perbandingan efektifitas penggunaan closed suction dengan

11
1 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CLOSED SUCTION DENGAN OPEN SUCTION TERHADAP PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN YANG TERPASANG VENTILATOR DI RUANG ICU RSUD CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2017 Chasbun Abi Syahputra Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat [email protected] ABSTRAK Closed Suction merupakan penghisapan lendir dengan sistem tertutup yang selalu terhubung dengan sirkuit ventilator. Sedangkan Open Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir dengan membuka konektor sirkuit ventilator dengan endotracheal tube. Pneumonia adalah peradangan parenkim paru di mana asinus terisi cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrat dari sel radang ke dalam interstitium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan efektifitas penggunaan Closed Suction dengan Open Suction terhadap pencegahan pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSUD Cengkareng. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperiment. Sampel diambil 12 responden yang menggunakan ventilator dengan dilakukan tindakan Closed Suction dan Open Suction. Analisa dilakukan dengan univariat dan bivariat dengan uji T-dependen. Hasil pengolahan dan analisa didapat nilai P > α (0,363 > 0,05) yang bermakna tidak ada pengaruh antara tindakan Pre dan Post Closed Suction dengan kejadian Pneumonia, sedangkan didapat nilai P < α (0,012 < 0,05) yang bermakna ada pengaruh antara tindakan Pre dan Post Open Suction terhadap kejadian Pneumonia. Diharapkan dapat dijadikan suatu prosedur dalam melakukan tindakan suction untuk meminimalisir terjadinya Pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator. Kata Kunci : Ventilator, Closed Suction, Open Suction, Pneumonia Referensi : 26 ( Tahun 2000 2015 )

Transcript of perbandingan efektifitas penggunaan closed suction dengan

1

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CLOSED SUCTION DENGAN

OPEN SUCTION TERHADAP PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN YANG

TERPASANG VENTILATOR DI RUANG ICU RSUD CENGKARENG

JAKARTA BARAT TAHUN 2017 Chasbun Abi Syahputra

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat

[email protected]

ABSTRAK

Closed Suction merupakan penghisapan lendir dengan sistem tertutup yang selalu terhubung

dengan sirkuit ventilator. Sedangkan Open Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir

dengan membuka konektor sirkuit ventilator dengan endotracheal tube. Pneumonia adalah

peradangan parenkim paru di mana asinus terisi cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrat

dari sel radang ke dalam interstitium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan

efektifitas penggunaan Closed Suction dengan Open Suction terhadap pencegahan pneumonia

pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSUD Cengkareng. Desain penelitian ini

menggunakan quasi eksperiment. Sampel diambil 12 responden yang menggunakan ventilator

dengan dilakukan tindakan Closed Suction dan Open Suction. Analisa dilakukan dengan

univariat dan bivariat dengan uji T-dependen. Hasil pengolahan dan analisa didapat nilai P > α

(0,363 > 0,05) yang bermakna tidak ada pengaruh antara tindakan Pre dan Post Closed Suction

dengan kejadian Pneumonia, sedangkan didapat nilai P < α (0,012 < 0,05) yang bermakna ada

pengaruh antara tindakan Pre dan Post Open Suction terhadap kejadian Pneumonia. Diharapkan

dapat dijadikan suatu prosedur dalam melakukan tindakan suction untuk meminimalisir

terjadinya Pneumonia pada pasien yang terpasang ventilator.

Kata Kunci : Ventilator, Closed Suction, Open Suction, Pneumonia

Referensi : 26 ( Tahun 2000 – 2015 )

2

ABSTRACT

Closed Suction is a sucking mucus with a closed system that is always connected to the

ventilator circuit. While Open Suction is a procedure of sucking mucus by opening ventilator

circuit connector with endotracheal tube. Pneumonia is an inflammation of the pulmonary

parenchyma where the acid is filled with inflamed fluid, with or without an infiltrate of

inflammatory cells into the interstitium. The purpose of this study is to determine the

effectiveness of the use of Closed Suction with Open Suction on the prevention of pneumonia in

patients who installed ventilator in ICU Cengkareng Hospital. This research design uses quasi

experiment. The sample was taken by 12 respondents who use ventilator with Closed Suction

and Open Suction. The analysis was performed with univariate and bivariate with T-dependent

test. The result of processing and analysis got value P> α (0,363> 0,05) meaning no influence

between action of Pre and Post Closed Suction with the incidence of Pneumonia, whereas

obtained value P <α (0,012 <0,05) Pre and Post Open Suction actions against the incidence of

Pneumonia. Expected to be a procedure in performing suction action to minimize the occurrence

of Pneumonia in patients who installed ventilator.

Keywords: Ventilator, Closed Suction, Open Suction, Pneumonia

Reference: 26 (Year 2000 - 2015)

3

PENDAHULUAN

Pneumonia nosokomial menduduki

urutan ke-2 sebagai infeksi nosokomial di

Rumah Sakit di Amerika Serikat. Angka

kejadian pneumonia nosokomial berkisar 5-

10 kasus per 1000 pasien, angka kejadian

meningkat 6-20 kali pada pasien yang

terpasang ventilator, angka kematian

berkisar 20-50% (Sedwick, et al., 2012).

Angka kejadian pneumonia nosokomial 5-10

per 1000 pasien di Jepang, angka kejadian

pneumonia karena pemasangan ventilator

berkisar 20% - 30% ( Journal The Japanese

Respiratory Society, 2004 ).

Berdasarkan penelitian Yin-Yin

Chen, dkk, pada tahun 2000-2008 di

Taiwan, Ventilator Associated Pneumonia (

VAP ) menempati urutan kedua terbanyak

kejadian Device Associted Infection (DAI) di

ICU. Dari penelitian tersebut diperoleh

angka kejadian VAP sebanyak 3,18%

kejadian per 1000 ventilator per hari. Hal ini

diakibatkan salah satunya karena tindakan

suction yang dilakukan untuk

mempertahankan efektifnya jalan nafas,

merangsang batuk, membersihkan sekret

pada pasien yang terpasang endotracheal

tube (Smith, 2004).

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Azis, (2013) disebutkan

bahwa angka kejadian VAP di RSUP

Sanglah Denpasar pada tahun 2012 sebesar

15,48%. Berdasarkan laporan yang

dikeluarkan oleh bagian PPI (Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi) RSUP Sanglah

Denpasar, didapatkan jumlah kejadian VAP

dari bulan Januari sampai Juni 2013 yaitu

kejadian VAP pada bulan Januari sebesar

21,4% dan bulan Juni sebesar 16,3%.

Ventilator Associated Pneumonia

(VAP) merupakan suatu peradangan pada

paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh

pemakaian ventilator dalam jangka waktu

yang lama pada pasien (Smeltzer & Bare,

2001). Wiryana, 2007 juga membagi VAP

menjadi onset dini yang terjadi dalam 4 hari

pertama pemberian ventilasi mekanik dan

onset lambat yang terjadi 5 hari atau lebih

setelah pemberian ventilasi mekanik.

Pneumonia pada pasien yang menggunakan

ventilator berbeda dengan pneumonia yang

didapat dari masyarakat, yang sering

disebabkan oleh bakteri spesies

S.pneumoniae, H.influenzae atau S.aureus.

VAP sering disebabkan oleh Pseudomonas.

Penanganan VAP juga berbeda dengan

penanganan pneumonia jenis lain dalam hal

antibiotika yang digunakan, prosedur

diagnosis, prognosis dan cara pencegahan

(Ari, 2010).

