penerapan metode kisah untuk meningkatkan hasil

89
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI MTs. QUR’ANIYAH BATU-KUTA KEC. NARMADA KAB. LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: WIRNO SUPIANTO NIM: 151.1.01.178 JURUSAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2017

Transcript of penerapan metode kisah untuk meningkatkan hasil

PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA

KELAS VIII DI MTs. QUR’ANIYAH BATU-KUTA KEC. NARMADA

KAB. LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

WIRNO SUPIANTO NIM: 151.1.01.178

JURUSAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

ii

PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA

KELAS VIII DI MTs. QUR’ANIYAH BATU-KUTA KEC. NARMADA

KAB. LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN)

Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai

gelar sarjana pendidikan

Oleh:

WIRNO SUPIANTO NM: 151.1.01.178

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2017

iii

iv

vi

vii

Motto:

… ) …۱۱ :الرعد(

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga kaum itu mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra’d Ayat 11)1

1 J-Art, Terjemahan Al-Qur‟an Al-Jumanatul Ali. (Q.S. Ar-Ra‟d ayat 11), h. 250

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan:

Kepada insan yang tulus dan mencintaiku yaitu kedua orang tuaku tercinta

Nuralim dan Hamidah yang telah bersusah payah mendukungku dan tak

henti-hentinya melafadzkan do’a untuk kesuksesanku dan keberhasilanku.

Kupersembahkan karya tulis ini sebagai kado terindah dari Anandamu ini.

Terimakasih yang tak terhingga yang Ananda ucapkan untukmu yang selalu

bekerja keras mencari biaya untuk kesuksesan pendidikanku Anak pertamamu

ini.

Kepada saudara-saudariku tersayang (Idris Wardani dan Warni Supianti),

yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepadaku untuk menyelesaikan

studiku dan skripsi ini dengan cepat.

Kepada keluarga besarku dan sahabat-sahabat ku yang selalu

mendampingiku dan memberikan motivasi untuk terus berusaha dan berdo’a

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Almamaterku tercinta dan yang ku banggakan.

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII Di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec.

Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, Dapat terselesaikan

dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW. yang telah menjadi pelita dalam menyebarkan syari‟at islam

yang diamanahkan Allah kepadanya untuk ummatnya.

Tujuan penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Mataram.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, peneliti ingin mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan informasi yang sangat

berharga kepada peneliti. Terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak, Drs. Ziyad, M.Ag. Selaku pembimbing I dan bapak Muhammad

Taisir, M.Ag. Selaku pembimbing II yang senantiasa telah membimbing dan

mengarahkan penulis selama proses pembimbingan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang

senantiasa telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga

penulis tidak banyak mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan proses

penelitian sampai laporan penelitian.

3. Bapak/Ibu Staf Tata Usaha (STU) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Mataram yang senantiasa melayani serta menyiapkan kebutuhan-kebutuhan

penulis untuk penelitian.

4. Bapak Dr. H. Maimun, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN Mataram yang selalu memberikan motivasi kepada

x

Mahasiswa/mahasiswi khususnya Mahasiswa/mahasiswi Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Mataram.

5. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan

Keguruan UIN Mataram yang selalu memberikan motivasi kepada

Mahasiswa/mahasiswi khususnya Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

6. Bapak Dr. Mutawalli, M.Ag, selaku Rektor UIN Mataram yang selalu

memberikan motivasi dan pengarahan terhadap seluruh Mahasiswa/

mahasiswi agar selalu bersemangat dalam menyelesaikan studi/kuliyah.

7. Bapak Kepala MTs Qur;aniyah Batu-Kuta Narmada beserta Staf di MTs

Qur‟aniyah yang telah bersedia mengizinkan penulis serta melayani dan

memberikan keperluan-keperluan dalam bentuk informasi dan data-data yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas dengan pahala yang setimpal atas

segala budi baik dan amal bantuan dari pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, mudah-

mudahan skripsi ini dapat bermamfaat bagi kita semua. Amiiin ya Robbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Mataram, 2017

Penulis

xi

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x ABSTRAK BABA I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Sasaran Tindakan ........................................................................ 4

C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BABA II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Kisah .............................................................................. 7

1. Pengertian Metode Kisah ...................................................... 7

2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah ......................................... 8

3. Aspek-Aspek dan Teknik-Teknik Metode Kisah .................. 10

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah ........................... 18

5. Langkah-langkah penerapan metode kisah ........................... 19

B. HASIL BELAJAR ...................................................................... 20

1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 20

2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................ 21

C. Pembelajaran Akidah Akhlak ..................................................... 25

1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 25

xii

2. Dasar-Dasar Pembelajaran Akidah Akhlak .......................... 28

3. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak ................................... 29

4. Materi Pelajaran Akidah Akhlak ........................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Seting dan Lokasi Penelitian ....................................................... 32

B. Sasaran Penelitian ....................................................................... 32

C. Rencana Tindakan ....................................................................... 32

D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya .................................. 36

E. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 38

F. Cara Pengamatan (monitoring) ................................................... 40

G. Analisis Data dan Refleksi .......................................................... 40

BABA IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ................................................................. 44

1. PRASIKLUS ......................................................................... 44

2. SIKLUS I .............................................................................. 48

3. SIKLUS II ............................................................................. 54

B. PEMBAHASAN ......................................................................... 62

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................................... 65

B. SARAN ....................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

ABSTRAK

PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA

KELAS VIII DI MTS. QUR’ANIYAH BATU KUTA KEC. NARMADA KAB. LOMBOK BARAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh

Wirno Supianto 151.101.178

Skripsi ini membahas penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan; Bagaimana Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Quraniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017?. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A di MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017, karena prestasi belajar siswa kelas VIII A masih rendah dibandingkan siswa kelas VIII B, sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkannya. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan wawancara dan observasi. Semua data dianalisis dalam bentuk data kuantitatif.

Kajian ini menunjukkan bahwa: Perhatian anak didik siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta kec. Narmada kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 saat proses pembelajaran aqidah akhlak, pada tahap prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingakat keakfitan 45,45 %, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, perhatian anak didik menjadi sebanyak 15 siswa dengan tingkat keaktifan 60,61 % dan pada siklus II yang dilakukan dengan tetap menerapkan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, perhatian anak didik menjadi 19 siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %.

Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran aqidak akhlak, hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniayah Batu Kuta kec. Narmada kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil belajar siswa pada tahap prasiklus nilai rata-rata kelas aqidah akhlak sebesar 64,14, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, hasil belajar siswa nilai rata-rata kelasnya menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, hasil belajar siswa menjadi 78,64.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia sekarang

tidak akan berbeda dengan generasi manusia masa lampau, bahkan mungkin juga

malah lebih rendah, lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa maju-mundurnya atau baik buruknya peradaban masyarakat suatu bangsa

akan ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat tersebut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2 Untuk mencapai tingkat kualitas manusia Indonesia yang tinggi diperlukan

adanya proses belajar-mengajar yang mengacu pada perubahan tingkah laku

siswa, baik berupa pengetahuan, nilai dan sikap sehingga hasil belajar yang

diharapkan dapat dicapai siswa sebagai penerima atau yang dibimbing, sehingga

dalam proses interaksi belajar mengajar akan berjalan lebih efektif.

Tingkat usia anak-anak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik

bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa

depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak

pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan

memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik

dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan

dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT.

2Drs. Hasan Basri, M.Ag., Drs. Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), Cet. Ke-1, h. 35.

2

Mengingat betapa pentingnya peran guru dalam proses belajar-mengajar,

maka mutu, cara belajar dan metode mengajar perlu ditingkatkan. Salah satu

tugas guru adalah bisa menggunakan metode mengajar yang baik dan tepat

sesuai materi sehingga proses belajar mengajar bisa tersampaikan sesuai dengan

apa yang diharapkan. Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama

haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena itu,

dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala

gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.3

Dalam kegiatan pendidikan tidak hanya terpaku pada kegiatan belajar-

mengajar saja, tetapi penting pula diperhatikan masalah metode yang digunakan

dalam menyampaikan materi pelajaran. Salah satu metode yang digunakan

dalam proses belajar-mengajar adalah metode kisah atau metode cerita.

Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak

tetrntu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini

sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai

berikut:

“Anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatik saja”.4

Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa guru diharuskan bisa

menggunakan metode dengan baik dan benar sehingga siswa mudah memahami

pelajaran dan proses belajar mengajar berjalan dengan baik.. Namun demikian

kenyataan yang terjadi di sekolah khususnya di MTs Qur‟aniyah Desa Batu-

Kuta Kec. Narmada bahwa guru akidah akhlak belum optimal bisa

3Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23, h.

127. 4Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-16, h. 41.

3

menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

demikian ini sebagaimana dikemukakan oleh Khaerunnisa sebagai berikut:

“Saya biasanya menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam menyampaikan pelajaran di kelas. Hasilnya memang belum optimal karena ada beberapa anak yang tidak tuntas nilainya”.5

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan selama proses belajar

mengajar di MTs. Qur‟aniyah Kelas VIII A diketahui bahwa siswa kurang

memperhatikan pelajaran karena selama ini guru mata pelajaran Aqidah Ahklak

menggunakan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab saja, Hal demikian

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nazifa sebagai berikut:

“kami biasanya tidak fokus pada jam pelajaran aqidah akhlak, karena guru suka menggunakan metode ceramah saja atau diskusi saja sehingga kadang banyak diantara kami yang tidak bias menjawab soal dari guru ketika diberikan soal”6 Hal diatas dibuktikan juga dengan tes peningkatan hasil belajar yang

dilakukan oleh guru Akidah Akhlak. Diketahui hanya 50 % siswa yang tuntas

sedangkan sisanya tidak tuntas.

Berdasarkan hasil tes diatas peneliti mencoba menerapkan metode yang

berbeda untuk meningkatkan hsil belajar siswa. Adapun metode yang diterapkan

untuk merangsang anak agar tertarik mengikuti kegiatan belajar dengan

menerapkan metode kisah. Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada

pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan

keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan cerita.7

Peneliti mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan metode

kisah yang diterapkan di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat

5Guru Aqidah Akhlak, wawancara, Batu-Kuta 3 April 2014. 6 Nazifa (murid kelas VIII A), wawancara, 04april 2014. 7Soekanto, Seni Cerita Islami, (Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001) Cet. ke-2, h. 9.

4

dengan judul “Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas VIII A di MTs.

Qur’aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat Tahun Pelajaran

2016/2017”

B. Sasaran Tindakan

Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian di MTs. Qur‟aniyah

Desa Batu-Kuta adalah siswa dapat memahami materi akidah akhlak dengan

mudah serta dapat belajar dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah peneliti an ini adalah: “Bagaimanakah Penerapan Metode Kisah Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

kelas VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat tahun

pelajaran 2016/2017?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Penerapan Metode Kisah

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A Pada Mata

Pelajaran Akidah Akhlak Di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok

Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumber informasi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.

b. Memperkaya penggunanan metode pembelajaran dalam meningkatkan

prestasi belaar siswa pada umumnya dan siswa MTs. Qur‟aniyah pada

5

khususunya

2. Manfaat Praktis

a. Siswa

Dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajar pada

mata pelajatan akidah akhlak dengan menerapkan metode kisah

sehingga standar kopentensi dapat dituntaskan oleh siswa secara

optimal.

b. Guru

Dapat menjadi Pedoman bagi guru akidah akhlak dalam memilih

metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi be la ja r

siswa dan dapat memperbaiki kinerja mengajar guru.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memperkaya

khasanah ilmu penegetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran

dan dapat mnenjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran

terutama pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas VIII di MTs.

Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2016/2017

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Kisah

1. Pengertian Metode Kisah

Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode sebagai cara yang

paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.8 Menurut Sukanto “Kisah

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid- muridnya,

ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu

kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan

bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan cerita”. 9

Metode kisah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan

di madrasah atau sekolah. Sebagai suatu metode bercerita mengundang

perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi

cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di madrasah atau sekolah,

maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya

dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.

Menurut Abuddin Nata Metode kisah adalah suatu metode yang

mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari

sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar

terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik

pendidikan.10

Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan

8Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya,

2003), Cet ke-7, h. 9. 9Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), Cet. ke-2, h. 9. 10Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. ke-4,

h. 97.

6

7

keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan

menjadi pengalaman bagi peserta didik dan memotivasi anak untuk

mengikuti cerita sampai tuntas.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode kisah adalah menuturkan atau menyampaikan

cerita secara li san kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat

disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar

mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan

dengan kondisi anak didik.

2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah

a. Tujuan Metode Kisah

Menurut Asnell i Ilyas bahwa tujuan metode kisah dalam pendidikan anak adalah: “menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari”.11

Menurut Hapinudin dan Winda Gunarti, tujuan metode kisah

adalah sebagai berikut: 12

1) Melatih daya tangkap dan daya berpikir 2) Melatih daya konsentrasi 3) Membantu perkembangan fantasi 4) Menciptakan suasana menyenagkan di kelas.

Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode kisah adalah sebagai

berikut:

a) Menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang baik

b) Membantu pengetahuan siswa secara umum c) Mengembangkan imajinasi d) Mendidik akhlak

11Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, hl. 34. 12Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di

TK,(Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996), hl. 62.

8

e) Mengasah rasa.13 Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode

kisah adalah:

salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode kisah maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan kisah yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.14

Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan

kemampuan untuk mendengarkan cerita dari guru, dengan jelas metode

kisah disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Al- Qur‟an dalam

kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak- anak kepada

Allah, Rasul dan Al-Qur‟an.

b. Fungsi Metode Kisah

Fungsi metode kisah antara lain:15

1) Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik Melalui metode kisah ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rasul atau umat-umat terdahulu yang memili ki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipili h dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.

2) Dapat mengembangkan imajinasi anak Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh- tokoh dalam cerita yang disajikan oleh guru.

3) Membangkitkan rasa ingin tahu Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah kisah sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi kisah. Isi kisah yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.

13Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet.

ke1, h. 6. 14Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi

Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 170.

15H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1999), Cet ke-1, h. 61.

9

Bercerita merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam

mencapai sasaran- sasaran atau target pendidikan. Metode kisah dapat

menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan

penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi

pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan.Menurut Bahroin, metode

kisah memili ki fungsi memahami konsep ajaran Islam secara emosional.

Cerita yang bersumber dari Al-Qur‟an dan kisah-kisah keluarga muslim

diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya

untuk mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong

untuk beramal di jalan lurus.16

3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode Kisah

a. Aspek-aspek Metode Kisah17

Salah satu unsur penting dalam seluruh rangkaian dalam efektivitas

yang ditempuh dalam upaya pembentukan moral anak melalui cerita

adalah memilih tema cerita yang baik untuk disampaikan kepada

anak.Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh

masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak-anak.

Dewasa ini sudah banyak cerita yang diterbitkan. Di antara yang

banyak itu pili h cerita yang baik dan berguna. Banyak tema cerita yang

diterbitkan yang tidak memiliki pendidikan dan moral. Kisah-kisah yang

dituli s hanya untuk merangsang emosi-emosi yang rendah. Tema cerita

seperti ini, bukanlah patut disisikan dalam memilih tema. Secara teoriti s

ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema

cerita. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah:

16Bahroin S. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita

dan Menyanyi, (Jakarta: t.pn. 1995), Cet-ke-1, h. 24. 17J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, (Jakarta : Amanah, 1997), h. 2.

10

1) Aspek Religius (Agama)18

Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini

tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipili h

merupakan sarana pembentukan moral. Jika aspek agama ini

kurang diperhatikan keberadaanya, maka dikhawatirkan anak akan

memperoleh informasi-informasi yang temanya tidak baik, bahkan ada

kemungkinan cerita yang demikian dapat merusak moral anak yang

sudah baik.

Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih

tidak hanya karena gaya ceritanya saja, melainkan harus sarat dengan

nilai-nilai ajaran Islam. Kini upaya menenggelamkan pengaruh cerita

yang temanya tidak baik dan dapat merusak akidah dan akhlak anak.19

2) Aspek Pedagogis (Pendidikan)

Pertimbangan aspek pendidikan dalam memilih tema cerita juga

penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan, yaitu

menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang bersamaan.

Disinilah letak peran pencerita untuk dapat memilih tema cerita

dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita. Unsur

mendidik, baik secara langsung ataupun tidak langsung terimplisit

dalam tema dongeng.20

3) Aspek Psikologis

Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema

cerita sangat membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak

adalah manusia yang sedang berkembang. Maka secara kejiwaan tema

18Ibid, h. 3. 19J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, (Jakarta : Amanah, 1997), h. 2. 20Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet. ke-1, h. 35. 20Ibid., h. 5.

11

ceritapun disesuaikan dengan kemampuan berfikir, kestabilan emosi,

kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan pengetahuan anak

dalam mengahayati cerita tersebut. Cerita yang baik dapat

mempengaruhi perkembangan anak.21

b. Teknik-teknik Berkisah

Suatu kisah sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka

kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan

setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat ji ka

dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuahan anak.22

Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain

dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku,

gambar, menggunakan papan flanel, bermain peran dalam suatu cerita.23

1) Membaca Langsung Dari Buku Cerita

Teknik bercerita dengan membacakan langsung sangat bagus

bila guru mempunyai puisi atau prosa itu dibacakan kepada anak.

Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-

pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami

perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal

itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik, dan sebagainya.

24

2) Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku

Bila cerita yang disampaikan kepada anak MTs selalu panjang dan

terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat

menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi

21Achmad Hidayat dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di TK, (Jakarta: Insida

Lantabora, 2004), Cet ke-1, h. 35. 23J. Abdullah, Memilih Dongeng Islam untuk Anak, h. 9. 24Ibid., h. 9.

12

dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut

pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak

mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang

yang dapat bercerita dengan baik guru memerlukan persiapan dan

latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan

untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, dan untuk mengikat

perhatian anak pada jalannya cerita.25

3) Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama.

Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu

generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan

untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak. Oleh karena

itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak. Banyak

buku-buku dongeng yang bagus dapat dibeli di pasaran, tetapi guru

MTs yang kreatif dapat mencipta dongeng dari negara Antah Beratah

yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan.26

4) Bercerita Dengan Menggunakan Papan Flanel

Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan

dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu.

Gambar tokoh-tokoh yang mewakil i perwatakan dalam ceritanya

digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kerta

gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya

dapat melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasar atau dikreasi

oleh guru, sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan

25Ibid., h. 10. 26Ibid., h. 11.

13

melalui bercerita.27

5) Dramatisasi Suatu Cerita

Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam

suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang

bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai seperti Abu Nawas

dan sebagainya.

6) Bercerita Sambil Memainkan Jari-jari Tangan

Bercerita sambil memainkan jari tangan seperti dengan

menggunakan sepuluh jari tangan, tangan tersembunyi, mengatupkan

jari tangan yang satu dengan yang lain, mengangkat jari tangan,

menurunkan jari tangan, menyilangkan jari tangan dan lain-lain.28

Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode

bercerita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:29

1) Bercerita dengan alat peraga

Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk

memberikan kepada anak didik suatu tanggapan yang tepat mengenai

hal-hal yang didengar dalam suatu cerita:30

a) Bercerita dengan alat peraga langsung

Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan

atau benda-benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa

gambar-gambar. Penggunaan alat peraga langsung untuk

memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-

hal yang didengar dalam cerita. Dalam bentuk cerita ini guru

27Ibid., h. 12. 28

Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di TK (Jakarta: Rieneka Cipta), 2004, h. 157-166. 25Ibid., h. 168.

30Ibid., h. 169.

14

sebaiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.

(2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.

(3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi duduk anak didik.

b) Bercerita dengan gambar

Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap

perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan

membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positi f

maupun pengembangan kemampuan dasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan

gambar adalah:

(1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil . (2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus

terlihat (3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik. (4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali.31

c) Bercerita dengan menggunakan buku cerita

Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita

dari sebuah buku cerita bergambar.Dalam buku cerita bergambar

biasanya terdapat tuli san kalimat-kalimat pendek yang

menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan

membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia pra-

sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang

dewasa lainya. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam

membacakan cerita, seperti:32

31Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, (Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003), h. 13.

32Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di TK, h. 170.

15

(1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dili hat semua anak.

(2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu fantasi anak.

2) Bercerita tanpa alat peraga

Kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan

menggunakan metode ji ka tidak ada alat peraga yang kongkrit.

Dalam kegiatan bercerita yang berperan adalah guru dengan cara

bercerita melalui ekspresi yang tepat. Dalam menggunakan metode

ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai

berikut:33

a) Guru harus menunjukan mimik muka, gerakan-gerakan tangan dan kaki sertasuara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguhterhadap isi dan alur cerita.

b) Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan mudah dimengerti anak.

c) Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru. d) Selama bercerita hindari teguran pada anak.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik

yang dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk

cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan

sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya. Sebagaimana

Mahmud Yunus mengemukakan bahwa “Pengaruh cerita lebih besar

dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau

menyuruh dan melarang kepada anak didik”. 34

33Ibid., h. 171. 34Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1983),

Cet. Ke-11, h. 19-24.

16

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah

Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode

yang terbaik. Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu

menyentuh jiwa ji ka didasari dengan ketulusan hati yang mendalam. Metode

bercerita ini dii syaratkan dalam Al-Qur‟an:

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf 12:3)35

Artinya: “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Ali-Imran 3:62)36

a. Kelebihan Metode Kisah

1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.

2) Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.

3) Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.

4) Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.37

5) Dapat menumbuh kembangkan gaya bicara (ta‟bii r) yang baik. Apabila dibumbui dengan cerita akan dapat meningkatkan daya hafalannya, dimana di dalamnya terdapat penggambaran hidup yang baru, lebih-lebih ditambah nilai seni dalam pembawaannya, sehingga seorang pendengar merasa menikmati dan menghayatinya.38

35Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yusuf Ayat-3 (Bandung: CV Penerbit

J ART, 2005), h. 235. 36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , Al Imran Ayat-3 (Bandung: CV

Penerbit J ART, 2005), h. 50. 37Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

Cet. Ke-1, h. 159-162. 38Syarif Hade Masyah, Dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, (Jakarta:

Mustaqiim), 2003, Edisi Revisi, h. 17.

17

b. Kekurangan Metode Kisah

1) Pemahaman anak didik akan menjadi suli t ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain.

2) Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik. 3) Sering terjadi ketidak selarasan isi cerita dengan konteks yang

dimaksud sehingga pencapaian tujuan suli t diwujudkan.39

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan

penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis

terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode

bercerita ini dalam pendidikan agama menggunakan paradigma Al-

Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, sehingga memili ki substansi

cerita yang valid tanpa diragukan lagi keabsahannya.

5. Langkah-langkah penerapan metode kisah

a. Persiapan

Persiapan merupakan langkah pertama yang harus benar-benar

diperhatikan oleh seorang pendidik/guru sebelum menyajikan materi

pelajaran, karena keberhasilan sebuah kisah tergantung sejauh mana

persiapan dilakukan. Tujuan dilakukan persiapan antara lain:

1) menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran dan

masalah dan pokok-pokok masalah, apakah yang akan dibahas dalam

pelajaran itu.

2) Membangkitkan bahan appersepsi pada peserta didik untuk membantu

peserta didik memahami pelajaran yang akan disajikan.

b. Penyajian

Pada tahap ini disajkan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok

39Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),

Cet. Ke-1, h. 163. 39Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT Asdi

Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 179.

18

masalah.

c. Generalisasi

Pada tahap ini unsur yang sama dan yang berlainan dihimpun untuk

mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.

d. Aplikasi Penggunaan

Pada tahap ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai

situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan perubahan tinkah laku atau penampilan, dengan serangkai kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendenarkan, meniru dang lain sebagainya.40 Menurut Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman mendefinisikan belajar sebgai proses perubahan tingkah laku pada diri individu dengan adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.41 Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar menuntut adanya hasil yang

berupa perubahan tingkah laku setelah adanya serangkaian kegiatan yang

melibatkan interaksi antara berbagai hal yang kompleks.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

seperti yang telah dijelaskan di atas. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.42

2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

40Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 20. 41 Muhammad Fathurrohman dan Silistyorini, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

2012), h. 119. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), h. 3.

19

Kemampuan seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar selalu

berbeda dan prestasi belajar yang diperolehnya juga berbeda. Hal ini dipengaruhi

oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu

factor internal dan factor eksternal.

Menurut M. Fathurrohman dan Sulistyorini factor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut

a. Factor internal (factor yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan 2) Intelegensi dan bakat 3) Minat dan motivasi 4) Cara belajar

b. Factor eksternal (factor yang berasal dari luar diri) 1) Keluarga 2) Sekolah 3) Masyarakat 4) Lingkungan sekitar43

Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa antara lain:

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Faktor ini terdiri dari dua aspek, yaitu:

1) Aspek fisiologis (jasmaniah)

Faktor jasmaniah ini adalah berkaitan dengan kondisi pada organ-organ

tubuh manusia yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Siswa yang

memiliki kelainan, seperti cacat tubuh, kelainan fungsi kelenjar tubuh yang

membawa fungsi kelainan tingkah laku dan kelainan pada indera, terutama

indera penglihatan dan pendengaran akan sulit menyerap informasi yang

diberikan oleh guru di dalam kelas.

43 M. Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan.., h. 20

20

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar dari sifat bawaan

siswa dari lahir maupun dari apa yang telah diperoleh dari

belajar ini. adapun faktor yang tercakup dalam faktor psikologis, yaitu:

a) Intelegensi atau kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Intelegensi adalah

kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui relasi dan memperlajarinya dengan cepat.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan kemampuan ini baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Dalam proses belajar, bakat memegang peranan penting dalam mencapai

suatu hasil akan prestasi yang baik.

c) Minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar

atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih

mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.

d) Motivasi siswa

Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau

mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang

diikutinya. Motivasi merupakan faktor penting dalam belajar, karena

21

motivasi mampu memberi semangat pada seorang anak dalam kegiatan

belajarnya.

e) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan

cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya baik

positif atau negatif.

b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal)

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yang meliputi :

1) Faktor keluarga

Keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan agama

(value transmider). Artinya keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi

seorang anak mulai belajar mengenal nilai-nilai yang berlaku

dilingkungannya, dari hal-hal yang sangat sepele hingga hal yang paling

rumit.

Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan anak-

anaknya. Apabila hubungan antara anggota keluarga, khususnya orang tua

dengan anak-anaknya bersifat merangsang dan membimbing anak, akan

memungkinkan anak tersebut mencapai prestasi yang baik, begitu pula

sebaliknya.

2) Faktor sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang ditugaskan

pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam

lingkungan sekolah banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi

terhadap belajar siswa, yang otomatis juga berimbas pada prestasi belajar.

22

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat membentuk kepribadian anak, karena dalam

pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya

dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila

seorang siswa bertempat tinggal di lingkungan yang rajin, kemungkinan

besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga dia akan

belajar sebagaimana teman-teman dalam lingkungannya.44

Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor dari dalam diri siswa

maupun yang berasal dari luar siswa. Beragamnya latar belakang siswa dan

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mereka, menjadikan guru

sebagai pendidik utama di sekolah harus melakukan berbagai inovasi

pembelajaran, agar setiap peserta didiknya mencapai hasil yang diharapkan

dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

C. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.

20 Tahun 2003, "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar."45 Pada intinya

proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik,

dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Menurut Meril, "Pembelajaran merupakan kegiatan di mana seseorang

secara sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau

44 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 132.

45UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara,

2006), h. 6.

23

bereaksi terhadap kondisi tertentu."46

Karena pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan

maka diperlukan pendekatan yang tepat untuk merancang kegiatan

pembelajaran yang sistematis, sehingga dapat dicapai kualitas hasil atau

tujuan yang ditetapkan. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu

rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh

berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks

proses belajar di sekolah atau madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya

terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan

lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social

learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan

tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala kegiatan interaksi, metode, dan

kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan

pembelajaran yang dikehendaki.47

Sedangkan Aqidah adalah bentuk mashdar dari kata "'aqada, ya'qidu,

'aqdan-'aqidatan" yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan

kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan.

Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud

aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul dalam hati.48

Ibnu Taimiyah dalam bukunya "Aqidah al-Wasithiyah" menjelaskan

makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati,

dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap

tidak dipengaruhi oleh keraguan dan salah sangka. Sedang Syekh Hasan al-

Banna dalam bukunya "al-Aqa'id" menyatakan bahwa aqidah sebagai sesuatu

46Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam., h. 164. 47Ibid., h. 184. 48Muhaimin dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 259.

24

yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa

yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.49

Sedangkan aqidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib

dibenarkan oleh hati dan jiwa yang di dalamnya merasa tentram, sehingga

menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.

Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata khuluq dan

jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika dan moral. Al-Ghazali

berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriah yang disebut dengan

khalq, dan citra batiniah yang disebut khulq. Berdasarkan kategori ini, maka

khulq secara etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan

seseorang tanpa melibatkan unsur lahiriah.50

Akhlak merumpakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan

secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan

spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak

yang baik atau akhlaqul karimah atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila

tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut

akhlak tercela atau akhlak madzmumah.51

Ibnu Maskawih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jiwa

yang mendorong melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.52

Dengan demikian pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati dan mengimani Allah SWT. dan merealisasikan dalam perilaku

kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.

49Ibid., h. 261. 50Ibid., h. 262. 51Masan Alfat, dkk., Aqidah Akhlak,(Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Untuk

Kelas I, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1997), h. 60-61. 52Tadjab dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 243.

25

2. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak

Al -Qur'an dan hadits merupakan pedoman hidup dalam Islam yang

menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan atau kepercayaan yang harus

dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya, selain itu dalam Al-Qur'an

dan hadits juga dijelaskan tentang kriteria atau ukuran baik buruknya

perbuatan manusia. Dasar akhlak yang pertama dan utama adalah Al-Qur'an.

Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Siti Aisyah berkata, "Akhlak

Rasulullah adalah Al-Qur'an."

Adapun dasar-dasar yang menjelaskan tentang aqidah di antaranya

terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 285:53

Artinya:"Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285)54

Dasar-dasar pembelajaran Aqidah Akhlak juga terdapat dalam surat Al-

Maidah ayat 15-16:55

53Masan Alfat, dkk., Aqidah Akhlak….., h. 3-4. 54Depag RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya, h. 72. 55Ibid., h. 62-63.

26

Artinya:"Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan."Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Q.S. Al-Maidah: 15-16)56

3. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari proses untuk

menuju suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan merupakan

suatu masalah yang fundamental, sebab hal itu akan menentukan ke arah

mana peserta didik akan dibawa. Karena pengertian dari tujuan sendiri adalah

sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau suatu kegiatan selesai.

Adapun tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut:

Menurut Moh. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau

akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk individu yang bermoral baik,

keras kemauan, sopan dalam berbicara dan bertingkah laku, bersifat

bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.57

Sedangkan menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan Aqidah Akhlak:

1) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada peserta didik tentang hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.

2) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang

56Ibid., h. 163. 57Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1984), h. 104.

27

buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya.

3) Memberikan bekal kepada peserta didik tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi.58

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa tujuan pendidikan Aqidah Akhlak adalah untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT., serta untuk

memberikan pengetahuan mengenai akhlaqul karimah sebagai bekal menuju

kehidupan yang lebih baik.

4. Materi Pelajaran Akidah Ahlak

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat materi tentang iman kepada

Rasul-rasul Allah SWT. Materi ini peneliti angkat karena materi ini menjadi

bahan pelajaran siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah. Adapun isi dari materi

di atas, antara lain:

1. Pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul-rasul Allah swt.

2. Bukti dan dalil tentang kebenaran adanya rasul-rasul Allah swt.

3. Nama-nama rasul.

4. Sifat-sifat rasul.

5. Perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt, dan

mencintai Nabi Muhammad saw dalam kehidupan.

6. Hikmah beriman kepada rasul-rasul Allah swt.

58Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid I Kelas I ),

(Semarang: CV Wicaksana, 1994), h. 5.

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Lokasi Penelitian

Lokasi peneliti an yaitu MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok

Barat. Dalam penelitian ini, penelit i memilih MTs Qur‟aniyah Batu-kuta

Narmada Lombok Barat didasarkan atas:

a. MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat merupakan salah satu

madrasah yang sangat memperhatikan perkembangan pengetahuan

agama pada peserta didiknya.

b. Penanaman nilai keagamaan khususnya akhlak terpuji pada peserta

didik merupakan salah satu pengembangan kurikulum di MTs.

Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.

B. Sasaran Penelitian

Kelas VIII MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat terdiri dari

tiga kelas, yaitu kelas VIII A, kelas VIII B, dan kelas VIII C. Yang menjadi

subyek dalam peneliti an adalah semua siswa kelas VIII A MTs Qur‟aniyah

Batu-kuta Narmada Lombok Barat dengan jumlah murid sebanyak 22 orang

siswa. Peneli tian memilih siswa kelas VIII A MTs Qur‟aniyah Batukuta

Narmada Lombok Barat, karena prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas VIII

A masih rendah dibandingkan siswa kelas VIII B, sehingga perlu diadakan upaya

untuk meningkatkannya.

C. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan spiral dari Kemmis dan

Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Peneliti an

Tindakan Kelas” yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran,

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan pada siklus

28

29

sebelumnya. Dari setiap siklus terdapat empat elemen penting yaitu;

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart.59

Permasalahan Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I

Siklus I

Refleksi I Observasi I

Permasalahan Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II

Siklus II

Refleksi II Observasi II

Langkah-langkah dalam peneliti an tindakan ini adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Perencanaan

a) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Media yang

digunakan dalam peneliti an ini adalah Buku Akidah Akhlak.

b) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang

dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan

kurang lebih 40 menit.

c) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas

dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana

guru MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat sebagai

pencerita sedangkan penelit i sebagai pengamat Aktivitas anak

59Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), Cet, 13, h 16

Dst.

30

selama proses pembelajaran.

d) Membuat rencana pembelajaran

e) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).

2) Observasi

Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional

melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang

lebih kriti s. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali

lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu

pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan

peneliti , tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan

yangditemukan.

3) Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian tehadap

hasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah

dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui

siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir

pembelajaran dengan penerapan metode kisah.

b. Siklus II

1) Perencanaan

a) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Tema yang

diangkat dalam siklus II ini adalah tentang “Mukjizat Para Rasul

31

Allah”.

b) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang

dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan

kurang lebih 40 menit.

c) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas

dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana

guru MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat sebagai

pencerita sedangkan penelit i sebagai pengamat Aktivitas anak

selama proses pembelajaran.

d) Membuat rencana pembelajaran

e) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).

2) Observasi

Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional

melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan

yang lebih kriti s. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selamapelaksanaan

tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali

lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu

pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan

peneliti , tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan yang

ditemukan.

3) Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian tehadap

32

hasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah

dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui

siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir

pembelajaran dengan penerapan metode kisah.

D. Jenis Metode dan Tehnik Penggunaannya

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Metode Observasi

Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti an berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.60Metode observasi diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

tampak pada obyek penelitian. 61

Dalam kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah kegiatan

tindakan penerapan metode kisah dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas

VI II A MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat, dengan

berdasarkan pedoman lembar observasi siswa.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila penelit i ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti , dan juga apabila penelit i ingin

mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah

60Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D

(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 203. 61S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, h. 158

33

respondennya sedikit. 62 Metode ini digunakan untuk merefleksi setiap

tindakan yang telah dilakukan penelit i dengan melakukan diskusi

dengan kolabolator tentang kekurangan dan perbaikan terhadap tindakan

yang dilakukan.

3. Metode Tes

Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli ) yang mendapat

jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.63 Metode

ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII MTs

Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat pada mata pelajaran Akidah

Aklak.

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 64 Metode ini

digunakan untuk memperoleh data yang terkait dengan penerapan metode

kisah dalam pembelajaran Akidah Akhlak seperti RPP, data siswa, nilai

siswa, nilai keaktifan siswa dan lain-lain.

E. Pelaksanaan Tindakan

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan berdasarkan perencanaan. Dalam peneliti an

direncanakan akan melalui dua sil kus. Siklus pertama meliputi dua

pertemuan. Pada siklus pertama kisah cerita dengan tema “Kisah

kesombongan yang berujung kehancuran”. Tindakan tidak mutlak

dikendalikan oleh rencana, hal ini mengandung risiko karena terjadi dalam

62Sugiono, op, cit, h. 194. 63S. Margono, op. cit., h. 170. 64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2006), Cet, 13, h. 206.

34

situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentantif dan

sementera, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada

sebagai usaha ke arah perbaikan. Adapun proses tindakannya meliputi:

a. Guru mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.

b. Guru membuka kegiatan dengan do‟a dan salam.

c. Guru menginformasikan keapda anak-anak kalau pak guru akan

berkisah/bercerita.

d. Guru menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.

e. Guru memulai berkisah

f. Guru mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh mana

anak merespon isi cerita.

Di akhir kegaiatan peneliti an ini, guru melakukan review kegiatan

anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung. Guru melakukan

Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas anak yang dibantu guru MTs

Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.

2. Pelaksanan Tindakan Siklus II

Tindakan pelaksanaan berdasarkan perencanaan. Siklus kedua meliputi

dua pertemuan. Pada siklus kedua kisah cerita dengan tema “Mukjizat Para

Rasul Allah”. Tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana, hal ini

mengandung risiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu

rencana tindakan harus bersifat tentantif dan sementera, fleksibel dan siap

diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan.

Adapun proses tindakannya meliputi:

a. Guru mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.

b. Guru membuka kegiatan dengan doa dan salam.

c. Guru menginformasikan keapda anak-anak kalau bu guru akan

35

berkisah/bercerita.

d. Guru menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.

e. Guru memulai berkis

f. Guru mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh mana

anak merespon isi cerita.

Di akhir kegaiatan penelitian ini, guru melakukan review kegiatan

anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung. Penelit i melakukan

Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas anak yang dibantu guru MTs

Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.

F. Cara Pengamatan (Monitoring)

Dalam melakukan pengamatan dilokasi penelitian, peneliti melakukan

pengamatan secara langsung, yaitu dengan datang langsung ke sekolah tersebut

dan mengamati proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal

yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi

penelitian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat.

Pelaksanaan scenario dengan menggunakan metode kisah dari waktu ke waktu

serta dampaknya terhadap proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi

belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif yang

menggambarkan keaktifan siswa ketika terjadinya proses belajar mengajar.

G. Analisis Data dan Refkelsi

1. Analisi Data

“Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan

36

manifulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca”65. Adapun

anaisis data dalam PTK ini dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan

proses belaja khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru. Sedangkan

analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar

siswa sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan guru.

Data yang dikumpulkan selama melaksanakan penelitan perlu dianalisis

dan diinterpretaskan dengan teliti, keuletan dan kecakapan, sehingga akan

mendapatkan suatu kesimpulan yang objektif:

a. Hasil

Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah

menggunakan metode kisah, maka data dianalisis secara statistic. Analisis

data digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa memahami

materi-materi yang diajarkan.

Tingkat prestasi siswa diukur melalui tes prestasi belajar yang

diberikan setelah pembelajaran.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data sebagai berikut:

1) Menentukan tes hasil belajar dari tiap-tiap subjek penelitian

2) Mengelompokkan skor yang diperoleh

b. Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari peneliti an baik melalui pengamatan,

tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan

analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian

indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan

kegiatan penerapan metode kisah dalam pembelajaran Akidah Aklak kelas

65Supardi, Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Setia, 2011)h. 117.

37

VIII A di MTs Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat. Data

peneliti an dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merekapitulasi jumlah skor perolehan.

b. Menghitung nilai rata-rata klasikal

x adalah nilai rata-rata, ∑x adalah jumlah nilai seluruh anak, N

adalah banyaknya anak.66

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar.67

% = n

× 100% N

2. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:

a. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran

Akidah Aklak kelas VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada

Lombok Barat setelah melakukan tindakan dengan

menggunakan metode kisah pada kategori baik dan baik sekali

yang mencapai 75%.

b. Meningkatnya hasil belajar pembelajaran Aqidah Aklak kelas

VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat setelah

melakukan tindakan dengan menggunakan metode kisah yang

ditandai rata-rata nilai lebih dari 70 dan rata-rata siswa yang

mendapatkan nilai tersebut adalah 85%.

2) Data Keaktifan Peserta Didik

Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan peserta didik dalam

mengikuti proses belajar mengajar, analisis ini dilakukan pada

66Sudjana, Metode Penelitian, (Bandung: Tarsito, 2003), h. 67. 67Ali, M, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002),

h. 184.

38

instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif

melalui persentase.

Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan

pengamatan peneliti diantaranya:

a) Peserta didik mendengarkan dengan seksama penjelasan guru.

b) Keaktifan bertanya.

Tabel 1 Contoh Tabel Lembar Observasi

No Nama Aspek Pengamatan Jumlah

Aktivitas A B 1. 2.

Jumlah

3) Data Hasil Belajar Akidah Akhlak

Untuk mengetahui kemampuan kogniti f peserta didik dalam

belajar, dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai ketuntasan

belajar secara klasikal.Adapun tingkat acuan penilaian prestasi

belajar siswa disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2 Acuan Penilaian Prestasi Belajar

Angka Huruf Keterangan 80-100 A Sangat Baik

66-79 B Baik 56-65 C Cukup Baik 40-55 D Kurang Baik

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari prasiklus, siklus I dan

siklus II. Hasil prasiklus, siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk data

kuantitatif.

1. Prasiklus

Hasil obsevasi yang dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan awal

keaktifan siswa dalam proses belajar dan hasil belajar siswa MTs. Qur‟aniyah

Batu-Kuta. Hasil observasi perhatian dan keaktifan siswa disajikan secara

lengkap pada lampiran hasil observasi perhatian dan keaktifan siswa. Dari 22

siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta, siswa yang memiliki respon

perhatian dalam proses pembelajaran hanya 9 siswa, sedangkan tingkat

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran hanya sebesar 10.

Hasil belajar siswa disajikan secara lengkap pada lampiran. Hasil belajar

siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah BAtu-Kuta belum memuaskan, nila rata-

rata kelas sebesar 64,14, berarti hasil belajar siswa masih tergolong cukup

baik dan masih ada nilai siswa dibawah KKM yaitu 15 siswa, sedangkan

KKM -nya 70.

Hasil observasi prasiklus dapat diketahui bahwa perhatian dan keaktifan

siswa masih kurang. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancaara, peneliti dan guru merasa perlu

untuk meningkatkan perhatian dan keaktifan agar hasil belajar anak didik.

Untuk itu peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya.

Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.

39

40

DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII A

MTS QUR’ANIYAH BATU-KUTA NARMADA

No. Nama Anak Didik L/P

1 Ahmad Hendriawan L 2 Amalia Parwati P 3 Asriadi L 4 Ema Febriya Zulfiani P 5 Faesal Ya'kub L 6 Hediana Shilvia Udayani P 7 Isna Syahadati P 8 Laras Indah Amalia P 9 Lina Aulia Najiha P 10 M Alin Jahiz L 11 M Rizki Ramdhani L 12 M Zarkoni L 13 Meliana Puri Indriana S P 14 Muliadi L 15 Nazifa Rohma Hudiani P 16 Nikmatus Sa'adah P 17 Nurul Haeni P 18 Putri Utami P 19 Rian Hidayat L 20 Rodi Al – Farisi L 21 Warni Supianti P 22 Zam Zani L

Hasil Observasi Perhatian dan Keaktifan Siswa

Prasiklus

No. Nama Siswa KemunculAn Respon

Perharian Siswa

Prasiklus

1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani - 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani - 7 Isna Syahadati - 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √

41

10 M Alin Jahiz - 11 M Rizki Ramdhani - 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S √ 14 Muliadi - 15 Nazifa Rohma Hudiani - 16 Nikmatus Sa'adah - 17 Nurul Haeni - 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat - 20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √ 22 Zam Zani -

Jumlah 9

No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Prasiklus

F % 1. Keaktifan bertanya 13 59.09 2. Mengemukakan pendapat 8 36.36 3. Menajwab pertanyaan 9 40.91

Rata-rata 45.45

Hasil Belajar Prasiklus

No. Nama Siswa Nilai Siswa

Prasiklus

1 Ahmad Hendriawan 70 2 Amalia Parwati 75 3 Asriadi 55 4 Ema Febriya Zulfiani 65 5 Faesal Ya'kub 70 6 Hediana Shilvia Udayani 55 7 Isna Syahadati 55 8 Laras Indah Amalia 65 9 Lina Aulia Najiha 65 10 M Alin Jahiz 56 11 M Rizki Ramdhani 60 12 M Zarkoni 70 13 Meliana Puri Indriana S 65 14 Muliadi 75 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 16 Nikmatus Sa'adah 65

42

17 Nurul Haeni 60 18 Putri Utami 70 19 Rian Hidayat 60 20 Rodi Al – Farisi 65 21 Warni Supianti 70 22 Zam Zani 60

Jumlah 1411

Rata-rata 64.14

Tertinggi 75

Terendah 55

2. Siklus I

a. Perencanaan tindakan siklus I

Kegiatan perencanaan dilakukan pada hari jum‟at tanggal 5 Mei

2017 di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Pada kesempatan tersebut peneliti

berdiskusi kepada guru aqidah akhlak (Haerunnisak) terutama hal-hal yang

akan dilakuan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal yang

didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru

kelas mengenai penelitian yang dilakukan, (2) peneliti mengusulkan

penggunaan media buku cerita dengan mengunakan penerapan metode

kisah dalam meningkatkan hasil belajar siswa, (3) peneliti mengusulkan

perencanaan pembelajaran dan guru menyetujuinya, (4) peneliti

mengusulkan observasi sebagai instrument pokok penilaian hasil belajar,

(5) mentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pada waktu diskusi disepakati

bahwa peneliti sebagai observatory dan guru sebagai pelaksana tindakan.

Alokasi waktu disetiap pertemuan yaitu 40 menit. Adapun tindakan dalam

siklus pertama dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dimana pertemuan

pertama hari senin tanggal 8 Mei 2017 dan pertemuan kedua pada hari

Rabu tanggal 10 Mei 2017.

43

Adapun hal yang direncakan pada siklus I yaitu:

1) Guru mempersiapkan terlebih dahulu RPP yang akan digunakan.

2) Guru mengkondisikan atau menseting kelas menjadi lingkaran besar.

Dimana guru kelas sebagai pencerita dan peneliti sebagai observator.

3) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

4) Guru mulai bercerita dengan media buku cerita. Dalam kegiatan ini

peneliti mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan bercerita

terutama rentang perhatian anak dalam mendengarkan cerita dan

kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi.

5) Guru mengulas isi cerita. Dalam kesempatan ini guru meberi

kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi. Guru mencoba

merangsang anak dengan pertanyaan seperti siapa yang masing ingat

judul cerita tadi? Siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan

karakter tokoh yang ada dalam cerita.

6) Kegiatan penenutup guru mengulas kembali isi cerita.

7) Guru menutup pelajaran dengan berdo‟a dan salam.

b. Pelaksana Tindakan

Sebagai mana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan pada

siklus I dimulai pada hari senin tanggal 8 Mei 2017. Pembelajaran ini

berlangsung selam 40 menit dan berada di dalam kelas. Pada pertemuan

pertama peneliti dan guru masuk kedalam kelas. Guru membuka dengan

salam dan do‟a. Adapun gambaran dialog yang terjadi antara guru dan

anak-anak adalah sebagai berikut

Guru : Assalamu‟alaikum wr. wb

Anak-anak : wa‟alaikumsalam wr. Wb

Guru : Hari ini bu guru akan bercerita tentang

44

“kesombongan yang berujung kehancuran”. Sebelum

bu bercerita kalian tidak ada yang boleh berbicara,

mengerti?

Anak-anak : ya bu.

Setelah guru memberi penjelasan di kelas, guru mengkondisikan

tempat duduk anak-anak menjadi lingkaran besar dimana guru sebagai

pusat lingkaran. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang

aman dan nyaman serta terjalin komunikasi multiarah.

Sebagai pembuka guru membuka pelajaran dengan salam dan

berdo‟a. Sebelum bercerita guru menyebutkan judul kisah yang akan

diceritakan. Selanjutnya guru mulai bercerita dengan media buku cerita

dengan menerapkan metode kisah. Isi cerita sebagai berikut:

“Raja Namrud seorang raja Babilonia yang berkuasa dan mengaku dirinya tuhan. Dia sangat membenci Nabi Ibrahim hingga ia berencana untuk membunuhnya. Raja Namrud mempersiapkan 700.000 tentaranya. Dia pun menantang dengan kesembongannya. “Wahai Ibrahim, bukakah tuhanmu memiliki bala tentara? Kerahkan bala tentara itu untuk melawan tentaraku, ”kata Raja Namrud. Kemudian, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah. Ia meminta Allah mendatangkan bala tentara dari makhlukNya yang paling lemah, yaitu nyamuk. Dalam surat Al-Fath Ayat 4 dinyatakan bahwa bala tentara di langit dan di bumi adalah adalah kepunyaan Allah. Bala tentara itu dijadikan Allah sebagai penolong untuk orang-orang mukmin. Mereka berupa malaikat, hewan, angin topan dan sebagainya. Tiba-tiba terdengar suara desingan. Raja Namrud dan tentaranya terkejut. Raja Namrud bertanya, “Suara apakah itu?” Nabi Ibrahim menjawab, “itulah bala tentaraku”. Ternyata nyamuk-nyamuk bergerak ke arah tentara Namrud. Pada awalnya, Raja Namrud mentertawakannya karena bala tentara Nabi Ibrahim hanyalah nyamuk. Namun setelah melihat nyamuk dalam jumlah besar, ia menjadi ketakutan. Nyamuk-nyamuk itu menyerang tentara Namrud. Tentara Namrud berusaha menghalau dan membunuh nyamuk-nyamuk itu. Namun, semua itu sia-sia saja karena jumlah nyamuk itu sangat banyak. Dengan ijin Allah, nyamuk-nyamuk itu menghisap darah bala tentara Namrud. Seluruh darah yang ada di tubuh di hisap hingga tubuhnya hanya tampak tulang. Semua tentara Namrud mati. Sementara itu, Raja Namrud bersembunyi dalam istananya selama tiga hari. Ia merasa sudah aman dari nyamuk-nyamuk itu. Namun,

45

Raja Nyamuk berhasil menemukannya. Raja Namrud berusaha menghabisi Raja Nyamuk. Akan tetapi ia tidak berhasil. Raja nyamuk masuk ke hidung Namrud. Saat masuk ke dalam kepalanya, Raja Nyamuk menggerogoti otak Namrud. Selama berhari-hari, nyamuk itu berada dalam tubuh Raja Namrud. Namrud kesakitan tiada terkira. Ia pun meminta istri dan pelanyannya untuk memukul kepalanya dengan sekuat tenaga. Awalnya istri dan pelayannya menolak untuk memukul Raja Namrud. Namun, karena diancam akan di bunuh, merekapun bersedia melakukannya. Dengan sekuat tenaga mereka memukul kepala Raja Namrud. Pemukulan itu telah menyebabkan Raja Namrud mati”.

Setelah guru selesai bercerita, guru mengulas isi cerita yang telah

disampaikan.

Dalam kegiatan mengulas ini, guru memberi kebebsan terhadap anak

untuk berekspresi mengungkapkan idenya dalam menanggapi cerita.

Dalam kegiatan ini guru dan peneliti dapat melihat kreatifitas anak yang

ditunjukan dalam sikap kreatifnya.

Diakhir pembelajaran guru melakukan review, mengajukan

pertanyaan seputar isi cerita seperti nama tokoh dan karakter yang dimiliki

setiap tokoh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

anak terhadap cerita yang disampaikan oleh gurunya.

Paparan di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus I

pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis

besar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas. Pada

setiap pertemuan peneliti dan guru sepakat untuk meberikan variasi agar

anak-anak tidak merasa bosan dan suasana kelas lebih menyenagkan. Pada

pertemuan kedua dilaksanakan pada hati rabu tanggal 10 Mei 2017,

peneliti mencoba memvariasikan suasana kelas dengan melakukan

kegiatan bercerita dilakukan diluar kelas atau di halaman sekolah, suasan

belajar menjadi lebih kondusif, anak menjadi aktif dalam menjawab

46

pertanyaan dari guru, keaktifan anakpun juga mengalami peningkatan.

c. Observasi

Hasil observasi yang dilakuakn dengan tujuan untuk mengetahuai

keadaan anak didik selama proses belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII

A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Berdasarkan hasil observasi diketahui

bahwa tingkat perhatian dan keaktifan siswa setelah penerapan metode

kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak sudah mengalami

peningkatan, sehingga hasil belajar siswa juaga mengalami peningkatan,

namun hasilnya belum memuaskan, nila rata-rata siswa sebesar 68,14,

berarti hasil belajar siswa sudah tergolong baik, namun masih ada nilai

yang dibawah KKM yaitu 15 siswa, sedangkan KKM-nya 70.

Hasil Observasi Perhatian dan Aktifitas Siswa Suklus I

No. Nama Siswa Kemunculan Respon

Perharian Siswa

Siklus I

1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani √ 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani √ 7 Isna Syahadati - 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √ 10 M Alin Jahiz √ 11 M Rizki Ramdhani √ 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S - 14 Muliadi √ 15 Nazifa Rohma Hudiani - 16 Nikmatus Sa'adah - 17 Nurul Haeni √ 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat √ 20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √

47

22 Zam Zani -

Jumlah 15

No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Siklus I

F % 1. Keaktifan bertanya 15 68.18 2. Mengemukakan pendapat 13 50.09 3. Menajwab pertanyaan 12 54.55

Rata-rata 60.61

Hasil Belajar Siklus I

No. Nama Siswa Nilai Siswa

Siklus I

1 Ahmad Hendriawan 70 2 Amalia Parwati 80 3 Asriadi 60 4 Ema Febriya Zulfiani 65 5 Faesal Ya'kub 70 6 Hediana Shilvia Udayani 60 7 Isna Syahadati 60 8 Laras Indah Amalia 70 9 Lina Aulia Najiha 70 10 M Alin Jahiz 60 11 M Rizki Ramdhani 60 12 M Zarkoni 75 13 Meliana Puri Indriana S 70 14 Muliadi 75 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 16 Nikmatus Sa'adah 65 17 Nurul Haeni 75 18 Putri Utami 75 19 Rian Hidayat 75 20 Rodi Al – Farisi 70 21 Warni Supianti 80 22 Zam Zani 60

Jumlah 1505

Rata-rata 68.41

Tertinggi 80

Terendah 60

48

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan

analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan keaktifan siswa.

Analisis ini dilakuak oleh peneliti dan guru kelas dengan cara berdiskusi,

mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilaui, serta melihat

kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu guru dan penelit juga

berpedoman pada hasil observasi peningkatan keaktifan hasil belajar anak

melalui pedoman obsevasi.

Adpun hasil analisis tersebut menunjukan bahwa: (1) adanya reaksi

yang menunjukan kebosanan pada anak karena penggunaan media dengan

judul yang sama, (2) adanya penurunan konsentrasi karena tidak adanya

motivasi atau rewads dari guru atas keaktifan dan kreativitasnya, (3) sudah

ada peningkatan keaktifan anak jika dibandingakan denagan keaktifan

sebelum tindakan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan

memuaskan, itu berarti bahwa guru dan peneliti perlu memperbaiki proses

pembelajaran, (4) keaktifan anak didik dalam satu kelas masih belum

merata, ada anak yang mempunyai keaktifan lebih akan tetapi ada juga

yang masih rendah. Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru mersa

bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Oleh sebab itu penliti dan guru

membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus II.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Proses peningkatan keaktifan dan hasil belajar dalam mata pelajaran

aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah yang dilakukan pada siklus

I pada umumnya sudah cukup baik, tetapi belum memuaskan. Masih ada

anak yang kurang memperhatikan dan kurang aktif serta hasil belajarnya

49

peningkatan kretivitasnya juga kuarang memuaskan. Untuk mengatasi

kekurangan pada siklus I, maka peneliti dan guru merencanakan tindakan

pada siklus II. Siklus II ini direncanakan dilakukan dalam dua pertemuan

yaitu pertemuan pertama pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017, dan

pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017.

Setelah melakukan diskusi, akhirnya peneliti dan guru kelas

menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan

keaktifan anak didik dengan metode kisah dengan bercerita. Hal tersebut

yaitu: (1) guru memaksimalkan tindakan yaitu lebih berinteraksi dengan

siswa, memberi motovasi dan memberi penguatan dengan rewads seperti

bagus sekali, (2) untuk mengatasi kebosanan anak, maka peneliti dan guru

berencana untuk mengganti tema dengan “Perilaku Yang Mencerminkan

Beriman Kepada Rasul-Rsul Allah”, (3) guru memberi tambahan alokasi

waktu agar anak mempunyai banyak waktu untuk bereksplorasi.

Adapun tindakan yang direncanakan diterapkan pada siklus II

sebagai berikut:

1) Guru mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan

digunakan.

2) Guru mengkondisikan atau menseting kelas menjadi lingkaran

besar. Dimana guru sebagai pencerita dan peneliti sebagai

observator.

3) Guru membuka pelajaran dengan salam, dan berdo‟a.

4) Guru mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama

kegiatan bercerita berlangsung.

5) Guru memulai bercerita dengan media buku aqidah akhlak.

Dalam kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas anak selama

50

mengikuti kegiatan bercerita terutama rentang perhatian anak

dalam mendengarkan cerita dan kemudian mencatatanya dalam

pedoman obsevasi.

6) Guru mengulas isi cerita. Dalam kegiatan ini guru memberi

kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Guru mencoba

merangsang anak dengan pertanyaan seperti apa judul cerita yang

ibu guru sampaikan? Siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam

cerita dan karakter tokoh yang ada dalam cerita.

7) Kegiatan penenutup berupa mengulang kembali isi kisah cerita.

8) Guru menutup pembelajaran dengan salam dan berdo‟a.

Secara umum prosedur pembelajaran pada siklus II seperti tersebut

diatas sama proses pembelajaran pada siklus I, setiap pertemuan pada

siklus II ini juga diberi sedikit variasi agar anak tidak mengalami

kebosanan dan Susana lebih menyenangkan. Adapun variasi setiap

pertemuan yaitu kegiatan dilaukan didalam kelas, mengganti tema cerita,

memberi motivasi pada anak agar dapat mengembngkan kreativitasnya,

konsentrasi atau rentang perhatian anak terhadap cerita menjadi lebih lama,

merangsang anak dengan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita sehingga

anak biasa menemukan kosa kata baru yang didapat dari jawaban-

jawabannya, dan berkembang imajinasinya sehingga dapat menghasilkan

cerita yang alami serta kepercayaan diri anak makin kuat.

b. Pelaksanaan tindakan

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan guru

kelas melakukan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II

dimulai pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 di dalam kelas. Pembelajaran

berlangsung selama 45 menit.

51

Pada pertemuan pertama peneliti dan guru masuk ke dalam kelas.

Guru membuka pembelajaran dengan salam dan ber‟oa. Adapun gambaran

dialog antara guru dengan anak dalah sebagai berikut:

Guru : Assalamu‟alaikum wr. Wb.

Anak-anak : Wa‟alaikumsalam wr.wb.

Guru : Hari ini bu guru akan bercerita tentang “Perilaku Yang

Mencerminkan Beriman Kepada rasul-rasul Allh”, tapi

sebelum saya mulai bercerita kalian tidak ada yang

boleh ribut atau berbicara pada temanya, mengerti?

Anak-anak : Mengerti bu.

Peneliti : baik, kita mulai ceritanya.

Setelah memberikan penjelasan di dalam kelas, guru kelas

mengkondisikan tempat duduk anak membentuk lingkaran besar dimana

guru sebagai pusat lingkaran. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana

belajar yang aman dan nyaman serta terjalin komunikasi multiarah.

Sebagai pembuka guru membuka kegiatan dengan salam dan berdo‟a. Sebelum bercerita guru menyebutkan judul dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Selanjutnya guru memulai bercerita. Isi cerita sebagai berikut:

“Suatu hari Amiril Mukminin Umar bin Khaththab r.a. dikirimi harta yang banyak. Beliau memanggil salah seorang pembatu yang berada di dekatnya. “Ambillah harta ini dan pergilah ke rumah Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu berikan uang tersebut. Setelah itu berhentilah sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang ia lakukan dengan harta tersebut,” begitu perintah Umar kepadanya.

Rupanya Umar ingin melihat bagaimana Abu Ubaidah menggunakan hartanya. Ketika pembantu Umar sampai di rumah Abu Ubadah, ia berkata, “Amirul Mukminin mengirimkan harta ini untuk Anda, dan beliau juga berpesan kepada Anda, „Silakan pergunakan harta ini untuk memenuhi kebutuhan hidup apa saja yang Anda kehendaki”. Abu Ubaidah berkata, “Semoga Allah mengaruniainya keselamatan dan kasih sayang. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat”. Kemudian ia berdiri dan memanggil hamba sahaya wanitanya. “Kemarilah. Bantu aku membagi-bagikan harta ini!”.

52

Lalu mereka mulai membagi-bagikan harta pemberian Umar itu kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dari kaum muslimin, Sampai seluruh harta ini habis diinfakkan. Pembantu Umar pun kembali pulang. Umar pun memberinya uang sebesar empat ratus dirham seraya berkata, “Berikan harta ini kepada Muadz bin Jabal!” Umar ingin melihat apa yang dilakukan Muadz dengan harta itu. Maka, berangkatlah si pembantu menuju rumah Muadz bin Jabal dan berhenti sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang dilakukan Muadz terhadap harta tersebut.

Muadz memanggil hamba sahayanya. “Kemarilah, bantu aku membagi-bagikan harta ini!” Lalu Muadz pun membagi-bagikan hartanya kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan dari kalangan kaum muslimin hingga harta itu habis sama sekali di bagi-bagikan. Ketika itu istri Muadz melihat dari dalam rumah, lalu berkata, “Demi Allah, aku juga miskin.” Muadz berkata, “Ambillah dua dirham saja.”

Pembantu Umar pun pulang. Untuk ketiga kalinya Umar memberi empat ribu dirham, lalu berkata, “Pergilah ke tempat Saad bin Abi Waqqash!” Ternyata Saad pun melakukan apa yang dilakukan oleh dua sahabat sebelumnya. Pulanglah sang pembantu kepada Umar. Kemudian Umar menangis dan berkata, “Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah.”

Setelah guru selesai bercerita, guru mengulas isi cerita seperti nama

tokoh, sifat-sifat tokoh sambil mengamati reaksi anak dalam menanggapi

isi cerita. Pada pertemuan pertama kegiatan bercerita dilakukan didalam

kelas. Pada pertemuan pertama guru bercerita dengan tema “Perilaku Yang

Mencerminkan Beriman Kepada Rasul-Rasul Allh”. Antusias anak

terhadap cerita sangat baik. Anak-anak sangat aktif merespon pertanyaan

dari guru. Pada pertemuan kedua kegiatan dilakukan didalam kelas. Pada

pertemuan kedua guru menggunakan media buku aqidah akhlak dengan

tema “Perilaku Yang Mencerminkan Beriman Kepada Rasul-Rasul Allh”.

Antusias anak terhadap isi cerita masih sangat baik, anak makin lebih

antusias untuk tampil didepan kelas sambil bercerita sesuai dengan gaya

yang mereka miliki. Antusias anak makin bertamabah ketika peneliti

menggunakan rewads bagus sekali, anak makin terlibat aktif dalam proses

53

pembelajaran. Konsetrasi anak terhadap cerita makin bertambah, imajinasi

anak makin berkembang.

c. Observasi

Hasil observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

keadaan anak didik selama proses belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII

A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Berdasarkan hasil observasi diketahui

bahwa tingkat perhatian pada siklus II ini mengalami peningkatan dan

sudah dalam kategori baik sekali. Hal ini diikuti dengan peningkatan hasil

belajar yang sudah memuaskan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,64,

berarti hasil belajar siswa sudah tergolong baik dengan nilai rata-rata di

atas 75.

Hasil Observasi dan Keaktifan Siswa

Siklus II

No. Nama Siswa Kemunculan Respon

Perharian Siswa

Siklus II

1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani √ 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani - 7 Isna Syahadati √ 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √ 10 M Alin Jahiz √ 11 M Rizki Ramdhani √ 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S √ 14 Muliadi √ 15 Nazifa Rohma Hudiani √ 16 Nikmatus Sa'adah √ 17 Nurul Haeni √ 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat √

54

20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √ 22 Zam Zani √

Jumlah 19

No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Siklus II

F % 1. Keaktifan bertanya 18 81.12 2. Mengemukakan pendapat 16 72.73 3. Menajwab pertanyaan 17 77.72

Rata-rata 77.72

Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Siswa

Siklus II

1 Ahmad Hendriawan 75 2 Amalia Parwati 90 3 Asriadi 70 4 Ema Febriya Zulfiani 75 5 Faesal Ya'kub 85 6 Hediana Shilvia Udayani 70 7 Isna Syahadati 70 8 Laras Indah Amalia 90 9 Lina Aulia Najiha 80 10 M Alin Jahiz 75 11 M Rizki Ramdhani 75 12 M Zarkoni 85 13 Meliana Puri Indriana S 90 14 Muliadi 85 15 Nazifa Rohma Hudiani 75 16 Nikmatus Sa'adah 80 17 Nurul Haeni 85 18 Putri Utami 75 19 Rian Hidayat 80 20 Rodi Al – Farisi 65 21 Warni Supianti 80 22 Zam Zani 75

Jumlah 1730

Rata-rata 78.64

Tertinggi 90

Terendah 64

55

d. Refleksi

Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik. Kelemahan

yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik. Hal ini menunjukan

keaktifan dan kreativitas anak didik dalam mata pelajran aqidah akhlak

mengalami peningkatan. Peningkatan keaktifan ini terlihat dari tercapainya

indikator yang ditetapkan, seperti peningkatan keaktifan anak didik yang

mencapai 77,27%, antusiasme anak yang meningkat serta perhatian dan

konsentrasi anak dalam pembelajaranpun membaik. Peneliti dengan

dibantu kolaborator telah berhasil meningkatkan keaktifan anak serta

perhatian dan konsentrasi anak dalam proses pembelajaran. Adapun masih

ditemukannya dua atau tiga anak yang kurangmemperhatikan peneliti tidak

menjadi masalah dalam proses pembelajaran, karena kita tahu bahwa

karakteristik, kemampuan, dan daya tangkap anak didik itu beraneka

ragam. Perhatian anak didik pada kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta

telah mengalami peningkatan sebesar 86,36% atau 19 anak dari 22 anak,

sedangkan keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran mengalami

peningkatan sebesar 77,27 %, sedangkan dilihat dari hasil belajar anak

didik MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta juga telah mengalami peningkatan.

Hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar prasiklus nilai rata-rata kelas

sebesar 64,14, kemudian setelah penerapan metode kisah pada proses

pembelajaran aqidah akhlak pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi

68,41, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 78,64. Jadi

dapat dikatakan bahwa hasil tindakan kelas dengan Penerapan Metode

Kisah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec. Narmada

Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 sudah berhasil.

56

B. Pembahsan

Sebelum pembahasan hasil penelitian, adapun hasil penelitian secara

keseluruhan dapat dilihat dalam table berikut

Table 1

Perhatian

Tahap Jumlah Persentase Persentase perubahan

Prasiklus Siklus I Siklus II

9 15 19

40,91% 68,14% 86,36%

66,66% 111,10%

Jumlah perhatian

siswa 22 65,15%

Perhatian siswa pada proses pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan

metode kisah di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta, pada tahap prasiklus atau keadaan

awal perhatian siswa dalam proses belajar sebelum penerapan metode kisah,

jumlah perhatian siswa sebanyak 19 siswa, sedangkan pada siklua I dimana

proses pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah, jumlah

perhatian siswa pada proses pembelajaran menjadi 15 siswa. Proses

pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah. Pada siklus II,

perhatian siswa terhadap pembelajaran menjadi 19 siswa. Hasil tersebut

menunjukan bahwa penerapan metode kisah dalam pembelajaran aqidah akhlak

dapat meningkatkan perhatian siswa.

57

Table 2

Keaktifan

Tahap Persentase Persentase perubahan I II III

45,45% 60,61% 77,27%

33,33% 70,00%

Rata-rata 61,11%

Keaktifan siswa pada proses pembelajaran aqidah akhlak dengan

penerapan metode kisah di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta, pada tahap prasiklus

atau keadaan keaktifan siswa dalam proses belajar sebelum penerapan

pembelajaran dengan metode kisah, persentase keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sebesar 45,45%, sedangkan pada siklus I dimana proses

pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah, persentase

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menjadi 60,61% atau mengalami

peningkatan sebesar 33,33% setelah penerapan metode kisah dalam

pembelajaran aqidah akhlak. Proses pembelajaran aqidah akhlak dengan

penerapan metode kisah pada siklus II, keaktifan siswa terhadap materi

pembelajaran menjadi77,27%. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan

metode kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak dapat meningkatkan

keaktifan siswa sebesar 70,00%.

58

Table 3

Hasil brlajar

Tahap Jumlah Rata-rata Persentase perubahan

Prasiklus Siklus I Siklus II

1411 1505 1730

64,14 68,41 78,64

6,66% 22,61%

Rata-rata 1548,67 70,39

Hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta, hasil

observasi pada tahap prasiklus atau sebelum penerapan metode kisah pada

proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas 64,14 dan termasuk

dalam kategori kurang. Pada siklus I, setelah penerapan metode kisah pada

proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan

sebesar 68,41 dan termasuk dalam kategori baik, namun hasilnya masih dibawah

nilai KKM-nya yaitu 70. Pada siklus II, masih dengan penerapan metode kisah

pada proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas mengalami

peningkatan sebesar 78,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak dapat meningkatkan hasil belajar

siswa

59

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Perhatian siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta kec. Narmada

tahun pelajran 2016/2017 saat proses pembelajaran aqidah akhlak pada tahap

prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingkat keaktifan 45,45 %, sedangkan pada

siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi

akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi sebanyak 15 siswa dengan tingkat

keaktifan 60,61 %, dan pada siklus II yang dilakukan dengan tetap menerapkan

metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak

didik menjadi 19 siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %.

Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak,

terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta

kec. Narmada tahun pelajaran 2016/2017. Pada tahap prasiklus nilai rata-rata

kelas sebesar 64,14, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah

pada proses pembelajaran aqidah akhlak hasil belajar siswa nilai rata-rata

kelasnya menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan

metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak hasil belajar anak didik

menjadi 78,64.

59

60

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diajukan sejumlah saran sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

a. Sebaiknya kepala sekolah menjadi motor penggerak dalam perbaikan

terhadap proses pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya menjaga

hubungan baik antara kepala sekolah dan guru melalui kerja kolaborasi.

b. Pihak sekolah sebaiknya dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai

dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang

menunjukang dalam pembelajaran khususnya pembelajaran dengan metode

kisah, seperti penyediaan media, buku kisah/cerita dan alat-alat

pembelajaran yang lain.

2. Guru Kelas

a. Sebaiknya guru kelas mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan media buku kisah/cerita yang menarik, menyenangkan dan

bervariasi agar dapat membuat siswa berminat dan antusias terhadap proses

pembelajaran. b. Sebaiknya guru kelas dalam memberikan materi kepada siswa sesuai

dengan konteks kehidupan anak, kisah/cerita yang menarik bila perlu

disertai gambar yang menarik, dengan kata-kata yang sederhana,

penyampaian yang jelas sehingga akan merangsang anak untuk ikut hanyut

dalam kisah cerita.

3. Peneliti berikutnya

Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan

penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda.

61

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Abdul, Abdul, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1.

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press,2002), Cet. Ke-1.

Achmad Hidayat, dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1.

Ahmad Tfsir, Mrtodologi Pengajaran Agam Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. Ke-7.

Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, Bandung: Al -Bayan, 1997, Cet. Ke-2. Mansur,Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. III. , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet. ke-4.

Ali M., Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.

Bahroin S., Mendidik Anak Soleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan Menyanyi, Jakarta: t.pm. 1995, Cet. Ke-1.

Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit J ART, 2005.

Drs. Hasan Basri, M.Ag., Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si., Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, Cet. Ke-1.

Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003.

H. M. Arif in, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Askara, 1999, Cet ke-1.

Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran diTaman Kanak-kanak,Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996.

J. Abdullah, Memili h Dongeng Islami Pada Anak, Jakarta : Amanah, 1997.

Masan Alfat.,dkk., Aqidah Akhlak, Semarang: Toha Putra, 1994.

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jarkrta: Hida Karya

62

Agung,1983, Cet. Ke-11.

Mohammad Athiyah Al -abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, Semarang: CW Wicaksana, 1994.

Muhaimin, dkk., Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. Muhammad Fathurrohman dan Silistyorini, Belajar Dan Pembelajaran,

Yogyakarta: Teras, 2012. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, Cet.

Ke-6.

Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet, 13.

S. Margono, Metodologi Peneliti an Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4. Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004, Cet. Ke-2

Soekanto, Seni Bercerita Islami, Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001, Cet. Ke-2. Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, Jakarta : Pustaka Pelajar,1996, Cet.ke-1.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Al fabeta, 2007.

Supardi, Cerdas Menyusun Skripsi, Yogyakarta: Kurnia Kalam Setia, 2011.

Sudjana, Metode Penelitian, Bandung: Tarsita, 2003.

Syarif Hade Masyah, dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, Jakarta: Mustaqiim, 2003.

Tadjab, dkk., dimensi-dimensi studi islam, Surabaya: karya abditama, 1994.

Zakiyah Daradjat, Kesehata Mental, Jakarta: PT. Took Gunung Agung, 2001, Cet. Ke-23. , Ilmu Jiwa Agama, Jakarat: Bulan Bintang, 1996, Cet. Ke-16.

63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

64

DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII A

MTS QUR’ANIYAH BATU-KUTA NARMADA

No. Nama Siswa L/P 1 Ahmad Hendriawan L 2 Amalia Parwati P 3 Asriadi L 4 Ema Febriya Zulfiani P 5 Faesal Ya'kub L 6 Hediana Shilvia Udayani P 7 Isna Syahadati P 8 Laras Indah Amalia P 9 Lina Aulia Najiha P 10 M. Alin Jahiz L 11 M. Rizki Ramdhani L 12 M. Zarkoni L 13 Meliana Puri Indriana S P 14 Muliadi L 15 Nazifa Rohma Hudiani P 16 Nikmatus Sa'adah P 17 Nurul Haeni P 18 Putri Utami P 19 Rian Hidayat L 20 Rodi Al – Farisi L 21 Warni Supianti P 22 Zam Zani L

65

WAWANCARA

Narasumber

Nama : Hairil Anam Wahid, S.Pd.I

Jabatan : Kepala Sekolah

Waktu wawancara :

Hasil wawancara

Peneliti : Assalamu‟alaikum, bapak?

Kepala Sekolah : Wa‟alaikum salam, dek

Peneliti : Maaf pak, boleh saya ngobrol sebentar?

Kepala Sekolah : Iya dek silahkan, ada apa?

Peneliti : Begini pak, kan selama ini kita jarang menggunakan metode

kisah/bercerita dalam proses pembelajaran kita.

Kepala Sekolah : Iya benar.

Peneliti : Dalam kesempatan ini saya bermaksud ingin menggunakan

metode kisah dalam proses pembelajaran kita. Pada hal melalui

kisah cerita anak bisa mengembangkan imajinasinya serta

mengembangkan kreativitasnya.

Kepala Sekolah : Terus nanti model pembelajarannya bagaimana? Kan selama

ini kita tahu, kita dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk

memberikan yang terbaik untuk anak didik kita. Bila kita nanti

menambahi proses pembelajaran denganmenggunakan metode

kisah apa tidak mengganggu proses pembelajaran yang selama

ini kita gunakan dan membuat anak malah tambah cerewet saja?

Peneliti : Tidak pak, justru kecerewatan anak itulah awalnya anak berpikir

dan mengaitkan ide yang nantinya bisa dipergunakan untuk

membaca, karena dengan mendengarkan kisah cerita anak elajar

membaca dari simbol-simbol seperti gambar jadi kita tetap tidak

meninggalkan model pembelajaran yang selama ini kita lakukan

malah model pembelajaran kita lebih bervariasi dan Semangat

belajar anak menjadi meningkatkan saya memilih Buku

bergambar selama ini anak hanya belajar membaca dan

berhitung saya bermaksud memberi suasana baru dalam proses

66

pembelajaran supaya anak tidak bosan serta anak tetap semangat

mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Kepala Sekolah :Kalau begitu saya setuju. Peneliti : Akan tetapi nanti saya nanti minta bantuan guru kelas selama

proses pelaksanaan pembelajaran melalui kisah cerita Kepala Sekolah : iya gak apa-apa dek.

67

WAWANCARA

Narasumber

Nama : Hairunnisak, S.Pd.I

Status : Guru Kelas

Waktu wawancara :

Hasil wawancara

Peneliti : Selamat siang bu …?

Guru : Selamat siang dek. Ada apa dek?

Peneliti : Begini bu, selama ini kan kita hanya mengajarkan pada anak membaca

dan berhitung. Nah, besok itu saya berencana mau bercerita

menggunakan buku kisah 25 Nabi. Melalui kisah cerita saya berharap

anak-anak akan lebih berkonsetrasi pada pembelajaran disamping itu

anak-anak akan memperoleh hal-hal baru dari cerita yang disampaikan

dan anak lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran. Kalau

menurut ibuk bagaimana?

Guru : Saya setuju dek. Selama ini saya merasa anak-anak kurang

memperhatikan apa yang saya sampaikan ke mereka pada sibuk sendiri

sama alat-alat tulisnya samapi-sampai suara saya menjadi habis. Anak-

anak seolah-olah bosan sama pembelajaran selama ini.

Peneliti : Nah, saya juga berpikir seperti itu, makanya saya berencana untuk

memakai metode Kisah agar anak-anak memperoleh

suasanapembelajaran yang baru sehingga anak bersemangat dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Guru : Nanti kepala sekolah bagaimana?

Peneliti : Kalau pak khairil sudah siap

Guru : Kalau begitu saya juga siap

68

CATATAN LAPANGAN PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII A DI MTS QUR’ANIYAH BATU KUTA NARMADA

Hari/Tanggal : Siklus : I pertemuan pertama 1. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus pertama, pertemuan pertama secara

keseluruhan berjalan lancar. Sebelum bercerita guru memberitahukan kegiatan

yang akan dilakukan seperti penyampaian judul dan tokoh-tokoh yang ada

dalam cerita. Ketertarikan anak pada cerita yang disampaikan cukup baik. 2. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran

Minat anak pada proses pembelajaran bercerita dengan media buku kisah

cerita cukup bagus. Antusias anak terhadap proses pembelajaran cukup baik.

Akan tetapi anak masih cukup asing terhadap kegiatan yang diberikan karena

anak terbiasa dengan buku dan pensil. Perhatian anak belum sepenuhnya terarah

pada cerita yang disampaikan guru. 3. Kesimpulan

Berdasarkan catatan proses pembelajaran dan minat anak diatas dapat

disimpulkan bahwa anak belum terbiasa dengan metode bercerita dalam proses

pembelajaran

Peneliti

69

Hasil Observasi Perhatian dan Keaktifan Siswa

No Nama Siswa Kemunculan Respon Perhatian Siswa

Prasiklus

Siklus I Siklus II

1 Ahmad Hendriawan √ √ √ 2 Amalia Parwati √ √ √ 3 Asriadi - - - 4 Ema Febriya Zulfiani - √ √ 5 Faesal Ya'kub √ √ √ 6 Hediana Shilvia Udayani - √ - 7 Isna Syahadati - - √ 8 Laras Indah Amalia √ √ √ 9 Lina Aulia Najiha √ √ √ 10 M. Alin Jahiz - √ √ 11 M. Rizki Ramdhani - √ √ 12 M. Zarkoni √ √ √ 13 Meliana Puri Indriana S - - √ 14 Muliadi √ √ √ 15 Nazifa Rohma Hudiani - - √ 16 Nikmatus Sa'adah - - √ 17 Nurul Haeni - √ √ 18 Putri Utami √ √ √ 19 Rian Hidayat - √ √ 20 Rodi Al – Farisi - - - 21 Warni Supianti √ √ √ 22 Zam Zani - - √

Jumlah 9 15 19

No Aspek yang diamati Keaktifan Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II F % F % F % 1 Keaktifan bertanya 13 59.09 15 68.18 18 81.82 2 Mengemukakan pendapat 8 36.36 13 59.09 16 72.73 3 Menajwab pertanyaan 9 40.91 12 54.55 17 77.27

Rata-rata 45.45 60.61 77.27

1

Hasil Belajar

No Nama Siswa Nilai Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

1 Ahmad Hendriawan 70 70 75 2 Amalia Parwati 75 80 90 3 Asriadi 55 60 70 4 Ema Febriya Zulfiani 65 65 75 5 Faesal Ya'kub 70 70 85 6 Hediana Shilvia Udayani 55 60 70 7 Isna Syahadati 55 60 70 8 Laras Indah Amalia 65 70 90 9 Lina Aulia Najiha 65 70 80 10 M. Alin Jahiz 56 60 75 11 M. Rizki Ramdhani 60 60 75 12 M. Zarkoni 70 75 85 13 Meliana Puri Indriana S 65 70 90 14 Muliadi 75 75 85 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 60 75 16 Nikmatus Sa'adah 65 65 80 17 Nurul Haeni 60 75 85 18 Putri Utami 70 75 75 19 Rian Hidayat 60 75 80 20 Rodi Al – Farisi 65 70 65 21 Warni Supianti 70 80 80 22 Zam Zani 60 60 75

Jumlah 1411 1505 1730

Rata-rata 64.14 68.41 78.64

Tertinggi 75 80 90

Terendah 55 60 65

2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

MTs : Qur’aniyah

Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak

Kelas/Semester : VIII/2

Alokasi Waktu : 2x45 Menit (2 Kali Pertemuan)

A. STANDAR KOMPETENSI

1. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.

B. KOMPETENSI DASAR

1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada Rasul-rasul

Allah SWT.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT

Menunjukkan dalil naqli tentang beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT

Menunjukkan nama-nama Rasul yang wajib diketahui dan diimani D. MATERI PEMBELAJARAN

Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.

E. METODE PEMBELAJARAN

Kisah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.

Kerja kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang iman kepada Rasul-rasul Allah.

Diskusi : Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkenaan dengan materi kegiatan pembelajaran

3

4

5

6

7

8