Pedoman Penulisan KIR SMA kurikulum 2013

30
PEDOMAN PEN UNT Pros yang di W Ro PRO PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA PADA KURIKULUM 2013 UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi yang dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd Oleh: Wakhidatus Sholikhah 130721818307 Rohana Sufia 130721818345 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI NOVEMBER 2013 PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA PADA KURIKULUM 2013 UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi yang dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd Oleh: Wakhidatus Sholikhah 130721818307 Rohana Sufia 130721818345 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI NOVEMBER 2013

Transcript of Pedoman Penulisan KIR SMA kurikulum 2013

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA PADA KURIKULUM 2013

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi

yang dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd

Oleh:

Wakhidatus Sholikhah 130721818307

Rohana Sufia 130721818345

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

NOVEMBER 2013

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA PADA KURIKULUM 2013

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi

yang dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd

Oleh:

Wakhidatus Sholikhah 130721818307

Rohana Sufia 130721818345

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

NOVEMBER 2013

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT SMA PADA KURIKULUM 2013

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi

yang dibina oleh Bapak Dr. Achmad Amiruddin, M.Pd

Oleh:

Wakhidatus Sholikhah 130721818307

Rohana Sufia 130721818345

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

NOVEMBER 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

DAFTAR ISI. ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR . ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah. ....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pedoman Karya Tulis Ilmiah . ..................................................................3

B. Contoh Karya Tulis Ilmiah .......................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan . .............................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA . ......................................................................................... iv

Lampiran 1 ............................................................................................................v

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam

karena dengan limpahan ramat dan karunia-Nya kami (penulis) telah

menyelesaikan makalah dengan lancar yang berjudul “Pedoman Penulisan

Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA pada Kurikulum 2013” guna memenuhi

tugas matakuliah Proses Belajar Mengajar Bidang Studi Geografi. Ucapan

terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak dosen pengampu

matakuliah ini serta kepada teman-teman yang telah membantu.

Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, tiada mawar yang tak

berduri, tidak ada hal yang sempurna di dunia ini, demikian pula dengan makalah

ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat menerima saran dan

kritik yang bersifat positif guna tercapianya kesempurnaan pada makalah ini

ataupun makalah-makalah kami berikutnya.

Malang, 21 November 2013

Penulis

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tuntutan kurikulum 2013 untuk tingkat SMA adalah siswa dapat

menulis karya tulis ilmiah secara individu paling tidak sebagai tugas akhir di

semester genap. Jadi, seorang siswa minimal menghasilkan tiga karya tulis ilmiah

selama tiga tahun.

Selama ini siswa-siswi SMA yang bisa menulis karya ilmiah dengan baik

adalah beberapa siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler KIR (Karya Ilmiah

Remaja) dan sering mengikuti lomba penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA

saja. Sedangkan pada kurikulum 2013 yang memiliki penekanan pada scientific

approach seluruh siswa dituntut untuk mampu menulis artikel ilmiah sebagai

salah tugas.

Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang

diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu

pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan

yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam

karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional

dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan

Pembentukan Istilah.

Berdasarkan kedalaman kajiannya karya tulis ilmiah pada tingkat SMA

masuk dalam laporan penelitian, yaitu tulisan yang melaporkan hasil percobaan,

peninjauan, atau observasi. (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008). Pendapat tersebut

dapat diuraikan bahwa karya tulis ilmiah di tingkat SMA tidak terlalu rumit, karya

ilmiah bisa berupa laporan dari hasil kegiatan observasi namun dalam sistematika

penulisannya harus sesuai kaidah-kaidah karya tulis ilmiah baik dari segi bahasa,

sistematika kepenulisan dan berdasarkan fakta dari hasil obeservasi tersebut.

Kegiatan menulis karya ilmiah menambah sedikit beban bagi guru mata

pelajaran yaitu saat mengoreksi ataupun membimbing menulis karya ilmiah

tersebut, maka dari itu dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan

1

tata cara penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA sesuai tuntutan kurikulum

2013.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan sebuah rumusan

masalah yaitu, bagaimana pedoman penulisan karya tulis ilmiah tingkat SMA

untuk kurikulum 2013?

3. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini guna mengetahui pedoman penulisan karya

tulis ilmiah tingkat SMA sesuai tuntutan kurikulum 2013. Tujuan lebih lanjut

penulisan makalah ini supaya berguna bagi Bapak/Ibu SMA, tentunya setelah

tahap penyempurnaan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan

menggunakan scientific approach atau pendekatan ilmiah. Dalam pendekatan

ilmiah, proses pembelajaran lebih ditekankan pada pola berpikir induktif. Yaitu

pola berpikir yang memandang fenomena-fenomena khusus untuk kemudian

ditarik kesimpulan yang bersifat umum atau menyeluruh. Metode ilmiah

umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk

kemudian merumuskan simpulan umum (pembelajaranku.com, 2013).

Suatu pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan ilmiah,

jika dalam proses pembelajaran tersebut disertai dengan serangkaian aktifitas

ilmiah yang meliputi observasi atau eksperimen sebagai alat pengumpulan data,

mengolah informasi atau data yang telah diperoleh, menganalisis, dan menguji

hipotesis untuk kemudian diambil sebuah kesimpulan. Penggunaan pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan

ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses

pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1. Pertama: Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,

hayalan, legenda, atau dongeng semata. Hal-hal yang dapat dilakukan guru

adalah:

• Mendorong dan membimbing siswa untuk berpikir secara kritis, analitis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

• Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan hubungan satu dengan yang lain

dari suatu materi pembelajaran.

3

• Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu memahami,

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif

dalam merespon suatu materi pembelajaran.

• Pembelajaran berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggung jawabkan.

• Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik

sistem penyajiannya.

2. Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai

nonilmiah yang meliputi intuisi, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan

asal berpikir kritis.

• Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang

kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna

kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar

pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai

penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan

berjalan dengan sendirinya. Namun, tidak menggunakan alur berpikir yang

sistemik.

• Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-

mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu

kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi

pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat serta didukung oleh kepentingan

pelakunya, seringkali mereka menggeneralisasi hal-hal khusus menjadi

terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah

menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka

itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah

menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh

kepentingan subjektif guru dan peserta didik.

• Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali

melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun, keterampilan dan

pengetahuan yang ditemukan dengan coba-coba selalu bersifat tidak

terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak baku. Tentu saja, tindakan

coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.

4

Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus

disertai dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan

menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang siswa mencoba

meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer/laptop, tiba-tiba dia kaget

komputer/laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol

yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi

tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol

dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa

komputer/laptop itu bisa menyala.

• Asal Berpikir Kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua

orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik

diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang

bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya

benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak

semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil eksperimen yang valid

dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis

semata.

Terkait dengan metode pendekatan ilmiah (scientific approach), (Bahm

dalam Wibowo, 2008) mengemukakan bahwa tidak ada satu metode ilmiah pun

yang dapat dikatakan “baik”, kecuali penggunaannya tepat dan kontekstual.

Karena tiap ilmu pengetahuan mempunyai metodenya sendiri untuk

menyelesaikan permasalahannya, tiap masalah selalu mengundang penggunaan

metode yang unik, dan tiap lmuwan selalu memiliki focus yang berbeda-beda,,

terutama karena adanya perkembangan teori atau penemuan baru.

Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran yang berbasis scientific

approach bukan hanya pada hasil tes akhir, tetapi juga penilaian proses pada

aktifitas siswa dan laporan dari hasil kegiatan pembelajaran yang disusun dalam

bentuk karya ilmiah. Disinilah pentingnya penguasaan siswa dalam penulisan

karya ilmiah. Karya ilmiah merupakan karya tulis atau bentuk lainnya yang telah

diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau

dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah, dan mengikuti pedoman atau konvensi

ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan (PPKI, 2010). Sedangkan menurut

5

Wibowo (2010: 29) karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil

pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan

tertentu yang disusun menurut kaidah baku bahasa tulis dan isinya pun dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih lanjut Wibowo membagi karya tulis

ilmiah menjadi tiga macam yaitu: (a) laporan penelitian yaitu tulisan yang

melaporkan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara, (b) karya

tulis akademik yaitu berupa skripsi, tesis, da disertasi, dan (c) buku teks yaitu

diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang bahan ajar.

Dalam penulisan karya ilmiah terdapat aturan-aturan tertentu atau tata

bahasa yang harus dipatuhi agar menghasilkan karya tulis yang baik, menarik,

dan komunikatif. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Koheren

Koheren dapat dipahami sebagai “harmonis”, “terintegrasi”, “kompak”, dan

“terpadu”. Koherensi adalah hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang

membentuk suatu kalimat, atau interelasi antara kata-kata yang menduduki

sebuah tugas dalam kalimat. Seperti hubungan antara subyek dengan

predikat, predikat dengan obyek, dan keterangan-keterangan yang

menjelaskan unsur-unsur tersebut dalam suatu kalimat.

