PUSKESMAS KEMRANJEN II

18
PEMERINTAHKABUPATEN BANYUMAS DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KEMRANJEN II Jl. Raya Perempatan Buntu Kemranjen Banyumas Kode Pos 53194 Telp.( 0282 ) 5291332 e-mail: [email protected] KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II NOMOR: 440/UKP/BAB VIII-...../2019 TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II, Menimbang : a. bahwa layanan farmasi merupakan salah satu penunjang dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kemranjen II; b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Kemranjen II tentang Pelayanan Farmasi Puskesmas Kemranjen II; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062 ); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Transcript of PUSKESMAS KEMRANJEN II

PEMERINTAHKABUPATEN BANYUMAS DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KEMRANJEN II Jl. Raya Perempatan Buntu Kemranjen Banyumas Kode Pos 53194

Telp.( 0282 ) 5291332 e-mail: [email protected]

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II NOMOR: 440/UKP/BAB VIII-...../2019

TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II

KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,

Menimbang : a. bahwa layanan farmasi merupakan salah satu penunjang

dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kemranjen II;

b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas

ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Kemranjen II

tentang Pelayanan Farmasi Puskesmas Kemranjen II;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di

Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3671);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika ( Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5062 );

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang

Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 124,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5044);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016

tentang Fasilitas Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia );

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ( Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015

tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,

Tempat Pratek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek

Mandiri Dokter Gigi;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Kesehatan;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016

tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di

Puskesmas;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017

tentang Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017

tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di

Fasilitas Kesehatan;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019

tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan

Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan

19. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 85 Tahun 2014

tentang Rencana Bisnis dan Anggaran Serta

Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum

Daerah (Berita Daerah Kabupaten Banyumas Tahun

2014 Nomor 85);

20. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 89 Tahun 2014

tentang Tata Kelola Badan Layanan UmumDaerah

Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat

Kabupaten Banyumas (Berita Daerah Kabupaten

Banyumas Tahun 2014 Nomor 89);

21. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

123/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar

Puskesmas;

22. Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor Hk.

02.02/Menkes/320/2015 tentang daftar obat

esensial nasional;

23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

NomorHk. 01.07/MENKES/659/2017 Tentang

Formularium Nasional;

24. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas Nomor: 440/61/VI/2016 Tentang

Formulrium Obat Pelayanan Kesehatan Dasar di

Puskesmas Kabupaten Banyumas.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II

TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS

KEMRANJEN II.

KESATU : Kebijakan Pelayanan Farmasi PUSKESMAS

KEMRANJEN II sebagaimana tercantum dalam lampiran

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Keputusan ini.

KEDUA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat

ditetapkannya Keputusan Kepala Puskesmas ini

dibebankan kepada anggaran PUSKESMAS

KEMRANJEN II.

KETIGA : Sejak berlakunya Keputusan Kepala Puskesmas ini,

- SK No. 440/SK.066/I/2016 tgl 2 Januari 19 tentang

Penyediaan obat yang menjamin Ktersediaan obat.

- SK No. 440/SK.067/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang Pelayanan obat 24 jam.

- SK No. 440/SK.068/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang Persyaratan petugas yang berhak memberi

resep.

- SK No. 440/SK.069/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang persyaratan petugas yang berhak

menyediakan obat.

- SK No. 440/SK.070/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang peresepan psikotropik dan narkotik

- SK No. 440/SK.071/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh

pasien/keluarga.

- SK No. 440/SK.072/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat.

- SK No. 440/SK.073/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang Penanganan obat kadaluwarsa/rusak.

- SK No. 440/SK.074/I/2016 TGL 2 Januari 2016 tgl 2

Januari 2016 tentang pelatihan bagi petugas yang

diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum

sesuai persyaratan.

- SK No. 440/SK.076/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang penyediaan obat-obat emergensi di unit kerja.

Daftar obat emergensi di unit pelayanan.

- SK No. 440/SK.077/I/2016 tgl 2 Januari 2016

tentang menjaga tidak terjadinya pemberian obat

kadaluwarsa,pelaksanaan FIFO dan FEFO, kartu

stok/terkendali.

Dinyatakan tidak berlaku lagi.

