ANALISA SISTEM PENJUALAN BAJU PESTA SECARA TUNAI PADA WM BY WIDHI BUDIMULIA JAKARTA
DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN...
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
129
DAMPAK INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA DAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI TERHADAP DISTRIBUSI
PENDAPATAN RUMAHTANGGA DI INDONESIA Oleh
Dr. Rasidin K. Sitepu, SP, MSi1
Abstract
The research objectives are to analyze impact of human capital investment and direct cash fund on income distribution in Indonesia. Analysis is using a combination of Computable General Equilibrium (CGE) Model and Foster–Greer-Thorbecke method. The simulation results show that human capital investment is able to increase economic growth and household income. Instrument direct cash fund lead to income distribution especially farm-laborer household group and agriculture entrepreneur household group in the rural area becomes more equal which is shown by the beta distribution move to the right side of poverty line, but government budget deficit become larger due to this instrument. The human capital investment is more effective in reducing income inequality compare with direct cash fund to household group in the rural area, so that pro-poor government policy is needed, especially in the effort to increase their access to education and health.
Key words: Human Capital Investment, Economic Growth, Income Distribution, CGE
I. PENDAHULUAN
Kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan selalu menjadi topik
pembicaraan yang menarik bagi negera maju maupun bagi negara berkembang,
karena kedua peubah tersebut hampir dialami oleh semua negara di dunia, namun
dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang
bervariasi, hal ini terjadi karena adanya perbedaan baik dalam perbedaan kondisi
sosial, ekonomi dan politik suatu negara.
Penanggulangan kemiskinan menjadi penting dan mendapat perhatian
karena kemiskinan akan menurunkan kualitas hidup (quality of life) masyarakat
yang mengakibatkan antara lain tingginya beban sosial-ekonomi, rendahnya
poduktivitas sumberdaya manusia, rendahnya partisipasi aktif masyarakat,
merosotnya kepercayaan terhadap pemerintah dan kemungkinan menurunkan
mutu generasi yang akan datang.
1 Dosen Sosek, Fakultas Pertanian UISU Medan
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
130
Keseriusan pemerintah menangani kemiskinan terlihat sejak tahun 1970-an
dan pada tahun 2002, pemerintah telah membentuk Komite Penanggulangan
Kemiskinan (KPK) melalui Keppres No. 124 Tahun 2002. Sasarannya adalah
mengurangi jumlah penduduk miskin absolut berkurang sampai 40 persen, upaya-
upaya tersebut dilakukan melalui dua pendekatan. Pertama, peningkatan
pendapatan masyarakat miskin sehingga masyarakat mampu memperoleh
peluang, kemampuan pengelolaan, perlindungan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, politik, hukum dan
keamanan. Kedua, pengurangan pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses
kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang
mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi.
Salah satu tujuan pokok pembangunan adalah menciptakan keseluruhan
pola pertumbuhan pendapatan yang diinginkan dengan penekanan khusus pada
akselerasi pertumbuhan dan pendapatan golongan miskin. Sehingga konsep
penerapan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi semata tanpa diiringi
dengan penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan
bukanlah merupakan konsep yang tepat. Meskipun analisis ekonomi umumnya
tidak menyinggung hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan, namun sebagian besar teori mengisyaratkan bahwa ketimpangan
distribusi pendapatan merupakan sesuatu yang harus dikorbankan demi memacu
laju pertumbuhan ekonomi secara cepat (Todaro, 2000).
Pasca krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2000 sebesar 4.92 %,
ternyata kondisi ini belum mampu menciptakan lapangan kerja dan menyerap
tambahan angkatan kerja yang muncul sekitar 2,5 juta setiap tahunnya, akibatnya
jumlah pengangguran meningkat, sebesar 9.76 juta orang tahun 2001–2004.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran
mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum dapat diturunkan setelah pasca
krisis, tercatat bahwa tahun 2002 penduduk miskin sebesar 38.4 juta jiwa dimana
angka ini lebih besar jika dibandingkan sebelum krisis, yaitu sebesar 34,5 juta jiwa
pada tahun 1996 (BPS, 2002).
Ekonomi Indonesia selama tahun 2005-2008 mengalami pertumbuhan
masing-masing sebesar 5,7 persen (2005), 5,5 persen (2006), 6,3 persen (2007)
dan 6,1 persen (2008) disbanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I
tahun 2009 jika dibandingkan dengan semester II tahun 2008 tumbuh sebesar 1,0
persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun 2008 (year-on-year)
tumbuh sebesar 4,2 persen. Disisi lain Jumlah penduduk miskin tahun 2009 di
daerah perkotaan adalah 11.91 juta dan desa adalah 20.62 juta. Jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan dari tahun 2008 (34.96 juta) menjadi 32.53 juta
pada tahun 2009 (BPS, 2009).
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
131
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah
terutama dalam meningkatkan pembangun modal manusia (human capital) dan
mendorong penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan
produktivitas, dimana pertumbuhan produktivitas tersebut pada gilirannya
merupakan motor penggerak pertumbuhan (engine of growth).
Kenyataannya dapat dilihat bahwa dengan melakukan investasi pendidikan
akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan oleh
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Peningkatan
pengetahuan dan keahlian akan mendorong peningkatan produktivitas tenaga
kerja seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan
mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi, sehingga
perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang
bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi
akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui
peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas tenaga
kerja kaum miskin salah satu tak lain disebabkan oleh karena rendahnya akses
mereka untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan. Pertanyaannya adalah
seberaoa besar dampak investasi sumberdaya manusia terhadap perubahan
pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan distribusi pendapatan di Indonesia.
Pada tahun 2000 harga BBM di pasar secara rata-rata meningkat sebesar 12
persen. Pada tanggal 16 Juni 2001 kenaikan harga BBM mencapai 30.10 persen
(Tim Sosialisasi BBM, 2000). Pada tahun 2002 berdasarkan surat keputusan
Presiden No. 9 Tanggal 16 Januari 2002 harga BBM secara bertahap akan
disesuaikan dengan harga internasional, kecuali minyak tanah untuk rumah tangga
dan pengusaha kecil. Penghapusan subsidi BBM tersebut, tentu saja memberikan
pengaruh yang besar terhadap kinerja makroekonomi antara lain ditunjukkan oleh
meningkatkan jumlah penduduk miskin (Oktaviani, et. al, 2005).
Sebagai alternatif pengganti penghapusan subsidi BBM, pemerintah telah
memberikan kompensasi dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam
penelitian ini disebut sebagai transfer pendapatan kepada masyaraktat miskin
sebesar Rp. 100000., per bulan. Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak BLT
terhadap penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di
Indonesia. Dari ilustrasi di atas maka focus dari tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisi dampak investasi sumberdaya manusia dan bantuan tunai langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan di Indonesia.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
132
II. KERANGKA PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori
Dalam teori Harord-Domar, investasi merupakan faktor penentu yang sangat
penting dalam pertumbuhan ekonomi. Bahkan mereka mengatakan bahwa
“tabungan dan investasi merupakan kekuatan sentral dibalik pertumbuhan
ekonomi” (saving and investment is central forces behind economic growth). Lebih
lanjut dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersama-sama
oleh rasio tabungan nasional, dan rasio modal output nasional. Hal ini memiliki
makna secara ekonomi bahwa agar suatu perekonomian dapat bertumbuh, maka
perekonomian yang bersangkutan haruslah menabung dan menginvestasikan
proporsi tertentu dari GNP-nya. Semakin banyak suatu perekonomian menabung
dan menginvestasikan, semakin pesat pertumbuhan ekonominya (Todaro, 2000;
Perkins, et. al, 2001).
Teori yang juga banyak membahas tentang pertumbuhan ekonomi adalah
teori pertumbuhan ekonomi neoklasik (neoclassical growth theory) atau sering
disebut Teori Pertumbuhan Solow (Solow growth theory). Dalam model Harrod-
Domar hanya memfokuskan pada faktor tabungan dan investasi, maka dalam
model pertumbuhan Solow, selain faktor kapital, juga menekankan pentingnya
faktor tenaga kerja dan teknologi.
Model pertumbuhan baru pada dasarnya merupakan pengembangan dari
model Solow sebelumnya, yang mengungkapkan bahwa peranan kapital, termasuk
modal manusia (human capital) atau investasi dalam sumberdaya manusia
(human capital investment) lebih besar daripada apa yang diukur oleh
pertumbuhan Solow. Ide dasar dari model pertumbuhan baru tersebut adalah
bahwa investasi kapital, baik itu dalam mesin maupun dalam manusia,
menciptakan eksternalitas yang positif (positive externalities). Artinya investasi
tidak hanya meningkatkan kapasitas produktif dari perusahaan yang melakukan
investasi atau tenaga kerja, tetapi juga kapasitas produktif dari perusahaan-
perusahaan atau tenaga kerja lainnya yang terkait. Singkatnya, dalam model
pertumbuhan baru ini inovasi teknologi (technological innovation) dan
pembentukan modal manusia (human capital formation) dilihat sebagai sumber
utama dari pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan produktivitas itu sendiri
pada gilirannya merupakan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (engine
of growth).
Perbedaan utama model Solow dan model pertumbuhan endogen terletak
pada perlakuan mereka terhadap faktor teknologi. Dalam model Solow, kemajuan
teknologi dianggap sebagai sesuatu yang bersifat eksogen, sedangkan dalam model
pertumbuhan baru, faktor teknologi diperlakukan sebagai sesuatu yang bersifat
endogen. Fungsi produksi versi model pertumbuhan baru, tingkat output
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
133
bergantung pada tingkat stok kapital (K), jumlah tenaga kerja, dan juga pada
tingkat teknologi atau produktivitas (A). Dalam model pertumbuhan baru tingkat
kemajuan teknologi atau produktivitas tidak lagi dianggap sebagai faktor yang
bersifat eksogen, akan tetapi diasumsikan sebagai faktor yang bersifat endogen,
yang bergantung pada pertumbuhan kapital (Froyen, 1996).
Model modal manusia yang dikembangkan oleh Romer, merupakan
pengembangan dari model Solow, dimana fungsi produksi dituliskan dalam bentuk
(Romer, 1996)
Y(t) = K(t) H (t) [A(t)L(t)]1 - - ………………………………................................... (1)
Dimana > 0, > 0 dan + < 1. K adalah kapital, H adalah human capital, A
adalah teknologi, dan L merupakan tenaga kerja. Persamaan di atas
mengimplikasikan bahwa constant return to scale terhadap K, H dan L. Persamaan
(1) menyatakan bahwa output suatu perekonomian merupakan fungsi dari kapital,
modal manusia, dan produktivitas tenaga kerja. Menurut Park (1995), modal
manusia dapat diartikan sebagai spesialisasi keahlian yang disediakan tenaga kerja
dan dapat diperoleh dengan mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan dan
kesehatan. 2.2. Kerangka Pemikiran
Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan persoalan
yang krusial bagi setiap negara, sehingga pemerintah di masing-masing negara
berusaha untuk mengurangi persoalan tersebut melalui intrumen fiskal
pemerintah. Skema instrumen fiskal yang terkait dengan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah Indonesia ditampilkan pada Gambar 2.1.
Dari sisi penerimaan, anggaran pemerintah untuk pembiayaan publik dapat
dihasilkan dari dua sumber, yaitu domestik dan pinjaman luar negeri. Penerimaan
dari dalam negeri, dapat diperoleh dari pajak pendapatan, pajak penjualan dan
pajak produksi, sedangkan dari luar negeri, pinjaman dapat dari berbagai bentuk,
tetapi dalam hal ini hanya dibatasi pada pinjaman luar negeri untuk publik.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan kemiskinan dan redistribusi
pendapatan diimplementasikan melalui tiga instrumen alokasi anggaran
pemerintah, yaitu (1) subsidi langsung atau subsidi individu yang ditargetkan pada
rumahtangga berpendapatan rendah, (2) subsidi harga, subsidi yang dialokasikan
untuk komoditi yang digunakan oleh rumahtangga menjadi lebih murah terutama
untuk kebutuhan pokok, dan (3) pengeluaran langsung pemerintah terhadap
pelayanan publik dan infrastruktur, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan,
kesehatan dan pendidikan, yang diutamakan bagi kelompok rumahtangga yang
berpendapatan rendah.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
134
Gambar 2.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Distribusi
Pendapatan dan Kemiskinan
Dengan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Romer dan Lucas, maka
fokus kajian ini lebih ditekankan pada pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
dan kesehatan. Dalam penelitian ini, instrumen pengeluaran pemerintah untuk
pendidikan dan kesehatan sebagai proxy modal manusia. Untuk mengetahui
apakah investasi sumberdaya manusia efektif dalam mengurangi ketimpangan
distribusi pendapatan dan kemiskinan, instrumen transfer pendapatan ke
rumahtangga oleh pemerintah (berupa bantuan langsung tunai) juga akan
dianalisis sebagai pembanding.
III. METODOLOGI
Untuk menjawab tujuan penelitian digunakan pendekatan aplikasi ekonomi
keseimbangan umum (CGE Model) dan beta distribution function. Model CGE yang
diadopsi dari model INDOF (Oktaviani, 2000) dan model WAYANG (Wittwer,
1999). Metode beta distribusi function digunakan untuk mengevaluasi ketimpangan
distribusi pendapatan rumahtangga yang diadopsi dari Decaluwe, et.al (1999); dan
Pajak
Pendapatan
Pajak
Produksi
Pajak
Penjualan
Pinjaman
Luar
Transfer
HH
Susbsidi
Komoditi
Penyesuaian
Pendapatan
Penyesuaian
Harga
Tekanan pada
Inflasi
Growth lambat:
penyesuaian
di dalam pasar TK
Work-leisure
Preferences
switch
AAnnggggaarraann PPeemmeerriinnttaahh
Penyesuaian di dalam Pendapatan dan
Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran Pembangunan
Terutama untuk
Distribusi Pendapatan
Kemiskinan
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
135
Agenor, et. al (2003). Penulisan notasi mengikuti sistem model ORANI-F (Horridge
et al. (1993) dan INDOF (Oktaviani, 2000), yang dituliskan dalam istilah perubahan
persentase.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa seluruh industri beroperasi pada
pasar dengan kondisi competitive baik di pasar input maupun di pasar output. Hal
ini mengimplikasikan bahwa tidak ada pelaku ekonomi yang dapat mengatur
pasar, sehingga seluruh sektor dalam ekonomi diasumsikan menjadi penerimaan
harga (price-taker). Pada tingkat output, harga-harga dibayar oleh konsumen sama
dengan marginal cost dari memproduksi barang. Hal yang sama, dimana input
dibayar sesuai dengan nilai produk marginalnya. Persamaan permintaan dan
penawaran diturunkan dari prosedur optimasi. Karena model yang digunakan
merupakan model recursive dynamic, maka dampak kebijakan dari tahun ke tahun
dapat tertangkap dari model. 3.1. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan rumahtangga diperoleh dari Tabel SNSE Indonesia,
yang diagregasi kedalam delapan kelompok rumahtangga. Untuk menganalisis dan
menghasilkan distribusi pendapatan berdasarkan kelompok rumahtangga,
digunakan suatu rumusan distribusi pendapatan yang sesuai dengan
karakterisktik dari kelompok rumahtangga.
Distribusi ini tergantung pada pendapatan maksimum dan minimum dan
tentunya pada kecondongan (skewness) distribusi pendapatan dalam kelompok
rumahtangga. Untuk menentukan karakteristik ini ke dalam distribusi pendapatan,
digunakan Beta Distribusi Function seperti yang diusulkan oleh Decaluwé, et.all
(1999); Agenor, et. al (2003) sebagai berikut:
1
11
,
1),;(
qp
qp
mnmx
ymxmny
qpBqpyI ................................................. (2)
dimana
dy
mnmx
ymxmnyqpB
mx
mn qp
qp
1
11
, ................................................. (3)
Parameter mx dan mn secara berturut-turut adalah pendapatan maksimum
dan minimum dalam kelompok rumahtangga. Parameter p dan q akan
mempengaruhi bentuk dan kecondongan (skewness) distribusi. Distribusi tersebut
didasarkan pada parameter beta distribution tertentu yang diestimasi dari
berbagai parameter statistik rumahtangga. Hubungan antara parameter p dan q di
dalam beta distribution function dan berbagai parameter statistik data pengeluaran
rumahtangga dapat dijelaskan menggunakan formula berikut ini:
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
136
1
12s
xxxp ...................................................................................................... (4)
dan
1
11
2s
xxxq ............................................................................................... (5)
dimana x adalah pendapatan rata-rata sampel (sample mean) dan s2 adalah variasi
pendapatan (sample variace) yang didefinisikan dengan formula berturut-turut
adalah:
sample mean: n
x
x i
i 1 ………………………………........................................... (6)
sample variance:
n
i
i xxn
s1
22 1…………………………................................. (7)
Jika p > q maka distribusi condong kekiri, situasi ini membuat distribusi
distribusi cenderung lebih mengarah ke sisi kiri, dalam hal ini ketimpangan dalam
distribusi pendapatan meningkat. Jika q > p maka distribusi menjadi lebih condong
ke sisi kanan. Hal ini juga menunjukkan meningkatnya ketimpangan. Jika p = q,
maka fungsi menjadi simetris, dengan kata lain distribusi pendapatan merata.
3.2. Simulasi Kebijakan
Skenario simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peningkatan
investasi sumberdaya manusia sebesar 20%. Investasi sumberdaya manusia
diproxy dari pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan, sedangkan
produktivitas tenaga kerja untuk setiap sektor di proxy dari output per efektif labor
yang merupakan fungsi dari upah, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan
kesehatan. Karena dalam model CGE tidak dinyatakan secara explisit variabel
investasi sumberdaya manusia, maka untuk menduga besaran perubahan investasi
sumberdaya manusia tersebut di setiap sektor, diestimasi dengan menggunakan
model ekonometrika. Hasil penggunaan model ekonometrik dengan metode
Ordinary Least Square adalah:
Produktivitas TK di Sektor Pertanian Y1 = -0.336824 + 0.000001353 AGRI_W + 0.000100 EDUC + 0.000165 HEALTH (0.000000254) (0.000062235) (0.000122) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9264 Produktivitas TK Sektor Pertambangan Y2 = -0.469987 + 0.000005112 MINING_W + 0.000133 EDUC + 0.000198 HEALTH (0.000001768) (0.000163) (0.000301) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.8987
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
137
Produktivitas TK di Sektor Industri Y3 = 1.255264 + 0.000002682 INDUS_W + 0.000107 EDUC + 0.000171 HEALTH (0.000511) (0.262996) (0.398644) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.6575 Produktivitas TK Sektor LGA Y4 = -0.058364 + 0.000003760 LGA_W + 0.000078039 EDUC + 0.000121 HEALTH (0.000001119) (0.000091238) (0.000158) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9270 Produktivitas TK Sektor Bangunan Y5 =-1.653449 + 0.000007506 CONST_W + 0.000036186 EDUC+0.000087996 HEALTH (0.000001598) (0.000105) (0.000167) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9498 Produktivitas TK Sektor Perdagangan Y6 =-1.186052 + 0.000006513 TRADE_W + 0.000013402 EDUC+0.000043562 HEALTH (0.000001243) (0.000073152) (0.000132) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9258 Produktivitas TK Sektor Transportasi Y7 = -0.122122 + 0.000002433 TRANS_W + 0.000035398 EDUC + 0.000120 HEALTH (0.000001243) (0.000073152) (0.000132) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.8580 Produktivitas TK Sektor Keuangan Y8 = -0.821571 + 0.000003294 BANK_W + 0.000083587 EDUC + 0.000100 HEALTH (0.000000461) (0.000052346) (0.000096658) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9773 Produktivitas TK di Sektor Jasa Y9 = -0.642525 + 0.000003578 SERVIS_W + 0.000156 EDUC + 0.000190 HEALTH (0.000001423) (0.000141) (0.000268) Prob>F = 0.0001 R2 = 0.9005
Nilai di dalam tanda kurung adalah standard error. Secara keseluruhan
dapat diketahui bahwa peningkatan investasi sumberdaya manusia berpengaruh
positif terhadap produktivitas tenaga kerja sektoral. Semakin besar pengeluaran
pemerintah baik untuk pendidikan maupun untuk kesehatan, maka semakin besar
produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian secara
signifikan dipengaruhi oleh tingkat upah, investasi pendidikan dan kesehatan,
dimana seluruh variabel penjelas berbeda nyata dengan nol pada tingkat
kesalahan 15 persen. Sektor lain juga dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat
upah, namun investasi pendidikan dan kesehatan umumnya tidak signifikan tetapi
masih memberikan pengaruh yang positif bagi peningkatan produktivitas tenaga
kerja di masing-masing sektor.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
138
Dari hasil estimasi tersebut, nilai dasar ditentukan dari hasil prediksi model
(ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom a), selanjutnya dilakukan stimulus ekonomi
berupa peningkatan investasi suberdaya untuk pendidikan (nilai perubahan
ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom b) dan investasi sumberdaya manusia untuk
kesehatan (nilainya ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom d). Prosentase perubahan
produktivitas tenaga kerja sebagai akibat adanya peningkatan investasi
sumberdaya manusia (ditunjukkan pada Tabel 3.1 kolom c dan e) diperoleh
dengan menggunakan formula:
100% xDasar
DasarSimulasi ................................................................................. (8)
Prosentase perubahan produktivitas tenaga kerja sektoral yang ditunjukkan
pada kolom c dan e selanjutnya akan dimasukkan ke model CGE melalui variabel
A1PRIM (produktivitas tenaga kerja sektoral).
Tabel 3.1 Besaran Perubahan Produktivitas Tenaga Kerja yang dimasukkan ke Dalam
Model CGE
Variabel
Nilai Dasar
Simulasi 1 Simulasi 2
Nilai Nilai
A B c d e
Produktivitas TK Sektor Pertanian 1.15 1.18 2.60 1.21 5.21
Produktivitas TK Sektor Pertambangan 3.28 3.40 3.55 3.36 2.20
Produktivitas TK Sektor Industri 3.14 3.36 6.98 3.38 7.48
Produktivitas TK Sektor LGA 1.75 1.81 3.92 1.79 2.53
Produktivitas TK Sektor Bangunan 1.84 1.88 1.72 1.88 1.74
Produktivitas TK Sektor Perdagangan 1.36 1.40 2.87 1.38 1.17
Produktivitas TK Sektor Transportasi 1.46 1.49 2.13 1.50 3.00
Produktivitas TK Sektor Keuangan 2.01 2.09 3.64 2.05 1.81
Produktivitas TK Sektor Jasa-Jasa 2.42 2.53 4.65 2.58 6.53
Simulasi 1: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia diproxy dari Pengeluaran Pemerintah
untuk Pendidikan Sebesar 20 persen Simulasi 2: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia diproxy dari Pengeluaran Pemerintah
untuk Kesehatan Sebesar 20 persen
Simulasi ke 3 adalah bantuan tunai langsung yang merupakan salah satu
instrumen fiskal pemerintah dalam mempengaruhi distribusi pendapatan dan
kemiskinan. Simulasi yang dilakukan adalah bantuan langsung tunai ke
rumahtangga perdesaan sebesar Rp 100.000,- perbulan untuk masing-masing
kelompok rumahtangga perdesaan, atau meningkat sebesar yang ditunjukkan pada
Tabel 3.2 dari rata-rata pendapatan kelompok rumahtangga perdesaan.
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
139
Tabel 3.2 Persentase Peningkatan Pendapatan untuk Masing-Masing Kelompok
Rumahtangga Perdesaan (%)
No Rumah Tangga Simulasi 3
1 Buruh pertanian di desa 18.388 2 Pengusaha pertanian di desa 18.041 3 Pengusaha bebas golongan rendah di desa 17.860 4 Bukan angktan kerja dan golongan tidak jelas di desa 17.689 5 Pengusaha bebas golongan atas di desa 17.848 6 Pengusaha bebas golongan rendah di kota 0 7 Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di kota 0 8 Pengusaha bebas golongan atas di kota 0
Sumber: Susenas, 2002 (diolah)
Pada kenyataannya, transfer pendapatan atau bantuan langsung tunai yang
diberikan pemerintah ke rumahtangga tidak hanya di daerah perdesaan, tetapi
juga pada masyarakat di perkotaan. Argumen utama mengapa hanya transfer
pendapatan ke rumahtangga perdesaan di masukkan ke dalam model adalah
karena pada kelompok rumahtangga perdesaan tersebut jumlah penduduk yang
berada dibawah garis kemiskinan lebih dari 50 persen. Simulasi peningkatan
investasi sumberdaya manusia dan transfer pendapatan dalam kajian ini tidak
memperhitungkan dan memperhatikan alokasi dana sektor lainnya.
3.3. Closure
Di dalam model CGE, khususnya memiliki variabel yang lebih besar
dibandingkan jumlah persamaannya, sehingga untuk menutup kekurangan agar
model mencapai solusi (dipecahkan), selisih antara variabel tersebut
mengharuskan adanya variabel eksogen. Horridge, et al (1993) menyatakan ada
beberapa variabel yang dapat dijadikan sebagai variabel eksogen umumnya
variabel-variabel yang tidak mempunyai persamaan. Susunan dari sebuah closure
sangat berpengaruh terhadap hasil analisis. Beberapa jenis closure yang
dimasukkan dalam permodelan menunjukkan kepentingannya terhadap tujuan
penelitian dan bersifat fleksibel. Sangat penting menunjukkan variabel-variabel
yang akan di shock dan diaplikasikan pada simulasi sebagai variabel eksogen.
Selain itu closure yang digunakan juga dilihat berdasarkan kegunaannya,
apakah digunakan dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Dalam
penelitian ini closure yang digunakan adalah closure jangka panjang, karena
investasi sumberdaya manusia memberikan dampak perubahan terhadap
perekonomian dalam waktu jangka panjang.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
140
Gambar 3.1 Closure Makroekonomi yang digunakan untuk menganalisis Dampak
Investasi Sumberdaya Manusia dan Bantuan Langsung Tunai
Sumber: Oktaviani, (2000), modifikasi.
3.4. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah Input-Output Nasional Tahun 2003 dan SNSE
2003. Untuk melihat pendapatan rumahtangga digunakan Survey Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) Tahun 2002. Sumber data terutama diperoleh dari Badan
Pusat Statistik. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak
GEMPACK, dan untuk menduga bentuk distribusi pendapatan kelompok
rumahtangga digunakan perangkat lunak Distributive Analysis/DAD.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak peningkatan investasi sumberdaya manusia sebesar 20 persen, dan
bantuan tunai langsung pemerintah ke rumahtangga perdesaan ditampilkan pada
Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dampak peningkatan investasi
sumberdaya manusia untuk pendidikan sebesar 20 persen (simulasi 1) secara
langsung meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas
+ = + + PDB riil
Konsumsi RT riil
Investasi Riil
Pengeluaran Pemerintah
Riil
Neraca
Perdagangan
Perubahan Produktivita
s Tenaga Kerja
Nilai Tukar
riil
Tingkat Upah Riil
= endogen
= eksogen
Trend TK
TK
Agregat
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
141
Variabel Ekonomi Makro
(Terpilih) Simbol Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3
Balance of trade / GDP delB 1.129 0.887 -0.504
Defisit Anggaran (Rp Miliar) delbudget -10740.746 -11560.049 6216.464
Pengeluaran Pemerintah Agregat w0govt_g -2.783 -2.844 3.142
Penerimaan Pemerintah Agregat w0govt_t 2.485 2.885 0.689
Tenaga Kerja employ_i 1.353 1.491 0.500
Output Agregat x1prim_i 4.610 4.934 0.160
Devaluasi Riil p0realdev 1.810 1.634 -0.534
Indeks Harga Konsumen p3tot -1.451 -1.517 0.395
Upah Riil realwage 0.132 0.201 -0.295
GDP Riil dari Sisi Pengeluaran x0gdpexp 4.565 4.871 0.172
Pengeluaran Investasi Riil x2tot_i 4.471 5.956 2.220
Konsumsi Rumahtangga Riil x3tot 2.959 3.449 0.413
Ekspor x4tot 7.742 6.975 -1.088
Impor x0imp_c 2.348 2.605 0.835
Perubahan Stok x6tot 4.587 5.174 0.061
tenaga kerja ini direpresentasi oleh kenaikan output aggregat sebesar 4.610.
Dilihat dari sisi pengeluaran, PDB riil nasional mengalami peningkatan sebesar
4.565 persen untuk sepuluh tahun ke depan. Peningkatan PDB riil tersebut
dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran investasi riil (4.471), konsumsi
rumahtangga riil (2.959) perubahan stok (4.587 persen). Disamping hal tersebut
peningkatan PDB riil juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor, meskipun nilai
impor meningkat, numun peningkatan nilai ekspor lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan nilai impor, sehingga rasio neraca perdagangan terhadap PDB
menjadi positif, atau meningkat sebesar 1.129 persen.
Temuan ini sangat mendukung endogenous growth theory yang menekankan
pentingnya peranan pemerintah untuk meningkatkan modal manusia yang
ditunjukkan oleh peningkatan produktivitas, dimana pada akhirnya produktivitas
tersebut menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi (Romer, 1986); (Lucas,
1988).
Tabel 4.1
Hasil Simulasi Dampak Investasi Sumberdaya Manusia dan Bantuan Tunai Langsung terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia
(%)
Keterangan: Simulasi 1: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Pendidikan sebesar 20 Persen
Simulasi 2: Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia untuk Kesehatan sebesar 20 Persen
Simulasi 3: Transfer Pendapatan kepada kelompok Rumahtangga Perdesaan oleh
Pemerintah sebesar Rp. 100000,- dari pendapatan rata-rata aktual masing-
masing kelompok rumahtang
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
142
Hal yang sama juga terjadi jika dilakukan peningkatan investasi sumberdaya
manusia untuk kesehatan (simulasi 2), dimana output aggregat meningkat sebesar
4.934 persen. PDB riil dari sisi pengeluaran juga mengalami peningkatan sebesar
4.871 persen. Instrumen peningkatan investasi sumberdaya manusia tersebut
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan jika
tetap dilakukan kebijakan tersebut dengan tingkat pengeluaran yang sama selama
sepuluh tahun ke depan, maka kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik
dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam memacu laju pertumbuhan ekonomi.
Stimulasi ekonomi yang diberikan pemerintah dalam bentuk bantuan
langsung tunai ke pada rumahtangga perdesaan hanya berdampak kecil pada
peningkatan PDB riil. PDB riil hanya meningkat sebesar 0.172 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa transfer pendapatan yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat lebih banyak digunakan untuk kegiatan konsumsi bukan kegiatan yang
produktif, sehingga kenaikan PDB tersebut hanya didorong oleh kenaikan
permintaan. Dampak bantuan tunai langsung tersebut menyebabkan nilai ekspor
mengalami penurunan sebesar 1.088 persen sementara nilai impor mengalami
peningkatan sebesar 0.835 persen, sehingga neraca perdagangan mengalami
defisit seperti yang ditunjukkan oleh penurunan rasio neraca perdagangan dengan
PDB, yaitu menurun sebesar 0.504 persen. Jika transfer pendapatan terus
dilakukan maka dalam jangka panjang ketergantungan terhadap impor akan
semakin meningkat.
Peningkatan investasi sumberdaya manusia searah dengan peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektoral dan mendorong sebagian besar industri untuk
berproduksi lebih efisien, sehingga industri mampu menghasilkan barang yang
lebih murah, yang pada gilirannya hampir di seluruh sektor harga menjadi lebih
murah. Penurunan harga-harga tersebut ditunjukkan oleh penurunan indeks harga
konsumen yang mencerminkan bahwa harga-harga produk Indonesia menurun.
Produk Indonesia menjadi lebih kompetitif terlihat dari devaluasi riil mata
uang rupiah terhadap dollar meningkat masing-masing sebesar 1.810 persen dan
1.634 persen pada skenario simulasi 1 dan simulasi 2. Rasio neraca perdagangan
dengan PDB bernilai positif. Neraca perdagangan positif ini digambarkan oleh
peningkatan nilai ekspor untuk kedua simulasi dan kekuatan posisi ekspor
Indonesia tersebut juga didukung dengan devaluasi riil mata uang rupiah terhadap
dollar. Sedangkan pada simulasi 3 rasio neraca perdagangan terhadap PDB bernilai
negatif. Hal tersebut disebabkan karena nilai ekspor menurun disisi lain nilai
impor meningkat. Kondisi ini juga diperkuat oleh devaluasi rill mata uang rupiah
terhadap dollar yang mengalami penurunan sebesar 0.534 persen, sehingga
produk-produk Indonesia menjadi tidak kompetitif dipasar Internasional, dengan
kata lain harga produk-produk Indonesia menjadi lebih mahal.
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
143
Lebih jauh dapat dilihat bahwa dampak peningkatan investasi sumberdaya
manusia dapat menurunkan jumlah pengangguran. Penyerapan tenaga kerja
meningkat sebesar 1.353 persen di simulasi 1, dan 1.491 persen pada simulasi 2.
Sedangkan pada simulasi 3 permintaan tenaga kerja hanya meningkat sebesar
0.500 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi di dalam modal manusia
dapat mengurangi jumlah pengangguran lebih besar dibandingkan dengan transfer
pendapatan ke rumahtangga.
Peningkatan modal manusia dalam produktivitas tenaga kerja baik pada
simulasi 1 dan simulasi 2 memberikan dampak yang baik terhadap defisit
anggaran pemerintah, defisit anggaran pemerintah menurun sebesar Rp 10.74
triliun dan Rp. 11.56 triliun atau masing-masing sekitar 0.51 persen dan 0.55
persen terhadap GDP, sebaliknya bantuan langsung tunai ke rumahtangga
mengakibatkan defisit anggaran pemerintah semakin meningkat, yaitu sebesar Rp
6.216 triliun atau sekitar 0.30 persen terhadap GDP. Hal ini mengindikasikan
investasi sumberdaya manusia baik untuk pendidikan maupun untuk kesehatan
lebih memiliki nilai ekonomis yang lebih besar daripada bantuan tunai langsung.
Bantuan tunai langsung menyebabkan anggaran masyarakat menjadi lebih besar
yang mendorong pada kenaikan permintaan, sehingga dalam jangka panjang,
ketergantungan terhadap impor semakin tinggi, sedangkan investasi sumberdaya
manusia, meningkatkan modal manusia, sehingga ketergantungan masyarakat
terhadap pemerintah akan semakin menurun, dan pada akhirnya defisit anggara
pemerintah akan semakin menurun. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
investasi sumberdaya manusia lebih memberikan dampak positif terhadap kinerja
makroekonomi Indonesia.
Hasil temuan ini bertentangan dengan Oktaviani, et.all (2005), yang
menyebutkan bahwa transfer langung kepada masyarakat miskin lebih baik dari
pada peningkatan pengeluaran di sektor pendidikan. Adanya perbedaan hasil
temuan ini lebih disebabkan kepada proses simulasi yang dilakukan Oktaviani, et.
al (2005) melakukan stimulas dengan meningkatkan pengeluaran disektor
pendidikan sedangkan dalam kajian ini shock dilakukan melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja yang diukur dengan output per effective labor.
Dilihat berdasarkan sektoral secara keseluruhan diektahui bahwa dampak
investasi sumberdaya manusia dan bantuan langsung tunai akan berdampak pada
meningkatnya output di masing-masing sektal, sedangkan terhadap perubahan
harga dan permintaan tenaga kerja dampaknya bervariasi di masing-masing
sektor. Lebih jelasnya dampak investasi sumberdaya manusia dan bantuan
langsung tunai ditampilkan pada Tabel 4.2.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
144
No
S
ek
tor
Sim
ula
si 1
S
imu
lasi
2
Sim
ula
si 3
Ou
tpu
t H
arg
a
La
bo
r O
utp
ut
Ha
rga
L
ab
or
Ou
tpu
t H
arg
a
La
bo
r
1
Pad
i 4
.35
3
.18
5
.21
5
.17
-3
.84
1
.94
0
.15
0
.80
0
.39
2
T
anam
an P
anga
n
2.5
6
0.8
5
2.1
9
5.0
8
-3.9
2
1.6
6
0.0
5
0.6
6
0.2
1
3
Per
keb
un
an
4.2
0
0.1
2
3.5
1
9.1
2
-2.1
6
6.7
2
-0.3
8
0.2
0
-0.4
7
4
Pet
ern
akan
4
.44
0
.03
4
.04
6
.46
-3
.12
2
.94
0
.41
0
.61
0
.62
5
K
ehu
tan
an
4.8
6
2.7
2
5.9
9
6.4
4
-2.6
4
3.7
7
0.0
6
0.6
4
0.2
5
6
Per
ikan
an
2.6
6
-0.0
1
1.8
8
6.4
8
-1.0
5
4.6
0
-0.1
5
0.1
7
-0.2
7
7
Per
tam
ban
gan
4
.12
-0
.10
2
.97
2
.58
0
.07
2
.41
-0
.09
0
.02
-0
.19
8
In
du
stri
Mak
anan
dan
Min
um
an
4.3
6
-3.0
2
-4.0
2
5.1
2
-4.6
2
-3.4
0
0.1
5
0.5
3
0.3
3
9
Ind
. tek
stil
, pak
aian
dan
ku
lit,
per
min
tala
n
6.8
6
-3.3
3
0.6
2
6.4
0
-4.0
1
-0.4
6
-0.4
0
0.1
8
-0.4
7
10
In
d k
ayu
, bam
bu
, ro
tan
, ker
tas
dan
kar
ton
6
.45
-3
.86
-0
.87
6
.08
-6
.01
-2
.91
-0
.28
-0
.01
-0
.66
1
1
Ind
ust
ri k
imia
, pu
pu
k d
an p
esti
sid
a
6.3
8
-3.0
9
-0.0
6
6.4
9
-3.4
8
-0.4
6
-0.0
3
0.3
0
0.0
5
12
P
engi
lan
gan
min
yak
bu
mi
9.8
7
-0.7
4
6.4
0
10
.71
-0
.80
7
.20
-0
.31
0
.04
-0
.39
1
3
Ind
ust
ri b
aran
g k
aret
dan
pla
stik
6
.57
-3
.09
0
.20
6
.18
-3
.75
-0
.93
-0
.31
0
.20
-0
.35
14
In
d. b
aran
g-b
aran
g d
ari m
iner
al b
uk
an
loga
m
5.5
0
-3.9
3
-1.2
7
5.9
5
-4.1
4
-1.2
1
0.8
2
0.5
9
1.2
3
15
In
du
stri
sem
en
8.0
6
-2.9
5
2.5
1
9.1
6
-2.8
5
3.5
6
0.8
8
0.7
5
1.4
2
16
In
d. b
esi
dan
baj
a, lo
gam
das
ar b
uk
an b
esi
5.6
2
-2.9
8
-1.1
4
6.3
1
-2.8
2
-0.7
2
1.1
3
0.5
6
1.7
1
17
In
d. a
lat
angk
uta
n, l
isti
k, m
esin
dan
ala
tny
a
6.6
1
-2.9
6
0.2
7
6.1
6
-3.1
8
-1.0
2
-0.2
7
0.2
2
-0.3
1
18
L
istr
ik, g
as d
an A
ir B
ersi
h
3.9
9
-1.0
8
1.2
4
3.8
7
0.4
6
3.4
3
0.2
1
0.3
0
0.5
2
19
B
angu
nan
4
.39
-0
.58
4
.76
5
.76
0
.17
7
.11
2
.05
1
.31
3
.51
2
0
Per
dag
anga
n
4.7
3
1.9
7
6.2
1
4.1
6
7.3
1
9.7
4
0.1
4
0.4
9
0.5
1
21
R
esto
ran
dan
ho
tel
3.8
3
-0.8
1
2.3
2
2.9
7
1.5
8
3.8
0
0.2
5
0.5
1
0.5
8
22
A
ngk
uta
n
4.1
9
0.3
7
4.8
4
4.4
8
-0.0
3
3.8
0
0.0
7
0.3
9
0.2
1
23
K
om
un
ikas
i 3
.73
1
.14
4
.18
4
.17
-0
.28
3
.46
0
.23
0
.80
0
.58
24
Ja
sa K
euan
gan
dan
Per
usa
haa
n
4.0
4
-2.1
2
1.9
0
2.8
6
1.3
2
3.1
0
0.1
0
0.4
8
0.4
3
25
P
emer
inta
haa
n u
mu
m d
an p
erta
han
an
0.2
0
-4.3
1
-4.6
7
0.1
9
-4.4
9
-6.7
2
0.0
1
0.1
5
0.0
2
26
Ja
sa P
end
idik
an d
an K
eseh
atan
2
.65
-4
.23
-2
.18
3
.05
-4
.94
-3
.93
0
.26
0
.22
0
.33
27
Ja
sa L
ain
nya
5
.01
-3
.83
0
.93
5
.95
-5
.38
-0
.93
0
.26
0
.43
0
.53
Ta
be
l 4
.2
Da
mp
ak
In
ve
sta
si S
um
be
rda
ya
Ma
nu
sia
da
n B
an
tua
n T
un
ai
La
ng
sun
g T
erh
ad
ap
Pe
rub
ah
an
Ha
rga
, Ou
tpu
t d
an
Pe
rmin
taa
n T
en
ag
a K
erj
a
Se
kto
ral
di
Ind
on
esi
a (
%).
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
145
Secara makro terlihat bahwa investasi sumberdaya manusia mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, bagaimana dengan distribusi pendapatan?.
Untuk melihat perubahan distribusi pendapatan, rumahtangga disagregasi ke
dalam 8 (delapan) kelompok rumahtangga, terdiri dari 5 kelompok rumahtangga
di perdesaan dan 3 kelompok rumahtangga di perkotaan. Kelompok rumahtangga
perdesaan tersebut didefinisikan sebagai berikut: (1) buruh pertanian di desa, (2)
pengusaha pertanian di desa, (3) pengusaha bebas golongan rendah di desa, (4)
bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa, dan (5) pengusaha bebas
golongan atas di desa. Sedangkan tiga kelompok rumahtangga di perkotaan adalah
(1) pengusaha bebas golongan rendah di kota, (2) bukan angkatan kerja dan
golongan tidak jelas di kota, dan (3) pengusaha bebas golongan atas di kota.
Karakteristik dari delapan kelompok rumahtangga tersebut disajikan pada
Tabel 4.3. Variasi pendapatan minimum berkisar antara Rp 44.540 ribu sampai
dengan Rp. 114.26 ribu per bulan. Dimana pendapatan terendah dimiliki oleh
kelompok rumahtangga bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa,
yaitu Rp. 35.240 ribu.
Tabel 4.3 Karakteristik Pendapatan Rumah Tangga dan Demografi Indonesia
Sumber: Susenas, 2002 (diolah)
Keterangan: Poverty line ditentukan berdasarkan ukuran Bank Dunia, yaitu sebesar $ 2 per hari atau setara dengan Rp. 570 ribu per bulan
Pada Tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa variasi rata-rata pendapatan
kelompok rumahtangga tertinggi adalah antara Rp. 543.84 ribu sampai dengan Rp.
1028.15 ribu. Dimana pendapatan terkecil dimiliki oleh kelompok rumahtangga
bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa sedangkan pendapatan
tertinggi dimiliki oleh kelompok rumahtangga pengusaha bebas golongan atas di
kota, yaitu sebesar Rp. 1028.15 ribu.
Pangsa populasi terbesar terdapat pada kelompok rumahtangga bukan
angkatan kerja dan golongan tidak jelas di desa yaitu sebesar 29.64 persen,
kemudian diikuti dengan rumahtangga pengusaha pertanian di desa sebesar 23.99
No Rumah Tangga Mean Minimum
Maximum Penduduk Poverty
(Rp 000) (Rp 000) (Rp 000) (%) Line (%)
1 Buruh Pertanian 543.84 44.54 999.91 2.88 57.23
2 Pengusaha Pertanian 555.13 58.54 1000.00 23.99 55.07
3 Pengusaha Bebas Gol Rendah Desa 559.91 47.14 6543.52 8.48 62.52
4 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Desa 565.32 35.24 6935.20 29.64 61.35
5 Pengusaha Bebas Gol atas Desa 560.28 68.15 4175.76 2.87 61.33
6 Pengusaha Bebas Gol Rendah Kota 1001.79 102.16 8878.63 6.99 27.35
7 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Kota 984.43 100.49 8994.67 22.80 26.98
8 Pengusaha Bebas Gol Atas Kota 1028.15 114.26 9613.13 2.34 26.13
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
146
persen. Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan (poverty line) terbesar
terdapat pada kelompok rumahtangga pengusahan bebas golongan rendah di desa.
Secara umum jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan terbesar terdapat di
daerah perdesaan. Sedangkan di daerah perkotaan, penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan relatif kecil yaitu sekitar 26 persen.
Pada tingkat rumahtangga diketahui bahwa peningkatan investasi
sumberdaya manusia berdampak pada peningkatan pendapatan riil rumahtangga.
Besaran peningkatan pendapatan riil antara 1.4586 persen dan 3.6750 persen
untuk investasi pendidikan. Sedangkan untuk investasi kesehatan meningkat
antara 2.3521 persen dan 4.0850 persen (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Investasi Sumberdaya Manusia dan
Transfer Pendapatan terhadap Pendapatan Riil Rumah Tangga (%)
No Kelompok Rumahtangga Perubahan Pendapatan
Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3
1 Buruh pertanian di desa 1.4586 2.7082 0.6362
2 Pengusaha pertanian di desa 3.0227 4.0850 0.5714
3 Bukan pertanian golongan bawah di desa 2.6783 3.0992 0.4963
4 Bukan angkatan kerja di desa 1.9847 2.9052 0.2321
5 Bukan pertanian golongan atas di desa 2.9220 3.2169 0.3283
6 Pertanian golongan bawah di kota 3.1075 3.6141 0.2595
7 Bukan angkatan kerja dan gol tdk jls di kota 2.5174 2.3521 0.3295
8 Bukan pertanian golongan atas di kota 3.6750 3.6280 0.3845
Investasi sumberdaya manusia untuk pendidikan secara umum memberikan
kenaikan pendapatan paling besar di perkotaan, dan investasi sumberdaya
manusia untuk kesehatan memberikan kenaikan pendapatan yang paling lebih
besar di daerah perdesaan khususnya bagi kelompok rumahtangga pengusaha
pertanian di desa. Sedangkan bantuan langsung tunai ke rumahtangga perdesaan
(simulasi 3) hanya memberikan kenaikan pendapatan yang relatif kecil.
Dalam rangka untuk menganalisis dan mengevaluasi distribusi pendapatan
berdasarkan kelompok rumahtangga, dalam penelitian ini digunakan ukuran beta
density distribution function atau beta density distribution function untuk masing-
masing pendapatan kelompok rumahtangga.
Parameter mx dan mn secara berturut-turut adalah pendapatan maksimum
dan minimum di dalam kelompok rumahtangga. Sementara parameter p dan q
akan mempengaruhi bentuk ketimpangan distribusi pendapatan untuk masing-
masing kelompok rumahtangga.
Pada Tabel 4.5 ditampilkan parameter yang diperlukan oleh beta density
distribution function untuk masing-masing kelompok rumahtangga. Parameter mx,
mn, p dan q tersebut di estimasi dari data Survey Sosial Ekonomi Nasional
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
147
(SUSENAS). Bentuk distribusi pendapatan yang dihasilkan dari nilai parameter
yang ditampilkan pada Tabel 4.5 dan hasil simulasi peningkatan investasi
sumberdaya manusia dan bantuan tunai langsung untuk masing-masing kelompok
rumahtangga ditampilkan Gambar 4.1 – Gambar 4.8.
Tabel 4.5 Nilai Parameter Beta Density Distribution Function
No Rumah Tangga p q Minimum Maximum
(Rp. 000) (Rp. 000)
1 Buruh Pertanian 2.18 1.99 44.54 999.91
2 Pengusaha Pertanian 2.16 1.94 58.54 1000.00
3 Pengusaha Bebas Gol Rendah Desa 2.27 26.54 47.14 6543.52
4 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Desa 2.30 36.03 35.24 6935.20
5 Pengusaha Bebas Gol Atas Desa 2.29 16.14 68.15 4175.76
6 Pengusaha Bebas Gol Rendah Kota 1.23 9.00 102.16 8878.63
7 Bukan AK dan Gol Tdk Jelas Kota 1.25 12.02 100.49 8994.67
8 Pengusaha Bebas Gol Atas Kota 1.16 10.25 114.26 9613.13 Sumber: Susenas, 2002 (diolah)
Pada Gambar 4.1 – Gambar 4.8, terlihat bahwa distribusi pendapatan tanpa
kebijakan (dasar), distribusi pendapatan terutama kelompok rumahtangga buruh
pertanian dan pengusaha pertanian di perdesaan berada disebelah kiri garis
kemiskinan. Tingkat pendapatan masing-masing individu di dalam kelompok
rumahtangga tersebut relatif rendah dengan jumlah individunya relatif lebih
banyak. Segmen rumahtangga ini, ketimpangan pendapatan relatif rendah.
Jumlah individu di masing-masing kelompok rumahtangga buruh pertanian
di desa dan pengusaha pertanian di desa yang berada dibawah garis kemiskinan
relatif besar, yaitu sebesar 57.23 persen dan 55.07 persen secara berturut-turut.
Kelompok rumahtangga lainnya distribusi pendapatan condong di sebelah kanan,
yang mengindikasikan bahwa dalam kelompok rumahtangga tersebut memiliki
pendapatan yang relatif tinggi, situasi ini juga menunjukkan bahwa distribusi
pendapatan semakin tinggi.
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
148
Ga
mb
ar
4.1
Dis
trib
usi
Pe
nd
ap
ata
n R
um
ah
tan
gg
a B
uru
h T
an
i
Ga
mb
ar
4.2
D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Pe
ng
usa
ha
P
ert
an
ian
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
149
Ga
mb
ar
4.3
D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Pe
ng
usa
ha
B
eb
as
Go
lon
ga
n R
en
da
h d
i D
esa
Ga
mb
ar
4.4
D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Bu
ka
n
An
gk
ata
n K
erj
a d
an
Go
lon
ga
n T
ida
k J
ela
s d
i D
esa
Be
ba
s G
olo
ng
an
Re
nd
ah
di
De
sa
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
150
Ga
mb
ar
4.5
D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Pe
ng
usa
ha
B
eb
as
Go
l a
tas
di
De
saB
eb
as
Go
lon
ga
n R
en
da
h d
i D
esa
Ga
mb
ar
4.6
D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Pe
ng
usa
ha
B
eb
as
Go
l R
en
da
h d
i K
ota
B
eb
as
Go
l a
tas
di
De
saB
eb
as
Go
lon
ga
n R
en
da
h d
i D
esa
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
151
Ga
mb
ar
4.7
. D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Bu
ka
n A
K
da
n G
ol
Tid
ak
Je
las
di
Ko
taB
eb
as
Go
l a
tas
di
De
saB
eb
as
Go
lon
ga
n R
en
da
h d
i D
esa
Ga
mb
ar
4.8
. D
istr
ibu
si P
en
da
pa
tan
Ru
ma
hta
ng
ga
Pe
ng
usa
ha
B
eb
as
Go
l a
tas
di
Ko
ta B
eb
as
Go
l a
tas
di
Ko
ta
Ko
taB
eb
as
Go
l a
tas
di
De
saB
eb
as
Go
lon
ga
n R
en
da
h
di
De
sa
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
152
Jika pendapatan rata-rata meningkat sebesar , maka pendapatan masing-
masing rumahtangga di dalam kelompok juga mengalami peningkatan sebesar .
Dengan acuan tersebut, distribusi pendapatan akan secara secara horizontal
bergeser mengikuti perubahan pendapatan pada masing-masing kelompok
rumahtangga (Simulasi 1, Simulasi 2 dan Simulasi 3). Kurva beta distribusi function
proporsional bergeser secara horizontal dari kiri menuju ke kanan bawah garis
kemiskinan. Jika dibandingkan investasi pendidikan dan kesehatan pada kelompok
rumahtangga buruh pertanian ini, maka terlihat jelas bahwa investasi kesehatan
lebih baik menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan
dalam kelompok rumahtangga menjadi lebih merata, investasi pendidikan hanya
relatif kecil mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan. Investasi
sumberdaya manusia relatif lebih baik menurunkan ketimpangan distribusi
pendapatan rumahtangga jika dibandingkan dengan bantuan langsung tunai ke
rumahtangga perdesaan (Gambar 4.1). Hal yang sama juga terjadi pada kelompok
rumahtangga pengusaha pertanian di desa seperti yang ditampilkan pada Gambar
4.2 dimana distribusi pendapatan menjadi lebih merata.
Untuk kelompok rumahtangga lainnya (Gambar 4.3 – Gambar 4.8), secara
keseluruhan terlihat bahwa investasi pendidikan dan kesehatan maupun bantuan
langsung tunai relatif kecil mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan,
dimana distribusi pendapatan masih condong berada di sebelah kanan, yang hal ini
juga menunjukkan bahwa dalam segmen kelompok rumahtangga tersebut
distribusi pendapatan masih timpang. Efektifitas untuk menurunkan ketimpangan
distribusi pendapatan kelompok rumahtangga, sangat tergantung pada
ketimpangan awal dalam kelompok rumahtangga tersebut.
