pengaruh penerapan model problem based learning terhadap ...

216
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MITIGASI BENCANA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V (Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I) Oleh Yulia Kurnia Dewi NIM. 1111018300058 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Transcript of pengaruh penerapan model problem based learning terhadap ...

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASEDLEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

MITIGASI BENCANA PADA MATA PELAJARAN IPSSISWA KELAS V

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oleh

Yulia Kurnia DewiNIM. 1111018300058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2015 M/1436 H

i

ABSTRAK

Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): Pengaruh PenerapanModel Problem Based Learning terhadap Pemahaman KonsepMitigasi Bencana Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug,Tangerang)

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh

positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep

mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah

Ciledug. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design dengan metode penelitian eksperimen semu

(Quasi Experiment). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda, serta instrumen nontes berupa

pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan

model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana

siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai

kelas yang signifikan. Hal ini didasarkan pada hasil uji hipotesis yakni

pemerolehan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Hal tersebut juga

didukung oleh hasil telaah pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

menunjukkan respon positif dari subjek penelitian.

Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Pemahaman Konsep Mitigasi

Bencana

ii

ABSTRACT

Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): The Effect ofImplementation Problem Based Learning Model to Comprehensionof Disaster Mitigation Concept at Social Studies for The Student’s ofClass V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-HasanahCiledug, Tangerang)

This study was aimed to reveal what positive effect from implementation of

Problem Based Learning model to comprehension of disaster mitigation concept

at social studies for the student’s of class V at SD Islam Al-Hasanah Ciledug,

Tangerang. Design of this research is nonequivalent control group design with

quasi experiment method. Sample taking technique in this research with purposive

sampling. The instrument research are use test with choice task, and also use

instrument nontest with observation sheet, guide interview, and documentation.

The results from this research is that be found implementation of Problem

Based Learning model can affect the student’s comprehension of disaster

mitigation concept at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang is there’s the

student’s got increasing significant for the average class score. It’s base on the

result of hypotheses testing with SPSS 22 obtained score Sig. (2-tailed) = 0,039.

So, ignored Ho or accepted H₁, because score of Sig. t-test (2-tailed) = 0,039 <

0,05. That’s also supportable with the analysis result of guide observation, guide

interview, and documentation that showed positive respond from the research

subject’s.

Key word: Problem Based Learning Model, Comprehension of Disaster

Mitigation Concept

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt. yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang

telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar

kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafa’at di yaumil

akhir nanti, Aamiin. Pada dasarnya, skripsi merupakan salah satu mata kuliah

yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa, khususnya di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Penyelesaian penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana. Adapun, tahap penulisan skripsi merupakan sebuah

manifestasi dari keseluruhan proses perkuliahan yang penuh tantangan,

perjuangan, dan pengorbanan. Namun demikian, hal tersebut justru telah memacu

penulis untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus mengobarkan semangat

belajar guna mencapai tujuan akhir yang membahagiakan. Selanjutnya, pada tahap

penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah rela

memberikan kontribusi, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Untuk

itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad Thib

Raya, MA yang selalu membimbing dan menginspirasi seluruh mahasiswa

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

2. Wadek III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Fauzan, MA selaku mantan

Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang selama ini

memiliki dedikasi tinggi untuk membawa nama PGMI sebagai Program Studi

yang mampu bersaing dan memiliki lulusan-lulusan yang berkualitas, serta

dapat dibanggakan. Terima kasih Pak Fauzan, semoga Allah senantiasa

memberkahi kehidupan Bapak beserta keluarga dengan kebaikan-Nya.

iv

3. Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Bapak

Dr. Khalimi, M.Ag yang selalu setia membimbing, memotivasi dan

memfasilitasi seluruh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI) agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu. Barakallah Pak.

4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd yang selalu

bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan dan senantiasa sabar dalam

membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama proses penulisan

skripsi. Terima kasih Pak Arif, semoga Allah senantiasa menjaga Bapak dan

keluarga dalam naungan kasih sayang-Nya.

5. Seluruh jajaran dosen pengajar di Prodi PGMI, terutama para dosen yang

selama ini telah setia berbagi ilmu dan pengalaman pada mahasiswa PGMI

angkatan 2011. Teruntuk Bapak Dindin Ridwanudin, Bapak Saidun Derani,

Bapak Shodiq, Bapak Asep Ediana Latif, Ibu Nanda Sari Dewi, Ibu Dina

Fhadlilah, dan Ibu Nafia Wafiqni. Terima kasih atas segala amalan baik yang

telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis, semoga penulis selalu berpegang

teguh pada kebaikan dan kelak dapat mengamalkannya kembali kepada anak-

anak didik penulis.

6. Kepala SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang, Bapak H. Yusuf Tahri,

S.Pd yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin dengan segala

pelayanan terbaik yang dimiliki SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang.

7. Seluruh jajaran Guru SD Islam Al-Hasanah, khususnya kepada Bapak Agus

selaku wakil kepala sekolah, Bapak H. Abdul Latif, S.Ag selaku wali kelas V-

1, dan Bapak Khoirul Ilmi, S.Pd selaku wali kelas V-2, terima kasih untuk

semua kontribusi, motivasi, kesantunan, dan keramahtamahan pelayanan dari

Bapak sekalian kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian di SD Islam Al-Hasanah dengan baik dan selesai tepat waktu.

8. Keluarga tercinta “you’re really my happiness who can make my lifes 100%

perfect”. Ayah ”you’re my guardian angel, my only true love, and no one will

ever replace you in my hearts”, cucuran keringat dan keelokan cerita

pengalamanmu telah memantik api semangatku untuk selalu menjadi pribadi

v

yang lebih baik. Mamah “you’re the queen in my hearts, and in my lifes

forever”, kehadiranmu sangat berarti sampai kapanpun, Mah. Fauziah

Salsabilah, Annisa Ulfa, dan Muhammad Dafa Baihaqi, “you’re my little

rainbow in my lifes” kalian selalu mewarnai hidup kakak, “so let’s give our

best and make our parents be proud of us!”.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan & sepengorbanan, kehadiran kalian selalu

berhasil lengkapi keterbatasanku, jaga kami selalu berjalan dalam ridho Mu ya

Allah. Teruntuk: Ainun Jaariyah, Febriani, Arrum Nisa, Isty Saras Swati, Eva

Fauziah, Ayu Aprianti, Igeul Nurul M.Y, Siti Sa’adah, Dini Anugerah Safitri,

Ahmad Barqu S., Hana Maulana, Dzulfahmi Pratama, Khusen Alfani, Akbar

Asha, dan seluruh teman-teman PGMI 11 B, serta seluruh angkatan PGMI 11

yang akan selalu tersimpan rapi dalam kenangan masa kuliah. Semoga

silaturahmi, solidaritas, kekompakan, keceriaan, kepekaan, dan kegilaan kita

tak padam sampai di sini ya! “Always keep our brotherhood guys!”

10. Sahabat-sahabat sepergaulan, bermula dari kalian satu persatu hingga akhirnya

menjadi KITA! Kita yang penuh kasih, perhatian, kepedulian, kepekaan,

kenyamanan, dan kebebasan, semoga akan tetap seperti ini sampai tiba masa

akhir kita. Teruntuk: Ibnu Hidayat, Maulana Candra, Tri Nur Pratiwi,

Nurfitriana, Suryani Hadiyanti, Niken Safpa, Laili Fauziah, dan Umi, semoga

Allah menuntun kita selalu dalam kebenaran. Amin

11. Semua pihak yang telah terlibat atas terselesaikannya skripsi ini, semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai amal jaariyah bagi

penulis. Amin

Demikianlah, ungkapan rasa terima kasih penulis, semoga segala kebaikan

yang telah penulis terima dapat dibalas lebih oleh Allah Swt., dan semoga kita

semua selalu berada dalam naungan keridhoan, kasih sayang, serta kebaikan-Nya.

Amin

Tangerang, 25 Agustus 2015

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi

Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi

Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Surat Pernyataan Karya Ilmiah

Abstrak…………………………………………………………………………………. i

Abstract………………………………………………………………………………… ii

Kata Pengantar…………………………………………………………………………. iii

Daftar Isi……………………………………………………………………………….. vi

Daftar Tabel……………………………………………………………………………. x

Daftar Gambar…………………………………………………………………………. xii

Daftar Bagan…………………………………………………………………………… xiii

Daftar Lampiran……………………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….................................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah..................................................................................................... 9

D. Perumusan Masalah...................................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….. 9

F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………… 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori…..…………….……………….......................................................... 11

1. Penerapan Model Problem Based Learning ……….....………………………..... 11

a. Hakikat Model Problem Based Learning ……………………………………. 11

b. Karakteristik Model Problem Based Learning ….........……………………… 13

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning……..…………. 15

d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning……………… 17

e. Penilaian Model Problem Based Learning…………………………………… 21

vii

2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana………………………………………….. 22

a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana……………………………… 22

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana… 26

c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………………….. 28

d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………. 30

e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan…………… 31

f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana………………………………………… 41

g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana……………………………………... 42

3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………….…………...……………. 43

a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar…………………………….... 43

b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………………………...... 44

c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar……………………………. 46

d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………… 48

B. Hasil Penelitian yang Relevan…..…………………………………………………… 49

C. Kerangka Berpikir...…………………………………………………………………. 52

D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………………………………. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………......……. 54

B. Desain Penelitian…………………………………………………………………….. 55

C. Metode Penelitian……………………………………………………………………. 56

D. Populasi dan Sampel…………………………………………………………………. 57

E. Variabel Penelitian…………………………………………………………………… 58

F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………... 59

G. Instrumen Penelitian…………………………………………………………………. 61

H. Uji Coba Instrumen………………………………………………………………….. 65

1. Uji Coba Instrumen Tes………………………………………………………….. 65

a. Validitas Instrumen Tes……………………………………………………… 65

b. Reliabilitas Instrumen Tes…………………………………………………… 66

c. Taraf Kesukaran……………………………………………………………… 67

d. Daya Pembeda……………………………………………………………….. 68

viii

2. Uji Coba Instrumen Nontes……………………………………………………… 69

I. Teknik Analisis Data………………………………………………………………… 70

1. Analisis Data Hasil Belajar……………………………………………………… 70

a. Uji Normalitas……………………………………………………………….. 70

b. Uji Homogenitas……………………………………………………………... 71

c. Uji Hipotesis…………………………………………………………………. 71

2. Analisis Data Hasil Observasi…………………………………………………… 72

3. Analisis Data Hasil Wawancara…………………………………………………. 73

J. Hipotesis Statistik………………………………………………………………......... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………………………………………………………. 74

1. Deskripsi Data…………………………………………………………………… 74

a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……………..... 75

b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………. 79

2. Analisis Data……………………………………………………………………… 83

a. Analisis Data Hasil Belajar…………………………………………………… 83

1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............83

2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol........... 84

3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……..86

4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….86

5) Uji Hipotesis…………………………..…………………………………... 87

b. Analisis Data Hasil Observasi…………………………..…………………… 88

c. Analisis Data Hasil Wawancara……………………………………………… 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………..……92

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep………………………… 94

2. Proses Pembelajaran di Kelas……………………………………………………...94

a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen…………………………………… 94

vii

b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol………………………………………... 96

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa…………………………………... 97

C. Keterbatasan Penelitian……………………………….………………………………. 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..……………. 99

B. Saran…………………………………………………………………..…………... 100

DAFTAR PUSTAKA………...……………………………………………………….. 101

LAMPIRAN

x

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Fase Penerapan Problem Based Learning……………………… 17

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian…………………………………. 54

Tabel 3.2 Nonequivalent Control Group Design………………………….. 56

Tabel 3.3 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data…………… 59

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes………………………………………… 62

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi…………………………………... 63

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir

Pelaksanaan Penelitian)…………………………………………

64

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir

Pelaksanaan Penelitian)…………………………………………

64

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi……………………………….. 65

Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen……………………….. 66

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes……………………………… 66

Tabel 3.11 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen…………………….. 67

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes……………………………. 67

Tabel 3.13 Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal……………………. 68

Tabel 3.14 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal……………………... 68

Tabel 3.15 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal………………… 69

Tabel 3.16 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal………………………. 69

Tabel 3.17 Rubrik Pengamatan……………………………………………... 72

Tabel 4.1 Telaah Hasil Belajar IPS………………………………………... 74

Tabel 4.2 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen………. 75

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen………….. 76

Tabel 4.4 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol…………… 77

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol………………. 78

Tabel 4.6 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen……… 79

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen…………. 80

xi

Tabel 4.8 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol………….. 81

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol……………… 82

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen………….. 83

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol……………… 84

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen………… 85

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol……………... 85

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol…………………………………………………………..

86

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol…………………………………………………………..

86

Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)……………… 87

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen

dan Kontrol……………………………………………………...

89

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen

dan Kontrol……………………………………………………...

89

Tabel 4.19 Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1)……………. 90

Tabel 4.20 Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1)…………... 91

xii

Daftar Gambar

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen... 77

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol…….. 79

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen.. 81

Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol……. 83

xiii

Daftar Bagan

Bagan 2.1 Bagan Alur Penelitian…………………………………………. 52

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-1…………………….. 105

Lampiran 2 Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-2…………………….. 106

Lampiran 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Eksperimen (V-1)…………………. 107

Lampiran 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Kontrol (V-2)………………............ 108

Lampiran 5 Hasil Pengujian Instrumen Tes Penelitian Menggunakan ANATES………. 109

Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen……………………………………………………... 116

Lampiran 7 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen……………………….. 126

Lampiran 8 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen.. 127

Lampiran 9 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Eksperimen. 133

Lampiran 10 Pedoman dan Hasil Wawancara Guru Kelas Eksperimen…………….……. 139

Lampiran 11 Pedoman dan Hasil Wawancara Siswa Kelas Eksperimen…………………. 141

Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen………………... 143

Lampiran 13 RPP Kelas Kontrol………………………………………………………….. 146

Lampiran 14 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol……………………………. 156

Lampiran 15 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol…….. 157

Lampiran 16 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Kontrol…… 163

Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol……………………. 169

Lampiran 18 Instrumen Tes Penelitian…………………….……………………………... 172

Lampiran 19 Kunci Jawaban Instrumen Tes……………………………………………… 175

Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa………………………………………………………… 176

Lampiran 21 Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana………………………......... 178

Lampiran 22 Media Gambar Bencana Alam……………………………………………… 188

Lampiran 23 Media Gambar Bencana Anthropogene…………………………………….. 189

Lampiran 24 Uji Referensi………………………………………………………………... 190

Lampiran 25 Surat Izin Penelitian………………………………………………………… 195

Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian…………………………….. 196

Lampiran 27 Biodata Penulis……………………………………………………………... 197

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu pembelajaran, pemahaman konsep merupakan salah satu

aspek kognitif yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam melewati

proses pembelajaran, agar mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya di

jenjang yang lebih tinggi. Ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu

konsep itu baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil secara kognitif

dalam melewati proses pembelajaran. Begitu pun sebaliknya, ketika pemahaman

yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu kurang baik, maka siswa yang

bersangkutan belum mampu melewati proses pembelajaran dengan baik. Untuk

itu, pemahaman konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah melalui proses

pembelajaran.

Hal ini dikarenakan, pemahaman konsep yang dimiliki siswa dapat

bermanfaat untuk memahami konsep lain yang lebih luas dan diterapkan untuk

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam memahami konsep, siswa tidak sebatas mengenal, tetapi harus dapat

menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Untuk itu, proses

pemahaman konsep harus selalu memperhatikan berbagai faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun, salah satu

konsep yang sangat penting untuk dimiliki siswa adalah konsep mitigasi bencana.

Konsep mitigasi bencana merupakan suatu konsep yang terkait dengan

upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan,

kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana. Terdapat

beberapa alasan yang membuat konsep mitigasi bencana ini dikatakan penting, di

antaranya: (1) posisi geografis Indonesia yang terletak di ujung pergerakan tiga

lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.1 Sehingga, dapat dikatakan

1 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial

2

bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana, maksudnya adalah setiap saat

bencana dapat mengancam kehidupan yang dirasakan normal dan rutin saja; (2)

perlu adanya upaya menumbuhkan kesadaran pada diri siswa sejak dini tentang

pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan

komitmen tentang sikap siaga bencana pada diri siswa dan seluruh masyarakat

melalui upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi) yang dilaksankan secara

kreatif dan proaktif.

Siswa harus menyadari bahwa keberadaan manusia dan alam merupakan

bukti nyata adanya Tuhan selaku Pencipta seluruh semesta. Manusia dan alam

adalah dua komponen yang saling berdampingan dan mempengaruhi satu sama

lain. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa hubungan antara manusia dan alam

bersifat dinamis. Ketika manusia dapat bersahabat dengan alam, maka alam pun

akan selalu memberikan segala kebaikan yang dimilikinya untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Adapun, ketika manusia enggan berlaku baik terhadap alam,

maka bencana2lah yang akan datang.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat An-An’aam ayat 64, yang

artinya: “Katakanlah: Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari

segala macam kesusahan, …”. Selanjutnya, dipertegas lagi dalam surat Al-A’raaf

ayat 56, yang artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,

sesudah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut

dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang

berbuat baik”.

Sudah sepatutnya kondisi alam yang sulit diterka dapat membuat manusia

lebih waspada. Namun, pada kenyataannya justru manusialah yang lalai untuk

selalu bersikap waspada, dan peka terhadap gejala alam yang ada di lingkungan

Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 6.

2 Untuk dapat disebut sebagai “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria di antaranya,yaitu: (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia; (3) terjadisecara tiba-tiba (sudden) dan perlahan/bertahap (slow); (4) menimbulkan hilangnya nyawamanusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dsb.; (5) berada di luarkemampuan masyarakat untuk menanggulanginya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nurjanah,dkk.,Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 11.

3

sekitarnya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, terkadang mengabaikan

dan bersikap apatis3 terhadap kondisi lingkungan alam di sekitarnya. Tidak jarang

terdapat beberapa oknum yang secara sengaja meraup keuntungan dari kekayaan

alam.

Lebih lanjut, bencana dikelompokkan menjadi dua, yaitu bencana alam4

dan bencana anthropogene.5 Di Indonesia terdapat beberapa bencana alam yang

telah banyak menimbulkan kerugian, di antaranya adalah (1) bencana tsunami

yang terjadi pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 telah merenggut banyak

korban jiwa, lumpuhnya perekonomian masyarakat, kerusakan total sarana dan

prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, sampai akses

jalan yang terputus; (2) bencana gempa tektonik yang melanda Yogyakarta dan

sebagian wilayah Klaten telah menghancurkan hampir seluruh pemukiman di

Kabupaten Bantul dan sekitarnya, rusaknya berbagai sarana dan prasarana umum

seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, dan berbagai kerugian lainnya.6

Selain itu, bencana anthropogene yang terjadi di Indonesia, di antaranya

adalah (1) kegagalan pengeboran eksplorasi migas di daerah Renokenongo,

Sidoarjo, Jawa timur, telah menimbulkan semburan lumpur panas yang menjadi

musibah berkepanjangan bagi seluruh warga yang tinggal di sekitarnya;7 (3)

bencana banjir yang setiap tahun melanda Jakarta sebagai akibat dari curah hujan

yang tinggi, pengelolaan saluran air, sampah dan sungai yang belum maksimal,

serta masyarakat yang belum terbiasa menerapkan pola hidup bersih dan cinta

lingkungan. Berbagai runtutan peristiwa bencana di atas semakin membuktikan

3 Apatis adalah sikap acuh, tidak peduli, masa bodoh. Sebagaimana dijelaskan oleh TimPenyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 60.

4 Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidakpernah berhenti secara alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam &Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 7.

5 Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yangmemanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan. Sebagaimanadijelaskan oleh Sukandarrumidi, Ibid.,hlm. 7 &25.

6Ibid., hlm. 34.7 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 24.

4

bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana dengan tingkat ancaman

bencana alam yang paling besar di dunia.

Lebih lanjut, terdapat beberapa program sebagai bagian dari ratifikasi 168

negara (termasuk Indonesia) tentang Hyogo Framework for Action 2005-2015

(HFA) yang berkomitmen untuk penurunan secara berarti hilangnya nyawa dan

aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan karena bencana yang dialami oleh

masyarakat dan negara.8 Salah satu prioritas HFA adalah pentingnya

menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun sebuah

budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (dalam jangka panjang

diharapkan akan dapat membangun kesiapsiagaan terhadap bencana dari respon

yang efektif di semua tingkat.9 Untuk itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan

dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir

dan pola prilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah.

