Pemilihan Project Delivery System (Sistem Pengadaan) yang sesuai dengan Kondisi di Indonesia

11
SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar 1 Pemilihan Project Delivery System (Sistem Pengadaan) yang sesuai dengan kondisi di Indonesia untuk Pekerjaan Jalan Nazib Faizal Puslitbang Jalan dan Jembatan AH Nasution 264 Bandung, Jawa Barat [email protected] Abstrak Project Delivery System (PDS) atau Sistem Pengadaan (SP) merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap pencapain tujuan pembangunan jalan. Hampir seluruh pembangunan jalan di Indonesia menggunakan SP Design-Bid-Build atau lebih sering dikenal dengan SP Tradisional. Hanya sebagian kecil menggunakan SP Integrasi seperti design- build-maintain yang diimplementasikan pertama kali pada tahun 2011 dengan skema performance-based contract (PBC) oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Pemilihan SP yang sesuai dengan kondisi di Indonesia untuk pekerjaan jalan akan menjadi salah satu tugas dari manajer jalan.Tulisan ini akan membahas tentang pemilihan sistem pengadaan yang dimulai dari pentingnya pemilihan pengadaan, pembangunan jalan dan sistem pengadaan, Kata kunci: Sistem pengadaan, jalan Abstract Project delivery system (PDS) is a success-contributing factor for road development. Road development in Indonesia is widely using Design-Bid-Build PDS. In 2011, DG Highways implements design-build-maintain PDS in Ciasem- Pamanukan with Performance-Based Contract Scheme. Selection of proper PDS will be come an assignment for road manager. This paper discuss variant of PDS in Indonesia, obstacles in implementation, and PDS selection factor. Keywords: Project Delivery System, Road.

Transcript of Pemilihan Project Delivery System (Sistem Pengadaan) yang sesuai dengan Kondisi di Indonesia

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 1

Pemilihan Project Delivery System (Sistem Pengadaan) yang sesuai dengan kondisi di Indonesia untuk Pekerjaan Jalan

Nazib Faizal

Puslitbang Jalan dan Jembatan

AH Nasution 264 Bandung, Jawa Barat

[email protected]

Abstrak

Project Delivery System (PDS) atau Sistem Pengadaan (SP) merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap pencapain tujuan pembangunan jalan. Hampir seluruh pembangunan jalan di Indonesia menggunakan SP Design-Bid-Build atau lebih sering dikenal dengan SP Tradisional. Hanya sebagian kecil menggunakan SP Integrasi seperti design-build-maintain yang diimplementasikan pertama kali pada tahun 2011 dengan skema performance-based contract (PBC) oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

Pemilihan SP yang sesuai dengan kondisi di Indonesia untuk pekerjaan jalan akan menjadi salah satu tugas dari manajer jalan.Tulisan ini akan membahas tentang pemilihan sistem pengadaan yang dimulai dari pentingnya pemilihan pengadaan, pembangunan jalan dan sistem pengadaan,

Kata kunci: Sistem pengadaan, jalan

Abstract

Project delivery system (PDS) is a success-contributing factor for road development. Road development in Indonesia is widely using Design-Bid-Build PDS. In 2011, DG Highways implements design-build-maintain PDS in Ciasem-Pamanukan with Performance-Based Contract Scheme.

Selection of proper PDS will be come an assignment for road manager. This paper discuss variant of PDS in Indonesia, obstacles in implementation, and PDS selection factor.

Keywords: Project Delivery System, Road.

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 2

1. Pendahuluan

Project Delivery System (PDS) atau Sistem Pengadaan (SP) merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap kesuksesan sebuah pekerjaan atau proyek jalan. SP yang tepat atau sesuai akan memberikan dampak positif kepada berjalannya sebuah pekerjaan atau proyek jalan.

