Seminar Nasional Pendidikan Vokasi

11
27 Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014 MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN DAN MINAT BERWIRAUSAHA GENERASI MUDA MELALUI PENDIDIKAN VOKASI Sanatang 1 1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Email: [email protected] ABSTRAK Banyak generasi muda yang lulus sekolah lanjutan tingkat atas ragu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena khawatir setelah lulus perguruan tinggi akan menjadi pengangguran dan menjadi beban keluarga. Hal tersebut selalu menjadi beban pemikiran baik para orang tua maupun bagi calon peserta didik. Mencermati kondisi tersebut dibutuhkan sebuah solusi yang bisa memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa pendidikan yang ditempuh bisa membantu mereka untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan keahlian terapan dan keterampilan yang mampu beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan lapangan kerja. Pendidikan vokasi dari berbagai jenis dan jenjang, bertujuan untuk mempersiapkn tenaga kerja yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang mandiri dan memiliki daya saing global, maka dukungan pemerintah diwujudkan dalam pengembangan pendidikan vokasi secara berkesinambungan. sehingga memungkinkan para alumni pendidikan vokasi terserap lebih cepat pada lembaga atau instansi yang membutuhkannya. Bagi mereka yang tidak berminat menjadi karyawan atau pegawai dapat berwirausaha dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Kata Kunci: Pendidikan Vokasi, Mandiri, Wirausaha A. Pendahuluan Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia adalah tugas yang tidak pernah terputus bagi pemerintah yang bekerjasama dengan insan akademisi. Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah tidak semua keinginan masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri bisa terwujud seluruhnya. Berdasarkan data dari dikti agustus 2014, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2014 yang berlangsung serentak pada tanggal 17 Juni 2014 lalu memiliki jumlah pendaftar sebanyak 664.509 orang, yang diterima hanya 104.862 orang untuk 63 perguruan tinggi negeri atau hanya sekitar 15% dari jumlah pendaftar.

Transcript of Seminar Nasional Pendidikan Vokasi

27

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN DAN MINAT

BERWIRAUSAHA GENERASI MUDA MELALUI PENDIDIKAN

VOKASI

Sanatang

1

1Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar

Email: [email protected]

ABSTRAK

Banyak generasi muda yang lulus sekolah lanjutan tingkat atas ragu untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena khawatir setelah lulus perguruan tinggi akan

menjadi pengangguran dan menjadi beban keluarga. Hal tersebut selalu menjadi beban

pemikiran baik para orang tua maupun bagi calon peserta didik. Mencermati kondisi tersebut

dibutuhkan sebuah solusi yang bisa memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa

pendidikan yang ditempuh bisa membantu mereka untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang

diinginkan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk

mengembangkan keahlian terapan dan keterampilan yang mampu beradaptasi pada bidang

pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan lapangan kerja. Pendidikan vokasi dari berbagai jenis

dan jenjang, bertujuan untuk mempersiapkn tenaga kerja yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan lapangan kerja. Untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia menjadi

masyarakat yang mandiri dan memiliki daya saing global, maka dukungan pemerintah

diwujudkan dalam pengembangan pendidikan vokasi secara berkesinambungan. sehingga

memungkinkan para alumni pendidikan vokasi terserap lebih cepat pada lembaga atau instansi

yang membutuhkannya. Bagi mereka yang tidak berminat menjadi karyawan atau pegawai dapat

berwirausaha dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki.

Kata Kunci: Pendidikan Vokasi, Mandiri, Wirausaha

A. Pendahuluan

Mewujudkan cita-cita bangsa

Indonesia sesuai dengan amanat

Undang-Undang Dasar 1945 untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mensejahterakan rakyat Indonesia

adalah tugas yang tidak pernah terputus

bagi pemerintah yang bekerjasama

dengan insan akademisi. Namun, yang

menjadi masalah saat ini adalah tidak

semua keinginan masyarakat yang ingin

mengenyam pendidikan di perguruan

tinggi negeri bisa terwujud seluruhnya.

