DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN...

28
DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA DI INDONESIA Oleh Dr. Rasidin K. Sitepu, SP, MSi 1 Abstract The research objectives are to analyze impact of human capital investment and direct cash fund on income distribution in Indonesia. Analysis is using a combination of Computable General Equilibrium (CGE) Model and FosterGreer-Thorbecke method. The simulation results show that human capital investment is able to increase economic growth and household income. Instrument direct cash fund lead to income distribution especially farm- laborer household group and agriculture entrepreneur household group in the rural area becomes more equal which is shown by the beta distribution move to the right side of poverty line, but government budget deficit become larger due to this instrument. The human capital investment is more effective in reducing income inequality compare with direct cash fund to household group in the rural area, so that pro-poor government policy is needed, especially in the effort to increase their access to education and health. Key words: Human Capital Investment, Economic Growth, Income Distribution, CGE I. PENDAHULUAN Kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi negera maju maupun bagi negara berkembang, karena kedua peubah tersebut hampir dialami oleh semua negara di dunia, namun dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang bervariasi, hal ini terjadi karena adanya perbedaan baik dalam perbedaan kondisi sosial, ekonomi dan politik suatu negara. Penanggulangan kemiskinan menjadi penting dan mendapat perhatian karena kemiskinan akan menurunkan kualitas hidup (quality of life) masyarakat yang mengakibatkan antara lain tingginya beban sosial-ekonomi, rendahnya poduktivitas sumberdaya manusia, rendahnya partisipasi aktif masyarakat, merosotnya kepercayaan terhadap pemerintah dan kemungkinan menurunkan mutu generasi yang akan datang. 1 Dosen Sosek, Fakultas Pertanian UISU Medan

Transcript of DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN...

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

129

DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI

PENDAPATAN RUMAHTANGGA DI INDONESIA Oleh

Dr. Rasidin K. Sitepu, SP, MSi1

Abstract

The research objectives are to analyze impact of human capital investment and direct cash fund on income distribution in Indonesia. Analysis is using a combination of Computable General Equilibrium (CGE) Model and Foster–Greer-Thorbecke method. The simulation results show that human capital investment is able to increase economic growth and household income. Instrument direct cash fund lead to income distribution especially farm-laborer household group and agriculture entrepreneur household group in the rural area becomes more equal which is shown by the beta distribution move to the right side of poverty line, but government budget deficit become larger due to this instrument. The human capital investment is more effective in reducing income inequality compare with direct cash fund to household group in the rural area, so that pro-poor government policy is needed, especially in the effort to increase their access to education and health.

Key words: Human Capital Investment, Economic Growth, Income Distribution, CGE

I. PENDAHULUAN

Kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan selalu menjadi topik

pembicaraan yang menarik bagi negera maju maupun bagi negara berkembang,

karena kedua peubah tersebut hampir dialami oleh semua negara di dunia, namun

dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang

bervariasi, hal ini terjadi karena adanya perbedaan baik dalam perbedaan kondisi

sosial, ekonomi dan politik suatu negara.

Penanggulangan kemiskinan menjadi penting dan mendapat perhatian

karena kemiskinan akan menurunkan kualitas hidup (quality of life) masyarakat

yang mengakibatkan antara lain tingginya beban sosial-ekonomi, rendahnya

poduktivitas sumberdaya manusia, rendahnya partisipasi aktif masyarakat,

merosotnya kepercayaan terhadap pemerintah dan kemungkinan menurunkan

mutu generasi yang akan datang.

1 Dosen Sosek, Fakultas Pertanian UISU Medan

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

130

Keseriusan pemerintah menangani kemiskinan terlihat sejak tahun 1970-an

dan pada tahun 2002, pemerintah telah membentuk Komite Penanggulangan

Kemiskinan (KPK) melalui Keppres No. 124 Tahun 2002. Sasarannya adalah

mengurangi jumlah penduduk miskin absolut berkurang sampai 40 persen, upaya-

upaya tersebut dilakukan melalui dua pendekatan. Pertama, peningkatan

pendapatan masyarakat miskin sehingga masyarakat mampu memperoleh

peluang, kemampuan pengelolaan, perlindungan untuk memperoleh hasil yang

lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, politik, hukum dan

keamanan. Kedua, pengurangan pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses

kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang

mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi.

Salah satu tujuan pokok pembangunan adalah menciptakan keseluruhan

pola pertumbuhan pendapatan yang diinginkan dengan penekanan khusus pada

akselerasi pertumbuhan dan pendapatan golongan miskin. Sehingga konsep

penerapan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi semata tanpa diiringi

dengan penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan

bukanlah merupakan konsep yang tepat. Meskipun analisis ekonomi umumnya

tidak menyinggung hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi

pendapatan, namun sebagian besar teori mengisyaratkan bahwa ketimpangan

distribusi pendapatan merupakan sesuatu yang harus dikorbankan demi memacu

laju pertumbuhan ekonomi secara cepat (Todaro, 2000).

Pasca krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2000 sebesar 4.92 %,

ternyata kondisi ini belum mampu menciptakan lapangan kerja dan menyerap

tambahan angkatan kerja yang muncul sekitar 2,5 juta setiap tahunnya, akibatnya

jumlah pengangguran meningkat, sebesar 9.76 juta orang tahun 2001–2004.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran

mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum dapat diturunkan setelah pasca

krisis, tercatat bahwa tahun 2002 penduduk miskin sebesar 38.4 juta jiwa dimana

angka ini lebih besar jika dibandingkan sebelum krisis, yaitu sebesar 34,5 juta jiwa

pada tahun 1996 (BPS, 2002).

Ekonomi Indonesia selama tahun 2005-2008 mengalami pertumbuhan

masing-masing sebesar 5,7 persen (2005), 5,5 persen (2006), 6,3 persen (2007)

dan 6,1 persen (2008) disbanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I

tahun 2009 jika dibandingkan dengan semester II tahun 2008 tumbuh sebesar 1,0

persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun 2008 (year-on-year)

tumbuh sebesar 4,2 persen. Disisi lain Jumlah penduduk miskin tahun 2009 di

daerah perkotaan adalah 11.91 juta dan desa adalah 20.62 juta. Jumlah penduduk

miskin mengalami penurunan dari tahun 2008 (34.96 juta) menjadi 32.53 juta

pada tahun 2009 (BPS, 2009).

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

131

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah

terutama dalam meningkatkan pembangun modal manusia (human capital) dan

mendorong penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan

produktivitas, dimana pertumbuhan produktivitas tersebut pada gilirannya

merupakan motor penggerak pertumbuhan (engine of growth).

Kenyataannya dapat dilihat bahwa dengan melakukan investasi pendidikan

akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan oleh

meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Peningkatan

pengetahuan dan keahlian akan mendorong peningkatan produktivitas tenaga

kerja seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan

mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga

perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang

bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi

akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui

peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas tenaga

kerja kaum miskin salah satu tak lain disebabkan oleh karena rendahnya akses

mereka untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan. Pertanyaannya adalah

seberaoa besar dampak investasi sumberdaya manusia terhadap perubahan

pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan distribusi pendapatan di Indonesia.

Pada tahun 2000 harga BBM di pasar secara rata-rata meningkat sebesar 12

persen. Pada tanggal 16 Juni 2001 kenaikan harga BBM mencapai 30.10 persen

(Tim Sosialisasi BBM, 2000). Pada tahun 2002 berdasarkan surat keputusan

Presiden No. 9 Tanggal 16 Januari 2002 harga BBM secara bertahap akan

disesuaikan dengan harga internasional, kecuali minyak tanah untuk rumah tangga

dan pengusaha kecil. Penghapusan subsidi BBM tersebut, tentu saja memberikan

pengaruh yang besar terhadap kinerja makroekonomi antara lain ditunjukkan oleh

meningkatkan jumlah penduduk miskin (Oktaviani, et. al, 2005).

Sebagai alternatif pengganti penghapusan subsidi BBM, pemerintah telah

memberikan kompensasi dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam

penelitian ini disebut sebagai transfer pendapatan kepada masyaraktat miskin

sebesar Rp. 100000., per bulan. Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak BLT

terhadap penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di

Indonesia. Dari ilustrasi di atas maka focus dari tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisi dampak investasi sumberdaya manusia dan bantuan tunai langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan di Indonesia.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

132

II. KERANGKA PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori

Dalam teori Harord-Domar, investasi merupakan faktor penentu yang sangat

penting dalam pertumbuhan ekonomi. Bahkan mereka mengatakan bahwa

“tabungan dan investasi merupakan kekuatan sentral dibalik pertumbuhan

ekonomi” (saving and investment is central forces behind economic growth). Lebih

lanjut dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersama-sama

oleh rasio tabungan nasional, dan rasio modal output nasional. Hal ini memiliki

makna secara ekonomi bahwa agar suatu perekonomian dapat bertumbuh, maka

perekonomian yang bersangkutan haruslah menabung dan menginvestasikan

proporsi tertentu dari GNP-nya. Semakin banyak suatu perekonomian menabung

dan menginvestasikan, semakin pesat pertumbuhan ekonominya (Todaro, 2000;

Perkins, et. al, 2001).

Teori yang juga banyak membahas tentang pertumbuhan ekonomi adalah

teori pertumbuhan ekonomi neoklasik (neoclassical growth theory) atau sering

disebut Teori Pertumbuhan Solow (Solow growth theory). Dalam model Harrod-

Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi, maka dalam

model pertumbuhan Solow, selain faktor kapital, juga menekankan pentingnya

faktor tenaga kerja dan teknologi.

Model pertumbuhan baru pada dasarnya merupakan pengembangan dari

model Solow sebelumnya, yang mengungkapkan bahwa peranan kapital, termasuk

modal manusia (human capital) atau investasi dalam sumberdaya manusia

(human capital investment) lebih besar daripada apa yang diukur oleh

pertumbuhan Solow. Ide dasar dari model pertumbuhan baru tersebut adalah

bahwa investasi kapital, baik itu dalam mesin maupun dalam manusia,

menciptakan eksternalitas yang positif (positive externalities). Artinya investasi

tidak hanya meningkatkan kapasitas produktif dari perusahaan yang melakukan

investasi atau tenaga kerja, tetapi juga kapasitas produktif dari perusahaan-

perusahaan atau tenaga kerja lainnya yang terkait. Singkatnya, dalam model

pertumbuhan baru ini inovasi teknologi (technological innovation) dan

pembentukan modal manusia (human capital formation) dilihat sebagai sumber

utama dari pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan produktivitas itu sendiri

pada gilirannya merupakan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (engine

of growth).

Perbedaan utama model Solow dan model pertumbuhan endogen terletak

pada perlakuan mereka terhadap faktor teknologi. Dalam model Solow, kemajuan

teknologi dianggap sebagai sesuatu yang bersifat eksogen, sedangkan dalam model

pertumbuhan baru, faktor teknologi diperlakukan sebagai sesuatu yang bersifat

endogen. Fungsi produksi versi model pertumbuhan baru, tingkat output

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

133

bergantung pada tingkat stok kapital (K), jumlah tenaga kerja, dan juga pada

tingkat teknologi atau produktivitas (A). Dalam model pertumbuhan baru tingkat

kemajuan teknologi atau produktivitas tidak lagi dianggap sebagai faktor yang

bersifat eksogen, akan tetapi diasumsikan sebagai faktor yang bersifat endogen,

yang bergantung pada pertumbuhan kapital (Froyen, 1996).

Model modal manusia yang dikembangkan oleh Romer, merupakan

pengembangan dari model Solow, dimana fungsi produksi dituliskan dalam bentuk

(Romer, 1996)

Y(t) = K(t) H (t) [A(t)L(t)]1 - - ………………………………................................... (1)

Dimana > 0, > 0 dan + < 1. K adalah kapital, H adalah human capital, A

adalah teknologi, dan L merupakan tenaga kerja. Persamaan di atas

mengimplikasikan bahwa constant return to scale terhadap K, H dan L. Persamaan

(1) menyatakan bahwa output suatu perekonomian merupakan fungsi dari kapital,

modal manusia, dan produktivitas tenaga kerja. Menurut Park (1995), modal

manusia dapat diartikan sebagai spesialisasi keahlian yang disediakan tenaga kerja

dan dapat diperoleh dengan mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan dan

kesehatan. 2.2. Kerangka Pemikiran

Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan persoalan

yang krusial bagi setiap negara, sehingga pemerintah di masing-masing negara

berusaha untuk mengurangi persoalan tersebut melalui intrumen fiskal

pemerintah. Skema instrumen fiskal yang terkait dengan penerimaan dan

pengeluaran pemerintah Indonesia ditampilkan pada Gambar 2.1.

Dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat

dihasilkan dari dua sumber, yaitu domestik dan pinjaman luar negeri. Penerimaan

dari dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan

pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk,

tetapi dalam hal ini hanya dibatasi pada pinjaman luar negeri untuk publik.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan kemiskinan dan redistribusi

pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrumen alokasi anggaran

pemerintah, yaitu (1) subsidi langsung atau subsidi individu yang ditargetkan pada

rumahtangga berpendapatan rendah, (2) subsidi harga, subsidi yang dialokasikan

untuk komoditi yang digunakan oleh rumahtangga menjadi lebih murah terutama

untuk kebutuhan pokok, dan (3) pengeluaran langsung pemerintah terhadap

pelayanan publik dan infrastruktur, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan,

kesehatan dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga yang

berpendapatan rendah.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

134

Gambar 2.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Distribusi

Pendapatan dan Kemiskinan

Dengan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Romer dan Lucas, maka

fokus kajian ini lebih ditekankan pada pengeluaran pemerintah untuk pendidikan

dan kesehatan. Dalam penelitian ini, instrumen pengeluaran pemerintah untuk

pendidikan dan kesehatan sebagai proxy modal manusia. Untuk mengetahui

apakah investasi sumberdaya manusia efektif dalam mengurangi ketimpangan

distribusi pendapatan dan kemiskinan, instrumen transfer pendapatan ke

rumahtangga oleh pemerintah (berupa bantuan langsung tunai) juga akan

dianalisis sebagai pembanding.

III. METODOLOGI

Untuk menjawab tujuan penelitian digunakan pendekatan aplikasi ekonomi

keseimbangan umum (CGE Model) dan beta distribution function. Model CGE yang

diadopsi dari model INDOF (Oktaviani, 2000) dan model WAYANG (Wittwer,

1999). Metode beta distribusi function digunakan untuk mengevaluasi ketimpangan

distribusi pendapatan rumahtangga yang diadopsi dari Decaluwe, et.al (1999); dan

Pajak

Pendapatan

Pajak

Produksi

Pajak

Penjualan

Pinjaman

Luar

Transfer

HH

Susbsidi

Komoditi

Penyesuaian

Pendapatan

Penyesuaian

Harga

Tekanan pada

Inflasi

Growth lambat:

penyesuaian

di dalam pasar TK

Work-leisure

Preferences

switch

AAnnggggaarraann PPeemmeerriinnttaahh

Penyesuaian di dalam Pendapatan dan

Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran Pembangunan

Terutama untuk

Distribusi Pendapatan

Kemiskinan

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

135

Agenor, et. al (2003). Penulisan notasi mengikuti sistem model ORANI-F (Horridge

et al. (1993) dan INDOF (Oktaviani, 2000), yang dituliskan dalam istilah perubahan

persentase.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa seluruh industri beroperasi pada

pasar dengan kondisi competitive baik di pasar input maupun di pasar output. Hal

ini mengimplikasikan bahwa tidak ada pelaku ekonomi yang dapat mengatur

pasar, sehingga seluruh sektor dalam ekonomi diasumsikan menjadi penerimaan

harga (price-taker). Pada tingkat output, harga-harga dibayar oleh konsumen sama

dengan marginal cost dari memproduksi barang. Hal yang sama, dimana input

dibayar sesuai dengan nilai produk marginalnya. Persamaan permintaan dan

penawaran diturunkan dari prosedur optimasi. Karena model yang digunakan

merupakan model recursive dynamic, maka dampak kebijakan dari tahun ke tahun

dapat tertangkap dari model. 3.1. Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan rumahtangga diperoleh dari Tabel SNSE Indonesia,

yang diagregasi kedalam delapan kelompok rumahtangga. Untuk menganalisis dan

menghasilkan distribusi pendapatan berdasarkan kelompok rumahtangga,

digunakan suatu rumusan distribusi pendapatan yang sesuai dengan

karakterisktik dari kelompok rumahtangga.

