nilai moral dalam novel padang bulan karya andrea hirata ...

145
i NILAI MORAL DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Depy Nopita Valma NIM 082110130 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012

Transcript of nilai moral dalam novel padang bulan karya andrea hirata ...

i

NILAI MORAL

DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Depy Nopita Valma

NIM 082110130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2012

iii

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Depy Nopita Valma;

NIM : 082110130;

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,

saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, September 2012

Yang membuat pernyataan,

Depy Nopita Valma

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,

dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat

menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia“ (QS Ar Ra’du: 11).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibu yang kuhormati dan kusayangi

yang selalu memberikan dorongan moral

dan material serta limpahan kasih

sayangnya.

2. Kakak dan sahabat-sahabat yang selalu

membantuku dalam berjuang.

3. Teman-temanku PBSI terima kasih untuk

kebersamaannya.

vi

PRAKATA

Alhamdulilah, puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt.

karena rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata

sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di kelas XI SMA”. Skripsi ini penulis susun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari di dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami

kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai

pihak. Akhirnya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan

izin dan rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian dan

pengumpulan data untuk meyusun skripsi ini;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini;

4. Drs. M. Fakhrudin, M. Hum., selaku dosen pembimbing I dan Drs. H.

Khabib Sholeh, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

vii

membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran, dan

tidak mengenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi

ini;

6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi dan semangat

sehingga skrispsi ini dapat terselesaikan.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan

yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Purworejo, September 2012

Penulis,

Depy Nopita Valma

viii

ABSTRAK

Depy Nopita Valma. Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata sebagai Bahan Pembelajaran di Kelas XI SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan unsur intrinsik novel

Padang Bulan (2) mendeskripsikan nilai moral dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata (3) mendeskripsikan nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian

ini adalah nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan

pembelajarannya di kelas XI SMA. Data yang digunakan adalah narasi dan

percakapan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka

dan observasi. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai peneliti,

kartu data, dan alat tulis. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi.

Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik penyajian informal.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) tema novel ini adalah

perjuangan seorang perempuan untuk keluarga dan cita-citanya. Tokoh utamanya

adalah Enong dan tokoh tambahannya: Ikal, Detektif M. Nur, Syalimah, dan

Zamzami. Alurnya adalah alur maju. Latar tempatnya: di rumah, tambang timah,

toko, bantaran danau, dan Tanjong Pandan. Latar waktunya adalah pagi, siang,

dan malam hari. Latar sosial melukiskan status sosial masyarakat ke bawah. Sudut

pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan tersebut saling berhubungan

dan bernilai estetik, (2) nilai moral dalam novel Padang Bulan ada empat, yaitu

nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi beribadah, berdoa,

bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah, nilai moral hubungan manusia

dengan manusia meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua,

keakraban, kerjasama, memuji, persahabatan, memberi semangat, persaudaraan,

menasihati, dan sikap kekeluargaan, nilai moral hubungan manusia dengan diri

sendiri meliputi niat baik, ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar,

bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak,

rela berkorban, pantang menyerah, dan berpendirian, dan nilai moral hubungan

manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji keindahan

alam. Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan melalui susunan cerita

sehingga tidak bersifat menggurui atau bernilai estetik, (3) kesesuaian nilai moral

novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA berdasarkan

tinjauan dari aspek psikologi, bahasa dan latar belakang budaya. Ketiga aspek

tersebut mendukung novel Padang Bulan disesuaikan sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA.

Kata-kata kunci : unsur intrinsik, nilai moral, dan bahan pembelajaran sastra

ix

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................ iii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PRAKATA ................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Penegasan Istilah ............................................................................. 5

C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7

F. Sistematika Skripsi .......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ................................ 10

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10

B. Kajian Teoretis .................................................................................. 12

1. Struktur Karya Sastra ..................................................................... 12

a. Tema .......................................................................................... 12

b. Tokoh .......................................................................................... 13

c. Alur ............................................................................................. 13

d. Latar ............................................................................................ 15

e. Sudut Pandang ............................................................................. 16

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra ...................................................... 17

3. Jenis Moral dalam Karya Sastra ...................................................... 19

4. Kesesuaian Nilai Moral sebagai Bahan Pembelajaran Sastra............ 20

a. Pengertian Pembelajaran Sastra .................................................. 20

b. Tujuan Pembelajaran Sastra ......................................................... 21

c. Fungsi Pembelajaran Sastra ......................................................... 22

d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra ........................................ 23

e. Sumber Belajar ........................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 28

A. Objek Penelitian ............................................................................... 28

B. Jenis Penelitian .................................................................................. 28

x

C. Fokus Penelitian ................................................................................ 28

D. Data dan Sumber Data ....................................................................... 29

E. Teknik Pengumpulan data ................................................................ 29

F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 30

G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis ........................................................ 33

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN ................... 34

A. Penyajian Data ................................................................................. 34

B. Pembahasan Data .............................................................................. 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 119

A. Simpulan ........................................................................................ 119

B. Saran ............................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123

LAMPIRAN .................................................................................................. 125

xi

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan ......................................... 34

Tabel 2. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan .................. 35

Tabel 3. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia ........... 35

Tabel 4. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Diri-Sendiri ..... 36

Tabel 5. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam ................ 36

Tabel 6. Data Aspek-Aspek sebagai Bahan Pembelajaran ....................... 38

xii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Silabus ............................................................................... 125

Lampiran 2. Sinopsis Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata ........... 126

Lampiran 3. Biografi Pengarang ............................................................. 128

Lampiran 4. Kartu Bimbingan ................................................................ 129

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan

menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan

keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang

ada di sekitarnya (Pradopo, 2003:61). Karya sastra pada hakikatnya

penjelmaan angan serta pengalaman pengarang dengan kekuatan imajinasinya.

Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja

terhadap pembacanya, melainkan karya sastra itu dapat memberikan sesuatu

yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai

sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi

karena karya sastra bersifat multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi

kehidupan, contohnya saja jenis karya sastra berupa novel.

Menurut Nurgiyantoro (2012:17), saat ini perkembangan novel di

Indonesia sedang mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan

munculnya beraneka macam novel-novel sastra yang mengangkat cerita-cerita

yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini. Novel biasanya

mengandung nilai-nilai positif yang dapat dimanfaatkan pembaca setelah ia

1

2

membacanya. Namun, tidak jarang ada novel yang beredar mengandung

unsur-unsur negatif, seperti unsur seksualitas dan kekerasan.

Menurut Darmadi (2009:50), nilai ialah segala sesuatu yang disenangi,

diinginkan, dicita-citakan, dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan

pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai memiliki arti yang

sangat luas bila dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri manusia berupa

akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan sebagai nilai apabila

sesuatu itu berguna (nilai kegunaan), benar (nilai kebenaran), indah (nilai

estetis), baik (moral), dan sebagainya. Nilai bersumber pada budi yang

berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia, serta

menjadi petunjuk bertingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam novelnya adalah Andrea Hirata.

Sejak tahun 2005 sampai 2010 Andrea Hirata mampu membuat enam novel.

Empat novel tergabung dalam tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi,

Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dua novel tergabung dalam

dwilogi Padang Bulan yaitu dua karya Padang Bulan dan Cinta di Dalam

Gelas.

Novel Padang Bulan merupakan gambaran kehidupan orang Melayu

(Belitong). Kehidupan orang Belitong yang sangat jauh dari kata modern.

Novel ini bertemakan perjuangan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam

mengatasi kesulitan hidup, yaitu anak berumur 14 tahun bernama Maryamaah

atau akrab dipanggil Enong yang rela putus sekolah karena bekerja untuk

3

membiayai ketiga adik dan ibunya. Ayah Enong yang bekerja sebagai

pendulang timah meninggal dunia akibat tertimbun tanah. Enong yang masih

berusia 14 tahun harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala

keluarga. Enong bekerja apa saja yang ia bisa lakukan untuk sekadar membeli

beras. Namun, di sisi lain ada keinginan terpendam dari Enong, yaitu ingin

menjadi guru bahasa Inggris. Di tengah-tengah tanggung jawabnya menjadi

kepala keluarga, ia ikut kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan yang

tempatnya sangat jauh dari rumahnya.

Pada novel Padang Bulan, pengarang mampu membawa pembaca

masuk dalam suasana yang diceritakan. Pembaca seolah-olah merasakan

kesedihan tokoh utama (Enong) yang harus bekerja membanting tulang demi

ketiga adik dan ibunya walaupun harus mengorbankan sekolahnya. Novel

Padang Bulan ini secara tidak langsung mengandung nilai-nilai

kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan bagi pembacanya. Nilai-nilai yang

dapat kita ambil manfaatnya adalah nilai-nilai moral yang terkandung pada

novel tersebut. Pembaca dapat memanfaatkan novel Padang Bulan untuk

diambil nilai-nilai moral dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Moral adalah ajaran baik dan buruknya yang berkaitan dengan sikap,

perbuatan, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Pemilihan moral terdiri dari

moral yang baik dan moral yang tidak baik (Koentjaraningrat, 1995:18).

Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini merupakan salah satu novel

yang mengandung nilai moral dan sangat bagus untuk penanaman nilai-nilai

moral bagi pelajar. Pendidikan moral mempunyai peranan penting di sekolah,

4

yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuriah, 2007:9).

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mendidik siswa.

Sekolah dijadikan sebagai sarana pendidikan formal untuk memberikan

pembinaan nilai moral dan kemanusiaan di lingkungan pelajar. Salah satunya

adalah melalui kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Pembelajaran

sastra terhadap dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat.

Pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran bahasa di samping tata

bahasa dan kemampuan bahasa. Pembelajaran sastra adalah pembinaan

apresiasi sastra yang berusaha mendekatkan anak kepada sastra, berusaha

menambahkan rasa peka dan cinta anak kepada sastra sebagai cipta seni.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk ketrampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988:16). Selain itu, tujuan

pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah untuk menumbuhkan dan

meningkatkan daya apresiasi siswa. Berdasarkan tujuan tersebut, sastra

memang sangat perlu diajarkan di sekolah. Hal itu sesuai dengan tujuan

kurikulum, yakni mempersiapkan anak didik sebagai manusia Pancasila

sehingga dapat berdiri sendiri dalam masyarakat (Hamalik, 2007 :86).

5

Novel merupakan salah satu media yang digunakan dalam penanaman

nilai-nilai moral melalui mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya

pembelajaran sastra di lingkungan sekolah. Pembelajaran sastra ini diharapkan

dapat membantu para pendidik di dalam pendidikan menanamkan kembali

nilai-nilai moral yang ada pada novel Padang Bulan kepada siswa terutama

siswa SMA. Oleh karena itu, nilai-nilai moral yang terkandung dalam sebuah

novel Padang Bulan dapat dijadikan media alternatif bahan pembelajaran

sastra di SMA. Dalam silabus SMA, pembelajaran novel diajarkan pada kelas

XI semester 1 dan 2, serta kelas XII semester 1. Berdasarkan uraian di atas,

penulis memilih judul “Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea

Hirata sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini,

penulis merasa perlu menjelaskan kembali istilah-istilah yang terdapat dalam

judul penelitian sebagai berikut ini.

1. Nilai Moral

Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah

laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi

perilaku, tata karma yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Ginanjar,

2012:59). Berdasarkan pendapat tersebut, nilai moral adalah nilai yang

berkaitan dengan perbuatan, tingkah laku, dan sikap yang baik dan sesuai

dengan ketentuan yang ada di masyarakat.

6

2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003:7).

3. Bahan pembelajaran sastra adalah materi yang dipilih untuk diajarkan kepada

siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra diharapkan mampu

meraih dalam tujuan pendidikan (Rahmanto, 1988:26).

Berdasarkan penegasan istilah di atas, makna judul “Nilai Moral dalam

Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata sebagai Bahan Pembelajaran sastra di

kelas XI SMA” adalah penelitian atau kajian mengenai nilai yang berkaitan

dengan perbuatan, tingkah laku, dan sikap yang baik dan sesuai dengan ketentuan

yang ada di masyarakat pada tokoh-tokoh novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata dan ketepatannya sebagai bahan atau materi yang dipilih untuk diajarkan

kepada siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra di kelas XI SMA.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini dipaparkan di bawah ini.

1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata?

2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata?

3. Bagaimanakah kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA?

7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dipaparkan di bawah

ini.

a. Menemukan dan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata.

b. Menemukan dan mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata.

c. Mendeskripsikan kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, memberikan

sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam hal pemilihan bahan ajar dan

penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam mengkaji nilai moral

yang terdapat pada karya sastra, khususnya novel.

b. Segi Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi

guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran sastra.

Bagi guru diharapkan dapat menambah alternatif-alternatif bahan

pembelajaran sastra dalam menanamkan akan nilai-nilai moral kepada siswa.

8

Siswa diharapkan mampu menjadi sebuah wawasan untuk merangsang

kepekaan siswa terhadap ajaran moral yang terdapat dalam karya sastra

khususnya novel.

E. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini penulis susun dalam bentuk bab-bab kemudian

setiap bab penulis rinci dalam sub bab.

Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari halaman

judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar

isi, motto, persembahan dan abstrak.

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan tentang alasan pemilihan

judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

serta sistematika penulisan.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di dalam tinjauan

pustaka, penulis mengemukakan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Joko (2010) dan Mafahir (2012). Dalam kajian teori, penulis paparkan teori-

teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1)

unsur intrinsik novel, (2) nilai moral dalam karya sastra, (3) jenis moral dalam

karya sastra, dan (4) kesesuaian nilai karya sastra sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA.

Bab III berisi metode penelitian yang meliputi objek penelitian, jenis

penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV berisi tentang penyajian dan pembahasan data hasil penelitian.

Penelitian menyajikan data yang telah penulis peroleh, selanjutnya data

9

tersebut penulis analisis sehingga pada akhirnya penulis dapatkan jawaban

dari permasalahan.

Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Bagian

akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka

berisi paparan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian

teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu

hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian

yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral tersebut berbentuk

skripsi antara yang dilakukan oleh Joko (2010) dan Mafahir (2012).

Joko (2010) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan Moral

Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang Karya

Wisnu Sri Widodo”. Masalah yang disajikan pada penelitian ini antara lain

pendeskripsian nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia

dengan Tuhan, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan

dirinya sendiri, dan nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia

dengan manusia. Penelitian yang telah dilakukan oleh Joko mempunyai

kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral hubungan manusia dengan

Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya

sendiri. Perbedaannya, Joko hanya menganalisis nilai pendidikan moral yang

meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral hubungan

10

11

manusia dengan manusia, dan nilai pendidikan moral hubungan manusia

dengan dirinya sendiri tanpa memberikan gambaran tentang pembelajarannya

di SMA, sedangkan penulis menganalisis nilai moral hubungan manusia

dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam

sekitar, dan pembelajarannya di SMA. Perbedaan yang lain terdapat pada

subjek penelitian, penelitian Joko mengambil subjek Cerita Bersambung

Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang karya Wisnu Sri Widodo

dalam bahasa Jawa, sedangkan penulis pada novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata dalam bahasa Indonesia.

Mafahir (2012) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam

Novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur sebagai bahan pembelajaran di

SMA”. Masalah yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian

nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang

dilakukan oleh Mafahir mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya, keduanya membahas

nilai moral dalam novel meliputi nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan,

nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia

dengan dirinya sendiri, dan nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar,

serta memberikan gambaran pembelajarannya di SMA. Perbedaannya, Mafahir

dalam permasalahan mendeskripsikan cara pengarang dalam menyampaikan

wujud nilai moral dalam karya sastra, sedangkan penulis mendeskripsikan

unsur-unsur intrinsik pada novel yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan

12

sudut pandang. Perbedaan yang lain terdapat pada subjek penelitian, penelitian

Mafahir bersubjek novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur, sedangkan

penulis pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.

B. Kajian Teoretis

1. Struktur Karya Sastra

Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel merupakan

serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi juga merupakan

struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Berikut ini disajikan

pendapat Abrams yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012:36), bahwa struktur

karya sastra merupakan susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan

bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang

indah.

Struktur karya sastra juga menyarankan pada hubungan antarunsur

(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi

yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Baribin

(1985:85), unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut

pandang.

a. Tema

Tema menurut Stanton dan Jenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67)

adalah makna yang mendasari sebuah cerita. Tema merupakan suatu gagasan

sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya

fiksi. Dalam pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat)

pengarang kepada pembaca. Jadi, tema dalam novel adalah suatu gagasan

13

sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi

sasaran dari karangan tersebut (Baribin, 1985:59). Berdasarkan pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari

sebuah cerita.

b. Tokoh

Aminuddin (1987:79) menyatakan tokoh merupakan pelaku-pelaku yang

mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita. Tokoh sebagai pelaku dalam cerita sangat berkaitan

dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang. Dalam

cerita ada tokoh yang banyak dimunculkan dan ada pula yang jarang

dimunculkan. Tokoh yang paling banyak muncul dalam cerita biasanya

mempunyai peranan penting dalam cerita.

Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita

tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (central character, main

character) dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah

tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa

mendominasi sebagian cerita dan sebaliknya, sedangkan tokoh tambahan

adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita

dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek

(Nurgiyantoro, 2012:176).

c. Alur (Plot)

Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

14

dalam cerita (Aminuddin, 1987: 83). Tahapan-tahapan peristiwa yang ada di

dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam. Di

bawah ini disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur menjadi lima

bagian yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 149) sebagai berikut.

1) Tahap penyituasian (situation)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh

cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi

awal dan lain-lain.

2) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut

terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action)

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya

semakin berkembang.

4) Tahap klimak (climax)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita

mencapai titik puncak.

5) Tahap penyelesaian (denouement)

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi.

15

Berdasarkan kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur sebagai berikut ini.

1) Alur maju

Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis, artinya

peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritanya umum

dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.

2) Alur sorot balik

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak

runtut ceritanya).

3) Alur campuran

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif dan regresif.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur

rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-

bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh

para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur merupakan perpaduan unsur-unsur

yang membangun cerita sehingga menbentuk kerangka utama cerita yang

dimulai dari pengenalan hingga pemecahan konflik.

d. Latar (Setting)

Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi (Baribin,

1985:63). Latar cerita itu berkaitan dengan di mana, kapan, dan bagaimana

suasana peristiwa itu berlangsung. Latar yang berkaitan dengan di mana

disebut latar tempat. Latar cerita yang berhubungan dengan kapan dikenal latar

16

waktu. Selain itu, latar yang menggambarkan bagaimana suasana peristiwa

dalam cerita berlangsung disebut latar sosial.

Nurgiyantoro (2012:227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur

pokok, yaitu:

1) latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya;

2) latar waktu menyaran pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam, dan jam;

3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berpikir, dan bersikap.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan

tempat, waktu dan sosial saat peristiwa itu berlangsung. Latar tempat mengacu

pada tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita. Latar waktu mengacu pada

kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi, sedangkan latar sosial mengacu pada

hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam cerita. Berikut ini

disajikan pendapat Abrams mengenai pengertian sudut pandang yang disarikan

oleh Nurgiyantoro (2012:246), bahwa sudut pandang adalah cara yang

digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan sebagai

peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

17

Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama

tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. “Aku” berkemungkinan

pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2)

metode orang kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau

mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu.

Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula

sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sudut pandang

merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita, dan

posisi narator dalam cerita.

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Berdasarkan pengamatan dari penulis, karya sastra berfungsi bukan hanya

memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan

juga dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia pada umumnya.

Karya sastra dijadikan sebagai media komunikasi oleh pengarang dalam

menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu itu dapat berupa

pandangan, pendapat, petuah, dan penilaian terhadap sesuatu kejadian,

peristiwa dalam karya sastra. Sesuatu yang disampaikan pengarang kepada

pembaca bersifat positif dan mengajarkan suatu hal yang dikenal dengan istilah

moral.

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Karya sastra fiksi

senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur

18

kemanusiaan. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat

universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh

manusia (Nurgiyantoro, 2012: 321).

Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda dengan pengertian

moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara

umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra

biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi

pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Nurgiyantoro (2012:321)

menyatakan bahwa moral pada cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu

saran atau ajaran moral yang bersifat praktis dan dapat diambil atau ditafsirkan

lewat cerita. Moral dalam cerita merupakan petunjuk yang sengaja diberikan

oleh pengarang yang berhubungan dengan tingkah laku dan sopan santun

dalam pergaulan.

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan

pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Ajaran moral tersebut

pada hakikatnya merupakan saran atau petunjuk agar pembaca memberikan

respon atau mengikut pandangan pengarang. Ajaran moral yang dapat diterima

pembaca biasanya bersifat universal, dalam arti menyimpang dari kebenaran

dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih mendasarkan pada kodrati manusia

yang hakiki, bukan pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia

(Nurgiyantoro, 2012: 321).

