Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola) dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola) dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum...
1
MAKALAH KOLOQIUM
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul : Potensi Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
dan Ekstrak Kulit Terung Ungu (Solanum melongena L.)
sebagai Anti Hiperglikemik Kadar Glukosa Darah Tikus
Galur Wistar
Nama : Bayu Saputro
NIM : 06111009024
Dosen Pembimbing : Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si.
Abstrak
Pendahuluan
Hiperglikemik adalah kondisi kadar gula darah yang tinggi. Pada keadaan tersebut
yang hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik menurut World
Health Organization (WHO) adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, kadar glukosa darah
antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Hiperglikemik
berbeda dengan Diabetes Militus, pada umumnya hiperglikemik akan terjadi beberapa saat
setelah makan terutama yang mengandung glukosa tinggi, namun keadaan glukosa darah
tinggi (hiperglikemik) itu bukan lah diabetes karena tubuh tentu akan merespon dengan
meknisme umpan balik untuk menurunkan kadar glukosa melalui pensekresian insulin oleh
pankreas sehingga glukosa darah menjadi dalam ambang batas mormal. Namun jika
keadaan hiperglikemik terjadi secara terus-menerus dan berlangsung menahun, maka akan
mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (Setia , 2008).
Dalam penaggulangannya, obat anti hiperglikemik hanya pelengkap dari diet bagi
penderita hiperglikemik. Obat perlu diberikan bila pengaturan control asupan secara
maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar glukosa darah. Obat hiperglikemia oral
2
mungkin berguna untuk orang yang alergi terhadap injeksi insulin melalui suntikan.
Penggunanya harus dipahami, agar ada kesesuaian akan ketetapan dosis dengan
indikasinya, tanpa menimbulkan hipoglikemia (Suharmiati, 2003). Penggunaan obat anti
hiperglikemik memiliki kelemahan, antara lain efek samping yang tidak diinginkan,
dijelaskan Augusta L.Arifin (2011) obat atihiperglikemik seperti metformin memiliki efek
samping disfungsi ginjal, sulfonilurea menyebabkan penambahan berat badan, dan
thiazolidinedione memiliki efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah
penambahan berat badan dan retensi cairan sehingga terjadi edema perifer dan peningkatan
kejadian gagal jantung kongestif. Alasan inilah yang menyebabkan meningkatnya
ketertarikan pada penggunaan sumber alami yang berasal dari tumbuhan sebagai salah satu
obat alternatif dalam menangani hiperglikemik (Oliviany, 2009). Banyak tumbuhan yang
ada di Indonesia misalnya tumbuhan belimbing manis dan terung ungu, bagian dari
tumuhannya dapat digunakan sebagai obat anti hiperglikemik alami.
Bagian dari tumbuhan belimbing yaitu daun belimbing manis (Averrhoa
carambola), memiliki kandungan senyawa flavonoid berupa Apigenin-6-C-β-fucopyranoside
yang diambil dari ekstrak daun belimbing manis, dapat meningkatkan penyerapan glukosa ke
dalam sel otot sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam plasma darah. Sedangakan
bagian dari tumbuhan terung ungu yaitu pada kulit buah terung ungu, senyawa Antosianin dari
kulit terung ungu termasuk dalam senyawa golongan flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan..
Berdasarkan penjelasan diatas, penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai hiperglikemik, bahaya hiperglikemik yang tidak dikontrol, potensi
daun belimbing manis dan kulit terung ungu sebagai anti hiperglikemik alami.
Informasi tentang potensi daun belimbing manis dan kulit terung ungu yang
ditelusuri melalui kajian pustaka diharapkan dapat memperkaya wawasan penulis tentang
hiperglikemik, menambah referensi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai potensi tersebut serta sebagai sarana informasi yang berguna bagi masyarakat
3
tentang potensi daun belimbing manis dan kulit terung ungu yang dapat digunakan sebagai
anti hiperglikemik alami.
Lebih lanjut makalah ini akan membahas mengenai hiperglikemik, efektifitas anti
hiperglikemik ekstrak daun belimbing manis, efektifitas anti hiperglikemik ekstrak kulit
terung ungu dan membandingkan hasil penelitian keduanya.