Berdasarkan data dari dikti agustus

2014, Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)

2014 yang berlangsung serentak pada

tanggal 17 Juni 2014 lalu memiliki

jumlah pendaftar sebanyak 664.509

orang, yang diterima hanya 104.862

orang untuk 63 perguruan tinggi negeri

atau hanya sekitar 15% dari jumlah

pendaftar.

28

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

Hal tersebut di atas merupakan

tantangan besar bagi pemerintah yang

harus memenuhi amanat undang-

undang dasar untuk terus berupaya

membangun manusia Indonesia

seutuhnya. Jumlah 85% yang tidak

terserap di Perguruan Tinggi negeri

adalah angka yang kedengarannya

sangat besar apabila masyarakat hanya

berharap bisa mengenyam pendidikan

di level Sarjana Strata Satu (S1)

maupun Diploma (D3). Harus diakui

bahwa sebagian besar orang tua atau

masyarakat Indonesia lebih tertarik

pada jenjang pendidikan ini karena

harapan titel atau gelar kesarjanaan

yang bisa menjadi kebanggaan keluarga

kelak (status sosial). Kompetensi dan

kemampuan keterampilan yang

diperoleh setelah sarjana terkadang

tidak menjadi prioritas utama. Keadaan

seperti ini tidak jarang terjadi di

masyarakat karena mungkin

ketidaktahuan mereka tentang

pentingnya pendidikan yang

memberikan pengetahuan, keterampilan

dan keahlian khusus yang sesuai

dengan kebutuhan lapangan kerja atau

era modern saat ini.

Jumlah pengangguran dewasa ini

masih relative naik turun dari tahun ke

tahun, yang menjadi pekerjaan rumah

(PR) yang tidak pernah selesai.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik

(BPS), angka pengangguran pada

Februari 2013 mencapai 5,92 persen

atau 7,17 juta orang. Jumlah ini

berpotensi terus meningkat seiring

bertambahnya jumlah penduduk usia

produktif dari tahun ke tahun. Yang

dimaksud dengan penduduk usia

produktif adalah orang yang berusia

antara 15-64 tahun, kemudian pada

pada bulan Agustus 2013 mengalami

kenaikan yaitu menjadi 6,17%,

meskipun pada Februari 2014

mengalami sedikit penurunan yaitu

5,7% tetapi nilainya tidak terlalu

mengalami penurunan yang significant.

Mengatasi permasalahan tersebut

di atas, masyarakat, pemerintah dan

lembaga pendidikan harus bersinergi

untuk mewujudkan pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya. Salah

satu unsur yang harus menjadi

perhatian utama adalah sumber daya

manusia yang berkualitas yang

memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi, keterampilan, dan keahlian

khusus yang dibutuhkan dalam dunia

kerja. Sumber daya manusia yang

diharapkan adalah yang bisa

beradaptasi dengan kebutuhan pasar

bagi mereka yang ingin bekerja pada

lembaga, perusahaan, dan instansi

pemerintah maupun swasta, dan sumber

29

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

daya manusia yang memiliki keinginan

berwirausaha atau membuka lapangan

kerja sendiri bahkan orang lain.

Pendidikan Vokasi bagi masyarakat

yang telah tamat Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) adalah sebuah

alternative untuk menyiapkan tenaga

kerja yang siap pakai dan mempunyai

daya saing yang tinggi atau mampu

berwirausaha.

B. Prinsip Dasar Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi adalah

pendidikan tinggi yang diarahkan pada

penguasaan keahlian terapan tertentu,

yang mencakup program pendidikan

diploma sampai setara dengan program

pendidikan akademik strata satu (S1).

Lulusan pendidikan vokasi akan

mendapatkan gelar vokasi dan keahlian

pada masing-masing kompetensinya.

Jenjang pendidikan vokasi sesuai dengan

pasal 16 Undang Undang Pendidikan

Tinggi No.12 tahun 2012 yaitu

menempatkan jenjang pendidikan di

mulai dari D-I, D-II, D-III, Sarjana

Terapan, Magister Terapan dan Doktor

Terapan. Standar nasional pendidikan

vokasi dikembangkan berdasarkan

standar kompetensi nasional dan/atau

internasional.

Prinsip-prinsip dasar pendidikan

vokasi oleh Miller (1985) menyatakan

bahwa kurikulum dalam pendidikan

vokasi harus berdasar pada kebutuhan

pasar (industri) dan dunia kerja, inovasi

adalah bagian dari vokasi, serta

pendidikan vokasi harus menghasilkan

lulusan yang kompeten (ahli di

bidangnya). Pendidikan vokasi pada

umumnya memiliki komposisi

kurikulum berbasis 60-70% praktek dan

30-40% teori.Praktek bisa dilakukan

pada ruang simulator (laboratorium)

maupun langsung pada tempat kerja

(terapan). Jika dikaitkan dengan

tantangan realitas perubahan pada era

globalisasi sekarang ini terhadap dunia

pendidikan, menurut Wagner (2008;

dalam hermanto, dkk.) akan terjadi tiga

transformasi mendasar yang

memerlukan perhatian, yaitu: (1) evolusi

yang cepat dalam era ekonomi kreatif

yang sangat berpengaruh terhadap dunia

kerja, (2) terjadinya perubahan yang

mendadak terhadap ketersediaan

informasi yang terbatas menjadi

informasi yang kontinyu dan melimpah,

dan (3) terjadinya kenaikan dampak

penggunakan media dan teknologi

terhadap anak muda, terutama peserta

didik. Pendapat senada dinyatakan

Power (1999; dalam hermanto, dkk.)

bahwa pendidikan vokasi merupakan

jenjang pendidikan berkaitan secara

langsung dengan kemajuan pengetahuan

30

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

dan keterampilan yang diperlukan bagi

pekerja di bidang rekayasa maupun

industri jasa. Kondisi ini menunjukkan

bahwa pendidikan vokasi harus mampu

memenuhi permintaan masyarakat

pengetahuan (knowledge society) pada

era ekonomi kreatif.

Tenaga pendidik pada

pendidikan vokasi juga idealnya adalah

seorang praktisi yang telah ahli dalam

suatu terapan ilmu pada bidang

pengajarannya. Smith (2009; dalam

hermanto, dkk.) menyatakan guru

pendidikan vokasi harus memiliki

kemandirian, memiliki dorongan

motivasi yang kuat dalam bekerja,

termasuk penguasaan terhadap kaidah-

kaidah profesionalisme pendidikan

vokasi dalam memperbaiki kompetensi

pengajarannya. Guru pendidikan vokasi

menurut Beven (2009; dalam hermanto,

dkk.) harus kompeten dalam merancang

pembelajaran yang sarat dengan

pemberian pengalaman kepada anak

didik melalui penguasaan kaidah-kaidah

pedagogik dan kurikulum pendidikan

kejuruan.

Agar sukses dalam menjalankan

profesi guru pendidikan vokasi

diperlukan pemahaman karakteristik

pendidikan kejuruan yaitu: (1)

Mempersiapkan peserta didik memasuki

lapangan kerja; (2) Didasarkan

kebutuhan dunia kerja “Demand-

Market-Driven” ; (3) Penguasaan

kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia

kerja; (4) Kesuksesan siswa pada

“Hands-On” atau performa dunia kerja;

(4) Hubungan erat dengan dunia kerja

merupakan kunci sukses Pendidikan

vokasi; (5) Responsif dan antisipatif

terhadap kemajuan teknologi; (6)

learning by doing dan hands on

experience; (7) membutuhkan pasilitas

mutakhir untuk praktek; (8) Memerlukan

biaya investasi dan operasional yang

lebih besar dari pendidikan umum

Berdasarkan pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pendidikan

vokasi memiliki prinsip link and match

yaitu pendidikan yang diterapkan harus

senantiasa mengikuti perkembangan

kebutuhan pasar kerja dan kebutuhan

perkembangan teknologi, sehingga

luaran yang dihasilkan memiliki

keahlian, keterampilan, kemampuan,

karakter, dan pemahaman yang

dibutuhkan pasar kerja. Pendidikan

vokasi juga diharapkan mampu

memberikan motivasi kepada

masyarakat agar mau berwirausaha

dengan keahlian dan keterampilan yang

dimiliki. Pelaksanaan pendidikan

vokasional yang lebih mengutamakan

pada keahlian (skill) dan praktik harus

selaras dengan kebutuhan dunia kerja

31

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

dan industri untuk menghasilkan tenaga

ahli profesional yang berstandar

internasional. Mengkaji dan

mengembangkan bidang-bidang

vokasional dalam upaya untuk

meningkatkan taraf kehidupan dan

kualitas masyarakat Indonesia.

Mengembangkan kerjasama antar

lembaga/instansi di dalam maupun di

luar negeri untuk kepentingan

pendidikan, praktek kerja dan adaptasi

kurikulum.

C. Upaya Pemerintah untuk

Mengembangkan Pendidikan

Vokasi

Pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya adalah hal mutlak yang harus

diupayakan dan terus diprogramkan oleh

pemerintah. Menyadari pentingnya

sumber daya manasia yang memilki

kualifikasi yang dibutuhkan dunia kerja

saat ini, pemerintah terus berupaya

mengevaluasi sistem pendidikan

nasional dengan berbagai cara. Beberapa

upaya peningkatan mutu pendidikan

merupakan tantangan terbesar yang

harus segera dilakukan oleh pemerintah

(kemendiknas). Upaya-upaya yang

sedang dilakukan pada saat ini adalah

dengan melalui : (1) Sertifikasi guru dan

dosen, adalah sertifikat pendidik

diberikan kepada guru dan dosen yang

telah memenuhi standar profesional

pendidik. Guru dan dosen profesional

merupakan syarat mutlak untuk

menciptakan sistem dan praktik

pendidikan yang berkualitas. Dasar

utama pelaksanaan sertifikasi adalah

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang

disahkan tanggal 30 Desember 2005.

Tujuan Sertifikasi diharapkan dapat;

Menentukan kelayakan guru dalam

melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, meningkatkan

proses dan mutu hasil pendidikan.

meningkatkan martabat guru dan dosen,

meningkatkan profesionalitas guru dan

dosen. (2) Akreditasi sekolah atau

lembaga pendidikan adalah penilaian

yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

lembaga mandiri yang berwenang untuk

menentukan kelayakan program dan atau

satuan pendidikan pada jalur pendidikan

formal dan non-formal pada setiap

jenjang dan jenis pendidikan.,

berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas

publik yang dilakukan dilakukan secara

obyektif, adil, transparan, dan

komprehensif dengan menggunakan

instrumen dan kriteria yang mengacu

kepada Standar Nasional Pendidikan. (3)

Standarisasi adalah Standar Nasional

32

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

Pendidikan yang berdasarkan PP no 19

tahun 2005 berisi tentang kriteria

minimal sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Standar Nasional

Pendidikan terdiri atas 8 kriteria;

standar kompetensi kulusan, standar isi,

standar proses, standar pendidikan dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan pendidikan, dan standar

penilaian pendidikan.

Sebuah upaya yang sedang

gencar dilakukan oleh pemerintah untuk

membangun sumber daya manusia saat

ini adalah pengembangan pendidikan

vokasi. Berdasarkan Undang Undang

Pendidikan Tinggi No.12 tahun 2012

pasal 16, yaitu menempatkan jenjang

pendidikan di mulai dari Diploma 1,

Diploma 2, Diploma 3, Sarjana Terapan,

Magister Terapan dan Doktor Terapan.

Standar nasional pendidikan vokasi

dikembangkan berdasarkan standar

kompetensi nasional dan/atau

internasional. Implementasi undang-

undang tersebut terus diupayakan oleh

pemerintah dengan Peningkatan sarana

dan prasarana pendidikan termasuk

membuka sejumlah lembaga pendidikan

dan memperluas cakupannya sampai ke

wilayah-wilayah terpencil, misalnya

pembukaan Politeknik baru, Akademi

Komunitas dan Sekolah Tinggi di

berbagai daerah, begitu pula pada

jenjang SLTA sekolah SMK terus

dibangun dan berkembang sampai ke

pelosok-pelosok wilayah Indonesia.

