keefektifan penerapan metode enjoyfull learning terhadap ...
pengaruh penerapan model problem based learning terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengaruh penerapan model problem based learning terhadap ...
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASEDLEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
MITIGASI BENCANA PADA MATA PELAJARAN IPSSISWA KELAS V
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Oleh
Yulia Kurnia DewiNIM. 1111018300058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2015 M/1436 H
i
ABSTRAK
Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): Pengaruh PenerapanModel Problem Based Learning terhadap Pemahaman KonsepMitigasi Bencana Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V(Penelitian Kuasi Eksperimen di SD Islam Al-Hasanah Ciledug,Tangerang)
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh
positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep
mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah
Ciledug. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design dengan metode penelitian eksperimen semu
(Quasi Experiment). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda, serta instrumen nontes berupa
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penerapan
model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana
siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai
kelas yang signifikan. Hal ini didasarkan pada hasil uji hipotesis yakni
pemerolehan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Hal tersebut juga
didukung oleh hasil telaah pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
menunjukkan respon positif dari subjek penelitian.
Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Pemahaman Konsep Mitigasi
Bencana
ii
ABSTRACT
Yulia Kurnia Dewi (NIM: 1111018300058): The Effect ofImplementation Problem Based Learning Model to Comprehensionof Disaster Mitigation Concept at Social Studies for The Student’s ofClass V (Quasi Experiment Research at SD Islam Al-HasanahCiledug, Tangerang)
This study was aimed to reveal what positive effect from implementation of
Problem Based Learning model to comprehension of disaster mitigation concept
at social studies for the student’s of class V at SD Islam Al-Hasanah Ciledug,
Tangerang. Design of this research is nonequivalent control group design with
quasi experiment method. Sample taking technique in this research with purposive
sampling. The instrument research are use test with choice task, and also use
instrument nontest with observation sheet, guide interview, and documentation.
The results from this research is that be found implementation of Problem
Based Learning model can affect the student’s comprehension of disaster
mitigation concept at SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang is there’s the
student’s got increasing significant for the average class score. It’s base on the
result of hypotheses testing with SPSS 22 obtained score Sig. (2-tailed) = 0,039.
So, ignored Ho or accepted H₁, because score of Sig. t-test (2-tailed) = 0,039 <
0,05. That’s also supportable with the analysis result of guide observation, guide
interview, and documentation that showed positive respond from the research
subject’s.
Key word: Problem Based Learning Model, Comprehension of Disaster
Mitigation Concept
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt. yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang
telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang kegelapan, dan penyegar
kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang mendapatkan syafa’at di yaumil
akhir nanti, Aamiin. Pada dasarnya, skripsi merupakan salah satu mata kuliah
yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa, khususnya di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
Penyelesaian penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana. Adapun, tahap penulisan skripsi merupakan sebuah
manifestasi dari keseluruhan proses perkuliahan yang penuh tantangan,
perjuangan, dan pengorbanan. Namun demikian, hal tersebut justru telah memacu
penulis untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus mengobarkan semangat
belajar guna mencapai tujuan akhir yang membahagiakan. Selanjutnya, pada tahap
penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah rela
memberikan kontribusi, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Untuk
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad Thib
Raya, MA yang selalu membimbing dan menginspirasi seluruh mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
2. Wadek III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Fauzan, MA selaku mantan
Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang selama ini
memiliki dedikasi tinggi untuk membawa nama PGMI sebagai Program Studi
yang mampu bersaing dan memiliki lulusan-lulusan yang berkualitas, serta
dapat dibanggakan. Terima kasih Pak Fauzan, semoga Allah senantiasa
memberkahi kehidupan Bapak beserta keluarga dengan kebaikan-Nya.
iv
3. Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Bapak
Dr. Khalimi, M.Ag yang selalu setia membimbing, memotivasi dan
memfasilitasi seluruh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu. Barakallah Pak.
4. Dosen pembimbing penulis, Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd yang selalu
bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan dan senantiasa sabar dalam
membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama proses penulisan
skripsi. Terima kasih Pak Arif, semoga Allah senantiasa menjaga Bapak dan
keluarga dalam naungan kasih sayang-Nya.
5. Seluruh jajaran dosen pengajar di Prodi PGMI, terutama para dosen yang
selama ini telah setia berbagi ilmu dan pengalaman pada mahasiswa PGMI
angkatan 2011. Teruntuk Bapak Dindin Ridwanudin, Bapak Saidun Derani,
Bapak Shodiq, Bapak Asep Ediana Latif, Ibu Nanda Sari Dewi, Ibu Dina
Fhadlilah, dan Ibu Nafia Wafiqni. Terima kasih atas segala amalan baik yang
telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis, semoga penulis selalu berpegang
teguh pada kebaikan dan kelak dapat mengamalkannya kembali kepada anak-
anak didik penulis.
6. Kepala SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang, Bapak H. Yusuf Tahri,
S.Pd yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin dengan segala
pelayanan terbaik yang dimiliki SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang.
7. Seluruh jajaran Guru SD Islam Al-Hasanah, khususnya kepada Bapak Agus
selaku wakil kepala sekolah, Bapak H. Abdul Latif, S.Ag selaku wali kelas V-
1, dan Bapak Khoirul Ilmi, S.Pd selaku wali kelas V-2, terima kasih untuk
semua kontribusi, motivasi, kesantunan, dan keramahtamahan pelayanan dari
Bapak sekalian kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian di SD Islam Al-Hasanah dengan baik dan selesai tepat waktu.
8. Keluarga tercinta “you’re really my happiness who can make my lifes 100%
perfect”. Ayah ”you’re my guardian angel, my only true love, and no one will
ever replace you in my hearts”, cucuran keringat dan keelokan cerita
pengalamanmu telah memantik api semangatku untuk selalu menjadi pribadi
v
yang lebih baik. Mamah “you’re the queen in my hearts, and in my lifes
forever”, kehadiranmu sangat berarti sampai kapanpun, Mah. Fauziah
Salsabilah, Annisa Ulfa, dan Muhammad Dafa Baihaqi, “you’re my little
rainbow in my lifes” kalian selalu mewarnai hidup kakak, “so let’s give our
best and make our parents be proud of us!”.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan & sepengorbanan, kehadiran kalian selalu
berhasil lengkapi keterbatasanku, jaga kami selalu berjalan dalam ridho Mu ya
Allah. Teruntuk: Ainun Jaariyah, Febriani, Arrum Nisa, Isty Saras Swati, Eva
Fauziah, Ayu Aprianti, Igeul Nurul M.Y, Siti Sa’adah, Dini Anugerah Safitri,
Ahmad Barqu S., Hana Maulana, Dzulfahmi Pratama, Khusen Alfani, Akbar
Asha, dan seluruh teman-teman PGMI 11 B, serta seluruh angkatan PGMI 11
yang akan selalu tersimpan rapi dalam kenangan masa kuliah. Semoga
silaturahmi, solidaritas, kekompakan, keceriaan, kepekaan, dan kegilaan kita
tak padam sampai di sini ya! “Always keep our brotherhood guys!”
10. Sahabat-sahabat sepergaulan, bermula dari kalian satu persatu hingga akhirnya
menjadi KITA! Kita yang penuh kasih, perhatian, kepedulian, kepekaan,
kenyamanan, dan kebebasan, semoga akan tetap seperti ini sampai tiba masa
akhir kita. Teruntuk: Ibnu Hidayat, Maulana Candra, Tri Nur Pratiwi,
Nurfitriana, Suryani Hadiyanti, Niken Safpa, Laili Fauziah, dan Umi, semoga
Allah menuntun kita selalu dalam kebenaran. Amin
11. Semua pihak yang telah terlibat atas terselesaikannya skripsi ini, semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai amal jaariyah bagi
penulis. Amin
Demikianlah, ungkapan rasa terima kasih penulis, semoga segala kebaikan
yang telah penulis terima dapat dibalas lebih oleh Allah Swt., dan semoga kita
semua selalu berada dalam naungan keridhoan, kasih sayang, serta kebaikan-Nya.
Amin
Tangerang, 25 Agustus 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi
Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi
Lembar Pengesahan Panitia Ujian
Surat Pernyataan Karya Ilmiah
Abstrak…………………………………………………………………………………. i
Abstract………………………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel……………………………………………………………………………. x
Daftar Gambar…………………………………………………………………………. xii
Daftar Bagan…………………………………………………………………………… xiii
Daftar Lampiran……………………………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……….................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah..................................................................................................... 9
D. Perumusan Masalah...................................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….. 9
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………… 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori…..…………….……………….......................................................... 11
1. Penerapan Model Problem Based Learning ……….....………………………..... 11
a. Hakikat Model Problem Based Learning ……………………………………. 11
b. Karakteristik Model Problem Based Learning ….........……………………… 13
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning……..…………. 15
d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning……………… 17
e. Penilaian Model Problem Based Learning…………………………………… 21
vii
2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana………………………………………….. 22
a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana……………………………… 22
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana… 26
c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………………….. 28
d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana…………………. 30
e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan…………… 31
f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana………………………………………… 41
g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana……………………………………... 42
3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………….…………...……………. 43
a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar…………………………….... 43
b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………………………...... 44
c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar……………………………. 46
d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………… 48
B. Hasil Penelitian yang Relevan…..…………………………………………………… 49
C. Kerangka Berpikir...…………………………………………………………………. 52
D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………………………………. 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………......……. 54
B. Desain Penelitian…………………………………………………………………….. 55
C. Metode Penelitian……………………………………………………………………. 56
D. Populasi dan Sampel…………………………………………………………………. 57
E. Variabel Penelitian…………………………………………………………………… 58
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………... 59
G. Instrumen Penelitian…………………………………………………………………. 61
H. Uji Coba Instrumen………………………………………………………………….. 65
1. Uji Coba Instrumen Tes………………………………………………………….. 65
a. Validitas Instrumen Tes……………………………………………………… 65
b. Reliabilitas Instrumen Tes…………………………………………………… 66
c. Taraf Kesukaran……………………………………………………………… 67
d. Daya Pembeda……………………………………………………………….. 68
viii
2. Uji Coba Instrumen Nontes……………………………………………………… 69
I. Teknik Analisis Data………………………………………………………………… 70
1. Analisis Data Hasil Belajar……………………………………………………… 70
a. Uji Normalitas……………………………………………………………….. 70
b. Uji Homogenitas……………………………………………………………... 71
c. Uji Hipotesis…………………………………………………………………. 71
2. Analisis Data Hasil Observasi…………………………………………………… 72
3. Analisis Data Hasil Wawancara…………………………………………………. 73
J. Hipotesis Statistik………………………………………………………………......... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………………………………. 74
1. Deskripsi Data…………………………………………………………………… 74
a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……………..... 75
b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………………. 79
2. Analisis Data……………………………………………………………………… 83
a. Analisis Data Hasil Belajar…………………………………………………… 83
1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............83
2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol........... 84
3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……..86
4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….86
5) Uji Hipotesis…………………………..…………………………………... 87
b. Analisis Data Hasil Observasi…………………………..…………………… 88
c. Analisis Data Hasil Wawancara……………………………………………… 90
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………..……92
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep………………………… 94
2. Proses Pembelajaran di Kelas……………………………………………………...94
a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen…………………………………… 94
vii
b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol………………………………………... 96
3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa…………………………………... 97
C. Keterbatasan Penelitian……………………………….………………………………. 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..……………. 99
B. Saran…………………………………………………………………..…………... 100
DAFTAR PUSTAKA………...……………………………………………………….. 101
LAMPIRAN
x
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Fase Penerapan Problem Based Learning……………………… 17
Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Penelitian…………………………………. 54
Tabel 3.2 Nonequivalent Control Group Design………………………….. 56
Tabel 3.3 Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data…………… 59
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes………………………………………… 62
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi…………………………………... 63
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir
Pelaksanaan Penelitian)…………………………………………
64
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir
Pelaksanaan Penelitian)…………………………………………
64
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi……………………………….. 65
Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen……………………….. 66
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes……………………………… 66
Tabel 3.11 Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen…………………….. 67
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes……………………………. 67
Tabel 3.13 Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal……………………. 68
Tabel 3.14 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal……………………... 68
Tabel 3.15 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal………………… 69
Tabel 3.16 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal………………………. 69
Tabel 3.17 Rubrik Pengamatan……………………………………………... 72
Tabel 4.1 Telaah Hasil Belajar IPS………………………………………... 74
Tabel 4.2 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen………. 75
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen………….. 76
Tabel 4.4 Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol…………… 77
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol………………. 78
Tabel 4.6 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen……… 79
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen…………. 80
xi
Tabel 4.8 Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol………….. 81
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol……………… 82
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen………….. 83
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol……………… 84
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen………… 85
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol……………... 85
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan
Kontrol…………………………………………………………..
86
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol…………………………………………………………..
86
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)……………… 87
Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen
dan Kontrol……………………………………………………...
89
Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen
dan Kontrol……………………………………………………...
89
Tabel 4.19 Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1)……………. 90
Tabel 4.20 Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1)…………... 91
xii
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen... 77
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol…….. 79
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen.. 81
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol……. 83
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-1…………………….. 105
Lampiran 2 Pedoman dan Hasil Observasi Tahap Awal Kelas V-2…………………….. 106
Lampiran 3 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Eksperimen (V-1)…………………. 107
Lampiran 4 Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Kelas Kontrol (V-2)………………............ 108
Lampiran 5 Hasil Pengujian Instrumen Tes Penelitian Menggunakan ANATES………. 109
Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen……………………………………………………... 116
Lampiran 7 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen……………………….. 126
Lampiran 8 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen.. 127
Lampiran 9 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Eksperimen. 133
Lampiran 10 Pedoman dan Hasil Wawancara Guru Kelas Eksperimen…………….……. 139
Lampiran 11 Pedoman dan Hasil Wawancara Siswa Kelas Eksperimen…………………. 141
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen………………... 143
Lampiran 13 RPP Kelas Kontrol………………………………………………………….. 146
Lampiran 14 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol……………………………. 156
Lampiran 15 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol…….. 157
Lampiran 16 Pedoman dan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Kelas Kontrol…… 163
Lampiran 17 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol……………………. 169
Lampiran 18 Instrumen Tes Penelitian…………………….……………………………... 172
Lampiran 19 Kunci Jawaban Instrumen Tes……………………………………………… 175
Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa………………………………………………………… 176
Lampiran 21 Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana………………………......... 178
Lampiran 22 Media Gambar Bencana Alam……………………………………………… 188
Lampiran 23 Media Gambar Bencana Anthropogene…………………………………….. 189
Lampiran 24 Uji Referensi………………………………………………………………... 190
Lampiran 25 Surat Izin Penelitian………………………………………………………… 195
Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian…………………………….. 196
Lampiran 27 Biodata Penulis……………………………………………………………... 197
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu pembelajaran, pemahaman konsep merupakan salah satu
aspek kognitif yang menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam melewati
proses pembelajaran, agar mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya di
jenjang yang lebih tinggi. Ketika pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu
konsep itu baik, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil secara kognitif
dalam melewati proses pembelajaran. Begitu pun sebaliknya, ketika pemahaman
yang dimiliki siswa tentang suatu konsep itu kurang baik, maka siswa yang
bersangkutan belum mampu melewati proses pembelajaran dengan baik. Untuk
itu, pemahaman konsep sangat penting dimiliki siswa yang telah melalui proses
pembelajaran.
Hal ini dikarenakan, pemahaman konsep yang dimiliki siswa dapat
bermanfaat untuk memahami konsep lain yang lebih luas dan diterapkan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memahami konsep, siswa tidak sebatas mengenal, tetapi harus dapat
menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Untuk itu, proses
pemahaman konsep harus selalu memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun, salah satu
konsep yang sangat penting untuk dimiliki siswa adalah konsep mitigasi bencana.
Konsep mitigasi bencana merupakan suatu konsep yang terkait dengan
upaya mengurangi dampak bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan,
kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasi bencana. Terdapat
beberapa alasan yang membuat konsep mitigasi bencana ini dikatakan penting, di
antaranya: (1) posisi geografis Indonesia yang terletak di ujung pergerakan tiga
lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.1 Sehingga, dapat dikatakan
1 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial
2
bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana, maksudnya adalah setiap saat
bencana dapat mengancam kehidupan yang dirasakan normal dan rutin saja; (2)
perlu adanya upaya menumbuhkan kesadaran pada diri siswa sejak dini tentang
pentingnya menjaga lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan
komitmen tentang sikap siaga bencana pada diri siswa dan seluruh masyarakat
melalui upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi) yang dilaksankan secara
kreatif dan proaktif.
Siswa harus menyadari bahwa keberadaan manusia dan alam merupakan
bukti nyata adanya Tuhan selaku Pencipta seluruh semesta. Manusia dan alam
adalah dua komponen yang saling berdampingan dan mempengaruhi satu sama
lain. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa hubungan antara manusia dan alam
bersifat dinamis. Ketika manusia dapat bersahabat dengan alam, maka alam pun
akan selalu memberikan segala kebaikan yang dimilikinya untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Adapun, ketika manusia enggan berlaku baik terhadap alam,
maka bencana2lah yang akan datang.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat An-An’aam ayat 64, yang
artinya: “Katakanlah: Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari
segala macam kesusahan, …”. Selanjutnya, dipertegas lagi dalam surat Al-A’raaf
ayat 56, yang artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah Allah memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut
dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang
berbuat baik”.
Sudah sepatutnya kondisi alam yang sulit diterka dapat membuat manusia
lebih waspada. Namun, pada kenyataannya justru manusialah yang lalai untuk
selalu bersikap waspada, dan peka terhadap gejala alam yang ada di lingkungan
Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 6.
2 Untuk dapat disebut sebagai “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria di antaranya,yaitu: (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia; (3) terjadisecara tiba-tiba (sudden) dan perlahan/bertahap (slow); (4) menimbulkan hilangnya nyawamanusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dsb.; (5) berada di luarkemampuan masyarakat untuk menanggulanginya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nurjanah,dkk.,Manajemen Bencana, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 11.
3
sekitarnya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, terkadang mengabaikan
dan bersikap apatis3 terhadap kondisi lingkungan alam di sekitarnya. Tidak jarang
terdapat beberapa oknum yang secara sengaja meraup keuntungan dari kekayaan
alam.
Lebih lanjut, bencana dikelompokkan menjadi dua, yaitu bencana alam4
dan bencana anthropogene.5 Di Indonesia terdapat beberapa bencana alam yang
telah banyak menimbulkan kerugian, di antaranya adalah (1) bencana tsunami
yang terjadi pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 telah merenggut banyak
korban jiwa, lumpuhnya perekonomian masyarakat, kerusakan total sarana dan
prasarana umum seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, sampai akses
jalan yang terputus; (2) bencana gempa tektonik yang melanda Yogyakarta dan
sebagian wilayah Klaten telah menghancurkan hampir seluruh pemukiman di
Kabupaten Bantul dan sekitarnya, rusaknya berbagai sarana dan prasarana umum
seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, pasar, dan berbagai kerugian lainnya.6
Selain itu, bencana anthropogene yang terjadi di Indonesia, di antaranya
adalah (1) kegagalan pengeboran eksplorasi migas di daerah Renokenongo,
Sidoarjo, Jawa timur, telah menimbulkan semburan lumpur panas yang menjadi
musibah berkepanjangan bagi seluruh warga yang tinggal di sekitarnya;7 (3)
bencana banjir yang setiap tahun melanda Jakarta sebagai akibat dari curah hujan
yang tinggi, pengelolaan saluran air, sampah dan sungai yang belum maksimal,
serta masyarakat yang belum terbiasa menerapkan pola hidup bersih dan cinta
lingkungan. Berbagai runtutan peristiwa bencana di atas semakin membuktikan
3 Apatis adalah sikap acuh, tidak peduli, masa bodoh. Sebagaimana dijelaskan oleh TimPenyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 60.
4 Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi yang tidakpernah berhenti secara alamiah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam &Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 7.
5 Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah manusia yangmemanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan. Sebagaimanadijelaskan oleh Sukandarrumidi, Ibid.,hlm. 7 &25.
6Ibid., hlm. 34.7 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 24.
4
bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana dengan tingkat ancaman
bencana alam yang paling besar di dunia.
Lebih lanjut, terdapat beberapa program sebagai bagian dari ratifikasi 168
negara (termasuk Indonesia) tentang Hyogo Framework for Action 2005-2015
(HFA) yang berkomitmen untuk penurunan secara berarti hilangnya nyawa dan
aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan karena bencana yang dialami oleh
masyarakat dan negara.8 Salah satu prioritas HFA adalah pentingnya
menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun sebuah
budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (dalam jangka panjang
diharapkan akan dapat membangun kesiapsiagaan terhadap bencana dari respon
yang efektif di semua tingkat.9 Untuk itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan
dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir
dan pola prilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah.
Hal di atas sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam
upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual,
yaitu:10 (1) awareness (perubahan prilaku); (2) knowledge development (salah
satunya pendidikan dan pelatihan); (3) public commitment; dan (4) risk
assessment. Pentingnya pengetahuan, inovasi, pendidikan guna membangun
budaya keselamatan dan ketahanan pada semua unsur di sekolah terkait dengan
bencana. Upaya menanamkan kesadaran siaga bencana dapat dilakukan sedini
mungkin, terutama bagi para siswa di sekolah dasar. Berdasarkan Undang-
Undang RI Nomor 32 tahun 2009 Pasal 1, dijelaskan bahwa “Pembangunan
berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.”11
8 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana,(Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1, hlm. 32-33.
9 Ibid., hlm. 33.10 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana,
Op. cit., hlm. 33.11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3.
5
Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 9,
dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman
kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur
pendidikan nonformal.12 Dalam bidang pendidikan dasar, sudah sepatutnya
diterapkan pembelajaran tentang konsep mitigasi bencana. Terlebih lagi,
berdasarkan hasil kajian LIPI-UNESCO/ISDR menunjukkan komunitas sekolah
termasuk dalam kelompok masyarakat rentan yang tingkat kesiapsiagaannya
masih minim.13 Oleh karena itu, upaya sosialisasi tentang mitigasi bencana
sebaiknya dimasukkan dalam proses pembelajaran, terutama di tingkat pendidikan
dasar agar terbentuk konsep diri pada siswa dalam memahami konsep mitigasi
bencana, dan dapat merubah sikap siswa, serta meningkatkan pengetahuan dan
tingkah laku siswa dalam menghadapi bencana.
Pada dasarnya, pemahaman konsep mitigasi bencana dapat diterapkan
untuk semua bidang studi, tetapi dalam hal ini, konsep mitigasi bencana
diterapkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).14 IPS di sekolah
dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari
sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu
serta masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak
terlihat aspek disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi
pedagogik, dan psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang
bersifat holistik.15 Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
12 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam PengelolaanLingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.
13 LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam MengantisipasiBencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia, (Jakarta, 2006). Sebagaimana dikutip oleh Chairummi, Sri Adelila Sari,M. Ridha, Universitas Syiah Kuala, Pengaruh Konsep Diri Dan Pengetahuan Siswa TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di SDN 27 dan MIN Merduati Banda Aceh, JurnalKesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 240 - 241.
14 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolahdasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah“social studies”. Sebagaimana dijelaskan oleh Sapriya, dkk.,Konsep Dasar IPS, (Bandung:Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008), hlm. 2.
15 Ibid., hlm. 3.
6
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Sejalan dengan itu, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1, dinyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa.16 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun
landasan bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang: (a)
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat,
mandiri, dan percaya diri; dan (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan
bertanggung jawab.17
Salah satu sekolah yang penulis pilih untuk melakukan kegiatan penelitian
adalah SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Alasan penulis memilih SDI
Al-Hasanah sebagai tempat penelitian, didasarkan pada: (1) ketertarikan penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang masih menerapkan
kurikulum 2013; (2) kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat
curah hujan tinggi. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk
budaya sadar bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada
umumnya; dan (3) lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan
dapat mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.
16 Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”, ( Jakarta:Depertemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 6.
17 Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi DasarSekolah Dasar (SD)/ MadrasahIbtidaiyah (MI)”, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), hlm. 1.