b. Konsisten

Konsisten dapat diartikan sebagai “ajeg”, “konstan”, “stabil”, “taat asas”,

atau “teguh” dan juga bertanggungjawab dalam memberikan suatu informasi

yang benar. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah harus didukung dengan data-

data yang cukup terpercaya sumbernya. Pendapat yang didukung oleh data

yang cukup terpercaya kemudian disusun menjadi suatu kalimat yang baik

dan disatukan dengan satu ide pokok.

c. Sistematis

Karya tulis ilmiah yang baik harus disusun secara sistematis yakni teratur,

runtut, berkesinambungan dan terorganisasi. Sistematika sebuah tulisan pada

umumnya terbagi ke dalam tiga bagian pokok yaitu pendahuluan, isi, dan

kesimpulan. Bagian lain yang menjadi penunjang adalan cover, kata

pengantar, daftar pustaka, daftar isi, dan lain-lain.

6

d. Konseptual

Dalam penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan komunikatif, prosedur atau

urutan harus dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan yang

konseptual yaitu terarah dan terfokus. Implikasinya adalah seorang penulis

harus menggunakan metode dan teori-teori yang sudah ada sebagai pisau

analisis.

e. Komprehensif

Karya tulis ilmiah yang baik harus ditulis dengan komprehensif yaitu tuntas,

lengkap, dan menyeluruh. Analisisnya juga harus jelas dan lengkap sesuai

dengan fokus masalah yang diangkat dalam karya tulis terebut.

f. Logis

Karya tulis ilmiah dapat dikatakan logis jika mengandung prinsip

pengembangan. Maksudnya adalah segala penjelasan dalam karya tulis

limiah harus memiliki argument yang dapat diterima akal yang sehat dan

valid atau dapat diuji kebenarannya baik berdasarkan data, fakta, atau diuji

kembali oleh ilmuwan lain. Namun disisi lain, karya tulis ilmiah juga harus

bersifat terbuka, yang artinya bukti dan pendapat dari penulis tidak bersifat

statis, tapi dapat diubah jika suatu saat muncul bukti, pendapat dan teori baru

yang didukung oleh data dan fakta.

g. Bebas

Makna bebas disini bukan berarti invidualisme ataupun kesewenang-

wenangan, namun lebih mengarah pada kebebasan yang berpijak pada

norma-norma yang berlaku. Karya tulis ilmiah harus berlaku dan dapat

diberlakukan untuk seluruh anggota komunitas bidang ilmu yang

bersangkutan dan tetap dengan menggunakan aturan-aturan penulisan yang

baku.

h. Bertanggung jawab

Dalam kaitannya dengan karya tulis ilmiah, bertanggung jawab dapat

diartikan sebagai tulisan yang etis, sesuai dengan aturan penulisan yang

berlaku (tidak plagiat), konsisten dan jelas dalam mengungkapkan isi dari

karya ilmiah tersebut, sehingga nantinya penulis dapat menjawab semua

pertanyaan tentang tulisannya tersebut.

7

Seperti yang telah dijelaskan diatas, karya tulis ilmiah harus ditulis

secara sistematis. Dalam penulisan karya ilmiah tingkat SMA biasanya

didasarkan pada hasil observasi dan eksperimen sederhana. Pada makalah ini

kami menyarankan karya tulis ilmiah untuk siswa SMA dalam bentuk makalah.

Karena makalah merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang mempunyai

sistematika penulisan yang sederhana. Salah satu tujuan pokok penulisan

makalah adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa topik yang ditulis dilengkapi

dengan penalaran logis dan pengorganisasian yang sistematis.

Secara garis besar makalah terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal,

inti, dan bagian akhir. Bagian awal berisi halaman sampul, daftar isi, dan daftar

tabel dan gambar jika ada. Bagian inti berisi pendahuluan (latar belakang,

rumusan masalah, dan tujuan), pembahasan, dan kesimpulan. Bagian akhir terdiri

dari daftar rujukan dan lampiran jika ada.

1. Bagian Awal

a. Halaman sampul

Hal-hal yang harus ada pada bagian sampul adalah judul

makalah, keperluan atau maksud penulisan makalah, nama penulis,

tempat dan waktu penulisan makalah. Dalam penulisan judul makalah

perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik

yang diangkat dalam makalah.

2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan

dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri

dengan tanda titik.

3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas yaitu antara 5-15 kata.

4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui

isinya, dengan tetap mencerminkan isi makalah.

Keperluan atau maksud penulisan makalah dapat berupa,

misalnya, “untuk memenuhi tugas mata pelajaran geografi yang dibina

oleh ……..”. tempat dan waktu yang dimaksud dapat berisi nama

lembaga (sekolah), nama kota, serta bulan dan tahun.

8

b. Kata pengantar

Kata pengantar berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung atau

tidak langsung berperan dalam kegiatan penulisan tersebut, dan

permintaan kritik dari pembaca demi perbaikan. Ucapan terima kasih

hendaknya ditujukan kepada orang atau lembaga yang memberikan

kontribusi langsung terhadap penulisan makalah.

c. Daftar isi

Daftar isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang

garis besar isi makalah.

d. Daftar tabel dan gambar (jika ada)

Penulisan daftar gambar dan tabel juga dimaksudkan untuk

memudahkan pembaca menemukan tabel dan atau gambar yang terdapat

dalam makalah. Daftar tabel dan gambar yang lebih dari satu sebaiknya

dipisah dengan daftar isi, namun jika hanya satu dapat disatukan dengan

daftar isi.

2. Bagian Inti

a. Latar belakang

Latar belakang makalah adalah hal-hal yang melandasi perlunya

ditulis makalah. Hal-hal yang dimaksud berupa paparan teoritis ataupun

paparan yang bersifat praktis. Pada bagian ini harus dapat mengantarkan

pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan

menunjukkan bahwa masalah atau topic tersebut memang perlu dibahas.

Penulisan latar belakang dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:

1) Dimulai dengan sesuatu yang diketahui bersama (umum) atau teori

yang relevan dengan masalah atau topic yang akan ditulis, selanjutnya

diikuti dengan paparan yang menunjukkan bahwa tidak selamanya hal

tersebut dapat terjadi.

2) Dimulai dengan suatu pertanyaan yang diperkirakan dapat

mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang akan dibahas.

9

3) Dimulai dengan suatu kutipan dari orang terkenal, ungkapan atau

slogan, selanjutnya dihubungkan atau ditunjukkan relevansinya

dengan masalah atau topik yang dibahas.

b. Masalah atau topik bahasan

Masalah atau topik adalah apa yang akan dibahas dalam

makalah. Masalah atau topic bahasan tidak terbatas pada persoalan yang

memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakup persoalan yang

memerlukan penjelasan lebih lanjut, persoalan yang memerlukan

pendeskripsian lebih lanjut, dan persoalan yang memerlukan penegasan

lebih lanjut. Berikut ini merupakan tips pemilihan topik karya ilmiah:

1) Topik yang dipilih harus ada manfaatnya baik dari segi praktis

maupun teoritis, dan layak untuk dibahas.

2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat

penulis.

3) Topik yang dipilih harus dikuasai oleh penulis.

4) Bahan yang diperlukan sehubungan topik tersebut memungkinkan

untuk diperoleh.

c. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah mengarah pada apa yang ingin

dicapai penulis dengan penulisan makalah tersebut. Rumusan tujuan

dapat berfungsi sebagai pembatasan ruang lingkup makalah tersebut.

Rumusan tujuan ini dapat berupa kalimat kompleks atau dijabarkan dalam

bentuk rinci.

d. Teks utama atau pembahasan

Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik

makalah sesuai dengan tujuan penulisan makalah. Beberapa teknik

perangkaian bahan untuk membahas topik beserta sub topiknya dapat

dikemukakan seperti berikut:

1) Mulailah dari ide atau hal yang bersifat sederhana atau kusus menuju

hal yang bersifat kompleks/umum atau sebaliknya.

2) Gunakan teknik kiasan, perumpamaan, penganalogian, dan

perbandingan.

10

3) Gunakan diagram dan klasifikasi

4) Berikan contoh.

Bagian ini juga berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan

data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh

sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Kecermatan analisis dan

pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian. Penulisan

bagian teks utama dilakukan setelah bahan penulisan makalah berhasil

dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis

yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, dan majalah

ataupun hasil dari observasi penulis di lapangan.

e. Penutup

Bagian penutup berisi kesimpulan atau rangkuman pembahasan

dan saran-saran (jika perlu). Kesimpulan harus menjawab permasalahan

dan harus sesuai dengan tujuan makalah yang berada pada bab

pendahuluan. Penulisan bagian penutup makalah dapat dilakukan dengan

teknik berikut:

1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah

dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan

sendiri.

2) Menarik kesimpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama atau

bab pembahasan makalah.

Selan itu pada bagian ini juga dapat ditambahkan saran atau

rekomendasi yang berhubungan dengan masalah atau topik yang telah

dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran juga

dibuat eksplisit, kepada siapa saran tersebut ditujukan, dan tindakan apa

atau hal apa yang disarankan untuk dilakukan.

