penggunaan media foto dan gambar untuk meningkatkan hasil

18
|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021 22 PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH DAN TOKOH SEJARAH ISLAM DI INDONESIA Ahmad Agus Gustaman SMPN 1 Margahayu Kab. Bandung [email protected] Abstract Lack of interest in learning about historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia. This can be seen from the learning achievement of students who are less than the KKM as many as 59.38%. Researchers use photo and image media to improve student learning outcomes, because photo and image media are concrete so students will be able to see clearly what is being discussed. This Classroom Action Research uses John Elliot's CAR Model, covering 2 cycles, each cycle consisting of four stages, namely: planning, implementing, observing, and reflecting. The research location is in SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. The object of research is the students of grade 9 J, totaling 40 people. The results showed that in the pre-cycle of students who scored above the KKM (completed) there were 18 people with an average score of 64.87 or 45% of all students. In the first cycle of students who are above the KKM score as many as 22 people with an average value of all students 72.37 or 62.5%, in the first cycle there is an increase of 17.5% from the completion of pre-cycle activities. Then the average value in the second cycle of students who completed reached 40 people with an average value of 79.5 students who achieved 100% completeness, were in very good qualifications and experienced an increase of 37.5% from cycle I. This shows increasing student learning outcomes on historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia. Keywords: Media, Historical Heritage, Student Learning Outcomes Abstrak Kurangnya minat belajar pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari prestasi belajar peserta didik yang kurang dari KKM yaitu sebanyak 59,38%. Peneliti menggunakan media foto dan gambar untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena media foto dan gambar bersifat konkret sehingga peserta didik akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang didiskusikan. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan Model PTK John Elliot, meliputi 2 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. Objek penelitian adalah siswa kelas 9 J yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian menunjukan pada pra siklus peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM (tuntas) ada 18 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 64,87 atau 45%. Pada siklus I peserta didik yang berada di atas nilai KKM sebanyak 22 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 72,37 atau 62,5%, pada siklus I mengalami peningkatan 17,5% dari ketuntasan kegiatan pra siklus. Kemudian nilai rata-rata pada siklus II peserta didik yang tuntas mencapai 40 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 79,5 yang mencapai ketuntasan 100%, berada pada kualifikasi sangat baik dan mengalami peningkatan 37,5% dari siklus I. Hal ini menunjukan meningkatnya hasil belajar peserta didik pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia. Kata Kunci: Media, Peninggalan Sejarah, Hasil Belajar Peserta Didik

Transcript of penggunaan media foto dan gambar untuk meningkatkan hasil

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

22

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH DAN TOKOH

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

Ahmad Agus Gustaman

SMPN 1 Margahayu Kab. Bandung [email protected]

Abstract

Lack of interest in learning about historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia. This can be seen from the learning achievement of students who are less than the KKM as many as 59.38%. Researchers use photo and image media to improve student learning outcomes, because photo and image media are concrete so students will be able to see clearly what is being discussed. This Classroom Action Research uses John Elliot's CAR Model, covering 2 cycles, each cycle consisting of four stages, namely: planning, implementing, observing, and reflecting. The research location is in SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. The object of research is the students of grade 9 J, totaling 40 people. The results showed that in the pre-cycle of students who scored above the KKM (completed) there were 18 people with an average score of 64.87 or 45% of all students. In the first cycle of students who are above the KKM score as many as 22 people with an average value of all students 72.37 or 62.5%, in the first cycle there is an increase of 17.5% from the completion of pre-cycle activities. Then the average value in the second cycle of students who completed reached 40 people with an average value of 79.5 students who achieved 100% completeness, were in very good qualifications and experienced an increase of 37.5% from cycle I. This shows increasing student learning outcomes on historical heritage materials and Islamic historical figures in Indonesia.

