Apa yang sudah dilakukan dunia dan
negara terhadap nasib wanita
“Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Woment , yang di singkat CEDAW ( Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan )
konvensi pemberantasan perdagangan manusia dan eksploitasi prostitusi (1949), Konvensi 100 ILO tentang persamaan pendapat (1951), Konvensi tentang hak politik perempuan (1952),konvensi mengenai kewarganegaraan perempuan yang menikah (1957), Deklarasi perlindungan perempuan dan anak-anak dalam situasi darurat dan konflik bersenjata (1974), ICPD di Kairo dengan focus kesehatan reproduksi perempuan (1994), Beijing platform untuk melihat perkembangan isu perempuan di berbagai bidang misalnya : kesehatan, kemiskinan, media, di wilayah konflik dan lainnya (1995), deklarasi tentang tujuan pembangunan milenia (MDGs) yang antara lain menyepakati nilai kesetaraan gender guna mencapainya (2000), serta Resolusi 1325 dari dewan keamanan PBB tentang dampak konflik bagi perempuan, tentang perlindungan perempuan dan anak di wilayah konflik dan apa yang dilakukan untuk mewujudkan perdamaian (2000)
Wanita mampu memberikan pengaruh kepada dunia baik
ketika berada didepan kendali (sebagai pemimpin) maupun
ketika berada dibalik kendali orang lain.
Walaupun belum bisa berkontribusi kepada dunia,
setidaknya wanita Indonesia mampu memberikan
kontribusinya kepada negara Indonesia dimulai dari
lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga dan masyarakat.
Pluralisme di Indonesia
Indonesia memiliki 13487 pulau (total 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni) yang tersebar dari Sabang hingga Marauke; 740 suku bangsa/etnis; 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa daerah induk; 6 agama dan beberapa agama dan kepercayaan lainnya dengan luas total wilayah :1,904,569 km2 dan 237.556.363 jumlah penduduk berdasarkan data sensus 2010 .
Keberagaman dan perbedaan tersebut bukan hanya melahirkan sebuah kerjasama positif namun juga bisa melahirkan suatu konflik. Konflik yang dipicu oleh keberagaman tersebut akhir-akhir ini sering menjangkiti masyarakat Indonesia di beberapa kawasan.
BIBIT-BIBIT PEMICU KETEGANGAN ANTAR
AGAMA
Ketimpangan sosial yang cukup jauh sehingga mudah
memicu konflik salah satunya dengan mengatas-namakan
agama
Cara pandang secara mayoritas dan minoritas
Terjadinya Ketimpangan Dalam memperlakukan agama
Tertentu
Kurang pemahaman terhadap agama yang berujung pada
fanatik sempit
Bhagawad Gita 14.11
Perwujudan-perwujudan sifat kebaikan dapat dialami bila
pintu gerbang badan diterangi oleh pengetahuan.
Bhagawad Gita 14.13
Bila sifat kebodohan meningkat, terwujudlah kegelapan,
malas-malasan, keadaan gila dan khayalan, wahai putera
kuru
MASALAH-MASALAH KARENA INDONESIA YANG PLURAL INILAH
YANG SERING TERJADI DI INDONESIA
Perempuan dalam kerukunan umat
beragama
Perempuan menjadi pihak pertama dalam terbukanya
relasi sosial dalam masyarakat
Perempuan sangat signifikan dalam memberikan
pemahaman dan pendidikan kepada anak-anak, anggota
keluarga tentang pentingnya kerukunan umat beragama
Perempuaan menempati posisi dalam mensupport pada
orang terdekat tentang sebuah hidup berdampingan
Peran wanita (dalam Hindu) dalam relasi
sosial masyarakat, dalam keluarga
„strī hi brahmā babhsvitha‟- seorang perempuan sesungguhnya seorang sarjana, cerdas dan mampu mengajar (Ṛgveda VIII.33.19)
“Seorang gadis hendaknya suci, berbudi luhur dan berpengetahuan tinggi” (Atharvaveda XI.1.27)
“Wanita adalah pengawas keluarga, dia cemerlang, dia mengatur yang lain-lain dan dia sendiri yang taat kepada aturan-aturan, dia adalah aset keluarga sekaligus yang menopang (kesejahteraan) keluarga” (Yajurveda XIV.22)
Yajurveda, XIV. 21 disebutkan bahwa “Oh perempuan engkau adalah perintis, cemerlang, pendukung yang memberi makan dan menjalankan aturan-aturan seperti bumi. Kami memiliki engkau di dalam keluarga untuk usia panjang, kecemerlangan, kemakmuran, kesuburan pertanian, dan kesejahteraan.”
“Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19)
Peran wanita (dalam Hindu) dalam relasi
sosial masyarakat, dalam keluarga
“Demikianlah Ibu, dalam kasih sayang kepada anaknya
sama rata, sebab baik anaknya mampu atau tidak mampu,
yang baik budi pekertinya atau yang tidak baik, yang miskin
atau kaya, anak-anaknya itu semua dicintai dan dijaganya,
diasuhnya mereka itu, tidak ada yang melebih kecintaan
ibu dalam mencintai dan mengasuh anak-anaknya’
(Sarasamuccaya 245).
Konsep Kerukunan Beragaman dalam
Hindu
Bhagawad Gita 4.11
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai
Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan
Atharvaveda XII.1.4 5
Bumi pertiwi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga,
semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda dan
yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda, Semoga ia
melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan
diantara anda seperti seekor sapi betina (kepada anak-anaknya)
Konsep Kerukunan Beragaman dalam
Hindu
Twat Twam Asih
Inilah hakekat dari cinta kasih, yaitu memahami dan mengidentifikasi orang lain
sebagai dirinya (Tat Tvam Asi). Tumbuhnya cinta kasih inilah yang menjadi nilai
kedua “pluralitas” Hindu, yaitu Metri, yang dimaknai sebagai cinta kasih yang
tulus kepada makhluk (orang) lain. Dalam konteks kerukunan beragama, Metri
berarti sikap menghormati dan menghargai keyakinan dan pilihan iman orang
lain.
Konsep Tri Hita Karana
tri yang berarti tiga, hita berarti kebahagiaan, dan karana yang berarti sebab
atau yang menyebabkan, dapat dimaknai sebagai tiga hubungan yang harmonis
yang menyebabkan kebahagian. 1. Hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2. Hubungan yang harmonis antara
manusia dengan sesamanya, dan 3. Hubungan yang harmonis antara manusia
dengan lingkungannya.
Top Related