Sistem-monitoring-dan-controlling-pada-gas-buang-untuk-cogeneration
-
Upload
poltekkesdepkes-sby -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Sistem-monitoring-dan-controlling-pada-gas-buang-untuk-cogeneration
LAPORAN AKHIR
APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK
(TEL 541)
“SISTEM MONITORING DAN CONTROLLING PADA GAS BUANG
UNTUK COGENERATION”
Disusun Oleh :
REZA ALFAUZI (31494)
EKO NUGRAHA (31976)
DIKO PRAMAYUDHA (32114)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2009/2010I. LATAR BELAKANG
Cogeneration ( Kogenerasi )
Sistim kogenerasi adalah serangkaian atau pembangkitan
secara bersamaan beberapa bentuk energi yang berguna
(biasanya mekanikan dan termal) dalam satu sis tim yang
terintegrasi. Sistim CHP terdiri dari sejumlah komponen
individu – mesin penggerak (mesin panas), generator,
pemanfaatan kembali panas, dan sambungan listrik – tergabung
menjadi suatu integrasi. Jenis peralatan yang menggerakkan
seluruh sistim (mesin penggerak) mengidentifikasi secara
khusus sistim CHPnya.
Mesin penggerak untuk sistim CHP terdiri dari mesin
reciprocating, pembakaran atau turbin gas, turbin uap, turbin
mikro dan sel bahan bakar. Mesin penggerak ini dapat
membakar berbagai bahan bakar, yaitu gas alam, batubara,
minyak bakar, dan bahan bakar alternatif untuk memproduksi
daya poros atau energi mekanis. Meskipun umumnya energi
mekanis dari mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan
generator untuk membangkitkan listrik, tetapi dapat juga
digunakan untuk menggerakkan peralatan yang bergerak seperti
kompresor, pompa, dan fan. Energi termal dari sistim dapat
digunakan untuk penerapan langsung dalam proses atau tidak
langsung untuk memproduksi steam, air panas, udara panas
untuk pengeringan, atau air dingin/ chilled water untuk proses
pendinginanan.
Gambar 1.1 Efisiensi CHP
Gambar 1 menunjukkan efisiensi energi canggih CHP
dibandingkan dengan stasiun pusat pembangkit listrik
konvensional dan pembangkit boiler. Sistim CHP hanya
menggunakan energi tiga perempat bagian dari energi yang
digunakan jika sistim panas dan daya terpisah. Penurunan
konsumsi bahan bakar primer ini merupakan keuntungan utama
sistim CHP, karena jika pembakaran lebih efisien atau
kebutuhan bahan bakar lebih sedikit, berarti emisi akan
lebih sedikit untuk hasil yang sama.
Keuntungan Kogenerasi
Seperti sudah digambarkan diatas, keuntungan
penggunaan sistim kogenerasi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi konversi energi dan penggunaannya.
2. Emisi lebih rendah terhadap lingkungan, khususnya CO2, gas
rumah kaca utama.
3. Dalam beberapa kasus, digunakan bahan bakar biomas dan
beberapa limbah seperti limbah pengolahan minyak bumi,
limbah proses dan limbah pertanian (dengan digester
anaerobik atau gasifikasi). Bahan ini akan menjadi bahan
bakar pada sistim kogenerasi, meningkatkan efektivitas
biaya dan mengurangi tempat pembuangan limbah.
4. Penghematan biaya yang besar menjadikan industri atau
sektor komersial lebih kompetitif dan juga dapat
memberikan tambahan panas untuk pengguna domestik.
5. Memberikan kesempatan lebih lanjut untuk membangkitkan
listrik lokal yang didesain sesuai kebutuhan konsumen
local dengan efisiensi tinggi, menghindari kehilangan
transmisi dan meningkatkan fleksibilitas pada sistim
penggunaan. Hal ini khususnya untuk penggunaan bahan
bakar gas alam.
6. Suatu kesempatan untuk meningkatkan diversifikasi plant
pembangkit, dan menjadikan persaingan pembangkitan.
Kogenerasi menyediakan sesuatu kendaraan terpenting untuk
promosi pasar energi yang liberal.
Jenis-Jenis Sistim Kogenerasi
Bagian ini mencakup berbagai jenis sistim kogenerasi:
sistim kogenerasi turbin uap, sistim kogenerasi turbin gas,
dan sistim kogenerasi mesin reciprocating. Dalam bagian ini juga
menyangkut klasifikasi sistim kogenerasi atas dasar urutan
energi yang digunakan.
Sistim Kogenerasi Turbin Uap
Turbin uap merupakan salah satu teknologi mesin
penggerak yang multi guna dan tertua yang masih diproduksi
secara umum. Pembangkitan energi dengan menggunakan turbin
uap telah berlangsung sekitar 100 tahun, ketika alat
tersebut menggantikan mesin steam reciprocating karena
efisiensinya yang tinggi dan biayanya yang murah. Kapasitas
turbin uap dapat berkisar dari 50 kW hingga ratusan MWs
untuk plant utilitas energi yang besar. Turbin uap digunakan
secara luas untuk penerapan gabunag panas dan daya (CHP).
Siklus termodinamika untuk turbin uap merupakan siklus
Rankine. Siklus merupakan dasar bagi stasiun pembangkitan
daya konvensional dan terdiri dari sumber panas (boiler) yang
mengubah air menjadi steam tekanan tinggi. Dalam siklus
steam, air pertama-tama dipompa ke tekanan sedang hingga
tinggi, kemudian dipanaskan hingga suhu didih yang sesuai
dengan tekanannya, dididihkan (dipanaskan dari cair hingga
uap), dan kemudian biasanya diberikan panas
berlebih/superheated (dipanaskan hingga suhu diatas titik
didih). Turbin multi tahap mengekspansi steam bertekanan
sampai ke tekanan rendah dan steam kemudian dikeluarkan ke
kondensor pengembun pada kondisi vakum atau menuju sistim
distribusi suhu menengah yang mengirimkan steam ke
penggunaan industri atau komersial. Kondensat dari kondensor
atau dari sistim penggunaan steam dikembalikan ke pompa air
umpan untuk keberlanjutan siklus.
Dua jenis turbin uap yang banyak digunakan adalah jenis
tekanan balik dan ekstraksikondensasi. Pemilihan diantara
keduanya sangat tergantung pada besarnya panas dan daya,
kualitas panas dan faktor ekonomi. Titik ekstraksi steam
dari turbin dapat lebih dari satu, tergantung pada tingkat
suhu dari panas yang diperlukan oleh proses.
1. Turbin Steam Tekanan Balik
Turbin steam tekanan balik merupakan rancangan yang
paling sederhana. Steam keluar turbin pada tekanan yang
lebih tinggi atau paling tidak sama dengan tekanan atmosfir,
yang tergantung pada kebutuhan beban panas. Hal ini yang
menyebabkan digunakannya istilah tekanan balik. Dengan cara
ini juga memungkinkan mengekstraksi steam dari tahap
intermediate turbin uap, pada suhu dan tekanan yang sesuai
dengan beban panas. Setelah keluar dari turbin, steam
diumpankan ke beban, dimana steam ini akan melepaskan panas
dan kemudian diembunkan. Embun kondensat kembali ke sistim
dengan laju alir yang dapat lebih rendah dari laju alir
steam, jika steam digunakan dalam proses atau jika terdapat
kehilangankehilangan sepanjang jalur pipa. Air make-up
digunakan untuk menjaga neraca bahan.
Gambar 1.2 Turbin Steam Tekanan Bali
Sistim tekanan balik memiliki keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
1. Rancangannya sederhana dengan hanya beberapa
komponen
2. Biaya tahapan tekanan rendah yang mahal dihindarkan.
3. Modalnya rendah
4. Kebutuhan air pendingin berkurang atau bahkan tidak
ada.
5. Efisiensi totalnya tinggi, sebab tidak terdapat
pembuangan panas ke lingkungan yang melalui
kondensor
Sistim tekanan balik memiliki kerugian-kerugian sebagai
berikut:
1. Turbin uap lebih besar untuk keluaran energi yang
sama, sebab turbin ini beroperasi pada perbedaan
entalpi steam yang lebih rendah.
2. Laju alir massa steam yang menuju turbin tergantung
pada beban termis. Sebagai akibatnya, listrik yang
dihasilkan oleh steam dikendalikan oleh beban panas,
yang menghasilkan sedikit atau tidak ada
fleksibilitas pada penyesuaian langsung keluaran
listrik terhadap beban listrik. Oleh karena itu,
terdapat kebutuhan bagi hubungan dua arah jaringan
listrik untuk pembelian listrik tambahan atau
penjualan listrik berlebih yang dihasilkan. Untuk
meningkatkan produksi listrik dapat dilakukan dengan
cara membuang steam secara langsung ke atmosfir,
namun cara ini sangat tidak efisien. Hal ini akan
mengakibatkan dihasilkannya limbah air boiler yang
sudah diolah dan, kemungkinan besar, nilai ekonomis
dan kinerja energinya yang buruk
Salah satu cara pengaplikasian sitem kogenerasi ada
pada pemanfaatan gas buang dari hasil pemansan air pada
pembangkit-pembangkit litrik tenaga termal. Pembangkit
listrik tenaga termal banyak yang menggunakan boiler untuk
mengkonversi air menjadi uap untuk memutar turbin. Dalam
operasinya, boiler harus selalu dimonitor keadaannya, salah
satu variabel yang penting untuk diamati adalah temperatur.
Proses monitoring suhu tidak mungkin dilakukan local
atau berdekatan dengan boiler sehingga proses ini perlu
dilakukan dengan device dan dari jarak yang tertentu, tidak
berdekatan dengan boiler.Untuk memudahkan pengguna dalam
memonitor, didesain suatu mekanisme interaksi antara user
(manusia) dengan mesin dengan tampilan tertentu atau Human
Machine Interface yang memungkinkan pengguna dapat
mengetahui banyak keadaan atau status device yang diawasi
dengan mudah.
Agar pengaturan kogenerasi dapat dilakukan, pada sisi
keluaran boiler ditambahkan katub yang secara otomatis
dapat dibuka dan ditutup. Untuk itu diperlukan suatu system
yang dapat memonitor dan melakukan fungsi kendali otomatis
dalam pemanasan boiler.
II. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan perangkat ini adalah:
Mendesain sistem monitoring dan controlling suhu dengan
hardware akuisisi data yang reliable
Mensimulasikan pemanfaatan gas buang berupa panas untuk
cogeneration dalam dunia pembangkitan
Aplikasi ini diharapkan mampu memberikan indikator akan
ketersediaan energi panas pada gas buang pada suatu
pembangkit termal dan juga mampu mengontrol energi
panas yang ada agar tidak merusak peralatan yang ada
Aplikasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
lebih dalam mengenai teknologi cogeneration dan sensor
suhu kaitannya dengan ketenagalistrikan.
III. PRINSIP KERJA
Perangkat digital thermometer yang dibuat tidak hanya
akan menghasilkan tegangan output untuk kemudian sebagai
bentuk “monitoring” yang ditampilkan dalam computer namun
juga sebagai bentuk “controlling”. Baik dari sisi hardware
maupun software dapat dilihat bentuk controlling nya. Dari
hardware akan diindikasikan dari penyalaan LED sedangkan
pada software akan disimulasikan dengan buka-tutup katub.
Blok Diagram
Bentuk blok diagram dari perangkat yang akan dirancang
adalah sebagai berikut:
sensor suhu
interface soundcard
labview
Transistor
LEDrelay
Gambar 3.1 blok diagram rancangan perangkat
Sensor suhu akan mengukur suhu air yang mendidih
sebagai objek yang diukur. Keluaran dari sensor suhu akan
menghasilkan sinyal analog yang berupa level tegangan.
Semakin panas air yang didihkan dalam proses pembangkitan,
maka level tegangan juga akan meningkat. Tegangan output
tersebut kemudian akan menjadi input dari interface
soundcard dan juga transistor sebagai trigger switch
otomatis secara parallel.
Interface Sound Card komputer berupa Jack Microphone.
Outputnya akan diteruskan langsung ke computer untuk
kemudian diolah dengan Labview. Pada Labview data akan
dimasukkan ke suatu fungsi yang akan menunjukkan suhu
terukur dari sensor, kemudian batasan-batasan suhu diatur
dimana jika melewati batas suhu tertentu akan muncul alarm
peringatan atau suatu mekanisme lain tertentu. Dalam
simuliasi akan dibuat bila melewati batasnya, katub dari
wadah pemanasan air akan terbuka sebagai bentuk simulasi
cogeneration. Data pembacaan suhu dapat disimpan (di-record)
guna pengolahan lebih lanjut.
Tegangan output dari sensor suhu juga masuk ke basis
transistor. Bila telah mencapai titik batas tertentu akan
menaikkan tegangan basis-emmiter sehinngga relay dapat
aktif. Sedangkan fungsi relay disini sebagai pencatu saklar
yang merepresentasikan pengendalian buka-tutup katub.
Disimulaikan dalam hardware bila suhu belum melewati batas
tegangan minimum untuk mengaktifkan relay, maka LED tidak
menyala. Dan bila telah mencapai tegangan tertentu dari
hasil peningkatan suhu, maka relay aktif dan LED akan
menyala.
IV. PERANCANGAN
Dalam proses perancangan dibagi dalam dua bagian
penting, yaitu dari sisi hardware dan dasi sisi software.
Keduanya akan dirancang secara kompak sehingga menghasilkan
bentuk monitoring dan controlling yang baik dan reliable.
IV.1 HARDWARE
Secara umum hardware yang dirancang berfungsi sebagai
transducer yang mengubah besaran panas menjadi besaran listrik
berupa level tegangan. Level tegangan akan berubag seiring
dengan perubahan panas yang terjadi di dekat sensor panas.
Sensor panasnya sendiri digunakan IC LM 35.
Output dari hardware akan menjadi input ke software dan
juga secara parallel juga menjadi input untuk simulasi
secara hardware dari bentuk controlling system. Bentuknya
diindikasikan dengan menggunakan indicator berupa nyala LED.
Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Dalam Pengujian
Alat:
1.Heater
2.Termometer
3.Multimeter
4.Bejana tempat merebus
air
Bahan:
1.Sensor suhu IC LM 35
2.Resistor
3. Dioda
4. Relay
5. Transistor C945
6. Regulator 7805
7. LED
8.Sumber tegangan 9 Volt
Langkah –Langkah Percobaan:
1. Menyiapkan bejana , thermometer, heater
2. Merebus air secukupnya sesuai yang diperlukan
3. Menempatkan sensor suhu (IC LM 35) pada bejana,sehingga
memungkinkan perpindahan panas yang terjadi secara
konveksi(pada air) mengalir menuju sensor
4. Mengubah variable bebas dengan cara mengatur level suhu pada
air (dengan memanaskan air sampai suhu tertentu yang ingin
diamati)
5. Mengamati perubahan nyala LED ketika sudah mencapai titik
minimal untuk menyala
Gambar Rangkaian
Gambar 4.1 Skema Rangkaian
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dalam pendesainan
hardware menggunakan beberapa alat elektronis. Setiap
komponen memliki fungsi masing-masing dalam sistem ini
yaitu:
Regulator 7805
Tegangan input DC yang digunakan untuk rangkaian
sebesar 9 volt. Namun agar komponen tidak terlalu panas
namun tetap dapat dijalankan, maka tegangan input diturunkan
hingga 5 volt dan dijaga agar tetap 5 volt, yakni dengan
menggunakan regulator tipe 7805. Dengan menggunakan komponen
seperti ini, dengan mudah dapat dibuat rangkaian catu daya
yang sangat baik regulasi tegangan keluarannya. Namun,
komponen 7805 hanya bisa efektif mencatu arus sampai 1 A
saja. Catu daya 5 volt umumnya banyak sekali digunakan untuk
mencatu berbagai aplikasi, sehingga kadang kala catu arus 1A
tidak cukup.
