penerapan metode role playing (bermain peran)
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of penerapan metode role playing (bermain peran)
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU
DI KELAS IV MI ISTIQOMAH PEKANBARU
KECAMATAN TAMPAN
OLEH
NURFITRA HAYATI
NIM. 11618200561
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1441 H/2020 M
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU
DI KELAS IV MI ISTIQOMAH PEKANBARU
KECAMATAN TAMPAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
OLEH
NURFITRA HAYATI
NIM. 11618200561
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1441 H/2020 M
i
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peran)
untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Tema Daerah Tempat
Tinggalku di Kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan, yang ditulis
oleh Nurfitra Hayati, NIM. 11618200561 dapat diterima dan disetujui untuk
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru, 24 Ramadhan 1441 H.
17 Mei 2020.
Menyetujui,
Ketua Program Studi PGMI Pembimbing
H. Subhan, S.Ag, M.Ag. Nurhayati, M.Hum.
iii
PENGHARGAAN
ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB.
Alhamdulillah Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan Kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul: “Penerapan Metode Role
Playing (Bermain Peran) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa pada Tema Daerah Tempat Tinggalku di Kelas IV MI Istiqomah
Pekanbaru Kecamatan Tampan”. Skripsi ini merupakan hasil karya
ilmiah yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Terutama keluarga besar penulis, khususnya yang penulis cintai,
sayangi dan hormati, yaitu Ayahanda SYAHRIL dan Ibunda DETIS
LINDRA WATI yang secara moril maupun materil telah berjasa
menghantarkan penulis dan tiada henti memberikan doa dan dukungan
sepenuh hati selama penulis menempuh pendidikan di UIN Suska Riau
hingga meraih gelar Sarjana Strata Satu (S1).
Penulis juga ingin menghaturkan terimakasih kepada dosen pembimbing
sekaligus Penasehat Akademis Ibu Nurhayati, M.Hum., yang telah sudi
meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya yang begitu berharga, sehingga
penulis mampu merampungkan penyusunan skripsi ini. Begitu pula kepada
Ustadz Khairul Aliyah, S.Pd., selaku Kepala Madrasah MI Istiqomah Pekanbaru
iv
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
Ustadzah Dina Istiqomah, S.Pd.I., selaku wali kelas IV dan Ustadzah Nursila
Amin, S.Pd.I., yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian dan
pengumpulan data-data yang dibutuhkan. Semoga Allah SWT membalas jasa dan
kebaikan mereka dengan pahala jariyah yang kelak dibalas dengan kebaikan pula,
baik di dunia maupun akhirat.
Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin menyatakan
dengan penuh hormat ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, S.Ag., M.Ag., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Wakil
Rektor I Dr. Drs. H. Suryan A. Jamrah. MA, Wakil Rektor II Dr. Drs.
H. Kusnadi, M.Pd. dan Wakil Rektor III Drs. Promadi, MA, Ph.D. yang
telah memberikan kesempatan dan kebijakan selama menempuh
pendidikan di UIN Suska Riau.
2. Dr. H. Muhammad Syaifuddin, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau beserta Wakil Dekan I Dr. Drs. Alimuddin, M.Ag., Wakil Dekan
II Dr. Dra. Rohani, M.Pd., dan Wakil Dekan III Dr. Drs. Nursalim,
M.Pd., serta staff dan karyawan yang telah mempermudah segala urusan
penulis selama studi di FTK.
3. Bapak H. Subhan, S.Ag, M.Ag., selaku Ketua Prodi, Ibu Melly
Andriani, S.Pd, M.Pd., selaku sekretaris Prodi dan semua staff yang
telah banyak membantu penulis selama studi di Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah FTK UIN Suska Riau.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang
telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama penulis duduk
dibangku perkuliahan. Dosen-dosen yang luar biasa dengan ilmu yang
luar biasa.
5. Keluarga besar Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang namanya
tidak dapat penulis cantumkan satu per satu dan almamaterku UIN
Suska Riau.
v
6. Sahabatku tersayang Nurul Huda, Hijratul Khsanah yang selalu
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir atas segala jasa dan budi baik dari semua pihak yang tersebut di
atas peneliti mengucapkan terima kasih. Semoga semua bantuan dan
bimbingan yang diberikan mendapatkan balasan pahala yang berlipat
ganda dan menjadi amal jariyah di sisi Allah SWT. dan semoga skripsi ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dunia
pendidikan. Akhirnya kepada Allah jualah kita berserah diri dan mohon
ampunan serta pertolongan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak. Aamiin ya rabbal’alamin.
Pekanbaru, Juli 2020
Penulis
NURFITRA HAYATI
NIM. 11618200561
vi
PERSEMBAHAN
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang
yang memberiku sejuta pengalaman, yang telah memberiku warna-warni kehidupan.
Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
di penghujung awal perjuanganku Segala Puji Bagi Mu ya Allah,
Terima kasihku….
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda tercinta (Syahril) dan Ibunda tercinta (Detis Lindra Wati) motivator
terbesar dalam hidupku yang tiada hentinya memberiku semangat, do’a, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat
menjalani setiap rintangan yang ada di depanku. Terimakasih sudah memberikan aku pendidikan terbaik
dengan semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai saat ini.
Serta kepada Adik-adikku tersayang Rahmawati dan Muhammad
Adriansyah yang telah memberikan semangat. Terima kasihku kepada semua orang
yang telah hadir dalam hidupku. Tanpa mereka aku bukan apa-apa hari ini.
-Nurfitra Hayati-
vii
ABSTRAK
Nurfitra Hayati, (2020): Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peran)
untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa pada Tema Daerah Tempat Tinggalku di
Kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan
Tampan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
pada tema daerah tempat tinggalku di kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru
Kecamatan Tampan melalui penerapan metode role playing (bermain peran).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan berbicara siswa pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang guru dan 28 orang siswa kelas
IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah metode role playing (bermain peran) dan keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklus
dilakukan dalam dua pertemuan. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian adalah observasi, tes keterampilan berbicara, dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis statistik deskriptif dengan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data, bahwa metode role playing (bermain peran) dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat sebelum tindakan hasil
keterampilan berbicara siswa hanya mencapai 59,57% atau masih tergolong
kurang. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada siklus I, keterampilan
berbicara siswa meningkat menjadi 76,08% atau tergolong cukup baik. Kemudian
pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 84,18% atau tergolong baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa metode role playing (bermain peran) dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada tema daerah tempat tinggalku di
kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan.
Kata Kunci: Metode Role Playing (Bermain Peran), Keterampilan Berbicara.
viii
ABSTRACT
NurfitraHayati, (2020): The Implementation of Role-Playing Method in
Increasing Student Speaking Skill on The Area
Where I Live Theme at the Fourth Grade of Islamic
Elementary School of Istiqomah Pekanbaru,
Tampan District
This research aimed at increasing student speaking skill on The Area Where
I Live theme at the fourth grade of Islamic Elementary School of Istiqomah
Pekanbaru, Tampan District throughthe implementation of Role-Playing method.
This research was instigated by the low of student speaking skill on Indonesian
Language subject. It was Classroom Action Research. The subjects of this
research were a teacher and 28 the fourth-grade students of Islamic Elementary
School of Istiqomah Pekanbaru, Tampan District. The objects were Role-Playing
method andstudent speaking skill. It was conducted for two cycles, and every
cycle comprised two meetings. Observation, speaking skilltest, and
documentation were the techniques of collecting the data. The technique of
analyzing the data was qualitative descriptive analysis technique with percentage.
Based on the research findings and data analyses, Role-Playing method could
increase student speaking skill. It could be seen from the result of student
speaking skill before the action was 59.57% and it was on poor category. After
conducting Classroom Action Research in the first cycle, student speaking skill
increased to 76.08% and it was on good enough category. In the second cycle, it
increased to 84.18% and it was on good category. Therefore, it could be
concluded that Role-Playing method could increase student speaking skillon The
Area Where I Live theme at the fourth grade of Islamic Elementary School of
Istiqomah Pekanbaru, Tampan District.
Keywords: Role-Playing Method, Speaking Skill
ix
ملخص
موضوع في لدى التالميذ كالم ال ةمهار رقية لعب األدوار لتطريقة (: تطبيق 0202، )نور فطرة حياتيبمدرسة استقامة االبتدائية الرابع فصل المكان الذي أعيش فيه في ال
بمدينة بكنبارو انفتام اإلسالمية بمديرية
موضوع املكان الذي أعيش يف لدى التالميذ كالم ال ةإىل ترقية مهار االبحث هدف هذيمن خالل مبدينة بكنبارو انفتام مبدرسة استقامة االبتدائية اإلسالمية مبديريةالرابع فصل فيه يف ال
ة اللغةماديف لدى التالميذ كالم ال ةمهار خلفية البحث هي اخنفاض تطبيق طريقة لعب األدوار. فصل يف التلميذا 82مدرس واحدو األفراد لفصل. ااإلندونيسية. هذا البحث هو حبث عمل
لعب طريقة هو واملوضوع . ة بكنبارومبدين انفتام مبدرسة استقامة االبتدائية اإلسالمية مبديريةالرابع أجريت كل دورة يف و لدى التالميذ. مت إجراء هذا البحث يف دورتني، كالم ال ةمهار قية األدوار لت
تقنية حتليل البيانات و والتوثيق. ةالكالماختبار مهار و مجع البيانات هي املالحظة ةتقنيو اجتماعني. وية. بناًء على نتائج البحث وحتليل البيانات، ثسبة ماملستخدمة هي تقنية حتليل إحصائي وصفي بن
تصل نتائج من أن ذلكويعرف لدى التالميذ. كالمال ةمهار ترقي كن أن متفإن طريقة لعب األدوار عمل بعد و . قليلة٪ فقط أو مصنفة على أهنا 75،75إىل العمللدى التالميذ قبل كالم ال ةمهار
يفو . يف فئة كافية٪ أو 82،57لدى التالميذ إىل كالمال ة، زادت مهار يف الدورة األوىلالفصل طريقة يمكن االستنتاج أن ف٪ أو مصنفة على أهنا جيدة. 82،28هناك زيادة إىل ، الدورة الثانية
موضوع املكان الذي أعيش فيه يفيف لدى التالميذ كالم ال ةمهار متكن أن ترقي لعب األدوار مبدينة بكنبارو. انفتام بتدائية اإلسالمية مبديريةمبدرسة استقامة االالرابع فصل ال
كالمال ةمهار ،لعب األدوارطريقة الكلمات األساسية :
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ........................................................................................ i
PENGESAHAN ........................................................................................ ii
PENGHARGAAN ..................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Defenisi Istilah ..................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ............................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoretis ............................................................... 9
B. Penelitian yang Relevan ...................................................... 23
C. Kerangka Berfikir ................................................................ 26
D. Indikator Keberhasilan ........................................................ 27
E. Hipotesis Tindakan .............................................................. 33
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian ............................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 34
C. Rancangan Penelitian .......................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 38
E. Teknik Analisis Data ........................................................... 39
xi
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian ................................................. 43
B. Hasil Penelitian .................................................................... 50
C. Pembahasan ......................................................................... 90
D. Pengujian Hipotesis ............................................................. 98
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 99
B. Saran .................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. 183
xii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Interval Kategori Aktivitas Guru dan Siswa ........................ 40
Tabel III.2 Interval Ketegori Keterampilan Berbicara ........................... 41
Tabel IV.I Data Keadaan Guru MI Istiqomah Pekanbaru ..................... 47
Tabel IV.2 Data Keadaan Siswa MI Istiqomah Pekanbaru .................... 48
Tabel IV.3 Data Siswa Kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru .................... 49
Tabel IV.4 Sarana dan Prasarana MI Istiqomah Pekanbaru ................... 50
Tabel IV.5 Keterampilan Berbicara Siswa Sebelum Tindakan ............. 51
Tabel IV.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Penerapan Metode
Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada Siklus I
Pertemuan 1 .......................................................................... 55
Tabel IV.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan Penerapan
Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada
Siklus I Pertemuan 1 ............................................................. 57
Tabel IV.8 Hasil Test Keterampilan Berbicara Siswa dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain
Peran) pada Siklus I Pertemuan 1 ......................................... 59
Tabel IV.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Penerapan Metode
Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada Siklus I
Pertemuan 2 .......................................................................... 62
Tabel IV.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan Penerapan
Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada
Siklus I Pertemuan 2 ............................................................. 64
Tabel IV.11 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain
Peran) pada Siklus I Pertemuan 2 ......................................... 66
Tabel IV.12 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
(Pertemuan 1 dan 2) .............................................................. 67
Tabel IV.13 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus
I (Pertemuan 1 dan 2) ........................................................... 68
Tabel IV.14 Rekapitulasi Test Keterampilan Berbicara Siswa pada
Siklus I (Pertemuan 1 dan 2) ................................................ 70
xiii
Tabel IV.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Penerapan Metode
Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada Siklus II
Pertemuan 1 .......................................................................... 74
Tabel IV.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan Penerapan
Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada
Siklus II Petemuan 1 ............................................................. 76
Tabel IV.17 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain
Peran) pada Siklus II Pertemuan 1 ....................................... 77
Tabel IV.18 Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Penerapan Metode
Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada Siklus II
Pertemuan 2 .......................................................................... 81
Tabel IV.19 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan Penerapan
Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) pada
Siklus II Pertemuan 2 ........................................................... 82
Tabel IV.20 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain
Peran) pada Siklus II Pertemuan 2 ....................................... 84
Tabel IV.21 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus
II (Pertemuan 1 dan 2) .......................................................... 86
Tabel IV.22 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus
II (Pertemuan 1 dan 2) .......................................................... 87
Tabel IV.23 Rekapitulasi Test Keterampilan Berbicara Siswa pada
Siklus II (Pertemuan 1 dan 2) ............................................... 88
Tabel IV.24 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
dan Siklus II .......................................................................... 91
Tabel IV.25 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus
I dan Siklus II ....................................................................... 94
Tabel IV.26 Rekapitulasi Test Keterampilan Berbicara Siswa pada
Siklus I dan Siklus II ............................................................ 96
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas .................................. 35
Gambar IV.1 Grafik Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan
Siklus II ......................................................................... 92
Gambar IV.2 Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan
Siklus II ......................................................................... 95
Gambar IV.3 Grafik Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................... 97
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ......................................................... 104
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 108
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 117
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan
3 .......................................................................................... 126
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan
4 .......................................................................................... 135
Lampiran 6 Pedoman Penilaian Aktivitas Guru dalam Menggunakan
Metode Role Playing (Bermain Peran) ............................. 144
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ....... 147
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ....... 148
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 3 ..... 149
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 4 ..... 150
Lampiran 11 Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa dalam Menggunakan
Metode Role Playing (Bermain Peran) .............................. 151
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 .. 154
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 .. 156
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 3 158
Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 4 160
Lampiran 16 Pedoman Penilaian Test Keterampilan Berbicara Siswa
dengan Menggunakan Metode Role Playing (Bermain
Peran) ................................................................................. 162
Lampiran 17 Lembar Observasi Test Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus I Pertemuan 1 .......................................................... 164
Lampiran 18 Lembar Observasi Test Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus I Pertemuan 2 .......................................................... 166
Lampiran 19 Lembar Observasi Test Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus II Pertemuan 3 ......................................................... 168
xvi
Lampiran 20 Lembar Observasi Test Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus II Pertemuan 4 ......................................................... 170
Lampiran 21 Dokumentasi ...................................................................... 172
Lampiran 22 Surat-Surat.......................................................................... 175
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah berfungsi sebagai penuntun
dalam berbahasa Indonesia agar siswa dapat berbahasa Indonesia dengan
tepat. Pada prinsipnya, tujuan pengajaran bahasa adalah agar siswa terampil
berbahasa, yaitu terampil membaca, terampil mendengar, terampil menulis,
dan terampil berbicara.1
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-
kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Hurlock
belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah, tetapi saling berhubungan
satu sama lain, yaitu mengucapkan kata, membangun kosakata, dan
membentuk kalimat.2
Keterampilan berbicara menempati kedudukan yang penting karena
merupakan ciri komunikatif siswa. Dikatakan demikian karena pada setiap
pembelajaran siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung multiarah sekaligus siswa
dapat memberi informasi kepada guru jika ada materi pelajaran yang belum
dipahami, namun hal ini masih jarang terjadi saat pembelajaran
berlangsung.