Tinjauan Umum Hiperglikemik
Hiperglikemik merupakan suatu kondisi kadar glukosa dalam darah lebih tinggi
dibandingkan kondisi normal, kadar glukosa darah pada rentang kadar puasa normal 80-90
mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg /100 ml darah. Pada keadaan
tersebut yang hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin. Hiperglikemik menurut
World Health Organization (WHO) adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, kadar glukosa
darah antara 100-126 mg/dl dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa. Banyak
masyarakat menganggap bahwa hiperglikemik adalah Diabetes Militus (DM).
Hiperglikemik berbeda dengan DM, walaupun hiperglikemik merupakan salah satu
indikator kondisi DM, tetapi tidak setiap kondisi hiperglikemik adalah DM. (Wulandari,
2010). Hiperglikemk secara normal akan terjadi beberapa saat setelah kita makan, terutama
makan-makanan kaya karbohidrat atau gula. Untuk mengatasi keadaan tersebut tubuh akan
melakukan suatu mekanisme umpan balik negatif yang merangsang pankreas menghasilkan
insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Hiperglikemik yang terjadi
menahun dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat kerja pancreas.
Jika terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya,
akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah yang kemudian dapat
menimbulkan DM. (Nugroho, 2012).
Pada penderita DM dapat disebabkan oleh kurangnya sekresi, kelainan sekresi
insulin dan keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta pulau-pulau Langerhans di
pankreas, Sel-sel pengsekresi insulin di pankreas tidak mampu lagi bekerja optimal untuk
4
mensekresikan insulin yang cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah,
ketidakmampuan tubuh secara alami inilah yang disebut dengan DM, seseorang
dikategorikan sebagai penderita diabetes melitus jika kadar glukosa darah puasa >126
mg/dl, glukosa darah 2 jam postpradial >200 mg/dl, dan glukosa darah sewaktu >200
mg/dl8,9. (Anggita, 2012).
Penanganan hiperglikemik meliputi pengontrolan kadar gula darah mendekati
normal biasanya dengan cara pemberian obat sintetik yang bersifat anti hiperglikemik dan
insulin. Penganganan hiperglikemik biasanya menggunakan obat sintetik seperti
metformin, sulfonylurea dan thiazolidinedione. Penganganan hiperglikemik menggunakan
insulin dapat dilakukan secara oral maupun suntik.
Belimbing Manis
Belimbing manis merupakan tanaman dengan habitus berupa pohon, tinggi ±12 m.
Batang berkayu, tegak, bulat, bercabang-cabang, coklat kotor. Daun majemuk, menyirip,
bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 1,5-7,5 cm, lebar 1-4 cm,
bertangkai pendek, anak daun dua belas, pertulangan menyirip, hijau. Bunga majemuk,
bentuk malai, pada ranting atau ketiak daun, kelopak ±4 mm, merah, daun mahkota pada
bagian tengah bergandengan, bulat telur 6-8 mm, merah keunguan. Buah bulat memanjang
(lonjong) dengan tepi bergerigi lima rusuk dan termasuk golongan buah buni. Buah yang
masih muda berwarna hijau dan ketika buah sudah tua menjadi berwarna kuning. Buah
belimbing mengandung 90% air, panjang buah 4-13 cm, biji lanset, pipih, masih muda
putih setelah tua coklat kehitaman. Akar tunggang, coklat kehitaman. Disebutkan
Febriyanti (2013), tanaman belimbing merupakan bangsa geraniales, suku oxalidaceae,
marga averrhoa, dengan nama spesies Averrhoa carambola L.
Hasil uji skrining fitokimia pada ekstrak kental metanol daun belimbing manis
diketahui positif mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, protein,
lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C yang semuanya
5
memiliki efek farmakologis, dengan kandungan utamanya adalah flavonoid. Flavonoid
adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. (Indrawati, dkk.
2013). Salah satu jenis senyawa flavonid yang ditemukan yaitu Apigenin-6-C-β-
fucopyranoside, yang memiliki aktifitas anti hiperglikemik.
