PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER - SIBIMA Konstruksi

41
WLO 01 / ETOS KERJA PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Transcript of PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER - SIBIMA Konstruksi

WLO 01 / ETOS KERJA

PELATIHAN OPERATOR WHEEL LOADER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

i

KATA PENGANTAR

Kehadiran dan peranan alat-alat berat dalam Pembangunan Nasional tidak dapat dipungkiri

lagi. Dalam penggunaan alat-alat berat berbagai tuntutan besar dipenuhi, antara lain

produksi, kualitas dan kecepatan.

Mengingat tuntutan termaksud, ditambah dengan nilai atau harga alat-alat berat yang

demikian mahal, maka operator alat-alat berat yang termasuk dalam penanggung jawab

tuntutan tersebut, perlu mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai yang digariskan

dalam SKKNI.

Operator Wheel Loader adalah salah satu dari mereka yang harus dapat memenuhi tuntutan

tersebut di atas. Kemampuan operator yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan

diperoleh dari pengalaman pengoperasian alat yang cukup serta pelatihan-pelatihan yang

diperlukan untuk mengisi kekurangan yang ada.

Buku atau modul ini merupakan suatu materi yang diperuntukkan bagi para peserta

pelatihan dan juga instruktur yang akan menanganinya.

Penulis sadar bahwa buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, apalagi mengingat

bahwa perkembangan teknologi dibidang alat-alat berat cukup pesat. Oleh karenanya

berbagai masukan termasuk koreksi terhadap buku ini sangat diharapkan demi

sempurnanya buku ini.

Atas segala sumbang saran dan masukannya penulis menyampaikan banyak terima kasih.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

ii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : OPERATOR WHEEL LOADER

TUJUAN PELATIHAN :

A. Tujuan Umum Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :

Mengoperasikan Wheel Loader secara benar, melaksanakan pemeliharaan harian sesuai

dengan petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama pemeliharaan dan

pengoperasiaan Wheel Loader

2. Melaksanakan pemeliharaan harian Wheel Loader sesuai dengan petunjuk

pemeliharaan

3. Melaksanakan pengoperasian Wheel Loader sesuai dengan aplikasi dan teknik

operasi yang benar.

4. Membuat Laporan Operasi

Seri / Judul Modul = WLO – 01 : Ethos Kerja

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu memahami etika profesi

dan etos kerja dan disiplin kerja serta menerapkannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai

Operator Wheel Loader.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :

1. Menjelaskan Etos Kerja dalam pelaksanaan tugas

2. Menjelaskan Etika Profesi dalam pelaksanaan tugas

3. Menerapkan Disiplin Kerja dalam pelaksanaan tugas

4. Menerapkan disiplin dalam pelaksanaan tugas terikat dengan kompetensi operator alat-

alat berat

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

LEMBAR TUJUAN ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL ........................................................iv

DAFTAR MODUL ............................................................................................................. v

PANDUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1-1

BAB 2 ETIKA PROFESI ................................................................................................. 2-1

2.1 Umum ......................................................................................................... 2-1

2.2 Nilai-nilai Profesional ................................................................................... 2-2

2.3 Kode Etik Asosiasi ....................................................................................... 2-2

2.4 Profesi dan Undang-undang Jasa Konstruksi ........................................... 2-6

BAB 3 DISIPLIN KERJA ................................................................................................. 3-1

3.1 Pengertian .................................................................................................. 3-1

3.2 Permasalahan Disiplin................................................................................ 3-10

3.3 Langkah-langkah Menegakkan Disiplin .................................................... 3-10

BAB 4 DISIPLIN DAN KOMPETENSI OPERATOR ...................................................... 4-1

4.1 Umum ......................................................................................................... 4-1

4.2 Penegakan Disiplin ...................................................................................... 4-1

4.3 Pengawasan dan Sanksi ............................................................................ 4-7

RANGKUMAN ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

iv

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL OPERATOR WHEEL LOADER

1. Tujuan pelatihan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta agar dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang diinginkan

atau upaya untuk memperkecil dan bila perlu menghilangkan kesenjangan kompetensi

(competency gap) yang ada dengan kompetensi yang diinginkan.

2. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Operator Wheel Loader telah

ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang telah

dirinci menjadi unit-unit kompetensi, sehingga dalam Pelatihan Operator Wheel Loader,

unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

3. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan hasil analisis dari Unit Kompetensi,

Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja dari setiap Elemen Kompetensi yang telah

ditetapkan dalam SKKNI, dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan

yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

4. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan

Kurikulum dan Silabus yang telah ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul

pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan latihan

dalam pelatihan Operator Wheel Loader.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

v

DAFTAR MODUL

NO. KODE JUDUL

1. WLO-01 Etos Kerja

2. WLO-02 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3. WLO-03 Struktur dan Fungsi Wheel Loader

4. WLO-04 Pemeliharaan (Maintenance)

5. WLO-05 Pengoperasian Wheel Loader

6. WLO-06 Laporan Operasi

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

vi

PANDUAN PEMBELAJARAN

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

vii

JUDUL : ETHOS KERJA

KODE : WLO - 01

DESKRIPSI : Modul ini membahas tentang struktur dan fungsi dari

setiap komponen utama wheel loader

Persyaratan Peserta :

1. Pendidikan formal : Minimum SLTA atau sederajat

2. Umur minimal : -

3. Pengalaman Kerja : Kelas II : Telah magang sebagai operator wheel

loader minimal 2000 jam

Kelas I : Telah mengoperasikan wheel loader minimal

5000 jam

4. Berbadan sehat dinyatakan dengan surat keterangan dokter atau psychotest

5. Lulus seleksi masuk :

Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas dengan kapasitas 12 orang dan

praktek dilapangan.

Waktu kegiatan : Teori 2 jam pelajaran (1 jp = 45 Menit)

Alat bantu praktek/

Bahan pelatihan : • Bahan Serahan

• OHP + Screen

• Video/Slide/ Film

• Lembar kertas kosong

• Petunjuk Instruktur

• Petunjuk Peserta

• Trasparan / OH

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

viii

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

• Menjelaskan tujuan instruksional

(TIU & TIK)

• Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau

pengalamannya dalam pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan SDA

Waktu : 10 menit

2. Ceramah : Pendahuluan

Gambaran singkat hubungan antara etika profesi dan etos kerja dengan

hasil pelaksanaan pekerjaan.

• Menjelaskan hubungan antara ethos kerja dengan pelaksanaan tugas

• Menjelaskan hubungan ethos kerja dan hasil pelaksanaan pekerjaan bidang SDA

• Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut

Waktu : 10 menit Bahan : Materi Serahan (Bab I Pendahuluan)

3. Ceramah : Etika Profesi

Nilai Profesional, perbedaan etika dan moral, kode etik profesi, perilaku sebagai cerminan tindak

profesionalisme

• Menjelaskan mengenai nilai-nilai Profesional

• Menjelaskan pengertian etika dan moral

• Menjelaskan kode etik dari beberapa

asosiasi

• Menjelaskan mengenai perilaku sebagai cerminan dari tindak profesionalisme

• Menjelaskan undang-undang jasa konstruksi kaitannya dengan tanggung jawab profesional

• Mendiskusikan undang-undang jasa konstruksi kaitannya dengan tanggung jawab profesional

Waktu : 20 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 2, Etika

Profesi)

• Mengikuti penjelasan TIU

dan TIK dengan tekun dan aktif

• Mengajukan pertanyaan

apabila kurang jelas.

• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan

aktif

• Mencatat hal-hal yang perlu

• Mengajukan pertanyaan bila

perlu

• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan

aktif

• Mencatat hal-hal yang dianggap perlu

• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami

OHT1

OHT1-1

OHT2-1

OHT2-2

OHT2-3

OHT2-4

OHT2-5

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

ix

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

4. Ceramah : Disiplin Kerja

Pengertian kaidah / peraturan

perusahaan dan penegakan disiplin

• Memberikan pengertian tentang

disiplin kerja

• Menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui kaitannya dengan

hakekat disiplin, nilai / kaidah atau peraturan, sikap, beberapa teori mengenai kedaulatan Tuhan,

perjanjian, masyarakat, kedaulatan Negara, kedaulatan Hukum

• Menjelaskan permasalahan disiplin kerja

• Menjelaskan langkah-langkah menegakkan disiplin.

• Mendiskusikan setiap pokok

bahasan tersebut. Waktu : 25 menit

Bahan : Materi serahan (Bab 3, Disiplin Kerja)

5. Ceramah : Disiplin dan Kompentensi Operator

Posisi operator dalam perusahaan, penegakan disiplin dalam kompetensi operator

• Menjelaskan posisi operator dalam lingkungan kerja perusahaan

• Menjelaskan penegakan disiplin

sehubungan dengan kompetensi operator alat-alat berat.

• Menjelaskan pengawasan dan

sanksi

• Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 25 menit Bahan : Materi serahan (Bab 4, Disiplin dan Kompentensi Operator)

• Mengikuti penjelasan

instruktur dengan tekun dan aktif

• Mencatat hal-hal yang

dianggap perlu

• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami

• Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan

aktif

• Mencatat hal-hal yang dianggap perlu

• Mengajukan pertanyaan mengenai yang kurang dipahami

OHT3-1

OHT3-2

OHT3-3

OHT3-4

OHT3-5

OHT3-6

OHT3-7

OHT3-8

OHT4-1

OHT4-2

OHT4-3

OHT4-4

OHT4-5

OHT4-6

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

x

MATERI SERAHAN

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

1 - 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Setiap tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan di lapangan terlebih dahulu perlu

menyimak etos kerja yang menjadi bagian dari kompetensinya agar dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Etos Kerja, Etika profesi dan Undang-undang Jasa Konstruksi biasanya dapat diperoleh dari

assosiasinya atau perusahaannya berupa prosedur operasional standar (SOP), yang telah

dijabarkan masing-masing perusahaan kedalam panduan pelaksanaan bagi setiap

karyawannya yang dianggap perlu untuk menyiapkan diri dalam melaksanakan tugasnya.

Pelaksanaan pekerjaan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan dengan baik apabila

para pelaksananya dapat memahami ethos kerja secara baik termasuk dalam melaksanakan

koordinasi dengan tenaga kerja lain yang bekerja bersama dilapangan dalam pekerjaan

bidang sumber daya air. Sikap kepatuhan dalam pelaksanaan akan mempengaruhi hasil

kerja secara keseluruhan, termasuk waktu, mutu dan biaya pelaksanaan pekerjaan.

Keterampilan seorang pelaksana pekerjaan sumber daya air, apabila tidak didukung oleh

moral yang baik, maka hasilnya tidak akan menjamin, bahkan dapat sebaliknya, dapat

menimbulkan berbagai masalah tersendiri.

Modul ethos kerja ini menjadi pegangan moral bagi para pelaksana pekerjaan sumber daya

air termasuk operator alat-alat berat untuk menjadikannya suatu sikap profesionalisme

dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, dengan harapan semua pekerjaan akan berhasil

dengan kualitas/mutu dan waktu sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan.

Pembangunan/pemeliharaan prasarana sumber daya air dilaksanakan untuk dapat melayani

masyarakat dalam masa pelayanan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan umur / masa

pelayanan prasarana sumber daya air, maka kontruksinya harus mempunyai persyaratan

mutu yang sesuai dengan kegunaannya. Kekuatan kontruksi saluran irigasi harus terpenuhi

persyaratannya demikian juga bangunannya sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dalam

hal tersebut diatas, peranan setiap pelaksana pekerjaan sumber daya air tidaklah kecil,

bahkan sangat menentukan.

Oleh karena itu ethos kerja sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam melakukan

pelaksanaan pekerjaan baik di lingkungan kantor maupun di lapangan.

Untuk menerapkan ethos kerja dengan baik seorang Operator Wheel Loader sebagai

petugas proyek yang langsung menangani pekerjaan fisik pekerjaan bidang sumber daya air

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

1 - 2

perlu mendapat bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan

tugas pekerjaannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Modul ini diharapkan akan menjadi tuntunan dan pedoman bagi Operator Wheel Loader

yang berkaitan dengan tugas-tugasnya.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 1

BAB 2

ETIKA PROFESI

2.1 Umum

Perkembangan Kegiatan Jasa Konstruksi merupakan suatu tantangan bagi pelaku-

pelaku kegiatan tersebut yang harus dicermati dan diantisipasi dengan baik dan secara

sungguh-sungguh, karena pada saat ini para pelaku-pelaku jasa konstruksi di

Indonesia menghadapi dua sisi tantangan, tantangan dari luar (arus globalisasi) dan

tantangan dari dalam yang merupakan tantangan dirinya sendiri (profesionalisme),

yang kesemuanya itu harus dapat diatasi dengan tepat dan cepat.

Dalam profesionalitas pelaku konstruksi bidang sumber daya air harus ditingkatkan

kesadaran terhadap nilai, kepercayaan dan sikap yang mendukung seseorang dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan jabatan kerja yang dimilikinya, dimana etika

dalam berkarya termasuk pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan; pelaku-

pelaku jasa konstruksi harus tampil dengan sikap moral yang tinggi, untuk dapat

menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diberikan.

Etika adalah berasal dari kata ethics dari bahasa Yunani yaitu „Ethos“ yang berarti

kebiasaan atau karakter. Dalam pelaksanaan konstruksi bidang sumber daya air

seorang tenaga kerja perlu perlu memiliki etika atas perilaku moral dan keputusan yang

menghormati lingkungan, dan mematuhi peraturan lainnya dalam kegiatan jasa

konstruksi, dengan kata lain seorang tenaga kerja bidang sumber daya air perlu

mempunyai nilai moralitas, yang berarti sikap, karakter atau tindakan apa yang benar

dan salah serta apa yang harus dikerjakannya sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya untuk hidup dilingkungan sosial mereka dalam melaksanakan kegiatan

pekerjaan tersebut.

Masing-masing orang misalnya Pelaksana Saluran Irigasi, Teknisi Penghitung

Kuantitas, Operator Alat-alat Berat, konsultan pengawas atau direksi teknik dan

masyarakat pengguna irigasi, mempunyai serangkaian nilai yang dimiliki masing-

masing individu; masing-masing individu menggabungkan nilai pribadi kedalam suatu

sistem sebagai suatu hasil dan sikap yang saling mempengaruhi dan saling

merefleksikan pengalaman dan intelegensinya sehingga terbentuk suatu kegiatan

secara sinergi.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 2

2.2 Nilai-nilai Profesional

Pelaksana Konstruksi, merupakan suatu profesi yang didasarkan pada pengertian, nilai

profesional yang berkaitan dengan kompetensi, dimana nilai-nilai moral yang universal

dikembangkan menjadi kode etik profesi yang didasarkan pada pengalaman dalam

setiap pelaksanaan konstruksi bidang sumber daya air di beberapa tempat/wilayah.

Etika menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang ″seharusnya“

atau ″harus“ dilakukan. Etika tidak seperti hukum yang harus berkaitan dengan aturan

sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar dan yang salah dan kode-kode

moralitas.

Etika didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan bidang

sumber daya air, etika memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan konstruksi;

standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana konstruksi

maupun pengguna prasarana bidang sumber daya air (masyarakat).

Meskipun etika dan moral sering digunakan bergantian, para ahli Etik

membedakannya, dimana Etika menunjuk pada keadaan umum dan serangkaian

peraturan dan nilai-nilai formal, sedangkan moral merupakan nilai-nilai atau prinsip-

prinsip dimana seseorang secara pribadi menjalankannya (Jameton 1984 Etik Profesi).

2.3 Kode Etik Asosiasi

Setiap asosiasi, baik asosiasi profesi maupun asosiasi perusahaan diwajibkan memiliki

dan menjunjung tinggi kode etik yang merupakan pedoman perilaku para anggotanya.

Sebagai contoh diberikan beberapa kode etik dan asosiasi perusahaan dan asosiasi

profesi, diantaranya :

2.3.1. Kode Etik Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)

1. Selalu menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga AKI.

2. Berperilaku sebagai Kontraktor Nasional yang menghormati dan

menghargai profesinya.

3. Bertindak untuk tidak mempengaruhi/memaksakan dalam memenangkan

tender atau mendapatkan kontrak.

4. Bertindak untuk tidak memberi atau menerima imbalan dalam

memenangkan tender atau mendapatkan kontrak.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 3

5. Bertindak untuk tidak mendapatkan harga penawaran dan/atau data tender

sesama anggota yang masih dirahasiakan.

6. Bertindak untuk tidak merubah harga/kondisi penawaran setelah tender

ditutup.

7. Bertindak untuk tidak saling membajak tenaga kerja maupun tenaga ahli

sesama anggota.

8. Bertindak untuk menjabat secara sengaja baik langsung maupun tidak

langsung nama baik, kesempatan dan usaha sesama anggota.

9. Berpartisipasi dalam tukar menukar informasi, mengadakan latihan dan

penelitian mengenai syarat-syarat kontrak, Teknologi dan Tata cara

pelaksanaan sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan

Industri Jasa Konstruksi.

2.3.2. Kode Etik Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat-alat Berat/Alat-alat

Konstruksi Indonesia (APPAKSI)

Asosiasi Perusahaan Pengelola Alat Berat/Alat Konstruksi Indonesia

mempunyai kode etik yang merupakan pedoman perilaku bagi para anggotanya

didalam mengemban dan melaksanakan tugas dan kewajiban didalam

paransertanya ikut mensukseskan pembangunan Nasional yaitu :

1. Memiliki kesadaran Nasional yang tinggi dengan mentaati ketentuan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, menghidari diri dari

perbuatan-perbuatan tercela ataupun melawan hukum.

2. Menghargai dan menghormati masyarakat pemberi tugas dengan mematuhi

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3. Bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan profesinya serta

senantiasa menepati janji yang telah dinyatakan/diucapkan.

4. Dalam melaksanakan tugas/pekerjaan tidak semata-mata hanya mengejar

keuntungan akan tetapi wajib berupaya agar pekerjaan yang dilaksanakan

benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat.

5. Senantiasa berupaya menjaga dan meningkatkan mutu, kemampuan dan

pengetahuan dalam pelaksanaan profesinya.

6. Menghormati dan menghargai setiap usaha rekan-rekan seprofesi dengan

tidak melakukan persaingan yang tidak sehat.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 4

7. Bersikap bijaksana, adil serta mampu menyimpan rahasia.

8. Tidak menyalah gunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang

tidak diberikan kepadanya.

9. Menjunjung tinggi disiplin, kesetiakawanan dan senantiasa mempertebal

rasa solidaritas organisasi.

2.3.3. Kode Etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Kode Etik PII (Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia) :

Empat Prinsip Dasar :

1. Mengutamakan keluruhan budi

2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan

kesejahteraan umat manusia

3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya

4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional

keinsinyuran

Tujuh Tuntutan Sikap :

1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyrakat

2. Bekerja sesuai kompetensinya

3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan

4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab

tugasnya

5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing

6. Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi

7. Mengembangkan kemampuan profesional

2.3.4. Kode Etik HATHI

a. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan Peran

Masyarakat Jasa Konstruksi mengisyaratkan bahwa asosiasi profesi wajib

memiliki dan menjunjung tinggi kode etik profesi.

HATHI sebagai asosiasi profesi memiliki Kode Etik yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga

HATHI.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 5

Kode Etik HATHI diturunkan dari visi tentang norma dan nilai luhur anggota

HATHI dalam melaksanakan semua kegiatan profesinya.

b. Kaidah Dasar

1. Mengutamakan keluhuran budi

2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kepentingan

kesejahteraan masyarakat

3. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian

profesional teknik keairan

c. Sikap

1. Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat

2. Senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensi

3. Senantiasa menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan

4. Senantiasa menghindari pertentangan kepentingan dalam tugas dan

tanggung jawab

5. Senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan

6. Senantiasa memegang teguh kehormatan, integrtas dan martabat

profesi

7. Senantiasa mengembangkan kemampuan profesi

Sesuai ketentuan Anggaran Dasar HATHI, anggota HATHI wajib

menjunjung tinggi dan melaksanakan Kode Etik HATHI

d. Tata Laku Anggota

Pemilik sertifikat HATHI adalah anggota HATHI. Karenanya pemilik

sertifikat HATHI wajib tunduk dan menjunjung tinggi Kode Etik HATHI.

Pelanggaran terhadap kode etik HATHI dapat mengakibatkan sanksi

pencabutan keanggotaan HATHI yang pada akhirnya secara hukum akan

menggugurkan kepemilikan sertifikat HATHI.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 6

2.4 Profesi dan Undang-Undang Jasa Konstruksi

a. Tanggung Jawab Profesional

Tanggung jawab profesional sesuai dengan UUJK adalah sebagai berikut :

Tanggung jawab profesional sesuai dengan UUJK harus dilandasi oleh prinsip-

prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan dan kejujuran intelektual dan bagi anggota

HATHI sebagai tenaga profesional harus bertindak berdasarkan Kode Etik Asosiasi.

Pelaksanaan tanggung jawab profesional bagi tenaga profesional HATHI akan

terjadi pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan konstruksi, dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan beserta pengawasannya dan tahap operasional/

pemanfaatan.

TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL

SANKSI

MACAM TANGGUNG JAWAB

PARA PELAKU

AZAS

Bertanggung jawab sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan

dan kejujuran intelektual dalam menjalankan

profesinya dengan mengutamakan kepentingan umum.

UUJK Pasal 11 (2).

1. Badan Usaha 2. Orang

perseorangan/ Tenaga kerja Konstruksi

UUJK Pasal 5 (1)

1. Pada tahap pelak-sanaan konstruksi tanggung-jawab

kegagalan pekerjaan konstruksi

2. Setelah selesai pelaksanaan pekerjaan konstruksi

tanggung jawab kegagalan bangunan

UUJK Pasal 11, 22, 25 &

26, PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

1. Sanksi Administrasi

2. Sanksi Pidana 3. Ganti rugi pada

pihak yang dirugikan

UUJK Pasal 41, 42 & 43

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

2 - 7

UUJK Pasal 8 Badan Usaha harus memiliki sertifikat,

klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. UUJK Pasal 9

Orang perseorangan/tenaga kerja konstruksi (Perencana, Pengawas dan Pelaksana) harus memiliki sertifikat

keahlian atau sertifikat keterampilan.

PENGAKUAN PROFESI SECARA

HUKUM

UUJK Pasal 11 Badan usaha dan orang

perseorangan harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya

UUJK Pasal 25 Pengguna jasa dan penyedia jasa

wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan

TANGGUNG JAWAB HUKUM

UUJK Pasal 26 1. Perencanaan atau pengawas

kontruksi wajib bertanggung jawab sesuai bidang profesi dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan bangunan

akibat kesalahannya 2. Pelaksana konstruksi wajib

bertanggung jawab sesuai bidang

usaha dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan bangunan akibat kesalahannya.

UUJK Pasal 27 Pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenakan ganti rugi atas kegagalan

bangunan akibat kesalahannya yang

menimbulkan kerugian bagi pihak lain

UUJK Pasal 42 ADMINISTRATIF

PROFESI

UUJK Pasal 43 PIDANA

SA

NK

SI

KEGAGALAN BANGUNAN

UUJK Pasal 26, 27

GANTI RUGI

SISTEM PERTANGGUNGAN UNTUK GANTI RUGI

SA

NK

SI

b. Pengakuan Profesi dan Tanggung Jawab Hukum

Korelasi keterkaitan antara pengakuan profesi secara hukum dengan tanggung

jawab hukum yang diatur dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi dapat

digambarkan sebagai berikut :

UUJK Pasal 26, 27 GANTI RUGI

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 1

BAB 3

DISIPLIN KERJA

3.1 Pengertian

Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk mematuhi, menepati

dan mendukung nilai dan kaidah atau peraturan yang berlaku dalam suatu masyarakat

tertentu dan kurun waktu tertentu (Ensiklopedi Indonesia)

Dari pengertian tersebut di atas, beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hakekat

disiplin adalah :

3.1.1 Nilai dan Kaidah atau Peraturan

Nilai adalah suatu konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau

buruk, salah atau benar, adil atau tidak adil bagi suatu masyarakat. Sedangkan

kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan menjadi pedoman

untuk berprilaku dan bertindak terhadap sesama manusia dan lingkungannya

a. Wujud disiplin

Identik dengan kaidah atau peraturan adalah bisa berupa : fungsi lembaga-

tujuan lembaga, program kerja, tugas atau uraian kerja. Karena hal tersebut

juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan dan bertindak

seseorang dalam suatu lingkungan kerja

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa menegakan disiplin pada

suatu lembaga adalah tidak hanya terlihat dari sikap mematuhi, menepati

dan mendukung kaidah atau peraturan yang berlaku. Namun juga harus

nampak pada kepatuhan, ketepatan dan dukungan terhadap: fungsi

lembaga – tujuan lembaga – program kerja – tugas atau uraian kerja yang

telah direncanakan.

b. Fungsi kaidah atau peraturan

Adanya kaidah atau peraturan di dalam kehidupan bermasyarakat adalah

sebagai sarana pengendalian sosial agar dalam kehidupan bermasyarakat

tercipta suasana “ketertiban” dan ketentraman”

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 2

Secara sosiologis, menurut Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa

“ketertiban” itu terlihat apabila suatu masyarakat :

• Ada kaidah yang jelas dan tegas

• Ada konsistensi dalam pelaksanaan kaidah

• Ada keteraturan (penataan secara sistematik) dalam memproyeksikan

arah kemasyarakatan

• Ada sistem pengendalian yang mantap

• Ada stabilitas yang nyata atau tidak semu

• Ada proses social yang kondusif

• Tidak adanya perubahan yang sering terjadi

• Tidak adanya kaidah yang tumpang tindih

• Tidak adanya standar ganda dalam penerapan kaidah atau peraturan

Adapun “Ketentraman” yang dimaksud adalah keadaan batin warga

masyarakat bebas dari rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam

diri seorang menghadapi dua pilihan yang serba menyulitkan atau serba

tidak mengenakan

c. Prasyarat menegakkan kaidah atau peraturan

Prasyarat menegakkan kaidah atau peraturan (disiplin) ada 4 aspek yang

harus diperhatikan secara seimbang, yakni :

• Kaidah atau peraturannya itu sendiri harus jelas dan tegas

• Kesadaran warga untuk mematuhi harus ada

• Sarananya harus menunjang

• Petugas yang menegakkan kaidah harus professional dalam

melaksanakannya

3.1.2 Sikap

Sikap adalah suatu disposisi atau keadaaan mental di dalam jiwa dan diri

individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia, alam

sekitarnya dan fisiknya)

Sikap itu walaupun berada dalam diri seorang individu, biasanya juga

dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan sering juga bersumber pada sistem

nilai-budaya.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 3

Suatu sistem nilai budaya yang mempengaruhi terhadap sikap individu, terdiri

dari konsepsi-konsepsi yang hidup didalam alam pikiran sebagian besar

masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup

Misalnya, nilai-budaya (tradisional) dalam adat istiadat kita yang terlampau

banyak berorientasi vertikal terhadap orang-orang pembesar, orang-orang

berpangkat tinggi dan orang-orang tua atau senior. Akan membentuk atau

mempengaruhi sikap warga masyarakat untuk patuh, menurut dan tidak berani

memberikan komentar pimpinannya.

Contohnya nilai-budaya yang demikian bagi suatu masyarakat tertentu dan

dalam kurun waktu tertentu menganggap sebagai nilai-budaya yang baik.

Namun pada masyarakat dan kurun waktu yang lain bisa beranggapan sebagai

nilai-budaya yang buruk.

Bagi suatu masyarakat yang memandang nilai-budaya tersebut buruk karena

nilai-budaya yang demikian akan membentuk sikap.

▪ Solidaritas sapulidi, yaitu solidaritas yang hanya terkonsentrasi pada bagian

atas dan solidaritas yang hanya tergantung pada tali pengikatnya, begitu tali

pengikat kendor, kendor pula solidaritasnya

▪ Tak berdisiplin murni, yakni hanya berdisiplin karena takut ada pengawasan

dari atas. Pada saat pengawasan itu kendor atau tidak ada maka hilanglah

juga hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat mentaati peraturan

▪ Tidak bertanggung jawab, dalam artian, tumbuhnya rasa tanggung jawab

karena adanya ikatan batin dengan pimpinannya. Namun bila ikatan batin

tersebut longgar, maka longgar pula rasa tanggung jawabnya

a. Sikap yang dibutuhkan dalam menegakan disiplin

Untuk memahami salah satu sikap yang dibutuhkan dalam menegakan

disiplin, permasalahannya bukan terletak kepada arti mematuhi peraturan

yang ada. Namun harus berorientasi pada pertanyaan “Apakah sebabnya

orang harus mentaati kaidah peraturan”. Dengan memahami jawabannya

atas pertanyaan itulah maka potensi orang untuk mematuhi peraturan akan

tumbuh dan berkembang

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 4

b. Mematuhi kaidah atau peraturan

Filsafat hukum mencoba mencari dasar kekuatan mengikat dari pada kaidah

atau peraturan, yaitu apakah dipatuhinya kaidah atau peraturan itu

disebabkan oleh karena peraturan itu dibentuk oleh pejabat yang

berwenang atau memang masyarakatnya mengakuinya karena dinilai

kaidah atau peraturan tersebut sebagai suatu kaidah atau peraturan yang

hidup didalam masyarakat itu?

Dalam hubungan dengan pertanyaan yang pertama terdapat beberapa teori

penting yang patut diketengahkan

1) Teori Kedaulatan Tuhan (Teokrasi)

Teori kedaulatan Tuhan yang langsung berpegang kepada pendapat

bahwa : “Untuk segala kaidah atau peraturan adalah kehendak Tuhan.

Tuhan sendirilah yang menetapkan kaidah atau peraturan dan

pemerintah-pemerintah duniawi adalah pesuruh-pesuruh kehendak

Tuhan.

Kaidah atau peraturan dianggap sebagai kehendak atau kemauan

Tuhan. Manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya wajib taat pada kaidah

atau peraturan Tuhan ini.

Teori kedaulatan Tuhan yang bersifat langsung ini hendak

membenarkan perlunya peraturan yang dibuat oleh raja-raja yang

menjelmakan dirinya sebagai Tuhan didunia. Harus ditaati oleh setiap

penduduknya. Sebagai contoh raja-raja Fir’aun.

Teori Kedaulatan Tuhan yang tidak langsung, menganggap raja-raja

bukan sebagai Tuhan akan tetapi wakil Tuhan didunia. Dalam kaitan ini,

dengan sendirinya juga karena bertindak sebagai wakil, semua kaidah

atau peraturan yang dibuatnya wajib pula ditaati oleh segenap

warganya. Pandangan ini walau berkembang hingga jaman

Renaissance, namun hingga saat ini masih juga ada yang berdasarkan

otoritas peraturan pada faktor Ketuhanan itu.

2) Teori Perjanjian Masyarakat

Pada pokoknya teori ini berpendapat bahwa orang taat dan tunduk pada

kaidah atau peraturan oleh karena berjanji untuk mentaatinya. Kaidah

atau peraturan diangggap sebagia kehendak bersama, suatu hasil

konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 5

Tentang perjanjian ini, terdapat perbedaan pendapat antara Thomas

Hobbes, John Locke dan J.J Rousseau.

Dalam bukunya “De Give” (1642) dan Leviathan” (1651), Thomas

Hobbes membentangkan pendapat yang intinya sebagai berikut :

Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana bellum omnium contra

omnes, selalu dalam keadaan perang (saling bunuh membunuh, saling

sikut-menyikut). Agar tercipta suasana damai tentram, lalu diadakan

perjanjian diantara mereka (Pactum Unionis). Setelah itu disusul

perjanjian antara semua dengan seseorang tertentu (pactum

subjectionis) yang akan diserahi kekuasaan untuk memimpin mereka.

Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin ini adalah mutlak. Timbulah

kekuasaan yang bersifat absolut.