7
Leboh lanjut, berdasarkan hasil observasi pada tahap penelitian
pendahuluan di kelas V SDI Al-Hasanah pada bulan Maret 2015 diperoleh hasil
bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun belum
efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah guru telah menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan, maksud dari “belum efektif” di
sini adalah rata-rata nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yakni 70, khususnya pada mata pelajaran IPS. Masalah ini penulis
temukan berdasarkan hasil telaah terkait hasil belajar siswa di kelas V-1 dan V-2
SDI Al-Hasanah pada mata pelajaran IPS tepatnya yang terdapat pada tema 1
“Benda di Lingkungan Sekitar”, subtema 3 “manusia dan lingkungan”, dan pada
tema 4 “Sehat itu Penting”, subtema 3 “lingkungan sehat” tahun pelajaran 2014-
2015.
Adapun, menurut hasil telaah, rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran
IPS, tema 1 subtema 3 adalah sebesar 68,1 dan pada tema 4 subtema 3 sebesar
68,8 untuk kelas V-1. Sedangkan, di kelas V-2 rata-rata nilai siswa pada mata
pelajaran IPS pada tema 1 subtema 3 sebesar 68,2, dan pada tema 4 subtema 3
sebesar 69,2. Tidak hanya itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapat
beberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswa yang
masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan
kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih rendah.
Setelah melihat paparan masalah-masalah di atas, maka sudah sepatutnya
guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran mampu merencanakan dan
mengimplementasikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan akhir yang telah
ditetapkan, dan yang paling utama adalah siswa dapat memiliki pemahaman
konsep secara utuh setelah melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini, yang
menjadi fokus adalah pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran
IPS. Dikarenakan begitu pentingnya pembelajaran tentang konsep mitigasi
bencana dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi bencana yang
belum mencapai KKM yaitu 70.
Untuk itu, penulis memilih alternatif dengan menerapkan model problem
based learning (PBL/pembelajaran berbasis masalah). Lebih lanjut, pemilihan dan
8
penerapan model problem based learning dinilai tepat dan sesuai dengan proses
pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan materi tentang konsep mitigasi
bencana. Melalui model ini, siswa dapat membangun kecakapan sepanjang
hidupnya dalam memecahkan masalah, bekerjasama dalam tim, dan
berkomunikasi.18 Model problem based learning merupakan sebuah model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga memberi stimulus
kepada siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait upaya
meningkatkan pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model
problem based learning di SD Islam Al-Hasanah Ciledug, Tangerang. Terlebih
lagi, materi mitigasi bencana merupakan salah satu materi pokok di Kelas V
semester 2, pada tema ke-9 “Lingkungan Sahabat Kita”, dan sesuai dengan
kebutuhan kompetensi dasar mata pelajaran IPS nomor 3.5 dan 4.5 di kelas V
pada kurikulum 2013.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk
memberikan keterangan dan menjawab pertanyaan apakah terdapat pengaruh
positif dari penerapan model problem based learning terhadap pemahaman
konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V, dan hasilnya
disusun dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “pengaruh penerapan model
problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata
pelajaran IPS siswa kelas V”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya menerapkan pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana pada
tingkat pendidikan dasar.
18 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning (BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2010), hlm. 13.
9
2. Model pembelajaran yang digunakan guru saat proses pembelajaran sudah
bervariasi, tetapi belum efektif.
3. Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dibatasi hanya pada: tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS masih
rendah, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belum
mencapai KKM (70). Untuk itu, solusi yang ditawarkan adalah dengan
menerapkan model problem based learning dalam proses pembelajaran di kelas V
SD Islam Al-Hasanah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh positif penerapan
model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana
pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah Ciledug?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat pengaruh
positif penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep
mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah
Ciledug.
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media uji kemampuan sebagai upaya
pengembangan pengetahuan dan pengalaman nyata berdasarkan bekal teori
dan praktik yang diperoleh selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
b. Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan
tentang penerapan model problem based learning untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi bencana.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses
pembelajaran terkait dengan pemahaman siswa tentang konsep mitigasi
bencana sebagai wujud kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk
meminimalisir terjadinya bencana.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Penerapan Model Problem Based Learning
a. Hakikat Model Problem Based Learning
Terdapat beberapa teori yang melandasi model problem based learning
(pembelajaran berbasis masalah), di antaranya adalah:1
1) Teori belajar bermakna dari David Ausubel
Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.2 Selama berlangsungnya proses pembelajaran, akan dihasilkan
perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan
informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.3 Dalam proses
belajar bermakna, informasi/konsep baru diasimilasikan pada informasi/konsep
yang relevan dalam struktur kognitif yang telah ada. Adapun, kaitannya dengan
problem based learning adalah mengaitkan informasi baru dengan struktur
kognitif yang telah ada.
2) Teori belajar Lev. S. Vigotsky
Menurut Vigotsky, interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.4
Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana
orang tua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat
1 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 244.
2 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Erlangga, 2011),hlm. 95.
3 Ibid., hlm. 96.4 Rusman, Loc. cit., hlm. 244.
12
memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.5
Adapun, kaitannya dengan problem based learning adalah mengaitkan informasi
baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui kegiatan belajar dalam
interaksi sosial dengan individu lain.
3) Teori Belajar Jerome S. Brunner
Menurut Brunner, belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling
baik.6 Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.7 Selain itu, Brunner juga menggunakan konsep scaffholding dan
interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Scaffholding adalah suatu proses
untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu malampaui kapasitas
perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki
kemampuan lebih.8 Adapun. kaitannya dengan problem based learning adalah
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah ada melalui
kegiatan belajar penemuan dalam interaksi sosial dengan individu lain
Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa
melalui penerapan problem based learning siswa mampu memperoleh
pengetahuan yang relevan, berpikir untuk dapat memahami, dan terdorong untuk
melakukan sesuatu. Melalui penerapan problem based learning siswa mampu
mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, dan motivasi belajar untuk merancang
berbagai macam pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran.
Problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
5 Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis PencapaianKompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 51.
6 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 79.7 Ibid.8 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 245.
13
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.9 Sementara itu, problem based
learning dijelaskan sebagai seperangkat model mengajar yang menggunakan
masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
materi, dan pengaturan diri.10 Secara sederhana, problem based learning dimaknai
sebagai sebuah model yang menyajikan masalah kontekstual dalam pembelajaran
sehingga siswa terstimulus untuk belajar.
Tujuan penerapan problem based learning adalah penguasaan isi belajar
dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan berpikir reflektif, kritis,
analitis dan evaluatif, dan keterampilan memaknai informasi dan memecahkan
masalah, membiasakan diri belajar secara kolaboratif, inovatif, dan kooperatif,
serta mampu belajar tentang kehidupan yang lebih luas.11 Tujuan terpenting dalam
penerapan problem based learning adalah mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan menjadikan siswa mandiri.12 Selain itu, terdapat beberapa
manfaat dari penerapan problem based learning, di antaranya adalah (1)
pemahaman siswa meningkat dan menjadi lebih ingat dengan materi pelajaran; (2)
meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong dan
memotivasi siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan
keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life-long learning
skills).13
b. Karakteristik Model Problem Based Learning
Model problem based learning memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya adalah pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah sesuai konteks
dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, siswa mempelajari dan
9 Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2000), dan dikutip oleh Rusman, Seri ManajemenSekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit.,hlm. 232.
10 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, (Jakarta: Indeks, 2012), hlm. 307.
11 Rusman, Loc. cit., hlm. 238.12 Paul Eggen & Don Kauchak, Loc. cit., hlm. 309.13 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 27-29.
14
mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari
masalah yang telah dipelajari.14 Karakteristik lain yang dimiliki oleh problem
based learning adalah pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, siswa
bertanggung jawab untuk memecahkan masalah, dan guru mendukung proses saat
siswa memecahkan masalah.15 Selain itu, terdapat beberapa karakteristik lain dari
problem based learning, yaitu belajar pengarahan diri, pemanfaatan sumber
pengetahuan yang beragam, penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi,
melibatkan evaluasi dan peninjauan kembali pengalaman siswa dan proses belajar,
serta proses belajar yang bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.16
Selanjutnya, 3 karakteristik lain model problem based learning adalah:17
(1) problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, yang
berarti dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa (siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta
menyimpulkannya; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan
masalah, sehingga masalah menjadi kata kunci dalam proses pembelajaran; dan
(3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah18.
Adapun, masalah yang dikemukakan kepada siswa harus bisa
membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, kesadaran akan adanya
kesenjangan, pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi
bahwa siswa mampu memecahkan masalah.19 Selain itu, karakteristik masalah
dalam penerapan problem based learning adalah permasalahan yang ada di
14 Pendapat ini dijelaskan oleh Tan (2003), Wee & Kek (2002), dan dikutip oleh M.Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana PendidikMemberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Op.cit., hlm. 12.
15 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 307.
16 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 232-233.
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.
18 Berpikir secara ilmiah berarti proses berpikir deduktif dan induktif yang dilakukansecara sistematis ( melalui tahapan tertentu) dan empiris (penyelesaian masalah berdasarkan datadan fakta yang jelas). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 215.
19 Rusman, Loc. cit., hlm. 237.
15
kehidupan nyata, memiliki relevansi dengan kurikulum dan disiplin ilmu lainnya,
memiliki tingkat kompleksitas, dan konteks masalah membutuhkan persfektif
ganda (multiple perspective), bersifat merangsang keingintahuan siswa dan
menantang siswa untuk menyelesaikannya secara rasional dan autentik.20 Adapun,
bentuk-bentuk masalah yang dapat disajikan dalam penerapan problem based
learning di antaranya, adalah:21 (1) kinerja yang tidak sesuai; (2) situasi yang
menuntut perhatian atau peningkatan; (3) mencari cara yang lebih baik atau hal
yang baru; (4) fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan;
(5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; dan (6) masalah
pengambilan keputusan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-
masing. Pada bagian ini akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari model
problem based learning. Berikut ini adalah beberapa kelebihan problem based
learning, di antaranya:22
1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup baik
untuk memahami isi pelajaran;
2) Melalui pemecahan masalah, siswa akan terbantu untuk mengetahui bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan
nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, siswa merasa tertantang
dan puas dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran, dan
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa;
20 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 238.
21 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 18-20.
22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op.cit., hlm. 220.
16
3) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan, serta mendorong siswa untuk
melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya;
4) Siswa dapat menyadari bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya adalah cara
berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa;
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata;
6) Membiasakan dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus
belajar.
Selain itu, beberapa kelebihan problem based learning lainnya adalah:23
1) Melalui penerapan problem based learning akan terjadi pembelajaran
bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2) Dalam situasi problem based learning, siswa mengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
(3) Problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Lebih lanjut, kelebihan problem based learning ada pada perancangan
masalah, yakni:24 (1) memiliki keaslian seperti di dunia kerja (nyata); (2)
dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya; (3) membangun
pemikiran yang metakognitif (menyadari tentang pemikiran sendiri) dan
konstruktif (pemahaman dibangun sendiri); dan (4) meningkatkan minat dan
motivasi dalam pembelajaran.
23 Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan danPenjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 3-4.
24 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 32-33.
17
Adapun, beberapa kekurangan problem based learning, di antaranya
adalah:25
1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan
untuk mencoba.
2) Keberhasilan penerapan problem based learning membutuhkan cukup waktu
untuk melakukan persiapan.
3) Tanpa adanya pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
ingin mereka pelajari.
d. Langkah-Langkah Penerapan Model Problem Based Learning
Penerapan problem based learning disesuaikan dengan tujuan belajar yaitu
siswa harus memecahkan masalah spesifik dan memahami materi, serta mampu
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menjadi siswa yang
mandiri. Adapun, langkah-langkah penerapan problem based learning terbagi atas
4 fase yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini:26
Tabel 2.1
Fase Penerapan Problem Based Learning
Fase Kegiatan Deskripsi
1 Meriview dan Menyajikan Masalah
(Guru meriview pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memecahkan
masalah dan memberi siswa
masalah spesifik dan konkret untuk
dipecahkan)
Menarik perhatian siswa &
mengarahkan siswa ke dalam
pelajaran.
Secara informal menilai
pengetahuan awal.
Memberikan fokus konkret
untuk pelajaran.
25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op.cit., hlm. 221.
26 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 311.
18
2 Menyusun Strategi
(siswa menyusun strategi untuk
memecahkan masalah dan guru
memberikan umpan balik tentang
strategi)
Sebisa mungkin memastikan
bahwa siswa menggunakan
pendekatan yang berguna
untuk memecahkan masalah.
3 Menerapkan Strategi
(siswa menerapkan strategi-strategi
yang telah disusun, sedangkan guru
secara cermat memonitor upaya
siswa dan memberikan umpan
balik)
Memberi siswa pengalaman
untuk memecahkan masalah.
4 Membahas dan Mengevaluasi Hasil
(Guru Membimbing diskusi tentang
upaya siswa dan hasil yang mereka
dapatkan)
Memberi siswa umpan balik
tentang upaya mereka.
Selain langkah di atas, terdapat 7 langkah dalam proses problem based
learning, yaitu:27
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (memastikan setiap
anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang terdapat di
dalam masalah);
2) Merumuskan masalah (penjelasan tentang hubungan antarfenomena di dalam
masalah);
3) Menganalisis masalah (setiap anggota kelompok berkesempatan untuk melatih
bagaimana menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis yang terkait dengan
masalah);
4) Menata gagasan dan menganalisisnya secara sistematis (bagian yang telah
dianalisis, kemudian dilihat keterkaitannya satu sama lain, lalu dikelompokkan
27 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 24-26.
19
berdasarkan hasil analisis/melihat bagian mana yang saling menunjang dan
bagian mana yang saling bertentangan);
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran (mengaitkan tujuan pembelajaran
dengan analisis masalah yang telah dibuat sebagai dasar gagasan dan dasar
penugasan bagi setiap anggota kelompok);
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (menentukkan sumber
informasi dan di mana informasi dapat diperoleh);
7) Mensintesa/menggabungkan dan menguji informasi baru, kemudian membuat
laporan (kelompok membuat sintesis/menggabungkan informasi dan
mengkombinasikan hal-hal yang relevan).
Lebih lanjut, studi kasus problem based learning (pembelajaran berbasis
masalah), meliputi: (1) penyajian masalah; (2) menggerakkan inquiry; dan (3)
langkah-langkah problem based learning yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu
belajar, iterasi/perulangan kemandirian dan kolaboras pemecahan masalah,
integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.28 Secara sederhana,
penerapan problem based learning dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah berikut ini, yaitu:29 (1) guru mempersiapkan masalah dan
melemparkannya kepada siswa; (2) membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan masalah berdasarkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki,
selanjutnya siswa membuat rumusan masalah dan membuat hipotesisnya; (3)
siswa mencari informasi sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan; (4) siswa
mendiskusikan berbagai informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan
solusi/pemecahan masalah yang tepat; dan (5) jika pemecahan masalah telah
ditentukan maka kegiatan selanjutnya adalah diskusi penutup.
28 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. cit., hlm. 233.
29 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidikdalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009), hlm. 289.
20
Adapun, langkah-langkah operasional dalam penerapan problem based
learning, meliputi:30
1) Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat
masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang
arah dan tujuan pembelajaran.
2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini, guru menyampaikan permasalahan dan siswa
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario/permasalahan
secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat.
3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud, bisa dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah
relevan dan dapat dipahami.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi pencapaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara berkumpul
sesuai kelompok di dampingi guru selaku fasilitator.
30 Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan danPenjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, hlm. 5-9.
21
5) Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian.
e. Penilaian Model Problem Based Learning
Penilaian dalam proses problem based learning, mencoba untuk
memaksimalkan fungsi penilaian, sekaligus mengubah anggapan siswa bahwa
penilaian terpisah dari proses belajar.31 Penilaian ini haruslah merupakan suatu
bagian integrasi dengan proses memfasilitasi, dan proses belajar kelompok
lainnya.32 Adapun, variasi penilaian proses problem based learning, meliputi:33
(1) proses keaktifan berdiskusi kelompok di kelas; (2) proses belajar kelompok di
luar kelas; (3) presentasi laporan dan hasil laporan.
Bentuk penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti:34 (1)
penilaian kinerja (tugas-tugas di mana siswa menunjukkan tingkat
kompetensi/pengetahuan/keterampilan mereka dengan mengerjakan satu kegiatan
atau menciptakan satu produk); (2) observasi sistematis (cara lain untuk
mengevaluasi berbagai proses yang digunakan siswa saat terlibat dalam
pembelajaran); (3) daftar periksa (deskripsi tertulis terhadap berbagai dimensi
yang harus ada dalam suatu kinerja yang layak secara sistematis); (4) skala
pemeringkatan (deskripsi tertulis tentang berbagai dimensi dari satu kinerja
berterima dengan skala-skala nilai yang menjadi dasar pemeringkatan setiap
31 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, BagaimanaPendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan Op. cit., hlm. 93.
32 Ibid.33 Ibid., hlm. 94.34 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 348.
22
dimensi); (5) penilaian individu & kelompok (penilaian dilakukan secara individu,
jika memungkinkan); dan (6) menggunakan kasus untuk menilai pemahaman
siswa dalam pelajaran penyelidikan (untuk menentukan apakah siswa bisa
membuat hipotesis dan mengaitkan data dengan penjelasan).
Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan, penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
2. Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
a. Definisi Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau mempelajari
baik-baik supaya paham.35 Pengertian pemahaman (comprehension) juga diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Lebih lanjut, pemahaman atau komprehensi
adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee37 mampu untuk
mengerti/memahami tentang arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
diketahuinya.38 Pemahaman juga dijelaskan sebagai jenjang kemampuan yang
35 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 811.
36 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 50.37 Dalam hal ini testee adalah siswa, siswa tidak hanya hafal secara verbal, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Sebagaimana dijelaskan oleh NgalimPurwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986),hlm. 58.
38 Ibid.
23
menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru, dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan
dengan hal-hal lain.39
Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari hafalan/ingatan.40 Adapun, kata memahami berarti mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.41 Selain itu, kemampuan
memahami juga dapat diartikan kemampuan mengerti tentang hubungan
antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab akibat, dan
penarikan kesimpulan.42 Dengan kata lain, melalui pemahaman, siswa diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara
fakta-fakta atau konsep.43 Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
Sedangkan, konsep diartikan sebagai suatu abstraksi yang mewakili satu
kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang
sama.44 Sejalan dengan itu, konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda
yang memiliki karakteristik yang sama.45 Selain itu, konsep dijelaskan sebagai
suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan masalah.46 Secara
singkat, dapat dikatakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental yang
39 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, hlm. 21.
40 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik BerdasarkanKurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.2, hlm. 162.
41 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op. cit., hlm. 50.42 Kunandar, Loc. cit., hlm. 162.43 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
Cet. 5., hlm. 118.44 Pendapat ini disampaikan oleh Rosser (1984), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis
Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 63.45 Pendapat ini disampaikan oleh Hasan (1995), sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk.,
Konsep Dasar IPS, (Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, 2008)., hlm. 37.46 Ibid., hlm. 36.
24
mewakili satu kelas stimulus, dan suatu konsep telah dipelajari jika yang diajar
dapat menampilkan prilaku-prilaku tertentu.47
Konsep diperoleh melalui dua cara, yaitu:48 (1) pembentukan konsep; dan
(2) asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep
sebelum siswa masuk sekolah dan lebih memakan waktu dibandingkan proses
asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama
dan setelah jenjang sekolah. Sebuah konsep awal menjadi sesuatu yang penting
sebelum siswa mengenali konsep-konsep lainnya. Jika siswa telah memiliki
pemahaman dari konsep awal, maka hal tersebut akan mempermudahnya dalam
memahami konsep-konsep lainnya.
Selanjutnya, terdapat empat tingkat pencapaian konsep menurut
Klausmeier, yakni:49
1) Tingkat konkrit (jika seseorang mampu mengenal suatu objek yang telah
diketahui sebelumnya, dapat memperhatikannya, dan mampu membedakan
objek tersebut berdasarkan berbagai stimulus yang ada di lingkungan);
2) Tingkat identitas (jika seseorang mampu mengenal suatu objek setelah selang
waktu tertentu, orang tersebut memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap
objek, dan objek ditentukan dengan indera yang berbeda);
3) Tingkat klasifikatori (jika seseorang mampu mengenal persamaan dari dua
contoh yang berbeda dari kelas yang sama dan orang itu mampu
menggeneralisasikan bahwa dua atau lebih contoh memiliki hubungan);
4) Tingkat formal (jika seseorang mampu menentukan berbagai atribut yang
membatasi konsep, memberi nama pada konsep, dan mampu memberikan
contoh dari konsep secara verbal.
Adapun, kata mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk
mengurangi bahaya supaya kerugian dapat diperkecil.50 Mitigasi meliputi aktivitas
47 Ratna Willis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Op. cit., hlm. 64.48 Pendapat ini disampaikan oleh Ausubel (1968), sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis
Dahar, Ibid.49 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 4. (http://file.upi.edu).50 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):
Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain Sosial
25
dan tindakan-tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131
Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana,
yang meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk
mengatasinya.51
Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made,
sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected
community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu
kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang
mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.”52 Definisi
lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a
society causing widespread human, material, economic, or environmental losses
which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own
resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena
ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan
kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini
terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”53
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1,
“bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, (Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha (Undiksha), 2013), hlm. 10.
51 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain SosialBagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op. cit., hlm. 10.
52 Hal ini dijelaskan oleh W. Nick Carter dalam bukunya yang berjudul “DisasterManagement”, hlm. xxiii., dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, (Bandung:Alfabeta, 2012), hlm. 10.
53 Hal ini dijelaskan oleh International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR-2002,24), dan dikutip oleh Nurjanah, dkk., Ibid., hlm. 10-11.
26
dampak psikologis.”54 Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi,
yaitu:55 (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah
manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan
lingkungan, dan lainnya;56 (5) berada di luar kemampuan manusia untuk
menanggulanginya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep mitigasi bencana adalah kemampuan siswa memahami
hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, hubungan sebab
akibat, dan penarikan kesimpulan yang terkait dengan upaya mengurangi dampak
bencana melalui penerapan tindakan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai
kemampuan untuk mengatasi bencana yang terjadi secara alamiah atau pun karena
ulah manusia, dan dijelaskan dengan bahasa sendiri.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep Mitigasi
Bencana
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep di
antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang dimiliki, serta
tingkat intelegensi yang dimiliki.57 Semakin besar kesempatan seseorang untuk
belajar, maka akan semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya.58
Adapun, konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui
generalisasi serta kemampuan berpikir abstrak.59
54 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 11.55 Ibid.56 Dampak bencana lainnya adalah (1) dampak bencana terhadap kehidupan sosial
masyarakat, berupa terganggunya ketenangan dan pola hidup masyarakat; (2) dampak bencanaterhadap kehidupan ekonomi masyarakat, berupa tersendat/lumpuhnya aktivitas ekonomimasyarakat; (3) dampak bencana terhadap politik dan keamanan, berupa banyak terjadinya konflikpolitik, pertikaian antarkelompok masyarakat, pencurian, perampokan, dsb.; (4) dampak bencanaterhadap lingkungan hidup, berupa banyaknya kerusakan lingkungan, baik lingkungan alammaupun lingkungan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam &Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 33-42.
57 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 9. (http://file.upi.edu)58 Ibid.59 Ibid., hlm. 3.
27
Selanjutnya, terdapat 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:60
(1) pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar; (2) pemahaman dipengaruhi
oleh pengalaman belajar masa lalu; (3) pemahaman tergantung pada pengaturan
situasi; (4) pemahaman didahului dengan usaha dan coba-coba; (5) belajar dengan
pemahaman dapat diulangi; dan (6) suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi
pemahaman situasi lain.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
pemahaman siswa, yaitu:61
1) Tingkat Usia
Pada tingkat sekolah dasar, kecenderungan pemahaman siswa ditekankan
pada tingkat hafalan (role learning), tanpa memfokuskan pada aspek mengapa dan
bagaimana;
2) Motivasi Belajar Siswa
Terdapat beberapa golongan kelompok siswa sesuai dengan tingkat
motivasi belajarnya, yaitu: (1) kelompok siswa yang benar-benar ingin belajar
(willing to learn), mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ingin
memahami apa yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran, (2) kelompok
siswa yang hanya ingin memperoleh nilai terbaik (to gain a good mark), mereka
memiliki motivasi dan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran, namun
bersifat labil, dan (3) kelompok siswa yang sekedar masuk sekolah (to have fun at
school), mereka biasa disebut dengan kelompok penggembira karena hal
terpenting bagi mereka adalah masuk sekolah dan berprilaku baik di sekolah.
60 Pendapat ini dikemukakan oleh Ernest Hilgard dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 21. Sebagaimana dikutip oleh DiahPuspita, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalamPembelajaran Matematika, (http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011, dan dipaparkan kembalidalam skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datardengan Menggunakan Media Manipulatif (Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Jakarta, 2011),hlm. 13.
61 Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA, BalitbangDiknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html, 2008, hlm. 13-16. Sebagaimanadikutip dalam skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadapPemahaman Konsep Siswa (Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011), hlm. 16.
28
3) Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
yaitu tingkat pencapaian pemahaman siswa yang lebih tinggi;
Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dijelaskan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep, khususnya pada konsep mitigasi
bencana adalah faktor internal dan faktor eksternal dari siswa yang bersangkutan.
Maksudnya adalah faktor internal siswa lebih difokuskan pada tingkat usia,
kemampuan dasar, motivasi belajar, pengalaman belajar masa lalu, dan
pengalaman berdasarkan peristiwa yang pernah dialami. Sedangkan, faktor
eksternal lebih difokuskan pada pengaturan situasi belajar siswa dan faktor lain di
luar individu siswa.
c. Indikator Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:62
1) Kategori terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan
dalam arti sebenarnya. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri
melalui simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Kategori
ini meliputi dua keterampilan, yakni:63 (a) menerjemahkan sesuatu dari bentuk
abstrak ke dalam bentuk konkrit; dan (b) menerjemahkan tabel, grafik, simbol,
dan sebagainya.
2) Kategori kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-
bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan antarunsur dari
keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran.
Kategori ini meliputi tiga keterampilan, yakni:64 (a) membedakan antara
kesimpulan yang diperlukan dan yang tidak diperlukan; (b) memahami
kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan; dan (c) memahami dan
menafsirkan isi berbagai macam bacaan.
62 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24.
63 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).64 Ibid.
29
3) Kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan seseorang
melihat suatu hal dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi
atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya. Mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis
dalam suatu keterangan atau tulisan. Kategori ini meliputi tiga keterampilan,
yakni:65 (a) meyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit; (b) memprediksi
berbagai konsekuensi dari tindakan yang akan digambarkan dari sebuah
komunikasi; dan (c) peka terhadap faktor yang mungkin membuat prediksi
menjadi akurat.
Dalam pembelajaran, pemahaman ditunjukkan melalui:66 (1)
mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri; (2) membedakan,
membandingkan, menginterpretasi data, dan mendeskripsikan dengan kata-kata
sendiri; (3) menjelaskan gagasan pokok; (4) dan menceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri. Selain itu, pemahaman juga mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari bahan yang dipelajari, dan dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan ke
dalam bentuk tertentu.67 Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal
lain.68
Pemahaman konsep memiliki tujuh kategori dalam proses kognitif yang
terdiri dari menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, meringkas,
memprediksi, membandingkan, dan menjelaskan.69 Agar dapat memahami suatu
konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya
dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan
65 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).66 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Op. cit., hlm. 163.67 Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
hlm. 44.68 Ibid.69 Linda Jayanthi, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman Konsep IPA
Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri, hlm. 2. (http://ejournal.undiksha.ac.id).
30
hidupnya.70 Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-
konsep.71
Lebih lanjut, karakteristik soal-soal pemahaman di antaranya adalah
mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah
dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda.72 Sebagian item pemahaman
dapat disajikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes
objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek
pemahaman.73
Berdasarkan paparan di atas, maka indikator pemahaman konsep mitigasi
bencana meliputi 3 kategori, yakni kemampuan siswa menerjemahkan,
menafsirkan/menginterpretasikan, dan mengekstrapolasi, yang ditunjukkan dalam
berbagai bentuk aktivitas belajar terkait dengan konsep mitigasi bencana, serta
didukung dengan penyajian tes objektif dalam bentuk pilihan ganda.
d. Teknik Pengukuran Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
Pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep bisa diukur
melalui 4 cara, yaitu dengan meminta siswa untuk:74
1) Mendefinisikan konsep, ini merupakan cara paling sederhana untuk mengukur
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang suatu konsep. Dengan meminta
siswa untuk mendefinisikan atau mengidentifikasi definisi terbaik dari daftar
alternatif. Kelemahan cara ini adalah sekedar mengukur kemampuan siswa
untuk mengingat atau mengenali satu definisi yang sudah dihafalkan
sebelumnya, dan seringkali memiliki pemahaman nyata yang masih rendah.
2) Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep, ini merupakan cara
selanjutnya yang dapat ditempuh untuk mengukur pemahaman siswa. Cara ini
70 Bagja Waluya, Op. cit., hlm. 5. (http://file.upi.edu).71 Ibid.72 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 25.73 Ibid.74 Paul Eggen & Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten
dan Keterampilan Berpikir, Op. cit., hlm. 247-249.
31
hanya mengukur pemanggilan pengetahuan siswa, karena karakteristik-
karakteristiknya sudah diidentifikasi sebelumnya selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3) Menghubungkan konsep dengan berbagai konsep lain, ini merupakan cara lain
yang dapat diterapkan dalam mengukur pemahaman siswa tentang suatu
konsep. Cara ini mengukur lebih dari sekedar pemahaman siswa tentang suatu
konsep, melainkan juga mengukur sejauh mana siswa menyadari bahwa suatu
konsep memiliki hubungan dengan berbagai konsep lainnya.
4) Mengidentifikasi atau memberikan contoh yang belum pernah dijumpai
sebelumnya dari suatu konsep, ini merupakan cara yang paling efektif untuk
mengukur pemahaman siswa tentang suatu konsep. Melalui cara ini, siswa
diminta untuk memberikan sendiri contoh-contoh baru dari suatu konsep yang
sedang dipelajari.
Dalam hal ini, teknik pengukuran pemahaman siswa tentang konsep
mitigasi bencana mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat dan
berdasarkan pula pada pencapaian aspek kognitif siswa dalam pembelajaran.
e. Macam-Macam Bencana dan Mitigasi yang Mungkin Dilakukan
Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin
dilakukan, yaitu:
1) Bencana Alam
Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi
yang tidak pernah berhenti secara alamiah.75 Adapun, macam-macam bencana
alam di antaranya adalah:
a) Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh
pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-
tiba.76 Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh
kinerja gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan
75 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7.76 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., 2012), hlm. 28.
32
gunung api.77 Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat
gunung api, kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah
daerah. Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:78
Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya.
(Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah
daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi,
daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).
Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.
Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.
Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan
panas.
Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif
curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).
Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.
Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.
Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan
laporan yang akurat kepada masyarakat.
Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana
alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.
b) Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit
bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala
pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahan-
patahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan
karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi.79 Adapun, Mitigasi yang
mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:80
77 Sukandarrumidi, Op. cit., hlm. 46-47.78 Ibid., hlm. 75-76.79 Gempa ini dikenal juga dengan sebutan gempa dislokasi. Sebagaimana dijelaskan oleh
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op.cit., hlm. 47.80 Ibid., hlm. 94-96.
33
Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah
yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang
gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.
Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang &
bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).
Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika <
12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan
cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan
dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu
yang kokoh.
Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri
dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen
pintu kayu yang kokoh.
Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah
tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan
bangunan.
Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar
dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.
Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang
telah retak/nyaris runtuh.
c) Tsunami
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi
vulkanik atau longsoran) dari dasar laut.81 Lebih lanjut, Bencana tsunami
disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat
pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut,
maka akan diikuti bencana tsunami. 82 Semakin lama durasi gempa dan semakin
besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan,
81 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 29.82 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113.
34
maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar.83 Adapun,
mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:84
Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis
pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti
bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai
hutan lindung).
Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.
Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon
kelapa, dan nipah.
Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.
Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi
manusia.
d) Angin Topan
Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besar-
besaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar.
Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting
beliung.85 Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah
yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120
km/jam.86 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:87
Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.
Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu
menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut,
dan tahan air asin.
Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang
cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem,
mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang).
83 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 113.84 Ibid., hlm. 117.85 Ibid., hlm. 184.86 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 27.87 Sukandarrumidi, Loc. cit., hlm. 186-187.
35
Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim
pancaroba.
2) Bencana Anthropogene
Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah
manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak
ramah lingkungan.88 Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya
adalah:
a) Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan
lingkungan.89 Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja
manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan.90 Semakin
tidak bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu
model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya
kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan
di antaranya, yaitu:91
Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama
di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan
tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai
cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).
Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah
penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan
mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air
tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air
tanah daerah sekitar).
88 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 7.89 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25.90 Sukandarrumidi, Loc. .cit., hlm. 170.91 Ibid., hlm. 173-174.
36
Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air,
danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan
lindung).
Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat
sumur resapan air hujan.
Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.
Memperbanyak hutan kota.
b) Banjir
Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran
rendah di sisi sungai.92 Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan
bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di
daerah aliran sungai/DAS bagian hulu.93 Semakin gundul hutan di bagian hulu,
maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun,
mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:94
Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.
Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.
Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS
hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga
kebersihan sungai.
Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan
sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).
Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.
Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan
pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.
92 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 24.93 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 141.94 Ibid., hlm. 146-147.
37
Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di
atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran
sungai besar.
c) Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.95 Banyak
faktor yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya
adalah kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada
lingkungan hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana
pembangunan, serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan
memanfaatkannya.96 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya,
yaitu:97
Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng
berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di
dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah
runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan
membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga
stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).
Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai
dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang
gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.
Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang
labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar
fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau
berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi
dengan pasir lepas.
95 Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Op. cit., hlm. 25.96 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 125-126.97 Ibid., hlm. 129-130.
38
d) Kebakaran
Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki
oleh manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik
(hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada
kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah
pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya
sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak
gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu,
baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin
dilakukan di antaranya, yaitu:98
Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang
dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan,
termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber
api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya,
lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.
Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran
dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan
memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari
daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca
mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih
tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.
Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah
satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.
Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya
dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.
Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman
yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.
98 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 219.
39
e) Semburan Lumpur
Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di
wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi
keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat
ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan
suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah
di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang
mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:99
Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang
aliran lumpur panas.
Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan
bengkok.
Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman
selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah
keluar, selain laut.
Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar
rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan
lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang
berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar
selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat
kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang
20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada
jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai
besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan
ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak
ditindaklanjuti).
f) Erosi dan Abrasi
Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik
(splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan
99 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 231.
40
tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi
butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air
permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan
menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara
gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut.100 Selain itu, terdapat beberapa
jenis erosi, di antaranya:101 (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan
tanah lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi
lembaran mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion),
erosi ini berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur;
(3) erosi parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan
tanah ke arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang
kemudian berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi
lebih dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah
pantai dan gurun.
Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik
gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian
menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya
diendapkan di laut.102 Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai
pada saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar
menuju ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam.103
Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi
kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak.104
Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur
tangan manusia di dalamnya.105 Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di
antaranya, yaitu:106
100 Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Op. cit., hlm. 242.101 Ibid., hlm. 242-244.102 Ibid., hlm. 243.103 Ibid., hlm. 245.104 Ibid., hlm. 242.105 Campur tangan yang dimaksud di sini adalah mengubah pemanfaatan lahan hutan
menjadi perkebunan, penambangan dengan sistem tambang permukaan, pengerukan pasir sungai
41
Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar
konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.
Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan
conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih
dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.
Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai
dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.
Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan
tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m
meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.
Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah
laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang
difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety
akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan
berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).
Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai
penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur
didirikan.
f. Tujuan Pendidikan Mitigasi Bencana
Berikut ini adalah beberapa tujuan pendidikan mitigasi bencana di
antaranya adalah:107
1) Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang adanya risiko bencana
yang ada di lingkungannya, berbagai macam jenis bencana, dan cara-cara
mengantisipasi/mengurangi risiko yang ditimbulkannya.
dan pantai. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukandarrumidi, Bencana Alam & BencanaAnthropogene, Op. cit., hlm. 245.
106 Ibid., hlm. 247-249.107 Ni Wayan Rati, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):
Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga Bencana Berbasiskan Domain SosialBagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Op.cit., hlm. 12-13.
42
2) Memberikan keterampilan agar siswa mampu berperan aktif dalam
pengurangan risiko bencana, baik pada diri sendiri dan lingkungannya.
3) Memberikan bekal sikap mental yang positif tentang potensi bencana dan
risiko yang mungkin ditimbulkan.
4) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bencana di Indonesia kepada
siswa sejak dini.
5) Memberikan pemahaman kepada guru tentang bencana, dampak bencana,
penyelamatan diri bila terjadi bencana.
6) Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,
melaksanakan dan melakukan pendidikan siaga bencana kepada siswa.
7) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait,
sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran
pelaksanaan pembelajaran tentang bencana.
g. Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana
Berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) Pasal 9,
dijelaskan bahwa “pendidikan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
masyarakat dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman
kanak-kanak/sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur
pendidikan nonformal. Penelitian tentang lingkungan hidup meliputi
pengembangan konsep tentang lingkungan hidup, studi keadaan lingkungan yang
ada, kecenderungan perubahan lingkungan, baik secara alami maupun karena
pengaruh kegiatan manusia yang makin meningkat dengan lingkungan hayati dan
lingkungan hidup.”108
Lebih lanjut, pendidikan mitigasi bencana dapat dilaksanakan melalui
berbagai jenis pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan
mitigasi bencana yang dilaksanakan secara formal dapat diintegrasikan ke dalam
kurikulum yang telah ada, atau menjadi mata pelajaran sendiri yaitu muatan lokal.
Pelaksanaan pendidikan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah
108 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), hlm. 19-20.
43
maupun daerah. Adapun, pendekatan yang digunakan dalam rangka memasukkan
aspek lingkungan ke dalam kurikulum tingkat pendidikan dasar dan menengah
adalah pendekatan integratif, artinya aspek lingkungan dimasukkan ke dalam mata
pelajaran yang ada.109
Pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana dapat mengikuti alur sebagai
berikut:110 (1) persiapan sebelum bencana itu berlangsung; (2) menilai bahaya
bencana; (3) penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan
relokasi; (4) Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berprilaku dalam
mencegah; (5) mendeteksi, mengantisipasi bencana secara efektif dapat
ditransformasikan; dan (7) mensosialiasikan. Sementara itu, dengan mengajak
mitra dari berbagai unit atau para pihak terkait bencana, maka tujuan dari
pendidikan bisa tercapai secara efektif dalam rangka menyiapkan generasi muda
yang cinta lingkungan, cerdas secara akademis dan emosi, serta berperan aktif
dalam masyarakat lokal maupun global.
Secara singkat, pemahaman konsep mitigasi bencana dalam pembelajaran
dapat dimulai dengan melihat tingkat kesadaran mitigasi bencana melalui proses
penyampaian pengalaman siswa terkait dengan bencana. Selanjutnya,
pembelajaran dikembangkan berdasarkan pengalaman siswa dengan
memunculkan masalah, serta memanfaatkan berbagai sumber data, baik media
elektronik atau pun cetak guna memfasilitasi pertukaran informasi dan
pengetahuan antarsesama siswa.
3. Hakikat Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
a. Pengertian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar merupakan nama mata
pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu
sosial, humaniora, sains, dan bahkan berbagai isu serta masalah sosial
109 Koesnadi Hardjasoemantri, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, Op. cit., hlm. 19-20.
110 Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu PengetahuanSosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010.
44
kehidupan.111 Selain itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.112 Lebih lanjut, ilmu
pengetahuan Sosial merupakan subjek materi dalam dunia pendidikan di negara
Indonesia yang diarahkan bukan hanya kepada pengembangan penguasaan ilmu-
ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang dapat mengembangkan kompetensi
dan tanggung jawab, baik sebagai individu, warga masyarakat, maupun sebagai
warga dunia.113
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) merupakan nama mata pelajaran yang
telah terintegrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, dan sains,
serta menjadikan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan sebagai bahan kajian,
sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensi, bertanggung jawab, peka
terhadap masalah sosial, dan berkontribusi nyata, baik sebagai individu, warga
masyarakat, maupun sebagai warga dunia.
b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Tujuan pendidikan IPS yang diberikan pada jenjang persekolahan adalah
memperkenalkan siswa pada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat secara
sistematis yang dapat mendidik siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara efektif dalam kehidupan
kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.114 Sejalan dengan
itu, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi
siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
111 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3.112 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Cet. 1, hlm. 110.113 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007),
hlm. 3.114 Ibid., hlm. 4.
45
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.115
Selanjutnya, mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut:116
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya;
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Selain itu, tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar di antaranya,
adalah:117
1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan
masyarakat;
2) Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
di masyarakat;
3) Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian;
4) Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan
keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya
yang tidak terpisahkan;
115 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: PrestasiPustaka, 2007), hlm. 176.
116 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), (Jakarta: BSNP,2006), hlm. 181.
117 Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, (Jakarta: LAPIS PGMI,2008), Jilid I, hlm. 1.9.
46
5) Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, dan perkembangan
masyarakat, serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Lebih lanjut, terdapat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah
melalui proses pembelajaran IPS di SD, yaitu:118 (1) memiliki identitas diri
berdasarkan pemahaman terhadap masa lalu dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, dan negara; (2) memahami cara hidup bermasyarakat dan memiliki
rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar; dan (3) mengidentifikasi sumber-
sumber alam Indonesia dan memanfaatkannya bagi kehidupan masa kini dan yang
akan datang.
c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial lainnya, di antaranya
adalah:119
1) IPS berusaha mempertautkan antara teori dan fakta, atau sebaliknya;
2) Pembahasan IPS bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial
lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu terintegrasi secara terpadu), dan
pendekatan yang digunakan berupa pendekatan integrated, broadfield120, dan
multiple resources/banyak sumber;
3) Pembelajaran IPS mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar
inquiry (penemuan), agar siswa mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, rasional, dan analitis;
4) Pembelajaran IPS menekankan pada ranah pengetahuan, sikap/nilai, dan
keterampilan;
118 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 11.
119 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi HasilBelajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), hlm. 7-8.
120 Broad-field merupakan gabungan atau korelasi antara ilmu sejarah, ilmu bumi, danpengetahuan kewarganegaraan. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., PengembanganPendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 36
47
5) Melalui program dan pembelajaran IPS, karakteristik siswa yang berbeda-beda
difasilitasi. Maksudnya adalah memperhatikan minat siswa dan masalah-
masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan siswa.
Selain itu, terdapat beberapa prinsip pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
yang harus dikembangkan, di antaranya:121 (1) memberi kesempatan pada siswa
untuk belajar dan mempelajari sendiri peristiwa-peristiwa sosial dan gejala alam
melalui penelitian para ilmuwan/pemecahan masalah; (2) pembelajaran secara
efektif dengan cara membangun konstruksi pemikiran melalui pengalaman belajar
siswa; (3) membina dan mengembangkan sikap ingin tahu atau sikap perasaan,
dan cara berpikir objektif, kritis, analitis, baik secara individu maupun kelompok;
dan (4) ketersediaan buku-buku sumber, film, gambar, peta/globe, serta lainnya
memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam menemukan dan memecahkan
masalah.
Adapun, materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek
disiplin ilmunya, karena yang lebih difokuskan adalah dimensi pedagogik, dan
psikologis, serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.122
Pada dasarnya, materi IPS di tingkat persekolahan, khususnya SD berupa
penyederhanaan dari berbagai ilmu sosial.123 Lebih lanjut, pola pengajaran IPS
bersifat broadfield yang menggunakan dua pendekatan, yaitu:124 (1) pendekatan
multidisiplin yang disusun berdasarkan dua kepentingan, yakni expanding
environment (pengenalan lingkungan luar, terutama untuk tingkat SD) dan
penyajian konsep secara berkesinambungan untuk meningkatkan pengertian siswa
terkait key concept & care concept125; dan (2) pendekatan interdisiplin,
pendekatan ini juga mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai
121Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI), Op. cit., hlm. 47-48.
122 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 3.123 Para ahli ilmu-ilmu sosial telah merinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial, meliputi:
antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, dan sosiologi (semuadisiplin ilmu tersebut memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia). Sebagaimana dijelaskanoleh Sapriya, Konsep Dasar IPS, Op. cit., hlm. 8.
124 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 22-23.125 Care concept adalah konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang akan dibahas. Sebagaimana dikutip oleh Sapriya, dkk., Ibid., hlm. 36.
48
ilmu sosial, namun lebih bersifat care concept yang berarti berbagai konsep dapat
ditemui dalam ilmu-ilmu sosial. Untuk itu, proses dan hasil pembelajaran
pendidikan IPS akan berfokus pada pembentukan sejumlah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sebagai dasar kompetensi untuk keperluan hidup
bermasyarakat.126
Untuk itu, konsep pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat
Sekolah Dasar (SD/MI) lebih difokuskan pada dimensi pedagogik (pembentukan
sejumlah pengetahuan), psikologis (sikap dan keterampilan), serta karakteristik
kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik sebagai dasar kompetensi untuk
keperluan hidup bermasyarakat.
d. Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
IPS, baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya,
yaitu:127
1) Faktor siswa sangat diutamakan (student oriented);
2) Berorientasi pada kemasyarakatan (community oriented), karena tempat
pembelajaran dan masalah-masalah bersumber dari kehidupan nyata dan
kemasyarakatan;
3) Faktor lingkungan fisik maupun budaya selalu dijadikan pertimbangan dalam
pembelajaran IPS (ecosystem);
4) Bersifat meluas (comprehensive-broadfield, and multidimensional), dengan
pola pengintegrasian bahan yang terpadu (integrated), dan
bertautan/berkesinambungan (correlation);
5) Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan kegiatan siswa belajar aktif
(student active learning) sebagai media pembelajaran utama dan sekaligus
akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA);
126 Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Op. cit., hlm. 9.127 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil
Belajar IPS, Op. cit., hlm. 8-9.
49
6) Program dan pelaksanaan pembelajaran berfokus pada Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran
(oriented);
7) Menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang
ilmu-ilmu sosial dan lainnya (integrated);
8) Efisien dari segi tenaga/biaya, dan efektif dari segi waktu dengan hasil yang
maksimal (efficient and effective).
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil bacaan dari beberapa penelitian yang ada, penulis
memilih hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian, yaitu :
1. Robiatul Adawiyah (2011) dengan judu skripsi “Penerapan Model Problem
Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa di SMP 1
Al-Fatah Jakarta”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar
siswa melalui penerapan model problem based learning (PBL). Adapun,
metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa penerapan model
problem based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
karena telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Namun,
terdapat beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: sekolah yang
dijadikan tempat penelitian belum secara maksimal menerapkan model
problem based learning, guru bidang studi IPS harus membiasakan siswa
mengerjakan tugas di depan kelas, siswa harus lebih aktif ketika berdiskusi
dengan kelompok dalam memecahkan masalah.
2. Dwi Endang Lestari (2013) dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif dengan Menggunakan Media terhadap Pemahaman Konsep
Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan media realia terhadap pemahaman konsep
Animalia siswa. Adapun, metode penelitian yang digunakan adalah quasi
eksperimen. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa
terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media realia
50
terhadap pemahaman konsep siswa. Namun, terdapat beberapa catatan pada
penelitian ini, di antaranya: pemanfaatan media realia harus sesuai dengan
indikator pembelajaran, sebaiknya guru bidang studi Biologi mampu memilih
konsep yang sesuai dengan media realia, penggunaan media realia pada objek
yang kecil membutuhkan alat bantu lain, sekolah harus memfasilitasi
ketersediaan media pembelajaran.
3. Mohammad Firman Qodri Anugrah (2014) dengan judul skripsi “Perancangan
Aplikasi Siaga Bencana Alam Gempa Bumi Berbasis Serious Game (Studi
Kasus di SD Islam Pondok Duta)”. Tujuan penelitian ini adalah menyajikan
informasi siaga bencana melalui pemanfaatan teknologi game berupa aplikasi
Serious game pada tingkat pendidikan dasar. Adapun, metode penelitian yang
dilakukan adalah studi kasus, dan metode pengumpulan data yang digunakan
dalam pembuatan aplikasi ini adalah studi pustaka, studi literatur, wawancara,
dan kuesioner. Berdasarkan kesimpulan pada bab 5, diperoleh hasil bahwa
pembuatan aplikasi siaga bencana alam gempa bumi berbasis serious game
yang bernama The Survivor memberikan alternatif baru untuk masyarakat,
terutama anak-anak dan remaja dalam mempelajari sikap siaga bencana
sebelum bencana alam gempa bumi dan berdasarkan hasil evaluasi dari
kuesioner, seluruh siswa menjawab setuju jika aplikasi The Survivor dijadikan
modul belajar siaga bencana alam gempa bumi di sekolah. Namun, terdapat
beberapa catatan pada penelitian ini, di antaranya: masih dibutuhkan
penambahan elemen video/animasi untuk transisi setiap terjadi perubahan dari
satu bagian ke bagian lainnya, aplikasi ini perlu ditambahkan dengan konsep
pembelajaran untuk sikap siaga bencana saat dan setelah gempa bumi terjadi
melalui penggunaan cara yang menarik dan mudah diingat, masih minimnya
narasi berbentuk suara (terlalu banyak teks).
Setelah menelaah isi dari skripsi sebelumnya, terdapat perbedaan yang
terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan
penulis lakukan. Kajian pada skripsi pertama lebih menekankan kepada aktivitas
belajar siswa, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait
dengan pemahaman konsep siswa. Selanjutnya, kajian pada skripsi kedua lebih
51
menekankan kepada penerapan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
media, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah terkait dengan
penerapan model problem based learning. Adapun, kajian pada skripsi ketiga
lebih menekankan kepada pemanfaatan aplikasi permainan untuk meningkatkan
pemahaman tentang konsep siaga bencana, sedangkan penelitian yang akan
penulis lakukan adalah terkait dengan penerapan model problem based learning
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana.
52
C. Kerangka Berpikir
Hasil kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada hasil
identifikasi masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun,
kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui bagan alur penelitian di
bawah ini:
Bagan 2.1Bagan Alur Penelitian
Penerapan modelpembelajaran belum
efektif
Penerapan modelProblem Based Learning
Pembuatan instrumenpenelitian & bahan ajar
Rendahnya tingkatpemahaman siswa pada
mata pelajaran IPS
Pentingnya menerapkanpembelajaran tentang
mitigasi bencana
Analisis Kompetensi Inti& Kompetensi Dasar IPS
Uji coba & analisis hasiluji coba insrumen
Penerapan modelProblem Based Learning
di kelas eksperimen
Penerapan modelPengajaran langsung di
kelas kontrol
Pretest(pratindakan)
Posttest(pascatindakan)
Analisis data &Penarikan Kesimpulan
53
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan alur kerangka pikir yang telah
dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning terhadap
pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V di
SD Islam Al-Hasanah.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi di mana penelitian dilakukan.1
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDI Al-Hasanah yang beralamat di Jl. HOS
Cokroaminoto 2 Rt.001/02 Kel. Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang,
Provinsi Banten, Kode Pos: 15151. Alasan penulis memilih SDI Al-Hasanah
sebagai tempat penelitian, didasarkan pada:
a. Ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah dasar Islam yang
masih menerapkan kurikulum 2013.
b. Kondisi sekitar sekolah yang kerap kali dilanda banjir saat curah hujan tinggi.
Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan dapat membentuk budaya sadar
bencana dalam diri siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
c. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau, sehingga diharapkan dapat
mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga selama penelitian ini berlangsung.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan (semester,
tahun pelajaran), dan lamanya penelitian dilakukan.2 Waktu penelitian dimulai
dari bulan Januari 2015. Berikut ini adalah tabel kegiatan dan waktu penelitian
yang akan dilaksanakan:
Tabel 3.1
Kegiatan dan Waktu Penelitian
No. Keterangan Bulan Ke-I II III IV V VI VII VIII IX X
1. Penyusunan √
1 Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat, 2013), hlm. 612 Ibid.
55
Proposal2. Seminar Proposal √3. Revisi Proposal √4. Pembuatan Bab 1,
2, dan 3 Skripsi√ √
5. PembuatanInstrumenPenelitian
√
6. Uji Coba Instrumen √7. Pelaksanaan
Penelitian√
8. Analisis Data √ √9. Penyempurnaan
Laporan Penelitian√ √ √ √
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.3 Pada pertemuan pertama,
kedua kelompok mendapatkan pretest4 dengan soal yang sama. Hasil pretest yang
baik adalah jika nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, kelompok eksperimen mendapatkan
perlakuan dengan menerapkan model problem based learning, sedangkan
kelompok kontrol menerapkan model pengajaran langsung. Selanjutnya, kedua
kelompok diberikan tes berupa posttest5, kemudian hasil pretest dibandingkan
dengan hasil posttest.
3 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), (Bandung:Alfabeta, 2013), hlm. 170.
4 Pretest adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahuipenguasaan awal siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip danTeknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm. 36.
5 Posttest adalah tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pembelajaran untukmengetahui sampai di mana pencapaian siswa (pengetahuan maupun keterampilan) terhadapmateri ajar setelah melalui proses pembelajaran . Sebagaimana dijelaskan oleh Ngalim Purwanto,Ibid., hlm. 36.
56
Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
E T₁ X T₂
K T₃ Y T₄
Keterangan:
T1 : Pretest kelas eksperimen
T2 : Posttest kelas eksperimen
T3 : Pretest kelas kontrol
T4 : Posttest kelas kontrol
X : Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan PBL
Y : Pemahaman konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran
langsung
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.6 Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimen. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini
adalah untuk mengungkapkan dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan
(treatment), yaitu pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada kelompok
eksperimen dalam pembelajaran IPS tentang konsep mitigasi bencana melalui
penerapan problem based learning dan dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang melakukan pembelajaran sama, namun menerapkan model pengajaran
langsung. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini dikategorikan sebagai
eksperimen semu (Quasi Experiment). Hal ini dikarenakan kelompok kontrol
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.7
6 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 18.7 Ibid., hlm. 168.
57
Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen
harus dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini,
karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas secara alami, sehingga tidak
mungkin melakukan randomisasi. Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari
tidak adanya randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki
karakteristik yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak
berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengaruhi treatment
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana siswa. Desain quasi eksperimen
digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Populasi target pada
penelitian ini adalah seluruh siswa di SDI Al-Hasanah tahun Ajaran 2014/2015.
Sedangkan, populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa di kelas V SDI Al-
Hasanah yang berjumlah 148 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.9 Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili). Berikut ini adalah rumus Isaac dan Michael
untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya,
yaitu:10
λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%.
P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel
8 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 62.9 Ibid., hlm. 63.10 Ibid., hlm. 67.
= ². N. P. Qd² (N − 1) + λ². P. Q
58
Keterangan:
s = Jumlah Sampel
λ² = Chi kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat
kesalahan. Untuk derajat kebebasan 1 dan kesalahan 5% harga Chi kuadrat
= 3,841. Harga Chi kuadrat untuk kesalahan 1% = 6,634 dan 10% = 2,706.
N = Jumlah Populasi
P = Peluang Benar (0,5)
Q = Peluang Salah (0,5)
d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan
bisa 0,01; 0,05; dan 0,10.
Berdasarkan hasil hitung dari rumus di atas, jumlah sampel yang diperoleh
sebanyak 107. Namun, sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2
kelompok dan berjumlah 58, yaitu:
1. Kelas eksperimen, yaitu siswa kelas V-1 yang mendapat pembelajaran IPS
tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan problem based learning.
2. Kelas kontrol, yaitu siswa kelas V-2 yang mendapatkan pembelajaran IPS
tentang konsep mitigasi bencana melalui penerapan model pengajaran
langsung.
Hal ini dikarenakan, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan dari guru dan kepala sekolah. Penentuan sampel dilakukan dengan
memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotoriknya. Lebih lanjut, karena jumlah sampel yang digunkan
telah mewakili populasi.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan peneliti.
Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
Varibel Bebas (X) : Model Pembelajaran Problem Based Learning
Variabel Terikat (Y) : Pemahaman Konsep Mitigasi Bencana
59
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data (data collecting) menjelaskan teknik apa yang
digunakan untuk menjaring data tentang variabel atau fokus penelitian.11 Selain
itu, pengumpulan data juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan situasi tindakan penelitian. Berikut ini adalah tabel data, sumber
data, dan teknik pengumpulan data, yaitu:
Tabel 3.3
Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No. Data Sumber Data TeknikPengumpulan Data
1. Pemahaman KonsepMitigasi Bencana
Siswa kelas V-1 & V-2 Tes- Guru Kelas V-1 & V-2Siswa Kelas V-1 & V-2
Observasi
- Guru Kelas V-1- Siswa kelas V-1
Wawancara
2. KegiatanPembelajaran
- Guru Kelas V-1 & V-2- Siswa Kelas V-1 & V-2
Dokumentasi
Adapun, uraian teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Tes
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)
oleh siswa, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
siswa dan dapat dibandingkan dengan standar tertentu.12
Adapun, tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda
sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban (a, b, c, d). Tujuan
11 Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Op. cit.,hlm. 64.12 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 67.
60
dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur tingkat pemahaman konsep
mitigasi bencana pada pembelajaran IPS.
2. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap berbagai fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.13 Oleh
karena itu, observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui masalah yang ada di sekolah pada tahap penelitian pendahuluan
(observasi awal), dan pada tahap pelaksanaan penelitian untuk mendukung data
hasil tes yang telah dilakukan. Adapun, pedoman observasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah pedoman observasi pada tahap penelitian awal, pedoman
observasi aktivitas belajar siswa, serta pedoman observasi mengajar guru, baik
untuk di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh informasi secara langsung
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. Terdapat dua
macam pedoman wawancara, yaitu:14 (a) wawancara berstruktur, yaitu
pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu; dan (b) wawancara tak berstruktur, yaitu
pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara lisan kepada responden dan mencatat jawaban secara langsung.
Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara berstruktur dengan guru dan siswa kelas V-1 di akhir penelitian guna
mengetahui sejauh mana kebermanfaatan penelitian yang telah dilaksanakan.
13 Anas Sudjino, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Op.cit., hlm. 76.14 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 162-163.
61
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber
apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.15 Adapun,
proses dokumentasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah melalui
pengumpulan dokumen yang diperlukan dan pemotretan yang meliputi: kondisi
kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian berlangsung di kelas V-1
dan V-2 SDI Al-Hasanah, Ciledug. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk
menunjukkan bukti visual terkait penelitian yang dilakukan.
G. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti.16 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Tes
Dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah
ditetapkan, yaitu: penyusunan rubrik penilaian, konsultasi kepada dosen
pembimbing, dan uji coba soal yang telah disusun. Soal tes yang digunakan dibuat
dalam bentuk pilihan ganda17 sebanyak 40 soal dengan 4 alternatif jawaban (a, b,
c, d) yang difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke-
1 yaitu manusia dan lingkungan. Skor yang digunakan satu (1) untuk setiap butir
soal yang dijawab dengan benar dan nol (0) untuk setiap butir soal yang hasil
jawabannya salah. Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, baik
pada saat pretest maupun posttest dengan soal yang sama.
15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. Ke-1,hlm. 175.
16 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 73.17 Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang memiliki satu jawaban yang benar atau paling
tepat, dan berdasarkan strukturnya soal pilihan ganda terdiri atas: stem (pertanyaan/pernyataanyang berisi permasalahan yang ditanyakan), option (alternative jawaban), kunci jawaban, dandistractor (jawaban pengecoh/beberapa jawaban selain kunci jawaban). Sebagaimana dijelaskanoleh Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014), Cet. Ke-18, hlm. 48.
62
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian,
yaitu:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Tes
Submateri Indikator Aspek Kognitif JumlahSoalC1 C2 C3
Pengertianmitigasibencana
Menerangkan pengertianmitigasi bencana
1 2, 3 - 3
Macam-macambencana alam
Mencontohkan macam-macam bencana alam
7, 8,10
4, 5, 6,9
- 7
Macam-macambencana akibatulah manusia
(anthropogene)
Mencontohkan macam-macam bencana akibat
ulah manusia(anthropogene)
11,16
12, 13,14, 15,
17
- 7
Caramemitigasi
bencana
Menjelaskan caramemitigasi bencana alam
- 18, 19,20, 21,22, 23,24, 25,26, 27,
28
- 11
Menjelaskan caramemitigasi bencana akibat
ulah manusia(anthropogene)
- 29, 30,31, 32,33, 34,35, 36,37, 38,
39
40 12
Jumlah Soal 40
Keterangan:
C1: Pengetahuan/Ingatan
C2: Pemahaman
C3: Penerapan
Adapun, aturan pemberian skor pada tes objektif berbentuk pilihan ganda,
yaitu:18
18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Op. cit., hlm. 54.
s = B -
63
Keterangan:S = Skor yang diperoleh
B = Jawaban benar
S = Jawaban salah
O = Alternatif jawaban (option)
Adapun, aturan pemberian nilai pada tes objektif berbentuk pilihan ganda
pada penelitian ini adalah:
Nilai = Jumlah Jawaban Benar x 2,5*
*karena 40 x 2,5 = 100
Keterangan:
Baik = 80 -100
Cukup = 60 -79
Kurang = < 60
2. Instrumen Nontes
Selain menggunakan instrumen tes, penulis juga menggunakan instrumen
nontes dalam penelitian ini, di antaranya:
a. Observasi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui masalah yang ada di sekolah
pada saat penelitian pendahuluan, dan sebagai pendukung hasil tes yang telah
dilakukan pada saat penelitian. Pedoman observasi ini diberlakukan di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman observasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No. Observasi Objek Observasi Tempat1. Aktivitas pembelajaran (Tahap
Penelitian Pendahuluan)- Siswa kelas V- Guru Kelas V
Kelas V SDI Al-Hasanah
2. Aktivitas Mengajar (KelasEksperimen)
Guru Kelas V-1 Kelas V-1 SDIAl-Hasanah
3. Aktivitas Mengajar (KelasKontrol)
Guru Kelas V-2 Kelas V-2 SDIAl-Hasanah
4. Aktivitas Belajar (KelasEksperimen)
Siswa Kelas V-1 Kelas V-1 SDIAl-Hasanah
64
5. Aktivitas Belajar (KelasKontrol)
Siswa Kelas V-2 Kelas V-2 SDIAl-Hasanah
b. Wawancara
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan
penelitian yang telah dilaksanakan. Pedoman wawancara ini diberlakukan hanya
di kelas eksperimen. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1 (Tahap Akhir
Pelaksanaan Penelitian)
No. Dimensi Indikator Jumlah ButirPertanyaan
1. Gaya Mengajar Guru Penggunaan modelpembelajaran
3
2. Karakteristik Siswa Tingkat kemampuan kognitifdan aktivitas belajar siswa
2
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1 (Tahap Akhir
Pelaksanaan Penelitian)
No. Dimensi Indikator Jumlah ButirPertanyaan
1. Karakteristik Siswa Tingkat kemampuan kognitif,aktivitas belajar, dan manfaat
pembelajaran bagi siswa
3
2. Gaya Mengajar Guru Penggunaan modelpembelajaran
2
c. Dokumentasi
Instrumen ini digunakan untuk menunjukkan bukti visual terkait penelitian
yang penulis lakukan melalui alat bantu berupa kamera, dan beberapa alat bantu
tulis yang diperlukan. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
65
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi
No. Dokumen Bentuk Dokumen Sumber Data1. Kondisi awal kegiatan
pembelajaran (prapenelitian)Daftar hasil belajarmata pelajaran IPS
Guru dan siswakelas V-1 dan V-
22. Kegiatan pembelajaran selama
pelaksanaan penelitianberlangsung
Foto-foto kegiatanpembelajaran
Siswa kelas V-1dan V-2
H. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya
instrumen penelitian digunakan. Pengujian instrumen meliputi uji validitas, uji
reliabilitas instrumen19, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Kalibrasi yang
digunakan dalam penelitian ini, meliputi:
1. Uji Coba Instrumen Tes
Instrumen tes harus memenuhi 4 kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan 4 kriteria tersebut,
maka instrumen yang telah disiapkan harus melalui tahap pengujian dan
perhitungan. Uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas eksperimen dan
kelas kontrol, yaitu kelas VI di SDI Al-Hasanah. Setelah melakukan uji coba
instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji coba dengan
mencari validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal dengan
menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Berikut ini adalah tahap pengujian
dan hasil analisis instrumen tes dalam penelitian ini:
a. Validitas Instrumen Tes
Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur.20 Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal
dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria untuk
19 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 74.20 Ibid., hlm. 75.
66
menginterpretasikan indeks validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:21
Tabel 3.9
Kriteria Interpretasi Validitas Instrumen
Interval Koefisien Kriteria Validitas
0,80 - 1,00 Sangat Tinggi
0,60 - 0,799 Tinggi
0,40 - 0,599 Sedang
0,20 - 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah (Tidak Valid)
Berikut ini adalah hasil uji validitas instrumen tes dalam penelitian ini,
yaitu:
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir SoalJumlah Soal 40Jumlah Siswa 29Nomor Soal Valid 3, 10, 12, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 24,
25, 27, 28, 29, 31, 33, 35, 37, 38,39
Jumlah Soal Valid 20
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes dapat diketahui bahwa jumlah
butir soal yang valid ada 20 soal.
b. Reliabilitas Instrumen Tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur
yang digunakan. Suatu tes dapat memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini, reliabilitas tes
ditentukan dengan menggunakan program ANATES versi 4.0.2. Adapun, kriteria
21 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 98.
67
untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:22
Tabel 3.11
Kriteria Interpretasi Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Sedang
0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tidak Reliabel)
Selanjutnya, hasil uji reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.12
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Keterangan Hasil
Reliabilitas Tes 0,70
Kesimpulan Reliabilitas Tinggi
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tes dapat
diketahui bahwa jumlah butir soal yang valid ada 20 soal dan diperoleh hasil uji
reliabilitas tes sebesar 0,70 yang berarti reliabilitas tinggi. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian.
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab
benar pada butir soal tes. Analisis taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui
apakah soal yang yang digunakan tergolong mudah atau sukar. Adapun, kriteria
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 188.
68
untuk menginterpretasikan indeks taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:23
Tabel 3.13
Kriteria Indeks Taraf Kesukaran Butir Soal
Indeks Kesukaran (P) Kriteria0,00 – 0,30 Sukar0,30 – 0,70 Sedang0,70 – 1,00 Mudah
Selanjutnya, hasil analisis taraf kesukaran dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.14
Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Kriteria Nomor Soal JumlahSangat Mudah 1, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17,
18, 19, 20, 22, 23, 26, 29, 30, 32, 34,40
22
Mudah 2, 3, 8, 9, 14, 15, 24, 25, 28, 33, 35,37, 38
13
Sedang 21, 27, 31, 36, 39 5Jumlah 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 22 soal sangat mudah,
13 soal mudah, dan 5 soal sedang.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal digunakan untuk membedakan siswa yang
termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok
bawah (lower group).24 Adapun, kriteria untuk menginterpretasikan derajat daya
pembeda instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:25
23 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT BumiAksara, 2009), hlm. 210.
24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, (Jakarta: BumiAksara, 2010), Cet. Ke-8, hlm. 211.
25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Loc. cit., hlm.208.
69
Tabel 3.15
Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda Klasifikasi
Negatif Semua tidak baik
0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali
0,40 ≤ D < 0,70 Baik
0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
0,00 ≤ D < 0,20 Buruk
Selanjutnya, hasil analisis daya pembeda instrumen tes dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.16
Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Klasifikasi Nomor Soal JumlahSangat Baik - -
Baik 3, 21, 24, 25, 28, 31, 33,36, 38, 39
10
Cukup 9, 10, 14, 15, 16, 17, 19,20, 27, 29, 30, 35, 37
13
Buruk 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12,13, 22, 23, 26, 18, 32, 34,
40
17
Jumlah 40
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwaterdapat 17 butir soal yang
terklasifikasi memiliki daya pembeda buruk, 13 butir soal yang terklasifikasi
memiliki daya pembeda cukup, dan 10 butir soal yang terklasifikasi memiliki
daya pembeda baik.
2. Uji Coba Instrumen Nontes
Pengujian instrumen nontes yang pertama adalah pengujian internal
instrumen yang dilakukan oleh ahli.26 Dalam pengujian ini, penulis membawa
26 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75.
70
kisi-kisi dan butir-butir instrumen penelitian yang telah dibuat, selanjutnya
dimintakan pendapat kepada para ahli untuk memberikan saran maupun komentar,
baik dari segi teori yang digunakan maupun keterbacaannya.27 Setelah itu, semua
saran dan komentar dari para ahli digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
instrumen sebelum diterapkan dalam penelitian.
I. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengujian instrumen, langkah selanjutnya adalah
melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari sampel dengan menggunakan
instrumen yang telah memenuhi kriteria kelayakan akan dianalisis untuk
menjawab permasalahan dan menguji hipotesis yang telah diajukan dalam
penelitian. Adapun, tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi:
1. Analisis Data Hasil Belajar
Sebelum melakukan analisis data hasil belajar, tahap pertama yang
dilakukan adalah uji prasyarat yang bertujuan untuk memenuhi syarat pada uji
hipotesis. Adapun, uji prasyarat yang digunakan terdiri atas uji normalitas dan uji
homogenitas, seperti berikut ini:
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dengan menggunakan perhitungan statistik pada program SPSS 22.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test digunakan untuk menguji nul hipotesis
suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (normal, uniform, poisson, dan
eksponensial).28 Adapun, untuk menetapkan kenormalan data, kriteria yang
berlaku adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05;
2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:
27 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Op. cit., hlm. 75.28 Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan
SPSS 17, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009), hlm. 168.
71
Ho: Sampel berdistribusi normal
H₁: Sampel tidak berdistribusi normal
3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima;
4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 , maka Ho ditolak.
b. Uji Homogenitas
Langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas. Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti bersifat homogen atau
tidak. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan
perhitungan statistik pada program SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way
ANOVA. One-Way ANOVA atau analisis varian satu variabel independent
digunakan untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda
secara nyata.29 Adapun, untuk menetapkan homogenitas data, kriteria yang
berlaku adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yaitu α = 0.05;
2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:
Ho: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama
H₁: Kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda
3) Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka Ho diterima;
4) Jika signifikansi atau Sig. < 0,05, maka Ho ditolak.
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis menggunakan Uji-T, tepatnya Independent Sample T-Test
dengan perhitungan statistik pada program SPSS 22. Independent Sample T-Test
digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok (melihat
pengaruh variabel independent terhadap satu atau lebih variabel dependent).30
29 Cornelius Trihendradi, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik MenggunakanSPSS 17, Op. cit, hlm. 119.
30 Ibid., hlm. 111.
72
Adapun, kriteria yang berlaku untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan
Uji-T adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan taraf signifikansi uji, yakni: α = 0.05;
2) Buat Hipotesis dengan ketentuan:
Ho: Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang sama secara
signifikan.
H₁: Kedua kelompok memiliki rata-rata nilai kelas yang berbeda secara
signifikan.
3) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05 , maka Ho diterima;
4) Jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
2. Analisis Data Hasil Observasi
Analisis data hasil observasi pada penelitian ini terbagi 2, yakni analisis
hasil observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru, baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. Adapun, rubrik pengamatan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.17
Rubrik Pengamatan
Keterangan Skor KategoriJika aspek yang diamati muncul dengan nyata dansesuai dengan indikator aspek yang diamati
3 Baik(B)
Jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dancukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati
2 Cukup(C)
Jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dankurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati
1 Kurang(K)
Pedoman penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Persentase = x 100%
Kategori:
B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
73
3. Analisis Data Hasil Wawancara
Kegiatan dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) data reduction
(reduksi data) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas; (2) data
display (penyajian data) yaitu penyajian dalam bentuk uraian singkat, bagan,
maupun hubungan antar kategori; dan conclusion drawing/verification (analisis
data) yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.31 Adapun, proses wawancara
yang akan dilaksanakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2, yakni wawancara
guru dan beberapa siswa di kelas V-1.
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan. Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah, sebagai berikut :
Ho : 1 = 2H₁ : 1 > 2
Keterangan:1 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model problem
based learning.2 = tingkat pemahaman siswa yang belajar melalui penerapan model pengajaran
langsung.