KEEMPAT : Keputusan Kepala Puskesmas ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila

dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan

pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kemranjen

pada tanggal 02 Februari 2019 KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,

M. AMIR FUAD

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS

KEMRANJEN II NOMOR : 440/UKP/BAB VIII-21/TAHUN 2019

TENTANG : PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II

PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KEMRANJEN II

Tahap manajemen penggunaan obat diatur dalam regulasi yang

ditetapkan oleh Puskesmas.

Ruang Farmasi bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan

ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai yang efektif, efisien dan rasional.

Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan

salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, dimulai dari perencanaan,

penerimaan, penyimpanan, penyimpanan, pendisribusian,

pengendalian, pencatatan, pelaporan serta pemantuan dan evaluasi.

Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan medis

habis pakai, reagensia, dan gas medis.

Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan puskesmas yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu yang terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat.

Pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh

prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.

Penanggung jawab pelayanan obat di Puskesmas adalah Apoteker,

berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memilliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker, yang

bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-

peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan

pengawasan distribusi.

Dilakukan pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat di

Puskesmas.

Penarikan obat dilakukan pada kondisi obat kadaluarsa atau

ketinggalan jaman, dan pada kondisi penarikan dari produsen yang

bersangkutan.

I. Metode untuk Menilai, Mengendalikan Penyediaan dan Penggunaan

Obatyang Menjamin Ketersediaan Obat

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan

dalam kegiatan pengendalian obat.

1. Pengendalian persediaan meliputi:

a. Membuat laporan LPLPO setiap 3 bulan

b. Melaksanakan stok opname setiap 3 bulan

c. Melakukan PKO (Permintaan Kekurangan Obta) jika tidak

mencukupi sampai permintaan semester berikutnya

d. Pelayanan farmasi menggunakan sistem satu pintu

2. Pengendalian penggunaan

Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan obat adalah

untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi

pemanfaatan dana obat.

Pengendalian penggunaan meliputi :

a. Prosentase penggunaan antibiotika (sampel kasus tertentu);

b. Prosentase rata – rata jumlah R/;

c. Prosentase penggunaan obat generik;

d. Kesesuaian dengan pedoman

Pengendalian penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh

prosedur yang ditetapkan oleh puskesmas.

II. Tersedia Formularium Puskesmas

Formularium obat puskesmas mengacu kepada formularium nasional

dan formularium dinas kesehatan kabupaten.

Formularium ditelaah minimal satu kali dalam tiga tahun,

berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitasnya.

Penggunaan obat sesuai dengan diagnosa dan terapi sesuai dengan

formularium puskesmas.

Evaluasi ketersediaan dan penggunaan obat sesuai dengan

formularium diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan.

III. Jam Buka Pelayanan Farmasi

Jam buka pelayanan Farmasi mengikuti jam buka pelayanan di

PUSKESMAS KEMRANJEN II.

IV. Pelayanan Obat 24 Jam

1. Pelayanan obat Rawat jalan pada hari kerja senin s/d kamis (jam

07.15 s/d 15.15), hari jumat (Jam 07.15 s/d 11.15), hari sabtu (jam

07.15 s/d 12.45)

2. Pelayanan obat rawat inap dilaksanakan oleh petugas jaga yang diberi

kewenangan pengelolaan obat dan telah diberi pelatihan.

V. Petugas yang Berhak Memberikan Resep

1. Petugas yang berhak menuliskan resep adalah dokter dan dokter gigi

sesuai kompetensinya dengan persyaratan :

a. Memiliki surat tanda registrasi ( STR )

b. Memiliki surat ijin praktek ( SIP ) di PUSKESMAS KEMRANJEN II

2. Apabila dokter / dokter gigi tidak dapat menjalankan tugas karena

tidak berada di tempat, maka pelayanan pengobatan dan penulisan

catatan penulisan obat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang

ada (perawat, perawat gigi dan bidan), yang sudah mendapatkan

pelatihan;

VI. Petugas yang Berhak Menyediakan Obat

Persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat adalah :

1. Apoteker yang telah memiliki SIPA;

2. TTK yang memiliki SIKTTK;

3. Tenaga kesehatan lain yang diberi pelimpahan tugas dan sudah

mengikuti pelatihan kefarmasian.