Hal di atas sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam

upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual,

yaitu:10 (1) awareness (perubahan prilaku); (2) knowledge development (salah

satunya pendidikan dan pelatihan); (3) public commitment; dan (4) risk

assessment. Pentingnya pengetahuan, inovasi, pendidikan guna membangun

budaya keselamatan dan ketahanan pada semua unsur di sekolah terkait dengan

bencana. Upaya menanamkan kesadaran siaga bencana dapat dilakukan sedini

mungkin, terutama bagi para siswa di sekolah dasar. Berdasarkan Undang-

Undang RI Nomor 32 tahun 2009 Pasal 1, dijelaskan bahwa “Pembangunan

berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek

lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk

menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,

kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.”11

8 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana,(Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1, hlm. 32-33.

9 Ibid., hlm. 33.10 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana,

Op. cit., hlm. 33.11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3.

5

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 9,

dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman

kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur

pendidikan nonformal.12 Dalam bidang pendidikan dasar, sudah sepatutnya

diterapkan pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana. Terlebih lagi,

berdasarkan hasil kajian LIPI-UNESCO/ISDR menunjukkan komunitas sekolah

termasuk dalam kelompok masyarakat rentan yang tingkat kesiapsiagaannya

masih minim.13 Oleh karena itu, upaya sosialisasi tentang mitigasi bencana

sebaiknya dimasukkan dalam proses pembelajaran, terutama di tingkat pendidikan

dasar agar terbentuk konsep diri pada siswa dalam memahami konsep mitigasi

bencana, dan dapat merubah sikap siswa, serta meningkatkan pengetahuan dan

tingkah laku siswa dalam menghadapi bencana.

Pada dasarnya, pemahaman konsep mitigasi bencana dapat diterapkan

untuk semua bidang studi, tetapi dalam hal ini, konsep mitigasi bencana

diterapkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).14 IPS di sekolah

dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari

sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu

serta masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak

terlihat aspek disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi

pedagogik, dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang

bersifat holistik.15 Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

12 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam PengelolaanLingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.

13 LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam MengantisipasiBencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia, (Jakarta, 2006). Sebagaimana dikutip oleh Chairummi, Sri Adelila Sari,M. Ridha, Universitas Syiah Kuala, Pengaruh Konsep Diri Dan Pengetahuan Siswa TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di SDN 27 dan MIN Merduati Banda Aceh, JurnalKesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 240 - 241.

14 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolahdasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah“social studies”. Sebagaimana dijelaskan oleh Sapriya, dkk.,Konsep Dasar IPS, (Bandung:Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008), hlm. 2.

15 Ibid., hlm. 3.

6

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan

yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Sejalan dengan itu, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1, dinyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

siswa.16 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah

sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun

landasan bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang: (a)

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan

berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat,

mandiri, dan percaya diri; dan (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan

bertanggung jawab.17

Salah satu sekolah yang penulis pilih untuk melakukan kegiatan penelitian

adalah SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Alasan penulis memilih SDI

Al-Hasanah sebagai tempat penelitian, didasarkan pada: (1) ketertarikan penulis

untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang masih menerapkan

kurikulum 2013; (2) kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat

curah hujan tinggi. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk

budaya sadar bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada

umumnya; dan (3) lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan

dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.

16 Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, ( Jakarta:Depertemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 6.

17 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi DasarSekolah Dasar (SD)/ MadrasahIbtidaiyah (MI)”, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), hlm. 1.

7

Leboh lanjut, berdasarkan hasil observasi pada tahap penelitian

pendahuluan di kelas V SDI Al-Hasanah pada bulan Maret 2015 diperoleh hasil

bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum

efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan

model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, maksud dari “belum efektif” di

sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Masalah ini penulis

temukan berdasarkan hasil telaah terkait hasil belajar siswa di kelas V-1 dan V-2

SDI Al-Hasanah pada mata pelajaran IPS tepatnya yang terdapat pada tema 1

“Benda di Lingkungan Sekitar”, subtema 3 “manusia dan lingkungan”, dan pada

tema 4 “Sehat itu Penting”, subtema 3 “lingkungan sehat” tahun pelajaran 2014-

2015.

Adapun, menurut hasil telaah, rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran

IPS, tema 1 subtema 3 adalah sebesar 68,1 dan pada tema 4 subtema 3 sebesar

68,8 untuk kelas V-1. Sedangkan, di kelas V-2 rata-rata nilai siswa pada mata

pelajaran IPS pada tema 1 subtema 3 sebesar 68,2, dan pada tema 4 subtema 3

sebesar 69,2. Tidak hanya itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat

beberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswa yang

masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih rendah.

Setelah melihat paparan masalah-masalah di atas, maka sudah sepatutnya

guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran mampu merencanakan dan

mengimplementasikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan akhir yang telah

ditetapkan, dan yang paling utama adalah siswa dapat memiliki pemahaman

konsep secara utuh setelah melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini, yang

menjadi fokus adalah pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran

IPS. Dikarenakan begitu pentingnya pembelajaran tentang konsep mitigasi

bencana dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi bencana yang

belum mencapai KKM yaitu 70.

Untuk itu, penulis memilih alternatif dengan menerapkan model problem

based learning (PBL/pembelajaran berbasis masalah). Lebih lanjut, pemilihan dan

8

penerapan model problem based learning dinilai tepat dan sesuai dengan proses

pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan materi tentang konsep mitigasi

bencana. Melalui model ini, siswa dapat membangun kecakapan sepanjang

hidupnya dalam memecahkan masalah, bekerjasama dalam tim, dan

berkomunikasi.18 Model problem based learning merupakan sebuah model

pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga memberi stimulus

kepada siswa untuk belajar.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait upaya

meningkatkan pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model

problem based learning di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Terlebih

lagi, materi mitigasi bencana merupakan salah satu materi pokok di Kelas V

semester 2, pada tema ke-9 “Lingkungan Sahabat Kita”, dan sesuai dengan

kebutuhan kompetensi dasar mata pelajaran IPS nomor 3.5 dan 4.5 di kelas V

pada kurikulum 2013.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk

memberikan keterangan dan menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh

positif dari penerapan model problem based learning terhadap pemahaman

konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V, dan hasilnya

disusun dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “pengaruh penerapan model

problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata

pelajaran IPS siswa kelas V”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pentingnya menerapkan pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana pada

tingkat pendidikan dasar.

18 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2010), hlm. 13.

9

2. Model pembelajaran yang digunakan guru saat proses pembelajaran sudah

bervariasi, tetapi belum efektif.

3. Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian

ini dibatasi hanya pada: tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih

rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belum

mencapai KKM (70). Untuk itu, solusi yang ditawarkan adalah dengan

menerapkan model problem based learning dalam proses pembelajaran di kelas V

SD Islam Al-Hasanah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh positif penerapan

model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana

pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh

positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep

mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah

Ciledug.

10

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan sebagai upaya

pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata berdasarkan bekal teori

dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

b. Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan

referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan

tentang penerapan model problem based learning untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana.

b. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses

pembelajaran terkait dengan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi

bencana sebagai wujud kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk

meminimalisir terjadinya bencana.

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Penerapan Model Problem Based Learning

a. Hakikat Model Problem Based Learning

Terdapat beberapa teori yang melandasi model problem based learning

(pembelajaran berbasis masalah), di antaranya adalah:1

1) Teori belajar bermakna dari David Ausubel

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya

informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur

kognitif seseorang.2 Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dihasilkan

perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan

informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.3 Dalam proses

belajar bermakna, informasi/konsep baru diasimilasikan pada informasi/konsep

yang relevan dalam struktur kognitif yang telah ada. Adapun, kaitannya dengan

problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur

kognitif yang telah ada.

2) Teori belajar Lev. S. Vigotsky

Menurut Vigotsky, interaksi sosial dengan teman lain memacu

terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.4

Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana

orang tua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat

1 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 244.

2 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Erlangga, 2011),hlm. 95.

3 Ibid., hlm. 96.4 Rusman, Loc. cit., hlm. 244.

12

memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.5

Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi

baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar dalam

interaksi sosial dengan individu lain.

3) Teori Belajar Jerome S. Brunner

Menurut Brunner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan

secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling

baik.6 Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna.7 Selain itu, Brunner juga menggunakan konsep scaffholding dan

interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffholding adalah suatu proses

untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu malampaui kapasitas

perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki

kemampuan lebih.8 Adapun. kaitannya dengan problem based learning adalah

mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui

kegiatan belajar penemuan dalam interaksi sosial dengan individu lain

Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa

melalui penerapan problem based learning siswa mampu memperoleh

pengetahuan yang relevan, berpikir untuk dapat memahami, dan terdorong untuk

melakukan sesuatu. Melalui penerapan problem based learning siswa mampu

mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dan motivasi belajar untuk merancang

berbagai macam pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran.

Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan

penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala

5 Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis PencapaianKompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 51.

6 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 79.7 Ibid.8 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 245.

13

sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.9 Sementara itu, problem based

learning dijelaskan sebagai seperangkat model mengajar yang menggunakan

masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

materi, dan pengaturan diri.10 Secara sederhana, problem based learning dimaknai

sebagai sebuah model yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajaran

sehingga siswa terstimulus untuk belajar.

Tujuan penerapan problem based learning adalah penguasaan isi belajar

dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan berpikir reflektif, kritis,

analitis dan evaluatif, dan keterampilan memaknai informasi dan memecahkan

masalah, membiasakan diri belajar secara kolaboratif, inovatif, dan kooperatif,

serta mampu belajar tentang kehidupan yang lebih luas.11 Tujuan terpenting dalam

penerapan problem based learning adalah mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah dan menjadikan siswa mandiri.12 Selain itu, terdapat beberapa

manfaat dari penerapan problem based learning, di antaranya adalah (1)

pemahaman siswa meningkat dan menjadi lebih ingat dengan materi pelajaran; (2)

meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong dan

memotivasi siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan

keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life-long learning

skills).13

b. Karakteristik Model Problem Based Learning

Model problem based learning memiliki beberapa karakteristik, di

antaranya adalah pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah sesuai konteks

dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan

mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, siswa mempelajari dan

9 Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2000), dan dikutip oleh Rusman, Seri ManajemenSekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit.,hlm. 232.

10 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 307.

11 Rusman, Loc. cit., hlm. 238.12 Paul Eggen & Don Kauchak, Loc. cit., hlm. 309.13 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana

Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 27-29.

14

mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari

masalah yang telah dipelajari.14 Karakteristik lain yang dimiliki oleh problem

based learning adalah pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, siswa

bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, dan guru mendukung proses saat

siswa memecahkan masalah.15 Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari

problem based learning, yaitu belajar pengarahan diri, pemanfaatan sumber

pengetahuan yang beragam, penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi,

melibatkan evaluasi dan peninjauan kembali pengalaman siswa dan proses belajar,

serta proses belajar yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.16

Selanjutnya, 3 karakteristik lain model problem based learning adalah:17

(1) problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, yang

berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan

siswa (siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta

menyimpulkannya; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan

masalah, sehingga masalah menjadi kata kunci dalam proses pembelajaran; dan

(3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah18.

Adapun, masalah yang dikemukakan kepada siswa harus bisa

membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, kesadaran akan adanya

kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi

bahwa siswa mampu memecahkan masalah.19 Selain itu, karakteristik masalah

dalam penerapan problem based learning adalah permasalahan yang ada di

14 Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2003), Wee & Kek (2002), dan dikutip oleh M.Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana PendidikMemberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Op.cit., hlm. 12.

15 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 307.

16 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 232-233.

17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.

18 Berpikir secara ilmiah berarti proses berpikir deduktif dan induktif yang dilakukansecara sistematis ( melalui tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah berdasarkan datadan fakta yang jelas). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 215.

19 Rusman, Loc. cit., hlm. 237.

15

kehidupan nyata, memiliki relevansi dengan kurikulum dan disiplin ilmu lainnya,

memiliki tingkat kompleksitas, dan konteks masalah membutuhkan persfektif

ganda (multiple perspective), bersifat merangsang keingintahuan siswa dan

menantang siswa untuk menyelesaikannya secara rasional dan autentik.20 Adapun,

bentuk-bentuk masalah yang dapat disajikan dalam penerapan problem based

learning di antaranya, adalah:21 (1) kinerja yang tidak sesuai; (2) situasi yang

menuntut perhatian atau peningkatan; (3) mencari cara yang lebih baik atau hal

yang baru; (4) fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan;

(5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; dan (6) masalah

pengambilan keputusan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-

masing. Pada bagian ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model

problem based learning. Berikut ini adalah beberapa kelebihan problem based

learning, di antaranya:22

1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup baik

untuk memahami isi pelajaran;

2) Melalui pemecahan masalah, siswa akan terbantu untuk mengetahui bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan

nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, siswa merasa tertantang

dan puas dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran, dan

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa;

20 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 238.

21 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 18-20.

22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op.cit., hlm. 220.

16

3) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang mereka lakukan, serta mendorong siswa untuk

melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya;

4) Siswa dapat menyadari bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya adalah cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa;

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan

pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata;

6) Membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus

belajar.

Selain itu, beberapa kelebihan problem based learning lainnya adalah:23

1) Melalui penerapan problem based learning akan terjadi pembelajaran

bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa

berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi problem based learning, siswa mengintegrasikan pengetahuan

dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang

relevan.

(3) Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis,

menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,

dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Lebih lanjut, kelebihan problem based learning ada pada perancangan

masalah, yakni:24 (1) memiliki keaslian seperti di dunia kerja (nyata); (2)

dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya; (3) membangun

pemikiran yang metakognitif (menyadari tentang pemikiran sendiri) dan

konstruktif (pemahaman dibangun sendiri); dan (4) meningkatkan minat dan

motivasi dalam pembelajaran.

23 Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan danPenjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 3-4.

24 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 32-33.

17

Adapun, beberapa kekurangan problem based learning, di antaranya

adalah:25

1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan

untuk mencoba.

2) Keberhasilan penerapan problem based learning membutuhkan cukup waktu

untuk melakukan persiapan.

3) Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang

ingin mereka pelajari.

d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning

Penerapan problem based learning disesuaikan dengan tujuan belajar yaitu

siswa harus memecahkan masalah spesifik dan memahami materi, serta mampu

mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menjadi siswa yang

mandiri. Adapun, langkah-langkah penerapan problem based learning terbagi atas

4 fase yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:26

Tabel 2.1

Fase Penerapan Problem Based Learning

Fase Kegiatan Deskripsi

1 Meriview dan Menyajikan Masalah

(Guru meriview pengetahuan yang

dibutuhkan untuk memecahkan

masalah dan memberi siswa

masalah spesifik dan konkret untuk

dipecahkan)

Menarik perhatian siswa &

mengarahkan siswa ke dalam

pelajaran.

Secara informal menilai

pengetahuan awal.

Memberikan fokus konkret

untuk pelajaran.

25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op.cit., hlm. 221.

26 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 311.

18

2 Menyusun Strategi

(siswa menyusun strategi untuk

memecahkan masalah dan guru

memberikan umpan balik tentang

strategi)

Sebisa mungkin memastikan

bahwa siswa menggunakan

pendekatan yang berguna

untuk memecahkan masalah.

3 Menerapkan Strategi

(siswa menerapkan strategi-strategi

yang telah disusun, sedangkan guru

secara cermat memonitor upaya

siswa dan memberikan umpan

balik)

Memberi siswa pengalaman

untuk memecahkan masalah.

4 Membahas dan Mengevaluasi Hasil

(Guru Membimbing diskusi tentang

upaya siswa dan hasil yang mereka

dapatkan)

Memberi siswa umpan balik

tentang upaya mereka.

Selain langkah di atas, terdapat 7 langkah dalam proses problem based

learning, yaitu:27

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (memastikan setiap

anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang terdapat di

dalam masalah);

2) Merumuskan masalah (penjelasan tentang hubungan antarfenomena di dalam

masalah);

3) Menganalisis masalah (setiap anggota kelompok berkesempatan untuk melatih

bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan

masalah);

4) Menata gagasan dan menganalisisnya secara sistematis (bagian yang telah

dianalisis, kemudian dilihat keterkaitannya satu sama lain, lalu dikelompokkan

27 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 24-26.

19

berdasarkan hasil analisis/melihat bagian mana yang saling menunjang dan

bagian mana yang saling bertentangan);

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran (mengaitkan tujuan pembelajaran

dengan analisis masalah yang telah dibuat sebagai dasar gagasan dan dasar

penugasan bagi setiap anggota kelompok);

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (menentukkan sumber

informasi dan di mana informasi dapat diperoleh);

7) Mensintesa/menggabungkan dan menguji informasi baru, kemudian membuat

laporan (kelompok membuat sintesis/menggabungkan informasi dan

mengkombinasikan hal-hal yang relevan).

Lebih lanjut, studi kasus problem based learning (pembelajaran berbasis

masalah), meliputi: (1) penyajian masalah; (2) menggerakkan inquiry; dan (3)

langkah-langkah problem based learning yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu

belajar, iterasi/perulangan kemandirian dan kolaboras pemecahan masalah,

integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.28 Secara sederhana,

penerapan problem based learning dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-

langkah berikut ini, yaitu:29 (1) guru mempersiapkan masalah dan

melemparkannya kepada siswa; (2) membentuk kelompok kecil untuk

mendiskusikan masalah berdasarkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki,

selanjutnya siswa membuat rumusan masalah dan membuat hipotesisnya; (3)

siswa mencari informasi sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan; (4) siswa

mendiskusikan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan

solusi/pemecahan masalah yang tepat; dan (5) jika pemecahan masalah telah

ditentukan maka kegiatan selanjutnya adalah diskusi penutup.

28 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 233.

29 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidikdalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009), hlm. 289.

20

Adapun, langkah-langkah operasional dalam penerapan problem based

learning, meliputi:30

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill

yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat

masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang

arah dan tujuan pembelajaran.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini, guru menyampaikan permasalahan dan siswa

melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok

mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario/permasalahan

secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif

pendapat.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang

diinvestigasi. Sumber yang dimaksud, bisa dalam bentuk artikel tertulis yang

tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang

relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa

mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan

permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan

dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah

relevan dan dapat dipahami.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam

langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya

untuk mengklarifikasi pencapaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan

kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara berkumpul

sesuai kelompok di dampingi guru selaku fasilitator.

30 Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan danPenjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 5-9.

21

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan

(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap

penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,

PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari

penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun

kemampuan perancangan dan pengujian.

e. Penilaian Model Problem Based Learning

Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk

memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa

penilaian terpisah dari proses belajar.31 Penilaian ini haruslah merupakan suatu

bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok

lainnya.32 Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:33

(1) proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; (2) proses belajar kelompok di

luar kelas; (3) presentasi laporan dan hasil laporan.

Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:34 (1)

penilaian kinerja (tugas-tugas di mana siswa menunjukkan tingkat

kompetensi/pengetahuan/keterampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan

atau menciptakan satu produk); (2) observasi sistematis (cara lain untuk

mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam

pembelajaran); (3) daftar periksa (deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi

yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis); (4) skala

pemeringkatan (deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja

berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap

31 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 93.

32 Ibid.33 Ibid., hlm. 94.34 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten

dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 348.

22

dimensi); (5) penilaian individu & kelompok (penilaian dilakukan secara individu,

jika memungkinkan); dan (6) menggunakan kasus untuk menilai pemahaman

siswa dalam pelajaran penyelidikan (untuk menentukan apakah siswa bisa

membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan).

Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek

pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian

terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran

yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),

kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari

penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun

kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap

dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam

diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.

Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran

yang bersangkutan.

2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari

baik-baik supaya paham.35 Pengertian pemahaman (comprehension) juga diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi

adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee37 mampu untuk

mengerti/memahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang

diketahuinya.38 Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang

35 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 811.

36 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 50.37 Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi

memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh NgalimPurwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986),hlm. 58.

38 Ibid.

23

menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang

disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan

dengan hal-hal lain.39

Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih

tinggi dari hafalan/ingatan.40 Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang

sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.41 Selain itu, kemampuan

memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan

antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan

penarikan kesimpulan.42 Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta

untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara

fakta-fakta atau konsep.43 Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan

menggunakan bahasanya sendiri.

Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu

kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang

sama.44 Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda

yang memiliki karakteristik yang sama.45 Selain itu, konsep dijelaskan sebagai

suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat

intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah.46 Secara

singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang

39 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, hlm. 21.

40 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik BerdasarkanKurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.2, hlm. 162.

41 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op. cit., hlm. 50.42 Kunandar, Loc. cit., hlm. 162.43 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),

Cet. 5., hlm. 118.44 Pendapat ini disampaikan oleh Rosser (1984), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis

Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 63.45 Pendapat ini disampaikan oleh Hasan (1995), sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk.,

Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008)., hlm. 37.46 Ibid., hlm. 36.

24

mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar

dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.47

Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:48 (1) pembentukan konsep; dan

(2) asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep

sebelum siswa masuk sekolah dan lebih memakan waktu dibandingkan proses

asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama

dan setelah jenjang sekolah. Sebuah konsep awal menjadi sesuatu yang penting

sebelum siswa mengenali konsep-konsep lainnya. Jika siswa telah memiliki

pemahaman dari konsep awal, maka hal tersebut akan mempermudahnya dalam

memahami konsep-konsep lainnya.

Selanjutnya, terdapat empat tingkat pencapaian konsep menurut

Klausmeier, yakni:49

1) Tingkat konkrit (jika seseorang mampu mengenal suatu objek yang telah

diketahui sebelumnya, dapat memperhatikannya, dan mampu membedakan

objek tersebut berdasarkan berbagai stimulus yang ada di lingkungan);

2) Tingkat identitas (jika seseorang mampu mengenal suatu objek setelah selang

waktu tertentu, orang tersebut memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap

objek, dan objek ditentukan dengan indera yang berbeda);

3) Tingkat klasifikatori (jika seseorang mampu mengenal persamaan dari dua

contoh yang berbeda dari kelas yang sama dan orang itu mampu

menggeneralisasikan bahwa dua atau lebih contoh memiliki hubungan);

4) Tingkat formal (jika seseorang mampu menentukan berbagai atribut yang

membatasi konsep, memberi nama pada konsep, dan mampu memberikan

contoh dari konsep secara verbal.

Adapun, kata mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk

mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.50 Mitigasi meliputi aktivitas

47 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 64.48 Pendapat ini disampaikan oleh Ausubel (1968), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis

Dahar, Ibid.49 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 4. (http://file.upi.edu).50 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):

Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial

25

dan tindakan-tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131

Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan

untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana,

yang meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk

mengatasinya.51

Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made,

sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected

community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu

kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi

secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang

mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.”52 Definisi

lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a

society causing widespread human, material, economic, or environmental losses

which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own

resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena

ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan

kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini

terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”53

Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1,

“bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 10.

51 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain SosialBagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op. cit., hlm. 10.

52 Hal ini dijelaskan oleh W. Nick Carter dalam bukunya yang berjudul “DisasterManagement”, hlm. xxiii., dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, (Bandung:Alfabeta, 2012), hlm. 10.

53 Hal ini dijelaskan oleh International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR-2002,24), dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Ibid., hlm. 10-11.

26

dampak psikologis.”54 Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi,

yaitu:55 (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah

manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan

hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan

lingkungan, dan lainnya;56 (5) berada di luar kemampuan manusia untuk

menanggulanginya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep mitigasi bencana adalah kemampuan siswa memahami

hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab

akibat, dan penarikan kesimpulan yang terkait dengan upaya mengurangi dampak

bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai

kemampuan untuk mengatasi bencana yang terjadi secara alamiah atau pun karena

ulah manusia, dan dijelaskan dengan bahasa sendiri.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi

Bencana

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep di

antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta

tingkat intelegensi yang dimiliki.57 Semakin besar kesempatan seseorang untuk

belajar, maka akan semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya.58

Adapun, konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui

generalisasi serta kemampuan berpikir abstrak.59

54 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 11.55 Ibid.56 Dampak bencana lainnya adalah (1) dampak bencana terhadap kehidupan sosial

masyarakat, berupa terganggunya ketenangan dan pola hidup masyarakat; (2) dampak bencanaterhadap kehidupan ekonomi masyarakat, berupa tersendat/lumpuhnya aktivitas ekonomimasyarakat; (3) dampak bencana terhadap politik dan keamanan, berupa banyak terjadinya konflikpolitik, pertikaian antarkelompok masyarakat, pencurian, perampokan, dsb.; (4) dampak bencanaterhadap lingkungan hidup, berupa banyaknya kerusakan lingkungan, baik lingkungan alammaupun lingkungan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam &Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 33-42.

57 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 9. (http://file.upi.edu)58 Ibid.59 Ibid., hlm. 3.

27

Selanjutnya, terdapat 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:60

(1) pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar; (2) pemahaman dipengaruhi

oleh pengalaman belajar masa lalu; (3) pemahaman tergantung pada pengaturan

situasi; (4) pemahaman didahului dengan usaha dan coba-coba; (5) belajar dengan

pemahaman dapat diulangi; dan (6) suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi

pemahaman situasi lain.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahaman siswa, yaitu:61

1) Tingkat Usia

Pada tingkat sekolah dasar, kecenderungan pemahaman siswa ditekankan

pada tingkat hafalan (role learning), tanpa memfokuskan pada aspek mengapa dan

bagaimana;

2) Motivasi Belajar Siswa

Terdapat beberapa golongan kelompok siswa sesuai dengan tingkat

motivasi belajarnya, yaitu: (1) kelompok siswa yang benar-benar ingin belajar

(willing to learn), mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ingin

memahami apa yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran, (2) kelompok

siswa yang hanya ingin memperoleh nilai terbaik (to gain a good mark), mereka

memiliki motivasi dan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran, namun

bersifat labil, dan (3) kelompok siswa yang sekedar masuk sekolah (to have fun at

school), mereka biasa disebut dengan kelompok penggembira karena hal

terpenting bagi mereka adalah masuk sekolah dan berprilaku baik di sekolah.

60 Pendapat ini dikemukakan oleh Ernest Hilgard dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 21. Sebagaimana dikutip oleh DiahPuspita, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalamPembelajaran Matematika, (http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011, dan dipaparkan kembalidalam skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datardengan Menggunakan Media Manipulatif (Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Jakarta, 2011),hlm. 13.

61 Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA, BalitbangDiknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html, 2008, hlm. 13-16. Sebagaimanadikutip dalam skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadapPemahaman Konsep Siswa (Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011), hlm. 16.

28

3) Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,

yaitu tingkat pencapaian pemahaman siswa yang lebih tinggi;

Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dijelaskan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep, khususnya pada konsep mitigasi

bencana adalah faktor internal dan faktor eksternal dari siswa yang bersangkutan.

Maksudnya adalah faktor internal siswa lebih difokuskan pada tingkat usia,

kemampuan dasar, motivasi belajar, pengalaman belajar masa lalu, dan

pengalaman berdasarkan peristiwa yang pernah dialami. Sedangkan, faktor

eksternal lebih difokuskan pada pengaturan situasi belajar siswa dan faktor lain di

luar individu siswa.

c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:62

1) Kategori terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan

dalam arti sebenarnya. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri

melalui simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Kategori

ini meliputi dua keterampilan, yakni:63 (a) menerjemahkan sesuatu dari bentuk

abstrak ke dalam bentuk konkrit; dan (b) menerjemahkan tabel, grafik, simbol,

dan sebagainya.

2) Kategori kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-

bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui, atau

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan

yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan antarunsur dari

keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran.

Kategori ini meliputi tiga keterampilan, yakni:64 (a) membedakan antara

kesimpulan yang diperlukan dan yang tidak diperlukan; (b) memahami

kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan; dan (c) memahami dan

menafsirkan isi berbagai macam bacaan.

62 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24.

63 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).64 Ibid.

29

3) Kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan seseorang

melihat suatu hal dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi

atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun

masalahnya. Mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis

dalam suatu keterangan atau tulisan. Kategori ini meliputi tiga keterampilan,

yakni:65 (a) meyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit; (b) memprediksi

berbagai konsekuensi dari tindakan yang akan digambarkan dari sebuah

komunikasi; dan (c) peka terhadap faktor yang mungkin membuat prediksi

menjadi akurat.

Dalam pembelajaran, pemahaman ditunjukkan melalui:66 (1)

mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri; (2) membedakan,

membandingkan, menginterpretasi data, dan mendeskripsikan dengan kata-kata

sendiri; (3) menjelaskan gagasan pokok; (4) dan menceritakan kembali dengan

kata-kata sendiri. Selain itu, pemahaman juga mencakup kemampuan untuk

menangkap makna dari bahan yang dipelajari, dan dinyatakan dengan

menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan ke

dalam bentuk tertentu.67 Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau

mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan

dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal

lain.68

Pemahaman konsep memiliki tujuh kategori dalam proses kognitif yang

terdiri dari menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas,

memprediksi, membandingkan, dan menjelaskan.69 Agar dapat memahami suatu

konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya

dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan

65 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).66 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Op. cit., hlm. 163.67 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),

hlm. 44.68 Ibid.69 Linda Jayanthi, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman Konsep IPA

Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri, hlm. 2. (http://ejournal.undiksha.ac.id).

30

hidupnya.70 Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan

serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-

konsep.71

Lebih lanjut, karakteristik soal-soal pemahaman di antaranya adalah

mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah

dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.72 Sebagian item pemahaman

dapat disajikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes

objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek

pemahaman.73

Berdasarkan paparan di atas, maka indikator pemahaman konsep mitigasi

bencana meliputi 3 kategori, yakni kemampuan siswa menerjemahkan,

menafsirkan/menginterpretasikan, dan mengekstrapolasi, yang ditunjukkan dalam

berbagai bentuk aktivitas belajar terkait dengan konsep mitigasi bencana, serta

didukung dengan penyajian tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.

d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

Pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep bisa diukur

melalui 4 cara, yaitu dengan meminta siswa untuk:74

1) Mendefinisikan konsep, ini merupakan cara paling sederhana untuk mengukur

pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep. Dengan meminta

siswa untuk mendefinisikan atau mengidentifikasi definisi terbaik dari daftar

alternatif. Kelemahan cara ini adalah sekedar mengukur kemampuan siswa

untuk mengingat atau mengenali satu definisi yang sudah dihafalkan

sebelumnya, dan seringkali memiliki pemahaman nyata yang masih rendah.

2) Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep, ini merupakan cara

selanjutnya yang dapat ditempuh untuk mengukur pemahaman siswa. Cara ini

70 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).71 Ibid.72 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 25.73 Ibid.74 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten

dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 247-249.

31

hanya mengukur pemanggilan pengetahuan siswa, karena karakteristik-

karakteristiknya sudah diidentifikasi sebelumnya selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

3) Menghubungkan konsep dengan berbagai konsep lain, ini merupakan cara lain

yang dapat diterapkan dalam mengukur pemahaman siswa tentang suatu

konsep. Cara ini mengukur lebih dari sekedar pemahaman siswa tentang suatu

konsep, melainkan juga mengukur sejauh mana siswa menyadari bahwa suatu

konsep memiliki hubungan dengan berbagai konsep lainnya.

4) Mengidentifikasi atau memberikan contoh yang belum pernah dijumpai

sebelumnya dari suatu konsep, ini merupakan cara yang paling efektif untuk

mengukur pemahaman siswa tentang suatu konsep. Melalui cara ini, siswa

diminta untuk memberikan sendiri contoh-contoh baru dari suatu konsep yang

sedang dipelajari.

Dalam hal ini, teknik pengukuran pemahaman siswa tentang konsep

mitigasi bencana mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat dan

berdasarkan pula pada pencapaian aspek kognitif siswa dalam pembelajaran.

e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan

Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin

dilakukan, yaitu:

1) Bencana Alam

Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi

yang tidak pernah berhenti secara alamiah.75 Adapun, macam-macam bencana

alam di antaranya adalah:

a) Gempa Bumi Vulkanik

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh

pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-

tiba.76 Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh

kinerja gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan

75 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7.76 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., 2012), hlm. 28.

32

gunung api.77 Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat

gunung api, kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah

daerah. Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:78

Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya.

(Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah

daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi,

daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).

Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.

Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.

Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan

panas.

Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif

curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).

Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.

Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.

Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan

laporan yang akurat kepada masyarakat.

Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana

alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.

b) Gempa Bumi Tektonik

Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit

bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala

pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahan-

patahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan

karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi.79 Adapun, Mitigasi yang

mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:80

77 Sukandarrumidi, Op. cit., hlm. 46-47.78 Ibid., hlm. 75-76.79 Gempa ini dikenal juga dengan sebutan gempa dislokasi. Sebagaimana dijelaskan oleh

Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op.cit., hlm. 47.80 Ibid., hlm. 94-96.

33

Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah

yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang

gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.

Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang &

bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).

Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika <

12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan

cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan

dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu

yang kokoh.

Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri

dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen

pintu kayu yang kokoh.

Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah

tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan

bangunan.

Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar

dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.

Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang

telah retak/nyaris runtuh.

c) Tsunami

Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang

yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi

vulkanik atau longsoran) dari dasar laut.81 Lebih lanjut, Bencana tsunami

disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat

pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut,

maka akan diikuti bencana tsunami. 82 Semakin lama durasi gempa dan semakin

besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan,

81 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 29.82 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113.

34

maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar.83 Adapun,

mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:84

Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis

pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti

bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai

hutan lindung).

Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.

Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon

kelapa, dan nipah.

Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.

Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi

manusia.

d) Angin Topan

Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besar-

besaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar.

Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting

beliung.85 Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya

berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah

yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120

km/jam.86 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:87

Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.

Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu

menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut,

dan tahan air asin.

Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang

cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem,

mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang).

83 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113.84 Ibid., hlm. 117.85 Ibid., hlm. 184.86 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 27.87 Sukandarrumidi, Loc. cit., hlm. 186-187.

35

Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim

pancaroba.

2) Bencana Anthropogene

Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah

manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak

ramah lingkungan.88 Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya

adalah:

a) Kekeringan

Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah

kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan

lingkungan.89 Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja

manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan.90 Semakin

tidak bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu

model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya

kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan

di antaranya, yaitu:91

Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama

di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan

tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai

cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).

Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah

penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan

mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air

tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air

tanah daerah sekitar).

88 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7.89 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25.90 Sukandarrumidi, Loc. .cit., hlm. 170.91 Ibid., hlm. 173-174.

36

Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air,

danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan

lindung).

Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat

sumur resapan air hujan.

Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.

Memperbanyak hutan kota.

b) Banjir

Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal

sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran

rendah di sisi sungai.92 Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan

bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di

daerah aliran sungai/DAS bagian hulu.93 Semakin gundul hutan di bagian hulu,

maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun,

mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:94

Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.

Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.

Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS

hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga

kebersihan sungai.

Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan

sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).

Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.

Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.

Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan

pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.

92 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 24.93 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 141.94 Ibid., hlm. 146-147.

37

Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di

atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran

sungai besar.

c) Tanah Longsor

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau

batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng

akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.95 Banyak

faktor yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya

adalah kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada

lingkungan hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana

pembangunan, serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan

memanfaatkannya.96 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya,

yaitu:97

Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng

berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di

dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah

runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan

membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga

stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).

Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai

dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang

gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.

Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang

labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar

fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau

berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi

dengan pasir lepas.

95 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25.96 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 125-126.97 Ibid., hlm. 129-130.

38

d) Kebakaran

Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki

oleh manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik

(hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada

kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah

pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya

sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak

gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu,

baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin

dilakukan di antaranya, yaitu:98

Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang

dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan,

termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber

api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya,

lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.

Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran

dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan

memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari

daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca

mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih

tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.

Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah

satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.

Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya

dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.

Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman

yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.

98 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 219.

39

e) Semburan Lumpur

Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di

wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi

keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat

ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan

suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah

di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang

mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:99

Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang

aliran lumpur panas.

Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan

bengkok.

Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman

selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah

keluar, selain laut.

Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar

rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan

lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang

berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar

selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat

kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang

20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada

jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai

besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan

ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak

ditindaklanjuti).

f) Erosi dan Abrasi

Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik

(splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan

99 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 231.

40

tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi

butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air

permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan

menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara

gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut.100 Selain itu, terdapat beberapa

jenis erosi, di antaranya:101 (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan

tanah lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi

lembaran mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion),

erosi ini berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur;

(3) erosi parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan

tanah ke arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang

kemudian berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi

lebih dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah

pantai dan gurun.

Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik

gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian

menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya

diendapkan di laut.102 Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai

pada saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar

menuju ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam.103

Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi

kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak.104

Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur

tangan manusia di dalamnya.105 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di

antaranya, yaitu:106

100 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 242.101 Ibid., hlm. 242-244.102 Ibid., hlm. 243.103 Ibid., hlm. 245.104 Ibid., hlm. 242.105 Campur tangan yang dimaksud di sini adalah mengubah pemanfaatan lahan hutan

menjadi perkebunan, penambangan dengan sistem tambang permukaan, pengerukan pasir sungai

41

Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar

konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.

Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan

conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih

dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.

Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai

dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.

Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan

tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m

meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.

Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah

laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang

difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety

akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan

berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).

Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai

penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur

didirikan.

f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana

Berikut ini adalah beberapa tujuan pendidikan mitigasi bencana di

antaranya adalah:107

1) Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang adanya risiko bencana

yang ada di lingkungannya, berbagai macam jenis bencana, dan cara-cara

mengantisipasi/mengurangi risiko yang ditimbulkannya.

dan pantai. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & BencanaAnthropogene, Op. cit., hlm. 245.

106 Ibid., hlm. 247-249.107 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):

Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain SosialBagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op.cit., hlm. 12-13.

42

2) Memberikan keterampilan agar siswa mampu berperan aktif dalam

pengurangan risiko bencana, baik pada diri sendiri dan lingkungannya.

3) Memberikan bekal sikap mental yang positif tentang potensi bencana dan

risiko yang mungkin ditimbulkan.

4) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bencana di Indonesia kepada

siswa sejak dini.

5) Memberikan pemahaman kepada guru tentang bencana, dampak bencana,

penyelamatan diri bila terjadi bencana.

6) Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,

melaksanakan dan melakukan pendidikan siaga bencana kepada siswa.

7) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait,

sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran

pelaksanaan pembelajaran tentang bencana.

g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana

Berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) Pasal 9,

dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman

kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur

pendidikan nonformal. Penelitian tentang lingkungan hidup meliputi

pengembangan konsep tentang lingkungan hidup, studi keadaan lingkungan yang

ada, kecenderungan perubahan lingkungan, baik secara alami maupun karena

pengaruh kegiatan manusia yang makin meningkat dengan lingkungan hayati dan

lingkungan hidup.”108

Lebih lanjut, pendidikan mitigasi bencana dapat dilaksanakan melalui

berbagai jenis pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan

mitigasi bencana yang dilaksanakan secara formal dapat diintegrasikan ke dalam

kurikulum yang telah ada, atau menjadi mata pelajaran sendiri yaitu muatan lokal.

Pelaksanaan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah

108 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.

43

maupun daerah. Adapun, pendekatan yang digunakan dalam rangka memasukkan

aspek lingkungan ke dalam kurikulum tingkat pendidikan dasar dan menengah

adalah pendekatan integratif, artinya aspek lingkungan dimasukkan ke dalam mata

pelajaran yang ada.109

Pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana dapat mengikuti alur sebagai

berikut:110 (1) persiapan sebelum bencana itu berlangsung; (2) menilai bahaya

bencana; (3) penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan

relokasi; (4) Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berprilaku dalam

mencegah; (5) mendeteksi, mengantisipasi bencana secara efektif dapat

ditransformasikan; dan (7) mensosialiasikan. Sementara itu, dengan mengajak

mitra dari berbagai unit atau para pihak terkait bencana, maka tujuan dari

pendidikan bisa tercapai secara efektif dalam rangka menyiapkan generasi muda

yang cinta lingkungan, cerdas secara akademis dan emosi, serta berperan aktif

dalam masyarakat lokal maupun global.

Secara singkat, pemahaman konsep mitigasi bencana dalam pembelajaran

dapat dimulai dengan melihat tingkat kesadaran mitigasi bencana melalui proses

penyampaian pengalaman siswa terkait dengan bencana. Selanjutnya,

pembelajaran dikembangkan berdasarkan pengalaman siswa dengan

memunculkan masalah, serta memanfaatkan berbagai sumber data, baik media

elektronik atau pun cetak guna memfasilitasi pertukaran informasi dan

pengetahuan antarsesama siswa.

3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar merupakan nama mata

pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu

sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu serta masalah sosial

109 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, Op. cit., hlm. 19-20.

110 Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu PengetahuanSosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010.

44

kehidupan.111 Selain itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran

yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.112 Lebih lanjut, ilmu

pengetahuan Sosial merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara

Indonesia yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-

ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi

dan tanggung jawab, baik sebagai individu, warga masyarakat, maupun sebagai

warga dunia.113

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan

Sosial di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) merupakan nama mata pelajaran yang

telah terintegrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, dan sains,

serta menjadikan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan sebagai bahan kajian,

sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensi, bertanggung jawab, peka

terhadap masalah sosial, dan berkontribusi nyata, baik sebagai individu, warga

masyarakat, maupun sebagai warga dunia.

b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Tujuan pendidikan IPS yang diberikan pada jenjang persekolahan adalah

memperkenalkan siswa pada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat secara

sistematis yang dapat mendidik siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara efektif dalam kehidupan

kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.114 Sejalan dengan

itu, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi

siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

111 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3.112 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002), Cet. 1, hlm. 110.113 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007),

hlm. 3.114 Ibid., hlm. 4.

45

terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa

dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.115

Selanjutnya, mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut:116

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya;

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Selain itu, tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar di antaranya,

adalah:117

1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan

masyarakat;

2) Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

di masyarakat;

3) Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga

masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian;

4) Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan

keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya

yang tidak terpisahkan;

115 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: PrestasiPustaka, 2007), hlm. 176.

116 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), (Jakarta: BSNP,2006), hlm. 181.

117 Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, (Jakarta: LAPIS PGMI,2008), Jilid I, hlm. 1.9.

46

5) Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, dan perkembangan

masyarakat, serta perkembangan ilmu dan teknologi.

Lebih lanjut, terdapat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah

melalui proses pembelajaran IPS di SD, yaitu:118 (1) memiliki identitas diri

berdasarkan pemahaman terhadap masa lalu dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, dan negara; (2) memahami cara hidup bermasyarakat dan memiliki

rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar; dan (3) mengidentifikasi sumber-

sumber alam Indonesia dan memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan yang

akan datang.

c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya, di antaranya

adalah:119

1) IPS berusaha mempertautkan antara teori dan fakta, atau sebaliknya;

2) Pembahasan IPS bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial

lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu terintegrasi secara terpadu), dan

pendekatan yang digunakan berupa pendekatan integrated, broadfield120, dan

multiple resources/banyak sumber;

3) Pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar

inquiry (penemuan), agar siswa mampu mengembangkan keterampilan

berpikir kritis, rasional, dan analitis;

4) Pembelajaran IPS menekankan pada ranah pengetahuan, sikap/nilai, dan

keterampilan;

118 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 11.

119 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi HasilBelajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), hlm. 7-8.

120 Broad-field merupakan gabungan atau korelasi antara ilmu sejarah, ilmu bumi, danpengetahuan kewarganegaraan. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., PengembanganPendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 36

47

5) Melalui program dan pembelajaran IPS, karakteristik siswa yang berbeda-beda

difasilitasi. Maksudnya adalah memperhatikan minat siswa dan masalah-

masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan siswa.

Selain itu, terdapat beberapa prinsip pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

yang harus dikembangkan, di antaranya:121 (1) memberi kesempatan pada siswa

untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam

melalui penelitian para ilmuwan/pemecahan masalah; (2) pembelajaran secara

efektif dengan cara membangun konstruksi pemikiran melalui pengalaman belajar

siswa; (3) membina dan mengembangkan sikap ingin tahu atau sikap perasaan,

dan cara berpikir objektif, kritis, analitis, baik secara individu maupun kelompok;

dan (4) ketersediaan buku-buku sumber, film, gambar, peta/globe, serta lainnya

memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam menemukan dan memecahkan

masalah.

Adapun, materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek

disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi pedagogik, dan

psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.122

Pada dasarnya, materi IPS di tingkat persekolahan, khususnya SD berupa

penyederhanaan dari berbagai ilmu sosial.123 Lebih lanjut, pola pengajaran IPS

bersifat broadfield yang menggunakan dua pendekatan, yaitu:124 (1) pendekatan

multidisiplin yang disusun berdasarkan dua kepentingan, yakni expanding

environment (pengenalan lingkungan luar, terutama untuk tingkat SD) dan

penyajian konsep secara berkesinambungan untuk meningkatkan pengertian siswa

terkait key concept & care concept125; dan (2) pendekatan interdisiplin,

pendekatan ini juga mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai

121Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 47-48.

122 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3.123 Para ahli ilmu-ilmu sosial telah merinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial, meliputi:

antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi (semuadisiplin ilmu tersebut memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia). Sebagaimana dijelaskanoleh Sapriya, Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 8.

124 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 22-23.125 Care concept adalah konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk memecahkan

masalah yang akan dibahas. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Ibid., hlm. 36.

48

ilmu sosial, namun lebih bersifat care concept yang berarti berbagai konsep dapat

ditemui dalam ilmu-ilmu sosial. Untuk itu, proses dan hasil pembelajaran

pendidikan IPS akan berfokus pada pembentukan sejumlah pengetahuan, sikap,

dan keterampilan sebagai dasar kompetensi untuk keperluan hidup

bermasyarakat.126

Untuk itu, konsep pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat

Sekolah Dasar (SD/MI) lebih difokuskan pada dimensi pedagogik (pembentukan

sejumlah pengetahuan), psikologis (sikap dan keterampilan), serta karakteristik

kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik sebagai dasar kompetensi untuk

keperluan hidup bermasyarakat.

d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran

IPS, baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya,

yaitu:127

1) Faktor siswa sangat diutamakan (student oriented);

2) Berorientasi pada kemasyarakatan (community oriented), karena tempat

pembelajaran dan masalah-masalah bersumber dari kehidupan nyata dan

kemasyarakatan;

3) Faktor lingkungan fisik maupun budaya selalu dijadikan pertimbangan dalam

pembelajaran IPS (ecosystem);

4) Bersifat meluas (comprehensive-broadfield, and multidimensional), dengan

pola pengintegrasian bahan yang terpadu (integrated), dan

bertautan/berkesinambungan (correlation);

5) Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan kegiatan siswa belajar aktif

(student active learning) sebagai media pembelajaran utama dan sekaligus

akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA);

126 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 9.127 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil

Belajar IPS, Op. cit., hlm. 8-9.

49

6) Program dan pelaksanaan pembelajaran berfokus pada Tujuan Instruksional

Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran

(oriented);

7) Menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang

ilmu-ilmu sosial dan lainnya (integrated);

8) Efisien dari segi tenaga/biaya, dan efektif dari segi waktu dengan hasil yang

maksimal (efficient and effective).

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil bacaan dari beberapa penelitian yang ada, penulis

memilih hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian, yaitu :

1. Robiatul Adawiyah (2011) dengan judu skripsi “Penerapan Model Problem

Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa di SMP 1

Al-Fatah Jakarta”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar

siswa melalui penerapan model problem based learning (PBL). Adapun,

metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa penerapan model

problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,

karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun,

terdapat beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: sekolah yang

dijadikan tempat penelitian belum secara maksimal menerapkan model

problem based learning, guru bidang studi IPS harus membiasakan siswa

mengerjakan tugas di depan kelas, siswa harus lebih aktif ketika berdiskusi

dengan kelompok dalam memecahkan masalah.

2. Dwi Endang Lestari (2013) dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif dengan Menggunakan Media terhadap Pemahaman Konsep

Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan media realia terhadap pemahaman konsep

Animalia siswa. Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperimen. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa

terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media realia

50

terhadap pemahaman konsep siswa. Namun, terdapat beberapa catatan pada

penelitian ini, di antaranya: pemanfaatan media realia harus sesuai dengan

indikator pembelajaran, sebaiknya guru bidang studi Biologi mampu memilih

konsep yang sesuai dengan media realia, penggunaan media realia pada objek

yang kecil membutuhkan alat bantu lain, sekolah harus memfasilitasi

ketersediaan media pembelajaran.

3. Mohammad Firman Qodri Anugrah (2014) dengan judul skripsi “Perancangan

Aplikasi Siaga Bencana Alam Gempa Bumi Berbasis Serious Game (Studi

Kasus di SD Islam Pondok Duta)”. Tujuan penelitian ini adalah menyajikan

informasi siaga bencana melalui pemanfaatan teknologi game berupa aplikasi

Serious game pada tingkat pendidikan dasar. Adapun, metode penelitian yang

dilakukan adalah studi kasus, dan metode pengumpulan data yang digunakan

dalam pembuatan aplikasi ini adalah studi pustaka, studi literatur, wawancara,

dan kuesioner. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa

pembuatan aplikasi siaga bencana alam gempa bumi berbasis serious game

yang bernama The Survivor memberikan alternatif baru untuk masyarakat,

terutama anak-anak dan remaja dalam mempelajari sikap siaga bencana

sebelum bencana alam gempa bumi dan berdasarkan hasil evaluasi dari

kuesioner, seluruh siswa menjawab setuju jika aplikasi The Survivor dijadikan

modul belajar siaga bencana alam gempa bumi di sekolah. Namun, terdapat

beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: masih dibutuhkan

penambahan elemen video/animasi untuk transisi setiap terjadi perubahan dari

satu bagian ke bagian lainnya, aplikasi ini perlu ditambahkan dengan konsep

pembelajaran untuk sikap siaga bencana saat dan setelah gempa bumi terjadi

melalui penggunaan cara yang menarik dan mudah diingat, masih minimnya

narasi berbentuk suara (terlalu banyak teks).

Setelah menelaah isi dari skripsi sebelumnya, terdapat perbedaan yang

terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan

penulis lakukan. Kajian pada skripsi pertama lebih menekankan kepada aktivitas

belajar siswa, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait

dengan pemahaman konsep siswa. Selanjutnya, kajian pada skripsi kedua lebih

51

menekankan kepada penerapan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

media, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait dengan

penerapan model problem based learning. Adapun, kajian pada skripsi ketiga

lebih menekankan kepada pemanfaatan aplikasi permainan untuk meningkatkan

pemahaman tentang konsep siaga bencana, sedangkan penelitian yang akan

penulis lakukan adalah terkait dengan penerapan model problem based learning

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana.

52

C. Kerangka Berpikir

Hasil kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada hasil

identifikasi masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun,

kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui bagan alur penelitian di

bawah ini:

Bagan 2.1Bagan Alur Penelitian

Penerapan modelpembelajaran belum

efektif

Penerapan modelProblem Based Learning

Pembuatan instrumenpenelitian & bahan ajar

Rendahnya tingkatpemahaman siswa pada

mata pelajaran IPS

Pentingnya menerapkanpembelajaran tentang

mitigasi bencana

Analisis Kompetensi Inti& Kompetensi Dasar IPS

Uji coba & analisis hasiluji coba insrumen

Penerapan modelProblem Based Learning

di kelas eksperimen

Penerapan modelPengajaran langsung di

kelas kontrol

Pretest(pratindakan)

Posttest(pascatindakan)

Analisis data &Penarikan Kesimpulan

53

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan alur kerangka pikir yang telah

dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap

pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di

SD Islam Al-Hasanah.

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi di mana penelitian dilakukan.1

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDI Al-Hasanah yang beralamat di Jl. HOS

Cokroaminoto 2 Rt.001/02 Kel. Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang,

Provinsi Banten, Kode Pos: 15151. Alasan penulis memilih SDI Al-Hasanah

sebagai tempat penelitian, didasarkan pada:

a. Ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang

masih menerapkan kurikulum 2013.

b. Kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat curah hujan tinggi.

Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk budaya sadar

bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

c. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat

mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan (semester,

tahun pelajaran), dan lamanya penelitian dilakukan.2 Waktu penelitian dimulai

dari bulan Januari 2015. Berikut ini adalah tabel kegiatan dan waktu penelitian

yang akan dilaksanakan:

Tabel 3.1

Kegiatan dan Waktu Penelitian

No. Keterangan Bulan Ke-I II III IV V VI VII VIII IX X

1. Penyusunan √

1 Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat, 2013), hlm. 612 Ibid.

55

Proposal2. Seminar Proposal √3. Revisi Proposal √4. Pembuatan Bab 1,

2, dan 3 Skripsi√ √

5. PembuatanInstrumenPenelitian

6. Uji Coba Instrumen √7. Pelaksanaan

Penelitian√

8. Analisis Data √ √9. Penyempurnaan

Laporan Penelitian√ √ √ √

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.3 Pada pertemuan pertama,

kedua kelompok mendapatkan pretest4 dengan soal yang sama. Hasil pretest yang

baik adalah jika nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, kelompok eksperimen mendapatkan

perlakuan dengan menerapkan model problem based learning, sedangkan

kelompok kontrol menerapkan model pengajaran langsung. Selanjutnya, kedua

kelompok diberikan tes berupa posttest5, kemudian hasil pretest dibandingkan

dengan hasil posttest.

3 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), (Bandung:Alfabeta, 2013), hlm. 170.

4 Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahuipenguasaan awal siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip danTeknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 36.

5 Posttest adalah tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pembelajaran untukmengetahui sampai di mana pencapaian siswa (pengetahuan maupun keterampilan) terhadapmateri ajar setelah melalui proses pembelajaran . Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto,Ibid., hlm. 36.

56

Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest

E T₁ X T₂

K T₃ Y T₄

Keterangan:

T1 : Pretest kelas eksperimen

T2 : Posttest kelas eksperimen

T3 : Pretest kelas kontrol

T4 : Posttest kelas kontrol

X : Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan PBL

Y : Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran

langsung

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.6 Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah eksperimen. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini

adalah untuk mengungkapkan dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan

(treatment), yaitu pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada kelompok

eksperimen dalam pembelajaran IPS tentang konsep mitigasi bencana melalui

penerapan problem based learning dan dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang melakukan pembelajaran sama, namun menerapkan model pengajaran

langsung. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini dikategorikan sebagai

eksperimen semu (Quasi Experiment). Hal ini dikarenakan kelompok kontrol

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.7

6 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 18.7 Ibid., hlm. 168.

57

Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen

harus dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini,

karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas secara alami, sehingga tidak

mungkin melakukan randomisasi. Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari

tidak adanya randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki

karakteristik yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak

berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengaruhi treatment

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa. Desain quasi eksperimen

digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang

digunakan untuk penelitian.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Populasi target pada

penelitian ini adalah seluruh siswa di SDI Al-Hasanah tahun Ajaran 2014/2015.

Sedangkan, populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa di kelas V SDI Al-

Hasanah yang berjumlah 148 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.9 Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili). Berikut ini adalah rumus Isaac dan Michael

untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya,

yaitu:10

λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

8 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 62.9 Ibid., hlm. 63.10 Ibid., hlm. 67.

= ². N. P. Qd² (N − 1) + λ². P. Q

58

Keterangan:

s = Jumlah Sampel

λ² = Chi kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat

kesalahan. Untuk derajat kebebasan 1 dan kesalahan 5% harga Chi kuadrat

= 3,841. Harga Chi kuadrat untuk kesalahan 1% = 6,634 dan 10% = 2,706.

N = Jumlah Populasi

P = Peluang Benar (0,5)

Q = Peluang Salah (0,5)

d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan

bisa 0,01; 0,05; dan 0,10.

Berdasarkan hasil hitung dari rumus di atas, jumlah sampel yang diperoleh

sebanyak 107. Namun, sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2

kelompok dan berjumlah 58, yaitu:

1. Kelas eksperimen, yaitu siswa kelas V-1 yang mendapat pembelajaran IPS

tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan problem based learning.

2. Kelas kontrol, yaitu siswa kelas V-2 yang mendapatkan pembelajaran IPS

tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran

langsung.

Hal ini dikarenakan, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan dari guru dan kepala sekolah. Penentuan sampel dilakukan dengan

memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif,

afektif dan psikomotoriknya. Lebih lanjut, karena jumlah sampel yang digunkan

telah mewakili populasi.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan peneliti.

Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan

diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

Varibel Bebas (X) : Model Pembelajaran Problem Based Learning

Variabel Terikat (Y) : Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana

59

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data (data collecting) menjelaskan teknik apa yang

digunakan untuk menjaring data tentang variabel atau fokus penelitian.11 Selain

itu, pengumpulan data juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang

berkaitan dengan situasi tindakan penelitian. Berikut ini adalah tabel data, sumber

data, dan teknik pengumpulan data, yaitu:

Tabel 3.3

Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No. Data Sumber Data TeknikPengumpulan Data

1. Pemahaman KonsepMitigasi Bencana

Siswa kelas V-1 & V-2 Tes- Guru Kelas V-1 & V-2Siswa Kelas V-1 & V-2

Observasi

- Guru Kelas V-1- Siswa kelas V-1

Wawancara

2. KegiatanPembelajaran

- Guru Kelas V-1 & V-2- Siswa Kelas V-1 & V-2

Dokumentasi

Adapun, uraian teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Tes

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu

ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang

berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-

pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)

oleh siswa, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran

tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi

siswa dan dapat dibandingkan dengan standar tertentu.12

Adapun, tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda

sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban (a, b, c, d). Tujuan

11 Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Op. cit.,hlm. 64.12 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 67.

60

dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur tingkat pemahaman konsep

mitigasi bencana pada pembelajaran IPS.

2. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap berbagai fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.13 Oleh

karena itu, observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui masalah yang ada di sekolah pada tahap penelitian pendahuluan

(observasi awal), dan pada tahap pelaksanaan penelitian untuk mendukung data

hasil tes yang telah dilakukan. Adapun, pedoman observasi yang digunakan pada

penelitian ini adalah pedoman observasi pada tahap penelitian awal, pedoman

observasi aktivitas belajar siswa, serta pedoman observasi mengajar guru, baik

untuk di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh informasi secara langsung

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. Terdapat dua

macam pedoman wawancara, yaitu:14 (a) wawancara berstruktur, yaitu

pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah

dipersiapkan terlebih dahulu; dan (b) wawancara tak berstruktur, yaitu

pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah

dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara lisan kepada responden dan mencatat jawaban secara langsung.

Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara berstruktur dengan guru dan siswa kelas V-1 di akhir penelitian guna

mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penelitian yang telah dilaksanakan.

13 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op.cit., hlm. 76.14 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), hlm. 162-163.

61

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber

apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.15 Adapun,

proses dokumentasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melalui

pengumpulan dokumen yang diperlukan dan pemotretan yang meliputi: kondisi

kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian berlangsung di kelas V-1

dan V-2 SDI Al-Hasanah, Ciledug. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk

menunjukkan bukti visual terkait penelitian yang dilakukan.

G. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti.16 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen Tes

Dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah

ditetapkan, yaitu: penyusunan rubrik penilaian, konsultasi kepada dosen

pembimbing, dan uji coba soal yang telah disusun. Soal tes yang digunakan dibuat

dalam bentuk pilihan ganda17 sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif jawaban (a, b,

c, d) yang difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke-

1 yaitu manusia dan lingkungan. Skor yang digunakan satu (1) untuk setiap butir

soal yang dijawab dengan benar dan nol (0) untuk setiap butir soal yang hasil

jawabannya salah. Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, baik

pada saat pretest maupun posttest dengan soal yang sama.

15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1,hlm. 175.

16 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 73.17 Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang memiliki satu jawaban yang benar atau paling

tepat, dan berdasarkan strukturnya soal pilihan ganda terdiri atas: stem (pertanyaan/pernyataanyang berisi permasalahan yang ditanyakan), option (alternative jawaban), kunci jawaban, dandistractor (jawaban pengecoh/beberapa jawaban selain kunci jawaban). Sebagaimana dijelaskanoleh Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014), Cet. Ke-18, hlm. 48.

62

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian,

yaitu:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Submateri Indikator Aspek Kognitif JumlahSoalC1 C2 C3

Pengertianmitigasibencana

Menerangkan pengertianmitigasi bencana

1 2, 3 - 3

Macam-macambencana alam

Mencontohkan macam-macam bencana alam

7, 8,10

4, 5, 6,9

- 7

Macam-macambencana akibatulah manusia

(anthropogene)

Mencontohkan macam-macam bencana akibat

ulah manusia(anthropogene)

11,16

12, 13,14, 15,

17

- 7

Caramemitigasi

bencana

Menjelaskan caramemitigasi bencana alam

- 18, 19,20, 21,22, 23,24, 25,26, 27,

28

- 11

Menjelaskan caramemitigasi bencana akibat

ulah manusia(anthropogene)

- 29, 30,31, 32,33, 34,35, 36,37, 38,

39

40 12

Jumlah Soal 40

Keterangan:

C1: Pengetahuan/Ingatan

C2: Pemahaman

C3: Penerapan

Adapun, aturan pemberian skor pada tes objektif berbentuk pilihan ganda,

yaitu:18

18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 54.

s = B -

63

Keterangan:S = Skor yang diperoleh

B = Jawaban benar

S = Jawaban salah

O = Alternatif jawaban (option)

Adapun, aturan pemberian nilai pada tes objektif berbentuk pilihan ganda

pada penelitian ini adalah:

Nilai = Jumlah Jawaban Benar x 2,5*

*karena 40 x 2,5 = 100

Keterangan:

Baik = 80 -100

Cukup = 60 -79

Kurang = < 60

2. Instrumen Nontes

Selain menggunakan instrumen tes, penulis juga menggunakan instrumen

nontes dalam penelitian ini, di antaranya:

a. Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah

pada saat penelitian pendahuluan, dan sebagai pendukung hasil tes yang telah

dilakukan pada saat penelitian. Pedoman observasi ini diberlakukan di kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman observasi yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No. Observasi Objek Observasi Tempat1. Aktivitas pembelajaran (Tahap

Penelitian Pendahuluan)- Siswa kelas V- Guru Kelas V

Kelas V SDI Al-Hasanah

2. Aktivitas Mengajar (KelasEksperimen)

Guru Kelas V-1 Kelas V-1 SDIAl-Hasanah

3. Aktivitas Mengajar (KelasKontrol)

Guru Kelas V-2 Kelas V-2 SDIAl-Hasanah

4. Aktivitas Belajar (KelasEksperimen)

Siswa Kelas V-1 Kelas V-1 SDIAl-Hasanah

64

5. Aktivitas Belajar (KelasKontrol)

Siswa Kelas V-2 Kelas V-2 SDIAl-Hasanah

b. Wawancara

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan

penelitian yang telah dilaksanakan. Pedoman wawancara ini diberlakukan hanya

di kelas eksperimen. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir

Pelaksanaan Penelitian)

No. Dimensi Indikator Jumlah ButirPertanyaan

1. Gaya Mengajar Guru Penggunaan modelpembelajaran

3

2. Karakteristik Siswa Tingkat kemampuan kognitifdan aktivitas belajar siswa

2

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir

Pelaksanaan Penelitian)

No. Dimensi Indikator Jumlah ButirPertanyaan

1. Karakteristik Siswa Tingkat kemampuan kognitif,aktivitas belajar, dan manfaat

pembelajaran bagi siswa

3

2. Gaya Mengajar Guru Penggunaan modelpembelajaran

2

c. Dokumentasi

Instrumen ini digunakan untuk menunjukkan bukti visual terkait penelitian

yang penulis lakukan melalui alat bantu berupa kamera, dan beberapa alat bantu

tulis yang diperlukan. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

65

Tabel 3.8

Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

No. Dokumen Bentuk Dokumen Sumber Data1. Kondisi awal kegiatan

pembelajaran (prapenelitian)Daftar hasil belajarmata pelajaran IPS

Guru dan siswakelas V-1 dan V-

22. Kegiatan pembelajaran selama

pelaksanaan penelitianberlangsung

Foto-foto kegiatanpembelajaran

Siswa kelas V-1dan V-2

H. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya

instrumen penelitian digunakan. Pengujian instrumen meliputi uji validitas, uji

reliabilitas instrumen19, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Kalibrasi yang

digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen tes harus memenuhi 4 kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan 4 kriteria tersebut,

maka instrumen yang telah disiapkan harus melalui tahap pengujian dan

perhitungan. Uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan

kelas kontrol, yaitu kelas VI di SDI Al-Hasanah. Setelah melakukan uji coba

instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan

mencari validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal dengan

menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Berikut ini adalah tahap pengujian

dan hasil analisis instrumen tes dalam penelitian ini:

a. Validitas Instrumen Tes

Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur.20 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal

dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria untuk

19 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 74.20 Ibid., hlm. 75.

66

menginterpretasikan indeks validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:21

Tabel 3.9

Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen

Interval Koefisien Kriteria Validitas

0,80 - 1,00 Sangat Tinggi

0,60 - 0,799 Tinggi

0,40 - 0,599 Sedang

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah (Tidak Valid)

Berikut ini adalah hasil uji validitas instrumen tes dalam penelitian ini,

yaitu:

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir SoalJumlah Soal 40Jumlah Siswa 29Nomor Soal Valid 3, 10, 12, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 24,

25, 27, 28, 29, 31, 33, 35, 37, 38,39

Jumlah Soal Valid 20

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes dapat diketahui bahwa jumlah

butir soal yang valid ada 20 soal.

b. Reliabilitas Instrumen Tes

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur

yang digunakan. Suatu tes dapat memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini, reliabilitas tes

ditentukan dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria

21 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 98.

67

untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:22

Tabel 3.11

Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤ r ≤ 0,60 Sedang

0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tidak Reliabel)

Selanjutnya, hasil uji reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Keterangan Hasil

Reliabilitas Tes 0,70

Kesimpulan Reliabilitas Tinggi

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tes dapat

diketahui bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal dan diperoleh hasil uji

reliabilitas tes sebesar 0,70 yang berarti reliabilitas tinggi. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

c. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab

benar pada butir soal tes. Analisis taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui

apakah soal yang yang digunakan tergolong mudah atau sukar. Adapun, kriteria

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2006), hlm. 188.

68

untuk menginterpretasikan indeks taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:23

Tabel 3.13

Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal

Indeks Kesukaran (P) Kriteria0,00 – 0,30 Sukar0,30 – 0,70 Sedang0,70 – 1,00 Mudah

Selanjutnya, hasil analisis taraf kesukaran dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.14

Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal

Kriteria Nomor Soal JumlahSangat Mudah 1, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17,

18, 19, 20, 22, 23, 26, 29, 30, 32, 34,40

22

Mudah 2, 3, 8, 9, 14, 15, 24, 25, 28, 33, 35,37, 38

13

Sedang 21, 27, 31, 36, 39 5Jumlah 40

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 22 soal sangat mudah,

13 soal mudah, dan 5 soal sedang.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal digunakan untuk membedakan siswa yang

termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok

bawah (lower group).24 Adapun, kriteria untuk menginterpretasikan derajat daya

pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:25

23 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT BumiAksara, 2009), hlm. 210.

24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, (Jakarta: BumiAksara, 2010), Cet. Ke-8, hlm. 211.

25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Loc. cit., hlm.208.

69

Tabel 3.15

Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Klasifikasi

Negatif Semua tidak baik

0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali

0,40 ≤ D < 0,70 Baik

0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

0,00 ≤ D < 0,20 Buruk

Selanjutnya, hasil analisis daya pembeda instrumen tes dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.16

Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Klasifikasi Nomor Soal JumlahSangat Baik - -

Baik 3, 21, 24, 25, 28, 31, 33,36, 38, 39

10

Cukup 9, 10, 14, 15, 16, 17, 19,20, 27, 29, 30, 35, 37

13

Buruk 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12,13, 22, 23, 26, 18, 32, 34,

40

17

Jumlah 40

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwaterdapat 17 butir soal yang

terklasifikasi memiliki daya pembeda buruk, 13 butir soal yang terklasifikasi

memiliki daya pembeda cukup, dan 10 butir soal yang terklasifikasi memiliki

daya pembeda baik.

2. Uji Coba Instrumen Nontes

Pengujian instrumen nontes yang pertama adalah pengujian internal

instrumen yang dilakukan oleh ahli.26 Dalam pengujian ini, penulis membawa

26 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75.

70

kisi-kisi dan butir-butir instrumen penelitian yang telah dibuat, selanjutnya

dimintakan pendapat kepada para ahli untuk memberikan saran maupun komentar,

baik dari segi teori yang digunakan maupun keterbacaannya.27 Setelah itu, semua

saran dan komentar dari para ahli digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki

instrumen sebelum diterapkan dalam penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya adalah

melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari sampel dengan menggunakan

instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan dianalisis untuk

menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan dalam

penelitian. Adapun, tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Analisis Data Hasil Belajar

Sebelum melakukan analisis data hasil belajar, tahap pertama yang

dilakukan adalah uji prasyarat yang bertujuan untuk memenuhi syarat pada uji

hipotesis. Adapun, uji prasyarat yang digunakan terdiri atas uji normalitas dan uji

homogenitas, seperti berikut ini:

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test dengan menggunakan perhitungan statistik pada program SPSS 22.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test digunakan untuk menguji nul hipotesis

suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (normal, uniform, poisson, dan

eksponensial).28 Adapun, untuk menetapkan kenormalan data, kriteria yang

berlaku adalah sebagai berikut:

1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05;

2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:

27 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75.28 Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan

SPSS 17, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009), hlm. 168.

71

Ho: Sampel berdistribusi normal

H₁: Sampel tidak berdistribusi normal

3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima;

4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 , maka Ho ditolak.

b. Uji Homogenitas

Langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas. Uji homogenitas

dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti bersifat homogen atau

tidak. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan

perhitungan statistik pada program SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way

ANOVA. One-Way ANOVA atau analisis varian satu variabel independent

digunakan untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda

secara nyata.29 Adapun, untuk menetapkan homogenitas data, kriteria yang

berlaku adalah sebagai berikut:

1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yaitu α = 0.05;

2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:

Ho: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama

H₁: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda

3) Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka Ho diterima;

4) Jika signifikansi atau Sig. < 0,05, maka Ho ditolak.

c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah

melakukan uji hipotesis menggunakan Uji-T, tepatnya Independent Sample T-Test

dengan perhitungan statistik pada program SPSS 22. Independent Sample T-Test

digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok (melihat

pengaruh variabel independent terhadap satu atau lebih variabel dependent).30

29 Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik MenggunakanSPSS 17, Op. cit, hlm. 119.

30 Ibid., hlm. 111.

72

Adapun, kriteria yang berlaku untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan

Uji-T adalah sebagai berikut:

1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05;

2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:

Ho: Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang sama secara

signifikan.

H₁: Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang berbeda secara

signifikan.

3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima;

4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak.

2. Analisis Data Hasil Observasi

Analisis data hasil observasi pada penelitian ini terbagi 2, yakni analisis

hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, baik di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun, rubrik pengamatan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.17

Rubrik Pengamatan

Keterangan Skor KategoriJika aspek yang diamati muncul dengan nyata dansesuai dengan indikator aspek yang diamati

3 Baik(B)

Jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dancukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati

2 Cukup(C)

Jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dankurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati

1 Kurang(K)

Pedoman penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Persentase = x 100%

Kategori:

B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

73

3. Analisis Data Hasil Wawancara

Kegiatan dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) data reduction

(reduksi data) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas; (2) data

display (penyajian data) yaitu penyajian dalam bentuk uraian singkat, bagan,

maupun hubungan antar kategori; dan conclusion drawing/verification (analisis

data) yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.31 Adapun, proses wawancara

yang akan dilaksanakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2, yakni wawancara

guru dan beberapa siswa di kelas V-1.

J. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah

dirumuskan. Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah, sebagai berikut :

Ho : 1 = 2H₁ : 1 > 2

Keterangan:1 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model problem

based learning.2 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model pengajaran

langsung.

Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS

siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.

H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning

terhadap terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran

IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.

31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 124.

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al-Hasanah Ciledug,

Tangerang sebanyak tiga kali pertemuan terhadap dua kelompok siswa di kelas V,

yakni kelas V-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas V-2 sebagai kelas kontrol.

Sampel yang digunakan sebanyak 58 siswa, dengan keterangan 30 siswa di kelas

eksperimen dan 28 siswa di kelas kontrol. Kelas V-1 sebagai kelas eksperimen

melaksanakan pembelajaran IPS melalui penerapan model problem based

learning. Sedangkan, kelas V-2 sebagai kelas kontrol melaksanakan pembelajaran

melalui penerapan model pengajaran langsung.

Konsep yang diajarkan adalah konsep tentang mitigasi bencana. Untuk

mengetahui pemahaman awal siswa yang terkait dengan konsep bencana, penulis

telah melakukan analisis hasil belajar IPS pada tahap penelitian pendahuluan

terhadap kedua kelompok kelas. Berikut ini adalah tabel hasil telaah tentang hasil

belajar IPS siswa, yaitu:

Tabel 4.1

Telaah Hasil Belajar IPS

Kelas Rata-Rata Nilai Kelas Persentase Ketuntasan (%)

Tema 1

Subtema 3

Tema 4

Subtema 3

Tema 1

Subtema 3

Tema 4

Subtema 3

Eksperimen 68,1 68,8 50% 43%

Kontrol 68,2 69,2 57% 68%

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa rata-rata nilai di kelas

eksperimen dan kontrol masih di bawah KKM yakni 70. Selanjutnya, persentase

(%) ketuntasan belajar di kedua kelas juga masih di bawah kriteria ketuntasan

hasil belajar yakni 80%.

75

Untuk itu, sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal

(pretest) pada kedua kelompok kelas dengan soal yang sama untuk mengetahui

pemahaman awal siswa tentang konsep mitigasi bencana. Setelah diberikan

perlakuan berupa penerapan model problem based learning di kelas eksperimen

dan penerapan model pengajaran langsung di kelas kontrol, penulis memberikan

tes akhir (posttest) dengan soal yang sama untuk kedua kelompok kelas.

Adapun, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal

pilihan ganda yang berjumlah 20 soal dengan 4 alternatif jawaban, dan pembuatan

soal difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke-1 yaitu

manusia dan lingkungan. Instrumen tes yang digunakan telah memenuhi syarat

utama kelayakan instrumen sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, yakni

uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata

pelajaran IPS yang diberikan pada kedua kelompok kelas, maka deskripsi data

hasil belajar yang diperoleh adalah, sebagai berikut:

a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal (pretest) pada

siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun,

deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen

N Valid 30

Missing 0

Mean 68.00

Median 70.00

Mode 75

Std. Deviation 15.290

Variance 233.793

Range 60

Minimum 35

Maximum 95

Sum 2040

76

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah

2040. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,00 dengan varians 233,793 dan

standar deviasa sebesar 15,290. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen

adalah 70,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 60. Sedangkan,

pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas eksperimen adalah 95, dan nilai

terendahnya adalah 35.

Adapun, data statistik nilai pretest kelas eksperimen dalam bentuk

distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 35 1 3.3 3.3 3.3

40 1 3.3 3.3 6.7

45 1 3.3 3.3 10.0

50 3 10.0 10.0 20.0

55 1 3.3 3.3 23.3

60 3 10.0 10.0 33.3

65 4 13.3 13.3 46.7

70 2 6.7 6.7 53.3

75 6 20.0 20.0 73.3

80 3 10.0 10.0 83.3

85 2 6.7 6.7 90.0

90 2 6.7 6.7 96.7

95 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan

persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak

adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di

kelas eksperimen mencapai 53,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil

belajar yakni 80%, karena 53,3% < 80%.

77

Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen juga dapat disajikan

dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:

Gambar 4.1

Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen

Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di

kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol

N Valid 28

Missing 30

Mean 68.21

Median 72.50

Mode 85

Std. Deviation 18.768

Variance 352.249

Range 80

Minimum 10

Maximum 90

Sum 1910

78

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah

1910. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,21 dengan varians 352,249 dan

standar deviasa sebesar 18,768. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah

72,50 dengan nilai modus sebesar 85, dan range sebesar 80. Sedangkan,

pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas kontrol adalah 90, dan nilai

terendahnya adalah 10.

Adapun, data statistik nilai pretest kelas kontrol dalam bentuk distribusi

frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 1 1.7 3.6 3.6

30 1 1.7 3.6 7.1

35 1 1.7 3.6 10.7

55 2 3.4 7.1 17.9

60 3 5.2 10.7 28.6

65 4 6.9 14.3 42.9

70 2 3.4 7.1 50.0

75 4 6.9 14.3 64.3

80 3 5.2 10.7 75.0

85 5 8.6 17.9 92.9

90 2 3.4 7.1 100.0

Total 28 48.3 100.0

Missing System 30 51.7

Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan

persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak

adalah 5 dengan nilai 85. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di

kelas kontrol mencapai 57,1% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil

belajar yakni 80%, karena 57,1% < 80%.

79

Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam

bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:

Gambar 4.2Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol

b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah diberikan perlakuan, penulis memberikan tes akhir (posttest) pada

siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun,

deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen

N Valid 30

Missing 28

Mean 80.50

Median 80.00

Mode 75

Std. Deviation 10.201

Variance 104.052

Range 40

Minimum 60

Maximum 100

Sum 2415

80

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah

2415. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,50 dengan varians 104.052 dan

standar deviasa sebesar 10,201. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen

adalah 80,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 40. Sedangkan,

pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas eksperimen adalah 100, dan nilai

terendahnya adalah 60.

Adapun, data statistik nilai posttest kelas eksperimen dalam bentuk

distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60 1 1.7 3.3 3.3

65 1 1.7 3.3 6.7

70 5 8.6 16.7 23.3

75 6 10.3 20.0 43.3

80 5 8.6 16.7 60.0

85 4 6.9 13.3 73.3

90 4 6.9 13.3 86.7

95 2 3.4 6.7 93.3

100 2 3.4 6.7 100.0

Total 30 51.7 100.0

Missingg System 28 48.3

Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan

persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak

adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di

kelas eksperimen mencapai 93,3% atau sudah melebihi kriteria ketuntasan hasil

belajar yakni 80%, karena 93,3% > 80%.

81

Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen juga dapat disajikan

dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:

Gambar 4.3Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di

kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol

N Valid 28

Missing 30

Mean 73.75

Median 70.00

Mode 70

Std. Deviation 13.919

Variance 193.750

Range 50

Minimum 50

Maximum 100

Sum 2065

82

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah

2065. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 73,75 dengan varians 193,750 dan

standar deviasa sebesar 13,919. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah

70 dengan nilai modus sebesar 70, dan range sebesar 50. Sedangkan, pemerolehan

nilai posttest tertinggi di kelas kontrol adalah 100, dan nilai terendahnya adalah

50.

Adapun, data statistik nilai posttest kelas kontrol dalam bentuk distribusi

frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 50 1 1.7 3.6 3.6

55 2 3.4 7.1 10.7

60 4 6.9 14.3 25.0

65 3 5.2 10.7 35.7

70 5 8.6 17.9 53.6

75 3 5.2 10.7 64.3

80 2 3.4 7.1 71.4

85 2 3.4 7.1 78.6

90 2 3.4 7.1 85.7

95 3 5.2 10.7 96.4

100 1 1.7 3.6 100.0

Total 28 48.3 100.0

Missing System 30 51.7

Total 58 100.0

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan

persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak

adalah 5 dengan nilai 70. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di

kelas kontrol mencapai 64,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil

belajar yakni 80%, karena 64,3% < 80%.

83

Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam

bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:

Gambar 4.4Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol

2. Analisis Data

a. Analisis Data Hasil Belajar

Proses analisis hasil belajar siswa didahului dengan melakukan uji

prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, seperti berikut ini:

1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program

perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05,

maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai

pretest kelas eksperimen, yakni:

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai

N 30

Normal Parametersa,b Mean 68.00

Std. Deviation 15.290

84

Most Extreme Differences Absolute .143

Positive .080

Negative -.143

Test Statistic .143

Asymp. Sig. (2-tailed) .119c

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.10 di atas, diperoleh hasil

bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,119. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data

nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal karena ρ > α atau 0,119 > 0,05.

Adapun, hasil uji normalitas nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai

N 28

Normal Parametersa,b Mean 68.21

Std. Deviation 18.768

Most Extreme Differences Absolute .152

Positive .123

Negative -.152

Test Statistic .152

Asymp. Sig. (2-tailed) .095c

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil

bahwa nilai pretest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,095. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai

pretest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,095 > 0,05.

2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji normalitas untuk nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol juga

menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan

menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau

85

Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini

adalah hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni:

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai

N 30

Normal Parametersa,b Mean 80.50

Std. Deviation 10.201

Most Extreme Differences Absolute .138

Positive .138

Negative -.091

Test Statistic .138

Asymp. Sig. (2-tailed) .147c

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil

bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,147. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data

nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,147 >

0,05.

Adapun, hasil uji normalitas nilai posttest kelas kontrol dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.13

Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai

N 28

Normal Parametersa,b Mean 73.75

Std. Deviation 13.919

Most Extreme Differences Absolute .142

Positive .142

Negative -.093

Test Statistic .142

Asymp. Sig. (2-tailed) .156c

86

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil

bahwa nilai posttest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0,156. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai

posttest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,156 > 0,05.

3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan

program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way

ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel yang diteliti homogen.

Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni:

Tabel 4.14

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.239 1 56 .627

Berdasarkan tabel 4.14 diatas, diperoleh bahwa nilai pretest siswa di kelas

eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,627. Dengan kata lain,

dapat disimpulkan bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol

homogen, karena ρ > α atau 0,627 > 0,05.