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS
siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning
terhadap terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran
IPS siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 124.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al-Hasanah Ciledug,
Tangerang sebanyak tiga kali pertemuan terhadap dua kelompok siswa di kelas V,
yakni kelas V-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas V-2 sebagai kelas kontrol.
Sampel yang digunakan sebanyak 58 siswa, dengan keterangan 30 siswa di kelas
eksperimen dan 28 siswa di kelas kontrol. Kelas V-1 sebagai kelas eksperimen
melaksanakan pembelajaran IPS melalui penerapan model problem based
learning. Sedangkan, kelas V-2 sebagai kelas kontrol melaksanakan pembelajaran
melalui penerapan model pengajaran langsung.
Konsep yang diajarkan adalah konsep tentang mitigasi bencana. Untuk
mengetahui pemahaman awal siswa yang terkait dengan konsep bencana, penulis
telah melakukan analisis hasil belajar IPS pada tahap penelitian pendahuluan
terhadap kedua kelompok kelas. Berikut ini adalah tabel hasil telaah tentang hasil
belajar IPS siswa, yaitu:
Tabel 4.1
Telaah Hasil Belajar IPS
Kelas Rata-Rata Nilai Kelas Persentase Ketuntasan (%)
Tema 1
Subtema 3
Tema 4
Subtema 3
Tema 1
Subtema 3
Tema 4
Subtema 3
Eksperimen 68,1 68,8 50% 43%
Kontrol 68,2 69,2 57% 68%
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa rata-rata nilai di kelas
eksperimen dan kontrol masih di bawah KKM yakni 70. Selanjutnya, persentase
(%) ketuntasan belajar di kedua kelas juga masih di bawah kriteria ketuntasan
hasil belajar yakni 80%.
75
Untuk itu, sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal
(pretest) pada kedua kelompok kelas dengan soal yang sama untuk mengetahui
pemahaman awal siswa tentang konsep mitigasi bencana. Setelah diberikan
perlakuan berupa penerapan model problem based learning di kelas eksperimen
dan penerapan model pengajaran langsung di kelas kontrol, penulis memberikan
tes akhir (posttest) dengan soal yang sama untuk kedua kelompok kelas.
Adapun, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal
pilihan ganda yang berjumlah 20 soal dengan 4 alternatif jawaban, dan pembuatan
soal difokuskan pada tema ke-9 yaitu lingkungan sahabat kita, subtema ke-1 yaitu
manusia dan lingkungan. Instrumen tes yang digunakan telah memenuhi syarat
utama kelayakan instrumen sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, yakni
uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata
pelajaran IPS yang diberikan pada kedua kelompok kelas, maka deskripsi data
hasil belajar yang diperoleh adalah, sebagai berikut:
a. Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum diberikan perlakuan, penulis memberikan tes awal (pretest) pada
siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun,
deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Eksperimen
N Valid 30
Missing 0
Mean 68.00
Median 70.00
Mode 75
Std. Deviation 15.290
Variance 233.793
Range 60
Minimum 35
Maximum 95
Sum 2040
76
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah
2040. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 68,00 dengan varians 233,793 dan
standar deviasa sebesar 15,290. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen
adalah 70,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 60. Sedangkan,
pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas eksperimen adalah 95, dan nilai
terendahnya adalah 35.
Adapun, data statistik nilai pretest kelas eksperimen dalam bentuk
distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 35 1 3.3 3.3 3.3
40 1 3.3 3.3 6.7
45 1 3.3 3.3 10.0
50 3 10.0 10.0 20.0
55 1 3.3 3.3 23.3
60 3 10.0 10.0 33.3
65 4 13.3 13.3 46.7
70 2 6.7 6.7 53.3
75 6 20.0 20.0 73.3
80 3 10.0 10.0 83.3
85 2 6.7 6.7 90.0
90 2 6.7 6.7 96.7
95 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan
persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak
adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di
kelas eksperimen mencapai 53,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil
belajar yakni 80%, karena 53,3% < 80%.
77
Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen juga dapat disajikan
dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:
Gambar 4.1
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai pretest yang diperoleh siswa di
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Deskripsi Data Statistik Nilai Pretest Kelas Kontrol
N Valid 28
Missing 30
Mean 68.21
Median 72.50
Mode 85
Std. Deviation 18.768
Variance 352.249
Range 80
Minimum 10
Maximum 90
Sum 1910
78
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah
1910. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 68,21 dengan varians 352,249 dan
standar deviasa sebesar 18,768. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah
72,50 dengan nilai modus sebesar 85, dan range sebesar 80. Sedangkan,
pemerolehan nilai pretest tertinggi di kelas kontrol adalah 90, dan nilai
terendahnya adalah 10.
Adapun, data statistik nilai pretest kelas kontrol dalam bentuk distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 1 1.7 3.6 3.6
30 1 1.7 3.6 7.1
35 1 1.7 3.6 10.7
55 2 3.4 7.1 17.9
60 3 5.2 10.7 28.6
65 4 6.9 14.3 42.9
70 2 3.4 7.1 50.0
75 4 6.9 14.3 64.3
80 3 5.2 10.7 75.0
85 5 8.6 17.9 92.9
90 2 3.4 7.1 100.0
Total 28 48.3 100.0
Missing System 30 51.7
Total 58 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan
persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak
adalah 5 dengan nilai 85. Adapun, persentase ketuntasan hasil pretest siswa di
kelas kontrol mencapai 57,1% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil
belajar yakni 80%, karena 57,1% < 80%.
79
Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam
bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:
Gambar 4.2Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
b. Deskripsi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah diberikan perlakuan, penulis memberikan tes akhir (posttest) pada
siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dengan soal yang sama. Adapun,
deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di kelas eksperimen
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Eksperimen
N Valid 30
Missing 28
Mean 80.50
Median 80.00
Mode 75
Std. Deviation 10.201
Variance 104.052
Range 40
Minimum 60
Maximum 100
Sum 2415
80
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan jumlah
2415. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,50 dengan varians 104.052 dan
standar deviasa sebesar 10,201. Selanjutnya, nilai tengah di kelas eksperimen
adalah 80,00 dengan nilai modus sebesar 75, dan range sebesar 40. Sedangkan,
pemerolehan nilai posttest tertinggi di kelas eksperimen adalah 100, dan nilai
terendahnya adalah 60.
Adapun, data statistik nilai posttest kelas eksperimen dalam bentuk
distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 1 1.7 3.3 3.3
65 1 1.7 3.3 6.7
70 5 8.6 16.7 23.3
75 6 10.3 20.0 43.3
80 5 8.6 16.7 60.0
85 4 6.9 13.3 73.3
90 4 6.9 13.3 86.7
95 2 3.4 6.7 93.3
100 2 3.4 6.7 100.0
Total 30 51.7 100.0
Missingg System 28 48.3
Total 58 100.0
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diperoleh data sebanyak 30 dengan
persentase frekuensi tertinggi sebesar 20%, dan jumlah frekuensi data terbanyak
adalah 6 dengan nilai 75. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di
kelas eksperimen mencapai 93,3% atau sudah melebihi kriteria ketuntasan hasil
belajar yakni 80%, karena 93,3% > 80%.
81
Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen juga dapat disajikan
dalam bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:
Gambar 4.3Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Selanjutnya, deskripsi data statistik nilai posttest yang diperoleh siswa di
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Deskripsi Data Statistik Nilai Posttest Kelas Kontrol
N Valid 28
Missing 30
Mean 73.75
Median 70.00
Mode 70
Std. Deviation 13.919
Variance 193.750
Range 50
Minimum 50
Maximum 100
Sum 2065
82
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan jumlah
2065. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 73,75 dengan varians 193,750 dan
standar deviasa sebesar 13,919. Selanjutnya, nilai tengah di kelas kontrol adalah
70 dengan nilai modus sebesar 70, dan range sebesar 50. Sedangkan, pemerolehan
nilai posttest tertinggi di kelas kontrol adalah 100, dan nilai terendahnya adalah
50.
Adapun, data statistik nilai posttest kelas kontrol dalam bentuk distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 50 1 1.7 3.6 3.6
55 2 3.4 7.1 10.7
60 4 6.9 14.3 25.0
65 3 5.2 10.7 35.7
70 5 8.6 17.9 53.6
75 3 5.2 10.7 64.3
80 2 3.4 7.1 71.4
85 2 3.4 7.1 78.6
90 2 3.4 7.1 85.7
95 3 5.2 10.7 96.4
100 1 1.7 3.6 100.0
Total 28 48.3 100.0
Missing System 30 51.7
Total 58 100.0
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh data sebanyak 28 dengan
persentase frekuensi tertinggi sebesar 17,9%, dan jumlah frekuensi data terbanyak
adalah 5 dengan nilai 70. Adapun, persentase ketuntasan hasil posttest siswa di
kelas kontrol mencapai 64,3% atau belum mencapai kriteria ketuntasan hasil
belajar yakni 80%, karena 64,3% < 80%.
83
Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol juga dapat disajikan dalam
bentuk grafik histogram, seperti berikut ini:
Gambar 4.4Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
2. Analisis Data
a. Analisis Data Hasil Belajar
Proses analisis hasil belajar siswa didahului dengan melakukan uji
prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas, seperti berikut ini:
1) Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program
perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05,
maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas nilai
pretest kelas eksperimen, yakni:
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai
N 30
Normal Parametersa,b Mean 68.00
Std. Deviation 15.290
84
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .080
Negative -.143
Test Statistic .143
Asymp. Sig. (2-tailed) .119c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.10 di atas, diperoleh hasil
bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,119. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data
nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal karena ρ > α atau 0,119 > 0,05.
Adapun, hasil uji normalitas nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai
N 28
Normal Parametersa,b Mean 68.21
Std. Deviation 18.768
Most Extreme Differences Absolute .152
Positive .123
Negative -.152
Test Statistic .152
Asymp. Sig. (2-tailed) .095c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.11 di atas, diperoleh hasil
bahwa nilai pretest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,095. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai
pretest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,095 > 0,05.
2) Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas untuk nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol juga
menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan
menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22. Jika signifikansi atau
85
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka sampel berdistribusi normal. Berikut ini
adalah hasil uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen, yakni:
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai
N 30
Normal Parametersa,b Mean 80.50
Std. Deviation 10.201
Most Extreme Differences Absolute .138
Positive .138
Negative -.091
Test Statistic .138
Asymp. Sig. (2-tailed) .147c
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.12 di atas, diperoleh hasil
bahwa nilai posttest siswa di kelas eksperimen memiliki signifikansi atau Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,147. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data
nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,147 >
0,05.
Adapun, hasil uji normalitas nilai posttest kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai
N 28
Normal Parametersa,b Mean 73.75
Std. Deviation 13.919
Most Extreme Differences Absolute .142
Positive .142
Negative -.093
Test Statistic .142
Asymp. Sig. (2-tailed) .156c
86
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.13 di atas, diperoleh hasil
bahwa nilai posttest siswa di kelas kontrol memiliki signifikansi atau Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,156. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa data nilai
posttest kelas kontrol berdistribusi normal, karena ρ > α atau 0,156 > 0,05.
3) Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dalam penelitian ini, nilai homogenitas diperoleh dengan menggunakan
program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji homogenitas One-Way
ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel yang diteliti homogen.
Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai pretest kelas eksperimen, yakni:
Tabel 4.14
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.239 1 56 .627
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, diperoleh bahwa nilai pretest siswa di kelas
eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,627. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa nilai pretest siswa di kelas eksperimen dan kontrol
homogen, karena ρ > α atau 0,627 > 0,05.
4) Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil uji homogenitas nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh dengan menggunakan program perhitungan statistik SPSS 22 melalui uji
homogenitas One-Way ANOVA. Jika signifikansi atau Sig. > 0,05, maka sampel
yang diteliti homogen. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas nilai posttest kelas
eksperimen, yakni:
Tabel 4.15
Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.451 1 56 .068
87
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, diperoleh bahwa nilai posttest siswa di kelas
eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi sebesar 0,068. Dengan kata lain,
dapat disimpulkan bahwa data nilai posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol
homogen, karena ρ > α atau 0,068 > 0,05.
5) Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji-T bertujuan untuk mengetahui
perbedaan antara rata-rata nilai kelas eksperimen yang menerapkan model
problem based learning dan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model
pengajaran langsung. Adapun, pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan Independent Sample T-Test pada program SPSS 22 dengan
kriteria: jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) > 0,05, maka Hoditerima. Sedangkan, jika signifikansi atau Asymp. Sig. t-test (2-tailed) < 0,05,
maka Ho ditolak.
Hasil uji hipotesis mengenai perbedaan antara rata-rata nilai kelas
eksperimen yang menerapkan model problem based learning dan rata-rata nilai
kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.16
Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test)
88
Berdasarkan pada tabel di atas, diperoleh nilai hasil uji levene’s test untuk
homogenitas sama dengan hasil uji homogenitas nilai posttest siswa di kelas
eksperimen maupun kontrol, yaitu homogen. Karena homogen, maka gunakan
baris pertama yaitu nilai T-hitung 2,117 pada DF 56. Adapun, DF pada uji-T
adalah N-2 yang pada kasus ini 58-2 = 56. Selanjutnya, diperoleh hasil nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau H₁ diterima, karena nilai Sig.
t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Lebih lanjut, hipotesis yang diajukan adalah:
Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS
siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
H₁: Terdapat pengaruh positif penerapan model problem based learning
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS
siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen
yang menerapkan model problem based learning lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata nilai kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung.
Sehingga, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh positif penerapan
model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana
siswa kelas V SD Islam Al-Hasanah dalam bentuk peningkatan rata-rata nilai
kelas yang signifikan.
b. Analisis Data Hasil Observasi
Proses analisis data hasil observasi menggunakan analisis data kuantitatif.
Adapun, pemerolehan data hasil observasi selama penelitian berlangsung, baik di
kelas eksperimen maupun kontrol terbagi menjadi 2, yakni aktivitas belajar siswa
dan aktivitas mengajar guru. Berikut adalah gambaran data hasil observasi
aktivitas belajar siswa pada penelitian ini, yaitu:
89
Tabel 4.17
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Pertemuan
Ke-
Hari/Tgl. Persentase Aktivitas (%)
Eksperimen Kontrol
I Rabu, 22 April 2015 81,8% 74,0%
II Kamis, 23 April 2015 90,9% 81,48%
III Jum’at, 24 April 2015 96,96% 93,0%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase
aktivitas belajar siswa di kedua kelas, di mana persentase aktivitas belajar siswa di
kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas belajar siswa di kelas
kontrol pada setiap pertemuan.
Adapun, data hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat digambarkan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.18
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru di Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Pertemuan
Ke-
Hari/Tgl. Persentase Aktivitas (%)
Eksperimen Kontrol
I Rabu, 22 April 2015 93,9% 88,8%
II Kamis, 23 April 2015 100% 93,00%
III Jum’at, 24 April 2015 100% 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas
mengajar guru dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, baik di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, terdapat berbedaan persentase
aktivitas mengajar guru di kedua kelas, yakni persentase aktivitas mengajar guru
90
di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding persentase aktivitas mengajar guru di
kelas kontrol pada setiap pertemuan.
c. Analisis Data Hasil Wawancara
Proses analisis data hasil wawancara menggunakan analisis data kualitatif.
Adapun, tahapan yang harus dilalui guna menganalisis data kualitatif dimulai
dengan proses reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan.
Pada tahap reduksi data, penulis memilih data hasil wawancara yang sesuai
dengan fokus penelitian yakni pengaruh penerapan problem based learning pada
pembelajaran IPS siswa kelas V. Pada tahap penyajian data, penulis menggunakan
uraian singkat hasil wawancara, sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.19
Hasil Wawancara Guru di Kelas Eksperimen (V-1)
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah model problem based learning cocok digunakan
dalam pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di
kelas V-1?
Cocok
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di
kelas setelah diterapkannya model problem based
learning di kelas V-1?
Terjadi
peningkatan
3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa
di kelas V-1 terkait dengan pemahaman konsep mitigasi
bencana?
Terjadi
peningkatan
4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari
penerapan model problem based learning di kelas V-1?
Semua siswa
berpartisipasi
aktif
5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari
penerapan model problem based learning di kelas V-1?
Terlalu banyak
pendapat
91
Tabel 4.20
Hasil Wawancara Siswa di Kelas Eksperimen (V-1)
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan
menggunakan model problem based learning?
Senang
2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran
yang menggunakan menggunakan model problem based
learning dengan baik?
Mampu
3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi
bencana setelah mengikuti proses pembelajaran yang
menggunakan model problem based learning?
Mudah
4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu
setelah memahami konsep mitigasi bencana yang
dilaksanakan dengan menggunakan model problem
based learning?
Iya
5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan
memelihara lingkungan sekitarmu setelah memahami
konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan
menggunakan model problem based learning?
*Jawaban
bervariasi
Berdasarkan keterangan yang ada pada tabel 4.19 dan 4.20 di atas,
diketahui bahwa penerapan model problem based learning telah memberi
pengaruh positif bagi siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
kemampuan kognitif dan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung. Selain itu, siswa merasa senang saat belajar dan pemahaman konsep
yang telah diajarkan dapat dengan baik diterima siswa, sehingga di akhir
pembelajaran siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep baru
yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
92
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa Hoditolak dan H₁ diterima, maka ini berarti terdapat pengaruh positif penerapan
model problem based learning terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana
siswa kelas V di SD Islam Al-Hasanah. Hal ini didukung oleh pemerolehan nilai
rata-rata tes akhir siswa di kelas eksperimen yang menerapkan model problem
based learning lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata tes akhir siswa di
kelas kontrol yang menerapkan model pengajaran langsung pada taraf signifikansi
5% dapat diterima. Pemerolehan nilai rata-rata di kelas eksperimen mencapai nilai
80,50, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-ratanya hanya mencapai angka 73,75.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan model problem based learning
mampu meningkatan pemahaman siswa pada konsep mitigasi bencana.
Selain menelaah hasil belajar siswa, tahap lain yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian pemahaman konsep siswa adalah tahap observasi yang
terdiri atas observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Hasil
telaah lembar observasi aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan persentase yang terus meningkat pada setiap pertemuannya.
Namun, persentase aktivitas belajar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan persentase aktivitas belajar siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan
siswa di kelas eksperimen lebih antusias selama mengikuti proses pembelajaran,
tidak demikian dengan siswa di kelas kontrol yang cenderung banyak mengeluh
dan hanya siswa laki-laki yang lebih aktif berpartisipasi saat belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa model problem based learning terdiri atas
serangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam pelaksanaannya terdapat
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa (siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya).1
Selanjutnya, hasil telaah lembar observasi mengajar guru menunjukkan persentase
mengajar guru di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase
mengajar guru di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan gaya mengajar guru di kelas
1Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-8, hlm. 214-215.
93
eksperimen lebih mendorong siswa untuk lebih aktif selama mengikuti proses
pembelajaran, tidak demikian dengan gaya mengajar guru di kelas kontrol yang
cenderung mendominasi proses pembelajaran, sehingga siswa kurang
berpartisipasi aktif saat belajar.
Lebih lanjut, di akhir penelitian, penulis mengadakan wawancara dengan
guru kelas dan beberapa siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana
kebermanfaatan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran.
Ternyata, hasil wawancara dengan guru kelas menunjukkan bahwa model
problem based learning cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS,
khususnya pada meteri mitigasi bencana. Selain itu, penerapan model problem
based learning telah mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa, karena semua siswa berkesempatan untuk berpartisipasi aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
Adapun, hasil wawancara dengan beberapa siswa di kelas eksperimen
menunjukkan bahwa mereka merasa senang, mudah memahami materi, dan
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Selain itu, siswa di kelas
eksperimen tidak hanya unggul dalam pemahaman konsep, tetapi juga unggul
dalam menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam kehidupan seharai-hari.
Hal ini menandakan bahwa model problem based learning memang membiasakan
dan mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan
yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata.2
Meskipun, tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol tergolong homogen, tetapi setelah
dilaksanakan penelitian di kedua kelas, ternyata terdapat perbedaan tingkat
pemahaman konsep IPS, khususnya pada materi mitigasi bencana. Perbedaan
tingkat pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
2Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Op. cit.,hlm. 220.
94
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep
Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu
konsep, di antaranya adalah faktor lingkungan individu, pengalaman yang
dimiliki, serta tingkat intelegensi yang dimiliki.3 Di kelas eksperimen, lingkungan
belajar siswa memang sangat ramah dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan
guru kelas di kelas eksperimen memang fokus mengajar mata pelajaran IPS.
Berbeda dengan lingkungan belajar siswa di kelas kontrol yang terkesan kaku
dengan pendidikan sosial, hal ini dikarenakan guru kelas di kelas kontrol memang
tidak mengajar mata pelajaran IPS, melainkan mata pelajaran Matematika.
Dengan kata lain, kompetensi mengajar guru kelas sangat menentukan
kecenderungan minat belajar siswa pada mata pelajaran tertentu.
Selain itu, pengalaman belajar yang dimiliki siswa di kelas eksperimen
lebih luas dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa
di kelas eksperimen sudah terbiasa dengan atmosfer pembelajaran sosial di kelas,
sehingga lebih mudah bagi mereka menerima pengetahuan baru terkait konsep
mitigasi bencana yang merupakan salah satu materi pokok pada mata pelajaran
IPS. Sedangkan, siswa di kelas kontrol cenderung lebih banyak bertanya dan
terkesan canggung selama mengikuti proses pembelajaran IPS.
2. Proses Pembelajaran di Kelas
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran yang berbeda., berikut ini adalah pemaparan
proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, yakni:
a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Di kelas eksperimen, model pembelajaran yang diterapkan adalah model
problem based learning. Penerapan model problem based learning dalam
pembelajaran meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan
meriview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan
memberi siswa masalah spesifik dan konkret untuk dipecahkan. Guru
3 Bagja, Waluya, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk MeningkatkanPemahaman Siswa pada Konsep Geografi, hlm. 9. (http://file.upi.edu)
95
menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1
yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa, membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok, melakukan review terkait pemahaman awal siswa
dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan pertanyaan
tentang konsep bencana dan macam-macam bencana alam, serta memulai
pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah tentang cara memitigasi
bencana alam dan bencana anthropogene, selanjutnya membagikan lembar diskusi
kelompok yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
Kedua, siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru
memberikan umpan balik tentang strategi. Guru memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa di setiap kelompok untuk menentukan strategi pemecahan masalah
tentang cara memitigasi bencana alam dengan baik. Ketiga, siswa menerapkan
strategi-strategi yang telah disusun, sedangkan guru secara cermat memonitor
upaya siswa dan memberikan umpan balik. Guru mengarahkan setiap kelompok
untuk menerapkan strategi pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-
masing kelompok, dan memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang
mengalami kesulitan.
Keempat, membahas dan mengevaluasi hasil, guru membimbing diskusi
tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan. Guru mengarahkan setiap
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas, dan mempersilahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan simpulan/pendapat
terkait proses pembelajaran yang telah dilalui. Selanjutnya, guru melakukan
konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan materi pembelajaran yang telah dilalui,
serta apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan proses pembelajaran di atas, dapat disimpulkan
bahwa selama proses pembelajaran seluruh siswa di kelas eksperimen memiliki
antusiasme yang tinggi, karena sejak awal sudah diberikan stimulus berupa
masalah konkret terkait cara memitigasi bencana, serta selama proses
pembelajaran berlangsung setiap siswa memiliki kesempatan untuk selalu
96
memberikan partisipasi aktif, baik dalam menyampaikan pendapat, berdiskusi,
maupun untuk memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
b. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol
Di kelas kontrol, model pembelajaran yang diterapkan adalah model
pengajaran langsung. Penerapan model pengajaran langsung dalam pembelajaran
meliputi beberapa tahapan, yakni: pertama, dimulai dengan menyampaikan tujuan
dan menyiapkan siswa (Establishing Set). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dari tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema
1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang akan dipelajari, selanjutnya guru
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan melakukan review terkait
pemahaman awal siswa dengan menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan
bencana anthropogene. Kemudian, guru membagikan lembar diskusi kelompok
yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
Kedua, mendemonstrasikan pengetahuan & keterampilan (Demonstrating).
Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama hal-hal apa saja
yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan meminta siswa untuk
menuliskannya pada lembar diskusi kelompok. Selanjutnya, guru mulai
mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana alam dan bencana
anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari masing-
masing kelompok. Ketiga, membimbing pelatihan (Guide Practice) dengan
tahapan guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok
berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait dengan cara-cara
memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene, kemudian guru memberikan
kesempatan kepada seluruh kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah diajukan.
Keempat, mengecek pemahaman & memberikan respon (Feed Back)
dengan tahapan guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya, guru
mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon terkait hasil diskusi dari
kelompok yang telah presentasi di depan kelas. Kelima, extended practice dan
97
mengevaluasi hasil dengan tahapan guru meminta setiap perwakilan kelompok
yang sedang presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari cara-
cara memitigasi bencana alam dan bencana anthropogene berdasarkan
pengalaman pribadinya. Setelah seluruh perwakilan kelompok selesai presentasi,
guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses pembelajaran yang telah
dilalui, dan memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Siswa
Secara umum, pemahaman dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: kategori
terendah adalah pemahaman terjemahan, kategori kedua adalah pemahaman
penafsiran, dan kategori ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi.4 Berdasarkan
pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dijelaskan
bahwa siswa di kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan siswa di kelas
kontrol, dan siswa di kelas eksperimen telah mencapai indikator pemahaman
konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS dengan cukup baik. Hal ini
dikarenakan, sebagian besar siswa di kelas eksperimen telah mampu
mengungkapkan tentang konsep mitigasi bencana dengan bahasa sendiri, dan hal
ini termasuk ke dalam pemahaman terjemahan.
Selanjutnya, siswa di kelas eksperimen telah mampu menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dan dikaitkan dengan hal baru yang diketahui terkait
konsep mitigasi bencana. Selain itu, siswa di kelas eksperimen telah mampu
mengungkapkan sesuatu yang tersirat di balik pesan yang tertulis dalam suatu
keterangan atau tulisan terkait dengan konsep mitigasi bencana. Adapun, siswa di
kelas kontrol yang telah memenuhi 3 kategori pemahaman konsep seperti
dijelaskan di atas hanya sebagian saja dari keseluruhan jumlah siswa, dan itu pun
didominasi oleh siswa laki-laki.
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penerapan
model problem based learning secara tepat akan memberikan pengaruh positif
4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014), cet. 18, hlm. 24.
98
terhadap pemahaman konsep mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa
kelas V SD Islam Al-Hasanah, Ciledug.
C. Keterbatasan Penelitian
Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan selama pelaksanaan penelitian
agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Namun demikian, tetap saja masih ada
kekurangan yang meliputi penelitian ini, baik berupa faktor-faktor internal
penelitian maupun faktor eksternal penelitian yang sulit untuk dikendalikan.
Berikut ini adalah beberapa keterbatasan penelitian, di antaranya:
1. Pelaksanaan penelitian hanya difokuskan pada materi mitigasi bencana saja,
sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain yang terdapat
dalam mata pelajaran IPS;
2. Keterbatasan waktu penelitian karena berdekatan dengan jadwal UAS siswa di
SD Islam Al-Hasanah Ciledug, sehingga persiapan yang dibutuhkan harus
benar-benar matang dan maksimal;
3. Tingkat pemahaman siswa yang bervariasi, sehingga membutuhkan
pendekatan yang tidak seragam;
4. Interaksi antara penulis dan guru kelas, baik di kelas eksperimen maupun di
kelas kontrol tidak berlangsung lama karena keterbatasan waktu, sehingga
segala keperluan penelitian harus sebisa mungkin dikomunikasikan secara
efektif dan efisien;
5. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel model
problem based learning dan pemahaman konsep mitigasi bencana, dan tidak
mengindahkan variabel lainnya. Untuk itu, hasil penelitian bisa saja
dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel-variabel penelitian yang telah
ditetapkan.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian mengenai
pengaruh penerapan model problem based learning terhadap pemahaman konsep
mitigasi bencana pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDI Al-Hasanah,
Ciledug, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa model problem based learning
telah memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pemahaman siswa
pada konsep mitigasi bencana. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis
yang menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039. Sehingga, Ho ditolak atau
H₁ diterima, karena nilai Sig. t-test (2-tailed) yakni 0,039 < 0,05. Selain itu, terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru pada setiap
pertemuan, serta di akhir pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan dan
pemahaman konsep baru yang berguna dan dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian, penulis
mengajukan beberapa saran yang diharapkan mampu memperbaiki berbagai
kekurangan selama penelitian berlangsung, di antaranya adalah:
1. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan sebagai salah
satu referensi model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman
konsep siswa dan aktivitas belajar siswa, serta aktivitas mengajar guru,
khususnya pada mata pelajaran IPS.
2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus membiasakan siswa untuk belajar
dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menstimulus siswa agar
memiliki kemampuan pemecahan masalah, belajar mandiri dan berkelompok,
berinisiatif dalam menyampaikan ide/gagasan dengan baik, serta antusias
ketika mengikuti proses pembelajaran.
100
3. Estimasi alokasi waktu pembelajaran harus direncanakan dengan matang, agar
dapat meminimalisisr waktu belajar yang tidak efisien.
101
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan,Jakarta: Kencana, 2010.
Anon, Pedoman Penulisan Skripsi, Ciputat, 2013.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT BumiAksara, 2005, Cet. Ke-5.
_________________, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis, Praktis,Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jurnal Dialog PenanggulanganBencana, (Jakarta: BNPB, 2010), vol. 1, no. 1.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarSD/MI), Jakarta: BSNP, 2006.
Dahar, Ratna Willis, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga,2011.
Darmawan, Deni, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2013.
Depdiknas, “Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses”,Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2007.
Eggen, Paul & Kauchak, Don, Strategi dan Model Pembelajaran (MengajarkanKonten dan Keterampilan Berpikir), Jakarta: Indeks, 2012.
Fajar, Arnie, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
102
Hardjasoemantri, Koesnadi, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat DalamPengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 1986.
Husamah dan Setyaningrum, Yanur, Desain Pembelajaran Berbasis PencapaianKompetensi, Panduan Merancang Pembelajaran untuk MendukungImplementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,2003.
Jayanthi, Linda, dkk., Pengaruh Metode PQRST terhadap Pemahaman KonsepIPA Siswa Kelas V SD di Gugus 5 Kecamatan Kediri,(http://ejournal.undiksha.ac.id).
Kemendikbud, “Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)”, Jakarta: Kemendikbud, 2013.
Skripsi Khumaidi, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang SisiDatar dengan Menggunakan Media Manipulatif, Jurusan PendidikanMatematika, UIN Jakarta, 2011.
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikBerdasarkan Kurikulum 2013) Studi Pendekatan Praktis, Jakarta:Rajawali Pers, 2013.
Lembar powerpoint tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (ProblemBased Learning) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
LIPI-UNESCO/ISDR, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam MengantisipasiBencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan KebumianLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2006.
Maryani, N., Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu PengetahuanSosial Di Sekolah Menengah Pertama, Gea, Vol 10. No.1 April 2010.
Nurjanah, dkk., Manajemen Bencana, Bandung: Alfabeta, 2012.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:Remadja Karya, 1986.
103
Puspita, Diah, Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan PemahamanKonsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika,http://www.duniaguru.com, 28 Juni 2011.
Rati, Ni Wayan, dkk., Laporan Program Pengabdian Masyarakat (P2M):Pendampingan Penyusunan Lembar Kerja Siswa/LKS Siaga BencanaBerbasiskan Domain Sosial Bagi Guru-Guru SD Di Kecamatan Banjar,Kabupaten Buleleng, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha(Undiksha), 2013.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,Bandung: Alfabeta, 2005.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidikdalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009.
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2013.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. Ke-8.
Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan EvaluasiHasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006.
_________, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS di SD, Bandung: UPI Press,2007.
__________, Konsep Dasar IPS, Bandung: Laboratorium PendidikanKewarganegaraan, 2008.
Skripsi Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri terhadapPemahaman Konsep Siswa, Prodi Pendidikan Kimia, UIN Jakarta, 2011.
Sudjino, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014.
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi (STD), Bandung:Alfabeta, 2013.
104
_______, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sukandarrumidi, Bencana Alam & Bencana Anthropogene, Yogyakarta: Kanisius,2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Tim Penyusun LAPIS PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial I, Jakarta: LAPIS PGMI,2008.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PrestasiPustaka, 2007.
Trihendradi, Cornelius, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 17, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 3.
Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA,Balitbang Diknas Alghiptra.Blogspot.Com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html,2008).
Waluya, Bagja, Penggunaan Model Pembelajaran Generatif untuk MeningkatkanPemahaman Siswa pada Konsep Geografi (http://file.upi.edu).
105Lampiran 1
Pedoman Observasi Tahap Awal
(Penelitian Pendahuluan)
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Waktu Observasi : Maret 2015
Tangerang, Maret 2015
Observer
Hasil Observasi
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik,namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah gurutelah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan,masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya padamata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapatbeberapa siswa yang aktif memberikan respon, khususnya siswa-siswayang masuk peringkat 10 besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatkemampuan kognitif siswa dalam memahami suatu konsep masih belummerata. Siswa laki-laki dan siswa perempuan dapat bekerja sama dengancukup baik, kemampuan kognitif antara keduanya cukup berimbang.Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-1 sudah mulai terbentukdengan baik, sehingga mereka lebih menghargai perbedaan pendapatsecara bijak.
106Lampiran 2
Pedoman Observasi Tahap Awal
(Penelitian Pendahuluan)
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Waktu Observasi : Maret 2015
Tangerang, Maret 2015
Observer
Hasil Observasi
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup baik,namun belum efektif. Maksud dari “sudah cukup baik” di sini adalah gurutelah menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Sedangkan,masksud dari “belum efektif” di sini adalah rata-rata nilai siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70, khususnya padamata pelajaran IPS. Selain itu, selama proses pembelajaran, hanya terdapatbeberapa siswa yang aktif memberikan respon, terutama siswa laki-lakiyang lebih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkanbahwa terjadi ketimpangan kemampuan kognitif antara siswa laki-laki dansiswa perempuan di kelas V-2. Selain itu, siswa laki-laki dan siswaperempuan belum dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok.Karakter yang ada pada seluruh siswa di kelas V-2 belum terbentukdengan baik, sehingga mereka terkesan kurang menghargai perbedaanpendapat secara bijak.
107Lampiran 3
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPSKELAS EKSPERIMEN
Tema 1
Subtema 3
Nilai V-1(x)
Frekuensi(f)
x.f
91 5 45583 5 41575 5 37566 7 46258 2 11651 1 5150 2 10033 1 3325 1 2510 1 10
Jumlah 30 2042Rata-rata 68.0667
Tema 4
Subtema 3
Nilai V-1(x)
Frekuensi(f)
x.f
91 5 45583 4 33275 4 30066 8 52858 6 34850 1 5041 1 4110 1 10
Jumlah 30 2064Rata-rata 68.8
108Lampiran 4
DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPSKELAS KONTROL
Tema 1
Subtema 3
Nilai V-2(x)
Frekuensi(f)
x.f
100 1 10090 6 54080 3 24070 6 42060 6 36050 3 15040 2 8020 1 20
Jumlah 28 1910Rata-rata 68.21
Tema 4
Subtema 3
Nilai V-2(x)
Frekuensi(f)
x.f
100 2 20090 5 45080 4 32070 7 49060 4 24040 1 4030 1 3020 1 2010 1 10
Jumlah 28 1800Rata-rata 69.23
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumenSKOR DATA DIBOBOT=================
Jumlah Subyek = 29Jumlah butir = 40Bobot jwb benar = 1Bobot jwb salah = 0Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot 1 A 39 1 0 39 39 2 B 38 2 0 38 38 3 C 38 2 0 38 38 4 D 37 3 0 37 37 5 E 38 2 0 38 38 6 F 36 4 0 36 36 7 G 37 3 0 37 37 8 H 36 4 0 36 36 9 I 36 4 0 36 36 10 J 35 5 0 35 35 11 K 35 5 0 35 35 12 L 35 5 0 35 35 13 M 35 5 0 35 35 14 N 35 5 0 35 35 15 O 34 6 0 34 34 16 P 34 6 0 34 34 17 Q 33 7 0 33 33 18 R 32 8 0 32 32 19 S 33 7 0 33 33 20 T 33 7 0 33 33 21 U 32 8 0 32 32 22 V 32 8 0 32 32 23 W 31 9 0 31 31 24 X 30 10 0 30 30 25 Y 28 12 0 28 28 26 Z 29 11 0 29 29 27 AA 28 12 0 28 28 28 AB 25 15 0 25 25 29 AC 24 16 0 24 24
RELIABILITAS TES================
Rata2= 33.38Simpang Baku= 3.85KorelasiXY= 0.54Reliabilitas Tes= 0.70Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No.Urut Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 A 19 19 38 2 B 19 18 37 3 C 18 19 37 4 D 18 18 36 5 E 19 18 37 6 F 15 20 35 7 G 18 18 36 8 H 17 18 35 9 I 18 17 35 10 J 16 18 34 11 K 16 18 34 12 L 17 17 34
Page 1
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 13 M 17 17 34 14 N 17 18 35 15 O 17 16 33 16 P 19 14 33 17 Q 16 16 32 18 R 14 17 31 19 S 16 16 32 20 T 15 17 32 21 U 16 15 31 22 V 14 17 31 23 W 16 14 30 24 X 14 16 30 25 Y 13 14 27 26 Z 15 13 28 27 AA 15 12 27 28 AB 14 10 24 29 AC 13 10 23
Kel Unggul & Asor=================
Kelompok UnggulNama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No.Urut Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 A 39 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 2 B 38 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 3 C 38 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 4 E 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 D 37 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 6 G 37 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 7 F 36 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 8 H 36 - - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 8 8 8 8 8 6 4 8 8
No.Urut Kode/Nama Subyek 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 5 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jml Jwb Benar 8 8 8 7 8 8 7 8 8 8 8 8
No.Urut Kode/Nama Subyek 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 B 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 5 D 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 - 1 6 G 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 7 F - 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 8 7 6 8 8 8 6 7 8 7 8
No.Urut Kode/Nama Subyek 36 37 38 39 40 1 A 1 1 1 1 1
Page 2
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 2 B 1 1 1 1 1 3 C 1 1 1 1 1 4 E 1 1 1 1 1 5 D 1 1 1 1 1 6 G 1 1 1 - 1 7 F - 1 1 1 1 8 H 1 - 1 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 8 7 8
Kelompok AsorNama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No.Urut Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 V 32 1 - 1 1 1 1 1 - 1 1 1 2 W 31 - 1 - 1 1 1 1 1 - 1 1 3 X 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Z 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 Y 28 1 - 1 - 1 1 1 - 1 - 1 6 AA 28 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 7 AB 25 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 8 AC 24 1 1 - 1 1 1 1 1 - - 1 Jml Jwb Benar 7 6 4 7 8 8 8 6 6 6 8
No.Urut Kode/Nama Subyek 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 V 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 1 2 W 1 1 1 1 - 1 1 1 1 - 1 1 3 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 Z 1 1 - - 1 1 1 1 1 - 1 1 5 Y 1 1 1 1 - - 1 1 1 1 1 1 6 AA 1 - - - 1 1 1 - 1 1 1 - 7 AB 1 1 1 1 1 - 1 - - - - 1 8 AC - 1 1 - 1 - 1 1 - - 1 1 Jml Jwb Benar 7 7 6 5 6 5 7 6 6 4 7 7
No.Urut Kode/Nama Subyek 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 V 1 - 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 2 W 1 1 1 - 1 1 - - 1 1 1 1 3 X - 1 1 1 1 - - - 1 1 - - 4 Z 1 - 1 - - - 1 - 1 1 1 1 5 Y - - 1 1 1 1 1 - 1 - 1 1 6 AA - - 1 - - 1 1 1 - 1 1 1 7 AB - 1 1 - - - 1 - 1 - 1 1 8 AC - 1 1 - - 1 1 - 1 - 1 - Jml Jwb Benar 3 4 8 3 4 5 6 2 7 4 7 6
No.Urut Kode/Nama Subyek 36 37 38 39 40 1 V - - - 1 1 2 W - 1 1 1 1 3 X - 1 - - - 4 Z - 1 - - 1 5 Y 1 - 1 - 1 6 AA 1 1 1 - 1 7 AB - - 1 - 1 8 AC 1 - - 1 1 Jml Jwb Benar 3 4 4 3 7
DAYA PEMBEDAPage 3
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen============
Jumlah Subyek= 29Klp atas/bawah(n)= 8Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No Butir Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1 7 7 0 0.00 2 7 6 1 12.50 3 8 4 4 50.00 4 8 7 1 12.50 5 8 8 0 0.00 6 8 8 0 0.00 7 8 8 0 0.00 8 6 6 0 0.00 9 4 6 -2 -25.00 10 8 6 2 25.00 11 8 8 0 0.00 12 8 7 1 12.50 13 8 7 1 12.50 14 8 6 2 25.00 15 7 5 2 25.00 16 8 6 2 25.00 17 8 5 3 37.50 18 7 7 0 0.00 19 8 6 2 25.00 20 8 6 2 25.00 21 8 4 4 50.00 22 8 7 1 12.50 23 8 7 1 12.50 24 7 3 4 50.00 25 8 4 4 50.00 26 7 8 -1 -12.50 27 6 3 3 37.50 28 8 4 4 50.00 29 8 5 3 37.50 30 8 6 2 25.00 31 6 2 4 50.00 32 7 7 0 0.00 33 8 4 4 50.00 34 7 7 0 0.00 35 8 6 2 25.00 36 7 3 4 50.00 37 7 4 3 37.50 38 8 4 4 50.00 39 7 3 4 50.00 40 8 7 1 12.50
TINGKAT KESUKARAN=================
Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No Butir Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 27 93.10 Sangat Mudah 2 24 82.76 Mudah 3 24 82.76 Mudah 4 28 96.55 Sangat Mudah 5 27 93.10 Sangat Mudah
Page 4
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 6 28 96.55 Sangat Mudah 7 29 100.00 Sangat Mudah 8 23 79.31 Mudah 9 22 75.86 Mudah 10 27 93.10 Sangat Mudah 11 29 100.00 Sangat Mudah 12 28 96.55 Sangat Mudah 13 27 93.10 Sangat Mudah 14 24 82.76 Mudah 15 24 82.76 Mudah 16 25 86.21 Sangat Mudah 17 25 86.21 Sangat Mudah 18 25 86.21 Sangat Mudah 19 27 93.10 Sangat Mudah 20 25 86.21 Sangat Mudah 21 20 68.97 Sedang 22 28 96.55 Sangat Mudah 23 28 96.55 Sangat Mudah 24 21 72.41 Mudah 25 23 79.31 Mudah 26 28 96.55 Sangat Mudah 27 17 58.62 Sedang 28 23 79.31 Mudah 29 25 86.21 Sangat Mudah 30 26 89.66 Sangat Mudah 31 10 34.48 Sedang 32 26 89.66 Sangat Mudah 33 21 72.41 Mudah 34 26 89.66 Sangat Mudah 35 24 82.76 Mudah 36 15 51.72 Sedang 37 21 72.41 Mudah 38 21 72.41 Mudah 39 20 68.97 Sedang 40 27 93.10 Sangat Mudah
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================
Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No Butir Korelasi Signifikansi 1 -0.009 - 2 0.070 - 3 0.601 Sangat Signifikan 4 0.269 - 5 0.027 - 6 -0.031 - 7 NAN NAN 8 0.051 - 9 -0.114 - 10 0.531 Sangat Signifikan 11 NAN NAN 12 0.469 Sangat Signifikan 13 0.171 - 14 0.215 - 15 0.360 Signifikan 16 0.199 - 17 0.569 Sangat Signifikan 18 -0.171 -
Page 5
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 19 0.495 Sangat Signifikan 20 0.490 Sangat Signifikan 21 0.442 Sangat Signifikan 22 0.419 Sangat Signifikan 23 0.269 - 24 0.572 Sangat Signifikan 25 0.366 Signifikan 26 -0.131 - 27 0.362 Signifikan 28 0.614 Sangat Signifikan 29 0.384 Signifikan 30 0.214 - 31 0.388 Signifikan 32 0.034 - 33 0.388 Signifikan 34 0.004 - 35 0.360 Signifikan 36 0.243 - 37 0.429 Sangat Signifikan 38 0.388 Signifikan 39 0.402 Sangat Signifikan 40 0.063 -
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH=================
Jumlah Subyek= 29Butir Soal= 40Nama berkas: D:\BACKUP\APLIKASI\ANATESV4\BARU2.ANA
No Butir a b c d * 1 1+ 1+ 27** 0-- 0 2 5--- 24** 0-- 0-- 0 3 1+ 24** 3-- 1+ 0 4 28** 1--- 0-- 0-- 0 5 0-- 2--- 0-- 27** 0 6 28** 1--- 0-- 0-- 0 7 0 29** 0 0 0 8 23** 0-- 6--- 0-- 0 9 22** 7--- 0-- 0-- 0 10 1+ 1+ 27** 0-- 0 11 0 29** 0 0 0 12 0-- 1--- 28** 0-- 0 13 0-- 2--- 0-- 27** 0 14 24** 1+ 0-- 4--- 0 15 2++ 3-- 24** 0-- 0 16 25** 3--- 1+ 0-- 0 17 2+ 2+ 0-- 25** 0
Page 6
20 lampiran 3 109-115 uji coba instrumen 18 1+ 2+ 25** 1+ 0 19 0-- 1+ 1+ 27** 0 20 1+ 1+ 2+ 25** 0 21 4+ 20** 2+ 3++ 0 22 1--- 0-- 0-- 28** 0 23 1--- 0-- 0-- 28** 0 24 2+ 4+ 21** 2+ 0 25 23** 2++ 2++ 2++ 0 26 0-- 1--- 28** 0-- 0 27 1-- 17** 6+ 5++ 0 28 4-- 0-- 2++ 23** 0 29 1+ 3--- 0-- 25** 0 30 3--- 0-- 0-- 26** 0 31 10** 18--- 1-- 0-- 0 32 0-- 26** 0-- 3--- 0 33 21** 3++ 2+ 3++ 0 34 26** 3--- 0-- 0-- 0 35 2++ 1+ 2++ 24** 0 36 15** 14--- 0-- 0-- 0 37 7--- 21** 0-- 1- 0 38 3++ 3++ 2+ 21** 0 39 8--- 1- 0-- 20** 0 40 0-- 1+ 27** 1+ 0
Keterangan:** : Kunci Jawaban++ : Sangat Baik+ : Baik- : Kurang Baik-- : Buruk---: Sangat Buruk
Page 7
116Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah
Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : V/Genap
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya.
2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.
3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
117
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia
dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik.
3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran
3.5.1.1 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu
menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam
bencana alam dengan baik.
3.5.3.1 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara
memitigasi bencana alam dengan baik.
4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan
cara memitigasi bencana alam dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)
1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam
2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana
b. Macam-macam Bencana Alam
c. Cara Memitigasi Bencana Alam
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Strategi : Pembelajaran Kelompok
3. Model : Problem Based Learning
4. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
118
G. Kegiatan Pembelajaran
TahapanPembelajaran
Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Meriview dan
Menyajikan
Masalah
Pendahuluan
1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a
bersama dan mengabsensi siswa.
2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat
Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang
akan dipelajari siswa.
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana
alam.
5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah
tentang cara memitigasi bencana alam.
6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus
diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
7 menit
Menyusun
Strategi
Menerapkan
Strategi
Membahas Hasil
Inti
1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi
bencana alam dengan baik.
2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi
pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing
kelompok.
3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang
mengalami kesulitan.
4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan
kelas.
50 menit
119
Mengevaluasi
Hasil
Penutup
1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui.
2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan
materi pembelajaran yang telah dilalui.
3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
3 menit
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Alat Pembelajaran:
a. Papan Tulis & Spidol
b. Laptop/Handphone
2. Media Pembelajaran:
a. Lembaran Gambar Bencana Alam
3. Sumber Belajar:
a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.
b. Lembar Diskusi Kelompok
I. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1.
2.
3.
*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.
Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)
MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)
120
2. Penilaian Pengetahuan
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
Kriteria Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
A
B
C
*Keterangan:A : 80-100
B : 60-79
C : < 60
Tangerang, 22 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-1 Guru Pengajar
H. Abdul Latif, S. Ag Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah
Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : V/Genap
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya.
2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.
3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
122
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia
dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik.
3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran
3.5.1.2 Melalui penyajian masalah dan bimbingan dari guru, siswa mampu
menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam
bencana anthropogene dengan baik.
3.5.3.2 Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan cara
memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan
cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)
1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene
2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana
b. Macam-macam Bencana Anthropogene
c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Strategi : Pembelajaran Kelompok
3. Model : Problem Based Learning
4. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
123
G. Kegiatan Pembelajaran
TahapanPembelajaran
Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Meriview dan
Menyajikan
Masalah
Pendahuluan
1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a
bersama dan mengabsensi siswa.
2) Guru menyampaikan tema ke-9 tentang “Lingkungan Sahabat
Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia dan Lingkungan” yang
akan dipelajari siswa.
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana
anthropogene.
5) Guru memulai pembelajaran dengan memfokuskan pada masalah
tentang cara memitigasi bencana anthropogene.
6) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus
diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
7 menit
Menyusun
Strategi
Menerapkan
Strategi
Membahas Hasil
Inti
1) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menentukan strategi pemecahan masalah tentang cara memitigasi
bencana anthropogene dengan baik.
2) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menerapkan strategi
pemecahan masalah yang telah disepakati oleh masing-masing
kelompok.
3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada kelompok yang
mengalami kesulitan.
4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi.
50 menit
124
Mengevaluasi
Hasil
Penutup
1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
simpulan/pendapat terkait proses pembelajaran yang telah dilalui.
2) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses dan
materi pembelajaran yang telah dilalui.
3) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
4 m
e
n
i
t
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Alat Pembelajaran:
a. Papan Tulis & Spidol
b. Laptop/Handphone
Media Pembelajaran:
c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene
Sumber Belajar:
a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.
b. Lembar Diskusi Kelompok
I. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1.
2.
3.
*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.
Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)
MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)
125
2. Penilaian Pengetahuan
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
Kriteria Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
A
B
C
*Keterangan:A : 80-100
B : 60-79
C : < 60
Tangerang, 23 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-1 Guru Pengajar
H. Abdul Latif, S. Ag Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058
127Lampiran 8
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 22 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K
1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang
kompetensi yang hendak dicapai√ -
d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah
(pembelajaran mandiri)√ -
b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -
128
masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil
presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran
√ -
b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 27
Persentase 81,8%Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
129
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 23 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K
1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang
kompetensi yang hendak dicapai√ -
d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah
(pembelajaran mandiri)√ -
b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -
130
masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil
presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran
√ -
b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 30
Persentase 90,9%Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
131
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 24 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori KeteranganB C K
1. Kegiatan Awal Pembelajarana. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -b. Menjawab pertanyaan guru √ -c. Mendengarkan penjelasan guru tentang
kompetensi yang hendak dicapai√ -
d. Memberikan respon aktif terhadapmasalah yang disajikan oleh guru(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajarana. Menyusun strategi pemecahan masalah
(pembelajaran mandiri)√ -
b. Menerapkan strategi pemecahaan √ -
132
masalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
c. Melakukan diskusi tentang upaya siswadan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajarana. Memberikan respon terkait hasil
presentasi dari kelompok lain sebagaibentuk partisipasi aktif dalampembelajaran
√ -
b. Keterlibatan dalam mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
d. Menunjukkan pemahaman konsep yanglebih baik setelah melalui prosespembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33Pemerolehan Skor 32
Persentase 96,96%Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
Lampiran 9 133
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 22 April 2015
Observer : H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran
√ -
c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai
√ -
d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
134
a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)
√ -
b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
√ -
c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)
√ -
b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33
Pemerolehan Skor 31
Persentase 93,9%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
135
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 23 April 2015
Observer : H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran
√ -
c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai
√ -
d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
136
a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)
√ -
b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
√ -
c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)
√ -
b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33
Pemerolehan Skor 33
Persentase 100%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
137
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-1/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 24 April 2015
Observer : H. Abdul Latif, S.Ag
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan:
Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (mengecekkesiapan siswa dan seluruh komponenpembelajaran)
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran
√ -
c. Menyampaikan kompetensi yang akandicapai
√ -
d. Meriview dan menyajikan masalah(konsep dasar dan pendefinisianmasalah)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
138
a. Membimbing siswa untuk menyusunstrategi pemecahan masalah(pembelajaran mandiri)
√ -
b. Memonitor upaya siswa dalammenerapkan strategi pemecahaanmasalah dan memberikan umpan balik(pembelajaran mandiri)
√ -
c. Membimbing diskusi tentang upayasiswa dan hasil yang mereka dapatkan(pertukaran pengetahuan)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mengevaluasi hasil diskusi yang telahdilaksanakan (penilaian)
√ -
b. Memberikan kesempatan kepadabeberapa siswa untuk mengemukakansimpulan dari pembelajaran yang telahdilaksanakan
√ -
c. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
d. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 33
Pemerolehan Skor 33
Persentase 100%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-1B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(H. Abdul Latif, S.Ag)
139Lampiran 10
Pedoman Wawancara Guru Kelas V-1
(Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)
Nama Pewawancara : Yulia Kurnia Dewi
Nama Responden : H. Abdul Latif, S.Ag
Jabatan Responden : Guru Kelas V-1
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2015
Tempat Wawancara : SD Islam Al-Hasanah
1. Apakah model problem based learning cocok digunakan dalam
pembelajaran terkait konsep mitigasi bencana di kelas V-1?
Jawaban:
Cocok, karena selama penerapan model problem based learning, siswa
lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan ide-ide baru, serta aktif
dalam belajar secara kelompok.
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas setelah
diterapkannya model problem based learning di kelas V-1?
Jawaban:
Secara otomatis terjadi peningkatan aktivitas belajar setelah diterapkannya
model problem based learning di kelas V-1. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya partisipasi aktif dari beberapa siswa yang sebelumnya
cenderung pasif. Selama pembelajaran berlangsung, mereka terlihat
antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terkait materi yang
sedang dibahas.
3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1 terkait
dengan pemahaman konsep mitigasi bencana?
Jawaban:
Terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa di kelas V-1, khususnya
pada beberapa siswa yang sebelumnya masuk dalam kategori siswa
berkemampuan kognitif rendah. Hal ini dikarenakan, selama proses
140
pembelajaran berlangsung semua siswa termotivasi untuk berpartisipasi
secara aktif, sehingga kemampuan kognitif mereka pun dapat berkembang.
4. Apakah kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model
problem based learning di kelas V-1?
Jawaban:
Kelebihan yang dapat dipertahankan dari penerapan model problem based
learning adalah siswa menjadi lebih berani dalam mengemukakan
pendapat dan semua siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok yang meliputi sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan, seperti: siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, serta menyimpulkannya.
Sehingga, tidak ada sekat antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa
yang berkemampuan rendah.
5. Apakah kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem
based learning di kelas V-1?
Jawaban:
Kekurangan yang dapat diperbaiki dari penerapan model problem based
learning adalah tingkat antusiasme yang tinggi dari seluruh siswa
membuat setiap anggota kelompok diskusi cukup kebingungan dalam
menentukan pendapat siapa yang lebih tepat untuk dituliskan pada lembar
laporan diskusi. Untuk itu, pada tahap ini sebaiknya guru aktif
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan kesepakatan
bersama berdasarkan jawaban/pendapat yang paling ilmiah.
141Lampiran 11
Pedoman Wawancara Siswa Kelas V-1
(Kelas Eksperimen-Tahap Akhir Pelaksanaan Penelitian)
Nama Pewawancara : Yulia Kurnia Dewi
Nama Responden : Nasywa, Inas, Iqbal, Aiman, Alif
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2015
Tempat Wawancara : SD Islam Al-Hasanah
1. Apakah kamu merasa senang saat belajar dengan menggunakan model
problem based learning?
Jawaban:
Nasywa : Iya
Inas : Senang
Iqbal : Iya, senang
Aiman : Senang
Alif : Senang
2. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan
menggunakan model problem based learning dengan baik?
Jawaban:
Nasywa : Mampu
Inas : Mampu
Iqbal : Mampu
Aiman : Mampu
Alif : Mampu
3. Apakah kamu mudah memahami konsep mitigasi bencana setelah
mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model problem based
learning?
Jawaban:
Nasywa : Mudah
Inas : Iya
142
Iqbal : Iya, paham
Aiman : Mudah
Alif : Mudah
4. Apakah kamu lebih mencintai lingkungan sekitarmu setelah memahami
konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan dengan menggunakan model
problem based learning?
Jawaban:
Nasywa : Iya
Inas : Iya
Iqbal : Iya
Aiman : Iya
Alif : Iya
5. Apa yang akan kamu lakukan untuk menjaga dan memelihara lingkungan
sekitarmu setelah memahami konsep mitigasi bencana yang dilaksanakan
dengan menggunakan model problem based learning?
Jawaban:
Nasywa : Menghemat penggunaan air & tidak membuang sampah
sembarangan, serta mengurangi penggunaan tisu.
Inas : Memperbanyak menanam pohon & tidak membangun rumah
di sekitar aliran sungai.
Iqbal : Menghemat penggunaan kertas & tisu, serta tidak menebang
pohon sembarangan.
Aiman : Membuat tanggul penahan air sungai & menggunakan conblock
untuk jalan.
Alif : Tidak membuang sampah di daerah aliran sungai & rutin
melakukan pengerukan lumpur di dasar sungai.
Lampiran 12 143
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen (V-1)
1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa
diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk
seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas.
144
2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa
diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk
seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas.
145
3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015
Setelah melalui kegiatan review dan penyajian masalah oleh guru, siswa
diarahkan untuk menyusun dan menerapkan strategi secara berkelompok.
Tahap selanjutnya adalah pembahasan dan evaluasi hasil dengan menunjuk
seorang perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas.
146Lampiran 13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah
Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : V/Genap
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya.
2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.
3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
147
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia
dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dengan baik.
3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran
3.5.1.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang
konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2.1 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam
bencana alam dengan baik.
3.5.3.1 Melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa mampu
menjelaskan cara memitigasi bencana alam dengan baik.
4.5.1.1 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan
cara memitigasi bencana alam dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)
1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Alam
2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana
b. Macam-macam Bencana Alam
c. Cara Memitigasi Bencana Alam
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Strategi : Pembelajaran Kelompok
3. Model : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
4. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
148
G. Kegiatan Pembelajaran
TahapanPembelajaran
Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Menyampaikan
Tujuan dan
Menyiapkan
Siswa
(Establishing
Set)
Pendahuluan
1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a
bersama dan mengabsensi siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang
“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia
dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan mengajukan
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana
alam.
5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus
diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
7 menit
Mendemonstrasi
kan Pengetahuan
& Keterampilan
(Demonstrating)
Membimbing
Pelatihan
(Guide
Practice)
Mengecek
Pemahaman &
Memberikan
Inti
1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama
hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan
meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi
kelompok.
2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana
alam dengan dibantu beberapa siswa sebagai perwakilan dari
masing-masing kelompok.
3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok
berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait
dengan cara-cara memitigasi bencana alam, kemudian guru
memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
50 menit
149
Respon (Feed
Back)
Extended
Practice
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan
kelas.
6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang
presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari
cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman
pribadi siswa.
Mengevaluasi
Hasil
Penutup
1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses
pembelajaran yang telah dilalui.
2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
3 menit
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Alat Pembelajaran:
a. Papan Tulis & Spidol
b. Laptop/Handphone
2. Media Pembelajaran:
a. Lembaran Gambar Bencana Alam
3. Sumber Belajar:
a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.
b. Lembar Diskusi Kelompok
I. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1.
2.
3.
150
*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.
Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)
MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)
2. Penilaian Pengetahuan
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
Kriteria Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
A
B
C
*Keterangan:A : 80-100
B : 60-79
C : < 60
Tangerang, 22 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-2 Guru Pengajar
Khoirul Ilmi, S. Pd Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDI Al-Hasanah
Tema Ke- : 9 (Lingkungan Sahabat Kita)
Subtema Ke- : 1 (Manusia dan Lingkungan)
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : V/Genap
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan mencoba menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan
lingkungannya.
2.3 Menunjukkan perilaku peduli, gotongroyong, tanggungjawab dalam berpartisipasi
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup.
3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
152
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil kajian mengenai aktivitas manusia Indonesia
dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5.4 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.5 Mencontohkan macam-macam bencana anthropogene dengan baik.
3.5.6 Menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
4.5.2 Menentukan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
D. Tujuan Pembelajaran
3.5.1.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu menerangkan pengertian tentang
konsep mitigasi bencana dengan baik.
3.5.2.2 Melalui kegiatan tanya-jawab, siswa mampu mencontohkan macam-macam
bencana anthropogene dengan baik.
3.5.3.2 Melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa mampu
menjelaskan cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
4.5.1.2 Melalui kegiatan penugasan dan diskusi kelompok, siswa mampu menentukan
cara memitigasi bencana anthropogene dengan baik.
E. Materi Pembelajaran (Uraian Materi Terlampir)
1. Materi Pokok : Mitigasi Bencana Anthropogene
2. Submateri : a. Pengertian Mitigasi Bencana
b. Macam-macam Bencana Anthropogene
c. Cara Memitigasi Bencana Anthropogene
F. Pendekatan, Strategi, Model & Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Strategi : Pembelajaran Kelompok
3. Model : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
4. Metode : Ceramah, Demonstrasi, Diskusi, Tanya-Jawab, dan Penugasan
153
G. Kegiatan Pembelajaran
TahapanPembelajaran
Kegiatan Pembelajaran AlokasiWaktu
Menyampaikan
Tujuan dan
Menyiapkan
Siswa
(Establishing
Set)
Pendahuluan
1) Guru mempersiapkan kelas di awal pembelajaran dengan berdo’a
bersama dan mengabsensi siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari tema ke-9 tentang
“Lingkungan Sahabat Kita” dengan subtema 1 yaitu “Manusia
dan Lingkungan” yang akan dipelajari siswa.
3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
4) Guru melakukan review terkait pemahaman awal siswa dengan
menunjukkan beberapa gambar bencana alam dan megajukan
pertanyaan tentang konsep bencana dan macam-macam bencana
anthropogene.
5) Guru membagikan lembar diskusi kelompok yang harus
diselesaikan oleh setiap kelompok dengan baik.
7 menit
Mendemonstrasi
kan Pengetahuan
& Keterampilan
(Demonstrating)
Membimbing
Pelatihan
(Guide
Practice)
Mengecek
Pemahaman &
Memberikan
Inti
1) Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan secara seksama
hal-hal apa saja yang didemonstrasikan guru di depan kelas dan
meminta siswa untuk menuliskannya pada lembar diskusi
kelompok.
2) Guru mulai mendemonstrasikan cara-cara memitigasi bencana
anthropogene dengan dibantu beberapa siswa sebagai
perwakilan dari masing-masing kelompok.
3) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh kelompok
berdasarkan proses demonstrasi yang telah dilakukan terkait
dengan cara-cara memitigasi bencana anthropogene, kemudian
guru memberikan kesempatan kepada seluruh kelompok untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
4) Guru mengarahkan setiap perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5) Guru mengarahkan setiap kelompok untuk memberikan respon
50 menit
154
Respon (Feed
Back)
Extended
Practice
terkait hasil diskusi dari kelompok yang telah presentasi di depan
kelas.
6) Guru meminta setiap perwakilan kelompok yang sedang
presentasi di depan kelas untuk menyebutkan contoh lain dari
cara-cara memitigasi bencana alam berdasarkan pengalaman
pribadi siswa.
Mengevaluasi
Hasil
Penutup
1) Guru melakukan konfirmasi dan afirmasi terkait proses
pembelajaran yang telah dilalui.
2) Guru memberikan apresiasi kepada siswa di akhir pembelajaran.
4 m
e
n
i
t
H. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Alat Pembelajaran:
a. Papan Tulis & Spidol
b. Laptop/Handphone
Media Pembelajaran:
c. Lembaran Gambar Bencana Anthropogene
Sumber Belajar:
a. Kemendikbud, Lingkungan Sahabat Kita (Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013) Tema 9, Buku Siswa SD/MI Kelas V, Jakarta: Kemendikbud, 2014.
b. Lembar Diskusi Kelompok
I. Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian Sikap
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
No. Nama Siswa Aspek Penilaian
Peduli Gotongroyong TanggungjawabBT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1.
155
2.
3.
*Beri tanda √ pada kolom yang sesuai.
Keterangan Kriteria:BT : Belum Terlihat (Skor 1)MT : Mulai Terlihat (Skor 2)
MB : Mulai Berkembang (Skor 3)SM : Sudah Membudaya (Skor 4)
3. Penilaian Pengetahuan
Teknik Penilaian : Penilaian Individu
Format Penilaian :
Kriteria Keterangan
Jika jawaban jelas dan lengkap
Jika jawaban jelas tetapi kurang lengkap
Jika jawaban kurang jelas dan kurang lengkap
A
B
C
*Keterangan:A : 80-100
B : 60-79
C : < 60
Tangerang, 23 April 2015
Mengetahui,
Wali Kelas V-2 Guru Pengajar
Khoirul Ilmi, S. Pd. Yulia Kurnia Dewi___NIM: 1111018300058
157Lampiran 15
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 22 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -
b. Menjawab pertanyaan guru √ -
c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)
√ -
b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -
158
dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama
pembelajaran berlangsung (feed back)√ -
d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 20
Persentase 74,0%
Kategori C
Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
159
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 23 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -
b. Menjawab pertanyaan guru √ -
c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)
√ -
b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -
160
dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama
pembelajaran berlangsung (feed back)√ -
d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 22
Persentase 81,48%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
161
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 24 April 2015
Observer : Yulia Kurnia Dewi
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Kesiapan siswa menerima pembelajaran √ -
b. Menjawab pertanyaan guru √ -
c. Mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan dan kompetensi yang hendakdicapai (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Memperhatikan dengan baik prosesdemonstrasi terkait konsep mitigasibencana yang dilakukan guru(demonstrating)
√ -
b. Melaksanakan latihan terbimbing √ -
162
dengan baik (guide practice)c. Memberikan respon aktif selama
pembelajaran berlangsung (feed back)√ -
d. Menentukan pelatihan lanjutan danpenerapannya dalam kehidupan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Mendengarkan kesimpulan yangdisampaikan guru terkait keseluruhanproses pembelajaran yang telah dilalui
√ -
b. Menunjukkan perubahan prilaku yanglebih baik di akhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 25
Persentase 93,00%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
163Lampiran 16
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 22 April 2015
Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.
√ -
c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)
√ -
b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -
c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -
164
respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 24
Persentase 88,8%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 22 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
165
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 23 April 2015
Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.
√ -
c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)
√ -
b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -
c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -
166
respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 25
Persentase 93,00%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 23 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
167
Pedoman Observasi Aktivitas Mengajar
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SD Islam Al-Hasanah
Kelas/Semester : V-2/II
Tahun Ajaran : 2014-2015
Tema Pembelajaran : Lingkungan Sahabat Kita (Tema Ke-9)
Waktu Pengamatan : 24 April 2015
Observer : Khoirul Ilmi, S.Pd
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda √ (checklist) pada kolom yang sesuai.
Isilah kolom keterangan jika diperlukan.
Rubrik Pengamatan: Baik (B) dan skor = 3, jika aspek yang diamati muncul dengan nyata dan
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Cukup (C) dan skor = 2, jika aspek yang diamati muncul cukup nyata dan
cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Kurang (K) dan skor = 1, jika aspek yang diamati muncul kurang nyata dan
kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
No. Aspek yang Diamati Kategori Keterangan
B C K
1. Kegiatan Awal Pembelajaran
a. Pengkondisian kelas (kesiapan siswadan seluruh komponen pembelajaran).
√ -
b. Melakukan apersepsi sebelumpembelajaran.
√ -
c. Menyampaikan tujuan dan kompetensiyang akan dicapai. (establishing set)
√ -
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Mendemonstrasikan pengetahuan danketerampilan (demonstrating)
√ -
b. Membimbing pelatihan (guide practice) √ -
c. Mengecek pemahaman dan memberikan √ -
168
respon (feed back)d. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan(extended practice)
√ -
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
a. Memberikan konfirmasi dan afirmasidari keseluruhan proses pembelajaranyang telah dilalui
√ -
b. Memberikan apresiasi kepada siswa diakhir pembelajaran
√ -
Jumlah Skor Maksimal 27
Pemerolehan Skor 27
Persentase 100%
Kategori B
Pedoman Penilaian: Tangerang, 24 April 2015
Persentase = x 100% Mengetahui,
Kategori: Wali Kelas V-2B = 80% - 100%
C = 60% - 79%
K = < 60%
(Khoirul Ilmi, S.Pd)
169Lampiran 17
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol (V-2)
1. Kegiatan Pembelajaran: Rabu, 22 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),
selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &
keterampilan (Demonstrating).
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),
mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended
Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
170
2. Kegiatan Pembelajaran: Kamis, 23 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),
selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &
keterampilan (Demonstrating)
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),
mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended
Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
171
3. Kegiatan Pembelajaran: Jum’at, 24 April 2015
Setelah guru menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa (Establishing Set),
selanjutnya guru bersama siswa mendemonstrasikan pengetahuan &
keterampilan (Demonstrating)
Tahap selanjutnya adalah guru membimbing pelatihan (Guide Practice),
mengecek pemahaman, memberikan respon (Feed Back), dan Extended
Practice, serta mengevaluasi hasil kerja siswa.
172Lampiran 18
Tema Ke-9: Lingkungan Sahabat KitaSubtema 1: Manusia dan LingkunganSemester/TP : 2/2014-2015Disusun Oleh : Yulia Kurnia Dewi
Nama :Kelas : V (Lima)Hari :Tanggal:
Waktu: 45 menit Mata Pelajaran: Tematik (Fokus IPS)Indikator:3.5.1 Menerangkan pengertian tentang konsep mitigasi bencana
dengan baik.3.5.2 Mencontohkan macam-macam bencana alam dan bencana
anthropogene dengan baik.3.5.3 Menjelaskan cara memitigasi bencana alam dan bencana
anthropogene dengan baik.4.5.1 Menentukan cara memitigasi bencana alam dan bencana
anthropogene dengan baik.
Nilai:
Bismillaahirrohmaanirrohiim
I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat!