Gambar 4.2 Regulator 7805
LM35
LM35 merupakan IC yang digunakan sebagai sensor suhu.
IC tersebut mengubah kondisi suhu lingkungan disekitarnya
menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik keluaran LM35 ini
memiliki nilai yang sebanding dengan suhu lingkungan dalam
bentuk derajat Celcius (ºC). Karakteristik dari sensor suhu
LM35 ini adalah perubahan nilai tahanannya akan semakin
besar apabila suhu lingkungannya semakin rendah dan nilai
tahanannya akan menjadi kecil apabila suhu lingkungannya
semakin tinggi. Bentuk LM 35, seperti ditunjuk pada Gambar
4.3, memiliki 3 kaki yang merepresentasikan tegangan source
(Vs), tegangan output (Vo), dan ground.
Gambar 4.3 bentuk umum dari LM35
Beberapa fasilitas yang dimiliki LM35 adalah sebagai berikut
:
1. Dikalibrasi secara langsung dalam º Celcius.
2. Ketelitian pengukuran LM35 sangat tinggi mencapai ± ½ ºC
pada suhu kamar
3. Jangkauan temperatur dari -55ºC sampai +150ºC
4. Setiap perubahan 1ºC akan mempengaruhi perubahan tegangan
keluaran sensor sebesar 10mV
5. Arus yang mengalir kurang dari 60mA
Skema rangkaian sensor suhu yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.4 skema rangkaian LM35
C945
C945 merupakan transistor jenis NPN yang digunakan
sebagai saklar otomatis pada rangkaian. Tegangan Vbe minimal
agar transistor ini aktif yaitu 0,7 volt. Dalam pengmbilan
data diperoleh bahwa arus sebesar ini akan setara dengan
suhu 700 C. Selama tegangan kurang dari 0,7 volt, maka tidak
ada arus yang menuju kaki common. Dengan begitu rangkaian
relay tidak akan aktif.
Dioda
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat
mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain
adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah
semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain
adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan
dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
Pemasangan diode pada rangkaian berada jalur menuju
jack microphone. Tegangan anode nya berasal dari output dari
output dari LM35 dan katoda akan menuju input jack
microphone.
Gambar 4.5 simbol dan struktur dioda
Relay
Relay digunakan sebagai penghasil tegangan yang besar
untuk mengaktifkan indicator LED.
Gambar 4.6 struktur relay
LED
LED (Light Emitting Diode atau Light Emitting Device)
merupakan piranti yang vital dalam teknologi
electroluminescent seperti untuk aplikasi teknologi display
(tampilan), sensor, dan lain-lainnya. Teknologi
electroluminescent didasarkan pada konsep pancaran cahaya
yang dihasilkan oleh suatu piranti sebagai akibat dari
adanya medan listrik yang diberikan kepadanya.
Gambar 4.7 struktur dan simbol LED
Dengan penempatan pada rangkaian, ketika switch dari
relay aktif maka akan ada arus menuju LED sehingga LED akan
menyala. Nyala lampu LED akan bertahan selama relay aktif.