Penelitian Lusia Helena Cazarolli dkk, mengenai Anti-hiperglicemic action of apigenin-
6-C-β-fucopyranoside from Averrhoa carambola. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan
hewan percobaan tikus wistar jantan yang dibagi kedalam 4 kelompok: kelompok pertama
merupakan tikus normal yang diinduksi 1% EtOH-H2O; kelompok kedua merupakan tikus
hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB; kelompok ketiga merupakan tikus
hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB ditambah tulbutamide 100 mg/kgBB; kelompok
keempat merupakan tikus hiperglikemik yang diinduksi glukosa 4g/kgBB ditambah ekstrak
kasar (200, 400 dan 800 mg/kgBB). Pada penelitian tersebut glukosa darah yang akan diukur
adalah glokosa darah puasa, lalu pada 15, 30, 60, 120 dan 180 menit setelah induksi glukosa.
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai Anti-hiperglicemic action of apigenin-6-C-β-
fucopyranoside from Averrhoa carambola adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kadar glukosa darah disetiap kelompok.
w
a
k
t
u
Kelompok
1 2 3 4
Normal Hiperglike
mik
Hiperglikemik
+ tolbutamide
Hiperglikemik + fraksi
EtOAc A. Carambola
Hiperglikemik + fraksi
nBuOH A. Carambola
(1%
EtOH-
H2O)
4 g/kgBB 100 mg/kg BB 400
mg/kgBB
800
mg/kgBB
400
mg/kgBB
800
mg/kgBB
0 118±2,8 122,6±5,8 108,4±5,1 108,3±3,9 108,2±3,9 134,2±5.4 126,6±3,6
15 114±6,8 196,2±13,6 168,6±5,6 135.6±5,0 152,4±9,3 178,4±5,7 169,2±7,1
30 125,5±3,8 201,7±11,9 172,0±10,4 163,1±5,3 167,8±9,2 178,7±5,4 162,2±6,6
60 128,3±3,8 178,4±9,1 145,8±6,8 131,3±6,6 166,5±5,8 150,0±4,9 148,5±6,2
120 120,1±6,9 137,8±7,7 131,8±9,5 113,0±4,8 142,7±4,9 173,0±5,9 129,5±4,7
180 120,7±2,0 134,3±4,4 131,8±6,9 102,8±6,1 130,0±4,3 172,0±4,4 126,2±2,6
6
Berdasarkan data pada tabel dapat terihat bahwa yang paling efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah adalah kelompok empat Hiperglikemik + fraksi EtOAc
A. Carambola pada dosis 400mg/kgBB.
Gambar 1. Efek fraksi EtOAc 400mg/kgBB, 800mg/kgBB apigenin-6-C-β-fucopyranoside
dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari A. carambola
Dari gambar 1 diatas menunjukan bahwa tikus yang diberi fraksi EtOAc apigenin-
6-C-β-fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari
A. carambola baik pada 400 atau 800 mg/kgBB kadar glukosanya berada dibawah kadar
glukosa kelompok hiperglikemik 4gr glukosa/kgBB.
7
Gambar 2. Efek fraksi nButanol 400mg/kgBB, 800mg/kgBB apigenin-6-C-β-
fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2″-O-αrhamnopyranosyl)-β-fucopyranoside dari A.
carambola.
Dari gambar 2 diatas, menunjukan bahwa tikus yang diberi fraksi nButanol
apigenin-6-C-β-fucopyranoside dan apigenin-6-C-(2”-O-αrhamnopyranosyl)-β-
fucopyranoside dari A. carambola pada 400mg/kgBB menunjukan efek menurunkan kadar
glukosa pada menit ke-15 sampai menit ke-60 tetapi setelah 3 jam kadar glukosanya
berada pada level lebih tinggi jika diandingkan dengan kelompok hiperglikemik 4 gr
glukosa/kgBB sedangkan pada dosis 800mg/kgBB menurunkan kadar glukosa darah pada
menit ke 15 hingga menit ke 180 kadar glukosanya tetap berada dibawah kadar
glukosadarah kelompok tikus hiperglikemik
Terung Ungu
Terung atau Eggplant atau Aubergin (Solanum melongena L) merupakan tanaman
asli daerah tropis. Tanaman ini diduga berasal dari benua Asia, terutama India dan Birma.
Terong ungu memiliki karakteristik batang bulat, berkayu, percabangan simpodial,
berambut, berduri, putih kotor, dan tumbuh hingga setinggi 40-150 cm (16-57 inci). Terung
ungu memiliki daun bulat besar, ujung runcing, pangkal bertekuk, tepi berombak,
pertulangan menyirip, hijau, dan lobus yang kasar, ukuran panjangnya 10-20 cm (4-8 inci)
dan lebarnya 5-10 cm (2-4 inci), bunga berwarna putih hingga ungu dengan mahkota lima
lobus. Benang sarinya berwarna kuning, buah berisi tepung, lonjong, diameter buah kurang
dari 5 cm. Biji pipih, kecil, kuning, dan licin,akar tunggang dan berwarna cokelat muda
(Rukmanasari, 2010).
Pada umumnya masyarakat telah mengenal, mengonsumsi terung ungu (Solanum
melongena L.) dan menggunakannya secara empiris dalam pengobatan tradisional.
Antosianin dari kulit terung ungu termasuk dalam senyawa golongan flavonoid yang
berperan sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan sintetik maupun alami mampu
mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi DM (Widowati, 2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Brenda Natalia dkk, mengenai Uji Efek Ekstrak
Etanol Kulit Terung Ungu (Solanum melongena L.) terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus
8
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus), dilakukan terhadap 15 ekor tikus putih yang
dibagi menjadi 3 kelompok dengan perlakuan: kelompok kontrol positif diberi metformin
sebanyak 9 mg/KgBB; kelompok kontrol negatif diberi CMC 1% dan kelompok perlakuan
yang diberi ekstrak kulit terung ungu dengan dosis 0,02 g/200 g BB, 0,05 g/200 g BB, 0,1
g/200 g BB. Pada penelitian tersebut, semua kelompok akan diinduksi sukrosa secara oral
dan diukur kadar glukosa darahnya menggunakan alat Nesco multi check, kadar glukosa
yang ukur merupakan kadar glukosa darah puasa 8 jam, lalu pada 30, 60, 90, 120 dan 150
setelah perlakuan.
Hasil penelitian yang diperoleh terhadap uji efek ekstrak etanol kulit terung ungu
terhadap tikus putih jantan galur wistar adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran KGD
Kelompok
Perlakuan
Kadar Glukosa Darah (mm/dl)
Puasa 15 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit 150 menit
Kontrol
Positif 81 129 125 121 113 92 82
Kontrol
Negatif 94 188 183 166 149 133 110
Perlakuan
1 85 138 133 130 120 97 92
Perlakuan
2 83 136 129 127 117 95 90
Perlakuan
3 88 140 136 133 123 100 94
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat hasil pengukuran kadar gula darah setelah tikus
dipuasakan selama 8 jam, hasilnya <110 mg/dl, dan pada menit ke-30 (t2) setelah
diinduksikan sukrosa semua perlakuan terlihat kenaikan kadar gula darah yang cukup tinggi
terutama untuk kelompok kontrol negatif.
9
Gambar 3. Grafik pengukuran kadar glukosa darah tikus putih.
Berdasarkan gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa kelompok kontrol negatif yang
diberi CMC 1 % tidak menunjukan penurunan kadar glukosa darah secara signifikan,
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang diberi metformin dan kelompok
perlakuan yang diberi ekstrak kulit terung ungu menunjukan penurunan kadar glukosa
darah.
10
Perbandingan Tingkat Efektifitas Anti hiperglikemik Ekstrak Daun Belimbing
Manis Dan Kulit Terung Ungu.
Keterangan:
Hiperglikemik: diinduksi glukosa 4 gr/kgBB
T.U 1: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,02 gr/200grBB
T.U 2: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,05 gr/200grBB
T.U 3: diinduksi ekstrak kulit terung ungu 0,1 gr/200grBB
B.E 400: diinduksi ektrak EtOAc daun belimbing manis 400mg/kgBB
B.E 800: diinduksi ektrak EtOAc daun belimbing manis 800mg/kgBB
B.N 400: diinduksi ektrak nButanol daun belimbing manis 400mg/kgBB
B.N 800: diinduksi ektrak nButanol daun belimbing manis 800mg/kgBB
Gambar 4. Perbandingan hasil pengukuran kadar glukosa darah pada perlakuan
menggunakan ektrak daun belimbing maupun ekstrak kulit terung ungu.
