PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALIDO KABUPATEN PESISIR SELATAN
PUSKESMAS KEMRANJEN II
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PUSKESMAS KEMRANJEN II
PEMERINTAHKABUPATEN BANYUMAS DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KEMRANJEN II Jl. Raya Perempatan Buntu Kemranjen Banyumas Kode Pos 53194
Telp.( 0282 ) 5291332 e-mail: [email protected]
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II NOMOR: 440/UKP/BAB VIII-...../2019
TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II
KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,
Menimbang : a. bahwa layanan farmasi merupakan salah satu penunjang
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kemranjen II;
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas
ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Kemranjen II
tentang Pelayanan Farmasi Puskesmas Kemranjen II;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di
Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5062 );
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5044);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016
tentang Fasilitas Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia );
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat Pratek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek
Mandiri Dokter Gigi;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
19. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 85 Tahun 2014
tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Serta
Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
Daerah (Berita Daerah Kabupaten Banyumas Tahun
2014 Nomor 85);
20. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 89 Tahun 2014
tentang Tata Kelola Badan Layanan UmumDaerah
Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Banyumas (Berita Daerah Kabupaten
Banyumas Tahun 2014 Nomor 89);
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
123/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas;
22. Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor Hk.
02.02/Menkes/320/2015 tentang daftar obat
esensial nasional;
23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NomorHk. 01.07/MENKES/659/2017 Tentang
Formularium Nasional;
24. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas Nomor: 440/61/VI/2016 Tentang
Formulrium Obat Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas Kabupaten Banyumas.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II
TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS
KEMRANJEN II.
KESATU : Kebijakan Pelayanan Farmasi PUSKESMAS
KEMRANJEN II sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KEDUA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
ditetapkannya Keputusan Kepala Puskesmas ini
dibebankan kepada anggaran PUSKESMAS
KEMRANJEN II.
KETIGA : Sejak berlakunya Keputusan Kepala Puskesmas ini,
- SK No. 440/SK.066/I/2016 tgl 2 Januari 19 tentang
Penyediaan obat yang menjamin Ktersediaan obat.
- SK No. 440/SK.067/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang Pelayanan obat 24 jam.
- SK No. 440/SK.068/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang Persyaratan petugas yang berhak memberi
resep.
- SK No. 440/SK.069/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang persyaratan petugas yang berhak
menyediakan obat.
- SK No. 440/SK.070/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang peresepan psikotropik dan narkotik
- SK No. 440/SK.071/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien/keluarga.
- SK No. 440/SK.072/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat.
- SK No. 440/SK.073/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang Penanganan obat kadaluwarsa/rusak.
- SK No. 440/SK.074/I/2016 TGL 2 Januari 2016 tgl 2
Januari 2016 tentang pelatihan bagi petugas yang
diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum
sesuai persyaratan.
- SK No. 440/SK.076/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang penyediaan obat-obat emergensi di unit kerja.
Daftar obat emergensi di unit pelayanan.
- SK No. 440/SK.077/I/2016 tgl 2 Januari 2016
tentang menjaga tidak terjadinya pemberian obat
kadaluwarsa,pelaksanaan FIFO dan FEFO, kartu
stok/terkendali.
Dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT : Keputusan Kepala Puskesmas ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Kemranjen
pada tanggal 02 Februari 2019 KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,
M. AMIR FUAD
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
KEMRANJEN II NOMOR : 440/UKP/BAB VIII-21/TAHUN 2019
TENTANG : PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II
PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II
Tahap manajemen penggunaan obat diatur dalam regulasi yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
Ruang Farmasi bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai yang efektif, efisien dan rasional.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, dimulai dari perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, penyimpanan, pendisribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan serta pemantuan dan evaluasi.
Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan medis
habis pakai, reagensia, dan gas medis.
Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan puskesmas yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat.
Pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Penanggung jawab pelayanan obat di Puskesmas adalah Apoteker,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memilliki Surat
Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker, yang
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-
peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
Dilakukan pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat di
Puskesmas.
Penarikan obat dilakukan pada kondisi obat kadaluarsa atau
ketinggalan jaman, dan pada kondisi penarikan dari produsen yang
bersangkutan.
I. Metode untuk Menilai, Mengendalikan Penyediaan dan Penggunaan
Obatyang Menjamin Ketersediaan Obat
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan
dalam kegiatan pengendalian obat.
1. Pengendalian persediaan meliputi:
a. Membuat laporan LPLPO setiap 3 bulan
b. Melaksanakan stok opname setiap 3 bulan
c. Melakukan PKO (Permintaan Kekurangan Obta) jika tidak
mencukupi sampai permintaan semester berikutnya
d. Pelayanan farmasi menggunakan sistem satu pintu
2. Pengendalian penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan obat adalah
untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
a. Prosentase penggunaan antibiotika (sampel kasus tertentu);
b. Prosentase rata – rata jumlah R/;
c. Prosentase penggunaan obat generik;
d. Kesesuaian dengan pedoman
Pengendalian penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh puskesmas.
II. Tersedia Formularium Puskesmas
Formularium obat puskesmas mengacu kepada formularium nasional
dan formularium dinas kesehatan kabupaten.
Formularium ditelaah minimal satu kali dalam tiga tahun,
berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitasnya.
Penggunaan obat sesuai dengan diagnosa dan terapi sesuai dengan
formularium puskesmas.
Evaluasi ketersediaan dan penggunaan obat sesuai dengan
formularium diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan.
III. Jam Buka Pelayanan Farmasi
Jam buka pelayanan Farmasi mengikuti jam buka pelayanan di
PUSKESMAS KEMRANJEN II.
IV. Pelayanan Obat 24 Jam
1. Pelayanan obat Rawat jalan pada hari kerja senin s/d kamis (jam
07.15 s/d 15.15), hari jumat (Jam 07.15 s/d 11.15), hari sabtu (jam
07.15 s/d 12.45)
2. Pelayanan obat rawat inap dilaksanakan oleh petugas jaga yang diberi
kewenangan pengelolaan obat dan telah diberi pelatihan.
V. Petugas yang Berhak Memberikan Resep
1. Petugas yang berhak menuliskan resep adalah dokter dan dokter gigi
sesuai kompetensinya dengan persyaratan :
a. Memiliki surat tanda registrasi ( STR )
b. Memiliki surat ijin praktek ( SIP ) di PUSKESMAS KEMRANJEN II
2. Apabila dokter / dokter gigi tidak dapat menjalankan tugas karena
tidak berada di tempat, maka pelayanan pengobatan dan penulisan
catatan penulisan obat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang
ada (perawat, perawat gigi dan bidan), yang sudah mendapatkan
pelatihan;
VI. Petugas yang Berhak Menyediakan Obat
Persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat adalah :
1. Apoteker yang telah memiliki SIPA;
2. TTK yang memiliki SIKTTK;
3. Tenaga kesehatan lain yang diberi pelimpahan tugas dan sudah
mengikuti pelatihan kefarmasian.
VII. Pelatihan Petugas yang Diberi Kewenangan dalam Penyediaan Obat
Jika Petugas yang Memenuhi Persyaratan Tidak Ada
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan
penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus
mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh penanggung jawab
pengelola obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.
