Penerapan HOTS pada Soal-soal Buku Teks Pelajaran ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Penerapan HOTS pada Soal-soal Buku Teks Pelajaran ...
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 1065
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Penerapan HOTS pada Soal-soal Buku Teks Pelajaran
Bahasa Indonesia Tingkat SMA
Rina Rosdiana, Sandi Budiana, Tri Mahajani, Stella Talitha
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan
e-mail: [email protected]
Received: 06 January 2022; Revised: 14 March 2022; Accepted: 28 April 2022
DOI: http://dx.doi.org/10.37905/aksara.8.2.1065-1074.2022
Abstrak
Peran guru bukan hanya melakukan penilaian, melainkan juga harus mampu
melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih peserta didik memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Tugas guru tersebut dibantu dengan perangkat pembelajaran
berupa buku teks pelajaran. Muatan instrumen penilaian merupakan suatu keharusan pada
setiap babnya. Dalam banyak referensi dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom-
Anderson terdiri atas kemampuan: mengingat (remembering-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Soal-soal HOTS pada
umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi
(evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Tujuan penelitian ini memaparkan
kesesuaian penulisan soal sesuai dengan kompetensi dasar, sebaran ranah kognitif. Data
diperoleh dari rumusan soal pada setiap bab pada buku teks Bahasa Indonesia Kelas X
terbitan Yudhistira. Jumlah soal pilihan ganda 115, dan jumlah soal uraian/esai 45 soal.
Metode yang digunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengungkap hal berikut: 1)
terdapat kesesuaian pengembangan soal dengan kompetensi dasar, 2) distribusi atau
sebaran penulisan soal pilihan ganda pada ranah kognitif hanya sampai ranah analisis dan
pada soal uraian sudah memenuhi keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) penyusunan
soal secara umum sudah sesuai dengan kriteria penulisan soal.
Kata Kunci: buku teks pelajaran; HOTS; kompetensi dasar; pilihan ganda; ranah
kognitif; uraian
Abstract The role of teachers is not only to conduct assessments, but also must be able to carry out
learning that can train learners to have high-level thinking skills. The teacher's task is
assisted by learning devices in the form of textbooks. The charge of the assessment
instrument is a must in each chapter. In many references the dimensions of the thought
process in Bloom-Anderson Taxonomy consist of the ability: remembering-C1,
understanding-C2, applying-C3, analyzing-C4, evaluating-C5, dan creating-C6). The
purpose of this research is to describe the suitability of assessment writing in accordance
with basic competencies, the distribution of cognitive realms. Data is obtained from the
questions in the assessment of each chapter in the textbook Indonesian Class X published
by Yudhistira. The number of multiple choice questions is 115, and the number of essay
questions is 45 questions. The methods used are qualitative descriptive. Research results
1066 AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
are: 1) there is conformity of assessment development with basic competencies, 2)
multiple choice distribution in the cognitive realm only until the realm of analysis and
distribution of essays already meets high-level thinking skills, 3) the assessment in
general is in accordance with the criteria of writing the assessment.
Keywords: textbooks; HOTS; basic competencies; multiple choice; cognitive realm;
essay
PENDAHULUAN Dunia pendidikan perlu menyiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan
Abad 21 yang semakin kompleks. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan proses berpikir yang bukan hanya yang sederhana, tetapi juga perlu
menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan kecakapan esensial abad ini
(Kemendikbud, 2019: 1).
Sekolah sebagai pelaksana teknis pembelajaran dan penilaian HOTS merupakan
salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan penilaian
hasil belajar, sekolah menyiapkan bahan-bahan dalam bentuk soal-soal yang memuat
soal-soal HOTS. Langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain: a)
meningkatkan pemahaman guru tentang pembelajaran dan penilaian yang mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), b)
meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian terkait dengan
penyiapan bahan penilaian hasil belajar (Kemendikbud, 2019: 45).
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah
disempurnakan oleh Anderson (dalam Walid, 2019: 237-251) terdiri atas kemampuan:
mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mencipta (C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada
ranah menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru
bukan hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan juga harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi yang lebih efektif.
Soal-soal HOTS direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian hasil belajar. Hal ini jelas bahwa soal-soal HOTS pun harus diterapkan dalam
buku teks pelajaran. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat
satuan pendidikan, berikut karakteristik soal-soal HOTS: 1) mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi, 2) berbasis permasalahan kontekstual dan menarik (contextual
and trending topic), 3) tidak rutin dan mengusung kebaruan, 4) penyajian soal dalam
buku teks pelajaran.
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Selain itu, uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal),
dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah di sekitar satuan pendidikan. Salah satu aspek yang menjadi indikator soal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 1067
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
berkategori HOTS adalah memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal HOTS, yaitu materi,
konstruksi, dan bahasa. Berikut indikator dari masing-masing aspek.
Tabel 1. Indikator Soal HOTS Materi Konstruksi Bahasa
Soal sesuai dengan indikator
(menuntut tes tertulis untuk bentuk
uraian).
Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan mengguna-kan kata-
kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai.
Menggunakan
bahasa yang sesuai
dengan kaidah
bahasa Indonesia,
untuk bahasa daerah
dan bahasa asing
sesuai kaidahnya.
Soal tidak mengandung unsur
SARAPPPK (suku, agama, ras,
anatargolongan, pornografi,
politik, propopaganda, dan
kekerasan).
Memuat petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal.
Tidak
menggunakan
bahasa yang berlaku
setempat/ tabu.
Soal menggunakan stimulus yang
menarik (baru, mendorong peserta
didik untuk membaca).
Ada pedoman penskoran/ rubrik
sesuai dengan kriteria/ kalimat
yang mengandung kata kunci.
Soal menggunakan
kalimat yang
komunikatif.
Soal menggunakan stimulus yang
kontekstual (gambar/ grafik, teks,
visualisasi, dll., sesuai dengan
dunia nyata). Khusus mata
pelajaran bahasa dapat
menggunakan teks yang tidak
kontekstual (fiksi, karangan, dan
sejenisnya).
Gambar, grafik, tabel, diagram,
atau sejenisnya jelas dan
berfungsi.
Soal mengukur level kognitif
penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta). Sebelum
menentukan pilihan, peserta didik
melakukan tahapan-tahapan
tertentu.
Butir soal tidak bergantung pada
jawaban soal lain.
Jawaban tersirat pada stimulus.
Keterampilan kognitif diperoleh dengan latihan. Hal ini jelas berhubungan dengan
proses pembelajaran. Pada terapannya tentu saja buku teks pelajaran dapat menjadi
sarana pelatihan berpikir tingkat tinggi. Seperti yang diungkap Rusyana, dkk, (2002: 1)
buku teks pelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Di
dalam buku teks tersaji soal dan atau latihan. Namun, berdasarkan studi pendahuluan
dapat diungkapkan bahwa 1) masih belum optimal guru memanfaatkan soal-soal dalam
buku teks pelajaran sebagai latihan berpikir kritis, 2) Belum semua guru memahami
bentuk pertanyaan yang mengandung HOTS, 3) Sangat sedikit guru membuat soal
dengan pemodelan pada soal buku teks pelajaran, 4) belum semua soal-soal yang ada
pada buku teks sudah mengandung HOTS; 5) belum semua guru memiliki panduan penulisan soal HOTS yang memuat soal kebahasaan, keterampilan bahasa, dan
kesastraan.
1068 AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Penelitian tentang analisis tes, pernah dilakukan I Komang Budiasa (2011) dengan
judul “Analisis Tes Formatif Buatan Guru SMP di Singaraja dari Segi Pendekatan
Komunikatif Berbasis Autenthic Assesment”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas tes formatif sudah sesuai dengan pendekatan komunikatif berbasis autenthic
assesment dan memenuhi unsur-unsur kompetensi komunikatif (gramatika,
sosiolinguistik, wacana, dan strategi); Penelitian lain, “Analisis Butir Soal Pilihan
Ganda Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja” (Winata, 2014: 1-
12); “Telaah Buku Teks Pegangan Guru dan Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013”. Hasil penelitian ini mengungkap
bahwa kualitas buku teks pegangan guru dan buku teks pegangan siswa termasuk pada
kategori cukup. Hal ini disebabkan terdapat beberapa komponen/ sub-komponen yang
tidak memenuhi standard yang telah ditetapkan oleh BSNP (Asri, 2017: 70-82). Oleh
karena itu, penelitian tentang pengembangan soal pada terbitan Yudhistira Kelas X yang
mengkaji pengembangan soal HOTS pada keterampilan berbahasa dan pemenuhan
standar penulisan soal belum pernah dilakukan
Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kualitas soal pada
tingkatan ranah kognitif Bloom-Anderson, mengidentifikasi karakteristik soal pada
buku teks pelajaran yang mengandung HOTS pada keterampilan berbahasa sesuai
dengan muatan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan guru dalam melatih keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa dalam proses pembelajaran.
METODE Penelitian keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam soal-soal pada buku teks
pelajaran bahasa Indonesia SMA Kelas X ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik analisis isi. Dengan metode ini, peneliti dapat memperoleh data
keterampilan berpikir tingkat tinggi secara empiris pada buku teks pelajaran terbitan
Yudhistira. Dengan demikian, hasil yang diperoleh atau yang dicatat berupa
pendeskripsian keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Teknik analisis isi digunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi data.
Analisis isi merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat
ditiru dan data yang sahih dengan memperhatikan konteksnya. Fakta data berupa soal-
soal dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia kelas X terbitan Yudhistira. Data yang
sudah diklasifikasi kemudian diinterpretasi dengan menggunakan acuan teori yang
relevan dengan masalah. Tahap berikutnya adalah memberikan penafsiran yang adekuat
atau memadai terhadap fakta-fakta yang ditemukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Buku terbitan Yudhistira memuat pengembangan kompetensi dasar yang
mengacu pada Kurikulum 2013. Pertanyaan yang disajikan berbentuk pilihan ganda dan
uraian (esai). Banyaknya soal untuk pilihan ganda memuat sepuluh pertanyaan
sebanyak 6 bab dan tiga bab lagi lima belas pertanyaan dengan 4 item pilihan jawaban.
Untuk soal uraian (esai) masing-masing lima pertanyaan. Pertanyaan disajikan secara
tunggal dan juga pertanyaan bersyarat.
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 1069
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Level Kognitif Soal Pilihan Ganda
Sebaran level kognitif soal pilihan ganda dalam buku teks pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X terbitan Yudhistira tampak pada tabel berikut.
Tabel 2. Sebaran Level Kognitif Soal Pilihan Ganda
Bab ke- Level Kognitif Jml Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1: Teks Laporan Hasil Observasi
(Hal. 23-24)
2 5 3 - - - 10
2: Teks Eksposisi (Hal. 42-43) 2 7 - 1 - - 10
3: Teks Anekdot (Hal. 65-66) 1 6 - 3 - - 10
4: Teks Hikayat (Hal. 93-94) - 7 1 2 - - 10
5: Meresensi Buku Fiksi dan
Nonfiksi (Hal. 115-116)
1 9 - 6 - - 15
6: Teks Negosiasi (Hal. 131-132) 4 6 - - - - 10
7: Teks Debat (Hal. 155-156) 9 - - 1 - - 10
8: Teks Biografi (Hal. 184-185) 6 7 1 1 - - 15
9: Puisi (Hal. 211-212) 5 8 1 1 - - 15
Jumlah 30 55 6 15 - - 105
Persentase (%) 28,6 52,4 5,7 13,
3
Berdasarkan tabel di atas, tampak ranah kognitif sebaran soal pilihan ganda, yaitu pada
level lower order thinking skills, di antaranya memahami (C2) 52,4%, mengingat (C1) 29%,
dan menerapkan 5,7%. Jika dijumlahkan 87,7%. Persentase yang sangat tinggi, sedangkan,
ranah kognitif menganalisis (C4) 13%. Hal ini menunjukkan soal pilihan ganda yang termasuk
ke dalamlevel HOTS sedikit sekali persentasenya. Berarti, soal-soal pilihan ganda pada buku
teks ini masih mengembangkan soal-soal dengan level low order thinking skills.
Jika dikomparasi maka pada soal pilihan ganda masih sangat dominan LOTS-nya. Soal
LOTS belum mampu mendorong membangun kreativitas dan berpikir kritis; belum bersifat
divergen karena jawaban tersurat eksplisit dalam stimulus soal sehingga tidak memungkinkan
peserta didik memberikan jawaban berbeda, sesuai dengan proses berpikir dan sudut pandang
masing-masing;belum berbasis permasalahan kontekstual sehingga siswa belum dilatih dalam
meyelesaikan permasalahan yang nyata dan ada dalam kehidupan. Sebaiknya soal-soal pilihan
ganda bisa dikembangkan sampai ranah kognitif mengevaluasi karena mencipta memang sulit
diwujudkan untuk jenis soal ini. Berikut ini visualisasi sebaran ranah kognitif pilihan ganda.
Gambar 1. Grafik Sebaran Ranah Kognitif Pilihan Ganda
1070 AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Level Kognitif Soal Uraian/Esai
Sebaran atau distribusi level kognitif soal uraian/esai dalam buku teks pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X terbitan Yudhistira tampak pada tabel berikut.
Tabel 3. Sebaran Level Kognitif Soal Uraian
Bab ke- Level Kognitif Jml Soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1: Teks Laporan Hasil Observasi (Hal. 24) - 2 1 1 - 1 5
2: Teks Eksposisi (Hal. 43) - 2 1 - 1 1 5
3:Teks Anekdot (Hal. 66) - 1 - 1 1 2 5
4: Teks Hikayat (Hal. 94) - 1 1 2 - 1 5
5:Meresensi Buku Fiksi dan Nonfiksi
(Hal.116)
- 2 - 1 - 2 5
6: Teks Negosiasi (Hal. 132) - 1 - 3 - 1 5
7: Teks Debat (Hal. 156) - 2 1 - 1 1 5
8: Teks Biografi (Hal.185) - 2 1 1 - 1 5
9: Puisi (Hal. 212) - 2 1 1 - 1 5
Jumlah - 15 6 10 3 11 45
Persentase (%) - 33.3 13.3 22.2 6.7 24.5
Berdasarkan tabel di atas, tampak sebaran pembuatan soal uraian/esai adalah
memahami (C2) 33%, mencipta (C6) 25%, menganalisis (22%), menerapkan (C4) 13%, dan
mengevaluasi (C5) 7%. Untuk level kognitif mengingat (C1) tidak ditemukan. Hal tersebut
menujukkan soal-soal uraian/esai pada buku teks pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X terbitan
Yudhistira ini masih mengembangkan soal dengan level low order thinking skills. Namun,
presentasinya sedikit sekali. Jika dijumlahkan untuk level kognitif tingkat tinggi didapat
persentase sebanyak 54%, sedangkan soal yang low order thinking sebanyak 46%, suatu
jumlah yang tidak terlalu kontras dominasinya. Tampak jelas bahwa soal uraian/esai sudah
mengembangkan ke arah keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) walaupun belum terlalu
tinggi persentasenya, tampak pada visualisasi berikut.
Gambar 2. Sebaran Ranah Kognitif Soal Uraian
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 1071
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Untuk memberikan gambaran tentang pengembangan soal, berikut disajikan
contoh soal uraian pada level low order thinking skills dan high order thinking skills.
Buku yang berisi tentang riwayat hidup yang ditulis penulisnya sendiri
disebut…(pilihan jawaban: a. biografi, b. autobiografi, c. novel, d. hikayat, dan e.
memoir (hal. 184). Soal ini langsung pada pokok pertanyaan. Padahal kategori soal
HOTS sebaiknya menggunakan stimulus. Ketika tidak menggunakan stimulus, berarti
soal tersebut hanya menghendaki satu langkah berpikir. Siswa hanya akan memiliki
jawaban yang relevan dengan pertanyaan. Tidak mengeksplorasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Soal ini hanya memenuhi ranah kognitif memahami (C2).
Soal-soal berikut sudah memenuhi persyaratan soal berpikir tingkat tinggi.
Kutipan teks biografi berikut untuk soal nomor 6 dan 7. Nh. Dini lahir pada tanggal 29
Februari 1936, di Semarang. Setamat SMA bagian Sastra (1956), dia mengikuti kursus
pramugari darat GIA Jakarta (1956) dan kursus B_I Jurusan Sejarah (1957). Tahun
1957-1960, dia bekerja di GIA Kemayoran Jakarta. Setelah menikah dengan Yves
Goffin, berturut-turut Nh. Dini bermukim di Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat.
Namun, sejak tahun 1980, dia menetap di Jakarta dan Semarang. Karya sastra yang
ditulis, antara lain: Dua Dunia (1956); Hati yang Damai (1961); La Barka (1975);
Namaku Hiroko (1977); Keberangkatan (1977); Sebuah Lorong di Kotaku (1978);
Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979); Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979);
Sekayu (1981); Kuncup Berseri (1982); dan sebagainya.Berikut ini yang tidak termasuk
novel karya Nh. Dini adalah … (Pilihan jawabannya) a. Dua Dunia, b. Hati yang
Damai, c. Sebuah Lorong, d. Namaku Hiroko, dan e. Keberangkatan. (hal.184)
Soal di atas tentang karya yang dihasilkan tokoh. Disajikan teks biografi Nh.
Dini, siswa harus dapat menentukan jawaban yang tidak termasuk karya dari seorang
tokoh dengan tepat. Soal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan
menggunakan dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.
Berdasarkan kaidah penulisan soal pilihan ganda, soal di atas telah memenuhi kaidah,
baik secara materi, konstruksi, maupun bahasa. Soal tersebut sudah menggunakan
stimulus berupa teks biografi Nh. Dini. Soal tersebut termasuk ranah kognitif analisis
(C4) dan masuk ke dalam soal HOTS.
Ketepatan Rumusan Soal Berdasarkan Kriteria Penyusunan Soal
Penganalisisan soal-soal dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia kelas X
terbitan Yudhistira pun dilakukan berdasarkan kriteria penyusunan soal. Dari aspek
materi, kesesuaian soal dengan indikator, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian/esai
sudah sesuai. Soal-soal yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia kelas
X terbitan Yudhistira secara umum penyusunan soal sudah sesuai dengan kompetensi
dasar dan tujuan (menjadi persyaratan pula dalam penyajian buku teks pelajaran). Semua
soal, baik pilihan ganda maupun uraian/esai tidak mengandung unsur SARAPPPK (suku,
agama, ras, antargolongan, pornografi, politik, propopaganda, dan kekerasan). Untuk
persyaratan stimulus yang diharapkan ada sebagai indikator soal dengan ranah kognitif
tinggi tampak bahwa tidak semua soal menggunakan stimulus. Stimulus dapat berupa
kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll., sesuai dengan dunia nyata) atau
menggunakan teks yang tidak kontekstual (fiksi, karangan, dan sejenisnya).
Dilihat dari aspek konstruksi, belum semua rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, khususnya
1072 AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
pada soal-soal pilihan ganda. Masih ditemukan pula soal yang bergantung pada jawaban
sebelumnya sehingga siswa tidak dituntut untuk berpikir tingkat tinggi. Petunjuk cara
mengerjakan soal, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian/esai sudah jelas dan mudah
dipahami. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya yang digunakan dalam buku
teks pelajaran Bahasa Indonesia ini baik soal pilihan ganda maupun soal uraian jelas dan
berfungsi.
Bahasa yang digunakan, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian dalam buku
teks pelajaran tersebut sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia; tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu; dan soal-soal menggunakan kalimat
yang komunikatif.
Salah satu contoh soal yang masih belum memenuhi persyaratan seperti berikut ini.
Soal nomor 5 pada bab 7 tertulis sebagai berikut.
Tujuan debat majelis adalah
a. Mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu
b. Memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para
pendengar sejumlah argumen yang membantah suatu usul
c. Memberi dan menambahi dukungan bagi suatu undang-undang tertentu
d. Menyatakan pandangan dan pendapat untuk mendukung atau menentang usul
e. Memberikan argumen pendukung terhadap pertanyaan topik yang didukung oleh
teori, data, dan fakta
Keempat soal PG di atas memiliki pilihan jawaban yang tidak homogen panjang
teksnya. Hal tersebut menunjukkan keempat soal di atas tidak memenuhi salah satu
kaidah penulisan soal PG, yaitu panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama. Dengan
tidak samanya panjang pilihan jawaban, dapat menjadi indikator peserta didik untuk
menebak jawaban yang tepat hanya melihat panjang opsinya. Seharusnya pembuat soal,
membuat redaksi jawaban dengan panjang yang sama.
SIMPULAN Penelitian kualitatif yang dilaksananan saat ini mengacu pada tuntutan perubahan
Kurikulum 2013 dan Kecakapan Abad 21. Kecakapan Abad 21 meliputi keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creative), kolaborasi (collaboration), dan
komunikatif (comunicative). Pengimplementasiannya mengacu pada tataran atau ranah
kognitif terbaru, Bloom-Anderson tentang High Order Thinking Skills (HOTS).
Tulisan ini mengkaji pendistribusian level kognitif dalam soal buku teks pelajaran
Bahasa Indonesia yang meliputi mengingat (C1), mengetahui (C2), menerapkan (C3),
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6); dan serta penganalisisan
berdasarkan kriteria penyusunan soal, baik bentuk pilihan ganda maupun uraian/esai.
Buku teks pelajaran merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat
menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, mengakomodasi penerapan
HOTS pada buku teks pelajaran sangatlah penting.
Hasil penelitian mengenai soal pada buku teks pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X
memperlihatkan sebaran ranah kognitif yang bervariasi. Pada soal pilihan ganda belum
memuat ranah kognitif C5 dan C6. Pada uraian sudah memenuhi keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Kesesuaian dengan rumusan soal secara umum sudah baik, hanya
ditemukan beberapa data soal saja yang masih memenuhu persyaratan penulisan soal.
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 1073
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
DAFTAR PUSTAKA N. P. S. Winata, I. B. Putrayasa, and I. N. S. Sudiara, “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja,” J. Pendidik. Bhs. dan
Sastra Indones. Undiksha, vol. 2, no. 1, pp. 1-12., 2014, [Online]. Available:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/view/2988/2478.
S. sahrul Asri, “Telaah Buku Teks Pegangan Guru Dan Siswa Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas Vii Berbasis Kurikulum 2013,” RETORIKA J. Ilmu Bhs.,
vol. 3, no. 1, pp. 70–82, 2017, doi: 10.22225/jr.3.1.94.70-82.
A. Walid, S. Sajidan, M. Ramli, and R. G. T. Kusumah, “Construction of the assessment
concept to measure students’ high order thinking skills,” J. Educ. Gift. Young Sci.,
vol. 7, no. 2, pp. 237–251, 2019, doi: 10.17478/jegys.528180.
Kemendikbud. 2019. Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thinking Skills) Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta.
Kemendikbud. 2019. Panduan Penulisan Soal HOTs: High Order Thinking
Skills.Jakarta.
Kiswara, Andreas Bagas. “Analisis Penerapan Pembelajaran Berbasis HOTS Pada
Program Keahlian Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran Smk Negeri Di Kota
Surakarta” dalam Jurnal Informasi dan Komunikasi Administrasu Perkantoran.
Surakarta
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Rusyana, dkk. 2002. Pedoman Penilaian Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD dan
SMU. Jakarta: Depdiknas.
Safari M dan Benny W. 2008. Penilaian Bahasa Indonesia SMA/MA:Program Studi
Bahasa. Jakarta: Depdiknas.
Setiarini, Indah Wukir dan MG. Santi Artini. 2017. Bahasa Indonesia Kelas X SMA/SMK.
Jakarta: Yudistira.
1074 AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 08 (2) May 2022
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara