SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN YESUS SANG MESIAS BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA

29
1 | Buletin IJI Vol 3/April 2015 SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN YESUS SANG MESIAS BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA Teguh Hindarto Latar Belakang Historis Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir). Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan. Peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya makan Pesakh merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang di namakan Seder Pesakh. DR. David Stern menjelaskan, “Seder

Transcript of SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN YESUS SANG MESIAS BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA

1 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

SEDER PESAKH DAN MAKNA KEMATIAN

YESUS SANG MESIAS

BAGI PENGHAPUSAN DOSA UMAT MANUSIA

Teguh Hindarto

Latar Belakang Historis

Membaca perikop Lukas

22:14-23, tanpa memahami latar

belakang sejarah dan keagamaan

serta kebudayaan Yahudi Abad 1

Ms akan membuat kita

kehilangan akar historis dan

essensi dibalik peristiwa tersebut.

Kekristenan Barat menyebut

peristiwa tersebut dengan Last

Supper (Perjamuan Terakhir).

Seolah-olah Yesus Sang Mesias

makan malam terakhir sebelum

Dia ditangkap oleh prajurit

Romawi untuk dihukum, disiksa

dan disalibkan.

Peristiwa Yesus dan

murid-murid-Nya makan Pesakh

merupakan ritual tahunan tiap

jatuh Tgl 14 Nisan yang di

namakan Seder Pesakh. DR.

David Stern menjelaskan, “Seder

2 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

adalah, Tata Cara, namun istilah

ini menunjuk pada tata cara

makan dan perayaan yang

dilaksanakan saat Pesakh. Hari

ini, bagian-bagian dari peristiwa

Paskah, doa-doa, cerita dan

berbagai hidangan yang dimakan

dipersiapkan dalam bentuk

Haggadah (penceritaan) yang

mengumpulkan cerita Kitab Suci

mengenai keluarnya Bangsa

Israel dari Mesir dengan

tambahan-tambahan Rabinik.

Banyak dari ciri-ciri dalam Seder

Modern tetap dilaksanakan

dimasa hidup Yeshua”1. Untuk

dapat memahami makna yang

terkandung dalam Seder Pesakh,

maka perlu mengkaji unsur-unsur

liturgis dan berbagai hidangan

yang tersedia selama pelaksanaan

Seder Pesakh, yaitu :

1 DR. David Stern, Jewish New

Testament Commentary, JNTP,

1998, p.78

Cawan Berkat/Pengudusan

Meminum anggur pertama,

dengan terlebih dahulu mengucap

syukur dan mengucapkan

Berakhah (berkat). Anggur yang

diminum bukanlah anggur

berfermentasi sebagai lambang

tanpa dosa dan cela.

Cawan Tulah

Meminum anggur kedua,

sebagai lambang peringatan

terhadap peristiwa YHWH

membebaskan Bangsa Israel dari

Mesir. Nama-nama tulah

disebutkan sambil mencelupkan

jari kelingking kedalam cawan

sebagai simbol berkurangnya

sukacita.

Shulen Orekh

Memakan Matsah, Maror,

Karpas dan Kharoset. Makanan

ini (Matsah, Maror, Karpas)

merupakan lambang pahitnya

4

3 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

penderitaan di Mesir. Namun

demikian ada rencana yang indah

dan manis dibalik berbagai

penderitaan yang pahit. Ini

dilampangkan dengan Kharoset.

Maror : Rempah pahit

Karpas : Selada

Kharoset: Campuran kacang

tanah, apel dan madu

Memakan Afikomen

Ada tiga Matsah (roti tidak

beragi) yang ditaruh dalam

kantung. Matsah yang ditengah

diambil dan dipatahkan. Matsah

yang dipatahkan, dibungkus

dengan kain putih dan

disembunyikan. Nama Matsah

yang dipatahkan dan dibungkus

kain putih disebut dengan

Afikomen yang artinya „hidangan

penutup‟. Afikomen inilah yang

dipergunakan oleh Yesus saat

melaksanakan Seder Pesakh,

untuk melambangkan tubuh-Nya

yang akan dipecah-pecah dan

diserahkan bagi penebusan

manusia dari kutuk dosa. 11:23-

24).

Cawan Penebusan

Meminum anggur ketiga yang

melambangkan penebusan Israel

dari tulah YHWH terhadap

Mesir. Yesus memakai anggur

dalam Cawan Penebusan untuk

4 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

melambangkan darah-Nya yang

akan ditumpahkan untuk

menebus manusia dari kutuk

dosa.

Cawan Pujian

Meminum anggur keempat

yang merupakan penutup sebagai

simbol ucapan syukur kepada

Bapa Sorgawi yang telah

mengaruniakan segala sesuatu

yang baik.

Cawan Elia

Meminum anggur kelima

sebagai tambahan. Dalam tradisi

Yahudi Ortodox, yaitu yang

belum menerima Yesus Sang

Mesias anggur kelima ini

berisikan pengharapan erhadap

Elia yang akan datang untuk

meratakan jalan Mesias (Mal 4:5-

6). Sampai hari ini, mereka

mengharapkan kedatangan Nabi

Elia. Namun bagi orang-orang

Yahudi pengikut Mesias, tradisi

ini dipelihara dengan pemahaman

baru bahwa Elia sudah datang,

yaitu Yohanes Pembaptis namun

diakhir zaman, Elia akan datang

kembali untuk mempersiapkan

kedatangan Yesus yang kedua

kali.

Makna Teologis Unsur-unsur

dalam Seder Pesakh

Apakah unsur-unsur di

atas (empat cawan anggur,

matsah, maror, karpas, kharoset)

dilakukan oleh Yesus bersama

muridnya, tidak ada keterangan

detail dalam Lukas 22:14-23.

Namun jika ritual Seder

sedemikian telah dilakukan sejak

orang Yahudi pulang dari

Babilon, maka kita patut

menduga bahwa usur-unsur

tersebut ada dalam pelaksanaan

Seder oleh Yesus. Paling tidak,

ada dua unsur yang dicatat dalam

Lukas 22: 17 dan 19 mengenai

“cawan” dan “roti”. Padahal

minum cawan berisi anggur

dalam perintah Pesakh di Sinai

tidak disebutkan. Ritual ini

ditambahkan setelah orang

Yahudi pulang dari pembuangan.

Maka kuat diduga bahwa Yesus

pun memakan unsur-unsur lain

dalam Seder Pesakh seperti

makan maror dan karpas, serta

karoset.

5 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Cawan apa? Roti apa?

Dengan mengikuti latar belakang

historis dan keagamaan

Yudaisme paska pembuangan

Babilonia, maka cawan yang

dimaksud adalah cawan berisi

anggur dan roti yang dimaksud

adalah roti tidak beragi (Ibr:

matsah). Gereja dan Kekristenan

pada umumnya yang tidak

memiliki pemahaman terhadap

akar Ibrani sebagai akar

Kekristenan, memaknai roti dan

anggur sebagai unsur utama yang

harus ada dalam Pesakh namun

melepaskan dua unsur tersebut

dari unsur-unsur yang lain

(maror, kharoset, matsah).

Bahkan roti yang dipergunakan

oleh Gereja dan Kekristenan pada

umumnya dipergunakan roti biasa

yang beragi.

Pemahaman tentang Roti

Tidak Beragi (matsah) didasarkan

atas perintah YHWH di Sinai

untuk dilakukan Bangsa Israel

turun temurun sebagaimana

dikatakan dalam Imamat 23:5-8

sbb: “Dalam bulan yang pertama,

pada tanggal empat belas bulan

itu, pada waktu senja, ada

Paskah bagi (YHWH). Dan pada

hari yang kelima belas bulan itu

ada hari raya Roti Tidak Beragi

bagi (YHWH); tujuh hari

lamanya kamu harus makan roti

yang tidak beragi. Pada hari

yang pertama kamu harus

mengadakan pertemuan kudus,

janganlah kamu melakukan

sesuatu pekerjaan berat. Kamu

harus mempersembahkan korban

api-apian kepada (YHWH) tujuh

hari lamanya; pada hari yang

ketujuh haruslah ada pertemuan

kudus, janganlah kamu

melakukan sesuatu pekerjaan

berat."

Perintah YHWH di Sinai

untuk mereklamasi peristiwa

historis keluarnya Bangsa Israel

dari Mesir untuk menerima

pembebasan dan penebusan

YHWH sebagaimana dikatakan

dalam Keluaran 12:1-15 sbb:

“Berfirmanlah (YHWH) kepada

Musa dan Harun di tanah Mesir:

"Bulan inilah akan menjadi

permulaan segala bulan bagimu;

itu akan menjadi bulan pertama

bagimu tiap-tiap tahun.

Katakanlah kepada segenap

6 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

jemaah Israel: Pada tanggal

sepuluh bulan ini diambillah oleh

masing-masing seekor anak

domba, menurut kaum keluarga,

seekor anak domba untuk tiap-

tiap rumah tangga. Tetapi jika

rumah tangga itu terlalu kecil

jumlahnya untuk mengambil

seekor anak domba, maka ia

bersama-sama dengan

tetangganya yang terdekat ke

rumahnya haruslah mengambil

seekor, menurut jumlah jiwa;

tentang anak domba itu, kamu

buatlah perkiraan menurut

keperluan tiap-tiap orang. Anak

dombamu itu harus jantan, tidak

bercela, berumur setahun; kamu

boleh ambil domba atau

kambing. Kamu harus

mengurungnya sampai hari yang

keempat belas bulan ini; lalu

seluruh jemaah Israel yang

berkumpul, harus

menyembelihnya pada waktu

senja. Kemudian dari darahnya

haruslah diambil sedikit dan

dibubuhkan pada kedua tiang

pintu dan pada ambang atas,

pada rumah-rumah di mana

orang memakannya. Dagingnya

harus dimakan mereka pada

malam itu juga; yang dipanggang

mereka harus makan dengan roti

yang tidak beragi beserta sayur

pahit. Janganlah kamu

memakannya mentah atau

direbus dalam air; hanya

dipanggang di api, lengkap

dengan kepalanya dan betisnya

dan isi perutnya. Janganlah kamu

tinggalkan apa-apa dari daging

itu sampai pagi; apa yang tinggal

sampai pagi kamu bakarlah habis

dengan api. Dan beginilah kamu

memakannya: pinggangmu

berikat, kasut pada kakimu dan

tongkat di tanganmu; buru-

burulah kamu memakannya;

itulah Paskah bagi (YHWH).

Sebab pada malam ini Aku akan

menjalani tanah Mesir, dan

semua anak sulung, dari anak

manusia sampai anak binatang,

akan Kubunuh, dan kepada

semua tuhan di Mesir akan

Kujatuhkan hukuman, Akulah,

(YHWH). Dan darah itu menjadi

tanda bagimu pada rumah-rumah

di mana kamu tinggal: Apabila

Aku melihat darah itu, maka Aku

akan lewat dari pada kamu. Jadi

7 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

tidak akan ada tulah kemusnahan

di tengah-tengah kamu, apabila

Aku menghukum tanah Mesir.

Hari ini akan menjadi hari

peringatan bagimu. Kamu harus

merayakannya sebagai hari raya

bagi (YHWH) turun-temurun.

Kamu harus merayakannya

sebagai ketetapan untuk

selamanya. Kamu makanlah roti

yang tidak beragi tujuh hari

lamanya; pada hari pertama pun

kamu buanglah segala ragi dari

rumahmu, sebab setiap orang

yang makan sesuatu yang beragi,

dari hari pertama sampai hari

ketujuh, orang itu harus

dilenyapkan dari antara Israel.

Dengan pemahaman

historis dan keagamaan Yahudi

Abad I Ms yang merupakan

kelanjutan keturunan Israel yang

mengalami pembebasan dari

perbudakan Mesir dan yang telah

menerima Torah di Sinai, maka

konteks peristiwa ritual yang

dilaksanakan Yesus dalam Lukas

22:14-23 menjadi utuh. Yesus

dan para murid-murid-Nya

melaksanakan Seder Pesakh pada

petang hari saat memasuki Tgl 14

Nisan.

Dalam Seder Pesakh

malam itu, Yesus memberikan

makna baru dalam setiap unsur-

unsur di dalamnya. Khususnya

simbolisasi matsah ( roti tidak

beragi) dan kos (cawan) berisi pri

hagafen (hasil buah anggur).

Mengenai cawan berisi

anggur, Yesus berkata dalam

Matius 22:17 dan 20 sbb:

“Kemudian Ia mengambil sebuah

cawan, mengucap syukur, lalu

berkata: "Ambillah ini dan

bagikanlah di antara kamu.

Demikian juga dibuat-Nya

dengan cawan sesudah makan; Ia

berkata: "Cawan ini adalah

perjanjian baru oleh darah-Ku,

yang ditumpahkan bagi kamu.

Mengenai roti tidak

beragi, Yesus berkata dalam

Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia

mengambil roti, mengucap

syukur, memecah-mecahkannya

dan memberikannya kepada

mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-

Ku yang diserahkan bagi kamu;

8 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

perbuatlah ini menjadi

peringatan akan Aku."

Yesus menghubungkan

matsah dengan tubuh-Nya yang

akan diserahkan untuk untuk

semua orang. Artinya, diri-Nya

akan ditangkap, disiksa dan

dibunuh di kayu salib untuk

menggenapkan rencana Bapa-

Nya, penebusan manusia dari

kutuk dosa yaitu maut. Dan

cawan berisi anggur dihubungkan

dengan darah-Nya yang akan

ditumpahkan untuk membasuh

dosa semua orang. Darah ini

menjadi meterai “perjanjian yang

diperbarui” (Ibr: brit khadasha).

Perjanjian pertama dimeteraikan

oleh darah, demikian pula

perjanjian yang diperbarui

dimeteraikan oleh darah,

sebagaimana dikatakan Ibrani

9:22 sbb: “Dan hampir segala

sesuatu disucikan menurut

(Torah) dengan darah, dan tanpa

penumpahan darah tidak ada

pengampunan”

Ir. Ester A. Sutanto,

M.M., M.Min. menjelaskan sbb:

“Yesus memulai Perjamuan

Malam Terakhir menurut tata

cara Taurat dan tradisi Yahudi.

Namun ada yang tidak lazim

pada Perjamuan Malam Terakhir

di Yerusalem itu: Yesus

memaknai roti dan anggur secara

baru, memberi perspektif

eskatologis yang baru dan

menetapkan perjamuan

malam...Perjamuan yang Yesus

inginkan adalah seperti pada

perayaan Paskah Yahudi, suatu

peringatan akan Keluaran, tetapi

yang ditarik lebih jauh sampai

pada peristiwa Salib yang pada

waktu itu masih akan terjadi, dan

dalam pengharapan akan

kedatangan Kerajaan (Tuhan) di

masa depan”2

Ada beberapa catatan

penting berkaitan dengan

meminum anggur dan roti tidak

beragi. Pertama, sebelum

meminum anggur dan memakan

roti, Yesus “mengucap syukur”.

2 Ir. Ester A. Sutanto, M.M.,

M.Min., Liturgi Meja Tuhan:

Dinamika Perayaan-Pelayanan,

Jakarta: Unit Publikasi dan

Informasi Sekolah Tinggi Teologi

Jakarta, 2005, hal 20-21

9 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Dalam teks Yunani digunakan

kata εσταριστησας

(eucharistesas) yang merupakan

bentuk orang pertama tunggal

lampau dari kata εσταριστεω

(eucharisteoo). Dari kata ini kelak

kita mengenal istilah Ekaristi

dalam Gereja Katholik yang

dilaksanakan setiap moment

penting dalam peribadahan dan

hari raya. Namun pengertian

Ekaristi akhirnya menjadi istilah

dan ritual yang terlepas dari

Seder Pesakh dan menjadi sebuah

ritual yang bersifat magis dan

eksklusif. Jika kita memahami

budaya dan keagamaan Yahudi,

maka kata “mengucap syukur”

disana adalah ucapan berakah

yang ditandai dengan

mengucapkan, “Baruk Atta

YHWH Eloheinu hu Melek ha

Olam bore pri hagaven”

(Diberkatilah Engkau YHWH

Tuhan kami Raja Alam Semesta

yang telah menciptakan buah

anggur) dan ucapan “Baruk Atta

YHWH Eloheinu Hu Melek ha

Olam we tsiwanu al akelat

matsah” (Diberkatilah Engkau

YHWH Tuhan kami Raja Alam

Semesta yang telah

memerintahkan kami makan roti

tidak beragi). Namun Lukas

22:17 ini tidak tercantum dalam

Peshitta Aramaik. Tidak jelas

mengapa demikian.

Kedua, kalimat “memecah

roti”. Dalam Kitab Perjanjian

Baru, ada beberapa kali kalimat

“memecah roti” muncul. Saat

Yesus memberi makan 4000

orang (Mat 14:19), saat Yesus

melakukan perjamuan malam

sebelum Pesakh yang jatuh tgl 14

Nisan (Mat 26:26) dan saat paska

kenaikan Yesus ke Sorga. Para

rasul dan murid-murid Yesus

bertekun dalam persekutuan, doa,

pengajaran dan memecah roti

dirumah-rumah (Kis 2:42, 46, Kis

20:7).

Namun demikian, makna

“memecah roti” dalam beberapa

peristiwa diatas, memiliki makna

yang berbeda. (1) Memecah roti

dalam Matius 14:19, menunjuk

pada pengucapan syukur yang

ditandai dengan mengucap

Berakhah dengan kalimat

“Barukh Atta Yahweh Eloheinu

10 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Melekh ha Olam ha Motsi Lehem

min ha Arets” (diberkatilah

Engkau ya YHWH Tuhan Raja

Alam Semesta yang telah

memberikan kami roti dari bumi).

(2) Memecah roti dalam Matius

26:26 merupakan bagian dari

Seder Pesakh. (3) Memecah roti

dalam Kisah Rasul 2:42,46, Kis

20:7, menunjuk pada tata cara

makan dan pengucapan syukur

Ibrani setiap hari atau pada

harihari khusus seperti Sabat atau

pada waktu hari raya. Kisah 20:7

merupakan kegiatan Havdalah

atau penutupan Sabat yang

ditandai dengan makan khallah

(Roti Beragi) dengan anggur.

Kisah Rasul 2:42,46 dapat juga

dimaknai sebagai perluasan Seder

Pesakh secara praktis untuk

mengingat Mesias (1 Kor 11:25-

26).

Ketiga, kata “pokok

anggur” dalam Lukas 22:18

dalam teks Yunani digunakan

kata γεννηματος (genematos)

bukan οινος (oinos). Apa artinya?

Kata genematos dipergunakan

untuk buah anggur yang telah

mengalami pemerasan dan belum

mengalami fermentasi atau

peragian. Sementara oinos adalah

anggur yang berfermentasi.

Ketika Rasul Paul mengatakan,

“janganlah kamu mabuk oleh

anggur” (Ef 5:18) kata yang

digunakan adalah oinos bukan

genematos. Kitab Hebrew New

Testament yang merupakan

terjemahan Ibrani dari naskah

Yunani, menggunakan פרי הגפן

(pri hagaven) untuk

menerjemahkan genematos dan

.untuk oinos (yayin) יין

Penggunaan anggur tidak

berfermentasi ini sebagai

konsekwensi penggunaan roti

tidak beragi sebagai lambang

kesucian, tanpa dosa.

Keempat, kalimat

“lakukanlah ini untuk mengingat

Aku” dalam Lukas 22:18

dipergunakan kata “emen

ananesin” dan oleh Hebrew New

Testament diterjemahkan

“lezikron li”. Kata Ibrani זכור

(zakor dalam bahasa Arab dzikir)

merupalan bentuk kata kerja yang

mengindikasikan pengulangan

dan permenungan tinimbang

sebuah hafalan berdasarkan kerja

11 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

otak. Seder Pesakh dilaksanakan

satu tahun sekali saat jatuh Tgl 14

Nisan untuk mengingat dan

merenungkan karya Mesias yang

telah menumpahkan darah dan

menyerahkan tubuh-Nya bagi

dosa-dosa manusia. Ir. Ester A.

Sutanto, M.M., M.Min

mengatakan, “Selanjutnya ajaran

Yesus kepada murid-murid-Nya

yaitu “...perbuatlah ini menjadi

peringatan akan Aku” yang

sampai kepada gereja melalui

tulisan Lukas dan Paulus, telah

membuat Liturgi Meja suatu

ibadah yang dilaksanakan

selama-lamanya olreh gereja”3

Apakah Easter = Pesakh?

Kata Easter dipergunakan

untuk mengistilahkan “Paskah”.

3 Ibid., hal 21

Dalam terjemahan versi King

James, ayat tersebut disematkan

satu kali dalam Kisah Rasul 12:4,

“And when he had apprehended

him, he put him in prison, and

delivered him to four quaternions

of soldiers to keep him; intending

after Easter to bring him forth to

the people”.

Dalam The Oxford

English Dictionary, dijelaskan

mengenai asal usul kata Easter

sbb : “Easter memiliki nama

mula-mula dari periode pra

Kristen, sebuah nama yang

dirayakan bagi Eostre, dewi dari

Jerman kuno yang juga dikenal

dengan sebutan Eos dari Yunani

atau sebagai Usha/Ushas nama

dewi Hindu. Eostre dikenal

sebagai dwi kesuburan atau

kelahiran. Selanjutnya, ini adalah

nama lain dari dewa matahari,

nama lain dari kedewaan, Eostre,

Eastre, Eostra atau Ostara, yang

telah diadopsi oleh Kekristenan.

Dalam kebudayaan Yunani kuno

disebut dengan Eos atau Homer

atau Ishtar dalam tradisi Syria.

Dalam kebudayaan Yunani kuno,

Eos dipandang sebagai dewi

12 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang penuh cinta dan

dihubungkan dengan kesuburan

yang dilambangkan dalam bentuk

telur atau kelinci” (C.J. Koster,

Come Out of Her My People,

Institute For Scriptures Research,

1998, p.25).

Apakah Eukaristi=Pesakh?

Kata Ekaristi lazim

dilaksanakan dalam Gereja

Katholik. Kata Ekaristi sendiri

berasal dari kata Yunani

Eucharisteo yang bermakna

“ucapan syukur” (Mat 15:36, 1

Kor 10:30), “berterimakasih”

(Rm 16:4). Karakteristik dalam

Ekaristi adalah :

Memakan Roti

Mayoritas Kekristenan

saat Ekaristi atau Perjamuan

Kudus, memakan roti bundar tipis

(wafer yang di press) atau roti

biasa yang beragi. Penggunaan

wafer atau roti tidak beragi,

membuang makna yang terdalam

dalam Seder Pesakh. Matsah, roti

tidak beragi, melambangkan

membuang dosa dan kenajisan.

Rasul Paul menggunakan

lambang Matsah dalam

pengajarannya (1 Kor 5:7-8).

Dalam naskah Yunani,

kata ARTOS selalu dipergunakan

baik untuk roti yang beragi (Mat

14:17, Mat 6:11, Kis 2:42, Kis

20:7), roti yang dipersembahkan

secara khusus (Mat 12:4, Ibr 9:2)

maupun roti yang tidak beragi

saat Pesakh (Mat 26:26, 1 Kor

11:23-24). Jika secara khusus

menyebut roti tidak beragi,

biasanya digunakan kata

AZUMOIS (1 Kor 5:7-8).

Meminum Anggur

Mayoritas Kekristenan

meminum anggur berfermentasi

dalam Ekaristi atau Perjamuan

Kudus. Inipun mendistorsi makna

Seder Pesakh. Pesakh

dilaksanakan dalam situasi

khidmat dan bukan perayaan

sukacita. Anggur berfermentasi

biasanya dilaksanakan pada saat

perayaan sukacita. Beberapa

istilah untuk anggur dalam

TaNaKh adalah : Yayin, Tirosh,

Shekar, Yekeb, Khamar, Gath,

Sobeh, Khemer, Asis, Enab.

38

13 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Beberapa istilah untuk

anggur dalam Kitab Perjanjian

Baru berbahasa Yunani adalah

:Gennema (Luk 22:14-20), Oinos

(Mrk 15:22-23), Oxos (Mat

27:33, Luk 23:36, Yoh 19:28-30).

Saat Yesus melaksanakan

Seder dan menggunakan anggur

dalam Cawan Penebusan, naskah

Yunani tidak menuliskan Oxos

atau Oinos yang dapat

memabukkan, melainkan

dipergunakan Gennema yang

bermakna “anggur asli yang

diperas”. Anggur yang diperas

melambangkan kemurnian, tanpa

dosa dan cela.

Dengan melihat

pemahaman di atas, maka

Ekaristi dan Perjamuan Kudus

disatu sisi dapat disebut sebagai

distorsi (kerusakan) atas

pelaksanaan Seder Pesakh

Yahudi yang dilepaskan dari

keseluruhan rangkaian dan hanya

difokuskan pada makna roti dan

anggur sebagai tubuh dan darah

Yesus Sang Mesias.

Namun demikian,

sekalipun terjadi distorsi bukan

berarti Ekaristi dan Perjamuan

Kudus tidak sah dan tidak layak

dilaksanakan. Kita dapat tetap

melaksanakan Ekaristi atau

Perjamuan Kudus namun

tentunya dengan roti yang tanpa

ragi sebagai lambang tanpa dosa

serta anggur tidak berfermentasi

sebagai lambag darah yang

murni.

Adalah lebih baik lagi

dapat melaksanakan Seder

Pesakh dalam bingkai yang utuh

tanpa melepaskan unsur Ibrani

dan Yahudi dalam ritual tersebut,

sebagaimana pernah dilakukan

Yesus Sang Mesias.

Dengan melakukan Seder

Pesakh, kita menghubungkan diri

secara historis dengan apa yang

pernah dilakukan Yesus Sang

Mesias, pada malam sebelum Dia

diserahkan, yaitu tanggal 14

Nisan tahun 31 Ms. Bagi

Kekristenan yang telah kembali

ke akar Ibraninya, Seder Pesakh

bukan sekedar memperingati

terluputnya nenek moyang Israel

dari tulah maut di Mesir,

melainkan menunjuk pada Mesias

14 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang tubuhNya dipecah-pecah

dan darahNya yang ditumpahkan,

bagi pengampunan dosa umat

Israel dan umat manusia.

Meredefinisi Unsur Liturgi

Kekristenan

Pemahaman terhadap

kajian historis dan keagamaan

Yudaisme Abad I Ms terkait

pelaksanaan Seder Pesakh yang

juga dilaksanakan oleh Yesus

Sang Mesias sebagai perlambang

yang menunjuk peranan

Mesianisnya, sudah selayaknya

unsur-unsur Seder Pesakh

dimasukkan dalam Liturgi Gereja

saat melaksanakan Perjamuan

Paskah. Gereja dan Kekristenan

hanya melaksanakan unsur-unsur

meminum anggur dan memakan

roti namun melepaskan unsur-

unsur yang lain (empat cawan

anggur, matsah, maror, karpas,

kharoset). Bahkan anggur yang

diminum pun anggur

berfermentasi yang justru

mendistorsi makna Perjamuan

Paskah yang tanpa ragi sebagai

simbolisasi membuang dosa.

Ragi adalah lambang dosa dan

kejahatan. Demikian pula roti

yang dimakan justru roti yang

mengandung ragi padahal Pesakh

jauh dari ragi dalam segala aspek

kehidupan dan makanan. Matsah

bermakna roti yang tidak beragi.

Yesus menggunakan lambang roti

tidak beragi untuk melambangkan

dirinya, tubuhnya yang dipecah

dan dipersembahkan bagi

pengampunan dosa. Jika unsur-

unsur teologis utama yang

merefleksikan karya Yesus Sang

Mesias direpresentasikan oleh

sesuatu yang secara simbolik

tidak akurat, lalu bagaimana

pesan Mesianis kematian dan

kebangkitan Yesus dapat dihayati

dengan benar?

Meredefinisi Terjemahan Kitab

Suci

Untuk mengeliminir

kesalahpahaman dan membuka

wawasan umat Kristen terhadap

latar belakang Yudaisme dan

Yahudi dalam pelaksanaan

Pesakh, maka terjemahan Kitab

Suci selayaknya menyertakan

terminologi khas Yudaisme atau

Yahudi yang merefleksikan

15 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

peristiwa yang dilakukan oleh

Yesus dan para murid-Nya

dengan setting historis kultur

semitik hebraik. Contoh The

Complete Jewish Bible (1998)

menerjemahkan sbb:

“But the festival of Matzah,

known as Pesach, was

approaching” (Luk 22:1 CJB)

“And the head cohanim and the

Torah-teachers began trying to

find some way to get rid of

Yeshua, because they were afraid

of the people” (Luk 22:2 CJB)

“And he said to them, "I have

really wanted so much to

celebrate this Seder with you

before I die!”(Luk 22:15 CJB)

“Then, taking a cup of wine, he

made the b'rakhah and said,

"Take this and share it among

yourselves. (Luk 22:17 CJB)

“Also, taking a piece of matzah,

he made the b'rakhah, broke it,

gave it to them and said, "This is

my body, which is being given for

you; do this in memory of me."

(Luk 22:19 CJB).

Perhatikan terminologi

semitik yudaik seperti matzah,

pesakh, kohanim, torah teacher,

seder berakhah akan

mendekatkan pembaca non

Yahudi kepada kultur dan

pemahaman yang benar terhadap

pelaksanaan Seder Pesakh.

Nilai dan Makna Kematian

Yesus

Sebelum kita mengupas

makna kematian Yesus bagi

penghapusan dosa umat manusia,

kita akan mengkaji terlebih

dahulu apa yang dimaksudkan

dengan Dosa Asal (Original Sin).

Saya lebih memilih istilah ini

karena memang istilah inilah

yang lebih tepat dan

dipergunakan untuk menjelaskan

asal usul dosa dalam berbagai

terjemahan bahasa Inggris. Tidak

ada istilah Dosa Waris kecuali

penafsiran beberapa golongan

Kristen yang membuat istilah

tersebut menjadi rancu. Karena

memang dosa tidak diwariskan

sebagaimana dikatakan dalam

Yekhezkiel 18:20, “Orang yang

berbuat dosa, itu yang harus

mati. Anak tidak akan turut

menanggung kesalahan

16 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

ayahnya dan ayah tidak akan

turut menanggung kesalahan

anaknya. Orang benar akan

menerima berkat kebenarannya,

dan kefasikan orang fasik akan

tertanggung atasnya”.

Dosa Asal (Original Sin)

Dosa berawal ketika

manusia melanggar perintah

Tuhan YAHWEH agar tidak

memakan buah Pohon

Pengetahuan Baik dan

Pengetahuan Jahat sebagaimana

dikatakan: “Lalu YHWH Tuhan

memberi perintah ini (יהוה אלהים)

kepada manusia: "Semua pohon

dalam taman ini boleh kaumakan

buahnya dengan bebas, tetapi

pohon pengetahuan tentang

yang baik dan yang jahat itu,

janganlah kaumakan buahnya,

sebab pada hari engkau

memakannya, pastilah engkau

mati”(Kej 2:16-17).

Namun ular membisikkan

kata-kata dusta dengan

memutarbalikkan apa yang

dilarang oleh Yahweh kepada

manusia, menjadi diperbolehkan,

“Ular itu berkata kepada

perempuan itu: "Tentulah Tuhan

berfirman: Semua pohon dalam

taman ini jangan kamu makan

buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan

ketika manusia perempuan

(ishah) menjawab: "Buah pohon-

pohonan dalam taman ini boleh

kami makan, tetapi tentang buah

pohon yang ada di tengah-tengah

taman, Tuhan berfirman: Jangan

kamu makan ataupun raba buah

itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3),

maka ular kembali

memutarbalikkan larangan

YHWH dengan mengatakan,

“Tetapi ular itu berkata kepada

perempuan itu: "Sekali-kali kamu

tidak akan mati, tetapi Elohim

mengetahui, bahwa pada waktu

kamu memakannya matamu akan

terbuka, dan kamu akan menjadi

seperti (Tuhan), tahu tentang

yang baik dan yang jahat."

Ketika manusia

perempuan itu tergoda, mulailah

dia memakan buah larangan itu

yaitu Buah Pengetahuan Yang

Baik (ets hada‟at tov) dan Buah

Pengetahuan Yang Jahat (ets

hada‟at ra) maka diapun

memberikannya pada manusia

17 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

laki-laki untuk memakannya. Apa

terjadi kemudian? Pertama,

Maka terbukalah mata mereka

berdua dan mereka tahu, bahwa

mereka telanjang; lalu mereka

menyemat daun pohon ara dan

membuat cawat (Kej 3:7).

Manusia laki-laki dan

perempuan menyadari bahwa

kemuliaan sebagai ciptaan telah

lenyap dengan ditandai kesadaran

bahwa diri mereka telanjang.

Kedua, Ketika mereka

mendengar bunyi langkah Tuhan

YHWH, yang berjalan-jalan

dalam taman itu pada waktu hari

sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat

hari bertiup angin),

bersembunyilah manusia dan

isterinya itu terhadap Tuhan

YHWH di antara pohon-pohonan

dalam taman” (Kej 3:8). Manusia

laki-laki dan perempuan

mengalami ketakutan terhadap

Tuhan YHWH akibat telah

melakukan pelanggaran. Tidak

heran jika sampai sekarang

apabila manusia berbuat

pelanggaran, selalu dikejar rasa

takut dan bersalah.

Inilah saat pertama kalinya

DOSA itu masuk dalam

kehidupan manusia. Apakah dosa

itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah

Yunani dikatakan, “hamartia

estin he anomia”. Dalam Hebrew

New Testament (Kitab Perjanjian

Baru berbahasa Ibrani sebagai

terjemahan Kitab Perjanjian Baru

berbahasa Yunani)

diterjemahkan, “ha khet, mri hu

ba Torah”. Dosa adalah anomia

atau mri hu ba Torah atau

melawan Torah atau melawan

perintah.

Kata hamartia bermakna

“menyimpang dari sasaran”. Jadi

dosa adalah “tindakan yang

menyimpang dari sasaran”.

Seperti orang yang memanah

namun busur panah meleset dari

sasaran yang hendak dituju.

Demikianlah hakikat dosa.

Adapun Pohon larangan Pohon

Pengetahuan Baik dan Buruk

serta Pohon Kehidupan)

mengandung makna bahwa

manusia diberikan kebebasan

untuk memilih. Tuhan bukanlah

dalang yang seenaknya

memainkan wayang. Manusia

18 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

bukanlah robot yang dimainkan

semau Tuhan. Tuhan

memberikan kehendak bebas

(free will) dalam diri manusia

untuk mengambil pilihan antara

yang baik dan yang buruk.

Manusia pertama mengambil

pilihan yang buruk, pilihan yang

keliru. Siapa yang bertanggung

jawab atas tindakan pelanggaran

manusia pertama? Tuhankah atau

manusia? Karena Tuhan telah

memberikan kehendak bebas,

maka manusia yang bertanggung

jawab atas pilihan yang

diambilnya. Tuhan tidak

menyebabkan manusia berdosa

namun manusialah yang

melakukan dosa.

Dampak Dosa Asal (Effect of

Original Sin)

Seberapa jauhkan dampak

dosadalam kehidupan manusia

pertama? Dosa menimbulkan

kutuk dan kutuk yang tidak

teratasi adalah maut. Kutuk dosa

dapat kita lihat secara terinci sbb:

Permusuhan manusia

dengan Tuhan (Kej 3:23-

24), dimana manusia

kehilangan relasi yang

benar dengan Tuhan

Permusuhan manusia

dengan hewan (Kej 3:15).

Terjadilah siklus ekologis dimana manusia

memangsa hewan dan

sebaliknya

Permusuhan manusia

dengan alam (Kej 3:17-

19). Manusia harus

bekerja menaklukan alam

yang telah kena kutuk

Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-

16), Qayin membunuh

Qabel.

Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej

3:16)

Manusia mengalami

kefanaan yaitu maut (Kej

3:19)

Rasul Paul menjelaskan

bahwa dosa mengakibatkan

manusia kehilangan kemuliaan

Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa

adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan

maut adalah realitas yang dialami

semua umat manusia. Tidak ada

satupun manusia yang tidak

mengalami maut. Maut adalah

upah dosa dan konsekwensi

19 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

hilangnya kemuliaan Tuhan

dalam diri manusia. Semua

manusia mewarisi upah dosa

yaitu kehilangan kemuliaan

Tuhan, yaitu maut. Maut,

bukanlah takdir Tuhan melainkan

buah dosa manusia.

Dalam perspektif Kristen,

dibedakan antara dosa mula0mula

(Original Sin) dan dosa perbuatan

(Behaviour Sin). Dosa mula-mula

dilakukan oleh Adan dan Hawa.

Sementara dosa perbuatan adalah

turunan dari dosa mula-mula.

Darimana manusia bisa berbuat

dosa perbuatan? Bukan karena

Tuhan menakdirkan dengan

memberi kemampuan berbuat

dosa pada manusia melainkan

akibat manusia pertama, Adam

dan Hawa telah berbuat dosa

maka potensi dosa itu masuk

dalam kehidupan keturunan

Adam dan Hawa termasuk kita,

apapun agamanya.

Maka seorang anak kecil

berusia 7 tahun tidak perlu

diajari berbohong, jika dia

memecahkan sebuah gelas tanpa

sepengetahuan kita, dalam

sejumlah kasus ditemukan

mereka berbohong dan

mengatakan bukan mereka yang

memecahkan gelas, ketika

ditanyai orang tuannya.

Berbohong adalah dosa perbuatan

sebagai sebuah turunan dari

potensi dosa yang telah masuk

dalam kehidupan manusia. Dan

masih begitu banyak lagi dosa

perbuatan yang dapat kita

daftarkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Qur‟an pun menyitir soal

kejatuhan Adam dan Hawa dalam

dosa sebagaimana dikatakan:

“Dan Kami berfirman: "Hai

Adam, diamilah oleh kamu dan

isterimu surga ini, dan makanlah

makanan-makanannya yang

banyak lagi baik dimana saja

yang kamu sukai, dan janganlah

kamu dekati pohon ini, yang

menyebabkan kamu termasuk

orang-orang yang zalim. Lalu

keduanya digelincirkan oleh

syaitan dari surga itu dan

dikeluarkan dari keadaan

semula dan Kami berfirman:

"Turunlah kamu! sebagian kamu

menjadi musuh bagi yang lain,

dan bagi kamu ada tempat

20 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

kediaman di bumi, dan

kesenangan hidup sampai waktu

yang ditentukan." Kemudian

Adam menerima beberapa

kalimat dari Tuhannya, maka

Allah menerima taubatnya.

Sesungguhnya Allah Maha

Penerima taubat lagi Maha

Penyayang” (Qs 2:35-37)

“Kemudian syaitan

membisikkan pikiran jahat

kepadanya, dengan berkata: "Hai

Adam, maukah saya tunjukkan

kepada kamu pohon khuldi dan

kerajaan yang tidak akan

binasa?" Maka keduanya

memakan dari buah pohon itu,

lalu nampaklah bagi keduanya

aurat-auratnya dan mulailah

keduanya menutupinya dengan

daun-daun (yang ada di) surga,

dan durhakalah Adam kepada

Tuhan dan sesatlah ia.

Kemudian Tuhannya memilihnya

maka Dia menerima taubatnya

dan memberinya petunjuk. Allah

berfirman: "Turunlah kamu

berdua dari surga bersama-

sama, sebagian kamu menjadi

musuh bagi sebagian yang lain.

Maka jika datang kepadamu

petunjuk daripada-Ku, lalu

barangsiapa yang mengikut

petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat

dan tidak akan celaka” (Qs

20:120-123).

Mengapa mengutip ayat

dalam Qur‟an? Pengutipan ayat

Qur‟an dimaksudkan sebagai

pembanding fakta bahwa manusia

pertama telah jatuh dalam dosa

dan kehilangan kemuliaan

(sebagaimana diakui dalam Torah

dan Qur‟an) sehingga tidak ada

alasan bagi Muslim yang kerap

menyangkal dosa asal dan

dampaknya yaitu kefanaan yang

menghinggapi umat manusia

semesta.

Sekalipun ada perbedaan

redaksional antara Torah (Kitab

Kejadian) dan Quran mengenai

siapa yang digoda dan nama buah

apa yang dimakan Adam dan

Hawa serta dimana Adam dan

Hawa tinggal saat terjadi

peristiwa kejatuhan dalam dosa

tersebut, namun kedua Kitab

menyepakati beberapa hal

berikut:

21 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

1. Adam dan Hawa berdosa

2. Adam dan Hawa

meminta pengampunan

Tuhan

3. Adam dan Hawa

menanggung hukuman

Tuhan

Penghapusan Dosa

Bagaimana Tuhan

YHWH mengatasi dosa yang

masuk dalam dunia dan merusak

hubungan manusia dengan Tuhan

dan alam semesta? Kejadian 3:15

menyatakan, “Aku akan

mengadakan permusuhan antara

engkau dan perempuan ini,

antara keturunanmu dan

keturunannya; keturunannya

akan meremukkan kepalamu, dan

engkau akan meremukkan

tumitnya."

Oleh para Bapa Gereja

(Church Fathers), ayat ini disebut

sebagai proto evangelium atau

Injil mula-mula, karena di

dalamnya dideklarasikan bahwa

keturunan manusia perempuan

yang jatuh, akan melahirkan

seorang anak yang akan

meremukkan kepala ular. Secara

teologis, ayat ini menunjuk pada

karya Mesias yang mengalahkan

maut sebagaimana dikatakan

dalam 1 Korintus 15:25-26,

”Karena Ia harus memegang

pemerintahan sebagai Raja

sampai Tuhan meletakkan semua

musuh-Nya di bawah kaki-Nya.

Musuh yang terakhir, yang

dibinasakan ialah maut”.

Namun Secara universal,

ayat ini merupakan suatu

wewenang yang diberikan kepada

orang-orang yang telah

mengalami penebusan di dalam

kematian dan kebangkitan Yesus

Sang Mesias sebagaimana

dikatakan oleh Rasul Paul dalam

Roma 16:20, “Semoga Tuhan,

sumber damai sejahtera, segera

akan menghancurkan Shatan di

bawah kakimu. Kasih karunia

Yesus, Junjungan Agung kita,

menyertai kamu!”. Dan juga

dikatakan dalam Wahyu 12:17,

“Maka marahlah naga itu kepada

perempuan itu, lalu pergi

memerangi keturunannya yang

lain, yang menuruti hukum-

hukum Tuhan dan memiliki

kesaksian Yahshua”. Tuhan

8

22 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Yahweh telah MENJANJIKAN

Penebus atas manusia yang

mengalami kutuk dosa yaitu

maut.

Dan manusia pertama

yang jatuh dalam dosa, telah

mengalami penebusan saat itu.

Darimana kita memperoleh fakta

ini? Kejadian 3:17 melaporkan,

“Dan YHWH Tuhan membuat

pakaian dari kulit binatang untuk

manusia dan untuk isterinya itu,

lalu mengenakannya kepada

mereka” (Kej 3:21). Kata

“pakaian dari kulit binatang” (Ibr:

katnot o‟r/Septuaginta: khitonas

dermatinous) menunjukkan

adanya suatu hewan yang

dikorbankan. Korban adalah

lambang penebusan yang kelak

akan dilakukan oleh Yesus Sang

Mesias. Kulit hewan yang telah

dikorbankan, dipakai menjadi

pakaian atau jubah yang

menutupi ketelanjangan manusia.

Qur‟an pun memberikan

konformasi mengenai

pengampunan Tuhan.

Redaksional Qs 2:37

mengatakan, “Kemudian Adam

menerima beberapa kalimat dari

Tuhannya, maka Allah menerima

taubatnya. Dan Qs 20:122,

“Kemudian Tuhannya

memilihnya maka Dia menerima

taubatnya dan memberinya

petunjuk”. Orang yang bertobat

artinya orang yang telah berdosa.

Adam dan Hawa telah mengawali

sebuah perbuatan berdosa.

Kalau manusia pertama

telah mengalami penebusan,

mengapa Tuhan YHWH masih

menjanjikan Penebus? Pertama,

penebusan dengan menggunakan

korban hewan hanyalah temporal

dan bayangan dari penebusan

sejati yang akan dilakukan oleh

Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4,

11-12). Kedua, umat manusia

akan bertambah banyak dan

bertambah banyak pulalah orang

yang mengalami kematian akibat

dosa. Maka Tuhan memberikan

Penebus sejati untuk mengatasi

dosa yang berujung pada maut,

yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka

yang menerima karya kematian

dan kebangkitan Yesus dari maut

untuk menghapus dosa, maka

23 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

beroleh penebusan dan kehidupan

kekal.

Sampai di sini, baik

Torah, Injil dan Qur‟an mulai

bersimpangan menjelaskan

mengenai Penebusan. Sejak

manusia pertama Adam dan

Hawa terjatuh dalam dosa, dan

setelah Tuhan YHWH

memberikan contoh mengenai

pengorbanan hewan sebagai

penghapus dosa, maka tradisi

pengorbanan hewan menjadi

sebuah kebiasaan di Timur

Tengah kuno. Bahkan Tuhan

YHWH mengatur secara detail

pengorbanan hewan tersebut

dalam Torah (Kitab Imamat).

Dalam perspektif iman

Kristen, pengorbanan hewan dan

penumpahan darah hewan adalah

bayangan dari wujud sejati yang

akan datang yaitu Mesias yang

telah dijanjikan dalam Kejadian

3:15. Kitab Ibrani 10:1-4

dikatakan: “Di dalam Torah

hanya terdapat bayangan saja

dari keselamatan yang akan

datang, dan bukan hakekat dari

keselamatan itu sendiri. Karena

itu dengan korban yang sama,

yang setiap tahun terus-menerus

dipersembahkan, Torah tidak

mungkin menyempurnakan

mereka yang datang mengambil

bagian di dalamnya. Sebab jika

hal itu mungkin, pasti orang tidak

mempersembahkan korban lagi,

sebab mereka yang melakukan

ibadah itu tidak sadar lagi akan

dosa setelah disucikan sekali

untuk selama-lamanya. Tetapi

justru oleh korban-korban itu

setiap tahun orang diperingatkan

akan adanya dosa. Sebab tidak

mungkin darah lembu jantan atau

darah domba jantan

menghapuskan dosa”.

Wujud sejati dari

bayangan yang akan dan sudah

datang itu adalah Yesus Sang

Mesias sebagaimana dikatakan

dalam Ibrani 10:10-14 berikut ini:

“Dan karena kehendak-Nya

inilah kita telah dikuduskan satu

kali untuk selama-lamanya oleh

persembahan tubuh Yesus Sang

Mesias. Selanjutnya setiap imam

melakukan tiap-tiap hari

pelayanannya dan berulang-

ulang mempersembahkan korban

24 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

yang sama, yang sama sekali

tidak dapat menghapuskan dosa.

Tetapi Ia, setelah

mempersembahkan hanya satu

korban saja karena dosa, Ia

duduk untuk selama-lamanya di

sebelah kanan Tuhan, dan

sekarang Ia hanya menantikan

saatnya, di mana musuh-musuh-

Nya akan dijadikan tumpuan

kaki-Nya. Sebab oleh satu korban

saja Ia telah menyempurnakan

untuk selama-lamanya mereka

yang Ia kuduskan”

Pernyataan dalam Kitab

Ibrani tersebut menggemakan

sabda Yesus Sang Mesias dalam

kesadaran dirinya yang

mengemban tugas sebagai

Mesias, Anak Tuhan yang

menyerahkan dirinya untuk

menghapus kutuk dosa seluruh

umat manusia yaitu maut

sebagaimana dikatakan: “Dan

ketika mereka sedang makan,

Yesus mengambil roti, mengucap

berkat, memecah-mecahkannya

lalu memberikannya kepada

murid-murid-Nya dan berkata:

"Ambillah, makanlah, inilah

tubuh-Ku." Sesudah itu Ia

mengambil cawan, mengucap

syukur lalu memberikannya

kepada mereka dan berkata:

"Minumlah, kamu semua, dari

cawan ini. Sebab inilah darah-

Ku, darah perjanjian, yang

ditumpahkan bagi banyak orang

untuk pengampunan dosa” (Mat

26:26-28).

Sabda Yesus di atas

menepis dugaan dan tuduhan

bahwa ajaran penghapusan dosa

(ini istilah yang lebih tepat

tinimbang penebusan dosa) tidak

berasal dari Yesus Sang Mesias

melainkan dogma Gereja atau

penafsiran murid-murid Yesus

belakangan. Ajaran mengenai

penghapusan dosa dan penebusan

kutuk dosa yaitu maut berasal

dari sabda Yesus itu sendiri dan

memiliki latar belakang dalam

Torah mengenai kejatuhan

manusia.

Barangsiapa percaya dan

menerima Yesus Sang Mesias,

Putra Tuhan, Sang Firman yang

nuzul dan menjadi manusia (Yoh

1:14) maka mereka akan

dibebaskan dari maut

25 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

sebagaimana disabdakan Yesus

sbb: “Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya barangsiapa

mendengar perkataan-Ku dan

percaya kepada Dia yang

mengutus Aku, ia mempunyai

hidup yang kekal dan tidak turut

dihukum, sebab ia sudah pindah

dari dalam maut ke dalam

hidup. Aku berkata kepadamu:

Sesungguhnya saatnya akan tiba

dan sudah tiba, bahwa orang-

orang mati akan mendengar

suara Anak Tuhan, dan mereka

yang mendengarnya, akan hidup.

Sebab sama seperti Bapa

mempunyai hidup dalam diri-Nya

sendiri, demikian juga diberikan-

Nya Anak mempunyai hidup

dalam diri-Nya sendiri” (Yoh

5:24-26).

Tidak ada satupun

manusia yang dapat

membebaskan dirinya dari kutuk

dosa yaitu maut. Semua manusia

bahkan bayi sekalipun yang

belum tahu berbuat dosa

perbuatan mewarisi kutuk dosa

yaitu maut. Semua manusia

berpotensi mengalami maut.

Maut tidak bisa diatasi

dengan perbuatan baik, ibadah,

kesalehan, sedekah dll. Maut

hanya bisa dibebaskan oleh

Tuhan sendiri Sang Pemiliki

Kehidupan. Dengan cara apa?

Dengan cara mengutus Putra-

Nya, Sang Firman menjadi

manusia untuk membebaskan dari

kutuk dosa yaitu maut

sebagaimana dikatakan: “Karena

begitu besar kasih Tuhan akan

dunia ini, sehingga Ia telah

mengaruniakan Anak-Nya yang

tunggal, supaya setiap orang

yang percaya kepada-Nya tidak

binasa, melainkan beroleh hidup

yang kekal” (Yoh 3:16).

Pertanyaannya, jika orang

yang menerima Yesus Sang

Mesias sebagai Anak Tuhan

diyakini akan terbebas dari

maut/kematian, namun faktanya

sampai hari ini orang-orang

Kristen/Nasrani masih

mengalami kematian? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut,

kita simak sabda Yesus sbb:

“Jawab Yesus: „Akulah

kebangkitan dan hidup;

barangsiapa percaya kepada-Ku,

26 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

ia akan hidup walaupun ia

sudah mati” (Yoh 11:25)

Kematian fisik adalah

pintu mengalami kehidupan

sejati, kehidupan kekal

sebagaimana dijanjikan Yesus

Sang Mesias. Kehidupan kekal

milik Tuhan YHWH telah

dilimpahkan pula kepada Putra-

Nya yaitu Yesus Sang Mesias

sebagaimana sabda Yesus,

“Sebab sama seperti Bapa

mempunyai hidup dalam diri-

Nya sendiri, demikian juga

diberikan-Nya Anak mempunyai

hidup dalam diri-Nya sendiri”

(Yoh 5:26)

Pengampunan Dosa Akibat

Ketidaksempurnaan Manusia

Apakah manusia yang

telah mengalami penghapusan

dosa dan penebusan dari kutuk

dosa melalui keimanan kepada

karya pengorbanan Yesus Sang

Mesias dan Juruslamat, lalu

kemudian tidak bisa berbuat dosa

kembali dan menjadi sempurna?

Tidak! Manusia yang telah

mengalami penebusan kutuk dosa

memang telah dijadikan manusia

baru dan diberikan Roh Kudus

yang akan menuntun dia selalu

dalam jalan yang benar

sebagaimana konsekwensi

kehidupan baru sebagaimana

dikatakan Rasul Paul sbb: “Dan

Mesias telah mati untuk semua

orang, supaya mereka yang

hidup, tidak lagi hidup untuk

dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,

yang telah mati dan telah

dibangkitkan untuk mereka.

Sebab itu kami tidak lagi menilai

seorang juga pun menurut

ukuran manusia. Dan jika kami

pernah menilai Mesias menurut

ukuran manusia, sekarang kami

tidak lagi menilai-Nya demikian.

Jadi siapa yang ada di dalam

Mesias, ia adalah ciptaan baru:

yang lama sudah berlalu,

sesungguhnya yang baru sudah

datang” (2 Kor 5:15-17).

Namun demikian,

manusia tetap berpotensi berbuat

kesalahan dan pelanggaran. Oleh

karenanya Yesus mengajarkan

Doa Bapa Kami dimana salah

satu frasa berbunyi, “Ampunilah

kami akan kesalahan kami,

sebagaimana kami mengampuni

orang yang bersalah kepada

kami” (Mat 6:12)

27 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

Kiranya kajian singkat ini

memberikan pembukaan

wawasan sekaligus pintu hidayah

untuk mengenai Yesus Sang

Mesias yang adalah Jalan,

Kebenaran dan Hidup

sebagaimana disabdakan Yesus

sbb: "Akulah jalan dan

kebenaran dan hidup. Tidak ada

seorang pun yang datang kepada

Bapa, kalau tidak melalui Aku”

(Yoh 14:6).

28 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang

didirikan dengan maksud dan tujuan sbb:

1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai

akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam

Pokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan

(Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)

2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar

Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi

3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci

dengan pola pikir Ibrani

4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya

terhadap Kekristenan masa kini

5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal

dengan kebudayaan Semitik

6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity

29 | B u l e t i n I J I V o l 3 / A p r i l 2 0 1 5

7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual

bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya

Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM).

Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012

lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi

dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika

Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.

Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya

adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan

pembelajaran anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)

Email: [email protected]

Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)

Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)

Donasi dan Informasi: 081327274269