John Lock dalam bukunya “Two Treatises on Civil Government” (1690),

agak berbeda karena pada waktu perjanjian itu disertakan pula syarat-

syarat yang antara lain kekuasaan yang diberikan dibatasi dan dilarang

melanggar hak-hak azasi manusia. Teorinya menghasilkan kekuasaan

raja yang dibatasi oleh konstitusi.

J.J. Rousseau dalam bukunya “Le Contrak Social on Principes de Droit

Politique” (1672), berpendapat bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh

anggota masyarakat tetap berada pada individu-individu dan tidak

diserahkan pada seseorang tertentu secara mutlak atau dengan

persyaratan tertentu. Konstruksi yang dihasilkannya ialah pemerintahan

demokrasi langsung. Tipe pemerintahan seperti ini hanya sesuai dengan

Negara dengan wilayah sempit dan penduduknya sedikit. Pemikirannya

tidak dapat diterapkan untuk suatu Negara modern dengan wilayah

Negara yang luas dan banyak penduduknya.

3) Teori Kedaulatan Negara

Pada intinya teori ini berpendapat bahwa ditaatinya kaidah atau

peraturan itu karena Negara menghendakinya

Hans Kelsen misalnya dalam bukunya Hauptprobleme der Staatslehre

(1811), Das Problem der Souveranitat und die Theori des Volkerects

(1920), Allegemeine Staatsleher (1925) dan Reine Rechstlehre (1934),

menganggap bahwa kaidah atau peraturan itu merupakan “Wille des

Staates” orang tunduk pada kaidah atau peraturan karena merasa wajib

mentaatinya karena kaidah atau peraturan itu adalah kehendak Negara

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 6

4) Teori Kedaulatan Hukum

Kaidah atau peraturan mengikat bukan karena Negara menghendakinya

akan tetapi karena merupakan perumusan dari kesadaran kaidah atau

peraturan rakyat. Berlakunya kaidah atau peraturan karena niat

bathinnya yaitu menjelma di dalam kaidah atau peraturan itu.

Pendapat ini diutarakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe dalam bukunya “ Die

Lehre der Rechtssouveraniatat (1906).

Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran kaidah atau

peraturan yang dimaksud berpangkal pada perasaan kaidah peraturan

setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya peraturan itu.

Terdapat banyak kritik terhadap pendapat diatas. Pertanyaan-

pertanyaan berkisar pada apa yang dimaksud dengan kesadaran kaidah

atau peraturan bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan

perasaan kaidah atau peraturan itu?

Prof. Krabbe mencoba menjawab dengan mengetengahkan perumusan

baru yaitu bahwa kaidah atau peraturan itu berasal dari perasaan kaidah

atau peraturan terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan perasaan

kaidah atau peraturan setiap individu.

Seorang muridnya yang terkenal Prof. Mr. R. Kraneburg dalam bukunya

“Positief Recht an Rechbewustzij (1928) berusaha membelanya dengan

teorinya yang terkenal “azas keseimbangan” (evnredigheidspostulat).

c. Type Kepatuhan

Dalam berkehidupan bermasyarakat, kepatuhan terhadap kaidah atau

peraturan dapat dipilah-pilahkan menjadi 3 yakni :

1. Kepatuhan internal, kepatuhan yang timbul dari dalam diri seseorang

2. Kepatuhan eksternal, kepatuhan yang timbul dari pengaruh luar

3. Kepatuhan semu, yakni type kepatuhan yang pada saat ada

pengawasan atau yang secara formalitas tidak dapat dibuktikan adanya

penyimpangan namun yang sebenarnya tidak sedikit yang dipalsukan

d. Kecenderungan orang tidak disiplin

Untuk memberikan jawaban mengapa kebanyakan orang cenderung untuk

tidak disiplin dapat dilihat dari beberapa sudut pandang keilmuan, yakni :

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 7

1) Pakar Anthropologi Budaya, Koentjaraningrat, mengemukakan pendapat

bahwa Revolusi kita, serupa dengan semua revolusi yang terjadi dalam

sejarah manusia, telah membawa akibat-akibat post-revolusi berupa

kerusakan-kerusakan mental dan fisik, dalam masyarakat bangsa kita.

Salah satu diantaranya, nilai-budaya yang terlampau banyak

berorientasi vertikal ke arah atasan. Mengapa? Karena nilai-budaya

yang terlampau berorientasi vertikal kearah atasan akan mematikan jiwa

yang ingin berdiri sendiri dan berusaha sendiri. nilai yang seperti ini juga

akan tumbuhnya rasa disiplin murni, karena orang hanya akan taat

kalau pengawasan tadi menjadi kendor atau pergi

2) Dari sudut sosiologis. Soedjito, sosiolog yang tidak diragukan

reputasinya, mengemukakan suatu prespektif sosiologis, sebagai

berikut :

Masalah sosial : (kedisiplinan) adalah merupakan resultante dari

berbagai faktor di dalam masyarakat yang sedang mencari bentuk dan

kepribadian, karena tidak adanya keajegan yang dapat dipegang

sebagai pengarahan, bisa menimbulkan dis-organisasi sosial dan

bentuk alienation.

Alienation dalam bentuk frustasi bisa menimbulkan sikap asosial

terhadap orang lain.

Sikap asosial bisa melahirkan tata nilai moralitas yang beranggapan

bahwa menjadi jago atau melanggar peraturan merupakan suatu hal

yang patut dibanggakan.

Dalam kondisi sosial yang demikian, akan terjadi lomba ketangkasan

meningkatkan kuantitas dan kualitas kejahatan. Seperti keadaan

masyarakat, bahwa kejahatan itu tidak hanya dilakukan oleh orang yang

tidak mapan ekonominya saja. Namun orang yang sudah mapan

ekonominyapun juga melakukan kejahatan yang lazim disebut white

colar crime.

Selanjutnya Soedjito mengemukakan bahwa, masyarakat yang

kehilangan pegangan akan mudah menimbulkan anomi, keadaan anomi

ialah keadaan di mana norma-norma social tidak mempunyai kekuatan

untuk mengatur masyarakat.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 8

3) Soerjono Soekamto, didalam bukunya Sosiologi Hukum, menyatakan :

Bahwa timbulnya perilaku menyimpang kaidah sosial dalam masyarakat

adalah dapat dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu :

a) Kaidah sosial (hukumnya) itu sendiri harus terinci secara jelas dan

tegas sehingga mampu berfungsi sebagai pengendalian sosial atau

terciptanya suasana ketertiban dan ketentraman

b). Sikap Penegak Hukum, juga menentukan terwujudnya fungsi

sebagai pengendalian sosial. Karena dalam kehidupan masyarakat,

walaupun hukumnya sudah terinci secara jelas dan tegas tapi kalau

sikap atau semangat penegak Hukumnya bertindak atau berbuat

yang menyimpang juga tidak mempunyai arti.

c). Sarana dan prasarananya juga harus menunjang

d) Kesadaran hukum warga masyarakatnya juga harus ditumbuh

kembangkan

Keempat aspek tersebut harus mendapatkan perhatian yang seimbang,

karena bila salah satu aspek saja terabaikan tidak mungkin terwujud

tegaknya hukum (disiplin) dalam suatu masyarakat.

e. Menepati

Salah satu wujud seseorang itu patuh pada kaidah atau peraturan yang ada

adalah menepati. Adapun therminologi menepati adalah suatu perbuatan

atau tindakan yang sesuai dengan kaidah atau peraturan yang berlaku.

Secara hukum, kalau suatu kaidah (atau program yang telah direncanakan)

telah disepakati sebagai kehendak bersama atau sebagai konsensus, maka

keseluruhan warga masyarakat (anggota lembaga) tersebut telah

mengikatkan diri atau telah terikat oleh hasil konsensus tersebut. Dengan

demikian mereka mempunyai kewajiban moral untuk menepati hasil

consensus tersebut.