Cara Kerja Rangkaian
Penstabilan Vin
Gambar 4.8 rangkaian penstabilan Vin
Tegangan input awal sebesar 9 volt. Kemudian dengan
menggunakan regulator 7805 dibuat tetap stabil pada level
tegangan 5 volt. Tegangan ini akan menjadi masukan untuk
sensor suhu LM35 dan relay nantinya.
Proses sensoring
Gambar 4.9 rangkaian sensoring
Dengan Vs= 5 volt, LM 35 sudah dapat diaktifkan. Cara
pemakaiannya dengan memanaskan IC atau didekatkan dengan
sumber panas. Tegangan basis akan berubah seiring dengan
perubahan suhu. Hubungan perubahannya adalah berbanding
lurus, yang berarti ketika suhu naik maka tegangan akan
naik.
Monitoring
Gambar 4.10 rangkaian monitoring
Tegangan keluaran dari LM35 akan dijadikan input dari
jack microphone yang kemudian akan masuk menjadi data
computer. Namun dalam kenyataannya, dari soundcard akan ada
tegangan keluaran yang bergantung pada suhu namun tidak
linear. Agar tidak merusak rangkaian, maka dipasang diode
diantaranya. Dengan begitu tegangan dari soundcard-rangkaian
akan bernilai 0 volt dan rangkaian tetap dapat bekerja
dengan baik. Dari sini sisi hardware sudah selesai.
Trigger Controlling
Transistor C945 tidak akan melewati tegangan input yang
masuk ke relay selama transistor belum aktif atau dengan
kata lain dibawah 0,7 volt. tegangan input dari relay
sebesar 5 volt dari parallel dengan input dari LM35. Ketika
suhu dinaikkan dan tegangan keluaran LM 35 sudah mencapai
0,7 volt maka akan mengaktifkan C945. Transistor C945 yang
sudah aktif ini akan mentrigger relay untuk aktif. Relay
aktif maka switch akan ON.
Gambar 4.11 trigger controlling
Indicator Controlling
Gambar 4.11 Indicator Controlling
Switch relay yang ON akan menyebabkan arus melewati LED.
Arus ini masih terlalu besar sehingga harus dibagi dengan
resistor sebesar 1 k Ohm. Dengan arus dalam level mikro
ampere maka LED akan menyala dengan baik sebagai bentuk
indicator pengendalian.
Metode Pengujian Hardware
Pembuatan perangkat digital thermometer menggunakan
komponen utama berupa sensor panas IC LM 35. Sebelum
dimasukkan dalam computer melalui jack microphone telah
dilakukan pengujian terhadap tingkat akurasi dan
sensitivitas alat (sensor suhu). Yaitu dengan mengukur
perubahan tegangan pada kutub-kutub jack untuk setiap
perubahan suhu.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil yang reliable
antara perubahan tegangan akibat perubahan suhu yang
terjadi. Selain itu, ketika sudah mencapai suhu sekitar 700
C atau tegangan Vbe telah mencapai sekitar 0,7 volt, maka
relay aktif dan LED menyala. Ini menunjukkan bahwa secara
hardware alat sudah siap dan benar untuk kemudian dimasukkan
datanya ke dalam computer dan dimonitor untuk setiap
suhunya.