Pelatihan yang diberikan meliputi :
1. Jenis obat dan penggolongannya;
2. Cara membaca resep;
3. Penulisan etiket;
4. Cara pemakaian dan aturan pakai obat; efek samping obat;
5. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat
kepada pasien;
6. Distribusi obat berdasarkan FIFO dan FEFO;
7. Cara merekap resep harian.
VIII. Peresepan, Pemesanan dan Pengelolaan Obat
A. Peresepan Obat
1. Penulisan resep
Peresepan adalah proses pemesanan atau permintaan obat
tertulis dari dokter, dokter gigi kepada pengelola obat/apoteker di
PUSKESMAS KEMRANJEN II untuk menyediakan atau meracik
obat dan menyerahkan obat kepada pasien. Resep merupakan
sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan
pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses
pengobatan. Untuk itu, agar pengobatan berhasil maka resep
harus rasional.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional adalah :
a. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakit;
b. Tepat indikasi penyakit;
c. Tepat pemilihan obat;
d. Tepat dosis;
e. Tepat cara pemberian obat;
f. Tepat pasien;
g. Waspada efek samping;
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin
yang sudah digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan, karena
bahasa latin tidak mengalami perubahan ( statis ), sehingga resep
obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah
tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam
resep untuk pasien rawat jalan di PUSKESMAS KEMRANJEN II
harus tercantum :
a. Tanggal penulisan resep;
b. Nama pasien;
c. Umur pasien;
d. Alamat pasien;
e. Nomor rekam medis pasien;
f. Tanda R/ pada bagian kiri pada setiap penulisan obat;
g. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral;
h. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral;
i. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep;
j. Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang
mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimum;
k. Kode pasien umum dan BPJS.
2. Penyiapan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memahami isi resep
dan memperhatikan :
a. Nama obat;
b. Jenis dan bentuk sediaan obat;
c. Nama dan umur pasien;
d. Dosis;
e. Cara pemakaian dan aturan pemberian;
f. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas;
g. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat
yang dimaksud tidak tersedia;
h. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat
dari tempatnya;
i. Pemasangan etiket atau label obat pada kemasan obat.
3. Penyerahan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memperhatikan :
a. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep;
b. Pemberian obat melalui loket obat;
c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien;
d. Pemberian informasi tentang nama obat, cara pakai,
penyimpanan, indikasi, konta indikasi, stabilitas, efek samping
obat dan interaksi kepada pasien atau keluarga pasien.
B. Pemesanan Obat
Sumber penyediaaan obat di PUSKESMAS KEMRANJEN II
berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, tercantum dalam
DOEN yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih
berlaku.
Pemesanan obat untuk mendukung pelayanan obat di
PUSKESMAS KEMRANJEN II, dapat di lakukan dengan dua cara,
yaitu :
1. Mengajukan permintaan obat oleh Kepala PUSKESMAS
KEMRANJEN II kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
melalui UPKF dengan menggunakan format LPLPO setiap 3 (tiga)
bulan sekali, apabila dalam pertengahan waktu persediaan obat
tidak mencukupi dapat melakukan permintaan kekurangan obat
(PKO).
2. Melakukan pemesanan kepada distributor melalui e-catalog dan
non e-catalog dengan menggunakan dana BLUD Puskesmas.
Sedangkan permintaan dari unitdilakukan secara periodik
menggunakan buku permintaan obat.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat di PUSKESMAS KEMRANJEN II sesuai dengan pola
penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat
antara lain :
1. Menentukan jenis permintaan obat :
a. Permintaan rutin;
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk PUSKESMAS
KEMRANJEN II;
b. Permintaan khusus :
Dilakukan di luar jadwal rutin distribusi rutin apabila :
1) Kebutuhan meningkat;
2) Terjadi kekosongan;
3) Terjadi KLB / bencana.
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya;
b. Sisa stok
c. Kekosongan obat
d. Waktu tunggu
e. Stok Pengaman
f. Perkembangan pola kunjungan
C. Pengelolaan Obat
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara
optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat
penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan
tepat mutunya di setiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi
kegiatan :
1. Perencanaan dan permintaan;
2. Penerimaan;
3. Penyimpanan dan distribusi;
4. Pencatatan dan pelaporan;
5. Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat.
IX. Sistem Distribusi Obat FIFO/FEFO untuk Meminimalkan Obat
Kadaluarsa/Rusak
Langkah - langkah untuk meminimalkan obat kadaluwarsa adalah :
1. Identifikasi nama obat dan waktu kadaluwarsa dalam kartu stok;
2. Membuat daftar obat yang akan kadaluwarsa 3 bulan dan 6 bulan
sebelum kadaluwarsa
3. Komunikasi aktif kepada dokter dan dokter gigi penulis resep untuk
meresepkan obat obat yang hampir kadaluwarsa;
4. Penggunaan obat berdasar :
a. FEFO ( First Expired First Out ) yaitu obat yang mendekati
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu;
b. FIFO ( First In First Out ) yaitu obat yang datang pertama kali
datang harus dikeluarkan lebih dahulu.
X. Penanganan Obat Kadaluwarsa
Tujuan dilaksanakannya penanganan obat kadaluwarsa untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat kadaluwarsa.
Prosedur mengikuti ketentuanyang ditetapkan oleh Puskesmas.
XI. Petugas yang Berhak Meresepkan Obat Psikotropika dan Narkotika
Obat psikotropika dan narkotika hanya boleh diresepkan oleh :
a. Dokter;
b. Dokter gigi.
Pemberian obat psikotropika dan narkotika :
a. Diberikan sesuai diagnosis;
b. Penyerahan obat oleh petugas farmasi;
c. Resep diberi penandaan khusus dengan melingkari dengan bolpoin
pada nama obat psikotropika dan obat narkotika;
d. Identifikasi pasien penerima resep dan verifikasi saat penyerahan
obat.
XII. Penanganan dan Penggunaan Obat yang Dibawa oleh Pasien/Keluarga
Pasien (Rekonsiliasi Obat)
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah dibawa pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan ( medication error )
seperti obat tidak diberikan, duplikasi obat, kesalahan dosis atau
interaksi obat.
Tujuan rekonsiliasi obat :
1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien;
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasikannya
instruksi dokter;
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Pada pasien yang telah membawa obat sendiri, petugas harus
mengkomunikasikan dengan dokter tentang obat - obat tersebut dan
dokter yang menentukan status obat tersebut, apakah dilanjutkan,
ditunda atau dihentikan. Apabila obat tidak dibawa,maka riwayat
pengobatan sebelumnya dihentikan. Petugas mencatat hasil rekonsiliasi
pada lembar riwayat penggunaan obat di Form Rekam Medis Pasien.
XIII. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin stabilitas dan
kualitas obat sesuai dengan kondisi standar penyimpanan dan
memudahkan pencarian dan pengawasan obat.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut :
1. Bentuk dan jenis sediaan;
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan
farmasi seperti suhu penyimpanan, cahaya dan kelembaban;
3. Mudah atau tidaknya meledak / terbakar;
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan;
5. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak di perbolehkan untuk
menyimpan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Penyimpanan sediaan farmasi di PUSKESMAS KEMRANJEN II:
a. dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,
b. menurut suhu dan kestabilannya,
c. Penyusunan obat secara alfabetis, FEFO ( First Expired First
Out)dan FIFO (First In First Out).
XIV. Pemberian Obat kepada Pasien
Petugas yang berhak memberikan obat di ruang farmasi adalah petugas
yang mempunyai kompetensi di bidang farmasi yaitu :
a. Apoteker yang telah memiliki SIPA;
b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK.
c. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang
pemberian obat didelegasikan kepada perawat. Perawat yang
berwenang memberikan obat adalah perawat yang telah
ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat dan
yang mengikuti pelatihan pengelolaan obat emergency dan
pemberian obat pasien.
Pemberian obat pasien rawat jalan diberikan secara resep individu.
Pemberian obat ke pasien RGD, ruang bersalin, ruang kesehatan gigi
dan mulut (tindakan anastesi) diberikan sesuai resep yang diterima
Floor Stock.
DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK RUANG GAWAT DARURAT
No Nama Obat Satuan Keterangan
Anti Infektives
1 Amoksillin Kap 500 mg Tab 50
Dermatological-Antiinfectives
2 Gentamisin salep kulit Tub 5
3 Hidrocortison 2.5% Tub 3
Analgetic-Antipiretic
4 Paracetamol 500 mg Tab 50
Antacida
5 Antasida Doen 500 mg Tab 50
6 Antasida Doen Suspensi Btl
Anti Asmathic
7 Combiven Amp 10
8 Aminophilin inj Amp 3
Anti Diarreheal
9 Atalpugit/New Antides Tab 20
10 Zinc Tablet 20 mg Tab 20
Corticosteroid
11 Dexametason Inj Amp 10
Anti Histamines
12 Klorfeniramin (Ctm) 4 mg Tab 10
Git-Antiemetic
13 Domperidon Tablet Tab 30
14 Ondancentron inj Amp 10
Git-Ulcer
15 Omeprazol 20 mg Cap 30
16 Ranitidin Injeksi 25 mg Amp 10
Local Anaesthetic
17 Lidokain Injeksi 2% Amp 20
Nsaid
18 Asam Mefenamat 500 mg Tab 50
19 Ketorolak Inj Ampul 10
Vitamin
20 Vit B 12 Inj 500 mcg/ml Amp 20
Larutan Infus
21 Glukose 5 % Btl 10
22 Natrium Klorida 0,9% Infus Btl 10
23 Ringer Laktat Btl 20
Lain-Lain
24 Aqua Pro Inj Via 10
Alat Kesehatan
25 Cat Gut No. 2/0 pcs 10
26 Cat Gut No. 3/0 Pcs 10
27 Disposible 1 cc pcs 20
28 Disposible 3 cc Pcs 20
29 Disposible 5 cc Pcs 20
30 Disposilble 10cc Pcs 10
31 Foley Cath Two Way 16 Pcs 3
32 Infuset Anak Pcs 10
33 Infuset Dewasa Pcs 20
34 Iv Catheter No. 20 Pcs 10
35 Iv Catheter No. 22 Pcs 20
36 Iv Catheter No. 24 Pcs 10
37 Urine Bag Pcs 3
38 Nasal Canul Dewasa Pcs 5
39 Nasal Canul Anak Pcs 5
DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK DI RUANG BERSALIN
No Nama Obat Satuan Keterangan
1 Amoksillin Kap 500 mg Tab 50
2 Paracetamol Tab 50
3 Obat Tambah Darah Tab 100
4 Misoprostol Tab 6
5 Lidokain Injeksi 2% Amp 20
6 Oksitosin Inj Ampul 10
7 Ringer Laktat Btl 10
8 Aqua Pro Inj Amp 3
9 Methylergometrin Amp 5
Alat Kesehatan
10 Cat gut chrome 2/0 pcs 12
11 Cat Gut Chrome 3/0 Pcs 12
12 Disposible 3 cc Pcs 25
13 Disposible Spuit 1 cc Pcs 20
14 Foley Cath Two Way 16 Pcs 3
15 Transfusi Set Pcs 10
16 Infuset Dewasa Pcs 5
17 Iv Catheter No. 18 Pcs 10
18 Urine Bag Pcs 5
19 Under Pad Pcs 30
20 Nasal Canul Dewasa Pcs 5
21 Nasal Canul Bayi Pcs 5
DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK DI RUANG KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
No Nama Obat Satuan Keterangan
1 Lidokain Comp Inj Amp 30
Alat Kesehatan
2 Disposible 3 Cc Pcs 30
Pemberian obat ke sub unit atau jaringan puskesmas diberikan sesuai
kebutuhan dengan menggunakan LPLPO sub unit tiap 1 bulan.
