pelatihan kepemimpinan nasional tingkat ii - simantu
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of pelatihan kepemimpinan nasional tingkat ii - simantu
1
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2021
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
STRATEGI REHABILITASI DAN OPTIMALISASI INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS
FISKAL RENDAH MELALUI INSTRUMEN KAJI ULANG KELAYAKAN REVITALISASI INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
Disusun oleh:
Nama : Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT.
NDH : 22
Angkatan : V
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BEKERJASAMA DENGAN
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021
Draft 28 Juni 2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia
dan rahmatnya maka penyusunan laporan Proyek Perubahan dengan
judul “Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta
Karya” untuk memenuhi target output yang telah ditetapkan dalam
tujuan jangka pendek dapat tercapai dan salah satu target output
jangka menengah yaitu rancangan pedoman pelaksanaan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada derah
dengan kapasitas fiskal rendah dapat dipercepat pencapaiannya dalam
jangka pendek.
Proses penyusunan sampai selesainya keluaran jangka pendek proyek
perubahan ini merupakan bentuk kerja sama, kolaborasi, dan dukungan
semua pihak. Untuk itu, kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Jenderal Cipta Karya, Ibu Ir. Diana Kusumastuti, MT. selaku
Mentor atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan proyek
perubahan ini.
2. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Edward Abdurrahman,
M.Sc. selaku Co-Mentor atas bimbingan dan dukungannya dalam
penyusunan proyek perubahan ini.
3. Bapak Puja Samedhi, BE., SE., CES selaku Coach atas bimbingan
dan dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.
3
4. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Bapak Ir. Mohammad
Zainal Fatah atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan
proyek perubahan ini.
5. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR, Bapak Ir. T. Iskandar, MT.
atas bimbingan dan dukungannya dalam penyusunan proyek
perubahan ini.
6. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi, Bapak Dr.
Dadang Rukmana, S.H., CES., DEA. atas bimbingan dan
dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.
7. Wali Kota Banda Aceh, Bapak H. Aminullah Usman, SE.Ak, MM.
atas dukungannya dalam penyusunan proyek perubahan ini.
8. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda
Aceh, Bapak Jalaluddin, ST., MT. atas dukungannya dalam
penyusunan Proyek Perubahan ini.
9. Direktur Perumahan dan Permukiman, Deputi Sarana dan
Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ibu Tri Dewi Virgiyanti, ST.,
MEM. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.
10. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Bapak Iwan
Kurniawan, ST., MT. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek
Perubahan ini.
11. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen
Anggaran, Kementerian Keuangan, Bapak Made Arya Wijaya, S.E.,
M.Sc. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.
12. Sekretaris Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Didiet Arief Akhdiat, M.Si.
atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.
4
13. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Yudha Mediawan,
M.Dev.Plg. atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan
ini.
14. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya, Bapak Ir. Prasetyo, M.Eng. atas
dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.
15. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata
Ruang, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan, Bapak Eko
Roesanto atas dukungannya dalam penyusunan Proyek Perubahan
ini.
16. Kepala Subdirektorat Wilayah I-Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta
Karya, Bapak Wijayanto, ST. M.Si. atas dukungannya dalam
penyusunan Proyek Perubahan ini.
17. Kepala Subdirektorat Wilayah I-Direktorat Sanitasi, Ditjen Cipta
Karya, Bapak Suharsono Adi Broto, S.T., M.M. atas dukungannya
dalam penyusunan Proyek Perubahan ini.
18. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Tengah, Bapak
Cakra Nagara, ST., MT., ME. atas dukungannya dalam penyusunan
Proyek Perubahan ini.
19. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh, Bapak
Mohammad Yoza Habibie, ST., MT. atas dukungannya dalam
penyusunan Proyek Perubahan ini.
20. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi
Aceh, Bapak T. Davis F. Hamid, ST. MT. atas dukungannya dalam
penyusunan Proyek Perubahan ini.
5
21. Bapak/Ibu Widyaiswara, Kepala Balai Diklat Pendidikan dan
Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung, dan segenap panitia
penyelenggara Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II PUPR
Tahun 2021 yang atas dukungan dan bantuannya.
22. Nidhya Firmania Widjayatiningtyas, Istri tercinta atas dukungan dan
kesabaran dalam mendampingi terselesaikannya Proyek Perubahan
ini.
23. Tim efektif dan Keluarga Besar Direktorat Jenderal Cipta Karya atas
dukungan dalam Proyek Perubahan ini.
Kami menyadari bahwa proses penyusunan dan pelaksanaan Proyek
Perubahan ini masih jauh dari sempurna, segala saran dan masukan
dalam penyempurnaannya ini sangat dibutuhkan pada waktu yang akan
datang.
Akhir kata, semoga Proyek Perubahan ini dapat memberikan manfaat
bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan
infrastruktur permukiman, khususnya sektor air minum dan sanitasi.
Jakarta, Juni 2021
Penulis
Dr. Taufan Madiasworo ST., MT selaku Project Leader
6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................. 6
Daftar Gambar ......................................................................................................... 8
Daftar Tabel ........................................................................................................... 12
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 14
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 14
1.1.1 Telaah Aspek Normatif ........................................................................... 16
1.1.2 Profil Unit Organisasi.............................................................................. 18
1.1.3 Tugas Pokok Direktorat SSPIP .............................................................. 20
1.1.4 Studi Kelayakan (Feasibility Study) ........................................................ 20
1.1.5 Kapasitas Fiskal Daerah ........................................................................ 27
1.1.6 Tahapan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran ................... 28
1.2 Area Proyek Perubahan ................................................................................... 29
1.2.1 Isu Strategis ........................................................................................... 29
1.2.2 Faktor-faktor Penyebab .......................................................................... 29
1.2.3 Isu Strategis Terpilih............................................................................... 30
1.2.4 Manfaat Proyek Perubahan .................................................................... 31
1.2.5 Ruang Lingkup Proyek Perubahan ......................................................... 32
BAB 2 RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ..................................................... 33
2.1 Identifikasi Proyek Perubahan .......................................................................... 33
2.1.1 Identifikasi Pemetaan Risiko .................................................................. 33
2.1.2 Kondisi Saat Ini ...................................................................................... 35
2.1.3 Kondisi yang Diharapkan ....................................................................... 40
2.1.4 Tujuan Proyek Perubahan ...................................................................... 41
2.1.5 Inovasi.................................................................................................... 41
2.1.6 Alur Pikir Proyek Perubahan ................................................................. 43
2.2 Analisis Stakeholder ......................................................................................... 44
2.3 Milestone Proyek Perubahan ............................................................................ 50
2.4 Tahapan Pelaksanaan ...................................................................................... 51
7
2.4.1 Jangka Pendek ...................................................................................... 51
2.4.2 Jangka Menengah dan Jangka Panjang ................................................ 52
2.5 Tata Kelola Proyek Perubahan ......................................................................... 53
2.6 Output .............................................................................................................. 54
2.7 Kriteria keberhasilan ......................................................................................... 55
2.8 Marketing Sektor Publik .................................................................................... 56
BAB 3 PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ................................................. 56
3.1 Capaian Proyek Perubahan .............................................................................. 57
3.1.1 Capaian terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
dan Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun sebagai
masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan
sanitasi ................................................................................................... 60
3.1.2 Capaian Terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .............................................. 72
3.1.3 Capaian Terhadap Rancangan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .............................................. 76
3.1.4 Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta
Karya Tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ........... Error!
Bookmark not defined.
3.2 Pelaksanaan Strategi Marketing ....................................................................... 96
3.3 Pemberdayaan Organisasi Pembelajaran ........................................................ 98
3.3.1 Pengembangan Tim Efektif .................................................................. 101
3.3.2 Peningkatan Peran Stakeholders ......................................................... 103
3.4 Kendala dan Strategi dalam Pelaksanaan Proyek Perubahan ........................ 135
3.5 Faktor Kunci Keberhasilan Proyek Perubahan ............................................... 136
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................. 137
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 138
4.1 Rekomendasi ............................................................................................. 138
4.1 Lesson Learned .......................................................................................... 139
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya ................... 18
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya ................... 19
Gambar 1.3 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek
Pengembangan SPAL. ............................................................... 24
Gambar 1.4 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek
Pengembangan Persampahan. .................................................. 26
Gambar 1.5 Perhitungan Kapasiats Fiskal Daerah ......................................... 27
Gambar 1.6 Milestone Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran ...... 28
Gambar 2.1 Jumlah dan Pagu Kegiatan Infrastruktur Permukiman
Tidak Berfungsi periode. 2015-2020 ........................................... 35
Gambar 2.2 Perbandingan Daerah Berdasarkan Kapasitas Fiskal ................. 35
Gambar 2.3 Sistem Penyediaan Air Minum .................................................... 36
Gambar 2.4 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Minum pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ................................... 37
Gambar 2.5 Sistem Pengelolaan Air Limbah .................................................. 38
Gambar 2.6 Sistem Pengelolaan Persampahan ............................................. 39
Gambar 2.7 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Limbah pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ................................... 40
Gambar 2.8 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Persampahan
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah .......................... 39
Gambar 2.9 Inovasi dan Gagasan Perubahan ................................................ 42
Gambar 2.10 Alur Pikir Proyek Perubahan ....................................................... 43
Gambar 2.11 Diagram Stakeholders Quadrant ................................................. 48
Gambar 2.12 Diagram Strategi Komunikasi ...................................................... 49
Gambar 2.13. Tahapan Pelaksanaan Proyek Perubahan .................................. 50
Gambar 3.1 Proses Pelaksanaan FGD, Pembahasan dan diskusi dalam
rangka mencapai output yang ditetapkan dalam milestone
Proyek Perubahan melalui Advokasi dan Komunikasi
kepada stakeholders terkait ........................................................ 58
Gambar 3.2 Capaian Proyek Perubahan ........................................................ 59
Gambar 3.3 Rapat Pembahasan Rekonfirmasi Aset....................................... 63
Gambar 3.4 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Tri Dewi Virgiyanti,
ST, MEM, Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas ...... 63
Gambar 3.5 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Ditjen Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri ................... 64
9
Gambar 3.6 Pembahasan Rekonfirmasi Aset bersama Ditjen Anggaran,
Kementerian Keuangan .............................................................. 65
Gambar 3.7 Data Hasil Rekonfirmasi Aset ..................................................... 66
Gambar 3.8 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama
Direktur Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di
lingkungan Ditjen Cipta Karya ..................................................... 68
Gambar 3.9 Data Hasil Updating Rekonfirmasi Aset ...................................... 69
Gambar 3.10 Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun
sebagai masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem
informasi air minum dan sanitasi bersama Direktorat Air
Minum dan Direktorat Sanitasi .................................................... 70
Gambar 3.11 FGD Dukungan Kelembagaan Daerah terhadap Rehablitasi
dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
bersama Bappenas ..................................................................... 73
Gambar 3.12 FGD Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman melalui
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah dengan Kementerian Dalam Negeri..................... 75
Gambar 3.13 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum
dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah ............................................................................. 76
Gambar 3.14 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum
dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada Daerah Dengan
Kapasitas Fiskal Rendah ............................................................ 77
Gambar 3.15 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum
dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah ............................................................................. 78
Gambar 3.16 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum
dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah ........ 79
Gambar 3.17 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi
dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas fiskal rendah dengan Direktorat Sanitasi
(Kasubdit Wilayah I) .................................................................... 81
10
Gambar 3.18 Pembahasan Rancagan Mekanisme Mekanisme
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan Direktorat
Air Minum (Kasubdit Wilayah I) ................................................... 82
Gambar 3.19 Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor
Air Minum dan Sanitasi pada kabupaten/kota dengan
kapasitas fiskal rendah di Provinsi Sumatera Utara .................... 83
Gambar 3.20 Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan,
Operasi dan Rehabilitasi (OPOR) bersama Sekretariat
Jenderal Kementerian PUPR ...................................................... 83
Gambar 3.21 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi
dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan Pemutakhiran Sistem
Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM) .................................. 85
Gambar 3.22 Pembahasan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta
Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif ............................ 89
Gambar 3.23 Pembahasan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur
Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman ............. 92
Gambar 3.24 Metod 5M .................................................................................... 99
Gambar 3.25 Pengembangan Tim Efektif (Rapat Konsolidasi Internal,
FGD, Advokasi dan Komunikasi kepada Stakeholders) .............. 103
Gambar 3.26 Diagram Stakheholder sebelum Pelaksanaan Proyek
Perubahan .................................................................................. 104
Gambar 3.26 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama
Direktur Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di
lingkungan Ditjen Cipta Karya ..................................................... 104
Gambar 3.27 Diagram Stakheholder sesudah Pelaksanaan Proyek
Perubahan .................................................................................. 105
Gambar 3.28 Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya ....................... 107
Gambar 3.29 Bimbingan lanjutan dengan Ditjen Cipta Karya ........................... 108
Gambar 3.30 Bimbingan dan Konsultasi dengan Dit.SSPIP ............................. 109
Gambar 3.31 Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim
Efektif.......................................................................................... 111
Gambar 3.32 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian PUPR .................................................... 113
Gambar 3.33 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur
Jenderal Kementerian PUPR .................................................... 115
11
Gambar 3.34 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli
Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi ............................ 118
Gambar 3.35 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Direktur SUPD
II,
Kementerian Dalam Negeri ....................................................... 122
Gambar 3.36 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan
kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum
Agraria dan Tata Ruang .............................................................. 123
Gambar 3.37 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan
kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman................................................................................ 124
Gambar 3.38 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan
Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas ................................ 127
Gambar 3.39 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum ................ 128
Gambar 3.40 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi ................... 129
Gambar 3.41 Advokasi dan Komunikasi kepada Sesditjen Cipta Karya ........... 130
Gambar 3.42 Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh ............ 131
Gambar 3.43 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda Aceh ......................... 132
Gambar 3.44 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai
Prasarana Permukiman Wilayah Aceh ........................................ 133
Gambar 3.45 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja
Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Aceh .................. 134
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Suatu Proyek Dinyatakan Layak/Tidak Layak .................. 24
Tabel 1.2 Katagori Kapasitas Fiskal Daerah ..................................................... 26
Tabel 2.1 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Persiapan ...................................... 32
Tabel 2.2 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Penyiapan Kegiatan ...................... 32
Tabel 2.3 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pelaksanaan Kegiatan .................. 33
Tabel 2.4 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Serah Terima Aset ........................ 33
Tabel 2.5 Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pengelolaan Aset oleh Pemda ...... 34
Tabel 2.6 Output dan Output Kunci Proyek Perubahan..................................... 44
Tabel 2.7 Tahapan Pelaksanaan Jangka Pendek ............................................. 50
Tabel 2.8 Tahapan Pelaksanaan Jangka Menengah dan Panjang ................... 51
Tabel 2.9 Output dan Output Kunci Proyek Perubahan..................................... 53
Tabel 3.1 Format Data Isian untuk Inventarisasi Infrastruktur Permukiman....... 70
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan daya saing dan
investasi yang tentunya akan berkontribusi kepada peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan lapangan pekerjaan. Di saat pemerintah berusaha membangun daya
saing melalui pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, masih
terdapat permasalahan mendasar dalam penyelenggaraan infrastruktur berupa
ketidakberfungsian infrastruktur terbangun yang mengakibatkan infrastruktur
terbangun tersebut tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Hal ini dapat
diakibatkan belum optimalnya implementasi proes bisnis pada tahap perencanaan
dan pemrograman, tahap perencanaan teknis, tahap pelaksanaan konstruksi, dan
tahap pemanfaatan. Pada penyelenggaraan infrastruktur permukiman, beberapa
penyebab terjadinya ketidakberfungsian infrastruktur permukiman dapat diakibatkan
oleh ketidaklayakan proyek, terjadinya bencana, permasalahan sosial, rendahnya
kepedulian dan komitmen pemerintah daerah. Selain itu, penyebab tidak
berfungsinya infrastruktur permukiman yang telah dibangun dapat
dikarenakan sistem yang tidak berfungsi akibat tidak dilengkapi dengan kajian
studi kelayakan di tahap perencanaan.
Berdasarkan arahan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
pada pembukaan acara Konsultasi Regional (Konreg) pada bulan Maret 2021, salah
satu fokus pembangunan infrastruktur PUPR Tahun 2022 adalah Optimalisasi,
Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi atau disingkat OPOR. Optimalisasi
merujuk pada evaluasi dan inventarisasi terhadap pekerjaan yang sudah dapat
dimanfaatkan. Optimalisasi juga bertujuan untuk menuntaskan dan memberikan
manfaat dari infrastruktur yang telah terbangun. Pemeliharaan dimaksudkan agar
pekerjaan yang telah selesai dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga
dapat menjamin keberlangsungan fungsi dari infratruktur terbangun. Operasi
ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat dioperasikan secara
maksimal, dan upaya rehabilitasi difokuskan pada infrastruktur yang telah
mencapai umur konstruksi tertentu atau infrastruktur terdampak bencana, agar
14
fungsinya dikembalikan seperti semula. Penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya
memiliki diferensiasi dengan unit organisasi lain di Kementerian PUPR seperti Ditjen
Sumber Daya Air (SDA) dan Ditjen Bina Marga. Pada Ditjen Bina Marga dan Ditjen
SDA penanganan dilakukan pada infrastruktur dengan status nasional, sehingga
infrastruktur yang telah dibangun dilakukan operasi dan pemeliharaan oleh Ditjen
Bina Marga dan Ditjen SDA, Kementerian PUPR. Pada Ditjen Cipta Karya,
infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun, selanjutnya diserahkan
kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan
amanat Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya
memberikan fokus pada aspek Optimalisasi dan Rehabilitasi.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya terdapat
terhadap infrastruktur permukiman terbangun dengan periode 2015 hingga 2020.
Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap infrastruktur permukiman tersebut, terdapat
87 (delapan puluh tujuh) Infrastruktur permukiman di sektor air minum dan sanitasi
yang belum berfungsi.
Selanjutnya, dari 87 infrastruktur permukiman yang belum berfungsi, 55 (37
infrastruktur air minum, 18 infrastruktur sanitasi) berada pada Kab/Kota dengan
kondisi kapasitas fiskal daerah yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan data
tersebut, sebagian besar (63%) infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi
berada pada Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah.
Saat ini, Ditjen Cipta Karya telah memiliki sistem informasi sektor air minum dan
sektor sanitasi. Untuk sektor air minum yaitu Sistem Informasi Manajemen Sistem
Penyediaan Air Minum (SIMSPAM) dan untuk sektor sanitasi yaitu Sistem Informasi
Sanitasi (SIINSAN). Di dalam SIMSPAM dan SIINSAN tersebut, telah terdapat fitur
terkait data infrastruktur permukiman terbangun. Namun demikian, untuk SIINSAN
belum memuat secara rinci terkait informasi tentang kondisi infrastruktur
permukiman terbangun, seperti: status keberfungsian, status BMN, dan kelengkapan
dokumen serah terima aset. Sedangkan untuk SIMSPAM telah terdapat fitur yang
memuat tentang kondisi keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun, namun
data yang disajikan belum up to date dan perlu dilengkapi dengan dokumentasi.
Sistem informasi tersebut perlu untuk dimutakhirkan dengan fitur yang dapat
menginformasikan kondisi teraktual dari infrastruktur permukiman terbangun.
15
Dalam rangka mencari solusi dari permasalahan tersebut, Proyek Perubahan
dengan judul “Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen
Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya” diharapkan
dapat menjadi suatu terobosan sebagai solusi dari permasalahan ketidakberfungsian
infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah sekaligus
menjadi strategi implementasi dari kebijakan Menteri PUPR terkait OPOR dalam
penyelenggaraan infrastruktur dan untuk mewujudkan infrastruktur yang
berkelanjutan sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Jasa Konstruksi.
1.1.1 Telaah Aspek Normatif
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Perumahan, mendefinisikan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi diterbitkan sebagai
antisipasi terhadap terjadinya ketidakberfungsian suatu bangunan, setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman mengamanatkan bahwa prasarana permukiman
sekurang-kurangnya terdiri dari jaringan jalan, sistem penyediaan air minum,
jaringan drainase, sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan persampahan
dan sistem proteksi kebakaran.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi mendefinisikan infrastruktur
berkelanjutan diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan konstruksi
berkelanjutan, yaitu sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan
yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi tujuan
ekonomi, sosial dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang,
serta memenuhi prinsip berkelanjutan.
16
Permen PUPR No.5 tahun 2015 tentang pedoman umum implementasi konstruksi
berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR, mengamantkan
bahwa pelaksanaan kegiatan kontruksi bidang PUPR harus berdasarkan pada
prinsip-prinsip konstruksi berkelanjutan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum
Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan
Sarana Bidang Pekerjaan Umum mengamanatkan bahwa penyelenggara/satuan
kerja di lingkungan Kementerian PUPR dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional dengan tidak menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang berlaku,
sehingga diperoleh hasil yang tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tepat
manfaat melalui pengendalian atas kegiatan perencanaan konstruksi, pengadaan
lahan, pelaksanaan konstruksi, dan persiapan operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana bidang pekerjaan umum.
Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengamanatkan
bahwa dalam tahapan perencanaan SPAM yang dilakukan untuk pembangunan
baru, peningkatan, dan perluasan terdiri dari penyusunan studi kelayakan, rencana
teknis terinci dan penyusunan prosedur operasi standar.
Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
mengamanatkan bahwa perencanaan SPALD harus terdiri atas rencana induk, studi
kelayakan dan perencanaan teknis rinci.
Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013
tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan
(PSP) dalam tahapan perencanaan teknik harus melalui penyusunan rencana induk,
studi kelayakan dan perencanaan teknis manajemen persampahan.
Berdasarkan telaah aspek normatif/regulasi bahwa dalam penyelenggaraan
infrastruktur permukiman telah terdapat regulasi yang cukup lengkap. Namun
demikian masih diperlukan regulasi yang bersifat lebih spesifik.
17
1.1.2 Profil Unit Organisasi
1.1.2.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
18
1.1.2.2 Struktur Organisasi Direktorat Strategi dan Sistem Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
19
1.1.3 Tugas Pokok Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat
Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman (Dit. SSPIP)
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang sistem dan strategi penyelenggaraan infrastruktur permukiman. Dalam
melakukan tugasnya Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem, strategi, dan keterpaduan
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;
2. penyusunan rencana dan pengembangan strategi, serta rencana strategis
pengelolaan permukiman;
3. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan sistem, strategi, dan keterpaduan
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan sistem, strategi,
dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;
5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan sistem,
strategi, dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman;
6. pengolahan data dan penyiapan informasi di bidang pembinaan sistem, strategi,
dan keterpaduan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman;
7. pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
1.1.4 Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Berdasarkan Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum, studi kelayakan merupakan suatu studi untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di
suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, sosial,
budaya, ekonomi, kelembagaan, dan finansial.
Studi kelayakan adalah tahap desain awal untuk setiap proyek atau rencana untuk
melakukan analisis kelayakan terhadap viability suatu gagasan dengan mengukur
kapasitas pengelolaan sumber daya dan teknologi yang dibutuhkan serta kapasitas
20
pembiayaan berdasarkan perbandingan pengembalian yang wajar terhadap risiko
investasi. Feasibility study berbeda dengan business plan, feasibility study memiliki
fungsi untuk investigasi, berbeda halnya dengan business plan yang lebih kepada
perencanaan yang berupa langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan
sebuah proposal dari sebuah ide hingga menjadi proyek. Feasibility study dapat
memberikan beberapa alternatif, namun business plan hanya berisi satu alternatif
saja.
1.1.4.1 Muatan Studi Kelayakan
A. Muatan Studi Kelayakan Bidang Air Minum
Muatan studi kelayakan bidang air minum berdasarkan Permen PUPR Nomor 27
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, yaitu:
1. Aspek Teknis Teknologis
Studi kelayakan merupakan suatu studi untuk mengetahui tingkat kelayakan
usulan pembangunan sistem penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan
ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi,
kelembagaan, dan finansial.
2. Aspek Lingkungan
Pengkajian kelayakan aspek lingkungan mempertimbangkan kegiatan
masyarakat dan kondisi daerah setempat secara holistik untuk menentukan
kelayakan faktor-faktor lingkungan dalam penyelenggaraan SPAM. Pengkajian
kelayakan aspek lingkungan dilaksanakan melalui penyusunan dokumen
AMDAL, formulir UKL-UPL, SPPL, dan izin lingkungan sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Pengkajian aspek sosial, budaya, dan ekonomi mencakup antara lain
ketersediaan fasilitas umum, gambaran umum tingkat sosial, ekonomi, dan
budaya wilayah dan masyarakat, analisis proporsi jenis pelanggan, serta
gambaran peran masyarakat.
21
4. Aspek Hukum dan Kelembagaan
Pengkajian aspek Kelembagaan dilakukan terhadap peraturan perundang-
undangan, konsep perjanjian kerjasama, sumber daya manusia, tingkat
pendidikan, dan kualitas. Struktur organisasi dan penempatan kerja sesuai
latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Aspek Finansial
Pengkajian kelayakan aspek finansial ditentukan untuk mendapatkan
keuntungan finansial terbaik bagi penyelenggara dalam jangka waktu tertentu.
Sasaran dari analisa keuangan ini untuk mengetahui apakah kegiatan yang
akan dilaksanakan ini dari segi keuangan dinilai layak, dalam arti mempunyai
dana yang cukup untuk membiayai pengoperasian seluruh fasilitas yang ada,
dan dapat membayar kembali seluruh pinjaman beserta bunganya bila
menggunakan dana pinjaman.
6. Aspek Risiko dan Mitigasi
Pengkajian aspek alokasi risiko dan mitigasi meliputi risiko kinerja, dan politik,
dan finansial. Risiko dikelola berdasarkan prinsip alokasi risiko yang memadai
dengan mengalokasikan risiko kepada pihak yang paling mampu
mengendalikan risiko dalam rangka menjamin efisiensi dan efektivitas dalam
penyediaan infrastruktur. Pengelolaan risiko ditentukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
B. Muatan Studi Kelayakan Bidang Air Limbah
Muatan studi kelayakan bidang air limbah mengacu kepada Pedoman Teknis
Penyusunan Studi Kelayakan SPAL. Studi kelayakan ini berlaku untuk:
a. Pengembangan SPAL-T dan SPAL-S Kota Metropolitan dan Kota Besar dengan
jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
b. Pengembangan SPAL-T kawasan permukiman dan kawasan tertentu dengan
jumlah penduduk lebih dari 100.000 (seratus ribu) jiwa.
Studi kelayakan pada umumnya memuat data atau informasi:
a. Perencanaan sistem pengolahan air limbah yang ada;
b. Perkiraan debit air limbah yang akan diolah
22
c. Data karakteristik dan kualitas air limbah yang akan diolah
d. Kondisi sosial, budaya, ekonomi (berdasarkan survei kebutuhan nyata);
e. Kelembagaan;
f. Program pengembangan dan strategi pelaksanaan;
g. Analisis dampak lingkungan;
h. Rencana operasi dan pemeliharaan;
i. Perkiraan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan;
j. Analisis keuangan dan ekonomi; dan
k. Kajian sumber pembiayaan.
23
Gambar 1.3 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek Pengembangan SPAL. Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan SPAL
Suatu proyek dinyatakan layak apabila telah memenuhi ketentuan dalam kelayakan
ekonomi dan keuangan, serta kelayakan teknis. Apabila suatu proyek telah layak
teknis dan layak keuangan, akan tetapi tidak layak ekonomi, maka proyek
dinyatakan tetap layak. Sedangkan apabila suatu proyek telah layak dari segi teknis
24
tapi tidak layak ekonomi dan keuangan, maka proyek ditolak dan perlu direvisi
kembali.
Tabel 1.1. Ketentuan Suatu Proyek Dinyatakan Layak/Tidak Layak
C. Muatan Studi Kelayakan Bidang Persampahan
Berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan, Studi kelayakan Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan wajib disusun berdasarkan:
a. Rencana induk Sistem Pengelolaan Sampah yang telah ditetapkan;
b. Kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan; dan
c. Kajian lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan
Pada penyusunan studi kelayakan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dimulai dari tahapan pengumpulan sampah, kemudian pengangkutan
sampah, pengolahan sampah dan hingga tempat akhir permosesan akhir sampah.
Kajian yang dilakukan terdiri dari kajian teknis, kajian lingkungan, kajian sosial dan
kajian kelembagaan. Secara umum, alur dalam penyusunan studi kelayakan bidang
persampahan adalah sebagai berikut:
25
Gambar 1.4 Bagan Proses Penentuan Kelayakan Proyek Pengembangan Persampahan Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Persampahan
26
1.1.5 Kapasitas Fiskal Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 tahun 2020 tentang Peta
Kapasitas Fiskal Daerah, Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan
masing-masing daerah yang dicerminkan melalui Pendapatan Asli Daerah dikurangi
dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu.
Gambar 1.5 Perhitungan Kapasitas Fiskal Daerah
Sumber: PMK 120 tahun 2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
Pemetaan kapasitas fiskal daerah adalah gambaran kemampuan keuangan daerah
yang dikelompokkan berdasarkan indeks kapasitas fiskal rendah. Terdapat 5 (lima)
katagori pemetaan kapasitas fiskal daerah, yakni sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Kategori Kapasitas Fiskal Daerah
Rentang Indeks Kapasitas Fiskal
Darah (IKFD) Kategori Kapasitas Fiskal Daerah
IKFD < 0,517 Sangat rendah
0,517 ≤ IKFD ≤ 0,747 Rendah
0,747 ≤ IKFD ≤ 1,168 Sedang
1,168 ≤ IKFD ≤ 2,145 Tinggi
IKFD ≥ 2,145 Sangat tinggi
Pada tahun 2020, jumlah kab/kota dengan kapasitas fiskal sangat rendah adalah
sebanyak 124 kab/kota, kapasitas fiskal rendah adalah sebanyak 128 kab/kota.
27
1.1.6 Tahapan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran
Perencanaan program Direktorat Jenderal Cipta Karya dilakukan dengan
pendekatan bottom up melalui instrumen Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya yang disusun oleh Kabupaten/Kota untuk
periode 5 (lima) tahun. RPIJM diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi
Pengembangan Kawasan Permukiman dengan produk Strategi Pengembangan
Kawasan Permukiman. Long list usulan tersebut diprioritaskan berdasarkan rencana
strategis pembangunan 5 (lima) tahunan yang disusun melalui rencana strategis dan
kriteria kesiapan pada konsultasi regional (konreg). Direktorat SSPIP berperan
sesuai tugas dan fungsinya dalam melakukan proses tersebut, yaitu: (1)
Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
merumuskan strategi perencanaan program; dan (2) Subdirektorat Strategi, Program
dan Anggaran merumuskan perencanaan program dan anggaran. Adapun tahapan
perencanaan, pemrograman, dan penganggaran dapat dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.6 Milestone Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran Sumber: Direktorat SSPIP, 2021
28
1.2 AREA PROYEK PERUBAHAN
1.2.1 Isu Strategis
Terkait dengan judul rancangan proyek perubahan ini, terdapat beberapa isu
strategis sebagai berikut:
a. Infrastruktur permukiman terbangun mengalami ketidakberfungsian.
b. Pasca pelaksanaan konstruksi, terdapat infrastruktur permukiman terbangun
belum dilakukan proses serah terima aset kepada pemerintah daerah
(berdasarkan hasil inventarisasi aset Ditjen Cipta Karya Tahun 2021, sebanyak
3.850 paket dengan nilai investasi 29,871 Triliun/ 60,23% dari total infrastruktur
permukiman terbangun pada 2015-2020).
c. Ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun terjadi akibat
perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi dengan kajian kelayakan proyek.
d. Infrastruktur permukiman yang dibangun belum tuntas, masih terdapat
komponen yang belum tersedia sesuai perencanaan awal sehingga infrastruktur
permukiman belum berfungsi dan bermanfaat.
e. Rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman.
1.2.2 Faktor-faktor Penyebab
a. Beberapa penyebab infrastruktur permukiman terbangun mengalami
ketidakberfungsian, antara lain:
i. terjadinya bencana;
ii. fasilitas yang rusak/ hilang;
iii. sumber air baku tidak tersedia;
iv. tidak dipelihara; dan
v. permasalahan sosial lainnya.
b. Beberapa penyebab infrastruktur permukiman terbangun belum dilakukan
proses serah terima aset kepada pemerintah daerah, antara lain:
i. kondisi infrastruktur permukiman rusak;
ii. Ketidaksiapan Pemda dalam melakukan operasi dan pemeliharaan;
iii. tidak sesuai kebutuhan; dan
iv. Ketidaksiapan lembaga pengelola.
29
c. Beberapa penyebab ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun
terjadi akibat perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi kajian kelayakan
proyek, antara lain:
i. tidak berdasarkan analisis kebutuhan.
ii. tidak berdasarkan analisis teknis.
iii. tidak berdasarkan analisis ekonomi.
iv. tidak berdasarkan analisis finansial.
v. tidak berdasarkan analisis lingkungan dan sosial.
d. Terdapat komponen infrastruktur permukiman yang belum tersedia sesuai
perencanaan awal sehingga infrastruktur permukiman belum berfungsi,
disebabkan oleh:
i. keterbatasan anggaran yang diinvestasikan oleh pemerintah pusat;
ii. kewajiban daerah tidak dipenuhi sesuai kewenangannya; dan
iii. keterbatasan pendanaan operator di daerah.
e. Rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman, disebabkan oleh:
i. Kapasitas fiskal pemerintah daerah yang rendah;
ii. pergantian kepemimpinan daerah;
iii. tidak mendapat persetujuan dari lembaga legislatif;
1.2.3 Isu Strategis Terpilih
Berdasarkan hasil analisis terhadap 5 (lima) isu strategis pada bagian sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa isu strategis terpilih dalam implementasi
optimalisasi dan rehabilitasi infrastruktur permukiman terbangun adalah:
“Ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun terjadi akibat
perencanaan yang dilakukan tidak dilengkapi dengan kajian kelayakan
proyek”.
Pemilihan isu strategis tersebut di atas dikarenakan isu strategis tersebut
berdampak kepada terjadinya isu strategis lainnya. Perencanaan yang dilakukan
tanpa dilengkapi dengan kajian kelayakan proyek mengakibatkan terjadinya: 1)
ketidakberfungsian infrastruktur permukiman terbangun, 2) belum dilakukannya
proses serah terima aset kepada pemerintah daerah, 3) infrastruktur yang dibangun
30
belum tuntas, dan 4) rendahnya kepedulian dan komitmen pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman.
Berdasarkan isu strategis dan permasalahan pada bagian sebelumnya, maka
diperlukan suatu inovasi yang dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan
permasalahan terkait keberfungsian dan kebermanfaatan infrastruktur permukiman
terbangun. Inovasi dalam rancangan proyek perubahan ini adalah: “Kaji Ulang
Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai Instrumen untuk
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah”.
Kaji ulang kelayakan infrastruktur bidang Cipta Karya ini, dilakukan pada
infrastruktur permukiman terbangun yang tidak berfungsi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi seberapa besar dan seberapa jauh intervensi program yang dapat
dilakukan melalui pendanaan APBN. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar sistem
yang terbangun dapat berfungsi dan berkelanjutan untuk mencapai kapasitas
optimum sesuai dengan kapasitas desain perencanaannya.
1.2.4 Manfaat Proyek Perubahan
Manfaat proyek perubahan ini terdiri atas 2 (dua) lingkup manfaat yaitu manfaat
internal dan manfaat eksternal.
1.2.4.1 Manfaat Internal
Manfaat internal proyek perubahan ini yaitu:
a. Tersedianya database infrastruktur permukiman terbangun sebagai alat bantu
pengambilan keputusan dalam perencanaan pemrograman hingga selesainya
proses serah terima aset.
b. Masukan terhadap fitur dalam Sistem Informasi Direktorat Air Minum (SIM
SPAM) dan Direktorat Sanitasi (SIINSAN) terkait pendataan aset infrastruktur
permukiman terbangun.
c. Tersusunnya mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lingkungan Ditjen Cipta Karya
terkait rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
31
e. Meningkatnya kinerja perencanaan pemrograman khususnya dalam penetapan
skala prioritas program untuk meningkatkan pencapaian target rencana strategis
Ditjen Cipta Karya tahun 2020-2024.
1.2.4.2 Manfaat Eksternal
Manfaat eksternal proyek perubahan ini adalah:
a. Terjalinnya koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam
perencanaan pemrograman infrastruktur permukiman.
b. Terlaksananya rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
sehingga dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat.
c. Terfasilitasinya pembinaan kepada pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal
rendah untuk meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam pengelolaan
infrastruktur permukiman.
1.2.5 Ruang Lingkup Proyek Perubahan
Ruang lingkup proyek perubahan ini memuat ruang lingkup substansi proyek
perubahan dan ruang lingkup wilayah proyek perubahan, sebagai berikut:
Ruang lingkup subtansi
a. Dilakukan pada tahap perencanaan pemrograman.
b. Dilakukan pada infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan
sanitasi yang belum berfungsi dengan periode tahun 2015-2020.
c. Infrastruktur permukiman terbangun bukan merupakan kategori infrastruktur
berbasis masyarakat.
d. Memberikan fokus pada inovasi proyek perubahan yaitu kaji ulang kelayakan
revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya sebagai instrumen untuk rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah fiskal rendah.
Ruang lingkup wilayah
Dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah dan sangat rendah
(Berdasarkan PMK No 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah)
yaitu:
a. kategori rendah : 128 kab/kota; dan
b. kategori sangat rendah : 124 kab/kota.
32
BAB 2
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
2.1 IDENTIFIKASI PROYEK PERUBAHAN
2.1.1 Identifikasi Pemetaan Risiko
2.1.1.1 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Persiapan
Pemetaan risiko pada tahap persiapan berfokus pada pemenuhan readiness criteria
dari program yang akan diusulkan. Terdapat beberapa risiko yakni rendahnya
komitmen pemerintah daerah, kapasitas pemerintah daerah yang belum memadai
dan lemahnya koordinasi antara daerah dan pusat. Hal ini dapat dimitigasi melalui
koordinasi dan sinkronisasi penyiapan readiness criteria.
Tabel 2.1. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Persiapan
2.1.1.2 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Penyiapan Kegiatan
Pada tahapan persiapan, kemungkinan akan terjadinya program yang sudah
memenuhi readiness criteria namun belum bisa dianggarkan sangat mungkin terjadi.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hak seperti adanya pandemi COVID-19 akan
menyebabkan terjadinya refocusing dan realokasi anggaran pemerintah, yang
berujung pada pembatalan program. Untuk itu diperlukan penetapan skala proritas
terhadap program yang akan dianggarkan secara selektif.
Tabel 2.2. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Penyiapan Kegiatan.
33
2.1.1.3 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahapan pelaksanaan kegiatan, risiko terhadap gagalnya kegiatan rehabilitasi
dan optimalisasi yang dilakukan masih memiliki peluang besar untuk terjadi. Adanya
permasalahan teknis di lapangan, sumber daya manusia, hingga permasalahan
sosial dapat menjadi faktor pendorong terjadinya kegagalan dalam pelaksananaan.
Untuk itu diperlukan pengawasan yang ketat agar hal ini tidak terjadi.
Tabel 2.3. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pelaksanaan Kegiatan.
2.1.1.4 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Serah Terima Aset
Mitigasi risiko pada tahap serah terima aset adalah adanya keterlambatan dalam
serah terima aset infrastruktur permukiman. Hal ini membuat infrastruktur
permukiman tersebut belum beroperasi secara optimal. Untuk itu dibutuhkan
pendampingan dari Setdtijen Cipta Karya terkait percepatan serah terima aset
kepada pemda.
Tabel 2.4. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Serah Terima Aset.
2.1.1.5 Identifikasi dan Pemetaan Risiko pada Tahap Pengelolaan Aset oleh
Pemda
Infrastruktur permukiman yang dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, pada akhirnya
akan menjadi aset Pemda setelah melalui proses serah terima aset. Ketika aset
telah diserah terimakan kepada Pemda, maka perlu diperhatikan dalam
pengelolaannya agar aset yang dibangun dapat berfungsi secara berkelanjutan
sesuai dengan usia produksinya dan dapat memberikan manfaat yang maksimal.
Mitigasi yang diperlukan adalah dengan memberikan bimbingan kepada pihak
pengelola, terkait pengelolaan opersional aset.
34
Tabel 2.5. Tabel Mitigasi Risiko pada tahap Pengelolaan Aset oleh Pemda
2.1.2 Kondisi Saat Ini
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Ditjen Cipta Karya (2021), saat
ini masih terdapat 87 (air minum dan sanitasi) kegiatan infrastruktur permukiman TA.
2015-2020 yang belum berfungsi dengan total pagu Rp. 653 Miliar dan belum
dilakukan proses serah terima kepada pemerintah daerah dengan berbagai
permasalahannya.
Gambar 2.1 Jumlah dan Pagu Kegiatan Infrastruktur Permukiman (Air Minum dan Sanitasi ) Tidak Berfungsi periode 2015-2020
(Sumber: Hasil Inventarisasi Ditjen Cipta Karya, 2021)
Selanjutnya, berdasarkan jumlah kegiatan yang belum berfungsi dan belum
dilakukan proses serah terima, terdapat 55 kegiatan Air Minum dan Sanitasi (63%)
yang berada di kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah.
Gambar 2.2 Perbandingan daerah berdasarkan kapasitas fiskal (Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)
35
2.1.2.1 Isu dan Permasalahan Aset Air Minum yang Belum Berfungsi dan
belum dilakukan serah terima pada Pemerintah Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah
Secara teknis, sistem penyediaan air minum dibagi ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu
Unit Air Baku, yang terdiri dari bangunan intake dan jaringan pipa transmisi, Unit
Produksi, yang terdiri bangunan pengolahan dan Jaringan Distribusi Utama (JDU),
serta Unit Distribusi dan Pelayanan, yang terdiri dari Jaringan Distribusi Bagi (JDB)
dan Sambungan Rumah (SR). Dengan pembagian sistem secara teknis dan
memperhatikan tugas dan fungsi organisasi, pembangunan SPAM dapat
dilaksanakan oleh beberapa organisasi terkait, yaitu Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air untuk pembangunan Unit Air Baku, Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk
Unit Produksi, serta pemerintah kabupaten/kota untuk Unit Distribusi dan Pelayanan.
Gambar 2.3 Sistem Penyediaan Air Minum (Sumber: Direktorat Air Minum, 2021)
Permasalahan kegiatan bidang air minum pada daerah dengan fiskal rendah secara
umum terdiri dari: (1) Permasalahan pada sumber air baku, (2) Permasalahan
kerusakan/ kehilangan, (3) Permasalahan Kelembagaan, OM dan dana sharing, (4)
36
Permasalahan akibat bencana, (5) Permasalahan pada unit pelayanan, (6)
Permasalahan akibat belum tuntasnya pembangunan keseluruhan sistem, dan (7)
Permasalahan sosial.
Gambar 2.4 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Minum pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
(Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)
2.1.2.2 Isu dan Permasalahan Aset Sanitasi yang Belum Diserahterimakan
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Secara teknis, sistem pengelolaan air limbah dibagi ke dalam 2 (dua) sistem yaitu
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPALD-S) dan Sitem Pengelolaan Air
Limbah Terpusat (SPALD-T). SPALD-S terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Sub
sistem pengolahan setempat, yang terdiri dari skala komunal dan individual, (2) Sub
sistem pengangkutan yaitu melalui truk tinja, dan (3) Sub sistem pengolahan lumpur
tinja yaitu IPLT. SPALD-T terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: (1) Sub sistem pelayanan
yang terdiri dari pipa tinja, pipa non tinja, bak penangkap lemak, pipa persil, bak
kontrol, dan lubang inspeksi, (2) Sub sistem pengumpulan yang terdiri dari pipa
retikulasi, pipa induk, prasarana dan sarana pelengkap (manhole, stasiun pompa
dan lainnya), dan (3) Sub sistem Pengolahan terpusat yang terdiri dari IPALD skala
perkotaan, IPALD skala permukiman dan IPALD skala kawasan.
37
Gambar 2.5 Sistem Pengelolaan Air Limbah Sumber: Direktorat Sanitasi (2021)
Secara teknis, sistem pengelolaan persampahan terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
(1) Sarana pemilahan di sumber, (2) Sarana pengumpulan dan pengangkutan
(gerobak sampah, motor sampah, truk sampah), (3) Sarana pengolahan sampah
(TPS3R, TPST, SPA), dan (4) Sarana Tempat Pemrosesan Akhir yang terdiri dari
sanitary landfill, open dumping, dan controlled landfill.
Gambar 2.6 Sistem Pengelolaan Persampahan Sumber: Direktorat Sanitasi 2021
Permasalahan kegiatan bidang air limbah pada daerah dengan fiskal rendah secara
umum terdiri dari: (1) Permasalahan kerusakan/ kehilangan; (2) Permasalahan
Kelembagaan, OM dan dana sharing; (3) Permasalahan akibat bencana; (4)
38
Permasalahan pada unit pelayanan; (5) Permasalahan akibat belum tuntasnya
pembangunan keseluruhan sistem; dan (6) Permasalahan sosial.
Gambar 2.7 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Air Limbah pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
(Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)
Gambar 2.8 Peta Permasalahan Kegiatan Bidang Persampahan pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah (Sumber: Hasil Analisis Ditjen Cipta Karya, 2021)
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap permasalahan infrastruktur permukiman (air
minum dan sanitasi) terbangun yang belum berfungsi dan belum diserahterimakan
kepada Pemda. Untuk sektor air minum didominasi oleh permasalahan sumber air
39
baku yang tidak tersedia dan kerusakan pada infrastruktur. Pada sektor sanitasi,
didominasi oleh permasalahan kelembagaan dan pembiayaan operasi dan
pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
2.1.3 Kondisi yang Diharapkan
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan rencana proyek perubahan yang akan
dilakukan, maka kondisi yang diharapkan melalui inovasi proyek perubahan yang
akan dilakukan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang
adalah:
a. Infrastruktur permukiman dapat berfungsi dan diserah terimakan kepada Pemda.
b. Perencanaan dilakukan dengan dilengkapi kajian kelayakan proyek (Feasibility
Study).
c. Infrastruktur permukiman dapat terbangun sesuai dengan perencanaan
sehingga dapat berfungsi secara optimal.
d. Meningkatnya kepedulian dan komitmen Pemerintah Daerah pada
penyelenggaraan infrastruktur permukiman.
Adapun faktor penyebab adanya gap antara kondisi eksisting dengan kondisi yang
diharapkan yaitu:
a. Permen PUPR No. 5/PRT/M/2015 tentang pedoman implementasi konstruksi
berkelanjutan belum mengatur mekanisme dan prosedur rehabilitasi dan
optimalisasi aset infrastruktur yang mengalami ketidakberfungsian menjadi
infrastruktur yang berfungsi optimal dan berkelanjutan.
b. Belum terdapat pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
2.1.4 Tujuan Proyek Perubahan
a. Tujuan Jangka Pendek:
i. Melakukan inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak
berfungsi periode (2015-2020), dan pemutakhiran data sebagai masukan
dalam penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi
ii. Menyusun mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah.
40
iii. Menyusun rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah.
b. Tujuan Jangka Menengah:
i. Menyusun rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan
kapasitas fiskal rendah.
ii. Melakukan legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah.
iii. Penguatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building) di lingkungan
Ditjen Cipta Karya terkait Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal
Rendah.
c. Tujuan Jangka Panjang:
Melakukan pendampingan dan evaluasi penerapan SE Direktur Jenderal Cipta
Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah.
2.1.5 Inovasi
Inovasi merupakan suatu pemikiran atau gagasan yang bersifat terobosan (out of
the box) dan tidak dilakukan secara business as usual. Inovasi dan gagasan
perubahan yang diusulkan dalam proyek perubahan ini adalah: “penerapan
Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai Instrumen
untuk Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah”. Inovasi pada proyek perubahan ini
merupakan respon atas gap bahwa Permen PUPR Nomor 5 tahun 2015 tentang
pedoman umum implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan
infrastruktur PUPR belum mengatur secara rinci terkait rencana penyelenggaraan
41
infrastruktur yang berkelanjutan khususnya dalam perencanaan program sehingga
aset yang terbangun dapat berfungsi secara optimal.
Gambar 2.9 Inovasi dan Gagasan Perubahan Sumber: Hasil Analisis (2021)
42
2.1.6 Alur Pikir Proyek Perubahan
Gambar 2.10 Alur Pikir Proyek Perubahan Sumber: Hasil Analisis (2021)
43
2.2 Analisis Stakeholder
Menentukan dan mengidentifikasi stakeholder utama dan kunci, merupakan bagian
penting dalam suatu proyek perubahan (Soesilo, 2000). Setiap stakeholder perlu
diidentifikasi berdasarkan dampak, manfaat, dan kepentingan. Selanjutnya
berdasarkan identifikasi dibuat pemetaan (mapping) berdasarkan kepentingan dan
sumber daya.
Berdasarkan hasil identifikasi, stakeholder pada proyek perubahan ini terdiri atas
stakeholder internal dan eksternal, yaitu:
a. Stakeholders Internal:
i. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR
ii. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR
iii. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi
iv. Direktur Jenderal Cipta Karya
v. Sekretaris Ditjen Cipta Karya
vi. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya
vii. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya
viii. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman,
Ditjen Cipta Karya
ix. Kepala Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman, Ditjen Cipta Karya
x. Kepala Subdirektorat Strategi, Program, dan Anggaran, Ditjen Cipta Karya
xi. Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Ditjen Cipta Karya
xii. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum,
Ditjen Cipta Karya
xiii. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sanitasi, Ditjen Cipta Karya
xiv. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah.
b. Eksternal :
i. Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman, Deputi Bidang Sarana dan
Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas
ii. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
44
iii. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen Anggaran,
Kementerian Keuangan
iv. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum, Agraria dan Tata Ruang, Ditjen
Anggaran, Kementerian Keuangan
v. Pemerintah Daerah
Tabel 2.6 Deskripsi Pemangku Kepentingan
Pemangku Kepentingan Peran dalam Proyek Perubahan
1. Internal a. Sekretaris Jenderal
Kementerian PUPR
a. Berkontribusi dalam peningkatan kinerja aset BMN dan upaya percepatan serah terima aset
b. Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR
b. Berkontribusi dalam peningkatan kinerja aset BMN, percepatan upaya serah terima aset, akuntabilitas dan penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
c. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi
c. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi untuk pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari aspek ekonomi dan investasi
d. Direktur Jenderal Cipta Karya d. Mengesahkan dan menetapkan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dengan legal based Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya
e. Sekretaris Ditjen Cipta Karya e. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
f. Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya
f. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi terkait kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
g. Direktur Sanitasi, Ditjen Cipta Karya
g. Berkontribusi dalam perumusan kebutuhan regulasi terkait kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
h. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya
h. Perumusan kebutuhan regulasi dan skala prioritas pemrograman infrastruktur permukiman, termasuk sistem penanganan infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi dan belum diserah terimakan kepada pemerintah daerah
i. Kepala Subdirektorat Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya selaku Project Leader
i. Memimpin pelaksanaan proyek perubahan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan serta mengkoordinasikan tim proyek perubahan dari awal sampai akhir kegiatan
45
Pemangku Kepentingan Peran dalam Proyek Perubahan
j. Kepala Subdirektorat Strategi, Program, dan Anggaran, Ditjen Cipta Karya
j. Berkontribusi dalam perumusan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari aspek proses penganggaran
k. Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Ditjen Cipta Karya
k. Penyiapan dan koordinasi penyusunan legal draft pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
l. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Minum, Ditjen Cipta Karya
l. Berkontribusi terhadap pemberian masukan dalam penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
m. Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Sanitasi, Ditjen Cipta Karya
m. Berkontribusi terhadap pemberian masukan dalam penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
n. Balai Prasarana Permukiman Wilayah
n. Perumusan kebutuhan regulasi tentang kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari sisi pengguna
2. Eksternal a. Direktur Perumahan dan
Permukiman, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas
a. Koordinasi pengembangan kerangka regulasi, kelembagaan, dan ketercapaian pemenuhan target RPJMN 2020-2024 di bidang perumahan dan permukiman, termasuk infrastruktur sektor air minum dan sanitasi
b. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
b. Koordinasi dan fasilitasi pemetaan urusan pemerintahan dan penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
c. Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan
c. Berkontribusi dalam proses penganggaran pemerintah pusat terkait penyiapan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
d. Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum, Agraria dan Tata Ruang, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan
d. Berkontribusi dalam proses penganggaran pemerintah pusat terkait penyiapan pedoman teknis pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
e. Pemerintah Daerah e. Perumusan kebutuhan regulasi tentang kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dari sisi penerima manfaat dan pengelola hasil kegiatan tersebut
46
Setelah melakukan identifikasi stakeholder, langkah selanjutnya adalah
menganalisis stakeholder. Pada proyek perubahan ini analisis stakeholder dilakukan
dengan membagi stakeholder menjadi empat kelompok/kuadran berdasarkan tingkat
kepentingan dan pengaruhnya yaitu :
a. Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap proyek dan kekuatan untuk
membantu membuatnya berhasil.
b. Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya
dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi proyek
perubahan.
c. Latents, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam proyek
perubahan tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi proyek
perubahan jika mereka menjadi tertarik.
d. Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya proyek perubahan.
47
POWER
HIGH
LATENTS
Pemerintah
• Sekretaris Jenderal PUPR
• Inspektur Jenderal PUPR
• Direktur Jenderal Cipta Karya
• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi
• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas
• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri
• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
• Direktur Air Minum
• Direktur Sanitasi
Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota
• Kepala Daerah
• Kepala Dinas PUPR
PROMOTERS
LOW
APATHETICS
Pemerintah
• Kasubdit KPIP
• Kasubdit SPA
• Kasubdit Rentek Air Minum
• Kasubdit Wilayah Air Minum
• Kasubdit Rentek Sanitasi
• Kasubdit Wilayah Sanitasi
• Kepala BPPW Provinsi
Non Pemerintah
• Lembaga Swadaya Masyarakat
• Masyarakat
• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
DEFENDERS
LOW HIGH
LEVEL OF INTEREST
Gambar 2.11 Diagram Stakeholders Quadrant
50
2.4 TAHAPAN PELAKSANAAN
2.4.1 Jangka Pendek
A
1 PERSIAPAN
1.1 Menginisiasi Pembentukan Tim Efektif
1.2 Mobilisasi Tim
1.3 Pembahasan awal dengan Tim
1.4 Penerbitan SK Tim Efektif
2 MENYUSUN RANCANGAN PROPER
2.1 Melakukan Brainstorming
2.2 Melakukan rapat internal perumusan hasil diskusi dan brainstorming
2.3 Merumuskan metodologi
3 MEMBANGUN KOMITMEN STAKEHOLDER
3.1 Identifikasi stakeholder
3.2 Konsultansi, dialog, diskusi, advokasi
3.3 Rapat tim efektif perumusan pemetaan stakeholder
3.4 Merumuskan pemetaan stakeholder
4 PENYUSUNAN GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
4.1 Diskusi tim efektif dengan para ahli merumuskan inovasi
4.2 Merumuskan gagasan perubahan
4.3 Menyusun rancangan awal proper
5 PENGUMPULAN DATA DAN SURVEY
5.1 Desain survey
5.2 Pengumpulan dan kompilasi data
6 PENYUSUNAN RANCANGAN MEKANISME DAN PROSEDUR REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
6.1 Melakukan FGD dengan seluruh stakeholder
6.2 Menyiapkan rancangan strategi rehabilitasi dan optimalisasi
6.4 Melakukan perbaikan dan pengayaan muatan
6.5 Menyusun rancangan proyek perubahan
7
PENYUSUNAN RANCANGAN SURAT EDARAN (SE) DIRJEN CIPTA KARYA TENTANG
MEKANISME REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
7.1
Penyusunan muatan Surat Edaran (SE) Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan
Optimalisasi
7.2 Pembahasan muatan bersama tim efektif serta bagian hukum dan Komunikasi Publik Ditjen Cipta
Karya
NO KEGIATANM9 M10M10 M11 M12 M11 M12
JANGKA PENDEK
BULAN KE-1 (MARET) BULAN KE-2 (APRIL) BULAN KE-3 (MEI) BULAN KE-4 (JUNI)
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9
Tabel 2.7. Tahapan Pelaksanaan Jangka Pendek
51
2.4.2 Jangka Menengah dan Jangka Panjang
B JANGKA MENENGAH
1Legalisasi Surat Edaran (SE) Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi
2Melakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building ) melalui Sosialisasi SE
Dirjen Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi
C JANGKA PANJANG
1 Memberikan Pendampingan Penerapan SE
3 Evaluasi
NO KEGIATAN2021 2022
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI DESEMBER
Tabel 2.8. Tahapan Pelaksanaan Jangka Menengah dan Jangka Panjang
52
2.5 TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN
Proyek perubahan Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji
Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya telah memiliki Tim Efektif, yang
ditetapkan melalui Surat Keterangan (SK) Direktur Sistem dan Startegi
Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, nomor 31.1/SP/CP/2021 tentang
pembentukan tim efektif Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya, dengan susunan
tim sebagai berikut:
A. Mentor dan Co-Mentor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Memberikan arahan dan persetujuan terhadap proyek perubahan.
2. Memberikan masukan dan saran dalam mengidentifikasi permasalahan.
3. Memberikan dukungan secara penuh terhadap moril dan materiil kepada
peserta pelatihan dalam mempersiapkan rencana area perubahan dan
rancangan proyek perubahan maupun pelaksanaan yang akan dilakukan.
4. Membantu Project Leader dalam memetakan tahapan dan langkah Proyek
Perubahan yang akan dilaksanakan.
5. Menjelaskan kontrak penyelesaian tugas dan memfasilitasi Project Leader
dalam menyelesaikan permasalahan.
B. Project Leader memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan proyek perubahan.
2. Melakukan kerjasama dan berkoordinasi dengan para stakeholders.
3. Memimpin dan melaksanakan proyek perubahan.
4. Melaporkan perkembangan proyek perubahan kepada Mentor dan Coach.
C. Tim Perumus Strategi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menyiapkan strategi rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur terbangun pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
2. Menyiapkan altenatif pembiayaan pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
53
D. Tim Analis memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Membantu melakukan analisis terkait Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
E. Tim Pengolah Data memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Membantu dalam mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengolah data persiapan
dan pelaksanaan proyek perubahan
F. Tim administrasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Melakukan proses administrasi terkait dengan penyiapan rapat, FGD, sosialisasi,
internalisasi, dan harmonisasi, dokumentasi pelaksanaan proyek perubahan, dan
melakukan tata kelola persuratan.
2.6 OUTPUT
Keluaran dari proyek perubahan ini terdiri atas tiga tahapan, yakni mulai dari
tahapan jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang dengan rincian
sebagaimana berikut:
Tabel 2.9. Output dan Output Kunci Proyek Perubahan
No
Jangka
Waktu Output Output Kunci
1 Jangka
Pendek
(2 bulan)
Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun
yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel
pemutakhiran data sebagai masukan dalam sistem
infromasi air minum dan sanitasi
Rancangan
mekanisme
pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan
optimalisasi
infrastruktur
permukiman
terbangun pada
daerah dengan
kapasitas fiskal
rendah.
2 Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
3 Rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum
dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal
Rendah.
54
No
Jangka
Waktu Output Output Kunci
1 Jangka
Menengah
(6 bulan
s.d 1
tahun)
Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
SE Direktur Jenderal
Cipta Karya tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Rehabilitasi dan
Optimalisasi
Infrastruktur
Permukiman
Terbangun Sektor Air
Minum dan Sanitasi
pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal
Rendah.
2 legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum
dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal
Rendah.
3 Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta
Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah.
1 Jangka
Panjang
(1 – 2
tahun)
Laporan pendampingan dan evaluasi penerapan SE
Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
Laporan
pendampingan dan
evaluasi penerapan
SE Dirjen Cipta Karya
tentang Mekanisme
Rehabilitasi dan
Optimalisasi
Infrastruktur
Permukiman
Terbangun pada
Daerah dengan
Kapasitas Fiskal
Rendah.
2.7 KRITERIA KEBERHASILAN
Kriteria keberhasilan proyek perubahan dengan judul Strategi Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta
Karya, yaitu:
55
1. Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil kajian kelayakan proyek (Feasibility
Study).
2. Infrastruktur permukiman terbangun dapat berfungsi dan diserahterimakan
kepada pemda.
3. Infrastruktur permukiman dapat berfungsi secara optimal
4. Meningkatnya kepedulian dan komitmen Pemerintah Daerah pada
penyelenggaraan infrastruktur permukiman.
2.8 MARKETING SEKTOR PUBLIK
Marketing sektor publik secara umum adalah suatu proses manajemen yang
memiliki peran dalam mengidentifikasi, antisipasi dan memenuhi harapan serta
kebutuhan pelanggan untuk mendapatkan profit. Strategi marketing sektor publik ini
dimaksudkan untuk mendorong peran dan partisipasi stakeholders dalam proyek
perubahan ini yaitu dengan menggunakan strategi marketing 4P (Product, Place,
Price,Promotion) 1C (customer).
Product :
Program Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan
Keberlanjutan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Place:
Cara penyampaian yang efektif dan efisien terkait rancangan proyek perubahan ini
adalah melalui sosialisasi dan capacity building kepada stakeholders terkait dengan
media online dan offline.
Price:
Dalam pelaksanaan program ini menggunakan sumber pembiayaan APBN.
Promotion
Strategi komunikasi dengan menggunakan tagline:
ULIN : “UJI LAYAK INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN”
Customer:
Kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, pihak swasta dan
masyarakat.
56
BAB 3
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
3.1 CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN
Capaian yang dibahas pada bab ini adalah mengenai capaian jangka pendek yang
telah dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2021. Adapun capaian jangka pendek
dari proyek perubahan Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya terdiri
dari:
1. Capaian terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun dan
Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman sebagai masukan untuk
penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi
2. Capaian terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah
3. Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta
Karya Tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
Dalam rangka memenuhi target output yang telah ditetapkan dalam milestones
jangka pendek, penyusun telah melakukan serangkaian Focus Group Diskusi (FGD),
pembahasan, dan diskusi dengan berbagai stakeholders terkait baik stakeholders
eksternal (Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri, dan pemerintah daerah) maupun stakeholders internal (Kementerian
PUPR) melalui proses advokasi dan komunikasi. Rangkaian proses pelaksanaan
Focus Group Diskusi (FGD), pembahasan, dan diskusi dengan berbagai
stakeholders terkait proyek perubahan ini secara lengkap digambarkan pada gambar
3.1.
57
Gambar 3.1 Proses Pelaksanaan FGD, Pembahasan dan diskusi dalam rangka mencapai output yang ditetapkan dalam milestone Proyek Perubahan melalui Advokasi dan Komunikasi kepada stakeholders terkait
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
58
1 Data inventarisasi infrastruktur permukiman
terbangun yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai
masukan dalam sistem infromasi air minum dan sanitasi
2 Rancangan mekanisme
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
3 Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta
Karya tentang Mekanisme
Pendek (2 bulan)
Menengah (6 bulan s.d. 1 tahun)
Panjang (1-2 tahun)
1. Rancangan pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah. 2. legalisasi SE Direktur Jenderal
Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
3. Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah di lingkungan Ditjen
Cipta Karya.
Laporan pendampingan dan
evaluasi penerapan SE
Dirjen Cipta Karya tentang
Mekanisme Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun
pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah.
Pendek (2 bulan)
Menengah
(6 bulan s.d. 1 tahun)
Panjang (1-2 tahun)
1. Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai masukan dalam
sistem infromasi air minum dan sanitasi
2. Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
3. Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
4. Rancangan Surat Edaran (SE)
Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
a. legalisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
b. Terlaksananya sosialisasi SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah di lingkungan Ditjen Cipta Karya.
Laporan pendampingan dan
evaluasi penerapan SE
Dirjen Cipta Karya tentang
Mekanisme Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun
pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah.
Gambar 3.2 Capaian Proyek Perubahan
Target Rencana
Realisasi
Tercapai 100%
Tercapai 100%
Tercapai 100%
*Tercapai
100%
*) Percepatan realisasi output: output jangka menengah yang dituntaskan dalam jangka pendek
59
3.1.1 Capaian Terhadap Data Inventarisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun dan Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman sebagai
masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan
sanitasi
Dalam penyusunan data inventarisasi aset infrastruktur permukiman terbangun
periode 2015-2020, penyusun telah melakukan beberapa kali kegiatan baik melalui
Focus Group Discussion (FGD), diskusi, dan koordinasi dengan berbagai
stakeholder terkait dan berbagai kementerian dan lembaga yakni Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas maupun dengan internal
Kementerian PUPR yakni dengan Direktorat Air Minum dan Direktorat Sanitasi serta
Balai PPW di 34 Provinsi (hasil inventarisasi aset infrastruktur permukiman
terbangun periode 2015-2020 terlampir).
1. Rapat Rekonfirmasi Aset
Dalam menyusun inventarisasi aset infrastruktur permukiman terbangun periode
2015-2020, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Soll Marina,
Tangerang Selatan pada tanggal 18 – 20 April 2021 dengan melibatkan Balai PPW
di 34 Provinsi dan melibatkan narasumber dari berbagai kementerian yakni
Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas. Rapat ini
bertujuan untuk menghasilkan basis data keberfungsian aset Cipta Karya terbangun
pada periode tahun 2015-2020 dalam mendukung kebijakan OPOR (Optimalisasi,
Pemeliharaan, Operasional dan Rehabilitasi) Kementerian 2022, untuk Ditjen Cipta
Karya penerapan OPOR fokus pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi.
62
Gambar 3.3 Rapat Pembahasan Rekonfirmasi Aset Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Selain pembahasan bersama balai PPW di 34 provinsi, kegiatan rekonfirmasi aset
pada Hotel Sol Marina, Tangerang Selatan juga dilakukan sesi pleno dengan
melibatkan stakeholders dari Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri
dan Bappenas.
Gambar 3.4 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Tri Dewi Virgiyanti, ST, MEM, Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
63
Pembahasan bersama Bappenas berfokus pada upaya pemenuhan target RPJMN
2020-2024 melalui rehabilitasi dan optimalisasi bidang air minum dan sanitasi yang
terintegrasi baik melalui pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bappenas
mencatat bahwa capaian di bidang air minum, sanitasi, perumahan dan permukiman
dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang lambat. Salah satu penyebabnya
karena masih banyak infrastruktur terbangun yang belum berfungsi atau belum
serah terima.
Tantangan utama yang menjadi penyebab infrastruktur air minum dan sanitasi yang
belum berfungsi diantaranya adalah adanya keterbatasan pendanaan (refocusing
terkait Covid-19 dan kapasitas pendanaan Pemda masih rendah), sehingga
infrastruktur yang terbangun belum dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, diperlukan
upaya percepatan penyediaan akses melalui rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur terbangun, dengan asumsi biaya untuk optimalisasi infrastruktur
terbangun lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan sistem baru.
Gambar 3.5 Pembahasan Rekonfirmasi Aset dengan Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
64
Pembahasan bersama Kementerian Dalam Negeri melalui Ditjen Bina
Pembangunan Daerah berfokus pada upaya Kebijakan dan Regulasi Pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) melalui Keberlanjutan dan Keberfungsian
Infrastruktur Permukiman Terbangun.
Berdasarkan hasil konsolidasi Data RKPD 2021, telah dilakukan beberapa analisis
dengan hasil sebagai berikut: indikasi pagu untuk pemenuhan SPM PU bidang air
minum dan air limbah adalah 1,55% dan 0,66% dari total indikasi pagu urusan
Pekerjaan Umum; meskipun SPM merupakan prioritas anggaran, fokus pendanaan
urusan Pekerjaan Umum lebih pada Sub Urusan Jalan dan SDA; serta konfirmasi
bagi daerah yang tidak mengalokasian SPM Pekerjaan Umum dalam RKPD Tahun
2021. Dengan kondisi tersebut, diharapkan kerja sama yang lebih baik antara
Kemendagri dengan Kementerian PUPR untuk mendorong pemenuhan SPM pada
prioritas anggaran agar dapat mencapai keberlanjutan dan keberfungsian
infrastruktur terbangun.
Gambar 3.6 Pembahasan Rekonfirmasi Aset bersama Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Fokus pembahasan dengan Kementerian Keuangan, dalam melakukan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun adalah terkait penggunaan
akun 526XXX. Alokasi anggaran yang akan diserahkan kepada masyarakat/Pemda
pada awalnya menggunakan akun 521219 (Belanja Barang Non Operasional
Lainnya), sehingga tidak terlihat konstribusi modal/investasi Pemerintah yang
65
diberikan kepada publik. Dengan adanya akun 526, maka akan terinformasikan
bahwa terdapat pengalihan berupa modal/investasi Pemerintah Pusat kepada
masyarakat/Pemda dala mkerangka mendukung arah kebijakan fiskal Pemerintah.
Akun 526 juga dimaksudkan untuk memfasilitasi K/L yang melaksanakan kegiatan
pemberian bantuan kepada masyarakat yang semula menggunakan akun bantuan
sosial (57).
Berdasarkan overvierw alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya tahun 2017-2021,
alokasi anggaran bantuan pemerintah telah mengalami peningkatan signifikan,
tahun 2017 hanya sebesar Rp 2,2 T menjadi Rp 12,9 T di tahun 2021. Selain itu,
porsi alokasi 526 terhadap pagu total juga meningkat signifikan, dari hanya 13,5% di
tahun 2017 menjadi 50% di tahun 2021.
Pengalihan belanja dari akun 53 ke 526 belum seluruhnya diikuti dengan penetapan
pedoman umum/pedoman teknis sebagaimana dipersyaratkan pada proses bisnis
pelaksanaan bantuan pemerintah.
Gambar 3.7 Data Hasil Rekonfirmasi Aset Sumber: Tim Efektif, 18 – 20 April 2021.
66
Berdasarkan hasil rapat identifikasi aset infrastruktur terbangun yang telah dilakukan
di Hotel Soll Marina, Tangerang Selatan, 18-20 April 2021, diperoleh data yakni
biaya hasil pembangunan infrastruktur permukiman terbangun pada tahun 2015 –
2020 adalah sebesar Rp 47,6 Triliun dengan total paket adalah 5.559 paket. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 2.508 paket atau Rp 16,5 Trliun sudah dilakukan serah
terima.
Infrastruktur permukiman terbangun yang belum serah terima adalah sebanyak
4.051 paket atau Rp 30,8 Trliun belum dilakukan serah terima. Berdasarkan data
infrastruktur permukiman terbangun yang belum dilakukan serah terima terdapat
3.916 paket atau Rp 29,9 Triliun yang sudah berfungsi, sedangkan infrastruktur
permukiman terbangun yang belum serah terima dan belum berfungsi adalah
sebanyak 135 paket atau Rp 909 Miliar.
2. Rapat Updating Rekonfirmasi Aset
Pasca pelaksanaan rapat rekonfirmasi aset di Hotel Soll Marina Serpong pada
tanggal 18-20 April 2020, penyusun melakukan rapat updating rekonfirmasi aset
untuk melakukan pembaharuan terhadap data yang diperoleh. Rapat updating
rekonfirmasi aset dilakukan pada tanggal 17 Mei 2021 bersama dengan Ibu Direktur
Jenderal Cipta Karya dan Para Direktur di lingkungan Ditjen Cipta Karya.
67
Gambar 3.8 Rapat Pembahasan Updating Rekonfirmasi Aset bersama Direktur Jenderal
Cipta Karya dan Para Direktur di lingkungan Ditjen Cipta Karya Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Berdasarkan hasil dari Rapat Updating Rekonfirmasi Aset terdapat pembaharuan
data infrastruktur terbangun 2015-2020 yakni hasil pembangunan infrastruktur
permukiman terbangun pada tahun 2015 – 2020 adalah sebesar Rp 47,07 Triliun
dengan total paket adalah 6.449 paket. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.550 paket
atau Rp 16,8 Trliun sudah dilakukan serah terima. Dari data infrastruktur yang sudah
dilakukan serah terima, terdapat 2.490 paket atau Rp 16,06 Triliun yang sudah
berfungsi. Sedangkan infrastruktur yang sudah serah terima dan belum berfungsi
adalah sebanyak 40 paket atau Rp 281 Miliar.
Infrastruktur permukiman terbangun yang belum serah terima adalah sebanyak
3.899 paket atau Rp 30,01 Trliun belum dilakukan serah terima. Dari data
infrastruktur yang belum dilakukan serah terima terdapat 3.779 paket atau Rp 28,68
Triliun yang sudah berfungsi. Sedangkan infrastruktur yang belum serah terima dan
belum berfungsi adalah sebanyak 120 paket atau Rp 1,52 Miliar.
68
Gambar 3.9 Data Hasil Updating Rekonfirmasi Aset Sumber: Tim Efektif, 18 Mei 2021.
3. Rapat Pemutakiran Data Infrastruktur Permukiman Terbangun sebagai
Masukan Dalam Sistem Informasi
Pelaksanaan dari pemutakhiran data infrastruktur permukiman terbangun,
merupakan tugas dari sektor terkait yakni air minum dan sanitasi melalui tools SIM
SPAM dan SI INSAN. Saat ini, Ditjen Cipta Karya telah memiliki sistem informasi
sektor air minum dan sektor sanitasi. Untuk sektor air minum yaitu Sistem Informasi
Manajemen Sistem Penyediaan Air Minum (SIMSPAM) dan untuk sektor sanitasi
yaitu Sistem Informasi Sanitasi (SIINSAN). Di dalam SIMSPAM dan SIINSAN
tersebut, telah terdapat fitur terkait data infrastruktur permukiman terbangun. Namun
demikian, untuk SI-INSAN belum memuat secara rinci terkait informasi tentang
kondisi infrastruktur permukiman terbangun, seperti: status keberfungsian, status
BMN, dan kelengkapan dokumen serah terima aset. Sedangkan untuk SIMSPAM
telah terdapat fitur yang memuat tentang kondisi keberfungsian infrastruktur
permukiman terbangun, namun data yang disajikan belum up to date dan perlu
dilengkapi dengan dokumentasi. Sistem informasi tersebut perlu untuk
dimutakhirkan dengan fitur yang dapat menginformasikan kondisi teraktual dari
infrastruktur permukiman terbangun.
69
Tim efektif melakukan penyusunan rekomendasi teknis perbaikan platform sistem
informasi infrastruktur permukiman sektor air minum (Sistem Informasi Manajemen
Sistem Penyediaan Air Minum/SIMSPAM) dan sanitasi (Sistem Informasi
Sanitasi/SI-INSAN) untuk mengakomodasi kebutuhan inventarisasi keberfungsian
aset infrastruktur. Penyusun telah menyelesaikan masukan untuk sistem informasi
tersebut yakni sebagai berikut:
Gambar 3.10 Pemutakhiran Data infrastruktur permukiman terbangun sebagai masukan untuk penyiapan fitur dalam sistem informasi air minum dan sanitasi
bersama Direktorat Air Minum dan Direktorat Sanitasi Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
70
Tabel 3.1 Format Data Isian untuk Inventarisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun (Sebagai Masukan untuk Penyiapan Fitur dalam Sistem Informasi Air Minum dan Sanitasi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
30 xxx - - - - - - - -
xxx - - - - - - - -
Sudah Serah Terima Belum Serah Terima Sudah Serah Terima Belum Serah Terima
Jumlah Paket
Tahapan Proses
Serah Terima Aset*
(1a/1b/2a/2b/3a/3b/ 4a/4b/5a/5b)
Nomor Urut Pendaftaran
(NUP) Permasalahan Tindak LanjutNo Provinsi Sektor Tahun Nama Paket
Sudah Berfungsi Belum Berfungsi
Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu) Jumlah Paket Pagu (Rp. Ribu)
Keterangan pengisian: Tabel ini diisi dengan aset yang terbangun pada tahun 2015-2020, dengan panduan sebagai berikut: 1. Isikan Kabupaten/Kota pada kolom 2 2. Pada kolom 5 (nama paket), apabila terdapat perubahan/penyempurnaan nama paket, harap tuliskan nama paket tersebut dengan lengkap. 3. Pada kolom 7, 9, 11 dan 13 berisi besaran pagu (teks berwarna merah) mohon dapat disesuaikan dengan kondisi status aset (sudah atau belum diserahterimakan) dan
kondisi keberfungsian status terakhir. Apabila terjadi perubahan, mohon dapat disesuaikan data yang terdapat pada kolom 7, 9, 11 atau 13 sesuai dengan status terakhir. Data besaran pagu yang telah update berdasarkan status terkahir, diubah warna teksnya menjadi hitam, Contoh : Kegiatan A, statusnya saat pelaporan sebesar Rp. X termasuk dalam aset yang belum berfungsi dan belum diserahterimakan (data terisi di kolom 13, berwarna merah). Saat ini statusnya masih belum berfungsi namun sudah diserahterimakan, maka data tersebut (Rp. X) harap diubah/disesuaikan (dipindahkan) dari kolom 13 ke kolom 11. Dan setelah dipastikan sesuai dengan kondisi terakhir, teks besaran pagunya diubah menjadi warna hitam.
4. Pada kolom 14, isikan tahapan proses serah terima aset berdasarkan kondisi terakhir, dengan kodefikasi sebagai berikut: Tahapan Proses Serah Terima Aset A. Proses Melengkapi Dokumen
i. Daftar BMN yang akan dihibahkan ii. Penelitian dan Verifikasi oleh Tim Internal
B. Dokumen Lengkap i. Pengajuan Usulan Hibah dari Satuan Kerja ii. Pengajuan Usulan Hibah dari PPB-Eselon I kepada Pengguna Barang
C. Proses Persetujuan Hibah i. Persetujuan/Penolakan Hibah ii. Penyampaian Persetujuan Hibah dari PPB-Eselon I ke Balai
D. Berita Acara Serah Terima i. Proses Penandatanganan Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima oleh Penerima Hiba ii. Proses Penandatanganan Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima oleh PPB-Eselon I
E. Berita Acara Serah Terima i. Penetapan SK Penghapusan BMN
5. Penghapusan BMN dari Aplikasi SIMAK BMN 6. Pada kolom 15, isikan nomor urut pendaftaran aset (NUP)Pada kolom 16 dan 17, isikan permasalahan dan tindak lanjut terkait dengan penyebab belum/tidak berfungsinya
infrastruktur dimaksud.
71
3.1.2 Capaian Terhadap Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Capaian jangka pendek yang ketiga adalah tersusunnya Rancangan Mekanisme
Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Mekanisme pelaksanaan
ini dibutuhkan sebagai salah satu tahapan dalam merumuskan rancangan Surat
Edaran (SE) Direktur Cipta Karya untuk menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
1. Focus Group Discussion Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama Bappenas
Dalam menyusun rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) melaui zoom meeting
dengan melibatkan Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas yang
dilaksanakan pada 24 Mei 2021.
Pembahasan dimulai dari identifikasi tantangan di bidang perumahan dan
permukiman yang memiliki permasalahan bersifat multidimensional dan
multifungsional yang menyangkut berbagai dimensi yaitu fisik, ekonomi, sosial dan
budaya. Ketersediaan infrastruktur permukiman yang memadai dan
berkesinambungan merupakan kebutuhan dasar dan prioritas untuk dapat
mendukung pemenuhan target pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
perekonomian dan kesejahteran masyarakat. Dalam menjawab tantangan tersebut,
dibutuhkan sinergi yang kuat antar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
Sinergi tersebut dapat terwujud melalui penguatan aspek kelembagaan dalam
seluruh rangkaian proses penyelenggaraan bidang perumahan dan permukiman.
Pemenuhan target RPJMN 2020-2024 bidang perumahan dan permukiman,
khususnya pada sektor air minum dan sanitasi juga dihadapkan pada masalah
ketidakberfungsian dari infrastruktur yang telah terbangun disebabkan berbagai
aspek yaitu ketidaktersediaan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan oleh
Pemda, kerusakan teknis dari infrastruktur terbangun, dan permasalahan regulasi
72
maupun kelembagaan yang menyebabkan pengoperasian infrastruktur terbangun
tidak dapat dilakukan secara optimal. Hal ini dinilai dapat menghambat pencapaian
pemenuhan target RPJMN 2020-2024 yang menargetkan 100% akses air minum
dan 90% akses sanitasi pada akhir tahun 2024.
Direktorat Perumahan dan Permukiman, Bappenas sebagai stakeholder utama
pengampu RPJMN 2020-2024, memiliki peran untuk mengawal ketercapaian target
dalam dokumen tersebut. Salah satu aspek penting dalam pemenuhan target
nasional adalah melalui pembinaan kepada pemerintah daerah. Penguatan peran
pemda perlu didorong salah satunya melalui penguatan kelembagaan di daerah.
Keberadaan Pokja PKP sebagai wadah koordinasi dan kolaborasi menjadi hal yang
penting untuk membahas isu dan alternatif penanganan bidang perumakan dan
kawasan permukiman.
Gambar 3.11 FGD Dukungan Kelembagaan Daerah terhadap Rehablitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun bersama Bappenas
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Bentuk penguatan kelembagaan dalam rangka mendorong peran pemda salah
satunya dapat dilaksanakan melalui penguatan perencanaan pembangunan
diantaranya melalui feasibility study untuk pembangunan infrastruktur di kawasan
permukiman seperti air minum dan sanitasi, serta mendorong komitmen pemda
dalam melaksanakan operasionalisasi dan pemeliharaan infrastruktur terbangun.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi dan
73
optimalisasi infrastruktur terbangun perlu didorong melalui penguatan kelembagaan
di daerah, salah satunya melalui Pokja PKP.
2. Focus Group Discussion Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman
melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
bersama Kementerian Dalam Negeri
Dalam menyusun rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi, telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) terkait pembahasan
Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama
Kementerian Dalam Negeri, yang dilaksanakan pada 25 Mei 2021. Kementerian
Dalam Negeri menekankan kepada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
terhadap kebutuhan pokok air minum sehari-hari yang memenuhi prinsip
pemenuhan dua kriteria dari 4 kriteria dalam 4K yaitu kuantitas dan kualitas.
Kuantitas air minum berdasarkan SPM adalah 60 liter/orang/hari dan kualitas yaitu
tidak keruh, bewarna, berasa, berbusa dan berbau. Penyediaan pelayanan
pengolahan air limbah domestik yang diamanatkan dalam SPM adalah pelayanan
dengan standar akses dasar untuk permukiman perdesaan dengan kepadatan 25
jiwa/Ha dan akses aman untuk perukiman perdesaan untuk kepadatan lebih dari 25
jiwa/Ha dan seluruh wilayah perkotaan.
Pemenuhan SPM masih menjadi tantangan bagi daerah, terutama pada
kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah. Ketidaktersediaan dana
APBD untuk membiayai operasional dan pemeliharaan dari infrastruktur air minum
dan air limbah domestik terbangun menjadi permasalahan dalam menjamin
keberlanjutan layanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, pemenuhan SPM di
daerah memerlukan perhatian dan intervensi pada daerah yang memiliki fiskal
rendah, untuk dapat lebih didorong melalui skema pendanaan alternatif dalam
rangka memanfaatkan infrastruktur yang terbangun.
Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai Pembina teknis sektor air minum dan air
limbah domestik memiliki peranan dalam mendorong pemerintah daerah dalam
memenuhi SPM. Melalui kegiatan rehabilitai dan optimalsiasi infrastruktur
permukiman terbangun dapat meningkatkan pemenuhan SPM bidang air minum dan
74
sanitasi, sehingga dibutuhkan pedoman dalam rangka penyelenggaraan hal
tersebut.
Gambar 3.12 FGD Pemenuhan SPM Infrastruktur Permukiman melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah dengan Kementerian Dalam Negeri Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
75
3.1.3 Capaian Terhadap Rancangan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Dalam melakukan penyusunan rancangan pedoman mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, penyusun telah melakukan beberapa kali
pembahasan dengan stakeholders terkait.
1. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui Pelaksanaan
Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada
Daerah Dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Gambar 3.13 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Kalimantan Barat melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021, melalui Zoom Meeting dan
dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah
daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyuusn
melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan
untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
76
2. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi NTB melalui Pelaksanaan Rehabilitasi
dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah
Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan
dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah
daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyuusn
melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan
untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
Gambar 3.14 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Pada Daerah Dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
3. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
FGD ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan
dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah
77
daerah di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada rapat ini, penyusun
melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan
untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
Gambar 3.15 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Sumatera Utara melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
78
4. Focus Group Discussion Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air
Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan Rehabilitasi
dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah
FGD ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2021, melalui Zoom Meeting dan
dihadiri oleh Kementerian PPN/Bappenas, Ditjen Cipta Karya serta pemerintah
daerah di lingkungan Provinsi Riau. Pada rapat ini, penyusun melakukan diskusi
dan pembahasan terkait proyek perubahan dan bertujuan untuk mendapatkan
masukan terhadap rancangan pedoman mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah.
Gambar 3.16 FGD Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi (PPAS) Provinsi Riau melalui Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
79
5. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
bersama Direktorat Sanitasi
Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,
Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan
bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman
mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Pada pembahasan ini, Kasubdit
Wilayah I, Direktorat Sanitasi, menyampaikan bahwa dalam melakukan
rehailitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah, sangat perlu untuk memastikan dukungan dari
pemerintah daerah terkait operasi dan pemeliharaan infrastruktur air minum
berjalan sesuai dengan rencana.
80
Gambar 3.17 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
dengan Direktorat Sanitasi (Kasubdit Wilayah I) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
6. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
dengan Direktorat Air Minum (Kasubdit Wilayah I)
Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,
Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan
bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman
mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Pada pembahasan ini, Kasubdit
Wilayah I menyampaikan bahwa dalam melakuakn rehailitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah, sangat perlu untuk memastikan dukungan dari pemerintah daerah
terkait operasi dan pemeliharaan infrastruktur air minum berjalan sesuai dengan
rencana.
81
Gambar 3.18 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
dengan Direktorat Air Minum (Kasubdit Wilayah I) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
7. Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor Air Minum dan
Sanitasi pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah di Provinsi
Sumatera Utara
Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2021, di gedung Citpta Karya,
Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan dan
bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman
mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
82
Gambar 3.19 Pengelolaan Program Pengendalian Pembangunan sektor Air Minum dan Sanitasi pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah di Provinsi Sumatera Utara
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
8. Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan, Operasi dan
Rehabilitasi (OPOR) dengan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR
Pembahasan ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 24 Juni 2021, melalui
aplikasi zoom meeting, membahas upaya penerapan OPOR di Kementerian
PUPR, khususnya di Ditjen Cipta Karya. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan penyiapan pelaksanaan OPOR di Ditjen Cipta Karya khususnya
pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi sekaligus menyampaikan gagasan
proyek perubahan yang disusun oleh tim efektif.
Gambar 3.20 Rapat Upaya Penerapan Optimalsiasi, Pemeliharaan, Operasi dan Rehabilitasi (OPOR) bersama Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
83
9. Pembahasan Rancangan Pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan
Pemutakhiran Sistem Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM)
Pembahasan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2021, di gedung Citpta
Karya, Penyusun melakukan diskusi dan pembahasan terkait proyek perubahan
dan bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan pedoman
mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dan Pemutakhiran Sistem Informasi
Manajemen SPAM (SIM SPAM).
84
Gambar 3.21 Pembahasan Rancangan Pedoman Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dan Pemutakhiran
Sistem Informasi Manajemen SPAM (SIM SPAM) Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Penyusun telah menyelesaikan rancangan pedoman tersebut dengan melakukan
proses diskusi dan koordinasi terhadap stakeholder terkait (rancangan mekanisme
terlampir). Adapun muatan yang disusun dalam rancangan mekanisme tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bab I
Bab I memuat latar belakang pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
2. Bab II
Bab II memuat tentang kriteria dan ruang lingkup dalam melakukan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan
kapasitas fiskal rendah.
3. Bab III
Pada Bab III memuat mengenai tahapan yang dilakukan dalan melakukan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah, yang terdiri dari:
a. Tahap persiapan rehabilitasi dan optimalisasi
85
b. Tahap perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi
c. Tahap pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi
d. Tahap pengawasan rehabilitasi dan optimalisasi
e. Tahap paska rehabilitasi dan optimalisasi
4. Bab IV
Pada Bab IV memuat mengenai pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan
optimalisasi.
Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari proyek perubahan ini,
namun untuk dokumen rancangan pedoman dimaksud dicetak secara terpisah
dengan laporan proyek perubahan.
3.1.4 Capaian Terhadap Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal
Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan
Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
Capaian jangka pendek yang keempat adalah tersusunnya Rancangan Surat
Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum
dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Rancangan SE ini
dibutuhkan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
Penyusun telah menyelesaikan rancangan SE ini.
1. Pembahasan dengan Tim Efektif dalam rangka penyusunan Rancangan
Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah
Pembahasan penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta
Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan
86
Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif dilakukan mulai minggu pertama
bulan Juni hingga minggu terakhir bulan Juni 2021.
88
Gambar 3.22 Pembahasan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Mekanisme Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah bersama Tim Efektif Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
89
2. Pembahasan dengan Bagian Hukum dan Komunikasi Publik, Setditjen Cipta
Karya, dalam rangka penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur
Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan
Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
Penyusun telah melakukan pembahasan bersama Kepala Bagian Hukum dan
Komunikasi Publik, Subkor dan staf di lingkungan Sesditjen Cipta Karya dalam
rangka penyusunan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya
tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah pada hari Selasa, 22 Juni 2021.
91
Gambar 3.23 Pembahasan Rancangan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
92
Yth,
1. Para Pimpinan Tinggi Pratama;
2. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
SURAT EDARAN
Nomor : SE/DC/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN SEKTOR AIR MINUM DAN SANITASI
PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS FISKAL RENDAH
A. UMUM
Salah satu fokus kebijakan Menteri PUPR adalah memfungsikan aset infrastruktur yang tidak berfungsi melalui strategi Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi (OPOR). Dalam rangka mendukung kebijakan Menteri PUPR tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan fokus pelaksanaan pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi. Hal ini dikarenakan infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola melalui operasi dan pemeliharaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
B. DASAR PEMBENTUKAN
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6624);
DRAFT
93
5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6626);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2013 Nomor 470);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1154);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2017 Nomor 456);
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1758);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 554).
C. MAKSUD DAN TUJUAN Surat edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu: Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Surat Edaran ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan, pemrograman, dan
penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;
2. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.
D. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup surat edaran ini adalah tata cara pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi melalui penetapan skala prioritas penanganan, penyusunan dokumen kaji ulang kelayakan, dan penyusunan Detail Engineering Design (DED) rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur yang dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah). Tipologi infrastruktur permukiman yang menjadi Ruang lingkup dalam SE ini, terdiri atas: 1. Infrastruktur penyediaan air minum perpipaan skala layanan ibukota kecamatan (SPAM
IKK) atau lebih; 2. Infrastruktur pengolahan air limbah domestik (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/IPLT
dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik/IPALD); 3. Infrastruktur pemrosesan sampah akhir (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah/TPA).
DRAFT
94
E. MATERI MUATAN
Pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah fiskal rendah dalam Surat Edaran ini memiliki beberapa materi muatan yang terdiri atas: a. Kriteria dan ruang lingkup rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
b. Tahapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
c. Pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
F. PELAKSANAAN
Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah secara rinci tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
G. PENUTUP Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih.
Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,
Ir. DIANA KUSUMASTUTI, M.T NIP. 196707171996032002
Tembusan: 1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 2. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 3. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR.
DRAFT
95
3.2 PELAKSANAAN STRATEGI MARKETING
Pemasaran merupakan proses penawaran dan pertukaran barang dan jasa yang
bernilai antara pemangku kepentingan dalam rangka memenuhi kebutuhan individu
dan/atau organisasi (Kotler, 2009). Strategi pemasaran yang digunakan dalam
proyek perubahan ini, dirumuskan berdasarkan teori Marketing Mix dalam rangka
mencapai target-target yang spesifik, terukur, relevan dengan arahan kebijakan,
realistis, dan memiliki timeline yang jelas. Marketing mix meliputi 5 (lima) elemen
sebagai berikut (Goi, 2009; Hawkins, 2010; The Marketing Mix, 2012; Tjiptono,
2015).
1. Product (hasil kerja)
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya merupakan
inovasi dalam kegiatan optimalisasi dan rehabilitasi aset infrastruktur permukiman
pada daerah dengan kendala kapasitas fiskal rendah. Produk dalam proyek
perubahan ini terdiri dari:
a. Data inventarisasi infrastruktur permukiman terbangun yang tidak
berfungsi periode (2015-2020) dan tabel pemutakhiran data sebagai
masukan dalam sistem infromasi air minum dan sanitasi
b. Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah.
c. Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah.
d. Rancangan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas
Fiskal Rendah.
2. Price (harga)
Untuk menentukan investasi APBN yang diperlukan untuk Revitalisasi
(Rehabilitasi dan Optimalisasi) Infrastruktur Permukiman Terbangun yang belum
berfungsi sehingga dapat dioperasionalkan pada skala ekonomi yang sesuai
96
dengan kemampuan pembiayaan Pemda untuk menjamin keberlajutan
pengembangan dan pemanfaatan sistem.
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya mampu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan APBN untuk kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur permukiman terbangun, dalam
tahap perencanaan dan pemrograman. Selain itu, untuk sektor air minum dan
sanitasi, kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi mampu meningkatan pendapatan
tarif pengguna sebagai akibat perluasan cakupan layanan yang pada gilirannya
mengurangi beban APBD dalam menanggung biaya operasi dan pemeliharaan
aset infrastruktur permukiman terbangun.
Penyusunan Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, dilaksanakan melalui dana APBN yang
berasal dari DIPA Balai Prasarana Permukiman Wilayah.
3. Place (media pemasaran)
Media online dan offline dioptimalkan pemanfaatannya untuk menjaring aspirasi
dan menggalang dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap realisasi
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya sebagai bagian
tahap perencanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur
permukiman terbangun, khususnya sektor air minum dan sanitasi. Media online
yang digunakan meliputi website, zoom meeting, Sistem Informasi Manajemen
Sistem Penyediaan Air Minum (SIMSPAM), dan Sistem Informasi Sanitasi (SI-
INSAN) untuk mempersuasi para pemangku kepentingan dalam mendukung
implementasi Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Adapun pembahasan masukan atau permasalahan yang bersifat kualitatif terkait
realisasi proyek perubahan, diwadahi oleh berbagai media offline berupa Focus
Group Discussion (FGD) secara luring dan bimbingan teknis yang didukung
peninjauan lapangan.
4. Promotion (proses penawaran)
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur Bidang Cipta Karya dipromosikan
kepada para pemangku kepentingan menggunakan tagline ULIN sehingga akan
lebih mudah diingat. Selain itu, berbagai manfaat dan prosedur yang jelas dari
97
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya
yang merupakan inovasi pada proyek perubahan ini dipromosikan kepada
stakeholders terkait melalui advokasi dan komunikasi gagasan dengan
melakukan serangkaian FGD, rapat pembahasan dan diskusi dengan
stakeholders terkait, secara luring dan daring.
5. Customer (pelanggan)
Perilaku dan berbagai keputusan dari konsumen akan mempengaruhi proses
pemasaran dari barang dan jasa. Oleh karena itu, pemetaan pemangku
kepentingan untuk mengidentifikasi aktor-aktor kunci menjadi penting untuk
dilaksanakan. Dalam proyek perubahan ini proses pemetaan stakeholders
berdasarkan kapasitas kewenangan dan ketertarikan terhadap proyek perubahan
dilaksanakan berdasarkan stakeholder quadrant diagram yang terdiri atas empat
katagori yakni Promoters, Defenders, Latents dan Apathetics. Berdasarkan
proses advokasi dan komunikasi gagasan yang telah dilaksanakan oleh tim
efektif, terjadi perpindahan stakeholders dari katagori latents menjadi promotors
dan dari apathetic menjadi defender. Perpindahan quadrant ini, merupakan
sebuah keberhasilan bagi tim efektif dalam meningkatkan ketertarikan dan
dukungan stakeholders terhadap proyek perubahan ini.
3.3 PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEMBELAJARAN
Pemberdayaan organisasi pelaksanaan dalam proyek perubahan Strategi
Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan
Revitalisasi Infrastruktur bidang Cipta Karya menggunakan metode 5M (Man,
Machine, Money, Method dan Material). Adapun 5M adalah faktor produksi utama
yang dibutuhkan oleh suatu organisasi agar dapat beroperasi secara maksimal.
98
Gambar 3.24 Metode 5 M Sumber: Tim Efektif, 2021
1. Man (sumber daya manusia)
Hal ini merujuk kepada pemanfaatan potensi manusia sebagai tenaga kerja.
Proses memimpin, menggerakkan karyawan/bawahan, dan optimalisasi
kontribusi sumber daya manusia menjadi penekanan dalam mengoptimalkan
faktor ini. Oleh karena itu, proses identifikasi subyek pelaksana yang
berfungsi sebagai penggerak tenaga kerja menjadi krusial untuk
mengoptimalkan faktor sumber manusia. Subyek pelaksana dalam proyek
perubahan tersebut mencakup:
▪ Direktorat Sistem dan Strategi Infrastruktur Permukiman Ditjen Cipta
Karya, Kementerian PUPR;
▪ Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;
▪ Direktorat Sanitasi, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;
▪ Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) yang tersebar di setiap
provinsi seluruh Indonesia;
99
▪ Pemerintah daerah.
2. Machine (instrumen atau mesin penggerak)
Mesin penggerak dimaksudkan sebagai peralatan yang dibutuhkan oleh suatu
instansi atau Lembaga untuk melancarkan proses bisnis suatu organisasi.
Machine dari proyek perubahan tersebut berupa pedoman pelaksanaan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah.
3. Method (metode atau prosedur pelaksanaan)
Faktor ini merujuk kepada pilihan prosedur dalam rangka merealisasikan
target-target spesifik dan terukur dari suatu instansi atau organisasi. Adapun
prosedur terpilih untuk merealisasikan proyek perubahan tersebut adalah
mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah kapasitas fiskal rendah berbasis pelaksanaan kaji ulang
kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang cipta karya. Mekanisme tersebut
dipilih karena dapat meningkatkan efektifitas dan efisensi untuk mendorong
kemandirian pemerintah daerah dalam tata kelola infrastruktur permukiman
sesuai amanat Undang-Undang No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Efektifitas tersebut diperoleh dari keringanan biaya operasi dan pemeliharaan
infrastruktur yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah melalui
pemulihan keberfungsian aset dan perluasan cakupan layanan sehingga
menghasilkan tambahan pendapatan.
4. Material (bahan baku)
Hal ini merujuk kepada unsur utama yang akan diolah sehingga
menghasilkan tambahan nilai bagi penerima manfaat atau pelanggan dalam
suatu proses bisnis organisasi atau perusahaan. Terdapat data hasil
inventarisasi keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun periode
tahun 2015-2020 yang menjadi material proyek perubahan tersebut.
100
5. Money (uang/modal)
Untuk menentukan skala prioritas terhadap infrastruktur permukiman yang
akan direhabilitasi dan optimalisasi sehingga pendanaan dapat dialokasikan
secara efektif dan efisien dengan alokasi pendanaan menggunakan DIPA
Satker Pelaksanaan BPPW.
Berdasarkan hasil identifikasi dan pengkajian faktor 5 M yang dijabarkan di atas,
terdapat 2 (dua) proses intervensi untuk memberdayakan organisasi pembelajaran,
yaitu Pengembangan Tim Efektif dan Peningkatan Peran stakeholders.
3.3.1 Pengembangan Tim Efektif
Pelaksanaan proyek perubahan membutuhkan dukungan sumber daya manusia
yang andal untuk mencapai target output yang direncanakan. Untuk itu diperlukan
tim efektif dalam pelaksanaan proyek perubahan. Tim efektif dalam proyek
perubahan ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Sistem dan
Startegi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, nomor 31.1/SP/CP/2021
tentang pembentukan tim efektif Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui
Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Kegiatan yang dilakukan oleh Tim Efektif diantaranya adalah pelaksanaan
serangkaian rapat konsolidasi internal tim efektif, pelaksanaan FGD, pelaksanaan
advokasi dan komunikasi kepada stakeholders baik internal maupun eksternal dan
penyusunan proyek perubahan serta video proyek perubahan.
102
Gambar 3.25 Kegiatan Pengembangan Tim Efektif (Rapat Konsolidasi Internal, FGD, Advokasi dan Komunikasi kepada Stakeholders)
Sumber: Tim Efektif, 2021
3.3.2 Peningkatan Peran Stakeholder
Selama proses penyusunan proyek perubahan, penyusun melakukan berbagai
kegiatan baik berupa Focus Group Discussion (FGD) dan rapat pembahasan proyek
perubahan kepada berbagai stakeholders. Penyusun juga melakukan advokasi dan
komunikasi kepada berbagai pihak baik di level pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Advokasi merupakan bentuk komunikasi persuasif dalam
mempengaruhi para stakeholders untuk dapat mendukung proyek perubahan dan
komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan proyek perubahan kepada
stakeholders.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh penyusun tersebut,
terdapat peningkatan ketertarikan (interest) bagi para pemangku kepentingan
terhadap proyek perubahan yang telah disusun. Adapun stakeholder yang terlibat
pada awalnya masih memiliki ketertarikan yang rendah, seperti yang dipetakan pada
gambar berikut:
103
POWER
HIGH
LATENTS
Pemerintah
• Sekretaris Jenderal PUPR
• Inspektur Jenderal PUPR
• Direktur Jenderal Cipta Karya
• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi
• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas
• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri
• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
• Direktur Air Minum
• Direktur Sanitasi
Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota
• Kepala Daerah
• Kepala Dinas PUPR
PROMOTERS
LOW
APATHETICS
Pemerintah
• Kasubdit KPIP
• Kasubdit SPA
• Kasubdit Rentek Air Minum
• Kasubdit Wilayah Air Minum
• Kasubdit Rentek Sanitasi
• Kasubdit Wilayah Sanitasi
• Kepala BPPW Provinsi
Non Pemerintah
• Lembaga Swadaya Masyarakat
• Masyarakat
• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
DEFENDERS
LOW HIGH
LEVEL OF INTEREST
Gambar 3.26 Diagram Stakheholder sebelum Pelaksanaan Proyek Perubahan
Berdasarkan gambar 3.22 dapat kita ketahui bahwa stakeholder yang berada pada
quadrant latent terdiri dari unsur pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
104
Hal ini berbanding terbalik dengan quadrant promoter yang hanya terdapat 1 (satu)
stakeholder.
Setelah penyusun melakukan pelaksanaan proyek perubahan melalui berbagai
Focus Group Discussion (FGD), rapat pembahasan serta diskusi dengan berbagai
pihak, terjadi peningkatan ketertarikan (interest) terutama bagi stakheholder dari
pemerintah pusat. Dimana terdapat pemindahan dari quadrant latent ke quadrant
promoters.
POWER
HIGH
LATENTS
PROMOTERS
Pemerintah
• Sekretaris Jenderal PUPR
• Inspektur Jenderal PUPR
• Direktur Jenderal Cipta Karya
• Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi
• Direktur Perumahan dan Permukiman, Bappenas
• Direktur SUPD II, Ditjen Bina Bangda, Kemendagri
• Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
• Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
• Direktur Air Minum
• Direktur Sanitasi
Pemerintah Daerah Prov dan Kab/Kota
• Kepala Daerah
• Kepala Dinas PUPR
LOW
APATHETICS
• Lembaga Swadaya Masyarakat
• Masyarakat
• Pelaku usaha Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
DEFENDERS
Pemerintah
• Kasubdit KPIP
• Kasubdit SPA
• Kasubdit Rentek Air Minum
• Kasubdit Wilayah Air Minum
• Kasubdit Rentek Sanitasi
• Kasubdit Wilayah Sanitasi
• Kepala BPPW Provinsi
LOW HIGH
LEVEL OF INTEREST
Gambar 3.27 Diagram Stakheholder sesudah Pelaksanaan Proyek Perubahan
105
Adapun beberapa rapat yang telah dilakukan oleh penyusun dalam upaya untuk
meningkatkan ketertarikan (interest) bagi stakheloder dalam proyek perubahan
Strategi Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada
Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan
Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya adalah sebegai berikut.
1. Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor
Penyusun telah melakukan bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya
selaku Mentor pada tanggal 27 Mei 2021. Pada tanggal tersebut terdapat
beberapa masukan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya
terhadap proyek perubahan yang berjudul Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal
Rendah Melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut:
1. Perlu dipetakan penyebab dari ketidakberfungsian infrastruktur permukiman
terbangun
2. Rehabilitasi dan optimalisasi harus dilakukan sesuai dengan penyebab
ketidakberfungsian
3. Rehabilitasi dan optimalisasi hanya diberikan kepada Pemerintah Daerah yang
berkomitmen
Gambar 3.28 Bimbingan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
106
2. Bimbingan Lanjutan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya selaku Mentor
Bimbingan lanjutan dengan Direktur Jenderal Cipta Karya ini dilakukan pada hari
Kamis tanggal 8 Juni 2021 di Gedung Cipta Karya. Dalam kesempatan ini penyusun
menyampaikan progress atau perkembangan kemajuan proyek perubahan. Direktur
Jenderal Cipta Karya selaku mentor pada kesempatan ini meyampaikan dukungan
atas gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat
pernyataan dukungan).
107
Gambar 3.29 Bimbingan lanjutan dan Konsultasi dengan
Direktur Jenderal Cipta Karya selaku mentor Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
3. Bimbingan Bersama Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaran
Infrastruktur Permukiman, selaku Co-Mentor
Bimbingan proyek perubahan bersama Direktur Sistem dan Startegi
Penyelenggaraan Inrastruktur Permukiman ini, dilakukan pada hari Jumat tanggal 16
Juni 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam rangka memperoleh masukan dan
dukungan terhadap proyek perubahan.
108
Gambar 3.30 Bimbingan dan Konsultasi dengan
Direktur Sistem dan Startegi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, selaku Co-mentor Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021
4. Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim Efektif
Dalam melaksanakan proyek perubahan, penyusun melakukan pembahasan
bersama tim efektif untuk mencapai target output jangka pendek yang telah
ditetapkan. Rapat bersama tim efektif dilakukan selama bulan Mei hingga bulan Juni
2021 di Gedung Cipta Karya.
110
Gambar 3.31 Pelaksanaan Pembahasan Proyek Perubahan bersama Tim Efektif Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
5. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Advokasi dan komunikasi kepada Sekretaris Jenderal Kementeran PUPR ini
dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Juni 2021 di Jakarta. Dalam kesempatan ini
penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan, yakni
berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah kepada. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR,
pada kesempatan ini meyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek
perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).
112
Gambar 3.32 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
113
6. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur Jenderal
Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Advokasi dan komunikasi kepada Inspektur Jenderal Kementeran PUPR ini
dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 Juni 2021 di Jakarta. Dalam kesempatan ini
penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan, yakni
berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah kepada. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR,
pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek
perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).
114
Gambar 3.33 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Inspektur Jenderal Kementerian PUPR dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
115
7. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang
Ekonomi dan Investasi dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Advokasi dan komunikasi kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan
Investasi ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Mei 2021 di Jakarta. Dalam
kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek
perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang
Ekonomi dan Investasi, pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas
gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan
dukungan).
117
Gambar 3.34 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Staf Ahli Menteri PUPR Bidang
Ekonomi dan Investasi dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholder
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
118
8. Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Kementerian Dalam Negeri
dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholders
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan ini dilakukan pada hari
Jumat tanggal 28 Mei 2021 di Kementerian Dalam Negeri. Pada pertemuan
tersebut, penyusun melakukan diskusi bersama dengan Direktur Sinkorinisasi
Urusan Pemerintah Daerah (SUPD) II, Bapak Iwan Kurniawan. Pada awal
pertemuan, Direktur SUPD II mempertanyakan efektivitas dari kaji ulang dalam
proyek perubahan ini. Namun setelah penyusun memberikan penjelasan bahwa
kaji ulang bertujuan untuk menentukan investasi APBN yang diperlukan untuk
Revitalisasi (Rehabilitasi dan Optimalisasi) Infrastruktur Permukiman Terbangun
yang belum berfungsi sehingga dapat dioperasionalkan pada skala ekonomi
yang sesuai dengan kemampuan pembiayaan Pemerintah Daerah.
.
121
Gambar 3.35 Advokasi dan Komunikasi Gagasan kepada Direktur SUPD II, Kementerian Dalam Negeri dalam rangka Peningkatan Peran Stakeholders
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
Direktur SUPD II menyampaikan dukungannya kepada penyusun dan menyatakan
bahwa instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Permukiman yang
menjadi inovasi dalam Proyek Perubahan ini, merupakan solusi yang tepat dalam
pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah. Proyek Perubahan ini
sangat bermanfaat dan sejalan dengan upaya yang dilakukan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal,
khususnya di sektor air minum dan sanitasi dalam rangka keberfungsian dan
keberlanjutan infrastruktur permukiman.
122
9. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit
Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang dan Direktur
Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Kementerian Keuangan
9.a. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Kasubdit Anggaran
Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang ini, dilakukan pada hari Senin
tanggal 31 Mei 2021 di Kementerian Keuangan, dalam rangka memperoleh
masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.
Gambar 3.36 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Kasubdit Anggaran Bidang Pekerjaan Umum Agraria dan Tata Ruang
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
123
9.b. Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada direktur anggaran
bidang perekonomian dan kemaritiman ini, dilakukan pada hari Senin tanggal 31 Mei
2021 di Kementerian Keuangan, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan
terhadap proyek perubahan.
Gambar 3.37 Advokasi dan Komunikasi Gagasan Proyek Perubahan kepada Direktur Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
124
10. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan Permukiman,
Kementerian PPN/Bappenas
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Perumahan
dan Permukiman ini, dilakukan pada hari selasa tanggal 8 Juni 2021, di
Kementerian PPN/Bappenas, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan
terhadap proyek perubahan.
125
Gambar 3.38 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
126
11. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Air Minum ini,
dilakukan pada hari selasa tanggal 27 Mei 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam
rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.
127
Gambar 3.39 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Air Minum Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021
128
12. Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Direktur Sanitasi ini,
dilakukan pada hari selasa tanggal 12 Mei 2021, di Gedung Cipta Karya, dalam
rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan.
Gambar 3.40 Advokasi dan Komunikasi kepada Direktur Sanitasi Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
129
13. Advokasi dan Komunikasi kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta
Karya
Advokasi dan komunikasi gagasan proyek perubahan kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal Cipta Karya ini, dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Mei 2021, di Gedung
Cipta Karya, dalam rangka memperoleh masukan dan dukungan terhadap proyek
perubahan.
Gambar 3.41 Advokasi dan Komunikasi kepada Sesditjen Cipta Karya Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
130
14. Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh
Advokasi dan komunikasi kepada Walikota Banda Aceh ini dilakukan pada hari
Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini
penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap proyek perubahan,
yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman terbangun pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Walikota Banda Aceh, pada kesempatan
ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek perubahan (berupa
video testimoni dan surat pernyataan dukungan).
Gambar 3.42 Advokasi dan Komunikasi kepada Walikota Banda Aceh Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
131
15. Advokasi dan Komunikasi kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota Banda Aceh
Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Banda Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui
Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan
inovasi terhadap proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Banda Aceh,
pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek
perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).
Gambar 3.43 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Kota Banda Aceh
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
16. Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman
Wilayah Aceh
Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah
Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui Zoom Meeting.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan inovasi terhadap
proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Kepala Balai Prasarana
Permukiman Wilayah Aceh, pada kesempatan ini menyampaikan dukungan atas
132
gagasan dalam proyek perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan
dukungan).
Gambar 3.44 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh
Sumber: Dokumentasi Tim Efektif, 2021
133
17. Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Aceh
Advokasi dan komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana
Permukiman Aceh ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 11 Juni 2021 melalui
Zoom Meeting. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan gagasan dan
inovasi terhadap proyek perubahan, yakni berupa kaji ulang kelayakan
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah. Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Aceh, pada
kesempatan ini menyampaikan dukungan atas gagasan dalam proyek
perubahan (berupa video testimoni dan surat pernyataan dukungan).
Gambar 3.45 Advokasi dan Komunikasi kepada Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Aceh Sumber: Dokumentasi Penyusun, 2021
134
3.4 KENDALA DAN STRATEGI DALAM PELAKSANAAN PROYEK
PERUBAHAN
3.4.1 KENDALA DALAM PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
Selama proses pelaksanaan proyek perubahan, terdapat 3 (tiga) kendala yang harus
dihadapi dalam mewujudkan target rencana ouput secara optimal, yang terdiri atas:
A. Belum optimalnya manajemen/pengelolaan data aset infrastruktur
permukiman terbangun
Dalam proses pengumpulan data keberfungsian infrastruktur permukiman,
dihadapkan berbagai kendala, antara lain: keterbatasan waktu pelaksanaan
identfikasi aset, kurang optimalnya manajemen aset di Balai PPW, format
pelaporan belum baku, data aset sangat dinamis sehingga memerlukan
konfirmasi berulang, kendala teknis dan komunikasi saat pelaksanaan
rekonfirmasi aset secara daring, masih terjadi kesalahan input data dari Balai
PPW.
B. Belum ada regulasi yang mengatur mekanisme penyelesaian masalah
ketidak berfungsian aset infrastruktur permukiman, terutama pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah
Berbagai regulasi teknis di bidang cipta karya atau penyelenggaraan
infrastruktur permukiman belum ada yang mengatur secara rinci terkait
revitalisasi keberfungsian aset infrastruktur yang tidak berfungsi. Hal ini menjadi
tantangan yang lebih berat pada pemerintah daerah yang dituntut untuk
menyediakan dana operasi dan pemeliharaan aset infrastruktur permukiman
yang telah diserah terimakan sesuai amanat UU No.23/2014 tentang
Pemerintahan Daerah apabila mereka dihadapkan pada keterbatasan ruang
fiskal.
C. Belum tersinkronisasinya implementasi ketentuan teknis dalam
pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi terkait ruang lingkup
kewenangan tata kelola aset infrastruktur.
Tata kelola aset infrastruktur permukiman, khususnya sektor air minum dan
sanitasi melibatkan peran banyak pihak yang mencakup setidaknya
135
Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PPN/Bappenas,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Bahkan pada lingkup
internal Kementerian PUPR dalam tata kelola sistem penyediaan air minum,
sinkronisasi pelaksanaan Peraturan Menteri PUPR Nomor: 01/PRT/M/2016
tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan
Sumber Daya Air dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor: 27/PRT/M/2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dibutuhkan, terutama
pada pengelolaan unit air baku yang bersumber dari bendungan dan sungai.
3.4.2 STRATEGI DALAM PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
Dalam setiap tahapan milestone ini, beberapa strategi diterapkan untuk mengatasi
berbagai tantangan tersebut yang dirinci sebagai berikut:
a. Optimalisasi pengelolaan/manajemen data aset infrastruktur permukiman
terbangun melalui penyediaan panduan teknis bagi BPPW berupa format baku
pemutakhiran data keberfungsian infrastruktur permukiman dan mekanisme
pelaksanaan pengumpulan data aset infrastruktur terbangun;
b. Merumuskan mekanisme rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui pelaksanaan
pembahasan dengan berbagai stakeholders dengan cakupan yang lebih luas
(misal: Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pelaku usaha Bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman);
c. Penyediaan Standard Operasional Prosedur (SOP) terkait rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas
fiskal rendah melalui advokasi dan komunikasi gagasan kepada stakeholders
terkait.
3.5 FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN
Faktor yang dapat menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan proyek
perubahan antara lain:
a. Adanya dukungan dari stakeholders terkait;
b. Adanya komitmen yang tinggi dari anggota tim efektif proyek perubahan;
c. Peran pimpinan yang mendukung pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan penyusunan proyek perubahan.
136
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan capaian terhadap target output yang telah ditetapkan dalam milestone
proyek perubahan, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Target output pada milestone jangka pendek pada proyek perubahan ini telah
tercapai 100% dan telah dilakukan percepatan terhadap salah satu output
jangka menengah yaitu Rancangan pedoman pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan
kapasitas fiskal rendah yang dapat dicapai dalam jangka pendek.
2. Strategi marketing dalam proyek perubahan ini dilakukan dengan advokasi dan
komunikasi, melalui serangkaian rapat pembahasan, FGD, dan diskusi dengan
berbagai stakeholders. Strategi ini berhasil mencapai tujuannya yaitu
meningkatnya ketertarikan (interest) dan dukungan dari stakeholders terkait baik
stakeholders eksternal seperti Kementerian Dalam Negeri, Bappenas,
Kementerian Keuangan dan Pemda maupun stakeholders di Kementerian
PUPR, yang ditunjukkan dengan adanya dukungan dari berbagai stakeholders
(bukti dukungan stakeholders terlampir).
3. Pemberdayaan organisasi pembelajaran telah diimplementasikan secara optimal
dalam proyek perubahan ini melalui penerapan konsep 5 M (man, money,
material, methode, machine) dan melaksanakan upaya continuous improvement.
4.2 REKOMENDASI
1. Perlu dikawal hingga tuntas penyelesaian /legalisasi rancangan Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah dengan tetap melakukan
koordinasi dengan berbagai pihak guna penyelesaian reguasi tersebut.
2. Perlu dilakukan sosialisasi, pendampingan dan fasilitasi kepada stakeholders
terkait dalam penerapan SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
137
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
3. Perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan Surat Edaran Direktur Jenderal
Cipta Karya tentang Mekanisme pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas
fiskal rendah.
4.3 LESSON LEARNED
1. Keberhasilan dalam mencapai target output proyek perubahan memerlukan
komitmen yang kuat melalui kedisplinan pelaksanaan jadwal kegiatan yang
telah direncanakan, kerja sama yang baik dalam tim efektif, dan koordinasi
intensif dengan seluruh stakeholders.
2. Strategi marketing merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan proyek perubahan. Strategi marketing
dilaksanakan oleh tim efektif secara optimal melalui proses advokasi dan
komunikasi kepada berbagai stakeholders baik stakeholders internal maupun
eksternal sehingga proyek perubahan dapat diterima dengan baik dan
mendapat dukungan penuh dari seluruh stakeholders.
3. Sumber daya manusia merupakan komponen utama organisasi yang
berperan penting dalam pelaksanaan proyek perubahan. Pemberdayaan
organsisasi dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya tim
efektif termasuk dalam hal advokasi dan komunikasi terhadap stakeholders
terkait.
138
DAFTAR REFERENSI
1. Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Perumahan
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi mendefinisikan infrastruktur berkelanjutan
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum
6. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
8. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 /PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah
10. Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan Sistem Pengeloahan Air Limbah 2015, Bagian A, tahapan proses penyusunan studi kelayakan peneyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah, Jakarta
11. Pedoman Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Penyelenggaraan Prasarana dan Srana Persampahan 2015, Bagian A, tahapan proses penyusunan studi kelayakan peneyelenggaraan prasarana dan sarana Persampahan, Jakarta
12. Goi, C. L. 2009. A review of Marketing Mix: 4Ps or More? International Journal of Marketing Studies, 1(1): 2-14.
13. Hawkins, D.I., dan Mothersbaugh, D.L. 2010. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. 11th edition. McGraw-Hill, Irwin.
14. Morita, M. dan Harni, B. 2006. Kajian Motivasi Kerja dan Produktivitas Karyawan. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 8(2), pp.12-18.
15. Tjiptono, F. 2015. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. 16. Ulfa, Henny Maria, 2018. Analisis Unsur Manajemen dalam Pengolahan Rekam
Medis di Rumah Sakit TNI AU-LANUD Roesmin Nurjadin. JurnalKesmas, 1(1), pp. 20-25.
139
LAMPIRAN 1. Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
2. Lembar Kendali Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
3. Surat Dukungan Stakeholders 4. SK Tim Efektif 5. Lampiran Dokumentasi Bimbingan dan Konsultasi Proyek Perubahan
dan Notulensi Pembahasan Proyek Perubahan 6. Data Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi belum Berfungsi pada
Kabupaten Kota dengan Kapasitas Fiskal Rendah Periode 2015-2020
7. Surat Undangan Terkait Pelaksanaan Proyek Perubahan 8. Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
140
LAMPIRAN I
Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
141
Yth,
3. Para Pimpinan Tinggi Pratama;
4. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
SURAT EDARAN
Nomor : SE/DC/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN SEKTOR AIR MINUM DAN SANITASI
PADA DAERAH DENGAN KAPASITAS FISKAL RENDAH
H. UMUM
Salah satu fokus kebijakan Menteri PUPR adalah memfungsikan aset infrastruktur yang tidak berfungsi melalui strategi Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi (OPOR). Dalam rangka mendukung kebijakan Menteri PUPR tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan fokus pelaksanaan pada aspek rehabilitasi dan optimalisasi. Hal ini dikarenakan infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun oleh Ditjen Cipta Karya, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola melalui operasi dan pemeliharaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun Sektor Air Minum dan Sanitasi pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah.
I. DASAR PEMBENTUKAN
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
13. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018);
14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6624);
142
16. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6626);
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2013 Nomor 470);
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1154);
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2017 Nomor 456);
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1758);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Rebuplik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 554).
J. MAKSUD DAN TUJUAN Surat edaran ini dimaksudkan sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu: Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Surat Edaran ini bertujuan untuk: 3. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan,
pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;
4. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.
K. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup surat edaran ini adalah tata cara pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi melalui penetapan skala prioritas penanganan, penyusunan dokumen kaji ulang kelayakan, dan penyusunan Detail Engineering Design (DED) rehabilitasi dan optimalisasi aset infrastruktur yang dilakukan pada kabupaten/kota dengan kategori fiskal rendah (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah). Tipologi infrastruktur permukiman yang menjadi ruang lingkup dalam Surat Edaran ini, terdiri atas: 4. Infrastruktur penyediaan air minum perpipaan skala layanan ibukota kecamatan
(SPAM IKK) atau lebih; 5. Infrastruktur pengolahan air limbah domestik (Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja/IPLT dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik/IPALD);
143
6. Infrastruktur pemrosesan sampah akhir (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah/TPA).
L. MATERI MUATAN
Pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah fiskal rendah dalam Surat Edaran ini memiliki beberapa materi muatan yang terdiri atas:
a. Kriteria dan ruang lingkup rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
b. Tahapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
c. Pemantauan dan pengendalian rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
M. PELAKSANAAN Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah secara rinci tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
N. PENUTUP Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA, Ir. DIANA KUSUMASTUTI, M.T
NIP. 196707171996032002
Tembusan: 4. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 5. Menteri Keuangan Republik Indonesia; 6. Inspektur Jenderal Kementerian PUPR.
145
LAMPIRAN II
Lembar Kendali Rancangan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya tentang
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
185
LAMPIRAN DOKUMENTASI
BIMBINGAN DAN KONSULTANSI PROYEK PERUBAHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II
ANGKATAN V TAHUN 2021
BALAI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PUPR WILAYAH IV BANDUNG
NAMA PESERTA : Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT.
NAMA CO-MENTOR: Ir. Edward Abdurrahman, M.Sc.
NAMA MENTOR : Ir. Diana Kusumastuti, MT.
No. Uraian Kegiatan Dokumentasi
1 Menyiapkan dan
mendiskusikan isu
strategis dan gagasan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
(Kamis, 1 April 2021)
186
2 Bimbingan dan Konsultasi
dengan Co-Mentor
Bersama para Kasubdit,
para subkoordinator, dan
tim efektif di Direktorat
SSPIP (Senin, 5 April 2021)
3 Menyiapkan dan
mendiskusikan isu
strategis dan gagasan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
(Senin, 5 April 2021)
4 Membahas fungsionalisasi
dan optimalisasi
infarstruktur permukiman
terbangun dalam Rapim
bersama dengan pejabat
Eselon I, II dan III di
lingkungan Ditjen Cipta
Karya) (Selasa, 6 April
2021)
187
5 Menyiapkan dan
mendiskusikan Rancangan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
(Selasa, 6 April 2021)
6 Menyiapkan dan
mendiskusikan Rancangan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
(Rabu, 7 April 2021)
7 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan dengan
Co-Mentor bersama para
Kasubdit, para sub
koordinator dan tim efektif
di Direktorat SSPIP
(Kamis, 8 April 2021)
188
8 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan
bersama Co-Mentor
(Jumat, 9 April 2021)
9 Menyiapkan dan
mendiskusikan Rancangan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
secara virtual (Sabtu, 10
April 2021)
10 Menyiapkan dan
mendiskusikan Rancangan
Proyek Perubahan
Bersama Tim Efektif
(Senin, 12 April 2021)
189
11 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan
bersama Coach (Selasa, 13
April 2021)
12 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan
bersama Co-Mentor (Rabu,
14 April 2021)
13 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan
bersama Mentor (Rabu, 14
April 2021)
190
14 Diskusi mengenai
Rancangan Proyek
Perubahan bersama
Kasubdit Perencanaan
Teknis Direktorat Air
Minum (Jum’at, 16 April
2021)
15 Diskusi mengenai
Rancangan Proyek
Perubahan bersama
dengan Direktur Sanitasi
dan Ksd. Rentek Dit. Air
Minum secara virtual
(Jum’at, 16 April 2021)
16 Diskusi mengenai
Rancangan Proyek
Perubahan bersama
Kasubdit Perencanaan
Teknis Direktorat Sanitasi
(Jum’at, 16 April 2021)
17 Diskusi mengenai
Rancangan Proyek
Perubahan bersama
Inspektur Jenderal
(Jum’at, 16 April 2021)
191
18 Diskusi mengenai
Infentarisasi Aset Cipta
Karya Sub Bidang Air
Minum dan Sanitasi
(Senin, 17 Mei 2021)
19 Bimbingan dan Konsultasi
mengenai Rancangan
Proyek Perubahan
bersama Co-Mentor
(Senin, 17 Mei 2021)
20 Diskusi mengenai
Pembahasan Updating
Data Ingrastruktur
Permukiman Terbangun
2015-2020 bersama
dengan pejabat Eselon I, II
dan III di lingkungan Ditjen
Cipta Karya) (Selasa, 18
Mei 2021)
192
NOTULEN RAPAT
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Senin, 5 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira
No. Undangan:
Tanggal Undangan
5 April 2021
Pengundang:
Dir SSPIP
Hal: Pembahasan Gagasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda Rapat:
Masukan Proyek Perubahan Dr. Taufan Madiasworo, S.T.,
M.T.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta Rapat:
1. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman;
2. Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur
Permukiman
3. Kasubdit Koordinasi Pengadaan Tanah, Pemantauan
dan Evaluasi
Pelaksanaan Rapat
Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 14 orang perwakilan dari Direktorat
SSPIP.
Simpulan Rapat
Paparan Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:
1. Strategi Optimalisasi Perencanaan Bidang Permukiman yang Efektif, Efisien,
Berkelanjutan Berbasis Evaluasi Pemanfaatan Infrastruktur Permukiman Terbangun
194
Masukan Pak Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman:
1. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasinya dari judul maupun dari isi
paparan, sehingga perlu ditekankan kembali apa perubahan yang disampaikan,
dikarenakan judul yang sekarang sudah merupakan inovasi dari Bapak Menteri
PUPR pada Konreg PUPR Tahun 2021.
2. Gagasan Perubahan juga harus mempersempit ruang lingkup, misalnya ingin fokus
pada perencanaan. Selain itu, Proyek Perubahan jangan normatif semata, tetapi
harus berguna ke depan bagi Dit SSPIP.
3. Perlu dipertajam isu, permasalahan maupun inovasi proyek perubahan. Untuk itu,
perlu dipetakan indikator Proyek Perubahan terlebih dahulu. Tujuan dari Proyek
Perubahan yaitu untuk lebih mengefektifitaskan waktu dan dana yang ada. Dalam
identifikasi permasalahan Proyek Perubahan, perlu diidentifikasi apa saja yang
menjadi kendala Dit. SSPIP di bidang perencanaan.
4. Contoh Inovasi dalam Pengelolaan Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur
misalnya Kemendagri menetapkan kodefikasi pemeliharaan infrastruktur untuk
anggaran Pemda.
5. Aspek kemampuan fiskal daerah dapat dijadikan sebagai tema dalam inovasi
perencanaan infrastruktur permukiman, misalnya bagaimana cara memberi inovasi
pada daerah-daerah yang fiskalnya rendah, dengan memetakan aksi apa yang
harus diambil, sebagai contoh untuk daerah dengan fiscal rendah dapat dilakukan
195
pendekatan kebijakan kenaikan anggaran APBN terhadap daerah yang fiskalnya
rendah.
6. Dalam rangka membantu daerah yang kemampuan fiskalnya rendah, Ditjen Cipta
Karya melalui Dit. SSPIP dapat mendorong kenaikan anggaran maupun
optimalisasi perencanaan dan pemrograman untuk daerah dengan kapasitas fiskal
rendah. Selain itu, juga dapat mendorong daerah dengan kapasitas rendah dalam
menyapkan dokumen RC seperti DED.
Diskusi dan Tanggapan:
Kasubdit Koordinasi Strategi, Program dan Anggaran:
1. Proyek Perubahan harus terukur, dan pemetaan permasalahan dapat diambil dari
Profil Risiko maupun deklarasi isu-isu terkait Mitigasi Risiko.
2. Proyek Perubahan harus menekankan manfaat dari Proyek Perubahan, sehingga
dapat terlihat dengan jelas urgensi dari Proyek Perubahan tersebut.
3. Dari Perencaaan, banyak yang tidak applicable untuk dimasukkan ke dalam
pemrograman. Dari isu tersebut dapat dikembangkan ide sehingga hal-hal yang
masuk ke dalam perencanaan dapat linier menjadi program. Selain itu, gap
pendanaan yang tinggi pada perencanaan dan pemograman juga dapat menjadi
isu.
4. Untuk daerah yang punya fiskal rendah, tidak bisa menyusun DED, tidak punya
biaya untuk pembebasan lahan namun bentrok dengan regulasi yang ada, maka
harus ada afirmasi dari Pemerintah Pusat.
5. Langkah awal Penyusunan Proyek Perubahan yaitu dengan membuat pohon
masalah.
6. Terkait daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah yang tidak siap dalam
melakukan pemeliharaan dapat dibantu atasi oleh Balai terlebih dahulu.
Kasubdit Koordinasi Pengadaan Tanah, Pemantauan dan Evaluasi:
1. Pemda masih menunggu arahan kegiatan yang akan dilaksanakan di tempat
mereka. Pemda belum memiliki rancangan kesiapan RC yang harus mereka
siapkan, termasuk DED maupun pendanaan. Sehingga masih menunggu APBD
Perubahan.
2. Kita harus bisa mengurangi proses revisi dari policy penyiapan RC.
3. Kegiatan optimalisasi, pemeliharaan, operasional dan rehabilitasi, dalam segi
196
perencanaan adalah dengan mendorong Pemda untuk menyiapkan surat minat.
4. Output dari PP dapat berupa pengurangan jumlah revisi, misal dari 10 revisi
menjadi 2 revisi.
5. PP perlu dipedomani oleh Satker dan Pemda
Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:
1. Merencanakan ada SE dan SOP sehingga arahan Pak Menteri bisa lebih
operasional, yang termasuk pembagian tipologi, perencanaan, dan akan diturunkan
kepada evaluasi kebermanfaatan.
2. Basis perencanaan adalah prioritisasi.
3. Rencana seminar akan dilakuan pada tanggal 28 April 2021.
Tommy Permadhi, M.T.:
1. Ditjen CK punya tanggung jawab pembinaan terhadap Pemda
2. Strategi ke depan, jika kita melakukan investasi, maka cara investasi yang
dilakukan seharusnya bisa terukur.
3. Dalam pemenuhan SPM, jika kita mendorong investasi ke satu daerah, maka
daerah tersebut dapat dijamin pemenuhan SPMnya.
4. Dit SSPIP memiliki data aset infrastruktur terbangun Periode TA 2015-2020,
dimana dapat dilakukan identifikasi penyebab permasalahan asset yang tidak
difungsionalisasikan berdasarkan kapasitas fiskal daerah, terutama untuk daerah
dengan kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah, sehingga dapat dipetakan
dampak kemampuan fiskal daerah terhadap infrastruktur terbangun yang tidak
dapat difungsionalisasikan.
5. Kebijakan OPOR tidak serta merta menghilangkan fungsi kita terhadap pemenuhan
SPM.
Meytri Wilda Ayuantari, S.T.:
1. Jika terkait kapasitas fiskal daerah, kementerian juga bertanggung jawab terhadap
pembinaan.
2. Tetapi jika terjadi pada daerah yang fiskalnya tinggi, perlu dihipotesakan juga untuk
daerah yang fiskalnya tinggi, bukan hanya untuk fiscal rendah.
3. Harus dilakukan shifting oleh Unit Kerja bersama Balai dari yang semula sebagai
pelaksana kegiatan menjadi pengelola kegiatan. Sehingga infrastruktur terbangun
197
dapat menjadi infrastruktur berkelanjutan.
Sihombing Aryananda, S.T., M.T.:
1. Dit AM sudah pernah melakukan studi terkait fiskal rendah, karena salah satu
penyebab infrastruktur terbengkalai/tidak berfungsi adalah kemampuan fiskal
daerah yang rendah. Jika konteksnya adalah perencanaan, kebanyakan dari PIP,
basis kita untuk masuk masih belum berdasarkan masterplan secara keseluruhan.
2. Ketika bergeerak di tahap perencanaan, perlu diperhatikan terkait demand.
Misalnya kita bangun infrastruktur di lokasi yang tidak ada demand / tingkat
kebutuhan rendah.
Azibi Taufik Jauhari, S.T., M.Sc.:
1. Apakah DJCK bisa masuk dalam rumah tangga Pemda? Dengan kita menyebutkan
Balai sebagai perpanjangan tangan DJCK, apakah DJCK dapat membantu Pemda
dalam kondisi tersebut, sehingga menempatkan Kabalai menjadi bagian dari
manajemen daerah.
Tindak Lanjut Rapat:
1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan
masukan dari para peserta rapat.
2. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasi dan harus mempersempit ruang
lingkup, misal fokus dalam perencanaan. Untuk itu, perlu dipetakan indikator
Proyek Perubahan dengan tujuan dari Proyek Perubahan adalah efektifitas dana
dan waktu.
NOTULEN RAPAT
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Kamis, 8 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira
No. Undangan:
Tanggal Undangan
8 April 2021
Pengundang:
Dir SSPIP
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
198
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda Rapat:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta Rapat:
4. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman;
5. Ksd. Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur
Permukiman,
6. Ksd. Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.
Pelaksanaan Rapat
Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 7 orang perwakilan dari Direktorat
SSPIP.
Simpulan Rapat
Paparan Kasubdit KPIP
1. Perubahan judul Proyek Perubahan menjadi:
Strategi Optimalisasi dan Fungsionalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun
pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Penajaman Perencanaan
Pemrograman
199
Masukan Direktur SSPIP
1. Judul belum menampakkan langkah yang akan menjadi solusi. Solusi dari Pemda yang memiliki kapasitas fiskal rendah adalah dengan penambahan anggaran. Jadi, upayakan judul dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
2. Evaluasi pemanfaatan infrastruktur terbangun dilakukan di semua daerah (tidak hanya daerah dengan fiskal rendah). Masukan, evaluasi pemanfaatan dapat diubah menjadi evaluasi kemampuan pemerintah daerah dalam menerima infrastruktur
200
yang akan dibangun.
3. OPOR yang menjadi burning issues dapat dipertajam. Dari 4 kata yang merangkai OPOR, PO (Pemeliharaan dan Operasional) potensial untuk dibahas, dikarenakan Pemda belum memiliki porsi anggaran untuk pemeliharaan dan operasional. Utamanya di daerah berfiskal rendah.
4. Pada poin ketiga slide kondisi saat ini, dapat dihapus saja karena terlalu normatif dan tidak terukur. Opsi masukan adalah memilih diksi yang dapat diukur.
5. Regulasi bukan merupakan inovasi. Masukan, pilih diksi yang menyatakan aksi dari sebuah inovasi. Surat Edaran Dirjen dapat dijadikan bentuk dukungan maupun
dasar hokum dari aksi tersebut.
6. Contoh, inventarisasi asset yang dilakukan oleh DJCK merupakan salah satu inovasi di bidang pendataan asset sesuai dengan arahan OPOR.
7. Rekomendasi: bagaimana cara memecahkan infrastruktur terbengkalai di daerah? Contoh inovasi adalah dengan bagaimana cara menambahkan anggaran kepada daerah berfiskal rendah agar daerah dapat memecahkan permasalahan terkait O&M terhadap infrastruktur terbangun.
8. Kolaborasi dengan Kemendagri dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap Pemda. Kemendagri merupakan K/L yang menaungi Pemda.
9. Karena ini merupakan proyek perubahan. Jadi, ide harus benar-benar memberikan perubahan.
Diskusi dan Tanggapan:
Kasubdit Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri:
1. Terpikirkan ide berupa gagasan kolaboratif antar K/L (Kemendagri & Kemenkeu) untuk penanganan pendanaan Pemda yang memiliki kapasitas fiskal rendah yang disesuaikan dengan karakteristik infrastruktur cipta karya yang sudah di bangun di daerah tersebut.
2. Di bidang PHLN, PUPR belum memiliki daftar infrastruktur yang dapat didorong ke pihak Lender agar Lender dapat memberikan hibah sesuai dengan kebutuhan
PUPR.
3. Opsi pendanaan kreatif dapat menjadi ide sebagai inovasi aksi.
Kasubdit Keterpaduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman:
1. Merencanakan adanya Surat Edaran Dirjen sebagai bentuk inovasi.
2. Proyek perubahan akan membahas mengenai proses perencanaan yang sesuai dengan tusi Dit. SSPIP.
3. Rencana seminar akan dilakuan pada tanggal 18 April.
Tommy Permadhi, M.T.:
1. Judul sebaiknya langsung menampilkan aksi yang akan menjadi inovasi. 2. Opsi pendanaan kreatif dengan sistem seperti KPBU untuk membantu Pemerintah
daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah juga dapat dijadikan opsi.
Tindak Lanjut Rapat:
1. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan
201
masukan dari para peserta rapat.
2. Gagasan Perubahan harus terlihat aspek inovasi yang diwujudkan dalam aksi dan tertuang pada judul. Proses perencanaan kreatif dapat dijadikan opsi inovasi.
NOTULEN RAPAT
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 9 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: RR Yudhistira
No. Undangan:
Tanggal Undangan
-
Pengundang:
-
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda Rapat:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta Rapat:
7. Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman;
8. Tim Efektif
Pelaksanaan Rapat
Rapat Pembahasan Proyek Perubahan dilakukan oleh 4 orang perwakilan dari Direktorat
SSPIP.
Simpulan Rapat
Paparan Kasubdit KPIP
Perubahan judul Proyek Perubahan menjadi:
202
Strategi Optimalisasi dan Rehabilitasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Feasibility Study dan Alternatif
Pembiayaan
Masukan Direktur SSPIP
10. Sasaran Pemerintah Pusat mengacu pada klausul OPOR adalah peran
Optimalisasi dan Rehabilitasi, sedangkan peran Pemeliharaan dan Operasional
merupakan peran dari Pemerintah Daerah.
11. Redaksional judul sudah lebih mengerucut dan mudah dipahami.
12. Jika Feasibility Study adalah instrumen yang akan menjadi inovasi, dan alternatif
pembiayaan adalah output, maka perlu dipisahkan dalam judul. Perlu adanya
perbaikan terkait diagram alir yang telah disusun.
Tindak Lanjut Rapat:
3. Perlu dilakukan perbaikan terhadap usulan Proyek Perubahan sesuai dengan
masukan dari Direktur SSPIP.
4. Gagasan Perubahan sudah memiliki inovasi. Perlu dilakukan perbaikan terhadap
diagram alir.
NOTULEN
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Rabu, 15 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Dirjen Cipta Karya
No. Undangan:
Tanggal Undangan
-
Pengundang:
-
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Direktur Jenderal Cipta Karya
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
203
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta:
Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman
Hasil dan Pembahasan
Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Judul Proyek Perubahan:
Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Masukan Direktur Jenderal Cipta Karya
1. Pemerintah Daerah harus memiliki komitmen dalam penyelenggaraan infrastruktur
permukiman khususnya di sektor Air Minum dan Sanitasi.
2. Pemenuhan RC perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah terutama terkait lahan
yang harus clean & clear, komitmen kesediaan menerima asset dan penyiapan
pendanaan untuk O & M.
3. Proyek Perubahan perlu memiliki ukuran yang jelas.
4. Perlu dilakukan pemantauan agar dapat mendeteksi lebih awal kerusakan pada
infrastruktur terbangun.
5. Proyek perubahan ini perlu memperhatikan aspek keberlanjutan dan pemanfaatan
infrastruktur permukiman terbangun.
Tindak Lanjut:
Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan aspek keberlanjutan dan
pemanfaatan infrastruktur permukiman terbangun.
NOTULEN
204
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Kasubdit Rentek Dit. Sanitasi
No. Undangan:
Tanggal Undangan
-
Pengundang:
-
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Kasubdit Rentek Direktorat Sanitasi
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta:
Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman
Hasil dan Pembahasan
Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Judul Proyek Perubahan:
Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Masukan Kasubdit Rentek Direktorat Sanitasi
1. Penetapan kaji ulang kelayakan infrastruktur sebagai instrumen sudah inovatif dan tepat untuk rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
2. Pada kegiatan sektor Sanitasi, Feasibilty Study hanya digunakan untuk kegiatan yang didanai oleh Loan dan kegiatan yang berskala besar seperti SPALD-T.
3. Feasibilty Study dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dan pembiayaan infrastruktur permukiman terbangun.
4. Hal yang penting dalam proses penyelenggaraan infrastruktur adalah masalah pengelolaan aset pasca konstruksi.
Tindak Lanjut:
Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan aspek keberlanjutan infrastruktur
permukiman terbangun.
NOTULEN
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021
205
Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Inspektur Jenderal
No. Undangan:
Tanggal Undangan
-
Pengundang:
-
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : InspekturJenderal Cipta Karya
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta:
Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman
Hasil dan Pembahasan
Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Judul Proyek Perubahan:
Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Masukan Inspektur Jenderal
1. OPOR menjadi concern Menteri PUPR agar aset infrastruktur permukiman terbangun
tidak ada yang tidak berfungsi.
2. Dalam penyelenggaraan aset infrastruktur permukiman, komitmen Pemerintah Daerah
diperlukan dalam pengelolaan aset infrastruktur permukiman terbangun.
3. Terkait aset infrastruktur permukiman peran stake holders sangat penting, karena
infrastruktur bidang Cipta Karya akan diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah. Untuk
mendorong komitmen Pemerintah Daerah, diperlukan kolaborasi dengan Kemendagri.
4. Balai Prasarana Permukiman Wilayah memiliki peran penting untuk melakukan
206
pengawasan bersama dengan Pemerintah Daerah.
5. Perlu mengkaji dan mengevaluasi proses bisnis internal yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Cipta Karya, seperti halnya diperlukan Feasibility Study dalam proses
pemrograman untuk mengetahui investasi APBN yang diperlukan untuk melakukan
rehabilitasi dan optimalisasi sehingga dapat dioperasionalkan dan dapat berfungsi secara
optimal.
6. Perlu komitmen dari Balai PPW untuk mengawal serah terima aset kepada Pemerintah
Daerah. Sehingga Balai PPW tidak hanya fokus dengan melakukan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.
7. Untuk menjamin keberfungsian infrastruktur permukiman terbangun sebelum diserahkan
kepada Pemerintah Daerah dapat dilakukan Serah Kelola Sementara (SKS) oleh Balai
PPW kepada Pemerintah Daerah. Hal ini dimaksudkan karena proses serah terima aset
kepada Pemerintah Daerah memerlukan jangka waktu yang cukup lama, contoh untuk
aset di atas 10 M memerlukan persetujuan oleh Presiden, kemudian untuk aset dengan
nilai 1-10 M memerlukan persetujuan oleh Kementerian Keuangan, sedangkan aset di
bawah 1 M membutuhkan persetujuan oleh Kementerian PUPR.
Tindak Lanjut:
Proyek perubahan secara momentum tepat dengan burning issues yang ada saat ini, yaitu
terkait dengan OPOR. Proyek perubahan perlu mengakomodasi stake holders terkait dan
mengkaji ulang proses bisnis di Direktorat Jenderal Cipta Karya secara internal terutama
di bidang perencanaan pemrograman. Instrumen kaji ulang kelayakan infrastruktur ini
akan menjawab berbagai permasalahan aset infrastruktur permukiman yang tidak
berfungsi. Perlu memberikan perhatian terhadap aspek keberlanjutan infrastruktur
permukiman terbangun.
NOTULEN
Notulen ke: 1 Hari/tanggal: Jumat, 16 April 2021
Jumlah halaman: Tempat: Ruang Kerja Kasubdit Rentek Dit. AM
No. Undangan:
Tanggal Undangan
-
Pengundang:
-
Hal: Pembahasan Rancangan Proyek Perubahan
Pemimpin rapat : Kasubdit Rentek Direktorat Air Minum
207
Disusun oleh:
Adelia Puspita Sari
Agenda:
Masukan Rancangan Proyek Perubahan Dr. Taufan
Madiasworo, ST., MT.
Diperiksa oleh:
Rika Sania
Peserta:
Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman
Hasil dan Pembahasan
Paparan Kasubdit Keterpaduan Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Judul Proyek Perubahan:
Strategi Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah
dengan Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Masukan Kasubdit Rentek Direktorat Air Minum
5. Instrumen kaji ulang kelayakan infrastruktur sudah tepat sebagai inovasi untuk rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
6. Selama ini, dalam perencanaan pemrograman untuk kegiatan di Direktorat Air Minum masih belum menerapkan Feasibilty Study pada kegiatan yang bersifat reguler. Feasibility
Study dilakukan pada kegiatan yang berskala besar, seperti SPAM Regional.
7. Feasibilty Study perlu diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yakni Feasibilty Study lengkap dan Feasibilty Study sederhana.
8. Untuk kegiatan sektor Air Minum yang bersifat reguler atau kecil menggunakan
justifikasi teknis dalam proses perencanaan.
Tindak Lanjut:
Penyusunan proyek perubahan perlu memperhatikan klasifikasi Feasibility Study yang
akan dikaji.
208
LAMPIRAN VII
DAFTAR INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN TERBANGUN YANG BELUM BERFUNGSI
DAN BELUM Diserah Terimakan pada Kab/Kota Fiskal Rendah periode 2015-2020
209
Lampiran (Daftar Infrastruktur Permukiman Terbangun yang Belum Berfungsi dan Belum Diserah Terimakan pada Kab/Kota Fiskal Rendah periode 2015-2020
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
1 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR
2018 0,43 SANGAT RENDAH
ALOR Optimalisasi SPAM IKK Kokar Kab. Alor Tidak berfungsi karena bencana banjir,
2 SANITASI JAWA BARAT 2018 2,641 SANGAT TINGGI BANDUNG TPA Regional Legok Nangka
3 AIR MINUM BANGKA BELITUNG
2016 0,379 SANGAT RENDAH
BELITUNG Pembangunan SPAM Kws rawan air kaps. 10 l/det Desa Air Seruk, Kec. Sijuk
Kelembagaan tidak berjalan
4 AIR MINUM BANGKA BELITUNG
2016 1,379 SANGAT RENDAH
BELITUNG
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum/ Pembangunan SPAM Kws rawan air kaps. 2,5 l/det Desa Sungai Padang, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung
Kelembagaan tidak berjalan
5 SANITASI RIAU 2016 2635 SANGAT TINGGI BENGKALIS IPLT Kota Duri Kab. Bengkalis aset belum serah terima, kondisi IPLT rusak ringan
6 AIR MINUM BENGKULU 2016 1,674 TINGGI BENGKULU SELATAN
Bantuan Program Penyehatan PDAM Kabupaten Bengkulu Selatan
Pipa Distribusi dan Intake Rusak Ringan menyebabkan tidak berfungsi dengan maksimal
7 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT
2020 0,629 RENDAH BIMA IPLT Kabupaten Bima Baru dilakukan FHO pada tanggal 18 Maret 2021
8 AIR MINUM KEPULAUAN RIAU
2018 0,809 SEDANG BINTAN Optimalisasi SPAM Desa Dendun Kabupaten Bintan
Saringan Filter Rusak, Intake Open Rusak dan Mesin Genset Rusak
9 SANITASI ACEH 2015 1,477 TINGGI BIREUEN IPLT Kabupaten Bireuen
Adanya penolakan oleh masyarakat terhadap TPA yang berada pada lokasi yang sama dengan IPLT menyebabkan IPLT juga menjadi tidak berfungsi
10 SANITASI JAWA BARAT 2018 4,343 SANGAT TINGGI BOGOR TPA Regional Nambo Sedang proses KPS dengan Pabrik Semen - Proses pencarian investor baru (investor lama cedera janji)
11 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.444 SANGAT RENDAH
BOLANG MANGONDOW UTARA
Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake Kap. 30 L/Dtk, P/P. Ipa 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap. 300 M3, Bangunan Penunjang Dan
Bencana Tahun 2020
210
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
P/P. Jaringan Pipa Lokasi IKK Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
12 SANITASI PAPUA 2016 1142 SEDANG BOVEN DOGEL TPA Kab. Boven Digoel
1)Instalasi Kolam anaerobik bocor; 2)Saluran pembuangan Liechite dari Landfill ke IPL tersumbat: 3)Geomembran terbakar, akibat dibakar warga lokal
13 AIR MINUM SUMATERA BARAT
2020 0.540 RENDAH DHARMASRAYA Optimalisasi SPAM IKK Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya (SPAM-9)
Intake yang dibangun SDA tidak berfungsi karena : 1. Panel pompa dan kabel hilang, 2. Terjadi penumpukan sedimen di intake
14 SANITASI RIAU 2020 0.897 SEDANG DUMAI IPLT Kota Dumai Baru selesai konstruksi
15 AIR MINUM SULAWESI SELATAN
2015 0.645 RENDAH ENREKANG Pembangunan SPAM MBR Kaw. IKK Curio Kab. Enrekang (MBR pkpamss 29)
1.Pipa JDU PVC dia. 200 mengalami pecah akibat ekanan hidrolis yang besar 2.Belum ada pipa JDU ke reservoir APBD sepanjang 12.000 m 3.Pipa distribusi HDPE dia. 110 mm sering mengalami pecah dan bocor akibat tekanan hidrolis yang besar
16 AIR MINUM SULAWESI SELATAN
2015 0.645 RENDAH ENREKANG Pembangunan SPAM IKK Curio Kab. Enrekang (IPA pkpamss 23)
4.Belum ada penyambungan listrik untuk dosing dan penerangan di lokasi IPA
17 AIR MINUM MALUKU UTARA 2015 0,767 SEDANG HALMAHERA TIMUR
Pembangunan SPAM IKK Wasile Kab. Halmahera Timur
JDU putus akibat pekerjaan jalan
18 AIR MINUM MALUKU UTARA 2015 1,767 SEDANG HALMAHERA TIMUR
Pembangunan SPAM IKK Maba Selatan Kab. Halmahera Timur
Sistem Pompa Tenaga Surya Rusak
19 SANITASI PAPUA 2016 0.690 RENDAH JAYAWIJAYA TPA Kab. Jayawijaya
1)Tidak ada outlet pembuangan dari IPL TPA ke badan air sehingga air limbah hasil pengolahan kembali lagi ke IPL TPA dan menggenangi lokasi IPL; 2) Saluran pembuangan Liechite dr Landfill ke IPL tersumbat: 3)Geomembran terbakar, akibat dibakar warga lokal
20 AIR MINUM DIY 2019 1,83 TINGGI KAB SLEMAN Pembangunan SPAM Kampus UGM Peralatan Ultraviolet belum berfungsi maksimal
21 SANITASI RIAU 2020 1671 TINGGI KAMPAR IPLT Kab. Kampar Baru selesai konstruksi
211
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
22 SANITASI PAPUA 2017 0.652 RENDAH KEEROM TPA Kab. Keerom
1) Tanggul Landfill ada yang mengalami penurunan setelah selesai masa pemeliharaan. 2) Lokasi TPA merupakan daerah sesar (patahan) 3). Tidak Tersedia alat Berat
23 SANITASI SULAWESI UTARA
2018 0.394 SANGAT RENDAH
KEP TALAUD IPLT Kab. Kep. Talaud Sudah BASTO tapi belum difungsikan, karena pemda belum memiliki Truck Tinja
24 AIR MINUM SUMATERA BARAT
2015 0.415 SANGAT RENDAH
KEPUALAUAN MENTAWAI
Optimalisasi SPAM IKK Tua Pejat Kabupaten Kepulauan Mentawai
Konsidi IPA miring menyebabkan IPA tidak dapat difungsikan secara optimal
25 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.841 SEDANG KOLAKA Optimalisasi SPAM Kawasan Lamokato Kec. Kolaka Kab. Kolaka PKPAM Sultra
Jaringan Distribusi Rusak dikarenakan pekerjaan jalan
26 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.677 RENDAH KONAWE SELATAN
Pengad./Pemas. IPA Paket Kap. 10 l/det SPAM IKK Basala Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra
(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah
27 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.678 RENDAH KONAWE SELATAN
Pengad./Pemas. IPA Paket Kap. 10 l/det SPAM IKK Buke Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra
(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah
28 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.679 RENDAH KONAWE SELATAN
Pembangunan SPAM IKK Landono Kab. Konawe Selatan Kap. 10 L/Dt
intake dan pipa transmisi mengalami kerusakan karena banjir
29 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.680 RENDAH KONAWE SELATAN
Pembangunan SPAM IKK Baito Kab. Konawe Selatan Kap 10 L/Dt
(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah
212
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
30 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.681 RENDAH KONAWE SELATAN
Pembangunan SPAM IKK Mowila Kab. Konawe Selatan Kap 10 L/Dt
intake dan pipa transmisi mengalami kerusakan karena banjir
31 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.682 RENDAH KONAWE SELATAN
Pembangunan SPAM IKK Moramo Kab. Konawe Selatan Kap. 10 L/dt
fungsi tapi ada pipa transmisi rawan, dan intake rusak
32 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2015 0.683 RENDAH KONAWE SELATAN
Pengad./Pemas. IPA Paket kap. 10 l/det SPAM IKK Lainea Kab. Konawe Selatan PKPAM Sultra
(1) biaya operasional tinggi sehingga pemda dan pdam tidak mampu mengoperasikan, (2) lembaga pengelola belum ada modal dikarenakan jumlah pelanggan belum menutupi biaya operasional SPAM tersebut, tarif rendah
33 SANITASI SULAWESI TENGGARA
2015 0.677 RENDAH KONAWE SELATAN
PS Air Limbah Kab. Konawe Selatan sebagian besar pipa pengumpul Sambungan Rumah (SR) sudah hilang
34 AIR MINUM JAWA BARAT 2015 0,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM MBR IKK Banjar Selatan (PKPAM-Jabar-14)
Unit Air Baku Tidak Berfungsi
35 AIR MINUM JAWA BARAT 2015 1,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM di Kawasan MBR Kec Banjar Selatan (PKPAM-Jabar-39)
Unit Air Baku Tidak Berfungsi
36 AIR MINUM JAWA BARAT 2016 2,698 RENDAH KOTA BANJAR Optimalisasi SPAM Banjar Selatan (PAM-Jabar-13/2016)
Unit Air Baku Tidak Berfungsi
37 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2016 0.607 RENDAH KOTA BAU-BAU PEMBANGUNAN IPA PAKET KOTA BAU-BAU UNTUK PENAMBAHAN KAPASITAS 40 L/Det
jaringan distribusi utama rusak dikarenakan diterjang ombak.
38 SANITASI SUMATERA UTARA
2015 1,477 TINGGI KOTA BINJAI IPAL Kawasan KOTA BINJAI (IPAL_B) SR belum terpasang
39 SANITASI SULAWESI UTARA
2018 0.641 RENDAH KOTA BITUNG TPA Kota Bitung Infrastruktur Penunjang belum lengkap, Belum BASTO
40 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR
2015 2718 SANGAT TINGGI KOTA PALU Pembangunan SPAM MBR IKK Mamboro dan IKK Anakalang
Tidak berfungsi jaringan pipa rusak
41 SANITASI PAPUA BARAT 2017 0.242 SANGAT RENDAH
KOTA SORNG Sistem Pengolahan Air Limbah Skala Kawasan Kota Sorong
Belum adanya Sambungan rumah (SR) yang terpasang
42 SANITASI KALIMANTAN UTARA
2017 0,629 RENDAH KOTA TARAKAN TPA KOTA TARAKAN Masalah Sengketa Lahan, dan Masalah Sosial Warga Menolak
43 SANITASI MALUKU UTARA 2018 0,441 SANGAT RENDAH
KOTA TIDORE TPA Sampah Kota Sofifi (Lanjutan)
Terkendala dengan Akses masuk ke TPA yang masih Rusak dan sementara dibangun oleh Pemda Provinsi Maluku Utara
213
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
44 SANITASI RIAU 2016 0.869 SEDANG KUANTAN SENGINGI
IPLT Kab. Kuantan Singingi Tidak adanya regulasi dan lembaga operator terkait di daerah, aset belum serah terima
45 AIR MINUM SUMATERA UTARA
2020 0.773 SEDANG LABUHAN BATU Optimalisasi SPAM IKK Ajamu Kab. Labuhan Batu
Belum digunakan PDAM karena belum diserahterimakan
46 AIR MINUM BENGKULU 2015 0,483 SANGAT RENDAH
LEBONG Bantuan Program Penyehatan PDAM Kabupaten Lebong
Tidak Berfungsi Karena Pompa Uram Jaya 1 Unit Hilang
47 AIR MINUM BENGKULU 2017 0,483 SANGAT RENDAH
LEBONG Rehabilitasi Broncaptering dan Jaringan Pipa PDAM (Bantuan Program Penyehatan PDAM) Kabupaten Lebong)
Desa Larang palembang Sumber Air Udik berfungsi tidak maksimal sering terjadi pipa pecah dibagian pipa transmisi, Bak Penampung Pipa ke Reservoir tidak mencukupi media jaringan di Bak Penyaringan Tidak Maksimal
48 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT
2015 1,05 SEDANG LOMBOK TENGAH
IPAL Permukiman Kawasan Perumnas Tampar-Ampar Kabupaten Lombok Tengah
UPT belum siap untuk mengelola sarana
49 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT
2018 0,561 RENDAH LOMBOK UTARA Sistem Pengolahan Air Limbah Kawasan Gili Trawangan
UPT belum siap untuk mengelola sarana
50 SANITASI NUSA TENGGARA BARAT
2018 1,561 RENDAH LOMBOK UTARA TPST lombok utara Kawasan Gili Trawangan
UPT belum siap untuk mengelola sarana
51 SANITASI JAWA TIMUR 2016 0,71 RENDAH MADIUN IPLT Kab Madiun
Pada tahun 2017 terdapat perubahan SOTK menyebabkan terjadi alih pengelolaan dari DLH ke DPU
52 SANITASI MALUKU 2016 0,951 SEDANG MALUKU TENGAH
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat Kawasan Benteng
Pipa Primer Diputus Masyarakat
53 AIR MINUM MALUKU 2015 0,705 RENDAH MALUKU TENGGARA
Pembangunan SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayan Dusun Atubul Dol , Kab. Maluku Tenggara
- Broncap rusak akibat longsor - Pipa Transmisi rusak Akibat longsor
54 SANITASI PAPUA 2017 2000 TINGGI MIMIKA IPLT Kab. Mimika
Truck Tinja dari pihak swasta membuang limbah hasil penyedotan LT di sungai dan hutan bukan di IPLT.
55 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.582 RENDAH MINAHASA Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake P./P. IPA Kap. 15 L/Dtk Lengkap; Pemb.Reservoir Kap.
Rusak Berat
214
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
200 M3 ; Bangunan Penunjang Dan P./P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Sonder Kabupaten Minahasa
56 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.583 RENDAH MINAHASA
Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake Kap. 30 L/Dtk, P/P. Ipa 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap. 300 M3, Bangunan Penunjang Dan P/P. Jaringan Pipa Lokasi Ikk Kawangkoan Utara Kabupaten Minahasa
Tidak dioperasionalkan oleh pengelola
57 SANITASI SULAWESI UTARA
2017 0.582 RENDAH MINAHASA IPLT Kab. Minahasa Infrastruktur Penunjang belum lengkap, Pemda belum memiliki truck tinja, Belum BASTO,
58 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.480 SANGAT RENDAH
MINAHASA SELATAN
Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Motoling Timur Kabupaten Minahasa Selatan
Rusak Karena Pelebaran Jalan
59 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.481 SANGAT RENDAH
MINAHASA SELATAN
Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan
Tiidak difungsikan karena masalah sosial
60 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.482 SANGAT RENDAH
MINAHASA TENGGARA
Pembangunan SPAM Di Ibukota Kecamatan; Pemb. Intake, P/P. IPA 20 L/D Lengkap, Pemb. Reservoir Kap 300 M3, Bangunan Penunjang Dan P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara
Sumber air kering
61 AIR MINUM SULAWESI UTARA
2015 0.483 SANGAT RENDAH
MINAHASA TENGGARA
Pengembangan SPAM Di Kawasan MBR, Optimalisasi SPAM Existing; P/P. Jaringan Perpipaan Lokasi IKK Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara
Sumber Air Kering
62 AIR MINUM SULAWESI TENGGARA
2019 0.385 SANGAT RENDAH
MUNA Pembangunan SPAM IKK Napabalano Kap. 10 L/Dt Kab. Muna
belum ada sr, dikarenakan pemda belum menyiapkan dana sharing
63 SANITASI PAPUA 2015 0.410 SANGAT RENDAH
NABIRE TPA Kab. Nabire Beberapa Instalasi pada Infrastruktur IPLT dirusak warga lokal.
64 SANITASI KALIMANTAN TENGAH
2018 0,796 SEDANG PALANGKARAYA IPLT Kota Palangka Raya
Untuk bangunan IPLT sudah pernah difungsikan sampai dengan tahun 2018, dan pada tahun 2018 terjadi pembubaran UPT Air Limbah
215
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
65 SANITASI BANTEN 2015 0,97 SEDANG PANDEGLANG Ipal Kawasan Kab. Pandeglang Ada penolakan warga pada saat pelaksanaan pekerjaan
66 AIR MINUM SUMATERA BARAT
2015 0.581 RENDAH PASAMAN Pembangunan SPAM Simpang Alahan Mati (SIMPATI) (SPAM IKK Hungaria)
1. Sumber Air Baku tidak mencukupi, intake yg sudah dibangun bocor, 2. IPA belum bisa difungsikan karena Jaringan Distribusi Utama banyak belum terkoneksi, 3. Jembatan pipa belum terpasang
67 AIR MINUM PAPUA BARAT 2015 0.358 SANGAT RENDAH
PEGUNUNGAN ARFAK
Pembangunan SPAM IKK Anggi Kabupaten Pegunungan Arfak
Intake dan Jaringan Transmisi rusak berat, IPA rusak ringan, Penambahan Kapasitas Reservoar, Pengelola Dinas PU
68 AIR MINUM SULAWESI SELATAN
2015 0.659 RENDAH PINRANG Pembangunan SPAM MBR Kaw. IKK Pekkabata Kab. Pinrang (MBR pkpamss 9)
Intake mengalami kerusakan akibat banjir
69 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 1,914 TINGGI PROBOLINGGO Pembangunan SPAM IKK Gading Kap. 20 L/dt Kabupaten Probolinggo (3/PBG/IKK/2016)
Pipa air baku yang dibangun oleh SDA bermasalah
70 AIR MINUM RIAU 2015 0.907 SEDANG ROKAN HULU SPAM IKK BONAI DARUSSALAM Jaringan air bersih rusak berat. Sumber air baku mengalami pendangkalan. (eksisting)
71 AIR MINUM RIAU 2015 0.907 SEDANG ROKAN HULU SPAM IKK Kepenuhan Hulu
1). Tidak ada SR yang tersambung. 2) Kurangnya minat masyarakat menggunakan jasa air bersih sebab kualitas air di masyarakat tergolong masih baik. perlu revitalisasi intake (eksiting)
72 SANITASI RIAU 2020 0.907 SEDANG ROKAN HULU IPLT Kab. Rokan Hulu Baru selesai konstruksi
73 SANITASI KALIMANTAN BARAT
2018 0,898 SEDANG SAMBAS Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sorat Kab. Sambas
Belum memiliki Truk Tinja
74 AIR MINUM SUMATERA UTARA
2018 0.385 SANGAT RENDAH
SAMOSIR Pembangunan SPAM Dusun III Tangga Bosi Desa Simbolon Purba Kec. Palipi Kab. Samosir
Belum difungsikan karena belum sepakatnya sistem pengelolaan di masyarakat
75 SANITASI SUMATERA BARAT
2015 0.303 SANGAT RENDAH
SAWAHLUNTO TPA Sawahlunto
TPA Sudah dimanfaatkan dari Tahun 2016-2018, namun pada tahun 2019 terjadi longsor pada jalan operasional akibat curah hujan yang tinggi.
216
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
76 SANITASI BENGKULU 2019 0,573 RENDAH SELUMA TPA Kabupaten Seluma
Bangunan belum difungsikan karena jalan akses belum dilakukan perkerasan oleh Pemda sehingga truk sampah belum bisa membuang sampah ke TPA . Sel sampah mengalami longsor di beberapa lokasi sehingga perlu dilakukan perbaikan.
77 AIR MINUM SULAWESI TENGAH
2017 0.447 SANGAT RENDAH
SIGI Pembangunan SPAM IKK Gumbasa Kecamatan Gumbasa
Rusak Berat Akibat Banjir Bandang
78 AIR MINUM SUMATERA BARAT
2015 0.388 SANGAT RENDAH
SOLOK Optimalisasi SPAM IKK Junjung Sirih Kabupaten Solok
Broncaptering, pipa transmisi dan reservoar sudah dibangun oleh SDA, namun belum ada pipa jaringan distribusi, kegiatan ini masuk dalam Sinkronisasi air baku antar DJ SDA dan DJ CK.
79 SANITASI SUMATERA BARAT
2017 0.396 SANGAT RENDAH
SOLOK SELATAN
TPA Kabupaten Solok Selatan
TPA tidak dapat difungsikan karena struktur bangunan mengalami kerusakan pasca bencana longsor pd November 2019
80 AIR MINUM NUSA TENGGARA TIMUR
2016 0,314 SANGAT RENDAH
SUMBA BARAT DAYA
Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi IKK Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya & IKK Anakalang Sumba Tengah
Jaringan Pipa Mengalami kerusakan
81 AIR MINUM NUSA TENGGARA BARAT
2015 0,806 SEDANG SUMBAWA Optimalisasi SPAM Kws. Terano Simpang Boak Kab. Sumbawa
Tidak Ada sumber air Baku,danTidak berfungsi Produksi IPA Karena Instalasi Rusak
82 SANITASI JAWA BARAT 2017 1,151 SEDANG SUMEDANG TPA Cijeruk Kabupaten Sumedang IPL Belum terbangun
83 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 0,941 SEDANG SUMENEP Pembangunan Jaringan SPAM MBR BNA Sumenep dan IKK Kalianget Kab Sumenep
Karena masyarakat sudah banyak yang ikut pelayanan hippam dengan harga jual air lebih murah daripada Perumda Sumenep
84 AIR MINUM JAWA TIMUR 2015 1,941 SEDANG SUMENEP Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi PDAM Kab.Sumenep
Air baku eksisting payau dan sudah ada jaringan perpipaan tahun 2014, 2020 Pemda Sumenep sudah melakukan pembuatan sumur uji, DED sudah ada tahun 2019
85 SANITASI KALIMANTAN UTARA
2018 0,515 SANGAT RENDAH
TANA TIDUNG IPLT Kabupaten Tana Tidung Belum Ada Truk Tinja
217
NO. SEKTOR PROVINSI TAPANULI INDEKS FISKAL
KLASIFIKASI FISKAL
KAB KOTA NAMA PAKET PERMASALAHAN
86 AIR MINUM SULAWESI SELATAN
2015 0.730 RENDAH WAJO Pembangunan SPAM IKK Maniangpajo Kab. Wajo (IPA pkpamss 28)
1.Belum ada izin dari SDA untuk menggunakan air baku dari Bendung Kalola 2.Kelengkapan di unit produksi sudah ada yang hilang seperti pompa dozing, mixer, tangki bahan kimia 3.Pipa transmisi yang rusak akibat pelebaran jalan 4.Kabel pompa intake hilang 5.Perlu penambahan JDU 5.000 m
87 AIR MINUM LAMPUNG 2016 0,563 SEDANG WAY KANAN Pembangunan SPAM IKK Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan
Jaringan air bersih rusak berat. Sumber air baku mengalami pendangkalan. (eksisting)
LAMPIRAN VIII
Rancangan Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
ii
DRAFT
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................................. 1
1.2 MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN .................................................................................................. 3
1.2.1 Maksud ............................................................................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan ................................................................................................................................................................. 3
1.2.3 Sasaran ............................................................................................................................................................... 3
1.3 MANFAAT PEDOMAN ......................................................................................................................... 4
1.4 KEDUDUKAN PEDOMAN.................................................................................................................... 4
1.5 LINGKUP PEDOMAN ............................................................................................................................ 5
BAB 2 KETENTUAN UMUM ...................................................................................................6
2.1 DASAR PELAKSANAAN ....................................................................................................................... 6
2.1.1 Landasan Hukum ............................................................................................................................................. 6
2.1.2 Kebijakan terkait Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi ....................................... 6
2.2 ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................................................... 8
2.2.1 Hubungan Antar Kerja Kementerian/Lembaga ..................................................................................... 8
2.2.2 Organisasi Ditjen Cipta Karya ...................................................................................................................... 9
2.2.3 Peran Pemangku Kepentingan................................................................................................................. 10
2.3 KRITERIA PENANGANAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................ 13
2.3.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN ............................................................... 13
2.3.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ............................................................ 13
2.3.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH .......................................................................................... 14
2.4 LINGKUP REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ........................................................................... 14
2.4.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN ............................................................... 14
2.4.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ............................................................ 24
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
iv
2.4.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH .......................................................................................... 33
BAB 3 PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................... 43
3.2 TAHAPAN PERSIAPAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ................................................. 45
3.3 TAHAPAN PERENCANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ........................................ 48
3.4 TAHAPAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI.......................................... 49
3.5 TAHAPAN PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI .......................................... 50
3.6 TAHAPAN PASKA REHABILITASI DAN OPTIMALISASI........................................................... 51
BAB 4 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ............................................................... 52
4.1 PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................................... 52
4.2 PENGENDALIAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI ............................................................. 54
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
v
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukian Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
1
5 BAB 1
PENDAHULUAN
5.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap peningkatan daya saing dan
investasi yang tentunya akan berkontribusi kepada peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan lapangan pekerjaan. Di saat pemerintah berusaha membangun daya
saing melalui pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, masih
terdapat permasalahan mendasar dalam penyelenggaraan infrastruktur berupa
ketidakberfungsian infrastruktur terbangun yang mengakibatkan infrastruktur
terbangun tersebut tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kesalahan pada tahap perencanaan dan pemrograman, tahap
perencanaan teknis, tahap pelaksanaan konstruksi, dan tahap pemanfaatan. Pada
penyelenggaraan infrastruktur permukiman, beberapa penyebab terjadinya
ketidakberfungsian infrastruktur permukiman dapat diakibatkan oleh ketidaklayakan
proyek, terjadinya bencana, permasalahan sosial, rendahnya kepedulian dan
komitmen pemerintah daerah. Selain itu, penyebab tidak berfungsinya
infrastruktur permukiman yang telah dibangun dapat dikarenakan sistem yang
tidak berfungsi akibat tidak dilengkapi dengan kajian studi kelayakan di tahap
perencanaan.
Berdasarkan arahan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
pada pembukaan acara Konsultasi Regional (Konreg) pada bulan Maret 2021, salah
satu fokus pembangunan infrastruktur PUPR Tahun 2022 adalah Optimalisasi,
Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi atau disingkat OPOR. Optimalisasi
merujuk pada evaluasi dan inventarisasi terhadap pekerjaan yang sudah dapat
dimanfaatkan. Optimalisasi juga bertujuan untuk menuntaskan dan memberikan
manfaat dari infrastruktur yang telah terbangun. Pemeliharaan dimaksudkan agar
pekerjaan yang telah selesai dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga
dapat menjamin keberlangsungan fungsi dari infratruktur terbangun. Operasi
ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat dioperasikan secara
maksimal, dan upaya rehabilitasi difokuskan pada infrastruktur yang telah
mencapai umur konstruksi tertentu atau infrastruktur terdampak bencana, agar
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
2
fungsinya dikembalikan seperti semula. Penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya
memiliki diferensiasi dengan unit organisasi lain di Kementerian PUPR seperti Ditjen
Sumber Daya Air (SDA) dan Ditjen Bina Marga. Pada Ditjen Bina Marga dan Ditjen
SDA penanganan dilakukan pada infrastruktur dengan status nasional, sehingga
infrastruktur yang telah dibangun dilakukan operasi dan pemeliharaan oleh Ditjen
Bina Marga dan Ditjen SDA, Kementerian PUPR. Sedangkan, di Ditjen Cipta Karya,
infrastruktur permukiman yang telah selesai dibangun, selanjutnya diserahkan
kepada pemerintah daerah untuk dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan amanat
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal
tersebut, maka penerapan OPOR di Ditjen Cipta Karya memberikan fokus pada
aspek Optimalisasi dan Rehabilitasi.
Ditjen Cipta Karya telah melakukan identifikasi/inventarisasi terhadap infrastruktur
permukiman terbangun periode tahun 2015 hingga 2020. Berdasarkan hasil
inventarisasi terhadap infrastruktur permukiman tersebut, terdapat 87 Infrastruktur
permukiman (air minum dan sanitasi) yang belum berfungsi.
Selanjutnya, dari 87 infrastruktur permukiman yang belum berfungsi, 55 (37
infrastruktur air minum, 18 infrastruktur sanitasi) berada pada Kab/Kota dengan
kondisi kapasitas fiskal daerah yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan data
tersebut, sebagian besar (63%) infrastruktur permukiman yang tidak berfungsi
berada pada Kab/Kota yang memiliki kapasitas fiskal rendah dan sangat rendah.
Strategi dalam melakukan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah adalah melalui instrumen
kaji ulang kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya. Untuk
menjalankan strategi tersebut, dibutuhkan pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas
fiskal rendah, dimulai dari tahap persiapan hingga pemantauan dan evaluasi, serta
pelaporan hasil kegiatan.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
3
5.2 MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN
5.2.1 Maksud
Pedoman pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui instrumen kaji ulang
kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya ini disusun dengan maksud
sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu:
Direktorat Air Minum, Direktorat Sanitasi, Direktorat Sistem dan Strategi
Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman, dan Balai Prasarana Permukiman
Wilayah dalam pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun sektor air minum dan sanitasi pada daerah dengan kapasitas fiskal
rendah.
5.2.2 Tujuan
Pedoman pelaksanaan Rehabilitasi Dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah Melalui Instrumen Kaji
Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya ini disusun dengan
tujuan:
1. Meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas perencanaan, pemrograman,
dan penganggaran pembangunan infrastruktur permukiman pada daerah dengan
kapasitas fiskal rendah melalui rehabilitasi dan optimalisasi;
2. Mendorong keberfungsian dan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur
permukiman terbangun sektor air minum dan sanitasi.
5.2.3 Sasaran
Sasaran dalam pedoman ini adalah tersedianya acuan mengenai tahapan atau
mekanisme pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun, dengan rincian tahapan:
a. persiapan rehabilitasi dan optimalisasi;
b. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi;
c. pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi;
d. pengawasan rehabilitasi dan optimalisasi; dan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
4
UU No.2 tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan
Kapasitas Fiskal Rendah melalui Instrumen Kaji Ulang Kelayakan Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Permen PUPR No.5 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur
Bidang PUPR
e. tahap pasca rehabilitasi dan optimalisasi.
5.3 MANFAAT PEDOMAN
Manfaat pedoman Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman
Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah, adalah:
a. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (capacity building) di lingkungan
Ditjen Cipta Karya terkait rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
b. Meningkatkan kinerja perencanaan pemrograman dalam meningkatkan
pencapaian target Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya Tahun 2020-2024.
5.4 KEDUDUKAN PEDOMAN
Kedudukan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi
Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman Sumber: Tim Efektif, 2021
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
5
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh tim efektif, secara regulasi
sebenarnya telah terdapat beberapa regulasi yang mengatur terkait implementasi
konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur PUPR, namun
demikian belum terdapat pedoman yang secara rinci mengatur tentang pelaksanaan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun, khususnya pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur
Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah disusun
untuk menjawab kebutuhan terhadap pemenuhan regulasi yang bersifat rinci atau
teknis dan kebutuhan untuk merespon permasalahan aset infrastruktur permukiman
terbangun yang tidak berfungsi pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah melalui
penyusunan pedoman dimaksud.
5.5 LINGKUP PEDOMAN
Ruang lingkup pedoman ini mengatur mengenai pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun yang belum berfungsi pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Adapun lingkup pelaksanaan yang dimaksud
adalah dimulai dari tahap persiapan hingga pemantauan dan evaluasi, serta
pelaporan hasil kegiatan.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
6
6 BAB 2
KETENTUAN UMUM
6.1 DASAR PELAKSANAAN
6.1.1 Landasan Hukum
a. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Perumahan;
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;
e. Permen PUPR No.5 tahun 2015 tentang pedoman umum implementasi konstruksi
berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang PUPR;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 603 Tahun 2005 Pedoman Umum
Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana
dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
h. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD);
i. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2013
tentang Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga;
6.1.2 Kebijakan terkait Optimalisasi, Pemeliharaan, Operasi, dan Rehabilitasi
Berdasarkan arahan Menteri PUPR yang disampaikan pada kegiatan konsolidasi
regional Kementerian PUPR yang dilaksanakan Maret 2021, penanganan
infrastruktur PUPR tahun 2022 harus berfokus pada:
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
7
a. Optimalisasi, yaitu menuntaskan dan memberikan manfaat dari infrastruktur yang
telah terbangun;
b. Pemeliharaan, yaitu menjamin keberlangsungan fungsi dari infrastruktur agar
tetap beroperasi;
c. Operasi, yaitu pendanaan untuk operasional infrastruktur yang telah tuntas
terbangun pada tahun 2021 dan pada tahun sebelumnya;
d. Rehabilitasi, yaitu penanganan pada infrastruktur yang telah mencapai umur
konstruksi tertentu atau infrastruktur yang terdampak bencana.
Gambar 2.1 Arahan Menteri PUPR terkait OPOR Sumber: Bahan Paparan Menteri PUPR
Pedoman ini memberikan fokus pada optimalisasi dan rehabilitasi infrastruktur
permukiman terbangun yang belum berfungsi, dikarenakan berdasarkan Undang –
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat pembagian
urusan yang bersifat konkuren antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman, Ditjen Cipta Karya melaksanakan
pembangunan infrastruktur permukiman dan setelah infrastruktur permukiman
dibangun, selanjutnya infrastruktur permukiman tersebut akan diserahterimakan
kepada pemerintah daerah untuk dikelola melalui operasi dan pemeliharaan.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
8
6.2 ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN
6.2.1 Hubungan Kerja Antar Kementerian/Lembaga
Dalam melakukan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun,
Kementerian PUPR memerlukan koordinasi dengan stakeholders eksternal yakni
Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Kementerian Dalam Negeri.
9
6.2.2 Organisasi Ditjen Cipta Karya
Gambar 2.3 Organisasi Ditjen Cipta Karya Sumber: Permen PUPR No 13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
10
6.2.3 Peran Pemangku Kepentingan
Peran pemangku kepentingan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah terdiri atas
pemangku kepentingan dari pusat hingga ke kab/kota sebagai mana dijabarkan
pada tabel 2.1.
Table 2.1 Pemangku Kepentingan
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS
Bappenas 1. Memastikan tercapainya
pemenuhan target-target
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024 bidang
permukiman.
2. Mengkoordinasikan
pengembangan
kerangka regulasi,
kelembagaan, dan
pendanaan di bidang
perkotaan, perumahan,
dan permukiman,
termasuk infrastruktur
sektor air minum dan
sanitasi.
1. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemenuhan
target-target RPJMN Tahun
2020-2024 bidang
permukiman.
2. Monitoring dan evaluasi
penyusunan Rencana
Strategis K/L dan Rencana
Pengembangan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD)
bidang permukiman.
Melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap
K/L dan pemerintah daerah
dalam rangka pemenuhan
target-target RPJMN
Tahun 2020-2024 bidang
permukiman dan
sinkronisasi RPJMN Tahun
2020-2024 bidang
permukiman dengan
Rencana Strategis K/L dan
RPJMD.
Kementerian
Keuangan
1. Menentukan besaran
alokasi anggaran bagi
K/L dan pemerintah
daerah.
2. Memfasilitasi
penyelenggaraan proses
penganggaran bagi K/L
dan pemerintah daerah
untuk sumber dana dari
APBN.
1. Mengesahkan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian
Lembaga (RKAKL) serta
dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
2. Menyediakan bimbingan
teknis proses penganggaran
di K/L dan penyelenggaraan
dana dekonsentrasi dan
Melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap
K/L dan pemerintah daerah
dalam rangka optimalisasi
efisiensi dan efektifitas
pemanfaatan sumber
pendanaan dari APBN.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
11
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS
tugas pembantuan.
Kemendagri 1. Memastikan tercapainya
pemenuhan Standard
Pelayanan Minimal
(SPM) bidang
infrastruktur
permukiman.
2. Mengordinasikan,
melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada
pemerintah daerah
dalam rangka
pemenuhan SPM melalui
penyediaan dana
operasi dan
pemeliharaan
infrastruktur permukiman
terbangun.
1. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemenuhan SPM
oleh Kabupaten/Kota.
2. Monitoring dan evaluasi
penyusunan Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD).
Melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap
pemerintah daerah dalam
rangka pemenuhan SPM
dan dukungan
penganggaran dari
pemerintah daerah.
Ditjen Cipta
Karya (Dit.
SSPIP, Dit. Air
Minum dan Dit.
Sanitasi)
Melaksanakan
perencanaan dan
prioritisasi atau penetapan
skala prioritas program
terhadap kegiatan
rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun.
Melakukan prioritisasi program
dengan kriteria kesiapan
komitmen pemda, sharing
pendanaan, skala pelayanan
dan belum BASTO.
1. Menyelenggarakan
perumusan pelaksanaan
kebijakan rehabilitasi
dan optimalisasi
infrastruktur permukiman
terbangun.
2. Melakukan monitoring
dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan
rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun.
Balai PPW 1. Melakukan uji kelayakan
revitalisasi infrastruktur
permukiman
2. Mengendalikan
1. Melakukan tertib
administrasi selama proses
kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi pembangunan
infrastruktur permukiman.
1. Melaksanakan
konsolidasi pada tingkat
provinsi;
2. Melaksanakan
pendampingan dan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
12
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS
pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun
2. Menyiapkan tim analisis
kelayakan (termasuk
pengkaji teknis).
3. Melaksanakan pengadaan
penyedia jasa meliputi:
• Konsultan perencana
jika tidak dilaksanakan
oleh Pemda Kab/Kota
atau membutuhkan
perpanjangan jasa
konsultan perencana
sebelumnya;
• Konsultan pengawas;
• Kontraktor
pengendalian selama
kegiatan pembangunan;
3. Melakukan pemantauan
dan evaluasi kegiatan
rehabilitasi dan
optimalsiasi infrastruktur
permukiman terbangun
Tim Teknis 1. Melakukan uji
kelayakan revitalisasi
infrastruktur
permukiman
2. Mengendalikan
pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan
optimalisasi
infrastruktur
permukiman terbangun
1. Mengoordinasikan
pembangunan, rehabilitasi
dan optimalisasi
infrastrutkur permukiman
terbangun dengan
pemangku kepentingan
lainnya.
2. Melakukan pendampingan
yang terdiri dari:
• Persiapan (Survey dan
identifikasi kesiapan)
• Perencanaan
konstruksi;
• Pelaksanaan
konstruksi;
• Pengawasan
konstruksi;
• Paska konstruksi.
1. Mendorong rehabilitasi
dan optimalisasi
infrastruktur permukiman
terbangun berkualitas.
2. Memberikan arahan
kepada Tim Pengkaji
Teknis dalam tahap
persiapan (survey dan
identifikasi kebutuhan).
3. Memantau progress
pelaksanaan konstruksi
yang dilakukan oleh
kontraktor dan
pengawas oleh
konsultan pengawas.
4. Melakuan koordinasi
dalam proses serah
terima asset dengan
daerah.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
13
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS
Organisasi
Perangkat
Daerah
Kab/Kota
Mendukung pengendalian
kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi infratruktur
permukiman terbangun
Berperan aktif dalam tim teknis Melakukan koordinasi
dengan Balai PPW dalam
pemantauan dan evaluasi
kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur
permukiman terbangun
Sumber: Tim Efektif, 2021
6.3 KRITERIA PENANGANAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
6.3.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN
Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur penyediaan air
minum perpipaan yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian
PUPR mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2016 tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, yaitu:
1. Pembangunan kapasitas baru (tambahan produksi) pada wilayah yang sudah ada
sistem (brown field);
2. Idle capacity tinggi (>30% kapasitas terpasang, dan atau >150 L/detik);
3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;
4. PDAM sehat;
5. Terdapat unit SPAM yang tidak berfungsi;
6. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi;
7. Belum BASTO;
8. Skala pelayanan;
9. Sharing pendanaan.
6.3.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur pengelolaan
air limbah domestik yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian
PUPR mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yaitu:
1. Memiliki IPALD dan IPLT terbangun di kab/kota dengan utilisasi < 70%;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
14
2. Tersedia Peraturan Daerah bidang Air Limbah Domestik atau sudah ada
pemisahan fungsi operator dan regulator;
3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;
4. Berada di daerah rawan sanitasi sesuai SSK;
5. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi;
6. Belum BASTO;
7. Skala pelayanan;
8. Sharing pendanaan.
6.3.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH
Readiness criteria yang perlu dipenuhi dalam penentuan infrastruktur permukiman
yang akan direhabilitasi dan dioptimalisasi oleh Kementerian PUPR mengacu pada
Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu:
1. Memiliki TPA terbangun yang tidak berfungsi dan belum melampaui usia desain;
2. Tersedia peraturan daerah bidang persampahan atau sudah ada pemisahan
fungsi operator dan regulator;
3. Kab/kota dengan kapasitas fiskal rendah;
4. Kab/kota dengan jumlah TPA tidak boleh lebih dari 1 (satu);
5. Pernyataan komitmen pemerintah daerah untuk menerima hasil kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi;
6. Belum BASTO;
7. Skala pelayanan;
8. Sharing pendanaan.
6.4 LINGKUP REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
6.4.1 INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN AIR MINUM PERPIPAAN
6.4.1.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI
Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur
terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
15
pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh
infrastruktur penyediaan air minum perpipaan yang akan ditangani.
Selanjutnya, aset infrastruktur penyediaan air minum perpipaan yang
memenuhi readiness criteria, ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang
kelayakan revitalisasi infrastruktur bidang Cipta Karya. Kaji ulang kelayakan
meliputi verifikasi dokumen, pengkajian permasalahan teknis, perumusan
pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, dan pengkajian tata
kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi.
A. Verifikasi Dokumen Pendukung
Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung
berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur air minum
perpipaan yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:
1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur penyediaan
air minum perpipaan dari pemerintah daerah terkait;
2. DED infrastruktur yang telah dibangun;
3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi
cakupan layanan, dan keberfungsian;
4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;
5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;
6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan
infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum
dan sanitasi;
7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait subsektor air
minum, seperti RISPAM, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.
B. Pengkajian Permasalahan Teknis
Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur penyediaan air minum perpipaan mencakup pemeriksaan
kerusakan aset infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi
optimalisasi, dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis
subbidang air minum perpipaan dengan menyandingkan dengan data dan
informasi dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan. Adapun SOP
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
16
tersebut dikelompokkan berdasarkan komponen infrastruktur penyediaan air
minum perpipaan, yaitu:
1. Unit Air Baku
Pada unit air baku sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian
intake hingga kepada SOP pemeliharaan mekanikal dan elektrikal.
Adapun SOP pada unit air baku secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 2.2 SOP Unit Air Baku
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT AIR BAKU
1 AB.01 SOP Pengoperasian Intake Bebas
2 AB.02 SOP Pemelihraan Intake Bebas
3 AB.03 SOP Pengoperasian Intake Sumuran
4 AB.04 SOP Pemeliharaan Intake Sumuran
5 AB.05 SOP Pengoperasian Intake Bendung
6 AB.06 SOP Pemeliharaan Intake Bendung
7 AB.07 SOP Pengoperasian Intake Ponton
8 AB.08 SOP Pemeliharaan Intake Ponton
9 AB.09 SOP Pengoperasian Intake Galeri
10 AB.10 SOP Pemeliharaan Intake Galeri
11 AB.11 SOP Pengoperasian Intake Jembatan
12 AB.12 SOP Pemeliharaan Intake Jembatan
13 AB.13 SOP Pengoperasian Bangunan Penangkap Mata Air
14 AB.14 SOP Pemelihaan Bangunan Penangkap Mata Air
15 AB.15 SOP Pengoeprasian Sumur Dalam
16 AB.16 SOP Pemeliharaan Sumur Dalam
17 AB.17 SOP Penanggulangan Darurat Air Baku
18 AB.18 SOP Pengoperasian Pipa Transmisi
19 AB.19 SOP Pemeliharaan Pipa Transmisi
20 AB.20 SOP Pengoperasian Mekanikal & Elektrikal
21 AB.21 SOP Pemeliharaan Mekanikal & Elektrikal
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
17
Sumber: Lampiran I Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2014
tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum
2. Unit produksi
Pada unit produksi sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian IPA
hingga kepada SOP pemeliharaan instalasi desinfeksi. Adapun SOP pada
unit produksi secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 2.3 SOP Unit Produksi
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PRODUKSI
1 UP.01 SOP Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air
2 UP.02 SOP Pemelihraan Instalasi Pengolahan Air
3 UP.03 SOP Pengoperasian Pra-sedimentasi
4 UP.04 SOP Pemeliharaan Pra-sedimentasi
5 UP.05 SOP Pengoperasian Saringan Pasir Lambat
6 UP.06 SOP Pemeliharaan Saringan Pasir Lambat
7 UP.07 SOP Pengoperasian Pengolahan Besi dan Mangan
8 UP.08 SOP Pemeliharaan Pengolahan Besi dan Mangan
9 UP.09 SOP Pengoperasian Unit Penurunan Kesadahan
10 UP.10 SOP Pemeliharaan Unit Penurunan Kesadahan
11 UP.11 SOP Pengoperasian Penurunan Kadar CO2
12 UP.12 SOP Pemeliharaan Penurunan Kadar CO2
13 UP.13 SOP Pengoperasian Pengolahan dan Penanganan Lumpur
14 UP.14 SOP Pemelihaan Pengolahan dan Penanganan Lumpur
15 UP.15 SOP Pengoeprasian Instalasi Desinfeksi
16 UP.16 SOP Pemeliharaan Instalasi Desinfeksi
Sumber: Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum
3. Unit distribusi
Pada unit distribusi sudah terdapat SOP mulai dari tahap pengoperasian
pipa transmisi dan distribusi air minum hingga kepada SOP pemelihaan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
18
hidran kebakaran. Adapun SOP pada unit distribusi secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 2.4 SOP Unit Distribusi
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT DISTRIBUSI
1 UD.01 SOP Pengoperasian Pipa Transmisi dan Distribusi Air Minum
2 UD.02 SOP Pemelihraan Pipa Transmisi dan Distribusi Air Minum
3 UD.03 SOP Penanganan Kebocoran
4 UD.04 SOP Pengaturan Tekanan
5 UD.05 SOP Pengurasan Pipa
6 UD.06 SOP Penanggulangan Gangguan Pengaliran
7 UD.07 SOP Pengoperasian reservoir
8 UD.08 SOP Pemeliharaan reservoir
9 UD.09 SOP Pengoperasian Sistem Zona
10 UD.10 SOP Pemeliharaan Sistem Zona
11 UD.11 SOP Pengoperasian Hidran Umum
12 UD.12 SOP Pemeliharaan Hidran Umum
13 UD.13 SOP Pengoperasian Hidran Kebakaran
14 UD.14 SOP Pemelihaan Hidran Kebakaran
Sumber: Lampiran III Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum
C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan
Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya
berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset
infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan
penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan
infrastruktur dan potensi optimalisasi.
D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan
Optimalisasi
Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi
ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
19
setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini
dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria
komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pelayanan dan
pengelolaan serta upaya sharing pendanaan dengan mempertimbangkan
hasil pengkajian permasalahan teknis dan perkiraan biaya kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam Focus Group Discussion
(FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang disepakati pihak-pihak yang
terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan yang
dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:
1. SOP Unit Pelayanan
Pada unit pelayanan sudah terdapat SOP mulai dari tahap pemasangan
sambungan baru hingga kepada SOP pengaduan pelanggan. Adapun jenis
SOP pada unit pelayanan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 2.5 SOP Unit Pelayanan
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PELAYANAN
1 UL.01 SOP Pemasangan Sambungan Baru
2 UL.02 SOP Pemutusan dan Penyambungan Kembali Sambungan
Pelanggan
3 UL.03 SOP Pengiriman Air dengan Mobil Tangki
4 UL.04 SOP Pembacaan Meter Air Pelanggan
5 UL.05 SOP Pemeliharaan Meter Air Pelanggan
6 UL.06 SOP Penggantian Meter Air Pelanggan
7 UL.07 SOP Pengoperasian Pipa Dinas/Pipa Pelayanan
8 UL.08 SOP Pemeliharaan Pipa Dinas/Pipa Pelayanan
9 UL.09 SOP Perubahan Identitas pelanggan
10 UL.10 SOP Pengaduan Pelanggan
Sumber: Lampiran IV Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum
2. SOP Unit Pengelolaan
Pada unit pengelolaan sudah terdapat SOP mulai dari tahap perencanaan
sambungan baru hingga kepada SOP pengelolaan data baca meter. Adapun
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
20
jenis SOP pada unit pengelolaan secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 2.6 SOP Unit Pengelolaan
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PENGELOLAAN
1 UK.01 SOP Perencanaan Sambungan Baru
2 UK.02 SOP Pemetaan Jaringan
3 UK.03 SOP Perencanaan Bangunan Air dan Sipil Umum
4 UK.04 SOP Pengawasan Pekerjaan Non Fisik
5 UK.05 SOP Pengawasan Pekerjaan Fisik
6 UK.06 SOP Pengawasan Kualitas Air
7 UK.07 SOP Penerimaan pengadaan Bahan Kimia
8 UK.08 SOP Pengelolaan Sarana dan Prasarana Laboratorium
9 UK.09 SOP Penelitian dan Pengembangan Teknik
10 UK.10 SOP Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Teknis & Non Teknis
11 UK.11 SOP Pemeliharaan Perangkat Lunak, Perangkat Keras dan
Jaringan
12 UK.12 SOP Pembangunan dan Pengembangan Sistem Teknologi
Informasi
13 UK.13 SOP Pengelolaan Database
14 UK.14 SOP Pengelolaan Barang Gudang
15 UK.15 SOP Penghapusan Aset
16 UK.16 SOP Penilaian Aset
17 UK.17 SOP Asusransi Aset Beresiko
18 UK.18 SOP Pengamanan Bangunan Umum dan Gudang
19 UK.19 SOP Penerimaan pegawai
20 UK.20 SOP Penilaian Kinerja Karyawan
21 UK.21 SOP Pemberian Reward dan Punishment Terhadap Hasil Kinerja
22 UK.22 SOP Kenaikan Pangkat
23 UK.23 SOP Pengelolaan Barang Bekas
24 UK.24 SOP Pengembangan Sumber Daya Manusia
25 UK.25 SOP Panggajian
26 UK.26 SOP Kenaikan Gaji Berkala
27 UK.27 SOP Survey kepuasan Karyawan
28 UK.28 SOP Survey Kepuasan Pelanggan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
21
NO KODE SOP JENIS SOP UNIT PENGELOLAAN
29 UK.29 SOP Pemasaran
30 UK.30 SOP Kerjasama Pemeliharaan Pihak Ketiga
31 UK.31 SOP Penelitian dan Pengembangan Non teknis
32 UK.32 SOP Pengelolaan Data Baca Meter
Sumber: Lampiran IV Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No.26 Tahun 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem
Penyediaan Air Minum
6.4.1.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
penyediaan air minum perpipaan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan dan
dilakukan hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut
diserahterimakan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.
1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum
perpipaan
Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri PUPR No.
47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur telah menjelaskan pengertian rehabilitasi
dan optimalisasi.
a. Rehabilitasi unit penyediaan air minum dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi sesuai dengan persyaratan teknis saat awal
dibangun/disediakan, seperti penggantian komponen pada unit-unit
air baku, unit produksi, jaringan unit distribusi, dan unit pelayanan.
b. Optimalisasi unit penyediaan air minum dimaksudkan untuk
meningkatkan cakupan layanan melalui dukungan terhadap Dana
Daerah Untuk Urusan Bersama (lanjutan pekerjaan dari sumber
APBN) dengan pembangunan jaringan distribusi pipa tersier dan
perluasan/peningkatan Sambungan Rumah perpipaan bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah, kumuh perkotaan, dan/atau di
kabupaten/kota yang memiliki potensi yang belum termanfaatkan
(idle capacity).
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
22
Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi
dilakukan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi
besaran gap yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur
penyediaan air minum dapat berfungsi sesuai tujuan pembangunan
yang diharapkan dalam dokumen perencanaan teknis.
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum yang
dilakukan, meliputi:
a. Perbaikan fungsi infrastruktur
Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian
infrastruktur penyediaan air minum perpipaan, sehingga menjadi
sesuai dengan tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana
tertuang dalam dokumen perencanaan teknis, diantaranya:
• Menambal retak-retak dinding bangunan reservoar;
• Merapikan penempatan kabel listrik instalasi pengolahan air;
• Mengganti pipa transmisi yang rusak;
• Mengganti komponen mekanikal dan elektrikal yang rusak;
• Menambah ketebalan dinding kolam saringan pasir lambat;
dan/atau
• Kegiatan sejenis.
b. Perluasan cakupan pelayanan
Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak
rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur penyediaan air
minum perpipaan yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan
pelayanan diantaranya:
• Menambah kapasitas produksi instalasi pengolahan air minum
dengan penggantian teknologi;
• Pembangunan offtake baru;
• Penambahan pipa distribusi; dan/atau
• Kegiatan sejenis.
2. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka
perluasan cakupan pelayanan sistem infrastruktur penyediaan air minum
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
23
yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai
komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.
3. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset
infrastruktur
Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara
substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)
dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam
berita acara FGD.
6.4.1.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air minum perpipaan
dilaksanakan dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PUPR No.
27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
Beberapa komponen aset infrastruktur yang dapat menjadi sasaran kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:
1. Unit Air Baku, meliputi:
• Intake;
• Sumur dalam;
• Bangunan penangkap mata air;
• Komponen mekanikal dan elektrikal; dan/atau
• Komponen sejenis.
2. Unit Produksi, meliputi:
• Instalasi pengolahan air;
• Kolam pra-sedimentasi;
• Kolam saringan pasir lambat;
• Unit pengolahan besi dan mangan;
• Unit penurunan kesadahan; dan/atau
• Komponen sejenis.
3. Unit Distribusi, meliputi:
• Pipa distribusi;
• Bangunan reservoar;
• Hidran;
• Pipa transmisi; dan/atau
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
24
• Komponen sejenis
6.4.2 INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
6.4.2.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI
Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur
terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian
pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh
infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang akan ditangani.
Selanjutnya, aset infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang
memenuhi readiness criteria, ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang
kelayakan. Kaji ulang kelayakan meliputi verifikasi dokumen, pengkajian
permasalahan teknis, perumusan pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi, dan pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi
dan optimalisasi.
A. Verifikasi Dokumen Pendukung
Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung
berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air
limbah domestik yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:
1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur pengelolaan
air limbah domestik dari pemerintah daerah terkait;
2. DED infrastruktur yang telah dibangun;
3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi
cakupan layanan, dan keberfungsian;
4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;
5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;
6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan
infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum
dan sanitasi;
7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait sektor
sanitasi, seperti SSK, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.
B. Pengkajian Permasalahan Teknis
Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur pengelolaan air limbah domestik mencakup pemeriksaan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
25
kerusakan aset infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi
optimalisasi, dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis
subbidang pengelolaan air limbah domestik dengan menyandingkan dengan
data dan informasi dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan.
Terdapat 2 (dua) tipe infrastruktur dalam pengelolaan air limbah domestik,
yaitu Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik (IPALD). Komponen utama dan komponen pendukung IPLT
dirinci sebagai berikut:
a. Komponen utama, yang terdiri dari:
1) Unit penyaringan secara mekanik atau manual yang berfungsi untuk
memisahkan atau menyaring benda kasar dalam lumpur tinja;
2) Unit pengumpulan berfungsi untuk mengumpulkan lumpur tinja dari
kendaraan penyedot lumpur tinja sebelum masuk unit pengolahan
berikutnya;
3) Unit pemekatan berfungsi untuk memisahkan padatan dengan
cairan yang dikandung lumpur tinja, sehingga konsentrasi padatan
akan meningkat atau menjadi lebih kental;
4) Unit stabilisasi untuk menurunkan kandungan organik dari lumpur
tinja, baik secara anaerobik maupun aerobik;
5) Unit pengeringan lumpur berfungsi untuk menurunkan kandungan
air dari lumpur hasil olahan baik dengan mengandalkan proses fisik
dan/atau proses kimia.
b. Komponen pendukung, yang terdiri dari:
1) Platform (dumping station) yang merupakan tempat truk penyedot
tinja untuk mencurahkan (unloading) lumpur tinja ke dalam tangki
Imhoff ataupun bak ekualisasi (pengumpul);
2) Kantor yang diperuntukkan bagi tenaga kerja;
3) Gudang dan bengkel kerja untuk tempat penyimpanan peralatan,
suku cadang unit di IPLT dan perlengkapan lainnya;
4) Laboratorium untuk pemantauan kinerja IPLT;
5) Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan jalan
inspeksi;
6) Sumur pantau untuk memantau kualitas air tanah di sekitar IPLT;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
26
7) Fasilitas air bersih untuk mendukung kegiatan pengoperasian IPLT;
8) Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
9) Pos jaga
10) Pagar pembatas untuk mencegah gangguan serta
mengamankan aset yang berada di dalam lingkungan IPLT;
11) Pipa pembuangan;
12) Tanaman penyangga, dan/atau
13) Sumber energi listrik
Adapun komponen utama dan komponen pendukung IPALD dirinci sebagai
berikut:
a. Komponen utama, yang terdiri dari:
1) Bangunan pengolahan air limbah domestik;
2) Bangunan pengolahan lumpur;
3) Peralatan mekanikal dan elektrikal, dan/atau
4) Unit pemanfaatan hasil olahan.
b. Komponen pendukung, yang terdiri dari:
1) Gedung kantor;
2) Laboratorium;
3) Gudang dan bengkel kerja;
4) Infrastruktur jalan berupa jalan masuk, jalan operasional dan jalan
inspeksi;
5) Sumur pantau;
6) Fasilitas air bersih;
7) Alat pemeliharaan;
8) Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
9) Pos jaga;
10) Pagar pembatas;
11) Pipa pembuangan;
12) Tanaman penyangga, dan/atau
13) Sumber energi listrik.
Beberapa SOP terkait operasional dan pemeliharaan infrastruktur
pengelolaan air limbah domestik, diantaranya:
1. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Bak Pengumpul;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
27
2. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan pada Pompa Bak Pengumpul;
3. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Penyaringan Kasar;
4. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Pemekatan; dan/atau
5. SOP Pengoperasian dan Pemeliharaan Unit Stabilisasi Lumpur.
Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PUPR
C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan
Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya
berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset
infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan
penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan
infrastruktur dan potensi optimalisasi.
D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan
Optimalisasi
Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi
ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur
setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini
dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria
komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pengelolaan
infrastruktur pengelolaan air limbah domestik serta upaya sharing pendanaan
dengan mempertimbangkan hasil pengkajian permasalahan teknis dan
perkiraan biaya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam
Focus Group Discussion (FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang
disepakati pihak-pihak yang terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat
keputusan yang dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:
1) SOP Manajemen dan Administrasi Operator
a. SOP Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran UPTD Air Limbah
Domestik;
b. SOP Menyusun Laporan Kinerja Triwulan UPTD Air Limbah
Domestik;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
28
c. SOP Memonitor dan Mengevaluasi Pengelolaan UPTD Air Limbah
Domestik;
d. SOP Menerima Surat Masuk;
e. SOP Menyiapkan Surat Keluar;
f. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Gedung di Kantor;
g. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Kendaraan Dinas;
h. SOP Mengajukan Uang Muka Kerja;
i. SOP Mengajukan Pembayaran Pihak ke-3; dan
j. SOP Mencetak, Mendistribusikan dan Menerima Pembayaran
Rekening Tagihan.
2) SOP SDM, yang terdiri dari:
a. SOP Administrasi dan Kepegawaian;
b. SOP Perekrutan Tenaga Kerja; dan
c. SOP Proses Seleksi.
3) SOP Aset Operasi, yang terdiri dari:
a. SOP Melayani Penyedotan Tinja;
b. SOP Menyiapkan dan Administrasi dan Teknis Layanan Lumpur
Tinja Terjadwal;
c. SOP Menyedot Lumpur Tinja Layanan Lumpur Tinja Terjadwal;
d. SOP Mengangkut dan Membuang Lumpur Tinja Layanan Lumpur
Tinja Terjadwal.
4) SOP Manajemen Pelanggan, yang terdiri dari:
a. SOP Mengisi dan Memutakhirkan Data Pelanggan;
b. SOP Menerima Pelanggan Baru Layanan Lumpur Tinja Terjadwal;
c. SOP Menangani Keluhan Pelanggan; dan
d. SOP Survei Pelanggan Penyedotan Tangki Septik dan Pengolahan
Air Limbah.
Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
PUPR
6.4.2.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
pengelolaan air limbah domestik berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
29
dan dilakukan hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut
diserahterimakan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.
1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air limbah
domestik
Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik dan
Peraturan Menteri PUPR No. 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur telah
menjelaskan pengertian rehabilitasi dan optimalisasi.
a. Rehabilitasi dilakukan agar komponen aset infrastruktur atau
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) dapat berfungsi
kembali sesuai perencanaan melalui kegiatan perbaikan
fisik/penggantian sebagian atau keseluruhan peralatan/suku
cadang.
b. Optimalisasi dimaksudkan untuk meningkatkan akses terhadap
sistem pengolahan air limbah terpusat melalui sambungan rumah
untuk Kabupaten/Kota yang sudah memiliki sistem yang dimaksud.
Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi
dilakukan berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi
besaran gap yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur
pengelolaan air limbah domestik dapat berfungsi sesuai tujuan
pembangunan yang diharapkan dalam dokumen perencanaan teknis.
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pengelolaan air limbah
domestik yang dilakukan, meliputi:
a. Perbaikan fungsi infrastruktur
Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian
infrastruktur pengelolaan air limbah domestik, sehingga menjadi
sesuai dengan tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana
tertuang dalam dokumen perencanaan teknis, diantaranya:
• Menambal retak-retak dinding gudang dan bengkel kerja;
• Merapikan pagar pembatas;
• Mengganti penutup sumur pantau;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
30
• Mengganti pipa retikulasi yang rusak;
• Mengganti komponen blower dan aerator yang rusak;
• Menambah ketebalan dinding kolam anaerobik; dan/atau
• Kegiatan sejenis
b. Perluasan cakupan pelayanan
Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak
rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur pengelolaan air
limbah domestik yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan
pelayanan diantaranya:
• Menambah kapasitas layanan instalasi pengolahan air limbah
dan/atau lumpur tinja dengan penggantian teknologi;
• Penambahan pipa tinja dan/atau pipa non tinja;
• Penambahan bak inspeksi dan/atau bak kontrol; dan/atau
• Kegiatan sejenis.
4. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka
perluasan cakupan pelayanan sistem pengelolaan air limbah domestik
yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai
komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.
5. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset infrastruktur
Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara
substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)
dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam
berita acara FGD.
6.4.2.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur penyediaan air limbah
dilaksanakan dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PUPR No.
04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik, yang menyasar 2 (dua) tipe infrastruktur, yaitu IPLT dan IPALD.
Beberapa komponen aset infrastruktur tersebur yang dapat menjadi sasaran
kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:
1. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang mencakup:
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
31
a. Pengolahan pendahuluan dengan pilihan unit:
• bar screen;
• grit chamber;
• grease trap;
• bak ekualisasi; atau
• bak pengendapan primer.
b. Pemekatan dan stabilisasi lumpur dengan pilihan unit:
• Gravity thickener;
• Anaerobic digester;
• Tangki Imhoff; atau
• Solid separation chamber.
c. Stabilisasi atau pengolahan cairan dengan pilihan unit:
• Kolam anaerobic;
• Anaerobic Baffeled Reactor (ABR)
• Upflow Anaerobic Baffled Filter (UABF)
• Activated sludge (aerated lagoon + oxydation ditch)
• Trickling filter + cascade aerator
• Upflow biological aerated filter + ammonia stripping; atau
• Kolam fakultatif.
d. Unit disinfeksi dengan pilihan unit:
• Kolam maturasi/polishing; atau
• Constructed wetland.
e. Pengolah padatan/pengeringan lumpur dengan pilihan unit:
• Anaerobic digester;
• Aerobic digester;
• Sludge drying bed;
• Belt filter press;
• Filter press;
• Secrew grease;
• Pengomposan;
• Solar drying; atau
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
32
• Thermal drying.
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) yang mencakup:
a. Sub-sistem pelayanan yang mencakup:
• Pipa tinja;
• Pipa non tinja;
• Bak perangkap minyak dan lemak;
• Pipa persil;
• Bak control;
• Bak inspeksi;
• Pipa retikulasi;
• Pipa induk;
• Manhole;
• Bangunan penggelontor;
• Bangunan clean cut;
• Siphon; dan
• Stasiun pompa
b. Pengolahan tahap pertama dengan pilihan unit:
• Sumur pengumpul inlet;
• Saringan (screen);
• Grit chamber;
• Bak ekualisasi; atau
• Bak pengendap pertama.
c. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan biologi
anaerob dengan pilihan unit:
• Kolam anaerobik;
• Anaerobic Baffled Reactor (ABR);
• Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB); atau
• Anaerobic biofilter.
d. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan biologi aerob
dengan pilihan unit:
• Kolam aerasi;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
33
• Lumpur aktif (Activated sludge);
• Rotating Biological Contactor (RBC);
• Trickling filter;
• Aerob biofilter; atau
• Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
e. Sub-sistem pengolahan terpusat dengan pendekatan kombinasi
dengan pilihan unit:
• Kolam fakultatif; atau
• Wetland.
f. Bangunan pengolahan lumpur
g. Peralatan mekanikal dan elektrik meliputi:
• Pompa air limbah domestik;
• Blower dan aerator;
• Daya listrik;
• Kontrol dan instrumentasi;
• Penerangan;
• Penangkal petir;
• Penginderaan kebakaran; dan/atau
• Pemadaman kebakaran.
6.4.3 INFRASTRUKTUR PEMROSESAN SAMPAH
6.4.3.1 LINGKUP IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI
Identifikasi dan verifikasi dilakukan pada tahap sesudah infrastruktur
terbangun dan sebelum diserahterimakan, berfokus terhadap penilaian
pemenuhan readiness criteria kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi oleh
infrastruktur pemrosesan sampah yang akan ditangani. Selanjutnya, aset
infrastruktur pemrosesan sampah yang memenuhi readiness criteria,
ditindaklanjuti dengan pendekatan kaji ulang kelayakan. Kaji ulang
kelayakan meliputi verifikasi dokumen, pengkajian permasalahan teknis,
perumusan pembiayaan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, dan
pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi.
A. Verifikasi Dokumen Pendukung
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
34
Verifikasi dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen yang mendukung
berjalannya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan
sampah yang harus disiapkan oleh pengusul kegiatan, yaitu:
1. Surat pernyataan bersedia untuk menerima aset infrastruktur pemrosesan
sampah dari pemerintah daerah terkait;
2. DED infrastruktur yang telah dibangun;
3. Data teknis infrastruktur terbangun, seperti As Built Drawing, informasi
cakupan layanan, dan keberfungsian;
4. Hasil studi kelayakan pra-pembangunan aset infrastruktur;
5. Data terkait rancangan lembaga pengelola;
6. Nota kesepahaman untuk penguatan pendanaan kegiatan pengelolaan
infrastruktur pasca serah terima, seperti MoU kegiatan hibah air minum
dan sanitasi;
7. Dokumen perencanaan dari pemerintah daerah yang terkait subsektor
sanitasi, seperti SSK, RDTR Kabupaten/Kota, dan RPJMD.
B. Pengkajian Permasalahan Teknis
Pengkajian permasalahan teknis dalam rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur pemrosesan sampah mencakup pemeriksaan kerusakan aset
infrastruktur, kesesuaian dengan perencanaan teknis, potensi optimalisasi,
dan pelaksanaan SOP (Standard Operasional Prosedur) teknis Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) dengan menyandingkan data dan informasi
dari dokumen teknis dan hasil peninjauan lapangan. Adapun SOP tersebut
dikelompokkan berdasarkan komponen infrastruktur pemrosesan sampah,
yaitu:
1. Fasilitas Dasar;
Pada fasilitas dasar sudah terdapat SOP mulai dari sampah masuk di TPA
dengan pencatatan jembatan timbang hingga SOP memelihara pagar di TPA.
Adapun jenis SOP fasilitas dasar secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
35
Table 2.7 SOP Fasilitas Dasar
NO KODE SOP
JENIS SOP FASILITAS DASAR
1 1.G.1 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA dengan Pencatatan
Jembatan Timbang
Jembatan Timbang
2 1.G.2 SOP Menerima Sampah Masuk di TPA dengan Pencatatan Manual
Manual 3 1.G.3 SOP Mengeruk Sampah di Sel Kerja TPA
4 1.G.4 SOP Menutup Sampah di Sel Kerja TPA
5 1.G.5 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Beban Sampah Berlebih
(shockloading)
6 1.G.6 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Kondisi Hujan
7 1.G.7 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Longsor
8 1.G.8 SOP Mengoperasikan TPA pada saat Terjadi Kebakaran
9 1.G.9 SOP Memelihara Jalan Masuk ke TPA
10 1.G.10 SOP Memelihara Kantor dan Pos Jaga di TPA
11 1.G.11 SOP Memelihara Saluran Drainase di TPA
12 1.G.12 SOP Memelihara Pagar di TPA
Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP
Tahun 2017
2. Fasilitas Penunjang
Pada fasilitas penunjang sudah terdapat SOP mulai dari memlihara
jembatan timbang di TPA hingga SOP memelihara hanggar di TPA.
Adapun jenis SOP fasilitas penunjang secara lengkap dapat dilihat pada
tabel berikut:
Table 2.8 SOP Fasilitas Penunjang
NO KODE SOP
JENIS SOP FASILITAS PENUNJANG
1 1.G.13 SOP Memelihara Jembatan Timbang di TPA
2 1.G.14 SOP Memelihara Fasilitas Air Bersih di TPA
3 1.G.15 SOP Memelihara Listrik di TPA
4 1.G.16 SOP Memelihara Instalasi Listrik di TPA
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
36
NO KODE SOP
JENIS SOP FASILITAS PENUNJANG
5 1.G.17 SOP Memelihara Bengkel di TPA
6 1.G.18 SOP Memelihara Hanggar di TPA
Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP
Tahun 2017
3. Fasilitas Perlindungan Lingkungan
Pada fasilitas perlindungan lingkungan sudah terdapat SOP mulai dari
memlihara lapisan kedap air di TPA hingga SOP memelihara sumur uji
atau sumur pantau di TPA. Adapun jenis SOP fasilitas perlindungan
lingkungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 2.9 SOP Fasilitas Perlindungan Lingkungan
NO KODE SOP
JENIS SOP FASILITAS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
1 1.G.19 SOP Memelihara Lapisan Kedap Air di TPA
2 1.G.20 SOP Memelihara Unit Pengumpul Lindi di TPA
3 1.G.21 SOP Menyiapkan Peralatan Operasional Instalasi Pengolahan
Lindi (IPL)
4 1.G.22 SOP Melakukan Tes Kebocoran Bak Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL)
5 1.G.23 SOP Mengembangbiakkan (seeading dan aklimatisasi) Bakteri
Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) 6 1.G.24 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL) dengan Sistem Biofilter 7 1.G.25 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Instalasi Pengolahan Lindi
(IPL) dengan Sistem Wetland 8 1.G.26 SOP Memonitoring Operasional Instalasi Pengolahan Lindi (IPL)
9 1.G.27 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Baru
10 1.G.28 SOP Memelihara Instalasi Penanganan Gas TPA Lama
11 1.G.29 SOP Memelihara Zona Penyangga di TPA
12 1.G.30 SOP Memelihara Tanah Penutup di TPA
13 1.G.31 SOP Memelihara Sumur Uji atau Sumur Pantau di TPA
Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP
Tahun 2017
4. Fasilitas Operasional.
Pada fasilitas operasional sudah terdapat SOP mulai dari mengoperasikan
dan memelihara alat berat di TPA hingga SOP mengoperasikan dan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
37
memelihara Amroll Truck di TPA. Adapun jenis SOP fasilitas operasional
secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 2.10 SOP Fasilitas Opersional
NO KODE SOP
JENIS SOP FASILITAS OPERASIONAL
1 1.G.32 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Berat di TPA
2 1.G.33 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Alat Angkut Tanah di TPA
3 1.H.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Gerobak Sampah
4 1.H.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Motor Sampah Roda 3
5 1.H.3 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
6 1.H.4 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Armroll Truck
7 1.I.1 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Dump Truck
8 1.I.2 SOP Mengoperasikan dan Memelihara Armroll Truck
Sumber: Buku SOP UPTD Persampahan, dan Buku Pembentukan UTD Bidang PLP
Tahun 2017
C. Perumusan Pembiayaan Kegiatan
Perumusan pembiayaan kegiatan meliputi penyusunan perkiraan biaya
berdasarkan besaran kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi terhadap aset
infrastruktur yang menjadi sasaran dalam rangka perbaikan kerusakan dan
penguatan skala pelayanan sesuai target awal rencana pembangunan
infrastruktur dan potensi optimalisasi.
D. Pengkajian Tata Kelola Aset Infrastruktur Pasca Rehabilitasi dan
Optimalisasi
Pengkajian tata kelola aset infrastruktur pasca rehabilitasi dan optimalisasi
ditujukan untuk menguatkan keberlanjutan keberfungsian aset infrastruktur
setelah diserahterimakan kepada pemerintah daerah. Pengkajian ini
dilaksanakan dengan analisa terhadap data pendukung terkait kriteria
komitmen pemerintah daerah dalam memenuhi SOP pengelolaan
infrastruktur pemrosesan sampah serta upaya sharing pendanaan dengan
mempertimbangkan hasil pengkajian permasalahan teknis dan perkiraan
biaya kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi, yang dipertajam dalam Focus
Group Discussion (FGD) yang menghasilkan Berita Acara yang disepakati
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
38
pihak-pihak yang terlibat dan memiliki kewenangan untuk membuat
keputusan yang dibutuhkan. SOP tersebut dirinci sebagai berikut:
1) SOP Manajemen dan Administrasi Operator
a. SOP Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran UPTD
Persampahan;
b. SOP Menyusun Laporan Kinerja Triwulan UPTD Persampahan;
c. SOP Memonitor dan Mengevaluasi Pengelolaan UPTD
Persampahan;
d. SOP Menerima Surat Masuk;
e. SOP Menyiapkan Surat Keluar;
f. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Gedung di Kantor;
g. SOP Mengusulkan Pemeliharaan Kendaraan Dinas;
h. SOP Mengajukan Uang Muka Kerja; dan
i. SOP Mengajukan Pembayaran Pihak ke-3.
2) SOP SDM, yang terdiri dari:
a. SOP Cara Menyusun SOP;
b. SOP Cara Penyusunan Uraian Kerja;
c. SOP Mengusulkan Kualifikasi Kebutuhan SDM;
d. SOP Perekrutan Tenaga Kerja Harian Lepas;
e. SOP Administrasi dan Kepegawaian;
f. SOP Perekrutan Tenaga Kerja; dan
g. SOP Proses Seleksi Tenaga Kerja.
3) SOP Aset Pendukung Operasi, yang terdiri dari:
a. SOP Pemilahan Sampah;
b. SOP Pengumpulan Sampah; dan
c. SOP Sarana Pengumpul Sampah.
Sumber: Panduan Perencanaan Infrastruktur Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
PUPR
6.4.3.2 LINGKUP KEGIATAN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Lingkup kegiatan dalam rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur
pemrosesan sampah berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan dan dilakukan
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
39
hingga tuntas, sampai dengan infrastruktur tersebut diserahterimakan
kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.
1. Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah
Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dan
Peraturan Menteri PUPR No. 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur telah
menjelaskan pengertian rehabilitasi dan optimalisasi.
a. Rehabilitasi infrastruktur pemrosesan persampahan dimaksudkan
untuk menangani TPA yang mengalami masalah keberfungsian
dengan kriteria tertentu (mulai timbul masalah lingkungan,
mengalami bencana tapi masih layak pakai secara teknis, kesulitan
pemerintah daerah menemukan calon lahan pengembangan TPA
baru, dan sejenisnya) dengan berbagai pendekatan, seperti
pengendalian lindi, pengendalian gas, kontrol pencemar air, dan
kualitas lingkungan.
b. Optimalisasi dimaksudkan untuk menambah berbagai fasilitas yang
dapat meningkatkan kapasitas layanan infrastruktur pemrosesan
sampah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka rehabilitasi dan optimalisasi dilakukan
berdasarkan hasil kaji ulang kelayakan untuk mengidentifikasi besaran gap
layanan yang harus dipenuhi sehingga aset infrastruktur pemrosesan
sampah dapat berfungsi sesuai tujuan pembangunan yang diharapkan
dalam dokumen perencanaan teknis.
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah yang
dilakukan, meliputi:
a. Perbaikan fungsi infrastruktur
Perbaikan ini ditujukan untuk memulihkan keberfungsian
infrastruktur pemrosesan sampah, sehingga menjadi sesuai dengan
tujuan pembangunan infrastruktur sebagaimana tertuang dalam
dokumen perencanaan teknis, diantaranya:
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
40
• Menambal retak-retak dinding gudang dan bengkel kerja;
• Merapikan pagar pembatas;
• Mengganti pipa air lindi yang rusak;
• Mengganti komponen mekanikal dan elektrikal instalasi
pengolahan air lindi yang rusak; dan/atau
• Kegiatan sejenis.
b. Perluasan cakupan pelayanan
Proses penambahan jaringan pelayanan sehingga lebih banyak
rumah tangga yang terlayani oleh infrastruktur pemrosesan sampah
yang telah dibangun. Bentuk perluasan cakupan pelayanan
diantaranya:
• Menambah kapasitas layanan dengan perluasan TPA;
• Penggantian teknologi pengelolaan TPA dari open dumping
menjadi sanitary landfill;
• Menambah sarana pengangkutan sampah; dan/atau
• Kegiatan sejenis.
2. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Merupakan acuan kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dalam rangka
perluasan cakupan pelayanan sistem infrastruktur pemrosesan sampah
yang telah dibangun melalui perbaikan teknis dan penambahan berbagai
komponen teknis dan/atau penerapan teknologi baru.
3. Penyusunan rekomendasi teknis penguatan tata kelola aset infrastruktur
Dokumen ini merupakan bagian dari kaji ulang kelayakan yang secara
substansi telah disepakati dalam Focus Group Discussion (FGD)
dengan pemerintah daerah yang bersangkutan yang dituangkan dalam
berita acara FGD.
6.4.3.3 LINGKUP KOMPONEN DALAM REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur pemrosesan sampah dilaksanakan
dengan mengacu terhadap Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
41
Tangga. Beberapa komponen aset infrastruktur yang dapat menjadi sasaran
kegiatan rehabilitasi dan optimalisasi dirinci sebagai berikut:
1. Fasilitas dasar prasarana-sarana TPA, meliputi:
• Papan nama;
• Pintu gerbang;
• Sel kerja TPA;
• Pagar;
• Jalan masuk;
• Listrik atau genset;
• Drainase;
• Air bersih;
• Ruang jaga;
• Ruang registrasi;
• Sarana laboratorium;
• Peralatan P3K;
• Garasi alat berat;
• Area cuci kendaraan;
• Workshop dan peralatan;
• Pemadam kebakaran;
• Pengendali vektor dan bau;
• Fasilitas toilet;
• Drainase atau tanggul keliling dan drainase lokal;
• Jalur hijau penyangga
• Kantor TPA Sampah
2. Fasilitas perlindungan lingkungan, meliputi:
• Lapisan dasar TPA (kedap air);
• Saluran pengumpul air lindi primer;
• Saluran pengumpul air lindi sekunder;
• Instalasi pengolahan lindi, seperti kolam anaerobic, kolam maturase,
dan Anaerobic Baffled Reactor dengan Aerated Lagooon dan biofilter;
• Instalasi pengolahan gas bio;
• Pipa ventilasi;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
42
• Zona penyangga;
• Sumur pantau;
• Tanah penutup
3. Fasilitas operasional, meliputi:
• Bulldozer;
• Whell/truck loader;
• Excavator/backhou; dan
• Truk pengangkut tanah.
4. Fasilitas penunjang, meliputi:
• Jembatan timbang;
• Penyediaan air bersih, sanitasi dan listrik;
• Bengkel/hangar;
• Alat komunikasi;
• Area khusus daur ulang;
• Area transit limbah B3 rumah tangga;
• Cadangan bahan bakar;
• Cadangan insektisida; dan/atau
• Lokasi cadangan material penutup.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
43
Gambar 3.1 Tahapan Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Optimalsiasi Infrastruktur Permukiman
Sumber: Tim Efektif, 2021
6.5
BAB 3
PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Tahapan penyelenggaraan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah dapat dilihat pada gambar
berikut:
A.
Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan optimalsiasi infrastruktur
permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas rendah, diperlukan persiapan
terkait identifikasi kondisi inftastruktur permukiman dan juga uji kelayakan revitalisasi
infrastruktur permukiman.
B. Tahap Perencanaan Konstruksi
Tahap perencanaan konstruksi merupakan tahapan lanjutan setelah diperolehnya
hasil uji kelayakan revitalisasi infrastruktur permukiman. Tujuan dari tahap
perencanaan konstruksi adalah:
a. menghasilkan dokumen rencana (DED), khusus pada kegiatan optimalisasi;
b. menghasilkan dokumen pendukung;
c. menghasilkan dokumen tender pekerjaan konstruksi (lelang);
TAHAPAN PENGAWASAN KONSTRUKSI
TAHAP PERENCANAAN
KONSTRUKSI
TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
TAHAP PERSIAPAN REHABILITASI DAN
OPTIMALISASI
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
44
d. melakukan pengawasan berkala dalam pelaksanaan konstruksi.
C. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Setelah dilakukan perencanaan konstruksi, tahapan selanjutnya pada kegiatan
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah
dengan kapasitas fiskal rendah adalah tahapan pelaksanaan konstruksi. Tujuan dari
tahapan konstruksi adalah:
a. menghasilkan infrastruktur permukiman yang sesuai spesifikasi teknis;
b. menyiapkan dokumen pendukung untuk proses serah terima hasil konstruksi; dan
c. diterimanya infrastruktur permukiman oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
D. Tahap Pengawasan Konstruksi
Tahap pengawasan konstruksi ditentukan dari lingkup pengawasan yang
dilaksanakan. Dalam konteks pengawasan konstruksi oleh penyedia jasa
Manajemen Konstruksi (MK), maka pengawasan dilakukan mulai dari tahap
persiapan hingga tahap pelaksanaan konstruksi, sementara pengawasan konstruksi
oleh penyedia jasa pengawasan konstruksi hanya pada tahap pelaksanaan
konstruksi. Tujuan dari tahap pengawasan konstruksi adalah memantau dan
mengevaluasi kegiatan sehingga diperoleh hasil konstruksi sesuai spesifikasi yang
ditetapkan.
E. Tahap Pasca Konstruksi
Tahap pasca konstruksi merupakan bagian akhir dari kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas
fiskal rendah. Dalam tahap kegiatan paska konstruksi ini dilakukan serah terima aset
BMN dari Kementerian PUPR kepada pemerintah daerah.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
45
6.6 TAHAPAN PERSIAPAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Tahapan persiapan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun
pada daerah
Gambar 3.2 Mekanisme Kaji Ulang Revitalisasi Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sumber: Tim Efektif, 2021
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
46
3.2.1 Analisis Kelayakan
Analisis kelayakan dimulai dengan pengadaan tim analis kelayakan untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten untuk mengidentifikasi
infrastruktur permukiman tidak berfungsi sebagai sasaran rehabilitasi dan
optimalisasi.
A. Pengadaan Tim Analis Kelayakan
Pengadaan Tim Analis Kelayakan oleh Balai PPW dapat dilakukan melalui
swakelola atau kontraktual. Tim Analis Kelayakan disyaratkan untuk memiliki
pengalaman dalam hal rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman.
B. Verifikasi Dokumen
Tim analis kelayakan selanjutnya melakukan verifikasi dokumen berdasarkan
dokumen pendukung yang dibutuhkan seperti yang tertera pada Bab 2, baik untuk
sektor air minum, air limbah dan persampahan.
C. Analisis Teknis
Analisis teknis mengikuti ketentuan dalam Bab 2 Identifikasi dan Verifikasi. Proses
kajian teknis terdiri dari:
Proses analisis teknis
1. Perolehan data lapangan dilakukan dengan:
a. pengamatan visual terhadap bagian dari infrastruktur permukiman
secara keseluruhan; dan
b. pengukuran keberfungsian tiap komponen infrastruktur
permukiman.
2. Analisis kesesuaian hasil data lapangan dengan persyaratan teknis
infrastruktur permukiman ataupun dengan ketentuan dalam rencana teknis
(jika sudah disusun).
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
47
D. Analisis Sosial, Ekonomi, Hukum, dan Kelembagaan
1. Analisis Sosial
Analisis sosial dilakukan untuk mengidentifikasi dampak pembangunan,
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun bagi kehidupan
masyarakat, yang dinilai dari:
a. dampak infrastruktur permukiman terhadap masyarakat sekitar;
b. persepsi penerima manfaat terhadap pelayanan infrastruktur permukiman;
dan
c. respon stakeholder terhadap rencana rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman.
2. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi dampak pembangunan,
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun bagi kehidupan
masyarakat, yang dinilai dari:
a. kontribusi infrastruktur permukiman terhadap peningkatan ekonomi daerah;
b. kemampuan operasional dan pemeliharaan infrastruktur permukiman oleh
pemerintah Kab/Kota.
3. Analisis Hukum
Analisis hukum dilakukan untuk mengidentifikasi kepatuhan hukum dalam
rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman, yang dinilai dari:
a. regulasi terkait infrastruktur permukiman;
b. peraturan dan persyaratan teknis infrastruktur permukiman.
4. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk mengidentifikasi kapasitas kelembagaan
pengelolaan infrastruktur permukiman, yang dinilai dari:
a. struktur pengelola;
b. jumlah pengelola;
c. kantor pengelola;
d. prosedur kerja.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
48
5. Proses analisis
1. pengumpulan data lapangan terkait kondisi sosial, ekonomi, hukum, dan
kelembagaan, yang diperoleh dari data sekunder terkait, hasil
wawancara, dan/atau pengisian kuesioner;
2. melakukan dengan meninjau kesesuaian kondisi faktual di lapangan
dengan proyeksi dana analisis dalam dokumen Feasibility Study (FS)
dan dokumen masterplan (jika tersedia) ataupun melakulkan analisis
mandiri sesuai dengan metode yang sesuai.
3.2.2 Analisis Kebutuhan Biaya
Analisis kebutuhan biaya dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa besar
biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pembangunan infrastruktur
permukiman yang dibangun serta berapa waktu yang dibutuhkan agar
infrastruktur yang dibangun dapat menghasilkan keuntungan bagi pengelola.
6.7 TAHAPAN PERENCANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun pada
daerah dengan kapasitas fiskal rendah terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi untuk kegiatan yang belum memiliki
dokumen perencanaan sebelumnya; atau
2. perencanaan rehabilitasi dan optimalisasi untuk kegiatan yang sudah memiliki
dokumen perencanaan awal yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pada tipologi pertama perencanaan konstruksi dilakukan secara utuh dari awal
hingga pengawasan berkala saat pelaksanaan konstruksi. Sementara pada tipologi
kedua, perencanaan konstruksi tidak dilakukan secara utuh dari awal, dimulai dari
reviu desain hingga pengawasan berkala saat pelaksanaan konstruksi.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
49
6.8 TAHAPAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Tahap pelaksanaan konstruksi dimulai dengan penyerahan lokasi kerja kepada
penyedia jasa pekerjaan konstruksi hingga dilaksanakannya serah terima pekerjaan
selesai. Tahap pelaksanaan konstruksi dimulai dari tahap:
1. penyerahan lokasi kerja;
2. penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
3. penyusunan rencana mutu;
4. penyusunan rencana keselamatan kerja;
5. Pre-Construction Meeting (PCM);
6. pembayaran uang muka;
7. pemenuhan syarat mulai kerja;
8. pemeriksaan bersama;
9. pengajuan permohonan izin; dan
10. mobilisasi.
Adapun tahapan pelaksanaan rehabilitasi dan optimalisasi infrastruktur permukiman
terbangun yang tidak berfungsi pada kapasitas fiskal daerah yang rendah secara
rinci dapat dilihat pada gambar berikut:
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
50
Gambar 3.3 Tahapan Pelaksanaan Sumber: Tim Efektif, 2021
6.9 TAHAPAN PENGAWASAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Dalam hal dilaksanakan oleh penyedia jasa Manajemen Konstruksi (MK), substansi
yang diawasi adalah apa yang dilaporkan oleh penyedia jasa pengawasan
konstruksi dan ditambah dengan substansi pelaporan pada tahap perencanaan,
meliputi:
1. hasil evaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan;
2. penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan;
3. evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan;
4. review desain pada setiap tahapan penyusunan rencana teknis;
5. laporan hasil rapat koordinasi perencanaan konstruksi;
6. hasil penelitian dokumen pelelangan;
7. program pelaksanaan pelelangan;
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
51
8. Harga Perhitungan Sendiri (HPS) atau Owner’s Estimate (OE) Pekerjaan
Konstruksi fisik; dan
9. Draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.
Dalam penyusunan laporan pengawasan konstruksi, penyedia jasa MK / penyedia
jasa pengawasan konstruksi menyampaikan hasil pada tiap tahap kegiatan kepada
dan melakukan pembahasan bersama direksi lapangan. Setelah direksi lapangan
menyetujui, maka laporan dapat disampaikan kepada PPK untuk ditindaklanjuti.
6.10 TAHAPAN PASCA REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Kegiatan pasca rehabilitasi dan optimalisasi terdiri atas Persiapan untuk
mendapatkan Status Barang Milik Negara. Barang Milik Negara (BMN) merupakan
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Penetapan
infrastruktur permukiman sebagai barang milik negara dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang barang milik negara atau daerah.
Pelaksanaan serah terima BMN pada rehabilitasi dan optimalisasi dilakukan dengan
mekanisme Pemindahtanganan BMN (hibah) dan menggunakan Akun MAK 526
(PMK 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara).
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
52
BAB 4
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN
6.11 PEMANTAUAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Pemantauan dalam pedoman ini adalah upaya agar rehabilitasi dan optimalisasi
infrastruktur permukiman terbangun pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsep pengawasan pada dasarnya adalah mewujudkan dan meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan rasionalitas dalam pencapaian tujuan untuk menghentikan
penyimpangan, pemborosan, mencegah terulangnya kembali kesalahan atau
penyimpangan, dan mencari cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan.
Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
4.1.1. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan merupakan kegiatan pengamatan terhadap rehabilitasi dan optimalisasi
secara langsung, tidak langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat. Pemantauan
dimaksudkan untuk mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi,
termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data
masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat
menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang
diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan
menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
semula.
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap tingkat hasil kegiatan rehabilitasi
dan optimalisasi infrastruktur permukiman terbangun secara terukur dan objektif.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan
dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan di masa yang
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
53
Gambar 4.1 Mekanisme Pelaporan Kegiatan Rehabilitasi dan Optimalisasi Sumber: Tim Efektif, 2021
akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil
(outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan kegiatan.
4.1.2. Pelaporan
Pelaporan pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan mulai dari tahap persiapan pembangunan, pelaksanaan
rehabilitasi dan optimalisasi, hingga tahap pasca konstruksi.
Seluruh laporan disampaikan PPK selaku pengendali kegiatan rehabilitasi dan
optimalisasi di daerah kepada Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman, yang
secara berjenjang akan disampaikan kepada Kabalai PPW dan Dirjen CK yang
ditembuskan kepada unit kerja terkait dan Dit. Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman.
Dit. Sektor
Dit. SSPIP
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
54
6.12 PENGENDALIAN REHABILITASI DAN OPTIMALISASI
Pengendalian adalah tindakan pengaturan atau pengarahan pelaksanaan dengan
maksud agar suatu tujuan tertentu dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Pengendalian dilakukan mulai dari tahap pengadaan penyedia jasa hingga tahap
pelaksanaan konstruksi. Selain dari sisi proses, pengendalian juga dilakukan dalam
rangka penjaminan mutu.
4.2.1. Pengendalian pada tahap pengadaan jasa
Pengendalian paket kegiatan belum tender dilakukan terhadap kegiatan yang
berpotensi bermasalah dan bertujuan untuk mengurangi resiko permasalahan
pelaksanaan paket pekerjaan kontrak tahunan yang berpotensi tidak selesai. Kriteria
yang digunakan untuk menentukan paket belum siap tender antara lain:
1. paket kegiatan yang sudah melewati Bulan Maret (batas akhir pengumuman
tender/seleksi secara umum untuk paket pekerjaan kontrak tahunan); dan
2. paket kegiatan yang melewati tanggal rencana pengumuman tender yang
ditetapkan.
Untuk paket kegiatan belum siap tender diverifikasi dengan melakukan pengecekan
terhadap kebutuhan waktu yang diperlukan dan kesiapan untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. readiness criteria oleh PPK;
2. dokumen persiapan pengadaan oleh PPK;
3. review dokumen persiapan pengadaan dan penyiapan dokumen pemilihan oleh
BP2JK/Pokja Pemilihan;
4. perkiraan waktu pelaksanaan pemilihan;
5. perkiraan waktu tanda tangan kontrak; dan
6. masa pelaksanaan pekerjaan (sampai dengan PHO).
Tujuan verifikasi adalah untuk mengecek kesiapan readiness criteria, tanggal
perkiraan pelaksanaan pengadaan dan pelaksanaan kontrak, serta perkiraan jadwal
PHO, apakah melewati tahun anggaran atau tidak.
Pedoman Pelaksanaan Rehabilitasi dan Optimalisasi Infrastruktur Permukiman Terbangun pada Daerah dengan Kapasitas Fiskal Rendah
55
4.2.1. Pengendalian pada tahap pelaksanaan konstruksi
Tahap pembangunan di sini adalah pada tahap perencanaan konstruksi, pada tahap
pelaksanaan konstruksi, maupun pada tahap pengawasan teknis. Dalam proses
pelaksanaan konstruksi dimungkinkan terdapat permasalahan yang menyebabkan
pelaksanaan kegiatan terhambat, sehingga perlu dilakukan pengendalian.
Pengendalian pada tahap pembangunan ini terdiri dari:
1. Pengendalian Keterlambatan Kegiatan yang Disebabkan karena Keadaan Kahar,
2. Pengendalian Keterlambatan Kegiatan yang Disebabkan Bukan oleh Penyedia
Jasa dan Bukan Karena Kahar (Peristiwa Kompensasi)
3. Pengendalian Progress Keuangan (Penyerapan Rendah)
4. Pengendalian Progress Fisik melalui Kontrak Kritis
5. Pengendalian Penyelesaian Pekerjaan yang Tidak Terselesaikan sampai dengan
Akhir Tahun Anggaran.