1. Berikut ini adalah pengertian dari mitigasi bencana yaitu ….
a. Kesadaran untuk menjaga lingkungan alam
b. Upaya mengurangi dampak bencana melalui tindakan kesiapsiagaan
c. Pekerjaan manusia untuk melindungi diri dan lingkungan alam
d. Aturan masyarakat dalam melestarikan lingkungan
2. Bencana alam yang pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004 dan telah memakan banyak korban, serta
menimbulkan kerugian besar adalah ….
a. Longsor b. Gempa Bumi c. Tsunami d. Angin Puting Beliung
3. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh .…
a. Skala kekuatan gempa di dasar laut c. Pasang surut air laut
b. Kedalaman air laut d. Semua jawaban salah
4. Pemakaian sumber daya alam berupa air secara berlebihan dan terus-menerus akan mengakibatkan ….
a. Musim gugur b. Cuaca Panas c. Kekeringan d. Kepunahan
5. Peristiwa terbakarnya sesuatu, baik secara alami atau karena kelalaian manusia adalah penjelasan dari
bencana ….
a. Kekeringan b. Pemanasan Global c. Kebakaran d. Kemarau
6. Erosi dan abrasi adalah contoh bencana yang disebabkan oleh .…
a. Kondisi alamiah c. Campur tangan manusia
b. Kelalaian manusia d. Semua jawaban benar
173
7. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tumpukan abu vulkanik di atap rumah adalah ….
a. Membuat tanda bahaya gempa
b. Membuat wadah penampungan
c. Membangun rumah beratap datar
d. Membangun rumah beratap curam/lebih miring
8. Kewajiban pemerintah dalam menanggulangi bencana gempa bumi vulkanik adalah ….
a. Membangun jalur evakuasi c. Menyediakan bahan pangan
b. Membangun tempat pengungsian d. Semua jawaban benar
9. Ketika gempa vulkanik terjadi, sebaiknya kita tidak mendekati daerah .…
a. Pemukiman b. Pegunungan c. Perindustrian d. Lapangan
10. Di bawah ini adalah upaya mengurangi korban jiwa saat terjadi bencana gempa tektonik yaitu .…
a. Berlari sekuat tenaga ke luar rumah
b. Tetap tenang dan segera mencari area terbuka
c. Berlindung di bawah tiang listrik/pohon
d. Bersandar di dinding rumah/bangunan besar
11. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini:
- Menanami garis pantai dengan tumbuhan bakau, pohon kelapa, dan nipah
- Tidak membangun rumah di sekitar pantai
- Tidak menebang pepohonan yang ada di bibir pantai
Kalimat di atas adalah beberapa upaya untuk mengurangi dampak dari bencana ….
a. Longsor b. Banjir c. Tsunami d. Angin Topan
12. Tidak berlindung di bawah pohon agar tidak tertiban adalah salah satu upaya untuk mengurangi
dampak bencana ….
a. Banjir b. Angin topan c. Longsor d. Kebakaran
13. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana angin topan adalah ….
a. Membangun rumah dengan bahan bangunan yang berat/kokoh
b. Memotong batang-batang pohon yang telah rapuh
c. Lebih banyak menanam pohon yang berakar kuat
d. Menebang pohon sesuka hati
14. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bencana seperti
pada gambar di samping .…
a. Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan
b. Melakukan penghijauan
174
c. Membuat sumur resapan air hujan
d. Semua jawaban benar
15. Salah satu kewajiban pemerintah dalam mengurangi dampak bencana kekeringan adalah ….
a. Memperbanyak hutan kota
b. Membuat bak penampungan air di setiap rumah
c. Melarang warga memanfaatkan air sungai
d. Membiarkan warga menggunakan air bersih sepuasnya
16. Di bawah ini yang tidak termasuk upaya untuk mengurangi dampak bencana banjir adalah .…
a. Membangun rumah di sekitar aliran sungai
b. Melakukan penghijauan di daerah aliran sungai
c. Tidak membuang sampah ke sungai
d. Mengeruk tumpukan lumpur di dasar sungai
17. Untuk mencegah munculnya korban jiwa sebagai dampak bencana longsor, sebaiknya kita tidak
membangun rumah di daerah ….
a. Lereng bukit c. Permukaan tanah yang labil/rapuh
b. Tebing yang terjal/curam d. Semua jawaban benar
18. Perhatikan beberapa kalimat di bawah ini:
- Segera matikan sumber api
- Tetap tenang dan segera menyelamatkan diri
- Segera menelepon unit pemadam kebakaran
Kalimat di atas adalah upaya yang dapat dilakukan pada saat … kebakaran.
a. Sebelum c. Setelah
b. Terjadi d. Semua jawaban salah
19. Kewajiban pemerintah untuk mengurangi kerugian warga akibat semburan lumpur adalah .…
a. Menindak tegas perusahaan yang telah mengakibatkan semburan lumpur
b. Memindahkan penduduk yang rumahnya tergenang lumpur
c. Menanggulangi luapan lumpur dengan tepat agar tidak tersebar
d. Semua jawaban benar
20. Berikut ini adalah upaya dalam mengurangi dampak abrasi, yaitu ….
a. Mempertahankan keberadaan hutan bakau di tepi pantai
b. Melakukan pelestarian terumbu karang
c. Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai
d. Semua jawaban benar
175Lampiran 19
KUNCI JAWABAN SOAL TES PILIHAN GANDA
Siswa Kelas V SDI Al-Hasanah
1. B
2. C
3. A
4. C
5. C
6. D
7. D
8. D
9. B
10. B
11. C
12. B
13. D
14. D
15. A
16. A
17. D
18. B
19. D
20. D
176Lampiran 20Nama :Kelas : V (Lima) ……
Tema Ke-9: LingkunganSahabat Kita
Subtema 1: Manusiadan Lingkungan
I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!
Contoh Bencana Alam Cara Memitigasi Bencana
1.
2.
3.
4.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin
177
Nama :Kelas : V (Lima) ……
Tema Ke-9: LingkunganSahabat Kita
Subtema 1: Manusiadan Lingkungan
I. Isilah kolom-kolom di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan lengkap!
Contoh BencanaKarena Anthropogene
Cara Memitigai Bencana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin
178Lampiran 21
xiv
Materi Pembelajaran Konsep Mitigasi Bencana
Mitigasi (mitigate) berarti tindakan-tindakan untuk mengurangi bahaya
supaya kerugian dapat diperkecil. Mitigasi meliputi aktivitas dan tindakan-
tindakan. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131 Tahun 2003,
mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang
meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya, bencana dijelaskan sebagai “An event, natural or man-made,
sudden or progressive, which impacts with such severity that the effected
community has to respond by taking exceptional measures” yang berarti “suatu
kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena perbuatan manusia yang terjadi
secara tiba-tiba atau perlahan dan memberi dampak kerusakan yang
mempengaruhi masyarakat dan berada di luar jangkauan masyarakat.” Definisi
lain tentang bencana adalah “A serious of the functioning of a community or a
society causing widespread human, material, economic, or environmental losses
which exceed the ability of the affected community/society to cope using its own
resources” yang berarti “suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena
ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, sehingga menyebabkan
kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan, kejadian ini
terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.”
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1,
“bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.” Secara umum, bencana memiliki beberapa kriteria/kondisi,
yaitu: (1) adanya peristiwa; (2) terjadi karena faktor alam atau karena ulah
manusia; (3) terjadi secara tiba-tiba atau bertahap/perlahan; (4) mengakibatkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan
lingkungan, dan lainnya; (5) berada di luar kemampuan manusia untuk
menanggulanginya.
Berikut ini adalah macam-macam bencana dan mitigasi yang mungkin
dilakukan, yaitu:
1) Bencana Alam
Bencana alam adalah jenis bencana yang disebabkan oleh dinamika bumi
yang tidak pernah berhenti secara alamiah. Adapun, macam-macam bencana alam
di antaranya adalah:
a) Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh
pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba.
Lebih lanjut, gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kinerja
gunung api, dan biasanya terjadi sebelum, selama, dan sesudah letusan gunung
api. Adapun, upaya mitigasi bersifat selektif, tergantung pada sifat gunung api,
kondisi dan kemampuan masyarakat, serta kemampuan pemerintah daerah.
Mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Membagi daerah lereng gunung api menjadi beberapa wilayah bahaya.
(Daerah I: tetap menjadi kawasan hutan lindung, daerah II: sebagian adalah
daerah hutan lindung & sebagian yang lain adalah kawasan hutan produksi,
daerah III: relatif aman & masyarakat diperbolehkan untuk bermukim).
- Membangun jalur-jalur evakuasi dan tempat berkumpul sementara.
- Mempersiapkan barak-barak pengungsian di wilayah yang aman.
- Membuat bunker sebagai tempat perlindungan sementara dari bahaya awan
panas.
- Membangun rumah penduduk yang tahan gempa (atap rumah dibuat relatif
curam agar abu vulkanik mudah dibersihkan).
- Memasang tanda bahaya (sirine) dan membunyikannya di saat yang tepat.
- Membangun bendungan sebagai tempat mengalirnya lahar dingin.
- Meningkatkan kinerja pos pengamatan gunung api dengan menyampaikan
laporan yang akurat kepada masyarakat.
- Pemerintah provinsi/kabupaten/kecamatan membentuk tim siaga bencana
alam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai kebutuhan.
b) Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit
bumi yang terjadi secara tiba-tiba dalam bumi dan erat sekali dengan gejala
pembentukan pegunungan, gempa ini dapat terjadi apabila terbentuk patahan-
patahan yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan
karena timbul tegangan-tegangan di dalam kulit bumi. Adapun, Mitigasi yang
mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Dalam memilih daerah/lokasi membangun rumah hendaknya tidak di daerah
yang labil (patahan geologi), tidak di dekat tebing, tidak di atas tanah yang
gembur/tidak padat, tidak di daerah sempadan/batas sungai atau pun pantai.
- Dalam memilih bahan bangunan harus tahan gempa (beton bertulang &
bentuk bangunan simetris), dan bahan konstruksi harus ringan (kayu dan bata).
- Untuk rumah satu lantai, perkirakan jarak posisi anda dari pintu keluar. Jika <
12 m, penyelamatan masih mungkin dilakukan dalam waktu 3 menit dengan
cara merangkak, dan jangan berlari & jika >12 m, penyelamatan diri dilakukan
dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen pintu kayu
yang kokoh.
- Untuk rumah dua lantai, jika tidak ada tangga darurat maka penyelamatan diri
dilakukan dengan berlindung di bawah meja makan/meja tulis atau pun kusen
pintu kayu yang kokoh.
- Bagi yang berada di luar rumah, penyelamatan yang dapat dilakukan adalah
tetap tenang dan segera cari lapangan/area terbuka yang jauh dari reruntuhan
bangunan.
- Bagi yang berada di dalam mobil atau sedang berkendara, maka segera keluar
dari kendaraan dan bergegas ke tempat terbuka yang aman.
- Jika terjadi gempa susulan, maka jangan mendekati bangunan-bangunan yang
telah retak/nyaris runtuh.
c) Tsunami
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif (berupa gempa bumi tektonik, erupsi
vulkanik atau longsoran) dari dasar laut. Lebih lanjut, Bencana tsunami
disebabkan oleh adanya gempa tektonik dengan kekuatan 6 SR atau lebih akibat
pergerakan lempeng turun/naik (gerakan vertikal) dengan episentrum di laut,
maka akan diikuti bencana tsunami. Semakin lama durasi gempa dan semakin
besar skala kekuatan gempa, serta semakin luas daerah yang terkena patahan,
maka gelombang tsunami yang dihasilkan pun akan semakin besar. Adapun,
mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Patuhi aturan sempadan/batas pantai (daerah yang berjarak 250 m dari garis
pantai harus bebas bangunan dan sebaiknya ditanami tumbuhan seperti
bakau/mangrove, pohon kelapa, dan nipah agar dapat dimanfaatkan sebagai
hutan lindung).
- Membangun jalan di batas daerah sempadan pantai sebagai jalur evakuasi.
- Pertahankan keberadaan tanaman pantai seperti bakau/mangrove, pohon
kelapa, dan nipah.
- Tidak perlu melakukan normalisasi aliran sungai yang dekat dengan muara.
- Selalu waspada terhadap gejala-gejala alam yang aneh sebagai peringatan bagi
manusia.
d) Angin Topan
Angin topan muncul karena terjadinya pemanasan udara secara besar-
besaran, sehingga mengakibatkan perbedaan tekanan udara yang sangat besar.
Angin topan yang bergerak disertai putaran dikenal dengan sebutan angin puting
beliung. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah
yang ekstrem, sistem pusaran ini bergerak dengan kecepatan sekitar 120 km/jam.
Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Membangun bangunan yang kokoh dengan bahan bangunan yang berat.
- Di daerah pantai, pertahankan keberadaan tanaman bakau yang mampu
menahan gelombang besar, mempunyai akar yang kuat, tidak mudah tercabut,
dan tahan air asin.
- Catat waktu menanam pohon untuk mengetahui usia tanaman (tanaman yang
cepat pertumbuhannya terbukti mudah tumbang, berbeda dengan pohon asem,
mahoni, dan cemara yang tahan tiupan angin kencang).
- Pangkaslah ranting-ranting pohon yang rimbun saat memasuki musim
pancaroba.
2) Bencana Anthropogene
Bencana anthropogene adalah jenis bencana yang dipicu oleh ulah
manusia yang memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan dan tidak
ramah lingkungan. Adapun, macam-macam bencana anthropogene di antaranya
adalah:
a) Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah
kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan
lingkungan. Pada dasarnya, bahaya kekeringan berkaitan erat dengan kinerja
manusia dalam mengelola dan mempertahankan keberadaan hutan. Semakin tidak
bersahabat prilaku manusia terhadap hutan yang berperan sebagai salah satu
model konservasi air tanah, maka sudah dapat dipastikan bahwa bahaya
kekeringan akan semakin mengancam. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan
di antaranya, yaitu:
- Melakukan penghijauan (melakukan penghijauan secara menyeluruh, terutama
di daerah aliran sungai/DAS, membiarkan tanaman semak belukar di hutan
tetap tumbuh, mengolah kebun dengan tanaman umbi-umbian sebagai
cadangan bahan pangan, mempertahankan keberadaan pohon sagu dan keladi).
- Melakukan revitalisasi air (mempertahankan atau menambah wilayah
penampungan air seperti waduk/situ/telaga/rawa, membendung sungai dan
mengalirkan airnya ke tempat lain untuk keperluan irigasi dan konservasi air
tanah lokal, serta membendung anak sungai guna meningkatkan kandungan air
tanah daerah sekitar).
- Melakukan revitalisasi lahan (memperlakukan daerah sempadan mata air,
danau, sungai, dan mengalokasikan daerah resapan air sebagai kawasan
lindung).
- Setiap rumah menyiapkan bak penampungan air hujan (PAH) atau membuat
sumur resapan air hujan.
- Memanfaatkan air bersih sesuai kebutuhan dengan bijak.
- Memperbanyak hutan kota.
b) Banjir
Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal
sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada dataran
rendah di sisi sungai. Pengalaman terjadinya banjir di Indonesia menunjukkan
bahwa banjir erat kaitannya dengan penebangan hutan yang tidak terkendali di
daerah aliran sungai/DAS bagian hulu. Semakin gundul hutan di bagian hulu,
maka ancaman banjir akan semakin parah di daratan yang rendah. Adapun,
mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Melakukan penghijauan secara menyeluruh di daerah aliran sungai/DAS.
- Membangun bendungan dan tanggul secara selektif sesuai kebutuhan.
- Memanfaatkan kembali situ, waduk, telaga, rawa yang ada di wilayah DAS
hulu dan memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi air guna menjaga
kebersihan sungai.
- Melakukan pengerukan dasar sungai dan memberlakukan aturan sempadan
sungai (100 m dari tepi sungai harus terbebas dari bangunan).
- Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.
- Melakukan normalisasi sungai dan menambang pasir sungai secara bijak.
- Membentuk dinas khusus yang memiliki otoritas untuk melakukan
pengawasan terhadap kondisi sungai, khususnya daerah sempadan sungai.
- Membangun rumah dengan fondasi yang lebih tinggi dan terdapat ruangan di
atas loteng bagi wilayah permukiman yang berada di sekitar luapan aliran
sungai besar.
c) Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan maupun percampuran dari keduanya yang menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Banyak faktor
yang berperan dalam terjadinya pergerakan tanah/longsor, di antaranya adalah
kondisi geologi, model pemanfaatan lahan, perlakuan manusia pada lingkungan
hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana dan prasarana pembangunan,
serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan memanfaatkannya.
Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Membuat pengamanan lereng secara bersistem (membuat topografi lereng
berbentuk undakan dan menanaminya dengan rumput, membuat bangunan di
dasar tanah yang tidak bergerak, memasang kawat untuk menghindarkan tanah
runtuh, mengubah pola pemanfaatan lahan menjadi pengelolaan dengan
membuang air, menambahkan batu kapur pada tanah lempung guna menjaga
stabilitasnya, membatasi beban jalan di daerah yang labil).
- Mengatur arah aliran air dengan cara membuat saluran drainase yang sesuai
dengan tipe gerakan tanah, dan menyalurkan air yang ada di atas bidang
gelincir dengan cara memasukkan bambu berlubang sebagai pancuran air.
- Jika memilih lokasi untuk membangun rumah maka jangan di daerah yang
labil atau di lereng bukit, tebing yang terjal, daerah sempadan sungai, dan agar
fondasi rumah yang berada di daerah batu lempeng tidak mengembang atau
berkerut maka permukaan lubang galian fondasi terlebih dahulu dilapisi
dengan pasir lepas.
d) Kebakaran
Secara umum, kebakaran bersifat anthropogene dan tidak dikehendaki oleh
manusia, misalnya akibat ledakan kompor minyak/gas, korsleting listrik
(hubungan arus pendek listrik), gangguan pada mesin yang biasa ditemui pada
kendaraan seperti mobil/kapal/laut/pesawat, akibat semburan gas metana di daerah
pertambangan. Namun, kebakaran juga dapat terjadi secara alami, misalnya
sambaran petir, hantaman halilintar atau terjangan awan panas di daerah puncak
gunung api. Kebakaran dapat dijelaskan sebagai peristiwa terbakarnya sesuatu,
baik secara alami atau karena kelalaian manusia. Adapun, mitigasi yang mungkin
dilakukan di antaranya, yaitu:
- Jika terjadi kebakaran di daerah permukiman, maka berusahalah tetap tenang
dan segera menyelamatkan diri beserta harta benda yang bisa diselamatkan,
termasuk surat-surat penting, jika memungkinkan untuk mematikan sumber
api, maka segera lakukan agar kobaran api tidak menjalar ke rumah lainnya,
lalu segera menelepon unit pemadam kebakaran.
- Jika terjadi kebakaran hutan, maka segera mematikan sumber kebakaran
dengan memadamkan titik-titik api, menyiramkan air dari udara dengan
memanfaatkan pesawat udara, dan mengulangi penyiraman di darat, hindari
daerah rawan asap dan gunakan masker penutup mulut dan hidung, serta kaca
mata sebagai pengaman saat beraktivitas di luar rumah, dan jika asap masih
tebal, maka lebih baik tetap berada di dalam rumah.
- Lakukan sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan bagi lingkungan, salah
satunya adalah besarnya kerugian yang ditimbulkan.
- Membuat jalur ilar, yaitu pembatas alami/buatan termasuk sungai di dalamnya
dan harus terbebas dari ttanaman yang mudah terbakar.
- Membuat peraturan dengan memasang papan-papan peringatan dan hukuman
yang akan dibebani kepada para pembakar hutan.
e) Semburan Lumpur
Peristiwa semburan lumpur yang masih sangat jelas terlihat adalah di
wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Pengeboran yang bertujuan untuk mengeksplorasi
keberadaan minyak dan gas bumi ternyata mengalami kegagalan akibat
ketidakcermatan teknis sehingga menimbulkan semburan lumpur panas dengan
suhu sekitar 70 derajat Celcius yang membawa gas berbau menyengat ke daerah
di sekitar titik semburan dan kini semakin meluas. Adapun, mitigasi yang
mungkin dilakukan di antaranya, yaitu:
- Merelokasi/memindahkan penduduk yang rumah dan tanahnya tergenang
aliran lumpur panas.
- Memindahkan jalur rel kereta api yang sudah mulai terancam amblas dan
bengkok.
- Segera mengalirkan lumpur ke tempat lain, dan berdasarkan pengalaman
selama ini tidak ada tempat yang mampu menampung lumpur yang telah
keluar, selain laut.
- Upaya penanggulangan lumpur yang telah dilakukan atau baru sekedar
rencana di antaranya adalah membuat tanggul (sudah terlaksana), mengalirkan
lumpur ke bekas penambangan bahan galian golongan C di bukit yang
berdekatan (baru rencana), mengalirkan lumpur ke sungai Porong agar
selanjutnya dapat terangkut menuju pantai Banyuwangi (gagal), melmbuat
kanal sepanjang sungai Porong dengan pipa baja berdiameter 50 cm sepanjang
20 km ke Selat Madura (gagal), memasukkan batu yang ditempatkan pada
jaring-jaring (gagal), memasukkan bola beton yang dirangkai dengan rantai
besi (upaya ini dihentikan, karena dianggap tidak akan berhasil), dan bahkan
ada rencana untuk membuat bendungan baja (tawaran dari Jepang dan tidak
ditindaklanjuti).
f) Erosi dan Abrasi
Erosi awal yang paling dominan terjadi di muka bumi adalah erosi percik
(splash erosion) diakibatkan oleh titik-titik air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah akan memisahkan butiran-butiran tanah yang masih menyatu menjadi
butiran-butiran tanah lepas, yang siap diangkut oleh agen lain seperti air
permukaan sebagai limpasan air hujan, gletser (lapisan es), dan aliran sungai akan
menghantarkan butiran-butiran tanah yang lepas ke daerah sendimentasi secara
gravitasi dan sebagian besar mengendap di laut. Selain itu, terdapat beberapa
jenis erosi, di antaranya: (1) erosi yang mengakibatkan terlepasnya lapisan tanah
lapis demi lapis, dan disebut erosi lembaran (sheet erosion), dan erosi lembaran
mengakibatkan terjadinya pelebaran sungai; (2) erosi alur (rills erosion), erosi ini
berupa pengikisan pada permukaan tanah sehingga membentuk alur-alur; (3) erosi
parit (gully erosion), yaitu erosi yang berupa pengikisan pada permukaan tanah ke
arah vertikal, membentuk parit atau pun saluran-saluran kecil yang kemudian
berkembang menjadi sungai, dan mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih
dalam; (4) erosi oleh angin merupakan fenomena yang terjadi di daerah pantai dan
gurun.
Lebih lanjut, abrasi merupakan suatu proses pelepasan energi balik
gelombang laut ke arah daratan, menghempas daerah pinggir pantai, kemudian
menghanyutkan “rombakan tanah” sepanjang lereng pantai dan akhirnya
diendapkan di laut. Abrasi sudah bermula di daerah pinggiran muara sungai pada
saat terjadi pasang-surut permukaan laut, dan abrasi terjadi semakin besar menuju
ke daerah muara sungai, teluk, dan daerah tebing yang curam.
Erosi dan abrasi merupakan fenomena alam yang berupa pelepasan energi
kinetik dari kegiatan agen dan dapat terjadi di mana saja, serta bersifat merusak.
Sifatnya yang merusak ini akan semakin diperparah jika telah terdapat campur
tangan manusia di dalamnya. Adapun, mitigasi yang mungkin dilakukan di
antaranya, yaitu:
- Erosi percik dapat dihambat dengan menanam pohon, semak, dan rumput agar
konservasi air tanah dapat berlangsung secara alami dengan baik.
- Erosi permukaan dapat diperlambat dengan menutup permukaan tanah dengan
conblock agar tanah tidak becek dan secara alami konservasi air tanah masih
dapat dilakukan meskipun kuntitasnya berkurang.
- Mempertahankan keberadaan hutan bakau dan menanami sepanjang pantai
dengan hutan bakau merupakan alternatif pilihan menahan dampak abrasi.
- Selain itu, pelestarian terumbu karang di dekat pantai yang berair jernih dan
tidak terkontaminasi. Pertumbuhan karang rata-rata tidak kurang dari 1 m
meninggi dan lebih dari 1 m melebar selama 10 tahun.
- Membangun jety, yaitu bangunan berbentuk pematang yang menjorok ke arah
laut dan berfungsi untuk menghalangi deburan ombak di daerah laut yang
difungsikan sebagai dermaga atau tempat berlabuhnya kapal (keberadaan jety
akan mengalihkan energi gelombang laut, maka keberadaan jety akan
berdampak buruk bagi tempat lain yang berdekatan).
- Membangun tanggul pengaman di sepanjang pantai yang berfungsi sebagai
penahan abrasi dan untuk menghalangi bangunan fisik yang sudah terlanjur
didirikan.
197Lampiran 27
Biodata Penulis
Nama : Yulia Kurnia Dewi
TTL : Tangerang, 03 Juli 1994
Alamat : Jl. Lembang 2 Rt.003/Rw. 06 No.
101, Sudimara Barat, Ciledug-
Tangerang, Banten
No. HP : 085691751230
E-mail : - [email protected]
Kesan:
Selama penulis menempuh pendidikan di jurusan PGMI-FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah banyak ilmu, pelajaran dan pengalaman yang penulis peroleh.
Mulai dari pasrtisipasi dalam perkuliahan, unit kegiatan mahasiswa, kepanitian acara
jurusan sampai fakultas, dan yang utama adalah limpahan rezeki berupa bimbingan dari
dosen-dosen terbaik dan sahabat-sahabat kesayangan. Semoga setelah lulus, penulis dapat
mengamalkan segala ilmu dan pengalaman kepada semua insan yang membutuhkan,
khususnya kepada bibit-bibit bangsa agar tetap tertanam karakter Rahmatan lil’alamiin,
dan semoga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus yang dapat menciptakan
lulusan-lulusan yang berkualitas, baik dalam keilmuan maupun akidahnya, Amin.
Pesan:
“Bahagiakan mereka yang bisa kau bahagiakan, sebelum habis masamu”
“Innal amra kullahuu lillah” (QS. Al-Imran: 154)
“Bersungguh-sungguhlah dalam (menuntut) apa yang bermanfaat bagimu &
mohonlah pertolongan kepada Allah & janganlah sekali-kali kamu bersikap
lemah..” (HR. Muslim)