PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI
Transcript of PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI
PERAN LKS TRIPARTIT PROVINSI JAWA TENGAH
1. Latar Belakang Pembentukan LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah
Lembaga Kerjasama (LKS) Tripartit dibentuk untuk mengatasi
seluruh persoalan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
Lembaga ini diisi oleh perwakilan serikat buruh, pengusaha dan
Pemerintah. lembaga ini dibentuk sebagai forum komunikasi dan
konsultasi dan musyawarah tentang persoalan ketenagakerjaan
yang melibatkan tenaga kerja, pengusaha dan pemerintah. dasar
pembentukan LKS Tripartit ini adalah UU Nomor 13 tahun 2003
tentang Tenaga Kerja dan merunut pada Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 8 tahun 2005 yang disempurnakan dengan terbitnya PP
Nomor 6 tahun 2008. Yang kemudian dikuatkan dengan terbitnya
peraturan bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dan Kemendagri Nomor 04/Men/11/2010 dan nomor 17 tahun 2010
tentang tentang tata kerja dan peran LKS Tripartit provinsi,
kabupaten/kota.
LKS Tripartit dalam tingkat Provinsi diibentuk oleh gubernur
berdasarkan undang-undang. Gubernur juga mendorong
berkembangnya LKS Tripartit dengan cara mendorong pertemuan
secara periodik setiap 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan, memfasilitasi kegiatan, meningkatkan
fungsi sekretariat dan/atau Badan Pekerja, menyediakan sarana
dan prasarana pendukung, dan menyusun alokasi kegiatan dalam
Rancangan APBD.
2. Visi dan Misi LKS Tripartit
Visi :
Terwujudnya Kesejahteraan Pekerja Melalui Pengaturan Syarat
Kerja Yang Menjamin Kepastian Hak dan Kewajiban Serta
Menjamin Kelangsungan Usaha dan Terciptanya Ketenangan Kerja.
Misi :
1. Mewujudkan pelaksanaan Hak dan Kewajiban di tempat kerja
yang mendukung kelangsungan usaha.
2. Mewujudkan pelaksanaan syarat kerja yang menjamin
kesejahteraan pekerja.
3. Mengefektifkan budaya perundingan dalam pengaturan syarat
kerja di perusahaan.
4. Memberdayakan dan mewujudkan komitmen pelaku hubungan
industrial yang harmonis, demokratis, adil dan
Bermartabat.
3. Tujuan LKS Tripartit
LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Menciptakan kesamaan pandangan, bahasa dan gerak langkah
dari masing-masing unsur (pemerintah, serikat
pekerja/serikat buruh dan pengusaha) dalam kerjasama dan
suasana yang kondusif, memandang, mencari solusi dan
menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan;
2. Menjadi wadah dalam merumuskan saran dan pendapat tentang
kebijakan ketenagakerjaan daerah, sektoral, nasional dan
internasional dan mengembangkan gagasan dalam rangka
mengamati fenomena ketenagakerjaan;
3. Tercapainya Ketenangan Kerja dan Kelangsungan Usaha
(Industrial Peace);
4. Mewujudkan ketenteraman dalam bekerja dan berusaha,
peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja, kelangsungan usaha dan
perkembangan usaha, perbaikan iklim investasi serta
pengurangan pengangguran.
4. Fungsi LKS Tripartit
Fungsi dari LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah adalah :
1. Sebagai Forum Konsultasi dan Komunikasi serta Musyawarah
untuk Mecahkan Masalah Bersama serta Merumuskan Kebijakan
Bersama Bidang Ketenagakerjaan;
2. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada
pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pelaksanaan hubungan industrial;
3. Membahas masalah-masalah ketenagakerjaan baik yang bersifat
daerah, sektoral, nasional dan internasional, sebagai saran
kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam memecahkan
masalah-masalah ketenagakerja.
5. Tugas LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah
Tugas dari LKS Tripartit adalah sebagai berikut :
1. Menampung, Mengkaji, mengevaluasi dan merumuskan rancangan
kebijakan dan memecahkan masalah ketenagakerjaan yang
bersifat regional, daerah, sektoral, nasional dan
internasional sebagai saran kepada pemerintah dan pihak-
pihak terkait;
2. Menggalang komunikasi dan kerjasama timbal batik yang
sebaikbaiknya dengan segenap unsur tripartit;
3. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Badan atau
lembaga lainnya yang beranggotakan unsur tripartit seperti
Dewan Pengupahan, Dewan Pelatihan Kerja, Dewan
Produktivitas dan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(DK3);
4. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada
Pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan secara
nasional.
6. Permasalahan Ketenagakerjaan di Jawa Tengah
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah waktu
kerja, dalam ketenagakerjaan dikenal adanya hubungan kerja.
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Untuk melakukan hubungan
kerja harus dibuat terlebih dahulu perjanjian kerja.
perjanjian kerja yaitu perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak.
Hubungan kerja dalam ketenagakerjaan sering menimbulkan
permasalahan. Permasalahan permasalahan tersebut timbul karena
adanya benturan kepentingan antara pekerja/buruh dan pemberi
kerja/pengusaha. Permasalahan-permasalahan yang sering muncul
adalah :
1. Penerapan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain belum memberikan perlindungan yang memadai
bagi pekerja.
2. Alur kegiatan Proses Pelaksanaan Pekerjaan di
perusahaan dibuat sepihak oleh pengusaha, sehingga
seringkali menimbulkan penafsiran dan persepsi yang
berbeda terhadap kegiatan utama dan kegiatan penunjang.
3. Perjanjian antara Perushaan Pengguna dengan PPJP
seringkali tidak didaftarkan ke Dinas Ketenagakerjaan
setempat sesuai dengan tingkat kompetensinya.
4. PPJP seringkali tidak mendaftarkan PKWT dengan pekerjanya
kepada Dinas yang bertanggungjawab dibidang
Ketenagakerjaan.
5. Dalam prakteknya PKWT cenderung berlangsung terus-menerus
menyimpang dari ketentuan perundangan yang berlaku,
seperti tidak ada batas waktu dan diberlakukan tanpa
melihat sifat dan jenis pekerjaan.
6. PPJP seringkali tidak melaporkan seluruh pekerjaan yang
diperoleh (Perusahaan dan lokasinya) kepada instansi yang
memberikan ijin operasional.
7. Program Jamsostek belum terlaksana sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan, hal ini dikarenakan masih
banyak perusahaan yang wajib belum daftar jamsostek dan
masih banyak perusahaan yang daftar sebagian upah dan
tenaga kerja.
8. Masih terdapat perusahaan yang telah mempunyai SP/SB,
tetapi tidak membentuk PKB.
9. Dalam menentukan tim perunding pembuatan PKB pada
perusahaan yang memiliki lebih dari 1 SP/SB tetapi tidak
ada yang mayoritas sering menimbulkan permasalahan yang
dapat menimbulkan perselisihan.
10. Belum tersedianya perangkat ketentuan yang mengatur
tentang ukuran kemampuan perusahaan dalam penyediaan
fasilitas kesejahteraan.
11. Banyaknya keinginan pekerja untuk mendapatkan tempat
tinggal yang layak, tetapi tidak mampu membayar uang muka.
12. Belum adanya pemahaman dan persamaan persepsi mengenai
kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama di tempat
kerja.
13. Kurangnya koordinasi unsur terkait dalam Penerapan
kesetaraan kesempatan dan perlakuan yang sama di tempat
kerja.
7. Peran LKS Tripartit terhadap Permasalahan Ketenagakerjaan
yang Muncul di Jawa Tengah
LKS Tripartit merupakan forum komunikasi, konsultasi, dan
musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya
terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah provinsi. Fungsi dari
LKS tripartit adalah memberikan saran solusi mengenai masalah-
masalah ketenagakerjaan yang timbul di Jawa Tengah kepada
Gubernur agar selanjutnya Gubernur menetapkan suatu keputusan
dalam suatu peraturan daerah.
Adapun peran LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan Rekomendasi/Saran kepada Gubernur
Sebelum memberikan saran kepada Gubernur, anggota LKS
Tripartit terlebih dahulu melakukan rapat sesama anggota.
Rapat LKS Tripartit dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang
harus dihadiri oleh semua anggota. Rapat tersebut membahas
solusi terhadap masalah-masalah ketenagakerjaan yang muncul
setiap bulannya. Saran tersebut ditulis dalam sebuah draf yang
ditandatangi oleh perwakilan dari pemerintah, pengusaha, dan
pekerja/buruh.
Salah satu saran yang diberikan kepada Gubernur yaitu
permasalah mengenai buruh migran. Buruh migran lebih dikenal
sebagai TKI, yaitu warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
untuk bekerja dalam jangka waktu tertentu dengan menerima upah
atau penghasilan tertentu. Mereka bekerja di Luar Negeri
berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.
Beberapa permasalahan tenaga kerja seperti, keahlian
terbatas, kurangnya kesempatan mendapat pekerjaan di Dalam
Negeri, pendapatan yang lebih besar dibandingkan bekerja di
Dalam Negeri, ataupun keinginan meningkatkan taraf kehidupan
ekonomi, harusnya tidak boleh diremehkan tanpa
mempertimbangkan kesiapan TKI yang akan dikirim ke Luar
Negeri. Data menjukkan bahwa hampir 70% permasalahan yang
dihadapi oleh TKI bersumber dari Dalam Negeri. Pemalsuan
identitas calon TKI, keterampilan dan kecakapan TKI yang
kurang sesuai dengan pekerjaan, minimnya kemampuan berbahasa
dan pengenalan budaya negara tujuan, buruknya informasi,
pelayanan, dan perlakuan calon TKI dalam penempatan di Luar
Negeri dan sebagainya, menunjukkan bahwa pemerintah tidak
antisipatif dalam menata para calon TKI. Belum lagi masalah
penipuan, kekerasan, perlakuan tidak adil terhadap calon TKI
memperburuk kinerja pemerintah, sehingga banyak calon TKI yang
berangkat melalui jalur ilegal. Permasalahan TKI dibagi
menjadi tiga permasalahan, yaitu Pra penempatan, Masa
penempatan, dan Purna penempatan.
a. Permasalahan Pra penempatan
1). Pemalsuan dokumen (KTP, Ijasah, ijin suami)
2). Peram calo yang sangat dominan
3). Tingkat Pendidikan TKI yang rendah
4). Penggunaan visa selain visa kerja
5). Calon TKI tidak terdaftar pada Dinas Ketenagakerjaan
6). Terdapat dua lembaga teknis yang tugas pokok dan
fungsinya yang hampir sama dan menangani objek yang sama,
yaitu Kemenakertrans dan Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan TKI
7). Pelatihan bagi calon TKI belum optimal.
8). Belum optimalnya law enforcement di dalam negeri
sehingga tidak menimbulkan efek jera kepada oknum yang
melakukan penyimpangan dalam proses perekrutan.
b. Masa Penempatan
1). Beberapa negara penempatan TKI tidak memiliki undang-
undang/hukum ketenagakerjaan.
2). Overstay dan pindah majikan, sehingga berakibat
statusnya menjadi TKI ilegal.
3). Budaya negara penempatan berbeda dengan budaya
Indonesia sehingga menimbulkan tekanan pada TKI.
4). Sebagian TKI berkeluarga di negara penempatan,
mempunyai anak dan sebagian besar tidak mempunyai dokumen
kelahiran sehingga tidak dapat mengenyam pendidikan.
c. Purna penempatan
1). Jaminan pemulangan TKI sampai tujuan belum optimal.
2). Budaya Luar Negeri yang tidak sesuai dengan lingkungan
daerah asal TKI dibawa pulang dan membawa dampak negatif.
Selain permasalahan tersebut di atas, sebagian negara
penempatan TKI belum mempunyai MoU dengan Negara Indonesia,
seperti Arab Saudi, Qatar dan sebagainya. Kondisi ini
mengakibatkan penanganan kasus TKI sangat sulit seperti Kasus
TKI Satinah dari Kabupaten Semarang yang terancam hukuman mati
yang dituduh membunuh majikannya. TKI tersebut dapat dibebaskan
apabila pihak keluarga korban memberikan pengampunan dan
keluarga Satinah atau pemerintah Indonesia bersedia membayar
uang/Diyat tebusan sebesar Sepuluh Juta Real atau dua puluh
milyar rupiah. Sementara kasus TKI yang terancam hukuman mati
di Arab Saudi saat ini sebanyak 39 orang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, rekomendasi yang
diberikan oleh LKS Tripartit kepada Gubernur Jawa Tengah adalah
sebagai berikut:
a. Pemerintah Provinsi agar membentuk Peraturan Daerah tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI asal Jawa Tengah. di dalam
Perda Tersebut memuat tentang pelayanan Satu Pintu Terpadu
(PTSP), PTSP tersebut antara lain melakukan pelayanan proses
penempatan dan perlindungan TKI yaitu :
1). Penerbitan pengantar rekrut TKI,
2). Pelatihan Calon TKI,
3). Uji Kompetensi calon TKI,
4). Pembuatan paspor calon TKI,
5). Pembekalan Akhir Penempatan (PAP) calon TKI,
6). Penerbitan Kartu Tanda Kerja Luar Negeri (KTKLN),
7). Perbankan,
8). Asuransi.
b. Pemerintah Provinsi melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) agar melakukan penelitian/kajian
mengenai dampak penempatan TKI ditinjau dari aspek ekonomi,
pendidikan anak TKI, keberlangsungan hubungan pernikahan,
budaya dll.
2. Program Kegiatan LKS Tripartit
a. Penguatan Kelembagaan LKS Tripartit yang meliputi :
1). Rapat Koordinasi Penguatan LKS Tripartit di Tiga
Barkolin
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar terjalin
komunikasi yang lebih baik antara LKS Tripaprtit Provinsi
dengan LKS Tripartit Kabupaten/Kota sekaligus untuk
melakukan pembinaan, memberikan masukan dan solusi
berkaitan dengan permasalahan yang ada di Kabupaten/Kota.
Masukan-masukan dari LKS Triparti Kabupaten/Kota dan
permasalahan di daerah menjadi bahan/materi yang akan
dibahas di LKS Tripartit Provinsi.
2). Konsolidasi LKS Tripartit Provinsi dengan LKS
Tripartit Kabupaten/Kota.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang tiga unsur dari
anggota LKS Tripartit 35 Kabupaten/Kota, dengan tujuan
agar ada pemahaman yang sama antara LKS Tripartit Provinsi
dengan LKS Trippartit Kabupaten/Kota berkaitan dengan
permasalahan ketenagakerjaan yang ada.
3). Kunjungan Kerja LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah ke
Provinsi lain.
Kunjungan kerja LKS Tripartit Provinsi Jawa Tengah ke
Provinsi lain dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan-
permasalahan tentang pengupahan, buruh migran (TKI),
Tenaga Kerja Asing, Pelaksanaan Outsorcing dan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu serta permasalahan ketenagakerjaan
yang lain yang juga terjadi di Jawa Tengah. Masalah Buruh
Migran (TKI dan TKA) perlu diselesaikan secara
komprehensif dengan cara koordinasi dengan Provinsi lain.
4). Penguatan SDM Anggota LKS Tripartit Provinsi
Mengingat permasalahan ketenagakerjaan saat ini bertambah
kompleks, maka penguatan atau peningkatan SDM bagi anggota
LKS Tripartit sangat diperlukan sehingga ke depan anggota
LKS Tripartit Jawa Tengah mempunyai wawasan yang luas dan
dapat memberikan saran, masukan, serta rekomendasi
terhadap permasalahan ketenagakerjaan di Jawa Tengah.
kegiatan ini berupa bimbingan teknis, seminar dan forum-
forum rapat.
5). Membahas Isu-isu Strategis Masalah Ketenagakerjaan
Permasalahan Isu-isu ketenagakerjaan dapat sewaktu-waktu
muncul antara lain pengupahan, Outsorcing, pemutusan
hubungan kerja, dampak kenaikan BBM, listrik dan
sebagainya. Hal ini perlu diantisipasi dan dibahas di LKS
Tripartit untuk dicari akar permasalahan dan solusi
pemecahannya sehingga kasus/permasalahan tersebut tidak
semakin melebar dan menjadi permasalahan yang lebih besar.
b. Peningkatan/Penugatan Hubungan Industrial
1). Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Tripartit
Porseni Tripartit tahun 2014 adalah Porseni yang ke-7.
Porseni Tripartit dilaksanakan setiap dua tahun sekali
dengan tujuan untuk lebih meningkatkan rasa kebersamaan
antara unsur pekerja/buru, pengusaha, dan pemerintah.
Dengan adanya pelaksanaan Porseni Tripartit diharapkan
kondisi Hubungan Industrial di Jawa Tengah tetap kondusif.
2). Dialog Sosial Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
Organisasi Pengusaha dengan Stakeholder
Dialog sosial dengan unsur serikat pekerja/serikat buruh,
unsur pengusaha serta stakeholder perlu dilakukan dalam
rangka menampung aspirasi dan kepentingan dari masing-
masing pihak. Dengan adanya dialog tersebut, maka LKS
Tripartit akan dapat mengetahui apa yang menjadi keinginan
para pihak sehingga dapat dicari jalan keluar dan
pemecahannya.
c. Workshop
Workshop yang meliputi:
1). Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
2). Jaminan Kesehatan
3). Outsourcing
4). Perlindungan Pekerja Non Formal
5). Ketenagakerjaan dalam rangka MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean).
Dengan akan dilaksanakannya Jaminan Kesehatan melalui
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai 1 Januari
2014, Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mulai tanggal 1 Juli
2015, maka perlu dikaji berkaitan pelaksanaan Jaminan
Sosial tersebut. Adanya Workshop tentang Jaminan Kesehatan
dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan diharapkan masyarakat
akan lebih memahami manfaat Jaminan Sosial tersebut.
d. Peringatan May Day
Peringatan May Day tahun 2014 antara lain:
1). Pasar murah dan bazar untuk pekerja/buruh
2). Panggung Hiburan
3). Kegiatan Sosial
Pada saat peringatan May Day pada tagal 1 mei tersebut,
pekerja/buruh akan merayakan Hari Buruh Internasional
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
rasa kebersamaan, solidaritas menuju peningkatan
produktivitas.
e. Rapat Koordinasi LKS Tripartit dengan dewan Pengupahan
Provinsi Jawa Tengah
Kegiatan ini dilakukan menjelang penetapan upah minimum
tahun 2015. Dalam rapat koordinasi ini, LKS Tripartit
Provinsi dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada
Dewan Pengupahan Provinsi berkaitan dengan pengupahan di
Jawa Tengah. dalam rapat koordinasi ini juga bisa dibahas
tentang komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL),
skala/struktur upah dan hal-hal yang berkaitan dengan
pengupahan lainnya.
Jadi peran LKS Tripartit bagi permasalahan-permasalahan
ketenagakerjaan di Jawa Tengah yaitu, memberikan saran-saran
kepada Gubernur Jawa Tengah mengenai solusi pemecahan masalah
ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah sebagai bahan