pengaruh faktor makroekonomi terhadap kinerja keuangan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengaruh faktor makroekonomi terhadap kinerja keuangan ...
PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
RAHMI RAHMAWATI
NIM: 1112046100024
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iv
ABSTRAK
Rahmi Rahmawati, 1112046100024, Pengaruh Faktor Makroekonomi
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri
(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor makroekonomi
jangka pendek dan jangka panjang terhadap kinerja keuangan perbankan syariah
di Indonesia. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA),
Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan variabel bebas adalah
industrial production index (IPI), inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan
(IHSG) dan nilai tukar. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error
Correction Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data
runtun (time series) bulanan dari Januari 2010 – Desember 2015.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada jangka panjang Pengaruh Industrial
Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Financial to Deposit Ratio (FDR).
Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan
Financial to Deposit Ratio (FDR). Industrial Production Index (IPI), inflasi dan
nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan BI rate dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Pengaruh jangka
pendek dari variabel makroekonomi terhadap kinerja keuangan (ROA, FDR dan
BOPO) tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan.
Kata kunci: Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Return on Asset (ROA), Financial to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
VECM.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta Alam. Atas
rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah keada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga dan juga sahabat-sabahatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy.) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, bapak Ahmad Sudja’i dan ibu Iyah Akmaliyah yang
selalu mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun serta telah menjadi
motivasi dan ambisi dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Nur Rianto Al Arif, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
vi
5. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A., selaku penasehat akademik penulis
yang telah membimbing selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Kakak-kakak ku yang selalu mendukung penulis dan memberikan motivasi
untuk segera menyelesaikan penelitian ini kakak-kakak ku teh Ina, aa Asep,
teh Lia, mas Giyo dan adik penulis Neng Muti.
8. Bapak Aries Koentjoro yang telah membantu dan memberikan arahan untuk
tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan serta mengingatkan untuk tetap
optimis pada penelitian yang dilakukan.
9. Sahabat-sahabat Kost Kece ka Ella, Kartini dan teh Lia yang selalu menemani
dan merawat di kostan selama kuliah, terimakasih selalu memberikan
motivasi, berbagi cerita, memberikan suasana kekeluargaan, nasihat dan canda
tawa.
10. Kepada sahabatku Rani K.D. terimakasih atas segala cerita, canda, emosi,
nasihat dan selalu mengingatkan jika penulis banyak kesalahan yang
diperbuat.
11. Kepada sahabat-sahabat Agashi (Deti, Lala, Ais, Ayu, Eva, Mulki, Nia, Iffa,
Nada, Eka Sel, Mentari, Friska, Ifat) terimakasih sudah menemani, membantu
dalam banyak hal dan membuat canda tawa.
12. Kepada sahabat-sahabatku Farida, Irfan (komeng), Mucus terimakasih selalu
memberikan waktu luang untuk refreshing dan membuat canda tawa.
13. Teman-teman kelas Perbankan Syariah A terimakasih atas waktu dan
kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahaan.
14. Sahabat-sahabat Small Group Discussion (SGD) LiSEnSI 2012, ka Syifa,
Dian, Ina, Liska terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda dan Nasihat
untuk terus maju dan memperbaiki diri serta berada di Jalan yang di Ridhoi
Allah SWT.
vii
15. Sahabat-sahabati seperjuangan Veteran 2012, Keluarga Komfaksyahum,
Keluarga Besar Muamalat terimakasih untuk segala pengalaman yang telah
dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah diberikan. Semoga semua
yang sudah dilakukan bisa bermanfaat saat ini dan seterusnya.
16. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Jakarta 2013/2014 dan 2014/2015
terutama keluarga Keilmuan. MPL Lingkar Studi Ekonomi Syariah angkatan
2012. KBL (1 dan 2) UIN Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu
dan nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
17. Teman-teman KKN EXPRESSO Mekarsari Kec. Jambe Kab. Tangerang –
Banten terimakasih atas perhatian dan kerjasama, dan saling pengertian dalam
menjalankan kegiatan KKN serta pengerjaan laporan KKN serta pengalaman
berharga penuh dengan cerita yang belum di dapatkan sebelumnya.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah balas dengan berlipat ganda.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii
KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 15
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 15
1. Pembatasan Masalah .......................................................................... 15
2. Perumusan Masalah............................................................................ 16
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 16
1. Tujuan Penelitian................................................................................ 16
2. Manfaat Penelitian.............................................................................. 16
E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Perbankan Syariah ...................................................................... 19
1. Sejarah Perbankan Syariah ................................................................. 19
2. Pengertian Industri Perbankan Syariah .............................................. 22
3. Karakterisktik Perbankan Syariah ...................................................... 23
B. Laporan Keuangan Bank Syariah ............................................................ 25
ix
C. Analisis Kinerja Keuangan ...................................................................... 28
D. Profitabilitas ............................................................................................. 32
E. Likuiditas ................................................................................................. 34
F. Efisiensi.................................................................................................... 37
G. Variabel Makroekonomi .......................................................................... 39
1. Industrial Production Index (IPI) ....................................................... 39
2. Inflasi .................................................................................................. 40
3. BI Rate................................................................................................ 41
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................ 43
5. Nilai Tukar ......................................................................................... 44
H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ............................................... 47
I. Kerangka Konsep ...................................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 56
B. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 56
C. Sumber Data ............................................................................................ 57
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 58
E. Metode Analisis ....................................................................................... 61
1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 61
2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 63
3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 65
4. Uji Vector Error Correction Model (VECM) .................................... 66
F. Model Penelitian ...................................................................................... 68
G. Kerangka Penelitian ................................................................................. 72
H. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 73
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 75
B. Analisis Pengujian Statistik ..................................................................... 81
1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 81
2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 83
3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 84
4. Uji VECM .......................................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 106
B. Saran ...................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRAN ........................................................................................................ 114
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah ..................................................... 2
Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ............................... 4
Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ............ 6
Tabel 2.1 Review studi terdahulu .......................................................................... 47
Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 75
Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah................................................................................................................... 76
Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah ......................................................................................... 77
Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia ....................... 78
Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia ......................................................... 79
Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia ....................................................... 79
Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia .... 80
Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia ................................................. 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level ................................. 81
Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference ....................................... 83
Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal ............................................................. 84
Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test ............................................... 85
Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA ............... 87
Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR ................ 88
Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO ............. 89
Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA) .................................... 91
Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR) ................... 95
Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) ................................................................................................................. 98
Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA) 102
Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio
(FDR) .................................................................................................................. 103
Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) ........................................................................ 104
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 55
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian .......................................................................... 72
Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi.............................. 92
Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi .............................. 96
Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi ......................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem keuangan didominasi oleh Bank yang memegang 79 persen aset sektor
keuangan (dibanding dengan 50 persen di Malaysia, sebagai contoh), sehingga
menyisakan ruang yang sedikit bagi lembaga keuangan lainnya. Di sisi lain,
perusahaan asuransi memegang sekitar 10 persen dari aset sektor keuangan dan
kurang dari 3 persen dipegang oleh dana pensiun1.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum
dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan
syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha
pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan
operasionalnya. Hasil tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya
institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai
syariah. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka
peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang
1Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Coorporation (OEDC) Indonesia, (Maret
2015), h. 11
2
secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil2.
Menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai
syariah, pemerintah telah memasukan kemungkinan tersebut dalam undang-undang
yang baru. Telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhan secara lebih cepat lagi. Dengan progress
perkembangannya yang impresif yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari
65 persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin
signifikan3.
Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah
Miliar Rupiah (in Billion IDR)
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 270,735
DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 272,750
2Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4
3Perbankan Syariah, “Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia”. Diakses: 13/06/2016 pada
pukul 10:06 WIB. http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx
3
Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Aset 2,738,745 3,520,417 4,698,952 5,833,488 6,573,331 7,739,270
DPK 1,603,778 2,095,333 2,937,802 3,666,174 4,028,415 4,801,888
Pembiayaan 2,060,457 2,675,930 3,553,520 4,433,492 5,004,909 5,765,171
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif cepat dapat dilihat pada indikator
seperti aset, dana pihak ketiga serta volume pembiayaan yang terus mengalami
peningkatan, sebagaimana yang dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Aset dari tahun ke
tahun Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari
dana pihak ketiga dan volume pembiayaan kedua indikator ini menunjukan
pertumbuhan pada setiap tahunnya.
Secara umum kondisi perekonomian yang masih belum membaik telah
mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah (BUS, UUS dan BPRS) dengan
pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain
itu, saat ini bank syariah besar melakukan proses konsolidasi internal yang telah turut
mempengaruhi perkembangan perbankan syariah, di samping kendala dari faktor
4
internal perbankan syariah lainnya seperti kapasitas SDM, jaringan kantor dan
infrastruktur lain.4
Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 11 11 11 11 12 12
Jumlah Kantor 1215 1401 1745 1998 2163 1990
Unit Usaha Syariah
Jumlah UUS 23 24 24 23 22 22
Jumlah Kantor 262 336 517 590 320 311
Total Kantor BUS dan
UUS 1477 1737 2262 2588 2483 2301
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah Bank 150 155 158 163 163 163
Jumlah Kantor 286 364 401 402 429 446
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan syariah dapat dilihat dari sisi jumlah Unit atau cabang dari Bank
Syariah itu sendiri dan indikator keuangan. Pada Tabel 1.2 terlihat pertumbuhan yang
positif dari jumlah Bank di Indonesia. Pada tahun 2010 Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah memiliki masing-masing 11 Bank
untuk BUS, 23 UUS dan 150 untuk jumlah BPRS. Stagnan untuk jumlah Bank
Umum Syariah pada tahun 2011 sampai 2013, akan tetapi untuk jumlah kantor dari
BUS dan UUS itu sendiri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 dan
4Booklet Perbankan Indonesia 2016, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan.
(Otoritas Jasa Keuangan), h. 64
5
2015 jumlah BUS bertambah dari 11 Bank menjadi 12 Bank. Begitu pula dengan
jumlah kantor dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu meningkat, meskipun
pada tahun 2013 sampai 2015 mengalami stagnan untuk jumlah Bank-bank tersebut.
Maka pertumbuhan perbankan syariah yang dilihat dari indikator aset, Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan memiliki trend yang sejalan dengan perkembangan
jumlah bank syariah itu sendiri.
Indikator lainnya dalam melihat pertumbuhan Perbankan Syariah dengan
digunakannya ukuran kinerja keuangan untuk mengetahui peningkatan nilai
perusahaan, dengan berbagai rasio keuangan misalknya: Capital Adequacy Ratio
(CAR). Return on Asset (ROA), Non Performing Finance (NPF), Financial to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Analisis kinerja keuangan merupakan interpretasi laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi dan data numerik lainnya yang dihasilkan oleh
perusahaan. Tujuan dari analisis kinerja keuangan adalah untuk mengetahui kinerja
keuangan pada saat tertentu, baik perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya sampai
saat penilaian hingga membuat suatu prediksi mengenai keadaan perusahaan pada
masa yang akan datang dengan melakukan analisis data keuangan dari tahun-tahun
sebelumya guna mengevaluasi program kearah sasaran dan tujuan yang ditetapkan
6
oleh manajemen perusahaan, hingga diketahui kelebihan dan kekurangan bank yang
bersangkutan5.
Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
CAR* 16.25 16.63 14.13 14.42 16.1 15.02
ROA 1.67 1.79 2.14 2 0.8 0.49
NPF 3.02 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84
FDR 89.67 88.94 100 100.32 91.5 88.03
BOPO 80.54 78.41 74.97 78.21 79.28 97.01
Dalam Persentase
*Hanya Data Bank Umum Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Secara faktual selama kurun waktu 2010 sampai 2015, ukuran kinerja keuangan
yang dapat dilihat pada tabel 1.3 menunjukan kecenderungan meningkat. Secara
sekilas kecukupan modal yang dilihat dari rasio CAR mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun, pada tahun 2010 dan 2011 CAR ada pada kisaran 16 persen akan tetapi
mengalami penuruan pada dua tahun berikutnya menjadi 14,13 persen di tahun 2012
dan 14,42 persen pada tahun 2013 kemudian meningkat kembali pada tahun 2014
menjadi 16, 1 persen dan turun kembali pada tahun 2015 menjadi 15, 02 persen. Pada
penelitian yang dilakukan Kartika dan Syaichu menyatakan rasio kecukupan modal
5Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. (Skripsi Fakultas Syariah. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta), h. 2-3
7
ini menunjukan kemampuan Bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan manajemen bank, rendahnya CAR menyebabkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas6.
Adapun ukuran kinerja yang dilihat dari ROA mengalami peningkatan pada tahun
2010 sampai 2013, akan tetapi terjadi penurunan yang tajam di tahun 2014 yang
hanya sebesar 0,8 persen dan di tahun 2015 sebesar 0,49 persen. ROA sendiri
merefleksikan tingkat profit yang diperoleh Bank, menurut Yuhanah penurunan profit
ini diduga akibat diberlakukannya aturan down payment (DP) dan finance to value
(FTV) pada perbankan Syariah sehingga menurunkan profit perbankan syariah7.
Meskipun demikian, tingkat gagal bayar Bank Syariah ini yang dilihat dari rasio Non
Performing Finance (NPF) masih dibawah 5 persen dan ini berarti masih dibawah
ketentuan minimal. Hal ini menunjukan bahwa bank syariah tidak mengabaikan
prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
Dalam penelitian Yuhanah8 menyatakan hal tersebut terjadi karena adanya faktor
6Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun
2006), h. 48.
7Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di
Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2016), h. 6
8Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di
Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2016), h. 2
8
makroekonomi global seperti menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah,
melambatnya perekonomian Tiongkok dan faktor internal seperti menurunya
konsumsi pasar domestik sehingga memperburuk perusahaan-perusahaan tanah air.
Rasio pembiayaan yang dilihat dari nilai FDR mengalami fluktiatif dari tahun ke
tahunnya, nlai FDR yang rendah padah tahun 2010 dan 2011 masing-masing 89,67
persen dan 88,94 persen kemudian mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013
hingga mencapai kisaran nilai 100 persen, akan tetapi mengalami penurunan di tahun
2014 menjadi 91,5 persen dan di tahun 2015 kembali pada nilai 88,03 persen.
Rendahnya FDR pada tahun 2015 menunjukan kurang efektifnya penyaluran
pembiayaan pada Bank Syariah ini, sebaliknya jika FDR tinggi maka Bank Syariah
tersebut mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal. Indikator lain yang dapat
dilihat untuk menilai apakah bank tersebut efisien atau tidak salah satunya dari rasio
BOPO, nilai dari BOPO ini memperlihatkan perkembangan yang cukup baik secara
sekilas. Nilai dari BOPO cenderung menurun dari tahun ke tahun selama tahun 2010
sampai dengan 2014 dengan tetap mempertahankan pada kisaran nilai 70 persen,
meskipun pada tahun 2010 berada pada nilai 80,54 persen tetapi di tahun berikutnya
terjadi penurunan nilai BOPO, hal ini menandakan kinerja Bank Syariah lebih baik
dan efisien, akan tetapi terjadi kenaikan nilai yang cukup tinggi pada tahun 2015
menjadi 97,01 persen dari tahun sebelumnya di 2014 dengan nilai 79,28 persen.
9
Deskripsi diatas memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya
kondisi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia. Rismon dan Henny Satyo9
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja bank yang baik memiliki daya tarik
sendiri kepada investor dan dapat mensejahterakan pemegang saham atas
investasinya. Dalam tahap ini membuat investor-investor baru untuk membeli saham
pada bank tersebut hingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jika semakin
banyak modal yang ditanam investor pada bank tersebut, maka akan semakin banyak
juga pembiayaan yang dilakukan bank sehingga tingkat profit yang akan diperoleh
bank akan tinggi juga tapi dengan tetap harus memperhatikan prinsip kehatia-hatian
dalam menyalurkan pembiayaan tersebut.
Kinerja perbankan sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal yang dimaksud dapat berupa daya saing masing-masing
yang dimiliki, sedangkan faktor eksternal dapat berupa kondisi makro dan keuangan
suatu Negara secara umum10. Faktor internal adalah karakteristik individu bank yang
mempengaruhi kinerja bank. Faktor-faktor ini pada dasarnya dipengaruhi oleh
keputusan internal manajemen dan dewan.
9Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-
Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32
10Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s
Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April
2015), h. 380.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan Henny11 yang melakukan penilaian
untuk melihat pengaruh faktor internal terhadap kinerja Bank yang diproyeksikan
dengan rasio profitabilitas (ROA, ROE dan NIM) dengan menggunakan perhitungan
CAMEL menunjukan bahwa terdapat korelasi positif secara keseluruhan antara rasio
CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity)
terhadap profitabilitas yang di proyeksikan oleh rasio ROA, ROE dan NIM, kecuali
Asset Quality berpengaruh negatif terhadap ROA dan NIM kemudian Capital
Adequacy terhadap ROE yang juga berpengaruh negatif. Adapun penelitian yang di
lakukan oleh Suria dan Roza12 yang juga meneliti pengaruh faktor internal terhadap
kinerja bank yang melihat dari profitabilitas dengan diproyeksikan oleh rasio ROA
dan ROE, untuk Faktor internalnya sendiri melihat karakteristik bank dengan variabel
CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity),
penelitiannya menunjukan bahwa rasio CAMEL tersebut mempengaruhi terhadap
kinerja Bank baik itu mempengaruhi secara positif maupun negatif.
Jauh sebelum penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny serta Suria dan Roza,
penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor internal yang mempengaruhi
11Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-
Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32
12Suria Rismawati S. dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and
Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic Finance. (Vol. 5, Issue 2,
2013), h. 83 – 98.
11
kinerja bank umum di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Kartika dan Saichyu13
dengan melihat profitabilitas dari rasio ROA yang menunjukan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposito Ratio (LDR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, sedangkan untuk Non Performing Loans (NPL)
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, kemudian untuk Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan sedangkan untuk Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA.
Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang juga menyumbang
pengaruh terhadap kinerja keuangan14. Menurut Ongore15 stabilitas kebijakan
makroekonomi, produk domestic bruto, inflasi, suku bunga dan ketidakpastian politik
juga merupakan variabel ekonomi makro lainnya yang mempengaruhi kinerja bank.
Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang datag dari luar yang sifatnya
diluar kekuasaan bank, sehingga kebijakan pemerintah secara tidak langsung akan
mempengaruhi tingkat kesehatan industri perbankan di Indonesia.
13Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun
2006), h. 46 - 57
14Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-
Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16.
15Ongore, V.O, “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance: An
Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. (Africal Journal of Bussines Manajement, 2011).
12
Adapun penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh faktor eksternal yang
merupakan faktor makroekonomi terhadap kinerja Bank, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Budi Santosa16 menyatakan bahwa korelasi antara variabel makro
yang diantaranya Inflasi, SBI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs) dan IHSG
terhadap Return on Equity (ROE) memiliki korelasi yang kuat dan positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa jika naiknya inflasi, SBI, kurs dan IHSG akan meningkatkan
ROE. Sebaliknya, korelasi variabel makro tersebut terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR) korelasinya negatif, maksudnya disini jika naik/turnnya inflasi, SBI, kurs dan
IHSG cenderung akan menurunkan kinerja LDR.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Aviliani dkk17 kondisi makro yang
kondusif dapat memberikan lingkungan yang yang positif terhadap perkembangan
perbankan itu sendiri. Sebaliknya, kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil
dapat mempengaruhi risiko pasar da risiko kredit perbankan yang pada gilirannya
dapat berdampak pada kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem
perbankan merupakan unsur terciptanya stabilitas sistem keuangan dan bermuara
kembali pada stabilitas perekonomian suatu Negara.
16Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007). (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),
h. 2-3
17Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s
Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April
2015), h. 380.
13
Perkembangan perekonomian suatu Negara dapat diukur dari pendapatan
nasional, peetumbuhan ekonomi ataupun lainnya secara umum dianggap dapat
berpengaruh secara positif terhadap kinerja perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang
semakin tinggi berasosiasi dengan semakin berkembangnya sektor perbankan
sehingga persaingan antar bank semakin ketat dan akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas Bank. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siew
Chun dan Shaikh18 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan oleh GDP dengan tingkat profitabilitas
dan likuditas Bank. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan
Henny19 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari GDP dan
Inflasi terhadap tingkat profitabilitas bank yang dilihat dari Rasio ROA, ROE dan
NIM.
Beberapa guncangan eksternal lain yang berasal dari luar negeri seperti krisis
keuangan global yang diikuti beberapa rangkaian resesi di dunia dapat berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bank. Pengaruh tidak langsung
dapat terjadi salah satunya jika guncangan tersebut berpengaruh terhadap kondisi
18Shiew Chung Hong dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal GDP and
Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in Malaysia”. Journal of Islamic Economics,
Banking and Finance (Vol. 11 No. 1. Jan – March 2015), h. 158 - 180
19Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-
Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16.
14
makroekonomi Indonesia dan kemudian kondisi makro itulah yang berpengaruh
terhadap kinerja bank20.
Sebagaimana literatur empiris yang telah disajikan sebelumnya, kinerja bank
dapat dispesifikasi sebagai fungsi dari kondisi internal dan eksternal bank. Variabel
internal mengacu pada faktor spesifik (karakteristik) masing-masing bank, sementara
variabel eksternal dapat mencakup kondisi makroekonomi. Kinerja bank yang baik
secara individual maupun dalam suatu sistem diharapkan dapat meningkatkan
kontribusinya dalam perekonomian. Karena peran perbankan yang begitu besar,
penting untuk dipastikan bahwa sistem keuangan dan perekonomian di suatu Negara
juga berjalan dengan lancar dan efisien.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diteliti lebih jauh
mengenai pengaruh dari ketidakpastian kondisi makroekonomi terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melanjutkan penelitian yang kemudian dituangkan dalam skripsi dengan judul:
“Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di Indonesia”.
20Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s
Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April
2015), h. 383
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Terjadi fluktuasi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia (Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah)
2. Penurunan beberapa kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan,
diantaranya menurunnya ROA pada tahun 2014 dan 2015 dari tahun-tahun
sebelumnya.
3. Rasio Non Performing Finance (NPF) yang pada tahun 2014 dan 2015 meningkat
dan hampir mencapai 5 persen.
4. Rasio Biaya Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional yang meningkat di
tahun 2015 dari tahun-tahun sebelumnya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya, penulis
membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti
masalah kinerja keuangan yang hanya melihat dari rasio Return on Asset (ROA), Non
Performing Finance (NPF) dan Finance to Deposit Ratio (FDR) serta pengaruh
faktor eksternal yang merupakan makroekonomi, diantaranya Industrial Production
Index (IPI), BI Rate, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar
16
terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan tidak melihat dari sisi
lainnya.
2. Perumusan Masalah
Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi
ini, penulis merumuskan masalah penelitan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis pengaruh jangka pendek dari kondisi makroekonomi terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2) Menganalisis pengaruh jangka panjang dari kondisi makroekonomi terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab masalah
dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat memberikan manfaat diantanya:
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti
pribadi.
17
b. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun
yang akan dilakukan.
c. Penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan pada bank syariah.
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah dalam pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu
setrategi baru, sehingga kinerja dari perbankan syariah di Indonesia mengalami
peningkatan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan
penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini akan disajikan mengenai teori perbankan syariah, laporan keuangan dan
rasio rasio yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, pengukuran kinerja
keuangan dan hubungan antara kondisi makroekonomi dengan kinerja keuangan
18
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik
pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi data penelitian mengenai pengaruh kondisi makroekonomi terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia pada periode tahun 2010 – 2015.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan
yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Perbankan Syariah
1. Sejarah Perbankan Syariah
Upaya awal penerapan sistem profit-loss sharing tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola jamaa’ah haji secara
non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di Desa
Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Lembaga Islamic Rural Bank dengan
Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar beroperasi di pedesaan Mesir dan
berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti
bagi perkembangan financial system dan ekonomi Islam1.
Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional muncul
dalam konferensi Negara-negara Islam sedunia di Kuala Lumpur, Malaysia pada
tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut
memutuskan beberapa hal, yaitu2:
1) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia
1Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 18 – 19.
2Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan MAsalah Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1996), h. 159.
20
termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba dalam
waktu secepat mungkin
3) Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan
bunga diperbolehkan beroperasi, namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan bank syariah semula banyak diragukan, antara lain karena3:
1) Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah suatu hal
yang tidak mungkin dan tidak lazim
2) Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasionalnya, tapi
dilain pihak bank Islam adalah suatu alternatif sistem ekonomi Islam
Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di Negara-negara
muslim perlu ada usaha bersama diantara Negara muslim. Maka pada bulan
Desember 1970, pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi
Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah
proposal untuk mendirikan bank syariah. Pada sidang Menteri Luar Negeri OKI di
Jeddah pada 1974 di setujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau
Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar atau ekuivalen
dengan 2 miliar SDR (special drawing right) IMF4.
Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sejak tahun
3Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994), h. 233
4Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 21
21
1989-an mulai merintis usaha pendirian bank Islam guna memenuhi permintaan
masyarakat yang membutuhkan alternatif jasa perbankan dengan syariat Islam.
Setelah melalui proses panjang, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
akhirnya didirikanlah bank syariah pertama di Indonesia dengan nama Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Dengan didirikanya BMI ini, perbankan
mulai dikenal oleh masyarkaat Indonesia. Namun, sejak beroperasi 1 Mei 1992, bank
syariah belum mendapatkan perhatian optimal dalam tatanan perbankan nasional,
sehingga pertumbuhannya terbilang cukup lambat5.
Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu Bank Umum
syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terlah beroperasi. Pada
tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang hanya memberikan landasan hukum yang lebih
kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memerikan kewenangan kepada Bank
Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat
perundang-undangan tersebut diberlakukan6.
5Ida Syafrida dan Ahmad Abror, “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, (Vol. 10 No. 1, Juni
2011), h. 25
6Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4
22
2. Pengertian Industri Perbankan Syariah
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan7.
Apabila dilihat dari segi definisi, menurut pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 1998
mengungkapkan bahwa istilah Bank berarti badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dari Definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa bank merupakan perusahaan yang memperdagangkan utang
piutang, baik yang berupa uang sendiri maupun uang masyarakat, dan
memperedarkan uang tersebut untuk kepentingan umum8.
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara
Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 adalah unit kerja
kantor dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
7Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (Maret 2016), h. 13
8Dr. Suwardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika,
2014), h. 41
23
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang berfungi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan unit usaha syariah.
3. Karakterisktik Perbankan Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi
pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank
syariah9:
1) Penghapusan Riba
2) Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi
Islam
3) Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial
dan bank investasi
4) Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan pembiayaan yang beroriantasi kepada penyertaan modal, karena
bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi,
ventura, bisnis atau industri.
5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha
6) Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan
9Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Lencana Prenada Media
Group, 2012), h. 67
24
likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan
instrument bank sentral berbasis syariah.
Menurut Sumitro10 terdapat beberapa ciri bank syariah yang membedakan dengan
bank konvensional:
1) Beban biaya
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan
dalam jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan
kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak
2) Penggunaan persentase
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, Karena persentase bersifat melekat pada sisa utang, meskipun batas
waktu perjanjian telah berakhir, sehingga yang dipergunakan adalah nisbah bagi
hasil
3) Kontrak-kontrak pembiayaan proyek
Di dalam Kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka Karena
pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai
bank hanya Allah semata. Tingkat keuntungan yang dipergunakan adalah tingkat
keuntungan aktual, apabila tingkat keuntungan aktual lebih kecil daripada tingkat
10
Warkum Sumitro, Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan
Takaful) di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 20-21
25
keuntungan proyeksi maka yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual
tersebut.
4) Penyerahan dana dianggap titipan (wadiah)
Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai
bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah, sehingga pada penyimpanan
tidak dijanjikan imbalan yang pasti
5) Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Terdapatnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi bank
syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut
syariahnya. Selain itu, manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-
dasar muamalah Islam. Unsur Dewan Pengawas Syariah inilah hal utama yang
membedakan struktur organisasi antara bank syariah dan bank konvensional
6) Fungsi kelembagaan
Selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi amanah, artinya
berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan
dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.
B. Laporan Keuangan Bank Syariah
Berdasarkan peraturan Bank Sentral, setiap bank diwajibkan menyampaikan
26
laporan keuangan kepada bank sentral (yaitu Bank Indonesia) dan publik, setiap enam
bulan, yang terdiri atas laporan inti dan laporan pelengkap11. Laporan inti terdiri dari
Neraca dan perhitungan laba/rugi, sedangkan laporan pelengkap terdiri atas:
1) Laporan komitmen dan kontijensi
2) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
3) Laporan transaksi valuta asing dan derivatif
4) Laporan kualitas aktiva produktif dan derivatif
5) Perhitungan rasio keuangan
6) Pengurus bank dan pemilik bank
Tidak berbeda dengan laporan keuangan pada bank konvensional, selayaknya
organisasi bank syariah juga harus menyusun laporan keuangan pada akhir periode
akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002), laporan keuangan bank syariah yang
lengkap terdiri dari atas komponen-komponen sebagai berikut:
1) Neraca
Unsur neraca bank syariah meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan
ekuitas. Yang membedakan dengan neraca jenis organisasi lain adalah pada
“investasi tidak terikat”. Invetasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban dan
juga bukan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana pihak ketiga yang
dititipkan atau diserahkan kepada bank untuk dikelola tanpa ikatan dari penitip
dana atau dikelola secara bebas sesuai syariah.
11
Herman Darmadi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 31 – 32
27
2) Laporan laba/rugi
3) Laporan arus kas
Laporan arus kas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 mengenai
laporan arus kas dan PSAK No. 31 mengenai akuntansi perbankan, dengan
catatan menyesuaikan kegiatan dan transaksi bank syariah
4) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 1
mengenai penyajian laporan keuangan. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu,
dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan agar tercapai
penyajian laporan keuangan secara wajar dengan memperhatikan PSAK terkait.
5) Laporan perubahan dana investasi terkait
Investasi terkait adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi
terkait dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi
berdasarkan mudharobah muqayadah atau sebagai agen investasi. Dalam hal
bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharobah muwayadah,
bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas keuantungan investasi. Jika
terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam
investasi tersebut terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar
bagian dana yang diikutsertakan.
6) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah
Unsur dasar laporan sumber penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah meliputi
sumber dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat, infaq dan
28
shadaqah pada tanggal tertentu. Sumber dana zakat, infaq, shadaqah berasal dari
bank dan pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang berhak.
7) Laporan sumber dan penggunaan qardul hasan
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan melipti sumber
penggunaan dana qardul hasan selama jangka waktu tertentu dan saldo dana
qardul hasan pada tanggal tertentu. Penggunaan dana qardul hasan meliputi
pemberian pinjaman baru selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana
qardul hasan temporer yang disediakan pihak lain.
8) Catatan atas laporan keuangan
C. Analisis Kinerja Keuangan
Menurut mulyadi12, pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan
dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik efektivitas operasional suatu karyawannya berdasarkan standar dan kriteria
yang telah ditetapkan.
Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan,
diantaranya adalah analisis rasio, proporsional, Du Pont System of Analysis dan EVA
(Economic Value Added). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
12
Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. 2001, h. 419.
29
hubungan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan
dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, keunggulannya sebagai berikut13:
1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan
2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya
4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengii model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi
5) Menstandarisir ukuran (size) perusahaan
6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik
7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakkan prediksi di masa yang akan
datang.
Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item antara
laporan keuangan (neraca dan laporan laba – rugi). Ada lima jenis rasio keuangan:14
1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan.
13
Admad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan Modern (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h. 24 – 25.
14Drs. Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003), h.
415
30
2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban perusahaan yang jatuh tempo.
3. Efficiency atau turnover atau asset management ratios, mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola aktivanya.
4. Profitability ratios, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
5. Market value ratios, mempelihatkan bagaimana peusahaan dinilai oleh investor
dipasar modal.
Hingga saat ini analisis rasio keuangan bank syariah masih menggunakan aturan
yang berlaku di bank konvensional. Analisis rasio keuangan bank syariah dilakukan
dengan menganalisis posisi neraca dan laporan laba rugi.15
1. Rasio Likuiditas adalah ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, meliputi:
a. Current Ratio, adalah kemampuan bank untuk membayar utang dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
b. Quick (Acid test) Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank
dalam membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih
liquid
c. Loan Deposit Ratio (LDR), adalah menunjukan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan.
15
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014), h.
252-254
31
2. Rasio aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam
memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover (FAT) adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana
yang tertanam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu
dengan jumlah keseluruhan aktiva.
b. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan
pendapatan (revenue)
3. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukan tingkat efektivitas yang
dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi:
a. Profit margin, adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan
laba.
b. Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan.
4. Rasio biaya adalah menunjukan tingkat efisiensi kinerja operasional bank.
32
D. Profitabilitas
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvia16 mengungkapkan bahwa tingkat
profitabilitas merupakan hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu
indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank, karena profitabilitas menjadi
faktor penentu kelanjutan sebuah bank agar dapat terus berkembang secara
berkelanjutan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba
yang berhubungan dengan penjualan total aset maupun modal sendiri. Sasaran yang
akan dicapai adalah laba perusahaan.
Tujuan analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat
profitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio
profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank
berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukan
hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio
profitabilitas yang digunakan bank pada umumnya adalah Return on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini menjadi
gambaran dari tingkat produktifitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen. Semakin
16Sylvia Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas
Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya,
2015), h. 6.
33
besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Secara matematis
ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010):
ROA Laba Sebelum Pajak
Rata rata Total Aktiva 100
Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak,
sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva.
Perhitungan ROA terdiri dari17:
1) Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum
dikurangi pajak
2) Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap.
17Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah
di Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016), h. 37
34
E. Likuiditas
Menurut Santosa18 kinerja likuiditas, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan
kredit atau pembiyaan dengan cepat. Pemenuhan kemampuan likuiditas bank
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya persyaratan yang ditetapkan oleh
pemerintah dan dilema antara likuiditas dengan profitabilitas. Likuiditas yang tinggi
mengakibatkan kas menganggur semakin tinggi, ini akan merugikan bank yang
bersangkutan karena profitabilitasnya akan semakin rendah.
Likuditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank.
Kesulitan likuditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga
menimbulkan risiko sistematik. Kejutan (shock) dapat mendorong terciptanya spiral
likuditas yang menyebabkan hilangnya likuditas dan terbentuknya krisis keuangan.
Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini terutama disebabkan
oleh krisis likuditas bank yang menyebabkan terjadinya gagal bayar bank terhadap
sebagain besar kewajibannya19. Likuiditas adalah faktor lain yang menentukan tingkat
kinerja perbankan.
Likuiditas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,
18Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”, (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta), h. 28 – 29.
19Zulkarnain Sitompul dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan. (Januari 2014), h. 248.
35
terutama dari deposan. Menurut Dang20 rasio keuangan yang paling umum yang
mencerminkan posisi likuiditas bank adalah total kredit dibagi simpanan nasabah.
Likuidity dicerminkan dalam rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan
rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Menurut Kartika21 tingkat LDR menunjukan adanya risiko likuditas
(liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Risiko likuiditas adalah
risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan. Rasio ini
menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
LDR Jumlah Kredit yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga KLBI Modal Inti 100
LDR digunakan untuk untuk mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan
sumber tertentu. Semakin tinggi angka rasio LDR, maka semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank tersebut. karena sebagian besar dana bank tertanam pada
pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di
lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut,
20Uyen Dang, “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada”
(University of Applied Sciences, International Bussiness).
21Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun
2006), h. 49.
36
karena bank mampu melempar dana efektif22.
Lebih banyak penelitian menggunakan objek konvensional, sehingga dalam
menggitung rasio yang sering digunakan dengan istilah loan yaitu Loan to Deposito
Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun
pembiayaan atau financing23. Pada umumnya konsep yang sama ditunjukan pada
bank syariah dalam menyebut likuiditas dengan menggunakan Financing to Deposit
Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar dana pihak
ketiga bank syariah dilepaskan untuk pembiayaan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
FDR Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga 100
Bank Indonesia menyatakan suatu bank masih dianggap sehat jika rasio berada
diantara 85 persen – 110 persen. Apabila FDR suatu bank berada diatas atau dibawah
85 persen – 110 persen, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan
fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Menurut Mahdiyah24
jika angka rasio FDR suatu bank berada pada angka 60% berarti 40% dari seluruh
dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga
22
Mahmud M. Hanafi dkk, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2007), h. 333
23Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h.
170
24Mahdiyah, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio
Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 2009-2013” (Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 25 - 25
37
dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Kemungkinan jika rasio FDR bank mencapai 110% berarti total pembiayaan yang
diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang
dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak
menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) yang baik.
F. Efisiensi
Working paper Bank Indonesia25 yang menjelaskan mengenai efisiensi telah
mendefinisikan efisiensi sebagai indikator yang menunjukan kemampuan manager
dan staf perusahaan dalam menjaga tingkat kenaikan pendapatan laba diatas tingkat
kenaikan biaya operasional. Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan
untuk mengoperasikan dana tersebut.
Pengukuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitiannya Rahmat26 memaparkan bahwa
semakin kecil nilai BOPO menunjukan semakin baik tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat memiliki nilai BOPO kurang dari
satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nilai BOPO nya lebih dari satu.
25Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta
Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”, (Working Paper Bank Indonesia. Desember
2014), h. 6-7
26Rahmat Abdillah, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada
Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”, (Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2015), h. 37-38.
38
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut Almilia dan
Herdiningtyas27 semaki kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Biaya operasional dihitung berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bagi hasil dan total pendapatan
operasional lainnya. Perhitungan adalah seperti berikut ini:
BOPO Total Beban Operasional
Total Pendapatan Operasional 100
BOPO menggambarkan beban bunga yang harus dibayar dan pendapatan bank.
Beban bunga yang harus dibayar sangat tergantung dengan variabel makro, terutama
BI Rate yang menjadi acuan penentuan baik bunga pinjaman maupun simpanan.
Selain tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi BOPO tersebut, salah satu
aspek yang juga dapat mempengaruhi yaitu aspek ketidakpastian, sumber aspek
ketidakpastian ini merupakan tingginya tingkat inflasi yang terjadi.
27Tiara Kusuma Hapsari, “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan Rasio
Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing di BEI 2005 – 2009)”,
(Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011), h. xxvii
39
G. Variabel Makroekonomi
1. Industrial Production Index (IPI)
Rinal28 dalam penelitiannya menjelaskan mengenai teori makro yang menyatakan
bahwa tabungan merupakan fungsi dari suku bunga dan pendapatan nasional.
Besarnya pendapatan menunjukan sebarapa besar kemampuan (ability) seseorang
untuk menabung. Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka Jumlah
pendapatan yang bisa dibelanjakan akan meningkat. Jika konsumsi diasumsikan tetap
atau peningkatannya relatif lebih kecil daripada peningkatan pendapatannya, maka
akan semakin banyak jumlah dana yang bisa ditabungkan masyarakat di perbankan.
Dalam penjelasan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri29 Industiral Production
Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI
sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk menggantikan
ketiadaan data PDB bulanan. Sejalan dengan teori yang ada pada penelitian yang
dilakukan oleh Aviliani30 mengungkapkan bahwa indeks produksi industri (IPI)
sebagai proksi dari pendapatan nasional memiliki hubungan kuat dengan hampir
semua indicator kinerja bank.
28Rinal Satria Anugrah, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum
Syariah di Indonesia”, (Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2006), h.
31.
29Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga
Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 9
30Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in
Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan”, (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398.
40
2. Inflasi
Inflasi adalah naiknya harga-harga komiditi secara umum yang disebabkan oleh
tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga,
pencetakan uang dan sebagainya) dngan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
masyarakat31. Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam
suatu tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang
yang berlaku. Menurut Sukirno32 terdapat tiga akibat penting dari inflasi yang terkait
dengan investasi, yaitu:
a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini pemilik
modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang bersifat spekulatif.
Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan barang berharga lebih
menguntungkan daripada investasi pada sektor produktif
b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk menghindati
penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin tinggi nilai inflasi maka
makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sektor-sektor profuktif. Apabila
dikaitkan dengan kinerja bank, maka dengan redahnya investasi maka akan
menghambat likuditas bank, penyaluran dana jadi menurun dan secara otomatis
profit juga akan lebih kecil jika dana yang disalurkan semakin sedikit.
31Iskandar Putong, “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A-SWOT-
TSI)”. (Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8 no. 2), h. 65 – 72.
32Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998).
41
c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan datang,
dengan begitu investor akan berfikir lagi di Negara yang bersangkutan.
Dari sisi supply, banyak proyek yang terancam tidak feasible gara-gara asumsi
inflasinya terlalu tinggi, sehingga investasi tidak jadi dilakukan dan lapangan
pekerjaan tidak jadi bertambah. Bahkan saat inflasi Indonesia masih lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat inflasi di Negara tetangga menjadikan tingkat bunga riil
terancam negatif yang akan memberikan tekanan pada nilai rupiah terhadap uang
asing, khususnya ditengah kabar meningkatnya suku bunga Fed Fund di Amerika33.
Kecenderungan harga barang-barang yang semakin meningkat (inflasi) akan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan. Secara teori, inflasi
berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu institusi keuangan. Sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Budi34 yang menunjukan bahwa inflasi
ini memiliki korelasi yang sangat kuat dan searah terhadap tingkat profitabilitas yang
dilihat dari rasio Return on Equity (ROE).
3. BI Rate
Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate)35 adalah suku bunga acuan yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
33
Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2008), h. 373
34Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta).
35 www.bi.go.id
42
otoritas moneter dan diumumkan kepada publik. Menurut Siamat36 BI Rate adalah
suku Bunga yang diumumkan oleh BI secara periodik dengan tenor satu bulan untuk
jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter.
Pada working paper Bank Indonesia37 menyebutkan bahwa tingkat suku bunga
bank, baik suku bungan kredit maupun simpanan dapat memengarui tingkat efisiensi
perbankan. Pengaruh ini dijelaskan oleh interest rate spread atau net interest margin.
Tingginya interest rate spread mejadi indikasi inefisiensi pada sektor perbankan.
Oleh karena itu, spread suku bunga perbankan yang tinggi dapat mengurangi
potensial savers karena tingkat pengembalian yang rendah atas deposit dan
meningkatkan biaya financial untuk borrowers, sehingga dapat mengurangi potensi
pertumbuhan investasi dan ekonomi. Selain interest rate spread, net interest margin
juga dapat digunakan sebagai salah satu proksi untuk mengukur tingkat efisiensi
industri perbankan.
Menurut Dwijayanti38 secara tidak langsung BI Rate mempengaruhi kinerja
keuangan perbankan melalui suku bunga pokok perbankan. Karena apabila BI Rate
naik, maka suku bunga simpanan dan pinjaman akan naik juga. Hal tersebut
36
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi
Kelima (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 2005), h. 139.
37Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta
Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit,” (Working Paper Bank Indonesia. Desember
2014), h. 16
38Dwijayanti, Febrina dan Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata
Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal Karisma, (Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009),
h. 95.
43
mengakibatkan masyarakat lebih memilih menaruh uangnya di Bank dalam bentuk
simpanan dengan ekspektasi mendapat bunga yang tinggi dari pada meminjam uang.
Hal ini menyebabkan penurunan penyaluran kredit dan pendapatan bank dari sektor
kredit akan berkurang sehingga menurunan profit.
Sejalan dengan teori yang sudah ada dan penelitian sebelumnya, penelitian yang
dilakukan oleh aviliani39 secara umum suku bunga kebijakan (BI Rate) merupakan
variabel makro yang direspon besar oleh mayoritas indikator kinerja bank. BI Rate
merupakan instrument paling potensial yang dimiliki Bank Indonesia untuk menjaga
kestabilan sektor keuangan khususnya perbankan.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sampai pada tanggal
tertentu, indeks harga saham gabungan merupakan suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek40.
Pasar modal menjadi suatu yang penting di era globalisasi ini. Indonesia
merupakan Negara yang pasar keuanganya sedang berkembang. Sebagai alternatif
investasi, sumber dana melalui penjualan saham dan penerbitan obligasi serta sebagai
39Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in
Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,” (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398.
40Luna Haningsih, Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat (Pusat Pengembangan Bahan
Ajar-UMB), Modul 11.
44
indikator makroekonomi. Menurut Sri41 investasi di Indonesia saat ini sedang
mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan membaiknya
indeks yang berkaitan dengan Indonesia yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Pasar saham dapat menyebabkan spekulasi jangka pendek yang bahkan dapat
mendominasi perdagangan dan mendistrosi keputusan yang dibuat manager yang
juga sering mempengaruhi kinerja jangka pendek42. Menurut Budi43 apabila harga
saham meningkat, maka kemampuan perusahaan akan menghasilkan laba meningkat.
Dengan kata lain peningkatan harga saham akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan. Tingginya harga saham tersebut akan menurunkan profitabilitas
perusahaan karena persahaan dibebani biaya yang tinggi, akibatnya perusahaan harus
mencari tambahan dana untuk menutupi kekurangan yaitu dengan mengajukan kredit
kepada pihak perbankan. Jika semakin banyak dana yang tertanam pada pinjaman
(kreditor), akan mengakibatkan penurunan kemampuan likuiditas bank.
5. Nilai Tukar
Sekarang orang sering memperkatakan tentang globalisasi ekonomi, suatu konsep
41Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga
Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 1
42Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.
(Jakarta: Erlagga. 2006), h. 337.
43Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta), h. 64.
45
yang semakin popular dibahas dan dibicarakan orang dalam beberapa tahun
belakangan ini. Pada dasarnya konsep ini menunjukan bahwa, secara ekonomi
ketergantungan perkembangan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara
kepada perkembangan ekonomi di Negara-negara lain semakin besar44. Gambaran
mengenai hubungan ekonomi berlaku diantara satu Negara dengan berbagai Negara
lainnya dapat dilihat dalam neraca pembayaran yang memberi informasi tentang nilai
ekspor dan impor, transaksi jasa-jasa, aliran modal jangka pajang (penanaman modal
asing) dan aliran modal jangka pendek.
Besarnya ekspor dan impor dipengaruhi oleh perbandingan harga relatif antara
produk domestik dengan harga pasar luar negeri untuk produk dengan spesifikasi
yang sama. Harga relatif tersebut dipengaruhi oleh nilai tukar uang mata uang
domestik dengan mata uang asing. Dengan demikian, kebijakan nilai tukar menjadi
sangat penting untuk mendorong ekspor di satu sisi dengan menekan impor di sisi
yang lain45.
Pemerintah perlu memilih sistem nilai tukar yang paling cocok untuk diterapkan.
Indonesia telah mengalami pengalaman menerapkan berbagai sistem. Indonesia lama
menerapkan sistem nilai tukar tetap (fix exchange rate system), yaitu dengan
mematok nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnnya pada nilai tertentu dan tidak
44
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga
Keynesian Baru (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 15
45Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.
168 – 169.
46
boleh bergerak kalaupun bergerak rentangnya sangat kecil misalnya ± 1%.
Pergerakan naik turun nilai tukar tersebut diizinkan untuk mengakomodasi tekanan
terhadap mata uang46.
Setalah lama dengan sistem mata uang tetap, sistem nilai tukar bergeser
menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange
rate). Dalam system ini nilai tukar dipatok pada nilai tertentu tapi diizinkan
berfluktuasi dengan rentang yang lebih lebar, misalnya ± 5%. Sejak 14 Agustus 1997
Indonesia menerapkan sistem mengambang bebas (free floating exchange rate
system), pada sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak naik turun sesuai dengan
kondisi pemerintah dan penawaran mata uang seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain bergerak setiap detik47. Pergerakan ini
mempengaruhi kinerja ekonomi secara keseluruhan dan kinerja perusahaan secara
mikro tanpa terkecuali pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan.
Apabila nilai mata uang dalam negeri lebih tinggi dari nilai mata uang asing,
maka harga-harga barang impor menurun. Menurunnya harga barang-barang tersebut
akan meningkatkan produktifitas pada sektor riil, mengingat Indonesia hampir pada
semua aspek melakukan impor. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya
perekonomian pada sektor riil, sehingga pengembalian dana sektor riil kepada bank
46
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.
169.
47Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.
169 – 170.
47
akan meningkat pula maka terjadi kenaikan pada profitabilitas.
Silvya48 dalam penelitiannya memberikan gambaran rasionalitas mengenai nilai
tukar rupiah terhadap dollar dan hubungannya dengan kinerja keuangan, angka nilai
tukar rupiah yang menurun atau disebut apresiasi menunjukan penguatan nilai tukar
rupiah terhadap dollar dan mengindikasikan adanya peningkatan perekonomian
nasional karena perusahaan melakukan peningkatan ekspor. Sehingga laba
perusahaan dan kemampuan fundamental perusahaan akan meningkat, selanjutnya
perusahan dapat memperoleh kredit dari bank untuk mengembangkan usahanya atau
kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan kredit di bank akan lancar dan
kinerja keuangan bank yang dilihat dari tingkat profitabilitas juga akan meningkat.
H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Tabel 2.1 Review studi terdahulu
No. Peneliti Isi Perbedaan
1.
Penulis:
Rinal Satria
Anugrah
(Skripsi Institut
Pertanian Bogor,
Fakultas Ekonomi
dan Manajemen
Departemen Ilmu
Ekonomi)
Tujuan:
Menganalisis faktor-faktor
yang mempengarui likuiditas
(FDR) bank umum syariah di
Indonesia dan besarnya
pengaruh dari faktor-faktor
tersebut serta dapat
merumuskan implikasi
kebijakan yang dapat diambil
bank Indonesia untuk mengatur
faktor-faktor yang
Penulis menganalisis
kinerja keuangan
yang dilihat dari
rasio likuiditasnya
yaitu Financial to
Deposit Ratio (FDR)
dengan periode 2001
– 2005. Kemudian
metode pada
penelitian ini
menggunakan
48Silvya Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya
Malang), h. 8.
48
Judul:
Analisis Faktor-
faktor yang
mempengaruhi
likuiditas Bank
Umum Syariah di
Indonesia
Tahun:
2006
mempengaruhi likuiditas BUS
Metode Penelitian:
Model regresi linear berganda
(ordinary least square OLS)
Hasil:
Pada variabel NPF, nilai tukar,
SWBI, suku bunga SBI, dan
Dummy fatwa hasilnya sesuai
dengan hipotesis. Untuk
variabl NPF dan Nilai tukar
memberikan pengaruh positif
dan signifikan terhadap FDR
BUS. Adapun untuk variabel
SWBI, suku bunga SBI dan
Dummy fatwa memberikan
pengaruh yang negatif terhadap
FDR BUS. Sedangkan untuk
variabel total aset menolak
hipotesis yang hasilnya
menunjukan variabel tersebut
berpengaruh negatif terhadap
FDR BUS. Dan variabel yang
sangat berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) BUS adalah
nilai tukar.
Ordinary Least
Square (OLS).
2. Penulis:
Budi Santosa
(Skripsi
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta)
Judul:
Hubungan Variabel
Makroekonomi
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada PT.
Bank Syariah
Tujuan:
Menjelaskan besar/kecilnya
atau kuat lemahnya hubungan
antara variabel makroekonomi
yang ditunjukan dengan inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS/kura, tingkat Suku
bunga SBI dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
terhadap kinerja keuangan
Return on Equity (ROE) dan
Loan to Deposito Ratio (LDR).
Metode Penelitian:
Analisis korelasi kanonikal
Penelitian ini
menganalisis kinerja
keuangan dari sisi
profitabilitas dan
likuiditasnya dengan
melihat pada Return
on Equity (ROE) dan
Loan to Deposit
Ratio (LDR) dengan
satu sampel pada PT.
Bank Syariah
Mandiri. Metode
yang digunakan
adalah dengan
analisi korelasi
49
Mandiri (Periode
Mei 2005 –
Oktober 2007)
Tahun:
2009
(canonical correlation
analysis)
Hasil:
Secara Keseluruhan, hasil dari
peneltitian ini menujukan
medukung hipotesis untuk
model pertama yang artinya
bahwa korelasi antara variabel
makroekonomi yakni
diantaranya Inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS/kura,
tingkat Suku bunga SBI dan
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terhadap
kinerja keuangan Return on
Equity (ROE) korelasinya
sangat kuat dan searah.
Adapun untuk model kedua
menunjukan menolak hipotesis
secara keseluruhan, yang
artinya bahwa korelasinya
menjukan negatif dan tidak
searah dari variabel
makroekonomi yakni
diantaranya Inflasi, nilai tkar
rupiah terhadap dollar AS/kura,
tingkat Suku bunga SBI dan
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terhadap
kinerja keuangan Loan to
Deposito Ratio (LDR).
Kanonikal.
3. Penulis:
Suria Rismawati
Sanwari dan Roza
Hazli Zakaria
(ISRA
International
Journal of Islamic
Finance. Vol 5.
Issue 2. 2013)
Tujuan:
Menganalisis tingkat
sensitifitas bank syariah di
Malaysia terhadap kondisi
makroekonomi yang terjadi.
Metode Penelitian:
Generalized Least Square
(GLS)
Penelitian ini
memfokuskan
kinerja bank hanya
pada tingkat
profitabilitas saja
dengan periode 2000
– 2009 adapun
variabel makro yang
digunakan
diantaranya pajak,
50
Judul:
The Perfomance of
Islamic Banks and
Macroeconomic
Condition
Tahun:
2013
Hasil:
Dari penelitian ini memberikan
hasil bahwa secara keseluruhan
kebijakan pemerintah seperti
pajak dan tingkat suku bunga
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap kinerja
perbankan yang dilihat dari
Rasio ROA dan ROE. Adapun
faktor eksternal lainnya yaitu
pertumbuhan ekonomi dan
inflasi memberikan pengaruh
terhadap kinerja perbankan,
tetapi kinerja keuangan tidak
begitu sangat tergantung
terhadap kedua faktor tersebut.
tingkat suku bunga,
inflasi dan GDP.
4. Penulis:
Silvia Hendrayanti
(Skripsi
Universitas
Diponegoro
Semarang,
Fakultas
Ekonomika dan
Bisnis)
Judul:
Analisis Pengaruh
Faktor Internal dan
Eksternal terhadap
Profitabilitas
Perbankan (studi
pada Bank Umum
di Indonesia
Periode Januari
2003 – Februari
2012)
Tahun:
2013
Tujuan:
Menganalisis pengaruh Equity
to Total Asset Ratio (EAR),
BOPO, Loan o Asset Ratio
(LAR), Firm Size,
Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi
dan Volalitas ROA terhadap
Return on Asset (ROA)
Metode Penelitian:
Generalized AutoRegresive
Conditional Heteroscedasity in
Mean (GARCH-M)
Hasil:
Penelitian ini menunjukan
bahwa Equity to Total Assets
Ratio (EAR) memiliki
pengaruh positif dan sginifikan
terhadap (ROA), Biaya
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Loan to Asset
Ratio (LAR) memiliki
pengaruh negatif dan
Penelitian ini
memfokuskan pada
menganalisis kinerja
yang melihat dari
profitabilitas, dengan
menggunakan
metode GARCH-M.
pada periode 2003 –
2012.
51
signifikan terhadap Return on
Asset (ROA), pertumbuhan
ekonomi dan inflasi memiliki
koefisien regresi yang positif
tetapi tidak signifikan terhadap
Return on Asset (ROA) dan
volalitas ROA berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
ROA.
5. Penulis:
Sara Kanwal dan
Muhammad
Nadeem
(European Journal
of Bussines and
Sosial Science,
ISSN: 2235-767X)
Judul:
The Impact of
Macroeconomic
Variables on The
Profitability of
Listed Commercial
Banks in Pakistan
Tahun:
2013
Tujuan:
Menganalisis dampak
makroekonomi terhadap
profitabilitas bank umum di
Pakistan pada periode 2001 –
2011, dikarenakan bank umum
di Pakistan memberikan
kontribusi yang sangat penting
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Pakistan.
Metode Penelitian:
Pearson Correlation and
Polled Ordinary Least Square
(POLS)
Hasil:
Penelitian ini menggunakan
faktor eksternal yaitu inflasi,
GDP dan tingkat suku bunga,
terhadap profitabilitas yaitu
dengan melihat rasio ROA,
ROE dan EM (Equity
Multiplier). Dimana hasilnya
menunjukan bahwa terdapat
hasil yang positif dan
signifikan dari tingkat suku
bungan terhadap ROA, ROE
dan EM. Sedangkan untuk
GDP memberikan dampak
yang positif tetapi tidak
signifikan. Adapun tingkat
Pada penelitian ini
kinerja dilihat dari
tingkat
profitabilitasnya,
dengan
menggunakan rasio
ROA, ROE dan EM.
Adapun variabel
makroekonomi yang
digunakan yaitu
inflasi, GDP dan
tingkat suku bunga.
Periode penelitian
pada tahun 2001 –
2013.
52
inflasi menunjukan hubungan
yang negatif terhadap ketiga
rasio profitabilias tersebut.
6. Penulis:
Dadang Muljawan,
Januar Hafidz,
Rieska Indah
Astuti, Rini
Oktapiani
(Working Paper
Bank Indonesia)
Judul:
Faktor-faktor
Penentu Efisiensi
Perbankan
Indonesia serta
Dampaknya
Terhadap
Perhitungan Suku
Bunga Kredit
Tahun:
2014
Tujuan: Mempelajari faktor-faktor yang
dominan mempengaruhi
tingkat efisiensi operasional
bank dan mempelajari pola
pembentukan suku bunga
bank-bank komersial di
Indonesia yang dikaitkan
dengan struktur pasar
perbankan.
Metode Penelitian:
Data Envelopment Analysis
(DEA)
Hasil:
Dari penelitian ini memberikan
hasil bahwa GDP secara
signifikan berpengaruh positif
(sesuai ekspektasi) terhadap
tingkat efiensi operasional
bank Umum Indonesia.
Adapun inflasi berpengaruh
positif (tidak sesuai ekspektasi)
terhadap efisiensi operasional
bank, volalitas suku bunga
berpengaruh positif (tidak
sesuai ekspektasi) dan
signifikan terhadap efisiensi
bank. Sementara itu LDR
memiliki pengaruh positif
(sesuai ekspektasi) dan
signifikan terhadap tingkat
efisiensi bank karena kenaikan
kredit dapat meningkatkan
pendapatan bank sekaligus
dapat meningkatkan tingkat
efisiensi bank (perhitungan
BOPO).
Penelitian ini
menganalisis
mengenai efisiensi
dan faktor-faktor
yang
mempengaruhinya
dengan periode
tahun 2008 – 2013.
53
7. Penulis:
Rismon Hamdi dan
Henny Setyo
Lestari
(Jurnal Manajemen
Trisakti ISSN:
2339-0824)
Judul:
Pengaruh Faktor
Internal dan
Eksternal Bank
Terhadap Kinerja
Bank di Perusahaan
Perbankan Di
Bursa Efek
Indonesia
Tahun:
2015
Tujuan:
Menganalisis pengaruh faktor
internal bank yang diukur
dengan capital adequacy ratio,
asset quality, management
efficiency, liquidity dan faktor
eksternal yang diukur dengan
inflation, dan gross domestic
product.
Metode Penelitian:
Multiple regression linear
analysis dan pengujian
hipotesis (testing hypothesis)
Hasil:
Terdapat tiga model dalam
penelitian tersebut, dimana
model pertama melihat kinerja
keuangan dari rasio ROA,
faktor eksternal (Inflasi dan
GDP) mendukung hipotesis
yang artinya bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari
faktor eksternal tersebut
terhadap ROA. Adapun faktor
internal (asset quality,
management efficiency,
liquidity) mendukung hipotesis
yang artinya bahwa terdapat
pengaruh signifikan dari ketiga
faktor internal tersebut
terhadap ROA, sedangkan
untuk capital adequacy ratio
menolak hipotesis yang
artinya bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan dari
capital adequacy ratio tersebut
terhadap ROA.
Dalam model kedua melihat
kinerja keuangan dari rasio
Pada penelitian ini
kinerja keuangan
melihat pada rasio
Return on Asset
(ROA) dan variabel
yang
mempengaruinya
melihat pada faktor
internal dan
eksternal. Adapun
faktor eksternalnya
yaitu inflasi dan
GDP dan faktor
internalnya dengan
meihat pada
indikator CAMEL.
Dengan periode dari
tahun 2008 – 2012.
54
ROE dan model ketiga melihat
dari rasio NIM. Adapun untuk
faktor internal (Inflasi dan
GDP) menolah hipotesis baik
untuk model kedua maupun
model ketiga yang artinya
bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari faktor
eksternal tersebut terhadap
ROE dan NIM. Adapun untuk
faktor internal yang
mendukung hipotesis
diantaranya capital adequacy
ratio, management efficiency,
liquidit pada model kedua
sedangkan asset quality
menolak hipotesis. Untuk
model ketiga sendiri tiga faktor
internal mendukung hipotesis
diantaranya (asset quality,
management efficiency,
liquidity) sedangkan capital
adequacy ratio menolak
hipotesis.
55
I. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
(Y)
Variabel
Makroekonomi
(X)
Industrial
Production Index
(X1)
BOPO
(Y3)
FDR
(Y2)
ROA
(Y1)
BI Rate
(X3)
Inflasi
(X2)
Indeks Harga
Saham Gabungan
(X4)
Nilai Tukar
(X5)
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas pengaruh variabel eksternal yang merupakan kondisi
makroekonomi di Indonesia diantaranya Industrial Production Index (IPI), Inflasi,
BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap kinerja
keuangan bank dengan melihat rasio profitabilitas yang dalam hal ini Return on
Asset (ROA), likuiditas yang dilihat dari Financial to Deposit Ratio (FDR) dan rasio
efisiensi yang melihat dari rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO).
Ruang Lingkup industri perbankan syariah yang dianalisis pada penelitian ini
hanya mencakup BUS dan UUS. Hal ini dikarenakan komposisi perbankan syariah
masih di dominasi oleh BUS dan Unit Usaha Syariah (UUS) (±98%)1 maka dapat
dianggap mewakili gambaran industri perbankan syariah di Indonesia. Objek
penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan BUS dan UUS dari tahun 2010
sampai 2015.
1Laporan Profil Industri Perbankan, 2015. Departemen Pengembangan Pengawasan dan
Manajemen Krisis, (Otoritas Jasa Keuangan), h. 37
57
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa
carayaitu:
1. Studi kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan dan konsep yang
kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Penelitian kepustakaan dilakukan
dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, artikel dan jurnal yang
terkait penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data sekunder yang terkait penelitian ini diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2015 yang dapat dilihat
dari laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan untuk laporan kondisi
makroekonomi dapat dilihat dari situs Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan
situs-situs lainnya yang terkait dengan penelitian.
C. Sumber Data
Data merupakan bukti-bukti, fakta-fakta, sesuatu yang secara pasti diketahui atau
serangkaian informasi yang ada disekitar kita. Selain itu, data juga dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan informasi yang diperlukan untuk mengambil
keputusan2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
2Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta: Erlangga. 2003), h.
124.
58
merupakan data statistik berbentuk angka-angka. Menurut Muhammad3 data
kuanitatif adalah data yang diukur dalam skala numeric (angka) yang dibedakan
menjadi data interval dan data rasio. Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk
melihat fenomena yang ada kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki4
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder
yang digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan Januari 2010
– Desember 2015 yang merupakan data Return on Asset (ROA), Financial to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), yang diperoleh dari laporan
statistik perbankan syariah Ototritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan data
Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dan Nilai Tukar diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik
(BPS) dan instansi-instansi terkait dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
D. Variabel Penelitian
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus di
operasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel5. Dalam pengertian lain
3Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), h. 45.
4Muhammad Idrus, Metode Peneitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 29
5Sofyan Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ED. 2012), h. 56.
59
dikatakan bahwa variabel adalah simbol atau konsep yang diasumsikan seperangkat
nilai6. Dalam penelitian ini secara garis besar terdapat dua variabel yaitu variabel
dependen dan independen.
1. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya
tidak dapat berdiri sendiri7. Variabel dependen ini merupakan variabel yang diamati
dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
a. Return on Asset (ROA)
Merupakan salah satu rasio profitabiltitas yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan profit atas aktiva.
b. Financial to Deposit Ratio (FDR)
Merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya bank yang
bersangkutan.
c. Biaya Operassional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut kamus keuangan adaalah kelompok rasio yang mengujur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan suatu
6Ely Rochaeti, Ratih Tresna dan Abdul Madjid Latief, Metode Penelitian Bisnis dengan
Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2007), h. 11
7Dwi Priyanto, Paham Analisis Statistik data dengan SPSS (Jakarta: Mediakom. 2010), h. 8
60
terhadap lainnya.
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya
berdiri sendiri8. Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan-perubahan pada
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa:
a. Industrial Production Index (IPI)
Industrial Production Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang
mengukur produksi output riil. IPI sering digunakan sebagai representasi bagi
pendapatan nasional untuk menggantikan ketiadaan data PDB bulanan. Indeks
yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks produksi industri besar dan
sedang.
b. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Besar kecilnya inflasi akan berpengaruh terhada kinerja keuangan sektor
perbankan.
c. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publick. Dalam penelitian ini, data BI Rate bersumber dari hasil publikasi oleh
Bank Indonesia.
8Dwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. (Jakarta: Mediakom, 2010), h. 8
61
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek.
Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran
kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.
e. Nilai Tukar
Kurs merupakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Dalam
penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah kurs rupiah
terhadap dollar AS.
E. Metode Analisis
Penelitian ini mneggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan
untuk pengujian metode analisis dengan menggunakan Vector Eerror Correction
Model (VECM). VECM adalah bentuk Vector Autoregressive (VAR) yang teretriksi.
Retriksi diberikan karena data stasioner namun terkointegrasi9. Spesifikasi VECM
meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel yang ada agar konveren ke dalam
hubungan kointegrsi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis jangka
pendek10.
9Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu. (Bogor: PT Penerbit IPB Press.
2012), h. 165.
10Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII. 2009), h. 349
62
1. Uji Stasioneritas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan
data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data (stasionery
stochasting process). Data stasioner adalah data yang variansnya tidak terlalu besar
dan punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah
agar nilai rata-rata stabil dan random errornya sama dengan nol.
Andrian11 memaparkan data atau variabel yang stasioner pada tingkat level akan
berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara non stasioner
akan berimplikasi pada bentuk VECM. Karena itulah pengujian stasioneritas
memegang peranan penting dalam tahapan estimasi dengan menggunakan metode
VAR.
a. Uji akar unit (unit root test)
Uji ini dilakukan unutk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini
menggunakakn Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau
difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner.
Hipotesis:
H i k ion
H ion
Dengan mengikuti pernyataan bahwa:
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima
11An i n Tony P ko o, “An li i Hubung n P g ng n In n ion l n FDI T h p
Pertumbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ i In on i . 2 9), h. 65.
63
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima
Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 5% yang mana tidak terlalu rendah dan
tidak terlalu tinggi, cara yang cukup cepat dalam menentukan data yang sudah
stasioner atau belum adalah dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih kecil dari
0,05 maka data sudah stasioner.
b. Uji derajat integrasi
Pada data time series umumnya tidak stasioner pada level, sehingga harus diuji
kembali pada derajat berapakah data menjadi stasioner. Uji ini dilakukan apabila data
tidak stasioner pada level, uji ini mirip dengan uji akar unit dengan cara
mendiferensiasi data pada tingkat tertentu hingga stasioner.
Hipotesis:
H i k ion
H ion
Dengan mengikuti pernyataan bahwa:
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima
Jika nilai statistik ADF secara absolute lebih kecil dibandingkan nilai kritis
MacKinnon, maka diterima. Dengan kata lain terdapat satu akar unit atau data
tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level dapat
dijadikan stasioner melalui proses differensiasi agar data menjadi stasioner.
64
2. Uji Lag Optimal
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag
optimal. Hal ini dilakukan karena seringkali suatu peubah bereaksi terhadap peubah
lainnya dalam suatu selang waktu (lag)12. Permasalah yang muncul apabila panjang
lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena
kurang mampu menjelaskan hubungannya dan sebaliknya jika panjang lag yang
digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi
lebih besar sehingga tidak efisien lagi menjelaskan13.
Untuk menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa kriteria yaitu
dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC),
Final Prediction Error (FPE) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).
Selanjutnya berikut adalah kriteria yang digunakan14:
Ak ik In o m ion C i ion (AIC) -2 [
T] 2(k T) (3.1)
S hw z In o m ion C i ion (SIC) -2 [
T]
(3.2)
H nn n-Quinn In o m ion C i ion (HQ) -2 [
T] 2 [
log (T)
T] (3.3)
Pengujian lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam
sistem VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua kriteria informasi untuk
12D Rizki Ku m n , “E k ivi K bij k n Mon l m S uk u P In u i
P b nk n In on i y ng Oligopoli”, (Sk ip i In i u P ni n Bogo . 2 3), h 2 .
13Andrian Tony P ko o, “An li i Hubung n P g ng n In n ion l n FDI T h p
P umbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ i In on i . 2 9), h. 67.
14Shochrul R. Ajija dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.
166.
65
menentukan lag optimal. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu
dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimal yang umumnya dipilih berdasarkan nilai
kriteria yang terkecil.
3. Uji Kointegrasi
Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila
peneliti meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan
jangka pendek dan jangka panjang. Pendeteksian ini dapat dilakukan dengan Metode
Johansen. Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan derajat
kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic atau max eigen statistic
dengan critical value-nya15.
Hipotesis:
H p hubung n j ngk p nj ng n v i b l in p n n n v i b l p n n
H i k p hubung n j ngk p nj ng n v i b l in p n n n v i b l
p n n
Dengan mengikuti pernyataan bahwa:
1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value
maka H i im , mo l koin g i
2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value
maka H i im , mo l i k koin g i
15
Moch. Deddy Ariefianto, Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews.
(Jakarta: Erlangga. 2012), h. 113.
66
Jika terdapat hubungan kointegrasi, model unrestricted VAR dapat diaplikasikan,
tetapi bila terdapat hubungan kointegrasi antar variabel, Vector Error Correction
Model (VECM) yang dipergunakan.
4. Uji Vector Error Correction Model (VECM)
Kontov dan lingard dalam Shocrul16 VECM merupakan suatu model analisis
ekonometria yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari
suatu variabel jangka panjangnya. Gujarati berpendapat VECM ini dinilai kurang
cocok jika digunakan dalam menganalisis suatu kebijakan. Hal ini dikarenakan
analisis VECM yang ateori dan terlalu menekankan pada forecasting atau peramalan
pada suatu ekonometrika17.
Dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka
panjang. Menurut Firdaus dalam Syahfitri18 model VECM secara umum adalah
sebagai berikut:
y
x
x y
- ∑ k y -
k-
i
(3.4)
Dimana:
y : vector yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
16
Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h.
180
17D mo N. Guj i, B i E onom i ’ 4
th Edition. (New York: Mgraw-Hill. 2003), h.
853
18Ik Sy h i i, “An li i K i P b nk n n P umbuh n Ekonomi i In on i ” (Sk ip i
Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 25
67
x : vector intercept
x
: vector koefisien regresi
: time trend
: koefisien speed of adjustment
: vector kointegrasi
y -
: variabel in-level
k : matriks koefisien regresi
k-1 : ordo VECM dari VAR
k : lag
: error term
Apabila variabel-variabel tidak terkointegrasi pada stasioner atau ordo yang sama,
maka VECM tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya peneliti dapat menggunakan
VAR standar yang hasilnya identik dengan Ordinary Least Square (OLS). Pelaku
dinamis VECM dapat dilihat dari respon dari setiap variabel terikat terhadap shock
pada variabel tersebut mauun terhadap variabel bebas lainnya. Ada dua cara untuk
melihat karakteristik dinamis VECM melalui Impuls Response Funtion (IRF) dan
Variance Decompotion (VD).
a. Impuls Response Funtion (IRF)
Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan tertentu
makan digunakan metode Impuls Response Funtion (IRF). Analisis IRF data
melacak respon dari variabel terkait di dalam sistem VECM karena adanya shock dari
68
variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu sistem VECM. Misalnya
variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan mempengaruhi variabel
terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims dalam Shocrul19 IRF
menggambarkan ekspektasi periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel
akibat inovasi dari variabel lain. Sehingga lamanya shock tergantung pada suatu
variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau kembali pada titik
keseimbangan dapat dilihat.
b. Variance Decompotion (VD)
Disebut juga forecast error Variance Decompotion, merupakan perangkat yang
dapat menggambarkan relative pentingnya variabel-variabel bebas pada model
VECM karena shock dan menjelaskan sebarapa kuat peranan variabel-variabel
tertentu terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan
variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-kompoen shock,
dengan asumsi bahwa komponen-komponen tidak berkorelasi. Dalam metode ini
dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel mempengaruhi
variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang.
F. Model Penelitian
Adapun Model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:
19
Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h.
168
69
Model umum (3.5)
ROA (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )
FDR (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )
BOPO (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )
Dimana:
ROA : Return on Asset
FDR : Financial to Deposit Ratio
BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional
IPI : Industrial Production Index
INF : Inflasi
BIRATE : BI rate
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
KURS : Nilai Tukar
Dalam penelitian ini juga akan mengkaji hubungan antara kinerja keuangan
perbankan yang dilihat dari Return on Asset (ROA), Financial To Deposit Ratio
(FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan kondisi
makroekonomi diataranya Industrial Production Index (IPI), inflasi, BI rate, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar. Maka persamaan untuk tiga model
umum pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model pertama (3.6)
, IPI
2 ,INF 2
3 BI RATE 3
4 IHSG 4
5 KURS 5
70
Keterangan:
ROA_Y1 = Return on Asset/nilai profitabilitas ROA
IPI_X1 = Industrial Production Index
INF_X2 = Inflasi
BIRATE_X3 = BI rate
IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan
KURS_X5 = Nilai Tukar
Model kedua (3.7)
, IPI
2 ,INF 2
3 BI RATE 3
4 IHSG 4
5 KURS 5
Keterangan:
FDR_Y2 = Financial to Deposit Ratio/nilai FDR
IPI_X1 = Industrial Production Index
INF_X2 = Inflasi
BIRATE_X3 = BI rate
IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan
KURS_X5 = Nilai Tukar
Model ketiga (3.8)
, IPI
2 ,INF 2
3 BI RATE 3
4 IHSG 4
5 KURS 5
Keterangan:
BOPO_Y3 = Biaya operasional pendapatan operasional
IPI_X1 = Industrial Production Index
71
INF_X2 = Inflasi
BIRATE_X3 = BI rate
IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan
KURS_X5 = Nilai Tukar
Selanjutnya untuk melihat isu persoalan jangka panjang terbentuk
pengkombinasian antara model VAR struktural dengan Vector Error Correction
Model (VECM) sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:
y
x
x y
- ∑ k y -
k-
i
(3.9)
Dimana:
y : ROA , FDR , BOPO , IPI , INF , BI R , IHSG , Ku
x : vector intercept
x
: vector koefisien regresi
: time trend
: koefisien speed of adjustment
: vector kointegrasi
y -
: variabel in-level
k : matriks koefisien regresi
k-1 : ordo VECM dari VAR
k : lag
: error term
72
G. Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Uji Stasioneritas
Lag Optimal
Uji Kointegrasi
(Johansen Jesselius)
Stasioner 1st
Level/1st diff,
tidak ada
kointegrasi
Stasioner 1st
diff,
ada kointegrasi
Tahapan Estimasi Model
Impulse Respo Funtion (IRF)
Variance Decompotion (VD)
Vector
Autoregressive
(VAR) in
Level/Var in 1st
Difference
Vector Error
Correction
Model (VECM)
Input data time series (Return on Asset, Financial to Deposit Ratio, Biaya
Operasional Pendapatan Operasional, Industrial Production Index, BI Rate,
Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai Tukar)
Kesimpulan
73
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi20. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka
hipotesisnya adalah:
1. Pengaruh jangka pendek Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja
Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit
Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.
H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA),
Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional.
H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap
Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.
2. Pengaruh jangka panjang Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja
20
Ety Rochaeti, Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009), h.
108
74
Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit
Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.
H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA),
Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional.
H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap
Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.
3. H : diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio
Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai
Tukar tidak direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset
(ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
4. H : Diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio
Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai
Tukar direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset
(ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
Bab ini menganalisis data yang akan digunakan. Data yang digunakan berupa
variabel-variabel return on asset, financial to deposit ratio, biaya operasional
pendapatan operasional, industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga
saham gabungan, nilai tukar dan harga minyak mentah dunia. Objek penelitian ini
adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah. Dengan lamanya penelitian dari
periode Januari 2010 sampai dengan desember 2015.
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
Eviews v.8.0. dan Microsoft Excel 2007, untuk mengolah data serta memperoleh hasil
dari variabel-variabel yang akan diteliti. Data-data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Badan Pusat
Statistik dan situs pendukung lainnya. Berikut penjabaran data-data yang digunakan:
Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Month ROA (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 1.65 2.26 1.36 2.52 0.08 1.93
February 1.76 1.81 1.79 2.29 0.13 1.94
76
March 2.13 1.97 1.83 2.39 1.16 2.39
April 2.06 1.9 1.79 2.29 1.09 2.42
May 1.25 1.84 1.99 2.07 1.13 2.4
June 1.66 1.84 2.05 2.1 1.12 2
July 1.67 1.86 2.05 2.02 1.05 2.05
August 1.63 1.81 2.04 2.01 0.93 2.14
September 1.77 1.8 2.07 2.04 0.97 2.15
October 1.79 1.75 2.11 1.94 0.92 2.22
November 1.83 1.78 2.09 1.96 0.87 2.15
December 1.67 1.79 2.14 2 0.8 1.81
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Secara profitabilitas, bank syariah cenderung stagnan di level yang cukup rendah,
yang ditunjukan dengan ROA yang jauh di bawah industri perbankan. Dari tabel 4.1
diatas bahwa tercatat bahwa return on asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 sebesar 2,52 persen namun
peningkatan ini tidak diikuti bulan bulan selanjutnya. Kemudian return on asset
terendah terjadi pada bulan Januari 2014 dengan nilai 0,08 persen ini merupakan
penurunan yang cukup tajam dari tahun sebelumnya Desember 2013 dengan nilai
2,00 persen dan merupakan nilai terendah selama tahun penelitian.
Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
Month FDR (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 88.67 91.97 87.27 100.63 100.07 110.4
February 90.96 95.16 90.49 102.17 102.03 109.73
March 95.07 93.22 87.13 102.62 102.22 111.72
77
April 95.57 95.17 95.39 103.08 95.5 109.5
May 96.65 94.88 97.95 102.08 99.43 109.63
June 96.08 94.93 98.59 104.43 100.8 109.25
July 95.32 94.18 99.91 104.83 99.89 110.02
August 98.86 98.39 101.03 102.53 98.99 109.25
September 95.4 94.97 102.1 103.27 99.71 107.71
October 94.76 95.24 100.84 103.03 98.99 107.01
November 95.45 94.4 101.19 102.58 94.62 108.92
December 89.67 88.94 100 100.32 91.5 104.88
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Menurut Bank Indonesia suatu bank masih dianggap sehat jika rasio FDR nya
berada diantara 85 persen – 110 persen, pada tabel 4.2 terjadi kenaikan FDR tertinggi
hingga mencapai 111,72 persen di tahun 2015 pada bulan maret, hal tersebut
mengindikasikan bahwa bank belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pihak
intermediasi (perantara) yang baik. Total pembiayaan yang diberikan lebih dari 110
persen yang artinya pembiayaan yang diberikan meelbihi dana yang dihimpun oleh
bank.
Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah
Month BOPO (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 84.87 75.75 86.22 70.43 80.05 82.51
February 79.73 79.56 78.39 72.06 83.77 82.28
March 76.27 77.63 77.77 72.95 91.9 78.76
April 77.15 78.78 77.77 73.95 84.5 79.97
May 85.79 79.05 76.24 76.87 76.49 79.79
June 79.99 78.13 75.74 76.18 71.76 82.06
July 79.77 77.13 75.87 76.13 79.8 81.43
78
August 80.36 77.65 75.89 77.87 81.2 80.37
September 79.1 77.54 75.44 77.98 82.39 80.06
October 78.94 78.03 75.04 79.06 75.61 79.96
November 77.7 77.92 75.29 78.59 93.5 79.99
December 80.54 78.41 74.75 78.21 79.28 83.41
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Kinerja intermediasi perbankan yang tertahan berdapak pada penurunan
profitablitas dan efisiensi yang tercermin pada rasio ROA yang menurun pada tabel
4.1 dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang
meningkat. Pada tabel 4.3 terlihat kenaikan rasio BOPO tertiggi pada tahun 2014
bulan November dengan nilai 93,5 persen dan terendah di bulan Januari 2014 dengan
nilai 70,43 persen.
Data selanjutnya yang akan ditampilkan adalah data makroekonomi pada periode
Januari 2010 sampai dengan Desember 2015, yakni sebagai berikut:
Tabel 4.5
Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia
(dalam persen)
Month Indeks Produksi Bulanan Industri Besar dan Sedang
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 96.59 101.66 102.76 113.91 117.32 123.33
February 97.28 98.06 105.63 112.31 116.60 119.67
March 101.37 105.86 102.46 112.58 116.80 125.46
April 101.44 102.19 103.38 114.12 117.25 127.11
May 100.90 105.63 108.31 115.78 120.16 123.03
June 104.72 107.23 109.79 113.34 120.22 126.26
July 100.93 109.45 111.41 115.28 117.05 122.21
79
August 101.12 103.10 100.78 113.37 120.13 127.01
September 92.32 104.12 109.61 116.36 127.74 130.31
October 100.77 107.59 118.17 118.05 124.37 131.09
November 101.72 101.35 114.13 116.20 121.73 128.64
December 100.83 102.89 114.12 117.36 124.94 126.22
Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia
Month Inflasi (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 3.72 7.02 3.65 4.57 8.22 6.96
February 3.81 6.84 3.56 5.31 7.75 6.29
March 3.43 6.65 3.97 5.90 7.32 6.38
April 3.91 6.16 4.50 5.57 7.25 6.79
May 4.16 5.98 4.45 5.47 7.32 7.15
June 5.05 5.54 4.53 5.90 6.70 7.26
July 6.22 4.61 4.56 8.61 4.53 7.26
August 6.44 4.79 4.58 8.79 3.99 7.18
September 5.80 4.61 4.31 8.40 4.53 6.83
October 5.67 4.42 4.61 8.32 4.83 6.25
November 6.33 4.15 4.32 8.37 6.23 4.89
December 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35
Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia
Month BI Rate (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 7.50
February 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50
March 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50
April 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50
May 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50
June 6.50 6.75 5.75 6.00 7.50 7.50
80
July 6.50 6.75 5.75 6.50 7.50 7.50
August 6.50 6.75 5.75 7.00 7.50 7.50
September 6.50 6.75 5.75 7.25 7.50 7.50
October 6.50 6.50 5.75 7.25 7.50 7.50
November 6.50 6.00 5.75 7.25 7.75 7.50
December 6.50 6.00 5.75 7.50 7.75 7.50
Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia
(dalam persen)
Month Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 2.61 3.41 3.94 4.45 4.42 5.29
February 2.55 3.47 3.99 4.80 4.62 5.45
March 2.97 3.68 4.12 4.94 4.77 5.52
April 2.80 3.82 4.18 5.03 4.84 5.09
May 2.91 3.84 3.83 5.07 4.89 5.22
June 3.07 3.89 3.96 4.82 4.88 4.91
July 3.07 4.13 4.14 4.61 5.09 4.80
August 3.08 3.84 4.06 4.20 5.14 4.51
September 3.50 3.55 4.26 4.32 5.14 4.22
October 3.64 3.79 4.35 4.51 5.09 4.46
November 3.53 3.72 4.28 4.26 5.15 4.45
December 3.70 3.82 4.32 4.27 5.23 4.59
Data diolah
Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia
Month Nilai Tukar (dalam persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
January 95.57 98.82 99.44 92.29 73.2 70.89
February 95.88 101.44 98.51 92.58 76.93 69.58
March 98.19 102.77 97.49 92.09 78.48 68.4
81
April 99.31 104.39 97.39 92.06 77.61 69.18
May 97.49 104.84 93.57 91.31 77.08 67.75
June 98.54 104.11 94.41 90.14 74.78 67.13
July 99.98 105.2 94.36 87.08 77.22 66.39
August 98.99 104.34 93.62 81.93 76.38 63.81
September 100.29 101.44 93.35 77.07 73.29 61.06
October 100.25 101.3 93.08 79.67 74.08 65.62
November 99.3 97.6 93.18 74.73 73.38 64.67
December 99.54 98.7 92.55 73.43 71.95 64.88
B. Analisis Pengujian Statistik
1. Uji Stasioneritas
Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas
dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji stasioner atau tidak. Uji
stasioner data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar unit yaitu dengan
menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau
difference) senigga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini
menggunakan uji augemted dickey-fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas
dengan menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) dari setiap data:
Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level
Variabel ADF Statistik
ket. t-statistic critical values 5% prob
ROA -3.192560 -2.902953 0.0245 Stasioner
FDR -2.665924 -2.902953 0.0851 Stasioner
BOPO -5.586259 -2.902953 0.0000 Tidak Stasioner
82
Industrial Production Index -0.564950 -2.904198 0.8708 Tidak Stasioner
Inflasi -2.802051 -2.903566 0.0631 Tidak Stasioner
BI Rate -1.168273 -2.903566 0.6857 Tidak Stasioner
IHSG -2.271200 -2.902953 0.1840 Tidak Stasioner
Nilai Tukar 0.467618 -2.902953 0.9844 Tidak Stasioner
Sumber: output eviews (data diolah)
Berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tigkat level diatas.
Dengan menggunakan critical value 5% hanya nilai ADF t-statistik ROA dan BOPO
yang lebih besar dari critical value nya dengan masing-masing nilai -3.192560 untuk
ROA dan -5.586259 untuk BOPO sehingga dapat dikatakan stasioner kedua variabel
tersebut karena lebih besar dari nilai critical value -2.902953.
Sebaliknya variabel lainnya tidak stasioner dengan data sebagai berikut, nilai
FDR t-statistic -2.665924 < critical value -2.902953 kemudian Industrial Production
Index t-statistic -0.564950 < critical value -2.904198, untuk Inflasi t-statistic -
2.802051 < critical value -2.903566, BI Rate t-statistic -1.168273 < critical value -
2.903566, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) t-statistic -2.271200 < critical
value -2.902953, Nilai Tukar t-statistic 0.467618 < critical value -2.902953 dan pada
variabel Harga Minyak Mentah Dunia nilai t-statistic -0.870460 < critical value -
2.903566. maka variabel Industrial Production Index, Inflasi, BI Rate, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar dapat dikatakan tidak stasioner uji ADF
pada tingkat Level.
83
Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1st difference karena untuk mengetahui
variabel lainnya stasioner atau tidak. Pada tabel berikut merupakan hasil uji
stasioneritas ADF pada tingkat 1st difference.
Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference
Variabel ADF Statistik
ket. t-statistic critical values 5% prob
ROA -9.398586 -2.903566 0.0000 Stasioner
FDR -9.907723 -2.903566 0.0001 Stasioner
BOPO -12.779420 -2.903566 0.0001 Stasioner
Industrial Production Index -7.993599 -2.904848 0.0000 Stasioner
Inflasi -5.446375 -2.903566 0.0000 Stasioner
BI Rate -4.797646 -2.903566 0.0002 Stasioner
IHSG -8.282740 -2.903566 0.0000 Stasioner
Nilai Tukar -8.088535 -2.903566 0.0000 Stasioner
Sumber: output eviews (data diolah)
Asumsi uji ADF jika t-statistic < critical value = tidak stasioner, dan ADF t-
statistic > critical value = stasioner. Dengan keterangan asumsi tersebut, maka dapat
dinyatakan semua variabel penelitian diantaranya ROA, FDR, BOPO, Industrial
Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai
Tukar dapat dinyatakan stasioner pada tingkat 1st difference karena semua nilai t-
statistic > critical value. Maka penelitian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya.
2. Uji Lag Optimal
Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang
optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif tehadap panjangnya
lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui
84
panjangnya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya
maupun variabel endogen lainnya.
Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa criteria
yaitu: Final Prediction Error (FPI) Akaike Information Creterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SC) dan Hanna-Quinn Information Criterion (HQ). hasil uji
panjang lag optimal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal
Lag LR FPE AIC SC HQ
0 NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933
1 738.9524 0.002123* 19.36598 22.32751* 20.53786*
2 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951
3 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350
4 109.8502* 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443
5 78.74440 0.006431 17.70664* 31.32967 23.09731
Pada tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji lag tersebut memberikan rekomendasi lag
yang berbeda-beda. Terlihat bahwa dengan criteria FPE, SC dan HQ kandidat yang
disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda bintang yang paling banyak. Dengan
demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 1.
3. Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang
antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana
semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat satu (1st
85
difference). Apabila ditemukan adanya kointegrasi, makan estimasi VECM
dilakukan. Namun sebaliknya, apabila tidak ditemukan adanya kointegrasi, maka
estimasi VAR in difference yang akan dilakukan.
Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Johansen dengan
membandingkan nilai trace statistic dan nilai Max-Eigen statistic lebih besar dari
nilai kritis 0,05 makan data terkointegrasi dan sebaliknya. Berikut hasil uji
kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen Test.
Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.585726 212.9719 197.3709 0.0066
At most 1 0.442350 151.2861 159.5297 0.1286
At most 2 0.373345 110.4044 125.6154 0.2886
At most 3 0.312884 77.68936 95.75366 0.4449
At most 4 0.235261 51.42173 69.81889 0.5751
At most 5 0.176009 32.64629 47.85613 0.5764
At most 6 0.152867 19.09463 29.79707 0.4861
At most 7 0.083971 7.481780 15.49471 0.5223
At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.585726 61.68588 58.43354 0.0231
At most 1 0.442350 40.88162 52.36261 0.4419
At most 2 0.373345 32.71509 46.23142 0.6103
At most 3 0.312884 26.26763 40.07757 0.6842
86
At most 4 0.235261 18.77543 33.87687 0.8354
At most 5 0.176009 13.55167 27.58434 0.8523
At most 6 0.152867 11.61285 21.13162 0.5862
At most 7 0.083971 6.139517 14.26460 0.5954
At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466
Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan, pada tabel 4.14 dapat
dilihat bahwa nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis yaitu 212.9719
> 197.3709 pada tingkat keyakinan 5% kemudian nilai Max-Eigen statistic juga lebih
besar dari nilai kritis yaitu 61.68588 > 58.43354. Nilai trace statistic dan nilai Max-
Eigen statistic menunjukan adanya 1 rank kointegrasi yang signifikan pada α = 5%
yang ditunjukan oleh tanda asentrik (*). Hal ini mengindikasikan bahwa diantara
pergerakan semuan variabel penelitian memiliki hubungan keseimbangan dalam
jangka panjang. Dengan demikian, analisis selanjutnya dapat dilakukan dengan
menggunakan model VECM.
4. Uji VECM
Setelah melakukan beberapa uji sebelumnya, maka langkah yang dilakukan
selanjutnya adalah estimasi VECM (Vector Error Correction Model). Estimasi
VECM dilakukan karena terdapat kointegrasi pada saat uji kointegrasi dilakukan
untuk melihat analisis jangka panjang dan jangka pendek. Uji VECM dilakukan
dengan Impulse Respose Function (IRF) dan Forecast Error Decompotion Variance
87
(FEDV) atau yang biasa dikenal dengan Variance Decompotion (VD). Maka hasil
yang diperoleh adahal sebagai berikut:
Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA
Variabel Koefisien t-statistik keterangan
Jangka Pendek
CointEq1 0.09126 -2.33660 -
Industrial Production Index (-1) 0.01300 -1.23419 Tidak Signifikan
Inflasi (-1) 0.07012 0.97526 Tidak Signifikan
BI Rate (-1) 0.34180 -1.63701 Tidak Signifikan
IHSG (-1) 0.27569 1.10163 Tidak Signifikan
Nilai Tukar (-1) 0.02784 -0.43271 Tidak Signifikan
Jangka Panjang
Industrial Production Index (-1) -0.13294 -6.53290 Signifikan
Inflasi (-1) -0.28557 -5.35211 Signifikan
BI Rate (-1) 0.71444 5.24122 Signifikan
IHSG (-1) 0.54942 3.28310 Signifikan
Nilai Tukar (-1) -0.07112 -5.27100 Signifikan
Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)
Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh
jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,
BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan pada Industrial
Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki hubungan
negatif dan signifikan tehadap ROA.
Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI
Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan
88
dengan Return on Asset pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan
hubungan yang terlihat positif tetapi tidak signifikan.
Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR
Variabel Koefisien t-statistik keterangan
Jangka Pendek
CointEq1 0.06755 -1.67507 -
Industrial Production Index (-1) 0.12771 -0.06772 Tidak Signifikan
Inflasi (-1) 0.64928 1.72515 Tidak Signifikan
BI Rate (-1) 3.21248 -0.34946 Tidak Signifikan
IHSG (-1) 2.62678 1.45542 Tidak Signifikan
Nilai Tukar (-1) 0.25733 0.00582 Tidak Signifikan
Jangka Panjang
Industrial Production Index (-1) -1.913776 -7.02510 Signifikan
Inflasi (-1) -3.676891 -5.11319 Signifikan
BI Rate (-1) 4.186701 2.27210 Signifikan
IHSG (-1) 8.415306 3.79981 Signifikan
Nilai Tukar (-1) -0.624506 -3.45941 Signifikan
Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)
Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh
jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,
BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan pada
Industrial Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki
hubungan yang negatif dan signifikan tehadap FDR pada Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI
Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan
89
dengan Financing to Deposit Ratio pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, hubungan terlihat positif tetapi tidak signifikan.
Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO
Variabel Koefisien t-statistik keterangan
Jangka Pendek
CointEq1 0.03383 -0.38743 -
Industrial Production Index (-1) 0.15534 -0.84338 Tidak Signifikan
Inflasi (-1) 0.76047 -1.38521 Tidak Signifikan
BI Rate (-1) 3.97082 0.75897 Tidak Signifikan
IHSG (-1) 3.20142 -1.53685 Tidak Signifikan
Nilai Tukar (-1) 0.31146 1.90259 Tidak Signifikan
Jangka Panjang
Industrial Production Index (-1) 4.607623 6.20734 Signifikan
Inflasi (-1) 6.771608 3.44690 Signifikan
BI Rate (-1) -1.837163 -0.36895 Tidak Signifikan
IHSG (-1) -20.86969 -3.45756 Signifikan
Nilai Tukar (-1) 2.367383 4.81255 Signifikan
Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)
Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis hubungan
jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,
Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Sedangkan pada BI Rate dalam jangka panjang memiliki hubungan yang terlihat
negatif dan tidak signifikan tehadap BOPO, adapun untuk variabel Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia.
90
Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI
Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan
dengan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan hubungan yang terlihat positif tetapi tidak
signifikan.
a. Impulse Respose Function (IRF)
Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap
variabel terhadap kejutan dari variabel lainnya. Impulse Respose Function (IRF)
memberikan gambaran bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika
terjadi gangguan pada suatu variabel lainnya. Dengan demikian, lamanya pengaruh
dari gangguan (shock) suatu variabel terhadap variabel lain dampak pengaruhnya
hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat.
Menurut Juanda dan Junaidi1 jika grafik impulse response menunjukan
pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan (convergence) atau kembali
ke keseimbangan sebelumnya, ini berarti respon suatu peubah akibat suatu guncangan
makin lama akan menghilang sehingga guncangan tersebut tidak meninggalkan
pengaruh permanen terhadap peubah tersebut. Berikut hasil analisis impulse response
function (IRF).
1Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu (Bogor: IPB Press. 2012), h. 157
91
Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA)
Response of ROA:
Period ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 0.344874 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.270500 0.060378 0.047893 -0.08488 0.038711 0.002579
3 0.248382 0.097232 0.069753 -0.09489 0.049780 0.019764
4 0.246630 0.076401 0.070964 -0.0865 0.052476 0.018000
5 0.257425 0.064247 0.066818 -0.08578 0.050283 0.015012
6 0.259063 0.067502 0.064601 -0.09015 0.051941 0.014357
7 0.256834 0.070045 0.064256 -0.09194 0.052762 0.014769
8 0.256282 0.070056 0.064036 -0.09185 0.052779 0.014914
9 0.256533 0.069552 0.063731 -0.09169 0.052704 0.014794
10 0.256683 0.069494 0.063560 -0.09177 0.052685 0.014729
Sumber: output eviews 8 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel return on asset (ROA) merespon
shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga akhir periode
atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan oleh variabel
BI Rate adalah negatif permanen atau negatif di awal periode sampai akhir periode.
Grafik 4.1 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production
Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada
diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah
berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis
horizontal yang artinya bahwa variabel-variabel tersebut memberikan dampak
negatif.
92
Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to ROA
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to IPI
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to INFLASI
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to BIRATE
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to IHSG
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Dapat dilihat bahwa respon ROA terhadap guncangan yang diberikan oleh
Industrial production index (IPI), pada periode ke-3 shock yang diberikan adalah
sebesar 0,097232 yang berarti jika terjadi kenaikan pada IPI yang merupakan
93
indikator pengukur produksi output riil meningkat sebesar satu satuan akan
mengakibatkan kenaikan pada return on asset 0,097%. Semakin tinggi IPI maka
semakin tinggi pula ROA, hasil penelitian ini yang menunjukan guncangan pada IPI
yang direspon positif ROA sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia
(2013) yang menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh yang
positif tetapi tidak signifikan dan sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Sara
dan Nadeem (2013) di Pakistan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny (2015) yang
menunjukan bahwa gross domestic product memberikan pengaruh negatif terhadap
ROA. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besarnya output
nasional merupakan tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam
perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan)
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum makin semakin besar
pendapatan suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonomi.
Shock yang diberikan Inflasi terhadap ROA positif sebesar 0,070964 pada
periode ke-4 yang artinya jika terjadi kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan
ROA. Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika inflasi diantisipasi penuh,
maka tingkat suku bunga yang diberlakukan bank akan meningkat untuk meng-cover
risiko inflasi sehingga peningkatan pendapatan lebih cepat dibandingkan dengan
peningkatan biaya, sehingga berdampak positif terhadap kinerja bank khususnya
tingkat profitabilitas. Hasil sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia
94
(2013), Rismon dan Henny (2015) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif
terhadap ROA. Tetapi penelitian yang dilakukan di Pakistan menunjukan hal yang
berbeda Sara dan Nadeem (2013) bahwa inflasi memberikan dampak yang negatif
terhadap ROA.
Sama halnya dengan respon positif yang diberikan IHSG, dimana shock yang
diberikan oleh IHSG pada periode ke-8 sebesar 0.052779 yang artinya kenaikan
IHSG sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan ROA sebesar 0,053%.
Guncangan pada pasar saham dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif,
jika antara kondisi pasar saham yang berkembang dengan kinerja bank saling
melengkapi maka itu dapat memberikan dampak yang positif. hasil sejalan dengan
penelitian Budi (2009) yang menunjukan bahwa korelasi IHSG terhadap kinerja
keuangan pada profitabilitas adalah positif.
Shock variabel nilai tukar yang diberikan adalah sebesar 0,019764 pada periode
ke-3 yang berarti penguatan nilai tukar mata uang domestik akan meningkatkan ROA
sebesar 0,20%. Penelitian ini sejalan dengan teori jika diasumsikan bank mengambil
posisi terbuka disaat bank ada pada posisi membeli, keuntungan akan terjadi bila nilai
mata uang lokal menguat (naik) dan nilai dollar rendah (menurun). Penelitian yang
sudah dilakukan Budi (2009) menunjukan hasil yang serupa bahwa nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS positif.
95
Mengenai guncangan yang respon negatif permanen oleh return on asset
diantaranya BI Rate jika dilihat pada hasil uji IRF periode ke-3 sebesar -0,09489 yang
berarti jika terjadi kenaikan pada BI Rate maka akan menurunkan ROA sebesar
0,095%. Hasil penelitian ini didukung oleh temuan pada penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad (2015) yang menyatakan bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang
negatif terhadap return on asset. Sejalan dengan teori yang ada bahwa tingkat suku
bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi, apakah pemilik
modal akan berinvestasi pada real asset ataukah pada financial asset, tingkat suku
bunga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan
lainnya.
Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR)
Response of FDR:
Period FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 3.243038 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 2.539387 0.472170 0.818657 -0.26578 0.605766 0.113868
3 2.291988 0.405236 0.894259 -0.082 0.524369 0.103223
4 2.417454 0.135607 0.889576 -0.01075 0.434943 0.098601
5 2.502948 0.151385 0.909928 -0.04913 0.498087 0.111405
6 2.479306 0.154493 0.913302 -0.06421 0.527656 0.107313
7 2.482605 0.142943 0.903749 -0.06706 0.522790 0.105616
8 2.487605 0.146526 0.900561 -0.07277 0.525170 0.106094
9 2.485301 0.150022 0.899181 -0.07518 0.527064 0.105784
10 2.484466 0.150192 0.897941 -0.07543 0.526233 0.105534
Sumber: output eviews 8 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Financial to Deposit Ratio (FDR)
merespon shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi,
96
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga
akhir periode atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan
oleh variabel BI Rate adalah negative permanen atau negatif di awal periode sampai
akhir periode.
Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to FDR
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to IPI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to INFLASI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to BIRATE
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to IHSG
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
97
Grafik 4.2 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production
Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada
diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah
berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis
horizontal yang artinya bahwa variabel tersebut memberikan dampak negatif
terhadap financial to deposit ratio.
Mengenai respon FDR terhadap variabel yang memberikan respon positif
permanen diantarnya industrial production index (IPI) adalah positif permanen, pada
period k-2 shock yang diberikan adalah sebesar 0,472170 yang berarti jika terjadi
kenaikan pada IPI yang merupakan indikator pengukur produksi output riil
meningkat mengakibatkan kenaikan pada financial to deposit ratio 0,47%. Semakin
tinggi IPI maka semakin tinggi juga FDR. Begitu juga dengan respon tehadap Inflasi,
shock yang diberikan sebesar 0,913302 pada periode ke-6 yang artinya jika terjadi
kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan FDR.
Sama halnya dengan respon yang diberikan IHSG, dimana shock yang diberikan
oleh IHSG pada periode ke-2 sebesar 0,605766 yang artinya kenaikan IHSG sebesar
satu satuan akan mengakibatkan kenaikan FDR sebesar 0,605%. Shock yang
diberikan variabel nilai tukar adalah sebesar 0,113868 pada periode ke-2 yang berarti
penguatan nilai tukar mata uang domestik sebesar 1% akan meningkatkan FDR
sebesar 0,114%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Rinal
(2006) bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap FDR.
98
Adapun respon financial to deposit ratio terhadap guncangan (shock) BI rate
negative permanen yang mana responnya sebesar -0,265777 pada periode ke-2 yang
artinya jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan maka hal itu akan
menurunkan financial to deposit ratio sebesar 0,265%. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rinal (2006) dan Budi (2009) yang menyatakan
bahwa suku bunga memberikan dampak yang negatif terhadap FDR.
Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO)
Response of BOPO:
Period BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 3.873528 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 1.650935 0.100802 -0.15963 0.153218 -0.14092 0.893808
3 1.778997 0.988736 0.159434 0.041377 -0.10616 0.49176
4 1.673461 0.719445 0.291003 0.502153 -0.25164 0.495022
5 1.680588 0.77332 0.460041 0.640806 -0.35818 0.49161
6 1.684044 0.759233 0.556822 0.750745 -0.39909 0.49689
7 1.702586 0.741957 0.607909 0.810863 -0.42553 0.49676
8 1.712489 0.728307 0.632136 0.839375 -0.43816 0.500537
9 1.719067 0.722414 0.642365 0.849557 -0.44258 0.50244
10 1.722598 0.718682 0.645355 0.852737 -0.44365 0.503507
Sumber: output eviews 8 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) merespon shock yang diberikan variabel Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah negatif diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan
negatif permanen.
99
Jika melihat hasil IRF pada BOPO merespon positif secara permanen yang
artinya dari awal periode hingga akhir periode bernilai positif terhadap guncangan
variabel Industrial Production Index, BI rate dan Nilai Tukar. Adapun untuk variabel
Inflasi hanya pada periode ke-2 yang memberikan guncangan negatif, untuk periode
selanjutnya sampai akhir periode memberikan guncangan yang positif terhadap biaya
operasional pendapatan operasional.
Mengenai respon BOPO terhadap variabel yang memberikan guncangan positif
permanen adalah BI rate, pada akhir periode memberikan respon terhadap BOPO
sebesar 0,852737 berarti jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan
mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional sebesar
0,85%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dadang dkk
(2014) bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang positif terhadap BOPO. Teori
mengatakan jika terjadi inflasi, otoritas moneter akan mengambil kebijakan dengan
memainkan instrument moneter seperti menaikan tingkat suku bunga. Akibatnya
bank konvensional akan menaikan tingkat suku bunga nya sehingga deposan yang
memiliki mindset rational akan menarik dananya dari bank syariah dan
memindahkannya ke bank konvensional, maka hal tersebut dapat meningkatkan
BOPO.
Guncangan variabel nilai tukar di respon positif dan permanen oleh BOPO, pada
akhir periode sebesar 0,503507 yang artinya jika terjadi penguatan nilai tukar rupiah
maka akan mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional
100
sebesar 0,50%. Berbeda dengan IHSG yang memberikan shock pada BOPO dengan
negatif permanen, shock yang diberikan pada akhir periode sebesar -0.443648 berarti
jika terjadi kenaikan pada IHSG sebesar satu satuan maka akan menurunkan BOPO
sebesar 0,44%.
Inflasi memberikan shock yang di respon positif, tetapi pada periode ke-2
guncangan yang terjadi di respon negatif oleh BOPO. Jadi ketika terjadi guncangan
pada inflasi di periode ke-2 sebesar -0.159631 maka akan mengakibatkan penuruan
sebesar 0,16% terhadap BOPO.
Grafik 4.3 menunjukan bahwa variabel Industrial Production Index, BI rate dan
nilai tukar kecenderungan variabel tersebut berada diatas garis horizontal yang
menunjukan bahwa variabel tersebut adalah berdampak positif. Sedangkan untuk
variabel IHSG berada dibawah garis horizontal yang mengindikasikan bahwa variabel
tersebut memberikan dampak yang negatif.
Melihat pada grafik tersebut, beberapa variabel lainnya berada pada posisi yang
fluktuatif. Pada satu periode berada dibawah garis horizontal sedangkan periode
lainnya ada diatas garis horizontal seperti yang terjadi pada inflasi.
101
Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to BOPO
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to IPI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to INFLASI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to BIRATE
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to IHSG
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
b. Variance Decompotion (VD)
Analisis Variance Decompotion (VD) atau analisis dekompsisi bermanfaat untuk
menjelaskan kontribusi dari masing-masing variabel terhadap guncangan yang
102
ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. Analisis ini
digunakan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi varians setiap variabel
berpengaruh tehadap variabel lainnya pada saat ini dan periode kedepannya.
Berikut ini hasil analisis Variance Decompotion untuk melihat pengaruh variabel
makroekonomi yaitu industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga saham
gabungan dan nilai tukar terhadap kinerja keuangan perbankan yang dilihat dari rasio
return on asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan
operasional.
Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA)
Variance Decomposition of ROA:
Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192
3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383
4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000
5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227
6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183
7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708
8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579
9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992
10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525
Sumber: output eviews 8
Tabel 4.21 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama return
on asset dipengaruhi oleh return on asset itu sendiri. Namun seiring bertambahnya
periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi ROA walaupun besarnya tidak
sebesar pengaruh return on asset itu sendiri.
103
BI rate memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel ROA, dimana awal
periode pengaruhnya sebesar 3,45 persen dan terus meningkat sampai akhir periode
pengaruhnya sebesar 7,96 persen terhadap pertumbuhan return on asset. Pengaruh
yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap ROA sebesar 0,22
persen di akhir periode, adapaun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance
decompotion mengenai variabel industrial production index berada diurutan ke-3
pengaruhnya terhadap return on asset sebesar 5,14 persen pada akhir periode.
Selanjutnya untuk pengaruh inflasi berada pada urutan ke-4 terhadap return on asset,
adapun variabel indeks harga saham gabungan memberikan pengaruh sebesar 2,52
persen dengan nilai tersebut pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap return on asset.
Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio
(FDR)
Variance Decomposition of FDR:
Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 3.243038 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 4.280487 92.59504 1.216774 3.657778 0.385521 2.002734 0.070764
3 4.987617 89.31785 1.556342 5.908820 0.310981 2.580426 0.094953
4 5.633147 88.43682 1.278032 7.125988 0.244156 2.619064 0.105076
5 6.253898 87.76974 1.095509 7.898530 0.204265 2.759262 0.116984
6 6.812580 87.20900 0.974624 8.453408 0.181020 2.925158 0.123397
7 7.328131 86.84694 0.880363 8.826745 0.164820 3.036995 0.127417
8 7.811217 86.57903 0.810025 9.097918 0.153744 3.124990 0.130592
9 8.265482 86.36501 0.756379 9.308840 0.145583 3.197556 0.133012
10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907
Sumber: output eviews 8
Tabel 4.22 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama
financial to deposit ratio dipengaruhi oleh financial to deposit ratio itu sendiri.
104
Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi
FDR walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh financial to deposit ratio tersebut.
Inflasi memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel FDR, dimana awal
periode pengaruhnya sebesar 3,66 persen dan terus meningkat sampai akhir periode
pengaruhnya sebesar 9,47 persen terhadap pertumbuhan financial to deposit ratio.
Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap FDR sebesar
0,07 persen, adapun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion
mengenai variabel indeks harga saham gabungan berada diurutan ke-3 pengaruhnya
terhadap financial to deposit ratio sebesar 3,25 persen pada akhir periode.
Selanjutnya untuk pengaruh industrial production index berada pada urutan ke-4
terhadap financial to deposit ratio yang mana pada awal periode memberikan
pengaruh sebesar 0,71 persen. Adapun variabel BI rate ada pada urutan ke-5 yang
memberikan pengaruh sebesar 0,13 persen diakir periode terhadap FDR.
Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO)
Variance Decomposition of BOPO:
Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267
3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564
4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942
5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436
6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349
7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142
8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391
9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820
105
10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301
Sumber: output eviews 8
Tabel 4.23 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama biaya
operasional pendapatan operasional dipengaruhi oleh biaya operasional pendapatan
operasional itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain
mulai mempengaruhi BOPO walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh biaya
operasional pendapatan operasional tersebut.
Nilai tukar memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel BOPO, dimana
awal periode pengaruhnya sebesar 3,05 persen dan meningkat sampai akhir periode
pengaruhnya sebesar 3,70 persen terhadap pertumbuhan biaya operasioanal
pendapatan operasional. Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel indeks
harga saham gabungan yang nilainya hanya sebesar 0,40 persen pengaruhnya
terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO), adapun untuk variabel
lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion diantaranya variabel inflasi berada
diurutan ke-3 pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional
sebesar 2,45 persen pada akhir periode. Selanjutnya untuk pengaruh BI rate berada
pada urutan ke-4 terhadap biaya operasional pendapatan operasional dimana
pengaruhnya sebesar 1,60 persen, adapun variabel IPI memberikan pengaruh yang
rendah terhadap BOPO dengan ada pada urutan ke-5 sebesar 0,64 persen
pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO).
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan meneliti pengaruh
guncangan makroekonomi terhadap kinerja keuangan yang dilihat dari return on
asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan operasional untuk
jangka pendek dan jangka panjang. Dengan menggunakan data time series dengan
model vector error correction model (VECM) pada software eviews 8 maka
didapatkan kesimpulan hasil penelitian ini, yakni:
1. Pengaruh jangka pendek kondisi makroekonomi (Industrial Production Index,
inflasi, BI rate, Indeks Harga Saham Gabunga dan nilai tukar) terhadap kinerja
keuangan yang melihat pada rasio profitabilitas (Return on Asset), likuiditas
(Financial to Deposit Ratio) dan efisiensi (Biaya Operasional Pendapatan
Operasional) bersama-sama menunjukan hubungan yang positif tetapi tidak
signifikan.
2. Pengaruh jangka panjang yang menggambarkan kondisi makroekonomi terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia secara umum menunjukan
hubungan yang siginfikan. Adapun yang memberikan pengaruh positif adalah BI
107
Rate dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap rasio profitabilitas dan
likuiditas, variabel industrial production index, inflasi dan nilai tukar memberikan
107
pengaruh positif terhadap rasio efisiensi, variabel harga minyak mentah dunia
yang berpengaruh positif terhadap rasio profitabilitas. Kemudian jika melihat
hubungan negatif dan signifikan ditunjukan oleh variabel industrial production
index, inflasi dan nilai tukar terhadap rasio profitabilitas (ROA) dan likuiditas
(FDR) , variabel BI Rate dan IHSG terhadap rasio efisiensi (BOPO).
3. Pada hasil impulse response function, secara umum guncangan (shock) dari
kondisi makroekonomi direspon oleh kinerja keuangan perbankan syariah yang
dilihat dari rasio profitabilitas (ROA), likuiditas (FDR) dan efisiensi (BOPO) di
Indonesia baik secara positif maupun negatif dengan lamanya shock yang
diberikan permanen ataupun tidak permanen. Adapun dari hasil variance
decompotion pada forecast yang dilakukan, indikator kinerja keuangan perbankan
syariah tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, kemungkinan
variabel lain yang di luar makroekonomi yang lebih berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini dan pembahasan di atas, maka penulis menyarankan
beberapa hal berikut:
108
1. Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia agar dapat terus
menganalisis kinerja keuangan setiap periode dengan mengamati perkembangan
kondisi perekonomian nasional dan internasional. Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syaiah di Indonesia terus mengingkatkan kinerja keuangan dalam beberapa
hal diantaranya tingkat profitabilitas, menjalankan tugas sebagai media
intermediasi yang lebih baik lagi dalam penyaluran dana nya, meningkatkan
tingkat efisiensi bank dan memperhatikan pergerakan kondisi makroekonomi
pada saat membuat pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta
perencanaan dimasa yang akan datang agar siap menghadapi resiko yang
ditimbulkan dari guncangan kondisi makroekonomi di Indonesia maupun
internasional.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan
menambah periode penelitian dan menambahkan variabel internal yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia, memperbanyak
jumlah sampel dengan menambahkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau
melakukan studi komparasi dengan Perbankan Syariah di Negara lain.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Rahmat. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas
pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”. Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015.
Ajija, Shochrul R dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
2010.
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Antonio, Syafii. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.
2001.
Anugrah, Rinal Satria. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank
Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor. 2006.
Ariefianto, Moch. Deddy. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan
Eviews. Jakarta: Erlangga, 2012.
Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003.
Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance
in Indonesia”. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor
4, (April 2015). Hlm. 398.
Bank Indonesia. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank
Indonesia (BI), 2002.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan.
Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
2005.
Dang, Uyen. “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of
Arcada University of Applied Sciences”. International Bussiness.
Darmadi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.
Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. Laporan Profil
Industri Perbankan. 2015. Otoritas Jasa Keuangan. Tahun 2015.
110
Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Booklet Perbankan Indonesia 2016.
Otoritas Jasa Keuangan, 2016.
Djohanputro, Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Jakarta: Penerbit PPM,
2006.
Dwijayanti, Febrina dan Naomi. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar
Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal
Karisma, Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009.
Efendi, Sofyan dan Tukiran. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ED. 2012.
Fadila, Jauhari Dwi Putra dkk. “Analisis Pergerakan Harga Internasional Minyak
Bumi, CPO dan Kedelai dengan pendekatan VECM”. Proshiding PE 2014.
Perdagangan, integrasi ekonomi, supply chain management, penyuluhan,
komunikasi, transfer teknologi dan bioteknologi, 2014. hlm. 4.
Fatmawati, Sri Wulan. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks
Harga Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index
(JII)”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
2013.
Gujarati, Damodar N. Basic Econometric’s 4th
Edition. New York: Mgraw-Hill,
2003.
Hamdi, Rismon dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank
terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Manajemen Trisakti (e-Journal) Volume 2 Nomor 1 (Februari 2015).
ISSN: 2339-0824, h. 15 – 32.
Hanafi, Mahmud M. dkk. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2007.
Haningsih, Luna. “Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat”. Pusat Pengembangan
Bahan Ajar-UMB, Modul 11.
Hapsari, Tiara Kusuma. “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan
Rasio Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing
di BEI 2005 – 2009)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang, 2011.
Hong , Shiew Chung dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal
GDP and Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in
111
Malaysia”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 11 No.
1. (Jan – March). 2015. hlm. 158 – 180
Idrus, Muhammad. Metode Peneitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2010.
Indahsari, Silvya Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.)”.
Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2015.
Indahsari, Sylvia Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi
profitabilitas Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.)”.
Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya. 2015.
Juanda, Bambang dan Junaidi. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB
Press, 2012.
Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga,
2003.
Kusmana, Dea Rizki. “Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar Industri
Perbankan Indonesia yang Oligopoli”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013.
Laporan Perekonomian Indonesia, 2015. Bersinergi Mengawal Stabilitas,
Mewujudkan Refrormasi Struktural. ISSN 0522-2572. Bank Indonesia.
Lubis, Suwardi K. dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
2014.
Mahdiyah. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio
Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 2009-
2013”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2015.
Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2014.
Muljawan, Dadang dkk. “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta
Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”. Working Paper Bank
Indonesia, Desember 2014.
Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat, 2001.
112
Ongore, V.O. “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance:
An Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. Africal Journal of
Bussines Manajement, 2011.
Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Maret 2016.
Perbankan Syariah, Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. Diakses: 13/06/2016
pada pukul 10:06 WIB.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx
Prakoso, Andrian Tony. “Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 2009.
Priyanto, Dwi. Paham Analisis Statistik data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom, 2010.
Putong, Iskandar. “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A-
SWOT-TSI)”. Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis vol. 8 no. 2, hlm. 65 – 72.
Rochaeti, Ely Ratih dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007.
Rochaeti, Ety Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media,
2009.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2014.
Santosa, Budi. “Hubungan Variabel Makro Ekonomi terhadap Kinerja Keuangan
pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. Skripsi
Fakultas Syariah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Sanwari, Suria Rismawati dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and
Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic
Finance, Vol. 5, Issue 2, 2013, h. 83 – 98.
Wuryandani dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan. Januari 2014. Vol. 16 No. 3, hlm. 248 – 276.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Lencana Prenada
Media Group, 2012.
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik
Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007.
113
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1998.
Sumitro, Warkum. Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait
(BMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996.
Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Corporation (OEDC) Indonesia,
Maret 2015.
Syafrida, Ida dan Ahmad Abror. “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 10 No. 1, Juni 2011, hlm. 25 – 33.
Syahfitri, Ika. “Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005.
Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.
Jakarta: Erlangga, 2006.
W.S, Kartika dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi.
Volume 3, Nomor 2, (Juli, Tahun 2006), hlm. 46 - 58
Widarjono, Agus. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Jogjakarta: Ekonisia
Fakultas Ekonomi UII, 2009.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bps.go.id
www.worldbank.org
Yuhanah, Siti. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan
Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015. Skripsi. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
Zuhri, Muh. Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1996.
114
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
DATA MAKROEKONOMI
Year Month
IPI
(%)
Inflasi
(%)
BI Rate
(%)
IHSG
(billion
of Rp)
Indeks
Kurs
(%)
X1 X2 X3 X4 X5
2010
Jan 96.59 3.72 6.50 2.61 95.57
Feb 97.28 3.81 6.50 2.55 95.88
Mar 101.37 3.43 6.50 2.97 98.19
Apr 101.44 3.91 6.50 2.80 99.31
May 100.90 4.16 6.50 2.91 97.49
Jun 104.72 5.05 6.50 3.07 98.54
Jul 100.93 6.22 6.50 3.07 99.98
Aug 101.12 6.44 6.50 3.08 98.99
Sep 92.32 5.80 6.50 3.50 100.29
Oct 100.77 5.67 6.50 3.64 100.25
Nov 101.72 6.33 6.50 3.53 99.3
Dec 100.83 6.96 6.50 3.70 99.54
115
2011
Jan 101.66 7.02 6.5 3.41 98.82
Feb 98.06 6.84 6.75 3.47 101.44
Mar 105.86 6.65 6.75 3.68 102.77
Apr 102.19 6.16 6.75 3.82 104.39
May 105.63 5.98 6.75 3.84 104.84
Jun 107.23 5.54 6.75 3.89 104.11
Jul 109.45 4.61 6.75 4.13 105.2
Aug 103.1 4.79 6.75 3.84 104.34
Sep 104.12 4.61 6.75 3.55 101.44
Oct 107.59 4.42 6.5 3.79 101.3
Nov 101.35 4.15 6 3.72 97.6
Dec 102.89 3.79 6 3.82 98.7
2012
Jan 102.76 3.65 6 3.94 99.44
Feb 105.63 3.56 5.75 3.99 98.51
Mar 102.46 3.97 5.75 4.12 97.49
Apr 103.38 4.5 5.75 4.18 97.39
May 108.31 4.45 5.75 3.83 93.57
Jun 109.79 4.53 5.75 3.96 94.41
Jul 111.41 4.56 5.75 4.14 94.36
Aug 100.78 4.58 5.75 4.06 93.62
Sep 109.61 4.31 5.75 4.26 93.35
Oct 118.17 4.61 5.75 4.35 93.08
Nov 114.13 4.32 5.75 4.28 93.18
Dec 114.12 4.3 5.75 4.32 92.55
2013
Jan 113.91 4.57 5.75 4.45 92.29
Feb 112.31 5.31 5.75 4.8 92.58
Mar 112.58 5.9 5.75 4.94 92.09
Apr 114.12 5.57 5.75 5.03 92.06
May 115.78 5.47 5.75 5.07 91.31
Jun 113.34 5.9 6 4.82 90.14
Jul 115.28 8.61 6.5 4.61 87.08
Aug 113.37 8.79 7 4.2 81.93
Sep 116.36 8.4 7.25 4.32 77.07
Oct 118.05 8.32 7.25 4.51 79.67
Nov 116.2 8.37 7.25 4.26 74.73
Dec 117.36 8.38 7.5 4.27 73.43
2014
Jan 117.32 8.22 7.5 4.42 73.2
Feb 116.6 7.75 7.5 4.62 76.93
Mar 116.8 7.32 7.5 4.77 78.48
Apr 117.25 7.25 7.5 4.84 77.61
116
May 120.16 7.32 7.5 4.89 77.08
Jun 120.22 6.7 7.5 4.88 74.78
Jul 117.05 4.53 7.5 5.09 77.22
Aug 120.13 3.99 7.5 5.14 76.38
Sep 127.74 4.53 7.5 5.14 73.29
Oct 124.37 4.83 7.5 5.09 74.08
Nov 121.73 6.23 7.75 5.15 73.38
Dec 124.94 8.36 7.75 5.23 71.95
2015
Jan 123.33 6.96 7.5 5.29 70.89
Feb 119.67 6.29 7.5 5.45 69.58
Mar 125.46 6.38 7.5 5.52 68.4
Apr 127.11 6.79 7.5 5.09 69.18
May 123.03 7.15 7.5 5.22 67.75
Jun 126.26 7.26 7.5 4.91 67.13
Jul 122.21 7.26 7.5 4.8 66.39
Aug 127.01 7.18 7.5 4.51 63.81
Sep 130.31 6.83 7.5 4.22 61.06
Oct 131.09 6.25 7.5 4.46 65.62
Nov 128.64 4.89 7.5 4.45 64.67
Dec 126.22 3.35 7.5 4.59 64.88
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
LAPORAN KEUANGAN INDUSTRI PERBANKAN (BUS DAN UUS)
Year Month
Return on Asset
(%)
Financial to
Deposit Ratio
(%)
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional (%)
Y1 Y2 Y3
2010
Jan 1.65 88.67 84.87
Feb 1.76 90.96 79.73
Mar 2.13 95.07 76.27
Apr 2.06 95.57 77.15
May 1.25 96.65 85.79
Jun 1.66 96.08 79.99
117
Jul 1.67 95.32 79.77
Aug 1.63 98.86 80.36
Sep 1.77 95.4 79.1
Oct 1.79 94.76 78.94
Nov 1.83 95.45 77.7
Dec 1.67 89.67 80.54
2011
Jan 2.26 91.97 75.75
Feb 1.81 95.16 79.56
Mar 1.97 93.22 77.63
Apr 1.9 95.17 78.78
May 1.84 94.88 79.05
Jun 1.84 94.93 78.13
Jul 1.86 94.18 77.13
Aug 1.81 98.39 77.65
Sep 1.8 94.97 77.54
Oct 1.75 95.24 78.03
Nov 1.78 94.4 77.92
Dec 1.79 88.94 78.41
2012
Jan 1.36 87.27 86.22
Feb 1.79 90.49 78.39
Mar 1.83 87.13 77.77
Apr 1.79 95.39 77.77
May 1.99 97.95 76.24
Jun 2.05 98.59 75.74
Jul 2.05 99.91 75.87
Aug 2.04 101.03 75.89
Sep 2.07 102.1 75.44
Oct 2.11 100.84 75.04
Nov 2.09 101.19 75.29
118
Dec 2.14 100 74.75
2013
Jan 2.52 100.63 70.43
Feb 2.29 102.17 72.06
Mar 2.39 102.62 72.95
Apr 2.29 103.08 73.95
May 2.07 102.08 76.87
Jun 2.1 104.43 76.18
Jul 2.02 104.83 76.13
Aug 2.01 102.53 77.87
Sep 2.04 103.27 77.98
Oct 1.94 103.03 79.06
Nov 1.96 102.58 78.59
Dec 2 100.32 78.21
2014
Jan 0.08 100.07 80.05
Feb 0.13 102.03 83.77
Mar 1.16 102.22 91.9
Apr 1.09 95.5 84.5
May 1.13 99.43 76.49
Jun 1.12 100.8 71.76
Jul 1.05 99.89 79.8
Aug 0.93 98.99 81.2
Sep 0.97 99.71 82.39
Oct 0.92 98.99 75.61
Nov 0.87 94.62 93.5
Dec 0.8 91.5 79.28
2015
Jan 1.93 110.4 82.51
Feb 1.94 109.73 82.28
Mar 2.39 111.72 78.76
119
Apr 2.42 109.5 79.97
May 2.4 109.63 79.79
Jun 2 109.25 82.06
Jul 2.05 110.02 81.43
Aug 2.14 109.25 80.37
Sep 2.15 107.71 80.06
Oct 2.22 107.01 79.96
Nov 2.15 108.92 79.99
Dec 1.81 104.88 83.41
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
LAMPIRAN 3
UJI STASIONER
TINGKAT LEVEL
Null Hypothesis: INDUSTRIALPRODUCTIONINDX has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.564950 0.8708
Test critical values: 1% level -3.528515 5% level -2.904198 10% level -2.589562
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.802051 0.0631
Test critical values: 1% level -3.527045 5% level -2.903566 10% level -2.589227
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
t-Statistic Prob.*
120
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.168273 0.6837
Test critical values: 1% level -3.527045 5% level -2.903566 10% level -2.589227
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: IHSG has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.271200 0.1840
Test critical values: 1% level -3.525618 5% level -2.902953 10% level -2.588902
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: NILAITUKAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.467618 0.9844
Test critical values: 1% level -3.525618 5% level -2.902953 10% level -2.588902
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.192560 0.0245
Test critical values: 1% level -3.525618
5% level -2.902953
10% level -2.588902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.665924 0.0851
Test critical values: 1% level -3.525618
5% level -2.902953
10% level -2.588902
121
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BOPO has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.586259 0.0000
Test critical values: 1% level -3.525618
5% level -2.902953
10% level -2.588902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
TINGKAT 1ST
DIFFERENCE
Null Hypothesis: D(INDUSTRIALPRODUCTIONINDX) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.993599 0.0000
Test critical values: 1% level -3.530030
5% level -2.904848
10% level -2.589907 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.446375 0.0000
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(BIRATE) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.*
122
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.797646 0.0002
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.282740 0.0000
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NILAITUKAR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.088535 0.0000
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.398586 0.0000
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.*
123
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.907723 0.0001
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.77942 0.0001
Test critical values: 1% level -3.527045
5% level -2.903566
10% level -2.589227
124
LAMPIRAN 4 UJI LAG OPTIMAL
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG BOPO BIRATE INDUSTRIALPRODUCTIONINDX NILAITUKAR INFLASI ROA FDR
Exogenous variables: C
Date: 08/10/16 Time: 12:47
Sample: 2010M01 2015M12
Included observations: 67
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -993.0569 NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933
1 -558.7603 738.9524 0.002123* 19.36598 22.32751* 20.53786*
2 -484.6930 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951
3 -427.4546 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350
4 -304.7886 109.8502* 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443
5 -179.1725 78.74440 0.006431 17.70664* 31.32967 23.09731
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
125
LAMPIRAN 5
UJI KOINTEGRASI
Date: 08/18/16 Time: 23:55
Sample (adjusted): 2010M03 2015M12
Included observations: 70 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BIRATE HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG INDUSTRIALPRODUCTIONINDX INFLASI, NILAI TUKAR BOPO ROA FDR
Lags interval (in first differences): 1 to 1
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.585726 212.9719 197.3709 0.0066
At most 1 0.442350 151.2861 159.5297 0.1286
At most 2 0.373345 110.4044 125.6154 0.2886
At most 3 0.312884 77.68936 95.75366 0.4449
At most 4 0.235261 51.42173 69.81889 0.5751
At most 5 0.176009 32.64629 47.85613 0.5764
At most 6 0.152867 19.09463 29.79707 0.4861
At most 7 0.083971 7.481780 15.49471 0.5223
At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.585726 61.68588 58.43354 0.0231
At most 1 0.442350 40.88162 52.36261 0.4419
At most 2 0.373345 32.71509 46.23142 0.6103
At most 3 0.312884 26.26763 40.07757 0.6842
At most 4 0.235261 18.77543 33.87687 0.8354
At most 5 0.176009 13.55167 27.58434 0.8523
At most 6 0.152867 11.61285 21.13162 0.5862
At most 7 0.083971 6.139517 14.26460 0.5954
At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
126
LAMPIRAN 7
UJI ESTIMASI VECM
ROA
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/19/16 Time: 00:58
Sample (adjusted): 2010M03 2015M12
Included observations: 70 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 ROA(-1) 1.000000
BIRATE(-1) 0.714440
(0.13631)
[ 5.24122]
INDUSTRIALPRODUCTIO
NINDX(-1) -0.132944
(0.02035)
[-6.53290]
INFLASI(-1) -0.285567
(0.05336)
[-5.35211]
127
NILAITUKAR(-1) -0.071124
(0.01349)
[-5.27100]
IHSG(-1) 0.549415
(0.16735)
[ 3.28310]
C 8.241939
Error Correction: D(ROA) D(BIRATE)
D(HARGAMINYAKMENTAHDU
NIA)
D(INDUSTRIALPRODUCTIONI
NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) CointEq1 -0.213238 -0.016798 -0.084326 4.420606 0.409496 -0.541881 -0.050020
(0.09126) (0.03054) (0.04867) (0.76688) (0.17841) (0.48017) (0.05070)
[-2.33660] [-0.55009] [-1.73258] [ 5.76439] [ 2.29525] [-1.12852] [-0.98662]
D(ROA(-1)) -0.062746 0.062938 0.056042 -2.446640 0.008900 -0.634424 -0.010561
(0.12428) (0.04158) (0.06628) (1.04435) (0.24296) (0.65390) (0.06904)
[-0.50488] [ 1.51351] [ 0.84553] [-2.34274] [ 0.03663] [-0.97021] [-0.15297]
D(BIRATE(-1)) -0.559533 0.469163 0.056775 5.372200 0.457199 -2.133776 -0.050593
(0.34180) (0.11437) (0.18229) (2.87226) (0.66822) (1.79842) (0.18988)
[-1.63701] [ 4.10220] [ 0.31146] [ 1.87037] [ 0.68421] [-1.18647] [-0.26644]
D(INDUSTRIALPRODUCTI
ONINDX(-1)) -0.016050 -0.006535 0.002841 -0.188464 0.004970 0.061494 -0.007189
(0.01300) (0.00435) (0.00694) (0.10928) (0.02542) (0.06842) (0.00722)
[-1.23419] [-1.50190] [ 0.40967] [-1.72459] [ 0.19549] [ 0.89872] [-0.99503]
D(INFLASI(-1)) 0.068387 -6.96E-05 -0.038231 0.249247 0.463425 -0.715595 -0.071018
(0.07012) (0.02346) (0.03740) (0.58925) (0.13709) (0.36895) (0.03896)
[ 0.97526] [-0.00297] [-1.02230] [ 0.42299] [ 3.38052] [-1.93953] [-1.82307]
D(NILAITUKAR(-1)) -0.012045 -0.001954 -0.003768 0.030629 0.056022 -0.152569 -0.011312
(0.02784) (0.00931) (0.01485) (0.23391) (0.05442) (0.14646) (0.01546)
128
[-0.43271] [-0.20978] [-0.25379] [ 0.13094] [ 1.02947] [-1.04170] [-0.73151]
D(IHSG(-1)) 0.303707 -0.149288 0.119064 0.439685 -0.035828 1.509431 0.006072
(0.27569) (0.09225) (0.14703) (2.31669) (0.53897) (1.45056) (0.15315)
[ 1.10163] [-1.61835] [ 0.80979] [ 0.18979] [-0.06647] [ 1.04059] [ 0.03965]
C 0.002334 0.013039 -0.018485 0.374568 -0.003040 -0.515073 0.029865
(0.04499) (0.01505) (0.02399) (0.37804) (0.08795) (0.23670) (0.02499)
[ 0.05188] [ 0.86622] [-0.77046] [ 0.99081] [-0.03457] [-2.17602] [ 1.19500] R-squared 0.182810 0.342651 0.189433 0.493032 0.213840 0.163583 0.082771
Adj. R-squared 0.075637 0.256441 0.083129 0.426544 0.110737 0.053889 -0.037522
Sum sq. resids 7.255231 0.812296 2.063622 512.3276 27.72894 200.8547 2.239093
S.E. equation 0.344874 0.115396 0.183929 2.898070 0.674220 1.814580 0.191589
F-statistic 1.705752 3.974619 1.781992 7.415397 2.074047 1.491265 0.688080
Log likelihood -19.98866 56.64781 24.01544 -168.9921 -66.91504 -136.2187 21.15916
Akaike AIC 0.828247 -1.361366 -0.429013 5.085489 2.169001 4.149107 -0.347405
Schwarz SC 1.117340 -1.072274 -0.139920 5.374581 2.458093 4.438199 -0.058312
Mean dependent 0.000714 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143
S.D. dependent 0.358707 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093 Determinant resid covariance (dof adj.) 8.59E-06
Determinant resid covariance 3.28E-06
Log likelihood -253.2928
Akaike information criterion 9.236937
Schwarz criterion 11.48543
FDR
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/19/16 Time: 01:00
Sample (adjusted): 2010M03 2015M12
Included observations: 70 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
129
Cointegrating Eq: CointEq1 FDR(-1) 1.000000
BIRATE(-1) 4.186701
(1.84265)
[ 2.27210]
INDUSTRIALPRODUCTIO
NINDX(-1) -1.913776
(0.27242)
[-7.02510]
INFLASI(-1) -3.676891
(0.71910)
[-5.11319]
NILAITUKAR(-1) -0.624506
(0.18052)
[-3.45941]
IHSG(-1) 8.415306
(2.21466)
[ 3.79981]
C 99.79430
Error Correction: D(FDR) D(BIRATE)
D(HARGAMINYAKMENTAHDU
NIA)
D(INDUSTRIALPRODUCTIONI
NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) CointEq1 -0.113143 0.000741 -0.004347 0.351530 0.047982 -0.039318 -0.003467
(0.06755) (0.00239) (0.00388) (0.05940) (0.01334) (0.03820) (0.00399)
[-1.67507] [ 0.30974] [-1.12082] [ 5.91804] [ 3.59746] [-1.02940] [-0.86790]
D(FDR(-1)) -0.082999 0.006957 0.005738 -0.287678 -0.025286 -0.041072 -0.002604
130
(0.12576) (0.00446) (0.00722) (0.11060) (0.02483) (0.07112) (0.00744)
[-0.65997] [ 1.56157] [ 0.79465] [-2.60117] [-1.01822] [-0.57754] [-0.35011]
D(BIRATE(-1)) -1.122618 0.472104 0.029049 7.104060 0.579615 -2.267076 -0.077108
(3.21248) (0.11380) (0.18446) (2.82507) (0.63435) (1.81659) (0.18997)
[-0.34946] [ 4.14839] [ 0.15748] [ 2.51465] [ 0.91371] [-1.24798] [-0.40590]
D(INDUSTRIALPRODUCTI
ONINDX(-1)) -0.008648 -0.004097 0.003795 -0.124850 0.026963 0.042953 -0.008166
(0.12771) (0.00452) (0.00733) (0.11231) (0.02522) (0.07222) (0.00755)
[-0.06772] [-0.90551] [ 0.51752] [-1.11167] [ 1.06921] [ 0.59478] [-1.08137]
D(INFLASI(-1)) 1.120111 0.009447 -0.025126 -0.107757 0.463915 -0.683289 -0.068664
(0.64928) (0.02300) (0.03728) (0.57098) (0.12821) (0.36716) (0.03839)
[ 1.72515] [ 0.41070] [-0.67395] [-0.18872] [ 3.61838] [-1.86103] [-1.78838]
D(NILAITUKAR(-1)) 0.001497 7.76E-05 -8.39E-05 -0.084297 0.056103 -0.141789 -0.009943
(0.25733) (0.00912) (0.01478) (0.22630) (0.05081) (0.14551) (0.01522)
[ 0.00582] [ 0.00852] [-0.00568] [-0.37251] [ 1.10410] [-0.97440] [-0.65339]
D(IHSG(-1)) 3.823081 -0.161380 0.120815 -0.678282 -0.298644 1.661765 0.012252
(2.62678) (0.09306) (0.15083) (2.31001) (0.51870) (1.48539) (0.15533)
[ 1.45542] [-1.73424] [ 0.80101] [-0.29363] [-0.57576] [ 1.11874] [ 0.07888]
C 0.136047 0.011343 -0.018823 0.387324 0.000432 -0.500826 0.031457
(0.42543) (0.01507) (0.02443) (0.37412) (0.08401) (0.24057) (0.02516)
[ 0.31979] [ 0.75263] [-0.77054] [ 1.03528] [ 0.00514] [-2.08182] [ 1.25043] R-squared 0.172785 0.348447 0.169176 0.509041 0.290759 0.145705 0.081007
Adj. R-squared 0.064298 0.262997 0.060216 0.444653 0.197744 0.033666 -0.039517
Sum sq. resids 641.5552 0.805134 2.115193 496.1491 25.01590 205.1480 2.243399
S.E. equation 3.243038 0.114887 0.186213 2.851945 0.640388 1.833871 0.191773
F-statistic 1.592678 4.077804 1.552636 7.905835 3.125931 1.300484 0.672124
Log likelihood -176.8647 56.95778 23.15152 -167.8690 -63.31127 -136.9590 21.09192
Akaike AIC 5.310420 -1.370222 -0.404329 5.053401 2.066036 4.170256 -0.345483
Schwarz SC 5.599512 -1.081130 -0.115237 5.342493 2.355129 4.459348 -0.056391
131
Mean dependent 0.198857 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143
S.D. dependent 3.352612 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093 Determinant resid covariance (dof adj.) 0.000716
Determinant resid covariance 0.000273
Log likelihood -408.1023
Akaike information criterion 13.66007
Schwarz criterion 15.90856
BOPO
Vector Error Correction Estimates
Date: 08/19/16 Time: 01:01
Sample (adjusted): 2010M03 2015M12
Included observations: 70 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
BOPO(-1) 1.000000
BIRATE(-1) -1.837163
(4.97940)
[-0.36895]
INDUSTRIALPRODUCTIO
NINDX(-1) 4.607623
(0.74229)
[ 6.20734]
INFLASI(-1) 6.771608
(1.96455)
132
[ 3.44690]
NILAITUKAR(-1) 2.367383
(0.49192)
[ 4.81255]
IHSG(-1) -20.86969
(6.03595)
[-3.45756]
C -710.7641
Error Correction: D(BOPO) D(BIRATE)
D(HARGAMINYAKMENTAHDU
NIA)
D(INDUSTRIALPRODUCTIONI
NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG)
CointEq1 -0.013107 -0.000362 0.001429 -0.137005 -0.014775 0.001874 -0.000605
(0.03383) (0.00101) (0.00164) (0.02618) (0.00561) (0.01618) (0.00169)
[-0.38743] [-0.35685] [ 0.87283] [-5.23301] [-2.63402] [ 0.11578] [-0.35912]
D(BOPO(-1)) -0.493001 -0.004061 -0.000993 0.073514 0.049738 -0.037010 -0.002243
(0.11843) (0.00355) (0.00573) (0.09165) (0.01964) (0.05666) (0.00590)
[-4.16286] [-1.14360] [-0.17324] [ 0.80213] [ 2.53301] [-0.65324] [-0.38027]
D(BIRATE(-1)) 3.013741 0.483996 0.004349 8.802505 0.322268 -1.655326 -0.023325
(3.97082) (0.11907) (0.19213) (3.07293) (0.65837) (1.89961) (0.19781)
[ 0.75897] [ 4.06494] [ 0.02263] [ 2.86453] [ 0.48949] [-0.87140] [-0.11792]
D(INDUSTRIALPRODUCTI
ONINDX(-1)) -0.131007 -0.005414 0.004239 -0.128665 0.028410 0.065751 -0.004425
(0.15534) (0.00466) (0.00752) (0.12021) (0.02575) (0.07431) (0.00774)
[-0.84338] [-1.16235] [ 0.56406] [-1.07033] [ 1.10308] [ 0.88480] [-0.57188]
D(INFLASI(-1)) -1.053411 -0.002837 -0.021746 -0.491645 0.445031 -0.594124 -0.058845
133
(0.76047) (0.02280) (0.03680) (0.58851) (0.12609) (0.36380) (0.03788)
[-1.38521] [-0.12440] [-0.59099] [-0.83540] [ 3.52953] [-1.63309] [-1.55332]
D(NILAITUKAR(-1)) 0.592591 0.001111 -0.000134 -0.036696 0.046915 -0.114169 -0.006166
(0.31146) (0.00934) (0.01507) (0.24104) (0.05164) (0.14900) (0.01552)
[ 1.90259] [ 0.11896] [-0.00890] [-0.15224] [ 0.90848] [-0.76622] [-0.39737]
D(IHSG(-1)) -4.920099 -0.173153 0.118806 -1.389104 -0.343267 1.506705 -0.025473
(3.20142) (0.09600) (0.15490) (2.47751) (0.53080) (1.53154) (0.15948)
[-1.53685] [-1.80377] [ 0.76699] [-0.56069] [-0.64669] [ 0.98379] [-0.15972]
C 0.429169 0.014280 -0.017276 0.341387 -0.000949 -0.521108 0.030371
(0.50471) (0.01513) (0.02442) (0.39059) (0.08368) (0.24145) (0.02514)
[ 0.85032] [ 0.94360] [-0.70744] [ 0.87404] [-0.01134] [-2.15824] [ 1.20797]
R-squared 0.264303 0.334054 0.158371 0.457599 0.286652 0.127725 0.069583
Adj. R-squared 0.167818 0.246716 0.047993 0.386465 0.193098 0.013329 -0.052439
Sum sq. resids 915.2576 0.822920 2.142702 548.1350 25.16077 209.4654 2.271287
S.E. equation 3.873528 0.116149 0.187420 2.997636 0.642240 1.853068 0.192962
F-statistic 2.739322 3.824870 1.434810 6.432868 3.064032 1.116514 0.570248
Log likelihood -189.3006 56.19303 22.69926 -171.3566 -63.51337 -137.6879 20.65951
Akaike AIC 5.665730 -1.348372 -0.391407 5.153046 2.071811 4.191083 -0.333129
Schwarz SC 5.954822 -1.059280 -0.102315 5.442139 2.360903 4.480176 -0.044037
Mean dependent 0.052571 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143
S.D. dependent 4.246173 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093
Determinant resid covariance (dof adj.) 0.001024
Determinant resid covariance 0.000391
Log likelihood -420.6182
Akaike information criterion 14.01766
Schwarz criterion 16.26616
134
LAMPIRAN 8
UJI IMPULSE RESPONSE FUNCTION
Tabel Return on Asset (ROA)
Response of ROA:
Period ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 0.344874 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.270500 0.060378 0.047893 -0.08488 0.038711 0.002579
3 0.248382 0.097232 0.069753 -0.09489 0.049780 0.019764
4 0.246630 0.076401 0.070964 -0.0865 0.052476 0.018000
5 0.257425 0.064247 0.066818 -0.08578 0.050283 0.015012
6 0.259063 0.067502 0.064601 -0.09015 0.051941 0.014357
7 0.256834 0.070045 0.064256 -0.09194 0.052762 0.014769
8 0.256282 0.070056 0.064036 -0.09185 0.052779 0.014914
9 0.256533 0.069552 0.063731 -0.09169 0.052704 0.014794
10 0.256683 0.069494 0.063560 -0.09177 0.052685 0.014729
Tabel Financial to Deposit Ratio (FDR)
Response of FDR:
Period FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 3.243038 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 2.539387 0.472170 0.818657 -0.26578 0.605766 0.113868
3 2.291988 0.405236 0.894259 -0.082 0.524369 0.103223
4 2.417454 0.135607 0.889576 -0.01075 0.434943 0.098601
5 2.502948 0.151385 0.909928 -0.04913 0.498087 0.111405
6 2.479306 0.154493 0.913302 -0.06421 0.527656 0.107313
7 2.482605 0.142943 0.903749 -0.06706 0.522790 0.105616
8 2.487605 0.146526 0.900561 -0.07277 0.525170 0.106094
9 2.485301 0.150022 0.899181 -0.07518 0.527064 0.105784
10 2.484466 0.150192 0.897941 -0.07543 0.526233 0.105534
135
Tabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Response of BOPO:
Period BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai
Tukar
1 3.873528 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 1.650935 0.100802 -0.15963 0.153218 -0.14092 0.893808
3 1.778997 0.988736 0.159434 0.041377 -0.10616 0.49176
4 1.673461 0.719445 0.291003 0.502153 -0.25164 0.495022
5 1.680588 0.77332 0.460041 0.640806 -0.35818 0.49161
6 1.684044 0.759233 0.556822 0.750745 -0.39909 0.49689
7 1.702586 0.741957 0.607909 0.810863 -0.42553 0.49676
8 1.712489 0.728307 0.632136 0.839375 -0.43816 0.500537
9 1.719067 0.722414 0.642365 0.849557 -0.44258 0.50244
10 1.722598 0.718682 0.645355 0.852737 -0.44365 0.503507
136
Return on Asset (ROA)
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to ROA
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to IPI
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to INFLASI
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to BIRATE
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to IHSG
-.2
-.1
.0
.1
.2
.3
.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of ROA to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
137
Financial to Deposit Ratio (FDR)
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to FDR
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to IPI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to INFLASI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to BIRATE
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to IHSG
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of FDR to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
138
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to BOPO
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to IPI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to INFLASI
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to BIRATE
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to IHSG
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of BOPO to NILAITUKAR
Response to Cholesky One S.D. Innovations
139
LAMPIRAN 9
UJI VARIANCE DECOMPOTION
Return on Asset (ROA)
Variance Decomposition of ROA:
Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192
3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383
4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000
5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227
6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183
7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708
8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579
9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992
10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525
Financial to Deposit Ratio (FDR)
Variance Decomposition of FDR:
Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 3.243038 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 4.280487 92.59504 1.216774 3.657778 0.385521 2.002734 0.070764
3 4.987617 89.31785 1.556342 5.908820 0.310981 2.580426 0.094953
4 5.633147 88.43682 1.278032 7.125988 0.244156 2.619064 0.105076
5 6.253898 87.76974 1.095509 7.898530 0.204265 2.759262 0.116984
6 6.812580 87.20900 0.974624 8.453408 0.181020 2.925158 0.123397
7 7.328131 86.84694 0.880363 8.826745 0.164820 3.036995 0.127417
8 7.811217 86.57903 0.810025 9.097918 0.153744 3.124990 0.130592
9 8.265482 86.36501 0.756379 9.308840 0.145583 3.197556 0.133012
10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907
140
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Variance Decomposition of BOPO:
Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar
1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267
3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564
4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942
5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436
6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349
7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142
8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391
9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820
10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301