penerapan metode kisah untuk meningkatkan hasil
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of penerapan metode kisah untuk meningkatkan hasil
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA
KELAS VIII DI MTs. QUR’ANIYAH BATU-KUTA KEC. NARMADA
KAB. LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
WIRNO SUPIANTO NIM: 151.1.01.178
JURUSAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2017
ii
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA
KELAS VIII DI MTs. QUR’ANIYAH BATU-KUTA KEC. NARMADA
KAB. LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar sarjana pendidikan
Oleh:
WIRNO SUPIANTO NM: 151.1.01.178
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2017
vii
Motto:
… ) …۱۱ :الرعد(
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga kaum itu mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra’d Ayat 11)1
1 J-Art, Terjemahan Al-Qur‟an Al-Jumanatul Ali. (Q.S. Ar-Ra‟d ayat 11), h. 250
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan:
Kepada insan yang tulus dan mencintaiku yaitu kedua orang tuaku tercinta
Nuralim dan Hamidah yang telah bersusah payah mendukungku dan tak
henti-hentinya melafadzkan do’a untuk kesuksesanku dan keberhasilanku.
Kupersembahkan karya tulis ini sebagai kado terindah dari Anandamu ini.
Terimakasih yang tak terhingga yang Ananda ucapkan untukmu yang selalu
bekerja keras mencari biaya untuk kesuksesan pendidikanku Anak pertamamu
ini.
Kepada saudara-saudariku tersayang (Idris Wardani dan Warni Supianti),
yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepadaku untuk menyelesaikan
studiku dan skripsi ini dengan cepat.
Kepada keluarga besarku dan sahabat-sahabat ku yang selalu
mendampingiku dan memberikan motivasi untuk terus berusaha dan berdo’a
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Almamaterku tercinta dan yang ku banggakan.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII Di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec.
Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017”, Dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah menjadi pelita dalam menyebarkan syari‟at islam
yang diamanahkan Allah kepadanya untuk ummatnya.
Tujuan penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Mataram.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, peneliti ingin mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan informasi yang sangat
berharga kepada peneliti. Terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak, Drs. Ziyad, M.Ag. Selaku pembimbing I dan bapak Muhammad
Taisir, M.Ag. Selaku pembimbing II yang senantiasa telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama proses pembimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang
senantiasa telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
penulis tidak banyak mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan proses
penelitian sampai laporan penelitian.
3. Bapak/Ibu Staf Tata Usaha (STU) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram yang senantiasa melayani serta menyiapkan kebutuhan-kebutuhan
penulis untuk penelitian.
4. Bapak Dr. H. Maimun, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Mataram yang selalu memberikan motivasi kepada
x
Mahasiswa/mahasiswi khususnya Mahasiswa/mahasiswi Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Mataram.
5. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Mataram yang selalu memberikan motivasi kepada
Mahasiswa/mahasiswi khususnya Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
6. Bapak Dr. Mutawalli, M.Ag, selaku Rektor UIN Mataram yang selalu
memberikan motivasi dan pengarahan terhadap seluruh Mahasiswa/
mahasiswi agar selalu bersemangat dalam menyelesaikan studi/kuliyah.
7. Bapak Kepala MTs Qur;aniyah Batu-Kuta Narmada beserta Staf di MTs
Qur‟aniyah yang telah bersedia mengizinkan penulis serta melayani dan
memberikan keperluan-keperluan dalam bentuk informasi dan data-data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas dengan pahala yang setimpal atas
segala budi baik dan amal bantuan dari pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, mudah-
mudahan skripsi ini dapat bermamfaat bagi kita semua. Amiiin ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mataram, 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x ABSTRAK BABA I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Sasaran Tindakan ........................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BABA II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Kisah .............................................................................. 7
1. Pengertian Metode Kisah ...................................................... 7
2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah ......................................... 8
3. Aspek-Aspek dan Teknik-Teknik Metode Kisah .................. 10
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah ........................... 18
5. Langkah-langkah penerapan metode kisah ........................... 19
B. HASIL BELAJAR ...................................................................... 20
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 20
2. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................ 21
C. Pembelajaran Akidah Akhlak ..................................................... 25
1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 25
xii
2. Dasar-Dasar Pembelajaran Akidah Akhlak .......................... 28
3. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak ................................... 29
4. Materi Pelajaran Akidah Akhlak ........................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Seting dan Lokasi Penelitian ....................................................... 32
B. Sasaran Penelitian ....................................................................... 32
C. Rencana Tindakan ....................................................................... 32
D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya .................................. 36
E. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 38
F. Cara Pengamatan (monitoring) ................................................... 40
G. Analisis Data dan Refleksi .......................................................... 40
BABA IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ................................................................. 44
1. PRASIKLUS ......................................................................... 44
2. SIKLUS I .............................................................................. 48
3. SIKLUS II ............................................................................. 54
B. PEMBAHASAN ......................................................................... 62
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................................... 65
B. SARAN ....................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA
KELAS VIII DI MTS. QUR’ANIYAH BATU KUTA KEC. NARMADA KAB. LOMBOK BARAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
Wirno Supianto 151.101.178
Skripsi ini membahas penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan; Bagaimana Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Quraniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017?. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A di MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017, karena prestasi belajar siswa kelas VIII A masih rendah dibandingkan siswa kelas VIII B, sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkannya. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan wawancara dan observasi. Semua data dianalisis dalam bentuk data kuantitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa: Perhatian anak didik siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu Kuta kec. Narmada kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 saat proses pembelajaran aqidah akhlak, pada tahap prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingakat keakfitan 45,45 %, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, perhatian anak didik menjadi sebanyak 15 siswa dengan tingkat keaktifan 60,61 % dan pada siklus II yang dilakukan dengan tetap menerapkan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, perhatian anak didik menjadi 19 siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %.
Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran aqidak akhlak, hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniayah Batu Kuta kec. Narmada kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil belajar siswa pada tahap prasiklus nilai rata-rata kelas aqidah akhlak sebesar 64,14, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, hasil belajar siswa nilai rata-rata kelasnya menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak, hasil belajar siswa menjadi 78,64.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia sekarang
tidak akan berbeda dengan generasi manusia masa lampau, bahkan mungkin juga
malah lebih rendah, lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa maju-mundurnya atau baik buruknya peradaban masyarakat suatu bangsa
akan ditentukan oleh pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2 Untuk mencapai tingkat kualitas manusia Indonesia yang tinggi diperlukan
adanya proses belajar-mengajar yang mengacu pada perubahan tingkah laku
siswa, baik berupa pengetahuan, nilai dan sikap sehingga hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai siswa sebagai penerima atau yang dibimbing, sehingga
dalam proses interaksi belajar mengajar akan berjalan lebih efektif.
Tingkat usia anak-anak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik
bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa
depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak
pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan
memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik
dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan
dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT.
2Drs. Hasan Basri, M.Ag., Drs. Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), Cet. Ke-1, h. 35.
2
Mengingat betapa pentingnya peran guru dalam proses belajar-mengajar,
maka mutu, cara belajar dan metode mengajar perlu ditingkatkan. Salah satu
tugas guru adalah bisa menggunakan metode mengajar yang baik dan tepat
sesuai materi sehingga proses belajar mengajar bisa tersampaikan sesuai dengan
apa yang diharapkan. Cara memberikan pendidikan atau pengajaran agama
haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena itu,
dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala
gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.3
Dalam kegiatan pendidikan tidak hanya terpaku pada kegiatan belajar-
mengajar saja, tetapi penting pula diperhatikan masalah metode yang digunakan
dalam menyampaikan materi pelajaran. Salah satu metode yang digunakan
dalam proses belajar-mengajar adalah metode kisah atau metode cerita.
Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak
tetrntu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai
berikut:
“Anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatik saja”.4
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa guru diharuskan bisa
menggunakan metode dengan baik dan benar sehingga siswa mudah memahami
pelajaran dan proses belajar mengajar berjalan dengan baik.. Namun demikian
kenyataan yang terjadi di sekolah khususnya di MTs Qur‟aniyah Desa Batu-
Kuta Kec. Narmada bahwa guru akidah akhlak belum optimal bisa
3Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, ( Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23, h.
127. 4Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-16, h. 41.
3
menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
demikian ini sebagaimana dikemukakan oleh Khaerunnisa sebagai berikut:
“Saya biasanya menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam menyampaikan pelajaran di kelas. Hasilnya memang belum optimal karena ada beberapa anak yang tidak tuntas nilainya”.5
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan selama proses belajar
mengajar di MTs. Qur‟aniyah Kelas VIII A diketahui bahwa siswa kurang
memperhatikan pelajaran karena selama ini guru mata pelajaran Aqidah Ahklak
menggunakan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab saja, Hal demikian
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nazifa sebagai berikut:
“kami biasanya tidak fokus pada jam pelajaran aqidah akhlak, karena guru suka menggunakan metode ceramah saja atau diskusi saja sehingga kadang banyak diantara kami yang tidak bias menjawab soal dari guru ketika diberikan soal”6 Hal diatas dibuktikan juga dengan tes peningkatan hasil belajar yang
dilakukan oleh guru Akidah Akhlak. Diketahui hanya 50 % siswa yang tuntas
sedangkan sisanya tidak tuntas.
Berdasarkan hasil tes diatas peneliti mencoba menerapkan metode yang
berbeda untuk meningkatkan hsil belajar siswa. Adapun metode yang diterapkan
untuk merangsang anak agar tertarik mengikuti kegiatan belajar dengan
menerapkan metode kisah. Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada
pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan
keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan cerita.7
Peneliti mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan metode
kisah yang diterapkan di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat
5Guru Aqidah Akhlak, wawancara, Batu-Kuta 3 April 2014. 6 Nazifa (murid kelas VIII A), wawancara, 04april 2014. 7Soekanto, Seni Cerita Islami, (Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001) Cet. ke-2, h. 9.
4
dengan judul “Penerapan Metode Kisah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas VIII A di MTs.
Qur’aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat Tahun Pelajaran
2016/2017”
B. Sasaran Tindakan
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian di MTs. Qur‟aniyah
Desa Batu-Kuta adalah siswa dapat memahami materi akidah akhlak dengan
mudah serta dapat belajar dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah peneliti an ini adalah: “Bagaimanakah Penerapan Metode Kisah Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
kelas VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat tahun
pelajaran 2016/2017?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Penerapan Metode Kisah
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A Pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak Di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumber informasi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.
b. Memperkaya penggunanan metode pembelajaran dalam meningkatkan
prestasi belaar siswa pada umumnya dan siswa MTs. Qur‟aniyah pada
5
khususunya
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
Dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajar pada
mata pelajatan akidah akhlak dengan menerapkan metode kisah
sehingga standar kopentensi dapat dituntaskan oleh siswa secara
optimal.
b. Guru
Dapat menjadi Pedoman bagi guru akidah akhlak dalam memilih
metode pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi be la ja r
siswa dan dapat memperbaiki kinerja mengajar guru.
c. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memperkaya
khasanah ilmu penegetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran
dan dapat mnenjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran
terutama pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas VIII di MTs.
Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec. Narmada Kab. Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2016/2017
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Kisah
1. Pengertian Metode Kisah
Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode sebagai cara yang
paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.8 Menurut Sukanto “Kisah
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid- muridnya,
ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu
kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan
bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan cerita”. 9
Metode kisah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
di madrasah atau sekolah. Sebagai suatu metode bercerita mengundang
perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi
cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di madrasah atau sekolah,
maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya
dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Menurut Abuddin Nata Metode kisah adalah suatu metode yang
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari
sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar
terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik
pendidikan.10
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan
8Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya,
2003), Cet ke-7, h. 9. 9Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), Cet. ke-2, h. 9. 10Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. ke-4,
h. 97.
6
7
keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan
menjadi pengalaman bagi peserta didik dan memotivasi anak untuk
mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode kisah adalah menuturkan atau menyampaikan
cerita secara li san kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat
disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar
mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan
dengan kondisi anak didik.
2. Tujuan dan Fungsi Metode Kisah
a. Tujuan Metode Kisah
Menurut Asnell i Ilyas bahwa tujuan metode kisah dalam pendidikan anak adalah: “menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari”.11
Menurut Hapinudin dan Winda Gunarti, tujuan metode kisah
adalah sebagai berikut: 12
1) Melatih daya tangkap dan daya berpikir 2) Melatih daya konsentrasi 3) Membantu perkembangan fantasi 4) Menciptakan suasana menyenagkan di kelas.
Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode kisah adalah sebagai
berikut:
a) Menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang baik
b) Membantu pengetahuan siswa secara umum c) Mengembangkan imajinasi d) Mendidik akhlak
11Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, hl. 34. 12Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di
TK,(Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996), hl. 62.
8
e) Mengasah rasa.13 Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode
kisah adalah:
salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode kisah maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan kisah yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.14
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan
kemampuan untuk mendengarkan cerita dari guru, dengan jelas metode
kisah disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Al- Qur‟an dalam
kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak- anak kepada
Allah, Rasul dan Al-Qur‟an.
b. Fungsi Metode Kisah
Fungsi metode kisah antara lain:15
1) Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik Melalui metode kisah ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rasul atau umat-umat terdahulu yang memili ki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipili h dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.
2) Dapat mengembangkan imajinasi anak Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh- tokoh dalam cerita yang disajikan oleh guru.
3) Membangkitkan rasa ingin tahu Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah kisah sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi kisah. Isi kisah yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.
13Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet.
ke1, h. 6. 14Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 170.
15H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1999), Cet ke-1, h. 61.
9
Bercerita merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam
mencapai sasaran- sasaran atau target pendidikan. Metode kisah dapat
menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan
penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi
pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan.Menurut Bahroin, metode
kisah memili ki fungsi memahami konsep ajaran Islam secara emosional.
Cerita yang bersumber dari Al-Qur‟an dan kisah-kisah keluarga muslim
diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya
untuk mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong
untuk beramal di jalan lurus.16
3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode Kisah
a. Aspek-aspek Metode Kisah17
Salah satu unsur penting dalam seluruh rangkaian dalam efektivitas
yang ditempuh dalam upaya pembentukan moral anak melalui cerita
adalah memilih tema cerita yang baik untuk disampaikan kepada
anak.Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh
masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak-anak.
Dewasa ini sudah banyak cerita yang diterbitkan. Di antara yang
banyak itu pili h cerita yang baik dan berguna. Banyak tema cerita yang
diterbitkan yang tidak memiliki pendidikan dan moral. Kisah-kisah yang
dituli s hanya untuk merangsang emosi-emosi yang rendah. Tema cerita
seperti ini, bukanlah patut disisikan dalam memilih tema. Secara teoriti s
ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema
cerita. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah:
16Bahroin S. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita
dan Menyanyi, (Jakarta: t.pn. 1995), Cet-ke-1, h. 24. 17J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, (Jakarta : Amanah, 1997), h. 2.
10
1) Aspek Religius (Agama)18
Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini
tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipili h
merupakan sarana pembentukan moral. Jika aspek agama ini
kurang diperhatikan keberadaanya, maka dikhawatirkan anak akan
memperoleh informasi-informasi yang temanya tidak baik, bahkan ada
kemungkinan cerita yang demikian dapat merusak moral anak yang
sudah baik.
Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih
tidak hanya karena gaya ceritanya saja, melainkan harus sarat dengan
nilai-nilai ajaran Islam. Kini upaya menenggelamkan pengaruh cerita
yang temanya tidak baik dan dapat merusak akidah dan akhlak anak.19
2) Aspek Pedagogis (Pendidikan)
Pertimbangan aspek pendidikan dalam memilih tema cerita juga
penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan, yaitu
menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang bersamaan.
Disinilah letak peran pencerita untuk dapat memilih tema cerita
dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita. Unsur
mendidik, baik secara langsung ataupun tidak langsung terimplisit
dalam tema dongeng.20
3) Aspek Psikologis
Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema
cerita sangat membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak
adalah manusia yang sedang berkembang. Maka secara kejiwaan tema
18Ibid, h. 3. 19J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, (Jakarta : Amanah, 1997), h. 2. 20Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet. ke-1, h. 35. 20Ibid., h. 5.
11
ceritapun disesuaikan dengan kemampuan berfikir, kestabilan emosi,
kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan pengetahuan anak
dalam mengahayati cerita tersebut. Cerita yang baik dapat
mempengaruhi perkembangan anak.21
b. Teknik-teknik Berkisah
Suatu kisah sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka
kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan
setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat ji ka
dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuahan anak.22
Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain
dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku,
gambar, menggunakan papan flanel, bermain peran dalam suatu cerita.23
1) Membaca Langsung Dari Buku Cerita
Teknik bercerita dengan membacakan langsung sangat bagus
bila guru mempunyai puisi atau prosa itu dibacakan kepada anak.
Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-
pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami
perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal
itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik, dan sebagainya.
24
2) Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku
Bila cerita yang disampaikan kepada anak MTs selalu panjang dan
terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat
menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi
21Achmad Hidayat dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di TK, (Jakarta: Insida
Lantabora, 2004), Cet ke-1, h. 35. 23J. Abdullah, Memilih Dongeng Islam untuk Anak, h. 9. 24Ibid., h. 9.
12
dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut
pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak
mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang
yang dapat bercerita dengan baik guru memerlukan persiapan dan
latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan
untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, dan untuk mengikat
perhatian anak pada jalannya cerita.25
3) Menceritakan Dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama.
Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu
generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan
untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak. Oleh karena
itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak. Banyak
buku-buku dongeng yang bagus dapat dibeli di pasaran, tetapi guru
MTs yang kreatif dapat mencipta dongeng dari negara Antah Beratah
yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan.26
4) Bercerita Dengan Menggunakan Papan Flanel
Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan
dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu.
Gambar tokoh-tokoh yang mewakil i perwatakan dalam ceritanya
digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kerta
gosok yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya
dapat melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasar atau dikreasi
oleh guru, sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingin disampaikan
25Ibid., h. 10. 26Ibid., h. 11.
13
melalui bercerita.27
5) Dramatisasi Suatu Cerita
Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam
suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang
bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai seperti Abu Nawas
dan sebagainya.
6) Bercerita Sambil Memainkan Jari-jari Tangan
Bercerita sambil memainkan jari tangan seperti dengan
menggunakan sepuluh jari tangan, tangan tersembunyi, mengatupkan
jari tangan yang satu dengan yang lain, mengangkat jari tangan,
menurunkan jari tangan, menyilangkan jari tangan dan lain-lain.28
Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode
bercerita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:29
1) Bercerita dengan alat peraga
Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk
memberikan kepada anak didik suatu tanggapan yang tepat mengenai
hal-hal yang didengar dalam suatu cerita:30
a) Bercerita dengan alat peraga langsung
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan
atau benda-benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa
gambar-gambar. Penggunaan alat peraga langsung untuk
memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-
hal yang didengar dalam cerita. Dalam bentuk cerita ini guru
27Ibid., h. 12. 28
Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di TK (Jakarta: Rieneka Cipta), 2004, h. 157-166. 25Ibid., h. 168.
30Ibid., h. 169.
14
sebaiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.
(2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.
(3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi duduk anak didik.
b) Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap
perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan
membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positi f
maupun pengembangan kemampuan dasar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan
gambar adalah:
(1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil . (2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus
terlihat (3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik. (4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali.31
c) Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita
dari sebuah buku cerita bergambar.Dalam buku cerita bergambar
biasanya terdapat tuli san kalimat-kalimat pendek yang
menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan
membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia pra-
sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang
dewasa lainya. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
membacakan cerita, seperti:32
31Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, (Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003), h. 13.
32Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di TK, h. 170.
15
(1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dili hat semua anak.
(2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu fantasi anak.
2) Bercerita tanpa alat peraga
Kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan
menggunakan metode ji ka tidak ada alat peraga yang kongkrit.
Dalam kegiatan bercerita yang berperan adalah guru dengan cara
bercerita melalui ekspresi yang tepat. Dalam menggunakan metode
ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai
berikut:33
a) Guru harus menunjukan mimik muka, gerakan-gerakan tangan dan kaki sertasuara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguhterhadap isi dan alur cerita.
b) Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan mudah dimengerti anak.
c) Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru. d) Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik
yang dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk
cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan
sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya. Sebagaimana
Mahmud Yunus mengemukakan bahwa “Pengaruh cerita lebih besar
dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau
menyuruh dan melarang kepada anak didik”. 34
33Ibid., h. 171. 34Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1983),
Cet. Ke-11, h. 19-24.
16
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kisah
Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode
yang terbaik. Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu
menyentuh jiwa ji ka didasari dengan ketulusan hati yang mendalam. Metode
bercerita ini dii syaratkan dalam Al-Qur‟an:
Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf 12:3)35
Artinya: “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Ali-Imran 3:62)36
a. Kelebihan Metode Kisah
1) Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
2) Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
3) Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
4) Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.37
5) Dapat menumbuh kembangkan gaya bicara (ta‟bii r) yang baik. Apabila dibumbui dengan cerita akan dapat meningkatkan daya hafalannya, dimana di dalamnya terdapat penggambaran hidup yang baru, lebih-lebih ditambah nilai seni dalam pembawaannya, sehingga seorang pendengar merasa menikmati dan menghayatinya.38
35Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yusuf Ayat-3 (Bandung: CV Penerbit
J ART, 2005), h. 235. 36Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , Al Imran Ayat-3 (Bandung: CV
Penerbit J ART, 2005), h. 50. 37Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1, h. 159-162. 38Syarif Hade Masyah, Dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, (Jakarta:
Mustaqiim), 2003, Edisi Revisi, h. 17.
17
b. Kekurangan Metode Kisah
1) Pemahaman anak didik akan menjadi suli t ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain.
2) Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik. 3) Sering terjadi ketidak selarasan isi cerita dengan konteks yang
dimaksud sehingga pencapaian tujuan suli t diwujudkan.39
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan
penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis
terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode
bercerita ini dalam pendidikan agama menggunakan paradigma Al-
Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, sehingga memili ki substansi
cerita yang valid tanpa diragukan lagi keabsahannya.
5. Langkah-langkah penerapan metode kisah
a. Persiapan
Persiapan merupakan langkah pertama yang harus benar-benar
diperhatikan oleh seorang pendidik/guru sebelum menyajikan materi
pelajaran, karena keberhasilan sebuah kisah tergantung sejauh mana
persiapan dilakukan. Tujuan dilakukan persiapan antara lain:
1) menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran dan
masalah dan pokok-pokok masalah, apakah yang akan dibahas dalam
pelajaran itu.
2) Membangkitkan bahan appersepsi pada peserta didik untuk membantu
peserta didik memahami pelajaran yang akan disajikan.
b. Penyajian
Pada tahap ini disajkan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok
39Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1, h. 163. 39Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 179.
18
masalah.
c. Generalisasi
Pada tahap ini unsur yang sama dan yang berlainan dihimpun untuk
mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
d. Aplikasi Penggunaan
Pada tahap ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai
situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan perubahan tinkah laku atau penampilan, dengan serangkai kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendenarkan, meniru dang lain sebagainya.40 Menurut Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman mendefinisikan belajar sebgai proses perubahan tingkah laku pada diri individu dengan adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.41 Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar menuntut adanya hasil yang
berupa perubahan tingkah laku setelah adanya serangkaian kegiatan yang
melibatkan interaksi antara berbagai hal yang kompleks.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
seperti yang telah dijelaskan di atas. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.42
2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
40Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 20. 41 Muhammad Fathurrohman dan Silistyorini, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,
2012), h. 119. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h. 3.
19
Kemampuan seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajar selalu
berbeda dan prestasi belajar yang diperolehnya juga berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu
factor internal dan factor eksternal.
Menurut M. Fathurrohman dan Sulistyorini factor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut
a. Factor internal (factor yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan 2) Intelegensi dan bakat 3) Minat dan motivasi 4) Cara belajar
b. Factor eksternal (factor yang berasal dari luar diri) 1) Keluarga 2) Sekolah 3) Masyarakat 4) Lingkungan sekitar43
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa antara lain:
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
Faktor ini terdiri dari dua aspek, yaitu:
1) Aspek fisiologis (jasmaniah)
Faktor jasmaniah ini adalah berkaitan dengan kondisi pada organ-organ
tubuh manusia yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Siswa yang
memiliki kelainan, seperti cacat tubuh, kelainan fungsi kelenjar tubuh yang
membawa fungsi kelainan tingkah laku dan kelainan pada indera, terutama
indera penglihatan dan pendengaran akan sulit menyerap informasi yang
diberikan oleh guru di dalam kelas.
43 M. Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan.., h. 20
20
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar dari sifat bawaan
siswa dari lahir maupun dari apa yang telah diperoleh dari
belajar ini. adapun faktor yang tercakup dalam faktor psikologis, yaitu:
a) Intelegensi atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Intelegensi adalah
kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan memperlajarinya dengan cepat.
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan kemampuan ini baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Dalam proses belajar, bakat memegang peranan penting dalam mencapai
suatu hasil akan prestasi yang baik.
c) Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar
atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Motivasi siswa
Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau
mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang
diikutinya. Motivasi merupakan faktor penting dalam belajar, karena
21
motivasi mampu memberi semangat pada seorang anak dalam kegiatan
belajarnya.
e) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan
cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya baik
positif atau negatif.
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal)
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yang meliputi :
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah institusi sentral penerus nilai-nilai budaya dan agama
(value transmider). Artinya keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi
seorang anak mulai belajar mengenal nilai-nilai yang berlaku
dilingkungannya, dari hal-hal yang sangat sepele hingga hal yang paling
rumit.
Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan anak-
anaknya. Apabila hubungan antara anggota keluarga, khususnya orang tua
dengan anak-anaknya bersifat merangsang dan membimbing anak, akan
memungkinkan anak tersebut mencapai prestasi yang baik, begitu pula
sebaliknya.
2) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang ditugaskan
pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Dalam
lingkungan sekolah banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap belajar siswa, yang otomatis juga berimbas pada prestasi belajar.
22
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat membentuk kepribadian anak, karena dalam
pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya
dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila
seorang siswa bertempat tinggal di lingkungan yang rajin, kemungkinan
besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga dia akan
belajar sebagaimana teman-teman dalam lingkungannya.44
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor dari dalam diri siswa
maupun yang berasal dari luar siswa. Beragamnya latar belakang siswa dan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mereka, menjadikan guru
sebagai pendidik utama di sekolah harus melakukan berbagai inovasi
pembelajaran, agar setiap peserta didiknya mencapai hasil yang diharapkan
dalam pembelajaran yang telah dilakukan.
C. Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.
20 Tahun 2003, "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar."45 Pada intinya
proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik,
dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut Meril, "Pembelajaran merupakan kegiatan di mana seseorang
secara sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau
44 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 132.
45UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara,
2006), h. 6.
23
bereaksi terhadap kondisi tertentu."46
Karena pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan
maka diperlukan pendekatan yang tepat untuk merancang kegiatan
pembelajaran yang sistematis, sehingga dapat dicapai kualitas hasil atau
tujuan yang ditetapkan. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu
rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh
berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks
proses belajar di sekolah atau madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya
terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan
lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social
learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan
tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala kegiatan interaksi, metode, dan
kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan
pembelajaran yang dikehendaki.47
Sedangkan Aqidah adalah bentuk mashdar dari kata "'aqada, ya'qidu,
'aqdan-'aqidatan" yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan
kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan.
Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud
aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul dalam hati.48
Ibnu Taimiyah dalam bukunya "Aqidah al-Wasithiyah" menjelaskan
makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati,
dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap
tidak dipengaruhi oleh keraguan dan salah sangka. Sedang Syekh Hasan al-
Banna dalam bukunya "al-Aqa'id" menyatakan bahwa aqidah sebagai sesuatu
46Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam., h. 164. 47Ibid., h. 184. 48Muhaimin dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 259.
24
yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa
yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.49
Sedangkan aqidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa yang di dalamnya merasa tentram, sehingga
menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.
Pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata khuluq dan
jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika dan moral. Al-Ghazali
berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriah yang disebut dengan
khalq, dan citra batiniah yang disebut khulq. Berdasarkan kategori ini, maka
khulq secara etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan
seseorang tanpa melibatkan unsur lahiriah.50
Akhlak merumpakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan
spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak
yang baik atau akhlaqul karimah atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila
tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut
akhlak tercela atau akhlak madzmumah.51
Ibnu Maskawih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jiwa
yang mendorong melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.52
Dengan demikian pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT. dan merealisasikan dalam perilaku
kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
49Ibid., h. 261. 50Ibid., h. 262. 51Masan Alfat, dkk., Aqidah Akhlak,(Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Untuk
Kelas I, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1997), h. 60-61. 52Tadjab dkk., Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 243.
25
2. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak
Al -Qur'an dan hadits merupakan pedoman hidup dalam Islam yang
menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan atau kepercayaan yang harus
dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya, selain itu dalam Al-Qur'an
dan hadits juga dijelaskan tentang kriteria atau ukuran baik buruknya
perbuatan manusia. Dasar akhlak yang pertama dan utama adalah Al-Qur'an.
Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Siti Aisyah berkata, "Akhlak
Rasulullah adalah Al-Qur'an."
Adapun dasar-dasar yang menjelaskan tentang aqidah di antaranya
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 285:53
Artinya:"Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah: 285)54
Dasar-dasar pembelajaran Aqidah Akhlak juga terdapat dalam surat Al-
Maidah ayat 15-16:55
53Masan Alfat, dkk., Aqidah Akhlak….., h. 3-4. 54Depag RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya, h. 72. 55Ibid., h. 62-63.
26
Artinya:"Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan."Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Q.S. Al-Maidah: 15-16)56
3. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari proses untuk
menuju suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan merupakan
suatu masalah yang fundamental, sebab hal itu akan menentukan ke arah
mana peserta didik akan dibawa. Karena pengertian dari tujuan sendiri adalah
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau suatu kegiatan selesai.
Adapun tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut:
Menurut Moh. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau
akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk individu yang bermoral baik,
keras kemauan, sopan dalam berbicara dan bertingkah laku, bersifat
bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.57
Sedangkan menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan Aqidah Akhlak:
1) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada peserta didik tentang hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
2) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang
56Ibid., h. 163. 57Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), h. 104.
27
buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya.
3) Memberikan bekal kepada peserta didik tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang yang lebih tinggi.58
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan pendidikan Aqidah Akhlak adalah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT., serta untuk
memberikan pengetahuan mengenai akhlaqul karimah sebagai bekal menuju
kehidupan yang lebih baik.
4. Materi Pelajaran Akidah Ahlak
Dalam penelitian ini peneliti mengangkat materi tentang iman kepada
Rasul-rasul Allah SWT. Materi ini peneliti angkat karena materi ini menjadi
bahan pelajaran siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah. Adapun isi dari materi
di atas, antara lain:
1. Pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul-rasul Allah swt.
2. Bukti dan dalil tentang kebenaran adanya rasul-rasul Allah swt.
3. Nama-nama rasul.
4. Sifat-sifat rasul.
5. Perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt, dan
mencintai Nabi Muhammad saw dalam kehidupan.
