nilai moral dalam novel padang bulan karya andrea hirata ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of nilai moral dalam novel padang bulan karya andrea hirata ...
i
NILAI MORAL
DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA
SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Depy Nopita Valma
NIM 082110130
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Depy Nopita Valma;
NIM : 082110130;
program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, September 2012
Yang membuat pernyataan,
Depy Nopita Valma
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia“ (QS Ar Ra’du: 11).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang kuhormati dan kusayangi
yang selalu memberikan dorongan moral
dan material serta limpahan kasih
sayangnya.
2. Kakak dan sahabat-sahabat yang selalu
membantuku dalam berjuang.
3. Teman-temanku PBSI terima kasih untuk
kebersamaannya.
vi
PRAKATA
Alhamdulilah, puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt.
karena rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata
sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di kelas XI SMA”. Skripsi ini penulis susun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari di dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami
kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai
pihak. Akhirnya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
izin dan rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian dan
pengumpulan data untuk meyusun skripsi ini;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
4. Drs. M. Fakhrudin, M. Hum., selaku dosen pembimbing I dan Drs. H.
Khabib Sholeh, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
vii
membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran, dan
tidak mengenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi
ini;
6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi dan semangat
sehingga skrispsi ini dapat terselesaikan.
Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan
yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Purworejo, September 2012
Penulis,
Depy Nopita Valma
viii
ABSTRAK
Depy Nopita Valma. Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata sebagai Bahan Pembelajaran di Kelas XI SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan unsur intrinsik novel
Padang Bulan (2) mendeskripsikan nilai moral dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata (3) mendeskripsikan nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian
ini adalah nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan
pembelajarannya di kelas XI SMA. Data yang digunakan adalah narasi dan
percakapan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka
dan observasi. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai peneliti,
kartu data, dan alat tulis. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi.
Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik penyajian informal.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) tema novel ini adalah
perjuangan seorang perempuan untuk keluarga dan cita-citanya. Tokoh utamanya
adalah Enong dan tokoh tambahannya: Ikal, Detektif M. Nur, Syalimah, dan
Zamzami. Alurnya adalah alur maju. Latar tempatnya: di rumah, tambang timah,
toko, bantaran danau, dan Tanjong Pandan. Latar waktunya adalah pagi, siang,
dan malam hari. Latar sosial melukiskan status sosial masyarakat ke bawah. Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan tersebut saling berhubungan
dan bernilai estetik, (2) nilai moral dalam novel Padang Bulan ada empat, yaitu
nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi beribadah, berdoa,
bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah, nilai moral hubungan manusia
dengan manusia meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua,
keakraban, kerjasama, memuji, persahabatan, memberi semangat, persaudaraan,
menasihati, dan sikap kekeluargaan, nilai moral hubungan manusia dengan diri
sendiri meliputi niat baik, ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar,
bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak,
rela berkorban, pantang menyerah, dan berpendirian, dan nilai moral hubungan
manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji keindahan
alam. Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan melalui susunan cerita
sehingga tidak bersifat menggurui atau bernilai estetik, (3) kesesuaian nilai moral
novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA berdasarkan
tinjauan dari aspek psikologi, bahasa dan latar belakang budaya. Ketiga aspek
tersebut mendukung novel Padang Bulan disesuaikan sebagai bahan pembelajaran
sastra di kelas XI SMA.
Kata-kata kunci : unsur intrinsik, nilai moral, dan bahan pembelajaran sastra
ix
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
PRAKATA ................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Penegasan Istilah ............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7
F. Sistematika Skripsi .......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ................................ 10
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10
B. Kajian Teoretis .................................................................................. 12
1. Struktur Karya Sastra ..................................................................... 12
a. Tema .......................................................................................... 12
b. Tokoh .......................................................................................... 13
c. Alur ............................................................................................. 13
d. Latar ............................................................................................ 15
e. Sudut Pandang ............................................................................. 16
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra ...................................................... 17
3. Jenis Moral dalam Karya Sastra ...................................................... 19
4. Kesesuaian Nilai Moral sebagai Bahan Pembelajaran Sastra............ 20
a. Pengertian Pembelajaran Sastra .................................................. 20
b. Tujuan Pembelajaran Sastra ......................................................... 21
c. Fungsi Pembelajaran Sastra ......................................................... 22
d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra ........................................ 23
e. Sumber Belajar ........................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 28
A. Objek Penelitian ............................................................................... 28
B. Jenis Penelitian .................................................................................. 28
x
C. Fokus Penelitian ................................................................................ 28
D. Data dan Sumber Data ....................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan data ................................................................ 29
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis ........................................................ 33
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN ................... 34
A. Penyajian Data ................................................................................. 34
B. Pembahasan Data .............................................................................. 38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 119
A. Simpulan ........................................................................................ 119
B. Saran ............................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123
LAMPIRAN .................................................................................................. 125
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan ......................................... 34
Tabel 2. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan .................. 35
Tabel 3. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia ........... 35
Tabel 4. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Diri-Sendiri ..... 36
Tabel 5. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam ................ 36
Tabel 6. Data Aspek-Aspek sebagai Bahan Pembelajaran ....................... 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Silabus ............................................................................... 125
Lampiran 2. Sinopsis Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata ........... 126
Lampiran 3. Biografi Pengarang ............................................................. 128
Lampiran 4. Kartu Bimbingan ................................................................ 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta
sistematika penulisan skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan
menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan
keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai
hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang
ada di sekitarnya (Pradopo, 2003:61). Karya sastra pada hakikatnya
penjelmaan angan serta pengalaman pengarang dengan kekuatan imajinasinya.
Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja
terhadap pembacanya, melainkan karya sastra itu dapat memberikan sesuatu
yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya, yakni berupa nilai-nilai
sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi
karena karya sastra bersifat multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi
kehidupan, contohnya saja jenis karya sastra berupa novel.
Menurut Nurgiyantoro (2012:17), saat ini perkembangan novel di
Indonesia sedang mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya beraneka macam novel-novel sastra yang mengangkat cerita-cerita
yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini. Novel biasanya
mengandung nilai-nilai positif yang dapat dimanfaatkan pembaca setelah ia
1
2
membacanya. Namun, tidak jarang ada novel yang beredar mengandung
unsur-unsur negatif, seperti unsur seksualitas dan kekerasan.
Menurut Darmadi (2009:50), nilai ialah segala sesuatu yang disenangi,
diinginkan, dicita-citakan, dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan
pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai memiliki arti yang
sangat luas bila dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri manusia berupa
akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan sebagai nilai apabila
sesuatu itu berguna (nilai kegunaan), benar (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (moral), dan sebagainya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia, serta
menjadi petunjuk bertingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam novelnya adalah Andrea Hirata.
Sejak tahun 2005 sampai 2010 Andrea Hirata mampu membuat enam novel.
Empat novel tergabung dalam tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi,
Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dua novel tergabung dalam
dwilogi Padang Bulan yaitu dua karya Padang Bulan dan Cinta di Dalam
Gelas.
Novel Padang Bulan merupakan gambaran kehidupan orang Melayu
(Belitong). Kehidupan orang Belitong yang sangat jauh dari kata modern.
Novel ini bertemakan perjuangan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam
mengatasi kesulitan hidup, yaitu anak berumur 14 tahun bernama Maryamaah
atau akrab dipanggil Enong yang rela putus sekolah karena bekerja untuk
3
membiayai ketiga adik dan ibunya. Ayah Enong yang bekerja sebagai
pendulang timah meninggal dunia akibat tertimbun tanah. Enong yang masih
berusia 14 tahun harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala
keluarga. Enong bekerja apa saja yang ia bisa lakukan untuk sekadar membeli
beras. Namun, di sisi lain ada keinginan terpendam dari Enong, yaitu ingin
menjadi guru bahasa Inggris. Di tengah-tengah tanggung jawabnya menjadi
kepala keluarga, ia ikut kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan yang
tempatnya sangat jauh dari rumahnya.
Pada novel Padang Bulan, pengarang mampu membawa pembaca
masuk dalam suasana yang diceritakan. Pembaca seolah-olah merasakan
kesedihan tokoh utama (Enong) yang harus bekerja membanting tulang demi
ketiga adik dan ibunya walaupun harus mengorbankan sekolahnya. Novel
Padang Bulan ini secara tidak langsung mengandung nilai-nilai
kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan bagi pembacanya. Nilai-nilai yang
dapat kita ambil manfaatnya adalah nilai-nilai moral yang terkandung pada
novel tersebut. Pembaca dapat memanfaatkan novel Padang Bulan untuk
diambil nilai-nilai moral dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Moral adalah ajaran baik dan buruknya yang berkaitan dengan sikap,
perbuatan, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Pemilihan moral terdiri dari
moral yang baik dan moral yang tidak baik (Koentjaraningrat, 1995:18).
Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini merupakan salah satu novel
yang mengandung nilai moral dan sangat bagus untuk penanaman nilai-nilai
moral bagi pelajar. Pendidikan moral mempunyai peranan penting di sekolah,
4
yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuriah, 2007:9).
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mendidik siswa.
Sekolah dijadikan sebagai sarana pendidikan formal untuk memberikan
pembinaan nilai moral dan kemanusiaan di lingkungan pelajar. Salah satunya
adalah melalui kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di SMA. Pembelajaran
sastra terhadap dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat.
Pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran bahasa di samping tata
bahasa dan kemampuan bahasa. Pembelajaran sastra adalah pembinaan
apresiasi sastra yang berusaha mendekatkan anak kepada sastra, berusaha
menambahkan rasa peka dan cinta anak kepada sastra sebagai cipta seni.
Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk ketrampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988:16). Selain itu, tujuan
pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan daya apresiasi siswa. Berdasarkan tujuan tersebut, sastra
memang sangat perlu diajarkan di sekolah. Hal itu sesuai dengan tujuan
kurikulum, yakni mempersiapkan anak didik sebagai manusia Pancasila
sehingga dapat berdiri sendiri dalam masyarakat (Hamalik, 2007 :86).
5
Novel merupakan salah satu media yang digunakan dalam penanaman
nilai-nilai moral melalui mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran sastra di lingkungan sekolah. Pembelajaran sastra ini diharapkan
dapat membantu para pendidik di dalam pendidikan menanamkan kembali
nilai-nilai moral yang ada pada novel Padang Bulan kepada siswa terutama
siswa SMA. Oleh karena itu, nilai-nilai moral yang terkandung dalam sebuah
novel Padang Bulan dapat dijadikan media alternatif bahan pembelajaran
sastra di SMA. Dalam silabus SMA, pembelajaran novel diajarkan pada kelas
XI semester 1 dan 2, serta kelas XII semester 1. Berdasarkan uraian di atas,
penulis memilih judul “Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea
Hirata sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini,
penulis merasa perlu menjelaskan kembali istilah-istilah yang terdapat dalam
judul penelitian sebagai berikut ini.
1. Nilai Moral
Nilai moral adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tingkah
laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi
perilaku, tata karma yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Ginanjar,
2012:59). Berdasarkan pendapat tersebut, nilai moral adalah nilai yang
berkaitan dengan perbuatan, tingkah laku, dan sikap yang baik dan sesuai
dengan ketentuan yang ada di masyarakat.
6
2. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003:7).
3. Bahan pembelajaran sastra adalah materi yang dipilih untuk diajarkan kepada
siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra diharapkan mampu
meraih dalam tujuan pendidikan (Rahmanto, 1988:26).
Berdasarkan penegasan istilah di atas, makna judul “Nilai Moral dalam
Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata sebagai Bahan Pembelajaran sastra di
kelas XI SMA” adalah penelitian atau kajian mengenai nilai yang berkaitan
dengan perbuatan, tingkah laku, dan sikap yang baik dan sesuai dengan ketentuan
yang ada di masyarakat pada tokoh-tokoh novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata dan ketepatannya sebagai bahan atau materi yang dipilih untuk diajarkan
kepada siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra di kelas XI SMA.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini dipaparkan di bawah ini.
1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata?
2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata?
3. Bagaimanakah kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA?
7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dipaparkan di bawah
ini.
a. Menemukan dan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Padang Bulan karya Andrea Hirata.
b. Menemukan dan mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel
Padang Bulan karya Andrea Hirata.
c. Mendeskripsikan kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
a. Segi Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, memberikan
sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam hal pemilihan bahan ajar dan
penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam mengkaji nilai moral
yang terdapat pada karya sastra, khususnya novel.
b. Segi Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi
guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran sastra.
Bagi guru diharapkan dapat menambah alternatif-alternatif bahan
pembelajaran sastra dalam menanamkan akan nilai-nilai moral kepada siswa.
8
Siswa diharapkan mampu menjadi sebuah wawasan untuk merangsang
kepekaan siswa terhadap ajaran moral yang terdapat dalam karya sastra
khususnya novel.
E. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi ini penulis susun dalam bentuk bab-bab kemudian
setiap bab penulis rinci dalam sub bab.
Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari halaman
judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, motto, persembahan dan abstrak.
Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan tentang alasan pemilihan
judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
serta sistematika penulisan.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di dalam tinjauan
pustaka, penulis mengemukakan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Joko (2010) dan Mafahir (2012). Dalam kajian teori, penulis paparkan teori-
teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1)
unsur intrinsik novel, (2) nilai moral dalam karya sastra, (3) jenis moral dalam
karya sastra, dan (4) kesesuaian nilai karya sastra sebagai bahan pembelajaran
sastra di kelas XI SMA.
Bab III berisi metode penelitian yang meliputi objek penelitian, jenis
penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis.
Bab IV berisi tentang penyajian dan pembahasan data hasil penelitian.
Penelitian menyajikan data yang telah penulis peroleh, selanjutnya data
9
tersebut penulis analisis sehingga pada akhirnya penulis dapatkan jawaban
dari permasalahan.
Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Bagian
akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka
berisi paparan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian
teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu
hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian
yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral tersebut berbentuk
skripsi antara yang dilakukan oleh Joko (2010) dan Mafahir (2012).
Joko (2010) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan Moral
Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang Karya
Wisnu Sri Widodo”. Masalah yang disajikan pada penelitian ini antara lain
pendeskripsian nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia
dengan Tuhan, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan
dirinya sendiri, dan nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia
dengan manusia. Penelitian yang telah dilakukan oleh Joko mempunyai
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya
sendiri. Perbedaannya, Joko hanya menganalisis nilai pendidikan moral yang
meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral hubungan
10
11
manusia dengan manusia, dan nilai pendidikan moral hubungan manusia
dengan dirinya sendiri tanpa memberikan gambaran tentang pembelajarannya
di SMA, sedangkan penulis menganalisis nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam
sekitar, dan pembelajarannya di SMA. Perbedaan yang lain terdapat pada
subjek penelitian, penelitian Joko mengambil subjek Cerita Bersambung
Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang karya Wisnu Sri Widodo
dalam bahasa Jawa, sedangkan penulis pada novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata dalam bahasa Indonesia.
Mafahir (2012) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam
Novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur sebagai bahan pembelajaran di
SMA”. Masalah yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian
nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang
dilakukan oleh Mafahir mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya, keduanya membahas
nilai moral dalam novel meliputi nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan,
nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, dan nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar,
serta memberikan gambaran pembelajarannya di SMA. Perbedaannya, Mafahir
dalam permasalahan mendeskripsikan cara pengarang dalam menyampaikan
wujud nilai moral dalam karya sastra, sedangkan penulis mendeskripsikan
unsur-unsur intrinsik pada novel yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan
12
sudut pandang. Perbedaan yang lain terdapat pada subjek penelitian, penelitian
Mafahir bersubjek novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur, sedangkan
penulis pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.
B. Kajian Teoretis
1. Struktur Karya Sastra
Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel merupakan
serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi juga merupakan
struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Berikut ini disajikan
pendapat Abrams yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012:36), bahwa struktur
karya sastra merupakan susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan
bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang
indah.
Struktur karya sastra juga menyarankan pada hubungan antarunsur
(intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi
yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Baribin
(1985:85), unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut
pandang.
a. Tema
Tema menurut Stanton dan Jenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67)
adalah makna yang mendasari sebuah cerita. Tema merupakan suatu gagasan
sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya
fiksi. Dalam pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat)
pengarang kepada pembaca. Jadi, tema dalam novel adalah suatu gagasan
13
sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi
sasaran dari karangan tersebut (Baribin, 1985:59). Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari
sebuah cerita.
b. Tokoh
Aminuddin (1987:79) menyatakan tokoh merupakan pelaku-pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita. Tokoh sebagai pelaku dalam cerita sangat berkaitan
dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang. Dalam
cerita ada tokoh yang banyak dimunculkan dan ada pula yang jarang
dimunculkan. Tokoh yang paling banyak muncul dalam cerita biasanya
mempunyai peranan penting dalam cerita.
Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita
tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (central character, main
character) dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah
tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa
mendominasi sebagian cerita dan sebaliknya, sedangkan tokoh tambahan
adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita
dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek
(Nurgiyantoro, 2012:176).
c. Alur (Plot)
Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku
14
dalam cerita (Aminuddin, 1987: 83). Tahapan-tahapan peristiwa yang ada di
dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam. Di
bawah ini disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur menjadi lima
bagian yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 149) sebagai berikut.
1) Tahap penyituasian (situation)
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh
cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi
awal dan lain-lain.
2) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut
terjadinya konflik mulai dimunculkan.
3) Tahap peningkatan konflik (rising action)
Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang.
4) Tahap klimak (climax)
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita
mencapai titik puncak.
5) Tahap penyelesaian (denouement)
Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi.
15
Berdasarkan kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur sebagai berikut ini.
1) Alur maju
Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis, artinya
peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritanya umum
dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.
2) Alur sorot balik
Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak
runtut ceritanya).
3) Alur campuran
Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif dan regresif.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur
rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-
bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur merupakan perpaduan unsur-unsur
yang membangun cerita sehingga menbentuk kerangka utama cerita yang
dimulai dari pengenalan hingga pemecahan konflik.
d. Latar (Setting)
Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi (Baribin,
1985:63). Latar cerita itu berkaitan dengan di mana, kapan, dan bagaimana
suasana peristiwa itu berlangsung. Latar yang berkaitan dengan di mana
disebut latar tempat. Latar cerita yang berhubungan dengan kapan dikenal latar
16
waktu. Selain itu, latar yang menggambarkan bagaimana suasana peristiwa
dalam cerita berlangsung disebut latar sosial.
Nurgiyantoro (2012:227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu:
1) latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya;
2) latar waktu menyaran pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam, dan jam;
3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berpikir, dan bersikap.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan
tempat, waktu dan sosial saat peristiwa itu berlangsung. Latar tempat mengacu
pada tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita. Latar waktu mengacu pada
kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi, sedangkan latar sosial mengacu pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam cerita. Berikut ini
disajikan pendapat Abrams mengenai pengertian sudut pandang yang disarikan
oleh Nurgiyantoro (2012:246), bahwa sudut pandang adalah cara yang
digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan sebagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
17
Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama
tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. “Aku” berkemungkinan
pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2)
metode orang kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau
mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu.
Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula
sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).
Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sudut pandang
merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita, dan
posisi narator dalam cerita.
