puisi gusmus

25
KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAI MANA Kau ini bagaimana? Kau bilang Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanya Kau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kapir Aku harus bagaimana? Kau bilang bergeraklah, Aku bergerak Kau curigai Kau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai Kau ini bagaimana? Kau suruh Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kaku Kau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan Aku harus bagaimana? Aku Kau suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakiku Kau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku Kau ini bagaimana? Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya Aku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain Aku harus bagaimana? Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saat Kau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai

Transcript of puisi gusmus

KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAI MANA

Kau ini bagaimana?

Kau bilang Aku merdeka, Kau memilihkan untukku segalanyaKau suruh Aku berpikir, Aku berpikir Kau tuduh Aku kapir

Aku harus bagaimana?

Kau bilang bergeraklah, Aku bergerak Kau curigaiKau bilang jangan banyak tingkah, Aku diam saja Kau waspadai

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku pegang prinsip, Aku memegang prinsip Kau tuduh Aku kakuKau suruh Aku toleran Kau bilang Aku plin-plan

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh maju, Aku maju Kau srimpung kakikuKau suruh Aku bekerja, Aku bekerja Kau ganggu Aku

Kau ini bagaimana?

Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannyaAku Kau suruh berdisiplin, Kau menyontohkan yang lain

Aku harus bagaimana?

Kau bilang Tuhan sangat dekat, Kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara tiap saatKau bilang Kau suka damai, Kau ajak Aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh membangun, Aku membangun Kau merusaknyaAku Kau suruh menabung, Aku menabung Kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku menggarap sawah, sawahku Kau tanami rumah-rumahKau bilang Aku harus punya rumah, Aku punya rumah Kau meratakannya dengan tanah

Kau ini bagaimana?

Aku Kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadiAku Kau suruh bertanggung jawab, Kau sendiri terus berucap Wallahu a'lam bissawab

Kau ini bagaimana?

Kau suruh Aku jujur, Aku jujur Kau tipu AkuKau suruh Aku sabar, Aku sabar Kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana?

Aku Kau suruh memliihmu sebagai wakilmu, sudah kupilih Kau bertindak semaumuKau bilang Kau selalu memikirkanku, Aku sapa saja Kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana?

Kau bilang bicaralah, Aku bicara Kau bilang Aku ceriwisKau bilang jangan banyak bicara, Aku bungkam Kau tuduh Aku apatis

Aku harus bagaimana?Aku harus bagaimana?

Kau bilang kritiklah, Aku kritik Kau marahKau bilang cari alternatifnya, Aku kasih alternatif Kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana?

Aku bilang terserah Kau, Kau tidak mauAku bilang terserah kita, Kau tak sukaAku bilang terserah Aku, Kau memakiku

Kau ini bagaimana?Aku harus bagaimana?

(K.H.A. Mustofa Bisri, 1987)

NEGERI KEKELUARGAAN

meski kalian tidak bersaksisejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besarbukan karena inilahnegeri bagai zamrud yang amat indahbukan karena inilahnegeri dengan kekayaan yang melimpahdan rakyat paling ramahtapi karena kalian telah membuatnyamenjadi negeri paling unik di dunia

kalian buat norma-norma sendiri yang unikaturan-aturan sendiri yang unikperilaku-perilaku sosial sendiri yang unikbudaya yang lain dari yang lain

kalian buat bangsa negeri initampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumikehidupan penuh makna kekeluargaanyang harmonis, seragam dan serasidengan demokrasi keluargayang manis, rukun dan damai

dalam sistem negeri kekeluargaanbapak sebagai kepala rumahtanggamemimpin dan mengatur segalanyasampai akhir hayatnyabagi kepentingan keluarganyakepentingan keluarga adalah kepentingan semuakepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negarakeluarga harus sejahteradan semua harus mensejahterakan keluarga

demi kesejahteraan dan kemakmuran keluargakepala keluarga nerhak menentukansispa-siapa termasuk keluargaberhak memutuskan dan membatalkan keputusanberhak mengatasnamakan siapa sajaberhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja

kepala keluarga demi keluargaberhak atas laut dan dan udaraberhak atas air dan tanahberhak atas sawah dan ladangberhak atas hutan dan padangberhak atas manuasia dan binatang

sejarah pasti akan menulis dengan huruf-huruf besarbahwa di suatu kurun waktu yang lamapernah ada negeri kekeluargaan

yang sukses membina dan mempertahankankemakmuran dan kebahagiaan keluarga

1997

NEGERI TEKA TEKI

jangan tanya, tebak saja

jangan tanya apajangan tanya siapajangan tanya mengapatebak saja

jangan tanya apa yang terjadiapalagi apa yang ada di balik kejadiankarena disini yang ada memanghanya kotak-kotak teka-teki silangdan daftar pertanyaan-pertanyaan

jangan tanya mengapayang disana dimanjakanyang disini dihinakan,tebak sajajangan tanya siapamembunuh buruh dan wartawansiapa merenggut nyawayang dimuliakan Tuhanjangan tanya mengapa,tebak saja

jangan tanya mengapayang disini selalu dibenarkanyang disana selalu disalahkantebak saja

jangan tanya siapamembakar hutan dan emosi rakyatsiapa melindungi penjahat keparatjangan tanya mengapa,tebak saja

jangan tanya mengapasetiap kali terjadi kekeliruanpertanggungjawabannya tak karuantebak saja

jangan tanya siapabeternak kambing hitamuntuk setiap kali dikorbankantebak saja

jangan tanya siapamembungkam kebenarandan menyembunyikan faktasiapa menyuburkan kemunafikan dan dustajangan tanya mengapatebak saja

jangan tanya siapajangan tanya mengapajangan tanya apa-apatebak saja

rembang – oktober 1997

SAJAK ATAS NAMA

ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhanada yang atas nama negara merampok negaraada yang atas nama rakyat menindas rakyatada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia

ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilanada yang atas nama persatuan merusak persatuanada yang atas nama perdamaian mengusik kedamaianada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan

maka atas nama apa saja atau siapa sajakirimkanlah laknat kalianatau atas nama Kuperangilah mereka dengan kasihsayang

rembang – agustus 1997

KAUM BERAGAMA NEGERI INI

Tuhan, lihatlah betapa kaum beragama negeri inimereka tak mau kalah dengan kaum beragama laindi negeri-negeri lain,demi mendapatkan ridha Mumereka rela mengorbankan saudara-saudara merekauntuk berebut tempat terdekat di sisi Mumereka bahkan tega menyodok dan menikamhamba-hamba Mu sendiridemi memperoleh rahmat Mumereka memaafkan kesalahandan mendiamkan kemungkaranbahkan mendukung kelalimanuntuk membuktikan keluhuran budi merekaterhadap setanpun mereka tak pernah berburuk sangka

Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri inimereka terus membuatkan Mu rumah-rumah mewahdi antara gedung-gedung kotahingga tengah-tengah sawahdengan kubah-kubah megah dan menara-menara menjulanguntuk meneriakkan nama Mu

menambah segan dan keder hamba-hamba kecil Muyang ingin sowan kepada Munama Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburanhingga pesta agung kenegaraanmereka merasa begitu dekat dengan Muhingga masing-masing merasa berhak mewakili Muyang memiliki kelebihan harta membuktikankedekatannya dengan harta yang Engkau berikanyang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikankedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkanyang memiliki kelebihan ilmu membuktikankedekatannya dengan ilmu yang Engkau karuniakanmereka yang Engkau anugerahi kekuatanseringkali bahkan merasa diri Engkau sendirimereka bukan saja ikut menentukan ibadahtapi juga menetapkan siapa ke sorga siapa ke nerakamereka sakralkan pendapat merekadan mereka akbarkan semua yang mereka lakukanhingga takbir dan ikrar merekayang kosong bagai perut bedug

