Seismology Pa KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK GEMPA BUMI GUNUNG SEMERU TANGGAL 02 AGUSTUS 2009per
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Seismology Pa KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK GEMPA BUMI GUNUNG SEMERU TANGGAL 02 AGUSTUS 2009per
MAKALAH SEISMOLOGI
SELEKSI, PROCESSING, DAN INTERPRETASI SINYAL SEISMIKGUNUNG SEMERU TANGGAL 12 AGUSTUS 2009
Makalah ini disusun untuk Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Fisika Gunung Api yang diampu oleh Sukir Maryanto, Ph.D
disusun oleh:
Dwi Febriana Rochmah (0910930006)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seismologi adalah ilmu yang mempelajari penjabaran,
penjalaran, dan perekaman gelombang elastik di dalam permukaan
bumi, serta sumber yang menyebabkan terjadinya gelombang
seismik. Energi yang berasal dari sumber alami atau buatan
menyebabkan deformasi dapat menghasilkan gelombang seismik ,
dimana gangguan elastik akan menyebar dari sumber akibat
ketidakseimbangan pada batuan ( Lay dan Wallace, 1995:1).
Respon dari gangguan elastik yang ditangkap oleh receiver
dapat memberikan resolusi terbaik dari struktur bawah
permukaan. Hal ini dikarenakan gelombang elastik memiliki rute
paling singkat diantara metode geofisika yang lain. Konsep-
konsep fisika kemudian yang dapat menjelaskan bahwa gelombang
elastik terlokalisasi secara temporal dalam arah dan ruang
tertentu dengan disertai energi (Lay dan Wallace, 1995:1-2).
Secara
Seiring berjalannya waktu, salah satu cabang ilmu dari
seismologi adalah monitoring aktivitas gunung api yang tercakup
dalam seismologi gempa bumi. Oleh karena itu, seismologi
sangat berkaitan pula dengan teknik kegempaan. Studi mengenai
sejarah, akibat, dan proses yang terjadi didalam gempa bumi di
dalam dan pada kerak bumi kemudian dirangkum dalam lingkup
studi seismologi gunungapi (Stein dan Wysession, 2003:14).
Peristiwa letusan gunungapi di Jawa Timur merupakan tolak
ukur perkembangan kegunungapian di Indonesia. Letusan3
gunungapi Kelud pada tahun 1919 yang merupakan bencana alam
bersejarah di Jawa Timur menyebabkan lahirnya ahli-ahli
vulkanologi. Salah satunya adalah gunung Semeru. Gunung Semeru
memiliki karakteristik yang unik, dimana tipe letusannya
bermacam-macam yang jarang ditemui pada karakteristik
gunungapi lain. Sejak tahun 1967, Gunung Semeru memiliki tipe
vulkano-strombolian yang merupakan gunungapi paling aktif di
Jawa Timur.
Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe campuran antara
vulkanian dan strombolian. Letusan tipe vulkanian dicirikan
dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan
kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.
Selanjutnya terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya
diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru. Pada
saat terjadi letusan eksplosif biasanya dikuti oleh terjadinya
aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih
rendah.
Salah satu output yang diharapkan dalam perkuliahan
seismologi adalah mampu mengidentifikasi dan mengolah
peristiwa gempa bumi. Oleh karena itu, makalah ini menyajikan
pengolahan data dari rekaman data seismik tanggal 12 Agustus
2009 baik dari tahapan seleksi, analisa spektral, dan
penentuan hiposenter dari event yang terjadi pada tanggal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
4
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah agar
mengetahui tahap seleksi, pengolahan, dan interpretasi data
dari sinyal seismik gunung Semeru tanggal 12 Agustus 2013.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
mampu untuk melakukan tahap seleksi, pengolahan, dan
interpretasi data dari sinyal seismik Gunung Semeru tanggal 12
Agustus 2013.
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a) Praktisi Geofisika
Manfaat praktis yang didapatkan dari penyusunan makalah
ini yaitu sebagai pemahaman dalam mempelajari seismologi
gunungapi terutama pada klasifikasi dan karakteristik
gempabumi pada gunung Semeru.
b) Institusi Pendidikan
Manfaat yang didapatkan oleh institusi pendidikan dari
makalah ini yaitu sebagai sarana untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mahasiswa untuk memahami ilmu seismologi gunungapi
khususnya gunungapi Semeru dari sisi pengembangan teori.
2.Manfaat Teoritis
Manfaat yang didapatkan secara teoritis dapat memberikan
informasi kepada masyarakat bahwa bidang seismologi gunungapi
adalah ilmu sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, dan
merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipahami.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gunung Semeru
Gunungapi Semeru secara administratif termasuk dalam
wilayah Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Propinsi Jawa
Timur. Secara geografis terletak pada posisi 8º 06’ 5’’ LS
dan 112º 55’ BT dengan puncak tertinggi Mahameru 3676 m dpl
(diatas permukaan laut) yang merupakan tempat tertinggi di
Pulau Jawa. Gunungapi ini berada pada sabuk gunungapi di Jawa
Timur, sekitar 170 km di atas zona subduksi di mana Lempeng
Samudra India-Australia menunjam ke arah utara di bawah Pulau
Jawa sebagai bagian dari Lempeng Benua Asia-Eropa (Katili dan
Siswowidjoyo dalam Perwita 2011).
6
Bemmelen (1948) menyatakan bahwa Gunung Semeru terletak
pada Solo Zone yang termasuk dalam punggungan timur pegunungan
kompleks di pulau Jawa. Puncak dari gunungapi Semeru adalah
puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 meter pada pegunungan
kompleks Tengger-Semeru. Kawah yang terdapat di puncak Gunung
Semeru terdiri dari kawah Mahameru yang sudah tidak aktif.
Sedangkan kawah yang masih aktif adalah Jonggring Seloko.
Kawah termuda di Guning Semeru ini terletak paling tenggara
dengan arah bukaan ke arah tenggara (Irawan, 2013).
B. Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang elastis yang
menjalar dalam medium bumi. Berdasarkan teori elastisitas,
gempa bumi merupakan akibat dari pelepasan energi secara tiba-
tiba. Ketika lempeng tektonik saling membentur dan didorong
ke arah selubung, maka tekanan besar terjadi dalam kerak. Jika
tekanan dalam batuan terlalu besar, batuan akan retak
membentuk patahan. Suatu pergeseran dalam bidang
retakan/patahan beberapa sentimeter saja dapat menyebabkan
gelombang-gelombang berenergi dahsyat akan muncul ke
permukaan, memecah dan mengangkat tanah. Pergeseran ini yang
kemudian diistilahkan gempa bumi.
Gempa bumi dipelajari berdasarkan pemahaman karakteristik
dari gelombang seismik. Gelombang seismik terdiri dari (1)
gelombang badan (2) gelombang permukaan. Gelombang badan
terdiri dari gelombang P dan S. Gelombang P dapat melalui
segala medium (medium cair ataupun padat). Seringkali
diistilahkan gelombang P karena gelombang ini adalah gelombang
7
pertama yang tercatat pada seismogram. Sedangkan gelombang S
adalah gelombang seismik yang tiba setelah gelombang P.
Karakteristik dari gelombang S yaitu hanya dapat merambat
dalam medium padat. Sedangkan gelombang permukaan adalah
gelombang seismik yang terjadi karena transfer energi sehingga
terdapat efek pada permukaan bumi. Gelombang ini disebut
gelombang permukaan yang sifatnya merusak. Gelombang permukaan
terdapat dua macam yaitu gelombang Love dan gelombang
Rayleigh. Gelombang Rayleigh memiliki karakteristik pergerakan
elliptik retrogade sedangkan gelombang Love hampir sama dengan
gelombang S yang berupa gelombang transversal
(Siswowidjoyo,1981).
C. Pemantauan Seismik Gunung Semeru
Aktivitas gempa bumi di Indonesia umumnya diamati dengan
pemantauan seismik. Pemantauan seismik dilakukan dengan
menganalisis data rekaman seismograf yang diperoleh dari
seismometer yang dipasang di sekitar gunungapi. Untuk kasus
G. Semeru, pemantauan dilakukan oleh Pos Pemantauan
Gunungapi Sawur (PPGA Sawur) dengan menggunakan seismometer
1 komponen tipe L-4C serta menggunakan seismograf tipe PS-2
seperti pada gambar dibawah ini:
8
Gambar C.1 a) Seismometer tipe LC-4 dan b) Seismograf tipe
PS-2
stasiun Leker, di Pos PGA G.Semeru (PPGA Sawur dalam Perwita,
2011)
Gunung Semeru memiliki fasilitas pemantauan seismik cukuplengkap dengan 6 channel pengamatan yaitu Stasiun Puncak,Kepolo, Leker, Tretes, Besuk Bang, dan Infrasonik. Data yangdirekam oleh stasiun seismik kemudian direkam denganmenggunakan analog dan digital. Data digital dikirim melaluiVSAT ( Very Small Aperture Terminal) menuju kantor pusat DVMBGBandung sehingga dapat dianalisis tingkat aktivitas danpotensi Gunung Semeru.
D. Gempa Gunung ApiGempa bumi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu gempa
tektonik dan gempa vulkanik. Gempa Vulkanik terjadi di sekitargunungapi yang menjadi pertanda kegiatan gunungapi tersebut.
(a) Gempa vulkanik tipe A (b) Gempa vulkanik tipe B
(c) Gempa letusan (d) Gempa tremor harmonik
9
(e) Gempa awan panas
(f) Gempa guguran
Sejarah erupsi dan peningkatan kegiatan G. Semeru mulaitercatat sejak tahun 1888. Pusat aktifitas gunung ini beradadi Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggarapuncak Mahameru. Erupsi G. Semeru umumnya erupsi abu bertipeVulkanian dan Strombolian yang terjadi 3–4 kali setiap jam.Erupsi tipe Vulkanian dicirikan dengan erupsi eksplosif yangkadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telahterbentuk sebelumnya. Selanjutnya terjadi erupsi bertipeStrombolian biasanya diikuti dengan pembentukan kubah danlidah lava baru. Pada saat terjadi erupsi eksplosif biasanyadikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir kelembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuaidengan bukaan kawah dan lembah-lembah di G. Semeru. Arahbukaan kawah G. Semeru saat ini mengarah ke arah tenggaraatau mengarah ke hulu Besuk Kembar. Ciri khas dari peningkatanaktifitas G. Semeru dapat dilihat dari jumlah letusanhariannya. Peningkatan aktifitas biasanya ditandai denganpenurunan jumlah letusan harian. Pada umumnya gempa letusan di
10
Gambar C.1 Klasifikasi menurut Minamakami dalam(Perwita, 2011)
G. Semeru berkisar antara 80-120 letusan perhari yang terjadi15 menit sekali (Heru dalam Perwita 2011).
D.1 Penentuan Hiposenter
Hiposenter merupakan representasi tempat kejadian gempabumi yang berada di dalam bumi. Proyeksi hiposenter yangberada di permukaan bumi disebut sebagai episenter. Penentuandari lokasi kejadian gempa (episenter/hiposenter) dibutuhkankoordinat stasiun pengamat, model struktur kecepatan realistisyang mengarakterisasi areal jaringan stasiun pengamatan dansetidaknya dibutuhkan 4 data waktu tiba gelombang P dan S (Tpdan Ts). Walaupun demikian, penggunaan data waktu tibagelombang P saja bukan merupakan masalah jika gempa terjadidalam areal jaringan stasiun pengamatan (Triyoso, 1991).Penentuan hiposenter adalah dengan analisis beda wantu tiba.Dasar perhitungan hiposenter dengan analisis beda waktumengggunakan perumusan sebagai berikut :
(X−Xi )2+(Y−Yi)2+(Z−Zi)
2=(ti−to )2vp
2 (2.1)
(ti−to )Vp=(S−P)ik (2.2)
dimana:
i = 1,2,3, dan 4 (stasiun ke-i)
X,Y,Z = koordinat sumber gempa tidak diketahui
(X,Y,Z)i = koorsinat stasiun seismograf
k = koefien jarak
ti = waktu tiba gelombang P
to = saat terjadinya gempa yang tidak diketahui
Koefisien jarak adalah konstanta dari rumus Omori dapatdiketahui dengan cara :
11
D=VpxVs
Vp−Vs(S−P ) dan k=
VpxVs
Vp−Vs (2.3)
dimana Vp adalah cepat rambat gelombang P, Vs adalah cepatrambat gelombang S, D adalah jarak hiposenter (sumber gempa)dan (S-P) adalah beda waktu tiba gelombang S dan P(Siswowidjojo, 1981)
D.2 Transformasi Fourier
Analisis spektral dalam seismologi menggunakanalgoritma Transformasi Fourier. Transformasi Fourier adalahtransformasi dari domain waktu ke domain frekuensi. Perubahanini tidak mengubah informasi yang terkandung dalam sinyalgempa bumi. Karena hanya tatanan yang berubah bentuk, padaseismogram amplituda disusunsebagai fungsi dari waktu,sedangkan dalam spektra amplituda disusun sebagai fungsi darifrekuensi. Transformasi fourier dalam penjelasan matematisadalah sebagai berikut. Jika kita memiliki sinyal x(t) makapasangan transformasi Fouriernya adalah X(ω) dengan ω = 2πf.