Distribusi ini tergantung pada pendapatan maksimum dan minimum dan

tentunya pada kecondongan (skewness) distribusi pendapatan dalam kelompok

rumahtangga. Untuk menentukan karakteristik ini ke dalam distribusi pendapatan,

digunakan Beta Distribusi Function seperti yang diusulkan oleh Decaluwé, et.all

(1999); Agenor, et. al (2003) sebagai berikut:

1

11

,

1),;(

qp

qp

mnmx

ymxmny

qpBqpyI ................................................. (2)

dimana

dy

mnmx

ymxmnyqpB

mx

mn qp

qp

1

11

, ................................................. (3)

Parameter mx dan mn secara berturut-turut adalah pendapatan maksimum

dan minimum dalam kelompok rumahtangga. Parameter p dan q akan

mempengaruhi bentuk dan kecondongan (skewness) distribusi. Distribusi tersebut

didasarkan pada parameter beta distribution tertentu yang diestimasi dari

berbagai parameter statistik rumahtangga. Hubungan antara parameter p dan q di

dalam beta distribution function dan berbagai parameter statistik data pengeluaran

rumahtangga dapat dijelaskan menggunakan formula berikut ini:

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

136

1

12s

xxxp ...................................................................................................... (4)

dan

1

11

2s

xxxq ............................................................................................... (5)

dimana x adalah pendapatan rata-rata sampel (sample mean) dan s2 adalah variasi

pendapatan (sample variace) yang didefinisikan dengan formula berturut-turut

adalah:

sample mean: n

x

x i

i 1 ………………………………........................................... (6)

sample variance:

n

i

i xxn

s1

22 1…………………………................................. (7)

Jika p > q maka distribusi condong kekiri, situasi ini membuat distribusi

distribusi cenderung lebih mengarah ke sisi kiri, dalam hal ini ketimpangan dalam

distribusi pendapatan meningkat. Jika q > p maka distribusi menjadi lebih condong

ke sisi kanan. Hal ini juga menunjukkan meningkatnya ketimpangan. Jika p = q,

maka fungsi menjadi simetris, dengan kata lain distribusi pendapatan merata.

3.2. Simulasi Kebijakan

Skenario simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peningkatan

investasi sumberdaya manusia sebesar 20%. Investasi sumberdaya manusia

diproxy dari pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan, sedangkan

produktivitas tenaga kerja untuk setiap sektor di proxy dari output per efektif labor

yang merupakan fungsi dari upah, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan

kesehatan. Karena dalam model CGE tidak dinyatakan secara explisit variabel

investasi sumberdaya manusia, maka untuk menduga besaran perubahan investasi

sumberdaya manusia tersebut di setiap sektor, diestimasi dengan menggunakan

model ekonometrika. Hasil penggunaan model ekonometrik dengan metode

Ordinary Least Square adalah:

Produktivitas TK di Sektor Pertanian Y1 = -0.336824 + 0.000001353 AGRI_W + 0.000100 EDUC + 0.000165 HEALTH (0.000000254) (0.000062235) (0.000122) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9264 Produktivitas TK Sektor Pertambangan Y2 = -0.469987 + 0.000005112 MINING_W + 0.000133 EDUC + 0.000198 HEALTH (0.000001768) (0.000163) (0.000301) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.8987

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

137

Produktivitas TK di Sektor Industri Y3 = 1.255264 + 0.000002682 INDUS_W + 0.000107 EDUC + 0.000171 HEALTH (0.000511) (0.262996) (0.398644) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.6575 Produktivitas TK Sektor LGA Y4 = -0.058364 + 0.000003760 LGA_W + 0.000078039 EDUC + 0.000121 HEALTH (0.000001119) (0.000091238) (0.000158) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9270 Produktivitas TK Sektor Bangunan Y5 =-1.653449 + 0.000007506 CONST_W + 0.000036186 EDUC+0.000087996 HEALTH (0.000001598) (0.000105) (0.000167) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9498 Produktivitas TK Sektor Perdagangan Y6 =-1.186052 + 0.000006513 TRADE_W + 0.000013402 EDUC+0.000043562 HEALTH (0.000001243) (0.000073152) (0.000132) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9258 Produktivitas TK Sektor Transportasi Y7 = -0.122122 + 0.000002433 TRANS_W + 0.000035398 EDUC + 0.000120 HEALTH (0.000001243) (0.000073152) (0.000132) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.8580 Produktivitas TK Sektor Keuangan Y8 = -0.821571 + 0.000003294 BANK_W + 0.000083587 EDUC + 0.000100 HEALTH (0.000000461) (0.000052346) (0.000096658) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9773 Produktivitas TK di Sektor Jasa Y9 = -0.642525 + 0.000003578 SERVIS_W + 0.000156 EDUC + 0.000190 HEALTH (0.000001423) (0.000141) (0.000268) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9005

Nilai di dalam tanda kurung adalah standard error. Secara keseluruhan

dapat diketahui bahwa peningkatan investasi sumberdaya manusia berpengaruh

positif terhadap produktivitas tenaga kerja sektoral. Semakin besar pengeluaran

pemerintah baik untuk pendidikan maupun untuk kesehatan, maka semakin besar

produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian secara

signifikan dipengaruhi oleh tingkat upah, investasi pendidikan dan kesehatan,

dimana seluruh variabel penjelas berbeda nyata dengan nol pada tingkat

kesalahan 15 persen. Sektor lain juga dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat

upah, namun investasi pendidikan dan kesehatan umumnya tidak signifikan tetapi

masih memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan produktivitas tenaga

kerja di masing-masing sektor.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

138

Dari hasil estimasi tersebut, nilai dasar ditentukan dari hasil prediksi model

(ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom a), selanjutnya dilakukan stimulus ekonomi

berupa peningkatan investasi suberdaya untuk pendidikan (nilai perubahan

ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom b) dan investasi sumberdaya manusia untuk

kesehatan (nilainya ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom d). Prosentase perubahan

produktivitas tenaga kerja sebagai akibat adanya peningkatan investasi

sumberdaya manusia (ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom c dan e) diperoleh

dengan menggunakan formula:

100% xDasar

DasarSimulasi ................................................................................. (8)

Prosentase perubahan produktivitas tenaga kerja sektoral yang ditunjukkan

pada kolom c dan e selanjutnya akan dimasukkan ke model CGE melalui variabel

A1PRIM (produktivitas tenaga kerja sektoral).

Tabel 3.1 Besaran Perubahan Produktivitas Tenaga Kerja yang dimasukkan ke Dalam

Model CGE

Variabel

Nilai Dasar

Simulasi 1 Simulasi 2

Nilai Nilai

A B c d e

Produktivitas TK Sektor Pertanian 1.15 1.18 2.60 1.21 5.21

Produktivitas TK Sektor Pertambangan 3.28 3.40 3.55 3.36 2.20

Produktivitas TK Sektor Industri 3.14 3.36 6.98 3.38 7.48

Produktivitas TK Sektor LGA 1.75 1.81 3.92 1.79 2.53

Produktivitas TK Sektor Bangunan 1.84 1.88 1.72 1.88 1.74

Produktivitas TK Sektor Perdagangan 1.36 1.40 2.87 1.38 1.17

Produktivitas TK Sektor Transportasi 1.46 1.49 2.13 1.50 3.00

Produktivitas TK Sektor Keuangan 2.01 2.09 3.64 2.05 1.81

Produktivitas TK Sektor Jasa-Jasa 2.42 2.53 4.65 2.58 6.53

Simulasi 1: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia diproxy dari Pengeluaran Pemerintah

untuk Pendidikan Sebesar 20 persen Simulasi 2: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia diproxy dari Pengeluaran Pemerintah

untuk Kesehatan Sebesar 20 persen

Simulasi ke 3 adalah bantuan tunai langsung yang merupakan salah satu

instrumen fiskal pemerintah dalam mempengaruhi distribusi pendapatan dan

kemiskinan. Simulasi yang dilakukan adalah bantuan langsung tunai ke

rumahtangga perdesaan sebesar Rp 100.000,- perbulan untuk masing-masing

kelompok rumahtangga perdesaan, atau meningkat sebesar yang ditunjukkan pada

Tabel 3.2 dari rata-rata pendapatan kelompok rumahtangga perdesaan.

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

139

Tabel 3.2 Persentase Peningkatan Pendapatan untuk Masing-Masing Kelompok

Rumahtangga Perdesaan (%)

No Rumah Tangga Simulasi 3

1 Buruh pertanian di desa 18.388 2 Pengusaha pertanian di desa 18.041 3 Pengusaha bebas golongan rendah di desa 17.860 4 Bukan angktan kerja dan golongan tidak jelas di desa 17.689 5 Pengusaha bebas golongan atas di desa 17.848 6 Pengusaha bebas golongan rendah di kota 0 7 Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di kota 0 8 Pengusaha bebas golongan atas di kota 0

Sumber: Susenas, 2002 (diolah)

Pada kenyataannya, transfer pendapatan atau bantuan langsung tunai yang

diberikan pemerintah ke rumahtangga tidak hanya di daerah perdesaan, tetapi

juga pada masyarakat di perkotaan. Argumen utama mengapa hanya transfer

pendapatan ke rumahtangga perdesaan di masukkan ke dalam model adalah

karena pada kelompok rumahtangga perdesaan tersebut jumlah penduduk yang

berada dibawah garis kemiskinan lebih dari 50 persen. Simulasi peningkatan

investasi sumberdaya manusia dan transfer pendapatan dalam kajian ini tidak

memperhitungkan dan memperhatikan alokasi dana sektor lainnya.

3.3. Closure

Di dalam model CGE, khususnya memiliki variabel yang lebih besar

dibandingkan jumlah persamaannya, sehingga untuk menutup kekurangan agar

model mencapai solusi (dipecahkan), selisih antara variabel tersebut

mengharuskan adanya variabel eksogen. Horridge, et al (1993) menyatakan ada

beberapa variabel yang dapat dijadikan sebagai variabel eksogen umumnya

variabel-variabel yang tidak mempunyai persamaan. Susunan dari sebuah closure

sangat berpengaruh terhadap hasil analisis. Beberapa jenis closure yang

dimasukkan dalam permodelan menunjukkan kepentingannya terhadap tujuan

penelitian dan bersifat fleksibel. Sangat penting menunjukkan variabel-variabel

yang akan di shock dan diaplikasikan pada simulasi sebagai variabel eksogen.

Selain itu closure yang digunakan juga dilihat berdasarkan kegunaannya,

apakah digunakan dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Dalam

penelitian ini closure yang digunakan adalah closure jangka panjang, karena

investasi sumberdaya manusia memberikan dampak perubahan terhadap

perekonomian dalam waktu jangka panjang.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

140

Gambar 3.1 Closure Makroekonomi yang digunakan untuk menganalisis Dampak

Investasi Sumberdaya Manusia dan Bantuan Langsung Tunai

Sumber: Oktaviani, (2000), modifikasi.

3.4. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah Input-Output Nasional Tahun 2003 dan SNSE

2003. Untuk melihat pendapatan rumahtangga digunakan Survey Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) Tahun 2002. Sumber data terutama diperoleh dari Badan

Pusat Statistik. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak

GEMPACK, dan untuk menduga bentuk distribusi pendapatan kelompok

rumahtangga digunakan perangkat lunak Distributive Analysis/DAD.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak peningkatan investasi sumberdaya manusia sebesar 20 persen, dan

bantuan tunai langsung pemerintah ke rumahtangga perdesaan ditampilkan pada

Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dampak peningkatan investasi

sumberdaya manusia untuk pendidikan sebesar 20 persen (simulasi 1) secara

langsung meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas

+ = + + PDB riil

Konsumsi RT riil

Investasi Riil

Pengeluaran Pemerintah

Riil

Neraca

Perdagangan

Perubahan Produktivita

s Tenaga Kerja

Nilai Tukar

riil

Tingkat Upah Riil

= endogen

= eksogen

Trend TK

TK

Agregat

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

141

Variabel Ekonomi Makro

(Terpilih) Simbol Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3

Balance of trade / GDP delB 1.129 0.887 -0.504

Defisit Anggaran (Rp Miliar) delbudget -10740.746 -11560.049 6216.464

Pengeluaran Pemerintah Agregat w0govt_g -2.783 -2.844 3.142

Penerimaan Pemerintah Agregat w0govt_t 2.485 2.885 0.689

Tenaga Kerja employ_i 1.353 1.491 0.500

Output Agregat x1prim_i 4.610 4.934 0.160

Devaluasi Riil p0realdev 1.810 1.634 -0.534

Indeks Harga Konsumen p3tot -1.451 -1.517 0.395

Upah Riil realwage 0.132 0.201 -0.295

GDP Riil dari Sisi Pengeluaran x0gdpexp 4.565 4.871 0.172

Pengeluaran Investasi Riil x2tot_i 4.471 5.956 2.220

Konsumsi Rumahtangga Riil x3tot 2.959 3.449 0.413

Ekspor x4tot 7.742 6.975 -1.088

Impor x0imp_c 2.348 2.605 0.835

Perubahan Stok x6tot 4.587 5.174 0.061

tenaga kerja ini direpresentasi oleh kenaikan output aggregat sebesar 4.610.

Dilihat dari sisi pengeluaran, PDB riil nasional mengalami peningkatan sebesar

4.565 persen untuk sepuluh tahun ke depan. Peningkatan PDB riil tersebut

dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran investasi riil (4.471), konsumsi

rumahtangga riil (2.959) perubahan stok (4.587 persen). Disamping hal tersebut

peningkatan PDB riil juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor, meskipun nilai

impor meningkat, numun peningkatan nilai ekspor lebih besar jika dibandingkan

dengan peningkatan nilai impor, sehingga rasio neraca perdagangan terhadap PDB

menjadi positif, atau meningkat sebesar 1.129 persen.

Temuan ini sangat mendukung endogenous growth theory yang menekankan

pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan modal manusia yang

ditunjukkan oleh peningkatan produktivitas, dimana pada akhirnya produktivitas

tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi (Romer, 1986); (Lucas,

1988).

Tabel 4.1

Hasil Simulasi Dampak Investasi Sumberdaya Manusia dan Bantuan Tunai Langsung terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia

(%)

Keterangan: Simulasi 1: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Pendidikan sebesar 20 Persen

Simulasi 2: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Kesehatan sebesar 20 Persen

Simulasi 3: Transfer Pendapatan kepada kelompok Rumahtangga Perdesaan oleh

Pemerintah sebesar Rp. 100000,- dari pendapatan rata-rata aktual masing-

masing kelompok rumahtang

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

142

Hal yang sama juga terjadi jika dilakukan peningkatan investasi sumberdaya

manusia untuk kesehatan (simulasi 2), dimana output aggregat meningkat sebesar

4.934 persen. PDB riil dari sisi pengeluaran juga mengalami peningkatan sebesar

4.871 persen. Instrumen peningkatan investasi sumberdaya manusia tersebut

merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan jika

tetap dilakukan kebijakan tersebut dengan tingkat pengeluaran yang sama selama

sepuluh tahun ke depan, maka kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik

dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam memacu laju pertumbuhan ekonomi.

Stimulasi ekonomi yang diberikan pemerintah dalam bentuk bantuan

langsung tunai ke pada rumahtangga perdesaan hanya berdampak kecil pada

peningkatan PDB riil. PDB riil hanya meningkat sebesar 0.172 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa transfer pendapatan yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat lebih banyak digunakan untuk kegiatan konsumsi bukan kegiatan yang

produktif, sehingga kenaikan PDB tersebut hanya didorong oleh kenaikan

permintaan. Dampak bantuan tunai langsung tersebut menyebabkan nilai ekspor

mengalami penurunan sebesar 1.088 persen sementara nilai impor mengalami

peningkatan sebesar 0.835 persen, sehingga neraca perdagangan mengalami

defisit seperti yang ditunjukkan oleh penurunan rasio neraca perdagangan dengan

PDB, yaitu menurun sebesar 0.504 persen. Jika transfer pendapatan terus

dilakukan maka dalam jangka panjang ketergantungan terhadap impor akan

semakin meningkat.

Peningkatan investasi sumberdaya manusia searah dengan peningkatan

produktivitas tenaga kerja sektoral dan mendorong sebagian besar industri untuk

berproduksi lebih efisien, sehingga industri mampu menghasilkan barang yang

lebih murah, yang pada gilirannya hampir di seluruh sektor harga menjadi lebih

murah. Penurunan harga-harga tersebut ditunjukkan oleh penurunan indeks harga

konsumen yang mencerminkan bahwa harga-harga produk Indonesia menurun.

Produk Indonesia menjadi lebih kompetitif terlihat dari devaluasi riil mata

uang rupiah terhadap dollar meningkat masing-masing sebesar 1.810 persen dan

1.634 persen pada skenario simulasi 1 dan simulasi 2. Rasio neraca perdagangan

dengan PDB bernilai positif. Neraca perdagangan positif ini digambarkan oleh

peningkatan nilai ekspor untuk kedua simulasi dan kekuatan posisi ekspor

Indonesia tersebut juga didukung dengan devaluasi riil mata uang rupiah terhadap

dollar. Sedangkan pada simulasi 3 rasio neraca perdagangan terhadap PDB bernilai

negatif. Hal tersebut disebabkan karena nilai ekspor menurun disisi lain nilai

impor meningkat. Kondisi ini juga diperkuat oleh devaluasi rill mata uang rupiah

terhadap dollar yang mengalami penurunan sebesar 0.534 persen, sehingga

produk-produk Indonesia menjadi tidak kompetitif dipasar Internasional, dengan

kata lain harga produk-produk Indonesia menjadi lebih mahal.

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

143

Lebih jauh dapat dilihat bahwa dampak peningkatan investasi sumberdaya

manusia dapat menurunkan jumlah pengangguran. Penyerapan tenaga kerja

meningkat sebesar 1.353 persen di simulasi 1, dan 1.491 persen pada simulasi 2.

Sedangkan pada simulasi 3 permintaan tenaga kerja hanya meningkat sebesar

0.500 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi di dalam modal manusia

dapat mengurangi jumlah pengangguran lebih besar dibandingkan dengan transfer

pendapatan ke rumahtangga.

Peningkatan modal manusia dalam produktivitas tenaga kerja baik pada

simulasi 1 dan simulasi 2 memberikan dampak yang baik terhadap defisit

anggaran pemerintah, defisit anggaran pemerintah menurun sebesar Rp 10.74

triliun dan Rp. 11.56 triliun atau masing-masing sekitar 0.51 persen dan 0.55

persen terhadap GDP, sebaliknya bantuan langsung tunai ke rumahtangga

mengakibatkan defisit anggaran pemerintah semakin meningkat, yaitu sebesar Rp

6.216 triliun atau sekitar 0.30 persen terhadap GDP. Hal ini mengindikasikan

investasi sumberdaya manusia baik untuk pendidikan maupun untuk kesehatan

lebih memiliki nilai ekonomis yang lebih besar daripada bantuan tunai langsung.

Bantuan tunai langsung menyebabkan anggaran masyarakat menjadi lebih besar

yang mendorong pada kenaikan permintaan, sehingga dalam jangka panjang,

ketergantungan terhadap impor semakin tinggi, sedangkan investasi sumberdaya

manusia, meningkatkan modal manusia, sehingga ketergantungan masyarakat

terhadap pemerintah akan semakin menurun, dan pada akhirnya defisit anggara

pemerintah akan semakin menurun. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

investasi sumberdaya manusia lebih memberikan dampak positif terhadap kinerja

makroekonomi Indonesia.

Hasil temuan ini bertentangan dengan Oktaviani, et.all (2005), yang

menyebutkan bahwa transfer langung kepada masyarakat miskin lebih baik dari

pada peningkatan pengeluaran di sektor pendidikan. Adanya perbedaan hasil

temuan ini lebih disebabkan kepada proses simulasi yang dilakukan Oktaviani, et.

al (2005) melakukan stimulas dengan meningkatkan pengeluaran disektor

pendidikan sedangkan dalam kajian ini shock dilakukan melalui peningkatan

produktivitas tenaga kerja yang diukur dengan output per effective labor.

Dilihat berdasarkan sektoral secara keseluruhan diektahui bahwa dampak

investasi sumberdaya manusia dan bantuan langsung tunai akan berdampak pada

meningkatnya output di masing-masing sektal, sedangkan terhadap perubahan

harga dan permintaan tenaga kerja dampaknya bervariasi di masing-masing

sektor. Lebih jelasnya dampak investasi sumberdaya manusia dan bantuan

langsung tunai ditampilkan pada Tabel 4.2.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

