PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER - SIBIMA Konstruksi
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER - SIBIMA Konstruksi
WLO 01 / ETOS KERJA
PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
i
KATA PENGANTAR
Kehadiran dan peranan alat-alat berat dalam Pembangunan Nasional tidak dapat dipungkiri
lagi. Dalam penggunaan alat-alat berat berbagai tuntutan besar dipenuhi, antara lain
produksi, kualitas dan kecepatan.
Mengingat tuntutan termaksud, ditambah dengan nilai atau harga alat-alat berat yang
demikian mahal, maka operator alat-alat berat yang termasuk dalam penanggung jawab
tuntutan tersebut, perlu mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai yang digariskan
dalam SKKNI.
Operator Wheel Loader adalah salah satu dari mereka yang harus dapat memenuhi tuntutan
tersebut di atas. Kemampuan operator yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan
diperoleh dari pengalaman pengoperasian alat yang cukup serta pelatihan-pelatihan yang
diperlukan untuk mengisi kekurangan yang ada.
Buku atau modul ini merupakan suatu materi yang diperuntukkan bagi para peserta
pelatihan dan juga instruktur yang akan menanganinya.
Penulis sadar bahwa buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, apalagi mengingat
bahwa perkembangan teknologi dibidang alat-alat berat cukup pesat. Oleh karenanya
berbagai masukan termasuk koreksi terhadap buku ini sangat diharapkan demi
sempurnanya buku ini.
Atas segala sumbang saran dan masukannya penulis menyampaikan banyak terima kasih.
Jakarta, Desember 2005
Tim Penyusun
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : OPERATOR WHEEL LOADER
TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Mengoperasikan Wheel Loader secara benar, melaksanakan pemeliharaan harian sesuai
dengan petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.
B. Tujuan Khusus Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama pemeliharaan dan
pengoperasiaan Wheel Loader
2. Melaksanakan pemeliharaan harian Wheel Loader sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan
3. Melaksanakan pengoperasian Wheel Loader sesuai dengan aplikasi dan teknik
operasi yang benar.
4. Membuat Laporan Operasi
Seri / Judul Modul = WLO – 01 : Ethos Kerja
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu memahami etika profesi
dan etos kerja dan disiplin kerja serta menerapkannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai
Operator Wheel Loader.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :
1. Menjelaskan Etos Kerja dalam pelaksanaan tugas
2. Menjelaskan Etika Profesi dalam pelaksanaan tugas
3. Menerapkan Disiplin Kerja dalam pelaksanaan tugas
4. Menerapkan disiplin dalam pelaksanaan tugas terikat dengan kompetensi operator alat-
alat berat
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
LEMBAR TUJUAN ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL ........................................................iv
DAFTAR MODUL ............................................................................................................. v
PANDUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1-1
BAB 2 ETIKA PROFESI ................................................................................................. 2-1
2.1 Umum ......................................................................................................... 2-1
2.2 Nilai-nilai Profesional ................................................................................... 2-2
2.3 Kode Etik Asosiasi ....................................................................................... 2-2
2.4 Profesi dan Undang-undang Jasa Konstruksi ........................................... 2-6
BAB 3 DISIPLIN KERJA ................................................................................................. 3-1
3.1 Pengertian .................................................................................................. 3-1
3.2 Permasalahan Disiplin................................................................................ 3-10
3.3 Langkah-langkah Menegakkan Disiplin .................................................... 3-10
BAB 4 DISIPLIN DAN KOMPETENSI OPERATOR ...................................................... 4-1
4.1 Umum ......................................................................................................... 4-1
4.2 Penegakan Disiplin ...................................................................................... 4-1
4.3 Pengawasan dan Sanksi ............................................................................ 4-7
RANGKUMAN ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
iv
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL OPERATOR WHEEL LOADER
1. Tujuan pelatihan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta agar dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang diinginkan
atau upaya untuk memperkecil dan bila perlu menghilangkan kesenjangan kompetensi
(competency gap) yang ada dengan kompetensi yang diinginkan.
2. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Operator Wheel Loader telah
ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang telah
dirinci menjadi unit-unit kompetensi, sehingga dalam Pelatihan Operator Wheel Loader,
unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
3. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan hasil analisis dari Unit Kompetensi,
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja dari setiap Elemen Kompetensi yang telah
ditetapkan dalam SKKNI, dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
4. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang telah ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan latihan
dalam pelatihan Operator Wheel Loader.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
v
DAFTAR MODUL
NO. KODE JUDUL
1. WLO-01 Etos Kerja
2. WLO-02 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3. WLO-03 Struktur dan Fungsi Wheel Loader
4. WLO-04 Pemeliharaan (Maintenance)
5. WLO-05 Pengoperasian Wheel Loader
6. WLO-06 Laporan Operasi
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
vii
JUDUL : ETHOS KERJA
KODE : WLO - 01
DESKRIPSI : Modul ini membahas tentang struktur dan fungsi dari
setiap komponen utama wheel loader
Persyaratan Peserta :
1. Pendidikan formal : Minimum SLTA atau sederajat
2. Umur minimal : -
3. Pengalaman Kerja : Kelas II : Telah magang sebagai operator wheel
loader minimal 2000 jam
Kelas I : Telah mengoperasikan wheel loader minimal
5000 jam
4. Berbadan sehat dinyatakan dengan surat keterangan dokter atau psychotest
5. Lulus seleksi masuk :
Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas dengan kapasitas 12 orang dan
praktek dilapangan.
Waktu kegiatan : Teori 2 jam pelajaran (1 jp = 45 Menit)
Alat bantu praktek/
Bahan pelatihan : • Bahan Serahan
• OHP + Screen
• Video/Slide/ Film
• Lembar kertas kosong
• Petunjuk Instruktur
• Petunjuk Peserta
• Trasparan / OH
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
viii
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan
• Menjelaskan tujuan instruksional
(TIU & TIK)
• Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau
pengalamannya dalam pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan SDA
Waktu : 10 menit
2. Ceramah : Pendahuluan
Gambaran singkat hubungan antara etika profesi dan etos kerja dengan
hasil pelaksanaan pekerjaan.
• Menjelaskan hubungan antara ethos kerja dengan pelaksanaan tugas
• Menjelaskan hubungan ethos kerja dan hasil pelaksanaan pekerjaan bidang SDA
• Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut
Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan (Bab I Pendahuluan)
3. Ceramah : Etika Profesi
Nilai Profesional, perbedaan etika dan moral, kode etik profesi, perilaku sebagai cerminan tindak
profesionalisme
• Menjelaskan mengenai nilai-nilai Profesional
• Menjelaskan pengertian etika dan moral
• Menjelaskan kode etik dari beberapa
asosiasi
• Menjelaskan mengenai perilaku sebagai cerminan dari tindak profesionalisme
• Menjelaskan undang-undang jasa konstruksi kaitannya dengan tanggung jawab profesional
• Mendiskusikan undang-undang jasa konstruksi kaitannya dengan tanggung jawab profesional
Waktu : 20 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 2, Etika
Profesi)
• Mengikuti penjelasan TIU
dan TIK dengan tekun dan aktif
• Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan
aktif
• Mencatat hal-hal yang perlu
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu
• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan
aktif
• Mencatat hal-hal yang dianggap perlu
• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami
OHT1
OHT1-1
OHT2-1
OHT2-2
OHT2-3
OHT2-4
OHT2-5
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
ix
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
4. Ceramah : Disiplin Kerja
Pengertian kaidah / peraturan
perusahaan dan penegakan disiplin
• Memberikan pengertian tentang
disiplin kerja
• Menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui kaitannya dengan
hakekat disiplin, nilai / kaidah atau peraturan, sikap, beberapa teori mengenai kedaulatan Tuhan,
perjanjian, masyarakat, kedaulatan Negara, kedaulatan Hukum
• Menjelaskan permasalahan disiplin kerja
• Menjelaskan langkah-langkah menegakkan disiplin.
• Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut. Waktu : 25 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3, Disiplin Kerja)
5. Ceramah : Disiplin dan Kompentensi Operator
Posisi operator dalam perusahaan, penegakan disiplin dalam kompetensi operator
• Menjelaskan posisi operator dalam lingkungan kerja perusahaan
• Menjelaskan penegakan disiplin
sehubungan dengan kompetensi operator alat-alat berat.
• Menjelaskan pengawasan dan
sanksi
• Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.
Waktu : 25 menit Bahan : Materi serahan (Bab 4, Disiplin dan Kompentensi Operator)
• Mengikuti penjelasan
instruktur dengan tekun dan aktif
• Mencatat hal-hal yang
dianggap perlu
• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami
• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan
aktif
• Mencatat hal-hal yang dianggap perlu
• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami
OHT3-1
OHT3-2
OHT3-3
OHT3-4
OHT3-5
OHT3-6
OHT3-7
OHT3-8
OHT4-1
OHT4-2
OHT4-3
OHT4-4
OHT4-5
OHT4-6
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
1 - 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan di lapangan terlebih dahulu perlu
menyimak etos kerja yang menjadi bagian dari kompetensinya agar dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Etos Kerja, Etika profesi dan Undang-undang Jasa Konstruksi biasanya dapat diperoleh dari
assosiasinya atau perusahaannya berupa prosedur operasional standar (SOP), yang telah
dijabarkan masing-masing perusahaan kedalam panduan pelaksanaan bagi setiap
karyawannya yang dianggap perlu untuk menyiapkan diri dalam melaksanakan tugasnya.
Pelaksanaan pekerjaan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan dengan baik apabila
para pelaksananya dapat memahami ethos kerja secara baik termasuk dalam melaksanakan
koordinasi dengan tenaga kerja lain yang bekerja bersama dilapangan dalam pekerjaan
bidang sumber daya air. Sikap kepatuhan dalam pelaksanaan akan mempengaruhi hasil
kerja secara keseluruhan, termasuk waktu, mutu dan biaya pelaksanaan pekerjaan.
Keterampilan seorang pelaksana pekerjaan sumber daya air, apabila tidak didukung oleh
moral yang baik, maka hasilnya tidak akan menjamin, bahkan dapat sebaliknya, dapat
menimbulkan berbagai masalah tersendiri.
Modul ethos kerja ini menjadi pegangan moral bagi para pelaksana pekerjaan sumber daya
air termasuk operator alat-alat berat untuk menjadikannya suatu sikap profesionalisme
dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, dengan harapan semua pekerjaan akan berhasil
dengan kualitas/mutu dan waktu sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan.
Pembangunan/pemeliharaan prasarana sumber daya air dilaksanakan untuk dapat melayani
masyarakat dalam masa pelayanan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan umur / masa
pelayanan prasarana sumber daya air, maka kontruksinya harus mempunyai persyaratan
mutu yang sesuai dengan kegunaannya. Kekuatan kontruksi saluran irigasi harus terpenuhi
persyaratannya demikian juga bangunannya sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dalam
hal tersebut diatas, peranan setiap pelaksana pekerjaan sumber daya air tidaklah kecil,
bahkan sangat menentukan.
Oleh karena itu ethos kerja sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam melakukan
pelaksanaan pekerjaan baik di lingkungan kantor maupun di lapangan.
Untuk menerapkan ethos kerja dengan baik seorang Operator Wheel Loader sebagai
petugas proyek yang langsung menangani pekerjaan fisik pekerjaan bidang sumber daya air
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
1 - 2
perlu mendapat bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan
tugas pekerjaannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Modul ini diharapkan akan menjadi tuntunan dan pedoman bagi Operator Wheel Loader
yang berkaitan dengan tugas-tugasnya.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 1
BAB 2
ETIKA PROFESI
2.1 Umum
Perkembangan Kegiatan Jasa Konstruksi merupakan suatu tantangan bagi pelaku-
pelaku kegiatan tersebut yang harus dicermati dan diantisipasi dengan baik dan secara
sungguh-sungguh, karena pada saat ini para pelaku-pelaku jasa konstruksi di
Indonesia menghadapi dua sisi tantangan, tantangan dari luar (arus globalisasi) dan
tantangan dari dalam yang merupakan tantangan dirinya sendiri (profesionalisme),
yang kesemuanya itu harus dapat diatasi dengan tepat dan cepat.
Dalam profesionalitas pelaku konstruksi bidang sumber daya air harus ditingkatkan
kesadaran terhadap nilai, kepercayaan dan sikap yang mendukung seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya, dimana etika
dalam berkarya termasuk pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan; pelaku-
pelaku jasa konstruksi harus tampil dengan sikap moral yang tinggi, untuk dapat
menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diberikan.
Etika adalah berasal dari kata ethics dari bahasa Yunani yaitu „Ethos“ yang berarti
kebiasaan atau karakter. Dalam pelaksanaan konstruksi bidang sumber daya air
seorang tenaga kerja perlu perlu memiliki etika atas perilaku moral dan keputusan yang
menghormati lingkungan, dan mematuhi peraturan lainnya dalam kegiatan jasa
konstruksi, dengan kata lain seorang tenaga kerja bidang sumber daya air perlu
mempunyai nilai moralitas, yang berarti sikap, karakter atau tindakan apa yang benar
dan salah serta apa yang harus dikerjakannya sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya untuk hidup dilingkungan sosial mereka dalam melaksanakan kegiatan
pekerjaan tersebut.
Masing-masing orang misalnya Pelaksana Saluran Irigasi, Teknisi Penghitung
Kuantitas, Operator Alat-alat Berat, konsultan pengawas atau direksi teknik dan
masyarakat pengguna irigasi, mempunyai serangkaian nilai yang dimiliki masing-
masing individu; masing-masing individu menggabungkan nilai pribadi kedalam suatu
sistem sebagai suatu hasil dan sikap yang saling mempengaruhi dan saling
merefleksikan pengalaman dan intelegensinya sehingga terbentuk suatu kegiatan
secara sinergi.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 2
2.2 Nilai-nilai Profesional
Pelaksana Konstruksi, merupakan suatu profesi yang didasarkan pada pengertian, nilai
profesional yang berkaitan dengan kompetensi, dimana nilai-nilai moral yang universal
dikembangkan menjadi kode etik profesi yang didasarkan pada pengalaman dalam
setiap pelaksanaan konstruksi bidang sumber daya air di beberapa tempat/wilayah.
Etika menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang ″seharusnya“
atau ″harus“ dilakukan. Etika tidak seperti hukum yang harus berkaitan dengan aturan
sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar dan yang salah dan kode-kode
moralitas.
Etika didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan bidang
sumber daya air, etika memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan konstruksi;
standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana konstruksi
maupun pengguna prasarana bidang sumber daya air (masyarakat).
Meskipun etika dan moral sering digunakan bergantian, para ahli Etik
membedakannya, dimana Etika menunjuk pada keadaan umum dan serangkaian
peraturan dan nilai-nilai formal, sedangkan moral merupakan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip dimana seseorang secara pribadi menjalankannya (Jameton 1984 Etik Profesi).
2.3 Kode Etik Asosiasi
Setiap asosiasi, baik asosiasi profesi maupun asosiasi perusahaan diwajibkan memiliki
dan menjunjung tinggi kode etik yang merupakan pedoman perilaku para anggotanya.
Sebagai contoh diberikan beberapa kode etik dan asosiasi perusahaan dan asosiasi
profesi, diantaranya :
2.3.1. Kode Etik Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
1. Selalu menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga AKI.
2. Berperilaku sebagai Kontraktor Nasional yang menghormati dan
menghargai profesinya.
3. Bertindak untuk tidak mempengaruhi/memaksakan dalam memenangkan
tender atau mendapatkan kontrak.
4. Bertindak untuk tidak memberi atau menerima imbalan dalam
memenangkan tender atau mendapatkan kontrak.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 3
5. Bertindak untuk tidak mendapatkan harga penawaran dan/atau data tender
sesama anggota yang masih dirahasiakan.
6. Bertindak untuk tidak merubah harga/kondisi penawaran setelah tender
ditutup.
7. Bertindak untuk tidak saling membajak tenaga kerja maupun tenaga ahli
sesama anggota.
8. Bertindak untuk menjabat secara sengaja baik langsung maupun tidak
langsung nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota.
9. Berpartisipasi dalam tukar menukar informasi, mengadakan latihan dan
penelitian mengenai syarat-syarat kontrak, Teknologi dan Tata cara
pelaksanaan sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan
Industri Jasa Konstruksi.
2.3.2. Kode Etik Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat-alat Berat/Alat-alat
Konstruksi Indonesia (APPAKSI)
Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat Berat/Alat Konstruksi Indonesia
mempunyai kode etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para anggotanya
didalam mengemban dan melaksanakan tugas dan kewajiban didalam
paransertanya ikut mensukseskan pembangunan Nasional yaitu :
1. Memiliki kesadaran Nasional yang tinggi dengan mentaati ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menghidari diri dari
perbuatan-perbuatan tercela ataupun melawan hukum.
2. Menghargai dan menghormati masyarakat pemberi tugas dengan mematuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
3. Bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan profesinya serta
senantiasa menepati janji yang telah dinyatakan/diucapkan.
4. Dalam melaksanakan tugas/pekerjaan tidak semata-mata hanya mengejar
keuntungan akan tetapi wajib berupaya agar pekerjaan yang dilaksanakan
benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat.
5. Senantiasa berupaya menjaga dan meningkatkan mutu, kemampuan dan
pengetahuan dalam pelaksanaan profesinya.
6. Menghormati dan menghargai setiap usaha rekan-rekan seprofesi dengan
tidak melakukan persaingan yang tidak sehat.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 4
7. Bersikap bijaksana, adil serta mampu menyimpan rahasia.
8. Tidak menyalah gunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang
tidak diberikan kepadanya.
9. Menjunjung tinggi disiplin, kesetiakawanan dan senantiasa mempertebal
rasa solidaritas organisasi.
2.3.3. Kode Etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Kode Etik PII (Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia) :
Empat Prinsip Dasar :
1. Mengutamakan keluruhan budi
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran
Tujuh Tuntutan Sikap :
1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyrakat
2. Bekerja sesuai kompetensinya
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab
tugasnya
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing
6. Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi
7. Mengembangkan kemampuan profesional
2.3.4. Kode Etik HATHI
a. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi mengisyaratkan bahwa asosiasi profesi wajib
memiliki dan menjunjung tinggi kode etik profesi.
HATHI sebagai asosiasi profesi memiliki Kode Etik yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
HATHI.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 5
Kode Etik HATHI diturunkan dari visi tentang norma dan nilai luhur anggota
HATHI dalam melaksanakan semua kegiatan profesinya.
b. Kaidah Dasar
1. Mengutamakan keluhuran budi
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat
3. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian
profesional teknik keairan
c. Sikap
1. Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
2. Senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensi
3. Senantiasa menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan
4. Senantiasa menghindari pertentangan kepentingan dalam tugas dan
tanggung jawab
5. Senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan
6. Senantiasa memegang teguh kehormatan, integrtas dan martabat
profesi
7. Senantiasa mengembangkan kemampuan profesi
Sesuai ketentuan Anggaran Dasar HATHI, anggota HATHI wajib
menjunjung tinggi dan melaksanakan Kode Etik HATHI
d. Tata Laku Anggota
Pemilik sertifikat HATHI adalah anggota HATHI. Karenanya pemilik
sertifikat HATHI wajib tunduk dan menjunjung tinggi Kode Etik HATHI.
Pelanggaran terhadap kode etik HATHI dapat mengakibatkan sanksi
pencabutan keanggotaan HATHI yang pada akhirnya secara hukum akan
menggugurkan kepemilikan sertifikat HATHI.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 6
2.4 Profesi dan Undang-Undang Jasa Konstruksi
a. Tanggung Jawab Profesional
Tanggung jawab profesional sesuai dengan UUJK adalah sebagai berikut :
Tanggung jawab profesional sesuai dengan UUJK harus dilandasi oleh prinsip-
prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan dan kejujuran intelektual dan bagi anggota
HATHI sebagai tenaga profesional harus bertindak berdasarkan Kode Etik Asosiasi.
Pelaksanaan tanggung jawab profesional bagi tenaga profesional HATHI akan
terjadi pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan konstruksi, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan beserta pengawasannya dan tahap operasional/
pemanfaatan.
TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL
SANKSI
MACAM TANGGUNG JAWAB
PARA PELAKU
AZAS
Bertanggung jawab sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan
dan kejujuran intelektual dalam menjalankan
profesinya dengan mengutamakan kepentingan umum.
UUJK Pasal 11 (2).
1. Badan Usaha 2. Orang
perseorangan/ Tenaga kerja Konstruksi
UUJK Pasal 5 (1)
1. Pada tahap pelak-sanaan konstruksi tanggung-jawab
kegagalan pekerjaan konstruksi
2. Setelah selesai pelaksanaan pekerjaan konstruksi
tanggung jawab kegagalan bangunan
UUJK Pasal 11, 22, 25 &
26, PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
1. Sanksi Administrasi
2. Sanksi Pidana 3. Ganti rugi pada
pihak yang dirugikan
UUJK Pasal 41, 42 & 43
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
2 - 7
UUJK Pasal 8 Badan Usaha harus memiliki sertifikat,
klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. UUJK Pasal 9
Orang perseorangan/tenaga kerja konstruksi (Perencana, Pengawas dan Pelaksana) harus memiliki sertifikat
keahlian atau sertifikat keterampilan.
PENGAKUAN PROFESI SECARA
HUKUM
UUJK Pasal 11 Badan usaha dan orang
perseorangan harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya
UUJK Pasal 25 Pengguna jasa dan penyedia jasa
wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan
TANGGUNG JAWAB HUKUM
UUJK Pasal 26 1. Perencanaan atau pengawas
kontruksi wajib bertanggung jawab sesuai bidang profesi dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan bangunan
akibat kesalahannya 2. Pelaksana konstruksi wajib
bertanggung jawab sesuai bidang
usaha dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan bangunan akibat kesalahannya.
UUJK Pasal 27 Pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan
bangunan akibat kesalahannya yang
menimbulkan kerugian bagi pihak lain
UUJK Pasal 42 ADMINISTRATIF
PROFESI
UUJK Pasal 43 PIDANA
SA
NK
SI
KEGAGALAN BANGUNAN
UUJK Pasal 26, 27
GANTI RUGI
SISTEM PERTANGGUNGAN UNTUK GANTI RUGI
SA
NK
SI
b. Pengakuan Profesi dan Tanggung Jawab Hukum
Korelasi keterkaitan antara pengakuan profesi secara hukum dengan tanggung
jawab hukum yang diatur dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi dapat
digambarkan sebagai berikut :
UUJK Pasal 26, 27 GANTI RUGI
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 1
BAB 3
DISIPLIN KERJA
3.1 Pengertian
Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk mematuhi, menepati
dan mendukung nilai dan kaidah atau peraturan yang berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu dan kurun waktu tertentu (Ensiklopedi Indonesia)
Dari pengertian tersebut di atas, beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hakekat
disiplin adalah :
3.1.1 Nilai dan Kaidah atau Peraturan
Nilai adalah suatu konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau
buruk, salah atau benar, adil atau tidak adil bagi suatu masyarakat. Sedangkan
kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan menjadi pedoman
untuk berprilaku dan bertindak terhadap sesama manusia dan lingkungannya
a. Wujud disiplin
Identik dengan kaidah atau peraturan adalah bisa berupa : fungsi lembaga-
tujuan lembaga, program kerja, tugas atau uraian kerja. Karena hal tersebut
juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan dan bertindak
seseorang dalam suatu lingkungan kerja
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa menegakan disiplin pada
suatu lembaga adalah tidak hanya terlihat dari sikap mematuhi, menepati
dan mendukung kaidah atau peraturan yang berlaku. Namun juga harus
nampak pada kepatuhan, ketepatan dan dukungan terhadap: fungsi
lembaga – tujuan lembaga – program kerja – tugas atau uraian kerja yang
telah direncanakan.