1 Nursalim, Materi dan Pengajaran Bahasa Indonesia, (Pekanbaru: Zanafa
Publishing, 2011), hlm. 18 2 Vera Ayuningtiyas, Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Upaya
Menumbuhkembangkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Dini Di
TK Bhayangkari 17 Cimahi, Jurnal Empowerment, Vol. 2 No. 2, September 2013, hlm. 49
2
Keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting di samping keterampilan berbahasa yang lainnya,
karena keterampilan berbicara siswa juga sangat mempengaruhi penilaian
belajar siswa. Siswa dalam lingkungan pendidikan dituntut terampil
berbicara selama dalam proses pembelajaran. Siswa harus mampu
mengutarakan gagasan, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan
dengan baik sehingga siswa yang lain mengerti apa yang dimaksud dari
pertanyaannya. Ketika melaksanakan diskusi, siswa dituntut terampil
mengemukakan pendapat, mempertahankan pendapat, menyanggah
pendapat siswa lain atau mempengaruhi siswa lain agar mengikuti alur
pemikirannya.3
Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah menunjukkan
pembelajaran yang selama ini terjadi masih belum membuahkan hasil yang
diharapkan. Selama ini pelaksanaan pembelajaran fokus berbicara masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Metode konvensional
merupakan metode yang bersifat teacher centered sehingga siswa jarang
mendapatkan kesempatan untuk berlatih berbicara.
Pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia guru cenderung
kurang memberi bimbingan dalam keterampilan berbicara siswa. Oleh sebab
itu, maka saat diminta berbicara di depan kelas menceritakan
pengalamannya siswa cenderung malu, kurang ekspresif, dan bingung apa
saja yang harus disampaikan. Masalah lain yang juga ditemukan adalah
3 Tana, Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 1 Melalui Penggunaan
Media Gambar Seri, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2 No.1, April 2016, hlm. 74
3
siswa belum menguasai faktor-faktor kebahasaan, seperti ketepatan bunyi
bahasa, intonasi, dan pemilihan kata. Hal ini terlihat saat berbicara di depan
teman-teman kelasnya banyak siswa yang melakukan kesalahan saat
mengucapkan bunyi bahasa. Kesalahan ini terjadi karena siswa sudah
terbiasa salah dalam mengucapkan bunyi bahasa dan tidak ada yang
memperbaiki. Begitu juga dengan intonasi dan pemilihan kata yang tepat
saat berbicara secara formal dihadapan orang lain.
Pembelajaran Bahasa Indonesia fokus berbicara juga hanya
menggunakan metode ceramah sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan ide, pikiran atau perasaannya. Metode
ceramah menyebabkan siswa merasa jenuh karena hanya mendengarkan
penjelasan dari guru saja. Oleh karena itu, siswa melakukan kegiatan lain
seperti menggambar dan menggumam untuk mengurangi kejenuhan. Hal
seperti ini tidak akan terjadi jika pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan
metode yang menyenangkan dan melibatkan anak secara langsung dalam
proses pembelajaran.
Sebagian besar metode dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah
yang digunakan para guru, tampaknya lebih banyak menghambat dalam
memotivasi otak anak. Misalnya, seorang siswa disiapkan sebagai seorang
anak yang mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi, dan
menaati segala perlakuan gurunya. Budaya dan mental yang seperti ini, pada
gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya
sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah
4
penalaran, dan bergantung kepada orang lain. Budaya mental yang seperti
ini, menurut Indar Djati Sidi, akan berdampak pada budaya mental
masyarakat secara luas, yaitu masyarakat kita yang belum bisa berfikir
secara mandiri, walaupun belum bisa dipastikan budaya yang seperti ini,
bermula dari sekolah atau justru sekolah dipengaruhi masyarakat luar. Akan
tetapi, yang pasti semuanya saling mendukung untuk menyuburkan budaya
tersebut.4
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode, guru sebaiknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik
perhatian anak didik. Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan
menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat
dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi
psikologis anak didik. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi guru
diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.5
Salah satu metode yang cocok untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa adalah metode role playing (bermain peran). Role playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa. Melalui metode ini anak mampu
mengekspresikan perasaannya tanpa adanya keterbatasan kata atau gerak.
Pada metode role playing (bermain peran), titik tekannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam situasi permasalahan
4 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.78-79 5 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm.46
5
yang secara nyata dihadapi. Metode ini banyak melibatkan siswa untuk
berbicara melalui kegiatan drama, sehingga membuat siswa senang belajar.
Metode ini mempunyai keistimewaan, yaitu (1) dapat menjamin partisipasi
seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan
kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan (2) permainan
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian,
metode role playing membuat keterampilan berbicara siswa menjadi lebih
baik dan aspek keterampilan berbahasa lainnya pun dapat meningkat.
Setelah mengadakan wawancara dengan guru kelas di MI Istiqomah
Pekanbaru Kecamatan Tampan tentang keterampilan berbicara, terungkap
permasalahan yang sering timbul di dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan keterampilan berbicara adalah:
1. Sebanyak 13 orang atau 46,43% dari 28 orang siswa menggunakan
bahasa Indonesia yang tidak baku saat ditugasi tampil berbicara di
depan teman-temannya.
2. Sebanyak 11 orang atau 39,29% dari 28 orang siswa yang belum
mampu menggunakan vocal dengan tepat.
3. Sebanyak 10 orang atau 35,71% dari 28 orang siswa yang berbahasa
Indonesia dengan menggunakan intonasi bahasa daerah.
4. Dari 28 orang siswa hanya 15 orang atau 53,57% siswa yang mampu
berkomunikasi dengan baik dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku.
6
Dari gelaja-gejala yang timbul di atas ternyata pembelajaran
keterampilan berbicara yang selama ini dilakukan hanya sebatas bertanya
jawab dengan siswa. Salah satu upaya yang bisa digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut guru harus kreatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul: Penerapan Metode Role Playing (Bermain
Peran) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Tema
Daerah Tempat Tinggalku di Kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru
Kecamatan Tampan.
B. Defenisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul
penelitian, maka perlu adanya definisi yang berkaitan dengan judul
penelitian ini yaitu:
1. Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa
yang diperankan.6
2. Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa
sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat
6 Hamdani, Op.Cit., hlm.87
7
atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan,
baik secara berhadapan (langsung) ataupun dengan jarak jauh (tidak
langsung) salah satunya dengan bermain peran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian, yaitu “Apakah penerapan
metode pembelajaran role playing (bermain peran) dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa pada Tema Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku dan Subtema 2 Keunikan Daerah
Tempat Tinggalku muatan pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV MI
Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan?”
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah penerapan metode
pembelajaran role playing (bermain peran) dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa pada Tema Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku dan Subtema 2 Keunikan Daerah
Tempat Tinggalku muatan pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV MI
Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan?”
8
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S1.
Menambah wawasan/pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan pembelajaran dengan strategi yang sesuai untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan berbicara anak pada
usia sekolah dasar.
2. Bagi Sekolah
Meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari peningkatan hasil
belajar yang baik.
3. Bagi Guru
Untuk mengetahui bahwa keterampilan anak harus diransang dengan
model pembelajaran yang tepat, dan menjadi alternatif baru bagi guru
dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
4. Bagi siswa
a. Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berbicara anak pada
usia sekolah dasar khususnya bagi siswa kelas IV MI Istiqomah
Pekanbaru Kecamatan Tampan.
b. Memberikan pengalaman baru bagi siswa berkaitan dengan proses
belajar mengajar di kelas.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoretis
1. Metode Pembelajaran Role Playing
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak
menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan
dikemukakan oleh para ahli psikologis dan pendidikan.7
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana
yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar
dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan.8 Istilah pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar,
mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat
terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru
lakukan di dalam kelas.9 Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas
7 Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Op. Cit., hlm. 46 8 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.5 9 Mardia Hayati & Nurhasnawati, Desain Pembelajaran, (Pekanbaru: Mutiara Pesisir
Sumatra, 2014), hlm.13
10
yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang
diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan
kurikulum.10
Metode Pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar.11
Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan
siswa banyak belajar proses (learning by process), bukan hanya
belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya
hanya menekankan pada segi kognitif, sedangkan belajar proses
dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi kognitif,
afektif (sikap) maupun psikomotorik (keterampilan). Oleh karena itu,
pembelajaran harus diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu
lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.12
10 Ibid. 11 Hamdani, Op. Cit., hlm.80 12 Ibid., hlm. 81
11
b. Metode Role Playing
1) Pengertian Metode Role Playing
Arti role secara harfiah adalah peranan, dan play adalah
bermain. Peran didefinisikan juga sebagai suatu rangkaian
perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai suatu pola hubungun
yang unit yang ditujukan oleh individu terhadap individu lain.13
Bermain peran (role playing) merupakan salah satu dari
pengajaran berdasarkan pengalaman. Karena melalui bermain
peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa adanya
keterbatasan kata atau gerak. 14
Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu
orang, tergantung pada apa yang diperankan. Pada metode role
playing, titik tekannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang
secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek
pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik
13 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.
155 14 Ismawati Alidha Nurhasanah, dkk. Penerapan Metode Role Playing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hubungan Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya, Jurnal Pena Ilmiah, Vol.1 No.1, 2016, hlm. 613
12
berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya
pada situasi tertentu.15
Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar
mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut
Dawson yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati dalam buku
Mulyono mengemukakan bahwa simulasi umum berhubungan
dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang
mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali
yang dikutip oleh Mulyono mengemukakan bahwa metode
simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses
tingkah laku secara tiruan. Dengan demikian pembelajaran
bermain peran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan sekolah,
keluarga maupun perilaku masyarakat sekitar peserta didik.16
Menurut Hisyam Zaini, role playing adalah suatu aktivitas
pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang spesifik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan metode role playing adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan
siswa dengan cara belajar sambil bermain peran atau
15 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2014), hlm. 209 16 Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: Maliki Press, 2012), hlm. 44
13
bersandiwara, sehingga siswa merasa senang mengikutinya dan
tentu akan lama teringat dalam ingatannya.17
Berdasarkan kutipan tersebut, metode role playing
(bermain peran) adalah metode yang melibatkan siswa untuk
berpura-pura memainkan peran/tokoh yang terlibat dalam proses
sejarah atau perilaku masyarakat misalnya bagaimana
mengguguh masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan,
menjaga penghijauan/hutan, keamanan kampung,
membangkitkan semangat wirausaha dan koperasi, dan
sebagainya.18
2) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Role Playing
Agar bermain peran berjalan secara efektif, maka
pelaksanaan bermain peran dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Persiapan. Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial
yang akan diperagakan atau pemilihan tema cerita. Pada
kesempatan ini pula menjelaskan pemilihan tema cerita,
menjelaskan peranan-peranan yang dimainkan, pelaksanaan
bermain peran/peran dan tugas-tugas bagi mereka yang
tidak ikut bermain (penonton).
17 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: CTSD, 2007), hlm.
98 18 Mulyono, Op. Cit., hlm. 45
14
b) Penentuan pelaku atau pameran. Setelah mengemukakan
tema cerita serta memberi dorongan kepada siswa untuk
bermain peran, maka diadakan penentuan para pelaku dan
menjelaskan bagaimana harus memulai melakukan peran.
Para pelaku diberi petunjuk atau contoh sederhana agar
mereka siap mental.
c) Pemain bermain peran. Para pelaku memainkan peranannya
sesuai dengan imajinasi atau daya tangkap suatu titik
kulminasi (puncak) perdebatan yang hangat.
d) Diskusi. Permainan dihentikan, para pemain dipersilahkan
duduk kembali, kemudian dilanjutkan dengan diskusi
dibawah pimpinan guru yang diikuti oleh semua siswa
(kelas). Diskusi berkisar pada tingkah laku para pameran
dalam hubungannya dengan tema cerita, sehinga tercapai
suatu pembicaraan berupa tanggapan, pendapat dan
beberapa kesimpulan.
e) Ulangan permainan. Setelah diskusi selesai dilakukan
ulangan permainan atau bermain peranan ulang dengan
memperhatikan pendapat, saran-saran atau kesimpulan-
kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi.19
Dengan demikian dapat disusun langkah-langkah metode
pembelajaran Role Playing sebagai berikut:
19 Ibid., hlm. 74-75
15
(1) Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
(2) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari skenario dalam
waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar;
(3) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok;
(4) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
ingin dicapai;
(5) Guru memanggil para siswa untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan;
(6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan;
(7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan
lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas
penampilan masing-masing kelompok;
(8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya;
(9) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.20
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Role
Playing
a) Kelebihan Metode Pembelajaran Role Playing
Setiap metode pembelajaran memiliki keunggulan
atau kelebihan. Dengan menggunakan metode role playing
20 Miftahul Huda, Op. Cit., hlm. 210
16
ini ada beberapa keunggulan yang bisa diperoleh siswa
antara lain:
(1) Dapat memberi kesan pembelajaran yang kuat dan
tahan lama dalam ingatan siswa;
(2) Bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang
sulit untuk dilupakan;
(3) Membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan
antusiastis;
(4) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam
diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan;
(5) Memungkinkan siswa untuk terjun langsung
memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses
belajar;21
(6) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi
secara utuh;
(7) Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa
melalui pengamatan pada saat melakukan permainan.22
b) Kekurangan Metode Pembelajaran Role Playing
Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki
kekurangan. Menurut Aris Shoimin kekurangan dalam
menggunakan metode ini yaitu:
21 Miftahul Huda, Loc. Cit. 22 Hamdani, Loc. Cit
17
(1) Metode bermain peran memerlukan waktu yang relatif
panjang/ banyak;
(2) Memerlukan kreaktifitas dan daya kreasi yang tinggi
dari pihak guru maupun murid. Ini tidak semua guru
memilikinya;
(3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pameran
merasa malu untuk memeragakan suatu adegan
tertentu;
(4) Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang
baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai;
(5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui
metode ini.23
2. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan. Proses berbicara kepada orang lain terjadi akibat adanya
kesenjangan informasi. Kegiatan berbicara selalu diikuti kegiatan
menyimak. Bila penyimak dapat memahami pesan yang disampaikan
oleh pembicara akan terjadi komunikasi yang tepat.24
Berbicara juga merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa. Tarigan mencoba menjelaskan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa berbicara adalah suatu kemampuan untuk
23Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Ruzz Media, 2014), hlm. 163 24 M.Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), hlm.217
18
menyampaikan isi dari hal-hal yang dipikirkan seseorang kepada
orang lain. Semakin sering seseorang melakukan aktivitas berbicara,
semakin lancar pula seseorang tersebut berkomunikasi.25
Tujuan keterampilan berbicara di sekolah dasar yaitu untuk
melatih siswa agar terampil dalam berbicara. Keterampilan berbicara
siswa dapat dilatih dengan cara memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapat secara lisan. Agar tujuan berbicara
dapat tercapai dengan baik maka ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan. Arsjad dan Mukti U.S merumuskan faktor keefektifan
dalam praktik berbicara baik dilihat dari sudut pandang kebahasaan
maupun non-kebahasaan.
Faktor kebahasaan yang berpengaruh terhadap keefektifan
berbicara siswa, yaitu:
1) Ketepatan ucapan;
2) Penempatan tekanan, nada, artikulasi, sendi, aksentuasi, dan
durasi yang sesuai;
3) Memilih kata yang sesuai;
4) Ketepatan sasaran pembicaraan.
Faktor non-kebahasaan yang juga berpengaruh dalam
kemaksimalan dalam praktik berbicara, antara lain:
1) Sikap wajar, tenang dan tidak kaku;
2) Pandangan mata mengarah pada audiens;
3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain;
4) Gerak gerik dan mimik muka;
5) Kenyaringan suara;
6) Kelancaran penyampaian isi;
25 Zuniar Kamaluddin Mabruri dan Ferry Aristya, Peningkatan Keterampilan
Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan Strategi Role
Playing SD Negeri Ploso 1 Pacitan, Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan
Pembelajaran, STKIP PGRI Pacitan Jawa Timur, Vol. 1 No. 2, April 2017, hlm. 113
19
7) Penalaran;
8) Penguasaan topik.26
b. Tujuan Keterampilan Berbicara
Program pendidikan keterampilan bicara harus mampu
memberikan kesempatan pada setiap individu mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara mencakup pencapaian
hal-hal berikut:
1) Kemudahan berbicara. Siswa harus mendapat kesempatan yang
besar untuk berlatih berbicara dengan tepat dan jelas, baik
artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang
diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi
yang mengatur cara berfikir logis dan jelas, kejelasan berbicara
tersebut dapat dicapai.
2) Bertanggung Jawab. Latihan berbicara yang bagus menekankan
pembicaraan untuk bertanggung jawab agar berbicara secara
tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa
yang menjadi topik pembicaraan serta momentumnya. Latihan
demikian akan menghindarkan siswa dari berbicara yang tidak
bertanggung jawab atau bersifat lidah yang mengelabuhi
kebenaran.
26 Siti Ulfiyani, Pemaksimalan Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara di Sekolah, Jurnal Transformatika, Vol. 12 No. 2, September 2016, hlm.111-112
20
3) Membentuk Pendengaran yang Kritis. Latihan berbicara yang
baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara
tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini.
4) Membentuk Kebiasaan. Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai
tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau
bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam
membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.
Tujuan berbicara seperti yang dikemukaan di atas akan dicapai
jika program pendidikan dilandasi prinsip-prinsip yang relevan, dan
pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami
kegiatan berbicara.27
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, untuk tingkat
pemula tujuan keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa
peserta didik dapat:
1) Melafalkan bunyi-bunyi bahasa;
2) Menyampaikan informasi;
3) Menyatakan setuju atau tidak setuju;
4) Menjelaskan identitas diri;
5) Menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan;
6) Menyatakan ungkapan rasa hormat;
7) Bermain peran.28
27 Nursalim, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Pekanbaru: Cahaya Firdaus,
2019), hlm. 213-214 28 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.286
21
c. Jenis-jenis Berbicara
Adanya berbagai jenis berbicara karena ada berbagai titik
pandang yang digunakan orang dalam mengklasifikasikan berbicara.
Adapun jenis-jenis berbicara yaitu:29
1) Berbicara berdasarkan situasi
a) Berbicara formal
b) Berbicara informal
2) Berbicara berdasarkan tujuan
a) Berbicara menghibur
b) Berbicara menginformasikan
c) Berbicara menstimulasi
d) Berbicara meyakinkan
e) Berbicara menggerakkan
3) Berbicara berdasarkan metode penyampaian
a) Berbicara mendadak
b) Berbicara berdasarkan catatan kecil
c) Berbicara berdasarkan hafalan
d) Berbicara berdasarkan naskah
4) Berbicara berdasarkan jumlah pendengar
a) Berbicara antara pribadi
b) Berbicara dalam kelompok kecil
c) Berbicara dalam kelompok besar
29 Nursalim & Samsi Hasan, Bahasa Indonesia I Pendidikan Guru SD dan MI,
(Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014), hlm. 47-50
22
5) Berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatarbelakangi
Berdasarkan peristiwa khusus yang melatarbelakangi,
berbicara khususnya pidato dapat digolongkan dalam enam jenis,
yakni:
a) Pidato presentasi
b) Pidato penyambutan
c) Pidato perpisahan
d) Pidato jamuan (makan malam)
e) Pidato perkenalan
f) Pidato nominasi.
3. Hubungan Metode Pembelajaran Role Playing dengan Peningkatan
Keterampilan Berbicara
Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan berbicara pada
hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan
keinginan kepada orang lain.30
Maka keterampilan berbicara tidak secara
langsung akan dapat dilakukan oleh seorang siswa, namun harus dilatih
dan dibiasakan untuk pengucapan kata demi katanya. Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan keterampilan berbicara perlu suatu cara atau metode
yang disenangi oleh siswa.
Dalam pembelajaran berbicara, guru harus berupaya memilih
metode yang membuat semua siswa tanpa terkecuali berani berlatih
30 Nursalim, Op. Cit., hlm.212
23
untuk berbicara. Untuk itu, metode harus menyenangkan dan tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk merasa tidak mampu atau
minder.31
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa adalalah metode role playing. Pada metode
role playing, titik tekannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang secara nyata
dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara
aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab)
bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Dengan penggunaan metode role playing (bermain peran), siswa
dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa
kekhawatiran mendapatkan sanksi. Mereka dapat pula mengurangi dan
mendiskusikan isu-isu yang bersifat manusiawai dan pribadi tanpa ada
kecemasan. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi
situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain.32
B. Penelitian yang Relevan
Setelah penulis membaca dan mempelajari beberapa karya ilmiah
sebelumnya, ada beberapa karya ilmiah yang relevan dengan penelitian yang
penulis lakukan, yaitu:
31 Ni Nyoman Padmadewi, Luh Putu Artini & Dewa Ayu Eka Agustini, Pengantar
Micro Teaching, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2017), hlm.40 32 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.214
24
1. Ahmad Sobirin yang melakukan penelitian pada tahun 2015 dengan
judul: “Penerapan Strategi Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Swasta Muthlabul Ulum Kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar”. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Sobirin bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Swasta Mathlabul Ulum Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.
Sebelum dilakukan tindakan siklus I dan II motivasi belajar siswa
tergolong “Tidak Baik” dengan persentase 33,89%. Setelah diadakan
tindakan siklus I, rata-rata motivasi belajar siswa menjadi 51,56% dengan
kategori “Kurang Baik”. Sedangkan rata-rata motivasi belajar siswa pada
siklus II mengalami peningkatan dengan persentase 78,06% dengan
kategori “Baik”. 33
Persamaan penelitian ini yaitu terletak pada variabel
X sama-sama menggunakan strategi Role Playing, sedangkan
perbedaannya terletak pada variabel Y yaitu Ahmad Sobirin
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial sedangkan penelitian ini meningkatkan keterampilan berbicara
siswa pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Lia Oktaviani Irawan yang melakukan penelitian pada tahun 2016
dengan judul: “Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan
33 Ahmad Sobirin, Penerapan Strategi Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Kelas V Madrasah
Ibtidaiayah Swasta Muthlabul Ulum Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Skripsi,
Pekanbaru: UIN, 2015.
25
Minat Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Madrasah Ibtidaiyah Raudhatul Mushallin Tanjung Pinang”. Adapun
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia Oktaviani Irawan bahwa minat
belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan Metode Bermain
Peran. Sebelum dilakukan tindakan siklus I dan II ditemukan kurangnya
minat siswa ketika proses belajar mengajar. Ini dibuktikan dengan
persentase minat secara keseluruhan yang hanya mencapai 47% dengan
kategori “Rendah”. Setelah diadakan siklus I terjadi peningkatan yang
cukup baik. Dimana persentase minat secara keseluruhan naik menjadi
65,4% yang dikategorikan “Sedang”. Sedangkan pada siklus II
persentase minat siswa secara keseluruhan juga mengalami peningkatan
walaupun tidak besar seperti siklus I yaitu 70,8% yang dikategorikan
“Tinggi”.34
Persamaan penelitian ini yaitu terletak pada variabel X sama-
sama menggunakan Metode Bermain Peran Kelas IV Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel Y
yaitu Lia Oktaviani Irawan meningkatkan minat belajar siswa sedangkan
penelitian ini meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
3. Arisman yang melakukan penelitian pada tahun 2015 dengan judul:
“Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Materi Masa
Persiapan Kemerdekaan Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Senama
Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar”. Adapun hasil
34 Lia Oktaviani Irawan, Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah Ibtidaiyah
Raudhatul Mushallin Tanjung Pinang. Skripsi, Pekanbaru: UIN, 2016.
26
penelitian yang dilakukan oleh Arisman bahwa penerapan Model Role
Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang mana dapat dilihat
sebelum dilakukan tindakan siswa yang mencapai KKM hanya 8 orang
dengan persentase (40%) nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya
mencapai 58. Setelah siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa
mencapai 59,5. Siswa yang mencapai KKM hanya 11 orang atau (55%).
Siklus ke II nilai rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 63,5. Siswa
yang mencapai KKM sebanyak 16 orang atau (80%).35
Persamaan
penelitian ini yaitu terletak pada variabel X sama-sama menggunakan
strategi Role Playing. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel Y
yaitu Arisman meningkatkan hasil belajar siswa sedangkan penelitian ini
meningkatkan keterampilan berbicara.
C. Kerangka Berfikir
Keterampilan berbicara penting untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara memiliki peranan untuk
mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, dan pendapat kepada orang lain.
Melatih keterampilan berbicara pada anak mulai diajarkan di SD dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun pada kenyataannya keterampilan
berbicara siswa SD belum optimal.
Untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia, salah satunya yaitu dengan bermain peran. Karena di
35 Arisman, Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Materi Masa Persiapan Kemerdekaan Di
Kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten
Kampar. Skripsi, Pekanbaru: UIN, 2015.
27
dalam permainan peran sangat memperhatikan lafal, intonasi, penghayatan,
dan ekspresi. Disamping itu, dengan bermain peran beberapa keterampilan
pun dapat dikembangkan misalnya kemampuan berkomunikasi, kemampuan
berperan, dan kemampuan menghafal. Karena itu, kegiatan bermain peran
dapat digunakan sebagai sarana dalam menumbuhkan dan mengembangkan
berbagai keterampilan berbahasa.36
Dengan demikian gambaran pola pemecahannya melalui tahapan
sebagai berikut:
D. Indikator Keberhasilan
1. Indikator Kinerja
a. Indikator Aktivitas Guru
Adapun indikator aktivitas guru dalam pembelajaran penerapan
metode role playing adalah sebagai berikut:
36 Candra Dewi, Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Bermain Drama Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle, Jurnal Inovasi pembelajaran.
Vol.3 No.2, November 2017, hlm. 568
Keadaan Awal Tindakan Hal yang diharapkan
1. Siswa kesulitan
dalam
menyampaikan
gagasan, pikiran,
kehendak kepada
guru dan teman-
temannya.
2. Siswa ragu-ragu
dalam berbicara,
sulit memilih kata,
dan tidak tenang
dalam berbicara.
1. Penjelasan tentang
berbicara
menggunakan
metode bermain
peran.
2. Pembelajaran
tentang berbicara
menggunakan
metode bermain
peran.
1. Pembelajaran lebih
bervariasi.
2. Siswa lebih
bersemangat dalam
pembelajaran
menggunakan
metode bermain
peran.
3 Keterampilan
berbicara siswa
meningkat.
28
1) Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
2) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar;
3) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok;
4) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai;
5) Guru memanggil para siswa untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan;
6) Guru menyuruh masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan;
7) Guru memberikan lembar kerja pada siswa untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok;
8) Guru meminta masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya;
9) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.
b. Indikator Aktivitas Siswa
Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran penerapan metode
role palying adalah sebagai berikut:
1) Siswa memperhatikan skenario yang diberikan guru;
2) Siswa mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar;
3) Siswa membentuk beberapa kelompok;
29
4) Siswa mendengarkan guru menjelaskan kompetensi yang ingin
dicapai;
5) Siswa melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati
skenario yang sedang diperagakan;
7) Siswa membahas penampilan masing-masing kelompok pada
lembar kerja yang diberikan guru;
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9) Siswa mendengarkan guru menyampaikan kesimpulan dan
evaluasi secara umum.
2. Indikator Keterampilan Berbicara
Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif yang melibatkan beberapa aspek. Adapun aspek
indikator keterampilan berbicara siswa yaitu:
a. Keberanian
Keberanian siswa dalam bercerita dengan tepat dapat dinilai dengan
indikator di bawah ini:
1) Siswa berani tampil bermain peran tanpa paksaan dari guru, selain
itu siswa juga tidak menggunakan alat bantu seperti teks skenario
yang diberikan sebelumnya (skor = 4)
2) Siswa berani tampil bermain peran, namun sesekali melihat teks
skenario yang diberikan sebelumnya (skor = 3)
30
3) Siswa berani tampil bermain peran, namun hanya membacakan
teks skenario yang sudah diberikan (skor = 2)
4) Siswa tampil bermain peran, namun atas permintaan dari guru dan
teman-temannya (skor = 1).
b. Lafal
Kemampuan melafalkan bunyi secara tepat dapat dinilai dengan
indikator di bawah ini:
1) Siswa melafalkan kata-kata dengan mudah dan tepat. Tidak
terlihat adanya pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah (skor =
4)
2) Siswa kesulitan melafalkan kata-kata dengan tepat sehingga
memaksa pendengar harus mendengar dengan teliti ucapannya
dan sekali-sekali timbul salah pengertian (skor = 3)
3) Siswa melafalkan kata-kata yang susah sekali dipahami karena
masalah pengucapan. Sering siswa harus mengulangi apa yang
diucapkannya (skor = 2)
4) Siswa kesukaran melafalkan kata-kata dan kesalahan dalam
pelafalannya terlalu banyak sehingga bicaranya tidak dapat
dipahami (skor = 1)
c. Tata Bahasa
Kemampuan menerapkan tata bahasa dengan benar dapat dinilai
dengan indikator di bawah ini:
31
1) Siswa tidak membuat kesalahan dalam tata bahasanya sehingga
pembicaraan mudah dipahami (skor = 4)
2) Siswa membuat sedikit sekali kesalahan tata bahasa atau susunan
kata, tetapi tidak mengaburkan arti (skor = 3)
3) Siswa sering membuat kesalahan tata bahasa dan susunan kata
sehingga sewaktu-waktu mengaburkan arti (skor = 2)
4) Siswa membuat kesalahan tata bahasa dan susunan kata demikian
banyaknya sehingga pembicaraannya benar-benar sulit dipahami
(skor = 1)
d. Kosakata
Kemampuan memilih kosakata dengan tepat dapat dinilai dengan
indikator di bawah ini:
1) Siswa mampu menggunakan kata-kata dan ungkapan yang baik
dan tepat (skor = 4)
2) Siswa sesekali menggunakan kata-kata yang salah sehingga
pembicaraannya menjadi terbatas karena kata-kata yang dipakai
tidak tepat (skor = 3)
3) Siswa sering sekali menggunakan kata-kata yang salah sehingga
menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami (skor
= 2)
4) Siswa menggunakan kata-kata yang salah dan sangat terbatas
sehingga pembicaraannya hampir tidak mungkin dilakukan (skor
= 1)
32
e. Kelancaran atau Kefasihan
Kelancaran atau kefasihan sewaktu berbicara dapat dinilai dengan
indikator di bawah ini:
1) Siswa mampu bercerita dengan lancar sekali (skor = 4)
2) Siswa tampak bercerita dengan kecepatan yang berkurang karena
dipengaruhi oleh kesulitan berbahasa (skor = 3)
3) Siswa sedikit ragu-ragu dalam bercerita, sering siswa terpaksa
berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering
tersendat-sendat) (skor =2 )
4) Siswa sering melakukan pemberhentian pendek-pendek, tidak
lancar bercerita sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-
benar tidak berlangsung (skor = 1)
f. Isi Pembicaraan dan Pemahaman
Kemampuan memahami isi pembicaraan atau pemahaman dapat
dinilai dengan indikator di bawah ini:
1) Siswa mampu memahami isi teks skenario tanpa kesulitan (skor =
4)
2) Siswa mampu memahami isi teks skenario, namun harus sering
diulang (skor = 3)
3) Siswa sulit memahami isi teks skenario dengan banyak
pengulangan (skor = 2)
4) Siswa tidak mampu memahami isi teks skenario, sehingga tidak
mampu bercerita di depan kelas (skor = 1)
33
g. Penampilan
Penampilan siswa dalam bermain peran dapat diamati dan dinilai
melalui indikator di bawah ini:
1) Siswa tampil dengan percaya diri, suaranya keras, dan dapat
mengekspresikan cerita yang disampaikannya dengan baik (skor
= 4)
2) Siswa tampil dengan percaya diri, namun masih ragu-ragu
walaupun suaranya cukup keras (skor = 3)
3) Siswa tampil dengan ekpresi, suaranya kurang bisa terdengar,
dalam menyampaikan cerita siswa masih malu-malu (skor = 2)
4) Siswa tampil dengan ekpresi datar dan tidak percaya diri, kepala
tertunduk, pandangan mata tidak terfokus pada lawan bicara,
suara hampir tidak terdengar (skor = 1).37
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pernyataan di atas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah melalui metode role playing (bermain peran), dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada muatan pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan.
37 Aninditya Sri Nugraheni, Pengajaran Bahasa Indonesia Berbasis Karakter,
(Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012), hlm.124-128
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang guru kelas dan 28 orang
siswa kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran
2019/2020. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penggunaan
metode role playing (bermain peran) untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia pada Tema Daerah
Tempat Tinggalku Subtema 1 Lingkungan Tempat Tinggalku dan Subtema
2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru
Kecamatan Tampan, muatan pelajaran yang diteliti yaitu Bahasa Indonesia.
Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Januari-Mei tahun 2020.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas yang umum disingkat dengan PTK (dalam bahasa Inggris
disebut Classroom Action Research, disingkat CAR) adalah penelitian
tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
35
pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar mengajar yang
terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami.38
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus dan tiap siklus
dilaksanakan 2 kali pertemuan. Agar penelitian tindakan kelas ini berhasil,
peneliti menyusun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan
kelas, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Menurut Sukma Erni dan Nurhayati daur siklus penelitian tindakan
kelas adalah sebagai berikut:39
Gambar III.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
38 Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015), hlm.124 39 Sukma Erni & Nurhayati, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Mahasiswa, (Pekanbaru:
Kreasi Edukasi, 2016), hlm.91
Perencanaan Refleksi Awal
Refleksi Siklus ke-I
Pengamatan
Pengamatan
Pelaksanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Siklus ke-II Refleksi
Pengamatan
?
36
1. Perencanaan
Tahap perencanaan menjelaskan kegiatan yang direncanakan agar
kegiatan yang dilakukan lebih terarah. Langkah-langkah yang dilakukan
guru adalah sebagai berikut:
a. Meminta silabus dari sekolah tempat penelitian berdasarkan prinsip
yang berorientasi pada pencapaian kompetensi.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berkaitan
dengan metode role playing pada setiap kali pertemuan.
c. Menyiapkan lembar observasi dan pedoman observasi untuk
mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menerapkan
metode role playing.
d. Menyiapkan lembar observasi keterampilan berbicara siswa.
e. Menyiapkan teks skenario.
f. Meminta kesediaan guru atau teman sejawat di tempat penelitian
untuk menjadi observer dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Tindakan
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode
role playing (bermain peran) adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa
2) Siswa diminta untuk berdo’a bersama dipimpin oleh ketua kelas
37
3) Guru memeriksa kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
4) Guru memberikan motivasi serta melakukan apersepsi.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa diminta untuk mengamati materi yang akan dipelajari
2) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi
3) Guru menjelaskan skenario yang sudah dibagikan beberapa hari
sebelum kegiatan belajar mengajar
4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
5) Siswa mendengarkan guru menjelaskan kompetensi yang akan
dicapai
6) Siswa dipanggil guru untuk melakonkan skenario yang sudah
dijelaskan sebelumnya
7) Guru menyuruh masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
8) Guru memberikan lembar kerja pada siswa untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok
9) Guru meminta masing-masing kelompok menyampaikan
kesimpulannya
10) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran
38
2) Guru mengadakan refleksi
3) Guru mengajak siswa menutup pembelajaran dengan
mengucapkan hamdallah dan dilanjutkan dengan salam.
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat proses pembelajaran yang
dilaksanakan peneliti dan siswa dengan penerapan metode role playing.
Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bertugas sebagai observer.
Jumlah observer dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, yaitu 1 orang
untuk mengamati aktivitas guru, dan 1 orang untuk mengamati aktivitas
siswa.
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari tiap observasi dikumpulkan serta
dianalisis untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa atau tidak. Jika keterampilan
berbicara siswa masih banyak yang tidak tuntas, maka hasil observasi
dianalisis untuk mengetahui di mana letak kekurangan dan kelemahan
guru dalam proses pembelajaran untuk dilakukan tindakan perbaikan
pada siklus berikutnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru
dan aktivitas siswa serta data tentang keterampilan berbicara siswa yang
dikumpulkan dengan cara:
39
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan.40
Teknik observasi ini digunakan
dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk
memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
dengan penerapan metode role playing.
2. Tes
Tes dalam penelitian ini dilaksanakan yaitu dengan tes
kinerja/perbuatan. Hasil tes ini diperoleh dengan mengamati siswa
selama bermain peran. Tes kinerja/perbuatan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk
memperoleh data seperti informasi mengenai profil atau sejarah sekolah,
keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana, serta kurikulum yang
digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini adalah menggunakan analisis statistik
deskriptif dan persentase, yaitu kegiatan statistik yang dimulai dari
40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 200
40
penghimpunan data, menyusun atau mengatur data, menyajikan data dan
menganalisis data angka guna memberikan gambaran tentang sesudah
gejala, peristiwa atau keadaan.
1. Aktivitas Guru dan Siswa
Setelah data terkumpul melalui observasi, data tersebut diolah
dengan menggunakan rumus persentase, yaitu sebagai berikut: 41
x 100%
Keterangan :
P = Angka Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
F = Frekuensi Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
N = Jumlah Indikator
100 = Bilangan Tetap
Keberhasilan guru dan siswa dengan menggunakan metode role
playing dikatakan berhasil apabila telah mencapai minimal kategori
“Baik”, sebagai berikut:
Tabel III.I
Kategori Aktivitas Guru dan Siswa42
No Interval Kategori
1 86-100% Sangat baik
2 71-85% Baik
3 60-70% Cukup baik
4 ˂60% Kurang baik
41 Sukma Erni & Nurhayati, Op. Cit., hlm. 94-95 42 Zainal aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2014),
hlm. 63
41
2. Keterampilan Berbicara
Keberhasilan keterampilan berbicara siswa selama pembelajaran
dengan metode role playing (bermain peran) dikatakan berhasil apabila
mencapai 75%. Artinya keterampilan berbicara siswa minimal berada
pada kategori cukup baik, hal ini sesuai dengan kategori sebagai berikut:
Tabel III.II
Kategori Keterampilan Berbicara43
No Interval Kategori
1 93-100% Sangat Baik
2 84-92% Baik
3 75-83% Cukup Baik
4 ˂75% Kurang Baik
Keterangan:
a. Keterampilan berbicara siswa dikatakan sangat baik apabila siswa
berani tampil berbicara tanpa paksaan dari guru, melafalkan kata-kata
dengan mudah dan tepat, tidak membuat kesalahan dalam tata
bahasanya sehingga pembicaraan mudah dipahami, mampu
menggunakan kosakata yang baik dan tepat, sangat lancar dalam
berbicara, mampu memahami isi teks skenario, dan tampil dengan
percaya diri.
b. Keterampilan berbicara siswa dikatakan baik apabila kurang 1 item
dari 7 indikator yang ditetapkan, siswa berani terampil berbicara tanpa
paksaan dari guru, melafalkan kata-kata dengan mudah dan tepat,
tidak membuat kesalahan dalam tata bahasanya sehingga pembicaraan
43 Laporan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Raport
42
mudah dipahami, mampu menggunakan kosakata yang baik dan tepat,
lancar dalam berbicara, mampu memahami isi teks skenario.
c. Keterampilan berbicara siswa dikatakan cukup baik apabila kurang 2
item dari 7 indikator yang ditetapkan, siswa berani terampil berbicara
tanpa paksaan dari guru, melafalkan kata-kata dengan mudah dan
tepat, tidak membuat kesalahan dalam tata bahasanya sehingga
pembicaraan mudah dipahami, mampu menggunakan kosakata yang
baik dan tepat, lancar dalam berbicara.
d. Keterampilan berbicara siswa dikatakan kurang baik apabila kurang 3
item dari 7 indikator yang ditetapkan, siswa berani terampil berbicara
tanpa paksaan dari guru, melafalkan kata-kata dengan mudah dan
tepat, tidak membuat kesalahan dalam tata bahasanya sehingga
pembicaraan mudah dipahami, mampu menggunakan kosakata yang
baik dan tepat.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran) dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara pada mata
pelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan dalam siklus I (pertemuan 1
dan 2) dan siklus II (pertemuan 1 dan 2). Adapun untuk peningkatan
keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal nilai rata-rata atau
persentase keterampilan berbicara siswa yaitu 59,57% dengan kategori
“Kurang Baik” dengan siswa yang tuntas sebanyak 10 orang. Pada siklus I
keterampilan berbicara siswa mencapai 76,08% dengan kategori “Cukup
Baik” dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang, sedangkan
siklus II mengalami peningkatan sebanyak 84,18% dengan kategori “Baik”
dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 25 orang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang berhubungan dengan metode
pembelajaran role playing (bermain peran) adalah:
1. Bagi guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Istiqomah Pekanbaru Kecamatan
Tampan terkhususnya guru tematik kelas IV agar tetap mengembangkan
100
metode role playing (bermain peran) dalam belajar agar dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2. Bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah Istiqomah Pekanbaru Kecamatan
Tampan agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung bukan hanya pada mata pelajaran
tematik saja melainkan semua mata pelajaran.
3. Dalam penelitian ini, penerapan ini hanya meningkatkan keterampilan
berbicara, padahal model pembelajaran role playing ini juga dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan motivasi belajar siswa.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ahmad Sobirin. Penerapan Strategi Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Kelas V
Madrasah Ibtidaiayah Swasta Muthlabul Ulum Kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar. Skripsi, Pekanbaru: UIN, 2015.
Aninditya Sri Nugraheni. 2012. Pengajaran Bahasa Indonesia Berbasis Karakter.
Yogyakarta: Mentari Pustaka.
Arisman. Penerapan Model Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Materi Masa
Persiapan Kemerdekaan Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 002 Senama
Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Skripsi, Pekanbaru:
UIN, 2015.
Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ruzz Media.
Candra Dewi. 2016. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Bermain Drama
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle.
Jurnal Inovasi pembelajaran. Vol.3 No.2. hlm. 568
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamid Darmadi. 2012. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Hisyam Zaini, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ismawati Alidha Nurhasanah, dkk. 2016. Penerapan Metode Role Playing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hubungan Makhluk Hidup
dengan Lingkungannya. Jurnal Pena Ilmiah.Vol.1 No.1. hlm.613
Lia Oktaviani Irawan. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Madrasah
Ibtidaiyah Raudhatul Mushallin Tanjung Pinang. Skripsi, Pekanbaru: UIN,
2016.
Mardia Hayati dan Nurhasnawati. 2014. Desain Pembelajaran. Pekanbaru: CV.
Mutiara Pesisir Sumatra.
102
Miftahul Huda. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
M.Subana dan Sunarti. 2009. Stategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Setia.
Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang: Maliki Press.
Ni Nyoman Padmadewi, Luh Putu Artini & Dewa Ayu Eka Agustini. 2017.
Pengantar Micro Teaching. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nursalim dan Samsi Hasan. 2014. Bahasa Indonesia I Pendidikan Guru SD dan
MI. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Nursalim. 2011. Materi dan pengajaran Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Zanafa
Publishing.
. 2019. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cahaya
Firdaus.
Oemar Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Siti Ulfiyani. 2016. Pemaksimalan Peran Guru dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara di Sekolah. Vol.12 No.2. hlm.111-112
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
, Suhardjono & Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukma Erni & Nurhayati. 2016. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Mahasiswa.
Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tana. 2016. Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 1 Melalui
Penggunaan Media Gambar Seri. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 2. No.
1. hlm. 74
Vera Ayuningtiyas. 2013. Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Upaya
Menumbuhkembangkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada
Anak Usia Dini Di TK Bhayangkari 17 Cimahi. Jurnal Empowerment.
Vol. 2 No. 2. hlm. 49
103
Zainal Aqib, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Zuniar Kamaluddin Mabruri dan Ferry Aristya. 2017. Peningkatan Keterampilan
Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV Melalui Penerapan
Strategi Role Playing SD Negeri Ploso 1 Pacitan. Jurnal Kajian Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran. Jawa Timur: STKIP PGRI Pacitan. Vol.1
No. 2. April 2017. hlm.113
104
LAMPIRAN 1
SILABUS
Nama Madrasah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas/Semester : IV/2 (Dua)
Muatan Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru
dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Mata
Pelajaran
Kompetensi Dasar Indikator Materi
Pembelajaran
Pendidikan
Penguatan Karakter
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bahasa
Indonesia
3.9 Mencermati
tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks
fiksi.
3.9.1 Mengiden-
tifikasi dan
memahami
tokoh-
tokoh yang
terdapat
Tokoh-
tokoh yang
terdapat
pada teks
fiksi
Religius
Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas
Sikap:
Jujur
Disiplin
Tanggung
Jawab
Santun
Peduli
2 JP Buku Guru
dan Buku
Siswa
Tema 8
Daerah
Tempat
Tinggalku
105
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4.9Menyampaikan
hasil identifikasi
tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks
fiksi.
pada teks
fiksi dengan
tepat.
3.9.2 Menjelas-
kan tokoh-
tokoh yang
terdapat
pada teks
fiksi
dengan
tepat.
4.9.1 Mengiden-
tifikasi dan
menunjuk-
kan tokoh-
tokoh yang
terdapat
pada teks
fiksi.
4.9.2 Mencerita-
kan tokoh-
tokoh yang
terdapat
pada teks
fiksi secara
lisan.
Percaya
Diri
Kerja Sama
Pengetahuan
Tes tertulis
Memahami
tokoh utama
dan tokoh
tambahan
Mengetahui
tokoh-tokoh
pada teks
cerita fiksi
Keterampilan
Praktik/Kine-
rja
Mengomuni-
kasikan
tokoh-tokoh
pada teks
cerita fiksi.
Mengomuni-
kasikan
tokoh utama
dan tokoh
tambahan
Subtema 1
Lingku-
ngan
Tempat
Tinggalku
Internet
Lingku-
ngan
106
SILABUS
Nama Madrasah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas/Semester : IV/2 (Dua)
Muatan Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 2 : Keunikah Daerah Tempat Tinggalku
KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru
dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Mata
Pelajaran
Kompetensi
Dasar
Indikator Materi
Pembelajaran
Pendidikan
Penguatan Karakter
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bahasa
Indonesia
3.9 Mencermati
tokoh-tokoh
yang terdapat
pada teks
fiksi.
3.9.1 Mengidenti-
fikasi tokoh-
tokoh yang
terdapat pada
teks fiksi
dengan
Tokoh-
tokoh yang
terdapat
pada teks
fiksi
Religius
Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas
Sikap:
Jujur
Disiplin
Tanggung
Jawab
Santun
Peduli
2 JP Buku Guru dan
Buku Siswa
Tema 8 Daerah
Tempat
Tinggalku
Subtema 2
Keunikan
Daerah
107
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4.9 Menyampai-
kan hasil
identifikasi
tokoh-tokoh
yang
terdapat
pada teks
fiksi.
tepat.
3.9.2 Menjelaskan
tokoh-tokoh
yang terdapat
pada teks fiksi
dengan tepat.
4.9.1 Menunjukkan
dan
menyebut-kan
tokoh-tokoh
yang terdapat
pada teks fiksi
secara lisan
dengan tepat.
4.9.2 Mencerita-kan
tokoh-tokoh
yang terdapat
pada teks fiksi
secara lisan
dengan tepat.
Percaya diri
Kerja Sama
Pengetahuan
Tes tertulis
Mengetahui
tokoh dalam
cerita fiksi.
Mengetahui
tokoh-tokoh pada
teks fiksi (tokoh
utama, tokoh
tambahan, tokoh
antagonis, dan
tokoh
protagonis).
Keterampilan
Praktik/Kinerja
Mengomuni-
kasikan cerita
fiksi.
Mengomuni-
kasikan isi dan
tokoh-tokoh
dalam bacaan.
Tempat
Tinggalku
Internet
Lingkungan
108
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan/Sekolah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas / Semester : IV / II (dua)
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 1
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 kali pertemuan)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI-1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Mencermati tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi.
3.9.1 Mengidentifikasi dan memahami
tokoh-tokoh yang terdapat pada
teks fiksi dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi dengan
tepat.
4.9.1 Mengidentifikasi dan menunjukkan
tokoh-tokoh yang terdapat pada
teks fiksi
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi secara lisan
dengan metode bermain peran.
109
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi dan memahami tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi dengan tepat.
2. Siswa mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan benar.
3. Siswa mampu mengidentifikasi dan menunjukkan tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi dengan baik dan benar.
4. Siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan menggunakan metode bermain peran dengan baik dan
benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi “Asal Mula Telaga Warna”
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Bermain peran (role playing)
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber belajar
Buku Guru dan Buku Siswa kelas IV (Edisi Revisi) Tema 8: Daerah
Tempat Tinggalku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
2017.
Lingkungan sekitar.
Media
Teks skenario “Asal Mula Telaga Warna”
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
(1) (2) (3)
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, dan menanyakan kabar siswa.
Siswa diminta untuk berdo’a bersama dipimpin
oleh ketua kelas.
Guru memeriksa kehadiran siswa.
Siswa mendengarkan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi dan apersepsi
Mengamati
Siswa mengamati teks cerita fiksi “Asal Mula
Telaga Warna”.
- Siapakah tokoh-tokoh yang terdapat dalam
teks fiksi tersebut?
5 menit
110
(1) (2) (3)
Inti - Bagaimana sifat tokoh tersebut?
Mengeksplorasi
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Siswa diminta untuk melakonkan skenario
yang sudah disiapkan dan dijelaskan
sebelumnya.
Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
Siswa membahas penampilan masing-masing
kelompok pada lembar kerja yang diberikan
guru dan masing-masing kelompok
menyampaikan kesimpulannya.
Mengasosiasi
Siswa diminta untuk mengaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
Guru meminta siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dipahami.
60 menit
Penutup Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran
Mengadakan refleksi
Guru mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan mengucapkan hamdalah dilanjutkan
dengan salam.
5 menit
H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian: Tes lisan
Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara
No
Aspek yang dinilai Rentangan Skala Skor
1 2 3 4
1 Keberanian
2 Lafal
3 Tata Bahasa
4 Kosakata
5 Kelancaran
6 Pemahaman
7 Penampilan
Total
Nilai
111
Lampiran 1
Teks Skenario
ASAL MULA TELAGA WARNA
Suara Gaib : “Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?”
(dengan suara yang besar dan sedikit menakutkan).
Raja : (sedang bertapa dan terkejut mendengar suara gaib tersebut)
“Ya! Saya ingin sekali memiliki keturunan!”
Suara Gaib : “Baiklah! Doamu akan terkabul! Sekarang pulanglah!”
Raja : “Benarkah? Saya sangat berharap bisa diberikan keturunan”
(merasa semangat setelah mendengar suara gaib tersebut dan
bergegas pulang).
Tak lama kemudian Permaisuri pun hamil dan melahirkan seorang bayi
perempuan.
Rakyat 1 : “Apakah kalian tahu? Sebentar lagi Raja akan mengadakan
pesta syukuran ulang tahun tuan Putri yang ke tujuh belas.”
(berkumpul bersama rakyat yang lain setelah mendengar berita
yang tersebar).
Rakyat 2 : “Benarkah? Lalu apa yang akan kita hadiahkan untuk sang
Putri?” (terkejut dan semangat setelah mendengar berita
tersebut).
Rakyat 3 : “Bagaimana kalau kita beri hadiah sebuah kalung yang indah
yang terbuat dari emas dan permata. Pasti tuan Putri
menyukainya.”
Rakyat 1 : “Ide yang bagus. Tuan putri pasti suka. (mengangguk).
Rakyat 2 : “Baiklah. Kalau begitu kita sepakat hadiah untuk sang Putri
sebuah kalung yang cantik dan indah.”
Rakyat 3 : “Raja, ini hadiah dari kami untuk tuan Putri yang cantik jelita.”
(mendekati raja dan memberikan kotak berisi kalung di acara
pesta).
Raja : “Wahh…Terimakasih rakyatku.” (dengan perasaan terharu
sambil menerima hadiah yang diberikan).
Raja : “Kalung ini hadiah dari rakyat anakku, indah sekali bukan? Kau
pasti menyukainya”. (bersiap mengalungkan kalung itu ke leher
putrinya).
Putri : “Aku tidak suka kalung ini, Ayah.” (tolak Putri dengan kasar).
Raja : (terkejut melihat tingkah putrinya).
112
Permaisuri : “Kenapa kamu tidak suka nak? Kalung ini sangat indah apalagi
terbuat dari permata yang berwarna-warni.” (berusaha
membujuk sang Putri, mendekat dan hendak memakaikan
kalung itu ke leher putrinya).
Putri : “Aku tidak mau! Aku tidak suka kalung itu! Kalung itu jelek!”
(teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri, kalung itu pun
terjatuh dan permata nya berserak-serakan di lantai).
Permaisuri : “Tega sekali kamu kepada ibumu sendiri.” (terduduk dan
menangis).
Rakyat 1 : “Sungguh saya tidak menyangka tuan Putri berbuat seperti ini”
(ikut menangis dan membantu Permaisuri berdiri).
Rakyat 2 : “Kasihan permaisuri. Saya sangat kecewa melihat tingkah tuan
Putri.” (ikut bersedih).
117
LAMPIRAN 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan/Sekolah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas / Semester : IV / II (dua)
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 2
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 kali pertemuan)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI-1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi.
3.9.1 Mengidentifikasi dan
memahami tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
4.9.1 Mengidentifikasi dan
menunjukkan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan metode
bermain peran.
118
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi dan memahami tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi dengan tepat.
2. Siswa mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan benar.
3. Siswa mampu mengidentifikasi dan menunjukkan tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi dengan baik dan benar.
4. Siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan menggunakan metode bermain peran dengan baik dan
benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi “Kasuari dan Dara Mahkota”
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Bermain peran (role playing)
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber belajar
Buku Guru dan Buku Siswa kelas IV (Edisi Revisi) Tema 8: Daerah
Tempat Tinggalku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
2017.
Lingkungan sekitar.
Media
Teks skenario “Kasuari dan Dara Mahkota”
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
(1) (2) (3)
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, dan menanyakan kabar siswa.
Siswa diminta untuk berdo’a bersama dipimpin
oleh ketua kelas.
Guru memeriksa kehadiran siswa.
Siswa mendengarkan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi dan apersepsi
5 menit
Inti Mengamati
Siswa mengamati teks cerita fiksi “Kasuari dan
Dara Mahkota”.
Menanya
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi
60 menit
119
(1) (2) (3)
- Siapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam
teks fiksi tersebut?
- Bagaimana sifat tokoh tersebut?
Mengeksplorasi
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Siswa diminta untuk melakonkan skenario
yang sudah disiapkan dan dijelaskan
sebelumnya.
Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
Siswa membahas penampilan masing-masing
kelompok pada lembar kerja yang diberikan
guru dan masing-masing kelompok
menyampaikan kesimpulannya.
Mengasosiasi
Siswa diminta untuk mengaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
Guru meminta siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dipahami.
Penutup Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran
Mengadakan refleksi
Guru mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan mengucapkan hamdalah dilanjutkan
dengan salam.
5 menit
H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian: Tes lisan
Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara
No
Aspek yang dinilai Rentangan Skala Skor
1 2 3 4 1 Keberanian
2 Lafal
3 Tata Bahasa
4 Kosakata
5 Kelancaran
6 Pemahaman
7 Penampilan
Total
Nilai
120
Lampiran 1
Teks Skenario
KASUARI DAN DARA MAHKOTA
Nuri : “Sungguh saya tidak tahan melihat sifat Kasuari yang amat
serakah” (merasa marah dan jengkel).
Maleo : “Ya, dia amat serakah. Ia sengaja memetik banyak sekali buah
yang telah masak dan menyembunyikan di bawah sayapnya
sehingga kita tidak kebagian” (dengan kesal).
Cendrawasih : “Kita harus memberinya pelajaran supaya dia jerah dan tidak
mengulangi lagi sifat serakah nya itu”
Maleo : “Betul sekali. Lalu apa yang harus kita lakukan?”
Nuri : “Kalau begitu kita adakan saja perlombaan. Tapi lomba apa
yang bagus kita adakan?”
Cendrawasih : “Bagaimana jika lomba terbang? Siapa yang mampu terbang
tinggi dan paling jauh, dialah pemenangnya. Kalau Kasuari
kalah, dia tidak boleh mencurangi kita lagi.” (memberikan
usulan).
Pipit : “Siapa yang bisa melawan Kasuari? Badannya besar. Sayapnya
lebar. Sekali mengepakkan sayap, dia pasti bisa terbang jauh.
Kita tidak akan menang.” (dengan pesimis).
Dara Mahkota : “Ingat, kita harus menggunakan akal. Serahkan semuanya
kepadaku. Aku akan melawannya dalam perlombaan ini”
(sambil tersenyum dan meyakinkan kawan-kawannya).
Burung kecil : “Bagaimana ini? Mungkinkah Dara Mahkota yang bertubuh
kecil dapat mengalahkan Kasuari yang besar?” (berbisik
dengan teman-temannya).
Pipit : “Kita berdo’a saja semoga Dara Mahkota menang melawan
Kasuari yang serakah.” (meyakinkan burung kecil dan burung
lainnya).
Burung kecil : “Ya. Semoga saja Dara Mahkota menang” (mengepalkan
kedua tangannya dengan penuh harapan).
Saat pertandingan tiba, semua burung hadir untuk menyaksikan….
Kasuari : “Aku pasti menang. Di hutan ini tidak ada burung yang punya
sayap selebar dan sekuat punyaku.” (sahut Kasuari dengan
sombong di depan teman-temannya).
Dara Mahkota : “Kita lihat saja siapa yang akan menang” (balas Dara
Mahkota dengan percaya diri).
121
Kasuari : “Sudahlah, kamu menyerah saja daripada mendapat malu”
(sambil mengejek Dara Mahkota).
Dara Mahkota : “Siapa yang tertawa belakangan, dia yang akan kalah.”
(membalas dengan senyuman)
Nuri : “Baiklah, langsung saja kita mulai perlombaannya.
1….2…..3….”
Kasuari : (Melaju dengan kencang sambil menoleh ke belakang,
akhirnya terpeleset dan jatuh).
126
LAMPIRAN 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan/Sekolah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas / Semester : IV / II (dua)
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 2 : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 1
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 kali pertemuan)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI-1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi.
3.9.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
4.9.1 Menunjukkan dan
menyebutkan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan metode
bermain peran.
127
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
2. Siswa mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3. Siswa mampu menunjukkan dan menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi secara lisan dengan baik dan benar.
4. Siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan menggunakan metode bermain peran dengan baik dan
benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi “Roro Jonggrang”
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Bermain peran (role playing)
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber belajar
Buku Guru dan Buku Siswa kelas IV (Edisi Revisi) Tema 8: Daerah
Tempat Tinggalku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
2017.
Lingkungan sekitar.
Media
Teks skenario “Roro Jonggrang”
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
(1) (2) (3)
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, dan menanyakan kabar siswa.
Siswa diminta untuk berdo’a bersama dipimpin
oleh ketua kelas.
Guru memeriksa kehadiran siswa.
Siswa mendengarkan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi dan apersepsi
5 menit
Inti Mengamati
Siswa mengamati teks cerita fiksi “Roro
Jonggrang”.
Menanya
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi.
- Siapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam
60 menit
128
(1) (2) (3)
teks fiksi tersebut?
- Bagaimana sifat tokoh tersebut?
Mengeksplorasi
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Siswa diminta untuk melakonkan skenarioyang
sudah disiapkan dan dijelaskan sebelumnya.
Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
Siswa membahas penampilan masing-masing
kelompok pada lembar kerja yang diberikan
guru dan masing-masing kelompok
menyampaikan kesimpulannya.
Mengasosiasi
Siswa diminta untuk mengaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
Guru meminta siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dipahami.
Penutup Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran
Mengadakan refleksi
Guru mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan mengucapkan hamdalah dilanjutkan
dengan salam.
5 menit
H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian: Tes lisan
Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara
No
Aspek yang dinilai Rentangan Skala Skor
1 2 3 4
1 Keberanian
2 Lafal
3 Tata Bahasa
4 Kosakata
5 Kelancaran
6 Pemahaman
7 Penampilan
Total
Nilai
129
Lampiran 1
Teks Skenario
RORO JONGGRANG
Roro Jonggrang : “Aku bersedia menjadi permaisurimu, Bandung
Bondowoso. Tetapi ada syarat yang harus kau penuhi.
Jika berhasil, aku akan menikah denganmu. Namun, jika
kau gagal izinkan aku pergi” (mengajukan sebuah syarat
kepada Bandung Bondowoso).
Bandung Bondowoso : “Apa pun yang kau minta akan aku penuhi, Roro
Jonggrang. Jika aku gagal memenuhinya, aku akan
mengembalikan kerajaan ini kepadamu” (sahut Bandung
Bondowoso dengan angkuh).
Roro Jonggrang : “Aku minta kau membangun seribu candi untukku.
Semua harus selesai sebelum matahari terbit besok”.
Bandung Bondowoso : “Baiklah, aku pasti berhasil memenuhi syarat yang kau
buat” (dengan sangat angkuh).
Bandung Bondowoso : “Wahai para Jin. Datanglah bantu aku” (memanggil para
Jin dan meminta bantuan).
Ketua Jin : “Ada apa kau memanggil kami wahai Bandung
Bondowoso”.
Bandung Bondowoso : “Bantulah aku membuat seribu candi sebelum matahari
terbit esok”.
Ketua Jin : “Baiklah, akan kami bantu!”.
Roro Jonggrang : “Bagaimana ini Bi Sumi. Rupanya Bandung Bondowoso
meminta bantuan para Jin untuk membuat candi, kalau
begini caranya ia akan selesai dalam satu malam!”
(mengadu kepada dayang kepercayaannya dengan
ekspresi panik).
Bi Sumi : “Tenang saja Putri, saya akan meminta bantuan para
dayang” (segera menemui dayang-dayang).
Bi Sumi : “Wahai para dayang, saya ingin meminta bantuan kepada
kalian” (menemui para dayang sambil meminta tolong).
Dayang 1 : “Apa yang harus kami bantu wahai Bi Sumi? Dengan
senang hati kami akan membantu”.
Bi Sumi : “Tumbuklah lesung dan bakarlah jerami agar suasana
menjadi seperti pagi”.
Dayang 2 : “Kalau boleh tau, kenapa kami harus melakukan itu?”
(dengan penasaran).
130
Bi Sumi : “Kita harus menggagalkan rencana Bandung
Bondowoso. Dia bermain curang dengan meminta
bantuan para Jin untuk membuat seribu candi”.
Dayang 2 : “Kalau begitu kita harus menggagalkan rencananya
sebelum matahari terbit”.
Dayang 1 : “Baiklah. Kami akan segera melakukan yang kamu
perintahkan Bi Sumi”. (bergegas menumbuk lesung dan
membakar jerami sehingga ayam-ayam jantan berkokok
bersahut-sahutan dan membuat suasana seperti pagi).
Jin : “Bagaimana ini, ayam telah berkokok menandakan
bahwa hari telah pagi. Ayo kita pergi dari sini”.
Bandung Bondowoso : “Heii jangan pergi para Jin” (menahan para Jin agar
tidak pergi).
Ketua Jin : “Hari sudah mulai pagi Bandung!”
Bandung Bondowoso : “Tetapi candi-candi ini belum selesai! Saya tidak akan
membiarkan kalian pergi!” (dengan marah dan emosi).
Jin : “Kami sudah tidak bisa melanjutkan pekerjaan kami
Bandung” (bergegas pergi dan meninggalkan Bandung
Bondowoso).
Bandung Bondowoso : “Hah…dasar Jin sialan beraninya kalian meninggalkan
aku”. (merasa sangat marah).
Roro Jonggrang : “Candi-candi ini hanya ada 999. Kurang satu candi”
(mendatangi Bandung Bondowoso yang tampak kesal).
Bandung Bondowoso : (merasa tidak percaya dan menghitung setiap jumlah
candi).
“Aku tidak akan kalah, Roro Jonggrang. Aku akan
mendapatkan seribu candi seperti yang kau inginkan”
(merasa kesal dan marah besar).
Roro Jonggrang : “Kenyataannya candi yang kau buat kurang satu,
Bandung Bondowoso. Kau tetap harus menepati
janjimu!”.
Bandung Bondowoso : “Kalau begitu, akan aku ubah kau menjadi candi ke
seribu”.
135
LAMPIRAN 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan/Sekolah : MI Istiqomah Pekanbaru
Kelas / Semester : IV / II (dua)
Tema 8 : Daerah Tempat Tinggalku
Subtema 2 : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran : 2
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 kali pertemuan)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI-1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9 Mencermati tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi.
4.9 Menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks
fiksi.
3.9.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3.9.2 Menjelaskan tokoh-tokoh yang
terdapat pada teks fiksi dengan
tepat.
4.9.1 Menunjukkan dan
menyebutkan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan tepat.
4.9.2 Menceritakan tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan metode
bermain peran.
136
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
2. Siswa mampu menjelaskan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
dengan tepat.
3. Siswa mampu menunjukkan dan menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi secara lisan dengan baik dan benar.
4. Siswa mampu menceritakan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi
secara lisan dengan menggunakan metode bermain peran dengan baik dan
benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teks cerita fiksi “Terjadinya Selat Bali”
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Bermain peran (role playing)
F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber belajar
Buku Guru dan Buku Siswa kelas IV (Edisi Revisi) Tema 8: Daerah
Tempat Tinggalku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
2017.
Lingkungan sekitar.
Media
Teks skenario “Terjadinya Selat Bali”
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
(1) (2) (3)
Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam, dan menanyakan kabar siswa.
Siswa diminta untuk berdo’a bersama dipimpin
oleh ketua kelas.
Guru memeriksa kehadiran siswa.
Siswa mendengarkan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Guru memberikan motivasi dan apersepsi
5 menit
Inti Mengamati
Siswa mengamati teks cerita fiksi “Terjadinya
Selat Bali”.
Menanya
Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi.
- Siapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam
60
menit
137
(1) (2) (3)
teks fiksi tersebut?
- Bagaimana sifat tokoh tersebut?
Mengeksplorasi
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Siswa diminta untuk melakonkan skenario
yang
sudah disiapkan dan dijelaskan sebelumnya.
Masing-masing siswa berada di kelompoknya
sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
Siswa membahas penampilan masing-masing
kelompok pada lembar kerja yang diberikan
guru dan masing-masing kelompok
menyampaikan kesimpulannya.
Mengasosiasi
Siswa diminta untuk mengaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari.
Komunikasi
Guru meminta siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dipahami.
Penutup Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran
Mengadakan refleksi
Guru mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan mengucapkan hamdalah dilanjutkan
dengan salam.
5 menit
H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian: Tes lisan
Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara
No
Aspek yang dinilai Rentangan Skala Skor
1 2 3 4
1 Keberanian
2 Lafal
3 Tata Bahasa
4 Kosakata
5 Kelancaran
6 Pemahaman
7 Penampilan
Total
Nilai
138
Lampiran 1
Teks Skenario
TERJADINYA SELAT BALI
Penagih Utang : “Heii Manik Angkeran. Aku datang ke sini menagih utang
kepadamu. Cepat bayar, mana janji mu!” (mendekati Manik
Angkeran sambil marah-marah).
Manik Angkeran : “Iiiiyyaaaa….tunggu sebentar” (dengan gugup dan
langsung kabur menghindari Penagih Utang).
Penagih Utang : “Dasar kurang ajar….Mau lari ke mana kau (mengejar
Manik Angkeran).
Sidhimantra : “Sudahlah nak. Hentikan perbuatanmu ini! Harta Ayah
sudah habis karena ulahmu. Bahkan kamu sampai berjudi
dan berhutang kepada orang lain. (menasehati Manik
Angkeran yang terlihat kehabisan nafas sesampainya di
rumah).
Manik Angkiran : (tidak menghiraukan nasehat Ayah nya dan langsung
pergi).
Sidhimantra : (berdoa meminta pertolongan Dewa untuk membantu sang
Anak).
Dewa : “Hai Sidhimantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun
yang di jaga seekor naga bernama Naga Besuikh. Pergilah
ke sana lalu mintalah supaya dia mau memberi sedikit
hartanya”.
Sidhimantra : “Benarkah? Terimakasih Dewa, aku akan segera menuju ke
sana” (merasa senang dan bersemangat).
Dewa : “Ya. Berhati-hatilah! Di sana akan banyak rintangan yang
harus kamu hadapi”.
Sidhimantra : “Baiklah Dewa” (bergegas menemui Naga Besuikh).
Sidhimantra : “Naga Besuikh, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk
berjudi. Sekarang karena hutangya menumpuk, dia dikejar-
kejar oleh penagih hutang. Aku mohon, bantulah aku agar
bisa membayar hutang anakku” (menghadap Naga Besuikh
sambil bermohon).
Naga Besuikh : “Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu, tapi kau
harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi”.
Harta yang didapat ayahnya kembali di gunakan Manik Angkeran untuk berfoya-
foya. Ia mencari tahu tempat ayahnya mendapatkan harta.
139
Manik Angkeran : “Permisi. Ki Wulung, aku mau bertanya. Apakah kamu tahu
dimana ayahku mendapatkan hartanya?” (mendatangi salah
seorang teman ayahnya dan bertanya).
Ki Wulung : “Tidak, saya tidak tahu. Coba saja kamu tanyakan kepada
orang kepercayaan ayahmu. Dia Dang Hyang Nirata.
Mungkin dia tahu dimana ayahmu mendapatkan harta”.
Manik Angkeran : “Baiklah. Saya akan segera menemuinya” (bergegas
pulang).
Ki Wulung : “Ya berhati-hatilah di jalan”.
Dang Hyang Nirata : (mendengar suara orang mengetok pintu dan membukanya).
“Apakah gerangan kedatangan mu kemari wahai Manik
Angkeran?”
Manik Angkeran : “Kedatanganku kemari, aku ingin bertanya kepadamu.
Dimanakah ayahku mendapatkan semua hartanya?. Aku
mohon beritahu aku.”
Dang Hyang Nirata : “Mmhhh….dia mendapatkannya dari seekor naga yang
bernama Naga Besuikh yang berada di kawah Gunung
Agung. Jika kamu kesana akan ada banyak rintangan yang
harus kamu lewati”.
Manik Angkeran : “Baiklah. Terimakasih sudah membantu saya. Saya akan
kesana dengan berhati-hati” (bergegas menemui Naga
Besuikh).
Manik Angkeran : “Naga Besuikh, sudilah kiranya kau bagi sedikit hartamu
untuk membayar utang-utangku” (terduduk dan memohon
kepada Naga Besuikh).
Naga Besuikh : “Aku sudah memberi ayahmu, Sidhimantra emas dan
permata. Apakah itu masih kurang?” (merasa kesal).
Manik Angkeran : “Aku mohon, beri aku sedikit lagi hartamu Naga Besuikh
yang murah hati” (sambil memohon dengan penuh harap).
Naga Besuikh : “Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu, asal kau
berjanji tidak akan berfoya-foya lagi” (menggoyangkan
ekornya dan mengeluarkan emas dan permata).
Manik Angkeran : (silau melihat begitu banyak emas dan permata sehingga
memotong ekor Naga Besuikh dengan pedang).
Naga Besuikh : (berhasil menghindar dan menyemburkan api di mulutnya
sehingga Manik Angkeran tewas terbakar).
144
LAMPIRAN 6
Pedoman Penilaian Aktivitas Guru dalam
Menggunakan Metode Role Playing (bermain peran)
No. Aspek yang diamati Skor
(1) (2) (3)
1. Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
Guru semangat memberikan penjelasan skenario kepada siswa,
membagi peran dengan adil, memberikan skenario dalam bentuk
hard file kepada setiap siswa.
4
Guru memberikan penjelasan skenario kepada siswa, membagi
peran, memberikan skenario dalam bentuk hard file kepada
beberapa orang siswa.
3
Guru memberikan penjelasan skenario kepada siswa dengan
tampak loyo, tidak adil dalam membagi peran, tidak memberikan
skenario dalam bentuk hard file kepada setiap siswa.
2
Guru tidak menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 1
2. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Guru menyuruh siswa menghapal skenario tanpa teks,
memberikan tenggat waktu menghapal kepada siswa, memberikan
konsekuensi apabila siswa tidak menghapal.
4
Guru menyuruh siswa menghapal skenario tanpa teks,
memberikan tenggat waktu menghapal kepada siswa namun tidak
memberikan konsekuensi apabila siswa tidak menghapal.
3
Guru menyuruh siswa menghapal skenario tanpa teks namun tidak
memberikan tenggat waktu menghapal kepada siswa dan tidak
memberikan konsekuensi apabila siswa tidak menghapal.
2
Guru tidak menyuruh siswa mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
1
3. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok.
Guru membentuk kelompok dengan sangat rapi, sesuai dengan
jumlah siswa, kelompok di bagi heterogen.
4
Guru membentuk kelompok dengan rapi, sesuai dengan jumlah
siswa namun kelompok di bagi homogen.
3
Guru membentuk kelompok dengan tidak rapi, tidak sesuai dengan
jumlah siswa dan kelompok di bagi homogen.
2
Guru tidak membentuk siswa menjadi beberapa kelompok. 1
4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
Guru semangat memberikan penjelasan kompetensi dengan suara
jelas dan lantang, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat di
mengerti semua siswa.
4
145
(1) (2) (3) Guru memberikan penjelasan kompetensi dengan suara jelas,
sesuai dengan tujuan pembelajaran namun siswa masih bingung
dan bertanya karena kurang mengerti apa yang disampaikan guru.
3
Guru tidak semangat memberikan penjelasan kompetensi serta
suaranya kecil, tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan siswa
sulit mengerti apa yang disampaikan guru.
2
Guru tidak memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai
1
5. Guru memanggil para siswa untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
Guru dengan lembut memanggil setiap kelompok yang tampil
untuk maju ke depan kelas, mengkondisikan kelas dengan baik
serta memberikan konsekuensi apabila siswa tidak mau tampil.
4
Guru memanggil setiap kelompok yang tampil untuk maju,
mengkondisikan kelas namun tidak memberikan konsekuensi
apabila siswa tidak mau tampil.
3
Guru hanya memanggil beberapa orang kelompok yang tampil
untuk maju ke depan, tidak mengkondisikan kelas dan tidak
memberikan konsekuensi apabila siswa tidak mau tampil.
2
Guru tidak memanggil para siswa untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan.
1
6. Guru menyuruh masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan.
Guru menyuruh setiap siswa duduk di bangku masing-masing,
mengamankan kelas agar siswa tidak ribut saat siswa yang lain
tampil, menegur siswa dengan baik apabila ada yang ribut dan
berjalan-jalan di kelas.
4
Guru menyuruh setiap siswa duduk di bangku masing-masing,
mengamankan kelas namun tidak menegur siswa apabila ada yang
ribut dan berjalan-jalan di kelas.
3
Guru hanya menyuruh sebagian siswa duduk di bangku masing-
masing, tidak mengamankan kelas dan tidak menegur siswa yang
ribut dan berjalan-jalan di kelas.
2
Guru tidak menyuruh masing-masing siswa berada di
kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
1
7. Guru memberikan lembar kerja pada siswa untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok.
Guru memberikan lembar kerja sesuai dengan materi, menjelaskan
dengan jelas dan rinci cara mengisi lembar kerja, memberikan
lembar kerja kepada setiap kelompok.
4
Guru memberikan lembar kerja sesuai dengan materi, menjelaskan
secara umum cara mengisi lembar kerja namun hanya memberikan
lembar kerja kepada beberapa kelompok.
3
146
(1) (2) (3) Guru memberikan lembar kerja tidak sesuai dengan materi, tidak
menjelaskan cara mengisi lembar kerja, hanya memberikan lembar
kerja kepada beberapa kelompok.
2
Guru tidak memberikan lembar kerja pada siswa. 1 8. Guru meminta masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya.
Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya di depan kelas, membimbing
siswa dengan baik dalam menyimpulkan, memberikan reward
kepada siswa yang mau tampil.
4
Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya, membimbing siswa dalam
menyimpulkan namun tidak memberikan reward kepada siswa
yang mau tampil.
3
Guru hanya meminta perwakilan beberapa orang kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya, tidak membimbing siswa
dalam menyimpulkan dan tidak memberikan reward kepada siswa
yang mau tampil.
2
Guru tidak meminta masing-masing kelompok menyampaikan
hasil kesimpulannya.
1
9. Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.
Guru semangat memberikan kesimpulan dan evaluasi secara
umum dengan suara jelas dan lantang, sesuai materi, dapat
dimengerti semua siswa.
4
Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum dengan
suara jelas, sesuai materi, beberapa orang siswa bertanya karena
kurang mengerti apa yang disampaikan guru.
3
Guru tidak semangat serta suara nya kecil dalam memberikan
kesimpulan dan evaluasi secara umum, tidak sesuai materi, siswa
sulit mengerti apa yang disampaikan guru.
2
Guru tidak memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum. 1
151
LAMPIRAN 11
Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa dalam
Menggunakan Metode Role Playing (bermain peran)
No. Aspek yang diamati Skor
(1) (2) (3)
1. Siswa memperhatikan skenario yang diberikan guru.
Siswa berkonsentrasi penuh dalam memperhatikan, fokus
mendengarkan penjelasan skenario yang diberikan guru, siswa
menerima peran yang diberikan guru dengan senang hati.
4
Siswa konsentrasi dalam memperhatikan, sesekali mendengarkan
penjelasan skenario yang diberikan guru, siswa menerima peran
yang diberikan guru.
3
Siswa kurang memperhatikan guru, sesekali mendengarkan
penjelasan guru sambil bercerita dengan temannya, siswa sedikit
protes karena tidak yakin bisa memerankan peran yang diberikan
guru.
2
Siswa asik bercerita dan tidak memperhatikan guru, tidak
mendengarkan penjelasan skenario yang diberikan guru, siswa
protes peran yang diberikan guru karena tidak menyukainya.
1
2. Siswa mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Siswa jujur saat di tanya guru apabila sudah mempelajari teks
skenario di rumah, siswa membawa teks skenario dan tidak
mendapatkan konsekuensi dari guru.
4
Siswa sedikit ragu saat di tanya guru apabila sudah mempelajari
skenario di rumah, membawa teks skenario dan tidak
mendapatkan konsekuensi dari guru.
3
Siswa tampak gugup saat di tanya guru apabila sudah mempelajari
skenario di rumah, tidak membawa teks skenario yang diberikan
sebelumnya dan mendapatkan konsekuensi dari guru.
2
Siswa tidak mempelajari skenario dalam beberapa hari sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
1
3. Siswa membentuk beberapa kelompok.
Siswa membentuk kelompok dengan sangat rapi tanpa bantuan
guru, mandiri, tidak ribut dalam pembagian kelompok.
4
Siswa membentuk kelompok dengan kurang rapi, namun mandiri
tanpa dibantu oleh guru, tidak ribut dalam pembagian kelompok.
3
Siswa membentuk kelompok dengan kurang rapi dan dibantu oleh
guru, tidak mandiri, sesekali ribut dalam pembagian kelompok.
2
Siswa membentuk kelompok dengan bantuan guru, tidak mandiri,
ribut dalam pembagian kelompok.
1
152
(1) (2) (3)
4. Siswa mendengarkan guru menjelaskan kompetensi yang ingin
dicapai.
Siswa fokus mendengarkan guru menjelaskan kompetensi,
menghargai guru di depan kelas, mengerti apa yang dijelaskan
guru.
4
Siswa mendengarkan penjelasan kompetensi yang disampaikan
guru namun sesekali bercerita dengan teman sebelahnya,
menghargai guru di depan kelas, mengerti apa yang dijelaskan
guru.
3
Siswa asik bercerita dengan temannya sehingga sedikit sekali
mendengarkan penjelasan kompetensi yang disampaikan guru,
kurang menghargai guru di depan kelas, kurang mengerti apa yang
dijelaskan guru karena asik bercerita.
2
Siswa tidak mendengarkan guru menjelaskan kompetensi yang
ingin dicapai, tidak menghargai guru sehingga tidak mengerti apa
yang dijelaskan guru.
1
5. Siswa melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
Siswa tampil dengan sangat percaya diri, tanpa membawa alat
bantu seperti teks skenario, sangat lancar dalam bermain peran.
4
Siswa tampil dengan percaya diri namun sedikit gugup saat di
depan kelas, tanpa membawa alat bantu seperti teks skenario,
lancar dalam bermain peran.
3
Siswa kurang percaya diri saat tampil dan sering bergumam
karena gugup, membawa alat bantu teks skenario serta sesekali
melihatnya, kurang lancar dalam bermain peran.
2
Siswa tidak percaya diri dan tidak mau melakonkan skenario di
depan kelas.
1
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati
skenario yang sedang diperagakan.
Siswa fokus dan konsentrasi penuh memperhatikan penampilan
temannya, tidak ribut, tidak mengejek atau menertawakan
penampilan temannya.
4
Siswa memperhatikan temannya yang tampil, sesekali ribut di
kelas, tidak mengejek atau menertawakan penampilan temannya.
3
Siswa kurang fokus memperhatikan penampilan temannya dan
sesekali bercerita, sedikit ribut, sesekali menertawakan
penampilan temannya.
2
Siswa sibuk bercerita dengan temannya sehingga tidak
memperhatikan temannya yang tampil, ribut di kelas, mengejek
atau menertawakan penampilan temannya.
1
7. Siswa membahas penampilan masing-masing kelompok pada lembar
kerja yang diberikan guru.
Siswa semangat dan saling bekerja sama membahas penampilan
masing-masing kelompok sesuai instruksi guru, tidak pilih kasih,
4
153
(1) (2) (3) sesuai dengan penampilan temannya.
Siswa bekerja sama membahas penampilan masing-masing
kelompok namun tidak sesuai instruksi guru, tidak pilih kasih,
sesuai dengan penampilan temannya.
3
Siswa kurang bekerja sama dan tampak malas membahas
penampilan masing-masing kelompok, tidak sesuai instruksi guru,
pilih kasih dan tidak sesuai dengan penampilan temannya.
2
Siswa tidak bekerja sama dan tidak mau membahas penampilan
masing-masing kelompok pada lembar kerja yang diberikan guru.
1
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
Siswa yang tampil menyampaikan hasil kesimpulannya dengan
berani dan sangat percaya diri, suaranya sangat jelas dan lantang,
dan siswa yang lain memperhatikan dengan baik temannya yang
tampil.
4
Siswa yang tampil menyampaikan hasil kesimpulannya dengan
sedikit gugup, namun suaranya jelas, sedangkan siswa yang lain
kurang memperhatikan temannya saat tampil di depan.
3
Siswa yang tampil kurang percaya diri dan hanya menunduk saat
menyampaikan hasil kesimpulannya, suaranya kurang jelas namun
masih bisa didengar, sedangkan siswa yang lain kurang
memperhatikan temannya dan sesekali asik bercerita saat
temannya tampil di depan.
2
Masing-masing kelompok tidak menyampaikan hasil
kesimpulannya.
1
9. Siswa mendengarkan guru menyampaikan kesimpulan dan evaluasi
secara umum.
Siswa fokus mendengarkan guru menyampaikan kesimpulan dan
evaluasi, sangat tertib di kelas, memberikan pertanyaan kepada
guru apa yang tidak dimengerti.
4
Siswa mendengarkan guru menyampaikan kesimpulan dan
evaluasi, tertib di kelas, tidak memberikan pertanyaan kepada
guru.
3
Siswa tidak fokus mendengarkan guru menyampaikan kesimpulan
dan evaluasi, sesekali ribut di kelas, tidak tertib, tidak memberikan
pertanyaan kepada guru.
2
Siswa tidak mendengarkan guru dan asik bercerita, sangat tidak
tertib, tidak memberikan pertanyaan kepada guru.
1
162
LAMPIRAN 16
Pedoman Penilaian Test Keterampilan Berbicara Siswa
dengan Menggunakan Metode Role Playing (Bermain Peran)
No. Aspek yang diamati Skor
(1) (2) (3) 1. Keberanian
Siswa berani tampil bermain peran tanpa paksaan dari guru,
selain itu siswa juga tidak menggunakan alat bantu seperti teks
skenario yang diberikan sebelumnya.
4
Siswa berani tampil bermain peran, namun sesekali melihat teks
skenario yang diberikan sebelumnya.
3
Siswa berani tampil bermain peran, namun hanya membacakan
teks skenario yang sudah siberikan.
2
Siswa tampil bermain peran, namun atas permintaan guru dan
teman-temannya.
1
2. Lafal
Siswa melafalkan kata-kata dengan mudah dan tepat. Tidak
terlihat adanya pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah.
4
Siswa kesulitan melafalkan kata-kata dengan tepat sehingga
memaksa pendengar harus mendengar dengan teliti ucapannya
dan sesekali timbul salah pengertian.
3
Siswa melafalkan kata-kata yang susah sekali dipahami karena
masalah pengucapan. Sering siswa harus mengulangi apa yang
diucapkannya.
2
Siswa kesukaran melafalkan kata-kata dan kesalahan dalam
pelafalannya terlalu banyak sehingga bicaranya tidak dapat
dipahami.
1
3. Tata Bahasa
Siswa tidak membuat kesalahan dalam tata bahasanya sehingga
pembicaraan mudah dipahami.
4
Siswa membuat sedikit sekali kesalahan tata bahasa atau susunan
kata, tetapi tidak mengaburkan arti.
3
Siswa sering membuat kesalahan tata bahasa dan susunan kata
sehingga sewaktu-waktu mengaburkan arti.
2
Siswa membuat kesalahan tata bahasa dan susunan kata
demikian banyaknya sehingga pembicaraannya benar-benar sulit
dipahami.
1
4. Kosakata
Siswa mampu menggunakan kata-kata dan ungkapan yang baik
dan tepat.
4
Siswa sesekali menggunakan kata-kata yang salah sehingga
pembicaraannya menjadi terbatas karena kata-kata yang dipakai
3
163
(1) (2) (3)
tidak tepat.
Siswa sering sekali menggunakan kata-kata yang salah sehingga
menyebabkan pembicaraannya sukar sekali untuk dipahami.
2
Siswa menggunakan kata-kata yang salah dan sangat terbatas
sehingga
pembicaraannya hampir tidak mungkin dilakukan.
1
5. Kelancaran
Siswa mampu bercerita dengan lancar sekali. 4
Siswa tampak bercerita dengan kecepatan yang berkurang karena
dipengaruhi oleh kesulitan berbahasa.
3
Siswa sedikit ragu-ragu dalam bercerita, sering siswa terpaksa
berdiam diri karena penguasaan bahasanya terbatas (sering
tersendat-sendat).
2
Siswa sering melakukan pemberhentian pendek-pendek, tidak
lancar bercerita sehingga menyebabkan pembicaraannya benar-
benar tidak berlangsung.
1
6. Pemahaman
Siswa mampu memahami isi teks skenario tanpa kesulitan. 4
Siswa mampu memahami isi teks skenario, namun harus sering
diulang.
3
Siswa sulit memahami isi teks skenario dengan banyak
pengulangan.
2
Siswa tidak mampu memahami isi teks skenario, sehingga tidak
mampu bercerita di depan kelas.
1
7. Penampilan
Siswa tampil dengan percaya diri, suaranya keras, dan dapat
mengekspresikan cerita yang disampaikannya dengan baik.
4
Siswa tampil dengan percaya diri, namun masih ragu-ragu
walaupun suaranya cukup keras.
3
Siswa tampil dengan ekpresi, suaranya kurang bisa terdengar,
dalam menyampaikan cerita siswa masih malu-malu.
2
Siswa tampil dengan ekpresi datar dan tidak percaya diri, kepala
tertunduk, pandangan mata tidak terfokus pada lawan bicara,
suara hampir tidak terdengar.
1
183
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NURFITRA HAYATI, lahir di Sibiruang pada tanggal
17 Juni 1998. Anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Ayahanda Syahril dan Ibunda Detis Lindra
Wati. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis
adalah SDN 022 Sibiruang, lulus pada tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Koto
Kampar Hulu, setelah menyelesaikan pendidikan di SMPN 2 Koto Kampar Hulu
pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Bangkinang
Kota dan lulus pada tahun 2016. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi Negeri dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Sebagai tugas akhir perkuliahan penulis melaksanakan
penelitian tindakan kelas pada bulan Maret 2020 di MI Istiqomah Pekanbaru
dengan judul “Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peram) untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada Tema Daerah Tempat
Tinggalku di Kelas IV MI Istiqomah Pekanbaru Kecamatan Tampan”. Penulis
dapat menyelesaikan studi selama 3 tahun 11 bulan. Penulis dinyatakan lulus pada
sidang munaqasyah pada tanggal 12 Syawal 1441/2 Juni 2020 M.