VII. Pelatihan Petugas yang Diberi Kewenangan dalam Penyediaan Obat

Jika Petugas yang Memenuhi Persyaratan Tidak Ada

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan

penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus

mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh penanggung jawab

pengelola obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.

Pelatihan yang diberikan meliputi :

1. Jenis obat dan penggolongannya;

2. Cara membaca resep;

3. Penulisan etiket;

4. Cara pemakaian dan aturan pakai obat; efek samping obat;

5. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat

kepada pasien;

6. Distribusi obat berdasarkan FIFO dan FEFO;

7. Cara merekap resep harian.

VIII. Peresepan, Pemesanan dan Pengelolaan Obat

A. Peresepan Obat

1. Penulisan resep

Peresepan adalah proses pemesanan atau permintaan obat

tertulis dari dokter, dokter gigi kepada pengelola obat/apoteker di

PUSKESMAS KEMRANJEN II untuk menyediakan atau meracik

obat dan menyerahkan obat kepada pasien. Resep merupakan

sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan

pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses

pengobatan. Untuk itu, agar pengobatan berhasil maka resep

harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional adalah :

a. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakit;

b. Tepat indikasi penyakit;

c. Tepat pemilihan obat;

d. Tepat dosis;

e. Tepat cara pemberian obat;

f. Tepat pasien;

g. Waspada efek samping;

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin

yang sudah digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan, karena

bahasa latin tidak mengalami perubahan ( statis ), sehingga resep

obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah

tafsir.

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam

resep untuk pasien rawat jalan di PUSKESMAS KEMRANJEN II

harus tercantum :

a. Tanggal penulisan resep;

b. Nama pasien;

c. Umur pasien;

d. Alamat pasien;

e. Nomor rekam medis pasien;

f. Tanda R/ pada bagian kiri pada setiap penulisan obat;

g. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral;

h. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral;

i. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep;

j. Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang

mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimum;

k. Kode pasien umum dan BPJS.

2. Penyiapan obat

Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang

diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memahami isi resep

dan memperhatikan :

a. Nama obat;

b. Jenis dan bentuk sediaan obat;

c. Nama dan umur pasien;

d. Dosis;

e. Cara pemakaian dan aturan pemberian;

f. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas;

g. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat

yang dimaksud tidak tersedia;

h. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat

dari tempatnya;

i. Pemasangan etiket atau label obat pada kemasan obat.

3. Penyerahan obat

Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang

diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memperhatikan :

a. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep;

b. Pemberian obat melalui loket obat;

c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien;

d. Pemberian informasi tentang nama obat, cara pakai,

penyimpanan, indikasi, konta indikasi, stabilitas, efek samping

obat dan interaksi kepada pasien atau keluarga pasien.

B. Pemesanan Obat

Sumber penyediaaan obat di PUSKESMAS KEMRANJEN II

berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, tercantum dalam

DOEN yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih

berlaku.

Pemesanan obat untuk mendukung pelayanan obat di

PUSKESMAS KEMRANJEN II, dapat di lakukan dengan dua cara,

yaitu :

1. Mengajukan permintaan obat oleh Kepala PUSKESMAS

KEMRANJEN II kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

melalui UPKF dengan menggunakan format LPLPO setiap 3 (tiga)

bulan sekali, apabila dalam pertengahan waktu persediaan obat

tidak mencukupi dapat melakukan permintaan kekurangan obat

(PKO).

2. Melakukan pemesanan kepada distributor melalui e-catalog dan

non e-catalog dengan menggunakan dana BLUD Puskesmas.

Sedangkan permintaan dari unitdilakukan secara periodik

menggunakan buku permintaan obat.

Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi

kebutuhan obat di PUSKESMAS KEMRANJEN II sesuai dengan pola

penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen II.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat

antara lain :

1. Menentukan jenis permintaan obat :

a. Permintaan rutin;

Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk PUSKESMAS

KEMRANJEN II;

b. Permintaan khusus :

Dilakukan di luar jadwal rutin distribusi rutin apabila :

1) Kebutuhan meningkat;

2) Terjadi kekosongan;

3) Terjadi KLB / bencana.

2. Menentukan jumlah permintaan obat

Data yang diperlukan antara lain :

a. Data pemakaian obat periode sebelumnya;

b. Sisa stok

c. Kekosongan obat

d. Waktu tunggu

e. Stok Pengaman

f. Perkembangan pola kunjungan

C. Pengelolaan Obat

Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara

optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat

penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan

tepat mutunya di setiap unit pelayanan kesehatan.

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi

kegiatan :

1. Perencanaan dan permintaan;

2. Penerimaan;

3. Penyimpanan dan distribusi;

4. Pencatatan dan pelaporan;

5. Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat.

IX. Sistem Distribusi Obat FIFO/FEFO untuk Meminimalkan Obat

Kadaluarsa/Rusak

Langkah - langkah untuk meminimalkan obat kadaluwarsa adalah :

1. Identifikasi nama obat dan waktu kadaluwarsa dalam kartu stok;

2. Membuat daftar obat yang akan kadaluwarsa 3 bulan dan 6 bulan

sebelum kadaluwarsa

3. Komunikasi aktif kepada dokter dan dokter gigi penulis resep untuk

meresepkan obat obat yang hampir kadaluwarsa;

4. Penggunaan obat berdasar :

a. FEFO ( First Expired First Out ) yaitu obat yang mendekati

kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu;

b. FIFO ( First In First Out ) yaitu obat yang datang pertama kali

datang harus dikeluarkan lebih dahulu.

X. Penanganan Obat Kadaluwarsa

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat kadaluwarsa untuk

melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat kadaluwarsa.

Prosedur mengikuti ketentuanyang ditetapkan oleh Puskesmas.

XI. Petugas yang Berhak Meresepkan Obat Psikotropika dan Narkotika

Obat psikotropika dan narkotika hanya boleh diresepkan oleh :

a. Dokter;

b. Dokter gigi.

Pemberian obat psikotropika dan narkotika :

a. Diberikan sesuai diagnosis;

b. Penyerahan obat oleh petugas farmasi;

c. Resep diberi penandaan khusus dengan melingkari dengan bolpoin

pada nama obat psikotropika dan obat narkotika;

d. Identifikasi pasien penerima resep dan verifikasi saat penyerahan

obat.

XII. Penanganan dan Penggunaan Obat yang Dibawa oleh Pasien/Keluarga

Pasien (Rekonsiliasi Obat)

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan obat yang telah dibawa pasien. Rekonsiliasi

dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan ( medication error )

seperti obat tidak diberikan, duplikasi obat, kesalahan dosis atau

interaksi obat.

Tujuan rekonsiliasi obat :

1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan

pasien;

2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasikannya

instruksi dokter;

3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi

dokter.

Pada pasien yang telah membawa obat sendiri, petugas harus

mengkomunikasikan dengan dokter tentang obat - obat tersebut dan

dokter yang menentukan status obat tersebut, apakah dilanjutkan,

ditunda atau dihentikan. Apabila obat tidak dibawa,maka riwayat

pengobatan sebelumnya dihentikan. Petugas mencatat hasil rekonsiliasi

pada lembar riwayat penggunaan obat di Form Rekam Medis Pasien.

XIII. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin stabilitas dan

kualitas obat sesuai dengan kondisi standar penyimpanan dan

memudahkan pencarian dan pengawasan obat.

Penyimpanan obat harus mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut :

1. Bentuk dan jenis sediaan;

2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan

farmasi seperti suhu penyimpanan, cahaya dan kelembaban;

3. Mudah atau tidaknya meledak / terbakar;

4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang - undangan;

5. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak di perbolehkan untuk

menyimpan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Penyimpanan sediaan farmasi di PUSKESMAS KEMRANJEN II:

a. dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,

b. menurut suhu dan kestabilannya,

c. Penyusunan obat secara alfabetis, FEFO ( First Expired First

Out)dan FIFO (First In First Out).

XIV. Pemberian Obat kepada Pasien

Petugas yang berhak memberikan obat di ruang farmasi adalah petugas

yang mempunyai kompetensi di bidang farmasi yaitu :

a. Apoteker yang telah memiliki SIPA;

b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK.

c. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang

pemberian obat didelegasikan kepada perawat. Perawat yang

berwenang memberikan obat adalah perawat yang telah

ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat dan

yang mengikuti pelatihan pengelolaan obat emergency dan

pemberian obat pasien.

