Panduan Organisasi Pengelola Zakat - SIMBI

176
Kementerian Agama Rl Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam .. Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2016

Transcript of Panduan Organisasi Pengelola Zakat - SIMBI

Kementerian Agama Rl ~ Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

.. Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2016

MILIK KEMENTERIAN AGAMA Rl

TIDAK DIPERJUAL BELIKAN

PANDUAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2016

PENGANTAR DIREKTURPEMBERDAYAANZAKAT

Assa/amu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya Direktorat Pemberdayaan Zakat pacta tahun anggaran 2016 dapat menerbitkan buku "Panduan Organisasi Pengelola Zakat" sebagai bahan pengembangan pemikiran dalam pengelolaan zakat di Indonesia.

Penerbitan buku ini diharapkan tidak hanya menambah bahan perpustakaan pacta Lembaga A mil Zakat, tetapi juga menjadi bahan sosialisasi di kalangan pemerintah, praktisi zakat, akademisi dan masyarakat umum.

Buku ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat tentang pengelolaan zakat yang selama ini dilakukan secara tradisional, menjadi lebih profesional sehingga pengelolaan zakat dapat lebih optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat diharapkan memiliki pemahaman (Paradigma) baru tentang pengelolaan zakat secara benar, yaitu pengelolaan zakat yang dilakukan secara terencana, sistematis, terpadu, bertanggung jawab, amanah, akuntabel dan profesional. Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan PP Nomor 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Semoga Allah SWT, meridhai niat baik dan upaya yang kita lakukan bersama, sehingga bernilai ibadah. Amin Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Mei 2016

s Tarmizi, MA ~1111J7121992zo31oo4f

iii

DAFTARISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

DAFTAR lSI .............................................................................................. v

BAB I POTRET ZAKAT DI INDONESIA....................................... 3

BAB II

A. Tujuan Penulisan.......................................................... 3

B. Sistematika Penulisan ................................................ 3

C. Pengelolaan Zakat di Indonesia............................. 4

D. Hambatan dan Tantangan ........................................ 6

REVITALISASI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT... 15

A. BAZNAS dan Profesionalisme................................... 15

B. Peningkatan Manajerial BAZNAS .......................... 17

C. Standar Sarana .............................................................. 53

D. Teknik Akuntansi dan Pelaporan ......................... 58

BAB III OPTIMALISASI FUND RISING............................................ 69

A. Optimalisasi Pengumpulan Zakat........................... 69

B. Membangun Kemitraan Strategis.......................... 70

C. Pembentukan UPZ........................................................ 72

D. Optimalisasi Peran DKM ........................................... 76

E. Profil UPZ......................................................................... 80

v

BAB IV PENDAYAGUNAAN ZAKAT................................................ 87

A. Zakat dan Tantangan Dunia Global........................ 87

BABV

B. Pendayagunaan Zakat ................................................ 88

C. Sasaran Penerima Zakat............................................ 90

D. Model Pendayagunaan Zakat .................................. 91

E. Profil Pendayagunaan Zakat.................................... 99

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 01 Tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Cara Pengajuan Pertimbangan Pengangkatan/ Pemberhentian Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten I Kota ................................................................... 117

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat ............................................................. 134

BAB VI PENUTUP ................................................................................... 147

A. Kesimpulan ....................................................................... 147

B. Saran-Saran ..................................................................... 147

vi

BABI POTRET ZAKAT DI INDONESIA

A. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan buku Panduan Pengelolaan Zakat ini adalah:

1. Melengkapi buku-buku yang telah ada ten tang organisasi pengelola zakat.

2. Memberikan panduan bagi pengelolaan zakat yang sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

3. Memaksimalkan manajerial organisasi pengelola zakat agar bisa mengelola potensi zakat dengan baik dan benar.

B. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan buku ini mengikuti sistem bab per bab.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang permasalahan, meliputi: tujuan penulisan, sistematika penulisan, fakta tentang pengelolaan zakat di Indonesia beserta hambatan dan tantangannya.

Bab II berisi tentang Revitalisasi OPZ. Pada bab ini akan disinggung beberapa aspek yang semestinya segera dibenahi OPZ untuk memaksimalkan perannya dalam pemberdayaan zakat. Dalam bab ini akan dibahas: profesionalisme OPZ, peningkatan manajerial BAZNAS, peningkatan SDM, standar sarana.

Bab III Optimalisasi Fundrising. Dalam bab ini akan dibahas urgensi restrukturisasi di bidang pengumpulan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 3

zakat. Hal ini sangat penting mengingat permasalahan Fundrising menjadi ujung tombak pemberdayaan zakat. Dalam bab ini akan dibahas: optimalisasi pengumpulan zakat, membangun kemitraan strategis, pembentukan UPZ, optimalisasi peran DKM, dan profil BAZNAS yang berhasil dalam pengumpulan potensi zakat.

Bab IV Pendayagunaan Zakat. Bab ini akan membahas pendayagunaan zakat sebagai bagian dari upaya membangun kesejahteraan umat. Dalam bab ini akan dibahas: zakat dan tantangan dunia global, pendayagunaan zakat, sasaran penerima zakat, model pendayagunaan zakat, profil pendayagunaan zakat.

Bab V Penutup. Bab ini merupakan keismpulan dan saran-saran.

C. Pengelolaan Zakat di Indonesia

Umat Islam sebagai bagian terbesar penduduk Indonesia, memiliki potensi dan peran yang besar dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang sejahtera dan berkeadilan. Oleh karena itu, "Ruang lingkup perjuangan umat Islam di Indonesia lebih luas daripada perjuangan politik semata-mata.", demikian dikatakan oleh tokoh Islam dan pejuang kemerdekaan bangsa Mr. Mohamad Roem.

Sebagaimana diketahui di tanah air kita tumbuh dan berkembang berbagai organisasi Islam yang memiliki sejarah panjang sebagai wadah pergerakan dan pembinaan umat di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial. Umat Islam Indonesia memiliki beragam strategi dakwah dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai syariah di tengah masyarakat. Begitu pula dalam aspirasi politik bernegara,

4 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

potensi umat Islam saat ini terhimpun dan berafiliasi dalam berbagai partai politik.

Keragaman seperti dikemukakan di atas, perlu disinergikan secara baik sehingga menjadi sumber kekuatan yang bermanfaat bagi umat Islam secara keseluruhan. Tetapi jika keragaman disikapi secara tidak proporsional, dan bahkan terus menonjolkan perbedaan atau perseteruan yang kemudian diikuti oleh semangat ego sektoral, fanatisme kelompok, maka ia akan menjadi sumber kelemahan.

Perlu disadari bahwa upaya meningkatkan kualitas umat Islam, terutama melalui dakwah dan pendidikan, merupakan tugas yang amat penting dan strategis untuk dilakukan. Dengan mengedepankan kualitas, diharapkan umat Islam dapat memainkan peran sosial keagamaan dan kenegaraan yang lebih bermakna bagi kemajuan bangsa dan negara.

Berkaitan dengan kesejahteraan umat, bangsa dan negara, terdapat tiga pilar yang penting untuk dioptimalkan, yaitu pemberdayaan potensi zakat, pemberdayaan potensi wakaf, dan pemberdayaan masjid. Menurut data Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), zakat yang terkumpul secara nasional pada 2010 mendekati angka Rp 1,5 Triliun. Untuk bisa menggali potensi zakat di tanah air lebih besar lagi, yang menurut sebuah survei Rp 217 triliun per tahun (data BAZNAS dan IPB, 2011), perlu dibangun dan diperkuat sinergi secara konkrit dan kerjasama antara Pemerintah dengan organisasi pengelola zakat, maupun antara satu organisasi pengelola zakat dengan organisasi pengelola zakat lainnya. Untuk itu penyempurnaan regulasi (perundang-undangan) merupakan faktor penting yang diharapkan berpengaruh ke depan dalam mengakselarasi pemberdayaan zakat

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 5

untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan kemandirian bangsa.

Setelah melalui perjalanan sejarah yang panjang dan berliku, cita-cita yang diperjuangkan oleh para tokoh dan pemimpin umat Islam Indonesia untuk menghadirkan undang-undang tentang pengelolaan zakat pada akhirnya terwujud pada tahun 1999. Pada saat ini DPR-RI mensahkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang konsep RUU-nya merupakan prakarsa Pemerintah melalui Menteri Agama Ri yang dijabat oleh Prof. Drs. H.A. Malik Fadjar, M.Sc.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat telah diubah dan diganti dengan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat Tahun 2011. Pembaharuan Undang-Undang Pengelolaan Zakat merupakan sebuah terobosan politik untuk memperbaiki sistem koordinasi antar-organisasi pengelola zakat yang bel urn berjalan secara efektif selama ini, baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

Pengelolaan zakat secara tersistem yang semakin berkembang kian meneguhkan paradigma bahwa zakat merupakan solusi alternatif penanggulangan kemiskinan di tanah air. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa optimalisasi pengelolaan zakat memerlukan efektifnya fungsi regulator dan pengawasan oleh Pemerintah serta optimalnya fungsi operator yang dilaksanakan oleh BAZNAS di semua tingkatan dengan dibantu oleh LAS. zakat.

D. Hambatan dan Tantangan

Dalam perjalanannya, pengelolaan zakat di Indonesia belumlah maksimal. Hal ini ditandai dengan masih tingginya

6 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

angka kemiskinan di tengah besarnya jumlah pemeluk Islam. Idealnya, jumlah umat Islam yang mayoritas dapat dijadikan kekuatan untuk melakukan perubahan di bidang ekonomi yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan umat. Padahal, jumlah umat Islam yang sangat besar adalah potensi yang semestinya menjadi kekuatan utama dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Belum maksimalnya pengelolaan zakat terkendala beberapa hal, di antaranya:

a. Beberapa aturan dalam fiqh zakat, jika diterapkan dalam konteks kekinian, mencerminkan hilangnya spirit keadilan sosial dan ekonomi.

Salah satu contoh adalah aturan tentang nisab. Di zaman Nabi, nisab untuk beberapa harta kena zakat nilainya sama. Nisab sapi (30 ekor) nilainya sama dengan nisab kambing (40 ekor) dan emas (20 dinar). Jika aturan nisab tersebut diterapkan saat ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa 30 ekor sapi nilainya sama dengan 40 ekor kambing. Jika nisab sapi senilai Rp 150 juta (asumsinya 1 sapi = Rp 5 juta), maka nilai nisab kambing hanya sekitar 32 juta (asumsinya 1 kambing = Rp 800 ribu). Implikasinya, menjadi tidak adil hila seorang peternak kambing dengan omset senilai 32 juta dibebani kewajiban membayar zakat, sementara peternak sa pi dengan omset yang sama tidak dibebani kewajiban serupa hanya karena belum sampai nisabnya.

Persoalan nisab akan lebih tampak manakala kita menyertakan pertimbangan geografis. Jika diasumsikan nisab harta perdagangan senilai Rp 8,5 juta per tahun (asumsinya setara dengan nisab emas 85 gram menurut Yusuf Qardawi, dan 1 gr emas setara Rp 100 rb), maka setiap pedagang muslim yang memiliki omset senilai itu,

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 7

di manapun ia berada di Indonesia, wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2.5%. Padahal, nilai uang Rp 8.5 juta bagi pedagang di kota-kota besar berbeda dengan nilai uang yang sama bagi pedagang di daerah-daerah terpencil. Logikanya, standar besarnya nisab pun mestinya berbeda pula, tergantung tingkat pendapatan ekonomi suatu wilayah.

b. SDM yang Kurang Memadai

Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penyebab tidak maksimalnya pemberdayaan zakat. Hal ini terlihat pada beberapa aspek di bawah ini.

1) Program kerja yang kurang bersinergi dengan keperluan umat.

2) Rendahnya kepercayaan muzaki, sehingga pengumpulan dana zakat masih belum maksimal.

3) Pendayagunaan zakat yang masih jauh dari sasaran pengentasan kemiskinan.

4) Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola zakat. Pada umumnya masyarakat mengeluarkan zakatnya kepada tokoh agama, tokoh masyarakat bukan kepada lembaga zakat. Hal ini disebabkan lembaga zakat tersebut didalam pendayagunaan hasil zakat belum sesuai dengan ketentuan.

5) Kurangnya dana operasional. Dengan keterbatasan dana operasional mengakibatkan belum optimalnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan sehingga progam yang direncanakan belum terealisir dengan baik.

6) Rendahnya frekuensi penyuluhan tentang zakat. Rendahnya frekuensi penyuluhan mengakibatkan

8 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

kurang meratanya pemahaman tentang keberadaan lembaga zakat.

7) Belum adanya data muzakki dan mustahiq. Dengan belum adanya data muzakki dan mustahiq yang akurat dapat berakibat belum efektifnya pengumpulan dan pendayagunaan zakat.

8) Belum dibuatnya laporan. Laporan sebagai pertanggungjawaban atas evaluasi pelaksanaan progam dapat dipergunakan sebagai alat untuk mendeteksi keberhasilan dan kekurangan organisasi. Dengan tidak dibuatnya laporan akan mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat. ·

c. Koordinasi antara elemen pengelola zakat yang lemah.

Koordinasi antar pengelola zakat menjadi kendala berikutnya dalam pemberdayaan zakat sebagai gerakan pengentasan kemiskinan. Jika kita asumsikan sebagai sebuah tim sepakbola, maka setiap lembaga pengelola zakat memiliki wilayah kerja masing-masing, akan tetapi tetap menuju satu titik yang sama yaitu membangun kesejahteraan umat. Masing-masing pengelola zakat memiliki program pengentasan kemiskinan, namun tetap berada dalam satu tujuan yang sama. Dan untuk mencapai tujuan bersama inilah dibutuhkan koordinasi antar semua lembaga ini agar tidak ada program yang bertabrakan antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.

Ada beberapa poin yang harus dijadikan tema koordinasi antar lembaga pengelola zakat ini.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 9

1) Program kerja

ldealnya, dengan adanya hirarki kepengurusan BAZNAS dari tingkat pusat hingga kabupatenjkota, problematika kemiskinan dapat diatasi dengan segera. Hal ini dapat kita lihat dengan kelengkapan organisasi BAZNAS saat ini.

Untuk memaksimalkan perannya, BAZNAS harus memiliki koordinasi yang baik agar program masingmasing berjalan dalam satu tujuan yang sama. Masing-masing BAZNAS memiliki program­program tersendiri, namun memiliki kaitan dengan hirarki ke atas maupun ke bawah. Misalnya, BAZNAS mencanangkan program pengentasan kemiskinan pada tahun 2008. Untuk mencapai tujuan tersebut, BAZNAS dari tingkat pusat hingga daerah harus berkoordinasi untuk menentukan posisi masing­masing dalam menyusun program, terkait dengan program pengentasan kemiskinan tersebut. Dengan adanya penentuan masing-masing BAZNAS dalam program ini, maka setiap program memiliki kaitan dengan program BAZNAS lainnya. Inilah urgensi sebuah koordinasi demi tercapai tujuan bersama.

2) Pengumpulan dana zakat

Pengumpulan zakat menjadi temayang mendesak untuk dikoordinasikan antara BAZNAS. Koordinasi dalam hal pengumpulan dana zakat ini diwujudkan dengan memberikan batasan masing-masing BAZNAS dalam mengumpulkan dana zakat. Hal ini bertujuan agar potensi dana zakat di masyarakat dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.

Sebagaimana diketahui bahwa potensi dana zakat di Indonesia mencapai tidak kurang dari 19

10 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

trilyun rupiah. Ini adalah angka yang sangat fantastik untuk dimaksimalkan dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Agar potensi yang sangat besar tersebut dapat dimaksimalkan, maka harus ada pembagian kerja dalam pengumpulan ini, di mana tiap-tiap BAZNAS menempati posisinya masing­masing.

3) Pendayagunaan dana zakat

Keberhasilan pendayagunaan dana zakat ditentukan oleh adanya pembagian wilayah kerja antar BAZNAS dalam memberdayakan masyarakat. Pembagian kerja pendayagunaan zakat bertujuan agar dana zakat dapat diserap oleh berbagai lapisan masyarakat yang membutuhkannya dengan maksimal. Dengan adanya pembagian ini, maka setiap mengelola dana zakat pada wilayahnya masing-masing, akan tetapi tetap berada dalam satu koordinasi pemberdayaan ekonomi masyarakat.

d. Masih belum maksimalnya Undang-undang Pengelolaan Zakat

Sebagai contoh, Undang-undang pengelolaan zakat yang ada juga belum mengatur sanksi bagi orang yang tidak menunaikan zakat. Selain itu, persoalan harta yang kena zakat juga masih menjadi persoalan tersendiri. Jika kita mengacu pada aturan fiqh klasik, maka harta yang wajib di zakati hanya logam mulia ( emas dan perak), ternak ( onta, sa pi dan kambing), pertanian, perniagaan, barang tambang, dan barang temuan. Padahal, di masa kini, banyak sumber-sumber penghasilan besar terdapat di luar tujuh sektor tersebut. Dunia industri, entertainment, dan bisnis-bisnis jasa lainnya merupakan ladang penghasilan yang jauh lebih besar

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 11

tingkat pendapatannya daripada pendapatan petani di Indonesia. Di tahun 2003 saja, pendapatan petani hanya sekitar 1,25 juta per tahun (Khudori, 2004) atau sekitar 100 ribu perbulan. Jumlah tersebut belum termasuk ongkos produksi dan transaksi yang dapat mencapai 75% (Yustika, 2003). Padahal, menurut aturan fiqh, mereka harus mengeluarkan zakat setiap kali panen mencapai hasil lebih dari 650 kg {gabah kering). Maka menjadi tidak adil jika para petani dibebani zakat dengan standar nisab sekecil it-u, sementara pelaku­pelaku bisnis dan dunia usaha tidak hanya karena Ia dang pekerjaan mereka tidak tersebut dalam fiqh klasik.

12 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

BAB II REVITALISASI

ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

A. BAZNAS dan Profesionalisme

Mengurus suatu program membutuhkan perangkat yang baik. Perangkat tersebut merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan. Ibarat mengolah masakan, tanpa didukung oleh perangkat seperti peralatan yang layak, kemampuan koki dan apai yang bagus, mustahil diperoleh masakan yang lezat. Kelengkapan peralatan masak dan kemampuan koki dalam mengolah bahan-bahan menjadi unsur penentu keberhasilan memasak.

Begitu pula dengan keberadaan BAZNAS sebagai lembaga pengelola zakat. Untuk menjalankan fungsinya secara maksimal, BAZNAS perlu didukung infrastruktur yang cukup, di samping kemampuan manajerial yang baik. infrastruktur adalah perangkat yang akan menunjang mobilitas BAZNAS dalam mengelola zakat, sementara manajerial adalah penuntun arah yang merupakan ruh dari perjalanan BAZNAS. Di sinilah kedua hal tersebut menjadi unsur penting dalam mendukung keberhasilan BAZNAS mengelola potensi zakat. Sehingga, perintah zakat sebagaimana tertulis dalam al-Qur'an, tidak hanya dijadikan sebagai ritual tahunan, melainkan sebagai motor perubahan sosial.

Profesionalisme menjadi isu sentral dalam pengelolaan zakat. Hal ini dilandasi oleh adanya kecenderungan pengelolaan zakat yang sebatas ritual keagamaan, tidak memiliki dimensi sosial. Padahal, di samping memiliki dimensi spiritual, zakat juga berdimensi sosial.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 15

Sebagai tolak ukur dari profesionalisme BAZNAS, ada tiga kata kunci yang bisa dipakai untuk menguji kadar profesionalisme tersebut, yaitu:

Amanah

Sifat Amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem yang dibangun. Sifat amanah adalah jelmaan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan zakat. Sifat amanah menjelma dalam sikap keras menolak korupsi, tegas melawan kecurangan, enggan melakukan keburukan dan sejenisnya. Standar amanah dapat ditakar dari moralitas yang dimilikinya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa hancurnya perekonomian kita lebih besar disebabkan karena rendahnya moral dan tidak amanahnya para pelaku ekonomi. Sebaik apapun sistem yang ada, akan hancur juga jika moral pelakunya rendah.

Secara legal formal, zakat adalah dana umat. Dana yang dikelola itu secara esensial adalah milik mustahik. Kepercayaan muzakki dengan memberikan kepercayaan kepada OPZ untuk mengolah dana, harus dijaga dengan baik, karena kepercayaan muzakki menjadi unsur terpenting dalam pengumpulan dana zakat. Tanpa adanya kepercayaan muzakki, mustahil dapat terkumpul dana zakat yang banyak. Kondisi ini menuntut dimilikinya sifat amanah dari para amil zakat.

Profesional

Kemampuan BAZ dalam mengelola dana zakat harus didukung oleh keahliannya dalam berbagai bidang. BAZNAS membutuhkan SDM yang berkaitan dengan pemberdayaan zakat. Bidang-bidang seperti ekonomi, akuntansi, administrasi, marketing dan sejenisnya menjadi suatu

16 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

keharusan untuk menghasilkan BAZ yang baik. Inilah yang dinamakan profesionalitas perigelolaannya. Hanya dengan profesionalitas yang tinggilah dana-dana yang dike lola akan menjadi efektif dan efisien.

Misalnya, untuk mengelola dana zakat pada mustahik, BAZNAS membutuhkan tenaga ahli di bidang perekonomian. Hal ini bertujuan agar dana yang disalurkan kepada mustahik tepat sasaran. Karena dalam pemberian kredit dibutuhkan suatu analisis ekonomi seputar prospek dan langkah-langkah pelaksanaannya.

Transparan

Transparansi adalah kemampuan BAZNAS dalam mempertanggungjawabkan pengelolaaannya kepada publik dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti muzakki dan mustahik, sehingga diperoleh kontrol yang baik terhadap pelaksanaan pengelolaan zakat. Hal ini bertujuan menghapus kecurigaan yang memungkinkan muncul dari pihak-pihak yang melihatnya. Dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.

Inilah tiga kata kunci yang menjadi landasan pengelolaan zakat. Jika tiga kata tersebut dapat diterapkan dengan baik, makes "Good Organization Governance" dapat terwujud.

B. Peningkatan Manajerial BAZNAS

Untuk meningkatkan manajerial BAZNAS, dibutuhkan beberapa peningkatan perangkat organisasi. Ada beberapa perangkat yang harus dipenuhi oleh OPZ.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 17

1. Kelembagaan

Secara kelembagaan, OPZ harus memiliki kemapanan berupa kelengkapan hal-hal berikut:

a. Visi dan Misi

Setiap OPZ harus memiliki visi dan miSI yang jelas. Visi dan misi akan mengarahkan aktivitas/ kegiatan dengan baik. Kejelasan visi dan misi akan menghindarkan OPZ dari formalisme organisasi, di mana pengelolaan zakat hanya sebatas pemenuhan kewajiban, tidak lebih.

b. Kedudukan dan Sifat Lembaga

Kedudukan OPZ dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) BAZNAS adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, di mana pengelolanya terdiri dari unsur-unsur pemerintah.

2) LAZ adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk sepenuhnya atas prakarsa masyarakat dan merupakan badan hukum tersendiri, serta mendapat izin dari pemerintah setelah memperoleh rekomendasi dari BAZNAS.

Pengelolaan dari kedua jenis OPZ di atas haruslah bersifat:

1) Independen

Independen artinya lembaga m1 tidak mempunyai ketergantungan kepada orang­orang tertentu atau lembaga lain. Hal ini untuk menjaga keleluasaan untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur.

18 Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat

2) Netral

Karena didanai oleh masyarakat, berarti lembaga ini adalah milik masyarakat, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lembaga tidak boleh hanya menguntungkan golongan tertentu saja (harus berdiri di atas semua golongan). Karena, jika tidak, maka tindakan itu telah menyakiti hati donatur yang berasal dari golongan lain. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan lembaga akan ditinggalkan sebagian donatur potensialnya.

3) Tidak Berpolitik (praktis)

Lembaga jangan sampai terjebak dalam kegiatan politik praktis. Hal ini perlu dilakukan agar donatur dari partai lain yakin bahwa dana itu tidak digunakan untuk kepentingan partai politik.

4) Tidak Diskriminatif

Kekayaan dan kemiskinan bersifat universal. Di manapun, kapanpun, dan siapapun dapat menjadi kaya atau miskin. Karena itu, dalam menyalurkan dananya, lembaga tidak boleh mendasarkan pada perbedaan suku atau golongan, tetapi selalu menggunakan parameter-parameter yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara syari'ah maupun secara manajerial.

Diharapkan dengan kedudukan dan sifat itu OPZ dapat tumbuh dan berkembang secara ala mi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 19

c. Legalitas dan Struktur Organisasi

Khususnya untuk LAZ, badan hukum yang dianjurkan adalah yayasan yang terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam.

Struktur organisasi seramping mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga organisasi akan lincah dan efisien.

Aliansi Strategis

OPZ harus melakukan aliansi strategis dengan berbagai pihak, baik dalam hal pencarian dana, penyaluran dana, publikasi. Hal ini perlu dilakukan agar efisiensi dan efektivitas dapat terjadi. Tidak mungkin sebuah OPZ dapat melakukan segala hal.

2. Peningkatan SDM

Secara garis besar, kemapanan SDM tercermin dalam tiga hal di bawah ini:

1) Integritas, Komitmen dan Pengabdian

2) Keterampilan Manajemen

3) Pengetahuan Tentang Substansi Zakat

SDM adalah unsur terpenting dalam OPZ. Tanpa terpenuhinya SDM, mustahil program-program dapat berjalan dengan baik, meskipun telah ditunjang kelengkapan infrastruktur. Di sinilah diperlukan kecermatan dalam memilih individu yang akan duduk dalam struktur pengelolaan zakat.

Namun demikian, sebelumnya harus diperhatikan hal-hal di bawah ini:

20 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

a. Perubahan Paradigma: Amil Zakat adalah sebuah Profesi

Paradigma yang masih terbangun dalam benak kita tatkala berbicara zakat adalah pengelolaan yang tradisional, dikerjakan dengan waktu sisa, SDMnya paruh waktu, pengelolanya tidak boleh digaji, dan seterusnya. Paradigma tersebut menjadi kendala tersendiri dalam mewujudkan profesionlaisme OPZ, di mana keberadaannya semakin diperlukan dan bahkan ditingkatkan seiring dengan kemajuan zaman yang tak terelakkan lagi.

Sudah saatnya kita merubah paradigma tradisional ini. Amil zakat adalah sebuah profesi. Sebagai konsekuensinya, maka amil haruslah sosok yang professional. Bentuk dari professionalismenya adalah dengan bekerja full time, tidak menjadikan tugas pengeloaan zakat sebagai kegiatan nomor dua. Konsekuensi lainnya adalah dia harus digaji secara layak, sehingga bisa mencurahkan segala potensinya untuk mengelola dana zakat secara baik.

b. Kualifikasi SDM

Ketika memilih amil yang akan mengelola zakat, Rasulullah SAW memilih dan mengangkat orang­orang pilihan yang memiliki kualifikasi tertentu. Secara umum kualifikasi yang harus dimiliki oleh amil zakat adalah: muslim, amanah, dan paham fiqih zakat.

Sesuai dengan struktur organisasi di atas, berikut dipaparkan kualifikasi SDM yang dapat mengisi posisi-posisi tersebut:

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 21

Pimpinan:

amanah & jujur

memiliki kemampuan sebagai pemimpin (leadership)

mempunyai kemampuan manajerial

paham fiqih zakat

mempunyai visi pemberdayaan

inovatif dan kreatif

mampu menjalin hubungan dengan berbagai lembaga

mampu bekerjasama dalam tim

Bagian Fundrising:

amanah & jujur

berlatar belakang atau memiliki kecenderungan atau mempunyai pengalaman di bidang marketing

mempunyai communication skill (kemampuan komunikasi) yang baik

mampu bekerjasama dalam tim

Bagian Keuangan:

amanah & jujur

berlatar belakang atau mempunyai pengalaman di bidang akuntansi dan manajemen keuangan cermat dan teliti

mampu bekerjasama dalam tim

22 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Bagian Pendayagunaan:

amanah & jujur

berlatar belakang community development atau memiliki kecenderungan atau pengalaman di bidang community development

mampu bekerjasama dalam tim

Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dalam rangka manajemen zakat meliputi pengadaan, pembinaan dan pemeliharaan perawatan pegawai dan pemberhentian.

1. Pengadaan Sumber Daya Manusia

Dalam kegiatan pengadaan meliputi rekruitmen, seleksi dan penempatan. Pengadaan didasarkan pada kebutuhan baikyang bersifat permanen, tetap a tau untuk seterusnya, bisa juga yang hanya bersifat musiman, insidentil atau tidak tetap seperti sukarelawan. Dalam rekruitmen bisa juga diambil secara waiting list dari yang berkasnya disimpan dalam file agar diperoleh calon yang betul-betul sesuai dengan kualitas yang diinginkan, maka diberlakukan kategori-kategori:

a) Memenuhi syarat formil, artinya diambil dari pelamar golongan pengalamanjpendidikan yang lebih tinggi dari yang diminta.

b) Yang memenuhi syarat formil saja atau dari yang tidak memenuhi syarat formil tetapi telah lama jadi sukarelawan.

Pelaksanaan seleksi sebaiknya dilakukan tingkat pucuk pimpinan yang mengetahui pedoman dasar dalam

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 23

melakukan seleksi pegawai yaitu berkaitan dengan bisa memilih the right man for the right place, ketentuan yang berlaku di bidang SDM, keahlian, umur, jenis kelamin, diklat, pengalaman, keadaan fisik dan kesehatan, keuletan dan temperamen, sikap pelamar, bakat dan performance yaitu kesan pertama yang diperoleh pimpinan atas pelamar. Setelah dilakukan seleksi berkas tahap selanjutnya dibuat daftar nominal dan dilakukan interview I wawancara, testing meliputi kemampuan (achievement test), interest test (untuk mengetahui indikasi tugas yang cocok), personality test untuk mengukur karakteristik pelamar seperti agresifitas, aktivitas. Tahap akhir dari seleksi adalah wawancara lanjutan meningkat tugas dan tanggung jawab. Pada dasarnya seorang pelamar dapat diterima atau tidak setelah diadakan penilaian atas hasil tes dan wawancara, setelah ia diterima diperlukan semacam orientasi tugas­tugasnya dan baru dilakukan penempatan.

2. Pembinaan

Kegiatan dalam rangka pembinaan meliputi penyelenggaraan pendidikan dan latihan pegawai, membentuk dan memelihara semangat kerja, counseling, mutasi, promosi dan penilaian prestasi.

a) Menyelenggarakan latihan dan pendidikan pegawai.

Latihan dan pendidikan pegawai atau biasa disebut dengan istilah "training" bukan saja diperlukan oleh pegawaifkaryawan baru tetapi juga diperlukan bagi pegawaifkaryawan yang telah lama bekerja, baik dari tingkat yang terendah sampai dengan tingkat pimpinan atau pegawai tinggi.

24 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Juga tidak hanya diperlukan untuk tugas sekarang tetapi juga dalam rangka tugas-tugas yang akan dihadapi selanjutnya. Karena itu seqma memerlukan "training".

Karen a pentingnya peran training ini baik instansi pemerintah atau swastajperusahaan, sampai membentuk suatu bagian yang khusus mengurus tentang training itu. Kalau di Departemen biasa disebut dengan "Pusdiklat" yang kedudukannya setingkat dengan eselon II.

Selanjutnya, apakah manfaat dari pada training atau Pendidikan dan Latihan (diklat) itu? Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan diklat itu, antara lain:

1) Meningkatkan hasil kerja.

Hasil yang diperoleh meliputi baik kualitas/ kuantitas dari produktivitas pegawai.

2) Menghemat uang.

Dengan adanya training atau diklat, maka pegawaijkaryawan dapat bekerja dengan lebih efesien dan lebih baik dari sebelum ia mendapat diklat. Sedang efisiensi dapat diperoleh karena adanya teknik dan metode-metode baru, yang didapat melalui training sehingga suatu produk yang biasanya dibuat dalam waktu dan biaya yang relatif tinggi dapat ditekan menjadi lebih singkat dengan biaya ringan, oleh karenanya adalah suatu penghematan biaya.

3) Memberi kepuasan dan rasa aman bagi individu/ pegawai. Pegawai yang mengikuti training merasa bahwa keikutsertaan itu merupakan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 25

suatu "kehormatan" bahwa ia diperhatikan oleh organisasijperusahaan. Setelah ia ditraining secara baik ia dapat menunjukkan prestasi yang lebih baik seperti apa yang diminta oleh atasannya, sehingga ia merasa yakin bahwa dirinya masih tetap akan dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan.

4) Memberikan rasa kepercayaan diri.

Setelah ditraining pegawai tadi seolah­olah telah mendapatkan suatu "senjata" untuk mempertahankan "kedudukannya". Ia merasa mampu untuk berprestasi seperti yang diminta atasannya, dania telah mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri.

b) Membentuk dan memelihara semangat kerja.

Selain dari pada Pendidikan dan Latihan pegawai, maka semangat perlu dibina dan dipelihara. Semangat itu tidak datang dengan sendirinya. Oleh sebab itu ia harus dibentuk, dibina dan dipelihara. Semangat yang tinggi dan diarahkan akan membawa pengaruh positif terhadap produktivitas dan kelancaran kerja. Dalam uraian ini akan ditekankan bagaimana organisasif badanjlembaga zakat bersikap dan berbuat terhadap pegawainya agar dalam diri mereka terbentuk semangat, serta bagaimana memelihara semangat tersebut tetap tinggi demi kepentingan kerjasama, yaitu:

1. Kepemimpinan yang baik.

o hal ini sebagaimana telah diuraikan bab terdahulu tentang kepemimpinan.

26 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

2. Keingintahuan terhadap hal-hal menyangkut dirinya.

o Pacta umumnya pimpinan di berbagai organisasifperusahaan masih bersikap tertutup dan dirahasiakan atas segala hal yang berhubungan dengan diri orang-orang atau karyawannya. Dalam beberapa hal memang baik, tetapi di sisi lain kurang baik atau kurang bisa dibenarkan. Pacta dasarnya setiap orang ingin tahu pasti tentang statusnya, prestasinya, kemungkinan kemajuan yang dapat dicapai dan sebagainya apabila hal itu dapat diketahuinya ia akan merasa puas, apabila ada kekurangannya akan diperbaiki olehnya dan kebaikannya akan dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

3. Diperlakukan sebagai manusia.

o Walaupun setiap bawahan itu harus tunduk tetapi ia akan merasa senang dan kerasan di tempatkerja bila ia diperlakukan sebagaimana manusia. Perintah-perintah atau instruksi dapat diberikan dengan keras dan tegas tetapi caranya dapat dilakukan dengan ramah, selembut dan sesopan mungkin. Seorang supir telah bekerja dengan sungguh-sungguh harus diberi kesempatan untuk istirahat, . demikian juga dengan yang lain. Semuanya itu akan membawa akibat yang baik tetapi tidak akan merugikan sehingga ia bergairah kerja dan semangatnya akan meningkat.

4. Cukup bebas dalam melaksanakan tugas.

o Bebas disini maksudnya adalah tanpa

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 27

tekanan-tekanan atau intimidasi. Setiap pegawai diberi kesempatan bekerja sesuai dengan kemampuannya dan sesuai pula dengan daya kreativitasnya sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan, progam, prosedur, sistem dan sebagainya. Seorang typist yang agak nervous atau tidak biasa dengan atasan (selagi bekerja) merasa tertekan bila ia ditunggui selagi ia mengetik. Demikian juga pegawai yang lain tidak perlu ditunggui selagi ia bekerja. Tentu saja bimbingan juga diperlukan. Bila ternyata hasilnya tidak memuaskan baru pegawai yang bersangkutan diberikan semacam teguran atau kalau perlu hukuman.

5. Ingin maju dalam kompetisi yang sehat.

o Jika organisasijperusahaan memiliki kebijakan yang jelas atau aturan yang adil dan pemimpin-pemimpin yang dapat dipertanggungjawabkan dalam arti dapat menerapkan kebijakan dan aturan secara adil maka niscaya para bawahannya akan menerimanya dengan senang hati. Adalah sudah menjadi ciri orang modern untuk ingin maju dan kalau mungkin selalu mendapat kemajuan dalam tugas-tugasnya di lingkungan organisasijperusahaannya.

Kemajuan berarti naik, mendapat fasilitas, atau posisinya baik. Pemimpin harus selalu dapat berbuat adil walau pun manifestasi dari pada keadilan tadi adalah ketidaksamaan, tetapi pemimpin harus bisa melaksanakan atau mempertahankan kebijakan dan aturan

28 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

yang telah diciptakan untuk itu agar para bawahan tidak resah.

6. Ada mas a depan, tidakada perubahan-perubahan.

o Pada umunya setiap orang menginginkan hal­hal yang secure. Seorang pegawaijkaryawan yang sudah duduk di suatu tempat selama 10 tahun merasa segan untuk pindah atau keluar bekerja walaupun kursi tempat ia duduk terasa "keras". Di samping orang tidak senang pada perubahan-perubahan karena perubahan itu biasanya membawa "korban", orang takut akan hal ini jangan-jangan dirinyalah yang menjadi korban. Orang bekerja dengan harapan akan memperoleh imbalan jasa kalau mungkin tidak hanya untuk pada saat ini saja tetapi juga untuk masa depan. Makin adanya keyakinan terdapatnya "security" di masa depan maka orang akan giat bekerja, dan makin bersemangat untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

7. Dilayani sama, perlakuan adil.

o Diatas telah diungkapkan bahwa manifestasi dari keadilan ialah ketidaksamaan. Artinya ialah bahwa pegawai diberikan imbalan jasa yang tidak sama atas prestasi yang tidak sama pula. Seorang direktur imbalan jasanya lain dengan seorang kepala bagian, seorang supervisor berbeda imbalan jasanya dengan seorang pegawaifkaryawan biasa. Tentu saja makin tinggi posisi seseorang makin besar tanggung jawabnya, dan makin besar imbalan jasanya. Demikianlah yang disebut

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 29

dengan adil atau ketidaksamaan. Jika prinsip yang demikian itu diterapkan secara terbuka sudah barang tentu seluruh bawahan akan menerimanya dengan wajar. Namun, apabila imbalan jasa atau fasilitas diberikan secara berlainan tetapi pimpinan memberikan perlakuan yang sama setiap individu, maka akan terjadi ketidakpuasan bagi karyawan dan mengakibatkan semangat kerja menjadi menurun.

8. Ingin tugas yang berguna.

o Bawahan yang telah sadar akan dirinya tidak lagi memandang uang sebagai satu-satunya yang dikejar dalam bekerja. Memang uanglah yang terutama bagi kebanyakan orang, tetapi setelah itu seorang bawahan bisa mencapai keinginan yang berupa uang dalam bentuk lain, yakni keinginan bahwa tugas-tugas yang dilaksanakannya itu membawa hasil yang berguna bagi organisasinya maupun bagi masyarakat umum.

c) Counseling.

Maksudnya adalah mengadakan kunjungan kepada para bawahan. Dalam hal ini yang diperlukan sebagai pegangan saat-saat manakala diperlukannya counseling yakni misalnya terlalu ban yak a tau sering terdapatnya kesalahan yang terjadi, pegawai yang cepat letih, sering termenung, emosi cepat berubah, banyak bicara, cepat marah dan sebagainya. Hal­hal semacam itulah tanda-tanda saat di mana perlu adanya counseling.

30 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Kemudian apakah tujuan dari counseling tadi? Tujuannya ialah :

1. Pertama, memperbaiki gairah kerja atau semangat kerja walaupun prestasi yang diharapkan sebenarnya terbatas namun masih belum tentu tak dapat dicapai. Dengan adanya gairah dan semangat kerja maka hal itu akan mendorong seorang untuk berprestasi lebih baik.

2. Kedua, memperbaiki mutu secara umum dari para bawahan agar supaya setiap bawahan dapat bekerja mencapai standar performance.

o Di samping hal-hal di atas masih banyak lagi manfaat dari tujuan counseling ini, tetapi yang terpenting adalah sebagai telah dijelaskan ialah memperbaiki dan meningkatkan gairah kerja. Adapun bentuk-bentuknya dapat berupa nasehat yang menentramkan atau memperbaiki komunikasi, yang disebut belakangan maksudnya adalah komunikasi an tara atasan dan bawahan dan sesama rekan kerja.

d) Transfer a tau pemindahan.

Transfer adalah perpindahan seorang pegawaif karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain atau dari satu bagian ke bagian yang lain dengan tingkatan kedudukan yang sama. Perpindahan ini pada umumnya mempunyai makna yang khas, yang kebanyakan dapat diartikan sebagai pembuangan terselubung atas seseorang yang agar orang tidak

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 31

aktif lagi atau membahayakan bagi pimpinan. Orang yang kena "transfer" tadi biasanya dianggap tidak disukai. Demikianlah anggapan sementara orang yang apriori atau kurang memahami secara benar tentang maksud dari pemindahan tugas. Dalam pelaksanaanya sebaiknya diberikan kesan kepada yang dipindahkan tadi bahwa hal itu dilaksanakan bukan karena menurunnya prestasi pegawai tersebut, tetapi karena memang organisasinya membutuhkan adanya transfer. Dengan kata lain, bahwa ia sangat diperlukan di tempat tersebut. Namun, biasanya pertimbangannya adalah memang karena prestasinya di bawah standar maka si pegawaijkaryawan tadi dinilai tidak akan mampu mengikuti lagi walaupun sudah melalui beberapa cara. Sebab itu biasanya dilakukan dari pekerjaan yang lebih berat kepada pekerjaan yang lebih ringan. Hanya karena hal-hal yang mendesak atau karena memang kekurangan tenaga transfer dapat dilakukan dari pekerjaan yang ringan kepada pekerjaan yang berat.

Bagaimanakah cara melaksanakan transfer? Ada beberapa cara dalam melaksanakannya antara lain:

1. Pekerjaan apa yang akan dilaksanakan di bidang tugas yang baru sebaiknya disampaikan secara jelas dan mendetail termasuk tempat di mana ia bekerja, macam pekerjaan, akibat dari pekerjaan yang baru ini terdapat solidaritas pegawai.

2. Pertimbangan untuk melaksanakan transfer ini bagi si pegawai, agar tidak mengecilkan hatinya, perlu diberikan keterangan yang cukup beralasan. Dengan menunjukkan data yang positif bahwa hanya ia yang sanggup melakukan

32 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

pekerjaan itu, ia yang memiliki peranan yang besar serta prestasi yang meyakinkan.