b. Fungsi kaidah atau peraturan
Adanya kaidah atau peraturan di dalam kehidupan bermasyarakat adalah
sebagai sarana pengendalian sosial agar dalam kehidupan bermasyarakat
tercipta suasana “ketertiban” dan ketentraman”
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 2
Secara sosiologis, menurut Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa
“ketertiban” itu terlihat apabila suatu masyarakat :
• Ada kaidah yang jelas dan tegas
• Ada konsistensi dalam pelaksanaan kaidah
• Ada keteraturan (penataan secara sistematik) dalam memproyeksikan
arah kemasyarakatan
• Ada sistem pengendalian yang mantap
• Ada stabilitas yang nyata atau tidak semu
• Ada proses social yang kondusif
• Tidak adanya perubahan yang sering terjadi
• Tidak adanya kaidah yang tumpang tindih
• Tidak adanya standar ganda dalam penerapan kaidah atau peraturan
Adapun “Ketentraman” yang dimaksud adalah keadaan batin warga
masyarakat bebas dari rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam
diri seorang menghadapi dua pilihan yang serba menyulitkan atau serba
tidak mengenakan
c. Prasyarat menegakkan kaidah atau peraturan
Prasyarat menegakkan kaidah atau peraturan (disiplin) ada 4 aspek yang
harus diperhatikan secara seimbang, yakni :
• Kaidah atau peraturannya itu sendiri harus jelas dan tegas
• Kesadaran warga untuk mematuhi harus ada
• Sarananya harus menunjang
• Petugas yang menegakkan kaidah harus professional dalam
melaksanakannya
3.1.2 Sikap
Sikap adalah suatu disposisi atau keadaaan mental di dalam jiwa dan diri
individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia, alam
sekitarnya dan fisiknya)
Sikap itu walaupun berada dalam diri seorang individu, biasanya juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan sering juga bersumber pada sistem
nilai-budaya.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 3
Suatu sistem nilai budaya yang mempengaruhi terhadap sikap individu, terdiri
dari konsepsi-konsepsi yang hidup didalam alam pikiran sebagian besar
masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup
Misalnya, nilai-budaya (tradisional) dalam adat istiadat kita yang terlampau
banyak berorientasi vertikal terhadap orang-orang pembesar, orang-orang
berpangkat tinggi dan orang-orang tua atau senior. Akan membentuk atau
mempengaruhi sikap warga masyarakat untuk patuh, menurut dan tidak berani
memberikan komentar pimpinannya.
Contohnya nilai-budaya yang demikian bagi suatu masyarakat tertentu dan
dalam kurun waktu tertentu menganggap sebagai nilai-budaya yang baik.
Namun pada masyarakat dan kurun waktu yang lain bisa beranggapan sebagai
nilai-budaya yang buruk.
Bagi suatu masyarakat yang memandang nilai-budaya tersebut buruk karena
nilai-budaya yang demikian akan membentuk sikap.
▪ Solidaritas sapulidi, yaitu solidaritas yang hanya terkonsentrasi pada bagian
atas dan solidaritas yang hanya tergantung pada tali pengikatnya, begitu tali
pengikat kendor, kendor pula solidaritasnya
▪ Tak berdisiplin murni, yakni hanya berdisiplin karena takut ada pengawasan
dari atas. Pada saat pengawasan itu kendor atau tidak ada maka hilanglah
juga hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat mentaati peraturan
▪ Tidak bertanggung jawab, dalam artian, tumbuhnya rasa tanggung jawab
karena adanya ikatan batin dengan pimpinannya. Namun bila ikatan batin
tersebut longgar, maka longgar pula rasa tanggung jawabnya
a. Sikap yang dibutuhkan dalam menegakan disiplin
Untuk memahami salah satu sikap yang dibutuhkan dalam menegakan
disiplin, permasalahannya bukan terletak kepada arti mematuhi peraturan
yang ada. Namun harus berorientasi pada pertanyaan “Apakah sebabnya
orang harus mentaati kaidah peraturan”. Dengan memahami jawabannya
atas pertanyaan itulah maka potensi orang untuk mematuhi peraturan akan
tumbuh dan berkembang
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 4
b. Mematuhi kaidah atau peraturan
Filsafat hukum mencoba mencari dasar kekuatan mengikat dari pada kaidah
atau peraturan, yaitu apakah dipatuhinya kaidah atau peraturan itu
disebabkan oleh karena peraturan itu dibentuk oleh pejabat yang
berwenang atau memang masyarakatnya mengakuinya karena dinilai
kaidah atau peraturan tersebut sebagai suatu kaidah atau peraturan yang
hidup didalam masyarakat itu?
Dalam hubungan dengan pertanyaan yang pertama terdapat beberapa teori
penting yang patut diketengahkan
1) Teori Kedaulatan Tuhan (Teokrasi)
Teori kedaulatan Tuhan yang langsung berpegang kepada pendapat
bahwa : “Untuk segala kaidah atau peraturan adalah kehendak Tuhan.
Tuhan sendirilah yang menetapkan kaidah atau peraturan dan
pemerintah-pemerintah duniawi adalah pesuruh-pesuruh kehendak
Tuhan.
Kaidah atau peraturan dianggap sebagai kehendak atau kemauan
Tuhan. Manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya wajib taat pada kaidah
atau peraturan Tuhan ini.
Teori kedaulatan Tuhan yang bersifat langsung ini hendak
membenarkan perlunya peraturan yang dibuat oleh raja-raja yang
menjelmakan dirinya sebagai Tuhan didunia. Harus ditaati oleh setiap
penduduknya. Sebagai contoh raja-raja Fir’aun.
Teori Kedaulatan Tuhan yang tidak langsung, menganggap raja-raja
bukan sebagai Tuhan akan tetapi wakil Tuhan didunia. Dalam kaitan ini,
dengan sendirinya juga karena bertindak sebagai wakil, semua kaidah
atau peraturan yang dibuatnya wajib pula ditaati oleh segenap
warganya. Pandangan ini walau berkembang hingga jaman
Renaissance, namun hingga saat ini masih juga ada yang berdasarkan
otoritas peraturan pada faktor Ketuhanan itu.
2) Teori Perjanjian Masyarakat
Pada pokoknya teori ini berpendapat bahwa orang taat dan tunduk pada
kaidah atau peraturan oleh karena berjanji untuk mentaatinya. Kaidah
atau peraturan diangggap sebagia kehendak bersama, suatu hasil
konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 5
Tentang perjanjian ini, terdapat perbedaan pendapat antara Thomas
Hobbes, John Locke dan J.J Rousseau.
Dalam bukunya “De Give” (1642) dan Leviathan” (1651), Thomas
Hobbes membentangkan pendapat yang intinya sebagai berikut :
Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana bellum omnium contra
omnes, selalu dalam keadaan perang (saling bunuh membunuh, saling
sikut-menyikut). Agar tercipta suasana damai tentram, lalu diadakan
perjanjian diantara mereka (Pactum Unionis). Setelah itu disusul
perjanjian antara semua dengan seseorang tertentu (pactum
subjectionis) yang akan diserahi kekuasaan untuk memimpin mereka.
Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin ini adalah mutlak. Timbulah
kekuasaan yang bersifat absolut.
John Lock dalam bukunya “Two Treatises on Civil Government” (1690),
agak berbeda karena pada waktu perjanjian itu disertakan pula syarat-
syarat yang antara lain kekuasaan yang diberikan dibatasi dan dilarang
melanggar hak-hak azasi manusia. Teorinya menghasilkan kekuasaan
raja yang dibatasi oleh konstitusi.