Pemberian obat pasien rawat jalan diberikan secara resep individu.

Pemberian obat ke pasien RGD, ruang bersalin, ruang kesehatan gigi

dan mulut (tindakan anastesi) diberikan sesuai resep yang diterima

Floor Stock.

DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK RUANG GAWAT DARURAT

No Nama Obat Satuan Keterangan

Anti Infektives

1 Amoksillin Kap 500 mg Tab 50

Dermatological-Antiinfectives

2 Gentamisin salep kulit Tub 5

3 Hidrocortison 2.5% Tub 3

Analgetic-Antipiretic

4 Paracetamol 500 mg Tab 50

Antacida

5 Antasida Doen 500 mg Tab 50

6 Antasida Doen Suspensi Btl

Anti Asmathic

7 Combiven Amp 10

8 Aminophilin inj Amp 3

Anti Diarreheal

9 Atalpugit/New Antides Tab 20

10 Zinc Tablet 20 mg Tab 20

Corticosteroid

11 Dexametason Inj Amp 10

Anti Histamines

12 Klorfeniramin (Ctm) 4 mg Tab 10

Git-Antiemetic

13 Domperidon Tablet Tab 30

14 Ondancentron inj Amp 10

Git-Ulcer

15 Omeprazol 20 mg Cap 30

16 Ranitidin Injeksi 25 mg Amp 10

Local Anaesthetic

17 Lidokain Injeksi 2% Amp 20

Nsaid

18 Asam Mefenamat 500 mg Tab 50

19 Ketorolak Inj Ampul 10

Vitamin

20 Vit B 12 Inj 500 mcg/ml Amp 20

Larutan Infus

21 Glukose 5 % Btl 10

22 Natrium Klorida 0,9% Infus Btl 10

23 Ringer Laktat Btl 20

Lain-Lain

24 Aqua Pro Inj Via 10

Alat Kesehatan

25 Cat Gut No. 2/0 pcs 10

26 Cat Gut No. 3/0 Pcs 10

27 Disposible 1 cc pcs 20

28 Disposible 3 cc Pcs 20

29 Disposible 5 cc Pcs 20

30 Disposilble 10cc Pcs 10

31 Foley Cath Two Way 16 Pcs 3

32 Infuset Anak Pcs 10

33 Infuset Dewasa Pcs 20

34 Iv Catheter No. 20 Pcs 10

35 Iv Catheter No. 22 Pcs 20

36 Iv Catheter No. 24 Pcs 10

37 Urine Bag Pcs 3

38 Nasal Canul Dewasa Pcs 5

39 Nasal Canul Anak Pcs 5

DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK DI RUANG BERSALIN

No Nama Obat Satuan Keterangan

1 Amoksillin Kap 500 mg Tab 50

2 Paracetamol Tab 50

3 Obat Tambah Darah Tab 100

4 Misoprostol Tab 6

5 Lidokain Injeksi 2% Amp 20

6 Oksitosin Inj Ampul 10

7 Ringer Laktat Btl 10

8 Aqua Pro Inj Amp 3

9 Methylergometrin Amp 5

Alat Kesehatan

10 Cat gut chrome 2/0 pcs 12

11 Cat Gut Chrome 3/0 Pcs 12

12 Disposible 3 cc Pcs 25

13 Disposible Spuit 1 cc Pcs 20

14 Foley Cath Two Way 16 Pcs 3

15 Transfusi Set Pcs 10

16 Infuset Dewasa Pcs 5

17 Iv Catheter No. 18 Pcs 10

18 Urine Bag Pcs 5

19 Under Pad Pcs 30

20 Nasal Canul Dewasa Pcs 5

21 Nasal Canul Bayi Pcs 5

DAFTAR OBAT/BMHP FLOORSTOK DI RUANG KESEHATAN

GIGI DAN MULUT

No Nama Obat Satuan Keterangan

1 Lidokain Comp Inj Amp 30

Alat Kesehatan

2 Disposible 3 Cc Pcs 30

Pemberian obat ke sub unit atau jaringan puskesmas diberikan sesuai

kebutuhan dengan menggunakan LPLPO sub unit tiap 1 bulan.