Perbaikan kurikulum dan sistem

pendidikan nasional misalnya

mengevaluasi kurikulum secara

periodik. Kurikulum pendidikan vokasi

harus selalu mengikuti kompetensi

keahlian yang di perlukan oleh pasar

kerja, materi pendidikan terus menerus

dikembangkan sesuai dengan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK).

Pengembangan kurikulum ini dilakukan

dengan supervisi penuh dari bidang

akademik yang berkompeten serta selalu

mendapatkan masukan-masukan dari

stakeholder (pemerintah, dunia

usaha/industri, praktisi pendidikan,

pemakai lulusan, alumni, dan lain-lain).

KBK program studi juga dikembangkan

berdasarkan pada perkembangan ilmu

dan teknologi serta trend pendidikan

vokasi di dunia. Berdasarkan perpres

Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),

pasal 2 disebutkan bahwa KKNI terdiri

atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi,

dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagai

jenjang terendah sampai dengan jenjang

9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi.

Pada pasal 5 (lima) Perpres ini

33

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

disebutkan bahwa lulusan Diploma III

paling rendah setara dengan jenjang 5,

dan lulusan Diploma IV atau Sarjana

Terapan dan Sarjana paling rendah

setara dengan jenjang 6. Dengan adanya

UU PT, pendidikan vokasi atau

politeknik di Indonesia diberi peluang

untuk membuka layanan pendidikan

pada jenjang master dan doktor terapan.

Selama ini, politeknik menawarkan

pendidikan vokasi hingga jenjang

diploma empat (D.IV) atau

SarjanaTerapan yang sama dengan S-1

pendidikan tinggi akademik. Melalui UU

PT, saat ini bisa menjadi payung hukum

pengembangan pendidikan vokasi ke

depannya.

D. Memasyarakatkan Pendidikan

Vokasi

Dewasa ini, berbagai upaya

yang telah dilakukan pemerintah untuk

mengembangkan pendidikan Vokasi,

namun tidak dapat dipungkiri bahwa

ternyata dalam proses yang berlangsung

masih terdapat beberapa tantangan yang

dihadapi. Masih banyak masyarakat

Indonesia yang memiliki kesalahan

berpikir dalam melihat bentuk layanan

pendidikan dan luaran di perguruan

tinggi. Mereka berpikiran bahwa kuliah

haruslah berakhir dengan gelar sarjana.

Padahal perguruan tinggi mengemban

tugas menyelenggarakan pendidikan

akademisi (sarjana), vokasi (diploma),

dan juga profesi (spesialis).

Gambar. Kerangka KKNI (sumber ; Litbang Kemendikbud, 2013)

34

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

Hingga saat ini pendidikan

vokasional masih belum dipahami

sebagai kebutuhan bangsa Indonesia.

Masyarakat belum begitu menyadari

akan peluang yang disediakan oleh

pendidikan diploma. Hal ini bisa dilihat

dari masih banyaknya lulusan sekolah

menengah kejuruan (SMK) yang

memilih untuk melanjutkan studi ke

jenjang sarjana. Sebagian besar

masyarakat kita sampai saat ini masih

asing dengan istilah pendidikan vokasi.

Hal tersebut wajar karena kata vokasi

belum dikenal secara luas di masyarakat,

Istilah vokasi juga tidak ditemukan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang ditulis oleh Munir, yang saat ini

lebih sering digunakan sebagai referensi

perbendaharaan kata dan istilah oleh

sebagian besar masyarakat. Kata vokasi

dewasa ini sering dikaitkan dengan kata

pendidikan, sehingga muncul istilah

pendidikan vokasi, meskipun masih

sebahagian besar masyarakat lebih

cenderung menggunakan istilah kejuruan

untuk pendidikan dengan keahlian

khusus.

Sosialisasi dan ajakan kepada

masyarakat untuk lebih memilih

pendidikan vokasi terus diprogramkan

oleh pemerintah melalui perguruan

tinggi dan sekolah SMK. Bahkan sejak

2009, pemerintah menargetkan rasio

SMK dibanding SMA 2:1. Artinya,

jumlah ideal SMK dua kali lipat dari

jumlah SMA. Upaya mendorong

pengembangan pendidikan di SMK ini

membawa konsekuensi pada

pengembangan pendidikan vokasional

atau ilmu terapan di tingkat pendidikan

tinggi.