Faktor yang mempengaruhi sistem pengadaan sudah banyak dibahas oleh peneliti-peneliti. Tran et al (2013) membagi faktor yang mempengaruhi pemilihan model pengadaan menjadi 8: Skedul penyelesaian, kompleksitas dan inovasi, presentase penyelesaian desain, penilian resiko awal, biaya, pengalaman dan ketersediaan personel, dan pengalaman dan kompetisi kontraktor.

Hampir sama dengan Tran et al (2013), Department of Main Road, Queensland Government menggunakan analisis resiko/risk profile untuk menentukan model pengadaan. Pemerintah tersebut menggunakan faktor profil resiko, mekanisme kontrak, kondisi pasar, dan packaging dalam memilih model pengadaan dalam pembangunan jalannya.

Gambar 1 Faktor yang mempengaruhi pemilihan model pengadaan jalan Queensland

Government

!!!

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 3

!2. Pembangunan Jalan dan Sistem pengadaan

Penyelenggaraan jalan di Indonesia mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan (Tur-Bin-Bang-Was) seperti terlihat pada Gambar!2. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan.

Gambar 2 Elemen penyelenggaraan jalan di Indonesia

Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan salah satu penyelenggara jalan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8/PRT/M/2010.

Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan jalan khususnya pada bagian pembangunan jalan yang terdiri dari kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan seperti terlihat pada Gambar!3.

Penyelenggaraan Jalan

Pengaturan Jalan Pembinaan Jalan Pembangunan Jalan Pengawasan Jalan

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 4

Gambar 3 Kegiatan pembangunan jalan

Dalam melakukan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Bina Marga memiliki Unit Pelaksana Teknis dalam bentuk organisasi Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga.

Kegiatan pembangunan jalan di unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Bina Marga pada umumnya terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan jalan. Untuk jembatan terbagi menjadi 3 kegiatan yaitu pemeliharaan, penggantian, dan duplikasi/pembangunan jembatan. Model kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar! 4. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem pengadaan.

Gambar 4 Kegiatan unit pelaksana teknis

Sistem pengadaan di Direktorat Jenderal Bina Marga pada umumnya menggunakan 3 tipe seperti terlihat pada Tabel 1, yaitu: swakelola (inhouse), tradisional (design-bid-build), dan Integrasi (Design-Build-Maintain). Swakelola biasanya hanya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan rutin dengan jumlah biaya yang sudah ditentukan misalnya 50 juta/km jalan. Sistem pengadaan tradisional adalah sistem pengadaan yang paling umum digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang terdiri dari 3 tahapan: tahapan desain, lelang dan kontrak (bidding), dan konstruksi (build) (Soemardi and Pribadi, 2010; Rahadian, 2009;

Pemograman dan Penganggaran Perencanaan Teknis Pelaksanaan

KonstruksiPemeliharaan dan

Operasi

PEMBANGUNAN JALAN SESUAI PP. 34 TAHUN 2006

PemeliharaanRutinBerkala

PeningkatanStrukturKapasitas

Pembuatan Jalan Baru

PemeliharaanRutinBerkala

Penggantian Duplikasi/Pembuatan Jembatan Baru

JALAN

JEMBATAN

SISTEM PENGADAAN

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 5

Dewi, Too, and Trigunarsyah , 2012) . Direktorat Jenderal Bina Marga telah memulai sistem pengadaan design-build-maintain pada tahun 2011.

Tabel 1 Sistem pengadaan yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

NO Sistem Pengadaan Kegiatan Keterangan

1 Swakelola (In-house)

Pemeliharaan rutin pada jalan (A) dan jembatan (B)

A: Penambalan, pengisian celah, pemotongan rumput, perbaikan minor pada trotoar, pengecatan kerb, pembersihan dan perataan kemiringan, pembersihan saluran, perbaikan patok, dan lain-lain.

B: Pembersihan landasan jembatan, perataan oprit, pengecatan sederhana, dan lain-lain

2 Tradisional (Design-Bid-Build)

Pemeliharaan berkala pada jalan (A) dan jembatan (B), peningkatan struktur (C) dan kapasitas pada jalan (D), penggantian pada jembatan (E), pembuatan jalan baru (F), dan duplikasi/pembuatan jembatan baru

A: Penambahan lapis bukan struktural, dan lain-lain.

B: Penggantian aspal permukaan, pengecatan, dan lain-lain

C: Pemasangan lapis struktural, dan lain-lain.

D: Pelebaran jalan

E: Penggantian jembatan

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 6

NO Sistem Pengadaan Kegiatan Keterangan

F: Pembuatan jalan baru

G: Duplikasi/pembuatan jalan baru

3 Integrasi(Design-Build-Maintain)

Keseluruhan kegiatan pada poin 2

Keseluruhan kegiatan pada poin 2. Sistem pengadaan ini masih sangat terbatas baru dimulai tahun 2011. Kurang lebih terdapat 6 kontrak PBC sampai dengan tahun 2013.

Sistem pengadaan jalan dan jembatan di Indonesia sampai saat ini yang sesuai dengan peraturan berlaku dibagi menjadi 2:

1. Pengadaan swakelola.

2. Pengadaan kontraktual.

Kedua sistem pengadaan saling melengkapi satu sama lain. Dalam beberapa kasus pekerjaan desain, pelaksanaan, dan pengawasan dilakukan dengan pengadaan kontraktual namun untuk pemeliharaannya dilakukan secara swakelola.

Jenis pekerjaan swakelola yang memiliki hubungan dengan jalan dan jembatan antara lain berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010:

1. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia.

2. Pekerjaan dimana operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat.

3. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa.

4. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan resiko yang besar.

5. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survey yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 7

6. Pekerjaan survey, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu.

Berdasarkan peraturan tersebut sistem pengadaan swakelola dapat digunakan pada pekerjaan tunggal atau integrasi selama memenuhi syarat-syarat ke-6 poin di atas. Swakelola dapat dilakukan pada pekerjaan tunggal yang terdiri dari desain, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pengawasan. Selain itu juga swakelola dapat dilakukan pada pekerjaan yang terintegrasi.

Pekerjaan kontraktual terbagi menjadi 2:

1. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal 2. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi

Gambar 5 Sistem pengadaan eksisting untuk jalan dan jembatan

Kontrak pekerjaan tunggal terdiri dari pekerjaan desain, pelaksanaan, pengawasan. Sistem pengadaan ini biasa dikenal dengan DBB dimana masing-masing entitas pekerjaan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya masing-masing. Hampir 100% sistem pengadaan DBB digunakan oleh DJBM atau Dinas PU terkait.

Sistem Pengadaan

Swakelola Kontraktual

Tunggal Integrasi

Desain Pelaksanaan

Pengawasan

Desain dan Pelaksanaan

Pengawasan

PemeliharaanDesain,

Pelaksanaan, dan Pemeliharaan

Pengawasan

Desain, Pelaksanaan, dan

Pemeliharaan

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 8

DJBM atau Dinas PU terkait melakukan kontrak dengan pemenang lelang jasa konsultan desain. Apabila pekerjaan yang tertera di kontrak telah dianggap selesai maka tahapan berikutnya adalah pelelangan pekerjaan pelaksanaan dari desain tersebut. Bersamaan dengan hal tersebut biasanya DJBM atau Dinas PU terkait melakukan lelang jasa konsultan pengawas dimana tugas utamanya adalah mengawasi pekerjaan pelaksanaan agar sesuai dengan spesifikasi dan batasan-batasan lain yang tercantum di dalam kontrak.

Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.

3. Diskusi

3.1 Swakelola

Pada umumnya pekerjaan jalan yang menggunakan sistem pengadaan swakelola adalah pemeliharaan. Sesuai dengan Perpres 54 Tahun 2010 pemeliharaan jalan dapat diswakelolakan karena memenuhi syarat-syarat swakelola antara lain melibatkan partisipasi masyarakat setempat dan pekerjaan belum terperinci secara detil.

Pemikiran bahwa swakelola itu hanya untuk pemeliharaan sebaiknya dihilangkan karena swakelola itu bukan hanya saja pemeliharaan jalan tapi dapat mencakup desain, konstruksi, dan pemeliharaan. Mengambil contoh dari Amerika Serikat, tepatnya di Florida Department of Transportation, swakelola ditujukan untuk meningkatkan kapasitas engineer-engineer muda untuk mendesain, melakukan konstruksi, dan melakukan pemeliharaan.

Hal ini perlu diterapkan juga di Indonesia bahwa pekerjaan swakelola dapat diterapkan dalam seluruh proses dengan tujuan untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia terutama engineer-engineer muda.

3.2 Kontrak terintegrasi

Perpres 54 Tahun 2010 telah mengisyaratkan bahwa setiap pekerjaan jalan yang terdiri dari desain, konstruksi, dan pemeliharaan bisa dikontrakkan ataupun dilakukan secara swakelola. Pekerjaan yang dikontrakkan dapat dilakukan dengan sistem pengadaan tunggal (tradisional) ataupun terintegrasi. Dalam Perpres tersebut disebutkan sistem pengadaan integrasi sudah dapat dilakukan di Indonesia.

Keuntungan dari kontrak integrasi yang pasti adalah penghematan waktu dalam menyelesaikan suatu proyek. Penghematannya berupa hilangnya waktu

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 9

pelelangan dalam setiap tahapan kontrak tunggal. Walaupun demikian masih banyak kelemahan-kelemahan dari adanya kontrak integrasi ini antara lain: Adanya pemikiran bahwa kontrak integrasi itu lebih baik daripada kontrak tunggal atau tradisional dan regulasi yang belum sempurna, kerangka hukum yang belum sempurna, dan pengalaman dalam pelaksanaan kontrak integrasi (Dewi,Too, dan Trigurnarsyah, 2012)

Dewi et.al (2012) menyatakan bahwa untuk menghadapi kelemahan-kelemahan di atas diperlukan perlunya kerangka model dan regulasi yang pasti baik itu yang bersifat teknis maupun non teknis serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Kontrak terintegrasi sudah dijalankan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dengan sistem pengadaan Design-Build-Maintain dalam skema Performance Based Contract. Pemenang kontrak bertanggung jawab pada waktu tertentu sesuai kontrak untuk melakukan seluruh rangkaian kegiatan dimulai dari desain, konstruksi, dan pemeliharaan dengan sistem pembayaran berbasis kinerja. Pemenang kontrak diharapkan untuk menjaga kondisi jalan dengan tingkat servis tertentu dan lahirnya sebuah inovasi seperti pada pembangunan jalan Bojonegoro-Padangan. Pada pekerjaan tersebut kontraktor melakukan inovasi pada penanganan masalah geotekniknya (

Pelaksanaan PBC ini belum berjalan sempurna karena faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal misalnya kepastian dana multiyears dari Kementerian Keuangan. Koordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kepolisian yang belum berjalan sempurna untuk berjalannya kontrak PBC ini.

Faktor internal antara lain kurangnya pemahaman tentang PBC itu sendiri dan referensi data awal yang relative kurang lengkap dari suatu ruas jalan termasuk kondisi terakhirnya. Pemahaman yang kurang menyebabkan cara pandang yang salah terhadap sistem pengadaan tradisional. PBC mungkin diasumsikan lebih baik dari sistem pengadaan tradisional. Data kondisi jalan yang akurat mengikuti sebuah standar yang belum lengkap merupakan salah satu faktor juga yang menyebabkan implementasi PBC di Indonesia belum maksimal. Keterbatasan sumber daya manusia, peralatan, dan komitmen terhadap data kondisi jalan yang akurat menjadi penyebab data relatif tidak akurat.

3.2 Pemilihan sistem pengadaan

Pemilihan sistem pengadaan untuk pekerjaan jalan di Indonesia belum dilakukan secara terstruktur. Pemilihan yang dilakukan sudah memperhitungkan efesiensi pembangunan jalan namun belum menyentuh terhadap beberapa faktor: 1) kerangka hukum yang tersedia, 2) kesiapan dari sumber daya manusia pendukung baik itu dari stakeholders, 3) keberlangsungan sebuah data spasial yang memiliki atribut, dan 4) waktu pengiriman.

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 10

Efesiensi waktu pengiriman (WP) dapat mempengaruhi sistem pengadaan yang dipakai. Waktu proses lelang dapat dihilangkan apabila kita memilih sistem pengadaan terintegrasi. Pemerintah harus menetapkan secara pasti dan terukur kapan jalan harus dipelihara, ditingkatkan, dan dibangun kembali. Penetapan hal ini berkontribusi terhadap faktor waktu pengiriman.

Perkembangan konsep Geodesign menuntut sebuah sistem informasi manajemen jalan dan jembatan yang memiliki tingkat keberlangsungan yang tinggi. Sistem tersebut sudah dibangun oleh Ditjen. Bina Marga (Aplikasi IRMS) dan Pusdata (Aplikasi SIGI PU) namun tidak berfungsi secara optimal di Unit Pelaksana Teknis. Kecepatan pergerakan data lapangan untuk dijadikan sebuah informasi oleh pengambil keputusan masih relatif lambat. Investasi infrastruktur tidak didata secara terstruktur.

Pemahaman konsep pengadaan yang relatif rendah di kalangan stakeholders menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan sistem pengadaan. Sistem pengadaan swakelola dapat dijadikan kawah candradimuka untuk para engineer muda. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak kompleks dapat dilakukan dengan swakelola sebagai sarana pembelajaran.

Perpres 54 Tahun 2010 sudah mengisyaratkan sistem pengadaan pekerjaan jalan dan jembatan dapat dilakukan secara tunggal maupun terintegrasi dengan cara swakelola ataupun kontraktual dengan pihak lain. Perlu dipikirkan kerangka hukum yang lengkap dalam life cycle dari sebuah investasi jalan.

Situasi-situasi tersebut pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu sistem pengadaan untuk mencapai tujuan pembangunan jalan. Seluruh pihak memiliki tujuan yang sama yaitu penyediaan infrastruktur jalan yang aman, nyaman, dan hijau baik itu untuk saat ini ataupun saat yang akan datang.

4. Kesimpulan

Pemilihan sistem pengadaan pembangunan jalan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) kerangka hukum yang tersedia, 2) kesiapan dari sumber daya manusia pendukung baik itu dari stakeholders, 3) keberlangsungan sebuah data spasial yang memiliki atribut, dan 4) waktu pengiriman.

Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebuah parameter dalam suatu pemilihan pengadaan yang terstruktur untuk pembangunan jalan yang aman, nyaman, dan hijau.

SEMINAR NASIONAL KONTRAK KONSTRUKSI Bandung, 25 September 2014, HPJI Jabar-Pusjatan-Unpar ! !!!

! 11

5. Penghargaan

Penulis ingin menyampaikan penghargaan kepada Pantja Dharma Oetojo dan Handiyana Ariephin atas kontribusinya.

6. Referensi

B. Soemardi and K. S. Pribadi (2010). “The Role Of Central Local Agencies in Indonesia's Road Project Delivery System”.

Daniel Tran dan Keith Molenaar. (2012). “Critical risk factors in project delivery method selection for highway projects”. Construction Research Congress 2012, p. 331-340.

Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM). 2013. “Aplikasi Kontrak Berbasis Kinerja: Pembelajaran dalam Pengelolaan Jalan di Indonesia. Pelatihan PBC. September 2013. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum.

Hedi Rahadian (2009). “Langkah Awal Menuju Performanced Based Contract Melalui Extended Warranty Period”. www.hpji.or.id/majalah/mjt_0401.pdf

P Dewi, E. Too, and B Trigunarsyah (2012). “Implementing Design Build Project Delivery System in Indonesia Road Infrastructure Projects”.