Menurut Prof. Eggens yang terkenal dengan teorinya “konsensualisme”

mengemukakan, bahwa keharusan menepati kaidah atau peraturan adalah

suatu tuntutan kesusilaan, merupakan suatu puncak peningkatan martabat

manusia yang dapat disimpulkan bahwa, dengan diletakkannya

kepercayaan pada seseorang, maka orang tersebut telah ditingkatkan

martabatnya setinggi-tingginya.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 9

Dengan landasan teori termaksud di atas, jawaban mengapa orang harus

menepati kaidah atau peraturan adalah karena suatu kesusilaan dan

merupakan suatu puncak peningkatan martabat manusia

f. Mendukung

Mendukung adalah sikap partisipasi aktif dalam melaksanakan nilai dan

kaidah (fungsi, tugas atau uraian kerja).

Partisipasi aktif, merupakan suatu proses kegiatan yang hidup dan

berkembang, oleh karena itu partisipasi pasif (tidak menolak program-

program yang direncanakan namun tidak ada prakarsa) harus dihilangkan.

Dan sebaliknya partisipasi aktif perlu di tumbuh-kembangkan.

Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka menumbuh

kembangkan partisipasi adalah :

1) Identifikasi dan klasifikasi jenis-jenis partisipasi

2) mewadahi partisipasi agar kegairahan berpartisipasi tidak bias, misalnya

wadah partisipasi buah pikiran dapat berbentuk : rapat mingguan, briefing,

seminar, penataran dan sebagainya.

3) Pra-syarat partisipasi, yakni :

a) Adanya rasa senasib sepenanggungan atau ringan sama dijinjing dan

berat sama dipikul

b) Adanya rasa ketergantungan dan keterkaitan

c) Adanya keterkaitan tujuan

d) Adanya prakarsawan

e) Adanya iklim partisipasi

Iklim partisipasi perlu diciptakan, karena pada umumnya partisipasi

apapun tidak akan ada dikalangan bawah apabila tidak diperhatikan.

Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan partisipasi adalah :

1. Keberadaan dan kedaulatan bawahan dihormati

2. Tugas dan wewenang bawahan yang telah dilimpahkan diakui

3. Adanya komunikasi tenggang rasa dan anggota “Duduk sama rendah

berdiri sama tinggi“

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 10

4. Tertanamnya perasaan, bahwa keikutsertaan bawahan mempunyai arti

relevan bagi dirinya dan lingkungannya

3.2 Permasalahan Disiplin

Dengan bertitik tolak dari makna disiplin terurai diatas, ruang lingkup permasalahan

menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut:

a. Apakah kaidah atau peraturan (fungsi organisasi yang terumuskan dalam tujuan

organisasi, tujuan organisasi terjabarkan dalam program-program kerja, program-

program kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam bentuk uraian kerja),

sudah terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi sebagai pengendali dalam

proses kegiatan

b. Apakah kesadaran anggota organisasi dalam menjalankan tugas sudah

menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman.

c. Apakah sarana dan prasarana sudah mampu mendukung untuk menegakkan

disiplin

d. Apakah kelompok manajerial dalam organisasi sudah professional dalam

mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala yang timbul.

Misalnya adanya kecemburuan sosial, karena tidak adanya perbedaan perlakuan

terhadap tenaga/anggota organisasi yang rajin/disiplin dan yang malas/tidak

disiplin, dan kondisi ini harus segera diatasi secara profesional.

e. Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya disiplin dalam organisasi

3.3 Langkah-Langkah Menegakkan Disiplin

a. Menata kembali peraturan, tujuan program kerja dan pendistribusiannya agar

terumus secara jelas dan tegas

b. Penataan ulang butir-butir nomor 1, hasilnya harus mampu berfungsi sebagai

pengendali agar proses kegiatan dalam organisasi menunjukkan.

1) Adanya keteraturan (penataan secara sistematik) dalam memproyeksikan arah

tujuan organisasi

2) Adanya system pengendalian yang mantap

3) Adanya stabilitas yang nyata atau tidak semu

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 11

4) Adanya iklim kerja yang kondusif

Sebagai contoh adanya sistem reword dan punishment yang diterapkan kepada

seluruh anggota organisasi. Setiap anggota organisasi yang melanggar kaidah/

peraturan misalnya dalam disiplin kerja, harus diberi hukuman sesuai dengan

peraturan, mulai dari yang sifatnya teguran sampai sanksi administrative yang

lebih besar.

Sedangkan kepada mereka yang disiplin dan berpotensi diberikan penghargaan

misalnya perhatian terhadap jenjang karir dan terkait dengan pengupahan dan

sebagainya.

5) Tidak adanya standar ganda dalam pelaksaan

6) Tidak adanya rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam diri anggota

organisasi untuk memilih dua pilihan yang tidak menyenangkan.

c. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran disiplin bawahan dengan melakukan

pendekatan edukatif.

▪ Ing ngarso sun tulodo

▪ Ing madyo mbangun karso

▪ Tut wuri Handayani

▪ Saling asah, saling asuh, saling asih

▪ Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul

Agar tumbuh kesadaran melu andarbeni, melu hangrukebi dan nulat sariro

hangrosowani.

Dan menghindarkan penjatuhan sanksi yang subyektif, tanpa pembuktian terlebih

dahulu dan tidak didasarkan pada kaidah yang berlaku.

d. Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum ada. Dalam

hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir nomor 1, 2 dan 3

diatas.

e. Dirumuskan sistem pengendalian terlebih dahulu dan baru kemudian dibentuk unit

kerja yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan kegiatan yang

ada di organisasi.

f. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai gantinya adalah

nilai budaya organis.

g. Untuk menambah wawasan dalam upaya menegakan disiplin dalam organisasi,

disini dikutipkan kesimpulan pendapat Mantan Menhankam Edi Sudrajat, sebagai

berikut :

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

3 - 12

1) Para petinggi Negara harus menjadi teladan dan bertanggung jawab atas

disiplin nasional memerlukan suri tauladan secara hierarkis dan tidak akan ada

prajurit yang disiplin apabila komandannya bertindak semaunya sendiri. Adapun

keluhan terhadap tingkat nasional maka sesungguhnya keluhan tersebut

pertama-tama ditunjukan kepada lapisan elite, para pimpinan dan pemuka

masyarakat, karena dari mereka diharapkan suri teladannya. Golongan inilah

yang sesungguhnya bertanggung jawab terhadap cacat celanya

kesuriteladanan, karena masuk dalam golongan elite masyarakat.

2) Pembudayaan disiplin nasional tidak dapat dilaksanakan secara santai tetapi

membutuhkan konsistensi, tekad yang bulat, kerja keras dan disertai dengan

tindakan nyata tanpa pandang bulu terhadap pelanggarnya

Lebih dari itu pembudayaan nasional memerlukan keteladanan secara hierarkis,

karena itu jika ada keluhan terhadap tingkat disiplin nasional maka

sesungguhnya keluhan tersebut harus ditujukan kepada elite atau pada para

pimpinan

3) Disiplin bukanlah hanya kewajiban kepatuhan dari bawah ke atas tetapi lebih

utama lagi dari atas ke bawah, berapa disiplin dalam mempertanggung

jawabkan pembinaan dan kepemimpinan

Hanya dengan demikian tercipta rasa aman dan terjamin keamanan bagi yang

berada di bawah yakni masyarakat luas

4) Disiplin nasional termasuk disiplin berpikir dan dimulai dari sikap batin dan

kejernihan hati nurani.

Jika hati nurani sudah bersih maka akan terbentuk sikap dan prilaku yang

disiplin, termasuk dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

5) Disiplin, pada dasarnya adalah sikap batin yang tercermin dalam perilaku untuk

senantiasa mentaati setiap norma dan ketentuan secara sadar dan dijalankan

secara ikhlas tanpa adanya paksaan.

Oleh karenanya sikap batin dan perilaku disiplin tidak dapat diwujudkan hanya

melalui ceramah atau kuliah saja namun harus ditumbuhkembangkan melalui

contoh teladan serta melalui pembiasaan dalam kehidupan secara terus

menerus (Suara Karya, Kamis, 29 Juni 1995).

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 1

BAB 4

DISIPLIN DAN KOMPETENSI OPERATOR

4.1. Umum

Operator alat-alat berat berada dalam lingkungan kerja suatu perusahaan atau unit

kerja yang telah memiliki peraturan atau kaidah yang telah disusun berdasarkan

kondisi perusahaan atau unit kerja tersebut mengacu atau menggunakan referensi

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan ini mengikat semua pegawai

mulai dari manajer puncak sampai kepada pegawai lapis terbawah dan termasuk

operator.

Disisi lain perusahaan telah menentukan tujuan perusahaan, organisasi dengan uraian

tugasnya untuk setiap bagian atau departemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan

tersebut, program kerja dan prosedur standar operasi yang menjadi pedoman kerja

bagi seluruh pegawai.

4.2. Penegakan disiplin

Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Operator Wheel

Loader, seorang operator Wheel Loader mempunyai tugas/uraian jabatan :

Mengoperasikan Wheel Loader dengan benar dan aman, melaksanakan pemeliharaan

harian sesuai petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.

Dari uraian jabatan tersebut diatas, operator Wheel Loader memiliki kompetensi yang

terdiri dari unit-unit kompetensi sebagai berikut :

1). Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama pemeliharaan dan

pengoperasian Wheel Loader.

2). Melaksanakan pemeliharaan harian Wheel Loader sesuai dengan petunjuk

pemeliharaan.

3). Melaksanakan pengoperasian Wheel Loader sesuai dengan aplikasi dan teknik

operasi yang benar.

4). Membuat laporan operasi.

Bila dilihat dari sisi kompetensi operator alat-alat berat, maka tidak dapat dilepaskan

dari unit kompetensi operator yang mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan

(psichomotoric) dan sikap kerja (attitude). Disiplin mengandung pengertian kepatuhan

melaksanakan peraturan atau kaidah yang berlaku dalam perusahaan dan pedoman

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 2

(manual) pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat didasari dengan penalaran

yang benar atas semua peraturan dan pedoman tersebut sesuai kondisi lingkungan

kerja dalam posisi sebagai anggota atau pegawai perusahaan.

4.2.1. Dilihat dari ranah/domain pengetahuan (knowledge)

a. Persyaratan

Untuk menunjang kompetensi operator tersebut, maka persyaratan yang

dituntut adalah :

▪ Memahami peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban operator,

sehingga mampu menempatkan diri sebagai pegawai yang harus

berperan aktif dalam melaksanakan kewajibannya untuk mencapai

tujuan perusahaan.

▪ Memahami peraturan perundang-undangan K3 terutama yang

berhubungan langsung dengan posisi operator alat-alat berat, yang

akan menempatkan operator dalam keadaan aman selama

melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan.

▪ Memahami pedoman pengoperasian dan pemeliharaan harian alat-alat

berat yang merupakan tugas utama operator, dan menjadi pedoman

bagi operator untuk dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi dengan

tidak mengabaikan pemeliharaan.

▪ Memahami kedudukan laporan operasi yang harus dibuatnya yang akan

menjadi data utama sebagai dasar pengambilan keputusan atasan atau

bahkan manajer perusahaan.

b. Usaha yang perlu dilakukan antara lain :

1) Perusahaan

▪ Melakukan sosialisasi peraturan perusahaan dengan berbagai cara,

misalnya melalui penyuluhan secara periodik, penyebaran pamplet

atau butir-butir penting peraturan dan sebagainya.

▪ Melakukan pelatihan khusus atau bimbingan teknik dalam

penerapan K3, P3K dan penanggulangan kebakaran secara teratur,

baik dilaksanakan diperusahaan (in house) atau dengan mengirim

tenaga terkait ke instansi pelatihan.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 3

▪ Melakukan pelatihan atau penyegaran pengoperasian dan

pemeliharaan alat-alat berat, baik dilaksanakan di perusahaan atau

di pusat pelatihan agen tunggal alat-alat berat.

▪ Menyediakan fasilitas kerja termasuk K3 yang lengkap dan

memenuhi standard, sehingga kelancaran tugas tidak terganggu

dan pegawai terhindar dari kecelakaan kerja.

▪ Menyelenggarakan program/kegiatan yang sifatnya merangsang

motivasi pegawai untuk mematuhi peraturan atau pedoman dengan

dasar kesadaran dari dalam diri masing-masing pegawai.

2) Pegawai/operator alat-alat berat

▪ Berusaha memahami peraturan dalam perusahaan terutama yang

terkait langsung dengan hak dan kewajibannya sebagai pegawai/

operator alat-alat berat.

Menyadari bahwa dengan bentuk kepatuhan terhadap peraturan

atau dalam menjalankan kewajiban, akan berdampak pada

pencapaian tujuan perusahaan sekaligus tujuan pribadi pegawai.

Misalnya dengan mematuhi jam kerja datang tepat pukul 07.00

operator dapat segera melakukan persiapan operasi sehingga pada

pukul 07.30 operator telah siap melakukan tugasnya

mengoperasikan alat-alat berat.

Dampaknya adalah jam operasi alat akan tinggi (sesuai dengan

waktu yang ditetapkan) sehingga produksi akan menjadi tinggi dan

pemeliharaan harian dapat dilakukan dengan sempurna karena

cukup waktu sehingga tingkat kerusakan alat akan menjadi kecil.

Pada akhirnya penilaian prestasi operator akan baik yang mungkin

berpengaruh terhadap pengupahan atau jenjang karir yang

bersangkutan.

▪ Berusaha mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang terkait

dengan tugasnya, sehingga secara langsung dapat meningkatkan

kompetensinya untuk menunjang tugas pekerjaannya.

▪ Berusaha memahami pedoman (manual) yang terkait dengan

tugasnya, seperti K3, pengoperasian dan pemeliharaan (operation

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 4

& maintenance) dan pedoman teknik lainnya, dan dapat

menerapkannya dengan benar dilapangan.

▪ Berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dengan

fasilitas kerja yang memadai, sehingga terjamin keselamatan kerja

dan jaminan sosialnya.

4.2.2. Dilihat dari ranah/domain keterampilan (psikomotorik)

Dari sisi psikomotorik lebih dominan kepada penerapan dari apa-apa yang

dipersyaratkan dalam persyaratan pengetahuan, yang antara lain terdiri :

▪ Mematuhi ketentuan yang tercantum dalam peraturan perusahaan dengan

didasari penalaran yang benar atas semua ketentuan tersebut, sehingga

secara psikologis dalam menjalankan kewajibannya dapat dengan ikhlas

tanpa merasa ada pemaksaan.

▪ Menerapkan peraturan dan ketentuan K3 dengan benar, dengan suatu

keyakinan bahwa pelaksanaan peraturan ini akan membawa kepada

jaminan keselamatan kerja bagi dirinya, lingkungan dan alat-alat berat yang

menjadi tanggung jawabnya.

Misalnya dengan disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri(APD)

selama melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat,

akan mempunyai keyakinan bahwa bahaya yang akan timbul kepada dirinya,

secara fisik telah dilindungi dengan APD tersebut.

▪ Menerapkan prosedur pengoperasian dan pemeliharaan dengan benar,

dengan dasar motivasi yang tinggi, dimana bila kepada unit alat tersebut

dilakukan pemeliharaan yang benar maka alat akan terhindar dari kerusakan

atau paling tidak mengurangi resiko terjadinya kerusakan, sehingga akan

dicapai tingkat jam operasi yang tinggi karena alat yang jarang rusak.

Sebagai contoh bila seorang operator mengabaikan atau tidak disiplin dalam

melakukan pemeliharaan harian, misalnya yang bersangkutan mengetahui

bahwa track dalam kondisi kendor, tapi tidak dilaporkan untuk segera distel

dahulu kekencangannya dan tetap mengoperasikan dalam kondisi tersebut.

Dampaknya komponen undercarriage akan mengalami kerusakan dan bila

hal ini terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian besar. Dari sisi

waktu akan terpakai untuk perbaikan berarti tidak ada produksi, dan dari sisi

lainnya untuk perbaikan undercarriage ini sangat mahal.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 5

Demikian juga dengan pengoperasian yang benar, maka selain dampak

kerusakan karena pengaruh operasi akan berkurang, juga hasil yang akan

dicapai akan meningkat.

▪ Membuat laporan operasi sesuai dengan prosedur dengan didasari

kepercayaan diri yang tinggi bahwa semua yang dilaporkan adalah benar

dan bila disampaikan tepat waktu akan menjadi sumber utama dalam

penentuan kebijaksanaan yang menyangkut perusahaan atau unit kerjanya

atau kemungkinan promosi untuk dirinya sendiri.

Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui beberapa cara, serupa halnya dengan

usaha yang dilakukan pada ranah/domain pengetahuan (kognitif) yaitu antara

lain :

▪ Melalui sosialisasi peraturan secara teratur/periodik

▪ Melalui pelatihan, baik didalam perusahaan dengan tenaga instruktur dan

fasilitas perusahaan atau pelatihan diluar/ pada institusi pelatihan yang

relevan.

▪ Melalui penugasan yang tepat, dalam pengertian menugaskan seseorang

sesuai dengan kompetensi yang dimiliki pegawai/operator yang

bersangkutan, sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dari penugasan

tersebut, baik bagi perusahaan maupun bagi pegawai/operator yang

bersangkutan.

▪ Melalui sistem penghargaan dan sanksi, dimana bagi pegawai/operator yang

memiliki nilai disiplin tinggi dengan prestasinya yang baik, patut diberikan

penghargaan, sedangkan bagi mereka yang tidak menunjukkan

kepatuhan/disiplin dan bahkan melanggar serta tidak/kurang memiliki

prestasi, perlu diberikan sanksi yang sesuai dengan kesalahan.

4.2.3. Dilihat dari ranah/domain sikap (efektif)

Sikap/perilaku ini menggambarkan kemampuan dalam menyesuaikan dengan

situasi kerja, baik yang sudah terbiasa ataupun situasi baru. Setiap unit kerja

memiliki kaidah atau peraturan yang memerlukan penyesuaian setiap pegawai,

sehingga sikap kerja seseorang akan mempengaruhi sejauh mana mampu

mematuhi dengan benar peraturan yang berlaku tersebut.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 6

Peraturan disini selain peraturan perusahaan juga termasuk setiap prosedur

operasi standar (SOP) dan pedoman yang terkait, misalnya untuk operator

adalah manual pengoperasian dan pemeliharaan.

Dalam pelaksanaanya dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :

▪ Mematuhi peraturan perusahaan yang terkait dengan kewajiban dan hak

pegawai, sesuai dengan peraturan yang berlaku diperusahaan tersebut

secara sadar tanpa merasa ada pemaksaan.

▪ Menerapkan K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik peraturan

perusahaan maupun peraturan perundangan dengan benar, misalnya selalu

patuh dalam menggunakan APD dan sebagainya, secara tertib karena

menyadari dampaknya terhadap keselamatan kerja.

▪ Melaksanakan prosedur pemeliharaan alat-alat berat dengan benar sesuai

kedudukannya sebagai operator, yaitu prosedur pemeliharaan harian, secara

konsisten dan tertib karena memiliki motivasi bahwa alat harus dalam

keadaan baik siap operasi.

▪ Melaksanakan prosedur pengoperasian alat-alat berat dengan benar sesuai

dengan aplikasinya secara konsisten dan tertib karena memiliki motivasi

bahwa alat akan mencapai tingkat produksi yang maksimal (mutu dan hasil

produksi) serta tingkat kerusakan yang kecil.

Usaha yang dapat ditempuh dalam mewujudkan hal tersebut diatas antara lain

adalah :

▪ Dalam penerapan peraturan perusahaan, selain dengan sosialisasi yang

teratur, perlu adanya keteladanan dari atasan dalam kepatuhan terhadap

peraturan tersebut.

Misalnya dalam suatu program pelatihan seorang instruktur merupakan figur

yang harus diteladani, sehingga selalu lebih dahulu dalam menerapkan

disiplin ditempat latihan.

Instruktur selalu tepat waktu memulai pelatihan dan taat pada peraturan

selama melatih (misalnya tidak merokok) sehingga tepat waktu pada

mengakhiri jam pelatihannya. Sedangkan pada saat pelajaran praktek,

instruktur selalu berada dekat peserta sehingga setiap saat dapat

memberikan bimbingan kepada semua peserta.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

4 - 7

▪ Penerapan peraturan terkait dengan K3, hanya akan efektif bila terdapat

kesadaran pada para pelakunya, baik pelaku perusahaan yang harus

menyiapkan fasilitas K3 dan memberikan penjelasan tentang K3 kepada

pegawainya, maupun para pegawai dalam mematuhi peraturan K3 dengan

benar/konsisten didalam menjalankan tugasnya.

▪ Munculnya kesadaran dalam mematuhi peraturan dan pedoman dapat

dilakukan melalui pelatihan atau bimbingan teknik atau penyuluhan yang

telah terprogram dengan baik.

4.3. Pengawasan dan Sanksi

Suatu peraturan akan efektif bila disertai dengan pengawasan dan sanksi secara adil

bagi siapapun yang melakukan pelanggaran.

Oleh karena itu pihak manajemen perlu melakukan tindakan pengawasan sesuai

dengan prosedur pengawasan serta pemberian sanksi yang dikenakan kepada

pegawai yang melakukan pelanggaran dan diberlakukan secara adil.

Penerapan disiplin dalam kaitannya dengan kompetensi operator ini, dimulai dari sikap

batin dan kejernihan hati nurani, baik dari diri operator sendiri dan juga dari atasannya,

sehingga dapat ditumbuh kembangkan contoh keteladanan dan melalui pembiasaan

dalam lingkungan kerja secara berkesinambungan.

Disisi sanksi atau hukuman, pihak manajemen harus berupaya memberikan reward

atau penghargaan kepada setiap pegawai yang berprestasi dalam pelaksanaan

tugasnya.

Pemberian sanksi (hukuman/punishment) dan penghargaan (reward) tersebut telah

tertuang dalam peraturan dan kelengkapannya (pedoman penilaian pegawai, rekaman/

data prestasi, dsb), sehingga penilaian dapat dilakukan dengan adil dan transparan.

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

DAFTAR PUSTAKA

1. Ensiklopedi, Ensiklopedi Indonesia. Ikhtiar Baru, 1984

2. Koentjaraningrat. Prof.,DR.,SH., Kebudayaan Mentalitiet dan Pembangunan. Gramedia.

1984

3. Soedjito, Prof., SH. MA., Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri, Tiara

Wacana, 1986

4. Soerjono Soekamto, Prof., DR.,SH., Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Alumni, 1985

5. Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapensi, Badan Pimpinan Pusat

Gapensi,2001

6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HATHI

7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AKI

8. Undang-undang Jasa Kontruksi (UUJK) No 18, tahun 1999

Pelatihan Operator Wheel Loader Ethos Kerja

RANGKUMAN

1. Masalah etos kerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan hasil pelaksanaan

pekerjaan sangat penting untuk dipahami oleh setiap tenaga kerja konstruksi, termsuk

operator Wheel Loader, sehingga diharapkan dengan pemahaman ini diharapkan

seorang operator akan mampu menghasilkan produk yang baik sesuai dengan

spesifikasi yang ditentukan.

2. Disisi lain sikap perilaku dalam menjalankan tugas pekerjaannya akan memberikan

gambaran tindakan profesionalisme yang bersangkutan, dan dengan adanya etika

profesi akan membawa dampak yang positif pada tanggung jawab profesional setiap

pekerja yang berlandaskan undang-undang Jasa Konstruksi sesuai kaidah keilmuan dan

kejujuran intelektual.

3. Penegakan disiplin harus diawali dengan adanya pengertian tentang disiplin itu sendiri,

terutama yang ada kaitannya dengan kaidah/nilai atau peraturan yang patut dikatahui

oleh setiap pekerja yang pelaksanaannya didasari sikap batin yang tercermin dalam

perilaku untuk selalu mentaati segala ketentuan dengan sadar tanpa merasa ada

pemaksaan.

4. Penegakan disiplin dikembangkan dengan kompetensi operator alat-alat berat, yang

memberikan alur pemikiran tentang pemahaman dan penerapan disiplin pada setiap unit

kompetensi dari operator.