Sejak tahun 2012 pemerintah

membuka lembaga pendidikan

vokasional yang baru melalui Akademi

Komunitas. Berdasarkan UU RI no. 12

tahun 2012 tentang pendidikan tinggi,

pada pasal 59 ayat 7 secara khusus

ditegaskan bahwa “Akademi Komunitas

adalah Perguruan Tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan vokasi

setingkat diploma satu dan/atau diploma

dua dalam satu atau beberapa cabang

ilmu pengetahuan dan/atau teknologi

tertentu yang berbasis keunggulan lokal

atau untuk memenuhi kebutuhan

khusus”. Pada tahun 2012 telah berdiri

20 perguruan tinggi Akademi

Komunitas, jumlah tersebut meningkat

sangat tinggi hingga pada Februari 2014

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) telah

mengeluarkan izin pendirian 62

Akademi Komunitas (AK) Negeri di

seluruh Indonesia. Ditargetkan hingga

2015 jumlah AK di seluruh Indonesia

bisa mencapai sekitar 260 lembaga.

35

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

Bahkan hingga saat ini peluang untuk

mendirikan lembaga pendidikan yang

baru dimoratorium untuk sementara

waktu kecuali Akademi Komunitas.

Program-program tersebut di

atas adalah upaya untuk

memasyarakatkan pendidikan vokasi

kepada seluruh bangsa Indonesia

sehingga masyarakat Indonesia memiliki

daya saing global dalam hal Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi,

keterampilan dan keahlian terapan yang

dibutuhkan oleh dunia kerja. Di sisi lain

dengan keahlian dan keterampilan yang

mereka miliki dapat dengan mudah

menciptakan lapangan kerja melalui

wirausaha secara mandiri sehingga

secara umum akan meningkatkan

kesejahteraan bangsa Indonesia.

E. Generasi Muda yang Mandiri dan

Mampu Berwirausaha

Memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi, keterampilan, keahlian, serta

kemampuan khusus dalam bidang ilmu

tertentu adalah tujuan utama setelah

mengikuti pendidikan vokasi. Menjadi

orang sukses tidak harus menjadi pejabat

atau karyawan di persahaan terkenal.

Kesuksesan bahkan lebih berpeluang

diraih dengan usaha mandiri yang

dikembangkan secara maksimal.

Peluang generasi muda untuk menjadi

wirausahawan saat ini semakin terbuka

lebar. Pemerintah telah memberikan

ruang yang luas untuk generasi muda

berkarya dan berkreasi untuk menjadi

wirausahawan muda. Apabila banyak

generasi muda yang terjun ke sektor

kewirausahaan, niscaya perekonomian

dalam negeri berangsur-angsur pulih.

Menjadi wirausaha merupakan jalan

keluar yang elegan mengurangi

pengangguran dan kemiskinan di negeri

ini dengan permasalahan lapangan kerja

yang semakin sempit atau berkurang.

Dengan menjadi wirausaha, berarti

generasi muda membuka lapangan

pekerjaan bagi orang lain. Pemuda

sebagai tulang punggung negara dan

perekonomian sebagai soko guru

ekonomi bangsa adalah dua sisi yang

tidak bisa di pisahkan. Upaya merubah

pola pikir dan karakter pemuda

Indonesia dari pola pikir pencari kerja

yang telah membudaya dan mengakar di

negara ini, menjadi pola pikir membuka

dan menciptakan lapangan pekerjaan

menjadi sangat penting. Ini adalah suatu

hal yang sangat mulia dan perlu

didukung oleh pemerintah dan segenap

komponen masyarakat. Seseorang

memang tidak perlu berpredikat sarjana

untuk menjadi pengusaha, tetapi dengan

latar belakang pendidikan vokasi, berarti

akan banyak kesempatan terbuka karena

36

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

lebih luas wawasan dan keahliannya

dalam melihat berbagai peluang bisnis

yang ada. Problem utama dalam

membangun jiwa kewirausahaan adalah

kurangnya kesadaran akan arti penting

dan urgensinya menjadi pemuda yang

mandiri dan berwirausaha.