Allahu Akbar Walillahil Hamd

rembang – menjelang idul adha 1418 / 1998

REFORMASI TERUS MELAJU

api terus melalap kota dan hutanbayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangandemam berdarah terus meminta korbanaktivis-aktivis terus dikabarkan hilangperusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utangmenteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutangbank-bank terus deg-deganpetinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan

negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuanibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahantoko-toko yang pintunya tak pro reformasiterus jadi sasaran penjarahankorupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraanpengamat terus mengkritik dan mempertanyakanpakar-pakar terus berteorimahasiswa terus berdemonstrasiabri terus berjaga-jagapolitisi-politisi terus memasang kuda-kudaulama dan umara terus beristighatsah dan berdoamodal dan moral terus terkikissembako dan kepercayaan terus menipisharga-harga terus naikrupiah yang dicintai terus melemahorsospol-orsospol terus bengongwakil-wakil rakyat terus tampak bloonpadahal pak harto sudah lengser keprabonreformasi terus melaju

rembang – 1998

TEKA TEKI

binatang apa kira-kirayang hendak membangun istanauntuk kita semua?

1998

AKHIRNYA

akhirnya api keserakahan kalianmembakar hutan belukar dan dendamasapnya menyesakkan napas

berjuta-juta manuasiamemedihkan mata mereka

akhirnya kalian harus memetik hasildari apa yang kalian ajarkanribuan orang kini telah pandaimeniru kalian menjarah apa sajayang tersisa dari sehabis jarahan kalianbeberapa tokoh sudah pandai meniru kalianmenyembunyikan gombal kepentingandalam retorika yang dimanis-maniskan

akhirnya kalian harus membayarkemerdekaan dan kedamaianyang selama ini kalian curi dari kamikepercayaan yang selama inikalian lecehkan

1998

KEMBALIKAN MAKNA PANCASILA

selama ini di depan kamiterus kalian singkat-singkat pancasilakarena kalian takut ketauansila-sila yang kalian maksudsila-sila yang kalian anuttidak sebagaimana yang kalian tatarkankepentingan-kepentingan sempit sesaattelah terlalu jauh menyeret kalianmaka pancasila kalian pun selama ini adalah :KESETANAN YANG MAHA PERKASAKEBINATANGAN YANG DEGIL DAN BIADABPERSETERUAN INDONESIAKEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH MIKMAT KEPENTINGAN

DALAM KEKERABATAN / PERKAWANANKELALIMAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

dan sorga kamipun menjadi nerakadi depan duniaibu pertiwi menangis memilukanmerahputihnya di cabik-cabikanak-anaknya sendiri bagai serigalamenjarah dan memperkosanya

o, gusti kebiadaban apa ini ?o, azab apa ini ?gusti,sampai memohon ampun kepada Mu punkami tak berani lagi

1998

KINILAH SAATNYA BERTERUS TERANG

setelah sekian lamakita dihimpit gelap kabutditindih rasa takutsetelah sekian lamakita digoncang deru anginsetelah semua kata-katahanya menggumpal dalam dadasetelah semua merasa larakinilah saatnya berterus terangjangan tutupi kebenaranagar dunia tetap terangjangan tutupi kesalahanbiar dada tetap lapangkinilah saatnya berterus terang

jangan biarkan rasa takutmembuatmu menjadi munafik dan pengecutcahaya kebenaran telah datangkinilah saatnya berterus terang

marilah kita bicara laiknya saudarajangan lagi kita biarkankepentingan merekayasa kitamenyumbat maknatumpukan kata menyuburkan dendamtumpukan keluhan meledakkan dadadan akhirnya dendam membakar segalanya

kinilah saatnya berterus terangsetelah sekian lamakita saling terkam bagai serigalamasihkah tersisa kemanusiaan kita ?setelah sekian lamakebencian antara kita membaramasihkan kita bersaudara ?

