Revitalisasi dan Implementasi Kaidah Tata Bahasa Indonesia

68
MAKALAH “REVITALISASI DAN IMPLEMENTASI” Kaidah tata bahasa dalam perkembangan kehidupan dikalangan para remaja. (Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia) Disusun : ALIF ABDUL JABBAR EVI LATIFATUS SIRRI RISMA JULIANTI Kelas : XI IPA II

Transcript of Revitalisasi dan Implementasi Kaidah Tata Bahasa Indonesia

MAKALAH“REVITALISASI DAN IMPLEMENTASI”

Kaidah tata bahasa dalam perkembangan kehidupan

dikalangan para remaja.

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa

Indonesia)

Disusun :

ALIF ABDUL JABBAR

EVI LATIFATUS SIRRI

RISMA JULIANTI

Kelas : XI IPA II

MADRASAH ALIYAH NEGERI SUKAMANAH

Jl. Taman Makam Pahlawan KH. Zainal Musthafa Sukamanah

Sukarapih

Sukarame Tasikmalaya kode pos 46461

2014

KATA PENGANTARBismillahirrohmannirrohim

Ya Allah, beribu pujian hanya pantas untukmu, dzat

yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tak terhitung

kiranya nikmat darimu, namun terkadang kami terpedaya

akan ke alfaan dunia. Segala puji syukur kami ucapkan

hanya untukmu ya Allah, dzat yang maha yang maha Rahman

lagi maha Rahim. Atas keindahan desain engkaulah kami

mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik tanpa

hambatan yang berarti.

Wahai Rosulul Amin, Sayyidul Mursalin, semoga

kasih sayang dan rahmat allah selalu tercurahkan kepada

engkau tanpa akhir batas dan kefanaan fi makanil adzim.

Di dalam sejarah dunia pendidikan, perkembangan

kaidah tata bahasa telah mencapai pada tahap

penyempurnaan. Kesesuaian tata bahasa yang

diaplikasikan dalam kehidupan sehari–hari sangat

berarti penting sejauh mana kesesuaian kaidah tata

bahasa diterapkan menjadi unsur utama dalam pelafalan

di kehidupan masyarakat.

Namun apabila kita melihat perkembangan pendidikan

pada kaum remaja, khususnya mengenai kaidah tata

bahasa, banyak mengalami penyimpangan-penyimpangan,

baik yang kita sadari maupun yang luput dari perhatian

kita. Penyimpangan terhadap kaidah tata bahasa di

kalangan remaja sangat berpengaruh negative bagi dunia

pendidikan dan kehidupan masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam penyusunan makalah ini kami

membahas mengenai bagaimana para remaja mampu

merevitalisasi dan mengimplementasikan kaidah tata

bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam

perkembangan kehidupan para remaja. Di dalam makalah

ini pula, kami membahas mengenai pola pikir atau

bagaimana sudut pandang para remaja, mengenai

kesesuaian kaidah tata bahasa Indonesia dengan

kebiasaan perilaku para remaja.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-

pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,

khususnya kepada :

1. Ibu Eneng Sri, S.Pd. Selaku ibu pengajar

pelajaran Bahasa Indonesia yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dorongan dan

pikirannya untuk memberi bimbingan, pengarahan

serta nasehat yang berguna kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

2. Rekan-rekan pelajar yang telah membantu dengan

memberikan berbagai tanggapan dalam penysunan

makalah ini.

Namun, di dalam makalah ini tentunya masih banyak

terdapat kekurangan yang harus diperbaiki kembali. Oleh

karena itu kami berharap kepada sahabat pembaca untuk

menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif

kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk sahabat

pembaca, dan semoga mampu meningkatkan kembali

kecerdasan dalam berbahasa.

Sukamanah, Februari

2014

Penulis

DAFTAR ISIKata Pengantar ................................... i

Daftar Isi........................................

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah .................. 1

1.2 Rumusan Masalah.......................... 2

1.3 Pembatasan Masalah....................... 3

1.4 Metode Pengumpulan Data.................. 3

1.5 Manfaat dan Tujuan....................... 3

BAB II Pembahasan

1. Sejarah dan Perkembangan bahasa Indonesia...... 4

1.1 Sejarah bahasa Indonesia................. 4

1.2 Perkembangan bahasa Indonesia............ 6

1.3 Sumber bahasa Indonesia.................. 9

1.4 Peresmian nama bahasa Indonesia.......... 9

1.5 Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia 10

1.6 Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan

bahasa Indonesia....................... 11

1.7 Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan

Bahasa Indonesia....................... 13

1.8 Kedudukan dan pungsi bahasa Indonesia.... 16

1.8.1 Kedudukan bahasa Indonesia........ 15

1.8.2 Pungsi bahasa Indonesia........... 15

1.9 Ragam bahasa Indonesia................... 15

2. Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan........... 16

3. Pengertian dan arti penting REVITALISASI dan IMPLEMENTASI

Dalam kaidah tata bahasa Indonesia............ 17

3.1 Pengertian REVITALISASI.................. 17

3.2 Pengertian IMPLEMENTASI.................. 17

3.3 Arti penting revitalisasi dan implementasi

kaidah tata bahasa Indonesia................ 18

4. Perspektif para remaja mengenai kaidah tata bahasa Indonesia

......................................23

5. Ragam bahasa yang digunakan para remaja

dalam kehidupan sehari-hari................... 25

5.1 Ragam bahasa Indonesia................... 25

5.2 Variasi bahasa Indonesia................. 26

6. Tujuan REVITALISASI dan IMPLEMENTASI kaidah

Tata bahasa Indonesia dalam kehidupan para remaja .27

BAB III Penutup

1 Simpulan........................................ 30

2 Saran........................................... 30

Daftar Pustaka

BAB IPENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, arus teknologi

semakin gencar-gencarnya memasuki ranah kehidupan

masyarakat. Mengubah dan memindahposisikan berbagai

bidang aspek kehidupan.

Masa remaja merupakan masa yang paling rentan

dalam mengarungi berbagai perubahan kehidupan.

Kebebasan dalam pergaulan tidak selalu memberikan

dampak positif dalam pola kehidupan, namun terkadang

pula berbagai dampak negatif datang menghantam,

seakan-akan meleburkan berbagai aspek menjadi suatu

kebiasaan.

Masa remaja, terkadang merupakan masa yang begitu

mudahnya terpengaruh berbagai dampak negatif, baik

dalam pola tingkah laku, maupun hubungan sosial, dan

terutama mengenai etiket dan bahasa pergaulan. Akhir-

akhir ini, bahasa pergaulan yang diaplikasikan di

kalangan para remaja terkadang sangat jauh menyimpang

dari kaidah ketatabahasaan yang baik dan benar. Bahasa

pergaulan seakan-seakan menjadi bahasa yang lumrah

dalam hubungan komunikasi antar remaja. Yang lebih

mengkhawatirkan lagi apabila bahasa gaul itu menjadi

primadona di kalangan kehidupan para remaja.

Majunya perkembangan teknologi di Indonesia

menyebabkan berkembangnya pula cara berkomunikasi bagi

masyarakat. Semakin majunya media komunikasi di

Indonesia tidak hanya dirasakan oleh kalangan orang

dewasa saja namun semua kalangan masyarakat dari

tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas ikut

merasakannya. Berawal dari pager hingga sekarang

keluaran handphone sudah sangat beragam dengan harga

yang terjangkau.

Tidak hanya media handphone alat komunikasi yang

berkembang pesat. Dewasa ini perkembangan internet

sangat melesat jauh. Tidak lagi sebagai media browser,

internet kini sebagai media komunikasi yang maju.

Social Network atau Jejaring sosial di dunia maya kini

makin menyebar layaknya jamur. Friendster, Koprol,

Tumblr, Plurk, Facebook, Twitter dan banyak lagi

macamnya. Umumnya kalangan remajalah yang aktif

menggunakan sarana jejaring sosial ini.

Kini bahasa gaul yang kian santer digunakan para

remaja dalam berkomunikasi. Hal ini ikut pula dapat

merusak tatanan bahasa 9ocial9ia melenceng dari kaedah

yang seharusnya. Namun bahasa gaul masih 9oci di

tolerir karena masih dapat dibaca dengan jelas hanya

mungkin yang tidak mengerti artinya pasti akan

bertanya-tanya apa yang dimaksudkan dari kata tersebut.

Penulisan dalam berkomunikasi ala remaja pun kini jadi

sorotan. Penyingkatan kata yang diawali dari pengetikan

saat mengirim SMS (Short Message Service) . Hal itu

9oci di maklumi karena namanya saja short maka

character yang disediakan terbatas. Hingga akhirnya

para remaja makin beraksi dengan penulisan besar kecil

penyingkatan yang berlebihan sehingga sulit dibaca

sampai pengubahan abjad menjadi huruf lain yang sulit

dicerna.

Dengan 10ocial10 itulah penulis menyusun karya

tulis yang berjudul “REVITALISASI DAN IMPLEMENTASI

KAIDAH TATA BAHASA DI KALANGAN KEHIDUPAN REMAJA” .

Banyak kontroversi yang terjadi di dunia maya perkara

kreatifitas anak bangsa ini. Kreatifitas merupakan

hasil dari suatu ide cemerlang yang menghasilkan karya

positif. Namun bahasa 10ocial10ia yang dirubah-rubah

ini yang sering disebut bahasa ‘alay’ bukanlah suatu

kreatifitas yang positif. Output yang dihasilkan malah

menjadi 10ocial10i. Dari seringnya remaja berbahasa

‘alay’ ditakutkan akan menjadi kebiasaan yang buruk

dalam penulisan bahasa sosial10ia yang formal. Hal ini

dapat merusak EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

Pengambilan tema ini bertujuan agar kalangan muda yang

biasa berbahasa ‘alay’ dapat sadar dan memperbaiki diri

bahwa bahasa 10ocial10ia tidak harus dirubah-rubah

sesuka hatinya.Oleh karena itu kami tertarik untuk

membuat karya ilmiah yang berjudul “REVITALISASI DAN

IMPLEMENTASI KAIDAH TATA BAHASA INDONESIA”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini

sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana perkembangan tata bahasa

Indonesia sampai pada tahap penyempurnaan ?

1.2.2Bagaimana pengertian Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) menurut para ahli ?

1.2.3Bagaimana perspektif para remaja mengenai

kaidah tata Bahasa Indonesia ?

1.2.4Bagaimana ragam bahasa yang digunakan para

remaja ketika mereka bergaul dalam kehidupan

sehari-hari ?

1.2.5Bagaimana arti penting REVITALISASI dan

IMPLEMENTASI dalam kaidah tata Bahasa

Indonesia ?

1.2.6Mengapa REVITALISASI dan IMPLEMENTASI kaidah

tata bahasa Indonesia penting

diaplikasikan dalam kehidupan remaja ?

1.3 Pembatasan Masalah

Manusia merupakan makhluk yang tidak akanpernah terlepas dari kealfaan, kesalahan, danketerbatasan. Keterbatasan kami dalam menyusunmakalah ini tidak luput dari peran kami yang hanyasebagai makhluk sang maha kuasa. Oleh karena itu,di dalam penyusunan makalah ini kami membatasihanya membahas seputar para remaja dalammenggunakan kaidah tata bahasa Indonesia danbagaimana para remaja dalam merevitalisasi danmengimplementasikan kaidah tata bahasa Indonesiadalam kehidupan remaja.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Data-data diperoleh dengan pengumpulan data

yang didapat melalui studi pustaka, media

internet, dan informasi yang didapat melalui

jejaring 12sosial, serta dari perbincangan kecil

antar teman. Karya tulis ini ditulis dan dibuat

dengan menggunakan aturan Bahasa Indonesia yang

baku dengan tata bahasa dan ejaan yang

disempurnakan, sederhana, dan jelas.

2.5 Manfaat dan Tujuan Penelitian

2.5.1 Manfaat penelitian

1.5.1.1 Manfaat secara teoritis

Semoga dalam penyusunan makalah

ini, sahabat pembaca mampu memahami

bagaimana kaidah tata bahasa Indonesia

yang baik dan benar, dan mampu memahami

ragam bahasa Indonesia yang sesuai

dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

1.5.1.2 Manfaat secara praktis

Semoga para pembaca mampu memiliki

paradigma baru dan mampu megaplikasikan

kaidah tata bahasa Indonesia yang baik

dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

2.5.2 Tujuan penelitian

1.5.2.1 Mengetahui perkembangan tata Bahasa

Indonesia sampai pada tahap

penyempurnaan.

1.5.2.2 Mengetahui pengertian Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) menurut para ahli.

1.5.2.3 Mengetahui perspektif para remaja

mengenai kaidah tata Bahasa Indonesia.

1.5.2.4 Mengetahui ragam bahasa yang

digunakan para remaja ketika mereka

bergaul dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.2.5 Mengetahui arti penting

REVITALISASI dan IMPLEMENTASI dalam

kaidah tata Bahasa Indonesia.

1.5.2.6 Memahami REVITALISASI dan

IMPLEMENTASI kaidah tata bahasa

Indonesia dalam kehidupan remaja.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

1.1 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28

Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari

berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam

kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah

yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang

satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa

persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini

dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan

pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan

bahasa persatuan bangsa. Pada tahun 1928 itulah

bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai

bahasa nasional.

Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai

bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena

pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan

sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945

disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa

Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun

1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa

bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa

Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan

sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan

hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga

hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia

Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan

itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan

Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang

Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur

berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang

Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu

bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.

Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada

zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli)

juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan

di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M

yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuno.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai

sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa baku

pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai

sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara

dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai

bahasa antar suku di Nusantara maupun sebagai

bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang

datang dari luar Nusantara.

Informasi dari seorang ahli sejarah

Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di

Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di

Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-

Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-

louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana,

1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun

(Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan

Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa

perhubungan (lingua franca) di Kepulauan

Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu

tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan

Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti

tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh,

berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad

ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,

Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,

Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu

menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan

menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara.

Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat

Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,

antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan

antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal

tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah

Nusantara serta makin berkembang dan bertambah

kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di

daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya

dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa

Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa,

terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia,

bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa

Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam

berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah

Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya

rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.

Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa

itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda

Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu

menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa

persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah

Pemuda, 28 Oktober 1928).

Kebangkitan nasional telah mendorong

perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat.

Peranan kegiatan politik, perdagangan,

persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam

memodernkan bahasa Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17

Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan

fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional

sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia

dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat

Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

1.2 Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan salah satu unsur identitas

nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem

perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas

unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan

sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia

terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili

banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.

Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia

ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa

Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang

merupakan bahasa penghubung antar etnis yang

mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi

bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa melayu

juga menjadi bahasa transaksi perdagangan

internasional di kawasan kepulauan nusantara yang

digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia

dengan para pedagang asing.

Telah dikemukakan pada beberapa kesempatan,

mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa

nasional bagi negara Indonesia yang merupakan

suatu hal yang menggembirakan.

Dibandingkan dengan bahasa lain yang dapat

dicalonkan menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa

jawa (yang menjadi bahasa ibu bagi sekitar

setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu

merupakan bahasa yang kurang berarti. Di

Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipakai hanya

oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk

pantai-pantai diseberang Sumatera. Namun justru

karena pertimbangan itu jualah pemilihan bahasa

jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan

yang berlebihan.

Alasan kedua, mengapa bahasa melayu lebih

berterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya

secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara

reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa mempunyai

beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa

yang bersifat gramatikal.

Faktor yang paling penting adalah juga

kenyataannya bahwa bahasa melayu mempunyai sejarah

yang panjang sebagai ligua France.

Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga

dari sumber Persia dan Arab, kita ketahui bahwa

kerajaan Sriwijaya di sumatera Timur paling tidak

sejak abad ke -7 merupakan pusat internasional

pembelajaran agama Budha serta sebuah negara yang

maju yang perdagangannya didasarkan pada

perdagangan antara Cina, India dan pulau-pulau di

Asia Tenggara. Bahasa melayu mulai dipakai

dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-

bukti yang menyatakan itu adalah dengan

ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka

tahun 683 M (palembang), talang tuwo berangka

tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun

686 M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun

688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan

huruf pranagari berbahasa melayu kuno.

Bahasa melayu kuno itu hanya dipakai pada

zaman sriwijaya saja karena di jawa tengah (Banda

Suli) juga ditemuka prasasti berangka tahun 832 M

dan dibogor ditemukan prasasti berangka tahun 942

M yang juga menggunakan bahasa melayu kuno. Pada

zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai

bahasa kebudayaan , yaitu bahasa buku pelajaran

agama Budha. Bahasa melayu dipakai sebagai bahasa

perhubungan antar suku di Nusantara. Bahasa melayu

dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai

bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang

datang dari luar nusantara. Informasi dari seorang

ahli sejara China I-Tsing yang belajar agama Budha

di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di

Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen Loen (I-

Tsing : 63-159), Kou Luen (I-Tsing : 183), K’ouen

loven (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Ali Syahbana,

1971 : 0001089), Kun’lun (parnikel, 1977 : 91),

K’un-lun (prentice 1978 : 19), yang berdampingan

dengan sanskerta.

Yang dimaksud dengan Koen-Luen adalah bahasa

perhubungan (lingua france) dikepulauan nusantara,

yaitu bahasa melayu. Perkembangan dan pertumbuhan

bahasa melayu tampak makin jelas dari,

peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang

berupa batu tertulis, seperti tulisan pada batu

nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M,

maupun hasil-hasil sastra (abad ke-16 dan ke-17),

seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja

Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin dan

Bustanussalatin. Bahasa melayu menyebar kepelosok

nusantara bersama dengan menyebarnya agama islam

diwilayah nusantara bahasa melayu mudah diterima

oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa

perhubungan antara pulau, antara suku, antara

pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena

bahasa melayu tidak mengenal tutur.

Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami

perkembangan yang luar biasa. Pada tahun tersebut

para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang

suku dan kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini

dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah

kemerdekaan Indonesia tepatnya  pada tanggal 18

Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu,

sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai

lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara

kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan

modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering

dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini

sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan

ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar

dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari

berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang

pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga

kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan

Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit

karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran,

dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan

Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa dan

budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan

mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya

dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu

Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu

Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam

berkomunikasi.

Dan secara garis besar sejarah perkembangan

ejaan bahasa indonesia, sudah mengalami perubahan

sistem ejaan, yaitu :

A. Ejaan Van Ophuysen

            Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa

Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan.

Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu

yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

B. Ejaan Suwandi

            Setelah ejaan Van Ophuysen

diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan,

yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun

1947 sampai tahun 1972.

C. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972

sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan

yang pernah berlaku di Indonesia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus

1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik

Indonesia  Nomor : 57/1972 tentang peresmian

berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka

ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa

Indonesia diharapkan dapat  terwujud dengan baik.

1.3 Sumber Bahasa Indonesia

Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa

Indonesia tidak lepas dari Bahasa Melayu. Dimana

Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai

bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa

pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di

Kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan hampir

diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan

ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan

di indonesia yang ditulis dengan menggunakan

Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu

telah Berfungsi Sebagai :

1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang

berisi aturan-aturan hidup dan satra

2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di

Indonesia

3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di

indonesia mapupun pedagang yang berasal dari luar

indonesia.

4. Bahasa resmi kerajaan.

Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya

adalah bahasa melayu.

1.4 Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai

bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28

Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai

bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad

Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli

sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional

kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika

mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di

Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua

bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa

persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari

dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun

akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa

persatuan.

Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa

Bahasa Indonesia resmi diakui pada Sumpah Pemuda

tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai

dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,

bahasa Indonesia.”  Namun secara Yuridis Bahasa

Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau

setelah Kemerdekaan Indonesia.

1.5 Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia.

Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu”

sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu

angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti

berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka.

Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara

Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan

maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12.

Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa

prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping

Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga

menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan

Sriwijaya.

Berbagai batu bertulis (prasasti) yang ditemukan

itu seperti:

1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683.

2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684.

3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686.

4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai

Musi, tahun 688.

Yang kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya

bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa

Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai

sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.

Prasasti-prasasti lain yang bertulis dalam bahasa

Melayu Kuno juga terdapat di:

1. Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, tahun 832, dan

Prasasti Manjucrigrha.

2. Bogor: Prasasti Bogor, tahun 942.

Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula

dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu

bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga

dipakai di Jawa.

Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks

menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua

dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa

yang berdekatan.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa

Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di

Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa

perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari

karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan

bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya

dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai

sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

1.6 Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan

Bahasa Indonesia.

Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan

perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci

sebagai berikut :

1. Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu

oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi

Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah

badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama

Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan

Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah

menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini

menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan

Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam,

penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit

membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan

masyarakat luas.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan

bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk

pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan

rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa

Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan

bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.

5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda

yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang

dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tata

bahasa Baru Bahasa Indonesia.

7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres

Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu

dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan

secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan

Indonesia saat itu.

8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-

Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal

36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa

negara.

9. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan

Republik (ejaan soewandi) sebagai pengganti ejaan

Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

10. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954

diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di

Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad

bangsa Indonesia untuk terus-menerus

menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat

sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai

bahasa negara.

11. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto,

Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR

yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No.

57 tahun 1972.

12. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman

Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh

wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

13. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978

diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di

Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka

memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain

memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan

perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928,

juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi

bahasa Indonesia.

14. Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan

Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres

ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari

Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya

disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa

Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat

yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan

Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara

Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal

mungkin.

15. Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988

diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di

Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh

ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh

Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat

seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura,

Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu

ditandatangani dengan dipersembahkannya karya

besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus

Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia.

16. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993

diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di

Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari

Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara

meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,

Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura,

Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres

mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga

Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya

Undang-Undang Bahasa Indonesia.

17. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan

Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia,

Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan

Pertimbangan Bahasa.

1.7 Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan

Bahasa Indonesia

1. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan

organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama

berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar

bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar

syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda

diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20,

bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan

keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab

bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk

melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan

barat.

2. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-

mula partai ini hanya bergerak dibidang

perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan

politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang

bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda

dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa

Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah

bahasa Indonesia.

3. Balai Pustaka.

Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908

balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini

bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun

1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain

menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga

menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai

pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi

bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai

berikut :

1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang

bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya

dalam bahasa melayu.

2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia

untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri

dalam bahasa melayu.

3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan

masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan

melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan

hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.

4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki

bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan

di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu

yang bersusun baik dan terpelihara.

5. Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah

kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun

1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun

1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang

tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta.

Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna

bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi

perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang

pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari

perkembangan cita-cita atau benih-benih

kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya

Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan

Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu

adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi

kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda

memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar

Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928

organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di

Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan

bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai

sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan

berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan

bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.

Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan

bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia

sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan

bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa

pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak

bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi

kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi

media kesatuan, dan politik, melainkan juga

menjadi bahasa sastra indonesia baru.

1.8 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1.8.1 Kedudukan Bahasa Indoensia

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang

sangat penting yaitu :

1. Sebagai Bahasa Nasional.

Seperti yang tercantum dalam ikrar ketiga 

Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri

Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini

berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

bahasa Nasional yang kedudukannya berada diatas

bahasa-bahasa daerah.

1. Sebagai Bahasa Negara

Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab

XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa Indonesia

yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa

Indonesia.

1.8.2 Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

1. Lambang kebangsaan

2. Lambang identitas nasional

3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah dan

antarbudaya

4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan

bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan

kebangsaan yang bulat.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,

bahasa indonesia berfungsi sebagai :

1. Bahasa resmi kenegaraan

2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

1. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan

2. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

1.9 Ragam Bahasa Indonesia

Adanya bermacam-macam ragam bahasa terjadi karena

fungsi, kedudukan serta lingkungan yang berbeda-

beda. Ada beberapa ragam bahasa yaitu :

1. Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu :

1. Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman

bicara sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.

2. Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti

subjek, prediket dan objek tidak selalu

dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus

dinyatakan.

3. Ragam lisan sangat terikan pada kondisi, situasi,

ruang dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.

4. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara

sedangkan ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca,

huruf kapital dan huruf miring.

1.Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan

diakui oleh sebagian besar warga masyarakat

pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai

kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak

dilembagakan da ditandai oleh ciri-ciri yang

menyimpang dari norma ragam baku.

1. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai

dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau

buku-buku ilmiah lainnya.

Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau

kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam

ucapannya.

1. Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional

Ragam sosial adalah ragam bahasa yang

sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas

kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang

lebih kecil dalam masyarakat.

Ragam fungsional adalah ragam bahasa yang

dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan

kerja atau kegiatan tertentu lainnya.

2 Pengertian Ejaan Yang Di Sempurnakan

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa

indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini

menggantikan ejaan sebelumnya,  Ejaan Republik

atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat

aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan

menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai

sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian

kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf,

suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu

sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar

masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan

caramenuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi

oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan

keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada

ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang

mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas

yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika

para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada,

terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur.

Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara

pemakai bahasa dengan ejaan.

3. Pengertian dan arti penting revitalisasi dan

implementasi dalam kaidah tata bahasa

Indonesia

3.1 Pengertian Revitalisasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi

berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan

kembali suatu hal yang sebelumnya kurang

terberdaya.(1994:832). Sebenarnya revitalisasi

berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi

vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat

penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan

sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya

revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau

perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan

kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau

lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan

kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi

ini secara umum adalah usaha-usaha untuk

menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu

sekali.

3.2 Pengertian Implementasi

Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli -

Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan

dari sebuah rencana yang sudah disusun secara

matang dan terperinci. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix.

berikat ane akan sedikit info tentang pengertian

implentasi menurut para ahli. semoga info tentang

pengertian implementasi menurut para ahli bisa

bermanfaat.

Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli :

Secara sederhana implementasi bisa diartikan

pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky

(dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan

implementasi sebagai evaluasi. Browne dan

Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)

mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian

implementasi sebagai aktivitas yang saling

menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin

(dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert

(dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan

bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa

kata implementasi bermuara pada aktivitas,

tindakan, dan mekanisme suatu sistem.

3.3 Arti Penting Revitalisasi dan Implementasi Kaidah

Tata Bahasa Indonesia

Sebagai bahasa resmi (negara), usia bahasa

Indonesia sudah mencapai bilanganke-66 tahun. Bahkan,

dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa

Indonesia sudah berusia 83 tahun. Jika

dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam

rentang usia tersebut idealnya sudah mampu

mencapai tingkat maturasi atau “kematangan”

dan“kesempurnaan” hidup, sebab sudah banyak

merasakan liku-liku dan pahit getirnya perjalanan

sejarah. Untuk menggetarkan gaung penggunaan

bahasa Indonesia dengan baik dan benar pun

pemerintah telah menempuh “politik kebahasaan”

dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa

Indonesia justru dihadang banyak masalah.

Pertanyaan bernada pesimis pun bermunculan.

Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa

budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya

prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya

arus globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia

bersikap fleksibel dan inklusif dalam mengikuti

derap peradaban yang terus gencar menawarkan

perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para

penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-

tengah perubahan dan dinamika itu?. Sementara itu,

jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara

jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum

difungsikan secara baik dan benar. Para penuturnya

masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri)

sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan 2

terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari,

baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan

setumpuk istilah asing―padahal sudah ada padanannya

dalam bahasa Indonesia. Agaknya pemahaman,

penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa

nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara

maksimal dan proporsional. Padahal, tak henti-

hentinya pemerintah menganjurkan untuk

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan

benar. Bahkan, juga telah menunjukkan perhatian

yang cukup besar dan serius dalam upaya

menumbuhkembangkan bahasa Indonesia.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

(P3B), pemerintah telah meluncurkan beberapa kaidah

kebahasaan baku agar dapat dijadikan sebagai acuan

segenap lapisan masyarakat dalam berbahasa

Indonesia, seperti Pedoman Umum Ejaan

yangDisempurnakan (EYD), Pedoman Umum Pembentukan

Istilah (PUPI), Tata Bahasa Indonesia Baku (TBIB),

maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Akan

tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi

dengan susah-payah itu tampaknya belum banyak

mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya

bisa ditebak. Pemakaian bahasa Indonesia bermutu

rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya

payah, dan secara semantik sulit dipahami

maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya

bersifat sloganistis, tanpa tindakannyata dari

penuturnya.

Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam

kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat

komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat

digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,

di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi

demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif

untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di

segala aspek kehidupan sosial secara baik dan

benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan

tersebut, bahasa berfungsi sebagai media

penyampaian informasi secara baik dan tepat,

dengan penyampaian berita atau materi secara

tertulis, diharapkan masyarakat dapat

menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar.

Dalam memadukan satu kesepakatan dalam

etika berbahasa, disinilah peran aturan baku

tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku

warga Negara yang baik hendaknya selalu

memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan

Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam

ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang

cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara

tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut

dapat di sampaikan dan di fahami secara

komprehensif dan terarah. Dalam praktiknya

diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam

keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan

tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik

dan benar.

Revitalisasi dan implementasi kaidah tata

bahasa Indonesia harus kita perhatikan, sebab

bahan ajar yang ada dalam buku paket dinilai belum

sepenuhnya mampu menarik minat dan gairah siswa

untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia. Jika langkah

revitalisasi tersebut dapat terwujud, tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah bukan

mustahil diraih. Anjuran pemerintah untuk

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar

kepada seluruh masyarakat pun tidak akan bersifat

sloganistis.

Bahkan, mungkin pada gilirannya nanti bahasa

Indonesia benar-benar akan menjadi bahasa budaya

dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya prestise

tersendiri di era globalisasi, fleksibel dan

inklusif, dan para penuturnya akan tetap bangga

dan setia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

komunikasi yang efektif ditengah derap peradaban

jaman. Sebab, jutaan generasi yang memiliki

kebanggaan dan kecintaan terhadap bahasa nasional

dan negaranya akan lahir dari sekolah.

Transformasi Budaya Bangsa

Bahasa adalah salah satu produk budaya manusia.

Sebagai sebuah produk budaya, bahasa dituntut untuk

selalu dinamis sesuai dengan perkembangan

kebudayaan yang ada pada masyarakat penuturnya.

Dengan demikian, sebuah bahasa akan tetap adaptif

terhadap kebutuhan komunikasi masyarakat pendukungnya.

Selain mengemban fungsi sebagai alat komunikasi,

bahasa juga merupakan sarana ekspresi dalam

menuangkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep serta

sarana transformasi atas nilai-nilai kebudayaan

itu sendiri. Hampir semua komponen produk kebudayaan

seperti yang dinyatakan Taylor dalam Ohoiwutun (2002:

77) bahwa pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat,serta kemampuan dan kebiasaan lainnya

membutuhkan sebuah bahasa sebagai sarana

transformasinya. Upaya pemeliharaan martabat,

fungsi dan peran sebuah bahasa tidak terlepas dari

kebijakan bahasa ( language policy).

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang

serbamulti: multibahasa, multiagama dan multietnis

dengan menggunakan satu bahasa nasional yaitu

bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah merekatkan

semua kalangan dan menerima semuaperbedaan kebahasaan

dan kebudayaan daerah sebagai kekayaan kebudayaan

nasional. Jaminan negara terhadap bahasa

seperti telah terjabarkan dalam Undang-

UndangDasarNegara Republik Indonesiatahun 1945,

Pasal 32 Ayat (1) dan (2), yang mendudukkan posisi

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa

resmi negara. Dengan status demikian, nasionalisasi

bahasa Indonesia semakin kukuh sebagai lambang

jatidiri bangsa. Krauss (1992) dalam Mahsun (2004)

mengelompokkan bahasa ke dalam tigakelompok

berdasarkan gejala umum yang terjadi pada bahasa-

bahasa di dunia, seperti jumlah penutur, prestise

sosiokultural, dan dukungan pemerintahterhadap

pemakaiannya, yakni: a). kelompok bahasa yang

tidak lagi dikuasai dan digunakan oleh anak-anak

dari penutur suatu bahasa; b). kelompok bahasa

yang dalam satu/dua generasi tidak lagi dikuasai

dan dipelajari oleh keturunan penutur suatu

bahasa). kelompok bahasa yang termasuk kategori

aman yang masing-masing disebut moribund. 