IV.2 SOFTWARE
Alat kami ini menggunakan LAB VIEW 8.2 sebagai aplikasi
yang digunakan, Sinyal dari sensor suhu diteruskan ke
soundcard untuk dapat diolah datanya sehingga dapat
menampilkan suhu dan kondisinya pada proses
cogeneration.Kami membuat dua jenis aplikasi di labview
yaitu saat mendapat input dari sensor suhu dan simulasi
input dari labview itu sendiri Tampilan pada labview untuk
yang mendapat input dari alat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.13 Block diagram
Gambar 4.14 Blok Acquire sound
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sinyal sensorakan dihubungkan ke komputer melalui soundcard. Dan blokpembacaan sinyal telah disediakan oleh Labview 2009 sehinggauntuk membaca sinyal tidak diperlukan cara yang rumit, namunhanya menggunakan satu blok khusus yaitu Acquire Sound.Dengan blok ini sinyal telah dapat dihubungkan ke komputeruntuk selanjutnya diolah. Nilai yang didapatkan laluditampilkan melalui sebuah indikator yang berbentuk sepertitermometer seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.15 IndikatorSuhu
Nilai suhu yangdihasilkan ini kemudiandimanfaatkan untukmembuat semacam indikator level suhu apakah sudah siap untukproses cogeneration atau belum dengan menampilkannya melaluiLED pada Front Panel Labview 2009. Berikut ini adalahindikatornya :
Gambar 4.16 panel condition
Indikator diatas berfungsi untuk mengetahui apakah gasbuang sudah siap atau belum digunakan untuk prosescogeneration. Pada indikator ini digunakan beberapa kondisiyang dijabarkan pada blok diagram :
Gambar 4.17 LED condition
Yang artinya pada suhu dibawah 600 celcius maka LED
akan menampilkan bahwa suhu not ready atau belum siap untuk
digunakan gas buang itu. Dan untuk suhu diatas 600 maka gas
buang tersebut sudah siap untuk digunakan. Suhu disini dapat
diubah rangenya sesuai yang kita inginkan sesua
karakteristik suhu gas buang yang ada. Disini kami berasumsi
bahwa alat kami digunakan untuk memanaskan air dirumah
dengan memanfaatkan gas buang dari pembangkit termal yang
ada. Sehingga suhu 600 celcius dikatakan telah ready untuk
digunakan. Buka tutup katup untuk kondisi over heat
digunakan di hardware dengan menggunakan relay yang akan
aktif pada suhu 700 celcius ( hal ini karena keterbatasan
alat ) seharusnya over heat itu aktif pada suhu 1200 akan
tetapi hal itu dapat diganti sesuai dengan hardware yang
digunakan. Sedangkan blok labview :
Gambar 4.18 Blok kalibrasi
Digunakan untuk proses kalibrasi tegangan input ke
dalam bentuk suhu sehingga tegangan input yang nilainya
dalam rentang 0.27 V – 1.2 V ini dapat ditampilkan dalam
bentuk celcius dengan mengalikannya dengan konstanta 100
karena dalam pengujian didapat nilai 0.267 mV pada suhu 270
C sehingga dapat dianggap bahwa 0.27V adalah suhu 270 C
untuk mempermudah perhitungan. Selain dengan tegangan input
dari alat kami juga membuat simulasi input dari program
labview sendiri untuk memperjelas proses yang ada pada alat
kami ini jika diterapkan pada keadaan sebenarnya, yaitu :
Gambar 4.19 Front panel HI Labview Simulation
Gambar 4.20 Block Diagram Simulation
Ada beberapa komponen yang ditambahkan pada block
diagram versi simulation ini yaitu :
Gambar 4.21 Simulate Signal DC
Komponen diatas digunakan untuk mensimulasi input
berupa tegangan DC yang konstan. Nilai dan pengaturan
tersebut dapat diatur dengan meng-klik dua kali komponen
itu.
Gambar 4.22 Integrator
Input yang masuk ke komponen integrator diatas akan
selalu bertambah sesuai dengan fungsi integral yang menam
tiap menambah tiap satu satuan waktu. Kita menggunakan
komponen ini karena ingin mensimulasikan kenaikan suhu yang
ada di boiler yang memang akan terus naik tiap satuan waktu.
Gambar 4.23 Katup
Katup pada Front panel dapat dibuat dengan blok diagram
diatas baik itu katup air maupun katup gas.
Gambar 4.24 Pemanas (heater)
Heater atau pemanas yang terlihat untuk memanaskan
boiler diatas dapat dibuat dengan rangkaian diatas.
Gambar 4.25 Boiler
Sedangkan tampilan boiler dapat menggunakan blok
diagram diatas.
Proses yang terjadi pada simulasi yang kita buat dapat
kita uraikan sebagai berikut:
1.Simulate DC 1(bawah) aktif dan masuk ke integrator
sehingga tegangannya naik terus sampai batas 4000 (dapat
diubah). Ini menunjukkan proses pengisian air pada boiler
yang ada.
2.Setelah itu signal tadi diinvert dibuat dua cabang
yang satu ke relay 2 dan satunya ke relay 1. Pada relay 2
signal diinvert sehinnga relay menutup dan proses pengisian
air berhenti. Signal relay 2 ini terhubung dengan rangkaian
katup yang ada sehingga katup menutup saat air berhenti
mengalir
3.Signal yang ke relay 1 menghubungkannya ke simulate
DC signal 2 , simulate DC signal 2 dihubungkan ke integrator
sehingga panas akan terus naik seiring waktu.
4. Setelah sampai pada suhu 1200 C maka signal akan
dihubungkan ke katup dan masuk ke simulate DC signal 3 yang
bernilai negatif sehingga suhu turun sampai pada batas
tertentu lalu naik kembali.
5.Begitu seterusnya
Pada simulasi ini suhu dibawah 800 C maka indikator
akan menunjukkan not ready dan diatas 800 C gas buang siap
digunakan untuk digunakan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA
Hasil pengujian alat kami ditunjukkan dengan tabel antara
suhu dengan tegangan input dibawah ini :
SUHU(celcius) TEGANGAN (volt)
26 0.25927 0.26928 0.27929 0.28930 0.29931 0.30932 0.31933 0.32934 0.339
35 0.34936 0.35937 0.36938 0.37939 0.38940 0.39941 0.40942 0.41943 0.42944 0.43945 0.44946 0.45947 0.46948 0.47949 0.48950 0.49951 0.50952 0.51953 0.52954 0.53955 0.54956 0.55957 0.56958 0.57959 0.58960 0.59961 0.60962 0.61963 0.62964 0.63965 0.64966 0.65967 0.66968 0.67969 0.68970 0.69971 0.70972 0.71973 0.72974 0.73975 0.74976 0.75977 0.76978 0.779
79 0.78980 0.79981 0.80982 0.81983 0.82984 0.83985 0.84986 0.85987 0.86988 0.87989 0.88990 0.89991 0.90992 0.91993 0.92994 0.93995 0.94996 0.95997 0.96998 0.97999 0.989100 0.999
TABEL 1 suhu vs tegangan
Sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan suhu linier
dengan kenaikan tegangan. Dan untuk software labview
hasilnya seperti berikut :
Gambar 4.26 Simulasi not ready
Pada saat suhu 50 0 C indikator masih menunjukkan kondisi
not ready.
Gambar 4.27 simulasi ready
Pada saat suhu mencapai 800 C maka indikator akan menunjukkan
bahwa gas buang ”ready” untuk digunakan.
Gambar 4.28 simulasi buka katup
Pada saat suhu lebih 1200 C maka katup akan membuka dan
suhu akan turun sampai 1110 C dan suhu akan naik lagi begitu
seterusnya. Indikator akan tetap menunjukkan ready. Dapat
dikatakan bahwa aplikasi labview nya berjalan dengan baik
VI. KESIMPULAN
1. Aplikasi sistem monitoring dan controlling gas buang
untuk cogeneration ini sangat berguna untuk efisiensi
energi yang saat ini sedang dilakukan oleh semua
kalangan.
2. Dengan menggunakan komputer, aplikasi ini dapat
dijadikan salah satu penginderaan jauh pada pembangkit
termal.
3. Dari sisi software maupun hardware dapat dikatakan alat
ini bekerja dengan baik.
4. Aplikasi ini dapat menjadi pendorong untuk munculnya
aplikasi-aplikasi lain di dalam efisiensi energi
khususnya teknologi cogeneration itu sendiri.