Parameter dan Metode Pengukuruan Kualitas Air untuk Pertanian
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Parameter dan Metode Pengukuruan Kualitas Air untuk Pertanian
PENDAHULUAN
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau
keperluan tertent. Dengan demikian, kualitas air akan
berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain. Sebagai
contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda
dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Lahan
pertanian membutuhkan air yang baik secara kualitas untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Karena kualitas air yang
mengairi lahan pertanian akan berpengaruh terhadap hasil
produksi nantinya. Beberapa factor diantaranya adalah
kandungan oksigen, limbah, bahan organik/anorganik, racun
dan lain-lain.
Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu,
misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi,
industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air
adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap
air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan
warna).
ISI
Ada beberapa parameter yang menetukan kualitas air
dikatakan baik dan layak digunakan khususnya dalam bidang
pertanian. Parameter-parameter tersebut memiliki metode
masing-masing untuk dapat menentukan kualitas air
tersebut dikatakan baik atau buruk sehingga nantinya
dapat disimpulkan bahwa air tersebut cocok atau tidak
jika digunakan sebagai irigasi lahan pertanian.
Berdasarkan parameternya, metode yang digunakan dalam
penentuan kualitas air yang baik antara lain :
1. Aspek Fisika
Dalam aspek fisika ada beberapa parameter yang
dapat diamati untuk penentuan kualitas air di
bidang pertanian, diantaranya :
a) Suhu
Pertama sekali siapakan alat pengukur suhu
terlebih dahulu, yakni thermometer. Kemudian
tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya.
Setelah lokasi pengukuran didapatkan, ikat
bagian pangkal thermometer (bukan ujung air
raksa) lalu masukkan thermometer ke air dengan
cara mencelupkan thermometer kedalam perairan
kemudian gantung thermometer tersebut pada
permukaan perairan beberapa menit. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan,
baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu
catat hasilnya.
b) Kecerahan
Siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti
secchi disk dan meteran. Lalu tentukan lokasi
pengukuran kecerahan. Setelah lokasi
didapatkan, turunkan secchi disk secara
perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna
hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat.
Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau
penggaris panjang. Setelah itu, secara perlahan
tarik secchi disk keatas hingga warna hitam
pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu
ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas
tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan
batas tampak telah didapat, maka jumlahkan
kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini
merupakan nilai kecerahan. Untuk lebih jelasnya
rumus menghitung kecerahan adalah sebagai
berikut :
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) +
Jarak tampak (cm)
2
c) Kekeruhan
Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air
mineral. Kemudian isi botol dengan air sampel
secukupnya lalu bawa air tersebut ke
laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu
air sampel tersebut dipindahkan kedalam gelas
piala dan bandingkan dengan standar air yang
menjadi patokan (standar). Masukkan air yang
menjadi patokan (standar) kedalam turbidimeter
sehingga jarum turbidimeter menunjukkan angka
standarnya. Setelah itu, keluarkan gelas piala
yang berisi air standar tadi lalu masukkan air
sampel kedalam gelas piala lainnya dan kocok.
Setelah itu masukkan air sampel tersebut
kedalam turbidimeter dan atur sehingga
turbidimeter menunjukkan angka konstan. Catat
hasil yang ditunjukkan oleh jarum turbidimeter.
d) Kedalaman
Siapakan alat yang akan digunakan, yakni
meteran. Tentukan lokasi perairan yang akan
diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan,
masukkan meteran (dalam praktik saat ini
menggunakan penggaris panjang) kedalam perairan
hingga mengenai dasar perairan. Catat kedalaman
yang diperoleh.
e) Bau
Bau dapat menjadi indicator dan metoda dalam
menentukan kualitas air yang akan digunakan
untuk lahan pertanian. Walaupun tidak semua air
yang sudah tercemar memiliki bau yang khas,
tetapi dalam beberapa kondisi bau dapat
dipertimbangkan sebagai parameter pengukuran
kualitas air.
2. Aspek Kimia
a) Pengukuran pH
Sediakan alat yang akan digunakan, yakni kertas
pH dan pH meter. Celupkan kertas pH kedalam
perairan, setelah kertas pH basah angkat keras
pH tersebut lalu tunggu beberapa saat. Lihat
perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan
bandingkan warna tersebut dengan papan standar
nilai pH lalu catat hasilnya.
b) Oksigen Terlarut ( Disolved Oxygen-DO )
Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan,
seperti , tiosulfat, amilum, MnSO4, NaOHKI,
H2SO4, tabung erlenmeyer, jarum suntik, botol
BOD ( botol Winkler) dan pipet tetes. Kemudian
tentukan lokasi pengambilan air sampel. Setelah
itu ambil air sampal menggunakan botol BOD
namun jangan samapai terjadi gelembung udara.
Caranya yaitu dengan menenggelamkan tabung
erlenmeyer secara perlahan kedalam perairan,
setelah tabung terisi penuh tutup mulut tabung
dengan rapat. Lalu periksa apakah didalam
tabung yang berisi air terdapat gelembung udara
atau tidak, jika ada maka ulangi kembali hingga
gelembung udara benar-benar tidak ada didalam
tabung. Tapi, jika gelembung udara tidak ada
maka dengan menggunakan jarum suntik ataupun
pipet tetes tamabahkan 2 ml larutan MnSO4 , 2 ml
NaOHK. Tutup botol dengan rapat lalu kocok
dengan cara membalik-balikkan botol hingga
beberapa kali. Beberapa saat kemudian akan
terjadi gumpalan dan tunggu beberapa saat
hingga proses pengendapan sempurna. Setelah
itu, ambil bagian larutan yang masih jernih
dengan menggunakan jarum suntik ataupun pipet
tetes sebanyak 100 ml dan pindahkan kedalam
tabung erlenmeyer. Pada larutan yang tadinya
terdapat endapan, tambahkan 2 ml H2SO4 lalu
kocok dengan perlahan hingga semua endapan
larut, lalu pindahkan larutan tersebut kedalam
tabung erlenmeyer dan titrasi dengan tiosulfat
hingga larutan berwarna coklat muda. Pada
larutan ini, tambahkan amilum beberapa tetes
hingga larutan berubah menjadi warna biru,
kemudian titrasi kembali dengan larutan
tiosulfat hingga warna biru pada larutan
tersebut hilang. Lalu catat hasilnya dengan
menggunaka rumus :
OT = a x N x 8 x 1000
V-4
Keterangan :
OT : O2 terlarut ( mg O2/L )
a : volume titran Na-thiosulfat ( ml )
N : Normalitas larutan thiosulfat
( 0,025 N)
V : Volume botol Winkler ( ml )
c) Karbon Dioksida Bebas
Siapakan bahan dan alat yang akan digunakan
seperti PP, NA2CO3, tabung erlenmeyer, dan pipet
tetes atau jarum suntik. Ambil sampel air yang
akan diuji namun usahakan agar air sampel
terhindar kontak dengan udara. Dengan
menggunakan pipet tetes masukkan air sampel
kedalam tabung erlenmeyer secara perlahan agar
pengaruh aerasi tidak begitu besar. Kemudian
tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika larutan
berwarna pink berarti tidak ada CO2 dan segera
titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink
stabil. Lalu catat hasilnya dengan menggunakan
rumus Alaert dan Santika
CO2 = A x N x 22 x 1000
V
Keterangan :
A : volume titran Na2CO3 yang terpakai
( ml )
N : normalitas larutan ( 0,0454 N )
V : Volume sampel
3. Aspek biologi
a) Flora dan Fauna
Flora dan fauna yang dapat dijadikan indikator
biologis pencemaran sungai dapat diamati dari
keanekaragaman spesies/diversitas, laju
pertumbuhan struktur/sebaran umur dan seks
rasio. Tingginya keanekaragaman flora dan fauna
suatu ekosistem menandakan kualitas air
tersebut baik/belum tercemar. Tetapi sebaliknya
bila keanekaragamannya kurang, maka air
tersebut dapat dikatakan tercemar.
b) Ganggang
Ganggang dapat dijadikan indikator pencemaran.
Banyak ganggang yang tahan hidup dalam air yang
tercemar. Spesies ganggang tertentu tumbuh
subur sehingga menghabiskan banyak makanan air
eutrofik. Proporsi pertumbuhan berbagai
ganggang dapat dijadikan indikator pencemaran
pada lingkungan perairan tersebut apakah cocok
untuk dialirkan ke lahan pertanian.
PENUTUP
Metode pengukuran atau penentuan air yang baik untuk
digunakan sebagai irigasi lahan pertanian meliputi
beberapa aspek seperti fisika, kimia dan biologi.
Ketiganya tidak dapat dipisahkan karena memiliki
keterkaitan untuk menentukan kualitas air terutama pada
aspek biologi karena tidak ada standar yang menentukan
kualitas air dari aspek tersebut. Selain itu setiap aspek
juga memiliki parameter pengukuran masing-masing sehingga
dapat disimpulkan air tersebut layak atau tidak (baik
atau tidak) digunakan sebagai irigasi pada lahan
pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi
FMIPA USU. Medan
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan
Lembar Kerja Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.
Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum
Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR.
Pekanbaru.
Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas
Phytoplankton di Waduk Uwai. Skripsi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru. 51 hal. (tidak diterbitkan).
Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.
PAPER
IRIGASI DAN DRAINASE
“Parameter dan Metode Penentuan Kualitas Air yangBaik untuk Lahan Pertanian”
Disusun Oleh :
Nama : Agil Adi Darma
NIM : 135040200111119
Kelas : P
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA