Pathogen benih

19
BAB 1 PENDAHULUN 1.1Latar Belakang Penyakit benih merupakan penyakit penting pada berbagai komoditas pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam bentuk perubahan warna, bentuk, nekrose, penurunan daya kecambah, dan mengurangi nilai biji (benih). Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih dari 5 %, dan infeksinya dapat mencapai 50%. Penyebab utama kerusakan pada benih adalah jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih dapat diserang patogen sebelum biji (benih) berkecambah (pre emergence damping off), sedang apabila menyerang setelah muncul kecambah disebut post emergence damping off. Bentuk kerusakan karena serangan patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen, benih dan faktor lingkungan. Biji-biji membawa beberapa patogen yang sering menyebabkan beberapa penyakit pada pertanaman yang tumbuh dari biji tersebut. Seperti halnya penyakit yang tumbuh dari biji sorgum dapat menyebabkan kehilangan hasil secara individual di lapang sampai lebih dari 5% dan kadang infeksinya dapat sebesar 50%. Penyakit-penyakit pada biji (benih) disamping menderita kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang selanjutnya dapat menyebarkan penyakit pada tanaman sehat di lapang, sebagai contoh penyakit bercak coklat pada padi dan antraknose pada cabai. Patogen-patogen tersebut selain menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula

Transcript of Pathogen benih

BAB 1

PENDAHULUN

1.1Latar Belakang

Penyakit benih merupakan penyakit penting pada berbagai

komoditas pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan

kerusakan dalam bentuk perubahan warna, bentuk, nekrose,

penurunan daya kecambah, dan mengurangi nilai biji (benih).

Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih

dari 5 %, dan infeksinya dapat mencapai 50%.

Penyebab utama kerusakan pada benih adalah jamur, bakteri,

dan virus (patogen). Benih dapat diserang patogen sebelum biji

(benih) berkecambah (pre emergence damping off), sedang

apabila menyerang setelah muncul kecambah disebut post

emergence damping off. Bentuk kerusakan karena serangan

patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen, benih dan

faktor lingkungan.

Biji-biji membawa beberapa patogen yang sering menyebabkan

beberapa penyakit pada pertanaman yang tumbuh dari biji

tersebut. Seperti halnya penyakit yang tumbuh dari biji sorgum

dapat menyebabkan kehilangan hasil secara individual di lapang

sampai lebih dari 5% dan kadang infeksinya dapat sebesar 50%.

Penyakit-penyakit pada biji (benih) disamping menderita

kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang selanjutnya

dapat menyebarkan penyakit pada tanaman sehat di lapang,

sebagai contoh penyakit bercak coklat pada padi dan

antraknose pada cabai. Patogen-patogen tersebut selain

menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula

menjadi sumber infeksi bagi tanaman lain. Dengan

demikian pathogen tersebut dapat menginfeksi tanaman

yang sehat. Penyebaran ini dapat dilakukan dengan

perantaraan angin, air, insekta, hewan dan manusia.

1.2Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-

macam pathogen yang terdapat dalam benih dengan menggunakan

metode kertas sebagai evaluasi uji kesehatan benih.

1.3Manfaat

Manfaat yang didapat dari praktikum ini adalah dapat

mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat dalam benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Benih

Seed pathology involves the study and management of diseases

affecting seed production and utilization, as well as

disease management practices applied to seeds (Patologi

Benih melibatkan studi dan pengelolaan penyakit yang

mempengaruhi produksi benih dan pemanfaatan, serta praktek-

praktek manajemen penyakit diterapkan untuk benih) (Munkvold

GP, 2009)

Seed pathology may be defined as the study of seedborne

disease and pathogens. It includes studies on the mechanisms

of infection, seed transmission, the role of seedborne

inocula in disease development, techniques for the detection

of seedborne pathogens and nonpathogens, seed certification

standards, deterioration due to storage fungi, mycotoxins,

and mycotoxicoses, and control of seedborne inocula

(patologi benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit

dan patogen seedborne. Ini mencakup studi pada mekanisme

infeksi, transmisi benih, peran inokulum seedborne dalam

perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi patogen

seedborne dan nonpathogens, standar sertifikasi benih,

kerusakan karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan

mycotoxicoses, dan pengendalian inokulum seedborne) (S.T.

NAMETH, 1998)

The area of science that studies the relationship between

pathogens and seeds is Seed Pathology. It does not only

identify the pathogens, it also includes the role of the

seed as source of inoculum, the survival of the pathogen and

the actions taken to control the pathogens associated to it.

It uses the knowledge of General Pathology, Microbiology and

Seed Analysis (Bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara

patogen dan biji adalah Patologi Benih. Bidang iikmu ini

tidak hanya mengidentifikasi patogen, tetapi juga termasuk

peran benih sebagai sumber inokulum, kelangsungan hidup

patogen dan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol patogen

terkait untuk itu. Ia menggunakan Pengetahuan Umum Patologi,

Mikrobiologi dan Analisis Benih) (Nome, 2014)

2.2 Macam-Macam Penyakit Benih

1. Damping-Off

Damping-Off adalah suatu penyakit yang

menyerang benih, kecambah, dan semaian.

Secara tradisional, ada dua tipe jenis

damping-off : pre-emergence damping-off,

menyerang benih dan kecambah sebelum

mereka muncul, dan post-emergence damping-

off, menyerang semaian bibit muda sampai

batang mereka menjadi berkayu. Bentuk

kedua penyakit terjadi di dalam tempat penyimpanan benih dan

disebabkan oleh kelompok fungi yang sama. Inang dari penyakit

ini adalah semua jenis semaian dan benih dapat terkena.

Penyebab cendawan Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp.

Gejala penyakit ini bermacam-macam tergantung dari umur dan

stadia perkembangan semai. Biji menjadi busuk sebelum

berkecambah atau sebelum muncul dipermukaan tanah. Biji yang

terinfeksi ini menyebabkan kualitas biji buruk (daya kecambah

rendah). Busuk pangkal batang pada perkembangan semai biji

terutama pada bagian yang dekat dengan tanah. Contohnya

Damping off pada cabai (Khalsoven. 1981)

2. Antraknosa

Penyakit patek atau antraknosa

menyerang berbagai jenis tanaman.

Penyakit ini sangat sulit dikendalikan,

terutama jika kelembaban areal

pertanaman sangat tinggi. Bagian

tanaman yang terserang penyakit patek

atau antraknosa pada umumnya adalah buah atau daun.Penyakit

antraknosa sukar dikendalikan karena infeksi patogennya

bersifat laten dan sistemik, penyebaran inokulum dilakukan

melalui benih (seed borne) atau angin serta dapat bertahan

pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah. Contohnya antraknosa

pada cabai (Cendawan Colletrotricum capsici) dapat menyerang

inang pada segala fase pertumbuhan. Serangan patogen

antraknosa pada fase pembungaan menyebabkan persentase benih

terinfeksi tinggi walaupun benih tampak sehat (Sinaga, 1992)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Benih Aspek Hama Penyakit

Tanaman materi Penyakit Benih dilaksanakan pada hari Selasa,

20 Mei 2014 di Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama Penyakit

Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Pengamatan praktikum materi penyait benih dilakuakan pada

hari Rabu, 28 Mei 2014 di Laboratorium Umum, Jurusan Hama

Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan

Alat:

a. Cawan Petri : untuk meletakkan benih yang akan diamati

b. Plastik wrap : untuk menutup cawan petri agar utup

cawan tidak lepas

c. Mikroskop : untuk mengamati penyakit benih

d. TV LCD : untuk melihat penyakit benih dari mikroskop

Bahan:

a. Benih jagung sehat : sebagai specimen

b. Benih kangkung kadaluarsa : sebagai specimen

c. Kertas Whatman : media tumbuh penyakit di cawan

petri

d. Air : untuk membasahi media (kertas

whatman)

e. Alkohol 70% : untuk mensterilkan cawan petri

3.3 Cara Kerja

Bersihkan cawan Petri dari kotoran yang menempel dengan

alkohol.

Gunting kertas berbentuk bulat dan letakkan pada alas cawan

petri. Basahi dengan air.

Ambil 3 benih. Rendam benih 10-15 menit, lalu tebarkan diatas

kertas.

Tutup dan rapatkan dengan menggunakan plastik wrap.

Inkubasi pada suhu kamar 7-8 hari.

Amati dibawah mikroskop.