144

No

S

ek

tor

Sim

ula

si 1

S

imu

lasi

2

Sim

ula

si 3

Ou

tpu

t H

arg

a

La

bo

r O

utp

ut

Ha

rga

L

ab

or

Ou

tpu

t H

arg

a

La

bo

r

1

Pad

i 4

.35

3

.18

5

.21

5

.17

-3

.84

1

.94

0

.15

0

.80

0

.39

2

T

anam

an P

anga

n

2.5

6

0.8

5

2.1

9

5.0

8

-3.9

2

1.6

6

0.0

5

0.6

6

0.2

1

3

Per

keb

un

an

4.2

0

0.1

2

3.5

1

9.1

2

-2.1

6

6.7

2

-0.3

8

0.2

0

-0.4

7

4

Pet

ern

akan

4

.44

0

.03

4

.04

6

.46

-3

.12

2

.94

0

.41

0

.61

0

.62

5

K

ehu

tan

an

4.8

6

2.7

2

5.9

9

6.4

4

-2.6

4

3.7

7

0.0

6

0.6

4

0.2

5

6

Per

ikan

an

2.6

6

-0.0

1

1.8

8

6.4

8

-1.0

5

4.6

0

-0.1

5

0.1

7

-0.2

7

7

Per

tam

ban

gan

4

.12

-0

.10

2

.97

2

.58

0

.07

2

.41

-0

.09

0

.02

-0

.19

8

In

du

stri

Mak

anan

dan

Min

um

an

4.3

6

-3.0

2

-4.0

2

5.1

2

-4.6

2

-3.4

0

0.1

5

0.5

3

0.3

3

9

Ind

. tek

stil

, pak

aian

dan

ku

lit,

per

min

tala

n

6.8

6

-3.3

3

0.6

2

6.4

0

-4.0

1

-0.4

6

-0.4

0

0.1

8

-0.4

7

10

In

d k

ayu

, bam

bu

, ro

tan

, ker

tas

dan

kar

ton

6

.45

-3

.86

-0

.87

6

.08

-6

.01

-2

.91

-0

.28

-0

.01

-0

.66

1

1

Ind

ust

ri k

imia

, pu

pu

k d

an p

esti

sid

a

6.3

8

-3.0

9

-0.0

6

6.4

9

-3.4

8

-0.4

6

-0.0

3

0.3

0

0.0

5

12

P

engi

lan

gan

min

yak

bu

mi

9.8

7

-0.7

4

6.4

0

10

.71

-0

.80

7

.20

-0

.31

0

.04

-0

.39

1

3

Ind

ust

ri b

aran

g k

aret

dan

pla

stik

6

.57

-3

.09

0

.20

6

.18

-3

.75

-0

.93

-0

.31

0

.20

-0

.35

14

In

d. b

aran

g-b

aran

g d

ari m

iner

al b

uk

an

loga

m

5.5

0

-3.9

3

-1.2

7

5.9

5

-4.1

4

-1.2

1

0.8

2

0.5

9

1.2

3

15

In

du

stri

sem

en

8.0

6

-2.9

5

2.5

1

9.1

6

-2.8

5

3.5

6

0.8

8

0.7

5

1.4

2

16

In

d. b

esi

dan

baj

a, lo

gam

das

ar b

uk

an b

esi

5.6

2

-2.9

8

-1.1

4

6.3

1

-2.8

2

-0.7

2

1.1

3

0.5

6

1.7

1

17

In

d. a

lat

angk

uta

n, l

isti

k, m

esin

dan

ala

tny

a

6.6

1

-2.9

6

0.2

7

6.1

6

-3.1

8

-1.0

2

-0.2

7

0.2

2

-0.3

1

18

L

istr

ik, g

as d

an A

ir B

ersi

h

3.9

9

-1.0

8

1.2

4

3.8

7

0.4

6

3.4

3

0.2

1

0.3

0

0.5

2

19

B

angu

nan

4

.39

-0

.58

4

.76

5

.76

0

.17

7

.11

2

.05

1

.31

3

.51

2

0

Per

dag

anga

n

4.7

3

1.9

7

6.2

1

4.1

6

7.3

1

9.7

4

0.1

4

0.4

9

0.5

1

21

R

esto

ran

dan

ho

tel

3.8

3

-0.8

1

2.3

2

2.9

7

1.5

8

3.8

0

0.2

5

0.5

1

0.5

8

22

A

ngk

uta

n

4.1

9

0.3

7

4.8

4

4.4

8

-0.0

3

3.8

0

0.0

7

0.3

9

0.2

1

23

K

om

un

ikas

i 3

.73

1

.14

4

.18

4

.17

-0

.28

3

.46

0

.23

0

.80

0

.58

24

Ja

sa K

euan

gan

dan

Per

usa

haa

n

4.0

4

-2.1

2

1.9

0

2.8

6

1.3

2

3.1

0

0.1

0

0.4

8

0.4

3

25

P

emer

inta

haa

n u

mu

m d

an p

erta

han

an

0.2

0

-4.3

1

-4.6

7

0.1

9

-4.4

9

-6.7

2

0.0

1

0.1

5

0.0

2

26

Ja

sa P

end

idik

an d

an K

eseh

atan

2

.65

-4

.23

-2

.18

3

.05

-4

.94

-3

.93

0

.26

0

.22

0

.33

27

Ja

sa L

ain

nya

5

.01

-3

.83

0

.93

5

.95

-5

.38

-0

.93

0

.26

0

.43

0

.53

Ta

be

l 4

.2

Da

mp

ak

In

ve

sta

si S

um

be

rda

ya

Ma

nu

sia

da

n B

an

tua

n T

un

ai

La

ng

sun

g T

erh

ad

ap

Pe

rub

ah

an

Ha

rga

, Ou

tpu

t d

an

Pe

rmin

taa

n T

en

ag

a K

erj

a

Se

kto

ral

di

Ind

on

esi

a (

%).

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

145

Secara makro terlihat bahwa investasi sumberdaya manusia mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, bagaimana dengan distribusi pendapatan?.

Untuk melihat perubahan distribusi pendapatan, rumahtangga disagregasi ke

dalam 8 (delapan) kelompok rumahtangga, terdiri dari 5 kelompok rumahtangga

di perdesaan dan 3 kelompok rumahtangga di perkotaan. Kelompok rumahtangga

perdesaan tersebut didefinisikan sebagai berikut: (1) buruh pertanian di desa, (2)

pengusaha pertanian di desa, (3) pengusaha bebas golongan rendah di desa, (4)

bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa, dan (5) pengusaha bebas

golongan atas di desa. Sedangkan tiga kelompok rumahtangga di perkotaan adalah

(1) pengusaha bebas golongan rendah di kota, (2) bukan angkatan kerja dan

golongan tidak jelas di kota, dan (3) pengusaha bebas golongan atas di kota.

Karakteristik dari delapan kelompok rumahtangga tersebut disajikan pada

Tabel 4.3. Variasi pendapatan minimum berkisar antara Rp 44.540 ribu sampai

dengan Rp. 114.26 ribu per bulan. Dimana pendapatan terendah dimiliki oleh

kelompok rumahtangga bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa,

yaitu Rp. 35.240 ribu.

Tabel 4.3 Karakteristik Pendapatan Rumah Tangga dan Demografi Indonesia

Sumber: Susenas, 2002 (diolah)

Keterangan: Poverty line ditentukan berdasarkan ukuran Bank Dunia, yaitu sebesar $ 2 per hari atau setara dengan Rp. 570 ribu per bulan

Pada Tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa variasi rata-rata pendapatan

kelompok rumahtangga tertinggi adalah antara Rp. 543.84 ribu sampai dengan Rp.

1028.15 ribu. Dimana pendapatan terkecil dimiliki oleh kelompok rumahtangga

bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa sedangkan pendapatan

tertinggi dimiliki oleh kelompok rumahtangga pengusaha bebas golongan atas di

kota, yaitu sebesar Rp. 1028.15 ribu.

Pangsa populasi terbesar terdapat pada kelompok rumahtangga bukan

angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa yaitu sebesar 29.64 persen,

kemudian diikuti dengan rumahtangga pengusaha pertanian di desa sebesar 23.99

No Rumah Tangga Mean Minimum

Maximum Penduduk Poverty

(Rp 000) (Rp 000) (Rp 000) (%) Line (%)

1 Buruh Pertanian 543.84 44.54 999.91 2.88 57.23

2 Pengusaha Pertanian 555.13 58.54 1000.00 23.99 55.07

3 Pengusaha Bebas Gol Rendah Desa 559.91 47.14 6543.52 8.48 62.52

4 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Desa 565.32 35.24 6935.20 29.64 61.35

5 Pengusaha Bebas Gol atas Desa 560.28 68.15 4175.76 2.87 61.33

6 Pengusaha Bebas Gol Rendah Kota 1001.79 102.16 8878.63 6.99 27.35

7 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Kota 984.43 100.49 8994.67 22.80 26.98

8 Pengusaha Bebas Gol Atas Kota 1028.15 114.26 9613.13 2.34 26.13

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

146

persen. Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan (poverty line) terbesar

terdapat pada kelompok rumahtangga pengusahan bebas golongan rendah di desa.

Secara umum jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan terbesar terdapat di

daerah perdesaan. Sedangkan di daerah perkotaan, penduduk yang berada di

bawah garis kemiskinan relatif kecil yaitu sekitar 26 persen.

Pada tingkat rumahtangga diketahui bahwa peningkatan investasi

sumberdaya manusia berdampak pada peningkatan pendapatan riil rumahtangga.

Besaran peningkatan pendapatan riil antara 1.4586 persen dan 3.6750 persen

untuk investasi pendidikan. Sedangkan untuk investasi kesehatan meningkat

antara 2.3521 persen dan 4.0850 persen (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia dan

Transfer Pendapatan terhadap Pendapatan Riil Rumah Tangga (%)

No Kelompok Rumahtangga Perubahan Pendapatan

Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3

1 Buruh pertanian di desa 1.4586 2.7082 0.6362

2 Pengusaha pertanian di desa 3.0227 4.0850 0.5714

3 Bukan pertanian golongan bawah di desa 2.6783 3.0992 0.4963

4 Bukan angkatan kerja di desa 1.9847 2.9052 0.2321

5 Bukan pertanian golongan atas di desa 2.9220 3.2169 0.3283

6 Pertanian golongan bawah di kota 3.1075 3.6141 0.2595

7 Bukan angkatan kerja dan gol tdk jls di kota 2.5174 2.3521 0.3295

8 Bukan pertanian golongan atas di kota 3.6750 3.6280 0.3845

Investasi sumberdaya manusia untuk pendidikan secara umum memberikan

kenaikan pendapatan paling besar di perkotaan, dan investasi sumberdaya

manusia untuk kesehatan memberikan kenaikan pendapatan yang paling lebih

besar di daerah perdesaan khususnya bagi kelompok rumahtangga pengusaha

pertanian di desa. Sedangkan bantuan langsung tunai ke rumahtangga perdesaan

(simulasi 3) hanya memberikan kenaikan pendapatan yang relatif kecil.

Dalam rangka untuk menganalisis dan mengevaluasi distribusi pendapatan

berdasarkan kelompok rumahtangga, dalam penelitian ini digunakan ukuran beta

density distribution function atau beta density distribution function untuk masing-

masing pendapatan kelompok rumahtangga.

Parameter mx dan mn secara berturut-turut adalah pendapatan maksimum

dan minimum di dalam kelompok rumahtangga. Sementara parameter p dan q

akan mempengaruhi bentuk ketimpangan distribusi pendapatan untuk masing-

masing kelompok rumahtangga.

Pada Tabel 4.5 ditampilkan parameter yang diperlukan oleh beta density

distribution function untuk masing-masing kelompok rumahtangga. Parameter mx,

mn, p dan q tersebut di estimasi dari data Survey Sosial Ekonomi Nasional

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

147

(SUSENAS). Bentuk distribusi pendapatan yang dihasilkan dari nilai parameter

yang ditampilkan pada Tabel 4.5 dan hasil simulasi peningkatan investasi

sumberdaya manusia dan bantuan tunai langsung untuk masing-masing kelompok

rumahtangga ditampilkan Gambar 4.1 – Gambar 4.8.

Tabel 4.5 Nilai Parameter Beta Density Distribution Function

No Rumah Tangga p q Minimum Maximum

(Rp. 000) (Rp. 000)

1 Buruh Pertanian 2.18 1.99 44.54 999.91

2 Pengusaha Pertanian 2.16 1.94 58.54 1000.00

3 Pengusaha Bebas Gol Rendah Desa 2.27 26.54 47.14 6543.52

4 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Desa 2.30 36.03 35.24 6935.20

5 Pengusaha Bebas Gol Atas Desa 2.29 16.14 68.15 4175.76

6 Pengusaha Bebas Gol Rendah Kota 1.23 9.00 102.16 8878.63

7 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Kota 1.25 12.02 100.49 8994.67

8 Pengusaha Bebas Gol Atas Kota 1.16 10.25 114.26 9613.13 Sumber: Susenas, 2002 (diolah)

Pada Gambar 4.1 – Gambar 4.8, terlihat bahwa distribusi pendapatan tanpa

kebijakan (dasar), distribusi pendapatan terutama kelompok rumahtangga buruh

pertanian dan pengusaha pertanian di perdesaan berada disebelah kiri garis

kemiskinan. Tingkat pendapatan masing-masing individu di dalam kelompok

rumahtangga tersebut relatif rendah dengan jumlah individunya relatif lebih

banyak. Segmen rumahtangga ini, ketimpangan pendapatan relatif rendah.

Jumlah individu di masing-masing kelompok rumahtangga buruh pertanian

di desa dan pengusaha pertanian di desa yang berada dibawah garis kemiskinan

relatif besar, yaitu sebesar 57.23 persen dan 55.07 persen secara berturut-turut.

Kelompok rumahtangga lainnya distribusi pendapatan condong di sebelah kanan,

yang mengindikasikan bahwa dalam kelompok rumahtangga tersebut memiliki

pendapatan yang relatif tinggi, situasi ini juga menunjukkan bahwa distribusi

pendapatan semakin tinggi.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

148

Ga

mb

ar

4.1

Dis

trib

usi

Pe

nd

ap

ata

n R

um

ah

tan

gg

a B

uru

h T

an

i

Ga

mb

ar

4.2

D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Pe

ng

usa

ha

P

ert

an

ian

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

149

Ga

mb

ar

4.3

D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Pe

ng

usa

ha

B

eb

as

Go

lon

ga

n R

en

da

h d

i D

esa

Ga

mb

ar

4.4

D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Bu

ka

n

An

gk

ata

n K

erj

a d

an

Go

lon

ga

n T

ida

k J

ela

s d

i D

esa

Be

ba

s G

olo

ng

an

Re

nd

ah

di

De

sa

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

150

Ga

mb

ar

4.5

D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Pe

ng

usa

ha

B

eb

as

Go

l a

tas

di

De

saB

eb

as

Go

lon

ga

n R

en

da

h d

i D

esa

Ga

mb

ar

4.6

D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Pe

ng

usa

ha

B

eb

as

Go

l R

en

da

h d

i K

ota

B

eb

as

Go

l a

tas

di

De

saB

eb

as

Go

lon

ga

n R

en

da

h d

i D

esa

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

151

Ga

mb

ar

4.7

. D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Bu

ka

n A

K

da

n G

ol

Tid

ak

Je

las

di

Ko

taB

eb

as

Go

l a

tas

di

De

saB

eb

as

Go

lon

ga

n R

en

da

h d

i D

esa

Ga

mb

ar

4.8

. D

istr

ibu

si P

en

da

pa

tan

Ru

ma

hta

ng

ga

Pe

ng

usa

ha

B

eb

as

Go

l a

tas

di

Ko

ta B

eb

as

Go

l a

tas

di

Ko

ta

Ko

taB

eb

as

Go

l a

tas

di

De

saB

eb

as

Go

lon

ga

n R

en

da

h

di

De

sa

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

152

Jika pendapatan rata-rata meningkat sebesar , maka pendapatan masing-

masing rumahtangga di dalam kelompok juga mengalami peningkatan sebesar .

Dengan acuan tersebut, distribusi pendapatan akan secara secara horizontal

bergeser mengikuti perubahan pendapatan pada masing-masing kelompok

rumahtangga (Simulasi 1, Simulasi 2 dan Simulasi 3). Kurva beta distribusi function

proporsional bergeser secara horizontal dari kiri menuju ke kanan bawah garis

kemiskinan. Jika dibandingkan investasi pendidikan dan kesehatan pada kelompok

rumahtangga buruh pertanian ini, maka terlihat jelas bahwa investasi kesehatan

lebih baik menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan

dalam kelompok rumahtangga menjadi lebih merata, investasi pendidikan hanya

relatif kecil mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan. Investasi

sumberdaya manusia relatif lebih baik menurunkan ketimpangan distribusi

pendapatan rumahtangga jika dibandingkan dengan bantuan langsung tunai ke

rumahtangga perdesaan (Gambar 4.1). Hal yang sama juga terjadi pada kelompok

rumahtangga pengusaha pertanian di desa seperti yang ditampilkan pada Gambar

4.2 dimana distribusi pendapatan menjadi lebih merata.

Untuk kelompok rumahtangga lainnya (Gambar 4.3 – Gambar 4.8), secara

keseluruhan terlihat bahwa investasi pendidikan dan kesehatan maupun bantuan

langsung tunai relatif kecil mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan,

dimana distribusi pendapatan masih condong berada di sebelah kanan, yang hal ini

juga menunjukkan bahwa dalam segmen kelompok rumahtangga tersebut

distribusi pendapatan masih timpang. Efektifitas untuk menurunkan ketimpangan

distribusi pendapatan kelompok rumahtangga, sangat tergantung pada

ketimpangan awal dalam kelompok rumahtangga tersebut.

Namun demikian, pada temuan ini tidak ditemukan pola yang sistematik

antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan

seperti yang dihipotesiskan oleh Kuznet. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi tidak diikuti dengan tingginya tingkat ketimpangan dalam distribusi

pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini dapat menurunkan

tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan, terutama bagi kelompok

rumahtangga buruh pertanian dan pengusaha pertanian.

Hasil temuan ini sesuai dengan Bautista et al. (1999), yang menyatakan

bahwa, dari aspek distribusi pendapatan, pengaruh kenaikan PDB riil lebih besar

dampaknya terhadap perubahan pendapatan kelompok rumahtangga yang

berpendapatan rendah, baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian.

Ravallion dan Chen (1997) juga tidak menemukan hubungan yang sistematik

antara tingkat pertumbuhan dan ketimpangan. Pengaruh pertumbuhan ekonomi

terhadap ketimpangan menurut Goudie and Ladd (1999) adalah bahwa

pertumbuhan mengubah distribusi menjadi lebih baik. Dampak pertumbuhan

kepada yang miskin sangat tergantung pada bagaimana keuntungan

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

153

didistribusikan antar populasi. Lebih tegas dinyatakan oleh Deininger dan Squire

(1998) bahwa pertumbuhan menurunkan penduduk miskin, dan tidak ada

ditemukan menderita dari pertumbuhan tersebut. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

5.1. Kesimpulan

Peningkatan investasi sumberdaya manusia akan mendorong pada

peningkatan produktivitas tenaga kerja yang selanjutnya akan dapat memacu laju

pertumbuhan ekonomi. Instrumen peningkatan investasi sumberday manusia

lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan dan menurunkan ketimpangan

pendapatan rumahtangga dibandingkan dengan bantuan langsung tunai. Tidak

ditemukan adanya pola yang sistematik antara tingkat pertumbuhan ekonomi

dengan ketimpangan distribusi pendapatan seperti yang dihipotesiskan oleh

Kuznet. Tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tidak diikuti dengan tingginya

tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan, sebaliknya, pertumbuhan

ekonomi tersebut dapat menurunkan tingkat ketimpangan dalam distribusi

pendapatan kelompok rumahtangga, terutama bagi kelompok rumahtangga buruh

pertanian dan pengusaha pertanian. 5.2. Implikasi Kebijakan

Untuk meningkatkan pertumbuhnan ekonomi, sebaiknya pemerintah terus

tetap mempertahankan investasi pendidikan yang telah dilakukan dan berupaya

untuk meningkatkan nilai investasi melalui peningkatan kualitas sumberdaya

manusia sehingga mencapai standard dari UNESCO, karena selain investasi

tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga berdampak terhadap

penurunan angka pengangguran serta peningkatan kualitas sumber daya manusia

baik daerah perdesaan maupun di daerah perkotaan. Investasi sumberdaya

manusia lebih efektif menurunkan ketimpangan pendapatan dibandingkan dengan

bantuan langsung tunai kepada kelompok rumahtangga, oleh karena diperlukan

kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kaum miskin, terutama

meningkatkan akses mereka terhadap pendidikan dan kesehatan.

Untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan sangat perlu

diperhatikan ketimpangan awal yang ada di dalam kelompok rumahtangga. Jika

dalam kelompok rumahtangga ketimpangan awalnya rendah, maka cukup hanya

dengan miningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan jika ketimpangan awal dalam

distribusi pendapatan kelompok rumahtangga tinggi, maka untuk menurunkan

ketimpangan tersebut tidak cukup hanya dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi

harus dibarengi dengan kebijakan redistribusi aset. Redistribusi ini dapat

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

154

dilakukan dengan meningkatkan pajak pendapatan kepada individu yang

berpendapatan tinggi didalam kelompok dan mendistribusikan kepada masyarakat

miskin atau penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

Agenor, P. R., D. H. C. Chen and M. Grimm. 2003. Linking Representative Household Models with Household Surveys for Poverty Analysis: A Comparison of Alternative Methodologies. The World Bank and Department of Economics, Yale University, New Haven.

Bautista, R., S. Robinson and M. Said. 1999. Alternative Industrial Development Paths for Indonesia: SAM and CGE Analysis. International Food Policy Institute. Washington, D.C.

Badan Pusat Statistik. 2009. Data Strategis BPS. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Decaluwé, B., A. Patry, L. Savard., and E. Thorbecke, 1999. Poverty Analysis Within a General Equilibrium Framework. Working Paper 99-06. CRÉFA, Département d’économique Université Laval. Quebec, Canada.

Decaluwé, B., J. C. Dumont and L. Savard. 1999. Measuring Poverty and Inequality in a Computable General Equilibrium Model. Working paper 99-20, CREFA, Département d’économique Université Laval. Quebec, Canada.

Deininger, K and L. Squire. 1998. New Way of Looking at Old Issues: Asset Inequality and Growth. Journal of Development Economic, 57(2): 259-287.

Froyen, R. T. 1996. Macroeconomics : Theories and Policies. Fifth Edition. Prentice-Hall Inc, New Jersey.

Goudie, A. and P. Ladd. 1999. Economic Growth and Poverty and Inequality. Journal of International Development, 11(1): 177-195.

Horridge, J., B. R. Parameter and K. R. Pearson. 1993. ORANI-F: A General Equilibrium Model of the Australian Economy. Center of Policy Studies and Impact Project, Monash University, Australia.

Lucas, R. E. 1988. On the Mechanics of Economic Development. Journal of Monetary Economics, 22(1): 3-42.

Oktaviani, R. 2000. The Impact of APEC Trade Liberalization on Indonesia Economy and its Agricultural Sector. PhD Thesis. Department of Agricultural Economics University of Sydney, Sydney.

Oktaviani, R. 2001. Implication of APEC Trade Liberalization and Other Changes for the Indonesia Economy. Quarterly Review of the Indonesian Economy. Bisnis & Ekonomi Politik, 4(1): 2-43.

Oktaviani, R., E. Puspitawati., dan Sahara. 2005. Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan terhadap Ekonomi Indonesia dan Distribusi Pendapatan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik, 6(1) April.

Park, I. 1995. Regional Integration Among the ASEAN Nations. A Computable General

Equilibrium Model Study. Praeger. Westport.

Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)

155

Perkins, D. H; S. Radeler; D. R. Snodgrass; M. Gillis, dan M. Roemer. 2001. Economics of Development. Fifth Edition. W.W. Norton & Company Inc, New York.

Ravallion, M. and S. Chen. 1997. What Can New Survey Data Tell Us About Recent Changes in Distribution and Poverty. World Bank Research Observer, 11(2): 357-382.

Romer, D. 1996. Advanced Macroeconomics. McGraw Hill Companies Inc, New York.

Romer, P. M. 1986. Increasing Returns and Long-Run Growth. Journal of Political Economics, 94(5):1002-1037.

Solow, R.M. (1956), A Contribution to the Theory of Economic Growth. Quarterly Journal of Economics, 70(1): 65-94.

Tim Sosialisasi BBM. 2000. Laporan Mingguan Tim Sosialisasi BBM. Badan Perencana Pembangunan Nasional, Jakarta.

Todaro, M. P. 2000. Economic Development. Pearson Education Limited, New York.

Wittwer, G. 1999. WAYANG: A General Equilibrium Model Adapted for the Indonesian Economy. Centre for International Economic Studies. School of Economics, The University of Adelaide.

Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010

156