Manaiemen Dakwah - simbi kemenag
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Manaiemen Dakwah - simbi kemenag
Pedoman Penyuluhan
Manaiemen Dakwah (DASAR-DASAR DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM)
DIREKTORAT PENERANGAN AGAMA ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA Rl
TAHUN 2010
Manaiemen Dakwah (DASAR-DASAR DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM)
Disusun oleh:
Pengarah:
Drs. H. Ahmad Jauhari. MSi.
Penanggung Jawab:
Drs. H. Djawahir Tanthowi. MM.
Penulis:
Drs. H.Mustain. MM.
Editor:
Susetyowati. S.Sos. MSi.
DIREKTORAT PENERANGAN AGAMA ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA Rl
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam dakwah
atau bimbingan penyuluhan agama Islam adalah manajemen, untuk itu
setiap dai ataupun penyuluh agama Islam perlu mempunyai pengetahuan
dan keterampilan tentang manajemen dakwah/bimbingan penyuluhan
agama Islam sehingga dengan manajemen dakwah yang baik dalam
pembinaan ummat dapat lebih maksimal hasilnya dibandingkan tanpa
manajemen dakwah.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan referensi bagi para dai dan
penyuluh Agama Islam khususnya bagi pemula ataupun baru ditugaskan
pada suatu wilayah sasaran dakwah/bimbingan penyuluhan maupun
pada kelompok binaan tetap perlu adanya pengetahuan dan keterampilan
tentang manajemen dakwah pada tingkat dasar yang bersifat aplikatif
, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan, dengan demikian para dai
dan penyuluh agama Islam dapat berinteraksi dengan masyarakat pada
umumnya dan dengan anggota kelompok binaan pada khususnya yang
menjadi objek dakwah/penyuluhan agama Islam.
MAN'AJlMEN DAKW All pad-a buku ini lebib bah.yalt menyajikan
tentang dasar-dasar praktek manajemen dakwah/bimbingan
penyuluhan agama Islam di lapangan yang berkaitan dengan
perencanaan, pengorgnisasian, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan
dakwah/bimbingan penyuluhan agama Islam, sehingga menurut hemat
kami buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi para
dai umumnya dan para penyuluh agama Islam pada khususnya, karena
penyajian proses manajemen dakwah dalam penulisan ini lebih banyak
mengacu pada proses manajemen dakwah yang selama ini dilaksanakan
oleh para penyuluh agama Islam namun belum ada pedoman yang ditulis
secara terpadu.
v
Untuk memenuhi kebutuhan pada dai/penyuluh Agama Islam
tersebut, maka Direktorat Penerangan Agama Islam Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama mencetak buku
MANAJEMEN DAKW AH (Dasar-dasar dakwahfbimbingan
penyuluhan agama Islam). Mudah-mudahan dengan terbitnya buku
ini pada tahun anggaran 2010 dapat menambah buku rujukan bagi para
dai/penyuluh agama Islam dalam pelaksanaan dakwah/ bimbingan
penyuluhan Agama Islam pada masyarakat.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
VI
Agustus 2010
~--....~-~lktur Penerangan Agama Islam
KATA SAMBUTAN
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Kami menyambut gembira upaya menyusun dan menerbitkan
buku bertema Manajemen Dakwah ( dasar-dasar praktek dakwah/ bimbingan penyuluhan agama Islam) untuk memenuhi kebutuhan
referensi para daijpenyuluh agama Islam dalam melaksanakan dakwah/
bimbingan penyuluhan agama Islam. Manajemen dakwah atau bimbingan
penyuluhan agama Islam pada tingkat dasar yang bersifat aplikatif
sangatlah diperlukan bagi dai maunpun penyuluh agama Islam dalam
melaksankan dakwah maupun bimbingan dan penyuluhan agama Islam
pada masyarakat
Sebagaimana kita ketahui bersama, kualitas dakwah/bimbingan
penyuluhan agama Islam di Indonesia masih belum optimal dibandingkan
dengan perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh era globalisasi
dan kebebasan informasi, ini mempunyai peluang untuk ditingkatkan agar
dakwah/penyuluhan agama Islam lebih memperhatikan faktor manajemen
yang menjadi dasar pelaksanaannya.
Seiring dengan pengembangan manajemen dakwah/bimbingan
penyuluhan agama Islam, praktek-praktekdakwah/bimbingan penyuluhan
agama Islam perlu menekankan pada pentingnya perencanaan, yang
meliputi identifikasi potensi wilayah sasaran maupun potensi kelompok
binaan, serta perlunya merumuskan monografi potensi wilayahjkelompok
binaan yang bermuara terhadap peta kebutuhan dakwah/bimbingan
penyuluhan agama Islam dan ditindaklanjuti dalam perencanaan yang
bersifat jangka pendek, menengan dan panjang
Dalam pengorganisasian dakwah perlu memetakan jenis-jenis
kelompk sasaran, kemudian diupayakan untuk membentuk kelompok
VII
sasaran atau kelompok binaan, kemudian menyusun jadwal kegiatan
dakwahfbimbingan penyuluhan agama Islam yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk pelaksanaan dakwah diperlukan juga kualifikasi
tenaga dai/penyuluh agama Islam, pola penyajian materi dan sistem
evaluasi jamaah, agar diketahui apakah dakwah/bimbingan penyuluhan
agama Islam tersebut berhasil atau tidak perlu adanya system observasi
dan evaluasi program dakwah/bimbingan penyuluhan Agama Islam
kemudian ditindak lanjuti dengan pengembangan pelaksanaan kegiatan
selanjutnya.
Untuk itu semua kami melihat bahwa buku ini telah menguraikan
hal-hal tersebut diatas sehingga Kami berharap buku MANAJEMEN
DAKW All ( dasar-dasarpraktekdakwah/bimbingan penyuluhan
agama Islam) ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk dapat
bekerja secara maksimal sehingga para daijpenyuluh gama Islam dapat
mengetahui berbagai kebutuhan bimbingan atau penyuluhan pada
masing-masing kelompok sasaran yang menjadi tugas binaan Penyuluh
Agama yang bersangkutan.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Agustus 2010
urJenderal
PROF.DR. H. NASARUDDIN UMAR.MA
viii
DAFTARISI
Halaman
KATAPENGANTAR v
KATA SAMBUTAN Vll
DAFfARISI ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
C. Sistematika 4
BAB II PERENCANAAN ............................................. 7
A. Identifikasi Potensi Wilayah dan Kelompok Sasaran .. 8
1. Identifikasi Keadaan Alam .... .. .. .... .. . . ... . ... ... ... ... . .. . . 9
2. Identifikasi Sikap Penduduk Terhadap Lingkungan 13
3. Identifikasi Kependudukan ................................... 16
4. Identifikasi Kebudayaan ........................................ 22
s. Identifikasi Ketenagaan ......................................... 27
6. Identifikasi Kelembagaan ...................................... 34
B. Pelaksanaan Identifikasi Potensi Wilayah dan
Kelompok Sasaran ...................................................... 41
1. Menyusun Instrumen ............................................ 41
2. Mengumpulkan Data ............................................. 58
3. Mengolah Data ... ... .... ... ... ... ... .... ... ... ... ....... .. ... .. ... . . . 58
3. Mengolah Data ....................................................... 59
s. Merumuskan Monografi ........................................ 6o
6. Menyusun Rencana Kerja ...................................... 63
IX
BAB III PENGORGANISASIAN .................................. 65
A. Pemetaan Kelompok Sasaran/Binaan ........................ 65
1. Kelompok Sasaran ... . .. . . ... ... . .... ... ...... .... ... . ... . .. .... ..... 65
2. Ciri-Ciri Kelompok Sasaran/Binaan ...................... 68
B. Pembentukan Kelompok Binaan ................................ 69
1. Tahap Persia pan ... ... .... ... . ... ... ...... .... ... .... ......... .... .... 69
2. Tahap Pembentukan ............................................... 70
3. Tahapan Konsolidasi .............................................. 75
BAB IV PELAKSANAAN DAKWAH DAN
BIMBINGAN PENYULUHAN ........................ 79
A. Tenaga Da'i/Penyuluh Agama Islam .......................... 79
B. Materi Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama 91
1. Agama 91
2. Pembangunan 92
C. Metode Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama ...... 94
1. Dakwah Bil Hal . ... ... ... .... ...... .. . ....... ... ... ...... .... ..... ..... 94
2. Dakwah Bil Lis an . ... ... ... ......... ... ....... .... ... ... ... .. . ... .... 95
3. Dakwah Bil Qolam/ Bil Kitabah ............................. 96
D. Pelaksanaan Dakwah/Bimbingan Penyuluhan .......... 97
1. Cara Dakwah/Bimbingan Penyuluhan .................. 98
2. Pendekatan Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama 99
E. Proses Pelaksanaan Dakwah dan Bimbingan
Penyuluhan Agama ..................................................... 101
X
F. Pelayanan Konsultasi Kelompok atau Individu
BAB V EV ALUASI DAKWAH DAN
BIMBINGAN PENYULUHAN
A. Observasi
1. Participant Observation
104
105
105
105
2. Non Participant Observation .................................. 109
3. Experimental Observation ...................................... 110
4· Systematic Observation 110
B. Evaluasi 111
1. Evaluasi Pribadi 111
2. Evaluasi Peserta/Sasaran Dakwah/
Bimbingan Penyuluhan 112
3. Tes 112
Daftar Pustaka 113
XI
A. Latar belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah ditinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu
do'a, yad'u, da'wan, du'a yang mempunyai arti mengajak/menyeru,
memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. ajakan yang
dimaksud adalah ajakan kepada Islam a tau ajakan Islam' dan
yang dimaksud dengan seruan adalah seruan kepada Islam atau
seruan Islam . Dengan demikian Dakwah secara sederhana dapat
disimpulkan sebagai kegiatan mengajak, memotivasi, mendorong
orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan
istiqomah dijalah Allah serta berjuang bersama meninggikan agama
Allah. Mengajak, mendorong, dan memotivasi adalah suatu aktivitas
dakwah yang termasuk dalam ruang lingkup tabligh., sedangkan kata
bashirah memperlihatkan aktivitas dakwah tersebut harus dengan
mempergunakan ilmu dan persiapan yang terencana baik.
Dalam melaksanakan aktivitas dakwah terdapat beberapa unsur
dakwah yang satu dengan yang lainnya saling berhubll:ngan , unsur
unsur tersebut yaitu dai ( pelaksana dakwah), mad'u ( penerima
dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode dakwah) dan atsar (efek dakwah). Da'i adalah orang yang
mengerjakan kegiatan dakwah baik billisan ( berbicara) , biZ kitabah (
melalui tulisan) maupun bil hal ( melalui perbuatan ) yang dilakukan
baik secara perorangan, berjamaah maupun melalui organisasi/
lembaga dakwah. Mad'u adalah perorangan maupun kelompok/
jamaah yang menjadi obyek/sasaran dakwah, bagi perorangan/jamaah
yang belummasuk Islam maka tujuan dakwahnya adalah agar mereka
mengikuti ajaran Islam, sedangkan bagi mereka yang sudah masuk
2
Islam maka tujuan dakwahnya adalah peningkatan kualitas keimanan
dan ketaqwaan.
Unsur dakwah lainnya adalah maddah (materi dakwah) yaitu pesan
yang disampaikan dari dai kepada mad'u, dalam dakwah yang menjadi
pesan/materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam agar mereka
mengetahui, memahami, menghayati dan kemudian melaksanakan
ajaran Islam tersebut. Sedangkan yang dimaksudkan dengan wasilah
(media) dakwah adalah peralatan/sarana yang dipergunakan oleh da'i
dalam menyampaikan maddah kepada mad'u, alat yang dipergunakan
sifatnya kondisional maksudnya disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan mad'u. Unsurdakwah berikutnya adalah Thariqah ( metode)
yaitu cara yang dipergunakan oleh dai dalam melaksanakan dakwah,
cara ini dapat mengoptimalkan basil dakwah antara lain adalah bil
hikmah yaitu melaksanakan dakwah dengan memperhatikan keadaan
sasaran dakwah, mau'izaqtul hasanah yaitu melaksanakan dakwah
dengan memberikan nasehat-nasehat dengan penuh ketulusan dan
rasa kasih sayang, mujadalah billati hiya ahsan yaitu melaksanakan
dakwah dengan cara diskusi, bertukar pikiran, sharing pengalaman
dll.
Unsur terakhir dalam dakwah adalah atsar (efek) dakwah. Setiap
melaksanakan dakwah pasti mempunyai tujuan, untuk mengetahui
apakah tujuan itu berhasil atau tidak maka dapat diketahui melalui
efek dakwah yang telah dilakukan. Efek dakwah juga dapat dikatakan
sebagai umpan balik dari dakwah, apabila efek dakwah belum
maksimal maka perlu dicari penyebanya untuk ditingkatkan, apabila
sudah maksimal maka perlu dicarikan pengembangannya. Untuk
mengetahui efek dakwah perlu dilakukan observasi, evaluasi dan
perbaikan untuk pengembangan dakwah.
Setiap daijpenyuluh Agama Islam baik di Pusat perkotaan maupun
di Daerah merupakan komponen utama yang mempengaruhi kinerja
tugas operasional dakwah/bimbngan penyuluhan agama Islam. Dalam
kaitan ini para daijpenyuluh agama Islam karena fungsinya yang
strategis itu, memiliki tanggung jawab untuk membawa masyarakat
binaannya kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriyah
maupun batiniyah, sesuai dengan ajaran Islam.
Tugas dakwah/penyuluhan Agama Islam sekarang ini berhadapan
dengan suatu kondisi masyarakat yang berubah dengan cepat yang
mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat teknologis,
masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka. Dengan demikian,
setiap daijpenyuluh agama secara terns menerus perlu meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri, dan juga perlu
memahami "visi daijpenyuluhan agama Islam" serta penguasaan
yang optimal terhadap materi penyuluhan agama itu sendiri maupun
teknik menyampaikannya.
Setiap daijpenyuluh agama dalam menunaikan tugas boleh tidakhanya
terpaku pada pengetahuaan yang telah dimilikinya saja, melainkan
harus kaya dengan pengetahuan dan wawasan sosial kemasyarakatan
agar penyuluhan yang disampaikan memberikan nilai tambah bagi
masyarakat dan dirasakan sebagai sesuatu yang memberikan solusi
terhadap problema kehidupan mereka.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pelaksanaan dakwah/
bimbingan penyuluhan harus dengan berbagai upaya yang perlu
dilakukan antara lain adalah penggabungan antara unsur-unsur
dakwah dengan fungsi-fungsi dalam manajemen yang di dalam buku
ini disajikan secara praktis dan sederhana agar mudah dimengerti
3
dan dipahami pelaku dakwah/bimbingan penyuluhan. Fungsi
fungsi manajemen dalam pembahasan ini bersifat dasar-dasar dalam
praktek yang sangat diperlukan antara lain masalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi dakwah/bimbingan
penyuluhan.
B. Tujuan
Penerbitan buku ini bertujuan untuk:
1. Melengkapi refrensi para dai/Penyuluh Agama Islam seputar
materi dasar tentang Manajemen Dakwah Agama Islam
dan masalah-masalah penerapan secara praktis aktual yang
berkembang dimasyarakat.
2. Menstimulasi para dai/Penyuluh Agama Islam akan lebih kreatif
mengembangkan dakwahjbimbingan penyuluhan agama Islam
ke arab lebih sistimatis terarah dan focus sehingga pemahaman
Islam sebagai tata nilai dan pandangan hidup lengkap dan
sempurna dalam segala segi kehidupan manusia dapat di capai
minimal dalam kelompok binaan.
C. Sistematika
4
Buku ini terdiri dari 5 bab. Meteri buku ini disusun dengan
sistematikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan memuat Latar Belakang, Tujuan serta
Sistematika sehingga para pembaca dan pengguna buku
ini memperoleh gambaran yang jelas tentang fungsi dan
keberadaan buku ini.
Bab II
Bab III
BabiV
memuat materi yang berhubungan dengan perencanaan
dakwah/bimbingan dan penyuluhan agama Islam yakni
Identifikasi potensi Wilayah/Kelompok sasaran dan
pelaksanaan identifikasi potensi wilayah jkelompok
sasaran. Untuk identifikasi potensi diterangkan tentang
identifikasi keadaan alam, sikap penduduk terhadap agama
dan bagaimana pengamalannya, sikap penduduk terhadap
lingkungan, kependudukan, kebudayaan, ketenagaan dan
kelembagaan sedangkan untuk pelaksanaan identifikasi
dijelaskan tentang menyususn intrumen beserta contoh
instrumennya, mengumpulkan data, mengolah data,
menganalisa data merumuskan monografi potensi wilayah
sasaranjkelompok binaan dan menyusun rencana kerja
dakwahjbimbingan penyuluhan agama Islam.
memuat materi yang berhubungan dengan
pengorganisasian dakwah/bimbingan penyuluhan
agama Islam yakni pemetaan kelompok sasaran/binaan
dan pembentukan kelompok sasaran/binaan. U ntuk
pemetaan kelompok sasaranjbinaan dijelaskan tentang
kelompok sasaran dan cirri-ciri kelompok sasaran/
binaan sedangkan untuk pembentukan kelompok binaan
dijelaskan tentang tahap persiapan, tahap pembentukan
dan tahap konsolidasi.
memuat tentang Pelaksanaan Dakwah/Bimbingan
Penyuluhan Agama Islam meliputi Tenaga DaijPenyuluh
Agama Islam, Materi Dakwah/Bimbingan Penyuluhan
Agama Islam dan Metode dakwah/penyuluhan agama
Islam, Pelaksanaan dakwah/bimbingan penyuluhan
5
BabV
6
agama Islam, proses pelaksanaan dakwah/bimbingan
penyuluhan agama Islam dan Pelayanan konsultasi
kelompok atau individu. Untuk Tenaga Dai/Penyuluh
agama Islam di jelskan tentang kewajiban, larangan dan
etika daijpenyuyluh Agama Islam dalam melaksanakan
dakwah /bimbingan penyuluhan agama Islam, sedangkan
untuk materi dijelaskan tentang materi agama dan
materi pembangunan dan Metode dakwah/bimbingan
penyuluhan dibahas tentang dakwah bil hal, dakwah bil
lesan dan dakwah bil Qalam, kemudian untuk pelaksanaan
dakwah/bimbingan penyuluhan agama Islam di jelaskan
cara dan pendekatan dalam dakwah dan bimbingan
penyuluhan agama Islam.
memuat tentang evaluasi dakwah dan bimbingan
penyuluhan agama Islam meliputi observasi dan evaluasi.
Untuk observer dijelaskan tentang participant observer,
non participant observation, experimental observation
dan systematic observation, sedangkan evaluasi dijelaskan
tentang evaluasi pribadi, evaluasi pesertajsasaran dan
tes.
BAB II
PERENCANAAN
Dakwah/Bimbingan Penyuluhan Agama Islam merupakan upaya
mengkomuni-kasikan ajaran agama Islam dan program-program
pembangunan dengan bahasa agama kepada masyarakat untuk mendapat
umpan balik yang positif. Umpan balik tersebut berupa peningkatan
pemahaman dan peningkatan pengamalan ajaran agama Islam dan
kiprah masyarakat dalam pembangunan dalam mening-katkan kualitas
taraf hidupnya. Oleh karena itu Dakwah/Penyuluhan Agama Islam harus
direncanakan secara matang, sehingga mencapai tujuannya dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi.
Tidak adanya perencanaan akan menyebabkan para Da'i/Penyuluh Agama
Islam kehilangan orientasi misinya yang menyebabkan kegiatan operasional
Dakwah/Penyuluhan Agama Islam tidak terarah. Hal ini tentu saja tidak
akan mencapai hasil Dakwah/Penyuluhan Agama Islam yang diharapkan.
Akibatnya masyarakat kemungkinan tidak mengalami kemajuan dalam
kehidupannya baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi.
Kegagalan Da'i/Penyuluh Agama Islam ini juga akan menyebabkan akhlaq
masyarakat semakin rendah dan kehidupan sosial dan ekonominya akan
semakin terpuruk.
Namun perencanaan Dakwah/Penyuluhan Agama Islam dengan baik
akan sulit dilakukan jika Da'i/Penyuluh Agama Islam itu sendiri tidak
mempunyai data dan informasi mengenai medan yang dihadapinya. Oleh
karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan dakwah/penyuluhan
agama Islam, seorang Da'i/Penyuluh Agama Islam harus memiliki data
7
dan informasi sehingga memiliki gambaran keadaan yang sesungguhnya
tentang daerah sasaran penyuluhannya.
