PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN DI INDONESIA MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

37
PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN DI INDONESIA MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA Disusun Oleh : Fani Nurfauziah ( ) Kelas II-B JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Transcript of PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN DI INDONESIA MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN

PENDAPATAN DI INDONESIA

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Disusun Oleh :

Fani Nurfauziah ( )

Kelas II-B

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2014

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah...

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas anugerah, petunjuk serta

Hidahayah-NYA lah sehingga Makalah dapat terselesaikan

meskipun memiliki banyak kekurangan.

Terima kasih tak lupa Kami ucapkan kepada dosen

yang tiada hentinya memberikan dukungan. Diharapkan

dengan adannya Makalah ini dapat memberikan pengetahuan

mengenai Pertumbuhan, Distribusi dan Pemerataan

Pendapatan di Indonesia.

Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan di

dalam pembuatan Makalah. Namun, karena adanya niat

untuk belajar, maka dengan antusias dan semangat yang

tinggi, akhirnya Makalah dapat terselesaikan. Semoga

dapat bermanfaat bagi Saya khususnya dan kita semua

umumnya. Amin !

Akhir kata, kami mengucapkan Terimakasih kepada

semua pihak yang terkait dalam penyusunan Makalah,

ii

serta kepada teman-teman yang telah memberikan

dukungannya yang sangat berharga bagi saya untuk dapat

menyelesaiakannya

Bandung, 01 Juni

2014

Penulis

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................iiDAFTAR ISI...............................................iii

BAB I......................................................1PENDAHULUAN................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................11.2 Rumusan Masalah.....................................2

BAB II.....................................................3PEMBAHASAN.................................................3

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI.................................32.1.1 Definisi.........................................3

2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi.........42.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi................................................52.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut...............................................6

2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN................8

2.2.1 Definisi distribusi pendapatan...................82.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan...........11

2.3 PENGANGGURAN.......................................122.3.1 Definisi........................................12

2.3.2 Jenis dan macam pengangguran....................122.3.3 Akibat pengangguran.............................14

2.4 KEMISKINAN.........................................152.4.1 Definisi kemiskinan.............................15

2.4.2 Ukuran kemiskinan...............................17

iii

2.4.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan...............182.5 UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN........18

2.5.1 Upaya Mengatasi Pengangguran....................182.5.2 Upaya Mengatasi Kemiskinan......................19

BAB III...................................................20PENUTUP...................................................20

3.1 KESIMPULAN.........................................20

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat awam, pertumbuhan ekonomi tidak

terlalu penting. Ini karena bagi mereka yang terpenting

apakah kehidupan sudah beranjak, misalnya, tidak miskin

lagi alias lebih makmur dibandingkan dengan masa

sebelumnya.

Tidak pernah menjadi risau ketika pertumbuhan

ekonomi yang dicapai itu salah sasaran alias hanya

dinikmati oleh kelompok tertentu. Ini karena adanya

distribusi yang tidak merata. Atau bahkan ada anggapan

bahwa ketimpangan perolehan kekayaan yang bermuara pada

kemiskinan hanya dinilai sebagai kondisi sementara.

Yang penting, indikator makro di atas kertas selalu

menunjukkan performa bagus.

Tetapi pemberantasan kemiskinan sebenarnya justru

merupakan kondisi penting atau syarat yang harus

diadakan guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bagaimana

pun, bertambahnya penduduk miskin mendorong taraf hidup

yang rendah, sehingga akan menurunkan produktivitas

mereka yang pada gilirannya ekonomi nasional menurun

dan akhirnya mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi.

1

Padahal, kalau strategi ditekankan pada pemerataan

pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan, maka taraf

hidup masyarakat secara keseluruhan akan meningkat,

sehingga mendorong permintaan barang primer dan

sekunder yang dapat dihasilkan oleh perekonomian

nasional.

Ini pada gilirannya menunjang makin melajunya

pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan permintaan barang

lokal dari hasil produksi industri lokal, selanjutnya

mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi.

Bandingkan jika kenaikan pendapatan hanya terjadi pada

si kaya dan yang miskin tetap miskin atau justru

bertambah miskin, maka golongan kaya akan mengonsumsi

barang tersier yang umumnya merupakan barang impor.

Jika kesenjangan pendapatan terus berlangsung,

maka akan tercipta disinsentif material dan psikologis

yang pada gilirannya menghambat kemajuan ekonomi.

Padahal, sudah pasti pemerintah bersusah payah

melakukan serangkaian strategi guna menyajikan

kemakmuran masyarakat.

Karena itu, strategi pembangunan yang terlalu

mengagungkan pertumbuhan ekonomi dan kurang penekanan

pemerataan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan

perlu dipikir ulang. Ini karena pemerataan pendapatan

adalah suatu alat yang efektif untuk pemberantasan

2

kemiskinan yang merupakan tujuan utama dari pembangunan

ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa

pokok permasalahan yang akan kami bahas, antara lain

sebagai berikut :

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Indonesia !

2. Bagaimana distribusi dan pemerataan pendapatan di

Indonesia !

3. Bagaimana penjelasan pengangguran di Indonesia !

4. Bagaimana kemiskinan di Indonesia

5. Bagaimana upaya mengatasi pengangguran dan

kemiskinan !

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Definisi

Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output per kapita yang terus-

menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

adalah proses dimana terjadi kenaikan produk

nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil.

Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang

bila terjadi pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan

output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan

kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per

orang. Pertumbuhan ekonomi dalam bahasa inggris

diistilahkan dengan economic growth mengandung

pengertian proses kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan

ekonomi yang terjadi Dari tahun ke tahun.

Model pembangunan yang dilakukan Indonesia

pada masa awal orde baru diprioritaskan pada

pertumbuhan ekonomi. Tujuannya adalah untuk

4

mengatrol kondisi ekonomi yang sedang jatuh pada

masa itu. Cara yang paling cepat adalah dengan cara

konglomerasi yaitu mendorong peningkatan investasi

dan pembangunan dengan padat modal. Sedangkan

prioritas kedua adalah pada stabilisasi, karena

tanpa adanya stabilisasi maka pembangunan tidak

akan berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya

mengapa pemerintah Indonesia pada masa itu

menetapkan stabilisasi sebagai salah prioritas

utama dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan

pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya justru

menjadi prioritas ketiga.

2.1.2 Ciri-ciri dan Ukuran pertumbuhan ekonomi

1) Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat

menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika

stok modal tetap sementara tenaga kerja naik,

tenaga kerja baru cenderung akan kurang

produktif dibandingkan tenaga kerja lama.

Penurunan produktivitas itu disebut hasil (per

unit masukan) yang menurun (diminshing returns).

Hasil (per unit masukan) yang berkurang dapat

terjadi jika stok modal suatu bangsa bertumbuh

lebih lamban dari angkatan kerjanya.

2) Kenaikan modal fisik

5

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan

keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh

kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan

baik produktivitas tenaga kerja maupun

menyediakan secara langsung jasa yang bernilai.

Adalah mudah untuk melihat bagaimana modal

menyediakan jasa secara langsung.

3) Kenaikan modal SDM

Perusahaan dapat melakukan investasi dalam modal

SDM melalui pelatihan d tempat kerja (on the job

training). Pemerintah melakukan investasi dalam

modal SDM dengan melakukan program-program untuk

menyediakan kesehatan dan memberikan pelatihan

kerja dan pendidikan sekolah.

4) Kenaikan produktivitas

Pertumbuhan yang tidak dapat dijelaskan oleh

kenaikan kuantitas masukan dapat dijelaskan

hanya dengan kenaikan produktivitas masukan

tersebut – setiap unit masukan tertentu

memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas

masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

temasuk perubahan teknologi, kemajuan

pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala

produksi.

6

Apakah yang menjadi alat yang bisa digunakan

untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu

negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada

beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk

mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :

1) Produk Domestik Bruto PDB adalah jumlah

barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga

pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan

ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak

mencerminkan kesejahteraan penduduk.

2) PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita PDB

per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat

karean telah memperhitungkan jumlah penduduk.

Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui

dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.

3) Pendapatan Per jam Kerja Suatu negara dapat

dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain

bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per

jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam

kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang

sama

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi

1) Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya

dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi

7

juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia

merupakan faktor terpenting dalam proses

pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan

tergantung kepada sejauhmana sumber daya

manusianya selaku subjek pembangunan memiliki

kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses

pembangunan.

2) Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar

negara berkembang bertumpu kepada sumber daya

alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.

Namun demikian, sumber daya alam saja tidak

menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,

apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya

manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang

tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud

dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral,

tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin pesat mendorong adanya percepatan proses

pembangunan, pergantian pola kerja yang semula

menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-

mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,

kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas

pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada

8

akhirnya berakibat pada percepatan laju

pertumbuhan perekonomian.

4) Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan

dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi

yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi

sebagai pembangkit atau pendorong proses

pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat

pembangunan. Budaya yang dapat mendorong

pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan

kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun

budaya yang dapat menghambat proses pembangunan

diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan

sebagainya.

5) Sumber Daya Modal, Sumber daya modal

dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan

meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal

berupa barang-barang modal sangat penting bagi

perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi

karena barang-barang modal juga dapat

meningkatkan produktivitas. Dua hal esensial

harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus

digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak

boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi

penggunaannya kurang efisien. Yang kedua,

penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-

9

elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan

pertambahannya

2.1.4 Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi

tersebut

1) Sumber-sumber Alam. Elemen ini meliputi

luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim,

dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang

sangat miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya

sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan

kendala cukup serius. Dibandingkan dengan

sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan

kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala

sumber alam lebih serius.

2) Sumber-sumber Tenaga Kerja. Masalah di bidang

sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-

negara sedang berkambang pada umumnya adalah

terlalu banyaknya jumlah penduduk,

pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-

sumber daya tenaga kerja sangat rendah.

3) Kualitas Tenaga Kerja. Kualitas tenaga kerja

yang rendah negara-negara sedang berkembang tak

mampu mengadakan investasi yang memadai untuk

menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa

pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat

serta untuk pendidikan dan latihan kerja.

10

4) Akumulasi Kapital. Untuk mengadakan akumulasi

kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan

konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di

negara sedang berkembang, tingkat pendapatan

rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan

usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan.

Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik

baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga

meliputi proyek-proyek infrastruktur yang

merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan

pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor

pertanian. Akumulasi kapital sering kali

dipandang sebagai elemen terpenting dalam

pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong

laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini

karena, pertama, hampir semua negara-negara

berkembang mengalami kelangkaan barang-barang

kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi,

bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain.

Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-

barang modal sangat penting karena keterbatasan

tersedianya tanah yang bisa ditanami.

11

2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATAN

2.2.1 Definisi distribusi pendapatan

Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi

pendapatan yang sering digunakan dalam penelitian.

Pertama, indikator distribusi pendapatan

perorangan. Kedua, kurva Lorenz. Ketiga, koefisien

gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai

relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz

dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan

distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya,

semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis

diagonal, semakin merata distribusi pendapatan.

Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecil

nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata.

Demikian juga sebaliknya. Kuznets (1995) dalam

penelitiannya di negara-negara maju berpendapat

bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi

pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap-

tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian

inilah yang kemudian dikenal secara luas sebagai

konsep kurva Kuznets U terbalik. Sementara itu

menurut Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia

nampaknya mengikuti kurva Kuznets dalam

kesejahteraan pendapatan. Ardani (1992)

mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar

daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan

12

merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan

itu sendiri.

1) Distribusi ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya

pendapatan yang diterima masing-masing orang.

Distribusi pendapatan perseorangan (personal

distribution of income) atau distribusi ukuran

pendapatan (size distribution of income)

merupakan indikator yang paling sering digunakan

oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung

menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh

setiap individu atau rumah tangga. Yang

diperhatikan di sini adalah seberapa banyak

pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli

dari mana sumbernya, entah itu bunga simpanan

atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah ataupun

warisan. Berdasarkan pendapatan tersebut, lalu

dikelompokkan menjadi lima kelompok, biasa

disebut kuintil (quintiles) atau sepuluh kelompok

yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat

pendapatan mereka, kemudian menetapkan proporsi

yang diterima oleh masing-masing kelompok.

Selanjutnya dihitung berapa % dari pendapatan

nasional yang diterima oleh masing-masing

kelompok, dan bertolak dari perhitungan ini

mereka langsung memperkirakan tingkat pemerataan

13

atau tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di

masyarakat atau negara yang bersangkutan.

2) Kurva lorenz

Sumbu horizontal menyatakan jumlah

penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif.

Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi

atau kelompok terendah (penduduk yang paling

miskin) yang jumlahnya meliputi 20 persen dari

jumlah total penduduk. Pada titik 60 terdapat 60

persen kelompok bawah, demikian seterusnya sampai

pada sumbu yang paling ujung yang meliputi 100

persen atau seluruh populasi atau jumlah

penduduk. Sumbu vertikal menyatakan bagian dari

total pendapatan yang diterima oleh masing-masing

persentase jumlah (kelompok) penduduk tersebut.

Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100

persen, sehingga kedua sumbu (vertikal dan

horisontal) sama panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ

Setiap titik yang terdapat pada garis diagonal

melambangkan persentase jumlah penerimanya

(persentase penduduk yang menerima pendapatan itu

terdapat total penduduk atau populasi). Sebagai

contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan

50 persen pendapatan yang tepat didistribusikan

untuk 50 persen dari jumlah penduduk. Titik yang

terletak pada posisi tiga perempat garis diagonal

14

melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang

didistribusikan kepada 75 persen dari jumlah

penduduk. Garis diagonal merupakan garis

"pemerataan sempurna" (perfect equality) dalam

distribusi ukuran pendapatan. Persentase

pendapatan yang ditunjukkan oleh titik-titik di

sepanjang garis diagonal tersebut persis sama

dengan persentase penduduk penerimanya terhadap

total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan

hubungan kuantitatif actual antara persentase

jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari

total penduduk dengan persentase pendapatan yang

benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan

selama, misalnya, satu tahun. Sumbu horisontal

dan sumbu vertikal dibagi menjadi sepuluh bagian

yang sama; sumbu vertikal mewakili kelompok atau

kategori (jumlah-jumlah) pendapatan, sedangkan

sumbu yang horisontal melambangkan kelompok-

kelompok penduduk atau rumah tangga yang menerima

masing-masing dari kesepuluh kelompok pendapatan

tersebut. Titik A menunjukkan bahwa 10 persen

kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk

hanya menerima 1,8 persen total pendapatan

(pendapatan nasional). Titik B menunjukkan bahwa

20 persen kelompok terbawah yang hanya menerima 5

persen dari total pendapatan, demikian seterusnya

15

bagi masing-masing 8 kelompok lainnya.

Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50

persen penduduk hanya menerima 19,8 persen dari

total pendapatan.

3) Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari

angka 0 sampai 1 menjelaskan kadar kemertaan

distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil

koefesiennya, pertanda semakin baik atau merata

distribusi. Dipihak lain, koefesien yang kian

besar mengisyaratkan yang kian timpang atau

senjang.

4) Kriteria bank dunia

Didasarkan pada porsi pendapatan nasional

yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk yakni

40% penduduk berpendapatan terendah, 40% penduduk

berpendapatan menengah, 20% penduduk

berpendapatan tertinggi. Ketimpangan dan

ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah

apabila 40% penduduk berpendapatan terendah

menikmati dari 12% pendapatan nasional.

Ketidakmerataan dianggap sedang bila 40% penduduk

termiskin menikmati 12 hingga 17% pendapatan

nasional. Sedangkan 40% penduduk yang

berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17%

16

pendapatan nasional, maka ketimpangan dan

kesenjangan dikatakan lunak, distribusi

pendapatan nasional dianggap cukup merata.

2.2.2 Ketidakmerataan distribusi pendapatan

1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis

pendapatan masyarakat dapat ditelaah dengan

mengamati perkembangan angka-angka rasio gini.

Koefesien gini itu sendiri, perlu dicatat,

bukanlah merupakan indicator paling ideal

tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan

antarlapis. Namun setidak-tidaknya ia cukup

memberikan gambaran mengenai kecendrungan umum

dalam pola pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan

masyarakat bukan saja berlangsung secara

nasional. Akan tetapi hal itu dapat terjadi

secara spasial. Di Indonesia pembagian

pendapatan relative lebih merata didaerah

pedesaan daripada di daerah perkotaan.

Dibandingkan rasio gini antara desa dan kota

untuk tahun-tahun yang sama, koefesien lebih

rendah untuk daerah pedesaan.

3) Ketidakmerataan pendapatan regional

17

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung

pula ketidakmerataan distribusi pendapatan

antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu,

diantara wilayah-wilayah di Indonesia bahkan

terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu

sendiri. Jadi dalam perspektif antarwilayah,

ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat

pendapatan masyarakat antar wilayah yang satu

dengan yang lain, maupun dalam hal distribusi

pendapatan dikalangan penduduk masing-masing

wilayah.

2.3 PENGANGGURAN

2.3.1 Definisi

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah

untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang

mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama

seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha

mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran

umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

atau para pencari kerja tidak sebanding dengan

jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu

menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi

masalah dalam perekonomian karena dengan adanya

pengangguran, produktivitas dan pendapatan

18

masyarakat akan berkurang sehingga dapat

menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-

masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara

membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah

angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus

mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan

menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.

Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat

menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap

penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran

yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan

kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga

mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan

pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-

negara berkembang seperti Indonesia, dikenal

istilah "pengangguran terselubung" di mana

pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan

tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak

orang.

2.3.2 Jenis dan macam pengangguran

1). Berdasarkan jam kerja

19

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan

menjadi 3 macam:

Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)

adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara

optimal karena suatu alasan tertentu.

Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah

tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal

karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya

tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan

tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam

selama seminggu.

Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah

tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak

mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini

cukup banyak karena memang belum mendapat

pekerjaan padahal telah berusaha secara

maksimal.

2). Berdasarkan penyebab terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran

dikelompokkan menjadi 7 macam:

Pengangguran friksional (frictional unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran

yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya

kendala waktu, informasi dan kondisi geografis

antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran

pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang

20

ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju

suatu perekonomian suatu daerah akan

meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia

yang memiliki kualitas yang lebih baik dari

sebelumnya.

Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)

Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran

yang diakibatkan oleh perubahan gelombang

(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus

ekonomi.

Pengangguran struktural (structural unemployment)

Pengangguran struktural adalah pengangguran

yang diakibatkan oleh perubahan struktur

ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.

Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh

beberapa kemungkinan, seperti:

1.Akibat permintaan berkurang

2.Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi

3.Akibat kebijakan pemerintah

Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur

karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka

pendek yang menyebabkan seseorang harus

nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti

musim tanam, pedagang durian yang menanti musim

durian.

21

Pengangguran siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang

menganggur akibat imbas naik turun siklus

ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih

rendah daripada penawaran kerja.

Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang

terjadi akibat perubahan atau penggantian

tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.

Pengangguran siklus

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang

diakibatkan oleh menurunnya kegiatan

perekonomian karena terjadi resesi.

Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya

permintaan masyarakat (aggrerate demand).

2.3.3 Akibat pengangguran

Bagi perekonomian negara

1. Penurunan pendapatan perkapita.

2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal

dari sektor pajak.

3. Meningkatnya biaya sosial yang harus

dikeluarkan oleh pemerintah.

Bagi masyarakat

1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan

psikis.

22

2. Pengangguran dapat menghilangkan

keterampilan, karena tidak digunakan apabila

tidak bekerja.

3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan

sosial dan politik.

2.4 KEMISKINAN

2.4.1 Definisi kemiskinan

1) Menurut Badan Pusat Statistik (2000),

kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi

yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di

pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah

perkotaan.

2) Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai

keadaan ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya

kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas

perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan

memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan

dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial

(anti-social behavior), kurangnya dukungan

jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik,

kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta

ketidakmampuan dan keterpisahan.

3) Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional

Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan

23

masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari

pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan

kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-

laki maupun perempuan untuk menjadi miskin

4) Menurut Sutrisno (1993), ada dua sudut pandang

dalam memahami substansi kemiskinan di Indonesia.

Pertama adalah kelompok pakar dan aktivis Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengikuti pikiran

kelompok agrarian populism, bahwa kemiskinan itu

hakekatnya, adalah masalah campur tangan yang

terlalu luas dari negara dalam kehidupan

masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat

pedesaan. Dalam pandangan ini, orang miskin mampu

membangun diri mereka sendiri apabila pemerintah

memberi kebebasan bagi kelompok itu untuk

mengatur diri mereka sendiri. Kedua, kelompok

para pejabat, yang melihat inti dari masalah

kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi

miskin karena tidak memiliki etos kerja yang

tinggi, tidak meiliki jiwa wiraswasta, dan

pendidikannya rendah. Disamping itu, kemiskinan

juga terkait dengan kualitas sumberdaya manusia.

Berbagai sudut pandang tentang kemiskinan di

Indonesia dalam memahami kemiskinan pada dasarnya

merupakan upaya orang luar untuk memahami tentang

kemiskinan. Hingga saat ini belum ada yang

24

mengkaji masalah kemiskinan dari sudut pandang

kelompok miskin itu sendiri.

5) Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah

kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan

yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar

hidup yang layak.

6) Faturchman dan Marcelinus Molo (1994)

mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

7) Menurut Suparlan (1993) kemiskinan

didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup

yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat

kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan

orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang

umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

8) Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah

ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan

basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset

(tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber

keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai),

organisiasi sosial politik yang dapat

dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama,

jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan,

barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan

25

yang memadai, dan informasi yang berguna. Dengan

beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu

poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi

baik yang merupakan proses maupun akibat dari

adanya ketidakmampuan individu berinteraksi

dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.

9) Specker (1993) mengatakan bahwa kemiskinan

mencakup beberapa hal yaitu :

a) kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan

yang normal.

b) gangguan dan tingginya risiko kesehatan,

c) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan

sosial ekonomi dan lingkungannya,

d) kekurangan pendapatan yang mengakibatkan

tidak bisa hidup layak, dan

e) kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat

ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, 

ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas

pendidik yang rendah.

Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak

terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan

bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu

didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin,

dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan

26

hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi

dan politik.

2.4.2 Ukuran kemiskinan

1) Kemiskinan Absolut Konsep kemiskinan pada

umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan

kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas

pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar

( basic need ). Kemiskinan dapat digolongkan dua

bagian yaitu:

a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.

b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang

lebih tinggi.

2) Kemiskinan Relatif

Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang

antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka

semakin besar jumlah penduduk yang selalu

miskin.

2.4.3 Faktor-faktor penyebab kemiskinan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kemiskinan baik secara langsung

maupun tidak langsung, yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat kemiskinan cukup banyak.

2) Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan

output ( produktivitas tenaga kerja ).

3) Tingkat inflasi.

27

4) Tinggat Investasi.

5) Alokasi serta kualitas sumber daya alam.

6) Tingkat dan jenis pendidikan.

7) Etos kerja dan motivasi pekerja.

2.5 UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

2.5.1 Upaya Mengatasi Pengangguran

Untuk dapat mengatasi masalah penganguran, hal

yang dapat dilakukan adalah:

1. Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja.

2. Memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat

dan sektor yang kelebihan tenaga kerja ke tempat

dan sektor ekonomi yang kekurangan tenaga kerja.

3. Memberikan informasi yang cepat jika ada

lowongan pekerjaan disektor lain.

4. Melakukan pelatihan dibidang keterampilan

lain,untuk memanfaatkan waktu hingga misum

tertentu.

5. Mendirikan industri padat karya.

6. Mengintensifkan program keluarga berencana.

7. Membuka kesempatan bekerja ke luar negeri.

8. Mendorong majunya pendidikan.

9. Meningkatkan latihan kerja.

10. Mengadakan program transmigrasi.

28

11. Memberikan kemudahan pada investor baru untuk

mendirikan industri baru.

2.5.2 Upaya Mengatasi Kemiskinan

a. Pembangunan Sektor Pertanian : Sektor

pertanian memiliki peranan penting di dalam

pembangunan karena sektor tersebut memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan

masyarakat di pedesaan berarti akan mengurangi

jumlah masyarakat miskin.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia : Sumberdaya

manusia merupakan investasi insani yang

memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan

untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari

itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan

dan gizi merupakan langkah yang baik untuk

diterapkan oleh pemerintah.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat :

Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik

dilingkungan masyarakat sehingga mampu memahami

komunitas masyarakat dalam menerapkan rancangan

dan program pengentasan kemiskinan.

29

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1) Pembangunan itu harus berarti pembangunan manusia

seutuhnya, bukan pembangunan dalam arti fisik saja

(bangunan, jalan, bendungan dan lain sebagainya).

Pembangunan harus dapat dirasakan secara merata oleh

seluruh rakyat.

2) Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana

pendidikan dan kesehatan harus dapat

dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas

menindak penyelewengan yang terjadi. Penggunaan dana

yang efisien dan efektif akan semakin meningkatkan

kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat sehingga

mampu menciptakan sumber daya manusia yang produktif.

Sumber daya manusia yang produktif menghantarkan

30

negara pada keunggulan komparatif sehingga mampu

bersaing di dunia internasional.

3) Kunci dari pembangunan adalah kemakmuran bersama.

Pemerataan hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi merupakan tujuan pembangunan yang ingin

dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa

disertai pemerataan pembangunan hanyalah menciptakan

perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber daya

manusia. 

4) Dapat dipastikan bahwa ternyata pengangguran

berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Karena

pengangguran memberikan dampak negatif langsung bagi

perekonomian, sehingga menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan nasional yang akibat jangka panjang

adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu

negara. Namun tidak menutup kemungkinan untuk

mengurangi pengangguran, jika kita serius dan terus

berusaha untuk mengatasi pengangguran dengan melihat

penyebab terjadinya pengangguran tersebut.

31