soekarjo Purwokerto

Wilayah Kerja KPAD

Kabupaten Madiun

4 Desain Observasional

dengan desain studi

cross sectional

Observasional

analitik dengan

pendekatan cross

sectional

Kuantitatif analitik

dengan pendekatan

cross sectional

5 Variabel • Terikat (komplikasi

gangguan psikiatri)

• Bebas (stigma dan

jenis terapi ARV)

• Terikat (konsumsi

ARV)

• Bebas (dukungan

keluarga dan

pengetahuan)

• Terikat (kepatuhan

terapi ARV)

• Bebas (faktor-

faktor yang

mempengaruhi

kepatuhan terapi

ARV pada ODHA)

8

No Perbeda

-an

Peneliti Sebelumnya

Peneliti (Mimin

Mustika Sari)

Yarmaji Adi

Wicaksono, Alifiati

Fikrikasari, Muchlis

Achsan Udji Sofro,

Hari Peni

Tri Anasari, Yuli

Trisnawati

6 Hasil • Terdapat hubungan

secara statistik

antara jenis terapi

ARV dengan

gangguan psikiatri

• Tidak didapatkan

hubungan secara

statistik antara

stigma dengan

gangguan psikiatri

• Adanya hubungan

antara dukungan

keluarga dengan

kepatuhan ibu

hamil dengan HIV

dalam

mengkonsumsi

ARV

• Adanya hubungan

antara pengetahuan

dengan kepatuhan

ibu hamil dengan

HIV dalam

mengkonsumsi

ARV

• Adanya pengaruh

pengetahuan

ODHA terhadap

kepatuhan terapi

ARV.

• Adanya pengaruh

sikap ODHA

terhadap kepatuhan

terapi ARV.

• Adanya pengaruh

tindakan ODHA

terhadap kepatuhan

terapi ARV.

• Tidak ada pengaruh

ketersediaan

layanan ARV.

• Tidak ada pengaruh

jarak akses ke

tempat layanan

ARV terhadap

kepatuhan terapi

ARV.

• Adanya pengaruh

sikap petugas

kesehatan terhadap

kepatuhan terapi

ARV.

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepatuhan Terapi ARV

2.1.1 Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, sehingga pasien

mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui

rencana tersebut serta melaksanakannya. Kepatuhan adalah tingkat

ketepatan perilaku seorang individu dengan nasihat medis atau

kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan

petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang

benar. Kepatuhan sebagai suatu proses yang dinamis, dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang tidak berdiri sendiri, memerlukan suatu

kombinasi strategi promosi, memerlukan sebuah tim yang terdiri dari

multidisiplin profesi yang terintegrasi dan dapat bekerjasama dengan

baik dalam memberikan perawatan komprehensif berkesinambungan.

Perawatan komprehensif berkesinambungan adalah perawatan yang

melibatkan suatu tim/jejaring sumber daya dan pelayanan dukungan

secara holistik untuk ODHA dan keluarganya, baik di dalam rumah

sakit maupun di luar rumah sakit sepanjang perjalanan penyakitnya

dan seumur hidup (Kemenkes RI, 2011).

10

2.1.2 Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perilaku pasien dalam meminum obat secara benar

tentang dosis, frekuensi, dan waktunya. Supaya patuh pasien

dilibatkan dalam memutuskan apakah minum atau tidak. Kepatuhan

dalam pengobatan menjadi masalah dalam pengobatan ARV. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hubungan yang kurang serasi

antar pasien HIV dan petugas kesehatan, jumlah pil yang harus

diminum, depresi, tingkat pendidikan, kurangnya pemahaman pasien

tentang obat-obat yang akan ditelan dan toksisitas obat, serta pasien

terlalu sakit untuk menelan obat. Kepatuhan pada terapi adalah suatu

keadaan dimana pasien bukan hanya karena mematuhi perintah

dokter, namun juga mematuhi pengobatannya atas kesadaran sendiri.

Dengan adanya kesadaran diri, diharapkan akan lebih meningkatkan

tingkat kepatuhan minum obat (Kemenkes RI, 2011).

2.1.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Adapun metode pengukuran tingkat kepatuhan dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung.

1. Metode langsung, yaitu pengukuran kepatuhan yang dapat

dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengukur viral load

dalam darah atau urin, mengukur atau mendeteksi pertanda

biologi di dalam. Metode ini umumnya mahal, memberatkan

tenaga kesehatan, dan rentan terhadap penolakan pasien.

11

2. Metode tidak langsung, yaitu pengukuran kepatuhan yang dapat

dilakukan dengan cara bertanya pada pasien tentang penggunaan

obat menggunakan kuisioner, menilai respon klinik pasien,

menghitung jumlah pil obat, dan menghitung tingkat pengambilan

kembali resep obat. Tingkat kepatuhan terapi ARV dapat diukur

melalui pengukuran kepatuhan dengan cara menghitung sisa obat

sesuai dosis obat yang diberikan pada waktu tertentu meliputi

kepatuhan tinggi, sedang, dan rendah. Berikut ini adalah

penjelasannya:

a. Patuh, jika jumlah kombinasi obat ARV kurang dari 0-12

dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (≥ 80%).

b. Kurang patuh, jika jumlah kombinasi obat ARV > 12 dosis

yang tidak diminum dalam periode 30 hari (< 80%).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

Menurut pedoman nasional pengobatan Antiretroviral (ARV)

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pasien HIV/AIDS dalam

menjalani terapi ARV, yaitu:

1. Perilaku ODHA

Perilaku ODHA merupakan tanggapan atau respon ODHA

terhadap terapi ARV. Perilaku ODHA sendiri dibagi menjadi tiga

komponen, yaitu:

12

c. Pengetahuan ODHA tentang ARV merupakan ukuran

pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS, baik penularan

maupun terapinya.

d. Sikap ODHA terhadap pengobatan ARV merupakan reaksi

ODHA mengenai pengobatan ARV yang sifatnya masih

tertutup atau belum dilakukan.

e. Tindakan ODHA terhadap pengobatan ARV merupakan aksi

nyata atau sebuah praktik yang sifatnya sudah dilakukan.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sistem pembiayaan kesehatan mahal serta sistem pelayanan

yang berbelit dan tidak jelas merupakan salah satu penghambat

yang sangat berpengaruh terhadap kepatuhan, karena hal tersebut

menyebabkan pasien tidak dapat mengakses layanan kesehatan

dengan mudah. Termasuk diantaranya fasilitas dan ruangan yang

nyaman, jaminan kesehatan, dan penjadwalan yang baik, petugas

yang ramah dan membantu pasien.

3. Karakteristik Pasien

Adapun karakteristik pasien yang mempengaruhi kepatuhan

terapi ARV antara lain:

a. Faktor sosio-demografi (umur, jenis kelamin, suku budaya,

pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan).

13

b. Faktor psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan NAPZA,

lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan dan perilaku

terhadap HIV serta terapinya).

4. Terapi ARV

Terapi ARV merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pasien HIV/AIDS dalam menjalani

terapi ARV itu sendiri. Antiretroviral (ARV) adalah obat yang

digunakan untuk penderita yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat ini

sangat berguna untuk kelangsungan hidup penderita. Obat ini

tidak membunuh virus, namun dapat memperlambat pertumbuhan

virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat, begitu juga dengan

perjalanan penyakit HIV.

Tujuan terapi ARV adalah untuk menurunkan angka rawat

inap, kesakitan, dan kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS;

Meningkatkan kualitas hidup ODHA; Memulihkan dan

memelihara fungsi kekebalan tubuh; Menekan replikasi virus

secara maksimal dan terus-menerus yang berakibat langsung

maupun tidak langsung pada pemulihan atau pemeliharaan fungsi

kekebalan tubuh; dan Mengurangi laju penularan HIV di

masyarakat.

Manfaat terapi ARV secara signifikan memberikan hasil yang

baik bagi pasien HIV/AIDS. Pemberian ARV selama infeksi HIV

akut memberikan efek yang baik pada pasien seperti

14

memperpendek durasi simtomatik infeksi, mengurangi sel yang

terinfeksi, menyediakan cadangan respon imun yang spesifik dan

menurunkan jumlah virus dalam jangka waktu yang lama. Terapi

ARV diberikan seumur hidup karena HIV/AIDS sampai sekarang

belum dapat disembuhkan. Tujuan pemberian ARV adalah

menjaga viral load dibawah 50 kopi/ml, dikatakan gagal terapi

jika viral load mencapai 1000 kopi/ml. Keberhasilan terapi ARV

memerlukan kepatuhan terapi bagi pasien HIV/AIDS sehingga

kepatuhan pasien harus selalu dipantau dan dievaluasi secara

teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering

diakibatkan oleh ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi ARV

(Kemenkes RI, 2011).

Jenis-jenis ARV berdasarkan cara kerjanya dibedakan dalam

beberapa golongan yaitu golongan NRTI, NNRTI, dan PI.

Golongan NRTI: Abacavir, Didanosin, Lamivudin, Stavudin,

Tenolovir, Zalcibatin, Zidotudin. Golongan NNRTI: Efavirenz,

Neviparin. Golongan PI: Loponavir, Ritonavir, Nelfinavir,

Saquinavir.

Kegagalan terapi ARV adalah ketidakberhasilan mencapai

target. Kegagalan virologis merupakan pertanda awal dari

kegagalan pengobatan satu kombinasi obat ARV. Setelah terjadi

kegagalan virologis, dengan berjalannya waktu akan diikuti oleh

kegagalan imunologis dan akhirnya akan timbul kegagalan klinis.

15

Pada keadaan gagal klinis biasanya ditandai oleh timbulnya kembali

infeksi oportunistik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya jumlah

limfosit CD4+ akibat terjadinya resistensi virus terhadap ARV yang

sedang digunakan. Kegagalan virologis muncul lebih dini daripada

kegagalan imunologis dan klinis. Karena itu pemeriksaan viral

load akan mendeteksi lebih dini dan akurat kegagalan pengobatan

dibandingkan dengan pemantauan menggunakan kriteria

imunologis maupun klinis, sehingga mencegah meningkatnya

mordibitas dan mortalitas pasien HIV. Pemeriksaan viral load juga

digunakan untuk menduga risiko transmisi kepada orang lain,

terutama pada ibu hamil dengan HIV dan pada tingkat populasi.

Pasien HIV yang dinyatakan gagal pada pengobatan lini pertama,

harus menggunakan pengobatan ARV lini kedua supaya dapat

mencapai tujuan pengobatan ARV seperti disebut diatas. Hal ini

akan mengakibatkan terjadinya perubahan biaya pengobatan

karena harga obat ARV lini kedua lebih mahal dari obat ARV lini

pertama.

Karakteriksik penyakit penyerta, meliputi stadium klinis dan

lamanya sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik

penyerta dan gejala yang berhubungan dengan HIV. Adanya

infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan penambahan

jumlah obat yang harus diminum.

16

Hubungan pasien dan tenaga kesehatan memiliki

karakteristik yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam

menjalani terapi ARV meliputi: Kepuasan dan kepercayaan

pasien terhadap tenaga kesehatan; Pandangan pasien terhadap

kompetensi tenaga kesehatan; Komunikasi, nada afeksi dari

hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif); dan Kesesuaian

kemampuan serta kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan

pasien.

2.2 Perilaku

Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu

stimulus/rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan

menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka

(overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka

merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga

dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011).

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan

dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup,

maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2012).

2.2.1 Klasifikasi Perilaku

Menurut Becker (1979) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012),

perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga:

17

1. Perilaku hidup sehat (healthy life style), yaitu perilaku yang

berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan

dengan gaya hidup sehat yang meliputi makanan dengan menu

seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup,

menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan.

2. Perilaku sakit (illness behavior), merupakan perilaku yang

terbentuk karena adanya respon terhadap suatu penyakit. Perilaku

ini dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya

pengobatannya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), merupakan perilaku

seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk

menyembuhkan penyakitnya.

2.2.2 Determinan Perilaku Kesehatan

Adapun determinan perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga, antara

lain sebagai berikut:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang

mempermudah terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor

predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,

nilai-nilai, tradisi, dan lain- lain.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang

merupakan sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu

18

perilaku. Yang merupakan faktor pemungkin misalnya

lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan

setempat.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat

terjadinya suatu perilaku. Yang merupakan faktor penguat dalam

hal ini adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun

petugas yang lain dalam upaya mempromosikan perilaku

kesehatan.

2.2.3 Domain Perilaku

Berdasarkan dari teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga yaitu

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice)

(Notoatmodjo, 2012).

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran

seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang

dilihat (Fitriani, 2011).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif: Tahu (know),

berarti seseorang tersebut dapat mengingat kembali materi yang

pernah dipelajari sebelumnya dengan cara menyebutkan,

menguraikan, dan sebagainya; Memahami (comprehension), yaitu

mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya dengan jelas serta dapat membuat suatu kesimpulan

19

dari suatu materi; Aplikasi (application), berarti seseorang

mampu untuk dapat menerapkan materi yang telah dipelajari ke

dalam sebuah tindakan yang nyata; Analisis (analysis),

merupakan tahap dimana seseorang telah dapat menjabarkan

masing-masing materi, tetapi masih memiliki kaitan satu sama

lain. Dalam menganalisis, seseorang bisa membedakan atau

mengelompokkan materi berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan; Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang

dalam membuat temuan ilmu yang baru berdasarkan ilmu lama

yang sudah dipelajari sebelumnya; dan Evaluasi (evaluation),

tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari

hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat

mengevaluasi seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah dia

lakukan. Dari hasil evaluasi ini dapat dinilai dan dijadikan acuan

untuk meningkatkan strategi pembelajaran baru yang lebih efektif

lagi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi menurut Wawan & Dewi

(2011) dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur.

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola

hidup terutama dalam motivasi sikap. Semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka semakin mudah untuk penerimaan informasi.

Pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang

20

membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pekerjaan

dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun keluarga.

Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu. Sedangkan umur

adalah usia individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir.

Faktor eksternal meliputi lingkungan, sosial budaya, dan

kriteria tingkat pengetahuan. Lingkungan sekitar dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu maupun

kelompok. Jika lingkungan mendukung kearah positif, maka

individu maupun kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika

lingkungan sekitar tidak kondusif, maka individu maupun

kelompok tersebut akan berperilaku kurang baik. Sistem sosial

budaya yang ada dalam masyarakat juga mempengaruhi sikap

dalam penerimaan informasi. Sedangkan kriteria tingkat

pengetahuan diinterpretasikan dengan skala, yaitu: Baik dengan

presentase ≥ 76% dan; Kurang Baik dengan presentase < 76%

(Wawan dan Dewi, 2011).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata,

tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk

bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat

21

diukur secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap

merupakan pendapat yang diungkapkan oleh responden terhadap

objek. Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide

yang dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap

respon sesuai atau tidak sesuai), dan komponen emosi

(menimbulkan respon-respon yang konsisten) (Wawan & Dewi,

2011). Berikut adalah skema dari terbentuknya sikap dan reaksi.

