Rekam Jejak Jokowi
Transcript of Rekam Jejak Jokowi
Rekam Jejak Ir. Joko
WidodoJoko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo
dan Sujiatmi Notomiharjo. Sebelum berganti
nama, Joko Widodo memiliki nama kecil
Mulyono. Pendidikannya diawali dengan masuk SD
Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai
sekolah untuk kalangan menengah ke bawah. Di
mata guru SDnya, Sutarti Wardojo, ia telah
memiliki jiwa kepemimpinan semenjak SD.
Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek
payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan
uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk
tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia
mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun.Penggusuran yang dialaminya
sebanyak tiga kali di masa kecil memengaruhi cara berpikirnya dan
kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus
menertibkan permukiman warga.[27]
Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1
Surakarta.[28] Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1
Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6
Surakarta.[29]
Masa kuliah dan berwirausahaDengan performa akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya
untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil
menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang Pola
Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta".
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan
ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii diDataran Tinggi Gayo, Aceh
Tengah. Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang
sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja
di usaha milik Pakdenya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada tahun
1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu,
yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga
naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada
tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari
Ibunya.[30]
Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya
panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan kejujuran dan kerja
kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka
matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk
diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia
ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang
bersahabat untuk penghuninya.[26]
Wali Kota SurakartaPada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan
pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%.[31] Setelah
terpilih, dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo
yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan
masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami
perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri.[7] Berkat
pencapaiannya ini Jokowi terpilih kembali sebagai Wali Kota Surakarta pada
tahun 2010 dengan persentase suara sebesar 90,09%.[11]
Rebranding SoloBranding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu
"Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk
ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di
Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan
hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan
kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka
(disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang
terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.[9] Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan
prinsip kepemimpinannya.[32]
Rebranding ini turut didukung dengan pengembangan citra kota Solo sebagai
"kota budaya" dan "kota batik". Pada tahun 2011, misalnya, Solo menjadi
ibukota batik Indonesia.[33] Selain itu, sejak tahun 2008, kota Solo setiap
tahunnya selalu mengadakan Solo Batik Carnival.[34] Di bawah kepemimpinan Jokowi
pula kota Solo dikembangkan sebagai kota MICE, yang merupakan singkatan
dari meetings (pertemuan), incentives (insentif), conferencing (konferensi),
dan exhibitions (pameran).[9] Sebagai tindak lanjut branding, Jokowi aktif
melakukan pendekatan kepada para penanam modal, terutama pengembang
properti untuk menyediakan fasilitas konvensi dan hotel.[9] Ia juga
mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan
Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan
keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut
pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007, Surakarta juga telah menjadi
tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng
Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan
perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek
Istana Mangkunegaran. Selain itu, Solo menjadi tuan rumah Euro-Asia World
Heritage Cities Conference and Exhibition pada tahun 2008, Solo International Ethnic Music
Festival (SIEM) pada tahun 2007 dan 2008 dan International Performing Arts
Festival pada tahun 2009.[9]
Mendamaikan Keraton SurakartaPada tanggal 11 Juni 2004, Paku Buwono XII wafat tanpa sempat menunjuk
permaisuri maupun putera mahkota, sehingga terjadi pertentangan antara
kedua putranya, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SDISKS)
Paku Buwono XIII dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung
Tedjowulan. Selama tujuh tahun ada dua raja yang ditunjuk oleh kedua pihak
di dalam satu Keraton.[35]
Konflik ini akhirnya mendorong campur tangan pemerintah Republik Indonesia
dengan menawarkan dualisme kepemimpinan, dengan Paku Buwono XIII sebagai
Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil atau Mahapatih.
Penandatanganan kesepahaman ini didukung oleh empat perwakilan menteri,
yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Pekerjaan Umum serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun konflik
belum selesai karena beberapa keluarga keraton masih menolak penyatuan
ini.[36]
Puncaknya adalah penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton
pada tanggal 25 Mei 2012. Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di
Korikamandoengan.[37] Jokowi akhirnya berperan menyatukan kembali
perpecahan ini setelah delapan bulan menemui satu per satu pihak keraton
yang terlibat dalam pertentangan.[38] Pada tanggal 4 Juni 2012 akhirnya
Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan berakhirnya konflik Keraton Surakarta
yang didukung oleh pernyataan kesediaan melepas gelar oleh Panembahan
Agung Tedjowulan, serta kesiapan kedua keluarga untuk melakukan
rekonsiliasi.[39]
Pembenahan pedagang kaki limaProgram yang mencuatkan namanya selama menjadi Wali Kota Solo adalah
pembenahan pasar dan pedagang kaki lima. Salah satu contohnya adalah
pedagang kaki lima di Monumen 45 Banjarsari. Jokowi menggunakan
pendengkatannguwonke wong atau memanusiakan manusia sehingga tidak memaksa
atau pun menggusur pedagang, sebaliknya mengedepankan dialog dan makan
siang bersama agar pedagang mulai berani menumpahkan keluhannya langsung.
Selain itu, dibuka pula jalur diskusi di mana saja, seperti di Balai Kota,
warung, wedangan, pinggir jalan, hingga di Loji Gandrung.[10]
Setelah 54 kali sesi makan siang bersama selama 7 bulan, pedagang mulai
luluh dan Pemerintah Kota Solo mengistimewakan para pedagang yang bersedia
pindah dengan membuatkan arak-arakan hingga ke tempat baru.[10]
Pembenahan transportasi umumUntuk urusan transportasi umum, berbagai jenis angkutan telah
direalisasikan, seperti Batik Solo Trans yang merupakan bus yang
beroperasi di dalam kota dan menghubungkan kota Solo dengan Bandar Udara
Internasional Adi Sumarmo.[8] Selain itu, pada masa kepemimpinan Jokowi,
diluncurkan Prambanan Express Train yang merupakan kereta komuter yang
menghubungkan kota Solo dengan Yogyakarta.[8] Untuk mengintegrasi sistem
transportasi, pemerintah Solo dan Yogya menandatangani moratorium terkait
penggunaan kartu pintar di kedua kota.[8]
Jokowi pada tahun 2009 juga meluncurkan kereta wisata peninggalan Belanda
yang disebut Sepur Kluthuk Jaladara. Kereta yang dibuat pada tahun 1896
dan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar ini melintasi Kantor Wali
Kota Surakarta, Loji Gandrung, Museum Radi Pustaka, Museum Batik Danar
Hadi, dan Stasiun Sanggrah, sebelum akhirnya kembali ke Stasiun Purwosari.
[40] Selain itu, pada 20 Februari 2011, bus tingkat Werkudara juga
dioperasikan dan segera menjadi salah satu ikon kota Solo.[41]
Pada Juli 2011, Jokowi meluncurkan Railbus Batara Kresnayang melayani
rute Sukoharjo-Surakarta. Railbus yang mulai dioperasikan pada Agustus 2012
ini dibuat oleh PT INKA. Namun, pada November 2012, railbus ini tidak
berjalan lagi karena mengalami kerugian, dan permintaan subsidi oleh Wali
Kota Solo saat itu F.X. Hadi Rudyatmo ditolak oleh DPRD Surakarta.[42]
Hari bebas kendaraan bermotorPada tahun 2010, Jokowi menggagas hari bebas kendaraan bermotor di
sepanjang Jalan Slamet Riyadi setiap hari Minggu dari pukul 6 hingga 9
pagi, walaupun jalanan sudah didatangi pejalan kaki dari pukul 5 pagi.[43] Selain itu, pada hari Sabtu 31 Desember 2011 dan Minggu 1 Januari
2012, kota Surakarta berhasil mengadakan malam bebas kendaraan bermotor
pertama di Indonesia.[44]
Pembenahan pendidikan dan kesehatanDi Solo, Jokowi menetapkan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Solo (PKMS) dan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS).[45] Program PKMS menyediakan layanan kesehatan gratis untuk rakyat miskin
di Solo.[46]Pemegang kartu PKMS terdiri dari dua kelas, yaitu "Gold" dan
"Silver".[46] Kelas "Gold" diberikan untuk warga yang benar-benar miskin
(sehingga semua biaya kesehatannya ditanggung pemerintah), sementara warga
kota yang belum mempunyai jaminan kesehatan mendapatkan kelas "Silver".[46] Sementara itu, kartu BPMKS diberikan kepada siswa SD dan SMP di Solo
yang miskin agar dapat mengenyam pendidikan tanpa dipungut biaya (baik
iuran bulanan maupun biaya operasional) di sekolah negeri atau swasta.[47] Terdapat tiga jenis kartu, yaitu "Platinum", "Gold", dan "Silver".[47] Kartu Platinum diberikan untuk siswa yang bersekolah di sekolah plus
(sekolah gratis dari program pendidikan di Solo), sementara kartu Gold
diberikan kepada warga miskin dan kartu Silver untuk warga mampu.
[47] Pemegang kartu Platinum dibebaskan dari iuran bulanan, uang gedung,
dan biaya pribadi seperti tas, sepatu, buku, sementara pemegang kartu Gold
dibebaskan dari biaya operasional dan pemegang kartu Silver diperlakukan
seperti pemegang kartu Gold.[47] Namun, pembebasan biaya tidak berlaku
untuk siswa SMA dan SMK, walaupun mereka akan disubsidi sebesar 50%.[47]
Selama enam bulan pertama tahun 2012, 15.235 kartu PKMS Silver dan 47.940
kartu PKMS Gold dibagikan kepada rakyat Solo dengan biaya Rp 10,9 miliar,
sehingga pada saat itu terdapat 221.722 kartu PKMS Silver dan 14.181 kartu
PKMS Gold yang telah didistribusikan.[45]
Solo Techno Park dan EsemkaPada masa kepemimpinan Jokowi, pembangunan Solo Techno Park diselesaikan.
