Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola) dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum...

12
1 MAKALAH KOLOQIUM MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Judul : Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola) dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum melongena L.) sebagai Anti Hiperglikemik Kadar Glukosa Darah Tikus Galur Wistar Nama : Bayu Saputro NIM : 06111009024 Dosen Pembimbing : Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si. Abstrak Pendahuluan Hiperglikemik adalah kondisi kadar gula darah yang tinggi. Pada keadaan tersebut yang hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik menurut World Health Organization (WHO) adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, kadar glukosa darah antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Hiperglikemik berbeda dengan Diabetes Militus, pada umumnya hiperglikemik akan terjadi beberapa saat setelah makan terutama yang mengandung glukosa tinggi, namun keadaan glukosa darah tinggi (hiperglikemik) itu bukan lah diabetes karena tubuh tentu akan merespon dengan meknisme umpan balik untuk menurunkan kadar glukosa melalui pensekresian insulin oleh pankreas sehingga glukosa darah menjadi dalam ambang batas mormal. Namun jika keadaan hiperglikemik terjadi secara terus-menerus dan berlangsung menahun, maka akan mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (Setia , 2008). Dalam penaggulangannya, obat anti hiperglikemik hanya pelengkap dari diet bagi penderita hiperglikemik. Obat perlu diberikan bila pengaturan control asupan secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar glukosa darah. Obat hiperglikemia oral

Transcript of Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola) dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum...

1

MAKALAH KOLOQIUM

MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola)

dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum melongena L.)

sebagai Anti Hiperglikemik Kadar Glukosa Darah Tikus

Galur Wistar

Nama : Bayu Saputro

NIM : 06111009024

Dosen Pembimbing : Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si.

Abstrak

Pendahuluan

Hiperglikemik adalah kondisi kadar gula darah yang tinggi. Pada keadaan tersebut

yang hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik menurut World

Health Organization (WHO) adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, kadar glukosa darah

antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Hiperglikemik

berbeda dengan Diabetes Militus, pada umumnya hiperglikemik akan terjadi beberapa saat

setelah makan terutama yang mengandung glukosa tinggi, namun keadaan glukosa darah

tinggi (hiperglikemik) itu bukan lah diabetes karena tubuh tentu akan merespon dengan

meknisme umpan balik untuk menurunkan kadar glukosa melalui pensekresian insulin oleh

pankreas sehingga glukosa darah menjadi dalam ambang batas mormal. Namun jika

keadaan hiperglikemik terjadi secara terus-menerus dan berlangsung menahun, maka akan

mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (Setia , 2008).

Dalam penaggulangannya, obat anti hiperglikemik hanya pelengkap dari diet bagi

penderita hiperglikemik. Obat perlu diberikan bila pengaturan control asupan secara

maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar glukosa darah. Obat hiperglikemia oral

2

mungkin berguna untuk orang yang alergi terhadap injeksi insulin melalui suntikan.

Penggunanya harus dipahami, agar ada kesesuaian akan ketetapan dosis dengan

indikasinya, tanpa menimbulkan hipoglikemia (Suharmiati, 2003). Penggunaan obat anti

hiperglikemik memiliki kelemahan, antara lain efek samping yang tidak diinginkan,

dijelaskan Augusta L.Arifin (2011) obat atihiperglikemik seperti metformin memiliki efek

samping disfungsi ginjal, sulfonilurea menyebabkan penambahan berat badan, dan

thiazolidinedione memiliki efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah

penambahan berat badan dan retensi cairan sehingga terjadi edema perifer dan peningkatan

kejadian gagal jantung kongestif. Alasan inilah yang menyebabkan meningkatnya

ketertarikan pada penggunaan sumber alami yang berasal dari tumbuhan sebagai salah satu

obat alternatif dalam menangani hiperglikemik (Oliviany, 2009). Banyak tumbuhan yang

ada di Indonesia misalnya tumbuhan belimbing manis dan terung ungu, bagian dari

tumuhannya dapat digunakan sebagai obat anti hiperglikemik alami.

Bagian dari tumbuhan belimbing yaitu daun belimbing manis (Averrhoa

carambola), memiliki kandungan senyawa flavonoid berupa Apigenin-6-C-β-fucopyranoside

yang diambil dari ekstrak daun belimbing manis, dapat meningkatkan penyerapan glukosa ke

dalam sel otot sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam plasma darah. Sedangakan

bagian dari tumbuhan terung ungu yaitu pada kulit buah terung ungu, senyawa Antosianin dari

kulit terung ungu termasuk dalam senyawa golongan flavonoid yang berperan sebagai

antioksidan..

Berdasarkan penjelasan diatas, penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai hiperglikemik, bahaya hiperglikemik yang tidak dikontrol, potensi

daun belimbing manis dan kulit terung ungu sebagai anti hiperglikemik alami.

Informasi tentang potensi daun belimbing manis dan kulit terung ungu yang

ditelusuri melalui kajian pustaka diharapkan dapat memperkaya wawasan penulis tentang

hiperglikemik, menambah referensi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai potensi tersebut serta sebagai sarana informasi yang berguna bagi masyarakat

3

tentang potensi daun belimbing manis dan kulit terung ungu yang dapat digunakan sebagai

anti hiperglikemik alami.

Lebih lanjut makalah ini akan membahas mengenai hiperglikemik, efektifitas anti

hiperglikemik ekstrak daun belimbing manis, efektifitas anti hiperglikemik ekstrak kulit

terung ungu dan membandingkan hasil penelitian keduanya.

Tinjauan Umum Hiperglikemik

Hiperglikemik merupakan suatu kondisi kadar glukosa dalam darah lebih tinggi

dibandingkan kondisi normal, kadar glukosa darah pada rentang kadar puasa normal 80-90

mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg /100 ml darah. Pada keadaan

tersebut yang hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik menurut

World Health Organization (WHO) adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, kadar glukosa

darah antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Banyak

masyarakat menganggap bahwa hiperglikemik adalah Diabetes Militus (DM).

Hiperglikemik berbeda dengan DM, walaupun hiperglikemik merupakan salah satu

indikator kondisi DM, tetapi tidak setiap kondisi hiperglikemik adalah DM. (Wulandari,

2010). Hiperglikemk secara normal akan terjadi beberapa saat setelah kita makan, terutama

makan-makanan kaya karbohidrat atau gula. Untuk mengatasi keadaan tersebut tubuh akan

melakukan suatu mekanisme umpan balik negatif yang merangsang pankreas menghasilkan

insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Hiperglikemik yang terjadi

menahun dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat kerja pancreas.

Jika terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya,

akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah yang kemudian dapat

menimbulkan DM. (Nugroho, 2012).

Pada penderita DM dapat disebabkan oleh kurangnya sekresi, kelainan sekresi

insulin dan keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta pulau-pulau Langerhans di

pankreas, Sel-sel pengsekresi insulin di pankreas tidak mampu lagi bekerja optimal untuk

4

mensekresikan insulin yang cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah,

ketidakmampuan tubuh secara alami inilah yang disebut dengan DM, seseorang

dikategorikan sebagai penderita diabetes melitus jika kadar glukosa darah puasa >126

mg/dl, glukosa darah 2 jam postpradial >200 mg/dl, dan glukosa darah sewaktu >200

mg/dl8,9. (Anggita, 2012).

Penanganan hiperglikemik meliputi pengontrolan kadar gula darah mendekati

normal biasanya dengan cara pemberian obat sintetik yang bersifat anti hiperglikemik dan

insulin. Penganganan hiperglikemik biasanya menggunakan obat sintetik seperti

metformin, sulfonylurea dan thiazolidinedione. Penganganan hiperglikemik menggunakan

insulin dapat dilakukan secara oral maupun suntik.

Belimbing Manis

Belimbing manis merupakan tanaman dengan habitus berupa pohon, tinggi ±12 m.

Batang berkayu, tegak, bulat, bercabang-cabang, coklat kotor. Daun majemuk, menyirip,

bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 1,5-7,5 cm, lebar 1-4 cm,

bertangkai pendek, anak daun dua belas, pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk,

bentuk malai, pada ranting atau ketiak daun, kelopak ±4 mm, merah, daun mahkota pada

bagian tengah bergandengan, bulat telur 6-8 mm, merah keunguan. Buah bulat memanjang

(lonjong) dengan tepi bergerigi lima rusuk dan termasuk golongan buah buni. Buah yang

masih muda berwarna hijau dan ketika buah sudah tua menjadi berwarna kuning. Buah

belimbing mengandung 90% air, panjang buah 4-13 cm, biji lanset, pipih, masih muda

putih setelah tua coklat kehitaman. Akar tunggang, coklat kehitaman. Disebutkan

Febriyanti (2013), tanaman belimbing merupakan bangsa geraniales, suku oxalidaceae,

marga averrhoa, dengan nama spesies Averrhoa carambola L.

Hasil uji skrining fitokimia pada ekstrak kental metanol daun belimbing manis

diketahui positif mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, protein,

lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C yang semuanya

5

memiliki efek farmakologis, dengan kandungan utamanya adalah flavonoid. Flavonoid

adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. (Indrawati, dkk.

2013). Salah satu jenis senyawa flavonid yang ditemukan yaitu Apigenin-6-C-β-

fucopyranoside, yang memiliki aktifitas anti hiperglikemik.

Penelitian Lusia Helena Cazarolli dkk, mengenai Anti-hiperglicemic action of apigenin-

6-C-β-fucopyranoside from Averrhoa carambola. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan

hewan percobaan tikus wistar jantan yang dibagi kedalam 4 kelompok: kelompok pertama

merupakan tikus normal yang diinduksi 1% EtOH-H2O; kelompok kedua merupakan tikus

hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB; kelompok ketiga merupakan tikus

hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB ditambah tulbutamide 100 mg/kgBB; kelompok

keempat merupakan tikus hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB ditambah ekstrak

kasar (200, 400 dan 800 mg/kgBB). Pada penelitian tersebut glukosa darah yang akan diukur

adalah glokosa darah puasa, lalu pada 15, 30, 60, 120 dan 180 menit setelah induksi glukosa.

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai Anti-hiperglicemic action of apigenin-6-C-β-

fucopyranoside from Averrhoa carambola adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar glukosa darah disetiap kelompok.

w

a

k

t

u

Kelompok

1 2 3 4

Normal Hiperglike

mik

Hiperglikemik

+ tolbutamide

Hiperglikemik + fraksi

EtOAc A. Carambola

Hiperglikemik + fraksi

nBuOH A. Carambola

(1%

EtOH-

H2O)

4 g/kgBB 100 mg/kg BB 400

mg/kgBB

800

mg/kgBB

400

mg/kgBB

800

mg/kgBB

0 118±2,8 122,6±5,8 108,4±5,1 108,3±3,9 108,2±3,9 134,2±5.4 126,6±3,6

15 114±6,8 196,2±13,6 168,6±5,6 135.6±5,0 152,4±9,3 178,4±5,7 169,2±7,1

30 125,5±3,8 201,7±11,9 172,0±10,4 163,1±5,3 167,8±9,2 178,7±5,4 162,2±6,6

60 128,3±3,8 178,4±9,1 145,8±6,8 131,3±6,6 166,5±5,8 150,0±4,9 148,5±6,2

120 120,1±6,9 137,8±7,7 131,8±9,5 113,0±4,8 142,7±4,9 173,0±5,9 129,5±4,7

180 120,7±2,0 134,3±4,4 131,8±6,9 102,8±6,1 130,0±4,3 172,0±4,4 126,2±2,6

6

Berdasarkan data pada tabel dapat terihat bahwa yang paling efektif dalam

menurunkan kadar glukosa darah adalah kelompok empat Hiperglikemik + fraksi EtOAc

A. Carambola pada dosis 400mg/kgBB.

Gambar 1. Efek fraksi EtOAc 400mg/kgBB, 800mg/kgBB apigenin-6-C-β-fucopyranoside

dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari A. carambola

Dari gambar 1 diatas menunjukan bahwa tikus yang diberi fraksi EtOAc apigenin-

6-C-β-fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari

A. carambola baik pada 400 atau 800 mg/kgBB kadar glukosanya berada dibawah kadar

glukosa kelompok hiperglikemik 4gr glukosa/kgBB.

7

Gambar 2. Efek fraksi nButanol 400mg/kgBB, 800mg/kgBB apigenin-6-C-β-

fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari A.

carambola.

Dari gambar 2 diatas, menunjukan bahwa tikus yang diberi fraksi nButanol

apigenin-6-C-β-fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2”-O-αrhamnopyranosyl)-β-

fucopyranoside dari A. carambola pada 400mg/kgBB menunjukan efek menurunkan kadar

glukosa pada menit ke-15 sampai menit ke-60 tetapi setelah 3 jam kadar glukosanya

berada pada level lebih tinggi jika diandingkan dengan kelompok hiperglikemik 4 gr

glukosa/kgBB sedangkan pada dosis 800mg/kgBB menurunkan kadar glukosa darah pada

menit ke 15 hingga menit ke 180 kadar glukosanya tetap berada dibawah kadar

glukosadarah kelompok tikus hiperglikemik

Terung Ungu

Terung atau Eggplant atau Aubergin (Solanum melongena L) merupakan tanaman

asli daerah tropis. Tanaman ini diduga berasal dari benua Asia, terutama India dan Birma.

Terong ungu memiliki karakteristik batang bulat, berkayu, percabangan simpodial,

berambut, berduri, putih kotor, dan tumbuh hingga setinggi 40-150 cm (16-57 inci). Terung

ungu memiliki daun bulat besar, ujung runcing, pangkal bertekuk, tepi berombak,

pertulangan menyirip, hijau, dan lobus yang kasar, ukuran panjangnya 10-20 cm (4-8 inci)

dan lebarnya 5-10 cm (2-4 inci), bunga berwarna putih hingga ungu dengan mahkota lima

lobus. Benang sarinya berwarna kuning, buah berisi tepung, lonjong, diameter buah kurang

dari 5 cm. Biji pipih, kecil, kuning, dan licin,akar tunggang dan berwarna cokelat muda

(Rukmanasari, 2010).

Pada umumnya masyarakat telah mengenal, mengonsumsi terung ungu (Solanum

melongena L.) dan menggunakannya secara empiris dalam pengobatan tradisional.

Antosianin dari kulit terung ungu termasuk dalam senyawa golongan flavonoid yang

berperan sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan sintetik maupun alami mampu

mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi DM (Widowati, 2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Brenda Natalia dkk, mengenai Uji Efek Ekstrak

Etanol Kulit Terung Ungu (Solanum melongena L.) terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus

8

Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus), dilakukan terhadap 15 ekor tikus putih yang

dibagi menjadi 3 kelompok dengan perlakuan: kelompok kontrol positif diberi metformin

sebanyak 9 mg/KgBB; kelompok kontrol negatif diberi CMC 1% dan kelompok perlakuan

yang diberi ekstrak kulit terung ungu dengan dosis 0,02 g/200 g BB, 0,05 g/200 g BB, 0,1

g/200 g BB. Pada penelitian tersebut, semua kelompok akan diinduksi sukrosa secara oral

dan diukur kadar glukosa darahnya menggunakan alat Nesco multi check, kadar glukosa

yang ukur merupakan kadar glukosa darah puasa 8 jam, lalu pada 30, 60, 90, 120 dan 150

setelah perlakuan.

Hasil penelitian yang diperoleh terhadap uji efek ekstrak etanol kulit terung ungu

terhadap tikus putih jantan galur wistar adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengukuran KGD

Kelompok

Perlakuan

Kadar Glukosa Darah (mm/dl)

Puasa 15 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 150 menit

Kontrol

Positif 81 129 125 121 113 92 82

Kontrol

Negatif 94 188 183 166 149 133 110

Perlakuan

1 85 138 133 130 120 97 92

Perlakuan

2 83 136 129 127 117 95 90

Perlakuan

3 88 140 136 133 123 100 94

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat hasil pengukuran kadar gula darah setelah tikus

dipuasakan selama 8 jam, hasilnya <110 mg/dl, dan pada menit ke-30 (t2) setelah

diinduksikan sukrosa semua perlakuan terlihat kenaikan kadar gula darah yang cukup tinggi

terutama untuk kelompok kontrol negatif.

9

Gambar 3. Grafik pengukuran kadar glukosa darah tikus putih.

Berdasarkan gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa kelompok kontrol negatif yang

diberi CMC 1 % tidak menunjukan penurunan kadar glukosa darah secara signifikan,

dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang diberi metformin dan kelompok

perlakuan yang diberi ekstrak kulit terung ungu menunjukan penurunan kadar glukosa

darah.

10

Perbandingan Tingkat Efektifitas Anti hiperglikemik Ekstrak Daun Belimbing

Manis Dan Kulit Terung Ungu.

Keterangan:

Hiperglikemik: diinduksi glukosa 4 gr/kgBB

T.U 1: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,02 gr/200grBB

T.U 2: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,05 gr/200grBB

T.U 3: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,1 gr/200grBB

B.E 400: diinduksi ektrak EtOAc daun belimbing manis 400mg/kgBB

B.E 800: diinduksi ektrak EtOAc daun belimbing manis 800mg/kgBB

B.N 400: diinduksi ektrak nButanol daun belimbing manis 400mg/kgBB

B.N 800: diinduksi ektrak nButanol daun belimbing manis 800mg/kgBB

Gambar 4. Perbandingan hasil pengukuran kadar glukosa darah pada perlakuan

menggunakan ektrak daun belimbing maupun ekstrak kulit terung ungu.

11

Pada kelompok perlakuan ekstrak kulit terung ungu, pemberian dosis 0,5 gr/

200grBB sangat efektif dibandingkan dengan kelompok perlakuan ekstrak kulit terung

ungu yang lainnya. Tetapi meskipun demikian ketiga perlakuan ekstrak kulit terung ungu

dengan dosis 0,2 gr/ 200grBB, 0,5 gr/ 200grBB, 0,1 gr/ 200grBB hasil pengukuran kadar

glukosa darahnya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan ekstrak daun

belimbing manis.

Pada kelompok ekstrak daun belimbing manis penurunan kadar glukosa darah yang

paling efektif adalah pada ekstrak EtOAc daun belimbing manis dengan dosis 400mg/kgBB

penurunan kadar glukosa darahnya terjadi setelah 60 menit. Berkebalikan dengan ektrak

EtOAc daun belimbing dosis 400 mg/kgBB, pada perlakuan ektrak nButanol daun

belimbing manis dengan dosis 400mg/kgBB menunjukan hasil yang kurang efektif

terhadap penurunan kadar glukosa darah, hal ini dapat dilihat pada grafik yang ditunjukan

oleh garis dengan simbol B.N 400, penurunan kadar glukosa darah hanya terjadi pada

menit ke-60 hingga menit ke 90, meskipun sebelum menit ke 60 kadar glukosa darahnya

dibawah kelompok positif hiperglikemik tetapi pada perlakuan B.N 400 kadar glukosa

darahnya tertinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun belimbing lainnya maupun

perlakuan ekstrak kulit terung ungu.

Penutup

Dari kedua penelitian mengenai aktifitas hiperglikemik dari ekstrak daun belimbing

dan kulit terung ungu diperoleh kesimpulan bahwa, ekstrak kulit daun belimbing manis

memiiki efek anti hiperglikemik. Begitu pula ekstrak kulit terung ungu memiliki efek anti

hiperglikemik. Ekstrak kulit terung ungu dengan dosis 0,5gr/200grBB memerikan efek

penurunan glukosa darah paling baik.

12

Daftar Pustaka

Augusta L.Arifin.2011.Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes_me

llitus.pdf. Diakses tanggal 19 Februari 2014.

Febriyanti, Ambar. 2013. Klasifikasi Belimbing.

http://www.scribd.com/doc/168672673/klasifikasi. Diakses 23 januari 2014.

Indrawati, Ernani, Miftakhul Cahyati, dan Layla Rochmania. (2013). Pengaruh Jus Buah

Belimbing Manis (Averrhoa Carambola Linn.) Terhadap Peningkatan Jumlah Sel

Epitel Pada Mukosa Soket Tikus Strain Wistar Pasca Ekstraksi Gigi.

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah%20layla.pdf. Diakses

pada 23 Februari 2014.

Nugroho,Husni. 2012. Glukosa Darah. http://www.scribd.com/doc/81230938/Glukosa-

Darah. diakses 23 Februari 2014.

Oliviany, W. Catharina Endah W. Gilang Bagus Pratama. 2009. Pemanfaatan Efek

Kombinasi Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana) dengan Ekstrak Ruput

Laut (Eucheuma spinosum) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah pada

Diabetes Melitus.

Suharmiati.(2003). Pengujian Bioaktifitas Anti Diabetes Militus Tumbuhan Obat.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_pengujianbioaktifitasantidiabetes.pdf/06_p

engujianbioaktifitasantidiabetes.html. Diakses pada 21 Februari 2014.

Wardani, T K Setia.(2008). Pengruh Berbagai Dosis Filtrat Pare (Momordica charantia L)

terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih (Ratusnorvegicus) Hiperglikemia.

Tesis. Malang: MIPA Universitas Muhammadiyah Malang.