Keywords: Media, Historical Heritage, Student Learning Outcomes

Abstrak

Kurangnya minat belajar pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari prestasi belajar peserta didik yang kurang dari KKM yaitu sebanyak 59,38%. Peneliti menggunakan media foto dan gambar untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena media foto dan gambar bersifat konkret sehingga peserta didik akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang didiskusikan. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan Model PTK John Elliot, meliputi 2 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung. Objek penelitian adalah siswa kelas 9 J yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian menunjukan pada pra siklus peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM (tuntas) ada 18 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 64,87 atau 45%. Pada siklus I peserta didik yang berada di atas nilai KKM sebanyak 22 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 72,37 atau 62,5%, pada siklus I mengalami peningkatan 17,5% dari ketuntasan kegiatan pra siklus. Kemudian nilai rata-rata pada siklus II peserta didik yang tuntas mencapai 40 orang dengan nilai rata-rata seluruh siswa 79,5 yang mencapai ketuntasan 100%, berada pada kualifikasi sangat baik dan mengalami peningkatan 37,5% dari siklus I. Hal ini menunjukan meningkatnya hasil belajar peserta didik pada materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia.

Kata Kunci: Media, Peninggalan Sejarah, Hasil Belajar Peserta Didik

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

23

PENDAHULUAN

Salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada

pertumbuhan yang makin sempurna. Melalui pendidikan anak diharapkan dapat

diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan,

keterampilan dan sikap tertentu demi tugas-tugas profesional dan hidup. Dalam hal

ini, pendidikan mengarahkan anak pada hal yang bersifat occupation-oriented atau

training for life.

Pendidikan tidak akan terselenggara dengan baik bilamana para tenaga

kependidikan maupun peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar, metode

atau pendekatan, dan media yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan

belajar yang bersangkutan. Terlebih dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) ini, karena pembelajaran PAI memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu

yang bersifat teoritik dan praktik ke dalam kehidupan nyata di masyarakat. Oleh

karenanya substansi materi PAI menginteraksikan dan pengorganisasiannya secara

pedagogik dari berbagai ilmu yang diperuntukan bagi pembelajaran di tingkat

persekolahan. Sehingga melalui pembelajaran SKI pada pelajaran PAI diharapkan

siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan nyata di masyarakat

sebagai insan sosial.

Dalam realitasnya, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara

dinamis. Semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan

memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. oleh

karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpiki, keterampilan

sosial, keteremapilan akademik, dan keterampilan vokalissional mutlak harus

dilaksanakan.

Dari hasil belajar kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu ternyata mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan bagian dari pelajaran PAI adalah

mata pelajaran yang kurang diminati oleh para siswa. Hal ini dikarenakan

pembelajaran SKI lebih banyak menyajikan materi berupa teks-teks bacaan yang

dirasa oleh peserta didik kurang menarik. Dengan kata lain mata pelajaran SKI adalah

pembelajaran yang membosankan. Disamping itu metode ceramah yang

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

24

mendominasi proses pembelajaran oleh seorang guru semakin mengesankan sifat

monoton yang dimiliki oleh mata pelajaran SKI.1

Kurangnya penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran SKI dapat terlihat

dari nilai yang diperoleh. Penguasaan peserta didik dalam mata pelajaran SKI tentang

peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia masih rendah, kurang dari

KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penguasaan

peserta didik sekitar 55% atau 22 orang siswa kelas 9 J termasuk dalam kategori

belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas yaitu 64,87. Sehingga perlu menggunakan

metode pembelajaran ya tepat untuk mengatasi penguasaan peserta didik dalam

mata pelajaran SKI.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat

meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Khusus

untuk materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia dapat

dilaksanakan dengan penggunaan media foto dan gambar sehingga pengajaran akan

lebih menarik perhatian peserta didik dan dapat menumbuhkan motivasi belajar. Di

samping itu penggunaan media ini menyebabkan bahan pengajaran akan lebih jelas

maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya

menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.

METODE PENELITIAN

Metode pembelajaran yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini

adalah penggunaan Media Foto dan Gambar (Graphics). Kata “media” sendiri berasal

dari bahasa latin Medius yang berarti ‘tengah’ atau ‘perantara’ atau ‘pengantar’.

Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

kepada penerima pesan (Arsyad, 2003:3). Untuk memperoleh data yang diharapkan

sesuai dengan tujuan pokok, masalah penelitian sangat tergantung pada metode yang

digunakan, karena metode menurut Sugiyono (2009:2) adalah “Cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Metode dapat

memberikan gambaran kepada peneliti mengenai langkah-langkah yang harus

1 Budi Sujati, Kurikulum dan Pembelajaran pada Sejarah dan Kebudayaan Islam di MTs

Kifayatul Akhyar Kota Bandung. (Indramayu: Jurnal Sinau; Jurnal Ilmu Pendidikan dan Humaniora

STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu Vol. 6 No. 2 Tahun 2020), 4.

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

25

dilakukan dan pemilihan metode yang tepat dapat membantu peneliti dalam

memecahkan permasalahannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik melalui

Penelitian Tindakan Kelas, yaitu studi yang digunakan untuk mengumpulkan data,

mendeskripsikan, mengolah, menganalisa, menyimpulkan dan menafsirkan data

sehingga memperoleh gambaran yang sistematis.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Margahayu kelas 9J

Kab. Bandung, dimana peneliti bertugas sebagai tenaga pengajar. Pemilihan lokasi

sekolah di SMP Negeri 1 Margahayu kelas 9J sebagai tempat penelitian ditetapkan

dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi sekolah tempat peneliti, peneliti bertindak sebagai guru kelas 9J

akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

2. Masih terdapatnya sejumlah permasalahan yang dihadapi guru sebagai

peneliti yang bersangkutan dengan pelaksanaan pembelajaran, khususnya

dalam pembelajaran Sejarah Islam dengan materi peninggalan sejarah dan

tokoh sejarah Islam di Indonesia.

Ruangan yang digunakan sebagai tempat belajar kelas 9 J cukup memadai,

sehingga tidak ada siswa yang duduk berhimpitan. Dengan ruang dan kursi diduduki

oleh dua orang siswa, memungkinkan guru menjalankan proses pembelajaran.

Situasi pembelajaran diantaranya belajar melalui pengamatan lingkungan sekitar,

tanya jawab, membuat laporan untuk diinformasikan kepada siswa lain dan

melakukan refleksi.

Pelaksanaan penelitian pada mata pelajaran PAI mengenai Sejarah Islam

tentang peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia ini dilakukan 2

siklus, tiap siklus dilakukan 1 kali pertemuan. Kegiatan siklus I dilaksanakan Kamis, 8

Agustus 2019. Sedangkan siklus II dilaksanakan pada Kamis, 15 Agustus 2019.

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

26

Untuk lebih jelasnya pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Siklus Keterangan

1

2

Kamis, 8 Agustus 2019

Kamis, 15 Agustus 2019 PAI I

40 peserta didik

22 laki-laki dan 18 perempuan 3

4

Kamis, 22 Agustus 2019

Kamis, 29 Agustus 2019 PAI II

Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Margahayu

Kecamatan Margahayu, Kab. Bandung Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah siswa kelas 9 J yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

Sasaran penelitian adalah proses pembelajaran peninggalan sejarah dan tokoh

sejarah Islam di Indonesia melalui penggunaan media foto dan gambar.

Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan instrumen

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes Uji Kompetensi

Tes uji kompetensi adalah data untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran PAI dengan materi Sejarah Islam yang dilaksanakan setelah materi

selesai dipelajari dengan penggunaan media foto dan gambar dengan materi

peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia.

2. Lembar Observasi

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan format observasi sistematis.

Observasi sistematis merupakan observasi yang mengandalkan penggunaan koding

atau skala interaksi dengan melihat interaksi guru dengan murid. Lembar observasi

disusun untuk mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan kelas, kondisi kelas,

dan keaktifan kelas dalam proses pembelajaran. Observasi tindakan kelas dilakukan

oleh guru lain atau teman sejawat yang bertindak sebagai observer.

Prosedur Pelaksanaan PTK

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui sistem

berdaur dari berbagai kegiatan. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan Model

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

27

PTK John Elliot seperti dalam Muslihuddin (2011:72), karena model John Elliot lebih

terperinci dan detail. Model PTK john Elliot terdiri dari empat tahap, yaitu:

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan Model PTK

john Elliot tersebut dapat terlihat lebih jelas digambarkan oleh gambar berikut ini:

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Model John Elliot

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan (action/intervention) merupakan pelaksanaan dari

perencanaan yang kemudian dilaksanakan peneliti untuk mengatasi masalah. Selama

melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada

program yang telah disiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat.

Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama.

Hari/Tanggal : Kamis, 8 Agustus 2019

Jam ke : 9- 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.

c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta

didik dengan penggunaan media foto dan gambar.

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

28

d. Membagikan LKS sebagai sarana dalam proses pembelajaran.

e. Guru memperlihatkan foto dan gambar peninggalan-peninggalan sejarah

Islam di Indonesia.

f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak

lanjut pada pertemuan kedua siklus I.

g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian

yang ditemukan di kelas.

2. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama.

Hari/Tanggal : Kamis, 8 Agustus 2019

Jam ke : 9 - 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.

c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta

didik dengan penggunaan media foto dan gambar.

d. Guru memperlihatkan foto dan gambar peninggalan-peninggalan sejarah

Islam di Indonesia.

e. Siswa mengerjakan soal kompetensi.

f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak

lanjut pada kegiatan siklus II.

g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian

yang ditemukan di kelas.

Setelah melihat permasalahan pada perbaikan siklus I peneliti akan berusaha

agar kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diminimalisir bahkan

dapat ditingkatkan ke tujuan yang lebih baik. Sehingga hasil belajar peserta didik

menjadi tujuan perbaikan yang harus dicapai pada perbaikan siklus II.

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

29

Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan

sebagai berikut:

3. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua.

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Agustus 2019

Jam ke : 9 - 10 ( 12.50 – 14.10 WIB)

a. Menindaklanjuti hasil analisis/observasi kegiatan pembelajaran pada

siklus I.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.

d. Guru memperlihatkan foto dan gambar tokoh-tokoh sejarah Islam di

Indonesia.

e. Membagikan LKS sebagai sarana dalam proses pembelajaran.

f. Melaksanakan refleksi hasil kerja peserta didik sebagai bahan untuk tindak

lanjut pada pertemuan kedua siklus II.

g. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

h. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian

yang ditemukan di kelas.

4. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua.

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Jam ke : 9 -10 ( 12.50 – 14.10 WIB)

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah ditentukan.

c. Merefleksi materi pembelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta

didik dengan penggunaan media foto dan gambar.

d. Guru memperlihatkan foto dan gambar tokoh-tokoh sejarah Islam di

Indonesia.

e. Siswa mengerjakan soal kompetensi.

f. Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

30

g. Mencatat hasil kegiatan yang dilakukan guru tentang kejadian-kejadian

yang ditemukan di kelas.

Materi Peninggalan Sejarah dan Tokoh Sejarah Islam di Indonesia

Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan

antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang

bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid,

makam, istana), seni dan tradisi.

Berikut ini bahasan materi mengenai peninggalan-peninggalan sejarah

bercorak Islam di Indonesia bersumber pada buku pegangan guru berjudul

Pendidikan Agama Islam Kelas 9, Penerbit Erlangga.

Masjid

Masjid merupakan tempat shalat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai

daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana.

Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat

bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja

akan bertindak sebagai imam dalam memimpin shalat.

Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri

khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang

bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya

berbentuk limas. Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada

bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak

stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan

demikian, masjid dengan bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.

Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat

muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus

yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura

Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi

informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan

kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

31

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain

pada beberapa masjid berikut:

No. Nama Masjid Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan

1 Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M K. Demak

2 Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate

3 Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jatim Abad 15 M -

4 Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M -

5 Masjid Banten Banten Abad 15 M K. Banten

6 Masjid Cirebon Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon

7 Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Abad 15 M K. Aceh

8 Masjid Katangga Katangga, Sulsel Abad 16 M K. Gowa

Gambar 1: Masjid Agung Demak

Makam dan Nisan

Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan.

Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang

dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai

budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan

makam raja-raja. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah

rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.

Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada

beberapa makam berikut:

Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)

Makam Walisongo

Makam Imogiri (Yogyakarta)

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

32

Makam Raja Gowa

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada

beberapa nisan berikut:

Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan

huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang

perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangkat tahun 475 Hijriah

(1082 M);

Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan

Malik alsaleh yang berangkat tahun 696 Hijriah (!297 M);

Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;

Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan

Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.

Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana

berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh

Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih

berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu

dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal

beberapa saja.

Gambar 2 : Keraton Kesultanan Yogyakarta

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

33

No. Nama Istana Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan

1 Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate

2 Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore

3 Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon

4 Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon

5 Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh

6 Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten

7 Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa

8 Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram

9 Keraton Pakualaman Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram

Kaligrafi

Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi.

Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat

ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.

No. Kaligrafi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan

1 Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M -

2 Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai

3 Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M -

4 Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M -

5 Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon

6 Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M -

7 Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak

8 Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten

9 Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram

10 Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram

11 Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

34

Tokoh-Tokoh Sejarah Islam di Indonesia

Berikut ini bahasan materi tokoh-tokoh sejarah Islam di Indonesia bersumber

pada buku pegangan guru berjudul Pendidikan Agama Islam kelas 9 Penerbit

Erlangga.

Agama Islam masuk ke wilayah Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab

dan Gujarat. Mula-mula Islam dikenal dan berkembang di daerah Sumatra Utara,

tepatnya di Pasai dan Peurlak. Dari daerah tersebut, Agama Islam terus menyebar ke

hampir seluruh wilayah Nusantara. Agama Islam dapat diterima dengan mudah oleh

masyarakat Indonesia waktu itu. Mengapa agama Islam dapat diterima dengan

mudah? Sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut.

Syarat-syarat untuk masuk Islam tidak sulit. Untuk masuk Islam seseorang

cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.

Peran ulama, kyai, dan para pendakwah giat melakukan siar agama. Banyak

tokoh penyebar agama Islam menggunakan sarana budaya setempat.

Misalnya, beberapa wali di Pulau Jawa menggunakan sarana wayang untuk

sarana dakwah.

Sultan Malik As-Saleh (Samudera Pasai)

Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera

Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau

adalah putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke

tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu

Samudra Pasai. Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail,

seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-

Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah

tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami

puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan

memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat

sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk

merebut Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang

agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman.

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

35

Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh

hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-

undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan

hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri.

Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada

makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.” Setelah beliau wafat,

Aceh mengalami kemunduran.

Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat

Sunan Gunung Jati adalah wali yang banyak berjasa dalam menyebarkan

agama Islam di daerah Jawa Barat. Beliau masih keturunan raja Pajajaran, Prabu

Siliwangi. Ibunya, Nyai Larang Santang, adalah putri Prabu Siliwangi. Sementara

ayahnya, Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah), adalah seorang bangsawan

Arab. Nama kecil beliau adalah Syarif Hidayatullah. Ketika dewasa, Syarif

Hidayatullah memilih berdakwah ke Jawa, daripada menetap di tanah kelahirannya,

Arab. Beliau menemui pamannya Raden Walangsungsang di Cirebon. Setelah

pamannya wafat, beliau menggantikan kedudukannya. Syarif Hidayatullah berhasil

meningkatkan Cirebon menjadi sebuah kesultanan.

Setelah Cirebon menjadi kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi

Kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Dari Cirebon Sunan Gunung Jati

mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Kawali

(Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau meletakkan dasar bagi pengembangan dan

perdaganan Islam di Banten. Ketika beliau kembali ke Cirebon, Banten diserahkan

kepada Putranya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja

Banten. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570. Beliau dimakamkan di Gunung

Jati, Cirebon, Jawa Barat. Sunan Gunung Jati ini adalah termasuk Walisanga yang

menyebarkan Islam perwakilan dari Walisanga (9 Wali yang menyebarkan Islam di

Tanah Jawa).

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

36

Gambar 3 : Walisanga tokoh penyebar Islam di Tanah Jawa

Dato’ Ri Bandang dan Lain-Lain

Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di

Sulawesi Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal),

Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib Bungsu).

Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan Gowa-Tallo

untuk menyiarkan agama Islam. Mereka berdua dengan giat mengenalkan agama

Islam dan seluk-beluknya kepada masyarakat setempat. Lambat laun, banyak

masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam Sultan Gowa

tersebut bergelar Sultan Alauddin.

Tuan Tunggang Parangan

Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di

Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada dua

ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan Dato ri

Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke Makasar

(Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan siar yang telah beliau rintis di sana. Tuan

Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai. Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan,

Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di Langgar, yang

menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti juga oleh pangeran,

hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan masuk Islam semakin

terdesak masuk ke pedalaman. Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

37

Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja

memberlakukan undang-undang kesultanan yang berpedoman pada ajaran Islam.

Sultan Zainal Abidin

Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi

ke Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha

memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha

memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan

mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Zainal Abidin juga berusaha

menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media foto dan gambar

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi peninggalan sejarah

dan tokoh sejarah Islam di Indonesia, di kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu Kab.

Bandung, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

Penggunaan Media Foto dan Gambar dapat meningkatkan kemampuan

peserta didik dalam memahami materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam

di Indonesia. Model pembelajaran dengan penggunaan media ajar foto dan gambar

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) dengan

materi materi peninggalan sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia lebih efektif,

terlihat dari keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tersebut,

dibandingkan dengan hanya peserta didik mendengarkan ceramah atau membaca

buku pegangan. Pada siklus I nilai keaktifan siswa tergolong “baik” mencapai 16

orang (40,00%), keaktifan “cukup” mencapai 12 orang (30%), sedangkan siswa

dengan keaktifan “kurang” mencapai 12 orang (30%). Kondisi tersebut berubah pada

siklus II dimana nilai keaktifan “baik” meningkat menjadi 40 orang (100%).

Penelitian dengan penggunaan media ajar foto dan gambar untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi peninggalan

sejarah dan tokoh sejarah Islam di Indonesia di kelas 9 J SMP Negeri 1 Margahayu

menunjukan perkembangan hasil kemampuan peserta didik yang meningkat. Hasil

tes awal, diperoleh gambaran kemampuan peserta didik dengan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yaitu 70 mencapai 40% atau 16 peserta didik dari jumlah total

|JURNAL SINAU VOL . 7 NO . 2 OKTOBER 2021

38

keseluruhan 40 orang, dengan nilai rata-rata kelas 63,59; nilai tertinggi 80 dan

terendah 50. Hasil siklus I kemampuan peserta didik yang mencapai ketuntasan

minimal meningkat menjadi 68,75% atau 22 orang, dengan nilai rata-rata kelas

67,65; nilai tertinggi 90 dan terendah 60. Dan pada kegiatan siklus II kemampuan

peserta didik mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga 100% peserta

didik berhasil mencapai ketuntasan minimal atau 40 dari total 40 orang dengan nilai

rata-rata kelas 83,75; nilai tertinggi 100 dan terendah 70.

PENGGUNAAN MEDIA FOTO DAN GAMBAR ………|ISSN: 2685-1679|

39

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budiono, et all. (2008). Strategi Memanfaatkan Media Gambar. [Online]. Tersedia:

(http://tpcommunity05.blogspot.com-/2008/05/strategi-memanfaatkan-

media-gambar.html): [19 Mei 2011]

Endang Susilaningsih dan Linda S. Limbong. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk

SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Muslihudin. (2011). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah.

Bandung. Rizqi Press.

Sudjana dan Rivai. (1990). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

SKripsi

Mukhamad, Afif. (2008). Penggunaan Media Foto Untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X-A MAN Kota Blitar. Skripsi.

Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.

Jurnal

Sujati, Budi. (2020). Kurikulum dan Pembelajaran pada Sejarah dan Kebudayaan Islam

di MTs Kifayatul Akhyar Kota Bandung. (Indramayu: Jurnal Sinau; Jurnal

Ilmu Pendidikan dan Humaniora STKIP Pangeran Dharma Kusuma

Indramayu Vol. 6 No. 2).