Padahal di lain pihak, bahasa daerah memegang

peran penting bagi perbendaharaan kosa kata bahasa

Indonesia. Upaya untuk mentransformasi budaya

(baca:bahasa) daerah ke dalam kosa katabahasa

nasional diharapkan sebagai langkah nyata

pemeliharaan bahasa-bahasa daerah, disamping itu

dari sanalah kita berpijak bahwa keberagaman

tercipta sebagai kekayaan bukan sebaliknya. Salah

satu keputusan yang bersifat politis yang

dihasilkan Seminar Politik Bahasa tahun 2000

adalah ditentukannya fungsi bahasa daerah sebagai:

lambang kebanggaan daerah, lambang identitas

daerah, alat perhubungan di dalam keluarga

danmasyarakat daerah, sarana pendukungbudaya

daerah dan bahasa Indonesia, pendukung sastra

daerah dan sastra Indonesia. Selain itu, dalam

hubungannyadengan revitalisasi bahasa Indonesia,

bahasa daerah berfungsi sebagai: pendukung bahasa

nasional, bahasa pengantar di sekolah dasar di

daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk

memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata

pelajaran lain, dan sumber kebahasaan untuk

memperkaya bahasa Indonesia, serta dalam keadaan

tertentu dapatberfungsi sebagai pelengkap bahasa

Indonesia di dalam penyelenggaraan pemerintahan

pada tingkat daerah (Alwi dan Dendy Soegono (2000)

dalam Mahsun (2004)).Sebagaimana yang kita ketahui

segala sesuatu yang ada dalam masyarakatditentukan

oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Baik

buruknya perilaku atau sikapmasyarakat juga

bergantung pada kebudayaannya. Setiap masyarakat

mempunyaikebudayaan yang secara kontinu ditaati

dan diajarkan dari generasi ke generasi

berikutnya.Secara sadar atau tidak sadar, secara

terstruktur maupun tidak

terstruktur,masyarakatmelalui anggota-anggotanya

akan mengajarkan kebudayaannya. Proses mengajarkan

inilahyang disebut sebagai transformasi budaya

atau pewarisan kebudayaan.Dalam proses belajar

kebudayaannya, manusia tentunya tidak begitu

sajamenerima apa adanya.Ia akan selalu menggunakan

daya nalarnya untuk memahami,menyelami, memilih, dan

melaksanakan apa yang menurut pandangannya baik. Bisa

sajayang ia lakukan sedikit berbeda atau berbeda sama

sekali dengan yang diajarkan olehkebudayaan atau

masyarakatnya. Perbedaan ini awalnya bisa

menimbulkan konflik dalammasyarakat. Namun, jika

kemudian dapat saling menyesuaikan diri, konflik

itu pun akanhilang.

 

Proses transformasi budaya dapat dilakukan

melalui ucapan, sikap, atau perilaku yang sudah

terpola. Dengan kata lain, transformasi kebudayaan

dilakukan melalui prosesbelajar yang selanjutnya

bisa berupa sosialisasi dan

enkulturasi.Selanjutnya, setelah anak beranjak

besar atau remaja, ia akan belajar dari

temanseusianya. Ia mulai mengenal nilai-nilai,

norma-norma, atau budaya yang mungkinberbeda dengan

yang ada dalam lingkungan keluarganya. Setelah dewasa,

ia akan semakinluas mengembangkan potensinya

seiring dengan perkembangan

kepribadiannya.Sosialisasi adalah suatu proses

ketika seseorang mempelajari cara hidupmasyarakat

untuk mengembangkan potensi dirinya. Proses

sosialisasi diawali darikeluarga. Seorang anak

yang baru lahir akan diajarkan berbagai kemampuan

danpengetahuan dasar yang ditentukan dengan kebiasaan

atau kebudayaan tempat keluargatersebut tinggal.Ia

akan dikenalkan status dan peran sosial orang-

orang di sekelilingnya, sepertipanggilan ayah,

ibu, kakak, atau paman dan bibi. Ia juga akan

dikenalkan nilai dan normasosial yang ada di

lingkungan keluarga dan sekitarnya.Enkulturasi

adalah prosesseseorangmempelajari dan menyesuaikan

diri, baik pemikiran maupun sikapnya terhadap

adatistiadat, sistem sosial, nilai, norma, dan

aturan yang hidup atau berlaku dalam

budayanya.Proses ini juga sebenarnya sering

diartikan sebagai sosialisasi kebudayaan,terutama

dalam kaitannya dengan pewarisan kebudayaan atau

transformasi budaya.Sosialisasi merupakan

pengenalan seseorang terhadap lingkungan sosial

ataumasyarakatnya, sedangkan enkulturasi merupakan

proses pengenalan seseorang denganbudaya atau

kebudayaan yang berlaku dalam

masyarakatnya.Perbedaan ini sebenarnya untuk

kepentingan penelaahan ilmu pengetahuan

karenasebenarnya antara sosialisasi dan

enkulturasi yang dipelajari adalah sesuatu yang

sama dan merupakan suatu yang menyatu atau

integral. Jadi, apa yang diwariskan atau

diajarkandalam sosialisasi merupakan sesuatu yang

diajarkan pula dalam enkulturasi.Untuk

mengembalikan kehidupan masyarakat Indonesia ke jalan

yang telahditempuh para pendiri bangsa (founding

fathers) yang berbasis moral agama, kita

perlumengadakan perubahan budaya dan mengekalkan

perubahan tersebut dalam sastra dan bahasa. Maka

disinilah letak pentingnya revitalisasi bahasa

Indonesia sebagai basistransformasi budaya bangsa.

Karena berpalingnya kita dari pemikiran-pemikiran

dasar parapendiri bangsa, pengalaman bangsa kita

tercinta ini menjadi suram yang ditandai

olehmerosotnya moral atau demoralisasi, runtuhnya

kesadaran berbangsa, semaraknya paham-paham Barat

seperti relativisme moral, free values dan paham-

paham Barat lainnyayangkurang begitu relevan.

Tak lain dan tak bukan, apa yang dapat kita

laksanakan dalam duniasastra dan bahasa adalah

mengadakan perubahan (transformasi) besar-

besaran.Hal tersebutdapat dilaksanakan dalam

bentuk tulisan yang bersifat jurnal

ilmiahatau majalahilmiah/budaya dan dikirim pada

lembaga-lembaga yang bersangkutan.

4. Perspektif Para Remaja Mengenai Kaidah Tata Bahasa

Indonesia

Disadari atau tidak bahasa adalah elemen

penting dari sebuah tata kehidupan manusia yang

komplek. Dengan bahasa orang akan mampu menyamakan

persepsi mereka lewat komunikasi interpersonal

maupun kelompok. Bahasa pulalah yang dapat menjadi

alat efektif dalam komunikasi antar negara dan

bangsa sebagai bagian konsekuensi dunia global.

Untuk itu mempelajari tata bahasa yang baik dan

benar merupakan suatu hal yang menjadi keharusan

bagi setiap individu yang ingin mencapai

keberhasilan.

Di Indonesia bahasa merupakan salah satu dari

sekian banyak identitas nasional. Hal ini tak di

ragukan lagi karena jelas tertulis dalam peristiwa

penting sumpah pemuda yang di bacakan untuk

pertama kali pada tanggal 28 oktober 1928.

Penggalan teks sumpah pemuda ini “kami poetra dan

poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean,

bahasa Indonesia” jelas mengungkapkan bagaiamana

bahasa Indonesia merupakan elemen penting dari

pencapaian kesatuan Indonesia. Merupakan sesuatu

yang logis karena Indonesia yang mempunyai

berbagai bahasa daerah di setiap wilayah.

Sekarang ini penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar yang sesuai dengan EYD semakin

berkurang. Orang khususnya para remaja lebih gemar

belajar bahasa asing seperti inggris, perancis,

jepang ataupun bahasa asing lain. Tidak ubahnya di

dunia pendidikan yang harusnya menjadi wadah untuk

siswa mengenal dan mempejari bahasa indonesia,

sekarang ini lebih menekankan bahasa inggris

sebagai bahasa pengantar mata pelajaran. Terutama

sekolah-sekolah yang berlebel standar

internasional. Alasannya, bahasa inggris lebih

diutamakan karena menjadi bahasa internasional

yang akan sangat menunjang bagi mobilitas

komunikasi di era global. Pengaruh bahasa asing

terutama inggris juga terlihat dengan banyaknya

istilah-istilah yang banyak digunakan. Misalnya

kata- kata workshop, download, upload, misunderstanding,

live report, ataupun newsupdate lebih sering kita dengar

dari pada kita mendengar sanggar kerja, unduh,

unggah, salah pengertian, laporan langsung, dan

berita terkini dalam kehidupan sehari-hari.

Kebanyakan para remaja merasa mereka akan di

anggap dianggap lebih pandai dan intelek jika

mampu menggunakan istilah asing dalam pecakapan,

pidato, ataupun tulisan-tulisannya. Padahal tidak

demikian, orang tersebut justru kurang pandai

dalam mencari persamaan istilah asing tersebut

dengan istilah dalam bahasa indonesia yang sesuai.

Dalam praktiknya, bahasa indonesia memang

digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

Akan tetapi pengunaannya jauh dari aturan yang ada

(EYD). Terutama di kalangan anak remaja yang kini

lebih mengenal bahasa “gaul” yang dianggap lebih

mempresentasikan maksud dan tujuan yang

diinginkan. Kata-kata seperti “galau, cius miapah,

penting buat loe, teyus gue harus bilang woow

gitu”, merupakan sebagian kecil dari istilah-

istilah yang dikatakan lagi ngetrend dan gaul yang

di gunakan dalam percakapan sehari-hari kalangan

remaja. Iklan- iklan ditelevisi pun terseret ke

dalam penggunaan bahasa gaul ini. Jarang sekali

menjumpai iklan yang mengunakan bahasa indonesia

secara baik. Mungkin saja mereka takut produknya

tidak laku dipasaran jika tidak mengikuti trend.

Padahal jika kita menelisik sedikit ke negara

Australia, kita akan mengetahui bahwa disana

bahasa indonesia merupakan bahasa yang wajib di

pelajari di beberapa sekolah terutama di kalangan

siswa SD, jadi jangan kaget ketika kita bertemu

dengan anak SD di sana kemudian disapa “Apa

kabar?”. Di negara kangguru tersebut bahasa

indonesia juga merupakan bahasa populer ke empat

setelah inggris, cina, dan jepang. Jadi bahasa

indonesia bukan bahasa yang kuno atau membosankan

untuk dipelajari.

Untuk itu sudah sewajarnya kita sebagai warga

Indonesia khususnya para remaja untuk ikut

berpartisipasi aktif dalam perbaikan penggunaan

bahasa indonesia yang baik dan benar sesuai dengan

EYD. Jangan sampai bahasa yang telah

dikumandangkan sebagai bahasa persatuan dan bagian

dari identitas bangsa terhapus oleh bahasa gaul

dan istilah-istilah asing yang semakin hari

semakin marak digunakan sebagai bahasa percakapan

sehari-hari. Peran pemerintah juga lewat lembaga-

lembaga resminya juga sangat diperlukan dalam hal

ini.

5. Ragam Bahasa yang Digunakan Para Remaja Dalam

Kehidupan Sehari-hari

5.1 Ragam Bahasa Indonesia

Adanya bermacam-macam ragam bahasa terjadi

karena fungsi, kedudukan serta lingkungan yang

berbeda-beda. Ada beberapa ragam bahasa yaitu :

Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu :

6. Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman

bicara sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.

7. Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti

subjek, prediket dan objek tidak selalu

dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus

dinyatakan.

8. Ragam lisan sangat terikan pada kondisi, situasi,

ruang dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.

9. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara

sedangkan ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca,

huruf kapital dan huruf miring.

1.Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan

diakui oleh sebagian besar warga masyarakat

pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai

kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak

dilembagakan da ditandai oleh ciri-ciri yang

menyimpang dari norma ragam baku.

2. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan

resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku

ilmiah lainnya.

Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau

kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam

ucapannya.

3. Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional

Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian

norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan

bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil

dalam masyarakat.

Ragam fungsional adalah ragam bahasa yang

dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan

kerja atau kegiatan tertentu lainnya.

5.2 Variasi Bahasa Indonesia

Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya

kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh

masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan

dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak

homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :

1. Variasi bahasa dari segi penutur

Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap

orang baik individu maupun sosial.

1. Variasi bahasa dari segi pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian

atau funsinya disebut fungsiolek atau register

adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu

digunakan untuk keperluan atau bidang apa.

Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian,

perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi

bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak

cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang

kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang

tidak digunakan dalam bidang lain.

1. Variasi bahasa dari segi keformalan

Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa

macam yaitu :

2. Variasi Baku (frozen)

Adalah variasi bahasa yang paling formal yang

digunakan pada situasi hikmat seperti upacara

kenegaraan dan khotbah.

3. Variasi Resmi (formal)

Adalah Variasi bahasa yag digunakan pada

kegiatan resmi atau formal seperti surat dinas dan

pidato kenegaraan.

4. Variasi Usaha (konsultatif)

Adalah variasi bahasa yang lazim dalam

pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah

dan rapat.

5. Variasi santai (casual)

Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam

situasi tidak resmi. Seperti perbincangan dalam

keluarga atau perbincangan dengan teman.

6. Variasi akrab (intimate)

Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan

oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.

7. Variasi bahasa dari segi sarana

Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari

sarana atau jalur yang digunakan. Seperti telepon,

telegraf dan radio.

6. Tujuan Revitalisasi dan Implementasi Kaidah Tata

Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Para Remaja

Tentunya, bahasa gaul yang telah kita ketahui

bersama sangat kuat pengaruhnya terhadap

perkembangan masyarakat remaja dalam hal bertutur

kata. Bahasa gaul dapat timbul dimana saja, Bahasa

yang digunakan oleh anak muda pada umumnya ini

muncul dari kreativitas mengolah kata baku dalam

bahasa Indonesia menjadi kata yang tidak baku dan

cenderung tidak lazim. Bahasa gaul kita dapati

dimana saja, karena bahasa gaul dapat timbul di

iklan televisi, lirik lagu remaja, novel remaja

dan banyak lagi. Inilah kenyataan bahwa tumbuhnya

bahasa gaul ditengah keberadaan bahasa Indonesia

tidak dapat dihindari, ini karena pengaruh

perkembangan teknologi yang terus berkembang dan

karena bahasa gaul dipakai anak muda kebanyakan,

maka cepat atau lambat bahasa Indonesia akan

tergeser keberadaannya.

Jelas sekali dalam hal ini bahwa penggunaan

bahasa yang tidak baik akan membawa dampak buruk

terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai

pemersatu dari keberagaman budaya bangsa ini.

Untuk membedakan gaya bahasa yang baik dan gaya

bahasa yang buruk, Gorys Keraf dalam bukunya Diksi

dan Gaya Bahasa memaparkan tiga unsur dalam gaya

bahasa yang baik. Ketiga unsur tersebut adalah:

kejujuran, sopan-santun, dan menarik.

Kejujuran : gaya bahasa mengikuti aturan-aturan

atau kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam

berbahasa,

Sopan-santun : gaya bahasa memberikan penghargaan

atau menghormati orang lain yang diajak bicara,

khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat ini

diwujudkan melalui gaya bahasa yang menggunakan

ungkapan-ungkapan jelas dan singkat,

Menarik : Penggunaan gaya bahasa yang variatif

akan menghindari monotomi dalam nada, struktur,

dan diksi. Selain itu, gaya bahasa yang menarik

juga memiliki kosakata yang luas serta mengandung

tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.

Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai

penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran

untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak

pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia

dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama

dikalangan remaja. Apalagi dengan maraknya dunia

kalangan hiburan yang menggunakan bahasa gaul baik

di media massa maupun elektronik, dimana hal ini

membuat remaja semakin sering menirukannya di

kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar

karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.

Inilah yang menjadi awal lunturnya bahasa

Indonesia yang baik dan berganti dengan bahasa

gaul.

Namun di sisi lain semua itu mempermudah cara kita

berkomunikasi dan dalam pemahaman pesan yang ingin

disampaikan oleh masyarakat yang ingin

menyampaikan pesan kepada penerima pesan.

Bahasa gaul sebagai bahasa anak muda

merupakan keanekaragaman budaya negara kita

Indonesia dibidang bahasa Indonesia. Penggunaan

bahasa gaul yang secukupnya dan digunakan tepat

sesuai dengan porsinya. Bahasa gaul sangat

berperan dalam pembentukan bahasa yang digunakan

kalangan remaja karena penggunaannya yang bersifat

santai dan fleksibel. Tapi alangkah baiknya jika

kita dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar, sehingga eksistensi dari bahasa

Indonesia tetap terjaga.

Bahasa Indonesia dalah bahasa persatuan yang dulu

dikukuhkan oleh kalangan muda dalam sumpah pemuda

pada 28 Oktober 1928, jadi sebagai masyarakat

Indonesia yang peduli dan ,menghormati sumpah

pemuda kita harus menjaga bahasa kita yaitu bahasa

Indonesia. Apabila kita sudah menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar maka secara tidak

langsung orang yang berada di sekitar kita akan

tertular.

Dan seharusnya pun di pendidikan setiap guru tidak

hanya guru bahasa Indonesia yang menggunakan

bahasa indonesia yang baik dan benar, melainkan

seluruh guru pelajaran yang lain mulai dari

sekarang untuk menggunakan bahasa indonesia yang

baik dan benar. Dan hal ini dapat diterapkan

dengan cara merevitalisasi dan mengimplentasikan

kaidah tata bahasa secara baik dan benar.

BAB IIIPENUTUP

1. SIMPULAN

Dari hasil pembahasan mengenai Revitalisasi dan

implementasi kaidah tata bahasa Indonesia, penulis

membuat kesimpulan yang bisa di jabarkan menjadi

beberapa poin sebagai berikut.

Remaja Indonesia kurang mencintai bahasa asli

indonesia sehingga lebih cenderung menggunakan

bahasa yang dibuatnya sendiri yang sedang populer

dan dijadikan bahasa sehari-hari.

Para generasi muda menyalahgunakan kemampuan

kreatifitasnya kearah yang negatif yakni merubah-

rubah kosakata bahasa Indonesia menjadi sukar

dibaca dan dimengerti oleh kaum awam.

Perhatian para remaja akan pentingnya menggunakan

bahasa indonesia sesuai dengan kaidah Ejaan Yang

Disempurnakan sangat kecil sehingga saat

dibutuhkan penggunaan bahasa indonesia yang formal

mengalami kesulitan.

Arti penting revitalisasi dan implementasi kaidah

tata bahasa Indonesia sehingga mampu menerapkan

kaidah tata bahasa yang baik dan benar sesuai

dengan Ejaan Yang Disempurnakan.

2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis

mencoba memberikan saran-saran sebagai bahan

pertimbangan dan masukan untuk memajukan perhatian

remaja akan pentingnya berbahasa yang baik dan

benar antara lain :

1. Memberikan penyuluhan dengan konsep menarik

tidak terkesan monoton akan penjelasann mengenai

penggunaan bahasa indonesia sesuai EYD paling

tidak menggunakan bahasa yang lazim serta mudah

dibaca.

2. Peringatan di dunia maya akan larangan

menggunakan berbahasa ‘alay’ agar para pengguna

bahasa tidak lazim tersebut dapat segera sadar dan

memperbaiki cara penulisan kalimat yang mereka

gunakan menjadi baik dan benar.

3. Menyadari kembali bahwa bahasa Indonesia adalah

bahasa pemersatu bangsa kita, yaitu bangsa

Indonesia. Jadi sudah sepatutnya kita memahami

akan arti penting pengaplikasian bahasa Indonesia

yang baik dan benar.

DAFTARPUSTAKA

Soewandi. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Balai Pustaka.

http://superboyz.wordpress.com/2010/09/29/perbandingan-

bahasa-alay-dengan-bahasa- indonesia/ (3 Januari 2011)

http://www.suaramedia.com/berita-nasional/31502-

qbahasa-alayq-dinilai-merusak-bahasa-indonesia.html (3

Januari 2011)

http://jatim.vivanews.com/news/read/189958-

bahasa--alay--cemari-bahasa-indonesia (3 Januari 2011)

http://www.kaskus.us/showthread.php?p=222009428 (3

Januari 2011)

Pordarwaminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka