PERBANDINGAN PERSPEKTIF KEBIJAKAN PERTAHANAN INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT (MASA PEMERINTAHAN SUSILO...
Transcript of PERBANDINGAN PERSPEKTIF KEBIJAKAN PERTAHANAN INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT (MASA PEMERINTAHAN SUSILO...
PERBANDINGAN PERSPEKTIF KEBIJAKAN PERTAHANAN INDONESIA DAN
AMERIKA SERIKAT
(MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN BARACK
OBAMA)
Oleh:
Erlinda Matondang ([email protected])
Abstrak—Globalisasi membawa perubahan yang mendorong pemerintah untuk terus membentuk kebijakan yang sesuai dengan situasi dan ancaman yang harus dihadapi pada masa tertentu. Indonesia dan Amerika Serikat (AS) adalah dua negara yang berada di kawasan Asia Pasifik yang kompleks dengan perbedaan dan mempunyai situasi yang mudah berubah sesuai dinamika politik, sosial, dan ekonomi. Di bidang pertahanan, setiap pemerintahan membentuk kebijakan pertahanan yang mengacu pada perkembangan lingkungan strategis. Indonesia dan AS membangun kekuatan negaranya berdasarkan pada dinamika Asia-Pasifik yang merupakan lingkungan strategis yang terdekat dengan wilayah kedaulatan negara. Pada masa pemerintahan SBY dan Barack Obama, Indonesia dan AS mengeluarkan kebijakan pertahanan untuk menghadapi permasalahan yang sama di kawasan Asia Pasifik. Persamaan dari kebijakan pertahanan kedua negara tersebut terletak pada isu yang dianggap sebagai masalah keamanan dan langkah yang ditempuh untuk menyelesaikannya. Sementara itu, perbedaan kebijakan pertahanan Indonesia dan AS dalam masa pemerintahan SBY dan Barack Obama terletak pada penggunaan kekuatan militer, serta pembangunan dan pembinaan senjata.
Kata Kunci: kebijakan pertahanan, Indonesia, Amerika Serikat
Abstract—Globalization bring changes that prompting the government to continue and to shape policy according to the situation and the threats that must be faced in any particular period. Indonesia and the United States (U.S.) are the two countries in the Asia Pacific region with the complexity of differences and have an easy situation changes according to the dynamics of political, social, and economic. In the field of defense, every government formed a defense policy which refers to the development of the strategic environment. Indonesia and the U.S. build their strength based on the dynamics of the Asia-Pacific strategic environment which is closest to the sovereign territory. In the reign of SBY and Barack Obama, Indonesia and the US issued a defense policy to deal with similar problems in the Asia Pacific region. Equation of defense policy the two countries lies in the issues that are considered as a security issue and steps taken to solve them. Meanwhile, differences in Indonesia and US defense policy in the future
2
Paper 12 Agustus 2015
government of SBY and Obama lies in the use of military force, and the construction and development of weapons.
Keywords: defense policy, Indonesia, United States
A. Pendahuluan
Globalisasi mendorong perubahan di pelbagai sektor kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Interaksi lintas batas fisik negara yang
dilakukan oleh masyarakat di setiap negara menyebabkan banyak isu-isu baru
bermunculan dan berkembang menjadi agenda internasional. Hal ini pula yang
mendorong cara pandang negara terhadap konsep keamanan.
Paradigma dan kerangka kerja negara di bidang keamanan bergeser
pasca-Perang Dingin. Konsep State Security tidak lagi menjadi domain utama
dalam forum komunikasi dan interaksi internasional. Sementara itu, konsep
Human Security menjadi hal yang semakin penting dalam perpolitikan nasional
dan internasional.
Seiring dengan pergeseran paradigma dan kerangka kerja negara
tersebut, terjadi pergeseran ancaman terhadap individu dan negara.
Terorisme, perdagangan manusia, kerusakan lingkungan, dan imigran gelap
merupakan beberapa dari banyak ancaman keamanan. Ancaman-ancaman ini
yang mengubah kebijakan pertahanan dari suatu negara.
