sensi Hijrah - E-Library STIDKI Ar-Rahmah

44

Transcript of sensi Hijrah - E-Library STIDKI Ar-Rahmah

02 Majalah Ibadurrahman

Edisi #12 03

Salam

Oleh : Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Hijrah berarti berpindah dengan mening-galkan suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Atau berubah dengan

meninggalkan suatu kondisi tertentu yang dinilai buruk untuk menuju kondisi lain yang baik atau lebih baik.

Di dalam Islam, dari aspek pengertian, hijrah memang terbagi menjadi dua macam:

Pertama adalah hijrah hissiyyah (hijrah fisik dengan berpindah tempat) yang meliputi hijrah dari darul khauf (negeri/tempat yang tidak aman dan tidak kondusif bagi kaum mus-limin), menuju darul amn (negeri/tempat yang relatif aman dan kondusif).

Makna inilah yang lebih dominan saat istilah atau kata hijrah disebutkan. Dimana contoh utamanya apalagi kalau bukan hijrah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan para sahabat ra. dari kota Mekkah ke kota Madinah pada akhir tahun ketiga belas dan awal tahun keempat belas kenabian.

Lalu yang kedua diantara dua macam hi-jrah tersebut adalah hijrah ma’nawiyyah (hijrah nilai). Yakni hijrah dengan arti meninggalkan nilai atau kondisi jahiliyah (yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai dan syariah Islam), untuk berubah menuju nilai-nilai atau kondisi-kondisi yang sesuai dan selaras dengan ajaran agama Islam.

Baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq, pemikiran dan pola pikir, muamalah, pergaulan, cara hidup, maupun aspek-aspek diri dan kehidupan lainnya sesuai dengan tuntutan keimanan dan konsekuensi keislaman.

Jika hijrah hissiyyah bersifat sangat kondisional dan situasional, serta harus sesuai dengan syarat yang sangat ketat, maka hijrah ma’nawiyah tidaklah demikian. Melainkan bersifat mutlak dan permanen, serta sekaligus

merupakan syarat dan landasan bagi pelaksa-nanan hijrah hissiyyah.

Sehingga, dengan demikian, hijrah ma’nawiyyah inilah yang sebenarnya merupa-kan hakekat dan esensi dari perintah dan syari-ah hijrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Seorang muslim itu ialah orang dimana orang-orang muslim lain bisa aman dari gangguan lesan dan tangannya. Sedangkan seorang muhajir (yang berhijrah) dialah orang yang meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Dan kunci utama dari hijrah ma’naw-iyyah ini ada pada kata perubahan! Ya, se- seorang ketika telah berikrar syahadat dan menyatakan diri telah beriman dan berislam, maka ia harus langsung ber-hijrah ma’nawiyyah ke arah perubahan total secara islami sebagai konsekuensi.

Demi mewujudkan karakteristik shibghah rabbaniyah/pembentukan pribadi muslim sesuai kehendak Allah secara syar’i (QS Al-Baqarah: 138), dan dalam rangka memenuhi tuntutan kewajiban berislam secara kaffah/menyeluruh (QS Al-Baqarah: 208).

Namun penting dipahami dan diingat bahwa, menunaikan kewajiban hijrah ma’naw-iyyah menuju totalitas keberislaman secara kaf-fah ini, mutlak harus dibangun di atas minimal tiga pondasi utama. Yaitu aqidah dan keimanan yang kokoh, ilmu dan pemahaman keislaman yang benar serta tertata dan kesungguhan up-aya yang dilakukan mengikuti prinsip pentaha-pan (tadarruj) secara syar’i.

Semoga kita semua bisa menjadi pribadi muslim pemilik kejujuran motivasi dan kesung-guhan komitmen untuk selalu berhijrah menuju Allah Ta’ala, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa-sallam dan Islam. Amin.

sensi Hijrah

E...................................................................................................................

...................................................................................................................

04 Majalah Ibadurrahman

Daftar Isi

03 .............................. Salam06 .............................. Hikmah08 .............................. Serambi10 .............................. Bilik Islam22 .............................. Profil24 .............................. Konsultasi Syariah26 .............................. Psikologi Islam28 .............................. Keluarga Sakinah30 .............................. Tanya Dokter31 .............................. Pengembangan Diri35 .............................. Agenda Stidki39 .............................. Ta’awun40 .............................. Tazkiyah42 .............................. Islamuna

DAFTARISI

Kajian UtamaGaya Hidup Hijrah, Gaya Hidup Kaum Milenial

11

Edisi #12 05

Redaksi

Majalah IBADURRAHMAN STIDKI Ar-Rahmah

Dewan Pembina : Ust. Muhammad Shaleh Drehem, Lc. Ust. Agung Cahyadi, MA.Dewan Pengurus : Ust. Yasir Salim Basyrewan

Manajemen Pelaksana :Ketua (Rektor) : Ust. Ahmad Mudzofar Jufri, MA.Pembantu Ketua I : Ust. Fathurrahman MS, Lc., MA, M.Ed.Pembantu Ketua II : Ust. Moch Herma Musyanto, S.Si.Pembantu Ketua III : Ust. Ahmad Faiz Khudlari Thoha, S.Si., M.M. Al-Hafidz.Pembantu Ketua IV : Ust. Ahmad Habibul Muiz, Lc.Ketua Lembaga Penjaminan Mutu : Ust. Shobikul Qisom, M.Pd.

Pemimpin Redaksi : Muhammad Al Farobi, S.Hum.Redaktur Pelaksana : Wirawan Dwi P.Wartawan : Astari YD, Agitha F.Fotografer : Wirawan Dwi P.Editor : Ilham P.Layout/Desain : BreeTim Kreatif : 1001 Media

Dari Masjid ke MasjidWujud Keindahan Masjid Kristal Malaysia

32

Agenda STIDKIMusabaqah Thullabiyah Marakkan Isra Miraj STIDKI Ar-Rahmah

34

06 Majalah Ibadurrahman

Hikmah

Meski haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, dan telah diwajibkan bagi umat Islam pada 6 Hijriyah, namun

umat Islam waktu itu belum benar-benar bisa menunaikan ibadah haji karena pada saat itu, Makkah masih dikuasai kaum Musyrik. Barulah setelah Makkah berhasil dikuasai (Fath Makkah) dari kaum musyrik pada 12 Ramadan 8 H, umat muslim dapat melaksanakan ibadah haji.

Meskipun demikian, Rasulullah baru mengerjakan haji pada tahun ke 10 H bersa-ma 100.000 sahabat, yang disebut haji Wada’ (perpisahan), dan tiga bulan kemudian disusul dengan wafatnya Rasulullah. Diketahui, prioritas ibadah sosial Rasulullah-lah yang menyebabkan

beliau tak kunjung melaksanakan haji.

Sesudah Rasulullah hijrah dan menetap di Madinah, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang menyebabkan Rasulullah tidak kunjung menunaikan haji, diantaranya pertama, jihad fi sabilillah, yakni perang melawan orang-orang yang meneror dan menzalimi beliau sejak sebe-lum hijrah, ketika masih tinggal di Makkah.

Kedua, karena saat peperangan banyak para shahabat yang gugur sebagai syuhada, akibatnya banyak janda dan anak yatim yang terlantar. Dan Rasulullah lebih mengutamakan menyantuni para janda dan anak yatim daripa-da berhaji dan berumrah.

Haji, Ibadah yang Tak Perlu Dilakukan Berkali-kali

Edisi #12 07

Hikmah

Ketiga, setelah Rasulullah menetap di Madinah, banyak sahabat yang belajar langsung dari beliau dan tinggal di al-Shuffah, salah satu ruangan di Masjid Nabawi. Menurut Muham-mad Mustafa Azami, Perguruan al-Shuffah ini merupakan perguruan tinggi pertama dalam Islam, dengan jumlah sahabat yang sangat banyak dan fluktuatif. Para sahabat ini rata-rata ada 400 orang dan tidak punya apa-apa kecuali badan mereka sendiri. Sehingga Rasulullah sendirilah yang setiap hari memberi makan mereka.

Ini berarti, dalam rentang waktu dua tahun, sebenarnya Rasulullah mempunyai kes-empatan untuk beribadah haji, tetapi Rasulullah hanya melaksanakannya sekali seumur hidup, berbeda dengan yang dipahami oleh umat Islam saat ini, khususnya di Indonesia.

Fenomena ibadah haji yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam adalah salah satu masalah tentang kristalisasi teks menjadi konteks yang terkadang tidak pada tempatnya. Jumlah jamaah haji yang tiap tahun di atas dua ratus ribu, sekilas menggembirakan. Namun bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian jamaah haji sudah berhaji lebih dari sekali bahkan berka-li-kali. Seakan ibadah haji telah menjadi sebuah gerakan sosial yang menjadi keharusan, tanpa peduli kontribusi apa yang akan diberikan.

Masyarakat pergi haji berulang kali di tengah kondisi banyaknya anak yatim terlantar, puluhan ribu tuna wisma akibat bencana alam, banyaknya orang yang sulit mencari sesuap nasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, men-yantuni mereka adalah lebih utama dilakukan daripada naik haji berulang kali. Tindakan ini, oleh Rasulullah, dijanjikan surga dan kelak hidup berdampingan bersama beliau.

Menyantuni anak yatim dan orang yang tidak mampu termasuk ibadah muta’addiyah, yakni ibadah sosial yang manfaatnya dapat dirasakan pelakunya dan juga orang lain. Sedangkan ibadah haji adalah ibadah individual atau qashirah yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya. Nabi hanya menjanjikan surga untuk ini, tanpa janji berdampingan bersama beliau. Itu pun bila hajinya mabrur.

Janji Rasulullah tersebut membuktikan bahwa ibadah sosial lebih utama dibanding ibadah individu. Maka dari itu, tentu kita perlu mempertanyakan, apakah fenomena pelaksa-naan haji saat ini lebih berorientasi pada kes-alehan individu atau juga mencakup kesalehan sosial.

Perintah menunaikan haji dipaparkan melalui ayat-ayat Alquran Surat Al-Hajj ayat 27, Ali Imran ayat 97, Al-Baqarah ayat 158, dan ayat 196-197. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta‘ala tidak pernah mengung-kapkan ibadah haji dalam kalimat perintah. Begitu juga tentang intensitas ibadah haji yang harus dilaksanakan oleh tiap muslim. Alquran ti-dak menyebutkan berapa kali ibadah haji harus dilaksanakan.

Informasi yang disampaikan Alquran hanyalah sebatas sulitnya ibadah haji untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari redak-si Alquran Surat Al-Hajj ayat 27. Selain itu, informasi mengenai haji yang dijanjikan balasan surga bagi yang melaksanakannya ini hanya bagi yang berhasil meraih predikat haji yang mabrur.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengartikan mabrur dengan amalan sosial yang membuktikan bahwa manusia secara kodrati selalu membutuhkan uluran tangan orang lain atau sering disebut dengan zoon politicon. Kon-sep inilah yang sebenarnya diharapkan Rasulul-lah dari seseorang usai melaksanakan ibadah hajinya. Hal tersebut tercermin dari hadis Rasulullah dalam Kitab Musnad Ahmad: 14055.

“Telah bercerita kepada kami Abdu-shshamad telah bercerita kepada kami Mu-hammad bin Tsabit telah bercerita kepada kami Muhammad bin Al Munakdir dari Jabir berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bers-abda: ‘Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya surga,’ Mereka bertanya, ‘Wahai Nabiyulloh apa itu haji yang mabrur?’ (Rasulullah) bersabda: ‘Memberikan makanan dan menyebarkan salam.’”

Selain itu, makna mabrur menurut Alqu-ran, dilihat dari asal katanya membawa pada konsep interaksi sosial-kemasyarakatan. Esensi ini berada pada garis yang sama dengan apa yang disampaikan Rasulullah melalui hadis yang disampaikan sebelumnya, yakni mabrur dengan kesalehan sosial.

Oleh karena itu, penting diketahui bahwa sebenarnya misi haji adalah misi sosial. Sempurnanya haji bukan karena dilaksanakan berulang kali, tetapi lebih pada efek yang timbul sepulang dari haji kepada masyarakat di sekitarnya. (nin)

*Dari penelitian Tafsir Ayat-Ayat Perintah Haji dalam Konteks Ke-Indonesiaan, oleh Lenni Lestari, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

08 Majalah Ibadurrahman

Serambi

Oleh :Ustadz Ahmad Habibul Muiz, Lc

Setiap tahun hijriyah ada satu momentum yang sangat penting bagi kaum muslim-in, yaitu peristiwa hijrah Nabi Shallallahu

‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah, yang kemudian dijadikan sebagai awal penentuan tahun kalender Islam hingga sekarang. Sebuah peristiwa heroik yang dilatarbelakangi perjuangan dakwah Islam kepada kaum Quraisy. Semula dakwah dilaku-kan secara sirriyah (tersembunyi), berikutnya -setelah ada perintah- dakwah dilakukan secara jahriyah (terang-terangan). Mulailah saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para saha-

bat menghadapi berbagai ujian dakwah yang datang silih berganti.

Ketika istri Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wasallam Khodijah dan pamannya Abu Tholib masih hidup, keduanya memiliki posisi strategis dalam membela dawkah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun sepeninggal keduanya -pada tahun yang sama dan dikenal dengan tahun kesedihan-, sikap kaum Quraisy terhadap Nabi dan kaum muslimin di Mekah semakin keras dan tidak terkontrol. Beragam jenis penin-dasan dan tindakan intimidatif dilakukan oleh

ENERGIHIJRAH

Edisi #12 09

Serambi

mereka hatta embargo sosial dan ekonomi pun dijalankan terhadap kaum muslimin dengan harapan agar dakwah Islam tidak berkembang dan lambat laun akan hilang dan sirna. Namun setelah peristiwa hijrah berlangsung, dakwah Islam di Madinah secara struktural dan kultural justru mengalami perberkembangan yang san-gat signifikan, menjadi kekuatan yang kokoh ditakuti dan disegani oleh siapapun. Situasi ini dikhawatirkan akan berkembang menjadi an-caman serius bagi eksisensi paham paganisme (kesyirikan) arab Qurasiy dan sekutunya di masa yang akan datang.

Penggalan historika di tidak hanya untuk dikenang, tetapi menjadi pesan penting bagi kaum muslimin dimanapun agar melakukan instrospeksi diri utamanya berkaitan dengan spirit keimanan dan jihad. Dua spirit inilah yang saat ini sangat urgen untuk digelorakan dan diaktualisasikan kembali di tengah-tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi yang cenderung bebas nilai. Mengapa ?, karena tan-pa spirit yang benar seseorang akan kehilangan gairah dalam sebuah perjuangan.

Membaca peristiwa hijrah tidak cukup hanya dengan perspektif sejarah ansih. Tetapi spiritualitas keimanan menjadi kata kunci agar aktualisasi dan kontekstualisasi makna hijrah di era saat ini dapat dirasakan. Sekilas pemaknaan hijrah terkesan klasik dan usang karena peris-tiwanya sudah berlagsung empat belas abad yang lalu. Namun nyatanya setiap kali momen-tum hijrah menghampiri kita, setiap kali itu pula kaum muslimin mendapatkan energi baru utk meneguhkan kembali identitas keimanan dan spiritualitas hijrahnya serta menemukan kembali semangat jihadnya menghadapi berbagai tanta-ngan kehidupan yang menjauhkan dirinya dari jalan yang benar.

Hijrah memiliki dimensi makna dan pesan yang luas. Seluruh dimensinya tidak akan lepas dari spirit perbaikan yang konstruktif dan semangat perlawanan terhadap segala keburu-kan yang destruktif. Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa hijrah itu ada dua, hijrah secara fisik yaitu pindah dari satu tempat ke tempat lain, serta hijrah secara hati yaitu mengarahkan ketaatan hatinya kepada Allah dan rasulNya, dan inilah hijrah yang sesungguhnya. Demikian halnya menurut ‘Iz bin Abdis Salam, salahsatu makna hijrah adalah meninggalkan dosa dan kemaksiatan.

Salah satu ayat tentang hijrah terdapat pada QS. Al-Baqarah 2:218). Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu

mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat di atas memiliki petunjuk keaba-dian, menjadi arah dan pedoman bagi umat Islam sampai kapanpun. Bahwa Iman kepada Allah harus mendasari samangat hijrah, dan hijrah harus dilakukan dg sungguh-sungguh di jalanNya. Jadi tiga kata Iman, Hijrah dan Jihad memiliki rangkaian makna akumulatif. Menjadi panduan bagi seseorang yang ingin merevolusi diri menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Dewasa ini ‘hijrah’ sudah menjadi salahsatu kata yang cukup femilier terdengar di telinga banyak orang. Menjadi ungkapan yang menandai saat seseorang ingin berubah men-jadi lebih baik lagi. Tak hanya dalam konteks perubahan pribadi dan interaksinya secara sosial (hablun minan naas), tetapi juga dalam hubun-gannya dengan Tuhan (hablun minallah).

Memang hijrah bukanlah sesuatu hal yang mudah. Dalam berhijrah seseorang biasannya akan dihadapkan pada rintangan dan godaan yang akan menghadang dalam prosesn-ya. Seseorang yang berhijrah harus memulainya dari motivasi yang tulus, semangat yang kuat, optimistik mengharap rahmat Allah, tidak pesi-mistik dengan masa lalu yang kelam. Menyadari bahwa pilihannya mengandung risiko, lalu bersabar melalui tahapan proses hijrah dengan benar. Bersungguh-sungguh meninggalkan yang mungkar, berikhtiar menciptakan lingkun-gan yang kondusif atau bergabung dengan komunitas jamaah yang soleh menjadi bagian penting menjaga keisiqomahan hati. Dan tidak pernah lupa sedikitpun untuk berdoa me-minta hidayah dan maunah kepada Allah agar hidupnya dibimbing dalam kebenaran mencari ridhoNya.

Masih ada di sebagian masyarakat yang bersikap sumir ketika mendengar saudaranya berhijrah, lalu memandangnya dengan sinis dan curiga, seakan-akan tidak memberi ruang dan kesempatan bagi orang berhijrah untuk mem-perbaiki diri. Tidak seharusnya lah bersikap de-mikian. Yang dibutuhkan mereka yang berhijrah adalah apresiasi dan support yang tinggi dari kita semua, agar mereka berubah menjadi lebih baik. Namun demikian bagi oyang sudah men-yatakan berhijrah hendaknya tidak main-main dan laluilah proses ini dengan benar dan penuh kesungguhan. Karena hijrah itu sendiri memang sebuah proses yang tidak sebentar. Bagi yang bersungguh-sungguh berhijrah insyaAllah end-ingnya akan memberi energi positif, keberkahan yang melimpah serta kebahagiaan yang tidak akan terlupakan. Semoga…

10 Majalah Ibadurrahman

Melakukan salat sunah ternyata memiliki banyak keutamaan, karena salat sunah nantinya akan menjadi penyempurna

dari ibadah wajib yang dilakukan oleh seorang hamba.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya amalan yang perta-ma kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka beruntung dan selamatlah dia. Namun, jika rusak, maka merugi dan celakalah dia. Jika dalam salat wajibnya ada yang kurang, maka Rabb yang maha suci dan maha mulia berka-ta, ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki salat sunah.’ Jika ia memiliki salat sunah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh salat sunah tadi. Kemudian dihisablah seluruh amalan wajibnya sebagaimana tadi.”

Macam Salat Sunah Rawatib

Dilansir dari muslim.or.id, Ustadz Mu-hammad Abduh Tuasikal menjelaskan bahwa salat sunah ada dua bagian, yaitu Muthlaqah dan Muqayyadah. Muthlaqah adalah yang dikenal dengan sunah rawatib, yaitu yang dikerjakan sebelum dan sesudah salat wajib. Ia terdiri dari dua bagian, muakkadah(yang sangat dianjurkan) dan ghairu muakkadah (tidak dian-jurkan).

Pertama, salat sunah muakkadah yang ada sepuluh raka’at. Dari Ibnu

Bilik Islam

‘Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Aku ingat sepuluh raka’at dari Nabi shallal-lahu ‘alaihi wa sallam: dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya. Dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya, serta dua rakaat sebelum shalat Subuh. Pada saat itulah Nabi tidak mau ditemui. Hafshah radhiyallahu ‘anhuma menceritakan padaku bahwa jika muadzin mengumandangkan adzan dan fajar (yang kedua) telah terbit, beliau salat dua raka’at.”

Kedua, salat sunah ghairu muakkadah, dua raka’at sebelum salat Ashar, Maghrib, dan Isya. Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyalla-hu anhu, Rasulullah bersabda, “Di antara dua adzan (antara adzan dan iqamat-ed.) ada salat, di antara dua adzan ada salat.” Kemudian be-liau berkata pada kali yang ketiga, “Bagi siapa saja yang menghendakinya.”

Salat sunah menjadi ibadah yang tak kalah penting. Karena, dengan melakukan salat ini berbagai syafaat di akhir hari bisa didapat-kan. Salah satunya sebagai penyempurna salat wajib.(ipw)

Shalat Rawatib Penyempurna yang Wajib

Edisi #12 11

Kajian Utama

Gaya Hidup Hijrah, Gaya Hidup Kaum Milenial

Kajian Utama

12 Majalah Ibadurrahman

Gaya hidup hijrah semakin menjamur di Indonesia. Artis dan public figure hijrah menjadi salah satu pemicunya. Gaya

hidup islami ini ternyata tak seluruhnya disikapi postitif. Cibiran dan tuduhan bergantian. Mulai radikalisme sampai tuduhan menjadikan hijrah sebagai komoditas yang menguntungkan material.

Hijrah, kini tak hanya milik personal, namun komunal. Ia tak hanya yang mengubah gaya berpakaian, namun gaya hidup secara keseluruhan. Tak hanya marak di dunia nyata, di dunia maya pun semarak. Di media social, bahkan lebih gencar.

Berhijrah merupakan fenomena sosial yang menarik untuk dicermati. Ratusan bahkan ribuan generasi muslim militant, tiba-tiba saja seperti dilahirkan. Tak sedikit seseorang yang dalam waktu singkat bertranformasi menjadi lebih islami.

Fenomena Hijrah Kalangan Artis

Selama 2018, fenomena hijrah banyak direpresentasikan oleh kalangan selebritas. Hal ini ditandai dengan perubahan penampilan dan performa keseharian yang lebih syar’i diband-ingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Perubahan penampilan tersebut ditandai dengan perubahan pada tata cara berbusana, seperti penggunaan hijab dan busana yang lebih syar’i bagi artis wanita. Sedangkan bagi pria, perubahan paling menonjol terlihat dari tata model celana yang kian meninggi di atas mata kaki, memelihara jenggot, dan penghapu-san tato.

Beberapa nama aktris mendeklarasikan hijrah mereka melalui hijab yang digunakan, an-tara lain Fenita Arie, Kartika Putri, Tika Bravani, Tantri ‘Kotak’, Cacha Frederica, Zaskia Sungkar, Shiren Sungkar, Herfiza, Dewi Sandra dan Ratu Anandita.

Sementara di kalangan selebritas pria, juga tak kalah banyak, yaitu Teuku Wisnu, Arie Untung, Dimas Seto, Ricky Harun, Irswansyah dan masih banyak lagi artis yang memutuskan untuk berhijrah.

Perubahan penampilan para selebritas tersebut juga disertai dengan tingkah laku dan aktivitas sehari-hari yang semakin tertata. Tak jarang, komunitas-komunitas pegiat hijrah menggelar beragam kegiatan yang bernuansa religi mulai dari pengajian, bakti sosial, hingga

budaya-budaya populis lainnya. Yang mencengangkan, kegiatan yang

dibuat artis-artis hijrah itu, terbukti bisa meng-hadirkan puluhan ribu generasi milenial meski dengan berbayar.

Mualaf Menjadi Pilihan Artis Mencapai Ketenangan Hati

Selain banyak artis yang memutuskan untuk berhijrah, adapula artis yang memutus-kan untuk berpindah agama Islam (Mualaf). Yang ramai dibicarakan beberapa waktu lalu adalah Deddy Corbuzier, ia mengaku sudah

Edisi #12 13

Kajian Utama

lama mengenal dan tertarik untuk mendalami Islam. Ketertarikannya dilihat dari hubungan persaudaraan yang ada di Islam, begitu indah seolah tidak pernah dapat dipisahkan.

Memutuskan untuk berpindah agama bukan-lah suatu perkara yang mudah. Setiap orang tentu punya cara sendiri untuk meyakini suatu agama yang akan dianutnya. Selain Deddy, sebelumnya sudah banyak kalangan selebritas Tanah Air yang mengucapkan kalimat syahadat, antara lain ada Roger Danuarta, vokalis band Saint Loco Muhammad Berry Al Fatah, Sandy Tumiwa, aktor lawas Ray Sahetapy, dan lain sebagainya.

Sama halnya dengan Deddy, yang belakangan ini menjadi sorotan adalah Roger Danuarta yang juga memiliki cerita istimewa di balik keputusannya menjadi mualaf. Publik figur yang pernah terlibat dalam kasus narkoba tersebut, mengaku tersentuh kepada teman-teman dekatnya yang menganut agama Islam.