Kekuatan dan potensi generasi

muda untuk menjadi wirausaha apabila

dikemas dan dimanajemen dengan baik

maka akan menjadi kekuatan ekonomi

negara yang menciptakan para

wirausaha muda Indonesia sebagaimana

tercantum dalam undang-undang

maupun kebijakan presiden serta

kebijakan pemerintah daerah. Oleh

karena itu semua pihak harus

menjadikan generasi muda sebagai

wirausaha yang mandiri dan tangguh,

menciptakan lapangan kerja, penggerak

perekonomian dan industri negara yang

mampu membuka lapangan pekerjaan

seluas-luasnya dan menempatkan

generasi muda sebagai ujung tombak

perekonomian negara.

F. Penutup

Program pendidikan vokasi adalah

sebuah upaya yang dilakukan

pemerintah Indonesia untuk

mewujudkan pembangunan sumber daya

manusia yang memiliki ilmu

pengetahuan dan teknologi,

keterampilan, ilmu terapan, dan keahlian

khusus yang diharapkan mampu

menjawab tantangan dunia kerja di era

globalisasi. Berbagai upaya yang

dilakukan pemerintah untuk

mewujudkan kesuksesan program

pendidikan vokasi yaitu; Sertifikasi

(sumber daya manusia/tenaga pendidik),

Standarisasi (sistim pelaksanaan/proses

pembelajaran), Akreditasi

(instansi/lembaga pendidikan). Evaluasi

dan kajian kurikulum secara periodic

adalah salah satu upaya untuk bisa

menjawab tantangan permintaan pasar

kerja dan kebutuhan SDM lembaga

swasta, pemerintah, dan industri.

Kesuksesan pendidikan vokasi

tergantung kerjasama yang baik dari

para stakeholder (masyarakat,

pemerintah, lembaga pendidikan).

Luaran pendidikan vokasi tidak hanya

diharapkan menjadi tenaga kerja atau

karyawan pada sebuah lembaga atau

perusahaan, tetapi juga diharapkan

mampu menciptakan lapangan kerja

melalui wirausaha secara mandiri. Ilmu

pengetahuan, keterampilan dan keahlian

yang dimiliki adalah modal utama yang

bisa digunakan untuk membuka

lapangan kerja sendiri bahkan

mempekerjakan orang lain sehingga

mengurangi angka pengangguran.

37

Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Optimalisasi Sumber Daya Pendidikan Vokasi dalam Meningkatkan Daya Saing Global Hotel Singgasana, 30 Agustus 2014

Daftar Pustaka

Christian F. Lettmayr, Tarja Riihimäki

(2011), The benefits of vocational

education and training, Research

Paper, Luxembourg: Publications

Office of the European Union

Hermanto Sofyan dkk. (2012),

Paradigma Baru Pendidikan

Vokasi, Artikel, diakses tanggal 21

Agustus 2014

Republik Indonesia. 2012. Undang-

Undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, diakses tanggal

22 Agustus 2014.

www.kemdikbud.go.id

Republik Indonesia. 2012. Peraturan

Presiden Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia. diakses tanggal 22

Agustus 2014.

www.kemdikbud.go.id

------------, Litbang Kemdikbud (2013),

KKNI jadi Acuan Pendidikan,

http://litbang.kemdikbud.go.id,

diakses tanggal 22 Agustus 2014

------------,Tempo.Com (2014), Hanya

15% Peserta SBMPTN Diterima di

PTN, edisi 16 Juli 2014, diakses

tanggal 22 Agustus 2014

-------------,Kominfo.go.id. Pendidikan

Vokasi Solusi Menekan Angka

Pengangguran,

http://infopublik.kominfo.go.id,

diakses tanggal 21 Agustus 2014

-------------, Kompas.com (2012),

Akademi Komunitas Berdiri, edisi

27 Agustus 2012, diakses tanggal

21 Agustus 2014