Dalam konsep sekuritisasi, kebijakan pertahanan negara berfokus pada
hal yang menjadi perhatian elite politik yang menyatakan bahwa hal tersebut
merupakan ancaman terhadap keamanan. Salah satu elite politik tersebut
adalah Presiden. Dalam konteks ini, pembahasan suatu kebijakan pertahanan
negara dibatasi oleh rezim yang memerintah karena setiap rezim mempunyai
cara pandang dan fokus yang berbeda terhadap isu pertahanan dan
keamanan.
Asia Pasifik merupakan wilayah yang paling heterogen.
Keanekaragaman di Asia Pasifik terletak pada kondisi geografis, budaya,
kondisi dan sistem perekonomian, sistem pemerintahan, sistem sosial, bahasa,
3
Paper 12 Agustus 2015
dan sebagainya.1 Wilayah yang terbentang dari daratan Tiongkok hingga
kepulauan Indonesia menunjukkan perbedaan-perbedaan yang mendorong
percepatan perubahan dalam dinamika hubungan internasional.
Pada beberapa tahun terakhir, perubahan yang terjadi di kawasan Asia
Pasifik juga dipengaruhi oleh aktor-aktor eksternal atau negara-negara di luar
kawasan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan nilai strategis Asia Pasifik
karena pertumbuhan ekonomi dunia bergeser ke arah Asia mengakibatkan
dinamika politik, diplomasi, dan militer sulit untuk diprediksi.2 Asia Pasifik
menjadi primadona baru dalam hubungan internasional.
Salah satu bukti, nilai strategis yang berkembang di kawasan Asia
Pasifik adalah kebijakan luar negeri AS yang berfokus ke wilayah Asia Pasifik
(pivot to Asia). Kebijakan tersebut juga berkaitan dengan sengketa di Laut
Tiongkok Selatan yang menunjukkan sikap asertif dari pemerintah Tiongkok.3
Hal ini menyebabkan ketegangan politik di kawasan Asia Pasifik, khususnya
Asia Tenggara.
Pembahasan isu yang terjadi di Asia Pasifik tidak dapat ditinjau
berdasarkan regionalitas wilayah. Dinamika sejarah, politik, ekonomi, dan
budaya sejak akhir Perang Dunia II menjadi sangat kompleks dan sulit untuk
diuji secara keseluruhan, sehingga sebagian besar akademisi, pembuat
kebijakan, organisasi ekonomi, dan analis lebih memilih untuk membahas isu di
setiap negara daripada menelaah permasalahan yang terjadi secara regional.4
Oleh karena itu, artikel ini juga hanya membahas dua negara Asia Pasifik, yaitu
Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Kebijakan pertahanan Indonesia dan AS mengalami perubahan di setiap
rezim pemerintahan. Fokus kebijakan pertahanan Indonesia dan AS pada
masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Barack Obama
merujuk pada hal yang sama, yaitu isu-isu kontemporer, seperti terorisme,
1 K.P. Kaup (Eds.), Understanding Contemporary Asia Pacific, (Boulder, CO: Lynne Rienner,
2007), h. 1. 2 Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor KEP/25/M/I/2014, h. 9.
3 Ibid.
4 K.P. Kaups (Eds.), op.cit., h. 2.
4
Paper 12 Agustus 2015
bencana alam, perdagangan manusia, dan stabilitas regional. Namun,
kebijakan yang diambil oleh kedua negara ini berbeda. Walaupun kedua
pemimpin negara tersebut dapat dikatakan mempunyai karakter
kepemimpinan yang hampir sama, kebijakan pertahanan yang dibentuk oleh
kedua negara tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan.
Artikel ini ditulis untuk mengupas perbedaan dan persamaan kebijakan
pertahanan Indonesia dan AS pada masa pemerintahan SBY dan Barack
Obama. Walaupun karakter kepemimpinan mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap pembentukan suatu kebijakan, artikel ini tidak membahas hal
tersebut. Artikel ini hanya berfokus pada isi kebijakan pertahanan yang
dihasilkan dalam pemerintahan SBY dan Barack Obama.
B. Konsep Sekuritisasi
Konsep sekuritisasi merupakan salah satu PISO Analisis dalam
pembahasan isu keamanan. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh Old
Waever dan dikembangkan oleh Barry Buzan. Pendekatan Barry Buzan
tentang keamanan dilihat dari sudut pandang mikro dan makro.5 Pendekatan
Buzan ini dinilai sangat komprehensif dan meliputi pelbagai aspek. Oleh
karena itu, pendekatan Buzan selalu digunakan dalam pembahasan isu
keamanan.
Keamanan yang dicetuskan oleh Buzan mempunyai tiga tingkatan,
yaitu keamanan individu, negara, dan internasional. Pada ketiga tingkatan ini
terdapat proses deepening dari konsep keamanan.6 Pembahasan tentang
keamanan tidak hanya berkaitan tentang kepentingan negara dalam
hubungan internasional, tetapi juga setiap individu masyarakat yang menjadi
unsurnya.
5 M. Stone, “Security According to Buzan: A Comprehensive Security Analysis”, Security
Discussion Papers Series 1, h. 2. 6 G. WuryandarI, “Security, Securitization and Level of Analysis,” disampaikan Perkuliahan
Regional and Global Security, pada 19 Juni 2015 d Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor, Jawa
Barat.
5
Paper 12 Agustus 2015
Keamanan tidak dapat memenuhi kebutuhan individu, sehingga untuk
membahas keamanan harus dikaitkan dengan ancaman yang dihadapi.
Ancaman utama terhadap keamanan individu disebut dengan ancaman sosial
karena di dalam lingkungan manusia terdapat konsekuensi sosial, ekonomi,
dan politik yang tidak dapat dicegah.7 Pada beberapa kasus, ancaman
terhadap keamanan individu juga menjadi ancaman terhaddap negara.
Dalam konsep keamanan juga terdapat istilah broadening keamanan.
Secara horizontal, ruang lingkup keamanan menjadi lebih luas dengan adanya
globalisasi. Permasalahan keamanan tidak hanya berkaitan dengan
pertahanan, militer, dan persenjataan, tetapi juga stabilitas ekonomi, interaksi
sosial, dan sebagainya. Oleh karena itu, pembahasan tentang keamanan lebih
mengarah pada karakter ancaman daripada jenis keamanan.8
Ancaman yang dapat diangkat sebagai isu keamanan harus melalui
empat langkah sekuritisasi. Pertama, pemerintah, kepala negara, atau aktor
yang disebut dengan securitizing actor melakukan speech act atau
mengeluarkan pernyataan bahwa isu yang ada merupakan bagian dari
permasalahan keamanan negara. Kedua, keberadaan ancaman yang jelas atau
yang disebut dengan existential threat, seperti kelompok teroris, pelaku
perdagangan manusia, dan pelaku imigran gelap. Ketiga, timbulnya kepanikan
politik (politics panic) yang disebabkan oleh ancaman tersebut. Keempat, isu
yang dianggap sebagai masalah keamanan harus dapat mendorong
kemunculan tanggapan institusional (institutional response).9
C. Kebijakan Pertahanan Indonesia pada Masa Pemerintahan Susilo
bambang Yudhoyono
Untuk mendukung upaya penguatan pertahanan Indonesia, SBY
mengeluarkan kebijakan umum pertahanan dalam Peraturan Presiden Nomor
7 B. Buzan, People, States and Fear: the National Security Problem in International Relations,
(Great Britain: Wheatsheaf Book Ltd, 1983), h. 19. 8 Ibid.
9 Ibid. dan Y. Kurniawan, “Securitization,” dipaparkan dalam Perkuliahan Future Strategic
Defense Challenge, pada 17 Juni 2015 di Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor, Jawa Barat.
6
Paper 12 Agustus 2015
7 Tahun 2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Kemudian
peraturan presiden tersebut diubah dan dilengkapi dalam Peraturan Presiden
Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun
2010—2014. Dengan demikian, peraturan presiden tersebut hanya berlaku
pada masa pemerintahan SBY, yang berarti bahwa kebijakan pertahanan
tersebut merupakan kebijakan pemerintahan SBY pada periode II
kepemimpinannya.
Kebijakan pertahanan Indonesia pada tahun 2010—2014, sebagaimana
yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2010, meliputi
sepuluh kebijakan nasional. Berikut ini adalah sepuluh kebijakan nasional yang
terdapat dalam kebijakan pertahanan Indonesia.10
1. Kebijakan Pertahanan Integratif
Kebijakan integratif dibentuk untuk menyatukan tiga matra kekuatan
pertahanan militer Indonesia. Selain itu, kebijakan ini juga dibentuk untuk
mengintegrasikan seluruh kekuatan pertahanan negara, baik militer
maupun nirmiliter. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya
percepatan proses legislasi Rancangan Undang-undang tentang Keamanan
Nasional, Komponen Cadangan, Komponen Pendukung, dan perundang-
undangan lainnya.
2. Kebijakan Pengelolaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Nasional
Kebijakan Pengelolaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Nasional
dibentuk dalam rangka transformasi sumber daya nasional menjadi sumber
daya pertahanan. kebijakan ini dibentuk dengan sasaran berupa peraturan
pelaksanaan Undang-undang Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung, sehingga dapat diimplementasikan dengan segera setelah
10
Penjelasan Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan
Negara Tahun 2010—2014 jo Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kebijakan Umum
Pertahanan Negara.
7
Paper 12 Agustus 2015
proses legislasi selesai. Selain itu, kebijakan ini juga mendorong
pembentukan kerja sama sektoral antara Kementerian Pertahanan dan
instansi lainnya sambil menunggu realisasi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan transformasi sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan negara. Kebijakan ini juga mendorong intensivitas program
Pembinaan Kesadaran Bela Negara degan pelbagai kementerian dan
elemen masyarakat untuk mempersiapkan sumber daya manusia untuk
pertahanan.
3. Kebijakan Pembangunan Postur Pertahanan Militer
Minimum Essential Force (MEF) merupakan fokus dalam Kebijakan
Pembangunan Postur Pertahanan Militer. Dalam kebijakan ini, MEF
difokuskan pada peningkatan kemampuan reaksi cepat (striking force) dan
penyiapan pasukan siaga (standby force) dalam menangani bencana alam
dan misi-misi perdamaian dunia atau keadaan darurat lainnya.
Pembangunan kekuatan militer Indonesia difokuskan pada TNI AU, TNI AL,
dan TNI AD.
4. Kebijakan Pemberdayaan Pertahanan Nirmiliter
Untuk menangani pelbagai ancaman nirmiliter, Kebijakan
Pemberdayaan Pertahanan Nirmiliter mendorong pelbagai kementerian
untuk mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi pertahanan
nonmiliter. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan efektivitas pelbagai
badan koordinasi lintas sektoral yang ada, seperti Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Alam (BNPB), Badan Koordinasi Keamanan Laut
(Bakorkamla), dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
5. Kebijakan Pengerahan Kekuatan Pertahanan Militer
Pengerahan kekkuatan TNI harus melalui proses persetujuan legislatif
Indonesia. Namun, pada jnagka waktu 2010—2014, pengerahan kekuatan
TNI diarahkan untuk merespons ancaman aktual, seperti konflik di wilayah
perbatasan, keamanan pulau-pulau kecil terluar, ancaman separatisme,
8
Paper 12 Agustus 2015
terorisme, bencana alam, konflik horizontal, dan ragam kegiatan ilegal yang
membahayakan kedaulatan negara. Berdasarkan hal tersebut, kebijakan
pertahanan Indonesia tidak diarahkan untuk persiapan berperang atau
berkonflik dengan negara lain.
6. Kebijakan Kerja Sama Internasional Bidang Pertahanan
Kebijakan Kerja sama Internasional Bidang Pertahanan Indonesia
diarahkan pada peningkatan kerja sama dengan negara-negara tetangga
yang berbatasan langsung dengan Indonesia, agar dapat mendorong upaya
penyelesaian masalah perbatasan; peningkatan kerja sama dengan negara-
negara sahabat yang berkomitmen pada pengembangan kemampuan
pertahanan Indonesia, khususnya dalam upaya penanganan terorisme,
penanggulangan bencana, dan transfer teknologi untuk alutsista TNI;
akselerasi perwujudan ASEAN Security Community; dan peningkatan peran
aktif dalam Peacekeeping Operations (PKO). Kerja sama tersebut harus
dibentuk melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan
berdasarkan pada one gate policy. Selain itu, kerja sama internasional
Indonesia di bidang pertahanan tetap berpegang pada politik luar negeri
bebas dan aktif, sehingga kerja sama tersebut tidak diarahkan pada
pembentukan pakta pertahanan.
7. Kebijakan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri Pertahanan
Kebijakan ini meliputi pengembangan sumber daya manusia, program
unggulan dan strategis, kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri pertahanan, dan
pemberdayaan industri nasional yang berpotensi untuk industri
pertahanan. Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah kemandirian industri
pertahanan. Kemandirian industri pertahanan bergantung pada tiga pilar,
yaitu perguruan tinggi/lembaga penelitian dan pengembangan, industri,
dan pengguna (TNI). Kebijakan ini dibentuk untuk memadukan ketiga pilar
tersebut, sehingga kemandirian dapat tercapai.
9
Paper 12 Agustus 2015
8. Kebijakan Pengamanan Wilayah Perbatasan dan Pulau-pulau Kecil Terluar
Kebijakan ini dibentuk untuk menangani konflik internal dan ancaman
aktual yang terjadi di wilayah perbatasan. Kebijakan ini mempunyai prioritas
berupa pengintegrasian peran dan fungsi seluruh pemangku kepentingan
dalam pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar,
maksimalisasi kinerja BNPP, serta optimalisasi upaya diplomasi secara
bilateral dan/atau multilateral untuk menyelesaikan masalah perbatasan
secara damai. Oleh karena itu, kebijakan ini tidak hanya melibatkan
Kementerian Pertahanan dan BNPP, tetapi juga seluruh instansi terkait
lainnya, termasuk Kementerian Luar Negeri.
9. Kebijakan Penganggaran
Dalam kebijakan anggaran, anggaran pertahanan Indonesia
diprioritaskan utuk mewujudkan MEF. Dengan prioritas tersebut, Kebijakan
Anggaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan,
pengoperasian, dan modernisasi alutsista serta meningkatkan
profesionalitas sumber daya manusia pertahanan negara melalui, pelatihan
dna peningkatan kesejahteraan prajurit. Sementara itu, anggaran untuk
memberdayakan pertahanan nirmiliter diupayakan oleh kementerian dan
instansi terkait.
10. Kebijakan Pengawasan
Kebijakan pengawasan merupakan kebijakan yang meliputi seluruh
kebijakan nasional di bidang pertahanan. Kebijakan pengawasan
diberlakukan dengen menetapkan fungsi pengawasan berlaku secara
internal dan eksternal, serta melibatkan legislatif dan publik. Pengawasan
dilakukan pada fungsi manajemen untuk membentuk penyelenggaraan
pertahanan yang mempunyai akuntabilitas dan efektivitas yang baik, serta
bersih dari praktik korupsi.
10
Paper 12 Agustus 2015
D. Kebijakan Pertahanan Amerika Serikat pada Masa Pemerintahan Barack
Obama
Barack Obama memimpin dalam dua periode. Di setiap periodenya,
Obama dihadapkan pada situasi dan politik yang berbeda. Pada periode
pertama kepemimpinannya, Obama dihadapkan pada isu-isu yang belum
diselesaikan oleh G.W. Bush terkait dengan invasi di Iraq dan juga pelbagai
aktivitasnya dalam operasi militer di Afghanistan. Apalagi dengan terjadinya
krisis ekonomi yang melanda AS pada tahun 2008 yang menyebabkan
anggaran di pelbagai sektor harus dikurangi secara signifikan. Sementara itu,
pada periode kedua kepemimpinannya, Obama dihadapkan pada
permasalahan di Timur Tengah dan stabilitas regional Asia Tenggara yang
mulai terganggu dengan adanya sengketa Laut Tiongkok Selatan.
Keamanan ekonomi berkaitan erat dengan keamanan nasional.
Perekonomian AS yang menurun, mendorong AS untuk memangkas biaya
pertahanan. Anggaran pertahanan yang sempat meningkat hingga dua kali
lipat pada dua dekade terakhir harus dikurangi hingga $400milyar.11 Sebagai
akibat dari penurunan tingkat perekonomian tersebut postur pertahanan AS
diperkecil.
Postur pertahanan AS diperkecil, tetapi tetap mendominasi pada
domainnya. Fokus investasi pemerintah akan diarahkan pada pengembangan
kapabilitas nuklir dan kapabilitas krusial, seperti siber, ruang angkasa, intelijen,
pengawasan dan pengintaian.12 Selain itu, pemerintah AS hanya akan
menggunakan kekuatan militernya secara unilateral, jika rakyat dan
kepentingannya terancam.13
Selain itu, kebijakan pertahanan AS bergeser dari pola yang
mengutamakan efektivitas menjadi yang mengutamakan efisiensi. Dalam pola
yang mengutamakan efisiensi, lembaga pertahanan AS didorong untuk
mencapai target yang sama dengan input yang lebih sedikit. Sementara itu,
11
P.W. Singer, “A Defense Policy Vision,” www.armedforcesjournal.com, Juni 2011, h. 25. 12
Ibid., h. 8. 13
Ibid.
11
Paper 12 Agustus 2015
dalam pola yang mengutamakan efektivitas, lembaga pertahanan AS
diharuskan untuk mencapai hasil yang ditargetkan dengan cara terbaik.14
Namun, hal yang paling penting dan harus diperhatikan dalam
kebijakan pertahanan AS selama masa pemerintahan Obama adalah peranan
militer. Dalam strategi keamanan nasional Amerika Serikat yang diterbitkan
pada tahun 2015 dinyatakan bahwa militer yang kuat merupakan dasar dari
keamanan nasional Amerika Serikat, kebijakan pertahanan AS tetap
melakukan perbaikan dan memenuhi kebutuhan kekuatan militer dan
keluarganya.15 Postur militer AS dibentuk untuk melindungi rakyat dan
kepentingannya, menjaga stabilitas regional, membawakan bantuan
kemanusiaan dan bencana alam, dan membangun kapasitas dari rekan kerja
untuk bergabung dalam menghadapi tantangan keamanan.16
Pemerintah AS menyadari bahwa untuk mengatasi pelbagai masalah
keamanan di tingkat nasional, regional, dan internasional membutuhkan kerja
sama dengan negara lain. Hal ini digambarkan dalam pernyataan Presiden
Obama yang disampaikan di West Point. Dalam pernyataan yang berbunyi, “In
the 21st century, The question we face… is not whether America will lead, but
how we will lead.”17 Hal ini yang mendorong AS untuk mendukung penguatan
pertahanan di negara lain. Sebagaimana yang disampaikan Sekretaris Kerry
dalam pernyataannya yang berbunyi “By helping our friends to become
stronger, we actually become stronger ourselves.”18 Oleh karena itu,
pemerintah AS memberikan bantuan keamanan kepada sejumlah negara
berkembang.
Bantuan keamanan yang diberikan AS tidak hanya di bidang militer,
tetapi juga sosial, ekonomi, dan budaya. Di bidang militer, AS memberikan
bantuan berupa pelatihan dan persenjataan. Sementara itu, bantuan
14
Ibid, h. 27. 15
The White House, National Security Strategy, (Washington, D.C.: The White House, 2015), h.
7. 16
Ibid. 17
A. Nelson, “U.S. Security Assistance” dalam Short Course on CCMR Indonesia Program in
‘Defense Diplomacy’, disampaikan pada tanggal 24 Juli 2015 di Naval Postgraduate School,
Monterey, California. 18
Ibid.
12
Paper 12 Agustus 2015
nonmiliter yang diberikan AS kepada negara berkembang lainnya, seperti
bantun untuk korban bencana alam, mulaidari bahan makanan, obat-obatan,
hingga penyembuhan trauma psikologis.
E. Perbandingan Perspektif Kebijakan Pertahanan Indonesia dan Amerika
Serikat pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Barack
Obama
Analisis dalam artikel ini diarahkan pada empat pertanyaan pokok yang
menjadi perhatian penting dalam pembentukan kebijakan pertahanan, yaitu
apa fokus pemerintah dalam bidang keamanan; bagaimana cara
menyelesaikan permasalahan keamanan; bagaimana pemerintah mengelola
dan mengembangkan kemampuan pertahanan negara; dan bagaimana
penggunaan kekuatan militer. Pertanyaan-pertanyaan ini menggambarkan
perbedaan antara kebijakan pertahanan Indonesia dan AS. Berikut ini adalah
pembahasan tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Apa fokus pemerintah di bidang keamanan?
Indonesia, AS, dan negara-negara lainnya mempunyai fokus masalah
keamanan yang sama, baik di bidang militer, lingkungan, sosial, dan
ekonomi. Namun, prioritas utama kebijakan pertahanannya berbeda.
Begitupula dengan Indonesia dan AS, ada perbedaan prioritas dalam
kebijakan pertahanannya di masa pemerintahan SBY dan Obama.
Sebagaimana konsep pertahanan semesta yang dianut Indonesia,
kebijakan pertahanan Indonesia di masa pemerintahan SBY tidak hanya
membahas permasalahan militer, tetapi juga nonmiliter. Salah satu
contohnya adalah pelibatan komponen masyarakat dan kementerian
terkait dalam pembangunan di wilayah perbatasan. Jika ditinjau
berdasarkan isu-isu kontemporer di bidang keamanan, Indonesia masih
menaruh perhatian pada permasalahan terorisme, gerakan separatis,
bencana alam, dan sebagainaya.
13
Paper 12 Agustus 2015
Sementara itu, AS menunjukkan pergeseran haluan. Kebijakan
pertahanan AS pada masa pemerintahan Obama menunjukkan perhatian
yang besar pada isu-isu kontemporer, termasuk masalah lingkungan dan
ekonomi. Namun, domain utama dari kebijakan pertahanan AS masih
merupakan kekuatan militer.
2. Bagaimana cara menyelesaikan masalah keamanan?
Indonesia menerapkan pertahanan yang besifat defensif aktif,
sehingga kekuatan militer hanya akan digunakan sebagai pilihan terakhir.
SBY mencetuskan prinsip zero enemy and million friends yang
menggambarkan bahwa pemerintahannya mengutamakan kerja sama dan
forum komunikasi dan negosiasi dalam penyelesaian pelbagai masalah
keamanan. Hal ini juga digambarkan dalam kebijakan kerja sama
internasional dan kebijakan pengamanan wilayah perbatasan.
Dalam kebijakan pertahanan AS di bawah pemerintahan Obama juga
menunjukkan cara penyelesaian masalah yang sama. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Obama bahwa pelbagai masalah keamanan tidak dapat
diselesaikan tanpa kerja sama antarnegara. Namun, hal yang perlu menjadi
catatan, AS tidak akan sungkan menggunakan kekuatan militer jika
kepentingan rakyat dan negaranya diganggu oleh negara lain.
3. Bagaimana pemerintah mengelola dan mengembangkan kemampuan
pertahanan negara?
Ada dua pendekatan yang berbeda dari kebijakan pertahanan
Indonesia dan AS. Pendekatan ini menunjukkan adanya perspektif yang
berbeda tentang pembangunan kekuatan militer. Kedua pendekatan itu
adalah inward looking dan outward looking.
Pada masa pemerintahan SBY, anggaran pertahanan Indonesia
meningkat signifikan. Anggaran tersebut dialokasikan untuk membangun
kapasitas dan kapabilitas pertahanan negara, khususnya di bidang militer,
14
Paper 12 Agustus 2015
dengan melakukan modernisasi alaut utama sistem pertahanan (alutsista).
Selain itu, kebijakan-kebijakan yang berpayung pada kebijakan pertahanan
juga menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk
membangun landasan hukum pembentukan komponen cadangan dan
keamanan nasional. Seluruh kebijakan pertahanan tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia masih pada tahap inward looking.
Sementara itu, AS sudah menerapkan pendekatan outward looking.
Dalam pendekatan ini, AS melihat ancaman yang dapat berasal dari negara
lain, sehingga diperlukan kerja sama dengan negara-negara tertentu.
Anggaran pertahanan AS juga banyak terserap oleh pengiriman pasukan
ke pelbagai wilayah yang bertujuan untuk menjaga kepentingannya di
wilayah tersebut. Pemotongan anggaran pertahanan sebesar $400milyar
tidak mengubah kebijakan pertahanan AS dalam membangun kekuatan
pertahanannya di pelbagai belahan dunia. Sebagaimana yang disebutkan di
atas, banyak perubahan dalam sistem pertahanan AS yang dilakukan untuk
mencapai kepentingan keamanan di seluruh dunia dengan anggaran yang
terbatas.
4. Bagaimana penggunaan kekuatan militer?
Kekuatan militer Indonesia tidak hanya dipersiapkan untuk, tetapi
juga untuk menunjang pembangunan dan ketahanan negara. Dalam
kebijakan pertahanan Indonesia pada masa pemerintahan SBY, pengiriman
prajurit keluar dari wilayah Indonesia adalah untuk mengikuti pelatihan
dan pendidikan, melakukan negosiasi untuk membentuk kerja sama
dengan negara lain, dan mengikuti kegiatan PKO. Dengan kata lain, tidak
ada pengiriman pasukan untuk masalah yang berkaitan dengan terorisme
di Timur Tengah atau konflik di Ukraina, kecuali ada mandat dari
Perserikatan Bangsa-bangsa untuk pengiriman PKO.
Hal ini berbeda dengan AS, yang mengirimkan pasukannya ke
hampir seluruh belahan bumi. AS mengirim pasukan ke Timur Tengah
15
Paper 12 Agustus 2015
untuk mengantisipasi perkembangan terorisma. Armada laut AS berada di
pelbagai wilayah perairan dunia untuk melindungi kepentingannya di
pelbagai benua. Walaupun pada beberapa tujuan pengiriman adalah PKO,
pada umumnya pengiriman pasukan ke pelbagai wilayah di dunia bertujuan
untuk menjaga kepentingan AS.
F. Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
persamaan dan perbedaan antara Indonesia dan AS. Persamaan kebijakan
pertahanan Indonesia dan AS terletak pada fokus masalah keamanan negara
terkait dengan hal-hal yang perlu diangkat sebagai isu keamanan dan cara
kedua negara dalam menyelesaikan permasalahan Sementara itu, perbedaan
kebijakan pertahanan dari kedua negara terletak pada cara mengelola dan
memperkuat pertahanan negara serta penggunaan kekuatan militer.
Daftar Pustaka
Buku
Buzan, B. (1983). People, States and Fear: the National Security Problem in International Relations. Great Britain: Wheatsheaf Book Ltd.
Kaup, K.P. (Eds). (2007). Understanding Contemporary Asia Pacific. Boulder, CO: Lynne Rienner.
The White House. (2015). National Security Strategy. Washington: The White House.
Jurnal
Singer, P.W. (2011). “A Defense Policy Vision.” www.armedforcesjournal.com, Juni 2011, h. 24—29.
16
Paper 12 Agustus 2015
Paparan
Kurniawan, Y. (2015). “Securitization.” Perkuliahan Future Strategic Defense Challenge, pada 17 Juni 2015 di Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor, Jawa Barat.
Nelson, A. (2015). “U.S. Security Assistance” dalam Short Course on CCMR Indonesia Program in ‘Defense Diplomacy’, disampaikan pada tanggal 24 Juli 2015 di Naval Postgraduate School, Monterey, California.
Wuryandari, G. (2015). “Security, Securitization and Level of Analysis.” Perkuliahan Regional and Global Security, pada 19 Juni 2015 d Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor, Jawa Barat.
Makalah
Stone, M. (n.d.). “Security According to Buzan: A Comprehensive Security Analysis.” Security Discussion Papers Series 1.
Undang-undang
Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor KEP/25/M/I/2014.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2010—2014.