PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENCIPTAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

20
PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENCIPTAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PUTU TANTRI

Transcript of PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENCIPTAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

PENINGKATAN PERAN PEREMPUAN

DALAM PENCIPTAAN KERUKUNAN

UMAT BERAGAMA

PUTU TANTRI

Apa yang sudah dilakukan dunia dan

negara terhadap nasib wanita

“Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Woment , yang di singkat CEDAW ( Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan )

konvensi pemberantasan perdagangan manusia dan eksploitasi prostitusi (1949), Konvensi 100 ILO tentang persamaan pendapat (1951), Konvensi tentang hak politik perempuan (1952),konvensi mengenai kewarganegaraan perempuan yang menikah (1957), Deklarasi perlindungan perempuan dan anak-anak dalam situasi darurat dan konflik bersenjata (1974), ICPD di Kairo dengan focus kesehatan reproduksi perempuan (1994), Beijing platform untuk melihat perkembangan isu perempuan di berbagai bidang misalnya : kesehatan, kemiskinan, media, di wilayah konflik dan lainnya (1995), deklarasi tentang tujuan pembangunan milenia (MDGs) yang antara lain menyepakati nilai kesetaraan gender guna mencapainya (2000), serta Resolusi 1325 dari dewan keamanan PBB tentang dampak konflik bagi perempuan, tentang perlindungan perempuan dan anak di wilayah konflik dan apa yang dilakukan untuk mewujudkan perdamaian (2000)

Wanita-wanita yang berhasil merubah

dunia

Wanita-wanita Indonesia yang berhasil

membuat perubahan

Pengaruh wanita

Wanita mampu memberikan pengaruh kepada dunia baik

ketika berada didepan kendali (sebagai pemimpin) maupun

ketika berada dibalik kendali orang lain.

Walaupun belum bisa berkontribusi kepada dunia,

setidaknya wanita Indonesia mampu memberikan

kontribusinya kepada negara Indonesia dimulai dari

lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga dan masyarakat.

APA KONTRIBUSI KITA

SEBAGAI WANITA INDONESIA

UNTUK INDONESIA

Pluralisme di Indonesia

Indonesia memiliki 13487 pulau (total 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni) yang tersebar dari Sabang hingga Marauke; 740 suku bangsa/etnis; 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa daerah induk; 6 agama dan beberapa agama dan kepercayaan lainnya dengan luas total wilayah :1,904,569 km2 dan 237.556.363 jumlah penduduk berdasarkan data sensus 2010 .

Keberagaman dan perbedaan tersebut bukan hanya melahirkan sebuah kerjasama positif namun juga bisa melahirkan suatu konflik. Konflik yang dipicu oleh keberagaman tersebut akhir-akhir ini sering menjangkiti masyarakat Indonesia di beberapa kawasan.

BIBIT-BIBIT PEMICU KETEGANGAN ANTAR

AGAMA

Ketimpangan sosial yang cukup jauh sehingga mudah

memicu konflik salah satunya dengan mengatas-namakan

agama

Cara pandang secara mayoritas dan minoritas

Terjadinya Ketimpangan Dalam memperlakukan agama

Tertentu

Kurang pemahaman terhadap agama yang berujung pada

fanatik sempit

Bhagawad Gita 14.11

Perwujudan-perwujudan sifat kebaikan dapat dialami bila

pintu gerbang badan diterangi oleh pengetahuan.

Bhagawad Gita 14.13

Bila sifat kebodohan meningkat, terwujudlah kegelapan,

malas-malasan, keadaan gila dan khayalan, wahai putera

kuru

MASALAH-MASALAH KARENA INDONESIA YANG PLURAL INILAH

YANG SERING TERJADI DI INDONESIA

Apa peranan perempuan dalam perwujudan

kerukunan beragama dalam pluralisme

Indonesia??

Perempuan dalam kerukunan umat

beragama

Perempuan menjadi pihak pertama dalam terbukanya

relasi sosial dalam masyarakat

Perempuan sangat signifikan dalam memberikan

pemahaman dan pendidikan kepada anak-anak, anggota

keluarga tentang pentingnya kerukunan umat beragama

Perempuaan menempati posisi dalam mensupport pada

orang terdekat tentang sebuah hidup berdampingan

Peran wanita (dalam Hindu) dalam relasi

sosial masyarakat, dalam keluarga

„strī hi brahmā babhsvitha‟- seorang perempuan sesungguhnya seorang sarjana, cerdas dan mampu mengajar (Ṛgveda VIII.33.19)

“Seorang gadis hendaknya suci, berbudi luhur dan berpengetahuan tinggi” (Atharvaveda XI.1.27)

“Wanita adalah pengawas keluarga, dia cemerlang, dia mengatur yang lain-lain dan dia sendiri yang taat kepada aturan-aturan, dia adalah aset keluarga sekaligus yang menopang (kesejahteraan) keluarga” (Yajurveda XIV.22)

Yajurveda, XIV. 21 disebutkan bahwa “Oh perempuan engkau adalah perintis, cemerlang, pendukung yang memberi makan dan menjalankan aturan-aturan seperti bumi. Kami memiliki engkau di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan, kemakmuran, kesuburan pertanian, dan kesejahteraan.”

“Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19)

Peran wanita (dalam Hindu) dalam relasi

sosial masyarakat, dalam keluarga

“Demikianlah Ibu, dalam kasih sayang kepada anaknya

sama rata, sebab baik anaknya mampu atau tidak mampu,

yang baik budi pekertinya atau yang tidak baik, yang miskin

atau kaya, anak-anaknya itu semua dicintai dan dijaganya,

diasuhnya mereka itu, tidak ada yang melebih kecintaan

ibu dalam mencintai dan mengasuh anak-anaknya’

(Sarasamuccaya 245).

Konsep Kerukunan Beragama dalam

Hindu

Konsep Kerukunan Beragaman dalam

Hindu

Bhagawad Gita 4.11

Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai

Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan

Atharvaveda XII.1.4 5

Bumi pertiwi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga,

semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda dan

yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda, Semoga ia

melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan

diantara anda seperti seekor sapi betina (kepada anak-anaknya)

Konsep Kerukunan Beragaman dalam

Hindu

Twat Twam Asih

Inilah hakekat dari cinta kasih, yaitu memahami dan mengidentifikasi orang lain

sebagai dirinya (Tat Tvam Asi). Tumbuhnya cinta kasih inilah yang menjadi nilai

kedua “pluralitas” Hindu, yaitu Metri, yang dimaknai sebagai cinta kasih yang

tulus kepada makhluk (orang) lain. Dalam konteks kerukunan beragama, Metri

berarti sikap menghormati dan menghargai keyakinan dan pilihan iman orang

lain.

Konsep Tri Hita Karana

tri yang berarti tiga, hita berarti kebahagiaan, dan karana yang berarti sebab

atau yang menyebabkan, dapat dimaknai sebagai tiga hubungan yang harmonis

yang menyebabkan kebahagian. 1. Hubungan yang harmonis antara manusia

dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2. Hubungan yang harmonis antara

manusia dengan sesamanya, dan 3. Hubungan yang harmonis antara manusia

dengan lingkungannya.

EKAM SAT WIPRAH BAHUDA WADANTI

“Hanya ada 1 Tuhan tetapi para arif bijaksana menyebutnya dengan banyak nama”