Data dan informasi di atas akan sangat berguna, bukan saja bagi para Da'i/
Penyuluh Agama Islam tetapijuga bagi para penentu kebijakan perencanaan
mengenai Dakwah/Penyuluhan Agama Islam di berbagai tingkatan. Jika
data dan informasi ini dapat dihimpun dan diolah dengan baik, maka akan
menjadi peta Dakwah/Penyuluhan Agama Islam di berbagai tingkatan,
yaitu tingkat desa, kabupaten atau kota, provinsi dan nasional. Jika hal ini
dapat dilakukan, maka tingkat keberhasilan Dakwah/ Penyuluhan Agama
Islam akan dapat dipantau dan dievaluasi secara tepat dari waktu kewaktu,
sehingga perencanaan dan operasional Dakwah/Penyuluhan Agama Islam
akan terus dapat disempurnakan. Dengan demikian kualitas Dakwah/
Penyuluhan Agama Islam sendiri dapat ditingkatkan. Langkah awal yang
perlu dilakukan oleh parqa da'i/penyuluh agama Islam untuk membuat
suatu perencanaan dakwah/bimbingan penyuluhan adalah melakukan
kegiatan identifikasi potensi wilayah dan kelompok sasaran.
A. IDENTIFKASI POTENSI WILAYAH DAN KELOMPOK SASARAN
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang daerah sasaran
Dakwah/ Penyuluhan Agama Islam diperlukan upaya identifikasi potensi
wilayah/ kelompok binaan. Oleh karena itu, identifikasi potensi wilayah/
kelompok binaan yang perlu dilakukan oleh Da'i/Penyuluh Agama Islam.
lde!ltifikasi potensi wilayah/kelompok sasaran ini adalah suatu upaya
untuk memperoleh berbagai data dan informasi yang lengkap tentang
keadaan suatu daerah sasaran Dakwah/Penyuluhan Agama Islam baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Tegasnya, identifikasi potensi wilayah/
8
kelompok sasaran merupakan usaha pengumpulan dan pengolahan data
dan keterangan tentang wilayah/kelompok sasaran tertentu secara
menyeluruh dan sistematis.
Dengan adanya identifikasi potensi wilayah, Da'i/Penyuluh Agama Islam
akan memperoleh kemudahan dalam melaksanakan tugas dakwah/
penyuluhannya. Misalnya, dalam penyusunan perencanaan operasional
Dakwah/Penyuluhan Agama Islam akan tersedia data dan informasi
yang memadai, sehingga dapat disusun suatu program, kegiatan, sarana
dan pengaturan waktu yang tepat. Karena dengan adanya identifikasi
wilayah/kelompok sasaran akan dapat diketahui mengenai keadaan
geografi (keadaan alam), demografi (keadaan penduduk), kekayaan alam,
penghidupan atau mata pencaharian penduduk, tingkat ekonominya,
tingka pendidikannya, agama yang dipeluknya, lembaga-lembaga sosial
dan keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan umum dan keagamaan,
rumah ibadat, prasarana dan sarana transportasi yang tersedia, keadaan
pemerintahannya, adat istiadat penduduk dan lain sebagainya.
1. IDENTIFIKASI KEADAAN ALAM
a. Letak Daerah Sasaran. Tujuan pengumpulan data dan informasi
mengenai letak dan keadaan alam daerah sasaran dimaksudkan
agar dai/penyuluh agama Islam dapat memperoleh gambaran dan
pengenalan lingkungan fisik secara mendalam. Dengan pengenalan
yang sedemikian itu, seorang dai/penyuluh agama Islam akan dapat
menyusun program dan kegiatannya yang realistik.
Pengenalan pertama yang perlu diketahui ialah tentang letak daerah
yang akan menjadi sasaran dakwah/penyuluhan, apakah ada di
9
10
daerah pantai atau di daerah pegunungan. Dengan mengetahui letak
daerah tersebut, akan dapat diperkirakan secara umum tentang sifat
dan watak penduduknya. Sebab sifat dan watak penduduk daerah
pedalaman atau pegunungan akan berbeda dengan penduduk di
daerah pesisir atau pantai. Di daerah pegunungan, penduduknya
bersifat tertutup sedangkan di daerah pesisir bersifat terbuka.
Berkaitan dengan letak daerah ini, tentu saja harus diketahui batas
batasnya dengan daerah lain. Misalnya kalau yang di identifikasi itu
adalah sebuah desa atau kelurahan harus diketahui batas-batasnya
dengan desa atau kelurahan lain. lnformasi lebih lanjut harus diketahui
pula apakah desa lain itu masih satu kecamatan atau sudah masuk
kecamatan lain. Selanjutnya apakah masih dalam satu kabupaten
atau sudah masuk kabupaten lain. Kemudian apakah masih dalam
satu provinsi atau sudah masuk dalam provinsi lain. Dan yang lebih
penting lagi apakah masih dalam satu negara atau sudah masuk
dalam wilayah negara lain.
Hal ini sangat penting diketahui agar garapan seorangdai/penyuluh
agama Islam secara geografis lebih terfokus sehingga tidak tumpang
tindih dengan garapan dai/penyuluh agama Islam yang bertugas di
wilayah yang menjadi batas tersebut. Dan akan lebih menyulitkan
lagi apabila berbatasan dengan negara lain. Karena jika seorang
dai/penyuluh agamalslam tidak menyadari bahwa ia melaksanakan
dakwah/penyuluhan agama Islam di negara lain, maka dai/penyuluh
agama Islam tersebut akan berurusan dengan pihak berwajib negara
tetangga tersebut.
Letak daerah yang perlu di ketahui itu termasuk pula apakah dalam
satu pulau atau pada pulau lain. Tujuan untuk mengetahui hal ini
adalah untuk menentukan cara-cara mencapai sasaran tersebut.
Selain dari itu, dengan mengetahui letak daerah sasaran seperti itu
juga untuk menentukan sarana apa yang harus disiapkan atau di pakai
seorang dai/penyuluh agama Islam dalam melaksanakan tugas di
daerah sasarannya. Berkaitan dengan itu harus di ketahui juga batas
batas daerah, misalnya sebelah barat berbatasan dengan daerah apa,
sebelah timur dengan daerah apa, sebelah selatan der;1gan daerah
apa dan sebelah utara dengan daerah apa. Akan lebih baik jika dapat
diketahui koordinat, lintang dan bujurnya.
Kemudian, yang juga penting diketahui adalah cara mencapai
daerah sasaran tersebut. Oleh karena itu harus diketahui prasarana
dan sarana transportasi yang tersedia. Dalam segi prasarana, perlu
diketahui kondisi jalan dan jembatan yang ada. Apakah jalan terse but
sudah bisa dilalui kendaraan mobil atau hanya bisa dilalui sepeda
motor. Mungkin juga baru ada jalan setapak yang untuk menuju
daerah sasaran hanya bisa dengan jalan kaki atau berkuda. Dalam
menuju daerah sasaran juga apa masih harus menyeberang sungai
atau sudah ada jembatan.
Sedangkan dari segi sarananya, apakah sudah ada kendaraan umum
seperti bis, angkutan perkotaan, angkutan pedesaan, kereta api atau
angkutan darat lainnya. Jika harus menyeberangi sungai atau selat,
apakah sudah ada kapallaut atau fery.
II
12
Kesemuanya ini perlu diketahui dengan seksama, karena keterangan
tentang ini sangat berharga dalam penyusunan perencanaan dakwah/
penyuluhan. Demikian pula dalam pelaksanaan operasionalnya,
sehingga tidak akan menhadapi kendala yang berarti.
b. Keadaan Bumi. Keadaan alam pertama yang harus diketahui
adalah tentang keadaan bumi atau disebut pula bentuk muka bumi.
Bentuk muka bumi yang menjadi tempat tinggal sasaran penyuluhan
agama akan memberikan beberapa kemungkinan sebagai penunjang
kehidupan yang terdapat di wilayah tersebut. Permukaan bumi
tidaklah sama; ada yang berupa gunung, pegunungan, data ran tinggi
ataupun dataran rendah.
Untuk mengetahui apakah sasaran penyuluhan tinggal di daerah
yang disebut pegunungan, dataran tinggi atau dataran rendah, para
penyuluh agama perlu mengetahui secara tepat ciri-ciri a lam terse but.
Dengan demikian, dalam membuat peta wilayah serta identifikasi
potensinya tidak keliru.
Selain mengetahui keadaan bumi, dai/penyuluh agama Islam juga
harus mengetahui keadaan iklim daerah sasaran penyuluhannya.
Sebab iklim mempunyai pengaruh atas manusia. Pengaruh iklim
tersebut ada yang langsung, ada yang tidak langsung.
c. Keadaan lklim. lklim yang secara langsung berpengaruh kepada
manusia ialah udara dan perubahan-perubahan musim. Terutama
udara yang lembab dan perubahan iklim berpengaruh atas keadaan
tubuh manusia. Jika keadaan unsur-unsur iklim tidak baik sering
mengganggu kesehatan manusia. Misalnya daerah dingin dan
lembab, banyak orang berpenyakit rheumatik dan encok. Udara
panas, lembab di daerah tropis tidak menyenangkan pula. Orang
Iekas merasa letih dan lesu, merasa ngantuk. Tetapi jika keadaan
udara baik misalnya di daerah pegunungan, baik pula pengaruhnya
bagi kesehatan manusia. Karena itu banyak orang beristirahat ke
tempat-tempat rekreasi di pegunungan.
Keadaan iklim yang perlu diidentifikasi adalah apakah daerah sasaran
tersebut daerah panas atau sejuk. Demikian pula apakah di daerah
sasaran tersebut jarang hujan atau sering terjadi hujan, bahkan
kerapkali ada badai.
Di samping iklim, juga cuaca yang sering terjadi di daerah tersebut.
Apakah cuaca sering berubah-ubah atau relatif tetap. Karena
keadaan cuaca ini sangat berguna juga dalam perencanaan dakwah/
penyuluhan. Sebab bagi daerah pantai yang penduduknya kebanyakan
nelayan, sudah tentu ada waktu-waktu ketika mereka melaut dan
kembali melaut, sudah tentu merupakan waktu yang tepat untuk
melaksanakan tugas penyuluhan. Dengan demikian keterangan cuaca
ini sangat penting diketahui oleh dai/penyuluh agama. Oleh karena
itu iklim dan cuaca ini merupakan obyek penting dalam melakukan
identifikasi potensi wilayah.
2. IDENTIFIKASI SIKAP PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
a. Kesadaran Man usia Tentang Lingkungan. Man usia telah sejak lama
memodifikasi alam untuk kepentingan hidupnya. Mulai dengan cara
yang sangat sederhana dan hanya mengambil secukupnya dari alam,
13
14
sampai dengan cara modern dan menguras alam yang terkadang di
luar kemampuan alam itu sendiri.
Dalam kaitan ini dai/penyuluh agama harus mengetahui bagaimana
sikap penduduk yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhannya
terhadap lingkungan hidupnya. Oleh karena itu paling tidak
harus diidentifikasi apakah penduduk sering membuang sampah
sembarangan, gemar menebang hutan lindung, mencemari air
sungai, membakar hutan dan lain-lain dengan mengetahui hal ini,
penyuluh agama akan mampu merumuskan gambaran yang tepat
tentang sasaran penyuluhannya. Dengan demikian akan menjadi
modal yang sangat berharga dalam perencanaan penyuluhan.
Selain dari itu, dai/penyuluh agama juga harus memahami tentang
tata lingkungan alamiah. Karena tata lingkungan alamiah merupakan
tempat dan ruang hidup penduduk yang menjadi sasaran dakwah/
penyuluhan.
b. lata Lingkungan Alamiah. Lingkungan alamiah secara keseluruhan
memiliki tatanan yang sangat rumit dan sekaligus mengandung
keanekaragaman. Tatanan ini menjadi demikian dahsyat karena juga
memiliki kekuatan dinamik sekaligus kestabilan dan kemampuan
luar biasa untuk melengkapi diri. Manusia sendiri merupakan bagian
dari lingkungan alamiah. Betapapun ia merasa dirinya lebih mampu
memahami tatanan lingkungan tersebut.
Untuk memahami hubungan manusia dengan lingkungannya, dai/
penyuluh agamalslam juga harus mengidentifikasi tentang fungsi
lingkungan hidup. Dengan mengidentifikasi fungsi lingkungan hidup
itu, selain akan mema-hami hubungan man usia dengan lingkungannya,
ia juga akan mampu mengidentifikasi keadaan lingkungan hidup di
daerah yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhan. Dengan demikian
akan menjadi masukan yang berharga pula dalam menyusun
perencanaan dakwah/penyuluhan agamanya.
c. Fungsi lingkungan Hidup. Makhluk hidup sendiri adalah unit
utama dari lingkungan hidup, yang terbagi-bagi menjadi kelompok
kelompok alamiah yang disebut jenis (spesies). Makhluk hid up pada
dasarnya terbentuk dengan segala kesesuaian yang tepat dengan
lingkungannya. Adapun lingkungan hidup sendiri dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang memiliki perangkat pola-pola organisasi,
pengelompokan dan kerumitan hubungan antar komponen.
Sedangkan pemahaman kita terhadap alam dibatasi oleh pandangan
dan pengertian kita sendiri mengenai lingkungan sekitar. Bertitik
tolak dari uraian di atas, penyuluh agama hendaknya memahami
fungsi lingkungan hidup bagi manusia.
Fungsi lingkungan hidup bagi manusia, adalah sebagai tata ruang
bagi keberadaannya yang mencakup dimensi jasmani, rohani dan
kebudayaan. Sungguhpun manusia sendiri yang mengembangkan
kesadaran lingkungan akan tetapi masih sangat sedikit yang kita
ketahui tentang seluk beluk tata ruang keberadaan manusia. Dalam
kaitan ini penyuluh agama harus dapat mengidentifikasi apakah
air dan udara daerah sasaran penyuluhan masih bersih atau sudah
tercemar, jika tercemar, harus dapat diidentifikasi pula sebab
sebabnya, apakah oleh tingkah laku penduduknya atau karena lim bah
15
industri. lnformasi akurat tentang masalah ini akan sangat penting
dan berguna dalam rangka identifikasi potensi wilayah yang nantinya
akan menjadi daerah sasaran penyuluhan agama.
3. IDENTIFIKASI KEPENDUDUKAN
16
a. Keadaan Penduduk. Dalam rangka identifikasi wilayah sasaran,
dai/penyuluh agama Islam hendaknya menghimpun data dan
informasi tentang kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan
istilah penduduk itu sendiri adalah sejumlah orang yang tinggal di
suatu daerah atau wilayah tertentu. Berkenaan dengan itu, keadaan
penduduk suatu daerah sebagai sasaran penyuluhan harus diketahui
secara tepat. Oleh karen a itu harus diketahui berapa jumlah penduduk
suatu daerah, berapa persen pertumbuhannya setiap tahun, berapa
kepadatannya setiap kilometer dan bagaimana penyebarannya.
Penyebaran penduduk yang harus diketahui misalnya apakah
penduduk tinggal dalam suatu perkampungan yang besar ataukah
tinggal dalam rumah-rumah terpencar yang jaraknya berjauhan.
Bisa juga diidentifikasi apakah perumahan penduduk kebanyakan
berada pada tempat yang dekat ke jalan raya atau jauh di pedalaman.
Mungkin juga perlu diketahui apakah penduduk di suatu daerah
tinggal di kompleks perumahan, asrama-asrama dinas, di tempat
keramaian atau dekat pusat perbelanjaan, misalnya pasar, pertokoan
dan sebagainya.
b. Mobilitas Penduduk. Mobilitas penduduk ialah keterbukaan
penduduk untuk pindah dari salah satu lapangan hidup ke lapangan
hid up yang lain, atau keterbukaan penduduk untuk menerima hal-hal
yang baru. Mobilitas penduduk sendiri ada tiga macam, yaitu mobi
litas horizontal, mobilitas secara geografis dan mobilitas vertikal.
1. Mobilitas Horizontal. Mobilitas Horizontal, misalnya terjadi di
pedesaan. Penghidupan penduduk di pedasaan pada umumnya
bertani. Karena penduduk terus bertambah, maka tanah garapan
makin bertambah sempit karena adanya pembagian tanah terus
menerus. Keadaan ini membuat hidup di desa semakin sulit.
Kemudian meraka pergi mencari lapangan hidup yang lebih baik,
seperti jadi buruh pabrik, pengrajin, pedagang dan sebagainya.
2. Mobilitas Geografis. Adapun yang dimaksud mobilitas secara
geografis adalah perpindahan penduduk secara fisik dari suatu
daerah kedaerah lain, misalnya transmigrasi. Kemudian terjadi
pula perpindahan penduduk dari desa ke kota yang disebut pula
urbanisasi. Terjadinya mobilitas geografis ini biasanya karena akibat
kesulitan penghidupan dari daerah asal sehingga pindah ke daerah
lain; atau kesulitan penghidupan di kampung sendiri sehingga
mengadu nasib di kota.
3. Mobilitas Vertikal. Sedangkan dalam mobilitas vertikal, penduduk
mengubah kebiasaan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam
mobilitas vertikal ini terjadi perubahan dalam cara, dari cara
tradisional k~ cara yang lebih maju (modern). Misalnya petani
tradisional yang biasa membajak sawah dengan tenaga hewan, kini
mernbajak der'lgan menggunakan traktor, pemakaian pupuk buatan
dan pemakaian bibit unggul.
17
18
Dalam kaitan ini dai/penyuluh agama harus dapat mengetahui
dengan baik apakah mobilitas penduduk baik secara horizontal dan
geografis serta vertikal cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya
dari keterbukaan para petani menerima hal-hal baru dalam
pelaksanaan pertanian yang disebut intensifikasi pertanian. Apakah
di daerah yang menjadi sasaran dakwah/ penyuluhan tersebut
banyak penduduk yang transmigrasi. Apakah penduduk di daerah itu
banyak yang melakukan urbanisasi. Apakah kebanyakan penduduk
laki-laki mempunyai lapangan hidup di luar daerah atau bahkan di
luar negeri, sehingga kebanyakan panduduknya perempuan.
Mobilitas penduduk ini pada umumnya berkait sangat erat dengan
keberhasilan pembangunan, khususnya mobilitas penduduk secara
geografis. Dalam skala nasional misalnya, mobilitas penduduk
geografis dari jawa ke wilayah Indonesia lainnya (transmigrasi).
Keberhasilan transmigrasi berarti pula keberhasilan pembangunan
bangsa dan negara dalam mencapai cita-cita nasional.
c. Komposisi Penduduk. Hal penting lain yang perlu diidentifikasi
adalah komposisi penduduk yang dibuat berdasarkan kriteria
tertentu. Dasar yang dipakai untuk menyusun komposisi penduduk
antara lainjenis kelamin, umur, agama, mata pencaharian, pendidikan
dan sebagainya. Dengan mengetahui komposisi penduduk, kita dapat
mengetahui berbagai masalah kependudukan. Dengan demikian, kita
dapat menyusun perencanaan secara matang dan dapat menetapkan
priorita penyuluhan agama secara tepat.
1. Komposisi menu rut umurdanjenis kelamin. Kom posisi pend udu k
menurut umur dan jenis kelamin menggambarkan struktur
penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Biasanya
digambarkan dalam grafik batang secara horizontal tersusun ke atas
berdasarkan kelompok umur tertentu, sehingga bentuknya seperti
piramida,
2. Komposisi menurut agama. Sedangkan komposisi penduduk
menurut agama menggambarkan struktur penduduk berdasarkan
kelompok agama yang dianut oleh masyarakat. Dalam kaitan ini
harus diketahui berapa jumlah pemeluk masing-masing agama.
Jumlah pemeluk agama yang harus diketahui adalah seperti di
bawah ini: a).Agama Islam, b).Agama Kristen (Protestan), c). Agama
Katholik, d).Agama Hindu, e). Agama Budha, f).Lain-lain.
3. Komposisi menurut mota pencaharian. Adapun komposisi
penduduk menurut mata pencaharian menggambarkan struktur
penduduk berdasarkan kelompok pekerjaan. Berbagai mata
pencaharian atau pekerjaan penduduk yang harus diketahui adalah
seperti di bawah ini: a).Sebagai petani, b).Sebagai pedangang/
pengusaha, c).Sebagai buruh tani, d).Sebagai buruh industri,
e).Sebagai karyawan swasta, f).Sebagai pegawai negeri, g).Lain
lain.
Bisa juga kita mengelompokkannya dari segi profesi. Berbagai profesi
yang bisa dicatat adalah seperti di bawah ini: a).Sebagai guru atau
dosen, b).Dokter atau perawat, c).Arsitek, d).Penerjemah, e).Hakim
atau jaksa, f).Pengacara, g).Diplomat, h).Akuntan, i).Penyuluh,
19
20
j).Tukang atau pengrajin, k).Sopir atau masinis atau juru mudi atau
pilot, I).Lain-lain.
4. Komposisi menurut pendidikan. Kemudian komposisi
penduduk menu rut pendidikan menggambarkan struktur penduduk
berdasarkan kelompok pendidikan yang pernah atau sedang
ditempuh oleh penduduk. Dari segi kelompok pendidikan yang
pernah ditempuh dapat digambarkan misalnya berapa yang telah
menyelesaikan pendidikannya dengan jenjang pendidikan seperti
di bawah ini: a).Tamat Sekolah Dasar/Madrasah lbtidaiyah, b).Tamat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah, c).Tamat
Sekolah Menengah Umum/Madrasah Aliyah, d).Tamat Sekolah
Menengah Kejuruan, e).Tamat Pesantren, f).Tamat Perguran Tinggi:
1)Program diploma (I, II, dan Ill), 2)Program strata 1 (Sarjana),
3)Program strata 2 (Magister), 4)Program strata 3 (Doktor).
Sedangkan dari segi kelompok pendidikan yang sedang dijalani,
misalnya: a).Pelajar Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal,
b).Pelajar Sekolah Dasar/ Madrasah lbtidaiyah, c).Pelajar Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama/ Madrasah Tsanawiyah, d).Pelajar Sekolah
Menengah Umum/Madrasah Aliyah, e).Pelajar Sekolah Menengah
Kejuruan, f).Mahasiswa: 1)Program diploma, 2)Program strata 1,
3)Program strata 2, 4)Program strata 3.
Dari segi pendidikan pesantren dapat pula digambarkan tenta~"Jg
tamatan pesantren dan yang sedang menjadi santri.
Mengetahui tingkat pendidikan penduduk ini sangat penting
karena menyangkut kualitas penduduk itu sendiri. Dan salah satu
cara untuk mengetahui tingkat kualitas penduduk ialah dengan
mengetahui tingkat pendidikan penduduk dan kaitannya dengan
penyediaan tenaga kerja yang trampil dan profesional.
Dengan mengetahui keadaan, mobilitas dan komposisi penduduk
secara tepat, maka perencanaan dakwah/penyuluhan agama Islam akan
berkualitas. Dengan demikian setiapdai/penyuluh agama yang ditugaskan
di suatu daerah yang telah diketahui potensi wilayahnya, akan dapat
melaksanakan tugas penyuluhannya dengan baik. Sebaliknya, tanpa
mengetahui dengan baik penduduk yang akan dihadapinya sebagai
sasarandakwah/penyuluhan agama, maka dai/penyuluh agama tidak akan
mampu melaksanakan penyuluhan, bahkan mungkin akan gagal.
Oleh karena itu, pegenalan keadaan penduduk ini merupakan hal utama
dalam perencanaan dan pelaksanaan dakwah/penyuluhan agama. Sebab
penduduk adalah sasaran yang akan dihadapi langsung oleh setiapdai/
penyuluh agamalslam. Selain menjadi sasaran dakwah/ penyuluhan,
penduduk juga adalah pihak yang sangat diharapkan peran sertanya
secara aktif untuk keberhasilan tugasdakwah/penyuluhan agama Islam.
Tanpa peranserta dan dukungan penduduk, maka dakwah/penyuluhan
agama Islam di suatu daerah tidak akan berhasil.
Dalam kaitan ini maka informasi akurat tentang potensi wilayah yang
akan menjadi daerah sasaran dakwah/penyuluhan Agama Islam, akan
memegang peranan yang penting dan menentukan tingkat keberhasilan
dakwah/ penyuluhan agama. Oleh karena itu, informasi tentang potensi
21
wilayah ini merupakan salah satu modal dasar bagi setiap dai/penyuluh
agama Islam dalam melaksanakan tugas dakwah/penyuluhannya. Tanpa
mengetahui potensi wilayah, seorang dai/penyuluh agama Islam bagaikan
berjalan dalam kegelapan, sehingga tidak mengetahui arah yang tepat
serta tidak akan menyadari apa yang sesungguhnya terjadi di sekitarnya.
4. IDENTIFIKASI KEBUDAYAAN
22
a. Bahasa. Bahasa adalah cara komunikasi (cara mengadakan
hubungan timbal balik) untuk meneruskan pikiran-pikiran dengan
mempergunakan simbol-simbol vocal dan auditory, yakni yang
diperdengarkan dengan suara dan didengar dengan telinga.
Cara komunikasi ini adalah amat penting untuk perkembangan
kebudayaan karena mempercepat dan mempertinggi kerjasama.
Diantara kecakapan berpikir dan kecakapan berbahasa ada hubungan
timbal balik yang a mat erat. Yang satu tidak dapat berkembang tanpa
yang lain, dan keduanya hanya dapat berkembang dalam kehidupan
bersama yang erat dan amat lama.
Dalam hubungan ini, bahasa memegang peranan sangat penting.
Perkembangan pikiran dan bahasa sebenarnya tidak dipandang
terlepas yang satu dari pada yang lain. Kita berpikir dalam bahasa kita
dan bahasa kita mempengaruhi pikiran kita. Keduanya berkembang
bersama dalam hubungan timbal balik yang amat erat.
Berkenaan dengan itu, maka identifikasi dai/penyuluh agamaterhadap
bahasa penduduk daerah sasaran penyuluhan adalah sangat penting,
bahkan menentukan keberhasilan tugas penyuluhan itu sendiri.
Sebab dengan mengenal bahasa penduduk, apalagi menguasainya
akan memudahkan komunikasi dalam penyuluhan.
Dalam kaitan inilah, penyuluh agama harus terlebih dahulu
mengetahui bahasa apa yang digunakan penduduk. Kemudian harus
diketahui pula apakah penduduk dapat mengerti bahasa yang dipakai
dai/penyuluh agama Islam. Oleh karena itu identifikasi tentang
bahasa yang digunakan sangat penting artinya bagi kegiatan dakwah/
penyuluhan agama Islam. Dengan demikian dalam penempatan
dai/penyuluh agama Islam akan dipersiapkan secara baik. Misalnya
memilih dai/penyuluh agama Islam yang memahami atau bahkan
mampu berbicara dengan bahasa daerah tertentu, kemudian secara
pelan-pelan mengajar penduduk berbahasa Indonesia dengan baik.
Atau dai/penyuluh agama Islam yang bukan berasal dari daerah itu
dan tidak mengerti bahasanya dipersiapkan dengan cara belajar
bahasa daerah tersebut, kemudian diterjunkan setelah dipandang
siap dan ia sendiri mengenalkan bahasa Indonesia sehingga lambat
laun penduduk tersebut mampu memahami dan berbicara bahasa
Indonesia.
b. Kebudayaan Setempat. Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa
dan cipta masyarakat. Kalau kita melihat pemandangan yang indah
atau kita melihat bangunan hasil karya manusia, kita akan merasakan
suatu kesan yang indah dalam hati kita. Kemudian kita mengagumi
hasil ciptaan yang dibuatnya. Kita merasa senang di dalam hati kita
dan tak bosan-bosannya untuk menikmatinya. Namun sebenarnya
kebudayaan itu merupakan keseluruhan yang kompleks, tergantung
di dalamnya ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
23
Dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur yang universal, yaitu peralatan
dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem masyarakat, bahasa,
kesenian, pengetahuan, dan sistem religi. Unsur-unsur universal ini masih
dapat dibagi-bagi lagi menjadi unsur-unsur yang khusus.
Peralatan dan perlengkapan hidup sangat penting artinya bagi manusia.
Sebab hanya dengan yang demikian manusia dapat menjalani dan
mempertahankan kehidupannya, bahkan dapat meningkatkan taraf
hidupnya, bahkan dapat meningkatkan taraf hidupnya. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia tersebut antara lain adalah: l).Aiat-alat
produksi, 2).Aiat-alat distribusi dan transportasi, 3).Benda terbentuk ter
tentu untuk tempat menaruh, 4).Makanan dan minuman, S).Pakaian dan
perhiasan, 6).Tempat berlindung dan perumahan, 7).Senjata.
Unsur universal lain dari kebudayaan adalah mata pencaharian. Mata
pencaharian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
manusia mempertahankan hidup atau bahkan meningkatkan taraf
hidupnya. Mata pencaharian manusia sendiri sangat beragam dan sesuai
dengan perkembangan peradaban dan kebudayaannya, yang antara lain
dapat kita sebutkan di bawah ini: 1). Berburu dan meramu, 2).Menangkap
ikan, 3).Bercocok tanam di ladang, 4).Bercocok tan am di sawah (menetap),
S).Memelihara ternak, 6).Berkebun, 7).Berdagang, 8).Menjual jasa, dan
lain-lain.
Termasuk dalam unsur universal dari kebudayaan adalah sistem
masyarakat. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari
beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara
golongan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Adapun
24
sistem masyarakat sendiri terdiri atas: l).sistem kekerabatan, 2).sistem
kesatuan hidup setempat, 3).asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan,
4).sistem kenegaraan.
Unsur universal yang lain dari kebudayaan adalah bahasa. Sebagaimana
diutarakan di atas, tanpa bahasa tidak akan ada peradaban dan
kebudayaan. Bahasa sendiri terdiri dari dua bentuk, yaitu bahasa lisan dan
bahasa tertulis.
Selain bahasa, kesenian juga merupakan salah satu unsur universal dari
kebudayaan. Usia kesenian sama tuanya dengan usia sejarah kebudayaan
itu sendiri. Sebab kesenian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia yang mencintai kehalusan dan keindahan. Kesenian
sendiri beragam cabangnya, antara lain adalah: l).seni patung, 2).seni
relief, 3).seni lukis dan gambar, 4).seni gambar, S).seni vokal, 6).seni
instrumen, 7).seni kesusastraan, 8).seni drama, dan lain-lain.
Unsur universal kebudayaan selanjutnya adalah pengetahuan manusia.
Pengetahuan ini merupakan ukuran tinggi rendahnya peradaban dan
kebuda-yaan manusia itu sendiri. Makin maju pengetahuannya, makin
tinggi peradaban dan kebudayaannya. Kemajuan pengetahuan ini
berkaitan sangat erat dengan tingkat pendidikan yang diperoleh manusia.
Pengetahuan sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain adalah:
l).pengetahuan sekitar alam, 2).pengetahuan tentang flora dan fauna,
3).pengetahuan tentang zat-zat dan bahan mentah, 4).pengetahuan
tentang tubuh man usia, S).pengetahuan tentang waktu dan bilangan, dan
lain-lain.
25
Kemudian, unsur universal kebudayaan yang terakhir adalah sistem religi.
Sistem religi ini adalah suatu sistem yang membangun hubungan antara
manusia dengan kekuatan gaib, yakni kekuatan yang berada di luar diri
manusia dan tidak terjangkau pancainderanya. Sistem religi ini terdiri
dari:
1). sistem kepercayaan, 2).sistem kesusas-traan suci, 3).sistem upacara
keagamaan, 4).ilmu gaib, S).sistem nilai dan pandangan hidup.
Unsur-unsur universal dari kebudayaan ini sudah pasti terdapat di setiap
daerah sasaran dakwah/penyuluhan agama Islam. Demikian pula perincian
dari setiap unsur universal tersebut. Hanya saja mungkin diantaranya ada
yang lebih dominan dibandingkan dengan unsur-unsur lainya. Disinilah
perlunya identifikasi potensi wilayah yang berkaitan dengan kebudayaan.
Lebih-lebih jenis sumber budaya yang ada di Indonesia banyak sekali.
Karena Indonesia terdiri dari banyak pulau dan banyak suku bangsa serta
berbagai bahasa yang berbeda-beda dengan hasil kebudayaan yang
beragam pula.
Keterangan-keterangan tentang kebudayaan suatu daerah sangat penting
artinya dalam menetapkan suatu program, Lebih-lebih dalam pelaksanaan
operasional dakwah/penyuluhan agama Islam yang akan bertatap
muka secara langsung dengan penduduk. Sebab tanpa mengetahui
dan memahami budaya setempat, maka dakwah/penyuluhan agama
Islam akan menghadapi kendala yang besar yang bisa mengakibatkan
kegagalan dakwah/penyuluhan agama itu sendiri. Oleh karena itu dalam
menghimpun keterangan mengenai budaya setempat itu harus dilakukan
secara seksama dan rinci, agar dalam melaksanakan tugas dakwah/
penyuluhan agama Islam dapat diarahkan kepada sasaran yang tepat dan
dengan cara yang tepat pula.
26
IDENTIFIKASI KETENAGAAN
a. Ketenagaan. Ketenagaan merupakan aspek penting dalam suatu
kegiatan, termasuk dalam kegiatan operasional dakwah/penyuluhan
agama Islam. Karena pembinaan kehidupan beragama merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri sejak semula dan
dahulu kala, maka selain dai/penyuluh agama Islam sudah ada tenaga
teknis keagamaan lain di daerah yang menjadi sasaran dakwah/
penyuluh agama.
Oleh karena itu, sebelum melaksanakan dakwah/ penyuluhan
agama Islam harus diketahui dahulu peta ketenagaan keagamaan
yang ada di daerah sasaran. Dalam kaitan inilah identifikasi potensi
wilayah yang berkaitan dengan ketenagaan keagamaan ini sangat
penting. Karena dengan mengetahui peta ketenagaan keagamaan
akan membantu penyusunan perencanaan yang matang. Demikian
pula dalam pelaksanaan operasio-nalnya akan membantu penyuluh
dalam melakukan koordinasi dan kerjasama. Juga akan meringankan
penyuluh dalam segi garapan penyuluhannya. Atau bisa saja
melakukan pembagian tugas baik dalam wilayah kerja maupun dalam
substansi penyuluhan.
Untuk itu perlu dihimpun berbagai keterangan mengenai jumlah
tenaga keagamaan Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha
dan lain-lain. Dalam menghimpun keterangan tentang tenaga
keagamaan itu harus dilakukan secara menyeluruh dan rinci.
b. Tenaga Keagamaan Islam. Adapun jumlah tenaga keagamaan
Islam yang perlu diketahui adalah sebagaimana dirinci di bawah ini.
27
28
1. Kiyai/tuan guru. Keterangan lengkap yang harus diketahui
tentang kiyai atau tuan guru ini adalah sebagai berikut: a).Jumlahnya,
b).Nama lengkap, c).Umur serta tempat dan tanggal lahir,
d).Pendidikan (termasuk gelar yang diperoleh), e).Pekerjaan atau
keahlian di luar bidang keagamaan, f).Asal-usul (apakah penduduk
asli atau pendatang), g).Aiamat lengkap, h).Lama tinggal di daerah
sasaran penyuluhan, i).Lain-lain.
2. Da'i/muballigh/khatib. Keterangan yang harus diperoleh
mengenai da'i/ muballigh/khatib adalah seperti di atas. Kemudian
ditambah keterangan apakah ia da'i/muballigh/khatib bebas atau
tergabung dalam salah satu lembaga dakwah.
3. Guru agama atau dosen. Guru agama atau dosen agama,
dimaksudkan adalah guru agama atau dosen agama yang mengajar
di sekolah agama atau guru agama yang mengajar di sekolah umum,
dosen agama yang mengajar di perguruan tinggi agama atau per
guruan tinggi umum. Keterangan yang harus diperoleh tentang guru
agama atau dosen agama ini adalah seperti (:1ada nomor 1 (satu) di
atas, namun perlu ditambah sebagai berikut: a).sekolah/perguruan
tinggi tempat mengajar, b).status sekolah/perguruan tinggi tempat
mereka mengajar (negeri atau swasta), c).jabatan yang diduduki
selain mengajar.
4. Guru mengaji. Guru mengaji adalah seorang yang mengajarkan
baca tulis AI-Qur'an dan ilmu agama Islam lain dan biasanya pada
tingkat dasar. Keterangan yang harus dihimpun adalah sama
dengan nomor 1 (satu), tetapi perlu ditambahkan: a).Tempat ia
mengajar, apakah di rumahnya sendiri atau di Taman Pengajian ai
Qur'an (TPQ). b).Peserta pengajian, meliputi: 1)Usia: anak-anak dan
remaja atau dewasa 2)Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan atau
campuran.
5. Ami/ atau lebe. Ami I atau lebe (dan sebutan lain bagi pembantu
pencatat nikah). Keterangan yang harus dihimpun adalah sama
sebagaimana nomor 1 (satu), dengan manambahkan pekerjaan lain
di samping sebagai amil atau lebe.
6. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus diketahui
tentang tenaga keagamaan lain ini adalah sama dengan nomor 1
(satu) di atas. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai
berikut: a).Nama atau julukan tenaga keagamaan itu, b).Kegiatan
kegiatan yang dilakukannya, c).Tempat kegiatan dan jumlah anggota
jamaahnya, d).Kebagsaan dan status kewarganegaraan tenaga
keagamaan itu sendiri.
c. Tenaga Keagamaan Kristen (Protestan). Tenaga keagamaan Kristen
(Protestan) yang perlu diketahui adalah sebagaimana dirinci di bawah
ini:
1. Pendeta. Keterangan yang harus diperoleh tentang pendeta ini
adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan
Islam. Hanya saja perlu ditambah dengan: a).Nama gereja
tempat memberikan pelayanan, b).Jumlah anggota jamaatnya,
c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan pendeta itu sendiri.
29
30
2. Penginjil. Keterangan yang harus diketahui adalah sama sebagai
mana pada nomor 1 (satu) tenaga keagamaan Islam. Hanya saja
perlu ditambahkan keterangan tentang: a).Lokasi yang menjadi
sasaran penginjilan atau tempat jamaat. b).Tempat yang digunakan
dalam penginjilan. c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan
penginjil itu sendiri.
3. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus dihimpun
sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam.
Hanya saja perlu ditambahkan keterangan lain sebagai berikut:
a).Nama atau julukan untuk tenaga keagamaan itu. b).Kegiatan
yang dilakukan. c).Tempat kegiatan dan jamaatnya. c).Kebangsaan
dan status kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.
d. Tenaga Keagamaan Katolik. Tenaga keagamaan Katholik yang
perlu diketahui adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Kardinal. Keterangan yang harus dihimpun tentang Kardinal
ini adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga ke
agamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai
berikut: a).Wilayah kekuasaannya b).Kebangsaan dan status
kewarganegaraan kardinal itu sendiri.
2. Uskup Agung. Keterangan yang harus dihimpun tentang uskup
agung ini adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga
keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai
berikut: a).Wilayah Keuskupan Agung b).Jumlah keuskupan yang
berada diwilayahnya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan
uskup agung itu sendiri.
3. Uskup. Keterangan yang harus dihimpun tentang uskup ini
adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan
Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut:
a).Wilayah keuskupannya b).Jumlah gereja yang berada di wilayah
keuskupannya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan uskup
itu sendiri.
4. Pastur. Keterangan yang harus diketahui tentang pastur yang
biasa juga disebut pater atau bapak atau ramo ini adalah sama
sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya
saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Lokasi geraja
tempat pelayanannya b).Jumlah amanatnya c).Kebangsaan dan
status kewarganegaraan pastur itu sendiri.
5. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang perlu diketahui untuk
tenaga keagamaan lain adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu)
pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan
keterangan sebagai berikut: a).Nama atau julukan untuk tenaga
keagamaan itu b).Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya c).Tempat
kegiatan dan jumlah jamaatnya d). Kebangsaan dan status
kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.
e. Tenaga Keagamaan Hindu. Tenaga keagamaan Hindu yang perlu
diketahui adalah sebagaimana diuraikan dibawah ini.
1. Pendeta atau Pedanda. Keterangan yang harus diketahui
tentang pendeta atau pedanda ini adalah sama sebagaimana
nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu
ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Lokasi pura tempat
31
32
memberikan pelayanannya b).Jumlah anggota yang dilayaninya
c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan pendeta atau pedanda
itu sendiri.
2. Tenaga keagamaan lain. Keterangan yang harus diketahui
tentang keagamaan lain sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada
tenaga keagamaan Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan
sebagai berikut: a).Nama atau julukan bagi tenaga keagamaan
tersebut b). Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya c).Tempat
kegiatan dan anggota yang mengikuti pelayanannya d).Kebangsaan
dan status kewarganegaraan tenaga keagamaan itu sendiri.
f. Tenaga Keagamaan Budha. Tenaga keagamaan Budha yang perlu
diketahui adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.
1. Biksu. Keterangan yang harus diketahui tentang biksu ini adalah
sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam.
Hanya saja perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a). Nama
dan lokasi vihara tempat pelayanannya b).Jumlah anggota yang
dilayaninya c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan biksu itu
sendiri.
2. Biksuni. Keterangan yang harus diketahui tentang biksuni ini
adalah sama sebagaimana nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan
Islam. Hanya saja perlu ditambahkan keterangan seba'gai berikut:
a).Nama dan lokasi vihara tempat pelayanannya. b).Jumlah anggota
yang dilayaninya. c).Kebangsaan dan status kewarganegaraan
biksuni itu sendiri.
3. Tenaga keagamaan Jain. Keterangan yang harus diketahui
tentang tenaga keagamaan lain ini adalah sama sebagaimana
nomor 1 (satu) pada tenaga keagamaan Islam. Hanya saja
perlu ditambahkan keterangan sebagai berikut: a).Nama atau
julukan tenaga keagamaan tersebut. b).Kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. c).Tempat kegiatan danjumlah anggota yang mengikuti
pelayanannya. d).Kebangsaan dan status kewarganegaraan tenaga
keagamaan itu sendiri.
g. Tenaga Keagamaan BagiAgama-Agama Lainnya. Di sampingtenaga
keagamaan bagi agama-agama tersebut di atas, mungkin saja ada
tenaga keagamaan bagi agama-agama lainnya. Tenaga keagamaan
ini juga harus diketahui dengan baik. Oleh karena itu harus menjadi
obyek identifikasi wilayah juga.
Keterangan-keterangan yang harus diketahui tentang tenaga
keagamaan bagi agama-agama lain adalah sebagai berikut:
l.Nama agama dan jumlah umatnya. 2.Nama dan jumlah tenaga
keagamaannya. 3. Nama atau julukan bagi tenaga .keagamaan itu.
4.Nama atau julukan tempat peribadatannya. S.Jumlah tempat
peribadatannya. 6.Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 7.Kegiatan
lain selain peribadatan. 8.Aiamat rumah ibadat dan tenaga
keagamaannya. 9.Asal-usul tenaga keagamaanya (penduduk asli atau
pendatang). lO.Lamanya tinggal tenaga keagamaan di daerah sasaran
penyuluhan. ll.Kebangsaan dan status kewarganegaraan.l2.
Keahlian tenaga keagamaan selain bidang agamanya.
33
h. Lain-Lain. Disamping itu mungkin saja terdapat tokoh-tokoh
masyarakat misalnya pemuka-pemuka adat, tokoh-tokoh pemuda,
tokoh-tokoh jawara, dan sebagainya yang sangat berpengaruh.
Mereka pun harus diketahui dan dikenali dengan baik.
Mengetahui keadaan ketenagaan ini menjadi semakin penting
kalau kita melihat sasaran dakwah/penyuluhan. Artinya dalam
melakukan dakwah/penyuluhan agama Islam jangan sampai keliru
memilih sasaran yang bisa menimbulkan gangguan kerukunan hidup
beragama. Dengan mengetahui peta ketenagaan, akan memudah
kan komunikasi dan koordinasi dalam upaya mengarahkan dakwah/
penyuluhan kepada umat masing-masing agama. Dengan demikian
dai/penyuluh agama akan mampu menjaga keharmonisan pergaulan
dan kerukunan hidup beragama, khususnya di daerah yang menjadi
sasaran dakwah/penyuluhannya.
6. IDENTIFIKASI KELEMBAGAAN
Di samping ketenagaan, yang harus diketahui oleh dai/penyuluh agama
Islam adalah kelembagaan yang ada. Oleh karena itu, kelembagaan
ini merupakan obyek identifikasi wilayah. Keterangan-keterangan
yang harus dihimpun dan diolah mengenai kelembagaan ini meliputi
berbagai aspek, misalnya jumlah, nama, pemimpin, pengurus dan
kegiatannya. Kelembagaan yang harus diketahui banyak ragamnya, seperti
pemerintahan, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga pendidikan
dan kemasyarakatan lainnya.
34
a. Lembaga Pemerintahan. lnformasi yang harus diketahui tentang
lembaga pemerintahan ini meliputi pemerintahan umum dan lembaga
atau instansi yang memberikan pelayanan keagamaan. Sedangkan
aspek yang perlu diketahui adalah tingkatan kelembagaan, pejabat dan
pegawainya.
1. Pemerintahan Umum. lnformasi yang perlu diketahui tentang
pemerintahan umum ini adalah sebagai berikut: a.Tingkatannya
apakah desa/kelurahan atau Kabupaten/Kota. b.Nama Kepala
Pemerintahan dan pendidikannya serta agama yang dipeluknya.
c.Nama pejabat lainnya serta tingkat pendidikan dan agamanya.
d.Jumlah staf, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. e.Jam
kerja pelayanan masyarakat.
2. Pelayanan keagamaan. Data yang perlu dikumpukan adalah
a.Kantor Urusan Agama Kecamatan atau Kantor Departemen Agama
Kabupaten/ Kota. b.Nama Kepala Kantor dan pendidikannya serta
agama yang dipeluknya. c. Nama pejabat lain, tingkat pendidikan dan
agama yang dipeluknya.d.Jumlah staf, tingkat pendidikan dan agama
yang dipeluknya. e.Jam kerja pelayanan masyarakat.
3. Pelayanan keamanana. lnformasi yang diperlukan adalah:
a.KantorKepolisian tingkat Sektor atau Resort. b.Nama Kepala dan
pendidikan serta agama yang dipeluknya. c.Nama pejabat lain,
tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. d.Jumlah anggota,
tingkat pendidikan dan pangkat serta agama yang dipeluknya. e.Jam
kerja pelayanan masyarakat.
4. Pertahanan Negara. Data yang diperlukan adalah : a.Kantor
Militer tingkat rayon (Koramil), tingkat Distrik (Kodim) atau tingkat
Resort (Korem). b. Nama Komandan, pendidikan pangkat agama yang
dipeluknya.c.Nama pejabat lain, pendidikan, pangkat dan agama yang
35
36
dipeluknya. d.Jumlah anggota, pendidikan, pangkat dan agama yang
dipeluknya. e.Jam kerja pelayanan masyarakat. f.Pangkalan militer
dengan nama komandan, pangkat dan agama yang dipeluknya.
b. Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan ini banyak
ragamnya, baik yang berupa organisasi yang secara nasional ada
sejak dari pusat sampai daerah maupun yang bersifat regional atau
kedaerahan. Tetapi juga mungkin saja suatu daerah menjadi tempat
kedudukan perwakilan suatu organisasi internasional atau perwakil
an asing. Jenis lembaga kemasyarakatan ini juga bisa lembaga sosial
politik dan lembaga sosial non-politik.
1. Partai Politik. lnformasi yang harus diketahui tentang partai
politik ini adalah sebagai berikut: a.Nama Partai Politik. b.Nama
Pengurusnya, pendidikan dan agama yang dipeluknya. c.Jumlah
anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. d.Kegiatan
kegiatannya. e.Jangkauan organisasinya (sampai desa/ kelurahan
atau kecamatan atau hanya di tingkat kabupaten/kota).
2. Organisasi Kemasyara'katan. Organisasi kemasyarakatan ini
bermacam-macam jenisnya, seperti organisasi kemasyarakatan
umum, organisasi kemasyarakatan kewanitaan, organisasi
kemasyarakatan kepemudaan, organisasi kemasyarakatan keagamaan
dan sebagainya.
a. Umum. Keterangan yang perlu diketahui tentang organisasi
kemasyarakatan umum ini adalah sebagai berikut: l)Nama
Organisasi. 2)Nama Pengurusnya, tingkat pendidikan dan agama
yang dipeluknya. 3)Jumlah anggota, tingkat pendidikan dan agama
yang dipeluknya. 4)Kegiatan-kegiatannya.
b. Kewanitaan. lnformasi yang perlu diketahui tentang organisasi
kewanitaan ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama
Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah
anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Kegiatan
kegiatannya.
c. Kepemudaan. Keterangan yang perlu diketahui tentang organisasi
kepemudaan ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama
Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah
anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya .4)
Kegiata n-kegiata n nya.
d. Profesi. Keterangan yang perlu diketahui tetang Organisasi
Profesi ini adalah sebagai berikut: l)Nama Organisasi. 2)Nama
Pengurus, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah
anggota, tingkat pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Bidang
profesinya. S)Kegiatan-kegiatannya.
e. Yayasan/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keterangan
yang perlu diketahui tentang Yayasan atau Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) ini adalah sebagai berikut: l)Nama Yayasan/
Lembaga Swadaya Masyarakat. 2)Nama Pengurus, tingkat
pendidikan dan agama yang dipeluknya. 3)Jumlah anggota, tingkat
pendidikan dan agama yang dipeluknya. 4)Domisili atau kedudukan
organisasi S)Kegiatan-kegiatannya.
37
38
c. Lembaga Keagamaan. Lembaga keagamaan ini banyak bentuknya,
seperti organisasi yang bertaraf nasional, regional dan lokal atau
yayasan keagamaan. Termasuk dalam lembaga keagamaan ini yang
perlu diketahui adalah sarana keagamaan dan jamaahnya.
1. Organisasi Kemasyarakatan Agama. Keterangan yang perlu
diketahui tentang Organisasi Kemasyarakatan Agama ini adalah
sebagai berikut: a.Nama Organisasi. b.Nama Pengurus dan tingkat
pendidikannya. c. pendidikannya. d.Kegiatan-kegiatannya. e.Tingkat
organisasinya (bersifat nasional, regional atau lokal).
2. Lembaga Dakwah/Penyiaran Agama. Keterangan yang perlu
diketahui tentang Lembaga Dakwah atau Penyiaran Agama ini adalah
sebagai berikut: a.Nama Lembaga Dakwah. b.Nama Pengurus dan
tingkat pendidikannya. c.Jumlah anggota dan tingkat pendidikannya.
d.Kegiatan-kegiatannya. e.Tingkatan organisasinya (bersifat nasional,
regional atau lokal). Jumlah tenaga dai/penyuluh agama Islam yang
dimilikinya
3. Sarana lbadah dan Jamaahnya. Keterangan yang perlu diketahui
tentang Sarana lbadah dan Jamaahnya adalah sebagai berikut: a.lslam
meliputi : l)Masjid dan jumlah jamaahnya 2)Mushalla/Langgar/
Meunasah dan jumlah jamaahnya. b.Kristen Protestan meliputi: 1)
Gereja dan jumlah anggota jamaatnya 2)Tempat ibadah lain dan
jumlah jamaatnya. c.Katholik, meliputi: l)Kathedral dan jumlah
a·nggota jamaatnya 2)Gereja dan jumlah anggota jamaatnya 3)
Tempat ibadah lain dan jumlah anggota jamaatnya d.Hindu, meliputi:
l)Pura dan jumlah anggotanya 2)Tempat ibadah lain dan jumlah
anggotanya. e.Budha, meliputi: l)Wihara dan jumlah anggotanya 2)
Tempat ibadah lain dan jumlah anggotanya. f.Lain-lain: nama tempat
ibadah dan jumlah anggotanya.
d. Lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan ini juga banyak jenisnya
dan secara garis besarterdapat pendidikan umum, pendidikan kejuruan
dan pendidikan agama. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut dapat
diuraikan sebagaimana di bawah ini.
1. Lembaga pendidikan umum. Keterangan yang perlu diketahui
tentang pendidikan umum ini adalah sebagai berikut: a.Tingkatnya:
l)Taman Kanak-kanak 2)Sekolah Dasar 3)Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama 4)Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan S)Perguruan
Tinggi. b.Pengelolanya: l)Negeri 2)Swasta (dengan menyebutkan
organisasi atau lembaga pengelolanya) c.Jumlah Sekolah beserta
lokasi atau alamatnya. d.Jumlah guru atau dosen. e.Jumlah siswa
atau mahasiswanya.
2. Kursus-kursus. Keterangan yang perlu diketahui tentang kursus ini
adalah sebagai berikut: a.Jenis Kursus b. lama Kursus c.Pengelolaannya
d.Jumlah peserta kursus.
3. Pendidikan Agama. Pendidikan agama ini meliputi pendidikan
sekolah dan pendidikan masyarakat. Kedua macam pendidikan
tersebut dapat diuraikan seperti di bawah ini: a.Pendidikan Sekolah.
Keterangan yang perlu diketahui tentang pendidikan sekolah agama ini
adalah sebagai berikut: l)Tingkatanya: a)Raudhatul Athfai/Bustanul
Athfal atau Taman Kanak-Kanak Al-qur'an b)Madrasah Diniyah
Awaliyah/Madrasah lbtidaiyah c)Madrasah Wustha/ Madrasah
Tsanawiyah d)Madrasah Diniyah Ulya/Madrasah Aliyah e)Perguruan
39
40
Tinggi. 2)Pengelolanya: a)Negeri b)Swasta 3)Jumlah sekolah beserta
lokasi dan almatnya 4)Jumlah guru atau dosen S)Jumlah siswa atau
mahasiswanya. b.Pendidikan Masyarakat. Pendidikan agama pada
masyarakat ini antara lain meliputi pesantren, majelis taklim, kursus
kelompok bimbingan haji pengajian ai-Qur'an atau Taman Pendidik
an ai-Qur'an (TPQ) dan lain-lain. l)Pesantren. Keterangan yang perlu
diketahui mengenai pesantren ini adalah sebagai berikut: a)Jenis
pesantren -Pesantren Salafiah -Pesantren Modern/khalafiah b)Nama
Pesantren c)Nama lembaga pengelola atau pendirinya d)Nama
pengasuh atau Kiyainya e)Lokasi dan alamat pesantren f)Jumlah guru
dan nama serta pendidikannya g)Jumlah santrinya. 2)Majelis Taklim.
Keterangan yang perlu diketahui tentang majelis taklim ini adalah
sebagai berikut: a)Nama Majelis Taklim b)Nama lembaga pengelola
atau pendirinya c)Nama pengasuh atau kiyainya d)Lokasi atau
alamatnya e)Jumlah jamaahnya 3)Kursus Agama. Keterangan yang
perlu diketahui tentang kursus agama ini adalah sebagai berikut:
a)Nama kursus b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya c)Nama
pengasuh atau gurunya d)Lokasi atau alamatnya e)Jumlah peserta
kursus 4)Kelompok Bimbingan lbadah Haji (KBIH). Keterangan yang
perlu diketahui tentang KBIH ini adalah sebagai berikut: a)Nama
KBIH b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya c)Nama pengasuh
atau pembimbingnya d)Lokasi atau alamatnya e)Jumlah peserta
bimbingannya. S)Pengajian ai-Qur'an. Keterangan yang perlu diketahui
tentang pengajian AI-Qur'an ini adalah sebagai berikut; a)Nama guru
mengaji dan pendidikannya b)Jumlah murid pengajiannya c)Tempat
mengaji: di masjid atau di rumah guru 6)Taman Pengajian ai-Qur'an
(TPQ). Keterangan yang perlu diketahui tentang TPQ ini adalah sebagai
berikut: a)Nama TPQ b)Nama lembaga pengelola atau pendirinya
c)Nama pengasuhnya d)Jumlah dan nama guru serta pendidikannya
e)Lokasi atau alamatnya f)Jumlah santrinya.
Dengan mengetahui kelembagaan yang ada di daerah sasaran, maka
informasi tentang potensi wilayah akan lebih lengkap. Dengan demikian
perencanaan dan operasional penyuluhan agama akan dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu informasi tentang kelembagaan
ini harus diidentifikasi secara cermat dan seksama sehingga nilai informasi
yang diperolehnya cukup tinggi.
B. PELAKSANAN IDENTIFIKASI POTENSI WILAVAH/KELOMPOK SASARAN
Pelaksanaan kegiatan identifikasi potensi Wilayah/kelompok sasaran
yang diperlukan dalam kegiatan dakwah/penyuluhan Agama Islam
antara lain rincian meliputi: l.Menyusun instrumen pengumpulan data
potensi wilayah atau kelompok sasaran. 2.Mengumpulkan data potensi
wilayah atau kelompok sasaran. 3.Mengolah data. 4.Menganalisa data.
S.Merumuskan monografi potensi wilayah.
Berikut ini akan diterangkan lebih lanjut tentang rincian kegiatan
ldentifikasi Potensi wilayah atau kelompok sasaran.
1. Penyusunan lnstrumen. Penyusunan lnstrumen adalah suatu
kegiatan membuat formulir-formulir, blanko-blanko atau daftar
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai alat pengumpulan
data yang berkaitan dengan potensi wilayah sasaran bagi penyuluh
Agama, alat pengumpul data tersebut dinamakan instrumen.
41
42
lnstrumen identifikasi potensi wilayah/kelompok sasaran terdiri dari
instrumen pengumpulan data, instrumen pengolahan data, instrumen
analisis data dan instrumen monografi potensi wilayah/kelompok
sasaran yang satu sama lain saling berhubungan.
lnstrumen untuk pengumpulan data erat hubungannya dengan
instrumen pengolahan data, demikian juga instrumen pengolahan
data mempengaruhi instrumen analisis data dan instrumen analisis
data sebagai dasar penyusunan instrumen monografi potensi wilayah/
kelompok sasaran.
Berikut ini adalah contoh-contoh instrumen yang dipergunakan sebagai
alat untuk mengumpulkan data, informasi atau keterangan-keterangan
yang berkaitan dengan data potensi wilayah/kelompok sasaran.
lnstrumen untuk pengumpulan data potensi wilayah/kelompok
sasaran sekurang-kurangnya meliputi 3 variabel yaitu variabel sumber
daya, variabel kependudukan dan variabel sarana dan prasarana
keagamaan.
lnstrumen untuk pengolahan data juga sekurang-kurangnya meliputi 3
varia-bel dengan bentuk yang lebih simpel dan sederhana.
lnstrumen untuk analisis data hanya satu instrumen tetapi mencakup
3 variabel yang terdapat pada pengolahan data.
lnstrumen untuk monografi potensi wilayah hanya satu instrumen tetapi
dapat menggambarkan ha-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan
program bimbingan dan penyuluhan.
Contoh untuk instrumen pengumpulan data potensi wilayah dengan
3 varia-bel yaitu: l.Variabel sumber daya 2.Variabel kependudukan
3.Variabel sarana dan prasarana keagamaan.
a. Jenis-jenis instrumen untuk masing-masing variabel adalah
sebagai berikut: l.Variabel Sumber Daya terdiri: a.Penyelenggara
pendidikan Agama pada masyarakat b.Lembaga keagamaan
c.Tempat ibadah d.Tenaga keagamaan. 2.Variabel kependudukan
terdiri: a.Penduduk menurut usia b.Penduduk menurut Agama
c.Penduduk menurut pendidikan umum d.Penduduk menurut
pendidikan Agama Islam e.Penduduk menurut pekerjaan/profesi.
3.Variabel sarana dan prasarana keagamaan: a.Bangunan yang
dimiliki b.Aiat transportasi c.Aiat komunikasi.
43
B. CONTOH INSTRUMEN VARIABEL SUMBER DAYA
Bl. Jumlah Penyelenggara Pendidik Agama Islam pada Masyarakat
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
No.
1
Sumber
44
1.
2.
Desa
2
Pengajian
3
Majlis Remaja TPA/TKA Masjid
Taklim Masjid 4 5 6
Penyuluh Agama
NIP.
DLL
8
B2. Jumlah Lembaga Agama Islam
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
No.
Sumber
1.
2.
De sa Yayasan Ponpes
'l "-
Majlis Islamic Taklim Centre
Dll
<; f;
Penyuluh Agama
NIP.
45
83. JUMLAH TEMPAT IBADAH UMAT ISLAM
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
No. Des a
Sumber
46
1.
2.
Langgar/ Mushola
Surau ~ 4
Masjid Tern pat
DLL lbadah
c; h
Penyuluh Agama
NIP.
84. JUMLAH TENAGA KEAGAMAAN ISLAM
Kecamatan
Kabu paten/Kota
Tahun
No.
Sumber
1.
2.
De sa Kyai/Tuan
Guru
3
Da'i/ Guru
Mubalig/ ngaji
Khatib 4 5
A mil/ Guru/
Lebe Do sen Jml agama
6 7 8
Penyuluh Agama
NIP.
-P
C. CONTOH INSTRUMEN VARIABEL SUMBER DAYA
Cl. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
Jumlah yang berusia (Tahun)
No.
Sumber
48
1.
2.
Des a 0-10 1Q--20 21-30
3 4 5
Total 31-40 41-50 So-60 111 60
6 7 8 9 lC
Penyuluh Agama
NIP.
C2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
Jumlah Pemeluk Agama No.
1
Sumber
1.
2.
Des a
2 Islam Kristen
3 4
Total Katolik Hindu Budha
5 6 7 8
Penyuluh Agama
NIP.
49
E :::s E :::> c <0
"" '0 '0 c Ql Q.
~ al 1>.0 c <0 >
..r:. <0 e :::s .....
C3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN UMUM
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
..r:. "" <0 <O--o 0 ·-"" 1- Ql
VI
.... I a
VI
"" .E Ql -o oc <0
"" ct
<0
E 0 c. c :::> ~ l<e VI
c. !:::; I"' VI
c I~ VI
E~ ~] I"" al Ql
Ill
<0 Ill Ql c
ci z
Sumber Penyuluh Agama
50
1.
2. NIP.
E "' ]i
"' E "' QO <(
1:
"' -" :c :c 1: Ql c.. ... Ql co QO 1:
"' > ..c "' e :::s .....
C4. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
..c
"' lrr e ~
1"1'1 vi
N vi
.-i vi
1"1'1 0' c
N C( c
<(
::E
VI ..... \.C ::E
-::E <J'
..c ...... "' <( .~ '<j
::E ·= c
...... ~ <( rr I- a:
"' Ill Ql c
ci z
Sumber Penyu luh Agama
1.
2. NIP.
51
c QJ ... "' ·.: :.::
E 111
'Ji!
52
D. CONTOH INSTRUMEN SASARAN DAN PRASARANA KEAGAMAAN
Dl. Jumlah Bangunan yang dimiliki
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
0
0 0 00 0 0
0 0 0
0 0 0 ..... 0 0
0 0 0
0
0 0 \J:) 0 0
0 0 0
0
0 0 Ln 0 0
0 0 0
0
0 0 <t 0 0
0 0 0
0
0 0 "' 0 0 0
0 0
111
"' N QJ 0
0 .... z
~ 111 e ~
0
0 0 0 0
0 0 0
"' "0 0 :s Ill 0 0 :s 0 0 "0 0 1:: 0 0 J:
0
0 0 0 0
0 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0
~ 0
0 0 0 .... 0 0
"' 0 ::.: 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0
Sumber
1.
2.
¢ .....
M .....
N .....
..... .....
0 .....
C1>
Penyuluh Agama
NIP.
53
c: Q.l .... .~
~
E "' ~
54
02. JUMLAH ALAT TRANSPORTASI YANG DIMILIKI
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
0
0 0 00 0 0
0 0 0
0 0 0 ..... 0 0
0 0 0
0
0 0 <0 0 0
0 0 0
0
0 0 "' 0 0 0
0 0
0
0 0 q-0 0
0 0 0
0
0 0 ('()
0 0 0
0 0
"' "' N Q.l
0
0 z ....
.c
"' e :I ...
0
0 0 0 0
0 0 0
1'0 "'C 0 :J llll 0 0 :J 0 0
"'C 0
·= 0 0 J:
0
0 0 0 0
0 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0
~ 0
0 0 0 .... 0 0 1'0 0 :00:: 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0
Sumber
1.
2.
.... .....
m .....
N .....
..... .....
0 .....
"'
Penyuluh Agama
NIP.
55
s:: ClJ ... -~ ~
E Ill ]!
56
04. JUMLAH ALAT KOMUNIKASI YANG DIMILIKI
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Tahun
x co "' u..
.... (])
E ,.... (]) .... c -
ci. ~
1.0
x "' "' u..
.... (]) c Qj "'" .... E
a.
~ m
Ill
"' N ClJ 0
0 ..... z
~ Ill
E ::l .....
x ro
1..1...
rtl "'0 ..... ::J <!) Ill E ::J ~ "'0
·= c J:
c.
~
x ro
1..1...
~ ..... <!)
0 E ... ~ rtl :.:: c
ci. ~
Sumber
1.
2.
<t ....
m ....
N ....
.... ....
0 ....
"'
Penyuluh Agama
NIP.
57
58
2. Pengumpulan Data Potensi Wilayah Atau Kelompok Sasaran.
Kegiatan pengumpulan data potensi wilayah atau kelompok sasaran
adalah suatu kegiatan/proses pengumpulan data potensi wilayah atau
kelompok sasaran dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat
se be I u m nya.
Proses pengumpulan data adalah kegiatan survei, menginventarisir dan
mengumpulkan data yang tersebar sesuai dengan kebutuhan dakwah/
bimbingan penyuluhan agama Islam dan tujuan dari pengumpulan
data adalah terjalinnya data potensi wilayah atau kelompok sasaran.
ldentifikasi potensi wilayah atau kelompok sasaran adalah minimal
dalam satu tahun dua kali, dengan pengertian bahwa pengumpulan
data akan dilakukan lagi setelah enam bulan lewat, tetapi apabila
dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan data sudah banyak yang
tidak sesuai di lapangan atau tidak dapat digunakan lagi maka dapat
dilakukan kegiatan pengumpulan data kembali untuk melengkapi data
yang sudah ada.
Yang dimaksud setiap kali pengumpulan data adalah setiap melakukan
kegiatan pengumpulan data mulai dari pertama sampai dengan terakhir
sehingga pengumpulan data tersebut terkumpul suatu informasi yang
merupakan satu kesatuan antara informasi yang pertama dengan yang
terakhir
3. Mengolah Data. Mengolah data adalah kegiatan menggabungkan,
mengelompokkan atau memilah milah data hasil kegiatan pengumpulah
data baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, alata pengolahan
data bisa menggunakan metode kwalitatif maupun kwantitaif sehingga
tergambar tentang potensi dan kelemahan serta masalah-masalah
dalam suatu wilayah atau kelompok sasaran untuk menjadi bahan
dalam penyusunan program bimbingan dan penyuluhan agama.
Volume kegiatan pengolahan data potensi wilayah atau kelompok
sasaran binaan adalah berdasarkan berapa kali data di kumpulkan.
Apabila data dikumpulkan dalam satu tahun 2 kali maka pengolahannya
juga 2 kali, apabila 3 kali pengumpulannya maka pengolahannya juga
3 kali.
4. Menganalisa Data. Menganalisa data adalah kegiatan yang bersifat
membanding bandingkan seluruh data dan informasi yang dihasilkan
dari kegiatan mengolah data baik menggunakan analisa kwalitatis
maupun analisa statistika, sehingga dapat dicarikan kesimpulan
masalah-masalah pokok dan strategis yang dihadapi atau yang
dibutuhkan oleh masyarakat atau kelompok binaan yang menjadi
sasaran dakwah/bimbingan dan penyuluhan. Kesimpulan masalah
tersebut dijadikan sebagai data penyusunan rencana/program olen
dai/ penyuluh Agama islam.
Analisis potensi wilayah kelompok sasaran/binaan adalah suatu
tahapan kegiatan dalam rangkaian penyusunan program bimbingan/
penyuluhan Agama/ pembangunan yang memproses penganalisaan
terhadap berbagai potensi wilayah/kelompok untuk merumuskan
berbagai pola dakwah/penyuluhan, metode dan materi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
59
60
Tujuan dari analisis potensi wilayah/kelompok binaan adalah untuk
merumuskan pilihan pola, metode dan materi yang mendasarkan
atas kesesuaiannya dengan kondisi ril kelompok binaan/sasaran
penyuluhan.
Volume kegiatan analisis potensi wilayah adalah berdasarkan berapa
kali data potensi wilayah/kelompok sasaran di lakukan apabila kegiatan
pengumpulan data dilakukan setahun 2 kali maka kegiatan pengolahan
data 2 kali maka kegiatan analisis potensi wilayah/kelompok binaan 2
kali juga.
dokumentasi dari kegiatan ini adalah laporan rumusan/kesimpulan
terhadap kebutuhan akan materi, metode dan poladakwah/ bimbingan
atau penyuluhan terhadap suatu wilayah/kelompok sasaran.
5. Merumuskan Monografi Potensi Wilayah/Kelompok Sasaran.
Kegiatan perumusan monografi potensi wilayah/kelompok sasaran
adalah membuat rumusan data yang telah disimpulkan dari hasil
kegiatan pengumpulan data dan kegiatan pengolahan data, sehingga
dapat digambarkan dalam bentuk statistik data yang sistematik,
lengkap, terpadu. Hasil dari kegiatan merumuskan monografi potensi
wilayah/kelompok sasaran antara lain adalah penentuan kebutuhan
Dakwah/Bimbingan penyuluhan agama Islam.
Penentuan kebutuhan bimbingan dan penyuluhan sekurang-kurangnya
adalah mencakup 3 (tiga) pokok yaitu standar materi, kompetensi
penyuluh agama dan jangka waktu penyelenggaraan untuk penjelasan
lebih lanjut akan disampaikan dibawah ini:
a. Standar Materi. Standar materi adalah pengetahuan dan
keterampilan esensial setiap tema materi yang harus dipelajari
dengan memperhatikan kebutuhan seluruh jamaah sebagai peserta
didik, jangka waktu yang diperlukan dan output yang diharapkan.
Dalam menentukan standar materi perlu adanya kesepakatan antara
penyuluh dengan jamaah sebagai sasaran penyuluhan, karena
dengan adanya kesepakatan tersebut maka dapat melakukan dialog
yang produktif antara penyuluh dan jamaah. Jika dialog ini dilakukan
secara efektif maka akan meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab seluruh lapisan masyarakat terhadap peningkatan mutu
pendidikan agama.
b. Kompetensi Penyuluh Agama Islam. Kompetensi penyuluh
adalah tingkat kemampuan dan keahlian tertentu yang harus dimiliki
oleh penyuluh agama di dalam menyampaikan materi yang telah
ditentukan. Seorang penyuluh apabila menetapkan suatu materi
penyuluhan dia harus sudah mengetahui kemampuan diri apakah
mampu atau tidak. Apabila seorang penyuluh agama merasa tidak
mampu terhadap suatu materi penyuluhan yang akan ditetapkan
sebaiknya penyuluh agama tersebut tidak menetapkan materi
tersebut sebagai materi penyuluhan. Semua dimaksudkan untuk
tidak menghambat jalannya bimbingan dan penyuluhan. Apabila
dalam masyarakat dengan jamaah telah ditetapkan tentang standar
materi tetapi penyuluh agama yang bersangkutan merasa tidak
berkompeten menyampaikan bimbingan dan penyuluhan, maka
kesempatan tersebut dapat dialihkan oleh penyuluh agama yang
berkompeten.
61
62
Kompetensi penyuluh agama diperlukan agar tidak terjadi
penyimpangan dan kesalahan dalam menterjemahkan, menyam
paikan dan mengimplementasi-kan materi.
c. Jangka Waktu Penye/enggaraan. Jangka waktu penyelenggaraan
adalah waktu yang diperlukan dalam penyampaian materi yang telah
disepakati. Penentuan jangka waktu ini sangat penting karena dapat
dipergunakan untuk mengevaluasi apakah pemberian materi sudah
memenuhi syarat, juga untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. Penentuan jangka
waktu juga dimaksudkan untuk menimbulkan semangat peserta
didik dan mengatasi dari penggunaan waktu seoptimal mungkin.
Volume kegiatan setiap tahunnya dalam merumuskan monografi
potensi wilayah/kelompok sasaran adalah 2 kali, tetapi kegiatan
tersebut dapat dilakukan lebih dari 2 kali apabila jumlah kegiatan
dari pengumpulan, pengolahan dan ana lisa data juga lebih dari 2 kali
dalam setahunnya.
Melakukan identifikasi kebutuhan wilayah sasaran/kelompok
binaan penyuluhan ini merupakan kerja besar dan mungkin sangat
melelahkan guna menuju keberhasilan penyuluhan agama itu sendiri.
Oleh karena itu perlu kesabaran dan ketekunan serta kejelian dan
kecerdasan seorang penyuluh agama dalam menggali informasi dan
mebuat analisis serta menyimpulkan apa sebenarnya yang menjadi
kebutuhan sasaran. Di samping itu penyuluh agama juga harus
mampu menyusun prioritas kebutuhan sasaran, sehingga dalam
pemenuhannya bisa bertahap.
ldentifikasi kebutuhan wilayah sasaran/kelompok binaan ini
sebaiknya dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan. Karena
dengan demikian penyuluh akan mengetahui keadaan lapangan
secara tepat guna melakukan persiapan yang seksama baik mental,
materi dan metode yang akan digunakan.
Namun jika keadaan tidak memungkinan, identifikasi kebutuhan
wilayah sasaran/kelompok binaan ini bisa juga dilakukan sambil
berjalan. Artinya dilaksanakan berbarengan dengan kegiatan
penyuluhan itu sendiri. Tentu saja di awal penyuluhan, penyuluh
agama masih meraba-raba dan hanya bersifat perkenalan dengan
sasaran penyuluhan. Bisa dipastikan penyuluhan yang dilakukan
belum mengetahui secara tepat kebutuhan sasaran.
6. Penyusunan rencana kerja. Perencanaan Poses Dakwah/Bimbingan
Penyuluhan. Setiap dakwah/bimbingan penyuluhan didahului dengan
pembuatan rencana dakwah/bimbingan penyuluhan tahunan, tengah
tahunan atau tiga bulanan. Rencana disusun dan disesuaikan dengan
waktu yang telah ditetapkan, ketersediaan waktu bagi jamaah dan ma
teri yang telah ditetapkan serta sarana yang tersedia.
a. Perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan merupakan suatu
rencana dakwah/bimbingan penyuluhan selama satu tahun yang
disusun berdasar-kan garis besar pokok pengajian serta disesuaikan
dengan jumlah tatap muka dalam pengajian dan ketersediaan waktu
yang dipilih. Rencana tahunan terdiri dari rencana tengah tahunan.
Rencana tengah tahunan mencakup komponen: pokok bahasan,
konsep/tema, alokasi waktu tiap pokok bahasan/konsep/tema, dan
waktu pelaksanaan. Selain itu, disediakan pula alokasi waktu untuk
63
64
evaluasi dan kegiatan lain yang tidak terduga. Dengan demikian
rencana tengah tahunan terlihat uraian bahan kajian dan alokasi
waktu pelaksanaan.
Dalam menentukan alokasi waktu setiap pokok bahasan perlu
dipertimbangkan tingkat kesulitan dan keluasan/kedalaman bahan
serta banyaknya kegiatan (praktik, latihan).
Rencana tahunan dan tengah tahunan bel urn dapat digunakan secara
langsung untuk melaksanakan kegiatan pengajian, oleh karena itu
perlu dibuat rencana harian (apabila pengajian dilaksanakan tiap
hari) mingguan (apabila pengajian dilaksanakan tiap minggu) berapa
persiapan pengajian.
b. Persiapan dakwah/bimbingan penyu/uhan. Sebelum penyuluh
agama memberikan dakwah/bimbingan penyuluhan perlu membuat
persiapan yang sekurang-kurangnya memuat :
1) Bahan kajian (pokok bahasan/sub pokok bahasan).
2) Tempat, hari, tanggan dan jam.
3) Tujuan pengajian (tujuan setiap pokok bahasan).
4) Tujuan khusus pengajian (tujuan yang dijabarkan dari tujuan
pengajian pokok bahasan).
5) Bahan pengajian dan kegiatan pengajian secara umum.
6) Cara menilai kemajuan pengajian jamaah.
BAB Ill
PENGORGANISASIAN
A. PEMETAAN KELOMPOK SASARAN/BINAAN
Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah/penyuluhan agama tidak selalu dapat
diletakkan dalam konteks yang bersifat makro. Oleh karena setiap dai/penyuluh
agama harus mampu memetakan kelompok sasaran karena tidak mungkin
seorang penyuluh agama dapat melakukan kegiatan yang menyentuh semua
strata dan segmen masyarakat dalam waktu yang bersamaan.
Pemetaan kelompok sasaran Penyuluh Agama Islam merupakan langkah yang
penting untuk memudahkan dalam memilih metode pendekatan dan menen
tukan materi bimbingan atau penyuluhan yang relevan dan sesuai dengan
kebutuhan kelompok sasaran.
Dalam melakukan pemetaan kelompok sasaran penyuluhan agama Islam, ada
beberapa hal pokok yang menjadi tolok ukur dan kerangka analisis yaitu:
a. Kelompok masyarakat dilihat dari tingkatan sosial ekonominya.
b. Kelompok masyarakat dilihat dari tingkatan pendidikan dan pengetahuan
nya.
c. Kelompok masyarakat dilihat dari statusnya.
d. Kelompok masyarakat dilihat dari segi wilayah/geografis dan profesinya.
1. Kelompok Sasaran
Berdasarkan empat tolok ukur di atas, sasaran dakwah/ penyuluhan agama
Islam dalam masyarakat Indonesia kontemporer antara lain:
1) Kelompok sasaran masyarakat umum, terdiri dari:
a. Masyarakat pedesaan
b. Masyarakat transmigrasi
65
66
2) Masyarakat perkotaan terdiri dari:
a. Komplek Perumahan. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan
komplek perumahan adalah untuk meningkatkan kesadaran beragama
bagi para para karyawan pemerintah atau swasta penghuni komplek
sehingga tercipta suasana keagamaan dan kehidupan yang harmonis baik
di rumah tangga maupun di lingkungan komplek.
b. Real Estate. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan real estate
adalah untuk meningkatkan kesadaran beragama di kalangan komunitas
penghuni real estate yang memiliki tingkat pendidikan relatif tinggi, gaya
hidup berkelas dan mapan secara ekonomi. Penghuni real estate memiliki
mobilitas kegiatan dan intensitas kesibukan yang tinggi sehingga sedikit
waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Penyuluhan agama di lingkungan real estate harus menyentuh subsansi
beragama secara praktis dan nilai-nilai kehidupan sosial.
c. Asrama. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan asrama adalah
untuk menanamkan kesadaran hid up beragama bagi anggota tentara atau
kepolisian dan keluarganya agar terbina suasana yang baik di lingkungan
nya.
d. Daerah pemukiman baru. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan
daerah pemukiman baru adalah untuk menanamkan kesadaran beragama
dan membina kegiatan ibadah di lingkungan tempat tinggal baru.
e. Masyarakat Pasar. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan masya
rakat pasar yang notabene kelompok masyarakat paling sibuk adalah
untuk menanamkan kesadaran beragama dan implementasi nilai-nilai
agama dalam kegiatan bisnis yang mereka lakukan.
t Masyarakat Daerah Rowan. Dakwah/Penyuluhan agama dilingkungan
masyarakat daerah rawan, baik rawan dari segi keamanan maupun rawan
dari segi pengaruh sesuatu paham atau ajaran lain, harus diarahkan untuk
menanamkan kesadaran, pengertian dan ketahanan spiritual dan sosial
terhadap berbagai pengaruh yang merugikan.
g. Karyawan instansi pemerintah/swasta tingkat Kabupaten/Provinsi.
Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan karyawan instansi pemerintah/
swasta adalah untuk meningkatkan dan memperdalam pengamalan ajaran
agama sehingga agama menjiwai etos kerja dan mewarnai perilaku kerja
serta tumbuhnya suasana agamis di tempat kerja.
h. Masyarakat industri. Dakwah/Penyuluhan agama di lingkungan
masyarakat industri adalah untuk membina kehidupan beragama
dikalangan para pekerja industri/pabrik dan keluarganya.
i. Masyarakat sekitar kawasan industri. Dakwah/Penyuluhan agama di
lingkungan masyarakat sekitar kawasan industri terutama harus diarah
kan untuk membina ketahanan iman dan moral masyarakat sehingga
kehidupan sosial dan moral masyarakat tidak mudah bergeser karena
pengaruh hadirnya kawasan industri di sekitar mereka.
3) Kelompok sasaran masyarakat khusus, terdiri dari:
a. Cendekiawan, terdiri dari kelompok binaan:
1) Pegawai/karyawan instansi pemerintah
2) Kelompok profesi
3) Kampus/masyarakat akademis
4) Masyarakat peneliti serta para ahli
b. Generasi muda, terdiri dari kelompok binaan:
1) Remaja Masjid
2) Karang Taruna
3) Pramuka
c. LPM, terdiri dari kelompok binaan:
1) Majelis Taklim
2) Pondok Pesantren
3) TPA/TKA
d. Binaan Khusus, terdiri dari kelompok binaan:
1) Panti Rehabilitasi/Pondok Sosial
67
68
2) Rumah Sakit
3) Masyarakat gelandangan dan pengemis
4) Lokalisasi Wanita Tuna Susila (WTS)
5) Lembaga Pemasyarakatan (LP)
e. Daerah Terpencil, terdiri dari kelompok binaan:
1) Masyarakat Daerah Terpencil
2) Komunitas Adat Terpencil.
2. Ciri-ciri Kelompok Sasaran/Binaan.
Dalam pelaksanaan kegiatan dakwah/Penyuluh Agama Islam, setiap dai/
penyuluh agama berhubungan secara langsung dengan obyek sasaran yaitu:
1}. Kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah kelompok atau anggota
masyarakat yang berada dalam suatu wilayah sasaran dakwah/ bimbingan
penyuluhan. Kelompok sasaran ini mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. jamaahnya tidak terdaftar sehingga setiap kali ada kegiatan dakwah/
bimbingan atau penyuluhan selalu berubah-ubah baik dalam jumlah
maupun individu yang hadir.
b. tidak terstruktur, maksudnya adalah tidak ada struktur organisasinya
baik yang sifatnya sederhana maupun yang rapi.
c. bersifat sementara, adaiah pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
yang dilakukan apabila dipandang sangat mendesak dan penting.
d. tidak terjadwal, karena sifatnya sementara maka pelaksanaan bimbi
ngan dan penyuluhan tidak terjadwal rapi. Misalnya sebulan 4 kali
setiap minggu 1 kali dan tiap kali tatap muka 1 jam, hal tersebut telah
dilakukan.
Z) Kelompok binaan, adalah kelompok atau anggota masyarakat yang
berada dalam kelompok sasaran yang secara sengaja mengelompokkan diri/
dikelompokkan oleh dai/penyuluh agama dan menjadi sasaran bimbingan
penyuluh agama secara kontinyu dan terencana.
Kelompok ini mempunyai ciri-ciri yang merupakan kebalikan dari ciri-ciri
kelompok sasaran tersebut di atas. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah:
a. memiliki program pembinaan yang terarah dan sistematis
b. terstruktur, yaitu mempunyai organisasi, walaupun organisasinya
sangat sederhana, tetapi kelompok ini memiliki sekurang-kurangnya
ketua/ koordinator/kiayi/guru ngaji, dll.
c. kegiatan bersifat kontinyu, yaitu kegiatan bimbingan dan penyuluhan
sifatnya kontinyu dan terjadwal secara rapi. Misalnya setiap hari jam 19
s.d. 21, setiap hari Kamis atau sebulan sekali setiap hari Jumat malam
jam 19 s.d. 21.
d. memiliki jangka waktu yang relatif lebih lama, maksudnya adalah
kelompok binaan ini tidak ada keinginan untuk bubar, kecuali sebab
sebab tertentu yang tidak direncanakan sebelumnya atau jangka
waktunya ditetapkan selama 6 bulan atau 1 tahun, dll.
B. PEMBENTUKAN KELOMPOK BINAAN.
Pembentukan kelompok sasaran/binaan yang dimaksudkan adalah pembentukan
kelompok sasaran yang diarahkan ke kelompok binaan yaitu bagaimana
membentuk suatu kelompok binaan yang terdapat dalam kelompok sasasran.
Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan oleh setiap dai/penyuluh agama Islam
dalam membentuk kelompok binaan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan. Data dan informasi yang diperoleh dari identifikasi
potensi wilayah sasaran atau kelompok binaan dijadikan sebagai dasar untuk
membentuk kelompok binaan. Data dan informasi yang penting diketahui
tersebut antara lain ialah jumlah penduduk, agama, mata pencaharian, tokoh
tokoh masyarakat, ulama dan kecenderungan masyarakat tersebut terhadap
agama dan kegiatan keagamaan.
Setelah data dan informasi terkumpul dan dipelajari secara cermat maka
penyuluh agama melakukan langkah pendekatan personal kepada unsur
masyarakat yang memiliki pengaruh di lingkungannya. Tujuan pendekatan
69
adalah untuk meyakinkan mereka terhadap manfaat pembinaan keagamaan
secara teratur dan intensif melalui pembentukan kelompok sasaran (binaan)
penyuluhan agama Islam.
Sebagai contoh, untuk pembentukan kelompok pengajian pemuda, pendekatan
dilakukan terhadap organisasi pemuda, organisasi olah raga atau remaja masjid
di lingkungan masyarakat tersebut. Setelah langkah pendekatan membawa
hasil yang positif, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan
untuk membentuk kelompok pengajian pemuda.
2. Tahap Pembentukan. Langkah pembentukan kelompok pengajian pemuda
dimulai dengan menetapkan susunan pengurus, nama kelompok pengajian
(jika diperlukan), tempat dan frekuensi kegiatan, dan dukungan pendanaan.
Dalam penentuan pengurus sebaiknya dai/penyuluh agama Islam hanya
sebagai fasilitator, sedangkan pimpinan pengurusnya diserahkan kepada para
pemuda sendiri sehingga tidak timbul kesan bahwa kelompok pengajian yang
dibentuk itu membawa misi dari luar. Kelompok pengajian yang dibentuk harus
dirasakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat, dikelola oleh,
dari dan untuk kepentingan mereka sendiri.
Kelompok pengajian pemuda yang baru itu dibentuk bukan bersifat sementara,
tetapi dirancang dan dibina untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Seorang
dai/penyuluh agama Islam dapat datang dan pergi dalam waktu singkat karena
tugasnya, tetapi kelompok sasaran yang dibinanya adalah untuk jangka waktu
yang panjang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk keleng
kapan organisasi bagi kelompok sasaran (binaan) segera ditetapkan visi dan
misi serta program yang lebih rinci lagi yang diterangkan di bawah ini.
70
1. VISI
Tahap berikutnya setelah dai/penyuluh Agama Islam berhasil membentuk
kelompok binaan dalam suatu organisasi apakah itu organisasi yang sederhana
maupun organisasi yang rapi adalah menetapkan visi organisasi/kelompok
binaan. Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana kelompok binaan harus
dibawa agar tetap eksis, antisipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran
yang menantang.
a. Peran dan Fungsi Visi
Dalam perjalanan kelompok binaan, maka visi memainkan peran yang
menentukan dalam dinamika perubahan lingkungan sehingga kelompok
binaan dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.
Visi dapat dikatakan sebagai kompas atau arah jalannya bagi setiap jamaah
yang ingin memahami maksud dan tujuan kelompok binaan. Apabila suatu
saat kelompok binaan tersebut perlu diubah baik sebagian maupun secara
keseluruhan, untuk itu perlu dilakukan penyesuaian dengan visi baru
kelompok binaan tersebut oleh mereka yang terlibat didalamnya.
Visi yang baik bagi masa depan kelompok binaan adalah visi yang dapat
menggerakan jamaahnya untuk bertindak, karena itu kelompok binaan
berkembang dan mendapat kemajuan. Bagi kelompok binaan visi memiliki
peran dan fungsi antara lain: l)Memberikan arah bagi anggota kelompok
binaan 2)Mencipatakan kesadaran untuk mengendalikan dan mengawasi
3)Mendorong anggota kelompok binaan untuk menunjukkan kinerja yang
lebih baik 4)Menciptakan daya dorong untuk perubahan S)Mempersatukan
anggota kelompok binaan.
b. Kriteria Visi yang Kuat
Untuk mengetahui apakah visi yang telah ditetapkan merupakan visi yang
kuat atau lema h. Berikut ini beberapa kriteria untuk mengetahui apakah visi
71
72
kelompok binaan itu baik dan kuat: l)Visi harus sesuai dengan situasi dan
semangat kelompok binaan. Maksudnya adalah visi tersebut harus cocok
dengan sejarah, budaya dan nilai-nilai kelompok binaan, konsisten dengan
situasi dan kondisi sekarang. 2)Visi harus mampu melukiskan suatu sosok
kelompok binaan idaman yang hebat dan mampu memikat hati setiap orang.
3)Visi harus mampu menjelaskan kemana tujuan kelompok binaan yang
dituju. 4)Visi harus mempunyai kekuatan persuasif dan dapat menjelaskan
harapan, aspirasi, sentimen, pendirian dan kerinduan jamaah kelompok
binaan. S)Visi harus dapat menimbulkan antusiasme dan komitmen dari hati
yang tulus. 6)Visi harus mengandung norma dan nilai yang menjadi dasar
bagi perilaku jamaah kelompok binaan. 7)Visi harus mudah dimengerti.
c. Tujuan Penetapan Visi Kelompok Binaan
Pada dasarnya membentuk visi kelompok binaan adalah mencari gambaran
bersama-sama mengenai masa depan, dalam hal kesepakatan-kesepakatan
tanpa didasari rasa tertekan, terpaksa, dll.
Visi adalah roh model hari depan dengan demikian visi harus dimiliki
bersama dan diyakini oleh seluruh anggota kelompok binaan.
Visi yang tepat bagi kelompok binaan sebaiknya mempunyai tujuan antara
lain: a.Menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh kelompok sasaran
(binaan). b.Memberikan arah dan tujuan strategi yang jelas. c.Dapat
menimbulkan perekat dan pengatur dari berbagai gagasan stratejik.
d.Berorientasi terhadap masa depan. e.Menimbulkan komitmen seluruh
jajaran dalam lingkungan kelompok sasaran (binaan). f.Memberikan
kepastian kesinambungan kepemimpinan kelompok sasaran (binaan).
d. Proses Penetapan Visi Kelompok Sasaran {Binaan)
Kelompok sasaran (binaan) yang berkeinginan untuk membuat visi bersama
perlu secara terus menerus mengajakanggotanya untuk dapat mengembang-
kan visi individu mereka. Apabila tidak ada visi individu cenderung akan
menghasilkan sekedar kesepakatan terhadap visi orang lain. Hasilnya ada
lah "kepatuhan" dan bukan komitmen. Pada umumnya kita berada dalam
'kepatuhan'. Apabila kita dalam kepatuhan maka yang terjadi adalah dukung
an yang kita berikan terhadap visi tersebut sesuai dengan kont~ksnya.
Namun kita tidak akan menjadi anggota kelompok binaan sebenarnya.
Sebagaimana visi yang merupakan keinginan atau image yang terbawa oleh
seseorang dalam dirinya, begitupun juga visi kelompok binaa.n adalah mero
pakan keinginan dan gambaran yang terbawa oleh masin~-masing individu
dalam suatu kelompok sasaran (binaan).
2. MISI
Tujuan atau misi menjelaskan apa kegiatan yang digeluti. Apa alasan atau
pertimbangan yang melatarbelakanginya. Misi memberi bobot suatu organisasi ~~
kelompok binaan. Organisasi yang besar memiliki wawasan tujuan yang luas,
mendalam dan luhur. Disinilah arti dan fungsi misi yaitu untuk menjembatani
organisasi kelompok binaan dengan kondisi hari depan yang diupayakan
diproyeksikan.
Dengan demikian misi (mission), merupakan masa depan organisasi kelompok
binaan yaitu bagaimana organisasi ada.
Misi harus dapat menjawab beberapa pertanyaan yaitu:
~ Mengapa organisasi ada dan apa tujuannya?
~ Apa yang unik dan berbeda dari organisasi?
~ Apa yang kelihatannya akan berbeda mengenai kegiatanorganisasi pada
3 sampai dengan 5 tahun mendatang?
~ Siapa customer kita?
~ Apa produk organisasi kita?
~ Apa yang menjadi perhatian kita mengenai agama dan perekonomian
73
74
umat yang mendasar?
-,.. Apa kepercayaan, nilai, aspirasi dan prioritas filosofi kita.
a. Unsur-unsur Misi
Misi menurut Kotler merupakan pernyataan tentang tujuan organisasi yang
diwujudkan dalam produk dan pelayanan, kebutuhan yang dapat ditanggu
langi kelompok masyarakat, nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan
cita-cita di masa mendatang (Kotler et al, 1987).
Dari batasan tersebut di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan misi suatu organisasi.
1) Produk apa atau pelayanan apa yang ditawarkan (bimbingan dan
penyuluhan/pendidikan agama, kesehatan dan sebagainya).
2) Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan tersebut memang
diperlukan kelompok masyarakat.
3) Misi harus dengan jelas memiliki sasaran publik mana yang akan dilayani
(kelompok tani, nelayan, wan ita, dokter, pendidik, ibu-ibu rumah tangga,
remaja).
4) Kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan memiliki daya saing
yang meyakinkan masyarakat. lni diperlukan untuk menarik dukungan
publik.
5) Aspirasi apa yang diinginkan di masa datang, dijelaskan pula manfaat
dan keuntungan masyarakat dengan produk dan pelayanan dimaksud.
b. Proses Perumusan Misi
Misi sebaiknya dirumuskan oleh satu kelompok dan bukan hanya oleh
satu orang. Pertanyaan pokok dimuat dalam formulir mencakup masalah
keagamaan, sosial dan politik. Apa yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
dan memberi jawaban terhadap kebutuhan dan masalah terse but. Bagaimana
respon kita terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan organisasi kita?
Juga dimuat tentang nilai-nilai dan identitas organisasi kelompok binaan.
Pertanyaan tersebut perlu dikaji secara mendasar oleh tim perumus yang
terdiri dari pakar dan para ahli terkait dalam organisasi pengajian.
Langkah-langkah dalam perumusan misi dimaksud dapat ditempuh sebagai
berikut:
1) seorang ditetapkan untuk menghimpun hasrat aspirasi dan keinginan
yang dihadapi kelompok binan. Pesan atau masukan terse but bisa datang
dari luar organisasi/kelompok binaan.
2) kelompok binaan atau tim pengkaji semua unsur yang terkait dengan
organisasi seperti ulama, pemuka masyarakat, generasi muda, kelompok
profesi, LSM keagamaan, media. Kelompok di atas merupakan pihak
pihaik yang terkait dengan organisasi pemerintah.
3) sesudah diadakan pengkajian mengenai pihak yang terkait, tiap anggota
mengisi formulir misi dengan rumusan masing-masing. Kemudian diikuti
dengan diskusi kelompok tentang misi yang ditulis masing-masing
anggota sehingga menghasilkan rumusan bersama yang jelas.
4) hasil rumusan ini sudah berbentuk rencana misi dan dikembalikan
kepada tiap anggota kelompok binaan untuk diperdebatkan. Hasilnya
disusun dalam bentuk rumusan misi yang telah disepakati kelompok.
3. TAHAP KONSOLIDASI
Setelah kelompok pengajian pemuda resmi terbentuk, maka dai/penyuluh
agama memfasilitasi penyusunan agenda kegiatan, pemilihan tema pengajian
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta, serta inventarisasi anggota
pengajian. Keanggotaan pengajian terdiri dari anggota tetap dan anggota
lepas.
Dalam rangka konsolidasi maka keberadaan kelompok pengajian pemuda perlu
disosialisasikan dan dikomunikasikan sejak dini kepada segenap unsur dan
Ia pi san masyarakat agar mereka memberi support (dukungan) karena Kelompok
75
pengajian yang dibentuk bukanlah kelompok yang tertutup dan ekslusif, tetapi
kelompok pengajian yang terbuka.
C. PENYUSUNAN RENCANA KERJA. PERENCANAAN POSES DAKWAH/
PENDIDIKAN/PENGAJIAN.
Setiap dakwah/bimbingan penyuluhan didahului dengan pembuatan rencana
dakwah/bimbingan penyuluhan tahunan, tengah tahunan atau tiga bulanan.
Rencana disusun dan disesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan,
ketersediaan waktu bagi jamaah dan materi yang telah ditetapkan serta sarana
yang tersedia.
1. Perencanaan tahunan
Perencanaan tahunan merupakan suatu rencana dakwah/bimbingan penyuluhan
selama satu tahun yang disusun berdasarkan garis besar pokok pengajian serta
disesuaikan dengan jumlah tatap muka dalam pengajian dan ketersediaan
waktu yang dipilih. Rencana tahunan terdiri dari rencana tengah tahunan.
Rencana tengah tahunan mencakup komponen: pokok bahasan, konsep/tema,
alokasi waktu tiap pokok bahasan/konsep/tema, dan waktu pelaksanaan. Selain
itu, disediakan pula alokasi waktu untuk evaluasi dan kegiatan lain yang tidak
terduga. Dengan demikian rencana tengah tahunan terlihat uraian bahan kajian
dan alokasi waktu pelaksanaan.
Dalam menentukan alokasi waktu setiap pokok bahasan perlu dipertimbangkan
tingkat kesulitan dan keluasan/kedalaman bahan serta banyaknya kegiatan
(praktik, latihan).
Rencana tahunan dan tengah tahunan belum dapat digunakan secara langsung
untuk melaksanakan kegiatan pengajian, oleh karena itu perlu dibuat rencana
harian (apabila pengajian dilaksanakan tiap hari) mingguan (apabila pengajian
dilaksanakan tiap minggu) berapa persiapan pengajian.
76
2. Persiapan Pengajian
Sebelum penyuluh agama memberikan pengajian perlu membuat persiapan
mengajar/ngaji. Persiapan mengajar ngaji sekurang-kurangnya memuat:
a) Bahan kajian (pokok bahasan/sub pokok bahasan).
b) Tempat, hari, tanggan dan jam.
c) Tujuan pengajian (tujuan setiap pokok bahasan).
d) Tujuan khusus pengajian (tujuan yang dijabarkan dari tujuan pengajian
pokok bahasan).
e) Bahan pengajian dan kegiatan pengajian secara umum.
f) Cara menilai kemajuan pengajian jamaah.
77
BABIV
PELAKSANAAN DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYYULUHAN
A. TENAGA DAI/PENYULUH AGAMA ISLAM
Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal,
setiap kegiatan apapun harus dikelola oleh orang yang professional dan ahli
dibidangnya. Sarna halnya dengan tugas menyampaikan risalah agama harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus benar-benar istiqomah
dalam keimanannya serta percaya dengan seyakin-yakinnya akan kebenaran
agama Islam yang dianutnya kemudian diteruskan kepada umatnya.
Hal ini telah dicontohkan pada Nabi, bahwa mereka menanamkan iman kepada
dirinya terlebih dahulu, kemudian baru kepada orang lain atau umatnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah.
Artinya : Rasul telah beriman kepada AI Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasui-Nya.
(mereka mengatakan): "Komi tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasui-Nya': dan mereka mengatakan: "Komi
dengar dan Komi taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Komi Ya Tuhan Komi
dan kepada Engkaulah tempat kembali." {QS. AI Baqarah 285}
79
80
Para Nabi sesudah mantap imannya atas kebenaran agamanya, kemudian
membersihkan dirinya dari segala macam perbuatan tercela.
Bahkan mereka berikrar dengan sesungguhnya: "saya ini adalah orang mukmin
yang pertama dan saya ini orang Islam yang pertama".
2. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus menyampaikan
dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Seorang muslim yang telah mantap
untuk menyampaikan/kebenaran (risalah agama) kepada orang lain,
sedangkan ia mampu melakukannya, maka dia berdosa, dan dia harus
mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak.
Firman Allah dalam AI-Qur'an dalam QS. Ali lmran 187.
Artinya: dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada
man usia, dan jangan kamu menyembunyikannya/' lalu mereka melemparkan
janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan
harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.
Dengan demikian setiap umat Islam, khususnya Dai/Penyuluh Agama Islam/
Mubaligh wajib menyampaikan risalah agamalslam kepada umat manusia
dan tidak diperkenankan menyembunyikan sesuatu yang hak dan benar. Juga
berkewajiban menyampaikan sesuatu yang akan membahayakan serta akibat
akibat yang diterima jika tidak mematuhinya.
Jika tidak dilakukan usaha-usaha tersebut, maka kita tergolong munafik atau
sekurang-kurangnya tidak mempunyai rasa tanggungjawab.
3. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus menyampaikan
kesaksian itu tidak saja dengan lidahnya, akan tetapi juga dengan amalnya
perbuatanya.
Ajaran Islam tidak menghendaki hanya sekedar teori semata-mata, yang
tidak dibarengi dengan amaliah nyata. Karena itu seharusnya sebelum dia
memberikan dakwahnya kepada orang lain dia sudah melakukannya, terutama
hal-hal yang berkenaan dengan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Firman Allah dengan AI-Qur'an dalam QS. AI Baqarah 44.
Artinya: mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca AI kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
Seseorang yang berperan sebagai Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh/Da'i
yang menyeru orang lain agar berbuat kebajikan, sedang dia sendiri tidak
melakukannya maka sikap ini adalah dusta.
4. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh harus berdakwah di atas
semua aliran dan golongan kamu muslimin, bukan atas paham yang dianutnya
semata. J .,... .. .,., - J ...-: .. • , • ~,., ( "" ~ ., "'1' ..b..:.JJL.,; I,' • ...11 --: .... I ! -<'I ~-I; --: .iJIIA.I.J.J r------~lJ, _" ~--~YYY .Y-" ~- '"t ••
J,l ~! ~J,Ii_,ljlj .. .s~:~!~)f-;. i_,j~I\,J~ ~f ~1"~0~ -~ -- );:~~r> : !~/-..;.,) ;~
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
81
82
kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Qs. AI-Maaidah B)
Demikian pula seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh, harus
menghindari fanatisme dan ta'ashub terhadap keluarga dan sanak famili,
sebagaimana firmannya:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu .. (Qs. An Nisa 135)
5. Seorang Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh menyampaikan Dakwahnya
harus berdasarkan kebenaran yang lengkap dan utuh sesuai dengan petunjuk
Allah SWT.
Dakwah tidak hanya berkenaan dengan hal-ikhwal ibadah semata-mata.
Akan tetapi harus memberikan tuntunan terhadap seluruh aspek hidup dan
kehidupan umat manusia seperti:
• Hubungan manusia dengan manusia lainnya.
• Hubungan manusia dengan lingkungannya.
• Pendidikan dan pengajaran.
• Pertanian, peternakan.
• Perindustrian.
• Perdagangan.
• Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB).
• Usaha Pendidikan Gizi Keluarga (UPGK).
• lmunisasi.
• Dan lain-lain.
Seluruh aspek kehidupan tersebut hendaknya disampaikan secara lengkap
agar setelah mereka memahami diharap akan selalu dijiwai oleh nilai-nilai
luhur ajaran Islam. Misalnya jika seseorang akan mulai bekerja dimulai
dengan membaca "Bismillahirrahmanirrahim".
Allah berfirman dalam AI-Qur'an:
!t~~L:. ~ ;.j: w ~. L I'~~. -r-(11 J' •. f~ ~1: ~, ~~Ill'~&.; -! . ...... u ~J ~) 4X • ~ '! c:' 4.) .r-J' "1. •
""' .,~ ,; • .~ .... .;: ~ ~ .!. , ~ .....-:-"" , ., ""' ,-:;;.,
(®2t~'r~~~~~~I0L . .r81~ $1··~·J<UIIj
Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir. (AI Maidah 67}
Di surat AI Ahzab 39 Allah berfirman pula:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risa/ah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain
kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.
Ayat lain menerangkan pula:
Artinya: "Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah
sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu
83
84
mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan
Allah'~ (As Syuraa 15}
6. Setiap umat Islam diharapkan menyampaikan kesaksian bahwa Allah yang
benar. Pendirian ini harus diperhatikan sekalipun harus mempertaruhkan
nyawa. Memang hal ini adalah tugas yang paling berat. Namun sikap inilah
puncak keimanan yang paling tinggi, yang disebut dalam AI-Qur'an "umat
yang baik".
Ada beberapa butir akhlak yang harus dimiliki oleh setiap Dai/Penyuluh Agama
lslam/Mubaligh dan Khatib yaitu:
1. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib dalam menyampaikan
ajaran Islam yang bersumber AI-Qur'an dan Assunah, harus didasari niat yang
tulus melalui pendekatan bil-hikmah, pengajian yang baik serta mujadalah
dengan yang lebih baik.
Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-Nahl ayat 125;
Artinya: serulah (manusia) kepada jolon Tuhan-mu dengan hikmah dan
pe/ajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cora yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia/ah yang lebih mengetahui orang
orang yang mendapat petunjuk.
AI- Qur'an surat AI-Bayyinah ayat 5:
i ~~~ ~ ~~ "'-tli ~ .~~ ;Ti~;..-: ~~ ~ -: .. -'~ ;&li :c.:J ~I j-J ft::.~ YPJ ~ ~j ~, ~ j . ~, ~ j~ j
, • .,:.~;~~iT, ; ,,,: ~ ~ ·?:tl 1\,~1, :: !,):!~~ ~j oy j-
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecua/i supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian ltulah agama yang lurus.
Ayat di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa:
a. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus memiliki ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia dan faedah wahyu
tersebut.
b. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus memiliki pengeta
huan tentang hal-ikhwal umat.
c. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan khatib harus mampu memilih
bahan pelajaran yang sesuai kemampuan dan daya tangkap umat,
sehingga tidak merasa berat menerima ajaran agama.
d. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus pandai
menyajikan dengan mudah dan rasional.
e. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menyadari
bahwa manusia memiliki aneka ragam, corak serta sifat.
2. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menjadi contoh
teladan dalam mengamalkan ajaran agama (uswatun hasanah) di tengah
tengah masyarakat.
Beberapa firman Allah dalam AI-Qur'an.
Surat AI-Azhab ayat 21.
J;_,?~i<-~r_,;&~iY.-~0' ~l~ ~;. ~~r ~~.,.l;..J~;$J0~ ljj
r-'~") ( ..2;&1 ~ '.fr.:'
85
86
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Surat As-Shaff ayat 3:
Artinya: A mat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.
Hadist dari Usamah bin Zaid bin Haritsah r.a:
Artinya: "Soya mendengar Rasu/ullah SAW bersabda. Dihari kiamat nanti,
seseorang pria dilemparkan ke dalam neraka hingga perutnya pecah dan isi
nya berantakan keluar. Dia berputar-putar di dalamnya seperti hi mar berputar
di ka/angan. Penghuni neraka berkerumunan menyaksikannya sambil ber
tanya: Wahai fulan, mengapa engkau begini? Bukan/ah engkau dahulunya
se/alu menganjurkan orang berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran?
Dia menjawab: Benar, soya di dunia menganjurkan orang berbuat kebaikan,
tetapi soya sendiri tidak melakukannya. Dan saya melarang orang melakukan
kejahatan, tetapi saya sendiri melakukannya. (HR. Bukhari Muslim).
3. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib memiliki kebebasan
mimbar. Akan tetapi bertanggungjawab kepada Allah dan kemaslahatan
umat. Kebebasan ini dijamin oleh UUD 1945, tetapi harus bertanggungjawab
kepada umat.
Firman Allah dalam surat AI-Anam ayat 108:
Artinya: dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.
Rasulullah bersabda dari Abu Hurairilh r.a:
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah bersabda: Siapa yang
menghilangkan kesusahan seseorang muslim dari kesusahan dunia, Allah
akan menghilangkan dari padanya satu kesusahan di akhirat. Dan siapa yang
menutup sesuatu aib dari seorang muslim, Allah akan menutup pula aib-aib
nya di dunia dan akhirat, dan Allah se/amanya membantu seseorang hamba
selama hamba itu menolong saudaranya'~ (HR. Muslim).
Ayat dan Hadist di atas memberikan isyarat kepada kita:
1. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus pandai memilih
waktu yang tepat untuk menyampaikan ajaran agama.
87
88
2. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus berhati-hati dan
selektif menyampaikan sesuatu masalah jika belum jelas fakta dan datanya.
3. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus senantiasa
mengutamakan kepentingan agama (Islam), masyarakat, bangsa dan negara
dari pada kepentingan pribadi atau golongannya.
Firman Allah dalam AI-Qur'an
~'0~ ~ ' I ' :' • : i·.t' • ~. f Tl;__ -" ··~·\~/ ""'-"='..........-r-r;u ~'~ l.f'._;..)'f-Y.'
Artinya: dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka do/am kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka ltulah orang orang yang beruntung. (AI Hasyr 9}
Sabda Rasulullah SAW.
Artinya: " Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri '~ (HR. Bukhari
Muslim)
4. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan mutu profesinya.
5. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus mengikuti
perkembangan zaman, disamping harus menambah ilmunya yang telah ada
baik ilmu agama maupun pengetahuan umum.
Firman Allah dalam Al-qur'an surat Al-lsyra ayat 85:
Artinya: " .... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit':
Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 9:
Artinya: " .... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran'~
Firman Allah dalam AI-Qura'an:
Artinya: "tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya'~ (At-Taubah 122}
6. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus bersikap jujur dalam
menyampaikan dakwah dan khutbahnya.
Ia harusjujurdan amanah demi kepentingan umat.la harus mau mengorbankan
kepentingan golongannya, demi umat.
Firman Allah dalam surat, AI-Anfal ayat 27:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasu/ (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui'~ (AI-anfa/
27}
89
90
Firman Allah SWT.
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya .... "
Hadist Rasulullah dari Abdullah bin Umar:
Artinya: " Dari Abdullah bi Umar r.a: Sesungguhnya Nabi bersabda: Ada
empat hal yang barang siapa terdapat pada dirinya empat hal tersebut, ia
menjadi seorang munafik murni dan barang siapa terdapat pada dirinya
salah satu diantaranya, pada dirinya ada satu unsur kemunafikan, sampai dia
meninggalkan (membuangnya). Keempat hal itu ialah: Apabila dia dipercaya,
ia khianat_ apabila berbicara, ia berdusta, apabila ia berjanji, ia mungkir dan
apabila ia berselisih ia Jicik/curang'~ (HR. Bukhari Muslim).
7. Dai/Penyuluh Agama lslam/Mubaligh dan Khatib harus menyadari dan
menjaga agar forum dakwah tidak disalah gunakan oleh pihak manapun, demi
menjaga terciptanya ukhuwah lslamiyah.
Dimaksudkan adalah agarforum dakwah itu tidakdigunakan untuk kepentingan
lain, selain tujuan dakwah.
, , ~ ,. , ' , "" I, , , ~ , ~ ,.,.. ~"" ,.,.. 7 ,.,.. ' ,. ,,,. , ., ,. ,. .,.
('-Du~l ~~jli~ {.J a-J ~'jl ~J~I f"'il ~ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki
laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri[1409} dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman{1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka ltulah orang-orang yang zalim.
B. MATERI DAKWAH/PENYULUHAN AGAMA ISLAM
Materi dakwah dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu materi bidang agama dan
materi bidang pembangunan.
1. Agama
a. Aqidah lslamiyah antara lain meliputi
1) Percaya dengan rukun iman yang enam.
2) Aspek keyakinan seorang Muslim terhadap Islam.
3) Kewajiban seorang Muslim menu rut ajaran Islam.
4) Malaikat dengan segala permasalahannya.
5) Kitabullah dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
6) spek keyakinan kepada Nabi/Rasul.
7) Hari pembalasan sebagai janji Allah SWT.
8) Tentang qadha dan qadar.
9) Mizan (timbangan) pahala dan dosa manusia.
10) Yakin dengan adanya syurga dan neraka.
91
11) Yakin dengan hari akhirat.
b. Syari'ah antara lain meliputi.
1) Hablumminallah.
2) Hablumminannas.
3) Beberapa pengertian ibadah.
4) lbadah yang khas dan yang 'am.
5) Pentingnya ibadah dalam kehidupan manusia.
6) Nisbah ilmu dengan ibadah.
7) Nisbah iman dengan ibadah.
8) lbadah sebagai bagian dari syari'ah.
9) Sumber-sumber syari'ah
10) Klasifikasi dan pelaksanaan syari'ah.
11) Kedudukan shalat, zakat, puasa dan haji dalam ajaran Islam.
12) Peranan zakat dalam mengatasi kemiskinan.
c. Akhlak antara lain meliputi
1) Beberapa pemahaman tentang akhlak, ihsan, moral dan etika.
2) Akhlak dan etika (sebuah perbandingan).
3) Nilai dan moral dalam Islam.
4) Beberapa pengaruh nilai dan norma terhadap tingkah laku
manusia.
5) Kriteria akhlak yang baik dan yang buruk.
2. Pembangunan
92
a. Materi Penunjang antara lain meliputi:
1) Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, pandangan hid up dan falsafah
negara.
2) Penjabaran Pancasila dalam UUD 1945.
b. Usaha perbaikan gizi keluarga menurut Islam
1) Tujuan hidup (berisikan) arti kehidupan bagi manusia,
cara menjalani kehidupan yang lebih bermakna, masalah
perkembangan gizi dan sebagainya.
2) Kewajiban memiliki kehidupan antara lain: Pelestarian kehidupan
sebagai suatu kewajiban setiap individu, penyediaan sarana fisik
dan sebagainya. ,.
3) Cara-cara pemeliharaan kehidupan antara lain: Sunnatullah dan
hubungannya dengan pemeliharaan kehidupan manusia dan
makhluk lainnya.
c. Motivasi dan penyuluhan lmunisasi me/a lui jalur agama Islam
· 1) Perhatian Islam terhadap kesehatan.
2) Prinsip kesehatan dalam Islam.
3) Tuntunan pemeliharaan kesehatan.
4) Derajat kesehatan.
5) Kesehatan lbu dan anak.
d. Motivasi supaya kerja keras mencari rizki
1) Hubungan agama Islam dengan ketenaga kerjaan.
2) Hubungan agama Islam dengan perekonomian.
3) Agama Islam dan Bank Islam (Bank syari'ah, Bank Muamallat).
~) Agama Islam dan Koperasi, Asuransi dan lain-lain.
5) Zakat dan Pajak.
e. Agama Islam dan tehnologi dan lingkungan kehidupan
1) Hukum kloning.
2) Teknologi modern.
3) Pembangunan berkelanjutan.
4) Lingkungan hidup.
93
5) Hak asasi manusia.
6) Demokratisasi.
C. METODE DAKWAH/PENYULUHAN
Metode yang dipergunakan dalam berdakwah secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga hal sebagai berikut:
1. Dakwah bil Hal
Perkataan metode berasal dari bahasa latin yakni meta dan hodos, meta artinya
menuruti, sedangkan hodos artinya jalan atau cara. Jadi metode menu rut bahasa
adalah jalan atau cara. Menurut istilah artinya sistem atau cara untuk mengatur
sesuatu ide atau keinginan.
Seorang Da'i tidak hanya sekedar bisa berbicara, tapi lebih penting adalah berbuat
atau mengamalkan apa yang telah dia dakwahkan yang disebut dengan dakwah
bil hal sebagaimana firman Allah SWT dalam surat As-shaf ayat 2-3: , • "" ,.. , ,... • , -$.,~ ,,
If.--~ .1.::~~~~ -: -' -- :'11 ·'I;: .llll-.t; -.;.,tiO~ ......:..>.-"~("'":- .Y-" ~- -, ••
, ,.• ,; ..... "" • , , ... I ,...: A .. 'fl.. ... J ....
~~...:::..,~ ~ 1.:. l_,lfoul ~~~~.:.a:.~
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan'~
Hal ini seiring dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
salah satu hadistnya yang berbunyi:
Artinya: "Mulailah dari dirimu sendiri'~
94
Dengan kata lain, jangan suruh orang lain untuk berbuat, sementara kamu
sendiri tidak melakukannya. Bukan saja hasilnya yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, akan tetapi juga akan menimbulkan dosa yang besar bagi orang
orang yang bisa berkata tapi tidak bisa berbuat. Seperti seorang Bapak yang
berdakwah kepada anaknya agar anaknya mendirikan shalat lima waktu sehari
semalam, dakwah ini tidak akan berhasil apabila Bapaknya sendiri belum mampu
membrikan contoh/tauldan kepada anaknya untuk mendirikan shalat lebih dulu
demikian seterusnya seperti pelaksanaan Puasa, membayar zakat, memberikan
infaq sedekah dan lain sebagainya.
2. Dakwah bil Lisan
Metode ini salah satu metode dakwah yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam
firman-Nya adalah surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:
01 :;.~ .:.f ~ J4~~J ~: :~i.f~~~J~~~:iJ~; ~-JJt;l
Artinya: "serulah (manusia) kepadajalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk'~
Berdakwahlah secara lisan yang juga disebut dengan metode ceramah atau
informasi oleh seorang da'i sebagai komunikator kepada kelompok masyarakat
sasaran sebagai komunikan. Metode ini sangat tepat sekali kalau sasaran yang
dihadapi merupakan kelompok yang jumlahnya besar dan perlu menghadapi
sekaligus. Da'l bisa mempergunakan alat bantu seperti pengeras suara, radio,
televisi dan lain sebagainya, meskipun pada prinsipnya metode ini menggunakan
lisan. Tapi pesan yang disampaikan bisa diperjelas dengan bantuan mimik dan
gerak.
95
3. Dakwah bil Qalam (Kitab)
Metode dakwah bil Qalam ini melalui media cetak seperti, Koran, tabloid jum'at
dan brosur-brosur yang bernafaskan Islam, sangat membantu sekali dalam
keberhasilan dakwah. Hanya saja metode ini bagi seorang penyuluh, masih minim
sekali untuk mempraktekannya.
Kemudian kalau kita simak perjalanan dakwah Rasulullah SAW ternyata tidak
berbeda dengan metode yang ada dalam ai-Qur'an (Kitab) seperti turunnya ai
Qur'an yang berkaitan dengan hukum minuman keras dan judi tidak sekaligus
tapi berangsur-angsur atau bertahap.
Pertama, turun Firman Allah dalam surat ai-Baqarah 219:
Artinya: "mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya'~
Kedua, baru turun perintah lerangan tidak boleh mendekati shalat bagi mereka
yang dalam keadaan mabuk. Sebagaimana Firman Allah dalam AI-Qur'an surat
An-nisa 43:
Artinya: ''ianganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan"
Akibat dari minuman keras dan judi ini adalah terganggunya ketertiban umum
yang menimbulkan keresahan dan kekacauan ditengah-tengah masyarakat.
96
Ketiga, baru dinyatakan Allah secara jelas bahwa minuman keras (arak) dan judi
adalah kotoran dari pekerjaan syetan. Sesuai dengan Firman Allah dalam surat
AI-Maidah ayat 90-91:
Artinya: "Hoi orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], ada/ah
Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itur
Selain itu para penyuluh dapat pula mempergunakan metode y~ng dianggap
lebih tepat dan sesuai dengan sasaran seorang penyuluh antara lain metode
ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Metode ini sangat banyak sekali dilakukan
oleh penyuluh.
D. PELAKSANAAN DAKWAH/BIMBINAN PENYULUHAN AGAMA
Pada waktu memulai kegiatan pengajian (kegiatan perdana) penyuluh agama
harus berupaya untuk memperkenalkan eksistensi kelompok pengajian tersebut
di lingkungan masyarakat setempat. Para anggota harus sejak diri disadarkan
terhadap manfaat mengikuti setiap pengajian, yaitu di samping sebagai sarana
pembelajaran, forum pengajian berguna sebagai wahana untuk membina
ukhuwah (persaudaraan) dan pengembangan diri.
97
Penyuluh agama harus memberi semangat, motivasi dan empati kepada seluruh
anggota kelompok sasaran (binaan tetapnya) sehingga mereka selalu mengikuti
setiap kegiatan pengajian dengan penuh minat. Topik, materi dan teknik
penyampaiannya harus disesuaikan dengan karakteristik psikologis pemuda yang
diliputi naluri keingintahuan terhadap berbagai hal dan tidak tertarik.
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi dari metode dan pendekatan dakwah/
bimbingan penyuluhan yang telah dilakukan pada kelompok sasaran (binaan).
1. Cara Dakwah/bimbingan penyuluhan
98
Sistem mengajar pada kelompok sasaran (binaan) adalah dapat dengan cara
memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan Sorogan,
bandongan ,Wetonan atau mudzakarah , sementara para jamaah disediakan
sarana pendidikan yang diperlukan.
a) Sorogan. Kata ini diambil dari kata dasar bahasa Jawa "Sorog" artinya sod or,
sorogan berarti sodoran. Jamaah dengan berbekal kitab yang ingin didalami,
membaca dihadapan Kyai/penyuluh agama untuk mendapat kebenaran baca
dan kejelasan makna. Proses tersebut dihadapi oleh Kyai atau Ustadz/penyuluh
agama satu persatu antara sejumlah santri.
b) Bandongan. Kata ini diambil dari makna kata dalam bahasa Arab "Halaqah".
Maksudnya jamaah menerima ilmu dari Kyai/penyuluh agama seperti halnya
sorogan. Akan tetapi penyelenggaraannya dilakukan secara berbarengan. Kyai
membaca kitab, sedang santri mendengarkannya sambil menyimak makna
materi yang diberikan. Pemberian makna/terjemahan tersebut biasanya ditulis
kecil-kecil dalam huruf pegon di bawah kata (kalimat) Arabnya.
c) Wetonan. Kata ini berasal dari bahasa Jawa "Weton". Penyelenggaraan
pengajian model ini tidak dilakukan pada setiap hari, akan tetapi setiap lima
hari sekali berdasarkan hari pasaran. Biasanya mempergunakan metode
bandongan.
d) Mudzakarah. Mudzakarah adalah merupakan pertemuan ilmiah, yang
membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan masalah agama
pada umumnya. Mudzakarah (diskusi) ini dapat dibedakan menjadi 2 macam:
a)Mudzakarah yang diadakan oleh Kyai/penyuluh agama bersama-sama para
ulama dengan menggunakan kitab-kitab yang tersedia untuk memecahkan
sesuatu masalah agama yang penting ataupun sekedar untuk memperdalam
pengetahuan agama. b) Mudzakarah yang diadakan antara sesama jamaah
untuk membahas sesuatu masalah agama, dengan tujuan melatih para jamaah
agar terlatih dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempergunakan
kitab-kitab yang tersedia. Mudzakarah seperti ini biasanya dipimpin oleh
seorang ustadz/penyuluh agama atau jamaah yang senior yang ditunjuk oleh
Kyai/penyuluh agama.
1. Pendekatan Dakwah/bimbingan penyuluhan
Pendekatan dakwah/bimbingan penyuluhan ini dapat dilakukan pendekatan
ilmiah atau sering disebut dengan pendekatan ta'limul-muta'allim. Bilamana
didasarkan atau dikaitkan dengan disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya
meliputi:
a) Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan
dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang
mampu menggerakkan daya kognitif (mencipta hal-hal yang baru), konatif
(daya untuk berkemauan keras) dan afektif (kemampuan yang mengerahkan
daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang
lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama dimana faktor-faktor
penbentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi
bagi kehidupan/penghidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
b) Pendekatan sosial cultural. Yang ditekankan pada usaha pengembangan
sikap-sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntunan masyarakat, yang
99
berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya
dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan
inovasi kearah sikap hidup yang al/op/astis (bersifat membentuk lingkungan
sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat
antoplastis (hanya sekedar penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada).
c) Pendekatan religie. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan
sistem keimanan dalam pribadi anak didik/santri/jamaah yang cenderung ke
arah komprehensif, intensif dan extensif (mendalam dan meluas). Pandangan
yang demikian itu pada hakekatnya adalah mengandung nilai-nilai Ketuhanan.
Sikap yang demikian harus diinternalisasikan (dibentuk dalam pribadi) yang
deternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya).
d) Pendekatan histories. Yang ditekankan kepada usaha pengembangan
pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Walau
hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronogis menjadi titik
tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladan merupakan
proses identifikasi dalam rangka memperoleh penghayatan dan pengamalan
agama. Pembentukan kepribadian yang dibentuk melalui individualisasi dan
pendalaman materi serta hukum agama yang dikembangkan melalui proses
historis ini akan sejalan dengan proses perkembangan yang dijalani melalui
pengalaman yang diperolehnya.
e) Pendekatan komperatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang
ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya. Pendekatan komperatif
ini sering diwujudkan dalam bentuk komperatif study, baik dibidang hukum
agama, maupun juga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang
berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata dan lain-lain.
100
f) Pendekatan filosofis. Yaitu suatu pendekatan yang mendasarkan tinjau
an secara falsafah, pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai
kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering
dipergunakan sekaligus dengan pola-pola berfikir yang rasional dan mem
bandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat pelbagai kurun zaman
tertentu, serta aliran filsafahnya.
E. PROSES PELAKSANAAN DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYULUHAN TATAP
MUKA
Pelaksanaan kegiatan dakwah/pengajian meliputi kegiatan pemula (pengantar),
kegiatan utama dan kegiatan akhir.
1} Kegiatan awol. Kegiatan awal dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada jamaah, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang
telah diketahui jamaah berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan awal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan mem
berikan ilustrasi berupa gambar, cerita, film dan beberapa pertanyaan untuk
menggali pemahaman jamaah.
2} Kegiatan inti. Kegiatan ini adalah kegiatan pokok untuk menemukan/
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap berkaitan dengan
materi kegiatan yang bersangkutan.
3} Kegiatan akhir. Kegiatan ini adalah aktivitas untuk memberikan penegasan
atau kesimpulan dan evaluasi terhadap penguasaan bahan kajian yang telah
disampaikan pada kegiatan inti. Pada kegiatan ini dapat dilakukan kegiatan
tindak lanjut berupa diskusi-diskusi beberapa kelompok sesama anggota
jemaah.
4) Evaluasi
a. Evaluasi program. Evaluasi program merupakan penilaian terhadap
program pengajian, termasuk didalamnya melakukan penilaian terhadap
kurikulum sarana dan prasarana pengajian, penilaian kurikulum sebagai
satu kesatuan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum yang
101
102
bersangkutan dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Kegiatan evaluasi ini bagian dari upaya pencapaian tujuan
pendidikan/pengajian.
Penilaian program termasuk salah satu bagian penilaian terhadap
kegiatan kemajuan jamaah. Penilaian program ini merupakan penilaian
terhadap program kurikulum antara lain: materi/bahan kajian pada Garis
Besar Pokok Pengajian, efektivitas jumlah jam dengan metode, efektivitas
jumlah pendengar sarana dan sistem evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi
program meliputi penilaian segi administratif kelembagaan (kelompok
binaan) tenaga teknis keagamaan (penyuluh agama, dai, dan lain-lain),
kurikulum, jamaah, sarana dan prasarana serta keadaan kelompok binaan
secara umum.
b. Evaluasi proses dakwah/bimbingan penyuluhan. Penilaian proses
dakwah/bimbingan penyuluhan diarahkan kepada pelaksanaan tugas, baik
tugas individual, maupun tugas kelompok. Disamping itu penilaian proses
dakwah/bimbingan penyuluhan ditujukan kepada disiplin dan upaya yang
dilakukan jamaah dalam kegiatan belajar/mengaji.
Sebagai gambaran bagaimana evaluasi proses dakwah/bimbingan
penyuluhan tersebut antara lain memuat penilaian terhadap:
• Cara merespon jamaah terhadap tugas-tugas/pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh penyuluh agama baik secara pribadi-pribadi
maupun kelompok.
• Sistematika dalam merespon terhadap tugas-tugas.
• Kemampuan melakukan disiplin pribadi dalam mengerjakan tugas
tugas.
• Kemampuan melakukan kegiatan dakwah/bimbingan penyuluhan
secara teratur.
• Aktivitas kehadiran jamaah.
c. Evaluasi hasi/ dakwah/bimbingan penyu/uhan. Penilaian hasil dakwah/
bimbingan penyuluhan merupakan upaya pengumpulan informasi untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang dicapai
jamaah pada setiap jangka waktu tertentu. Oleh karena itu penilaian hasil
belajar/pengajian harus memperhatikan materi pengajian, bahan kajian
dan ciri-ciri yang dimiliki setiap materi pengajian.
Penilaian hasil dakwah/bimbingan penyuluhan meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotif. Aspek kognitif meliputi semua lingkup materi
masing-masing, sedangkan aspek afektif lebih ditekankan pada ahlak dan
aktivitas pengamalannya. Dalam melaksanakan evaluasi jamaah, dimana
jamaah relatif sudah cukup dewasa, maka evaluasi dapat dilakukan:
• Penjajakan secara langsung, jamaah diperintahkan untuk membaca
kitab yang sudah dipelajari dan kemudian menjelaskan apa maksud
dan yang menjadi kandungan. Cara ini dalam pelaksanaannya harus
hati-hati karena resikonya adalah jamaah akan merasa tertekan dan
seterusnya besoknya kemudian tidak hadir lagi dalam pengajian.
• Kepada jamaah tertentu baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama diketengahkan pada mereka satu masalah yang terjadi
didalam masyarakat, mereka harus membahasnya sesuai dengan
kitab yang telah dipelajarinya.
• Penjajakan tidak langsung dengan sistem mukararah/mukadatsh,
pada waktu-waktu tertentu penyuluh agama harus mengajakjamaah
untuk berbicara terhadap persoalan dengan pendekatan agama.
103
F. PELAYANAN KONSULTASI KELOMPOK ATAU INDIVIDU
Konsultasi merupakan bantuan yang diberikan kepada jamaah dalam upaya
menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan memecahkan problem-problem
yang dialami jamaah. Pelayanan konsultasi dapat diberikan secara individu
individu atau kelompok.
Pada dasarnya pelayanan konsultasi dimaksudkan untuk membantu jamaah
apabila ada masalah yang dihadapi seperti masalah keluarga, masalah lingkungan,
masalah pengamalan ajaran agama dan lain-lain.
104
BABV
EVALUASI DAKWAH DAN BIMBINGAN PENYULUHAN
A. OBSERVASI
Observasi ialah salah satu yang sangat penting sebelum dilaksanakan evaluasi
tersebut, tentunya observasi yang benar dan terarah. Observasi yang tidak
mempunyai arah dan tujuan tertentu bukanlah termasuk scientific observation.
Demikian pula untuk menjamin kemurnian nilai dari hasil ilmiah observasinya.
Maka observasi itu perlu mempunyai rencana tentang apakah atau data apakah
yang akan dicari, ia harus mempunyai cara kerja yang sistematis baik dalam penca
tatan maupun dalam pengamatan, sehingga data yang tidak ada hubungan atau
tidak relevant dengan obyek evaluasinya tidak perlu diamati dan tidak perlu
dicatat karena akan membuang-buang tempo, energi dan biaya.
Selanjutnya dalam scientific observation ini diperlukan pula kemahiran
atau pengalaman sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan yang besar yang
mengakibatkan tidak sesuainya reliability dan validity-nya setelah adanya
pengecekan kembali.
Macam-macam observasi
Teknik-teknik observasi itu ada beberapa macam dan yang sering dipakai dalam
penyelidikan adalah sebagai berikut:
1. Participant observation atau observasi partisipasi.
2. !'<Jon participant observation atau observasi tak partisipasi.
3. Experimental observation.
4. Systemmatic observation.
1. Participant observation. Participant observation adalah suatu observasi yang
dilakukan dengan betul-betul ikut serta menghayati kehidupan orang-orang yang
diobservasi atau diobservases.
105
Observasi partisipasi ini biasanya dilakukan oleh para ahli ilmu sosial, anthropologi
terhadap kehidupan orang-orang desa, kehidupan sosial di pabrik-pabrik,
perusahaan, sekolah-sekolah, asrama-asrama atau dalam kehidupan suku-suku
bangsa. Partisipasi disini adalah dalam arti ikut serta dalam kehidupan dan
hubungan-hubungan sosial yang baik dan sehat.
Bukan mengikuti praktek-praktek kehidupan yang tidak baik atau yang a moral
seperti berjudi, mabuk-mabukkan dan lain-lainnya. Tetapi kita gotong royong dan
ikut aktif dalam aktivitas-aktivitas sosial yang konstruktif. Hal ini penting untuk
menyelamatkan diri dan untuk menghilangkan rasa prejudise mereka serta untuk
menarik rasa dan perasaan simpati orang yang diselidiki.
Partisipasi di sini haruslah benar-benar tulus ikhlas ikut serta menghayati
dengan kesungguhan hati nurani dan bukan berlaku pura-pura. Partisipasi yang
bukan secara ikhlas atau dilakukan dengan pura-pura disebut Quasi Partisipant.
Observasi partisipasi ini biasanya sering dilakukan oleh para ahli ilmu sosial,
politik, kebudayaan atau sosial science lainnya. Misalnya untuk menyelidiki
Human Relation dalam management, menyelidiki sikap sosial dan cara-cara hid up
di Asrama dan di sekolah-sekolah. Dalam penyelesaian Field Study, observasi
partisipasi ini baik sekali dipakai karena cara ini adalah betul-betul On the spot.
Dalam participant observation ini ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu:
a) What materials must be observed?
b) How and when its must be recorded?
c) How to make a good rapport (human reletion) between the observer and
the observes?
d) How deep and wide the participation is?
Jadi hal-hal yang perlu diperhaitkan disini pada garis besarnya ada 4 hal pokok
agar supaya observasinya dapat sukses. Keempat hal tersebut diatas berkisar
pada: Materi, Pencatatan, cara menimbulkan kepercayaan dan mengenai scope
partisipasi.
106
Ada beberapa faktor materi obserbvasi yang dapat diobservasi yaitu:
a. Pe/aku, yaitu beberapa jumlah pelakunya, aktif atau pasifkah dan
bagaimana peranannya dan bagaimana hubungan satu sama lainnya.
b. Konteks, yaitu dimana terjadi interaksi (di pasar, di warung, di pabrik, di
kantor, di perusahaan, di rumah) bagaimana wilayah (seluruh masyarakat
atau sebagian kecil saja).
c. Peristiwa, yaitu apkah interaksi yang diadakan itu terjadi spontan atau
direncanakan. Timbul secara reaktif atau rutin.
d. Waktu: Bagaimana lamanya interaksi, lama, sebentar, dan bagaimana
berakhirnya, mendadak atau biasa.
e. Keajegan: teratur, insidentil, konstan atau berubah-berubah situasi dan
tingkah laku pelaku-pelakunya.
f. Norma: Bagaimana norma-norma sosial yang mengikat mereka.
Demikianlah beberapa materi observasi yang harus di observasi oleh observer
dalam participant observation. Banyak lagi yang perlu diperhatikan sesuai dengan
scope dan tujuan penyelidikan.
How and when its be recorded?
Bagaimana dan bilamanan dilakukannya pencatatan?
Kita melakukan pencatatan dalam observasi adalah secara langsung turun
kelapangan atau "on the spot" dengan mempergunakan system pencatatan
tersendiri baik dengan memakai kode-kode tertentu, key words atau key
symbols.
Bentuk catatan ada 2:
a. Bentuk kronologis.
b. Bentuk sistematis.
Catatan berbentuk kronologis: yaitu mencatat suatu peristiwa menurut hari,
tanggal, bulan dan tahun kejadiannya.
107
Bentuk catatan sistematis adalah cara pencatatan yang telah disusun sedemikian
rupa sehingga amat praktis dan cermat. Bentuknya seperti apa yang dinamakan:
check list, ranting scale dan sebagainya.
Bagaimana cara membina suatu hubungan yang baik antara observer dan
observes? Maka untuk menciptakan hubungan yang baik dan wajar kita harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a) Menciptakan "good rapport", yaitu menimbulkan kepercayaan atau
anggapan yang baik kepada yang di observasi dengan berbagai cara.
b) Mencegah dan menghilangkan kecurigaan yang diobservasi.
c) Tetap memelihara agar situasi tetap wajar, tidak terjadi disintegrasi kecuali
dalam mengadakan action research.
Untuk menciptakan hubungan yang baik ini, kita harus terlebih dahulu
menghubungi tokoh-tokoh masyarakat atau siapa-siapa yang berkuasa atas
wilayah yang diobservasinya. Tokoh-tokoh ini biasa disebut key person, key people
yang menjadi kunci dari orang-orang yang diamati.
Dari mereka ini kita dapat memasuki subyek yang akan diselidiki tanpa banyak
menimbulkan kesukaran dan kecurigaan.
Good rapport itu tidak hanya dapat dicapai atau diciptakan dengan sikap yang
simpatik, toleransi, solidaritas, tetapi dapat ditimbulkan dengan perbuatan
perbuatan yang nyata, kerjasama, gotong-royong, bantu membantu oring yang
kita selidiki. ltulah yang dinamakan partisipasi yaitu ikut serta dalam kegiatan dan
kebiasaan hidup dan kehidupan yang di observasi.
How deep and wide the participation is?
Yaitu bagaimana intensitasi dan extensitas partisipasi yang akan dilakukan itu.
Ada beberapa bagian partisipasi yang perlu diketahui:
a. Partial participation.
b. Full participation.
c. Intensive participation.
d. Surface participation.
108
Keempat hal itu tergantung pada situasi yang diobservasi dan tergantung pada
factor-faktor apa yang akan diselidiki.
Partial participation
Artinya si penyelidik hanya berpartisipasi pada sebagian kegiatan sosial saja,
sedang pada full participation si penyelidik dapat berpartisipasi sepenuhnya pada
semua kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh orang diobservasi.
Intensive participation
Artinya si penyelidik dapat serta secara mendalam pada semua kegiatan sosial
yang dilakukan. Dan pada surface participation, si penyelidik hanya turut serta
secara minimal sekali.
Tentang observasi ini, kita sering tidak mempunyai banyak waktu untuk dapat
menimbulkan kepercayaan seperti yang diharapkan. Bila waktu yang diberikan
untuk partisipasi itu cukup lama, maka observasi partisipasi yang sebenarnya
akan dapat kita lakukan. Dalam Field Study yang cukup mempunyai waktu maka
kita akan dapat melaksanakan full and intensive participation sehingga good
rapport dan good human relations akan dapat diciptakan dengan mudah oleh si
penyidik.
2. Non Participant observation atau observasi tak partisipasi
Yaitu observasi yang tak berpartisipasi dan merupakan kebalikan dari observasi
yang berpatisipasi seperti yang telah dibicarakan diatas.
Si observer tidak ikut serta menghayati atau tidak ikut serta dalam kegiatan
kegiatan sosial yang dilakukan oleh subyek yang diobservasi, ia datang hanya
untuk mengamati dan mencatat saja, ia tidak mau pusing dengan urusan-urusan
orang lain dan yang penting baginya ialah data, fakta-fakta yang ditemukan dalam
penyelidikannya.
109
3. Experimental observation
Experimental observation artinya observasi yang terlibat dalam suasana
percobaan-percobaan dimana orang yang akan melakukan penyelidikan tidak
terlibat dalam situasi, kondisi, dinamika kompleksitas situasi yang diselidiki.
Ia merasa perlu untuk mengendalikan unsur yang penting dengan dalam situasi
sehingga situasi dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan sesuai dengan tujuan
evaluasinya, situasi seperti itulah yang dinamakan observasi experimentil.
Ada beberapa ciri observasi experimental yaitu:
1. Situasi dibuat sedemikian rupa dan si observer tidak mengetahui
maksudnya dan akan menimbulkan tingkah laku yang asli.
2. Observer membuat catatan-catatan yang teliti misalnya check list:
Kalau kita akan membicarakan tentang experiment ini maka banyak
sekali experiment yang pernah dilakukan dalam berbagai lapangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam lapangan psychology, pendidikan dan
ilmu kedokteran.
4. Systematic observation
Systematic observation adalah suatu observasi yang dilakukan dengan serba
sytematis dengan mempunyai beberapa ciri-ciri tertentu.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai kategori-kategori dan diberi kode-kode.
b. Mempunyai alat-alat pencatat yang sistematis.
c. Kategori-kategori observasi dibuat atas dasar penelitian sementara atau
penelitian pendahuluan.
Observasi itu kemudian diberi kode-kode sehingga pencatatan lebih mudah dan
tidak mudah diketahui orang.
Umumnya dibuat suatu daftar observasi pendahuluan dirumuskan sementara,
kemudian dicoba diperbaiki dan dicoba lagi diperbaiki lagi dan di coba lagi sampai
110
ditemukan daftar terakhir yang memenuhi syarat efisiensi, teliti dan mudah.
Mempunyai alat pencatat sistematis.
Pencatatan dilakukan serba sistematis dan kadang-kadang menggunakan alat-alat
otomatis dan mekanis seperti tape recorderd, film, alat pemotret, speed watch
dan lain-lain.
B. EVALUASI
Evaluasi sebagai suatu cara menganalisa suatu pekerjaan/kegiatan secara
sistematis dengan menggunakan bahan dan cara tertentu guna mengetahui
seberapa jauh hasil suatu pekerjaan/kegiatan itu dapat dicapai. Prinsip evaluasi
adalah: Suatu proses yang sistematis untuk menentukan seberapa jauh efektivitas
suatu kegiatan serta pencapaian hasil yang ditargetkan melalui pengumpulan
informasi dari berbagai aspek yang terkait dengan menggunakan instrumen dan
Ada 3 jenis evaluasi yang bisa dikenal pada suatu kegiatan penyuluhan yaitu:
1. Evaluasi pribadi (self evaluation). Evaluasi pribadi ini adalah suatu proses
untuk menilai sejauh mana efektifitas anda sebagai penyuluh didalam
melaksanakan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a) Materi: a.Apakah materi penyuluh cukup memadai? b.Apakah materi
itu disusun dengan baik? c.Apakah tujuannya bisa diketahui? d.Apakah
tujuan tercapai? e.Apakah ada pembantu komunikasi efektif? f.Apakah
sarana cukup memadai (bila ada)? g.Apakah studi kasus berguna dan
rei evan?
b) Penyajian: a.Bagaimanakah perhatian dan minat anggota kelompok?
b.Apakah penyajian berkesinambungan? c. Apakah peserta
termotovisit? d.Apakah penggunaan alat bantu komunikasi efektif?
e.Apakah bahasa yang digunakan sederhana di mengerti dengan
betul? f.Apakah penyajian terancang dengan baik? g.Apakah penyajian
menggunakan waktu sesuai dengan rencana?
c) Fasilitas: a.Apakah fasilitas phisik memuaskan? b.Apakah tersedia
catatan yang cukup memadai?
Ill
d) Pasco dokwoh/ penyuluhon: a.Apakah tujuan penyuluhan tercapai?
Jika tidak mengapa? b.Apakah harapan peserta tercapai? Bagaimana
cara untuk mengetahuinya? c.Apakah indikasi perubahan dibidang
pengetahuan keterampilan atau sikap? d.Metode penyuluhan apa
yang bisa dilaksanakan baik? Mengapa? Metode mana tidak berhasil?
Mengapa? e.Apakah fasilitas dan perlengkapan memuaskan?
Bagaimanakah memperbaikinya? f.Perbaikan apa yang bisa dilakukan?
g. Apakah setiap orang berpartisipasi? h.Apakah penyuluhan
merangsang untuk diskusi? i.Apakah setelah penyuluhan ini dapat
diketahui perkembangan sasaran suluhan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap? j.Apakah setelah penyuluhan dapat diketahui
jumlah perkembangan sarana keagamaan (masjid, madrasah, majlis
taklim, panti yatim dan amal sosial lainnya) kalau tidak berkembang
mengapa? k.Apakah setelah penyuluhan di masyarakat atau di lembaga
dapat berkembang kepada hal-hal positif (kemaksiatan menurun) dan
sebagainya?
2. Evoluosi peserto/sosoron dokwoh/penyu/uhon: l)Seberapa jauh tujuan
materi dakwah/penyuluhan dapat dipahami peserta? 2)Seberapa jauh
tujuan penyuluhan telah tercapai? 3)Apakah tujuan penyuluhan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat? 4)Bagaimanakah efektifitas alokasi
waktu? S)Apakah fasilitas cukup memadai? 6)Apakah peserta cukup puas
terhadap penyuluhan? 7)Apa saran peserta untuk perbaikan penyuluhan?
8)Bagaimana pengaruh penyuluhan kepada masyarakat?
3. T e s. Tes adalah proses dalam rangka menentukan apakah para peserta
penyuluhan mempelajari dengan baik dan benar apa yang dimaksud. Hal
ini bisa dilakukan secara informal dengan mengajukan pertanyaan ataupun
instrumen lainnya.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, lmaduddin, Kuliyah Tauhid, Bandung: Perpustakaan Salman
ITB, 1982.
Ahmad, H.A. Malik, Akidah Buku I Pembahasan mengenal Allah dan Takdir,
Jakarta: AI-Hidayah, 1983.
Ahmad, H.A. Malik, Tauhid Membentuk Pribadi Muslim dan Masyarakat,
Jakarta: AI-Hidayah, 1980.
Anshari, Endang Syaifuddin, Wawasan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993.
Bakry, Hasbullah, /man dan Kepercayaan Islam, Jakarta: Grafindo Utama,
1986.
Bakry, H. Oemar, Tafsir Rahmat, Jakarta: Mutiara, 1984.
Bawany, Begum 'Aisyah, Mengenallslam Selayang Pandang, Diterjemahkan
oleh Mach nun Husein, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Hafiduddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema lnsani Press, 1998.
Hamka, Study Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
Harjono, Anwar, Hukum Islam Keadilan dan Keluasannya, Jakarta: Bulan
Bintang, 1987.
Hasjmy, Benarkah Dakwah lslamiyah Bertugas Membangun Manusia dan
Masyarakat?, Bandung: PT. AIMa'arif, 1991.
Hawari, Dadang, Konsep Islam Memerangi AIDS & NAZA, Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Wakaf, 1996.
Madjid, Nurcholish, Pesan-pesan Taqwa, Jakarta: Paramadina, 2000.
Maududi, Abul A'la, Pokok-pokok Pandangan Hidup Mus/im,diterjemahkan
oleh Osman Raliby, Jakarta: Bulan Bintang, 1989.
Maududi, Abul A'la, Prinsip-prinsip Islam, diterjemahkan oleh Abdullah
Suhaili Bandung: PT. AI Ma'arif, 1996.
Nasar, M. Fuad, Biografi dan Pemikiran H.S.M. Hasanuddin Latif, Jakarta:
Gema lnsani Perss, 1996.
113
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Nasution, M.Yunan, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1988.
Natsir, M, Fiqhud Da'wah, Jakarta: Dewan Dakwah lslamiyah Indonesia,
1977.
Natsir, M, Marilah Shalat, Jakarta: Media Da'wah, 1988.
Qhutub, Sayyid, Petunjuk Jalan, diterjemahkan oleh A. Rahman Zainuddin,
Jakarta: Media Da'wah, 2000.
Sadar, Ziauddin dan Zafar Abbas Malik, Mengenal Islam For Beginner,
diterjemahkan oleh Qowayfa, Bandung: Mizan, 1997.
Yamani, Mai, Feminisme & Islam, diterjemahkan oleh Purwanto, Jakarta:
Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2000.
114