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

Adapun tingkatan sikap menurut Fitriani (2011) ialah:

Menerima (receiving), seseorang mau dan memperhatikan

rangsangan yang diberikan; Merespons (responding), memberi

jawaban apabila ditanya, menyelesaikan tugas yang diberikan

sebagai tanda seseorang menerima ide tersebut; Menghargai

(valuing), tingkatan selanjutnya dari sikap adalah menghargai.

Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide dari orang lain

yang mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari

dua ide yang berbeda tersebut didiskusikan bersama antara kedua

orang yang mengajukan ide tersebut; dan Bertanggung jawab

Stimulus

Rangsangan

Proses Stimulus Reaksi Tingkah

Laku (terbuka)

Sikap (tertutup)

22

(responsible), mampu mempertanggungjawabkan sesuatu yang

telah dipilih merupakan tingkatan sikap yang tertinggi.

Menurut Wawan & Dewi (2011) diantaranya adalah: Fungsi

instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian disebut

fungsi manfaat karena sikap dapat membantu mengetahui sejauh

mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan. Dengan

sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat menyesuaikan

diri dengan baik terhadap lingkungan sekitar, disini sikap

berfungsi untuk penyesuaian; Fungsi pertahanan ego, sikap

tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau egonya

merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu untuk

mempertahankan egonya; Fungsi ekspresi nilai pengambilan

sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan menunjukkan sistem

nilai yang ada pada diri individu yang bersangkutan; dan Fungsi

pengetahuan, jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap

suatu objek, itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai

pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, diantaranya

adalah: Pengalaman pribadi, pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat agar dapat dijadikan sebagai dasar

pembentukan sikap yang baik. Sikap akan lebih mudah terbentuk

jika pengalaman pribadi yang terjadi melibatkan faktor

emosional; Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Individu

23

cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang yang

dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting

tersebut; Pengaruh kebudayaan memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan

yang dianut menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap

seseorang; Media massa yang harusnya disampaikan secara

objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga

berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya; Lembaga

pendidikan dan lembaga agama. Konsep moral dan ajaran dari

lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan

sistem kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut mempengaruhi

pembentukan sikap; dan Faktor emosional sikap, faktor emosional

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai

bentuk pertahanan egonya (Wawan & Dewi, 2011).

Cara pengukuran sikap bisa dilakukan dengan skala Likert.

Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok favorable dan

unfavorable. Untuk item favorable, jawaban sangat setuju

nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Item

unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju adalah 1,

sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi nilai 5. Skala

Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama.

24

3. Praktik (practice)

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon.

Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia

fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu

sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata (Notoatmodjo,

2012).

Tingkatan dalam praktik antara lain: Respons terpimpin

(guided responses), merupakan suatu tindakan yang dilakukan

sesuai dengan urutan yang benar. Seseorang mampu melakukan

suatu tindakan dengan sistematis dari awal hingga akhir;

Mekanisme (mechanism), seseorang yang dapat melakukan

tindakan secara benar urutannya, maka akan menjadi kebiasaan

baginya untuk melakukan tindakan yang sama; dan Adopsi

(adoption), suatu tindakan yang sudah berkembang atau

termodifikasi dengan baik.

Cara menilai praktik dilakukan melalui checklist dan

kuesioner. Checklist berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan

datanya. Peneliti memberi tanda “ya” atau “tidak” sesuai tindakan

yang dilakukan. Selain checklist, penilaian praktik juga dapat

dilakukan dengan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan

terkait dengan pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Kategori

penilaian praktik yaitu: Baik dengan presentase ≥ 76% dan;

Kurang Baik dengan presentase < 76% (Wawan dan Dewi, 2011).

25

2.3 HIV/AIDS

Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau Acquired Immune

Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi

yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi

virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies

lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human

Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah

kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi

rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun

penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,

namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak

langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah

dengan cairan tubuh yang mengandung HIV (darah, air mani, cairan vagina,

cairan preseminal, dan air susu ibu). Penularan dapat terjadi melalui

hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik

yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi (selama kehamilan, bersalin, atau

menyusui), serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika

Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan

telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006,

UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah

menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui

26

pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah

satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah

menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005

saja, dan lebih dari 570.000 jiwa diantaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari

jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat

pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia

disana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat

kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan

tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS umumnya lebih berat bila

dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang

hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau

sukarelawan yang terlibat dalam merawat ODHA.

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang

yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi

tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi, dan parasit yang biasanya

dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.

Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV

mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko

lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan

kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti

demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar,

27

kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik

tertentu yang diderita pasien AIDS juga tergantung pada tingkat kekerapan

terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

AIDS merupakan bentuk terparah dari infeksi HIV. HIV adalah

retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan

manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV

merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+

dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah

membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut kurang dari 200 per

mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan

akibatnya adalah kondisi yang disebut dengan AIDS. Infeksi akut HIV akan

berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV

awal dan akhirnya AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T

CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV

menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu

hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun laju

perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari 2

minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya

ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan

tubuh) dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan

yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko

mengalami perkembangan penyakit yang lebih pesat. Akses yang kurang

28

terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis

juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang

yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara

alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik

dan berbagai bentuk yang berbeda yang akan menyebabkan laju

perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus

yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangnya

AIDS serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara

sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat

kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual

reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif

dengan pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko

hubungan seks vaginal atau oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena

HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan

seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung

umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga

vagina yang memudahkan transmisi HIV.

Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena

dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat

adanya borok alat kelamin dan juga karena adanya penumpukan sel yang

terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal.

Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara

29

menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi

AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis

dan/atau chancroid. Risiko tersebut juga meningkat secara nyata oleh adanya

penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan

trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit serta

makrofaga.

Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari

pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi.

Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak

konstan antar orang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak

selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.

Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan

81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi

HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi, fisiologi mikroba vaginal, dan

kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi

HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.

2.4 ODHA

ODHA adalah sebutan bagi orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS.

ODHA juga merupakan singkatan dari Orang yang Hidup Dengan

HIV/AIDS. Apabila seseorang telah dinyatakan mengidap HIV/AIDS, maka

bukan hanya fisik yang menurun, namun juga psikis dan sosialnya turut

terpengaruh.

30

Secara fisik, ODHA akan menjadi sangat mudah terserang penyakit

karena turunnya kekebalan dalam tubuhnya. Nafsu makan ODHA semakin

berkurang sehingga rentan kehilangan berat badan secara drastis yang akan

sangat merubah penampilannya. Selain itu, menurunnya kondisi fisik tersebut

juga akan berpengaruh terhadap penurunan produktifitas ODHA dalam

kesehariannya.

Secara psikis, ODHA dapat melakukan stigma negatif terhadap dirinya

sendiri. HIV dan AIDS masih memiliki citra yang menakutkan di kalangan

masyarakat, khususnya pada ODHA sendiri. Selain karena faktor cara

penularannya, AIDS dianggap sebagai suatu vonis hukuman mati. Orang

yang pertama kali terdiagnosis HIV dan AIDS seringkali merasa depresi,

takut, gundah, dan putus asa. Selain itu ODHA akan merasa terasingkan,

menganggap orang lain akan menjauhi dirinya karena mengidap penyakit

yang ditakuti oleh banyak orang.

Secara sosial, ODHA cenderung mendapatkan hukuman sosial atau

stigma negatif oleh masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya tindakan-

tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, penghindaran atas orang

yang diduga terinfeksi HIV, diwajibkannya uji coba HIV untuk mendapatkan

pekerjaan atau pendidikan, dan penerapan karantina terhadap orang-orang

yang terinfeksi HIV. ODHA sering dihubungkan dengan perilaku negatif

homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui

suntikan. Padahal bisa saja ODHA sama sekali tidak tertular melalui perilaku

negatif tersebut melainkan dari transfusi darah atau tertular dari pasangannya.

31

ODHA cenderung memiliki kondisi yang tidak berdaya baik dari segi

fisik, psikis, dan sosial. Dengan menurunnya kondisi fisik, psikis, dan sosial

tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Oleh karena itu,

ODHA akan membutuhkan pihak-pihak yang mendampinginya dan

memberikan dukungan sosial dalam menghadapi peyakitnya. Situasi ini

membutuhkan peran pendamping untuk membantu ODHA mengembalikan

kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti mengaplikasikan

pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang

mendukung permasalahan penelitian. Berikut adalah kerangka teori dalam

penelitian ini:

Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010)

Faktor

Predisposisi

Faktor

Penguat

Kepatuhan

terapi ARV

pada ODHA

Faktor Pemungkin

1. Karakteristik ODHA (umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan

pendidikan).

2. Perilaku ODHA (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap

terapi ARV.

3. Karakteristik penyakit (lamanya sejak terdiagnosis HIV dan

jenis infeksi oportunistik / penyakit lain).

1. Ketersediaan tempat

layanan ARV.

2. Jarak akses ke

tempat layanan

ARV.

3. Kesesuaian

kemampuan serta

kapasitas tempat

layanan ARV

dengan kebutuhan

pasien ODHA.

1. Sikap petugas kesehatan

terhadap pasien ODHA.

2. Hubungan petugas kesehatan

dengan pasien ODHA.

3. Pandangan dan keyakinan

pasien ODHA terhadap

kompetensi yang dimiliki oleh

tenaga kesehatan.

32

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau keterkaitan

antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)

melalui penelitian yang dimaksud. Dalam menyusun kerangka konsep

peneliti hendaknya memahami variabel yang akan diukur, karena kerangka

konsep memberikan dasar konseptual bagi penelitian. Kerangka konsep juga

mengidentifikasi jaringan antara variabel yang dianggap penting bagi studi

terhadap situasi masalah apapun, sehingga sangat penting memahami apa arti

variabel dan apa saja jenis variabel yang ada (Notoatmodjo, 2010).

33

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Terdiri dari

: Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Faktor

Predisposisi

Faktor

Pemungkin

Faktor Penguat

Karakteristik ODHA (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan pendidikan)

Perilaku ODHA (pengetahuan, sikap,

dan tindakan) terhadap terapi ARV

Karakteristik penyakit (lamanya sejak

terdiagnosis HIV dan jenis infeksi

oportunistik / penyakit lain)

Ketersediaan tempat layanan ARV

Kesesuaian kemampuan serta

kapasitas tempat layanan ARV dengan

kebutuhan pasien ODHA

Sikap petugas kesehatan terhadap

pasien ODHA

Hubungan petugas kesehatan dengan

pasien ODHA

Pandangan dan keyakinan pasien

ODHA terhadap kompetensi yang

dimiliki oleh tenaga kesehatan

Kepatuhan

terapi ARV

pada ODHA

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Jarak akses ke tempat layanan ARV

34

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

Jenis hipotesis di penelitian ini ada dua, yaitu Hipotesis Nol (H0) dan

Hipotesis Kerja (H1). Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan

tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel independen dan

variabel dependen. Sedangkan Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang

menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel independen dan

variabel dependen.

Berikut adalah bunyi-bunyi hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini:

1. H0 : Tidak ada pengaruh pengetahuan ODHA tentang terapi ARV

terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun.

H1 : Ada pengaruh pengetahuan ODHA tentang terapi ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

2. H0 : Tidak ada pengaruh sikap ODHA pada terapi ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

H1 : Ada pengaruh sikap ODHA pada terapi ARV terhadap kepatuhan

terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

3. H0 : Tidak ada pengaruh tindakan ODHA pada terapi ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

35

H1 : Ada pengaruh tindakan ODHA pada terapi ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

4. H0 : Tidak ada pengaruh ketersediaan tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

H1 : Ada pengaruh ketersediaan tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

5. H0 : Tidak ada pengaruh jarak akses ke tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

H1 : Ada pengaruh jarak akses ke tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

6. H0 : Tidak ada pengaruh sikap petugas kesehatan pada pasien ODHA

terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun.

H1 : Ada pengaruh sikap petugas kesehatan pada pasien ODHA

terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun.

36

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah kuantitatif analitik dengan

desain cross sectional, yaitu melakukan pengamatan sekali terhadap variabel

bebas dan variabel terikat pada saat yang sama. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Mei sampai Juni 2019 di wilayah kerja KPAD Kabupaten

Madiun. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara pengisian lembar

kuisioner oleh ODHA di wilayah Kabupaten Madiun, baik ODHA yang

melakukan kunjungan ke kantor KPAD Kabupaten Madiun maupun ODHA

yang dikunjungi petugas ke rumah.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua penderita HIV/AIDS yang berada di bawah pengawasan

KPAD Kabupaten Madiun tercatat per Desember 2018 sebanyak 377

responden.

37

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014). Kriteria sampel yang diambil

adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, sedangkan

kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebab (Nursalam, 2013).

1. Kriteria Inklusi

a. ODHA yang berusia ≥ 5 tahun

b. ODHA yang pada saat itu berada di tempat

c. ODHA yang bersedia untuk diambil datanya

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu hamil dengan HIV

b. Penderita HIV dengan TB

Perhitungan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan

rumus dibawah ini:

Rumus Slovin

n = N

1 + N (d2) =

377

1 + 377 (0,052) =

377

1,9425 = 194,079 = 194

Keterangan:

N = Populasi

n = Besar sampel

d = 0,05

Menurut perhitungan dengan rumus Slovin diperoleh sampel

sebanyak 194 responden.

38

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik tertentu dalam

mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat

mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini akan dilakukan dengan teknik purposive sampling,

yaitu teknik yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya, kemudian peneliti menetapkan

berdasarkan pertimbangannya (Notoatmodjo, 2012).

39

4.3 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja atau operasional adalah kegiatan penelitian yang akan

dilakukan dalam mengumpulkan data yang akan diteliti untuk mencapai

tujuan penelitian (Nursalam, 2013). Berikut adalah kerangka kerja pada

penelitian ini:

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi

Seluruh penderita HIV/AIDS yang berada di bawah pengawasan KPAD

Kabupaten Madiun sejumlah 377 responden

Sampel

Sebagian penderita HIV/AIDS di Kabupaten Madiun sejumlah 194 responden

Teknik Sampling

Purposive Sampling

Desain Penelitian

Cross Sectional

Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Pengumpulan Data

Kuisioner

Pengolahan data

Editing, Coding, Entry, Tabulating

Analisis Data

Chi - Square

Hasil penelitian

dan Kesimpulan

40

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri

yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012).

Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen

(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2013). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

terapi ARV pada ODHA, antara lain:

a. Pengetahuan ODHA tentang terapi ARV.

b. Sikap ODHA terhadap terapi ARV.

c. Tindakan ODHA terhadap terapi ARV.

d. Ketersediaan tempat layanan ARV.

e. Jarak akses ke tempat layanan ARV.

f. Sikap petugas kesehatan terhadap pasien ODHA.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

41

2013). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kepatuhan

terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun.

