PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI

21
PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI JAWA TENGAH 1. Latar Belakang Pembentukan LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah Lembaga Kerjasama (LKS) Tripartit dibentuk untuk mengatasi seluruh persoalan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Lembaga ini diisi oleh perwakilan serikat buruh, pengusaha dan Pemerintah. lembaga ini dibentuk sebagai forum komunikasi dan konsultasi dan musyawarah tentang persoalan ketenagakerjaan yang melibatkan tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah. dasar pembentukan LKS Tripartit ini adalah UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja dan merunut pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 2005 yang disempurnakan dengan terbitnya PP Nomor 6 tahun 2008. Yang kemudian dikuatkan dengan terbitnya peraturan bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kemendagri Nomor 04/Men/11/2010 dan nomor 17 tahun 2010 tentang tentang tata kerja dan peran LKS Tripartit provinsi, kabupaten/kota. LKS Tripartit dalam tingkat Provinsi diibentuk oleh gubernur berdasarkan undang-undang. Gubernur juga mendorong berkembangnya LKS Tripartit dengan cara mendorong pertemuan

Transcript of PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI

PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI JAWA TENGAH

1. Latar Belakang Pembentukan LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah

Lembaga Kerjasama (LKS) Tripartit dibentuk untuk mengatasi

seluruh persoalan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.

Lembaga ini diisi oleh perwakilan serikat buruh, pengusaha dan

Pemerintah. lembaga ini dibentuk sebagai forum komunikasi dan

konsultasi dan musyawarah tentang persoalan ketenagakerjaan

yang melibatkan tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah. dasar

pembentukan LKS Tripartit ini adalah UU Nomor 13 tahun 2003

tentang Tenaga Kerja dan merunut pada Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 8 tahun 2005 yang disempurnakan dengan terbitnya PP

Nomor 6 tahun 2008. Yang kemudian dikuatkan dengan terbitnya

peraturan bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

dan Kemendagri Nomor 04/Men/11/2010 dan nomor 17 tahun 2010

tentang tentang tata kerja dan peran LKS Tripartit provinsi,

kabupaten/kota.

LKS Tripartit dalam tingkat Provinsi diibentuk oleh gubernur

berdasarkan undang-undang. Gubernur juga mendorong

berkembangnya LKS Tripartit dengan cara mendorong pertemuan

secara periodik setiap 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-

waktu sesuai kebutuhan, memfasilitasi kegiatan, meningkatkan

fungsi sekretariat dan/atau Badan Pekerja, menyediakan sarana

dan prasarana pendukung, dan menyusun alokasi kegiatan dalam

Rancangan APBD.

2. Visi dan Misi LKS Tripartit

Visi :

Terwujudnya Kesejahteraan Pekerja Melalui Pengaturan Syarat

Kerja Yang Menjamin Kepastian Hak dan Kewajiban Serta

Menjamin Kelangsungan Usaha dan Terciptanya Ketenangan Kerja.

Misi :

1. Mewujudkan pelaksanaan Hak dan Kewajiban di tempat kerja

yang mendukung kelangsungan usaha.

2. Mewujudkan pelaksanaan syarat kerja yang menjamin

kesejahteraan pekerja.

3. Mengefektifkan budaya perundingan dalam pengaturan syarat

kerja di perusahaan.

4. Memberdayakan dan mewujudkan komitmen pelaku hubungan

industrial yang harmonis, demokratis, adil dan

Bermartabat.

3. Tujuan LKS Tripartit

LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah memiliki tujuan sebagai

berikut :

1. Menciptakan kesamaan pandangan, bahasa dan gerak langkah

dari masing-masing unsur (pemerintah, serikat

pekerja/serikat buruh dan pengusaha) dalam kerjasama dan

suasana yang kondusif, memandang, mencari solusi dan

menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan;

2. Menjadi wadah dalam merumuskan saran dan pendapat tentang

kebijakan ketenagakerjaan daerah, sektoral, nasional dan

internasional dan mengembangkan gagasan dalam rangka

mengamati fenomena ketenagakerjaan;

3. Tercapainya Ketenangan Kerja dan Kelangsungan Usaha

(Industrial Peace);

4. Mewujudkan ketenteraman dalam bekerja dan berusaha,

peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan

kesejahteraan tenaga kerja, kelangsungan usaha dan

perkembangan usaha, perbaikan iklim investasi serta

pengurangan pengangguran.

4. Fungsi LKS Tripartit

Fungsi dari LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah adalah :

1. Sebagai Forum Konsultasi dan Komunikasi serta Musyawarah

untuk Mecahkan Masalah Bersama serta Merumuskan Kebijakan

Bersama Bidang Ketenagakerjaan;

2. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada

pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam penyusunan

kebijakan dan pelaksanaan hubungan industrial;

3. Membahas masalah-masalah ketenagakerjaan baik yang bersifat

daerah, sektoral, nasional dan internasional, sebagai saran

kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam memecahkan

masalah-masalah ketenagakerja.

5. Tugas LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah

Tugas dari LKS Tripartit adalah sebagai berikut :

1. Menampung, Mengkaji, mengevaluasi dan merumuskan rancangan

kebijakan dan memecahkan masalah ketenagakerjaan yang

bersifat regional, daerah, sektoral, nasional dan

internasional sebagai saran kepada pemerintah dan pihak-

pihak terkait;

2. Menggalang komunikasi dan kerjasama timbal batik yang

sebaikbaiknya dengan segenap unsur tripartit;

3. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Badan atau

lembaga lainnya yang beranggotakan unsur tripartit seperti

Dewan Pengupahan, Dewan Pelatihan Kerja, Dewan

Produktivitas dan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(DK3);

4. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada

Pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam penyusunan

kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan secara

nasional.

6. Permasalahan Ketenagakerjaan di Jawa Tengah

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah waktu

kerja, dalam ketenagakerjaan dikenal adanya hubungan kerja.

hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai

unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Untuk melakukan hubungan

kerja harus dibuat terlebih dahulu perjanjian kerja.

perjanjian kerja yaitu perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,

dan kewajiban para pihak.

Hubungan kerja dalam ketenagakerjaan sering menimbulkan

permasalahan. Permasalahan permasalahan tersebut timbul karena

adanya benturan kepentingan antara pekerja/buruh dan pemberi

kerja/pengusaha. Permasalahan-permasalahan yang sering muncul

adalah :

1. Penerapan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain belum memberikan perlindungan yang memadai

bagi pekerja.

2. Alur kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan di

perusahaan dibuat sepihak oleh pengusaha, sehingga

seringkali menimbulkan penafsiran dan persepsi yang

berbeda terhadap kegiatan utama dan kegiatan penunjang.

3. Perjanjian antara Perushaan Pengguna dengan PPJP

seringkali tidak didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan

setempat sesuai dengan tingkat kompetensinya.

4. PPJP seringkali tidak mendaftarkan PKWT dengan pekerjanya

kepada Dinas yang bertanggungjawab dibidang

Ketenagakerjaan.

5. Dalam prakteknya PKWT cenderung berlangsung terus-menerus

menyimpang dari ketentuan perundangan yang berlaku,

seperti tidak ada batas waktu dan diberlakukan tanpa

melihat sifat dan jenis pekerjaan.

6. PPJP seringkali tidak melaporkan seluruh pekerjaan yang

diperoleh (Perusahaan dan lokasinya) kepada instansi yang

memberikan ijin operasional.

7. Program Jamsostek belum terlaksana sesuai ketentuan

Peraturan Perundang-undangan, hal ini dikarenakan masih

banyak perusahaan yang wajib belum daftar jamsostek dan

masih banyak perusahaan yang daftar sebagian upah dan

tenaga kerja.

8. Masih terdapat perusahaan yang telah mempunyai SP/SB,

tetapi tidak membentuk PKB.

9. Dalam menentukan tim perunding pembuatan PKB pada

perusahaan yang memiliki lebih dari 1 SP/SB tetapi tidak

ada yang mayoritas sering menimbulkan permasalahan yang

dapat menimbulkan perselisihan.

10. Belum tersedianya perangkat ketentuan yang mengatur

tentang ukuran kemampuan perusahaan dalam penyediaan

fasilitas kesejahteraan.

11. Banyaknya keinginan pekerja untuk mendapatkan tempat

tinggal yang layak, tetapi tidak mampu membayar uang muka.

12. Belum adanya pemahaman dan persamaan persepsi mengenai

kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama di tempat

kerja.

13. Kurangnya koordinasi unsur terkait dalam Penerapan

kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama di tempat

kerja.

7. Peran LKS Tripartit terhadap Permasalahan Ketenagakerjaan

yang Muncul di Jawa Tengah

LKS Tripartit merupakan forum komunikasi, konsultasi, dan

musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya

terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat

pekerja/serikat buruh, dan pemerintah provinsi. Fungsi dari

LKS tripartit adalah memberikan saran solusi mengenai masalah-

masalah ketenagakerjaan yang timbul di Jawa Tengah kepada

Gubernur agar selanjutnya Gubernur menetapkan suatu keputusan

dalam suatu peraturan daerah.

Adapun peran LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan Rekomendasi/Saran kepada Gubernur

Sebelum memberikan saran kepada Gubernur, anggota LKS

Tripartit terlebih dahulu melakukan rapat sesama anggota.

Rapat LKS Tripartit dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang

harus dihadiri oleh semua anggota. Rapat tersebut membahas

solusi terhadap masalah-masalah ketenagakerjaan yang muncul

setiap bulannya. Saran tersebut ditulis dalam sebuah draf yang

ditandatangi oleh perwakilan dari pemerintah, pengusaha, dan

pekerja/buruh.

Salah satu saran yang diberikan kepada Gubernur yaitu

permasalah mengenai buruh migran. Buruh migran lebih dikenal

sebagai TKI, yaitu warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

untuk bekerja dalam jangka waktu tertentu dengan menerima upah

atau penghasilan tertentu. Mereka bekerja di Luar Negeri

berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

Beberapa permasalahan tenaga kerja seperti, keahlian

terbatas, kurangnya kesempatan mendapat pekerjaan di Dalam

Negeri, pendapatan yang lebih besar dibandingkan bekerja di

Dalam Negeri, ataupun keinginan meningkatkan taraf kehidupan

ekonomi, harusnya tidak boleh diremehkan tanpa

mempertimbangkan kesiapan TKI yang akan dikirim ke Luar

Negeri. Data menjukkan bahwa hampir 70% permasalahan yang

dihadapi oleh TKI bersumber dari Dalam Negeri. Pemalsuan

identitas calon TKI, keterampilan dan kecakapan TKI yang

kurang sesuai dengan pekerjaan, minimnya kemampuan berbahasa

dan pengenalan budaya negara tujuan, buruknya informasi,

pelayanan, dan perlakuan calon TKI dalam penempatan di Luar

Negeri dan sebagainya, menunjukkan bahwa pemerintah tidak

antisipatif dalam menata para calon TKI. Belum lagi masalah

penipuan, kekerasan, perlakuan tidak adil terhadap calon TKI

memperburuk kinerja pemerintah, sehingga banyak calon TKI yang

berangkat melalui jalur ilegal. Permasalahan TKI dibagi

menjadi tiga permasalahan, yaitu Pra penempatan, Masa

penempatan, dan Purna penempatan.

a. Permasalahan Pra penempatan

1). Pemalsuan dokumen (KTP, Ijasah, ijin suami)

2). Peram calo yang sangat dominan

3). Tingkat Pendidikan TKI yang rendah

4). Penggunaan visa selain visa kerja

5). Calon TKI tidak terdaftar pada Dinas Ketenagakerjaan

6). Terdapat dua lembaga teknis yang tugas pokok dan

fungsinya yang hampir sama dan menangani objek yang sama,

yaitu Kemenakertrans dan Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan TKI

7). Pelatihan bagi calon TKI belum optimal.

8). Belum optimalnya law enforcement di dalam negeri

sehingga tidak menimbulkan efek jera kepada oknum yang

melakukan penyimpangan dalam proses perekrutan.

b. Masa Penempatan

1). Beberapa negara penempatan TKI tidak memiliki undang-

undang/hukum ketenagakerjaan.

2). Overstay dan pindah majikan, sehingga berakibat

statusnya menjadi TKI ilegal.

3). Budaya negara penempatan berbeda dengan budaya

Indonesia sehingga menimbulkan tekanan pada TKI.

4). Sebagian TKI berkeluarga di negara penempatan,

mempunyai anak dan sebagian besar tidak mempunyai dokumen

kelahiran sehingga tidak dapat mengenyam pendidikan.

c. Purna penempatan

1). Jaminan pemulangan TKI sampai tujuan belum optimal.

2). Budaya Luar Negeri yang tidak sesuai dengan lingkungan

daerah asal TKI dibawa pulang dan membawa dampak negatif.

Selain permasalahan tersebut di atas, sebagian negara

penempatan TKI belum mempunyai MoU dengan Negara Indonesia,

seperti Arab Saudi, Qatar dan sebagainya. Kondisi ini

mengakibatkan penanganan kasus TKI sangat sulit seperti Kasus

TKI Satinah dari Kabupaten Semarang yang terancam hukuman mati

yang dituduh membunuh majikannya. TKI tersebut dapat dibebaskan

apabila pihak keluarga korban memberikan pengampunan dan

keluarga Satinah atau pemerintah Indonesia bersedia membayar

uang/Diyat tebusan sebesar Sepuluh Juta Real atau dua puluh

milyar rupiah. Sementara kasus TKI yang terancam hukuman mati

di Arab Saudi saat ini sebanyak 39 orang.

Berdasarkan permasalahan tersebut, rekomendasi yang

diberikan oleh LKS Tripartit kepada Gubernur Jawa Tengah adalah

sebagai berikut:

a. Pemerintah Provinsi agar membentuk Peraturan Daerah tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI asal Jawa Tengah. di dalam

Perda Tersebut memuat tentang pelayanan Satu Pintu Terpadu

(PTSP), PTSP tersebut antara lain melakukan pelayanan proses

penempatan dan perlindungan TKI yaitu :

1). Penerbitan pengantar rekrut TKI,

2). Pelatihan Calon TKI,

3). Uji Kompetensi calon TKI,

4). Pembuatan paspor calon TKI,

5). Pembekalan Akhir Penempatan (PAP) calon TKI,

6). Penerbitan Kartu Tanda Kerja Luar Negeri (KTKLN),

7). Perbankan,

8). Asuransi.

b. Pemerintah Provinsi melalui Badan Penelitian dan

Pengembangan (Balitbang) agar melakukan penelitian/kajian

mengenai dampak penempatan TKI ditinjau dari aspek ekonomi,

pendidikan anak TKI, keberlangsungan hubungan pernikahan,

budaya dll.

2. Program Kegiatan LKS Tripartit

a. Penguatan Kelembagaan LKS Tripartit yang meliputi :

1). Rapat Koordinasi Penguatan LKS Tripartit di Tiga

Barkolin

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar terjalin

komunikasi yang lebih baik antara LKS Tripaprtit Provinsi

dengan LKS Tripartit Kabupaten/Kota sekaligus untuk

melakukan pembinaan, memberikan masukan dan solusi

berkaitan dengan permasalahan yang ada di Kabupaten/Kota.

Masukan-masukan dari LKS Triparti Kabupaten/Kota dan

permasalahan di daerah menjadi bahan/materi yang akan

dibahas di LKS Tripartit Provinsi.

2). Konsolidasi LKS Tripartit Provinsi dengan LKS

Tripartit Kabupaten/Kota.

Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang tiga unsur dari

anggota LKS Tripartit 35 Kabupaten/Kota, dengan tujuan

agar ada pemahaman yang sama antara LKS Tripartit Provinsi

dengan LKS Trippartit Kabupaten/Kota berkaitan dengan

permasalahan ketenagakerjaan yang ada.

3). Kunjungan Kerja LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah ke

Provinsi lain.

Kunjungan kerja LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah ke

Provinsi lain dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan-

permasalahan tentang pengupahan, buruh migran (TKI),

Tenaga Kerja Asing, Pelaksanaan Outsorcing dan Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu serta permasalahan ketenagakerjaan

yang lain yang juga terjadi di Jawa Tengah. Masalah Buruh

Migran (TKI dan TKA) perlu diselesaikan secara

komprehensif dengan cara koordinasi dengan Provinsi lain.

4). Penguatan SDM Anggota LKS Tripartit Provinsi

Mengingat permasalahan ketenagakerjaan saat ini bertambah

kompleks, maka penguatan atau peningkatan SDM bagi anggota

LKS Tripartit sangat diperlukan sehingga ke depan anggota

LKS Tripartit Jawa Tengah mempunyai wawasan yang luas dan

dapat memberikan saran, masukan, serta rekomendasi

terhadap permasalahan ketenagakerjaan di Jawa Tengah.

kegiatan ini berupa bimbingan teknis, seminar dan forum-

forum rapat.

5). Membahas Isu-isu Strategis Masalah Ketenagakerjaan

Permasalahan Isu-isu ketenagakerjaan dapat sewaktu-waktu

muncul antara lain pengupahan, Outsorcing, pemutusan

hubungan kerja, dampak kenaikan BBM, listrik dan

sebagainya. Hal ini perlu diantisipasi dan dibahas di LKS

Tripartit untuk dicari akar permasalahan dan solusi

pemecahannya sehingga kasus/permasalahan tersebut tidak

semakin melebar dan menjadi permasalahan yang lebih besar.

b. Peningkatan/Penugatan Hubungan Industrial

1). Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Tripartit

Porseni Tripartit tahun 2014 adalah Porseni yang ke-7.

Porseni Tripartit dilaksanakan setiap dua tahun sekali

dengan tujuan untuk lebih meningkatkan rasa kebersamaan

antara unsur pekerja/buru, pengusaha, dan pemerintah.

Dengan adanya pelaksanaan Porseni Tripartit diharapkan

kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah tetap kondusif.

2). Dialog Sosial Serikat Pekerja/Serikat Buruh,

Organisasi Pengusaha dengan Stakeholder

Dialog sosial dengan unsur serikat pekerja/serikat buruh,

unsur pengusaha serta stakeholder perlu dilakukan dalam

rangka menampung aspirasi dan kepentingan dari masing-

masing pihak. Dengan adanya dialog tersebut, maka LKS

Tripartit akan dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan

para pihak sehingga dapat dicari jalan keluar dan

pemecahannya.

c. Workshop

Workshop yang meliputi:

1). Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

2). Jaminan Kesehatan

3). Outsourcing

4). Perlindungan Pekerja Non Formal

5). Ketenagakerjaan dalam rangka MEA (Masyarakat Ekonomi

Asean).

Dengan akan dilaksanakannya Jaminan Kesehatan melalui

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai 1 Januari

2014, Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mulai tanggal 1 Juli

2015, maka perlu dikaji berkaitan pelaksanaan Jaminan

Sosial tersebut. Adanya Workshop tentang Jaminan Kesehatan

dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan diharapkan masyarakat

akan lebih memahami manfaat Jaminan Sosial tersebut.

d. Peringatan May Day

Peringatan May Day tahun 2014 antara lain:

1). Pasar murah dan bazar untuk pekerja/buruh

2). Panggung Hiburan

3). Kegiatan Sosial

Pada saat peringatan May Day pada tagal 1 mei tersebut,

pekerja/buruh akan merayakan Hari Buruh Internasional

dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan

rasa kebersamaan, solidaritas menuju peningkatan

produktivitas.

e. Rapat Koordinasi LKS Tripartit dengan dewan Pengupahan

Provinsi Jawa Tengah

Kegiatan ini dilakukan menjelang penetapan upah minimum

tahun 2015. Dalam rapat koordinasi ini, LKS Tripartit

Provinsi dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada

Dewan Pengupahan Provinsi berkaitan dengan pengupahan di

Jawa Tengah. dalam rapat koordinasi ini juga bisa dibahas

tentang komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL),

skala/struktur upah dan hal-hal yang berkaitan dengan

pengupahan lainnya.

Jadi peran LKS Tripartit bagi permasalahan-permasalahan

ketenagakerjaan di Jawa Tengah yaitu, memberikan saran-saran

kepada Gubernur Jawa Tengah mengenai solusi pemecahan masalah

ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah sebagai bahan

pertimbangan Gubernur dalam membuat peraturan. Selain meberikan

saran-saran kepada Gubernur, peran LKS Tripartit yang lain dalam

membuat program kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan

stabilitas dan suasana yang kondusif di bidang ketenagakerjaan.