3. Disampaikan dengan jelas siapa atasannya nanti dan bagaimana atasannya serta hal-hal yang menonjol dari para bawahannya, juga sikapnya nanti harus bagaimana terhadap atasannya nanti.

4. Yakinkan kepadanya akan kemampuan, kecakapan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengerjakan tugas dan training yang diberikan untuk meningkatkan kecakapan itu.

5. Tunjukkan kepadanya bahwa dalam pekerjaannya yang baru nanti ia akan mengalami banyak perkembangan dan kemajuan, ia akan mendapat banyak kesempatan, dan akan lebih baik dari pada yang telah dijalaninya.

6. Dalam pembicaraan dengan yang bersangkutan jangan sekali-sekali menekan. Kepadanya perlu diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan keberatan. Pertanyaannya itu harus dijawab dengan baik dan jelas. Keberatan hendaknya disanggah sedemikian rupa sehingga ia merasa sangsi atas keberatan yang dikemukakannya itu.

Ada beberapa macam transfer antara lain:

1) Production transfer, yaitu pemindahan pegawaif karyawan dari bagian yang kurang kegiatannya ke bagian lain yang kegiatannya banyak. Hal ini dilaksanakan agar terdapat kesinambungan. Bila pegawai biasa bekerja pada bagian yang kurang kegiatannya maka ia akan mengalami banyak waktu terbuang dan mengalami kebosanan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 33

Kalau hal semacam ini berlaku terus menerus maka ia akan menjadi lam ban pada hal si pegawai tersebut orangnya potensial, penuh inisiatif dan kreatif. Ini berarti bahwa pemimpin tidak dapat memanfaatkan orang itu dengan baik. Oleh sebab itu, terhadap pegawai semacam ini sebaiknya dipindahkan ke bagian yang banyak atau bertambah kegiatannya, sehingga akan tercapai kesinambungan.

2) Versatility transfer, yaitu transfer yang hanya diberikan kepada "the very pro-raising" dengan harapan pada saatnya mereka ini dapat ikut memainkan peranan yang penting demi mencapai tujuan bersama dalam organisasi.

3) Shifftransfer, yaitu dari satu shiffke shiff yang lain, yang dilaksanakan secara periodik berdasarkan jadwal, seperti pada rumah sakit dan sebagainya.

4) Remedial transfer, yaitu setiap individu memiliki sifat, bakat dan persamaan atau perbedaan satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, ada karyawan yang bisa bekerja sama dengan yang lain dan ada pula yang tidak. Pimpinan harus berusaha sedimikian rupa agar semua bawahannya dapat bekerja sama, sesuai dengan pola yang telah ditetapkan. Bila dalam hal itu terdapat pegawaijkaryawan yang setelah dibimbing dengan baik masih tetap tidak bisa bekerjasama dengan yang lainya maka ia dapat dipindahkan ke bagian lain dengan rekannya di bagian yang baru.

34 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

e) Promosi

Promosi dengan transfer hampir memiliki pengertian yang sama, bedanya promosi merupakan perpindahan dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi. Sebuah organisasijperusahaan yang merencanakan untuk mengadakan promosi bagi pegawaif karyawannya, pertama-tama harus memiliki kebijakan yang memungkinkan pegawai tadi memperoleh kemajuan dalam bidang tugasnya. Dalam kebijakan itu harus dijelaskan mengenai kemajuan pegawai dalam bidang tugasnya, batasan umur yang memungkinkan seorang pegawai memperoleh promosi, batas atau syarat pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Setiap pegawai juga perlu mengetahui tentang kebijakan di atas, agar pegawai yang memiliki ambisi dapat menyalurkan dengan jalan berprestasi dengan sebaik-baiknya. Bagi yang belum mempunyai syarat formal dapat segera memenuhinya misalnya dengan jalan melanjutkan studinya, kursus dan sebagainya. Pimpinan dalam melaksanakan kebijakan promosi tadi, harus memiliki data prestasi setiap pegawai atas tugas yang telah dicapai. Bila semua itu telah dapat dilaksanakan lalu diputuskan bagaimana dan siapa orangnya yang cukup pantas untuk dipromosikan.

Bagi pegawai yang termasuk dalam pertimbangan untuk dinilai juga dapat dilihat apakah ia memiliki ambisi untuk promosi, apakah ia telah siap mengembangkan karirnya dalam organisasi. Jika ada pegawai yang sedang melaksanakan self development dengan melanjutkan studi, kursus dan sebagainya maka ia dapat disimpulkan bahwa dalam pikirannya ada keinginan untuk maju. Kesemuanya

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 3 5

itu harus diteliti dengan baik agar dapat menjadi dasar pertimbangan. Yang dilakukan untuk tingkat manajemen pelaksanaannya harus lebih teliti lagi. Faktor yang dinilai lebih banyak seperti: senioritas intelegensia dan personalitinya. Kemudian yang sangat penting ialah prestasi yang dicapai di atas rata-rata. Dalam hal itu data kepegawaian dari yang bersangkutan dijadikan sebagai informasi. Selanjutnya, data yang sangat menentukan ialah evaluasi atas prestasi dari jabatan sekarang ini, sebab data itu menunjukkan prestasinya yang sekarang dapat dipakai untuk menilai prestasinya pada masa yang akan datang. Agar promosi dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak tergesa-gesa maka perlu adanya pre planning promotions, yaitu semacam persiapan yang masuk atas rencana promosi. Rencana untuk ini selalu disesuaikan dengan struktur organisasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian agar status promosi tidak menimbulkan hal yang negatif maka pemimpin harus selalu memberikan pertimbangan atas beberapa hal antara lain:

1) Senioritas dan kecakapan

Dasar ini sangat penting untuk menghindari rasa iri hati di antara para rekan pegawai. Bila mereka ini mengetahui bahwa dasar ini diterapkan dengan sendirinya mereka tidak akan mencari alasan untuk iri hati. Senioritas berarti bahwa di samping sudah lama bekerja juga berpengalaman, dan memiliki kecakapannya sudah mencapai standar performance, atau malah lebih, sedangkan kecakapan dapat dianggap memiliki nilai lebih tinggi dari senioritas.

36 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

2) Obyektif

Alasan yang dikemukakan berdasarkan pertimbangan yang obyektif, yang dapat dibuktikan dengan data dan rekomendasi yang cukup jelas serta meyakinkan. Yang dimaksud dengan obyektif disini ialah obyektif atas penilaian dari prestasi seseorang, like and dislike atau pamrih pribadi harus dihindarkan.

3) Pertimbangan-pertimbangan yang rna tang.

Semua aspek dari pegawai berikut prestasinya harus dinilai dengan matang dan mendalam. Prestasi dari sejak semula bekerja harus dipertimbangkan, janganlah hanya prestasi yang pacta akhir-akir ini saja. Begitu pula konduite secara periodik harus dipertimbangkan seluruhnya di samping faktor psikologis dari pegawai yang bersangkutan beserta lingkungannya perlu mendapat perhatian.

f) Performance evaluation atau penilaian prestasi

Di sekolah dikenal adanya rapor, yaitu buku nilai dari mata pelajaran yang diberikan selama jangka waktu tertentu, rapor tersebut juga berlaku bagi pegawai dalam organisasi. Prinsipnya hampir sama, hanya lebih kompleks dan tujuan penilaiannya bermacam-macam.

Namanya adalah employee evaluation performance review merit rating. Dalam banyak organisasi di Indonesia baik pemerintah maupun swasta hubungan antara atasan dengan bawahan, an tara rekan dan sebaliknya, masih berlaku tenggang

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 3 7

rasa, hal ini dapat dilihat adanya unsur perasaan seiring ikut berbicara atau memegang peranan yang menonjol. Akibatnya, atasan segan untuk menegur atau memperingatkan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya. Apabila hal yang semacam ini terus berlangsung maka bawahan akan terus melakukan kesalahan tanpa ada seorang pun yang dapat memperbaikinya. Satu hal lagi yang merupakan sikap yang kurang baik yaitu bahwa atasan merasa segan dan tidak sampai hati menilai bawahannya, apabila ia harus menyebutkan kesalahan, kelemahan dan sebagainya.

Dalam melakukan penilaian itu ada prinsip dasar yang harus dipegang oleh setiap atasan, yaitu bahwa seorang bawahan harus selalu dan setiap mengenal tentang kemampuannya, pelaksanaan tugasnya atau prestasinya. Tidak ada atasan untuk merahasiakan posisi seorang pegawai, setiap saat yang dikehendaki seorang atasan harus mampu untuk memberikan penilaian kepada bawahannya atas prestasinya. Sehingga pada pihak bawahan sendiri timbul kesadaran bahwa dirinya dinilai dan selalu diawasi oleh atasan, sehingga ia mengetahui kelemahan­kelemahannya. Oleh sebab itu ia perlu diberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Motivasi ini berasal dari adanya pengakuan bahwa atasannya selalu menilai dirinya dan kemajuan dirinya. Pada kenyataan prestasi ini kurang mendapat perhatian, sehingga yang tidak berprestasi tidak pernah diberi tahu, hal yang semacam inilah maka jarang tenaga Indonesia benar-benar qualified. Hal itu disebabkan kurangnya bimbingan, dan pengarahan dari atasan, sebaliknya manajer yang baik pun sulit ditemukan.

38 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Kebanyakan dari mereka ini terlalu sibuk dengan urusannya sehingga tidak ada waktu mengawasi, membimbing dan memberikan pengarahan serta penilaian kepada bawahannya.

Di dalam melaksanakan penilaian harus ditetapkan dahulu tujuannya. Tujuan itu dapat berupa untuk promosi, mutasi, training dan pemberhentian pegawai atau pengurangan pegawai serta untuk kepentingan penilaian dan pengembangan kepegawaian.

1) Sifat penilaian dapat berupa:

a) Penilaian sederhana, berupa pertanyaan­pertanyaan dengan jawaban "ya" atau "tidak" tanpa variasi yang lain. Penilaian semacam ini jawabannya relatif dan menjauhi kebenaran, bagi si penilai akan kesulitan dalam memberi nilai.

b) Kompleks, dalam Skala penilaian yang seperti ini daftar kualitas dari hasil-hasil pekerjaan yang dinilai disertai dengan definisi yang lengkap sehingga tiap kualitas nilai pekerjaan dapat ditetapkan tersendiri dilengkapi dengan permintaan yang sifatnya sebagai bukti.

Kemudian faktor yang dinilai antara lain dapat berupa:

(a) Kuantitas dan kualitas kerja

(b) Pengetahuan akan pekerjaannya

(c) Kejujuranjdapat dipercaya atau tidak

(d) Kerjasama dan penyesuaian diri

(e) Presensi/ kehadiran

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 39

(f) Inisiatif

(g) Kemampuan mempertimbangkan.

Untuk tingkat pimpinan atau manajemen, faktor yang dinilai seperti tersebut di atas, ditambah dengan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisir dan memimpin.

2. Langkah-langkah atau proses penilaian

Penilaian pada dasarnya ialah untuk mengetahui apakah performance seseorang pegawai sesuai dengan standar atau sampai di mana performance seorang pegawai, apakah dapat memacu standar ataukah tidak, kalau tidak sampai berapa jauhkah dan sebagainya.

Langkah-langkah atau proses yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam langkah penilaian ialah:

a) Menentukan standar atau dasar penilaian sebagai ukuran yang pasti, untuk dipakai sebagai pegangan dan sebelumnya perlu dibuat tingkat­tingkat pegawai agar penilaiannya nanti dapat dilakukan dengan adil.

b) Mengukur pelaksanaan kerja atau performance, setiap pekerjaan dapat diukur baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, dengan demikian hasilnya pun dapat diukur dari pegawaijkaryawan yang berprestasi baik nilainya pun tentu akan tinggi, begitu sebaliknya nilai-nilai tadi ditentukan dari faktor-faktor yang dinilai, disesuaikan dengan pekerjaan.

c) Membandingkan prestasi terhadap standar, setiap pegawai mempunyai potensi serta kapasitas yang berbeda dan banyak faktor

40 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

yang mempengaruhinya. Pada suatu organisasi yang telah maju dan baik pemberian tugas kepada pegawai tentu akan disesuaikan dengan kapasitas standar performance-nya sendiri. Pegawai yang mempunyai kapasitas yang tinggi dapat mencapai performance yang tinggi, begitu pula seterusnya.

d) Memperbaiki selisih, jika antara performance dengan standarnya terdapat selisih maka pimpinan harus mengambil tindakan atau langkah-langkah yang dianggap perlu untuk perbaikannya. Bila seorang pegawai performance­nya selalu melebihi standarnya maka harus diberikan perhatian khusus, dan bila keadaan memungkinkan sebaiknya kepadanya diberikan kesempatan untuk promosi, karena ia merupakan calon yang baik. Dalam mengambil langkah perbaikan atas performance seorang pegawai yang berada di bawah standar performance, harus diteliti apakah orang tersebut memerlukan training dan sebagainya.

g) Komunikasi

Yang dimaksud dengan komunikasi dalam hal ini ialah proses penyampaian kehendak, pendapat, pikiran, perasaan, ide, perintah atau pesan dari seseorang kepada orang lain, serta proses menerima atau memahami pesan, perintah, pikiran dan sebagainya dari orang lain. Komunikasi terjadi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya antara rekan yang setingkat dalam organisasi atau antara jabatan dari dalam lingkungan atau dari

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 41

luar organisasi, antara para manager dengan para langganan, pendeknya dengan siapa saja. Dalam prakteknya komunikasi itu dapat meliputi antara lain:

1) Menyampaikan sesuatu dengan lisan atau tertulis.

2) Kemampuan atau kemauan untuk mendengar atau menelaah pesan-pesan itu dan sebagainya.

3) Kemauan, kesediaan, atau kerelaan untuk menerima pesan dan sebagainya serta memberikan respon a tau reaksi yang diharapkan atau diinginkan oleh pihak lain. Oleh sebab itu, maka komunikasi harus terdiri dari tindakan­tindakan meminta dan menjamin perhatian kepada pihak lain untuk benar-benar mengerti pesan itu, dan pihak lain tetap ingat akan pesan tadi serta pihak lain menyetujui atau menerima dengan baik pesan tadi.

3. PemeliharaanjPerawatan Personil

a. Administrasi penggajian

Yang dimaksud administrasi penggajian ialah proses-proses kegiatan dalam rangka melaksanakan penggajian. Berbicara tentang penggajian maka perlu pula dikemukakan tentang macam dan dasar penetapan atas income yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawaijkaryawan.

Income ialah pendapatan yang diperoleh pegawai/ karyawan berupa gaji atau upah, insentif dan sebagainya. Sedang gaji ialah imbalan jasa berupa uang juga karena telah bekerja dan biasanya

42 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

istilah upah dipakai untuk perhitungan pembayaran jasa tersebut dalam satu hari atau satu minggu.

Macam-macam pendapatan atau income tadi ialah pendapatan berupa uang tunai, pendapatan yang bukan berupa uang dan pendapatan yang bersifat psychis atau psychical income.

1) Pendapatan berupa uang tunai, yaitu pendapatan seorang pegawaifkaryawan sebagai imbalan jasanya dan dibayarkan dengan uang, guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pendapatan berupa uang ini biasanya terdiri dari gaji, komisi, bonus (untuk perusahaan).

2) Pendapatan yang bukan berupa uang atau dapat berupa uang tetapi untuk pemakaian yang terbatas, tidak dapat dipergunakan dengan bebas seperti gaji, biasa disebut dengan social income. Social income ialah bagian dari jumlah pendapatan/ kompensasi di mana setiap orang menerimanya sebagai imbalan atas prestasi atau jabatannya, hal mana dengan adanya social income ini status orang tadi menjadi naik atau meningkat. Contohnya ialah tunjangan perumahan, tunjangan kesehatan, mobil dan sebagainya. Kadang-kadang social income ini nilainya lebih tinggi dari pada gajinya sendiri.

3) Pendapatan yang bersifat psychis atau psychical income ialah pendapatan yang diterima pegawaif karyawan dalam bentuk kepuasan kerja dan kemajuan di bidang karier.

Adalah menjadi tanggungjawab pimpinan untuk memperhati.kan dengan sungguh-sungguh ketiga macam pendapatan di atas demi tujuan usaha kerjasama tercapai.·

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 43

b. Faktor dasar yang dipakai sebagai pertimbangan dalam pemberian gaji bagi pegawaijkaryawan antara lain:

1) job value, yaitu nilai dari pada pekerjaan atau jabatan. Tiap pekerjaan pada dasarnya dapat diukur dan diberikan nilai. Pengukuran dilakukan dengan metode-metode tertentu yang dalam batas-batas tertentu bersifat relatif dan subyektif. Poin penilaian ditentukan dengan metode-metode tertentu, besar kecilnya gaji yang diterima didasarkan atas dasar kecilnya point.

2) Performance, atau prestasi ialah dasar penggajian yang berdasarkan sampai berapa jauh prestasi seseorang, bila ia dapat berprestasi tinggi maka ia akan mendapat gaji yang tinggi, begitu sebaliknya. Jadi dasarnya bukan karena pendidikan atau pengalaman seseorang, sarjana atau bukan, tetapi semata-mata karena prestasi. Prinsip semacam ini pada umumnya dipakai pada perusahaan-perusahaan.

3) Kualifikasi, ialah mendasarkan pada pendidikan dan pengalaman seseorang, sedangkanjob value maupun prestasi tidak menjadi faktor yang utama. Dasar semacam inilah yang dipakai pada organisasi pemerintahan atau departemen­departemen serta perusahaan-perusahaan Negara. Seorang pegawaifkaryawan dengan pendidikan yang cukup tinggi dan pengalaman kerja yang cukup lama akan mendapat gaji yang tinggi betapapun prestasi yang diperlihatkannya sebenarnya kurang memuaskan atau kurang memenuhi standar performance. Dasar semacam ini sebenarnya mengandung kelemahan yang

44 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

prinsipil terutama jika terdapat pegawai yang relatif masih muda dan potensial, ia akan menilai karena pengalamannya relatif sedikit dengan sendirinya gajinya sedikit, untuk apa ia masih bekerja keras dan penuh dedikasi. Ia juga merasa gajinya akan naik dengan sendirinya hila masa kerjanya telah cukup banyak.

c. Faktor penentu kompensasijpenggajian.

Dalam membahas faktor-faktor penentu kompensasi ini, perlu diperhatikan job evaluation, struktur penggajian dan fringe benefit dan progam kesejahteraan.

1) job evaluation adalah proses untuk menetapkan harga dan nilai dari suatu jabatan dibandingkan dengan jabatan-jabatan yang lain dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk mendapatkan struktur penggajian yang adil.

Tujuan utama daripadajob evaluation ialah:

a) Memungkinkan manajemen memiliki suatu dasar di mana dapat disusun suatu struktur penggajian yang adil dan dapat diterima oleh mereka yang jabatannya telah dinilai dan dapat pula memenuhi kebutuhan manajemen secara keseluruhan.

b) Melengkapi manajemen dengan keterangan­keterangan yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan, bukan saja yang menyangkut masalah-masalah penggajian semata-mata tetapi juga tentang aspek-aspek tertentu yang menyangkut bidang personil dan sebagainya.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 45

c) Untuk membantu dalam peningkatan dan mengkonsolidasikan hubungan-hubungan antara top manajemen, middle manajemen dan bawahan.

2) Agar dapat ditetapkan nilai atas jabatan tertentu maka penting untuk mengetahui, menganalisa syarat-syarat seteliti mungkin. Dalam hal ini ada 4 sistem atau metode darijob evaluation.

a) job ranking method dipergunakan hila hanya terdapat beberapa jabatan yang dimiliki dan jabatan-jabatan tersebut dinilai baik. Jabatan­jabatan diderajatkan atau dibedakan dalam beberapa kriteria, seperti pengutamaan syarat skill dan sebagainya. Sebenarnya derajat itu sendiri cukup jelas yaitu yang satu lebih tinggi dari yang lain, tetapi perbedaan derajat yang sebenarnya atau· sendiri kurang jelas.

b) job elasification method, metode m1 sangat erat hubungannya dengan ranking method tetapi langkah pertama dari job elasification ialah menyusun suatu skala gaji. Kemudian menyiapkan job description yang menunjukkan macam-macam jabatan dimana tiap dari skala gaji tersebut ditetapkan.

Jabatan-jabatan tadi diklasifikasikan atas dasar:

1) Hubungan-hubungan dimana ditetapkan kepada siapa pemegang jabatan tersebut melakukan laporan atau siapa atasannya, kepada siapa ia harus melapor.

46 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

2) Tingkat pengetahuan yang disyaratkan.

3) Tingkat atau besarnya tanggungjawab

4) Keahlian dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

c) Point rating method, ialah metode yang dijalankan dengan memberikan nilai berdasarkan point value atas tiap jabatan. Tiap jabatan tidak langsung dinilai dengan uang tetapi dengan pain.

Metode ini maka penilai harus menyusun sejumlah faktor-faktor. Tiap faktor terdiri dari atas beberapa tingkat, dan pada tiap tingkatan harus ada descriptionnya yang semuanya itu harus memiliki points value.

3) Faktor comparation method, inilah penilaian yang dilakukan berdasarkan alokasi dari pada poin-poin atas faktor-faktor tertentu dalam hubungannya dengan macam-macam jabatan. Biasanya diterapkan atas jabatan-jabatan yang membutuhkan knowledge di samping faktor­faktor subyektif seperti kreatifitas, kemampuan untuk memutuskan dan sebagainya.

Faktor-faktor dasar yang harus diperhitungkan atau dipertimbangk~n dalam menganalisa jabatan yang membutuhkan: "knowledge" sebagai bagian dari proses penilaian ialah:

a) Kemampuan untuk memutuskan

b) Kemampuan membuat perencanaan

c) Kreativitas

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 4 7

d) Kontak dengan orang baik di dalam maupun di luar oraganisasi.

e) Kemampuan membuat kebijakan

f) Kemampuan untuk menghindari kekeliruan­kekeliruan

g) Kemampuan untuk menjaga keterangan­keterangan rahasia.

Metode-metode tersebut dapat dibagi menjadi dua a dan b yang bersifat sederhana, dipakai pada organisasijperusahaan yang sudah maju atau besar di mana jumlah jabatan yang tersediarelatif cukup banyak.

d. Struktur penggajian

Sebenarnya sulit untuk menetapkan seorang bekerja itu apakah menginginkan security ataukah menginginkan gaji yang tinggi. Tetapi selama problem yang dialami oleh manusia cukup banyak, maka keinginan manusia dari pekerjaannya itu juga banyak. Oleh karen a itu, manajemen tidak akan lepas dari prinsip-prinsip bisnis yaitu menekan segala biaya. Dengan kata lain bahwa hila organisasij perusahaan mempekerjakan orang harus pula dipertimbangkan aspek biaya ini. Selanjutnya macam-macam dasar struktur penggajian yang (sering) dipakai di negara-negara maju:

a. Fait rate scales, ialah pemberian gaji berdasarkan standar yang fixed kepada setiap pegawai yang ·bekerja sesuai dengan prestasinya, tanpa memandang umur atau jasa karyawan yang bersangkutan.

48 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

b. Age rate scales, ialah pemberian gaji yang berdasarkan standar umur pegawaijkaryawan. Dasar ini dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Walaupun semata-mata dasarnya dipandang dari segi umur saja, skala gaji tetap diberikan untuk memungkinkan bagi pegawaif karyawan yang berprestasi baik dapat diterapkan skala gaji yang lebih tinggi.

c. lncramental scales, ialah skala gaji yang pada tiap golongan dibagi-bagi dalam bentuk penambahan yang seimbang antara skala yang satu dengan yang ada di atasnya. Jumlah penambahan seimbang, artinya bahwa setiap tingkat atau skala yang satu dengan yang di bawahnya adalah sama dengan yang di atasnya.

d. Salary ranges, penggajian yang didasarkan pada nilai-nilai jabatan atau level-level jabatan.

e. Fringe benefit dan program kesejahteraan yang lain.

Masalah fringe benefit ini sebenarnya telah lama timbul dan merupakan program yang berlaku bagi para anggota manajemen maupun para bawahan, yang jumlah program tersebut setiap tahunnya disesuaikan dengan kemampuan lembaga dan dana amil yang tersedia.

4. Pemberhentian

Pemberhentian adalah proses yang paling akhir dalam pengelolaan sumber daya manusia. lstilah yang paling tepat adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) sebab seorang pegawai sebenarnya juga

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 49

berhak memutuskan hubungan kerja sepihak. Dalam pemutusan hubungan kerja ini harus berdasarkan alasan yang sah tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. PHK terjadi karena keinginan organisasi, keinginan pegawai karena pensiun dan sebab lain-lain.

a. Sistem Pengelolaan

OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik. Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah:

1) Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas

Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem. Jika terjadi pergantian SDM sekalipun, aktivitas lembaga tidak akan terganggu karenanya.

2) Manajemen terbuka

Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah selayaknya menerapkan manajemen terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri.

3) Mempunyai rencana kerja (activity plan)

Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka aktivitas OPZ akan terarah. Bahkan dapat dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik berarti 50% target telah tercapai.

50 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

4) Memiliki Komite Penyaluran (lending committee)

Agar dana dapat tersalur kepada yang benar-benar berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya Komite Penyaluran.

Tugas komite ini adalah melakukan penyeleksian terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga.

Prioritas penyaluran perlu dilakukan. Hal ini tentunya berdasarkan survei lapangan, baik dari sisi asnaf mustahik maupun bidang garapan ( ekonomi, pendidikan, da'wah, kesehatan, so sial, dan lain sebagainya). Prioritas ini harus dilakukan karena adanya keterbatasan sumber daya dan dana dari lembaga.

5) Memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan

Sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana masyarakat, OPZ harus memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain:

Akuntabilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan, karena berbagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepatwaktu

Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat sistem kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 51

Efisiensi dan efektivitas relatif lebih mudah dilakukan.

6) Diaudit

Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi, diauditnya OPZ sudah menjadi keniscayaan. Baik oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh Komisi Pengawas atau internal auditor. Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Akuntan Publik a tau lembaga audit independen lainnya.

Ruang lingkup audit meliputi:

Aspek keuangan

Aspek kinerja lainnya (efisiensi dan efektivitas)

Pelaksanaan prinsip-prinsip syari'ah Islam

Penerapan peraturan perundang-undangan

7). Publikasi

Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Caranya dapat melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buletin, radio, TV, dikirim langsung kepada para donatur, atau ditempel di papan pengumuman yang ada di kantor OPZ yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan, dan lain sebagainya.

52 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

8) Perbaikan terus-menerus (continous improvement)

Hal yang tidak boleh dilupakan adalah dilakukannya peningkatan dan perbaikan secara terus-menerus tanpa henti. Karena dunia terus berubah. Orang mengatakan "Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri."

Oleh karena itu agar tidak dilindas jaman, kita harus terus mengadakan perbaikan. Jangan pernah puas dengan yang ada saat ini. Salah satunya perlu diadakan yang namanya "Pendidikan Profesi Berkelanjutan" bagi profesi amilin zakat ini.

C. Standar Sarana

Dalam rangka terciptanya efisiensi dan aktifasi dalam pengadaan dan penggunaan sarana/ prasarana oleh lembaga pengelola zakat maka dipandang perlu adanya pedoman baku atau standar minimal sarana dan prasarana organisasi pengelola zakat sebagai pedoman untuk perencanaan pengadaan sarana dan prasarana, disamping juga untuk menentukan standar kebutuhan yang diperlukan untuk pengadaan dan penggunaan sarana/ prasarana organisasi pengelola zakat.

Untuk menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari maka perlu adanya peralatan dan perlengkapan yang harus dipenuhi sebagai sarana kerja. Standar Sarana OPZ ini dimaksudkan sebagai suatu rumusan tentang penentuan jenis, kualitas dan kuantitas yang meliputi jenis, ukuran yang diperlukan untuk kepentingan stan dar I keseragaman. Ruang lingkup standar sarana dan prasarana organisasi

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 53

pengelola zakat meliputi ruang kerja, ruang tamu, perabot kantor, barang mekanik, kendaraan dan lain sebagainya.

Di samping menentukan standar saranajprasarana, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana meningkatkan pembinaan fasilitas kerja yang antara lain tercakup dalam penyediaan sarana kerja yang meliputi perencanaan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan.

Untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, BAZ dan LAZ sebagai pelaku pengelola zakat harus memiliki kantor sebagai pusat Jayanan kepada masyarakat yang ditunjang dengan penyediaan saranajprasarana atau fasilitas kerja yang cukup, sesuai dengan kebutuhan, jenis, waktu pengadaan dan tepat guna pada setiap satuan organisasi dan satuan kerja agar seluruh kegiatan berjalan dengan Jancar dan tertib sebagai bentuk keberhasilan organisasi pengelola zakat.

A. Prasarana Kerja Perkantoran

Prasarana kerja perkantoran terdiri dari:

1. Ruang Kerja 2. Ruang Tamu 3. Ruang Rapat 4. Ruang Tunggu 5. Ruang Counter 6. Ruang Perpustakaan 7. Ruang Istirahat 8. Ruang Toilet 9. Ruang Shalat 10. Ruang Security

54 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

11. Ruang Halaman 12. Ruang Gudang

B. Sarana Kerja Perkantoran

Sarana kerja perkantoran terdiri dari:

1. Perabot kantor, yaitu:

a. Meja dan kursi kerja b. Meja dan kursi rapat c. Meja dan kursi security d. Meja dan kursi komputer e. Meja Telephon f. Meja Fax g. Sice h. Kursi hadap i. Meja dan kursi counter j. Kursi panjang k. Filling cabinet l. Almari pustaka kerja m. Almari besi n. Almari kayu o. Brangkas p. Deskpen q. Tiang bendera r. Bendera merah putih s. Gambar Presiden dan Wakil Presiden t. Lambang Negara RI u. Bola dunia v. Peta Wilayah Indoensia w. PetafDaftar Wilayah Provinsi x. PetafDaftar Wilayah Kabupaten/Kota y. Peta/Daftar Wilayah Kecamatan z. Daftar Wilayah DesafKampung

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 55

2.

aa. Daftar nama pejabat bb. Papan nama cc. ATK dd. Movitex (Badan Struktur Organisasi) ee. Whiteboard ff. Kalender gg. Buku kerja hh. Papan statistik ii. Papan Data UPZ jj. Papan Data Muzakki kk. Papan Data Mustahiq II. Cermin mm. Alas shalatjhambal nn. Tissue oo. Lap Pembersih pp. Keranjang Sampah

Barang Mekanik, yaitu:

a. Perangkat Komputer b. Komputer on line c. Komputer laptop d. Infocus e. Faximail f. Telephon g. Telephon Intern h. Handphone i. Mesin hitung j. Kalkulator k. Televisi I. Radio cassette m. Cassette n. Wireless

56 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

o. Overhead p. Bel q. Jam dindirig r. Air Conditioning (AC) s. Kipas Angin t. Dispenser u. Penghancur kertas v. Mesin Foto Copy

3. Kendaraan, yaitu:

a. Kendaraan roda empat b. Kendaraan roda dua

4. Kepustakaan, yaitu:

a. Al-Qur'an b. Al-Qur'an dan terjemahannya c. Tafsir Al-Qur'an d. Buku Pedoman Zakat e. Buku Manajemen Keuangan f. Buku Manajemen Zakat g. Buku Direktori BAZ h. Buku Direktori LAZ i. Buku Panduan Perundang-undangan Pengelo­

laan Zakat dan Wakaf j. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lem-

baga Pengelolaan Zakat k. Buku Pola Pembinaan Badan Amil Zakat l. Buku Pola Pembinaan Lembaga Amil Zakat m. Buku Profil Direktorat Pengembangan Zakat dan

Wakaf n. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan

Evaluasi Pengelolaan Zakat

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 57

o. Buku Hasil Rakornas dan Evaluasi p. Buku Kemana Anda Membayar Zakat q. Buku Perkembangan Pengelolaan Wakaf di

Indonesia r. Buku Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai s. Buku Paradigma Baru Wakaf di Indonesia t. Buku Fiqih Wakaf u. Buku Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan

Wakaf v. Leaflet Zakat 10 Seri w. Buku-buku yang berkait dengan Zakat dan Wakaf

5. Formulir dan Laporan, yaitu:

a. Setoran ZIS b. Bukti penerimaan setoran ZIS c. Register penyetoran d. Daftar Tanda Terima ZIS e. Laporan Rekapitulasi Hasil ZIS f. Laporan Rekapitulasi Pendistribusian ZIS g. Laporan Hasil Pengendalian Evaluasi Pengelolaan

Zakat h. Blangkojformulir yang diperlukan

D. Teknik Akuntansi dan Pelaporan

Salah satu unsur parameter good governance lembaga zakat adalah pelaporan keuangan yang berbasis akuntansi dan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan zakat.

Mengapa Laporan Keuangan Amil Zakat Dibutuhkan?

1. Zakat bukanlah semata-mata urusan pribadi muzakki dengan mustahiq, akan tetapi urusan kelembagaan

58 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

(institusi) yang memerlukan pengaturan (regulasi) dan pertanggung-jawaban (akuntabilitas) kepada publik.

2. Tata kelola keuangan zakatwajib memenuhi dua kriteria, yaitu: pertama, kesesuaian dengan standar akuntansi dan keuangan lembaga nirlaba dan kedua, kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan zakat.

3. Pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang menuntut pemahaman para amil zakat terhadap pengelolaan keuangan zakat yang amanah, profesional, transparan, dan akuntabel.

Tugas Pokok Amil Zakat

1. Mengumpulkan zakat dari muzaki.

2. Mendistribusikan dana yang dikumpulkan (termasuk infaq dan sedekah) kepada mustahik sesuai dengan syariah Islam dengan akad penyerahan muthlaq.

3. Mendayagunakan dana yang dikumpulkan kepada mustahik melalui berbagai program yang produktif dan berkesinambungan sesuai syariah Islam.

Rincian Tugas BAZNAS menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 ialah menyelenggarakan fungsi:

1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 59

4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Aspek Hukum Yang Melandasi Laporan Keuangan Amil Zakat

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (pasal 29) mewajibkan pelaporan zakat sebagai berikut:

a. BAZNAS kabupatenjkota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.

b. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.

c. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.

d. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Menteri Agama secara berkala.

e. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.

2. Ketentuan sanksi dalam Undang-Undang Peraturan Pemerintah terhadap amil zakat tidak menyampaikan laporan keuangan amil

60 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

dan yang zakat

sebagaimana mestinya, membuat laporan keuangan yang tidak benar, atau membuat laporan keuangan yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan

Tujuan Laporan Keuangan Amil Zakat:

1. Sebagai informasi atas penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan Zakat, InfakjSedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan atau dibutuhkan oleh pihak­pihak yang berkepentingan.

2. Sebagai alat pertanggungjawaban ( akuntabilitas) dan transparansi pengelolaan keuangan kepada para pemangku kepentingan serta sebagai alat untuk evaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Laporan Keuangan Amil Zakat harus memenuhi kriteria:

1. Mudah dipahami.

2. Relevan.

3. Andal

4. Dapat diperbandingkan.

Parameter Kesesuaian Syariah dalam Pengelolaan Keuangan Amil Zakat, di antaranya:

a. Tidak menerima dana yang tidak halal.

b. Setiap dana yang diterima harus dapat dibedakan apakah zakat atau ibadah maliyah lainnya (infak, sedekah, dan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 61

dana sosial keagamaan lainnya) serta harus jelas bentuk akadnya apakah muthlaq atau muqoyyad.

c: Menyalurkan dana hanya kepada mustahik serta menggolongkan seorang mustahik dalam salah satu asnaf mustahik.

d. Tidak menyalurkan dana dalam bentuk kegiatan yang bertentangan dengan syariah Islam.

e. Tidak menzhalimi hak masing-masing asnaf mustahik.

f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan serta menyelesaikan permasalahan mustahik.

g. Setiap dana yang disalurkan harus dapat dibedakan apakah berasal dari zakat atau ibadah maliyah lainnya (infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya) serta jelas bentuk akadnya apakah muthlaq atau muqoyyad.

h. Wajib mencatat dan melaporkan setiap transaksi keuangan serta mempublikasikannya dalam bentuk laporan keuangan.

Setelah dikomparasikan dengan definisi pembatasan pada PSAK Nomor 45, maka dalam pengelolaan keuangan amil zakat, penggunaan sumber daya bersifat lebih cepat lebih baik (as soon as possible), dalam arti dana zakat tidak boleh tertahan lama pada amil.

Sesuai karakteristiknya, maka laporan keuangan amil zakat harus mencerminkan kegiatan amil zakat sebagai penerima dan penyalur zakat yang dilaporkan dalam:

a. Laporan Poslsi Keuangan.

b. Laporan Perubahan Dana.

62 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan.

d. Laporan Arus Kas.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pengguna laporan keuangan amil zakat:

a. Muzaki.

b. Pihak lain yang memberikan sumber daya selain zaka.

c. Pemerintah selaku otoritas pembinaan dan pengawasan.

d. Pemeriksa.

e. Lembaga mitra.

f. Masyarakat.

Pengguna laporan keuangan amil zakat memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:

b. Keterbukaan atau transparansi sebuah lembaga zakat.

c. Cara manajemen amil zakat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka.

d. Cara amil zakat mendapatkan dan membelanjakan kas serta faktor lainnya yang berpengaruh pada akuntabilitas lembaga.

e. Kepatuhan amil zakat terhadap ketentuan syariah

f. Upaya peningkatan kesejahteraan fakir miskin dan penyelesaikan permasalahan mustahik yang dilakukan amil zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 63

g. Sarana sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Asumsi Dasar Teknik Akuntansi dan Pelaporan

1. Basis Akuntansi.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Ami! Zakat adalah:

a. Basis Kas untuk penerimaan Zakat dan Infak/ Sedekah dan penyaluran zakat dan infakjsedekah selain pemanfaatan asset kelolaan; dan

b. Basis Aktual untuk penyaluran Zakat dalam bentuk pemanfaatan aset kelolaan dan transaksi pacta dana ami!.

2. Kemandirian Entitas

Asumsi kemandirian entitas, artinya setiap ami! zakat dianggap sebagai entitas yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas untuk dikelola berupa zakat dan infakjsedekah, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya program yang telah ditetapkan.

3. Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement)

Laporan keuangan ami! zakat menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

64 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

Informasi Komparatif

1. Laporan keuangan tahunan dan interim harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sama pad a tahun sebelumnya. Sedangkan untuk Laporan Perubahan Dana interim harus mencakup peri ode sejak awal tahun buku sampai dengan akhir periode interim yang dilaporkan.

2. lnformasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Laporan Keuangan Interim

Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan dan harus dipandang sebagai bagian integral dari laporan periode tahunan. Penyusunan laporan interim dapat dilakukan secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari satu tahun.

Laporan keuangan interim memuat komponen yang sama seperti laporan keuangan tahunan yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Bahasa Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus disusun dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika menurut keperluannya laporan keuangan juga disusun dalam versi bahasa lain harus memuat informasi dan waktu yang sama (tanggal posisi dan cakupan periode)." Selanjutnya laporan keuangan

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 65

dalam bahasa lain tersebut harus diterbitkan dalam waktu yang sama seperti laporan keuangan dalam Bahasa Indonesia.

Mata Uang dalam Pelaporan

1. Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah. Apabila transaksi amil zakat menggunakan mata uang lain selain dari Rupiah maka laporan tersebut harus dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan laporan yang berlaku.

2. Selisih dalam periode berjalan yang terkait dengan transaksi dalam mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs yang berlaku. Selisih nilai tukar merupakan penambahfpengurang dana bersangkutan.

Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan Amil Zakat

Sekretariat atau Manajemen BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupatenfkota dan LAZ bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan amil zakat.

66 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

BAB III OPTIMALISASI FUNDRISING

A. Optimalisasi Pengumpulan Zakat

Harus disyukuri bahwa lima tahun belakangan ini fundrising dana zakat mengalami peningkatan yang dapat dikatakan luar biasa. Hal ini seiring dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga a mil zakat yang semakin meningkat. Hasil penelitian PIRAC kepercayaan masyarakat terhadap Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan lembaga amil zakat milik pemerintah meningkat sebesar 3-5 %.

Ada dua hal yang menyebabkan meningkatnya fundrising dana zakat. Pertama adalah semakin meningkatnya kesadaran berzakat umat Islam dan yang kedua adalah tingkat kepedulian yang besar terhadap nasib sesamanya. Tingkat kepedulian ini diwujudkan melalui program­program pendayagunaan zakat.

Hasil penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta membuktikan potensi zakat di Indonesia kurang lebih sebesar 20 trilyun rupiah pertahun dan baru teroptimalkan sebesar 3,5 %. Besarnya tingkat perolehan dana zakat ini ditandai pula dengan semakin tumbuh suburnya lembaga-lembaga amil zakat.

Fundrising dana masyarakat lokal (dana public) berupa dana ZIS yang semakin meningkat beserta euforianya adalah sebuah kekuatan baru yang diharapkan mampu mempercepat kemandirian kaum niustadh'afin. Berbeda apabila sumber dana sosial tersebut berasal dari donor asing yang biasanya program didominasi oleh kepentingan lembaga donor (donor driven). Revrisond Baswir menyatakan bahwa dalam keadaan bebas merdeka suatu

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 69

bangsa akan lebih cepat mandiri dibandingkan bangsa yang masih dipengaruhi kepentingan pihak lain. Hal senada disampaikan pula oleh Proklamator M uhamad Hatta dengan politik non kooperatifnya yaitu tidak bekerja sama dengan bangsa lain di masa pergerakan kemerdekaan.

Selanj utnya, bagaimana agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam berzakat ini menjadi semakin tumbuh subur dapat diwujudkan melalui kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang akuntabel, transparan dan profesional. Di sisi lain dalam skala makro pemerintah dapat membuat kebijakan yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan optimalisasi dana zakat. Misalnya UU No. 38 tahun 1999 yang mengatur ten tang zakat sebagai pengurang pajak. A tau lnsentif Pajak, yaitu pengurangan pajak bagi perusahaan­perusahaan yang menyumbangkan sebagian dananya untuk tujuan sosial.

B. Membangun Kemitraan Strategis

Kemitraan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai "perihal hubungan (jalinan kerja sama dsb) sebagai mitra". Sedangkan mitra diartikan sebagai "lawan kerja, pasangan kerja". Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kemitraan mencakup pengertian "jalinan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait sebuah kepentingan dan tujuan tertentu.

Jika dikaitkan dengan tema zakat, maka kemitraan ini menjadi hal yang mendesak dilakukan oleh pengelola zakat guna memaksimalkan perannya dalam pengelolaan zakat. Kemitraan ini salah satunya adalah diwujudkan dalam pengumpulan dana zakat. Dengan kata lain, lembaga pengelola zakat harus menjalin kemitraan dengan lembaga-

70 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

lembaga yang ada dalam hal pengumpulan dana zakat.

BAZNAS bisa melakukan kemitraan dengan bank-bank untuk memungut dana zakat masyarakat yang disimpan di bank tersebut.

Tidak hanya dengan pihak bank, pengumpulan dana zakat juga bisa diwujudkan dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pacta beberapa instansi ataupun lembaga-lembaga yang ada. Berikut beberapa instansi dan lembaga yang dapat dibentuk UPZ.

1. BUMN

2. BUMD

3. Kementerian

4. PEMDA

5. Bank

6. Perusahaan

7. Departemen Store

Pacta dasarnya, kemitraan dimaksudkan untuk memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat dalam menyalurkan zakat, infak dan shadaqoh. Potensi zakat, infak dan shadaqoh yang tinggi bisa jadi belum bisa dimaksimalkan karena terbatasnya media bagi masyarakat dalam menyalurkan zakat. Di sinilah dibutuhkan kreasi dan inovasi dari BAZ untuk sebisa mungkin mendirikan pusat­pusat pengumpulan zakat yang dapatdiakses oleh berbagai kalangan masyarakat.

Selain membentuk UPZ, kemitraan dengan lembaga­lembaga di atas dapat pula mencakup fundrising bebas di luar kewajiban zakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa selain zakat, ada pula potensi infak dan shadaqoh yang juga

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 71

tidak kalah banyaknya. Dengan demikian, BAZ atau LAZ dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang dianggap memiliki peranan strategis dalam perekonomian maupun kebijakan publik untuk menyalurkan infak dan shadaqoh.

Dibandingkan dengan zakat, infak dan shadaqoh tidak terikat dengan aturan nisab. Artinya, masyarakat tidak perlu menunggu angka nisabnya untuk menunaikan infak dan shadaqoh. Dengan demikian, masyarakat akan mudah menunaikan infak dan shadaqoh dengan nilai berapapun juga.

Ada beberapa bentuk media yang bisa dibentuk dalam kemitraan ini dalam rangka menampung potensi infak dan shadaqoh ini. Membentuk pos pengumpulan untuk suatu program tertentu. Misalnya, pos pendidikan, pos kesehatan, pos dakwah dan sejenisnya. Pos-pos tersebut diharuskan memiliki nomor rekening tersendiri untuk memudahkan masyarakat luas mengakses.

Pos-pos pengumpulan dana infakjuga bisa dalam bentuk kerjasama dengan swalayan. Swalayan memiliki potensi besar dalam hal infak dan sodaqoh. Hal ini terlihat dalam angka sisa pengembalian yang terkadang tidak dibayarkan kepada pembeli karena angka rupiahnya tidak ada. Di sinilah BAZNAS bisa mengambil kesempatan bekerjasama untuk menghibahkan dana kelebihan pengembalian yang tak sempat diberikan kepada pembeli kepada BAZNAS.

C. Pembentukan UPZ

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan salah satu amanah dari keberadaan UU No. 23 tahun 2011 yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan zakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat

72 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2001 pasal 9 ayat (2), BAZNAS dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pacta instansijlembaga pemerintah pusat, BUMN, dan perusahaan swasta yang berkedudukan di lbukota Negara dan pacta kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2001 pasal 9 ayat (1), definisi UPZ atau Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas untuk melayani muzakki yang menyerahkan zakatnya.

Berdasarkan UU, BAZNAS mengkoordinir UPZ di:

Kementerian

BUMN

Perusahaan Swasta Nasional

Luar Negeri (Kedutaan & Konjen)

Manfaat Bagi Perusahaan

• Perusahaan dapat memfasilitasi karyawannya untuk melaksanakan kewajiban berzakat.

• Sebagai sarana bagi perusahaan untuk menumbuhkan keimanan dan keberkahan rizki karyawan dan perusahaan.

• Membangun citra positif perusahaan karena peduli kepada masyarakat kurang mampu di sekitarnya

• Bagian dari Corporate Social Responsibility perusahaan.

• Menjamin keamanan perusahaan dari gangguan masyarakat di sekitar perusahaan karena adanya program sosial bagi masyarakat.

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 73

• Menjamin loyalitas karyawan (yang tergolong mustahik) karena kebutuhan sosialnya dapat dipenuhi oleh UPZ.

• UPZ Perusahaan mendapatkan sumber dana Zakat Infak Sedekah untuk kegiatan-kegiatan sosial (kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain) dan pemberdayaan lingkungan atau masyarakat di sekitar Perusahaan.

• Bagi karyawan, zakat yang dibayarkan melalui UPZ dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak.

Operasionalisasi UPZ

Penghimpun Zakat

1. Melakukan sosialisasi kewajiban ZIS di wilayahnya.

2. Memberikan pelayanan kepada muzakki

3. Mengumpulkan dana zakat dan non zakat

4. Mengadministrasikan pengumpulan dana ZIS

5. Mengelola database muzaki.

6. Memberikan laporan kegiatan pengumpulan ZIS di UPZ.

PenyaluranjPendayagunaan Zakat

1. Membuat program penyaluran yang tepat sesuai Syari'ah

2. Menyalurkan dana ZIS kepada mustahik

3. Mengadministrasikan penyaluran dana ZIS

4. Melakukan pembinaan dan monitoring kepada mustahik

5. Mengelola database mustahik

6. Memberikan laporan penyaluran UPZ.

7 4 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

Prosedur Pendirian UPZ

1. Instansi mengajukan permohonan pembentukan UPZ kepada BAZNAS.

2. BAZNAS melakukan evaluasi dan seleksi yang dapat dilakukan baik berdasarkan data maupun dengan melakukan kunjungan.

3. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila UPZ sesuai dengan kriteria BAZNAS, maka BAZNAS akan memberikan Surat Keputusan Pengukuhan UPZ BAZNAS kepada instansi terse but.

4. Setelah Surat Pengukuhan UPZ Mitra dilanjutkan dengan Perjanjian Kerjasama untuk mengatur teknis operasional kemitraan BAZNAS dengan UPZ Mitra.

Dewan Ketua UPZ Dewan

Pembina Wakil Ketua Pengawas

I Bendahara I I Sekretaris I J I

Divisi Divisi Divisi

Pengumpulan Penyaluran Pengembangan

Staf Administrasi & Operasional

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 75

D. Optimalisasi Peran DKM

Dewan Kesejahteraan Masjid atau dikenal dengan DKM adalah lembaga yang tidak bisa dipisahkan dalam pengelolaan zakat, terutama dalam pemberian zakat fitrah. Semenjak dahulu, masjid selalu dijadikan tempat bagi pengumpulan zakat fitrah menjelang Idul Fitri. DKM adalah panitia pengumpul zakat fitrah yang sudah turun temurun.

Menurut data tahun 2002 dari Dewan Masjid Indonesia (DMI), jumlah masjid tak kurang dari 700.000 dan diperkirakan mencapai angka satu juta pada tahun ini. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar di dunia. Tetapi sebagian besar belum termanage dengan baik. Hanya beberapa masjid di kota-kota besar saja yang relatifmemiliki jamaah yang berpendidikan sehingga cukup tertolong dari segi pengelolaan. Misalnya saja masjid Sunda Kelapa yang bahkan sudah memiliki rumah sakit sendiri. Selebihnya dari sisi manajemen dan penerapan sistem teknologinya masih perlu diperbaharui. Banyak masjid pada kenyataannya hanya dijadikan tempat shalat saja. Keramaian shaf masjid hanya terlihat pada bulan ramadhan, bahkan ada yang tertutup untuk umum.

Dalam pelatihan nasional "Manajemen UPZ Masjid" tanggal 17-18 Januari yang diadakan oleh BAZNAS bekerjasama dengan 10 lembaga lain (Fokkus Babinrohis, Dewan Masjid Indonesia, Majelis Ulama Indonesia, KORPRI, PWRI, ICMI dan IPHI) di Jakarta diharapkan berbagai aspek yang dimulai dari kinerja pengelola masjid dapat ditingkatkan. Zakat adalah target makro dalam frame besar efektivitas pengelolaan masjid. Target pelatihan ini adalah lahirnya instruktur-instruktur tingkat nasional yang profesional dalam hal pengelolaan manajemen masjid. Momentum tahun baru Hijriyah 1429 inijuga dimanfaatkan oleh BAZNAS untuk Pencanangan Gerakan Memakmurkan

76 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Masjid dengan UPZ Masjid sebagai ujung tombak pembangunan masyarakat yang akan diadakan di alun-alun Masjid Agung Sukabumi pada tanggal 19 Januari 2009 (10 Muharram 1429). Gerakan pencanangan ini rencananya akan dihadiri oleh menteri pertanian RI, Gubernur Jawa Barat dan 25.000 masyarakat Sukabumi.

Kesadaran untuk menunaikan perintah zakat harus disadari sebagai salah satu rukun Islam yang menyentuh langsung aspek sosial masyarakat. Sayid Sabiq, pengarang Fiqhussunnah, mengatakan bahwa dalam al-Qur'an kalimat zakat yang berbarengan dengan kalimat shalat disebutkan sebanyak 82 kali, tetapi yang bergandengan langsung ada 28 kali. Hal ini menunjukkan pentingnya perintah zakat sebagai perwujudan dari ibadah shalat.

Shalat dan zakat, sebagaimana dijelaskan dalam al­Qur'an surat At-Taubat ayat 18 adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Aplikasinyapun sangat erat dengan kemakmuran masjid. Demikian pula shalat dan zakat merupakan indikator yang membedakan antara ciri orang musyrik dan orang mu'min sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Taubat: 17.

Dalam dua ayat sebagaimana disebutkan di atas maka keberadaan masjid sangat erat kaitannya dengan zakat. Keberhasilan zakat yang dikelola masjid merupakan ukuran bagi kemakmuran masjid itu sendiri. Sehingga sangat relevan jika tiap masjid dibentuk satu organisasi yang disebut Unit Pengumpul Zakat Masjid (UPZ-Masjid). UPZ Masjid ini adalah transformasi dari UPZ mitra BAZNAS yang disinergikan dengan masjid (based on location). Unit Pengumpul zakat mitra BAZNAS sendiri merupakan mitra penghimpunan BAZNAS yang merupakan amanah UU Zakat No. 38 tahun 1999. Hingga saat ini UPZ mitra BAZNAS berjumlah 80 UPZ baik di Indonesia maupun perwakilan di luar negeri (KBRI dan KJRI).

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 77

Secara struktural, UPZ yang dibentuk oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) merupakan satuan terkecil dari petugas yang diamanahi untuk memungut zakat di lingkungan terdekatnya. Namun secara fungsional, peranan UPZ DKM adalah ujung tombak Peradaban Zakat. Peranan UPZ masjid setidaknya mengandung 4 muatan utama yaitu, membumikan ajaran zakat, memberikan pemahaman keilmuan dan pengetahuan tentang zakat dan pengelolaannya, menumbuhkan budaya dan perilaku dengan semangat ajaran zakat dan menampilkan simbol-simbol fisik keberadaan peradaban zakat. Masjid juga diasumsikan sebagi pusat informasi tentang peta kemiskinan dan kelimpahan karena berada dalam satuan terkecil masyarakat.

Dalam proses membangun kesadaran berzakat di kalangan masyarakat yang erat kaitannya dengan UPZ masjid, tentunya harus dibarengi dengan ketekunan para pengumpul (amil) zakat sebagai instrumen zakat. Tanpa amilin yang tangguh, tekun, penuh dedikasi dan inovatif, pemungutan zakat dalam konteks kesadaran akan tetap menjadi masalah yang serius. Di sinilah letak pentingnya keberadaan UPZ (Unit Pengumpul Zakat). Pengelolaan dana zakat berbasis masyarakat perlu data base yang memadai. Dalam hal ini jemaah masjid harus terdata dengan baik. Konsep radius 40 rumahfjamaah merupakan konsep yang diajukan BAZNAS, yang berarti setiap masjid setidaknya memiliki jamaah dalam radius 40 rumah ke segala arah/ penjuru. Dengan konsep tersebut masjid diharapkan lebih efektif perannya di masyarakat. Juga menghindari adanya masjid yang idle, karena jauh dari jamaah sekitarnya. Dengan demikian kinerja masjid sebagai institusi terdekat masyarakat dapat dipertanggungjawabkan. Bukankah memakmurkan masjid adalah ajaran Nabi Muhammad SAW? Ketika Nabi berhijrah

78 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

ke Yastrib, tempat yang beliau dirikan sebagai pusat kegiatan adalah masjid. Jika sekarang terdapat masjid-masjid yang jauh dari kegiatan masyarakat sekitarnya, pantaskah kita menyebut diri sebagai umat Muhammad?

Atas perannya yang sangat vital dalam pengumpulan zakat fitrah ini, maka perlu dibangun kemitraan strategis antara BAZNAS dengan DKM. Hal ini bertujuan agar pengumpulan dana zakat fitrah dapat maksimal. Sebagaimana diketahui, bahwa dana zakat fitrah selama ini belum terorganisir dengan baik. Masih ditemukan masyarakat yang menyampaikan zakat fitrah tidak melalui DKM, tetapi langsung ke masyarakatyang bersangkutan. Dan yang lebih jauh lagi adalah pemberian zakat itu ditujukkan kepada dukun beranak, bidan ataupun guru ngaji. Hal ini tidak berarti salah, melainkan mengurangi optimalisasi zakat itu sendiri, di mana zakat yang terkumpul tidak hanya diperuntukkan bagi kebutuhan konsumtif, tetapi juga kebutuhan sosiallainnya seperti perawatan tempat ibadah, pembangunan mushala dan bantuan bagi pendidik atau guru mengaji.

Adapun kemitraan yang bisa dibangun antara BAZNAS dengan DKM dapat diwujudkan dalam beberapa poin di bawah ini:

1. Memberikan pembekalan bagi DKM seputar kewajiban zakat, sehingga masjid dapat dijadikan pusat informasi dan sosialisasi pengelolaan zaka~ beserta pendayagunaannya.

2. Memberikan pembekalan dan pembinaan DKM dalam hal pengumpulan dan pemanfaatan dana zakat.

3. Melakukan koordinasi seputar potensi zakat di wilayahya beserta pos-pos yang mendapat prioritas untuk mendapatkan dana zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 79

E. Profil LPZ

1. BAZNAS LEBAK

Untuk meningkatkan kesadaran dan menggali potensi penghimpunan dana, BAZNAS Lebak mengadakan nota kesepahaman (Memorandum of UnderstandingfMoU) antara para pengusaha setempat. MoU ditandatangani oleh Ketua BAZNAS lr. H. Amir Hamzah, M.Si dengan beberapa wakil dari asosiasi pengusaha pada 14 Juni 2007. Inti dari MoU tersebut adalah bahwa para pengusaha akan memberikan infak sebesar 1,5 persen dari nilai kontrak usahafprojek yang didapatkan dari Pemerintah Daerah. Hitung-hitungan kasar, proyek pembangunan yang dijalankan oleh asosiasi pengusaha yang berasal dari APBD/APBN di Kabupaten Lebak sekitar Rp. 400 Milyar. Dengan demikian, infak yang ditargetkan dihimpun oleh BAZNAS sekitar Rp. 6 Milyar. Ini hitung-hitungan kasar.

Bagi para pengusaha, infak sebesar itu tidak menjadi persoalan, asalkan tidak ada pungutan atau setoran lain di luar itu sebagai uang proyek. Dalam hal ini, ketua Dewan Pengawas sekaligus Bupati Lebak menjamin tidak adanya pungutan atau setoran ke Pemerintah Daerah atas proyek yang ada, baik secara resmi maupun tidak. Tentu saja pungutan pajak tidak bisa dihindari.

Data per Desember 2007 menunjukkan dana yang terhimpun berjumlah sekitar Rp. 1,8 Milyar. Jumlah ini cukup menggembirakan apabila dilihat dari waktu penandatanganan MoU sampai akhir tahun.

2. BAZNAS KABUPATEN KUTAI TIMUR

Bahwa zakat sebagai satu dari rukun islam yang diwajibkan bagi umutpemeluknya untukmenunaikannya bagi mereka yang memenuhi persyaratan syar'i dan

80 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

perundangan yang berlaku, dalam pengumpulannya perlu cara dan strategi yang cepat dan instensif agar:

1. Bagi umat Islam (Muzaki) dapat melaksanakan kewajibannya secara ikhlas, benar dan mudah.

2. Bagi mustahik (fakir miskin dll) terlayani dalam rangka membantu mengurangi kemiskinan.

Strategi dimaksud dapat dilakukan melalui kegiatan :

a. Pendataan Muzaki yang akurat oleh bidang pengumpulan Baznas Kutai Timur disetiap tingkat melalui langkah-langkah.

1) Kerjasama dengan LPZ di setiap kecamatan, desajkelurahan, masjid dan musholla serta RT.

2) Kerjasama tersebut perlu koordinasi dan dukungan dari pemerintah dalam hal ini Bupatij Walikota

3) Sasaran pendapatan

SKPD untuk PNS, POLRI, dan TNI

Perusahaan, Perdagangan, lndustri, Tambang, Perikanan, Perkebudanan dll.

4) Pendataan dapat dilakukan melalui LPZ atau dengan merekrut tenaga relawan.

5) Baznas Kutai Timur bidang pengumpulan bekerjasama dengan bidang lain (bidang pengembangan) membuat format data dan pedoman praktis objek zakat dan cara perhitungannya.

6) Bidang pengumpulan pacta kantor Baznas Kutai Timur mengolah data muzaki dengan cermat baik secara manual maupun melalui sistem elektronik.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 81

b. Sosialisasi ZIS yaitu upaya membudayakan membayar ZIS bagi Muzaki yang dilakukan sejak dini, langkah kegiatan yang dapat dilakukan :

1) Membuat pedoman tentang cara muzaki mengeluarkan dan membayar zakat ke Baznas Kutai TimurjLPZ yang minimal meliputi penjelasan tentang :

Dasar hukum kewajiban zakat

Jenis zakat dan sasaran zakatjobjek zakat

Cara Perhitungannya dan penetapan zakat

Penekanan pada zakat profesi yang dibayarkan perbulan

Pedoman dapat dibuat berdasarkan kualifikasi sasaran seperti pada poin diatas(3)

2) Sistem sosialisasi dapat berupa :

Pertemuan berupa ceramah atau diskusi, seminar, kerjasama dengan para da'i orma islam, dan lembaga keagamaan lainnya.

Melakukan himbauan berupa spanduk, baliho, ekspos pada media masa cetak dll.

Membuka posko konsultasi zakat

3) Sasaran sosialisasi

Lembagaf lnstansi SKPD

Organisasi profesi seperti gabungan pengusaha (KADIN)

Sekolah-sekolah

Masyarakat umum dapat dikelompokan pada hasil data muzaki

82 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Devisifikasi sosialisasi yaitumencari metode lain selain ceramah yaitu modul-modul dalam pelatihan

Meyelenggarakan pelatihan bagi tenaga relawan

Keberhasilan bidang pengumpulan melalui dua strategi tersebut diatas dalam rangka membudayakan ZIS haus ditunjang:

1. Baik dan singkronnya manajemen sebagai amanah bagi kepemimpinan dan kepengurusan Baznas Kutai Timur.

2. Penyusunan program baik, teliti, dan terukur

3. Komitmen dan dedikasi petugas pengumpulan dalam bersenergi, kejujuran dan keikhlasan dalam melaksanakan tugas, termasuk keramahan dan kesabaran petugas

4. Pengadministrasian data yang lengkap dan rapi dibidangpengumpulandengansistem pengelompokan muzaki menurut desafRT, dinasfinstansi, organisasi profesi baik secara manual, elektronik maupun visual sehingga mudah mendapat informasi data

5. Membuat laporan hasil pengumpulan perbulan, pertriwulan dan tahunan

Baznas Kutai Timur dalam bidang pendistribusian dan pendayagunaan

1. Pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang berhasil dikumpulkan, diperuntukan bagi pemenuhan hajat hidup para mustahik (8 asnaf) sesuai dengan ketentuan syariat Islam yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqob, ghorimin, sabilillah dan ibnu sabil.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 83

2. Dalam pelaksanaan penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah ada 2 macam :

a. Bantuan Konsumtif yaitu membantu mustahik untuk menanggulangi beban hidup mereka (dhuafa) seperti fakir miskin dan sebagainya.

b. Bantuan Produktif yaitu membantu mustahik untuk meningkatkan kesejahteraan, baik secara perorangan maupun kelompok, melalui program seperti bantuan modal usaha, beasiswa, bantuan stimulan pendidikan yang berkesinambungan

3. Koordinasif kerjasama pelaksanaan program pendistribusian dan pendayagunaan meliputi :

a. Kemanusiaan

b. Kesehatan

c. Penddikan, besiswa sekolah dasar, menengah, umum dan perguruan tinggi

d. Ekonomi, pemberdayaan usaha produktif yang difokuskan pada kesejahteraan mustahik

e. Sabilillah, ·penyuluhanjpembinaan bagi masyarakat

f. Antara BAZNAS, Provinsi, dan Kb/Kota harus ada kerjasamafkoordinasi secara berjenjang

4. Kerjasama database mustahik antara LPZ se-Kutai Timur antara lain :

a. Konsolidasi data mustahik

b. Pemetaan sasaran penyalura

5. Penetapan target dan wilayah sasaran (binaan)

6. Konsolidasi laporann penyaluran secara periodik

7. Dalam rangka suksesnya program Baznas Kutai Timur memberikan laporan setiap bulan kepada Baznas Provinsi

84 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

BABIV PENDAYAGUNAANZAKAT

A. Zakat dan Tantangan Dunia Global

Perkembangan dunia yang semakin maju dan berkembang tak bisa dipisahkan dari dampak sosial yang begitu nyata dalam masyarakat. Bahwa perkembangan di berbagai bidang tidak lantas melahirkan kesejahteraan bagi manusia, melainkan juga berdampak pada lahirnya angka kemiskinan yang baru. Kapitalisme global adalah salah satu wajah kemajuan dunia yang telah melahirkan kemiskinan baru.

Sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan pengaruh kemajuan dunia, maka umat Islam harus melakukan langkah-langkah strategis sebagai bentuk pencegahan. Salah satu upaya pencegahan ini diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan sistem perekonomian Islam bagi kemajuan dan kesejahteraan umat. Sistem perekonomian Islam harus diarahkan lebih tajam lagi dalam pemberdayaan ekonomi ini, mengingat bahwa sistem itu berasal dari wahyu.

Untuk itulah, maka zakat yang merupakan bagian dari sistem perekonomian Islam harus segera direvitalisasi. Salah satu hal yang harus direvitalisasi adalah bidang pendayagunaan. Harus diakui bahwa pendayagunaan zakat masih jauh dari sasaran. Hal ini terlihat dari angka peran ekonomi zakat dalam pengentasan kemiskinan. Zakat yang selama ini dikelola ternyata belum bisa berkata lebih dalam mewujudkan kesejahteraan umat.

Di sinilah diperlukan visi dan misi zakat yang lebih tajam dan fokus terhadap persoalan pemberdayaan ini. Artinya, pendayagunaan zakat harus segera menempatkan diri dalam barisan pemberdayaan ekonomi lainnya,

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 87

bersaing dan berkompetisi menjadi gerakan yang mampu mewujudkan kesejahteraan. Zakat tidak lagi sebatas sebuah ritual menggugurkan kewajiban, di mana pola distribusinya pun masih asal-asalan.

B. Pendayagunaan Zakat

Keberhasilan zakat tergantung kepada pendayagunaan dan pemanfaatannya. Walaupun seorang wajib zakat (muzakki) mengetahui dan mampu memperkirakan jumlah zakat yang akan ia keluarkan, tidak dibenarkan ia menyerahkannya kepada sembarang orang yang ia sukai. Zakat harus diberikan kepada yang berhak (mustahik) yang sudah ditentukan menurut agama. Penyerahan yang benar adalah melalui Badan Amil Zakat. Walaupun demikian kepada Badan Amil Zakat mana pun tetap terpikul kewajiban untuk mengefektifkan pendayagunaannya. Pendayagunaan yang efektifialah efektifmanfaatnya (sesuai dengan tujuan) dan jatuh pada yang berhak (sesuai dengan nas) secara tepat guna.

Tantangan terbesar dari optimalisasi zakat adalah bagaimana mendayagunakan dana zakat menjadi tepat guna dan tepat sasaran. Tepat guna berkaitan dengan program pendayagunaan yang mampu menjadi solusi terhadap problem kemiskinan. Sedangkan tepat sasaran berkaitan dengan mustahik penerima dana zakat. Dalam konteks Indonesia dengan jumlah penduduk miskin yang besar sekitar 40 juta jiwa, maka fakir miskin menempati prioritas pertama sebagai penerima zakat.

Sayangnya program pengentasan kemiskinan yang ada kebanyakan masih bersifat karitatif (bagi-bagi habis) dan konsumtif. Program belum mengarah kepada program yang lebih produktif dan memberdayakan. Persoalan

88 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

pengentasan kemiskinan adalah bagaimana program ditujukan untuk menangani sampai akar permasalahan bukan gejalanya saja.

Menurut Prof. Mubyarto solusi yang harus dilakukan adalah menciptakan sistem ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat kecil (usaha kecil). Apabila ekonomi rakyat kuat maka ekonomi nasional juga menjadi kuat. Krisis moneter yang terjadi adalah akibat dari sistem ekonomi yang hanya dikuasai oleh sekelompok perusahaan­perusahaan besar.

Pada umumnya permasalahan mendasar yang dialami oleh usaha kecil adalah masalah permodalan, manajemen usaha, akses pasar dan keterampilan dan wawasan yang terbatas. Maka program pemberdayaan zakat harus ditujukan kepada usaha untuk mengatasi persolan­persoalan usaha kecil tersebut. Tentu saja program yang dilakukan bukan bersifat karitatif tetapi sistematis, berjangka panjang dan bermuatan pemberdayaan.

Sebagai analogi adalah sebuah hadits Rasul sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya seorang laki-laki dari kaum Anshar mendatangi Rasulullah dan meminta sesuatu kepadanya. Rasulullah bertanya kepadanya: "Apakah kamu tidak memiliki sesuatupun di rumahmu?" Ia menjawab: "tentu, kain yang kami pakai sebagian, dan sebagian lainnya kami jadikan alas, dan juga gelas besar tempat kami minum air darinya." Rasulullah pun berkata: "Bawalah keduanya padaku." Lalu kedua barang tersebut diberikan kepada Rasulullah SAW dan beliaupun lalu melelangnya sehingga laku sampai dua dirham. Kemudian Rasulullah berkata: "Belilah dengan dirham yang pertama ini makanan untuk kau berikan keluargamu, dan dirham lainnya belilah kapak dan kau

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 89

bawa kepadaku." Rasulullahpun lalu menguatkan ikatan ranting dengan tangannya. Lalu ia berkata kepada laki-laki tersebut. "Pergilah dan carilah kayu bakar, lalu juallah. Aku tidak ingin melihatmu lagi hingga lima belas hari kedepan." Lalu laki-laki tersebut mencari kayu bakar dan menjualnya. Hingga tiba saatnya, ia pun mendatangi Rasulullah dengan membawa sepuluh dirham di tangannya, yang kemudian sebagian darinya ia belikan makanan.

Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa proses pengentasan kemiskinan adalah sebuah proses pemberdayaan yang sedikitnya meliputi penyadaran akan potensi, adanya pendampingan, akses terhadap pasar, proses panjang dan terlebih dahulu memprioritaskan pemenuhan akan kebutuhan dasar mustahik.

C. Sasaran Penerima Zakat

Secara garis besar, sasaran penerima zakat dibagi menjadi dua kelompok.

Pertama, kelompok delapan asnaf sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an *QS. At-Taubah : 60), yaitu:

a. Fakir

b. Miskin

c. A mil

d. Muallaf

e. Rigab

f. Gharim

g. Fisabilillah

h. Ibnu Sabil

90 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Kedua, Kondisi Khusus.

Penerima dana zakat adalah mereka yang tengah dalam kondisi tertentu yang menuntut pertolongan dan pemberdayaan. Dana zakat harus disalurkan kepada pihak­pihak yang membutuhkan itu sepanjang memenuhi kriteria M ustahik, seperti :

a. Anak jalanan

b. Gelandangan

c. Pengemis

d. Anak-anak putus sekolah

e. Karban bencana alam

f. Remaja dan Pemuda Pengangguran

D. Model Pendayagunaan Zakat

Secara keseluruhan, pola pemberdayaan zakat harus direncanakan dengan baik, sistematis dan tepat sasaran. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah kongkrit yang bersifat koordinatif dan kooperatif di antara pihak-pihak yang terkait dalam program ini.

Pelaksanaan program pemberdayaan zakat meliputi beberapa tahapan kegiatan antara lain:

Tahap 1: Persiapan Tim

Persiapan tim adalah tahapan awal untuk menyiapkan SDM pelaksana baik pada tingkat manajemen secara umum (program officer, koordinator dan keuangan), maupun SDM pelaksana teknis yang bertugas membantu kegiatan­kegiatan teknis baik rutin maupun berkala, serta kegiatan teknis pendampinganjfasilitasi saat peserta program mengikuti kegiatan pemberdayaan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 91

Tahap 2: Sosialisasi

Sosialisasi bertujuan agar masyarakat luas bisa mendapatkan gambaran seputar informasi program­program pemberdayaan zakat ini. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Dengan keterlibatan masyarakat luas, maka pendayagunaan ini dapat berjalan dengan baik karena mendapat dukungan yang luas dari masyarakat.

Sebagai realisasi sosialisasi 1m, BAZNAS harus melakukan publikasi program di media internal BAZNAS baik cetak maupun elektronik, di samping sosialisasi melalui lewat media cetak yang beskala nasional sebagai strategi meluaskan jangkauan informasi.

Tahap 3: Rekrutmen Peserta

Rekrutmen peserta program dilakukan sebagai bagian dari alur proses seleksi program secara umum. Rekrutmen peserta adalah langkah awal untuk menentukan sasaran pemberdayaan, sekaligus menentukan program yang hendak digulirkan. Misalnya, sebelum memberikan bantuan bagi usaha kecil, maka perlu ditentukan dahulu kriteria masyarakat yang akan mendapatkan bantuan ini dilihat dari berbagai aspek sebagai bagian dari prioritas program.

Dalam pelaksanaannya, rekrutmen ini dilaksanakan oleh sebuah komite yang dikelola BAZNAS dan mitra pelaksana.

Tahap 4: Pemberdayaan Peserta Strategi pemberdayaan

Meliputi: Pemberian bantuan berupa biaya, pendampingan, evaluasi. Dalam pemberdayaan ini, di samping dana yang diberikan, dibutuhkan pula pendampingan dengan tujuan dapat menjaga keberlangsungan program, di sam ping sebagai konsultan bagi para peserta pemberdayaan ini. Misalnya,

92 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

dalam pemberdayaan ekonomi kecil, dibutuhkan tenaga ahli yang berfungsi sebagai konsultan para peserta dalam pemanfaatan atau pengembangan usahanya itu. Hal ini untuk menghindari pro~ram berjalan sia-sia karena para peserta tidak bisa memanfaatkan bantuan tersebut karena terkendala berbagaihal.

1. Pola Produktif

Pemberdayaan ekonomi

Dalam melakukan pengembangan ekonomi, ada beberapa kegiatan yang dapat dijalankan oleh lembaga zakat. Kegiatan ini bisa terbagi kedalam berbagai bentuk, misalnya:

a. Pemberian bantuan uang sebagai modal kerja atau­pun untuk membantu pengusaha meningkatkan kapasitas dan mutu produksi.

b. Bantuan pendirian gerai-gerai untuk memamerkan dan memasarkan hasil-hasil industri kecil, seperti kerajinan tangan, makanan olahan, dan lain-lain.

c. Dukungan kepada mitra binaan untuk berperan serta dalam berbagai pameran.

d. Penyediaan fasilitator dan konsultan untuk menjamin keberlanjutan us aha, misalnya Klinik Konsultasi Bisnis (KKB) yang mengembangkan strategi pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah dalam bentuk alih pengetahuan, keterampilan, dan informasi.

e. Pembentukan lembaga keuangan.

Lembaga zakat dapat mengembangkan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) misalnya dengan pendirian BMT atau Lembaga Ekonomi Bagi hasil (LEB)

f. Pembangunan industri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 93

Modal dan investasi yang dapat disalurkan lembaga zakat, kini bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Sebagai contoh, industri yang dikembangkan Dompet Dhuafa yaitu UHT (Usaha Hasil Tani) di Lamongan. Hal ini ditempuh sebagai langkah riil pemberdayaan yang ditujukan untuk para mustahik.

Yang terlibat dan bekerja tentu saja berasal dari kalangan mustahik.

Program-program dalam pengembangan ekonomi dilakukan dengan tujuan, yakni:

1. Penciptaan lapangan kerja

2. Peningkatan usaha

3. Pelatihan

4. Pembentukan organisasi

Tahapan Kegiatan

a. Perencanaan

Perencanaan meliputi:

1. Persiapan tim pelaksana, yaitu tahapan awal untuk menyiapkan SDM pelaksana baik pada tingkat manajemen secara umum (program officer, Koordinator dan Keuangan), maupun SDM pelaksana teknis yang bertugas membantu kegiatan-kegitan teknis baik rutin maupun berkala, serta kegiatan teknis pendampingan/ fasilitasi saat peserta program mengikuti kegialan pemberdayaan.

2. PersiapanKonsepProgram,yaitumempersiapkan kerangka teoritis dan teknis jenis program yang hendak dilaksanakan.

94 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

b. Pendampingan

Pendampingan harus disiapkan guna mengarahkan dan membimbing para peserta dalam mempergunakan bantuan dana zakat. Pendampingan itu meliputi:

1. Bidang konsep, seperti membantu peserta merumuskan konsep usaha yang sedang dikembangkannya.

2. Pendampingan di bidang teknis, seperti membantu membuat strategi pemasaran dan perluasan jaringan.

c. Evaluasi

Evaluasi bertujuan meninjau ulang program yang telah dilaksanakan dari berbagai aspek Hal ini bertujuan mendapatkan gambaran yang komperehensif seputar pelaksanaan .program; apakah telah berjalan dengan baik, ataukah masih terdapat kekurangan. Dengan adanya evaluasi ini, maka program-program selanjutnya dapat dipersiapkan dengan matang berdasarkan catatan dari program terdahulu.

Evaluasi sendiri meliputi:

1. Konsep progam. Apakah konsep yang ada telah tepat diterapkan dalam kondisi masyarakat tertentu. Apakah ada kelemahan maupun kelebihan dari konsep ini.

2. SDM tenaga pelaksana. Harus dilakukan evaluasi terhadap tenaga pelaksana program guna mengetahui sejauh mana kemampuan tim yang sudah ada dalam melaksanakan program agar tepat sasaran.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 9 5

3. Pola Konsumtif a. Perencanaan

Perencanaan ditujukan agar pemberian kebutuhan yang bersifat konsumtif dapat tepat saran dan menyentuh kebutuhan mendasar. Perencanaan ini meliputi:

• Observasi lapangan, yaitu melakukan riset untuk menentukan kelompok masyarakat yang akan mendapat bantuan. Hal ini juga menyangkut jenis bantuan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dengan adanya observasi ini, maka pola bantuan dapat dilaksanakan berdasarkan skala prioritas.

• Tenaga lapangan yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan program.

b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaannya, bantuan tidak bisa diberikan

dengan begitu saja kepada masyarakat. Akan tetapi dibutuhkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait guna mensinergikan program dengan pihak-pihak terkait. Pelaksanaan ini meliputi:

• Koordinasi dengan pihak terkait sebagai bagian teknis penyaluran, seperti PEMDA, LSM ataupun ORMAS.

• Penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan keahlian dan kebutuhan riil di lapangan.

c. Evaluasi Evaluasi bertujuan meninjau ulang program yang

telah dilaksanakan dari berbagai aspek. Hal ini bertujuan mendapatkan gambaran yang komperehensif seputar pelaksanaan program; apakah telah berjalan dengan baik, ataukah masih terdapat kekurangan. dengan

96 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

adanya evaluasi ini, maka program-program selanjutnya dapat dipersiapkan dengan matang berdasarkan catatan dari program terdahulu.

Evaluasi sendiri meliputi:

• Konsep program. Apakah konsep yang ada telah tepat diterapkan dalam kondisi masyarakat tertentu. Apakah ada kelemahan maupun kelebihan dari konsep ini.

• SDM tenaga pelaksana. Harus dilakukan evaluasi terhadap tenaga pelaksana program guna mengetahui sejauhmana kemampuan tim yang sudah ada dalam melaksanakan program agar tepat sasaran.

a) Bantuan partgart, pakaian dan tern pat tinggal b) Pendidikan

1) Mendirikan dan atau membantu pembangunan/ rehabilitasi madrasah dan pondok pesantren terpadu

2) Pembangunan prasarana dan sarana keterampilan

3) Meningkatkan dakwah

4) Penelitian Islam

5) Publikasi mengenai Islam baik yang bersifat akademis maupun yang bersifat ilmiah populer

6) Mendirikan perpustakaan Islam dan membantu perpustakaan Islam yang ada

7) Beasiswa

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terdidik, diperlukan banyak beasiswa. Ini berlaku untuk program beasiswa formal (sekolah dasar, lanjutan, dan perguruan tinggi),

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 97

maupun pendidikan non formal (program­program pelatihan, keterampilan, atau keahlian tertentu).

8) Orang Tua Asuh

Salah satu upaya lembaga zakat dalam bidang pendidikan adalah dalam bentuk orang tua asuh, diberikan oleh perseorangan, dan juga sebagian lagi oleh lembaga termasuk perusahaan. Akan tetapi, kegiatan orang tua asuh yang diberikan oleh individu anggota masyarakat umumnya lebih dominan. Pola bantuan yang umum diberikan adalah dengan memberikan bantuan pembayaran biaya pendidikan

9) Pembangunan fisik sarana pendidikan

Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kondisi dan waktu yang memang dianggap diperlukan (bersifat tidak rutin). Misalnya memperbaiki sarana sekolah dan bangunan sekolah yang mengalami kerusakan, serta pembangunan fasilitas dan gedung sekolah pada lokasi yang memang belum memiliki fasilitas tesebut.

10) Pendidikan melalui swadaya masyarakat

Program pendidikan seperti ini umumnya didirikan atas inisiatif dan dikelola langsung oleh kelompok masyarakat atau lembaga dan adakalanya bukan sekolah formal.

c) Sarana Kesehatan 1) Membangun klinik/rumah sakit untuk melayani

orang miskin secara gratis

2) Membangun rumah-rumah bersalin untuk orang-orang tidak mampu

98 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

d) Pembangunan Infrastruktur

1) Mendirikan perpustakaan

2) Mendirikan pelayanan konseling

3) Medirikan prasarana ·usaha di bidang ekonomi berskala kecil dan menengah

4) Mendirikan rumah-rumah yatim piatu

5) Mendirikan rumah orang tua jompo

6) Mendirikan rumah penderita cacat

7) Membantu rumah-rumah yatim piatu, orang tua jompo dan penderita cacat

E. Profil Pendayagunaan Zakat

1. Dana Bergulir BAZNAS Kabupaten Lebak, Banten

Untuk berusaha mengentaskan kemisikinan umat, BAZNAS Lebak meluncurkan program "Dana Bergulir" (DB) bagi para pengusaha mikro. Program DB ini disalurkan untuk pengusaha bakulan, gerobak dorong dan pengusaha mikro lainnya. Sasaran dan misinya jelas; bagaimana membuat pedagang sayuran "suhun" (memakai nyiru di atas kepala), sekadar contoh, berubah menggunakan gerobak, kemudian berubah lagi menggunakan kios, dan seterusnya.

Sebagai gambaran, sejak digulirkan pertama kali pada 23 Juli 2007, telah ada 78 perorangan dan kelompok usaha mikro yang telah mendapatkan bantuan BAZNAS dengan total nilai Rp. 59.100.000. Besaran bantuan yang diterima bervariasi, mulai Rp 300 ribu sampai Rp 3 juta, tergantung dari hasil survey jverifikasi lapangan.

Sampai saat ini, dana yang disalurkan bersifat pinjaman tanpa bunga. Peminjam diwajibkan

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 99

mengembalikan modal secara bertahap yang diikat melalui akad pada saat serah terima modal. Lamanya pengembalian berkisar antara 5-12 bulan. Program ini sedang dievaluasi dan mencari model-model pemberd.ayaan yang cocok. Mungkin model pemberdayaan seperti yang dilakukan oleh peraih Nobel Profesor Muhammad Yunus lewat Grameen Bank di Bangladesh menjadi salah satu pertimbangan untuk diterapkan ke depan.

2. Profil Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DPU DT)

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peradaban dan karakter suatu bangsa (nation character building). Masyarakat yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas dan secara progresif akan membentuk kemandirian. Era globalisasi yang dialami bangsa Indonesia mengharuskan bangsa ini mengikuti perubahan yang sangat cepat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Untuk menghadapi era globalisasi diperlukan generasi yang tangguh, berkarakter kuat dan mempunyai jiwa mandiri. Menyiapkan generasi muda menjadi generasi mandiri, tangguh, berkarakter kuat dan terampil mengemban amanat mengelola dunia ke arah yang lebih baik adalah misi suci yang diamanatkan Allah SWT. Sebaliknya, meninggalkan generasi yang lemah hingga mereka menjadi generasi yang kalah dan ditinggalkan di pojok-pojok sejarah peradaban adalah satu hal yang harus diwaspadai dan ditakuti.

Untuk itu semua, kita dianjurkan untuk senantiasa memohon petunjuk, perlindungan dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT Sebagaimana firmanNya:

100 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah, yang mereka khawatirkan. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (Q.S An-Nisa: 9).

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang peduli terhadap pendidikan, menyelenggarakan program san tun an dana pendidikan untuk pelajar dan mahasiswa yang berprestasi.