Kompleks yang dibangun di wilayah seluas 7,1 hektare di Jebresini
dimaksudkan sebagai tempat produksi dan pelatihan teknik.[48] Pada tahun
2012, Jokowi menjadikan Esemka(yang merupakan mobil buatan siswa-
siswa Sekolah Menengah Kejuruan) sebagai mobil dinas resmi Jokowi.[49]Inisiatif Jokowi membuat Esemka mendapat perhatian media nasional.[49]Solo Techno Park sendiri akan dijadikan sebagai pusat produksi massal
mobil Esemka.[48] Namun, mobil ini tidak lolos uji kelayakan nasional,[48] sehingga proyek tersebut mangkrak dan lembaga Solo Techno Park pada
tahun 2014 memproduksi mesin cetak digital.[50]
Pada tahun 2011, Jokowi juga menandatangani memorandum of understanding (MoU)
dengan Direktur Utama PT GMF AeroAsia Richard Budihadianto mengenai
pengembangan kemampuan penyediaan sumber daya manusia dalam bidang
perawatan pesawat terbang, sehingga Solo Techno Park menjadi tempat
pelatihan teknisi pesawat terbang.[51]
Peninggalan lainPada 13 April 2008, Jokowi mendirikan tempat wisata kuliner malam di Solo
yang disebut Galabo (Gladag Langen Bogan).[9] Taman Balekambang yang
sebelumnya terbengkalai juga diubah menjadi taman botani kecil yang
dilengkapi dengan fasilitas Wi-Fi. Ditambah lagi, Terminal Bus
Tirtonadi diremajakan, sementara Taman Tirtonadi di dekatnya dijadikan
ruang terbuka.[9]
Jokowi juga membangun dan meremajakan beberapa pasar, seperti Pasar
Windujenar pada tahun 2010[52] dan Pasar Burung Depok.[53] Pasar Windujenar
terletak tepat di kawasan Ngarsopuro yang turut disulap menjadi artistik
dan dilengkapi dengan ruang terbuka untuk masyarakat.[54] Kawasan ini
kemudian terhubung dengan Jalan Slamet Riyadi yang dipercantik dengan
keberadaan taman dan fasilitas internet gratis.[9] Jokowi juga melancarkan
penataan koridor city walk di kawasan Kapten Mulyadi dan Mayor Kusmanto yang
turut dilengkapi dengan fasilitas untuk pejalan kaki dan taman kota.[53]
Di bawah kepemimpinan Jokowi, pemkot Surakarta mendukung pengadaan toilet
umum, hingga kota Solo terpilih menjadi tuan rumah World Toilet Summit ke-
13 pada tahun 2013.[55] Toilet umum dibangun di beberapa tempat wisata
seperti di Slamet Riyadi, Gladag Langen Bogan, dan Kampung Batik Laweyan,
dengan dana dari pemkot dan perusahaan swasta yang mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan.[55]
Menurut Rushda Majeed dalam studi kasusnya mengenai kota Solo, Jokowi
telah memperbaiki kondisi permukiman kumuh, meningkatkan layanan
kesehatan, dan mereformasi pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi.[7] Ia
juga membuka proses keuangan untuk umum dan menyediakan one-stop service bagi
mereka yang hendak membuat izin bisnis atau izin-izin lainnya.[7]
Gubernur DKI JakartaJokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri
sebagai Gubernur DKI Jakarta [56] pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena
merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari
Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu
Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi
sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa
mengajukan Calon Gubernur.[57]Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih
untuk mendukung Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan.[58] Sebagai wakilnya, Basuki T Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR
dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar
telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur.[59]
Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon
petahana yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan
Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam satu putaran.[60] Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang
Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahidyang sudah
dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan
partai lainnya, PDIP dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11
dan 6 kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik
Partai Demokrat untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat
Nur Wahid.[61] Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo
akan bertemu di putaran dua.[62]
Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan,
11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin,
dengan Fauzi Bowo di posisi kedua.[63] Pasangan ini berbalik diunggulkan
memenangipemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan Hidayat Nur
Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010[64] serta pendukung Faisal Basri dan
Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.[65]
Pilkada 2012 putaran keduaJokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh calon,[66]termasuk
Fauzi Bowo,[67] namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan Hidayat Nur
Wahid[68] dan memunculkan spekulasi adanya koalisi di putaran kedua.[69] Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan Hidayat Nur Wahid.
Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di
putaran pertama malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo.[70] Hubungan
Jokowi dengan PKS juga memburuk dengan adanya tudingan bahwa tim sukses
Jokowi memunculkan isu mahar politik Rp50 miliar.[71] PKS meminta isu ini
dihentikan,[72] sementara tim sukses Jokowi menolak tudingan menyebutkan
angka imbalan tersebut.[73]Kondisi kehilangan potensi dukungan dari partai-
partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat melawan
Koalisi Partai".[74]Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat karena PDI
Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang mendukung
Jokowi, tidak seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan calon
independen.[75] Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting
seperti Misbakhun dari PKS,[76] Jusuf Kalla dari Partai Golkar,[77] Indra J
Piliang dari Partai Golkar,[78] serta Romo Heri yang merupakan adik ipar
Fauzi Bowo.[79]
Pertarungan politik juga merambah ke dunia media sosial dengan
peluncuran Jasmev,[80] pembentukan media center,[81] serta pemanfaatan media
baru dalam kampanye politik seperti Youtube.[82]Pihak Fauzi Bowo menyatakan
juga ikut turun ke media sosial, namun mengakui kelebihan tim sukses dan
pendukung Jokowi di kanal ini.[83]
Putaran kedua juga diwarnai berbagai tudingan kampanye hitam, yang antara
lain berkisar dalam isu SARA,[84] isu kebakaran yang disengaja,[85] korupsi,[86] dan politik transaksional.[87]
Menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali bermunculan yang
memprediksi kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh
SSSG,[88] 72,48% melawan 27,52% oleh INES,[89] 45,13% melawan 37,53% dalam
survei elektabilitas oleh IndoBarometer,[90] dan 45,6% melawan 44,7% oleh
Lembaga Survei Indonesia.[91]
Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga
Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang
dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat
46,19%.[92]Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer
54.24% melawan 45.76%,[93] dan lima stasiun TV.[94]Perkiraan sementara oleh
metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil
54,02% melawan 45,98%,[95] Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%.[96] Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan
pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru
untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.[97][98]
Sebelum dan sesudah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia berjanji bahwa
ia akan menambah 1000 unit bus Transjakarta, lalu ia bisa dihubungi
wartawan 24 jam, bahwa ia akan bekerja 1 jam di kantor dan sisanya tinjau
pelayanan publik. Ia juga berkata bahwa dirinya tidak akan
menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL), dan juga akan membangun kampung susun
yang bukan apartemen; lalu ia akan memperbaiki sistem pendidikan dan
kesehatan, memberikan penghargaan ke semua ketua RT dan RW, dan ia juga
menjanjikan akan menambah ruang publik bagi remaja DKI.[99] Pada saat
terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, permasalahan mulai berdatangan, dan
semenjak musim hujan melanda Jakarta dan masalah macet tidak usai, publik
DKI mulai pesimis dan meragukan kemampuan Jokowi dalam mengatasi masalah
ibukota.[100]
Pasca Pilkada 2012Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya
menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta, namun dibantah oleh
DPRD.[101] Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun
tangan jika masalah ini terjadi,[102] karena pengangkatan Jokowi sebagai
Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun jika pada
saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap mengundurkan
diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan
diri setelah terpilih.[103] Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan
terhadap Undang-Undang No 34 tahun 2004, sehingga setalah Jokowi, kepala
daerah yang mencalonkan diri di daerah lain, harus terlebih dahulu
mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai
calon.[104]
Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Wali Kota
Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan
Jokowi tertunda[105] dari jadwal awal 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober
2012.[106] Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya
pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana.[107] DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari
awalnya dianggarkan Rp 1,05Miliar dalam Perubahan ABPD. Acara pelantikan
juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.[108]
Sehari usai pelantikan, Jokowi langsung dijadwalkan melakukan kunjungan ke
masyarakat.[109]
Pengambilalihan Sumber Daya AirSebelum Jokowi, pengelolaan air minum dilakukan oleh dua operator utama,
Aetra (PT Thames PAM Jaya) dan Palyja (PT PAM Lyonnaise Jaya). PT Aetra
Air Jakarta mengelola, mengoperasikan, memelihara sistem penyediaan air
bersih, dan melakukan investasi di wilayah timur Jakarta, sementara Palyja
di bagian barat Jakarta. Pemegang saham Aetra adalah Acuatico Pte Ltd
dengan kepemilikan sebesar 95 persen dan PT Alberta Utilities sebesar 5
persen. Sementara Palyja melayani pasokan air bersih ke wilayah Jakarta
Barat, Jakarta Selatan, serta sebagian wilayah Jakarta Utara dan Pusat.
Palyja dimiliki Astratel sebesar 49 persen, dan Suez Environment sebesar
51 persen. Keduanya memegang kontrak dengan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk mengelola air di Jakarta.
Karena dianggap tidak mampu menyediakan pelayanan yang prima, maka Jokowi
dan Ahok sejak awal sudah mengincar pengambilalihan pengelolaan air minum
Jakarta agar lebih mudah diawasi dan dikontrol, namun niat ini terganjal
penalti yang harus dibayar oleh pemerintah Pemprov jika memutus kontrak di
tengah jalan.[110] Maka usaha tersebut dilakukan dengan cara lain yaitu
dengan membeli saham kedua perusahaan tersebut melalui dua BUMD milik
Pemerintah Provinsi, yaitu PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propertindo
(Jakpro). Keduanya akan berusaha mengambil alih kepemilikan saham Palyja
dengan rencana PT Pembangunan Jaya akan membeli sebanyak 51 persen saham
Suez Environment, sedangkan PT Jakarta Propertindo mengakuisisi 49 persen
saham Astratel. Namun sayangnya Palyja masih berstatus digugat oleh LBH
karena usaha privatisasi air yang dianggap tidak sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945, sehingga akuisisi ini masih menunggu keputusan
pengadilan [111]
Pada tanggal 10 April 2014, Jokowi menyatakan bahwa telah ditemukan titik
terang pengambilalihan ini, karena pemerintah provinsi telah menemukan
kata sepakat dalam menguasai kembali pengelolaan air minum. Kedua pihak
merasa memiliki tujuan sama agar tidak terjadi privatisasi sumber daya
air, hanya caranya saja yang berbeda. Jika pihak LBH dan LSM melalui
gugatan hukum, maka Pemprov melakukan upaya pengambilalihan secara business
to business. "Positif, sudah ketemu titiknya. Karena semangatnya sama. Tujuan
sama agar pengelolaan air diambil alih oleh pemerintah dalam hal ini BUMD
kita," kata Jokowi, usai menggelar pertemuan dengan koalisi di Balaikota
DKI Jakarta.[112]
Setelah pengambilalihan Palyja berjalan lancar, Pemprov DKI juga
memberikan sinyal akan mengambil alih Aetra dengan cara serupa.[113]
Peningkatan upah minimum provinsiPada 24 Oktober 2012, terjadi unjuk rasa di Balaikota yang dilakukan
sekumpulan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.[114] Awalnya buruh menuntut kenaikan UMP menjadi Rp 2,79 juta, yang
ditanggapi ajakan dialog oleh Basuki Tjahaja Purnama dengan perwakilan
buruh. Akhirnya disepakati penggunaan angka survei Kecukupan Hidup Layak
bulan terakhir, dari sebelumnya yang dirata-rata dari data Februari 2012
hingga Oktober 2012,[115] serta berbagai poin lainnya sehingga menjadi 13
kesepakatan.[116]
Jokowi kemudian menyerahkan penghitungan UMP yang layak kepada Dewan
Pengupahan yang awalnya memunculkan rekomendasi angka Rp1,9 juta. Namun
sidang ini diganggu oleh tindakan buruh yang memanggil kembali
perwakilannya, sehingga angka ini baru mewakili kepentingan pengusaha.[117] Akhirnya disepakati oleh berbagai pihak bahwa Upah Minimum Provinsi
sebesar Rp 2,2 juta yang kemudian ditetapkan oleh Dewan Pengupahan.[118]
Jokowi melakukan berbagai konsultasi, termasuk
dengan Menakertrans Muhaimin Iskandar, Gubernur Banten, danGubernur Jawa
Barat untuk menentukan UMP yang tepat bagi buruh di DKI Jakarta agar tidak
mengalami ketimpangan dengan daerah penyangga, namun masih layak untuk
dinikmati pekerja.[119]
Protes kembali terjadi pada akhir tahun 2013 karena buruh mendesak
kenaikan kembali UMP menjadi Rp 3,7 juta,[120]sementara pengusaha menolak
angka tersebut dan menginginkan angka Rp 2,29 juta. Akhirnya diputuskan
angka tengah sebesar Rp 2,44 juta. Buruh menolak karena Rp 3,7 juta angka
mati[120] dan sempat mencap Jokowi dan Ahok sebagai Bapak Upah Murah[121] dan
mengancam akan menduduki Balai Kota selama berhari-hari, namun akhirnya
demonstrasi bubar dengan sendirinya dan UMP Rp 2,44 juta berlaku di DKI
Jakarta sejak 1 November 2013[122]
Pembenahan transportasi umumPada tanggal 10 Oktober 2013, Jokowi meresmikan pembangunan Angkutan
Massal Cepat (MRT) yang sebelumnya sempat tertunda selama bertahun-tahun.[16] Kemudian, pada tanggal 16 Oktober 2013, Jokowi juga meresmikan
pembangunan jalur hijau Monorel Jakarta sepanjang sebelas kilometer.[17] Selain itu, pada November 2013, Pemerintah Daerah DKI Jakarta
berencana akan mengadakan seribu bus untuk jalur Transjakarta.[123] Namun,
beberapa dari 656 bus yang dibeli dari Cina didapati sudah berkarat,
sehingga dicurigai ada kecurangan yang dilakukan oleh pejabat Dinas
Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.[124] Sebagai tanggapan terhadap masalah
ini, Jokowi membebastugaskan Kepala Dishub DKI Jakarta Udar Pristiono dan
melantik Muhammad Akbar sebagai penggantinya.[125] Selanjutnya pemesanan
armada Transjakarta akan banyak melalui sistem E-Katalog, bukan lagi
lelang.
Pendirian PT Transjakarta
Untuk memperbaiki kualitas pelayanan dan armada Transjakarta, maka mulai
30 Desember 2013, PT Transjakarta secara resmi disahkan. Dengan demikian
posisinya berdiri sendiri sebagai sebuah Badan Usaha Milik Daerah, tidak
lagi dibatasi kewenangannya sebagai Unit Pelaksana di bawah Dinas
Perhubungan. Dengan menjadi perusahaan tersendiri, Transjakarta diharapkan
mampu bekerja lebih efisien, lincah, dan fleksibel, termasuk saat
pengadaan armada.[126]
Rencana akuisisi Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD)
Sebelumnya, Pengangkutan Penumpang Djakarta atau PPD adalah BUMN berbentuk
Perusahaan Umum yang berada di bawah Kementrian Negara BUMN. Karena
dianggap memiliki banyak aset dan armada yang menguntungkan pengelolaan
transportasi, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengajukan
pengambilalihan PPD, dengan salah satu syaratnya adalah pelunasan hutang
PPD yang cukup besar, Rp 170 Miliar. Namun Basuki Tjahaja Purnama
menganggap pelunasan utang ini sebanding dengan manfaat yang akan didapat
oleh Pemprov DKI Jakarta. Sayangnya, proses pengambilalihan ini berbelit
karena pemerintah pusat tidak memperlihatkan respon serius atas tawaran
ini. Mentri BUMN, Dahlan Iskan sendiri sebenarnya sudah menyetujui
pengambilalihan ini.[127]
Pengandangan Metromini dan Kopaja
Setelah banyaknya kecelakaan yang menimpa Metromini dan Kopaja, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mulai memperketat aturan mengenai fasilitas
keselamatan minimal yang dimiliki, antara lain rem, bodi
keropos, speedometer, lampu, dan kaca jendela. Jika tidak bisa menunjukkan
fasilitas tersebut, maka bus sedang tersebut dikandangkan.[128]
Tindakan pengandangan ini mengundang protes dari supir Metromini yang
merasa mata pencariannya terancam. Pada 29 Agustus 2013, puluhan supir
Metromini memarkirkan armadanya di jalanan di depan Balaikota dan berdemo
memprotes kewajiban peremajaan angkutan. Selain itu Udar Pristono, Kepala
Dinas Perhubungan saat itu, dianggap menyakiti hati para supir karena
membuat pernyataan bahwa Metromini sudah tidak diperlukan lagi di Jakarta.
Mereka menuntut armada yang dirazia dikembalikan, namun ditolak.[129]
Para supir yang merasa tidak didengarkan kemudian merusak pagar balaikota
dan memecahkan kaca Bus Kopaja dan Transjakarta. Karena keberingasannya,
Gubernur dan Wakil Gubernur menolak menemui dan mengomentari pengaduan
mereka. Para pelaku pengrusakan diancam dilaporkan ke polisi karena sudah
mengarah kepada tindakan pidana.[130]
Peluncuran bus wisata
Pada tanggal 24 Februari 2014, Jokowi meluncurkan bus pariwisata Jakarta.
Bus tingkat dengan kapasitas 60 penumpang ini dapat dinikmati secara
gratis dan dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik Jakarta kepada
wisatawan. Bus ini beroperasi setiap hari dari pukul 09.00 hingga pukul
19.00 dengan rute dari Pasar Baru hingga Bundaran Hotel Indonesia.[131]
Enam ruas jalan tol
Proyek enam ruas jalan tol diwariskan sejak zaman Sutiyoso dan Fauzi Bowo,
namun baru mencapai peresmian kesepakatan antara pihak swasta dengan
Kementrian Pekerjaan Umum sesaat sebelum Fauzi Bowo mengakhiri masa
jabatannya, serta sudah ditentukan pemenang tendernya. Sehingga walaupun
ditentang banyak warga, dan Jokowi pernah menentang proyek ini, namun ia
tidak memiliki kewenangan untuk membatalkannya.[132][133]
Jokowi sempat memperlambat eksekusi proyek ini dengan meminta masukan
warga, pengamat, pakar, Kementrian PU, investor, konsorsium pada 15
Januari 2013,[134] namun kemudian Basuki Tjahaja Purnama mengumumkan bahwa
tidak ada ada lagi istilah 6 ruas tol. Yang ada adalah integrasi seluruh
tol lingkar dalam Jakarta dan dilengkapi dengan jalur bus layang.[135] Pihak
swasta menyetujui permintaan mengadakan fasilitas transportasi umum di
sepanjang tol.[136]
Mobil murah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013, pemerintah pusat
Indonesia berencana mengembangkan program mobil murah. Joko Widodo
menentang keras program ini karena menurutnya program ini akan memperparah
kemacetan di Jakarta.[137] Menurutnya, yang sepatutnya digalakkan adalah
pengadaan transportasi massal yang murah, aman, dan nyaman.[137] Ia pun
menyurati Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono untuk mempertanyakan
kebijakan ini.[137]
Rotasi jabatanSelama dua tahun menjabat, Jokowi melakukan banyak sekali pengubahan
posisi birkorat. Di antaranya lurah dan camat melalui lelang jabatan,
serta wali kota, kepala suku dinas dan dinas melalui pemberhentian dan
penunjukan.[138]
Lelang jabatan
Pada April hingga Juni 2013, Jokowi menciptakan sistem baru dalam
penempatan birokrasi, yaitu lelang jabatan. Dalam sistem ini, setiap PNS
diberi kesempatan yang sama untuk menduduki posisi yang diinginkannya
dengan memenuhi kualifikasi dan mengikuti tes. Hasil tes diumumkan secara
transparan dan pemerintah provinsi menempatkan PNS tersebut sesuai
prestasi dan kualifikasinya.[15]
Hal ini menimbulkan kontroversi dengan adanya penolakan dari lurah dan
camat yang posisinya terganggu akibat seleksi ini. Salah satu yang menjadi
sorotan adalah lurah Warakas yang mengancam akan memperkarakan sistem
lelang jabatan.[139] Ia awalnya menolak mengikuti seleksi lelang jabatan
ini, namun akhirnya berhasil mendapat posisi di kelurahan Tugu Utara.[140]
Keefektifan lelang jabatan menjadi pertanyaan setelah Basuki Tjahaja
Purnama mengakui 60 persen lurah hasil lelang jabatan tidak memuaskan.[141] Bahkan dalam waktu satu tahun, lurah Ceger dan bendaharanya tertangkap
melakukanmark-up anggaran senilai Rp 450 juta dan kini menjadi tahanan
Kejaksaan Negeri Jakarta Timur.[142]
Lurah Susan
Salah satu lurah yang terpilih dalam proses lelang jabatan adalah Susan
Jasmine Zulkifli. Ia terpilih untuk menjabat di wilayah Lenteng Agung.
Namun, penunjukkan lurah Susan menuai protes dari beberapa orang karena
lurah Susan beragama Kristen, yang dianggap tidak sesuai dengan sebagian
besar warga Lenteng Agung yang beragama Islam.[143]Kontroversi ini semakin
menguat setelah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi meminta Jokowi
mempertimbangkan ulang pengangkatan lurah Susan.[143] Namun, Jokowi
menegaskan bahwa ia tidak akan menurunkan lurah Susan atas dasaragama dan
hanya akan mempertimbangkan kinerja para lurah.[143]
Penggantian kepala dinas
Jokowi tercatat mengganti para kepala dinas di Jakarta. Yang paling
disorot antara lain Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI, Taufik
Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Pendidikan DKI, dan Unu Nurdin Kepala Dinas
Kebersihan DKI. Ketiganya ditempatkan ke posisi baru dalam Tim Gubernur
Untuk Percepatan Pembangunan (TGUP2), bersama dengan empat orang lainnya.[144]
Banjir tahunan JakartaMewarisi kota yang dilewati banyak sekali sungai dan posisi beberapa
wilayah yang lebih rendah dari permukaan laut, Jokowi dituntut bisa
mengurangi bahkan menghilangkan banjir dari Jakarta. Dengan terlambatnya
pengesahan anggaran 2013, banjir Jakarta memperlihatkan dampak besar bagi
kehidupan kota tanpa diiringi pencegahan dan penanganan maksimal.[145] Namun
diakui penanganan banjir ini lebih baik jika dibandingkan banjir tahun-
tahun sebelumnya.[146]
Sepanjang tahun 2013, proyek-proyek normalisasi dalam rangkaian JEDI
(Jakarta Emergency Dredging Innitiative) dilakukan intensif. Yang paling
dikenal adalah pengembalian fungsi Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan Kali
Pesanggrahan. Usaha ini menuai banyak pujian, bahkan dari luar negeri.[18] Dengan normalisasi ini, diakui oleh BPBD bahwa banjir 2014 lebih baik
dibanding tahun sebelumnya. Durasi banjir memang lebih lama karena puncak
musim hujan yang lebih panjang, namun luas genangan berkurang.[147]
Pengumuman status darurat banjir
Dalam menghadapi banjir tahunan Jakarta 2013 dan 2014, Jokowi mengumumkan
status tanggap darurat banjir yang memungkinkan Gubernur mengambil
keputusan yang dianggap perlu untuk mengatasi bencana.[148]
Rekayasa cuaca
Untuk mengalihkan jalur hujan yang melewati Jakarta, Pemprov DKI Jakarta
bekerjasama dengan BNPB, TNI Angkatan Udara, dan BPPT melalui penaburan
garam NaCl agar hujan turun jauh dari Jakarta. Pada tahun 2013 proyek ini
cukup berhasil mengurangi curah hujan, namun pada tahun 2014 sedikit
terhambat akibat lambatnya pengesahan APBD dan perbedaan pola curah hujan
dibanding tahun lalu.[149]
Pembenahan saluran airMelalui paket Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI), Pemerintah
Provinisi DKI Jakarta bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Bank Dunia melakukan perawatan atas sistem saluran air di Jakarta yang
berhubungan dengan kondisi banjir di Jakarta dengan total dana US$
135.500.000. Program ini sempat memanas karena Basuki Tjahajapurnama
memprotes lambannya program yang dirancang oleh Bank Dunia sehingga
menuntut eksekusi lebih cepat. Jika Bank Dunia tidak bersedia, ia
mempersilakan Bank Dunia menarik bantuannya. Permintaan ini dipenuhi oleh
Bank Dunia.[150]
Kali dan waduk yang menjadi target pembenahan melalui program JEDI antara
lain Banjir Kanal Barat, Cakung Drain, Cengkareng Drain, Kali Angke, Kali
Cideng, Kali Kamal, Kali Sunter, Kali Tanjungan, Kali Krukut-Kali Cideng-
Tanah Sereal, Kali Jelakeng-Kali Pakin-Kali Besar, Kali Ciliwung Gunung
Sahari, Sodetan Sentiong Sunter, Kali Grogol – Sekretaris, Waduk Pluit,
Waduk Melati, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, dan Waduk Sunter
Timur III, Situ Mangga Bolong, Situ Babakan, Situ Rawa Dongkal dan Situ
Cipondoh.[151]
Normalisasi Waduk Pluit
Normalisasi Waduk Pluit menandai perbaikan sistem pengendalian banjir di
Jakarta. Ditandai dengan pembongkaran sendiri hunian di bantaran oleh
warga pada bulan Maret 2013. Awalnya relokasi berjalan lancar. Namun
kemudian sempat terjadi ketegangan karena beberapa warga menolak
dipindahkan, bahkan sampai memunculkan insiden pelaporan ke Komnas HAM.
Melalui diplomasi makan siang, beberapa warga mulai terbujuk dan perlahan
pindah ke berbagai rumah susun yang telah disiapkan.[152]
Normalisasi Waduk Ria Rio
Normalisasi Waduk Ria Rio juga sempat mendapat hambatan dari warga dan
pemilik tanah akibat adanya sengketa yang terjadi antara pemilik tanah
dengan PT Pulomas Jaya. Warga sempat melakukan blokir, namun dibujuk untuk
mau secara sukarela pindah ke rumah susun yang layak. Sementara untuk
sengketa lahan, awalnya disepakati diselesaikan di pengadilan, namun
kemudian pemilik tanah memberi kesempatan negosisasi penggantian harga
lahan yang akan dikeruk sebagai waduk.[153]
Jokowi menjanjikan akan membangun Opera House berkapasitas 9000 seluruhnya
bertempat duduk di tepi Waduk Ria Rio.[154]
Normalisasi Waduk Tomang Barat
Waduk Tomang Barat awalnya dipenuhi ledakan populasi eceng gondok yang
memperparah pengendapan dan sekaligus menggusur habitat alami yang sudah
lebih dulu ada di sana. Maka dari itu pada November 2013 Waduk Tomang
Barat dikeruk hingga kembali ke kedalaman yang seharusnya dan populasi
eceng gondok dihilangkan dengan biaya Rp 2 miliar.[155]
Normalisasi Waduk Rawa Bambon
Waduk Rawa Bambon awalnya hanya berupa rawa kecil di Kelapa Dua Wetan,
Ciracas, Jakarta Timur, yang sering tergenang saat hujan lebat terjadi di
sekitar Jakarta Timur dan selatan. Akibatnya warga sekitar terus-menerus
mengalami banjir. Kemudian Pemprov DKI Jakarta memutuskan waduk ini
dikeruk hingga kedalaman 6 meter dan dilengkapi taman seperti Waduk Ria
Rio dan Pluit. Berbeda dengan Waduk Pluit dan Ria Rio, lahan sekitar Waduk
Rawa Bambon relatif tidak bermasalah sehingga penuntasannya diharapkan
bisa lebih cepat [156]
Normalisasi Kali Pesanggrahan
Karena kecilnya kapasitas dan buruknya pemeliharaan, hingga November 2012,
Kali Pesanggrahan masih meluap dan merendam 2 RT di Ulujami.[157] Sebenarnya
pada tahun Desember 2010 telah ditargetkan normalisasi kali dari debit 50
meter kubik menjadi 115 meter kubik, namun masih terus tertunda akibat
proses lelang yang terlalu lama. Pada masa Agustus hingga Oktober 2010
tercatat Kali Pesanggrahan telah tiga kali jebol akibat derasnya air dan
sudah tuanya dinding tanggul.[158]
Program normalisasi Kali Pesanggrahan kembali dilanjutkan melalui Jakarta
Emergency Dredging Initiative (JEDI)[159]Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan
Kementrian PU pada akhir tahun 2013 hingga 2014,[160] serta didukung oleh
proyek pembangunan sodetan Kali Pesanggrahan untuk meluruskan aliran kali
di sekitar ITC Cipulir,[161] serta pembangunan waduk di sekitar Jakarta
Selatan untuk menyimpan air di hulu agar tidak membebani sungai-sungai di
hilir Jakarta.[162][163]
Pengerjaan waduk sempat terhenti karena keberatan warga atas nilai ganti
rugi, namun diselesaikan dengan perundingan langsung dengan Jokowi.[164]
Pembenahan permukimanPembenahan permukiman dilakukan melalui dua cara, yaitu relokasi ke rumah
susun dan pembenahan melalui program kampung deret.[165]
Kampung deret
Program yang cukup menonjol dari Jokowi adalah kampung deret. Program ini
memberi kesempatan kepada warga yang ingin memperbaiki kondisi rumahnya
yang tidak layak dengan syarat harus memiliki bukti kepemilikan tanah yang
jelas. Daerah yang mendapat bantuan Kampung Deret yang sering mendapat
sorotan antara lain Tanah Tinggi, Cipinang Besar Selatan, Petogogan,
Semper Barat, dan Tambora. Pada 2013 lalu, pembangunan Kampung Deret
dilakukan di 26 titik. Sementara pada tahun 2014, ditargetkan 70 Kampung
Deret baru itu akan dimulai pada awal Juni 2014.[166]
Pembangunan dan relokasi ke rumah susun
Rumah susun menjadi solusi utama untuk relokasi dalam jumlah besar. Selama
Banjir Jakarta 2013, Warga Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan Kali Pakin,
misalnya, direlokasi antara lain ke Rumah Susun Pinus Elok, Rumah Susun
Marunda, Rumah Susun Tambora, dan lainnya. Sementara pada tahun 2014,
ditargetkan 100 rumah susun baru tahan gempa untuk menampung relokasi
lainnya.
Selain membangun sendiri, Pemprov DKI Jakarta juga menerima hibah dari
berbagai Kementrian dengan syarat mau memperbaikinya.[167][168]
Relokasi warga penghuni waduk
Setelah banjir Jakarta 2013, diketahui bahwa waduk di Jakarta kesulitan
menampung air karena pendangkalan dan pendudukan warga. Pemprov DKI
kemudian melakukan relokasi secara bertahap terhadap warga yang antara
lain menempati lahan waduk Pluit dan Ria Rio.[169] Setelah melalui berbagai
bujukan, termasuk di antaranya makan bersama Gubernur,[170] akhirnya warga
bersedia dipindah sehingga waduk bisa dikeruk untuk menghadapi musim
banjir 2014.[171]
Pembenahan pendidikan dan kesehatanProgram besar yang diluncurkan pada masa Jokowi untuk memperbaiki
pendidikan dan kesehatan adalah Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta
Pintar. Kartu Jakarta Sehat sebenarnya adalah program asuransi yang
dibayarkan oleh pemprov sehingga memungkinkan masyarakat DKI Jakarta
mendapat pelayanan paling dasar tanpa harus mengeluarkan uang banyak,
sementara Kartu Jakarta Pintar adalah program terseleksi bagi murid yang
tidak mampu agar mampu membeli peralatan dan kebutuhan pendidikan.
Kartu Jakarta Sehat
Program pertamanya yang langsung mendapat apresiasi adalah Kartu Jakarta
Sehat, yang bertujuan mereformasi jaminan kesehatan di Jakarta.
Sebelumnya, masyarakat miskin harus mengurus banyak surat dan rujukan
dengan birokrasi berbelit sebelum bisa mendapat keringanan biaya
kesehatan. Dengan Kartu Jakarta Sehat, masyarakat bisa langsung mendapat
layanan gratis di Puskesmas dan dirujuk ke Rumah Sakit tertentu jika
memerlukan perawatan lebih lanjut. Program ini ditangani oleh Askes
sebagai Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) yang telah resmi ditunjuk
oleh Undang-Undang.
Sejak diluncurkan pada 10 November 2012,[13] Kartu Jakarta Sehat mendapat
banyak kritik dan masukan dari berbagai pihak. Misalnya anggota Badan
Anggaran DPRD DKI Johny Wenas yang takut KJS akan melanggar aturan dan
Perda karena masih ada program serupa sedang berjalan pada tahun 2012.[172] Saran lain datang dari Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang menganggap
DKI Jakarta harus berupaya memperbaiki kurangnya infrastruktur, baik
sumber daya manusia maupun alat kesehatan, serta sistem rujukan agar
pasien KJS bisa ditangani dengan baik dan tepat waktu.[173]
Kontroversi terjadi saat 16 Rumah Sakit swasta berniat mundur dari KJS
karena ketidakjelasan sistem paket INA-CBGS yang hendak diterapkan
Kementrian Kesehatan dalam jaminan KJS. Namun akhirnya hanya 2 Rumah Sakit
yang menyatakan menghentikan layanan KJS untuk mengevaluasi ulang.
Sementara 14 Rumah Sakit lainnya setuju tetap melanjutkan KJS setelah
kesimpangsiuran ini dibicarakan bersama.[174] Namun, masalah ini terlanjur
berkembang menjadi konflik politik setelah beberapa anggota DPRD mengancam
akan menjadikan hal ini sebagai alasan pemakzulan terhadap Gubernur dan
Wakil Gubernur.[175]
Hingga 2014, Kartu Jakarta Sehat terus berjalan dan mendampingi sistem
penjaminan kesehatan baru oleh BPJS.
Kartu Jakarta Pintar
Dalam bidang pendidikan, Jokowi meluncurkan Kartu Jakarta Pintar sejak
awal masa jabatannya, tepatnya 1 Desember 2012. Peluncuran perdana Kartu
Jakarta Pintar dilakukan di SMA Yappenda, Tanjung Priok, Jakarta Utara dan
diluncurkan secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Kartu ini membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu di
Jakarta, dengan syarat tidak boleh digunakan untuk hal konsumtif.[14]
Razia topeng monyet
Pada tanggal 22 Oktober 2013, Jokowi mendapat sorotan media
internasional[176] dan dukungan dari pecinta lingkungan[177] setelah
meluncurkan razia topeng monyet di Jakarta. Dalam razia ini, pawai topeng
monyet ditangkap namun diberikan uang pengganti Rp 1 juta asalkan bersedia
memberikan monyetnya untuk kemudian dipelihara dengan lebih baik di
Ragunan.[178] Tidak hanya dianggap sebagai praktik penyiksaan hewan, monyet-
monyet ini terbukti 100 persen menderita cacingan dan dikhawatirkan
terinfeksi penyakit berbahaya lainnya sehingga mengancam kesehatan warga
DKI Jakarta.[179]
Namun kritik juga muncul akibat kebijakan ini, antara lain banyak hal
penting lainnya menyangkut kesejahteraan warga yang harus diprioritaskan
dibanding mengurusi monyet,[180] serta kekhawatiran pawang monyet tidak
mendapat bekal yang layak untuk berganti profesi.[181]
Pembangunan RSUD Pasar Minggu
Guna mengantisipasi pengguna KJS dan BPJS yang membuat antrian panjang di
berbagai rumah sakit di Jakarta, Jokowi memulai pembangunan Rumah Sakut
Umum Daerah di Pasar Minggu. Rumah sakit ini berkapasitas 400 tempat
tidur. Delapan puluh persen bisa dimanfaatkan oleh pengguna Kartu Jakarta
Sehat. Rumah Sakit ini akan berfokus kepada usaha perawatan penderita
kanker, pasien anak, dan lansia. Untuk itu, akan disiapkan 20 unit
neonatal intensive care unit (NICU) untuk bayi dan 20 unit pediatric
intensive care unit (PICU).[182]
Peresmian Rumah Sakit Pekerja
Untuk mendukung pelayanan kesehatan para pekerja di sekitar Kawasan
Berikat Nusantara, dibangun rumah sakit umum yang dikhususkan bagi para
pekerja. Rumah sakit ini diresmikan SBY bersama Jokowi, Menteri
BUMN Dahlan Iskan, MenkesNafsiah Mboi, Menakertrans Muhaimin Iskandar, dan
Presiden Direktur Kawasan Berikat Nusantara Sattar Taba, pada tanggal 8
April 2014. Rumah sakit ini berkapasitas 9.000 meter persegi, terdiri atas
8 lantai, dan jumlah tempat tidur yang tersedia 184 tempat tidur.
Fasilitas yang disediakan antara lain pelayanan medik, pelayanan penunjang
medik, mulai dari rawat jalan, unit gawat darurat, unit rawat intensif,
bedah sentral, ruang radiologi, ruang CSSD, laboratorium, poliklinik,
medical check up, fisiotherapy, dan kamar jenazah. Rumah sakit ini
dibangun dengan dana CSR BUMN dan Pemerintah DKI Jakarta memiliki 26%
saham di rumah sakit ini.[183][184]
Jakarta sebagai Kota FestivalJokowi berharap bisa menjadikan brand Jakarta sebagai kota festival.
Karena itu berbagai perayaan dan festival dirayakan di Kota Jakarta,
bahkan hingga menutup jalanan dari kendaraan bermotor selama satu hari
penuh. Total sebanyak 97 festival diadakan selama 2013 di Jakarta.[185]
Jakarta Night Festival
Mulai tahun baru 2013 dan 2014, dengan konsep menjadikan Jakarta sebagai
kota festival, Jokowi meluncurkan Jakarta Night Festival. Dalam perayaan
tahun baru ini jalan utama di Jakarta ditutup total dari kendaraan
bermotor dan disediakan berbagai panggung kesenian, pertunjukan, serta
kesenian tradisional.[186] Model ini kemudian ditiru oleh kota-kota besar
lainnya, seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.[187]
Pesta rakyat
Pada Juni 2013, Jokowi mencoba mengembalikan fungsi Pekan Raya
Jakarta (PRJ) sebagai pesta rakyat dengan mengadakan beberapa festival di
pelataran Monas, seperti Festival Kampung Jakarta pada 15-16 Juni 2013.
PRJ dianggap sudah melenceng dari niatan awalnya karena cenderung
dikunjungi oleh golongan menengah ke atas. Media menjuluki upaya Jokowi
ini sebagai "PRJ tandingan". Namun, Basuki Tjahaja Purnama menampik hal
tersebut dan menyatakan bahwa pesta rakyat bukan dimaksudkan untuk
menyaingi PRJ.[188][189]
Festival Keraton Sedunia
Pada tanggal 5-8 Desember 2013, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Forum
Silaturahmi Keraton Nusantara menggelar Pergelaran Agung Keraton Sedunia,
5-8 Desember. Acara ini menampilkan parade berbagai kostum dan kendaraan
dari berbagai keraton dan kerajaan berbagai penjuru dunia, termasuk Brunei
Darussalam. Menurut rencana, acara tersebut diikuti 165 keraton Nusantara
dan 10 utusan kerajaan mancanegara serta dimeriahkan oleh parade kereta
kencana dan dihibur 1.000 atraksi seniman.[190]
Pembenahan tata kotaBeratnya permasalahan Jakarta dimulai dari masalah tata ruang yang tidak
dipedulikan selama puluhan tahun. Diawali dengan pengesahan RDTR,
pembenahan pengurusan IMB, dan pengelolaan ruang terbuka hijau, dan
pembenahan pasar dan pedagang kaki lima, Jokowi mulai membenahi masalah
mendasar di Jakarta.[191]
Pengesahan rencana detail tata ruang
Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta sebenarnya telah disusun sejak masa
Fauzi Bowo, namun pengesahannya terhambat. Salah satu masalahnya adalah
sosialisasi ke masyarakat belum dilakukan. Karena itu, Basuki
Tjahajapurnama menuntut RDTR dibagikan kepada masyarakat melalui kelurahan
setempat agar bisa mendapat masukan bersama.[192] Para akademisi dan LSM
juga diundang untuk ikut memberi pandangan masing-masing mengenai RDTR
tersebut.[193]
Pada tanggal 11 Desember 2013, RDTR dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta
disahkan dan berlaku hingga 2030. Salah satu anggota DPRD dari PPP, Maman
Fiermansyah, sempat melakukan walkout karena merasa pengesahan Perda RDTR
dan PZ dipaksakan. Namun rekannya, Mohamad Sanusi, menyatakan sikap Maman
akibat ia sendiri tidak memahami RDTR karena tidak pernah hadir saat
pembahasan.[194]
Hal menonjol dari RDTR DKI Jakarta adalah amanat penambahan 6 persen Ruang
Terbuka Hijau dan adanya ruang khusus bagi pedagang kaki lima di ruang
publik yang penetapannya ditentukan oleh Gubernur, serta kewajiban bagi
setiap gedung perkantoran, perdagangan serta jasa di Jakarta yang berada
di zona campuran menyediakan 5 persen ruang dari luas lantai fungsi
perdagangan dan jasa yang ada untuk sektor informal UKM. Diharapkan dengan
kewajiban ini, pemilik gedung memfasilitasi pedagang makanan dimasukkan
sebagai bagian dari gedung, sehingga tidak lagi memenuhi jalanan di
belakang gedung.[195]
Pembenahan pasar dan pedagang kaki lima
Aksi paling dikenal dari Jokowi dalam menertibkan pedagang kaki lima
adalah di Pasar Minggu dan Pasar Tanah Abang. Jika di Pasar Minggu
pedagang dipindahkan ke Lokasi Binaan PKL Pasar Minggu, maka di Blok G
pedagang dipindahkan ke Blok G Tanah Abang. Awalnya pedagang mengeluh
sepinya pengunjung, namun berbagai fasilitas Blok G terus dilengkapi
antara lain eskalator, undian berhadiah mobil, hingga fasilitas wifi
gratis.[196]
Sebanyak lima pasar tradisional dibangun dan direnovasi dengan fasilitas
memadai selama tahun 2013, antara lain Pasar Manggis, Pasanggrahan, Kebon
Bawang, Kebon Duri, dan Nangka Bungur. Para pedagang dibebaskan dari sewa,
namun harus turut memelihara pasar dan menaati aturan untuk tidak
mengalihkan sewa atau menjual kiosnya ke pihak lain. Pedagang hanya akan
dikenakan biaya perawatan, listrik, dan air saja.[197]
Pada tahun 2014, sebanyak empat pasar tradisional lainnya juga telah
selesai, antara lain Pasar Kramat Jati, Pasar Ciplak, dan Pasar Grogol,
dari total 14 pasar yang akan dibenahi.[198][199]
Izin Mendirikan Bangunan daring
Jika sebelumnya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sarat praktik
percaloan dan suap, sehingga mengacaukan tata kota, maka sejak 1 Februari
2014, IMB bisa diurus dari internet. Hal ini menyingkat waktu pengurusan
IMB dari setengah bulan menjadi cukup 7 hari saja. Pengurusan bisa
dilakukan dari rumah, warnet, atau tempat kerja.[200]
Namun sebagai imbal baliknya, Jokowi menuntut warga agar segera mengurus
IMB masing-masing karena prosesnya sudah dipermudah. Jika tidak juga
memiliki IMB, bangunan-bangunan liar akan segera dirubuhkan.[201]
Pembenahan taman, hutan kota, dan ruang terbuka hijau
Berbagai taman, hutan kota, dan ruang terbuka hijau baru maupun hasil
perbaikan ikut menghijaukan Jakarta. Salah satu yang cukup menonjol adalah
Taman Kota Waduk Pluit, Taman Kota Waduk Ria Rio, Taman Vertikal Tugu
Tani, dan Taman Mataram. Ditargetkan Ruang Terbuka Hijau Jakarta meningkat
16 persen dari target yang diamanatkan RDTR sebesar 6 persen peningkatan.
Selain itu hanya diperbolehkan 40 persen lahan Jakarta untuk gedung
tinggi, sementara 60 persen sisanya berupa ruang terbuka hijau yang bisa
diakses oleh publik.[19]
Reformasi keuangan dan anggaranSelama masa pemerintahan Jokowi di DKI Jakarta, APBD DKI Jakarta terus
meningkat dari awalnya Rp 41 Triliun pada 2012, menjadi Rp 72 Triliun pada
2014, atau sebesar 31 Triliun hanya dalam dua tahun.[202][203] Hal ini
dilakukan dengan mempermudah dan transparansi pajak, efisiensi
pengeluaran, e-catalog dan e-budgetting.
Penyerapan APBD 2013 yang awalnya diprediksi di angka 97%, terwujud di
84,5% dan menghasilkan SiLPA Rp7 Triliun untuk digunakan pada tahun 2014.[204] Dana berlebih ini ditetapkan dalam RAPBD 2014, Rp 2,5 triliun yang
pertama dialokasikan untuk penanganan kemacetan Kota Jakarta melalui
pembelian ribuan bus Transjakarta dan reguler. Dan Rp 2,5 triliun
selanjutnya untuk penanganan banjir dan mengoptimalkan lima rumah pompa
yang ada di Jakarta. Salah satunya adalah dengan mendukung percepatan
pembangunan Waduk Ciawi, dengan menganggarkan sebesar Rp 200 miliar untuk
pembebasan tanah.[205]
Calon presidenSetelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit
berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan
pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk
memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.[206] Akibatnya, Jokowi
merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya,[207] sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.[208] Namun,
selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena
pencalonan Jokowi di PDIP harus disetujui oleh Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri, dan beliau menegaskan baru akan menentukan calon
setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April.[209]
Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung
surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi
mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk
maju sebagai calon presiden Republik Indonesia dalam pemilihan umum
presiden Indonesia 2014.[210] Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari
mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung.[210] Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi
4.878,64,[211] sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat menguat hingga angka 11,386.[212] Pencalonan Jokowi juga
diperkirakan dapat mendongkrak suara PDIP hingga 30% dalam pemilu
legislatif.[213]
Lima hari setelah deklarasinya, pada tanggal 19 Maret 2014 Joko Widodo
digugat oleh Tim Advokasi Jakarta Baru diPengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ia dinilai melanggar hukum perdata karena meninggalkan jabatannya sebagai
gubernur sebelum merealisasikan janji-janjinya untuk melaksanakan program
kerakyatan.[214] Namun, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengkonfirmasi
bahwa pencapresan Jokowi tidaklah melanggar hukum. Ia berhak maju dan akan
dengan mudah mendapat izin dari Presiden tanpa harus mengundurkan diri
karena sudah diatur dalam Undang Undang No 47 Tahun 2008 mengenai
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Seorang kepala daerah yang hendak
maju dalam Pemilihan Presiden harus mengajukan surat permintaan izin
kepada Presiden dan Gamawan Fauzi tidak merasa memiliki alasan untuk
menghalanginya.[215]
Visi dan misiJoko Widodo menyatakan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia perlu difokuskan
pada dua sektor, yaitu pertanian danenergi.[216] Menurutnya, "ke depan, kita
sebagai perusahaan, korporasi, atau negara sebaiknya punya program utama,
apa yang mau kita fokuskan. Negara kita hanya ada dua yang harusnya kita
fokuskan: pertanian, sehingga terjadi kedaulatan pangan; dan kedua,
energi".[216] Jokowi berpendapat bahwa kebijakan pertanian Indonesia tidak
maksimal karena pemerintah tidak mengoptimalkan kebijakan pada sektor
pertanian dan kelautan.[216] Ia juga meyakini bahwa alokasianggaran untuk
perguruan tinggi dan penelitian pertanian perlu ditingkatkan untuk menuai
hasil yang optimal.[216]
Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia perlu menghentikan impor sapi dan
mulai beralih menjadi produsen untuk mencapai swasembada sapi. Namun, ia
tidak memaparkan bagaimana pembatasan impor sapi dapat menstabilkan harga
daging sapi di pasaran atau bagaimana pemerintah seharusnya menggenjot
produksi daging sapi nasional.[217]
PenghargaanAtas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah
satu dari "10 Tokoh 2008".[218] Kebetulan di majalah yang sama pula, Basuki
Tjahaja Purnama, atau akrab dengan panggilan Ahok pernah terpilih juga
dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya memperbaiki layanan kesehatan dan
pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian menjadi pendampingnya
di Pilgub DKI tahun 2012.[219]
Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan
Lokal Demokratis Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo
melakukan relokasi yang manusiawi dan pemberdayaan pedagang kaki lima.[220]
Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa
Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada
rakyat.[221] Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang
diberikan kepada warga negara sipil.[222] Pada Januari 2013, Joko Widodo
dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya
dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih
dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya.[223] Oleh KPK, dia
diberi penghargaan atas keberaniannya melaporkan berbagai barang
gratifikasi yang diterima.[224]
Atas kemampuannya mensosialisasikan program-progam pemerintah sehingga
mendapat dukungan masyarakat banyak, ia diganjar sebagai Marketer of The
Year 2012 oleh Markplus Conference 2013, Marketing: Into Innovation and
Technology.[225]
NoPenghargaan
dari
Kategori /
Nama
Penghargaan
Keterangan
1
Presiden
Republik
Indonesia
Bintang Jasa
Utama
Kepala daerah yang mengabdi kepada
rakyat
2 Presiden
Republik
Indonesia
Piala Citra
Bhakti Abdi
Negara 2008,
2009 dan 2010
Pelayanan Publik dan Piala Citra
Bidang Pelayanan Prima Tingkat
Nasional (2008), Kinerja Kota dalam
Penyediaan Sarana Pelayanan Publik,
Kebijakan Deregulasi, Penegakan
NoPenghargaan
dari
Kategori /
Nama
Penghargaan
Keterangan
Disiplin dan Pengembangan Manajemen
Pelayanan (2009) dan Inovasi
Pelayanan Prima (2010)
3 Dompet DhuafaAgent of change
Kemandirian
Perhatian atas anak-anak yang kurang
beruntung
4 RMOLDemocracy Award:
Manusia Bintang
Bersama-sama Fauzi Bowo menyemarakkan
kompetisi demokrasi di Pilkada DKI
5 Men's ObsessionDecade Award:
Rising Leader
Penghargaan untuk tokoh lintas bidang
yang terpilih
6 Kemkominfo e-government Keberhasilan penerapan e-government
7 KemenperaAdiupaya
Puritama
Pembangunan perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan program
kampung deret
8 Delgosea Best City Award
Berhasil dalam melakukan pendekatan
kepada warganya di Solo, agar mau
memahami dan menaati kebijakan
pemerintah kota
9 Bank IndonesiaPengendali
inflasi
Berhasil mengendalikan inflasi di
Solo
10 Kementrian PU
Tata ruang
terbaik kedua
se-Indonesia
pembangunan di Solo sudah mencapai 80
persen kesesuaiannya dengan konsep
penataan ruang yang ideal.
11 Fortune Top 50 Leaders Pemimpin no 37 terbaik atas jasanya
membersihkan kota dan menyingkirkan
NoPenghargaan
dari
Kategori /
Nama
Penghargaan
Keterangan
korupsi
12 Kemennaker
Penghargaan
Indeks
Pembangunan
Ketenagakerjaan
(IPK)
Pembangunan bidang ketenagakerjaan di
Jakarta sepanjang tahun 2013.
13 Meutia HattaBung Hatta Anti
Corruption Award
Tokoh yang Berperan dalam
Pemberantasan Korupsi
14
Komisi
Pemberantasan
Korupsi
Anti GratifikasiPemerintah daerah yang paling banyak
melaporkan gratifikasi.
15 UNICEF
Program
Perlindungan
Anak
Dianugerahkan pada tahun 2006
16The City Mayors
Foundation
Walikota No 3
Terbaik Dunia
Keberhasilannya mengubah Surakarta
dari kota yang banyak tindak kriminal
menjadi pusat seni dan budaya
17
Majalah
Marketing dan
Frontier
Consulting
Group
Social Media
Award
Tokoh yang aktif menggunakan media
sosial dalam berinteraksi dengan
masyarakat dan mendapatkan sentimen
positif
18 Tempo10 Tokoh Pilihan
2008
Memanusiakan warganya dengan
pemindahan PKL yang tanpa konflik
18 Lembaga Pemilih Tokoh Pluralis Mampu Menjaga Kesetaraan Etnis,
NoPenghargaan
dari
Kategori /
Nama
Penghargaan
Keterangan
Indonesia 2013 Agama, dan kelompok lainnya
19
Anugerah
Seputar
Indonesia
Tokoh Seputar
Indonesia 2013Diserahkan langsung oleh Hary Tanoe
20Soegeng
Soerjadi
Good Governance
Award
Dianugerahkan 20 September 2012,
jelang Pilkada
21 BappenasPencapaian
target MDGsUntuk program KJP dan KJS
22 BappenasPangripta
Nusantara UtamaProvinsi dengan perencanaan terbaik
Gaya kepemimpinanJokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan membumi. Ia
seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk
melihat langsung permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat.
"Blusukan" juga dilakukan untuk menemui langsung warga dan mendengar keluh
kesah mereka. Gaya yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai
"demokrasi jalanan".[226] Jokowi juga dianggap unik dari pemimpin lainnya
karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada warga dan mendekati
mereka bila akan melancarkan suatu program.[227] Namun, gaya ini juga menuai
kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menyatakan
bahwa "blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi, sementara yang
dibutuhkan adalah kebijakan langsung dan bukan sekadar interaksi.[228] Anies
Baswedan juga menilai "blusukan" merupakan pencitraan belaka tanpa
memberikan solusi.[229]
Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal akan transparansinya.
Misalnya, Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnamasama-sama mengumumkan jumlah
gaji bulanan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada umum.[230]
[231] Ia juga memulai sejumlah program yang terkait dengan transparansi
seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan cash management system.[230] Selain
itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi dan Basuki direkam
dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" di YouTube.[232]
Gaya kampanyeGaya berkampanye Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta menekankan
pendekatan langsung kepada masyarakat dengan mendatangi mereka langsung
daripada mengumpulkan orang di lapangan.[233] Jokowi mengklaim bahwa ia
menghindari pemasangan spanduk, poster, stiker, dan baliho di taman kota
atau jalan karena menurutnya dapat mengotori kota, sehingga ia secara
langsung mencopot spanduk di depan bioskop Megaria, Jalan Diponegoro.[234] Selama kampanye pilkada Jakarta, Jokowi juga dikenal akan baju kotak-
kotaknya, yang menurutnya dibeli satu jam sebelum berangkat keKomisi
Pemilihan Umum Daerah dan dikatakan mewakili "warna-warni Jakarta yang
harus diakomodasi".[235]
Salah satu kekuatan Jokowi dalam berkampanye adalah penggunaan media
sosial. Selama kampanye pilkada Jakarta, ia meluncurkan Jasmev atau Jokowi
Ahok Social Media Volunteer, yang merupakan jaringan antar kelompok sukarelawan
tanpa bayaran.[80] Selain itu, Jokowi juga membentuk media center[81] dan mampu
memanfaatkan Youtube sebagai wadah kampanye baru.[82] Pihak Fauzi Bowo
sendiri mengakui keunggulan Jokowi di kanal ini.[83]
Berdasarkan hasil audit Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada Agustus
2012, pemasukkan dana kampanye pasangan Jokowi-Basuki tercatat sebesar Rp
16,31 miliar, sementara pengeluarannya mencapai Rp 16,09 miliar.[236] Sebagian besar dana dialokasikan untuk spanduk, alat peraga, dan bahan
kampanye, dengan biaya penyebaran bahan kampanye sebesar Rp 4,2 miliar,
alat peraga sebesar Rp 2,6 miliar, dan rapat umum sebesar Rp 2,1 miliar.[236] Biaya iklan cetak sendiri tercatat sebesar Rp 729 juta, sementara
biaya iklan radio mencapai Rp 516 juta.[236] Jokowi mengklaim bahwa sebagian
besar dana digunakan untuk kampanye "murah" dengan sasaran rakyat kecil.[236] Sebagai perbandingan, pengeluaran kampanye Fauzi Bowo tercatat sebesar
Rp 62,57 miliar, sementara pemasukkan dana kampanyenya mencapai Rp 62,63
miliar.[236]
Citra politikBerkat kampanyenya selama pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012 yang
menjanjikan "Jakarta Baru", ia melejit menjadi tokoh nasional yang dikenal
bersih, merakyat, dan mampu menyelesaikan masalah.[237] Popularitasnya
meroket hingga ia merajai survei-survei calon presiden seperti yang
digambarkan pada tabel berikut:
Sumber Tanggal Calon
United Data
Centre
3–18
Januari
2013
Joko Widodo 21,2%, Prabowo Subianto 17,1%,
Megawati Soekarnoputri 11,5%, Rhoma Irama 10,4%,
Aburizal Bakrie 9,4%, Jusuf Kalla 7,1%
Jakarta
Survey
Institute
9–15
Februari
2013
Joko Widodo 18,1%, Prabowo Subianto 10,9%, Wiranto
9,8%, Jusuf Kalla 8,9%, Aburizal Bakrie 8,7%,
Megawati Soekarnoputri 7,2%, Mahfud MD 5,4%,
Dahlan Iskan 3,6%, Hatta Rajasa 2,9%, Surya Paloh
2,5%, Rhoma Irama 1,7%, Muhaimin Iskandar 1,1%
nama lain 0,8%
Centre for
Strategic and
International
Studies
(CSIS)
9–16 April
2013
Joko Widodo 28,6%, Prabowo Subianto 15,6%,
Aburizal Bakrie 7%, Megawati Soekarnoputri 5,4%,
Jusuf Kalla 3,7%, Mahfud MD 2,4%, Hatta Rajasa
2,2% belum memutuskan 28,0%
Sumber Tanggal Calon
Indonesian
Institute of
Sciences
10–31 Mei
2013
Joko Widodo 22,6%, Prabowo Subianto 14,2%,
Aburizal Bakrie 9,4%, Megawati Soekarnoputri 9,3%,
Jusuf Kalla 4,2%, Rhoma Irama 3,5%, Wiranto 3,4%,
Mahfud MD 1,9%, Hatta Rajasa 1,2%, Hamengku Buwono
X 1,2%, Surya Paloh 1,2%
Indonesian
Research
Centre
Mei 2013
Joko Widodo 24,8%, Prabowo Subianto 14,8%,
Aburizal Bakrie 7,9%, Megawati Soekarnoputri 5,5%,
Wiranto 3,9%, Mahfud MD 3,7%, Dahlan Iskan 3,5%,
Rhoma Irama 2,7%, Hary Tanoesodibjo 2,3%,
Kristiani Herawati 2%
United Data
Center
8–11 Juni
2013
Joko Widodo 29,57%, Prabowo Subianto 19,83%,
Megawati Soekarnoputri 13,08%, Aburizal Bakrie
11,62% Jusuf Kalla 5,47%, Wiranto 3,59%, Mahfud MD
1,2%, Hatta Rajasa 1,2%, Dahlan Iskan 1,11%,
Chairul Tanjung 0,43%, Marzuki Alie 0,26%, Djoko
Suyanto 0,09%, Pramono Edhie Wibowo 0,09%
Soegeng
Sarjadi
Syndicate
3–22 Juli
2013
Joko Widodo 25,48%, Prabowo Subianto 10,52%, Jusuf
Kalla 5,69%, Aburizal Bakrie 4,23%, Dahlan Iskan
4,18%, Mahfud MD 2,72, Megawati Soekarnoputri
2,68%, Wiranto 1,18%, Hidayat Nur Wahid 1,02%,
Hatta Rajasa 0,81%, Chairul Tanjung 0,53%, Surya
Paloh 0,33%, Hamengkubuwana X 0,33%, Sri Mulyani
Indrawati 0,2%, Kristiani Herawati 0,2%, Pramono
Edhie Wibowo 0,12%
Indonesian
Research
Centre
8-11 Juli
2013
Joko Widodo 32,0%, Prabowo Subianto 8,2%, Wiranto
6,7%, Dahlan Iskan 6,3%, Megawati Soekarnoputri
6,1%, Jusuf Kalla 3,7%, Aburizal Bakrie 3,3%,
Sumber Tanggal Calon
Mahfud MD 2,8%,
Kompas Juli 2013
Joko Widodo 32,5%, Prabowo Subianto 15,1%,
Aburizal Bakrie 8,8%, Megawati Soekarnoputri 8,0%,
Jusuf Kalla 4,5%, nama lain 18,2%, belum
memutuskan 12,9%
Political
Climatology
Institute
12–18
Agustus
2013
Joko Widodo 19,6%, Wiranto 18,5%,Prabowo Subianto
15,4%, Jusuf Kalla 7,6%, Aburizal Bakrie 7,3%,
Megawati Soekarnoputri 6,1%, Dahlan Iskan 3,4%,
Rhoma Irama 3,4%, Mahfud MD 3,3%, Hatta Rajasa
2,5%, Surya Paloh 2,4%, nama lain 1,3%, belum
memutuskan 9,1%
Alvara
Research
Centre
15–23
Agustus
2013
Joko Widodo 22,1%,Prabowo Subianto 17,0%, Jusuf
Kalla 7,4%, Megawati Soekarnoputri 7,0%, Dahlan
Iskan 6,9%, Aburizal Bakrie 6,2%, Wiranto 4,6%,
Mahfud MD 4,0%, Surya Paloh 2,0%, Hatta Rajasa
1,0%, Hamengkubuwana X 0,9%, nama lain 1,0%, belum
memutuskan 19,0%
Cyrus Network
23–28
Agustus
2013
Joko Widodo 27,1%, Prabowo Subianto 14,4%,
Aburizal Bakrie 12,0%, Wiranto 7,5%, Megawati
Soekarnoputri 4,9%, Jusuf Kalla 3,2%
Soegeng
Sarjadi
Syndicate
25
Agustus–9
September
2013
Joko Widodo 45,8%, Jusuf Kalla 9,0%, Dahlan Iskan
7,5%, Prabowo Subianto 6,8%, Mahfud MD 5,8%,
Wiranto 3,6%, Aburizal Bakrie 2,4%, Megawati
Soekarnoputri 1,8%, Chairul Tanjung 1,6%, Hatta
Rajasa 1,0%, Hidayat Nur Wahid 0,7%, Surya Paloh
0,5%, Hamengkubuwana X 0,5%, Sri Mulyani Indrawati
0,4%, Kristiani Herawati 0,4%, Pramono Edhie
Wibowo 0,4%, nama lain 1,0%, belum memutuskan
Sumber Tanggal Calon
10,8%
Cyrus Network
12–14
September
2013
Joko Widodo 43,7%, Prabowo Subianto 14,0%,
Aburizal Bakrie 12,5%, Wiranto 7,3%, Megawati
Soekarnoputri 4,9%, Jusuf Kalla 4,6%
United Data
Centre
21–24
September
2013
Joko Widodo 36,0%, Prabowo Subianto 6,6%, Dahlan
Iskan 5,5%, Wiranto 4,6%, Jusuf Kalla 4,0%
Indonesia
Research
Centre (IRC)
25
September
2013
Joko Widodo 34,5%, Wiranto 10,6%, Aburizal Bakrie
8,1%, Jusuf Kalla 6,2%, Megawati Soekarnoputri 6%,
Surya Paloh 3,3%, Rhoma Irama 3,2%, Dahlan Iskan
2,8%, Mahfud MD 2%, Hidayat Nur Wahid 1,5%, Hatta
Rajasa 1,3%, Suryadharma Ali 1,2% Yusril Ihza
Mahendra 0,9%, Pramono Edhie Wibowo 0,9%, Gita
Wirjawan 0,4%, Irman Gusman 0,2%, Nama lain 0,4%,
belum memutuskan 6,9%, secret answer 1%
Pol Tracking
Institute
13
September
- 11
Oktober
2013
Joko Widodo 37,6%, Prabowo Subianto
11,73%,Aburizal Bakrie 11,67%%, Jusuf Kalla 6,12%,
Wiranto 5,78%, Megawati Soekarnoputri 3,31%,
Mahfud MD2,17 %, Hidayat Nur Wahid 1,5%, Hatta
Rajasa 1,33%, Surya Paloh 1,17%, Dahlan Iskan
1,09%, belum memutuskan 14,52%
Alvara
Research
Centre
Oktober
2013
Joko Widodo 24,5%, Prabowo Subianto 9,1%, Aburizal
Bakrie 7,4%, Wiranto 6,8%, Megawati Soekarnoputri
6,7%,Jusuf Kalla 4,2%, Dahlan Iskan 2,7%, Rhoma
Irama 1,9%, Mahfud MD 1,2%, Surya Paloh 2,0%,
Hatta Rajasa 1,1%, nama lain 3,8%, belum
memutuskan 30,6%
Sumber Tanggal Calon
Roy Morgan
Research
Oktober
2013
Joko Widodo 37%,Prabowo Subianto 15%, Aburizal
Bakrie 14%, Megawati Soekarnoputri 6%, Dahlan
Iskan 6%, Jusuf Kalla 5%, Mahfud MD 3%, Hatta
Rajasa 2%, nama lain 12%
Indikator
Politik
Indonesia
10–20
Oktober
2013
Joko Widodo 35,9%, Prabowo Subianto 11,4%,
Aburizal Bakrie 11,4%, Wiranto 7,8%,Megawati
Soekarnoputri 5,9%,Jusuf Kalla 3,9%, Mahfud MD
1,2%, Dahlan Iskan 1,0%
Indikator
Politik
Indonesia - 4
way race
10–20
Oktober
2013
Joko Widodo 47,4%, Prabowo Subianto 15,8%,
Aburizal Bakrie 12,6%, Dahlan Iskan 3,7%
Charta
Politika
28
November –
6 Desember
2013
Joko Widodo 34,8%, Prabowo Subianto 11,2%,
Aburizal Bakrie 8,3%, Jusuf Kalla 5,4%, Wiranto
5,2%, Megawati Soekarnoputri 2,8%,
Kompas
27
November –
11
Desember
2013
Joko Widodo 43,5%, Prabowo Subianto 11,1%,
Aburizal Bakrie 9,2%, Wiranto 6,3%,Megawati
Soekarnoputri 6,1%,Jusuf Kalla 3,1%,nama lain
9,8%, belum memutuskan 10,9%
Indo
Barometer
4–15
Desember
2013
Joko Widodo 25,2%, Aburizal Bakrie 10,5%, Prabowo
Subianto 9,7%, Wiranto 6,1%, Megawati
Soekarnoputri 6%,
Sorotan media internasionalJokowi pun mendapat sorotan dari media internasional seperti
media India bernama The Hindu yang meliput fenomena Jokowi ala India,[238]
[239] media Amerika Serikat bernama The New York Times yang meliput fenomena
kepemimpinan turun ke bawah,[240][241] media Australia bernama The Sydney Morning
Herald,[242] media Thailand bernama Bangkok Post,[243]serta
media Jepang bernama Asahi Shimbun.[244]
Beliau mendapatkan berbagai julukan dari berbagai media internasional
seperti Obama dari Jakarta oleh BBC, Mr. Fix oleh The Economist, dan The
Man of Madras Shirt oleh TIME.[245]
KontroversiOknum mantan tim sukses Jokowi diduga terlibat dalam kasus busway
berkarat, dan bahkan keluarga Jokowi dituduh menerima aliran dana busway
berkarat; namun, Jokowi membantah hal tersebut.[246][247][248] Jokowi juga
dikritik karena tidak mematuhi janjinya untuk menyelesaikan masa
jabatannya sebagai gubernur Jakarta.[249] Ada anggapan bahwa Jokowi termasuk
gagal mengatasi banjir dan macet.[250][251] Anggapan bahwa Jokowi gagal dalam
mengatasi banjir dan macet di Jakarta membuat popularitas beliau menurun.[252] Data dari BPS juga menunjukkan angka kemiskinan di Solo naik saat
Jokowi menjadi walikota Solo.[253] Melesatnya popularitas Jokowi juga
dikritik sebagai pengaruh media yang kerap menonjolkan kebaikan Jokowi
sementara kelemahannya ditutupi.[254][255] Selain itu, Jokowi didapati menaiki
pesawat jet pribadi untuk berkampanye dari Banjarmasin ke Kota Malang,
yang dianggap bertentangan dengan gaya hidup sederhana.[256] Sementara itu,
Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik Bahauddin mengkhawatirkan
kontroversi yang terjadi pada pemerintahan Megawati seperti skandal BLBI,
penjualan BUMN, penjualan kapal tanker VLCC Pertamina dan penjualan gas
murah ke China akan terulang pada pemerintahan Jokowi.[257]
Kemunculan nama Jokowi pada soal Ujian Nasional [258] dan kedatangan Jokowi
di kampus ITB [259] juga menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan
politisasi.