Program p3-tc untuk perhitungan waktu efektif penggunaan ...
P3 Termokopel
Transcript of P3 Termokopel
TERMOKOPEL ( P3 )
SAKINAH HIMAV REZEIKA
1413100045
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan konsep
temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
temperatur tersebut. Prinsip dari percobaan ini adalah
kesetimbangan termal dan hokum termodinamika ke – 0.
Benda dikatakan memiliki kesetimbangan termal bila jika
ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi
yang mengalir dari satu ke yang lain, dan temperatur
mereka tidak berubah. Hukum termodinamika ke – 0
menyatakan dua sistem berada dalam kesetimbangan termal
dengan sistem ke tiga maka mereka berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain. Berdasarkan data
percobaan, konstanta seebeck untuk termokopel 1 adalah
0,039 dan termokopel 2 adalah 0,056. Hal ini
menunjukkan bahwa termokopel 2 lebih bagus dalam
mengantarkan panas daripada termokopel 1 karena
berdasarkan konsep temperatur pada logam berdasarkan
1
gerakan dari getaran yang dilakukan elektron didalam
logam akibat ada pengaruh luar. Semakin kecil nilai
kerapatan suatu logam, semakin cepat logam tersebut
menghantarkan panas.
DAFTAR ISIBAB I.................................................3PENDAHULUAN...........................................3BAB II................................................4DASAR TEORI...........................................42.1. Temperatur.....................................42.2 Kesetimbangan Termal dan Hukum Termodinamika ke –0...................................................52.3. Konduksi.......................................52.4. Termokopel.....................................72.4.1. Gejala Seebeck..............................72.4.2 Tipe Termokopel dan Koefisien Seebeck........8
BAB III..............................................10METODOLOGI PERCOBAAN.................................103.1. Peralatan dan Bahan...........................103.2. Skema Kerja...................................10
2
Gambar 3.2. Rangkaian Alat Percobaan Termokopel....103.3. Langkah kerja.................................10
BAB 4................................................12ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN..........................124.1. Analisa Data..................................124.2. Grafik........................................154. 2. 1. Grafik untuk Termokopel 1................154. 2. 2. Grafik untuk Termokopel 2................17
4.3. Pembahasan....................................19BAB 5................................................21KESIMPULAN...........................................21DAFTAR PUSTAKA.......................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dunia elektronika, khususnya dibidang alat
pemanas dan pengendalinya, termokopel menjadi prinsip
yang mereka gunakan. Termokopel adalah sensor suhu yang
banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam
benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel ini banyak digunakan untuk alat pemanas
seperti heater, boiler, pengering, dan mesin press
3
karena termokopel memiliki rentang suhu yang begitu
besar.
Termokopel terdiri atas sepasang penghantar yang
berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu
sisi membentuk penghantar suhu yang lebih tinggi atau
sambungan pengukuran yang ada ujung ujung bebasnya
untuk menghubungkan dengan penghantar suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan
sambungan referensi alat ini berfungsi sebagai
termokopel dan bisa membangkitkan tegangan DC yang
kecil. Tegangan output termokopel hampir berbanding
lurus dengan perbedaan suhu antara sambungan pengukuran
(panas) dan sambungan referensi (dingin). Perbandingan
yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar
antara 5 sampai 50 V per derajat celcius
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam percobaan ini adalah bagaiman
menjelaskan konsep temperatur pada logam dan bagaimana
menera termokopel dari konsep temperatur tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menjelaskan konsep
temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
temperatur tersebut
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Temperatur
Konsep dari temperatur bisa diartikan dalam banyak
pengertian. Temperatur adalah ukuran dari suatu sifat
panas suatu benda yang makroskopis (dapat dilihat
dengan mata telanjang), pada umumnya kita lebih
menghindari istilah “dingin”. Sedangkan berdasarkan
pengertian dari segi mikroskopis, temperatur dikaitkan
dengan getaran atau gerakan dari unsur partikel suatu
benda.Pemahaman konsep temperatur secara ilmiah
dibangun berdasarkan kesetimbangan termal sesuai dengan
Hukum Termodinamika Nol. Oven yang panas dikatakan
bertemperatur tinggi sementara es di kulkas dikatakan
memiliki temperatur yang rendah. Banyak sifat zat yang
berubah terhadap temperatur misal sebagian besar zat
yang memuai ketika dipanaskan.Sebatang besi lebih
panjang bila suhu yang mengenainya adalah suhu panas
daripada suhu dingin. Jalan dan trotoar beton memuai
dan menyusut sedikit terhadap temperatur, yang menjadi
alasan ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan atau
titik yang biasa memuai pada jarak tertentu. Hambatan
listrik materi zat juga berubah pada temperatur.
Demikian juga warna yang dipancarkan benda paling tidak
pada temperatur tinggi.Perhatikan bahwa elemen pemanas
kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas.
5
Pada temperatur yang lebih tinggi, zat padat seperti
besi bersinar jingga bahkan putih. Cahaya putih pada
bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang
sangat panas.( Zemansky,2000)
Alat yang dirancang untuk mengukur temperatur
disebut termometer. Ada banyak jenis termometer tapi
cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat
materi yang berubah pada tiap temperatur. Sebagian
besar termometer umumnya bergantung pada pemuaian
materi terhadap naiknya temperatur.( Zemansky,2000)
Untuk mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu
didefinisikan semacam skala numeric. Skala yang paling
banyak dipakai sekarang adalah skala Celsius dan skala
terpenting dalam sains adalah skala absolut yaitu
Kelvin. Salah satu cara mendefinisikan skala temperatur
adalah dengan memberikan nilai
sembarang untuk dua temperatur yang bisa langsung
dihasilkan. Untuk skala Celsius, kedua titik tetap
dipilih sebagai titk beku dan titik didih dari
air.Keduanya diambil berdasarkan pada tekanan atmosfir.
( Zemansky,2000)
2.2 Kesetimbangan Termal dan Hukum Termodinamika ke – 0
Jika dua benda pada temperatur yang sama diletakkan
dalam kontak termal sehingga energi dapat berpindah
dari satu ke yang lain, maka kedua benda tersebut
6
mencapai kesetimbangan dan mencapai suhu yang sama.
Keadaan tersebut disebut dengan kesetimbangan termal.
Dua benda dikatakan berada pada kesetimbangan termal
jika ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada
energi yang mengalir dari satu ke yang lain, dan
temperatur mereka tidak berubah.
( Johannes,1995)
Sebenarnya tidak semudah itu. Bagaimanapun banyak
percobaan yang menunjukkan bahwa jika dua sistem berada
dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka
mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama
lain. Dalil ini disebut dengan Hukum Termodinamika ke –
0.( Johannes,1995)
Temperatur merupakan sifat sistem yang menetukan
apakah sistem berada dalam kesetimbangan dengan sistem
yang lain. Ketika dua sistem berada dalam keadaan
kesetimbangan termal, temperatur mereka adalah sama.
Hal ini disebabkan jika benda yang panas terjadi kontak
dengan benda yang dingin, keduanya akhirnya mencapai
temperatur yang sama. Dengan demikian hal yang penting
dalam Hukum Termodinamika ke – 0 adalah bahwa hukum
tersebut
memungkinkan definisi yang berguna mengenai temperatur.
( Johannes,1995)
7
2.3. Konduksi
Kalor berpindah dari satu tempat ke tempat lain
atau benda satu ke benda yang lain dengan 3 cara yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi. Dalam bidang
termokopel ini, panas yang dihasilkan dialirkan dengan
cara konduksi. ( Giancoli,2005 )
Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan
sebagai hasil tumbukan molekul – molekul. Sementara
satu ujung benda dipanaskan, molekul – molekul di
tempat lain mulai bergerak lebih cepat dan lebih cepat.
Sementara bertumbukan dengan tetangga mereka yang
bergerak lebih lambat, mereka akan mentransfer sebagian
dari energi ke molekul – molekul lain yang lajunya
kemudian bertambah. Molekul – molekul ini juga
mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul –
molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian
energi gerakan termal ditransfer oleh tumbukan molekul
– molekul sepanjang benda. Menurut teori modern, pada
logam tumbukan antara elektron – elektron bebas didalam
logam dan dengan atom logam tersebut terutama
mengakibatkan untuk terjadinya konduksi.( Giancoli,2005
)
Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan
temperatur. Ditemukan bahwa kecepatan aliran kalor
melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur
8
antara ujung – ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga
bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk
menyelidiki hal ini secara kuantitatif, ditemukan bahwa
aliran kalor ∆Q per selng waktu ∆t dinyatakan dalamhubungan
∆Q∆t = kA
T2–T1l ( 2.1 )
Dimana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah
jarak antar kedua yang mempunyai temperatur T2 dan T1,
dan k adalah konstanta pembanding yang disebut
konduktivitas termal yang merupakan karakteristik
materi tersebut. Kecepatan alir memiliki satuan Js.
Kecepatan aliran kalor ini berbanding lurus dengan luas
penampang lintang dan perubahan temperatur.
( Giancoli,2005 ).
Konduktivitas termal pada suatu materi bila
mempunyai nilai yang besar maka dapat menghantarkan
kalor dengan cepat dan dinamakan dengan konduktor.
Materi yang memiliki konduktivitas termal yang kecil
tidak dapat mengantarkan panas dengan cepat maka
dinamakan isolator. Bulu merupakan isolator yang sangat
baik karena jumlah kecil bulu akan mengembang dan
mengurung udara yang banyak. Dengan alasan ini kita
dapat mengetahui alasan mengapa tirai jendela dapat
memperkecil kehilangan kalor dirumah.( Giancoli,2005 ).
9
Sifat termal bahan bangunan terutama ketika
diperhitungkan sebagai isolator, biasanya dinyatakan
dengan nilai R atau Resistansi Termal yang dapat di
definisikan
R=lk ( 2.2 )
2.4. Termokopel
Pada tahun 1821, ilmuwan Jerman bernama Thomas
Johann Seebeck melakukan percobaan dan Seebeck
mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup pada
kawat tembaga (A) dan Bismuth (B) apabila salah satu
sambungan kawat dipanaskan. Apabila sambungan tersebut
didinginkan, terdeteksi adanya perubahan polaritas
tegangan. Rangkaian ini kemudian di kenal dengan nama
termokopel. Termokopel merupakan salah satu sensor
besaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang
terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut
disambung pada salah satu ujungnya sementara ujung yang
lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui kawat
tembaga. (Robert,1984)
2.4.1. Gejala Seebeck
Apabila seutas kawat dipanaskan pada satu ujungnya,
panas akan mengalir dari ujung yang dipanaskan menuju
yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi dengan dua
proses yaitu tumbukan antar elektron dan aliran panas
10
melalui awan electron. Medan listrik yang terjadi
karena adanya gradien suhu disebut gejala Seebeck.
Tegangan Seebeck sebuah kawat Logam medan listrik, E,
yang terjadi berbanding lurus dengan gradien suhu
kawat,
E = ∂T/∂x (2.3)
S = Koef Seebeck
sehingga
E = S . ∂T/∂x (2.4)
. (Robert,1984)
Dimana S adalah koefisien Seebeck. Diketahui beda
potensial antara kedua ujung logam
E= ∂V/∂x (2.5)
sehingga
∂V = S .∂T (2.6)
Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; Sa
= S(T). Sehingga, tegangan Seebeck adalah
ε= S∫ . a .Dt (2.7)
Tegangan Seebeck termokopel untuk sebuah termokopel,
tegangan Seebeck dapat dihitung sebagai berikut
V = εA – εB (2.8)
11
V = [S∫ aA – SaB] dT (2.9)
V = a1(T2-T1) + a2(T2²-T1²)+….an(T2²-T1²) (2.10)
Nilai tegangan listrik yang dihasilkan termokopel tidak
bergantung pada panjang kawat atau diameternya, tetapi
bergantung pada bahan dan beda suhu antar sambungan
ukur (T1) dan sambungan acuan (T2). (Robert,1984)
2.4.2 Tipe Termokopel dan Koefisien Seebeck
Macam termokopel yang biasa digunakan ditulis dalam
tabel 2.3. biasanya sangat sering digunakan untuk
penganalisa sirkuit.
Tabel 2.4 Tipe Termokopel
Tipe Jenis BahanKaki + Kaki -
E Paduan nikel –
krom
Paduan tembaga -
nikelJ Besi Paduan tembaga -
nikelK Paduan nikel –
krom
Paduan nikel -
aluminiumR Paduan
platina-13%
rodium
platina
S Paduan
platina-10%
platina
12
T tembaga Paduan tembaga -
nikel
Tabel 2.3 Koefisien Seebeck pada Tiap Termokopel
Tempe
ratur
(℃ )
Tipe Termokopel ( koefisien seebeck)
μ /℃E
(crom
el)
J
(iron
)
K
(crom
el/
alume
l)
R
(plat
inum
13%
rodiu
m/pla
tinum
)
S
(plat
inum
10%
rodiu
m/pla
tinum
T
(temb
aga)
-200 25,1 21,9 15,3 - - 15,7-100 45,2 41,1 30,5 - - 28,40 58,7 50,4 39,5 5,3 5,4 38,7100 67,5 54,3 41,4 7,5 7,3 46,8200 74 55,5 40 8,8 8,5 53,1300 77,9 55,4 41,4 9,7 9,1 58,1400 80 55,1 42,2 10,4 9,6 61,8500 80,9 56 42,6 10,9 9,9 -600 80,7 58,5 42,5 11,3 10,2 -700 79,8 62,2 41,9 11,8 10,5 -800 78,4 - 41 12,3 10, 9 -900 76,7 - 40 12,8 11,5 -
13
1000 74,9 - 38,9 13,2 11,2 -
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Amplifier (Amp) satu buah, Voltmeter (V) satu buah,
Termokopel dua set, Termometer satu buah, Statip
dengan kelengkapannya satu set, dan Kompor listrik satu
buah. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
potongan es batu secukupnya
3.2. Skema Kerja
Gambar 3.2. Rangkaian Alat Percobaan Termokopel
3.3. Langkah kerja
Dirangkai gambar 1 dan hati-hati dalam menggunakan
kompor listrik, Voltmeter dan Ampllifier sebelum
14
1
2
34
5
Keterangan :
1. Gelas beker
2. Kompor listrik
3. Statif4. Termokop
menghubungkan dengan tegangan PLN.Sebelum dihubungkan
dengan tegangan PLN “240 V”, switch yang ada pada
amplifier harus pada kedudukan 1.)Switch 1 pada posisi
off “nol”, 2.) Switch 2 pada posisi penunjukkan ke 30
mV, 3.) Switch 3 pada posisi penunjukkan ke 0, 4.)
Switch 5 pada posisi “Short – circuit”, dan 5.) Output
4 harus sudah dihubungkan dengan Voltmeter.Setelah
Amplifier dihubungkan dengan tegangan PLN, diubah
switch 1 pada posisi on dan 5 menit kemudian diputar
switch 2 ke kiri berturut-turut ke penunjukkan 10, 3,1
dan seterusnya sampai jarum penunjukkan voltmeter
bergerak. Dijaga harga penunjukkan voltmeter tetap
“nol” untuk setiap memutar switch 2 dengan jalan
diatur knop 7. Diputar switch 5 ke posisi tertentu dan
dicatat penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan. Harga
beda potensial sebanding dengan suhu ruang.Dicatat
penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0oC
(bila memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC,
dan 90oC, dengan tidak diubah posisi switch 2.
Percobaan ini diulangi dengan dengan alat termokopel
yang lain.
15
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Data
Berdasarkan percobaan termokopel, diperoleh data
untuk termokopel pertama dengan variasi penaikan suhu
16
dari 10°C−¿ 80°C dan penurunan suhu dari suhu 80°C−¿
10 °C.
Tabel 1. Data Percobaan Termokopel 1 dengan Kenaikan Suhu
Tabel 2. Data
Percobaan Termokopel 1
dengan Penurunan
Suhu
17
nosuhu (°C)
tegangan (mV)
1 10 -0.82 20 -0.23 30 04 40 0.35 50 0.76 60 17 70 1.48 80 1.8
nosuhu (°C)
tegangan (mV)
1 80 2.32 70 23 60 1.54 50 0.75 40 0.56 30 0.17 20 -0.28 10 -0.7
Berikut ini adalah data untuk termokopel kedua dengan
variasi penaikan suhu dari 10°C−¿ 80°C dan penurunansuhu dari suhu 80°C−¿ 10 °C.
Tabel 3. Data
Percobaan Termokopel 2
dengan Kenaikan
Suhu
Table 4. Data Percobaan Termokopel 2 dengan Penurunan Suhu
nosuhu (°C)
tegangan (mV)
1 80 3.32 70 23 60 1.74 50 1.45 40 0.76 30 0.17 20 -0.3
18
nosuhu (°C)
tegangan (mV)
1 10 -0.82 20 -0.23 30 0.34 40 0.95 50 1.46 60 27 70 2.68 80 3.4
Dan berikut ini adalah data rata – rata dari percobaan termokopel 1 dan 2 untuk mengetahui KonstantaSeebeck
Tabel 5. Data Tegangan Rata – Rata untuk Termokopel 1 dan 2
no suhu(°C)
tegangan rata –rata
termokopel 1
tegangan rata -rata
termokopel 21 10 -0.75 -0.852 20 -0.2 -0.253 30 0.05 0.24 40 0.4 0.85 50 0.7 1.46 60 1.25 1.857 70 1.7 2.38 80 2.05 3.35
20
4.2. Grafik
4. 2. 1. Grafik untuk Termokopel 1
Berikut ini adalah grafik untuk kenaikan suhu dan
penurunan suhu pada termokopel 1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-1-0.5
00.51
1.52
f(x) = 0.0352380952380952 x − 1.06071428571429R² = 0.992433510035794
Konstanta Seebeck
Kostanta SeebeckLinear (Kostanta Seebeck)
suhu
tega
ngan
Grafik 1. Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada
Termokopel 1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90-1
-0.50
0.51
1.52
2.5f(x) = 0.0433333333333333 x − 1.175R² = 0.983988355167395
Konstanta Seebeck
Konstanta SeebeckLinear (Konstanta Seebeck)
suhu
tega
ngan
Grafik 2. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada
Termokopel 1
21
Pada Grafik 1. dan Grafik 2. menunjukkan bahwa
grafik ini berbentuk linier yang menunjukkan bahwa bila
suhu diperbesar maka tegangan juga ikut membesar.
Konstanta Seebeck termokopel 1 diperoleh dari rata –
rata tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-1-0.5
00.51
1.52
2.5
f(x) = 0.0392857142857143 x − 1.11785714285714R² = 0.992671187923868
Konstanta Seebeck Termokopel 1
Konstanta Seebeck Termokopel 1
suhu
tega
ngan
Grafik 3. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada
Termokopel 1
Setelah dirata – rata nilai tegangan dari
penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta
Seebeck adalah 0,039 yang didapat dari persamaan y =
0,039x – 1,117 yang kita ketahui bahwa Konstanta
Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.
22
4. 2. 2. Grafik untuk Termokopel 2
Berikut ini adalah grafik untuk kenaikan suhu dan
penurunan suhu pada termokopel 2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-2-101234
f(x) = 0.0583333333333333 x − 1.425R² = 0.996629474662947
Konstanta Seebeck
tegangan (mV)
suhu
tega
ngan
Grafik 4. . Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada
Termokopel 2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-2-101234
f(x) = 0.0552380952380952 x − 1.48571428571429R² = 0.975284482133797
Konstanta Seebeck
Konstanta SeebeckLinear (Konstanta Seebeck)
suhu
tega
ngan
23
Grafik 5. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada
Termokopel 2
Pada Grafik 4. dan Grafik 5. menunjukkan bahwa
grafik ini juga berbentuk linier seperti pada Grafik 1.
Dan Grafik 2. yang menunjukkan bahwa bila suhu
diperbesar maka tegangan juga ikut membesar. Konstanta
Seebeck termokopel 2 dapat diperoleh dari rata – rata
tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-2-101234
f(x) = 0.0567857142857143 x − 1.45535714285714R² = 0.990014097744361
Konstanta Seebeck Termokopel 2
Konstanta Seebeck Termokopel 2Linear (Konstanta Seebeck Termokopel 2)
suhu
tega
ngan
Grafik 6. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada
Termokopel 2
Setelah dirata – rata nilai tegangan dari
penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta
Seebeck adalah 0,056 yang didapat dari persamaan y =
0,056x – 1,455 yang kita ketahui bahwa Konstanta
Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.
24
4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan
konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari
konsep temperatur itu. Pada percobaan untuk termokopel
ini menggunakan dua macam termokopel dengan variasi
suhu 10 °C sampai 80 °C dengan kenaikan dan penurunansuhunya.
Pada termokopel 1 dan 2 dengan kenaikan, saat suhu
10 °C nilai volt yang dihasilkan adalah -0,8 mV .
Tanda minus ini diakibatkan suhu yang dipakai ∆T, suhukamar pada saat percobaan adalah 27°C jika pada saatpercobaan menggunakan suhu 10°C maka ∆T = 10 -27 yaitu- 17°C. Beda potensial yang dihasilkan menjadi minuskarena perubahan suhunya juga minus. Begitupun pada
suhu 20°C yang memiliki tegangan -0,2 mV. Namun
semakin bertambah suhunya, nilai minus juga semakin
menghilang. Hal ini dapa disimpulkan bahwa semakin
besar perubahan suhu, maka tegangannya juga semakin
tinggi.
Pada saat penurunan suhu dari 80 °C sampai 10 °C,tegangan yang dihasilkan hampir tidak sama dengan nilai
tegangan saat kenaikan suhu. Hal ini terjadi karena air
pada gelas beker kurang cepat berubah suhunya. Jadi
saat suhu belum dinaikkan, keadaan elektron didalam
logam diam. Setelah dinaikkan hingga 80 °C, elektronyang ada pada logam bergerak cepat. Namun ketika
26
suhunya dikembalikan ke suhu 10 °C, elektron tidakseperti keadaan awal yang langsung diam,namun dia
berusaha mempertahankan posisinya dan akhirnya bisa
kembali seperti awal.
Mengembalikan elektron seperti keadaan awal sangat
sulit karena elektron yang bergerak dipaksa untuk diam
masih dipengaruhi oleh suhu di permukaan air dengan
dasar air yang sedikit berbeda. Bila suhu yang ada di
permukaan dengan di dasar sudah mencapai suhu yang
sama, elektron akan kembali seperti posisi awal. Inilah
yang menyebabkan nilai tegangan yang dihasilkan tidak
sama antara kenaikan dengan penurunan suhu
Pada termokopel 1 didapat nilai konstanta seebeck
yaitu 0,039 dan termokopel 2 didapat nilai konstanta
seebeck yaitu 0,056. Dapat dikatakan bahwa kerapatan
logam pada termokopel 1 lebih rapat daripada termokopel
2. Hal ini disebabkan nilai konstanta seebeck pada
termokopel 1 lebih kecil yang menandakan elektron
didalam logam termokopel tidak leluasa bergerak
daripada logam pada termokopel 2.
Tegangan yang dihasilkan tiap termokopel juga
berbeda karena logam yang digunakan pada tiap
termokopel berbeda. Termokopel mempunyai kaki negatip
dan positip, tiap kaki digunakan logam yang berbeda
begitupun kerapatan pada logam juga berbeda. Karena
yang mempengaruhi gerak elektron adalah kerapatan suatu
27
bahan logam, maka elektron yang bergerak pada tiap kaki
tidak sama kecepatannya sehingga timbullah tegangan
yang dihasilkan. Semakin rapat logam tersebut, semakin
kecil nilai tegangan. Dapat disimpulkan bahwa nilai
kerapatan berbanding lurus dengan nilai tegangan yang
dihasilkan.
Berdasarkan data dari nilai konstanta seebeck dari
semua termokopel, termokopel 1 adalah termokopel tipe N
dan termokopel 2 adalah termokopel J. Dari percobaan
dapat diketahui bahwa termokopel tipe j ini lebih
menguntungkan karena nilai konstanta seebecknya lebih
besar daripada konstanta seebeck termokopel tipe N.
28
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaaan termokopel ini diperoleh
kesimpulan bahwa konsep temperatur pada logam adalah
berdasarkan gerakan dari getaran yang dilakukan
elektron didalam logam akibat ada pengaruh luar. Dari
konsep temperatur ini dapat diketahui termokopel 1
adalah termokopel tipe N dan termokopel 2 adalah
termokopel tipe J. termokopel 2 lebih baik
menghantarkan panas karena nilai konstanta seebecknya
lebih besar daripada nilai konstanta seebeck termokopel
2.
29
DAFTAR PUSTAKA
Benedict, Robert P. 1984.”Fundamental of Temperature. Pressure,
and Flow
Measurements”. New York : A Willey – Interscience
Publication
Prof. Ir. H. Johannes. 1995.“Listrik dan Magnet”. Jakarta :
Balai Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2005.”Physics : Principles with Application”.
New York :
Pearson Education
Zemansky, Sears. 2000. “Fisika Universitas edisi 10 jilid 2”. Jakarta : Erlangga
30