Untuk menemukan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bukanlah

hal yang mudah karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis

19

terhadap karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan moral yang terdapat

dalam karya sastra tidak secara langsung digambarkan oleh pengarang. Dengan

menganalisis karya sastra tersebut, pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang

terdapat pada sebuah karya sastra, termasuk nilai moral. Nilai-nilai moral atau

pesan moral yang terkandung dalam karya satra ini dapat memberikan dampak

dan perubahan yang baik kepada pembaca.

3. Jenis Moral dalam Karya Sastra

Karya fiksi yang mengadung nilai-nilai moral atau pesan moral, tentunya

banyak sekali jenis dan wujudnya. Sebuah karya fiksi yang panjang pasti

terdapat lebih dari satu pesan moral. Jenis moral dalam karya sastra sangat

bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya baik itu mengenai persoalan hidup

maupun persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang dapat

diangkat sebagai ajaran moral dalam karya sastra. Persoalan hidup manusia itu

dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri,

hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk

hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan

Tuhannya (Nurgiyantoro, 2012:323).

Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik,

ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap

sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang

menyerah, dan berpendirian. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia

lain meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban,

kerjasama, memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat,

20

persaudaraan, menasehati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan

manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji

keindahan alam. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi

beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah.

Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

Sang Pencipta. Manusia yang beragama selalu mengingat Allah dengan

melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Hal itu dilakukan sebagai

kewajiban manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-

Nya.

Persoalan hidup manusia dalam hubungan dengan manusia lain,

Nurgiyantoro (2012:325) menyatakan bahwa masalah yang berupa

kemasyarakatan, persahabatan, dan kesetiaan, hubungan kekeluargaan; cinta

kasih antara orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, kakak terhadap

adik dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri menurut Nurgiyantoro

(2012:324) dapat berupa eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, dan lain-

lain yang lebih bersifat melibat diri dan kejiwaan seorang individu. Persoalan

yang bersifat melibatkan ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu dapat

berupa tanggung jawab, bersikap sabar, dan sadar akan perbuatan salah.

4. Kesesuaian Novel sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara pendidik dan

peserta didik di suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar biasanya

21

dilakukan di sekolah dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran adalah suatu

kesatuan yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran (Hamalik, 2011:57).

Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan

tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku,

papan tulis, kapur, fotografi, side, film, audio, dan video tape. Fasilitas dan

perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan

komputer. Prosedur meeliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,

praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran sastra di samping berisi

tentang sejarah sastra dan teori sastra, perlu terutama diarahkan kepada

pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan

untuk berekreasi, mencoba sendiri menciptakan karya sastra.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah

suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasikan untuk menyusun dan menguji

suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya proses belajar

pada diri siswa.

b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra

peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati,

dan menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra diadakan di

sekolah mempunyai tujuan tersendiri.

22

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

c. Fungsi Pembelajaran Sastra

Menurut Rahmanto (1988: 16) pembelajaran sastra dapat membantu

pendidikan yang cakupannya meliputi empat manfaat, sebagai berikut ini.

1. Membantu keterampilan berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada pembelajaran sastra, siswa

dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang

dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan

berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa juga dapat

meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa.

Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan sebuah karya sastra

seperti cerpen atau puisi.

2. Meningkatkan pengetahuan budaya

Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan banyak

hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan orang yang

menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa untuk

mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat. Hal tersebut

akan menambah pengetahuan siswa akan kebudayaan yang ada di sekitarnya.

Kemudian siswa akan lebih menghargai kebudayaan-kebudayaan yang ada di

bangsanya sendiri.

23

3. Menciptakan cipta dan rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang

bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran sastra akan

membantu siswa berlatih memecahkan masalah dan berpikir logis. Selain itu,

pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang

merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan siswa

tergerak untuk mengembangkan perasaannya sesuai dengan kodrat

kemanusiaan. Sastra juga dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran

pemahaman kesadaran orang lain yaitu dengan menumbuhkan rasa simpati

pelajar terhadap masalah yang dihadapi seseorang.

4. Menunjang pembentukan watak

Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar siswa

mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti kebahagiaan,

kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan. Pembelajaran sastra

dapat memberikan bantuan dalam mengembangkan berbagai kualitas

kepribadian siswa.

d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa haruslah sesuai

dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan pembelajaran

tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang tepat sesuai dengan

perkembangan siswanya.

24

Menurut Rahmanto (1988: 27) untuk menentukan bahan pembelajaran

sastra, harus diperhatikan dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis),

latar belakang kebudayaan siswa.

1) Bahasa

Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran

sastra harus sesuai dengan tingkatan sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat

dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana., ungkapan, dan

referensi yang ada. Kejelian dalam menentukan criteria bahan pembelajaran

sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra

yang sedang diajarkan.

2) Psikologi

Perkembangan psikologi masing-masing anak tentu berbeda. Dalam

memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psiokologi ini

memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik

dalam banyak hal. Tahap perkemabangan psikologis ini juga sangat besar

pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan

bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah

yang dihadapi. Oleh karena itu, karya sastra yang dijadikan sebagai bahan

pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologis anak, sehingga

anak didik akan lebih mudah memahami isi karya sastra tersebut.

Rahmanto (1992:30) membagi tahapan psikologis anak menjadi empat

tahapan, yaitu sebagai berikut.

25

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahapan ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi

masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke

realitas. Meski pandangan tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi

pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan,

dan bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi

dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. mereka

harus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk

memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan seanjutnya)

Pada tahap ini anak-anak tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis

saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka

berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang

kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan

moral.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya karya sastra meliputi hampir semua factor

kehidupan manusia dan lingkungannya seperti geografi, sejarah, topografi,

26

iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, seni, olahraga,

hiburan, moral, dan etika (Rahmanto, 1992:31). Menurutnya, siswa akan

tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya

dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, ketepatan

pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya

menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru hendaknya

selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswanya sehingga guru dapat

memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya sastra yang dipilih untuk

diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi pada umumnya dalam

suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang dapat menarik minat

siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan siswa, biasanya siswa

akan lebih tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang budaya yang

sudah diketahuinya dan erat hubungannya dengan kehidupan siswa.

e. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya tentang

berbagai pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar todak

hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran juga dapat sebagai

sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat

waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan

bantuan berbagai alat. Sumber belajar dapat berupa:

1) buku-buku referensi

a) buku pelajaran yang diwajibkan;

27

b) buku pelengkap, artinya buku yang menunjang (buku acuan) bahan ajar atau

materi pelajaran selain buku wajib atau utama;

2) media cetak (surat kabar dan majalah);

media cetak sebagai sumber belajar harus mempertimbangkan segi bahasa,

estetika, psikologi, materi dan tujuan belajar. Contohnya cerpen, puisi yang

ada di surat kabar.

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai moral yang terdapat

dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan yang berupa novel Padang Bulan karya Andrea Hirata,

bukan merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif artinya data

yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang berakar pada latar alamiah

sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian

(Arikunto, 2006:20). Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata berdasarkan nilai moral beserta

pembelajarannya di kelas XI SMA.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut.

Penelitian ini difokuskan pada kajian nilai moral pada novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan

28

29

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan

hubungan manusia dengan alam sekitar dan pembelajarannya di kelas XI

SMA.

D. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan yang digunakan untuk menyusun suatu informasi

berupa fakta dan angka (Arikunto, 2006: 95). Data-data yang digunakan pada

penelitian ini adalah kutipan langsung maupun tidak langsung yang berupa

percakapan dan narasi dari teks novel tersebut. Selain itu, data tambahan

(sekunder) diperoleh dari referensi-referensi lain yang berkaitan dengan objek

penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data utama (primer) diperoleh dari objek

penelitian, yakni novel Padang Bulan karya Andrea Hirata memiliki tebal xiv

+ 253 halaman dengan ukuran 20,5 cm, diterbitkan oleh Bentang di

Yogyakarta tahun 2010.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data dalam penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi

pustaka artinya teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan, dan laporan-

laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,

1988:111). Dalam teknik studi pustaka, penulis membaca seluruh teks novel

30

Padang Bulan karya Andrea Hirata secara teliti. Pengumpulan data dalam

penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dengan bertumpu pada teori

struktural dan ekstrinsik sastra terutama pada nilai moral. Langkah-langkah

yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut ini.

1. Membaca keseluruhan secara intensif

Setelah menemukan objek penelitian, kemudian objek tersebut dibaca

secara intensif dan berulang-ulang secara keseluruhan. Objek tersebut dapat

berupa novel atau buku-buku pedamping lainnya.

2. Mengelompokkan aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Padang

Bulan karya Andrea Hirata

Dari objek novel tersebut kemudian ditentukan kutipan-kutipan yang

merupakan aspek-aspek moral, dan mencari hubungan aspek-aspek nilai moral

yang terdapat pada novel tersebut.

3. Mencatat data-data yang diperoleh dalam kartu pencatat data

Setelah kita mendapatkan data-data yang benar-benar lengkap, penulis

memindahkannya dalam kartu pencatat data-data yang kemudian data tersebut

akan dibahas lebih mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian.

Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta

sistematis sehingga lebih mudah diolah.

31

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai

peneliti, kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data

dipergunakan untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini

berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan

pembahasan.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian yang penulis lakukan dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

menggunakan teknik contect analysis atau metode analisis isi. Metode analisis

isi adalah sebuah strategi penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis

teks tunggal (Gazalli, 2009:94). Artinya, penulis membahas dan mengkaji

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata berdasarkan aspek nilai moral.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penulisan sebagai

berikut ini.

1. Mencatat data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat

dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, yaitu hubungan mnusia

dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia

dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

2. Menafsirkan data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang

terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, yaitu hubungan

manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar

secara pragmatis dan semantik.

32

Contoh penerapan teknik analisis isi secara pragmatis sebagai berikut ini.

“Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan, Boi.

Bagaimana keadaan kita sekarang, itulah yang diinginkan-Nya,”

katanya dengan khidmat sambil menatap langit-langit kantor pos.”

(PB:233)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung si

penutur (Enong) memberikan nasehat kepada Boi agar menerima semua

keadaan ini dengan lapang dada karena semuanya telah ditakdirkan oleh

Tuhan.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara semantik sebagai berikut ini.

“Usai sholat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi

pacul, dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong

adik-adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil

menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”

(PB: 50).

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Enong adalah anak

berbakti kepada orang tuanya. Hal itu dapat dilihat dari sikapnya. Dia mau

bekerja sebagai pendulang timah demi mencukupi kebutuhan keluarganya dan

menyayangi adik-adiknya sebelum pergi bekerja. Ketika berangkat bekerja,

dia juga tak lupa untuk mencium tangan ibunya sebagai rasa baktinya kepada

orang tuanya.

3. Menganalisis data yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata sesuai atau tidak sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

4. Mengambil simpulan berdasarkan komponen-komponen hasil analisis

tersebut.

33

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan

data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan

angka, menekankan pada dekripsi (Arikunto, 2006:12). Teknik yang

digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian

informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan hasil analisis dengan

menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang

(Sudaryanto, 1993:145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data yang berupa

unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, alur, dan sudut pandang), nilai moral

hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan

manusia, nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan

manusia dengan alam sekitar, serta kesesuaian nilai moral sebagai bahan

pembelajaran sastra di kelas XI SMA dalam penelitian ini dipaparkan dengan

kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang.

34

BAB IV

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil

penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai moral dan kesesuaian sebagai

bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Sebelum melakukan analisis nilai moral sastra, penulis menyajikan data-

data tentang unsur intrisik dan nilai moral sastra yang berupa kutipan-kutipan

langsung dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian.

1. Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan

Data hasil penelitian novel Padang Bulan selanjutnya disingkat PD,

disajikan dalam bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.

Tabel 1

Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan

No. Unsur-unsur intrinsik novel Penyediaan data

1. Tema dan masalahnya

a. Masalah Impian dan cita-cita 10, 59, 88, 121, 133

b. Masalah sosial 33, 59, 61, 133, 136, 137

c. Masalah keluarga 24, 25

2. Tokoh

a. Tokoh utama 62, 50, 59

b. Tokoh tambahan 3, 11, 90, 111, 137, 180

3. Alur

a. Tahap peyituasian 2, 10

b. Tahap pemunculan konflik 7

c. Tahap peningkatan konflik 25, 31, 36

d. Tahap klimaks 50, 59, 72

e. Tahap penyelesaian 133

4. Latar

a. Latar tempat 4, 7, 37, 50, 133

34

35

b. Latar waktu 4, 50, 179

c. Latar sosial 25

5. Sudut Pandang 106

2. Wujud nilai moral dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

Data hasil penelitian novel Padang Bulan disajikan dalam bentuk tabel.

Berikut data hasil penelitian.

Tabel 2

Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan

No. Wujud nilai moral hubungan manusia

dengan Tuhan Penyajian data

1. Beribadah 24, 50, 130

2. Berdoa 34, 126

3. Bersyukur 55

4. Memohon ampun 148, 214

Tabel 3

Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia

No. Wujud nilai moral hubungan manusia

dengan manusia Penyajian data

1. Sikap tolong-menolong 7, 180, 216

2. Berbakti kepada orang tua 50

3. Keakraban 2, 120

4. Kerjasama 7, 43

5. Memuji (menyanjung orang lain) 11, 14, 76, 120

6. Persahabatan 88, 180

7. Memberi semangat 15, 81, 144

8. Menasihati 14, 99, 111, 168, 233

9. Sikap kekeluargaan 45, 229

36

Tabel 4

Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

No. Wujud nilai moral hubungan manusia

dengan dirinya sendiri Penyajian data

1. Niat baik 2, 21, 37

2. Ramah 37, 42

3. Prasangka baik 3, 107

4. Berpikir cerdas 34, 43,120

5. Sabar 34, 59

6. Bijaksana 37, 49

7. Tanggung jawab 25, 42

8. Sikap sadar 2, 3

9. Kasih saying 12, 67, 78

10. Intropeksi diri 11, 13, 34

11. Sikap bijak 37, 59

12. Rela berkorban 11, 25

13. Pantang menyerah 36, 213

14. Berpendirian 59

Tabel 5

Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

No. Wujud nilai moral hubungan manusia

dengan alam sekitar Penyajian data

1. Sayang binatang 77, 90

2. Memuji keindahan alam 69

3. Kesesuaian nilai moral sastra novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai

bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

Pembelajaran novel di SMA dapat dikatakan sama dengan jenis prosa

lainnya. Belajar sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan

strategi belajar.

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar, yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan

37

sastra. Pada hal ini bahan pembelajaran yang akan diajarkan dengan kegiatan

pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yakni silabus.

b. Bahan Pembelajaran

Pembelajaran novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bertujuan

melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai

moral yang terdapat dalam novel tersebut. Kriteria novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA dilihat

dari segi bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

1) Segi bahasa

Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran

sastra disusun menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan kata-

kata dari bahasa Asing yang mudah dipahami oleh para siswa.

2) Segi psikologi

SMA adalah jenjang pendidikan atas yang tahap generalisasi (umur 16

tahun dan selanjutnya). Novel Padang Bulan ini sudah sesuai apabila diberikan

untuk anak pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal

praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak

dengan menganalisis suatu fenomena.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya yang ada dalam novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata adalah campuran budaya Belitung dengan budaya Tionghoa.

38

Tabel 6

Data Aspek-Aspek Bahan Pembelajaran

No. Data Aspek-aspek Bahan

Pembelajaran

Penyajian data

1. Segi Bahasa 120

2. Segi Psikologis 59, 88

3. Segi Latar Belakang Budaya 120

c. Sumber belajar

Sumber belajar adalah buku-buku pelajaran yang diwajibkan dan masih

sesuai dengan yang digunakan dalam pembelajaran.

B. Pembahasan Data

1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata

a. Tema dan Masalah

Tema merupakan gagasan makna pokok yang mendasari sebuah cerita.

Dalam tema terdapat suatu unsur yang membangun yakni masalah. Novel

Padang Bulan terdapat beberapa masalah yang membangun tema yaitu

masalah impian dan cita-cita, masalah sosial, dan masalah ekonomi.

1) Masalah impian dan cita-cita

Enong dalam novel Padang Bulan diceritakan sebagai anak cerdas. Ia

selalu juara kelas dan pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris. Ia bercita-cita

ingin menjadi guru seperti Bu Nizam, guru bahasa Inggrisnya. Hal tersebut

dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris dan cita-citanya ingin

menjadi guru seperti Bu Nizam.”

(PB:10)

Setelah ayahnya meninggal, Enong harus berhenti sekolah. Ia harus

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, karena ia anak tertua.

39

Namun, ia tidak patah semangat dalam belajar bahasa Inggris. Pada waktu

senggang disela-sela bekerja, ia sempatkan untuk membaca dan mempelajari

kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Karena keinginannya yang kuat

untuk belajar bahasa Inggris, akhirnya ia mendaftarkan diri kursus bahasa

Inggris di Tanjong Pandan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Jika lelah, ia membuka lagi Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar

Kata peninggalan ayahnya itu. Aneh, kamus itu selalu mampu

meledakkan semangatnya. Ia sering menandai kata yang sangat

asing baginya, yang belum pernah diajarkan Bu Nizam, misalnya

sacrifice, honesty, dan freedom.”

(PB:59)

Enong juga suka mengumpulkan katalog-katalog yang di dalamnya

terdapat kata-kata bahasa Inggris baik katalog yang berisi produk rumah tangga

maupun yang lainnya. Setelah bekerja, ia sempatkan untuk pergi ke kantor pos.

Enong pergi ke kantor pos untuk mengumpulkan majalah-majalah yang di

dalamnya terdapat bahasa Inggris. keinginannya untuk belajar bahasa Inggris

masih besar, walaupun ia sudah berhenti sekolah. Majalah-majalah yang

didapatnya ia kumpulkan, kemudian ia membacanya dan mempelajarinya. Hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong menyukai katalog, terutama yang di dalamnya

mengandung kata-kata Inggris. Dikumpulkannya, dibacanya, tak

peduli produk apa pun itu.”

(PB: 121)

Kini Enong mampu mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya. Selain bekerja, ia juga suka mengumpulkan katalog-katalog yang

berisi bahasa Inggris. Ia hanya ingin belajar bahasa Inggris. Selain itu, ia

berkeinginan untuk mendaftarkan diri ikut kursus bahasa Inggris. Ia pun

40

mendaftar kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Awalnya, ia tidak boleh

mengikuti kursus bahasa Inggris karena umurnya tidak sesuai dengan aturan.

Namun, berkat temannya, Enong dapat diterima di kursus bahasa Inggris itu.

Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“ Enong senang tak terbilang. Mimpi lamanya untuk kursus bahasa

Inggris akhirnya akan menjadi kenyataan.”

(PB:133)

Kutipan-kutipan di atas menjelaskan bahwa Enong tidak pernah menyerah

dalam keinginannya untuk belajar bahasa Inggris. Berbagai cara ia lakukan

dengan kebiasaanya di waktu senggang bekerja, ia sempatkan untuk membaca

kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Kemudian ia mengumpulkan

katalog-katalog yang berisi kata-kata Inggris sehingga kosakata bahasa

Inggrisnya bertambah. Ia pun berusaha untuk menerjemahkan katalog-katalog

tersebut. Kebiasaannya ini membuat Enong lebih pandai menggunakan bahasa

Inggris sampai akhirnya ia dapat mengikuti kursus bahasa Inggris. Ini

menunjukkan bahwa kebiasaan baik dan sifat pantang menyerah pasti akan

membawa kita kepada kesuksesan dan cita-cita yang kita harapkan bisa

tercapai.

2) Masalah Sosial

Pada novel Padang Bulan terdapat masalah sosial yakni dalam kehidupan

bermasyarakat merupakan tempat hubungan manusia dengan lingkungan di

sekitarnya yang banyak mengalami konflik, masalah, dan lain-lain yang

menjadi objek penceritaan tema. Masalah perjuangan seorang perempuan

berusia 14 tahun dalam memenuhi kebutuhan keluarganya yang mendapat

41

cercaan dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini dialami oleh tokoh

utama (Enong), ia direndahkan orang lain bahwa dirinya tidak mampu untuk

bekerja dan mengikuti kursus bahasa Inggris.

“Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang

dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar.

Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hamper

tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau

pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia

alami berkali-kali, selama berhari-hari.”

(PB:33)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Enong mendapatkan perlakuan tidak

baik dari orang-orang ketika ia melamar pekerjaan di kota. Dia direndahkan

oleh orang-orang karena dia masih kecil dan tidak lulus SD. Dia tampak kurus

dan lemah sehingga orang tidak yakin dia dapat bekerja dengan baik. Setelah

beberapa kali, ia ditolak bekerja di kota, akhirnya ia pulang ke desanya.

Kemudian, ia memutuskan untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai

pendulang timah.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan.”

(PB:59)

Kutipan di atas menceritakan ketika Enong tidak mendapatkan pekerjaan

di kota, maka ia mengambil keputusan untuk kembali ke desa dan meneruskan

pekerjaan ayahnya sebagai pendulang timah. Enong mencari timah di danau

dan di sungai sampai berhari-hari, tetapi ia tidak mendapatkan timah. Ia pun

mendapatkan hinaan dan cacian dari orang-orang di sekitarnya karena tidak

42

kunjung mendapatkan timah. Enong tidak pernah marah dan bersikap sabar

dengan gunjingan dan makian tersebut.

Enong berusaha keras untuk mendapatkan timah. Ia tidak mempedulikan

gunjingan dan olok-olokan dari orang-orang di sekitarnya. Ia hanya ingin

mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia rela mencari

timah di tengah hutan. Usaha yang dilakukannya membuahkan hasil. Akhirnya,

ia mendapatkan segenggam timah. Ia sangat senang dan dapat menunjukkan

kepada orang lain bahwa dirinya mampu bekerja sebagai pendulang timah. hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong melompat-lompat girang. Ia berputar dan menari. Ia

menyanyikan if you’re happy and you know it, clap your hands,

dan ia bertepuk tangan, sendirian, di tengah hutan. Beban yang

amat berat di pundknya dirasakannya terlepas seketika, akhirnya, ia

menggenggam timah, akhirnya ia menggenggam harapan.”

(PB:61)

Setelah Enong berhasil mendapatkan uang dari hasil mendulangnya, ia pun

berkeinginan untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Sejak dulu, ia sangat

menyukai bahasa Inggris. Meskipun ia bekerja sebagai pendulang timah,

keinginannya belajar bahasa Inggris tidak hilang. Ia pun mendaftarkan diri ikut

kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Hal itu sesuai dengan kutipan di

bawah ini.

“Tujuan Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang

tidak ketinggalan zaman itu.”

(PB:133)

Saat mendaftarkan diri ke tempat kursus tersebut, Enong merasa dirinya

akan ditolak untuk ikut kursus itu karena umurnya yang tidak sesuai dengan

anak-anak yang ikut kursus tersebut. Pemilik kursus bahasa Inggris

43

mengatakan jika Enong mengikuti kursus tersebut, ia akan mengalami

kesulitan mengikuti kecepatan anak-anak sekarang dalam belajar bahasa

Inggris. Enong menyadari kekurangannya itu, tetapi ia tetap berkeinginan

mendaftar kursus bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

“Ibu Indri memberikan pengertian pada Enong bahwa peserta

kursus umumnya remaja. Apakah tidak akan kesulitan nanti?

Mengikuti kecepatan anak-anak muda belajar? Enong bersedih

karena kemungkinan ditolak. Kuyakinkan Ibu guru itu.”

(PB:136)

Namun, Detektif M. Nur dan Ikal membujuk pemilik kursus tersebut agar

mau menerima Enong. Mereka berusaha meyakinkan Ibu Indri bahwa Enong

mampu mengikuti kursus bahasa Inggris. Mereka menceritakan kemampuan

Enong yang dapat menerjemahkan kalimat bahasa Inggris di kaleng susu ke

bahasa Indonesia. Akhirnya, Ibu Indri mau menerima Enong mengikuti kursus

bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut ini.

“Bu Indri mengangguk-angguk. Ia memutuskan menerima Enong.

Enong senang tak kepalang, namun mulutnya masih ternganga.”

(PB:137)

3) Masalah Keluarga

Ayah Enong meninggal dunia karena kecelakaan di tambang. Dia

tertimbun tanah dan tidak terselamatkan. Sepeninggal ayahnya, Enong

memutuskan untuk berhenti sekolah. Ia anak tertua di keluarganya, maka ia

mempunyai tanggung jawab menjadi tulang punggung keluarganya. Ia

mengorbankan sekolahnya dan impiannya belajar bahasa Inggris untuk

44

memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

“Tak pernah terpikir nasib sepedih itu akan menimpa mereka

secara sangat tiba-tiba. Sang suami adalah tulang punggung

keluarga satu-satunya dan hal itu baru dia sadari sepenuhnya

setelah ia tiada.”

(PB:24)

Sepeninggalan Ayahnya, Enong meminta izin kepada Ibunya untuk

berhenti sekolah dan bekerja. Awalnya, Ibu Enong menolak karena ia tidak

tega melihat putrinya berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Kemudian

Enong memberikan pengertian kepada Ibunya bahwa ia tidak ingin melihat

adik-adiknya berhenti sekolah seperti dirinya. Akhirnya, Ibu Enong

mengizinkan Enong untuk bekerja di kota. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari

sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas

enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak

bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena

biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”

(PB:25)

Berdasarkan uraian masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam

novel Padang Bulan tersebut dapat dirumuskan menjadi perjuangan dan

pengorbanan seorang perempuan berusia 14 tahun untuk keluarga dan cita-

citanya. Masalah-masalah yang terdapat dalam novel Padang Bulan saling

berhubungan dan membentuk sebuah tema sehingga tema tersebut bernilai

estetik. tema ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada pembaca

untuk mengambil hikmah atau pesan-pesan moral dari sikap dan perbuatan

tokoh-tokoh menghadapi berbagai masalah kehidupan yang ada.

45

b. Tokoh dan Penokohan

Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.

1) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan

diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan. Berdasarkan

hal tersebut, di dalam novel Padang Bulan ini tokoh utamanya adalah Enong.

Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan tokoh ini

merupakan penggerak konflik cerita.

Enong adalah seorang yang berkemauan keras dan bertanggung jawab

pada keluarganya. Ia memutuskan berhenti sekolah untuk bekerja demi

keluarganya. Ia mencari pekerjaan di Tanjung Padang dan dengan semangat

mencari lowongan pekerjaan. Ia pontang-panting mencari pekerjaan. Karena

tak kunjung mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia pulang ke kampung dan

bekerja sebagai pendulang timah. Hal ini bisa terlihat dari kutipan sebagai

berikut.

“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”

(PB:62)

Enong juga seorang anak perempuan yang berbakti kepada orang tua dan

penyayang keluarga. Ia rela berhenti sekolah untuk bekerja mencukupi

kebutuhan keluarganya. Ia bekerja mencari timah. Sebelum berangkat bekerja,

ia terlebih dahulu untuk merawat dan menyayangi adik-adiknya. Ia sempatkan

untuk menggendong adiknya ketika akan pergi bekerja. Ia tak lupa untuk

mencium tangan ibunya.

46

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita …”

(PB:50)

Selain itu, Enong juga merupakan anak yang sabar dan pantang menyerah.

Ia bekerja mencari timah di danau dan di sungai. Suatu hari ia menjadi bahan

gunjingan orang-orang karena tidak mendapatkan timah. Namun, ia tidak

menghiraukannya, ia bersabar dan terus mencari timah. Ia tidak pernah

menyerah karena ingin mendapatkan uang.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan.”

(PB:59)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh Enong mempunyai

sifat yang baik yaitu berkemauan keras, tanggung jawab, berbakti kepada orang

tua, sabar dan pantang menyerah. Jadi, tokoh Enong dalam novel Padang

Bulan merupakan tokoh utama. Hal itu dilihat dari perannya yang sering

dimunculkan dalam cerita.

2) Tokoh tambahan

Tokoh tambahan dalam novel ini, lebih banyak dibanding dengan tokoh

utama. Beberapa diantaranya adalah Ikal, Detektif M. Nur, Zamzami, dan

Syalimah.

Tokoh-tokoh tersebut hanya sesekali saja muncul dalam cerita. Namun,

perannya tidak dapat dianggap enteng karena kehadirannya akan mendukung

cerita dan menonjolkan peran tokoh-tokoh utama.

47

a) Ikal

Ikal adalah seorang laki-laki yang baik hati dan setia kawan. Ia selalu

membantu Enong untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris dan membantu

Enong masuk ke kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan.

“Kami mendapat tugas membuat puisi dalam bahasa Inggris, Boi,

maukah kau membantuku?”

“Aku mengangkat bahu. Dalam hatiku, tidaklah baik tugas seperti

itu dibuatkan orang lain. Enong paham maksudku.”

(PB:180)

Selain itu, Ikal juga mempunyai sifat yang buruk. Sifat buruknya ialah

tidak mematuhi perintah orang tuanya. Orang tuany menyuruhnya untuk

mencari pekerjaan di kota, tetapi Ikal lebih memilih untuk mengejar cintanya

kepada A Ling.

“Bekerja di Jakarta. Begitulah semestinya kau itu!”

Ibu mendekatiku. Aku gemetar.

“Melarikan anak orang? Tak ada pengajaranku semacam itu! Tak

dapat kuterima itu!”

(PB:111)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ikal adalah seorang teman

yang baik dan suka membantu temannya, tetapi ia mempunyai sifat buruk tidak

menaati perintah orang tuanya.

b) Detektif M. Nur

Detektif M. Nur adalah seorang yang suka menolong teman dan

penyayang binatang. Ia pernah menolong Enong, ketika mendaftarkan kursus

bahasa Inggris. ia berusaha membujuk pemilik kursus bahasa Inggris itu

menerima Enong. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“ Bu indri masih ragu. Detektif maju. “

48

Bu Guru, kalau tak salah ada istilah no…no…no money, no…oh ,

life is long to education.”

(PB:137)

Selain mempunyai sifat menolong, ia juga penyayang binatang. Ia

mempunyai hewan peliharaan. Ia sangat menyayangi burung itu. Ia selalu

mengelus-elus burungnya dan menciumi burungnya.

“Ketika aku datang, ia tengah mengelus-elus tembolok Jose Rizal.

Burung itu senang tak terbilang dibelai tuannya. Sesekali ia

mencium kepala Jose Rizal sambil berkelakar dengan burung itu

layaknya dengan manusia. Mereka ngobrol tentang sebuah film

India.”

(PB:90)

c) Zamzami

Zamzami adalah seorang ayah yang sangat menyayangi keluarganya dan

pekerja keras. Ia sangat menyayangi anaknya, Enong. Ia rela bekerja keras

untuk membahagiakan anaknya. Ia mengetahui Enong menyukai bahasa

Inggris dan dia membelikannya sebuah kamus. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Ia bekerja lebih keras di lading tambang dan menambah

penghasilan dengan berjualan air nira setiap ada pertunjukkan orkes

Melayu. Hari Sabtu ia ke laut mencari kerang untuk dijual di pasar

ikan. Hari Minggu ia berjualan tebu yang ditusuk dengan lidi.

Setelah berbulan-bulan seperti itu dan memfokuskan pikirannya

hanya untuk membeli kamus bahasa Inggris untuk anaknya,

akhirnya Zamzami punya uang lebih.”

(PB:11)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Zamzami adalah sosok ayah

yang sayang kepada anaknya. Ia rela bekerja keras untuk membelikan kamus

untuk masa depan anaknya. Dilihat dari segi perannya dan kemunculannya

dalam novel, dapat disimpulkan bahwa tokoh Zamzami adalah tokoh

49

tambahan. Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam cerita. Zamzami dalam

cerita membantu tokoh utama (Enong) mengatasi kesulitan hidup.

d) Syalimah

Syalimah adalah seorang perempuan yang menyayangi suaminya. Ia rela

hidup miskin, asalkan hidup bahagia dengan suaminya. Ia tidak pernah

meminta apapun pada suaminya karena ia tahu bahwa suaminya hanya

pendulang timah biasa. Selain itu, Syalimah juga seoramg perempuan yang

sangat sabar. Suatu hari suaminya meninggal dunia karena kecelakaan di

tambang. Ia dan anak-anaknya menerima kenyataan itu bahwa suaminya

meninggal. Kini ia harus mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup

bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus

selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati

yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari

keluarga pendulang timah.”

(PB:3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Syalimah adalah seorang istri

yang sangat menyayagi suaminya. Ia rela tidak dibelikan apa-apa dari

suaminya, dia hanya ingin hidup bahagia saja. Dia juga sosok yang sabar ketika

ditinggalkan oleh suaminya. Berdasarkan perannya dalam cerita, dapat

disimpulkan bahwa Syalimah merupakan tokoh tambahan. Tokoh yang

kemunculannya sedikit atau jarang.

c. Alur

Alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam

cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.

50

Dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata terdapat berbagai tahapan

peristiwa sebagai berikut ini.

1) Tahap penyituasian (Situation)

Pada bagian awal digambarkan kehidupan awal kelurga Enong yang hidup

sederhana dan tergolong keluarga miskin. Meskipun hidup sederhana, mereka

sangat bahagia dengan keadaan tersebut. Zamzami adalah ayah Enong yang

bekerja sebagai pendulang timah dan ibunya, Syalimah hanya ibu rumah

tangga biasa. Penghasilan Ayahnya sebagai pendulang timah sedikit. Uangnya

hanya cukup untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Istrinya tidak pernah berpikiran untuk meminta dibelikan sesuatu oleh

suaminya. Ia hanya berharap hidup bahagia dengan keluarganya. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Penghasilan beberapa ribu rupiah mendulang timah, cukup untuk

membeli beras beberapa kilogram, untuk menyambung hidup

beberapa hari. Semuanya dipahami Syalimah di luar kepala. Tak

ada rahasia, tak ada yang tak biasa, dan tak ada harapan yang

muluk-muluk.”

(PB:2)

Enong adalah gadis kecil yang cerdas. ia selalu juara kelas. Pelajaran

favoritnya adalah bahasa Inggris, sehingga ia bercita-cita ingin menjadi guru

bahasa Inggris seperti gurunya, Bu Nizam. Karena Enong sangat menyukai

bahasa Inggris, Ayahnya pun membelikan kamus bahasa Inggris untuknya.

Ketika Ayahnya membelikan kamus bahasa Inggris kepadanya, ia sangat

senang. Sejak lama ia menginginkan kamus bahasa Inggris itu. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

51

“Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yag cerdas.

ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris

dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam.”

(PB: 10)

2) Tahap pemunculan konflik (Generating circumstances)

Dalam subklimaks ini diceritakan ketika ayah Enong akan mengajak

keluarganya pergi melihat pasar malam dengan sepeda yang ia hadiahkan

untuk istrinya, ia malah mengalami kecelakaan di tambang timah. Ayah Enong

tertimbun tanah pada saat mendulang timah. Istrinya yang sudah lama

menunggu kepulangan suaminya langsung mendapat kabar dari tetangganya,

Sirun bahwa suaminya mengalami kecelakaan di tambang. Akhirnya, istrinya

pergi ke sana untuk melihat dan membantu orang-orang yang menyelamatkan

suaminya. Namun, suaminya tak tertolong dan meninggal dunia.

“Buruh kasar itu langsung masuk dan dengan gemetar mengatakan

telah terjadi kecelakaan. Zamzami tertimbun tanah. Syalimah

terpaku di tempatnya berdiri.”

(PB: 7)

3) Tahap peningkatan konflik (Rising Action)

Pada peristiwa ini terlihat setelah Ayah Enong meninggal akibat tertimbun

tanah saat mendulang timah di tambang. Enong dan keluarganya sangat sedih

dan merasa kehilangan karena ayahnya meninggal dunia. Hal ini membuat

Enong merasa bertanggung jawab sebagai anak tertua dalam keluarganya. Ia

pun memutuskan untuk berhenti sekolah, karena ia ingin bekerja membiayai

keluarganya setelah ayahnya meninggal dunia. Ia pun pergi ke Tanjong Pandan

untuk mencari lowongan pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

52

“Anak itu baru kelas enam SD, tapi ia akhirnya luluh karena Enong

mengatakan tak bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti

sekolah karena biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”

(PB:25)

Ia pergi ke Tanjong Pandan untuk mencari lowongan pekerjaan. Ia

mendengar dari tetangganya bahwa di Tanjong Pandan banyak terdapat

pekerjaan. Sebagian tetangganya bekerja sebagai pelayan toko, tukang cuci,

buruh pabrik, dan sebagainya. Sebelum pergi, Enong berpamitan kepada

temannya. Ia mengatakan kepada temannya bahwa ia akan bekerja di Tanjong

Pandan. Setelah ia dapat mencari uang, ia akan ikut kursus bahasa Inggris. Hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Aku akan bekerja dulu di Tanjong Pandan. Kalau dapat uang,

nanti aku akan kursus bahasa Inggris.”

(PB:31)

Setelah sampai di Tanjong Pandan, ia segera mencari pekerjaan. Ia

mencoba untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan toko. Namun, ia ditolak

oleh juragan toko. Ia dianggap masih terlalu kecil dan tidak mampu bekerja.

Banyak juragan toko yang menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Penolakan

yang ia terima tidak membuatnya putus asa. Ia terus berusaha mencari

pekerjaan di toko-toko lainnya. Namun, ia tetap saja ditolak bekerja. Akhirnya,

Enong menyerah karena ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ia

memutuskan untuk pulang ke rumah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”

(PB:36)

53

4) Tahap Klimaks (Climax)

Pemaparan klimaks terlihat ketika Enong tak kunjung mendapatkan

pekerjaan di kota, ia memutuskan untuk kembali ke desanya. Kemudian ia

meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai pendulang timah. pekerjaannya sebagai

pendulang timah membuatnya senang karena pekerjaan itu tidak memerlukan

bedak atau berdandan. Ia memilih pekerjaan itu karena tidak ada pilihan lagi.

Harapannya adalah untuk mendapatkan uang. Ia tidak rela melihat adiknya

harus berhenti sekolah seperti dirinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Namun, putri kecil Syalimah itu gembira bukan main mendapat

pekerjaan yang baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu

tak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan

tak perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis, dan terutama, karena

ia memang tak punya pilihan lain.”

(PB:50)

Setiap harinya, Enong bekerja keras mencari timah dari satu tempat ke

tempat lainnya. Ia berangkat mendulang pada saat subuh dengan semangat.

Namun, ia mendapat hinaan dan cercaan dari orang-orang di sekitarnya karena

tak kunjung mendapatkan timah. Enong hanya bersikap sabar dan tidak pernah

marah dengan gunjingan tersebut. Ia terus berusaha dan akhirnya ia

mendapatkan timah di dalam hutan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan.”

(PB:59)

54

Setelah ia mampu mendapatkan timah, ia menjualnya di toko. Ketika

Enong menjual timah, orang-orang di sekitarnya menatap tajam pada dirinya.

Ia merasa takut, tetapi ia berusaha tidak mempedulikannya. Keesokkan

harinya, ia mengalami kejadian mengerikan. Ia diikuti oleh orang-orang dan ia

jatuh ke jurang. Namun, ia masih hidup. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Salak anjing meraung-raung, Enong diburu seperti pelanduk. Ia

berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak

memedulikan kaki telanjangnya yang berdarah karena duri dan

pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia ia tak dapat berlari lebih

jauh karena di depannya mengadang tebing yang curam.”

(PB:72)

5) Tahap penyelesaian (Denouement)

Pada tahap ini, tokoh utama (Enong) dapat menyelesaikan atau mengatasi

masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Dalam novel Padang Bulan, tokoh

utama (Enong) setelah mendapatkan pekerjaan sebagai pendulang timah dan ia

mengalami kejadian yang mengerikan, ia tetap akan bekerja sebagai pendulang

timah. Impiannya yang dulu ingin belajar bahasa Inggris pun kini bisa tercapai.

Ia mendaftarkan diri untuk ikut kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tujuan Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang

tidak ketinggalan zaman itu.”

(PB:133)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa setelah Enong mendapatkan pekerjaan

sebagai pendulang timah dan ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, ia

memutuskan untuk melanjutkan keinginannya yang tertunda untuk belajar

55

bahasa Inggris dengan cara mendaftarkan diri ikut kursus bahasa Inggris di

kota.

Dari uraian tahapan-tahapan alur di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

Padang Bulan tergolong alur yang progresif (alur maju). Hal ini terbukti dari

peristiwa-peristiwa yang berlangsung dan terjadi tersusun secara runtut dari

awal sampai akhir yaitu dari pengenalan, pemunculan masalah, konflik

memuncak, klimaks sampai akhir atau penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut

membentuk sebuah alur. Alur dalam novel Padang Bulan membentuk sebuah

keindahan karena peristiwa-peristiwa tersebut diceritakan secara berurutan dan

terdapat peningkatan emosi tokoh dalam tiap tahapan alur. Selain itu, cerita

novel ini menimbulkan dugaan-dugaan dari pembaca terhadap kelanjutan

ceritanya. Hal itu dapat dilihat pada saat Enong akan mencari pekerjaan di

kota. Pembaca akan mengira bahwa Enong akan mendapatkan pekerjaan di

kota, tetapi ternyata Enong tidak mendapatkan pekerjaan. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang

dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar.

Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hamper

tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau

pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia

alami berkali-kali, selama berhari-hari.”

(PB:33)

d. Latar

Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata memiliki tiga latar, yaitu latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial.

56

1) Latar tempat

Banyak latar tempat yang terdapat pada novel Padang Bulan. Namun,

tidak semua latar tempat penulis sebutkan satu persatu. Peristiwa dalam novel

Padang Bulan menunjukkan tempat yang berlainan sesuai dengan perjalanan

tokoh cerita. Peristiwa dalam novel tersebut dimulai ketika tokoh Syalimah

(Ibu Enong) menunggu Zamzami pulang di rumahnya. Zamzami berjanji akan

memberikan kejutan pada keluarganya. Namun, Zamzami tak kunjung pulang.

Latar tempat di depan rumah dilihat adanya sebuah jalan setapak dan

pekarangan yang ada di depan rumah Syalimah.

“Menjelang tengah hari, sebuah mobil pikap berhenti di depan

rumah. Dua lelaki mengangkat benda yang dibungkus dengan

terpal dari bak mobil itu dan membawanya masuk ke dalam

rumah.”

(PB: 4)

Kemudian, tempat yang digunakan cerita ini adalah di tambang timah. Hal

itu dilihat adanya beberapa penambang yang sedang mendulang timah,

timbunan timah, pacul, dan berbagai alat tambang timah lainnya. Di sanalah

Ayah Enong mengalami kecelakaan saat mendulang. Ia tertimbun tanah dan

akhirnya meninggal dunia.

“Syalimah terpaku di tempatnya berdiri. Nafasnya tercekat. Ia tak

bisa berbuat apa-apa. Sirun memintanya menitipkan anak-anaknya

kepada tetangga dan mengajaknya iku ke tambang.”

(PB:7)

Setelah ayahnya meninggal dunia, Enong berhenti sekolah dan

memutuskan untuk bekerja. Ia pergi ke kota untuk mencari lowongan

pekerjaan yang bisa dilakukannya. Ia mendengar dari tetangganya bahwa di

kota terdapat banyak pekerjaan. Sebagian tetangganya bekerja di kota sebagai

57

tukang cuci, pelayan toko, buruh pabrik, dan sebagainya. Keesokkan harinya,

ia mencoba melamar pekerjaan sebagai pelayan toko. Namun, ia ditolak oleh

beberapa juragan toko karena ia masih kecil dan tidak mempunyai ijazah

sekolah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau

gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu

menyodorkan tangannya.”

(PB:37)

Akhirnya, ia pulang ke kampung. Setelah sampai di rumahnya, ia

memikirkan pekerjaan apa yang harus dilakukannya untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya. Kemudian, ia memutuskan bekerja sebagai pendulang

timah seperti Ayahnya. Setiap hari selesai sholat Subuh, ia mengemasi

peralatan yang ia gunakan untuk mendulang. Ia mencari timah di danau dan di

sungai. Ia rela berendam di danau setiap hari demi mendapatkan uang. Kutipan

di bawah ini menggambarkan bahwa tempat terjadinya cerita adalah di

bantaran danau.

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil

menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”

(PB:50)

Latar tempat yang lain dalam novel Padang Bulan ini adalah di Tanjong

Pandang. Di sanalah Enong, Ikal, dan Detektif M. Nur mencari pekerjaan dan

kursus bahasa Inggris. Enong ingin mendaftar kursus bahasa Inggris,

sedangkan Ikal dan Detekttif M. Nur mencari pekerjaan di Jakarta. Ikal dan

Detektif M. Nur menemani Enong untuk mendaftar, kemudian mereka akan

58

pergi ke pelabuhan untuk naik kapal menuju Jakarta. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Maka, berangkatlah kami ke Tanjong Pandan. Tujuanku dan

Detektif adalah ke dermaga. Karena, dari sanalah kapal Mualim

Syahbana akan bertolak menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Tujuan

Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang tidak

ketinggalan zaman itu.”

(PB:133)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar tempat yang terjadi

dalam novel Padang Bulan ini berubah sesuai dengan perkembangan peristiwa

yang terjadi. Pada latar tempat meliputi rumah, tambang timah, toko, bantaran

danau, dan Tanjong Pandan.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa dalam suatu cerita. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika

dilepaskan dari perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal dan

sebagainya yang mendukung jalannya cerita. Latar waktu dalam novel Padang

Bulan karya Andrea Hirata terdapat pada pagi hari. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil

menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”

(PB: 50)

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa peristiwa terjadi di pagi hari.

Pada waktu, itu setelah selesai sholat Subuh, Enong membantu ibunya merawat

adiknya. Ia menggendong adiknya sebelum berangkat mencari timah. setelah

membantu ibunya, Enong bersiap-siap berangkat bekerja dengan mencium

59

tangan ibunya. Penggambaran latar waktu dilihat pada saat Enong melakukan

sholat Subuh. Pada umumnya waktu untuk melakukan sholat Subuh adalah

sebelum matahari terbit. Suasana yang terlihat masih gelap, dingin, dan

terdengar suara ayam berkokok. Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar waktu

terjadi pada saat pagi hari.

“Menjelang tengah hari, sebuah mobil pikap berhenti di depan

rumah. Dua lelaki mengangkat benda yang dibungkus dengan

terpal dari bak mobil itu dan membawanya masuk ke dalam

rumah.”

(PB:4)

Kutipan di atas menggambarkan pada waktu siang hari. Menjelang tengah

hari berarti terjadi pada siang hari. Hal itu juga dilihat dengan aktifitas yang

dilakukan oleh seorang pegawai yang mengantarkan pesanan kepada

pembelinya.

“Tengah malam, aku terbangun karena mimpi yang amat buruk.

Kubuka jendela kamar. Kulihat bulan mengambang, pucat. Aku

berbalik dan melihat diriku sendiri di depan kaca.”

(PB:179)

Kutipan tersebut menjelaskan peristiwa ketika Ikal terbangun dari

tidurnya. Ia bermimpi buruk dikejar-kejar oleh raksasa. Ia kemudian membuka

jendela dan memandangi bulan. Peristiwa itu menggambarkan bahwa kejadian

itu terjadi pada malam hari. Hal itu dapat dilihat adanya bulan di langit gelap.

Bulan muncul pada saat malam hari. Selain itu, suasana yang terjadi sangat

sepi dan gelap. Di samping itu, kegiatan yang dilakukan Ikal pada waktu itu

adalah tidur. Jadi, keadaan tersebut menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi

pada malam hari.

60

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar waktu yang terjadi

pada novel Padang Bulan adalah pada waktu pagi hari, siang hari, dan malam

hari. Latar waktu pagi hari dapat dilihat ketika Enong akan berangkat bekerja.

Latar waktu siang hari dapat dilihat ketika dua orang pegawai mengantarkan

sebuah bingkisan ke rumah Enong, sedangkan latar waktu malam hari

digambarkan ketika Ikal terbangun dari tidurnya.

3) Latar sosial

Latar sosial dalam novel Padang Bulan berasal dari keluarga sederhana

yang ayahnya bekerja sebagai pendulang timah. Setelah sepeninggal ayahnya,

ia harus berhenti sekolah dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Oleh karena itu, Enong mempunyai status sosial ke bawah. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari

sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas

enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak

bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena

biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”

(PB:25)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa status sosial Enong di

masyarakat adalah status sosial ke bawah karena ia berasal dari keluarga yang

kurang mampu. Ayahnya hanyalah sebagai pendulang timah dan setelah

ayahnya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Kini dia tidak lagi

bersekolah. Penggambarannya dapat dilihat ketika Enong memutuskan untuk

berhenti sekolah. Ia berhenti sekolah karena keluarganya tidak mempunyai

uang. Untuk makan saja, keluarganya harus berhutang pada tetangga. Adik-

adiknyapun tidak masuk sekolah karena belum membayar sekolah. Ibunya

61

hanya rumah tangga biasa. Keadaan ini menggambarkan bahwa status sosial

dalam novel Padang Bulan ini berstatus sosial ke bawah.

e. Sudut pandang

Sudut pandang dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

menggunakan sudut pandang orang pertama. Berikut disajikan pendapat

Meredith Fitszgerald yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 262), sudut

pandang pesona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal dan

jangkauannya terbatasi. Dalam sudut pandang “aku”, narator hanya bersifat

maha tahu bagi diri sendiri dan tidak terhadap orang (tokoh) lain yang terlibat

dalam cerita. Kutipan berikut adalah contoh yang terdapat di dalam novel

Padang Bulan yang menunjukkan bahwa pengarang menggunakan sudut

pendang pesona pertama.

““Kulihat mereka berbincang lagi dan kuamati Zinar. Gerak-

geriknya menunjukkan sikap respek yang mengesankan pada

perempuan setengah baya di depannya sekaligus satu pesona yang

susah ditolak oleh gadis-gadis muda lainnya. Zinar tak berhenti

tersenyum. Aku menyukai senyumannya yang lebar…”

(PB:106)

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata ini menggunakan sudut pandang orang pertama atau

“akuan”. Pengarang menggunakan kata ganti “aku” dalam bercerita. Namun,

keberadaan pengarang dalam novel Padang Bulan hanya sebagai narator saja

bukan sebagai tokoh utama.

Berdasarkan analisis unsur intrinsik tampak adanya kesatuan yang utuh

antarunsur pembangun sastra pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.

Dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang ada jalinan yang erat atau

62

koherensi. Di bawah ini penulis mengurai hubungan antarunsur dalam novel

Padang Bulan.

a. Hubungan Tema dengan Alur

Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan

pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan,

pengarang harus menggunakan sebuah media, yakni pengarang harus

menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam

hubungan sebab-akibat (alur).

Tema cerita ada yang diwujudkan pada akhir cerita sebagai penegasan atau

kesimpulan cerita. Misalnya, novel Padang Bulan peristiwa dimulai dari

sepeninggal Ayah Enong yang meninggal di tambang timah, kemudian dia

harus berhenti sekolah untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Beberapa peristiwa mulai bermunculan menyertai kehidupan tokoh utama.

Permasalahan berakhir dengan kepasrahan tokoh utama dalam mengahadapi

masalah yang dihadapinya. Tema novel Padang Bulan sangat baik dan

menarik, karena mengungkapkan berbagai konflik yang terjadi antara

perjuangan perempuan untuk keluarganya dan cita-citanya. Dilihat dari urutan

peristiwanya, novel tersebut memiliki alur maju (progresif).

Jadi, tema dan alur mempunyai hubungan erat, karena alur dapat

membantu menentukan tema dan begitu sebaliknya tema dapat memberi

gambaran pada alur.

63

b. Hubungan Tema dan Tokoh

Tokoh utama (Enong) mempunyai sifat berkemauan keras, tanggung

jawab, berbakti kepada orang tua, sabar, dan pantang menyerah. Ia

memutuskan berhenti sekolah untuk bekerja demi keluarganya. Ia mencari

pekerjaan di Tanjung Padang dan dengan semangat mencari lowongan

pekerjaan. Ia pontang-panting mencari pekerjaan. Karena tak kunjung

mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia pulang ke kampung dan bekerja sebagai

pendulang timah. Setelah dapat mencari uang sendiri, ia mendaftarkan ikut

kursus bahasa Inggris untuk melanjutkan impiannya belajar bahasa Inggris.

Pemaparan mengenai tokoh utama dalam novel tersebut sesuai dengan tema

novel ini, yakni perjuangan dan pengorbanan Enong untuk keluarga dan cita-

citanya.

Tema tersebut akan sampai kepada pembaca, jika tokoh yang ditugasi

pengarang untuk menyampaikan tema sesuai dengan situasi dan kondisi tokoh

dalam novel tersebut. Pengarang memilih tokoh Enong untuk menyampaikan

temanya, karena Enong mempunyai sifat berkembang di antara tokoh-tokoh

lainnya. Hal ini dilihat dari sifat yang lemah dan pasrah dengan takdir Allah,

tetapi dengan keteguhan dan kegigihannya membuat Enong menjadi seorang

perempuan yang tanggung jawab dan pemberani. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa antara tema dengan tokoh dalam novel Padang Bulan

memiliki hubungan yang erat, yaitu saling mendukung dan melengkapi unsur

satu dengan yang lainnya.

64

c. Hubungan Tema dengan Latar

Keterkaitan antara tema dengan latar dalam novel Padang Bulan

dilatarbelakangi oleh latar tempat, waktu, dan sosial. Ketiga latar tersebut dapat

menambah kelangsungan cerita dalam novel tersebut. Latar tempat ini

menggambarkan lingkungan tempat tinggal Enong yaitu di depan rumah,

tambang timah, di Tanjong Pandan, dan danau. Latar waktu novel ini

menggambarkan kejadian atau peristiwa itu terjadi pada waktu pagi, siang, dan

malam hari. Latar sosialnya menggambarkan status kehidupan orang ke bawah.

Berdasarkan latar tempat, waktu, dan sosial di atas dapat mendukung tema

dengan baik sehingga dapat dirumuskan tema adalah perjuangan seorang

perempuan untuk keluarga dan cita-citanya. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa antara tema dengan latar cerita mempunyai hubungan yang

erat dengan peristiwa yang terjadi pada tokoh-tokohnya sehingga dapat

membentuk tema yang sesuai dengan latar cerita.

d. Hubungan Alur dengan Tokoh

Dalam novel Padang Bulan hubungan antara alur dengan tokoh ini dapat

dilihat secara jelas. Kisah-kisah dalam novel Padang Bulan mengalir dalam

alur sederhana. Akan tetapi, dibalik alur yang sederhana ada hikmah dan

pelajaran yang besar yang akan selalu didapatkan pembaca. Misalnya,

bagaimana tokoh Enong yang pantang menyerah dalam menghadapi suatu

masalah. Dia tidak putus asa terhadap gunjingan orang lain untuk dirinya. Ia

tetap berusaha keras untuk mencari timah, agar mendapatkan uang. Begitupun

65

karena ketabahannya, Enong dapat melewati masa-masa sulit itu. Ia kemudian

dapat belajar bahasa Inggris.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan

tokoh mempunyai hubungan erat. Alur cerita dalam novel Padang Bulan

memberikan kesan yang mendalam pada tokoh. Alur dapat menggambarkan

bagaimana watak tokoh dalam menghadapi masalah yang terjadi dan

sebaliknya, dengan adanya tokoh alur cerita itu menjadi berkembang. Oleh

karena itu, hubungan antara alur dengan tokoh mempunyai hubungan yang erat

dalam hal penggambaran watak tokoh.

e. Hubungan Alur dengan Latar

Hubungan antara alur dengan latar saling berkaitan. Alur akan

menceritakan suatu kejadian yang terjadi dalam suatu latar, yaitu latar tempat,

waktu, dan sosial. Latar tempat, waktu, dan sosial akan menjadi sebuah

rangkaian cerita yang membentuk suatu alur. Dalam novel Padang Bulan

menampilkan cerita keluarga seorang pendulang timah yang hidup sederhana.

Cerita itu dimulai setelah meninggalnya Ayah Enong akibat tertimbun tanah

saat mendulang timah di tambang timah. Kemudian Enong harus berhenti

sekolah dan mencari pekerjaan di kota. Namun, di kota ia tidak mendapatkan

pekerjaan dan dia bekerja sebagai pendulang timah di bantaran danau dan

sungai. Ia rela berendam di danau dan sungai setiap hari untuk mencari timah.

Ia harus melawan dinginnya air danau. Ia juga tidak takut dengan binatang

seperti buaya atau ular. Ia hanya ingin mendapatkan timah. Setelah

66

mendapatkan uang dari hasil kerjanya, ia mendaftarkan diri ikut kursus bahasa

Inggris di Tanjong Pandan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan latar

mempunyai hubungan yang erat. Alur cerita mempengaruhi perubahan latar

tempat dan waktu. Begitupun dengan latar sosial yang terdapat dalam novel ini

berkaitan dengan alur cerita.

f. Hubungan Latar dengan Tokoh

Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memerlukan tempat, waktu, dan keadaan

sosial tempat mereka melakukan atau mengalami sebuah peristiwa. Tempat,

waktu, dan keadaan sosial tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan

penokohan.

Tokoh-tokoh di dalam novel Padang Bulan berlatar belakang keluarga

pendulang timah yang hidup sederhana yang tinggal d rumah kecil.

Lingkungan tempat tinggal tidak jauh dari tambang timah. Lingkungan tersebut

mempengaruhi jalan pikiran tokoh utama, Enong. Enong yang tidak

mendapatkan pekerjaan di kota membuatnya untuk bekerja sebagai pendulang

timah, tetapi dia mendapatkan banyak gunjingan dari orang lain. Hal ini

membuat tokoh utamanya menjadi sosok yang pantang menyerah dan sabar

dalam menghadapi cobaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Padang Bulan,

latar dalam cerita mempunyai hubungan dengan tokoh dan penokohan.

Lingkungan tempat tinggal tokoh utama membentuk watak tokoh utama.

67

Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur intrinsik di atas dapat

disimpulkan bahwa unsur-unsur yang membangun dalam novel Padang Bulan

saling berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan

antarberbagai unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur

yang terjalin sangat erat dan bernilai estetik. Hal itu dapat dilihat pada salah

satu unsur yang paling menonjol dalam novel Padang Bulan ini yaitu tema.

Tema novel ini adalah perjuangan yang dilakukan tokoh Enong untuk keluarga

dan impiannya. Tema ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada

pembaca untuk mengambil hikmah dari pesan-pesan moral dari sikap dan

perbuatan tokoh-tokoh dalam novel.

2. Wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata

Wujud nilai moral yang terdapat pada novel Padang Bulan antara lain: (1)

wujud nilai moral hubungan manusia dengan dengan Tuhan, (2) wujud nilai

moral hubungan manusia dengan manusia, (3) wujud nilai moral hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan (4) wujud nilai moral hubungan manusia

dengan alam sekitar.

a. Wujud nilai moral konteks hubungan manusia dengan Tuhan

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan pada novel Padang

Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh-tokoh dalam novel ini

dengan Tuhan, wujud nilai moral yang meliputi beribadah, berdoa, bersyukur,

dan memohon ampun.

68

1) Beribadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban untuk

beribadah. Kewajiban itu dapat dilakukan dengan cara melaksanakan perintah-

Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibadah adalah perbuatan bakti kepada

Tuhan, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya. Ibadah dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai

keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individu. Tujuan

beribadah yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk mencapai kebahagiaan

dunia akhirat.

Ibadah yang dilakukan tokoh dalam novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata adalah ibadah yang dilakukan oleh tokoh Zamzami (Ayah Enong) dan

Enong. Pada tokoh Zamzami dapat dilihat ketika istrinya menghidupkan api

untuk menanggar air waktu subuh, Zamzami selalu menemaninya dengan

mengaji Al-Quran. Hal itu ia lakukan selama berbelas tahun.

“Suara suaminya mengaji Al-Quran saban subuh telah

menemaninya menghidupkan api dapur selama berbelas tahun.”

(PB:24)

Selain Zamzami, Enong sebagai anak dari Zamzami juga mengerjakan

salat. Ketika ayahnya sudah meninggal, Enong menjadi tulang punggung

keluarga. Pagi-pagi Enong sempatkan salat subuh terlebih dahulu sebelum ia

berangkat bekerja, meskipun ia harus membantu ibunya menjaga adik-adiknya.

Pada umumnya, manusia sulit sekali melakukan ibadah, mereka cenderung

69

sibuk dengan kesibukan yang mereka jalani, sehingga kegiatan ibadah tertunda

dan ditinggalkan.

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang ,dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita …”

(PB:50)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wujud nilai moral seperti

beribadah dalam novel Padang Bulan adalah mengajarkan kepada kita bahwa

dalam keadaan apapun kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka harus

melaksanakan kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Tuhan sesuai dengan

kepercayaan yang dianut. Beribadah merupakan bakti kita terhadap Tuhan agar

diberi kebaahagiaan dunia dan akhirat.

2) Berdoa

Berdoa yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

adalah permohonan (harapan, permintaan, dan pujian) kepada Tuhan yang

dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel. Manusia diciptakan dengan kelebihan

dan kelemahan. Meskipun manusia diberi kelebihan, terkadang manusia lemah

dan mempunyai kekurangan dalam memecahkan persoalan dan masalah-

masalah yang dihadapinya. Manusia berdoa untuk memohon bantuan agar bias

menyelesaikan persoalan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Doa yang

dilakukan tokoh dalam novel untuk memohon pertolongan atau meminta suatu

yang baik kepada Allah Swt. berupa riski dan keteguhan iman.

Berdoa yang dilakukan oleh Enong saat melamar pekerjaan. Dia berbaris

dengan sabar mengantri melamar pekerjaan. Ia merasa dirinya akan sangat sulit

untuk diterima bekerja karena dia mempunyai banyak kekurangan dan

70

saingannya pun banyak. Ia lalu berdoa agar dirinya dapat dipanggil dan

diterima bekerja di toko tersebut.

“Strateginya sukses, paling tidak ia disuruh masuk untuk ditanya

ini-itu. Ia melangkah bersama seribu doa...”

(PB:34)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang terkandung

adalah manusia yang sedang menghadapi sebuah masalah, ia tidak lupa untuk

berdoa kepada Tuhan agar diberi kemudahan dan keberhasilan dalam

menghadapi masalah tersebut. Dalam novel Padang Bulan berdoa dilakukan

Enong agar ia diterima bekerja sebagai pelayan toko. Ia percaya bahwa Tuhan

akan mengabulkan doanya. Ia pun berdoa dalam hati agar permohonannya

terkabulkan.

3) Bersyukur

Bersyukur yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

adalah ucapan terima kasih kepada Allah Swt. Perbuatan yang dilakukan oleh

tokoh dalam novel ini merupakan wujud perilaku tokoh untuk

mengekspresikan diri atas segala kebaikan yang telah diterimanya. Bersyukur

wajib dilakukan manusia sebagai makhluk yang beragama, agar kita tidak lupa

akan sebuah karunia, rahmat, nikmat, dan keselamatan yang telah diberikan.

Ketika A Ling berulang tahun, Ikal memberikan sebuah hadiah kepada A

Ling. Hadiah itu berupa tasbih yang terdiri dari 33 butir. Ia memberikan tasbih

kepada A Ling sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena telah memberikan

kesempatan dan waktu untuk merayakan ulang tahunnya itu. Bagi umat Islam,

71

tasbih digunakan untuk berdzikir memuji Allah atas keagunganNya. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Pada ulang tahun berikutnya, berarti waktu aku kelas 4,

kupersembahkan padanya seuntai tasbih dari biji-biji buah berang

berjumlah 33, sejumlah puji syukur umat Islam atas keagungan

Allah, yang selalu dirapalkan usai salat. Sampai jauh malam aku

memilin akar banar dan biji-biji berang itu.”

(PB:55)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral bersyukur adalah segala

kebaikan yang telah kita dapatkan, tidak semestinya kita lupa untuk bersyukur

sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas segala kebaikan

dan keselamatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

4) Memohon Ampun

Memohon ampun sama artinya dengan istighfar yang berarti memohon

ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya dan tidak ada seorang pun yang

luput dari dosa dan kesalahan. Selain berdoa untuk meminta sebuah harapan,

manusia dianjurkan untuk memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa dan

kesalahan yang telah diperbuatnya. Terkadang manusia lupa akan kesalahan-

kesalahan yang telah diperbuatnya. Hal yang terbaik adalah meminta

pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

Memohon ampun dalam novel Padang Bulan adalah permohonan ampun

yang dilakukan oleh Enong. Ketika melihat leher Ikal tercekik oleh banyak tali,

Enong sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ikal mengalami peristiwa

mengerikan itu. Ia menduga bahwa Ikal melakukan usaha bunuh diri karena

putus cinta dengan A Ling. Enong sebagai sahabat merasa bersalah karena

tidak dapat membantu temannya menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, ia

72

memohon ampun kepada Allah dengan cara beristighfar. Hal itu dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

“Astaghfirullah! Innalillahi! Boi! Boi!”

Lalu, berlari menyosongku.

“Innalillahi! Apa yang kaukerjakan itu?!”

Ia menangkap kedua kakiku dan mengangkat tubuhku. Aku

tersedak-sedak. Enong pucat dan merepet tak henti-henti

mengucapkan asma Allah.”

(PB:214)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa nilai moral memohon ampun

adalah kesadaran akan kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukan baik

disadari maupun tidak disadari. Manusia diharapkan memohon ampun kepada

Allah dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.

b. Wujud Nilai Moral Konteks Hubungan Manusia dengan Manusia

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia yang terdapat

dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan antara tokoh

yang satu dengan tokoh-tokoh lainnya meliputi sikap tolong menolong,

berbakti kepada orang tua, keakraban, kerjasama, memuji (menyanjung orang

lain), persahabatan, member semangat, persaudaraan, menasehati, dan sikap

kekeluargaan.

1) Sikap tolong-menolong

Tolong-menolong dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

menceritakan tentang sikap tolong-menolong yang dillakukan tokoh Syalimah,

Ikal, Enong, dan Detektif M. Nur. Tokoh Syalimah diceritakan membantu

orang-orang penambang menggali tanah yang telah menimbun suaminya. Ia

berusaha menggali tanah tersebut dengan menggunakan tangan. Ia terus

73

menggali timbunan tanah itu agar suaminya dapat tertolong tanpa

menghiraukan tangannya yang berdarah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik

dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang

menimbun Zamzami. Para penambang yang tak punya cangkul

menggali dengan tangannya, secepat-cepatnya. Syalimah berlari

dan bergabung dengan mereka. Ia menggali tanah dengan

tangannya sambil tersedak-sedak memanggil suaminya.”

(PB:7)

Selain itu, tokoh Ikal juga menolong Enong dalam mengerjakan tugas

membuat puisi dalam bahasa Inggris. Awalnya, Ikal tidak ingin membantu

Enong karena ia sedang bersedih karena cintanya telah hilang dan tidak baik

juga mengerjakan tugas orang lain. Namun, Ikal tidak tega melihat Enong,

akhirnya ia mau membantu Enong membuat tugas. Ia pun membantu Enong

membuat puisi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Kami mendapat tugas membuat puisi dalam bahasa Inggris, Boi,

maukah kau membantuku?”

“Aku mengangkat bahu. Dalam hatiku, tidaklah baik tugas seperti

itu dibuatkan orang lain. Enong paham maksudku.”

(PB:180)

Enong dan Detektif M. Nur juga diceritakan menolong Ikal. Mereka

menolong Ikal ketika Ikal terjerat oleh tali yang mencekik lehernya. Waktu itu

Ikal hampir saja meninggal karena kehabisan nafas, tetapi Enong dan Detektif

M. Nur datang menolongnya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong memotong tali yang masih mengikat tubuhku dan

membuka korset serta cawat Superman itu. Lalu, ia dan Detektif M.

Nur membopongku keluar gudang. Kami berjalan menuju sepeda.

74

Sebelum sampai ke sepeda, Enong mengayun-ayunkan kostum

Ortoceria itu.”

(PB:216)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai moral tolong-menolong

memberikan pelajaran pada pembaca tentang kepedulian untuk menolong

sesama, bukan untuk membiarkan atau meninggalkan begitu saja. Manusia

dalam menghadapi situasi seperti itu diharapkan mampu membantu apa saja

yang bisa dilakukan. Sikap menolong dapat meringankan pekerjaan orang lain

atau membantu orang lain dalam musibah sebagai bentuk kepedulian manusia

membantu sesama.

2) Berbakti kepada Orang tua

Anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tuanya. Orang tuanya telah

melahirkannya dan membesarkannya sehingga menjadi manusia yang

mempunyai akal dan pikiran. Berbakti kepada orang tua dapat diwujudkan

dalam berbagai macam bentuk, salah satunya dengan berbuat baik kepada

orang tuanya. Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak, bukan

hanya anak meminta hak-haknya, melainkan juga anak juga harus selalu taat

pada setiap kewajibannya kepada orang tua.

Sikap berbakti pada orang tua pada novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata adalah yang dilakukan oleh tokoh Enong, Ikal, dan Detektif M. Nur.

Enong diceritakan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Setelah

sepeninggal ayahnya, Enong menjadi tulang punggung keluarganya karena dia

anak tertua di keluarganya. Ia bekerja sebagai pendulang timah. Setelah subuh,

ia berangkat bekerja, tetapi sebelum berangkat ia membantu ibunya merawat

75

dan menjaga adik-adiknya. Sikap yang dilakukan Enong ini mencerminkan

tanda bakti anak kepada orang tua. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil

menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”

(PB:50)

Nilai moral yang diajarkan pada uraian di atas adalah kesadaran anak

membantu orang tua dalam meringankan beban orang tua. Hal ini jarang

dijumpai di dalam masa sekarang ini. Anak-anak pada masa sekarang ini

cenderung acuh tak acuh terhadap kewajibannya berbakti kepada orang tua.

Anak lebih banyak menghabiskan waktunya untu bermain daripada membantu

orang tuanya. Sikap berbakti yang terdapat dalam novel Padang Bulan ini

dapat dijadikan teladan bagi pembaca untuk berbakti kepada orang tuanya.

3) Keakraban

Keakraban dalam novel Padang Bulan dapat dilihat dari sikap tokoh-

tokohnya. Keakraban itu ditunjukkan pada kedekatan antara Enong dengan

ayahnya. Ayah Enong sangat menyayangi Enong. Ayahnya memanggil Enong

dengan panggilan Yahnong. Panggilan tersebut merupakan panggilan sayang

kepada anak tertuanya. Sikap ini mencerminkan adanya keakraban yang erat

antara orang tua dengan anaknya. Kutipan yang menggambarkan sikap

keakraban dapat dilihat di bawah ini.

“Yahnong, singkatan untuk ayah bagi anak tertua mereka, Enong.

Kebiasaan orang Melayu menyatakan sayang pada anak tertua

dengan menggabungkan nama ayah dan nama anak tertua itu.”

(PB:2)

76

Keakraban yang lain dalam novel ini adalah ketika Enong berbalas surat

dengan sahabatnya di Jawa yang bernama Minarni. Meskipun mereka tidak

pernah saling bertemu sebelumnya. Mereka saling bertukar cerita pengalaman

kehidupan masing-masing. Enong mengagumi sahabatnya itu karena dia guru

bahasa Inggris. Minarni selalu menyisipkan kata-kata bahasa Inggris dalam

suratnya karena ia tahu Enong menyukainya. Hal itu dapat dilhat pada kutipan

di bawah ini.

“Surat ini dari sahabat penaku, Minarni, di Jawa. Ada kalimat

bahasa Inggris di sini. Aku ingin sekali tahu artinya, tolonglah.”

Aku melihat surat itu. Surat yang panjang, penuh dengan kisah-

kisah yang sedih, dan kalimat-kalimat untuk saling menguatkan

antara kedua kawan pena yang terpisah jauh. Pada penutup surat

kubaca sebaris kalimat: Time Heals Every Wound.”

(PB:120)

Dari uraian di atas nilai moral yang diajarkan adalah keakraban atau

kedekatan kita dengan manusia yang lain hendaklah saling menjaga. Jangan

sampai hubungan yang awalnya baik menjadi berubah akibat kedekatan kita

yang tidak terkontrol. Nilai moral keakraban ini dapat dijadikan contoh dalam

kehidupan sehari-hari.

4) Kerja sama

Kerja sama merupakan salah satu wujud kepedulian kita terhadap sesama

untuk saling membantu. Dalam novel Padang Bulan, kerja sama dilakukan

oleh setiap tokoh-tokohnya. Misalnya, kerja sama antara Syalimah dengan

orang-orang penambang timah dalam menggali timbunan tanah yang

menimbun Zamzami, suami Syalimah. Mereka saling membantu satu sama

77

lainnya. Mereka melakukannya bersama-sama demi menyelamatkan Zamzami.

Hal itu padat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik

dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang

menimbun Zamzami. Para penambang yang tak punya cangkul

menggali dengan tangannya, secepat-cepatnya. Syalimah berlari

dan bergabung dengan mereka. Ia menggali tanah dengan

tangannya sambil tersedak-sedak memanggil suaminya.”

(PB:7)

Kerja sama lainnya dapat dilihat pada tokoh Detektif M. Nur dengan

anjingnya dalam memecahkan sebuah masalah. Detektif M.Nur mendapatkan

tugas untuk memecahkan masalah yang terjadi di warung kopi, yakni

hilangnya gigi palsu Lim Phok. Kemudian, Detektif M. Nur berinisiatif atau

bekerja sama dengan anjingnya untuk mengendus-endus mencari gigi palsu

tersebut. Peristiwa itu menggambarkan kerja sama antara Detektif M. Nur

dengan anjingnya. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini.

Lalu, Detektif membawa anjing itu ke warung kopi tempat terakhir

Lim Phok berada sebelum gigi palsunya raib. Dituntunya anjing itu

ke parit di belakang warung anjing itu mengendus-endus. Ekornya

mengibas-ngibas penuh semangat. Orang-orang di warung kopi

terpingkal-pingkal melihat tingkah Detektif dan anjing itu.”

(PB:43)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerja sama bermanfaat untuk

meringankan pekerjaan sesama. Nilai moral yang diajarkan adalah kerja sama

dalam suatu kelompok sangat diperlukan guna meringankan pekerjaan yang

dijalani. Kerja sama yang terdapat dalam novel Padang Bulan ini mengajarkan

kepada pembaca bahwa kerja sama dapat dilakukan oleh manusia dengan

binatang.

78

5) Memuji (Menyanjung Orang Lain)

Memuji dalam novel Padang Bulan merupakan salah satu sifat

menyanjung orang lain terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Memuji

dengan maksud mengagumi hasil karya orang lain atau mengagumi apa yang

telah diperbuat orang lain termasuk kegiatan yang terpuji.

Ikal yang memuji Pak Cik karena kebesaran jiwa Pak Cik melepaskan

burung punai itu kembali ke alamnya. Padahal, banyak orang lain bersusah

payah dan bekerja keras untuk menangkap burung punai itu. Sikap yang

dilakukan Ikal ini termasuk sikap memuji orang lain karena sikap positif yang

dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Bayangkan, orang lain setengah mati ingin menangkap raja

burung Punai, gagal. Pak Cik justru melepaskannya. Bukan main

agungnya jiwa Pak Cik, ni.”

(PB:76)

Sikap memuji lainnya yang terdapat dalam novel ini adalah sikap memuji

yang dilakukan Enong kepada Ikal karena kemampuan Ikal dapat

menerjemahkan kata-kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Enong sangat

mengagumi kemampuan Ikal tersebut karena Enong telah bersusah payah

mencari kata-kata bahasa Inggris itu di kamusnya untuk menerjemahkannya,

tetapi dengan mudahnya Ikal langsung dapat menerjemahkannya tanpa melihat

kamus. Hal itu dilihatkan pada kutipan di bawah ini.

“Benar, Kak, waktu akan menyembuhkan setiap luka, itulah

artinya.”

Enong senang, sekaligus sedih.

“Bukan main, Boi. Bukan main.”

(PB:120)

79

Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang diajarkan dalam hal

ini adalah sikap yang mau mengakui kelebihan orang lain, tanpa harus mencari

kejelekan dari orang lain. Nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan

dilakukan oleh Ikal dan Enong adalah sikap mengagumi kelebihan tokoh lain

dalam melakukan sesuatu. Sikap mengagumi tersebut diwujudkan dalam

bentuk ucapan.

6) Persahabatan

Persahabatan yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah

persahabatan yang terjalin antara Enong, Minarni, dan Ikal. Persahabatan

menunjukkan kesetiaan dan kedekatan satu sama lainnya. Persahabatan juga

terjalin dari kebutuhan saling menolong, menasihati, kepedulian, dan

kepercayaan satu sama lainnya. Persahabatan dalam novel Padang Bulan

ditunjukkan pada saat tokoh Enong dan Minarni menjalin pertemanan lewat

surat. Mereka bersahabat karena keduanya saling menyukai bahasa Inggris.

Dalam bersurat, mereka saling menceritakan pengalaman dan mendukung

aktivitas satu sama lainnya. Hal itu digambarkan dalam kutipan di bawah ini.

“Sejak itu Enong dan Minarni menjadi sahabat pena yang setia.

Dalam surat-suratnya, kedua perempuan itu saling bercerita

pengalaman masing-masing, susah dan senang. Enong bercerita

pada Minarni tentang kegemarannya pada bahasa Inggris.”

(PB:88)

Persahabatan juga ditunjukkan begitu kental antara Enong dengan Ikal.

Mereka mulai bersahabat sejak Enong bertemu dengan Ikal di kantor pos.

Mereka berdua saling tolong-menolong. Ketika Ikal sedang bersedih, Enonglah

80

yang dapat menghiburnya. Dia mampu membuat Ikal kembali kuat dan tegar

dalam menghadapi masalahnya.

“Lalu, datanglah Enong. Rupanya ia tahu bahwa aku telah dilipat

Zinar. Ia adalah sahabat yang baik. Ia berusaha membesarkan

hatiku. Pembicaraan kami merambat ke soal kursusnya. Matanya

bersinar menceritakan senangnya ia belajar dan lingkaran baru

perkawanannya.”

(PB:180)

Nilai moral yang terkandung di atas adalah bahwa persahabatan bukan

hanya terjalin dalam melakukan hal-hal yang menyenangkan saja, melainkan

juga persahabatan dipupuk dari rasa kepercayaan, kasih sayang, dan kepedulian

antara satu sama lainnya. Persahabatan dijunjung tinggi karena satu sama lain

tidak memikirkan diri sendiri, tetapi merasa senasib dan sepenanggungan.

7) Memberi semangat

Pemberian semangat dalam novel Padang Bulan ini merupakan upaya

memberikan motivasi untuk melangkah lebih baik. Pemberian semangat

sebagai bentuk solidaritas kepada seseorang yang ada di sekitar untuk membuat

orang tersebut kembali semangat. Pemberian semangat terkadang tidak dengan

cara memuji melainkan dengan kritikan yang dapat membangun seseorang

untuk bergerak lebih maju. Pemberian semangat ini dapat dilakukan dengan

sikap maupun ucapan yang bersifat membangun.

Pemberian semangat dalam novel Padang Bulan ini ditunjukkan oleh

tokoh Zamzami kepada anaknya Enong. Zamzami memberi semangat pada

anaknya untuk terus belajar agar cita-citanya sebagai guru bahasa Inggris dapat

81

tercapai. Ia juga membelikan Enong sebuah kamus bahasa Inggris satu miliar

sebagai tanda penyemangat dan rasa kasih sayang ayah kepada anaknya.

“Buku ini untuk anakku, Enong.

Kamus satu miliar kata.

Cukuplah untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris seperti

bu Nizam.

Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses.”

(PB:15)

Wujud pemberian semangat juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur

kepada Ikal. Detektif M. Nur mengetahui bahwa Ikal sedang bersedih karena

cintanya kepada A Ling terhalang oleh laki-laki lain. Detektif sebagai teman

dari Ikal, ia berusaha untuk menghiburnya. Ia memberikan nasehat kepadanya

agar tidak larut dalam kesedihan. Namun, Detektif M. Nur memberikan

semangat kepada Ikal dengan cara memberikan surat yang berisi nasihat-

nasihat agar tetap semangat menjalani hidup.

“Ke hadapan kawanku, Ikal …

Melalui Jose Rizal, kusampaikan betapa aku merasa bersedih atas

kesusahan yang menimpamu. Aku tahu kau merana. Aku tahu kau

tersiksa. Cinta, memang kejam tak berperi. Tapi, aku di sini,

Kawanku, siap sedia membantumu, dan aku punya informasi lebih

mendalam soal ini. Aku telah mengenal sainganmu itu. Tegakkan

badanmu, tabahkan hatimu.”

(PB:81)

Kemudian Ikal juga memberikan semangat kepada temannya, Detektif M.

Nur ketika Detektif M. Nur mengalami kegundahan atau kebimbangan

mengambil keputusan untuk kembali ke rumah atau pergi ke Jakarta. Ikal yang

mengetahui kegelisahan temannya itu memberikan semangat kepada temannya

untuk tetap pergi ke Jakarta. Ia menghibur agar Detektif M. Nur tidak

82

memikirkan ibunya karena ibunya diyakini memahami untuk masa depan

anaknya.

“Janganlah kaurisaukan ibumu. Ibumu pasti mengerti. Ini demi

masa depanmu. Langkahkan kakimu. Raih mimpi-mimpimu.

Kursuslah. Kau hharus berangkat ke Jakarta.”

(PB:144)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemberian semangat yang terdapat

dalam novel Padang Bulan merupakan pemberian semangat antara Ayah

dengan Enong dan Ikal dengan Detektif M. Nur. Pemberian semangat itu

diberikan agar dapat mewujudkan impiannya dan menjadi orang yang berguna.

8) Menasihati

Menasihati dalam novel Padang Bulan digambarkan tentang pemberian

nasihat yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih

muda, untuk meluruskan dan memberikan pemikiran yang diharapkan agar

nantinya orang yang lebih muda itu dapat mencapai suatu yang diinginkannya.

Pemberian nasihat ini dilakukan oleh Detektif M. Nur kepada Ikal yang sedang

mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan apa yang harus

dilakukannya. Detektif M. Nur memberikan nasihat, agar Ikal harus bertemu

dengan Zinar agar permasalahannya menjadi jelas. Apalagi Ikal adalah seorang

lelaki, maka ia harus bersikap pemberani dan masalahnya akan terselesaikan

dengan baik. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Detektif M. Nur menyarankan aku menemui Zinar untuk

menanyakan semuanya agar terang segala perkara. Kupikir, karena

menyangkut masa depan, saran itu cukup baik, dan paling tidak aku

masih bisa bersikap gentleman. Kata detektif kuntet itu, Zinar baru

saja membuka toko di Pasar Manggar.”

83

(PB:99)

Detektif M. Nur juga memberikan nasihat kepada Ikal agar menerima

semua keadaan yang terjadi ini dengan lapang dada. Ia mengatakan kepada Ikal

bahwa semua yang telah terjadi sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Ikal harus

menerima kenyataan bahwa A Ling telah dijodohkan pada orang lain. Detektif

M. Nur meminta Ikal untuk tetap bersemangat menghadapi kenyataan hidup

ini. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan, Boi.

Bagaimana keadaan kita sekarang, itulah yang diinginkan-Nya,”

katanya dengan khidmat sambil menatap langit-langit kantor pos.”

(PB:233)

Pemberian nasihat juga dilakukan oleh Ibu Ikal kepada Ikal. Ibu Ikal

memberikan nasihat agar Ikal kembali lagi ke rumah untuk menjenguk ayahnya

yang sakit akibat kelakuan Ikal yang tidak menyenangkan. Ikal lebih memilih

untuk mengejar cintanya kepada A Ling daripada menuruti perintah ayahnya

untuk mencari pekerjaan yang baik. Akhirnya, ia bertengkar dengan ayahnya

dan pergi dari rumah. Ayahnya jatuh sakit dan Ikal disuruh untuk pulang. Hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tengok ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahukah kau,

Bujang? Ada undang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak

kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kaupelajari

di sekolahmu itu?”

(PB:111)

Pemberian nasihat juga dilakukan oleh paman dan bibi Ikal mengenai

masalah yang dihadapinya. Mereka memberikan nasihat agar Ikal lebih

memikirkan lagi apa yang harus dilakukan. Paman dan bibinya menyuruhnya

84

untuk menuruti perintah orang tuanya agar tidak mengejar cintanya kepada

anak Tionghoa itu, tetapi untuk menyongsong masa depan dengan mencari

pekerjaan yang baik. Apalagi Ikal lulusan dari Amerika, pasti dia mendapatkan

pekerjaan yang baik dengan mudah.

“Bibi jarang bicara, dan jika bicara ia selalu berhati-hati. Ia sering

mengajarkan padaku. Waspada, Bujang. Lidah membuat dosa,

semudah parang menampas pisang.”

(PB:168)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemberian nasihat dalam novel

Padang Bulan terdapat tiga macam pemberian nasihat yaitu pemberian nasihat

orang tua kepada anaknya, paman dan bibi kepada kemenakan dan pemberian

nasihat terhadap sesama teman.

9) Kekeluargaan

Kekeluargaan dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah

hubungan kekeluargaan yang terjalin antar tokoh satu dengan tokoh lainnya.

Hubungan kekeluargaan yang terjalin adalah antara Ikal dengan Mapangi dan

pamannya. Pada hubungan kekeluargaan antara Ikal dengan Mapangi terlihat

pada saat Ikal memutuskan untuk meninggalkan rumah, ia menginap di rumah

Mapangi, teman lamanya dulu. Hal yang dilakukan Ikal itu menggambarkan

terjadinya hubungan yang baik seperti keluarga antara Ikal dengan Mapangi.

Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Genap sebulan kutinggalkan rumah. Kecewa pada Ayah.

Alasannya, sungguh absurd: cinta. Aku menumpang di rumah

Mapangi, orang bersarung kawan lamaku. Sering sepupu-sepupuku

dating diutus Ayah untuk membujukku pulang, aku bergeming.”

(PB:45)

85

Hubungan kekeluargaan yang lain juga dilakukan oleh Paman Ikal kepada

Ikal. Ketika Ikal akan berpamitan kepada pamannya bahwa ia akan pergi untuk

mencari pekerjaan di kota, pamannya memberikan sebuah koper kepadanya. Ia

memberikan koper tersebut kepada Ikal sebagai kenang-kenangan dan bentuk

penyemangat. Pamannya selama ini sangat baik dengannya. Ia selalu

membantu dan menasihati Ikal dalam menghadapi masalah. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Koper ini sengaja kubelikan untukmu di Tanjong Pandan dan

kutempeli gambar-gambar uang ini, demi membentuk mental

bisnismu.” Paman menepuk-nepuk punggungku.”

(PB:229)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan kekeluargaan

dalam novel Padang Bulan adalah kekeluargaan yang terjalin antara teman

sepermainan yang dulu sangat akrab. Kekerabatan tersebut terjalin antara Ikal

dengan Mapangi. Selain keluargaan yang disebabkan oleh pertemanan, dalam

novel Padang Bulan juga terdapat kekeluargaan yang ditimbulkan oleh

hubungan paman dengan Ikal.

c. Wujud Nilai Moral Konteks Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

Wujud nilai moral konteks hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang

terdapat pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh

dalam novel terhadap dirinya sendiri yang meliputi sikap niat baik, ramah,

prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar,

kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang menyerah,

dan berpendirian.

86

1) Niat baik

Niat baik yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah sikap yang

mempunyai maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan suatu

kebaikan kepada orang lain. Niat berasal dari hati dan semua perbuatan yang

hendak dilakukan berasal dari hati. Niat baik mempunyai tiga aspek yaitu

diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan amal

perbuatan.

Zamzami berniat memberikan hadiah kepada istrinya berupa sepeda yang

istrinya inginkan sejak dulu. Namun, Zamzami hanya baru sekarang dapat

membelikannya sebuah sepeda Sim King. Ia bekerja keras untuk dapat

membeli sepeda itu. Ada niatan baik dari Zamzami untuk membahagiakan

istrinya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sudah bertahun-tahun kauinginkan, baru bisa kubelikan sekarang,

maaf.”

(PB:2)

Niat baik juga dilakukan oleh Sirun, teman ayahnya, ketika ia datang ke

sekolah untuk menjemput Enong. Ia datang ke sekolah untuk memberitahukan

kepada Enong bahwa ayahnya telah meninggal di tambang. Namun, Sirun tak

tega untuk mengatakannya di depan teman-teman Enong. Ia menyuruh Enong

untuk ikut pulang, tetapi Enong menolak. Enong ingin Sirun mengatakannya di

kelas karena Enong masih ingin belajar bahasa Inggris. Sirun mempunyai

niatan baik untuk tidak mengatakan pada Enong karena Sirun tidak ingin

melihat Enong sedih. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini.

87

“Nanti saja, sampai di rumah, kau akan tahu. Enong bergeming. Ia

tak mau pulang. Katanya, ia sedang belajar dan ia senang pelajaran

bahasa Inggris.”

(PB:21)

Seorang Tionghoa pemilik toko juga mempunyai niatan baik pada Enong.

Niat baik itu dilakukan ketika Enong datang ke tokonya untuk melamar sebuah

pekerjaan padanya. Karena tokonya sepi dan hampir gulung tikar, maka ia

menolak Enong untuk bekerja pada dirinya. Akhirnya, ia memberikan Enong

uang sebagai tanda permintaan maaf telah menolak Enong bekerja di tokonya.

Enong menolak diberi uang tersebut, tetapi Pak tua itu memaksanya untuk

menerimanya sebagai ongkos pulang ke kampung.

“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau

gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu

menyodorkan tangannya.

“Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung.”

(PB:37)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa niat baik yang terdapat pada

novel Padang Bulan adalah beberapa tindakan seperti yang dilakukan oleh

Zamzami, Sirun, dan Pak tua itu merupakan suatu kebaikan yang patut

diteladani.

2) Ramah

Ramah berarti baik hati yang merupakan perwujudan sikap sopan terhadap

orang lain. Sikap ramah yang terdapat dalam novel ini adalah sikap ramah yang

ditunjukkan setiap tokoh. Sikap ramah itu dilakukan oleh tokoh seorang Pak

Tua Tionghoa kepada Enong. Ia adalah pemilik toko yang dikunjungi Enong

melamar pekerjaan. Pak tua itu menolak Enong bekerja di tokonya karena

88

tokonya sepi pembeli. Ia menolak Enong dengan sikap ramah, bahkan ia

memberikan uang pada Enong untuk ongkos pulang. Sikap yang dilakukan

oleh Pak Tua ini mencerminkan sikap ramah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan

di bawah ini.

“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau

gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu

menyodorkan tangannya.

“Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung.”

(PB:37)

Sikap ramah juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur. Ia seorang

detektif yang memecahkan sebuah masalah. Ia sangat humoris sehingga ia

populer di kampungnya. Ia juga terkenal dengan keramahannya. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Yang kutahu selanjutnya, sepulangku dari pengembaraan di

negeri-negeri antah-berantah, ia telah menjelma menjadi M. Nur,

seorang detektif swasta. Pembawaannya yang ramah dan humoris,

membuatnya amat populer. Ia pun melakukan penyelidikan atas

kasus rumit yang menimpa Moi Kiun.”

(PB:42)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap ramah dalam novel Padang

Bulan adalah wujud menghormati dan menghargai orang lain sebagai wujud

sopan terhadap sesama manusia.

3) Prasangka baik

Prasangka baik yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah prasangka

baik antar tokoh. Prasangka tokoh Syalimah kepada Zamzami yang

beranggapan bahwa Zamzami adalah lelaki yang baik dan mampu membuatnya

bahagia, meskipun Zamzami berasal dari keluarga miskin. Dalam hal ini,

89

prasangka baik adalah anggapan baik positif terhadap suatu yang masih

misteri. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup

bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus

selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati

yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari

keluarga pendulang timah.”

(PB:3)

Prasangka baik juga dilakukan Ikal kepada Zinar ketika Ikal mendatangi

Zinar di toko. Di sana Ikal bertemu dengan Zinar. Pada saat bertemu Zinar, Ikal

sangat tertegun dengan ketampanan Zinar dan sikap yang dilakukan Zinar. Ikal

beranggapan bahwa Zinar adalah orang yang ramah, santai, dan

menyenangkan. Anggapan itu mencerminkan prasangka baik oleh Ikal kepada

Zinar. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Kulihat mereka berbincang lagi dan kuamati Zinar. Gerak-

geriknya menunjukkan sikap respek yang mengesankan pada

perempuan setengah baya di depannya sekaligus satu pesona yang

susah ditolak oleh gadis-gadis muda lainnya. Zinar tak berhenti

tersenyum. Aku menyukai senyumannya yang lebar…”

(PB:106)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prasangka baik dalam novel

Padang Bulan adalah prasangka atau anggapan baik yang berawal dari pikiran

positif seseorang dalam menilai sikap orang lain. Nilai moral yang diajarkan

dalam aspek ini adalah agar kita berusaha berpikiran positif kepada orang lain

bukan berprasangka buruk kepada orang lain.

90

4) Berpikir Cerdas

Berpikir adalah suatu kegiatan yang menggunakan akal untuk melakukan

sesuatu. Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

dan memutuskan sesuatu (Depdiknas, 2008:872). Cerdas adalah sempurna

perkembangan akal budinya (Depdiknas, 2008:209). Jadi, berpikir cerdas

merupakan kemampuan menggunakan akal pikirannya secara bijak, cepat, dan

kritis dalam menggapai sesuatu.

Berpikir cerdas dalam novel Padang Bulan ini adalah ketika Enong sedang

melamar pekerjaan di sebuah toko yang memerlukan karyawan baru sebagai

pelayan toko. Ia telah lama berbaris untuk mengantri, tetapi ia tak kunjung

dipanggil. Tubuhnya terlihat kurus dan lemah, maka ia berinisiatif mengubah

penampilannya. Ia mengubah penampilannya dengan cara memakai baju secara

berlapis-lapis agar tubuhnya terlihat kuat dan gemuk. Ia menggunakan cara ini

agar ia dapat diterima bekerja. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Hari-hari yang ditunggunya tiba. Sebuah toko kembali membuka

lowongan. Enong siap meluncurkan strateginya. Sebelum masuk ke

dalam barisan pelamar bersama gadis-gadis yang semlohai itu, ia

menyelinap ke gang sepi di samping toko. Ia membuka tasnya,

mengeluarkan beberapa helai baju dan memakainya berlapis-lapis,

baju-baju itu sebagian baju ibunya yang kebesaran untuknya.

Maksudnya hatinya, calon majikan akan melihatnya lebih besar,

kuat, dan padat seperti perempuan lainnya, sehingga diterima

bekerja.”

(PB:34)

Selain peristiwa itu, Enong juga berpikiran cerdas ketika menemukan kata-

kata bahasa Inggris yang tidak terdapat di dalam kamusnya, ia menulis kata-

kata tersebut di kamusnya itu. Ia menulisnya agar tidak lupa. Enong melakukan

itu karena ia sangat menyukai bahasa Inggris. Enong telah berhenti sekolah,

91

maka ia mempelajari bahasa Inggris itu sendiri. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Matanya yang polos berbinar-binar. Aku terseret semangatnya. Ia

mengeluarkan pensil dari dalam tas. Di halaman buku yang kumal

tadi, di belakang kata wound, ia menulis luka. Kemudian, ia

mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya.”

(PB:120)

Berpikir cerdas juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur ketika

melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus, yaitu menemukan gigi palsu

Lim Phok yang hilang. Ia lalu berinisiatif menggunakan anjing untuk

memecahkan masalah ini. Akhirnya, ia menggunakan anjing itu untuk

mengendus-ngendus mencari gigi palsu tersebut. Gigi palsu tersebut dapat

ditemukan oleh anjing itu. Sikap yang dilakukan oleh Detektif M. Nur itu

mencerminkan sikap berpikir cerdas.

“Esoknya Detektif mendatangi seorang pemburu pelanduk dan

meminta anjingnya menciumi seperangkat gigi palsu yang ia

pinjam dari tukang gigi. Anjing pemburu pelanduk sangat hebat

dalam menciumi jejak. Aku bingung. Kutanyakan padanya, apa

yang ia lakukan? Pakai anjing segala?”

(PB:43)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir cerdas bukan hanya

menemukan ide-ide cemerlang, melainkan juga berpikir cerdas mendapatkan

ide-ide cepat tanggap sebagai pemecah jalan kebuntuan dari suau masalah.

Dalam novel Padang Bulan berpikir cerdas dilakukan oleh tokoh Enong dan

Detektif M. Nur menyelesaikan suatu masalah. Nilai moral ini dapat dijadikan

teladan bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

92

5) Sabar

Sikap sabar yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah sikap sabar

yang dimiliki oleh setiap tokoh. Banyak makna sabar yang dapat diwujudkan

ke dalam beberapa sikap, seperti sikap sabar yang dilakukan oleh Enong ketika

melamar pekerjaan. Ia telah mendaftarkan diri dan ikut berbaris mengantri

untuk dipanggil melakukan tes wawancara. Namun, setelah lama berdiri

menunggu ia tidak kunjung dipanggil namanya. Ia hanya bisa bersabar dan

mengambil hikmah dari semua kejadian itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan

di bawah ini.

“Enong tak berkecil hati. Kejadian itu memberinya pelajaran yang

berharga. Bukannya sedih karena tak dipedulikan, ia malah senang

sebab lain waktu ia tahu apa yang harus dillakukan.”

(PB:34)

Selain itu, ketika Enong menjadi pendulang timah ia menjadi bahan

gunjingan dari orang-orang di sekitarnya. Namun, ia tetap mencari timah di

danau dan di sungai. Enong terus mencari, tetapi tidak mendapatkan timah.

Para tetangga menghina dan mengolok-olok karena tidak mendapatkan timah.

Enong bersabar dan tidak pernah marah dengan gunjingan dan cercaan

tersebut. Ia terus bekerja keras dan akhirnya ia mendapatkan timah. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan…”

(PB:59)

93

Dari uraian di atas, kesabaran yang terdapat dalam novel Padang Bulan

adalah sikap sabar yang ditunjukkan oleh sikap sabar Enong dalam

menghadapi cobaan hidup yang berupa kegagalan dan penghinaan dari orang

lain kepada dirinya. Karena kesabarannya dalam menghadapi masalah, maka ia

mendapatkan suatu yang lebih baik dan menjadi kuat. Nilai moral ini dapat

dijadikan sebagai teladan bagi pembaca dalam menghadapi suatu masalah.

6) Bijaksana

Bijaksana dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap

selalu menggunakan akal dan budinya selalu arif apabila menghadapi kesulitan.

Sikap bijaksana yang dilakukan oleh Enong saat ia mencari pekerjaan di kota,

tetapi ia ditolak bekerja di sana. Uang sakunya telah habis. Akhirnya, ia

memutuskan untuk pulang ke kampung, karena tidak ada pilihan lagi. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong berusaha menolak. Orang itu memaksa. Enong

memandangi toko yang kuyu dan bapak tua Tionghoa yang tulus

itu. Sudah berhari-hari ia terlunta-lunta. Tak ada pilihan selain

pulang dan mencari pekerjaan di kampung.”

(PB:37)

Setelah kembali di kampung, ia berpikir sejenak apa yang harus

dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya, ia

memutuskan untuk meneruskan kembali pekerjaan ayahnya sebagai pendulang

timah. Ia terpaksa melakukannya karena tidak ada pilihan lagi. Ia sadar bahwa

ia tidak mempunyai ijazah dan mempunyai keterampilan apa-apa. Oleh karena

itu, ia mengambil tindakan untuk bekerja sebagai pendulang timah. Ia hanya

94

ingin mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hal

itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya

dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyinsingkan lengan baju,

turun ke bantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali

dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya

bercucuran, tubuhnya berlumur lumpur. Ia mengumpulkan

galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-

ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia

ini, telah lahir.”

(PB:49)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap bijaksana dalam novel Padang

Bulan adalah bijaksana dalam memutuskan suatu tindakan menyelesaikan

berbagai macam permasalahan yang terjadi di kehidupannya. Orang yang

bijaksana adalah orang yang dapat memaknai kehidupan ini, bersikap tenang

menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan, dan bersikap arif dalam

memutuskan sesuatu atau menyelesaikan masalah.

7) Tanggung Jawab

Tanggung jawab dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah

sikap yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam menanggung segala sesuatu yang

dilakukannya. Enong bertanggung jawab sebagai anak tertua dalam

keluarganya, ia harus bekerja membiayai kebutuhan keluarganya. Ia

memutuskan untuk berhenti sekolah karena tulang punggung keluarganya telah

meninggal dan keluarganya tidak mempunyai uang. Ibunya hanya ibu rumah

tangga biasa dan ia mempunyai tiga adik yang kecil. Akhirnya, ia harus

menanggung semuanya sebagai anak tertua dalam keluarganya. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

95

“Enong tahu, beberapa anak perempuan tetangga sesama keluarga

pendulang telah berangkat ke Tanjong Pandan untuk bekerja

sebagai penjaga toko, tukang cuci di rumah orang kaya, atau buruh

pabrik. Ia berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia bisa bekerja

seperti itu. Apa susahnya menjaga toko? Katanya.”

(PB:25)

Tanggung jawab juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur atas

pekerjaannya. Ia bertanggung jawab terhadap kliennya yang telah

mempercayainya untuk menyelesaikan masalah itu. Ia berusaha keras untuk

memecahkan kasus itu. Kasus menemukan gigi palsu Lim Phok yang hilang. Ia

juga ingin membuktikan kepada orang-orang yang telah menertawakannya

bahwa ia dapat memecahkan masalah itu. Sikap yang dilakukan Detektif M.

Nur ini mencerminkan sikap tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaan

yang dilakukannya. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.

“Keadaan bertambah rumit lantaran A. Nyim yang bawel itu

merepet sana sini. Seisi pasar tahu kejadian itu dan makin senang

menggunjingkannya. Detektif M. Nur bekerja di bawah tekanan

dan merasa bertanggung jawab moral pada kliennya, Moi kiun,

yang kian terpojok sampai tak berani ke pasar.”

(PB:42)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap tanggung jawab yang terdapat

dalam novel Padang Bulan adalah sikap rasa tanggung jawab yang wajib

dilakukan oleh manusia atas peristiwa atau kejadian yang terjadi dan sikap

tanggung jawab atas suatu kegiatan sebagai bentuk konsekuensi diri dalam

bekerja. Dalam novel Padang Bulan sikap tanggung jawab dilakukan oleh

Enong dan Detektif M. Nur. Enong harus bertanggung jawab sebagai anak

tertua di keluarganya, maka ia harus bekerja mendapatkan uang. Selain itu,

Detektif M. Nur juga bertanggung jawab atas pekerjaannya menyelesaikan

96

suatu masalah. Nilai moral tersebut dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

8) Sikap sadar

Sikap sadar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah

kesadaran diri atau sikap merasa, tahu, dan mengerti yang dimiliki oleh setiap

tokoh dalam novel. Zamzami tahu dan sadar bahwa dirinya baru sekarang

dapat membelikan istrinya sebuah hadiah. Ia mengetahui istrinya telah lama

menginginkan hadiah itu, tetapi Zamzami tidak mempunyai uang untuk

membelikannya. Sikap sadarnya itu, ia lakukan dengan membeli sepeda itu dan

meminta maaf pada istrinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Sudah bertahun-tahun kauinginkan, baru bisa kubelikan sekarang,

maaf.”

(PB:2)

Sebaliknya, Syalimah juga mempunyai sikap sadar. Ia sadar apabila

Zamzami berasal dari keluarga miskin, maka ia tahu resiko yang akan

dialaminya apabila menikah dengan Zamzami. Ia tidak meminta dibelikan

sesuatu pada Zamzami. Ia hanya ingin hidup bahagia saja dengan Zamzami,

meskipun tidak mempunyai apa-apa. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup

bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus

selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati

yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari

keluarga pendulang timah.”

(PB:3)

97

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sadar yang terdapat

dalam novel Padang Bulan adalah sikap sadar yang dimiliki oleh tokoh

Zamzami dan Syalimah. Sikap sadar yang dimiliki keduanya adalah sikap

sadar mengakui kesalahan dan menyesal karena baru sekarng Zamzami dapat

membelikan istrinya hadiah dan sikap sadar atas risiko yang menjadi

pilihannya memilih pasangan hidup.