1998

GELOMBANG GELAP

gelombang gelap menyapu negerikumemedihkan mata dan hatiku

siapa kalian menggiring gelapatas panorama bumiku yang elok gemerlap?

kenikmatan apa yang kalian carimaka segala milik kamikalian curihingga secercah harapan yang tersisa

pada kami?

kalian bakar hutan dan dendamhingga kobarannya sampai kinitak kunjung padamgelombang gelap menyapu negerikumengacaukan akal sehatorang-orang warasmenghentikan kesibukan kerja para pekerjamerusuhkan belaian kasih sayang para penyayangmenjauhkan keakraban saudara dengan saudaramengganggu keasyikan bermain bocah-bocahmengusik kekhusukan para mukmin beribadah

gelombang gelap menyapu negerikuTuhan, ampunilah kamiyang tanpa sadar ikut memperpekat gelapyang mereka giring kemaridan datanglah kembalidengan maha cahya Mu

1998

TAHTA

tahta dan singgasana tempatnya di istanauang dan emas tempatnya di brankasrumah dan sawah tempatnya di tanahpadi dan jagung tempatnya di lumbungternak dan kuda tunggang tempatnya di kandangbarang-barang tempatnya di gudangjangan ditempatkan di hari !

DI LUAR HENING LANGIT

di luar hening langit meredamronta tangisku atas kehidupan penuh dendamketika nurani menagih janjiketika kemerdekaan menuntut tanggung jawabpada kekuasaan yang membantai kemanusiaanpada kepemimpinan yang menyia-nyiakan kesetiaanpada kekuatan yang memanfaatkan kesabaranpada keserakahan yang menghina keadilanternyata angkara masih saja ikut bicarao, hening langitberi kami keindahan bulanmuuntuk menghias batin kamiberi kami cerah mentarimuuntuk mengusir awan gelap pikiran kamiberi kami hening bintang-bintang muuntuk menerbitkan kearifan diri kamio, hening langitajarilah kami meredam dendamagar keadilan dan kebenaran sendiri tegakbagai takdir yang tak tertolakamin

1418

DOA

kami tak berani menatap langitbumi yang terbaringterus mengerangmenghisap air mata kami

( tapi tak menghilangkan, sayangbahkan menambah dahaga )

SELAMA INI DI NEGERIMU

selama ini di negerimumanuasia tak punya tempatkecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat

inilah negeri paling anehdimana keserakahan dimapankankekuasaan dikerucutkankemunafikan dibudayakantelinga-telinga disumbat harta dan martabatmulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman

orang-orang penting yang berpesta setiap harimembiarkan leher-leher mereka dijerat dasiagar hanya bisa mengangguk dengan tegasberpose dengan gagahdi depan kamera otomatis yang gagu

inilah negeri paling anehnegeri adiluhung yang mengimpormajikan asing dan sampahnegeri berbudaya yang mengeksporbabu-babu dan asapnegeri yang sangat suksesmenernakkan kambing hitam dan tikus-tikusnegeri yang akngkuh dengan utang-utangyang tak terbayarnegeri teka-teki penuh misteri

selama ini di negeri mukebenaran ditaklukkanoleh rasa takut dan ambisikeadilan ditundukkanoleh kekuasaan dan kepentingannurani dilumpuhkanoleh nafsu dan angkara

selama ini di negeri mumanusia hanya bisamengintip masalahnya dibicarakanmenghabiskan anggaranoleh entah siapayang hanya berkepentinganterhadap anggarandan dirinya sendiri

selama ini di negeri muanginpun menjadi badaimatahari bersembunyibulan dan bintang tenggelamburung-burung matibunga-bunga layu sebelum berkembangdan tembang menjadi sumbangpuisi menjadi tak indah lagi

yang tersisa tinggal doadalam rintihanmereka yang tersia-siadan teraniayauntunglah Allah Yang Maha Tahumasih berkenan memberi waktukepadamu untuk memperbaiki negerimudari kampus-kampusmu yang terkucilIa mengirim burung-burung ababilmenghujani segala yang batildengan batu-batu membakar dari sijjildan pasukan bergajah abradah kerdilbagai daun-daun dimakan ulatberuntuhan menggigil

di negeri mukini telah menyingsing fajar peradaban baru

jangan tunggu, ambil posisi muproklamasikan kembalikemerdekaan negeri mu

rembang, 1998

JADI APA LAGI

jadi apa lagiyang bisa kita lakukanbila mata sengaja dipejamkantelinga sengaja ditulikannurani mati rasa?

apalagiyang bisa kita lakukanbila kepentingan lepas dari kendalihak lepas dari tanggung jawabperilaku lepas dari rasa malupergaulan lepas dari persaudaraanakal lepas dari budi?

apalagiyang bisa kita lakukanbila pernyataan lepas dari kenyataanjanji lepas dari buktihukum lepas dari keadilankebijakan kepas dari kebijaksanaankekuasaan lepas dari koreksi?

apalagiyang bisa kita lakukanbila kata kehilangan makna

kehidupan kehilangan sukmamanusia kehilangan kemanusiaannyaagama kehilangan Tuhan nya?

apalagi, saudarayang bisakita lakukan?

Allah,kalau saja itu semuabukan kemurkaan dari Mu terhadap kamikami tak peduli

rembang, awal dzulhijjah 1418 / 1998

RASANYA BARU KEMARIN( Versi VI )

rasanyabaru kemarin bung karno dan bung hattaatas nama kita menyiarkan dengan seksamakemerdekaan kita di hadapan duniarasanyagaung pekik merdeka kitamasih memantul-mantultidak hanya dari mulut-mulut jurkam pdi sajarasanyabaru kemarinpadahal sudah lima puluh tiga tahun lamanya

pelaku-pelaku sejarah yang nista dan yang muliasudah banyak yang tiadapenerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasaatau berusaha

tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsataruna-taruna sudah banyak yang jadipetinggi negerimahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasisudah banyak yang jadi menteri

rasanyabaru kemarinpadahal sudah lebih setengah abad lamanyanegara sudah semakin kuatrakyat sudah semakin terdaulat

pembangunan ekonomi kita sudah sedemikian lajusemakin jauh meninggalkan pembangunan akhlakyang tak kunjung majuanak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnyabapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya

rasanya baru kemarinpadahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdekakemajuan sudah menyeret dan menguraipelukan kasih banyak ibu-bapadari anak-anak kandung merekakemakmuran duniawi sudah menutup matabanyak saudara terhadap saudaranya

daging sudah lebih tinggi harganyadibanding ruh dan jiwatanda gambar sudah lebih besar pengaruhnyadari bendera merah putih dan lambang garudapejuang marsinah sudah berkali-kalikuburnya digali tanpa perkaranya terbongkarpreman-preman sejati sudah berkali-kalidiselidiki dan berkas-berkasnya selalu terbakar

rasanyabaru kemarinpadahal sudah lebih setengah abad kita merdekapahlawan-pahlawan idola bangsaseperti diponegoroimam bonjol dan sisingamangarajasudah dikalahkan oleh ksatria baja hitamdan kura-kura ninja

banyak orang pandai sudah semakin linglungbanyak orang bodoh sudah semakin bingungbanyak orang kaya sudah semakin kekuranganbanyak orang miskin sudah semakin kecurangan

rasanyabaru kemarin

banyak ulama sudah semakin dekat kepada pejabatbanyak pejabat sudah semakin erat dengan konglomeratbanyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari umatbanyak nurani dan akal budi sudah semakin sekarat

( hari ini ingin rasanyaaku bertanya kepada mereka semuasudahkah kalianbenar-benar merdeka ? )

rasanyabaru kemarin

tokoh-tokoh angkatan 45 sudah banyak yang komatokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang terbenam

rasanyabaru kemarin

negeri zamrud katulistiwaku yang manissudah terbakar habisdilalap krisis demi krisismereka yang kemarin menikmati pembangunansudah banyak yang bersembunyi meninggalkan bebanmereka yang kemarin mencuri kekayaan negerisudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri

rasanya baru kemarinpadahal sudah lebih setengah abad kita merdeka

mahasiswa-mahasiswa penjaga nuranisudah kembali mendobrak tiranipara oportunis pun mulai bertampilanberebut menjadi pahlawanpolitisi-politisi pensiunansudah bangkit kembalipartai-partai politik sudah bermunculandalam reinkarnasi

rasanyabaru kemarin

tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelmatokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru

rasanyabaru kemarin

pak harto sudah tidak menjadi tuhan lagibayang-bayangnya sudah berani persi sendirimester habibie sudah memberanikan dirimenjadi presiden transisibung harmoko sudah tak lagimengikuti petunjuk dan mendominasi televisigus dur muali siap madeg pandita

ustadz amin rais sudah siap jadi sang natambak mega sudah mulai agak legamas surjadi sudah mulai jaga-jaga

( hari ini rasanyaaku bertanya kepada mereka semuabagaimana rasanya merdeka )

rasanya baru kemarinpadahal sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka

para jendral dan pejabat sudah saling mengadilipara reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali

mereka kemarin yang dijarahsudah mulai pandai meniru menjarahmereka yang perlu direformasisudah mulai fasih meneriakkan reformasimereka yang kemarin dipaksa-paksasudah mulai berani mencoba memaksamereka yang kemarin dipojokkansudah mulai belajar memojokkan

rasanya baru kemarinorangtuaku sudah lama pergi bertapaanak-anakku sudah pergi berkelanakakakku sudah menjadi politikusaku sendiri sudah menjadi tikus

( hari ini setelah lima puluh tiga tahun kita merdekaingin rasanya aku mengajak kembalimereka semua yang kucintauntuk mensyukuri lebih dalam lagirahmat kemerdekaan inidengan mereformasi dan meretas belenggu tirani

diri sendiribagi merahmati sesama )

rasanya baru kemarinternyata sudah lima puluh tiga tahun kita merdeka

( ingin rasanyaaku sekali lagi menguak angkasadengan pekik yang lebih perkasa :merdeka ! )

8 Agustus 1998

SUJUD Bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedangWajahmu yang bersih sumringah,Keningmu yang mulia dan indah begitu pongahMinta sajadah agar tak menyentuh tanahApakah kau melihatnya seperti iblis saat menolakMenyembah bapamu dengan congkakTanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak,membuang ludah dan dahakatau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu serakah dan tamakApakah kau lupa bahwatanah adalah bapa dari mana ibumu dilahirkanTanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makanTanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendiriandalam perjalanan panjang menuju keabadianSingkirkan saja sajadah mahalmuRatakan keningmuRatakan heningmuTanahkan wajahmuPasrahkan jiwamuBiarlah rahmat agungAllah membelaimu danTerbanglah kekasih.

CINTAMUbukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilahrengkuh aku dengan sepenuh jiwamu datanglah aku akan berlari menyambutmutapi kau terus sibuk dengan dirimukalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahkutanpa meski sekedar melongokkukau hanya membayangkan dan menggambarkan dirikulalu kau rayu aku dari kejauhankau merayu dan memujaku bukan untuk mendapatkan cintakutapi sekedar memuaskan egomukau memarahi merekayang berusaha mendekatikuseolah olah aku sudah menjadi kekasihmuapakah karena kau cemburu butaatau takut mereka lebih tulus mencintaiku Pulanglah ke dirimuaku tak kemana mana

BILA KUTITIPKAN

Bila kutitipkan dukaku pada langitPastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada anginPastilah angin menyeru badai

Bila kutitipkan geramku pada lautPastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunungPastilah gunung meluapkan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukakuDalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahkuDalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramkuDalam laut pahamku

Kusimpan sendiri.