4.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan

semua istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal,

sehingga mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna

penelitian (Nursalam, 2013). Adapun definisi operasional ini akan

diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Operasional Alat

Ukur

Skala

Data Skor / Kategori

1 Pengetahuan

ODHA

tentang terapi

ARV

Kemampuan

responden

menjawab

pertanyaan dalam

kuisioner tentang

terapi ARV pada

ODHA.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Baik, jika

total skor jawaban

benar ≥ 76%

2 = Kurang baik,

jika total skor

jawaban benar <

76%

2 Sikap ODHA

terhadap

terapi ARV

Tanggapan

ODHA terhadap

terapi ARV,

positif atau

negatif.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Positif, jika

hasil mean lebih

besar dari rata-

rata

2 = Negatif, jika

hasil mean lebih

rendah dari rata-

rata

3 Tindakan

ODHA

terhadap

terapi ARV

Baik atau

tidaknya tindakan

ODHA dalam

menjalani terapi

ARV.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Baik, jika

total skor jawaban

benar ≥ 76%

2 = Kurang baik,

jika total skor

jawaban benar <

76%

4 Ketersediaan

tempat

layanan ARV

Tersedia atau

tidak tersedianya

tempat layanan

ARV di Kab.

Madiun.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Tersedia

2 = Tidak tersedia

42

No Variabel Operasional Alat

Ukur

Skala

Data Skor / Kategori

5 Jarak akses ke

tempat

layanan ARV

Jarak rumah

ODHA dengan

tempat layanan

ARV berdasarkan

pada cara

menjangkaunya.

Jarak dekat dari

rumah responden

< 2.247,5 meter.

(Waktu yang

ditempuh < 15

menit serta tidak

ada kesulitan

dalam hal

transportasi).

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Terjangka

2 = Tidak

terjangkau

6 Sikap petugas

kesehatan

terhadap

pasien ODHA

Sikap petugas

kesehatan

terhadap ODHA

saat melayani

ARV, positif atau

negatif.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Positif, jika

hasil mean lebih

besar dari rata-

rata

2 = Negatif, jika

hasil mean lebih

rendah dari rata-

rata

7 Kepatuhan

terapi ARV

pada ODHA

di Kabupaten

Madiun

Kepatuhan minum

obat pada ODHA

dalam kurun

waktu 30 hari.

Kuisio-

ner

Nomi

-nal

1 = Patuh, jika ≤

12 dosis yang

tidak diminum

dalam 30 hari

2 = Tidak patuh,

jika > 12 dosis

yang tidak

diminum dalam

30 hari

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen penelitian tersebut dapat berupa kuisioner (data pertanyaan),

formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan

data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

43

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

sumber data primer, yaitu dari pengisian lembar kuisioner. Kuisioner

diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah matang,

dimana responden tinggal memberikan jawaban. Kuisioner berisi daftar

pertanyaan terkait identitas responden dan variabel dalam penelitian yang

diajukan peneliti terhadap responden. Pertanyaan yang digunakan adalah

angket tertutup atau terstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian

rupa sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia.

Selain kuisioner, instrumen penelitian lainnya berupa dokumentasi

kegiatan. Dokumentasi kegiatan diambil dalam bentuk foto sebagai data atau

bukti bahwa peneliti benar-benar menjalankan penelitian dan pengambilan

data primer dengan kuisioner.

Sebelum melakukan penelitian, kuisioner yang akan diajukan dilakukan

uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas kuisioner dilakukan pada kelompok ODHA di Kota

Madiun, karena kelompok tersebut dinilai memiliki karakteristik yang

kurang lebih sama dengan sampel penelitian. Jumlah sampel pada uji

validitas ini sebanyak 15 responden,.

Untuk mengukur validitas soal pertanyaan menggunakan rumus

korelasi product moment pearson. Hasil dari r hitung dibandingkan

dengan r tabel dimana df = n-2 dengan signifikan 5%. Jika r hitung > r

tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid (Sujarweni, 2014).

44

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 15 orang, nilai

r tabel dapat diperoleh melalui tabel product moment pearson, dengan

df (degree of freedom) = 15-2 = 13, maka nilai r tabel adalah 0,441.

Dari hasil output SPSS pada pengujian validitas dapat diketahui item

pertanyaan yang valid dan tidak valid sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Validitas Instrumen Penelitian

No Variabel

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

1 Pertanyaan 1 0,670 0,441 Valid

2 Pertanyaan 2 0,541 0,441 Valid

3 Pertanyaan 3 0,570 0,441 Valid

4 Pertanyaan 4 0,556 0,441 Valid

5 Pertanyaan 5 0,701 0,441 Valid

6 Pertanyaan 6 0,670 0,441 Valid

7 Pertanyaan 7 0,658 0,441 Valid

8 Pertanyaan 8 0,768 0,441 Valid

9 Pertanyaan 9 0,570 0,441 Valid

10 Pertanyaan 10 0,584 0,441 Valid

11 Pertanyaan 11 0,717 0,441 Valid

12 Pertanyaan 12 0,738 0,441 Valid

13 Pertanyaan 13 0,694 0,441 Valid

14 Pertanyaan 14 0,717 0,441 Valid

15 Pertanyaan 15 0,717 0,441 Valid

16 Pertanyaan 16 0,738 0,441 Valid

17 Pertanyaan 17 0,459 0,441 Valid

18 Pertanyaan 18 0,685 0,441 Valid

19 Pertanyaan 19 0,685 0,441 Valid

20 Pertanyaan 20 0,701 0,441 Valid

21 Pertanyaan 21 0,511 0,441 Valid

22 Pertanyaan 22 0,707 0,441 Valid

23 Pertanyaan 23 0,675 0,441 Valid

24 Pertanyaan 24 0,707 0,441 Valid

25 Pertanyaan 25 0,736 0,441 Valid

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh item pertanyaan

yang terdapat pada kuisioner dinyatakan valid dengan hasil r hitung

semuanya lebih besar dari r tabel (0,441).

45

4.5.2 Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai

Cronbach’s alpha. Jika nilai Cronbach’s alpha > 0,60 maka kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Setelah

dilakukan uji reliabilitas dengan SPSS didapatkan nilai Cronbach’s

alpha sebesar 0,940. Dengan demikian pertanyaan dinyatakan reliabel

karena 0,940 > 0,60.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Komisi Penanggulangan

AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun.

46

4.6.2 Waktu Penelitian

Tabel 4.3 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan, Tahun 2019

Februari

Minggu ke-

Maret

Minggu ke-

April

Minggu ke-

Mei

Minggu ke-

Juni

Minggu ke-

Juli

Minggu ke-

Agustus

Minggu ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pengajuan judul

2 Pengambilan data

awal

3

Bimbingan

proposal dan

revisi

4 Ujian proposal

5 Revisi proposal

6 Uji validitas dan

penelitian

7

Bimbingan

penelitian skripsi

dan

8 Ujian skripsi

9 Revisi skripsi

47

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengisian kuisioner. Peneliti mengajukan pertanyaan pada ODHA

melalui lembar kuisioner, kemudian ODHA mengisi lembar tersebut

dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan atau dibatasi.

Agar dapat bertemu langsung dengan ODHA, maka peneliti

melakukan kerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah

(KPAD) Kabupaten Madiun. Peneliti melakukan pengambilan data

dengan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan ODHA seperti pertemuan

rutin Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), kunjungan pada lokalisasi,

kunjungan ke rumah ODHA, kunjungan pasien ARV di rumah sakit,

dan kegiatan-kegiatan lain yang memungkinkan bertemunya peneliti

dengan ODHA untuk melakukan pengambilan data.

4.7.2 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari lembar kuisioner

yang diajukan langsung pada penderita HIV/AIDS di wilayah

kerja Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten

Madiun.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi

kesehatan terkait dengan penelitian seperti World Health

48

Organization (WHO), Dinas Kesehatan Jawa Timur, Dinas

Kesehatan Kabupaten Madiun, dan Komisi Penanggulangan

AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun.

4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan

dianalisa menggunakan SPSS for windows. Teknik pengolahan data

yang dilakukan pada penelitian yaitu meliputi:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan

kembali data maupun kuisioner yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian

kuisioner, dan setelah data terkumpul (Notoatmodjo 2012).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Coding atau

mengkode data bertujuan untuk membedakan berdasarkan

karakter (Notoatmodjo, 2012). Coding pada penelitian ini

dilakukan dengan cara memberikan kode angka pada setiap

jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisa data.

49

Tabel 4.4 Coding Variabel

No Variabel Coding

1 Pengetahuan ODHA tentang terapi ARV 1 = Baik

2 = Kurang baik

2 Sikap ODHA terhadap terapi ARV 1 = Positif

2 = Negatif

3 Tindakan ODHA terhadap terapi ARV 1 = Baik

2 = Kurang baik

4 Ketersediaan tempat layanan ARV 1 = Tersedia

2 = Tidak tersedia

5 Jarak akses ke tempat layanan ARV 1 = Terjangkau

2 = Tidak terjangkau

6 Sikap petugas kesehatan terhadap pasien

ODHA

1 = Positif

2 = Negatif

7 Kepatuhan terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun

1 = Patuh

2 = Tidak patuh

3. Entry

Entry adalah mengisi masing-masing jawaban dari responden

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau “software” komputer (Notoatmodjo, 2012).

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui

editing dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-

sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel ini

terdiri atas kolom dan baris. Kolom pertama yang terletak paling

kiri digunakan untuk nomor urut atau kode responden. Kolom

yang kedua dan selanjutnya digunakan untuk variabel yang

terdapat dalam dokumentasi. Baris digunakan untuk setiap

responden.

50

4.8.2 Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Pada umumnya

analisis ini hanya menghasilkan ditribusi frekuensi dan presentase

dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Analisis dilakukan dengan distribusi frekuansi dari tiap-tiap

variabel independen (Pengetahuan ODHA tentang terapi ARV,

Sikap ODHA terhadap terapi ARV, Tindakan ODHA terhadap

terapi ARV, Ketersediaan tempat layanan ARV, Jarak akses ke

tempat layanan ARV, Sikap petugas kesehatan terhadap pasien

ODHA) dan variabel dependen (Kepatuhan terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi - Square (x2)

untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-

masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengambilan

hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat signifikan dengan

derajat kepercayaan (α < 0,05), hubungan dikatakan bermakna

apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono, 2014).

51

4.9 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

tahap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian), dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

1. Informed Consent (Pernyataan Persetujuan)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memberikan lembar persetujuan melalui informed

consent, kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah

calon responden memahami penjelasan peneliti terkait penelitian ini,

selanjutnya peneliti memberikan lembar informed consent untuk

ditandatangani oleh sampel penelitian.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Anonymity merupakan menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang

berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden, melainkan inisial nama responden dan

nomor responden pada kuisioner.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul

dari responden bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file khusus

milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden yang

mengetahuinya.

52

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Profil KPAD Kabupaten Madiun

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006, maka di

bentuklah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tiap Kota dan

Kabupaten. Melalui SK Bupati Madiun Nomor:

188.45/680/KPTS/402.013/2014, maka Komisi Penanggulangan

AIDS (KPA) Kabupaten Madiun memiliki peran dan fungsi dalam

menjalankan tugas pokoknya sebagaimana yang diamanatkan dalam

Peraturan Presiden dan Surat Keputusan tersebut.

Upaya penanggulangan merupakan kerja sama dan partisipasi

aktif seluruh elemen yang ada, baik pemerintah, swasta, dunia usaha,

dan masyarakat. Hal ini merupakan kunci keberhasilan untuk

meminimalisir laju penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Madiun

sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi

Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka

Penanggulangan HIV dan AIDS Di Daerah.

Melalui strategi partisipasi aktif masyarakat dan optimalisasi

peran pemerintah, dimana peran dan fungsi KPA Kabupaten Madiun

selaku lembaga pengkoordinasi, monitoring, dan evaluasi kegiatan

53

penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Madiun, maka

penyebaran melalui penggunaan jarum suntik oleh kelompok

Pengguna Napza Suntik (Penasun) ataupun penyebaran melalui

transmisi seksual dapat dikendalikan.

Komitmen pemerintah dalam melaksanakan Millennium

Development Goals (MDG’s) sebagaimana yang ada dalam komponen

ke-6 yaitu menekan angka penyakit menular khususnya pada HIV dan

AIDS dari kelompok resiko tinggi Pengguna Napza Suntik (Penasun)

dan Pekerja Seks. Strategi mencapai “Lindungi Perempuan dan anak

dari HIV dan AIDS, serta peningkatan akses layanan yang

komprehensif”. Kekhawatiran terhadap penularan ke populasi umum

telah terbukti terus meningkat di tahun 2014 (KPAD Kab. Madiun,

2017).

5.1.2 Keadaan Geografis

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Madiun Sumber: Profil Kesehatan Kab. Madiun, 2013

54

Letak Kabupaten Madiun secara geografis berbatasan dengan

Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, Ponorogo, Magetan, Ngawi, dan

Kota Madiun. Luas wilayah Kabupaten Madiun adalah 1.010,86 km²

pada ketinggian 100-800 m diatas permukaan laut. Kabupaten Madiun

dibagi menjadi 15 wilayah kecamatan yang terdiri dari 206 desa /

kelurahan.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Di wilayah Kabupaten Madiun terdapat 3 Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) yaitu RSUD Sogaten, RSUD Caruban, dan RSUD

Dolopo, 2 Rumah Sakit Paru (RSP), yaitu RSP Dungus dan RSP

Manguharjo, serta 26 Puskesmas. Terdapat Klinik VCT yang berada

di beberapa tempat diantaranya:

1. Klinik VCT di RSUP Soedono yang bekerja sama dengan KPAD

Kabupaten Madiun

2. Klinik VCT di RSUD Sogaten

3. Klinik VCT di RSUD Dolopo

4. Klinik VCT di RSUD Caruban

5. Klinik VCT di RSP Dungus

6. Klinik VCT di RSP Manguharjo

7. Klinik VCT di PKM Gemarang

8. Klinik VCT di PKM Jiwan

55

5.1.4 Sasaran KPAD Kabupaten Madiun

Adapun sasaran penanggulangan HIV/AIDS adalah sebagai

berikut:

1. Terjangkau 80% populasi kunci oleh pencegahan komprehensif

yang efektif untuk perubahan perilaku.

2. Terciptanya perubahan perilaku untuk mencegah penularan HIV

yaitu peningkatan penggunaan kondom 60% pada hubungan seks

tidak aman dan 60% penggunaan alat suntik steril.

3. Tersedianya pelayanan komprehensif dimana semua ODHA yang

memenuhi syarat dapat menerima ARV, pengobatan, perawatan

dan dukungan manusiawi, profesional, dan tanpa diskriminasi

serta dukungan oleh sistem rujukan dan pembinaan serta

pengawasan yang memadai.

4. Semua ibu hamil HIV positif dan anak dilahirkan menerima ARV

Prophylaksis.

5. Semua ODHA dan orang-orang terdampak oleh HIV dan AIDS

terutama anak yatim piatu, janda yang miskin mempunyai akses

terhadap dukungan sosial dan ekonomi.

6. Terciptanya lingkungan yang memberdayakan dimana

masyarakat sipil berperan secara bermakna dan hilangnya stigma

dan diskriminasi terhadap ODHA dan orang-orang yang rawan

tertular dan populasi kunci yang berdampak oleh HIV/AIDS.

56

5.2 Hasil Analisis Univariat

5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden

Berikut adalah hasil analisis univariat yang menyajikan

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan,

dan pekerjaan ODHA di wilayah kerja KPAD Kabupaten Madiun.

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %

1 Perempuan 128 66

2 Laki-laki 66 34

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin

perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan responden

berjenis kelamin laki-laki (66%).

2. Umur

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur F %

1 Dewasa Awal (26-35 tahun) 98 50,5

2 Dewasa Akhir (36-45 tahun) 88 45,4

3 Lansia Awal (46-55 tahun) 6 3,1

4 Lansia Akhir (56-65 tahun) 2 1

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal

dari kelompok umur dewasa awal (26-35 tahun) yaitu 50,5%.

Sedangkan responden paling sedikit berasal dari kelompok umur

lansia akhir (56-65 tahun) yaitu 1%.

57

3. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan F %

1 Tidak Sekolah 8 4,1

2 Dasar (SD, SMP) 98 50,5

3 Menengah (SMA/sederajat) 87 44,8

4 Tinggi (Sarjana/sederajat) 1 0,5

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal

dari kelompok pendidikan dasar (SD, SMP) yaitu 50,5%.

Sedangkan responden paling sedikit berasal dari kelompok

pendidikan tinggi (sarjana/sederajat) yaitu hanya 0,5%.

4. Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan F %

1 Wanita Pekerja Seks (WPS) 4 2,1

2 Ibu Rumah Tangga (IRT) 69 35,6

3 Tani 5 2,6

5 Swasta/Wiraswasta 116 59,8

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal

dari kelompok swasta/wiraswasta yaitu 59,8%. Sedangkan

responden paling sedikit berasal dari kelompok WPS yaitu 2,1%.

5.2.2 Variabel Responden

Berikut adalah hasil analisis univariat pada penelitian ini yang

meliputi 6 variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu pengetahuan

58

ODHA tentang terapi ARV, sikap ODHA terhadap terapi ARV,

tindakan ODHA terhadap terapi ARV, ketersediaan tempat layanan

ARV, jarak akses ke tempat layanan ARV, sikap petugas kesehatan

terhadap pasien ODHA, dan kepatuhan terapi ARV pada ODHA.

1. Pengetahuan ODHA tentang Terapi ARV

Tabel 5.5 Pengetahuan ODHA tentang Terapi ARV

No Pengetahuan F %

1 Baik 85 43,8

2 Kurang Baik 109 56,2

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden dengan

pengetahuan baik lebih sedikit daripada responden dengan

pengetahuan kurang baik (43,8%).

2. Sikap ODHA Terhadap Terapi ARV

Tabel 5.6 Sikap ODHA Terhadap Terapi ARV

No Sikap F %

1 Positif 87 44,8

2 Negatif 107 55,2

Jumlah 94 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.6 menunjukkan responden dengan sikap positif lebih

sedikit daripada responden dengan sikap negatif (44,8%).

59

3. Tindakan ODHA Terhadap Terapi ARV

Tabel 5.7 Tindakan ODHA Terhadap Terapi ARV

No Tindakan F %

1 Baik 84 43,3

2 Kurang Baik 110 56,7

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.7 menunjukkan responden dengan tindakan baik

lebih sedikit daripada responden dengan tindakan kurang baik

(43,3%).

4. Ketersediaan Tempat Layanan ARV

Tabel 5.8 Ketersediaan Tempat Layanan ARV

No Tempat Layanan ARV F %

1 Tersedia 176 90,7

2 Tidak Tersedia 18 9,3

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.8 menunjukkan sebagian besar responden sudah

mengetahui bahwa di Kabupaten Madiun telah tersedia tempat

layanan ARV (90,7%).

5. Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV

Tabel 5.9 Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV

No Jarak Akses F %

1 Terjangkau 65 33,5

2 Tidak Terjangkau 129 66,5

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

60

Tabel 5.9 menunjukkan sebagian besar responden memiliki

jarak akses tidak terjangkau dari rumah ke tempat layanan ARV

(66,5%).

6. Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA

Tabel 5.10 Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA

No Sikap F %

1 Positif 83 42,8

2 Negatif 111 57,2

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.10 menunjukkan sebagian besar responden

mengatakan bahwa petugas kesehatan masih bersikap negatif

terhadap pasien ODHA (57,2%).

7. Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA

Tabel 5.11 Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA

No Kepatuhan ARV F %

1 Patuh 75 38,7

2 Tidak Patuh 119 61,3

Jumlah 194 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.11 menunjukkan responden yang patuh ARV masih

lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak patuh ARV

(38,7%).

61

5.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui besarnya nilai Ratio

Prevalen (RP) dan mencari pengaruh variabel independent terhadap variabel

dependent menggunakan uji statistik Chi – Square dan penentuan Ratio

Prevalen dengan taraf kepercayaan (CI) 95% serta tingkat kemaknaan 0,05.

Berikut hasil analisis bivariat dari variabel independent (pengetahuan

ODHA tentang terapi ARV, sikap ODHA terhadap terapi ARV, tindakan

ODHA terhadap terapi ARV, ketersediaan tempat layanan ARV, jarak akses

ke tempat layanan ARV, dan sikap petugas kesehatan terhadap pasien

ODHA) dengan variabel dependent (kepatuhan terapi ARV pada ODHA).

5.3.1 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.12 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun

Pengetahuan

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Baik 41 48,2 44 51,8 85 100 2,055 1,142 –

3,699

0,023

Kurang Baik 34 31,2 75 68,8 109 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok dengan pengetahuan baik yaitu

sebanyak 41 responden (48,2%), sedangkan yang tidak patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok dengan pengetahuan kurang baik

yaitu sebanyak 75 responden (68,8%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Ada Pengaruh

Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS Terhadap Kepatuhan Terapi

62

ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,023 <

0,05. Hasil perhitungan resiko didapatkan RP = 2,055 (95% CI 1,142

– 3,699), atau RP > 1 yang artinya pengetahuan merupakan faktor

resiko dari kepatuhan terapi ARV.

5.3.2 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap Terapi ARV Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.13 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap Terapi ARV Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun

Sikap

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Positif 42 48,3 44 51,7 87 100 2,093 1,163 –

3,766

0,02

Negatif 33 30,8 75 69,2 107 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok ODHA dengan sikap positif

terhadap terapi ARV yaitu sebanyak 42 responden (48,3%),

sedangkan yang tidak patuh terapi ARV mayoritas ada pada kelompok

dengan sikap negatif terhadap terapi ARV yaitu sebanyak 74

responden (69,2%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Ada Pengaruh Sikap

ODHA Terhadap Terapi ARV Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,02 < 0,05. Hasil

perhitungan resiko didapatkan RP = 2,093 (95% CI 1,163 – 3,766),

atau RP > 1 yang artinya sikap merupakan faktor resiko dari

kepatuhan terapi ARV.

63

5.3.3 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap Terapi ARV Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.14 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap Terapi ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun

Tindakan

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Baik 40 47,6 44 52,4 84 100 1,948 1,083 –

3,503

0,037

Kurang Baik 35 31,8 75 68,2 110 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok dengan tindakan baik yaitu

sebanyak 40 responden (47,6%), sedangkan yang tidak patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok dengan tindakan kurang baik

yaitu sebanyak 75 responden (68,2%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Ada Pengaruh Tindakan

ODHA Terhadap Terapi ARV Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,037 < 0,05. Hasil

perhitungan resiko didapatkan RP = 1,948 (95% CI 1,083 – 3,503),

atau RP > 1 yang artinya tindakan merupakan faktor resiko dari

kepatuhan terapi ARV.

5.3.4 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.15 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten

Madiun Ketersediaan

Tempat

Layanan

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Tersedia 65 36,9 111 63,1 176 100 0,468 0,176 –

1,247

0,197

Tidak Tersedia 10 55,6 8 44,4 18 100

Sumber: Data Primer, 2019

64

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok yang mengatakan tersedianya

tempat layanan ARV di Kabupaten Madiun yaitu sebanyak 65

responden (36,9%), begitupula dengan responden yang tidak patuh

terapi ARV mayoritas ada pada kelompok yang juga mengatakan

tersedianya tempat layanan ARV di Kabupaten Madiun yaitu

sebanyak 111 responden (63,1%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Tidak Ada Pengaruh

Ketersediaan Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan Terapi

ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,197 >

0,05. Hasil perhitungan resiko didapatkan RP = 0,468 (95% CI 0,176

– 1,247), atau RP < 1 yang artinya ketersediaan tempat layanan bukan

merupakan faktor resiko dari kepatuhan terapi ARV.

5.3.5 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.16 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV

Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun

Jarak Akses

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Terjangkau 21 32,3 44 67,7 65 100 0,663 0,354 –

1,24

0,257

Tidak

Terjangkau

54 41,9 75 58,1 129 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok yang jarak aksesnya ke tempat

layanan ARV tidak terjangkau yaitu sebanyak 54 responden (41,9%),

begitupula dengan responden yang tidak patuh terapi ARV mayoritas

65

ada pada kelompok yang jarak aksesnya ke tempat layanan ARV tidak

terjangkau yaitu sebanyak 75 responden (58,1%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Tidak Ada Pengaruh

Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan Terapi

ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p = 0,257 >

0,05. Hasil perhitungan resiko didapatkan RP = 0,663 (95% CI 0,354

– 1,24), atau RP < 1 yang artinya ketersediaan tempat layanan bukan

merupakan faktor resiko dari kepatuhan terapi ARV.

5.3.6 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun

Tabel 5.17 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien

ODHA Terhadap Kepatuhan Terapi ARV pada ODHA di

Kabupaten Madiun

Sikap Petugas

Kesehatan

Kepatuhan

RP 95%

CI P Patuh Tidak Patuh Total

N % N % N %

Positif 41 49,4 42 50,6 83 100 2,211 1,226 –

3,988

0,012

Negatif 34 30,6 77 69,4 111 100

Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa pada responden yang patuh terapi

ARV mayoritas ada pada kelompok yang menganggap bahwa petugas

kesehatan bersikap positif terhadap pasien ODHA yaitu sebanyak 41

responden (49,4%), sedangkan yang tidak patuh terapi ARV mayoritas

ada pada kelompok yang menganggap bahwa petugas kesehatan

bersikap negatif terhadap pasien ODHA yaitu sebanyak 77 responden

(69,4%).

Hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa Ada Pengaruh Sikap

Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA Terhadap Kepatuhan

66

Terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p =

0,012 < 0,05. Hasil perhitungan resiko didapatkan RP = 2,211 (95%

CI 1,226 – 3,988), atau RP > 1 yang artinya sikap petugas kesehatan

merupakan faktor resiko dari kepatuhan terapi ARV.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pengetahuan ODHA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai pengetahuan ODHA, yaitu sebagian besar ODHA masih

memiliki pengetahuan kurang baik dengan jumlah 109 responden

(56,2%), sedangkan ODHA dengan pengetahuan baik sebanyak 85

responden (43,8%).

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran

seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang

dilihat. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif meliputi tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Fitriani,

2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur. Pendidikan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama

dalam motivasi sikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

67

semakin mudah untuk penerimaan informasi. Pekerjaan merupakan

suatu cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak

tantangan. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi

maupun keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu.

Sedangkan umur adalah usia individu yang terhitung mulai dari

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir. Faktor eksternal meliputi lingkungan, sosial budaya, dan

kriteria tingkat pengetahuan. Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok. Jika

lingkungan mendukung kearah positif, maka individu maupun

kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan sekitar tidak

kondusif, maka individu maupun kelompok tersebut akan berperilaku

kurang baik. Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga

mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi. Sedangkan kriteria

tingkat pengetahuan diinterpretasikan dengan skala, yaitu: Baik

dengan presentase ≥ 76% dan; Kurang Baik dengan presentase < 76%

(Wawan dan Dewi, 2011).

Dilihat dari faktor internal, sebagian besar ODHA di Kabupaten

Madiun hanya menempuh pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu

sebanyak 98 responden (50,5%), sehingga wajar jika tingkat

pengetahuan yang dimiliki masih kurang. Sedangkan dari jenis

pekerjaan, sebagian besar ODHA di Kabupaten Madiun berasal dari

68

kelompok swasta/wiraswasta yaitu sebanyak 116 responden (59%), di

jenis pekerjaan terbanyak kedua ada Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu

sebanyak 69 responden (35,6%). Meskipun kedua jenis pekerjaan

tersebut mendominasi pekerjaan ODHA di Kabupaten Madiun, tetapi

pada fakta yang didapat di lapangan, peneliti menemukan bahwa

sebagian besar dari responden masih memiliki pengetahuan yang

kurang baik mengenai HIV/AIDS. Sebagian besar responden hanya

memiliki pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS, tetapi masih belum

mengerti mengenai cara pencegahan, cara penularan, dan juga terapi

untuk HIV/AIDS.

5.4.2 Sikap ODHA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai sikap ODHA, yaitu sebagian besar ODHA masih bersikap

negatif terhadap terapi ARV dengan jumlah 107 responden (55,2%),

sedangkan ODHA dengan sikap positif sebanyak 87 responden

(44,8%).

Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi masih

berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap

stimulus yang ada di sekitarnya. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi sikap, diantaranya adalah: Pengalaman pribadi,

69

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat

dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik. Sikap akan

lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi

melibatkan faktor emosional; Pengaruh orang lain yang dianggap

penting. Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan

orang yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan

untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting

tersebut; Pengaruh kebudayaan memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut

menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap seseorang;

Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap

sikap konsumennya; Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep ini

akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap; dan Faktor emosional

sikap, faktor emosional sikap merupakan pernyataan yang didasari

oleh emosi sebagai bentuk pertahanan egonya (Wawan & Dewi,

2011).

Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan, ODHA di

Kabupaten Madiun yang memiliki sikap negatif sebagian besar

disebabkan karena telah menilai pengalaman yang terjadi pada teman

sesama ODHA, dimana teman tersebut telah mengalami kegagalan

70

dalam menjalankan pengobatan ARV, sehingga dalam pikiran dan

keyakinan mereka telah tertanam kuat bahwa menjalani pengobatan

ARV hanya akan memberikan hasil yang sia-sia.

5.4.3 Tindakan ODHA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai tindakan ODHA, yaitu sebagian besar ODHA masih

memiliki tindakan kurang baik dengan jumlah 110 responden (56,7%),

sedangkan ODHA dengan tindakan baik sebanyak 84 responden

(43,3%).

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon.

Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas

atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak

dapat terwujud dalam tindakan nyata. Tingkatan dalam praktik antara

lain: Respons terpimpin (guided responses), merupakan suatu

tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Seseorang

mampu melakukan suatu tindakan dengan sistematis dari awal hingga

akhir; Mekanisme (mechanism), seseorang yang dapat melakukan

tindakan secara benar urutannya, maka akan menjadi kebiasaan

baginya untuk melakukan tindakan yang sama; dan Adopsi

(adoption), suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi

dengan baik disebut adopsi (Notoatmodjo, 2012).

71

ODHA di Kabupaten Madiun yang memiliki tindakan baik rata-

rata juga memiliki pengetahuan yang baik serta sikap positif, sehingga

ketiga hal ini terangkum menjadi sebuah perilaku positif. Sedangkan

ODHA dengan tindakan kurang baik rata-rata juga memiliki

pengetahuan yang kurang baik serta sikap negatif, yang akhirnya

disebut sebagai perilaku negatif. Perilaku positif ODHA di Kabupaten

Madiun biasanya terjadi karena tindakan mengadopsi perilaku

temannya sesama ODHA yang juga berperilaku positif. Hal ini juga

terjadi pada ODHA yang memiliki perilaku negatif, kebanyakan dari

mereka memiliki perilaku seperti itu dari hasil mengadopsi perilaku

temannya yang sama-sama bersikap negatif. Disini dapat disimpulkan

bahwa perilaku ODHA dapat mempengaruhi bentuk perilaku teman

lainnya sesama ODHA, baik berupa perilaku positif maupun negatif.

5.4.4 Ketersediaan Tempat Layanan ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai ketersediaan tempat layanan ARV, yaitu sebagian besar

ODHA mengetahui bahwa di Kabupaten Madiun sudah tersedia

tempat layanan ARV sebanyak 176 responden (90,7%), sedangkan

ODHA yang belum mengetahui adanya tempat layanan ARV di

Kabupaten Madiun adalah sebanyak 18 responden (9,3%).

72

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016

menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat

dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotof, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat.

Di Kabupaten Madiun sendiri telah tersedia Unit Pelayanan

Kesehatan (UPK) ARV yang berlokasi di beberapa rumah sakit dan

puskesmas. UPK ARV di rumah sakit berada di satu klinik dengan

klinik VCT. Rumah sakit yang menyediakan layanan ARV di

Kabupaten Madiun antara lain RSUD dr. Soedono, RSUD Sogaten,

RSUD Caruban, RSUD Dolopo, RSP Dungus, dan RSP Manguharjo.

Sedangkan untuk puskesmas yang melayani pengambilan ARV di

Kabupaten Madiun sejauh ini hanya terdapat dua puskesmas saja,

yaitu di Puskesmas Jiwan dan Puskesmas Gemarang.

5.4.5 Jarak Akses ke Tempat Layanan ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai jarak akses ke tempat layanan ARV, yaitu sebagian besar

ODHA memiliki jarak akses yang tidak terjangkau untuk mencapai

tempat layanan ARV dengan jumlah 129 responden (66,5%),

73

sedangkan hanya terdapat 65 responden (33,5%) saja yang memiliki

jarak akses terjangkau ke tempat layanan ARV.

Menurut Jones, Stephen G. (2012), akses pelayanan kesehatan

adalah kemampuan setiap individu untuk mencari pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

Menurut Lane, dkk. (2012), akses pelayanan kesehatan medis

dapat diukur dalam ketersediaan sumber daya dan jumlah orang yang

memiliki asuransi untuk membayar penggunaan sumber daya.

Kabupaten Madiun merupakan wilayah luas yang terdiri dari 15

kecamatan dan 206 desa. Lokasi atau tempat tinggal ODHA sebagian

besar berada jauh dari tempat layanan ARV, sehingga akses ke tempat

layanan ARV merupakan salah satu alasan besar ODHA untuk tidak

melakukan pengambilan ARV. Selain karena tidak ada sanak-saudara

atau orang terdekat yang mengantarkan, hal ini juga disebabkan

karena terbatasnya transportasi, karena di wilayah pedesaan belum

tersedia transportasi umum untuk menjangkau tempat layanan ARV.

5.4.6 Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

mengenai sikap petugas kesehatan terhadap pasien ODHA, yaitu

sebagian besar ODHA mengatakan bahwa petugas kesehatan bersikap

negatif terhadap pasien ODHA sebanyak 111 responden (57,2%),

74

sedangkan 83 responden (42,8%) mengatakan bahwa petugas

kesehatan telah bersikap positif.

Dalam Undang-Undang (UU) tentang Tenaga Kesehatan Nomor

36 Tahun 2016 disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap

orang yang mengabadikan diri dalam kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Pendapat yang dikatakan oleh sebagian besar responden

menyebutkan bahwa petugas kesehatan di Kabupaten Madiun masih

bersikap atau memberikan stigma negatif terhadap pasien ODHA.

Petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas yang memberikan

pelayanan ARV di klinik VCT rumah sakit atau puskesmas di

Kabupaten Madiun. Sedangkan sisanya, sebanyak 83 responden yang

menyebutkan bahwa petugas kesehatan sudah bersikap ramah atau

positif terhadap pasien ODHA, sebagian besar menyebutkan bahwa

petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas lapangan yang

melakukan pengawasan terhadap ODHA, seperti petugas dari KPAD

Kabupaten Madiun.

5.4.7 Kepatuhan Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji univariat

75

mengenai kepatuhan terapi ARV pada ODHA, yaitu sebagian besar

ODHA masih belum patuh ARV sebanyak 119 responden (61,3%),

sedangkan yang sudah patuh ARV baru 75 responden (38,7%).

Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perilaku pasien dalam meminum obat secara benar

tentang dosis, frekuensi, dan waktunya. Supaya patuh pasien

dilibatkan dalam memutuskan apakah minum atau tidak. Kepatuhan

dalam pengobatan menjadi masalah dalam pengobatan ARV. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hubungan yang kurang serasi

antar pasien HIV dan petugas kesehatan, jumlah pil yang harus

diminum, depresi, tingkat pendidikan, kurangnya pemahaman pasien

tentang obat-obat yang akan ditelan dan toksisitas obat, serta pasien

terlalu sakit untuk menelan obat. Kepatuhan pada terapi adalah suatu

keadaan dimana pasien bukan hanya karena mematuhi perintah

dokter, namun juga mematuhi pengobatannya atas kesadaran sendiri.

Dengan adanya kesadaran diri, diharapkan akan lebih meningkatkan

tingkat kepatuhan minum obat (Kemenkes RI, 2011).

Kepatuhan terapi ARV di Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain pengetahuan ODHA, sikap ODHA, tindakan

ODHA, ketersediaan tempat layanan ARV, jarak akses ke tempat

layanan ARV, dan sikap petugas kesehatan terhadap pasien ODHA.

Selain faktor-faktor diatas, peneliti juga menemukan faktor-faktor lain

selama di lapangan seperti dukungan teman sebaya, dukungan sesama

76

ODHA, dan juga dukungan keluarga yang menurut responden sendiri

memiliki pengaruh terhadap kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi

ARV.

5.4.8 Pengaruh Pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil uji bivariat dengan

rumus Chi – Square yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang

signifikan pengetahuan ODHA tentang HIV/AIDS terhadap kepatuhan

terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun dengan nilai p value

sebesar 0,023 < 0,05 serta CI 95% (1,142 – 3,699) tidak melewati

angka 1, artinya p value serta CI menyatakan adanya pengaruh yang

signifikan antar variabel yang diteliti. Diketahui RP sebesar 2,055 > 1,

yang artinya responden dengan pengetahuan baik 2,055 berpotensi

lebih patuh ARV dibandingkan dengan responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik.

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tri Anasari dan Yuli Trisnawati pada tahun 2018

tentang Hubungan Dukungan Keluarga dan Pengetahuan dengan

Kepatuhan Ibu Hamil dengan HIV Dalam Mengkonsumsi ARV di

RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang dilakukan pada

35 responden diperoleh p value sebesar 0,005 sehingga menunjukkan

77

adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kepatuhan ibu hamil dengan HIV dalam mengkonsumsi ARV.

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran

seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang

dilihat. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif meliputi tahu

(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Fitriani,

2011).

Pengetahuan juga merupakan faktor predisposisi yang

menentukan perilaku seseorang. Minat seseorang untuk melakukan

perilaku tertentu dipengaruhi oleh keyakinan yang mendukung aspek

pengetahuan. Artinya stimulus yang diterima individu membentuk

keyakinan dalam diri individu yang bersangkutan untuk berperilaku

tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Menurut pedoman nasional pengobatan Antiretroviral (ARV)

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pasien HIV/AIDS dalam

menjalani terapi ARV, salah satunya adalah pengetahuan ODHA.

Pengetahuan ODHA tentang ARV merupakan ukuran pengetahuan

ODHA tentang HIV/AIDS, baik penularan maupun terapinya

(Permenkes RI Nomor 87 Tahun 2014).

Pada penelitian yang dilakukan meskipun hasil menunjukkan

bahwa responden yang patuh ARV rata-rata berpengetahuan baik

dengan total 41 (48,2%) responden, tetapi ada pula responden yang

78

berpengetahuan kurang baik dan masih menjalankan terapi ARV

secara patuh tercatat 34 responden dengan prosentase 31,2%. Hal ini

terjadi karena responden merupakan tipe orang yang penurut saat

diberitahu oleh petugas kesehatan untuk menjalankan terapi ARV

secara rutin, meskipun mereka tidak tahu-menahu manfaat sebenarnya

dari ARV. Bagi mereka menuruti saran petugas kesehatan merupakan

solusi terbaik dalam menjalani hidupnya sebagai ODHA, karena

mereka memiliki pandangan bahwa petugas kesehatan adalah orang

yang dipercayai sebagai tokoh yang mampu membantu dalam

menaikkan derajat kesehatan seseorang.

Selain itu jumlah responden yang berpengetahuan baik tetapi

tidak patuh ARV juga masih tinggi, yaitu sebanyak 44 (51,8%)

responden. Hal ini karena rata-rata dari mereka sudah pasrah dengan

hidupnya sebagai ODHA, sehingga mereka percaya bahwa

menjalankan terapi ARV secara rutin merupakan hal yang percuma

karena HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan.

5.4.9 Pengaruh Sikap ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil analisis bivariat

dengan uji Chi – Square yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan sikap ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA

di Kabupaten Madiun, dibuktikan dengan nilai p value sebesar 0,02 <

79

0,05 serta CI 95% (1,163 – 3,766) tidak melewati angka 1, artinya p

value serta CI menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antar

variabel yang diteliti. Diketahui RP sebesar 2,093 > 1 yang artinya

responden dengan sikap positif 2,093 berpotensi lebih patuh pada

terapi ARV dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif.

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Listi Irna (2009) tentang Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Terhadap Pemeriksaan VCT pada WPS di Wilayah Kerja

Puskesmas Duren Bandungan menunjukkan bahwa dari 19 responden

yang memiliki pengetahuan cukup sebagian besar memiliki sikap

negatif. Sedangkan pada responden yang berpengetahuan baik,

sebagian besar memiliki sikap positif yaitu 88,7%. Berdasarkan uji

statisitik diperoleh p value sebesar 0,001 sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap

terhadap pemeriksaan VCT HIV pada WPS di wilayah kerja

Puskesmas Duren Bandungan. Meskipun penelitian milik Listi Irna

membahas tentang pengetahuan dan sikap WPS terhadap pemeriksaan

VCT, variabel yang digunakan adalah kepatuhan dan sama-sama ada

hubungannya dengan HIV AIDS, sehingga kedua penelitian masih

dapat dibandingkan.

Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap ini

80

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Wawan & Dewi (2011), faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap salah satunya adalah pengalaman pribadi dan

seseorang yang dianggap penting dimana pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat agar dapat dijadikan sebagai dasar

pembentukan sikap yang baik. Sedangkan pengaruh orang lain yang

dianggap penting juga menjadi faktor yang mempengaruhi sikap

dimana individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

Pada penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan baik

rata-rata juga memiliki sikap positif, begitupula dengan responden

dengan pengetahuan kurang baik rata-rata juga memiliki sikap negatif

terhadap terapi ARV. Tetapi meskipun ODHA yang patuh terapi ARV

lebih banyak berasal dari kelompok dengan sikap positif daripada

yang bersikap negatif yaitu 48,3% dibanding 30,8%, masih banyak

juga ODHA yang bersikap positif tetapi tidak patuh terapi ARV

dengan prosentase mencapai 51,7%. Hal ini disebabkan oleh

pengalaman pribadi dari orang terdekat atau teman sebaya yang juga

penderita HIV/AIDS yang mana mereka tidak mengalami perubahan

signifikan secara fisik meskipun sudah menjalankan terapi ARV, serta

kepercayaan dalam diri sendiri bahwa HIV/AIDS tidak dapat

81

disembuhkan sehingga membuat ODHA enggan untuk menjalani

terapi ARV secara rutin.

5.4.10 Pengaruh Tindakan ODHA Terhadap HIV/AIDS Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil analisis bivariat

dengan uji Chi – Square yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan tindakan ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun, dibuktikan dengan nilai p value sebesar

0,037 < 0,05 serta CI 95% (1,083 – 3,503) tidak melewati angka 1,

artinya p value serta CI menyatakan adanya pengaruh yang signifikan

antar variabel yang diteliti. Diketahui RP sebesar 1,948 > 1 yang

berarti bahwa responden dengan tindakan baik 1,948 berpotensi lebih

patuh ARV.

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Endang Puji Astuti, Mara Ipa, Tri Wahono, dan Andri

Ruliansyah tentang Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten

Bandung pada tahun 2013 yang menunjukkan hasil bahwa

pengetahuan, sikap, dan tindakan yang menjadi faktor-faktor utama

terjadinya perilaku telah diuji secara multivariat dan diperoleh p value

sebesar 0,001 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

perilaku masyarakat terhadap kepatuhan minum obat filariasis.

82

Meskipun penelitian ini memiliki variabel terikat yang berbeda, tetapi

penelitian ini sama-sama membahas tentang kepatuhan minum obat,

sehingga penelitian ini masih dapat digunakan sebagai pembanding

untuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon.

Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas

atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak

dapat terwujud dalam tindakan nyata. Tingkatan dalam praktik antara

lain: Respons terpimpin (guided responses), merupakan suatu

tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Seseorang

mampu melakukan suatu tindakan dengan sistematis dari awal hingga

akhir; Mekanisme (mechanism), seseorang yang dapat melakukan

tindakan secara benar urutannya, maka akan menjadi kebiasaan

baginya untuk melakukan tindakan yang sama; dan Adopsi

(adoption), suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi

dengan baik disebut adopsi (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa responden

yang patuh ARV rata-rata berasal dari kelompok dengan tindakan baik

sebanyak 40 (32,5%) responden, tetapi ada pula responden yang

memiliki tindakan baik dan tidak patuh ARV, yaitu sebanyak 44

(51,5%) responden. Sebagian besar dari responden yang tidak patuh

ARV dan memiliki tindakan baik sudah melakukan pengambilan ARV

setiap bulan ke tempat layanan ARV, tetapi dalam kesehariannya

83

mereka tidak rutin minum obat sehingga terapi yang dijalankan

cenderung mengalami kegagalan.

5.4.11 Pengaruh Ketersediaan Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil analisis bivariat

dengan uji Chi – Square yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan ketersediaan tempat layanan ARV terhadap kepatuhan

terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun, dibuktikan dengan

nilai p value sebesar 0,197 > 0,05 serta CI 95% (0,176 – 1,247)

melewati angka 1, artinya p value serta CI menyatakan tidak ada

pengaruh yang signifikan antar variabel yang diteliti. Diketahui RP

sebesar 0,468 < 1 yang berarti bahwa ketersediaan tempat layanan

ARV bukan merupakan faktor resiko responden tidak patuh ARV.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016

menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat

dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotof, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

beberapa ODHA di Kabupaten Madiun, sebagian besar ODHA

mengatakan tidak tahu mengenai ketersediaan tempat untuk

84

melakukan pengambilan ARV. Tetapi pada penelitian yang dilakukan

terhadap 194 responden, diketahui 176 responden ternyata sudah

mengetahui tempat untuk melakukan pengambilan ARV dan hanya 18

responden saja yang tidak tahu. Hal ini membuktikan bahwa studi

pendahuluan yang dilakukan ternyata tidak searah dengan hasil

penelitian, karena ODHA yang diwawancara saat studi pendahuluan

tidak dapat mewakili sebagian besar sampel yang diteliti.

5.4.12 Pengaruh Jarak Akses Ke Tempat Layanan ARV Terhadap Kepatuhan

Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil analisis bivariat

dengan uji Chi – Square yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan jarak akses ke tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun, dibuktikan

dengan nilai p value sebesar 0,257 > 0,05 serta CI 95% (0,354 – 1,24)

melewati angka 1, artinya p value serta CI menyatakan tidak ada

pengaruh yang signifikan antar variabel yang diteliti. Diketahui RP

sebesar 0,663 < 1 yang berarti jarak akses ke tempat layanan ARV

bukan merupakan faktor resiko responden tidak patuh ARV.

Menurut Jones, Stephen G. (2012), akses pelayanan kesehatan

adalah kemampuan setiap individu untuk mencari pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

85

Menurut Lane, dkk. (2012), akses pelayanan kesehatan medis

dapat diukur dalam ketersediaan sumber daya dan jumlah orang yang

memiliki asuransi untuk membayar penggunaan sumber daya.

Menurut Levesque, dkk. (2013), akses adalah kesempatan untuk

mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, untuk mencari layanan

kesehatan, untuk mencapai, untuk mendapatkan atau menggunakan

layanan kesehatan, dan untuk benar-benar memiliki kebutuhan untuk

layanan kesehatan yang bisa terpenuhi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

beberapa ODHA di Kabupaten Madiun, sebagian besar ODHA

mengatakan bahwa jarak akses yang tidak terjangkau ke tempat

layanan ARV merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ODHA

malas untuk melakukan pengambilan ARV secara rutin setiap

bulannya. Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194

responden, hasil menunjukkan bahwa mayoritas pasien yang patuh

ARV ternyata memiliki jarak akses yang tidak terjangkau dari rumah

ke tempat layanan ARV, yaitu sejumlah 54 atau 41,9%. Tetapi ada

beberapa faktor yang mendukung kepatuhan ARV berhubungan

dengan jarak akses yang tidak terjangkau, salah satunya adalah

perilaku ODHA sendiri yang meliputi pengetahuan, sikap, dan

tindakan. ODHA merasa bahwa terapi ARV sangat penting untuk

mereka, maka dari itu meskipun jarak akses ke tempat layanan relatif

tidak terjangkau, mereka tetap berusaha melakukan pengambilan ARV

86

rutin setiap bulannya. Selain itu adanya pendampingan dari petugas

KPAD bagi ODHA yang ditelantarkan oleh keluarganya, sehingga

pengambilan ARV dapat diwakilkan pada petugas dan kemudian

diantarkan ke rumah ODHA yang bersangkutan.

5.4.13 Pengaruh Sikap Petugas Kesehatan Terhadap Pasien ODHA Terhadap

Kepatuhan Terapi ARV

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 194 responden

tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun diperoleh hasil analisis bivariat

dengan uji Chi – Square yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan sikap petugas kesehatan terhadap pasien ODHA terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun, dibuktikan

dengan nilai p value sebesar 0,012 < 0,05 serta CI 95% (1,226 –

3,988) tidak melewati angka 1, artinya p value serta CI menyatakan

adanya pengaruh yang signifikan antar variabel yang diteliti.

Diketahui RP sebesar 2,211 > 1 yang artinya sikap positif dari petugas

kesehatan terhadap pasien ODHA 2,211 berpotensi membuat

responden lebih patuh pada terapi ARV dibandingkan dengan petugas

kesehatan yang bersikap negatif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Angga Wilandika (2018) tentang Penilaian Stigma Petugas Kesehatan

pada ODHA pada Salah Satu Puskesmas di Bandung. Hasil penelitian

menunjukkan dari 30 responden petugas kesehatan, sebagian besar

87

responden atau 60% petugas kesehatan masih memberikan stigma

negatif terhadap pasien ODHA.

Dalam Undang-Undang (UU) tentang Tenaga Kesehatan Nomor

36 Tahun 2016 disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap

orang yang mengabadikan diri dalam kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Dalam interaksinya dengan pasien, sikap

dan perilaku petugas kesehatan merupakan faktor besar dalam

membangun suasana nyaman bagi pasien yang membutuhkan

pelayanan kesehatan. Sikap ramah dari petugas kesehatan merupakan

salah satu hal yang membuat pasien merasa puas dengan pelayanan

kesehatan.

Pendapat yang dikatakan oleh sebagian besar responden

menyebutkan bahwa petugas kesehatan di Kabupaten Madiun masih

bersikap atau memberikan stigma negatif terhadap pasien ODHA.

Petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas yang memberikan

pelayanan ARV di klinik VCT rumah sakit atau puskesmas di

Kabupaten Madiun. Sedangkan sisanya, sebanyak 83 responden yang

menyebutkan bahwa petugas kesehatan sudah bersikap ramah atau

positif terhadap pasien ODHA, sebagian besar menyebutkan bahwa

petugas kesehatan yang dimaksud adalah petugas lapangan yang

88

melakukan pengawasan terhadap ODHA, seperti petugas dari KPAD

Kabupaten Madiun.

Dari total 75 responden yang patuh ARV, 34 diantaranya

mengatakan bahwa petugas kesehatan masih memberikan stigma

buruk terhadap ODHA, tetapi meskipun responden mengatakan

demikian, responden masih patuh menjalani terapi ARV dengan

alasan karena ARV memang merupakan kebutuhan untuk ODHA, jadi

mau tidak mau mereka tetap melakukan pengambilan ARV meskipun

petugas kesehatan bersikap negatif. Tidak hanya itu, dari total 119

ODHA yang tidak patuh ARV, 42 diantaranya mengatakan bahwa

petugas kesehatan telah bersikap positif, misalnya ramah dan selalu

tersenyum, tetapi pada praktiknya mereka tetap tidak patuh ARV. Hal

ini terjadi bukan karena responden tidak melakukan pengambilan

ARV setiap bulan, tetapi ketidakpatuhan yang terjadi disebabkan oleh

faktor lain seperti minum obat tidak teratur setiap harinya sehingga

terapi ARV yang sedang dijalankan mengalami kegagalan dan

penilaian kepatuhan terhadap responden tersebut menjadi tidak patuh.

89

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar ODHA di Kabupaten Madiun memiliki pengetahuan yang

kurang baik (56,2%).

2. Sebagian besar ODHA di Kabupaten Madiun memiliki sikap negatif

(55,2%).

3. Sebagian besar ODHA di Kabupaten Madiun memiliki tindakan yang

kurang baik (56,7%).

4. Sebagian besar ODHA sudah mengetahui bahwa di Kabupaten Madiun

telah tersedia beberapa unit pelayanan ARV (90,7%).

5. Sebagian besar ODHA memiliki jarak akses ke tempat layanan ARV

tidak terjangkau (66,5%).

6. Sebagian besar ODHA menganggap bahwa petugas kesehatan bersikap

negatif terhadap pasien ODHA (57,2%).

7. Sebagian besar ODHA tidak patuh pada terapi ARV (61,3%).

8. Ada pengaruh pengetahuan ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun. (p value 0,023; RP 2,055; CI 1,142 –

3,669)

90

9. Ada pengaruh sikap ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA

di Kabupaten Madiun. (p value 0,02; RP 2,093; CI 1,163 – 3,766)

10. Ada pengaruh tindakan ODHA terhadap kepatuhan terapi ARV pada

ODHA di Kabupaten Madiun. (p value 0,037; RP 1,948; CI 1,083 –

3,503)

11. Tidak ada pengaruh ketersediaan tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun. (p value

0,197; RP 0,468; CI 0,176 – 1,247)

12. Tidak ada pengaruh jarak akses ke tempat layanan ARV terhadap

kepatuhan terapi ARV pada ODHA di Kabupaten Madiun. (p value

0,257; RP 0,663; CI 0,354 – 1,24)

13. Ada pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap kepatuhan terapi ARV

pada ODHA di Kabupaten Madiun. (p value 0,012; RP 2,211; CI 1,226 –

3,988)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi ODHA

1. Diharapkan ODHA yang sudah patuh ARV dapat memberikan

dukungan dan motivasi pada teman sesama ODHA yang belum

patuh ARV agar mereka juga mau dan mampu menjalani terapi

ARV secara rutin.

2. Diharapkan teman sesama ODHA untuk selalu memberikan

dukungan maupun motivasi pada penderita baru agar tidak mudah

91

menyerah pada penyakitnya, sehingga mereka tetap memiliki

keinginan untuk menjalani terapi ARV secara rutin.

6.2.2 Bagi KPAD Kabupaten Madiun

1. Diharapkan petugas untuk lebih sering melakukan kunjungan

rumah secara rutin. Hal ini berguna untuk mengontrol

perkembangan ODHA, apakah terapi ARV sudah dijalankan

secara rutin ataukah belum.

2. Dapat bekerjasama lintas sektor dengan instansi atau lembaga

kesehatan terkait penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS

seperti dinas kesehatan, dinas sosial, dinas pendidikan, rumah

sakit, puskesmas, dan LSM terkait.

6.2.3 Bagi Masyarakat

1. Diharapkan masyarakat dapat menghilangkan stigma negatif

terhadap ODHA dan menerima keberadaan mereka di lingkungan

sekitar, sehingga ODHA juga dapat menjalani kehidupan sosial

dengan baik seperti masyarakat pada umumnya.

2. Mendukung seluruh kegiatan yang berhubungan dengan

pencegahan penularan HIV/AIDS yang diprogramkan oleh

pemerintah setempat maupun pusat.

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel yang

berbeda, sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan terapi ARV pada ODHA seperti

92

dukungan teman sebaya, dukungan sesama ODHA, dan juga

dukungan keluarga.

2. Penelitian kualitatif juga diperlukan untuk penelitian selanjutnya

dengan harapan dapat menggali informasi yang lebih dalam lagi

mengenai kepatuhan terapi ARV pada ODHA.

93

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Anisa Dwi. 2018. Hubungan Perilaku Pekerja Seks Komersial dan

Pemandu Lagu Terhadap Kepatuhan VCT pada Lokalisasi dan Tempat

Karaoke di Kabupaten Madiun. Madiun: STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun.

Anasari, Tri dan Yuli Trisnawati. Hubungan Dukungan Keluarga dan

Pengetahuan dengan Kepatuhan Ibu Hamil dengan HIV dalam

Mengkonsumsi ARV di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bidan

Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Vol 9 No 1. Juni 2018.

Anita dan Magfirah. Pengaruh VCT HIV/AIDS Terhadap Perubahan Sikap

Seksual pada Kalangan Transgender di Banda Aceh. Idea Nursing Journal

Vol 7 No 2. 2016.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2018. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan:

Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Cetakan Ke-7. Jakarta: Epidemiologi

Indonesia.

Dinkes, Jatim. 2016. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2016. Surabaya: Dinkes

Jatim.

Endang Puji Astuti dkk. Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten

Bandung Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. 2014.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Irna, Listi. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pemeriksaan VCT pada

WPS di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan Tahun 2009. Jurnal

Kesehatan. 2010.

Karyadi, Teguh H. 2016. Keberhasilan Pengobatan Antiretroviral (ARV) Divisi

Alergi-Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia / RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Kemenkes RI. Pedoman Nasional Terapi Antriretroviral. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Jakarta: 2011.

Kemenkes RI. 2012. Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang Dengan HIV/AIDS.

Jakarta: Kemenkes RI.

94

Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kabupaten Madiun. 2018. Info HIV dan

AIDS Madiun. Madiun.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jatim. 2016. Info HIV dan AIDS Jatim.

Jawa Timur.

Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk

Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Laksono, Agung Dwi. Aksesabilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jurnal

Kesehatan. 2018.

Menkes, RI. 2014. Permenkes RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman

Nasiona Pengobatan ARV. Jakarta: Depkes RI.

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: CV Trans Info Media.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nasronudin. 2012. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan

Sosial. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pamela, Daniar Dwi Ayu. 2018. Pengaruh Faktor Host dan Lingkungan

Terhadap Kepatuhan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Waria

di Kabupaten Madiun. Madiun: STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pratiwi, Devi dan Luluk Rosida. Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

dengan Pemanfaatan Pelayanan VCT di Puskesmas Gedongtengen

Yogyakarta. Jurnal Kebidanan, 7 (1). 2018.

Puspita, Exa. 2016. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Penderita Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan di Puskesmas

Gunungpati Kota Semarang. Semarang: Universitas Negeri Malang.

95

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke-25. Bandung: Alfabeta.

UNAIDS (United Nations Programme on HIV and AIDS). 2013. Report on the

Global AIDS Epidemic. UNAIDS. Switzerland.

Wawan, dan Dewi M. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Wilandika, Angga. Penilaian Stigma Petugas Kesehatan pada ODHA pada Salah

Satu Puskesmas di Bandung. Jurnal Kesehatan Vol 10 Nomor 1. Januari

2019.

Wilda Martoni dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien

HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP

dr. M. Djamil Padang Periode Desember-Maret 2012. Jurnal Farmasi

Andalas Vol 1. April 2013.

Wiratna, Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:

Gava Media.

Wiratna, Sujarweni. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

Yarmaji Adi Wicaksono dkk. Hubungan Stigma dan Terapi ARV dengan

Komplikasi Gangguan Psikiatri pada Pasien HIV/AIDS. Jurnal Penyakit

Dalam Indonesia Vol 5 No 1. Maret 2018.

96

Lampiran 1

Surat Izin Pengambilan Data Awal

97

Lampiran 2

Surat Balasan Bankesbangpol

98

99

100

Lampiran 3

Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas

101

Lampiran 4

Kartu Bimbingan Tugas Akhir

102

103

Lampiran 5

Form Audiens Seminar Proposal

104

Lampiran 6

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN TERAPI

ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2019

Informed Consent

Assalamualaikum wr.wb.

Saya, Mimin Mustika Sari mahasiswa peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sedang

melakukan penelitian terkait dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi

Antiretroviral (ARV) pada Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten

Madiun Tahun 2019. Dalam penelitian ini saudara terpilih sebagai responden. Saudara

diharapkan dapat memberikan informasi yang benar, sesuai, dan apa adanya. Informasi yang

saudara berikan akan kami jaga kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan. Jika saudara

bersedia dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas perhatian

saudara, kami ucapkan terimakasih.

Madiun,........Mei 2019

( )

105

Lampiran 7

INSTRUMEN PENELITIAN

(LEMBAR KUISIONER)

IDENTITAS RESPONDEN

1. NOMOR RESPONDEN :

2. JENIS KELAMIN :

3. USIA : TAHUN

4. PENDIDIKAN TERAKHIR : SD

SMP

SMA

PT

5. PEKERJAAN : TIDAK BEKERJA / IRT

SWASTA

WIRASWASTA

PNS / TNI / POLRI

PEDAGANG / PETANI

LAINNYA,……….

A. PENGETAHUAN

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Keterangan:

B = Benar

S = Salah

No Pernyataan

Pilihan

Jawaban

B S

1 HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan

melalui hubungan seksual secara tidak aman

2 HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa disembuhkan

3 ODHA adalah sebutan untuk orang yang menderita penyakit

HIV/AIDS

4 Jika saya tertular HIV/AIDS, maka saya akan kebal terhadap

penyakit lainnya

5 Berjabat tangan dapat menularkan HIV/AIDS

6 Bekerja sebagai PSK dapat meningkatkan risiko tertular HIV/AIDS

106

No Pernyataan

Pilihan

Jawaban

B S

7 Menggunakan kondom saat berhubungan seks akan mengurangi

risiko penularan HIV/AIDS

8 ARV adalah obat yang digunakan untuk penderita HIV/AIDS

9 ARV tidak harus diminum setiap hari

10 Pemberian terapi ARV dilakukan seumur hidup

B. SIKAP

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Keterangan:

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

RR = Ragu-ragu

No Pernyataan Pilihan Jawaban

S TS RR

1 Saya merasa malu jika harus mengambil ARV ke tempat

pelayanan kesehatan

2 Pasangan ODHA tidak perlu menjalani terapi ARV

3 Pengambilan ARV dilakukan setiap sebulan sekali

4 Terapi ARV membuat keadaan fisik penderita HIV/AIDS

menjadi lebih baik

5 ODHA harus menjalani terapi ARV secara rutin

6 Terapi ARV tidak penting bagi penderita HIV/AIDS

C. TINDAKAN

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Pertanyaan:

1. Apakah saudara rutin menjalani terapi ARV sejak terkena penyakit HIV/AIDS?

Ya

Tidak

2. Apakah saudara rutin menjalani terapi ARV selama 6 bulan terakhir? (Beri tanda

checklist (√) pada bulan yang saudara sudah melakukan pengambilan ARV)

Desember 2018

Januari 2019

Februari 2019

107

Maret 2019

April 2019

Mei 2019

3. Berapa hari sekali anda meminum per dosis obat?

sehari sekali

dua hari sekali

tiga hari sekali

tidak sama sekali

4. Berapakah dosis/obat yang biasanya tidak saudara minum dalam sebulan?……….butir

D. KETERSEDIAAN TEMPAT LAYANAN ARV

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Pertanyaan:

1. Apakah di Kabupaten Madiun sudah tersedia tempat untuk layanan ARV?

Tersedia

Tidak Tersedia

2. Dimanakah biasanya anda melakukan pengambilan ARV?

RSUD dr. Soedono

RSUD Sogaten

RSUD Dolopo

RSUD Caruban

RSP Dungus

RSP Manguharjo

PKM Gemarang

PKM Jiwan

E. JARAK AKSES KE TEMPAT LAYANAN ARV

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Pertanyaan:

1. Berapakah jarak rumah saudara ke tempat layanan ARV?

……….kilometer (km)

2. Dengan apakah biasanya saudara datang ke tempat layanan ARV?

Jalan Kaki

108

Naik Sepeda Motor

Naik Mobil

Naik Kendaraan Umum

Lainnya,……….

F. SIKAP PETUGAS KESEHATAN

Petunjuk pengisian:

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara memberi tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

Keterangan:

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

RR = Ragu-ragu

No Pernyataan Pilihan Jawaban

S TS RR

1 Petugas kesehatan bersikap ramah kepada pasien

2 Petugas kesehatan kurang peduli kepada pasien

3 Petugas kesehatan memberikan pelayanan yang baik kepada

pasien

4 Petugas kesehatan melakukan komunikasi yang kurang baik

dengan pasien

5 Petugas kesehatan kurang meluangkan waktu saat pasien

datang untuk melakukan pengambilan ARV

6 Petugas kesehatan memberikan informasi tentang tata cara

minum obat yang benar pada pasien

109

Lampiran 8

DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

No Inisial

Nama

Item Pertanyaan Kuisioner Jum-

lah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 B 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 42

2 S 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44

3 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 39

4 A 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 63

5 A 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 62

6 B 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 43

7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 31

8 K 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 62

9 S 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 58

10 S 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 56

11 T 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 51

12 Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 51

13 I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 60

14 A 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 62

15 A 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3 1 56

110

Lampiran 9

OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS

UJI VALIDITAS

Item

1

Item

2

Item

3

Item

4

Item

5

Item

6

Item

7

Item

8

Item

9

Item

10

Item

11

Item

12

Item

13

Item

14

Item

15

Item

16

Item

17

Item

18

Item

19

Item

20

Item

21

Item

22

Item

23

Item

24

Item

25 Jumlah

Item

1

Pearson

Correlation 1

.853*

* .533* .533*

.659*

*

1.000**

.564* .645*

* .533* .533* .508 .345 .345 .508 .508 .345 .072

.659*

*

.659*

* .326 .113 .255 .261 .255 .261 .670**

Sig. (2-

tailed)

.000 .041 .041 .008 .000 .029 .009 .041 .041 .053 .207 .207 .053 .053 .207 .799 .008 .008 .236 .688 .359 .347 .359 .347 .006

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

2

Pearson

Correlation

.853*

* 1

.700*

*

.700*

* .533*

.853*

* .378

.756*

*

.700*

* .400 .411 .231 .231 .411 .411 .231 -.067 .533* .533* .170 .000 .120 .107 .120 .107 .541*

Sig. (2-

tailed) .000

.004 .004 .041 .000 .165 .001 .004 .140 .128 .407 .407 .128 .128 .407 .811 .041 .041 .545 1.000 .671 .705 .671 .705 .037

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item3

Pearson Correlation

.533* .700*

* 1

.700*

* .853*

* .533* .378

.756*

* 1.000

** .400 .164 .231 .231 .164 .164 .231 -.067 .533* .533* .170 .177 .299 .267 .299 .267 .570*

Sig. (2-

tailed) .041 .004

.004 .000 .041 .165 .001 .000 .140 .558 .407 .407 .558 .558 .407 .811 .041 .041 .545 .529 .279 .337 .279 .337 .027

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item4

Pearson Correlation

.533* .700*

* .700*

* 1 .533* .533* .378

.756*

* .700*

* .400 .411 .231 .231 .411 .411 .231 .135

.853*

* .853*

* .170 .000 .120 .107 .120 .107 .556*

Sig. (2-

tailed) .041 .004 .004

.041 .041 .165 .001 .004 .140 .128 .407 .407 .128 .128 .407 .632 .000 .000 .545 1.000 .671 .705 .671 .705 .032

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

5

Pearson

Correlation

.659*

* .533*

.853*

* .533* 1

.659*

* .564*

.645*

*

.853*

* .533* .245 .345 .345 .245 .245 .345 .072

.659*

*

.659*

* .326 .302 .446 .432 .446 .432 .701**

Sig. (2-tailed)

.008 .041 .000 .041

.008 .029 .009 .000 .041 .378 .207 .207 .378 .378 .207 .799 .008 .008 .236 .275 .096 .108 .096 .108 .004

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

111

Item

6

Pearson

Correlation

1.000**

.853*

* .533* .533*

.659*

* 1 .564*

.645*

* .533* .533* .508 .345 .345 .508 .508 .345 .072

.659*

*

.659*

* .326 .113 .255 .261 .255 .261 .670**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .041 .041 .008

.029 .009 .041 .041 .053 .207 .207 .053 .053 .207 .799 .008 .008 .236 .688 .359 .347 .359 .347 .006

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

7

Pearson

Correlation .564* .378 .378 .378 .564* .564* 1 .607* .378

.661*

* .435 .394 .394 .435 .435 .394 .127 .564* .564* .257 .367 .452 .312 .452 .312 .658**

Sig. (2-

tailed) .029 .165 .165 .165 .029 .029

.016 .165 .007 .105 .147 .147 .105 .105 .147 .651 .029 .029 .356 .178 .091 .257 .091 .257 .008

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

8

Pearson

Correlation

.645*

*

.756*

*

.756*

*

.756*

*

.645*

*

.645*

* .607* 1

.756*

*

.756*

* .497 .481 .481 .497 .497 .481 .255

.645*

*

.645*

* .225 .301 .395 .292 .395 .292 .768**

Sig. (2-tailed)

.009 .001 .001 .001 .009 .009 .016

.001 .001 .059 .069 .069 .059 .059 .069 .359 .009 .009 .421 .276 .145 .291 .145 .291 .001

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

9

Pearson

Correlation .533*

.700*

*

1.000**

.700*

*

.853*

* .533* .378

.756*

* 1 .400 .164 .231 .231 .164 .164 .231 -.067 .533* .533* .170 .177 .299 .267 .299 .267 .570*

Sig. (2-

tailed) .041 .004 .000 .004 .000 .041 .165 .001

.140 .558 .407 .407 .558 .558 .407 .811 .041 .041 .545 .529 .279 .337 .279 .337 .027

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item10

Pearson Correlation

.533* .400 .400 .400 .533* .533* .661*

* .756*

* .400 1 .164 .231 .231 .164 .164 .231 .135 .533* .533* .170 .530* .478 .267 .478 .267 .584*

Sig. (2-

tailed) .041 .140 .140 .140 .041 .041 .007 .001 .140

.558 .407 .407 .558 .558 .407 .632 .041 .041 .545 .042 .071 .337 .071 .337 .022

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

11

Pearson

Correlation .508 .411 .164 .411 .245 .508 .435 .497 .164 .164 1

.837*

*

.837*

*

1.000**

1.000**

.837*

*

.720*

* .508 .508 .391 -.058 .196 .333 .196 .333 .717**

Sig. (2-

tailed) .053 .128 .558 .128 .378 .053 .105 .059 .558 .558

.000 .000 .000 .000 .000 .002 .053 .053 .150 .837 .483 .225 .483 .225 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

12

Pearson

Correlation .345 .231 .231 .231 .345 .345 .394 .481 .231 .231

.837*

* 1

.821*

*

.837*

*

.837*

*

1.000**

.780*

* .345 .345 .550* .055 .277 .345 .277 .592* .738**

Sig. (2-

tailed) .207 .407 .407 .407 .207 .207 .147 .069 .407 .407 .000

.000 .000 .000 .000 .001 .207 .207 .034 .847 .318 .207 .318 .020 .002

112

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

13

Pearson

Correlation .345 .231 .231 .231 .345 .345 .394 .481 .231 .231

.837*

*

.821*

* 1

.837*

*

.837*

*

.821*

*

.780*

* .345 .345 .288 .055 .277 .592* .277 .345 .694**

Sig. (2-

tailed) .207 .407 .407 .407 .207 .207 .147 .069 .407 .407 .000 .000

.000 .000 .000 .001 .207 .207 .297 .847 .318 .020 .318 .207 .004

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item14

Pearson Correlation

.508 .411 .164 .411 .245 .508 .435 .497 .164 .164 1.000

** .837*

* .837*

* 1

1.000**

.837*

* .720*

* .508 .508 .391 -.058 .196 .333 .196 .333 .717**

Sig. (2-

tailed) .053 .128 .558 .128 .378 .053 .105 .059 .558 .558 .000 .000 .000

.000 .000 .002 .053 .053 .150 .837 .483 .225 .483 .225 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

15

Pearson

Correlation .508 .411 .164 .411 .245 .508 .435 .497 .164 .164

1.000**

.837*

*

.837*

*

1.000**

1 .837*

*

.720*

* .508 .508 .391 -.058 .196 .333 .196 .333 .717**

Sig. (2-tailed)

.053 .128 .558 .128 .378 .053 .105 .059 .558 .558 .000 .000 .000 .000

.000 .002 .053 .053 .150 .837 .483 .225 .483 .225 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

16

Pearson

Correlation .345 .231 .231 .231 .345 .345 .394 .481 .231 .231

.837*

*

1.000**

.821*

*

.837*

*

.837*

* 1

.780*

* .345 .345 .550* .055 .277 .345 .277 .592* .738**

Sig. (2-

tailed) .207 .407 .407 .407 .207 .207 .147 .069 .407 .407 .000 .000 .000 .000 .000

.001 .207 .207 .034 .847 .318 .207 .318 .020 .002

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item17

Pearson Correlation

.072 -.067 -.067 .135 .072 .072 .127 .255 -.067 .135 .720*

* .780*

* .780*

* .720*

* .720*

* .780*

* 1 .287 .287 .229 -.119 .040 .252 .040 .252 .459

Sig. (2-

tailed) .799 .811 .811 .632 .799 .799 .651 .359 .811 .632 .002 .001 .001 .002 .002 .001

.299 .299 .412 .672 .887 .366 .887 .366 .086

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

18

Pearson

Correlation

.659*

* .533* .533*

.853*

*

.659*

*

.659*

* .564*

.645*

* .533* .533* .508 .345 .345 .508 .508 .345 .287 1

1.000**

.326 .113 .255 .261 .255 .261 .685**

Sig. (2-tailed)

.008 .041 .041 .000 .008 .008 .029 .009 .041 .041 .053 .207 .207 .053 .053 .207 .299

.000 .236 .688 .359 .347 .359 .347 .005

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

19

Pearson

Correlation

.659*

* .533* .533*

.853*

*

.659*

*

.659*

* .564*

.645*

* .533* .533* .508 .345 .345 .508 .508 .345 .287

1.000**

1 .326 .113 .255 .261 .255 .261 .685**

113

Sig. (2-

tailed) .008 .041 .041 .000 .008 .008 .029 .009 .041 .041 .053 .207 .207 .053 .053 .207 .299 .000

.236 .688 .359 .347 .359 .347 .005

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

20

Pearson

Correlation .326 .170 .170 .170 .326 .326 .257 .225 .170 .170 .391 .550* .288 .391 .391 .550* .229 .326 .326 1 .580*

.710*

* .597*

.710*

*

.960*

* .701**

Sig. (2-

tailed) .236 .545 .545 .545 .236 .236 .356 .421 .545 .545 .150 .034 .297 .150 .150 .034 .412 .236 .236

.023 .003 .019 .003 .000 .004

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

21

Pearson

Correlation .113 .000 .177 .000 .302 .113 .367 .301 .177 .530* -.058 .055 .055 -.058 -.058 .055 -.119 .113 .113 .580* 1

.951*

*

.678*

*

.951*

*

.678*

* .511

Sig. (2-

tailed) .688 1.000 .529 1.000 .275 .688 .178 .276 .529 .042 .837 .847 .847 .837 .837 .847 .672 .688 .688 .023

.000 .005 .000 .005 .051

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item22

Pearson Correlation

.255 .120 .299 .120 .446 .255 .452 .395 .299 .478 .196 .277 .277 .196 .196 .277 .040 .255 .255 .710*

* .951*

* 1

.796*

* 1.000

** .796*

* .707**

Sig. (2-

tailed) .359 .671 .279 .671 .096 .359 .091 .145 .279 .071 .483 .318 .318 .483 .483 .318 .887 .359 .359 .003 .000

.000 .000 .000 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

23

Pearson

Correlation .261 .107 .267 .107 .432 .261 .312 .292 .267 .267 .333 .345 .592* .333 .333 .345 .252 .261 .261 .597*

.678*

*

.796*

* 1

.796*

*

.659*

* .675**

Sig. (2-tailed)

.347 .705 .337 .705 .108 .347 .257 .291 .337 .337 .225 .207 .020 .225 .225 .207 .366 .347 .347 .019 .005 .000

.000 .008 .006

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item

24

Pearson

Correlation .255 .120 .299 .120 .446 .255 .452 .395 .299 .478 .196 .277 .277 .196 .196 .277 .040 .255 .255

.710*

*

.951*

*

1.000**

.796*

* 1

.796*

* .707**

Sig. (2-

tailed) .359 .671 .279 .671 .096 .359 .091 .145 .279 .071 .483 .318 .318 .483 .483 .318 .887 .359 .359 .003 .000 .000 .000

.000 .003

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Item25

Pearson Correlation

.261 .107 .267 .107 .432 .261 .312 .292 .267 .267 .333 .592* .345 .333 .333 .592* .252 .261 .261 .960*

* .678*

* .796*

* .659*

* .796*

* 1 .736**

Sig. (2-

tailed) .347 .705 .337 .705 .108 .347 .257 .291 .337 .337 .225 .020 .207 .225 .225 .020 .366 .347 .347 .000 .005 .000 .008 .000

.002

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

114

Juml

ah

Pearson

Correlation

.670*

* .541* .570* .556*

.701*

*

.670*

*

.658*

*

.768*

* .570* .584*

.717*

*

.738*

*

.694*

*

.717*

*

.717*

*

.738*

* .459

.685*

*

.685*

*

.701*

* .511

.707*

*

.675*

*

.707*

*

.736*

* 1

Sig. (2-

tailed) .006 .037 .027 .032 .004 .006 .008 .001 .027 .022 .003 .002 .004 .003 .003 .002 .086 .005 .005 .004 .051 .003 .006 .003 .002

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

**. Correlation is

significant at the

0.01 level (2-

tailed).

*. Correlation is

significant at the

0.05 level (2-tailed).

UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.940 25

115

Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

116

117

118

119

Lampiran 11

DATA PENELITIAN

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

1 D 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

2 B 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

3 G 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

4 D 2 1 2 4 2 2 2 1 2 2 2

5 F 1 1 2 4 2 2 2 1 1 2 2

6 N 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 1

7 S 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1

8 S 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2

9 A 1 2 3 4 2 1 1 1 1 1 2

10 R 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2

11 T 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

12 Y 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

13 U 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 1

14 I 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

15 O 2 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

16 S 2 1 3 4 2 1 2 1 1 1 1

17 D 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 1

18 W 1 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

19 T 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2

20 R 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2

21 H 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 2

22 G 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 2

120

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

23 D 1 1 4 2 1 1 1 1 2 1 2

24 V 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

25 N 1 1 3 4 1 2 2 1 2 2 1

26 K 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

27 A 2 2 3 4 2 2 2 1 2 2 2

28 S 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

29 S 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1

30 D 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2

31 F 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 1

32 N 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

33 W 1 1 2 4 2 2 2 1 1 2 1

34 Y 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2

35 P 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2

36 J 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2

37 L 2 1 3 4 2 1 1 1 2 1 2

38 S 1 1 3 4 1 2 1 1 2 2 2

39 F 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

40 H 1 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

41 V 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 2

42 C 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2

43 A 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1

44 S 1 2 3 4 1 1 1 1 1 1 2

45 N 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 2

46 M 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 2

47 J 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

48 E 1 1 3 4 1 1 2 1 2 2 2

49 R 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

121

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

50 W 1 2 3 4 2 2 2 1 2 2 2

51 T 1 2 3 4 1 1 1 1 2 1 1

52 G 1 1 2 4 2 2 2 1 2 2 2

53 H 1 1 2 4 2 2 2 1 1 1 2

54 H 2 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2

55 D 2 1 3 4 1 1 1 1 1 1 2

56 S 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1

57 S 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 2

58 A 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 2

59 C 2 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

60 B 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

61 N 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1

62 M 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2

63 H 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1

64 D 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2

65 L 1 2 3 4 2 2 2 1 2 2 1

66 M 1 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2

67 N 1 2 2 4 1 1 1 1 2 2 1

68 D 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

69 F 1 1 3 4 1 1 2 1 2 1 1

70 H 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

71 J 1 1 3 4 1 2 2 1 2 2 2

72 K 1 3 1 4 1 2 2 2 2 2 2

73 M 1 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2

74 M 1 2 2 4 1 1 1 1 1 2 1

75 B 1 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2

76 D 2 1 2 4 2 2 2 1 1 2 2

122

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

77 D 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

78 G 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

79 S 2 1 3 4 2 2 2 1 2 2 1

80 S 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 1

81 A 1 4 1 3 2 2 2 2 2 2 1

82 D 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1

83 F 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

84 G 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

85 Y 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

86 H 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 1

87 H 2 1 2 4 2 2 2 1 2 2 1

88 S 2 1 3 4 2 2 2 1 2 2 1

89 B 2 1 3 4 2 2 2 1 2 1 1

90 N 2 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

91 M 2 3 1 4 1 1 1 2 2 1 1

92 K 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2

93 U 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2

94 Y 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1

95 T 2 1 3 2 1 1 1 1 2 2 2

96 R 2 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2

97 I 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

98 P 1 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1

99 P 1 1 3 4 2 2 2 1 1 2 1

100 L 1 2 2 4 2 2 2 1 1 2 1

101 S 1 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

102 A 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2

103 D 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

123

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

104 D 1 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2

105 S 1 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

106 H 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

107 T 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1

108 R 2 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

109 R 2 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2

110 T 2 2 2 4 1 2 2 1 2 2 2

111 I 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2

112 U 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

113 O 1 2 3 4 1 1 1 1 2 2 2

114 P 1 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2

115 P 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

116 K 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

117 J 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2

118 V 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2

119 N 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1

120 M 2 1 3 4 1 1 1 2 1 1 2

121 T 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1

122 T 1 1 3 4 1 1 1 2 1 1 2

123 Y 1 1 3 4 1 1 1 2 2 1 2

124 U 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

125 R 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 2

126 D 1 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1

127 G 2 1 3 4 2 2 2 1 1 2 2

128 R 1 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2

129 N 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

130 H 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

124

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

131 J 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2

132 F 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1

133 J 1 2 2 4 1 1 1 2 2 1 1

134 F 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

135 D 1 2 3 4 1 1 1 1 2 1 1

136 F 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

137 G 2 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

138 H 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2

139 S 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2

140 F 2 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1

141 G 2 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

142 H 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

143 H 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

144 L 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

145 N 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1

146 F 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2

147 S 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2

148 D 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

149 F 1 2 2 4 1 1 1 1 2 1 1

150 H 1 1 3 4 2 2 2 1 2 2 1

151 B 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

152 C 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 1

153 N 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1

154 M 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 2

155 C 1 1 3 4 1 1 1 1 2 1 1

156 N 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1

157 D 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2

125

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

158 S 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

159 D 1 4 1 3 2 1 1 2 2 1 1

160 F 1 3 1 3 1 1 1 2 2 1 1

161 J 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1

162 K 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1

163 K 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1

164 L 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2

165 S 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2

166 V 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2

167 N 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1

168 U 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1

169 H 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

170 K 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

171 G 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1

172 F 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2

173 D 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1

174 S 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2

175 B 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2

176 B 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2

177 N 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2

178 V 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2

179 M 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2

180 M 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2

181 S 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1

182 S 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2

183 F 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2

184 R 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

126

No Inisial

Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pendidi-

kan Pekerjaan

Pengeta-

huan

ODHA

Sikap

ODHA

Tindakan

ODHA

Keterse-

diaan

Tempat

Layanan

ARV

Jarak

Akses

Ke

Tempat

Layanan

ARV

Sikap

Petugas

Keseha-

tan

Kepatu-

han

Terapi

ARV

185 T 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2

186 Y 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

187 I 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1

188 P 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2

189 U 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2

190 W 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

191 W 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2

192 R 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

193 G 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

194 H 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1

127

Lampiran 12

OUTPUT PENELITIAN

UJI UNIVARIAT

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 128 65.3 66.0 66.0

Laki-laki 66 33.7 34.0 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dewasa Awal

(26-35 tahun) 98 50.0 50.5 50.5

Dewasa Akhir

(36-45 tahun) 88 44.9 45.4 95.9

Lansia Awal

(46-55 tahun) 6 3.1 3.1 99.0

Lansia Akhir

(56-65 tahun) 2 1.0 1.0 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sekolah 8 4.1 4.1 4.1

Dasar

(SD, SMP) 98 50.0 50.5 54.6

Menengah

(SMA/sederajat) 87 44.4 44.8 99.5

Tinggi

(Sarjana/sederajat) 1 .5 .5 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

128

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid WPS 4 2.0 2.1 2.1

IRT 69 35.2 35.6 37.6

Tani 5 2.6 2.6 40.2

Swasta/WIraswasta 116 59.2 59.8 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Pengetahuan_ODHA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 85 43.4 43.8 43.8

Kurang Baik 109 55.6 56.2 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Sikap_ODHA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Positif 87 44.4 44.8 44.8

Negatif 107 54.6 55.2 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Tindakan_ODHA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 84 42.9 43.3 43.3

Kurang Baik 110 56.1 56.7 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Ketersediaan_Tempat_Layanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tersedia 176 89.8 90.7 90.7

Tidak Tersedia 18 9.2 9.3 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

129

Jarak_Akses

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Terjangkau 65 33.2 33.5 33.5

Tidak Terjangkau 129 65.8 66.5 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Sikap_Petugas_Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Positif 83 42.3 42.8 42.8

Negatif 111 56.6 57.2 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

Kepatuhan_Terapi_ARV

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Patuh 75 38.3 38.7 38.7

Tidak Patuh 119 60.7 61.3 100.0

Total 194 99.0 100.0

Missing System 2 1.0

Total 196 100.0

130

UJI BIVARIAT

Pengetahuan_ODHA * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Pengetahuan_ODHA Baik Count 41 44 85

Expected Count 32.9 52.1 85.0

% within Pengetahuan_ODHA 48.2% 51.8% 100.0%

Kurang

Baik

Count 34 75 109

Expected Count 42.1 66.9 109.0

% within Pengetahuan_ODHA 31.2% 68.8% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within Pengetahuan_ODHA 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.849a 1 .016

Continuity Correctionb 5.153 1 .023

Likelihood Ratio 5.847 1 .016

Fisher's Exact Test .018 .012

Linear-by-Linear Association 5.819 1 .016

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,86.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Pengetahuan_ODHA (Baik /

Kurang Baik)

2.055 1.142 3.699

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV =

Patuh

1.546 1.084 2.206

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV =

Tidak Patuh

.752 .591 .957

131

Sikap_ODHA * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Sikap_ODHA Positif Count 42 45 87

Expected Count 33.6 53.4 87.0

% within Sikap_ODHA 48.3% 51.7% 100.0%

Negatif Count 33 74 107

Expected Count 41.4 65.6 107.0

% within Sikap_ODHA 30.8% 69.2% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within Sikap_ODHA 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 6.151a 1 .013

Continuity Correctionb 5.438 1 .020

Likelihood Ratio 6.156 1 .013

Fisher's Exact Test .018 .010

Linear-by-Linear Association 6.119 1 .013

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33,63.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap_ODHA (Positif / Negatif)

2.093 1.163 3.766

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV = Patuh

1.565 1.095 2.238

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV = Tidak Patuh

.748 .589 .950

N of Valid Cases 194

132

Tindakan_ODHA * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Tindakan_ODHA Baik Count 40 44 84

Expected Count 32.5 51.5 84.0

% within Tindakan_ODHA 47.6% 52.4% 100.0%

Kurang

Baik

Count 35 75 110

Expected Count 42.5 67.5 110.0

% within Tindakan_ODHA 31.8% 68.2% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within Tindakan_ODHA 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 5.014a 1 .025

Continuity Correctionb 4.370 1 .037

Likelihood Ratio 5.008 1 .025

Fisher's Exact Test .027 .018

Linear-by-Linear Association 4.989 1 .026

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,47.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Tindakan_ODHA (Baik /

Kurang Baik)

1.948 1.083 3.503

For cohort Kepatuhan_Terapi_ARV =

Patuh

1.497 1.051 2.132

For cohort Kepatuhan_Terapi_ARV =

Tidak Patuh

.768 .604 .977

N of Valid Cases 194

133

Ketersediaan_Tempat_Layanan * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Ketersediaan_Tempat

_Layanan

Tersedia Count 65 111 176

Expected Count 68.0 108.0 176.0

% within Ketersediaan_Tempat

_Layanan 36.9% 63.1% 100.0%

Tidak

Tersedia

Count 10 8 18

Expected Count 7.0 11.0 18.0

% within Ketersediaan_Tempat _Layanan

55.6% 44.4% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within Ketersediaan_Tempat

_Layanan 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 2.388a 1 .122

Continuity Correctionb 1.668 1 .197

Likelihood Ratio 2.319 1 .128

Fisher's Exact Test .134 .099

Linear-by-Linear Association 2.376 1 .123

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,96.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Ketersediaan_Tempat_Layan

an (Tersedia / Tidak

Tersedia)

.468 .176 1.247

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV =

Patuh

.665 .421 1.049

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV =

Tidak Patuh

1.419 .836 2.408

N of Valid Cases 194

134

Jarak_Akses * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Jarak_Akses Terjangkau Count 21 44 65

Expected Count 25.1 39.9 65.0

% within Jarak_Akses 32.3% 67.7% 100.0%

Tidak

Terjangkau

Count 54 75 129

Expected Count 49.9 79.1 129.0

% within Jarak_Akses 41.9% 58.1% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within Jarak_Akses 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1.663a 1 .197

Continuity Correctionb 1.285 1 .257

Likelihood Ratio 1.685 1 .194

Fisher's Exact Test .215 .128

Linear-by-Linear Association 1.655 1 .198

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,13.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jarak_Akses (Terjangkau / Tidak

Terjangkau)

.663 .354 1.240

For cohort Kepatuhan_Terapi_ARV =

Patuh

.772 .514 1.159

For cohort Kepatuhan_Terapi_ARV =

Tidak Patuh

1.164 .932 1.455

N of Valid Cases 194

135

Sikap_Petugas_Kesehatan * Kepatuhan_Terapi_ARV

Crosstab

Kepatuhan_Terapi_ARV

Total Patuh Tidak Patuh

Sikap_Petugas

_Kesehatan

Positif Count 41 42 83

Expected Count 32.1 50.9 83.0

% within

Sikap_Petugas_Kesehatan 49.4% 50.6% 100.0%

Negatif Count 34 77 111

Expected Count 42.9 68.1 111.0

% within Sikap_Petugas_Kesehatan

30.6% 69.4% 100.0%

Total Count 75 119 194

Expected Count 75.0 119.0 194.0

% within

Sikap_Petugas_Kesehatan 38.7% 61.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 7.053a 1 .008

Continuity Correctionb 6.284 1 .012

Likelihood Ratio 7.047 1 .008

Fisher's Exact Test .011 .006

Linear-by-Linear Association 7.017 1 .008

N of Valid Casesb 194

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32,09.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap_Petugas_Kesehatan

(Positif / Negatif)

2.211 1.226 3.988

For cohort Kepatuhan_Terapi_ARV =

Patuh

1.613 1.131 2.299

For cohort

Kepatuhan_Terapi_ARV =

Tidak Patuh

.729 .570 .933

N of Valid Cases 194