J.J. Rousseau dalam bukunya “Le Contrak Social on Principes de Droit
Politique” (1672), berpendapat bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh
anggota masyarakat tetap berada pada individu-individu dan tidak
diserahkan pada seseorang tertentu secara mutlak atau dengan
persyaratan tertentu. Konstruksi yang dihasilkannya ialah pemerintahan
demokrasi langsung. Tipe pemerintahan seperti ini hanya sesuai dengan
Negara dengan wilayah sempit dan penduduknya sedikit. Pemikirannya
tidak dapat diterapkan untuk suatu Negara modern dengan wilayah
Negara yang luas dan banyak penduduknya.
3) Teori Kedaulatan Negara
Pada intinya teori ini berpendapat bahwa ditaatinya kaidah atau
peraturan itu karena Negara menghendakinya
Hans Kelsen misalnya dalam bukunya Hauptprobleme der Staatslehre
(1811), Das Problem der Souveranitat und die Theori des Volkerects
(1920), Allegemeine Staatsleher (1925) dan Reine Rechstlehre (1934),
menganggap bahwa kaidah atau peraturan itu merupakan “Wille des
Staates” orang tunduk pada kaidah atau peraturan karena merasa wajib
mentaatinya karena kaidah atau peraturan itu adalah kehendak Negara
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 6
4) Teori Kedaulatan Hukum
Kaidah atau peraturan mengikat bukan karena Negara menghendakinya
akan tetapi karena merupakan perumusan dari kesadaran kaidah atau
peraturan rakyat. Berlakunya kaidah atau peraturan karena niat
bathinnya yaitu menjelma di dalam kaidah atau peraturan itu.
Pendapat ini diutarakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe dalam bukunya “ Die
Lehre der Rechtssouveraniatat (1906).
Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran kaidah atau
peraturan yang dimaksud berpangkal pada perasaan kaidah peraturan
setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya peraturan itu.
Terdapat banyak kritik terhadap pendapat diatas. Pertanyaan-
pertanyaan berkisar pada apa yang dimaksud dengan kesadaran kaidah
atau peraturan bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan
perasaan kaidah atau peraturan itu?
Prof. Krabbe mencoba menjawab dengan mengetengahkan perumusan
baru yaitu bahwa kaidah atau peraturan itu berasal dari perasaan kaidah
atau peraturan terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan perasaan
kaidah atau peraturan setiap individu.
Seorang muridnya yang terkenal Prof. Mr. R. Kraneburg dalam bukunya
“Positief Recht an Rechbewustzij (1928) berusaha membelanya dengan
teorinya yang terkenal “azas keseimbangan” (evnredigheidspostulat).
c. Type Kepatuhan
Dalam berkehidupan bermasyarakat, kepatuhan terhadap kaidah atau
peraturan dapat dipilah-pilahkan menjadi 3 yakni :
1. Kepatuhan internal, kepatuhan yang timbul dari dalam diri seseorang
2. Kepatuhan eksternal, kepatuhan yang timbul dari pengaruh luar
3. Kepatuhan semu, yakni type kepatuhan yang pada saat ada
pengawasan atau yang secara formalitas tidak dapat dibuktikan adanya
penyimpangan namun yang sebenarnya tidak sedikit yang dipalsukan
d. Kecenderungan orang tidak disiplin
Untuk memberikan jawaban mengapa kebanyakan orang cenderung untuk
tidak disiplin dapat dilihat dari beberapa sudut pandang keilmuan, yakni :
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 7
1) Pakar Anthropologi Budaya, Koentjaraningrat, mengemukakan pendapat
bahwa Revolusi kita, serupa dengan semua revolusi yang terjadi dalam
sejarah manusia, telah membawa akibat-akibat post-revolusi berupa
kerusakan-kerusakan mental dan fisik, dalam masyarakat bangsa kita.
Salah satu diantaranya, nilai-budaya yang terlampau banyak
berorientasi vertikal ke arah atasan. Mengapa? Karena nilai-budaya
yang terlampau berorientasi vertikal kearah atasan akan mematikan jiwa
yang ingin berdiri sendiri dan berusaha sendiri. nilai yang seperti ini juga
akan tumbuhnya rasa disiplin murni, karena orang hanya akan taat
kalau pengawasan tadi menjadi kendor atau pergi
2) Dari sudut sosiologis. Soedjito, sosiolog yang tidak diragukan
reputasinya, mengemukakan suatu prespektif sosiologis, sebagai
berikut :
Masalah sosial : (kedisiplinan) adalah merupakan resultante dari
berbagai faktor di dalam masyarakat yang sedang mencari bentuk dan
kepribadian, karena tidak adanya keajegan yang dapat dipegang
sebagai pengarahan, bisa menimbulkan dis-organisasi sosial dan
bentuk alienation.
Alienation dalam bentuk frustasi bisa menimbulkan sikap asosial
terhadap orang lain.
Sikap asosial bisa melahirkan tata nilai moralitas yang beranggapan
bahwa menjadi jago atau melanggar peraturan merupakan suatu hal
yang patut dibanggakan.
Dalam kondisi sosial yang demikian, akan terjadi lomba ketangkasan
meningkatkan kuantitas dan kualitas kejahatan. Seperti keadaan
masyarakat, bahwa kejahatan itu tidak hanya dilakukan oleh orang yang
tidak mapan ekonominya saja. Namun orang yang sudah mapan
ekonominyapun juga melakukan kejahatan yang lazim disebut white
colar crime.
Selanjutnya Soedjito mengemukakan bahwa, masyarakat yang
kehilangan pegangan akan mudah menimbulkan anomi, keadaan anomi
ialah keadaan di mana norma-norma social tidak mempunyai kekuatan
untuk mengatur masyarakat.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 8
3) Soerjono Soekamto, didalam bukunya Sosiologi Hukum, menyatakan :
Bahwa timbulnya perilaku menyimpang kaidah sosial dalam masyarakat
adalah dapat dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu :
a) Kaidah sosial (hukumnya) itu sendiri harus terinci secara jelas dan
tegas sehingga mampu berfungsi sebagai pengendalian sosial atau
terciptanya suasana ketertiban dan ketentraman
b). Sikap Penegak Hukum, juga menentukan terwujudnya fungsi
sebagai pengendalian sosial. Karena dalam kehidupan masyarakat,
walaupun hukumnya sudah terinci secara jelas dan tegas tapi kalau
sikap atau semangat penegak Hukumnya bertindak atau berbuat
yang menyimpang juga tidak mempunyai arti.
c). Sarana dan prasarananya juga harus menunjang
d) Kesadaran hukum warga masyarakatnya juga harus ditumbuh
kembangkan
Keempat aspek tersebut harus mendapatkan perhatian yang seimbang,
karena bila salah satu aspek saja terabaikan tidak mungkin terwujud
tegaknya hukum (disiplin) dalam suatu masyarakat.
e. Menepati
Salah satu wujud seseorang itu patuh pada kaidah atau peraturan yang ada
adalah menepati. Adapun therminologi menepati adalah suatu perbuatan
atau tindakan yang sesuai dengan kaidah atau peraturan yang berlaku.
Secara hukum, kalau suatu kaidah (atau program yang telah direncanakan)
telah disepakati sebagai kehendak bersama atau sebagai konsensus, maka
keseluruhan warga masyarakat (anggota lembaga) tersebut telah
mengikatkan diri atau telah terikat oleh hasil konsensus tersebut. Dengan
demikian mereka mempunyai kewajiban moral untuk menepati hasil
consensus tersebut.
Menurut Prof. Eggens yang terkenal dengan teorinya “konsensualisme”
mengemukakan, bahwa keharusan menepati kaidah atau peraturan adalah
suatu tuntutan kesusilaan, merupakan suatu puncak peningkatan martabat
manusia yang dapat disimpulkan bahwa, dengan diletakkannya
kepercayaan pada seseorang, maka orang tersebut telah ditingkatkan
martabatnya setinggi-tingginya.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 9
Dengan landasan teori termaksud di atas, jawaban mengapa orang harus
menepati kaidah atau peraturan adalah karena suatu kesusilaan dan
merupakan suatu puncak peningkatan martabat manusia
f. Mendukung
Mendukung adalah sikap partisipasi aktif dalam melaksanakan nilai dan
kaidah (fungsi, tugas atau uraian kerja).
Partisipasi aktif, merupakan suatu proses kegiatan yang hidup dan
berkembang, oleh karena itu partisipasi pasif (tidak menolak program-
program yang direncanakan namun tidak ada prakarsa) harus dihilangkan.
Dan sebaliknya partisipasi aktif perlu di tumbuh-kembangkan.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka menumbuh
kembangkan partisipasi adalah :
1) Identifikasi dan klasifikasi jenis-jenis partisipasi
2) mewadahi partisipasi agar kegairahan berpartisipasi tidak bias, misalnya
wadah partisipasi buah pikiran dapat berbentuk : rapat mingguan, briefing,
seminar, penataran dan sebagainya.
3) Pra-syarat partisipasi, yakni :
a) Adanya rasa senasib sepenanggungan atau ringan sama dijinjing dan
berat sama dipikul
b) Adanya rasa ketergantungan dan keterkaitan
c) Adanya keterkaitan tujuan
d) Adanya prakarsawan
e) Adanya iklim partisipasi
Iklim partisipasi perlu diciptakan, karena pada umumnya partisipasi
apapun tidak akan ada dikalangan bawah apabila tidak diperhatikan.
Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan partisipasi adalah :
1. Keberadaan dan kedaulatan bawahan dihormati
2. Tugas dan wewenang bawahan yang telah dilimpahkan diakui
3. Adanya komunikasi tenggang rasa dan anggota “Duduk sama rendah
berdiri sama tinggi“
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 10
4. Tertanamnya perasaan, bahwa keikutsertaan bawahan mempunyai arti
relevan bagi dirinya dan lingkungannya
3.2 Permasalahan Disiplin
Dengan bertitik tolak dari makna disiplin terurai diatas, ruang lingkup permasalahan
menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut:
a. Apakah kaidah atau peraturan (fungsi organisasi yang terumuskan dalam tujuan
organisasi, tujuan organisasi terjabarkan dalam program-program kerja, program-
program kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam bentuk uraian kerja),
sudah terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi sebagai pengendali dalam
proses kegiatan
b. Apakah kesadaran anggota organisasi dalam menjalankan tugas sudah
menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman.
c. Apakah sarana dan prasarana sudah mampu mendukung untuk menegakkan
disiplin
d. Apakah kelompok manajerial dalam organisasi sudah professional dalam
mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala yang timbul.
Misalnya adanya kecemburuan sosial, karena tidak adanya perbedaan perlakuan
terhadap tenaga/anggota organisasi yang rajin/disiplin dan yang malas/tidak
disiplin, dan kondisi ini harus segera diatasi secara profesional.
e. Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya disiplin dalam organisasi
3.3 Langkah-Langkah Menegakkan Disiplin
a. Menata kembali peraturan, tujuan program kerja dan pendistribusiannya agar
terumus secara jelas dan tegas
b. Penataan ulang butir-butir nomor 1, hasilnya harus mampu berfungsi sebagai
pengendali agar proses kegiatan dalam organisasi menunjukkan.
1) Adanya keteraturan (penataan secara sistematik) dalam memproyeksikan arah
tujuan organisasi
2) Adanya system pengendalian yang mantap
3) Adanya stabilitas yang nyata atau tidak semu
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 11
4) Adanya iklim kerja yang kondusif
Sebagai contoh adanya sistem reword dan punishment yang diterapkan kepada
seluruh anggota organisasi. Setiap anggota organisasi yang melanggar kaidah/
peraturan misalnya dalam disiplin kerja, harus diberi hukuman sesuai dengan
peraturan, mulai dari yang sifatnya teguran sampai sanksi administrative yang
lebih besar.
Sedangkan kepada mereka yang disiplin dan berpotensi diberikan penghargaan
misalnya perhatian terhadap jenjang karir dan terkait dengan pengupahan dan
sebagainya.
5) Tidak adanya standar ganda dalam pelaksaan
6) Tidak adanya rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam diri anggota
organisasi untuk memilih dua pilihan yang tidak menyenangkan.
c. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran disiplin bawahan dengan melakukan
pendekatan edukatif.
▪ Ing ngarso sun tulodo
▪ Ing madyo mbangun karso
▪ Tut wuri Handayani
▪ Saling asah, saling asuh, saling asih
▪ Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul
Agar tumbuh kesadaran melu andarbeni, melu hangrukebi dan nulat sariro
hangrosowani.
Dan menghindarkan penjatuhan sanksi yang subyektif, tanpa pembuktian terlebih
dahulu dan tidak didasarkan pada kaidah yang berlaku.
d. Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum ada. Dalam
hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir nomor 1, 2 dan 3
diatas.
e. Dirumuskan sistem pengendalian terlebih dahulu dan baru kemudian dibentuk unit
kerja yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan kegiatan yang
ada di organisasi.
f. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai gantinya adalah
nilai budaya organis.
g. Untuk menambah wawasan dalam upaya menegakan disiplin dalam organisasi,
disini dikutipkan kesimpulan pendapat Mantan Menhankam Edi Sudrajat, sebagai
berikut :
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
3 - 12
1) Para petinggi Negara harus menjadi teladan dan bertanggung jawab atas
disiplin nasional memerlukan suri tauladan secara hierarkis dan tidak akan ada
prajurit yang disiplin apabila komandannya bertindak semaunya sendiri. Adapun
keluhan terhadap tingkat nasional maka sesungguhnya keluhan tersebut
pertama-tama ditunjukan kepada lapisan elite, para pimpinan dan pemuka
masyarakat, karena dari mereka diharapkan suri teladannya. Golongan inilah
yang sesungguhnya bertanggung jawab terhadap cacat celanya
kesuriteladanan, karena masuk dalam golongan elite masyarakat.
2) Pembudayaan disiplin nasional tidak dapat dilaksanakan secara santai tetapi
membutuhkan konsistensi, tekad yang bulat, kerja keras dan disertai dengan
tindakan nyata tanpa pandang bulu terhadap pelanggarnya
Lebih dari itu pembudayaan nasional memerlukan keteladanan secara hierarkis,
karena itu jika ada keluhan terhadap tingkat disiplin nasional maka
sesungguhnya keluhan tersebut harus ditujukan kepada elite atau pada para
pimpinan
3) Disiplin bukanlah hanya kewajiban kepatuhan dari bawah ke atas tetapi lebih
utama lagi dari atas ke bawah, berapa disiplin dalam mempertanggung
jawabkan pembinaan dan kepemimpinan
Hanya dengan demikian tercipta rasa aman dan terjamin keamanan bagi yang
berada di bawah yakni masyarakat luas
4) Disiplin nasional termasuk disiplin berpikir dan dimulai dari sikap batin dan
kejernihan hati nurani.
Jika hati nurani sudah bersih maka akan terbentuk sikap dan prilaku yang
disiplin, termasuk dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
5) Disiplin, pada dasarnya adalah sikap batin yang tercermin dalam perilaku untuk
senantiasa mentaati setiap norma dan ketentuan secara sadar dan dijalankan
secara ikhlas tanpa adanya paksaan.
Oleh karenanya sikap batin dan perilaku disiplin tidak dapat diwujudkan hanya
melalui ceramah atau kuliah saja namun harus ditumbuhkembangkan melalui
contoh teladan serta melalui pembiasaan dalam kehidupan secara terus
menerus (Suara Karya, Kamis, 29 Juni 1995).
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 1
BAB 4
DISIPLIN DAN KOMPETENSI OPERATOR
4.1. Umum
Operator alat-alat berat berada dalam lingkungan kerja suatu perusahaan atau unit
kerja yang telah memiliki peraturan atau kaidah yang telah disusun berdasarkan
kondisi perusahaan atau unit kerja tersebut mengacu atau menggunakan referensi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan ini mengikat semua pegawai
mulai dari manajer puncak sampai kepada pegawai lapis terbawah dan termasuk
operator.
Disisi lain perusahaan telah menentukan tujuan perusahaan, organisasi dengan uraian
tugasnya untuk setiap bagian atau departemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut, program kerja dan prosedur standar operasi yang menjadi pedoman kerja
bagi seluruh pegawai.
4.2. Penegakan disiplin
Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Operator Wheel
Loader, seorang operator Wheel Loader mempunyai tugas/uraian jabatan :
Mengoperasikan Wheel Loader dengan benar dan aman, melaksanakan pemeliharaan
harian sesuai petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.
Dari uraian jabatan tersebut diatas, operator Wheel Loader memiliki kompetensi yang
terdiri dari unit-unit kompetensi sebagai berikut :
1). Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama pemeliharaan dan
pengoperasian Wheel Loader.
2). Melaksanakan pemeliharaan harian Wheel Loader sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan.
3). Melaksanakan pengoperasian Wheel Loader sesuai dengan aplikasi dan teknik
operasi yang benar.
4). Membuat laporan operasi.
Bila dilihat dari sisi kompetensi operator alat-alat berat, maka tidak dapat dilepaskan
dari unit kompetensi operator yang mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan
(psichomotoric) dan sikap kerja (attitude). Disiplin mengandung pengertian kepatuhan
melaksanakan peraturan atau kaidah yang berlaku dalam perusahaan dan pedoman
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 2
(manual) pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat didasari dengan penalaran
yang benar atas semua peraturan dan pedoman tersebut sesuai kondisi lingkungan
kerja dalam posisi sebagai anggota atau pegawai perusahaan.
4.2.1. Dilihat dari ranah/domain pengetahuan (knowledge)
a. Persyaratan
Untuk menunjang kompetensi operator tersebut, maka persyaratan yang
dituntut adalah :
▪ Memahami peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban operator,
sehingga mampu menempatkan diri sebagai pegawai yang harus
berperan aktif dalam melaksanakan kewajibannya untuk mencapai
tujuan perusahaan.
▪ Memahami peraturan perundang-undangan K3 terutama yang
berhubungan langsung dengan posisi operator alat-alat berat, yang
akan menempatkan operator dalam keadaan aman selama
melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan.
▪ Memahami pedoman pengoperasian dan pemeliharaan harian alat-alat
berat yang merupakan tugas utama operator, dan menjadi pedoman
bagi operator untuk dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi dengan
tidak mengabaikan pemeliharaan.
▪ Memahami kedudukan laporan operasi yang harus dibuatnya yang akan
menjadi data utama sebagai dasar pengambilan keputusan atasan atau
bahkan manajer perusahaan.
b. Usaha yang perlu dilakukan antara lain :
1) Perusahaan
▪ Melakukan sosialisasi peraturan perusahaan dengan berbagai cara,
misalnya melalui penyuluhan secara periodik, penyebaran pamplet
atau butir-butir penting peraturan dan sebagainya.
▪ Melakukan pelatihan khusus atau bimbingan teknik dalam
penerapan K3, P3K dan penanggulangan kebakaran secara teratur,
baik dilaksanakan diperusahaan (in house) atau dengan mengirim
tenaga terkait ke instansi pelatihan.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 3
▪ Melakukan pelatihan atau penyegaran pengoperasian dan
pemeliharaan alat-alat berat, baik dilaksanakan di perusahaan atau
di pusat pelatihan agen tunggal alat-alat berat.
▪ Menyediakan fasilitas kerja termasuk K3 yang lengkap dan
memenuhi standard, sehingga kelancaran tugas tidak terganggu
dan pegawai terhindar dari kecelakaan kerja.
▪ Menyelenggarakan program/kegiatan yang sifatnya merangsang
motivasi pegawai untuk mematuhi peraturan atau pedoman dengan
dasar kesadaran dari dalam diri masing-masing pegawai.
2) Pegawai/operator alat-alat berat
▪ Berusaha memahami peraturan dalam perusahaan terutama yang
terkait langsung dengan hak dan kewajibannya sebagai pegawai/
operator alat-alat berat.
Menyadari bahwa dengan bentuk kepatuhan terhadap peraturan
atau dalam menjalankan kewajiban, akan berdampak pada
pencapaian tujuan perusahaan sekaligus tujuan pribadi pegawai.
Misalnya dengan mematuhi jam kerja datang tepat pukul 07.00
operator dapat segera melakukan persiapan operasi sehingga pada
pukul 07.30 operator telah siap melakukan tugasnya
mengoperasikan alat-alat berat.
Dampaknya adalah jam operasi alat akan tinggi (sesuai dengan
waktu yang ditetapkan) sehingga produksi akan menjadi tinggi dan
pemeliharaan harian dapat dilakukan dengan sempurna karena
cukup waktu sehingga tingkat kerusakan alat akan menjadi kecil.
Pada akhirnya penilaian prestasi operator akan baik yang mungkin
berpengaruh terhadap pengupahan atau jenjang karir yang
bersangkutan.
▪ Berusaha mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang terkait
dengan tugasnya, sehingga secara langsung dapat meningkatkan
kompetensinya untuk menunjang tugas pekerjaannya.
▪ Berusaha memahami pedoman (manual) yang terkait dengan
tugasnya, seperti K3, pengoperasian dan pemeliharaan (operation
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 4
& maintenance) dan pedoman teknik lainnya, dan dapat
menerapkannya dengan benar dilapangan.
▪ Berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dengan
fasilitas kerja yang memadai, sehingga terjamin keselamatan kerja
dan jaminan sosialnya.
4.2.2. Dilihat dari ranah/domain keterampilan (psikomotorik)
Dari sisi psikomotorik lebih dominan kepada penerapan dari apa-apa yang
dipersyaratkan dalam persyaratan pengetahuan, yang antara lain terdiri :
▪ Mematuhi ketentuan yang tercantum dalam peraturan perusahaan dengan
didasari penalaran yang benar atas semua ketentuan tersebut, sehingga
secara psikologis dalam menjalankan kewajibannya dapat dengan ikhlas
tanpa merasa ada pemaksaan.
▪ Menerapkan peraturan dan ketentuan K3 dengan benar, dengan suatu
keyakinan bahwa pelaksanaan peraturan ini akan membawa kepada
jaminan keselamatan kerja bagi dirinya, lingkungan dan alat-alat berat yang
menjadi tanggung jawabnya.
Misalnya dengan disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri(APD)
selama melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat,
akan mempunyai keyakinan bahwa bahaya yang akan timbul kepada dirinya,
secara fisik telah dilindungi dengan APD tersebut.
▪ Menerapkan prosedur pengoperasian dan pemeliharaan dengan benar,
dengan dasar motivasi yang tinggi, dimana bila kepada unit alat tersebut
dilakukan pemeliharaan yang benar maka alat akan terhindar dari kerusakan
atau paling tidak mengurangi resiko terjadinya kerusakan, sehingga akan
dicapai tingkat jam operasi yang tinggi karena alat yang jarang rusak.
Sebagai contoh bila seorang operator mengabaikan atau tidak disiplin dalam
melakukan pemeliharaan harian, misalnya yang bersangkutan mengetahui
bahwa track dalam kondisi kendor, tapi tidak dilaporkan untuk segera distel
dahulu kekencangannya dan tetap mengoperasikan dalam kondisi tersebut.
Dampaknya komponen undercarriage akan mengalami kerusakan dan bila
hal ini terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian besar. Dari sisi
waktu akan terpakai untuk perbaikan berarti tidak ada produksi, dan dari sisi
lainnya untuk perbaikan undercarriage ini sangat mahal.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 5
Demikian juga dengan pengoperasian yang benar, maka selain dampak
kerusakan karena pengaruh operasi akan berkurang, juga hasil yang akan
dicapai akan meningkat.
▪ Membuat laporan operasi sesuai dengan prosedur dengan didasari
kepercayaan diri yang tinggi bahwa semua yang dilaporkan adalah benar
dan bila disampaikan tepat waktu akan menjadi sumber utama dalam
penentuan kebijaksanaan yang menyangkut perusahaan atau unit kerjanya
atau kemungkinan promosi untuk dirinya sendiri.
Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui beberapa cara, serupa halnya dengan
usaha yang dilakukan pada ranah/domain pengetahuan (kognitif) yaitu antara
lain :
▪ Melalui sosialisasi peraturan secara teratur/periodik
▪ Melalui pelatihan, baik didalam perusahaan dengan tenaga instruktur dan
fasilitas perusahaan atau pelatihan diluar/ pada institusi pelatihan yang
relevan.
▪ Melalui penugasan yang tepat, dalam pengertian menugaskan seseorang
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pegawai/operator yang
bersangkutan, sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dari penugasan
tersebut, baik bagi perusahaan maupun bagi pegawai/operator yang
bersangkutan.
▪ Melalui sistem penghargaan dan sanksi, dimana bagi pegawai/operator yang
memiliki nilai disiplin tinggi dengan prestasinya yang baik, patut diberikan
penghargaan, sedangkan bagi mereka yang tidak menunjukkan
kepatuhan/disiplin dan bahkan melanggar serta tidak/kurang memiliki
prestasi, perlu diberikan sanksi yang sesuai dengan kesalahan.
4.2.3. Dilihat dari ranah/domain sikap (efektif)
Sikap/perilaku ini menggambarkan kemampuan dalam menyesuaikan dengan
situasi kerja, baik yang sudah terbiasa ataupun situasi baru. Setiap unit kerja
memiliki kaidah atau peraturan yang memerlukan penyesuaian setiap pegawai,
sehingga sikap kerja seseorang akan mempengaruhi sejauh mana mampu
mematuhi dengan benar peraturan yang berlaku tersebut.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 6
Peraturan disini selain peraturan perusahaan juga termasuk setiap prosedur
operasi standar (SOP) dan pedoman yang terkait, misalnya untuk operator
adalah manual pengoperasian dan pemeliharaan.
Dalam pelaksanaanya dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :
▪ Mematuhi peraturan perusahaan yang terkait dengan kewajiban dan hak
pegawai, sesuai dengan peraturan yang berlaku diperusahaan tersebut
secara sadar tanpa merasa ada pemaksaan.
▪ Menerapkan K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik peraturan
perusahaan maupun peraturan perundangan dengan benar, misalnya selalu
patuh dalam menggunakan APD dan sebagainya, secara tertib karena
menyadari dampaknya terhadap keselamatan kerja.
▪ Melaksanakan prosedur pemeliharaan alat-alat berat dengan benar sesuai
kedudukannya sebagai operator, yaitu prosedur pemeliharaan harian, secara
konsisten dan tertib karena memiliki motivasi bahwa alat harus dalam
keadaan baik siap operasi.
▪ Melaksanakan prosedur pengoperasian alat-alat berat dengan benar sesuai
dengan aplikasinya secara konsisten dan tertib karena memiliki motivasi
bahwa alat akan mencapai tingkat produksi yang maksimal (mutu dan hasil
produksi) serta tingkat kerusakan yang kecil.
Usaha yang dapat ditempuh dalam mewujudkan hal tersebut diatas antara lain
adalah :
▪ Dalam penerapan peraturan perusahaan, selain dengan sosialisasi yang
teratur, perlu adanya keteladanan dari atasan dalam kepatuhan terhadap
peraturan tersebut.
Misalnya dalam suatu program pelatihan seorang instruktur merupakan figur
yang harus diteladani, sehingga selalu lebih dahulu dalam menerapkan
disiplin ditempat latihan.
Instruktur selalu tepat waktu memulai pelatihan dan taat pada peraturan
selama melatih (misalnya tidak merokok) sehingga tepat waktu pada
mengakhiri jam pelatihannya. Sedangkan pada saat pelajaran praktek,
instruktur selalu berada dekat peserta sehingga setiap saat dapat
memberikan bimbingan kepada semua peserta.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
4 - 7
▪ Penerapan peraturan terkait dengan K3, hanya akan efektif bila terdapat
kesadaran pada para pelakunya, baik pelaku perusahaan yang harus
menyiapkan fasilitas K3 dan memberikan penjelasan tentang K3 kepada
pegawainya, maupun para pegawai dalam mematuhi peraturan K3 dengan
benar/konsisten didalam menjalankan tugasnya.
▪ Munculnya kesadaran dalam mematuhi peraturan dan pedoman dapat
dilakukan melalui pelatihan atau bimbingan teknik atau penyuluhan yang
telah terprogram dengan baik.
4.3. Pengawasan dan Sanksi
Suatu peraturan akan efektif bila disertai dengan pengawasan dan sanksi secara adil
bagi siapapun yang melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu pihak manajemen perlu melakukan tindakan pengawasan sesuai
dengan prosedur pengawasan serta pemberian sanksi yang dikenakan kepada
pegawai yang melakukan pelanggaran dan diberlakukan secara adil.
Penerapan disiplin dalam kaitannya dengan kompetensi operator ini, dimulai dari sikap
batin dan kejernihan hati nurani, baik dari diri operator sendiri dan juga dari atasannya,
sehingga dapat ditumbuh kembangkan contoh keteladanan dan melalui pembiasaan
dalam lingkungan kerja secara berkesinambungan.
Disisi sanksi atau hukuman, pihak manajemen harus berupaya memberikan reward
atau penghargaan kepada setiap pegawai yang berprestasi dalam pelaksanaan
tugasnya.
Pemberian sanksi (hukuman/punishment) dan penghargaan (reward) tersebut telah
tertuang dalam peraturan dan kelengkapannya (pedoman penilaian pegawai, rekaman/
data prestasi, dsb), sehingga penilaian dapat dilakukan dengan adil dan transparan.
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Ensiklopedi, Ensiklopedi Indonesia. Ikhtiar Baru, 1984
2. Koentjaraningrat. Prof.,DR.,SH., Kebudayaan Mentalitiet dan Pembangunan. Gramedia.
1984
3. Soedjito, Prof., SH. MA., Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri, Tiara
Wacana, 1986
4. Soerjono Soekamto, Prof., DR.,SH., Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Alumni, 1985
5. Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapensi, Badan Pimpinan Pusat
Gapensi,2001
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HATHI
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AKI
8. Undang-undang Jasa Kontruksi (UUJK) No 18, tahun 1999
Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja
RANGKUMAN
1. Masalah etos kerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan hasil pelaksanaan
pekerjaan sangat penting untuk dipahami oleh setiap tenaga kerja konstruksi, termsuk
operator Wheel Loader, sehingga diharapkan dengan pemahaman ini diharapkan
seorang operator akan mampu menghasilkan produk yang baik sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
2. Disisi lain sikap perilaku dalam menjalankan tugas pekerjaannya akan memberikan
gambaran tindakan profesionalisme yang bersangkutan, dan dengan adanya etika
profesi akan membawa dampak yang positif pada tanggung jawab profesional setiap
pekerja yang berlandaskan undang-undang Jasa Konstruksi sesuai kaidah keilmuan dan
kejujuran intelektual.
3. Penegakan disiplin harus diawali dengan adanya pengertian tentang disiplin itu sendiri,
terutama yang ada kaitannya dengan kaidah/nilai atau peraturan yang patut dikatahui
oleh setiap pekerja yang pelaksanaannya didasari sikap batin yang tercermin dalam
perilaku untuk selalu mentaati segala ketentuan dengan sadar tanpa merasa ada
pemaksaan.
4. Penegakan disiplin dikembangkan dengan kompetensi operator alat-alat berat, yang
memberikan alur pemikiran tentang pemahaman dan penerapan disiplin pada setiap unit
kompetensi dari operator.