Namun demikian, pada temuan ini tidak ditemukan pola yang sistematik
antara tingkat pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan distribusi pendapatan
seperti yang dihipotesiskan oleh Kuznet. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak diikuti dengan tingginya tingkat ketimpangan dalam distribusi
pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini dapat menurunkan
tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan, terutama bagi kelompok
rumahtangga buruh pertanian dan pengusaha pertanian.
Hasil temuan ini sesuai dengan Bautista et al. (1999), yang menyatakan
bahwa, dari aspek distribusi pendapatan, pengaruh kenaikan PDB riil lebih besar
dampaknya terhadap perubahan pendapatan kelompok rumahtangga yang
berpendapatan rendah, baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian.
Ravallion dan Chen (1997) juga tidak menemukan hubungan yang sistematik
antara tingkat pertumbuhan dan ketimpangan. Pengaruh pertumbuhan ekonomi
terhadap ketimpangan menurut Goudie and Ladd (1999) adalah bahwa
pertumbuhan mengubah distribusi menjadi lebih baik. Dampak pertumbuhan
kepada yang miskin sangat tergantung pada bagaimana keuntungan
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
153
didistribusikan antar populasi. Lebih tegas dinyatakan oleh Deininger dan Squire
(1998) bahwa pertumbuhan menurunkan penduduk miskin, dan tidak ada
ditemukan menderita dari pertumbuhan tersebut. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
5.1. Kesimpulan
Peningkatan investasi sumberdaya manusia akan mendorong pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja yang selanjutnya akan dapat memacu laju
pertumbuhan ekonomi. Instrumen peningkatan investasi sumberday manusia
lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan dan menurunkan ketimpangan
pendapatan rumahtangga dibandingkan dengan bantuan langsung tunai. Tidak
ditemukan adanya pola yang sistematik antara tingkat pertumbuhan ekonomi
dengan ketimpangan distribusi pendapatan seperti yang dihipotesiskan oleh
Kuznet. Tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tidak diikuti dengan tingginya
tingkat ketimpangan dalam distribusi pendapatan, sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi tersebut dapat menurunkan tingkat ketimpangan dalam distribusi
pendapatan kelompok rumahtangga, terutama bagi kelompok rumahtangga buruh
pertanian dan pengusaha pertanian. 5.2. Implikasi Kebijakan
Untuk meningkatkan pertumbuhnan ekonomi, sebaiknya pemerintah terus
tetap mempertahankan investasi pendidikan yang telah dilakukan dan berupaya
untuk meningkatkan nilai investasi melalui peningkatan kualitas sumberdaya
manusia sehingga mencapai standard dari UNESCO, karena selain investasi
tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga berdampak terhadap
penurunan angka pengangguran serta peningkatan kualitas sumber daya manusia
baik daerah perdesaan maupun di daerah perkotaan. Investasi sumberdaya
manusia lebih efektif menurunkan ketimpangan pendapatan dibandingkan dengan
bantuan langsung tunai kepada kelompok rumahtangga, oleh karena diperlukan
kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kaum miskin, terutama
meningkatkan akses mereka terhadap pendidikan dan kesehatan.
Untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan sangat perlu
diperhatikan ketimpangan awal yang ada di dalam kelompok rumahtangga. Jika
dalam kelompok rumahtangga ketimpangan awalnya rendah, maka cukup hanya
dengan miningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan jika ketimpangan awal dalam
distribusi pendapatan kelompok rumahtangga tinggi, maka untuk menurunkan
ketimpangan tersebut tidak cukup hanya dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi
harus dibarengi dengan kebijakan redistribusi aset. Redistribusi ini dapat
Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010
154
dilakukan dengan meningkatkan pajak pendapatan kepada individu yang
berpendapatan tinggi didalam kelompok dan mendistribusikan kepada masyarakat
miskin atau penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Agenor, P. R., D. H. C. Chen and M. Grimm. 2003. Linking Representative Household Models with Household Surveys for Poverty Analysis: A Comparison of Alternative Methodologies. The World Bank and Department of Economics, Yale University, New Haven.
Bautista, R., S. Robinson and M. Said. 1999. Alternative Industrial Development Paths for Indonesia: SAM and CGE Analysis. International Food Policy Institute. Washington, D.C.
Badan Pusat Statistik. 2009. Data Strategis BPS. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Decaluwé, B., A. Patry, L. Savard., and E. Thorbecke, 1999. Poverty Analysis Within a General Equilibrium Framework. Working Paper 99-06. CRÉFA, Département d’économique Université Laval. Quebec, Canada.
Decaluwé, B., J. C. Dumont and L. Savard. 1999. Measuring Poverty and Inequality in a Computable General Equilibrium Model. Working paper 99-20, CREFA, Département d’économique Université Laval. Quebec, Canada.
Deininger, K and L. Squire. 1998. New Way of Looking at Old Issues: Asset Inequality and Growth. Journal of Development Economic, 57(2): 259-287.
Froyen, R. T. 1996. Macroeconomics : Theories and Policies. Fifth Edition. Prentice-Hall Inc, New Jersey.
Goudie, A. and P. Ladd. 1999. Economic Growth and Poverty and Inequality. Journal of International Development, 11(1): 177-195.
Horridge, J., B. R. Parameter and K. R. Pearson. 1993. ORANI-F: A General Equilibrium Model of the Australian Economy. Center of Policy Studies and Impact Project, Monash University, Australia.
Lucas, R. E. 1988. On the Mechanics of Economic Development. Journal of Monetary Economics, 22(1): 3-42.
Oktaviani, R. 2000. The Impact of APEC Trade Liberalization on Indonesia Economy and its Agricultural Sector. PhD Thesis. Department of Agricultural Economics University of Sydney, Sydney.
Oktaviani, R. 2001. Implication of APEC Trade Liberalization and Other Changes for the Indonesia Economy. Quarterly Review of the Indonesian Economy. Bisnis & Ekonomi Politik, 4(1): 2-43.
Oktaviani, R., E. Puspitawati., dan Sahara. 2005. Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Sektor Pendidikan terhadap Ekonomi Indonesia dan Distribusi Pendapatan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik, 6(1) April.
Park, I. 1995. Regional Integration Among the ASEAN Nations. A Computable General
Equilibrium Model Study. Praeger. Westport.
Dampak Investasi Sumber ... (Rasidin K.Sitepu)
155
Perkins, D. H; S. Radeler; D. R. Snodgrass; M. Gillis, dan M. Roemer. 2001. Economics of Development. Fifth Edition. W.W. Norton & Company Inc, New York.
Ravallion, M. and S. Chen. 1997. What Can New Survey Data Tell Us About Recent Changes in Distribution and Poverty. World Bank Research Observer, 11(2): 357-382.
Romer, D. 1996. Advanced Macroeconomics. McGraw Hill Companies Inc, New York.
Romer, P. M. 1986. Increasing Returns and Long-Run Growth. Journal of Political Economics, 94(5):1002-1037.
Solow, R.M. (1956), A Contribution to the Theory of Economic Growth. Quarterly Journal of Economics, 70(1): 65-94.
Tim Sosialisasi BBM. 2000. Laporan Mingguan Tim Sosialisasi BBM. Badan Perencana Pembangunan Nasional, Jakarta.
Todaro, M. P. 2000. Economic Development. Pearson Education Limited, New York.
Wittwer, G. 1999. WAYANG: A General Equilibrium Model Adapted for the Indonesian Economy. Centre for International Economic Studies. School of Economics, The University of Adelaide.