4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji

homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel

yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai posttest kelas

eksperimen, yakni:

Tabel 4.15

Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.451 1 56 .068

87

Berdasarkan tabel 4.15 diatas, diperoleh bahwa nilai posttest siswa di kelas

eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,068. Dengan kata lain,

dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol

homogen, karena ρ > α atau 0,068 > 0,05.

5) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan uji-T bertujuan untuk mengetahui

perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model

problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model

pengajaran langsung. Adapun, pengujian hipotesis pada penelitian ini

menggunakan Independent Sample T-Test pada program SPSS 22 dengan

kriteria: jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05, maka Hoditerima. Sedangkan, jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05,

maka Ho ditolak.

Hasil uji hipotesis mengenai perbedaan antara rata-rata nilai kelas

eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai

kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.16

Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)

88

Berdasarkan pada tabel di atas, diperoleh nilai hasil uji levene’s test untuk

homogenitas sama dengan hasil uji homogenitas nilai posttest siswa di kelas

eksperimen maupun kontrol, yaitu homogen. Karena homogen, maka gunakan

baris pertama yaitu nilai T-hitung 2,117 pada DF 56. Adapun, DF pada uji-T

adalah N-2 yang pada kasus ini 58-2 = 56. Selanjutnya, diperoleh hasil nilai Sig.

(2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁ diterima, karena nilai Sig.

t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Lebih lanjut, hipotesis yang diajukan adalah:

Hipotesis:

Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS

siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.

H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS

siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen

yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung.

Sehingga, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh positif penerapan

model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana

siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai

kelas yang signifikan.

b. Analisis Data Hasil Observasi

Proses analisis data hasil observasi menggunakan analisis data kuantitatif.

Adapun, pemerolehan data hasil observasi selama penelitian berlangsung, baik di

kelas eksperimen maupun kontrol terbagi menjadi 2, yakni aktivitas belajar siswa

dan aktivitas mengajar guru. Berikut adalah gambaran data hasil observasi

aktivitas belajar siswa pada penelitian ini, yaitu:

89

Tabel 4.17

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan

Kontrol

Pertemuan

Ke-

Hari/Tgl. Persentase Aktivitas (%)

Eksperimen Kontrol

I Rabu, 22 April 2015 81,8% 74,0%

II Kamis, 23 April 2015 90,9% 81,48%

III Jum’at, 24 April 2015 96,96% 93,0%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas

belajar siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase

aktivitas belajar siswa di kedua kelas, di mana persentase aktivitas belajar siswa di

kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas belajar siswa di kelas

kontrol pada setiap pertemuan.

Adapun, data hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat digambarkan

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.18

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen dan

Kontrol

Pertemuan

Ke-

Hari/Tgl. Persentase Aktivitas (%)

Eksperimen Kontrol

I Rabu, 22 April 2015 93,9% 88,8%

II Kamis, 23 April 2015 100% 93,00%

III Jum’at, 24 April 2015 100% 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas

mengajar guru dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase

aktivitas mengajar guru di kedua kelas, yakni persentase aktivitas mengajar guru

90

di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas mengajar guru di

kelas kontrol pada setiap pertemuan.

c. Analisis Data Hasil Wawancara

Proses analisis data hasil wawancara menggunakan analisis data kualitatif.

Adapun, tahapan yang harus dilalui guna menganalisis data kualitatif dimulai

dengan proses reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan.

Pada tahap reduksi data, penulis memilih data hasil wawancara yang sesuai

dengan fokus penelitian yakni pengaruh penerapan problem based learning pada

pembelajaran IPS siswa kelas V. Pada tahap penyajian data, penulis menggunakan

uraian singkat hasil wawancara, sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.19

Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1)

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah model problem based learning cocok digunakan

dalam pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di

kelas V-1?

Cocok

2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di

kelas setelah diterapkannya model problem based

learning di kelas V-1?

Terjadi

peningkatan

3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa

di kelas V-1 terkait dengan pemahaman konsep mitigasi

bencana?

Terjadi

peningkatan

4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari

penerapan model problem based learning di kelas V-1?

Semua siswa

berpartisipasi

aktif

5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari

penerapan model problem based learning di kelas V-1?

Terlalu banyak

pendapat

91

Tabel 4.20

Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1)

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan

menggunakan model problem based learning?

Senang

2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran

yang menggunakan menggunakan model problem based

learning dengan baik?

Mampu

3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi

bencana setelah mengikuti proses pembelajaran yang

menggunakan model problem based learning?

Mudah

4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu

setelah memahami konsep mitigasi bencana yang

dilaksanakan dengan menggunakan model problem

based learning?

Iya

5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan

memelihara lingkungan sekitarmu setelah memahami

konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan

menggunakan model problem based learning?

*Jawaban

bervariasi

Berdasarkan keterangan yang ada pada tabel 4.19 dan 4.20 di atas,

diketahui bahwa penerapan model problem based learning telah memberi

pengaruh positif bagi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

kemampuan kognitif dan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung. Selain itu, siswa merasa senang saat belajar dan pemahaman konsep

yang telah diajarkan dapat dengan baik diterima siswa, sehingga di akhir

pembelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep baru

yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

92

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa Hoditolak dan H₁ diterima, maka ini berarti terdapat pengaruh positif penerapan

model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana

siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Hal ini didukung oleh pemerolehan nilai

rata-rata tes akhir siswa di kelas eksperimen yang menerapkan model problem

based learning lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata tes akhir siswa di

kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung pada taraf signifikansi

5% dapat diterima. Pemerolehan nilai rata-rata di kelas eksperimen mencapai nilai

80,50, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-ratanya hanya mencapai angka 73,75.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan model problem based learning

mampu meningkatan pemahaman siswa pada konsep mitigasi bencana.

Selain menelaah hasil belajar siswa, tahap lain yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian pemahaman konsep siswa adalah tahap observasi yang

terdiri atas observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Hasil

telaah lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas

kontrol menunjukkan persentase yang terus meningkat pada setiap pertemuannya.

Namun, persentase aktivitas belajar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan

siswa di kelas eksperimen lebih antusias selama mengikuti proses pembelajaran,

tidak demikian dengan siswa di kelas kontrol yang cenderung banyak mengeluh

dan hanya siswa laki-laki yang lebih aktif berpartisipasi saat belajar.

Hal ini menunjukkan bahwa model problem based learning terdiri atas

serangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat

sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa (siswa aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya).1

Selanjutnya, hasil telaah lembar observasi mengajar guru menunjukkan persentase

mengajar guru di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase

mengajar guru di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan gaya mengajar guru di kelas

1Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.

93

eksperimen lebih mendorong siswa untuk lebih aktif selama mengikuti proses

pembelajaran, tidak demikian dengan gaya mengajar guru di kelas kontrol yang

cenderung mendominasi proses pembelajaran, sehingga siswa kurang

berpartisipasi aktif saat belajar.

Lebih lanjut, di akhir penelitian, penulis mengadakan wawancara dengan

guru kelas dan beberapa siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana

kebermanfaatan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran.

Ternyata, hasil wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa model

problem based learning cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS,

khususnya pada meteri mitigasi bencana. Selain itu, penerapan model problem

based learning telah mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas

belajar siswa, karena semua siswa berkesempatan untuk berpartisipasi aktif

selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun, hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas eksperimen

menunjukkan bahwa mereka merasa senang, mudah memahami materi, dan

mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Selain itu, siswa di kelas

eksperimen tidak hanya unggul dalam pemahaman konsep, tetapi juga unggul

dalam menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam kehidupan seharai-hari.

Hal ini menandakan bahwa model problem based learning memang membiasakan

dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan

yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata.2

Meskipun, tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, baik di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol tergolong homogen, tetapi setelah

dilaksanakan penelitian di kedua kelas, ternyata terdapat perbedaan tingkat

pemahaman konsep IPS, khususnya pada materi mitigasi bencana. Perbedaan

tingkat pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol

disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:

2Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit.,hlm. 220.

94

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep

Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu

konsep, di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang

dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki.3 Di kelas eksperimen, lingkungan

belajar siswa memang sangat ramah dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan

guru kelas di kelas eksperimen memang fokus mengajar mata pelajaran IPS.

Berbeda dengan lingkungan belajar siswa di kelas kontrol yang terkesan kaku

dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas kontrol memang

tidak mengajar mata pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran Matematika.

Dengan kata lain, kompetensi mengajar guru kelas sangat menentukan

kecenderungan minat belajar siswa pada mata pelajaran tertentu.

Selain itu, pengalaman belajar yang dimiliki siswa di kelas eksperimen

lebih luas dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa

di kelas eksperimen sudah terbiasa dengan atmosfer pembelajaran sosial di kelas,

sehingga lebih mudah bagi mereka menerima pengetahuan baru terkait konsep

mitigasi bencana yang merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran

IPS. Sedangkan, siswa di kelas kontrol cenderung lebih banyak bertanya dan

terkesan canggung selama mengikuti proses pembelajaran IPS.

2. Proses Pembelajaran di Kelas

Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol

menggunakan model pembelajaran yang berbeda., berikut ini adalah pemaparan

proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni:

a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Di kelas eksperimen, model pembelajaran yang diterapkan adalah model

problem based learning. Penerapan model problem based learning dalam

pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan

meriview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan

memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan. Guru

3 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk MeningkatkanPemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 9. (http://file.upi.edu)

95

menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1

yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa, membagi siswa ke

dalam beberapa kelompok, melakukan review terkait pemahaman awal siswa

dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan

tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam, serta memulai

pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi

bencana alam dan bencana anthropogene, selanjutnya membagikan lembar diskusi

kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

Kedua, siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru

memberikan umpan balik tentang strategi. Guru memberikan kesempatan kepada

seluruh siswa di setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah

tentang cara memitigasi bencana alam dengan baik. Ketiga, siswa menerapkan

strategi-strategi yang telah disusun, sedangkan guru secara cermat memonitor

upaya siswa dan memberikan umpan balik. Guru mengarahkan setiap kelompok

untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-

masing kelompok, dan memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang

mengalami kesulitan.

Keempat, membahas dan mengevaluasi hasil, guru membimbing diskusi

tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan. Guru mengarahkan setiap

perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di

depan kelas, dan mempersilahkan setiap kelompok untuk memberikan respon

terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulan/pendapat

terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. Selanjutnya, guru melakukan

konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan materi pembelajaran yang telah dilalui,

serta apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan proses pembelajaran di atas, dapat disimpulkan

bahwa selama proses pembelajaran seluruh siswa di kelas eksperimen memiliki

antusiasme yang tinggi, karena sejak awal sudah diberikan stimulus berupa

masalah konkret terkait cara memitigasi bencana, serta selama proses

pembelajaran berlangsung setiap siswa memiliki kesempatan untuk selalu

96

memberikan partisipasi aktif, baik dalam menyampaikan pendapat, berdiskusi,

maupun untuk memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.

b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Di kelas kontrol, model pembelajaran yang diterapkan adalah model

pengajaran langsung. Penerapan model pengajaran langsung dalam pembelajaran

meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan menyampaikan tujuan

dan menyiapkan siswa (Establishing Set). Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dari tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema

1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari, selanjutnya guru

membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan melakukan review terkait

pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan

bencana anthropogene. Kemudian, guru membagikan lembar diskusi kelompok

yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

Kedua, mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating).

Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama hal-hal apa saja

yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan meminta siswa untuk

menuliskannya pada lembar diskusi kelompok. Selanjutnya, guru mulai

mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana alam dan bencana

anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari masing-

masing kelompok. Ketiga, membimbing pelatihan (Guide Practice) dengan

tahapan guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok

berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait dengan cara-cara

memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, kemudian guru memberikan

kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang telah diajukan.

Keempat, mengecek pemahaman & memberikan respon (Feed Back)

dengan tahapan guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya, guru

mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari

kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Kelima, extended practice dan

97

mengevaluasi hasil dengan tahapan guru meminta setiap perwakilan kelompok

yang sedang presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari cara-

cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene berdasarkan

pengalaman pribadinya. Setelah seluruh perwakilan kelompok selesai presentasi,

guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah

dilalui, dan memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa

Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: kategori

terendah adalah pemahaman terjemahan, kategori kedua adalah pemahaman

penafsiran, dan kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi.4 Berdasarkan

pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dijelaskan

bahwa siswa di kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan siswa di kelas

kontrol, dan siswa di kelas eksperimen telah mencapai indikator pemahaman

konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS dengan cukup baik. Hal ini

dikarenakan, sebagian besar siswa di kelas eksperimen telah mampu

mengungkapkan tentang konsep mitigasi bencana dengan bahasa sendiri, dan hal

ini termasuk ke dalam pemahaman terjemahan.

Selanjutnya, siswa di kelas eksperimen telah mampu menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui terkait

konsep mitigasi bencana. Selain itu, siswa di kelas eksperimen telah mampu

mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis dalam suatu

keterangan atau tulisan terkait dengan konsep mitigasi bencana. Adapun, siswa di

kelas kontrol yang telah memenuhi 3 kategori pemahaman konsep seperti

dijelaskan di atas hanya sebagian saja dari keseluruhan jumlah siswa, dan itu pun

didominasi oleh siswa laki-laki.

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penerapan

model problem based learning secara tepat akan memberikan pengaruh positif

4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24.

98

terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa

kelas V SD Islam Al-Hasanah, Ciledug.

C. Keterbatasan Penelitian

Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian

agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Namun demikian, tetap saja masih ada

kekurangan yang meliputi penelitian ini, baik berupa faktor-faktor internal

penelitian maupun faktor eksternal penelitian yang sulit untuk dikendalikan.

Berikut ini adalah beberapa keterbatasan penelitian, di antaranya:

1. Pelaksanaan penelitian hanya difokuskan pada materi mitigasi bencana saja,

sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain yang terdapat

dalam mata pelajaran IPS;

2. Keterbatasan waktu penelitian karena berdekatan dengan jadwal UAS siswa di

SD Islam Al-Hasanah Ciledug, sehingga persiapan yang dibutuhkan harus

benar-benar matang dan maksimal;

3. Tingkat pemahaman siswa yang bervariasi, sehingga membutuhkan

pendekatan yang tidak seragam;

4. Interaksi antara penulis dan guru kelas, baik di kelas eksperimen maupun di

kelas kontrol tidak berlangsung lama karena keterbatasan waktu, sehingga

segala keperluan penelitian harus sebisa mungkin dikomunikasikan secara

efektif dan efisien;

5. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel model

problem based learning dan pemahaman konsep mitigasi bencana, dan tidak

mengindahkan variabel lainnya. Untuk itu, hasil penelitian bisa saja

dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel-variabel penelitian yang telah

ditetapkan.

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian mengenai

pengaruh penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep

mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDI Al-Hasanah,

Ciledug, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa model problem based learning

telah memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pemahaman siswa

pada konsep mitigasi bencana. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis

yang menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau

H₁ diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Selain itu, terjadi

peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru pada setiap

pertemuan, serta di akhir pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan dan

pemahaman konsep baru yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Saran

Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian, penulis

mengajukan beberapa saran yang diharapkan mampu memperbaiki berbagai

kekurangan selama penelitian berlangsung, di antaranya adalah:

1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan sebagai salah

satu referensi model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman

konsep siswa dan aktivitas belajar siswa, serta aktivitas mengajar guru,

khususnya pada mata pelajaran IPS.

2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus membiasakan siswa untuk belajar

dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menstimulus siswa agar

memiliki kemampuan pemecahan masalah, belajar mandiri dan berkelompok,

berinisiatif dalam menyampaikan ide/gagasan dengan baik, serta antusias

ketika mengikuti proses pembelajaran.

100

3. Estimasi alokasi waktu pembelajaran harus direncanakan dengan matang, agar

dapat meminimalisisr waktu belajar yang tidak efisien.

101

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,Jakarta: Kencana, 2010.

Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat, 2013.

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2011.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT BumiAksara, 2005, Cet. Ke-5.

_________________, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis, Praktis,Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog PenanggulanganBencana, (Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarSD/MI), Jakarta: BSNP, 2006.

Dahar, Ratna Willis, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga,2011.

Darmawan, Deni, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2013.

Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”,Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007.

Eggen, Paul & Kauchak, Don, Strategi dan Model Pembelajaran (MengajarkanKonten dan Keterampilan Berpikir), Jakarta: Indeks, 2012.

Fajar, Arnie, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002.

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

102

Hardjasoemantri, Koesnadi, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 1986.

Husamah dan Setyaningrum, Yanur, Desain Pembelajaran Berbasis PencapaianKompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk MendukungImplementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.

Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,2003.

Jayanthi, Linda, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman KonsepIPA Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri,(http://ejournal.undiksha.ac.id).

Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)”, Jakarta: Kemendikbud, 2013.

Skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang SisiDatar dengan Menggunakan Media Manipulatif, Jurusan PendidikanMatematika, UIN Jakarta, 2011.

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikBerdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Jakarta:Rajawali Pers, 2013.

Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (ProblemBased Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.

LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam MengantisipasiBencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan KebumianLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2006.

Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu PengetahuanSosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010.

Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Bandung: Alfabeta, 2012.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:Remadja Karya, 1986.

103

Puspita, Diah, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan PemahamanKonsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika,http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011.

Rati, Ni Wayan, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga BencanaBerbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar,Kabupaten Buleleng, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha(Undiksha), 2013.

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,Bandung: Alfabeta, 2005.

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidikdalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009.

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2013.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. Ke-8.

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan EvaluasiHasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006.

_________, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Bandung: UPI Press,2007.

__________, Konsep Dasar IPS, Bandung: Laboratorium PendidikanKewarganegaraan, 2008.

Skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadapPemahaman Konsep Siswa, Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011.

Sudjino, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014.

Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Bandung:Alfabeta, 2013.

104

_______, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Yogyakarta: Kanisius,2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, Jakarta: LAPIS PGMI,2008.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PrestasiPustaka, 2007.

Trihendradi, Cornelius, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 17, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3.

Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA,Balitbang Diknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html,2008).

Waluya, Bagja, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk MeningkatkanPemahaman Siswa pada Konsep Geografi (http://file.upi.edu).

105Lampiran 1

Pedoman Observasi Tahap Awal

(Penelitian Pendahuluan)

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Waktu Observasi : Maret 2015

Tangerang, Maret 2015

Observer

Hasil Observasi

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik,namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah gurutelah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan,masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya padamata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapatbeberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswayang masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatkemampuan kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih belummerata. Siswa laki-laki dan siswa perempuan dapat bekerja sama dengancukup baik, kemampuan kognitif antara keduanya cukup berimbang.Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-1 sudah mulai terbentukdengan baik, sehingga mereka lebih menghargai perbedaan pendapatsecara bijak.

106Lampiran 2

Pedoman Observasi Tahap Awal

(Penelitian Pendahuluan)

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Waktu Observasi : Maret 2015

Tangerang, Maret 2015

Observer

Hasil Observasi

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik,namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah gurutelah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan,masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya padamata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapatbeberapa siswa yang aktif memberikan respon, terutama siswa laki-lakiyang lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkanbahwa terjadi ketimpangan kemampuan kognitif antara siswa laki-laki dansiswa perempuan di kelas V-2. Selain itu, siswa laki-laki dan siswaperempuan belum dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok.Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-2 belum terbentukdengan baik, sehingga mereka terkesan kurang menghargai perbedaanpendapat secara bijak.

