pelatihan kepemimpinan nasional tingkat ii - simantu

277
1 PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2021 LAPORAN PROYEK PERUBAHAN STRATEGI REHABILITASI DAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS FISKAL RENDAH MELALUI INSTRUMEN KAJI ULANG KELAYAKAN REVITALISASI INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Disusun oleh: Nama : Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT. NDH : 22 Angkatan : V BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG BEKERJASAMA DENGAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 Draft 28 Juni 2021

Transcript of pelatihan kepemimpinan nasional tingkat ii - simantu

1

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2021

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

STRATEGI REHABILITASI DAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS

FISKAL RENDAH MELALUI INSTRUMEN KAJI ULANG KELAYAKAN REVITALISASI INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

Disusun oleh:

Nama : Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT.

NDH : 22

Angkatan : V

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG

BEKERJASAMA DENGAN

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2021

Draft 28 Juni 2021

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia

dan rahmatnya maka penyusunan laporan Proyek Perubahan dengan

judul “Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta

Karya” untuk memenuhi target output yang telah ditetapkan dalam

tujuan jangka pendek dapat tercapai dan salah satu target output

jangka menengah yaitu rancangan pedoman pelaksanaan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada derah

dengan kapasitas fiskal rendah dapat dipercepat pencapaiannya dalam

jangka pendek.

Proses penyusunan sampai selesainya keluaran jangka pendek proyek

perubahan ini merupakan bentuk kerja sama, kolaborasi, dan dukungan

semua pihak. Untuk itu, kami ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur Jenderal Cipta Karya, Ibu Ir. Diana Kusumastuti, MT. selaku

Mentor atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan proyek

perubahan ini.

2. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Edward Abdurrahman,

M.Sc. selaku Co-Mentor atas bimbingan dan dukungannya dalam

penyusunan proyek perubahan ini.

3. Bapak Puja Samedhi, BE., SE., CES selaku Coach atas bimbingan

dan dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.

3

4. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Bapak Ir. Mohammad

Zainal Fatah atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan

proyek perubahan ini.

5. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR, Bapak Ir. T. Iskandar, MT.

atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan proyek

perubahan ini.

6. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi, Bapak Dr.

Dadang Rukmana, S.H., CES., DEA. atas bimbingan dan

dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.

7. Wali Kota Banda Aceh, Bapak H. Aminullah Usman, SE.Ak, MM.

atas dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.

8. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda

Aceh, Bapak Jalaluddin, ST., MT. atas dukungannya dalam

penyusunan Proyek Perubahan ini.

9. Direktur Perumahan dan Permukiman, Deputi Sarana dan

Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ibu Tri Dewi Virgiyanti, ST.,

MEM. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.

10. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina

Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Bapak Iwan

Kurniawan, ST., MT. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek

Perubahan ini.

11. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen

Anggaran, Kementerian Keuangan, Bapak Made Arya Wijaya, S.E.,

M.Sc. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.

12. Sekretaris Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Didiet Arief Akhdiat, M.Si.

atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.

4

13. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Yudha Mediawan,

M.Dev.Plg. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan

ini.

14. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Prasetyo, M.Eng. atas

dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.

15. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata

Ruang, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan, Bapak Eko

Roesanto atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan

ini.

16. Kepala Subdirektorat Wilayah I-Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta

Karya, Bapak Wijayanto, ST. M.Si. atas dukungannya dalam

penyusunan Proyek Perubahan ini.

17. Kepala Subdirektorat Wilayah I-Direktorat Sanitasi, Ditjen Cipta

Karya, Bapak Suharsono Adi Broto, S.T., M.M. atas dukungannya

dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.

18. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Tengah, Bapak

Cakra Nagara, ST., MT., ME. atas dukungannya dalam penyusunan

Proyek Perubahan ini.

19. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh, Bapak

Mohammad Yoza Habibie, ST., MT. atas dukungannya dalam

penyusunan Proyek Perubahan ini.

20. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi

Aceh, Bapak T. Davis F. Hamid, ST. MT. atas dukungannya dalam

penyusunan Proyek Perubahan ini.

5

21. Bapak/Ibu Widyaiswara, Kepala Balai Diklat Pendidikan dan

Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung, dan segenap panitia

penyelenggara Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II PUPR

Tahun 2021 yang atas dukungan dan bantuannya.

22. Nidhya Firmania Widjayatiningtyas, Istri tercinta atas dukungan dan

kesabaran dalam mendampingi terselesaikannya Proyek Perubahan

ini.

23. Tim efektif dan Keluarga Besar Direktorat Jenderal Cipta Karya atas

dukungan dalam Proyek Perubahan ini.

Kami menyadari bahwa proses penyusunan dan pelaksanaan Proyek

Perubahan ini masih jauh dari sempurna, segala saran dan masukan

dalam penyempurnaannya ini sangat dibutuhkan pada waktu yang akan

datang.

Akhir kata, semoga Proyek Perubahan ini dapat memberikan manfaat

bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan

infrastruktur permukiman, khususnya sektor air minum dan sanitasi.

Jakarta, Juni 2021

Penulis

Dr. Taufan Madiasworo ST., MT selaku Project Leader

6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................................. 6

Daftar Gambar ......................................................................................................... 8

Daftar Tabel ........................................................................................................... 12

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 14

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 14

1.1.1 Telaah Aspek Normatif ........................................................................... 16

1.1.2 Profil Unit Organisasi.............................................................................. 18

1.1.3 Tugas Pokok Direktorat SSPIP .............................................................. 20

1.1.4 Studi Kelayakan (Feasibility Study) ........................................................ 20

1.1.5 Kapasitas Fiskal Daerah ........................................................................ 27

1.1.6 Tahapan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran ................... 28

1.2 Area Proyek Perubahan ................................................................................... 29

1.2.1 Isu Strategis ........................................................................................... 29

1.2.2 Faktor-faktor Penyebab .......................................................................... 29

1.2.3 Isu Strategis Terpilih............................................................................... 30

1.2.4 Manfaat Proyek Perubahan .................................................................... 31

1.2.5 Ruang Lingkup Proyek Perubahan ......................................................... 32

BAB 2 RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ..................................................... 33

2.1 Identifikasi Proyek Perubahan .......................................................................... 33

2.1.1 Identifikasi Pemetaan Risiko .................................................................. 33

2.1.2 Kondisi Saat Ini ...................................................................................... 35

2.1.3 Kondisi yang Diharapkan ....................................................................... 40

2.1.4 Tujuan Proyek Perubahan ...................................................................... 41

2.1.5 Inovasi.................................................................................................... 41

2.1.6 Alur Pikir Proyek Perubahan ................................................................. 43

2.2 Analisis Stakeholder ......................................................................................... 44

2.3 Milestone Proyek Perubahan ............................................................................ 50

2.4 Tahapan Pelaksanaan ...................................................................................... 51

7

2.4.1 Jangka Pendek ...................................................................................... 51

2.4.2 Jangka Menengah dan Jangka Panjang ................................................ 52

2.5 Tata Kelola Proyek Perubahan ......................................................................... 53

2.6 Output .............................................................................................................. 54

2.7 Kriteria keberhasilan ......................................................................................... 55

2.8 Marketing Sektor Publik .................................................................................... 56

BAB 3 PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ................................................. 56

3.1 Capaian Proyek Perubahan .............................................................................. 57

3.1.1 Capaian terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

dan Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun sebagai

masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan

sanitasi ................................................................................................... 60

3.1.2 Capaian Terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .............................................. 72

3.1.3 Capaian Terhadap Rancangan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .............................................. 76

3.1.4 Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta

Karya Tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ........... Error!

Bookmark not defined.

3.2 Pelaksanaan Strategi Marketing ....................................................................... 96

3.3 Pemberdayaan Organisasi Pembelajaran ........................................................ 98

3.3.1 Pengembangan Tim Efektif .................................................................. 101

3.3.2 Peningkatan Peran Stakeholders ......................................................... 103

3.4 Kendala dan Strategi dalam Pelaksanaan Proyek Perubahan ........................ 135

3.5 Faktor Kunci Keberhasilan Proyek Perubahan ............................................... 136

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................. 137

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 138

4.1 Rekomendasi ............................................................................................. 138

4.1 Lesson Learned .......................................................................................... 139

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya ................... 18

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya ................... 19

Gambar 1.3 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek

Pengembangan SPAL. ............................................................... 24

Gambar 1.4 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek

Pengembangan Persampahan. .................................................. 26

Gambar 1.5 Perhitungan Kapasiats Fiskal Daerah ......................................... 27

Gambar 1.6 Milestone Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran ...... 28

Gambar 2.1 Jumlah dan Pagu Kegiatan Infrastruktur Permukiman

Tidak Berfungsi periode. 2015-2020 ........................................... 35

Gambar 2.2 Perbandingan Daerah Berdasarkan Kapasitas Fiskal ................. 35

Gambar 2.3 Sistem Penyediaan Air Minum .................................................... 36

Gambar 2.4 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Minum pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ................................... 37

Gambar 2.5 Sistem Pengelolaan Air Limbah .................................................. 38

Gambar 2.6 Sistem Pengelolaan Persampahan ............................................. 39

Gambar 2.7 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Limbah pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ................................... 40

Gambar 2.8 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Persampahan

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .......................... 39

Gambar 2.9 Inovasi dan Gagasan Perubahan ................................................ 42

Gambar 2.10 Alur Pikir Proyek Perubahan ....................................................... 43

Gambar 2.11 Diagram Stakeholders Quadrant ................................................. 48

Gambar 2.12 Diagram Strategi Komunikasi ...................................................... 49

Gambar 2.13. Tahapan Pelaksanaan Proyek Perubahan .................................. 50

Gambar 3.1 Proses Pelaksanaan FGD, Pembahasan dan diskusi dalam

rangka mencapai output yang ditetapkan dalam milestone

Proyek Perubahan melalui Advokasi dan Komunikasi

kepada stakeholders terkait ........................................................ 58

Gambar 3.2 Capaian Proyek Perubahan ........................................................ 59

Gambar 3.3 Rapat Pembahasan Rekonfirmasi Aset....................................... 63

Gambar 3.4 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Tri Dewi Virgiyanti,

ST, MEM, Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas ...... 63

Gambar 3.5 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Ditjen Bina

Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri ................... 64

9

Gambar 3.6 Pembahasan Rekonfirmasi Aset bersama Ditjen Anggaran,

Kementerian Keuangan .............................................................. 65

Gambar 3.7 Data Hasil Rekonfirmasi Aset ..................................................... 66

Gambar 3.8 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama

Direktur Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di

lingkungan Ditjen Cipta Karya ..................................................... 68

Gambar 3.9 Data Hasil Updating Rekonfirmasi Aset ...................................... 69

Gambar 3.10 Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun

sebagai masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem

informasi air minum dan sanitasi bersama Direktorat Air

Minum dan Direktorat Sanitasi .................................................... 70

Gambar 3.11 FGD Dukungan Kelembagaan Daerah terhadap Rehablitasi

dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

bersama Bappenas ..................................................................... 73

Gambar 3.12 FGD Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman melalui

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah dengan Kementerian Dalam Negeri..................... 75

Gambar 3.13 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum

dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah ............................................................................. 76

Gambar 3.14 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum

dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada Daerah Dengan

Kapasitas Fiskal Rendah ............................................................ 77

Gambar 3.15 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum

dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah ............................................................................. 78

Gambar 3.16 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum

dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ........ 79

Gambar 3.17 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi

dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas fiskal rendah dengan Direktorat Sanitasi

(Kasubdit Wilayah I) .................................................................... 81

10

Gambar 3.18 Pembahasan Rancagan Mekanisme Mekanisme

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan Direktorat

Air Minum (Kasubdit Wilayah I) ................................................... 82

Gambar 3.19 Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor

Air Minum dan Sanitasi pada kabupaten/kota dengan

kapasitas fiskal rendah di Provinsi Sumatera Utara .................... 83

Gambar 3.20 Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan,

Operasi dan Rehabilitasi (OPOR) bersama Sekretariat

Jenderal Kementerian PUPR ...................................................... 83

Gambar 3.21 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi

dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan Pemutakhiran Sistem

Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM) .................................. 85

Gambar 3.22 Pembahasan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta

Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif ............................ 89

Gambar 3.23 Pembahasan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur

Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman ............. 92

Gambar 3.24 Metod 5M .................................................................................... 99

Gambar 3.25 Pengembangan Tim Efektif (Rapat Konsolidasi Internal,

FGD, Advokasi dan Komunikasi kepada Stakeholders) .............. 103

Gambar 3.26 Diagram Stakheholder sebelum Pelaksanaan Proyek

Perubahan .................................................................................. 104

Gambar 3.26 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama

Direktur Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di

lingkungan Ditjen Cipta Karya ..................................................... 104

Gambar 3.27 Diagram Stakheholder sesudah Pelaksanaan Proyek

Perubahan .................................................................................. 105

Gambar 3.28 Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya ....................... 107

Gambar 3.29 Bimbingan lanjutan dengan Ditjen Cipta Karya ........................... 108

Gambar 3.30 Bimbingan dan Konsultasi dengan Dit.SSPIP ............................. 109

Gambar 3.31 Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim

Efektif.......................................................................................... 111

Gambar 3.32 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris

Jenderal Kementerian PUPR .................................................... 113

Gambar 3.33 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur

Jenderal Kementerian PUPR .................................................... 115

11

Gambar 3.34 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli

Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi ............................ 118

Gambar 3.35 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Direktur SUPD

II,

Kementerian Dalam Negeri ....................................................... 122

Gambar 3.36 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan

kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum

Agraria dan Tata Ruang .............................................................. 123

Gambar 3.37 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan

kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan

Kemaritiman................................................................................ 124

Gambar 3.38 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan

Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas ................................ 127

Gambar 3.39 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum ................ 128

Gambar 3.40 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi ................... 129

Gambar 3.41 Advokasi dan Komunikasi kepada Sesditjen Cipta Karya ........... 130

Gambar 3.42 Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh ............ 131

Gambar 3.43 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda Aceh ......................... 132

Gambar 3.44 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai

Prasarana Permukiman Wilayah Aceh ........................................ 133

Gambar 3.45 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja

Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Aceh .................. 134

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Suatu Proyek Dinyatakan Layak/Tidak Layak .................. 24

Tabel 1.2 Katagori Kapasitas Fiskal Daerah ..................................................... 26

Tabel 2.1 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Persiapan ...................................... 32

Tabel 2.2 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Penyiapan Kegiatan ...................... 32

Tabel 2.3 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pelaksanaan Kegiatan .................. 33

Tabel 2.4 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Serah Terima Aset ........................ 33

Tabel 2.5 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pengelolaan Aset oleh Pemda ...... 34

Tabel 2.6 Output dan Output Kunci Proyek Perubahan..................................... 44

Tabel 2.7 Tahapan Pelaksanaan Jangka Pendek ............................................. 50

Tabel 2.8 Tahapan Pelaksanaan Jangka Menengah dan Panjang ................... 51

Tabel 2.9 Output dan Output Kunci Proyek Perubahan..................................... 53

Tabel 3.1 Format Data Isian untuk Inventarisasi Infrastruktur Permukiman....... 70

13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan daya saing dan

investasi yang tentunya akan berkontribusi kepada peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan lapangan pekerjaan. Di saat pemerintah berusaha membangun daya

saing melalui pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, masih

terdapat permasalahan mendasar dalam penyelenggaraan infrastruktur berupa

ketidakberfungsian infrastruktur terbangun yang mengakibatkan infrastruktur

terbangun tersebut tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Hal ini dapat

diakibatkan belum optimalnya implementasi proes bisnis pada tahap perencanaan

dan pemrograman, tahap perencanaan teknis, tahap pelaksanaan konstruksi, dan

tahap pemanfaatan. Pada penyelenggaraan infrastruktur permukiman, beberapa

penyebab terjadinya ketidakberfungsian infrastruktur permukiman dapat diakibatkan

oleh ketidaklayakan proyek, terjadinya bencana, permasalahan sosial, rendahnya

kepedulian dan komitmen pemerintah daerah. Selain itu, penyebab tidak

berfungsinya infrastruktur permukiman yang telah dibangun dapat

dikarenakan sistem yang tidak berfungsi akibat tidak dilengkapi dengan kajian

studi kelayakan di tahap perencanaan.

Berdasarkan arahan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

pada pembukaan acara Konsultasi Regional (Konreg) pada bulan Maret 2021, salah

satu fokus pembangunan infrastruktur PUPR Tahun 2022 adalah Optimalisasi,

Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi atau disingkat OPOR. Optimalisasi

merujuk pada evaluasi dan inventarisasi terhadap pekerjaan yang sudah dapat

dimanfaatkan. Optimalisasi juga bertujuan untuk menuntaskan dan memberikan

manfaat dari infrastruktur yang telah terbangun. Pemeliharaan dimaksudkan agar

pekerjaan yang telah selesai dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga

dapat menjamin keberlangsungan fungsi dari infratruktur terbangun. Operasi

ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat dioperasikan secara

maksimal, dan upaya rehabilitasi difokuskan pada infrastruktur yang telah

mencapai umur konstruksi tertentu atau infrastruktur terdampak bencana, agar

14

fungsinya dikembalikan seperti semula. Penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya

memiliki diferensiasi dengan unit organisasi lain di Kementerian PUPR seperti Ditjen

Sumber Daya Air (SDA) dan Ditjen Bina Marga. Pada Ditjen Bina Marga dan Ditjen

SDA penanganan dilakukan pada infrastruktur dengan status nasional, sehingga

infrastruktur yang telah dibangun dilakukan operasi dan pemeliharaan oleh Ditjen

Bina Marga dan Ditjen SDA, Kementerian PUPR. Pada Ditjen Cipta Karya,

infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun, selanjutnya diserahkan

kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan

amanat Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya

memberikan fokus pada aspek Optimalisasi dan Rehabilitasi.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya terdapat

terhadap infrastruktur permukiman terbangun dengan periode 2015 hingga 2020.

Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap infrastruktur permukiman tersebut, terdapat

87 (delapan puluh tujuh) Infrastruktur permukiman di sektor air minum dan sanitasi

yang belum berfungsi.

Selanjutnya, dari 87 infrastruktur permukiman yang belum berfungsi, 55 (37

infrastruktur air minum, 18 infrastruktur sanitasi) berada pada Kab/Kota dengan

kondisi kapasitas fiskal daerah yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan data

tersebut, sebagian besar (63%) infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi

berada pada Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah.

Saat ini, Ditjen Cipta Karya telah memiliki sistem informasi sektor air minum dan

sektor sanitasi. Untuk sektor air minum yaitu Sistem Informasi Manajemen Sistem

Penyediaan Air Minum (SIMSPAM) dan untuk sektor sanitasi yaitu Sistem Informasi

Sanitasi (SIINSAN). Di dalam SIMSPAM dan SIINSAN tersebut, telah terdapat fitur

terkait data infrastruktur permukiman terbangun. Namun demikian, untuk SIINSAN

belum memuat secara rinci terkait informasi tentang kondisi infrastruktur

permukiman terbangun, seperti: status keberfungsian, status BMN, dan kelengkapan

dokumen serah terima aset. Sedangkan untuk SIMSPAM telah terdapat fitur yang

memuat tentang kondisi keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun, namun

data yang disajikan belum up to date dan perlu dilengkapi dengan dokumentasi.

Sistem informasi tersebut perlu untuk dimutakhirkan dengan fitur yang dapat

menginformasikan kondisi teraktual dari infrastruktur permukiman terbangun.

15

Dalam rangka mencari solusi dari permasalahan tersebut, Proyek Perubahan

dengan judul “Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen

Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya” diharapkan

dapat menjadi suatu terobosan sebagai solusi dari permasalahan ketidakberfungsian

infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah sekaligus

menjadi strategi implementasi dari kebijakan Menteri PUPR terkait OPOR dalam

penyelenggaraan infrastruktur dan untuk mewujudkan infrastruktur yang

berkelanjutan sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Jasa Konstruksi.

1.1.1 Telaah Aspek Normatif

UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Perumahan, mendefinisikan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang

terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,

utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan atau kawasan perdesaan.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi diterbitkan sebagai

antisipasi terhadap terjadinya ketidakberfungsian suatu bangunan, setelah

penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan

dan Kawasan Permukiman mengamanatkan bahwa prasarana permukiman

sekurang-kurangnya terdiri dari jaringan jalan, sistem penyediaan air minum,

jaringan drainase, sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan

dan sistem proteksi kebakaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi mendefinisikan infrastruktur

berkelanjutan diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan konstruksi

berkelanjutan, yaitu sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan

yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi tujuan

ekonomi, sosial dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang,

serta memenuhi prinsip berkelanjutan.

16

Permen PUPR No.5 tahun 2015 tentang pedoman umum implementasi konstruksi

berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR, mengamantkan

bahwa pelaksanaan kegiatan kontruksi bidang PUPR harus berdasarkan pada

prinsip-prinsip konstruksi berkelanjutan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum

Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan

Sarana Bidang Pekerjaan Umum mengamanatkan bahwa penyelenggara/satuan

kerja di lingkungan Kementerian PUPR dapat melaksanakan tugasnya secara

profesional dengan tidak menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang berlaku,

sehingga diperoleh hasil yang tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tepat

manfaat melalui pengendalian atas kegiatan perencanaan konstruksi, pengadaan

lahan, pelaksanaan konstruksi, dan persiapan operasi dan pemeliharaan prasarana

dan sarana bidang pekerjaan umum.

Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016

tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengamanatkan

bahwa dalam tahapan perencanaan SPAM yang dilakukan untuk pembangunan

baru, peningkatan, dan perluasan terdiri dari penyusunan studi kelayakan, rencana

teknis terinci dan penyusunan prosedur operasi standar.

Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)

mengamanatkan bahwa perencanaan SPALD harus terdiri atas rencana induk, studi

kelayakan dan perencanaan teknis rinci.

Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013

tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan

(PSP) dalam tahapan perencanaan teknik harus melalui penyusunan rencana induk,

studi kelayakan dan perencanaan teknis manajemen persampahan.

Berdasarkan telaah aspek normatif/regulasi bahwa dalam penyelenggaraan

infrastruktur permukiman telah terdapat regulasi yang cukup lengkap. Namun

demikian masih diperlukan regulasi yang bersifat lebih spesifik.

17

1.1.2 Profil Unit Organisasi

1.1.2.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR

18

1.1.2.2 Struktur Organisasi Direktorat Strategi dan Sistem Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR

19

1.1.3 Tugas Pokok Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan

Infrastruktur Permukiman

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat

Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman (Dit. SSPIP)

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

di bidang sistem dan strategi penyelenggaraan infrastruktur permukiman. Dalam

melakukan tugasnya Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem, strategi, dan keterpaduan

penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;

2. penyusunan rencana dan pengembangan strategi, serta rencana strategis

pengelolaan permukiman;

3. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan sistem, strategi, dan keterpaduan

penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan sistem, strategi,

dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;

5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan sistem,

strategi, dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur

permukiman;

6. pengolahan data dan penyiapan informasi di bidang pembinaan sistem, strategi,

dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;

7. pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.

1.1.4 Studi Kelayakan (Feasibility Study)

Berdasarkan Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Sistem Penyediaan Air Minum, studi kelayakan merupakan suatu studi untuk

mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di

suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, sosial,

budaya, ekonomi, kelembagaan, dan finansial.

Studi kelayakan adalah tahap desain awal untuk setiap proyek atau rencana untuk

melakukan analisis kelayakan terhadap viability suatu gagasan dengan mengukur

kapasitas pengelolaan sumber daya dan teknologi yang dibutuhkan serta kapasitas

20

pembiayaan berdasarkan perbandingan pengembalian yang wajar terhadap risiko

investasi. Feasibility study berbeda dengan business plan, feasibility study memiliki

fungsi untuk investigasi, berbeda halnya dengan business plan yang lebih kepada

perencanaan yang berupa langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan

sebuah proposal dari sebuah ide hingga menjadi proyek. Feasibility study dapat

memberikan beberapa alternatif, namun business plan hanya berisi satu alternatif

saja.

1.1.4.1 Muatan Studi Kelayakan

A. Muatan Studi Kelayakan Bidang Air Minum

Muatan studi kelayakan bidang air minum berdasarkan Permen PUPR Nomor 27

Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, yaitu:

1. Aspek Teknis Teknologis

Studi kelayakan merupakan suatu studi untuk mengetahui tingkat kelayakan

usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan

ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi,

kelembagaan, dan finansial.

2. Aspek Lingkungan

Pengkajian kelayakan aspek lingkungan mempertimbangkan kegiatan

masyarakat dan kondisi daerah setempat secara holistik untuk menentukan

kelayakan faktor-faktor lingkungan dalam penyelenggaraan SPAM. Pengkajian

kelayakan aspek lingkungan dilaksanakan melalui penyusunan dokumen

AMDAL, formulir UKL-UPL, SPPL, dan izin lingkungan sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

3. Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Pengkajian aspek sosial, budaya, dan ekonomi mencakup antara lain

ketersediaan fasilitas umum, gambaran umum tingkat sosial, ekonomi, dan

budaya wilayah dan masyarakat, analisis proporsi jenis pelanggan, serta

gambaran peran masyarakat.

21

4. Aspek Hukum dan Kelembagaan

Pengkajian aspek Kelembagaan dilakukan terhadap peraturan perundang-

undangan, konsep perjanjian kerjasama, sumber daya manusia, tingkat

pendidikan, dan kualitas. Struktur organisasi dan penempatan kerja sesuai

latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

5. Aspek Finansial

Pengkajian kelayakan aspek finansial ditentukan untuk mendapatkan

keuntungan finansial terbaik bagi penyelenggara dalam jangka waktu tertentu.

Sasaran dari analisa keuangan ini untuk mengetahui apakah kegiatan yang

akan dilaksanakan ini dari segi keuangan dinilai layak, dalam arti mempunyai

dana yang cukup untuk membiayai pengoperasian seluruh fasilitas yang ada,

dan dapat membayar kembali seluruh pinjaman beserta bunganya bila

menggunakan dana pinjaman.

6. Aspek Risiko dan Mitigasi

Pengkajian aspek alokasi risiko dan mitigasi meliputi risiko kinerja, dan politik,

dan finansial. Risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko yang memadai

dengan mengalokasikan risiko kepada pihak yang paling mampu

mengendalikan risiko dalam rangka menjamin efisiensi dan efektivitas dalam

penyediaan infrastruktur. Pengelolaan risiko ditentukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

B. Muatan Studi Kelayakan Bidang Air Limbah

Muatan studi kelayakan bidang air limbah mengacu kepada Pedoman Teknis

Penyusunan Studi Kelayakan SPAL. Studi kelayakan ini berlaku untuk:

a. Pengembangan SPAL-T dan SPAL-S Kota Metropolitan dan Kota Besar dengan

jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.

b. Pengembangan SPAL-T kawasan permukiman dan kawasan tertentu dengan

jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) jiwa.

Studi kelayakan pada umumnya memuat data atau informasi:

a. Perencanaan sistem pengolahan air limbah yang ada;

b. Perkiraan debit air limbah yang akan diolah

22

c. Data karakteristik dan kualitas air limbah yang akan diolah

d. Kondisi sosial, budaya, ekonomi (berdasarkan survei kebutuhan nyata);

e. Kelembagaan;

f. Program pengembangan dan strategi pelaksanaan;

g. Analisis dampak lingkungan;

h. Rencana operasi dan pemeliharaan;

i. Perkiraan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan;

j. Analisis keuangan dan ekonomi; dan

k. Kajian sumber pembiayaan.

23

Gambar 1.3 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek Pengembangan SPAL. Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan SPAL

Suatu proyek dinyatakan layak apabila telah memenuhi ketentuan dalam kelayakan

ekonomi dan keuangan, serta kelayakan teknis. Apabila suatu proyek telah layak

teknis dan layak keuangan, akan tetapi tidak layak ekonomi, maka proyek

dinyatakan tetap layak. Sedangkan apabila suatu proyek telah layak dari segi teknis

24

tapi tidak layak ekonomi dan keuangan, maka proyek ditolak dan perlu direvisi

kembali.

Tabel 1.1. Ketentuan Suatu Proyek Dinyatakan Layak/Tidak Layak

C. Muatan Studi Kelayakan Bidang Persampahan

Berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan

Prasarana dan Sarana Persampahan, Studi kelayakan Penyelenggaraan Prasarana

dan Sarana Persampahan wajib disusun berdasarkan:

a. Rencana induk Sistem Pengelolaan Sampah yang telah ditetapkan;

b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan

c. Kajian lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan

Pada penyusunan studi kelayakan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana

Persampahan dimulai dari tahapan pengumpulan sampah, kemudian pengangkutan

sampah, pengolahan sampah dan hingga tempat akhir permosesan akhir sampah.

Kajian yang dilakukan terdiri dari kajian teknis, kajian lingkungan, kajian sosial dan

kajian kelembagaan. Secara umum, alur dalam penyusunan studi kelayakan bidang

persampahan adalah sebagai berikut:

25

Gambar 1.4 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek Pengembangan Persampahan Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Persampahan

26

1.1.5 Kapasitas Fiskal Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 tahun 2020 tentang Peta

Kapasitas Fiskal Daerah, Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan

masing-masing daerah yang dicerminkan melalui Pendapatan Asli Daerah dikurangi

dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu.

Gambar 1.5 Perhitungan Kapasitas Fiskal Daerah

Sumber: PMK 120 tahun 2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

Pemetaan kapasitas fiskal daerah adalah gambaran kemampuan keuangan daerah

yang dikelompokkan berdasarkan indeks kapasitas fiskal rendah. Terdapat 5 (lima)

katagori pemetaan kapasitas fiskal daerah, yakni sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. Kategori Kapasitas Fiskal Daerah

Rentang Indeks Kapasitas Fiskal

Darah (IKFD) Kategori Kapasitas Fiskal Daerah

IKFD < 0,517 Sangat rendah

0,517 ≤ IKFD ≤ 0,747 Rendah

0,747 ≤ IKFD ≤ 1,168 Sedang

1,168 ≤ IKFD ≤ 2,145 Tinggi

IKFD ≥ 2,145 Sangat tinggi

Pada tahun 2020, jumlah kab/kota dengan kapasitas fiskal sangat rendah adalah

sebanyak 124 kab/kota, kapasitas fiskal rendah adalah sebanyak 128 kab/kota.

27

1.1.6 Tahapan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran

Perencanaan program Direktorat Jenderal Cipta Karya dilakukan dengan

pendekatan bottom up melalui instrumen Rencana Program Investasi Jangka

Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya yang disusun oleh Kabupaten/Kota untuk

periode 5 (lima) tahun. RPIJM diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi

Pengembangan Kawasan Permukiman dengan produk Strategi Pengembangan

Kawasan Permukiman. Long list usulan tersebut diprioritaskan berdasarkan rencana

strategis pembangunan 5 (lima) tahunan yang disusun melalui rencana strategis dan

kriteria kesiapan pada konsultasi regional (konreg). Direktorat SSPIP berperan

sesuai tugas dan fungsinya dalam melakukan proses tersebut, yaitu: (1)

Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

merumuskan strategi perencanaan program; dan (2) Subdirektorat Strategi, Program

dan Anggaran merumuskan perencanaan program dan anggaran. Adapun tahapan

perencanaan, pemrograman, dan penganggaran dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.6 Milestone Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran Sumber: Direktorat SSPIP, 2021

28

1.2 AREA PROYEK PERUBAHAN

1.2.1 Isu Strategis

Terkait dengan judul rancangan proyek perubahan ini, terdapat beberapa isu

strategis sebagai berikut:

a. Infrastruktur permukiman terbangun mengalami ketidakberfungsian.

b. Pasca pelaksanaan konstruksi, terdapat infrastruktur permukiman terbangun

belum dilakukan proses serah terima aset kepada pemerintah daerah

(berdasarkan hasil inventarisasi aset Ditjen Cipta Karya Tahun 2021, sebanyak

3.850 paket dengan nilai investasi 29,871 Triliun/ 60,23% dari total infrastruktur

permukiman terbangun pada 2015-2020).

c. Ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun terjadi akibat

perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi dengan kajian kelayakan proyek.

d. Infrastruktur permukiman yang dibangun belum tuntas, masih terdapat

komponen yang belum tersedia sesuai perencanaan awal sehingga infrastruktur

permukiman belum berfungsi dan bermanfaat.

e. Rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

1.2.2 Faktor-faktor Penyebab

a. Beberapa penyebab infrastruktur permukiman terbangun mengalami

ketidakberfungsian, antara lain:

i. terjadinya bencana;

ii. fasilitas yang rusak/ hilang;

iii. sumber air baku tidak tersedia;

iv. tidak dipelihara; dan

v. permasalahan sosial lainnya.

b. Beberapa penyebab infrastruktur permukiman terbangun belum dilakukan

proses serah terima aset kepada pemerintah daerah, antara lain:

i. kondisi infrastruktur permukiman rusak;

ii. Ketidaksiapan Pemda dalam melakukan operasi dan pemeliharaan;

iii. tidak sesuai kebutuhan; dan

iv. Ketidaksiapan lembaga pengelola.

29

c. Beberapa penyebab ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun

terjadi akibat perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi kajian kelayakan

proyek, antara lain:

i. tidak berdasarkan analisis kebutuhan.

ii. tidak berdasarkan analisis teknis.

iii. tidak berdasarkan analisis ekonomi.

iv. tidak berdasarkan analisis finansial.

v. tidak berdasarkan analisis lingkungan dan sosial.

d. Terdapat komponen infrastruktur permukiman yang belum tersedia sesuai

perencanaan awal sehingga infrastruktur permukiman belum berfungsi,

disebabkan oleh:

i. keterbatasan anggaran yang diinvestasikan oleh pemerintah pusat;

ii. kewajiban daerah tidak dipenuhi sesuai kewenangannya; dan

iii. keterbatasan pendanaan operator di daerah.

e. Rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan infrastruktur permukiman, disebabkan oleh:

i. Kapasitas fiskal pemerintah daerah yang rendah;

ii. pergantian kepemimpinan daerah;

iii. tidak mendapat persetujuan dari lembaga legislatif;

1.2.3 Isu Strategis Terpilih

Berdasarkan hasil analisis terhadap 5 (lima) isu strategis pada bagian sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa isu strategis terpilih dalam implementasi

optimalisasi dan rehabilitasi infrastruktur permukiman terbangun adalah:

“Ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun terjadi akibat

perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi dengan kajian kelayakan

proyek”.

Pemilihan isu strategis tersebut di atas dikarenakan isu strategis tersebut

berdampak kepada terjadinya isu strategis lainnya. Perencanaan yang dilakukan

tanpa dilengkapi dengan kajian kelayakan proyek mengakibatkan terjadinya: 1)

ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun, 2) belum dilakukannya

proses serah terima aset kepada pemerintah daerah, 3) infrastruktur yang dibangun

30

belum tuntas, dan 4) rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

Berdasarkan isu strategis dan permasalahan pada bagian sebelumnya, maka

diperlukan suatu inovasi yang dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan

permasalahan terkait keberfungsian dan kebermanfaatan infrastruktur permukiman

terbangun. Inovasi dalam rancangan proyek perubahan ini adalah: “Kaji Ulang

Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai Instrumen untuk

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah”.

Kaji ulang kelayakan infrastruktur bidang Cipta Karya ini, dilakukan pada

infrastruktur permukiman terbangun yang tidak berfungsi yang bertujuan untuk

mengidentifikasi seberapa besar dan seberapa jauh intervensi program yang dapat

dilakukan melalui pendanaan APBN. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar sistem

yang terbangun dapat berfungsi dan berkelanjutan untuk mencapai kapasitas

optimum sesuai dengan kapasitas desain perencanaannya.

1.2.4 Manfaat Proyek Perubahan

Manfaat proyek perubahan ini terdiri atas 2 (dua) lingkup manfaat yaitu manfaat

internal dan manfaat eksternal.

1.2.4.1 Manfaat Internal

Manfaat internal proyek perubahan ini yaitu:

a. Tersedianya database infrastruktur permukiman terbangun sebagai alat bantu

pengambilan keputusan dalam perencanaan pemrograman hingga selesainya

proses serah terima aset.

b. Masukan terhadap fitur dalam Sistem Informasi Direktorat Air Minum (SIM

SPAM) dan Direktorat Sanitasi (SIINSAN) terkait pendataan aset infrastruktur

permukiman terbangun.

c. Tersusunnya mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Ditjen Cipta Karya

terkait rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

31

e. Meningkatnya kinerja perencanaan pemrograman khususnya dalam penetapan

skala prioritas program untuk meningkatkan pencapaian target rencana strategis

Ditjen Cipta Karya tahun 2020-2024.

1.2.4.2 Manfaat Eksternal

Manfaat eksternal proyek perubahan ini adalah:

a. Terjalinnya koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam

perencanaan pemrograman infrastruktur permukiman.

b. Terlaksananya rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

sehingga dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat.

c. Terfasilitasinya pembinaan kepada pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal

rendah untuk meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam pengelolaan

infrastruktur permukiman.

1.2.5 Ruang Lingkup Proyek Perubahan

Ruang lingkup proyek perubahan ini memuat ruang lingkup substansi proyek

perubahan dan ruang lingkup wilayah proyek perubahan, sebagai berikut:

Ruang lingkup subtansi

a. Dilakukan pada tahap perencanaan pemrograman.

b. Dilakukan pada infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan

sanitasi yang belum berfungsi dengan periode tahun 2015-2020.

c. Infrastruktur permukiman terbangun bukan merupakan kategori infrastruktur

berbasis masyarakat.

d. Memberikan fokus pada inovasi proyek perubahan yaitu kaji ulang kelayakan

revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya sebagai instrumen untuk rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah fiskal rendah.

Ruang lingkup wilayah

Dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah dan sangat rendah

(Berdasarkan PMK No 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah)

yaitu:

a. kategori rendah : 128 kab/kota; dan

b. kategori sangat rendah : 124 kab/kota.

32

BAB 2

RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

2.1 IDENTIFIKASI PROYEK PERUBAHAN

2.1.1 Identifikasi Pemetaan Risiko

2.1.1.1 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Persiapan

Pemetaan risiko pada tahap persiapan berfokus pada pemenuhan readiness criteria

dari program yang akan diusulkan. Terdapat beberapa risiko yakni rendahnya

komitmen pemerintah daerah, kapasitas pemerintah daerah yang belum memadai

dan lemahnya koordinasi antara daerah dan pusat. Hal ini dapat dimitigasi melalui

koordinasi dan sinkronisasi penyiapan readiness criteria.

Tabel 2.1. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Persiapan

2.1.1.2 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Penyiapan Kegiatan

Pada tahapan persiapan, kemungkinan akan terjadinya program yang sudah

memenuhi readiness criteria namun belum bisa dianggarkan sangat mungkin terjadi.

Hal ini disebabkan oleh berbagai hak seperti adanya pandemi COVID-19 akan

menyebabkan terjadinya refocusing dan realokasi anggaran pemerintah, yang

berujung pada pembatalan program. Untuk itu diperlukan penetapan skala proritas

terhadap program yang akan dianggarkan secara selektif.

Tabel 2.2. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Penyiapan Kegiatan.

33

2.1.1.3 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahapan pelaksanaan kegiatan, risiko terhadap gagalnya kegiatan rehabilitasi

dan optimalisasi yang dilakukan masih memiliki peluang besar untuk terjadi. Adanya

permasalahan teknis di lapangan, sumber daya manusia, hingga permasalahan

sosial dapat menjadi faktor pendorong terjadinya kegagalan dalam pelaksananaan.

Untuk itu diperlukan pengawasan yang ketat agar hal ini tidak terjadi.

Tabel 2.3. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pelaksanaan Kegiatan.

2.1.1.4 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Serah Terima Aset

Mitigasi risiko pada tahap serah terima aset adalah adanya keterlambatan dalam

serah terima aset infrastruktur permukiman. Hal ini membuat infrastruktur

permukiman tersebut belum beroperasi secara optimal. Untuk itu dibutuhkan

pendampingan dari Setdtijen Cipta Karya terkait percepatan serah terima aset

kepada pemda.

Tabel 2.4. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Serah Terima Aset.

2.1.1.5 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Pengelolaan Aset oleh

Pemda

Infrastruktur permukiman yang dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, pada akhirnya

akan menjadi aset Pemda setelah melalui proses serah terima aset. Ketika aset

telah diserah terimakan kepada Pemda, maka perlu diperhatikan dalam

pengelolaannya agar aset yang dibangun dapat berfungsi secara berkelanjutan

sesuai dengan usia produksinya dan dapat memberikan manfaat yang maksimal.

Mitigasi yang diperlukan adalah dengan memberikan bimbingan kepada pihak

pengelola, terkait pengelolaan opersional aset.

34

Tabel 2.5. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pengelolaan Aset oleh Pemda

2.1.2 Kondisi Saat Ini

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya (2021), saat

ini masih terdapat 87 (air minum dan sanitasi) kegiatan infrastruktur permukiman TA.

2015-2020 yang belum berfungsi dengan total pagu Rp. 653 Miliar dan belum

dilakukan proses serah terima kepada pemerintah daerah dengan berbagai

permasalahannya.

Gambar 2.1 Jumlah dan Pagu Kegiatan Infrastruktur Permukiman (Air Minum dan Sanitasi ) Tidak Berfungsi periode 2015-2020

(Sumber: Hasil Inventarisasi Ditjen Cipta Karya, 2021)

Selanjutnya, berdasarkan jumlah kegiatan yang belum berfungsi dan belum

dilakukan proses serah terima, terdapat 55 kegiatan Air Minum dan Sanitasi (63%)

yang berada di kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah.

Gambar 2.2 Perbandingan daerah berdasarkan kapasitas fiskal (Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)

35

2.1.2.1 Isu dan Permasalahan Aset Air Minum yang Belum Berfungsi dan

belum dilakukan serah terima pada Pemerintah Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah

Secara teknis, sistem penyediaan air minum dibagi ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu

Unit Air Baku, yang terdiri dari bangunan intake dan jaringan pipa transmisi, Unit

Produksi, yang terdiri bangunan pengolahan dan Jaringan Distribusi Utama (JDU),

serta Unit Distribusi dan Pelayanan, yang terdiri dari Jaringan Distribusi Bagi (JDB)

dan Sambungan Rumah (SR). Dengan pembagian sistem secara teknis dan

memperhatikan tugas dan fungsi organisasi, pembangunan SPAM dapat

dilaksanakan oleh beberapa organisasi terkait, yaitu Direktorat Jenderal Sumber

Daya Air untuk pembangunan Unit Air Baku, Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk

Unit Produksi, serta pemerintah kabupaten/kota untuk Unit Distribusi dan Pelayanan.

Gambar 2.3 Sistem Penyediaan Air Minum (Sumber: Direktorat Air Minum, 2021)

Permasalahan kegiatan bidang air minum pada daerah dengan fiskal rendah secara

umum terdiri dari: (1) Permasalahan pada sumber air baku, (2) Permasalahan

kerusakan/ kehilangan, (3) Permasalahan Kelembagaan, OM dan dana sharing, (4)

36

Permasalahan akibat bencana, (5) Permasalahan pada unit pelayanan, (6)

Permasalahan akibat belum tuntasnya pembangunan keseluruhan sistem, dan (7)

Permasalahan sosial.

Gambar 2.4 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Minum pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

(Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)

2.1.2.2 Isu dan Permasalahan Aset Sanitasi yang Belum Diserahterimakan

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Secara teknis, sistem pengelolaan air limbah dibagi ke dalam 2 (dua) sistem yaitu

Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPALD-S) dan Sitem Pengelolaan Air

Limbah Terpusat (SPALD-T). SPALD-S terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Sub

sistem pengolahan setempat, yang terdiri dari skala komunal dan individual, (2) Sub

sistem pengangkutan yaitu melalui truk tinja, dan (3) Sub sistem pengolahan lumpur

tinja yaitu IPLT. SPALD-T terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: (1) Sub sistem pelayanan

yang terdiri dari pipa tinja, pipa non tinja, bak penangkap lemak, pipa persil, bak

kontrol, dan lubang inspeksi, (2) Sub sistem pengumpulan yang terdiri dari pipa

retikulasi, pipa induk, prasarana dan sarana pelengkap (manhole, stasiun pompa

dan lainnya), dan (3) Sub sistem Pengolahan terpusat yang terdiri dari IPALD skala

perkotaan, IPALD skala permukiman dan IPALD skala kawasan.

37

Gambar 2.5 Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber: Direktorat Sanitasi (2021)

Secara teknis, sistem pengelolaan persampahan terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:

(1) Sarana pemilahan di sumber, (2) Sarana pengumpulan dan pengangkutan

(gerobak sampah, motor sampah, truk sampah), (3) Sarana pengolahan sampah

(TPS3R, TPST, SPA), dan (4) Sarana Tempat Pemrosesan Akhir yang terdiri dari

sanitary landfill, open dumping, dan controlled landfill.

Gambar 2.6 Sistem Pengelolaan Persampahan Sumber: Direktorat Sanitasi 2021

Permasalahan kegiatan bidang air limbah pada daerah dengan fiskal rendah secara

umum terdiri dari: (1) Permasalahan kerusakan/ kehilangan; (2) Permasalahan

Kelembagaan, OM dan dana sharing; (3) Permasalahan akibat bencana; (4)

38

Permasalahan pada unit pelayanan; (5) Permasalahan akibat belum tuntasnya

pembangunan keseluruhan sistem; dan (6) Permasalahan sosial.

Gambar 2.7 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Limbah pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

(Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)

Gambar 2.8 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Persampahan pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah (Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap permasalahan infrastruktur permukiman (air

minum dan sanitasi) terbangun yang belum berfungsi dan belum diserahterimakan

kepada Pemda. Untuk sektor air minum didominasi oleh permasalahan sumber air

39

baku yang tidak tersedia dan kerusakan pada infrastruktur. Pada sektor sanitasi,

didominasi oleh permasalahan kelembagaan dan pembiayaan operasi dan

pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

2.1.3 Kondisi yang Diharapkan

Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan rencana proyek perubahan yang akan

dilakukan, maka kondisi yang diharapkan melalui inovasi proyek perubahan yang

akan dilakukan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang

adalah:

a. Infrastruktur permukiman dapat berfungsi dan diserah terimakan kepada Pemda.

b. Perencanaan dilakukan dengan dilengkapi kajian kelayakan proyek (Feasibility

Study).

c. Infrastruktur permukiman dapat terbangun sesuai dengan perencanaan

sehingga dapat berfungsi secara optimal.

d. Meningkatnya kepedulian dan komitmen Pemerintah Daerah pada

penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

Adapun faktor penyebab adanya gap antara kondisi eksisting dengan kondisi yang

diharapkan yaitu:

a. Permen PUPR No. 5/PRT/M/2015 tentang pedoman implementasi konstruksi

berkelanjutan belum mengatur mekanisme dan prosedur rehabilitasi dan

optimalisasi aset infrastruktur yang mengalami ketidakberfungsian menjadi

infrastruktur yang berfungsi optimal dan berkelanjutan.

b. Belum terdapat pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

2.1.4 Tujuan Proyek Perubahan

a. Tujuan Jangka Pendek:

i. Melakukan inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak

berfungsi periode (2015-2020), dan pemutakhiran data sebagai masukan

dalam penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi

ii. Menyusun mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah.

40

iii. Menyusun rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah.

b. Tujuan Jangka Menengah:

i. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan

kapasitas fiskal rendah.

ii. Melakukan legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah.

iii. Penguatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building) di lingkungan

Ditjen Cipta Karya terkait Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal

Rendah.

c. Tujuan Jangka Panjang:

Melakukan pendampingan dan evaluasi penerapan SE Direktur Jenderal Cipta

Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah.

2.1.5 Inovasi

Inovasi merupakan suatu pemikiran atau gagasan yang bersifat terobosan (out of

the box) dan tidak dilakukan secara business as usual. Inovasi dan gagasan

perubahan yang diusulkan dalam proyek perubahan ini adalah: “penerapan

Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai Instrumen

untuk Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah”. Inovasi pada proyek perubahan ini

merupakan respon atas gap bahwa Permen PUPR Nomor 5 tahun 2015 tentang

pedoman umum implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan

infrastruktur PUPR belum mengatur secara rinci terkait rencana penyelenggaraan

41

infrastruktur yang berkelanjutan khususnya dalam perencanaan program sehingga

aset yang terbangun dapat berfungsi secara optimal.

Gambar 2.9 Inovasi dan Gagasan Perubahan Sumber: Hasil Analisis (2021)

42

2.1.6 Alur Pikir Proyek Perubahan

Gambar 2.10 Alur Pikir Proyek Perubahan Sumber: Hasil Analisis (2021)

43

2.2 Analisis Stakeholder

Menentukan dan mengidentifikasi stakeholder utama dan kunci, merupakan bagian

penting dalam suatu proyek perubahan (Soesilo, 2000). Setiap stakeholder perlu

diidentifikasi berdasarkan dampak, manfaat, dan kepentingan. Selanjutnya

berdasarkan identifikasi dibuat pemetaan (mapping) berdasarkan kepentingan dan

sumber daya.

Berdasarkan hasil identifikasi, stakeholder pada proyek perubahan ini terdiri atas

stakeholder internal dan eksternal, yaitu:

a. Stakeholders Internal:

i. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR

ii. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR

iii. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi

iv. Direktur Jenderal Cipta Karya

v. Sekretaris Ditjen Cipta Karya

vi. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya

vii. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya

viii. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman,

Ditjen Cipta Karya

ix. Kepala Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman, Ditjen Cipta Karya

x. Kepala Subdirektorat Strategi, Program, dan Anggaran, Ditjen Cipta Karya

xi. Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Ditjen Cipta Karya

xii. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum,

Ditjen Cipta Karya

xiii. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sanitasi, Ditjen Cipta Karya

xiv. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah.

b. Eksternal :

i. Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman, Deputi Bidang Sarana dan

Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas

ii. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina

Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri

44

iii. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen Anggaran,

Kementerian Keuangan

iv. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum, Agraria dan Tata Ruang, Ditjen

Anggaran, Kementerian Keuangan

v. Pemerintah Daerah

Tabel 2.6 Deskripsi Pemangku Kepentingan

Pemangku Kepentingan Peran dalam Proyek Perubahan

1. Internal a. Sekretaris Jenderal

Kementerian PUPR

a. Berkontribusi dalam peningkatan kinerja aset BMN dan upaya percepatan serah terima aset

b. Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR

b. Berkontribusi dalam peningkatan kinerja aset BMN, percepatan upaya serah terima aset, akuntabilitas dan penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

c. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi

c. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi untuk pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari aspek ekonomi dan investasi

d. Direktur Jenderal Cipta Karya d. Mengesahkan dan menetapkan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dengan legal based Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya

e. Sekretaris Ditjen Cipta Karya e. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

f. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya

f. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi terkait kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

g. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya

g. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi terkait kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

h. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya

h. Perumusan kebutuhan regulasi dan skala prioritas pemrograman infrastruktur permukiman, termasuk sistem penanganan infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi dan belum diserah terimakan kepada pemerintah daerah

i. Kepala Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya selaku Project Leader

i. Memimpin pelaksanaan proyek perubahan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan serta mengkoordinasikan tim proyek perubahan dari awal sampai akhir kegiatan

45

Pemangku Kepentingan Peran dalam Proyek Perubahan

j. Kepala Subdirektorat Strategi, Program, dan Anggaran, Ditjen Cipta Karya

j. Berkontribusi dalam perumusan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari aspek proses penganggaran

k. Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Ditjen Cipta Karya

k. Penyiapan dan koordinasi penyusunan legal draft pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

l. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum, Ditjen Cipta Karya

l. Berkontribusi terhadap pemberian masukan dalam penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

m. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sanitasi, Ditjen Cipta Karya

m. Berkontribusi terhadap pemberian masukan dalam penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

n. Balai Prasarana Permukiman Wilayah

n. Perumusan kebutuhan regulasi tentang kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari sisi pengguna

2. Eksternal a. Direktur Perumahan dan

Permukiman, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas

a. Koordinasi pengembangan kerangka regulasi, kelembagaan, dan ketercapaian pemenuhan target RPJMN 2020-2024 di bidang perumahan dan permukiman, termasuk infrastruktur sektor air minum dan sanitasi

b. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri

b. Koordinasi dan fasilitasi pemetaan urusan pemerintahan dan penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar

c. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan

c. Berkontribusi dalam proses penganggaran pemerintah pusat terkait penyiapan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

d. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum, Agraria dan Tata Ruang, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan

d. Berkontribusi dalam proses penganggaran pemerintah pusat terkait penyiapan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

e. Pemerintah Daerah e. Perumusan kebutuhan regulasi tentang kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari sisi penerima manfaat dan pengelola hasil kegiatan tersebut

46

Setelah melakukan identifikasi stakeholder, langkah selanjutnya adalah

menganalisis stakeholder. Pada proyek perubahan ini analisis stakeholder dilakukan

dengan membagi stakeholder menjadi empat kelompok/kuadran berdasarkan tingkat

kepentingan dan pengaruhnya yaitu :

a. Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap proyek dan kekuatan untuk

membantu membuatnya berhasil.

b. Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya

dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi proyek

perubahan.

c. Latents, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam proyek

perubahan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi proyek

perubahan jika mereka menjadi tertarik.

d. Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan bahkan mungkin

tidak mengetahui adanya proyek perubahan.

47

POWER

HIGH

LATENTS

Pemerintah

• Sekretaris Jenderal PUPR

• Inspektur Jenderal PUPR

• Direktur Jenderal Cipta Karya

• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi

• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas

• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri

• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman

• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

• Direktur Air Minum

• Direktur Sanitasi

Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota

• Kepala Daerah

• Kepala Dinas PUPR

PROMOTERS

LOW

APATHETICS

Pemerintah

• Kasubdit KPIP

• Kasubdit SPA

• Kasubdit Rentek Air Minum

• Kasubdit Wilayah Air Minum

• Kasubdit Rentek Sanitasi

• Kasubdit Wilayah Sanitasi

• Kepala BPPW Provinsi

Non Pemerintah

• Lembaga Swadaya Masyarakat

• Masyarakat

• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman

DEFENDERS

LOW HIGH

LEVEL OF INTEREST

Gambar 2.11 Diagram Stakeholders Quadrant

48

Gambar 2.12 Diagram Strategi Komunikasi

49

2.3 MILESTONE PROYEK PERUBAHAN

Gambar 2.13. Tahapan Pelaksanaan Proyek Perubahan

50

2.4 TAHAPAN PELAKSANAAN

2.4.1 Jangka Pendek

A

1 PERSIAPAN

1.1 Menginisiasi Pembentukan Tim Efektif

1.2 Mobilisasi Tim

1.3 Pembahasan awal dengan Tim

1.4 Penerbitan SK Tim Efektif

2 MENYUSUN RANCANGAN PROPER

2.1 Melakukan Brainstorming

2.2 Melakukan rapat internal perumusan hasil diskusi dan brainstorming

2.3 Merumuskan metodologi

3 MEMBANGUN KOMITMEN STAKEHOLDER

3.1 Identifikasi stakeholder

3.2 Konsultansi, dialog, diskusi, advokasi

3.3 Rapat tim efektif perumusan pemetaan stakeholder

3.4 Merumuskan pemetaan stakeholder

4 PENYUSUNAN GAGASAN PROYEK PERUBAHAN

4.1 Diskusi tim efektif dengan para ahli merumuskan inovasi

4.2 Merumuskan gagasan perubahan

4.3 Menyusun rancangan awal proper

5 PENGUMPULAN DATA DAN SURVEY

5.1 Desain survey

5.2 Pengumpulan dan kompilasi data

6 PENYUSUNAN RANCANGAN MEKANISME DAN PROSEDUR REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

6.1 Melakukan FGD dengan seluruh stakeholder

6.2 Menyiapkan rancangan strategi rehabilitasi dan optimalisasi

6.4 Melakukan perbaikan dan pengayaan muatan

6.5 Menyusun rancangan proyek perubahan

7

PENYUSUNAN RANCANGAN SURAT EDARAN (SE) DIRJEN CIPTA KARYA TENTANG

MEKANISME REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

7.1

Penyusunan muatan Surat Edaran (SE) Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan

Optimalisasi

7.2 Pembahasan muatan bersama tim efektif serta bagian hukum dan Komunikasi Publik Ditjen Cipta

Karya

NO KEGIATANM9 M10M10 M11 M12 M11 M12

JANGKA PENDEK

BULAN KE-1 (MARET) BULAN KE-2 (APRIL) BULAN KE-3 (MEI) BULAN KE-4 (JUNI)

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9

Tabel 2.7. Tahapan Pelaksanaan Jangka Pendek

51

2.4.2 Jangka Menengah dan Jangka Panjang

B JANGKA MENENGAH

1Legalisasi Surat Edaran (SE) Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi

2Melakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building ) melalui Sosialisasi SE

Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi

C JANGKA PANJANG

1 Memberikan Pendampingan Penerapan SE

3 Evaluasi

NO KEGIATAN2021 2022

JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI DESEMBER

Tabel 2.8. Tahapan Pelaksanaan Jangka Menengah dan Jangka Panjang

52

2.5 TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN

Proyek perubahan Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji

Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya telah memiliki Tim Efektif, yang

ditetapkan melalui Surat Keterangan (SK) Direktur Sistem dan Startegi

Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, nomor 31.1/SP/CP/2021 tentang

pembentukan tim efektif Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya, dengan susunan

tim sebagai berikut:

A. Mentor dan Co-Mentor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Memberikan arahan dan persetujuan terhadap proyek perubahan.

2. Memberikan masukan dan saran dalam mengidentifikasi permasalahan.

3. Memberikan dukungan secara penuh terhadap moril dan materiil kepada

peserta pelatihan dalam mempersiapkan rencana area perubahan dan

rancangan proyek perubahan maupun pelaksanaan yang akan dilakukan.

4. Membantu Project Leader dalam memetakan tahapan dan langkah Proyek

Perubahan yang akan dilaksanakan.

5. Menjelaskan kontrak penyelesaian tugas dan memfasilitasi Project Leader

dalam menyelesaikan permasalahan.

B. Project Leader memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Merencanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan proyek perubahan.

2. Melakukan kerjasama dan berkoordinasi dengan para stakeholders.

3. Memimpin dan melaksanakan proyek perubahan.

4. Melaporkan perkembangan proyek perubahan kepada Mentor dan Coach.

C. Tim Perumus Strategi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menyiapkan strategi rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur terbangun pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

2. Menyiapkan altenatif pembiayaan pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

53

D. Tim Analis memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Membantu melakukan analisis terkait Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

E. Tim Pengolah Data memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Membantu dalam mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengolah data persiapan

dan pelaksanaan proyek perubahan

F. Tim administrasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Melakukan proses administrasi terkait dengan penyiapan rapat, FGD, sosialisasi,

internalisasi, dan harmonisasi, dokumentasi pelaksanaan proyek perubahan, dan

melakukan tata kelola persuratan.

2.6 OUTPUT

Keluaran dari proyek perubahan ini terdiri atas tiga tahapan, yakni mulai dari

tahapan jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang dengan rincian

sebagaimana berikut:

Tabel 2.9. Output dan Output Kunci Proyek Perubahan

No

Jangka

Waktu Output Output Kunci

1 Jangka

Pendek

(2 bulan)

Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun

yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel

pemutakhiran data sebagai masukan dalam sistem

infromasi air minum dan sanitasi

Rancangan

mekanisme

pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan

optimalisasi

infrastruktur

permukiman

terbangun pada

daerah dengan

kapasitas fiskal

rendah.

2 Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

3 Rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum

dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal

Rendah.

54

No

Jangka

Waktu Output Output Kunci

1 Jangka

Menengah

(6 bulan

s.d 1

tahun)

Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

SE Direktur Jenderal

Cipta Karya tentang

Pedoman

Pelaksanaan

Rehabilitasi dan

Optimalisasi

Infrastruktur

Permukiman

Terbangun Sektor Air

Minum dan Sanitasi

pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal

Rendah.

2 legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum

dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal

Rendah.

3 Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta

Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah.

1 Jangka

Panjang

(1 – 2

tahun)

Laporan pendampingan dan evaluasi penerapan SE

Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

Laporan

pendampingan dan

evaluasi penerapan

SE Dirjen Cipta Karya

tentang Mekanisme

Rehabilitasi dan

Optimalisasi

Infrastruktur

Permukiman

Terbangun pada

Daerah dengan

Kapasitas Fiskal

Rendah.

2.7 KRITERIA KEBERHASILAN

Kriteria keberhasilan proyek perubahan dengan judul Strategi Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta

Karya, yaitu:

55

1. Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil kajian kelayakan proyek (Feasibility

Study).

2. Infrastruktur permukiman terbangun dapat berfungsi dan diserahterimakan

kepada pemda.

3. Infrastruktur permukiman dapat berfungsi secara optimal

4. Meningkatnya kepedulian dan komitmen Pemerintah Daerah pada

penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

2.8 MARKETING SEKTOR PUBLIK

Marketing sektor publik secara umum adalah suatu proses manajemen yang

memiliki peran dalam mengidentifikasi, antisipasi dan memenuhi harapan serta

kebutuhan pelanggan untuk mendapatkan profit. Strategi marketing sektor publik ini

dimaksudkan untuk mendorong peran dan partisipasi stakeholders dalam proyek

perubahan ini yaitu dengan menggunakan strategi marketing 4P (Product, Place,

Price,Promotion) 1C (customer).

Product :

Program Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan

Keberlanjutan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Place:

Cara penyampaian yang efektif dan efisien terkait rancangan proyek perubahan ini

adalah melalui sosialisasi dan capacity building kepada stakeholders terkait dengan

media online dan offline.

Price:

Dalam pelaksanaan program ini menggunakan sumber pembiayaan APBN.

Promotion

Strategi komunikasi dengan menggunakan tagline:

ULIN : “UJI LAYAK INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN”

Customer:

Kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pihak swasta dan

masyarakat.

56

BAB 3

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

3.1 CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN

Capaian yang dibahas pada bab ini adalah mengenai capaian jangka pendek yang

telah dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2021. Adapun capaian jangka pendek

dari proyek perubahan Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya terdiri

dari:

1. Capaian terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun dan

Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman sebagai masukan untuk

penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi

2. Capaian terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah

3. Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta

Karya Tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

Dalam rangka memenuhi target output yang telah ditetapkan dalam milestones

jangka pendek, penyusun telah melakukan serangkaian Focus Group Diskusi (FGD),

pembahasan, dan diskusi dengan berbagai stakeholders terkait baik stakeholders

eksternal (Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian

Dalam Negeri, dan pemerintah daerah) maupun stakeholders internal (Kementerian

PUPR) melalui proses advokasi dan komunikasi. Rangkaian proses pelaksanaan

Focus Group Diskusi (FGD), pembahasan, dan diskusi dengan berbagai

stakeholders terkait proyek perubahan ini secara lengkap digambarkan pada gambar

3.1.

57

Gambar 3.1 Proses Pelaksanaan FGD, Pembahasan dan diskusi dalam rangka mencapai output yang ditetapkan dalam milestone Proyek Perubahan melalui Advokasi dan Komunikasi kepada stakeholders terkait

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

58

1 Data inventarisasi infrastruktur permukiman

terbangun yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai

masukan dalam sistem infromasi air minum dan sanitasi

2 Rancangan mekanisme

pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

3 Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta

Karya tentang Mekanisme

Pendek (2 bulan)

Menengah (6 bulan s.d. 1 tahun)

Panjang (1-2 tahun)

1. Rancangan pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah. 2. legalisasi SE Direktur Jenderal

Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

3. Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah di lingkungan Ditjen

Cipta Karya.

Laporan pendampingan dan

evaluasi penerapan SE

Dirjen Cipta Karya tentang

Mekanisme Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun

pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah.

Pendek (2 bulan)

Menengah

(6 bulan s.d. 1 tahun)

Panjang (1-2 tahun)

1. Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai masukan dalam

sistem infromasi air minum dan sanitasi

2. Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

3. Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

4. Rancangan Surat Edaran (SE)

Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

a. legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

b. Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah di lingkungan Ditjen Cipta Karya.

Laporan pendampingan dan

evaluasi penerapan SE

Dirjen Cipta Karya tentang

Mekanisme Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun

pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah.

Gambar 3.2 Capaian Proyek Perubahan

Target Rencana

Realisasi

Tercapai 100%

Tercapai 100%

Tercapai 100%

*Tercapai

100%

*) Percepatan realisasi output: output jangka menengah yang dituntaskan dalam jangka pendek

59

3.1.1 Capaian Terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun dan Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman sebagai

masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan

sanitasi

Dalam penyusunan data inventarisasi aset infrastruktur permukiman terbangun

periode 2015-2020, penyusun telah melakukan beberapa kali kegiatan baik melalui

Focus Group Discussion (FGD), diskusi, dan koordinasi dengan berbagai

stakeholder terkait dan berbagai kementerian dan lembaga yakni Kementerian

Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas maupun dengan internal

Kementerian PUPR yakni dengan Direktorat Air Minum dan Direktorat Sanitasi serta

Balai PPW di 34 Provinsi (hasil inventarisasi aset infrastruktur permukiman

terbangun periode 2015-2020 terlampir).

1. Rapat Rekonfirmasi Aset

Dalam menyusun inventarisasi aset infrastruktur permukiman terbangun periode

2015-2020, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Soll Marina,

Tangerang Selatan pada tanggal 18 – 20 April 2021 dengan melibatkan Balai PPW

di 34 Provinsi dan melibatkan narasumber dari berbagai kementerian yakni

Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas. Rapat ini

bertujuan untuk menghasilkan basis data keberfungsian aset Cipta Karya terbangun

pada periode tahun 2015-2020 dalam mendukung kebijakan OPOR (Optimalisasi,

Pemeliharaan, Operasional dan Rehabilitasi) Kementerian 2022, untuk Ditjen Cipta

Karya penerapan OPOR fokus pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi.

60

61

62

Gambar 3.3 Rapat Pembahasan Rekonfirmasi Aset Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Selain pembahasan bersama balai PPW di 34 provinsi, kegiatan rekonfirmasi aset

pada Hotel Sol Marina, Tangerang Selatan juga dilakukan sesi pleno dengan

melibatkan stakeholders dari Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri

dan Bappenas.

Gambar 3.4 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Tri Dewi Virgiyanti, ST, MEM, Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

63

Pembahasan bersama Bappenas berfokus pada upaya pemenuhan target RPJMN

2020-2024 melalui rehabilitasi dan optimalisasi bidang air minum dan sanitasi yang

terintegrasi baik melalui pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bappenas

mencatat bahwa capaian di bidang air minum, sanitasi, perumahan dan permukiman

dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang lambat. Salah satu penyebabnya

karena masih banyak infrastruktur terbangun yang belum berfungsi atau belum

serah terima.

Tantangan utama yang menjadi penyebab infrastruktur air minum dan sanitasi yang

belum berfungsi diantaranya adalah adanya keterbatasan pendanaan (refocusing

terkait Covid-19 dan kapasitas pendanaan Pemda masih rendah), sehingga

infrastruktur yang terbangun belum dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, diperlukan

upaya percepatan penyediaan akses melalui rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur terbangun, dengan asumsi biaya untuk optimalisasi infrastruktur

terbangun lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan sistem baru.

Gambar 3.5 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

64

Pembahasan bersama Kementerian Dalam Negeri melalui Ditjen Bina

Pembangunan Daerah berfokus pada upaya Kebijakan dan Regulasi Pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) melalui Keberlanjutan dan Keberfungsian

Infrastruktur Permukiman Terbangun.

Berdasarkan hasil konsolidasi Data RKPD 2021, telah dilakukan beberapa analisis

dengan hasil sebagai berikut: indikasi pagu untuk pemenuhan SPM PU bidang air

minum dan air limbah adalah 1,55% dan 0,66% dari total indikasi pagu urusan

Pekerjaan Umum; meskipun SPM merupakan prioritas anggaran, fokus pendanaan

urusan Pekerjaan Umum lebih pada Sub Urusan Jalan dan SDA; serta konfirmasi

bagi daerah yang tidak mengalokasian SPM Pekerjaan Umum dalam RKPD Tahun

2021. Dengan kondisi tersebut, diharapkan kerja sama yang lebih baik antara

Kemendagri dengan Kementerian PUPR untuk mendorong pemenuhan SPM pada

prioritas anggaran agar dapat mencapai keberlanjutan dan keberfungsian

infrastruktur terbangun.

Gambar 3.6 Pembahasan Rekonfirmasi Aset bersama Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Fokus pembahasan dengan Kementerian Keuangan, dalam melakukan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun adalah terkait penggunaan

akun 526XXX. Alokasi anggaran yang akan diserahkan kepada masyarakat/Pemda

pada awalnya menggunakan akun 521219 (Belanja Barang Non Operasional

Lainnya), sehingga tidak terlihat konstribusi modal/investasi Pemerintah yang

65

diberikan kepada publik. Dengan adanya akun 526, maka akan terinformasikan

bahwa terdapat pengalihan berupa modal/investasi Pemerintah Pusat kepada

masyarakat/Pemda dala mkerangka mendukung arah kebijakan fiskal Pemerintah.

Akun 526 juga dimaksudkan untuk memfasilitasi K/L yang melaksanakan kegiatan

pemberian bantuan kepada masyarakat yang semula menggunakan akun bantuan

sosial (57).

Berdasarkan overvierw alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya tahun 2017-2021,

alokasi anggaran bantuan pemerintah telah mengalami peningkatan signifikan,

tahun 2017 hanya sebesar Rp 2,2 T menjadi Rp 12,9 T di tahun 2021. Selain itu,

porsi alokasi 526 terhadap pagu total juga meningkat signifikan, dari hanya 13,5% di

tahun 2017 menjadi 50% di tahun 2021.

Pengalihan belanja dari akun 53 ke 526 belum seluruhnya diikuti dengan penetapan

pedoman umum/pedoman teknis sebagaimana dipersyaratkan pada proses bisnis

pelaksanaan bantuan pemerintah.

Gambar 3.7 Data Hasil Rekonfirmasi Aset Sumber: Tim Efektif, 18 – 20 April 2021.

66

Berdasarkan hasil rapat identifikasi aset infrastruktur terbangun yang telah dilakukan

di Hotel Soll Marina, Tangerang Selatan, 18-20 April 2021, diperoleh data yakni

biaya hasil pembangunan infrastruktur permukiman terbangun pada tahun 2015 –

2020 adalah sebesar Rp 47,6 Triliun dengan total paket adalah 5.559 paket. Dari

jumlah tersebut, sebanyak 2.508 paket atau Rp 16,5 Trliun sudah dilakukan serah

terima.

Infrastruktur permukiman terbangun yang belum serah terima adalah sebanyak

4.051 paket atau Rp 30,8 Trliun belum dilakukan serah terima. Berdasarkan data

infrastruktur permukiman terbangun yang belum dilakukan serah terima terdapat

3.916 paket atau Rp 29,9 Triliun yang sudah berfungsi, sedangkan infrastruktur

permukiman terbangun yang belum serah terima dan belum berfungsi adalah

sebanyak 135 paket atau Rp 909 Miliar.

2. Rapat Updating Rekonfirmasi Aset

Pasca pelaksanaan rapat rekonfirmasi aset di Hotel Soll Marina Serpong pada

tanggal 18-20 April 2020, penyusun melakukan rapat updating rekonfirmasi aset

untuk melakukan pembaharuan terhadap data yang diperoleh. Rapat updating

rekonfirmasi aset dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021 bersama dengan Ibu Direktur

Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di lingkungan Ditjen Cipta Karya.

67

Gambar 3.8 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama Direktur Jenderal

Cipta Karya dan Para Direktur di lingkungan Ditjen Cipta Karya Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Berdasarkan hasil dari Rapat Updating Rekonfirmasi Aset terdapat pembaharuan

data infrastruktur terbangun 2015-2020 yakni hasil pembangunan infrastruktur

permukiman terbangun pada tahun 2015 – 2020 adalah sebesar Rp 47,07 Triliun

dengan total paket adalah 6.449 paket. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.550 paket

atau Rp 16,8 Trliun sudah dilakukan serah terima. Dari data infrastruktur yang sudah

dilakukan serah terima, terdapat 2.490 paket atau Rp 16,06 Triliun yang sudah

berfungsi. Sedangkan infrastruktur yang sudah serah terima dan belum berfungsi

adalah sebanyak 40 paket atau Rp 281 Miliar.

Infrastruktur permukiman terbangun yang belum serah terima adalah sebanyak

3.899 paket atau Rp 30,01 Trliun belum dilakukan serah terima. Dari data

infrastruktur yang belum dilakukan serah terima terdapat 3.779 paket atau Rp 28,68

Triliun yang sudah berfungsi. Sedangkan infrastruktur yang belum serah terima dan

belum berfungsi adalah sebanyak 120 paket atau Rp 1,52 Miliar.

68

Gambar 3.9 Data Hasil Updating Rekonfirmasi Aset Sumber: Tim Efektif, 18 Mei 2021.

3. Rapat Pemutakiran Data Infrastruktur Permukiman Terbangun sebagai

Masukan Dalam Sistem Informasi

Pelaksanaan dari pemutakhiran data infrastruktur permukiman terbangun,

merupakan tugas dari sektor terkait yakni air minum dan sanitasi melalui tools SIM

SPAM dan SI INSAN. Saat ini, Ditjen Cipta Karya telah memiliki sistem informasi

sektor air minum dan sektor sanitasi. Untuk sektor air minum yaitu Sistem Informasi

Manajemen Sistem Penyediaan Air Minum (SIMSPAM) dan untuk sektor sanitasi

yaitu Sistem Informasi Sanitasi (SIINSAN). Di dalam SIMSPAM dan SIINSAN

tersebut, telah terdapat fitur terkait data infrastruktur permukiman terbangun. Namun

demikian, untuk SI-INSAN belum memuat secara rinci terkait informasi tentang

kondisi infrastruktur permukiman terbangun, seperti: status keberfungsian, status

BMN, dan kelengkapan dokumen serah terima aset. Sedangkan untuk SIMSPAM

telah terdapat fitur yang memuat tentang kondisi keberfungsian infrastruktur

permukiman terbangun, namun data yang disajikan belum up to date dan perlu

dilengkapi dengan dokumentasi. Sistem informasi tersebut perlu untuk

dimutakhirkan dengan fitur yang dapat menginformasikan kondisi teraktual dari

infrastruktur permukiman terbangun.

69

Tim efektif melakukan penyusunan rekomendasi teknis perbaikan platform sistem

informasi infrastruktur permukiman sektor air minum (Sistem Informasi Manajemen

Sistem Penyediaan Air Minum/SIMSPAM) dan sanitasi (Sistem Informasi

Sanitasi/SI-INSAN) untuk mengakomodasi kebutuhan inventarisasi keberfungsian

aset infrastruktur. Penyusun telah menyelesaikan masukan untuk sistem informasi

tersebut yakni sebagai berikut:

Gambar 3.10 Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun sebagai masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi

bersama Direktorat Air Minum dan Direktorat Sanitasi Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

70

Tabel 3.1 Format Data Isian untuk Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun (Sebagai Masukan untuk Penyiapan Fitur dalam Sistem Informasi Air Minum dan Sanitasi)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

30 xxx - - - - - - - -

xxx - - - - - - - -

Sudah Serah Terima Belum Serah Terima Sudah Serah Terima Belum Serah Terima

Jumlah Paket

Tahapan Proses

Serah Terima Aset*

(1a/1b/2a/2b/3a/3b/ 4a/4b/5a/5b)

Nomor Urut Pendaftaran

(NUP) Permasalahan Tindak LanjutNo Provinsi Sektor Tahun Nama Paket

Sudah Berfungsi Belum Berfungsi

Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu)

Keterangan pengisian: Tabel ini diisi dengan aset yang terbangun pada tahun 2015-2020, dengan panduan sebagai berikut: 1. Isikan Kabupaten/Kota pada kolom 2 2. Pada kolom 5 (nama paket), apabila terdapat perubahan/penyempurnaan nama paket, harap tuliskan nama paket tersebut dengan lengkap. 3. Pada kolom 7, 9, 11 dan 13 berisi besaran pagu (teks berwarna merah) mohon dapat disesuaikan dengan kondisi status aset (sudah atau belum diserahterimakan) dan

kondisi keberfungsian status terakhir. Apabila terjadi perubahan, mohon dapat disesuaikan data yang terdapat pada kolom 7, 9, 11 atau 13 sesuai dengan status terakhir. Data besaran pagu yang telah update berdasarkan status terkahir, diubah warna teksnya menjadi hitam, Contoh : Kegiatan A, statusnya saat pelaporan sebesar Rp. X termasuk dalam aset yang belum berfungsi dan belum diserahterimakan (data terisi di kolom 13, berwarna merah). Saat ini statusnya masih belum berfungsi namun sudah diserahterimakan, maka data tersebut (Rp. X) harap diubah/disesuaikan (dipindahkan) dari kolom 13 ke kolom 11. Dan setelah dipastikan sesuai dengan kondisi terakhir, teks besaran pagunya diubah menjadi warna hitam.

4. Pada kolom 14, isikan tahapan proses serah terima aset berdasarkan kondisi terakhir, dengan kodefikasi sebagai berikut: Tahapan Proses Serah Terima Aset A. Proses Melengkapi Dokumen

i. Daftar BMN yang akan dihibahkan ii. Penelitian dan Verifikasi oleh Tim Internal

B. Dokumen Lengkap i. Pengajuan Usulan Hibah dari Satuan Kerja ii. Pengajuan Usulan Hibah dari PPB-Eselon I kepada Pengguna Barang

C. Proses Persetujuan Hibah i. Persetujuan/Penolakan Hibah ii. Penyampaian Persetujuan Hibah dari PPB-Eselon I ke Balai

D. Berita Acara Serah Terima i. Proses Penandatanganan Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima oleh Penerima Hiba ii. Proses Penandatanganan Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima oleh PPB-Eselon I

E. Berita Acara Serah Terima i. Penetapan SK Penghapusan BMN

5. Penghapusan BMN dari Aplikasi SIMAK BMN 6. Pada kolom 15, isikan nomor urut pendaftaran aset (NUP)Pada kolom 16 dan 17, isikan permasalahan dan tindak lanjut terkait dengan penyebab belum/tidak berfungsinya

infrastruktur dimaksud.

71

3.1.2 Capaian Terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Capaian jangka pendek yang ketiga adalah tersusunnya Rancangan Mekanisme

Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Mekanisme pelaksanaan

ini dibutuhkan sebagai salah satu tahapan dalam merumuskan rancangan Surat

Edaran (SE) Direktur Cipta Karya untuk menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

1. Focus Group Discussion Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama Bappenas

Dalam menyusun rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) melaui zoom meeting

dengan melibatkan Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas yang

dilaksanakan pada 24 Mei 2021.

Pembahasan dimulai dari identifikasi tantangan di bidang perumahan dan

permukiman yang memiliki permasalahan bersifat multidimensional dan

multifungsional yang menyangkut berbagai dimensi yaitu fisik, ekonomi, sosial dan

budaya. Ketersediaan infrastruktur permukiman yang memadai dan

berkesinambungan merupakan kebutuhan dasar dan prioritas untuk dapat

mendukung pemenuhan target pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

perekonomian dan kesejahteran masyarakat. Dalam menjawab tantangan tersebut,

dibutuhkan sinergi yang kuat antar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.

Sinergi tersebut dapat terwujud melalui penguatan aspek kelembagaan dalam

seluruh rangkaian proses penyelenggaraan bidang perumahan dan permukiman.

Pemenuhan target RPJMN 2020-2024 bidang perumahan dan permukiman,

khususnya pada sektor air minum dan sanitasi juga dihadapkan pada masalah

ketidakberfungsian dari infrastruktur yang telah terbangun disebabkan berbagai

aspek yaitu ketidaktersediaan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan oleh

Pemda, kerusakan teknis dari infrastruktur terbangun, dan permasalahan regulasi

72

maupun kelembagaan yang menyebabkan pengoperasian infrastruktur terbangun

tidak dapat dilakukan secara optimal. Hal ini dinilai dapat menghambat pencapaian

pemenuhan target RPJMN 2020-2024 yang menargetkan 100% akses air minum

dan 90% akses sanitasi pada akhir tahun 2024.

Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas sebagai stakeholder utama

pengampu RPJMN 2020-2024, memiliki peran untuk mengawal ketercapaian target

dalam dokumen tersebut. Salah satu aspek penting dalam pemenuhan target

nasional adalah melalui pembinaan kepada pemerintah daerah. Penguatan peran

pemda perlu didorong salah satunya melalui penguatan kelembagaan di daerah.

Keberadaan Pokja PKP sebagai wadah koordinasi dan kolaborasi menjadi hal yang

penting untuk membahas isu dan alternatif penanganan bidang perumakan dan

kawasan permukiman.

Gambar 3.11 FGD Dukungan Kelembagaan Daerah terhadap Rehablitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun bersama Bappenas

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Bentuk penguatan kelembagaan dalam rangka mendorong peran pemda salah

satunya dapat dilaksanakan melalui penguatan perencanaan pembangunan

diantaranya melalui feasibility study untuk pembangunan infrastruktur di kawasan

permukiman seperti air minum dan sanitasi, serta mendorong komitmen pemda

dalam melaksanakan operasionalisasi dan pemeliharaan infrastruktur terbangun.

Berdasarkan diskusi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi dan

73

optimalisasi infrastruktur terbangun perlu didorong melalui penguatan kelembagaan

di daerah, salah satunya melalui Pokja PKP.

2. Focus Group Discussion Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman

melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

bersama Kementerian Dalam Negeri

Dalam menyusun rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) terkait pembahasan

Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama

Kementerian Dalam Negeri, yang dilaksanakan pada 25 Mei 2021. Kementerian

Dalam Negeri menekankan kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

terhadap kebutuhan pokok air minum sehari-hari yang memenuhi prinsip

pemenuhan dua kriteria dari 4 kriteria dalam 4K yaitu kuantitas dan kualitas.

Kuantitas air minum berdasarkan SPM adalah 60 liter/orang/hari dan kualitas yaitu

tidak keruh, bewarna, berasa, berbusa dan berbau. Penyediaan pelayanan

pengolahan air limbah domestik yang diamanatkan dalam SPM adalah pelayanan

dengan standar akses dasar untuk permukiman perdesaan dengan kepadatan 25

jiwa/Ha dan akses aman untuk perukiman perdesaan untuk kepadatan lebih dari 25

jiwa/Ha dan seluruh wilayah perkotaan.

Pemenuhan SPM masih menjadi tantangan bagi daerah, terutama pada

kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah. Ketidaktersediaan dana

APBD untuk membiayai operasional dan pemeliharaan dari infrastruktur air minum

dan air limbah domestik terbangun menjadi permasalahan dalam menjamin

keberlanjutan layanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, pemenuhan SPM di

daerah memerlukan perhatian dan intervensi pada daerah yang memiliki fiskal

rendah, untuk dapat lebih didorong melalui skema pendanaan alternatif dalam

rangka memanfaatkan infrastruktur yang terbangun.

Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai Pembina teknis sektor air minum dan air

limbah domestik memiliki peranan dalam mendorong pemerintah daerah dalam

memenuhi SPM. Melalui kegiatan rehabilitai dan optimalsiasi infrastruktur

permukiman terbangun dapat meningkatkan pemenuhan SPM bidang air minum dan

74

sanitasi, sehingga dibutuhkan pedoman dalam rangka penyelenggaraan hal

tersebut.

Gambar 3.12 FGD Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah dengan Kementerian Dalam Negeri Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

75

3.1.3 Capaian Terhadap Rancangan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Dalam melakukan penyusunan rancangan pedoman mekanisme Pelaksanaan

Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, penyusun telah melakukan beberapa kali

pembahasan dengan stakeholders terkait.

1. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air

Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui Pelaksanaan

Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada

Daerah Dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Gambar 3.13 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021, melalui Zoom Meeting dan

dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah

daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyuusn

melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan

untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

76

2. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air

Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi NTB melalui Pelaksanaan Rehabilitasi

dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah

Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan

dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah

daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyuusn

melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan

untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

Gambar 3.14 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada Daerah Dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

3. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air

Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui Pelaksanaan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

FGD ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan

dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah

77

daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyusun

melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan

untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

Gambar 3.15 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

78

4. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air

Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan Rehabilitasi

dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah

FGD ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan

dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah

daerah di lingkungan Provinsi Riau. Pada rapat ini, penyusun melakukan diskusi

dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan untuk mendapatkan

masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah.

Gambar 3.16 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

79

5. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

bersama Direktorat Sanitasi

Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,

Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan

bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman

mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Pada pembahasan ini, Kasubdit

Wilayah I, Direktorat Sanitasi, menyampaikan bahwa dalam melakukan

rehailitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah, sangat perlu untuk memastikan dukungan dari

pemerintah daerah terkait operasi dan pemeliharaan infrastruktur air minum

berjalan sesuai dengan rencana.

80

Gambar 3.17 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

dengan Direktorat Sanitasi (Kasubdit Wilayah I) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

6. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

dengan Direktorat Air Minum (Kasubdit Wilayah I)

Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,

Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan

bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman

mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Pada pembahasan ini, Kasubdit

Wilayah I menyampaikan bahwa dalam melakuakn rehailitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah, sangat perlu untuk memastikan dukungan dari pemerintah daerah

terkait operasi dan pemeliharaan infrastruktur air minum berjalan sesuai dengan

rencana.

81

Gambar 3.18 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

dengan Direktorat Air Minum (Kasubdit Wilayah I) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

7. Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor Air Minum dan

Sanitasi pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah di Provinsi

Sumatera Utara

Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,

Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan

bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman

mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

82

Gambar 3.19 Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor Air Minum dan Sanitasi pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah di Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

8. Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan, Operasi dan

Rehabilitasi (OPOR) dengan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR

Pembahasan ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 24 Juni 2021, melalui

aplikasi zoom meeting, membahas upaya penerapan OPOR di Kementerian

PUPR, khususnya di Ditjen Cipta Karya. Pada kesempatan ini penyusun

menyampaikan penyiapan pelaksanaan OPOR di Ditjen Cipta Karya khususnya

pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi sekaligus menyampaikan gagasan

proyek perubahan yang disusun oleh tim efektif.

Gambar 3.20 Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan, Operasi dan Rehabilitasi (OPOR) bersama Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

83

9. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan

Pemutakhiran Sistem Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM)

Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2021, di gedung Citpta

Karya, Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan

dan bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman

mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dan Pemutakhiran Sistem Informasi

Manajemen SPAM (SIM SPAM).

84

Gambar 3.21 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan Pemutakhiran

Sistem Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Penyusun telah menyelesaikan rancangan pedoman tersebut dengan melakukan

proses diskusi dan koordinasi terhadap stakeholder terkait (rancangan mekanisme

terlampir). Adapun muatan yang disusun dalam rancangan mekanisme tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Bab I

Bab I memuat latar belakang pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

2. Bab II

Bab II memuat tentang kriteria dan ruang lingkup dalam melakukan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan

kapasitas fiskal rendah.

3. Bab III

Pada Bab III memuat mengenai tahapan yang dilakukan dalan melakukan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah, yang terdiri dari:

a. Tahap persiapan rehabilitasi dan optimalisasi

85

b. Tahap perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi

c. Tahap pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi

d. Tahap pengawasan rehabilitasi dan optimalisasi

e. Tahap paska rehabilitasi dan optimalisasi

4. Bab IV

Pada Bab IV memuat mengenai pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan

optimalisasi.

Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari proyek perubahan ini,

namun untuk dokumen rancangan pedoman dimaksud dicetak secara terpisah

dengan laporan proyek perubahan.

3.1.4 Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal

Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan

Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

Capaian jangka pendek yang keempat adalah tersusunnya Rancangan Surat

Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum

dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Rancangan SE ini

dibutuhkan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

Penyusun telah menyelesaikan rancangan SE ini.

1. Pembahasan dengan Tim Efektif dalam rangka penyusunan Rancangan

Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah

Pembahasan penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta

Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan

86

Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif dilakukan mulai minggu pertama

bulan Juni hingga minggu terakhir bulan Juni 2021.

87

88

Gambar 3.22 Pembahasan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

89

2. Pembahasan dengan Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Setditjen Cipta

Karya, dalam rangka penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur

Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan

Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

Penyusun telah melakukan pembahasan bersama Kepala Bagian Hukum dan

Komunikasi Publik, Subkor dan staf di lingkungan Sesditjen Cipta Karya dalam

rangka penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya

tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah pada hari Selasa, 22 Juni 2021.

90

91

Gambar 3.23 Pembahasan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

92

Yth,

1. Para Pimpinan Tinggi Pratama;

2. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

SURAT EDARAN

Nomor : SE/DC/2021

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN SEKTOR AIR MINUM DAN SANITASI

PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS FISKAL RENDAH

A. UMUM

Salah satu fokus kebijakan Menteri PUPR adalah memfungsikan aset infrastruktur yang tidak berfungsi melalui strategi Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi (OPOR). Dalam rangka mendukung kebijakan Menteri PUPR tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan fokus pelaksanaan pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi. Hal ini dikarenakan infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola melalui operasi dan pemeliharaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

B. DASAR PEMBENTUKAN

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 6573);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6624);

DRAFT

93

5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6626);

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2013 Nomor 470);

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1154);

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2017 Nomor 456);

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1758);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020

Nomor 554).

C. MAKSUD DAN TUJUAN Surat edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu: Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Surat Edaran ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan, pemrograman, dan

penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;

2. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.

D. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup surat edaran ini adalah tata cara pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi melalui penetapan skala prioritas penanganan, penyusunan dokumen kaji ulang kelayakan, dan penyusunan Detail Engineering Design (DED) rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur yang dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah). Tipologi infrastruktur permukiman yang menjadi Ruang lingkup dalam SE ini, terdiri atas: 1. Infrastruktur penyediaan air minum perpipaan skala layanan ibukota kecamatan (SPAM

IKK) atau lebih; 2. Infrastruktur pengolahan air limbah domestik (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/IPLT

dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik/IPALD); 3. Infrastruktur pemrosesan sampah akhir (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah/TPA).

DRAFT

94

E. MATERI MUATAN

Pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah fiskal rendah dalam Surat Edaran ini memiliki beberapa materi muatan yang terdiri atas: a. Kriteria dan ruang lingkup rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

b. Tahapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

c. Pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

F. PELAKSANAAN

Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah secara rinci tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

G. PENUTUP Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.

Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

Ir. DIANA KUSUMASTUTI, M.T NIP. 196707171996032002

Tembusan: 1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 2. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 3. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR.

DRAFT

95

3.2 PELAKSANAAN STRATEGI MARKETING

Pemasaran merupakan proses penawaran dan pertukaran barang dan jasa yang

bernilai antara pemangku kepentingan dalam rangka memenuhi kebutuhan individu

dan/atau organisasi (Kotler, 2009). Strategi pemasaran yang digunakan dalam

proyek perubahan ini, dirumuskan berdasarkan teori Marketing Mix dalam rangka

mencapai target-target yang spesifik, terukur, relevan dengan arahan kebijakan,

realistis, dan memiliki timeline yang jelas. Marketing mix meliputi 5 (lima) elemen

sebagai berikut (Goi, 2009; Hawkins, 2010; The Marketing Mix, 2012; Tjiptono,

2015).

1. Product (hasil kerja)

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya merupakan

inovasi dalam kegiatan optimalisasi dan rehabilitasi aset infrastruktur permukiman

pada daerah dengan kendala kapasitas fiskal rendah. Produk dalam proyek

perubahan ini terdiri dari:

a. Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak

berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai

masukan dalam sistem infromasi air minum dan sanitasi

b. Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah.

c. Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah.

d. Rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas

Fiskal Rendah.

2. Price (harga)

Untuk menentukan investasi APBN yang diperlukan untuk Revitalisasi

(Rehabilitasi dan Optimalisasi) Infrastruktur Permukiman Terbangun yang belum

berfungsi sehingga dapat dioperasionalkan pada skala ekonomi yang sesuai

96

dengan kemampuan pembiayaan Pemda untuk menjamin keberlajutan

pengembangan dan pemanfaatan sistem.

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya mampu

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan APBN untuk kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur permukiman terbangun, dalam

tahap perencanaan dan pemrograman. Selain itu, untuk sektor air minum dan

sanitasi, kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi mampu meningkatan pendapatan

tarif pengguna sebagai akibat perluasan cakupan layanan yang pada gilirannya

mengurangi beban APBD dalam menanggung biaya operasi dan pemeliharaan

aset infrastruktur permukiman terbangun.

Penyusunan Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, dilaksanakan melalui dana APBN yang

berasal dari DIPA Balai Prasarana Permukiman Wilayah.

3. Place (media pemasaran)

Media online dan offline dioptimalkan pemanfaatannya untuk menjaring aspirasi

dan menggalang dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap realisasi

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai bagian

tahap perencanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur

permukiman terbangun, khususnya sektor air minum dan sanitasi. Media online

yang digunakan meliputi website, zoom meeting, Sistem Informasi Manajemen

Sistem Penyediaan Air Minum (SIMSPAM), dan Sistem Informasi Sanitasi (SI-

INSAN) untuk mempersuasi para pemangku kepentingan dalam mendukung

implementasi Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Adapun pembahasan masukan atau permasalahan yang bersifat kualitatif terkait

realisasi proyek perubahan, diwadahi oleh berbagai media offline berupa Focus

Group Discussion (FGD) secara luring dan bimbingan teknis yang didukung

peninjauan lapangan.

4. Promotion (proses penawaran)

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya dipromosikan

kepada para pemangku kepentingan menggunakan tagline ULIN sehingga akan

lebih mudah diingat. Selain itu, berbagai manfaat dan prosedur yang jelas dari

97

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

yang merupakan inovasi pada proyek perubahan ini dipromosikan kepada

stakeholders terkait melalui advokasi dan komunikasi gagasan dengan

melakukan serangkaian FGD, rapat pembahasan dan diskusi dengan

stakeholders terkait, secara luring dan daring.

5. Customer (pelanggan)

Perilaku dan berbagai keputusan dari konsumen akan mempengaruhi proses

pemasaran dari barang dan jasa. Oleh karena itu, pemetaan pemangku

kepentingan untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci menjadi penting untuk

dilaksanakan. Dalam proyek perubahan ini proses pemetaan stakeholders

berdasarkan kapasitas kewenangan dan ketertarikan terhadap proyek perubahan

dilaksanakan berdasarkan stakeholder quadrant diagram yang terdiri atas empat

katagori yakni Promoters, Defenders, Latents dan Apathetics. Berdasarkan

proses advokasi dan komunikasi gagasan yang telah dilaksanakan oleh tim

efektif, terjadi perpindahan stakeholders dari katagori latents menjadi promotors

dan dari apathetic menjadi defender. Perpindahan quadrant ini, merupakan

sebuah keberhasilan bagi tim efektif dalam meningkatkan ketertarikan dan

dukungan stakeholders terhadap proyek perubahan ini.

3.3 PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEMBELAJARAN

Pemberdayaan organisasi pelaksanaan dalam proyek perubahan Strategi

Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan

Revitalisasi Infrastruktur bidang Cipta Karya menggunakan metode 5M (Man,

Machine, Money, Method dan Material). Adapun 5M adalah faktor produksi utama

yang dibutuhkan oleh suatu organisasi agar dapat beroperasi secara maksimal.

98

Gambar 3.24 Metode 5 M Sumber: Tim Efektif, 2021

1. Man (sumber daya manusia)

Hal ini merujuk kepada pemanfaatan potensi manusia sebagai tenaga kerja.

Proses memimpin, menggerakkan karyawan/bawahan, dan optimalisasi

kontribusi sumber daya manusia menjadi penekanan dalam mengoptimalkan

faktor ini. Oleh karena itu, proses identifikasi subyek pelaksana yang

berfungsi sebagai penggerak tenaga kerja menjadi krusial untuk

mengoptimalkan faktor sumber manusia. Subyek pelaksana dalam proyek

perubahan tersebut mencakup:

▪ Direktorat Sistem dan Strategi Infrastruktur Permukiman Ditjen Cipta

Karya, Kementerian PUPR;

▪ Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;

▪ Direktorat Sanitasi, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;

▪ Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) yang tersebar di setiap

provinsi seluruh Indonesia;

99

▪ Pemerintah daerah.

2. Machine (instrumen atau mesin penggerak)

Mesin penggerak dimaksudkan sebagai peralatan yang dibutuhkan oleh suatu

instansi atau Lembaga untuk melancarkan proses bisnis suatu organisasi.

Machine dari proyek perubahan tersebut berupa pedoman pelaksanaan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah.

3. Method (metode atau prosedur pelaksanaan)

Faktor ini merujuk kepada pilihan prosedur dalam rangka merealisasikan

target-target spesifik dan terukur dari suatu instansi atau organisasi. Adapun

prosedur terpilih untuk merealisasikan proyek perubahan tersebut adalah

mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah kapasitas fiskal rendah berbasis pelaksanaan kaji ulang

kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang cipta karya. Mekanisme tersebut

dipilih karena dapat meningkatkan efektifitas dan efisensi untuk mendorong

kemandirian pemerintah daerah dalam tata kelola infrastruktur permukiman

sesuai amanat Undang-Undang No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Efektifitas tersebut diperoleh dari keringanan biaya operasi dan pemeliharaan

infrastruktur yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah melalui

pemulihan keberfungsian aset dan perluasan cakupan layanan sehingga

menghasilkan tambahan pendapatan.

4. Material (bahan baku)

Hal ini merujuk kepada unsur utama yang akan diolah sehingga

menghasilkan tambahan nilai bagi penerima manfaat atau pelanggan dalam

suatu proses bisnis organisasi atau perusahaan. Terdapat data hasil

inventarisasi keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun periode

tahun 2015-2020 yang menjadi material proyek perubahan tersebut.

100

5. Money (uang/modal)

Untuk menentukan skala prioritas terhadap infrastruktur permukiman yang

akan direhabilitasi dan optimalisasi sehingga pendanaan dapat dialokasikan

secara efektif dan efisien dengan alokasi pendanaan menggunakan DIPA

Satker Pelaksanaan BPPW.

Berdasarkan hasil identifikasi dan pengkajian faktor 5 M yang dijabarkan di atas,

terdapat 2 (dua) proses intervensi untuk memberdayakan organisasi pembelajaran,

yaitu Pengembangan Tim Efektif dan Peningkatan Peran stakeholders.

3.3.1 Pengembangan Tim Efektif

Pelaksanaan proyek perubahan membutuhkan dukungan sumber daya manusia

yang andal untuk mencapai target output yang direncanakan. Untuk itu diperlukan

tim efektif dalam pelaksanaan proyek perubahan. Tim efektif dalam proyek

perubahan ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Sistem dan

Startegi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, nomor 31.1/SP/CP/2021

tentang pembentukan tim efektif Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui

Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Kegiatan yang dilakukan oleh Tim Efektif diantaranya adalah pelaksanaan

serangkaian rapat konsolidasi internal tim efektif, pelaksanaan FGD, pelaksanaan

advokasi dan komunikasi kepada stakeholders baik internal maupun eksternal dan

penyusunan proyek perubahan serta video proyek perubahan.

101

102

Gambar 3.25 Kegiatan Pengembangan Tim Efektif (Rapat Konsolidasi Internal, FGD, Advokasi dan Komunikasi kepada Stakeholders)

Sumber: Tim Efektif, 2021

3.3.2 Peningkatan Peran Stakeholder

Selama proses penyusunan proyek perubahan, penyusun melakukan berbagai

kegiatan baik berupa Focus Group Discussion (FGD) dan rapat pembahasan proyek

perubahan kepada berbagai stakeholders. Penyusun juga melakukan advokasi dan

komunikasi kepada berbagai pihak baik di level pemerintah pusat, provinsi dan

kabupaten/kota. Advokasi merupakan bentuk komunikasi persuasif dalam

mempengaruhi para stakeholders untuk dapat mendukung proyek perubahan dan

komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan proyek perubahan kepada

stakeholders.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh penyusun tersebut,

terdapat peningkatan ketertarikan (interest) bagi para pemangku kepentingan

terhadap proyek perubahan yang telah disusun. Adapun stakeholder yang terlibat

pada awalnya masih memiliki ketertarikan yang rendah, seperti yang dipetakan pada

gambar berikut:

103

POWER

HIGH

LATENTS

Pemerintah

• Sekretaris Jenderal PUPR

• Inspektur Jenderal PUPR

• Direktur Jenderal Cipta Karya

• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi

• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas

• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri

• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman

• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

• Direktur Air Minum

• Direktur Sanitasi

Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota

• Kepala Daerah

• Kepala Dinas PUPR

PROMOTERS

LOW

APATHETICS

Pemerintah

• Kasubdit KPIP

• Kasubdit SPA

• Kasubdit Rentek Air Minum

• Kasubdit Wilayah Air Minum

• Kasubdit Rentek Sanitasi

• Kasubdit Wilayah Sanitasi

• Kepala BPPW Provinsi

Non Pemerintah

• Lembaga Swadaya Masyarakat

• Masyarakat

• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman

DEFENDERS

LOW HIGH

LEVEL OF INTEREST

Gambar 3.26 Diagram Stakheholder sebelum Pelaksanaan Proyek Perubahan

Berdasarkan gambar 3.22 dapat kita ketahui bahwa stakeholder yang berada pada

quadrant latent terdiri dari unsur pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

104

Hal ini berbanding terbalik dengan quadrant promoter yang hanya terdapat 1 (satu)

stakeholder.

Setelah penyusun melakukan pelaksanaan proyek perubahan melalui berbagai

Focus Group Discussion (FGD), rapat pembahasan serta diskusi dengan berbagai

pihak, terjadi peningkatan ketertarikan (interest) terutama bagi stakheholder dari

pemerintah pusat. Dimana terdapat pemindahan dari quadrant latent ke quadrant

promoters.

POWER

HIGH

LATENTS

PROMOTERS

Pemerintah

• Sekretaris Jenderal PUPR

• Inspektur Jenderal PUPR

• Direktur Jenderal Cipta Karya

• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi

• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas

• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri

• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman

• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

• Direktur Air Minum

• Direktur Sanitasi

Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota

• Kepala Daerah

• Kepala Dinas PUPR

LOW

APATHETICS

• Lembaga Swadaya Masyarakat

• Masyarakat

• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman

DEFENDERS

Pemerintah

• Kasubdit KPIP

• Kasubdit SPA

• Kasubdit Rentek Air Minum

• Kasubdit Wilayah Air Minum

• Kasubdit Rentek Sanitasi

• Kasubdit Wilayah Sanitasi

• Kepala BPPW Provinsi

LOW HIGH

LEVEL OF INTEREST

Gambar 3.27 Diagram Stakheholder sesudah Pelaksanaan Proyek Perubahan

105

Adapun beberapa rapat yang telah dilakukan oleh penyusun dalam upaya untuk

meningkatkan ketertarikan (interest) bagi stakheloder dalam proyek perubahan

Strategi Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada

Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan

Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya adalah sebegai berikut.

1. Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor

Penyusun telah melakukan bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya

selaku Mentor pada tanggal 27 Mei 2021. Pada tanggal tersebut terdapat

beberapa masukan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya

terhadap proyek perubahan yang berjudul Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal

Rendah Melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang

Cipta Karya adalah sebagai berikut:

1. Perlu dipetakan penyebab dari ketidakberfungsian infrastruktur permukiman

terbangun

2. Rehabilitasi dan optimalisasi harus dilakukan sesuai dengan penyebab

ketidakberfungsian

3. Rehabilitasi dan optimalisasi hanya diberikan kepada Pemerintah Daerah yang

berkomitmen

Gambar 3.28 Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

106

2. Bimbingan Lanjutan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor

Bimbingan lanjutan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya ini dilakukan pada hari

Kamis tanggal 8 Juni 2021 di Gedung Cipta Karya. Dalam kesempatan ini penyusun

menyampaikan progress atau perkembangan kemajuan proyek perubahan. Direktur

Jenderal Cipta Karya selaku mentor pada kesempatan ini meyampaikan dukungan

atas gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat

pernyataan dukungan).

107

Gambar 3.29 Bimbingan lanjutan dan Konsultasi dengan

Direktur Jenderal Cipta Karya selaku mentor Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

3. Bimbingan Bersama Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaran

Infrastruktur Permukiman, selaku Co-Mentor

Bimbingan proyek perubahan bersama Direktur Sistem dan Startegi

Penyelenggaraan Inrastruktur Permukiman ini, dilakukan pada hari Jumat tanggal 16

Juni 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam rangka memperoleh masukan dan

dukungan terhadap proyek perubahan.

108

Gambar 3.30 Bimbingan dan Konsultasi dengan

Direktur Sistem dan Startegi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, selaku Co-mentor Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021

4. Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim Efektif

Dalam melaksanakan proyek perubahan, penyusun melakukan pembahasan

bersama tim efektif untuk mencapai target output jangka pendek yang telah

ditetapkan. Rapat bersama tim efektif dilakukan selama bulan Mei hingga bulan Juni

2021 di Gedung Cipta Karya.

109

110

Gambar 3.31 Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim Efektif Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

5. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Advokasi dan komunikasi kepada Sekretaris Jenderal Kementeran PUPR ini

dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Juni 2021 di Jakarta. Dalam kesempatan ini

penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan, yakni

berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah kepada. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR,

pada kesempatan ini meyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek

perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).

111

112

Gambar 3.32 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

113

6. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur Jenderal

Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Advokasi dan komunikasi kepada Inspektur Jenderal Kementeran PUPR ini

dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 Juni 2021 di Jakarta. Dalam kesempatan ini

penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan, yakni

berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah kepada. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR,

pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek

perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).

114

Gambar 3.33 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur Jenderal Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

115

7. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang

Ekonomi dan Investasi dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Advokasi dan komunikasi kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan

Investasi ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Mei 2021 di Jakarta. Dalam

kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek

perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang

Ekonomi dan Investasi, pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas

gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan

dukungan).

116

117

Gambar 3.34 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang

Ekonomi dan Investasi dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

118

8. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Kementerian Dalam Negeri

dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholders

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan ini dilakukan pada hari

Jumat tanggal 28 Mei 2021 di Kementerian Dalam Negeri. Pada pertemuan

tersebut, penyusun melakukan diskusi bersama dengan Direktur Sinkorinisasi

Urusan Pemerintah Daerah (SUPD) II, Bapak Iwan Kurniawan. Pada awal

pertemuan, Direktur SUPD II mempertanyakan efektivitas dari kaji ulang dalam

proyek perubahan ini. Namun setelah penyusun memberikan penjelasan bahwa

kaji ulang bertujuan untuk menentukan investasi APBN yang diperlukan untuk

Revitalisasi (Rehabilitasi dan Optimalisasi) Infrastruktur Permukiman Terbangun

yang belum berfungsi sehingga dapat dioperasionalkan pada skala ekonomi

yang sesuai dengan kemampuan pembiayaan Pemerintah Daerah.

.

119

120

121

Gambar 3.35 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Direktur SUPD II, Kementerian Dalam Negeri dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholders

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

Direktur SUPD II menyampaikan dukungannya kepada penyusun dan menyatakan

bahwa instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Permukiman yang

menjadi inovasi dalam Proyek Perubahan ini, merupakan solusi yang tepat dalam

pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Proyek Perubahan ini

sangat bermanfaat dan sejalan dengan upaya yang dilakukan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal,

khususnya di sektor air minum dan sanitasi dalam rangka keberfungsian dan

keberlanjutan infrastruktur permukiman.

122

9. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit

Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang dan Direktur

Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Kementerian Keuangan

9.a. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Kasubdit Anggaran

Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang ini, dilakukan pada hari Senin

tanggal 31 Mei 2021 di Kementerian Keuangan, dalam rangka memperoleh

masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.

Gambar 3.36 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

123

9.b. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada direktur anggaran

bidang perekonomian dan kemaritiman ini, dilakukan pada hari Senin tanggal 31 Mei

2021 di Kementerian Keuangan, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan

terhadap proyek perubahan.

Gambar 3.37 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

124

10. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan Permukiman,

Kementerian PPN/Bappenas

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Perumahan

dan Permukiman ini, dilakukan pada hari selasa tanggal 8 Juni 2021, di

Kementerian PPN/Bappenas, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan

terhadap proyek perubahan.

125

Gambar 3.38 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

126

11. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Air Minum ini,

dilakukan pada hari selasa tanggal 27 Mei 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam

rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.

127

Gambar 3.39 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021

128

12. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Sanitasi ini,

dilakukan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam

rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.

Gambar 3.40 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

129

13. Advokasi dan Komunikasi kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta

Karya

Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Sekretaris Direktorat

Jenderal Cipta Karya ini, dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Mei 2021, di Gedung

Cipta Karya, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek

perubahan.

Gambar 3.41 Advokasi dan Komunikasi kepada Sesditjen Cipta Karya Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

130

14. Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh

Advokasi dan komunikasi kepada Walikota Banda Aceh ini dilakukan pada hari

Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini

penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan,

yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Walikota Banda Aceh, pada kesempatan

ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek perubahan (berupa

video testimoni dan surat pernyataan dukungan).

Gambar 3.42 Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

131

15. Advokasi dan Komunikasi kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kota Banda Aceh

Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Banda Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui

Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan

inovasi terhadap proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Banda Aceh,

pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek

perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).

Gambar 3.43 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda Aceh

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

16. Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman

Wilayah Aceh

Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah

Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui Zoom Meeting.

Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap

proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Kepala Balai Prasarana

Permukiman Wilayah Aceh, pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas

132

gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan

dukungan).

Gambar 3.44 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh

Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021

133

17. Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan

Prasarana Permukiman Aceh

Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana

Permukiman Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui

Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan

inovasi terhadap proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Aceh, pada

kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek

perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).

Gambar 3.45 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Aceh Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021

134

3.4 KENDALA DAN STRATEGI DALAM PELAKSANAAN PROYEK

PERUBAHAN

3.4.1 KENDALA DALAM PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

Selama proses pelaksanaan proyek perubahan, terdapat 3 (tiga) kendala yang harus

dihadapi dalam mewujudkan target rencana ouput secara optimal, yang terdiri atas:

A. Belum optimalnya manajemen/pengelolaan data aset infrastruktur

permukiman terbangun

Dalam proses pengumpulan data keberfungsian infrastruktur permukiman,

dihadapkan berbagai kendala, antara lain: keterbatasan waktu pelaksanaan

identfikasi aset, kurang optimalnya manajemen aset di Balai PPW, format

pelaporan belum baku, data aset sangat dinamis sehingga memerlukan

konfirmasi berulang, kendala teknis dan komunikasi saat pelaksanaan

rekonfirmasi aset secara daring, masih terjadi kesalahan input data dari Balai

PPW.

B. Belum ada regulasi yang mengatur mekanisme penyelesaian masalah

ketidak berfungsian aset infrastruktur permukiman, terutama pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah

Berbagai regulasi teknis di bidang cipta karya atau penyelenggaraan

infrastruktur permukiman belum ada yang mengatur secara rinci terkait

revitalisasi keberfungsian aset infrastruktur yang tidak berfungsi. Hal ini menjadi

tantangan yang lebih berat pada pemerintah daerah yang dituntut untuk

menyediakan dana operasi dan pemeliharaan aset infrastruktur permukiman

yang telah diserah terimakan sesuai amanat UU No.23/2014 tentang

Pemerintahan Daerah apabila mereka dihadapkan pada keterbatasan ruang

fiskal.

C. Belum tersinkronisasinya implementasi ketentuan teknis dalam

pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi terkait ruang lingkup

kewenangan tata kelola aset infrastruktur.

Tata kelola aset infrastruktur permukiman, khususnya sektor air minum dan

sanitasi melibatkan peran banyak pihak yang mencakup setidaknya

135

Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PPN/Bappenas,

Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Bahkan pada lingkup

internal Kementerian PUPR dalam tata kelola sistem penyediaan air minum,

sinkronisasi pelaksanaan Peraturan Menteri PUPR Nomor: 01/PRT/M/2016

tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan

Sumber Daya Air dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor: 27/PRT/M/2016

tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dibutuhkan, terutama

pada pengelolaan unit air baku yang bersumber dari bendungan dan sungai.

3.4.2 STRATEGI DALAM PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

Dalam setiap tahapan milestone ini, beberapa strategi diterapkan untuk mengatasi

berbagai tantangan tersebut yang dirinci sebagai berikut:

a. Optimalisasi pengelolaan/manajemen data aset infrastruktur permukiman

terbangun melalui penyediaan panduan teknis bagi BPPW berupa format baku

pemutakhiran data keberfungsian infrastruktur permukiman dan mekanisme

pelaksanaan pengumpulan data aset infrastruktur terbangun;

b. Merumuskan mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui pelaksanaan

pembahasan dengan berbagai stakeholders dengan cakupan yang lebih luas

(misal: Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pelaku usaha Bidang Perumahan

dan Kawasan Permukiman);

c. Penyediaan Standard Operasional Prosedur (SOP) terkait rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas

fiskal rendah melalui advokasi dan komunikasi gagasan kepada stakeholders

terkait.

3.5 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN

Faktor yang dapat menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek

perubahan antara lain:

a. Adanya dukungan dari stakeholders terkait;

b. Adanya komitmen yang tinggi dari anggota tim efektif proyek perubahan;

c. Peran pimpinan yang mendukung pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan penyusunan proyek perubahan.

136

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan capaian terhadap target output yang telah ditetapkan dalam milestone

proyek perubahan, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Target output pada milestone jangka pendek pada proyek perubahan ini telah

tercapai 100% dan telah dilakukan percepatan terhadap salah satu output

jangka menengah yaitu Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan

kapasitas fiskal rendah yang dapat dicapai dalam jangka pendek.

2. Strategi marketing dalam proyek perubahan ini dilakukan dengan advokasi dan

komunikasi, melalui serangkaian rapat pembahasan, FGD, dan diskusi dengan

berbagai stakeholders. Strategi ini berhasil mencapai tujuannya yaitu

meningkatnya ketertarikan (interest) dan dukungan dari stakeholders terkait baik

stakeholders eksternal seperti Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,

Kementerian Keuangan dan Pemda maupun stakeholders di Kementerian

PUPR, yang ditunjukkan dengan adanya dukungan dari berbagai stakeholders

(bukti dukungan stakeholders terlampir).

3. Pemberdayaan organisasi pembelajaran telah diimplementasikan secara optimal

dalam proyek perubahan ini melalui penerapan konsep 5 M (man, money,

material, methode, machine) dan melaksanakan upaya continuous improvement.

4.2 REKOMENDASI

1. Perlu dikawal hingga tuntas penyelesaian /legalisasi rancangan Surat Edaran

Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan

Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan tetap melakukan

koordinasi dengan berbagai pihak guna penyelesaian reguasi tersebut.

2. Perlu dilakukan sosialisasi, pendampingan dan fasilitasi kepada stakeholders

terkait dalam penerapan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

137

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

3. Perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan Surat Edaran Direktur Jenderal

Cipta Karya tentang Mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas

fiskal rendah.

4.3 LESSON LEARNED

1. Keberhasilan dalam mencapai target output proyek perubahan memerlukan

komitmen yang kuat melalui kedisplinan pelaksanaan jadwal kegiatan yang

telah direncanakan, kerja sama yang baik dalam tim efektif, dan koordinasi

intensif dengan seluruh stakeholders.

2. Strategi marketing merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan pelaksanaan proyek perubahan. Strategi marketing

dilaksanakan oleh tim efektif secara optimal melalui proses advokasi dan

komunikasi kepada berbagai stakeholders baik stakeholders internal maupun

eksternal sehingga proyek perubahan dapat diterima dengan baik dan

mendapat dukungan penuh dari seluruh stakeholders.

3. Sumber daya manusia merupakan komponen utama organisasi yang

berperan penting dalam pelaksanaan proyek perubahan. Pemberdayaan

organsisasi dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya tim

efektif termasuk dalam hal advokasi dan komunikasi terhadap stakeholders

terkait.

138

DAFTAR REFERENSI

1. Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Perumahan

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi mendefinisikan infrastruktur berkelanjutan

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum

6. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)

8. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 /PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah

10. Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan Sistem Pengeloahan Air Limbah 2015, Bagian A, tahapan proses penyusunan studi kelayakan peneyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah, Jakarta

11. Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan Prasarana dan Srana Persampahan 2015, Bagian A, tahapan proses penyusunan studi kelayakan peneyelenggaraan prasarana dan sarana Persampahan, Jakarta

12. Goi, C. L. 2009. A review of Marketing Mix: 4Ps or More? International Journal of Marketing Studies, 1(1): 2-14.

13. Hawkins, D.I., dan Mothersbaugh, D.L. 2010. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. 11th edition. McGraw-Hill, Irwin.