3.4 Analisa Perlakuan

Untuk mengmati penyakit yang ada di dalam biji jagung dan

kangkung yang pertama dilakukan adalah memersihkan cawan Petri

dari kotoran yang menempel dengan alkohol. Pembersihan ini

menggunkan alcohol karena alcohol dapat mensterilkan alat yang

akan digunakan. Dalam praktikum ini menggunkana sebagai alas

pada cawan petri. Kertas whatman tersebut didalam cawan

dibasahi dengan air.agar menjadi lembab dan penyakit yang ada

dalam biji nantinya dapat berkembangbiak. Benih sebelum

diletakkan di dalam cawan petri direndam selama 10-15 menit

agar benih cepat berkecambah dan memacu pertumbuhan penyakit

benih. Benih yang sudah diletakkan di cawan petri diinkubasi

pada suhu kamar selama 7-8 hari agar penyakit dapat tumbuh.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (table pengamatan)

No Perlakuan Pathogen

yang

ditemukan

Dokumentasi Keterangan

1 Benih

jagung

sehat

Cendawan

Aspergillus

spp

Serangan

Aspergillus

spp.

terlihat

dengan

adanya

cendawan

berwarna

hitam,

(spesies A.

niger)2 Benih

kangkung

kadaluarsa

Cendawan Serangan

cendawan

terlihat

dari adanya

bintik-

bintik di

dalam biji

4.2 Pembahasan Praktikum

Pada pengamatan terhadap benih jagung sehat dan kangkung

kadaluarsa, ditemukan adanya infeksi berupa jamur pada kedua

benih tersebut. Infeksi pada pada benih kangkung kadaluarsa

lebih besar dibandingkan pada benih jagung sehat. Hal tersebut

dikarenakan kualitas benih yang berbeda sehingga infeksi yang

tampak juga berbeda. benih yang memilki kualitas lebih rendah

(kadaluarsa) lebiih mudah terserang penyakit atau dalam

praktikum ini cendawan. Benih jagung sehat yang terinfeksi

oleh cendawan, dipermukaannya muncul hifa-hifa jamur berwarna

hitam pada setiap benihnya. Cendawan yang menyerang benih

jagung diketahui sebagai Aspergillus spp (spesies A. niger).

Cendawan ini apabila menyerang pada jagung, maka akan

menghasilkan racun yaitu aflatoksin yang berbahaya bagi

kesehatan manusia termasuk ternak. Aflatoksin adalah senyawa

organik beracun yang berasal dari sumber hayati berupa hasil

metabolisme sekunder dari cendawan. Pengaruh terhadap manusia

atau hewan mengkonsumsi jagung yang mengandung aflatoksin

dengan kadar tertentu dapat menyebabkan penyakit kanker hati

(Talanca, 2009).

Patogen yang ada pada benih kangkung disebabkan oleh

cendawan, tatapi tidak diketahui jenis jamur yang menyerang

benih tersebut. Hal itu dikarenakan sulitnya mencari referensi

mengenai penyakit benih kangkuang. Adanya infeksi pathogen

yang berupa cendawan atau jamur pada benih jagung dan benih

kangkung mengindikasikan bahwa bukan hanya biji yang

kadaluarsa saja (biji kangkung) yang dapat terinfeksi

pathogen, namun biji sehatpun dapat terjangkiti asalkan

kondisi lingkungannya mendukung (kondisi lembab) dan sudah

adanya infeksi pathogen di lapang sebelumnya.

Menurut Baharudin dkk (2013), infeksi cendawan dapat

terjadi pada saat proses pemanenan, transportasi, penyimpanan,

dan pendistribusian benih. Sama seperti yang tampak pada kedua

sampel yang digunakan bahwa terdapat serabut hifa jamur

berwarna hitam dan berwarna putih dan menyebar hampir menutupi

permukaan benih. Selain itu tingkat penularan patogen penyebab

penyakit pada tanaman cukup beragam, bergantung pada

variabilitas genetik, variabilitas fenotipik, dan interaksi

antara genetik dengan lingkungannya. Pengetahuan mengenai

keragaman tersebut sangat penting, terutama dalam penerapan

program seleksi yang akan diguna-kan untuk karakter yang

diinginkan. Interaksi antara genetik dengan lingkungan untuk

suatu karakter semakin besar apabila karakter tersebut

dikendalikan se-cara poligenik yang dapat berupa gen-gen minor

atau campuran gen-gen minor dan mayor (Pujianto, 2012)

4.3 Pembahasan Soal

Terdapat patogen pada benih jagung dan kangkung yang diuji

pada media kertas. Pathogen yang menyerang benih tersebut

berupa cendawan atau jamur, yangmana diketahui bahwa jamur

yang menyerang jagung adalah Aspergillus spp (spesies A. niger).