4

Penggunaan CSS digunakan pada

pasien yang terpasang endotracheal atau

ventilator, terutama dalam pencegahan

hipoxemia dan infeksi nosokomial VAP (

Ozcan, 2006). Closed Suction System

digunakan untuk mencegah kontaminasi

udara luar, kontaminasi pada petugas dan

pasien, mencegah kehilangan suplai udara

paru, mencegah terjadinya hipoksemia,

mencegah penurunan saturasi oksigen

selama dan sesudah melakukan suction,

menjaga tekanan Positive Pressure Ventilasi

dan Positive end Expiratory Pressure (

PEEP ), terutama pasien yang sensitif bila

lepas dari ventilator seperti pasien apnoe

atau pasien yang butuh PEEP tinggi

(Masry, 2005). Secara tenaga menggunakan

Closed Suction System (CSS) lebih efektif

dibanding Open Suction System (OSS)

karena tidak memerlukan dua tenaga, tidak

menggunakan sarung tangan steril, dan

tidak sering mengganti kateter suction.

(Rabitsch, 2004).

Penggunaan metode OSS juga

memiliki beberapa kelebihan. Penelitian

yang dilakukan Irene et al 2005 dihasilkan

bahwa harga cateter pada metode closed

suction 30 kali lebih mahal jika

dibandingkan dengan metode open suction.

Tetapi, cateter pada closed suction dapat

digunakan untuk satu minggu sedangkan

cateter pada metode open suction sekali

pakai. Penelitian lainnya seperti yang

dilakukan oleh Witmer dan Lasocki, 2005

dalam Irene et al ditemukan bahwa metode

Open Suction System (OSS) lebih efektif

dalam menghilangkan sekresi

trakeobronkial dari pada metode Closed

Suction System (CSS) yaitu sebanyak 2 – 2,5

g dengan OSS dan 0,6 - 2,3 g dengan CSS.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan

oleh Cereda tahun 2001 dalam Irene et al

dengan jumlah responden 10 pasien

menunjukkan bahwa penggunaan metode

OSS menyebabkan peningkatan SaO2

setelah dilakukan suction.

Menurut data bagian Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi ( PPI ) RSUD

Cengkareng belum mempunyai data yang

spesifik tentang kejadian VAP karena belum

menjadi sasaran mutu di ruang ICU. Untuk

jumlah pasien yang di rawat di Ruang ICU

3 bulan terakhir dari Juli-September

sebanyak 180 pasien dengan pasien

terpasang Ventilator 57 pasien. Untuk pasien

yang terdiagnosa pneumonia sebanyak 32

orang ( 56% ), sedangkan hasil observasi

pada kultur biakan sputum dari 20 pasien

terdapat 15 pasien yang hasil biakannya

positive terdapat bakteri penyebab

Pneumonia. Angka ini masih lebih tinggi

dari kejadian di Jepang dan di Bali. Belum

5

n=sd( Za +Z β )²

d

ada data yang akurat Untuk penggunaan

Closed Suction dan Open Suction di ICU

RSUD Cengkareng.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan

yaitu dengan pendekatan desain penelitian

Quasi Eksperimen dimana dalam rancangan

ini dilakukan penilaian sebelum dilakukan

intervensi ( pretest ) kemudian setelah

dilakukan intervensi dilakukan penilaian

kembali ( Post test ). ( Nursalam, 2013 )

pretest Perlakuan Posttest

Keterangan :

01 : Pasien terpasang ventilator sebelum

dilakukan intervensi dengan Closed

Suction

02 : Pasien terpasang ventilator setelah

dilakukan intervensi dengan Closed

Suction

03 : Pasien terpasang ventilator sebelum

dilakukan intervensi dengan Open

Suction

04 : Pasien terpasang ventilator setelah

dilakukan intervensi dengan Open

Suction

X1 : Intervensi menggunakan Closed

Suction

X2 : Intervensi menggunakan Open Suction

Penelitian dilakukan di Ruang ICU

RSUD Cengkareng, pada bulan Februari

2017. Sampel pada penelitian ini adalah 12

responden yang menggunakan Closed

Suction dan Open Suction kriteria inklusi

sebagai berikut:

a. Pasien yang baru menggunakan

ventilator

b. Pasien Dewasa usia 18 - 65 Tahun

c. Pasien yang belum terdiagnosa

Pneumonia

d. Keluarga yang mengizinkan pasien

menjadi responden penelitian.

Untuk mendapatkan jumlah sampel

maka di dapat rumus ( Sopiyudin, Dahlan,

2012 ) :

Keterangan :

n : besarnya sampel

Za : nilai standart normal ( α = 0.05 ) ( Z =

1,96

Zβ : power test β ( Z = 1,282 )

Sd : standart Deviasi 2,3*

d : selisih dari rata-rata 2,4*

Keterangan : *( Sd & d, diambil pada

peneilitian hubungan tindakan oral hygiene

terhadap angka kejadian Pneumoni oleh

AIP, 2012 )

01 X1 02

03 X2 04

6

= ( + )²

= 10 Sample

Untuk mengatasi terjadinya drop-out

dari responden maka jumlah cadangan yang

harus dipersiapkan adalah 20% ( Madiyono,

dkk 2007 ). Jadi jumlah sampel yang

diambil 10 ditambah 2 untuk mengantisipasi

terjadinya drop-out. Selanjutnya sample di

bagi menjadi 2 kelompok yaitu 6 responden

menggunakan Closed Suction dan 6

responden menggunakan Open Suction.

Alat pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa questioner,

lembar observasi dan panduan CPIS.

Analisa data yang digunakan pada

penelitian ini adalah analisa univariat dan

analisa bivariat. Pada analisis univariat data

ditampilkan dalam tabel proporsi atau

persentase sedangkan pada analisa bivariat

dalam penelitian ini menggunakan Uji Beda

Dua Mean Dependent (Uji T Dependent)

dan Uji Beda Dua Mean Independent (Uji T

Independent). Pada penelitian ini,

diperhatikan masalah etika yang dapat

muncul selama proses penelitian. Oleh

karena itu, masalah etika yang ditekankan

pada penelitian ini yang pertama adalah

dengan Autonomy dengan memberikan

Informed Consent.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi data demografi

karakteristik Kategori Frekuensi Presentase

(%)

Usia < 40tahun

40 - 65 Th

1

11

8,3%

91,7%

Jenis

kelamin Laki– laki 7 58,3%

Perempuan 5 41,7%

Distribusi dari tabel di atas, diketahui

bahwa karakteristik responden di Ruang

ICU RSUD Cengkareng berdasarkan usia

paling banyak > 40-65 tahun tahun 11 orang

( 91,7% ), jenis kelamin laki – laki 7 orang (

58,3% ).

Tabel 2 Distribusi Variabel Kejadian

Pneumonia Dengan Tindakan

Closed Suction

Variabel

Frekuensi

terjadi (%)

Frekuensi tidak

terjadi (%)

Pre Closed

Suction

- 6 (100,0)

Post Closed

Suction

1 (16,7%) 5 (83,3)

Distribusi dari tabel di atas, diketahui

bahwa variabel pneumonia pada Pre Closed

Suction paling banyak tidak terjadi

pneumonia 6 orang ( 100% ). Untuk Post

Closed Suction tidak terjadi 83,3%

7

Tabel 3 Distribusi Variabel Kejadian

Pneumonia Dengan Tindakan

Open Suction

Variabel

Frekuensi

terjadi

(%)

Frekuensi

tidak terjadi

(%)

Pre Open

Suction

- 6 (100,0)

Post Open

Suction

4 (66,7) 2 (33,3%)

Distribusi dari tabel di atas, diketahui

bahwa variabel pneumonia pada Pre Open

Suction paling banyak tidak terjadi

pneumonia 6 orang ( 100% ), Post Open

Suction terjadi pneumonia 4 orang (66,7 % ).

Tabel 3 Distribusi Berdasarkan Angka

Kejadian Pneumonia Pada Pasien

Terpasang Ventilator Yang Dilakukan

Pre dan Post Closed Suction

Variabel Mean SD SE P Value n

PreClosed

Suction

1,00 ,000 ,000

0,363

6

Post

Closed

Suction

1,17 0,408 ,167

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan

standar error pasien yang terjadi infeksi

pneumonia pada pasien yang dilakukan Pre

Closed Suction dengan Post Closed Suction.

Rata – rata sebelum dilakukan tindakan

Closed Suction adalah 1,00 dengan standar

deviasi ,000, sedangkan nilai rata – rata

setelah Closed Suction adalah 1,17 dengan

standar deviasi 0,408.

Berdasarkan uji T- dependen

diperoleh P 0,363 dengan nilai α 0.05, dapat

disimpulkan P > α maka Ho diterima. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perbedaan rata – rata kejadian

pneumonia antara tindakan Pre dan Post

Closed Suction.

Tabel 4 Distribusi Berdasarkan Angka

Kejadian Pneumonia Pada Pasien

Terpasang Ventilator Yang Dilakukan

Pre dan Post Open Suction

Variabel Mean SD SE P Value n

Pre Open

Suction

1,00 ,000 ,000

0,025

6 Post Open

Suction

1,67 0,516 ,221

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan

standar error pasien yang terjadi infeksi

pneumonia pada pasien yang dilakukan Pre

Open Suction dengan Post Open Suction.

Rata – rata sebelum dilakukan tindakan

Open Suction adalah 1,00 dengan standar

deviasi ,000, sedangkan nilai rata – rata

setelah Open Suction adalah 1,67 dengan

standar deviasi 0,516.

8

Berdasarkan uji T- dependen

diperoleh P 0,025 dengan nilai α 0.05, dapat

disimpulkan P < α maka Ho ditolak. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan rata – rata kejadian pneumonia

antara tindakan Pre dan Post Open Suction.

Tabel 5 Distribusi Efektifitas

Berdasarkan Nilai Rata-Rata Pasien

Terpasang Ventilator Yang Dilakukan

Closed Suction Dengan Open Suction

Terhadap Pencegahan Pneumonia

Variabel Mean SD SE P

Value

n

Pre

Closed

Suction

Post

Closed

Suction

Pre Open

Suction

1,00

1,17

1,00

,000

,408

,000

,000

,167

,000

0,363

0,025

6

6

Post

Open

Suction

1,67 ,516

,221

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat nilai rata – rata, standar deviasi dan

standar error pasien yang terjadi infeksi

pneumonia pada pasien yang dilakukan

tindakan Closed Suction dengan Open

Suction. Rata – rata selisih yang dilakukan

Closed Suction adalah 0,17 dengan Open

Suction adalah 0,67.

Berdasarkan hasil rata-rata antara

Closed Suction dengan Open Suction maka

dapat disimpulkan bahwa penggunaan

Closed Suction lebih efektif daripada Open

Suction dalam pencegahan pneumonia pada

pasien yang terpasang ventilator.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh data

bahwa 12 responden dengan usia 40-65

tahun sebanyak 11 orang (91,7%).

Hal di atas sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Perry dan Potter (2009),

bahwa perubahan fisiologi terjadi pada usia

40 – 65 tahun. Perubahan ini tidak bersifat

patologis tetapi dapat membuat rentan

terhadap penyakit. Salah satu yang terjadi

perubahan yaitu pada paru – paru dimana

penurunan reflek batuk, kekuatan otot

respirasi berkurang, iritan saluran napas

berkurang, penurunan kavasitas vital paru.

Penggunaan Closed Suction System

(CSS) digunakan pada pasien yang

terpasang endotracheal atau ventilator,

terutama dalam pencegahan hipoxemia dan

infeksi nosokomial VAP ( Ozcan, 2006).

Menurut teori yang dikemukakan

Kartinawati (2010) menyebutkan

pencegahan terhadap VAP dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan non

farmakologi dan farmakologi. Suction

9

merupakan tindakan non farmakologi

dengan cara melakukan pengisapan lendir

dimana selang dimasukan ke dalam pipa

endotrakeal tube.

Analisa peneliti bahwa teknik Closed

Suction dapat mengurangi organisme yang

masuk dari luar karena metode ini tidak

perlu membuka bagian sirkuit ventilator

untuk dilakukan suction, sehingga

kontaminasi organisme dapat di cegah.

Penggunaan Closed Suction juga tidak

memerlukan dua orang perawat, alat ini juga

tidak memerlukan sarung tangan steril

karena cateter suction sudah terbungkus

plastik yang terhubung dengan ventilator.

Meski harga cenderung mahal dibandingkan

Open Suction namun Closed Suction juga

dapat digunakan selama satu minggu serta

lebih efektif dalam meminimalisir

pencegahan pneumonia.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap

6 responden yang menggunakan ventilator

yang dilakukan tindakan Pre Open Suction

dengan Post Open Suction di Ruang ICU

RSUD Cengkareng. Bahwa ada perbedaan

rata – rata pneumonia yang dilakukan

tindakan Pre Open Suction dengan Post

Open Suction.

VentilatorAssociated Pneumonia

(VAP) merupakan pneumonia yang terjadi

48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik

diberikan. Ventilator Asociated Pneumonia

(VAP) merupakan bentuk infeksi

nosokomial yang paling sering ditemui

diruang perawatan intensif (ICU), khususnya

pada pasien yang menggunakan ventilator

mekanik (Wiryana,2007).

Menurut peneliti Kontaminasi yang

tinggi dapat menjadi penyebab

meningkatnya pertumbuhan kolonisasi

bakteri pada pemakaian Open Suction. Pipa

penghubung endotrakeal tube dengan

ventilator akan dibuka ketika melakukan

suction sehingga bakteri yang berasal dari

luar tubuh dapat masuk ke saluran

pernafasan.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap

12 responden yang menggunakan ventilator

yang dilakukan tindakan Closed Suction

dengan Open Suction di Ruang ICU RSUD

Cengkareng. Bahwa penggunaan alat Closed

Suction lebih efektif daripada Open Suction

terhadap pencegahan pneumonia.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Riris (2016) menunjukkan bahwa

pasien yang menggunakan tehnik Open

Suction System (OSS) memiliki peluang

terjadinya VAP 5,5 kali dibandingkan

dengan pasien yang menggunakan tehnik

Closed Suction System (CSS).

Penelitian serupa juga dilakukan

Jung yang menyebutkan bahwa Open

10

Suction juga terbukti menghasilkan

kepadatan kolonisasi bakteri dan insidensi

VAP yang lebih tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik responden dari 12

pasien yang menggunakan ventilator, usia

terbanyak yaitu 40-60 tahun 11 orang

(91,7%) dan jenis kelamin terbanyak laki –

laki 7 orang (58,3%).

Dari hasil penelitian pasien yang

dilakukan tindakan Pre dan Post Open

Suction didapat P < α (0,025 < 0,05) yang

bermakna ada perbedaan angka kejadian

pneumonia.

Dari hasil penelitian pasien rata –

rata selisih yang dilakukan tindakan Closed

Suction adalah 0,17 dengan Open Suction

adalah 0,67 yang bermakna Closed Suction

lebih efektif dalam pencegahan pneumonia

pada pasien yang terpasang ventilator.

Saran dari peneliti antara lain,

Penggunaan Closed Suction dapat

meminimalisir angka kejadian Pneumonia

sehingga dapat dipertimbangkan untuk

penyusunan Standar Operasional Prosedur.

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

dan meningkatkan patient safety. Hasil

penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan dan ketrampilan dalam

melakukan tindakan suction dan penelitian

ini bisa sebagai tambahan bahan kajian pada

mata kuliah KMB. Penelitian ini dapat

dijadikan masukan sebagai data untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA:

Alsagaf, Hood. Mukty, H. Abdul, (

2010). Dasar – dasar Ilmu

Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press.

Augustyn, B. (2007). Risk Factor and

Prevention Ventilator associated

pneumonia Critical Care Nurse.

Bare BG., Smeltzer SC, (2000). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC.

CDC, (2012). Pneumonia can be

Prevented_Vacines,

www.cdc.gov/features/pneumonia.

Dahlan, Sopiyudin, (2012), Langkah –

Langkah Membuat Proposal

Penelitian Bidang Kedokteran Dan

Kesehatan, Ed 3. Sagung Seto :

Jakarta

Debora, Yusnita, (2012), Perbedaan Jumlah

Bakteri pada Sistem Closed Suction

dan Sistem Open Suction pada

Penderita dengan Ventilator

Mekanik. Jurnal Anestesiologi

Indonesia.

Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair

RSUD Dr. Sutomo, (2010). Ilmu

Penyakit Paru. Surabaya :

11

Departemen Ilmu Penyakit Paru Fk

Unair Rsud Dr. Sutomo.

Hudak & Gallo, (2012). Keperawatan Kritis:

Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.

Jakarta: EGC.

Setiati, Siti, Dkk, (2015). Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Ed VI.

InternaPublishing. Jakarta.

Kollef, Marin, (2015), Ventilator-associated

Pneumonia Prevention, The

American Thoracic Society.

Lynn, D. (2011). AACN procedure manual

for critical care 6th edition. St

Louis Missouri: Elsevier saunders.

Mayhall, C.Glen, (2004), Hospital

Epidemiology and Infection

Control, Ed 3. Wolters Kluwer

Company : Philadelphia.

Notoatmodjo, S (2012), Metodologi

Penelitian Kesehatan, Rineka

Cipta, Jakarta.

Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan : Pendekatan

Praktis, Ed 3. Salemba Medika :

Jakarta.

Niederman, Michael. Sarosi, George.

Glassroth, Jeffrey, (2001),

Respiratory Infection, Ed 2.

Wolters Kluwer Company :

Philadelphia.

PDPI, ( 2004 ), Pedoman Diagnosis &

Penetalaksanaan Pneumonia

Nosokomial, EGC : jakarta.

Patricia. G. Morton & Dorrie K. Fontaine,

(2013), Critical Care Nursing,

Wolters Kluwer Health Ed 10.

Phhiladelphia.

Potter, P.A, Perry, A.G, (2009),

Fundamental Keperawatan, Ed 7.

Alih Bahasa : dr. Adrina Ferderika.

EGC : Jakarta.

Timby, B. K. (2009). Fundamental Nursing

Skills and Concepts. Philadelphia:

Lippincot William & Wilkins.

PERPARI, (2013), Tatalaksana Penyakit

Respirasi & Kritis Paru, Sarana

Ilmu Bandung, Bandung.

Purnama Iwan, Saryono, (2010). Ventilator

Mekanik, Rekatama, Bogor.

Rabitsch W, Kostler WJ, Fiebiger W, et

al,(2004). Closed suctioning

system reduces cross-contamination

between bronchial system and

gastric juices.

SOP Suction Pada Endotraheal Tube. Ruang

intensif care Unit RSUD

Cengkareng.

Sutanto Priyo Hastono dan Luknis Sabri,

(2011). Statistik Kesehatan,

Rajawali Pers Ed 1. Jakarta.

Sedwick, Mary Beth,(2012). Journal america

association of critical care nurse.

Using Evidence-Based Practice to

Prevent Ventilator-Associated

Pneumonia.

Torres A, Willy E P, Giovanni V, Francesco

B, (2013). Risk Factor for

Community-Acquired Pneumonia

in Adult in Europe: a Literature

Review.