14. Morita, M. dan Harni, B. 2006. Kajian Motivasi Kerja dan Produktivitas Karyawan. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 8(2), pp.12-18.

15. Tjiptono, F. 2015. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. 16. Ulfa, Henny Maria, 2018. Analisis Unsur Manajemen dalam Pengolahan Rekam

Medis di Rumah Sakit TNI AU-LANUD Roesmin Nurjadin. JurnalKesmas, 1(1), pp. 20-25.

139

LAMPIRAN 1. Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

2. Lembar Kendali Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

3. Surat Dukungan Stakeholders 4. SK Tim Efektif 5. Lampiran Dokumentasi Bimbingan dan Konsultasi Proyek Perubahan

dan Notulensi Pembahasan Proyek Perubahan 6. Data Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi belum Berfungsi pada

Kabupaten Kota dengan Kapasitas Fiskal Rendah Periode 2015-2020

7. Surat Undangan Terkait Pelaksanaan Proyek Perubahan 8. Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

140

LAMPIRAN I

Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman

Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

141

Yth,

3. Para Pimpinan Tinggi Pratama;

4. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

SURAT EDARAN

Nomor : SE/DC/2021

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN SEKTOR AIR MINUM DAN SANITASI

PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS FISKAL RENDAH

H. UMUM

Salah satu fokus kebijakan Menteri PUPR adalah memfungsikan aset infrastruktur yang tidak berfungsi melalui strategi Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi (OPOR). Dalam rangka mendukung kebijakan Menteri PUPR tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan fokus pelaksanaan pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi. Hal ini dikarenakan infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola melalui operasi dan pemeliharaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.

I. DASAR PEMBENTUKAN

12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

13. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018);

14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6573);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6624);

142

16. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6626);

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2013 Nomor 470);

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1154);

19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2017 Nomor 456);

20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1758);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik

Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);

22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 554).

J. MAKSUD DAN TUJUAN Surat edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu: Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Surat Edaran ini bertujuan untuk: 3. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan,

pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;

4. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.

K. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup surat edaran ini adalah tata cara pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi melalui penetapan skala prioritas penanganan, penyusunan dokumen kaji ulang kelayakan, dan penyusunan Detail Engineering Design (DED) rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur yang dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah). Tipologi infrastruktur permukiman yang menjadi ruang lingkup dalam Surat Edaran ini, terdiri atas: 4. Infrastruktur penyediaan air minum perpipaan skala layanan ibukota kecamatan

(SPAM IKK) atau lebih; 5. Infrastruktur pengolahan air limbah domestik (Instalasi Pengolahan Lumpur

Tinja/IPLT dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik/IPALD);

143

6. Infrastruktur pemrosesan sampah akhir (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah/TPA).

L. MATERI MUATAN

Pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah fiskal rendah dalam Surat Edaran ini memiliki beberapa materi muatan yang terdiri atas:

a. Kriteria dan ruang lingkup rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

b. Tahapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

c. Pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

M. PELAKSANAAN Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah secara rinci tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

N. PENUTUP Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA, Ir. DIANA KUSUMASTUTI, M.T

NIP. 196707171996032002

Tembusan: 4. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 5. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 6. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR.

144

145

LAMPIRAN II

Lembar Kendali Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

146

147

LAMPIRAN III

SURAT DUKUNGAN STAKEHOLDERS

148

I. SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PUPR

149

II. INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PUPR

150

III. DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

151

IV. STAF AHLI MENTERI PUPR BIDANG INVESTASI DAN EKONOMI

152

V. DIREKTUR SUPD II, KEMENDAGRI

153

VI. DIREKTUR PERKIM, BAPPENAS

154

VII. DIREKTUR ANGGARAN BIDANG PEREKONOMIAN DAN KEMARITIMAN, KEMENKEU

155

VIII. SESDITJEN CIPTA KARYA

156

IX. DIREKTUR SISTEM DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN, DITJEN CIPTA KARYA

157

X. DIREKTUR SANITASI

158

XI. DIREKTUR AIR MINUM

159

XII. WALIKOTA BANDA ACEH

160

XIII. KEPALA DINAS PU DAN PENATAAN RUANG,

KOTA BANDA ACEH

161

XIV. KEPALA BALAI PPW ACEH

162

XV. KEPALA BALAI PPW JAWA TENGAH

163

XVI. KEPALA SATUAN KERJA PELAKSANAAN

PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI ACEH

164

LAMPIRAN IV

UNDANGAN RAPAT TERKAIT PROYEK PERUBAHAN

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

LAMPIRAN V

SK TIM EFEKTIF

182

SK TIM EFEKTIF

183

SK TIM EFEKTIF

184

LAMPIRAN VI

LAMPIRAN DOKUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSULTASI

185

LAMPIRAN DOKUMENTASI

BIMBINGAN DAN KONSULTANSI PROYEK PERUBAHAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II

ANGKATAN V TAHUN 2021

BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG

NAMA PESERTA : Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT.

NAMA CO-MENTOR: Ir. Edward Abdurrahman, M.Sc.

NAMA MENTOR : Ir. Diana Kusumastuti, MT.

No. Uraian Kegiatan Dokumentasi

1 Menyiapkan dan

mendiskusikan isu

strategis dan gagasan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

(Kamis, 1 April 2021)

186

2 Bimbingan dan Konsultasi

dengan Co-Mentor

Bersama para Kasubdit,

para subkoordinator, dan

tim efektif di Direktorat

SSPIP (Senin, 5 April 2021)

3 Menyiapkan dan

mendiskusikan isu

strategis dan gagasan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

(Senin, 5 April 2021)

4 Membahas fungsionalisasi

dan optimalisasi

infarstruktur permukiman

terbangun dalam Rapim

bersama dengan pejabat

Eselon I, II dan III di

lingkungan Ditjen Cipta

Karya) (Selasa, 6 April

2021)

187

5 Menyiapkan dan

mendiskusikan Rancangan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

(Selasa, 6 April 2021)

6 Menyiapkan dan

mendiskusikan Rancangan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

(Rabu, 7 April 2021)

7 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan dengan

Co-Mentor bersama para

Kasubdit, para sub

koordinator dan tim efektif

di Direktorat SSPIP

(Kamis, 8 April 2021)

188

8 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan

bersama Co-Mentor

(Jumat, 9 April 2021)

9 Menyiapkan dan

mendiskusikan Rancangan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

secara virtual (Sabtu, 10

April 2021)

10 Menyiapkan dan

mendiskusikan Rancangan

Proyek Perubahan

Bersama Tim Efektif

(Senin, 12 April 2021)

189

11 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan

bersama Coach (Selasa, 13

April 2021)

12 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan

bersama Co-Mentor (Rabu,

14 April 2021)

13 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan

bersama Mentor (Rabu, 14

April 2021)

190

14 Diskusi mengenai

Rancangan Proyek

Perubahan bersama

Kasubdit Perencanaan

Teknis Direktorat Air

Minum (Jum’at, 16 April

2021)

15 Diskusi mengenai

Rancangan Proyek

Perubahan bersama

dengan Direktur Sanitasi

dan Ksd. Rentek Dit. Air

Minum secara virtual

(Jum’at, 16 April 2021)

16 Diskusi mengenai

Rancangan Proyek

Perubahan bersama

Kasubdit Perencanaan

Teknis Direktorat Sanitasi

(Jum’at, 16 April 2021)

17 Diskusi mengenai

Rancangan Proyek

Perubahan bersama

Inspektur Jenderal

(Jum’at, 16 April 2021)

191

18 Diskusi mengenai

Infentarisasi Aset Cipta

Karya Sub Bidang Air

Minum dan Sanitasi

(Senin, 17 Mei 2021)

19 Bimbingan dan Konsultasi

mengenai Rancangan

Proyek Perubahan

bersama Co-Mentor

(Senin, 17 Mei 2021)

20 Diskusi mengenai

Pembahasan Updating

Data Ingrastruktur

Permukiman Terbangun

2015-2020 bersama

dengan pejabat Eselon I, II

dan III di lingkungan Ditjen

Cipta Karya) (Selasa, 18

Mei 2021)

192

NOTULEN RAPAT

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Senin, 5 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira

No. Undangan:

Tanggal Undangan

5 April 2021

Pengundang:

Dir SSPIP

Hal: Pembahasan Gagasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda Rapat:

Masukan Proyek Perubahan Dr. Taufan Madiasworo, S.T.,

M.T.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta Rapat:

1. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan

Infrastruktur Permukiman;

2. Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur

Permukiman

3. Kasubdit Koordinasi Pengadaan Tanah, Pemantauan

dan Evaluasi

Pelaksanaan Rapat

Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 14 orang perwakilan dari Direktorat

SSPIP.

Simpulan Rapat

Paparan Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:

1. Strategi Optimalisasi Perencanaan Bidang Permukiman yang Efektif, Efisien,

Berkelanjutan Berbasis Evaluasi Pemanfaatan Infrastruktur Permukiman Terbangun

193

untuk Mencapai Target Renstra Ditjen Cipta Karya 2020-2024

194

Masukan Pak Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman:

1. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasinya dari judul maupun dari isi

paparan, sehingga perlu ditekankan kembali apa perubahan yang disampaikan,

dikarenakan judul yang sekarang sudah merupakan inovasi dari Bapak Menteri

PUPR pada Konreg PUPR Tahun 2021.

2. Gagasan Perubahan juga harus mempersempit ruang lingkup, misalnya ingin fokus

pada perencanaan. Selain itu, Proyek Perubahan jangan normatif semata, tetapi

harus berguna ke depan bagi Dit SSPIP.

3. Perlu dipertajam isu, permasalahan maupun inovasi proyek perubahan. Untuk itu,

perlu dipetakan indikator Proyek Perubahan terlebih dahulu. Tujuan dari Proyek

Perubahan yaitu untuk lebih mengefektifitaskan waktu dan dana yang ada. Dalam

identifikasi permasalahan Proyek Perubahan, perlu diidentifikasi apa saja yang

menjadi kendala Dit. SSPIP di bidang perencanaan.

4. Contoh Inovasi dalam Pengelolaan Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur

misalnya Kemendagri menetapkan kodefikasi pemeliharaan infrastruktur untuk

anggaran Pemda.

5. Aspek kemampuan fiskal daerah dapat dijadikan sebagai tema dalam inovasi

perencanaan infrastruktur permukiman, misalnya bagaimana cara memberi inovasi

pada daerah-daerah yang fiskalnya rendah, dengan memetakan aksi apa yang

harus diambil, sebagai contoh untuk daerah dengan fiscal rendah dapat dilakukan

195

pendekatan kebijakan kenaikan anggaran APBN terhadap daerah yang fiskalnya

rendah.

6. Dalam rangka membantu daerah yang kemampuan fiskalnya rendah, Ditjen Cipta

Karya melalui Dit. SSPIP dapat mendorong kenaikan anggaran maupun

optimalisasi perencanaan dan pemrograman untuk daerah dengan kapasitas fiskal

rendah. Selain itu, juga dapat mendorong daerah dengan kapasitas rendah dalam

menyapkan dokumen RC seperti DED.

Diskusi dan Tanggapan:

Kasubdit Koordinasi Strategi, Program dan Anggaran:

1. Proyek Perubahan harus terukur, dan pemetaan permasalahan dapat diambil dari

Profil Risiko maupun deklarasi isu-isu terkait Mitigasi Risiko.

2. Proyek Perubahan harus menekankan manfaat dari Proyek Perubahan, sehingga

dapat terlihat dengan jelas urgensi dari Proyek Perubahan tersebut.

3. Dari Perencaaan, banyak yang tidak applicable untuk dimasukkan ke dalam

pemrograman. Dari isu tersebut dapat dikembangkan ide sehingga hal-hal yang

masuk ke dalam perencanaan dapat linier menjadi program. Selain itu, gap

pendanaan yang tinggi pada perencanaan dan pemograman juga dapat menjadi

isu.

4. Untuk daerah yang punya fiskal rendah, tidak bisa menyusun DED, tidak punya

biaya untuk pembebasan lahan namun bentrok dengan regulasi yang ada, maka

harus ada afirmasi dari Pemerintah Pusat.

5. Langkah awal Penyusunan Proyek Perubahan yaitu dengan membuat pohon

masalah.

6. Terkait daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah yang tidak siap dalam

melakukan pemeliharaan dapat dibantu atasi oleh Balai terlebih dahulu.

Kasubdit Koordinasi Pengadaan Tanah, Pemantauan dan Evaluasi:

1. Pemda masih menunggu arahan kegiatan yang akan dilaksanakan di tempat

mereka. Pemda belum memiliki rancangan kesiapan RC yang harus mereka

siapkan, termasuk DED maupun pendanaan. Sehingga masih menunggu APBD

Perubahan.

2. Kita harus bisa mengurangi proses revisi dari policy penyiapan RC.

3. Kegiatan optimalisasi, pemeliharaan, operasional dan rehabilitasi, dalam segi

196

perencanaan adalah dengan mendorong Pemda untuk menyiapkan surat minat.

4. Output dari PP dapat berupa pengurangan jumlah revisi, misal dari 10 revisi

menjadi 2 revisi.

5. PP perlu dipedomani oleh Satker dan Pemda

Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:

1. Merencanakan ada SE dan SOP sehingga arahan Pak Menteri bisa lebih

operasional, yang termasuk pembagian tipologi, perencanaan, dan akan diturunkan

kepada evaluasi kebermanfaatan.

2. Basis perencanaan adalah prioritisasi.

3. Rencana seminar akan dilakuan pada tanggal 28 April 2021.

Tommy Permadhi, M.T.:

1. Ditjen CK punya tanggung jawab pembinaan terhadap Pemda

2. Strategi ke depan, jika kita melakukan investasi, maka cara investasi yang

dilakukan seharusnya bisa terukur.

3. Dalam pemenuhan SPM, jika kita mendorong investasi ke satu daerah, maka

daerah tersebut dapat dijamin pemenuhan SPMnya.

4. Dit SSPIP memiliki data aset infrastruktur terbangun Periode TA 2015-2020,

dimana dapat dilakukan identifikasi penyebab permasalahan asset yang tidak

difungsionalisasikan berdasarkan kapasitas fiskal daerah, terutama untuk daerah

dengan kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah, sehingga dapat dipetakan

dampak kemampuan fiskal daerah terhadap infrastruktur terbangun yang tidak

dapat difungsionalisasikan.

5. Kebijakan OPOR tidak serta merta menghilangkan fungsi kita terhadap pemenuhan

SPM.

Meytri Wilda Ayuantari, S.T.:

1. Jika terkait kapasitas fiskal daerah, kementerian juga bertanggung jawab terhadap

pembinaan.

2. Tetapi jika terjadi pada daerah yang fiskalnya tinggi, perlu dihipotesakan juga untuk

daerah yang fiskalnya tinggi, bukan hanya untuk fiscal rendah.

3. Harus dilakukan shifting oleh Unit Kerja bersama Balai dari yang semula sebagai

pelaksana kegiatan menjadi pengelola kegiatan. Sehingga infrastruktur terbangun

197

dapat menjadi infrastruktur berkelanjutan.

Sihombing Aryananda, S.T., M.T.:

1. Dit AM sudah pernah melakukan studi terkait fiskal rendah, karena salah satu

penyebab infrastruktur terbengkalai/tidak berfungsi adalah kemampuan fiskal

daerah yang rendah. Jika konteksnya adalah perencanaan, kebanyakan dari PIP,

basis kita untuk masuk masih belum berdasarkan masterplan secara keseluruhan.

2. Ketika bergeerak di tahap perencanaan, perlu diperhatikan terkait demand.

Misalnya kita bangun infrastruktur di lokasi yang tidak ada demand / tingkat

kebutuhan rendah.

Azibi Taufik Jauhari, S.T., M.Sc.:

1. Apakah DJCK bisa masuk dalam rumah tangga Pemda? Dengan kita menyebutkan

Balai sebagai perpanjangan tangan DJCK, apakah DJCK dapat membantu Pemda

dalam kondisi tersebut, sehingga menempatkan Kabalai menjadi bagian dari

manajemen daerah.

Tindak Lanjut Rapat:

1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan

masukan dari para peserta rapat.

2. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasi dan harus mempersempit ruang

lingkup, misal fokus dalam perencanaan. Untuk itu, perlu dipetakan indikator

Proyek Perubahan dengan tujuan dari Proyek Perubahan adalah efektifitas dana

dan waktu.

NOTULEN RAPAT

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Kamis, 8 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira

No. Undangan:

Tanggal Undangan

8 April 2021

Pengundang:

Dir SSPIP

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

198

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda Rapat:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta Rapat:

4. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan

Infrastruktur Permukiman;

5. Ksd. Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur

Permukiman,

6. Ksd. Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

Pelaksanaan Rapat

Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 7 orang perwakilan dari Direktorat

SSPIP.

Simpulan Rapat

Paparan Kasubdit KPIP

1. Perubahan judul Proyek Perubahan menjadi:

Strategi Optimalisasi dan Fungsionalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun

pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Penajaman Perencanaan

Pemrograman

199

Masukan Direktur SSPIP

1. Judul belum menampakkan langkah yang akan menjadi solusi. Solusi dari Pemda yang memiliki kapasitas fiskal rendah adalah dengan penambahan anggaran. Jadi, upayakan judul dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

2. Evaluasi pemanfaatan infrastruktur terbangun dilakukan di semua daerah (tidak hanya daerah dengan fiskal rendah). Masukan, evaluasi pemanfaatan dapat diubah menjadi evaluasi kemampuan pemerintah daerah dalam menerima infrastruktur

200

yang akan dibangun.

3. OPOR yang menjadi burning issues dapat dipertajam. Dari 4 kata yang merangkai OPOR, PO (Pemeliharaan dan Operasional) potensial untuk dibahas, dikarenakan Pemda belum memiliki porsi anggaran untuk pemeliharaan dan operasional. Utamanya di daerah berfiskal rendah.

4. Pada poin ketiga slide kondisi saat ini, dapat dihapus saja karena terlalu normatif dan tidak terukur. Opsi masukan adalah memilih diksi yang dapat diukur.

5. Regulasi bukan merupakan inovasi. Masukan, pilih diksi yang menyatakan aksi dari sebuah inovasi. Surat Edaran Dirjen dapat dijadikan bentuk dukungan maupun

dasar hokum dari aksi tersebut.

6. Contoh, inventarisasi asset yang dilakukan oleh DJCK merupakan salah satu inovasi di bidang pendataan asset sesuai dengan arahan OPOR.

7. Rekomendasi: bagaimana cara memecahkan infrastruktur terbengkalai di daerah? Contoh inovasi adalah dengan bagaimana cara menambahkan anggaran kepada daerah berfiskal rendah agar daerah dapat memecahkan permasalahan terkait O&M terhadap infrastruktur terbangun.

8. Kolaborasi dengan Kemendagri dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan

terhadap Pemda. Kemendagri merupakan K/L yang menaungi Pemda.

9. Karena ini merupakan proyek perubahan. Jadi, ide harus benar-benar memberikan perubahan.

Diskusi dan Tanggapan:

Kasubdit Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri:

1. Terpikirkan ide berupa gagasan kolaboratif antar K/L (Kemendagri & Kemenkeu) untuk penanganan pendanaan Pemda yang memiliki kapasitas fiskal rendah yang disesuaikan dengan karakteristik infrastruktur cipta karya yang sudah di bangun di daerah tersebut.

2. Di bidang PHLN, PUPR belum memiliki daftar infrastruktur yang dapat didorong ke pihak Lender agar Lender dapat memberikan hibah sesuai dengan kebutuhan

PUPR.

3. Opsi pendanaan kreatif dapat menjadi ide sebagai inovasi aksi.

Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:

1. Merencanakan adanya Surat Edaran Dirjen sebagai bentuk inovasi.

2. Proyek perubahan akan membahas mengenai proses perencanaan yang sesuai dengan tusi Dit. SSPIP.

3. Rencana seminar akan dilakuan pada tanggal 18 April.

Tommy Permadhi, M.T.:

1. Judul sebaiknya langsung menampilkan aksi yang akan menjadi inovasi. 2. Opsi pendanaan kreatif dengan sistem seperti KPBU untuk membantu Pemerintah

daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah juga dapat dijadikan opsi.

Tindak Lanjut Rapat:

1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan

201

masukan dari para peserta rapat.

2. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasi yang diwujudkan dalam aksi dan tertuang pada judul. Proses perencanaan kreatif dapat dijadikan opsi inovasi.

NOTULEN RAPAT

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 9 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira

No. Undangan:

Tanggal Undangan

-

Pengundang:

-

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda Rapat:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta Rapat:

7. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan

Infrastruktur Permukiman;

8. Tim Efektif

Pelaksanaan Rapat

Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 4 orang perwakilan dari Direktorat

SSPIP.

Simpulan Rapat

Paparan Kasubdit KPIP

Perubahan judul Proyek Perubahan menjadi:

202

Strategi Optimalisasi dan Rehabilitasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Feasibility Study dan Alternatif

Pembiayaan

Masukan Direktur SSPIP

10. Sasaran Pemerintah Pusat mengacu pada klausul OPOR adalah peran

Optimalisasi dan Rehabilitasi, sedangkan peran Pemeliharaan dan Operasional

merupakan peran dari Pemerintah Daerah.

11. Redaksional judul sudah lebih mengerucut dan mudah dipahami.

12. Jika Feasibility Study adalah instrumen yang akan menjadi inovasi, dan alternatif

pembiayaan adalah output, maka perlu dipisahkan dalam judul. Perlu adanya

perbaikan terkait diagram alir yang telah disusun.

Tindak Lanjut Rapat:

3. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan

masukan dari Direktur SSPIP.

4. Gagasan Perubahan sudah memiliki inovasi. Perlu dilakukan perbaikan terhadap

diagram alir.

NOTULEN

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Rabu, 15 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Dirjen Cipta Karya

No. Undangan:

Tanggal Undangan

-

Pengundang:

-

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Direktur Jenderal Cipta Karya

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

203

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta:

Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman

Hasil dan Pembahasan

Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Judul Proyek Perubahan:

Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Masukan Direktur Jenderal Cipta Karya

1. Pemerintah Daerah harus memiliki komitmen dalam penyelenggaraan infrastruktur

permukiman khususnya di sektor Air Minum dan Sanitasi.

2. Pemenuhan RC perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah terutama terkait lahan

yang harus clean & clear, komitmen kesediaan menerima asset dan penyiapan

pendanaan untuk O & M.

3. Proyek Perubahan perlu memiliki ukuran yang jelas.

4. Perlu dilakukan pemantauan agar dapat mendeteksi lebih awal kerusakan pada

infrastruktur terbangun.

5. Proyek perubahan ini perlu memperhatikan aspek keberlanjutan dan pemanfaatan

infrastruktur permukiman terbangun.

Tindak Lanjut:

Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan aspek keberlanjutan dan

pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun.

NOTULEN

204

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Kasubdit Rentek Dit. Sanitasi

No. Undangan:

Tanggal Undangan

-

Pengundang:

-

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Kasubdit Rentek Direktorat Sanitasi

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta:

Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman

Hasil dan Pembahasan

Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Judul Proyek Perubahan:

Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Masukan Kasubdit Rentek Direktorat Sanitasi

1. Penetapan kaji ulang kelayakan infrastruktur sebagai instrumen sudah inovatif dan tepat untuk rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

2. Pada kegiatan sektor Sanitasi, Feasibilty Study hanya digunakan untuk kegiatan yang didanai oleh Loan dan kegiatan yang berskala besar seperti SPALD-T.

3. Feasibilty Study dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pembiayaan infrastruktur permukiman terbangun.

4. Hal yang penting dalam proses penyelenggaraan infrastruktur adalah masalah pengelolaan aset pasca konstruksi.

Tindak Lanjut:

Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan aspek keberlanjutan infrastruktur

permukiman terbangun.

NOTULEN

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021

205

Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Inspektur Jenderal

No. Undangan:

Tanggal Undangan

-

Pengundang:

-

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : InspekturJenderal Cipta Karya

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta:

Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman

Hasil dan Pembahasan

Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Judul Proyek Perubahan:

Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Masukan Inspektur Jenderal

1. OPOR menjadi concern Menteri PUPR agar aset infrastruktur permukiman terbangun

tidak ada yang tidak berfungsi.

2. Dalam penyelenggaraan aset infrastruktur permukiman, komitmen Pemerintah Daerah

diperlukan dalam pengelolaan aset infrastruktur permukiman terbangun.

3. Terkait aset infrastruktur permukiman peran stake holders sangat penting, karena

infrastruktur bidang Cipta Karya akan diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah. Untuk

mendorong komitmen Pemerintah Daerah, diperlukan kolaborasi dengan Kemendagri.

4. Balai Prasarana Permukiman Wilayah memiliki peran penting untuk melakukan

206

pengawasan bersama dengan Pemerintah Daerah.

5. Perlu mengkaji dan mengevaluasi proses bisnis internal yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Cipta Karya, seperti halnya diperlukan Feasibility Study dalam proses

pemrograman untuk mengetahui investasi APBN yang diperlukan untuk melakukan

rehabilitasi dan optimalisasi sehingga dapat dioperasionalkan dan dapat berfungsi secara

optimal.

6. Perlu komitmen dari Balai PPW untuk mengawal serah terima aset kepada Pemerintah

Daerah. Sehingga Balai PPW tidak hanya fokus dengan melakukan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi.

7. Untuk menjamin keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun sebelum diserahkan

kepada Pemerintah Daerah dapat dilakukan Serah Kelola Sementara (SKS) oleh Balai

PPW kepada Pemerintah Daerah. Hal ini dimaksudkan karena proses serah terima aset

kepada Pemerintah Daerah memerlukan jangka waktu yang cukup lama, contoh untuk

aset di atas 10 M memerlukan persetujuan oleh Presiden, kemudian untuk aset dengan

nilai 1-10 M memerlukan persetujuan oleh Kementerian Keuangan, sedangkan aset di

bawah 1 M membutuhkan persetujuan oleh Kementerian PUPR.

Tindak Lanjut:

Proyek perubahan secara momentum tepat dengan burning issues yang ada saat ini, yaitu

terkait dengan OPOR. Proyek perubahan perlu mengakomodasi stake holders terkait dan

mengkaji ulang proses bisnis di Direktorat Jenderal Cipta Karya secara internal terutama

di bidang perencanaan pemrograman. Instrumen kaji ulang kelayakan infrastruktur ini

akan menjawab berbagai permasalahan aset infrastruktur permukiman yang tidak

berfungsi. Perlu memberikan perhatian terhadap aspek keberlanjutan infrastruktur

permukiman terbangun.

NOTULEN

Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021

Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Kasubdit Rentek Dit. AM

No. Undangan:

Tanggal Undangan

-

Pengundang:

-

Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan

Pemimpin rapat : Kasubdit Rentek Direktorat Air Minum

207

Disusun oleh:

Adelia Puspita Sari

Agenda:

Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan

Madiasworo, ST., MT.

Diperiksa oleh:

Rika Sania

Peserta:

Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur

Permukiman

Hasil dan Pembahasan

Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

Judul Proyek Perubahan:

Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah

dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Masukan Kasubdit Rentek Direktorat Air Minum

5. Instrumen kaji ulang kelayakan infrastruktur sudah tepat sebagai inovasi untuk rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

6. Selama ini, dalam perencanaan pemrograman untuk kegiatan di Direktorat Air Minum masih belum menerapkan Feasibilty Study pada kegiatan yang bersifat reguler. Feasibility

Study dilakukan pada kegiatan yang berskala besar, seperti SPAM Regional.

7. Feasibilty Study perlu diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni Feasibilty Study lengkap dan Feasibilty Study sederhana.

8. Untuk kegiatan sektor Air Minum yang bersifat reguler atau kecil menggunakan

justifikasi teknis dalam proses perencanaan.

Tindak Lanjut:

Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan klasifikasi Feasibility Study yang

akan dikaji.

208

LAMPIRAN VII

DAFTAR INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN YANG BELUM BERFUNGSI

DAN BELUM Diserah Terimakan pada Kab/Kota Fiskal Rendah periode 2015-2020

209

Lampiran (Daftar Infrastruktur Permukiman Terbangun yang Belum Berfungsi dan Belum Diserah Terimakan pada Kab/Kota Fiskal Rendah periode 2015-2020

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

1 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR

2018 0,43 SANGAT RENDAH

ALOR Optimalisasi SPAM IKK Kokar Kab. Alor Tidak berfungsi karena bencana banjir,

2 SANITASI JAWA BARAT 2018 2,641 SANGAT TINGGI BANDUNG TPA Regional Legok Nangka

3 AIR MINUM BANGKA BELITUNG

2016 0,379 SANGAT RENDAH

BELITUNG Pembangunan SPAM Kws rawan air kaps. 10 l/det Desa Air Seruk, Kec. Sijuk

Kelembagaan tidak berjalan

4 AIR MINUM BANGKA BELITUNG

2016 1,379 SANGAT RENDAH

BELITUNG

Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum/ Pembangunan SPAM Kws rawan air kaps. 2,5 l/det Desa Sungai Padang, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung

Kelembagaan tidak berjalan

5 SANITASI RIAU 2016 2635 SANGAT TINGGI BENGKALIS IPLT Kota Duri Kab. Bengkalis aset belum serah terima, kondisi IPLT rusak ringan

6 AIR MINUM BENGKULU 2016 1,674 TINGGI BENGKULU SELATAN

Bantuan Program Penyehatan PDAM Kabupaten Bengkulu Selatan

Pipa Distribusi dan Intake Rusak Ringan menyebabkan tidak berfungsi dengan maksimal

7 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT

2020 0,629 RENDAH BIMA IPLT Kabupaten Bima Baru dilakukan FHO pada tanggal 18 Maret 2021

8 AIR MINUM KEPULAUAN RIAU

2018 0,809 SEDANG BINTAN Optimalisasi SPAM Desa Dendun Kabupaten Bintan

Saringan Filter Rusak, Intake Open Rusak dan Mesin Genset Rusak

9 SANITASI ACEH 2015 1,477 TINGGI BIREUEN IPLT Kabupaten Bireuen

Adanya penolakan oleh masyarakat terhadap TPA yang berada pada lokasi yang sama dengan IPLT menyebabkan IPLT juga menjadi tidak berfungsi

10 SANITASI JAWA BARAT 2018 4,343 SANGAT TINGGI BOGOR TPA Regional Nambo Sedang proses KPS dengan Pabrik Semen - Proses pencarian investor baru (investor lama cedera janji)

11 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.444 SANGAT RENDAH

BOLANG MANGONDOW UTARA

Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake Kap. 30 L/Dtk, P/P. Ipa 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap. 300 M3, Bangunan Penunjang Dan

Bencana Tahun 2020

210

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

P/P. Jaringan Pipa Lokasi IKK Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

12 SANITASI PAPUA 2016 1142 SEDANG BOVEN DOGEL TPA Kab. Boven Digoel

1)Instalasi Kolam anaerobik bocor; 2)Saluran pembuangan Liechite dari Landfill ke IPL tersumbat: 3)Geomembran terbakar, akibat dibakar warga lokal

13 AIR MINUM SUMATERA BARAT

2020 0.540 RENDAH DHARMASRAYA Optimalisasi SPAM IKK Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya (SPAM-9)

Intake yang dibangun SDA tidak berfungsi karena : 1. Panel pompa dan kabel hilang, 2. Terjadi penumpukan sedimen di intake

14 SANITASI RIAU 2020 0.897 SEDANG DUMAI IPLT Kota Dumai Baru selesai konstruksi

15 AIR MINUM SULAWESI SELATAN

2015 0.645 RENDAH ENREKANG Pembangunan SPAM MBR Kaw. IKK Curio Kab. Enrekang (MBR pkpamss 29)

1.Pipa JDU PVC dia. 200 mengalami pecah akibat ekanan hidrolis yang besar 2.Belum ada pipa JDU ke reservoir APBD sepanjang 12.000 m 3.Pipa distribusi HDPE dia. 110 mm sering mengalami pecah dan bocor akibat tekanan hidrolis yang besar

16 AIR MINUM SULAWESI SELATAN

2015 0.645 RENDAH ENREKANG Pembangunan SPAM IKK Curio Kab. Enrekang (IPA pkpamss 23)

4.Belum ada penyambungan listrik untuk dosing dan penerangan di lokasi IPA

17 AIR MINUM MALUKU UTARA 2015 0,767 SEDANG HALMAHERA TIMUR

Pembangunan SPAM IKK Wasile Kab. Halmahera Timur

JDU putus akibat pekerjaan jalan

18 AIR MINUM MALUKU UTARA 2015 1,767 SEDANG HALMAHERA TIMUR

Pembangunan SPAM IKK Maba Selatan Kab. Halmahera Timur

Sistem Pompa Tenaga Surya Rusak

19 SANITASI PAPUA 2016 0.690 RENDAH JAYAWIJAYA TPA Kab. Jayawijaya

1)Tidak ada outlet pembuangan dari IPL TPA ke badan air sehingga air limbah hasil pengolahan kembali lagi ke IPL TPA dan menggenangi lokasi IPL; 2) Saluran pembuangan Liechite dr Landfill ke IPL tersumbat: 3)Geomembran terbakar, akibat dibakar warga lokal

20 AIR MINUM DIY 2019 1,83 TINGGI KAB SLEMAN Pembangunan SPAM Kampus UGM Peralatan Ultraviolet belum berfungsi maksimal

21 SANITASI RIAU 2020 1671 TINGGI KAMPAR IPLT Kab. Kampar Baru selesai konstruksi

211

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

22 SANITASI PAPUA 2017 0.652 RENDAH KEEROM TPA Kab. Keerom

1) Tanggul Landfill ada yang mengalami penurunan setelah selesai masa pemeliharaan. 2) Lokasi TPA merupakan daerah sesar (patahan) 3). Tidak Tersedia alat Berat

23 SANITASI SULAWESI UTARA

2018 0.394 SANGAT RENDAH

KEP TALAUD IPLT Kab. Kep. Talaud Sudah BASTO tapi belum difungsikan, karena pemda belum memiliki Truck Tinja

24 AIR MINUM SUMATERA BARAT

2015 0.415 SANGAT RENDAH

KEPUALAUAN MENTAWAI

Optimalisasi SPAM IKK Tua Pejat Kabupaten Kepulauan Mentawai

Konsidi IPA miring menyebabkan IPA tidak dapat difungsikan secara optimal

25 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.841 SEDANG KOLAKA Optimalisasi SPAM Kawasan Lamokato Kec. Kolaka Kab. Kolaka PKPAM Sultra

Jaringan Distribusi Rusak dikarenakan pekerjaan jalan

26 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.677 RENDAH KONAWE SELATAN

Pengad./Pemas. IPA Paket Kap. 10 l/det SPAM IKK Basala Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra

(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah

27 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.678 RENDAH KONAWE SELATAN

Pengad./Pemas. IPA Paket Kap. 10 l/det SPAM IKK Buke Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra

(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah

28 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.679 RENDAH KONAWE SELATAN

Pembangunan SPAM IKK Landono Kab. Konawe Selatan Kap. 10 L/Dt

intake dan pipa transmisi mengalami kerusakan karena banjir

29 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.680 RENDAH KONAWE SELATAN

Pembangunan SPAM IKK Baito Kab. Konawe Selatan Kap 10 L/Dt

(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah

212

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

30 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.681 RENDAH KONAWE SELATAN

Pembangunan SPAM IKK Mowila Kab. Konawe Selatan Kap 10 L/Dt

intake dan pipa transmisi mengalami kerusakan karena banjir

31 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.682 RENDAH KONAWE SELATAN

Pembangunan SPAM IKK Moramo Kab. Konawe Selatan Kap. 10 L/dt

fungsi tapi ada pipa transmisi rawan, dan intake rusak

32 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2015 0.683 RENDAH KONAWE SELATAN

Pengad./Pemas. IPA Paket kap. 10 l/det SPAM IKK Lainea Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra

(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah

33 SANITASI SULAWESI TENGGARA

2015 0.677 RENDAH KONAWE SELATAN

PS Air Limbah Kab. Konawe Selatan sebagian besar pipa pengumpul Sambungan Rumah (SR) sudah hilang

34 AIR MINUM JAWA BARAT 2015 0,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM MBR IKK Banjar Selatan (PKPAM-Jabar-14)

Unit Air Baku Tidak Berfungsi

35 AIR MINUM JAWA BARAT 2015 1,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM di Kawasan MBR Kec Banjar Selatan (PKPAM-Jabar-39)

Unit Air Baku Tidak Berfungsi

36 AIR MINUM JAWA BARAT 2016 2,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM Banjar Selatan (PAM-Jabar-13/2016)

Unit Air Baku Tidak Berfungsi

37 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2016 0.607 RENDAH KOTA BAU-BAU PEMBANGUNAN IPA PAKET KOTA BAU-BAU UNTUK PENAMBAHAN KAPASITAS 40 L/Det

jaringan distribusi utama rusak dikarenakan diterjang ombak.

38 SANITASI SUMATERA UTARA

2015 1,477 TINGGI KOTA BINJAI IPAL Kawasan KOTA BINJAI (IPAL_B) SR belum terpasang

39 SANITASI SULAWESI UTARA

2018 0.641 RENDAH KOTA BITUNG TPA Kota Bitung Infrastruktur Penunjang belum lengkap, Belum BASTO

40 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR

2015 2718 SANGAT TINGGI KOTA PALU Pembangunan SPAM MBR IKK Mamboro dan IKK Anakalang

Tidak berfungsi jaringan pipa rusak

41 SANITASI PAPUA BARAT 2017 0.242 SANGAT RENDAH

KOTA SORNG Sistem Pengolahan Air Limbah Skala Kawasan Kota Sorong

Belum adanya Sambungan rumah (SR) yang terpasang

42 SANITASI KALIMANTAN UTARA

2017 0,629 RENDAH KOTA TARAKAN TPA KOTA TARAKAN Masalah Sengketa Lahan, dan Masalah Sosial Warga Menolak

43 SANITASI MALUKU UTARA 2018 0,441 SANGAT RENDAH

KOTA TIDORE TPA Sampah Kota Sofifi (Lanjutan)

Terkendala dengan Akses masuk ke TPA yang masih Rusak dan sementara dibangun oleh Pemda Provinsi Maluku Utara

213

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

44 SANITASI RIAU 2016 0.869 SEDANG KUANTAN SENGINGI

IPLT Kab. Kuantan Singingi Tidak adanya regulasi dan lembaga operator terkait di daerah, aset belum serah terima

45 AIR MINUM SUMATERA UTARA

2020 0.773 SEDANG LABUHAN BATU Optimalisasi SPAM IKK Ajamu Kab. Labuhan Batu

Belum digunakan PDAM karena belum diserahterimakan

46 AIR MINUM BENGKULU 2015 0,483 SANGAT RENDAH

LEBONG Bantuan Program Penyehatan PDAM Kabupaten Lebong

Tidak Berfungsi Karena Pompa Uram Jaya 1 Unit Hilang

47 AIR MINUM BENGKULU 2017 0,483 SANGAT RENDAH

LEBONG Rehabilitasi Broncaptering dan Jaringan Pipa PDAM (Bantuan Program Penyehatan PDAM) Kabupaten Lebong)

Desa Larang palembang Sumber Air Udik berfungsi tidak maksimal sering terjadi pipa pecah dibagian pipa transmisi, Bak Penampung Pipa ke Reservoir tidak mencukupi media jaringan di Bak Penyaringan Tidak Maksimal

48 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT

2015 1,05 SEDANG LOMBOK TENGAH

IPAL Permukiman Kawasan Perumnas Tampar-Ampar Kabupaten Lombok Tengah

UPT belum siap untuk mengelola sarana

49 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT

2018 0,561 RENDAH LOMBOK UTARA Sistem Pengolahan Air Limbah Kawasan Gili Trawangan

UPT belum siap untuk mengelola sarana

50 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT

2018 1,561 RENDAH LOMBOK UTARA TPST lombok utara Kawasan Gili Trawangan

UPT belum siap untuk mengelola sarana

51 SANITASI JAWA TIMUR 2016 0,71 RENDAH MADIUN IPLT Kab Madiun

Pada tahun 2017 terdapat perubahan SOTK menyebabkan terjadi alih pengelolaan dari DLH ke DPU

52 SANITASI MALUKU 2016 0,951 SEDANG MALUKU TENGAH

Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Kawasan Benteng

Pipa Primer Diputus Masyarakat

53 AIR MINUM MALUKU 2015 0,705 RENDAH MALUKU TENGGARA

Pembangunan SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayan Dusun Atubul Dol , Kab. Maluku Tenggara

- Broncap rusak akibat longsor - Pipa Transmisi rusak Akibat longsor

54 SANITASI PAPUA 2017 2000 TINGGI MIMIKA IPLT Kab. Mimika

Truck Tinja dari pihak swasta membuang limbah hasil penyedotan LT di sungai dan hutan bukan di IPLT.

55 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.582 RENDAH MINAHASA Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake P./P. IPA Kap. 15 L/Dtk Lengkap; Pemb.Reservoir Kap.

Rusak Berat

214

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

200 M3 ; Bangunan Penunjang Dan P./P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Sonder Kabupaten Minahasa

56 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.583 RENDAH MINAHASA

Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake Kap. 30 L/Dtk, P/P. Ipa 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap. 300 M3, Bangunan Penunjang Dan P/P. Jaringan Pipa Lokasi Ikk Kawangkoan Utara Kabupaten Minahasa

Tidak dioperasionalkan oleh pengelola

57 SANITASI SULAWESI UTARA

2017 0.582 RENDAH MINAHASA IPLT Kab. Minahasa Infrastruktur Penunjang belum lengkap, Pemda belum memiliki truck tinja, Belum BASTO,

58 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.480 SANGAT RENDAH

MINAHASA SELATAN

Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Motoling Timur Kabupaten Minahasa Selatan

Rusak Karena Pelebaran Jalan

59 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.481 SANGAT RENDAH

MINAHASA SELATAN

Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan

Tiidak difungsikan karena masalah sosial

60 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.482 SANGAT RENDAH

MINAHASA TENGGARA

Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake, P/P. IPA 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap 300 M3, Bangunan Penunjang Dan P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara

Sumber air kering

61 AIR MINUM SULAWESI UTARA

2015 0.483 SANGAT RENDAH

MINAHASA TENGGARA

Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara

Sumber Air Kering

62 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA

2019 0.385 SANGAT RENDAH

MUNA Pembangunan SPAM IKK Napabalano Kap. 10 L/Dt Kab. Muna

belum ada sr, dikarenakan pemda belum menyiapkan dana sharing

63 SANITASI PAPUA 2015 0.410 SANGAT RENDAH

NABIRE TPA Kab. Nabire Beberapa Instalasi pada Infrastruktur IPLT dirusak warga lokal.

64 SANITASI KALIMANTAN TENGAH

2018 0,796 SEDANG PALANGKARAYA IPLT Kota Palangka Raya

Untuk bangunan IPLT sudah pernah difungsikan sampai dengan tahun 2018, dan pada tahun 2018 terjadi pembubaran UPT Air Limbah

215

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

65 SANITASI BANTEN 2015 0,97 SEDANG PANDEGLANG Ipal Kawasan Kab. Pandeglang Ada penolakan warga pada saat pelaksanaan pekerjaan

66 AIR MINUM SUMATERA BARAT

2015 0.581 RENDAH PASAMAN Pembangunan SPAM Simpang Alahan Mati (SIMPATI) (SPAM IKK Hungaria)

1. Sumber Air Baku tidak mencukupi, intake yg sudah dibangun bocor, 2. IPA belum bisa difungsikan karena Jaringan Distribusi Utama banyak belum terkoneksi, 3. Jembatan pipa belum terpasang

67 AIR MINUM PAPUA BARAT 2015 0.358 SANGAT RENDAH

PEGUNUNGAN ARFAK

Pembangunan SPAM IKK Anggi Kabupaten Pegunungan Arfak

Intake dan Jaringan Transmisi rusak berat, IPA rusak ringan, Penambahan Kapasitas Reservoar, Pengelola Dinas PU

68 AIR MINUM SULAWESI SELATAN

2015 0.659 RENDAH PINRANG Pembangunan SPAM MBR Kaw. IKK Pekkabata Kab. Pinrang (MBR pkpamss 9)

Intake mengalami kerusakan akibat banjir

69 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 1,914 TINGGI PROBOLINGGO Pembangunan SPAM IKK Gading Kap. 20 L/dt Kabupaten Probolinggo (3/PBG/IKK/2016)

Pipa air baku yang dibangun oleh SDA bermasalah

70 AIR MINUM RIAU 2015 0.907 SEDANG ROKAN HULU SPAM IKK BONAI DARUSSALAM Jaringan air bersih rusak berat. Sumber air baku mengalami pendangkalan. (eksisting)

71 AIR MINUM RIAU 2015 0.907 SEDANG ROKAN HULU SPAM IKK Kepenuhan Hulu

1). Tidak ada SR yang tersambung. 2) Kurangnya minat masyarakat menggunakan jasa air bersih sebab kualitas air di masyarakat tergolong masih baik. perlu revitalisasi intake (eksiting)

72 SANITASI RIAU 2020 0.907 SEDANG ROKAN HULU IPLT Kab. Rokan Hulu Baru selesai konstruksi

73 SANITASI KALIMANTAN BARAT

2018 0,898 SEDANG SAMBAS Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sorat Kab. Sambas

Belum memiliki Truk Tinja

74 AIR MINUM SUMATERA UTARA

2018 0.385 SANGAT RENDAH

SAMOSIR Pembangunan SPAM Dusun III Tangga Bosi Desa Simbolon Purba Kec. Palipi Kab. Samosir

Belum difungsikan karena belum sepakatnya sistem pengelolaan di masyarakat

75 SANITASI SUMATERA BARAT

2015 0.303 SANGAT RENDAH

SAWAHLUNTO TPA Sawahlunto

TPA Sudah dimanfaatkan dari Tahun 2016-2018, namun pada tahun 2019 terjadi longsor pada jalan operasional akibat curah hujan yang tinggi.

216

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

76 SANITASI BENGKULU 2019 0,573 RENDAH SELUMA TPA Kabupaten Seluma

Bangunan belum difungsikan karena jalan akses belum dilakukan perkerasan oleh Pemda sehingga truk sampah belum bisa membuang sampah ke TPA . Sel sampah mengalami longsor di beberapa lokasi sehingga perlu dilakukan perbaikan.

77 AIR MINUM SULAWESI TENGAH

2017 0.447 SANGAT RENDAH

SIGI Pembangunan SPAM IKK Gumbasa Kecamatan Gumbasa

Rusak Berat Akibat Banjir Bandang

78 AIR MINUM SUMATERA BARAT

2015 0.388 SANGAT RENDAH

SOLOK Optimalisasi SPAM IKK Junjung Sirih Kabupaten Solok

Broncaptering, pipa transmisi dan reservoar sudah dibangun oleh SDA, namun belum ada pipa jaringan distribusi, kegiatan ini masuk dalam Sinkronisasi air baku antar DJ SDA dan DJ CK.

79 SANITASI SUMATERA BARAT

2017 0.396 SANGAT RENDAH

SOLOK SELATAN

TPA Kabupaten Solok Selatan

TPA tidak dapat difungsikan karena struktur bangunan mengalami kerusakan pasca bencana longsor pd November 2019

80 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR

2016 0,314 SANGAT RENDAH

SUMBA BARAT DAYA

Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi IKK Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya & IKK Anakalang Sumba Tengah

Jaringan Pipa Mengalami kerusakan

81 AIR MINUM NUSA TENGGARA BARAT

2015 0,806 SEDANG SUMBAWA Optimalisasi SPAM Kws. Terano Simpang Boak Kab. Sumbawa

Tidak Ada sumber air Baku,danTidak berfungsi Produksi IPA Karena Instalasi Rusak

82 SANITASI JAWA BARAT 2017 1,151 SEDANG SUMEDANG TPA Cijeruk Kabupaten Sumedang IPL Belum terbangun

83 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 0,941 SEDANG SUMENEP Pembangunan Jaringan SPAM MBR BNA Sumenep dan IKK Kalianget Kab Sumenep

Karena masyarakat sudah banyak yang ikut pelayanan hippam dengan harga jual air lebih murah daripada Perumda Sumenep

84 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 1,941 SEDANG SUMENEP Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi PDAM Kab.Sumenep

Air baku eksisting payau dan sudah ada jaringan perpipaan tahun 2014, 2020 Pemda Sumenep sudah melakukan pembuatan sumur uji, DED sudah ada tahun 2019

85 SANITASI KALIMANTAN UTARA

2018 0,515 SANGAT RENDAH

TANA TIDUNG IPLT Kabupaten Tana Tidung Belum Ada Truk Tinja

217

NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL

KLASIFIKASI FISKAL

KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN

86 AIR MINUM SULAWESI SELATAN

2015 0.730 RENDAH WAJO Pembangunan SPAM IKK Maniangpajo Kab. Wajo (IPA pkpamss 28)

1.Belum ada izin dari SDA untuk menggunakan air baku dari Bendung Kalola 2.Kelengkapan di unit produksi sudah ada yang hilang seperti pompa dozing, mixer, tangki bahan kimia 3.Pipa transmisi yang rusak akibat pelebaran jalan 4.Kabel pompa intake hilang 5.Perlu penambahan JDU 5.000 m

87 AIR MINUM LAMPUNG 2016 0,563 SEDANG WAY KANAN Pembangunan SPAM IKK Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan

Jaringan air bersih rusak berat. Sumber air baku mengalami pendangkalan. (eksisting)

LAMPIRAN VIII

Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

ii

DRAFT

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

iii

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................................. 1

1.2 MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN .................................................................................................. 3

1.2.1 Maksud ............................................................................................................................................................... 3

1.2.2 Tujuan ................................................................................................................................................................. 3

1.2.3 Sasaran ............................................................................................................................................................... 3

1.3 MANFAAT PEDOMAN ......................................................................................................................... 4

1.4 KEDUDUKAN PEDOMAN.................................................................................................................... 4

1.5 LINGKUP PEDOMAN ............................................................................................................................ 5

BAB 2 KETENTUAN UMUM ...................................................................................................6

2.1 DASAR PELAKSANAAN ....................................................................................................................... 6

2.1.1 Landasan Hukum ............................................................................................................................................. 6

2.1.2 Kebijakan terkait Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi ....................................... 6

2.2 ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................................................... 8

2.2.1 Hubungan Antar Kerja Kementerian/Lembaga ..................................................................................... 8

2.2.2 Organisasi Ditjen Cipta Karya ...................................................................................................................... 9

2.2.3 Peran Pemangku Kepentingan................................................................................................................. 10

2.3 KRITERIA PENANGANAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................ 13

2.3.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN ............................................................... 13

2.3.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ............................................................ 13

2.3.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH .......................................................................................... 14

2.4 LINGKUP REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ........................................................................... 14

2.4.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN ............................................................... 14

2.4.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ............................................................ 24

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

iv

2.4.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH .......................................................................................... 33

BAB 3 PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................... 43

3.2 TAHAPAN PERSIAPAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ................................................. 45

3.3 TAHAPAN PERENCANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ........................................ 48

3.4 TAHAPAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI.......................................... 49

3.5 TAHAPAN PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI .......................................... 50

3.6 TAHAPAN PASKA REHABILITASI DAN OPTIMALISASI........................................................... 51

BAB 4 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ............................................................... 52

4.1 PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................................... 52

4.2 PENGENDALIAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................................. 54

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

v

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukian Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

1

5 BAB 1

PENDAHULUAN

5.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan daya saing dan

investasi yang tentunya akan berkontribusi kepada peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan lapangan pekerjaan. Di saat pemerintah berusaha membangun daya

saing melalui pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, masih

terdapat permasalahan mendasar dalam penyelenggaraan infrastruktur berupa

ketidakberfungsian infrastruktur terbangun yang mengakibatkan infrastruktur

terbangun tersebut tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Hal ini bisa

diakibatkan oleh kesalahan pada tahap perencanaan dan pemrograman, tahap

perencanaan teknis, tahap pelaksanaan konstruksi, dan tahap pemanfaatan. Pada

penyelenggaraan infrastruktur permukiman, beberapa penyebab terjadinya

ketidakberfungsian infrastruktur permukiman dapat diakibatkan oleh ketidaklayakan

proyek, terjadinya bencana, permasalahan sosial, rendahnya kepedulian dan

komitmen pemerintah daerah. Selain itu, penyebab tidak berfungsinya

infrastruktur permukiman yang telah dibangun dapat dikarenakan sistem yang

tidak berfungsi akibat tidak dilengkapi dengan kajian studi kelayakan di tahap

perencanaan.

Berdasarkan arahan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

pada pembukaan acara Konsultasi Regional (Konreg) pada bulan Maret 2021, salah

satu fokus pembangunan infrastruktur PUPR Tahun 2022 adalah Optimalisasi,

Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi atau disingkat OPOR. Optimalisasi

merujuk pada evaluasi dan inventarisasi terhadap pekerjaan yang sudah dapat

dimanfaatkan. Optimalisasi juga bertujuan untuk menuntaskan dan memberikan

manfaat dari infrastruktur yang telah terbangun. Pemeliharaan dimaksudkan agar

pekerjaan yang telah selesai dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga

dapat menjamin keberlangsungan fungsi dari infratruktur terbangun. Operasi

ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat dioperasikan secara

maksimal, dan upaya rehabilitasi difokuskan pada infrastruktur yang telah

mencapai umur konstruksi tertentu atau infrastruktur terdampak bencana, agar

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

2

fungsinya dikembalikan seperti semula. Penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya

memiliki diferensiasi dengan unit organisasi lain di Kementerian PUPR seperti Ditjen

Sumber Daya Air (SDA) dan Ditjen Bina Marga. Pada Ditjen Bina Marga dan Ditjen

SDA penanganan dilakukan pada infrastruktur dengan status nasional, sehingga

infrastruktur yang telah dibangun dilakukan operasi dan pemeliharaan oleh Ditjen

Bina Marga dan Ditjen SDA, Kementerian PUPR. Sedangkan, di Ditjen Cipta Karya,

infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun, selanjutnya diserahkan

kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan amanat

Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal

tersebut, maka penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya memberikan fokus pada

aspek Optimalisasi dan Rehabilitasi.

Ditjen Cipta Karya telah melakukan identifikasi/inventarisasi terhadap infrastruktur

permukiman terbangun periode tahun 2015 hingga 2020. Berdasarkan hasil

inventarisasi terhadap infrastruktur permukiman tersebut, terdapat 87 Infrastruktur

permukiman (air minum dan sanitasi) yang belum berfungsi.

Selanjutnya, dari 87 infrastruktur permukiman yang belum berfungsi, 55 (37

infrastruktur air minum, 18 infrastruktur sanitasi) berada pada Kab/Kota dengan

kondisi kapasitas fiskal daerah yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan data

tersebut, sebagian besar (63%) infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi

berada pada Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah.

Strategi dalam melakukan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah adalah melalui instrumen

kaji ulang kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya. Untuk

menjalankan strategi tersebut, dibutuhkan pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas

fiskal rendah, dimulai dari tahap persiapan hingga pemantauan dan evaluasi, serta

pelaporan hasil kegiatan.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

3

5.2 MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN

5.2.1 Maksud

Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui instrumen kaji ulang

kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya ini disusun dengan maksud

sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu:

Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi

Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman

Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal

rendah.

5.2.2 Tujuan

Pedoman pelaksanaan Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah Melalui Instrumen Kaji

Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya ini disusun dengan

tujuan:

1. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan, pemrograman,

dan penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan

kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;

2. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur

permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.

5.2.3 Sasaran

Sasaran dalam pedoman ini adalah tersedianya acuan mengenai tahapan atau

mekanisme pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun, dengan rincian tahapan:

a. persiapan rehabilitasi dan optimalisasi;

b. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi;

c. pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi;

d. pengawasan rehabilitasi dan optimalisasi; dan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

4

UU No.2 tahun 2017

tentang Jasa Konstruksi

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan

Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Permen PUPR No.5 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur

Bidang PUPR

e. tahap pasca rehabilitasi dan optimalisasi.

5.3 MANFAAT PEDOMAN

Manfaat pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman

Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, adalah:

a. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (capacity building) di lingkungan

Ditjen Cipta Karya terkait rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

b. Meningkatkan kinerja perencanaan pemrograman dalam meningkatkan

pencapaian target Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2020-2024.

5.4 KEDUDUKAN PEDOMAN

Kedudukan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi

Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman Sumber: Tim Efektif, 2021

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

5

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh tim efektif, secara regulasi

sebenarnya telah terdapat beberapa regulasi yang mengatur terkait implementasi

konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur PUPR, namun

demikian belum terdapat pedoman yang secara rinci mengatur tentang pelaksanaan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun, khususnya pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur

Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah disusun

untuk menjawab kebutuhan terhadap pemenuhan regulasi yang bersifat rinci atau

teknis dan kebutuhan untuk merespon permasalahan aset infrastruktur permukiman

terbangun yang tidak berfungsi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui

penyusunan pedoman dimaksud.

5.5 LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman ini mengatur mengenai pelaksanaan kegiatan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun yang belum berfungsi pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Adapun lingkup pelaksanaan yang dimaksud

adalah dimulai dari tahap persiapan hingga pemantauan dan evaluasi, serta

pelaporan hasil kegiatan.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

6

6 BAB 2

KETENTUAN UMUM

6.1 DASAR PELAKSANAAN

6.1.1 Landasan Hukum

a. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Perumahan;

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;

e. Permen PUPR No.5 tahun 2015 tentang pedoman umum implementasi konstruksi

berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR;

f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum

Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana

dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum;

g. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun

2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

h. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017

tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD);

i. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013

tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam

Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga;

6.1.2 Kebijakan terkait Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi

Berdasarkan arahan Menteri PUPR yang disampaikan pada kegiatan konsolidasi

regional Kementerian PUPR yang dilaksanakan Maret 2021, penanganan

infrastruktur PUPR tahun 2022 harus berfokus pada:

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

7

a. Optimalisasi, yaitu menuntaskan dan memberikan manfaat dari infrastruktur yang

telah terbangun;

b. Pemeliharaan, yaitu menjamin keberlangsungan fungsi dari infrastruktur agar

tetap beroperasi;

c. Operasi, yaitu pendanaan untuk operasional infrastruktur yang telah tuntas

terbangun pada tahun 2021 dan pada tahun sebelumnya;

d. Rehabilitasi, yaitu penanganan pada infrastruktur yang telah mencapai umur

konstruksi tertentu atau infrastruktur yang terdampak bencana.

Gambar 2.1 Arahan Menteri PUPR terkait OPOR Sumber: Bahan Paparan Menteri PUPR

Pedoman ini memberikan fokus pada optimalisasi dan rehabilitasi infrastruktur

permukiman terbangun yang belum berfungsi, dikarenakan berdasarkan Undang –

Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat pembagian

urusan yang bersifat konkuren antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman, Ditjen Cipta Karya melaksanakan

pembangunan infrastruktur permukiman dan setelah infrastruktur permukiman

dibangun, selanjutnya infrastruktur permukiman tersebut akan diserahterimakan

kepada pemerintah daerah untuk dikelola melalui operasi dan pemeliharaan.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

8

6.2 ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN

6.2.1 Hubungan Kerja Antar Kementerian/Lembaga

Dalam melakukan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun,

Kementerian PUPR memerlukan koordinasi dengan stakeholders eksternal yakni

Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri.

9

6.2.2 Organisasi Ditjen Cipta Karya

Gambar 2.3 Organisasi Ditjen Cipta Karya Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

10

6.2.3 Peran Pemangku Kepentingan

Peran pemangku kepentingan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah terdiri atas

pemangku kepentingan dari pusat hingga ke kab/kota sebagai mana dijabarkan

pada tabel 2.1.

Table 2.1 Pemangku Kepentingan

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS

Bappenas 1. Memastikan tercapainya

pemenuhan target-target

Rencana Pembangunan

Jangka Menengah

Nasional (RPJMN)

Tahun 2020-2024 bidang

permukiman.

2. Mengkoordinasikan

pengembangan

kerangka regulasi,

kelembagaan, dan

pendanaan di bidang

perkotaan, perumahan,

dan permukiman,

termasuk infrastruktur

sektor air minum dan

sanitasi.

1. Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pemenuhan

target-target RPJMN Tahun

2020-2024 bidang

permukiman.

2. Monitoring dan evaluasi

penyusunan Rencana

Strategis K/L dan Rencana

Pengembangan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD)

bidang permukiman.

Melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap

K/L dan pemerintah daerah

dalam rangka pemenuhan

target-target RPJMN

Tahun 2020-2024 bidang

permukiman dan

sinkronisasi RPJMN Tahun

2020-2024 bidang

permukiman dengan

Rencana Strategis K/L dan

RPJMD.

Kementerian

Keuangan

1. Menentukan besaran

alokasi anggaran bagi

K/L dan pemerintah

daerah.

2. Memfasilitasi

penyelenggaraan proses

penganggaran bagi K/L

dan pemerintah daerah

untuk sumber dana dari

APBN.

1. Mengesahkan, monitoring

dan evaluasi pelaksanaan

Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian

Lembaga (RKAKL) serta

dana dekonsentrasi dan

tugas pembantuan.

2. Menyediakan bimbingan

teknis proses penganggaran

di K/L dan penyelenggaraan

dana dekonsentrasi dan

Melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap

K/L dan pemerintah daerah

dalam rangka optimalisasi

efisiensi dan efektifitas

pemanfaatan sumber

pendanaan dari APBN.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

11

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS

tugas pembantuan.

Kemendagri 1. Memastikan tercapainya

pemenuhan Standard

Pelayanan Minimal

(SPM) bidang

infrastruktur

permukiman.

2. Mengordinasikan,

melakukan pembinaan

dan pengawasan kepada

pemerintah daerah

dalam rangka

pemenuhan SPM melalui

penyediaan dana

operasi dan

pemeliharaan

infrastruktur permukiman

terbangun.

1. Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pemenuhan SPM

oleh Kabupaten/Kota.

2. Monitoring dan evaluasi

penyusunan Rencana Kerja

Perangkat Daerah (RKPD).

Melaksanakan pembinaan

dan pengawasan terhadap

pemerintah daerah dalam

rangka pemenuhan SPM

dan dukungan

penganggaran dari

pemerintah daerah.

Ditjen Cipta

Karya (Dit.

SSPIP, Dit. Air

Minum dan Dit.

Sanitasi)

Melaksanakan

perencanaan dan

prioritisasi atau penetapan

skala prioritas program

terhadap kegiatan

rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun.

Melakukan prioritisasi program

dengan kriteria kesiapan

komitmen pemda, sharing

pendanaan, skala pelayanan

dan belum BASTO.

1. Menyelenggarakan

perumusan pelaksanaan

kebijakan rehabilitasi

dan optimalisasi

infrastruktur permukiman

terbangun.

2. Melakukan monitoring

dan evaluasi

pelaksanaan kebijakan

rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun.

Balai PPW 1. Melakukan uji kelayakan

revitalisasi infrastruktur

permukiman

2. Mengendalikan

1. Melakukan tertib

administrasi selama proses

kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi pembangunan

infrastruktur permukiman.

1. Melaksanakan

konsolidasi pada tingkat

provinsi;

2. Melaksanakan

pendampingan dan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

12

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS

pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun

2. Menyiapkan tim analisis

kelayakan (termasuk

pengkaji teknis).

3. Melaksanakan pengadaan

penyedia jasa meliputi:

• Konsultan perencana

jika tidak dilaksanakan

oleh Pemda Kab/Kota

atau membutuhkan

perpanjangan jasa

konsultan perencana

sebelumnya;

• Konsultan pengawas;

• Kontraktor

pengendalian selama

kegiatan pembangunan;

3. Melakukan pemantauan

dan evaluasi kegiatan

rehabilitasi dan

optimalsiasi infrastruktur

permukiman terbangun

Tim Teknis 1. Melakukan uji

kelayakan revitalisasi

infrastruktur

permukiman

2. Mengendalikan

pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi dan

optimalisasi

infrastruktur

permukiman terbangun

1. Mengoordinasikan

pembangunan, rehabilitasi

dan optimalisasi

infrastrutkur permukiman

terbangun dengan

pemangku kepentingan

lainnya.

2. Melakukan pendampingan

yang terdiri dari:

• Persiapan (Survey dan

identifikasi kesiapan)

• Perencanaan

konstruksi;

• Pelaksanaan

konstruksi;

• Pengawasan

konstruksi;

• Paska konstruksi.

1. Mendorong rehabilitasi

dan optimalisasi

infrastruktur permukiman

terbangun berkualitas.

2. Memberikan arahan

kepada Tim Pengkaji

Teknis dalam tahap

persiapan (survey dan

identifikasi kebutuhan).

3. Memantau progress

pelaksanaan konstruksi

yang dilakukan oleh

kontraktor dan

pengawas oleh

konsultan pengawas.

4. Melakuan koordinasi

dalam proses serah

terima asset dengan

daerah.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

13

PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS

Organisasi

Perangkat

Daerah

Kab/Kota

Mendukung pengendalian

kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi infratruktur

permukiman terbangun

Berperan aktif dalam tim teknis Melakukan koordinasi

dengan Balai PPW dalam

pemantauan dan evaluasi

kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur

permukiman terbangun

Sumber: Tim Efektif, 2021

6.3 KRITERIA PENANGANAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

6.3.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN

Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur penyediaan air

minum perpipaan yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian

PUPR mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2016 tentang

Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, yaitu:

1. Pembangunan kapasitas baru (tambahan produksi) pada wilayah yang sudah ada

sistem (brown field);

2. Idle capacity tinggi (>30% kapasitas terpasang, dan atau >150 L/detik);

3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;

4. PDAM sehat;

5. Terdapat unit SPAM yang tidak berfungsi;

6. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi;

7. Belum BASTO;

8. Skala pelayanan;

9. Sharing pendanaan.

6.3.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur pengelolaan

air limbah domestik yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian

PUPR mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2017 tentang

Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yaitu:

1. Memiliki IPALD dan IPLT terbangun di kab/kota dengan utilisasi < 70%;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

14

2. Tersedia Peraturan Daerah bidang Air Limbah Domestik atau sudah ada

pemisahan fungsi operator dan regulator;

3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;

4. Berada di daerah rawan sanitasi sesuai SSK;

5. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi;

6. Belum BASTO;

7. Skala pelayanan;

8. Sharing pendanaan.

6.3.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH

Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur permukiman

yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian PUPR mengacu pada

Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan

Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu:

1. Memiliki TPA terbangun yang tidak berfungsi dan belum melampaui usia desain;

2. Tersedia peraturan daerah bidang persampahan atau sudah ada pemisahan

fungsi operator dan regulator;

3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;

4. Kab/kota dengan jumlah TPA tidak boleh lebih dari 1 (satu);

5. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi;

6. Belum BASTO;

7. Skala pelayanan;

8. Sharing pendanaan.

6.4 LINGKUP REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

6.4.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN

6.4.1.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI

Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur

terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

15

pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh

infrastruktur penyediaan air minum perpipaan yang akan ditangani.

Selanjutnya, aset infrastruktur penyediaan air minum perpipaan yang

memenuhi readiness criteria, ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang

kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya. Kaji ulang kelayakan

meliputi verifikasi dokumen, pengkajian permasalahan teknis, perumusan

pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, dan pengkajian tata

kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi.

A. Verifikasi Dokumen Pendukung

Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung

berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum

perpipaan yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:

1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur penyediaan

air minum perpipaan dari pemerintah daerah terkait;

2. DED infrastruktur yang telah dibangun;

3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi

cakupan layanan, dan keberfungsian;

4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;

5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;

6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan

infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum

dan sanitasi;

7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait subsektor air

minum, seperti RISPAM, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.

B. Pengkajian Permasalahan Teknis

Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur penyediaan air minum perpipaan mencakup pemeriksaan

kerusakan aset infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi

optimalisasi, dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis

subbidang air minum perpipaan dengan menyandingkan dengan data dan

informasi dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan. Adapun SOP

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

16

tersebut dikelompokkan berdasarkan komponen infrastruktur penyediaan air

minum perpipaan, yaitu:

1. Unit Air Baku

Pada unit air baku sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian

intake hingga kepada SOP pemeliharaan mekanikal dan elektrikal.

Adapun SOP pada unit air baku secara rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:

Table 2.2 SOP Unit Air Baku

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT AIR BAKU

1 AB.01 SOP Pengoperasian Intake Bebas

2 AB.02 SOP Pemelihraan Intake Bebas

3 AB.03 SOP Pengoperasian Intake Sumuran

4 AB.04 SOP Pemeliharaan Intake Sumuran

5 AB.05 SOP Pengoperasian Intake Bendung

6 AB.06 SOP Pemeliharaan Intake Bendung

7 AB.07 SOP Pengoperasian Intake Ponton

8 AB.08 SOP Pemeliharaan Intake Ponton

9 AB.09 SOP Pengoperasian Intake Galeri

10 AB.10 SOP Pemeliharaan Intake Galeri

11 AB.11 SOP Pengoperasian Intake Jembatan

12 AB.12 SOP Pemeliharaan Intake Jembatan

13 AB.13 SOP Pengoperasian Bangunan Penangkap Mata Air

14 AB.14 SOP Pemelihaan Bangunan Penangkap Mata Air

15 AB.15 SOP Pengoeprasian Sumur Dalam

16 AB.16 SOP Pemeliharaan Sumur Dalam

17 AB.17 SOP Penanggulangan Darurat Air Baku

18 AB.18 SOP Pengoperasian Pipa Transmisi

19 AB.19 SOP Pemeliharaan Pipa Transmisi

20 AB.20 SOP Pengoperasian Mekanikal & Elektrikal

21 AB.21 SOP Pemeliharaan Mekanikal & Elektrikal

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

17

Sumber: Lampiran I Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2014

tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum

2. Unit produksi

Pada unit produksi sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian IPA

hingga kepada SOP pemeliharaan instalasi desinfeksi. Adapun SOP pada

unit produksi secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 2.3 SOP Unit Produksi

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PRODUKSI

1 UP.01 SOP Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air

2 UP.02 SOP Pemelihraan Instalasi Pengolahan Air

3 UP.03 SOP Pengoperasian Pra-sedimentasi

4 UP.04 SOP Pemeliharaan Pra-sedimentasi

5 UP.05 SOP Pengoperasian Saringan Pasir Lambat

6 UP.06 SOP Pemeliharaan Saringan Pasir Lambat

7 UP.07 SOP Pengoperasian Pengolahan Besi dan Mangan

8 UP.08 SOP Pemeliharaan Pengolahan Besi dan Mangan

9 UP.09 SOP Pengoperasian Unit Penurunan Kesadahan

10 UP.10 SOP Pemeliharaan Unit Penurunan Kesadahan

11 UP.11 SOP Pengoperasian Penurunan Kadar CO2

12 UP.12 SOP Pemeliharaan Penurunan Kadar CO2

13 UP.13 SOP Pengoperasian Pengolahan dan Penanganan Lumpur

14 UP.14 SOP Pemelihaan Pengolahan dan Penanganan Lumpur

15 UP.15 SOP Pengoeprasian Instalasi Desinfeksi

16 UP.16 SOP Pemeliharaan Instalasi Desinfeksi

Sumber: Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem

Penyediaan Air Minum

3. Unit distribusi

Pada unit distribusi sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian

pipa transmisi dan distribusi air minum hingga kepada SOP pemelihaan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

18

hidran kebakaran. Adapun SOP pada unit distribusi secara rinci dapat

dilihat pada tabel berikut:

Table 2.4 SOP Unit Distribusi

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT DISTRIBUSI

1 UD.01 SOP Pengoperasian Pipa Transmisi dan Distribusi Air Minum

2 UD.02 SOP Pemelihraan Pipa Transmisi dan Distribusi Air Minum

3 UD.03 SOP Penanganan Kebocoran

4 UD.04 SOP Pengaturan Tekanan

5 UD.05 SOP Pengurasan Pipa

6 UD.06 SOP Penanggulangan Gangguan Pengaliran

7 UD.07 SOP Pengoperasian reservoir

8 UD.08 SOP Pemeliharaan reservoir

9 UD.09 SOP Pengoperasian Sistem Zona

10 UD.10 SOP Pemeliharaan Sistem Zona

11 UD.11 SOP Pengoperasian Hidran Umum

12 UD.12 SOP Pemeliharaan Hidran Umum

13 UD.13 SOP Pengoperasian Hidran Kebakaran

14 UD.14 SOP Pemelihaan Hidran Kebakaran

Sumber: Lampiran III Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem

Penyediaan Air Minum

C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan

Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya

berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset

infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan

penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan

infrastruktur dan potensi optimalisasi.

D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan

Optimalisasi

Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi

ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

19

setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini

dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria

komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pelayanan dan

pengelolaan serta upaya sharing pendanaan dengan mempertimbangkan

hasil pengkajian permasalahan teknis dan perkiraan biaya kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam Focus Group Discussion

(FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang disepakati pihak-pihak yang

terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan yang

dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:

1. SOP Unit Pelayanan

Pada unit pelayanan sudah terdapat SOP mulai dari tahap pemasangan

sambungan baru hingga kepada SOP pengaduan pelanggan. Adapun jenis

SOP pada unit pelayanan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 2.5 SOP Unit Pelayanan

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PELAYANAN

1 UL.01 SOP Pemasangan Sambungan Baru

2 UL.02 SOP Pemutusan dan Penyambungan Kembali Sambungan

Pelanggan

3 UL.03 SOP Pengiriman Air dengan Mobil Tangki

4 UL.04 SOP Pembacaan Meter Air Pelanggan

5 UL.05 SOP Pemeliharaan Meter Air Pelanggan

6 UL.06 SOP Penggantian Meter Air Pelanggan

7 UL.07 SOP Pengoperasian Pipa Dinas/Pipa Pelayanan

8 UL.08 SOP Pemeliharaan Pipa Dinas/Pipa Pelayanan

9 UL.09 SOP Perubahan Identitas pelanggan

10 UL.10 SOP Pengaduan Pelanggan

Sumber: Lampiran IV Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem

Penyediaan Air Minum

2. SOP Unit Pengelolaan

Pada unit pengelolaan sudah terdapat SOP mulai dari tahap perencanaan

sambungan baru hingga kepada SOP pengelolaan data baca meter. Adapun

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

20

jenis SOP pada unit pengelolaan secara rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:

Table 2.6 SOP Unit Pengelolaan

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PENGELOLAAN

1 UK.01 SOP Perencanaan Sambungan Baru

2 UK.02 SOP Pemetaan Jaringan

3 UK.03 SOP Perencanaan Bangunan Air dan Sipil Umum

4 UK.04 SOP Pengawasan Pekerjaan Non Fisik

5 UK.05 SOP Pengawasan Pekerjaan Fisik

6 UK.06 SOP Pengawasan Kualitas Air

7 UK.07 SOP Penerimaan pengadaan Bahan Kimia

8 UK.08 SOP Pengelolaan Sarana dan Prasarana Laboratorium

9 UK.09 SOP Penelitian dan Pengembangan Teknik

10 UK.10 SOP Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Teknis & Non Teknis

11 UK.11 SOP Pemeliharaan Perangkat Lunak, Perangkat Keras dan

Jaringan

12 UK.12 SOP Pembangunan dan Pengembangan Sistem Teknologi

Informasi

13 UK.13 SOP Pengelolaan Database

14 UK.14 SOP Pengelolaan Barang Gudang

15 UK.15 SOP Penghapusan Aset

16 UK.16 SOP Penilaian Aset

17 UK.17 SOP Asusransi Aset Beresiko

18 UK.18 SOP Pengamanan Bangunan Umum dan Gudang

19 UK.19 SOP Penerimaan pegawai

20 UK.20 SOP Penilaian Kinerja Karyawan

21 UK.21 SOP Pemberian Reward dan Punishment Terhadap Hasil Kinerja

22 UK.22 SOP Kenaikan Pangkat

23 UK.23 SOP Pengelolaan Barang Bekas

24 UK.24 SOP Pengembangan Sumber Daya Manusia

25 UK.25 SOP Panggajian

26 UK.26 SOP Kenaikan Gaji Berkala

27 UK.27 SOP Survey kepuasan Karyawan

28 UK.28 SOP Survey Kepuasan Pelanggan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

21

NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PENGELOLAAN

29 UK.29 SOP Pemasaran

30 UK.30 SOP Kerjasama Pemeliharaan Pihak Ketiga

31 UK.31 SOP Penelitian dan Pengembangan Non teknis

32 UK.32 SOP Pengelolaan Data Baca Meter

Sumber: Lampiran IV Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem

Penyediaan Air Minum

6.4.1.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

penyediaan air minum perpipaan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan dan

dilakukan hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut

diserahterimakan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.

1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum

perpipaan

Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan

Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri PUPR No.

47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi

Khusus Bidang Infrastruktur telah menjelaskan pengertian rehabilitasi

dan optimalisasi.

a. Rehabilitasi unit penyediaan air minum dimaksudkan untuk

mengembalikan kondisi sesuai dengan persyaratan teknis saat awal

dibangun/disediakan, seperti penggantian komponen pada unit-unit

air baku, unit produksi, jaringan unit distribusi, dan unit pelayanan.

b. Optimalisasi unit penyediaan air minum dimaksudkan untuk

meningkatkan cakupan layanan melalui dukungan terhadap Dana

Daerah Untuk Urusan Bersama (lanjutan pekerjaan dari sumber

APBN) dengan pembangunan jaringan distribusi pipa tersier dan

perluasan/peningkatan Sambungan Rumah perpipaan bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah, kumuh perkotaan, dan/atau di

kabupaten/kota yang memiliki potensi yang belum termanfaatkan

(idle capacity).

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

22

Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi

dilakukan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi

besaran gap yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur

penyediaan air minum dapat berfungsi sesuai tujuan pembangunan

yang diharapkan dalam dokumen perencanaan teknis.

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum yang

dilakukan, meliputi:

a. Perbaikan fungsi infrastruktur

Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian

infrastruktur penyediaan air minum perpipaan, sehingga menjadi

sesuai dengan tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana

tertuang dalam dokumen perencanaan teknis, diantaranya:

• Menambal retak-retak dinding bangunan reservoar;

• Merapikan penempatan kabel listrik instalasi pengolahan air;

• Mengganti pipa transmisi yang rusak;

• Mengganti komponen mekanikal dan elektrikal yang rusak;

• Menambah ketebalan dinding kolam saringan pasir lambat;

dan/atau

• Kegiatan sejenis.

b. Perluasan cakupan pelayanan

Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak

rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur penyediaan air

minum perpipaan yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan

pelayanan diantaranya:

• Menambah kapasitas produksi instalasi pengolahan air minum

dengan penggantian teknologi;

• Pembangunan offtake baru;

• Penambahan pipa distribusi; dan/atau

• Kegiatan sejenis.

2. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)

Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka

perluasan cakupan pelayanan sistem infrastruktur penyediaan air minum

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

23

yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai

komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.

3. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset

infrastruktur

Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara

substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)

dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam

berita acara FGD.

6.4.1.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum perpipaan

dilaksanakan dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PUPR No.

27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.

Beberapa komponen aset infrastruktur yang dapat menjadi sasaran kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:

1. Unit Air Baku, meliputi:

• Intake;

• Sumur dalam;

• Bangunan penangkap mata air;

• Komponen mekanikal dan elektrikal; dan/atau

• Komponen sejenis.

2. Unit Produksi, meliputi:

• Instalasi pengolahan air;

• Kolam pra-sedimentasi;

• Kolam saringan pasir lambat;

• Unit pengolahan besi dan mangan;

• Unit penurunan kesadahan; dan/atau

• Komponen sejenis.

3. Unit Distribusi, meliputi:

• Pipa distribusi;

• Bangunan reservoar;

• Hidran;

• Pipa transmisi; dan/atau

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

24

• Komponen sejenis

6.4.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

6.4.2.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI

Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur

terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian

pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh

infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang akan ditangani.

Selanjutnya, aset infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang

memenuhi readiness criteria, ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang

kelayakan. Kaji ulang kelayakan meliputi verifikasi dokumen, pengkajian

permasalahan teknis, perumusan pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi, dan pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi

dan optimalisasi.

A. Verifikasi Dokumen Pendukung

Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung

berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air

limbah domestik yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:

1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur pengelolaan

air limbah domestik dari pemerintah daerah terkait;

2. DED infrastruktur yang telah dibangun;

3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi

cakupan layanan, dan keberfungsian;

4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;

5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;

6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan

infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum

dan sanitasi;

7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait sektor

sanitasi, seperti SSK, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.

B. Pengkajian Permasalahan Teknis

Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur pengelolaan air limbah domestik mencakup pemeriksaan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

25

kerusakan aset infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi

optimalisasi, dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis

subbidang pengelolaan air limbah domestik dengan menyandingkan dengan

data dan informasi dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan.

Terdapat 2 (dua) tipe infrastruktur dalam pengelolaan air limbah domestik,

yaitu Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air

Limbah Domestik (IPALD). Komponen utama dan komponen pendukung IPLT

dirinci sebagai berikut:

a. Komponen utama, yang terdiri dari:

1) Unit penyaringan secara mekanik atau manual yang berfungsi untuk

memisahkan atau menyaring benda kasar dalam lumpur tinja;

2) Unit pengumpulan berfungsi untuk mengumpulkan lumpur tinja dari

kendaraan penyedot lumpur tinja sebelum masuk unit pengolahan

berikutnya;

3) Unit pemekatan berfungsi untuk memisahkan padatan dengan

cairan yang dikandung lumpur tinja, sehingga konsentrasi padatan

akan meningkat atau menjadi lebih kental;

4) Unit stabilisasi untuk menurunkan kandungan organik dari lumpur

tinja, baik secara anaerobik maupun aerobik;

5) Unit pengeringan lumpur berfungsi untuk menurunkan kandungan

air dari lumpur hasil olahan baik dengan mengandalkan proses fisik

dan/atau proses kimia.

b. Komponen pendukung, yang terdiri dari:

1) Platform (dumping station) yang merupakan tempat truk penyedot

tinja untuk mencurahkan (unloading) lumpur tinja ke dalam tangki

Imhoff ataupun bak ekualisasi (pengumpul);

2) Kantor yang diperuntukkan bagi tenaga kerja;

3) Gudang dan bengkel kerja untuk tempat penyimpanan peralatan,

suku cadang unit di IPLT dan perlengkapan lainnya;

4) Laboratorium untuk pemantauan kinerja IPLT;

5) Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan jalan

inspeksi;

6) Sumur pantau untuk memantau kualitas air tanah di sekitar IPLT;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

26

7) Fasilitas air bersih untuk mendukung kegiatan pengoperasian IPLT;

8) Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

9) Pos jaga

10) Pagar pembatas untuk mencegah gangguan serta

mengamankan aset yang berada di dalam lingkungan IPLT;

11) Pipa pembuangan;

12) Tanaman penyangga, dan/atau

13) Sumber energi listrik

Adapun komponen utama dan komponen pendukung IPALD dirinci sebagai

berikut:

a. Komponen utama, yang terdiri dari:

1) Bangunan pengolahan air limbah domestik;

2) Bangunan pengolahan lumpur;

3) Peralatan mekanikal dan elektrikal, dan/atau

4) Unit pemanfaatan hasil olahan.

b. Komponen pendukung, yang terdiri dari:

1) Gedung kantor;

2) Laboratorium;

3) Gudang dan bengkel kerja;

4) Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan jalan

inspeksi;

5) Sumur pantau;

6) Fasilitas air bersih;

7) Alat pemeliharaan;

8) Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

9) Pos jaga;

10) Pagar pembatas;

11) Pipa pembuangan;

12) Tanaman penyangga, dan/atau

13) Sumber energi listrik.

Beberapa SOP terkait operasional dan pemeliharaan infrastruktur

pengelolaan air limbah domestik, diantaranya:

1. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Bak Pengumpul;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

27

2. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan pada Pompa Bak Pengumpul;

3. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Penyaringan Kasar;

4. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Pemekatan; dan/atau

5. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Stabilisasi Lumpur.

Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya,

Kementerian PUPR

C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan

Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya

berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset

infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan

penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan

infrastruktur dan potensi optimalisasi.

D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan

Optimalisasi

Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi

ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur

setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini

dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria

komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pengelolaan

infrastruktur pengelolaan air limbah domestik serta upaya sharing pendanaan

dengan mempertimbangkan hasil pengkajian permasalahan teknis dan

perkiraan biaya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam

Focus Group Discussion (FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang

disepakati pihak-pihak yang terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat

keputusan yang dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:

1) SOP Manajemen dan Administrasi Operator

a. SOP Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran UPTD Air Limbah

Domestik;

b. SOP Menyusun Laporan Kinerja Triwulan UPTD Air Limbah

Domestik;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

28

c. SOP Memonitor dan Mengevaluasi Pengelolaan UPTD Air Limbah

Domestik;

d. SOP Menerima Surat Masuk;

e. SOP Menyiapkan Surat Keluar;

f. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Gedung di Kantor;

g. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Kendaraan Dinas;

h. SOP Mengajukan Uang Muka Kerja;

i. SOP Mengajukan Pembayaran Pihak ke-3; dan

j. SOP Mencetak, Mendistribusikan dan Menerima Pembayaran

Rekening Tagihan.

2) SOP SDM, yang terdiri dari:

a. SOP Administrasi dan Kepegawaian;

b. SOP Perekrutan Tenaga Kerja; dan

c. SOP Proses Seleksi.

3) SOP Aset Operasi, yang terdiri dari:

a. SOP Melayani Penyedotan Tinja;

b. SOP Menyiapkan dan Administrasi dan Teknis Layanan Lumpur

Tinja Terjadwal;

c. SOP Menyedot Lumpur Tinja Layanan Lumpur Tinja Terjadwal;

d. SOP Mengangkut dan Membuang Lumpur Tinja Layanan Lumpur

Tinja Terjadwal.

4) SOP Manajemen Pelanggan, yang terdiri dari:

a. SOP Mengisi dan Memutakhirkan Data Pelanggan;

b. SOP Menerima Pelanggan Baru Layanan Lumpur Tinja Terjadwal;

c. SOP Menangani Keluhan Pelanggan; dan

d. SOP Survei Pelanggan Penyedotan Tangki Septik dan Pengolahan

Air Limbah.

Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Kementerian

PUPR

6.4.2.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

29

dan dilakukan hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut

diserahterimakan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.

1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air limbah

domestik

Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2017 tentang

Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik dan

Peraturan Menteri PUPR No. 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur telah

menjelaskan pengertian rehabilitasi dan optimalisasi.

a. Rehabilitasi dilakukan agar komponen aset infrastruktur atau

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) dapat berfungsi

kembali sesuai perencanaan melalui kegiatan perbaikan

fisik/penggantian sebagian atau keseluruhan peralatan/suku

cadang.

b. Optimalisasi dimaksudkan untuk meningkatkan akses terhadap

sistem pengolahan air limbah terpusat melalui sambungan rumah

untuk Kabupaten/Kota yang sudah memiliki sistem yang dimaksud.

Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi

dilakukan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi

besaran gap yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur

pengelolaan air limbah domestik dapat berfungsi sesuai tujuan

pembangunan yang diharapkan dalam dokumen perencanaan teknis.

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air limbah

domestik yang dilakukan, meliputi:

a. Perbaikan fungsi infrastruktur

Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian

infrastruktur pengelolaan air limbah domestik, sehingga menjadi

sesuai dengan tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana

tertuang dalam dokumen perencanaan teknis, diantaranya:

• Menambal retak-retak dinding gudang dan bengkel kerja;

• Merapikan pagar pembatas;

• Mengganti penutup sumur pantau;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

30

• Mengganti pipa retikulasi yang rusak;

• Mengganti komponen blower dan aerator yang rusak;

• Menambah ketebalan dinding kolam anaerobik; dan/atau

• Kegiatan sejenis

b. Perluasan cakupan pelayanan

Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak

rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur pengelolaan air

limbah domestik yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan

pelayanan diantaranya:

• Menambah kapasitas layanan instalasi pengolahan air limbah

dan/atau lumpur tinja dengan penggantian teknologi;

• Penambahan pipa tinja dan/atau pipa non tinja;

• Penambahan bak inspeksi dan/atau bak kontrol; dan/atau

• Kegiatan sejenis.

4. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)

Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka

perluasan cakupan pelayanan sistem pengelolaan air limbah domestik

yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai

komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.

5. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset infrastruktur

Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara

substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)

dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam

berita acara FGD.

6.4.2.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air limbah

dilaksanakan dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PUPR No.

04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Domestik, yang menyasar 2 (dua) tipe infrastruktur, yaitu IPLT dan IPALD.

Beberapa komponen aset infrastruktur tersebur yang dapat menjadi sasaran

kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:

1. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang mencakup:

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

31

a. Pengolahan pendahuluan dengan pilihan unit:

• bar screen;

• grit chamber;

• grease trap;

• bak ekualisasi; atau

• bak pengendapan primer.

b. Pemekatan dan stabilisasi lumpur dengan pilihan unit:

• Gravity thickener;

• Anaerobic digester;

• Tangki Imhoff; atau

• Solid separation chamber.

c. Stabilisasi atau pengolahan cairan dengan pilihan unit:

• Kolam anaerobic;

• Anaerobic Baffeled Reactor (ABR)

• Upflow Anaerobic Baffled Filter (UABF)

• Activated sludge (aerated lagoon + oxydation ditch)

• Trickling filter + cascade aerator

• Upflow biological aerated filter + ammonia stripping; atau

• Kolam fakultatif.

d. Unit disinfeksi dengan pilihan unit:

• Kolam maturasi/polishing; atau

• Constructed wetland.

e. Pengolah padatan/pengeringan lumpur dengan pilihan unit:

• Anaerobic digester;

• Aerobic digester;

• Sludge drying bed;

• Belt filter press;

• Filter press;

• Secrew grease;

• Pengomposan;

• Solar drying; atau

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

32

• Thermal drying.

2. Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) yang mencakup:

a. Sub-sistem pelayanan yang mencakup:

• Pipa tinja;

• Pipa non tinja;

• Bak perangkap minyak dan lemak;

• Pipa persil;

• Bak control;

• Bak inspeksi;

• Pipa retikulasi;

• Pipa induk;

• Manhole;

• Bangunan penggelontor;

• Bangunan clean cut;

• Siphon; dan

• Stasiun pompa

b. Pengolahan tahap pertama dengan pilihan unit:

• Sumur pengumpul inlet;

• Saringan (screen);

• Grit chamber;

• Bak ekualisasi; atau

• Bak pengendap pertama.

c. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan biologi

anaerob dengan pilihan unit:

• Kolam anaerobik;

• Anaerobic Baffled Reactor (ABR);

• Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB); atau

• Anaerobic biofilter.

d. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan biologi aerob

dengan pilihan unit:

• Kolam aerasi;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

33

• Lumpur aktif (Activated sludge);

• Rotating Biological Contactor (RBC);

• Trickling filter;

• Aerob biofilter; atau

• Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).

e. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan kombinasi

dengan pilihan unit:

• Kolam fakultatif; atau

• Wetland.

f. Bangunan pengolahan lumpur

g. Peralatan mekanikal dan elektrik meliputi:

• Pompa air limbah domestik;

• Blower dan aerator;

• Daya listrik;

• Kontrol dan instrumentasi;

• Penerangan;

• Penangkal petir;

• Penginderaan kebakaran; dan/atau

• Pemadaman kebakaran.

6.4.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH

6.4.3.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI

Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur

terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian

pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh

infrastruktur pemrosesan sampah yang akan ditangani. Selanjutnya, aset

infrastruktur pemrosesan sampah yang memenuhi readiness criteria,

ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang kelayakan. Kaji ulang

kelayakan meliputi verifikasi dokumen, pengkajian permasalahan teknis,

perumusan pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, dan

pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi.

A. Verifikasi Dokumen Pendukung

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

34

Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung

berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan

sampah yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:

1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur pemrosesan

sampah dari pemerintah daerah terkait;

2. DED infrastruktur yang telah dibangun;

3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi

cakupan layanan, dan keberfungsian;

4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;

5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;

6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan

infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum

dan sanitasi;

7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait subsektor

sanitasi, seperti SSK, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.

B. Pengkajian Permasalahan Teknis

Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur pemrosesan sampah mencakup pemeriksaan kerusakan aset

infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi optimalisasi,

dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis Tempat

Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) dengan menyandingkan data dan informasi

dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan. Adapun SOP tersebut

dikelompokkan berdasarkan komponen infrastruktur pemrosesan sampah,

yaitu:

1. Fasilitas Dasar;

Pada fasilitas dasar sudah terdapat SOP mulai dari sampah masuk di TPA

dengan pencatatan jembatan timbang hingga SOP memelihara pagar di TPA.

Adapun jenis SOP fasilitas dasar secara lengkap dapat dilihat pada tabel

berikut:

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

35

Table 2.7 SOP Fasilitas Dasar

NO KODE SOP

JENIS SOP FASILITAS DASAR

1 1.G.1 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA dengan Pencatatan

Jembatan Timbang

Jembatan Timbang

2 1.G.2 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA dengan Pencatatan Manual

Manual 3 1.G.3 SOP Mengeruk Sampah di Sel Kerja TPA

4 1.G.4 SOP Menutup Sampah di Sel Kerja TPA

5 1.G.5 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Beban Sampah Berlebih

(shockloading)

6 1.G.6 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Kondisi Hujan

7 1.G.7 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Longsor

8 1.G.8 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Terjadi Kebakaran

9 1.G.9 SOP Memelihara Jalan Masuk ke TPA

10 1.G.10 SOP Memelihara Kantor dan Pos Jaga di TPA

11 1.G.11 SOP Memelihara Saluran Drainase di TPA

12 1.G.12 SOP Memelihara Pagar di TPA

Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP

Tahun 2017

2. Fasilitas Penunjang

Pada fasilitas penunjang sudah terdapat SOP mulai dari memlihara

jembatan timbang di TPA hingga SOP memelihara hanggar di TPA.

Adapun jenis SOP fasilitas penunjang secara lengkap dapat dilihat pada

tabel berikut:

Table 2.8 SOP Fasilitas Penunjang

NO KODE SOP

JENIS SOP FASILITAS PENUNJANG

1 1.G.13 SOP Memelihara Jembatan Timbang di TPA

2 1.G.14 SOP Memelihara Fasilitas Air Bersih di TPA

3 1.G.15 SOP Memelihara Listrik di TPA

4 1.G.16 SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPA

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

36

NO KODE SOP

JENIS SOP FASILITAS PENUNJANG

5 1.G.17 SOP Memelihara Bengkel di TPA

6 1.G.18 SOP Memelihara Hanggar di TPA

Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP

Tahun 2017

3. Fasilitas Perlindungan Lingkungan

Pada fasilitas perlindungan lingkungan sudah terdapat SOP mulai dari

memlihara lapisan kedap air di TPA hingga SOP memelihara sumur uji

atau sumur pantau di TPA. Adapun jenis SOP fasilitas perlindungan

lingkungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 2.9 SOP Fasilitas Perlindungan Lingkungan

NO KODE SOP

JENIS SOP FASILITAS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

1 1.G.19 SOP Memelihara Lapisan Kedap Air di TPA

2 1.G.20 SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPA

3 1.G.21 SOP Menyiapkan Peralatan Operasional Instalasi Pengolahan

Lindi (IPL)

4 1.G.22 SOP Melakukan Tes Kebocoran Bak Instalasi Pengolahan Lindi

(IPL)

5 1.G.23 SOP Mengembangbiakkan (seeading dan aklimatisasi) Bakteri

Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) 6 1.G.24 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi

(IPL) dengan Sistem Biofilter 7 1.G.25 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi

(IPL) dengan Sistem Wetland 8 1.G.26 SOP Memonitoring Operasional Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)

9 1.G.27 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Baru

10 1.G.28 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Lama

11 1.G.29 SOP Memelihara Zona Penyangga di TPA

12 1.G.30 SOP Memelihara Tanah Penutup di TPA

13 1.G.31 SOP Memelihara Sumur Uji atau Sumur Pantau di TPA

Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP

Tahun 2017

4. Fasilitas Operasional.

Pada fasilitas operasional sudah terdapat SOP mulai dari mengoperasikan

dan memelihara alat berat di TPA hingga SOP mengoperasikan dan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

37

memelihara Amroll Truck di TPA. Adapun jenis SOP fasilitas operasional

secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 2.10 SOP Fasilitas Opersional

NO KODE SOP

JENIS SOP FASILITAS OPERASIONAL

1 1.G.32 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Berat di TPA

2 1.G.33 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Angkut Tanah di TPA

3 1.H.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Gerobak Sampah

4 1.H.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Motor Sampah Roda 3

5 1.H.3 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck

6 1.H.4 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Armroll Truck

7 1.I.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck

8 1.I.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Armroll Truck

Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP

Tahun 2017

C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan

Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya

berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset

infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan

penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan

infrastruktur dan potensi optimalisasi.

D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan

Optimalisasi

Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi

ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur

setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini

dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria

komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pengelolaan

infrastruktur pemrosesan sampah serta upaya sharing pendanaan dengan

mempertimbangkan hasil pengkajian permasalahan teknis dan perkiraan

biaya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam Focus

Group Discussion (FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang disepakati

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

38

pihak-pihak yang terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat

keputusan yang dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:

1) SOP Manajemen dan Administrasi Operator

a. SOP Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran UPTD

Persampahan;

b. SOP Menyusun Laporan Kinerja Triwulan UPTD Persampahan;

c. SOP Memonitor dan Mengevaluasi Pengelolaan UPTD

Persampahan;

d. SOP Menerima Surat Masuk;

e. SOP Menyiapkan Surat Keluar;

f. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Gedung di Kantor;

g. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Kendaraan Dinas;

h. SOP Mengajukan Uang Muka Kerja; dan

i. SOP Mengajukan Pembayaran Pihak ke-3.

2) SOP SDM, yang terdiri dari:

a. SOP Cara Menyusun SOP;

b. SOP Cara Penyusunan Uraian Kerja;

c. SOP Mengusulkan Kualifikasi Kebutuhan SDM;

d. SOP Perekrutan Tenaga Kerja Harian Lepas;

e. SOP Administrasi dan Kepegawaian;

f. SOP Perekrutan Tenaga Kerja; dan

g. SOP Proses Seleksi Tenaga Kerja.

3) SOP Aset Pendukung Operasi, yang terdiri dari:

a. SOP Pemilahan Sampah;

b. SOP Pengumpulan Sampah; dan

c. SOP Sarana Pengumpul Sampah.

Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Kementerian

PUPR

6.4.3.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur

pemrosesan sampah berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan dan dilakukan

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

39

hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut diserahterimakan

kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.

1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah

Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan

Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dan

Peraturan Menteri PUPR No. 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur telah

menjelaskan pengertian rehabilitasi dan optimalisasi.

a. Rehabilitasi infrastruktur pemrosesan persampahan dimaksudkan

untuk menangani TPA yang mengalami masalah keberfungsian

dengan kriteria tertentu (mulai timbul masalah lingkungan,

mengalami bencana tapi masih layak pakai secara teknis, kesulitan

pemerintah daerah menemukan calon lahan pengembangan TPA

baru, dan sejenisnya) dengan berbagai pendekatan, seperti

pengendalian lindi, pengendalian gas, kontrol pencemar air, dan

kualitas lingkungan.

b. Optimalisasi dimaksudkan untuk menambah berbagai fasilitas yang

dapat meningkatkan kapasitas layanan infrastruktur pemrosesan

sampah.

Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi dilakukan

berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi besaran gap

layanan yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur pemrosesan

sampah dapat berfungsi sesuai tujuan pembangunan yang diharapkan

dalam dokumen perencanaan teknis.

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah yang

dilakukan, meliputi:

a. Perbaikan fungsi infrastruktur

Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian

infrastruktur pemrosesan sampah, sehingga menjadi sesuai dengan

tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana tertuang dalam

dokumen perencanaan teknis, diantaranya:

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

40

• Menambal retak-retak dinding gudang dan bengkel kerja;

• Merapikan pagar pembatas;

• Mengganti pipa air lindi yang rusak;

• Mengganti komponen mekanikal dan elektrikal instalasi

pengolahan air lindi yang rusak; dan/atau

• Kegiatan sejenis.

b. Perluasan cakupan pelayanan

Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak

rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur pemrosesan sampah

yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan pelayanan

diantaranya:

• Menambah kapasitas layanan dengan perluasan TPA;

• Penggantian teknologi pengelolaan TPA dari open dumping

menjadi sanitary landfill;

• Menambah sarana pengangkutan sampah; dan/atau

• Kegiatan sejenis.

2. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)

Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka

perluasan cakupan pelayanan sistem infrastruktur pemrosesan sampah

yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai

komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.

3. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset infrastruktur

Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara

substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)

dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam

berita acara FGD.

6.4.3.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah dilaksanakan

dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013

tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam

Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

41

Tangga. Beberapa komponen aset infrastruktur yang dapat menjadi sasaran

kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:

1. Fasilitas dasar prasarana-sarana TPA, meliputi:

• Papan nama;

• Pintu gerbang;

• Sel kerja TPA;

• Pagar;

• Jalan masuk;

• Listrik atau genset;

• Drainase;

• Air bersih;

• Ruang jaga;

• Ruang registrasi;

• Sarana laboratorium;

• Peralatan P3K;

• Garasi alat berat;

• Area cuci kendaraan;

• Workshop dan peralatan;

• Pemadam kebakaran;

• Pengendali vektor dan bau;

• Fasilitas toilet;

• Drainase atau tanggul keliling dan drainase lokal;

• Jalur hijau penyangga

• Kantor TPA Sampah

2. Fasilitas perlindungan lingkungan, meliputi:

• Lapisan dasar TPA (kedap air);

• Saluran pengumpul air lindi primer;

• Saluran pengumpul air lindi sekunder;

• Instalasi pengolahan lindi, seperti kolam anaerobic, kolam maturase,

dan Anaerobic Baffled Reactor dengan Aerated Lagooon dan biofilter;

• Instalasi pengolahan gas bio;

• Pipa ventilasi;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

42

• Zona penyangga;

• Sumur pantau;

• Tanah penutup

3. Fasilitas operasional, meliputi:

• Bulldozer;

• Whell/truck loader;

• Excavator/backhou; dan

• Truk pengangkut tanah.

4. Fasilitas penunjang, meliputi:

• Jembatan timbang;

• Penyediaan air bersih, sanitasi dan listrik;

• Bengkel/hangar;

• Alat komunikasi;

• Area khusus daur ulang;

• Area transit limbah B3 rumah tangga;

• Cadangan bahan bakar;

• Cadangan insektisida; dan/atau

• Lokasi cadangan material penutup.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

43

Gambar 3.1 Tahapan Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Optimalsiasi Infrastruktur Permukiman

Sumber: Tim Efektif, 2021

6.5

BAB 3

PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Tahapan penyelenggaraan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dapat dilihat pada gambar

berikut:

A.

Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan optimalsiasi infrastruktur

permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas rendah, diperlukan persiapan

terkait identifikasi kondisi inftastruktur permukiman dan juga uji kelayakan revitalisasi

infrastruktur permukiman.

B. Tahap Perencanaan Konstruksi

Tahap perencanaan konstruksi merupakan tahapan lanjutan setelah diperolehnya

hasil uji kelayakan revitalisasi infrastruktur permukiman. Tujuan dari tahap

perencanaan konstruksi adalah:

a. menghasilkan dokumen rencana (DED), khusus pada kegiatan optimalisasi;

b. menghasilkan dokumen pendukung;

c. menghasilkan dokumen tender pekerjaan konstruksi (lelang);

TAHAPAN PENGAWASAN KONSTRUKSI

TAHAP PERENCANAAN

KONSTRUKSI

TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI

TAHAP PERSIAPAN REHABILITASI DAN

OPTIMALISASI

TAHAP PASCA KONSTRUKSI

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

44

d. melakukan pengawasan berkala dalam pelaksanaan konstruksi.

C. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Setelah dilakukan perencanaan konstruksi, tahapan selanjutnya pada kegiatan

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah

dengan kapasitas fiskal rendah adalah tahapan pelaksanaan konstruksi. Tujuan dari

tahapan konstruksi adalah:

a. menghasilkan infrastruktur permukiman yang sesuai spesifikasi teknis;

b. menyiapkan dokumen pendukung untuk proses serah terima hasil konstruksi; dan

c. diterimanya infrastruktur permukiman oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

D. Tahap Pengawasan Konstruksi

Tahap pengawasan konstruksi ditentukan dari lingkup pengawasan yang

dilaksanakan. Dalam konteks pengawasan konstruksi oleh penyedia jasa

Manajemen Konstruksi (MK), maka pengawasan dilakukan mulai dari tahap

persiapan hingga tahap pelaksanaan konstruksi, sementara pengawasan konstruksi

oleh penyedia jasa pengawasan konstruksi hanya pada tahap pelaksanaan

konstruksi. Tujuan dari tahap pengawasan konstruksi adalah memantau dan

mengevaluasi kegiatan sehingga diperoleh hasil konstruksi sesuai spesifikasi yang

ditetapkan.

E. Tahap Pasca Konstruksi

Tahap pasca konstruksi merupakan bagian akhir dari kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas

fiskal rendah. Dalam tahap kegiatan paska konstruksi ini dilakukan serah terima aset

BMN dari Kementerian PUPR kepada pemerintah daerah.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

45

6.6 TAHAPAN PERSIAPAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Tahapan persiapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun

pada daerah

Gambar 3.2 Mekanisme Kaji Ulang Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sumber: Tim Efektif, 2021

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

46

3.2.1 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan dimulai dengan pengadaan tim analis kelayakan untuk

menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengidentifikasi

infrastruktur permukiman tidak berfungsi sebagai sasaran rehabilitasi dan

optimalisasi.

A. Pengadaan Tim Analis Kelayakan

Pengadaan Tim Analis Kelayakan oleh Balai PPW dapat dilakukan melalui

swakelola atau kontraktual. Tim Analis Kelayakan disyaratkan untuk memiliki

pengalaman dalam hal rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman.

B. Verifikasi Dokumen

Tim analis kelayakan selanjutnya melakukan verifikasi dokumen berdasarkan

dokumen pendukung yang dibutuhkan seperti yang tertera pada Bab 2, baik untuk

sektor air minum, air limbah dan persampahan.

C. Analisis Teknis

Analisis teknis mengikuti ketentuan dalam Bab 2 Identifikasi dan Verifikasi. Proses

kajian teknis terdiri dari:

Proses analisis teknis

1. Perolehan data lapangan dilakukan dengan:

a. pengamatan visual terhadap bagian dari infrastruktur permukiman

secara keseluruhan; dan

b. pengukuran keberfungsian tiap komponen infrastruktur

permukiman.

2. Analisis kesesuaian hasil data lapangan dengan persyaratan teknis

infrastruktur permukiman ataupun dengan ketentuan dalam rencana teknis

(jika sudah disusun).

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

47

D. Analisis Sosial, Ekonomi, Hukum, dan Kelembagaan

1. Analisis Sosial

Analisis sosial dilakukan untuk mengidentifikasi dampak pembangunan,

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun bagi kehidupan

masyarakat, yang dinilai dari:

a. dampak infrastruktur permukiman terhadap masyarakat sekitar;

b. persepsi penerima manfaat terhadap pelayanan infrastruktur permukiman;

dan

c. respon stakeholder terhadap rencana rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman.

2. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi dampak pembangunan,

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun bagi kehidupan

masyarakat, yang dinilai dari:

a. kontribusi infrastruktur permukiman terhadap peningkatan ekonomi daerah;

b. kemampuan operasional dan pemeliharaan infrastruktur permukiman oleh

pemerintah Kab/Kota.

3. Analisis Hukum

Analisis hukum dilakukan untuk mengidentifikasi kepatuhan hukum dalam

rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman, yang dinilai dari:

a. regulasi terkait infrastruktur permukiman;

b. peraturan dan persyaratan teknis infrastruktur permukiman.

4. Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan dilakukan untuk mengidentifikasi kapasitas kelembagaan

pengelolaan infrastruktur permukiman, yang dinilai dari:

a. struktur pengelola;

b. jumlah pengelola;

c. kantor pengelola;

d. prosedur kerja.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

48

5. Proses analisis

1. pengumpulan data lapangan terkait kondisi sosial, ekonomi, hukum, dan

kelembagaan, yang diperoleh dari data sekunder terkait, hasil

wawancara, dan/atau pengisian kuesioner;

2. melakukan dengan meninjau kesesuaian kondisi faktual di lapangan

dengan proyeksi dana analisis dalam dokumen Feasibility Study (FS)

dan dokumen masterplan (jika tersedia) ataupun melakulkan analisis

mandiri sesuai dengan metode yang sesuai.

3.2.2 Analisis Kebutuhan Biaya

Analisis kebutuhan biaya dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa besar

biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pembangunan infrastruktur

permukiman yang dibangun serta berapa waktu yang dibutuhkan agar

infrastruktur yang dibangun dapat menghasilkan keuntungan bagi pengelola.

6.7 TAHAPAN PERENCANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada

daerah dengan kapasitas fiskal rendah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi untuk kegiatan yang belum memiliki

dokumen perencanaan sebelumnya; atau

2. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi untuk kegiatan yang sudah memiliki

dokumen perencanaan awal yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pada tipologi pertama perencanaan konstruksi dilakukan secara utuh dari awal

hingga pengawasan berkala saat pelaksanaan konstruksi. Sementara pada tipologi

kedua, perencanaan konstruksi tidak dilakukan secara utuh dari awal, dimulai dari

reviu desain hingga pengawasan berkala saat pelaksanaan konstruksi.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

49

6.8 TAHAPAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Tahap pelaksanaan konstruksi dimulai dengan penyerahan lokasi kerja kepada

penyedia jasa pekerjaan konstruksi hingga dilaksanakannya serah terima pekerjaan

selesai. Tahap pelaksanaan konstruksi dimulai dari tahap:

1. penyerahan lokasi kerja;

2. penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);

3. penyusunan rencana mutu;

4. penyusunan rencana keselamatan kerja;

5. Pre-Construction Meeting (PCM);

6. pembayaran uang muka;

7. pemenuhan syarat mulai kerja;

8. pemeriksaan bersama;

9. pengajuan permohonan izin; dan

10. mobilisasi.

Adapun tahapan pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman

terbangun yang tidak berfungsi pada kapasitas fiskal daerah yang rendah secara

rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

50

Gambar 3.3 Tahapan Pelaksanaan Sumber: Tim Efektif, 2021

6.9 TAHAPAN PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Dalam hal dilaksanakan oleh penyedia jasa Manajemen Konstruksi (MK), substansi

yang diawasi adalah apa yang dilaporkan oleh penyedia jasa pengawasan

konstruksi dan ditambah dengan substansi pelaporan pada tahap perencanaan,

meliputi:

1. hasil evaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan;

2. penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan;

3. evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan;

4. review desain pada setiap tahapan penyusunan rencana teknis;

5. laporan hasil rapat koordinasi perencanaan konstruksi;

6. hasil penelitian dokumen pelelangan;

7. program pelaksanaan pelelangan;

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

51

8. Harga Perhitungan Sendiri (HPS) atau Owner’s Estimate (OE) Pekerjaan

Konstruksi fisik; dan

9. Draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.

Dalam penyusunan laporan pengawasan konstruksi, penyedia jasa MK / penyedia

jasa pengawasan konstruksi menyampaikan hasil pada tiap tahap kegiatan kepada

dan melakukan pembahasan bersama direksi lapangan. Setelah direksi lapangan

menyetujui, maka laporan dapat disampaikan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.

6.10 TAHAPAN PASCA REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Kegiatan pasca rehabilitasi dan optimalisasi terdiri atas Persiapan untuk

mendapatkan Status Barang Milik Negara. Barang Milik Negara (BMN) merupakan

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Penetapan

infrastruktur permukiman sebagai barang milik negara dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan tentang barang milik negara atau daerah.

Pelaksanaan serah terima BMN pada rehabilitasi dan optimalisasi dilakukan dengan

mekanisme Pemindahtanganan BMN (hibah) dan menggunakan Akun MAK 526

(PMK 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan

Barang Milik Negara).

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

52

BAB 4

PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN

6.11 PEMANTAUAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Pemantauan dalam pedoman ini adalah upaya agar rehabilitasi dan optimalisasi

infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah

dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Konsep pengawasan pada dasarnya adalah mewujudkan dan meningkatkan

efisiensi, efektivitas, dan rasionalitas dalam pencapaian tujuan untuk menghentikan

penyimpangan, pemborosan, mencegah terulangnya kembali kesalahan atau

penyimpangan, dan mencari cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan.

Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

4.1.1. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan merupakan kegiatan pengamatan terhadap rehabilitasi dan optimalisasi

secara langsung, tidak langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat. Pemantauan

dimaksudkan untuk mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi,

termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data

masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat

menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang

diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan

menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan

semula.

Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat hasil kegiatan rehabilitasi

dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun secara terukur dan objektif.

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah

pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan

dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan di masa yang

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

53

Gambar 4.1 Mekanisme Pelaporan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Sumber: Tim Efektif, 2021

akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil

(outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan kegiatan.

4.1.2. Pelaporan

Pelaporan pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian hasil monitoring dan

evaluasi yang dilakukan mulai dari tahap persiapan pembangunan, pelaksanaan

rehabilitasi dan optimalisasi, hingga tahap pasca konstruksi.

Seluruh laporan disampaikan PPK selaku pengendali kegiatan rehabilitasi dan

optimalisasi di daerah kepada Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman, yang

secara berjenjang akan disampaikan kepada Kabalai PPW dan Dirjen CK yang

ditembuskan kepada unit kerja terkait dan Dit. Sistem dan Strategi Penyelenggaraan

Infrastruktur Permukiman.

Dit. Sektor

Dit. SSPIP

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

54

6.12 PENGENDALIAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI

Pengendalian adalah tindakan pengaturan atau pengarahan pelaksanaan dengan

maksud agar suatu tujuan tertentu dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Pengendalian dilakukan mulai dari tahap pengadaan penyedia jasa hingga tahap

pelaksanaan konstruksi. Selain dari sisi proses, pengendalian juga dilakukan dalam

rangka penjaminan mutu.

4.2.1. Pengendalian pada tahap pengadaan jasa

Pengendalian paket kegiatan belum tender dilakukan terhadap kegiatan yang

berpotensi bermasalah dan bertujuan untuk mengurangi resiko permasalahan

pelaksanaan paket pekerjaan kontrak tahunan yang berpotensi tidak selesai. Kriteria

yang digunakan untuk menentukan paket belum siap tender antara lain:

1. paket kegiatan yang sudah melewati Bulan Maret (batas akhir pengumuman

tender/seleksi secara umum untuk paket pekerjaan kontrak tahunan); dan

2. paket kegiatan yang melewati tanggal rencana pengumuman tender yang

ditetapkan.

Untuk paket kegiatan belum siap tender diverifikasi dengan melakukan pengecekan

terhadap kebutuhan waktu yang diperlukan dan kesiapan untuk hal-hal sebagai

berikut:

1. readiness criteria oleh PPK;

2. dokumen persiapan pengadaan oleh PPK;

3. review dokumen persiapan pengadaan dan penyiapan dokumen pemilihan oleh

BP2JK/Pokja Pemilihan;

4. perkiraan waktu pelaksanaan pemilihan;

5. perkiraan waktu tanda tangan kontrak; dan

6. masa pelaksanaan pekerjaan (sampai dengan PHO).

Tujuan verifikasi adalah untuk mengecek kesiapan readiness criteria, tanggal

perkiraan pelaksanaan pengadaan dan pelaksanaan kontrak, serta perkiraan jadwal

PHO, apakah melewati tahun anggaran atau tidak.

Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah

55

4.2.1. Pengendalian pada tahap pelaksanaan konstruksi

Tahap pembangunan di sini adalah pada tahap perencanaan konstruksi, pada tahap

pelaksanaan konstruksi, maupun pada tahap pengawasan teknis. Dalam proses

pelaksanaan konstruksi dimungkinkan terdapat permasalahan yang menyebabkan

pelaksanaan kegiatan terhambat, sehingga perlu dilakukan pengendalian.

Pengendalian pada tahap pembangunan ini terdiri dari:

1. Pengendalian Keterlambatan Kegiatan yang Disebabkan karena Keadaan Kahar,

2. Pengendalian Keterlambatan Kegiatan yang Disebabkan Bukan oleh Penyedia

Jasa dan Bukan Karena Kahar (Peristiwa Kompensasi)

3. Pengendalian Progress Keuangan (Penyerapan Rendah)

4. Pengendalian Progress Fisik melalui Kontrak Kritis

5. Pengendalian Penyelesaian Pekerjaan yang Tidak Terselesaikan sampai dengan

Akhir Tahun Anggaran.