Tetapi pada benih kangkung tidak diketahui jenis jamur yang

menyerang karena kurangnya literature yang ada.

Pathogen yang menyerang benih jagung dan kangkung merupakan

golongan dari pathogen penyebab penyakit benih. Dampak dari

infeksi pathogen Aspergillus spp (spesies A. niger) sangat berbahaya

karena tidak hanya membahayakan tanaman itu sendiri tetapi

juga bahaya bagi manusia dan hewan. Aspergillus spp (spesies A.

niger) mampu mengubah sebagian aflatoksin B1, menjadi senyawa

Fluoresensi lain. Efek biologik aflatoksin menunjukkan bahwa

aflatoksin mempunyai kemampuan untuk menginduksi kanker pada

hati ikan, burung, dan mamalia dibandingkan dengan bahan-bahan

kimia yang dapat menimbulkan kanker hati. Hal ini menunjukkan

bahwa mengkomsumsi bahan pangan yang telah terkontaminasi

aflatoksin sangat berbahaya. Infeksi cendawan A. flavus pada

berbagai jenis serealia dapat menyebabkan berbagai pengaruh

yaitu timbulnya penyakit seperti hepatocarcinoma (aflatoksin

akut), kwashiorkor, reye!s syndrome, dan kanker hati. Sebanyak

71 penderita kanker hati di Jakarta terungkap bahwa sekitar

94% ditemukan berasal dari bahan pangan yang dikomsumsi

sehari-hari terkontaminasi aflatoksin (Talanca, 2009).

Aspergillus terreus dan A. niger merupakan jamur yang mampu

memproduksi mikotoksin. A. terreus menghasilkan beberapa

mikotoksin, yaitu aflatoksin, patulin, dan sitrinin. A. niger

memproduksi okratoksin. A. terreus dan A. niger merupakan

jamur yang dapat menimbulkan aspergillosis (Handajani dan

Purwoko 2008). Aflatoksin dalam kadar tinggi (di atas 20 ppb)

jika masuk kedalam tubuh manusia atau hewan bisa mengakibatkan

kematian. Sementara kontaminasi aflatoksin dalam kadar rendah

(di bawah 20 ppb) dalam jangka panjang bisa menyebabkan kanker

hati atau kanker ginjal (Budiarti, 2013)

Pathogen tersebut bisa menginfeksi benih yang disimpan

karena umumnya pathogen yang menyerang benih di penyimpanan

telah menyerang benih tersebut dari tanaman masih dalam fase

generative atau sebelum benih dipanen. Pathogen yang telah

menginfeksi benih sebelum benih itu disimpan dapat bertahan

dan akan aktif pada kadar air benih berkeseimbangan dengan RH

> 65 %. Pathogen yang menyerang di penyimpanan atau cendawan

gudang mampu beradaptasi pada media yang berbeda. Seperti

jamur A. flavus ditemukan pada berbagai media tumbuh, dapat

bertahan hidup dan berkembang biak pada berbagai inang

alternatif dan kondisi iklim yang berbeda. Pada jagung,

patogen ini umumnya menginfeksi biji dalam fase pertumbuhan

generatif, selanjutnya menjadi sumber inokulum awal untuk

penularan penyakit pada benih jagung yang disimpan di gudang

A. flavus mempunyai masa reproduksi spora yang cepat, sehingga

pencegahan lebih awal pada pertanaman diperlukan untuk

pengendaliannya. Perlakuan amonia dan asam propionat pada

tanaman di lapangan dapat mengurangi sumber inokulum awal pada

penyimpanan di gudang. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah

satu upaya pengendalian A. flavus yang efektif. Perlakuan kedua

jenis senyawa kimia tersebut dapat menurunkan laju infeksi A.

flavus pada biji di tempat penyimpanan dan mengurangi jumlah

biji jagung yang rusak. Besarnya intensitas penularan A. flavus

pada pertanaman jagung di lapangan selalu berkorelasi positif

dan sangat erat hubungannya dengan intensitas infeksi biji

jagung setelah panen, di tempat penyimpanan (Pakki,2009)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyakit benih merupakan penyakit penting pada berbagai

komoditas pertanian. Patologi benih dapat didefinisikan

sebagai studi penyakit dan patogen seedborne yang mencakup

studi pada mekanisme infeksi, transmisi benih, peran inokulum

seedborne dalam perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi

patogen seedborne dan nonpathogens, standar sertifikasi benih,

kerusakan karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan

mycotoxicoses, dan pengendalian inokulum seedborne.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa adanya infeksi pathogen yang berupa cendawan atau jamur

pada benih jagung dan benih kangkung mengindikasikan bahwa

bukan hanya biji yang kadaluarsa saja (biji kangkung) yang

dapat terinfeksi pathogen, namun biji sehatpun dapat

terjangkiti asalkan kondisi lingkungannya mendukung (kondisi

lembab) dan sudah adanya infeksi pathogen di lapang

sebelumnya. Cendawan yang menginfeksi jagung adalah Aspergillus

spp (spesies A. niger. Sedangkan penyakit pada benih kangkung

tidak diketahui karenaa kurangnya literature mengenai penyakit

pada komoditas tersebut. Namun, pada praktikum ini diketahui

bahwa pathogen yang menginfeksi benih tersebut adalah cendawan

atau jamur.

5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)

Asisten

Dalam penyamaian materi, asisten sudah melakukannya

dengan baik. Singkatnya, semuanya baik. Makasih kakak

Praktikum

Praktikum teknologi benih aspek HPT sudah berjalan dengan

baik menurut saya, menyenangkan juga. Tetapi peralatan di

laboratorium yang digunakan masih kurang lengkap.

DAFTAR PUSTKA

Baharudin, A. Purwantara, S. Ilyas dan M.R. Suhartanto. 2013.

Patogenisitas Beberapa Isolat Cendawan Terbawa Benih Kakao Hibrida.

Jurnal Littri. Vol. 19(1): 1-7

Khalsoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar

Baru - Van Hoeve. Jakarta. 701 halaman.

Munkvold GP. 2009. Seed pathology progress in academia and

industry. Department of Plant Pathology, Iowa State

University, Ames, Iowa 50011, USA.. 47:285-311. doi:

10.1146/annurev-phyto-080508-081916. [email protected]

Nome S. F, Dora Barreto, Delia M. Docampo. 2014. Seedborne

Pathogens. Seeds: Trade, Production and Technology.

Instituto de Fitopatología y Fisiología Vegetal, INTA,

Camino 60 Cuadras km %1/2 (5119), Córdoba, Argentina.

[email protected]

Pakki, Syahrir. 2009. Efektivitas Amonia, Asam Propionat, dan

Ekstrak Daun Cengkeh dalam Pengendalian Aspergillus flavus pada

Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros,

Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

Vol. 28 No. 3 2009

Pudjianto, Tri. 2012. Pengendalian Hama-Penyakit Jagung.

http://agritani.blogspot . com/2012/12/pengendalian-hama-

penyakit-jagung.html. Diakses tanggal 3 Juni 2014

S.T. NAMETH. 1998. PRIORITIES IN SEED PATHOLOGY RESEARCH.

Dept. of Plant Pathology, The Ohio State University,

Columbus, OH, 43210, USA. Sci. agric., Piracicaba,

55(Número Especial), p.94-97, agosto 1998

Sinaga, M. S. 1992. Kemungkinan Pengendalian Hayati Bagi

Colletotrichum capsici (Syd) Bult. Et Bisby Penyebab

Antraknosa pada Cabai. Laporan Akhir: Penelitian

Pendukung PHT dalam Rangka Pelaksanaan Program Nasional

Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama Proyek Prasarana

Fisik Bappenas dengan Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 29

hal

Talanca dan S. Mas’ud. 2009. Pengelolaan Cendawan Aspergillus flavus

Pada Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian

Tanaman Serealia. ISBN :978-979-8940-27-9

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

PATHOGEN BENIH

Disusun Oleh :

Nama : Siska Nurfitriani

NIM : 125040200111142

Kelas : Senin, 13.20-15.00

Asisten : Nofita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014