ppt Berpikir Kritis Gastroenteritis

24
Berpikir Kritis Asuhan Keperawatan dengan kasus Gastroenteritis (Diare) Kelompok 6: •Ella Dwi Devianti •Farida Rapa •M. Idham Darmawan •M. Nurcholis •Rizki Parizka •Rizqy Aditya

Transcript of ppt Berpikir Kritis Gastroenteritis

Berpikir Kritis Asuhan Keperawatan dengan kasus

Gastroenteritis (Diare)

Kelompok 6:•Ella Dwi Devianti•Farida Rapa•M. Idham Darmawan•M. Nurcholis•Rizki Parizka•Rizqy Aditya

Anatomi fisiologi pencernaan

Mekanisme BAB• Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.

• Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.

• Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi.

Diare • Diare adalah buang air besar (defekasi) encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO: 1980).

• Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

Patofisiologi diare

Etiologi • Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

• Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

• Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

• faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

Manifestasi klinikDiare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan syok hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik (BE = -2 sd +2) yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, mukosa bibir kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik

Pemeriksaan diagnostik• Pemeriksaan tinja.• Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

• Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

• Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

Penatalaksanaan • Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.

• Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

Komplikasi • Menurut Arif Mansjoer (2000: 502) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.

Kasus asuhan keperawatan

• Pengkajian Identitas PasienNama  Anak : An. AryaUmur : 10 tahunJenis kelamin : laki-lakiAlamat  : Jl. M. Said, SamarindaTanggal Masuk : 02 Oktober 2014Diagnosa medis: gastroenteritis • Nama Ayah  : Tn. Endang S.• Umur  : 35 tahun• Pekerjaan  : wiraswasta• Pendidikan  : SMA• Suku bangsa  : sunda• Alamat: Jl. M. Said, Samarinda

• Nama Ibu: Ny. Novi

• Umur  : 31 tahun• Pekerjaan  : wiraswasta

• Pendidikan  : SMA• Suku bangsa  : sunda

• Alamat  : Jl. M. Said, Samarinda

Keluhan UtamaSaat masuk RS: pasien mengeluh sakit perut, BAB berlendir sedikit tapi sering 7-8x/hari dalam waktu 4 hari.

Saat mengkaji: pasien mengatakan tidak selera makan, sering haus, mual dan muntah, lemas, dan pasien gelisah.

Riwayat Penyakit Sekarang• Keluhan utama BAB encer dan berlendir, sehari bisa 7-8 kali. Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, ibu klien mengatakan tidak mengetahui penyebab diare. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.

Data FokusData Subyektif

• Klien mengatakan nyeri ulu hati• Klien mengatakan sering haus• Klien mengatakan mual muntah dan tidak selera makan

• Klien mengatakan adanya sakit pada anus• Klien mengatakan lemas• Klien mengatakan klien BAB 7-8 kali per hari, konsistensi encer

• Ibu klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya

• Klien mengatakan mules

Data Objektif• Pasien terlihat lemah• ND : 96 x/menit• T : 38,50C• BAB encer 7-8 kali• Mata klien cekung• Turgor kulit kembali > 2 detik• Bising usus : 38x/menit• Terdapat lecet dibagian anus• Mukosa bibir kering • Wajah pasien pucat• Penurunan BB 25 kg menjadi 24.5 kg dalam 4 hari• Klien muntah• Ibu Klien bertanya apa yang harus ia lakukan untuk mencegah penularan penyakit

• Klien memegangi perutnya• Klien terlihat gelisah• Klien terlihat meringis

Analisa DataNo. Data Fokus Penyebab Masalah 1. DS:

•klien mengeluh haus•klien mengeluh lemah•Klien mengatakan mulesDO:•klien terliht lemah dan pucat•mata cekung•turgor kembali >2 detik•mukosa bibir kulit kering

Diare/output yang

berlebihan

Kekurangan

cairan tubuh

No. Data Fokus Penyebab Masalah

2. DS:• Klien mengatakan BAB 7-8x/hari•Klien mengeluh mual muntah, dan tidak selera makanDO:•Klien BAB 7-8x/hari•Bising usus 38 x/menit•Klien muntah•Penurunan BB 24kg menjadi 23,5kg dalam 4 hari

Intake inadekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

No. Data Fokus Penyebab Masalah

3. DS:•Klien mengatakan nyeri di ulu hati•Klien mengatakan mulesDO•Klien terlihat gelisah•Klien terlihat meringis•Klien BAB terus menerus

Agen cedera

biologis

Nyeri akut pada

abdomen

No. Data Fokus Penyebab Masalah

4.

5.

DS: klien mengeluh sakit di anusDO: anus lecet, BAB sering

DS: ibu klien mengatakan tidak tahu penyebab diareDO: klien bertanya apa yang harus dilakukan untuk mencegah diare

Sering BAB

Ketidaktahuan tentang proses

penyakit

Resiko tinggi

gangguan integritas kulit pada

anus

Kurang pengetahuan

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

1.Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan inadekuat

3.Nyeri akut b.d agen cedera biologis (kontraksi abdomen yang berlebihan)

4.Resiko kerusakan integritas kulit (peri anal) b.d sering BAB.

5.Kurang pengetahuan b.d ketidaktahuan tentang proses penyakit

Intervensi No. Diagnosa

keperawatanTujuan dan Kriteria

Hasil(NOC)

Intervensi(NIC)

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Dalam 6-8 jam kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:•Nadi dan suhu dalam batas normal (nadi normal anak-anak 80-120x/menit. (Suhu normal 36-37)•Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (bibir tidak kering, mata tidak cekung, turgor <2 detik)

•kaji tanda-tanda dehidrasi•anjurkan minum air putih•ajarkan orang tua pasien untuk meningkatkan intake cairan pasien oral.•rehidrasi cairan atau kolaborasi pemberian obat anti diare

Implementasi Tgl/hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi proses

03.1

0

.201

4

Jum’

at

08.00

08.15

08.30

09.00

I kaji tanda-tanda

dehidrasi

Anjurkan minum air

putih

Ajarkan orang tua

untuk meningkatkan

intake cairan

pasien secara oral

rehidrasi cairan

atau kolaborasi

pemberian obat anti

diare atau oralit

DS: klien mengeluh

haus

DO: klien terlihat

lemah mukosa bibir

kering.

DS:klien mengatakan

hausnya berkurang

DO: klien terlihat

lebih baikDS: orang tua klien mengatakan paham.DO: terlihat keluarga memberikan minum oral pada pasien.DS: klien mengatakan diarenya mulai berkurangDO: mukosa bibir lembab. Turgor kulit kembali < 2 s.

Evaluasi Hari, Tanggal, Jam Dx S.O.A.P

03.10.2014/ 10.00 WITA

I S : klien mengatakan diare berkurangO : turgor kembali <2 detikA : cairan tubuh mulai terpenuhiP : pertahankan kondisi pasienE : masalah teratasi