PENGUKURAN (ASSESSMENT) DAN PENILAIAN (EVALUATION) HASIL BELAJAR

40
PENGUKURAN (ASSESSMENT) DAN PENILAIAN (EVALUATION) HASIL BELAJAR I. PENDAHULUAN Menurut Fenton (1996), asesmen (assessment) atau pengukuran hasil belajar ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan keputusan. Sedangkan penilaian atau evaluasi (evaluation) ialah aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap data asesmen, yaitu untuk menghasilkan keputusan (judgments) tentang besarnya dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1]. Asesmen hasil belajar mahasiswa merupakan satu kesatuan atau bagian dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak diukur hasil pembelajarannya. Kata asesmen berasal dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Dalam konteks pendidikan, hal ini meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi mengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa secara individual. Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah “menjadikan mahasiswa itu belajar”, belumlah dapat dikatakan sebagai “mengajar”. Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya seorang pengajar hendaknya peduli (concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa secara individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik, dan sudah puas apabila ada satu atau dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, meskipun lebih dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan dosen “killer”, dan merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya paling sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen imenggunakan dirinya sendiri sebagai standar pengukuran kemampuan mahasiswa, bukannya standar yang dirumuskan dalam tujuan (Tujuan Instruksional Umum dan Khusus), sehingga mahasiswa yang tidak 1

Transcript of PENGUKURAN (ASSESSMENT) DAN PENILAIAN (EVALUATION) HASIL BELAJAR

PENGUKURAN (ASSESSMENT) DAN PENILAIAN (EVALUATION)HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN

Menurut Fenton (1996), asesmen (assessment) atau pengukuran hasilbelajar ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapatdipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan keputusan.Sedangkan penilaian atau evaluasi (evaluation) ialah aplikasisuatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap dataasesmen, yaitu untuk menghasilkan keputusan (judgments) tentangbesarnya dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1].Asesmen hasil belajar mahasiswa merupakan satu kesatuan ataubagian dari pembelajaran. Apalah artinya suatu prosespembelajaran apabila tidak diukur hasil pembelajarannya. Kataasesmen berasal dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Dalamkonteks pendidikan, hal ini meliputi kegiatan mengobservasibelajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan,merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasimengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagaibagian dari proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahamandan kemajuan mahasiswa secara individual. Mengajar tanpamengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah “menjadikanmahasiswa itu belajar”, belumlah dapat dikatakan sebagai“mengajar”.

Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok ataukelas, tetapi seyogianya seorang pengajar hendaknya peduli(concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswasecara individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudahmengajar dengan baik, dan sudah puas apabila ada satu atau duamahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, meskipun lebih dari80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zamandulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakandosen “killer”, dan merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwamata kuliahnya paling sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosenimenggunakan dirinya sendiri sebagai standar pengukuran kemampuanmahasiswa, bukannya standar yang dirumuskan dalam tujuan (TujuanInstruksional Umum dan Khusus), sehingga mahasiswa yang tidak

1

lulus dianggap bodoh atau malas. Di manakah letak kesalahan dalamproses belajar mengajar, apakah pada mahasiswa yang “belumbelajar” karena bodoh, atau dosen yang “belum mengajar” denganbaik, karena menerapkan sistem pengukuran yang tidak sesuai atautidak absah.

Orientasi pembelajaran sudah berubah sejak digunakannya SistemKredit Semester SKS). Seorang dosen menerima sekelompok mahasiswadalam kelasnya yang terdiri atas individu-individu. Tugas seorangdosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individuitu berubah perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadimemahami materi perkuliahannya. Jadi kalau masih banyak mahasiswayang belum dapat diluluskan, maka dosen itu belum berhasil dalammengajar. Tidak ada mahasiswa yang “bodoh”, apalagi sudah melaluiseleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal inidosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudahmerencanakan pembelajaran dengan baik, apakah telah melaksanakanpembelajaran sesuai dengan rencana, apakah dosen memberibimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat belajar (menurut teoribelajar, tidak ada manusia yang presis sama, ada yang cepat danada yang agak lambat belajar), dan yang penting pula ialah apakahmetode asesmen dan evaluasi hasil belajar yang digunakan itusahih (valid) dan terpercaya (reliable).II. VALIDITAS (VALIDITY) DAN KETERANDALAN (RELIABILITY)

Untuk mengukur dalamnya sumur digunakan meteran; demikian pulauntuk mengukur berat suatu benda digunakan timbangan. Meteran dantimbangan sebagai alat ukur tidak dapat dipertukarkan untuktujuan pemakaiannya. Hal ini menyangkut validitas (validity) alatukur, yang berlaku pula pada pengukuran keberhasilan pembelajaranyaitu penggunaan instrumen atau alat yang sesuai dengan tujuanpengukurannya. Instrumen ini hendalnya juga dapat diandalkan(reliable) atau reprodusibel (reproducible), dalam artimemberikan hasil sama pada setiap pengukuran, meskipun sampelyang diukur itu berbeda. Dalam proses belajar mengajar, bentuk asesmen yang absah atauvalid ialah yang mengukur apa yang seharusnya diukur, sebagaicontoh:

2

bukannya mengukur ingatan, jika yang harus diukur ialahpemecahan masalah, dan sebaliknya.

tidak menilai seseorang mengenai kualitas tulisannya,apabila keterampilan menulis itu tidak relevan dengan topikyang akan diukur. Berbeda halnya jika tulisan memangmerupakan salah satu aspek penilaian.

dimaksudkan untuk mengukur sebanyak mungkin materi danketerampilan, bukan hanya berdasarkan sejumlah kecil sampel(lihat pula keterandalan = reliability).

Sayang sekali, tidak ada bentuk asesmen yang benar-benar absah(valid).

Keterandalan (reliability) disebut juga keterulangan(replicability). Suatu asesmen yang terandalkan akan memberikanhasil yang sama pada pengulangan, dan akan menghasilkan hasilyang sama pada kelompok mehasiswa kelas paralel, sehingga haruskonsisten metode dan kriterianya.

III. TUJUAN ASESMEN

Tujuan asesmen secara tradisional ialah untuk asesmen formatifdan sumatif. Asesmen sumatif ialah pengukuran terhadap apa yangmenjadi tujuan akhir mahasiswa, biasanya pada akhir penyajiansatu mata kuliah atau modul, yang dapat digunakan untuk mengambilkeputusan dalam menyatakan seorang mahasiswa itu lulus atau tidak(asesmen produk akhir). Perlu diperhatikan bahwa semua asesmensumatif dapat pula berfungsi sebagai formatif, yaitu apabiladapat memberikan umpan balik yang cukup. Asesmen formatifberlangsung terus menerus selama proses pembelajaran sehinggadisebut juga asesmen proses. Tujuannya ialah untuk memberikanumpan balik mengenai apa yang telah dipelajari mahasiswa :

- bagi mahasiswa : untuk mengidentifikasi pencapaian(achievement) dan informasi mengenai bidang tugasselanjutnya.

- bagi pengajar : untuk mengevaluasi proses pembelajaransampai pada saat ini, dan menetapkan rencana selanjutnya.

Pada asesmen sumatif, nilai atau markah memegang peranan penting,namun fungsi asesmen formatif hanyalah untuk memberikan umpan

3

balik. Jika pada asesmen sumatif penilaiannya mengacu padapencapaian tujuan mata kuliah (Tujuan Instruksional Umum = TIU)secara keseluruhan , maka asesmen formatif hanya mengukurpencapaian tujuan antara (Tujuan Instruksional Khusus = TIK),dalam rangka perbaikan proses pembelajaran (dosen dan mahasiswa)apabila belum tercapai oleh mahasiswa.

IV ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN NON-TES

Umumnya asesmen dilakukan dalam bentuk ujian berupa tes, yaitupertanyaan yang harus dijawab mahasiswa, dan jawabannya sudahtersedia. Jarang sekali digunakan asesmen bentuk lain, padahalmungkin lebih sesuai digunakan untuk pengukuran tujuaninstruksional tertentu. Alat ukur (instrumen) yang dapatdigunakan ialah pedoman obeservasi, skala sikap, daftar cek danlain-lain.

Hasil belajar mahasiswa bukan saja di bidang kognitif, tetapijuga afektif dan psikomotor. Kerja Praktek Lapangan dan KerjaLaboratorium yang lebih mengutamakan penampilan kemampuan danketerampilan (performans) tidaklah sesuai apabila diukur hasilbelajarnya melalui pertanyaan bentuk tes. Untuk ini lebih cocokdigunakan pedoman observasi, karena yang lebih penting ialah apayang dapat dibuat oleh mahasiswa, bukannya apa yang diketahuinyaatau dipahaminya. Demikian pula untuk mengukur tujuan belajar dibidang afektif, lebih cocok menggunakan pedoman observasi sebagaialat ukur.

Alat ukur hasil belajar non-tes yang sering digunakan ialah :

1. Participation Chart (bagan partisipasi).Formulir berbentuk bagan ini terutama digunakan padaobeservasi, misalnya keikutsertaan (partisipasi) mahasiswadalam diskusi kelompok. Partisipasi mahasiswa secara suka relaatau belajar aktif ini merupakan suatu tujuan belajar ( ranahafektif) dalam rangka meningkatkan daya tahan ingatan(retensi) mengenai materi pelajaran, meningkatkan rasa percayadiri, harga diri, dan lain-lain. Formulir yang digunakanterdiri atas daftar nama mahasiswa dan 4 kolom yang menyatakan

4

kualitas kontribusi masing-masing mahasiswa dalam diskusidengan pengisian jumlah (tally) banyaknya masing-masingkontribusi. (contoh formulir dapat dilihat pada lampiran).

2. Chek List (daftar cek). Daftar cek berguna untuk mengukur hasil belajar berupa produkmaupun proses, yang dapat dirinci dalam komponen-komponen yanglebih kecil, terdefinisi atau sangat spesifik. Semakin lengkapkomponennya (termasuk yang tidak terlalu penting) semakinbesar manfaatnya dalam pengukuran. Daftar cek terdiri ataskomponen atau aspek yang diamati dan tanda cek yangmenyatakan ada tidaknya komponen itu dalam observasi. (contohdaftar cek dapat dilihat pada lampiran).

3. Rating Scale (skala lajuan). Alat ukur non-tes ini menggunakan suatu prosedur terstrukturuntuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi,yang menyatakan posisi sesuatu itu dalam hubungannya denganyang lain. Skala ini berisi seperangkat pernyataan tentangkarakteristik, atau kualitas dari sesuatu yang akan diukurbeserta pasangannya yang menunjukkan peringkat karakter ataukualitas yang dimiliki. Jadi suatu skala lajuan terdiri atas 2bagian, yaitu (1) pernyataan tentang keberadaan atau kualitaskeberadaan suatu unsur atau karakteristik, (2) petunjukpenilaian tentang pernyataan tersebut.

Skala lajuan terdiri atas beberapa tipe :A. Numerical Rating Scale. Komponen skala lajuan ini adalah

pernyataan tentang karakteristik atau kualitas tertentu darisesuatu yang diukur keberadaannya, diikuti oleh angka yangmenunjukkan keberadaannya . Lihat contoh pada lampiran.

B. Descriptive Graphic Rating Scale. Skala lajuan ini tidakmenggunakan angka tetapi dengan memberi tanda tertentu padasuatu kontinuum baris. Tipe skala lajuan ini baik digunakanuntuk mendeskripsikan profil dari suatu kegiatan, proseduratau hasil dari kegiatan tertentu.

C. Ranking Methods Rating Scales. Kegunaan menyusun ranking mempunyai 2 kegunaan : (1)menyusun ranking kedudukan mahasiswa dalam aspek tertentuatau keseluruhan aspek hasil belajar dan (2) untuk memeriksa

5

kemampuan mahasiswa dalam menentukan kedudukan relativesuatu komponen dalam prosedur tertentu. Caranya ialah denganmenentukan dahulu ranking tertinggi dan terendah, lalubergerak ke tengah.

D. Paired Comparison Rating Scale. Tipe ini digunakan untuk membandingkan hasil kerja atautugas seorang mahasiswa dengan yang lainnya. Setiap kalidiputuskan hasil kerja terbaik dari perbandingan 2 orangmahasiswa. Hasil pembandingan dilakukan menggunakan matriksiseperti pada contoh di lampiran.

4. Attitude Scales (skala sikap).Untuk memahami pengukuran sikap (attitude), perlu dipahamidulu pengertian sikap sebagai suatu konsep psikologi. Sikapharus memenuhi 2 kriteria, yaitu dapat diamati dan dapatdiukur. Bila salah satunya tidak ada, maka konstruksi tersebuttidak dapat digunakan dalam penelitian ilmiah. Definisiterakhir tentang sikap : Sikap adalah identitas kecenderunganpositif atau negative terhadap suatuobjek psikologis tertentu.Secara umum definisi Thurstone (1946) ini dapat dirumuskan :Attitude is (1) affect for or against, (2) evaluation of, (3) like or dislike of, (4)positiveness or negativeness toward a psychological object .Konstruksi skala sikap dimulai dengan menentukan danmendefinisikan objek sikap yang akan diukur itu (sikap apa).Setelah itu dikumpulkan butir-butir pernyataan tentang objeksikap itu. Kemudian ditentukan format jawaban yang akandigunakan dan cara penskoran.

Ada beberapa teknik konstruksi skala sikap; yang terkenalialah :

A Skala LikertB. Skala Thurstone, terbagi lagi atas tiga teknik skala

sikap : (1) metode Paired Comparisons, (2) metode Equal-appearing Intervals, dan (3) Successive Intervals.

C. Skala Guttmann

Yang paling umum digunakan ialah Skala Likert. Prinsippenggunaan skala ini ialah menentukan lokasi kedudukanseseorang dalam suatu continuum sikap terhadap suatu objeksikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif.

6

Penentuan lokasi dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataanseseorang terhadap butir pernyataan. Skala 1 berarti sangatnegatif dan skala 5 berarti sangat positif. Lihat contoh padalampiran.

V. ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TESPENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP) DAN PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN)

PAN dan PAP digunakan pada asesmen yang menggunakan ujian atautes sebagai alat ukur.

Penilaian Acuan Norma (PAN) atau norm-referenced test padadasarnya merupakan suatu kompetisi antara mahasiswa yang akanmenghasilkan ranking mahasiswa, 5% teratas memperoleh nilai A,10% berikutnya mendapat B , dan seterusnya 50% terbawah tidaklulus.(Ini sekedar contoh). Metode asesmen ini cukup baik apabilatujuannya ialah untuk menyeleksi jumlah orang (terbaik) tertentuuntuk suatu jabatan, menentukan tempat seseorang pada mata kuliahatau untuk masuk menjadi anggota tim tertentu. Kualitas hasilakan sangat berbeda dari kelompok yang satu dengan yang lain. Disini seakan-akan digunakan sistem gugur bagi yang kalah bersaing.Contoh penggunaannya ialah pada tes I.Q (Intelligent Quotient).

Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Kriteria (Criterion-ReferenceTest) ialah istilah yang digunakan untuk asesmen terhadap suatukriteria yang pasti. Secara teoretis, dapat berarti bahwa yangmengikuti tes ini dapat lulus atau tidak berdasarkan kriteriayang sudah ditetapkan. Tes PAN sebenarnya juga menetapkankriteria, tetapi lebih menekankan pada aplikasi statistik. Jadisebenarnya Tes PAP lebih adil, asalkan kriteria telah ditetapkansebelumnya dan tes itu sahih dan terandalkan.

Ada lagi jenis asesmen yang dinamakan asesmen ipsatif, yaituasesmen sendiri atau lebih tepat asesmen terhadap kinerja terbaiksendiri di waktu lalu. Asesmen ini digunakan untuk tujuan khusus,misalnya peningkatan kinerja pelatih (coach olahraga), dan padapendidikan dan pembelajaran khusus.

VI. ASESMEN ALTERNATIF (ALTERNATIVE ASSESSMENT)

7

Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :1. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti2. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja

yang paling baik (excellence).3. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan

evaluasi diri.4. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang

berkualitas.5. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan

yang diases.

Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:1. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan

ganda tradisional, standardized achievement tests.2. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans

mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupandi luar sekolah.

Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan FogartyR.,1998 ) :

Asesmen tradisional (Traditional Assessments ), difokuskan padanilai (grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum,dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui asesmen dikelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PANatau PAP).

Asesmen Performans (Performance Assessments) , yang difokuskanpada hasil dan standar yang dapat diamati, aplikasi dantransfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas,kriteria dan rubrik penskoran.

Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus padapertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiringwaktu, yang diimplementasikan melalui seleksi, refleksi, danpemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performansmahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan

8

(perform) tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikatoryang telah ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakanrubrik penskoran. Dosen senantiasa dapat mengobservasimahasiswanya belajar di kelas. Namun untuk mendokumentasikanpengamatan ini tidaklah gampang dan makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai instrumen untukmengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diamati itu.

VI.1 PENDAHULUAN

Sejak pertengahan tahun 1980-an banyak dipersoalkan kelemahan tesbaku yang biasa digunakan pada evaluasi hasil belajar mahasiswa.Tes baku ini didasarkan pada prinsip-prinsip validitas,reliabilitas, keadilan dan kemanfaatannya, serta akurasipengukuran hasil belajar. Tes baku ini dipersoalkan karenaseakan-akan terpisah atau terisolir dari proses pembelajaransecara keseluruhan. Isu yang berkembang pada saat itu ialahtentang dua hal yaitu, pertama hubungan antara tes dengankurikulum dan proses pembelajaran, dan kedua hal yang berkaitandengan tes kinera (performance-test). Sebenarnya perkembangan dibidang tes yang tradisional itu cukup pesat dengan pendekatanstatistik untuk menginterpretasikan hasil tes, misalnya penerapanItem Response Theory (IRT) dalam pengukuran hasil belajar,aplikasi tes adaptif (adaptive testing) dan pengembangan banksoal (item banking). Perkembangan pendekatan statistik ini yangditunjang oleh teknologi komputer memerlukan adanya pendidikanatau pelatihan khusus .sehingga perkembangan IRT lebih banyakdiaplikasikan di bidang psikologi (pengukuran psikologis). Paraahli tes dan pengukuran hasil belajar pada umumnya tidak tertarikpada pendidikan atau pelatihan lanjut dalam bidang statistikaitu, sehingga memilih untuk semakin mengembangkan asesmenalternatif. Dengan demikian semakin berkembang asesmen alternatifini di kalangan ahli dan praktisi pendidikan. Asesmen alternatifdianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuranhasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, sehinggaasesmen itu merupakan bagian yang tidak terpisah dari prosespembelajaran.

9

(James Atherton, 2001)

VI.2 Latar Belakang Psikologis

(Asmawi Zainul, 2001 “Alternative Assessment”, PAU-PPAI,DitJenDikti , DepDikNas)Karakteristik utama asesmen alternatif bukan saja mengukur hasilbelajar (achievement) mahasiswa, tetapi juga memberi informasiyang jelas tentang proses pembelajaran. Asesmen ini sangatterkait dengan teori belajar. Ada beberapa teori belajar yangdapat dijadikan landasan kuat untuk pelaksanaan asesmenalternatif.

Asesmen alternatifAsesmen otentik (Authentic Assessment) atau asesmen kinerja(performance assessment), adalah salah satu bentuk atau sinonimasesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabilasecara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakantugas intelektual yang penting. Lebih sepsifik, asesmen otentikitu diartikan sebagai proses penilaian kinerja perilaku mahasiswasecara multidimensional pada situasi nyata (life-like performancebehavior). Sedangkan asesmen kinerja disefinisikan sebagai prosesperolehan (achievement), penerapan pengetahuan dan keterampilanmelalui proses pembelajaran, yang menunjukkan kemampuan mahasiswadalam proses itu atau dalam produk yang dihasilkan. Sebaliknya,asesmen tradisional bergantung pada sesuatu yang tak langsungatau bentuk substitusinya yang disederhanakan, yang mungkin dapatditarik inferensi yang valid tentang kinerja mahasiswa padatantangan bernilai itu.

The Building Tool Room, (available on line at :www.newhorizons.org/assmtterms.html) menjelaskan asesmen alternatif sebagai :“ …to describe alternatives to traditional, standardized, norm orcriterion-refernced traditional paper and pencil testing. Analternative assessment might require students to answer an open-ended question, work out a solution to a problem, perform ademonstration of a skill, or in some way produce work rather thanselect an answer from choices on a sheet of paper”Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional :

10

Jadi asesmen alternatif ialah alternatif pengukuran atauevaluasi hasil belajar mahasiswa yang lain daripada ujiantradisional yang sudah baku, misalnya menggunakan ujian “essay”atau “multiple choice”, menggunakan batas lulus (passing gradeatau PAP) atau berdasarkan rata-rata kelas (Penilaian acuan norma= PAN), dan pengukuran lain yang menggunakan kertas dan pinsil(paper and pencil test). Asesmen alternatif mungkin mengharuskanmahasiswa untuk :

menjawab pertanyaan yang “open-ended” (tidak ada jawabanstandar),

mengerjakan penyelesaian suatu masalah, mendemonstrasikan suatu ketrampilan, atau menghasilkan suatu karya,

Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (ScoringRubrics), Portfolio atau Observasi oleh instruktor.

Perbandingan asesmen alternatif dengan asesmen tradisional ;

Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan pengetahuanyang diperolehnya secara efektif (Asesmen tradisional : hanyamengungkapkan kemampuan mahasiswa mengidentifikasi, mengingatkembali apa yang sudah dipelajarnya di luar konteksnya,contohnya sama dengan mengajar mengemudikan mobil scara lisan).

Asesmen otentik memberikan mahasiswa keseluruhan tugas yangmencerminkan prioritasnya, dan tantangan yang ditemukan dalamkegiatan instruksional yang terbaik, misalnya melaksanakanpenelitian; menulis, mereivsi dan mendiskusikan makalah;memberikan analisis oral tentang peristiwa politik terakhir;bekerjasama dengan orang lain dalam debat, dst.nya. Teskonvensional biasanya terbatas pada pertanyaan dengan satujawaban yang benar, yang dinamakan “paper and pencil test”.

Asesmen otentik menghendaki bahwa mahasiswa dapat menciptakanjawaban yang berbahasa ilmiah, menyeluruh dan dapatdijustifikasi.

Asesmen otentik mencapai validitas dan keterandalan(reliability) dengan cara meningkatkan dan membakukan kriteriayang sesuai untuk menskor produk yang sangat bervariasi,sedangkan tes tradisional membakukan butir tes objektif,sehingga hanya mempunyai 1 jawaban yang benar.

11

Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itumensimulasikan tes kemampuan lulusan dalam dunia nyata kelak.Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan caramembandingkan butir tes dengan isi kurikulum, atau melaluikorelasi dengan butir tes yang lain.

Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukanbanyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkannya ?

Meskipun tes pilihan ganda dapat merupakan indikator atauprediktor yang valid mengenai penampilan akademik, seringkali tesini mengalihkan perhatian (mislead) dosen dan mahasiswa tentangjenis keterampilan yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Normabukan merupakan standar; butir soal bukanlah masalah yangsebenarnya; dan jawaban yang benar bukanlah rationale (dasarpemikiran, alasan). Mereka yang mempertahankan tes tradisionaltidak melihat bahwa bentuk tesnya, bukannya isi tes yangmerugikan proses belajar. Mahasiswa merasa bahwa belajar itumenyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu adalah pencari fakta,pemaksaan yang terdiri atas susunan pertanyaan, yang sebenarnyatidak relevan dengan tujuan dan keberhasilan belajar mahasiswa.Baik dosen maupun mahasiswa digiring pada keyakinan bahwa jawabanyang benar itu lebih penting daripada kebiasaan berpikir, danjustifikasi pendekatan serta hasil pekerjaan seseorang.

Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapatmeningkatkan proses pengajaran dan belajar; mahasiswa memperolehkejelasan yang lebih besar tentang kewajiban mereka (dan dimintamengerjakan tugas yang lebih menarik hati), dan dosen akanpercaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih bergunadalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila tujuan dosenhanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes konvensionalmungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen ialahmeningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik, maka tes ituhendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh,kriteria dan standar.

Apakah kita ingin mengevaluasi: - pengajuan masalah dan penyeleaian masalah dalam bidang

matematika

12

- penelitian eksperimental dalam sains- berbicara, mendengarkan, dan memfasilitasi suatu diskusi- melakukan inkuiri sejarah berdasar-dokumen- secara teliti merevisi suatu tulisan sampai dapat terbaca oleh

pembaca ?Pada asesmen otentik, mahasiswa :- melakukan eksperimen sains- melaksanakan penelitian ilmu sosial- menulis cerita dan laporan- membaca dan menginterpretasi sastra- menyelesaikan masalah matematik

Asesmen otentik menggunakan sampel penampilan (performance samples), kegiatan belajar, kemampuan berpikir, yang terdiri atas5 sampel penampilan utama :

1. Asesmen kinerja (Performance Assessment), penulisan, revisi,penyajian laporan

2. Penelitian pendek (Short Investigations)3. Open-Response Questions4. Portfolio5. Self-Assessment

Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Asesmen ini merupakan suatu observasi sistematik secara langsung,dan penilaian terhadap tercapainya suatu tujuan (instruksional).Seringkali oberservasi dilakukan terus menerus selama periodewaktu tertentu, dan secara khusus penilaian menyangkutpengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk interaksikontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadibagian dari proses pembelajaran. Asesmen hendaknya merupakanperformans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas mahasiswadan lingkungannya. Asesmen performans ini dilakukan menggunakanrubrik, atau panduan penskoran analitik yang dapat membantuobjektivitasnya. Asesmen berdasar-performans berbentuk suatu tespenerapan pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari,Performans tugas merupakan suatu contoh dalam mendemonstrasikankemampuan intelektual.

13

Asesmen kinerja sering dipertukarkan dengan asesmen altenatifatau asesmen otentik. Pengertian dasarnya adalah asesmen yangmengharuskan mahasiswa mempertunjukkan kinerja, bukan menjawabatau memilih jawaban yang tersedia. Misalnya mahasiswa dimintamenjelaskan suatu peristiwa sejarah penting dengan menggunakankata-kata atau cara sendiri. Dengan demikian mahasiswa diharapkandapat menunjukkan penguasaannya tentang sejarah itu. Contoh lainialah memecahkan masalah matematika dengan cara dan hasil yangbenar, atau menetapkan kadar suatu senyawa obat tertentumenggunakan metode dan prosedur yang benar yang dipilih sendirioleh mahasiswa. Dapat pula mahasiswa diminta menyusun suatuhipotesis. Semuanya itu diberikan dalam bentuk tugas atau task.Dalam menilai pencapaian tugas yang diberikan kepada mahasiswatersebut, perlu ditetapkan kriteria yang disepakati terlebihdahulu, yang disebut rubrik. Dengan demikian maka asesmen kinerjayang utama ialah tugas (tasks) dan rubrik (rubrics) sebagaikriteria penilaian..

Rubrik Penskoran ( Scoring Rubrics)

Rubrik

Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang digunakandalam asesmen subjektif. Suatu rubrik mengharuskan adanya suatuaturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen yang harusdiikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisittentang karaktersitik performans tertentu pada suatu rentanganskala. Rubrik penskoran secara eksplisit menunjukkan kualitasperformans yang diharapkan menurut rentang skala, atau definisitentang suatu titik skor tertentu pada skala.

Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakansebagai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dankeberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan untuk penilaian(judgment) kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasiberbagai subyek ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaanrubrik penskoran ialah sebagai panduan dalam mengevaluasi suatutulisan ilmiah, atau suatu presentasi oral (seminar mahasiswa).Penilaian kualitas tulisan atau presentasi oral cenderung

14

berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan oleh masing-masingevaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih menekankan padagramatika penulisan, yang lainnya mungkin pada segi argumentasidalam tulisan. Dengan dikembangkannya skema penilaian sebelumnyauntuk proses evaluasi, subyekyivitas evaluator yang terlibat ituakan lebih menjadi objektif.

Rubric adalah skala lajuan (rating scales), berbeda denganceklist, yang digunakan pada asesmen penampilan (performanceassessment). Rubrik secara formal dirancang sebagai pedomanpenskoran, yang terdiri atas criteria penampilan spesifik yangtelah dirancang sebelumnya, dan digunakan untuk menilaihasilkerja mahasiswa pada asesmen penampilan. Secara khas, rubrikmerupakan format spesifik dari suatu instrumen penskoran yangdigunakan untuk mengevaluasi penampilan mahasiswa atau produkyang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.

Terdapat 2 jenis rubrik :

1. Rubrik Holistik , penskoran dilakukan terhadap proseskeseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponensecara terpisah. Contoh: Rubrik untuk Penilaian pada SeminarRencana Penelitian dan hasil Penelitian.

2. Rubrik Analitik , penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individual produk atau penampilan secara terpisah,kemudian dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh skortotal.

Scoring Instrumentsfor

15

PerformanceAssessments

Rating Scales

Checklists

Rubrics

Analytical Rubrics Holistic Rubrics

Rubrik Holistik

Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagiandari proses masih dapat ditolerir, asalkan kualitaskeseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkintidak sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskanmahasiswa untuk menciptakan respons tertentu, atau tidak terdapatjawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu skor yangmenggunakan rubrik holistik ialah terhadap kualitas secarakeseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap isi danketrampilan spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertarafunidimensi. Penggunaan rubrik holistic dapat menghasilkan prosesscoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada dasarnyahal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa

16

diharapkan untuk membaca , memeriksa produk atau penampilanmahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh kesan yangmenyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinyaialah asesmen keseluruhan penampilan, maka rubrik holistikdigunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuanasesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanyadapat diberikan kepada mahasiswa umpan balik yang sangat terbatassebagai hasil penskoran tugas penampilan menggunakan cara ini.Sebuah contoh rubrik penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1 Template for Holistic RubricsSkor

Uraian

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentangpermasalahan. Semua persyaratan tentang tugasterdapat dalam jawaban

4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentangpermasalahan. Semua persyaratan tentang tugasterdapat dalam jawaban

3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentangpermasalahan. Kebanyakan persyaratan tentang tugasterdapat dalam jawaban

2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentangpermasalahan. Banyak persyaratan tugas yang tidakada

1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentangpermasalahan

0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha

Rubrik Analitik

17

Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe responsyang cukup terfokus, yaitu untuk tugas penampilan yang mungkinmempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlaluesensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubricanalitik terdiri atas beberapa skor, yang diikuti denganpenjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen padatingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan semula bahwapenggunaan rubric analitik dapat mengakibatkan proses penskoranitu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagaiketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing memerlukan pemeriksaan berulang kali. Baikpengkonstruksiannya maupun pada penggunaannya memerlukan waktuyang lama. Ketentuan umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaanseseorang itu memerlukan waktu tersendiri untuk setiap tugaspenampilan yang spesifik atau criteria penskoran. Namun demikian,keuntungan penggunaan rubric analitik itu sangat berarti. Derajatumpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa (dan dosen) sangatlahbermakna. Mahasiswa menerima umpanbalik spesifik terhadap setiapkriteria penskoran individual dari penampilannya, dan hal initidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itudimungkinkan untuk menciptakan suatu “profil” tentang kekuatandan kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada Tabel 2 disajikantemplat rubrik penskoran analitik.

Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebihdahulu apakah penampilan atau produk itu akan diskor secaraholistik atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perludiidentifikasi dan dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK)dan indikator yang dapat diamati, sebagai langkah awalpengembangan. Keputusan tentang pemilihan pendekatan holistikatau analitik pada penskoran mempunyai beberapa kemungkinanimplikasi. Hal terpenting yang perlu dipertimbangkan terlebihdahulu ialah bagaimana akan menggunakan hasil akhirnya. Apabiladiinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih baik memilihpendekatan holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah umpanbalikformatif , maka gunakanlah rubrik penskoran analitik. Perludicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baikdari yang lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuanyang diinginkan. Implikasi lain meliputi waktu yang dibutuhkan,

18

sifat tugas itu sendiri, dan kriteria penampilan spesifik yangdiamati.

Tabel 2Templat untuk rubrik analitik

TahapAwal 1

Pengembangan 2

Terselesaikan 3

PatutDicontoh 4

Skor

Kriteria# 1

Uraian menggambarkan tahap awal penampilan

Uraian menggambarkangerakan ke arah tingkat penguasaan penampilan

Uraian menggambarkanpencapaian tingkat penguasaan penampilan

Uraianmenggambarkan tingkatpenampilantertinggi

Kriteria# 2

Uraian menggambarkan tahap awal penampilan

Uraian menggambarkangerakan ke arah tingkat penguasaan penampilan

Uraian menggambarkanpencapaian tingkat penguasaan penampilan

Uraianmenggambarkan tingkatpenampilantertinggi

Kriteria# 3

Uraian menggambarkan tahap awal penampilan

Uraian menggambarkangerakan ke arah tingkat penguasaan penampilan

Uraian menggambarkanpencapaian tingkat penguasaan penampilan

Uraianmenggambarkan tingkatpenampilantertinggi

Kriteria# 4

Uraian menggambarkan tahap awal penampilan

Uraian menggambarkangerakan ke arah tingkat penguasaan penampilan

Uraian menggambarkanpencapaian tingkat penguasaan penampilan

Uraianmenggambarkan tingkatpenampilantertinggi

Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatanpenampilan mahasiswa itu dapat ditetapkan menggunakan labelkuantitatif ( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanyadeskriptif). Dalam hal tertentu mungkin diperlukan kedua label,kualitatif maupun kuantitatif. Jika suatu rubrik mengandung 4tingkatan kemahiran atau pengertian dakam suatu kontinuum(kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar antara “1”sampai “4”. Lebih fleksibel dan lebih kreatif apabila menggunakanlabel kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapatmeliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and

19

novice. Hampir semua tipe skala kualitatif dapat digunakanasalkan sesuai dengan tugas.

Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswamenggunakan rubrik ialah pengubahannya / pengkonversiannyamenjadi markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya tidakdigunakan persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai6 tingkatan atau angka, maka angka 3 tidak dapat diartikan samadengan 50 % pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak lulus).Proses konversi skor rubrik ke nilai atau kategori lebihmerupakan proses logika daripada matematis. Diusulkan oleh Trice(2000), agar dalam sistem penskoran rubrik, lebih banyak skor(nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas rata-rata(setara nilai C dan lebih baik, dibanding di bawah rata-rata.Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor,diberikan pada tabel 3.

Tabel 3 Sampel Nilai dan KategoriSkor Rubrik Nilai

(Grade)Kategori

8 A+ Sangat Baik7 A Sangat Baik6 B+ Baik5 B Baik4 C+ Cukup3 C Cukup2 E Tidak

memuaskan1 E Tidak

memuaskan0 E Tidak

memuaskan LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN RUBRIK PENSKORAN

Langkah 1.Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini perluuntuk menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK danpelaksanaan pembelajaran.

20

Langkah 2. Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin Anda lihat(maupun yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan mahasiswa dalamproduk, proses maupun kinerjanya.Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yangakan Anda cari, maupun kesalahan umum yang tidak mau Anda lihat.

Langkah 3Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara untukmenguraikan: kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawahrata-rata untuk setiap atribut yang dapat diamati pada langkah 2.

Langkah 4a. Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk hasilkerja yangsangat baik dan sangat buruk, dengan memasukkan setiap atribut ke dalam dekripsiitu. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan terendah denganmemadukan deskripsi untuk semua atribut.

Langkah 4b. Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja yang sangatbaik dan sangat buruk untuk setiap atribut secara individual. Uraikan tingkatkinerja tertinggi dan yang terendah dengan menggunakan deskriptoruntuk setiap atribut secara terpisah.Langkah 5a.Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain padakontinuum yang berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk dari atributsecara kolektif. Tuliskan deskripsi untuk semua tingkatan antara darikinerja

Langkah 5b.Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-tingkat lainpasa kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk untuk setiap atributf.Tuliskan uraian untuk semua tingkat antara dari kinerja secaraterpisah untuk setiap atribut .

Langkah 6Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh setiap tingkat.Ini akan berguna sebagai “benchmark” (batas ambang = batas

21

minimal) dan membantu Anda pada penskoran di waktu yang akandatang.

Langkah 7Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaikisebelum digunakan di lain waktu.

CONTOH RANCANGAN RUBRIK PENSKORAN (menggunakan langkah-langkah 1-7)

Contoh I: Rubrik Holistik

Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis datayang difokuskan pada ketrampilan mengestimasi danmenginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit ini,dosen dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK:- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang

sesuai- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik

batang (Langkah 1)

Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akandigabung dengan skor mahasiswa), maka dirancang suatu rubrikholistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut berikut sebagaifokus rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan,dan mengkomunikasi penjelasannya(Langkah 2 dan 3)

Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkatkinerja untuk atribut yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan5). Hasil akhir rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Tugas Kinerja Matematik – Rubrik PenskoranAnalisis DataSkor Uraian4 Melakukan estimasi akurat. Menggunakan operasi

22

matematik yang sesuai tanpa salah. Mengambilkesimpulan logis yang didukung oleh grafik. Sangatbaik memberikan penjelasan pemikiran.

3 Melakukan estimasi yang baik. Menggunakan operasimatematik yang sesuai dengan sedikitkesalahan.Mengambil kesimpulan yang logis yangdidukung oleh grafik. Memberikan penjelasan pemikiranyang baik.

2 Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakantidak akurat. Menggunakan operasi matematik yangtidak sesuai, meskipun tanpa salah. Mengambilkesimpulan yang tidak didukung oleh grafik. Sedikitmemberikan penjelasan

1 Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasimatematik yang tidak sesuai. Tidak ada kesimpulanyang berkaitan dengan grafik. Tidak memberikanpenjelasan cara berpikir.

0 Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai

Contoh: Penilaian Ujian Skripsi Jurusan farmasi PANCASAKTI(Seminar II)

ASPEK PENILAIAN NILAI (ANGKA)1. Teknik Penulisan Ilmiah2. Konsistensi Penulisan Ilmiah3. Penyajian Materi4. Penguasaan Materi5. Kejujuran Ilmiah

JUMLAH NILAI RATA-RATA Kriteria Penilaian : A = ≥ 80 B = 71-79 C = 61-70 Tidak lulus = ≤ 60

Pertanyaan : 1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ?

, sehingga dapat diberi nilai, misalnya 902. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?

23

4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?

Jawaban (sementara):1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :-Judul Tulisan dirumuskan dengan baik-Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat-Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian

(hipotesis)-Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang

menunjang judul.

2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk danFormat, yang meliputi pula

penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar - Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan

cara pengambilan kesimpulan

- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapaikesimpulan

- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian,disertai notasi

- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian

3.

24

Contoh : Rubrik Asesmen / Kriteria untuk Rencana Penelitian(Education 690 : Assessment Rubric/Criteria for Research Plan)

Kriteria DanKualitas

Kurang Baik Sangat Baik Nilai(Angka)

Pendahuluan

TopikHipotesisatauPermasalahan

Tidak terdapat referensi

- latar belakang judul yang dipilih

-- Hipotesis

atau - Permasalahan

kurang jelas (10)

Pembaca dapatmenyimak keseluruhan masalah atau judul.Permasalahan atau hipotesis telah dinyatakan, namun tidakterlalu jelas tentang pengujiannya (11-13)

- Judul cukup jelas dipaparkan dalam bentuk pola rancangan yang mengacu pada arah pelaporan -Hipotesis jelas dan dapatdiuji- Apabila diajukan dalam bentuk permasalahan, maka telah terandung ide-ide yang relevan untuk diteliti (14-15)

Maks.15

Metodologi:Sampel

Tidak jelas siapa partisipan atau populasi yang diwakilinya (10)

Ada informasi tentang partisipan, tapi tidak jelas jumlahnya, bagaimana seleksinya, atau populasi mana yangdiwakilinya (11-13)

Jumlah partisipan, cara seleksinya, populasi yang diwakilinya, semua jelas teridentifikasi (14-15)

Maks.15

Metodologi:

- Tidak diuraikan mengenai instrumendan bahan.

-Telah diidentifikasi instrument dan bahan, namun informasi tentang

-Semua instrumen yang akandigunakan telah diidentifikasi dan dijustifikasi. Maks.

25

Instrumen,Bahan, danRancangan

- Sangat terbatas diskusi tentang penggunaan rancangan percobaan, jika diperlukan suatu rancangan pada penelitian ini (10)

kegunaannya tidak tercantum dalam laporan-Apabila diperlukan desain percobaan, hal ini telah diuraikan. (11-13)

-Telah didiskusikan tentang ukuran keterandalan dan kesahihannya.-Apabila dimerlukan desainpercobaan, hal ini telah diuraikan secara sangat jelas (14-15)

15

Metodologi:Prosedur

Prosedur, bila adadiberikan, sangat terbatas untuk mengidentifikasi agar penelitian berhasil

(10)

Bagian atau Bab tentangprosedur telah cukup menjelaskan cara seleksi sample, bagaimana desain akan diimplementasikan, dan oleh siapa atau metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data(11-13)

Prosedur telah diuraikan dengan jelas dan gamblingPeneliti lain yang akan mereplikasi penelitian inimemperoleh informasi yang cukup untuk dapat mengikuti setiap langkah penelitian (14-15)

Maks. 15

Analisisdata

Tidak didiskusikantentang jenis analisis data yangakan digunakan

(5)

Uraian tentang teknikyang akan digunakandalam menganalisis datatelah diberikan. Namunteknik statistik yangdigunakan mungkinkeliru atau tidakdijustifikasi. (7 -8)

Cara analisis telah dijustifikasi dan sesuai tentang cara pembentukan kelompok, jumlah kelompok yang terlibat, jumlah variable, dan jenis data yang dikumpulkan. (9-10)

Maks.10

JadwalPelaksanaan

Tidak disajikan jadwal waktu pelaksanaan (1)

Terdapat informasi tentang kapan rencana dilaksanakan. Jadwal waktu tertentu diragukan dapat terlaksana dalam kondisi normal (2-3)

Jadwal waktu pelaksanaan sudah dijelaskan dan perkiraan waktu pelaksanaan penelitian sangat logis (4-5)

Maks.5

KejelasanPenulisan

Sukar disimak apa yang ingin diungkapkan oleh penulis. Banyak ejaan kata yang salah, gramatika dan penggunaan tanda baca yang keliru (10)

Secara umum penulisannya jelas, namun masih digunakan kata-kata yang mubazir.Banyak pengertian yang hanya tersirat, tidak tersurat. Ada struktur paragraph dan kalimat yang masih berulang. (11-13)

Cara penulisannya jelas,singkat dan padat. Kadangpenulisnya menggunakankalimat aktif apabilasesuai.

(14-15)

Maks.15

KetepatanWaktu

Material dimasukkan terlambat lebih dari satu semester

Material dimasukkansampai akhir semester (7-8)

Material dimasukkan tepatwaktu

(9-10)

Maks.10

26

(5)Jumlah Nilai 61-70 71-80 > 80

100

CB A

Daftar Pustaka1 Asmawi Zainul , 2001 “Alternative Assessment”, PAU-PPAI,

DirJen Dikti, DepDikNas

PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: Whatto Consider When Planning for Electronic Portfolios, in Learning& Leading with Technology.)

Definisi Portfolio Portfolio, ialah suatu pengumpulan hasil kerja mahasiswayang dilakukan secara sistematik dan terorganisasi, yangmengungkapkan bukti nyata usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa,hasil perolehannya, dan perkembangannya dalam kurun waktutertentu. Pengumpulan data ini hendaknya melibatkan mahasiswadalam pemilahan materi pelajaran, dan mencantumkan informasitentang kriteria penampilannya (performans), rubruk atau criteriauntuk menilai keuntungan yang diperoleh, dan bukti tentangrefleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio meliputi hasilkerja yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentangperformans mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasikemajuan yang dicapai mahasiswa. Portfolio dapat meliputiberbagai demonstrasi belajar yang telah dikumpulkan dalam bentukkoleksi fisik materi, video, CD-ROM, jurnal reflektif, dll. Definisi portfolio: (Grant Wiggins,2000)….kumpulanrepresentatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpolauntuk suatu tujuan tertentu dan dapat dibawa-bawa untukpemeriksaan atau dipamerkan. Rick Stiggins (1994) mendefinisikan portfolio debagaisuatu kumpulan hasilkerja mahasiswa yang memperlihatkan suatukeberhasilan atau perbaikan. Materi yang dikumpulkan dan cerita

27

yang disampaikan sangat bervariasi menurut fungsi konteksasesmannya. Dikatakan selanjutnya bahwa portfolio adalah “ suatucara untuk mengkomunikasikan pertumbuhan dan perkembanganmahasiswa, bukan suatu bentuk asesmen”(Northwest Evaluation Association, 1990) Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yangdikumpulkan untuk tujuan tertentu), yang memperlihatkan usahamahasiswa, kemajuan maupun pencapaiannya dalam salah satu bidangatau lebih. Kumpulan karya itu meliputi kegiatan (partisipasi)mahasiswa pada pemilahan isi, kriteria untuk pemilihan; kriteriapenilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-diri mahasiswa. Formatpenyimpanan portfolio secara tradisional dalam pendidikanmenggunakan kertas, biasanya dalam map manila, pencatatan ataulemari. Biasanya artifak (data bukti) terdiri atas teks dangambar pada kertas, yang belakangan digantikan oleh pita videoatau audio.

Penyimpanan portfolio tanpa Komputer:

Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan,(map) folder dalam laci arsip, kotak atau lemari. Ada juga yangmenggunakan foto, pita audio atau video untuk penyimpananhasilkerja mahasiswa.

Apa isi portfolio Elektronik maupun Tradisional ?

Suatu portfolio hendaknya berisi unsur-unsur berikut : Tujuan instruksional Pedoman untuk pengumpulan materi (agar koleksi tidak

amburadul) Contoh pekerjaan yang dipilih mahasiswa maupun dosen Umpanbalik dosen Bagian-Bagian refelksi diri mahasiswa Kriteria yang jelas dan sesuai untuk mengevaluasi pekerjaan

(rubrik berdasarkan standar) Standar dan contoh hasilkerja yang baik.

Berbagai Tujuan Portfolio

Ada 3 tujuan umum pengembangan portfolio :

28

1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios),yang biasanya digunakan sebagai alat bantu pengembanganprofesional yang berkelanjutan.

2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yangbiasanya digunakan pada proses evaluasi formal.

3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/MarketingPortfolios), yang digunakan untuk tujuan pengadaan tenagakerja.

Pembedaan lain : 1. Working Portfolios2. Showcase or Best Works Portfolios3. Assessment Portfolios

Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentukasesmen alternatif. Istilah asesmen alternatif, asesmen otentikatau asesmen berdasar-kinerja (performance-based assessments)seringkal digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaituberbagai asesmen performans yang lebih mengutamakan mahasiswamemperlihatkan suatu jawaban, bukannya memilih suatu jawaban.

Asesmen Portfolio. Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara.Setiap bagian dapat diskoring secara individual, atau hanyadiukur bagian-bagian penting yang dikehendaki, atau digunakanproses penskoran secara menyeluruh (holistic), dan dilakukanevaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan mahasiswa secaramenyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator berundingsebelumnya untuk mencapai kesepakatann tentang standar penilaiandalam rangka mencapai tingkat kepercayaan (reliability) tinggidalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akandigunakan oleh reviuwer dan mahasiswa yang terlibat, dalam prosesmengevaluasi kemajuan dan pencapaian tujuan (instruksional).

ELECTRONIC PORTFOLIOS (Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)

Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolioelektronik, yaitu penggabungan berbagai teknologi elektronik

29

untuk menciptakan dan mempublikasikan portfolio yang dapat dibacadengan komputer atau Video player.Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selamabertahun-tahun, dengan menggunakan koleksi hasilkerjanya untukmencari kerja baru, atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerjaseninya. Portfolio artistik biasanya terdiri hanya atashasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial mengandung rekamankomprehensif atau transaksi fiskal dan saham investasi yangmewakili nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio pendidikanmengandung hasilkerja yang dikumpulkan dan dipilah-pilah olehpeserta didik yang menunjukkan pertumbuhan (perkembangan) danperubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfoliopendidikan ialah refleksi peserta didik atas setiap hasilkerjaindividual (yang dinamakan artifak) maupun suatu refleksikeseluruhan mengenai apa yang terkandung dalam portfolio.Pembicaraan selanjutnya hanya mengenai portfolio pendidikan,namun demikian portfolio elektronik dapat dikembangkan untukbidang lain untuk berbagai tujuan.

Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :6. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti7. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja

yang paling baik (excellence).8. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan

evaluasi diri.9. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang

berkualitas.10. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases

dan yang diases.

Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:3. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan

ganda tradisional, standardized achievement tests.4. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans

mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupandi luar sekolah.

Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan FogartyR.,1998 ) :

30

Asesmen tradisional (Traditional Assessments ), difokuskan padanilai (grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum,dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui asesmen dikelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PANatau PAP).

Asesmen Performans (Performance Assessments) , yang difokuskanpada hasil dan standar yang dapat diamati, aplikasi dantransfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas,kriteria dan rubrik penskoran.

Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus padapertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiringwaktu, yang diimplementasikan melalui seleksi, refleksi, danpemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performansmahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan(perform) tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikatoryang telah ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakanrubrik penskoran. Dosen senantiasa dapat mengobservasimahasiswanya belajar di kelas. Namun untuk mendokumentasikanpengamatan ini tidaklah gampang dan makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai instrumen untukmengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diamati itu.

Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio.Suatu portfolio merupakan wadah yang berisi contoh hasilkerjamahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), danrefleksi dari hasilkerja itu yang mentransformasikan artifakmenjadi “bukti” pencapaian hasil (achievement). Kebanyakanartifak memang dapat dihasilkan melalui asesmen performans yangdisertai evaluasi dan refleksinyaSuatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio)menciptakan hubungan antara tugas mahasiswa dan asesmenperformans beserta pedoman penskorannya, dan standar yangdidesain untuk ditampilkannya.

Definisi Portfolio Elektronik

31

Portfolio elektronik menggunakan teknologi elektronik.Pengumpulan dan pengorganisasian artifak dapat dilakukanmenggunakan berbagai tipe media ( audio, video, grafis, atauteks). Suatu portfolio berdasar-standar menggunakan “database”atau ‘hypertext links” untuk memperlihatkan hubungan antarastandar atau tujuan (goal), artifak dan refleksi. Refleksipeserta didik itu merupakan dasar pemikiran (rationale), bahwaartifak khusus merupakan bukti pencapaian standar atau tujuanyang telah ditetapkan.

Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digitalportfolio, namun terdapat perbedaan. Suatu Portfolio elektronikberisi artifak yang bentuknya analog, misalnya pita video ataubentuk yang dapat dibaca oleh komputer. Pada Digital portfoliosemua artifak telah diubah menjadi bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan merupakan koleksi artifaksembarangan, melainkan merupakan alat reflektif yangmemperlihatkan pertumbuhan (perkembangan) seiring waktu.

Koleksi (collection)

Hampir semua definisi mengandung kata “collection”. Koleksi tugas/pekerjaan dapat berbentuk folder, kumpulan catatan (scrapbook),atau portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik darikumpulan catatan digital atau resume online ialahpengorganisasian portfolio yang merangkum suatu perangkat standaratau tujuan pendidikan, bersama refleksi peserta didik, baiktentang pencapaian mereka terhadap standar dan dasar pemikiranuntuk pemilahan artifak khusus, maupun refleksi keseluruhanterhadap portfolio secara keseluruhan.

Keuntungan pengembangan portfolio elektronik untuk mahasiswa ataudosen meliputi : Ruang penyimpanan yang minim. Mudah menciptakan fail backup Dapat dibawa-bawa Masa berlaku yang panjang Berorientasi-peserta didik Meningkatkan ketrampilan elektronik

32

Melalui hubungan hypertext lebih mudah berargumentasi tentangtercapainya standar tertentu

Mudah diakses (khususnya portfolio web)

Proses Pengembangan Portfolio Elektronik

Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampaklebih mudah apabila melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan,setiap tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang memerlukanberbagai software yang berbeda.

Proses Pengembangan Multimedia

Dikatakan bahwa mencipta portfolio elektronik dapat mengembangkanketrampilan teknologi multimedia dari dosen maupun mahasiswa.

Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers &Barron, 1998): Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah

mengidentifikasi kebutuhan (needs assessment) pelanggan,perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untukpresentasi akhir portfolio.

Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah padapengorganisasian atau perancangan presentasi. Menetapkan isisesuai kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, mediapenyimpanan, dan urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir(flow charts) dan menulis storyboard.

Mengembangkan . Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalampresentasi, dan mengorganisasikannya menurut urutan (sequence)atau menggunakan hyperlinks untuk presentasi materi yangterbaik menggunakan program multimedia tertentu

Implementasi (Implement ). Mempresentasikan portfolio itukepada audiens.

Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimediaini difokuskan pada evaluasi keefektifan presentasi sesuaidengan maksud dan untuk tujuan asesmen.

Proses Pengembangan Portfolio

33

Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantupengembangan profesional dosen dan kemampuan belajar seumur hiduppada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses Pengembangan Portfoliomenurut Danielson dan Abrutyn (1997) :

Pengumpulan (Collection) – dosen dan mahasiswa belajarmenyimpan artifak (produk hasilkerja) yang mewakilikeberhasilan (dan kesempatan berkembang) melalui pembelajaransehari-hari.

Pemilahan (Selection) – dosen dan mahasiswa merview danmengevaluasi artifak yang telah disimpan, dan mengidentifikasiartifak yang memperlihatkan pencapaian suatu standar yangspesifik.

Refleksi (reflection) – dosen dan mahasiswa menjadi praktisireflektif, dengan mengevaluasi pertumbuhannya sendiri seiringwaktu, dan pencapaian mereka terhadap standar, maupunketimpangan (gap) pada perkembangannya.

Proyeksi (Projection or Direction) – dosen dan mahasiswamembandingkan refleksi mereka terhadap standar dan indikatorperformans, dan merumuskan tujuan pembelajaran untuk masa yangakan datang. Tahap inilah yang menyebabkan pengembanganportfolio itu menjadi suatu pengembangan profesional danmendukung pembelajaran seumur hidup.

Presentasi (Presentation) – dosen dan mahasiswa bertukarpengalaman dengan kolega (peer). Tahap ini merupakan tahapandimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorongkerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional danpembelajaran seumur hidup.

Dengan menggabungkan Proses Pengembangan Mutimedia dan ProsesPengembangan Portfolio, maka dirumuskan 5 tahap PengembanganPortfolio Elektronik sebagai berikut :

1. Mendefinisikan Tujuan dan Konteks Portfolio ( Context & Goals)Tugas utama pada langkah pertama ialah mengidentifikasikonteks asesmen, termasuk maksud (purpose) portfolio.Selanjutnya mengidentifikasi tujuan yang akan dicapaiportfolio. Langkah penting ini juga menetapkan konteks asesmendan membantu merangkum proses pengembangan portfolioselanjutnya..

34

2. Portfolio Kerja (Working Portfolio)Proses pengembangan portfolio elektronik tahapan ini memakanwaktu yangpaling banyak, sehingga dinamakan juga “Becoming aDigital Packrat”. Dengan mengetahui tujuan atau standar yangakanditampilkan, akan membantu pada pengumpulan jenis artifakportfolio ya ng selanjutnya dipilah-pilah. Kemudian dipilihinstrumen pengembangan software yang paling sesuai dengankonteks portfolio dan sumberdaya yang tersedia. Seperti halnyaada yang mengatakan bahwa “media merupakan pesan, makasoftware yang dipilih untuk menciptakan portfolio itu akanmengontrol, membatasi, atau memperluas proses pengembanganportfolio. Bentuknya pun harus sesuai mengikuti kesesuaianfungsinya, dan software portfolio elektronik harus sesuaidengan visi dan gaya si pengembang portfolio.

Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakanuntuk mengumpulkan artifak, menyimpannya dalam harddisc,server, atau videotape. Buatkan folder elektronik untuk setiapstandar dalam mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumenelektronik), lalu gunakan software word processor, database,hypermedia, atau slide show untuk mengartikulasikantujuan/standar yang akan didemonstrasikan pada portfolio, danuntuk mengorganisasikan artifak. Identifikasilah mediapenyimpanan (storage) dan media presentasi yang paling cocokdengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer, videotape,jaringan lokal, WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat pulabanyak pilihan lain, tergantung dari software yang dipilih.

Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil.Perlu dikumpulkan artifak dari berbagai waktu yang berbedauntuk menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang telahberlangsung. Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiapartifak yang disimpan untuk melihat signifikansinya pada waktudiciptakan

3. Portfolio Refleksi (The Reflective Portfolio)

Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahuluireview evaluasi (untuk portfolio sumatif) atau lamaranpekerjaan (untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio

35

formatif, secara khas refleksi terlihat pada titik signifikanselama proses pembelajaran, dan ditambahkan segera sepertitercantum pada tahapan sebelum ini. Refleksi terhadappekerjaan seseorang sangat diperlukan jika pemilik portfolioingin mempelajari proses.

Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapatmenjelaskan proses reflektif ini :

1. “What” 2. “So what”3. “Now what”

Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswaperlu meringkas artifak yang mendokumentasikan pengalamanuntuk dapat menjawab pertanyaan “What”. Selanjutnya mahasiswaperlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimanahal ini memenuhi standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”.Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan implikasi untukpembelajaran berikut yang diperlukan, dan menetapkan perbaikandan adaptasidalam menjawab pertanyaan ”Now what”

Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan inimenjadikan pengembangan portfolio itu sebagai suatu alat yangsangat penting pada pengembanganprofesional. Karena itupertanyaan “Now what” menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap pengembangan tujuan profesional dapat menjadimotivasi untuk bekerja dalam bidang ini. Dikatakan bahwasistem portfolio profesional mengundang dosen untuk menjadiarsitek dari pengembangan profesionalnya sendiri.

4. Portfolio Penghubung (The Connected Portfolio)

Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolioelektronik, karena kapabilitas software untuk menciptakanhypertext links antara dokumen, secara lokal atau melaluiinternet. Pada tahap ini diciptakan hubungan hiperteks antaratujuan, contoh hasilkerja, rubrik, dan refleksi. Selanjutnyadimasukkan artifak multimedia yang sesuai. Buatlah daftar isiuntuk membentuk struktur portfolio, gunakan kemampuan Word

36

atau Power Point, atau pengorganisasian grafis AND yangmemberikan garisbesar Inspiration.

Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas prosespengembangan dan kualitas produk akhir. Paket software yangberbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas tersendiriyang dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolioelektronik. Penting sekali untuk memilih software yangmemungkinkan kemudahan menciptakan hypertext links, agar dapatdihubungkan antara pencapaian hasil dengan tujuan danrefleksi, dan mengidentifikasi suatu pola melalui proses“linking”ini

Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukanpada proses asesmen sumatif. Apabila menggunakan portfoliopada asesmen, maka transformasi “artifak” menjadi “bukti” itutidak akan jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifakmenjadikan proses berpikir ini lebih eksplisit. Kemampuanuntuk menciptakan hubungan dari berbagai perspektif (danberbagai tujuan) juga akan memperbaiki kelinieran dariportfolio kertas 2 dimensi dengan menjadikannya satu artifakuntuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standarteknologi nasional, standar pembelajaran negara)

Gunakanlah bukti portfolio untuk membuat keputusan dalampengembangan instruksi/ pembelajaran atau pengembanganprofesional.

5. Portfolio Presentasi (The Presentation Portfolio)

Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi danpeyimpanan. Hal ini akan berbeda pada portfolio pekerjaan danportfolio presentasi atau formal. Media terbaik untukportfolio pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIPdisk, atau server jaringan. Media terbaik untuk portfoliopresentasi atau formal ialah CD-Recordable disc, WWW server,atau video disc.

Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atausimulasi, lalu rayakan keberhasilan yang telah dicapai. Hal

37

ini merupakanstrategi individual tergantung konteksnya, dankesempatan bagi para profesional untuk mendiskusikan portfoliopembelajarnnya dengan kolega untuk memperoleh balikan dankerjasama pada evaluasi-diri. Komitmen-publik ini akanmemberikan motivasi dalam menjalankan rencana pengembanganprofesional dari suatu portfolio formatif.

Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenaitujuannya dan untuk konteks asesmennya. Dalam lingkungan yangterus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya dilihatsebagai suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus,yang kefektifannya perlu direview secara berkala untukmenjamin pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rekamportfolio dalam CD-ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWWserver.

Instrumen Pengembangan Portfolio Elektronik

Di samping tahapan pada pengembangan portfolio, terdapatsekurang-kurangnya 5 tahapan pengembangan portfolio elektronik,masing-masing dengan derajat ekspektasinya tersendiri, dan usulanstrategi software pada setiap tahap, tergantung pada ketrampilanteknologi mahasiswa dan dosen pengembang portfolio :

1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifakvideotape

2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yangtersimpan dalam folder elektronik pada hard drive, floppydiskette atau LAN server.

3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point),tersimpan dalam harddrive, ZIP, floppy disc atau LAN server.

4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files),tersimpan dalam harddisk, ZIP, JAZ, CD-R/W, atau LAN server

5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan “web authoringprogram” atau WWW server.

6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorwaredalam CD-R/W atau format WWW

Common Tools & Customized System Approach

38

Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untukmengembangkan portfolio elektronik, yang dapat dibagi dalam 2pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumenbiasa, dan customized system approach yang meliputi perancangansistem jaringan atau membeli paket software paten atau onlineservice.

Common Tools Approach : Portfolio dikembangkan menggunakan refleksi dan artifak yanglebih mendekati pengembangan tradisional dengan fail arsip.Struktur portfolio ikut ditentukan oleh peserta didik atausoftware agar kefleksibelan dan kreativitasnya maksimum. Biayauntuik peralatan atau software relatif rendah, tapi diperlukanbiaya besar untuk pelatihan. Mahasiswa dapat melanjutkanpengembangan portfolionya setelah lulus.

Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yangcukup baik, namun portolio ini mencerminkan gaya si pembuatnya,atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakanpendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untukpembelajarannya di kelas atau untuk diri sendiri cenderungmendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategiumum. Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait,hypermedia “card”software, mutimedia authoring software, WorldWide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), OfficeSuite software, multimedia slide shows, dan digital atau analogvideo.

Customized Systems ApproachPortfolio juga dikembangkan sebagai online record-keepingsystems, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan refleksi danartifak. Biasanya ini sangat terstruktur dengan menggunakanonline database, sehingga terbatas fleksibilitas dan kreativitaspeserta didik. Memerlukan biaya tinggi untuk peralatan, networkserver dan pengembangan software. Biaya pelatihan mungkin rendah,tergantung pada desain sistem. Persoalan di sini hanyalah apakahmahasiswa dapat terus mengembangkan portfolionya setelah lulus.

Ringkasan

39

Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untukmengembangkan portfolio elektronik melalui tahap-tahap ayng sudahdibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolioelektronik hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, danpengajar hendaknya menggunakan pendekatan teknologi konservatifpada penggunaan portfolio mereka. Hendaknya proses tetapsederhana pada awal pengerjaan dengan menggunakan software yangdikenal. Dan yang terpenting, portfolio elektronik harusmemperlihatkan hasil pencapaian (achievement) peserta didik, dankemampuan pengembangan pada penggunaan teknologi untuk mendukungpembelajaran seumur hidup.

40