DAFTAR OBAT/BMHP DI RUANG PELAYANAN
(PUSKESMAS PEMBANTU, PKD)
01. ANTI INFEKTIVES
1 AMOKSILIN SYRUP KERING
2 AMOKSILLIN KAP 500 MG
02. ANTI FUNGI
3 ANTIFUNGI DOEN
4 KETOKONAZOL CREAM 2%
5 MICONASOL CREAM
03. DERMATOLOGICAL-ANTIINFECTIVES
6 ANTIBAKTERI DOEN
7 GENTAMISIN SALEP KULIT
8 OKSITETRASIKLIN HCL SK
04. DERMATOLOGICAL-CORTICOSTEROID
9 BETAMETASON CREAM
10 HIDROKORTISON KRIM 1%
11 HIDROKORTISON KRIM 2,5% TUB
05. ANALGETIC-ANTIPIRETIC
12 ACETOSAL 100 MG
13 ANTALGIN 500 MG
14 PARACETAMOL 500 MG
15 PARACETAMOL SYR
16 PARASETAMOL DROP
06. ANTACIDA
17 ANTASIDA DOEN 500 MG
18 ANTASIDA DOEN SUSPENSI
07. ANTHELMINTIC
19 ALBENDASOL TAB 400 MG
08. ANTI ANEMIA
20 BESI II SULFAT 300 MG
09. ANTI ASMATHIC
21 AMBROXOL 30 MG
22 AMBROXOL SYRUP 15 MG/ML
10. ANTI DIARREHEAL
23 LOPERAMID TABLET
24 ZINC TABLET 20 MG
11. ANTI HIPERTENSI
25 AMLODIPIN 15 MG
26 CAPTOPRIL 12,5 mg
12. CORTICOSTEROID
27 DEXAMETASON 0,5 MG
28 METILPREDNISOLON 4 MG
29 PREDNISON 5 MG
13. ANTI HISTAMINES
30 CETIRIZINE SYRUP 5MG/5ML
31 CETIRIZINE TABLET 10 MG
32 KLORFENIRAMIN (CTM) 4 MG
33 LORATADINE 10 MG
14. EXPECTORANT & ANTITUSIVE
34 GLISERIL GUAYAKOLAT 100
35 OBAT BATUK HITAM (OBH)
15. GIT-ANTIEMETIC
36 DIMENHYDRINAT
37 DOMPERIDON SUSP 5MG/5ML
38 DOMPERIDON TABLET
16. GIT-ULCER
39 LANZOPRAZOL 30 MG
40 OMEPRAZOL 20 MG
41 RANITIDIN INJEKSI 25 MG
42 RANITIDIN TAB 150 MG
17. NSAID
43 ASAM MEFENAMAT 500 MG
44 IBUPROFEN 200 MG
45 IBUPROFEN 200 MG SUSP
46 IBUPROFEN 400 MG
47 NATRIUM DIKLOFENAK 50 MG
48 PIROKSIKAM 10 MG
18. VITAMIN
49 ASAM ASCORBAT 50 MG
50 ASAM ASKORBAT 250 MG
51 ASAM FOLAT 1 MG
52 PIRIDOKSIN (VIT B6)
53 VITAMIN A 100.000 IU
54 VITAMIN A 200.000 IU
55 VITAMIN B KOMPLEKS
56 VITAMIN B1 TAB 50 MG
57 VITAMIN B12 TAB
58 VITAMIN K 10 MG
19. OFTAMOLOGIKUM
59 GENTAMICIN SULFAT TM 0,3%
60 KLORAMFENIKOL SALEP MATA
61 KLORAMFENIKOL TETES MATA
62 OKSITETRASIKLIN SM 1%
20. OTOLOGIKUM
63 KLORAMFENIKOL TT
21. OBAT KULIT LAIN
64 2-4 SALEP
65 KALSIUM PERMANGANAT
66 SALISIL TALK
22. LARUTAN UNTUK LUKA
67 ETANOL 70
68 RIVANOL / ETAKRIDIN
69 YODIUM POVIDON 300 ML
23. ORALIT
70 GARAM ORALIT 200 ML AIR
24. ALAT KESEHATAN
71 DISPOSIBLE 3 CC
72 DISPOSIBLE SPIUT 1CC
73 DISPOSIBLE SPUIT 5 CC
74 HANNSCOEN NO. 6,5
75 MASKER
76 SAVETY BOX
77 SPUIT IMUNISASI 0,5ML 23G
78 SPUIT IMUNISASI BCG 0,05 26G
25. OBAT – OBAT LAIN
79 OBAT DIARE
80 OBAT FLU TABLET
81 OBAT FLU SIRUP
82 NEOKAOMINAL SIRUP
83 MULTIVITAMIN TABLET
84 MULTIVITAMIN SIRUP
85 OBAT KB (UNTUK PKD)
Pemberian obat yang aman dengan melakukan telaah / verifikasi
terhadap:
a. Ketepatan obat dengan resep atau pesanan
b. Waktu dan frekuensi pemberian
c. Jumlah dosis
d. Rute pemberian
e. Identitas pasien
Pemberian obat kepada pasien disertai label/etiket yang mencakup
informasi: nama pasien, tanggal pemberian obat, nama dan dosis
obat, cara penggunaan dan frekuensi pemakaian.
Obat pasien rawat jalan diserahkan dengan memberikan informasi
terkait nama obat, cara pakai, penyimpanan, indikasi, kontra
indikasi, stabilitas, efek samping dan interaksi oleh Apoteker.
Sediaan farmasi dengan penggunaan khusus diserahkan oleh
