Manaiemen Dakwah - simbi kemenag

132
' TIDAK<DIPERJUALBELIKAN

Transcript of Manaiemen Dakwah - simbi kemenag

'TIDAK<DIPERJUALBELIKAN

Pedoman Penyuluhan

Manaiemen Dakwah (DASAR-DASAR DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM)

DIREKTORAT PENERANGAN AGAMA ISLAM

DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

KEMENTERIAN AGAMA Rl

TAHUN 2010

Manaiemen Dakwah (DASAR-DASAR DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM)

Disusun oleh:

Pengarah:

Drs. H. Ahmad Jauhari. MSi.

Penanggung Jawab:

Drs. H. Djawahir Tanthowi. MM.

Penulis:

Drs. H.Mustain. MM.

Editor:

Susetyowati. S.Sos. MSi.

DIREKTORAT PENERANGAN AGAMA ISLAM

DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM

KEMENTERIAN AGAMA Rl

TAHUN 2010

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam dakwah

atau bimbingan penyuluhan agama Islam adalah manajemen, untuk itu

setiap dai ataupun penyuluh agama Islam perlu mempunyai pengetahuan

dan keterampilan tentang manajemen dakwah/bimbingan penyuluhan

agama Islam sehingga dengan manajemen dakwah yang baik dalam

pembinaan ummat dapat lebih maksimal hasilnya dibandingkan tanpa

manajemen dakwah.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan referensi bagi para dai dan

penyuluh Agama Islam khususnya bagi pemula ataupun baru ditugaskan

pada suatu wilayah sasaran dakwah/bimbingan penyuluhan maupun

pada kelompok binaan tetap perlu adanya pengetahuan dan keterampilan

tentang manajemen dakwah pada tingkat dasar yang bersifat aplikatif

, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan, dengan demikian para dai

dan penyuluh agama Islam dapat berinteraksi dengan masyarakat pada

umumnya dan dengan anggota kelompok binaan pada khususnya yang

menjadi objek dakwah/penyuluhan agama Islam.

MAN'AJlMEN DAKW All pad-a buku ini lebib bah.yalt menyajikan

tentang dasar-dasar praktek manajemen dakwah/bimbingan

penyuluhan agama Islam di lapangan yang berkaitan dengan

perencanaan, pengorgnisasian, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan

dakwah/bimbingan penyuluhan agama Islam, sehingga menurut hemat

kami buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi para

dai umumnya dan para penyuluh agama Islam pada khususnya, karena

penyajian proses manajemen dakwah dalam penulisan ini lebih banyak

mengacu pada proses manajemen dakwah yang selama ini dilaksanakan

oleh para penyuluh agama Islam namun belum ada pedoman yang ditulis

secara terpadu.

v

Untuk memenuhi kebutuhan pada dai/penyuluh Agama Islam

tersebut, maka Direktorat Penerangan Agama Islam Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama mencetak buku

MANAJEMEN DAKW AH (Dasar-dasar dakwahfbimbingan

penyuluhan agama Islam). Mudah-mudahan dengan terbitnya buku

ini pada tahun anggaran 2010 dapat menambah buku rujukan bagi para

dai/penyuluh agama Islam dalam pelaksanaan dakwah/ bimbingan

penyuluhan Agama Islam pada masyarakat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

VI

Agustus 2010

~--....~-~lktur Penerangan Agama Islam

KATA SAMBUTAN

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kami menyambut gembira upaya menyusun dan menerbitkan

buku bertema Manajemen Dakwah ( dasar-dasar praktek dakwah/ bimbingan penyuluhan agama Islam) untuk memenuhi kebutuhan

referensi para daijpenyuluh agama Islam dalam melaksanakan dakwah/

bimbingan penyuluhan agama Islam. Manajemen dakwah atau bimbingan

penyuluhan agama Islam pada tingkat dasar yang bersifat aplikatif

sangatlah diperlukan bagi dai maunpun penyuluh agama Islam dalam

melaksankan dakwah maupun bimbingan dan penyuluhan agama Islam

pada masyarakat

Sebagaimana kita ketahui bersama, kualitas dakwah/bimbingan

penyuluhan agama Islam di Indonesia masih belum optimal dibandingkan

dengan perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh era globalisasi

dan kebebasan informasi, ini mempunyai peluang untuk ditingkatkan agar

dakwah/penyuluhan agama Islam lebih memperhatikan faktor manajemen

yang menjadi dasar pelaksanaannya.

Seiring dengan pengembangan manajemen dakwah/bimbingan

penyuluhan agama Islam, praktek-praktekdakwah/bimbingan penyuluhan

agama Islam perlu menekankan pada pentingnya perencanaan, yang

meliputi identifikasi potensi wilayah sasaran maupun potensi kelompok

binaan, serta perlunya merumuskan monografi potensi wilayahjkelompok

binaan yang bermuara terhadap peta kebutuhan dakwah/bimbingan

penyuluhan agama Islam dan ditindaklanjuti dalam perencanaan yang

bersifat jangka pendek, menengan dan panjang

Dalam pengorganisasian dakwah perlu memetakan jenis-jenis

kelompk sasaran, kemudian diupayakan untuk membentuk kelompok

VII

sasaran atau kelompok binaan, kemudian menyusun jadwal kegiatan

dakwahfbimbingan penyuluhan agama Islam yang disesuaikan dengan

kebutuhan. Untuk pelaksanaan dakwah diperlukan juga kualifikasi

tenaga dai/penyuluh agama Islam, pola penyajian materi dan sistem

evaluasi jamaah, agar diketahui apakah dakwah/bimbingan penyuluhan

agama Islam tersebut berhasil atau tidak perlu adanya system observasi

dan evaluasi program dakwah/bimbingan penyuluhan Agama Islam

kemudian ditindak lanjuti dengan pengembangan pelaksanaan kegiatan

selanjutnya.

Untuk itu semua kami melihat bahwa buku ini telah menguraikan

hal-hal tersebut diatas sehingga Kami berharap buku MANAJEMEN

DAKW All ( dasar-dasarpraktekdakwah/bimbingan penyuluhan

agama Islam) ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk dapat

bekerja secara maksimal sehingga para daijpenyuluh gama Islam dapat

mengetahui berbagai kebutuhan bimbingan atau penyuluhan pada

masing-masing kelompok sasaran yang menjadi tugas binaan Penyuluh

Agama yang bersangkutan.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Agustus 2010

urJenderal

PROF.DR. H. NASARUDDIN UMAR.MA

viii

DAFTARISI

Halaman

KATAPENGANTAR v

KATA SAMBUTAN Vll

DAFfARISI ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 4

C. Sistematika 4

BAB II PERENCANAAN ............................................. 7

A. Identifikasi Potensi Wilayah dan Kelompok Sasaran .. 8

1. Identifikasi Keadaan Alam .... .. .. .... .. . . ... . ... ... ... ... . .. . . 9

2. Identifikasi Sikap Penduduk Terhadap Lingkungan 13

3. Identifikasi Kependudukan ................................... 16

4. Identifikasi Kebudayaan ........................................ 22

s. Identifikasi Ketenagaan ......................................... 27

6. Identifikasi Kelembagaan ...................................... 34

B. Pelaksanaan Identifikasi Potensi Wilayah dan

Kelompok Sasaran ...................................................... 41

1. Menyusun Instrumen ............................................ 41

2. Mengumpulkan Data ............................................. 58

3. Mengolah Data ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... ....... .. ... .. ... . . . 58

3. Mengolah Data ....................................................... 59

s. Merumuskan Monografi ........................................ 6o

6. Menyusun Rencana Kerja ...................................... 63

IX

BAB III PENGORGANISASIAN .................................. 65

A. Pemetaan Kelompok Sasaran/Binaan ........................ 65

1. Kelompok Sasaran ... . .. . . ... ... . .... ... ...... .... ... . ... . .. .... ..... 65

2. Ciri-Ciri Kelompok Sasaran/Binaan ...................... 68

B. Pembentukan Kelompok Binaan ................................ 69

1. Tahap Persia pan ... ... .... ... . ... ... ...... .... ... .... ......... .... .... 69

2. Tahap Pembentukan ............................................... 70

3. Tahapan Konsolidasi .............................................. 75

BAB IV PELAKSANAAN DAKWAH DAN

BIMBINGAN PENYULUHAN ........................ 79

A. Tenaga Da'i/Penyuluh Agama Islam .......................... 79

B. Materi Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama 91

1. Agama 91

2. Pembangunan 92

C. Metode Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama ...... 94

1. Dakwah Bil Hal . ... ... ... .... ...... .. . ....... ... ... ...... .... ..... ..... 94

2. Dakwah Bil Lis an . ... ... ... ......... ... ....... .... ... ... ... .. . ... .... 95

3. Dakwah Bil Qolam/ Bil Kitabah ............................. 96

D. Pelaksanaan Dakwah/Bimbingan Penyuluhan .......... 97

1. Cara Dakwah/Bimbingan Penyuluhan .................. 98

2. Pendekatan Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama 99

E. Proses Pelaksanaan Dakwah dan Bimbingan

Penyuluhan Agama ..................................................... 101

X

F. Pelayanan Konsultasi Kelompok atau Individu

BAB V EV ALUASI DAKWAH DAN

BIMBINGAN PENYULUHAN

A. Observasi

1. Participant Observation

104

105

105

105

2. Non Participant Observation .................................. 109

3. Experimental Observation ...................................... 110

4· Systematic Observation 110

B. Evaluasi 111

1. Evaluasi Pribadi 111

2. Evaluasi Peserta/Sasaran Dakwah/

Bimbingan Penyuluhan 112

3. Tes 112

Daftar Pustaka 113

XI

A. Latar belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Dakwah ditinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu

do'a, yad'u, da'wan, du'a yang mempunyai arti mengajak/menyeru,

memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. ajakan yang

dimaksud adalah ajakan kepada Islam a tau ajakan Islam' dan

yang dimaksud dengan seruan adalah seruan kepada Islam atau

seruan Islam . Dengan demikian Dakwah secara sederhana dapat

disimpulkan sebagai kegiatan mengajak, memotivasi, mendorong

orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan

istiqomah dijalah Allah serta berjuang bersama meninggikan agama

Allah. Mengajak, mendorong, dan memotivasi adalah suatu aktivitas

dakwah yang termasuk dalam ruang lingkup tabligh., sedangkan kata

bashirah memperlihatkan aktivitas dakwah tersebut harus dengan

mempergunakan ilmu dan persiapan yang terencana baik.

Dalam melaksanakan aktivitas dakwah terdapat beberapa unsur

dakwah yang satu dengan yang lainnya saling berhubll:ngan , unsur­

unsur tersebut yaitu dai ( pelaksana dakwah), mad'u ( penerima

dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah

(metode dakwah) dan atsar (efek dakwah). Da'i adalah orang yang

mengerjakan kegiatan dakwah baik billisan ( berbicara) , biZ kitabah (

melalui tulisan) maupun bil hal ( melalui perbuatan ) yang dilakukan

baik secara perorangan, berjamaah maupun melalui organisasi/

lembaga dakwah. Mad'u adalah perorangan maupun kelompok/

jamaah yang menjadi obyek/sasaran dakwah, bagi perorangan/jamaah

yang belummasuk Islam maka tujuan dakwahnya adalah agar mereka

mengikuti ajaran Islam, sedangkan bagi mereka yang sudah masuk

2

Islam maka tujuan dakwahnya adalah peningkatan kualitas keimanan

dan ketaqwaan.

Unsur dakwah lainnya adalah maddah (materi dakwah) yaitu pesan

yang disampaikan dari dai kepada mad'u, dalam dakwah yang menjadi

pesan/materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam agar mereka

mengetahui, memahami, menghayati dan kemudian melaksanakan

ajaran Islam tersebut. Sedangkan yang dimaksudkan dengan wasilah

(media) dakwah adalah peralatan/sarana yang dipergunakan oleh da'i

dalam menyampaikan maddah kepada mad'u, alat yang dipergunakan

sifatnya kondisional maksudnya disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan mad'u. Unsurdakwah berikutnya adalah Thariqah ( metode)

yaitu cara yang dipergunakan oleh dai dalam melaksanakan dakwah,

cara ini dapat mengoptimalkan basil dakwah antara lain adalah bil

hikmah yaitu melaksanakan dakwah dengan memperhatikan keadaan

sasaran dakwah, mau'izaqtul hasanah yaitu melaksanakan dakwah

dengan memberikan nasehat-nasehat dengan penuh ketulusan dan

rasa kasih sayang, mujadalah billati hiya ahsan yaitu melaksanakan

dakwah dengan cara diskusi, bertukar pikiran, sharing pengalaman

dll.

Unsur terakhir dalam dakwah adalah atsar (efek) dakwah. Setiap

melaksanakan dakwah pasti mempunyai tujuan, untuk mengetahui

apakah tujuan itu berhasil atau tidak maka dapat diketahui melalui

efek dakwah yang telah dilakukan. Efek dakwah juga dapat dikatakan

sebagai umpan balik dari dakwah, apabila efek dakwah belum

maksimal maka perlu dicari penyebanya untuk ditingkatkan, apabila

sudah maksimal maka perlu dicarikan pengembangannya. Untuk

mengetahui efek dakwah perlu dilakukan observasi, evaluasi dan

perbaikan untuk pengembangan dakwah.

Setiap daijpenyuluh Agama Islam baik di Pusat perkotaan maupun

di Daerah merupakan komponen utama yang mempengaruhi kinerja

tugas operasional dakwah/bimbngan penyuluhan agama Islam. Dalam

kaitan ini para daijpenyuluh agama Islam karena fungsinya yang

strategis itu, memiliki tanggung jawab untuk membawa masyarakat

binaannya kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriyah

maupun batiniyah, sesuai dengan ajaran Islam.

Tugas dakwah/penyuluhan Agama Islam sekarang ini berhadapan

dengan suatu kondisi masyarakat yang berubah dengan cepat yang

mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat teknologis,

masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka. Dengan demikian,

setiap daijpenyuluh agama secara terns menerus perlu meningkatkan

pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri, dan juga perlu

memahami "visi daijpenyuluhan agama Islam" serta penguasaan

yang optimal terhadap materi penyuluhan agama itu sendiri maupun

teknik menyampaikannya.

Setiap daijpenyuluh agama dalam menunaikan tugas boleh tidakhanya

terpaku pada pengetahuaan yang telah dimilikinya saja, melainkan

harus kaya dengan pengetahuan dan wawasan sosial kemasyarakatan

agar penyuluhan yang disampaikan memberikan nilai tambah bagi

masyarakat dan dirasakan sebagai sesuatu yang memberikan solusi

terhadap problema kehidupan mereka.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pelaksanaan dakwah/

bimbingan penyuluhan harus dengan berbagai upaya yang perlu

dilakukan antara lain adalah penggabungan antara unsur-unsur

dakwah dengan fungsi-fungsi dalam manajemen yang di dalam buku

ini disajikan secara praktis dan sederhana agar mudah dimengerti

3

dan dipahami pelaku dakwah/bimbingan penyuluhan. Fungsi­

fungsi manajemen dalam pembahasan ini bersifat dasar-dasar dalam

praktek yang sangat diperlukan antara lain masalah perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi dakwah/bimbingan

penyuluhan.

B. Tujuan

Penerbitan buku ini bertujuan untuk:

1. Melengkapi refrensi para dai/Penyuluh Agama Islam seputar

materi dasar tentang Manajemen Dakwah Agama Islam

dan masalah-masalah penerapan secara praktis aktual yang

berkembang dimasyarakat.

2. Menstimulasi para dai/Penyuluh Agama Islam akan lebih kreatif

mengembangkan dakwahjbimbingan penyuluhan agama Islam

ke arab lebih sistimatis terarah dan focus sehingga pemahaman

Islam sebagai tata nilai dan pandangan hidup lengkap dan

sempurna dalam segala segi kehidupan manusia dapat di capai

minimal dalam kelompok binaan.

C. Sistematika

4

Buku ini terdiri dari 5 bab. Meteri buku ini disusun dengan

sistematikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan memuat Latar Belakang, Tujuan serta

Sistematika sehingga para pembaca dan pengguna buku

ini memperoleh gambaran yang jelas tentang fungsi dan

keberadaan buku ini.

Bab II

Bab III

BabiV

memuat materi yang berhubungan dengan perencanaan

dakwah/bimbingan dan penyuluhan agama Islam yakni

Identifikasi potensi Wilayah/Kelompok sasaran dan

pelaksanaan identifikasi potensi wilayah jkelompok

sasaran. Untuk identifikasi potensi diterangkan tentang

identifikasi keadaan alam, sikap penduduk terhadap agama

dan bagaimana pengamalannya, sikap penduduk terhadap

lingkungan, kependudukan, kebudayaan, ketenagaan dan

kelembagaan sedangkan untuk pelaksanaan identifikasi

dijelaskan tentang menyususn intrumen beserta contoh

instrumennya, mengumpulkan data, mengolah data,

menganalisa data merumuskan monografi potensi wilayah

sasaranjkelompok binaan dan menyusun rencana kerja

dakwahjbimbingan penyuluhan agama Islam.

memuat materi yang berhubungan dengan

pengorganisasian dakwah/bimbingan penyuluhan

agama Islam yakni pemetaan kelompok sasaran/binaan

dan pembentukan kelompok sasaran/binaan. U ntuk

pemetaan kelompok sasaranjbinaan dijelaskan tentang

kelompok sasaran dan cirri-ciri kelompok sasaran/

binaan sedangkan untuk pembentukan kelompok binaan

dijelaskan tentang tahap persiapan, tahap pembentukan

dan tahap konsolidasi.

memuat tentang Pelaksanaan Dakwah/Bimbingan

Penyuluhan Agama Islam meliputi Tenaga DaijPenyuluh

Agama Islam, Materi Dakwah/Bimbingan Penyuluhan

Agama Islam dan Metode dakwah/penyuluhan agama

Islam, Pelaksanaan dakwah/bimbingan penyuluhan

5

BabV

6

agama Islam, proses pelaksanaan dakwah/bimbingan

penyuluhan agama Islam dan Pelayanan konsultasi

kelompok atau individu. Untuk Tenaga Dai/Penyuluh

agama Islam di jelskan tentang kewajiban, larangan dan

etika daijpenyuyluh Agama Islam dalam melaksanakan

dakwah /bimbingan penyuluhan agama Islam, sedangkan

untuk materi dijelaskan tentang materi agama dan

materi pembangunan dan Metode dakwah/bimbingan

penyuluhan dibahas tentang dakwah bil hal, dakwah bil

lesan dan dakwah bil Qalam, kemudian untuk pelaksanaan

dakwah/bimbingan penyuluhan agama Islam di jelaskan

cara dan pendekatan dalam dakwah dan bimbingan

penyuluhan agama Islam.

memuat tentang evaluasi dakwah dan bimbingan

penyuluhan agama Islam meliputi observasi dan evaluasi.

Untuk observer dijelaskan tentang participant observer,

non participant observation, experimental observation

dan systematic observation, sedangkan evaluasi dijelaskan

tentang evaluasi pribadi, evaluasi pesertajsasaran dan

tes.

BAB II

PERENCANAAN

Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama Islam merupakan upaya

mengkomuni-kasikan ajaran agama Islam dan program-program

pembangunan dengan bahasa agama kepada masyarakat untuk mendapat

umpan balik yang positif. Umpan balik tersebut berupa peningkatan

pemahaman dan peningkatan pengamalan ajaran agama Islam dan

kiprah masyarakat dalam pembangunan dalam mening-katkan kualitas

taraf hidupnya. Oleh karena itu Dakwah/Penyuluhan Agama Islam harus

direncanakan secara matang, sehingga mencapai tujuannya dengan

tingkat keberhasilan yang tinggi.

Tidak adanya perencanaan akan menyebabkan para Da'i/Penyuluh Agama

Islam kehilangan orientasi misinya yang menyebabkan kegiatan operasional

Dakwah/Penyuluhan Agama Islam tidak terarah. Hal ini tentu saja tidak

akan mencapai hasil Dakwah/Penyuluhan Agama Islam yang diharapkan.

Akibatnya masyarakat kemungkinan tidak mengalami kemajuan dalam

kehidupannya baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi.

Kegagalan Da'i/Penyuluh Agama Islam ini juga akan menyebabkan akhlaq

masyarakat semakin rendah dan kehidupan sosial dan ekonominya akan

semakin terpuruk.

Namun perencanaan Dakwah/Penyuluhan Agama Islam dengan baik

akan sulit dilakukan jika Da'i/Penyuluh Agama Islam itu sendiri tidak

mempunyai data dan informasi mengenai medan yang dihadapinya. Oleh

karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan dakwah/penyuluhan

agama Islam, seorang Da'i/Penyuluh Agama Islam harus memiliki data

7

dan informasi sehingga memiliki gambaran keadaan yang sesungguhnya

tentang daerah sasaran penyuluhannya.

Data dan informasi di atas akan sangat berguna, bukan saja bagi para Da'i/

Penyuluh Agama Islam tetapijuga bagi para penentu kebijakan perencanaan

mengenai Dakwah/Penyuluhan Agama Islam di berbagai tingkatan. Jika

data dan informasi ini dapat dihimpun dan diolah dengan baik, maka akan

menjadi peta Dakwah/Penyuluhan Agama Islam di berbagai tingkatan,

yaitu tingkat desa, kabupaten atau kota, provinsi dan nasional. Jika hal ini

dapat dilakukan, maka tingkat keberhasilan Dakwah/ Penyuluhan Agama

Islam akan dapat dipantau dan dievaluasi secara tepat dari waktu kewaktu,

sehingga perencanaan dan operasional Dakwah/Penyuluhan Agama Islam

akan terus dapat disempurnakan. Dengan demikian kualitas Dakwah/

Penyuluhan Agama Islam sendiri dapat ditingkatkan. Langkah awal yang

perlu dilakukan oleh parqa da'i/penyuluh agama Islam untuk membuat

suatu perencanaan dakwah/bimbingan penyuluhan adalah melakukan

kegiatan identifikasi potensi wilayah dan kelompok sasaran.

A. IDENTIFKASI POTENSI WILAYAH DAN KELOMPOK SASARAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang daerah sasaran

Dakwah/ Penyuluhan Agama Islam diperlukan upaya identifikasi potensi

wilayah/ kelompok binaan. Oleh karena itu, identifikasi potensi wilayah/

kelompok binaan yang perlu dilakukan oleh Da'i/Penyuluh Agama Islam.

lde!ltifikasi potensi wilayah/kelompok sasaran ini adalah suatu upaya

untuk memperoleh berbagai data dan informasi yang lengkap tentang

keadaan suatu daerah sasaran Dakwah/Penyuluhan Agama Islam baik

yang bersifat fisik maupun non fisik. Tegasnya, identifikasi potensi wilayah/

8

kelompok sasaran merupakan usaha pengumpulan dan pengolahan data

dan keterangan tentang wilayah/kelompok sasaran tertentu secara

menyeluruh dan sistematis.

Dengan adanya identifikasi potensi wilayah, Da'i/Penyuluh Agama Islam

akan memperoleh kemudahan dalam melaksanakan tugas dakwah/

penyuluhannya. Misalnya, dalam penyusunan perencanaan operasional

Dakwah/Penyuluhan Agama Islam akan tersedia data dan informasi

yang memadai, sehingga dapat disusun suatu program, kegiatan, sarana

dan pengaturan waktu yang tepat. Karena dengan adanya identifikasi

wilayah/kelompok sasaran akan dapat diketahui mengenai keadaan

geografi (keadaan alam), demografi (keadaan penduduk), kekayaan alam,

penghidupan atau mata pencaharian penduduk, tingkat ekonominya,

tingka pendidikannya, agama yang dipeluknya, lembaga-lembaga sosial

dan keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan umum dan keagamaan,

rumah ibadat, prasarana dan sarana transportasi yang tersedia, keadaan

pemerintahannya, adat istiadat penduduk dan lain sebagainya.

1. IDENTIFIKASI KEADAAN ALAM

a. Letak Daerah Sasaran. Tujuan pengumpulan data dan informasi

mengenai letak dan keadaan alam daerah sasaran dimaksudkan

agar dai/penyuluh agama Islam dapat memperoleh gambaran dan

pengenalan lingkungan fisik secara mendalam. Dengan pengenalan

yang sedemikian itu, seorang dai/penyuluh agama Islam akan dapat

menyusun program dan kegiatannya yang realistik.

Pengenalan pertama yang perlu diketahui ialah tentang letak daerah

yang akan menjadi sasaran dakwah/penyuluhan, apakah ada di

9

10

daerah pantai atau di daerah pegunungan. Dengan mengetahui letak

daerah tersebut, akan dapat diperkirakan secara umum tentang sifat

dan watak penduduknya. Sebab sifat dan watak penduduk daerah

pedalaman atau pegunungan akan berbeda dengan penduduk di

daerah pesisir atau pantai. Di daerah pegunungan, penduduknya

bersifat tertutup sedangkan di daerah pesisir bersifat terbuka.

Berkaitan dengan letak daerah ini, tentu saja harus diketahui batas­

batasnya dengan daerah lain. Misalnya kalau yang di identifikasi itu

adalah sebuah desa atau kelurahan harus diketahui batas-batasnya

dengan desa atau kelurahan lain. lnformasi lebih lanjut harus diketahui

pula apakah desa lain itu masih satu kecamatan atau sudah masuk

kecamatan lain. Selanjutnya apakah masih dalam satu kabupaten

atau sudah masuk kabupaten lain. Kemudian apakah masih dalam

satu provinsi atau sudah masuk dalam provinsi lain. Dan yang lebih

penting lagi apakah masih dalam satu negara atau sudah masuk

dalam wilayah negara lain.

Hal ini sangat penting diketahui agar garapan seorangdai/penyuluh

agama Islam secara geografis lebih terfokus sehingga tidak tumpang

tindih dengan garapan dai/penyuluh agama Islam yang bertugas di

wilayah yang menjadi batas tersebut. Dan akan lebih menyulitkan

lagi apabila berbatasan dengan negara lain. Karena jika seorang

dai/penyuluh agamalslam tidak menyadari bahwa ia melaksanakan

dakwah/penyuluhan agama Islam di negara lain, maka dai/penyuluh

agama Islam tersebut akan berurusan dengan pihak berwajib negara

tetangga tersebut.

Letak daerah yang perlu di ketahui itu termasuk pula apakah dalam

satu pulau atau pada pulau lain. Tujuan untuk mengetahui hal ini

adalah untuk menentukan cara-cara mencapai sasaran tersebut.

Selain dari itu, dengan mengetahui letak daerah sasaran seperti itu

juga untuk menentukan sarana apa yang harus disiapkan atau di pakai

seorang dai/penyuluh agama Islam dalam melaksanakan tugas di

daerah sasarannya. Berkaitan dengan itu harus di ketahui juga batas­

batas daerah, misalnya sebelah barat berbatasan dengan daerah apa,

sebelah timur dengan daerah apa, sebelah selatan der;1gan daerah

apa dan sebelah utara dengan daerah apa. Akan lebih baik jika dapat

diketahui koordinat, lintang dan bujurnya.

Kemudian, yang juga penting diketahui adalah cara mencapai

daerah sasaran tersebut. Oleh karena itu harus diketahui prasarana

dan sarana transportasi yang tersedia. Dalam segi prasarana, perlu

diketahui kondisi jalan dan jembatan yang ada. Apakah jalan terse but

sudah bisa dilalui kendaraan mobil atau hanya bisa dilalui sepeda

motor. Mungkin juga baru ada jalan setapak yang untuk menuju

daerah sasaran hanya bisa dengan jalan kaki atau berkuda. Dalam

menuju daerah sasaran juga apa masih harus menyeberang sungai

atau sudah ada jembatan.

Sedangkan dari segi sarananya, apakah sudah ada kendaraan umum

seperti bis, angkutan perkotaan, angkutan pedesaan, kereta api atau

angkutan darat lainnya. Jika harus menyeberangi sungai atau selat,

apakah sudah ada kapallaut atau fery.

II

12

Kesemuanya ini perlu diketahui dengan seksama, karena keterangan

tentang ini sangat berharga dalam penyusunan perencanaan dakwah/

penyuluhan. Demikian pula dalam pelaksanaan operasionalnya,

sehingga tidak akan menhadapi kendala yang berarti.

b. Keadaan Bumi. Keadaan alam pertama yang harus diketahui

adalah tentang keadaan bumi atau disebut pula bentuk muka bumi.

Bentuk muka bumi yang menjadi tempat tinggal sasaran penyuluhan

agama akan memberikan beberapa kemungkinan sebagai penunjang

kehidupan yang terdapat di wilayah tersebut. Permukaan bumi

tidaklah sama; ada yang berupa gunung, pegunungan, data ran tinggi

ataupun dataran rendah.

Untuk mengetahui apakah sasaran penyuluhan tinggal di daerah

yang disebut pegunungan, dataran tinggi atau dataran rendah, para

penyuluh agama perlu mengetahui secara tepat ciri-ciri a lam terse but.

Dengan demikian, dalam membuat peta wilayah serta identifikasi

potensinya tidak keliru.

Selain mengetahui keadaan bumi, dai/penyuluh agama Islam juga

harus mengetahui keadaan iklim daerah sasaran penyuluhannya.

Sebab iklim mempunyai pengaruh atas manusia. Pengaruh iklim

tersebut ada yang langsung, ada yang tidak langsung.

c. Keadaan lklim. lklim yang secara langsung berpengaruh kepada

manusia ialah udara dan perubahan-perubahan musim. Terutama

udara yang lembab dan perubahan iklim berpengaruh atas keadaan

tubuh manusia. Jika keadaan unsur-unsur iklim tidak baik sering

mengganggu kesehatan manusia. Misalnya daerah dingin dan

lembab, banyak orang berpenyakit rheumatik dan encok. Udara

panas, lembab di daerah tropis tidak menyenangkan pula. Orang

Iekas merasa letih dan lesu, merasa ngantuk. Tetapi jika keadaan

udara baik misalnya di daerah pegunungan, baik pula pengaruhnya

bagi kesehatan manusia. Karena itu banyak orang beristirahat ke

tempat-tempat rekreasi di pegunungan.

Keadaan iklim yang perlu diidentifikasi adalah apakah daerah sasaran

tersebut daerah panas atau sejuk. Demikian pula apakah di daerah

sasaran tersebut jarang hujan atau sering terjadi hujan, bahkan

kerapkali ada badai.

Di samping iklim, juga cuaca yang sering terjadi di daerah tersebut.

Apakah cuaca sering berubah-ubah atau relatif tetap. Karena

keadaan cuaca ini sangat berguna juga dalam perencanaan dakwah/

penyuluhan. Sebab bagi daerah pantai yang penduduknya kebanyakan

nelayan, sudah tentu ada waktu-waktu ketika mereka melaut dan

kembali melaut, sudah tentu merupakan waktu yang tepat untuk

melaksanakan tugas penyuluhan. Dengan demikian keterangan cuaca

ini sangat penting diketahui oleh dai/penyuluh agama. Oleh karena

itu iklim dan cuaca ini merupakan obyek penting dalam melakukan

identifikasi potensi wilayah.

2. IDENTIFIKASI SIKAP PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

a. Kesadaran Man usia Tentang Lingkungan. Man usia telah sejak lama

memodifikasi alam untuk kepentingan hidupnya. Mulai dengan cara

yang sangat sederhana dan hanya mengambil secukupnya dari alam,

13

14

sampai dengan cara modern dan menguras alam yang terkadang di

luar kemampuan alam itu sendiri.

Dalam kaitan ini dai/penyuluh agama harus mengetahui bagaimana

sikap penduduk yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhannya

terhadap lingkungan hidupnya. Oleh karena itu paling tidak

harus diidentifikasi apakah penduduk sering membuang sampah

sembarangan, gemar menebang hutan lindung, mencemari air

sungai, membakar hutan dan lain-lain dengan mengetahui hal ini,

penyuluh agama akan mampu merumuskan gambaran yang tepat

tentang sasaran penyuluhannya. Dengan demikian akan menjadi

modal yang sangat berharga dalam perencanaan penyuluhan.

Selain dari itu, dai/penyuluh agama juga harus memahami tentang

tata lingkungan alamiah. Karena tata lingkungan alamiah merupakan

tempat dan ruang hidup penduduk yang menjadi sasaran dakwah/

penyuluhan.

b. lata Lingkungan Alamiah. Lingkungan alamiah secara keseluruhan

memiliki tatanan yang sangat rumit dan sekaligus mengandung

keanekaragaman. Tatanan ini menjadi demikian dahsyat karena juga

memiliki kekuatan dinamik sekaligus kestabilan dan kemampuan

luar biasa untuk melengkapi diri. Manusia sendiri merupakan bagian

dari lingkungan alamiah. Betapapun ia merasa dirinya lebih mampu

memahami tatanan lingkungan tersebut.

Untuk memahami hubungan manusia dengan lingkungannya, dai/

penyuluh agamalslam juga harus mengidentifikasi tentang fungsi

lingkungan hidup. Dengan mengidentifikasi fungsi lingkungan hidup

itu, selain akan mema-hami hubungan man usia dengan lingkungannya,

ia juga akan mampu mengidentifikasi keadaan lingkungan hidup di

daerah yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhan. Dengan demikian

akan menjadi masukan yang berharga pula dalam menyusun

perencanaan dakwah/penyuluhan agamanya.

c. Fungsi lingkungan Hidup. Makhluk hidup sendiri adalah unit

utama dari lingkungan hidup, yang terbagi-bagi menjadi kelompok­

kelompok alamiah yang disebut jenis (spesies). Makhluk hid up pada

dasarnya terbentuk dengan segala kesesuaian yang tepat dengan

lingkungannya. Adapun lingkungan hidup sendiri dapat dipandang

sebagai suatu sistem yang memiliki perangkat pola-pola organisasi,

pengelompokan dan kerumitan hubungan antar komponen.

Sedangkan pemahaman kita terhadap alam dibatasi oleh pandangan

dan pengertian kita sendiri mengenai lingkungan sekitar. Bertitik

tolak dari uraian di atas, penyuluh agama hendaknya memahami

fungsi lingkungan hidup bagi manusia.

Fungsi lingkungan hidup bagi manusia, adalah sebagai tata ruang

bagi keberadaannya yang mencakup dimensi jasmani, rohani dan

kebudayaan. Sungguhpun manusia sendiri yang mengembangkan

kesadaran lingkungan akan tetapi masih sangat sedikit yang kita

ketahui tentang seluk beluk tata ruang keberadaan manusia. Dalam

kaitan ini penyuluh agama harus dapat mengidentifikasi apakah

air dan udara daerah sasaran penyuluhan masih bersih atau sudah

tercemar, jika tercemar, harus dapat diidentifikasi pula sebab­

sebabnya, apakah oleh tingkah laku penduduknya atau karena lim bah

15

industri. lnformasi akurat tentang masalah ini akan sangat penting

dan berguna dalam rangka identifikasi potensi wilayah yang nantinya

akan menjadi daerah sasaran penyuluhan agama.

3. IDENTIFIKASI KEPENDUDUKAN

16

a. Keadaan Penduduk. Dalam rangka identifikasi wilayah sasaran,

dai/penyuluh agama Islam hendaknya menghimpun data dan

informasi tentang kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan

istilah penduduk itu sendiri adalah sejumlah orang yang tinggal di

suatu daerah atau wilayah tertentu. Berkenaan dengan itu, keadaan

penduduk suatu daerah sebagai sasaran penyuluhan harus diketahui

secara tepat. Oleh karen a itu harus diketahui berapa jumlah penduduk

suatu daerah, berapa persen pertumbuhannya setiap tahun, berapa

kepadatannya setiap kilometer dan bagaimana penyebarannya.

Penyebaran penduduk yang harus diketahui misalnya apakah

penduduk tinggal dalam suatu perkampungan yang besar ataukah

tinggal dalam rumah-rumah terpencar yang jaraknya berjauhan.

Bisa juga diidentifikasi apakah perumahan penduduk kebanyakan

berada pada tempat yang dekat ke jalan raya atau jauh di pedalaman.

Mungkin juga perlu diketahui apakah penduduk di suatu daerah

tinggal di kompleks perumahan, asrama-asrama dinas, di tempat

keramaian atau dekat pusat perbelanjaan, misalnya pasar, pertokoan

dan sebagainya.

b. Mobilitas Penduduk. Mobilitas penduduk ialah keterbukaan

penduduk untuk pindah dari salah satu lapangan hidup ke lapangan

hid up yang lain, atau keterbukaan penduduk untuk menerima hal-hal

yang baru. Mobilitas penduduk sendiri ada tiga macam, yaitu mobi­

litas horizontal, mobilitas secara geografis dan mobilitas vertikal.

1. Mobilitas Horizontal. Mobilitas Horizontal, misalnya terjadi di

pedesaan. Penghidupan penduduk di pedasaan pada umumnya

bertani. Karena penduduk terus bertambah, maka tanah garapan

makin bertambah sempit karena adanya pembagian tanah terus

menerus. Keadaan ini membuat hidup di desa semakin sulit.

Kemudian meraka pergi mencari lapangan hidup yang lebih baik,

seperti jadi buruh pabrik, pengrajin, pedagang dan sebagainya.

2. Mobilitas Geografis. Adapun yang dimaksud mobilitas secara

geografis adalah perpindahan penduduk secara fisik dari suatu

daerah kedaerah lain, misalnya transmigrasi. Kemudian terjadi

pula perpindahan penduduk dari desa ke kota yang disebut pula

urbanisasi. Terjadinya mobilitas geografis ini biasanya karena akibat

kesulitan penghidupan dari daerah asal sehingga pindah ke daerah

lain; atau kesulitan penghidupan di kampung sendiri sehingga

mengadu nasib di kota.

3. Mobilitas Vertikal. Sedangkan dalam mobilitas vertikal, penduduk

mengubah kebiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam

mobilitas vertikal ini terjadi perubahan dalam cara, dari cara

tradisional k~ cara yang lebih maju (modern). Misalnya petani

tradisional yang biasa membajak sawah dengan tenaga hewan, kini

mernbajak der'lgan menggunakan traktor, pemakaian pupuk buatan

dan pemakaian bibit unggul.

17

18

Dalam kaitan ini dai/penyuluh agama harus dapat mengetahui

dengan baik apakah mobilitas penduduk baik secara horizontal dan

geografis serta vertikal cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya

dari keterbukaan para petani menerima hal-hal baru dalam

pelaksanaan pertanian yang disebut intensifikasi pertanian. Apakah

di daerah yang menjadi sasaran dakwah/ penyuluhan tersebut

banyak penduduk yang transmigrasi. Apakah penduduk di daerah itu

banyak yang melakukan urbanisasi. Apakah kebanyakan penduduk

laki-laki mempunyai lapangan hidup di luar daerah atau bahkan di

luar negeri, sehingga kebanyakan panduduknya perempuan.

Mobilitas penduduk ini pada umumnya berkait sangat erat dengan

keberhasilan pembangunan, khususnya mobilitas penduduk secara

geografis. Dalam skala nasional misalnya, mobilitas penduduk

geografis dari jawa ke wilayah Indonesia lainnya (transmigrasi).

Keberhasilan transmigrasi berarti pula keberhasilan pembangunan

bangsa dan negara dalam mencapai cita-cita nasional.

c. Komposisi Penduduk. Hal penting lain yang perlu diidentifikasi

adalah komposisi penduduk yang dibuat berdasarkan kriteria

tertentu. Dasar yang dipakai untuk menyusun komposisi penduduk

antara lainjenis kelamin, umur, agama, mata pencaharian, pendidikan

dan sebagainya. Dengan mengetahui komposisi penduduk, kita dapat

mengetahui berbagai masalah kependudukan. Dengan demikian, kita

dapat menyusun perencanaan secara matang dan dapat menetapkan

priorita penyuluhan agama secara tepat.

1. Komposisi menu rut umurdanjenis kelamin. Kom posisi pend udu k

menurut umur dan jenis kelamin menggambarkan struktur

penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Biasanya

digambarkan dalam grafik batang secara horizontal tersusun ke atas

berdasarkan kelompok umur tertentu, sehingga bentuknya seperti

piramida,

2. Komposisi menurut agama. Sedangkan komposisi penduduk

menurut agama menggambarkan struktur penduduk berdasarkan

kelompok agama yang dianut oleh masyarakat. Dalam kaitan ini

harus diketahui berapa jumlah pemeluk masing-masing agama.

Jumlah pemeluk agama yang harus diketahui adalah seperti di

bawah ini: a).Agama Islam, b).Agama Kristen (Protestan), c). Agama

Katholik, d).Agama Hindu, e). Agama Budha, f).Lain-lain.

3. Komposisi menurut mota pencaharian. Adapun komposisi

penduduk menurut mata pencaharian menggambarkan struktur

penduduk berdasarkan kelompok pekerjaan. Berbagai mata

pencaharian atau pekerjaan penduduk yang harus diketahui adalah

seperti di bawah ini: a).Sebagai petani, b).Sebagai pedangang/

pengusaha, c).Sebagai buruh tani, d).Sebagai buruh industri,

e).Sebagai karyawan swasta, f).Sebagai pegawai negeri, g).Lain­

lain.

Bisa juga kita mengelompokkannya dari segi profesi. Berbagai profesi

yang bisa dicatat adalah seperti di bawah ini: a).Sebagai guru atau

dosen, b).Dokter atau perawat, c).Arsitek, d).Penerjemah, e).Hakim

atau jaksa, f).Pengacara, g).Diplomat, h).Akuntan, i).Penyuluh,

19

20

j).Tukang atau pengrajin, k).Sopir atau masinis atau juru mudi atau

pilot, I).Lain-lain.

4. Komposisi menurut pendidikan. Kemudian komposisi

penduduk menu rut pendidikan menggambarkan struktur penduduk

berdasarkan kelompok pendidikan yang pernah atau sedang

ditempuh oleh penduduk. Dari segi kelompok pendidikan yang

pernah ditempuh dapat digambarkan misalnya berapa yang telah

menyelesaikan pendidikannya dengan jenjang pendidikan seperti

di bawah ini: a).Tamat Sekolah Dasar/Madrasah lbtidaiyah, b).Tamat

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah, c).Tamat

Sekolah Menengah Umum/Madrasah Aliyah, d).Tamat Sekolah

Menengah Kejuruan, e).Tamat Pesantren, f).Tamat Perguran Tinggi:

1)Program diploma (I, II, dan Ill), 2)Program strata 1 (Sarjana),

3)Program strata 2 (Magister), 4)Program strata 3 (Doktor).

Sedangkan dari segi kelompok pendidikan yang sedang dijalani,

misalnya: a).Pelajar Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal,

b).Pelajar Sekolah Dasar/ Madrasah lbtidaiyah, c).Pelajar Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama/ Madrasah Tsanawiyah, d).Pelajar Sekolah

Menengah Umum/Madrasah Aliyah, e).Pelajar Sekolah Menengah

Kejuruan, f).Mahasiswa: 1)Program diploma, 2)Program strata 1,

3)Program strata 2, 4)Program strata 3.

Dari segi pendidikan pesantren dapat pula digambarkan tenta~"Jg

tamatan pesantren dan yang sedang menjadi santri.

Mengetahui tingkat pendidikan penduduk ini sangat penting

karena menyangkut kualitas penduduk itu sendiri. Dan salah satu

cara untuk mengetahui tingkat kualitas penduduk ialah dengan

mengetahui tingkat pendidikan penduduk dan kaitannya dengan

penyediaan tenaga kerja yang trampil dan profesional.

Dengan mengetahui keadaan, mobilitas dan komposisi penduduk

secara tepat, maka perencanaan dakwah/penyuluhan agama Islam akan

berkualitas. Dengan demikian setiapdai/penyuluh agama yang ditugaskan

di suatu daerah yang telah diketahui potensi wilayahnya, akan dapat

melaksanakan tugas penyuluhannya dengan baik. Sebaliknya, tanpa

mengetahui dengan baik penduduk yang akan dihadapinya sebagai

sasarandakwah/penyuluhan agama, maka dai/penyuluh agama tidak akan

mampu melaksanakan penyuluhan, bahkan mungkin akan gagal.

Oleh karena itu, pegenalan keadaan penduduk ini merupakan hal utama

dalam perencanaan dan pelaksanaan dakwah/penyuluhan agama. Sebab

penduduk adalah sasaran yang akan dihadapi langsung oleh setiapdai/

penyuluh agamalslam. Selain menjadi sasaran dakwah/ penyuluhan,

penduduk juga adalah pihak yang sangat diharapkan peran sertanya

secara aktif untuk keberhasilan tugasdakwah/penyuluhan agama Islam.

Tanpa peranserta dan dukungan penduduk, maka dakwah/penyuluhan

agama Islam di suatu daerah tidak akan berhasil.

Dalam kaitan ini maka informasi akurat tentang potensi wilayah yang

akan menjadi daerah sasaran dakwah/penyuluhan Agama Islam, akan

memegang peranan yang penting dan menentukan tingkat keberhasilan

dakwah/ penyuluhan agama. Oleh karena itu, informasi tentang potensi

21

wilayah ini merupakan salah satu modal dasar bagi setiap dai/penyuluh

agama Islam dalam melaksanakan tugas dakwah/penyuluhannya. Tanpa

mengetahui potensi wilayah, seorang dai/penyuluh agama Islam bagaikan

berjalan dalam kegelapan, sehingga tidak mengetahui arah yang tepat

serta tidak akan menyadari apa yang sesungguhnya terjadi di sekitarnya.

4. IDENTIFIKASI KEBUDAYAAN

22

a. Bahasa. Bahasa adalah cara komunikasi (cara mengadakan

hubungan timbal balik) untuk meneruskan pikiran-pikiran dengan

mempergunakan simbol-simbol vocal dan auditory, yakni yang

diperdengarkan dengan suara dan didengar dengan telinga.

Cara komunikasi ini adalah amat penting untuk perkembangan

kebudayaan karena mempercepat dan mempertinggi kerjasama.

Diantara kecakapan berpikir dan kecakapan berbahasa ada hubungan

timbal balik yang a mat erat. Yang satu tidak dapat berkembang tanpa

yang lain, dan keduanya hanya dapat berkembang dalam kehidupan

bersama yang erat dan amat lama.

Dalam hubungan ini, bahasa memegang peranan sangat penting.

Perkembangan pikiran dan bahasa sebenarnya tidak dipandang

terlepas yang satu dari pada yang lain. Kita berpikir dalam bahasa kita

dan bahasa kita mempengaruhi pikiran kita. Keduanya berkembang

bersama dalam hubungan timbal balik yang amat erat.

Berkenaan dengan itu, maka identifikasi dai/penyuluh agamaterhadap

bahasa penduduk daerah sasaran penyuluhan adalah sangat penting,

bahkan menentukan keberhasilan tugas penyuluhan itu sendiri.

Sebab dengan mengenal bahasa penduduk, apalagi menguasainya

akan memudahkan komunikasi dalam penyuluhan.

Dalam kaitan inilah, penyuluh agama harus terlebih dahulu

mengetahui bahasa apa yang digunakan penduduk. Kemudian harus

diketahui pula apakah penduduk dapat mengerti bahasa yang dipakai

dai/penyuluh agama Islam. Oleh karena itu identifikasi tentang

bahasa yang digunakan sangat penting artinya bagi kegiatan dakwah/

penyuluhan agama Islam. Dengan demikian dalam penempatan

dai/penyuluh agama Islam akan dipersiapkan secara baik. Misalnya

memilih dai/penyuluh agama Islam yang memahami atau bahkan

mampu berbicara dengan bahasa daerah tertentu, kemudian secara

pelan-pelan mengajar penduduk berbahasa Indonesia dengan baik.

Atau dai/penyuluh agama Islam yang bukan berasal dari daerah itu

dan tidak mengerti bahasanya dipersiapkan dengan cara belajar

bahasa daerah tersebut, kemudian diterjunkan setelah dipandang

siap dan ia sendiri mengenalkan bahasa Indonesia sehingga lambat

laun penduduk tersebut mampu memahami dan berbicara bahasa

Indonesia.

b. Kebudayaan Setempat. Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa

dan cipta masyarakat. Kalau kita melihat pemandangan yang indah

atau kita melihat bangunan hasil karya manusia, kita akan merasakan

suatu kesan yang indah dalam hati kita. Kemudian kita mengagumi

hasil ciptaan yang dibuatnya. Kita merasa senang di dalam hati kita

dan tak bosan-bosannya untuk menikmatinya. Namun sebenarnya

kebudayaan itu merupakan keseluruhan yang kompleks, tergantung

di dalamnya ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat.

23

Dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur yang universal, yaitu peralatan

dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem masyarakat, bahasa,

kesenian, pengetahuan, dan sistem religi. Unsur-unsur universal ini masih

dapat dibagi-bagi lagi menjadi unsur-unsur yang khusus.

Peralatan dan perlengkapan hidup sangat penting artinya bagi manusia.

Sebab hanya dengan yang demikian manusia dapat menjalani dan

mempertahankan kehidupannya, bahkan dapat meningkatkan taraf

hidupnya, bahkan dapat meningkatkan taraf hidupnya. Peralatan dan

perlengkapan hidup manusia tersebut antara lain adalah: l).Aiat-alat

produksi, 2).Aiat-alat distribusi dan transportasi, 3).Benda terbentuk ter­

tentu untuk tempat menaruh, 4).Makanan dan minuman, S).Pakaian dan

perhiasan, 6).Tempat berlindung dan perumahan, 7).Senjata.

Unsur universal lain dari kebudayaan adalah mata pencaharian. Mata

pencaharian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya

manusia mempertahankan hidup atau bahkan meningkatkan taraf

hidupnya. Mata pencaharian manusia sendiri sangat beragam dan sesuai

dengan perkembangan peradaban dan kebudayaannya, yang antara lain

dapat kita sebutkan di bawah ini: 1). Berburu dan meramu, 2).Menangkap

ikan, 3).Bercocok tanam di ladang, 4).Bercocok tan am di sawah (menetap),

S).Memelihara ternak, 6).Berkebun, 7).Berdagang, 8).Menjual jasa, dan

lain-lain.

Termasuk dalam unsur universal dari kebudayaan adalah sistem

masyarakat. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari

beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara

golongan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Adapun

24

sistem masyarakat sendiri terdiri atas: l).sistem kekerabatan, 2).sistem

kesatuan hidup setempat, 3).asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan,

4).sistem kenegaraan.

Unsur universal yang lain dari kebudayaan adalah bahasa. Sebagaimana

diutarakan di atas, tanpa bahasa tidak akan ada peradaban dan

kebudayaan. Bahasa sendiri terdiri dari dua bentuk, yaitu bahasa lisan dan

bahasa tertulis.

Selain bahasa, kesenian juga merupakan salah satu unsur universal dari

kebudayaan. Usia kesenian sama tuanya dengan usia sejarah kebudayaan

itu sendiri. Sebab kesenian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia yang mencintai kehalusan dan keindahan. Kesenian

sendiri beragam cabangnya, antara lain adalah: l).seni patung, 2).seni

relief, 3).seni lukis dan gambar, 4).seni gambar, S).seni vokal, 6).seni

instrumen, 7).seni kesusastraan, 8).seni drama, dan lain-lain.

Unsur universal kebudayaan selanjutnya adalah pengetahuan manusia.

Pengetahuan ini merupakan ukuran tinggi rendahnya peradaban dan

kebuda-yaan manusia itu sendiri. Makin maju pengetahuannya, makin

tinggi peradaban dan kebudayaannya. Kemajuan pengetahuan ini

berkaitan sangat erat dengan tingkat pendidikan yang diperoleh manusia.

Pengetahuan sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain adalah:

l).pengetahuan sekitar alam, 2).pengetahuan tentang flora dan fauna,

3).pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah, 4).pengetahuan

tentang tubuh man usia, S).pengetahuan tentang waktu dan bilangan, dan

lain-lain.

25

Kemudian, unsur universal kebudayaan yang terakhir adalah sistem religi.

Sistem religi ini adalah suatu sistem yang membangun hubungan antara

manusia dengan kekuatan gaib, yakni kekuatan yang berada di luar diri

manusia dan tidak terjangkau pancainderanya. Sistem religi ini terdiri

dari:

1). sistem kepercayaan, 2).sistem kesusas-traan suci, 3).sistem upacara

keagamaan, 4).ilmu gaib, S).sistem nilai dan pandangan hidup.

Unsur-unsur universal dari kebudayaan ini sudah pasti terdapat di setiap

daerah sasaran dakwah/penyuluhan agama Islam. Demikian pula perincian

dari setiap unsur universal tersebut. Hanya saja mungkin diantaranya ada

yang lebih dominan dibandingkan dengan unsur-unsur lainya. Disinilah

perlunya identifikasi potensi wilayah yang berkaitan dengan kebudayaan.

Lebih-lebih jenis sumber budaya yang ada di Indonesia banyak sekali.

Karena Indonesia terdiri dari banyak pulau dan banyak suku bangsa serta

berbagai bahasa yang berbeda-beda dengan hasil kebudayaan yang

beragam pula.

Keterangan-keterangan tentang kebudayaan suatu daerah sangat penting

artinya dalam menetapkan suatu program, Lebih-lebih dalam pelaksanaan

operasional dakwah/penyuluhan agama Islam yang akan bertatap

muka secara langsung dengan penduduk. Sebab tanpa mengetahui

dan memahami budaya setempat, maka dakwah/penyuluhan agama

Islam akan menghadapi kendala yang besar yang bisa mengakibatkan

kegagalan dakwah/penyuluhan agama itu sendiri. Oleh karena itu dalam

menghimpun keterangan mengenai budaya setempat itu harus dilakukan

secara seksama dan rinci, agar dalam melaksanakan tugas dakwah/

penyuluhan agama Islam dapat diarahkan kepada sasaran yang tepat dan

dengan cara yang tepat pula.

26

IDENTIFIKASI KETENAGAAN

a. Ketenagaan. Ketenagaan merupakan aspek penting dalam suatu

kegiatan, termasuk dalam kegiatan operasional dakwah/penyuluhan

agama Islam. Karena pembinaan kehidupan beragama merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri sejak semula dan

dahulu kala, maka selain dai/penyuluh agama Islam sudah ada tenaga

teknis keagamaan lain di daerah yang menjadi sasaran dakwah/

penyuluh agama.

Oleh karena itu, sebelum melaksanakan dakwah/ penyuluhan

agama Islam harus diketahui dahulu peta ketenagaan keagamaan

yang ada di daerah sasaran. Dalam kaitan inilah identifikasi potensi

wilayah yang berkaitan dengan ketenagaan keagamaan ini sangat

penting. Karena dengan mengetahui peta ketenagaan keagamaan

akan membantu penyusunan perencanaan yang matang. Demikian

pula dalam pelaksanaan operasio-nalnya akan membantu penyuluh

dalam melakukan koordinasi dan kerjasama. Juga akan meringankan

penyuluh dalam segi garapan penyuluhannya. Atau bisa saja

melakukan pembagian tugas baik dalam wilayah kerja maupun dalam

substansi penyuluhan.

Untuk itu perlu dihimpun berbagai keterangan mengenai jumlah

tenaga keagamaan Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha

dan lain-lain. Dalam menghimpun keterangan tentang tenaga

keagamaan itu harus dilakukan secara menyeluruh dan rinci.

b. Tenaga Keagamaan Islam. Adapun jumlah tenaga keagamaan

Islam yang perlu diketahui adalah sebagaimana dirinci di bawah ini.

27

28

1. Kiyai/tuan guru. Keterangan lengkap yang harus diketahui

tentang kiyai atau tuan guru ini adalah sebagai berikut: a).Jumlahnya,

b).Nama lengkap, c).Umur serta tempat dan tanggal lahir,

d).Pendidikan (termasuk gelar yang diperoleh), e).Pekerjaan atau

keahlian di luar bidang keagamaan, f).Asal-usul (apakah penduduk

asli atau pendatang), g).Aiamat lengkap, h).Lama tinggal di daerah

sasaran penyuluhan, i).Lain-lain.

2. Da'i/muballigh/khatib. Keterangan yang harus diperoleh

mengenai da'i/ muballigh/khatib adalah seperti di atas. Kemudian

ditambah keterangan apakah ia da'i/muballigh/khatib bebas atau

tergabung dalam salah satu lembaga dakwah.

3. Guru agama atau dosen. Guru agama atau dosen agama,

dimaksudkan adalah guru agama atau dosen agama yang mengajar

di sekolah agama atau guru agama yang mengajar di sekolah umum,

dosen agama yang mengajar di perguruan tinggi agama atau per­

guruan tinggi umum. Keterangan yang harus diperoleh tentang guru

agama atau dosen agama ini adalah seperti (:1ada nomor 1 (satu) di

atas, namun perlu ditambah sebagai berikut: a).sekolah/perguruan

tinggi tempat mengajar, b).status sekolah/perguruan tinggi tempat

mereka mengajar (negeri atau swasta), c).jabatan yang diduduki

selain mengajar.

4. Guru mengaji. Guru mengaji adalah seorang yang mengajarkan

baca tulis AI-Qur'an dan ilmu agama Islam lain dan biasanya pada

tingkat dasar. Keterangan yang harus dihimpun adalah sama

dengan nomor 1 (satu), tetapi perlu ditambahkan: a).Tempat ia

mengajar, apakah di rumahnya sendiri atau di Taman Pengajian ai­

Qur'an (TPQ). b).Peserta pengajian, meliputi: 1)Usia: anak-anak dan

remaja atau dewasa 2)Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan atau

campuran.

5. Ami/ atau lebe. Ami I atau lebe (dan sebutan lain bagi pembantu

pencatat nikah). Keterangan yang harus dihimpun adalah sama

sebagaimana nomor 1 (satu), dengan manambahkan pekerjaan lain

di samping sebagai amil atau lebe.

6. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus diketahui

tentang tenaga keagamaan lain ini adalah sama dengan nomor 1

(satu) di atas. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai

berikut: a).Nama atau julukan tenaga keagamaan itu, b).Kegiatan­

kegiatan yang dilakukannya, c).Tempat kegiatan dan jumlah anggota

jamaahnya, d).Kebagsaan dan status kewarganegaraan tenaga

keagamaan itu sendiri.

c. Tenaga Keagamaan Kristen (Protestan). Tenaga keagamaan Kristen

(Protestan) yang perlu diketahui adalah sebagaimana dirinci di bawah

ini:

1. Pendeta. Keterangan yang harus diperoleh tentang pendeta ini

adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan

Islam. Hanya saja perlu ditambah dengan: a).Nama gereja

tempat memberikan pelayanan, b).Jumlah anggota jamaatnya,

c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan pendeta itu sendiri.

29

30

2. Penginjil. Keterangan yang harus diketahui adalah sama sebagai­

mana pada nomor 1 (satu) tenaga keagamaan Islam. Hanya saja

perlu ditambahkan keterangan tentang: a).Lokasi yang menjadi

sasaran penginjilan atau tempat jamaat. b).Tempat yang digunakan

dalam penginjilan. c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan

penginjil itu sendiri.

3. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus dihimpun

sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam.

Hanya saja perlu ditambahkan keterangan lain sebagai berikut:

a).Nama atau julukan untuk tenaga keagamaan itu. b).Kegiatan

yang dilakukan. c).Tempat kegiatan dan jamaatnya. c).Kebangsaan

dan status kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.

d. Tenaga Keagamaan Katolik. Tenaga keagamaan Katholik yang

perlu diketahui adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Kardinal. Keterangan yang harus dihimpun tentang Kardinal

ini adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga ke­

agamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai

berikut: a).Wilayah kekuasaannya b).Kebangsaan dan status

kewarganegaraan kardinal itu sendiri.

2. Uskup Agung. Keterangan yang harus dihimpun tentang uskup

agung ini adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga

keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai

berikut: a).Wilayah Keuskupan Agung b).Jumlah keuskupan yang

berada diwilayahnya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan

uskup agung itu sendiri.

3. Uskup. Keterangan yang harus dihimpun tentang uskup ini

adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan

Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut:

a).Wilayah keuskupannya b).Jumlah gereja yang berada di wilayah

keuskupannya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan uskup

itu sendiri.

4. Pastur. Keterangan yang harus diketahui tentang pastur yang

biasa juga disebut pater atau bapak atau ramo ini adalah sama

sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya

saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Lokasi geraja

tempat pelayanannya b).Jumlah amanatnya c).Kebangsaan dan

status kewarganegaraan pastur itu sendiri.

5. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang perlu diketahui untuk

tenaga keagamaan lain adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu)

pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan

keterangan sebagai berikut: a).Nama atau julukan untuk tenaga

keagamaan itu b).Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya c).Tempat

kegiatan dan jumlah jamaatnya d). Kebangsaan dan status

kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.

e. Tenaga Keagamaan Hindu. Tenaga keagamaan Hindu yang perlu

diketahui adalah sebagaimana diuraikan dibawah ini.

1. Pendeta atau Pedanda. Keterangan yang harus diketahui

tentang pendeta atau pedanda ini adalah sama sebagaimana

nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu

ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Lokasi pura tempat

31

32

memberikan pelayanannya b).Jumlah anggota yang dilayaninya

c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan pendeta atau pedanda

itu sendiri.

2. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus diketahui

tentang keagamaan lain sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada

tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan

sebagai berikut: a).Nama atau julukan bagi tenaga keagamaan

tersebut b). Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya c).Tempat

kegiatan dan anggota yang mengikuti pelayanannya d).Kebangsaan

dan status kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.

f. Tenaga Keagamaan Budha. Tenaga keagamaan Budha yang perlu

diketahui adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Biksu. Keterangan yang harus diketahui tentang biksu ini adalah

sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam.

Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a). Nama

dan lokasi vihara tempat pelayanannya b).Jumlah anggota yang

dilayaninya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan biksu itu

sendiri.

2. Biksuni. Keterangan yang harus diketahui tentang biksuni ini

adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan

Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan seba'gai berikut:

a).Nama dan lokasi vihara tempat pelayanannya. b).Jumlah anggota

yang dilayaninya. c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan

biksuni itu sendiri.

3. Tenaga keagamaan Jain. Keterangan yang harus diketahui

tentang tenaga keagamaan lain ini adalah sama sebagaimana

nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja

perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Nama atau

julukan tenaga keagamaan tersebut. b).Kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya. c).Tempat kegiatan danjumlah anggota yang mengikuti

pelayanannya. d).Kebangsaan dan status kewarganegaraan tenaga

keagamaan itu sendiri.

g. Tenaga Keagamaan BagiAgama-Agama Lainnya. Di sampingtenaga

keagamaan bagi agama-agama tersebut di atas, mungkin saja ada

tenaga keagamaan bagi agama-agama lainnya. Tenaga keagamaan

ini juga harus diketahui dengan baik. Oleh karena itu harus menjadi

obyek identifikasi wilayah juga.

Keterangan-keterangan yang harus diketahui tentang tenaga

keagamaan bagi agama-agama lain adalah sebagai berikut:

l.Nama agama dan jumlah umatnya. 2.Nama dan jumlah tenaga

keagamaannya. 3. Nama atau julukan bagi tenaga .keagamaan itu.

4.Nama atau julukan tempat peribadatannya. S.Jumlah tempat

peribadatannya. 6.Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 7.Kegiatan

lain selain peribadatan. 8.Aiamat rumah ibadat dan tenaga

keagamaannya. 9.Asal-usul tenaga keagamaanya (penduduk asli atau

pendatang). lO.Lamanya tinggal tenaga keagamaan di daerah sasaran

penyuluhan. ll.Kebangsaan dan status kewarganegaraan.l2.

Keahlian tenaga keagamaan selain bidang agamanya.

33

h. Lain-Lain. Disamping itu mungkin saja terdapat tokoh-tokoh

masyarakat misalnya pemuka-pemuka adat, tokoh-tokoh pemuda,

tokoh-tokoh jawara, dan sebagainya yang sangat berpengaruh.

Mereka pun harus diketahui dan dikenali dengan baik.

Mengetahui keadaan ketenagaan ini menjadi semakin penting

kalau kita melihat sasaran dakwah/penyuluhan. Artinya dalam

melakukan dakwah/penyuluhan agama Islam jangan sampai keliru

memilih sasaran yang bisa menimbulkan gangguan kerukunan hidup

beragama. Dengan mengetahui peta ketenagaan, akan memudah­

kan komunikasi dan koordinasi dalam upaya mengarahkan dakwah/

penyuluhan kepada umat masing-masing agama. Dengan demikian

dai/penyuluh agama akan mampu menjaga keharmonisan pergaulan

dan kerukunan hidup beragama, khususnya di daerah yang menjadi

sasaran dakwah/penyuluhannya.

6. IDENTIFIKASI KELEMBAGAAN

Di samping ketenagaan, yang harus diketahui oleh dai/penyuluh agama

Islam adalah kelembagaan yang ada. Oleh karena itu, kelembagaan

ini merupakan obyek identifikasi wilayah. Keterangan-keterangan

yang harus dihimpun dan diolah mengenai kelembagaan ini meliputi

berbagai aspek, misalnya jumlah, nama, pemimpin, pengurus dan

kegiatannya. Kelembagaan yang harus diketahui banyak ragamnya, seperti

pemerintahan, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga pendidikan

dan kemasyarakatan lainnya.

34

a. Lembaga Pemerintahan. lnformasi yang harus diketahui tentang

lembaga pemerintahan ini meliputi pemerintahan umum dan lembaga

atau instansi yang memberikan pelayanan keagamaan. Sedangkan

aspek yang perlu diketahui adalah tingkatan kelembagaan, pejabat dan

pegawainya.

1. Pemerintahan Umum. lnformasi yang perlu diketahui tentang

pemerintahan umum ini adalah sebagai berikut: a.Tingkatannya

apakah desa/kelurahan atau Kabupaten/Kota. b.Nama Kepala

Pemerintahan dan pendidikannya serta agama yang dipeluknya.

c.Nama pejabat lainnya serta tingkat pendidikan dan agamanya.

d.Jumlah staf, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. e.Jam

kerja pelayanan masyarakat.

2. Pelayanan keagamaan. Data yang perlu dikumpukan adalah

a.Kantor Urusan Agama Kecamatan atau Kantor Departemen Agama

Kabupaten/ Kota. b.Nama Kepala Kantor dan pendidikannya serta

agama yang dipeluknya. c. Nama pejabat lain, tingkat pendidikan dan

agama yang dipeluknya.d.Jumlah staf, tingkat pendidikan dan agama

yang dipeluknya. e.Jam kerja pelayanan masyarakat.

3. Pelayanan keamanana. lnformasi yang diperlukan adalah:

a.KantorKepolisian tingkat Sektor atau Resort. b.Nama Kepala dan

pendidikan serta agama yang dipeluknya. c.Nama pejabat lain,

tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. d.Jumlah anggota,

tingkat pendidikan dan pangkat serta agama yang dipeluknya. e.Jam

kerja pelayanan masyarakat.

4. Pertahanan Negara. Data yang diperlukan adalah : a.Kantor

Militer tingkat rayon (Koramil), tingkat Distrik (Kodim) atau tingkat

Resort (Korem). b. Nama Komandan, pendidikan pangkat agama yang

dipeluknya.c.Nama pejabat lain, pendidikan, pangkat dan agama yang

35

36

dipeluknya. d.Jumlah anggota, pendidikan, pangkat dan agama yang

dipeluknya. e.Jam kerja pelayanan masyarakat. f.Pangkalan militer

dengan nama komandan, pangkat dan agama yang dipeluknya.

b. Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan ini banyak

ragamnya, baik yang berupa organisasi yang secara nasional ada

sejak dari pusat sampai daerah maupun yang bersifat regional atau

kedaerahan. Tetapi juga mungkin saja suatu daerah menjadi tempat

kedudukan perwakilan suatu organisasi internasional atau perwakil­

an asing. Jenis lembaga kemasyarakatan ini juga bisa lembaga sosial

politik dan lembaga sosial non-politik.

1. Partai Politik. lnformasi yang harus diketahui tentang partai

politik ini adalah sebagai berikut: a.Nama Partai Politik. b.Nama

Pengurusnya, pendidikan dan agama yang dipeluknya. c.Jumlah

anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. d.Kegiatan­

kegiatannya. e.Jangkauan organisasinya (sampai desa/ kelurahan

atau kecamatan atau hanya di tingkat kabupaten/kota).

2. Organisasi Kemasyara'katan. Organisasi kemasyarakatan ini

bermacam-macam jenisnya, seperti organisasi kemasyarakatan

umum, organisasi kemasyarakatan kewanitaan, organisasi

kemasyarakatan kepemudaan, organisasi kemasyarakatan keagamaan

dan sebagainya.

a. Umum. Keterangan yang perlu diketahui tentang organisasi

kemasyarakatan umum ini adalah sebagai berikut: l)Nama

Organisasi. 2)Nama Pengurusnya, tingkat pendidikan dan agama

yang dipeluknya. 3)Jumlah anggota, tingkat pendidikan dan agama

yang dipeluknya. 4)Kegiatan-kegiatannya.

b. Kewanitaan. lnformasi yang perlu diketahui tentang organisasi

kewanitaan ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama

Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah

anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Kegiatan­

kegiatannya.

c. Kepemudaan. Keterangan yang perlu diketahui tentang organisasi

kepemudaan ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama

Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah

anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya .4)

Kegiata n-kegiata n nya.

d. Profesi. Keterangan yang perlu diketahui tetang Organisasi

Profesi ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama

Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah

anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Bidang

profesinya. S)Kegiatan-kegiatannya.

e. Yayasan/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keterangan

yang perlu diketahui tentang Yayasan atau Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) ini adalah sebagai berikut: l)Nama Yayasan/

Lembaga Swadaya Masyarakat. 2)Nama Pengurus, tingkat

pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah anggota, tingkat

pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Domisili atau kedudukan

organisasi S)Kegiatan-kegiatannya.

37

38

c. Lembaga Keagamaan. Lembaga keagamaan ini banyak bentuknya,

seperti organisasi yang bertaraf nasional, regional dan lokal atau

yayasan keagamaan. Termasuk dalam lembaga keagamaan ini yang

perlu diketahui adalah sarana keagamaan dan jamaahnya.

1. Organisasi Kemasyarakatan Agama. Keterangan yang perlu

diketahui tentang Organisasi Kemasyarakatan Agama ini adalah

sebagai berikut: a.Nama Organisasi. b.Nama Pengurus dan tingkat

pendidikannya. c. pendidikannya. d.Kegiatan-kegiatannya. e.Tingkat

organisasinya (bersifat nasional, regional atau lokal).

2. Lembaga Dakwah/Penyiaran Agama. Keterangan yang perlu

diketahui tentang Lembaga Dakwah atau Penyiaran Agama ini adalah

sebagai berikut: a.Nama Lembaga Dakwah. b.Nama Pengurus dan

tingkat pendidikannya. c.Jumlah anggota dan tingkat pendidikannya.

d.Kegiatan-kegiatannya. e.Tingkatan organisasinya (bersifat nasional,

regional atau lokal). Jumlah tenaga dai/penyuluh agama Islam yang

dimilikinya

3. Sarana lbadah dan Jamaahnya. Keterangan yang perlu diketahui

tentang Sarana lbadah dan Jamaahnya adalah sebagai berikut: a.lslam

meliputi : l)Masjid dan jumlah jamaahnya 2)Mushalla/Langgar/

Meunasah dan jumlah jamaahnya. b.Kristen Protestan meliputi: 1)

Gereja dan jumlah anggota jamaatnya 2)Tempat ibadah lain dan

jumlah jamaatnya. c.Katholik, meliputi: l)Kathedral dan jumlah

a·nggota jamaatnya 2)Gereja dan jumlah anggota jamaatnya 3)

Tempat ibadah lain dan jumlah anggota jamaatnya d.Hindu, meliputi:

l)Pura dan jumlah anggotanya 2)Tempat ibadah lain dan jumlah

anggotanya. e.Budha, meliputi: l)Wihara dan jumlah anggotanya 2)

Tempat ibadah lain dan jumlah anggotanya. f.Lain-lain: nama tempat

ibadah dan jumlah anggotanya.

d. Lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan ini juga banyak jenisnya

dan secara garis besarterdapat pendidikan umum, pendidikan kejuruan

dan pendidikan agama. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut dapat

diuraikan sebagaimana di bawah ini.

1. Lembaga pendidikan umum. Keterangan yang perlu diketahui

tentang pendidikan umum ini adalah sebagai berikut: a.Tingkatnya:

l)Taman Kanak-kanak 2)Sekolah Dasar 3)Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama 4)Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan S)Perguruan

Tinggi. b.Pengelolanya: l)Negeri 2)Swasta (dengan menyebutkan

organisasi atau lembaga pengelolanya) c.Jumlah Sekolah beserta

lokasi atau alamatnya. d.Jumlah guru atau dosen. e.Jumlah siswa

atau mahasiswanya.

2. Kursus-kursus. Keterangan yang perlu diketahui tentang kursus ini

adalah sebagai berikut: a.Jenis Kursus b. lama Kursus c.Pengelolaannya

d.Jumlah peserta kursus.

3. Pendidikan Agama. Pendidikan agama ini meliputi pendidikan

sekolah dan pendidikan masyarakat. Kedua macam pendidikan

tersebut dapat diuraikan seperti di bawah ini: a.Pendidikan Sekolah.

Keterangan yang perlu diketahui tentang pendidikan sekolah agama ini

adalah sebagai berikut: l)Tingkatanya: a)Raudhatul Athfai/Bustanul

Athfal atau Taman Kanak-Kanak Al-qur'an b)Madrasah Diniyah

Awaliyah/Madrasah lbtidaiyah c)Madrasah Wustha/ Madrasah

Tsanawiyah d)Madrasah Diniyah Ulya/Madrasah Aliyah e)Perguruan

39

40

Tinggi. 2)Pengelolanya: a)Negeri b)Swasta 3)Jumlah sekolah beserta

lokasi dan almatnya 4)Jumlah guru atau dosen S)Jumlah siswa atau

mahasiswanya. b.Pendidikan Masyarakat. Pendidikan agama pada

masyarakat ini antara lain meliputi pesantren, majelis taklim, kursus

kelompok bimbingan haji pengajian ai-Qur'an atau Taman Pendidik­

an ai-Qur'an (TPQ) dan lain-lain. l)Pesantren. Keterangan yang perlu

diketahui mengenai pesantren ini adalah sebagai berikut: a)Jenis

pesantren -Pesantren Salafiah -Pesantren Modern/khalafiah b)Nama

Pesantren c)Nama lembaga pengelola atau pendirinya d)Nama

pengasuh atau Kiyainya e)Lokasi dan alamat pesantren f)Jumlah guru

dan nama serta pendidikannya g)Jumlah santrinya. 2)Majelis Taklim.

Keterangan yang perlu diketahui tentang majelis taklim ini adalah

sebagai berikut: a)Nama Majelis Taklim b)Nama lembaga pengelola

atau pendirinya c)Nama pengasuh atau kiyainya d)Lokasi atau

alamatnya e)Jumlah jamaahnya 3)Kursus Agama. Keterangan yang

perlu diketahui tentang kursus agama ini adalah sebagai berikut:

a)Nama kursus b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya c)Nama

pengasuh atau gurunya d)Lokasi atau alamatnya e)Jumlah peserta

kursus 4)Kelompok Bimbingan lbadah Haji (KBIH). Keterangan yang

perlu diketahui tentang KBIH ini adalah sebagai berikut: a)Nama

KBIH b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya c)Nama pengasuh

atau pembimbingnya d)Lokasi atau alamatnya e)Jumlah peserta

bimbingannya. S)Pengajian ai-Qur'an. Keterangan yang perlu diketahui

tentang pengajian AI-Qur'an ini adalah sebagai berikut; a)Nama guru

mengaji dan pendidikannya b)Jumlah murid pengajiannya c)Tempat

mengaji: di masjid atau di rumah guru 6)Taman Pengajian ai-Qur'an

(TPQ). Keterangan yang perlu diketahui tentang TPQ ini adalah sebagai

berikut: a)Nama TPQ b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya

c)Nama pengasuhnya d)Jumlah dan nama guru serta pendidikannya

e)Lokasi atau alamatnya f)Jumlah santrinya.

Dengan mengetahui kelembagaan yang ada di daerah sasaran, maka

informasi tentang potensi wilayah akan lebih lengkap. Dengan demikian

perencanaan dan operasional penyuluhan agama akan dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu informasi tentang kelembagaan

ini harus diidentifikasi secara cermat dan seksama sehingga nilai informasi

yang diperolehnya cukup tinggi.

B. PELAKSANAN IDENTIFIKASI POTENSI WILAVAH/KELOMPOK SASARAN

Pelaksanaan kegiatan identifikasi potensi Wilayah/kelompok sasaran

yang diperlukan dalam kegiatan dakwah/penyuluhan Agama Islam

antara lain rincian meliputi: l.Menyusun instrumen pengumpulan data

potensi wilayah atau kelompok sasaran. 2.Mengumpulkan data potensi

wilayah atau kelompok sasaran. 3.Mengolah data. 4.Menganalisa data.

S.Merumuskan monografi potensi wilayah.

Berikut ini akan diterangkan lebih lanjut tentang rincian kegiatan

ldentifikasi Potensi wilayah atau kelompok sasaran.

1. Penyusunan lnstrumen. Penyusunan lnstrumen adalah suatu

kegiatan membuat formulir-formulir, blanko-blanko atau daftar

pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai alat pengumpulan

data yang berkaitan dengan potensi wilayah sasaran bagi penyuluh

Agama, alat pengumpul data tersebut dinamakan instrumen.

41

42

lnstrumen identifikasi potensi wilayah/kelompok sasaran terdiri dari

instrumen pengumpulan data, instrumen pengolahan data, instrumen

analisis data dan instrumen monografi potensi wilayah/kelompok

sasaran yang satu sama lain saling berhubungan.

lnstrumen untuk pengumpulan data erat hubungannya dengan

instrumen pengolahan data, demikian juga instrumen pengolahan

data mempengaruhi instrumen analisis data dan instrumen analisis

data sebagai dasar penyusunan instrumen monografi potensi wilayah/

kelompok sasaran.

Berikut ini adalah contoh-contoh instrumen yang dipergunakan sebagai

alat untuk mengumpulkan data, informasi atau keterangan-keterangan

yang berkaitan dengan data potensi wilayah/kelompok sasaran.

lnstrumen untuk pengumpulan data potensi wilayah/kelompok

sasaran sekurang-kurangnya meliputi 3 variabel yaitu variabel sumber

daya, variabel kependudukan dan variabel sarana dan prasarana

keagamaan.

lnstrumen untuk pengolahan data juga sekurang-kurangnya meliputi 3

varia-bel dengan bentuk yang lebih simpel dan sederhana.

lnstrumen untuk analisis data hanya satu instrumen tetapi mencakup

3 variabel yang terdapat pada pengolahan data.

lnstrumen untuk monografi potensi wilayah hanya satu instrumen tetapi

dapat menggambarkan ha-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan

program bimbingan dan penyuluhan.

Contoh untuk instrumen pengumpulan data potensi wilayah dengan

3 varia-bel yaitu: l.Variabel sumber daya 2.Variabel kependudukan

3.Variabel sarana dan prasarana keagamaan.

a. Jenis-jenis instrumen untuk masing-masing variabel adalah

sebagai berikut: l.Variabel Sumber Daya terdiri: a.Penyelenggara

pendidikan Agama pada masyarakat b.Lembaga keagamaan

c.Tempat ibadah d.Tenaga keagamaan. 2.Variabel kependudukan

terdiri: a.Penduduk menurut usia b.Penduduk menurut Agama

c.Penduduk menurut pendidikan umum d.Penduduk menurut

pendidikan Agama Islam e.Penduduk menurut pekerjaan/profesi.

3.Variabel sarana dan prasarana keagamaan: a.Bangunan yang

dimiliki b.Aiat transportasi c.Aiat komunikasi.

43

B. CONTOH INSTRUMEN VARIABEL SUMBER DAYA

Bl. Jumlah Penyelenggara Pendidik Agama Islam pada Masyarakat

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

No.

1

Sumber

44

1.

2.

Desa

2

Pengajian

3

Majlis Remaja TPA/TKA Masjid

Taklim Masjid 4 5 6

Penyuluh Agama

NIP.

DLL

8

B2. Jumlah Lembaga Agama Islam

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

No.

Sumber

1.

2.

De sa Yayasan Ponpes

'l "-

Majlis Islamic Taklim Centre

Dll

<; f;

Penyuluh Agama

NIP.

45

83. JUMLAH TEMPAT IBADAH UMAT ISLAM

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

No. Des a

Sumber

46

1.

2.

Langgar/ Mushola

Surau ~ 4

Masjid Tern pat

DLL lbadah

c; h

Penyuluh Agama

NIP.

84. JUMLAH TENAGA KEAGAMAAN ISLAM

Kecamatan

Kabu paten/Kota

Tahun

No.

Sumber

1.

2.

De sa Kyai/Tuan

Guru

3

Da'i/ Guru

Mubalig/ ngaji

Khatib 4 5

A mil/ Guru/

Lebe Do sen Jml agama

6 7 8

Penyuluh Agama

NIP.

-P

C. CONTOH INSTRUMEN VARIABEL SUMBER DAYA

Cl. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

Jumlah yang berusia (Tahun)

No.

Sumber

48

1.

2.

Des a 0-10 1Q--20 21-30

3 4 5

Total 31-40 41-50 So-60 111 60

6 7 8 9 lC

Penyuluh Agama

NIP.

C2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

Jumlah Pemeluk Agama No.

1

Sumber

1.

2.

Des a

2 Islam Kristen

3 4

Total Katolik Hindu Budha

5 6 7 8

Penyuluh Agama

NIP.

49

E :::s E :::> c <0

"" '0 '0 c Ql Q.

~ al 1>.0 c <0 >

..r:. <0 e :::s .....

C3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN UMUM

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

..r:. "" <0 <O--o 0 ·-"" 1- Ql

VI

.... I a

VI

"" .E Ql -o oc <0

"" ct

<0

E 0 c. c :::> ~ l<e VI

c. !:::; I"' VI

c I~ VI

E~ ~] I"" al Ql

Ill

<0 Ill Ql c

ci z

Sumber Penyuluh Agama

50

1.

2. NIP.

E "' ]i

"' E "' QO <(

1:

"' -" :c :c 1: Ql c.. ... Ql co QO 1:

"' > ..c "' e :::s .....

C4. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

..c

"' lrr e ~

1"1'1 vi

N vi

.-i vi

1"1'1 0' c

N C( c

<(

::E

VI ..... \.C ::E

-::E <J'

..c ...... "' <( .~ '<j

::E ·= c

...... ~ <( rr I- a:

"' Ill Ql c

ci z

Sumber Penyu luh Agama

1.

2. NIP.

51

c QJ ... "' ·.: :.::

E 111

'Ji!

52

D. CONTOH INSTRUMEN SASARAN DAN PRASARANA KEAGAMAAN

Dl. Jumlah Bangunan yang dimiliki

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

0

0 0 00 0 0

0 0 0

0 0 0 ..... 0 0

0 0 0

0

0 0 \J:) 0 0

0 0 0

0

0 0 Ln 0 0

0 0 0

0

0 0 <t 0 0

0 0 0

0

0 0 "' 0 0 0

0 0

111

"' N QJ 0

0 .... z

~ 111 e ~

0

0 0 0 0

0 0 0

"' "0 0 :s Ill 0 0 :s 0 0 "0 0 1:: 0 0 J:

0

0 0 0 0

0 0 0

0

0 0 0 0

0 0 0

~ 0

0 0 0 .... 0 0

"' 0 ::.: 0 0

0

0 0 0 0

0 0 0

Sumber

1.

2.

¢ .....

M .....

N .....

..... .....

0 .....

C1>

Penyuluh Agama

NIP.

53

c: Q.l .... .~

~

E "' ~

54

02. JUMLAH ALAT TRANSPORTASI YANG DIMILIKI

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

0

0 0 00 0 0

0 0 0

0 0 0 ..... 0 0

0 0 0

0

0 0 <0 0 0

0 0 0

0

0 0 "' 0 0 0

0 0

0

0 0 q-0 0

0 0 0

0

0 0 ('()

0 0 0

0 0

"' "' N Q.l

0

0 z ....

.c

"' e :I ...

0

0 0 0 0

0 0 0

1'0 "'C 0 :J llll 0 0 :J 0 0

"'C 0

·= 0 0 J:

0

0 0 0 0

0 0 0

0

0 0 0 0

0 0 0

~ 0

0 0 0 .... 0 0 1'0 0 :00:: 0 0

0

0 0 0 0

0 0 0

Sumber

1.

2.

.... .....

m .....

N .....

..... .....

0 .....

"'

Penyuluh Agama

NIP.

55

s:: ClJ ... -~ ~

E Ill ]!

56

04. JUMLAH ALAT KOMUNIKASI YANG DIMILIKI

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Tahun

x co "' u..

.... (])

E ,.... (]) .... c -

ci. ~

1.0

x "' "' u..

.... (]) c Qj "'" .... E

a.

~ m

Ill

"' N ClJ 0

0 ..... z

~ Ill

E ::l .....

x ro

1..1...

rtl "'0 ..... ::J <!) Ill E ::J ~ "'0

·= c J:

c.

~

x ro

1..1...

~ ..... <!)

0 E ... ~ rtl :.:: c

ci. ~

Sumber

1.

2.

<t ....

m ....

N ....

.... ....

0 ....

"'

Penyuluh Agama

NIP.

57

58

2. Pengumpulan Data Potensi Wilayah Atau Kelompok Sasaran.

Kegiatan pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok sasaran

adalah suatu kegiatan/proses pengumpulan data potensi wilayah atau

kelompok sasaran dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat

se be I u m nya.

Proses pengumpulan data adalah kegiatan survei, menginventarisir dan

mengumpulkan data yang tersebar sesuai dengan kebutuhan dakwah/

bimbingan penyuluhan agama Islam dan tujuan dari pengumpulan

data adalah terjalinnya data potensi wilayah atau kelompok sasaran.

ldentifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran adalah minimal

dalam satu tahun dua kali, dengan pengertian bahwa pengumpulan

data akan dilakukan lagi setelah enam bulan lewat, tetapi apabila

dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan data sudah banyak yang

tidak sesuai di lapangan atau tidak dapat digunakan lagi maka dapat

dilakukan kegiatan pengumpulan data kembali untuk melengkapi data

yang sudah ada.

Yang dimaksud setiap kali pengumpulan data adalah setiap melakukan

kegiatan pengumpulan data mulai dari pertama sampai dengan terakhir

sehingga pengumpulan data tersebut terkumpul suatu informasi yang

merupakan satu kesatuan antara informasi yang pertama dengan yang

terakhir

3. Mengolah Data. Mengolah data adalah kegiatan menggabungkan,

mengelompokkan atau memilah milah data hasil kegiatan pengumpulah

data baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, alata pengolahan

data bisa menggunakan metode kwalitatif maupun kwantitaif sehingga

tergambar tentang potensi dan kelemahan serta masalah-masalah

dalam suatu wilayah atau kelompok sasaran untuk menjadi bahan

dalam penyusunan program bimbingan dan penyuluhan agama.

Volume kegiatan pengolahan data potensi wilayah atau kelompok

sasaran binaan adalah berdasarkan berapa kali data di kumpulkan.

Apabila data dikumpulkan dalam satu tahun 2 kali maka pengolahannya

juga 2 kali, apabila 3 kali pengumpulannya maka pengolahannya juga

3 kali.

4. Menganalisa Data. Menganalisa data adalah kegiatan yang bersifat

membanding bandingkan seluruh data dan informasi yang dihasilkan

dari kegiatan mengolah data baik menggunakan analisa kwalitatis

maupun analisa statistika, sehingga dapat dicarikan kesimpulan

masalah-masalah pokok dan strategis yang dihadapi atau yang

dibutuhkan oleh masyarakat atau kelompok binaan yang menjadi

sasaran dakwah/bimbingan dan penyuluhan. Kesimpulan masalah

tersebut dijadikan sebagai data penyusunan rencana/program olen

dai/ penyuluh Agama islam.

Analisis potensi wilayah kelompok sasaran/binaan adalah suatu

tahapan kegiatan dalam rangkaian penyusunan program bimbingan/

penyuluhan Agama/ pembangunan yang memproses penganalisaan

terhadap berbagai potensi wilayah/kelompok untuk merumuskan

berbagai pola dakwah/penyuluhan, metode dan materi yang tepat

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

59

60

Tujuan dari analisis potensi wilayah/kelompok binaan adalah untuk

merumuskan pilihan pola, metode dan materi yang mendasarkan

atas kesesuaiannya dengan kondisi ril kelompok binaan/sasaran

penyuluhan.

Volume kegiatan analisis potensi wilayah adalah berdasarkan berapa

kali data potensi wilayah/kelompok sasaran di lakukan apabila kegiatan

pengumpulan data dilakukan setahun 2 kali maka kegiatan pengolahan

data 2 kali maka kegiatan analisis potensi wilayah/kelompok binaan 2

kali juga.

dokumentasi dari kegiatan ini adalah laporan rumusan/kesimpulan

terhadap kebutuhan akan materi, metode dan poladakwah/ bimbingan

atau penyuluhan terhadap suatu wilayah/kelompok sasaran.

5. Merumuskan Monografi Potensi Wilayah/Kelompok Sasaran.

Kegiatan perumusan monografi potensi wilayah/kelompok sasaran

adalah membuat rumusan data yang telah disimpulkan dari hasil

kegiatan pengumpulan data dan kegiatan pengolahan data, sehingga

dapat digambarkan dalam bentuk statistik data yang sistematik,

lengkap, terpadu. Hasil dari kegiatan merumuskan monografi potensi

wilayah/kelompok sasaran antara lain adalah penentuan kebutuhan

Dakwah/Bimbingan penyuluhan agama Islam.

Penentuan kebutuhan bimbingan dan penyuluhan sekurang-kurangnya

adalah mencakup 3 (tiga) pokok yaitu standar materi, kompetensi

penyuluh agama dan jangka waktu penyelenggaraan untuk penjelasan

lebih lanjut akan disampaikan dibawah ini:

a. Standar Materi. Standar materi adalah pengetahuan dan

keterampilan esensial setiap tema materi yang harus dipelajari

dengan memperhatikan kebutuhan seluruh jamaah sebagai peserta

didik, jangka waktu yang diperlukan dan output yang diharapkan.

Dalam menentukan standar materi perlu adanya kesepakatan antara

penyuluh dengan jamaah sebagai sasaran penyuluhan, karena

dengan adanya kesepakatan tersebut maka dapat melakukan dialog

yang produktif antara penyuluh dan jamaah. Jika dialog ini dilakukan

secara efektif maka akan meningkatkan kesadaran dan tanggung

jawab seluruh lapisan masyarakat terhadap peningkatan mutu

pendidikan agama.

b. Kompetensi Penyuluh Agama Islam. Kompetensi penyuluh

adalah tingkat kemampuan dan keahlian tertentu yang harus dimiliki

oleh penyuluh agama di dalam menyampaikan materi yang telah

ditentukan. Seorang penyuluh apabila menetapkan suatu materi

penyuluhan dia harus sudah mengetahui kemampuan diri apakah

mampu atau tidak. Apabila seorang penyuluh agama merasa tidak

mampu terhadap suatu materi penyuluhan yang akan ditetapkan

sebaiknya penyuluh agama tersebut tidak menetapkan materi

tersebut sebagai materi penyuluhan. Semua dimaksudkan untuk

tidak menghambat jalannya bimbingan dan penyuluhan. Apabila

dalam masyarakat dengan jamaah telah ditetapkan tentang standar

materi tetapi penyuluh agama yang bersangkutan merasa tidak

berkompeten menyampaikan bimbingan dan penyuluhan, maka

kesempatan tersebut dapat dialihkan oleh penyuluh agama yang

berkompeten.

61

62

Kompetensi penyuluh agama diperlukan agar tidak terjadi

penyimpangan dan kesalahan dalam menterjemahkan, menyam­

paikan dan mengimplementasi-kan materi.

c. Jangka Waktu Penye/enggaraan. Jangka waktu penyelenggaraan

adalah waktu yang diperlukan dalam penyampaian materi yang telah

disepakati. Penentuan jangka waktu ini sangat penting karena dapat

dipergunakan untuk mengevaluasi apakah pemberian materi sudah

memenuhi syarat, juga untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan

dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. Penentuan jangka

waktu juga dimaksudkan untuk menimbulkan semangat peserta

didik dan mengatasi dari penggunaan waktu seoptimal mungkin.

Volume kegiatan setiap tahunnya dalam merumuskan monografi

potensi wilayah/kelompok sasaran adalah 2 kali, tetapi kegiatan

tersebut dapat dilakukan lebih dari 2 kali apabila jumlah kegiatan

dari pengumpulan, pengolahan dan ana lisa data juga lebih dari 2 kali

dalam setahunnya.

Melakukan identifikasi kebutuhan wilayah sasaran/kelompok

binaan penyuluhan ini merupakan kerja besar dan mungkin sangat

melelahkan guna menuju keberhasilan penyuluhan agama itu sendiri.

Oleh karena itu perlu kesabaran dan ketekunan serta kejelian dan

kecerdasan seorang penyuluh agama dalam menggali informasi dan

mebuat analisis serta menyimpulkan apa sebenarnya yang menjadi

kebutuhan sasaran. Di samping itu penyuluh agama juga harus

mampu menyusun prioritas kebutuhan sasaran, sehingga dalam

pemenuhannya bisa bertahap.

ldentifikasi kebutuhan wilayah sasaran/kelompok binaan ini

sebaiknya dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan. Karena

dengan demikian penyuluh akan mengetahui keadaan lapangan

secara tepat guna melakukan persiapan yang seksama baik mental,

materi dan metode yang akan digunakan.

Namun jika keadaan tidak memungkinan, identifikasi kebutuhan

wilayah sasaran/kelompok binaan ini bisa juga dilakukan sambil

berjalan. Artinya dilaksanakan berbarengan dengan kegiatan

penyuluhan itu sendiri. Tentu saja di awal penyuluhan, penyuluh

agama masih meraba-raba dan hanya bersifat perkenalan dengan

sasaran penyuluhan. Bisa dipastikan penyuluhan yang dilakukan

belum mengetahui secara tepat kebutuhan sasaran.

6. Penyusunan rencana kerja. Perencanaan Poses Dakwah/Bimbingan

Penyuluhan. Setiap dakwah/bimbingan penyuluhan didahului dengan

pembuatan rencana dakwah/bimbingan penyuluhan tahunan, tengah

tahunan atau tiga bulanan. Rencana disusun dan disesuaikan dengan

waktu yang telah ditetapkan, ketersediaan waktu bagi jamaah dan ma­

teri yang telah ditetapkan serta sarana yang tersedia.

a. Perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan merupakan suatu

rencana dakwah/bimbingan penyuluhan selama satu tahun yang

disusun berdasar-kan garis besar pokok pengajian serta disesuaikan

dengan jumlah tatap muka dalam pengajian dan ketersediaan waktu

yang dipilih. Rencana tahunan terdiri dari rencana tengah tahunan.

Rencana tengah tahunan mencakup komponen: pokok bahasan,

konsep/tema, alokasi waktu tiap pokok bahasan/konsep/tema, dan

waktu pelaksanaan. Selain itu, disediakan pula alokasi waktu untuk

63

64

evaluasi dan kegiatan lain yang tidak terduga. Dengan demikian

rencana tengah tahunan terlihat uraian bahan kajian dan alokasi

waktu pelaksanaan.

Dalam menentukan alokasi waktu setiap pokok bahasan perlu

dipertimbangkan tingkat kesulitan dan keluasan/kedalaman bahan

serta banyaknya kegiatan (praktik, latihan).

Rencana tahunan dan tengah tahunan bel urn dapat digunakan secara

langsung untuk melaksanakan kegiatan pengajian, oleh karena itu

perlu dibuat rencana harian (apabila pengajian dilaksanakan tiap

hari) mingguan (apabila pengajian dilaksanakan tiap minggu) berapa

persiapan pengajian.

b. Persiapan dakwah/bimbingan penyu/uhan. Sebelum penyuluh

agama memberikan dakwah/bimbingan penyuluhan perlu membuat

persiapan yang sekurang-kurangnya memuat :

1) Bahan kajian (pokok bahasan/sub pokok bahasan).

2) Tempat, hari, tanggan dan jam.

3) Tujuan pengajian (tujuan setiap pokok bahasan).

4) Tujuan khusus pengajian (tujuan yang dijabarkan dari tujuan

pengajian pokok bahasan).

5) Bahan pengajian dan kegiatan pengajian secara umum.

6) Cara menilai kemajuan pengajian jamaah.

BAB Ill

PENGORGANISASIAN

A. PEMETAAN KELOMPOK SASARAN/BINAAN

Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhan agama tidak selalu dapat

diletakkan dalam konteks yang bersifat makro. Oleh karena setiap dai/penyuluh

agama harus mampu memetakan kelompok sasaran karena tidak mungkin

seorang penyuluh agama dapat melakukan kegiatan yang menyentuh semua

strata dan segmen masyarakat dalam waktu yang bersamaan.

Pemetaan kelompok sasaran Penyuluh Agama Islam merupakan langkah yang

penting untuk memudahkan dalam memilih metode pendekatan dan menen­

tukan materi bimbingan atau penyuluhan yang relevan dan sesuai dengan

kebutuhan kelompok sasaran.

Dalam melakukan pemetaan kelompok sasaran penyuluhan agama Islam, ada

beberapa hal pokok yang menjadi tolok ukur dan kerangka analisis yaitu:

a. Kelompok masyarakat dilihat dari tingkatan sosial ekonominya.

b. Kelompok masyarakat dilihat dari tingkatan pendidikan dan pengetahuan­

nya.

c. Kelompok masyarakat dilihat dari statusnya.

d. Kelompok masyarakat dilihat dari segi wilayah/geografis dan profesinya.

1. Kelompok Sasaran

Berdasarkan empat tolok ukur di atas, sasaran dakwah/ penyuluhan agama

Islam dalam masyarakat Indonesia kontemporer antara lain:

1) Kelompok sasaran masyarakat umum, terdiri dari:

a. Masyarakat pedesaan

b. Masyarakat transmigrasi

65

66

2) Masyarakat perkotaan terdiri dari:

a. Komplek Perumahan. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan

komplek perumahan adalah untuk meningkatkan kesadaran beragama

bagi para para karyawan pemerintah atau swasta penghuni komplek

sehingga tercipta suasana keagamaan dan kehidupan yang harmonis baik

di rumah tangga maupun di lingkungan komplek.

b. Real Estate. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan real estate

adalah untuk meningkatkan kesadaran beragama di kalangan komunitas

penghuni real estate yang memiliki tingkat pendidikan relatif tinggi, gaya

hidup berkelas dan mapan secara ekonomi. Penghuni real estate memiliki

mobilitas kegiatan dan intensitas kesibukan yang tinggi sehingga sedikit

waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Penyuluhan agama di lingkungan real estate harus menyentuh subsansi

beragama secara praktis dan nilai-nilai kehidupan sosial.

c. Asrama. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan asrama adalah

untuk menanamkan kesadaran hid up beragama bagi anggota tentara atau

kepolisian dan keluarganya agar terbina suasana yang baik di lingkungan­

nya.

d. Daerah pemukiman baru. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan

daerah pemukiman baru adalah untuk menanamkan kesadaran beragama

dan membina kegiatan ibadah di lingkungan tempat tinggal baru.

e. Masyarakat Pasar. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan masya­

rakat pasar yang notabene kelompok masyarakat paling sibuk adalah

untuk menanamkan kesadaran beragama dan implementasi nilai-nilai

agama dalam kegiatan bisnis yang mereka lakukan.

t Masyarakat Daerah Rowan. Dakwah/Penyuluhan agama dilingkungan

masyarakat daerah rawan, baik rawan dari segi keamanan maupun rawan

dari segi pengaruh sesuatu paham atau ajaran lain, harus diarahkan untuk

menanamkan kesadaran, pengertian dan ketahanan spiritual dan sosial

terhadap berbagai pengaruh yang merugikan.

g. Karyawan instansi pemerintah/swasta tingkat Kabupaten/Provinsi.

Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan karyawan instansi pemerintah/

swasta adalah untuk meningkatkan dan memperdalam pengamalan ajaran

agama sehingga agama menjiwai etos kerja dan mewarnai perilaku kerja

serta tumbuhnya suasana agamis di tempat kerja.

h. Masyarakat industri. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan

masyarakat industri adalah untuk membina kehidupan beragama

dikalangan para pekerja industri/pabrik dan keluarganya.

i. Masyarakat sekitar kawasan industri. Dakwah/Penyuluhan agama di

lingkungan masyarakat sekitar kawasan industri terutama harus diarah­

kan untuk membina ketahanan iman dan moral masyarakat sehingga

kehidupan sosial dan moral masyarakat tidak mudah bergeser karena

pengaruh hadirnya kawasan industri di sekitar mereka.

3) Kelompok sasaran masyarakat khusus, terdiri dari:

a. Cendekiawan, terdiri dari kelompok binaan:

1) Pegawai/karyawan instansi pemerintah

2) Kelompok profesi

3) Kampus/masyarakat akademis

4) Masyarakat peneliti serta para ahli

b. Generasi muda, terdiri dari kelompok binaan:

1) Remaja Masjid

2) Karang Taruna

3) Pramuka

c. LPM, terdiri dari kelompok binaan:

1) Majelis Taklim

2) Pondok Pesantren

3) TPA/TKA

d. Binaan Khusus, terdiri dari kelompok binaan:

1) Panti Rehabilitasi/Pondok Sosial

67

68

2) Rumah Sakit

3) Masyarakat gelandangan dan pengemis

4) Lokalisasi Wanita Tuna Susila (WTS)

5) Lembaga Pemasyarakatan (LP)

e. Daerah Terpencil, terdiri dari kelompok binaan:

1) Masyarakat Daerah Terpencil

2) Komunitas Adat Terpencil.

2. Ciri-ciri Kelompok Sasaran/Binaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan dakwah/Penyuluh Agama Islam, setiap dai/

penyuluh agama berhubungan secara langsung dengan obyek sasaran yaitu:

1}. Kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah kelompok atau anggota

masyarakat yang berada dalam suatu wilayah sasaran dakwah/ bimbingan

penyuluhan. Kelompok sasaran ini mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. jamaahnya tidak terdaftar sehingga setiap kali ada kegiatan dakwah/

bimbingan atau penyuluhan selalu berubah-ubah baik dalam jumlah

maupun individu yang hadir.

b. tidak terstruktur, maksudnya adalah tidak ada struktur organisasinya

baik yang sifatnya sederhana maupun yang rapi.

c. bersifat sementara, adaiah pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan

yang dilakukan apabila dipandang sangat mendesak dan penting.

d. tidak terjadwal, karena sifatnya sementara maka pelaksanaan bimbi­

ngan dan penyuluhan tidak terjadwal rapi. Misalnya sebulan 4 kali

setiap minggu 1 kali dan tiap kali tatap muka 1 jam, hal tersebut telah

dilakukan.

Z) Kelompok binaan, adalah kelompok atau anggota masyarakat yang

berada dalam kelompok sasaran yang secara sengaja mengelompokkan diri/

dikelompokkan oleh dai/penyuluh agama dan menjadi sasaran bimbingan

penyuluh agama secara kontinyu dan terencana.

Kelompok ini mempunyai ciri-ciri yang merupakan kebalikan dari ciri-ciri

kelompok sasaran tersebut di atas. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah:

a. memiliki program pembinaan yang terarah dan sistematis

b. terstruktur, yaitu mempunyai organisasi, walaupun organisasinya

sangat sederhana, tetapi kelompok ini memiliki sekurang-kurangnya

ketua/ koordinator/kiayi/guru ngaji, dll.

c. kegiatan bersifat kontinyu, yaitu kegiatan bimbingan dan penyuluhan

sifatnya kontinyu dan terjadwal secara rapi. Misalnya setiap hari jam 19

s.d. 21, setiap hari Kamis atau sebulan sekali setiap hari Jumat malam

jam 19 s.d. 21.

d. memiliki jangka waktu yang relatif lebih lama, maksudnya adalah

kelompok binaan ini tidak ada keinginan untuk bubar, kecuali sebab­

sebab tertentu yang tidak direncanakan sebelumnya atau jangka

waktunya ditetapkan selama 6 bulan atau 1 tahun, dll.

B. PEMBENTUKAN KELOMPOK BINAAN.

Pembentukan kelompok sasaran/binaan yang dimaksudkan adalah pembentukan

kelompok sasaran yang diarahkan ke kelompok binaan yaitu bagaimana

membentuk suatu kelompok binaan yang terdapat dalam kelompok sasasran.

Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan oleh setiap dai/penyuluh agama Islam

dalam membentuk kelompok binaan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan. Data dan informasi yang diperoleh dari identifikasi

potensi wilayah sasaran atau kelompok binaan dijadikan sebagai dasar untuk

membentuk kelompok binaan. Data dan informasi yang penting diketahui

tersebut antara lain ialah jumlah penduduk, agama, mata pencaharian, tokoh­

tokoh masyarakat, ulama dan kecenderungan masyarakat tersebut terhadap

agama dan kegiatan keagamaan.

Setelah data dan informasi terkumpul dan dipelajari secara cermat maka

penyuluh agama melakukan langkah pendekatan personal kepada unsur

masyarakat yang memiliki pengaruh di lingkungannya. Tujuan pendekatan

69

adalah untuk meyakinkan mereka terhadap manfaat pembinaan keagamaan

secara teratur dan intensif melalui pembentukan kelompok sasaran (binaan)

penyuluhan agama Islam.

Sebagai contoh, untuk pembentukan kelompok pengajian pemuda, pendekatan

dilakukan terhadap organisasi pemuda, organisasi olah raga atau remaja masjid

di lingkungan masyarakat tersebut. Setelah langkah pendekatan membawa

hasil yang positif, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan

untuk membentuk kelompok pengajian pemuda.

2. Tahap Pembentukan. Langkah pembentukan kelompok pengajian pemuda

dimulai dengan menetapkan susunan pengurus, nama kelompok pengajian

(jika diperlukan), tempat dan frekuensi kegiatan, dan dukungan pendanaan.

Dalam penentuan pengurus sebaiknya dai/penyuluh agama Islam hanya

sebagai fasilitator, sedangkan pimpinan pengurusnya diserahkan kepada para

pemuda sendiri sehingga tidak timbul kesan bahwa kelompok pengajian yang

dibentuk itu membawa misi dari luar. Kelompok pengajian yang dibentuk harus

dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat, dikelola oleh,

dari dan untuk kepentingan mereka sendiri.

Kelompok pengajian pemuda yang baru itu dibentuk bukan bersifat sementara,

tetapi dirancang dan dibina untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Seorang

dai/penyuluh agama Islam dapat datang dan pergi dalam waktu singkat karena

tugasnya, tetapi kelompok sasaran yang dibinanya adalah untuk jangka waktu

yang panjang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk keleng­

kapan organisasi bagi kelompok sasaran (binaan) segera ditetapkan visi dan

misi serta program yang lebih rinci lagi yang diterangkan di bawah ini.

70

1. VISI

Tahap berikutnya setelah dai/penyuluh Agama Islam berhasil membentuk

kelompok binaan dalam suatu organisasi apakah itu organisasi yang sederhana

maupun organisasi yang rapi adalah menetapkan visi organisasi/kelompok

binaan. Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana kelompok binaan harus

dibawa agar tetap eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran

yang menantang.

a. Peran dan Fungsi Visi

Dalam perjalanan kelompok binaan, maka visi memainkan peran yang

menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga kelompok

binaan dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.

Visi dapat dikatakan sebagai kompas atau arah jalannya bagi setiap jamaah

yang ingin memahami maksud dan tujuan kelompok binaan. Apabila suatu

saat kelompok binaan tersebut perlu diubah baik sebagian maupun secara

keseluruhan, untuk itu perlu dilakukan penyesuaian dengan visi baru

kelompok binaan tersebut oleh mereka yang terlibat didalamnya.

Visi yang baik bagi masa depan kelompok binaan adalah visi yang dapat

menggerakan jamaahnya untuk bertindak, karena itu kelompok binaan

berkembang dan mendapat kemajuan. Bagi kelompok binaan visi memiliki

peran dan fungsi antara lain: l)Memberikan arah bagi anggota kelompok

binaan 2)Mencipatakan kesadaran untuk mengendalikan dan mengawasi

3)Mendorong anggota kelompok binaan untuk menunjukkan kinerja yang

lebih baik 4)Menciptakan daya dorong untuk perubahan S)Mempersatukan

anggota kelompok binaan.

b. Kriteria Visi yang Kuat

Untuk mengetahui apakah visi yang telah ditetapkan merupakan visi yang

kuat atau lema h. Berikut ini beberapa kriteria untuk mengetahui apakah visi

71

72

kelompok binaan itu baik dan kuat: l)Visi harus sesuai dengan situasi dan

semangat kelompok binaan. Maksudnya adalah visi tersebut harus cocok

dengan sejarah, budaya dan nilai-nilai kelompok binaan, konsisten dengan

situasi dan kondisi sekarang. 2)Visi harus mampu melukiskan suatu sosok

kelompok binaan idaman yang hebat dan mampu memikat hati setiap orang.

3)Visi harus mampu menjelaskan kemana tujuan kelompok binaan yang

dituju. 4)Visi harus mempunyai kekuatan persuasif dan dapat menjelaskan

harapan, aspirasi, sentimen, pendirian dan kerinduan jamaah kelompok

binaan. S)Visi harus dapat menimbulkan antusiasme dan komitmen dari hati

yang tulus. 6)Visi harus mengandung norma dan nilai yang menjadi dasar

bagi perilaku jamaah kelompok binaan. 7)Visi harus mudah dimengerti.

c. Tujuan Penetapan Visi Kelompok Binaan

Pada dasarnya membentuk visi kelompok binaan adalah mencari gambaran

bersama-sama mengenai masa depan, dalam hal kesepakatan-kesepakatan

tanpa didasari rasa tertekan, terpaksa, dll.

Visi adalah roh model hari depan dengan demikian visi harus dimiliki

bersama dan diyakini oleh seluruh anggota kelompok binaan.

Visi yang tepat bagi kelompok binaan sebaiknya mempunyai tujuan antara

lain: a.Menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh kelompok sasaran

(binaan). b.Memberikan arah dan tujuan strategi yang jelas. c.Dapat

menimbulkan perekat dan pengatur dari berbagai gagasan stratejik.

d.Berorientasi terhadap masa depan. e.Menimbulkan komitmen seluruh

jajaran dalam lingkungan kelompok sasaran (binaan). f.Memberikan

kepastian kesinambungan kepemimpinan kelompok sasaran (binaan).

d. Proses Penetapan Visi Kelompok Sasaran {Binaan)

Kelompok sasaran (binaan) yang berkeinginan untuk membuat visi bersama

perlu secara terus menerus mengajakanggotanya untuk dapat mengembang-

kan visi individu mereka. Apabila tidak ada visi individu cenderung akan

menghasilkan sekedar kesepakatan terhadap visi orang lain. Hasilnya ada­

lah "kepatuhan" dan bukan komitmen. Pada umumnya kita berada dalam

'kepatuhan'. Apabila kita dalam kepatuhan maka yang terjadi adalah dukung­

an yang kita berikan terhadap visi tersebut sesuai dengan kont~ksnya.

Namun kita tidak akan menjadi anggota kelompok binaan sebenarnya.

Sebagaimana visi yang merupakan keinginan atau image yang terbawa oleh

seseorang dalam dirinya, begitupun juga visi kelompok binaa.n adalah mero­

pakan keinginan dan gambaran yang terbawa oleh masin~-masing individu

dalam suatu kelompok sasaran (binaan).

2. MISI

Tujuan atau misi menjelaskan apa kegiatan yang digeluti. Apa alasan atau

pertimbangan yang melatarbelakanginya. Misi memberi bobot suatu organisasi ~~

kelompok binaan. Organisasi yang besar memiliki wawasan tujuan yang luas,

mendalam dan luhur. Disinilah arti dan fungsi misi yaitu untuk menjembatani

organisasi kelompok binaan dengan kondisi hari depan yang diupayakan

diproyeksikan.

Dengan demikian misi (mission), merupakan masa depan organisasi kelompok

binaan yaitu bagaimana organisasi ada.

Misi harus dapat menjawab beberapa pertanyaan yaitu:

~ Mengapa organisasi ada dan apa tujuannya?

~ Apa yang unik dan berbeda dari organisasi?

~ Apa yang kelihatannya akan berbeda mengenai kegiatanorganisasi pada

3 sampai dengan 5 tahun mendatang?

~ Siapa customer kita?

~ Apa produk organisasi kita?

~ Apa yang menjadi perhatian kita mengenai agama dan perekonomian

73

74

umat yang mendasar?

-,.. Apa kepercayaan, nilai, aspirasi dan prioritas filosofi kita.

a. Unsur-unsur Misi

Misi menurut Kotler merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi yang

diwujudkan dalam produk dan pelayanan, kebutuhan yang dapat ditanggu­

langi kelompok masyarakat, nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan

cita-cita di masa mendatang (Kotler et al, 1987).

Dari batasan tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

merumuskan misi suatu organisasi.

1) Produk apa atau pelayanan apa yang ditawarkan (bimbingan dan

penyuluhan/pendidikan agama, kesehatan dan sebagainya).

2) Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan tersebut memang

diperlukan kelompok masyarakat.

3) Misi harus dengan jelas memiliki sasaran publik mana yang akan dilayani

(kelompok tani, nelayan, wan ita, dokter, pendidik, ibu-ibu rumah tangga,

remaja).

4) Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing

yang meyakinkan masyarakat. lni diperlukan untuk menarik dukungan

publik.

5) Aspirasi apa yang diinginkan di masa datang, dijelaskan pula manfaat

dan keuntungan masyarakat dengan produk dan pelayanan dimaksud.

b. Proses Perumusan Misi

Misi sebaiknya dirumuskan oleh satu kelompok dan bukan hanya oleh

satu orang. Pertanyaan pokok dimuat dalam formulir mencakup masalah

keagamaan, sosial dan politik. Apa yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

dan memberi jawaban terhadap kebutuhan dan masalah terse but. Bagaimana

respon kita terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan organisasi kita?

Juga dimuat tentang nilai-nilai dan identitas organisasi kelompok binaan.

Pertanyaan tersebut perlu dikaji secara mendasar oleh tim perumus yang

terdiri dari pakar dan para ahli terkait dalam organisasi pengajian.

Langkah-langkah dalam perumusan misi dimaksud dapat ditempuh sebagai

berikut:

1) seorang ditetapkan untuk menghimpun hasrat aspirasi dan keinginan

yang dihadapi kelompok binan. Pesan atau masukan terse but bisa datang

dari luar organisasi/kelompok binaan.

2) kelompok binaan atau tim pengkaji semua unsur yang terkait dengan

organisasi seperti ulama, pemuka masyarakat, generasi muda, kelompok

profesi, LSM keagamaan, media. Kelompok di atas merupakan pihak­

pihaik yang terkait dengan organisasi pemerintah.

3) sesudah diadakan pengkajian mengenai pihak yang terkait, tiap anggota

mengisi formulir misi dengan rumusan masing-masing. Kemudian diikuti

dengan diskusi kelompok tentang misi yang ditulis masing-masing

anggota sehingga menghasilkan rumusan bersama yang jelas.

4) hasil rumusan ini sudah berbentuk rencana misi dan dikembalikan

kepada tiap anggota kelompok binaan untuk diperdebatkan. Hasilnya

disusun dalam bentuk rumusan misi yang telah disepakati kelompok.

3. TAHAP KONSOLIDASI

Setelah kelompok pengajian pemuda resmi terbentuk, maka dai/penyuluh

agama memfasilitasi penyusunan agenda kegiatan, pemilihan tema pengajian

yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta, serta inventarisasi anggota

pengajian. Keanggotaan pengajian terdiri dari anggota tetap dan anggota

lepas.

Dalam rangka konsolidasi maka keberadaan kelompok pengajian pemuda perlu

disosialisasikan dan dikomunikasikan sejak dini kepada segenap unsur dan

Ia pi san masyarakat agar mereka memberi support (dukungan) karena Kelompok

75

pengajian yang dibentuk bukanlah kelompok yang tertutup dan ekslusif, tetapi

kelompok pengajian yang terbuka.

C. PENYUSUNAN RENCANA KERJA. PERENCANAAN POSES DAKWAH/

PENDIDIKAN/PENGAJIAN.

Setiap dakwah/bimbingan penyuluhan didahului dengan pembuatan rencana

dakwah/bimbingan penyuluhan tahunan, tengah tahunan atau tiga bulanan.

Rencana disusun dan disesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan,

ketersediaan waktu bagi jamaah dan materi yang telah ditetapkan serta sarana

yang tersedia.

1. Perencanaan tahunan

Perencanaan tahunan merupakan suatu rencana dakwah/bimbingan penyuluhan

selama satu tahun yang disusun berdasarkan garis besar pokok pengajian serta

disesuaikan dengan jumlah tatap muka dalam pengajian dan ketersediaan

waktu yang dipilih. Rencana tahunan terdiri dari rencana tengah tahunan.

Rencana tengah tahunan mencakup komponen: pokok bahasan, konsep/tema,

alokasi waktu tiap pokok bahasan/konsep/tema, dan waktu pelaksanaan. Selain

itu, disediakan pula alokasi waktu untuk evaluasi dan kegiatan lain yang tidak

terduga. Dengan demikian rencana tengah tahunan terlihat uraian bahan kajian

dan alokasi waktu pelaksanaan.

Dalam menentukan alokasi waktu setiap pokok bahasan perlu dipertimbangkan

tingkat kesulitan dan keluasan/kedalaman bahan serta banyaknya kegiatan

(praktik, latihan).

Rencana tahunan dan tengah tahunan belum dapat digunakan secara langsung

untuk melaksanakan kegiatan pengajian, oleh karena itu perlu dibuat rencana

harian (apabila pengajian dilaksanakan tiap hari) mingguan (apabila pengajian

dilaksanakan tiap minggu) berapa persiapan pengajian.

76

2. Persiapan Pengajian

Sebelum penyuluh agama memberikan pengajian perlu membuat persiapan

mengajar/ngaji. Persiapan mengajar ngaji sekurang-kurangnya memuat:

a) Bahan kajian (pokok bahasan/sub pokok bahasan).

b) Tempat, hari, tanggan dan jam.

c) Tujuan pengajian (tujuan setiap pokok bahasan).

d) Tujuan khusus pengajian (tujuan yang dijabarkan dari tujuan pengajian

pokok bahasan).

e) Bahan pengajian dan kegiatan pengajian secara umum.

f) Cara menilai kemajuan pengajian jamaah.

77

78

BABIV

PELAKSANAAN DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYYULUHAN

A. TENAGA DAI/PENYULUH AGAMA ISLAM

Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal,

setiap kegiatan apapun harus dikelola oleh orang yang professional dan ahli

dibidangnya. Sarna halnya dengan tugas menyampaikan risalah agama harus

memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus benar-benar istiqomah

dalam keimanannya serta percaya dengan seyakin-yakinnya akan kebenaran

agama Islam yang dianutnya kemudian diteruskan kepada umatnya.

Hal ini telah dicontohkan pada Nabi, bahwa mereka menanamkan iman kepada

dirinya terlebih dahulu, kemudian baru kepada orang lain atau umatnya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah.

Artinya : Rasul telah beriman kepada AI Quran yang diturunkan kepadanya

dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasui-Nya.

(mereka mengatakan): "Komi tidak membeda-bedakan antara seseorangpun

(dengan yang lain) dari rasul-rasui-Nya': dan mereka mengatakan: "Komi

dengar dan Komi taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Komi Ya Tuhan Komi

dan kepada Engkaulah tempat kembali." {QS. AI Baqarah 285}

79

80

Para Nabi sesudah mantap imannya atas kebenaran agamanya, kemudian

membersihkan dirinya dari segala macam perbuatan tercela.

Bahkan mereka berikrar dengan sesungguhnya: "saya ini adalah orang mukmin

yang pertama dan saya ini orang Islam yang pertama".

2. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus menyampaikan

dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Seorang muslim yang telah mantap

untuk menyampaikan/kebenaran (risalah agama) kepada orang lain,

sedangkan ia mampu melakukannya, maka dia berdosa, dan dia harus

mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak.

Firman Allah dalam AI-Qur'an dalam QS. Ali lmran 187.

Artinya: dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang

telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada

man usia, dan jangan kamu menyembunyikannya/' lalu mereka melemparkan

janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan

harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.

Dengan demikian setiap umat Islam, khususnya Dai/Penyuluh Agama Islam/

Mubaligh wajib menyampaikan risalah agamalslam kepada umat manusia

dan tidak diperkenankan menyembunyikan sesuatu yang hak dan benar. Juga

berkewajiban menyampaikan sesuatu yang akan membahayakan serta akibat­

akibat yang diterima jika tidak mematuhinya.

Jika tidak dilakukan usaha-usaha tersebut, maka kita tergolong munafik atau

sekurang-kurangnya tidak mempunyai rasa tanggungjawab.

3. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus menyampaikan

kesaksian itu tidak saja dengan lidahnya, akan tetapi juga dengan amalnya

perbuatanya.

Ajaran Islam tidak menghendaki hanya sekedar teori semata-mata, yang

tidak dibarengi dengan amaliah nyata. Karena itu seharusnya sebelum dia

memberikan dakwahnya kepada orang lain dia sudah melakukannya, terutama

hal-hal yang berkenaan dengan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Firman Allah dengan AI-Qur'an dalam QS. AI Baqarah 44.

Artinya: mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang

kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca AI kitab

(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

Seseorang yang berperan sebagai Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh/Da'i

yang menyeru orang lain agar berbuat kebajikan, sedang dia sendiri tidak

melakukannya maka sikap ini adalah dusta.

4. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus berdakwah di atas

semua aliran dan golongan kamu muslimin, bukan atas paham yang dianutnya

semata. J .,... .. .,., - J ...-: .. • , • ~,., ( "" ~ ., "'1' ..b..:.JJL.,; I,' • ...11 --: .... I ! -<'I ~-I; --: .iJIIA.I.J.J r------~lJ, _" ~--~YYY .Y-" ~- '"t ••

J,l ~! ~J,Ii_,ljlj .. .s~:~!~)f-;. i_,j~I\,J~ ~f ~1"~0~ -~ -- );:~~r> : !~/-..;.,) ;~

Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

81

82

kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Qs. AI-Maaidah B)

Demikian pula seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh, harus

menghindari fanatisme dan ta'ashub terhadap keluarga dan sanak famili,

sebagaimana firmannya:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar­

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu .. (Qs. An Nisa 135)

5. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh menyampaikan Dakwahnya

harus berdasarkan kebenaran yang lengkap dan utuh sesuai dengan petunjuk

Allah SWT.

Dakwah tidak hanya berkenaan dengan hal-ikhwal ibadah semata-mata.

Akan tetapi harus memberikan tuntunan terhadap seluruh aspek hidup dan

kehidupan umat manusia seperti:

• Hubungan manusia dengan manusia lainnya.

• Hubungan manusia dengan lingkungannya.

• Pendidikan dan pengajaran.

• Pertanian, peternakan.

• Perindustrian.

• Perdagangan.

• Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB).

• Usaha Pendidikan Gizi Keluarga (UPGK).

• lmunisasi.

• Dan lain-lain.

Seluruh aspek kehidupan tersebut hendaknya disampaikan secara lengkap

agar setelah mereka memahami diharap akan selalu dijiwai oleh nilai-nilai

luhur ajaran Islam. Misalnya jika seseorang akan mulai bekerja dimulai

dengan membaca "Bismillahirrahmanirrahim".

Allah berfirman dalam AI-Qur'an:

!t~~L:. ~ ;.j: w ~. L I'~~. -r-(11 J' •. f~ ~1: ~, ~~Ill'~&.; -! . ...... u ~J ~) 4X • ~ '! c:' 4.) .r-J' "1. •

""' .,~ ,; • .~ .... .;: ~ ~ .!. , ~ .....-:-"" , ., ""' ,-:;;.,

(®2t~'r~~~~~~I0L . .r81~ $1··~·J<UIIj

Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)

kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari

(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada

orang-orang yang kafir. (AI Maidah 67}

Di surat AI Ahzab 39 Allah berfirman pula:

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risa/ah-risalah Allah, mereka

takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain

kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.

Ayat lain menerangkan pula:

Artinya: "Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah

sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu

83

84

mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan

Allah'~ (As Syuraa 15}

6. Setiap umat Islam diharapkan menyampaikan kesaksian bahwa Allah yang

benar. Pendirian ini harus diperhatikan sekalipun harus mempertaruhkan

nyawa. Memang hal ini adalah tugas yang paling berat. Namun sikap inilah

puncak keimanan yang paling tinggi, yang disebut dalam AI-Qur'an "umat

yang baik".

Ada beberapa butir akhlak yang harus dimiliki oleh setiap Dai/Penyuluh Agama

lslam/Mubaligh dan Khatib yaitu:

1. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib dalam menyampaikan

ajaran Islam yang bersumber AI-Qur'an dan Assunah, harus didasari niat yang

tulus melalui pendekatan bil-hikmah, pengajian yang baik serta mujadalah

dengan yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-Nahl ayat 125;

Artinya: serulah (manusia) kepada jolon Tuhan-mu dengan hikmah dan

pe/ajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cora yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia/ah yang lebih mengetahui orang­

orang yang mendapat petunjuk.

AI- Qur'an surat AI-Bayyinah ayat 5:

i ~~~ ~ ~~ "'-tli ~ .~~ ;Ti~;..-: ~~ ~ -: .. -'~ ;&li :c.:J ~I j-J ft::.~ YPJ ~ ~j ~, ~ j . ~, ~ j~ j

, • .,:.~;~~iT, ; ,,,: ~ ~ ·?:tl 1\,~1, :: !,):!~~ ~j oy j-

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecua/i supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang

lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian ltulah agama yang lurus.

Ayat di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa:

a. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus memiliki ilmu

pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia dan faedah wahyu

tersebut.

b. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus memiliki pengeta­

huan tentang hal-ikhwal umat.

c. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan khatib harus mampu memilih

bahan pelajaran yang sesuai kemampuan dan daya tangkap umat,

sehingga tidak merasa berat menerima ajaran agama.

d. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus pandai

menyajikan dengan mudah dan rasional.

e. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menyadari

bahwa manusia memiliki aneka ragam, corak serta sifat.

2. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menjadi contoh

teladan dalam mengamalkan ajaran agama (uswatun hasanah) di tengah­

tengah masyarakat.

Beberapa firman Allah dalam AI-Qur'an.

Surat AI-Azhab ayat 21.

J;_,?~i<-~r_,;&~iY.-~0' ~l~ ~;. ~~r ~~.,.l;..J~;$J0~ ljj

r-'~") ( ..2;&1 ~ '.fr.:'

85

86

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Surat As-Shaff ayat 3:

Artinya: A mat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa

yang tidak kamu kerjakan.

Hadist dari Usamah bin Zaid bin Haritsah r.a:

Artinya: "Soya mendengar Rasu/ullah SAW bersabda. Dihari kiamat nanti,

seseorang pria dilemparkan ke dalam neraka hingga perutnya pecah dan isi­

nya berantakan keluar. Dia berputar-putar di dalamnya seperti hi mar berputar

di ka/angan. Penghuni neraka berkerumunan menyaksikannya sambil ber­

tanya: Wahai fulan, mengapa engkau begini? Bukan/ah engkau dahulunya

se/alu menganjurkan orang berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran?

Dia menjawab: Benar, soya di dunia menganjurkan orang berbuat kebaikan,

tetapi soya sendiri tidak melakukannya. Dan saya melarang orang melakukan

kejahatan, tetapi saya sendiri melakukannya. (HR. Bukhari Muslim).

3. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib memiliki kebebasan

mimbar. Akan tetapi bertanggungjawab kepada Allah dan kemaslahatan

umat. Kebebasan ini dijamin oleh UUD 1945, tetapi harus bertanggungjawab

kepada umat.

Firman Allah dalam surat AI-Anam ayat 108:

Artinya: dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan

melampaui batas tanpa pengetahuan.

Rasulullah bersabda dari Abu Hurairilh r.a:

Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah bersabda: Siapa yang

menghilangkan kesusahan seseorang muslim dari kesusahan dunia, Allah

akan menghilangkan dari padanya satu kesusahan di akhirat. Dan siapa yang

menutup sesuatu aib dari seorang muslim, Allah akan menutup pula aib-aib­

nya di dunia dan akhirat, dan Allah se/amanya membantu seseorang hamba

selama hamba itu menolong saudaranya'~ (HR. Muslim).

Ayat dan Hadist di atas memberikan isyarat kepada kita:

1. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus pandai memilih

waktu yang tepat untuk menyampaikan ajaran agama.

87

88

2. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus berhati-hati dan

selektif menyampaikan sesuatu masalah jika belum jelas fakta dan datanya.

3. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus senantiasa

mengutamakan kepentingan agama (Islam), masyarakat, bangsa dan negara

dari pada kepentingan pribadi atau golongannya.

Firman Allah dalam AI-Qur'an

~'0~ ~ ' I ' :' • : i·.t' • ~. f Tl;__ -" ··~·­\~/ ""'-"='..........-r-r;u ~'~ l.f'._;..)'f-Y.'

Artinya: dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka

sendiri, Sekalipun mereka do/am kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari

kekikiran dirinya, mereka ltulah orang orang yang beruntung. (AI Hasyr 9}

Sabda Rasulullah SAW.

Artinya: " Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia

mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri '~ (HR. Bukhari

Muslim)

4. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus selalu meningkatkan

pengetahuan dan mengembangkan mutu profesinya.

5. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus mengikuti

perkembangan zaman, disamping harus menambah ilmunya yang telah ada

baik ilmu agama maupun pengetahuan umum.

Firman Allah dalam Al-qur'an surat Al-lsyra ayat 85:

Artinya: " .... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit':

Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 9:

Artinya: " .... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah

yang dapat menerima pelajaran'~

Firman Allah dalam AI-Qura'an:

Artinya: "tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya'~ (At-Taubah 122}

6. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus bersikap jujur dalam

menyampaikan dakwah dan khutbahnya.

Ia harusjujurdan amanah demi kepentingan umat.la harus mau mengorbankan

kepentingan golongannya, demi umat.

Firman Allah dalam surat, AI-Anfal ayat 27:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

dan Rasu/ (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat­

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui'~ (AI-anfa/

27}

89

90

Firman Allah SWT.

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya .... "

Hadist Rasulullah dari Abdullah bin Umar:

Artinya: " Dari Abdullah bi Umar r.a: Sesungguhnya Nabi bersabda: Ada

empat hal yang barang siapa terdapat pada dirinya empat hal tersebut, ia

menjadi seorang munafik murni dan barang siapa terdapat pada dirinya

salah satu diantaranya, pada dirinya ada satu unsur kemunafikan, sampai dia

meninggalkan (membuangnya). Keempat hal itu ialah: Apabila dia dipercaya,

ia khianat_ apabila berbicara, ia berdusta, apabila ia berjanji, ia mungkir dan

apabila ia berselisih ia Jicik/curang'~ (HR. Bukhari Muslim).

7. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menyadari dan

menjaga agar forum dakwah tidak disalah gunakan oleh pihak manapun, demi

menjaga terciptanya ukhuwah lslamiyah.

Dimaksudkan adalah agarforum dakwah itu tidakdigunakan untuk kepentingan

lain, selain tujuan dakwah.

, , ~ ,. , ' , "" I, , , ~ , ~ ,.,.. ~"" ,.,.. 7 ,.,.. ' ,. ,,,. , ., ,. ,. .,.

('-Du~l ~~jli~ {.J a-J ~'jl ~J~I f"'il ~ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki­

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih

baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri[1409} dan jangan memanggil dengan gelaran

yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)

yang buruk sesudah iman{1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka

mereka ltulah orang-orang yang zalim.

B. MATERI DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM

Materi dakwah dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu materi bidang agama dan

materi bidang pembangunan.

1. Agama

a. Aqidah lslamiyah antara lain meliputi

1) Percaya dengan rukun iman yang enam.

2) Aspek keyakinan seorang Muslim terhadap Islam.

3) Kewajiban seorang Muslim menu rut ajaran Islam.

4) Malaikat dengan segala permasalahannya.

5) Kitabullah dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

6) spek keyakinan kepada Nabi/Rasul.

7) Hari pembalasan sebagai janji Allah SWT.

8) Tentang qadha dan qadar.

9) Mizan (timbangan) pahala dan dosa manusia.

10) Yakin dengan adanya syurga dan neraka.

91

11) Yakin dengan hari akhirat.

b. Syari'ah antara lain meliputi.

1) Hablumminallah.

2) Hablumminannas.

3) Beberapa pengertian ibadah.

4) lbadah yang khas dan yang 'am.

5) Pentingnya ibadah dalam kehidupan manusia.

6) Nisbah ilmu dengan ibadah.

7) Nisbah iman dengan ibadah.

8) lbadah sebagai bagian dari syari'ah.

9) Sumber-sumber syari'ah

10) Klasifikasi dan pelaksanaan syari'ah.

11) Kedudukan shalat, zakat, puasa dan haji dalam ajaran Islam.

12) Peranan zakat dalam mengatasi kemiskinan.

c. Akhlak antara lain meliputi

1) Beberapa pemahaman tentang akhlak, ihsan, moral dan etika.

2) Akhlak dan etika (sebuah perbandingan).

3) Nilai dan moral dalam Islam.

4) Beberapa pengaruh nilai dan norma terhadap tingkah laku

manusia.

5) Kriteria akhlak yang baik dan yang buruk.

2. Pembangunan

92

a. Materi Penunjang antara lain meliputi:

1) Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, pandangan hid up dan falsafah

negara.

2) Penjabaran Pancasila dalam UUD 1945.

b. Usaha perbaikan gizi keluarga menurut Islam

1) Tujuan hidup (berisikan) arti kehidupan bagi manusia,

cara menjalani kehidupan yang lebih bermakna, masalah

perkembangan gizi dan sebagainya.

2) Kewajiban memiliki kehidupan antara lain: Pelestarian kehidupan

sebagai suatu kewajiban setiap individu, penyediaan sarana fisik

dan sebagainya. ,.

3) Cara-cara pemeliharaan kehidupan antara lain: Sunnatullah dan

hubungannya dengan pemeliharaan kehidupan manusia dan

makhluk lainnya.

c. Motivasi dan penyuluhan lmunisasi me/a lui jalur agama Islam

· 1) Perhatian Islam terhadap kesehatan.

2) Prinsip kesehatan dalam Islam.

3) Tuntunan pemeliharaan kesehatan.

4) Derajat kesehatan.

5) Kesehatan lbu dan anak.

d. Motivasi supaya kerja keras mencari rizki

1) Hubungan agama Islam dengan ketenaga kerjaan.

2) Hubungan agama Islam dengan perekonomian.

3) Agama Islam dan Bank Islam (Bank syari'ah, Bank Muamallat).

~) Agama Islam dan Koperasi, Asuransi dan lain-lain.

5) Zakat dan Pajak.

e. Agama Islam dan tehnologi dan lingkungan kehidupan

1) Hukum kloning.

2) Teknologi modern.

3) Pembangunan berkelanjutan.

4) Lingkungan hidup.

93

5) Hak asasi manusia.

6) Demokratisasi.

C. METODE DAKWAH/PENYULUHAN

Metode yang dipergunakan dalam berdakwah secara garis besar dapat dibedakan

menjadi tiga hal sebagai berikut:

1. Dakwah bil Hal

Perkataan metode berasal dari bahasa latin yakni meta dan hodos, meta artinya

menuruti, sedangkan hodos artinya jalan atau cara. Jadi metode menu rut bahasa

adalah jalan atau cara. Menurut istilah artinya sistem atau cara untuk mengatur

sesuatu ide atau keinginan.

Seorang Da'i tidak hanya sekedar bisa berbicara, tapi lebih penting adalah berbuat

atau mengamalkan apa yang telah dia dakwahkan yang disebut dengan dakwah

bil hal sebagaimana firman Allah SWT dalam surat As-shaf ayat 2-3: , • "" ,.. , ,... • , -$.,~ ,,

If.--~ .1.::~~~~ -: -' -- :'11 ·'I;: .llll-.t; -.;.,tiO~ ......:..>.-"~("'":- .Y-" ~- -, ••

, ,.• ,; ..... "" • , , ... I ,...: A .. 'fl.. ... J ....

~~...:::..,~ ~ 1.:. l_,lfoul ~~~~.:.a:.~

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa

kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan'~

Hal ini seiring dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam

salah satu hadistnya yang berbunyi:

Artinya: "Mulailah dari dirimu sendiri'~

94

Dengan kata lain, jangan suruh orang lain untuk berbuat, sementara kamu

sendiri tidak melakukannya. Bukan saja hasilnya yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan, akan tetapi juga akan menimbulkan dosa yang besar bagi orang­

orang yang bisa berkata tapi tidak bisa berbuat. Seperti seorang Bapak yang

berdakwah kepada anaknya agar anaknya mendirikan shalat lima waktu sehari

semalam, dakwah ini tidak akan berhasil apabila Bapaknya sendiri belum mampu

membrikan contoh/tauldan kepada anaknya untuk mendirikan shalat lebih dulu

demikian seterusnya seperti pelaksanaan Puasa, membayar zakat, memberikan

infaq sedekah dan lain sebagainya.

2. Dakwah bil Lisan

Metode ini salah satu metode dakwah yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam

firman-Nya adalah surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

01 :;.~ .:.f ~ J4~~J ~: :~i.f~~~J~~~:iJ~; ~-JJt;l

Artinya: "serulah (manusia) kepadajalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk'~

Berdakwahlah secara lisan yang juga disebut dengan metode ceramah atau

informasi oleh seorang da'i sebagai komunikator kepada kelompok masyarakat

sasaran sebagai komunikan. Metode ini sangat tepat sekali kalau sasaran yang

dihadapi merupakan kelompok yang jumlahnya besar dan perlu menghadapi

sekaligus. Da'l bisa mempergunakan alat bantu seperti pengeras suara, radio,

televisi dan lain sebagainya, meskipun pada prinsipnya metode ini menggunakan

lisan. Tapi pesan yang disampaikan bisa diperjelas dengan bantuan mimik dan

gerak.

95

3. Dakwah bil Qalam (Kitab)

Metode dakwah bil Qalam ini melalui media cetak seperti, Koran, tabloid jum'at

dan brosur-brosur yang bernafaskan Islam, sangat membantu sekali dalam

keberhasilan dakwah. Hanya saja metode ini bagi seorang penyuluh, masih minim

sekali untuk mempraktekannya.

Kemudian kalau kita simak perjalanan dakwah Rasulullah SAW ternyata tidak

berbeda dengan metode yang ada dalam ai-Qur'an (Kitab) seperti turunnya ai­

Qur'an yang berkaitan dengan hukum minuman keras dan judi tidak sekaligus

tapi berangsur-angsur atau bertahap.

Pertama, turun Firman Allah dalam surat ai-Baqarah 219:

Artinya: "mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:

"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,

tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya'~

Kedua, baru turun perintah lerangan tidak boleh mendekati shalat bagi mereka

yang dalam keadaan mabuk. Sebagaimana Firman Allah dalam AI-Qur'an surat

An-nisa 43:

Artinya: ''ianganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga

kamu mengerti apa yang kamu ucapkan"

Akibat dari minuman keras dan judi ini adalah terganggunya ketertiban umum

yang menimbulkan keresahan dan kekacauan ditengah-tengah masyarakat.

96

Ketiga, baru dinyatakan Allah secara jelas bahwa minuman keras (arak) dan judi

adalah kotoran dari pekerjaan syetan. Sesuai dengan Firman Allah dalam surat

AI-Maidah ayat 90-91:

Artinya: "Hoi orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], ada/ah

Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itur

Selain itu para penyuluh dapat pula mempergunakan metode y~ng dianggap

lebih tepat dan sesuai dengan sasaran seorang penyuluh antara lain metode

ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Metode ini sangat banyak sekali dilakukan

oleh penyuluh.

D. PELAKSANAAN DAKWAH/BIMBINAN PENYULUHAN AGAMA

Pada waktu memulai kegiatan pengajian (kegiatan perdana) penyuluh agama

harus berupaya untuk memperkenalkan eksistensi kelompok pengajian tersebut

di lingkungan masyarakat setempat. Para anggota harus sejak diri disadarkan

terhadap manfaat mengikuti setiap pengajian, yaitu di samping sebagai sarana

pembelajaran, forum pengajian berguna sebagai wahana untuk membina

ukhuwah (persaudaraan) dan pengembangan diri.

97

Penyuluh agama harus memberi semangat, motivasi dan empati kepada seluruh

anggota kelompok sasaran (binaan tetapnya) sehingga mereka selalu mengikuti

setiap kegiatan pengajian dengan penuh minat. Topik, materi dan teknik

penyampaiannya harus disesuaikan dengan karakteristik psikologis pemuda yang

diliputi naluri keingintahuan terhadap berbagai hal dan tidak tertarik.

Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi dari metode dan pendekatan dakwah/

bimbingan penyuluhan yang telah dilakukan pada kelompok sasaran (binaan).

1. Cara Dakwah/bimbingan penyuluhan

98

Sistem mengajar pada kelompok sasaran (binaan) adalah dapat dengan cara

memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan Sorogan,

bandongan ,Wetonan atau mudzakarah , sementara para jamaah disediakan

sarana pendidikan yang diperlukan.

a) Sorogan. Kata ini diambil dari kata dasar bahasa Jawa "Sorog" artinya sod or,

sorogan berarti sodoran. Jamaah dengan berbekal kitab yang ingin didalami,

membaca dihadapan Kyai/penyuluh agama untuk mendapat kebenaran baca

dan kejelasan makna. Proses tersebut dihadapi oleh Kyai atau Ustadz/penyuluh

agama satu persatu antara sejumlah santri.

b) Bandongan. Kata ini diambil dari makna kata dalam bahasa Arab "Halaqah".

Maksudnya jamaah menerima ilmu dari Kyai/penyuluh agama seperti halnya

sorogan. Akan tetapi penyelenggaraannya dilakukan secara berbarengan. Kyai

membaca kitab, sedang santri mendengarkannya sambil menyimak makna

materi yang diberikan. Pemberian makna/terjemahan tersebut biasanya ditulis

kecil-kecil dalam huruf pegon di bawah kata (kalimat) Arabnya.

c) Wetonan. Kata ini berasal dari bahasa Jawa "Weton". Penyelenggaraan

pengajian model ini tidak dilakukan pada setiap hari, akan tetapi setiap lima

hari sekali berdasarkan hari pasaran. Biasanya mempergunakan metode

bandongan.

d) Mudzakarah. Mudzakarah adalah merupakan pertemuan ilmiah, yang

membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama

pada umumnya. Mudzakarah (diskusi) ini dapat dibedakan menjadi 2 macam:

a)Mudzakarah yang diadakan oleh Kyai/penyuluh agama bersama-sama para

ulama dengan menggunakan kitab-kitab yang tersedia untuk memecahkan

sesuatu masalah agama yang penting ataupun sekedar untuk memperdalam

pengetahuan agama. b) Mudzakarah yang diadakan antara sesama jamaah

untuk membahas sesuatu masalah agama, dengan tujuan melatih para jamaah

agar terlatih dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempergunakan

kitab-kitab yang tersedia. Mudzakarah seperti ini biasanya dipimpin oleh

seorang ustadz/penyuluh agama atau jamaah yang senior yang ditunjuk oleh

Kyai/penyuluh agama.

1. Pendekatan Dakwah/bimbingan penyuluhan

Pendekatan dakwah/bimbingan penyuluhan ini dapat dilakukan pendekatan

ilmiah atau sering disebut dengan pendekatan ta'limul-muta'allim. Bilamana

didasarkan atau dikaitkan dengan disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya

meliputi:

a) Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan­

dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang

mampu menggerakkan daya kognitif (mencipta hal-hal yang baru), konatif

(daya untuk berkemauan keras) dan afektif (kemampuan yang mengerahkan

daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang

lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama dimana faktor-faktor

penbentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi

bagi kehidupan/penghidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.

b) Pendekatan sosial cultural. Yang ditekankan pada usaha pengembangan

sikap-sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntunan masyarakat, yang

99

berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya

dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan

inovasi kearah sikap hidup yang al/op/astis (bersifat membentuk lingkungan

sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat

antoplastis (hanya sekedar penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada).

c) Pendekatan religie. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan

sistem keimanan dalam pribadi anak didik/santri/jamaah yang cenderung ke

arah komprehensif, intensif dan extensif (mendalam dan meluas). Pandangan

yang demikian itu pada hakekatnya adalah mengandung nilai-nilai Ketuhanan.

Sikap yang demikian harus diinternalisasikan (dibentuk dalam pribadi) yang

deternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya).

d) Pendekatan histories. Yang ditekankan kepada usaha pengembangan

pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Walau

hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronogis menjadi titik

tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladan merupakan

proses identifikasi dalam rangka memperoleh penghayatan dan pengamalan

agama. Pembentukan kepribadian yang dibentuk melalui individualisasi dan

pendalaman materi serta hukum agama yang dikembangkan melalui proses

historis ini akan sejalan dengan proses perkembangan yang dijalani melalui

pengalaman yang diperolehnya.

e) Pendekatan komperatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan

membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang

ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya. Pendekatan komperatif

ini sering diwujudkan dalam bentuk komperatif study, baik dibidang hukum

agama, maupun juga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang

berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata dan lain-lain.

100

f) Pendekatan filosofis. Yaitu suatu pendekatan yang mendasarkan tinjau­

an secara falsafah, pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai

kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering

dipergunakan sekaligus dengan pola-pola berfikir yang rasional dan mem­

bandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat pelbagai kurun zaman

tertentu, serta aliran filsafahnya.

E. PROSES PELAKSANAAN DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYULUHAN TATAP

MUKA

Pelaksanaan kegiatan dakwah/pengajian meliputi kegiatan pemula (pengantar),

kegiatan utama dan kegiatan akhir.

1} Kegiatan awol. Kegiatan awal dimaksudkan untuk memberikan

motivasi kepada jamaah, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang

telah diketahui jamaah berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

Kegiatan awal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan mem­

berikan ilustrasi berupa gambar, cerita, film dan beberapa pertanyaan untuk

menggali pemahaman jamaah.

2} Kegiatan inti. Kegiatan ini adalah kegiatan pokok untuk menemukan/

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap berkaitan dengan

materi kegiatan yang bersangkutan.

3} Kegiatan akhir. Kegiatan ini adalah aktivitas untuk memberikan penegasan

atau kesimpulan dan evaluasi terhadap penguasaan bahan kajian yang telah

disampaikan pada kegiatan inti. Pada kegiatan ini dapat dilakukan kegiatan

tindak lanjut berupa diskusi-diskusi beberapa kelompok sesama anggota

jemaah.

4) Evaluasi

a. Evaluasi program. Evaluasi program merupakan penilaian terhadap

program pengajian, termasuk didalamnya melakukan penilaian terhadap

kurikulum sarana dan prasarana pengajian, penilaian kurikulum sebagai

satu kesatuan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum yang

101

102

bersangkutan dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional,

serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi dalam

masyarakat. Kegiatan evaluasi ini bagian dari upaya pencapaian tujuan

pendidikan/pengajian.

Penilaian program termasuk salah satu bagian penilaian terhadap

kegiatan kemajuan jamaah. Penilaian program ini merupakan penilaian

terhadap program kurikulum antara lain: materi/bahan kajian pada Garis

Besar Pokok Pengajian, efektivitas jumlah jam dengan metode, efektivitas

jumlah pendengar sarana dan sistem evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi

program meliputi penilaian segi administratif kelembagaan (kelompok

binaan) tenaga teknis keagamaan (penyuluh agama, dai, dan lain-lain),

kurikulum, jamaah, sarana dan prasarana serta keadaan kelompok binaan

secara umum.

b. Evaluasi proses dakwah/bimbingan penyuluhan. Penilaian proses

dakwah/bimbingan penyuluhan diarahkan kepada pelaksanaan tugas, baik

tugas individual, maupun tugas kelompok. Disamping itu penilaian proses

dakwah/bimbingan penyuluhan ditujukan kepada disiplin dan upaya yang

dilakukan jamaah dalam kegiatan belajar/mengaji.

Sebagai gambaran bagaimana evaluasi proses dakwah/bimbingan

penyuluhan tersebut antara lain memuat penilaian terhadap:

• Cara merespon jamaah terhadap tugas-tugas/pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan oleh penyuluh agama baik secara pribadi-pribadi

maupun kelompok.

• Sistematika dalam merespon terhadap tugas-tugas.

• Kemampuan melakukan disiplin pribadi dalam mengerjakan tugas­

tugas.

• Kemampuan melakukan kegiatan dakwah/bimbingan penyuluhan

secara teratur.

• Aktivitas kehadiran jamaah.

c. Evaluasi hasi/ dakwah/bimbingan penyu/uhan. Penilaian hasil dakwah/

bimbingan penyuluhan merupakan upaya pengumpulan informasi untuk

mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang dicapai

jamaah pada setiap jangka waktu tertentu. Oleh karena itu penilaian hasil

belajar/pengajian harus memperhatikan materi pengajian, bahan kajian

dan ciri-ciri yang dimiliki setiap materi pengajian.

Penilaian hasil dakwah/bimbingan penyuluhan meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotif. Aspek kognitif meliputi semua lingkup materi

masing-masing, sedangkan aspek afektif lebih ditekankan pada ahlak dan

aktivitas pengamalannya. Dalam melaksanakan evaluasi jamaah, dimana

jamaah relatif sudah cukup dewasa, maka evaluasi dapat dilakukan:

• Penjajakan secara langsung, jamaah diperintahkan untuk membaca

kitab yang sudah dipelajari dan kemudian menjelaskan apa maksud

dan yang menjadi kandungan. Cara ini dalam pelaksanaannya harus

hati-hati karena resikonya adalah jamaah akan merasa tertekan dan

seterusnya besoknya kemudian tidak hadir lagi dalam pengajian.

• Kepada jamaah tertentu baik secara sendiri-sendiri maupun secara

bersama diketengahkan pada mereka satu masalah yang terjadi

didalam masyarakat, mereka harus membahasnya sesuai dengan

kitab yang telah dipelajarinya.

• Penjajakan tidak langsung dengan sistem mukararah/mukadatsh,

pada waktu-waktu tertentu penyuluh agama harus mengajakjamaah

untuk berbicara terhadap persoalan dengan pendekatan agama.

103

F. PELAYANAN KONSULTASI KELOMPOK ATAU INDIVIDU

Konsultasi merupakan bantuan yang diberikan kepada jamaah dalam upaya

menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan memecahkan problem-problem

yang dialami jamaah. Pelayanan konsultasi dapat diberikan secara individu­

individu atau kelompok.

Pada dasarnya pelayanan konsultasi dimaksudkan untuk membantu jamaah

apabila ada masalah yang dihadapi seperti masalah keluarga, masalah lingkungan,

masalah pengamalan ajaran agama dan lain-lain.

104

BABV

EVALUASI DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYULUHAN

A. OBSERVASI

Observasi ialah salah satu yang sangat penting sebelum dilaksanakan evaluasi

tersebut, tentunya observasi yang benar dan terarah. Observasi yang tidak

mempunyai arah dan tujuan tertentu bukanlah termasuk scientific observation.

Demikian pula untuk menjamin kemurnian nilai dari hasil ilmiah observasinya.

Maka observasi itu perlu mempunyai rencana tentang apakah atau data apakah

yang akan dicari, ia harus mempunyai cara kerja yang sistematis baik dalam penca­

tatan maupun dalam pengamatan, sehingga data yang tidak ada hubungan atau

tidak relevant dengan obyek evaluasinya tidak perlu diamati dan tidak perlu

dicatat karena akan membuang-buang tempo, energi dan biaya.

Selanjutnya dalam scientific observation ini diperlukan pula kemahiran

atau pengalaman sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan yang besar yang

mengakibatkan tidak sesuainya reliability dan validity-nya setelah adanya

pengecekan kembali.

Macam-macam observasi

Teknik-teknik observasi itu ada beberapa macam dan yang sering dipakai dalam

penyelidikan adalah sebagai berikut:

1. Participant observation atau observasi partisipasi.

2. !'<Jon participant observation atau observasi tak partisipasi.

3. Experimental observation.

4. Systemmatic observation.

1. Participant observation. Participant observation adalah suatu observasi yang

dilakukan dengan betul-betul ikut serta menghayati kehidupan orang-orang yang

diobservasi atau diobservases.

105

Observasi partisipasi ini biasanya dilakukan oleh para ahli ilmu sosial, anthropologi

terhadap kehidupan orang-orang desa, kehidupan sosial di pabrik-pabrik,

perusahaan, sekolah-sekolah, asrama-asrama atau dalam kehidupan suku-suku

bangsa. Partisipasi disini adalah dalam arti ikut serta dalam kehidupan dan

hubungan-hubungan sosial yang baik dan sehat.

Bukan mengikuti praktek-praktek kehidupan yang tidak baik atau yang a moral

seperti berjudi, mabuk-mabukkan dan lain-lainnya. Tetapi kita gotong royong dan

ikut aktif dalam aktivitas-aktivitas sosial yang konstruktif. Hal ini penting untuk

menyelamatkan diri dan untuk menghilangkan rasa prejudise mereka serta untuk

menarik rasa dan perasaan simpati orang yang diselidiki.

Partisipasi di sini haruslah benar-benar tulus ikhlas ikut serta menghayati

dengan kesungguhan hati nurani dan bukan berlaku pura-pura. Partisipasi yang

bukan secara ikhlas atau dilakukan dengan pura-pura disebut Quasi Partisipant.

Observasi partisipasi ini biasanya sering dilakukan oleh para ahli ilmu sosial,

politik, kebudayaan atau sosial science lainnya. Misalnya untuk menyelidiki

Human Relation dalam management, menyelidiki sikap sosial dan cara-cara hid up

di Asrama dan di sekolah-sekolah. Dalam penyelesaian Field Study, observasi

partisipasi ini baik sekali dipakai karena cara ini adalah betul-betul On the spot.

Dalam participant observation ini ada beberapa hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu:

a) What materials must be observed?

b) How and when its must be recorded?

c) How to make a good rapport (human reletion) between the observer and

the observes?

d) How deep and wide the participation is?

Jadi hal-hal yang perlu diperhaitkan disini pada garis besarnya ada 4 hal pokok

agar supaya observasinya dapat sukses. Keempat hal tersebut diatas berkisar

pada: Materi, Pencatatan, cara menimbulkan kepercayaan dan mengenai scope

partisipasi.

106

Ada beberapa faktor materi obserbvasi yang dapat diobservasi yaitu:

a. Pe/aku, yaitu beberapa jumlah pelakunya, aktif atau pasifkah dan

bagaimana peranannya dan bagaimana hubungan satu sama lainnya.

b. Konteks, yaitu dimana terjadi interaksi (di pasar, di warung, di pabrik, di

kantor, di perusahaan, di rumah) bagaimana wilayah (seluruh masyarakat

atau sebagian kecil saja).

c. Peristiwa, yaitu apkah interaksi yang diadakan itu terjadi spontan atau

direncanakan. Timbul secara reaktif atau rutin.

d. Waktu: Bagaimana lamanya interaksi, lama, sebentar, dan bagaimana

berakhirnya, mendadak atau biasa.

e. Keajegan: teratur, insidentil, konstan atau berubah-berubah situasi dan

tingkah laku pelaku-pelakunya.

f. Norma: Bagaimana norma-norma sosial yang mengikat mereka.

Demikianlah beberapa materi observasi yang harus di observasi oleh observer

dalam participant observation. Banyak lagi yang perlu diperhatikan sesuai dengan

scope dan tujuan penyelidikan.

How and when its be recorded?

Bagaimana dan bilamanan dilakukannya pencatatan?

Kita melakukan pencatatan dalam observasi adalah secara langsung turun

kelapangan atau "on the spot" dengan mempergunakan system pencatatan

tersendiri baik dengan memakai kode-kode tertentu, key words atau key

symbols.

Bentuk catatan ada 2:

a. Bentuk kronologis.

b. Bentuk sistematis.

Catatan berbentuk kronologis: yaitu mencatat suatu peristiwa menurut hari,

tanggal, bulan dan tahun kejadiannya.

107

Bentuk catatan sistematis adalah cara pencatatan yang telah disusun sedemikian

rupa sehingga amat praktis dan cermat. Bentuknya seperti apa yang dinamakan:

check list, ranting scale dan sebagainya.

Bagaimana cara membina suatu hubungan yang baik antara observer dan

observes? Maka untuk menciptakan hubungan yang baik dan wajar kita harus

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a) Menciptakan "good rapport", yaitu menimbulkan kepercayaan atau

anggapan yang baik kepada yang di observasi dengan berbagai cara.

b) Mencegah dan menghilangkan kecurigaan yang diobservasi.

c) Tetap memelihara agar situasi tetap wajar, tidak terjadi disintegrasi kecuali

dalam mengadakan action research.

Untuk menciptakan hubungan yang baik ini, kita harus terlebih dahulu

menghubungi tokoh-tokoh masyarakat atau siapa-siapa yang berkuasa atas

wilayah yang diobservasinya. Tokoh-tokoh ini biasa disebut key person, key people

yang menjadi kunci dari orang-orang yang diamati.

Dari mereka ini kita dapat memasuki subyek yang akan diselidiki tanpa banyak

menimbulkan kesukaran dan kecurigaan.

Good rapport itu tidak hanya dapat dicapai atau diciptakan dengan sikap yang

simpatik, toleransi, solidaritas, tetapi dapat ditimbulkan dengan perbuatan­

perbuatan yang nyata, kerjasama, gotong-royong, bantu membantu oring yang

kita selidiki. ltulah yang dinamakan partisipasi yaitu ikut serta dalam kegiatan dan

kebiasaan hidup dan kehidupan yang di observasi.

How deep and wide the participation is?

Yaitu bagaimana intensitasi dan extensitas partisipasi yang akan dilakukan itu.

Ada beberapa bagian partisipasi yang perlu diketahui:

a. Partial participation.

b. Full participation.

c. Intensive participation.

d. Surface participation.

108

Keempat hal itu tergantung pada situasi yang diobservasi dan tergantung pada

factor-faktor apa yang akan diselidiki.

Partial participation

Artinya si penyelidik hanya berpartisipasi pada sebagian kegiatan sosial saja,

sedang pada full participation si penyelidik dapat berpartisipasi sepenuhnya pada

semua kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh orang diobservasi.

Intensive participation

Artinya si penyelidik dapat serta secara mendalam pada semua kegiatan sosial

yang dilakukan. Dan pada surface participation, si penyelidik hanya turut serta

secara minimal sekali.

Tentang observasi ini, kita sering tidak mempunyai banyak waktu untuk dapat

menimbulkan kepercayaan seperti yang diharapkan. Bila waktu yang diberikan

untuk partisipasi itu cukup lama, maka observasi partisipasi yang sebenarnya

akan dapat kita lakukan. Dalam Field Study yang cukup mempunyai waktu maka

kita akan dapat melaksanakan full and intensive participation sehingga good

rapport dan good human relations akan dapat diciptakan dengan mudah oleh si

penyidik.

2. Non Participant observation atau observasi tak partisipasi

Yaitu observasi yang tak berpartisipasi dan merupakan kebalikan dari observasi

yang berpatisipasi seperti yang telah dibicarakan diatas.

Si observer tidak ikut serta menghayati atau tidak ikut serta dalam kegiatan­

kegiatan sosial yang dilakukan oleh subyek yang diobservasi, ia datang hanya

untuk mengamati dan mencatat saja, ia tidak mau pusing dengan urusan-urusan

orang lain dan yang penting baginya ialah data, fakta-fakta yang ditemukan dalam

penyelidikannya.

109

3. Experimental observation

Experimental observation artinya observasi yang terlibat dalam suasana

percobaan-percobaan dimana orang yang akan melakukan penyelidikan tidak

terlibat dalam situasi, kondisi, dinamika kompleksitas situasi yang diselidiki.

Ia merasa perlu untuk mengendalikan unsur yang penting dengan dalam situasi

sehingga situasi dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan sesuai dengan tujuan

evaluasinya, situasi seperti itulah yang dinamakan observasi experimentil.

Ada beberapa ciri observasi experimental yaitu:

1. Situasi dibuat sedemikian rupa dan si observer tidak mengetahui

maksudnya dan akan menimbulkan tingkah laku yang asli.

2. Observer membuat catatan-catatan yang teliti misalnya check list:

Kalau kita akan membicarakan tentang experiment ini maka banyak

sekali experiment yang pernah dilakukan dalam berbagai lapangan ilmu

pengetahuan, terutama dalam lapangan psychology, pendidikan dan

ilmu kedokteran.

4. Systematic observation

Systematic observation adalah suatu observasi yang dilakukan dengan serba

sytematis dengan mempunyai beberapa ciri-ciri tertentu.

Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai kategori-kategori dan diberi kode-kode.

b. Mempunyai alat-alat pencatat yang sistematis.

c. Kategori-kategori observasi dibuat atas dasar penelitian sementara atau

penelitian pendahuluan.

Observasi itu kemudian diberi kode-kode sehingga pencatatan lebih mudah dan

tidak mudah diketahui orang.

Umumnya dibuat suatu daftar observasi pendahuluan dirumuskan sementara,

kemudian dicoba diperbaiki dan dicoba lagi diperbaiki lagi dan di coba lagi sampai

110

ditemukan daftar terakhir yang memenuhi syarat efisiensi, teliti dan mudah.

Mempunyai alat pencatat sistematis.

Pencatatan dilakukan serba sistematis dan kadang-kadang menggunakan alat-alat

otomatis dan mekanis seperti tape recorderd, film, alat pemotret, speed watch

dan lain-lain.

B. EVALUASI

Evaluasi sebagai suatu cara menganalisa suatu pekerjaan/kegiatan secara

sistematis dengan menggunakan bahan dan cara tertentu guna mengetahui

seberapa jauh hasil suatu pekerjaan/kegiatan itu dapat dicapai. Prinsip evaluasi

adalah: Suatu proses yang sistematis untuk menentukan seberapa jauh efektivitas

suatu kegiatan serta pencapaian hasil yang ditargetkan melalui pengumpulan

informasi dari berbagai aspek yang terkait dengan menggunakan instrumen dan

Ada 3 jenis evaluasi yang bisa dikenal pada suatu kegiatan penyuluhan yaitu:

1. Evaluasi pribadi (self evaluation). Evaluasi pribadi ini adalah suatu proses

untuk menilai sejauh mana efektifitas anda sebagai penyuluh didalam

melaksanakan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

a) Materi: a.Apakah materi penyuluh cukup memadai? b.Apakah materi

itu disusun dengan baik? c.Apakah tujuannya bisa diketahui? d.Apakah

tujuan tercapai? e.Apakah ada pembantu komunikasi efektif? f.Apakah

sarana cukup memadai (bila ada)? g.Apakah studi kasus berguna dan

rei evan?

b) Penyajian: a.Bagaimanakah perhatian dan minat anggota kelompok?

b.Apakah penyajian berkesinambungan? c. Apakah peserta

termotovisit? d.Apakah penggunaan alat bantu komunikasi efektif?

e.Apakah bahasa yang digunakan sederhana di mengerti dengan

betul? f.Apakah penyajian terancang dengan baik? g.Apakah penyajian

menggunakan waktu sesuai dengan rencana?

c) Fasilitas: a.Apakah fasilitas phisik memuaskan? b.Apakah tersedia

catatan yang cukup memadai?

Ill

d) Pasco dokwoh/ penyuluhon: a.Apakah tujuan penyuluhan tercapai?

Jika tidak mengapa? b.Apakah harapan peserta tercapai? Bagaimana

cara untuk mengetahuinya? c.Apakah indikasi perubahan dibidang

pengetahuan keterampilan atau sikap? d.Metode penyuluhan apa

yang bisa dilaksanakan baik? Mengapa? Metode mana tidak berhasil?

Mengapa? e.Apakah fasilitas dan perlengkapan memuaskan?

Bagaimanakah memperbaikinya? f.Perbaikan apa yang bisa dilakukan?

g. Apakah setiap orang berpartisipasi? h.Apakah penyuluhan

merangsang untuk diskusi? i.Apakah setelah penyuluhan ini dapat

diketahui perkembangan sasaran suluhan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap? j.Apakah setelah penyuluhan dapat diketahui

jumlah perkembangan sarana keagamaan (masjid, madrasah, majlis

taklim, panti yatim dan amal sosial lainnya) kalau tidak berkembang

mengapa? k.Apakah setelah penyuluhan di masyarakat atau di lembaga

dapat berkembang kepada hal-hal positif (kemaksiatan menurun) dan

sebagainya?

2. Evoluosi peserto/sosoron dokwoh/penyu/uhon: l)Seberapa jauh tujuan

materi dakwah/penyuluhan dapat dipahami peserta? 2)Seberapa jauh

tujuan penyuluhan telah tercapai? 3)Apakah tujuan penyuluhan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat? 4)Bagaimanakah efektifitas alokasi

waktu? S)Apakah fasilitas cukup memadai? 6)Apakah peserta cukup puas

terhadap penyuluhan? 7)Apa saran peserta untuk perbaikan penyuluhan?

8)Bagaimana pengaruh penyuluhan kepada masyarakat?

3. T e s. Tes adalah proses dalam rangka menentukan apakah para peserta

penyuluhan mempelajari dengan baik dan benar apa yang dimaksud. Hal

ini bisa dilakukan secara informal dengan mengajukan pertanyaan ataupun

instrumen lainnya.

112

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, lmaduddin, Kuliyah Tauhid, Bandung: Perpustakaan Salman

ITB, 1982.

Ahmad, H.A. Malik, Akidah Buku I Pembahasan mengenal Allah dan Takdir,

Jakarta: AI-Hidayah, 1983.

Ahmad, H.A. Malik, Tauhid Membentuk Pribadi Muslim dan Masyarakat,

Jakarta: AI-Hidayah, 1980.

Anshari, Endang Syaifuddin, Wawasan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1993.

Bakry, Hasbullah, /man dan Kepercayaan Islam, Jakarta: Grafindo Utama,

1986.

Bakry, H. Oemar, Tafsir Rahmat, Jakarta: Mutiara, 1984.

Bawany, Begum 'Aisyah, Mengenallslam Selayang Pandang, Diterjemahkan

oleh Mach nun Husein, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Hafiduddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema lnsani Press, 1998.

Hamka, Study Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

Harjono, Anwar, Hukum Islam Keadilan dan Keluasannya, Jakarta: Bulan

Bintang, 1987.

Hasjmy, Benarkah Dakwah lslamiyah Bertugas Membangun Manusia dan

Masyarakat?, Bandung: PT. AIMa'arif, 1991.

Hawari, Dadang, Konsep Islam Memerangi AIDS & NAZA, Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Wakaf, 1996.

Madjid, Nurcholish, Pesan-pesan Taqwa, Jakarta: Paramadina, 2000.

Maududi, Abul A'la, Pokok-pokok Pandangan Hidup Mus/im,diterjemahkan

oleh Osman Raliby, Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Maududi, Abul A'la, Prinsip-prinsip Islam, diterjemahkan oleh Abdullah

Suhaili Bandung: PT. AI Ma'arif, 1996.

Nasar, M. Fuad, Biografi dan Pemikiran H.S.M. Hasanuddin Latif, Jakarta:

Gema lnsani Perss, 1996.

113

Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan

Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Nasution, M.Yunan, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta:

Bulan Bintang, 1988.

Natsir, M, Fiqhud Da'wah, Jakarta: Dewan Dakwah lslamiyah Indonesia,

1977.

Natsir, M, Marilah Shalat, Jakarta: Media Da'wah, 1988.

Qhutub, Sayyid, Petunjuk Jalan, diterjemahkan oleh A. Rahman Zainuddin,

Jakarta: Media Da'wah, 2000.

Sadar, Ziauddin dan Zafar Abbas Malik, Mengenal Islam For Beginner,

diterjemahkan oleh Qowayfa, Bandung: Mizan, 1997.

Yamani, Mai, Feminisme & Islam, diterjemahkan oleh Purwanto, Jakarta:

Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2000.

114