3. Bagian Akhir

a. Daftar Rujukan

Daftar rujukan merupakan bahan pustaka yang digunakan,

dirujuk atau dikutip oleh penulis dalam penulisan makalah tersebut.

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah

disebutkan dalam teks, bukan yang hanya digunakan sebagai bahan

11

bacaan. Penulisan sumber atau referensi bacaan yang dikutip dalam

makalah mengikuti ketentuan karya ilmiah berikut.

(1) Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada akhir kutipan terdiri

atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda

koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda

titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.

Contoh:

Surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi

secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja,

1995:5).

(2) Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis

di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang

diacu.

Contoh:

Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat adalah satu sarana untuk menyampaikan

pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak

yang lain.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar

pustaka:

(1) daftar pustaka tidak diberi nomor urut,

(2) daftar pustaka disusun secara alfabetis (menurut abjad),

(3) gelar penulis tidak dicantumkan.

Daftar rujukan dapat bersumber dari buku, artikel ataupun publikasi

lain. Berikut adalah contoh penulisan daftar rujukan.

1) Buku

Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama

pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan,

dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”,

kecuali di antara tempat penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda

“titik dua”. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan

huruf kapital, kecuali kata depan. Berikut contoh penulisan daftar rujukan

dari buku dengan 1 pengarang, 2-3 pengarang, dan lebih dari 3 pengarang.

12

Yamin, H.M. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2) Artikel

Mukhlish (2012) menuturkan bahwa untuk karya ilmiah remaja

penulisan artikel dalam daftar pustaka menggunakan urutan (1) nama

pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5)

volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) tempat penerbitan, dan (7)

nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama

majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di

antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan volume

atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara tempat penerbitan dan

nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Contoh penulisan artikel dalam

majalah:

Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam

Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP

Yogyakarta.

3) Penerbitan pemerintah, lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi lainnya.

Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-

lembaga ilmiah, dan organisasi lainnya menggunakan urutan: (1) lembaga yang

bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul

tulisan, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.

Contoh:

Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

13

b. Lampiran (jika ada)

Lampiran merupakan dokumen penting yang secara langsung

perlu disertakan dalam penulisan makalah, misalnya data hasil observasi

atau eksperimen, dan surat ijin observasi atau penelitian.

Sistematika lain dalam penulisan makalah adalah sistematika

penomoran. Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut:

1. Penomoran bab, subbab, dan anak subbab dapat dilakukan dengan dua cara.

a. Cara Pertama

Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab),

huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil

(untuk anak-anak subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya.

Contoh:

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemanasan Global

1. Penyebab Pemanasan Global

a. Jenis-jenis Hutan

1) Hutan Hujan Tropis

b. Cara Kedua

Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk

bab), kemudian menggunakan angka arab semua, dan seterusnya.

Contoh:

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemanasan Global

2.1.1 Penyebab Pemanasan Global

2.1.1.1 Jenis-jenis Hutan

2.1.1.1.1 Hutan Hujan Tropis

14

2. Penomoran halaman pada naskah utama menggunakan angka arab.

3. Penomoran halaman pelengkap, seperti halaman judul, halaman pengantar,

dan halaman daftar isi menggunakan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi,

dst.) dan diletakkan pada bagian bawah tengah.

4. Penulisan daftar rujukan melanjutkan halaman sebelumnya.

5. Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan di tepi

sebelah kanan sesuai dengan penulisan bab atau subbab yang bersangkutan.

Contoh:

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

(dan seterusnya)

B. Contoh Karya Tulis Ilmiah

Terlampir.

15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum 2013 memiliki pendekatan ilmiah (scientific approach) salah

satu cara pendekatan tersebut ialah siswa dituntut untuk mampu membuat karya

tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah pada tingkat SMA dapat berupa hasil observasi

dan laporan praktikum. Karya ilmiah ini dapat disusun dengan sistematika

makalah, karena sitematikanya yang tidak terlalu rumit namun tetap mengikuti

kaidah-kaidah penulisan karya tulis yang baik.

B. Saran

Hendaknya bapak/ibu guru saat menerapkan kurikulum 2013 disekolah dan

membimbing siswa-siswinya ketika proses pembuatan karya tulis ilmiah

(makalah) tetap mengacu pada cara-cara penulisan yang baik dan benar

(berpedoman) karena proses kedepannya sangat bermanfaat bagi siswa-siswi

terutama bagi mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta

menambah wawasan bagi siswa-siswi yang melanjutkan ke dunia kerja.

16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.

Mukhlis. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Penelitian). Makalah disajikan pada Gladi Penelitian Ilmiah Remaja Siswa SMA se-DIY 8 s.d. 12 Maret 2012. (Online) diakses 14 November 2013.

Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi.Yogyakarta: Ekonisia.

Tim.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wibowo, Wahyu. 2010. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Wahyu. 2008. Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi: Paradigma Baru Kiat Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

iv

MAKALAH

UPAYA PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI BALI

Laporan Hasil ObservasiDisusun guna memenuhi tugas akhir semester genap mata pelajaran Geografi

yang dibina oleh Ibu Sri Utami, S.Pd

Oleh Diaz Muslima Qoirunisa

SMA Negeri 1 Singaraja Bali

Juni 2012

Lampiran 1

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luas hutan mangrove di Indonesia pada tahun 1999 mencapai 8,60 juta

hektar, namun tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagaimana

mestinya. Makin bertambahnya tahun, jumlah populasi mangrove semakin

menurun karena tergusur untuk area pemukiman maupun industri. Padahal,

mangrove berfungsi sangat strategis dalam menciptakan ekosistem pantai yang

layak untuk kehidupan organisme akuatik. Keseimbangan ekologi lingkungan

perairan pantai akan tetap terjaga apabila keberadaan mangrove dipertahankan

karena mangrove dapat berfungsi sebagai biofilter, agen pengikat dan perangkap

polusi. Mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda,

kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton sehingga akan

memperkuat fungsi mangrove sebagai biofilter alami.

Berdasarkan data FAO yang dirilis tahun 2007, luas hutan bakau di

Indonesia mencapai 19% dari total hutan bakau di seluruh dunia. Ini telah

menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan bakau paling luas di

dunia. Namun, diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau terbesar. Dari

tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis. Bahkan

menurut sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam

kondisi rusak berat mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak <

23% dan hanya 6% saja yang kondisinya sangat baik.

Menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial

berdasarkan data tahun 1999, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan 5,30

juta hektar dalam kondisi rusak. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi

mangrove yang sangat intensif pada tahun 1990-an menjadi pertambakan terutama

di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dalam rangka memacu ekspor

komoditas perikanan (Anonim, 2004).

Permasalahan utamanya adalah pengaruh dan tekanan habitat mangrove

bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove

menjadi areal pengembangan perumahan, industri dan perdagangan, kegiatan-

kegiatan komersial maupun pergudangan. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar

dan fungsinya menjadi hilang disertai dengan hilangnya ruang terbuka hijau yang

jauh lebih besar dari nilai penggantinya.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat disimpulkan sebuah

rumusan masalah yaitu peran ekowisata sebagai upaya pelestarian mangrove di

Bali.

C. Tujuan Penulisan

Tulisan ini meninjau dan mengulas tentang pemanfaatan mangrove sebagai

ekowisata di Bali. Ulasan ini meliputi sebaran mangrove di Indonesia,

pemanfaatan mangrove secara umum, dan penerapan mangrove sebagai ekowisata

di Bali. Dengan demikian, kita bisa memahami potensi hutan mangrove dan dapat

mengoptimalkan dalam pemanfaatannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mangrove

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan

bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk

komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun

untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.

Dalam bahasa Portugis, kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu

spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan

tersebut.

Hutan Mangrove merupakan hutan pantai yang selalu atau secara teratur

tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove dikatakan

sebagai ekosistem yang dapat dimanfaatkan secara optimal guna menjaga

kelestarian hutan khususnya bakau. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah

tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (Kusmana 2011).

Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem khas di wilayah pesisir

yang merupakan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara komponen

abiotik seperti senyawa anorganik, organik dan iklim (pasang surut, salinitas, dan

lain-lain) dengan komponen abiotik seperti produsen (vegetasi, plankton),

konsumen makro (serangga, ikan, burung, buaya, dan lain-lain). Mangrove

sebagai suatu ekosistem memiliki enam fungsi utama, yaitu : (1) fungsi aliran

energi, (2) fungsi aliran makanan, (3) fungsi pola keragaman jenis, (4) fungsi

siklus nutrien (biogeokimia), (5) fungsi evolusi dan perkembangan, dan (6) fungsi

pengendalian (cybernetics).

B. Sebaran Mangrove di Indonesia

Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,

terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan

mangrove yang terluas di dunia melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha)

dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar

Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-

sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan

Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh

kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi

Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat

daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas

1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

FAO (2007) menyatakan bahwa luas hutan mangrove di dunia pada tahun

2005 diperkirakan seluas 15,2 juta ha yang tersebar di seluruh pantai tropik dan

sub-tropik. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas mangrove terluas di

tingkat dunia, yaitu seluas 19%. Menurut data, hutan mangrove di Indonesia

mencapai luasasn sebesar 3.244.018,64 ha yang tersebar di seluruh wilayah.

C. Peran dan Manfaat Mangrove

Secara ekologis, hutan mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari

bahaya tsunami, penahan erosi, dan perangkap sedimen, pendaur hara, menjaga

produktivitas perikanan, peredam laju intrusi air laut, penyangga kesehatan,

menjaga keanekaragaman hayati, dan menopan ekosistem pesisir.

Luasan kawasan hutan mangrove juga berpengaruh terhadap produksi

perikanan budidaya. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembangunan 1 Ha

tambak ikan pada mangrove alamiah akan menghasilkan ikan dan udang sebanyak

287 kg setiap tahun. Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan betapa

pentingnya peran hutan mangrove dalam proses daur unsur hara. Khairijon (1999)

melaporkan bahwa bakau dapat menghasilkan serasah daun dan ranting sekitar

478,4 g per m2 . sedangkan Nybakken (1988) melaporkan bahwa tumbuhan

mangrove dapat menghasilkan 6-10 ton bahan organik kering per ha per tahun

kepada ekosistem perairan di bawahnya.

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi

ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Peran atau manfaat hutan bakau dapat

ditinjau dari sisi fisik, biologi, maupun ekonomi. Manfaat dan fungsi hutan

mangrove secara fisik antara lain :

1. Penahan abrasi pantai.

2. Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.

3. Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.

4. Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).

5. Penambat bahan-bahan pencemar (racun) diperairan pantai.

Manfaat dan fungsi hutan bakau secara biologi antara lain :

1. Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari makan, pemijahan

maupun pengasuhan.

2. Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya.

3. Tempat hidup berbagai satwa lain semisal kera, buaya, dan burung.

Manfaat dan fungsi hutan bakau secara ekonomi antara lain :

1. Tempat rekreasi dan pariwisata.

2. Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar.

3. Hutan mangrove juga dapat diolah sebagai pupuk organik, bahan makanan,

minuman, peralatan rumah tangga, serta bahan baku tekstil.

4. Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya.

5. Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat

digunakan sebagai obat penghambat tumor.

6. Sumber mata pencarian masyarakat sekitar seperti dengan menjadi nelayan

penangkap ikan dan petani tambak.

7. Hutan mangrove dapat pula dijadikan tempat ekowisata dan hasil ikan dari

hutan mangrove dapat menjadi komoditas yang mendukung kegiatan

ekowisata.

Selain itu, hutan mangrove dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara

lain :

1. Sebagai tempat untuk mengambil berbagai jenis kerang yang menempel pada

pohon bakau dan dasar perairan.

2. Untuk pengembangan usaha budi daya, seperti tambak.

3. Sebagai tempat mengambil kayu bakar dan kayu untuk bahan pembuatan

arang.

4. Digunakan untuk pembuatan penambat pukat (alat penangkapan ikan) dan

penyangga bentangan tali untuk budi daya rumput laut.

D. Pengertian Ekowisata

Ekowisata adalah kegiatan atau suatu bentuk perjalan wisata ke area alami yang

dilakukan dengan tujuan untuk mengkonservasi lingkungan dan melestarikan

kehidupan yang ramah lingkungan, sehingga kelestarian ekosistem dapat terjaga.

Potensi manfaat kawasan ekowisata dapat berupa peningkatan peluang ekonomi,

perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, peningkatan kualitas hidup.

Manfaat peningkatan peluang ekonomi kawasan ekowisata, antara lain :

1. Meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat atau penduduk lokal.

2. Meningkatkan pendapatan.

3. Berkembangnya usaha baru dan berkembangnya ekonomi lokal.

4. Berkembangnya usaha atau kerajinan barang lokal.

5. Meluasnya pemasaran dan peningkatan penerimaan devisa.

6. Meningkatkan standar hidup masyarakat dan peningkatan pendapatan pajak

daerah.

7. Mendorong karyawan dan masyarakat untuk mempelajari ketrampilan baru.

8. Meningkatnya sumber pendanaan untuk perlindungan alam dan

pemberdayaan masyarakat lokal.

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menangkap peluang ekonomi dari

kegiatan ekowisata, yakni :

1. Meningkatkan jumlah wisatawan.

2. Meningkatkan nama tinggal wisatawan agar masyarakat lokal mempunyai

lebih banyak kesempatan untuk menjual produk local dan jasa.

3. Menarik pangsa pasar wisatawan kaya agar terjadi peningkatan daya beli

terhadap produk lokal.

4. Meningkatkan jumlah pembelian per wisatawan melalui penawaran produk

lokal yang lebih beragam.

5. Penyediaan penginapan lokal untuk meningkatkan perolehan masyarakat dari

biaya penginapan.

6. Memberikan jasa panduan dan layanan lainnya kepada wisatawan melalui

pelibatan masyarakat.

7. Mendorong kegiatan pertunjukan lokal berupa festival budaya lokal yang

dapat meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

8. Penyediaan makanan dan minuman yang tersedia secara lokal.

E. Ekowisata mangrove di Bali

Perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara

maksimal diupayakan oleh Pemerintah Daerah Bali yang bekerjasama dengan

JICA (Japan International Cooperation Agency). Terbukti dengan terkenalnya

wisata yang tergolong baru ini hingga ke kancah Internasional. Kini, Proyek Pusat

Informasi Mangrove (Mangrove Information Center) dengan luas hutan bakau

sekitar 1300 hektar, menjadi salah satu alternatif wisatawan untuk berlibur di Bali.

Lokasinya di bypass Ngurah Rai, Bali Selatan atau sekitar 100 meter patung

Dewa Ruci (simpang siur). Letaknya jauh dari polusi kota, sangat tersembunyi

dari hiruk pikuk kota dan pemandangan yang asri menambah estetika ekowisata

ini.

Dengan tiket masuk kawasan wisata Rp 5000,00 wisatawan dapat

menikmati pesona mangrove dan tersedia juga jalur trekking (jembatan kayu)

sepanjang 2 km yang dapat digunakan untuk sarana olahraga. Jarang bisa

menikmati / melihat hutan mangrove apalagi masuk kekawasan hutan, karena

hutan bakau identik dengan kawasan rawa-rawa yang berlumpur. Tapi dikawasan

ini, semua sudah ditata rapi dengan jembatan kayu dan wisatawan bisa menikmati

keindahan hutan mangrove di sini.

Kawasan wisata ini sangat bagus untuk anak-anak sekolah, untuk bisa

mengenal lingkungan lebih dekat, sering juga dijadikan sebagai tempat peneletian.

Di beberapa titik disediakan tempat khusus untuk menikmati keindahan hutan dan

menghirup udara segar yang jauh dari polusi. Bahkan di tengah hutan disediakan

tower untuk bisa melihat seluruh kawasan hutan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akibat adanya kerusakan berlebih pada hutan mangrove, maka perlu adanya

upaya pelestarian mangrove. Dalam hal ini, pemerintah Bali sudah menerapakan

pengoptimalan mangrove sebagai ekowisata yang mampu memperikan pengaruh

positif dan manfaat dari berbagai sisi yaitu segi fisik, biologi dan ekonomi.

Dengan dibukanya ekowisata mangrove di Bali, setidaknya ada kepedulian

untuk senantiasa menjaga lingkungan guna keberlangsungan ekosistem yang ada

di dalamnya. Melalui ekowisata yang menitikberatkan pada pengenalan mangrove

dan segala potensinya, berbagai cara dapat digunakan untuk menangkap peluang

ekonomi, perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, serta peningkatan

kualitas hidup dari kegiatan ekowisata mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. Thailand: IUCN.

Anonim, 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. (Online), (http://www.scribd.com//Konsep-Ekowisata), diakses 10 November 2013.

Anonim. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23(1) 2004.

Edi, Mulyadi., Okik Hendriyanto, Nur Fitriani. 2008. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UPN “Veteran“ Jawa Timur

[FAO] Food and Agricultural Organization of United Nations. 2007. The World’s Mangrove 1980-2005: A Thematic Study in The Framework of The Global Forest Assestment 2005. Rome : Food and Agricultural Organization of United Nations.

Kusmana C. 2011. Ekosistem Mangrove dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir. Jakarta : Pustaka Karisma

Tomlinson, P.B. 1994. The Botany of Mangroves. UK : Cambridge University Press

Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian Internasional

Whitten, Jeffrey L., Bentley, Lonnie D & Dittman, Kevin C. 1994. Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Lautan (Jalur Hijau Pantai). Jakarta : Kantor Menteri Lingkungan Hidup, Proyek Pembinaan Kelestarian Sumber Daya Alam Laut dan Pantai. Jurnal Masyarakat Informatika, Volume 1, Nomor1, ISSN 2086 – 4930.

Wijayanti. 2007. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan. Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.