Setelah menjalani rehabilitas, Roger muncul membawa angin baru bagi kehidupannya. Ia memutuskan memeluk agama Islam. Dan bela-jar dari hal-hal mendasar, seperti belajar shalat, hadir dalam pengajian, dan menjaga tingkah laku sesuai anjuran Allah subhanahu wa ta’ala. Dari perubahan tersebut, ia merasakan hidup baru yang damai dan tenang.

Pria Bertato juga Berhijrah

Selain dari kalangan artis, banyak pula orang biasa yang mendapatkan hidayah untuk berhijrah. Yang tadinya berperilaku buruk kemudian memperbaikinya. Sama halnya den-gan kisah hijrah pria bertato, Roni Bodax yang mencuri perhatian publik.

Roni Bodax adalah pria berumur 23 tahun yang seluruh tubuhnya dipenuhi dengan tato, bahkan mata sebelah kirinya pun juga di tato. Kini, Roni Bodax, meski dengan penampi-lan menyeramkan, ia kini lebih pas disebut dengan pendakwah. Roni tak hanya hijrah, ia juga berdakwah.

Roni berdakwah dengan menghampiri preman-preman bertato di tepi jalan. Uniknya, Roni mengajak preman untuk bertaubat dengan cara yang sangat halus, yaitu dengan mengajak para preman untuk nongkrong di depan masjid. Hal itu untuk merubah pola pikir para preman secara perlahan tentang sholat.

Memutuskan untuk berhijrah tentu tidak mudah. Bagi sebagian orang terkadang masih bingung harus memulai dari mana untuk berubah ke arah yang lebih baik. Meskipun hati sudah memiliki niat untuk berhijrah, ada saja halangan yang membuat hati goyah.

Orang-orang yang hijrah ini, tentu saja butuh dukungan berbagai pihak untuk menguatkan diri dan lingkungan. Cibiran dan tuduhan kepada mereka tentu tak pernah men-jadi hal baik dalam perkembangan dakwah. Ia akan menjadi paku yang mengempeskan ban. Ia akan menjadi duri dalam perjalanan. Doa, dukungan dan nasihat tentu lebih menguatkan. (Gth)

Kajian Utama

14 Majalah Ibadurrahman

Hijrah bukan lagi hal yang baru di jaman sekarang, banyak orang yang berbon-dong-bondong keluar dan mening-

galkan dunia kelam menuju pada dunia yang terang. Ternyata, hal itu merupakan kebutuhan dasar pada diri seseorang untuk menjadi lebih baik.

Hijrah menurut bahasa arab artinya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mempertah-ankan agama Islam. Sedangkan hijrah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala menurut Ustadz Muhammad Shaleh Drehem, Lc adalah hijrah dari kehidupan yang buruk menuju kehidupan yang baik dan harus menata dengan niat, yang tadinya ikhlas menjadi ikhlas.

“Hijrah itu adalah menata hati dan menata dunia, dan yang kedua adalah perjuan-gan. Sekarang ini saatnya kita hijrah dari niat yang tidak ikhlas menjadi ikhlas, yang tadinya tidak mau ke masjid, jadi semangat berangkat ke masjid, yang tadinya buka-bukaan aurat, kita akhirnya berniat menutup aurat. Kembali kepada fitrahnya, kepada agama yang benar.” ungkap Ketua IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Jawa Timur itu.

Hijrah Tergantung Niat

Di dalam Islam, semua amalan tergan-tung dari niatnya. Jika seseorang berhijrah pu-

nya niatan akan mendapatkan pujaan hatinya, maka hanya itu yang ia dapatkan. Jika niatnya hijrah agar mendapatkan keuntungan duniawi, maka di situ pula dia akan berlabuh.

Guna memperjelas pemahaman ini, dikutip dari sebuah hadits yang dinarasikan oleh Umar Ibnu Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (Hadis Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

“Jadi ayo, tata hati untuk berhijrah karena Allah subhanahu wa ta’ala bukan kare-na siapa-siapa. Yang paling utama yang harus diperbaiki adalah niat, niat dan niat. Setelah itu baru belajar, belajar bagaimana hijrah yang baik itu, Jangan sampai berbenturan dengan Syariah,” tutur Ustadz Shaleh.

Ketenangan dari Berhijrah

Kini hijrah telah menjadi fenomena banyak orang. Memutuskan untuk berhijrah dan menekuni Islam lebih dalam membuat orang merasakan ketenangan dalam hidupnya.

Hijrah Itu, Kebutuhan Dasar Manusia

Edisi #12 15

Kajian Utama

Pindah atau hijrah bisa menjadi sebuah solusi permasalahan kehidupan, terutama rezeki, yang selalu menghimpit kehidupan banyak manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an.

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang ban-yak.” (Quran Surat an-Nisa’: 100)

Dari ayat di atas, mendorong umat Muslim untuk menuju jalan hijrah. Selain itu juga karena kebanyakan orang sudah mera-sakan kejenuhan akan kehidupan yang serba menghalalkan segala cara dalam hal keburukan. Sehingga fitrah dasar dalam dirinya muncul untuk mendorong mereka melakukan hijrah menjadi lebih baik.

Fenomena Hijrah

Fenomena hijrah sendiri bukan han-ya sedang trend di Indonesia saja, namun di negara lain juga banyak orang yang memutus-kan untuk berhijrah. Bukan pula dari kalangan artis terkenal saja, orang bisa pun juga banyak yang mulai berhijrah. Hijrah mencari dunia yang sesuai dengan tuntutan Allah subhanahu wa ta’ala.

“Ini mungkin cara Allah subhanahu wa ta’ala untuk mempercepat perkembangan dakwah di dunia ini. Orang-orang yang berhi-jrah harus kita apresiasi, kita sambut menjadi

gerakan kehidupan kita saat ini. Berhijrah dari sesuatu yang tidak benar menuju benar, dari negatif menuju positif,” ujar Ustadzz Shaleh

Bagi sebagian orang, berhijrah memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, ada saja halangan yang membuat hati goyah. Oleh sebab itu, Seseorang yang akan berhijrah ke gaya hidup lebih islami, menurut Pembina STIDKI Ar Rahmah itu, harus senantiasa menata niat dan mencari lingkungan yang baik yakni berkawan dengan orang-orang sholeh. Hal itu agar dapat selalu mendapat dukungan dan dorongan dalam menguatkan keimanannya.

Jangankan yang baru berhijrah, yang su-dah kokoh saja kalau iman sedang turun maka akan hijrah juga atau kembali ke jaman jahiliyah dan melakukan hal buruk. Ada juga yang hijrah dari yang baik menuju tidak baik. Sehingga menambah ilmu dengan belajar itu sangat diperlukan, misalkan saja pergi ke pengajian dari satu amsjid ke masjid yang lain.

“Berkawanlah dengan orang baik, kare-na akan membawa pada kebaikan pula dengan saling mengingatkan untuk beribadah ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala, tinggal setelah itu, belajar yang serius, sehingga apapun agama ini jika berangkat dari ilmu, dari belajar dan tidak ikut-ikutan, itu akan lebih punya makna di mata Allah subhanahu wa ta’ala, dan ibadahnya pun lebih berbobot. Tidak hanya sekadar ikut. Tapi juga mau mendalaminya dengan menata niat dan belajar,” jelasnya. (Gth)

16 Majalah Ibadurrahman

Kajian Utama

Dimensi SpiritualMembuat ManusiaTerpanggil Hijrah

Edisi #12 17

Kajian Utama

Jalan hijrah yang dipilih seseorang memiliki penjelasan secara psikologis. Hal tersebut ternyata memiliki korelasi dengan keadaan

dalam diri manusia yang memiliki suatu doron-gan untuk berubah dan berkembang ke arah lebih baik.

“Manusia sendiri ingin menjadi sosok yang lebih baik dari waktu ke waktu,” papar Nurul Hidayati, M.Psi, Psikolog yang juga Dosen Psikologi di Universitas 17 Agustus Surabaya itu.

Manusia memiliki berbagai dimensi da-lam dirinya, seperti fisik, kognitif, sosial, emosi, dan spiritual. Saat seseorang memutuskan untuk berhijrah, lanjut Nurul, maka akan ada perubahan terjadi di berbagai dimensi dalam dirinya. Dan dalam hal ini, yang paling mu-dah dilihat, tentu saja perubahan secara fisik, “Misalnya seorang laki-laki yang memutuskan berhenti minum minuman beralkohol, atau seo-rang perempuan yang memutuskan menutup aurat dengan berjilbab.”

Dimensi psikologis individu yang memu-tuskan berhijrah memiliki sifat yang dinamis, bukan statis. Hal yang mendorong pun bisa ber-variasi. Ada yang lebih ke sisi internal, seperti merasakan dorongan berhijrah sebagai panggi-lan ilahiah yang memberikan makna ketuhanan dalam dirinya, atau seseorang yang merasa lelah dan jauh dari Tuhannya, dan merasakan dorongan spiritual untuk mendekati Rabb-nya, melalui tindakan berhijrah tersebut.

“Sedangkan dorongan yang bersifat eksternal, antara lain karena tuntutan figur-figur otoritas yang berpengaruh pada diri seseorang, seperti orang tua, guru, atau, bahkan pas-angan,” tambah Nurul.

Selain perubahan dimensi fisik yang mudah dilihat, dalam diri manusia juga memiliki dimensi ketuhanan atau sisi spiritual yang melekat yang tentunya juga berpengaruh ketika seseorang berhijrah. Dalam Islam, hal ini disebut sebagai fitrah. Dimensi spiritual inilah yang pada titik-titik tertentu pada perjalanan hidup, membuat manusia yang kadang terlupa oleh sisi spiritualnya terpanggil. Dimensi ini membuat panggilan agar manusia kembali pada fitrah kebaikan.

Saat mengawali sesuatu yang baru,

termasuk ketika memutuskan berhijrah atau menapaki jalan atau pilihan yang lebih baik, tentunya adalah hal yang tidak mudah. Dalam mempertahankan untuk terus berada dalam pilihan baru yang lebih baik akan terus memba-wa pada tantangan-tantangan baru yang tentu tidak semakin mudah. “Apalagi kalau dalam diri kita, pergolakan atau badai internal belum juga reda, sedangkan support group atau penguku-han eksternal tidak cukup kuat,” ungkap Nurul.

Ini yang menyebabkan seseorang, dalam prosesnya berhijrah, bisa jadi tidak mampu melalui badai dan gejolak tersebut, hingga tergoyahkan keputusannya. “Sehingga justru seseorang set back, dan berbalik arah.”

Memang tantangan terberat seseorang yang berhijrah yakni bagaimana ia mampu istiqomah. Karena itu, menurut Nurul, dua sisi tersebut, baik internal maupun eksternal yang sebenarnya juga saling berkaitan, perlu dikokohkan. Dari sisi internal, individu perlu untuk terus memperkuat makna hijrah yang dilakukannya, dan dalam hal ini perlu semakin mendekat pada Rabb-nya.

Dari sisi eksternal, individu juga per-lu memperkuat support group-nya, memilih orang-orang yang positif untuk berada di lingkaran terdekatnya. Sampai di titik dia telah cukup kuat untuk berbaur kembali dengan sia-pa pun, tanpa perlu cemas akan terpengaruh.

Hijrah, yang kemudian dalam konteks kekinian menjadi sesuatu yang meski tetap positif, namun sekaligus menjadi tren dan mendapat banyak sorotan, terutama hijrah yang kebetulan menyangkut tokoh masyarakat atau public figure, memang mau tidak mau menjadi lebih menantang bagi kita.

“Bagi individu yang ingin berhijrah, tren hijrah menjadi kesempatan dan penguat yang lebih untuk kita dapat berhijrah. Hal ini jadi tekanan eksternal yang baik tentunya,” imbuh Nurul.

Namun tetap saja, tren berhijrah yang menjadi amat wajar di era digital seperti saat ini perlu diwaspadai. Akan ada risiko yang lebih tinggi, dari sekadar set back dan berbalik arah apabila tidak disertai pemaknaan dan upaya pemantapan langkah secara lebih baik lagi. (nin)

18 Majalah Ibadurrahman

Kajian Utama

Konteks budaya populer yang diiringi tumbuhnya media sosial dan jaringan internet di Indonesia hari ini ternyata

dapat mengambil peranan dalam pembentukan publik Islam. Komponen penting yang dapat menghadirkan identitas Islam dalam budaya populer ini salah satunya adalah dengan adanya peran dari para selebritas muslim.

Menurut penelitian berjudul Hijrah Milenial: Antara Kesalehan dan Populism dalam jurnal Maarif Vol. 13 No. 1 Juni 2018, dengan hadirnya selebritas di ruang media baru, berarti selebritas selalu memastikan kedekatan dan keintiman cerita pribadi di ruang publik. Keinti-man ini menjadi daya tarik dalam setiap cerita, gambar, dan takarir (caption) yang mereka ung-gah dalam ruang maya, dengan memberi sinyal aksesibilitas (kemudahan mengakses internet).

Ruang maya mampu mengaburkan antara posisi penerima dan pengirim pesan, begitu pula mengenai definisi waktu dan ruang, kontrol dan kebebasan, hingga persoalan priba-di atau publik. Sehingga dalam hal ini, selebritas tidak lagi hanya sebagai style-mediator, tetapi tidak mentup kemungkinan juga berperan sebagai spiritual advisor. Dengan menarik pengikut di media sosial Instagram, para seleb-ritas muslim pun dapat berpotensi membentuk publik Islam mereka sendiri.

Pengertian publik Islam sendiri adalah sekelompok warga yang dapat menunjukkan praktik agama dalam ruang publik. Praktik agama ini pada akhirnya tidak hanya dalam rit-ual, namun juga ekspresi politik, transaksi resmi, aktivitas ekonomi, praktik sosial, dan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Publik Islam ini

juga akan cenderung bersikap positif terhadap implementasi atas hukum Islam atau biasa disebut syariah Islam.

Dalam diskursus agama Islam, kemu-dahan melakukan klik berita berlabel Islam, pengajian daring, termasuk menjadi pengikut setia akun-akun berlabel ustaz atau ulama gaul tidak dapat lagi terelakkan. Informasi mengenai larangan berpacaran hingga informasi menge-nai hijrah sekarang sedang menjadi tren kaum muda urban karena tersaji dalam visualitas yang indah, praktis, sekaligus renyah diproduksi dan dinikmati dua generasi, yakni generasi milenial dan generasi Z yang dalam rentang waktu tahun 2015-2025 berada pada usia produktif.

Bermunculan, Ustaz Media Sosial

Dengan menggunakan tampilan dan pakaian masa kini, bahasa ringan, dan atribut-atribut budaya muslim menjadikan label ustaz dan ulama sangat mudah dijumpai dalam media sosial Instagram. Pada akhirnya, visualitas yang menarik, video pendek, takarir motivasi berbuat baik, reproduksi mengenai “ketaatan” dapat mudah dijumpai dalam genggaman tangan. Dari fenomena ini, kemudian muncul pula yang disebut ulama daring (online), yang sekaligus menggeser posisi ulama dari media massa tele-visi dan radio.

Dakwah hijrah di media sosial pada akhirnya dapat dilihat sebagai relasi kuasa, pihak-pihak yang dapat mengimplementasikan marketing branding, dengan seperangkat pesan komunikasi yang menarik dan efisien. Bagaima-na makna hijrah dikonstruksikan kemudian

HijrahnyaSelebritas & Medsos Sebagai MediumDakwah Baru

Kajian Utama

Edisi #12 19

menjadi menarik karena berkaitan dengan wacana agama dan posisi anak muda dalam masyarakat.

Sebagai negara muslim terbesar di dun-ia, industrialisasi pasar Islam di Indonesia tidak dapat terelakkan. Dengan mengelola wacana kesalehan melalui performativitas tubuh yang diunggah secara terus menerus di media sosial, publik Islam dapat terbentuk dengan berbagai tujuan seperti menggaet popularitas yang beru-jung pada keuntungan ekonomi, seperti yang dilakukan selebritas media sosial.

Akhirnya, pada tahun 2018, sebuah acara yang dikenal “HijrahFest” diselenggara-kan seiring dengan semakin berkembangnya fenomena hijrah dan meningkatnya jumlah publik Islam sendiri di Indonesia. Acara yang diprakarsai Arie Untung dan teman-teman sesama selebritas hijrah ini menyajikan berb-agai kajian yang diisi oleh ustaz dan ustazah ternama. Selain itu, acara yang mampu menarik 8.000-10.000 peserta yang datang per harinya ini juga menyediakan beberapa kelas, seperti kelas membaca Alquran, bisnis syariah, hingga kelas ta‘aruf.

Adanya kegiatan ini seolah kuat menan-dai fenomena hijrah di Indonesia. Pemilihan ustaz-ustazah pengisi kajian juga akhirnya mampu mempertemukan publik Islam pada ula-

ma online yang selama ini hanya dapat dilihat melalui media sosial. “Pemilihan ustaz bagaima-na respons masyarakat saja. Karena itu hasil polling. Bagaimana ustaz ini misalnya cuma bisa dilihat di TV atau sosmed, nah ini bisa melihat langsung,” ungkap Arie Untung.

Tidak sembarang mendatangkan ustaz-ustazah dari pilihan masyarakat yang didasarkan pada afisiasi kelompok keagamaan tertentu, para pengisi kajian yang datang pun, ditegas-kan Arie Untung adalah ustaz-ustazah dengan paham keagamaan yang sejalan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Sehingga ini juga akan dapat membantah kesan selebritas muslim yang semata-mata menggaet popularitas yang berujung pada keuntungan ekonomi di balik upaya dakwah dengan hijrahnya, bahwa dak-wahnya sejalan dan materi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, setidaknya bingkai hijrah juga tidak hanya yang dikonstruksikan dan dimaknai dengan menikah muda karena bermunculannya pasangan selebritas yang menjadi pionir nikah muda di media sosial. Tapi potensi besar bagi energi dakwah ke depan untuk saling mengin-gatkan sebagai sesama muslim untuk bersa-ma-sama menjadi muslim yang kaffah. (nin)

20 Majalah Ibadurrahman

Kajian Mahasiswa

Eksistensi kata hijrah kini tak asing lagi ter-dengar. Fenomenanya mewarnai keane-karagaman tren kekinian. Derasnya arus

pergerakan tersebut ditandai dengan banyakn-ya komunitas hijrah yang terus bermunculan.

Hijabers, Yuk Hijrah!, Pemuda Hijrah, One Day One Juz (ODOJ) dan yang lainnya, merupakan contoh diantara puluhan komunitas hijrah. Pergerakannya terjadi dari kalangan mas-yarakat biasa sampai merambah pada artis-artis tersohor yang ikut mewarnai aksi perubahan menuju kebaikan itu di Indonesia.

Penting bagi kita untuk menge-tahui apa makna hijrah sesunggguhnya, apa manfaat hijrah, dan bagaimana bisa istiqomah dijalan hijrah. Supaya hijrah kita tidak sia-sia. Yuk! kita bahas.

Asal kata ‘hijrah’ itu sendiri berasal dari Bahasa Arab yang berarti meninggalkan,

Oleh : Ikmal Nurman Muhammad(Mahasiswa STIDKI Ar-Rahmah)

Jaga Hijrahagar Tetap

Istiqomah

Edisi #12 21

Kajian Mahasiswa

menjauhkan dari, atau bisa berarti berpindah tempat.

Jika dikaitkan dengan konteks sejarah, hijrah terjadi ketika Rasulullah SAW dan para sahabat berpindah dari kota Mekkah menuju kota Madinah dengan tujuan menghindari an-caman dan marabahaya, mencari perlindungan, mendapatkan tempat yang lebih aman, sehing-ga bisa mengembangkan ajaran agama Islam ke penjuru dunia. Bisa dikatakan perpindahan tersebut adalah untuk melakukan perubahan menuju kebaikan.

Maka hijrah berarti perubahan untuk menjadi lebih baik, meninggalkan perbuatan jelek untuk melakukan perbuatan baik dengan tujuan agama. Yang akhirnya semua perubahan itu hanya untuk Allah.

Jadi menggunakan hijab hanya mengikuti tren itu bukan hijrah, memeliha-ra janggut supaya terlihat keren itu bukan hijrah, menggunakan kata Ana, Akhi, Ukhti, karena ikut-ikutan itu bukan hijrah. Ingat ya…

Setelah mengetahui arti hijrah sesung-guhnya, maka kita juga perlu tahu apa saja manfaat yang akan didapat jika hijrah kita benar-benar lillah.

Pertama, akan diberikan keluasan rezeki. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ”Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak …….” (QS an-Nisa’ Ayat 100).

Rezeki bukan hanya berbentuk materi atau uang saja, tapi juga immateri. Percayalah setelah berusaha melakukan perubahan menuju kebaikan pasti hati merasa lebih lega, ketenan-gan akan datang ketika membaca Al-Qur’an. Bisa berkumpul dengan orang-orang sholeh, itu rezeki yang tak ternilai.

Kedua, dihapuskan kesalahan-kes-alahan. Dalam firman-Nya Allah mengatakan, ”Maka, orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka …….” (QS Ali Imran ayat 195).

Orang yang berhijrah tentu tidak mu-dah, banyak rintangan dan cobaan dihadapinya. Bagaimana tidak, dia harus melawan kebiasaan buruknya dahulu dengan perbuatan baik yang mungkin dulu pernah ia benci.

Ketiga, ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan mendapatkan jaminan surga. Dalam poin ini, Allah berfirman, ”Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenan-gan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga…..” (QS at-Taubah ayat 20-21).

Berjalan diatas roda kebenaran pasti akan selalu mendapati cobaan dan rintangan. Seperti sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Akan datang suatu zaman. Orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”

Selain manfaat di atas, ketika hijrah juga ada beberapa poin penting yang harus dipegang teguh.

Pertama meluruskan niat, ikhlas kepada Allah. Niat merupakan pondasi amal yang harus dijaga dan diperhatikan. Hijrah yang benar haruslah diniatkan benar pula sema-ta-mata hanya kepada Allah. Karena Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya.”

Kedua mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih. Kondisi lingkungan berpengaruh besar pada perjalanan hijrah seseorang. Mencari lingkungan baru yang bisa mendukung proses hijrah adalah langkah terbaik, seperti mengikuti komunitas hijrah, hadir di malejis ilmu dan lain sebagainya.

Ketiga berusaha terus beramal wa-laupun sedikit. Seseorang yang baru berhi-jrah biasanya cenderung bersemangat dalam melakukan amalan kebaikan. Tapi tidak sedikit pula hanya semangat di awal dan melemah kemudian. Bahkan tidak lagi melakukan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus walaupun itu sedikit.”

Hijrah, bukan hanya banyak-banya-kan melakukan kebaikan tapi lebih kepada mempertahankan.

Keempat berdoa agar diberi keis-tiqomahan dan keikhlasan.

Semoga Allah menggolongkan kita se-bagai orang yang selalu berada pada kebaikan.

22 Majalah Ibadurrahman

Jalan Dakwah

Berubah menjadi lebih baik merupakan keinginan yang dimiliki oleh banyak orang, begitu pula dengan Ustad Aditya

Abdurrahman yang pernah terlibat dalam komunitas punk sebelum akhirnya memutuskan untuk berhijrah.

Lama tenggelam dalam komunitas punk, pria kelahiran Madiun, 29 September 1981 itu mulai merasakan bahwa apa yang ia inginkan sudah didapatkan dalam kepuasan duniawi. Setelah lulus kuliah pada tahun 2005, Ustad Aditya pun kemudian tergerak untuk berhijrah menjadi lebih baik.

DULU PUNKERS, KINI

JADI USTAD

Ustad Aditya Abdurrahman

Edisi #12 23

Jalan Dakwah

Bagi sebagian orang, berhijrah bukan hal yang mudah untuk dilakukan, ada saja ha-langan yang membuat hati goyah. Oleh sebab itu, berhijrah membutuhkan bimbingan dari seorang mentor agar proses berhijrah dapat lebih terarah.

“Berhijrah harus ada pendampingnya atau mentor agar terbimbing dengan baik sehingga mengenal islam menjadi tertata dan terstruktur, lebih lengkap dan gambaran seutuhnya tentang islam menjadi jelas jika dibimbing sehingga akan tetap istiqomah dalam berhijrah.” Jelas Ustad Aditya.

Hal yang menjadi titik balik bagi Ustad Aditya adalah keinginan kuat untuk membina rumah tangga. Saat itu, ia mendambakan seorang istri yang baik, sehingga ia pun termotivasi untuk melakukan perbaikan diri. Dari sini pun, ia mendapat dukungan besar dari kedua orang tuanya.

“Orang tua saya sangat mendukung, karena sebelumnya hidup saya dalam kondisi isinya hanya sen-ang-senang saja, kemudian berpikir untuk menata hidup yang lebih baik sehingga orang tua saya pun senang. Dan itu mereka seperti, doa yang selama ini mereka panjatkan terjawab dengan keinginan saya berhijrah.”

Kiprah Ustad Aditya

Kesibukan Ustad Aditya saat ini, selain menjadi dosen di UPN Veteran Surabaya, adalah mengelolah yayasan Better Youth Foundation atau yayasan pemuda baik. Ustad Aditya mem-bina anak-anak muda yang baru berhijrah dan ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik agar potensi dari anak tersebut dapat diberday-akan untuk masyarakat dan untuk umat Mus-lim. Yayasan tersebut baru dibentuk pada tahun 2018 dan telah membina 200 anak muda.

Selain itu, Ustad Aditya juga merupa-kan founder of Punk Muslim Surabaya, yakni sebuah komunitas dimana para aktivis yang ter-gabung di sana adalah anak punk yang sudah berhijrah. Ustad Aditya optimis bahwa mereka yang di luar terrlihat buruk juga dapat berubah

menajdi lebih baik dengan mendalami Islam secara mendalam.

Punk muslim sendiri sudah lama didi-rikan pada tahun 2006 di Jakarta. Pada saat tahun 2014 pembina punk muslim Jakarta berkunjung ke Surabaya dan menginap di ru-mah Ustad Aditya, dan menceritakan bagaima-na perkembangan komunitas tersebut. Dalam obrolan tersebut, diketahui bahwa Punk Muslim Jakarta sudah tidak aktif dan akan dibubarkan, hal itu membuat ustad Aditya memutuskan untuk mengambil alih dan meneruskan punk muslim tapi di Surabaya. Tahun 2014 tersebut pun menjadi lahirnya punk muslim di Surabaya.

Pesan Bagi Orang yang ingin berhijrah

Banyak orang yang kini mulai tertarik dengan Islam dan akhirnya memutus-kan untuk berhijrah. Mereka meninggalkan kondisi atau keadaan yang buruk, dan mulai belajar taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala menuju kebaikan.

Ustad Aditya men-jelaskan empat poin penting bagi orang-orang yang baru berhijrah, yang pertama ada-

lah hijrah yang dilakukan harus ikhlas karena Allah, jangan karena orang lain atau jangan karena mengejar sesuatu dalam duniawi, itu tidak akan ada artinya. Karena jika hijrah tidak ikhlas maka akan mudah kembali pada kebiasaan lama.

Kedua, jika ingin istiqomah, untuk sementara harus menjauhi kawan-kawan yang suka mengajak kepada keburukan, agar tidak terjerumus lagi. Sehingga poin yang ketiga menurut Ustad Aditya adalah mencari lingkun-gan yang kondusif yang dapat memotivasi diri untuk berhijrah serta berkumpul denngan orang-orang yang baik dan sholeh, supaya dapat bertukar ilmu dan saling memberi nase-hat.

“Yang terakhir adalah mulai untuk memperbanyak belajar tentang islam, jangan di sambi tapi harus serius. Agar kemantapan berhijrah semakin mantab dengan ilmu yang bertambah. Kemantapan itu berasal dari lingkungan, kalau lingkungan baik dan kondusif maka akan menstimulus diri untuk menambah kemantaban bahwa berhijrah adalah sesuatu yang benar.” Ungkap Ustad Aditya. (Gth)

Hijrah yang dilaku-kan harus ikhlas karena Allah, jangan karena orang lain atau jangan karena mengejar ses-uatu dalam duniawi, itu tidak akan ada ar tinya.

24 Majalah Ibadurrahman

Konsultasi Syariah

Konsultasi Syariah

Edisi #12 25

Menjelaskan

Orang Terdekat

Status Agamaterhadap

Jawaban:

Wa’alaikumussalaam wrwb.

Ketika kita bersyahadat, itu berarti kita berkomitmen mengikuti semua ajaran dan pera-turan dalam Islam, tanpa dikurangi maupun dilebihkan. Dalam kasus yang seperti di atas, memakan makanan tersebut tetaplah diharam-kan. Hukum haramnya memakan makanan tersebut dapat dilihat di Alquran surat Al Baqarah: 173.

Melakukan hal yang dilarang syariat pastinya akan menimbulkan dosa. Larangan syariat ini bisa dilanggar ketika memenuhi be-berapa hal. Kebolehan melanggar ini juga telah diterangkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firmannya di surat Al An’am: 119.

Kemudian, syarat dan ketentuan diper-bolehkannya, dalam kitab Al-Qawaid al-Fiqhi-yyah al-Kubra wa Ma Tafarra’a ‘Anha karangan Shalih bin Ghanim As Sadlan, ada beberapa disebutkan.

Yang pertama, benar-benar terjadi dan

diprediksi kuat akan terjadi bukan dugaan atau asumsi. Kedua, tidak ada pilihan lain yang bisa menghilangkan suatu kemudaratan. Ketiga, kondisi darurat benar-benar memaksa untuk hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan dapat menghilangkan nyawa. Keempat, keharaman tersebut tidak mendzalimi orang lain. Dan keli-ma yang terakhir, tidak melakukannya dengan melewati batas.

Lalu, untuk menjelaskan status Anda sekarang kepada orang terdekat, lakukanlah secara perlahan. Hindari mengungkapnnya se-cara frontal, jika memang belum mandiri secara utuh. Bagaimanapun, orang-orang terdekat Anda harus tahu status agama sekarang. Dan, agar tetap istiqomah, carilah lingkungan baru yang mendukung dan terus berusaha agar bisa mandiri secara utuh.

Demikian, semoga Allah berkenan untuk memberikan ampunan apabila ada khilaf. Was-salamu’alaikum

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum ustadz. Ustadz, saya sudah setahun lalu menjadi mualaf. Namun, sampai sekarang tidak ada satupun anggota keluarga yang tahu kecuali teman-teman kuliah dan sekolah. Karena, hal ini kadang saya harus memakan makanan yang mengandung unsur yang diharamkan (seperti babi) di rumah. Saya takut kalau orang rumah mengusir saya karena status agama saya sekarang. Bagaimana ya ustadz menjelaskannya kepada mereka? Dan apakah memakan makanan tersebut dengan kondisi yang demikian (takut diusir dan mengundang keributan) dibolehkan? Mohon penjelasannya ustadz. Terima kasih.

Kartika, Surabaya

Ust. Agung Cahyadi, Lc, MA(Ketua Dewan Penasehat IKADI Jawa Timur)

26 Majalah Ibadurrahman

Konsultasi Psikologi

Assalamu‘alaikum, Kak Nuri. Kak, sekarang ini saya lihat tren berpa-

kaian seorang muslim/muslimah itu semakin bermacam-macam. Beberapa tahun sebelum-nya, di Indonesia memulai tren perempuan muslimah mulai berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab, lalu disusul dengan para kaum adam yang juga mulai mengenakan cel-ana cingkrang, sehingga tren saat ini pun sema-kin syariah. Apakah sebenarnya cara berpakaian ini ada pengaruhnya dengan psikologis muslim/muslimah tersebut?

Wa‘alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin sekarang kita berada pada zaman di mana pakaian mus-lim menjadi sebuah tren fesyen. Kita bayangkan zaman dulu atau mungkin pada awal tahun 90, muslimah yang berhijab hanya kalangan pesantren, itu pun dengan image yang tidak stylish, ndeso, kampungan, dan sebagainya yang masih sangat melekat.

Seiring dengan perjalanan dakwah yang dilakukan para da‘i-da‘iyah, bisa semakin menyosialisasi hijab sebagai kewajiban seorang muslimah sehingga ini tidak hanya sebatas se-bagai sebuah kewajiban, tapi juga bisa sebagai tren fesyen.

Tentu ada banyak faktor yang mem-pengaruhi ini, yang pertama adalah muncul-nya kesadaran dari muslimah tentang aturan

agamanya. Ketika dalam kondisi sadar inilah, menimbulkan suatu aksi di mana ia ingin mengimplementasikan apa yang telah menjadi pemahamannya. Jadi, jika dikaitkan pertama kali tentang penggunaan hijab syar‘i di kalan-gan muslimah, tentu karena adanya kesadaran.

Lalu kedua, karena ikut-ikutan. Jadi agar seseorang diterima dalam komunitas tersebut, maka ia melakukan suatu upaya agar bisa diterima, atau yang dalam psikologi disebut konfirmitas. Bagi seseorang yang ikut-ikutan ini, selain sebagai cara agar diterima di komunitas, juga bisa menjadi cara mereka untuk belajar mengenakan hijab dalam rangka menjalankan kewajiban.

Jadi, dalam psikologi, hal tersebut adalah upaya seseorang untuk mendapat-kan pengakuan dari komunitas. Namun, jika kembali dilihat melalui sudut pandang agama, hal tersebut tentu langkah seseorang dalam berhijrah. Sehingga anggapan kita pada orang yang ikut-ikutan ini tidak berarti mereka belum baik, karena untuk menuju ke syariah tentu ada prosesnya, dan mungkin awalnya seseorang adalah dengan ikut-ikutan terlebih dahulu.

Karena tidak semua orang yang berhijab syar‘i berangkat dari faktor kesadaran dan faktor pemahaman, maka yang dilakukan mereka memang baru hanya sekadar tren fesyen, konfirmitas komunitas bagi seseorang untuk self-accepted, agar bisa merasa diter-ima di lingkungan itu. Jadi, kalau dia belum mencerinkan akhlak atau ibadahnya masih

Oleh : Nuri Fauziah, S.Psi, M.Psi, PsikologPsikolog, Owner Triple-C Day Care

Busana Seorang Muslim Tak Untuk Saling Menghakimi

Edisi #12 27

Konsultasi Psikologi

kurang baik, maka sebenarnya itu adalah sebuah proses. Mudah-mudahan dengan ia mau berhijab syar‘i dapat memberi kesempa-tan untuk bisa mengakses kajian-kajian atau forum-forum keilmuan dan dakwah, sehingga dengan bertambahnya pemahaman, seseorang tersebut tidak hanya mengikuti tren fesyen saja, tapi juga diiringi pemahaman.

Besar kemungkinan kita memakai suatu pakaian, atribut, dan lain sebagainya karena dipengaruhi lingkungan sekitar, karena lingkun-gan memberi andil besar terhadap perubahan atau juga hal yang kita lakukan. Bila kelom-pok kajian yang diikuti terdapat transfer ilmu, transfer informasinya yang akhirnya menimbul-kan kesadaran atau hidayah, maka juga akan berdampak pada pembiasaan seseorang dalam berpakaian syar‘i.

Sehingga dari transfer ilmu dan infor-masi yang diperoleh seseorang, tersebut akan berbuah pemahaman, yang kemudian diim-plementasikan dalam suatu tindakan. Jadi jika seseorang masih berpakaian biasa, berarti bagi seseorang tersebut, pemahamannya hanya baru sampai di situ, belum sampai pada suatu pe-mahaman bahwa yang berhijab harus memiliki kaidah tertentu. Jadi, berpakaian syar‘i atau tidak ini kembali pada pemahaman seseorang yang bersangkutan.

Karena berhubungan dengan pemaha-man, maka seseorang akan memegang suatu keyakinan (belief) pada dirinya, dan itu tidak hanya tercermin pada hal yang nampak seperti

berpakaian syar‘i, tapi juga pada perangai atau perilaku yang dilakukan seseorang sehari-hari. Jika pengetahan dia belum menyeluruh atau syamil, berarti keyakinan dalam diri seseorang tersebut dapat dikatakan pun belum teguh, belum kuat.

Oleh karena itu, walaupun seseorang berpakaian syar‘i pun, karena dia belum sampai pada kepercayaan yang benar, maka yang mun-gkin terjadi, maka dia hanya baru pada pakaian yang syar‘i, belum pada perangai yang mencer-minkan pakaiannya. Tapi ini adalah proses, sehingga kita tidak perlu menghakimi. Setiap orang pun memiliki prosesnya masing-mas-ing. Biarkan seseorang memiliki pemahaman sebatas pada pemahamannya. Nantinya, seiring bertambahnya pemahaman, hasanah wawasan yang semakin luas, maka Insyaa Allah juga akan semakin baik.

Jadi, sekali lagi, orang yang berjilbab ini tidak tiba-tiba berjilbab, tapi dimulai dengan adanya pengetahuan, yang kemudian menjadi pemahaman, hingga akhirnya menjadi keyak-inan, yang akhirnya muncul terhadap perilaku seperti keputusan berhijab, dan lain sebagainya.

Berhijab syar‘i atau tidak, bisa jadi karena buah pemahaman, atau konfirmitas. Ini adalah perjalanan di mana setiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Sebaik-baik kita adalah bagaimana menghargai setiap proses yang dilakukan seorang muslimah tanpa menghakimi, dan bagaimana kita senantiasa berdakwah dengan santun.

28 Majalah Ibadurrahman

Keluarga Sakinah

“Apa tanda keluarga yang sudah sakinah?” Untuk menjawab pertanyaan ini, saya sering memberikan gambaran yang sederhana saja, yaitu perasaan. Jika pasangan suami istri telah mendapatkan dua perasaan positif dalam kehidupan sehari-hari, maka pertanda keluarga mereka sakinah.

Dua perasaan positif suami dan istri itu adalah: senang dan tenang. Kapan perasaan

ini muncul dan seperti apa kondisinya? Ini yang membedakan keluarga sakinah dengan keluar-ga yang tidak sakinah.

Perasaan Senang

Pernikahan akan melahirkan perasaan senang bagi lelaki dan perempuan. Berpas-angan secara halal merupakan bentuk kesenan-gan yang didapat oleh keduanya. Semua ke-

Senang & Tenang, Dua Tanda Keluarga Sakinah

Oleh : Ustadz Cahyadi TakariawanPenulis Buku Serial “Wonderful Family”, Peraih Penghargaan “Kompasianer Favorit 2014”;Konsultan di “Rumah Keluarga Indonesia” (RKI) dan “Jogja Family Center” (JFC). [email protected] : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Edisi #12 29

Keluarga Sakinah

giatan menyenangkan akan dilakukan bersama sehingga akan terasa menyenangkan.

Perasaan senang akan muncul ketika suami dan istri sedang bersama, sekaligus melewati hari-hari dalam kebersamaan. Saling menguatkan, saling mengisi, saling memberi, saling menjaga, saling menasehati, saling menyayangi, saling mengasihi, saling memban-tu, saling memaafkan, dan saling mendoakan. Inilah hal yang menimbulkan rasa senang, dan menjadi pertanda keluarga berada dalam keadaan sakinah.

Kebersamaan adalah hal yang menyenangkan bagi kedua belah pihak, karena dengan demikian semua bentuk kesenangan halal bisa mereka ekspresikan secara optimal. Namun akan menjadi masalah apabila rasa senang hadir pada kondisi yang tidak sepatutnya. Misalkan, Ketika perasaan senang muncul pada saat melakukan maksiat, ini pertanda hati telah mati. Telah membeku.

Ketika perasaan senang muncul saat bersama selingkuhan, ini menandakan keluar-ga diambang kehancu-ran. Ketika perasaan senang justru muncul saat bisa menipu dan mengelabui pasangan, pertan-da keluarga telah dilanda petaka. Demikian pula ketika justru senang melihat pasangan susah, dan susah saat melihat pasangan senang, ini pertanda tidak sakinah.

Perasaan Tenang

Menikah akan membawa ketenangan hati. Manusia selalu memerlukan pasangan dalam kehidupannya, sebagai fitrah pencipta-an dariNya. Maka menikah membuat laki-laki dan perempuan merasakan ketenangan, yang tidak akan dirasakan oleh mereka yang tidak menikah.

Perasaan tenang, salah satunya muncul dari hadirnya rasa kepercayaan kepada pas-angan. Jika suami percaya akan kesetiaan dan ketulusan cinta istrinya, ia akan selalu tenang. Begitupun sebaliknya.

Oleh karena sudah memiliki rasa saling percaya, maka tatkala sedang berpisah dari pas-angan, hati tetap bisa tenang. Jika suami dan

istri sedang terpisah sementara karena suatu tugas atau keperluan, hati tetap tenang. Tidak khawatir dikhianati atau dilupakan. Inilah tanda bahwa keluarga sudah mendapatkan suasana sakinah.

Perasaan tenang muncul karena percaya pasangan selalu mampu menjaga diri dari godaan, selalu menjaga kesetiaan, sehingga tidak terjerumus ke dalam tindakan penyele-wengan. Hati selalu tenang.

Sebaliknya, tanda keluarga tidak sakinah adalah, jika bersama pasangan hati uring-uringan, jika berpisah hati justru merasa senang. Karena saat berpisah, merasa bebas. Bisa melakukan apa saja yang ia suka. Ia tidak tenang kalau ada pasangan di rumah, karena

menjadi terkekang dan tidak leluasa melakukan ‘rencana kejahatannya’.

Ia tidak tenang ke-tika berkegiatan bersama pasangan, karena tidak bisa berhubungan dengan selingkuhannya. Ini pertan-da sudah punya modus. Bagaimana bisa sakinah kalau begini?

Merawat Perasaan

Begitulah dua perasaan positif yang harus terus dijaga ber-sama oleh suami dan istri, dan itulah tanda keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Oleh karena itu, pasangan suami istri harus be-rusaha merawat rasa tersebut dalam kehidupan keluarga.

Tentu pondasi paling utama adalah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subha-nahu wa ta’ala, karena pondasi inilah yang akan membuat laki-laki menjadi salih dan perempuan menjadi salihah. Iman dan taqwa yang akan membuat suami dan istri bisa saling menjaga dalam kebaikan, dan menjauhkan diri dari keburukan.

Perasaan senang dan tenang hadir dari dalam hati yang dipenuhi oleh iman dan taqwa. Inilah sebabnya perasaan tenang dan senang muncul pada konteks yang tepat.

Mereka tidak senang dan tidak tenang apabila melakukan penyelewengan. Mereka merasa senang dan tenang apabila berada dalam ketaatan terhadap aturan Allah. Ini yang bisa digunakan untuk merawat perasaan.

Oleh : Ustadz Cahyadi TakariawanPenulis Buku Serial “Wonderful Family”, Peraih Penghargaan “Kompasianer Favorit 2014”;Konsultan di “Rumah Keluarga Indonesia” (RKI) dan “Jogja Family Center” (JFC). [email protected] : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Perasaan senang dan tenang hadir dari dalam hati yang dipenuhi oleh iman dan taqwa. Inilah sebabnya perasaan tenang dan senang muncul pada konteks yang tepat.

30 Majalah Ibadurrahman

Tanya Dokter

Wa’alaikum Salam wRwB

Terima kasih Adi di Sidoarjo. Pada dasarnya tubuh manusia memerlukan komposisi yang proporsional meliputi kebutuhan karbohi-drat, protein dan lemak.

Protein adalah salah satu bahan nutrisi yang penting sebagai sumber energi yang diperlukan, zat pembangun dan pembentukan otot tubuh. Dalam berbagai sumber, kebutuhan kalori dari sumber karbohidrat dalam kisaran 55-65% , protein 15-30% dan kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak.

Kelebihan protein akan menyebabkan berat badan meningkat, apabila juga tidak diimbangi dengan exercise atau latihan yang cukup. Gangguan fungsi ginjal juga dapat terja-di bilamana intake protein berlebihan, sehingga fungsi ginjal meningkat, ginjal dipacu untuk bekerja lebih keras.

Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi bisa juga terjadi bila asupan protein mening-kat yang tidak diikuti dengan minum air yang cukup. Kelebihan protein juga dapat mempen-garuhi fungsi jantung.

Pada dasarnya bilamana tubuh kita se-hat dan tidak ada penyakit dasar yang diderita seseorang misalnya kencing manis, darah tinggi dan lain-lain maka kebutuhan protein dapat dianjurkan sebagai berikut :

1. Kebutuhan rutin atau melakukan latihan ringan : 0,8 - 1,2 gram protein per kilo gram berat badan

2. Melakukan program latihan sedang : 1,2 -1,5 gram protein per kilo gram berat badan.

3. Melakukan program latihan pemben-tukan otot dan latihan berat : 1,5- 2,2 gram per kilo gram berat badan.

Bila anda seorang atlet yang membutuh-kan pola konsumsi untuk menunjang prestasi dapat berkonsultasi ke Dokter Ahli Olahraga sebagai pendamping dalam program-program latihan, juga ahli Gizi untuk merencanakan skema nutrisi yang diperlukan.

Bagaimana dengan seorang atlet yang memerlukan latihan berat atau binaraga den-gan keharusan 2 kg protein per kg BB?

Seorang atlet binaraga memerlukan lati-han ekstra. Karena memerlukan pembentukan otot tubuh dan kekuatan, namun bila dilakukan secara bertahap dan didampingi seorang pela-tih/manager dan dokter konsultan ahli olahra-ga, maka hasil yang optimal akan dapat dicapai.

Jadi sebaiknya keharusan mengkon-sumsi 2 kg protein per kg BB dilakukan secara bertahap dan seimbang, artinya tidak melulu kebutuhan proteinnya saja yang diutamakan tapi asupan karbohidrat dan lemak sesuai pro-porsi diatas.

Untuk kebutuhan Menu konkritnya dapat berkonsultasi ke Ahli Gizi.

Mudah-mudahan jawaban yang ringkas ini bermanfaat menjawab pertanyaan Mas Adi. Terima kasih.

Assalamu’alaikum dokter, Dok saya ingin tanya mengenai protein. Apakah protein itu ber-bahaya dok? karena, dari beberapa artikel kesehatan mengatakan bahwa konsumsi protein dapat berisiko merusak ginjal. Bagaimana dengan seorang atlet atau binaraga yang diharuskan konsumsi 2gr protein per kilogram berat badan? Apakah hal ini berlebihan dok? dan jika berlebihan, apa saja dok dampaknya, dan penyakit apa saja yang bisa menyerang mereka?

Adi, Sidoarjo

Oleh : dr. Iwah Prestiono

Memenuhi Kebutuhan Protein Harian Tubuh Sesuai Aktivitas

Edisi #12 31

Pengembangan Diri

Tidak mungkin ada orang yang mening-galkan sesuatu karena Allah Subhanahu wa Ta‘ala kemudian hidupnya menjadi terlantar dan terlunta-lunta.

Di antara kaidah yang ditunjukkan oleh Alquran dan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah barangsiapa yang mening-galkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang (jauh) lebih baik.

“Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti) yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 20739)

Demikian pula ash–habul kahfi, ketika mereka meninggalkan kaumnya dan sesemba-han-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, maka Allah pun menurunkan rahmat-Nya dan menjadikan mereka sebagai sebab hidayah bagi orang-orang yang tersesat.

Allah sudah menunjukkan banyak bukti pada kita. Namun, betapa sulit manusia untuk meninggalkan sesuatu karena Allah. Terlebih ketika sudah menjadi kebiasaan yang dirinya menilai itu adalah hal yang benar.

Tidak sedikit pula dari manusia yang menyukai sesuatu, yang belum tentu hal tersebut baik baginya, seperti yang ada dalam firman-Nya pada surat Al-Baqarah: 114, “Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Ketika seseorang meninggalkan doron-gan syahwatnya karena Allah, maka Allah Ta’ala akan ganti dengan rasa cinta kepada-Nya, man-isnya beribadah hanya kepada-Nya, bertaubat

kepada-Nya, yang itu semua mengalahkan“Dan (ingatlah kisah) Maryam yang

telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 91)

Siapa yang meninggalkan penipuan dalam jual beli, maka Allah akan mendatangkan berkah pada jual belinya.

“Kedua orang penjual dan pembe-li masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduan-ya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka ber-laku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih).

Siapa yang meninggalkan sifat pelit, maka ia akan mulia di sisi manusia dan ia akan menjadi orang-orang yang beruntung.

“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun: 16)

Siapa yang meninggalkan sifat sombong dan memilih tawadhu’, maka Allah akan mem-buat ia meninggikan derajatnya di dunia.

“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

Siapa yang meninggalkan rasa dendam dan mudah memaafkan yang lain, maka Allah pun akan menganugerahkan kemuliaan pada dirinya.

“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya.” (HR. Muslim no. 2588). (A)

Meninggalkan

KarenaSesuatu

Allah

إنك لن تدع شيـئا هلل عز وجل إال بدلك هللا به ما هو خيـرلك منه

32 Majalah Ibadurrahman

Dari Masjid ke Masjid

Malaysia merupakan tempat favorit bagi wisatawan Muslim dunia untuk pergi berlibur. Karena kehidupan masyarakat

yang masih lekat dengan nilai-nilai Islami sekaligus banyaknya destinasi wisata religi serta kuliner halal yang membuat Malaysia menjadi tempat nyaman bagi para wisatawan Muslim.

Tempat wisata yang sering dikunjun-gi dan sukses menarik perhatian wisatawan adalah tempat beribadah. Ada banyak masjid yang unik dan indah terdapat di Malaysia. Salah satunya adalah The Crystal Mosque atau Masjid Kristal di Kuala Terengganu.

Masjid satu ini terletak di dalam ka-wasan Taman Tamadun Islam (Islamic Heritage Park), Kuala Terengganu, tepatnya dibangun di atas sebuah pulau buatan yang disebut Wan Man dan disebelahnya mengalir Sungai Tereng-ganu yang bersih.

Masjid dengan kapasitas 1500 jemaah

diresmikan oleh Sultan Mizan Zainal Abidin dari Terengganu, resmi dibuka pada bulan Februari 2008 setelah dua tahun pembangunan. Pem-bangunan Masjid Kristal menghabiskan dana sekitar USD 80 juta atau bekisar Rp. 600 Miliar, dengan memiliki arsitektur yang menakjubkan.

Dari segi arsitektur tersebut, Mas-jid Kristal memang menampilkan keunikan tersendiri. Keseluruhan masjid dibangun den-gan kaca, baja dan kristal. Rancang bangunnya pun mengadopsi gaya kontemporer, Moor, dan gothic.

Keistimewaan dan daya tarik Masjid Kristal ada pada kubahnya. Memiliki satu kubah besar dan lebih dari lima kubah kecil yang mengelilingi kubah besar tersebut serta ada empat menara. Jika dilihat dari luar, kubah-ku-bah tersebut tampak seperti bongkahan kristal raksasa jika memantulkan cahaya matahari.

Selain itu, pada malam hari, Masjid

WUJUD KEINDAHAN MASJID KRISTAL MALAYSIA

Edisi #12 33

Kristal akan diterangi dengan warna-warna mempesona yang memantul dari permukaan kubah dan menaranya. Bagian dalamnya pun juga dilengkapi dengan pendingin udara dan lampu gantung yang berkilauan. Hal itulah yang menyebabkan Masjid Kristal menjadi salah satu masjid terindah di Asia bahkan dunia.

Masjid Kristal juga disebut sebagai mas-jid ‘pintar’ pertama di Malaysia. Hal itu karena masjid ini sudah dilengkapi dengan infrastuktur

teknologi informasi dan koneksi wifi yang bisa memberi pengunjung akses internet untuk membaca Alquran secara digital.

Sehingga mengundang de-cak kagum wisatawan dunia lantaran kecanggihan dan keindahannya. Waktu paling tepat untuk berkunjung ke Masjid Kristal adalah pada sore hari. Suasana senja yang terlihat di danau wan man dan di sekitar masjid begitu elok

34 Majalah Ibadurrahman

Agenda STIDKI

Sabtu 6 Juli 2019 kemarin adalah momen istimewa bagi mahasiswa baru STID-KI Ar-Rahmah Surabaya angkatan

2019/2020. Bertempat di Masjid Ar-Rahmah, sebanyak 36 mahasiswa yang berasal dari berbagai propinsi tersebut menjalani prosesi pengukuhan mahasiswa baru, disaksikan para sivitas akademika kampus dan wali mereka.

Acara pengukuhan dimulai pukul 13.00 dimulai dengan serangkaian sambutan pen-gukuhan. Sambutan pertama disampaikan Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA selaku Ketua STIDKI Ar Rahmah Surabaya, dilanjutkan dengan pemaparan Ustadz Dr. Shobikhul Qisom M.Pd mewakili Yayasan Ibadurrahman.

Yang tak kalah penting adalah tausiah sekaligus motivasi yang disampaikan Pembina STIDKI Ar Rahmah Surabaya, Ustadz Muham-mad Sholeh Drehem Lc. Di sella-sela motivasin-ya beliau berpesan agar mahasiswa selama menempuh perjalanan pendidikan nanti mohon untuk bersabar.

“Sebab hidup itu pasti penuh cobaan, termasuk cobaan bagi para penuntut ilmu,” ujar Ust. Muhammad Sholeh Drehem sembari

berharap agar para para wali dari mahasiswa senantiasa mendoakan putra-putranya selama berada di STIDKI Ar Rahmah Surabaya. Ust. Ah-mad Habibul Muiz Lc, menutup acara penguku-han ini dengan pembacaan doa.

Acara penyambutan sekaligus penguku-han mahasiswa baru tersebut tentu saja tidak berhenti di sini. Masih banyak serangkaian aca-ra lain yang siap menunggu mereka, sebelum mereka resmi memulai proses pembelajaran tahun akademik 2019/2020 yang rencananya dimulai 22 Juli mendatang.

Sebagaimana diketahui ke-36 maha-siswa baru tersebut terpilih setelah melalui proses panjang penerimaan mahasiswa baru yang seleksinya sudah dimulai sekitar enam bu-lan yang lalu. Setelah mendaftar melalui online, ratusan calon mahasiswa mengikuti serangkaian proses seleksi, di antaranya tes seleksi secara nasional, yang diselenggarakan bergilir di 6 kota yang tersebar di seluruh Indonesia, diawali dari pelaksanaan tes di Jakarta, dan berakhir di Balikpapan sebelum Ramadhan lalu. Tes seleksi itu meliputi tes psikologi, akademis dan wawan-cara.  Dan hasilnya, yang diterima diumumkan pada 30 Mei yang lalu.(*)

36 Mahasiswa BaruSTIDKI Dikukuhkan

Edisi #12 35

Agenda

Serangkaian acara penyambutan maha-siswa baru STIDKI Ar-Rahmah tahun aka-demik 2018/2019 masih terus berlanjut.

Seusai prosesi pengukuhan 6 Juli lalu, keesokan harinya diadakan serangkaian kegiatan pem-bekalan dan pengenalan lingkungan kampus dalam program TOP (training, orientasi dan pemantapan). Program khusus bagi mahasiswa baru itu sengaja dirancang agar terdapat persa-maan persepsi sebelum mereka mengikuti pembelajaran di kampus.

TOP adalah proses awal agar para maha-siswa memiliki persepsi yang sama akan tujuan mereka kuliah di STIDKI Ar-Rahmah, dengan menggembleng mereka agar memiliki jiwa sang pejuang, bermental mujahid, serta agar siap menghadapi berbagai permasalahan dalam proses tempuh selama kuliah.

TOP diawali pada 7 Juli pukul 08.00 di ruang B kampus STIDKI Ar Rahmah dihadiri 36 mahasiswa baru, panitia dan sebagian Asatidz. Agenda TOP dibuka langsung Ketua STIDKI Ar Rahmah Surabaya, Ust. Ahmad Mudzoffar Jufri MA. TOP merupakan sarana mahasiswa baru untuk mengenal dan lebih dekat (masa ta’aruf) antar mahasiswa, termasuk mahasiswa lama, juga para asatidz STIDKI Ar Rahmah. TOP diselenggarakan selama 2 minggu, berakhir tanggal 21 Juli, sebelum mahasiswa baru itu mengikuti awal perkuliahan pada 22 Juli.

Di hadapan mahasiswa baru, Try Ma’rifan Najib selaku Presiden BEM STIDKI Ar Rahmah menyampaikan harapannya agar mahasiswa baru tetap bersabar dalam menjal-ani masa-masa pengenalan ini apapun yang diberikan oleh para panitia. “Ini agenda tahu-nan sebelum aktif masuk perkuliahan,” ujar Try Ma’rifan Najib.

Secara umum setiap hari agenda TOP dimulai pada pukul 03:00 WIB dengan qiyamul lail, shalat subuh berjamaah dan pembacaan ma’tsurat dan berakhir hingga pukul 22:00. Beragam acara di antaranya olahraga, mento-ring leadership, pemberian materi dan serang-kaian penugasan. Di antara pemateri pada minggu pertama TOP adalah Ust. Anfaul Ulum (dengan tema Adab para Penghafal Al Qur’an dan Metode Tahsin), dan Ustadz Rahmat Alfian (dengan tema ‘Dunia oke, Akhirat yes’).

Selain itu juga diagendakan medical check-up bekerjasama dengan RS Al-Irsyad Surabaya. Agar acara menjadi lebih dinamis panitia juga menyelenggaraan ‘Stand-up Dak-wah’, sebuah program agar para mahasiswa jadi kreatif dan inovatif, menjalin ukhuwah dan semangat belajar Al Qur’an. Dan untuk menum-buhkan kepedulian, sehat jasmani, kekompa-kan tim, kebersihan dan kerapian juga digelar outbond.(*)

Orientasi MabaSebelum Kuliah

36 Majalah Ibadurrahman

Agenda

Hari ini mahasiswa baru itu mulai berpros-es belajar dan berjuang untuk menjadi sosok pemimpin Islam masa depan

dengan kemampuan multi kompetensi baik secara keilmuan dan pengetahuan maupun skill dan ketrampilan serta kualitas leadership yang handal. Dalam struktur kehidupan sosial, kepemimpinan adalah salah satu aspek penting yang harus mendapatkan porsi perhatian yang serius untuk mewujudkannya.

STIDKI Ar-Rahmah Surabaya adalah salah satu lembaga yang berikhtiar melahirkan pemimpin-pemimpin yang handal, yang tak ha-nya hafal Al Qur’an 30 juz namun juga memiliki kompetensi keislaman dan dakwah, serta kom-petensi manajerial dan leadership agar mampu menggerakkan dan mengelola ummat.

Memang tidak mudah merencanakan dan mempersiapkan pemimpin yang seperti itu, apalagi jika dihadapkan pada kompleksitas kehidupan yang makin dinamis dan kompeti-tif dalam berbagai hal, baik pada skala mikro maupun makro. Namun demikian optimisme untuk merealisasikannya harus menjadi bagian dari arah kebijakan dan masuk dalam prioritas program perencanaan.

Kepemimpinan dalam pandangan Islam berakar pada keimanan dan kesediaan untuk berserah diri kepada Allah Yang Maha Pencipta. Kepemimpinan Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia dan manusia diamanahi oleh Allah untuk menjadi Khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi (Q.S. Al Baqarah/2: 30).

Pemimpin bertugas merealisasi misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Selain itu manusia juga berfungsi sebagai (hamba Allah) yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasullulah SAW dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari menyebutkan bahwa: “Setiap kamu adalah pemimpin (pelindung) dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.”

Rasulullah, adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan, khususnya da-lam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan paripurna dimana kepentingan umat adalah prioritas bagi beliau. Maka sangatlah tepat apabila kita sangat mengidealkan visi dan model kepemi-mpinan Muhammad (sang revolusioner yang legendaris, manusia mulia kekasih Allah). (*)

Kuliah Perdana Dimulai

Edisi #12 37

Agenda

Beberapa waktu silam, BEM STIDKI Ar Rah-mah melakukan regenerasi anggota BEM. Regenerasi ini berjalan sukses dan lancar.

Pelantikan anggota BEM hasil regenerasi akan dilakukan di bulan September mendatang.

Regenerasi BEM kemarin berlangsung dengan sistem pemilihan yang diikuti oleh sebanyak 103 mahasiswa STIDKI Ar Rahmah Surabaya. Pada BEM periode 2019-2020 ini, dikatakan oleh Rahmat Alfian Hidayat, selaku Wakil Presiden BEM 2018-2019, kabinet BEM STIDKI Ar Rahmah Surabaya diberi nama ‘Kabi-net Perjuangan’ untuk periode 2019-2020. Dan, slogan untuk kabinet baru ini adalah ‘Bertindak Lokal Berdampak Global’.

“Setelah ide dan gagasan diperbin-cangkan untuk setahun ke depan, kita ingin membuat lompatan besar dalam organisasi di kampus. Nama kabinet terinspirasi dari hari kemerdekaan yang makin dekat dan bertujuan untuk memunculkan pemimpin baru. Maka, kabinet baru membawa semangat perjuangan. Dan, kami pemuda siap melanjutkan estafet perjuangan menghantarkan kemerdekaan Indonesia menjadi negara yang memimpin dun-ia,” tegas pria yang juga Wakil Presiden BEM periode 2018-2019 tersebut.

Pada kabinet tersebut, ia menerangkan lebih lanjut, ada beberapa kementerian yang

ditambahkan, ada yang dihapuskan, ada pula yang diubah. Untuk kementerian dalam BEM yang ditambahkan yakni, Kementerian Pen-didikan dan Kementerian Badan Usaha Milik Mahasiswa (bumm). Untuk kementerian yang dihapuskan hanya satu kementerian, yaitu Koordinator Kementerian Luar Negeri.

Dan untuk nama kementerian yang diubah meliputi, Sekretaris menjadi Sekretar-is Kabinet, Bendahara menjadi Kementerian Keuangan, LDK menjadi Kementerian Luar Negeri, UKM menjadi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Departemen Kesehatan menjadi Kementerian Kesehatan, Departemen Kebersi-han menjadi Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Ubudiyah menjadi Kementerian Agama, Departemen Kedisiplinan menjadi Kementerian Hukum, dan Departemen Sara-na Prasarana menjadi Kementerian Pekerjaan Umum.

“Harapan ke depannya, organisasi ini tertata dengan baik, dapat menjadi wadah untuk membantu mencerdaskan mahasiswa dalam mendukung visi kampus, menjadi fasili-tator yang menciptakan karya mahasiswa untuk masyarakat umum, mahasiswa STIDKI lebih aktif menanggapi dan mengawasi kebijakan pemerintah, prestasi para mahasiswa STIDKI meningkat di segala bidang, dan dapat menjadi fasilitator yang efektif untuk meningkatkan ke-mampuan dan minat mahasiswa,” tuturnya.(*)

Regenerasi BEM STIDKI Ar Rahmah Surabaya

38 Majalah Ibadurrahman

Agenda

Dengan semangat dan persiapan yang matang, pagi hari itu Senin (17 Juni) itu, M. Ahnaf Dzikrullah bersiap memasuki

ruang sidang. Setelah berbulan-bulan meng-umpulkan bahan dan mempersiapkan hingga menjadi sebuah karya tulis, pagi itu mahasiswa STIDKI Ar-Rahmah Surabaya semester akhir itu saatnya berjuang mempertanggungjawabkan tugas akhir skripsinya itu di depan dewan pen-guji. Dan alhamdulillah, selama kurang lebih se-jam, dengan tema skripsi ‘Manajemen Program Khutbah Jum’at Masjid Al Ikhlas Tanjung Sadari Perak Surabaya’, Ahnaf Dzikrullah berhasil mempertahankan karya skripsinya dengan hasil memuaskan.