apoteker dengan informasi khusus pemakaian.
pemberian / administrasi obat di ruangan perawatan dilakukan oleh
petugas keperawatan yang telah memperoleh pelatihan pemberian
obat.
Sebelum pemberian obat, petugas keperawatan melakukan telaah
obat
XV. Penggunaan Obat-Obat Khusus
Perbekalan farmasi khusus obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-
obat High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun,
produk nutrisi, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan
puskesmas.
Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan secara berkala 1
bulan sekali ke UPKF dinas kesehatan atau SIPNAP secara online.
Penyimpanan narkotika pada lemari terkunci ganda.
Perlu adanya peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai (
High Alert) atau Obat dengan resiko tinggi terjadinya kesalahan
dikelola dengan peraturan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
Penyimpanan Sediaan Farmasi yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan / diletakkan secara terpisah dan harus diberi penandaan
berupa label khusus berwarna kuning bertuliskan LASA untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat High Alert, Obat
LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat
High Alert
Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat High Alert
Obat High Alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label
yang jelas
XVI. Pencatatan, Pemantauan, Pelaporan Efek Samping Obat dan KTD
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan :
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekwensinya jarang;
2. Menentukan frekwensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan :
1. Menganalisis laporan efek samping obat;
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat;
3. Mengisi formulir monitoring efek samping obat ( MESO );
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
XIV. Penyediaan, Penyimpanan, Monitoring dan Penggantian Obat
Emergensi
Obat emergensi adalah persediaan perbekalan farmasi yang
digunakan untuk menangani kasus darurat di masing masing
ruangan.Tujuan penyediaan obat emergensi adalah : menjamin
ketersediaan obat emergensi di unit pelayanan untuk kebutuhan
kegawatdaruratan; menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan
daftar obat emergensi yang telah di tetapkan.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :
1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
di tetapkan di unit masing masing pelayanan;
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan
lain;
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera di ganti;
4. Obat emergensi disimpan dalam kotak tertutup yang bersegel dan
diletakkan di tempat yang aman, strategis dan mudah dijangkau;
5. Dalam setiap kotak diberi kartu stok obat;
6. Di cek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
Obat emergensi tersedia di ruang RGD, Ruang bersalin, Ruang
pemeriksaan umum, Ruang kesehatan gigi dan mulut.
KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,
M AMIR FUAD