107Lampiran 3

DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPSKELAS EKSPERIMEN

Tema 1

Subtema 3

Nilai V-1(x)

Frekuensi(f)

x.f

91 5 45583 5 41575 5 37566 7 46258 2 11651 1 5150 2 10033 1 3325 1 2510 1 10

Jumlah 30 2042Rata-rata 68.0667

Tema 4

Subtema 3

Nilai V-1(x)

Frekuensi(f)

x.f

91 5 45583 4 33275 4 30066 8 52858 6 34850 1 5041 1 4110 1 10

Jumlah 30 2064Rata-rata 68.8

108Lampiran 4

DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPSKELAS KONTROL

Tema 1

Subtema 3

Nilai V-2(x)

Frekuensi(f)

x.f

100 1 10090 6 54080 3 24070 6 42060 6 36050 3 15040 2 8020 1 20

Jumlah 28 1910Rata-rata 68.21

Tema 4

Subtema 3

Nilai V-2(x)

Frekuensi(f)

x.f

100 2 20090 5 45080 4 32070 7 49060 4 24040 1 4030 1 3020 1 2010 1 10

Jumlah 28 1800Rata-rata 69.23

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumenSKOR DATA DIBOBOT=================

Jumlah Subyek = 29Jumlah butir = 40Bobot jwb benar = 1Bobot jwb salah = 0Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot 1 A 39 1 0 39 39 2 B 38 2 0 38 38 3 C 38 2 0 38 38 4 D 37 3 0 37 37 5 E 38 2 0 38 38 6 F 36 4 0 36 36 7 G 37 3 0 37 37 8 H 36 4 0 36 36 9 I 36 4 0 36 36 10 J 35 5 0 35 35 11 K 35 5 0 35 35 12 L 35 5 0 35 35 13 M 35 5 0 35 35 14 N 35 5 0 35 35 15 O 34 6 0 34 34 16 P 34 6 0 34 34 17 Q 33 7 0 33 33 18 R 32 8 0 32 32 19 S 33 7 0 33 33 20 T 33 7 0 33 33 21 U 32 8 0 32 32 22 V 32 8 0 32 32 23 W 31 9 0 31 31 24 X 30 10 0 30 30 25 Y 28 12 0 28 28 26 Z 29 11 0 29 29 27 AA 28 12 0 28 28 28 AB 25 15 0 25 25 29 AC 24 16 0 24 24

RELIABILITAS TES================

Rata2= 33.38Simpang Baku= 3.85KorelasiXY= 0.54Reliabilitas Tes= 0.70Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No.Urut Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 A 19 19 38 2 B 19 18 37 3 C 18 19 37 4 D 18 18 36 5 E 19 18 37 6 F 15 20 35 7 G 18 18 36 8 H 17 18 35 9 I 18 17 35 10 J 16 18 34 11 K 16 18 34 12 L 17 17 34

Page 1

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 13 M 17 17 34 14 N 17 18 35 15 O 17 16 33 16 P 19 14 33 17 Q 16 16 32 18 R 14 17 31 19 S 16 16 32 20 T 15 17 32 21 U 16 15 31 22 V 14 17 31 23 W 16 14 30 24 X 14 16 30 25 Y 13 14 27 26 Z 15 13 28 27 AA 15 12 27 28 AB 14 10 24 29 AC 13 10 23

Kel Unggul & Asor=================

Kelompok UnggulNama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No.Urut Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 A 39 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 2 B 38 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 3 C 38 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 4 E 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 D 37 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 6 G 37 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 7 F 36 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 8 H 36 - - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 8 8 8 8 8 6 4 8 8

No.Urut Kode/Nama Subyek 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 5 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 8 8 8 7 8 8 7 8 8 8 8 8

No.Urut Kode/Nama Subyek 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 B 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 5 D 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 - 1 6 G 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 7 F - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 8 7 6 8 8 8 6 7 8 7 8

No.Urut Kode/Nama Subyek 36 37 38 39 40 1 A 1 1 1 1 1

Page 2

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 2 B 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 1 1 5 D 1 1 1 1 1 6 G 1 1 1 - 1 7 F - 1 1 1 1 8 H 1 - 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 8 7 8

Kelompok AsorNama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No.Urut Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 V 32 1 - 1 1 1 1 1 - 1 1 1 2 W 31 - 1 - 1 1 1 1 1 - 1 1 3 X 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Z 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 Y 28 1 - 1 - 1 1 1 - 1 - 1 6 AA 28 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 7 AB 25 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 8 AC 24 1 1 - 1 1 1 1 1 - - 1 Jml Jwb Benar 7 6 4 7 8 8 8 6 6 6 8

No.Urut Kode/Nama Subyek 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 V 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 1 2 W 1 1 1 1 - 1 1 1 1 - 1 1 3 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Z 1 1 - - 1 1 1 1 1 - 1 1 5 Y 1 1 1 1 - - 1 1 1 1 1 1 6 AA 1 - - - 1 1 1 - 1 1 1 - 7 AB 1 1 1 1 1 - 1 - - - - 1 8 AC - 1 1 - 1 - 1 1 - - 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 6 5 6 5 7 6 6 4 7 7

No.Urut Kode/Nama Subyek 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 V 1 - 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 2 W 1 1 1 - 1 1 - - 1 1 1 1 3 X - 1 1 1 1 - - - 1 1 - - 4 Z 1 - 1 - - - 1 - 1 1 1 1 5 Y - - 1 1 1 1 1 - 1 - 1 1 6 AA - - 1 - - 1 1 1 - 1 1 1 7 AB - 1 1 - - - 1 - 1 - 1 1 8 AC - 1 1 - - 1 1 - 1 - 1 - Jml Jwb Benar 3 4 8 3 4 5 6 2 7 4 7 6

No.Urut Kode/Nama Subyek 36 37 38 39 40 1 V - - - 1 1 2 W - 1 1 1 1 3 X - 1 - - - 4 Z - 1 - - 1 5 Y 1 - 1 - 1 6 AA 1 1 1 - 1 7 AB - - 1 - 1 8 AC 1 - - 1 1 Jml Jwb Benar 3 4 4 3 7

DAYA PEMBEDAPage 3

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen============

Jumlah Subyek= 29Klp atas/bawah(n)= 8Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No Butir Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1 7 7 0 0.00 2 7 6 1 12.50 3 8 4 4 50.00 4 8 7 1 12.50 5 8 8 0 0.00 6 8 8 0 0.00 7 8 8 0 0.00 8 6 6 0 0.00 9 4 6 -2 -25.00 10 8 6 2 25.00 11 8 8 0 0.00 12 8 7 1 12.50 13 8 7 1 12.50 14 8 6 2 25.00 15 7 5 2 25.00 16 8 6 2 25.00 17 8 5 3 37.50 18 7 7 0 0.00 19 8 6 2 25.00 20 8 6 2 25.00 21 8 4 4 50.00 22 8 7 1 12.50 23 8 7 1 12.50 24 7 3 4 50.00 25 8 4 4 50.00 26 7 8 -1 -12.50 27 6 3 3 37.50 28 8 4 4 50.00 29 8 5 3 37.50 30 8 6 2 25.00 31 6 2 4 50.00 32 7 7 0 0.00 33 8 4 4 50.00 34 7 7 0 0.00 35 8 6 2 25.00 36 7 3 4 50.00 37 7 4 3 37.50 38 8 4 4 50.00 39 7 3 4 50.00 40 8 7 1 12.50

TINGKAT KESUKARAN=================

Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No Butir Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 27 93.10 Sangat Mudah 2 24 82.76 Mudah 3 24 82.76 Mudah 4 28 96.55 Sangat Mudah 5 27 93.10 Sangat Mudah

Page 4

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 6 28 96.55 Sangat Mudah 7 29 100.00 Sangat Mudah 8 23 79.31 Mudah 9 22 75.86 Mudah 10 27 93.10 Sangat Mudah 11 29 100.00 Sangat Mudah 12 28 96.55 Sangat Mudah 13 27 93.10 Sangat Mudah 14 24 82.76 Mudah 15 24 82.76 Mudah 16 25 86.21 Sangat Mudah 17 25 86.21 Sangat Mudah 18 25 86.21 Sangat Mudah 19 27 93.10 Sangat Mudah 20 25 86.21 Sangat Mudah 21 20 68.97 Sedang 22 28 96.55 Sangat Mudah 23 28 96.55 Sangat Mudah 24 21 72.41 Mudah 25 23 79.31 Mudah 26 28 96.55 Sangat Mudah 27 17 58.62 Sedang 28 23 79.31 Mudah 29 25 86.21 Sangat Mudah 30 26 89.66 Sangat Mudah 31 10 34.48 Sedang 32 26 89.66 Sangat Mudah 33 21 72.41 Mudah 34 26 89.66 Sangat Mudah 35 24 82.76 Mudah 36 15 51.72 Sedang 37 21 72.41 Mudah 38 21 72.41 Mudah 39 20 68.97 Sedang 40 27 93.10 Sangat Mudah

KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================

Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No Butir Korelasi Signifikansi 1 -0.009 - 2 0.070 - 3 0.601 Sangat Signifikan 4 0.269 - 5 0.027 - 6 -0.031 - 7 NAN NAN 8 0.051 - 9 -0.114 - 10 0.531 Sangat Signifikan 11 NAN NAN 12 0.469 Sangat Signifikan 13 0.171 - 14 0.215 - 15 0.360 Signifikan 16 0.199 - 17 0.569 Sangat Signifikan 18 -0.171 -

Page 5

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 19 0.495 Sangat Signifikan 20 0.490 Sangat Signifikan 21 0.442 Sangat Signifikan 22 0.419 Sangat Signifikan 23 0.269 - 24 0.572 Sangat Signifikan 25 0.366 Signifikan 26 -0.131 - 27 0.362 Signifikan 28 0.614 Sangat Signifikan 29 0.384 Signifikan 30 0.214 - 31 0.388 Signifikan 32 0.034 - 33 0.388 Signifikan 34 0.004 - 35 0.360 Signifikan 36 0.243 - 37 0.429 Sangat Signifikan 38 0.388 Signifikan 39 0.402 Sangat Signifikan 40 0.063 -

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

KUALITAS PENGECOH=================

Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA

No Butir a b c d * 1 1+ 1+ 27** 0-- 0 2 5--- 24** 0-- 0-- 0 3 1+ 24** 3-- 1+ 0 4 28** 1--- 0-- 0-- 0 5 0-- 2--- 0-- 27** 0 6 28** 1--- 0-- 0-- 0 7 0 29** 0 0 0 8 23** 0-- 6--- 0-- 0 9 22** 7--- 0-- 0-- 0 10 1+ 1+ 27** 0-- 0 11 0 29** 0 0 0 12 0-- 1--- 28** 0-- 0 13 0-- 2--- 0-- 27** 0 14 24** 1+ 0-- 4--- 0 15 2++ 3-- 24** 0-- 0 16 25** 3--- 1+ 0-- 0 17 2+ 2+ 0-- 25** 0

Page 6

20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 18 1+ 2+ 25** 1+ 0 19 0-- 1+ 1+ 27** 0 20 1+ 1+ 2+ 25** 0 21 4+ 20** 2+ 3++ 0 22 1--- 0-- 0-- 28** 0 23 1--- 0-- 0-- 28** 0 24 2+ 4+ 21** 2+ 0 25 23** 2++ 2++ 2++ 0 26 0-- 1--- 28** 0-- 0 27 1-- 17** 6+ 5++ 0 28 4-- 0-- 2++ 23** 0 29 1+ 3--- 0-- 25** 0 30 3--- 0-- 0-- 26** 0 31 10** 18--- 1-- 0-- 0 32 0-- 26** 0-- 3--- 0 33 21** 3++ 2+ 3++ 0 34 26** 3--- 0-- 0-- 0 35 2++ 1+ 2++ 24** 0 36 15** 14--- 0-- 0-- 0 37 7--- 21** 0-- 1- 0 38 3++ 3++ 2+ 21** 0 39 8--- 1- 0-- 20** 0 40 0-- 1+ 27** 1+ 0

Keterangan:** : Kunci Jawaban++ : Sangat Baik+ : Baik- : Kurang Baik-- : Buruk---: Sangat Buruk

Page 7

116Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah

Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)

Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)

Mata Pelajaran : IPS

Kelas/Semester : V/Genap

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar

1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya.

2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi

penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.

3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi

dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

117

4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik.

3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.

4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.

D. Tujuan Pembelajaran

3.5.1.1 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu

menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam

bencana alam dengan baik.

3.5.3.1 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara

memitigasi bencana alam dengan baik.

4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan

cara memitigasi bencana alam dengan baik.

E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)

1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam

2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana

b. Macam-macam Bencana Alam

c. Cara Memitigasi Bencana Alam

F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific Approach

2. Strategi : Pembelajaran Kelompok

3. Model : Problem Based Learning

4. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan

118

G. Kegiatan Pembelajaran

TahapanPembelajaran

Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu

Meriview dan

Menyajikan

Masalah

Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a

bersama dan mengabsensi siswa.

2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat

Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang

akan dipelajari siswa.

3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan

menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan

pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana

alam.

5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah

tentang cara memitigasi bencana alam.

6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

7 menit

Menyusun

Strategi

Menerapkan

Strategi

Membahas Hasil

Inti

1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi

bencana alam dengan baik.

2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi

pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing

kelompok.

3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang

mengalami kesulitan.

4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon

terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan

kelas.

50 menit

119

Mengevaluasi

Hasil

Penutup

1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan

simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui.

2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan

materi pembelajaran yang telah dilalui.

3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

3 menit

H. Alat, Media, dan Sumber Belajar

1. Alat Pembelajaran:

a. Papan Tulis & Spidol

b. Laptop/Handphone

2. Media Pembelajaran:

a. Lembaran Gambar Bencana Alam

3. Sumber Belajar:

a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum

2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.

b. Lembar Diskusi Kelompok

I. Penilaian Pembelajaran

1. Penilaian Sikap

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

No. Nama Siswa Aspek Penilaian

Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM

1.

2.

3.

*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.

Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)

MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)

120

2. Penilaian Pengetahuan

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

Kriteria Keterangan

Jika jawaban jelas dan lengkap

Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap

Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap

A

B

C

*Keterangan:A : 80-100

B : 60-79

C : < 60

Tangerang, 22 April 2015

Mengetahui,

Wali Kelas V-1 Guru Pengajar

H. Abdul Latif, S. Ag Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058

121

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah

Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)

Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)

Mata Pelajaran : IPS

Kelas/Semester : V/Genap

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar

1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya.

2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi

penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.

3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi

dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

122

4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik.

3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

D. Tujuan Pembelajaran

3.5.1.2 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu

menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam

bencana anthropogene dengan baik.

3.5.3.2 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara

memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan

cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)

1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene

2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana

b. Macam-macam Bencana Anthropogene

c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene

F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific Approach

2. Strategi : Pembelajaran Kelompok

3. Model : Problem Based Learning

4. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan

123

G. Kegiatan Pembelajaran

TahapanPembelajaran

Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu

Meriview dan

Menyajikan

Masalah

Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a

bersama dan mengabsensi siswa.

2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat

Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang

akan dipelajari siswa.

3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan

menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan

pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana

anthropogene.

5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah

tentang cara memitigasi bencana anthropogene.

6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

7 menit

Menyusun

Strategi

Menerapkan

Strategi

Membahas Hasil

Inti

1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi

bencana anthropogene dengan baik.

2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi

pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing

kelompok.

3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang

mengalami kesulitan.

4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon

terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi.

50 menit

124

Mengevaluasi

Hasil

Penutup

1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan

simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui.

2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan

materi pembelajaran yang telah dilalui.

3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

4 m

e

n

i

t

H. Alat, Media, dan Sumber Belajar

1. Alat Pembelajaran:

a. Papan Tulis & Spidol

b. Laptop/Handphone

Media Pembelajaran:

c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene

Sumber Belajar:

a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum

2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.

b. Lembar Diskusi Kelompok

I. Penilaian Pembelajaran

1. Penilaian Sikap

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

No. Nama Siswa Aspek Penilaian

Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM

1.

2.

3.

*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.

Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)

MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)

125

2. Penilaian Pengetahuan

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

Kriteria Keterangan

Jika jawaban jelas dan lengkap

Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap

Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap

A

B

C

*Keterangan:A : 80-100

B : 60-79

C : < 60

Tangerang, 23 April 2015

Mengetahui,

Wali Kelas V-1 Guru Pengajar

H. Abdul Latif, S. Ag Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058

126Lampiran 7

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

127Lampiran 8

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 22 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K

1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang

kompetensi yang hendak dicapai√ -

d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah

(pembelajaran mandiri)√ -

b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -

128

masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil

presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran

√ -

b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 27

Persentase 81,8%Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

129

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 23 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K

1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang

kompetensi yang hendak dicapai√ -

d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah

(pembelajaran mandiri)√ -

b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -

130

masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil

presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran

√ -

b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 30

Persentase 90,9%Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

131

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 24 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K

1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang

kompetensi yang hendak dicapai√ -

d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah

(pembelajaran mandiri)√ -

b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -

132

masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil

presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran

√ -

b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 32

Persentase 96,96%Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

Lampiran 9 133

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 22 April 2015

Observer : H. Abdul Latif, S.Ag

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran

√ -

c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai

√ -

d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

134

a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)

√ -

b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

√ -

c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)

√ -

b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33

Pemerolehan Skor 31

Persentase 93,9%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

135

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 23 April 2015

Observer : H. Abdul Latif, S.Ag

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran

√ -

c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai

√ -

d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

136

a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)

√ -

b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

√ -

c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)

√ -

b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33

Pemerolehan Skor 33

Persentase 100%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

137

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-1/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 24 April 2015

Observer : H. Abdul Latif, S.Ag

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan:

Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran

√ -

c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai

√ -

d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

138

a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)

√ -

b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)

√ -

c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)

√ -

b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan

√ -

c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 33

Pemerolehan Skor 33

Persentase 100%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(H. Abdul Latif, S.Ag)

139Lampiran 10

Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1

(Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)

Nama Pewawancara : Yulia Kurnia Dewi

Nama Responden : H. Abdul Latif, S.Ag

Jabatan Responden : Guru Kelas V-1

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2015

Tempat Wawancara : SD Islam Al-Hasanah

1. Apakah model problem based learning cocok digunakan dalam

pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di kelas V-1?

Jawaban:

Cocok, karena selama penerapan model problem based learning, siswa

lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan ide-ide baru, serta aktif

dalam belajar secara kelompok.

2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas setelah

diterapkannya model problem based learning di kelas V-1?

Jawaban:

Secara otomatis terjadi peningkatan aktivitas belajar setelah diterapkannya

model problem based learning di kelas V-1. Hal ini ditunjukkan dengan

munculnya partisipasi aktif dari beberapa siswa yang sebelumnya

cenderung pasif. Selama pembelajaran berlangsung, mereka terlihat

antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terkait materi yang

sedang dibahas.

3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1 terkait

dengan pemahaman konsep mitigasi bencana?

Jawaban:

Terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1, khususnya

pada beberapa siswa yang sebelumnya masuk dalam kategori siswa

berkemampuan kognitif rendah. Hal ini dikarenakan, selama proses

140

pembelajaran berlangsung semua siswa termotivasi untuk berpartisipasi

secara aktif, sehingga kemampuan kognitif mereka pun dapat berkembang.

4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model

problem based learning di kelas V-1?

Jawaban:

Kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based

learning adalah siswa menjadi lebih berani dalam mengemukakan

pendapat dan semua siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok yang meliputi sejumlah

kegiatan yang harus dilakukan, seperti: siswa aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya.

Sehingga, tidak ada sekat antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa

yang berkemampuan rendah.

5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem

based learning di kelas V-1?

Jawaban:

Kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem based

learning adalah tingkat antusiasme yang tinggi dari seluruh siswa

membuat setiap anggota kelompok diskusi cukup kebingungan dalam

menentukan pendapat siapa yang lebih tepat untuk dituliskan pada lembar

laporan diskusi. Untuk itu, pada tahap ini sebaiknya guru aktif

membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan kesepakatan

bersama berdasarkan jawaban/pendapat yang paling ilmiah.

141Lampiran 11

Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1

(Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)

Nama Pewawancara : Yulia Kurnia Dewi

Nama Responden : Nasywa, Inas, Iqbal, Aiman, Alif

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2015

Tempat Wawancara : SD Islam Al-Hasanah

1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan menggunakan model

problem based learning?

Jawaban:

Nasywa : Iya

Inas : Senang

Iqbal : Iya, senang

Aiman : Senang

Alif : Senang

2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan

menggunakan model problem based learning dengan baik?

Jawaban:

Nasywa : Mampu

Inas : Mampu

Iqbal : Mampu

Aiman : Mampu

Alif : Mampu

3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi bencana setelah

mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model problem based

learning?

Jawaban:

Nasywa : Mudah

Inas : Iya

142

Iqbal : Iya, paham

Aiman : Mudah

Alif : Mudah

4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu setelah memahami

konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model

problem based learning?

Jawaban:

Nasywa : Iya

Inas : Iya

Iqbal : Iya

Aiman : Iya

Alif : Iya

5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan memelihara lingkungan

sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan

dengan menggunakan model problem based learning?

Jawaban:

Nasywa : Menghemat penggunaan air & tidak membuang sampah

sembarangan, serta mengurangi penggunaan tisu.

Inas : Memperbanyak menanam pohon & tidak membangun rumah

di sekitar aliran sungai.

Iqbal : Menghemat penggunaan kertas & tisu, serta tidak menebang

pohon sembarangan.

Aiman : Membuat tanggul penahan air sungai & menggunakan conblock

untuk jalan.

Alif : Tidak membuang sampah di daerah aliran sungai & rutin

melakukan pengerukan lumpur di dasar sungai.