6. Hikmah beriman kepada rasul-rasul Allah swt.
58Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid I Kelas I ),
(Semarang: CV Wicaksana, 1994), h. 5.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Lokasi Penelitian
Lokasi peneliti an yaitu MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok
Barat. Dalam penelitian ini, penelit i memilih MTs Qur‟aniyah Batu-kuta
Narmada Lombok Barat didasarkan atas:
a. MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat merupakan salah satu
madrasah yang sangat memperhatikan perkembangan pengetahuan
agama pada peserta didiknya.
b. Penanaman nilai keagamaan khususnya akhlak terpuji pada peserta
didik merupakan salah satu pengembangan kurikulum di MTs.
Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.
B. Sasaran Penelitian
Kelas VIII MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat terdiri dari
tiga kelas, yaitu kelas VIII A, kelas VIII B, dan kelas VIII C. Yang menjadi
subyek dalam peneliti an adalah semua siswa kelas VIII A MTs Qur‟aniyah
Batu-kuta Narmada Lombok Barat dengan jumlah murid sebanyak 22 orang
siswa. Peneli tian memilih siswa kelas VIII A MTs Qur‟aniyah Batukuta
Narmada Lombok Barat, karena prestasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas VIII
A masih rendah dibandingkan siswa kelas VIII B, sehingga perlu diadakan upaya
untuk meningkatkannya.
C. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan spiral dari Kemmis dan
Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Peneliti an
Tindakan Kelas” yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan pada siklus
28
29
sebelumnya. Dari setiap siklus terdapat empat elemen penting yaitu;
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart.59
Permasalahan Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I
Siklus I
Refleksi I Observasi I
Permasalahan Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II
Siklus II
Refleksi II Observasi II
Langkah-langkah dalam peneliti an tindakan ini adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Media yang
digunakan dalam peneliti an ini adalah Buku Akidah Akhlak.
b) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan
kurang lebih 40 menit.
c) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas
dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana
guru MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat sebagai
pencerita sedangkan penelit i sebagai pengamat Aktivitas anak
59Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet, 13, h 16
Dst.
30
selama proses pembelajaran.
d) Membuat rencana pembelajaran
e) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
2) Observasi
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional
melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang
lebih kriti s. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali
lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu
pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan
peneliti , tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan
yangditemukan.
3) Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian tehadap
hasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah
dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui
siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir
pembelajaran dengan penerapan metode kisah.
b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Tema yang
diangkat dalam siklus II ini adalah tentang “Mukjizat Para Rasul
31
Allah”.
b) Mempersiapkan waktu pembelajaran. Waktu keseluruhan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran berkisah cerita ini direncanakan
kurang lebih 40 menit.
c) Setting kelas pembelajaran penerapan metode kisah. Setting kelas
dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran dimana
guru MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat sebagai
pencerita sedangkan penelit i sebagai pengamat Aktivitas anak
selama proses pembelajaran.
d) Membuat rencana pembelajaran
e) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
2) Observasi
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional
melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan
yang lebih kriti s. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selamapelaksanaan
tindakan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali
lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu
pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan
peneliti , tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan yang
ditemukan.
3) Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian tehadap
32
hasil observasi atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah
dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui
siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir
pembelajaran dengan penerapan metode kisah.
D. Jenis Metode dan Tehnik Penggunaannya
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti an berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.60Metode observasi diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian. 61
Dalam kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah kegiatan
tindakan penerapan metode kisah dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas
VI II A MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat, dengan
berdasarkan pedoman lembar observasi siswa.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila penelit i ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti , dan juga apabila penelit i ingin
mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah
60Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 203. 61S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, h. 158
33
respondennya sedikit. 62 Metode ini digunakan untuk merefleksi setiap
tindakan yang telah dilakukan penelit i dengan melakukan diskusi
dengan kolabolator tentang kekurangan dan perbaikan terhadap tindakan
yang dilakukan.
3. Metode Tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli ) yang mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.63 Metode
ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII MTs
Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat pada mata pelajaran Akidah
Aklak.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 64 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang terkait dengan penerapan metode
kisah dalam pembelajaran Akidah Akhlak seperti RPP, data siswa, nilai
siswa, nilai keaktifan siswa dan lain-lain.
E. Pelaksanaan Tindakan
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan berdasarkan perencanaan. Dalam peneliti an
direncanakan akan melalui dua sil kus. Siklus pertama meliputi dua
pertemuan. Pada siklus pertama kisah cerita dengan tema “Kisah
kesombongan yang berujung kehancuran”. Tindakan tidak mutlak
dikendalikan oleh rencana, hal ini mengandung risiko karena terjadi dalam
62Sugiono, op, cit, h. 194. 63S. Margono, op. cit., h. 170. 64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Cet, 13, h. 206.
34
situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentantif dan
sementera, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada
sebagai usaha ke arah perbaikan. Adapun proses tindakannya meliputi:
a. Guru mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.
b. Guru membuka kegiatan dengan do‟a dan salam.
c. Guru menginformasikan keapda anak-anak kalau pak guru akan
berkisah/bercerita.
d. Guru menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.
e. Guru memulai berkisah
f. Guru mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh mana
anak merespon isi cerita.
Di akhir kegaiatan peneliti an ini, guru melakukan review kegiatan
anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung. Guru melakukan
Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas anak yang dibantu guru MTs
Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.
2. Pelaksanan Tindakan Siklus II
Tindakan pelaksanaan berdasarkan perencanaan. Siklus kedua meliputi
dua pertemuan. Pada siklus kedua kisah cerita dengan tema “Mukjizat Para
Rasul Allah”. Tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana, hal ini
mengandung risiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu
rencana tindakan harus bersifat tentantif dan sementera, fleksibel dan siap
diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan.
Adapun proses tindakannya meliputi:
a. Guru mensetting kelas membentuk satu lingkaran besar.
b. Guru membuka kegiatan dengan doa dan salam.
c. Guru menginformasikan keapda anak-anak kalau bu guru akan
35
berkisah/bercerita.
d. Guru menyebutkan tema yang akan dipakai untuk berkisah.
e. Guru memulai berkis
f. Guru mengulas ulang isi kisah cerita untuk mengetahui sejauh mana
anak merespon isi cerita.
Di akhir kegaiatan penelitian ini, guru melakukan review kegiatan
anak selama proses kegiatan berkisah berlangsung. Penelit i melakukan
Tanya jawab dengan mengobservasi kreativitas anak yang dibantu guru MTs
Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat.
F. Cara Pengamatan (Monitoring)
Dalam melakukan pengamatan dilokasi penelitian, peneliti melakukan
pengamatan secara langsung, yaitu dengan datang langsung ke sekolah tersebut
dan mengamati proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi
penelitian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat.
Pelaksanaan scenario dengan menggunakan metode kisah dari waktu ke waktu
serta dampaknya terhadap proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi
belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa ketika terjadinya proses belajar mengajar.
G. Analisis Data dan Refkelsi
1. Analisi Data
“Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan
36
manifulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca”65. Adapun
anaisis data dalam PTK ini dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
proses belaja khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru. Sedangkan
analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar
siswa sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan guru.
Data yang dikumpulkan selama melaksanakan penelitan perlu dianalisis
dan diinterpretaskan dengan teliti, keuletan dan kecakapan, sehingga akan
mendapatkan suatu kesimpulan yang objektif:
a. Hasil
Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah
menggunakan metode kisah, maka data dianalisis secara statistic. Analisis
data digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa memahami
materi-materi yang diajarkan.
Tingkat prestasi siswa diukur melalui tes prestasi belajar yang
diberikan setelah pembelajaran.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data sebagai berikut:
1) Menentukan tes hasil belajar dari tiap-tiap subjek penelitian
2) Mengelompokkan skor yang diperoleh
b. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari peneliti an baik melalui pengamatan,
tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan
analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian
indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan
kegiatan penerapan metode kisah dalam pembelajaran Akidah Aklak kelas
65Supardi, Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Setia, 2011)h. 117.
37
VIII A di MTs Qur‟aniyah Batu-kuta Narmada Lombok Barat. Data
peneliti an dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merekapitulasi jumlah skor perolehan.
b. Menghitung nilai rata-rata klasikal
x adalah nilai rata-rata, ∑x adalah jumlah nilai seluruh anak, N
adalah banyaknya anak.66
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar.67
% = n
× 100% N
2. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:
a. Adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
Akidah Aklak kelas VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada
Lombok Barat setelah melakukan tindakan dengan
menggunakan metode kisah pada kategori baik dan baik sekali
yang mencapai 75%.
b. Meningkatnya hasil belajar pembelajaran Aqidah Aklak kelas
VIII A di MTs Qur‟aniyah Batukuta Narmada Lombok Barat setelah
melakukan tindakan dengan menggunakan metode kisah yang
ditandai rata-rata nilai lebih dari 70 dan rata-rata siswa yang
mendapatkan nilai tersebut adalah 85%.
2) Data Keaktifan Peserta Didik
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, analisis ini dilakukan pada
66Sudjana, Metode Penelitian, (Bandung: Tarsito, 2003), h. 67. 67Ali, M, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002),
h. 184.
38
instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif
melalui persentase.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya:
a) Peserta didik mendengarkan dengan seksama penjelasan guru.
b) Keaktifan bertanya.
Tabel 1 Contoh Tabel Lembar Observasi
No Nama Aspek Pengamatan Jumlah
Aktivitas A B 1. 2.
Jumlah
3) Data Hasil Belajar Akidah Akhlak
Untuk mengetahui kemampuan kogniti f peserta didik dalam
belajar, dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai ketuntasan
belajar secara klasikal.Adapun tingkat acuan penilaian prestasi
belajar siswa disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2 Acuan Penilaian Prestasi Belajar
Angka Huruf Keterangan 80-100 A Sangat Baik
66-79 B Baik 56-65 C Cukup Baik 40-55 D Kurang Baik
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari prasiklus, siklus I dan
siklus II. Hasil prasiklus, siklus I dan siklus II disajikan dalam bentuk data
kuantitatif.
1. Prasiklus
Hasil obsevasi yang dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan awal
keaktifan siswa dalam proses belajar dan hasil belajar siswa MTs. Qur‟aniyah
Batu-Kuta. Hasil observasi perhatian dan keaktifan siswa disajikan secara
lengkap pada lampiran hasil observasi perhatian dan keaktifan siswa. Dari 22
siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta, siswa yang memiliki respon
perhatian dalam proses pembelajaran hanya 9 siswa, sedangkan tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran hanya sebesar 10.
Hasil belajar siswa disajikan secara lengkap pada lampiran. Hasil belajar
siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah BAtu-Kuta belum memuaskan, nila rata-
rata kelas sebesar 64,14, berarti hasil belajar siswa masih tergolong cukup
baik dan masih ada nilai siswa dibawah KKM yaitu 15 siswa, sedangkan
KKM -nya 70.
Hasil observasi prasiklus dapat diketahui bahwa perhatian dan keaktifan
siswa masih kurang. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancaara, peneliti dan guru merasa perlu
untuk meningkatkan perhatian dan keaktifan agar hasil belajar anak didik.
Untuk itu peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.
39
40
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII A
MTS QUR’ANIYAH BATU-KUTA NARMADA
No. Nama Anak Didik L/P
1 Ahmad Hendriawan L 2 Amalia Parwati P 3 Asriadi L 4 Ema Febriya Zulfiani P 5 Faesal Ya'kub L 6 Hediana Shilvia Udayani P 7 Isna Syahadati P 8 Laras Indah Amalia P 9 Lina Aulia Najiha P 10 M Alin Jahiz L 11 M Rizki Ramdhani L 12 M Zarkoni L 13 Meliana Puri Indriana S P 14 Muliadi L 15 Nazifa Rohma Hudiani P 16 Nikmatus Sa'adah P 17 Nurul Haeni P 18 Putri Utami P 19 Rian Hidayat L 20 Rodi Al – Farisi L 21 Warni Supianti P 22 Zam Zani L
Hasil Observasi Perhatian dan Keaktifan Siswa
Prasiklus
No. Nama Siswa KemunculAn Respon
Perharian Siswa
Prasiklus
1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani - 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani - 7 Isna Syahadati - 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √
41
10 M Alin Jahiz - 11 M Rizki Ramdhani - 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S √ 14 Muliadi - 15 Nazifa Rohma Hudiani - 16 Nikmatus Sa'adah - 17 Nurul Haeni - 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat - 20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √ 22 Zam Zani -
Jumlah 9
No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Prasiklus
F % 1. Keaktifan bertanya 13 59.09 2. Mengemukakan pendapat 8 36.36 3. Menajwab pertanyaan 9 40.91
Rata-rata 45.45
Hasil Belajar Prasiklus
No. Nama Siswa Nilai Siswa
Prasiklus
1 Ahmad Hendriawan 70 2 Amalia Parwati 75 3 Asriadi 55 4 Ema Febriya Zulfiani 65 5 Faesal Ya'kub 70 6 Hediana Shilvia Udayani 55 7 Isna Syahadati 55 8 Laras Indah Amalia 65 9 Lina Aulia Najiha 65 10 M Alin Jahiz 56 11 M Rizki Ramdhani 60 12 M Zarkoni 70 13 Meliana Puri Indriana S 65 14 Muliadi 75 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 16 Nikmatus Sa'adah 65
42
17 Nurul Haeni 60 18 Putri Utami 70 19 Rian Hidayat 60 20 Rodi Al – Farisi 65 21 Warni Supianti 70 22 Zam Zani 60
Jumlah 1411
Rata-rata 64.14
Tertinggi 75
Terendah 55
2. Siklus I
a. Perencanaan tindakan siklus I
Kegiatan perencanaan dilakukan pada hari jum‟at tanggal 5 Mei
2017 di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Pada kesempatan tersebut peneliti
berdiskusi kepada guru aqidah akhlak (Haerunnisak) terutama hal-hal yang
akan dilakuan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal yang
didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru
kelas mengenai penelitian yang dilakukan, (2) peneliti mengusulkan
penggunaan media buku cerita dengan mengunakan penerapan metode
kisah dalam meningkatkan hasil belajar siswa, (3) peneliti mengusulkan
perencanaan pembelajaran dan guru menyetujuinya, (4) peneliti
mengusulkan observasi sebagai instrument pokok penilaian hasil belajar,
(5) mentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pada waktu diskusi disepakati
bahwa peneliti sebagai observatory dan guru sebagai pelaksana tindakan.
Alokasi waktu disetiap pertemuan yaitu 40 menit. Adapun tindakan dalam
siklus pertama dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dimana pertemuan
pertama hari senin tanggal 8 Mei 2017 dan pertemuan kedua pada hari
Rabu tanggal 10 Mei 2017.
43
Adapun hal yang direncakan pada siklus I yaitu:
1) Guru mempersiapkan terlebih dahulu RPP yang akan digunakan.
2) Guru mengkondisikan atau menseting kelas menjadi lingkaran besar.
Dimana guru kelas sebagai pencerita dan peneliti sebagai observator.
3) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
4) Guru mulai bercerita dengan media buku cerita. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan bercerita
terutama rentang perhatian anak dalam mendengarkan cerita dan
kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi.
5) Guru mengulas isi cerita. Dalam kesempatan ini guru meberi
kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi. Guru mencoba
merangsang anak dengan pertanyaan seperti siapa yang masing ingat
judul cerita tadi? Siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan
karakter tokoh yang ada dalam cerita.
6) Kegiatan penenutup guru mengulas kembali isi cerita.
7) Guru menutup pelajaran dengan berdo‟a dan salam.
b. Pelaksana Tindakan
Sebagai mana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan pada
siklus I dimulai pada hari senin tanggal 8 Mei 2017. Pembelajaran ini
berlangsung selam 40 menit dan berada di dalam kelas. Pada pertemuan
pertama peneliti dan guru masuk kedalam kelas. Guru membuka dengan
salam dan do‟a. Adapun gambaran dialog yang terjadi antara guru dan
anak-anak adalah sebagai berikut
Guru : Assalamu‟alaikum wr. wb
Anak-anak : wa‟alaikumsalam wr. Wb
Guru : Hari ini bu guru akan bercerita tentang
44
“kesombongan yang berujung kehancuran”. Sebelum
bu bercerita kalian tidak ada yang boleh berbicara,
mengerti?
Anak-anak : ya bu.
Setelah guru memberi penjelasan di kelas, guru mengkondisikan
tempat duduk anak-anak menjadi lingkaran besar dimana guru sebagai
pusat lingkaran. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang
aman dan nyaman serta terjalin komunikasi multiarah.
Sebagai pembuka guru membuka pelajaran dengan salam dan
berdo‟a. Sebelum bercerita guru menyebutkan judul kisah yang akan
diceritakan. Selanjutnya guru mulai bercerita dengan media buku cerita
dengan menerapkan metode kisah. Isi cerita sebagai berikut:
“Raja Namrud seorang raja Babilonia yang berkuasa dan mengaku dirinya tuhan. Dia sangat membenci Nabi Ibrahim hingga ia berencana untuk membunuhnya. Raja Namrud mempersiapkan 700.000 tentaranya. Dia pun menantang dengan kesembongannya. “Wahai Ibrahim, bukakah tuhanmu memiliki bala tentara? Kerahkan bala tentara itu untuk melawan tentaraku, ”kata Raja Namrud. Kemudian, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah. Ia meminta Allah mendatangkan bala tentara dari makhlukNya yang paling lemah, yaitu nyamuk. Dalam surat Al-Fath Ayat 4 dinyatakan bahwa bala tentara di langit dan di bumi adalah adalah kepunyaan Allah. Bala tentara itu dijadikan Allah sebagai penolong untuk orang-orang mukmin. Mereka berupa malaikat, hewan, angin topan dan sebagainya. Tiba-tiba terdengar suara desingan. Raja Namrud dan tentaranya terkejut. Raja Namrud bertanya, “Suara apakah itu?” Nabi Ibrahim menjawab, “itulah bala tentaraku”. Ternyata nyamuk-nyamuk bergerak ke arah tentara Namrud. Pada awalnya, Raja Namrud mentertawakannya karena bala tentara Nabi Ibrahim hanyalah nyamuk. Namun setelah melihat nyamuk dalam jumlah besar, ia menjadi ketakutan. Nyamuk-nyamuk itu menyerang tentara Namrud. Tentara Namrud berusaha menghalau dan membunuh nyamuk-nyamuk itu. Namun, semua itu sia-sia saja karena jumlah nyamuk itu sangat banyak. Dengan ijin Allah, nyamuk-nyamuk itu menghisap darah bala tentara Namrud. Seluruh darah yang ada di tubuh di hisap hingga tubuhnya hanya tampak tulang. Semua tentara Namrud mati. Sementara itu, Raja Namrud bersembunyi dalam istananya selama tiga hari. Ia merasa sudah aman dari nyamuk-nyamuk itu. Namun,
45
Raja Nyamuk berhasil menemukannya. Raja Namrud berusaha menghabisi Raja Nyamuk. Akan tetapi ia tidak berhasil. Raja nyamuk masuk ke hidung Namrud. Saat masuk ke dalam kepalanya, Raja Nyamuk menggerogoti otak Namrud. Selama berhari-hari, nyamuk itu berada dalam tubuh Raja Namrud. Namrud kesakitan tiada terkira. Ia pun meminta istri dan pelanyannya untuk memukul kepalanya dengan sekuat tenaga. Awalnya istri dan pelayannya menolak untuk memukul Raja Namrud. Namun, karena diancam akan di bunuh, merekapun bersedia melakukannya. Dengan sekuat tenaga mereka memukul kepala Raja Namrud. Pemukulan itu telah menyebabkan Raja Namrud mati”.
Setelah guru selesai bercerita, guru mengulas isi cerita yang telah
disampaikan.
Dalam kegiatan mengulas ini, guru memberi kebebsan terhadap anak
untuk berekspresi mengungkapkan idenya dalam menanggapi cerita.
Dalam kegiatan ini guru dan peneliti dapat melihat kreatifitas anak yang
ditunjukan dalam sikap kreatifnya.
Diakhir pembelajaran guru melakukan review, mengajukan
pertanyaan seputar isi cerita seperti nama tokoh dan karakter yang dimiliki
setiap tokoh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
anak terhadap cerita yang disampaikan oleh gurunya.
Paparan di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis
besar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas. Pada
setiap pertemuan peneliti dan guru sepakat untuk meberikan variasi agar
anak-anak tidak merasa bosan dan suasana kelas lebih menyenagkan. Pada
pertemuan kedua dilaksanakan pada hati rabu tanggal 10 Mei 2017,
peneliti mencoba memvariasikan suasana kelas dengan melakukan
kegiatan bercerita dilakukan diluar kelas atau di halaman sekolah, suasan
belajar menjadi lebih kondusif, anak menjadi aktif dalam menjawab
46
pertanyaan dari guru, keaktifan anakpun juga mengalami peningkatan.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakuakn dengan tujuan untuk mengetahuai
keadaan anak didik selama proses belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII
A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa tingkat perhatian dan keaktifan siswa setelah penerapan metode
kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak sudah mengalami
peningkatan, sehingga hasil belajar siswa juaga mengalami peningkatan,
namun hasilnya belum memuaskan, nila rata-rata siswa sebesar 68,14,
berarti hasil belajar siswa sudah tergolong baik, namun masih ada nilai
yang dibawah KKM yaitu 15 siswa, sedangkan KKM-nya 70.
Hasil Observasi Perhatian dan Aktifitas Siswa Suklus I
No. Nama Siswa Kemunculan Respon
Perharian Siswa
Siklus I
1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani √ 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani √ 7 Isna Syahadati - 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √ 10 M Alin Jahiz √ 11 M Rizki Ramdhani √ 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S - 14 Muliadi √ 15 Nazifa Rohma Hudiani - 16 Nikmatus Sa'adah - 17 Nurul Haeni √ 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat √ 20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √
47
22 Zam Zani -
Jumlah 15
No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Siklus I
F % 1. Keaktifan bertanya 15 68.18 2. Mengemukakan pendapat 13 50.09 3. Menajwab pertanyaan 12 54.55
Rata-rata 60.61
Hasil Belajar Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Siswa
Siklus I
1 Ahmad Hendriawan 70 2 Amalia Parwati 80 3 Asriadi 60 4 Ema Febriya Zulfiani 65 5 Faesal Ya'kub 70 6 Hediana Shilvia Udayani 60 7 Isna Syahadati 60 8 Laras Indah Amalia 70 9 Lina Aulia Najiha 70 10 M Alin Jahiz 60 11 M Rizki Ramdhani 60 12 M Zarkoni 75 13 Meliana Puri Indriana S 70 14 Muliadi 75 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 16 Nikmatus Sa'adah 65 17 Nurul Haeni 75 18 Putri Utami 75 19 Rian Hidayat 75 20 Rodi Al – Farisi 70 21 Warni Supianti 80 22 Zam Zani 60
Jumlah 1505
Rata-rata 68.41
Tertinggi 80
Terendah 60
48
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan
analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan keaktifan siswa.
Analisis ini dilakuak oleh peneliti dan guru kelas dengan cara berdiskusi,
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilaui, serta melihat
kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu guru dan penelit juga
berpedoman pada hasil observasi peningkatan keaktifan hasil belajar anak
melalui pedoman obsevasi.
Adpun hasil analisis tersebut menunjukan bahwa: (1) adanya reaksi
yang menunjukan kebosanan pada anak karena penggunaan media dengan
judul yang sama, (2) adanya penurunan konsentrasi karena tidak adanya
motivasi atau rewads dari guru atas keaktifan dan kreativitasnya, (3) sudah
ada peningkatan keaktifan anak jika dibandingakan denagan keaktifan
sebelum tindakan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan
memuaskan, itu berarti bahwa guru dan peneliti perlu memperbaiki proses
pembelajaran, (4) keaktifan anak didik dalam satu kelas masih belum
merata, ada anak yang mempunyai keaktifan lebih akan tetapi ada juga
yang masih rendah. Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru mersa
bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Oleh sebab itu penliti dan guru
membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Proses peningkatan keaktifan dan hasil belajar dalam mata pelajaran
aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah yang dilakukan pada siklus
I pada umumnya sudah cukup baik, tetapi belum memuaskan. Masih ada
anak yang kurang memperhatikan dan kurang aktif serta hasil belajarnya
49
peningkatan kretivitasnya juga kuarang memuaskan. Untuk mengatasi
kekurangan pada siklus I, maka peneliti dan guru merencanakan tindakan
pada siklus II. Siklus II ini direncanakan dilakukan dalam dua pertemuan
yaitu pertemuan pertama pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017, dan
pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017.
Setelah melakukan diskusi, akhirnya peneliti dan guru kelas
menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan
keaktifan anak didik dengan metode kisah dengan bercerita. Hal tersebut
yaitu: (1) guru memaksimalkan tindakan yaitu lebih berinteraksi dengan
siswa, memberi motovasi dan memberi penguatan dengan rewads seperti
bagus sekali, (2) untuk mengatasi kebosanan anak, maka peneliti dan guru
berencana untuk mengganti tema dengan “Perilaku Yang Mencerminkan
Beriman Kepada Rasul-Rsul Allah”, (3) guru memberi tambahan alokasi
waktu agar anak mempunyai banyak waktu untuk bereksplorasi.
Adapun tindakan yang direncanakan diterapkan pada siklus II
sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan
digunakan.
2) Guru mengkondisikan atau menseting kelas menjadi lingkaran
besar. Dimana guru sebagai pencerita dan peneliti sebagai
observator.
3) Guru membuka pelajaran dengan salam, dan berdo‟a.
4) Guru mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama
kegiatan bercerita berlangsung.
5) Guru memulai bercerita dengan media buku aqidah akhlak.
Dalam kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas anak selama
50
mengikuti kegiatan bercerita terutama rentang perhatian anak
dalam mendengarkan cerita dan kemudian mencatatanya dalam
pedoman obsevasi.
6) Guru mengulas isi cerita. Dalam kegiatan ini guru memberi
kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Guru mencoba
merangsang anak dengan pertanyaan seperti apa judul cerita yang
ibu guru sampaikan? Siapa saja tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita dan karakter tokoh yang ada dalam cerita.
7) Kegiatan penenutup berupa mengulang kembali isi kisah cerita.
8) Guru menutup pembelajaran dengan salam dan berdo‟a.
Secara umum prosedur pembelajaran pada siklus II seperti tersebut
diatas sama proses pembelajaran pada siklus I, setiap pertemuan pada
siklus II ini juga diberi sedikit variasi agar anak tidak mengalami
kebosanan dan Susana lebih menyenangkan. Adapun variasi setiap
pertemuan yaitu kegiatan dilaukan didalam kelas, mengganti tema cerita,
memberi motivasi pada anak agar dapat mengembngkan kreativitasnya,
konsentrasi atau rentang perhatian anak terhadap cerita menjadi lebih lama,
merangsang anak dengan pertanyaan-pertanyaan seputar cerita sehingga
anak biasa menemukan kosa kata baru yang didapat dari jawaban-
jawabannya, dan berkembang imajinasinya sehingga dapat menghasilkan
cerita yang alami serta kepercayaan diri anak makin kuat.
b. Pelaksanaan tindakan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan guru
kelas melakukan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
dimulai pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 di dalam kelas. Pembelajaran
berlangsung selama 45 menit.
51
Pada pertemuan pertama peneliti dan guru masuk ke dalam kelas.
Guru membuka pembelajaran dengan salam dan ber‟oa. Adapun gambaran
dialog antara guru dengan anak dalah sebagai berikut:
Guru : Assalamu‟alaikum wr. Wb.
Anak-anak : Wa‟alaikumsalam wr.wb.
Guru : Hari ini bu guru akan bercerita tentang “Perilaku Yang
Mencerminkan Beriman Kepada rasul-rasul Allh”, tapi
sebelum saya mulai bercerita kalian tidak ada yang
boleh ribut atau berbicara pada temanya, mengerti?
Anak-anak : Mengerti bu.
Peneliti : baik, kita mulai ceritanya.
Setelah memberikan penjelasan di dalam kelas, guru kelas
mengkondisikan tempat duduk anak membentuk lingkaran besar dimana
guru sebagai pusat lingkaran. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana
belajar yang aman dan nyaman serta terjalin komunikasi multiarah.
Sebagai pembuka guru membuka kegiatan dengan salam dan berdo‟a. Sebelum bercerita guru menyebutkan judul dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Selanjutnya guru memulai bercerita. Isi cerita sebagai berikut:
“Suatu hari Amiril Mukminin Umar bin Khaththab r.a. dikirimi harta yang banyak. Beliau memanggil salah seorang pembatu yang berada di dekatnya. “Ambillah harta ini dan pergilah ke rumah Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu berikan uang tersebut. Setelah itu berhentilah sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang ia lakukan dengan harta tersebut,” begitu perintah Umar kepadanya.
Rupanya Umar ingin melihat bagaimana Abu Ubaidah menggunakan hartanya. Ketika pembantu Umar sampai di rumah Abu Ubadah, ia berkata, “Amirul Mukminin mengirimkan harta ini untuk Anda, dan beliau juga berpesan kepada Anda, „Silakan pergunakan harta ini untuk memenuhi kebutuhan hidup apa saja yang Anda kehendaki”. Abu Ubaidah berkata, “Semoga Allah mengaruniainya keselamatan dan kasih sayang. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat”. Kemudian ia berdiri dan memanggil hamba sahaya wanitanya. “Kemarilah. Bantu aku membagi-bagikan harta ini!”.
52
Lalu mereka mulai membagi-bagikan harta pemberian Umar itu kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dari kaum muslimin, Sampai seluruh harta ini habis diinfakkan. Pembantu Umar pun kembali pulang. Umar pun memberinya uang sebesar empat ratus dirham seraya berkata, “Berikan harta ini kepada Muadz bin Jabal!” Umar ingin melihat apa yang dilakukan Muadz dengan harta itu. Maka, berangkatlah si pembantu menuju rumah Muadz bin Jabal dan berhenti sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang dilakukan Muadz terhadap harta tersebut.
Muadz memanggil hamba sahayanya. “Kemarilah, bantu aku membagi-bagikan harta ini!” Lalu Muadz pun membagi-bagikan hartanya kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan dari kalangan kaum muslimin hingga harta itu habis sama sekali di bagi-bagikan. Ketika itu istri Muadz melihat dari dalam rumah, lalu berkata, “Demi Allah, aku juga miskin.” Muadz berkata, “Ambillah dua dirham saja.”
Pembantu Umar pun pulang. Untuk ketiga kalinya Umar memberi empat ribu dirham, lalu berkata, “Pergilah ke tempat Saad bin Abi Waqqash!” Ternyata Saad pun melakukan apa yang dilakukan oleh dua sahabat sebelumnya. Pulanglah sang pembantu kepada Umar. Kemudian Umar menangis dan berkata, “Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah.”
Setelah guru selesai bercerita, guru mengulas isi cerita seperti nama
tokoh, sifat-sifat tokoh sambil mengamati reaksi anak dalam menanggapi
isi cerita. Pada pertemuan pertama kegiatan bercerita dilakukan didalam
kelas. Pada pertemuan pertama guru bercerita dengan tema “Perilaku Yang
Mencerminkan Beriman Kepada Rasul-Rasul Allh”. Antusias anak
terhadap cerita sangat baik. Anak-anak sangat aktif merespon pertanyaan
dari guru. Pada pertemuan kedua kegiatan dilakukan didalam kelas. Pada
pertemuan kedua guru menggunakan media buku aqidah akhlak dengan
tema “Perilaku Yang Mencerminkan Beriman Kepada Rasul-Rasul Allh”.
Antusias anak terhadap isi cerita masih sangat baik, anak makin lebih
antusias untuk tampil didepan kelas sambil bercerita sesuai dengan gaya
yang mereka miliki. Antusias anak makin bertamabah ketika peneliti
menggunakan rewads bagus sekali, anak makin terlibat aktif dalam proses
53
pembelajaran. Konsetrasi anak terhadap cerita makin bertambah, imajinasi
anak makin berkembang.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan anak didik selama proses belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII
A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta. Berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa tingkat perhatian pada siklus II ini mengalami peningkatan dan
sudah dalam kategori baik sekali. Hal ini diikuti dengan peningkatan hasil
belajar yang sudah memuaskan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 78,64,
berarti hasil belajar siswa sudah tergolong baik dengan nilai rata-rata di
atas 75.
Hasil Observasi dan Keaktifan Siswa
Siklus II
No. Nama Siswa Kemunculan Respon
Perharian Siswa
Siklus II
1 Ahmad Hendriawan √ 2 Amalia Parwati √ 3 Asriadi - 4 Ema Febriya Zulfiani √ 5 Faesal Ya'kub √ 6 Hediana Shilvia Udayani - 7 Isna Syahadati √ 8 Laras Indah Amalia √ 9 Lina Aulia Najiha √ 10 M Alin Jahiz √ 11 M Rizki Ramdhani √ 12 M Zarkoni √ 13 Meliana Puri Indriana S √ 14 Muliadi √ 15 Nazifa Rohma Hudiani √ 16 Nikmatus Sa'adah √ 17 Nurul Haeni √ 18 Putri Utami √ 19 Rian Hidayat √
54
20 Rodi Al – Farisi - 21 Warni Supianti √ 22 Zam Zani √
Jumlah 19
No. Aspek yang diamati Keaktifan siswa Siklus II
F % 1. Keaktifan bertanya 18 81.12 2. Mengemukakan pendapat 16 72.73 3. Menajwab pertanyaan 17 77.72
Rata-rata 77.72
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama Siswa Nilai Siswa
Siklus II
1 Ahmad Hendriawan 75 2 Amalia Parwati 90 3 Asriadi 70 4 Ema Febriya Zulfiani 75 5 Faesal Ya'kub 85 6 Hediana Shilvia Udayani 70 7 Isna Syahadati 70 8 Laras Indah Amalia 90 9 Lina Aulia Najiha 80 10 M Alin Jahiz 75 11 M Rizki Ramdhani 75 12 M Zarkoni 85 13 Meliana Puri Indriana S 90 14 Muliadi 85 15 Nazifa Rohma Hudiani 75 16 Nikmatus Sa'adah 80 17 Nurul Haeni 85 18 Putri Utami 75 19 Rian Hidayat 80 20 Rodi Al – Farisi 65 21 Warni Supianti 80 22 Zam Zani 75
Jumlah 1730
Rata-rata 78.64
Tertinggi 90
Terendah 64
55
d. Refleksi
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik. Kelemahan
yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik. Hal ini menunjukan
keaktifan dan kreativitas anak didik dalam mata pelajran aqidah akhlak
mengalami peningkatan. Peningkatan keaktifan ini terlihat dari tercapainya
indikator yang ditetapkan, seperti peningkatan keaktifan anak didik yang
mencapai 77,27%, antusiasme anak yang meningkat serta perhatian dan
konsentrasi anak dalam pembelajaranpun membaik. Peneliti dengan
dibantu kolaborator telah berhasil meningkatkan keaktifan anak serta
perhatian dan konsentrasi anak dalam proses pembelajaran. Adapun masih
ditemukannya dua atau tiga anak yang kurangmemperhatikan peneliti tidak
menjadi masalah dalam proses pembelajaran, karena kita tahu bahwa
karakteristik, kemampuan, dan daya tangkap anak didik itu beraneka
ragam. Perhatian anak didik pada kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta
telah mengalami peningkatan sebesar 86,36% atau 19 anak dari 22 anak,
sedangkan keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran mengalami
peningkatan sebesar 77,27 %, sedangkan dilihat dari hasil belajar anak
didik MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta juga telah mengalami peningkatan.
Hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar prasiklus nilai rata-rata kelas
sebesar 64,14, kemudian setelah penerapan metode kisah pada proses
pembelajaran aqidah akhlak pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi
68,41, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 78,64. Jadi
dapat dikatakan bahwa hasil tindakan kelas dengan Penerapan Metode
Kisah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Siswa Kelas VIII A Di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta Kec. Narmada
Kab. Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 sudah berhasil.
56
B. Pembahsan
Sebelum pembahasan hasil penelitian, adapun hasil penelitian secara
keseluruhan dapat dilihat dalam table berikut
Table 1
Perhatian
Tahap Jumlah Persentase Persentase perubahan
Prasiklus Siklus I Siklus II
9 15 19
40,91% 68,14% 86,36%
66,66% 111,10%
Jumlah perhatian
siswa 22 65,15%
Perhatian siswa pada proses pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan
metode kisah di MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta, pada tahap prasiklus atau keadaan
awal perhatian siswa dalam proses belajar sebelum penerapan metode kisah,
jumlah perhatian siswa sebanyak 19 siswa, sedangkan pada siklua I dimana
proses pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah, jumlah
perhatian siswa pada proses pembelajaran menjadi 15 siswa. Proses
pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah. Pada siklus II,
perhatian siswa terhadap pembelajaran menjadi 19 siswa. Hasil tersebut
menunjukan bahwa penerapan metode kisah dalam pembelajaran aqidah akhlak
dapat meningkatkan perhatian siswa.
57
Table 2
Keaktifan
Tahap Persentase Persentase perubahan I II III
45,45% 60,61% 77,27%
33,33% 70,00%
Rata-rata 61,11%
Keaktifan siswa pada proses pembelajaran aqidah akhlak dengan
penerapan metode kisah di MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta, pada tahap prasiklus
atau keadaan keaktifan siswa dalam proses belajar sebelum penerapan
pembelajaran dengan metode kisah, persentase keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sebesar 45,45%, sedangkan pada siklus I dimana proses
pembelajaran aqidah akhlak dengan penerapan metode kisah, persentase
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menjadi 60,61% atau mengalami
peningkatan sebesar 33,33% setelah penerapan metode kisah dalam
pembelajaran aqidah akhlak. Proses pembelajaran aqidah akhlak dengan
penerapan metode kisah pada siklus II, keaktifan siswa terhadap materi
pembelajaran menjadi77,27%. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan
metode kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak dapat meningkatkan
keaktifan siswa sebesar 70,00%.
58
Table 3
Hasil brlajar
Tahap Jumlah Rata-rata Persentase perubahan
Prasiklus Siklus I Siklus II
1411 1505 1730
64,14 68,41 78,64
6,66% 22,61%
Rata-rata 1548,67 70,39
Hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-kuta, hasil
observasi pada tahap prasiklus atau sebelum penerapan metode kisah pada
proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas 64,14 dan termasuk
dalam kategori kurang. Pada siklus I, setelah penerapan metode kisah pada
proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan
sebesar 68,41 dan termasuk dalam kategori baik, namun hasilnya masih dibawah
nilai KKM-nya yaitu 70. Pada siklus II, masih dengan penerapan metode kisah
pada proses pembelajaran aqidah akhlak nilai rata-rata kelas mengalami
peningkatan sebesar 78,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak dapat meningkatkan hasil belajar
siswa
59
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Perhatian siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta kec. Narmada
tahun pelajran 2016/2017 saat proses pembelajaran aqidah akhlak pada tahap
prasiklus sebanyak 9 siswa dengan tingkat keaktifan 45,45 %, sedangkan pada
siklus I setelah penerapan metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi
akhlak terpuji perhatian anak didik menjadi sebanyak 15 siswa dengan tingkat
keaktifan 60,61 %, dan pada siklus II yang dilakukan dengan tetap menerapkan
metode kisah pada proses pembelajaran PAI materi akhlak terpuji perhatian anak
didik menjadi 19 siswa dengan tingkat keaktifan 77,27 %.
Setelah digunakan metode kisah dalam proses pembelajaran aqidah akhlak,
terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A MTs. Qur‟aniyah Batu-Kuta
kec. Narmada tahun pelajaran 2016/2017. Pada tahap prasiklus nilai rata-rata
kelas sebesar 64,14, sedangkan pada siklus I setelah penerapan metode kisah
pada proses pembelajaran aqidah akhlak hasil belajar siswa nilai rata-rata
kelasnya menjadi 68,41, dan pada siklus II yang tetap menggunakan penerapan
metode kisah pada proses pembelajaran aqidah akhlak hasil belajar anak didik
menjadi 78,64.
59
60
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diajukan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
a. Sebaiknya kepala sekolah menjadi motor penggerak dalam perbaikan
terhadap proses pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya menjaga
hubungan baik antara kepala sekolah dan guru melalui kerja kolaborasi.
b. Pihak sekolah sebaiknya dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai
dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang
menunjukang dalam pembelajaran khususnya pembelajaran dengan metode
kisah, seperti penyediaan media, buku kisah/cerita dan alat-alat
pembelajaran yang lain.
2. Guru Kelas
a. Sebaiknya guru kelas mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media buku kisah/cerita yang menarik, menyenangkan dan
bervariasi agar dapat membuat siswa berminat dan antusias terhadap proses
pembelajaran. b. Sebaiknya guru kelas dalam memberikan materi kepada siswa sesuai
dengan konteks kehidupan anak, kisah/cerita yang menarik bila perlu
disertai gambar yang menarik, dengan kata-kata yang sederhana,
penyampaian yang jelas sehingga akan merangsang anak untuk ikut hanyut
dalam kisah cerita.
3. Peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan
penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Abdul, Abdul, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Press,2002), Cet. Ke-1.
Achmad Hidayat, dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1.
Ahmad Tfsir, Mrtodologi Pengajaran Agam Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. Ke-7.
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, Bandung: Al -Bayan, 1997, Cet. Ke-2. Mansur,Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2005.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. III. , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet. ke-4.
Ali M., Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.
Bahroin S., Mendidik Anak Soleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan Menyanyi, Jakarta: t.pm. 1995, Cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit J ART, 2005.
Drs. Hasan Basri, M.Ag., Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si., Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, Cet. Ke-1.
Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: LPGTK Tadika Puri, 2003.
H. M. Arif in, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Askara, 1999, Cet ke-1.
Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran diTaman Kanak-kanak,Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996.
J. Abdullah, Memili h Dongeng Islami Pada Anak, Jakarta : Amanah, 1997.
Masan Alfat.,dkk., Aqidah Akhlak, Semarang: Toha Putra, 1994.
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jarkrta: Hida Karya
62
Agung,1983, Cet. Ke-11.
Mohammad Athiyah Al -abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, Semarang: CW Wicaksana, 1994.
Muhaimin, dkk., Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. Muhammad Fathurrohman dan Silistyorini, Belajar Dan Pembelajaran,
Yogyakarta: Teras, 2012. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, Cet.
Ke-6.
Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet, 13.
S. Margono, Metodologi Peneliti an Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4. Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004, Cet. Ke-2
Soekanto, Seni Bercerita Islami, Jakarta: Bumi Mitra Press, 2001, Cet. Ke-2. Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, Jakarta : Pustaka Pelajar,1996, Cet.ke-1.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Al fabeta, 2007.
Supardi, Cerdas Menyusun Skripsi, Yogyakarta: Kurnia Kalam Setia, 2011.
Sudjana, Metode Penelitian, Bandung: Tarsita, 2003.
Syarif Hade Masyah, dkk, Mendidik Anak Lewat Cerita Dilengkapi 30 Kisah, Jakarta: Mustaqiim, 2003.
Tadjab, dkk., dimensi-dimensi studi islam, Surabaya: karya abditama, 1994.
Zakiyah Daradjat, Kesehata Mental, Jakarta: PT. Took Gunung Agung, 2001, Cet. Ke-23. , Ilmu Jiwa Agama, Jakarat: Bulan Bintang, 1996, Cet. Ke-16.
64
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII A
MTS QUR’ANIYAH BATU-KUTA NARMADA
No. Nama Siswa L/P 1 Ahmad Hendriawan L 2 Amalia Parwati P 3 Asriadi L 4 Ema Febriya Zulfiani P 5 Faesal Ya'kub L 6 Hediana Shilvia Udayani P 7 Isna Syahadati P 8 Laras Indah Amalia P 9 Lina Aulia Najiha P 10 M. Alin Jahiz L 11 M. Rizki Ramdhani L 12 M. Zarkoni L 13 Meliana Puri Indriana S P 14 Muliadi L 15 Nazifa Rohma Hudiani P 16 Nikmatus Sa'adah P 17 Nurul Haeni P 18 Putri Utami P 19 Rian Hidayat L 20 Rodi Al – Farisi L 21 Warni Supianti P 22 Zam Zani L
65
WAWANCARA
Narasumber
Nama : Hairil Anam Wahid, S.Pd.I
Jabatan : Kepala Sekolah
Waktu wawancara :
Hasil wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum, bapak?
Kepala Sekolah : Wa‟alaikum salam, dek
Peneliti : Maaf pak, boleh saya ngobrol sebentar?
Kepala Sekolah : Iya dek silahkan, ada apa?
Peneliti : Begini pak, kan selama ini kita jarang menggunakan metode
kisah/bercerita dalam proses pembelajaran kita.
Kepala Sekolah : Iya benar.
Peneliti : Dalam kesempatan ini saya bermaksud ingin menggunakan
metode kisah dalam proses pembelajaran kita. Pada hal melalui
kisah cerita anak bisa mengembangkan imajinasinya serta
mengembangkan kreativitasnya.
Kepala Sekolah : Terus nanti model pembelajarannya bagaimana? Kan selama
ini kita tahu, kita dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk
memberikan yang terbaik untuk anak didik kita. Bila kita nanti
menambahi proses pembelajaran denganmenggunakan metode
kisah apa tidak mengganggu proses pembelajaran yang selama
ini kita gunakan dan membuat anak malah tambah cerewet saja?
Peneliti : Tidak pak, justru kecerewatan anak itulah awalnya anak berpikir
dan mengaitkan ide yang nantinya bisa dipergunakan untuk
membaca, karena dengan mendengarkan kisah cerita anak elajar
membaca dari simbol-simbol seperti gambar jadi kita tetap tidak
meninggalkan model pembelajaran yang selama ini kita lakukan
malah model pembelajaran kita lebih bervariasi dan Semangat
belajar anak menjadi meningkatkan saya memilih Buku
bergambar selama ini anak hanya belajar membaca dan
berhitung saya bermaksud memberi suasana baru dalam proses
66
pembelajaran supaya anak tidak bosan serta anak tetap semangat
mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Kepala Sekolah :Kalau begitu saya setuju. Peneliti : Akan tetapi nanti saya nanti minta bantuan guru kelas selama
proses pelaksanaan pembelajaran melalui kisah cerita Kepala Sekolah : iya gak apa-apa dek.
67
WAWANCARA
Narasumber
Nama : Hairunnisak, S.Pd.I
Status : Guru Kelas
Waktu wawancara :
Hasil wawancara
Peneliti : Selamat siang bu …?
Guru : Selamat siang dek. Ada apa dek?
Peneliti : Begini bu, selama ini kan kita hanya mengajarkan pada anak membaca
dan berhitung. Nah, besok itu saya berencana mau bercerita
menggunakan buku kisah 25 Nabi. Melalui kisah cerita saya berharap
anak-anak akan lebih berkonsetrasi pada pembelajaran disamping itu
anak-anak akan memperoleh hal-hal baru dari cerita yang disampaikan
dan anak lebih aktif dan kreatif selama proses pembelajaran. Kalau
menurut ibuk bagaimana?
Guru : Saya setuju dek. Selama ini saya merasa anak-anak kurang
memperhatikan apa yang saya sampaikan ke mereka pada sibuk sendiri
sama alat-alat tulisnya samapi-sampai suara saya menjadi habis. Anak-
anak seolah-olah bosan sama pembelajaran selama ini.
Peneliti : Nah, saya juga berpikir seperti itu, makanya saya berencana untuk
memakai metode Kisah agar anak-anak memperoleh
suasanapembelajaran yang baru sehingga anak bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Guru : Nanti kepala sekolah bagaimana?
Peneliti : Kalau pak khairil sudah siap
Guru : Kalau begitu saya juga siap
68
CATATAN LAPANGAN PENERAPAN METODE KISAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII A DI MTS QUR’ANIYAH BATU KUTA NARMADA
Hari/Tanggal : Siklus : I pertemuan pertama 1. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus pertama, pertemuan pertama secara
keseluruhan berjalan lancar. Sebelum bercerita guru memberitahukan kegiatan
yang akan dilakukan seperti penyampaian judul dan tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita. Ketertarikan anak pada cerita yang disampaikan cukup baik. 2. Ketertarikan anak terhadap proses pembelajaran
Minat anak pada proses pembelajaran bercerita dengan media buku kisah
cerita cukup bagus. Antusias anak terhadap proses pembelajaran cukup baik.
Akan tetapi anak masih cukup asing terhadap kegiatan yang diberikan karena
anak terbiasa dengan buku dan pensil. Perhatian anak belum sepenuhnya terarah
pada cerita yang disampaikan guru. 3. Kesimpulan
Berdasarkan catatan proses pembelajaran dan minat anak diatas dapat
disimpulkan bahwa anak belum terbiasa dengan metode bercerita dalam proses
pembelajaran
Peneliti
69
Hasil Observasi Perhatian dan Keaktifan Siswa
No Nama Siswa Kemunculan Respon Perhatian Siswa
Prasiklus
Siklus I Siklus II
1 Ahmad Hendriawan √ √ √ 2 Amalia Parwati √ √ √ 3 Asriadi - - - 4 Ema Febriya Zulfiani - √ √ 5 Faesal Ya'kub √ √ √ 6 Hediana Shilvia Udayani - √ - 7 Isna Syahadati - - √ 8 Laras Indah Amalia √ √ √ 9 Lina Aulia Najiha √ √ √ 10 M. Alin Jahiz - √ √ 11 M. Rizki Ramdhani - √ √ 12 M. Zarkoni √ √ √ 13 Meliana Puri Indriana S - - √ 14 Muliadi √ √ √ 15 Nazifa Rohma Hudiani - - √ 16 Nikmatus Sa'adah - - √ 17 Nurul Haeni - √ √ 18 Putri Utami √ √ √ 19 Rian Hidayat - √ √ 20 Rodi Al – Farisi - - - 21 Warni Supianti √ √ √ 22 Zam Zani - - √
Jumlah 9 15 19
No Aspek yang diamati Keaktifan Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II F % F % F % 1 Keaktifan bertanya 13 59.09 15 68.18 18 81.82 2 Mengemukakan pendapat 8 36.36 13 59.09 16 72.73 3 Menajwab pertanyaan 9 40.91 12 54.55 17 77.27
Rata-rata 45.45 60.61 77.27
1
Hasil Belajar
No Nama Siswa Nilai Siswa
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Ahmad Hendriawan 70 70 75 2 Amalia Parwati 75 80 90 3 Asriadi 55 60 70 4 Ema Febriya Zulfiani 65 65 75 5 Faesal Ya'kub 70 70 85 6 Hediana Shilvia Udayani 55 60 70 7 Isna Syahadati 55 60 70 8 Laras Indah Amalia 65 70 90 9 Lina Aulia Najiha 65 70 80 10 M. Alin Jahiz 56 60 75 11 M. Rizki Ramdhani 60 60 75 12 M. Zarkoni 70 75 85 13 Meliana Puri Indriana S 65 70 90 14 Muliadi 75 75 85 15 Nazifa Rohma Hudiani 60 60 75 16 Nikmatus Sa'adah 65 65 80 17 Nurul Haeni 60 75 85 18 Putri Utami 70 75 75 19 Rian Hidayat 60 75 80 20 Rodi Al – Farisi 65 70 65 21 Warni Supianti 70 80 80 22 Zam Zani 60 60 75
Jumlah 1411 1505 1730
Rata-rata 64.14 68.41 78.64
Tertinggi 75 80 90
Terendah 55 60 65
2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
MTs : Qur’aniyah
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : 2x45 Menit (2 Kali Pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada Rasul-rasul
Allah SWT.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
Menunjukkan dalil naqli tentang beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT
Menunjukkan nama-nama Rasul yang wajib diketahui dan diimani D. MATERI PEMBELAJARAN
Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
E. METODE PEMBELAJARAN
Kisah : Metode ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran terutama untuk kegiatan awal.
Kerja kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang iman kepada Rasul-rasul Allah.
Diskusi : Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema yang berkenaan dengan materi kegiatan pembelajaran