9) Kasih Sayang

Kasih sayang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

adalah ungkapan perasaan sayang kepada orang lain. Kasih sayang yang

dilakukan oleh Zamzami kepada anaknya, Enong. Bentuk kasih sayang yang

diwujudkan dengan memberikan hadiah berupa kamus bahasa Inggris kepada

Enong. Zamzami mengetahui bahwa Enong sangat menyukai bahasa Inggris

dan menginginkan kamus bahasa Inggris. Oleh karena itu, Zamzami

membelikan Enong kamus sebagai ungkapan rasa kasih sayangnya kepada

anaknya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Mulai sekarang, jangan kau cemas lagi, Nong, Ayah akan belikan

kamus untukmu. Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata!”

(PB:12)

Bentuk kasih sayang juga dilakukan oleh Ikal kepada A Ling, orang yang

dicintainya. Ikal sangat menyukai A Ling dari dulu sejak SD. A Ling

merupakan cinta pertama Ikal. Setiap perayaan ulang tahun A Ling, Ikal selalu

memberikan hadiah kepada A Ling. Pada perayaan ulang tahun A Ling, Ikal

memberikan kejutan kepada A Ling berupa burung-burung punai. Ikal

mengetahui bahwa A Ling sangat menyukai burung punai. Berbagai cara Ikal

98

lakukan untuk mendapatkan burung punai. Ia pun rela berkorban apa saja untuk

membahagiakan A Ling. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Pada hari ulang tahun A Ling, subuh-subuh, aku dan Detektif M.

Nur menyelinap dan naik ke dahan tertinggi pohon kecapi di

pekarangan rumahnya untuk menenggerkan pekatik itu. Seutas tali

rami yang tersambung ke dahan itu kami sembunyikan di pokok

pohon.”

(PB: 67)

Selain itu, Ikal juga sering mengirimkan lagu kepada A Ling melalui radio.

Ia mengirimkan lagu kesukaan A Ling. Setiap sore ia lakukan demi cintanya

kepada A Ling. Setelah lagu itu diputar, Ikal pergi ke rumah A Ling untuk

menanyakan apakah A Ling mendengarkan lagu yang dikirimnya atau tidak.

Sikap yang dilakukan oleh Ikal kepada A Ling merupakan sikap kasih sayang

terhadap orang yang disayanginya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

“Jika sore, aku minta penyiar Radio AM Suara Pengejawantahan

untuk memutar lagu pesananku. Lalu, aku bersepeda pontang-

panting ke Numpang Miskin, hanya untuk menanyakan pada A

Ling apakah ia mendengar lagu yang baru saja kukirim untuknya”

(PB:78)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasih sayang yang terdapat

dalam novel Padang Bulan adalah kasih sayang seorang ayah kepada anaknya

dan seorang laki-laki kepada perempuan yang disayangi diwujudkan dengan

memberikan hadiah yang diinginkan oleh orang terkasihnya itu. Sikap itu

dilakukan oleh tokoh Zamzami kepada Enong dan Ikal kepada A Ling. Wujud

nilai moral tersebut memberikan contoh bahwa sikap kasih sayang dapat

dilakukan pada siapa saja.

99

10) Instropeksi Diri

Instropeksi diri dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah

sikap mengoreksi diri yang dilakukan oleh tokoh dalam novel. Sirun dan

Zamzami yang mengoreksi dirinya sendiri bahwa mereka tak mampu untuk

berbicara bahasa Inggris. Mereka mengakui berbicara bahasa Indonesia saja

tidak lancer apalagi berbicara dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Kita-kita ini, Run, bahasa Indonesia pun tak lancar”

“Bahasa dari Barat? Bukan main, Bang, bukan main”

(PB:11)

Tokoh Zamzami juga melakukan instropeksi diri. Dia bermaksud untuk

memberikan kamus bahasa Inggris untuk Enong sebagai hadiah darinya.

Namun, Zamzami hanya mempunyai sedikit uang. Uangnya hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya, Zamzami mengurungkan

niatnya untuk membeli kamus tersebut, kemudian memutuskan untuk

menabung terlebih dahulu.

“Tak apalah, berarti aku masih harus menabung. Bukan begitu,

Run?”

(PB:13)

Sikap intropeksi diri juga dilakukan oleh Enong ketika melamar pekerjaan

sebagai pelayan toko. Di sana Enong melihat banyak orang melamar pekerjaan

itu. Para pesaingnya mempunyai ijazah, sedangkan dia tidak mempunyai

ijazah. Dia berhenti sekolah di kelas enam SD. Dirinya juga terlihat kurus

dibandingkan orang lain. Dia tidak mempunyai keterampilan apa-apa.

100

“Enong sadar bahwa ia tak tampak cukup kuat untuk menjual

tenaga dan tak berwajah cukup menarik untuk menjadi penjaga

toko. Ia maklum pula bahwa ia tak punya selembar pun ijazah. Ia

melemun, seandainya ayahnya meninggal tidak bulan lalu, tapi

empat bulan setelahnya, setidaknya ia akan punya ijazah SD.”

(PB:34)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intropeksi diri yang terdapat

di dalam novel Padang Bulan adalah Sirun, Zamzami, dan Enong

mengevaluasi diri mengenai kekurangan masing-masing. Sikap intropeksi diri

dalam novel Padang Bulan memberikan ajaran bahwa dengan mengintropeksi

diri, maka manusia dapat mengetahui kekurangannya. Dengan mengetahui

kekurangan manusia dapat memperbaikinya dan menutupinya dengan

kelebihan. Jadi, wujud nilai moral intropeksi diri dapat dijadikan sebagai

teladan bagi pembaca.

11) Sikap Bijak

Sikap bijak dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap

tenang dan kritis menghadapi situasi yang dihadapi oleh setiap tokoh. Enong

bersikap bijak terhadap kejadian yang dialaminya di kota. Enong berusaha

keras mencari pekerjaan di kota. Pekerjaan sebagai tukang cuci, buruh, dan

pelayan toko ia lakukan, tetapi hasilnya yang didapat hanyalah sebuah

penolakan dari berbagai juragan. Uangnya telah habis untuk bertahan hidup di

kota. Tidak ada pilihan lagi selain kembali ke kampungnya. Ia memutuskan

untuk pulang dan mencari pekerjaan di kampungnya. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Enong berusaha menolak. Orang itu memaksa. Enong

memandangi toko yang kuyu dan bapak tua Tionghoa yang tulus

101

itu. Sudah berhari-hari ia terlunta-lunta. Tak ada pilihan selain

pulang dan mencari pekerjaan di kampung.”

(PB:37)

Setelah berada di kampungnya, ia memutuskan untuk bekerja sebagai

pendulang timah. Hal tersebut ia lakukan karena tidak ada pilihan lain lagi. Ia

tidak mempunyai keterampilan selain mendulang. Setiap hari ia mencari timah

di danau dan di sungai, tetapi tidak pernah mendapatkan timah. Ia menjadi

bahan gunjiangan dari orang-orang di sekitarnya karena tidak mendapatkan

timah. Enong terus bekerja da tidak pernah menyerah begitu saja. Ia tidak

mempedulikan gunjingan dan makian tersebut. Akhirnya, dengan kerja keras

yang ia lakukan, ia mendapatkan timah. Sikap yang dilakukan Enong ini

menunjukkan sikap bijak dalam menyikapi suatu permasalahan. Hal itu dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan…”

(PB:59)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap bijak yang terdapat dalam

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap bijak yang ditunjukkan

oleh Enong dalam menyikapi suatu permasalahan. Sikap bijak yang

ditunjukkan itu berupa tindakan menghadapi suatu permasalahan itu dengan

tabah. Jadi, wujud nilai moral sikap bijak dapat dijadikan sebagai teladan bagi

pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

102

12) Rela berkorban

Rela berkorban yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata adalah sikap Zamzami yang bersedia bekerja keras untuk

mengumpulkan uang. Ia ingin membelikan Enong sebuah kamus bahasa

Inggris. Selain bekerja sebagai pendulang, ia juga berjualan air nira setiap ada

pertunjukan orkes Melayu. Akhir pekan ia gunakan untuk mencari kerang dan

berjualan tebu. Zamzami melakukan itu untuk membahagiakan anaknya. Ia rela

bekerja setiap hari. Pengorbanan ayah kepada anaknya ini dapat dijadikan

teladan bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ia bekerja lebih keras di ladang tambang dan menambah

penghasilan dengan berjualan air nira setiap ada pertunjukkan orkes

Melayu. Hari Sabtu ia ke laut mencari kerang untuk dijual di pasar

ikan. Hari Minggu ia berjualan tebu yang ditusuk dengan lidi.

Setelah berbulan-bulan seperti itu dan memfokuskan pikirannya

hanya untuk membeli kamus bahasa Inggris untuk anaknya,

akhirnya Zamzami punya uang lebih.”

(PB:11)

Sikap rela berkorban juga dilakukan Enong yang rela berhenti sekolah

untuk bekerja membiayai kebutuhan keluarganya. Kesediaan Enong yang

berhenti sekolah tidak sebanding dengan melihat keluarganya harus kelaparan.

Ia rela berkorban melakukan apa saja, asalkan keluarganya dapat tercukupi. Ia

merelakan impiannya berhenti belajar bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari

sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas

enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak

bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena

biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”

(PB:25)

103

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, sikap rela berkorban dalam novel

Padang Bulan adalah sikap mau berkorban demi orang-orang yang

disayanginya. Sikap rela bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikan

hadiah kepada anaknya dan sikap rela berkorban berhenti sekolah untuk

bekerja membiayai kebutuhan keluarganya.

13) Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan upaya keras untuk terus berusaha mencapai

sesuatu. Pantang menyerah dilakukan seseorang apabila mempunyai misi atau

tujuan tertentu guna mendapatkan yang diinginkan. Sikap pantang menyerah

dalam novel ini adalah sikap yang dimiliki oleh Enong yang berusaha keras

mencari pekerjaan meskipun ia sudah berkali-kali ditolak oleh beberapa

juragan. Sifat pantang menyerahnya membuat dirinya terus berusaha dan

mencobanya lagi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”

(PB:36)

Sikap pantang menyerah juga dilakukan oleh Ikal dalam hal berusaha

untuk meninggikan badan. Ia membeli sebuah alat peninggi badan. Ketika

mencobanya, ia berusaha untuk meletakkan dagu di atas penompang. Namun,

Ikal tidak menggapainya, ia terus berusaha keras untuk meraihnya, tetapi selalu

gagal. Sikap yang dilakukan oleh Ikal ini mencerminkan sikap pantang

menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Hal itu seperti pada

kutipan di bawah ini.

104

“Maka, aku berjinjit, namun sial, masih kurang beberapa millimeter

saja. Aku berjinjit lagi sampai sakit ujung-ujung jari kakiku. Masih

kurang sedikit lagi, sangat sedikit. Setelah mencoba beberapa kali

dan gagal terus, akhirnya aku marah. Kukerahkan seluruh

tenagaku, aku berjinjit lagi dan gagal lagi.”

(PB:213)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap pantang menyerah adalah

usaha keras yang dilakukan Enong dan Ikal untuk terus berusaha mencoba

hingga apa yang diinginkan tercapai. Sikap pantang menyerah sangat baik

untuk dilakukan dalam hal mencapai sesuatu yang diinginkan. Wujud nilai

moral ini dapat memberikan contoh kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

14) Berpendirian

Berpendirian berarti mempunyai prinsip hidup dalam menyikapi suatu

keadaan. Pendirian tokoh Enong adalah prinsip tegas untuk mencoba daripada

tidak melakukan apa-apa. Pendirian Enong yang giat dan terus berusaha agar

mendapatkan timah, meskipun banyak orang yang meremehkannya. Ia terus

berusaha keras mencari timah. Ia tidak menghiraukan hal yang membuatnya

lemah. Ia memahami sebuah kegagalan dalam bekerja bukanlah suatu yang

bernilai negatif daripada diam tidak melakukan apapun. Hal itu seperti

dikemukakan dalam kutipan di bawah ini.

“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,

lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak

mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke

sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak

makan…”

(PB:59)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpendirian dalam novel

Padang Bulan adalah sikap berpegan teguh pada diri sendiri. Pendirian dari

105

seorang anak perempuan bernama Enong yang giat dan terus berusaha

mendapatkan timah dan ingin membuktikan pada orang lain bahwa dirinya

mampu.

d. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar dalam novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah merupakan wujud kepedulian

manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Wujud nilai moral yang terdapat pada

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sayang binatang dan memuji

keindahan alam.

1) Sayang Binatang

Dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sikap sayang binatang

adalah perpaduan perasaan suka dan cinta terhadap makhluk yang lain

(binatang), dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti memuji, kagum

dan sebagainya. Tokoh Ikal yang membebaskan burung punai itu ke alamnya,

meskipun ia sangat mengagumi burung punai itu. Sikap yang dilakukan oleh

Ikal ini menunjukkan bahwa ia sangat menyayangi burung itu karena ia ingin

melihat burung itu hidup bebas di alamnya. Bentuk rasa sayang yang

diwujudkan ini berbeda dari yang lainnya. Orang menyayangi binatang

kesayangannya dengan merawat dan memelihara binatang itu dengan baik,

tetapi Ikal lebih suka melepaskan binatang itu hidup bebas. Hal itu dapat

dikemukakan pada kutipan di bawah ini.

“Kuangkat tanganku dan kutunjukkan sang baginda kepada

matahari. Aku merasa terhormat dapat membebaskannya.

106

Kulontarkan sang raja ke udara. Ia terbang dengan gagah

membentuk putaran kecil mengelilingi rumah pemburu, terus

berputar, semakin lama putarannya makin besar, kemudian ia

melesat ke utara menuju rakyatknya. Sang raja telah bebah

merdeka.”

(PB:77)

Sikap sayang pada binatang juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur

yang menyayangi burung kesayangannya, Jose Rizal. Bentuk kasih sayang

yang dilakukan Detektif M. Nur pada burungnya dengan cara membelai-belai

dan menciumi burung kesayangannya itu. Ia menganggap burung itu sepert

teman. Sesekali ia mengajak burung itu bersiul. Sikap yang dilakukan Detektif

M. Nur ini menunjukkan rasa sayang kepada binatang peliharaannya. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ketika aku datang, ia tengah mengelus-elus tembolok Jose Rizal.

Burung itu senang tak terbilang dibelai tuannya. Sesekali ia

mencium kepala Jose Rizal sambil berkelakar dengan burung itu

layaknya dengan manusia. Mereka ngobrol tentang sebuah film

India.”

(PB:90)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa sayang binatang dalam

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini adalah rasa kepedulian tokoh Ikal

menyayangi binatang dengan cara melepaskan burung itu hidup di alamnya

sendiri dan sikap sayang tokoh Detektif M. Nur dalam menyayangi Jose Rizal

dengan cara mengelus-elus dan menciumi burung itu.

2) Memuji keindahan alam

Memuji merupakan sanjungan terhadap sesuatu yang dikagumi,

kekaguman yang diungkapkan melalui pujian sebagai perasaan takjub akan

suatu keindahan yang dilihatnya. Dalam novel Padang Bulan karya Andrea

107

Hirata memuji keindahan alam adalah sanjungan terhadap alam yang

diungkapkan oleh tokoh dalam novel terhadap alam di sekitarnya. Ikal memuji

keindahan sinar matahari yang mengenai bulu burung Punai. Ungkapan dengan

pujian keindahan yang dilihatnya, cerminan kekaguman Ikal terhadap

keindahan alam. Ia sangat takjub dengan keindahan pemandangan yang

dilihatnya itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ribuan burung yang cantik itu hanya diam seperti takzim di

bawah daulat raja mereka. Sinar matahari menyirami bulu mereka,

memantulkan warna hijau yang berkilauan. Sungguh sebuah

pemandangan yang takkan gampang kulupakan.”

(PB:69)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan memuji keindahan alam yang

terdapat dalam novel Padang Bulan adalah ungkapan dengan pujian terhadap

keindahan alam yang diungkapkan oleh tokoh Ikal dalam memuji keindahan

pemandangan sinar matahari itu.

Selain terdapat nilai-nilai moral yang bersifat positif, dalam novel Padang

Bulan karya Andrea Hirata beberapa nilai-nilai moral yang bersifat negatif.

Kutipan-kutipan di bawah ini yang mengandung nilai-nilai moral yang bersifat

negatif.

1) Tidak mematuhi perintah orang tua

Tidak mematuhi perintah orang tua dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata adalah perilaku yang dilakukan oleh tokoh Ikal. Ikal tidak

mematuhi perintah orang tuanya untuk pergi ke Jakarta mencari pekerjaan,

tetapi memilih untuk mengejar perempuan yang dicintainya. Perilaku ini

108

mempunyai kesan bahwa Ikal adalah anak pembakang dan tidak berbakti

kepada orang tua. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tengok Ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahukah kau,

Bujang? Ada udang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak

kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kaupelajari

di sekolahmu itu!”

Ibu mengepal-ngepalkan sirih di tangannya.

“Sampai bersayap mulutku bicara, cari kerja sana! Melamar jadi

pegawai pemerintah. Pakai baju dinas, banyak lambang di

pundakny, aih, gagahnya, dapat pengsiun pula!”

(PB:111)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap tidak mematuhi perintah orang

tua pada novel Padang Bulan adalah sikap tidak berbakti yang dilakukan oleh

Ikal kepada orang tuanya. Orang tuanya menyuruh Ikal untuk mencari

pekerjaan di kota karena Ikal lulusan perguruan tinggi di luar negeri. Orang

tuanya tidak menginginkan Ikal terus mengejar cintanya.

Namun, Ia menentang perintah orang tuanya dan bermusuhan dengan

ayahnya. Ia lebih memilih untuk mengejar cintanya kepada perempuan yang

disayanginya. Akibat kelakuan Ikal ini, ayahnya jatuh sakit. Jadi, sikap tidak

mematuhi perintah orang tua yang dilakukan Ikal adalah sikap yang tidak patut

untuk ditiru. Di bawah ini di sajikan kutipan yang sesuai dengan hal itu.

“Rupanya cinta pada A Ling yang akut itu tak hanya membuatku

buta, tapi juga bebal….”

(PB:113)

2) Megejek orang lain

Mengejek orang lain yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata adalah sikap mengejek yang dilakukan oleh tokoh A Nyim

kepada Lim Phok ketika gigi palsu Lim Phok ditemukan. Istrinya mengejek

109

Lim Phok karena suaminya itu lebih menyayangi gigi palsunya daripada

istrinya sendiri. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ni, rasakan itu! Mulut anjing kampung lagi!” letupnya berkali-kali

sambil tertawa riang.”

(PB:44)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap mengejek dalam novel

Padang Bulan adalah sikap yang dilakukan oleh A Nyim kepada suaminya

Lim Phok karena suaminya yang lebih menyayangi gigi palsunya daripada

dirinya.

Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan melalui susunan

cerita. Untuk menemukan moral yang terdapat dalam novel itu bukanlah hal

yang mudah, karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis

mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel ini. Analisis tersebut

mempermudah siswa untuk menemukan nilai-nilai moral yang terdapat pada

novel tersebut. Pengarang dalam menyampaikan nilai moral tidak selalu secara

langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu menceritakan kehidupan

yang baik, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kejenuhan dan

memberikan kesan menggurui atau lebih tepatnya untuk kepentingan

keindahan sehingga dengan hadirnya nilai-nilai moral yang terkandung dalam

karya sastra dapat dijadikan sebagai pendidikan moral bagi siswa.

110

3. Kesesuaian Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

sebagai Bahan Pembelajaran di kelas XI SMA

Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang dilakukan antara

pendidik dan peserta didik dalam suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Pembelajaran sastra sangat perlu diajarkan di sekolah,

karena dapat membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan

pengetahuan dan dapat mengembangkan cipta dan rasa serta menunjang

pembentukan kepribadian siswa dalam mengapresiasikan karya sastra dan

mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal (imajinasi), serta kepekaan

terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pembelajaran prosa dengan materi novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata di sekolah, khususnya di kelas XI SMA hampir sama dengan

pembelajaran jenis prosa lainnya, yaitu menemukan unsur-unsur pembangun

yang terdapat dalam karya sastra meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Pembelajaran sastra ini difokuskan pada nilai moral dalam novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata, tetapi terlebih dahulu membahas unsur intrinsik yang

terdapat dalam novel tersebut.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan umum pembelajaran sastra di kelas XI SMA adalah siswa mampu

menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk

pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan dan kemampuan

berbahasa. Tujuan pembelajaran sastra yang ingin dicapai dalam pembelajaran

sastra ini disesuaikan dengan silabus.

111

1) Standar kompetensi

Standar kompetensi yang dicapai adalah memahami berbagai novel

Indonesia/ terjemahan. Novel yang akan digunakan dalam pembelajaran sastra

ini sesuai dengan standar kompetensi yakni novel Indonesia yang berjudul

Padang Bulan karya Andrea Hirata.

2) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra ini adalah menganalisis

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Hal itu sesuai

dengan yang diteliti oleh penulis yaitu menganalisis unsur intrinsik dalam

novel Padang Bulan yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang.

Kemudian nilai moral yang penulis analisis, juga merupakan unsur ekstrinsik

pada novel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis penulis dengan

kompetensi dasar sesuai untuk pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

3) Indikator

Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sastra ini ialah

menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia. Sesuai dengan

indikator yang ingin dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar,

pembelajaran sastra dengan materi novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsiknya dilanjutkan dengan

menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut.

Pembelajaran novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bertujuan

melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai

112

moral yang terdapat dalam novel tersebut. Selain itu, sesuai dengan indikator

yang ingin dicapai dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik dalam

menemukan unsur intrinsik dan nilai moral yang ada dalam novel serta

mengambil nilai-nilai yang baik untuk dijadikan sebagai teladan.

Contoh nilai moral yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi peserta didik

sebagai berikut.

“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,

dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-

adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil

menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”

(PB:50)

Kutipan di atas menggambarkan nilai moral dapat dijadikan sebagai

teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Sikap

berbakti kepada orang tua yang harus dilakukan oleh anak karena mereka yang

telah melahirkan dan membesarkan kita. Sesuai dengan kutipan di atas, novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata sesuai dengan indikator yang akan dicapai

pada pembelajaran sastra ini.

b. Bahan Pembelajaran Sastra

Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra. Pemilihan novel Padang Bulan sebagai bahan

pembelajaran sastra di kelas XI SMA dapat dilihat dari segi yaitu segi bahasa,

segi psikologi, dan latar belakang budaya.

113

1) Segi Bahasa

Novel sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA, novel tersebut

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Dari segi bahasa,

novel Padang Bulan disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

sederhana sehingga mudah dipahami oleh peserta didik, hanya saja dalam

novel tersebut terdapat kata-kata yang menggunakan bahasa Inggris. Namun,

kata-kata bahasa Inggris dalam novel Padang Bulan itu selanjutnya diartikan

oleh pengarang sendiri, sehingga mempermudah siswa untuk memahami isi

novel tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Pada penutup surat kubaca sebaris kalimat: Time Heals Every

Wound.

Apa artinya, Boi?

Ini kalimat yang bagus, Kak. Artinya, waktu akan menyembuhkan

setiap luka”

(PB:120)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam novel tersebut terdapat bahasa

Inggris, tetapi kosakata yang digunakan tersebut dijelaskan oleh pengarang itu

sendiri. Misalnya kata wound, freedom, time dalam novel itu diterjemahkan

oleh pengarang itu sendiri melalui dialog antar tokoh. Pemunculan kosakata

baru dalam novel menambah pembedaharaan kosakata baru bagi siswa.

Keberadaan kata-kata bahasa Inggris dalam novel Padang Bulan ini menambah

keberagaman bahasa yang berguna untuk menarik para pembaca. Kata-kata

tersebut juga tidak menganggu pembaca dalam memahami isi cerita novel

tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Padang Bula karya

114

Andrea Hirata dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI

SMA karena novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

2) Segi Psikologis

Bahan pembelajaran sastra hendaknya memperhatikan tahap-tahap

perkembangan psikologi peserta didik. Tahap perkembangan psikologi ini

sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir dan kemungkinan

pemahaman dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, bahan pembelajaran

prosa melalui novel Padang Bulan sudah dapat diterima kehadirannya pada

usia anak kelas XI SMA.

Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA mengandung permasalahan hidup dan persoalan nilai-

nilai kehidupan. Siswa dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan

mencari penyelesaian tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam

novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, misalnya Enong sebagai tokoh

utama dalam novel mempunyai kontribusi yang penting dalam cerita,

permasalahan-permasalahan dalam cerita tokoh Enong mempunyai sikap yang

baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Setelah

ayahnya meninggal, Enong harus berhenti sekolah. Ia harus bekerja untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya, karena ia anak tertua. Namun, ia tidak

patah semangat dalam mengejar impiannya untuk belajar bahasa Inggris. Pada

waktu senggang disela-sela bekerja, ia sempatkan untuk membaca dan

mempelajari kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Hal itu sesuai

dengan kutipan di bawah ini.

115

“Jika lelah, ia membuka lagi Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar

Kata peninggalan ayahnya itu. Aneh, kamus itu selalu mampu

meledakkan semangatnya. Ia sering menandai kata yang sangat

asing baginya, yang belum pernah diajarkan Bu Nizam, misalnya

sacrifice, honesty, dan freedom.”

(PB:59)

Enong tidak pernah menyerah dalam keinginannya untuk belajar bahasa

Inggris. Berbagai cara ia lakukan dengan kebiasaannya di waktu senggang

bekerja, ia sempatkan untuk membaca kamus bahasa Inggris. Kemudian ia

mengumpulkan katalog-katalog yang berisi kata-kata inggris sehingga kosakata

bahasa Inggrisnya bertambah. Ia pun berusaha untuk menerjemahkan katalog-

katalog tersebut. Kebiasaannya ini membuat Enong lebih pandai menggunakan

bahasa Inggris sampai akhirnya ia dapat mengikuti kursus bahasa Inggris. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Jika ia menemukan sebuah kata Inggris yang baru, pasti ditulisnya

di dalam buku itu. Buku itu sudah semacam kamus yang berisi

bermacam-macam kata Inggris, dan sering menjadi bahan

tertawaan sesama para pendulang.”

(PB:88)

Berdasarkan uraian di atas, siswa dapat memberikan rasa empati dalam

setiap permasalahan dalam novel itu, sehingga siswa menemukan falsafah yang

dipetik dalam cerita, keberagaman unsur yang terdapat dalam novel dapat

memberikan pengaruh khusus terutama aspek psikologis pembacanya dan

dapat dijadikan gambaran jika suatu saat mengalami permasalahan yang

serupa. Tingkat perkembangan jiwa siswa dapat mempengaruhi proses belajar

bagi siswa di kelas. Melalui tahap realistik yang dialami siswa, peserta didik

dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan mencari penyelesaian

116

tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata ini.

3) Segi Latar Belakang Budaya

Para siswa akan mudah tertarik pada karya sastra dengan latar belakang

yang erat hubungannya dengan latar belakang yang berasal dari lingkungannya.

Seorang guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswanya sehingga

dapat menyajikan sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar

jangkauan pembayangan yang dimiliki oleh siswa. Novel Padang Bulan

menghadirkan cerita dengan latar belakang di Indonesia, lebih tepatnya di

Belitong. Selain itu, latar belakang cerita dalam novel ini sejajar dengan latar

belakang kehidupan peserta didik yaitu sebagai seorang anak dalam taraf

belajar yang berjuang keras menggapai cita-citanya.

Konflik yang ditampilkan dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari yang berlatar budaya di Indonesia dengan masalah-masalah

kehidupan yang sering terlihat pada umumnya. Novel Padang Bulan karya

Andrea Hirata menghadirkan cerita yang di dalamnya terdapat nilai moral yang

sangat kental sehingga peserta didik diharapkan dapat mencontoh nilai-nilai

moral yang dapat dijadikan teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Salah satu contohnya ialah perjuangan tokoh Enong dalam mengejar

impiannya untuk belajar bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada sikap dan

perbuatan Enong yang mencerminkan nilai moral yaitu berpikir cerdas dan

pantang menyerah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Matanya yang polos berbinar-binar. Aku terseret semangatnya. Ia

mengeluarkan pensil dari dalam tas. Di halaman buku yang kumal

117

tadi, di belakang kata wound, ia menulis luka. Kemudian, ia

mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya.”

(PB:120)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Enong berpikiran cerdas dan pantang

menyerah dalam mengejar impiannya belajar bahasa Inggris seperti siswa

lainnya. Hal itu dapat dilihat ketika Enong menemukan kata-kata bahasa

Inggris yang tidak terdapat di dalam kamusnya, ia menulis kata-kata tersebut di

kamusnya itu. Ia menulisnya agar tidak lupa. Enong melakukan itu karena ia

sangat menyukai bahasa Inggris. Enong telah berhenti sekolah, maka ia

mempelajari bahasa Inggris itu sendiri.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA

karena latar belakang budaya novel tersebut berasal dari budaya bangsa sendiri

dan sesuai dengan latar belakang budaya siswa sebagai seorang peserta didik.

c. Sumber Belajar

Pada kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari

guru saja. Namun, buku pelajaran juga dapat sebagai sumber belajar. Pelajaran

akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil

belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat.

Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra (novel), pribadi

guru, dan buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hasil karya sastra

misalnya novel, siswa dapat secara langsung mengidentifikasi novel secara

keseluruhan, baik unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel yang dianalisis

diutamakan novel yang mempunyai nilai estetik (keindahan) artinya novel

118

tersebut adalah novel sastra. Adapun novel yang dianalisis adalah novel

Padang Bulan karya Andrea Hirata.

119

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan menyajikan pokok temuan

penelitian sebagai penjawab masalah yang dirumuskan sebelumnya. Saran

memuat usulan peneliti terhadap pembaca, khususnya pihak yang diandaikan

dapat memanfaatkan temuan penelitian ini.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Padang

Bulan karya Andrea Hirata sebagaimana telah disajikan dalam bab IV, dapat

ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian

sebagai berikut ini.

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

meliputi lima unsur, yaitu (a) tema dalam novel ini adalah perjuangan dan

pengorbanan seorang perempuan berusia 14 tahun untuk keluarga dan cita-

citanya, (b) tokoh dalam novel ini dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan

tokoh tambahan. Tokoh utamanya adalah Enong dan tokoh tambahannya,

adalah Ikal, Detektif M. Nur, Syalimah (Ibu Enong), dan Zamzami (Ayah

Enong), (c) alur yang digunakan dalam novel Padang Bulan adalah alur maju,

(d) latar dalam novel ini terdiri dari latar tempat di antaranya di rumah,

tambang timah, toko, bantaran danau, dan Tanjong Pandan, latar waktu yang

digunakan adalah pagi hari, siang hari, dan malam hari, sedangkan latar sosial

dalam novel ini melukiskan status sosial masyarakat ke bawah, (d) sudut

pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur

119

120

intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan tersebut saling

berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan antarberbagai

unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur yang terjalin

sangat erat dan bernilai estetik.

2. Nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata

meliputi empat wujud nilai moral. Nilai moral hubungan manusia dengan

Tuhannya meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun

kepada Allah. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain meliputi

sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, kerjasama,

memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat,

persaudaraan, menasihati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan

manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik, ramah, prasangka baik, berpikir

cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih sayang, intropeksi

diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang menyerah, dan berpendirian. Nilai

moral hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan

memuji keindahan alam. Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan

melalui susunan cerita. Pengarang dalam menyampaikan nilai moral tidak

secara langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu menceritakan

kehidupan yang baik, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kejenuhan dan

memberikan kesan menggurui atau lebih tepatnya untuk kepentingan

keindahan, sehingga dengan hadirnya nilai-nilai moral yang terkandung dalam

karya sastra dapat dijadikan sebagai pendidikan moral bagi siswa.

121

3. Kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran di

kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang

budaya. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel Padang Bulan

adalah sederhana dan mudah dipahami oleh siswa, dari segi psikologis

permasalahan yang ada dalam novel Padang Bulan sesuai dengan usia siswa

kelas XI SMA (tahap realistik), dan dari segi latar belakang budaya, budaya

yang ada dalam novel Padang Bulan berasal dari budaya Indonesia sehingga

siswa akan mudah untuk memahaminya. Ketiga aspek tersebut mendukung

novel Padang Bulan disesuaikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas

XI SMA. Pemanfaatan novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran

sastra di kelas XI SMA semester 1 terdapat dalam standar kompetensi

membaca: memahami berbagai hikayat, novel terjemahan dengan kompetensi

dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan.

B. Saran

1. Bagi Pembelajaran

Pengajar sastra diharapkan, agar novel Padang Bulan karya Andrea

Hirata dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra sekaligus

melestarikan khasanah kesusastraan Indonesia. Selanjutnya, nilai moral yang

terkandung dalam novel Padang Bulan dapat diterapkan oleh siswa didik di

dalam kehidupan sehari-hari.

122

2. Bagi Pembaca

Pembaca diharapkan dapat menjadikan nilai moral yang tedapat dalam

novel Padang Bulan ini sebagai perenungan dalam menjalani hidup, sehingga

nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap dan perilaku

dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi

penelitian yang serupa dan mampu menemukan nilai-nilai moral yang lain

dalam sebuah novel, agar nantinya dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan

dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

123

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Alwi, Hasan. et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri

Semarang.

Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. “Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik”. Diktat.

Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta: Bentang.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia.

MGMP Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Purworejo. 2011. Bahana. Purworejo:

Alfa Betha.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Subagyo, Mafahir Hery. 2012. “Nilai Moral dalam Novel Sang Pelopor Karya

Alang-Alang Timur sebagai Bahan Pembelajaran di SMA”. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.

124

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sulakso, Joko. 2010. “Nilai Pendidikan Moral Cerita Bersambung Harjuna

Kawiwaha dalam Majalah Joko Lodang Karya Wisnu Sri Widodo”. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.

Tim. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Tischer, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. (Terjemahan

Gazali dkk). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun 2000).

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

xii

LAMPIRAN

PE

NG

EM

BA

NG

AN

SIL

AB

US

Nam

a S

eko

lah

:

SM

A N

EG

ER

I 5 P

UR

WO

RE

JO

Pro

gra

m

:

IPA

/IP

S

Mata

Pel

aja

ran

:

Bah

asa

In

don

esia

Kel

as

Sem

este

r

:

XI

/ 1

Sta

nd

ar

Kom

pet

ensi

: 7

. M

emah

am

i b

erb

agai

hik

ayat,

novel

In

don

esia

/novel

ter

jem

ah

an

Asp

ek

:

Kem

am

pu

an

Ber

sast

ra -

Mem

baca

Kom

pet

ensi

Dasa

r

Mate

ri P

emb

ela

jara

n

Keg

iata

n P

emb

ela

jara

n

Ind

ikato

r P

enil

aia

n

Alo

kasi

wak

tu

Su

mb

er

Bel

aja

r/B

ah

an

/

Ala

t

7.2

Menganali

sis

unsu

r-u

nsu

r

intr

insi

k

dan

ekst

rinsi

k n

ovel

Indo

nes

ia/t

erje

m

ahan

No

vel In

do

nesi

a dan n

ovel

terj

em

ahan

u

nsu

r-u

nsu

r in

trin

sik

( al

ur,

tem

a,

pen

oko

han

, su

dut

pan

dang,

lata

r, d

an a

manat

)

U

nsu

r ek

trin

sik

dala

m

no

vel

terj

em

ahan(n

ilai

budaya,

so

sial,

mo

ral, d

ll)

Mem

bac

a no

vel

Indo

nes

ia d

an n

ovel

terj

em

ahan

Menganali

sis

unsu

r-

unsu

r ek

stri

nsi

k d

an

intr

insi

k

( al

ur,

tem

a,

pen

oko

han

, su

dut

pan

dang,

lata

r, d

an

am

anat

) no

vel In

do

nsi

a

dan

ter

jem

ahan

Mem

band

ingkan u

nsu

r

ekst

rinsi

k d

an i

ntr

insi

c

no

vel

terj

em

ahan

den

gan n

ovel In

do

nesi

a

M

enganali

sis

unsu

r-

unsu

r ek

stri

nsi

k d

an

intr

insi

k

( al

ur,

tem

a,

pen

oko

han

, su

dut

pan

dang,

lata

r, d

an

am

anat

) no

vel In

do

nsi

a

M

enganali

sis

unsu

r-

unsu

r ek

stri

nsi

k d

an

intr

insi

k

( al

ur,

tem

a,

pen

oko

han

, su

dut

pan

dang,

lata

r, d

an

am

anat

) no

vel

terj

em

ahan

M

em

band

ingkan u

nsu

r-

nek

stri

nsi

k d

an i

ntr

insi

k

no

vel

terj

em

ahan

den

gan n

ovel In

do

nesi

a

Jenis

Tag

ihan:

T

ugas

mand

iri

t

erst

ruktu

r

u

langan

Bentu

k

Inst

rum

en:

u

raia

n

bebas

p

ilih

an

gan

da

ja

waban

singk

at

4 x

45’

Mahir

Ber

bahasa

Ind.

2

P T

uka

r

(Pen

:Yud

isti

ra)h

al

19,

51

Ko

mpet

ensi

Ber

bahas

a In

do

nes

ia

Kela

s X

I (P

en.

Erl

angga

) hal

88

LK

S B

ahana

Kela

s

XI

Sem

1 h

al

64

No

vel In

do

nesi

a

No

vel te

rjem

ahan

BIOGRAFI PENGARANG

1

Andrea Hirata Seman Said Harun adalah novelis yang telah merevolusi

sastra Indonesia. Ia lahir di Belitung, 24 Oktober 1982. Novel pertamanya adalah

Laskar Pelangi, novel sastra yang paling laris di Indonesia dari tahun 2006 sampai

sekarang. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan

beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne,

Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang

ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan

ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia dan

merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang

Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal

di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.

Sejak tahun 2005 sampai 2012 Andrea Hirata mampu membuat delapan

novel. Empat novel tergabung dalam tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi,

Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dua novel tergabung dalam

dwilogi Padang Bulan yaitu dua karya Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas,

serta Sebelas Patriot (2011), Laskar Pelangi Song Book (2012). Sukses dengan

novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah

diangkat ke layar lebar, dengan judul yang sama ialah Laskar Pelangi pada tahun

2008. Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana pada

produser, film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir

tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis

film yang berjudul Sang Pemimpi.

Sinopsis Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata

Padang Bulan

Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga di desa Belitong yang

hidup dengan perjuanga. Keluarga itu terdiri dari suami istri bernama

Syalimah dan Zamzami yang mempunyai empat anak perempuan. Syalimah

adalah ibu rumah tangga dan Zamzami bekerja sebagai tukang tambang

timah. Namun, Zamzami meninggal tertimbun tanah di tempat kerjanya.

Kejadian berawal ketika Zamzami ingin memberikan kejutan kepada istrinya

membelikan sepeda. Namun, tidak disangka hari itu adalah hari terakhir

Syamilah melihat suaminya.

Enong adalah anak tertua dari keluarga pasangan Syamilah dan

Zamzami. Ia seorang gadis kecil yang cerdas. ia bersekolah di kelas 6 SD. Enong

sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris dan ayahnya membelikan kamus bahasa

Inggris kepadanya. Ayahnyapun bekerja keras untuk membelikan kamus itu.

Namun, cita-citanya itu harus terhenti karena ayahnya meninggal dunia saat

mendulang timah. Akhirnya, Enong memutuskan untuk berhenti sekolah dan

bekerja di Tanjong Pandan. Namun, ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan dan

akhirnya ia pulang ke kampung dan memutuskan untuk bekerja sebagai seorang

pendulang timah.

Enong berusaha keras untuk menghidupi keluarganya, walaupun awalnya

ia hanya mendapatkan hinaan dan gunjingan dari masyarakat. Namun, ia tetap

berjuang untuk mendulang seperti almarhum ayahnya. Karena perjuangannya itu,

Enong mendapatkan timah dan dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Setelah

ia mendapatkan uang, ia pun ikut kursus bahasa Inggris.

Sementara itu, Ikal seorang pemuda yang melarikan diri dari rumah karena

ingin mempertahankan cintanya kepada seorang perempuan Tionghoa, A Ling.

Suatu saat terdengar kabar bahwa A Ling akan dijodohkan oleh seorang laki-laki

Tionghoa yang bernama Zinar. Ia pun berencana untuk merebut kembali A Ling

dari Zinar.

Enong dan Ikal dpertemukan saat mereka sedang berada di kantor pos. Ikal

yang akan mengirim lamaran pekerjaan dan Enong yang sedang mengumpulkan

katalog-katalog. Ikal pintar berbahasa Inggris yang membuat mereka menjadi

teman. Suatu ketika Ikal berencana ingin meninggikan badan setelah ia melihat

katalog peninggi badan yang dicurinya dari Enong. Ia memesan dan

mempraktekkannya di gudang. Namun, ketika mencobanya Ikal hampir

kehilangan nyawanya. Namun, Enong datang menolongnya dan nyawanya

selamat.

Kemudian Enong, Ikal, dan Detektetif M. Nur pergi ke Tanjong Pandan.

Enong pergi untuk ikut kursus bahasa Inggris, sedangkan Ikal dan Detektif M.

Nur mencari pekerjaan. Namun, Ikal dan Detektif M. Nur tidak jadi mencari

pekerjaan di Jakarta, mereka kembali lagi ke kampungnya. Ikal masih memikirkan

A Ling, ia pun menyelidiki kebenaran berita itu dan hasilnya ternyata kabar itu

tidak benar. A Ling tidak dijodohkan dengan Zinar, Ikal pun dapat kembali lagi

pada A Ling.