11
Pada kelompok perlakuan ekstrak kulit terung ungu, pemberian dosis 0,5 gr/
200grBB sangat efektif dibandingkan dengan kelompok perlakuan ekstrak kulit terung
ungu yang lainnya. Tetapi meskipun demikian ketiga perlakuan ekstrak kulit terung ungu
dengan dosis 0,2 gr/ 200grBB, 0,5 gr/ 200grBB, 0,1 gr/ 200grBB hasil pengukuran kadar
glukosa darahnya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan ekstrak daun
belimbing manis.
Pada kelompok ekstrak daun belimbing manis penurunan kadar glukosa darah yang
paling efektif adalah pada ekstrak EtOAc daun belimbing manis dengan dosis 400mg/kgBB
penurunan kadar glukosa darahnya terjadi setelah 60 menit. Berkebalikan dengan ektrak
EtOAc daun belimbing dosis 400 mg/kgBB, pada perlakuan ektrak nButanol daun
belimbing manis dengan dosis 400mg/kgBB menunjukan hasil yang kurang efektif
terhadap penurunan kadar glukosa darah, hal ini dapat dilihat pada grafik yang ditunjukan
oleh garis dengan simbol B.N 400, penurunan kadar glukosa darah hanya terjadi pada
menit ke-60 hingga menit ke 90, meskipun sebelum menit ke 60 kadar glukosa darahnya
dibawah kelompok positif hiperglikemik tetapi pada perlakuan B.N 400 kadar glukosa
darahnya tertinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun belimbing lainnya maupun
perlakuan ekstrak kulit terung ungu.
Penutup
Dari kedua penelitian mengenai aktifitas hiperglikemik dari ekstrak daun belimbing
dan kulit terung ungu diperoleh kesimpulan bahwa, ekstrak kulit daun belimbing manis
memiiki efek anti hiperglikemik. Begitu pula ekstrak kulit terung ungu memiliki efek anti
hiperglikemik. Ekstrak kulit terung ungu dengan dosis 0,5gr/200grBB memerikan efek
penurunan glukosa darah paling baik.
12
Daftar Pustaka
Augusta L.Arifin.2011.Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes_me
llitus.pdf. Diakses tanggal 19 Februari 2014.
Febriyanti, Ambar. 2013. Klasifikasi Belimbing.
http://www.scribd.com/doc/168672673/klasifikasi. Diakses 23 januari 2014.
Indrawati, Ernani, Miftakhul Cahyati, dan Layla Rochmania. (2013). Pengaruh Jus Buah
Belimbing Manis (Averrhoa Carambola Linn.) Terhadap Peningkatan Jumlah Sel
Epitel Pada Mukosa Soket Tikus Strain Wistar Pasca Ekstraksi Gigi.
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah%20layla.pdf. Diakses
pada 23 Februari 2014.
Nugroho,Husni. 2012. Glukosa Darah. http://www.scribd.com/doc/81230938/Glukosa-
Darah. diakses 23 Februari 2014.
Oliviany, W. Catharina Endah W. Gilang Bagus Pratama. 2009. Pemanfaatan Efek
Kombinasi Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana) dengan Ekstrak Ruput
Laut (Eucheuma spinosum) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah pada
Diabetes Melitus.
Suharmiati.(2003). Pengujian Bioaktifitas Anti Diabetes Militus Tumbuhan Obat.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_pengujianbioaktifitasantidiabetes.pdf/06_p
engujianbioaktifitasantidiabetes.html. Diakses pada 21 Februari 2014.
Wardani, T K Setia.(2008). Pengruh Berbagai Dosis Filtrat Pare (Momordica charantia L)
terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih (Ratusnorvegicus) Hiperglikemia.
Tesis. Malang: MIPA Universitas Muhammadiyah Malang.