Ahnaf tentu saja menjadi bagian dari sebanyak 23 mahasiswa tingkat akhir STIDKI Ar-Rahmah yang selama seminggu ini harus berjuang di depan dewan penguji skripsi. Dan ini juga merupakan sejarah baru bagi kampus di kawasan Teluk Buli itu, sebab sejak berdiri 4 ta-hun yang lalu, kini saatnya bersiap menelurkan lulusannya untuk siap mengabdi di masyarakat. Mahasiswa perdana STIDKI Ar-Rahmah angka-tan tahun 2015 itu pun bersiap terjun ke mas-yarakat, untuk menerapkan ilmu yang selama 4 tahun didapat di kampus. Dan pada Jum’at (21 Juni) ini rangkaian sidang ujian skripsi itupun berakhir.

“Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai harapan,” ujar Pembantu Ketua I STIDKI Ar-Rahmah, Ust. Fathurrahman MS, Lc., MA, M.Ed. Selama 5 hari berturut-turut para maha-

siswa itu bergiliran mengikuti ujian skripsi di de-pan dewan penguji. Selama 15 menit pertama, mahasiswa memaparkan hasil karya tulisnya, 15 menit kedua tanggapan pembimbing perta-ma, demikian seterusnya, hingga sekitar sejam ujian itu usai. Setiap hari ada 4-5 mahasiswa yang mengikuti ujian skripsi ini. Dewan penguji skripsi terdiri dari Prof. Dr Moh Ali Aziz M. Ag,, Bramayuda M.M, Bambang Subandi M.Ag, Dr Supriyanto S.Si, M.Si, Dr Abdul Muhid M.Si dan A. Khoirul Hakim M.Si.

Sesuai dengan jurusannya, seluruh tema karya tulis skripsi mahasiswa di seputar manajemen masjid. Tak tanggung-tanggung, objek penelitian mahasiswa pun masjid berskala nasional, seperti Masjid Al Akbar Surabaya, di samping juga Masjid Al Falah, Masjid Al Irsyad, Masjid Mujahidin, Masjid Kemayoran, Masjid Baitul Ikhsan Bank Indonesia, Masjid Baitul Hakam Pelindo 3, dan tentu saja Masjid Ar-Rahmah Surabaya.

Ujian skripsi para mahasiswa itu mer-upakan akhir dari rangkaian karya penelitian yang sudah dimulai beberapa bulan yang lalu. Pada Desember tahun lalu para mahsiswa menyelenggarakan seminar proposal, sebagai langkah awal pengerjaan skripsi, juga di depan dewan penguji. Seminar proposal ini menyang-kut persiapan secara teknis maupun non-teknis terhadap rencana skripsi yang hendak dibuat, utamanya menyangkut garis besar penyusunan dan penulisan skripsi termasuk metodologi yang dipakai.(*)

Mahasiswa23 Sidang Skripsi

Edisi #12 39

Profil

Di balik pesona kecantikan Dewi Sandra yang istiqomah menjaga tudung islami, Dewi Sandra ternyata menyimpan lika

liku perjalanan hidup yang tak mudah.

Dewi Sandra merupakan seorang aktris, presenter dan penyanyi. Ia mulai mendapatkan hidayah untuk berhijrah sejak tahun 2012. Ia mengaku sering mengikuti pengajian bersama kerabatnya untuk memperdalam pengeta-huannya tentang Islam. Termasuk perihal hijab. Hingga pada tahun 2013, ia pun memutuskan untuk berhijab.

Tantangan Sebelum Berhijab

Perjalanan hijrahnya pun tidak mudah. Sebelum memutuskan untuk berhijab, Dewi sering bertanya-tanya apakah panas atau tidak menggunakan hijab. Namun, ia sering mendapatkan jawaban bahwa lebih panas api neraka.

“Kacamata agama itu benar-benar membantah kenikmatan dunia karena kenik-matan akhirat tidak bisa dibayangkan,” kata

Dewi dilansir dari liputan6.

Kehidupannya sebelum berhijrah berada di zona nyaman dengan segala rezeki, peker-jaan dan popularitas yang ia dapatkan. Namun hal itu justru menimbulkan pertanyaan bagi Dewi Sandra, apakah semua yang ia dapatkan adalah sebuah berkah.

Titik Balik

Pernikahannya dengan Agus Rahman seolah menjadi “titik balik” dalam kehidupan seorang Dewi Sandra. Ia yang semakin dewasa tampaknya seperti menemukan “kehidupan baru” yang selama ini belum pernah ia temu-kan.

Wanita kelahiran 3 April 1980 ini ternyata harus melalui pengalaman getir yang berlangsung secara bertahap. lembaran hitam hidup dewi Sandra itu pun mulai diterpa sinar hidayah, justru di saat dirinya mendulang momen paling pahit dalam hidupnya yaitu ketika kematian kedua orangtuanya.

“Apa yang membuat saya benar-benar berpikir adalah ketika saya merasakan momen dimana Almarhum ayah dan ibu saya mening-gal. Kematian akan pasti merubah seseorang,” ujarnya.

Secara jujur ia mengakui bahwa dirinya sempat takut akan kematian dan selalu berdoa untuk dipanjangkan umurnya. Bahkan sebelum berhijrah, ia selalu melakukan ibadah dengan setengah hati.

Lambat laun Dewi pun berpikir bahwa semua hal yang dilakukan setengah hati akan berantakan dan hancur pada akhirnya. Dan ia juga mengungkapkan bahwa perjalanan hijrahnya sangat berisiko. Bisa jadi ia kehilangan popularitasnya.

“Risiko itu benar ada, tapi ada risiko yang lebih besar. Risiko yang terbesar adalah masuk neraka dan itu siapa yang mau tanggu-ng?” ujarnya.

Meskipun menggunakan hijab, rezeki tidak pernah hentinya mengalir di kehidupan dewi Sandra, hal itupun patut ia syukuri. Sederet film ia bintangi dan juga sejumlah brand produk.

LIKA LIKU HIJRAH DEWI SANDRA

40 Majalah Ibadurrahman

Tazkiyah

Berbicara masalah taqwa, segala hal yang dilakukan oleh umat Muslim adalah taqwa misalkan berpuasa, menunaikan

sholat, bersedekah, dan lain sebagainya. Lantas apa yang sudah kita kerjakan sudah sesuai di mata Allah subhanahu wa ta’ala?

Ustad Shaleh Drehem memaknai makna taqwa dengan bahasa yang lain, seperti pada Quran Surat Al Maidah ayat 35.

“Hai orang-orang yang beriman, ber-takwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kebe-runtungan.” (Quran Surat Al Maidah: 35)

Di dalam surat tersebut disampaikan bahwa orang yang sudah beriman masih disuruh untuk bertqwa. Hal tersebut karena Allah subhanahu wa ta’ala memahami betul bahwa tabiat iman itu tidak selamanya dapat

istiqomah. Karakter iman ini kadang naik dan kadang pula turun.

Iman merupakan puncak kualitas diri seseorang. Jika dilihat dari hadis jibril, ada Islam, iman dan ihsan. Orang yang sudah beriman pasti keislamannya sudah mencapai totalitas. Tapi dalam surat tersebut masih dijelaskan untuk menyuruh orang-orang beriman agar bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Untuk mengetahui jalan menuju taqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka perlu-lah mencari wasilah atau sarana, karena taqwa ini tidak kun fayakun. Banyak orang yang sudah bertaqwa, sudah membaca Alquran tapi tidak ada perubahan dalam sikapnya. Banyak pula orang yang berpuasa 30 hari atau 29 hari tapi masih tidak mau memformat dirinya, bahkan banyak orang yang naik haji atau umrohh tapi setelah pulang tidak semakin dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga Allah pun

JALAN MENUJU TAQWA

Edisi #12 41

Tazkiyah

menyarankan untuk mencari sebuah wasilah tersebut.

Ada tiga wasilah dalam mencari jalan menuju taqwa, antara lain:1. Mencari IlmuSeseorang tidak akan kuat berpuasa jika tanpa ilmu, begitu pula dengan mengerjakan sholat, tidak akan khusyuk bila tanpa ilmu. Beriman tanpa ilmu tidak akan memberikan kebenaran, karena iman dari seseorang akan terlihat setengah-setengah. Dengan begitu, carilah ilmu sebanyak-banyak, agar dapat menjadi manusia yang bertaqwa.2. Amal Sholeh24 jam dalam sehari yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai nuansa amal sholeh jika umat Muslim terbiasa memperbarui niat. Seluruh hal jika diawali dengan niat maka akan bisa dilakukan. Pasang niat yang benar agar mempunyai nilai taqwa dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Berkawanlah dengan kawan yang baikWasilah ini menuju ketaqwaan, biasakan diri berkawan dengan orang-orang yang baik, mukmin dan sholeh. Sehingga harus berhati-ha-ti dalam memilih pasangan agar kelak setelah menikah kita semakin taat kepada Allah subha-nahu wa ta’ala. Seseorang itu kualitas agaman-ya sangat bergantung dengan siapa mereka berkawan. Lelaki yang sholeh akan bertemu dengan wanita yang sholeh.

Tiap orang harus memiliki satu sahabat yang saling memiliki, apapun yang dilakukan selalui karena Allah subhanahu wa ta’ala. Itulah sahabat yang baik, hal ini pun menjadi pen-garuh terhadap ketaqwaan umat Muslim.

Itulah makna taqwa, akan maksimal apabila ketaqwaan seseorang dilengkapi dengan tiga wasilah tersebut. Mencari ilmu, be-ramal shaleh dan diimbangi dengan berkawan dengan orang-orang sholeh. (Gth)

42 Majalah Ibadurrahman

Islamuna

Dunia abad 21 akan memasuki babak baru di dalam peradaban umat manusia. Hal ini salah satunya ditandai dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan yang pada prinsipnya dapat dimiliki oleh semua manusia.

Ini berarti seseorang yang dapat benar-benar bertahan di era ini adalah orang-orang yang menguasai ilmu pengetahuan. Di dalam masyarakat ilmu pengetahuan (know-ledge society) tentu saja mahasiswa Islam sebagai masyarakat yang memiliki integritas dan intelektual diharapkan peka dan cepat merespons segala bentuk perubahan sekaligus memberi jawaban terhadap segala persoalan yang muncul sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Meluruskan Gambaran Barat tentang Masyarakat Muslim

Fanatik, tidak berkompeten, fundamen-talis inilah beberapa atribut dari Barat untuk menggambarkan seluruh kaum muslimin. Islam dipandang sebagai sisi gelap Eropa. Ketika Ero-pa beradab, maka Islam dianggap biadab.

Image tentang Islam dan mas-yarakat-masyarakat muslim ini masih hidup dan diabadikan oleh buku-buku fiksi baru seperti Haj karya Leon Uris, Horn Of Afrika karya Philip Caputo dan lain-lain. Oleh karena itu, tugas

dan tantangan mahasiswa Islam sebagai kaum intelektual muslim tentu berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencari cara guna meluruskan kesan yang tidak benar tersebut.

Mempromosikan Perkembangan Dunia Islam

Mengembangkan dan mempromosikan sumber-sumber tradisional komunikasi seperti jurnal-jurnal ilmiah dan pendirian jaringan-jar-ingan informasi yang dirancang secara khusus untuk menyatukan dan memajukan, serta memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan antara para ilmuwan dan intelektual muslim adalah hal yang harus dilakukan di era 4.0 ini.

Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab mahasiswa Islam ke depan dengan me-nerbitkan sejumlah jurnal primer dan sekunder yang khusus untuk para ilmuwan dan intelektu-al muslim untuk melayani dunia Islam.

Mahasiswa Islam harus mempersiapkan diri sedini mungkin dengan membekali diri dengan kompetensi sesuai bidang keahliannya agar seorang mahasiswa Islam dapat unggul dalam kecerdasan intelektual, unggul dalam kecerdasan emosional, dan unggul dalam ke-cerdasan spritual dalam menghadapi berbagai tantangan dengan predikat intelektual muslim yang melekat pada dirinya.(nin)

Mahasiswa Islam& Tantangan Era 4.0

Edisi #10 43