Peningkatan Motivasi Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di SDN

24
Peningkatan Motivasi Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di SDN Lenteng Agung 02 Petang Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Belajar dan pembelajaran Penulis: Ayu Nyndia H. (1101045375) Erni Handayani (1101045407) Evi Intan N. (1101045408) Moh. Aulia Akbar (1101045450) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 1

Transcript of Peningkatan Motivasi Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di SDN

Peningkatan Motivasi Sebagai Upaya MengatasiKesulitan Belajar Siswa di SDN Lenteng Agung

02 Petang

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah

Belajar dan pembelajaran

Penulis:

Ayu Nyndia H. (1101045375)

Erni Handayani (1101045407)

Evi Intan N. (1101045408)

Moh. Aulia Akbar (1101045450)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

1

JAKARTA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pendidikan merupakan pimpinan yang diberikan

dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak – anak,

dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna

bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Ngalim Purwanto,

1987: 11).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional

adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasilan dan UUD

Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan zaman”.

2

Pendidikan tidak pernah bias lepas dari kehidupan

ini, karena proses pendidikan sangat menentukkan

kemajuan dari setiap Negara yang mengaturnya.

Permasalahan dalam pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama.

Permasalahan yang dapat ditemukan dalam pendidikan

khususnya lingkungan sekolah yaitu dapat dilihat dari

siswa, guru dan system yang ada di sekolah tersebut.

Siswa yang terkadang mengalami kesulitan belajar, guru

yang harus kreatif dalam pemenuhan kebutuhan siswa,

ataupun sekolah yang mengatur dari segala aspek demi

tercapainya tujuan pendidikan Indonesia.

Kesulitan belajar siswa kerap kali menjadi masalah

bagi guru, bahkan keluarga. Biasanya faktor kesulitan

belajar yaitu, faktor internal meliputi fisiologi, dan

psikologi, kemudian kedua faktor eksternal meliputi

faktor sosial, dan non-sosial.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kesulitan belajar, dengan pengajaran perbaikan,

kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi, pengembangan

sikap dan kebiasaan belajar yang baik, kemudian dengan

layanan konseling individual.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-

permasalahan yang muncul sebagai berikut.

3

1. Bagaiamana cara mengungkapkan kesulitan belajar

siswa?

2. Apakah dengan pengajaran perbaikan dapat

mengatasi kesulitan belajar?

3. Apakah dengan kegiatan pengayaan dapat

mengatasi kesulitan belajar?

4. Apakah dengan peningkatan motivasi dapat

mengatasi kesulitan belajar?

5. Apakah dengan pengembangan sikap dan kebiasaan

belajar yang baik dapat mengatasi kesulitan

belajar?

6. Apakah dengan konseling individu dapat

mengatasi kesulitan belajar?

7. Apakah dengan pengajaran perbaikan dapat

meningkatkan nilai sebagai hasil belajar?

8. Apakah dengan kegiatan pengayaan dapat

meningkatkan nilai sebagai hasil belajar?

9. Apakah dengan peningkatan motivasi dapat

meningkatkan nilai sebagai hasil belajar?

10. Apakah dengan konseling individu dapat

meningkatkan nilai sebagai hasil belajar?

1.3 Pembatasan Masalah

4

Agar penelitian dan pembahasan penelitian dapat

dilakukan lebih cermat, permasalahan penelitianpun kami

batasi menjadi.

1. Peningkatan motivasi dapat mengatasi kesulitan

belajar.

2. Dengan peningkatan motivasi dapat meningkatkan

nilai sebagai hasil belajar.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan

batasan masalah di atas, perumusan permasalahan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah peningkatan motivasi dapat mengatasi

kesulitan belajar?

2. Apakah dengan peningkatan motivasi dapat

meningkatkan nilai sebagai hasil belajar?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan motivasi

terhadap mengatasi kesulitan belajar

2. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan motivasi

terhadap peningkatan nilai sebagai hasil

belajar.

5

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang

menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana

mestinya (Dalyono, 1997:229).

Definisi lain tentang kesulitan belajar yaitu

kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran

di sekolah. (Sabri, 1995 : 88)

Menurut Burton, siswa diduga mengalami kesulitan

belajar, apabila siswa tidak dapat mencapai ukuran

tingkat keberhasilan belajar dalam waktu tertentu,

siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan

dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi.

(Makmun, 1996 : 207)

Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak

selamanya dapat berlangsung secara wajar. Siswa yang

mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga ia

akan malas belajar, serta tidak dapat menguasai materi,

menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang

diberikan oleh guru, penurunan nilai belajar dan

prestasi rendah.

2.2 Faktor – Faktor Kesulitan Belajar

6

` Faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di

sekolah itu banyak dan beragam. Apabila dikaitkan

dengan faktor-faktor yang berperan dalam belajar,

penyebab kesulitan belajar tersebut dapat kita

kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan

faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor

eksternal).

2.2.1Faktor Internal.

a. Fisiologi

Seorang anak yang sakit atau kurang sehat

akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf

sensorik dan motoriknya lemah akibatnya

rangsangan yang diterima melalui indranya tidak

dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat

akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah

lelah, pusing, mengantuk,daya konsentrasinya

berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar.

Ahmad Thanthowi (1991 : 106) mengatakan:

“Karena sakit-sakitan, maka menjadi sering

meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam upaya

belajar di rumah frekuensi belajar dapat menjadi

menurun. Maka badan yang sehat dan segar amat

berpengaruh bagi tercapainya sukses belajar.”

b. Psikologi

7

Belajar memerlukan kesiapan rohani dan

kesiapan mental yang baik, dan yang termasuk

dalam faktor psikologi adalah:

Inteligensi

Menurut David Wechsler, Intelegensi

adalah:Kemampuan individu untuk berfikir

dan bertindak secara terarah, serta

mengolah dan menguasai lingkungan secara

efektif (Sarwono, 1991 : 71).

Faktor ini besar sekali pengaruhnya

terhadap kemajuan belajar anak. Bila

intelegensi seseorang memang rendah dan ia

tidak mendapat bantuan dari pendidik dan

orang tuanya, maka usaha dan jerih payahnya

dalam belajar akan memperoleh hasil yang

kurang baik atau mungkin tidak akan

berhasil.

Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan

dasar yang dibawa sejak lahir (Ahmadi dan

Supriyono 2008 : 82). Setiap individu

memiliki bakat yang berbeda. Seseorang

berbakat dimusik muyngkin di bidang lain

ketinggalan.

Setiap individu memiliki bakat yang

berbeda-beda dan seseorang akan mempelajari

8

sesuatu sesuai dengan bakat yang

dimilikinya. Apabila seorang anak

mempelajari suatu bidang studi yang

bertentangan dengan bakatnya, maka ia akan

merasa bosan dan cepat putus asa.

Minat

Seorang anak yang tidak memiliki minat

terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan

kesulitan belajar. Minat yang timbul dari

kebutuhan belajar siswa, akan menjadi

pendorong dalam melaksanakan belajar.

“Ada tiga komponen yang harus dimiliki

anak, agar dirinya dapat melakukan kegiatan

proses belajar yaitu: Minat, Perhatian,

Motivasi. (Surya, 2003 : 6)

Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam

proses belajar. ’Motivasi berfungsi

menimbulkan, mendasari dan mengarahkan

perbuatan belajar’ (Ahmadi dan Supriyono,

2008 : 82).

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya

dalam mencapai tujuan sehingga semakin

besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya.

Kesehatan Mental

9

Dalam belajar tidak hanya menuyangkut

segi intelektual, tetapi juga menyangkut

segi kesehatan mental dan emosional.

Hubungan kesehatan mental dengan belajar

adalah timbal balik. Kesehatan mental dan

ketenangan emosi akan menimbulkan hasil

belajar yang baik demikian juga belajar

yang selalu sukses akan membawa harga diri

seseorang (Ahmadi dan Supriyono, 2008 :

84). Bila harga diri tumbuh merupakan

factor adanya kesehatan mental.

2.2.2Faktor Eksternal

a. Orang Tua

Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan

pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor

penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang

tua memiliki peranan penting dalam rangka

mendidik anaknya,karena pandangan hidup, sifat

dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal

dari kedua orang tuanya.

Cara Mendidik

Orang tua yang tidak /kurang

memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin

acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar

anak-anaknya, akan menjadi penyebab

kesulitan belajarnya.

10

Orang tua yang besifat kejam, otoriter,

akan menimbulkan mental yang tidak sehat

bagi anak. Hal ini akan berakibat anak

tidak senang dirumah, ia pergi mencari

teman sebayanya, hingga lupa belajar.

Hubungan Orang Tua dan Anak

Hubungan orang tua dan anak sering

dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam

menentukan kemajuan belajar anak.

Yang dimaksud hubungan adalah kasih

sayang penuh perhatian, atau kebencian,

sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan

lain-lain (Ahmadi dan Supriyono, 2008 :

86). Kurangnya kasih sayang akan

menimbulkan emosional insecurity. Demikian

juga sikap keras, kejam. Acuh tak acuh akan

menyebabkan hal yang serupa.

Suasana Rumah

Suasana rumah yang sangat ramai atau

gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat

belajar dengan baik. Anak akan selalu

terganggu konsentrasinya, sehingga sukar

belajar.

Demikian juga suasana rumah yang selalu

tegang selalu banyak pertengkaran diantara

keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara

11

ayah dan ibu selalu bertengkar atau selalu

membisu akan mewarnai suasana keluarga yang

melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.

Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi digolongkan dalam:

- Ekonomi yang kurang atau miskin 

keadaan ini akan menimbulkan kurangnya

alat-alat belajar, kurangnya biaya dan

anak tidak mempunyai tempat belajar yang

baik. Ketiga hal tersebut akan menjadi

penghambat bagi anak untuk dapat belajar

dengan baik dan hal tersebut juga dapat

menghambat kemajuan belajar anak.

- Ekonomi yang berlebihan (kaya).

Keadaan ini sebaiknya dari keadaan yang

pertama, yaitu ekonomi keluarga yang

melimpah ruah. Mereka akan menjadi malas

belajar karena ia terlalu banyak

bersenang-senang mungkin orang tua tidak

tahan melihat anaknya belajar dengan

bersusah payah keadaan seperti ini akan

dapat menghambat kemajuan belajar.

b. Faktor Sekolah

Guru

12

Guru dapat menjadi penyebab kesulitan

belajar apabila:

a. Guru tidak kualified, baik dalam

pengambilan metode yang digunakan

dalam mata pelajaran yang dipegangnya.

b. Hubungan guru kurang baik dengan

murid.

c. Guru – guru menuntut standar

pelajaran di atas kemampuan anak –

anaknya.

d. Guru tidak memliki kemampuan untuk

mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

Alat Pelajaran

Alat pelajaran yang kurang lengkap

membuat penyajian pelajaran tidak baik.

Terutama pelajaran yang bersifat praktikum,

kurangnya alat laboratorium akan banyak

menimbulkan kesulitan dalam belajar.

Kondisi Gedung

Apabila gedung sekolah dekat dengan

keramaian, ruangan gelap dan sempit maka

situasi belajar akan kurang baik karena

sangat mengganggu konsentrasi sehingga

kegiatan belajar terhambat. Dalam belajar

dibutuhkan konsentrasi penuh sehingga siswa

13

akan dengan mudah dalam memahami pelajaran

yang sedang dibahas.

Kurikulum

Kurikulum dapat dikatakan kurang baik

apabila bahan/materinya terlalu tinggi dan

pembagian bahan/materi tidak seimbang.

“Kurikulum yang baik dan seimbang.

Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan

masyarakat dikatakan kurikulum itu baik dan

seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu

mengembangkan segala segi kepribadian

siswa. Di samping kebutuhan siswa sebagai

anggota masyarakat.”(Slameto, 2003 : 93)

Waktu Sekolah dan Disiplin Kurang

Waktu yang baik untuk belajar adalah

pagi hari, karena kondisi anak masih dalam

keadaan yang optimal untuk dapat menerima

atau menyerap pelajaran. Apabila sekolah

masuk siang atau sore kondisi siswa sudah

tidak optimal lagi untuk menyerap

pelajaran, karena energi mereka sudah

berkurang. Selain itu pelaksanaan disiplin

yang kurang juga dapat menjadi penghambat

dalam proses belajar mengajar.

2.3 Motivasi

14

Sebagai salah satu komponen pembelajaran yang

terpenting, motivasi juga merupakan salah satu yang

paling sulit untuk diukur. Apa yang membuat siswa

ingin belajar? Kesediaan mengerahkan upaya untuk

belajar adalah produk dari banyak faktor, yang berkisar

dari kepribadian dan kemampuan guru hingga

karakteristik tugas pembelajaran tertentu, intensif

untuk belajar, suasana, dan perilaku guru.

Motivasi merupakan proses internal yang

mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku

dari waktu ke waktu (Robert E. Slavin, 2009:105). Dalam

bahasa sederhana motivasi adalah sesuatu yang

menyebabkan Anda berjalan, membuat Anda tetap berjalan,

dan menentukan ke mana Anda berusaha berjalan.

Motivasi untuk melakukan sesuatu dapat terjadi

dalam banyak cara (Stipek, 2002:106) Motivasi dapat

merupakan karakteristik kepribadian, orang-orang dapat

mempunyai minat yang abadi dan stabil untuk

berpartisipasi ke dalam kategori kegiatan yang begitu

luas seperti pendidikan, olahraga, atau kegiatan

sosial.

2.4 Motivasi dan Kebutuhan Manusia

Hierarki kebutuhan maslow, mengingat bahwa orang

mempunyai banyak kebutuhan. Konsep penting yang

diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan

15

kekurangan (deficiency needs) dan kebutuhan pertumbuhan

(growth needs). Kebutuhan kekurangan (fisiologi,

keselamatan, cinta dan harga diri) adalah kebutuhan

yang penting bagi kesejahteraan fisik dan psikologi.

Kebutuhan ini harus dipuaskan, tetapi begitu sudah

terpuaskan, motivasi orang untuk memuaskan orang

hilang. Sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan, seperti

kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, untuk

menghargai keindahan, atau untuk bertumbuh dan

berkembang dengan dihargai orang lain, tidak pernah

dapat dipuaskan seluruhnya. Bahkan, makin sanggup orang

memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami

dunia di keliling mereka, motivasi mereka mungkin akan

menjadi makin besar untuk mempelajari lebih banyak

lagi.

Pentingnya teori Maslow bagi pendidikan terdapat

dalam hubungan antara kebutuhan kekurangan dan

kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan kekurangan yang

terpenting adalah kebutuhan akan cinta dan harga diri.

Siswa yang tidak merasa bahwa mereka dicintai dan bahwa

mereka tidak mamputidak akan mungkin mempunyai motivasi

yang kuat untuk mencapai sasaran pertumbuhan tingkat

lebih tinggi, seperti pencairan pengetahuan dan

pemahaman pada dirinya atau kreatifitas dan keterbukaan

pada gagasan baru yang merupakan karakteristik orang

yang mengaktualisasikan diri. Guru yang dapat

16

menenangkan siswa dan membuat mereka merasa diterima

dan dihormati sebagai individu mempunyai kemungkinan

yang lebih besar untuk membantu mereka gemar belajar

demi pembelajaran dan bersedia mengambil risiko

bersikap kreatif dan terbuka terhadap gagasan baru.

Apabila siswa ingin menjadi pelajar yang menentukan

arahnya sendiri, mereka harus percaya bahwa guru akan

menanggapi mereka dengan adil dan konsisten dan bahwa

mereka tidak akan ditertawakan atau dihukum karena

kesalahan yang jujur.

2.5 Hipotesis

Beradasarkan kajian teori di atas, kami memiliki

hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Peningkatan motivasi dapat mengatasi kesulitan

belajar.

2. Peningkatan motivasi dapat meningkatkan nilai

sebagai hasil suatu belajar.

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah

metode deskriptif, dengan tujuan untuk

mendeskripsikan apakah peningkatan motivasi dapat

mengatasi kesulitan belajar di Sekolah Dasar

Negeri Lenteng Agung 02 Petang.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru di

SDN Lenteng Agung 02 Petang Jakarta Selatan.

3.2.2Sampel Penelitian

Karena kurang cukupnya waktu bagi peneliti,

maka kami menggunakan teknik purposive sample.

Dari banyaknya guru di SDN Lenteng Agung 02

Petang, kami hanya mengambil fokus kepada guru

wali kelas.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

instrument atau alat penghimpun data yaitu angket

atau kuesioner. Kuesioner dilakukan untuk

memperoleh data dari guru wali kelas terhadap

peningkatan motivasi sebagai upaya mengatasi

kesulitan belajar.

18

3.4 Analisis Data

Penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan

analisis kualitatif hal ini agar memudahkan

pengolahan data untuk membuktikan kebenaran

hipotesis.

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Lenteng Agung 02

Petang Jakarta Selatan pada tanggal 20 Juni 2013.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini kami akan memberikan data hasil

pemberian angket kepada wali kelas yang kami jadikan

sasaran dalam penelitian ini untuk pembuktian hipotesis

kami.

Berikut adalah bentuk angket yang kami berikan

kepada wali kelas.

1. Apakah di kelas anda terdapat siswa yang mengalami

kesulitan belajar?

a) Ada

b) Tidak ada

19

(jika anda memilih Tidak ada, maka langsung

mengisi poin 8)

2. Jika ada, biasanya faktor apa yang menyebabkan

siswa kesulitan belajar?

a) Eksternal

b) Internal

3. Bagaimana cara mengatasi siswa yang mengalami

kesulitan belajar?

a) Konseling individu

b) Peningkatan motivasi belajar

(jika anda memilih a maka dilanjutkan dengan

menjawab poin 5 dan 7. Jika memilih b maka

dilanjutkan dengan menjawab poin 4 dan 6)

4. Jika menggunakan peningkatan motivasi, faktor

apakah yang dapat diatasi?

a) Faktor eksternal

b) Faktor internal

c) Keduanya

20

5. Jika menggunakan konseling individu, faktor apakah

yang dapat diatasi?

a) Faktor eksternal

b) Faktor internal

c) Keduanya

6. Apakah dengan peningkatan motivasi dapat

meningkatkan nilai siswa?

a) Ya

b) Tidak

7. Apakah dengan konseling individu dapat

meningkatkan nilai siswa?

a) Ya

b) Tidak

8. Jika tidak ada siswa yang mengalami kesulitan

belajar, apa yang anda sampaikan kepada siswa?

Berikut ini adalah tabel jawaban dari hasil

pemberian angket.

NO Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P71 Siti Asiah A A A __ C __ A2 Yayah Rodiah A B A __ C __ A

21

3 Juriah A B B B __ A __4 Asmat A A A __ A __ A5 Abdul Manap A A B A __ A __6 Tohirili Fail A B B B __ A __7 Yuniar Istisari A A B C __ A __8 Kurnia Hidayat A B B C __ A __9 Mulniarti A B B C __ A __10 Lidiati A B A __ C __ A11 Arsyah A A B B __ A __

Keterangan:

P : Pertanyaan dalam angket

A, B dan C : merupakan jawaban dalam angket

Pertanyaan poin delapan tidak kami masukkan dalam tabel

karena jawaban dari poin delapan adalah uraian, dan

karena dari semua guru mengatakan terdapat siswa

kesullitan dalam belajar jadi poin 8 tidak terbahas.

Berdasarkan hasil angket, dapat dilihat bahwa

semua guru yang mengisi angket mengatakan “Ada” pada

pertanyaan poin pertama, yaitu adakah siswa yang

mengalami kesulitan belajar di kelasnya. Sebanyak 4

guru mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

dengan menggunakan konseling individu, dan 7 orang guru

yang menggunakan peningkatan motivasi sebagai upaya

mengatasi kesulitan belajar siswa.

22

Dari 4 guru yang menggunakan konseling individu

terdapat 3 orang guru yang mengatakan konseling

individu dapat mengatasi faktor eksternal maupun

internal, dan 1 orang guru mengatakan hanya dapat

mengatasi faktor eksternal saja. Dan dari 7 orang guru

yang memilih peningkatan motivasi sebagai cara

mengatasi kesulitan belajar siswa terdapat 3 orang guru

yang mengatakan peningkatan motivasi hanya mengatasi

faktor internal, 1 orang mengatakan faktor eksternal

saja dan 3 orang lainnya mengatakan kedua faktor

tersebut dapat diatasi.

Kemudian dari 4 orang yang memilih kenseling

individu sebagai cara mengatasi kesulitan belajar

semuanya mengatakan hal tersebut dapat meningkatkan

nilai siswa begitupun dengan 7 guru yang memilih

peningkatan motivasi mengatakan hal tersebut dapat

meningkatkan nilai siswa.

23

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya maka kami menarik kesimpulan, bahwa:

1. Peningkatan motivasi dapat mengatasi kesulitan

belajar.

2. Peningkatan motivasi dapat meningkatkan nilai

sebagai hasil suatu belajar.

5.2 Saran

Kami peneliti berharap penulisan ini dapat

bermanfaat dan perlu ada kritik dan saran terhadap

penulisan penelitian kami agar kami mengetahui

kekurangan dan dapat memperbaiki segala kesalahan

dalam pembuatan karya tulis ini.

24