Besar harapan kami program beapelajar dan mahasiswa prestasi ini bisa memberikan kontribusi bagi lahirnya generasi penerus yang kreatif, inovatif, mandiri tanpa kehilangan jatidiri sebagai orang Indonesia

A Visi

Cerdas Tanpa Batas; Sukses di sekolah sukses di keluarga dan masyarakat.

B. Misi

Kemudahan akses dan biaya pendidikan; Menumbuhkan karakter baik dan kuat.; Generasi mandiri dengan jiwa enterpreneur, leadership dan kesalehan sosial; Refleksi implementasi Nilai-nilai KeyakinanjSpiritual Islam; Meningkatkan prestasi dan Kecerdasan majemuk.

C. Sasaran

Sasaran program beapelajar dan mahasiswa ini adalah para pelajar dan mahasiswaji yang berasal dari keluarga dhu'afa yang berada di wilayah kerja Dompet Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhiid.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 101

Kualifikasi sasaran program adalah:

Untuk Tingkat SMP:

Pelajar SMP kelas 1 s.d kelas 3, Nilai rata-rata raport 7,5, Berasal dari keluarga dhuafa (Penghasilan keluarga max 750.000) Dengan jumlah tanggungan minimal 3 orang, Masih aktifbersekolah, Beragama Islam.

Untuk Tingkat SMU:

Pelajar SMU kelas 1 s.d kelas 3 Nilai rata-rata raport 7 Berasal dari keluarga dhuafa (Penghasilan keluarga max 750.000) Dengan jumlah tanggungan minimal 3 orang Masih aktif bersekolah Beragama Islam.

Untuk Tingkat Perguruan Tinggi/Mahasiswa:

Mahapelajar dan mahasiswa semester 3 dan semester 5, Nilai IPK Min 2,75 bagi jurusan eksak dan IPK 3 bagi jurusan sosial, Berasal dari keluarga dhuafa (Penghasilan keluarga max 750.000) dengan jumlah tanggungan minimal 3 orang, Aktif berorganisasi, Beragama Islam.

D. Target

Target dari program beapelajar dan mahasiswa ini bisa membantu 10.000 Pelajar dan mahasiswa.

E. Jangka Waktu

Pelaksanaan Kegiatan selama 12 (dua belas) bulan tahun 2006-2007.

102 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

F. Seleksi CaJon Peserta Program Beasiswa Prestatif

Proses seleksi ini merupakan upaya memilih dan menetapkan caJon peserta yang berhak mengikuti program beasiswa prestatif sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh panitia.

TUJUAN

Mendapatkan caJon peserta yang sesuai dengan kriteria sasaran program.

SASARAN PROGRAM

Anak-anak yang berasal dari keluarga dhuafa yang berada di Kota Cimahi, Kabupaten dan Kota Bandung.

Kualifikasi sasaran program adalah beragama Islam. Usia 12 sf d 22 tahun (SMP, SMU, dan PT tingkat 2 dan 3).

Laki-laki atau perempuan; Masih aktif bersekolah; Memiliki prestasi baik akademis maupun prestasi lainnya; Tidak terlibat atau menggunakan obat-obatan terlarang dan perilaku kriminal; dan termasuk orang penerima zakat I mustahik I pra-sejahtera; dan rata-rata Nilai untuk SMP dan SMU minimal 7,5 serta IPK minimal 3,00.

TAHAPAN SELEKSI

PENDAFTARAN. Pendaftaran dibuka secara umum bagi warga yang berminat. Pendaftaran dapat dilakukan secara langsung atau melalui mitra program yang telah ditetapkan. SELEKSI ADMINISTRATIF. Tujuan seleksi administratif adalah mendapatkan cal on pesertayang secara administratif memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Tahap ini menggunakan sistem gugur, artinya peserta yang tidak

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 103

memenuhi persyaratan administrasi langsung dinyatakan gugur dan tidak mengikuti tahap seleksi selanjutnya.

Persyaratan administrasi yang dimaksud adalah: Mengisi formulir pendaftaran; Fotocopy raport terakhir; Fotocopy kartu keluarga; Surat keterangan tidak mampu dari aparat setempat; Surat keterangan tidak mendapatkan beasiswa dari pihak mana pun; Fotocopy KTP; Fotocopy KTM (untuk mahasiswa); WAWANCARA. Tes wawancara dilaksanakan untuk mengetahui profil dari caJon peserta program, dan aspek- aspek lainnya yang telah disusun. Tes ini diperuntukkan bagi caJon peserta tingkat SMU dan Perguruan Tinggi.

TES BACA AL-QURI\N. Seleksi ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan caJon peserta terhadap Al-Qur'an yang meliputi makhroj huruf, dan tajwidnya. Seleksi baca Al-Qur'an hanya diperuntukkan bagi peserta tingkat perguruan tinggi.

TES TERTULIS. Tes tulis dimaksudkan untuk mengukur tingkat pengetahuan caJon peserta program mengenai pengetahuan keagamaan, leadership, dan entrepreneurship. Tes ini diperuntukkan bagi caJon peserta tingkat SMU dan PT.

KESEMAPTAAN. Seleksi kesemaptaan dilakukan untuk mengetahui tingkat daya tahan tubuh, kondisi fisik, dan kesehatan caJon peserta program.

VERIFIKASI FACTUAL. Tahap verifikasi faktual dimaksudkan untuk memantapkan hasil penetapan caJon peserta yang telah mengikuti tahap seleksi sebelumnya. Hasil verifikasi factual tidak mempengaruhi nilai akhir, tetapi dapat menggugurkan caJon peserta apabila ditemukan ha-hal yang secara prinsip tidak sesuai dengan ketentuan program.

104 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat

Profil Program Beasiswa Prestatif2007 (2)

A. Strategi Umum Pelaksanaan

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses pe!lentuan rencana yang berfokus pada tujuan jangka panjang, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. (Stepani K. Marrus, 1995). Strategi pada dasarnya merupakan upaya untuk mencapai tujuan (goal) dengan mempertimbangkan lingkungan eksternal dan internal. Dengan mempertimbangkan pengalaman empiris, maka dalam pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa prestatif ini kita memakai beberapa strategi.

Fundrising

Fundrising dalam pelaksanaannya dikelola dan dikoordinir sepenuhnya Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) sebagai lembaga yang menggulirkan dan mengembangkan program di lingkungan internal Pesantren Daarut Tauhiid (DT).

SDM. Pengelolaan program Beapelajar dan mahasiswa Prestatif di tangani oleh sejumlah SDM yang di siapkan secara khusus meliputi: kriteria, pelatihan, kompetensi dan indikator kinerja.

B. Pelaksanaan

Dengan mempertimbangkan pengalaman empms, maka dalam pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa prestatif ini kita memakai beberapa strategi yang berbeda sebagai berikut: Strategi Terpusat (Berbasis Pusat Kegiatan) Artinya pelaksana Daarut Tauhiid menangani secara langsung kegiatan-kegiatan tertentu dalam program beapelajar dan mahasiswa

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 105

prestatif ini. Hal ini dilakukan untuk mempermudah koordinasi kegiatan antar komponen yang terlibat. Menjadikan pusat kegiatan sebagai akses informasi dan mobilisasi sumber-sumber lain diluar komunitas.

Strategi Kemitraan

Melibatkan peran serta masyarakat, perusahaan, sekolah, pesantren dan LSM untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa prestatif, mulai dari perumusan, sosialisasi, seleksi, pembinaan, proses monitoring sampai kepada evaluasi.

Keuangan

Aspek keuangan meliputi alokasi biaya: biaya operasional, biaya pendidikan dan biaya pemberdayaan. Serta administrasi dan pelaporan meliputi; pencatatan, mekanisme pencairan, prinsip transparansi dan akuntabilitas serta pelaporan.

C. Tahapan Kegiatan

Pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa prestatif, meliputi beberapa tahapan kegitan antara lain:

Tahap 1 : Persiapan Team

Persiapan tim adalah tahapan awal untuk menyiapkan SDM pelaksana baik pada tingkat manaje­men secara umum (program officer, Koordinator dan Keuangan), maupun SDM pelaksana teknis yang bertugas membantu kegiatan-kegitan teknis baik rutin maupun berkala, serta kegiatan teknis pendampingan/ fasilitasi saat peserta program mengikuti kegiatan pemberdayaan.

106 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Tahap 2 : Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan agar masyarakat (publik) mendapatkan gambaran informasi dan mengetahui program beapelajar dan mahasiswa prestatif. Untuk mendukung kegiatan ini kita melakukan publikasi program di media internal DT baik cetak maupun elektronik. Dan untuk meluaskan jangkauan informasi juga dilakukan publikasi lewat media cetak yang berskala nasional.

Tahap 3 : Rekruitmen Peserta

Rekruitmen peserta program dilakukan sebagai bagian dari alur proses seleksi program secara umum yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan melalui sebuah komite yang dikelola DPU dan mitra pelaksana. Bagan proses seleksi terlampir.

Tahap 4: Pemberdayaan Peserta

Strategi pemberdayaan meliputi: Pemberian bantuan biaya sekolah, yaitu pemberian bantuan biaya sekolah kepada peserta program, dengan tujuan peserta program dapat mengakses dan belajar di lembaga pendidikanjsekolah yang diikuti secara maksimal.

D. Pengembangan Proyek Belajar'

Yaitu suatu upaya pemberdayaan yang dirancang secara sistematis, terukur dan terarah untuk lebih meningkatkan standar kompetensi yang dimiliki para peserta. Setiap level pendidikan mempunyai bentuk kegiatan pemberdayaan yang berbeda-beda namun mempunyai kesamaan ciri yaitu dalam hal materi entrepreneurship dan leadership.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 107

Tahap 5 : Pengendalian Program

Untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan program, diperlukan sebuah mekanisme yang baik sebagai bentuk dari pengendalian program. Maka oleh karena itu kemudian dibuatlah kegiatan monitoring dan evaluasi yang berkala.

E. Memberdayakan Generasi Muda Islam

Salah satu yang menjadi unggulan pada program Beasiswa Prestatif yang dikelola Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid adalah adanya sebuah proses pemberdayaan yang sistematis, terukur dan terarah untuk terus memperkuat posisi peserta program baik itu yang sifatnya langsung berhubungan dengan penerima beapelajar dan mahasiswa, keluarganya, guru maupun isu-isu tentang perubahan kebijakan pendidikan.

Kenapa harus memakai kata pemberdayaan?

Sampai saat ini kita masih melihat bahwa kata pemberdayaan merupakan kata yang paling tepat dalam menggambarkan kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program beapelajar dan mahasiswa prestatif. Karena dalam proses pemberdayaan ada tiga hal yang bisa dilakukan.

Pertama, dalam usaha pemberdayaan peserta program beapelajar dan mahasiswa prestatif ini kita berusaha membantu untuk membangun power­to, yaitu daya kekuatan yang kreatif, yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu. Ini merupakan aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu seseorang agar ia memiliki kemampuan berfikir, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk

108 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

mengambil keputusan, memecahkan berbagai permasalahan dan membangun berbagai keterampilan.

Kedua, membantu membangun power-with, yaitu kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Tujuan idealnya kita berharap bisa menciptakan suatu caring society, suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak.

Ketiga, bertujuan untuk membangun power-within, daya kekuatan batin dalam diri peserta program, khususnya harga diri, kepercayaan diri dan harapan akan masa depan.

Pemberdayaan Langsung

Kegiatan pemberdayaan yang diperuntukkan untuk peserta meliputi program:

1. Spiritual Business School

Kegiatan ini merupakan upaya untuk membentuk mindset dan perilaku baru para peserta beapelajar dan mahasiswa tingkat perguruan tinggi melalui kegiatan pemberdayaan yang berbasiskan spiritual. peserta akan diajak mengkaji kembali mindset dan karakternya melalui pendidikan orang dewasaf partisipatif sehingga mendapat pengetahuan, wawasan dan pengalaman baru menjadi sebuah keahlian wirausaha (entrepreneurship).

2. Challenging Entrepreneur Project

Challenging Entrepreneur Project adalah sebuah upaya untuk membentuk kemandirian bagi para

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 109

peserta beapelajar dan mahasiswa tingkat SMU melalui kegiatan pemberdayaan yang berbasiskan proyek belajar.

3. SMART (Santri Mandiri Prestatif)

Adalah sebuah pola pemberdayaan bagi peserta program beapelajar dan mahasiswa prestatif SMP dengan menggunakan metode pembelajaran yang sederhana, aplikatif, menyenangkan dan menginspirasi dengan pola pendekatan yang digunakan adalah pola ternan sebaya (friendship).

Hal ini dikembangkan dengan mempertim­bangkan bahwa peserta SMP mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda hila dibandingkan dengan peserta tingkat SMU maupun PT. Sehingga kemudian untuk proses pembelajarannya lebih menititik tekankan kepada penguatan aspek kognitif anak. Walaupun kemudian tidak dengan serta merta menghilangkan aspek psikomotorik. Hanya mungkin dari segi pembobotannya saja yang berbeda. Program Beasiswa Prestatif tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi, yaitu:

1. Learning By Doing, yaitu bela jar melalui aktivitas­aktivitas yang dapat memberikan pengalaman belajar bermakna.

2. Individualized Learning, yaitu belajar dengan memperhatikan keunikan setiap individu. Group Learning, yaitu belajar secara berkelompok.

3. Mentoring, yaitu kegiatan pemberdayaan yang berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang pementor.

110 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

4. Pembiasaan, yaitu kegiatan pembiasaan amalan ritual keagamaan baik yang fardhu maupun sunah yang dituangkan dalam bentuk lembar muhasabah.

Pemberdayaan Tidak Langsung

Dalam hal ini pemberdayaan generasi muda melibatkan orangtua dan masyarakat sekitarnya. Karena itu DPU DT memberikan pemahaman terhadap orangtua tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak dalam bentuk pertemuan semester.

Metode: curah pendapat dan ceramah tanya jawab dalam Forum Silaturahmi Stake Holder Pendidikan.

Pengendalian dan Evaluasi Keberhasilan Program

Hal penting dalam usaha untuk mencapai tujuan program adalah dengan adanya proses pengendalian berupa Monitoring dan Evaluasi (MONEV). Dengan adanya MONEV, maka akan diketahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program.

A. Monitoring Program

Monitoringadalah pemantauan secara berkala proses perencanaan dan pelaksanaan program. Monitoring dapat dilakukan dengan cara terjun langsung memantau langsung kelapangan atau membaca hasillaporan yang diterima dari mitra program.

Tujuan Monitoring

Mengetahui perkembangan pelaksanaan program, Mengetahui keberhasilan program, Mengetahui berba­gai kendala yang terjadi dilapangan

Aspek Yang Dimonitoring

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 111

Proses Pemberdayaan. Dalam hal ini pelaksana program Beasiswa PrestatifDPU DT melihat perubahan, peningkatan pengetahuan dan sikap yang dinilai meliputi empat komponen yang secara konsisten ditetapkan di awal yaitu entrepreneurship, leadership dan spiritualitas islam.

Dalam konteks pengetahuan, evaluasi dilakukan sebelum dan setelah proyek dikembangkan, serta setiap sebelum dan setelah inputan-penyamaan kompetensi dasar dilakukan. Teknisnya bisa dilakukan melalui self evaluation di mana peserta program diminta menulis 'subjek' evaluasi. Atau melalui pengisian daftar pertanyaan.

Adapun perubahan sikap, evaluasinya dilakukan secara simultan selama rentang proses 'proyek belajar' dikembangkan, dan dengan melihat keluaran atau capaian proyek belajar. Keluaran dan capaian yang maksimal menunjukkan tingkat sikap nilai yang maksimal. Teknisnya bisa mengacu pada indikator capaian di setiap tahapan proses, sesuai matrik indikator kegiatan dan keluaran yang disusun.

Petugas. Monitoring

Tim pelaksana beapelajar dan mahasiswa DPU dan mitra program.

Waktu Monitoring

Pemantauan pelaksanaan program dilapangan dilakukan secara berkala, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.

112 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

B. EvaluasiPrograrn

Pengertiannya adalah pengidentifikasian keberha­silan/ kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Berbeda dengan monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.

Bentuk Evaluasi. Secara umum ada dua tipe evaluasi, dan kedua-duanya dipakai dalam pelaksanaan program ini yaitu: On-going evaluation atau evaluasi terus menerus. Dalam tipe ini, evaluasi dilaksanakan pada interval waktu tertentu, misalnya per triwulan atau per semester selama proses pengimplementasian program.

Ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Dalam tipe ini, pengevaluasian dilakukan setelah proses pengimplementasian program selesai

Tujuan Evaluasi:

Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan; Mengukur dampak langsungyang terjadi pad a kelompok sasaran.; Mengetahui dan menganalisis konsekuensi­konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana ( eksternalities).

C. Pelaporan Program

Laporan perkembangan setiap kegiatan, capaian, kendala dan pendayagunaan bantuan disampaikan kepada komite secara berkala, dibuat oleh pelaksana program. Dalam laporannya terdapat indikator keberhasilan atau data kegagalan target dari penyelenggaraan program.

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 113

Penutup

Pendidikan merupakan sebuah investasi strategis dan sangat menentukan bagi masa depan bangsa kita, namun dalam hal ini tentu bukan persoalan yang mudah bagi kita untuk mempersiapkan sebuah sistem pendidikan yang murah san berkualitas.

Namun yang pasti kita semua tisak bisa berdiam diri dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihakpemerintah. Harus ada partisipasi aktif dari semua elemen bangsa ini untuk mewujudkannya. Salah satu bentuk nyata dari partisifasi aktif dan tanggung jawab sosial DPU Daarut Tauhiid dalam membantu mempersiapkan generasi penerus adalah dengan menggulirkan program beapelajar dan mahasiswa prestatif.

DPU DT sangat berharap, program Beasiswa Prestatif DPU DT ini bisa menjadi sebuah model bagi pelaksanaan program-program sejenis. Semoga apa yang kita lakukan ini bisa memberikan suatu kontribusi bagi perbaikan bangsa dan negara Indonesia.

114 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

BAZNAS Badan A mil Zakat Nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOM OR 01 TAHUN 2014

TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGAJUAN PERTIMBANGAN

PENGANGKATAN/ PEMBERHENTIAN PIMPINAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI DAN BADAN AMIL

ZAKAT NASIONAL KABUPATEN / KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa pertimbangan Badan Ami! Zakat Nasional merupakan salah satu syarat dan tahapan dalam proses pengangkatan/ pemberhentian Pimpinan Badan Ami! Zakat Nasional provinsi atau Badan Ami! Zakat Nas ional kabupaten/ kota yang harus dilaksanakan dengan standar tertentu, terukur, dan transparan;

b. bahwa untuk pelaksanaan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu dibuat pedoman tata cara pengajuan pertimbangan pengangkatan/ pemberhentian Pimpinan Badan Ami!

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 117

Mengingat

Zakat Nasional provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional kabupaten/ kota;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan peraturan Badan Amil Zakat Nasional ten tang Pedoman Tata Cara Pengajuan Pertimbangan Pengangkatan/ Pemberhentian Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten fKota;

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sebagaimana telah diperbarui terakhir dengan Keputusan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2008 jo Keputusan Menteri Agama RI Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perpanjangan Sementara Masa Bakti Keanggotaan Badan Amil Zakat Nasional Periode Tahun 2008- 2011;

118 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Menetapkan

MEMUTUSKAN:

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional ten tang Pedoman Tata Cara Pengajuan Pertimbangan

PengangkatanjPemberhentian Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten f Kota;

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal1

Dalam Peraturan BAZNAS ini, yang dimaksud dengan:

l. Badan Amil · Zakat Nasional yang selanjutnya disebut

BAZNAS adalah lembaga yang berwenang melaksanakan

tugas pengelolaan zakat secara nasional.

2. BAZNAS provinsi adalah lembaga yang berwenang

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pacta tingkat

provinsi.

3. BAZNAS kabupaten/ kota adalah lembaga yang berwenang

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pacta tingkat

kabupatenjkota.

BAB II TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN PENGANGKATAN

PIMPINAN BAZNAS PROVINSI DAN BAZNAS KABUPATEN/ KOTA

Bagian Pertama Jumlah, Unsur, dan Persyaratan Pimpinan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 119

Pasal2

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota terdiri atas ketua dan 4 (empat) orang Wakil ketua.

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur masyarakat yang meliputi ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.

(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan berasal dari pejabat negara atau pejabat yang menduduki jabatan struktural pemerintahan.

Pasal3

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dan diberhentikan oleh gubernur setelah mendapat pertimbangan dari BAZNAS.

(2) Pimpinan BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dan diberhentikan oleh bupati/ walikota setelah mendapat pertimbangan dari BAZNAS.

(3) Masa kerja Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal4

Untuk dapat diangkat sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/ kota paling sedikit harus memenuhi persyaratan:

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

c. bertakwa kepada Allah SWT;

120 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

d. berakhlak mulia;

e. berusia paling sedikit 40 (em pat puluh) tahun;

f. sehat jasmani dan rohani;

g. tidak menjadi anggota partai politik;

h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan

i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Bagian Kedua Tim Seleksi

Pasal5

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi dipilih oleh tim seleksi yang dibentuk oleh gubernur.

(2) Pimpinan BAZNAS Kabupatenj kota dipilih oleh tim seleksi yang dibentuk oleh bupati/Walikota.

Pasal6

Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 tidak dapat dipilih menjadi calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota.

Pasal 7

(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 memilih calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah yang dibutuhkan.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 121

(2) Hasil seleksi calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hasil Seleksi dan disampaikan kepada gubernur atau bupatif walikota.

Pasal8

(1) Gubernur memilih 5 (lima) orang calon Pimpinan BAZNAS provinsi yang diusulkan tim seleksi untuk disampaikan kepada BAZNAS guna mendapat pertimbangan.

(2) Bupati/Walikota memilih 5 (lima) orang calon Pimpinan BAZNAS kabupatenjkota yang diusulkan tim seleksi untuk disampaikan kepada BAZNAS guna mendapat pertimbangan.

Bagian Ketiga Pengajuan Pertimbangan

Pasal9

Gubernur a tau bupatif walikota menyampaikan cal on Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang telah dipilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 kepada BAZNAS untuk mendapatkan pertimbangan dengan melampirkan:

a. Berita Acara Hasil Seleksi; dan

b. susunan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota;

c. surat pernyataan kesanggupan sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi a tau BAZNAS kabupaten I kota dan' masing-masing calon Pimpinan;

122 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

d. fotokopi kartu tanda penduduk masing-masing calon Pimpinan;

e. biodata masing-masing calon Pimpinan;

f. surat keterangan sehat dari dokter untuk masing-masing calon Pimpinan;

g. surat pernyataan tidak menjadi anggota partai politik dari masing-masing calon Pimpinan; dan

h. surat pemyataan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dari masing-masing calon Pimpinan.

Pasal10

(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif atas permohonan pertimbangan pengangkatan Pimpinan BAZNAS provinsi dari gubernur atau Pimpinan BAZNAS kabupaten fkota dari bupati/ walikota.

(2) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS provinsi kepada gubernur yang tembusannya disampaikan kepada kantor wilayah kementerian agama provinsi.

(3) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS kabupatenj kota kepada bupatifwalikota yang tembusannya disampaikan kepada kantor kementerian agama kabupaten/ kota.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 123

Pasal11

BAZNAS melakukan penyelesaian pemberian pertimbangan pengangkatan sebagaimana dimaksud pad a Pasal 10 paling lama 15 (lima belas) hari kerja.

Bagian Keempat Pengangkatan Pimpinan

Pasal12

(1) Gubernur mengangkat Pimpinan BAZNAS provms1 selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS Provinsi dari BAZNAS diterima.

(2) Bupatifwalikota mengangkat Pimpinan BAZNAS kabupaten/ kota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS Kabupaten/ Kota dari BAZNAS diterima.

BAB III TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN PEMBERHENTIAN

PIMPINAN BAZNAS PROVINSI DAN BAZNAS KABUPATEN/ KOTA

Bagian Pertama Kriteria Pemberhentian

Pasal13

Pimpinan BAZNAS provms1 dan BAZNAS kabupatenjkota diberhentikan apabila:

124 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

a. meninggal dunia;

b. habis masa jabatan;

c. mengundurkan diri;

d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus; atau

e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai pimpinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2.

Bagian Kedua Pengajuan Pertimbangan

Pasal14

Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang meninggal dunia atau habis masa jabatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf a atau huruf b, secara hukum berhenti sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota.

Pasal15

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf c harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada gubernur atau bupati/ walikota disertai dengan alasan.

(2) Terhadap permohonan pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernur atau bupatifwalikota memanggil Pimpinan yang mengajukan permohonan pengunduran diri untuk memberikan klarifikasi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 125

(3) Dalam pemberian klarifikasi sebagaimana dimaksud pada . ayat (2), gubernur atau bupatif walikota dapat menghadirkan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabu·patenf kota.

(4) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi a tau BAZNAS kabupaten/ kota yang mengundurkan diri.

Pasal16

Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten fkota yang tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 huruf d dapat diberhentikan, apabila tidak menjalankan tugas sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota selama 90 (sembilan puluh) hari secara terus menerus tanpa alasan yang sah.

Pasal17

(1) Pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenf kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 dilakukan setelah melalui proses pemberian peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali oleh Ketua BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenf kota.

(2) Peringatan tertulis kesatu diberikan apabila Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota tidak menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan yang sah selama 30 (tiga puluh) hari.

(3) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang telah mendapatkan peringatan tertulis

126 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

kesatu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap tidak menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan yang sah selama 30 (tiga puluh) hari, diberikan peringatan tertulis kedua.

(4) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang telah mendapatkan peringatan tertulis kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap tidak menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan yang sah selama 15 (lima belas) hari, diberikan peringatan tertulis ketiga.

(5) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak peringatan tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota tetap tidak inenjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan yang sah, Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua BAZNAS kabupaten/ kota mengusulkan pemberhentiannya kepada gubernur atau bupatif walikota.

(6) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti tidak melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus.

Pasal18

Pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e, dilakukan apabila:

a. menjadi Warga negara asing;

b. berpindah agama;

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 127

c. melakukan perbuatan tercela;

d. menderita sakit jasmani dan/ a tau rohani;

e. menjadi anggota partai politik; atau

f. dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Pasal19

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota yang menjadi warga negara asing, pindah agama, atau menjadi anggota partai politiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a, huruf b, atau huruf e harus mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Pimpinan kepada gubernur atau bupatifwalikota.

(2) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota yang terbukti tidak memenuhi syarat lagi.

Pasal20

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota yang diduga melakukan perbuatan tercela sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c, dapat diberhentikan sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota setelah melalui proses pemeriksaan oleh tim yang dibentuk oleh gubernur atau bupati I walikota.

(2) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS

128 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti melakukan perbuatan tercela.

Pasal21

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota yang menderita sa.kitjasmani dan/ a tau rohani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, diberhentikan menjadi Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota apabila mengalami sakit berkepanjangan selama 90 (sembilan puluh) hari secara terus menerus yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota.

(2) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota yang sakit berkepanjangan selama 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud pacta ayat (I) diberhentikan apabila berdasarkan keterangan dokter menderita sakit yang berakibat tidak dapat menjalankan tugas sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota.

(3) Dalam hal Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota menderita sakit berkepanjangan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1), Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua BAZNAS Kabupatenl Kota mengusulkan pemberhentian sebagai Pimpinan kepada Gubernur atau bupatijWalikota dengan melampirkan bukti terkait.

(4) Dalam hal Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua BAZNAS kabupatenlkota menderita sakit berkepanjangan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) dan tidak dapat menjalankan tugas berdasarkan keterangan dokter sebagaimana pacta ayat (2), gubernur atau bupatijwalikota memberhentikan sebagai Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua BAZNAS kabupaten I kota.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 129

(5) Gubernur atau bupatijwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang terbukti mengalami sakit jasmani dan/ atau rohani yang berkepanjangan.

Pasal22

(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota yang diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf f dan telah ditetapkan sebagai terdakwa, diberhentikan semen tara sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi a tau BAZNAS kabupaten I kota.

(2) Pemberhentian sementara Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh gubernur atau bupati I walikota.

(3) Keputusan gubernur atau bupatijwalikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicabut apabila Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan.

(4) Gubernur atau bupatijwalikota mengajukan pertimbangan kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti melakukan tindak pidana dan telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

130 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Bagian Ketiga Pemberian Pertimbangan

Pasal23

(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif atas permohonan pertimbangan pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi dari gubernur atau Pimpinan BAZNAS kabupaten/ kota dari bupatijwalikota.

(2) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS Provinsi kepada gubernur yang tembusannya disampaikan kepada kantor wilayah kementerian agama provinsi.

(3) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS Kabupaten/ Kota kepada bupatijwalikota yang tembusannya disampaikan kepada kantor kementerian agama kabupaten/ kota.

Pasal24

BAZNAS melakukan penyelesaian pemberian pertimbangan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.

Bagian Keempat Pemberhentian Pimpinan

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 131

Pasal25

(1) Gubernur memberhentikan Pimpinan BAZNAS provms1 selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS Provinsi dari BAZNAS diterima.

(2) Bupatifwalikota memberhentikan Pimpinan BAZNAS kabupatenjkota selambat-lambatnya 15 (lima belas] hari kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS Kabupaten/ Kota dari BAZNAS diterima.

Bagian Kelima Pimpinan Pengganti

Pasal26

(1) Untuk mengisi kekosongan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota yang diberhentikan karena alas an selain habis masa jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, gubernur atau bupatifwalikota dapat mengangkat Pimpinan BAZNAS Provinsi atau Kabupaten/ Kota pengganti setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(2) Masa jabatan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota pengganti adalah sisa masa jabatan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota yang digantikan.

132 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

BAB IV KETENTUAN PENUTUP

Pasal27

Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal25 Agustus 20 14

KETUAUMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ttd

PROF. DR. KH. DIDIN HAFIDHUDDIN, M.SC.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 133

BAZNAS Badan Ami! Zakat Nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014

TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBERIAN REKOMENDASI

IZIN PEMBENTUKAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa rekomendasi Badan Ami! Zakat Nasional merupakan salah satu syarat dan tahapan dalam proses pembentukan Lembaga Ami! Zakat yang harus dilaksanakan dengan standar tertentu, terukur, dan transparan;

b. bahwa untuk pelaksanaan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu dibuat pedoman tata cara pemberian rekomendasi izin pembentukan lembaga ami! zakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan peraturan Badan Ami! Zakat Nasional tentang Pedoman

134 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Mengingat

Menetapkan

Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat;

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang­Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sebagaimana telah diperbarui terakhir dengan Keputusan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2008 jo Keputusan Menteri Agama RI Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perpanjangan Sementara Masa Bakti Keanggotaan Badan Amil Zakat Nasional Periode Tahun 2008-2011;

MEMUTUSKAN:

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 135

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan BAZNAS ini, yang dimaksud dengan:

1. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

2. BAZNAS provinsi adalah lembaga yang berwenang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat provinsi.

3. BAZNAS kabupaten/ kota adalah lembaga yang berwenang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat kabupaten/ kota.

4. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya·disebut LAZ adalah LAZ berskala nasional, LAZ berskala provinsi, dan LAZ berskala kabupaten/ kota.

5. Pendayagunaan zakat adalah penyaluran zakat untuk usaha produktif (pemberdayaan) dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

BAB II PERSYARATAN PEMBENTUKAN LAZ

Pasal2

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

136 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

Pasal3

Pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib mendapat izin Menteri a tau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan:

a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaga berbadan hukum;

b. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

c. memiliki pengawas syariat;

d. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;

e. bersifat nirlaba;

f. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan

g. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

BAB III PENGAJUAN REKOMENDASI

Bagian Pertama LAZ Berskala Nasional

Pasal4

(1) Izin pembentukan LAZ berskala nasional dapat diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.

(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pada

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 137

ayat (1) diberikan oleh Menteri Agama setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

PasalS

(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis.

(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ berskala nasional.

(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam dengan melampirkan:

a. anggaran dasar organisasi;

b. surat keterangan terdaftar dari Kementerian Dalam Negeri bagi organisasi kemasyarakatan Islam atau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari KemEmterian Hukum dan HAM bagi yayasan atau perkumpulan berbasis Islam;

c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan I (satu) anggota;

d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariat;

e. daftarpegawaiyangmelaksanakan tugas di bidangteknis (penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan keuangan;

f. surat pengangkatan pegawai;

138 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi terkait; dan

h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat yang dimiliki sekurang-kurangnya di 3 (tiga) provinsi yang mencakup nama program, lokasi program, jumlah penerima manfaat, jumlah zakat yang disalurkan, serta keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

Bagian Kedua LAZ Berskala Provinsi

Pasal 6

(1) Izin pembentukan LAZ berskala provinsi dapat diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.

(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Direktur Jenderal Bimas Islam setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

Pasal 7

(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis.

(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ berskala provinsi.

(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 139

diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam dengan melampirkan:

a. anggaran dasar organisasi;

b. surat keterangan terdaftar dari organisasif satuan kerja perangkat daerah pemerintah provinsi yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintah provinsi di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat bagi organisasi kemasyarakatan Islam atau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM bagi yayasan atau perkumpulan berbasis Islam;

c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan I (satu) anggota;

d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariat;

e. daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis (penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan keuangan;

f. surat pengangkatan pegawai;

g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi terkait; dan

h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat yang dimiliki sekurang-kurangnya di 3 (tiga) kabupaten/ kota yang yang mencakup nama program, lokasi program, jumlah penerima manfaat, jumlah zakat yang disalurkan, serta keluaran (output),

140 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

Bagian Kedua LAZ Berskala Kabupaten/ Kota

Pasal8

(1) Izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/ kota dapat diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala kabupaten /kota, yayasan berbasis Islam, a tau perkumpulan berbasis Islam.

(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) diberikan oleh kepala kantor wilayah kementerian agama provinsi setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

Pasal9

(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan pennohonan tertulis.

(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/ kota.

(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam dengan melampirkan:

a. anggaran dasar organisasi;

b. surat keterangan terdaftar dari organisasi/ satuan kerja perangkat daerah pemerintah kabupatenjkota

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 141

yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintah kabupatenjkota di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat bagi organisasi kemasyarakatan Islam a tau surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM bagi yayasan atau perkumpulan berbasis Islam;

c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya terdiri atas ketua dan 1 ( satu) anggota;

d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing pengawas syariat;

e. daftar pegawaiyang melaksanakan tugas di bidang teknis (penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan), administratif, dan keuangan;

f. surat pengangkatan pegawai;

g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh pimpinan organisasi terkait; dan

h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat yang dimiliki di 3 (tiga) kecamatan atau nama lainnya di kabupatenjkota tersebut yang mencakup nama program, lokasi program, jumlah penerima manfaat, jumlah zakat yang disalurkan, serta keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

142 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat

BAB IV PEMBERIAN REKOMENDASI

Pasal10

(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif dan faktual atas pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ.

(2) Dalam melakukan verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNAS dapat mengikutsertakan BAZNAS provinsi danjatau BAZNAS kabupatenjkota.

Pasal11

Proses penyelesaian pemberian rekomendasi izin pembentukan LAZ dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak dokumen pengajuan diterima dan dinyatakan lengkap oleh BAZNAS.

Pasal12

BAZNAS mengabulkan pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ yang memenuhi ketentuan dengan mengeluarkan Surat Rekomendasi Izin Pembentukan LAZ.

Pasal13

Dalam hal pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ tidak memenuhi ketentuan, BAZNAS menolak pengajuan disertai dengan alasan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 143

BABY KETENTUANPENUTUP

Pasal14

Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal25 Agustus 2014

KETUAUMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ttd.

PROF. DR. KH. DIDIN HAFIDHUDDIN, M.SC.

144 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

A. Kesimpulan

BABVI PENUTUP

1. Pembenahan OPZ adalah sebuah kebutuhan yang mendesak, mengingat potensi zakat yang sangat besar.

2. OPZ harus segera membenahi diri untuk bisa memberdayakan zakat dengan baik dan optimal.

3. Revitalisasi OPZ akan menempatkan zakat sebagai gerakan alternatif bagi pemberdayaan ekonomi umat, di mana hal ini berimplikasi pada penguatan ekonomi bangsa.

B. Saran-Saran

1. Dibutuhkan kebijakan yang menyeluruh untuk melakukan perubahan dalam diri OPZ.

2. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak dalam pemberdayaan zakat sebagai gerakan pemberdayaan ekonomi umat.

3. OPZ harus bisa mensinergikan operasionalnya dengan instansi dan lembaga terkait agar zakat bisa masuk dalam sistem ketahanan ekonomi bangsa.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 14 7

Lamp iran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing­masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;

b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam;

c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat;

d. bahwa dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat, sehingga perlu diganti;

148 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf.b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang­Undang tentang Pengelolaan Zakat;

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim a tau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

3. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usahan di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

4. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 149

seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

5. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

6. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.

7. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah Lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

9. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan zakat.

10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

11. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat dim<;1nfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat sesuai dengan syariat Islam.

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.

Pasal2

Pengelolaan zakat berasaskan:

a. syariat Islam;

b. amanah;

c. kemanfaatan;

d. keadilan;

e. kepastian hukum;

f. terintegrasi; dan

g. akuntabilitas.

150 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Pasal3

Pengelolaan zakat bertujuan:

a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan

b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Pasal4

(1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.

(2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;

b. uang dan surat berharga lainnya;

c. perniagaan;

d. pertanian, perkebunan dan kehutanan;

e. peternakan dan perikanan;

f. pertambangan;

g. perindustrian;

h. pendapatan dan jasa; dan

i. rikaz.

(3) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan us aha.

( 4) Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4) akan diatur dengan Peraturan Menteri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 151

BAB II

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Bagian Kesatu

Urn urn

PasalS

(1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.

(2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara.

(3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.

Pasal6

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

Pasal 7

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:

a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat

152 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(3) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Bagian Kedua

Keanggotaan

Pasal8

(1) BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota.

(2) Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 8 (delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah.

(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.

( 4) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditunjuk dari kementerianfinstansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.

(5) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.

Pasal9

Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal10

(1) Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.

(2) Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 153

Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

(3) Ketua dan Wakil Ketua BAZNAS dipilih oleh anggota.

Pasalll

Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam PasallO paling sedikit harus:

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

c. bertakwa kepada Allah SWT;

d. berakhlak mulia;

e. berusia minimal40 (empat puluh) tahun;

f. sehat jasmani dan rohani;

g. tidak menjadi anggota partai politik;

h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan

i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang dian cam dengan pi dana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Pasal12

Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:

a. meninggal dunia;

b. habis masa jabatan;

c. mengundurkan diri;

d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus; atau

e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.

154 Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat

Pasal13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal10 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasa114

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibantu oleh sekretariat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja sekretariat BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga

BAZNAS Provinsi Dan BAZNAS KabupatenjKota

Pasal15

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupatenjkota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota.

(2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(3) BAZNAS kabupatenjkota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul bupatijwalikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

( 4) Dalam hal gubernur a tau bupatijwalikota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk BAZNAS provinsi atau kabupatenjkota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau kabupatenjkota masing-masing.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 155

Pasal16

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS pro.vinsi, BAZNAS kabupatenfkota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Lembaga Amil Zakat

Pasal17

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

Pasal18

(1) Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:

a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

b. berbentuk lembaga berbadan hukum;

c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d. memiliki pengawas syariat;

e. memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;

156 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

f. bersifat nirlaba;

g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan

h. bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala.

Pasal 19

LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

Pasal20

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan organisasi, mekanisme perizinan, pembentukan perwakilan, pelaporan, dan pertanggungjawaban LAZ diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB III

PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN,

PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu

Pengumpulan

Pasal21

(1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 15 7

Pasal22

Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Pasal23

(1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki.

(2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Pasal24

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupatenjkota diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Pendistribusian

Pasal25

Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat Islam.

Pasal26

Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.

158 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Bagian Ketiga

Pendayagunaan

Pasal27

(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas urn at.

(2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat

Pengelolaan lnfak, Sedekah,

Dan Dana Sosial keagamaan Lainnya

Pasal28

(1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana social keagamaan Iainnya.

(2) Pendistribyusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.

(3) Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembeukuan tersendiri.

Bagian Kelima

Pelaporan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 159

Pasal29

(1) BAZNAS kabupatenjkota wajib menyampaikan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.

(2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.

(3) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.

(4) BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, se<;iekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Menteri secara berkala.

(5) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS kabupatenjkota, BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PEMBIAYAAN

Pasal30

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.

Pasal31

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenfkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil.

160 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

(2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara.

Pasal32

LAZ dapat menggunakan hak amil untuk membiayai kegiatan operasional.

Pasal33

(1) Pembiayaan BAZNAS dan penggunaan Hak Amil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BABV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal34

(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupatenjkota, dan LAZ.

(2) Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 161

BABVI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal35

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka:

a. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat melalui BAZNAS dan LAZ; dan

b. memberikan saran untuk peningkatan kinerja BAZNAS dan LAZ.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk :

a. akses terhadap informasi tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ; dan

b. penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal36

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 23 ayat (1), Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal29 ayat (3) dikenai sanksi administratifberupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara dari kegiatan; danfatau

c. pencabutan izin.

162 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

LARANGAN

Pasal37

Setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual, danjatau mengalihkan zakat, infak, sedekah, danjatau dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam

pengelolaannya.

Pasal38

Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku ami! zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal39

Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danjatau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal40

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal37 dipidana dengan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 163

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danjatau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal41

Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun danjatau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal42

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 40 merupakan kejahatari.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 merupakan pelanggaran.

BABX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal43

(1) Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum Undang­Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS berdasarkan Undang-Undang ini sampai terbentuknya BAZNAS yang baru sesuai dengan Undang-Undang ini.

(2) Badan Amil Zakat Daerah provinsi dan Badan Amil Zakat Daerah kabupatenjkota yang telah ada sebelum Undang­Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota berdasarkan Undang-Undang ini sampai terbentuknya kepengurusan baru berdasarkan Undang-Undang ini.

(3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum Undang­Undang ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan Undang-Undang ini.

164 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

( 4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyesuaikan diri paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang­Undang ini diundangkan.

BABXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal44

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan Zakat dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal45

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal46

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal47

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 165

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta

Disahkan di Jakarta pada tanggal25 November 2011 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

pada tanggal25 November 2011 MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUS lA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 115

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGERA RI

Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

ttd.

Wisnu Setiawan

166 Panduan Organisasi Pengelola Zakat