pengaruh faktor makroekonomi terhadap kinerja keuangan ...

154
PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: RAHMI RAHMAWATI NIM: 1112046100024 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

Transcript of pengaruh faktor makroekonomi terhadap kinerja keuangan ...

PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

RAHMI RAHMAWATI

NIM: 1112046100024

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/ 2016 M

iv

ABSTRAK

Rahmi Rahmawati, 1112046100024, Pengaruh Faktor Makroekonomi

terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. Perbankan Syariah,

Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri

(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor makroekonomi

jangka pendek dan jangka panjang terhadap kinerja keuangan perbankan syariah

di Indonesia. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA),

Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan variabel bebas adalah

industrial production index (IPI), inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan

(IHSG) dan nilai tukar. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error

Correction Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data

runtun (time series) bulanan dari Januari 2010 – Desember 2015.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pada jangka panjang Pengaruh Industrial

Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Financial to Deposit Ratio (FDR).

Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan

Financial to Deposit Ratio (FDR). Industrial Production Index (IPI), inflasi dan

nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Biaya

Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan BI rate dan Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan

terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Pengaruh jangka

pendek dari variabel makroekonomi terhadap kinerja keuangan (ROA, FDR dan

BOPO) tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan.

Kata kunci: Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar,

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Return on Asset (ROA), Financial to

Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),

VECM.

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta Alam. Atas

rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurah keada Nabi Muhammad SAW. Beserta

keluarga dan juga sahabat-sabahatnya.

Atas kehendak dan rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan Syariah di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Syariah (S.E.Sy.) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, bapak Ahmad Sudja’i dan ibu Iyah Akmaliyah yang

selalu mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun serta telah menjadi

motivasi dan ambisi dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini.

2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan

Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Nur Rianto Al Arif, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada

penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

vi

5. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A., selaku penasehat akademik penulis

yang telah membimbing selama masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat

bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Kakak-kakak ku yang selalu mendukung penulis dan memberikan motivasi

untuk segera menyelesaikan penelitian ini kakak-kakak ku teh Ina, aa Asep,

teh Lia, mas Giyo dan adik penulis Neng Muti.

8. Bapak Aries Koentjoro yang telah membantu dan memberikan arahan untuk

tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan serta mengingatkan untuk tetap

optimis pada penelitian yang dilakukan.

9. Sahabat-sahabat Kost Kece ka Ella, Kartini dan teh Lia yang selalu menemani

dan merawat di kostan selama kuliah, terimakasih selalu memberikan

motivasi, berbagi cerita, memberikan suasana kekeluargaan, nasihat dan canda

tawa.

10. Kepada sahabatku Rani K.D. terimakasih atas segala cerita, canda, emosi,

nasihat dan selalu mengingatkan jika penulis banyak kesalahan yang

diperbuat.

11. Kepada sahabat-sahabat Agashi (Deti, Lala, Ais, Ayu, Eva, Mulki, Nia, Iffa,

Nada, Eka Sel, Mentari, Friska, Ifat) terimakasih sudah menemani, membantu

dalam banyak hal dan membuat canda tawa.

12. Kepada sahabat-sahabatku Farida, Irfan (komeng), Mucus terimakasih selalu

memberikan waktu luang untuk refreshing dan membuat canda tawa.

13. Teman-teman kelas Perbankan Syariah A terimakasih atas waktu dan

kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahaan.

14. Sahabat-sahabat Small Group Discussion (SGD) LiSEnSI 2012, ka Syifa,

Dian, Ina, Liska terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda dan Nasihat

untuk terus maju dan memperbaiki diri serta berada di Jalan yang di Ridhoi

Allah SWT.

vii

15. Sahabat-sahabati seperjuangan Veteran 2012, Keluarga Komfaksyahum,

Keluarga Besar Muamalat terimakasih untuk segala pengalaman yang telah

dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah diberikan. Semoga semua

yang sudah dilakukan bisa bermanfaat saat ini dan seterusnya.

16. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)

Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Jakarta 2013/2014 dan 2014/2015

terutama keluarga Keilmuan. MPL Lingkar Studi Ekonomi Syariah angkatan

2012. KBL (1 dan 2) UIN Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu

dan nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.

17. Teman-teman KKN EXPRESSO Mekarsari Kec. Jambe Kab. Tangerang –

Banten terimakasih atas perhatian dan kerjasama, dan saling pengertian dalam

menjalankan kegiatan KKN serta pengerjaan laporan KKN serta pengalaman

berharga penuh dengan cerita yang belum di dapatkan sebelumnya.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan

mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua

kebaikan yang diberikan Allah balas dengan berlipat ganda.

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 15

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 15

1. Pembatasan Masalah .......................................................................... 15

2. Perumusan Masalah............................................................................ 16

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 16

1. Tujuan Penelitian................................................................................ 16

2. Manfaat Penelitian.............................................................................. 16

E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Perbankan Syariah ...................................................................... 19

1. Sejarah Perbankan Syariah ................................................................. 19

2. Pengertian Industri Perbankan Syariah .............................................. 22

3. Karakterisktik Perbankan Syariah ...................................................... 23

B. Laporan Keuangan Bank Syariah ............................................................ 25

ix

C. Analisis Kinerja Keuangan ...................................................................... 28

D. Profitabilitas ............................................................................................. 32

E. Likuiditas ................................................................................................. 34

F. Efisiensi.................................................................................................... 37

G. Variabel Makroekonomi .......................................................................... 39

1. Industrial Production Index (IPI) ....................................................... 39

2. Inflasi .................................................................................................. 40

3. BI Rate................................................................................................ 41

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................ 43

5. Nilai Tukar ......................................................................................... 44

H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ............................................... 47

I. Kerangka Konsep ...................................................................................... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM

A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 56

B. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 56

C. Sumber Data ............................................................................................ 57

D. Variabel Penelitian ................................................................................... 58

E. Metode Analisis ....................................................................................... 61

1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 61

2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 63

3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 65

4. Uji Vector Error Correction Model (VECM) .................................... 66

F. Model Penelitian ...................................................................................... 68

G. Kerangka Penelitian ................................................................................. 72

H. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 73

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 75

B. Analisis Pengujian Statistik ..................................................................... 81

1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 81

2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 83

3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 84

4. Uji VECM .......................................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 106

B. Saran ...................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109

LAMPIRAN ........................................................................................................ 114

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah ..................................................... 2

Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ............................... 4

Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ............ 6

Tabel 2.1 Review studi terdahulu .......................................................................... 47

Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 75

Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah................................................................................................................... 76

Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah ......................................................................................... 77

Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia ....................... 78

Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia ......................................................... 79

Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia ....................................................... 79

Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia .... 80

Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia ................................................. 80

Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level ................................. 81

Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference ....................................... 83

Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal ............................................................. 84

Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test ............................................... 85

Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA ............... 87

Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR ................ 88

Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO ............. 89

Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA) .................................... 91

Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR) ................... 95

Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) ................................................................................................................. 98

Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA) 102

Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio

(FDR) .................................................................................................................. 103

Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) ........................................................................ 104

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 55

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian .......................................................................... 72

Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi.............................. 92

Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi .............................. 96

Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi ......................... 101

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem keuangan didominasi oleh Bank yang memegang 79 persen aset sektor

keuangan (dibanding dengan 50 persen di Malaysia, sebagai contoh), sehingga

menyisakan ruang yang sedikit bagi lembaga keuangan lainnya. Di sisi lain,

perusahaan asuransi memegang sekitar 10 persen dari aset sektor keuangan dan

kurang dari 3 persen dipegang oleh dana pensiun1.

Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum

dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan

syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha

pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan

operasionalnya. Hasil tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya

institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai

syariah. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka

peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang

1Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Coorporation (OEDC) Indonesia, (Maret

2015), h. 11

2

secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil2.

Menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai

syariah, pemerintah telah memasukan kemungkinan tersebut dalam undang-undang

yang baru. Telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri

perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan

akan mendorong pertumbuhan secara lebih cepat lagi. Dengan progress

perkembangannya yang impresif yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari

65 persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri

perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin

signifikan3.

Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah

Miliar Rupiah (in Billion IDR)

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 270,735

DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 272,750

2Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4

3Perbankan Syariah, “Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia”. Diakses: 13/06/2016 pada

pukul 10:06 WIB. http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx

3

Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Aset 2,738,745 3,520,417 4,698,952 5,833,488 6,573,331 7,739,270

DPK 1,603,778 2,095,333 2,937,802 3,666,174 4,028,415 4,801,888

Pembiayaan 2,060,457 2,675,930 3,553,520 4,433,492 5,004,909 5,765,171

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif cepat dapat dilihat pada indikator

seperti aset, dana pihak ketiga serta volume pembiayaan yang terus mengalami

peningkatan, sebagaimana yang dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Aset dari tahun ke

tahun Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari

dana pihak ketiga dan volume pembiayaan kedua indikator ini menunjukan

pertumbuhan pada setiap tahunnya.

Secara umum kondisi perekonomian yang masih belum membaik telah

mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah (BUS, UUS dan BPRS) dengan

pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain

itu, saat ini bank syariah besar melakukan proses konsolidasi internal yang telah turut

mempengaruhi perkembangan perbankan syariah, di samping kendala dari faktor

4

internal perbankan syariah lainnya seperti kapasitas SDM, jaringan kantor dan

infrastruktur lain.4

Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 11 11 11 11 12 12

Jumlah Kantor 1215 1401 1745 1998 2163 1990

Unit Usaha Syariah

Jumlah UUS 23 24 24 23 22 22

Jumlah Kantor 262 336 517 590 320 311

Total Kantor BUS dan

UUS 1477 1737 2262 2588 2483 2301

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Jumlah Bank 150 155 158 163 163 163

Jumlah Kantor 286 364 401 402 429 446

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Perkembangan syariah dapat dilihat dari sisi jumlah Unit atau cabang dari Bank

Syariah itu sendiri dan indikator keuangan. Pada Tabel 1.2 terlihat pertumbuhan yang

positif dari jumlah Bank di Indonesia. Pada tahun 2010 Bank Umum Syariah, Unit

Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah memiliki masing-masing 11 Bank

untuk BUS, 23 UUS dan 150 untuk jumlah BPRS. Stagnan untuk jumlah Bank

Umum Syariah pada tahun 2011 sampai 2013, akan tetapi untuk jumlah kantor dari

BUS dan UUS itu sendiri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 dan

4Booklet Perbankan Indonesia 2016, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan.

(Otoritas Jasa Keuangan), h. 64

5

2015 jumlah BUS bertambah dari 11 Bank menjadi 12 Bank. Begitu pula dengan

jumlah kantor dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu meningkat, meskipun

pada tahun 2013 sampai 2015 mengalami stagnan untuk jumlah Bank-bank tersebut.

Maka pertumbuhan perbankan syariah yang dilihat dari indikator aset, Dana Pihak

Ketiga (DPK) dan pembiayaan memiliki trend yang sejalan dengan perkembangan

jumlah bank syariah itu sendiri.

Indikator lainnya dalam melihat pertumbuhan Perbankan Syariah dengan

digunakannya ukuran kinerja keuangan untuk mengetahui peningkatan nilai

perusahaan, dengan berbagai rasio keuangan misalknya: Capital Adequacy Ratio

(CAR). Return on Asset (ROA), Non Performing Finance (NPF), Financial to

Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

Analisis kinerja keuangan merupakan interpretasi laporan keuangan yang terdiri

dari neraca, laporan laba rugi dan data numerik lainnya yang dihasilkan oleh

perusahaan. Tujuan dari analisis kinerja keuangan adalah untuk mengetahui kinerja

keuangan pada saat tertentu, baik perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya sampai

saat penilaian hingga membuat suatu prediksi mengenai keadaan perusahaan pada

masa yang akan datang dengan melakukan analisis data keuangan dari tahun-tahun

sebelumya guna mengevaluasi program kearah sasaran dan tujuan yang ditetapkan

6

oleh manajemen perusahaan, hingga diketahui kelebihan dan kekurangan bank yang

bersangkutan5.

Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

CAR* 16.25 16.63 14.13 14.42 16.1 15.02

ROA 1.67 1.79 2.14 2 0.8 0.49

NPF 3.02 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84

FDR 89.67 88.94 100 100.32 91.5 88.03

BOPO 80.54 78.41 74.97 78.21 79.28 97.01

Dalam Persentase

*Hanya Data Bank Umum Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Secara faktual selama kurun waktu 2010 sampai 2015, ukuran kinerja keuangan

yang dapat dilihat pada tabel 1.3 menunjukan kecenderungan meningkat. Secara

sekilas kecukupan modal yang dilihat dari rasio CAR mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahun, pada tahun 2010 dan 2011 CAR ada pada kisaran 16 persen akan tetapi

mengalami penuruan pada dua tahun berikutnya menjadi 14,13 persen di tahun 2012

dan 14,42 persen pada tahun 2013 kemudian meningkat kembali pada tahun 2014

menjadi 16, 1 persen dan turun kembali pada tahun 2015 menjadi 15, 02 persen. Pada

penelitian yang dilakukan Kartika dan Syaichu menyatakan rasio kecukupan modal

5Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.

Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. (Skripsi Fakultas Syariah. UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta), h. 2-3

7

ini menunjukan kemampuan Bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi

dan manajemen bank, rendahnya CAR menyebabkan turunnya kepercayaan

masyarakat terhadap bank yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas6.

Adapun ukuran kinerja yang dilihat dari ROA mengalami peningkatan pada tahun

2010 sampai 2013, akan tetapi terjadi penurunan yang tajam di tahun 2014 yang

hanya sebesar 0,8 persen dan di tahun 2015 sebesar 0,49 persen. ROA sendiri

merefleksikan tingkat profit yang diperoleh Bank, menurut Yuhanah penurunan profit

ini diduga akibat diberlakukannya aturan down payment (DP) dan finance to value

(FTV) pada perbankan Syariah sehingga menurunkan profit perbankan syariah7.

Meskipun demikian, tingkat gagal bayar Bank Syariah ini yang dilihat dari rasio Non

Performing Finance (NPF) masih dibawah 5 persen dan ini berarti masih dibawah

ketentuan minimal. Hal ini menunjukan bahwa bank syariah tidak mengabaikan

prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

Dalam penelitian Yuhanah8 menyatakan hal tersebut terjadi karena adanya faktor

6Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun

2006), h. 48.

7Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di

Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2016), h. 6

8Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di

Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2016), h. 2

8

makroekonomi global seperti menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah,

melambatnya perekonomian Tiongkok dan faktor internal seperti menurunya

konsumsi pasar domestik sehingga memperburuk perusahaan-perusahaan tanah air.

Rasio pembiayaan yang dilihat dari nilai FDR mengalami fluktiatif dari tahun ke

tahunnya, nlai FDR yang rendah padah tahun 2010 dan 2011 masing-masing 89,67

persen dan 88,94 persen kemudian mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013

hingga mencapai kisaran nilai 100 persen, akan tetapi mengalami penurunan di tahun

2014 menjadi 91,5 persen dan di tahun 2015 kembali pada nilai 88,03 persen.

Rendahnya FDR pada tahun 2015 menunjukan kurang efektifnya penyaluran

pembiayaan pada Bank Syariah ini, sebaliknya jika FDR tinggi maka Bank Syariah

tersebut mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal. Indikator lain yang dapat

dilihat untuk menilai apakah bank tersebut efisien atau tidak salah satunya dari rasio

BOPO, nilai dari BOPO ini memperlihatkan perkembangan yang cukup baik secara

sekilas. Nilai dari BOPO cenderung menurun dari tahun ke tahun selama tahun 2010

sampai dengan 2014 dengan tetap mempertahankan pada kisaran nilai 70 persen,

meskipun pada tahun 2010 berada pada nilai 80,54 persen tetapi di tahun berikutnya

terjadi penurunan nilai BOPO, hal ini menandakan kinerja Bank Syariah lebih baik

dan efisien, akan tetapi terjadi kenaikan nilai yang cukup tinggi pada tahun 2015

menjadi 97,01 persen dari tahun sebelumnya di 2014 dengan nilai 79,28 persen.

9

Deskripsi diatas memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya

kondisi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia. Rismon dan Henny Satyo9

dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja bank yang baik memiliki daya tarik

sendiri kepada investor dan dapat mensejahterakan pemegang saham atas

investasinya. Dalam tahap ini membuat investor-investor baru untuk membeli saham

pada bank tersebut hingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jika semakin

banyak modal yang ditanam investor pada bank tersebut, maka akan semakin banyak

juga pembiayaan yang dilakukan bank sehingga tingkat profit yang akan diperoleh

bank akan tinggi juga tapi dengan tetap harus memperhatikan prinsip kehatia-hatian

dalam menyalurkan pembiayaan tersebut.

Kinerja perbankan sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal yang dimaksud dapat berupa daya saing masing-masing

yang dimiliki, sedangkan faktor eksternal dapat berupa kondisi makro dan keuangan

suatu Negara secara umum10. Faktor internal adalah karakteristik individu bank yang

mempengaruhi kinerja bank. Faktor-faktor ini pada dasarnya dipengaruhi oleh

keputusan internal manajemen dan dewan.

9Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap

Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-

Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32

10Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s

Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April

2015), h. 380.

10

Penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan Henny11 yang melakukan penilaian

untuk melihat pengaruh faktor internal terhadap kinerja Bank yang diproyeksikan

dengan rasio profitabilitas (ROA, ROE dan NIM) dengan menggunakan perhitungan

CAMEL menunjukan bahwa terdapat korelasi positif secara keseluruhan antara rasio

CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity)

terhadap profitabilitas yang di proyeksikan oleh rasio ROA, ROE dan NIM, kecuali

Asset Quality berpengaruh negatif terhadap ROA dan NIM kemudian Capital

Adequacy terhadap ROE yang juga berpengaruh negatif. Adapun penelitian yang di

lakukan oleh Suria dan Roza12 yang juga meneliti pengaruh faktor internal terhadap

kinerja bank yang melihat dari profitabilitas dengan diproyeksikan oleh rasio ROA

dan ROE, untuk Faktor internalnya sendiri melihat karakteristik bank dengan variabel

CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity),

penelitiannya menunjukan bahwa rasio CAMEL tersebut mempengaruhi terhadap

kinerja Bank baik itu mempengaruhi secara positif maupun negatif.

Jauh sebelum penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny serta Suria dan Roza,

penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor internal yang mempengaruhi

11Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap

Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-

Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32

12Suria Rismawati S. dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and

Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic Finance. (Vol. 5, Issue 2,

2013), h. 83 – 98.

11

kinerja bank umum di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Kartika dan Saichyu13

dengan melihat profitabilitas dari rasio ROA yang menunjukan bahwa Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposito Ratio (LDR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA, sedangkan untuk Non Performing Loans (NPL)

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, kemudian untuk Debt to Equity Ratio

(DER) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan sedangkan untuk Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA.

Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang juga menyumbang

pengaruh terhadap kinerja keuangan14. Menurut Ongore15 stabilitas kebijakan

makroekonomi, produk domestic bruto, inflasi, suku bunga dan ketidakpastian politik

juga merupakan variabel ekonomi makro lainnya yang mempengaruhi kinerja bank.

Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang datag dari luar yang sifatnya

diluar kekuasaan bank, sehingga kebijakan pemerintah secara tidak langsung akan

mempengaruhi tingkat kesehatan industri perbankan di Indonesia.

13Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun

2006), h. 46 - 57

14Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap

Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-

Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16.

15Ongore, V.O, “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance: An

Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. (Africal Journal of Bussines Manajement, 2011).

12

Adapun penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh faktor eksternal yang

merupakan faktor makroekonomi terhadap kinerja Bank, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Budi Santosa16 menyatakan bahwa korelasi antara variabel makro

yang diantaranya Inflasi, SBI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs) dan IHSG

terhadap Return on Equity (ROE) memiliki korelasi yang kuat dan positif. Hal ini

mengindikasikan bahwa jika naiknya inflasi, SBI, kurs dan IHSG akan meningkatkan

ROE. Sebaliknya, korelasi variabel makro tersebut terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR) korelasinya negatif, maksudnya disini jika naik/turnnya inflasi, SBI, kurs dan

IHSG cenderung akan menurunkan kinerja LDR.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Aviliani dkk17 kondisi makro yang

kondusif dapat memberikan lingkungan yang yang positif terhadap perkembangan

perbankan itu sendiri. Sebaliknya, kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil

dapat mempengaruhi risiko pasar da risiko kredit perbankan yang pada gilirannya

dapat berdampak pada kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem

perbankan merupakan unsur terciptanya stabilitas sistem keuangan dan bermuara

kembali pada stabilitas perekonomian suatu Negara.

16Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.

Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007). (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),

h. 2-3

17Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s

Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April

2015), h. 380.

13

Perkembangan perekonomian suatu Negara dapat diukur dari pendapatan

nasional, peetumbuhan ekonomi ataupun lainnya secara umum dianggap dapat

berpengaruh secara positif terhadap kinerja perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang

semakin tinggi berasosiasi dengan semakin berkembangnya sektor perbankan

sehingga persaingan antar bank semakin ketat dan akhirnya dapat menurunkan

profitabilitas Bank. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siew

Chun dan Shaikh18 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara

pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan oleh GDP dengan tingkat profitabilitas

dan likuditas Bank. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan

Henny19 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari GDP dan

Inflasi terhadap tingkat profitabilitas bank yang dilihat dari Rasio ROA, ROE dan

NIM.

Beberapa guncangan eksternal lain yang berasal dari luar negeri seperti krisis

keuangan global yang diikuti beberapa rangkaian resesi di dunia dapat berpengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bank. Pengaruh tidak langsung

dapat terjadi salah satunya jika guncangan tersebut berpengaruh terhadap kondisi

18Shiew Chung Hong dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal GDP and

Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in Malaysia”. Journal of Islamic Economics,

Banking and Finance (Vol. 11 No. 1. Jan – March 2015), h. 158 - 180

19Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap

Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e-

Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16.

14

makroekonomi Indonesia dan kemudian kondisi makro itulah yang berpengaruh

terhadap kinerja bank20.

Sebagaimana literatur empiris yang telah disajikan sebelumnya, kinerja bank

dapat dispesifikasi sebagai fungsi dari kondisi internal dan eksternal bank. Variabel

internal mengacu pada faktor spesifik (karakteristik) masing-masing bank, sementara

variabel eksternal dapat mencakup kondisi makroekonomi. Kinerja bank yang baik

secara individual maupun dalam suatu sistem diharapkan dapat meningkatkan

kontribusinya dalam perekonomian. Karena peran perbankan yang begitu besar,

penting untuk dipastikan bahwa sistem keuangan dan perekonomian di suatu Negara

juga berjalan dengan lancar dan efisien.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diteliti lebih jauh

mengenai pengaruh dari ketidakpastian kondisi makroekonomi terhadap kinerja

keuangan perbankan syariah di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melanjutkan penelitian yang kemudian dituangkan dalam skripsi dengan judul:

“Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

Syariah di Indonesia”.

20Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s

Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April

2015), h. 383

15

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Terjadi fluktuasi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia (Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah)

2. Penurunan beberapa kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan,

diantaranya menurunnya ROA pada tahun 2014 dan 2015 dari tahun-tahun

sebelumnya.

3. Rasio Non Performing Finance (NPF) yang pada tahun 2014 dan 2015 meningkat

dan hampir mencapai 5 persen.

4. Rasio Biaya Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional yang meningkat di

tahun 2015 dari tahun-tahun sebelumnya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya, penulis

membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti

masalah kinerja keuangan yang hanya melihat dari rasio Return on Asset (ROA), Non

Performing Finance (NPF) dan Finance to Deposit Ratio (FDR) serta pengaruh

faktor eksternal yang merupakan makroekonomi, diantaranya Industrial Production

Index (IPI), BI Rate, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar

16

terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan tidak melihat dari sisi

lainnya.

2. Perumusan Masalah

Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi

ini, penulis merumuskan masalah penelitan sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan

perbankan syariah di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis pengaruh jangka pendek dari kondisi makroekonomi terhadap

kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.

2) Menganalisis pengaruh jangka panjang dari kondisi makroekonomi terhadap

kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab masalah

dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat memberikan manfaat diantanya:

a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti

pribadi.

17

b. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat

dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun

yang akan dilakukan.

c. Penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

keuangan pada bank syariah.

d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah dalam pengambilan

keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu

setrategi baru, sehingga kinerja dari perbankan syariah di Indonesia mengalami

peningkatan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan

penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab

dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini akan disajikan mengenai teori perbankan syariah, laporan keuangan dan

rasio rasio yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, pengukuran kinerja

keuangan dan hubungan antara kondisi makroekonomi dengan kinerja keuangan

18

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode

pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik

pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi data penelitian mengenai pengaruh kondisi makroekonomi terhadap kinerja

keuangan perbankan syariah di Indonesia pada periode tahun 2010 – 2015.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan

yang telah dibahas sebelumnya dan saran.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Perbankan Syariah

1. Sejarah Perbankan Syariah

Upaya awal penerapan sistem profit-loss sharing tercatat di Pakistan dan

Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola jamaa’ah haji secara

non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di Desa

Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Lembaga Islamic Rural Bank dengan

Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar beroperasi di pedesaan Mesir dan

berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti

bagi perkembangan financial system dan ekonomi Islam1.

Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional muncul

dalam konferensi Negara-negara Islam sedunia di Kuala Lumpur, Malaysia pada

tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut

memutuskan beberapa hal, yaitu2:

1) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia

1Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h. 18 – 19.

2Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan MAsalah Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

1996), h. 159.

20

termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.

2) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba dalam

waktu secepat mungkin

3) Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan

bunga diperbolehkan beroperasi, namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.

Pembentukan bank syariah semula banyak diragukan, antara lain karena3:

1) Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah suatu hal

yang tidak mungkin dan tidak lazim

2) Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasionalnya, tapi

dilain pihak bank Islam adalah suatu alternatif sistem ekonomi Islam

Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di Negara-negara

muslim perlu ada usaha bersama diantara Negara muslim. Maka pada bulan

Desember 1970, pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi

Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah

proposal untuk mendirikan bank syariah. Pada sidang Menteri Luar Negeri OKI di

Jeddah pada 1974 di setujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau

Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar atau ekuivalen

dengan 2 miliar SDR (special drawing right) IMF4.

Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sejak tahun

3Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994), h. 233

4Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h. 21

21

1989-an mulai merintis usaha pendirian bank Islam guna memenuhi permintaan

masyarakat yang membutuhkan alternatif jasa perbankan dengan syariat Islam.

Setelah melalui proses panjang, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

akhirnya didirikanlah bank syariah pertama di Indonesia dengan nama Bank

Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Dengan didirikanya BMI ini, perbankan

mulai dikenal oleh masyarkaat Indonesia. Namun, sejak beroperasi 1 Mei 1992, bank

syariah belum mendapatkan perhatian optimal dalam tatanan perbankan nasional,

sehingga pertumbuhannya terbilang cukup lambat5.

Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu Bank Umum

syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terlah beroperasi. Pada

tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan yang hanya memberikan landasan hukum yang lebih

kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.

23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memerikan kewenangan kepada Bank

Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.

Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat

perundang-undangan tersebut diberlakukan6.

5Ida Syafrida dan Ahmad Abror, “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, (Vol. 10 No. 1, Juni

2011), h. 25

6Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4

22

2. Pengertian Industri Perbankan Syariah

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang

kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian

stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan7.

Apabila dilihat dari segi definisi, menurut pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 1998

mengungkapkan bahwa istilah Bank berarti badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dari Definisi tersebut dapat

dikemukakan bahwa bank merupakan perusahaan yang memperdagangkan utang

piutang, baik yang berupa uang sendiri maupun uang masyarakat, dan

memperedarkan uang tersebut untuk kepentingan umum8.

Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara

Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 adalah unit kerja

kantor dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor

7Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (Maret 2016), h. 13

8Dr. Suwardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika,

2014), h. 41

23

induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar

negeri yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang berfungi

sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan unit usaha syariah.

3. Karakterisktik Perbankan Syariah

Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi

pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank

syariah9:

1) Penghapusan Riba

2) Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi

Islam

3) Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial

dan bank investasi

4) Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap

permohonan pembiayaan yang beroriantasi kepada penyertaan modal, karena

bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi,

ventura, bisnis atau industri.

5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha

6) Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan

9Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Lencana Prenada Media

Group, 2012), h. 67

24

likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan

instrument bank sentral berbasis syariah.

Menurut Sumitro10 terdapat beberapa ciri bank syariah yang membedakan dengan

bank konvensional:

1) Beban biaya

Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan

dalam jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan

kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya

dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak

2) Penggunaan persentase

Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu

dihindari, Karena persentase bersifat melekat pada sisa utang, meskipun batas

waktu perjanjian telah berakhir, sehingga yang dipergunakan adalah nisbah bagi

hasil

3) Kontrak-kontrak pembiayaan proyek

Di dalam Kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan

perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka Karena

pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai

bank hanya Allah semata. Tingkat keuntungan yang dipergunakan adalah tingkat

keuntungan aktual, apabila tingkat keuntungan aktual lebih kecil daripada tingkat

10

Warkum Sumitro, Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan

Takaful) di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 20-21

25

keuntungan proyeksi maka yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual

tersebut.

4) Penyerahan dana dianggap titipan (wadiah)

Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan

dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan

yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai

bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah, sehingga pada penyimpanan

tidak dijanjikan imbalan yang pasti

5) Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Terdapatnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi bank

syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut

syariahnya. Selain itu, manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-

dasar muamalah Islam. Unsur Dewan Pengawas Syariah inilah hal utama yang

membedakan struktur organisasi antara bank syariah dan bank konvensional

6) Fungsi kelembagaan

Selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang

membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi amanah, artinya

berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan

dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.

B. Laporan Keuangan Bank Syariah

Berdasarkan peraturan Bank Sentral, setiap bank diwajibkan menyampaikan

26

laporan keuangan kepada bank sentral (yaitu Bank Indonesia) dan publik, setiap enam

bulan, yang terdiri atas laporan inti dan laporan pelengkap11. Laporan inti terdiri dari

Neraca dan perhitungan laba/rugi, sedangkan laporan pelengkap terdiri atas:

1) Laporan komitmen dan kontijensi

2) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum

3) Laporan transaksi valuta asing dan derivatif

4) Laporan kualitas aktiva produktif dan derivatif

5) Perhitungan rasio keuangan

6) Pengurus bank dan pemilik bank

Tidak berbeda dengan laporan keuangan pada bank konvensional, selayaknya

organisasi bank syariah juga harus menyusun laporan keuangan pada akhir periode

akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002), laporan keuangan bank syariah yang

lengkap terdiri dari atas komponen-komponen sebagai berikut:

1) Neraca

Unsur neraca bank syariah meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan

ekuitas. Yang membedakan dengan neraca jenis organisasi lain adalah pada

“investasi tidak terikat”. Invetasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban dan

juga bukan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana pihak ketiga yang

dititipkan atau diserahkan kepada bank untuk dikelola tanpa ikatan dari penitip

dana atau dikelola secara bebas sesuai syariah.

11

Herman Darmadi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 31 – 32

27

2) Laporan laba/rugi

3) Laporan arus kas

Laporan arus kas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 mengenai

laporan arus kas dan PSAK No. 31 mengenai akuntansi perbankan, dengan

catatan menyesuaikan kegiatan dan transaksi bank syariah

4) Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 1

mengenai penyajian laporan keuangan. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu,

dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan agar tercapai

penyajian laporan keuangan secara wajar dengan memperhatikan PSAK terkait.

5) Laporan perubahan dana investasi terkait

Investasi terkait adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi

terkait dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi

berdasarkan mudharobah muqayadah atau sebagai agen investasi. Dalam hal

bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharobah muwayadah,

bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas keuantungan investasi. Jika

terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam

investasi tersebut terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar

bagian dana yang diikutsertakan.

6) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah

Unsur dasar laporan sumber penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah meliputi

sumber dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat, infaq dan

28

shadaqah pada tanggal tertentu. Sumber dana zakat, infaq, shadaqah berasal dari

bank dan pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang berhak.

7) Laporan sumber dan penggunaan qardul hasan

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan melipti sumber

penggunaan dana qardul hasan selama jangka waktu tertentu dan saldo dana

qardul hasan pada tanggal tertentu. Penggunaan dana qardul hasan meliputi

pemberian pinjaman baru selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana

qardul hasan temporer yang disediakan pihak lain.

8) Catatan atas laporan keuangan

C. Analisis Kinerja Keuangan

Menurut mulyadi12, pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan

dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang

diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara

periodik efektivitas operasional suatu karyawannya berdasarkan standar dan kriteria

yang telah ditetapkan.

Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan,

diantaranya adalah analisis rasio, proporsional, Du Pont System of Analysis dan EVA

(Economic Value Added). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

12

Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. 2001, h. 419.

29

hubungan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis

terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan

dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, keunggulannya sebagai berikut13:

1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan

ditafsirkan

2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan

keuangan yang sangat rinci dan rumit

3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya

4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengii model-model pengambilan

keputusan dan model prediksi

5) Menstandarisir ukuran (size) perusahaan

6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

melihat perkembangan perusahaan secara periodik

7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakkan prediksi di masa yang akan

datang.

Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item antara

laporan keuangan (neraca dan laporan laba – rugi). Ada lima jenis rasio keuangan:14

1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan.

13

Admad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan Modern (Jakarta: Mitra Wacana

Media, 2014), h. 24 – 25.

14Drs. Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003), h.

415

30

2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban perusahaan yang jatuh tempo.

3. Efficiency atau turnover atau asset management ratios, mengukur seberapa

efektif perusahaan mengelola aktivanya.

4. Profitability ratios, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

5. Market value ratios, mempelihatkan bagaimana peusahaan dinilai oleh investor

dipasar modal.

Hingga saat ini analisis rasio keuangan bank syariah masih menggunakan aturan

yang berlaku di bank konvensional. Analisis rasio keuangan bank syariah dilakukan

dengan menganalisis posisi neraca dan laporan laba rugi.15

1. Rasio Likuiditas adalah ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya, meliputi:

a. Current Ratio, adalah kemampuan bank untuk membayar utang dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.

b. Quick (Acid test) Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank

dalam membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih

liquid

c. Loan Deposit Ratio (LDR), adalah menunjukan kesehatan bank dalam

memberikan pembiayaan.

15

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014), h.

252-254

31

2. Rasio aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam

memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:

a. Fixed Asset Turnover (FAT) adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana

yang tertanam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu

dengan jumlah keseluruhan aktiva.

b. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang

tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau

kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan

pendapatan (revenue)

3. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukan tingkat efektivitas yang

dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi:

a. Profit margin, adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan

laba.

b. Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam

mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang

menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam

mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan.

4. Rasio biaya adalah menunjukan tingkat efisiensi kinerja operasional bank.

32

D. Profitabilitas

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvia16 mengungkapkan bahwa tingkat

profitabilitas merupakan hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu

indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank, karena profitabilitas menjadi

faktor penentu kelanjutan sebuah bank agar dapat terus berkembang secara

berkelanjutan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba

yang berhubungan dengan penjualan total aset maupun modal sendiri. Sasaran yang

akan dicapai adalah laba perusahaan.

Tujuan analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat

profitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio

profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank

berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukan

hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio

profitabilitas yang digunakan bank pada umumnya adalah Return on Asset (ROA).

Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini menjadi

gambaran dari tingkat produktifitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan ketentuan

Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen. Semakin

16Sylvia Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas

Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya,

2015), h. 6.

33

besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin

besar. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan

semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Secara matematis

ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010):

ROA Laba Sebelum Pajak

Rata rata Total Aktiva 100

Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak,

sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva.

Perhitungan ROA terdiri dari17:

1) Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum

dikurangi pajak

2) Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva

lancar dan aktiva tetap.

17Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah

di Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016), h. 37

34

E. Likuiditas

Menurut Santosa18 kinerja likuiditas, rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan

kredit atau pembiyaan dengan cepat. Pemenuhan kemampuan likuiditas bank

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya persyaratan yang ditetapkan oleh

pemerintah dan dilema antara likuiditas dengan profitabilitas. Likuiditas yang tinggi

mengakibatkan kas menganggur semakin tinggi, ini akan merugikan bank yang

bersangkutan karena profitabilitasnya akan semakin rendah.

Likuditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank.

Kesulitan likuditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga

menimbulkan risiko sistematik. Kejutan (shock) dapat mendorong terciptanya spiral

likuditas yang menyebabkan hilangnya likuditas dan terbentuknya krisis keuangan.

Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini terutama disebabkan

oleh krisis likuditas bank yang menyebabkan terjadinya gagal bayar bank terhadap

sebagain besar kewajibannya19. Likuiditas adalah faktor lain yang menentukan tingkat

kinerja perbankan.

Likuiditas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,

18Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.

Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”, (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta), h. 28 – 29.

19Zulkarnain Sitompul dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi

Moneter dan Perbankan. (Januari 2014), h. 248.

35

terutama dari deposan. Menurut Dang20 rasio keuangan yang paling umum yang

mencerminkan posisi likuiditas bank adalah total kredit dibagi simpanan nasabah.

Likuidity dicerminkan dalam rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan

rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima

oleh bank. Menurut Kartika21 tingkat LDR menunjukan adanya risiko likuditas

(liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Risiko likuiditas adalah

risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi

kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi

permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan. Rasio ini

menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sebagai

berikut:

LDR Jumlah Kredit yang Diberikan

Total Dana Pihak Ketiga KLBI Modal Inti 100

LDR digunakan untuk untuk mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan

sumber tertentu. Semakin tinggi angka rasio LDR, maka semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank tersebut. karena sebagian besar dana bank tertanam pada

pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di

lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut,

20Uyen Dang, “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada”

(University of Applied Sciences, International Bussiness).

21Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun

2006), h. 49.

36

karena bank mampu melempar dana efektif22.

Lebih banyak penelitian menggunakan objek konvensional, sehingga dalam

menggitung rasio yang sering digunakan dengan istilah loan yaitu Loan to Deposito

Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun

pembiayaan atau financing23. Pada umumnya konsep yang sama ditunjukan pada

bank syariah dalam menyebut likuiditas dengan menggunakan Financing to Deposit

Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar dana pihak

ketiga bank syariah dilepaskan untuk pembiayaan. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

FDR Total Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga 100

Bank Indonesia menyatakan suatu bank masih dianggap sehat jika rasio berada

diantara 85 persen – 110 persen. Apabila FDR suatu bank berada diatas atau dibawah

85 persen – 110 persen, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan

fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Menurut Mahdiyah24

jika angka rasio FDR suatu bank berada pada angka 60% berarti 40% dari seluruh

dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga

22

Mahmud M. Hanafi dkk, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

2007), h. 333

23Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h.

170

24Mahdiyah, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio

Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 2009-2013” (Skripsi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 25 - 25

37

dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Kemungkinan jika rasio FDR bank mencapai 110% berarti total pembiayaan yang

diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang

dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak

menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) yang baik.

F. Efisiensi

Working paper Bank Indonesia25 yang menjelaskan mengenai efisiensi telah

mendefinisikan efisiensi sebagai indikator yang menunjukan kemampuan manager

dan staf perusahaan dalam menjaga tingkat kenaikan pendapatan laba diatas tingkat

kenaikan biaya operasional. Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan

untuk mengoperasikan dana tersebut.

Pengukuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitiannya Rahmat26 memaparkan bahwa

semakin kecil nilai BOPO menunjukan semakin baik tingkat efisiensi bank dalam

menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat memiliki nilai BOPO kurang dari

satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nilai BOPO nya lebih dari satu.

25Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta

Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”, (Working Paper Bank Indonesia. Desember

2014), h. 6-7

26Rahmat Abdillah, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada

Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”, (Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2015), h. 37-38.

38

Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan

biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut Almilia dan

Herdiningtyas27 semaki kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Biaya operasional dihitung berdasarkan

penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan

operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bagi hasil dan total pendapatan

operasional lainnya. Perhitungan adalah seperti berikut ini:

BOPO Total Beban Operasional

Total Pendapatan Operasional 100

BOPO menggambarkan beban bunga yang harus dibayar dan pendapatan bank.

Beban bunga yang harus dibayar sangat tergantung dengan variabel makro, terutama

BI Rate yang menjadi acuan penentuan baik bunga pinjaman maupun simpanan.

Selain tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi BOPO tersebut, salah satu

aspek yang juga dapat mempengaruhi yaitu aspek ketidakpastian, sumber aspek

ketidakpastian ini merupakan tingginya tingkat inflasi yang terjadi.

27Tiara Kusuma Hapsari, “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan Rasio

Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing di BEI 2005 – 2009)”,

(Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011), h. xxvii

39

G. Variabel Makroekonomi

1. Industrial Production Index (IPI)

Rinal28 dalam penelitiannya menjelaskan mengenai teori makro yang menyatakan

bahwa tabungan merupakan fungsi dari suku bunga dan pendapatan nasional.

Besarnya pendapatan menunjukan sebarapa besar kemampuan (ability) seseorang

untuk menabung. Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka Jumlah

pendapatan yang bisa dibelanjakan akan meningkat. Jika konsumsi diasumsikan tetap

atau peningkatannya relatif lebih kecil daripada peningkatan pendapatannya, maka

akan semakin banyak jumlah dana yang bisa ditabungkan masyarakat di perbankan.

Dalam penjelasan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri29 Industiral Production

Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI

sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk menggantikan

ketiadaan data PDB bulanan. Sejalan dengan teori yang ada pada penelitian yang

dilakukan oleh Aviliani30 mengungkapkan bahwa indeks produksi industri (IPI)

sebagai proksi dari pendapatan nasional memiliki hubungan kuat dengan hampir

semua indicator kinerja bank.

28Rinal Satria Anugrah, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum

Syariah di Indonesia”, (Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2006), h.

31.

29Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga

Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 9

30Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in

Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan”, (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398.

40

2. Inflasi

Inflasi adalah naiknya harga-harga komiditi secara umum yang disebabkan oleh

tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga,

pencetakan uang dan sebagainya) dngan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh

masyarakat31. Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam

suatu tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang

yang berlaku. Menurut Sukirno32 terdapat tiga akibat penting dari inflasi yang terkait

dengan investasi, yaitu:

a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini pemilik

modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang bersifat spekulatif.

Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan barang berharga lebih

menguntungkan daripada investasi pada sektor produktif

b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk menghindati

penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin tinggi nilai inflasi maka

makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi

kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sektor-sektor profuktif. Apabila

dikaitkan dengan kinerja bank, maka dengan redahnya investasi maka akan

menghambat likuditas bank, penyaluran dana jadi menurun dan secara otomatis

profit juga akan lebih kecil jika dana yang disalurkan semakin sedikit.

31Iskandar Putong, “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A-SWOT-

TSI)”. (Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8 no. 2), h. 65 – 72.

32Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998).

41

c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan datang,

dengan begitu investor akan berfikir lagi di Negara yang bersangkutan.

Dari sisi supply, banyak proyek yang terancam tidak feasible gara-gara asumsi

inflasinya terlalu tinggi, sehingga investasi tidak jadi dilakukan dan lapangan

pekerjaan tidak jadi bertambah. Bahkan saat inflasi Indonesia masih lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat inflasi di Negara tetangga menjadikan tingkat bunga riil

terancam negatif yang akan memberikan tekanan pada nilai rupiah terhadap uang

asing, khususnya ditengah kabar meningkatnya suku bunga Fed Fund di Amerika33.

Kecenderungan harga barang-barang yang semakin meningkat (inflasi) akan

berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan. Secara teori, inflasi

berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu institusi keuangan. Sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Budi34 yang menunjukan bahwa inflasi

ini memiliki korelasi yang sangat kuat dan searah terhadap tingkat profitabilitas yang

dilihat dari rasio Return on Equity (ROE).

3. BI Rate

Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate)35 adalah suku bunga acuan yang

mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai

33

Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. 2008), h. 373

34Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.

Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta).

35 www.bi.go.id

42

otoritas moneter dan diumumkan kepada publik. Menurut Siamat36 BI Rate adalah

suku Bunga yang diumumkan oleh BI secara periodik dengan tenor satu bulan untuk

jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter.

Pada working paper Bank Indonesia37 menyebutkan bahwa tingkat suku bunga

bank, baik suku bungan kredit maupun simpanan dapat memengarui tingkat efisiensi

perbankan. Pengaruh ini dijelaskan oleh interest rate spread atau net interest margin.

Tingginya interest rate spread mejadi indikasi inefisiensi pada sektor perbankan.

Oleh karena itu, spread suku bunga perbankan yang tinggi dapat mengurangi

potensial savers karena tingkat pengembalian yang rendah atas deposit dan

meningkatkan biaya financial untuk borrowers, sehingga dapat mengurangi potensi

pertumbuhan investasi dan ekonomi. Selain interest rate spread, net interest margin

juga dapat digunakan sebagai salah satu proksi untuk mengukur tingkat efisiensi

industri perbankan.

Menurut Dwijayanti38 secara tidak langsung BI Rate mempengaruhi kinerja

keuangan perbankan melalui suku bunga pokok perbankan. Karena apabila BI Rate

naik, maka suku bunga simpanan dan pinjaman akan naik juga. Hal tersebut

36

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi

Kelima (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 2005), h. 139.

37Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta

Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit,” (Working Paper Bank Indonesia. Desember

2014), h. 16

38Dwijayanti, Febrina dan Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata

Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal Karisma, (Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009),

h. 95.

43

mengakibatkan masyarakat lebih memilih menaruh uangnya di Bank dalam bentuk

simpanan dengan ekspektasi mendapat bunga yang tinggi dari pada meminjam uang.

Hal ini menyebabkan penurunan penyaluran kredit dan pendapatan bank dari sektor

kredit akan berkurang sehingga menurunan profit.

Sejalan dengan teori yang sudah ada dan penelitian sebelumnya, penelitian yang

dilakukan oleh aviliani39 secara umum suku bunga kebijakan (BI Rate) merupakan

variabel makro yang direspon besar oleh mayoritas indikator kinerja bank. BI Rate

merupakan instrument paling potensial yang dimiliki Bank Indonesia untuk menjaga

kestabilan sektor keuangan khususnya perbankan.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis

mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sampai pada tanggal

tertentu, indeks harga saham gabungan merupakan suatu nilai yang digunakan untuk

mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek40.

Pasar modal menjadi suatu yang penting di era globalisasi ini. Indonesia

merupakan Negara yang pasar keuanganya sedang berkembang. Sebagai alternatif

investasi, sumber dana melalui penjualan saham dan penerbitan obligasi serta sebagai

39Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in

Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,” (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398.

40Luna Haningsih, Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat (Pusat Pengembangan Bahan

Ajar-UMB), Modul 11.

44

indikator makroekonomi. Menurut Sri41 investasi di Indonesia saat ini sedang

mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan membaiknya

indeks yang berkaitan dengan Indonesia yaitu Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Pasar saham dapat menyebabkan spekulasi jangka pendek yang bahkan dapat

mendominasi perdagangan dan mendistrosi keputusan yang dibuat manager yang

juga sering mempengaruhi kinerja jangka pendek42. Menurut Budi43 apabila harga

saham meningkat, maka kemampuan perusahaan akan menghasilkan laba meningkat.

Dengan kata lain peningkatan harga saham akan mempengaruhi profitabilitas

perusahaan. Tingginya harga saham tersebut akan menurunkan profitabilitas

perusahaan karena persahaan dibebani biaya yang tinggi, akibatnya perusahaan harus

mencari tambahan dana untuk menutupi kekurangan yaitu dengan mengajukan kredit

kepada pihak perbankan. Jika semakin banyak dana yang tertanam pada pinjaman

(kreditor), akan mengakibatkan penurunan kemampuan likuiditas bank.

5. Nilai Tukar

Sekarang orang sering memperkatakan tentang globalisasi ekonomi, suatu konsep

41Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga

Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 1

42Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.

(Jakarta: Erlagga. 2006), h. 337.

43Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.

Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta), h. 64.

45

yang semakin popular dibahas dan dibicarakan orang dalam beberapa tahun

belakangan ini. Pada dasarnya konsep ini menunjukan bahwa, secara ekonomi

ketergantungan perkembangan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara

kepada perkembangan ekonomi di Negara-negara lain semakin besar44. Gambaran

mengenai hubungan ekonomi berlaku diantara satu Negara dengan berbagai Negara

lainnya dapat dilihat dalam neraca pembayaran yang memberi informasi tentang nilai

ekspor dan impor, transaksi jasa-jasa, aliran modal jangka pajang (penanaman modal

asing) dan aliran modal jangka pendek.

Besarnya ekspor dan impor dipengaruhi oleh perbandingan harga relatif antara

produk domestik dengan harga pasar luar negeri untuk produk dengan spesifikasi

yang sama. Harga relatif tersebut dipengaruhi oleh nilai tukar uang mata uang

domestik dengan mata uang asing. Dengan demikian, kebijakan nilai tukar menjadi

sangat penting untuk mendorong ekspor di satu sisi dengan menekan impor di sisi

yang lain45.

Pemerintah perlu memilih sistem nilai tukar yang paling cocok untuk diterapkan.

Indonesia telah mengalami pengalaman menerapkan berbagai sistem. Indonesia lama

menerapkan sistem nilai tukar tetap (fix exchange rate system), yaitu dengan

mematok nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnnya pada nilai tertentu dan tidak

44

Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga

Keynesian Baru (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 15

45Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.

168 – 169.

46

boleh bergerak kalaupun bergerak rentangnya sangat kecil misalnya ± 1%.

Pergerakan naik turun nilai tukar tersebut diizinkan untuk mengakomodasi tekanan

terhadap mata uang46.

Setalah lama dengan sistem mata uang tetap, sistem nilai tukar bergeser

menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange

rate). Dalam system ini nilai tukar dipatok pada nilai tertentu tapi diizinkan

berfluktuasi dengan rentang yang lebih lebar, misalnya ± 5%. Sejak 14 Agustus 1997

Indonesia menerapkan sistem mengambang bebas (free floating exchange rate

system), pada sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak naik turun sesuai dengan

kondisi pemerintah dan penawaran mata uang seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain bergerak setiap detik47. Pergerakan ini

mempengaruhi kinerja ekonomi secara keseluruhan dan kinerja perusahaan secara

mikro tanpa terkecuali pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan.

Apabila nilai mata uang dalam negeri lebih tinggi dari nilai mata uang asing,

maka harga-harga barang impor menurun. Menurunnya harga barang-barang tersebut

akan meningkatkan produktifitas pada sektor riil, mengingat Indonesia hampir pada

semua aspek melakukan impor. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya

perekonomian pada sektor riil, sehingga pengembalian dana sektor riil kepada bank

46

Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.

169.

47Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h.

169 – 170.

47

akan meningkat pula maka terjadi kenaikan pada profitabilitas.

Silvya48 dalam penelitiannya memberikan gambaran rasionalitas mengenai nilai

tukar rupiah terhadap dollar dan hubungannya dengan kinerja keuangan, angka nilai

tukar rupiah yang menurun atau disebut apresiasi menunjukan penguatan nilai tukar

rupiah terhadap dollar dan mengindikasikan adanya peningkatan perekonomian

nasional karena perusahaan melakukan peningkatan ekspor. Sehingga laba

perusahaan dan kemampuan fundamental perusahaan akan meningkat, selanjutnya

perusahan dapat memperoleh kredit dari bank untuk mengembangkan usahanya atau

kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan kredit di bank akan lancar dan

kinerja keuangan bank yang dilihat dari tingkat profitabilitas juga akan meningkat.

H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)

Tabel 2.1 Review studi terdahulu

No. Peneliti Isi Perbedaan

1.

Penulis:

Rinal Satria

Anugrah

(Skripsi Institut

Pertanian Bogor,

Fakultas Ekonomi

dan Manajemen

Departemen Ilmu

Ekonomi)

Tujuan:

Menganalisis faktor-faktor

yang mempengarui likuiditas

(FDR) bank umum syariah di

Indonesia dan besarnya

pengaruh dari faktor-faktor

tersebut serta dapat

merumuskan implikasi

kebijakan yang dapat diambil

bank Indonesia untuk mengatur

faktor-faktor yang

Penulis menganalisis

kinerja keuangan

yang dilihat dari

rasio likuiditasnya

yaitu Financial to

Deposit Ratio (FDR)

dengan periode 2001

– 2005. Kemudian

metode pada

penelitian ini

menggunakan

48Silvya Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Profitabilitas

Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya

Malang), h. 8.

48

Judul:

Analisis Faktor-

faktor yang

mempengaruhi

likuiditas Bank

Umum Syariah di

Indonesia

Tahun:

2006

mempengaruhi likuiditas BUS

Metode Penelitian:

Model regresi linear berganda

(ordinary least square OLS)

Hasil:

Pada variabel NPF, nilai tukar,

SWBI, suku bunga SBI, dan

Dummy fatwa hasilnya sesuai

dengan hipotesis. Untuk

variabl NPF dan Nilai tukar

memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap FDR

BUS. Adapun untuk variabel

SWBI, suku bunga SBI dan

Dummy fatwa memberikan

pengaruh yang negatif terhadap

FDR BUS. Sedangkan untuk

variabel total aset menolak

hipotesis yang hasilnya

menunjukan variabel tersebut

berpengaruh negatif terhadap

FDR BUS. Dan variabel yang

sangat berpengaruh terhadap

likuiditas (FDR) BUS adalah

nilai tukar.

Ordinary Least

Square (OLS).

2. Penulis:

Budi Santosa

(Skripsi

Universitas Islam

Negeri Sunan

Kalijaga

Yogyakarta)

Judul:

Hubungan Variabel

Makroekonomi

Terhadap Kinerja

Keuangan Pada PT.

Bank Syariah

Tujuan:

Menjelaskan besar/kecilnya

atau kuat lemahnya hubungan

antara variabel makroekonomi

yang ditunjukan dengan inflasi,

nilai tukar rupiah terhadap

dollar AS/kura, tingkat Suku

bunga SBI dan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG)

terhadap kinerja keuangan

Return on Equity (ROE) dan

Loan to Deposito Ratio (LDR).

Metode Penelitian:

Analisis korelasi kanonikal

Penelitian ini

menganalisis kinerja

keuangan dari sisi

profitabilitas dan

likuiditasnya dengan

melihat pada Return

on Equity (ROE) dan

Loan to Deposit

Ratio (LDR) dengan

satu sampel pada PT.

Bank Syariah

Mandiri. Metode

yang digunakan

adalah dengan

analisi korelasi

49

Mandiri (Periode

Mei 2005 –

Oktober 2007)

Tahun:

2009

(canonical correlation

analysis)

Hasil:

Secara Keseluruhan, hasil dari

peneltitian ini menujukan

medukung hipotesis untuk

model pertama yang artinya

bahwa korelasi antara variabel

makroekonomi yakni

diantaranya Inflasi, nilai tukar

rupiah terhadap dollar AS/kura,

tingkat Suku bunga SBI dan

Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap

kinerja keuangan Return on

Equity (ROE) korelasinya

sangat kuat dan searah.

Adapun untuk model kedua

menunjukan menolak hipotesis

secara keseluruhan, yang

artinya bahwa korelasinya

menjukan negatif dan tidak

searah dari variabel

makroekonomi yakni

diantaranya Inflasi, nilai tkar

rupiah terhadap dollar AS/kura,

tingkat Suku bunga SBI dan

Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap

kinerja keuangan Loan to

Deposito Ratio (LDR).

Kanonikal.

3. Penulis:

Suria Rismawati

Sanwari dan Roza

Hazli Zakaria

(ISRA

International

Journal of Islamic

Finance. Vol 5.

Issue 2. 2013)

Tujuan:

Menganalisis tingkat

sensitifitas bank syariah di

Malaysia terhadap kondisi

makroekonomi yang terjadi.

Metode Penelitian:

Generalized Least Square

(GLS)

Penelitian ini

memfokuskan

kinerja bank hanya

pada tingkat

profitabilitas saja

dengan periode 2000

– 2009 adapun

variabel makro yang

digunakan

diantaranya pajak,

50

Judul:

The Perfomance of

Islamic Banks and

Macroeconomic

Condition

Tahun:

2013

Hasil:

Dari penelitian ini memberikan

hasil bahwa secara keseluruhan

kebijakan pemerintah seperti

pajak dan tingkat suku bunga

berpengaruh signifikan dan

positif terhadap kinerja

perbankan yang dilihat dari

Rasio ROA dan ROE. Adapun

faktor eksternal lainnya yaitu

pertumbuhan ekonomi dan

inflasi memberikan pengaruh

terhadap kinerja perbankan,

tetapi kinerja keuangan tidak

begitu sangat tergantung

terhadap kedua faktor tersebut.

tingkat suku bunga,

inflasi dan GDP.

4. Penulis:

Silvia Hendrayanti

(Skripsi

Universitas

Diponegoro

Semarang,

Fakultas

Ekonomika dan

Bisnis)

Judul:

Analisis Pengaruh

Faktor Internal dan

Eksternal terhadap

Profitabilitas

Perbankan (studi

pada Bank Umum

di Indonesia

Periode Januari

2003 – Februari

2012)

Tahun:

2013

Tujuan:

Menganalisis pengaruh Equity

to Total Asset Ratio (EAR),

BOPO, Loan o Asset Ratio

(LAR), Firm Size,

Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi

dan Volalitas ROA terhadap

Return on Asset (ROA)

Metode Penelitian:

Generalized AutoRegresive

Conditional Heteroscedasity in

Mean (GARCH-M)

Hasil:

Penelitian ini menunjukan

bahwa Equity to Total Assets

Ratio (EAR) memiliki

pengaruh positif dan sginifikan

terhadap (ROA), Biaya

Operasional terhadap

Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Loan to Asset

Ratio (LAR) memiliki

pengaruh negatif dan

Penelitian ini

memfokuskan pada

menganalisis kinerja

yang melihat dari

profitabilitas, dengan

menggunakan

metode GARCH-M.

pada periode 2003 –

2012.

51

signifikan terhadap Return on

Asset (ROA), pertumbuhan

ekonomi dan inflasi memiliki

koefisien regresi yang positif

tetapi tidak signifikan terhadap

Return on Asset (ROA) dan

volalitas ROA berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

ROA.

5. Penulis:

Sara Kanwal dan

Muhammad

Nadeem

(European Journal

of Bussines and

Sosial Science,

ISSN: 2235-767X)

Judul:

The Impact of

Macroeconomic

Variables on The

Profitability of

Listed Commercial

Banks in Pakistan

Tahun:

2013

Tujuan:

Menganalisis dampak

makroekonomi terhadap

profitabilitas bank umum di

Pakistan pada periode 2001 –

2011, dikarenakan bank umum

di Pakistan memberikan

kontribusi yang sangat penting

terhadap pertumbuhan

ekonomi di Pakistan.

Metode Penelitian:

Pearson Correlation and

Polled Ordinary Least Square

(POLS)

Hasil:

Penelitian ini menggunakan

faktor eksternal yaitu inflasi,

GDP dan tingkat suku bunga,

terhadap profitabilitas yaitu

dengan melihat rasio ROA,

ROE dan EM (Equity

Multiplier). Dimana hasilnya

menunjukan bahwa terdapat

hasil yang positif dan

signifikan dari tingkat suku

bungan terhadap ROA, ROE

dan EM. Sedangkan untuk

GDP memberikan dampak

yang positif tetapi tidak

signifikan. Adapun tingkat

Pada penelitian ini

kinerja dilihat dari

tingkat

profitabilitasnya,

dengan

menggunakan rasio

ROA, ROE dan EM.

Adapun variabel

makroekonomi yang

digunakan yaitu

inflasi, GDP dan

tingkat suku bunga.

Periode penelitian

pada tahun 2001 –

2013.

52

inflasi menunjukan hubungan

yang negatif terhadap ketiga

rasio profitabilias tersebut.

6. Penulis:

Dadang Muljawan,

Januar Hafidz,

Rieska Indah

Astuti, Rini

Oktapiani

(Working Paper

Bank Indonesia)

Judul:

Faktor-faktor

Penentu Efisiensi

Perbankan

Indonesia serta

Dampaknya

Terhadap

Perhitungan Suku

Bunga Kredit

Tahun:

2014

Tujuan: Mempelajari faktor-faktor yang

dominan mempengaruhi

tingkat efisiensi operasional

bank dan mempelajari pola

pembentukan suku bunga

bank-bank komersial di

Indonesia yang dikaitkan

dengan struktur pasar

perbankan.

Metode Penelitian:

Data Envelopment Analysis

(DEA)

Hasil:

Dari penelitian ini memberikan

hasil bahwa GDP secara

signifikan berpengaruh positif

(sesuai ekspektasi) terhadap

tingkat efiensi operasional

bank Umum Indonesia.

Adapun inflasi berpengaruh

positif (tidak sesuai ekspektasi)

terhadap efisiensi operasional

bank, volalitas suku bunga

berpengaruh positif (tidak

sesuai ekspektasi) dan

signifikan terhadap efisiensi

bank. Sementara itu LDR

memiliki pengaruh positif

(sesuai ekspektasi) dan

signifikan terhadap tingkat

efisiensi bank karena kenaikan

kredit dapat meningkatkan

pendapatan bank sekaligus

dapat meningkatkan tingkat

efisiensi bank (perhitungan

BOPO).

Penelitian ini

menganalisis

mengenai efisiensi

dan faktor-faktor

yang

mempengaruhinya

dengan periode

tahun 2008 – 2013.

53

7. Penulis:

Rismon Hamdi dan

Henny Setyo

Lestari

(Jurnal Manajemen

Trisakti ISSN:

2339-0824)

Judul:

Pengaruh Faktor

Internal dan

Eksternal Bank

Terhadap Kinerja

Bank di Perusahaan

Perbankan Di

Bursa Efek

Indonesia

Tahun:

2015

Tujuan:

Menganalisis pengaruh faktor

internal bank yang diukur

dengan capital adequacy ratio,

asset quality, management

efficiency, liquidity dan faktor

eksternal yang diukur dengan

inflation, dan gross domestic

product.

Metode Penelitian:

Multiple regression linear

analysis dan pengujian

hipotesis (testing hypothesis)

Hasil:

Terdapat tiga model dalam

penelitian tersebut, dimana

model pertama melihat kinerja

keuangan dari rasio ROA,

faktor eksternal (Inflasi dan

GDP) mendukung hipotesis

yang artinya bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dari

faktor eksternal tersebut

terhadap ROA. Adapun faktor

internal (asset quality,

management efficiency,

liquidity) mendukung hipotesis

yang artinya bahwa terdapat

pengaruh signifikan dari ketiga

faktor internal tersebut

terhadap ROA, sedangkan

untuk capital adequacy ratio

menolak hipotesis yang

artinya bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan dari

capital adequacy ratio tersebut

terhadap ROA.

Dalam model kedua melihat

kinerja keuangan dari rasio

Pada penelitian ini

kinerja keuangan

melihat pada rasio

Return on Asset

(ROA) dan variabel

yang

mempengaruinya

melihat pada faktor

internal dan

eksternal. Adapun

faktor eksternalnya

yaitu inflasi dan

GDP dan faktor

internalnya dengan

meihat pada

indikator CAMEL.

Dengan periode dari

tahun 2008 – 2012.

54

ROE dan model ketiga melihat

dari rasio NIM. Adapun untuk

faktor internal (Inflasi dan

GDP) menolah hipotesis baik

untuk model kedua maupun

model ketiga yang artinya

bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dari faktor

eksternal tersebut terhadap

ROE dan NIM. Adapun untuk

faktor internal yang

mendukung hipotesis

diantaranya capital adequacy

ratio, management efficiency,

liquidit pada model kedua

sedangkan asset quality

menolak hipotesis. Untuk

model ketiga sendiri tiga faktor

internal mendukung hipotesis

diantaranya (asset quality,

management efficiency,

liquidity) sedangkan capital

adequacy ratio menolak

hipotesis.

55

I. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kinerja Keuangan

Perbankan Syariah

(Y)

Variabel

Makroekonomi

(X)

Industrial

Production Index

(X1)

BOPO

(Y3)

FDR

(Y2)

ROA

(Y1)

BI Rate

(X3)

Inflasi

(X2)

Indeks Harga

Saham Gabungan

(X4)

Nilai Tukar

(X5)

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas pengaruh variabel eksternal yang merupakan kondisi

makroekonomi di Indonesia diantaranya Industrial Production Index (IPI), Inflasi,

BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap kinerja

keuangan bank dengan melihat rasio profitabilitas yang dalam hal ini Return on

Asset (ROA), likuiditas yang dilihat dari Financial to Deposit Ratio (FDR) dan rasio

efisiensi yang melihat dari rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO).

Ruang Lingkup industri perbankan syariah yang dianalisis pada penelitian ini

hanya mencakup BUS dan UUS. Hal ini dikarenakan komposisi perbankan syariah

masih di dominasi oleh BUS dan Unit Usaha Syariah (UUS) (±98%)1 maka dapat

dianggap mewakili gambaran industri perbankan syariah di Indonesia. Objek

penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan BUS dan UUS dari tahun 2010

sampai 2015.

1Laporan Profil Industri Perbankan, 2015. Departemen Pengembangan Pengawasan dan

Manajemen Krisis, (Otoritas Jasa Keuangan), h. 37

57

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa

carayaitu:

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan dan konsep yang

kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Penelitian kepustakaan dilakukan

dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, artikel dan jurnal yang

terkait penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data sekunder yang terkait penelitian ini diperoleh dari Statistik Perbankan

Syariah mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2015 yang dapat dilihat

dari laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan untuk laporan kondisi

makroekonomi dapat dilihat dari situs Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan

situs-situs lainnya yang terkait dengan penelitian.

C. Sumber Data

Data merupakan bukti-bukti, fakta-fakta, sesuatu yang secara pasti diketahui atau

serangkaian informasi yang ada disekitar kita. Selain itu, data juga dapat

didefinisikan sebagai sekumpulan informasi yang diperlukan untuk mengambil

keputusan2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

2Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta: Erlangga. 2003), h.

124.

58

merupakan data statistik berbentuk angka-angka. Menurut Muhammad3 data

kuanitatif adalah data yang diukur dalam skala numeric (angka) yang dibedakan

menjadi data interval dan data rasio. Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk

melihat fenomena yang ada kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki4

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder

yang digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan Januari 2010

– Desember 2015 yang merupakan data Return on Asset (ROA), Financial to

Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), yang diperoleh dari laporan

statistik perbankan syariah Ototritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan data

Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) dan Nilai Tukar diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik

(BPS) dan instansi-instansi terkait dan sumber lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

D. Variabel Penelitian

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus di

operasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel5. Dalam pengertian lain

3Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 45.

4Muhammad Idrus, Metode Peneitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta:

Erlangga, 2010), h. 29

5Sofyan Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ED. 2012), h. 56.

59

dikatakan bahwa variabel adalah simbol atau konsep yang diasumsikan seperangkat

nilai6. Dalam penelitian ini secara garis besar terdapat dua variabel yaitu variabel

dependen dan independen.

1. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya

tidak dapat berdiri sendiri7. Variabel dependen ini merupakan variabel yang diamati

dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

a. Return on Asset (ROA)

Merupakan salah satu rasio profitabiltitas yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan profit atas aktiva.

b. Financial to Deposit Ratio (FDR)

Merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya bank yang

bersangkutan.

c. Biaya Operassional Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut kamus keuangan adaalah kelompok rasio yang mengujur efisiensi dan

efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan suatu

6Ely Rochaeti, Ratih Tresna dan Abdul Madjid Latief, Metode Penelitian Bisnis dengan

Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2007), h. 11

7Dwi Priyanto, Paham Analisis Statistik data dengan SPSS (Jakarta: Mediakom. 2010), h. 8

60

terhadap lainnya.

2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya

berdiri sendiri8. Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan-perubahan pada

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa:

a. Industrial Production Index (IPI)

Industrial Production Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang

mengukur produksi output riil. IPI sering digunakan sebagai representasi bagi

pendapatan nasional untuk menggantikan ketiadaan data PDB bulanan. Indeks

yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks produksi industri besar dan

sedang.

b. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menerus. Besar kecilnya inflasi akan berpengaruh terhada kinerja keuangan sektor

perbankan.

c. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada

publick. Dalam penelitian ini, data BI Rate bersumber dari hasil publikasi oleh

Bank Indonesia.

8Dwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. (Jakarta: Mediakom, 2010), h. 8

61

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk

mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek.

Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran

kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.

e. Nilai Tukar

Kurs merupakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Dalam

penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah kurs rupiah

terhadap dollar AS.

E. Metode Analisis

Penelitian ini mneggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

untuk pengujian metode analisis dengan menggunakan Vector Eerror Correction

Model (VECM). VECM adalah bentuk Vector Autoregressive (VAR) yang teretriksi.

Retriksi diberikan karena data stasioner namun terkointegrasi9. Spesifikasi VECM

meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel yang ada agar konveren ke dalam

hubungan kointegrsi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis jangka

pendek10.

9Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu. (Bogor: PT Penerbit IPB Press.

2012), h. 165.

10Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas

Ekonomi UII. 2009), h. 349

62

1. Uji Stasioneritas

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan

data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data (stasionery

stochasting process). Data stasioner adalah data yang variansnya tidak terlalu besar

dan punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah

agar nilai rata-rata stabil dan random errornya sama dengan nol.

Andrian11 memaparkan data atau variabel yang stasioner pada tingkat level akan

berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara non stasioner

akan berimplikasi pada bentuk VECM. Karena itulah pengujian stasioneritas

memegang peranan penting dalam tahapan estimasi dengan menggunakan metode

VAR.

a. Uji akar unit (unit root test)

Uji ini dilakukan unutk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini

menggunakakn Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau

difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner.

Hipotesis:

H i k ion

H ion

Dengan mengikuti pernyataan bahwa:

1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima

11An i n Tony P ko o, “An li i Hubung n P g ng n In n ion l n FDI T h p

Pertumbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ i In on i . 2 9), h. 65.

63

2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima

Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 5% yang mana tidak terlalu rendah dan

tidak terlalu tinggi, cara yang cukup cepat dalam menentukan data yang sudah

stasioner atau belum adalah dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih kecil dari

0,05 maka data sudah stasioner.

b. Uji derajat integrasi

Pada data time series umumnya tidak stasioner pada level, sehingga harus diuji

kembali pada derajat berapakah data menjadi stasioner. Uji ini dilakukan apabila data

tidak stasioner pada level, uji ini mirip dengan uji akar unit dengan cara

mendiferensiasi data pada tingkat tertentu hingga stasioner.

Hipotesis:

H i k ion

H ion

Dengan mengikuti pernyataan bahwa:

1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima

2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima

Jika nilai statistik ADF secara absolute lebih kecil dibandingkan nilai kritis

MacKinnon, maka diterima. Dengan kata lain terdapat satu akar unit atau data

tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level dapat

dijadikan stasioner melalui proses differensiasi agar data menjadi stasioner.

64

2. Uji Lag Optimal

Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag

optimal. Hal ini dilakukan karena seringkali suatu peubah bereaksi terhadap peubah

lainnya dalam suatu selang waktu (lag)12. Permasalah yang muncul apabila panjang

lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena

kurang mampu menjelaskan hubungannya dan sebaliknya jika panjang lag yang

digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi

lebih besar sehingga tidak efisien lagi menjelaskan13.

Untuk menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa kriteria yaitu

dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC),

Final Prediction Error (FPE) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).

Selanjutnya berikut adalah kriteria yang digunakan14:

Ak ik In o m ion C i ion (AIC) -2 [

T] 2(k T) (3.1)

S hw z In o m ion C i ion (SIC) -2 [

T]

(3.2)

H nn n-Quinn In o m ion C i ion (HQ) -2 [

T] 2 [

log (T)

T] (3.3)

Pengujian lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam

sistem VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua kriteria informasi untuk

12D Rizki Ku m n , “E k ivi K bij k n Mon l m S uk u P In u i

P b nk n In on i y ng Oligopoli”, (Sk ip i In i u P ni n Bogo . 2 3), h 2 .

13Andrian Tony P ko o, “An li i Hubung n P g ng n In n ion l n FDI T h p

P umbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ i In on i . 2 9), h. 67.

14Shochrul R. Ajija dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.

166.

65

menentukan lag optimal. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu

dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimal yang umumnya dipilih berdasarkan nilai

kriteria yang terkecil.

3. Uji Kointegrasi

Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila

peneliti meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan

jangka pendek dan jangka panjang. Pendeteksian ini dapat dilakukan dengan Metode

Johansen. Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan derajat

kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic atau max eigen statistic

dengan critical value-nya15.

Hipotesis:

H p hubung n j ngk p nj ng n v i b l in p n n n v i b l p n n

H i k p hubung n j ngk p nj ng n v i b l in p n n n v i b l

p n n

Dengan mengikuti pernyataan bahwa:

1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value

maka H i im , mo l koin g i

2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value

maka H i im , mo l i k koin g i

15

Moch. Deddy Ariefianto, Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews.

(Jakarta: Erlangga. 2012), h. 113.

66

Jika terdapat hubungan kointegrasi, model unrestricted VAR dapat diaplikasikan,

tetapi bila terdapat hubungan kointegrasi antar variabel, Vector Error Correction

Model (VECM) yang dipergunakan.

4. Uji Vector Error Correction Model (VECM)

Kontov dan lingard dalam Shocrul16 VECM merupakan suatu model analisis

ekonometria yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari

suatu variabel jangka panjangnya. Gujarati berpendapat VECM ini dinilai kurang

cocok jika digunakan dalam menganalisis suatu kebijakan. Hal ini dikarenakan

analisis VECM yang ateori dan terlalu menekankan pada forecasting atau peramalan

pada suatu ekonometrika17.

Dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka

panjang. Menurut Firdaus dalam Syahfitri18 model VECM secara umum adalah

sebagai berikut:

y

x

x y

- ∑ k y -

k-

i

(3.4)

Dimana:

y : vector yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian

16

Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h.

180

17D mo N. Guj i, B i E onom i ’ 4

th Edition. (New York: Mgraw-Hill. 2003), h.

853

18Ik Sy h i i, “An li i K i P b nk n n P umbuh n Ekonomi i In on i ” (Sk ip i

Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 25

67

x : vector intercept

x

: vector koefisien regresi

: time trend

: koefisien speed of adjustment

: vector kointegrasi

y -

: variabel in-level

k : matriks koefisien regresi

k-1 : ordo VECM dari VAR

k : lag

: error term

Apabila variabel-variabel tidak terkointegrasi pada stasioner atau ordo yang sama,

maka VECM tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya peneliti dapat menggunakan

VAR standar yang hasilnya identik dengan Ordinary Least Square (OLS). Pelaku

dinamis VECM dapat dilihat dari respon dari setiap variabel terikat terhadap shock

pada variabel tersebut mauun terhadap variabel bebas lainnya. Ada dua cara untuk

melihat karakteristik dinamis VECM melalui Impuls Response Funtion (IRF) dan

Variance Decompotion (VD).

a. Impuls Response Funtion (IRF)

Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan tertentu

makan digunakan metode Impuls Response Funtion (IRF). Analisis IRF data

melacak respon dari variabel terkait di dalam sistem VECM karena adanya shock dari

68

variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu sistem VECM. Misalnya

variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan mempengaruhi variabel

terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims dalam Shocrul19 IRF

menggambarkan ekspektasi periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel

akibat inovasi dari variabel lain. Sehingga lamanya shock tergantung pada suatu

variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau kembali pada titik

keseimbangan dapat dilihat.

b. Variance Decompotion (VD)

Disebut juga forecast error Variance Decompotion, merupakan perangkat yang

dapat menggambarkan relative pentingnya variabel-variabel bebas pada model

VECM karena shock dan menjelaskan sebarapa kuat peranan variabel-variabel

tertentu terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan

variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-kompoen shock,

dengan asumsi bahwa komponen-komponen tidak berkorelasi. Dalam metode ini

dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel mempengaruhi

variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang.

F. Model Penelitian

Adapun Model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian sebagai

berikut:

19

Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h.

168

69

Model umum (3.5)

ROA (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )

FDR (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )

BOPO (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS )

Dimana:

ROA : Return on Asset

FDR : Financial to Deposit Ratio

BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional

IPI : Industrial Production Index

INF : Inflasi

BIRATE : BI rate

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

KURS : Nilai Tukar

Dalam penelitian ini juga akan mengkaji hubungan antara kinerja keuangan

perbankan yang dilihat dari Return on Asset (ROA), Financial To Deposit Ratio

(FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan kondisi

makroekonomi diataranya Industrial Production Index (IPI), inflasi, BI rate, Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar. Maka persamaan untuk tiga model

umum pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model pertama (3.6)

, IPI

2 ,INF 2

3 BI RATE 3

4 IHSG 4

5 KURS 5

70

Keterangan:

ROA_Y1 = Return on Asset/nilai profitabilitas ROA

IPI_X1 = Industrial Production Index

INF_X2 = Inflasi

BIRATE_X3 = BI rate

IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan

KURS_X5 = Nilai Tukar

Model kedua (3.7)

, IPI

2 ,INF 2

3 BI RATE 3

4 IHSG 4

5 KURS 5

Keterangan:

FDR_Y2 = Financial to Deposit Ratio/nilai FDR

IPI_X1 = Industrial Production Index

INF_X2 = Inflasi

BIRATE_X3 = BI rate

IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan

KURS_X5 = Nilai Tukar

Model ketiga (3.8)

, IPI

2 ,INF 2

3 BI RATE 3

4 IHSG 4

5 KURS 5

Keterangan:

BOPO_Y3 = Biaya operasional pendapatan operasional

IPI_X1 = Industrial Production Index

71

INF_X2 = Inflasi

BIRATE_X3 = BI rate

IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan

KURS_X5 = Nilai Tukar

Selanjutnya untuk melihat isu persoalan jangka panjang terbentuk

pengkombinasian antara model VAR struktural dengan Vector Error Correction

Model (VECM) sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:

y

x

x y

- ∑ k y -

k-

i

(3.9)

Dimana:

y : ROA , FDR , BOPO , IPI , INF , BI R , IHSG , Ku

x : vector intercept

x

: vector koefisien regresi

: time trend

: koefisien speed of adjustment

: vector kointegrasi

y -

: variabel in-level

k : matriks koefisien regresi

k-1 : ordo VECM dari VAR

k : lag

: error term

72

G. Kerangka Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Uji Stasioneritas

Lag Optimal

Uji Kointegrasi

(Johansen Jesselius)

Stasioner 1st

Level/1st diff,

tidak ada

kointegrasi

Stasioner 1st

diff,

ada kointegrasi

Tahapan Estimasi Model

Impulse Respo Funtion (IRF)

Variance Decompotion (VD)

Vector

Autoregressive

(VAR) in

Level/Var in 1st

Difference

Vector Error

Correction

Model (VECM)

Input data time series (Return on Asset, Financial to Deposit Ratio, Biaya

Operasional Pendapatan Operasional, Industrial Production Index, BI Rate,

Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai Tukar)

Kesimpulan

73

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai

karakteristik populasi20. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka

hipotesisnya adalah:

1. Pengaruh jangka pendek Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate,

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja

Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit

Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.

H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA),

Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan

Operasional.

H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap

Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to

Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.

2. Pengaruh jangka panjang Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate,

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja

20

Ety Rochaeti, Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009), h.

108

74

Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit

Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.

H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA),

Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan

Operasional.

H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap

Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to

Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional.

3. H : diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio

Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai

Tukar tidak direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset

(ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan

Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

4. H : Diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio

Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai

Tukar direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset

(ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan

Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

75

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

Bab ini menganalisis data yang akan digunakan. Data yang digunakan berupa

variabel-variabel return on asset, financial to deposit ratio, biaya operasional

pendapatan operasional, industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga

saham gabungan, nilai tukar dan harga minyak mentah dunia. Objek penelitian ini

adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah. Dengan lamanya penelitian dari

periode Januari 2010 sampai dengan desember 2015.

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software

Eviews v.8.0. dan Microsoft Excel 2007, untuk mengolah data serta memperoleh hasil

dari variabel-variabel yang akan diteliti. Data-data yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Badan Pusat

Statistik dan situs pendukung lainnya. Berikut penjabaran data-data yang digunakan:

Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Month ROA (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 1.65 2.26 1.36 2.52 0.08 1.93

February 1.76 1.81 1.79 2.29 0.13 1.94

76

March 2.13 1.97 1.83 2.39 1.16 2.39

April 2.06 1.9 1.79 2.29 1.09 2.42

May 1.25 1.84 1.99 2.07 1.13 2.4

June 1.66 1.84 2.05 2.1 1.12 2

July 1.67 1.86 2.05 2.02 1.05 2.05

August 1.63 1.81 2.04 2.01 0.93 2.14

September 1.77 1.8 2.07 2.04 0.97 2.15

October 1.79 1.75 2.11 1.94 0.92 2.22

November 1.83 1.78 2.09 1.96 0.87 2.15

December 1.67 1.79 2.14 2 0.8 1.81

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Secara profitabilitas, bank syariah cenderung stagnan di level yang cukup rendah,

yang ditunjukan dengan ROA yang jauh di bawah industri perbankan. Dari tabel 4.1

diatas bahwa tercatat bahwa return on asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 sebesar 2,52 persen namun

peningkatan ini tidak diikuti bulan bulan selanjutnya. Kemudian return on asset

terendah terjadi pada bulan Januari 2014 dengan nilai 0,08 persen ini merupakan

penurunan yang cukup tajam dari tahun sebelumnya Desember 2013 dengan nilai

2,00 persen dan merupakan nilai terendah selama tahun penelitian.

Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah

Month FDR (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 88.67 91.97 87.27 100.63 100.07 110.4

February 90.96 95.16 90.49 102.17 102.03 109.73

March 95.07 93.22 87.13 102.62 102.22 111.72

77

April 95.57 95.17 95.39 103.08 95.5 109.5

May 96.65 94.88 97.95 102.08 99.43 109.63

June 96.08 94.93 98.59 104.43 100.8 109.25

July 95.32 94.18 99.91 104.83 99.89 110.02

August 98.86 98.39 101.03 102.53 98.99 109.25

September 95.4 94.97 102.1 103.27 99.71 107.71

October 94.76 95.24 100.84 103.03 98.99 107.01

November 95.45 94.4 101.19 102.58 94.62 108.92

December 89.67 88.94 100 100.32 91.5 104.88

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Menurut Bank Indonesia suatu bank masih dianggap sehat jika rasio FDR nya

berada diantara 85 persen – 110 persen, pada tabel 4.2 terjadi kenaikan FDR tertinggi

hingga mencapai 111,72 persen di tahun 2015 pada bulan maret, hal tersebut

mengindikasikan bahwa bank belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pihak

intermediasi (perantara) yang baik. Total pembiayaan yang diberikan lebih dari 110

persen yang artinya pembiayaan yang diberikan meelbihi dana yang dihimpun oleh

bank.

Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah

Month BOPO (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 84.87 75.75 86.22 70.43 80.05 82.51

February 79.73 79.56 78.39 72.06 83.77 82.28

March 76.27 77.63 77.77 72.95 91.9 78.76

April 77.15 78.78 77.77 73.95 84.5 79.97

May 85.79 79.05 76.24 76.87 76.49 79.79

June 79.99 78.13 75.74 76.18 71.76 82.06

July 79.77 77.13 75.87 76.13 79.8 81.43

78

August 80.36 77.65 75.89 77.87 81.2 80.37

September 79.1 77.54 75.44 77.98 82.39 80.06

October 78.94 78.03 75.04 79.06 75.61 79.96

November 77.7 77.92 75.29 78.59 93.5 79.99

December 80.54 78.41 74.75 78.21 79.28 83.41

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Kinerja intermediasi perbankan yang tertahan berdapak pada penurunan

profitablitas dan efisiensi yang tercermin pada rasio ROA yang menurun pada tabel

4.1 dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang

meningkat. Pada tabel 4.3 terlihat kenaikan rasio BOPO tertiggi pada tahun 2014

bulan November dengan nilai 93,5 persen dan terendah di bulan Januari 2014 dengan

nilai 70,43 persen.

Data selanjutnya yang akan ditampilkan adalah data makroekonomi pada periode

Januari 2010 sampai dengan Desember 2015, yakni sebagai berikut:

Tabel 4.5

Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia

(dalam persen)

Month Indeks Produksi Bulanan Industri Besar dan Sedang

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 96.59 101.66 102.76 113.91 117.32 123.33

February 97.28 98.06 105.63 112.31 116.60 119.67

March 101.37 105.86 102.46 112.58 116.80 125.46

April 101.44 102.19 103.38 114.12 117.25 127.11

May 100.90 105.63 108.31 115.78 120.16 123.03

June 104.72 107.23 109.79 113.34 120.22 126.26

July 100.93 109.45 111.41 115.28 117.05 122.21

79

August 101.12 103.10 100.78 113.37 120.13 127.01

September 92.32 104.12 109.61 116.36 127.74 130.31

October 100.77 107.59 118.17 118.05 124.37 131.09

November 101.72 101.35 114.13 116.20 121.73 128.64

December 100.83 102.89 114.12 117.36 124.94 126.22

Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia

Month Inflasi (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 3.72 7.02 3.65 4.57 8.22 6.96

February 3.81 6.84 3.56 5.31 7.75 6.29

March 3.43 6.65 3.97 5.90 7.32 6.38

April 3.91 6.16 4.50 5.57 7.25 6.79

May 4.16 5.98 4.45 5.47 7.32 7.15

June 5.05 5.54 4.53 5.90 6.70 7.26

July 6.22 4.61 4.56 8.61 4.53 7.26

August 6.44 4.79 4.58 8.79 3.99 7.18

September 5.80 4.61 4.31 8.40 4.53 6.83

October 5.67 4.42 4.61 8.32 4.83 6.25

November 6.33 4.15 4.32 8.37 6.23 4.89

December 6.96 3.79 4.30 8.38 8.36 3.35

Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia

Month BI Rate (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 7.50

February 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50

March 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50

April 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50

May 6.50 6.75 5.75 5.75 7.50 7.50

June 6.50 6.75 5.75 6.00 7.50 7.50

80

July 6.50 6.75 5.75 6.50 7.50 7.50

August 6.50 6.75 5.75 7.00 7.50 7.50

September 6.50 6.75 5.75 7.25 7.50 7.50

October 6.50 6.50 5.75 7.25 7.50 7.50

November 6.50 6.00 5.75 7.25 7.75 7.50

December 6.50 6.00 5.75 7.50 7.75 7.50

Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia

(dalam persen)

Month Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 2.61 3.41 3.94 4.45 4.42 5.29

February 2.55 3.47 3.99 4.80 4.62 5.45

March 2.97 3.68 4.12 4.94 4.77 5.52

April 2.80 3.82 4.18 5.03 4.84 5.09

May 2.91 3.84 3.83 5.07 4.89 5.22

June 3.07 3.89 3.96 4.82 4.88 4.91

July 3.07 4.13 4.14 4.61 5.09 4.80

August 3.08 3.84 4.06 4.20 5.14 4.51

September 3.50 3.55 4.26 4.32 5.14 4.22

October 3.64 3.79 4.35 4.51 5.09 4.46

November 3.53 3.72 4.28 4.26 5.15 4.45

December 3.70 3.82 4.32 4.27 5.23 4.59

Data diolah

Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia

Month Nilai Tukar (dalam persen)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

January 95.57 98.82 99.44 92.29 73.2 70.89

February 95.88 101.44 98.51 92.58 76.93 69.58

March 98.19 102.77 97.49 92.09 78.48 68.4

81

April 99.31 104.39 97.39 92.06 77.61 69.18

May 97.49 104.84 93.57 91.31 77.08 67.75

June 98.54 104.11 94.41 90.14 74.78 67.13

July 99.98 105.2 94.36 87.08 77.22 66.39

August 98.99 104.34 93.62 81.93 76.38 63.81

September 100.29 101.44 93.35 77.07 73.29 61.06

October 100.25 101.3 93.08 79.67 74.08 65.62

November 99.3 97.6 93.18 74.73 73.38 64.67

December 99.54 98.7 92.55 73.43 71.95 64.88

B. Analisis Pengujian Statistik

1. Uji Stasioneritas

Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas

dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji stasioner atau tidak. Uji

stasioner data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar unit yaitu dengan

menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau

difference) senigga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini

menggunakan uji augemted dickey-fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas

dengan menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) dari setiap data:

Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level

Variabel ADF Statistik

ket. t-statistic critical values 5% prob

ROA -3.192560 -2.902953 0.0245 Stasioner

FDR -2.665924 -2.902953 0.0851 Stasioner

BOPO -5.586259 -2.902953 0.0000 Tidak Stasioner

82

Industrial Production Index -0.564950 -2.904198 0.8708 Tidak Stasioner

Inflasi -2.802051 -2.903566 0.0631 Tidak Stasioner

BI Rate -1.168273 -2.903566 0.6857 Tidak Stasioner

IHSG -2.271200 -2.902953 0.1840 Tidak Stasioner

Nilai Tukar 0.467618 -2.902953 0.9844 Tidak Stasioner

Sumber: output eviews (data diolah)

Berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tigkat level diatas.

Dengan menggunakan critical value 5% hanya nilai ADF t-statistik ROA dan BOPO

yang lebih besar dari critical value nya dengan masing-masing nilai -3.192560 untuk

ROA dan -5.586259 untuk BOPO sehingga dapat dikatakan stasioner kedua variabel

tersebut karena lebih besar dari nilai critical value -2.902953.

Sebaliknya variabel lainnya tidak stasioner dengan data sebagai berikut, nilai

FDR t-statistic -2.665924 < critical value -2.902953 kemudian Industrial Production

Index t-statistic -0.564950 < critical value -2.904198, untuk Inflasi t-statistic -

2.802051 < critical value -2.903566, BI Rate t-statistic -1.168273 < critical value -

2.903566, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) t-statistic -2.271200 < critical

value -2.902953, Nilai Tukar t-statistic 0.467618 < critical value -2.902953 dan pada

variabel Harga Minyak Mentah Dunia nilai t-statistic -0.870460 < critical value -

2.903566. maka variabel Industrial Production Index, Inflasi, BI Rate, Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar dapat dikatakan tidak stasioner uji ADF

pada tingkat Level.

83

Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1st difference karena untuk mengetahui

variabel lainnya stasioner atau tidak. Pada tabel berikut merupakan hasil uji

stasioneritas ADF pada tingkat 1st difference.

Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference

Variabel ADF Statistik

ket. t-statistic critical values 5% prob

ROA -9.398586 -2.903566 0.0000 Stasioner

FDR -9.907723 -2.903566 0.0001 Stasioner

BOPO -12.779420 -2.903566 0.0001 Stasioner

Industrial Production Index -7.993599 -2.904848 0.0000 Stasioner

Inflasi -5.446375 -2.903566 0.0000 Stasioner

BI Rate -4.797646 -2.903566 0.0002 Stasioner

IHSG -8.282740 -2.903566 0.0000 Stasioner

Nilai Tukar -8.088535 -2.903566 0.0000 Stasioner

Sumber: output eviews (data diolah)

Asumsi uji ADF jika t-statistic < critical value = tidak stasioner, dan ADF t-

statistic > critical value = stasioner. Dengan keterangan asumsi tersebut, maka dapat

dinyatakan semua variabel penelitian diantaranya ROA, FDR, BOPO, Industrial

Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai

Tukar dapat dinyatakan stasioner pada tingkat 1st difference karena semua nilai t-

statistic > critical value. Maka penelitian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya.

2. Uji Lag Optimal

Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang

optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif tehadap panjangnya

lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui

84

panjangnya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya

maupun variabel endogen lainnya.

Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa criteria

yaitu: Final Prediction Error (FPI) Akaike Information Creterion (AIC), Schwarz

Information Criterion (SC) dan Hanna-Quinn Information Criterion (HQ). hasil uji

panjang lag optimal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal

Lag LR FPE AIC SC HQ

0 NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933

1 738.9524 0.002123* 19.36598 22.32751* 20.53786*

2 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951

3 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350

4 109.8502* 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443

5 78.74440 0.006431 17.70664* 31.32967 23.09731

Pada tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji lag tersebut memberikan rekomendasi lag

yang berbeda-beda. Terlihat bahwa dengan criteria FPE, SC dan HQ kandidat yang

disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda bintang yang paling banyak. Dengan

demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 1.

3. Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang

antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana

semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat satu (1st

85

difference). Apabila ditemukan adanya kointegrasi, makan estimasi VECM

dilakukan. Namun sebaliknya, apabila tidak ditemukan adanya kointegrasi, maka

estimasi VAR in difference yang akan dilakukan.

Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Johansen dengan

membandingkan nilai trace statistic dan nilai Max-Eigen statistic lebih besar dari

nilai kritis 0,05 makan data terkointegrasi dan sebaliknya. Berikut hasil uji

kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen Test.

Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.585726 212.9719 197.3709 0.0066

At most 1 0.442350 151.2861 159.5297 0.1286

At most 2 0.373345 110.4044 125.6154 0.2886

At most 3 0.312884 77.68936 95.75366 0.4449

At most 4 0.235261 51.42173 69.81889 0.5751

At most 5 0.176009 32.64629 47.85613 0.5764

At most 6 0.152867 19.09463 29.79707 0.4861

At most 7 0.083971 7.481780 15.49471 0.5223

At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.585726 61.68588 58.43354 0.0231

At most 1 0.442350 40.88162 52.36261 0.4419

At most 2 0.373345 32.71509 46.23142 0.6103

At most 3 0.312884 26.26763 40.07757 0.6842

86

At most 4 0.235261 18.77543 33.87687 0.8354

At most 5 0.176009 13.55167 27.58434 0.8523

At most 6 0.152867 11.61285 21.13162 0.5862

At most 7 0.083971 6.139517 14.26460 0.5954

At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466

Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan, pada tabel 4.14 dapat

dilihat bahwa nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis yaitu 212.9719

> 197.3709 pada tingkat keyakinan 5% kemudian nilai Max-Eigen statistic juga lebih

besar dari nilai kritis yaitu 61.68588 > 58.43354. Nilai trace statistic dan nilai Max-

Eigen statistic menunjukan adanya 1 rank kointegrasi yang signifikan pada α = 5%

yang ditunjukan oleh tanda asentrik (*). Hal ini mengindikasikan bahwa diantara

pergerakan semuan variabel penelitian memiliki hubungan keseimbangan dalam

jangka panjang. Dengan demikian, analisis selanjutnya dapat dilakukan dengan

menggunakan model VECM.

4. Uji VECM

Setelah melakukan beberapa uji sebelumnya, maka langkah yang dilakukan

selanjutnya adalah estimasi VECM (Vector Error Correction Model). Estimasi

VECM dilakukan karena terdapat kointegrasi pada saat uji kointegrasi dilakukan

untuk melihat analisis jangka panjang dan jangka pendek. Uji VECM dilakukan

dengan Impulse Respose Function (IRF) dan Forecast Error Decompotion Variance

87

(FEDV) atau yang biasa dikenal dengan Variance Decompotion (VD). Maka hasil

yang diperoleh adahal sebagai berikut:

Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA

Variabel Koefisien t-statistik keterangan

Jangka Pendek

CointEq1 0.09126 -2.33660 -

Industrial Production Index (-1) 0.01300 -1.23419 Tidak Signifikan

Inflasi (-1) 0.07012 0.97526 Tidak Signifikan

BI Rate (-1) 0.34180 -1.63701 Tidak Signifikan

IHSG (-1) 0.27569 1.10163 Tidak Signifikan

Nilai Tukar (-1) 0.02784 -0.43271 Tidak Signifikan

Jangka Panjang

Industrial Production Index (-1) -0.13294 -6.53290 Signifikan

Inflasi (-1) -0.28557 -5.35211 Signifikan

BI Rate (-1) 0.71444 5.24122 Signifikan

IHSG (-1) 0.54942 3.28310 Signifikan

Nilai Tukar (-1) -0.07112 -5.27100 Signifikan

Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)

Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh

jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,

BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif

dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan pada Industrial

Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki hubungan

negatif dan signifikan tehadap ROA.

Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI

Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan

88

dengan Return on Asset pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan

hubungan yang terlihat positif tetapi tidak signifikan.

Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR

Variabel Koefisien t-statistik keterangan

Jangka Pendek

CointEq1 0.06755 -1.67507 -

Industrial Production Index (-1) 0.12771 -0.06772 Tidak Signifikan

Inflasi (-1) 0.64928 1.72515 Tidak Signifikan

BI Rate (-1) 3.21248 -0.34946 Tidak Signifikan

IHSG (-1) 2.62678 1.45542 Tidak Signifikan

Nilai Tukar (-1) 0.25733 0.00582 Tidak Signifikan

Jangka Panjang

Industrial Production Index (-1) -1.913776 -7.02510 Signifikan

Inflasi (-1) -3.676891 -5.11319 Signifikan

BI Rate (-1) 4.186701 2.27210 Signifikan

IHSG (-1) 8.415306 3.79981 Signifikan

Nilai Tukar (-1) -0.624506 -3.45941 Signifikan

Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)

Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh

jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,

BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif

dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan pada

Industrial Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki

hubungan yang negatif dan signifikan tehadap FDR pada Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah.

Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI

Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan

89

dengan Financing to Deposit Ratio pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, hubungan terlihat positif tetapi tidak signifikan.

Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO

Variabel Koefisien t-statistik keterangan

Jangka Pendek

CointEq1 0.03383 -0.38743 -

Industrial Production Index (-1) 0.15534 -0.84338 Tidak Signifikan

Inflasi (-1) 0.76047 -1.38521 Tidak Signifikan

BI Rate (-1) 3.97082 0.75897 Tidak Signifikan

IHSG (-1) 3.20142 -1.53685 Tidak Signifikan

Nilai Tukar (-1) 0.31146 1.90259 Tidak Signifikan

Jangka Panjang

Industrial Production Index (-1) 4.607623 6.20734 Signifikan

Inflasi (-1) 6.771608 3.44690 Signifikan

BI Rate (-1) -1.837163 -0.36895 Tidak Signifikan

IHSG (-1) -20.86969 -3.45756 Signifikan

Nilai Tukar (-1) 2.367383 4.81255 Signifikan

Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)

Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis hubungan

jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang,

Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki hubungan yang

positif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

Sedangkan pada BI Rate dalam jangka panjang memiliki hubungan yang terlihat

negatif dan tidak signifikan tehadap BOPO, adapun untuk variabel Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif dan

signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di

Indonesia.

90

Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI

Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan

dengan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan hubungan yang terlihat positif tetapi tidak

signifikan.

a. Impulse Respose Function (IRF)

Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap

variabel terhadap kejutan dari variabel lainnya. Impulse Respose Function (IRF)

memberikan gambaran bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika

terjadi gangguan pada suatu variabel lainnya. Dengan demikian, lamanya pengaruh

dari gangguan (shock) suatu variabel terhadap variabel lain dampak pengaruhnya

hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat.

Menurut Juanda dan Junaidi1 jika grafik impulse response menunjukan

pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan (convergence) atau kembali

ke keseimbangan sebelumnya, ini berarti respon suatu peubah akibat suatu guncangan

makin lama akan menghilang sehingga guncangan tersebut tidak meninggalkan

pengaruh permanen terhadap peubah tersebut. Berikut hasil analisis impulse response

function (IRF).

1Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu (Bogor: IPB Press. 2012), h. 157

91

Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA)

Response of ROA:

Period ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 0.344874 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.270500 0.060378 0.047893 -0.08488 0.038711 0.002579

3 0.248382 0.097232 0.069753 -0.09489 0.049780 0.019764

4 0.246630 0.076401 0.070964 -0.0865 0.052476 0.018000

5 0.257425 0.064247 0.066818 -0.08578 0.050283 0.015012

6 0.259063 0.067502 0.064601 -0.09015 0.051941 0.014357

7 0.256834 0.070045 0.064256 -0.09194 0.052762 0.014769

8 0.256282 0.070056 0.064036 -0.09185 0.052779 0.014914

9 0.256533 0.069552 0.063731 -0.09169 0.052704 0.014794

10 0.256683 0.069494 0.063560 -0.09177 0.052685 0.014729

Sumber: output eviews 8 (data diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel return on asset (ROA) merespon

shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga akhir periode

atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan oleh variabel

BI Rate adalah negatif permanen atau negatif di awal periode sampai akhir periode.

Grafik 4.1 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production

Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada

diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah

berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis

horizontal yang artinya bahwa variabel-variabel tersebut memberikan dampak

negatif.

92

Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to ROA

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to IPI

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to INFLASI

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to BIRATE

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to IHSG

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Dapat dilihat bahwa respon ROA terhadap guncangan yang diberikan oleh

Industrial production index (IPI), pada periode ke-3 shock yang diberikan adalah

sebesar 0,097232 yang berarti jika terjadi kenaikan pada IPI yang merupakan

93

indikator pengukur produksi output riil meningkat sebesar satu satuan akan

mengakibatkan kenaikan pada return on asset 0,097%. Semakin tinggi IPI maka

semakin tinggi pula ROA, hasil penelitian ini yang menunjukan guncangan pada IPI

yang direspon positif ROA sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia

(2013) yang menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh yang

positif tetapi tidak signifikan dan sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Sara

dan Nadeem (2013) di Pakistan.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny (2015) yang

menunjukan bahwa gross domestic product memberikan pengaruh negatif terhadap

ROA. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besarnya output

nasional merupakan tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam

perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan)

digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum makin semakin besar

pendapatan suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonomi.

Shock yang diberikan Inflasi terhadap ROA positif sebesar 0,070964 pada

periode ke-4 yang artinya jika terjadi kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan

ROA. Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika inflasi diantisipasi penuh,

maka tingkat suku bunga yang diberlakukan bank akan meningkat untuk meng-cover

risiko inflasi sehingga peningkatan pendapatan lebih cepat dibandingkan dengan

peningkatan biaya, sehingga berdampak positif terhadap kinerja bank khususnya

tingkat profitabilitas. Hasil sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia

94

(2013), Rismon dan Henny (2015) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif

terhadap ROA. Tetapi penelitian yang dilakukan di Pakistan menunjukan hal yang

berbeda Sara dan Nadeem (2013) bahwa inflasi memberikan dampak yang negatif

terhadap ROA.

Sama halnya dengan respon positif yang diberikan IHSG, dimana shock yang

diberikan oleh IHSG pada periode ke-8 sebesar 0.052779 yang artinya kenaikan

IHSG sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan ROA sebesar 0,053%.

Guncangan pada pasar saham dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif,

jika antara kondisi pasar saham yang berkembang dengan kinerja bank saling

melengkapi maka itu dapat memberikan dampak yang positif. hasil sejalan dengan

penelitian Budi (2009) yang menunjukan bahwa korelasi IHSG terhadap kinerja

keuangan pada profitabilitas adalah positif.

Shock variabel nilai tukar yang diberikan adalah sebesar 0,019764 pada periode

ke-3 yang berarti penguatan nilai tukar mata uang domestik akan meningkatkan ROA

sebesar 0,20%. Penelitian ini sejalan dengan teori jika diasumsikan bank mengambil

posisi terbuka disaat bank ada pada posisi membeli, keuntungan akan terjadi bila nilai

mata uang lokal menguat (naik) dan nilai dollar rendah (menurun). Penelitian yang

sudah dilakukan Budi (2009) menunjukan hasil yang serupa bahwa nilai tukar rupiah

terhadap dollar AS positif.

95

Mengenai guncangan yang respon negatif permanen oleh return on asset

diantaranya BI Rate jika dilihat pada hasil uji IRF periode ke-3 sebesar -0,09489 yang

berarti jika terjadi kenaikan pada BI Rate maka akan menurunkan ROA sebesar

0,095%. Hasil penelitian ini didukung oleh temuan pada penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad (2015) yang menyatakan bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang

negatif terhadap return on asset. Sejalan dengan teori yang ada bahwa tingkat suku

bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi, apakah pemilik

modal akan berinvestasi pada real asset ataukah pada financial asset, tingkat suku

bunga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan

lainnya.

Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR)

Response of FDR:

Period FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 3.243038 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 2.539387 0.472170 0.818657 -0.26578 0.605766 0.113868

3 2.291988 0.405236 0.894259 -0.082 0.524369 0.103223

4 2.417454 0.135607 0.889576 -0.01075 0.434943 0.098601

5 2.502948 0.151385 0.909928 -0.04913 0.498087 0.111405

6 2.479306 0.154493 0.913302 -0.06421 0.527656 0.107313

7 2.482605 0.142943 0.903749 -0.06706 0.522790 0.105616

8 2.487605 0.146526 0.900561 -0.07277 0.525170 0.106094

9 2.485301 0.150022 0.899181 -0.07518 0.527064 0.105784

10 2.484466 0.150192 0.897941 -0.07543 0.526233 0.105534

Sumber: output eviews 8 (data diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Financial to Deposit Ratio (FDR)

merespon shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi,

96

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga

akhir periode atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan

oleh variabel BI Rate adalah negative permanen atau negatif di awal periode sampai

akhir periode.

Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to FDR

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to IPI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to INFLASI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to BIRATE

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to IHSG

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

97

Grafik 4.2 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production

Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada

diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah

berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis

horizontal yang artinya bahwa variabel tersebut memberikan dampak negatif

terhadap financial to deposit ratio.

Mengenai respon FDR terhadap variabel yang memberikan respon positif

permanen diantarnya industrial production index (IPI) adalah positif permanen, pada

period k-2 shock yang diberikan adalah sebesar 0,472170 yang berarti jika terjadi

kenaikan pada IPI yang merupakan indikator pengukur produksi output riil

meningkat mengakibatkan kenaikan pada financial to deposit ratio 0,47%. Semakin

tinggi IPI maka semakin tinggi juga FDR. Begitu juga dengan respon tehadap Inflasi,

shock yang diberikan sebesar 0,913302 pada periode ke-6 yang artinya jika terjadi

kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan FDR.

Sama halnya dengan respon yang diberikan IHSG, dimana shock yang diberikan

oleh IHSG pada periode ke-2 sebesar 0,605766 yang artinya kenaikan IHSG sebesar

satu satuan akan mengakibatkan kenaikan FDR sebesar 0,605%. Shock yang

diberikan variabel nilai tukar adalah sebesar 0,113868 pada periode ke-2 yang berarti

penguatan nilai tukar mata uang domestik sebesar 1% akan meningkatkan FDR

sebesar 0,114%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Rinal

(2006) bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap FDR.

98

Adapun respon financial to deposit ratio terhadap guncangan (shock) BI rate

negative permanen yang mana responnya sebesar -0,265777 pada periode ke-2 yang

artinya jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan maka hal itu akan

menurunkan financial to deposit ratio sebesar 0,265%. Hasil tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rinal (2006) dan Budi (2009) yang menyatakan

bahwa suku bunga memberikan dampak yang negatif terhadap FDR.

Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO)

Response of BOPO:

Period BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 3.873528 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.650935 0.100802 -0.15963 0.153218 -0.14092 0.893808

3 1.778997 0.988736 0.159434 0.041377 -0.10616 0.49176

4 1.673461 0.719445 0.291003 0.502153 -0.25164 0.495022

5 1.680588 0.77332 0.460041 0.640806 -0.35818 0.49161

6 1.684044 0.759233 0.556822 0.750745 -0.39909 0.49689

7 1.702586 0.741957 0.607909 0.810863 -0.42553 0.49676

8 1.712489 0.728307 0.632136 0.839375 -0.43816 0.500537

9 1.719067 0.722414 0.642365 0.849557 -0.44258 0.50244

10 1.722598 0.718682 0.645355 0.852737 -0.44365 0.503507

Sumber: output eviews 8 (data diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Biaya Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO) merespon shock yang diberikan variabel Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) adalah negatif diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan

negatif permanen.

99

Jika melihat hasil IRF pada BOPO merespon positif secara permanen yang

artinya dari awal periode hingga akhir periode bernilai positif terhadap guncangan

variabel Industrial Production Index, BI rate dan Nilai Tukar. Adapun untuk variabel

Inflasi hanya pada periode ke-2 yang memberikan guncangan negatif, untuk periode

selanjutnya sampai akhir periode memberikan guncangan yang positif terhadap biaya

operasional pendapatan operasional.

Mengenai respon BOPO terhadap variabel yang memberikan guncangan positif

permanen adalah BI rate, pada akhir periode memberikan respon terhadap BOPO

sebesar 0,852737 berarti jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan

mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional sebesar

0,85%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dadang dkk

(2014) bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang positif terhadap BOPO. Teori

mengatakan jika terjadi inflasi, otoritas moneter akan mengambil kebijakan dengan

memainkan instrument moneter seperti menaikan tingkat suku bunga. Akibatnya

bank konvensional akan menaikan tingkat suku bunga nya sehingga deposan yang

memiliki mindset rational akan menarik dananya dari bank syariah dan

memindahkannya ke bank konvensional, maka hal tersebut dapat meningkatkan

BOPO.

Guncangan variabel nilai tukar di respon positif dan permanen oleh BOPO, pada

akhir periode sebesar 0,503507 yang artinya jika terjadi penguatan nilai tukar rupiah

maka akan mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional

100

sebesar 0,50%. Berbeda dengan IHSG yang memberikan shock pada BOPO dengan

negatif permanen, shock yang diberikan pada akhir periode sebesar -0.443648 berarti

jika terjadi kenaikan pada IHSG sebesar satu satuan maka akan menurunkan BOPO

sebesar 0,44%.

Inflasi memberikan shock yang di respon positif, tetapi pada periode ke-2

guncangan yang terjadi di respon negatif oleh BOPO. Jadi ketika terjadi guncangan

pada inflasi di periode ke-2 sebesar -0.159631 maka akan mengakibatkan penuruan

sebesar 0,16% terhadap BOPO.

Grafik 4.3 menunjukan bahwa variabel Industrial Production Index, BI rate dan

nilai tukar kecenderungan variabel tersebut berada diatas garis horizontal yang

menunjukan bahwa variabel tersebut adalah berdampak positif. Sedangkan untuk

variabel IHSG berada dibawah garis horizontal yang mengindikasikan bahwa variabel

tersebut memberikan dampak yang negatif.

Melihat pada grafik tersebut, beberapa variabel lainnya berada pada posisi yang

fluktuatif. Pada satu periode berada dibawah garis horizontal sedangkan periode

lainnya ada diatas garis horizontal seperti yang terjadi pada inflasi.

101

Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to BOPO

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to IPI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to INFLASI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to BIRATE

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to IHSG

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

b. Variance Decompotion (VD)

Analisis Variance Decompotion (VD) atau analisis dekompsisi bermanfaat untuk

menjelaskan kontribusi dari masing-masing variabel terhadap guncangan yang

102

ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. Analisis ini

digunakan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi varians setiap variabel

berpengaruh tehadap variabel lainnya pada saat ini dan periode kedepannya.

Berikut ini hasil analisis Variance Decompotion untuk melihat pengaruh variabel

makroekonomi yaitu industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga saham

gabungan dan nilai tukar terhadap kinerja keuangan perbankan yang dilihat dari rasio

return on asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan

operasional.

Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA)

Variance Decomposition of ROA:

Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192

3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383

4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000

5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227

6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183

7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708

8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579

9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992

10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525

Sumber: output eviews 8

Tabel 4.21 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama return

on asset dipengaruhi oleh return on asset itu sendiri. Namun seiring bertambahnya

periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi ROA walaupun besarnya tidak

sebesar pengaruh return on asset itu sendiri.

103

BI rate memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel ROA, dimana awal

periode pengaruhnya sebesar 3,45 persen dan terus meningkat sampai akhir periode

pengaruhnya sebesar 7,96 persen terhadap pertumbuhan return on asset. Pengaruh

yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap ROA sebesar 0,22

persen di akhir periode, adapaun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance

decompotion mengenai variabel industrial production index berada diurutan ke-3

pengaruhnya terhadap return on asset sebesar 5,14 persen pada akhir periode.

Selanjutnya untuk pengaruh inflasi berada pada urutan ke-4 terhadap return on asset,

adapun variabel indeks harga saham gabungan memberikan pengaruh sebesar 2,52

persen dengan nilai tersebut pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap return on asset.

Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio

(FDR)

Variance Decomposition of FDR:

Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 3.243038 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 4.280487 92.59504 1.216774 3.657778 0.385521 2.002734 0.070764

3 4.987617 89.31785 1.556342 5.908820 0.310981 2.580426 0.094953

4 5.633147 88.43682 1.278032 7.125988 0.244156 2.619064 0.105076

5 6.253898 87.76974 1.095509 7.898530 0.204265 2.759262 0.116984

6 6.812580 87.20900 0.974624 8.453408 0.181020 2.925158 0.123397

7 7.328131 86.84694 0.880363 8.826745 0.164820 3.036995 0.127417

8 7.811217 86.57903 0.810025 9.097918 0.153744 3.124990 0.130592

9 8.265482 86.36501 0.756379 9.308840 0.145583 3.197556 0.133012

10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907

Sumber: output eviews 8

Tabel 4.22 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama

financial to deposit ratio dipengaruhi oleh financial to deposit ratio itu sendiri.

104

Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi

FDR walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh financial to deposit ratio tersebut.

Inflasi memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel FDR, dimana awal

periode pengaruhnya sebesar 3,66 persen dan terus meningkat sampai akhir periode

pengaruhnya sebesar 9,47 persen terhadap pertumbuhan financial to deposit ratio.

Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap FDR sebesar

0,07 persen, adapun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion

mengenai variabel indeks harga saham gabungan berada diurutan ke-3 pengaruhnya

terhadap financial to deposit ratio sebesar 3,25 persen pada akhir periode.

Selanjutnya untuk pengaruh industrial production index berada pada urutan ke-4

terhadap financial to deposit ratio yang mana pada awal periode memberikan

pengaruh sebesar 0,71 persen. Adapun variabel BI rate ada pada urutan ke-5 yang

memberikan pengaruh sebesar 0,13 persen diakir periode terhadap FDR.

Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO)

Variance Decomposition of BOPO:

Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267

3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564

4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942

5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436

6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349

7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142

8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391

9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820

105

10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301

Sumber: output eviews 8

Tabel 4.23 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama biaya

operasional pendapatan operasional dipengaruhi oleh biaya operasional pendapatan

operasional itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain

mulai mempengaruhi BOPO walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh biaya

operasional pendapatan operasional tersebut.

Nilai tukar memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel BOPO, dimana

awal periode pengaruhnya sebesar 3,05 persen dan meningkat sampai akhir periode

pengaruhnya sebesar 3,70 persen terhadap pertumbuhan biaya operasioanal

pendapatan operasional. Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel indeks

harga saham gabungan yang nilainya hanya sebesar 0,40 persen pengaruhnya

terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO), adapun untuk variabel

lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion diantaranya variabel inflasi berada

diurutan ke-3 pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional

sebesar 2,45 persen pada akhir periode. Selanjutnya untuk pengaruh BI rate berada

pada urutan ke-4 terhadap biaya operasional pendapatan operasional dimana

pengaruhnya sebesar 1,60 persen, adapun variabel IPI memberikan pengaruh yang

rendah terhadap BOPO dengan ada pada urutan ke-5 sebesar 0,64 persen

pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO).

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan meneliti pengaruh

guncangan makroekonomi terhadap kinerja keuangan yang dilihat dari return on

asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan operasional untuk

jangka pendek dan jangka panjang. Dengan menggunakan data time series dengan

model vector error correction model (VECM) pada software eviews 8 maka

didapatkan kesimpulan hasil penelitian ini, yakni:

1. Pengaruh jangka pendek kondisi makroekonomi (Industrial Production Index,

inflasi, BI rate, Indeks Harga Saham Gabunga dan nilai tukar) terhadap kinerja

keuangan yang melihat pada rasio profitabilitas (Return on Asset), likuiditas

(Financial to Deposit Ratio) dan efisiensi (Biaya Operasional Pendapatan

Operasional) bersama-sama menunjukan hubungan yang positif tetapi tidak

signifikan.

2. Pengaruh jangka panjang yang menggambarkan kondisi makroekonomi terhadap

kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia secara umum menunjukan

hubungan yang siginfikan. Adapun yang memberikan pengaruh positif adalah BI

107

Rate dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap rasio profitabilitas dan

likuiditas, variabel industrial production index, inflasi dan nilai tukar memberikan

107

pengaruh positif terhadap rasio efisiensi, variabel harga minyak mentah dunia

yang berpengaruh positif terhadap rasio profitabilitas. Kemudian jika melihat

hubungan negatif dan signifikan ditunjukan oleh variabel industrial production

index, inflasi dan nilai tukar terhadap rasio profitabilitas (ROA) dan likuiditas

(FDR) , variabel BI Rate dan IHSG terhadap rasio efisiensi (BOPO).

3. Pada hasil impulse response function, secara umum guncangan (shock) dari

kondisi makroekonomi direspon oleh kinerja keuangan perbankan syariah yang

dilihat dari rasio profitabilitas (ROA), likuiditas (FDR) dan efisiensi (BOPO) di

Indonesia baik secara positif maupun negatif dengan lamanya shock yang

diberikan permanen ataupun tidak permanen. Adapun dari hasil variance

decompotion pada forecast yang dilakukan, indikator kinerja keuangan perbankan

syariah tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, kemungkinan

variabel lain yang di luar makroekonomi yang lebih berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan syariah di Indonesia.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini dan pembahasan di atas, maka penulis menyarankan

beberapa hal berikut:

108

1. Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia agar dapat terus

menganalisis kinerja keuangan setiap periode dengan mengamati perkembangan

kondisi perekonomian nasional dan internasional. Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syaiah di Indonesia terus mengingkatkan kinerja keuangan dalam beberapa

hal diantaranya tingkat profitabilitas, menjalankan tugas sebagai media

intermediasi yang lebih baik lagi dalam penyaluran dana nya, meningkatkan

tingkat efisiensi bank dan memperhatikan pergerakan kondisi makroekonomi

pada saat membuat pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta

perencanaan dimasa yang akan datang agar siap menghadapi resiko yang

ditimbulkan dari guncangan kondisi makroekonomi di Indonesia maupun

internasional.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan

menambah periode penelitian dan menambahkan variabel internal yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia, memperbanyak

jumlah sampel dengan menambahkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau

melakukan studi komparasi dengan Perbankan Syariah di Negara lain.

109

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Rahmat. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas

pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”. Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2015.

Ajija, Shochrul R dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

2010.

Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001.

Antonio, Syafii. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.

2001.

Anugrah, Rinal Satria. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank

Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Institut Pertanian Bogor. 2006.

Ariefianto, Moch. Deddy. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan

Eviews. Jakarta: Erlangga, 2012.

Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003.

Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance

in Indonesia”. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor

4, (April 2015). Hlm. 398.

Bank Indonesia. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank

Indonesia (BI), 2002.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan.

Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

2005.

Dang, Uyen. “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of

Arcada University of Applied Sciences”. International Bussiness.

Darmadi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.

Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. Laporan Profil

Industri Perbankan. 2015. Otoritas Jasa Keuangan. Tahun 2015.

110

Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Booklet Perbankan Indonesia 2016.

Otoritas Jasa Keuangan, 2016.

Djohanputro, Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Jakarta: Penerbit PPM,

2006.

Dwijayanti, Febrina dan Naomi. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar

Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal

Karisma, Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009.

Efendi, Sofyan dan Tukiran. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ED. 2012.

Fadila, Jauhari Dwi Putra dkk. “Analisis Pergerakan Harga Internasional Minyak

Bumi, CPO dan Kedelai dengan pendekatan VECM”. Proshiding PE 2014.

Perdagangan, integrasi ekonomi, supply chain management, penyuluhan,

komunikasi, transfer teknologi dan bioteknologi, 2014. hlm. 4.

Fatmawati, Sri Wulan. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks

Harga Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index

(JII)”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

2013.

Gujarati, Damodar N. Basic Econometric’s 4th

Edition. New York: Mgraw-Hill,

2003.

Hamdi, Rismon dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank

terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”.

Jurnal Manajemen Trisakti (e-Journal) Volume 2 Nomor 1 (Februari 2015).

ISSN: 2339-0824, h. 15 – 32.

Hanafi, Mahmud M. dkk. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN, 2007.

Haningsih, Luna. “Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat”. Pusat Pengembangan

Bahan Ajar-UMB, Modul 11.

Hapsari, Tiara Kusuma. “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan

Rasio Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing

di BEI 2005 – 2009)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Semarang, 2011.

Hong , Shiew Chung dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal

GDP and Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in

111

Malaysia”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 11 No.

1. (Jan – March). 2015. hlm. 158 – 180

Idrus, Muhammad. Metode Peneitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2010.

Indahsari, Silvya Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi

Profitabilitas Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.)”.

Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2015.

Indahsari, Sylvia Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi

profitabilitas Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.)”.

Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya. 2015.

Juanda, Bambang dan Junaidi. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB

Press, 2012.

Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga,

2003.

Kusmana, Dea Rizki. “Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar Industri

Perbankan Indonesia yang Oligopoli”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013.

Laporan Perekonomian Indonesia, 2015. Bersinergi Mengawal Stabilitas,

Mewujudkan Refrormasi Struktural. ISSN 0522-2572. Bank Indonesia.

Lubis, Suwardi K. dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

2014.

Mahdiyah. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio

Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 2009-

2013”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2015.

Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2014.

Muljawan, Dadang dkk. “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta

Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”. Working Paper Bank

Indonesia, Desember 2014.

Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat, 2001.

112

Ongore, V.O. “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance:

An Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. Africal Journal of

Bussines Manajement, 2011.

Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Maret 2016.

Perbankan Syariah, Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. Diakses: 13/06/2016

pada pukul 10:06 WIB.

http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx

Prakoso, Andrian Tony. “Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. 2009.

Priyanto, Dwi. Paham Analisis Statistik data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom, 2010.

Putong, Iskandar. “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A-

SWOT-TSI)”. Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis vol. 8 no. 2, hlm. 65 – 72.

Rochaeti, Ely Ratih dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2007.

Rochaeti, Ety Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media,

2009.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2014.

Santosa, Budi. “Hubungan Variabel Makro Ekonomi terhadap Kinerja Keuangan

pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. Skripsi

Fakultas Syariah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Sanwari, Suria Rismawati dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and

Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic

Finance, Vol. 5, Issue 2, 2013, h. 83 – 98.

Wuryandani dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi

Moneter dan Perbankan. Januari 2014. Vol. 16 No. 3, hlm. 248 – 276.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Lencana Prenada

Media Group, 2012.

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik

Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007.

113

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1998.

Sumitro, Warkum. Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait

(BMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996.

Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Corporation (OEDC) Indonesia,

Maret 2015.

Syafrida, Ida dan Ahmad Abror. “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis, Vol. 10 No. 1, Juni 2011, hlm. 25 – 33.

Syahfitri, Ika. “Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013.

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005.

Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.

Jakarta: Erlangga, 2006.

W.S, Kartika dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi.

Volume 3, Nomor 2, (Juli, Tahun 2006), hlm. 46 - 58

Widarjono, Agus. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Jogjakarta: Ekonisia

Fakultas Ekonomi UII, 2009.

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

www.bps.go.id

www.worldbank.org

Yuhanah, Siti. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan

Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015. Skripsi. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Zuhri, Muh. Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 1996.

114

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

DATA MAKROEKONOMI

Year Month

IPI

(%)

Inflasi

(%)

BI Rate

(%)

IHSG

(billion

of Rp)

Indeks

Kurs

(%)

X1 X2 X3 X4 X5

2010

Jan 96.59 3.72 6.50 2.61 95.57

Feb 97.28 3.81 6.50 2.55 95.88

Mar 101.37 3.43 6.50 2.97 98.19

Apr 101.44 3.91 6.50 2.80 99.31

May 100.90 4.16 6.50 2.91 97.49

Jun 104.72 5.05 6.50 3.07 98.54

Jul 100.93 6.22 6.50 3.07 99.98

Aug 101.12 6.44 6.50 3.08 98.99

Sep 92.32 5.80 6.50 3.50 100.29

Oct 100.77 5.67 6.50 3.64 100.25

Nov 101.72 6.33 6.50 3.53 99.3

Dec 100.83 6.96 6.50 3.70 99.54

115

2011

Jan 101.66 7.02 6.5 3.41 98.82

Feb 98.06 6.84 6.75 3.47 101.44

Mar 105.86 6.65 6.75 3.68 102.77

Apr 102.19 6.16 6.75 3.82 104.39

May 105.63 5.98 6.75 3.84 104.84

Jun 107.23 5.54 6.75 3.89 104.11

Jul 109.45 4.61 6.75 4.13 105.2

Aug 103.1 4.79 6.75 3.84 104.34

Sep 104.12 4.61 6.75 3.55 101.44

Oct 107.59 4.42 6.5 3.79 101.3

Nov 101.35 4.15 6 3.72 97.6

Dec 102.89 3.79 6 3.82 98.7

2012

Jan 102.76 3.65 6 3.94 99.44

Feb 105.63 3.56 5.75 3.99 98.51

Mar 102.46 3.97 5.75 4.12 97.49

Apr 103.38 4.5 5.75 4.18 97.39

May 108.31 4.45 5.75 3.83 93.57

Jun 109.79 4.53 5.75 3.96 94.41

Jul 111.41 4.56 5.75 4.14 94.36

Aug 100.78 4.58 5.75 4.06 93.62

Sep 109.61 4.31 5.75 4.26 93.35

Oct 118.17 4.61 5.75 4.35 93.08

Nov 114.13 4.32 5.75 4.28 93.18

Dec 114.12 4.3 5.75 4.32 92.55

2013

Jan 113.91 4.57 5.75 4.45 92.29

Feb 112.31 5.31 5.75 4.8 92.58

Mar 112.58 5.9 5.75 4.94 92.09

Apr 114.12 5.57 5.75 5.03 92.06

May 115.78 5.47 5.75 5.07 91.31

Jun 113.34 5.9 6 4.82 90.14

Jul 115.28 8.61 6.5 4.61 87.08

Aug 113.37 8.79 7 4.2 81.93

Sep 116.36 8.4 7.25 4.32 77.07

Oct 118.05 8.32 7.25 4.51 79.67

Nov 116.2 8.37 7.25 4.26 74.73

Dec 117.36 8.38 7.5 4.27 73.43

2014

Jan 117.32 8.22 7.5 4.42 73.2

Feb 116.6 7.75 7.5 4.62 76.93

Mar 116.8 7.32 7.5 4.77 78.48

Apr 117.25 7.25 7.5 4.84 77.61

116

May 120.16 7.32 7.5 4.89 77.08

Jun 120.22 6.7 7.5 4.88 74.78

Jul 117.05 4.53 7.5 5.09 77.22

Aug 120.13 3.99 7.5 5.14 76.38

Sep 127.74 4.53 7.5 5.14 73.29

Oct 124.37 4.83 7.5 5.09 74.08

Nov 121.73 6.23 7.75 5.15 73.38

Dec 124.94 8.36 7.75 5.23 71.95

2015

Jan 123.33 6.96 7.5 5.29 70.89

Feb 119.67 6.29 7.5 5.45 69.58

Mar 125.46 6.38 7.5 5.52 68.4

Apr 127.11 6.79 7.5 5.09 69.18

May 123.03 7.15 7.5 5.22 67.75

Jun 126.26 7.26 7.5 4.91 67.13

Jul 122.21 7.26 7.5 4.8 66.39

Aug 127.01 7.18 7.5 4.51 63.81

Sep 130.31 6.83 7.5 4.22 61.06

Oct 131.09 6.25 7.5 4.46 65.62

Nov 128.64 4.89 7.5 4.45 64.67

Dec 126.22 3.35 7.5 4.59 64.88

LAMPIRAN 2

DATA PENELITIAN

LAPORAN KEUANGAN INDUSTRI PERBANKAN (BUS DAN UUS)

Year Month

Return on Asset

(%)

Financial to

Deposit Ratio

(%)

Biaya Operasional

Pendapatan

Operasional (%)

Y1 Y2 Y3

2010

Jan 1.65 88.67 84.87

Feb 1.76 90.96 79.73

Mar 2.13 95.07 76.27

Apr 2.06 95.57 77.15

May 1.25 96.65 85.79

Jun 1.66 96.08 79.99

117

Jul 1.67 95.32 79.77

Aug 1.63 98.86 80.36

Sep 1.77 95.4 79.1

Oct 1.79 94.76 78.94

Nov 1.83 95.45 77.7

Dec 1.67 89.67 80.54

2011

Jan 2.26 91.97 75.75

Feb 1.81 95.16 79.56

Mar 1.97 93.22 77.63

Apr 1.9 95.17 78.78

May 1.84 94.88 79.05

Jun 1.84 94.93 78.13

Jul 1.86 94.18 77.13

Aug 1.81 98.39 77.65

Sep 1.8 94.97 77.54

Oct 1.75 95.24 78.03

Nov 1.78 94.4 77.92

Dec 1.79 88.94 78.41

2012

Jan 1.36 87.27 86.22

Feb 1.79 90.49 78.39

Mar 1.83 87.13 77.77

Apr 1.79 95.39 77.77

May 1.99 97.95 76.24

Jun 2.05 98.59 75.74

Jul 2.05 99.91 75.87

Aug 2.04 101.03 75.89

Sep 2.07 102.1 75.44

Oct 2.11 100.84 75.04

Nov 2.09 101.19 75.29

118

Dec 2.14 100 74.75

2013

Jan 2.52 100.63 70.43

Feb 2.29 102.17 72.06

Mar 2.39 102.62 72.95

Apr 2.29 103.08 73.95

May 2.07 102.08 76.87

Jun 2.1 104.43 76.18

Jul 2.02 104.83 76.13

Aug 2.01 102.53 77.87

Sep 2.04 103.27 77.98

Oct 1.94 103.03 79.06

Nov 1.96 102.58 78.59

Dec 2 100.32 78.21

2014

Jan 0.08 100.07 80.05

Feb 0.13 102.03 83.77

Mar 1.16 102.22 91.9

Apr 1.09 95.5 84.5

May 1.13 99.43 76.49

Jun 1.12 100.8 71.76

Jul 1.05 99.89 79.8

Aug 0.93 98.99 81.2

Sep 0.97 99.71 82.39

Oct 0.92 98.99 75.61

Nov 0.87 94.62 93.5

Dec 0.8 91.5 79.28

2015

Jan 1.93 110.4 82.51

Feb 1.94 109.73 82.28

Mar 2.39 111.72 78.76

119

Apr 2.42 109.5 79.97

May 2.4 109.63 79.79

Jun 2 109.25 82.06

Jul 2.05 110.02 81.43

Aug 2.14 109.25 80.37

Sep 2.15 107.71 80.06

Oct 2.22 107.01 79.96

Nov 2.15 108.92 79.99

Dec 1.81 104.88 83.41

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

LAMPIRAN 3

UJI STASIONER

TINGKAT LEVEL

Null Hypothesis: INDUSTRIALPRODUCTIONINDX has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.564950 0.8708

Test critical values: 1% level -3.528515 5% level -2.904198 10% level -2.589562

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.802051 0.0631

Test critical values: 1% level -3.527045 5% level -2.903566 10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

120

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.168273 0.6837

Test critical values: 1% level -3.527045 5% level -2.903566 10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: IHSG has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.271200 0.1840

Test critical values: 1% level -3.525618 5% level -2.902953 10% level -2.588902

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: NILAITUKAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.467618 0.9844

Test critical values: 1% level -3.525618 5% level -2.902953 10% level -2.588902

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: ROA has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.192560 0.0245

Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953

10% level -2.588902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: FDR has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.665924 0.0851

Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953

10% level -2.588902

121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: BOPO has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.586259 0.0000

Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953

10% level -2.588902 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

TINGKAT 1ST

DIFFERENCE

Null Hypothesis: D(INDUSTRIALPRODUCTIONINDX) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.993599 0.0000

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.446375 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(BIRATE) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.*

122

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.797646 0.0002

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.282740 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(NILAITUKAR) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.088535 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.398586 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.*

123

Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.907723 0.0001

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.77942 0.0001

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

124

LAMPIRAN 4 UJI LAG OPTIMAL

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG BOPO BIRATE INDUSTRIALPRODUCTIONINDX NILAITUKAR INFLASI ROA FDR

Exogenous variables: C

Date: 08/10/16 Time: 12:47

Sample: 2010M01 2015M12

Included observations: 67

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -993.0569 NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933

1 -558.7603 738.9524 0.002123* 19.36598 22.32751* 20.53786*

2 -484.6930 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951

3 -427.4546 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350

4 -304.7886 109.8502* 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443

5 -179.1725 78.74440 0.006431 17.70664* 31.32967 23.09731

* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

125

LAMPIRAN 5

UJI KOINTEGRASI

Date: 08/18/16 Time: 23:55

Sample (adjusted): 2010M03 2015M12

Included observations: 70 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BIRATE HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG INDUSTRIALPRODUCTIONINDX INFLASI, NILAI TUKAR BOPO ROA FDR

Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.585726 212.9719 197.3709 0.0066

At most 1 0.442350 151.2861 159.5297 0.1286

At most 2 0.373345 110.4044 125.6154 0.2886

At most 3 0.312884 77.68936 95.75366 0.4449

At most 4 0.235261 51.42173 69.81889 0.5751

At most 5 0.176009 32.64629 47.85613 0.5764

At most 6 0.152867 19.09463 29.79707 0.4861

At most 7 0.083971 7.481780 15.49471 0.5223

At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.585726 61.68588 58.43354 0.0231

At most 1 0.442350 40.88162 52.36261 0.4419

At most 2 0.373345 32.71509 46.23142 0.6103

At most 3 0.312884 26.26763 40.07757 0.6842

At most 4 0.235261 18.77543 33.87687 0.8354

At most 5 0.176009 13.55167 27.58434 0.8523

At most 6 0.152867 11.61285 21.13162 0.5862

At most 7 0.083971 6.139517 14.26460 0.5954

At most 8 0.018993 1.342262 3.841466 0.2466 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

126

LAMPIRAN 7

UJI ESTIMASI VECM

ROA

Vector Error Correction Estimates

Date: 08/19/16 Time: 00:58

Sample (adjusted): 2010M03 2015M12

Included observations: 70 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 ROA(-1) 1.000000

BIRATE(-1) 0.714440

(0.13631)

[ 5.24122]

INDUSTRIALPRODUCTIO

NINDX(-1) -0.132944

(0.02035)

[-6.53290]

INFLASI(-1) -0.285567

(0.05336)

[-5.35211]

127

NILAITUKAR(-1) -0.071124

(0.01349)

[-5.27100]

IHSG(-1) 0.549415

(0.16735)

[ 3.28310]

C 8.241939

Error Correction: D(ROA) D(BIRATE)

D(HARGAMINYAKMENTAHDU

NIA)

D(INDUSTRIALPRODUCTIONI

NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) CointEq1 -0.213238 -0.016798 -0.084326 4.420606 0.409496 -0.541881 -0.050020

(0.09126) (0.03054) (0.04867) (0.76688) (0.17841) (0.48017) (0.05070)

[-2.33660] [-0.55009] [-1.73258] [ 5.76439] [ 2.29525] [-1.12852] [-0.98662]

D(ROA(-1)) -0.062746 0.062938 0.056042 -2.446640 0.008900 -0.634424 -0.010561

(0.12428) (0.04158) (0.06628) (1.04435) (0.24296) (0.65390) (0.06904)

[-0.50488] [ 1.51351] [ 0.84553] [-2.34274] [ 0.03663] [-0.97021] [-0.15297]

D(BIRATE(-1)) -0.559533 0.469163 0.056775 5.372200 0.457199 -2.133776 -0.050593

(0.34180) (0.11437) (0.18229) (2.87226) (0.66822) (1.79842) (0.18988)

[-1.63701] [ 4.10220] [ 0.31146] [ 1.87037] [ 0.68421] [-1.18647] [-0.26644]

D(INDUSTRIALPRODUCTI

ONINDX(-1)) -0.016050 -0.006535 0.002841 -0.188464 0.004970 0.061494 -0.007189

(0.01300) (0.00435) (0.00694) (0.10928) (0.02542) (0.06842) (0.00722)

[-1.23419] [-1.50190] [ 0.40967] [-1.72459] [ 0.19549] [ 0.89872] [-0.99503]

D(INFLASI(-1)) 0.068387 -6.96E-05 -0.038231 0.249247 0.463425 -0.715595 -0.071018

(0.07012) (0.02346) (0.03740) (0.58925) (0.13709) (0.36895) (0.03896)

[ 0.97526] [-0.00297] [-1.02230] [ 0.42299] [ 3.38052] [-1.93953] [-1.82307]

D(NILAITUKAR(-1)) -0.012045 -0.001954 -0.003768 0.030629 0.056022 -0.152569 -0.011312

(0.02784) (0.00931) (0.01485) (0.23391) (0.05442) (0.14646) (0.01546)

128

[-0.43271] [-0.20978] [-0.25379] [ 0.13094] [ 1.02947] [-1.04170] [-0.73151]

D(IHSG(-1)) 0.303707 -0.149288 0.119064 0.439685 -0.035828 1.509431 0.006072

(0.27569) (0.09225) (0.14703) (2.31669) (0.53897) (1.45056) (0.15315)

[ 1.10163] [-1.61835] [ 0.80979] [ 0.18979] [-0.06647] [ 1.04059] [ 0.03965]

C 0.002334 0.013039 -0.018485 0.374568 -0.003040 -0.515073 0.029865

(0.04499) (0.01505) (0.02399) (0.37804) (0.08795) (0.23670) (0.02499)

[ 0.05188] [ 0.86622] [-0.77046] [ 0.99081] [-0.03457] [-2.17602] [ 1.19500] R-squared 0.182810 0.342651 0.189433 0.493032 0.213840 0.163583 0.082771

Adj. R-squared 0.075637 0.256441 0.083129 0.426544 0.110737 0.053889 -0.037522

Sum sq. resids 7.255231 0.812296 2.063622 512.3276 27.72894 200.8547 2.239093

S.E. equation 0.344874 0.115396 0.183929 2.898070 0.674220 1.814580 0.191589

F-statistic 1.705752 3.974619 1.781992 7.415397 2.074047 1.491265 0.688080

Log likelihood -19.98866 56.64781 24.01544 -168.9921 -66.91504 -136.2187 21.15916

Akaike AIC 0.828247 -1.361366 -0.429013 5.085489 2.169001 4.149107 -0.347405

Schwarz SC 1.117340 -1.072274 -0.139920 5.374581 2.458093 4.438199 -0.058312

Mean dependent 0.000714 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143

S.D. dependent 0.358707 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093 Determinant resid covariance (dof adj.) 8.59E-06

Determinant resid covariance 3.28E-06

Log likelihood -253.2928

Akaike information criterion 9.236937

Schwarz criterion 11.48543

FDR

Vector Error Correction Estimates

Date: 08/19/16 Time: 01:00

Sample (adjusted): 2010M03 2015M12

Included observations: 70 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

129

Cointegrating Eq: CointEq1 FDR(-1) 1.000000

BIRATE(-1) 4.186701

(1.84265)

[ 2.27210]

INDUSTRIALPRODUCTIO

NINDX(-1) -1.913776

(0.27242)

[-7.02510]

INFLASI(-1) -3.676891

(0.71910)

[-5.11319]

NILAITUKAR(-1) -0.624506

(0.18052)

[-3.45941]

IHSG(-1) 8.415306

(2.21466)

[ 3.79981]

C 99.79430

Error Correction: D(FDR) D(BIRATE)

D(HARGAMINYAKMENTAHDU

NIA)

D(INDUSTRIALPRODUCTIONI

NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) CointEq1 -0.113143 0.000741 -0.004347 0.351530 0.047982 -0.039318 -0.003467

(0.06755) (0.00239) (0.00388) (0.05940) (0.01334) (0.03820) (0.00399)

[-1.67507] [ 0.30974] [-1.12082] [ 5.91804] [ 3.59746] [-1.02940] [-0.86790]

D(FDR(-1)) -0.082999 0.006957 0.005738 -0.287678 -0.025286 -0.041072 -0.002604

130

(0.12576) (0.00446) (0.00722) (0.11060) (0.02483) (0.07112) (0.00744)

[-0.65997] [ 1.56157] [ 0.79465] [-2.60117] [-1.01822] [-0.57754] [-0.35011]

D(BIRATE(-1)) -1.122618 0.472104 0.029049 7.104060 0.579615 -2.267076 -0.077108

(3.21248) (0.11380) (0.18446) (2.82507) (0.63435) (1.81659) (0.18997)

[-0.34946] [ 4.14839] [ 0.15748] [ 2.51465] [ 0.91371] [-1.24798] [-0.40590]

D(INDUSTRIALPRODUCTI

ONINDX(-1)) -0.008648 -0.004097 0.003795 -0.124850 0.026963 0.042953 -0.008166

(0.12771) (0.00452) (0.00733) (0.11231) (0.02522) (0.07222) (0.00755)

[-0.06772] [-0.90551] [ 0.51752] [-1.11167] [ 1.06921] [ 0.59478] [-1.08137]

D(INFLASI(-1)) 1.120111 0.009447 -0.025126 -0.107757 0.463915 -0.683289 -0.068664

(0.64928) (0.02300) (0.03728) (0.57098) (0.12821) (0.36716) (0.03839)

[ 1.72515] [ 0.41070] [-0.67395] [-0.18872] [ 3.61838] [-1.86103] [-1.78838]

D(NILAITUKAR(-1)) 0.001497 7.76E-05 -8.39E-05 -0.084297 0.056103 -0.141789 -0.009943

(0.25733) (0.00912) (0.01478) (0.22630) (0.05081) (0.14551) (0.01522)

[ 0.00582] [ 0.00852] [-0.00568] [-0.37251] [ 1.10410] [-0.97440] [-0.65339]

D(IHSG(-1)) 3.823081 -0.161380 0.120815 -0.678282 -0.298644 1.661765 0.012252

(2.62678) (0.09306) (0.15083) (2.31001) (0.51870) (1.48539) (0.15533)

[ 1.45542] [-1.73424] [ 0.80101] [-0.29363] [-0.57576] [ 1.11874] [ 0.07888]

C 0.136047 0.011343 -0.018823 0.387324 0.000432 -0.500826 0.031457

(0.42543) (0.01507) (0.02443) (0.37412) (0.08401) (0.24057) (0.02516)

[ 0.31979] [ 0.75263] [-0.77054] [ 1.03528] [ 0.00514] [-2.08182] [ 1.25043] R-squared 0.172785 0.348447 0.169176 0.509041 0.290759 0.145705 0.081007

Adj. R-squared 0.064298 0.262997 0.060216 0.444653 0.197744 0.033666 -0.039517

Sum sq. resids 641.5552 0.805134 2.115193 496.1491 25.01590 205.1480 2.243399

S.E. equation 3.243038 0.114887 0.186213 2.851945 0.640388 1.833871 0.191773

F-statistic 1.592678 4.077804 1.552636 7.905835 3.125931 1.300484 0.672124

Log likelihood -176.8647 56.95778 23.15152 -167.8690 -63.31127 -136.9590 21.09192

Akaike AIC 5.310420 -1.370222 -0.404329 5.053401 2.066036 4.170256 -0.345483

Schwarz SC 5.599512 -1.081130 -0.115237 5.342493 2.355129 4.459348 -0.056391

131

Mean dependent 0.198857 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143

S.D. dependent 3.352612 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093 Determinant resid covariance (dof adj.) 0.000716

Determinant resid covariance 0.000273

Log likelihood -408.1023

Akaike information criterion 13.66007

Schwarz criterion 15.90856

BOPO

Vector Error Correction Estimates

Date: 08/19/16 Time: 01:01

Sample (adjusted): 2010M03 2015M12

Included observations: 70 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1

BOPO(-1) 1.000000

BIRATE(-1) -1.837163

(4.97940)

[-0.36895]

INDUSTRIALPRODUCTIO

NINDX(-1) 4.607623

(0.74229)

[ 6.20734]

INFLASI(-1) 6.771608

(1.96455)

132

[ 3.44690]

NILAITUKAR(-1) 2.367383

(0.49192)

[ 4.81255]

IHSG(-1) -20.86969

(6.03595)

[-3.45756]

C -710.7641

Error Correction: D(BOPO) D(BIRATE)

D(HARGAMINYAKMENTAHDU

NIA)

D(INDUSTRIALPRODUCTIONI

NDX) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG)

CointEq1 -0.013107 -0.000362 0.001429 -0.137005 -0.014775 0.001874 -0.000605

(0.03383) (0.00101) (0.00164) (0.02618) (0.00561) (0.01618) (0.00169)

[-0.38743] [-0.35685] [ 0.87283] [-5.23301] [-2.63402] [ 0.11578] [-0.35912]

D(BOPO(-1)) -0.493001 -0.004061 -0.000993 0.073514 0.049738 -0.037010 -0.002243

(0.11843) (0.00355) (0.00573) (0.09165) (0.01964) (0.05666) (0.00590)

[-4.16286] [-1.14360] [-0.17324] [ 0.80213] [ 2.53301] [-0.65324] [-0.38027]

D(BIRATE(-1)) 3.013741 0.483996 0.004349 8.802505 0.322268 -1.655326 -0.023325

(3.97082) (0.11907) (0.19213) (3.07293) (0.65837) (1.89961) (0.19781)

[ 0.75897] [ 4.06494] [ 0.02263] [ 2.86453] [ 0.48949] [-0.87140] [-0.11792]

D(INDUSTRIALPRODUCTI

ONINDX(-1)) -0.131007 -0.005414 0.004239 -0.128665 0.028410 0.065751 -0.004425

(0.15534) (0.00466) (0.00752) (0.12021) (0.02575) (0.07431) (0.00774)

[-0.84338] [-1.16235] [ 0.56406] [-1.07033] [ 1.10308] [ 0.88480] [-0.57188]

D(INFLASI(-1)) -1.053411 -0.002837 -0.021746 -0.491645 0.445031 -0.594124 -0.058845

133

(0.76047) (0.02280) (0.03680) (0.58851) (0.12609) (0.36380) (0.03788)

[-1.38521] [-0.12440] [-0.59099] [-0.83540] [ 3.52953] [-1.63309] [-1.55332]

D(NILAITUKAR(-1)) 0.592591 0.001111 -0.000134 -0.036696 0.046915 -0.114169 -0.006166

(0.31146) (0.00934) (0.01507) (0.24104) (0.05164) (0.14900) (0.01552)

[ 1.90259] [ 0.11896] [-0.00890] [-0.15224] [ 0.90848] [-0.76622] [-0.39737]

D(IHSG(-1)) -4.920099 -0.173153 0.118806 -1.389104 -0.343267 1.506705 -0.025473

(3.20142) (0.09600) (0.15490) (2.47751) (0.53080) (1.53154) (0.15948)

[-1.53685] [-1.80377] [ 0.76699] [-0.56069] [-0.64669] [ 0.98379] [-0.15972]

C 0.429169 0.014280 -0.017276 0.341387 -0.000949 -0.521108 0.030371

(0.50471) (0.01513) (0.02442) (0.39059) (0.08368) (0.24145) (0.02514)

[ 0.85032] [ 0.94360] [-0.70744] [ 0.87404] [-0.01134] [-2.15824] [ 1.20797]

R-squared 0.264303 0.334054 0.158371 0.457599 0.286652 0.127725 0.069583

Adj. R-squared 0.167818 0.246716 0.047993 0.386465 0.193098 0.013329 -0.052439

Sum sq. resids 915.2576 0.822920 2.142702 548.1350 25.16077 209.4654 2.271287

S.E. equation 3.873528 0.116149 0.187420 2.997636 0.642240 1.853068 0.192962

F-statistic 2.739322 3.824870 1.434810 6.432868 3.064032 1.116514 0.570248

Log likelihood -189.3006 56.19303 22.69926 -171.3566 -63.51337 -137.6879 20.65951

Akaike AIC 5.665730 -1.348372 -0.391407 5.153046 2.071811 4.191083 -0.333129

Schwarz SC 5.954822 -1.059280 -0.102315 5.442139 2.360903 4.480176 -0.044037

Mean dependent 0.052571 0.014286 -0.010143 0.413429 -0.006571 -0.442857 0.029143

S.D. dependent 4.246173 0.133824 0.192086 3.827005 0.714968 1.865542 0.188093

Determinant resid covariance (dof adj.) 0.001024

Determinant resid covariance 0.000391

Log likelihood -420.6182

Akaike information criterion 14.01766

Schwarz criterion 16.26616

134

LAMPIRAN 8

UJI IMPULSE RESPONSE FUNCTION

Tabel Return on Asset (ROA)

Response of ROA:

Period ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 0.344874 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.270500 0.060378 0.047893 -0.08488 0.038711 0.002579

3 0.248382 0.097232 0.069753 -0.09489 0.049780 0.019764

4 0.246630 0.076401 0.070964 -0.0865 0.052476 0.018000

5 0.257425 0.064247 0.066818 -0.08578 0.050283 0.015012

6 0.259063 0.067502 0.064601 -0.09015 0.051941 0.014357

7 0.256834 0.070045 0.064256 -0.09194 0.052762 0.014769

8 0.256282 0.070056 0.064036 -0.09185 0.052779 0.014914

9 0.256533 0.069552 0.063731 -0.09169 0.052704 0.014794

10 0.256683 0.069494 0.063560 -0.09177 0.052685 0.014729

Tabel Financial to Deposit Ratio (FDR)

Response of FDR:

Period FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 3.243038 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 2.539387 0.472170 0.818657 -0.26578 0.605766 0.113868

3 2.291988 0.405236 0.894259 -0.082 0.524369 0.103223

4 2.417454 0.135607 0.889576 -0.01075 0.434943 0.098601

5 2.502948 0.151385 0.909928 -0.04913 0.498087 0.111405

6 2.479306 0.154493 0.913302 -0.06421 0.527656 0.107313

7 2.482605 0.142943 0.903749 -0.06706 0.522790 0.105616

8 2.487605 0.146526 0.900561 -0.07277 0.525170 0.106094

9 2.485301 0.150022 0.899181 -0.07518 0.527064 0.105784

10 2.484466 0.150192 0.897941 -0.07543 0.526233 0.105534

135

Tabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Response of BOPO:

Period BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai

Tukar

1 3.873528 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 1.650935 0.100802 -0.15963 0.153218 -0.14092 0.893808

3 1.778997 0.988736 0.159434 0.041377 -0.10616 0.49176

4 1.673461 0.719445 0.291003 0.502153 -0.25164 0.495022

5 1.680588 0.77332 0.460041 0.640806 -0.35818 0.49161

6 1.684044 0.759233 0.556822 0.750745 -0.39909 0.49689

7 1.702586 0.741957 0.607909 0.810863 -0.42553 0.49676

8 1.712489 0.728307 0.632136 0.839375 -0.43816 0.500537

9 1.719067 0.722414 0.642365 0.849557 -0.44258 0.50244

10 1.722598 0.718682 0.645355 0.852737 -0.44365 0.503507

136

Return on Asset (ROA)

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to ROA

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to IPI

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to INFLASI

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to BIRATE

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to IHSG

-.2

-.1

.0

.1

.2

.3

.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of ROA to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

137

Financial to Deposit Ratio (FDR)

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to FDR

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to IPI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to INFLASI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to BIRATE

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to IHSG

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of FDR to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

138

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to BOPO

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to IPI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to INFLASI

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to BIRATE

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to IHSG

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of BOPO to NILAITUKAR

Response to Cholesky One S.D. Innovations

139

LAMPIRAN 9

UJI VARIANCE DECOMPOTION

Return on Asset (ROA)

Variance Decomposition of ROA:

Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192

3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383

4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000

5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227

6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183

7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708

8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579

9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992

10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525

Financial to Deposit Ratio (FDR)

Variance Decomposition of FDR:

Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 3.243038 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 4.280487 92.59504 1.216774 3.657778 0.385521 2.002734 0.070764

3 4.987617 89.31785 1.556342 5.908820 0.310981 2.580426 0.094953

4 5.633147 88.43682 1.278032 7.125988 0.244156 2.619064 0.105076

5 6.253898 87.76974 1.095509 7.898530 0.204265 2.759262 0.116984

6 6.812580 87.20900 0.974624 8.453408 0.181020 2.925158 0.123397

7 7.328131 86.84694 0.880363 8.826745 0.164820 3.036995 0.127417

8 7.811217 86.57903 0.810025 9.097918 0.153744 3.124990 0.130592

9 8.265482 86.36501 0.756379 9.308840 0.145583 3.197556 0.133012

10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907

140

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Variance Decomposition of BOPO:

Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar

1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000

2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267

3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564

4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942

5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436

6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349

7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142

8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391

9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820

10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301