DAFTAR OBAT/BMHP DI RUANG PELAYANAN

(PUSKESMAS PEMBANTU, PKD)

01. ANTI INFEKTIVES

1 AMOKSILIN SYRUP KERING

2 AMOKSILLIN KAP 500 MG

02. ANTI FUNGI

3 ANTIFUNGI DOEN

4 KETOKONAZOL CREAM 2%

5 MICONASOL CREAM

03. DERMATOLOGICAL-ANTIINFECTIVES

6 ANTIBAKTERI DOEN

7 GENTAMISIN SALEP KULIT

8 OKSITETRASIKLIN HCL SK

04. DERMATOLOGICAL-CORTICOSTEROID

9 BETAMETASON CREAM

10 HIDROKORTISON KRIM 1%

11 HIDROKORTISON KRIM 2,5% TUB

05. ANALGETIC-ANTIPIRETIC

12 ACETOSAL 100 MG

13 ANTALGIN 500 MG

14 PARACETAMOL 500 MG

15 PARACETAMOL SYR

16 PARASETAMOL DROP

06. ANTACIDA

17 ANTASIDA DOEN 500 MG

18 ANTASIDA DOEN SUSPENSI

07. ANTHELMINTIC

19 ALBENDASOL TAB 400 MG

08. ANTI ANEMIA

20 BESI II SULFAT 300 MG

09. ANTI ASMATHIC

21 AMBROXOL 30 MG

22 AMBROXOL SYRUP 15 MG/ML

10. ANTI DIARREHEAL

23 LOPERAMID TABLET

24 ZINC TABLET 20 MG

11. ANTI HIPERTENSI

25 AMLODIPIN 15 MG

26 CAPTOPRIL 12,5 mg

12. CORTICOSTEROID

27 DEXAMETASON 0,5 MG

28 METILPREDNISOLON 4 MG

29 PREDNISON 5 MG

13. ANTI HISTAMINES

30 CETIRIZINE SYRUP 5MG/5ML

31 CETIRIZINE TABLET 10 MG

32 KLORFENIRAMIN (CTM) 4 MG

33 LORATADINE 10 MG

14. EXPECTORANT & ANTITUSIVE

34 GLISERIL GUAYAKOLAT 100

35 OBAT BATUK HITAM (OBH)

15. GIT-ANTIEMETIC

36 DIMENHYDRINAT

37 DOMPERIDON SUSP 5MG/5ML

38 DOMPERIDON TABLET

16. GIT-ULCER

39 LANZOPRAZOL 30 MG

40 OMEPRAZOL 20 MG

41 RANITIDIN INJEKSI 25 MG

42 RANITIDIN TAB 150 MG

17. NSAID

43 ASAM MEFENAMAT 500 MG

44 IBUPROFEN 200 MG

45 IBUPROFEN 200 MG SUSP

46 IBUPROFEN 400 MG

47 NATRIUM DIKLOFENAK 50 MG

48 PIROKSIKAM 10 MG

18. VITAMIN

49 ASAM ASCORBAT 50 MG

50 ASAM ASKORBAT 250 MG

51 ASAM FOLAT 1 MG

52 PIRIDOKSIN (VIT B6)

53 VITAMIN A 100.000 IU

54 VITAMIN A 200.000 IU

55 VITAMIN B KOMPLEKS

56 VITAMIN B1 TAB 50 MG

57 VITAMIN B12 TAB

58 VITAMIN K 10 MG

19. OFTAMOLOGIKUM

59 GENTAMICIN SULFAT TM 0,3%

60 KLORAMFENIKOL SALEP MATA

61 KLORAMFENIKOL TETES MATA

62 OKSITETRASIKLIN SM 1%

20. OTOLOGIKUM

63 KLORAMFENIKOL TT

21. OBAT KULIT LAIN

64 2-4 SALEP

65 KALSIUM PERMANGANAT

66 SALISIL TALK

22. LARUTAN UNTUK LUKA

67 ETANOL 70

68 RIVANOL / ETAKRIDIN

69 YODIUM POVIDON 300 ML

23. ORALIT

70 GARAM ORALIT 200 ML AIR

24. ALAT KESEHATAN

71 DISPOSIBLE 3 CC

72 DISPOSIBLE SPIUT 1CC

73 DISPOSIBLE SPUIT 5 CC

74 HANNSCOEN NO. 6,5

75 MASKER

76 SAVETY BOX

77 SPUIT IMUNISASI 0,5ML 23G

78 SPUIT IMUNISASI BCG 0,05 26G

25. OBAT – OBAT LAIN

79 OBAT DIARE

80 OBAT FLU TABLET

81 OBAT FLU SIRUP

82 NEOKAOMINAL SIRUP

83 MULTIVITAMIN TABLET

84 MULTIVITAMIN SIRUP

85 OBAT KB (UNTUK PKD)

Pemberian obat yang aman dengan melakukan telaah / verifikasi

terhadap:

a. Ketepatan obat dengan resep atau pesanan

b. Waktu dan frekuensi pemberian

c. Jumlah dosis

d. Rute pemberian

e. Identitas pasien

Pemberian obat kepada pasien disertai label/etiket yang mencakup

informasi: nama pasien, tanggal pemberian obat, nama dan dosis

obat, cara penggunaan dan frekuensi pemakaian.

Obat pasien rawat jalan diserahkan dengan memberikan informasi

terkait nama obat, cara pakai, penyimpanan, indikasi, kontra

indikasi, stabilitas, efek samping dan interaksi oleh Apoteker.

Sediaan farmasi dengan penggunaan khusus diserahkan oleh

apoteker dengan informasi khusus pemakaian.

pemberian / administrasi obat di ruangan perawatan dilakukan oleh

petugas keperawatan yang telah memperoleh pelatihan pemberian

obat.

Sebelum pemberian obat, petugas keperawatan melakukan telaah

obat

XV. Penggunaan Obat-Obat Khusus

Perbekalan farmasi khusus obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-

obat High Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun,

produk nutrisi, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan

puskesmas.

Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan secara berkala 1

bulan sekali ke UPKF dinas kesehatan atau SIPNAP secara online.

Penyimpanan narkotika pada lemari terkunci ganda.

Perlu adanya peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai (

High Alert) atau Obat dengan resiko tinggi terjadinya kesalahan

dikelola dengan peraturan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.

Penyimpanan Sediaan Farmasi yang penampilan dan penamaan

yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan

berdekatan / diletakkan secara terpisah dan harus diberi penandaan

berupa label khusus berwarna kuning bertuliskan LASA untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.

Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat High Alert, Obat

LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat

High Alert

Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat High Alert

Obat High Alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label

yang jelas

XVI. Pencatatan, Pemantauan, Pelaporan Efek Samping Obat dan KTD

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang

digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi

atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Tujuan :

1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,

tidak dikenal dan frekwensinya jarang;

2. Menentukan frekwensi dan insidensi efek samping obat yang sudah

sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan :

1. Menganalisis laporan efek samping obat;

2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami efek samping obat;

3. Mengisi formulir monitoring efek samping obat ( MESO );

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

XIV. Penyediaan, Penyimpanan, Monitoring dan Penggantian Obat

Emergensi

Obat emergensi adalah persediaan perbekalan farmasi yang

digunakan untuk menangani kasus darurat di masing masing

ruangan.Tujuan penyediaan obat emergensi adalah : menjamin

ketersediaan obat emergensi di unit pelayanan untuk kebutuhan

kegawatdaruratan; menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan

daftar obat emergensi yang telah di tetapkan.

Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :

1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah

di tetapkan di unit masing masing pelayanan;

2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan

lain;

3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera di ganti;

4. Obat emergensi disimpan dalam kotak tertutup yang bersegel dan

diletakkan di tempat yang aman, strategis dan mudah dijangkau;

5. Dalam setiap kotak diberi kartu stok obat;

6. Di cek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.

Obat emergensi tersedia di ruang RGD, Ruang bersalin, Ruang

pemeriksaan umum, Ruang kesehatan gigi dan mulut.

KEPALA PUSKESMAS KEMRANJEN II,

M AMIR FUAD