X (ω )=∫−∞
∞
x(t)e−iωtdt
(2.4)
Jika x(t) adalah gelombang yang terpisah menjadi beberapagelombang sinus dan X (ω ) adalah transformasi Fourier dari x(t)dan i=√−1, maka persamaan 2.4 menjadi ;
X (ω )=∫−∞
∞
x (t )cos (ωt)dt−i∫−∞
∞
x (t)sin (ωt)dt
¿ℜ [X (ω )]−iℑ [X (ω) ]
¿|X (ω )|e−iφ(ω) (2.5)
sehingga persamaan spektrum amplitudo adalah,
|X (ω )|=√(ℜ[X (ω )])2+(ℑ[X (ω)])2 (2.6)
12
dan persamaan spektrum fasa,
φ [ω ]=tan−1( ℑ[X (ω )]ℜ[X (ω )]) (2.7)
Sedangkan invers dari transformasi Fourier dapat dirumuskan,
x(t)=|X (ω)|e−iφ(ω) (2.8)
H (ω )⟺h(t) (2.9)
13
BAB III
METODE PENULISAN
A. Sifat Penyusunan Makalah
Penyusunan makalah ini bersifat kajian pustaka dandidasarkan dengan data sekunder. Kajian pustaka yang dilakukanmenjelaskan pemahaman awal agar dapat melakukan interpretasievent / peristiwa dari gempa yang terjadi di gunungapi Semerupada tanggal 12 Agustus 2009. Sedangkan tahap pengolahandilakukan dengan data sekunder Gunung Semeru tahun 2009tepatnya pada tanggal 14 Agustus 2009.
B. Metode Penyusunan Makalah
Penyusunan makalah ini digambarkan pada skema berikut :
14
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penulisan Makalah
Penyusunan makalah ini didasarkan dengan mengambil data
pustaka dari literatur seismologi atau seismologi gunungapi/
Perangkat lunak yang digunakan adalah (1) Microsoft Excel, (2)
Origin, (3) GAD dan (4)LS7_WVE. Data sekunder yang digunakan
adalah data seismik digital seismogram di stasiun Puncak,
Leker, Tretes, dan Besuk Bang. Berikut adalah informasi
koordinat stasiun seismik (dalam UTM) dan ketinggian dari
permukaan air laut.
Posis
i
Channel Easting
(X)
Northing
(Y) ZPunca
k
- 711983.7
4
9102819.4
6
365
7
PCK
A000 711458.8
7 9103462
276
4
LEKR
A001 718718.1
7
9100108.4
1
106
0
TRS
A003 716286.6
9
9098792.8
3
120
8
BES
A004 715057.0
8
9095258.9
2 867Tabel 3.1. Koordinat Stasiun Seismik yang digunakan dalam
pembahasan makalah ini.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tahap Seleksi Data
Seleksi data merupakan langkah awal dalam pengolahan datayang ditujukan agar dapat mengelompokkan jenis gempa yangterjadi di Gunung Semeru. Berdasarkan jaringan pemantauanseismik di Indonesia wilayah barat maka channel pada pengamatangunung Semeru terdapat 6 buah yaitu A000H (Stasiun Puncak),A001H (Kepolo), A002H (Lekker), A003H (Tretes), A004H (BesukBang), dan A005H (Infrasonik). Namun dalam pengolahan inidiambil hanya 4 stasiun. Hal ini dikarenakan event dari hasilseleksi kurang memadai apabila seluruh stasiun seismikdigunakan.
PosisiChanne
lLat Long
Easting
(X)
Northing
(Y)Z
Puncak(Google
Earth)
-
-
8o06’46.0
3”
112o55’29,
24”
711983.7
4
9102819.
46
365
7
PCK
A000 -8.107 112.294 711458.8
7 9103462
276
4
LEKR
A001 -8.137 112.986 718718.1
7
9100108.
41
106
0
TRS
A003 -8.149 112.964 716286.6
9
9098792.
83
120
8
BES
A004 -8.181 1122.953 715057.0
8
9095258.
92 867
Tabel 3.1. Koordinat Stasiun Seismik yang digunakan dalam
pembahasan makalah ini.
17
Seleksi data dilakukan dengan melakukan pemilahan dataseismikdengan cara membaca rekaman data digital seismogram.Pembacaan data dilakukan oleh software LS7_WVE pada setiapmenit dalam 1 jam. Hal pertama yang dilakukan ketikapenyeleksian data yaitu memilih kenampakan gelombang (waveform)yang tidak putus gelombangnya. Waveform yang baik akan memudahtahap selanjutnya yaitu pada tahap pengolahan data (analisisspektral). Tampilan dari seleksi data sebagai berikut :
1) Data Terbaik untuk Event GempaVulkanik Dangkal (VB) padapukul 04.33 WIB
Gambar 3.1 Event yang diduga gempa vulkanik dangkal (VB).
Gempa vulkanik dangkal (VB) dapat dicirikan dengankenampakannya yang hampir serupadengan gempa VA. Karakteristikgempa VB dilihat dari sumber gempa yang diperkirakan kurangdari 1 km. Gerakan awalnya cukup jelas dengan waktu tibagelombang P yang jelas namun waktu tiba gelombang S yang tidakjelas dan sulit ditentukan.
Tipe gempa yang sering dijumpai di Gunung Semeru adalahfenomena gempa tremor. Gempa tremor terdapat dua macam yaitugempa tremor harmonik dan spasmodik. Gempa tremor harmonikbiasanya identik dengan perulangan-perulangan event yangbentuknya sama. Sedangkan gempa tremor spasmodik tidakberaturan seperti pada halnya gambar 3.1.
Event tipe gempa lainnya tidak ditemukan pada tanggal 14Agustus 2009 yaitu gempa vulkanik dalam (VA), gempa letusan,dan gempa guguran. Gempa letusan merupakan gempa yangdisebabkan oleh terjadinya letusan yang bersifat eksplosif.Berdasarkan hasil pengamatan seismik sampai saat ini dapat
18
Tremor??
dikatakan bahwa gerakan pertama dari gempa letusan adalahpush-up atau gerakan ke atas. Gempa letusan dapat dikatakangempa yang terjadi akibat mekanisme sebuah sumber tunggal yangpositif. Gempa Guguran biasanya berasosiasi dengan guguranlava dari kubah lava yang terbentuk di kawah, sedangkan gempaawan panas guguran biasanya terjadi karena guguran materialyang disebabkan oleh aliran piroklastik.
B. Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data
Pengolahan data dilakukan dengan 2 cara yaitu denganmenggunakan perangkat lunak Origin dan GAD. Tujuannya agarmengetahui sebaran frekuensi pada event yang telah didapatkandengan melakukan analisis spektra. Sedangkan GAD ditujukanuntuk mencari hiposenter dari gempa vulkanik.
B.1 Tahap Penentuan Hiposenter
Software yang dibutuhkan untuk kegiatan ini ialah
Microsoft Excel, GAD, LS7_WVE, dan program konverter koordinat
(tergantung selera). Sementara data yang perlu disiapkan ialah
rekaman seismik digital serta koordinat stasiun seismik dan
kawah. Hiposenter ialah titik tempat terjadinya gempa di bawah
permukaan bumi. Umumnya hiposenter yang dicari ialah
hiposenter untuk gempa-gempa vulkanik. Software yang digunakan
untuk menentukan hiposenter gempa ialah GAD, sementara
software LS7_WVE digunakan untuk membuka file rekaman seismik
digital. Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk
menentukan hiposenter diberikan dibawah ini:
a. Langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mencari
rekaman gempa menggunakan software LS7_WVE. Pertama –
tama jalankan software LS7_WVE.
19
Zoom untuk memperbesar
b. Kemudian buka file seismik digital yang diinginkan (bisa
dengan cara drag and drop) hingga memperoleh gempa yang
diinginkan.
c. Setelah menemukan gempa yang akan ditentukan
hiposenternya langkah yang pertama kali dilakukan ialah
mencatat nama file yang dibuka. Nama file ini akan
dipakai sebagai tanda pengenal di software GAD. Kemudian
tentukan waktu tiba gelombang P dan S serta gerak
awalnya. Lebih baik klik tombol zoom in terlebih dahulu
untuk memperbesar seismogram hingga gelombang P dan S
dapat dikenali dengan baik.
d. Setelah itu lakukan penentuan waktu tiba gelombang P
untuk stasiun pertama. Letakan kursor pada titik yang
20
waktu tiba
dianggap sebagai awal gelombang P kemudian klik pada
titik tersebut. Catat waktu tiba gelombang P tersebut
seperti yang tertulis di pojok kiri bawah. Catat juga
gerak awal gelombang P itu. Selanjutnya letakan kursor
pada titik yang dianggap awal gelombang S kemudian klik
pada titik tersebut. Catat waktu tiba gelombang S
tersebut seperti yang tertulis di pojok kiri bawah. Catat
pula gerak awal gelombang S tersebut. Ulangi langkah –
langkah di atas untuk stasiun - stasiun lain.
e. Langkah kedua ialah melakukan konversi koordinat terhadap
koordinat stasiun dan kawah yang telah disiapkan.
Koordinat yang direkam GPS umumnya memiliki format bujur
dan lintang dengan satuan dalam derajat desimal
(misalnya: 7,312 ° LS dan 105,421° BT) atau dalam derajat
menit detik (misalnya: 5° 10’ 23” LS dan 103° 32’ 4” BT).
Koordinat tersebut harus diubah ke dalam format UTM
dengan satuan dalam meter (misal: easting (sumbu x)
689906,0925 dan northing (sumbu y) 9895749,1421).
Konversi koordinat ini dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai software konversi koordinat. Koordinat yang
21
dibutuhkan oleh software GAD ialah koordinat relatif
masing – masing stasiun terhadap titik (0,0) yang
biasanya ialah lokasi kawah atau puncak. Untuk memperoleh
koordinat relatif tersebut pertama – tama pilihlah
koordinat (dalam format UTM) yang akan dijadikan titik
referensi atau titik (0,0). Setelah menentukan titik
(0,0) tersebut, kurangi nilai koordinat stasiun – stasiun
seismik dengan nilai koordinat titik (0,0) tersebut.
Hasil yang diperoleh dari langkah tersebut ialah nilai
koordinat relatif tiap stasiun terhadap koordinat kawah
atau puncak. Nilai koordinat relatif ini masih dalam
satuan meter, supaya dapat digunakan oleh GAD nilai
tersebut harus diubah dalam satuan kilometer. Selain
koordinat sumbu x dan sumbu y, GAD juga membutuhkan nilai
ketinggian stasiun dan puncak atau kawah dari atas
permukaan laut (sumbu z). Nilai ketinggian ini ditulis
dalam satuan kilometer dengan nilai negatif untuk posisi
di atas permukaan laut.
Posisi
Easting(X)
Northing(Y) Z
delta_x
delta_y
delta_z
Puncak
711983.74
9102819.46
3657
PCK711458.
87 91034622764
-524.8
7642.5
4 -893
LEKR718718.
179100108.4
11060
6734.43
-2711.
05-
2597
TRS716286.
699098792.8
31208
4302.95
-4026.
63-
2449BES 715057.
089095258.9
2867 3073.
34-
7560.-
2790
22
54
Hal yang perlu diingat dalam GAD arah timur dan utara
diberikan nilai positif, arah selatan dan barat diberikan
nilai negatif, lokasi di bawah permukaan laut diberi nilai
positif, lokasi di atas permukaan laut diberi nilai negatif,
dengan permukaan laut sebagai titik nol.
f. Langkah ketiga ialah menggunakan software GAD. GAD
membutuhkan tiga file input, yaitu station.dat,
arrival.dat, dan velocity.dat. File velocity.dat tidak
perlu diubah. File station.dat diisi dengan jumlah stasiun
serta koordinat relatif dan ketinggian masing – masing
stasiun seismik yang digunakan. Pengisian koordinat dan
ketinggian tersebut harus sesuai dengan format yang
digunakan GAD.
g. File arrival.dat diisi dengan kode stasiun, tanda pengenal
gempa yang berupa waktu terjadinya gempa dalam format tahun,
bulan, tanggal, jam, dan menit, waktu tiba gelombang P dan S
(detik), serta gerak awal gelombang P dan S. Nilai – nilai
23
tersebut harus dimasukan sesuai format yang digunakan GAD.
Hal – hal berikut harus diingat ketika membuat file
arrival.dat, jika suatu waktu tiba (misalnya waktu tiba
gelombang P untuk suatu stasiun) tidak bisa ditentukan maka
pada kolom tersebut diisikan nilai 99.990, tanda (+) dipakai
untuk gerak awal naik, tanda (-) dipakai untuk gerak awal
turun, huruf I dipakai jika waktu tiba dapat ditentukan,
serta huruf E dipakai jika waktu tiba tidak dapat
ditentukan. Pada akhir file perlu diisikan angka 9999999999
sebagai penanda akhir file.
h. Ketiga file input diatas harus diletakan di dalam folder
yang sama dengan software GAD. Setelah selesai mengisi
file station.dat dan arrival.dat dengan benar, langkah
selanjutnya ialah menjalankan software GAD tersebut. GAD
dapat dijalankan langsung dengan meng-klik dua kali pada
icon GAD. Segera setelah GAD dijalankan, akan muncul
sebuah file baru dengan nama results.dat yang berisi
hasil penentuan hiposenter yang dilakukan oleh GAD.
24
Lokasi hiposenter yang dihasilkan GAD diberikan dalam
koordinat relatif (x,y,z) dengan satuan kilometer.
B.2 Analisa Spektral
2. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data Origin adalah :
a. Menyimpan data dengan format ascii dari software ls7_wve dengan tahapan klik tab Output-> pilih File -> output -> Simpan di partisi yang diinginkan (misal d://data semeru/spektral/1)
b. Selanjutnya buka file Origin, pilih File -> Input -> Single ascii -> Pilih file yang telah dikonversi pada software sebelumnya. Klik kanan 1 stasiun dan pilih line hingga muncul tampilan dibawah ini:
25
Langkah pengolahan pada software Origin terdapat 3 langkah yaitu (1) Sampling Rate, (2) FFT Filtering, (3) FFT Analysis.Hasilnya adalah sebagai berikut :
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahap seleksi, pengolahan, dan interpretasi data telah
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel,
Origin, GAD, dan LS7_WVE. Hasilnya kemudian didapatkan hasil
untuk 1 event terbaik dari hasil seleksi data tanggal 12
Agustus 2009 dengan hiposenter x=-3,456, y= 3.167 dan z=-1.152
dengan menggunakan 4 stasiun seismik yaitu PCK, LKR, TRS, dan
BES. Sedangkan analisis spektral yang dilakukan yaitu
diketahui amplitudo mencapai 10 dengan frekuensi mencapai 50
Hertz. Hal ini kurang sesuai dengan studi sebelumnya yang
menyatakan gempa letusan yang kurang dari 1 Hz.
B. Saran
Saran dalam pengerjaan sinyal seismik berikutnya yaitu
mencari data yang wavefront lebih baik sehingga dapat melakukan
komparasi agar dapat lebih memahami klasifikasi gempa vulkanik
khususnya untuk gunung Semeru.
27
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Wawan. 2013 . Gunung Api Indonesia : Gunung Semeru (online).
http://volcanoindonesia.blogspot.com/2010/11/semeru.html
(diakses tanggal 10 Mei 2013)
Lay, Thorne dan T.C.Wallace.1995. Modern Global Seismology.
California: Academic Press
Perwita, Cholisina A. 2011. Analisis Sinyal Seismik Gempa Letusan
Gunung Semeru, Jawa
Timur Tahun 2009. Malang : Jurusan Fisika UB
Siswowidjoyo, Suparto. 1981. Seismologi Gunung Api. DVMBG Bandung
Stein, Seth dan M. Wysession. 2003. An Introduction to Seismology,
Earthquakes, and Earth
Structure. UK : Blackwell Publishing
29