Lampiran 12 143

Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen (V-1)

1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015

Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa

diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.

Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk

seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas.

144

2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015

Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa

diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.

Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk

seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas.

145

3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015

Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa

diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.

Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk

seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas.

146Lampiran 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah

Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)

Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)

Mata Pelajaran : IPS

Kelas/Semester : V/Genap

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar

1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya.

2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi

penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.

3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi

dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

147

4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik.

3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.

4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.

D. Tujuan Pembelajaran

3.5.1.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang

konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam

bencana alam dengan baik.

3.5.3.1 Melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa mampu

menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.

4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan

cara memitigasi bencana alam dengan baik.

E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)

1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam

2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana

b. Macam-macam Bencana Alam

c. Cara Memitigasi Bencana Alam

F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific Approach

2. Strategi : Pembelajaran Kelompok

3. Model : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

4. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan

148

G. Kegiatan Pembelajaran

TahapanPembelajaran

Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu

Menyampaikan

Tujuan dan

Menyiapkan

Siswa

(Establishing

Set)

Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a

bersama dan mengabsensi siswa.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang

“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia

dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.

3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan

menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan mengajukan

pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana

alam.

5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

7 menit

Mendemonstrasi

kan Pengetahuan

& Keterampilan

(Demonstrating)

Membimbing

Pelatihan

(Guide

Practice)

Mengecek

Pemahaman &

Memberikan

Inti

1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama

hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan

meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi

kelompok.

2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana

alam dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari

masing-masing kelompok.

3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok

berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait

dengan cara-cara memitigasi bencana alam, kemudian guru

memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.

4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon

50 menit

149

Respon (Feed

Back)

Extended

Practice

terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan

kelas.

6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang

presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari

cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman

pribadi siswa.

Mengevaluasi

Hasil

Penutup

1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses

pembelajaran yang telah dilalui.

2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

3 menit

H. Alat, Media, dan Sumber Belajar

1. Alat Pembelajaran:

a. Papan Tulis & Spidol

b. Laptop/Handphone

2. Media Pembelajaran:

a. Lembaran Gambar Bencana Alam

3. Sumber Belajar:

a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum

2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.

b. Lembar Diskusi Kelompok

I. Penilaian Pembelajaran

1. Penilaian Sikap

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

No. Nama Siswa Aspek Penilaian

Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM

1.

2.

3.

150

*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.

Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)

MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)

2. Penilaian Pengetahuan

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

Kriteria Keterangan

Jika jawaban jelas dan lengkap

Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap

Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap

A

B

C

*Keterangan:A : 80-100

B : 60-79

C : < 60

Tangerang, 22 April 2015

Mengetahui,

Wali Kelas V-2 Guru Pengajar

Khoirul Ilmi, S. Pd Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058

151

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah

Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)

Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)

Mata Pelajaran : IPS

Kelas/Semester : V/Genap

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya

serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat

bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar

1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan

lingkungannya.

2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi

penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.

3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi

dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

152

4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia

dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik.

3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

D. Tujuan Pembelajaran

3.5.1.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang

konsep mitigasi bencana dengan baik.

3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam

bencana anthropogene dengan baik.

3.5.3.2 Melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa mampu

menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan

cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.

E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)

1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene

2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana

b. Macam-macam Bencana Anthropogene

c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene

F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific Approach

2. Strategi : Pembelajaran Kelompok

3. Model : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

4. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan

153

G. Kegiatan Pembelajaran

TahapanPembelajaran

Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu

Menyampaikan

Tujuan dan

Menyiapkan

Siswa

(Establishing

Set)

Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a

bersama dan mengabsensi siswa.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang

“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia

dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.

3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan

menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan

pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana

anthropogene.

5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus

diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.

7 menit

Mendemonstrasi

kan Pengetahuan

& Keterampilan

(Demonstrating)

Membimbing

Pelatihan

(Guide

Practice)

Mengecek

Pemahaman &

Memberikan

Inti

1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama

hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan

meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi

kelompok.

2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana

anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai

perwakilan dari masing-masing kelompok.

3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok

berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait

dengan cara-cara memitigasi bencana anthropogene, kemudian

guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.

4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon

50 menit

154

Respon (Feed

Back)

Extended

Practice

terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan

kelas.

6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang

presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari

cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman

pribadi siswa.

Mengevaluasi

Hasil

Penutup

1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses

pembelajaran yang telah dilalui.

2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.

4 m

e

n

i

t

H. Alat, Media, dan Sumber Belajar

1. Alat Pembelajaran:

a. Papan Tulis & Spidol

b. Laptop/Handphone

Media Pembelajaran:

c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene

Sumber Belajar:

a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum

2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.

b. Lembar Diskusi Kelompok

I. Penilaian Pembelajaran

1. Penilaian Sikap

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

No. Nama Siswa Aspek Penilaian

Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM

1.

155

2.

3.

*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.

Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)

MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)

3. Penilaian Pengetahuan

Teknik Penilaian : Penilaian Individu

Format Penilaian :

Kriteria Keterangan

Jika jawaban jelas dan lengkap

Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap

Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap

A

B

C

*Keterangan:A : 80-100

B : 60-79

C : < 60

Tangerang, 23 April 2015

Mengetahui,

Wali Kelas V-2 Guru Pengajar

Khoirul Ilmi, S. Pd. Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058

156Lampiran 14

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

157Lampiran 15

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 22 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -

b. Menjawab pertanyaan guru √ -

c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)

√ -

b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -

158

dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama

pembelajaran berlangsung (feed back)√ -

d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 20

Persentase 74,0%

Kategori C

Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

159

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 23 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -

b. Menjawab pertanyaan guru √ -

c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)

√ -

b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -

160

dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama

pembelajaran berlangsung (feed back)√ -

d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 22

Persentase 81,48%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

161

Pedoman Observasi Aktivitas Belajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 24 April 2015

Observer : Yulia Kurnia Dewi

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -

b. Menjawab pertanyaan guru √ -

c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)

√ -

b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -

162

dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama

pembelajaran berlangsung (feed back)√ -

d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui

√ -

b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 25

Persentase 93,00%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

163Lampiran 16

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 22 April 2015

Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.

√ -

c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)

√ -

b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -

c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -

164

respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 24

Persentase 88,8%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

165

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 23 April 2015

Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.

√ -

c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)

√ -

b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -

c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -

166

respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 25

Persentase 93,00%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

167

Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar

Kelas Kontrol

Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah

Kelas/Semester : V-2/II

Tahun Ajaran : 2014-2015

Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)

Waktu Pengamatan : 24 April 2015

Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd

Petunjuk Pengisian:

Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.

Isilah kolom keterangan jika diperlukan.

Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan

cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan

kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan

B C K

1. Kegiatan Awal Pembelajaran

a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).

√ -

b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.

√ -

c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)

√ -

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)

√ -

b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -

c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -

168

respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)

√ -

3. Kegiatan Penutup Pembelajaran

a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui

√ -

b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran

√ -

Jumlah Skor Maksimal 27

Pemerolehan Skor 27

Persentase 100%

Kategori B

Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015

Persentase = x 100% Mengetahui,

Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%

C = 60% - 79%

K = < 60%

(Khoirul Ilmi, S.Pd)

169Lampiran 17

Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol (V-2)

1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015

Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),

selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &

keterampilan (Demonstrating).

Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),

mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended

Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.

170

2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015

Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),

selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &

keterampilan (Demonstrating)

Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),

mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended

Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.

171

3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015

Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),

selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &

keterampilan (Demonstrating)

Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),

mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended

Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.

172Lampiran 18

Tema Ke-9: Lingkungan Sahabat KitaSubtema 1: Manusia dan LingkunganSemester/TP : 2/2014-2015Disusun Oleh : Yulia Kurnia Dewi

Nama :Kelas : V (Lima)Hari :Tanggal:

Waktu: 45 menit Mata Pelajaran: Tematik (Fokus IPS)Indikator:3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana

dengan baik.3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dan bencana

anthropogene dengan baik.3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dan bencana

anthropogene dengan baik.4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dan bencana

anthropogene dengan baik.

Nilai:

Bismillaahirrohmaanirrohiim

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat!

1. Berikut ini adalah pengertian dari mitigasi bencana yaitu ….

a. Kesadaran untuk menjaga lingkungan alam

b. Upaya mengurangi dampak bencana melalui tindakan kesiapsiagaan

c. Pekerjaan manusia untuk melindungi diri dan lingkungan alam

d. Aturan masyarakat dalam melestarikan lingkungan

2. Bencana alam yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004 dan telah memakan banyak korban, serta

menimbulkan kerugian besar adalah ….

a. Longsor b. Gempa Bumi c. Tsunami d. Angin Puting Beliung

3. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh .…

a. Skala kekuatan gempa di dasar laut c. Pasang surut air laut

b. Kedalaman air laut d. Semua jawaban salah

4. Pemakaian sumber daya alam berupa air secara berlebihan dan terus-menerus akan mengakibatkan ….

a. Musim gugur b. Cuaca Panas c. Kekeringan d. Kepunahan

5. Peristiwa terbakarnya sesuatu, baik secara alami atau karena kelalaian manusia adalah penjelasan dari

bencana ….

a. Kekeringan b. Pemanasan Global c. Kebakaran d. Kemarau

6. Erosi dan abrasi adalah contoh bencana yang disebabkan oleh .…

a. Kondisi alamiah c. Campur tangan manusia

b. Kelalaian manusia d. Semua jawaban benar

173

7. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tumpukan abu vulkanik di atap rumah adalah ….

a. Membuat tanda bahaya gempa

b. Membuat wadah penampungan

c. Membangun rumah beratap datar

d. Membangun rumah beratap curam/lebih miring

8. Kewajiban pemerintah dalam menanggulangi bencana gempa bumi vulkanik adalah ….

a. Membangun jalur evakuasi c. Menyediakan bahan pangan

b. Membangun tempat pengungsian d. Semua jawaban benar

9. Ketika gempa vulkanik terjadi, sebaiknya kita tidak mendekati daerah .…

a. Pemukiman b. Pegunungan c. Perindustrian d. Lapangan

10. Di bawah ini adalah upaya mengurangi korban jiwa saat terjadi bencana gempa tektonik yaitu .…

a. Berlari sekuat tenaga ke luar rumah

b. Tetap tenang dan segera mencari area terbuka

c. Berlindung di bawah tiang listrik/pohon

d. Bersandar di dinding rumah/bangunan besar

11. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini:

- Menanami garis pantai dengan tumbuhan bakau, pohon kelapa, dan nipah

- Tidak membangun rumah di sekitar pantai

- Tidak menebang pepohonan yang ada di bibir pantai

Kalimat di atas adalah beberapa upaya untuk mengurangi dampak dari bencana ….

a. Longsor b. Banjir c. Tsunami d. Angin Topan

12. Tidak berlindung di bawah pohon agar tidak tertiban adalah salah satu upaya untuk mengurangi

dampak bencana ….

a. Banjir b. Angin topan c. Longsor d. Kebakaran

13. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana angin topan adalah ….

a. Membangun rumah dengan bahan bangunan yang berat/kokoh

b. Memotong batang-batang pohon yang telah rapuh

c. Lebih banyak menanam pohon yang berakar kuat

d. Menebang pohon sesuka hati

14. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana seperti

pada gambar di samping .…

a. Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan

b. Melakukan penghijauan

174

c. Membuat sumur resapan air hujan

d. Semua jawaban benar

15. Salah satu kewajiban pemerintah dalam mengurangi dampak bencana kekeringan adalah ….

a. Memperbanyak hutan kota

b. Membuat bak penampungan air di setiap rumah

c. Melarang warga memanfaatkan air sungai

d. Membiarkan warga menggunakan air bersih sepuasnya

16. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana banjir adalah .…

a. Membangun rumah di sekitar aliran sungai

b. Melakukan penghijauan di daerah aliran sungai

c. Tidak membuang sampah ke sungai

d. Mengeruk tumpukan lumpur di dasar sungai

17. Untuk mencegah munculnya korban jiwa sebagai dampak bencana longsor, sebaiknya kita tidak

membangun rumah di daerah ….

a. Lereng bukit c. Permukaan tanah yang labil/rapuh

b. Tebing yang terjal/curam d. Semua jawaban benar

18. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini:

- Segera matikan sumber api

- Tetap tenang dan segera menyelamatkan diri

- Segera menelepon unit pemadam kebakaran

Kalimat di atas adalah upaya yang dapat dilakukan pada saat … kebakaran.

a. Sebelum c. Setelah

b. Terjadi d. Semua jawaban salah

19. Kewajiban pemerintah untuk mengurangi kerugian warga akibat semburan lumpur adalah .…

a. Menindak tegas perusahaan yang telah mengakibatkan semburan lumpur

b. Memindahkan penduduk yang rumahnya tergenang lumpur

c. Menanggulangi luapan lumpur dengan tepat agar tidak tersebar

d. Semua jawaban benar

20. Berikut ini adalah upaya dalam mengurangi dampak abrasi, yaitu ….

a. Mempertahankan keberadaan hutan bakau di tepi pantai

b. Melakukan pelestarian terumbu karang

c. Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai

d. Semua jawaban benar

175Lampiran 19

KUNCI JAWABAN SOAL TES PILIHAN GANDA

Siswa Kelas V SDI Al-Hasanah

1. B

2. C

3. A

4. C

5. C

6. D

7. D

8. D

9. B

10. B

11. C

12. B

13. D

14. D

15. A

16. A

17. D

18. B

19. D

20. D

176Lampiran 20Nama :Kelas : V (Lima) ……

Tema Ke-9: LingkunganSahabat Kita

Subtema 1: Manusiadan Lingkungan

I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!

Contoh Bencana Alam Cara Memitigasi Bencana

1.

2.

3.

4.

Alhamdulillahirobbil’aalamiin

177

Nama :Kelas : V (Lima) ……

Tema Ke-9: LingkunganSahabat Kita

Subtema 1: Manusiadan Lingkungan

I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!

Contoh BencanaKarena Anthropogene

Cara Memitigai Bencana

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Alhamdulillahirobbil’aalamiin

178Lampiran 21

xiv

Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana

Mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya

supaya kerugian dapat diperkecil. Mitigasi meliputi aktivitas dan tindakan-

tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003,

mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk

mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang

meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk

mengatasinya.

Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made,

sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected

community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu

kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi

secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang

mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.” Definisi

lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a

society causing widespread human, material, economic, or environmental losses

which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own

resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena

ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan

kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini

terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”

Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1,

“bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.” Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi,

yaitu: (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah

manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan

hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan

lingkungan, dan lainnya; (5) berada di luar kemampuan manusia untuk

menanggulanginya.

Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin

dilakukan, yaitu:

1) Bencana Alam

Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi

yang tidak pernah berhenti secara alamiah. Adapun, macam-macam bencana alam

di antaranya adalah:

a) Gempa Bumi Vulkanik

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh

pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba.

Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kinerja

gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan gunung

api. Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat gunung api,

kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah daerah.

Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya.

(Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah

daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi,

daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).

- Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.

- Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.

- Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan

panas.

- Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif

curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).

- Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.

- Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.

- Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan

laporan yang akurat kepada masyarakat.

- Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana

alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.

b) Gempa Bumi Tektonik

Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit

bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala

pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahan-

patahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan

karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi. Adapun, Mitigasi yang

mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah

yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang

gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.

- Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang &

bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).

- Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika <

12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan

cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan

dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu

yang kokoh.

- Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri

dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen

pintu kayu yang kokoh.

- Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah

tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan

bangunan.

- Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar

dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.

- Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang

telah retak/nyaris runtuh.

c) Tsunami

Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang

yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi

vulkanik atau longsoran) dari dasar laut. Lebih lanjut, Bencana tsunami

disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat

pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut,

maka akan diikuti bencana tsunami. Semakin lama durasi gempa dan semakin

besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan,

maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar. Adapun,

mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis

pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti

bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai

hutan lindung).

- Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.

- Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon

kelapa, dan nipah.

- Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.

- Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi

manusia.

d) Angin Topan

Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besar-

besaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar.

Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting

beliung. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya

berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah

yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120 km/jam.

Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.

- Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu

menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut,

dan tahan air asin.

- Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang

cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem,

mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang).

- Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim

pancaroba.

2) Bencana Anthropogene

Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah

manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak

ramah lingkungan. Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya

adalah:

a) Kekeringan

Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah

kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan

lingkungan. Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja

manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan. Semakin tidak

bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu

model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya

kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan

di antaranya, yaitu:

- Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama

di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan

tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai

cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).

- Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah

penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan

mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air

tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air

tanah daerah sekitar).

- Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air,

danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan

lindung).

- Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat

sumur resapan air hujan.

- Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.

- Memperbanyak hutan kota.

b) Banjir

Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal

sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran

rendah di sisi sungai. Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan

bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di

daerah aliran sungai/DAS bagian hulu. Semakin gundul hutan di bagian hulu,

maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun,

mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.

- Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.

- Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS

hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga

kebersihan sungai.

- Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan

sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).

- Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.

- Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.

- Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan

pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.

- Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di

atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran

sungai besar.

c) Tanah Longsor

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau

batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng

akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Banyak faktor

yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya adalah

kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada lingkungan

hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana pembangunan,

serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan memanfaatkannya.

Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng

berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di

dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah

runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan

membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga

stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).

- Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai

dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang

gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.

- Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang

labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar

fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau

berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi

dengan pasir lepas.

d) Kebakaran

Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki oleh

manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik

(hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada

kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah

pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya

sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak

gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu,

baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin

dilakukan di antaranya, yaitu:

- Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang

dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan,

termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber

api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya,

lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.

- Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran

dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan

memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari

daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca

mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih

tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.

- Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah

satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.

- Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya

dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.

- Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman

yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.

e) Semburan Lumpur

Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di

wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi

keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat

ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan

suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah

di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang

mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:

- Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang

aliran lumpur panas.

- Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan

bengkok.

- Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman

selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah

keluar, selain laut.

- Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar

rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan

lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang

berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar

selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat

kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang

20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada

jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai

besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan

ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak

ditindaklanjuti).

f) Erosi dan Abrasi

Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik

(splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan

tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi

butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air

permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan

menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara

gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut. Selain itu, terdapat beberapa

jenis erosi, di antaranya: (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan tanah

lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi lembaran

mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion), erosi ini

berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur; (3) erosi

parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan tanah ke

arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang kemudian

berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih

dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah pantai dan

gurun.

Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik

gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian

menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya

diendapkan di laut. Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai pada

saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar menuju

ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam.

Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi

kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak.

Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur

tangan manusia di dalamnya. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di

antaranya, yaitu:

- Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar

konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.

- Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan

conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih

dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.

- Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai

dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.

- Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan

tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m

meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.

- Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah

laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang

difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety

akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan

berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).

- Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai

penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur

didirikan.

188Lampiran 22

MEDIA GAMBAR BENCANA ALAM

189Lampiran 23

MEDIA GAMBAR BENCANA ANTHROPOGENE

197Lampiran 27

Biodata Penulis

Nama : Yulia Kurnia Dewi

TTL : Tangerang, 03 Juli 1994

Alamat : Jl. Lembang 2 Rt.003/Rw. 06 No.

101, Sudimara Barat, Ciledug-

Tangerang, Banten

No. HP : 085691751230

E-mail : - [email protected]

- [email protected]

Kesan:

Selama penulis menempuh pendidikan di jurusan PGMI-FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, telah banyak ilmu, pelajaran dan pengalaman yang penulis peroleh.

Mulai dari pasrtisipasi dalam perkuliahan, unit kegiatan mahasiswa, kepanitian acara

jurusan sampai fakultas, dan yang utama adalah limpahan rezeki berupa bimbingan dari

dosen-dosen terbaik dan sahabat-sahabat kesayangan. Semoga setelah lulus, penulis dapat

mengamalkan segala ilmu dan pengalaman kepada semua insan yang membutuhkan,

khususnya kepada bibit-bibit bangsa agar tetap tertanam karakter Rahmatan lil’alamiin,

dan semoga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus yang dapat menciptakan

lulusan-lulusan yang berkualitas, baik dalam keilmuan maupun akidahnya, Amin.

Pesan:

“Bahagiakan mereka yang bisa kau bahagiakan, sebelum habis masamu”

“Innal amra kullahuu lillah” (QS. Al-Imran: 154)

“Bersungguh-sungguhlah dalam (menuntut) apa yang bermanfaat bagimu &

mohonlah pertolongan kepada Allah & janganlah sekali-kali kamu bersikap

lemah..” (HR. Muslim)