2. Nilai Moral dalam Karya Sastra
Berdasarkan pengamatan dari penulis, karya sastra berfungsi bukan hanya
memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan
juga dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia pada umumnya.
Karya sastra dijadikan sebagai media komunikasi oleh pengarang dalam
menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu itu dapat berupa
pandangan, pendapat, petuah, dan penilaian terhadap sesuatu kejadian,
peristiwa dalam karya sastra. Sesuatu yang disampaikan pengarang kepada
pembaca bersifat positif dan mengajarkan suatu hal yang dikenal dengan istilah
moral.
Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan
pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Karya sastra fiksi
senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur
18
kemanusiaan. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat
universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh
manusia (Nurgiyantoro, 2012: 321).
Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda dengan pengertian
moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara
umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra
biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi
pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Nurgiyantoro (2012:321)
menyatakan bahwa moral pada cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu
saran atau ajaran moral yang bersifat praktis dan dapat diambil atau ditafsirkan
lewat cerita. Moral dalam cerita merupakan petunjuk yang sengaja diberikan
oleh pengarang yang berhubungan dengan tingkah laku dan sopan santun
dalam pergaulan.
Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan
pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Ajaran moral tersebut
pada hakikatnya merupakan saran atau petunjuk agar pembaca memberikan
respon atau mengikut pandangan pengarang. Ajaran moral yang dapat diterima
pembaca biasanya bersifat universal, dalam arti menyimpang dari kebenaran
dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih mendasarkan pada kodrati manusia
yang hakiki, bukan pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia
(Nurgiyantoro, 2012: 321).
Untuk menemukan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bukanlah
hal yang mudah karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis
19
terhadap karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan moral yang terdapat
dalam karya sastra tidak secara langsung digambarkan oleh pengarang. Dengan
menganalisis karya sastra tersebut, pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang
terdapat pada sebuah karya sastra, termasuk nilai moral. Nilai-nilai moral atau
pesan moral yang terkandung dalam karya satra ini dapat memberikan dampak
dan perubahan yang baik kepada pembaca.
3. Jenis Moral dalam Karya Sastra
Karya fiksi yang mengadung nilai-nilai moral atau pesan moral, tentunya
banyak sekali jenis dan wujudnya. Sebuah karya fiksi yang panjang pasti
terdapat lebih dari satu pesan moral. Jenis moral dalam karya sastra sangat
bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya baik itu mengenai persoalan hidup
maupun persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang dapat
diangkat sebagai ajaran moral dalam karya sastra. Persoalan hidup manusia itu
dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk
hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan
Tuhannya (Nurgiyantoro, 2012:323).
Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik,
ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap
sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang
menyerah, dan berpendirian. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia
lain meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban,
kerjasama, memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat,
20
persaudaraan, menasehati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan
manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji
keindahan alam. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi
beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah.
Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
Sang Pencipta. Manusia yang beragama selalu mengingat Allah dengan
melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Hal itu dilakukan sebagai
kewajiban manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya.
Persoalan hidup manusia dalam hubungan dengan manusia lain,
Nurgiyantoro (2012:325) menyatakan bahwa masalah yang berupa
kemasyarakatan, persahabatan, dan kesetiaan, hubungan kekeluargaan; cinta
kasih antara orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, kakak terhadap
adik dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.
Persoalan manusia dengan dirinya sendiri menurut Nurgiyantoro
(2012:324) dapat berupa eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, dan lain-
lain yang lebih bersifat melibat diri dan kejiwaan seorang individu. Persoalan
yang bersifat melibatkan ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu dapat
berupa tanggung jawab, bersikap sabar, dan sadar akan perbuatan salah.
4. Kesesuaian Novel sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA
a. Pengertian Pembelajaran Sastra
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara pendidik dan
peserta didik di suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar biasanya
21
dilakukan di sekolah dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran adalah suatu
kesatuan yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran (Hamalik, 2011:57).
Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan
tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku,
papan tulis, kapur, fotografi, side, film, audio, dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan
komputer. Prosedur meeliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran sastra di samping berisi
tentang sejarah sastra dan teori sastra, perlu terutama diarahkan kepada
pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan
untuk berekreasi, mencoba sendiri menciptakan karya sastra.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah
suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasikan untuk menyusun dan menguji
suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya proses belajar
pada diri siswa.
b. Tujuan Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra
peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati,
dan menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra diadakan di
sekolah mempunyai tujuan tersendiri.
22
Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa, serta
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
c. Fungsi Pembelajaran Sastra
Menurut Rahmanto (1988: 16) pembelajaran sastra dapat membantu
pendidikan yang cakupannya meliputi empat manfaat, sebagai berikut ini.
1. Membantu keterampilan berbahasa
Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada pembelajaran sastra, siswa
dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang
dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan
berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa juga dapat
meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa.
Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan sebuah karya sastra
seperti cerpen atau puisi.
2. Meningkatkan pengetahuan budaya
Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan banyak
hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan orang yang
menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa untuk
mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat. Hal tersebut
akan menambah pengetahuan siswa akan kebudayaan yang ada di sekitarnya.
Kemudian siswa akan lebih menghargai kebudayaan-kebudayaan yang ada di
bangsanya sendiri.
23
3. Menciptakan cipta dan rasa
Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang
bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran sastra akan
membantu siswa berlatih memecahkan masalah dan berpikir logis. Selain itu,
pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang
merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan siswa
tergerak untuk mengembangkan perasaannya sesuai dengan kodrat
kemanusiaan. Sastra juga dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran
pemahaman kesadaran orang lain yaitu dengan menumbuhkan rasa simpati
pelajar terhadap masalah yang dihadapi seseorang.
4. Menunjang pembentukan watak
Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar siswa
mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti kebahagiaan,
kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan. Pembelajaran sastra
dapat memberikan bantuan dalam mengembangkan berbagai kualitas
kepribadian siswa.
d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra
Bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa haruslah sesuai
dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan pembelajaran
tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang tepat sesuai dengan
perkembangan siswanya.
24
Menurut Rahmanto (1988: 27) untuk menentukan bahan pembelajaran
sastra, harus diperhatikan dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis),
latar belakang kebudayaan siswa.
1) Bahasa
Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran
sastra harus sesuai dengan tingkatan sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat
dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana., ungkapan, dan
referensi yang ada. Kejelian dalam menentukan criteria bahan pembelajaran
sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra
yang sedang diajarkan.
2) Psikologi
Perkembangan psikologi masing-masing anak tentu berbeda. Dalam
memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psiokologi ini
memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik
dalam banyak hal. Tahap perkemabangan psikologis ini juga sangat besar
pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan
bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu, karya sastra yang dijadikan sebagai bahan
pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologis anak, sehingga
anak didik akan lebih mudah memahami isi karya sastra tersebut.
Rahmanto (1992:30) membagi tahapan psikologis anak menjadi empat
tahapan, yaitu sebagai berikut.
25
a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahapan ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi
masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Meski pandangan tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi
pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan,
dan bahkan kejahatan.
c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi
dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. mereka
harus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk
memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.
d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan seanjutnya)
Pada tahap ini anak-anak tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis
saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka
berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang
kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan
moral.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya karya sastra meliputi hampir semua factor
kehidupan manusia dan lingkungannya seperti geografi, sejarah, topografi,
26
iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, seni, olahraga,
hiburan, moral, dan etika (Rahmanto, 1992:31). Menurutnya, siswa akan
tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya
dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, ketepatan
pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya
menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru hendaknya
selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswanya sehingga guru dapat
memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya sastra yang dipilih untuk
diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi pada umumnya dalam
suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang dapat menarik minat
siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan siswa, biasanya siswa
akan lebih tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang budaya yang
sudah diketahuinya dan erat hubungannya dengan kehidupan siswa.
e. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya tentang
berbagai pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar todak
hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran juga dapat sebagai
sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat
waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan
bantuan berbagai alat. Sumber belajar dapat berupa:
1) buku-buku referensi
a) buku pelajaran yang diwajibkan;
27
b) buku pelengkap, artinya buku yang menunjang (buku acuan) bahan ajar atau
materi pelajaran selain buku wajib atau utama;
2) media cetak (surat kabar dan majalah);
media cetak sebagai sumber belajar harus mempertimbangkan segi bahasa,
estetika, psikologi, materi dan tujuan belajar. Contohnya cerpen, puisi yang
ada di surat kabar.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian,
data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai moral yang terdapat
dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan yang berupa novel Padang Bulan karya Andrea Hirata,
bukan merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif artinya data
yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang berakar pada latar alamiah
sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian
(Arikunto, 2006:20). Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata berdasarkan nilai moral beserta
pembelajarannya di kelas XI SMA.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut.
Penelitian ini difokuskan pada kajian nilai moral pada novel Padang Bulan
karya Andrea Hirata, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
28
29
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan
hubungan manusia dengan alam sekitar dan pembelajarannya di kelas XI
SMA.
D. Data dan Sumber Data
Data adalah bahan yang digunakan untuk menyusun suatu informasi
berupa fakta dan angka (Arikunto, 2006: 95). Data-data yang digunakan pada
penelitian ini adalah kutipan langsung maupun tidak langsung yang berupa
percakapan dan narasi dari teks novel tersebut. Selain itu, data tambahan
(sekunder) diperoleh dari referensi-referensi lain yang berkaitan dengan objek
penelitian.
Dalam penelitian ini, sumber data utama (primer) diperoleh dari objek
penelitian, yakni novel Padang Bulan karya Andrea Hirata memiliki tebal xiv
+ 253 halaman dengan ukuran 20,5 cm, diterbitkan oleh Bentang di
Yogyakarta tahun 2010.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data-data dalam penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka artinya teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan, dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,
1988:111). Dalam teknik studi pustaka, penulis membaca seluruh teks novel
30
Padang Bulan karya Andrea Hirata secara teliti. Pengumpulan data dalam
penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dengan bertumpu pada teori
struktural dan ekstrinsik sastra terutama pada nilai moral. Langkah-langkah
yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut ini.
1. Membaca keseluruhan secara intensif
Setelah menemukan objek penelitian, kemudian objek tersebut dibaca
secara intensif dan berulang-ulang secara keseluruhan. Objek tersebut dapat
berupa novel atau buku-buku pedamping lainnya.
2. Mengelompokkan aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Padang
Bulan karya Andrea Hirata
Dari objek novel tersebut kemudian ditentukan kutipan-kutipan yang
merupakan aspek-aspek moral, dan mencari hubungan aspek-aspek nilai moral
yang terdapat pada novel tersebut.
3. Mencatat data-data yang diperoleh dalam kartu pencatat data
Setelah kita mendapatkan data-data yang benar-benar lengkap, penulis
memindahkannya dalam kartu pencatat data-data yang kemudian data tersebut
akan dibahas lebih mendalam.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian.
Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta
sistematis sehingga lebih mudah diolah.
31
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai
peneliti, kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data
dipergunakan untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini
berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan
pembahasan.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian yang penulis lakukan dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik contect analysis atau metode analisis isi. Metode analisis
isi adalah sebuah strategi penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis
teks tunggal (Gazalli, 2009:94). Artinya, penulis membahas dan mengkaji
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata berdasarkan aspek nilai moral.
Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penulisan sebagai
berikut ini.
1. Mencatat data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat
dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, yaitu hubungan mnusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
2. Menafsirkan data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang
terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, yaitu hubungan
manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar
secara pragmatis dan semantik.
32
Contoh penerapan teknik analisis isi secara pragmatis sebagai berikut ini.
“Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan, Boi.
Bagaimana keadaan kita sekarang, itulah yang diinginkan-Nya,”
katanya dengan khidmat sambil menatap langit-langit kantor pos.”
(PB:233)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung si
penutur (Enong) memberikan nasehat kepada Boi agar menerima semua
keadaan ini dengan lapang dada karena semuanya telah ditakdirkan oleh
Tuhan.
Contoh penerapan teknik analisis isi secara semantik sebagai berikut ini.
“Usai sholat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi
pacul, dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong
adik-adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil
menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”
(PB: 50).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Enong adalah anak
berbakti kepada orang tuanya. Hal itu dapat dilihat dari sikapnya. Dia mau
bekerja sebagai pendulang timah demi mencukupi kebutuhan keluarganya dan
menyayangi adik-adiknya sebelum pergi bekerja. Ketika berangkat bekerja,
dia juga tak lupa untuk mencium tangan ibunya sebagai rasa baktinya kepada
orang tuanya.
3. Menganalisis data yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata sesuai atau tidak sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.
4. Mengambil simpulan berdasarkan komponen-komponen hasil analisis
tersebut.
33
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan
data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan
angka, menekankan pada dekripsi (Arikunto, 2006:12). Teknik yang
digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian
informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan hasil analisis dengan
menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang
(Sudaryanto, 1993:145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data yang berupa
unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, alur, dan sudut pandang), nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan
manusia, nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan
manusia dengan alam sekitar, serta kesesuaian nilai moral sebagai bahan
pembelajaran sastra di kelas XI SMA dalam penelitian ini dipaparkan dengan
kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang.
34
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil
penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai moral dan kesesuaian sebagai
bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
A. Penyajian Data
Sebelum melakukan analisis nilai moral sastra, penulis menyajikan data-
data tentang unsur intrisik dan nilai moral sastra yang berupa kutipan-kutipan
langsung dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian.
1. Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan
Data hasil penelitian novel Padang Bulan selanjutnya disingkat PD,
disajikan dalam bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.
Tabel 1
Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan
No. Unsur-unsur intrinsik novel Penyediaan data
1. Tema dan masalahnya
a. Masalah Impian dan cita-cita 10, 59, 88, 121, 133
b. Masalah sosial 33, 59, 61, 133, 136, 137
c. Masalah keluarga 24, 25
2. Tokoh
a. Tokoh utama 62, 50, 59
b. Tokoh tambahan 3, 11, 90, 111, 137, 180
3. Alur
a. Tahap peyituasian 2, 10
b. Tahap pemunculan konflik 7
c. Tahap peningkatan konflik 25, 31, 36
d. Tahap klimaks 50, 59, 72
e. Tahap penyelesaian 133
4. Latar
a. Latar tempat 4, 7, 37, 50, 133
34
35
b. Latar waktu 4, 50, 179
c. Latar sosial 25
5. Sudut Pandang 106
2. Wujud nilai moral dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
Data hasil penelitian novel Padang Bulan disajikan dalam bentuk tabel.
Berikut data hasil penelitian.
Tabel 2
Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan
No. Wujud nilai moral hubungan manusia
dengan Tuhan Penyajian data
1. Beribadah 24, 50, 130
2. Berdoa 34, 126
3. Bersyukur 55
4. Memohon ampun 148, 214
Tabel 3
Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Manusia
No. Wujud nilai moral hubungan manusia
dengan manusia Penyajian data
1. Sikap tolong-menolong 7, 180, 216
2. Berbakti kepada orang tua 50
3. Keakraban 2, 120
4. Kerjasama 7, 43
5. Memuji (menyanjung orang lain) 11, 14, 76, 120
6. Persahabatan 88, 180
7. Memberi semangat 15, 81, 144
8. Menasihati 14, 99, 111, 168, 233
9. Sikap kekeluargaan 45, 229
36
Tabel 4
Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri
No. Wujud nilai moral hubungan manusia
dengan dirinya sendiri Penyajian data
1. Niat baik 2, 21, 37
2. Ramah 37, 42
3. Prasangka baik 3, 107
4. Berpikir cerdas 34, 43,120
5. Sabar 34, 59
6. Bijaksana 37, 49
7. Tanggung jawab 25, 42
8. Sikap sadar 2, 3
9. Kasih saying 12, 67, 78
10. Intropeksi diri 11, 13, 34
11. Sikap bijak 37, 59
12. Rela berkorban 11, 25
13. Pantang menyerah 36, 213
14. Berpendirian 59
Tabel 5
Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar
No. Wujud nilai moral hubungan manusia
dengan alam sekitar Penyajian data
1. Sayang binatang 77, 90
2. Memuji keindahan alam 69
3. Kesesuaian nilai moral sastra novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai
bahan pembelajaran di kelas XI SMA.
Pembelajaran novel di SMA dapat dikatakan sama dengan jenis prosa
lainnya. Belajar sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan
strategi belajar.
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran sastra merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan
37
sastra. Pada hal ini bahan pembelajaran yang akan diajarkan dengan kegiatan
pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yakni silabus.
b. Bahan Pembelajaran
Pembelajaran novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bertujuan
melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai
moral yang terdapat dalam novel tersebut. Kriteria novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA dilihat
dari segi bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.
1) Segi bahasa
Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran
sastra disusun menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan kata-
kata dari bahasa Asing yang mudah dipahami oleh para siswa.
2) Segi psikologi
SMA adalah jenjang pendidikan atas yang tahap generalisasi (umur 16
tahun dan selanjutnya). Novel Padang Bulan ini sudah sesuai apabila diberikan
untuk anak pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal
praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak
dengan menganalisis suatu fenomena.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya yang ada dalam novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata adalah campuran budaya Belitung dengan budaya Tionghoa.
38
Tabel 6
Data Aspek-Aspek Bahan Pembelajaran
No. Data Aspek-aspek Bahan
Pembelajaran
Penyajian data
1. Segi Bahasa 120
2. Segi Psikologis 59, 88
3. Segi Latar Belakang Budaya 120
c. Sumber belajar
Sumber belajar adalah buku-buku pelajaran yang diwajibkan dan masih
sesuai dengan yang digunakan dalam pembelajaran.
B. Pembahasan Data
1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata
a. Tema dan Masalah
Tema merupakan gagasan makna pokok yang mendasari sebuah cerita.
Dalam tema terdapat suatu unsur yang membangun yakni masalah. Novel
Padang Bulan terdapat beberapa masalah yang membangun tema yaitu
masalah impian dan cita-cita, masalah sosial, dan masalah ekonomi.
1) Masalah impian dan cita-cita
Enong dalam novel Padang Bulan diceritakan sebagai anak cerdas. Ia
selalu juara kelas dan pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris. Ia bercita-cita
ingin menjadi guru seperti Bu Nizam, guru bahasa Inggrisnya. Hal tersebut
dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Pelajaran favoritnya adalah bahasa Inggris dan cita-citanya ingin
menjadi guru seperti Bu Nizam.”
(PB:10)
Setelah ayahnya meninggal, Enong harus berhenti sekolah. Ia harus
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, karena ia anak tertua.
39
Namun, ia tidak patah semangat dalam belajar bahasa Inggris. Pada waktu
senggang disela-sela bekerja, ia sempatkan untuk membaca dan mempelajari
kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Karena keinginannya yang kuat
untuk belajar bahasa Inggris, akhirnya ia mendaftarkan diri kursus bahasa
Inggris di Tanjong Pandan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Jika lelah, ia membuka lagi Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar
Kata peninggalan ayahnya itu. Aneh, kamus itu selalu mampu
meledakkan semangatnya. Ia sering menandai kata yang sangat
asing baginya, yang belum pernah diajarkan Bu Nizam, misalnya
sacrifice, honesty, dan freedom.”
(PB:59)
Enong juga suka mengumpulkan katalog-katalog yang di dalamnya
terdapat kata-kata bahasa Inggris baik katalog yang berisi produk rumah tangga
maupun yang lainnya. Setelah bekerja, ia sempatkan untuk pergi ke kantor pos.
Enong pergi ke kantor pos untuk mengumpulkan majalah-majalah yang di
dalamnya terdapat bahasa Inggris. keinginannya untuk belajar bahasa Inggris
masih besar, walaupun ia sudah berhenti sekolah. Majalah-majalah yang
didapatnya ia kumpulkan, kemudian ia membacanya dan mempelajarinya. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong menyukai katalog, terutama yang di dalamnya
mengandung kata-kata Inggris. Dikumpulkannya, dibacanya, tak
peduli produk apa pun itu.”
(PB: 121)
Kini Enong mampu mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Selain bekerja, ia juga suka mengumpulkan katalog-katalog yang
berisi bahasa Inggris. Ia hanya ingin belajar bahasa Inggris. Selain itu, ia
berkeinginan untuk mendaftarkan diri ikut kursus bahasa Inggris. Ia pun
40
mendaftar kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Awalnya, ia tidak boleh
mengikuti kursus bahasa Inggris karena umurnya tidak sesuai dengan aturan.
Namun, berkat temannya, Enong dapat diterima di kursus bahasa Inggris itu.
Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“ Enong senang tak terbilang. Mimpi lamanya untuk kursus bahasa
Inggris akhirnya akan menjadi kenyataan.”
(PB:133)
Kutipan-kutipan di atas menjelaskan bahwa Enong tidak pernah menyerah
dalam keinginannya untuk belajar bahasa Inggris. Berbagai cara ia lakukan
dengan kebiasaanya di waktu senggang bekerja, ia sempatkan untuk membaca
kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Kemudian ia mengumpulkan
katalog-katalog yang berisi kata-kata Inggris sehingga kosakata bahasa
Inggrisnya bertambah. Ia pun berusaha untuk menerjemahkan katalog-katalog
tersebut. Kebiasaannya ini membuat Enong lebih pandai menggunakan bahasa
Inggris sampai akhirnya ia dapat mengikuti kursus bahasa Inggris. Ini
menunjukkan bahwa kebiasaan baik dan sifat pantang menyerah pasti akan
membawa kita kepada kesuksesan dan cita-cita yang kita harapkan bisa
tercapai.
2) Masalah Sosial
Pada novel Padang Bulan terdapat masalah sosial yakni dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan tempat hubungan manusia dengan lingkungan di
sekitarnya yang banyak mengalami konflik, masalah, dan lain-lain yang
menjadi objek penceritaan tema. Masalah perjuangan seorang perempuan
berusia 14 tahun dalam memenuhi kebutuhan keluarganya yang mendapat
41
cercaan dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini dialami oleh tokoh
utama (Enong), ia direndahkan orang lain bahwa dirinya tidak mampu untuk
bekerja dan mengikuti kursus bahasa Inggris.
“Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang
dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar.
Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hamper
tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau
pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia
alami berkali-kali, selama berhari-hari.”
(PB:33)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Enong mendapatkan perlakuan tidak
baik dari orang-orang ketika ia melamar pekerjaan di kota. Dia direndahkan
oleh orang-orang karena dia masih kecil dan tidak lulus SD. Dia tampak kurus
dan lemah sehingga orang tidak yakin dia dapat bekerja dengan baik. Setelah
beberapa kali, ia ditolak bekerja di kota, akhirnya ia pulang ke desanya.
Kemudian, ia memutuskan untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai
pendulang timah.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan.”
(PB:59)
Kutipan di atas menceritakan ketika Enong tidak mendapatkan pekerjaan
di kota, maka ia mengambil keputusan untuk kembali ke desa dan meneruskan
pekerjaan ayahnya sebagai pendulang timah. Enong mencari timah di danau
dan di sungai sampai berhari-hari, tetapi ia tidak mendapatkan timah. Ia pun
mendapatkan hinaan dan cacian dari orang-orang di sekitarnya karena tidak
42
kunjung mendapatkan timah. Enong tidak pernah marah dan bersikap sabar
dengan gunjingan dan makian tersebut.
Enong berusaha keras untuk mendapatkan timah. Ia tidak mempedulikan
gunjingan dan olok-olokan dari orang-orang di sekitarnya. Ia hanya ingin
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia rela mencari
timah di tengah hutan. Usaha yang dilakukannya membuahkan hasil. Akhirnya,
ia mendapatkan segenggam timah. Ia sangat senang dan dapat menunjukkan
kepada orang lain bahwa dirinya mampu bekerja sebagai pendulang timah. hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong melompat-lompat girang. Ia berputar dan menari. Ia
menyanyikan if you’re happy and you know it, clap your hands,
dan ia bertepuk tangan, sendirian, di tengah hutan. Beban yang
amat berat di pundknya dirasakannya terlepas seketika, akhirnya, ia
menggenggam timah, akhirnya ia menggenggam harapan.”
(PB:61)
Setelah Enong berhasil mendapatkan uang dari hasil mendulangnya, ia pun
berkeinginan untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Sejak dulu, ia sangat
menyukai bahasa Inggris. Meskipun ia bekerja sebagai pendulang timah,
keinginannya belajar bahasa Inggris tidak hilang. Ia pun mendaftarkan diri ikut
kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Hal itu sesuai dengan kutipan di
bawah ini.
“Tujuan Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang
tidak ketinggalan zaman itu.”
(PB:133)
Saat mendaftarkan diri ke tempat kursus tersebut, Enong merasa dirinya
akan ditolak untuk ikut kursus itu karena umurnya yang tidak sesuai dengan
anak-anak yang ikut kursus tersebut. Pemilik kursus bahasa Inggris
43
mengatakan jika Enong mengikuti kursus tersebut, ia akan mengalami
kesulitan mengikuti kecepatan anak-anak sekarang dalam belajar bahasa
Inggris. Enong menyadari kekurangannya itu, tetapi ia tetap berkeinginan
mendaftar kursus bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah
ini.
“Ibu Indri memberikan pengertian pada Enong bahwa peserta
kursus umumnya remaja. Apakah tidak akan kesulitan nanti?
Mengikuti kecepatan anak-anak muda belajar? Enong bersedih
karena kemungkinan ditolak. Kuyakinkan Ibu guru itu.”
(PB:136)
Namun, Detektif M. Nur dan Ikal membujuk pemilik kursus tersebut agar
mau menerima Enong. Mereka berusaha meyakinkan Ibu Indri bahwa Enong
mampu mengikuti kursus bahasa Inggris. Mereka menceritakan kemampuan
Enong yang dapat menerjemahkan kalimat bahasa Inggris di kaleng susu ke
bahasa Indonesia. Akhirnya, Ibu Indri mau menerima Enong mengikuti kursus
bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut ini.
“Bu Indri mengangguk-angguk. Ia memutuskan menerima Enong.
Enong senang tak kepalang, namun mulutnya masih ternganga.”
(PB:137)
3) Masalah Keluarga
Ayah Enong meninggal dunia karena kecelakaan di tambang. Dia
tertimbun tanah dan tidak terselamatkan. Sepeninggal ayahnya, Enong
memutuskan untuk berhenti sekolah. Ia anak tertua di keluarganya, maka ia
mempunyai tanggung jawab menjadi tulang punggung keluarganya. Ia
mengorbankan sekolahnya dan impiannya belajar bahasa Inggris untuk
44
memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah
ini.
“Tak pernah terpikir nasib sepedih itu akan menimpa mereka
secara sangat tiba-tiba. Sang suami adalah tulang punggung
keluarga satu-satunya dan hal itu baru dia sadari sepenuhnya
setelah ia tiada.”
(PB:24)
Sepeninggalan Ayahnya, Enong meminta izin kepada Ibunya untuk
berhenti sekolah dan bekerja. Awalnya, Ibu Enong menolak karena ia tidak
tega melihat putrinya berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Kemudian
Enong memberikan pengertian kepada Ibunya bahwa ia tidak ingin melihat
adik-adiknya berhenti sekolah seperti dirinya. Akhirnya, Ibu Enong
mengizinkan Enong untuk bekerja di kota. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari
sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas
enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak
bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena
biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”
(PB:25)
Berdasarkan uraian masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam
novel Padang Bulan tersebut dapat dirumuskan menjadi perjuangan dan
pengorbanan seorang perempuan berusia 14 tahun untuk keluarga dan cita-
citanya. Masalah-masalah yang terdapat dalam novel Padang Bulan saling
berhubungan dan membentuk sebuah tema sehingga tema tersebut bernilai
estetik. tema ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada pembaca
untuk mengambil hikmah atau pesan-pesan moral dari sikap dan perbuatan
tokoh-tokoh menghadapi berbagai masalah kehidupan yang ada.
45
b. Tokoh dan Penokohan
Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
1) Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan
diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan. Berdasarkan
hal tersebut, di dalam novel Padang Bulan ini tokoh utamanya adalah Enong.
Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan tokoh ini
merupakan penggerak konflik cerita.
Enong adalah seorang yang berkemauan keras dan bertanggung jawab
pada keluarganya. Ia memutuskan berhenti sekolah untuk bekerja demi
keluarganya. Ia mencari pekerjaan di Tanjung Padang dan dengan semangat
mencari lowongan pekerjaan. Ia pontang-panting mencari pekerjaan. Karena
tak kunjung mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia pulang ke kampung dan
bekerja sebagai pendulang timah. Hal ini bisa terlihat dari kutipan sebagai
berikut.
“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”
(PB:62)
Enong juga seorang anak perempuan yang berbakti kepada orang tua dan
penyayang keluarga. Ia rela berhenti sekolah untuk bekerja mencukupi
kebutuhan keluarganya. Ia bekerja mencari timah. Sebelum berangkat bekerja,
ia terlebih dahulu untuk merawat dan menyayangi adik-adiknya. Ia sempatkan
untuk menggendong adiknya ketika akan pergi bekerja. Ia tak lupa untuk
mencium tangan ibunya.
46
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita …”
(PB:50)
Selain itu, Enong juga merupakan anak yang sabar dan pantang menyerah.
Ia bekerja mencari timah di danau dan di sungai. Suatu hari ia menjadi bahan
gunjingan orang-orang karena tidak mendapatkan timah. Namun, ia tidak
menghiraukannya, ia bersabar dan terus mencari timah. Ia tidak pernah
menyerah karena ingin mendapatkan uang.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan.”
(PB:59)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh Enong mempunyai
sifat yang baik yaitu berkemauan keras, tanggung jawab, berbakti kepada orang
tua, sabar dan pantang menyerah. Jadi, tokoh Enong dalam novel Padang
Bulan merupakan tokoh utama. Hal itu dilihat dari perannya yang sering
dimunculkan dalam cerita.
2) Tokoh tambahan
Tokoh tambahan dalam novel ini, lebih banyak dibanding dengan tokoh
utama. Beberapa diantaranya adalah Ikal, Detektif M. Nur, Zamzami, dan
Syalimah.
Tokoh-tokoh tersebut hanya sesekali saja muncul dalam cerita. Namun,
perannya tidak dapat dianggap enteng karena kehadirannya akan mendukung
cerita dan menonjolkan peran tokoh-tokoh utama.
47
a) Ikal
Ikal adalah seorang laki-laki yang baik hati dan setia kawan. Ia selalu
membantu Enong untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris dan membantu
Enong masuk ke kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan.
“Kami mendapat tugas membuat puisi dalam bahasa Inggris, Boi,
maukah kau membantuku?”
“Aku mengangkat bahu. Dalam hatiku, tidaklah baik tugas seperti
itu dibuatkan orang lain. Enong paham maksudku.”
(PB:180)
Selain itu, Ikal juga mempunyai sifat yang buruk. Sifat buruknya ialah
tidak mematuhi perintah orang tuanya. Orang tuany menyuruhnya untuk
mencari pekerjaan di kota, tetapi Ikal lebih memilih untuk mengejar cintanya
kepada A Ling.
“Bekerja di Jakarta. Begitulah semestinya kau itu!”
Ibu mendekatiku. Aku gemetar.
“Melarikan anak orang? Tak ada pengajaranku semacam itu! Tak
dapat kuterima itu!”
(PB:111)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ikal adalah seorang teman
yang baik dan suka membantu temannya, tetapi ia mempunyai sifat buruk tidak
menaati perintah orang tuanya.
b) Detektif M. Nur
Detektif M. Nur adalah seorang yang suka menolong teman dan
penyayang binatang. Ia pernah menolong Enong, ketika mendaftarkan kursus
bahasa Inggris. ia berusaha membujuk pemilik kursus bahasa Inggris itu
menerima Enong. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“ Bu indri masih ragu. Detektif maju. “
48
Bu Guru, kalau tak salah ada istilah no…no…no money, no…oh ,
life is long to education.”
(PB:137)
Selain mempunyai sifat menolong, ia juga penyayang binatang. Ia
mempunyai hewan peliharaan. Ia sangat menyayangi burung itu. Ia selalu
mengelus-elus burungnya dan menciumi burungnya.
“Ketika aku datang, ia tengah mengelus-elus tembolok Jose Rizal.
Burung itu senang tak terbilang dibelai tuannya. Sesekali ia
mencium kepala Jose Rizal sambil berkelakar dengan burung itu
layaknya dengan manusia. Mereka ngobrol tentang sebuah film
India.”
(PB:90)
c) Zamzami
Zamzami adalah seorang ayah yang sangat menyayangi keluarganya dan
pekerja keras. Ia sangat menyayangi anaknya, Enong. Ia rela bekerja keras
untuk membahagiakan anaknya. Ia mengetahui Enong menyukai bahasa
Inggris dan dia membelikannya sebuah kamus. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Ia bekerja lebih keras di lading tambang dan menambah
penghasilan dengan berjualan air nira setiap ada pertunjukkan orkes
Melayu. Hari Sabtu ia ke laut mencari kerang untuk dijual di pasar
ikan. Hari Minggu ia berjualan tebu yang ditusuk dengan lidi.
Setelah berbulan-bulan seperti itu dan memfokuskan pikirannya
hanya untuk membeli kamus bahasa Inggris untuk anaknya,
akhirnya Zamzami punya uang lebih.”
(PB:11)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Zamzami adalah sosok ayah
yang sayang kepada anaknya. Ia rela bekerja keras untuk membelikan kamus
untuk masa depan anaknya. Dilihat dari segi perannya dan kemunculannya
dalam novel, dapat disimpulkan bahwa tokoh Zamzami adalah tokoh
49
tambahan. Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam cerita. Zamzami dalam
cerita membantu tokoh utama (Enong) mengatasi kesulitan hidup.
d) Syalimah
Syalimah adalah seorang perempuan yang menyayangi suaminya. Ia rela
hidup miskin, asalkan hidup bahagia dengan suaminya. Ia tidak pernah
meminta apapun pada suaminya karena ia tahu bahwa suaminya hanya
pendulang timah biasa. Selain itu, Syalimah juga seoramg perempuan yang
sangat sabar. Suatu hari suaminya meninggal dunia karena kecelakaan di
tambang. Ia dan anak-anaknya menerima kenyataan itu bahwa suaminya
meninggal. Kini ia harus mencukupi kebutuhan keluarganya.
“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup
bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus
selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati
yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari
keluarga pendulang timah.”
(PB:3)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Syalimah adalah seorang istri
yang sangat menyayagi suaminya. Ia rela tidak dibelikan apa-apa dari
suaminya, dia hanya ingin hidup bahagia saja. Dia juga sosok yang sabar ketika
ditinggalkan oleh suaminya. Berdasarkan perannya dalam cerita, dapat
disimpulkan bahwa Syalimah merupakan tokoh tambahan. Tokoh yang
kemunculannya sedikit atau jarang.
c. Alur
Alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.
50
Dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata terdapat berbagai tahapan
peristiwa sebagai berikut ini.
1) Tahap penyituasian (Situation)
Pada bagian awal digambarkan kehidupan awal kelurga Enong yang hidup
sederhana dan tergolong keluarga miskin. Meskipun hidup sederhana, mereka
sangat bahagia dengan keadaan tersebut. Zamzami adalah ayah Enong yang
bekerja sebagai pendulang timah dan ibunya, Syalimah hanya ibu rumah
tangga biasa. Penghasilan Ayahnya sebagai pendulang timah sedikit. Uangnya
hanya cukup untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Istrinya tidak pernah berpikiran untuk meminta dibelikan sesuatu oleh
suaminya. Ia hanya berharap hidup bahagia dengan keluarganya. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Penghasilan beberapa ribu rupiah mendulang timah, cukup untuk
membeli beras beberapa kilogram, untuk menyambung hidup
beberapa hari. Semuanya dipahami Syalimah di luar kepala. Tak
ada rahasia, tak ada yang tak biasa, dan tak ada harapan yang
muluk-muluk.”
(PB:2)
Enong adalah gadis kecil yang cerdas. ia selalu juara kelas. Pelajaran
favoritnya adalah bahasa Inggris, sehingga ia bercita-cita ingin menjadi guru
bahasa Inggris seperti gurunya, Bu Nizam. Karena Enong sangat menyukai
bahasa Inggris, Ayahnya pun membelikan kamus bahasa Inggris untuknya.
Ketika Ayahnya membelikan kamus bahasa Inggris kepadanya, ia sangat
senang. Sejak lama ia menginginkan kamus bahasa Inggris itu. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
51
“Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yag cerdas.
ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris
dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam.”
(PB: 10)
2) Tahap pemunculan konflik (Generating circumstances)
Dalam subklimaks ini diceritakan ketika ayah Enong akan mengajak
keluarganya pergi melihat pasar malam dengan sepeda yang ia hadiahkan
untuk istrinya, ia malah mengalami kecelakaan di tambang timah. Ayah Enong
tertimbun tanah pada saat mendulang timah. Istrinya yang sudah lama
menunggu kepulangan suaminya langsung mendapat kabar dari tetangganya,
Sirun bahwa suaminya mengalami kecelakaan di tambang. Akhirnya, istrinya
pergi ke sana untuk melihat dan membantu orang-orang yang menyelamatkan
suaminya. Namun, suaminya tak tertolong dan meninggal dunia.
“Buruh kasar itu langsung masuk dan dengan gemetar mengatakan
telah terjadi kecelakaan. Zamzami tertimbun tanah. Syalimah
terpaku di tempatnya berdiri.”
(PB: 7)
3) Tahap peningkatan konflik (Rising Action)
Pada peristiwa ini terlihat setelah Ayah Enong meninggal akibat tertimbun
tanah saat mendulang timah di tambang. Enong dan keluarganya sangat sedih
dan merasa kehilangan karena ayahnya meninggal dunia. Hal ini membuat
Enong merasa bertanggung jawab sebagai anak tertua dalam keluarganya. Ia
pun memutuskan untuk berhenti sekolah, karena ia ingin bekerja membiayai
keluarganya setelah ayahnya meninggal dunia. Ia pun pergi ke Tanjong Pandan
untuk mencari lowongan pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah
ini.
52
“Anak itu baru kelas enam SD, tapi ia akhirnya luluh karena Enong
mengatakan tak bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti
sekolah karena biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”
(PB:25)
Ia pergi ke Tanjong Pandan untuk mencari lowongan pekerjaan. Ia
mendengar dari tetangganya bahwa di Tanjong Pandan banyak terdapat
pekerjaan. Sebagian tetangganya bekerja sebagai pelayan toko, tukang cuci,
buruh pabrik, dan sebagainya. Sebelum pergi, Enong berpamitan kepada
temannya. Ia mengatakan kepada temannya bahwa ia akan bekerja di Tanjong
Pandan. Setelah ia dapat mencari uang, ia akan ikut kursus bahasa Inggris. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Aku akan bekerja dulu di Tanjong Pandan. Kalau dapat uang,
nanti aku akan kursus bahasa Inggris.”
(PB:31)
Setelah sampai di Tanjong Pandan, ia segera mencari pekerjaan. Ia
mencoba untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan toko. Namun, ia ditolak
oleh juragan toko. Ia dianggap masih terlalu kecil dan tidak mampu bekerja.
Banyak juragan toko yang menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Penolakan
yang ia terima tidak membuatnya putus asa. Ia terus berusaha mencari
pekerjaan di toko-toko lainnya. Namun, ia tetap saja ditolak bekerja. Akhirnya,
Enong menyerah karena ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ia
memutuskan untuk pulang ke rumah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”
(PB:36)
53
4) Tahap Klimaks (Climax)
Pemaparan klimaks terlihat ketika Enong tak kunjung mendapatkan
pekerjaan di kota, ia memutuskan untuk kembali ke desanya. Kemudian ia
meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai pendulang timah. pekerjaannya sebagai
pendulang timah membuatnya senang karena pekerjaan itu tidak memerlukan
bedak atau berdandan. Ia memilih pekerjaan itu karena tidak ada pilihan lagi.
Harapannya adalah untuk mendapatkan uang. Ia tidak rela melihat adiknya
harus berhenti sekolah seperti dirinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Namun, putri kecil Syalimah itu gembira bukan main mendapat
pekerjaan yang baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu
tak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan
tak perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis, dan terutama, karena
ia memang tak punya pilihan lain.”
(PB:50)
Setiap harinya, Enong bekerja keras mencari timah dari satu tempat ke
tempat lainnya. Ia berangkat mendulang pada saat subuh dengan semangat.
Namun, ia mendapat hinaan dan cercaan dari orang-orang di sekitarnya karena
tak kunjung mendapatkan timah. Enong hanya bersikap sabar dan tidak pernah
marah dengan gunjingan tersebut. Ia terus berusaha dan akhirnya ia
mendapatkan timah di dalam hutan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan.”
(PB:59)
54
Setelah ia mampu mendapatkan timah, ia menjualnya di toko. Ketika
Enong menjual timah, orang-orang di sekitarnya menatap tajam pada dirinya.
Ia merasa takut, tetapi ia berusaha tidak mempedulikannya. Keesokkan
harinya, ia mengalami kejadian mengerikan. Ia diikuti oleh orang-orang dan ia
jatuh ke jurang. Namun, ia masih hidup. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Salak anjing meraung-raung, Enong diburu seperti pelanduk. Ia
berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak
memedulikan kaki telanjangnya yang berdarah karena duri dan
pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia ia tak dapat berlari lebih
jauh karena di depannya mengadang tebing yang curam.”
(PB:72)
5) Tahap penyelesaian (Denouement)
Pada tahap ini, tokoh utama (Enong) dapat menyelesaikan atau mengatasi
masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Dalam novel Padang Bulan, tokoh
utama (Enong) setelah mendapatkan pekerjaan sebagai pendulang timah dan ia
mengalami kejadian yang mengerikan, ia tetap akan bekerja sebagai pendulang
timah. Impiannya yang dulu ingin belajar bahasa Inggris pun kini bisa tercapai.
Ia mendaftarkan diri untuk ikut kursus bahasa Inggris di Tanjong Pandan. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Tujuan Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang
tidak ketinggalan zaman itu.”
(PB:133)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setelah Enong mendapatkan pekerjaan
sebagai pendulang timah dan ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya, ia
memutuskan untuk melanjutkan keinginannya yang tertunda untuk belajar
55
bahasa Inggris dengan cara mendaftarkan diri ikut kursus bahasa Inggris di
kota.
Dari uraian tahapan-tahapan alur di atas, dapat disimpulkan bahwa novel
Padang Bulan tergolong alur yang progresif (alur maju). Hal ini terbukti dari
peristiwa-peristiwa yang berlangsung dan terjadi tersusun secara runtut dari
awal sampai akhir yaitu dari pengenalan, pemunculan masalah, konflik
memuncak, klimaks sampai akhir atau penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut
membentuk sebuah alur. Alur dalam novel Padang Bulan membentuk sebuah
keindahan karena peristiwa-peristiwa tersebut diceritakan secara berurutan dan
terdapat peningkatan emosi tokoh dalam tiap tahapan alur. Selain itu, cerita
novel ini menimbulkan dugaan-dugaan dari pembaca terhadap kelanjutan
ceritanya. Hal itu dapat dilihat pada saat Enong akan mencari pekerjaan di
kota. Pembaca akan mengira bahwa Enong akan mendapatkan pekerjaan di
kota, tetapi ternyata Enong tidak mendapatkan pekerjaan. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
“Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang
dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar.
Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hamper
tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau
pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia
alami berkali-kali, selama berhari-hari.”
(PB:33)
d. Latar
Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata memiliki tiga latar, yaitu latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial.
56
1) Latar tempat
Banyak latar tempat yang terdapat pada novel Padang Bulan. Namun,
tidak semua latar tempat penulis sebutkan satu persatu. Peristiwa dalam novel
Padang Bulan menunjukkan tempat yang berlainan sesuai dengan perjalanan
tokoh cerita. Peristiwa dalam novel tersebut dimulai ketika tokoh Syalimah
(Ibu Enong) menunggu Zamzami pulang di rumahnya. Zamzami berjanji akan
memberikan kejutan pada keluarganya. Namun, Zamzami tak kunjung pulang.
Latar tempat di depan rumah dilihat adanya sebuah jalan setapak dan
pekarangan yang ada di depan rumah Syalimah.
“Menjelang tengah hari, sebuah mobil pikap berhenti di depan
rumah. Dua lelaki mengangkat benda yang dibungkus dengan
terpal dari bak mobil itu dan membawanya masuk ke dalam
rumah.”
(PB: 4)
Kemudian, tempat yang digunakan cerita ini adalah di tambang timah. Hal
itu dilihat adanya beberapa penambang yang sedang mendulang timah,
timbunan timah, pacul, dan berbagai alat tambang timah lainnya. Di sanalah
Ayah Enong mengalami kecelakaan saat mendulang. Ia tertimbun tanah dan
akhirnya meninggal dunia.
“Syalimah terpaku di tempatnya berdiri. Nafasnya tercekat. Ia tak
bisa berbuat apa-apa. Sirun memintanya menitipkan anak-anaknya
kepada tetangga dan mengajaknya iku ke tambang.”
(PB:7)
Setelah ayahnya meninggal dunia, Enong berhenti sekolah dan
memutuskan untuk bekerja. Ia pergi ke kota untuk mencari lowongan
pekerjaan yang bisa dilakukannya. Ia mendengar dari tetangganya bahwa di
kota terdapat banyak pekerjaan. Sebagian tetangganya bekerja di kota sebagai
57
tukang cuci, pelayan toko, buruh pabrik, dan sebagainya. Keesokkan harinya,
ia mencoba melamar pekerjaan sebagai pelayan toko. Namun, ia ditolak oleh
beberapa juragan toko karena ia masih kecil dan tidak mempunyai ijazah
sekolah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau
gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu
menyodorkan tangannya.”
(PB:37)
Akhirnya, ia pulang ke kampung. Setelah sampai di rumahnya, ia
memikirkan pekerjaan apa yang harus dilakukannya untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Kemudian, ia memutuskan bekerja sebagai pendulang
timah seperti Ayahnya. Setiap hari selesai sholat Subuh, ia mengemasi
peralatan yang ia gunakan untuk mendulang. Ia mencari timah di danau dan di
sungai. Ia rela berendam di danau setiap hari demi mendapatkan uang. Kutipan
di bawah ini menggambarkan bahwa tempat terjadinya cerita adalah di
bantaran danau.
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil
menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”
(PB:50)
Latar tempat yang lain dalam novel Padang Bulan ini adalah di Tanjong
Pandang. Di sanalah Enong, Ikal, dan Detektif M. Nur mencari pekerjaan dan
kursus bahasa Inggris. Enong ingin mendaftar kursus bahasa Inggris,
sedangkan Ikal dan Detekttif M. Nur mencari pekerjaan di Jakarta. Ikal dan
Detektif M. Nur menemani Enong untuk mendaftar, kemudian mereka akan
58
pergi ke pelabuhan untuk naik kapal menuju Jakarta. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Maka, berangkatlah kami ke Tanjong Pandan. Tujuanku dan
Detektif adalah ke dermaga. Karena, dari sanalah kapal Mualim
Syahbana akan bertolak menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Tujuan
Enong: mendaftarkan diri ke kursus bahasa Inggris yang tidak
ketinggalan zaman itu.”
(PB:133)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar tempat yang terjadi
dalam novel Padang Bulan ini berubah sesuai dengan perkembangan peristiwa
yang terjadi. Pada latar tempat meliputi rumah, tambang timah, toko, bantaran
danau, dan Tanjong Pandan.
2) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa dalam suatu cerita. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika
dilepaskan dari perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal dan
sebagainya yang mendukung jalannya cerita. Latar waktu dalam novel Padang
Bulan karya Andrea Hirata terdapat pada pagi hari. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil
menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”
(PB: 50)
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa peristiwa terjadi di pagi hari.
Pada waktu, itu setelah selesai sholat Subuh, Enong membantu ibunya merawat
adiknya. Ia menggendong adiknya sebelum berangkat mencari timah. setelah
membantu ibunya, Enong bersiap-siap berangkat bekerja dengan mencium
59
tangan ibunya. Penggambaran latar waktu dilihat pada saat Enong melakukan
sholat Subuh. Pada umumnya waktu untuk melakukan sholat Subuh adalah
sebelum matahari terbit. Suasana yang terlihat masih gelap, dingin, dan
terdengar suara ayam berkokok. Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar waktu
terjadi pada saat pagi hari.
“Menjelang tengah hari, sebuah mobil pikap berhenti di depan
rumah. Dua lelaki mengangkat benda yang dibungkus dengan
terpal dari bak mobil itu dan membawanya masuk ke dalam
rumah.”
(PB:4)
Kutipan di atas menggambarkan pada waktu siang hari. Menjelang tengah
hari berarti terjadi pada siang hari. Hal itu juga dilihat dengan aktifitas yang
dilakukan oleh seorang pegawai yang mengantarkan pesanan kepada
pembelinya.
“Tengah malam, aku terbangun karena mimpi yang amat buruk.
Kubuka jendela kamar. Kulihat bulan mengambang, pucat. Aku
berbalik dan melihat diriku sendiri di depan kaca.”
(PB:179)
Kutipan tersebut menjelaskan peristiwa ketika Ikal terbangun dari
tidurnya. Ia bermimpi buruk dikejar-kejar oleh raksasa. Ia kemudian membuka
jendela dan memandangi bulan. Peristiwa itu menggambarkan bahwa kejadian
itu terjadi pada malam hari. Hal itu dapat dilihat adanya bulan di langit gelap.
Bulan muncul pada saat malam hari. Selain itu, suasana yang terjadi sangat
sepi dan gelap. Di samping itu, kegiatan yang dilakukan Ikal pada waktu itu
adalah tidur. Jadi, keadaan tersebut menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi
pada malam hari.
60
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar waktu yang terjadi
pada novel Padang Bulan adalah pada waktu pagi hari, siang hari, dan malam
hari. Latar waktu pagi hari dapat dilihat ketika Enong akan berangkat bekerja.
Latar waktu siang hari dapat dilihat ketika dua orang pegawai mengantarkan
sebuah bingkisan ke rumah Enong, sedangkan latar waktu malam hari
digambarkan ketika Ikal terbangun dari tidurnya.
3) Latar sosial
Latar sosial dalam novel Padang Bulan berasal dari keluarga sederhana
yang ayahnya bekerja sebagai pendulang timah. Setelah sepeninggal ayahnya,
ia harus berhenti sekolah dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Oleh karena itu, Enong mempunyai status sosial ke bawah. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari
sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas
enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak
bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena
biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”
(PB:25)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa status sosial Enong di
masyarakat adalah status sosial ke bawah karena ia berasal dari keluarga yang
kurang mampu. Ayahnya hanyalah sebagai pendulang timah dan setelah
ayahnya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Kini dia tidak lagi
bersekolah. Penggambarannya dapat dilihat ketika Enong memutuskan untuk
berhenti sekolah. Ia berhenti sekolah karena keluarganya tidak mempunyai
uang. Untuk makan saja, keluarganya harus berhutang pada tetangga. Adik-
adiknyapun tidak masuk sekolah karena belum membayar sekolah. Ibunya
61
hanya rumah tangga biasa. Keadaan ini menggambarkan bahwa status sosial
dalam novel Padang Bulan ini berstatus sosial ke bawah.
e. Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
menggunakan sudut pandang orang pertama. Berikut disajikan pendapat
Meredith Fitszgerald yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 262), sudut
pandang pesona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal dan
jangkauannya terbatasi. Dalam sudut pandang “aku”, narator hanya bersifat
maha tahu bagi diri sendiri dan tidak terhadap orang (tokoh) lain yang terlibat
dalam cerita. Kutipan berikut adalah contoh yang terdapat di dalam novel
Padang Bulan yang menunjukkan bahwa pengarang menggunakan sudut
pendang pesona pertama.
““Kulihat mereka berbincang lagi dan kuamati Zinar. Gerak-
geriknya menunjukkan sikap respek yang mengesankan pada
perempuan setengah baya di depannya sekaligus satu pesona yang
susah ditolak oleh gadis-gadis muda lainnya. Zinar tak berhenti
tersenyum. Aku menyukai senyumannya yang lebar…”
(PB:106)
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa novel Padang Bulan
karya Andrea Hirata ini menggunakan sudut pandang orang pertama atau
“akuan”. Pengarang menggunakan kata ganti “aku” dalam bercerita. Namun,
keberadaan pengarang dalam novel Padang Bulan hanya sebagai narator saja
bukan sebagai tokoh utama.
Berdasarkan analisis unsur intrinsik tampak adanya kesatuan yang utuh
antarunsur pembangun sastra pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.
Dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang ada jalinan yang erat atau
62
koherensi. Di bawah ini penulis mengurai hubungan antarunsur dalam novel
Padang Bulan.
a. Hubungan Tema dengan Alur
Tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca. Untuk menyampaikan ide atau gagasan,
pengarang harus menggunakan sebuah media, yakni pengarang harus
menciptakan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam
hubungan sebab-akibat (alur).
Tema cerita ada yang diwujudkan pada akhir cerita sebagai penegasan atau
kesimpulan cerita. Misalnya, novel Padang Bulan peristiwa dimulai dari
sepeninggal Ayah Enong yang meninggal di tambang timah, kemudian dia
harus berhenti sekolah untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Beberapa peristiwa mulai bermunculan menyertai kehidupan tokoh utama.
Permasalahan berakhir dengan kepasrahan tokoh utama dalam mengahadapi
masalah yang dihadapinya. Tema novel Padang Bulan sangat baik dan
menarik, karena mengungkapkan berbagai konflik yang terjadi antara
perjuangan perempuan untuk keluarganya dan cita-citanya. Dilihat dari urutan
peristiwanya, novel tersebut memiliki alur maju (progresif).
Jadi, tema dan alur mempunyai hubungan erat, karena alur dapat
membantu menentukan tema dan begitu sebaliknya tema dapat memberi
gambaran pada alur.
63
b. Hubungan Tema dan Tokoh
Tokoh utama (Enong) mempunyai sifat berkemauan keras, tanggung
jawab, berbakti kepada orang tua, sabar, dan pantang menyerah. Ia
memutuskan berhenti sekolah untuk bekerja demi keluarganya. Ia mencari
pekerjaan di Tanjung Padang dan dengan semangat mencari lowongan
pekerjaan. Ia pontang-panting mencari pekerjaan. Karena tak kunjung
mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia pulang ke kampung dan bekerja sebagai
pendulang timah. Setelah dapat mencari uang sendiri, ia mendaftarkan ikut
kursus bahasa Inggris untuk melanjutkan impiannya belajar bahasa Inggris.
Pemaparan mengenai tokoh utama dalam novel tersebut sesuai dengan tema
novel ini, yakni perjuangan dan pengorbanan Enong untuk keluarga dan cita-
citanya.
Tema tersebut akan sampai kepada pembaca, jika tokoh yang ditugasi
pengarang untuk menyampaikan tema sesuai dengan situasi dan kondisi tokoh
dalam novel tersebut. Pengarang memilih tokoh Enong untuk menyampaikan
temanya, karena Enong mempunyai sifat berkembang di antara tokoh-tokoh
lainnya. Hal ini dilihat dari sifat yang lemah dan pasrah dengan takdir Allah,
tetapi dengan keteguhan dan kegigihannya membuat Enong menjadi seorang
perempuan yang tanggung jawab dan pemberani. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa antara tema dengan tokoh dalam novel Padang Bulan
memiliki hubungan yang erat, yaitu saling mendukung dan melengkapi unsur
satu dengan yang lainnya.
64
c. Hubungan Tema dengan Latar
Keterkaitan antara tema dengan latar dalam novel Padang Bulan
dilatarbelakangi oleh latar tempat, waktu, dan sosial. Ketiga latar tersebut dapat
menambah kelangsungan cerita dalam novel tersebut. Latar tempat ini
menggambarkan lingkungan tempat tinggal Enong yaitu di depan rumah,
tambang timah, di Tanjong Pandan, dan danau. Latar waktu novel ini
menggambarkan kejadian atau peristiwa itu terjadi pada waktu pagi, siang, dan
malam hari. Latar sosialnya menggambarkan status kehidupan orang ke bawah.
Berdasarkan latar tempat, waktu, dan sosial di atas dapat mendukung tema
dengan baik sehingga dapat dirumuskan tema adalah perjuangan seorang
perempuan untuk keluarga dan cita-citanya. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa antara tema dengan latar cerita mempunyai hubungan yang
erat dengan peristiwa yang terjadi pada tokoh-tokohnya sehingga dapat
membentuk tema yang sesuai dengan latar cerita.
d. Hubungan Alur dengan Tokoh
Dalam novel Padang Bulan hubungan antara alur dengan tokoh ini dapat
dilihat secara jelas. Kisah-kisah dalam novel Padang Bulan mengalir dalam
alur sederhana. Akan tetapi, dibalik alur yang sederhana ada hikmah dan
pelajaran yang besar yang akan selalu didapatkan pembaca. Misalnya,
bagaimana tokoh Enong yang pantang menyerah dalam menghadapi suatu
masalah. Dia tidak putus asa terhadap gunjingan orang lain untuk dirinya. Ia
tetap berusaha keras untuk mencari timah, agar mendapatkan uang. Begitupun
65
karena ketabahannya, Enong dapat melewati masa-masa sulit itu. Ia kemudian
dapat belajar bahasa Inggris.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan
tokoh mempunyai hubungan erat. Alur cerita dalam novel Padang Bulan
memberikan kesan yang mendalam pada tokoh. Alur dapat menggambarkan
bagaimana watak tokoh dalam menghadapi masalah yang terjadi dan
sebaliknya, dengan adanya tokoh alur cerita itu menjadi berkembang. Oleh
karena itu, hubungan antara alur dengan tokoh mempunyai hubungan yang erat
dalam hal penggambaran watak tokoh.
e. Hubungan Alur dengan Latar
Hubungan antara alur dengan latar saling berkaitan. Alur akan
menceritakan suatu kejadian yang terjadi dalam suatu latar, yaitu latar tempat,
waktu, dan sosial. Latar tempat, waktu, dan sosial akan menjadi sebuah
rangkaian cerita yang membentuk suatu alur. Dalam novel Padang Bulan
menampilkan cerita keluarga seorang pendulang timah yang hidup sederhana.
Cerita itu dimulai setelah meninggalnya Ayah Enong akibat tertimbun tanah
saat mendulang timah di tambang timah. Kemudian Enong harus berhenti
sekolah dan mencari pekerjaan di kota. Namun, di kota ia tidak mendapatkan
pekerjaan dan dia bekerja sebagai pendulang timah di bantaran danau dan
sungai. Ia rela berendam di danau dan sungai setiap hari untuk mencari timah.
Ia harus melawan dinginnya air danau. Ia juga tidak takut dengan binatang
seperti buaya atau ular. Ia hanya ingin mendapatkan timah. Setelah
66
mendapatkan uang dari hasil kerjanya, ia mendaftarkan diri ikut kursus bahasa
Inggris di Tanjong Pandan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur cerita dengan latar
mempunyai hubungan yang erat. Alur cerita mempengaruhi perubahan latar
tempat dan waktu. Begitupun dengan latar sosial yang terdapat dalam novel ini
berkaitan dengan alur cerita.
f. Hubungan Latar dengan Tokoh
Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita memerlukan tempat, waktu, dan keadaan
sosial tempat mereka melakukan atau mengalami sebuah peristiwa. Tempat,
waktu, dan keadaan sosial tersebut berpengaruh pula terhadap tokoh dan
penokohan.
Tokoh-tokoh di dalam novel Padang Bulan berlatar belakang keluarga
pendulang timah yang hidup sederhana yang tinggal d rumah kecil.
Lingkungan tempat tinggal tidak jauh dari tambang timah. Lingkungan tersebut
mempengaruhi jalan pikiran tokoh utama, Enong. Enong yang tidak
mendapatkan pekerjaan di kota membuatnya untuk bekerja sebagai pendulang
timah, tetapi dia mendapatkan banyak gunjingan dari orang lain. Hal ini
membuat tokoh utamanya menjadi sosok yang pantang menyerah dan sabar
dalam menghadapi cobaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam novel Padang Bulan,
latar dalam cerita mempunyai hubungan dengan tokoh dan penokohan.
Lingkungan tempat tinggal tokoh utama membentuk watak tokoh utama.
67
Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur intrinsik di atas dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur yang membangun dalam novel Padang Bulan
saling berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan
antarberbagai unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur
yang terjalin sangat erat dan bernilai estetik. Hal itu dapat dilihat pada salah
satu unsur yang paling menonjol dalam novel Padang Bulan ini yaitu tema.
Tema novel ini adalah perjuangan yang dilakukan tokoh Enong untuk keluarga
dan impiannya. Tema ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada
pembaca untuk mengambil hikmah dari pesan-pesan moral dari sikap dan
perbuatan tokoh-tokoh dalam novel.
2. Wujud nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata
Wujud nilai moral yang terdapat pada novel Padang Bulan antara lain: (1)
wujud nilai moral hubungan manusia dengan dengan Tuhan, (2) wujud nilai
moral hubungan manusia dengan manusia, (3) wujud nilai moral hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dan (4) wujud nilai moral hubungan manusia
dengan alam sekitar.
a. Wujud nilai moral konteks hubungan manusia dengan Tuhan
Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan pada novel Padang
Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh-tokoh dalam novel ini
dengan Tuhan, wujud nilai moral yang meliputi beribadah, berdoa, bersyukur,
dan memohon ampun.
68
1) Beribadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban untuk
beribadah. Kewajiban itu dapat dilakukan dengan cara melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibadah adalah perbuatan bakti kepada
Tuhan, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Ibadah dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai
keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing individu. Tujuan
beribadah yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk mencapai kebahagiaan
dunia akhirat.
Ibadah yang dilakukan tokoh dalam novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata adalah ibadah yang dilakukan oleh tokoh Zamzami (Ayah Enong) dan
Enong. Pada tokoh Zamzami dapat dilihat ketika istrinya menghidupkan api
untuk menanggar air waktu subuh, Zamzami selalu menemaninya dengan
mengaji Al-Quran. Hal itu ia lakukan selama berbelas tahun.
“Suara suaminya mengaji Al-Quran saban subuh telah
menemaninya menghidupkan api dapur selama berbelas tahun.”
(PB:24)
Selain Zamzami, Enong sebagai anak dari Zamzami juga mengerjakan
salat. Ketika ayahnya sudah meninggal, Enong menjadi tulang punggung
keluarga. Pagi-pagi Enong sempatkan salat subuh terlebih dahulu sebelum ia
berangkat bekerja, meskipun ia harus membantu ibunya menjaga adik-adiknya.
Pada umumnya, manusia sulit sekali melakukan ibadah, mereka cenderung
69
sibuk dengan kesibukan yang mereka jalani, sehingga kegiatan ibadah tertunda
dan ditinggalkan.
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang ,dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita …”
(PB:50)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wujud nilai moral seperti
beribadah dalam novel Padang Bulan adalah mengajarkan kepada kita bahwa
dalam keadaan apapun kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka harus
melaksanakan kewajiban kita untuk bertaqwa kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaan yang dianut. Beribadah merupakan bakti kita terhadap Tuhan agar
diberi kebaahagiaan dunia dan akhirat.
2) Berdoa
Berdoa yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
adalah permohonan (harapan, permintaan, dan pujian) kepada Tuhan yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel. Manusia diciptakan dengan kelebihan
dan kelemahan. Meskipun manusia diberi kelebihan, terkadang manusia lemah
dan mempunyai kekurangan dalam memecahkan persoalan dan masalah-
masalah yang dihadapinya. Manusia berdoa untuk memohon bantuan agar bias
menyelesaikan persoalan dan masalah-masalah yang dihadapinya. Doa yang
dilakukan tokoh dalam novel untuk memohon pertolongan atau meminta suatu
yang baik kepada Allah Swt. berupa riski dan keteguhan iman.
Berdoa yang dilakukan oleh Enong saat melamar pekerjaan. Dia berbaris
dengan sabar mengantri melamar pekerjaan. Ia merasa dirinya akan sangat sulit
untuk diterima bekerja karena dia mempunyai banyak kekurangan dan
70
saingannya pun banyak. Ia lalu berdoa agar dirinya dapat dipanggil dan
diterima bekerja di toko tersebut.
“Strateginya sukses, paling tidak ia disuruh masuk untuk ditanya
ini-itu. Ia melangkah bersama seribu doa...”
(PB:34)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang terkandung
adalah manusia yang sedang menghadapi sebuah masalah, ia tidak lupa untuk
berdoa kepada Tuhan agar diberi kemudahan dan keberhasilan dalam
menghadapi masalah tersebut. Dalam novel Padang Bulan berdoa dilakukan
Enong agar ia diterima bekerja sebagai pelayan toko. Ia percaya bahwa Tuhan
akan mengabulkan doanya. Ia pun berdoa dalam hati agar permohonannya
terkabulkan.
3) Bersyukur
Bersyukur yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
adalah ucapan terima kasih kepada Allah Swt. Perbuatan yang dilakukan oleh
tokoh dalam novel ini merupakan wujud perilaku tokoh untuk
mengekspresikan diri atas segala kebaikan yang telah diterimanya. Bersyukur
wajib dilakukan manusia sebagai makhluk yang beragama, agar kita tidak lupa
akan sebuah karunia, rahmat, nikmat, dan keselamatan yang telah diberikan.
Ketika A Ling berulang tahun, Ikal memberikan sebuah hadiah kepada A
Ling. Hadiah itu berupa tasbih yang terdiri dari 33 butir. Ia memberikan tasbih
kepada A Ling sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena telah memberikan
kesempatan dan waktu untuk merayakan ulang tahunnya itu. Bagi umat Islam,
71
tasbih digunakan untuk berdzikir memuji Allah atas keagunganNya. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Pada ulang tahun berikutnya, berarti waktu aku kelas 4,
kupersembahkan padanya seuntai tasbih dari biji-biji buah berang
berjumlah 33, sejumlah puji syukur umat Islam atas keagungan
Allah, yang selalu dirapalkan usai salat. Sampai jauh malam aku
memilin akar banar dan biji-biji berang itu.”
(PB:55)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral bersyukur adalah segala
kebaikan yang telah kita dapatkan, tidak semestinya kita lupa untuk bersyukur
sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas segala kebaikan
dan keselamatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4) Memohon Ampun
Memohon ampun sama artinya dengan istighfar yang berarti memohon
ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya dan tidak ada seorang pun yang
luput dari dosa dan kesalahan. Selain berdoa untuk meminta sebuah harapan,
manusia dianjurkan untuk memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa dan
kesalahan yang telah diperbuatnya. Terkadang manusia lupa akan kesalahan-
kesalahan yang telah diperbuatnya. Hal yang terbaik adalah meminta
pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Memohon ampun dalam novel Padang Bulan adalah permohonan ampun
yang dilakukan oleh Enong. Ketika melihat leher Ikal tercekik oleh banyak tali,
Enong sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Ikal mengalami peristiwa
mengerikan itu. Ia menduga bahwa Ikal melakukan usaha bunuh diri karena
putus cinta dengan A Ling. Enong sebagai sahabat merasa bersalah karena
tidak dapat membantu temannya menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, ia
72
memohon ampun kepada Allah dengan cara beristighfar. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
“Astaghfirullah! Innalillahi! Boi! Boi!”
Lalu, berlari menyosongku.
“Innalillahi! Apa yang kaukerjakan itu?!”
Ia menangkap kedua kakiku dan mengangkat tubuhku. Aku
tersedak-sedak. Enong pucat dan merepet tak henti-henti
mengucapkan asma Allah.”
(PB:214)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa nilai moral memohon ampun
adalah kesadaran akan kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukan baik
disadari maupun tidak disadari. Manusia diharapkan memohon ampun kepada
Allah dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.
b. Wujud Nilai Moral Konteks Hubungan Manusia dengan Manusia
Wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia yang terdapat
dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan antara tokoh
yang satu dengan tokoh-tokoh lainnya meliputi sikap tolong menolong,
berbakti kepada orang tua, keakraban, kerjasama, memuji (menyanjung orang
lain), persahabatan, member semangat, persaudaraan, menasehati, dan sikap
kekeluargaan.
1) Sikap tolong-menolong
Tolong-menolong dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
menceritakan tentang sikap tolong-menolong yang dillakukan tokoh Syalimah,
Ikal, Enong, dan Detektif M. Nur. Tokoh Syalimah diceritakan membantu
orang-orang penambang menggali tanah yang telah menimbun suaminya. Ia
berusaha menggali tanah tersebut dengan menggunakan tangan. Ia terus
73
menggali timbunan tanah itu agar suaminya dapat tertolong tanpa
menghiraukan tangannya yang berdarah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik
dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang
menimbun Zamzami. Para penambang yang tak punya cangkul
menggali dengan tangannya, secepat-cepatnya. Syalimah berlari
dan bergabung dengan mereka. Ia menggali tanah dengan
tangannya sambil tersedak-sedak memanggil suaminya.”
(PB:7)
Selain itu, tokoh Ikal juga menolong Enong dalam mengerjakan tugas
membuat puisi dalam bahasa Inggris. Awalnya, Ikal tidak ingin membantu
Enong karena ia sedang bersedih karena cintanya telah hilang dan tidak baik
juga mengerjakan tugas orang lain. Namun, Ikal tidak tega melihat Enong,
akhirnya ia mau membantu Enong membuat tugas. Ia pun membantu Enong
membuat puisi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Kami mendapat tugas membuat puisi dalam bahasa Inggris, Boi,
maukah kau membantuku?”
“Aku mengangkat bahu. Dalam hatiku, tidaklah baik tugas seperti
itu dibuatkan orang lain. Enong paham maksudku.”
(PB:180)
Enong dan Detektif M. Nur juga diceritakan menolong Ikal. Mereka
menolong Ikal ketika Ikal terjerat oleh tali yang mencekik lehernya. Waktu itu
Ikal hampir saja meninggal karena kehabisan nafas, tetapi Enong dan Detektif
M. Nur datang menolongnya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong memotong tali yang masih mengikat tubuhku dan
membuka korset serta cawat Superman itu. Lalu, ia dan Detektif M.
Nur membopongku keluar gudang. Kami berjalan menuju sepeda.
74
Sebelum sampai ke sepeda, Enong mengayun-ayunkan kostum
Ortoceria itu.”
(PB:216)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai moral tolong-menolong
memberikan pelajaran pada pembaca tentang kepedulian untuk menolong
sesama, bukan untuk membiarkan atau meninggalkan begitu saja. Manusia
dalam menghadapi situasi seperti itu diharapkan mampu membantu apa saja
yang bisa dilakukan. Sikap menolong dapat meringankan pekerjaan orang lain
atau membantu orang lain dalam musibah sebagai bentuk kepedulian manusia
membantu sesama.
2) Berbakti kepada Orang tua
Anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tuanya. Orang tuanya telah
melahirkannya dan membesarkannya sehingga menjadi manusia yang
mempunyai akal dan pikiran. Berbakti kepada orang tua dapat diwujudkan
dalam berbagai macam bentuk, salah satunya dengan berbuat baik kepada
orang tuanya. Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak, bukan
hanya anak meminta hak-haknya, melainkan juga anak juga harus selalu taat
pada setiap kewajibannya kepada orang tua.
Sikap berbakti pada orang tua pada novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata adalah yang dilakukan oleh tokoh Enong, Ikal, dan Detektif M. Nur.
Enong diceritakan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Setelah
sepeninggal ayahnya, Enong menjadi tulang punggung keluarganya karena dia
anak tertua di keluarganya. Ia bekerja sebagai pendulang timah. Setelah subuh,
ia berangkat bekerja, tetapi sebelum berangkat ia membantu ibunya merawat
75
dan menjaga adik-adiknya. Sikap yang dilakukan Enong ini mencerminkan
tanda bakti anak kepada orang tua. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil
menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”
(PB:50)
Nilai moral yang diajarkan pada uraian di atas adalah kesadaran anak
membantu orang tua dalam meringankan beban orang tua. Hal ini jarang
dijumpai di dalam masa sekarang ini. Anak-anak pada masa sekarang ini
cenderung acuh tak acuh terhadap kewajibannya berbakti kepada orang tua.
Anak lebih banyak menghabiskan waktunya untu bermain daripada membantu
orang tuanya. Sikap berbakti yang terdapat dalam novel Padang Bulan ini
dapat dijadikan teladan bagi pembaca untuk berbakti kepada orang tuanya.
3) Keakraban
Keakraban dalam novel Padang Bulan dapat dilihat dari sikap tokoh-
tokohnya. Keakraban itu ditunjukkan pada kedekatan antara Enong dengan
ayahnya. Ayah Enong sangat menyayangi Enong. Ayahnya memanggil Enong
dengan panggilan Yahnong. Panggilan tersebut merupakan panggilan sayang
kepada anak tertuanya. Sikap ini mencerminkan adanya keakraban yang erat
antara orang tua dengan anaknya. Kutipan yang menggambarkan sikap
keakraban dapat dilihat di bawah ini.
“Yahnong, singkatan untuk ayah bagi anak tertua mereka, Enong.
Kebiasaan orang Melayu menyatakan sayang pada anak tertua
dengan menggabungkan nama ayah dan nama anak tertua itu.”
(PB:2)
76
Keakraban yang lain dalam novel ini adalah ketika Enong berbalas surat
dengan sahabatnya di Jawa yang bernama Minarni. Meskipun mereka tidak
pernah saling bertemu sebelumnya. Mereka saling bertukar cerita pengalaman
kehidupan masing-masing. Enong mengagumi sahabatnya itu karena dia guru
bahasa Inggris. Minarni selalu menyisipkan kata-kata bahasa Inggris dalam
suratnya karena ia tahu Enong menyukainya. Hal itu dapat dilhat pada kutipan
di bawah ini.
“Surat ini dari sahabat penaku, Minarni, di Jawa. Ada kalimat
bahasa Inggris di sini. Aku ingin sekali tahu artinya, tolonglah.”
Aku melihat surat itu. Surat yang panjang, penuh dengan kisah-
kisah yang sedih, dan kalimat-kalimat untuk saling menguatkan
antara kedua kawan pena yang terpisah jauh. Pada penutup surat
kubaca sebaris kalimat: Time Heals Every Wound.”
(PB:120)
Dari uraian di atas nilai moral yang diajarkan adalah keakraban atau
kedekatan kita dengan manusia yang lain hendaklah saling menjaga. Jangan
sampai hubungan yang awalnya baik menjadi berubah akibat kedekatan kita
yang tidak terkontrol. Nilai moral keakraban ini dapat dijadikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Kerja sama
Kerja sama merupakan salah satu wujud kepedulian kita terhadap sesama
untuk saling membantu. Dalam novel Padang Bulan, kerja sama dilakukan
oleh setiap tokoh-tokohnya. Misalnya, kerja sama antara Syalimah dengan
orang-orang penambang timah dalam menggali timbunan tanah yang
menimbun Zamzami, suami Syalimah. Mereka saling membantu satu sama
77
lainnya. Mereka melakukannya bersama-sama demi menyelamatkan Zamzami.
Hal itu padat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Sampai di sana, Syalimah mendengar orang berteriak-teriak panik
dan menggunakan alat apa saja untuk menggali tanah yang
menimbun Zamzami. Para penambang yang tak punya cangkul
menggali dengan tangannya, secepat-cepatnya. Syalimah berlari
dan bergabung dengan mereka. Ia menggali tanah dengan
tangannya sambil tersedak-sedak memanggil suaminya.”
(PB:7)
Kerja sama lainnya dapat dilihat pada tokoh Detektif M. Nur dengan
anjingnya dalam memecahkan sebuah masalah. Detektif M.Nur mendapatkan
tugas untuk memecahkan masalah yang terjadi di warung kopi, yakni
hilangnya gigi palsu Lim Phok. Kemudian, Detektif M. Nur berinisiatif atau
bekerja sama dengan anjingnya untuk mengendus-endus mencari gigi palsu
tersebut. Peristiwa itu menggambarkan kerja sama antara Detektif M. Nur
dengan anjingnya. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini.
Lalu, Detektif membawa anjing itu ke warung kopi tempat terakhir
Lim Phok berada sebelum gigi palsunya raib. Dituntunya anjing itu
ke parit di belakang warung anjing itu mengendus-endus. Ekornya
mengibas-ngibas penuh semangat. Orang-orang di warung kopi
terpingkal-pingkal melihat tingkah Detektif dan anjing itu.”
(PB:43)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerja sama bermanfaat untuk
meringankan pekerjaan sesama. Nilai moral yang diajarkan adalah kerja sama
dalam suatu kelompok sangat diperlukan guna meringankan pekerjaan yang
dijalani. Kerja sama yang terdapat dalam novel Padang Bulan ini mengajarkan
kepada pembaca bahwa kerja sama dapat dilakukan oleh manusia dengan
binatang.
78
5) Memuji (Menyanjung Orang Lain)
Memuji dalam novel Padang Bulan merupakan salah satu sifat
menyanjung orang lain terhadap perbuatan yang telah dilakukannya. Memuji
dengan maksud mengagumi hasil karya orang lain atau mengagumi apa yang
telah diperbuat orang lain termasuk kegiatan yang terpuji.
Ikal yang memuji Pak Cik karena kebesaran jiwa Pak Cik melepaskan
burung punai itu kembali ke alamnya. Padahal, banyak orang lain bersusah
payah dan bekerja keras untuk menangkap burung punai itu. Sikap yang
dilakukan Ikal ini termasuk sikap memuji orang lain karena sikap positif yang
dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Bayangkan, orang lain setengah mati ingin menangkap raja
burung Punai, gagal. Pak Cik justru melepaskannya. Bukan main
agungnya jiwa Pak Cik, ni.”
(PB:76)
Sikap memuji lainnya yang terdapat dalam novel ini adalah sikap memuji
yang dilakukan Enong kepada Ikal karena kemampuan Ikal dapat
menerjemahkan kata-kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Enong sangat
mengagumi kemampuan Ikal tersebut karena Enong telah bersusah payah
mencari kata-kata bahasa Inggris itu di kamusnya untuk menerjemahkannya,
tetapi dengan mudahnya Ikal langsung dapat menerjemahkannya tanpa melihat
kamus. Hal itu dilihatkan pada kutipan di bawah ini.
“Benar, Kak, waktu akan menyembuhkan setiap luka, itulah
artinya.”
Enong senang, sekaligus sedih.
“Bukan main, Boi. Bukan main.”
(PB:120)
79
Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai moral yang diajarkan dalam hal
ini adalah sikap yang mau mengakui kelebihan orang lain, tanpa harus mencari
kejelekan dari orang lain. Nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan
dilakukan oleh Ikal dan Enong adalah sikap mengagumi kelebihan tokoh lain
dalam melakukan sesuatu. Sikap mengagumi tersebut diwujudkan dalam
bentuk ucapan.
6) Persahabatan
Persahabatan yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah
persahabatan yang terjalin antara Enong, Minarni, dan Ikal. Persahabatan
menunjukkan kesetiaan dan kedekatan satu sama lainnya. Persahabatan juga
terjalin dari kebutuhan saling menolong, menasihati, kepedulian, dan
kepercayaan satu sama lainnya. Persahabatan dalam novel Padang Bulan
ditunjukkan pada saat tokoh Enong dan Minarni menjalin pertemanan lewat
surat. Mereka bersahabat karena keduanya saling menyukai bahasa Inggris.
Dalam bersurat, mereka saling menceritakan pengalaman dan mendukung
aktivitas satu sama lainnya. Hal itu digambarkan dalam kutipan di bawah ini.
“Sejak itu Enong dan Minarni menjadi sahabat pena yang setia.
Dalam surat-suratnya, kedua perempuan itu saling bercerita
pengalaman masing-masing, susah dan senang. Enong bercerita
pada Minarni tentang kegemarannya pada bahasa Inggris.”
(PB:88)
Persahabatan juga ditunjukkan begitu kental antara Enong dengan Ikal.
Mereka mulai bersahabat sejak Enong bertemu dengan Ikal di kantor pos.
Mereka berdua saling tolong-menolong. Ketika Ikal sedang bersedih, Enonglah
80
yang dapat menghiburnya. Dia mampu membuat Ikal kembali kuat dan tegar
dalam menghadapi masalahnya.
“Lalu, datanglah Enong. Rupanya ia tahu bahwa aku telah dilipat
Zinar. Ia adalah sahabat yang baik. Ia berusaha membesarkan
hatiku. Pembicaraan kami merambat ke soal kursusnya. Matanya
bersinar menceritakan senangnya ia belajar dan lingkaran baru
perkawanannya.”
(PB:180)
Nilai moral yang terkandung di atas adalah bahwa persahabatan bukan
hanya terjalin dalam melakukan hal-hal yang menyenangkan saja, melainkan
juga persahabatan dipupuk dari rasa kepercayaan, kasih sayang, dan kepedulian
antara satu sama lainnya. Persahabatan dijunjung tinggi karena satu sama lain
tidak memikirkan diri sendiri, tetapi merasa senasib dan sepenanggungan.
7) Memberi semangat
Pemberian semangat dalam novel Padang Bulan ini merupakan upaya
memberikan motivasi untuk melangkah lebih baik. Pemberian semangat
sebagai bentuk solidaritas kepada seseorang yang ada di sekitar untuk membuat
orang tersebut kembali semangat. Pemberian semangat terkadang tidak dengan
cara memuji melainkan dengan kritikan yang dapat membangun seseorang
untuk bergerak lebih maju. Pemberian semangat ini dapat dilakukan dengan
sikap maupun ucapan yang bersifat membangun.
Pemberian semangat dalam novel Padang Bulan ini ditunjukkan oleh
tokoh Zamzami kepada anaknya Enong. Zamzami memberi semangat pada
anaknya untuk terus belajar agar cita-citanya sebagai guru bahasa Inggris dapat
81
tercapai. Ia juga membelikan Enong sebuah kamus bahasa Inggris satu miliar
sebagai tanda penyemangat dan rasa kasih sayang ayah kepada anaknya.
“Buku ini untuk anakku, Enong.
Kamus satu miliar kata.
Cukuplah untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris seperti
bu Nizam.
Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses.”
(PB:15)
Wujud pemberian semangat juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur
kepada Ikal. Detektif M. Nur mengetahui bahwa Ikal sedang bersedih karena
cintanya kepada A Ling terhalang oleh laki-laki lain. Detektif sebagai teman
dari Ikal, ia berusaha untuk menghiburnya. Ia memberikan nasehat kepadanya
agar tidak larut dalam kesedihan. Namun, Detektif M. Nur memberikan
semangat kepada Ikal dengan cara memberikan surat yang berisi nasihat-
nasihat agar tetap semangat menjalani hidup.
“Ke hadapan kawanku, Ikal …
Melalui Jose Rizal, kusampaikan betapa aku merasa bersedih atas
kesusahan yang menimpamu. Aku tahu kau merana. Aku tahu kau
tersiksa. Cinta, memang kejam tak berperi. Tapi, aku di sini,
Kawanku, siap sedia membantumu, dan aku punya informasi lebih
mendalam soal ini. Aku telah mengenal sainganmu itu. Tegakkan
badanmu, tabahkan hatimu.”
(PB:81)
Kemudian Ikal juga memberikan semangat kepada temannya, Detektif M.
Nur ketika Detektif M. Nur mengalami kegundahan atau kebimbangan
mengambil keputusan untuk kembali ke rumah atau pergi ke Jakarta. Ikal yang
mengetahui kegelisahan temannya itu memberikan semangat kepada temannya
untuk tetap pergi ke Jakarta. Ia menghibur agar Detektif M. Nur tidak
82
memikirkan ibunya karena ibunya diyakini memahami untuk masa depan
anaknya.
“Janganlah kaurisaukan ibumu. Ibumu pasti mengerti. Ini demi
masa depanmu. Langkahkan kakimu. Raih mimpi-mimpimu.
Kursuslah. Kau hharus berangkat ke Jakarta.”
(PB:144)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemberian semangat yang terdapat
dalam novel Padang Bulan merupakan pemberian semangat antara Ayah
dengan Enong dan Ikal dengan Detektif M. Nur. Pemberian semangat itu
diberikan agar dapat mewujudkan impiannya dan menjadi orang yang berguna.
8) Menasihati
Menasihati dalam novel Padang Bulan digambarkan tentang pemberian
nasihat yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih
muda, untuk meluruskan dan memberikan pemikiran yang diharapkan agar
nantinya orang yang lebih muda itu dapat mencapai suatu yang diinginkannya.
Pemberian nasihat ini dilakukan oleh Detektif M. Nur kepada Ikal yang sedang
mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan apa yang harus
dilakukannya. Detektif M. Nur memberikan nasihat, agar Ikal harus bertemu
dengan Zinar agar permasalahannya menjadi jelas. Apalagi Ikal adalah seorang
lelaki, maka ia harus bersikap pemberani dan masalahnya akan terselesaikan
dengan baik. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Detektif M. Nur menyarankan aku menemui Zinar untuk
menanyakan semuanya agar terang segala perkara. Kupikir, karena
menyangkut masa depan, saran itu cukup baik, dan paling tidak aku
masih bisa bersikap gentleman. Kata detektif kuntet itu, Zinar baru
saja membuka toko di Pasar Manggar.”
83
(PB:99)
Detektif M. Nur juga memberikan nasihat kepada Ikal agar menerima
semua keadaan yang terjadi ini dengan lapang dada. Ia mengatakan kepada Ikal
bahwa semua yang telah terjadi sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Ikal harus
menerima kenyataan bahwa A Ling telah dijodohkan pada orang lain. Detektif
M. Nur meminta Ikal untuk tetap bersemangat menghadapi kenyataan hidup
ini. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Tak selembar pun daun jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan, Boi.
Bagaimana keadaan kita sekarang, itulah yang diinginkan-Nya,”
katanya dengan khidmat sambil menatap langit-langit kantor pos.”
(PB:233)
Pemberian nasihat juga dilakukan oleh Ibu Ikal kepada Ikal. Ibu Ikal
memberikan nasihat agar Ikal kembali lagi ke rumah untuk menjenguk ayahnya
yang sakit akibat kelakuan Ikal yang tidak menyenangkan. Ikal lebih memilih
untuk mengejar cintanya kepada A Ling daripada menuruti perintah ayahnya
untuk mencari pekerjaan yang baik. Akhirnya, ia bertengkar dengan ayahnya
dan pergi dari rumah. Ayahnya jatuh sakit dan Ikal disuruh untuk pulang. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Tengok ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahukah kau,
Bujang? Ada undang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak
kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kaupelajari
di sekolahmu itu?”
(PB:111)
Pemberian nasihat juga dilakukan oleh paman dan bibi Ikal mengenai
masalah yang dihadapinya. Mereka memberikan nasihat agar Ikal lebih
memikirkan lagi apa yang harus dilakukan. Paman dan bibinya menyuruhnya
84
untuk menuruti perintah orang tuanya agar tidak mengejar cintanya kepada
anak Tionghoa itu, tetapi untuk menyongsong masa depan dengan mencari
pekerjaan yang baik. Apalagi Ikal lulusan dari Amerika, pasti dia mendapatkan
pekerjaan yang baik dengan mudah.
“Bibi jarang bicara, dan jika bicara ia selalu berhati-hati. Ia sering
mengajarkan padaku. Waspada, Bujang. Lidah membuat dosa,
semudah parang menampas pisang.”
(PB:168)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemberian nasihat dalam novel
Padang Bulan terdapat tiga macam pemberian nasihat yaitu pemberian nasihat
orang tua kepada anaknya, paman dan bibi kepada kemenakan dan pemberian
nasihat terhadap sesama teman.
9) Kekeluargaan
Kekeluargaan dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah
hubungan kekeluargaan yang terjalin antar tokoh satu dengan tokoh lainnya.
Hubungan kekeluargaan yang terjalin adalah antara Ikal dengan Mapangi dan
pamannya. Pada hubungan kekeluargaan antara Ikal dengan Mapangi terlihat
pada saat Ikal memutuskan untuk meninggalkan rumah, ia menginap di rumah
Mapangi, teman lamanya dulu. Hal yang dilakukan Ikal itu menggambarkan
terjadinya hubungan yang baik seperti keluarga antara Ikal dengan Mapangi.
Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Genap sebulan kutinggalkan rumah. Kecewa pada Ayah.
Alasannya, sungguh absurd: cinta. Aku menumpang di rumah
Mapangi, orang bersarung kawan lamaku. Sering sepupu-sepupuku
dating diutus Ayah untuk membujukku pulang, aku bergeming.”
(PB:45)
85
Hubungan kekeluargaan yang lain juga dilakukan oleh Paman Ikal kepada
Ikal. Ketika Ikal akan berpamitan kepada pamannya bahwa ia akan pergi untuk
mencari pekerjaan di kota, pamannya memberikan sebuah koper kepadanya. Ia
memberikan koper tersebut kepada Ikal sebagai kenang-kenangan dan bentuk
penyemangat. Pamannya selama ini sangat baik dengannya. Ia selalu
membantu dan menasihati Ikal dalam menghadapi masalah. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Koper ini sengaja kubelikan untukmu di Tanjong Pandan dan
kutempeli gambar-gambar uang ini, demi membentuk mental
bisnismu.” Paman menepuk-nepuk punggungku.”
(PB:229)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan kekeluargaan
dalam novel Padang Bulan adalah kekeluargaan yang terjalin antara teman
sepermainan yang dulu sangat akrab. Kekerabatan tersebut terjalin antara Ikal
dengan Mapangi. Selain keluargaan yang disebabkan oleh pertemanan, dalam
novel Padang Bulan juga terdapat kekeluargaan yang ditimbulkan oleh
hubungan paman dengan Ikal.
c. Wujud Nilai Moral Konteks Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri
Wujud nilai moral konteks hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang
terdapat pada novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah hubungan tokoh
dalam novel terhadap dirinya sendiri yang meliputi sikap niat baik, ramah,
prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar,
kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang menyerah,
dan berpendirian.
86
1) Niat baik
Niat baik yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah sikap yang
mempunyai maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk melakukan suatu
kebaikan kepada orang lain. Niat berasal dari hati dan semua perbuatan yang
hendak dilakukan berasal dari hati. Niat baik mempunyai tiga aspek yaitu
diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilakukan dengan amal
perbuatan.
Zamzami berniat memberikan hadiah kepada istrinya berupa sepeda yang
istrinya inginkan sejak dulu. Namun, Zamzami hanya baru sekarang dapat
membelikannya sebuah sepeda Sim King. Ia bekerja keras untuk dapat
membeli sepeda itu. Ada niatan baik dari Zamzami untuk membahagiakan
istrinya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Sudah bertahun-tahun kauinginkan, baru bisa kubelikan sekarang,
maaf.”
(PB:2)
Niat baik juga dilakukan oleh Sirun, teman ayahnya, ketika ia datang ke
sekolah untuk menjemput Enong. Ia datang ke sekolah untuk memberitahukan
kepada Enong bahwa ayahnya telah meninggal di tambang. Namun, Sirun tak
tega untuk mengatakannya di depan teman-teman Enong. Ia menyuruh Enong
untuk ikut pulang, tetapi Enong menolak. Enong ingin Sirun mengatakannya di
kelas karena Enong masih ingin belajar bahasa Inggris. Sirun mempunyai
niatan baik untuk tidak mengatakan pada Enong karena Sirun tidak ingin
melihat Enong sedih. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini.
87
“Nanti saja, sampai di rumah, kau akan tahu. Enong bergeming. Ia
tak mau pulang. Katanya, ia sedang belajar dan ia senang pelajaran
bahasa Inggris.”
(PB:21)
Seorang Tionghoa pemilik toko juga mempunyai niatan baik pada Enong.
Niat baik itu dilakukan ketika Enong datang ke tokonya untuk melamar sebuah
pekerjaan padanya. Karena tokonya sepi dan hampir gulung tikar, maka ia
menolak Enong untuk bekerja pada dirinya. Akhirnya, ia memberikan Enong
uang sebagai tanda permintaan maaf telah menolak Enong bekerja di tokonya.
Enong menolak diberi uang tersebut, tetapi Pak tua itu memaksanya untuk
menerimanya sebagai ongkos pulang ke kampung.
“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau
gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu
menyodorkan tangannya.
“Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung.”
(PB:37)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa niat baik yang terdapat pada
novel Padang Bulan adalah beberapa tindakan seperti yang dilakukan oleh
Zamzami, Sirun, dan Pak tua itu merupakan suatu kebaikan yang patut
diteladani.
2) Ramah
Ramah berarti baik hati yang merupakan perwujudan sikap sopan terhadap
orang lain. Sikap ramah yang terdapat dalam novel ini adalah sikap ramah yang
ditunjukkan setiap tokoh. Sikap ramah itu dilakukan oleh tokoh seorang Pak
Tua Tionghoa kepada Enong. Ia adalah pemilik toko yang dikunjungi Enong
melamar pekerjaan. Pak tua itu menolak Enong bekerja di tokonya karena
88
tokonya sepi pembeli. Ia menolak Enong dengan sikap ramah, bahkan ia
memberikan uang pada Enong untuk ongkos pulang. Sikap yang dilakukan
oleh Pak Tua ini mencerminkan sikap ramah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
di bawah ini.
“Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau
gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu
menyodorkan tangannya.
“Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung.”
(PB:37)
Sikap ramah juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur. Ia seorang
detektif yang memecahkan sebuah masalah. Ia sangat humoris sehingga ia
populer di kampungnya. Ia juga terkenal dengan keramahannya. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Yang kutahu selanjutnya, sepulangku dari pengembaraan di
negeri-negeri antah-berantah, ia telah menjelma menjadi M. Nur,
seorang detektif swasta. Pembawaannya yang ramah dan humoris,
membuatnya amat populer. Ia pun melakukan penyelidikan atas
kasus rumit yang menimpa Moi Kiun.”
(PB:42)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap ramah dalam novel Padang
Bulan adalah wujud menghormati dan menghargai orang lain sebagai wujud
sopan terhadap sesama manusia.
3) Prasangka baik
Prasangka baik yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah prasangka
baik antar tokoh. Prasangka tokoh Syalimah kepada Zamzami yang
beranggapan bahwa Zamzami adalah lelaki yang baik dan mampu membuatnya
bahagia, meskipun Zamzami berasal dari keluarga miskin. Dalam hal ini,
89
prasangka baik adalah anggapan baik positif terhadap suatu yang masih
misteri. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup
bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus
selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati
yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari
keluarga pendulang timah.”
(PB:3)
Prasangka baik juga dilakukan Ikal kepada Zinar ketika Ikal mendatangi
Zinar di toko. Di sana Ikal bertemu dengan Zinar. Pada saat bertemu Zinar, Ikal
sangat tertegun dengan ketampanan Zinar dan sikap yang dilakukan Zinar. Ikal
beranggapan bahwa Zinar adalah orang yang ramah, santai, dan
menyenangkan. Anggapan itu mencerminkan prasangka baik oleh Ikal kepada
Zinar. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Kulihat mereka berbincang lagi dan kuamati Zinar. Gerak-
geriknya menunjukkan sikap respek yang mengesankan pada
perempuan setengah baya di depannya sekaligus satu pesona yang
susah ditolak oleh gadis-gadis muda lainnya. Zinar tak berhenti
tersenyum. Aku menyukai senyumannya yang lebar…”
(PB:106)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prasangka baik dalam novel
Padang Bulan adalah prasangka atau anggapan baik yang berawal dari pikiran
positif seseorang dalam menilai sikap orang lain. Nilai moral yang diajarkan
dalam aspek ini adalah agar kita berusaha berpikiran positif kepada orang lain
bukan berprasangka buruk kepada orang lain.
90
4) Berpikir Cerdas
Berpikir adalah suatu kegiatan yang menggunakan akal untuk melakukan
sesuatu. Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu (Depdiknas, 2008:872). Cerdas adalah sempurna
perkembangan akal budinya (Depdiknas, 2008:209). Jadi, berpikir cerdas
merupakan kemampuan menggunakan akal pikirannya secara bijak, cepat, dan
kritis dalam menggapai sesuatu.
Berpikir cerdas dalam novel Padang Bulan ini adalah ketika Enong sedang
melamar pekerjaan di sebuah toko yang memerlukan karyawan baru sebagai
pelayan toko. Ia telah lama berbaris untuk mengantri, tetapi ia tak kunjung
dipanggil. Tubuhnya terlihat kurus dan lemah, maka ia berinisiatif mengubah
penampilannya. Ia mengubah penampilannya dengan cara memakai baju secara
berlapis-lapis agar tubuhnya terlihat kuat dan gemuk. Ia menggunakan cara ini
agar ia dapat diterima bekerja. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Hari-hari yang ditunggunya tiba. Sebuah toko kembali membuka
lowongan. Enong siap meluncurkan strateginya. Sebelum masuk ke
dalam barisan pelamar bersama gadis-gadis yang semlohai itu, ia
menyelinap ke gang sepi di samping toko. Ia membuka tasnya,
mengeluarkan beberapa helai baju dan memakainya berlapis-lapis,
baju-baju itu sebagian baju ibunya yang kebesaran untuknya.
Maksudnya hatinya, calon majikan akan melihatnya lebih besar,
kuat, dan padat seperti perempuan lainnya, sehingga diterima
bekerja.”
(PB:34)
Selain peristiwa itu, Enong juga berpikiran cerdas ketika menemukan kata-
kata bahasa Inggris yang tidak terdapat di dalam kamusnya, ia menulis kata-
kata tersebut di kamusnya itu. Ia menulisnya agar tidak lupa. Enong melakukan
itu karena ia sangat menyukai bahasa Inggris. Enong telah berhenti sekolah,
91
maka ia mempelajari bahasa Inggris itu sendiri. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Matanya yang polos berbinar-binar. Aku terseret semangatnya. Ia
mengeluarkan pensil dari dalam tas. Di halaman buku yang kumal
tadi, di belakang kata wound, ia menulis luka. Kemudian, ia
mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya.”
(PB:120)
Berpikir cerdas juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur ketika
melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus, yaitu menemukan gigi palsu
Lim Phok yang hilang. Ia lalu berinisiatif menggunakan anjing untuk
memecahkan masalah ini. Akhirnya, ia menggunakan anjing itu untuk
mengendus-ngendus mencari gigi palsu tersebut. Gigi palsu tersebut dapat
ditemukan oleh anjing itu. Sikap yang dilakukan oleh Detektif M. Nur itu
mencerminkan sikap berpikir cerdas.
“Esoknya Detektif mendatangi seorang pemburu pelanduk dan
meminta anjingnya menciumi seperangkat gigi palsu yang ia
pinjam dari tukang gigi. Anjing pemburu pelanduk sangat hebat
dalam menciumi jejak. Aku bingung. Kutanyakan padanya, apa
yang ia lakukan? Pakai anjing segala?”
(PB:43)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir cerdas bukan hanya
menemukan ide-ide cemerlang, melainkan juga berpikir cerdas mendapatkan
ide-ide cepat tanggap sebagai pemecah jalan kebuntuan dari suau masalah.
Dalam novel Padang Bulan berpikir cerdas dilakukan oleh tokoh Enong dan
Detektif M. Nur menyelesaikan suatu masalah. Nilai moral ini dapat dijadikan
teladan bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
92
5) Sabar
Sikap sabar yang terdapat dalam novel Padang Bulan adalah sikap sabar
yang dimiliki oleh setiap tokoh. Banyak makna sabar yang dapat diwujudkan
ke dalam beberapa sikap, seperti sikap sabar yang dilakukan oleh Enong ketika
melamar pekerjaan. Ia telah mendaftarkan diri dan ikut berbaris mengantri
untuk dipanggil melakukan tes wawancara. Namun, setelah lama berdiri
menunggu ia tidak kunjung dipanggil namanya. Ia hanya bisa bersabar dan
mengambil hikmah dari semua kejadian itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan
di bawah ini.
“Enong tak berkecil hati. Kejadian itu memberinya pelajaran yang
berharga. Bukannya sedih karena tak dipedulikan, ia malah senang
sebab lain waktu ia tahu apa yang harus dillakukan.”
(PB:34)
Selain itu, ketika Enong menjadi pendulang timah ia menjadi bahan
gunjingan dari orang-orang di sekitarnya. Namun, ia tetap mencari timah di
danau dan di sungai. Enong terus mencari, tetapi tidak mendapatkan timah.
Para tetangga menghina dan mengolok-olok karena tidak mendapatkan timah.
Enong bersabar dan tidak pernah marah dengan gunjingan dan cercaan
tersebut. Ia terus bekerja keras dan akhirnya ia mendapatkan timah. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan…”
(PB:59)
93
Dari uraian di atas, kesabaran yang terdapat dalam novel Padang Bulan
adalah sikap sabar yang ditunjukkan oleh sikap sabar Enong dalam
menghadapi cobaan hidup yang berupa kegagalan dan penghinaan dari orang
lain kepada dirinya. Karena kesabarannya dalam menghadapi masalah, maka ia
mendapatkan suatu yang lebih baik dan menjadi kuat. Nilai moral ini dapat
dijadikan sebagai teladan bagi pembaca dalam menghadapi suatu masalah.
6) Bijaksana
Bijaksana dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap
selalu menggunakan akal dan budinya selalu arif apabila menghadapi kesulitan.
Sikap bijaksana yang dilakukan oleh Enong saat ia mencari pekerjaan di kota,
tetapi ia ditolak bekerja di sana. Uang sakunya telah habis. Akhirnya, ia
memutuskan untuk pulang ke kampung, karena tidak ada pilihan lagi. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong berusaha menolak. Orang itu memaksa. Enong
memandangi toko yang kuyu dan bapak tua Tionghoa yang tulus
itu. Sudah berhari-hari ia terlunta-lunta. Tak ada pilihan selain
pulang dan mencari pekerjaan di kampung.”
(PB:37)
Setelah kembali di kampung, ia berpikir sejenak apa yang harus
dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya, ia
memutuskan untuk meneruskan kembali pekerjaan ayahnya sebagai pendulang
timah. Ia terpaksa melakukannya karena tidak ada pilihan lagi. Ia sadar bahwa
ia tidak mempunyai ijazah dan mempunyai keterampilan apa-apa. Oleh karena
itu, ia mengambil tindakan untuk bekerja sebagai pendulang timah. Ia hanya
94
ingin mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya
dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyinsingkan lengan baju,
turun ke bantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali
dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya
bercucuran, tubuhnya berlumur lumpur. Ia mengumpulkan
galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-
ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia
ini, telah lahir.”
(PB:49)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap bijaksana dalam novel Padang
Bulan adalah bijaksana dalam memutuskan suatu tindakan menyelesaikan
berbagai macam permasalahan yang terjadi di kehidupannya. Orang yang
bijaksana adalah orang yang dapat memaknai kehidupan ini, bersikap tenang
menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan, dan bersikap arif dalam
memutuskan sesuatu atau menyelesaikan masalah.
7) Tanggung Jawab
Tanggung jawab dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah
sikap yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam menanggung segala sesuatu yang
dilakukannya. Enong bertanggung jawab sebagai anak tertua dalam
keluarganya, ia harus bekerja membiayai kebutuhan keluarganya. Ia
memutuskan untuk berhenti sekolah karena tulang punggung keluarganya telah
meninggal dan keluarganya tidak mempunyai uang. Ibunya hanya ibu rumah
tangga biasa dan ia mempunyai tiga adik yang kecil. Akhirnya, ia harus
menanggung semuanya sebagai anak tertua dalam keluarganya. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
95
“Enong tahu, beberapa anak perempuan tetangga sesama keluarga
pendulang telah berangkat ke Tanjong Pandan untuk bekerja
sebagai penjaga toko, tukang cuci di rumah orang kaya, atau buruh
pabrik. Ia berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia bisa bekerja
seperti itu. Apa susahnya menjaga toko? Katanya.”
(PB:25)
Tanggung jawab juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur atas
pekerjaannya. Ia bertanggung jawab terhadap kliennya yang telah
mempercayainya untuk menyelesaikan masalah itu. Ia berusaha keras untuk
memecahkan kasus itu. Kasus menemukan gigi palsu Lim Phok yang hilang. Ia
juga ingin membuktikan kepada orang-orang yang telah menertawakannya
bahwa ia dapat memecahkan masalah itu. Sikap yang dilakukan Detektif M.
Nur ini mencerminkan sikap tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaan
yang dilakukannya. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini.
“Keadaan bertambah rumit lantaran A. Nyim yang bawel itu
merepet sana sini. Seisi pasar tahu kejadian itu dan makin senang
menggunjingkannya. Detektif M. Nur bekerja di bawah tekanan
dan merasa bertanggung jawab moral pada kliennya, Moi kiun,
yang kian terpojok sampai tak berani ke pasar.”
(PB:42)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap tanggung jawab yang terdapat
dalam novel Padang Bulan adalah sikap rasa tanggung jawab yang wajib
dilakukan oleh manusia atas peristiwa atau kejadian yang terjadi dan sikap
tanggung jawab atas suatu kegiatan sebagai bentuk konsekuensi diri dalam
bekerja. Dalam novel Padang Bulan sikap tanggung jawab dilakukan oleh
Enong dan Detektif M. Nur. Enong harus bertanggung jawab sebagai anak
tertua di keluarganya, maka ia harus bekerja mendapatkan uang. Selain itu,
Detektif M. Nur juga bertanggung jawab atas pekerjaannya menyelesaikan
96
suatu masalah. Nilai moral tersebut dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
8) Sikap sadar
Sikap sadar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah
kesadaran diri atau sikap merasa, tahu, dan mengerti yang dimiliki oleh setiap
tokoh dalam novel. Zamzami tahu dan sadar bahwa dirinya baru sekarang
dapat membelikan istrinya sebuah hadiah. Ia mengetahui istrinya telah lama
menginginkan hadiah itu, tetapi Zamzami tidak mempunyai uang untuk
membelikannya. Sikap sadarnya itu, ia lakukan dengan membeli sepeda itu dan
meminta maaf pada istrinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Sudah bertahun-tahun kauinginkan, baru bisa kubelikan sekarang,
maaf.”
(PB:2)
Sebaliknya, Syalimah juga mempunyai sikap sadar. Ia sadar apabila
Zamzami berasal dari keluarga miskin, maka ia tahu resiko yang akan
dialaminya apabila menikah dengan Zamzami. Ia tidak meminta dibelikan
sesuatu pada Zamzami. Ia hanya ingin hidup bahagia saja dengan Zamzami,
meskipun tidak mempunyai apa-apa. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Sejak mengenal Zamzami, Syalimah tahu ia akan bahagia hidup
bersama lelaki itu, meski, ia juga mafhum, ada satu hal yang harus
selalu ia hindari: minta dibelikan apa pun. Sebab lelaki baik hati
yang dicintainya itu hanyalah lelaki miskin yang berasal dari
keluarga pendulang timah.”
(PB:3)
97
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sadar yang terdapat
dalam novel Padang Bulan adalah sikap sadar yang dimiliki oleh tokoh
Zamzami dan Syalimah. Sikap sadar yang dimiliki keduanya adalah sikap
sadar mengakui kesalahan dan menyesal karena baru sekarng Zamzami dapat
membelikan istrinya hadiah dan sikap sadar atas risiko yang menjadi
pilihannya memilih pasangan hidup.
9) Kasih Sayang
Kasih sayang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
adalah ungkapan perasaan sayang kepada orang lain. Kasih sayang yang
dilakukan oleh Zamzami kepada anaknya, Enong. Bentuk kasih sayang yang
diwujudkan dengan memberikan hadiah berupa kamus bahasa Inggris kepada
Enong. Zamzami mengetahui bahwa Enong sangat menyukai bahasa Inggris
dan menginginkan kamus bahasa Inggris. Oleh karena itu, Zamzami
membelikan Enong kamus sebagai ungkapan rasa kasih sayangnya kepada
anaknya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Mulai sekarang, jangan kau cemas lagi, Nong, Ayah akan belikan
kamus untukmu. Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata!”
(PB:12)
Bentuk kasih sayang juga dilakukan oleh Ikal kepada A Ling, orang yang
dicintainya. Ikal sangat menyukai A Ling dari dulu sejak SD. A Ling
merupakan cinta pertama Ikal. Setiap perayaan ulang tahun A Ling, Ikal selalu
memberikan hadiah kepada A Ling. Pada perayaan ulang tahun A Ling, Ikal
memberikan kejutan kepada A Ling berupa burung-burung punai. Ikal
mengetahui bahwa A Ling sangat menyukai burung punai. Berbagai cara Ikal
98
lakukan untuk mendapatkan burung punai. Ia pun rela berkorban apa saja untuk
membahagiakan A Ling. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Pada hari ulang tahun A Ling, subuh-subuh, aku dan Detektif M.
Nur menyelinap dan naik ke dahan tertinggi pohon kecapi di
pekarangan rumahnya untuk menenggerkan pekatik itu. Seutas tali
rami yang tersambung ke dahan itu kami sembunyikan di pokok
pohon.”
(PB: 67)
Selain itu, Ikal juga sering mengirimkan lagu kepada A Ling melalui radio.
Ia mengirimkan lagu kesukaan A Ling. Setiap sore ia lakukan demi cintanya
kepada A Ling. Setelah lagu itu diputar, Ikal pergi ke rumah A Ling untuk
menanyakan apakah A Ling mendengarkan lagu yang dikirimnya atau tidak.
Sikap yang dilakukan oleh Ikal kepada A Ling merupakan sikap kasih sayang
terhadap orang yang disayanginya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah
ini.
“Jika sore, aku minta penyiar Radio AM Suara Pengejawantahan
untuk memutar lagu pesananku. Lalu, aku bersepeda pontang-
panting ke Numpang Miskin, hanya untuk menanyakan pada A
Ling apakah ia mendengar lagu yang baru saja kukirim untuknya”
(PB:78)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasih sayang yang terdapat
dalam novel Padang Bulan adalah kasih sayang seorang ayah kepada anaknya
dan seorang laki-laki kepada perempuan yang disayangi diwujudkan dengan
memberikan hadiah yang diinginkan oleh orang terkasihnya itu. Sikap itu
dilakukan oleh tokoh Zamzami kepada Enong dan Ikal kepada A Ling. Wujud
nilai moral tersebut memberikan contoh bahwa sikap kasih sayang dapat
dilakukan pada siapa saja.
99
10) Instropeksi Diri
Instropeksi diri dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah
sikap mengoreksi diri yang dilakukan oleh tokoh dalam novel. Sirun dan
Zamzami yang mengoreksi dirinya sendiri bahwa mereka tak mampu untuk
berbicara bahasa Inggris. Mereka mengakui berbicara bahasa Indonesia saja
tidak lancer apalagi berbicara dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Kita-kita ini, Run, bahasa Indonesia pun tak lancar”
“Bahasa dari Barat? Bukan main, Bang, bukan main”
(PB:11)
Tokoh Zamzami juga melakukan instropeksi diri. Dia bermaksud untuk
memberikan kamus bahasa Inggris untuk Enong sebagai hadiah darinya.
Namun, Zamzami hanya mempunyai sedikit uang. Uangnya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akhirnya, Zamzami mengurungkan
niatnya untuk membeli kamus tersebut, kemudian memutuskan untuk
menabung terlebih dahulu.
“Tak apalah, berarti aku masih harus menabung. Bukan begitu,
Run?”
(PB:13)
Sikap intropeksi diri juga dilakukan oleh Enong ketika melamar pekerjaan
sebagai pelayan toko. Di sana Enong melihat banyak orang melamar pekerjaan
itu. Para pesaingnya mempunyai ijazah, sedangkan dia tidak mempunyai
ijazah. Dia berhenti sekolah di kelas enam SD. Dirinya juga terlihat kurus
dibandingkan orang lain. Dia tidak mempunyai keterampilan apa-apa.
100
“Enong sadar bahwa ia tak tampak cukup kuat untuk menjual
tenaga dan tak berwajah cukup menarik untuk menjadi penjaga
toko. Ia maklum pula bahwa ia tak punya selembar pun ijazah. Ia
melemun, seandainya ayahnya meninggal tidak bulan lalu, tapi
empat bulan setelahnya, setidaknya ia akan punya ijazah SD.”
(PB:34)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intropeksi diri yang terdapat
di dalam novel Padang Bulan adalah Sirun, Zamzami, dan Enong
mengevaluasi diri mengenai kekurangan masing-masing. Sikap intropeksi diri
dalam novel Padang Bulan memberikan ajaran bahwa dengan mengintropeksi
diri, maka manusia dapat mengetahui kekurangannya. Dengan mengetahui
kekurangan manusia dapat memperbaikinya dan menutupinya dengan
kelebihan. Jadi, wujud nilai moral intropeksi diri dapat dijadikan sebagai
teladan bagi pembaca.
11) Sikap Bijak
Sikap bijak dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap
tenang dan kritis menghadapi situasi yang dihadapi oleh setiap tokoh. Enong
bersikap bijak terhadap kejadian yang dialaminya di kota. Enong berusaha
keras mencari pekerjaan di kota. Pekerjaan sebagai tukang cuci, buruh, dan
pelayan toko ia lakukan, tetapi hasilnya yang didapat hanyalah sebuah
penolakan dari berbagai juragan. Uangnya telah habis untuk bertahan hidup di
kota. Tidak ada pilihan lagi selain kembali ke kampungnya. Ia memutuskan
untuk pulang dan mencari pekerjaan di kampungnya. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Enong berusaha menolak. Orang itu memaksa. Enong
memandangi toko yang kuyu dan bapak tua Tionghoa yang tulus
101
itu. Sudah berhari-hari ia terlunta-lunta. Tak ada pilihan selain
pulang dan mencari pekerjaan di kampung.”
(PB:37)
Setelah berada di kampungnya, ia memutuskan untuk bekerja sebagai
pendulang timah. Hal tersebut ia lakukan karena tidak ada pilihan lain lagi. Ia
tidak mempunyai keterampilan selain mendulang. Setiap hari ia mencari timah
di danau dan di sungai, tetapi tidak pernah mendapatkan timah. Ia menjadi
bahan gunjiangan dari orang-orang di sekitarnya karena tidak mendapatkan
timah. Enong terus bekerja da tidak pernah menyerah begitu saja. Ia tidak
mempedulikan gunjingan dan makian tersebut. Akhirnya, dengan kerja keras
yang ia lakukan, ia mendapatkan timah. Sikap yang dilakukan Enong ini
menunjukkan sikap bijak dalam menyikapi suatu permasalahan. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan…”
(PB:59)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap bijak yang terdapat dalam
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sikap bijak yang ditunjukkan
oleh Enong dalam menyikapi suatu permasalahan. Sikap bijak yang
ditunjukkan itu berupa tindakan menghadapi suatu permasalahan itu dengan
tabah. Jadi, wujud nilai moral sikap bijak dapat dijadikan sebagai teladan bagi
pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
102
12) Rela berkorban
Rela berkorban yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata adalah sikap Zamzami yang bersedia bekerja keras untuk
mengumpulkan uang. Ia ingin membelikan Enong sebuah kamus bahasa
Inggris. Selain bekerja sebagai pendulang, ia juga berjualan air nira setiap ada
pertunjukan orkes Melayu. Akhir pekan ia gunakan untuk mencari kerang dan
berjualan tebu. Zamzami melakukan itu untuk membahagiakan anaknya. Ia rela
bekerja setiap hari. Pengorbanan ayah kepada anaknya ini dapat dijadikan
teladan bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ia bekerja lebih keras di ladang tambang dan menambah
penghasilan dengan berjualan air nira setiap ada pertunjukkan orkes
Melayu. Hari Sabtu ia ke laut mencari kerang untuk dijual di pasar
ikan. Hari Minggu ia berjualan tebu yang ditusuk dengan lidi.
Setelah berbulan-bulan seperti itu dan memfokuskan pikirannya
hanya untuk membeli kamus bahasa Inggris untuk anaknya,
akhirnya Zamzami punya uang lebih.”
(PB:11)
Sikap rela berkorban juga dilakukan Enong yang rela berhenti sekolah
untuk bekerja membiayai kebutuhan keluarganya. Kesediaan Enong yang
berhenti sekolah tidak sebanding dengan melihat keluarganya harus kelaparan.
Ia rela berkorban melakukan apa saja, asalkan keluarganya dapat tercukupi. Ia
merelakan impiannya berhenti belajar bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari
sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak ini baru kelas
enam SD. Tap akhirnya, ia luluh karena Enong mengatakan tak
bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena
biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya.”
(PB:25)
103
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, sikap rela berkorban dalam novel
Padang Bulan adalah sikap mau berkorban demi orang-orang yang
disayanginya. Sikap rela bekerja keras mengumpulkan uang untuk membelikan
hadiah kepada anaknya dan sikap rela berkorban berhenti sekolah untuk
bekerja membiayai kebutuhan keluarganya.
13) Pantang Menyerah
Pantang menyerah merupakan upaya keras untuk terus berusaha mencapai
sesuatu. Pantang menyerah dilakukan seseorang apabila mempunyai misi atau
tujuan tertentu guna mendapatkan yang diinginkan. Sikap pantang menyerah
dalam novel ini adalah sikap yang dimiliki oleh Enong yang berusaha keras
mencari pekerjaan meskipun ia sudah berkali-kali ditolak oleh beberapa
juragan. Sifat pantang menyerahnya membuat dirinya terus berusaha dan
mencobanya lagi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Semangat Enong kembali meletup. Ia kembali mencari kerja.”
(PB:36)
Sikap pantang menyerah juga dilakukan oleh Ikal dalam hal berusaha
untuk meninggikan badan. Ia membeli sebuah alat peninggi badan. Ketika
mencobanya, ia berusaha untuk meletakkan dagu di atas penompang. Namun,
Ikal tidak menggapainya, ia terus berusaha keras untuk meraihnya, tetapi selalu
gagal. Sikap yang dilakukan oleh Ikal ini mencerminkan sikap pantang
menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Hal itu seperti pada
kutipan di bawah ini.
104
“Maka, aku berjinjit, namun sial, masih kurang beberapa millimeter
saja. Aku berjinjit lagi sampai sakit ujung-ujung jari kakiku. Masih
kurang sedikit lagi, sangat sedikit. Setelah mencoba beberapa kali
dan gagal terus, akhirnya aku marah. Kukerahkan seluruh
tenagaku, aku berjinjit lagi dan gagal lagi.”
(PB:213)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap pantang menyerah adalah
usaha keras yang dilakukan Enong dan Ikal untuk terus berusaha mencoba
hingga apa yang diinginkan tercapai. Sikap pantang menyerah sangat baik
untuk dilakukan dalam hal mencapai sesuatu yang diinginkan. Wujud nilai
moral ini dapat memberikan contoh kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
14) Berpendirian
Berpendirian berarti mempunyai prinsip hidup dalam menyikapi suatu
keadaan. Pendirian tokoh Enong adalah prinsip tegas untuk mencoba daripada
tidak melakukan apa-apa. Pendirian Enong yang giat dan terus berusaha agar
mendapatkan timah, meskipun banyak orang yang meremehkannya. Ia terus
berusaha keras mencari timah. Ia tidak menghiraukan hal yang membuatnya
lemah. Ia memahami sebuah kegagalan dalam bekerja bukanlah suatu yang
bernilai negatif daripada diam tidak melakukan apapun. Hal itu seperti
dikemukakan dalam kutipan di bawah ini.
“Enong menjadi bahan gunjingan yang berakhir menjadi olok-olok,
lantaran tak kunjung mendapat timah. Namun, meski dihina, ia tak
mau berhenti karena ia bertekad mengembalikan adik-adiknya ke
sekolah. Ia tak boleh berhenti karena jika berhenti, keluarganya tak
makan…”
(PB:59)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpendirian dalam novel
Padang Bulan adalah sikap berpegan teguh pada diri sendiri. Pendirian dari
105
seorang anak perempuan bernama Enong yang giat dan terus berusaha
mendapatkan timah dan ingin membuktikan pada orang lain bahwa dirinya
mampu.
d. Wujud Nilai Moral Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar
Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar dalam novel
Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah merupakan wujud kepedulian
manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Wujud nilai moral yang terdapat pada
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata adalah sayang binatang dan memuji
keindahan alam.
1) Sayang Binatang
Dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sikap sayang binatang
adalah perpaduan perasaan suka dan cinta terhadap makhluk yang lain
(binatang), dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti memuji, kagum
dan sebagainya. Tokoh Ikal yang membebaskan burung punai itu ke alamnya,
meskipun ia sangat mengagumi burung punai itu. Sikap yang dilakukan oleh
Ikal ini menunjukkan bahwa ia sangat menyayangi burung itu karena ia ingin
melihat burung itu hidup bebas di alamnya. Bentuk rasa sayang yang
diwujudkan ini berbeda dari yang lainnya. Orang menyayangi binatang
kesayangannya dengan merawat dan memelihara binatang itu dengan baik,
tetapi Ikal lebih suka melepaskan binatang itu hidup bebas. Hal itu dapat
dikemukakan pada kutipan di bawah ini.
“Kuangkat tanganku dan kutunjukkan sang baginda kepada
matahari. Aku merasa terhormat dapat membebaskannya.
106
Kulontarkan sang raja ke udara. Ia terbang dengan gagah
membentuk putaran kecil mengelilingi rumah pemburu, terus
berputar, semakin lama putarannya makin besar, kemudian ia
melesat ke utara menuju rakyatknya. Sang raja telah bebah
merdeka.”
(PB:77)
Sikap sayang pada binatang juga dilakukan oleh tokoh Detektif M. Nur
yang menyayangi burung kesayangannya, Jose Rizal. Bentuk kasih sayang
yang dilakukan Detektif M. Nur pada burungnya dengan cara membelai-belai
dan menciumi burung kesayangannya itu. Ia menganggap burung itu sepert
teman. Sesekali ia mengajak burung itu bersiul. Sikap yang dilakukan Detektif
M. Nur ini menunjukkan rasa sayang kepada binatang peliharaannya. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ketika aku datang, ia tengah mengelus-elus tembolok Jose Rizal.
Burung itu senang tak terbilang dibelai tuannya. Sesekali ia
mencium kepala Jose Rizal sambil berkelakar dengan burung itu
layaknya dengan manusia. Mereka ngobrol tentang sebuah film
India.”
(PB:90)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa sayang binatang dalam
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini adalah rasa kepedulian tokoh Ikal
menyayangi binatang dengan cara melepaskan burung itu hidup di alamnya
sendiri dan sikap sayang tokoh Detektif M. Nur dalam menyayangi Jose Rizal
dengan cara mengelus-elus dan menciumi burung itu.
2) Memuji keindahan alam
Memuji merupakan sanjungan terhadap sesuatu yang dikagumi,
kekaguman yang diungkapkan melalui pujian sebagai perasaan takjub akan
suatu keindahan yang dilihatnya. Dalam novel Padang Bulan karya Andrea
107
Hirata memuji keindahan alam adalah sanjungan terhadap alam yang
diungkapkan oleh tokoh dalam novel terhadap alam di sekitarnya. Ikal memuji
keindahan sinar matahari yang mengenai bulu burung Punai. Ungkapan dengan
pujian keindahan yang dilihatnya, cerminan kekaguman Ikal terhadap
keindahan alam. Ia sangat takjub dengan keindahan pemandangan yang
dilihatnya itu. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ribuan burung yang cantik itu hanya diam seperti takzim di
bawah daulat raja mereka. Sinar matahari menyirami bulu mereka,
memantulkan warna hijau yang berkilauan. Sungguh sebuah
pemandangan yang takkan gampang kulupakan.”
(PB:69)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan memuji keindahan alam yang
terdapat dalam novel Padang Bulan adalah ungkapan dengan pujian terhadap
keindahan alam yang diungkapkan oleh tokoh Ikal dalam memuji keindahan
pemandangan sinar matahari itu.
Selain terdapat nilai-nilai moral yang bersifat positif, dalam novel Padang
Bulan karya Andrea Hirata beberapa nilai-nilai moral yang bersifat negatif.
Kutipan-kutipan di bawah ini yang mengandung nilai-nilai moral yang bersifat
negatif.
1) Tidak mematuhi perintah orang tua
Tidak mematuhi perintah orang tua dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata adalah perilaku yang dilakukan oleh tokoh Ikal. Ikal tidak
mematuhi perintah orang tuanya untuk pergi ke Jakarta mencari pekerjaan,
tetapi memilih untuk mengejar perempuan yang dicintainya. Perilaku ini
108
mempunyai kesan bahwa Ikal adalah anak pembakang dan tidak berbakti
kepada orang tua. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Tengok Ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahukah kau,
Bujang? Ada udang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak
kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kaupelajari
di sekolahmu itu!”
Ibu mengepal-ngepalkan sirih di tangannya.
“Sampai bersayap mulutku bicara, cari kerja sana! Melamar jadi
pegawai pemerintah. Pakai baju dinas, banyak lambang di
pundakny, aih, gagahnya, dapat pengsiun pula!”
(PB:111)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sikap tidak mematuhi perintah orang
tua pada novel Padang Bulan adalah sikap tidak berbakti yang dilakukan oleh
Ikal kepada orang tuanya. Orang tuanya menyuruh Ikal untuk mencari
pekerjaan di kota karena Ikal lulusan perguruan tinggi di luar negeri. Orang
tuanya tidak menginginkan Ikal terus mengejar cintanya.
Namun, Ia menentang perintah orang tuanya dan bermusuhan dengan
ayahnya. Ia lebih memilih untuk mengejar cintanya kepada perempuan yang
disayanginya. Akibat kelakuan Ikal ini, ayahnya jatuh sakit. Jadi, sikap tidak
mematuhi perintah orang tua yang dilakukan Ikal adalah sikap yang tidak patut
untuk ditiru. Di bawah ini di sajikan kutipan yang sesuai dengan hal itu.
“Rupanya cinta pada A Ling yang akut itu tak hanya membuatku
buta, tapi juga bebal….”
(PB:113)
2) Megejek orang lain
Mengejek orang lain yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata adalah sikap mengejek yang dilakukan oleh tokoh A Nyim
kepada Lim Phok ketika gigi palsu Lim Phok ditemukan. Istrinya mengejek
109
Lim Phok karena suaminya itu lebih menyayangi gigi palsunya daripada
istrinya sendiri. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ni, rasakan itu! Mulut anjing kampung lagi!” letupnya berkali-kali
sambil tertawa riang.”
(PB:44)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap mengejek dalam novel
Padang Bulan adalah sikap yang dilakukan oleh A Nyim kepada suaminya
Lim Phok karena suaminya yang lebih menyayangi gigi palsunya daripada
dirinya.
Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan melalui susunan
cerita. Untuk menemukan moral yang terdapat dalam novel itu bukanlah hal
yang mudah, karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis
mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel ini. Analisis tersebut
mempermudah siswa untuk menemukan nilai-nilai moral yang terdapat pada
novel tersebut. Pengarang dalam menyampaikan nilai moral tidak selalu secara
langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu menceritakan kehidupan
yang baik, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kejenuhan dan
memberikan kesan menggurui atau lebih tepatnya untuk kepentingan
keindahan sehingga dengan hadirnya nilai-nilai moral yang terkandung dalam
karya sastra dapat dijadikan sebagai pendidikan moral bagi siswa.
110
3. Kesesuaian Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
sebagai Bahan Pembelajaran di kelas XI SMA
Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang dilakukan antara
pendidik dan peserta didik dalam suatu pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pembelajaran sastra sangat perlu diajarkan di sekolah,
karena dapat membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan dan dapat mengembangkan cipta dan rasa serta menunjang
pembentukan kepribadian siswa dalam mengapresiasikan karya sastra dan
mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal (imajinasi), serta kepekaan
terhadap masyarakat dan lingkungan.
Pembelajaran prosa dengan materi novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata di sekolah, khususnya di kelas XI SMA hampir sama dengan
pembelajaran jenis prosa lainnya, yaitu menemukan unsur-unsur pembangun
yang terdapat dalam karya sastra meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Pembelajaran sastra ini difokuskan pada nilai moral dalam novel Padang Bulan
karya Andrea Hirata, tetapi terlebih dahulu membahas unsur intrinsik yang
terdapat dalam novel tersebut.
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum pembelajaran sastra di kelas XI SMA adalah siswa mampu
menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk
pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan dan kemampuan
berbahasa. Tujuan pembelajaran sastra yang ingin dicapai dalam pembelajaran
sastra ini disesuaikan dengan silabus.
111
1) Standar kompetensi
Standar kompetensi yang dicapai adalah memahami berbagai novel
Indonesia/ terjemahan. Novel yang akan digunakan dalam pembelajaran sastra
ini sesuai dengan standar kompetensi yakni novel Indonesia yang berjudul
Padang Bulan karya Andrea Hirata.
2) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra ini adalah menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Hal itu sesuai
dengan yang diteliti oleh penulis yaitu menganalisis unsur intrinsik dalam
novel Padang Bulan yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang.
Kemudian nilai moral yang penulis analisis, juga merupakan unsur ekstrinsik
pada novel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis penulis dengan
kompetensi dasar sesuai untuk pembelajaran sastra di kelas XI SMA.
3) Indikator
Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sastra ini ialah
menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia. Sesuai dengan
indikator yang ingin dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar,
pembelajaran sastra dengan materi novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsiknya dilanjutkan dengan
menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut.
Pembelajaran novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ini bertujuan
melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai
112
moral yang terdapat dalam novel tersebut. Selain itu, sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik dalam
menemukan unsur intrinsik dan nilai moral yang ada dalam novel serta
mengambil nilai-nilai yang baik untuk dijadikan sebagai teladan.
Contoh nilai moral yang dapat dijadikan sebagai teladan bagi peserta didik
sebagai berikut.
“Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul,
dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-
adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil
menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau.”
(PB:50)
Kutipan di atas menggambarkan nilai moral dapat dijadikan sebagai
teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Sikap
berbakti kepada orang tua yang harus dilakukan oleh anak karena mereka yang
telah melahirkan dan membesarkan kita. Sesuai dengan kutipan di atas, novel
Padang Bulan karya Andrea Hirata sesuai dengan indikator yang akan dicapai
pada pembelajaran sastra ini.
b. Bahan Pembelajaran Sastra
Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra. Pemilihan novel Padang Bulan sebagai bahan
pembelajaran sastra di kelas XI SMA dapat dilihat dari segi yaitu segi bahasa,
segi psikologi, dan latar belakang budaya.
113
1) Segi Bahasa
Novel sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA, novel tersebut
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Dari segi bahasa,
novel Padang Bulan disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
sederhana sehingga mudah dipahami oleh peserta didik, hanya saja dalam
novel tersebut terdapat kata-kata yang menggunakan bahasa Inggris. Namun,
kata-kata bahasa Inggris dalam novel Padang Bulan itu selanjutnya diartikan
oleh pengarang sendiri, sehingga mempermudah siswa untuk memahami isi
novel tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Pada penutup surat kubaca sebaris kalimat: Time Heals Every
Wound.
Apa artinya, Boi?
Ini kalimat yang bagus, Kak. Artinya, waktu akan menyembuhkan
setiap luka”
(PB:120)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam novel tersebut terdapat bahasa
Inggris, tetapi kosakata yang digunakan tersebut dijelaskan oleh pengarang itu
sendiri. Misalnya kata wound, freedom, time dalam novel itu diterjemahkan
oleh pengarang itu sendiri melalui dialog antar tokoh. Pemunculan kosakata
baru dalam novel menambah pembedaharaan kosakata baru bagi siswa.
Keberadaan kata-kata bahasa Inggris dalam novel Padang Bulan ini menambah
keberagaman bahasa yang berguna untuk menarik para pembaca. Kata-kata
tersebut juga tidak menganggu pembaca dalam memahami isi cerita novel
tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Padang Bula karya
114
Andrea Hirata dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI
SMA karena novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
2) Segi Psikologis
Bahan pembelajaran sastra hendaknya memperhatikan tahap-tahap
perkembangan psikologi peserta didik. Tahap perkembangan psikologi ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir dan kemungkinan
pemahaman dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, bahan pembelajaran
prosa melalui novel Padang Bulan sudah dapat diterima kehadirannya pada
usia anak kelas XI SMA.
Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata sebagai bahan pembelajaran
sastra di kelas XI SMA mengandung permasalahan hidup dan persoalan nilai-
nilai kehidupan. Siswa dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan
mencari penyelesaian tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam
novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, misalnya Enong sebagai tokoh
utama dalam novel mempunyai kontribusi yang penting dalam cerita,
permasalahan-permasalahan dalam cerita tokoh Enong mempunyai sikap yang
baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Setelah
ayahnya meninggal, Enong harus berhenti sekolah. Ia harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya, karena ia anak tertua. Namun, ia tidak
patah semangat dalam mengejar impiannya untuk belajar bahasa Inggris. Pada
waktu senggang disela-sela bekerja, ia sempatkan untuk membaca dan
mempelajari kamus bahasa Inggris, peninggalan ayahnya. Hal itu sesuai
dengan kutipan di bawah ini.
115
“Jika lelah, ia membuka lagi Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar
Kata peninggalan ayahnya itu. Aneh, kamus itu selalu mampu
meledakkan semangatnya. Ia sering menandai kata yang sangat
asing baginya, yang belum pernah diajarkan Bu Nizam, misalnya
sacrifice, honesty, dan freedom.”
(PB:59)
Enong tidak pernah menyerah dalam keinginannya untuk belajar bahasa
Inggris. Berbagai cara ia lakukan dengan kebiasaannya di waktu senggang
bekerja, ia sempatkan untuk membaca kamus bahasa Inggris. Kemudian ia
mengumpulkan katalog-katalog yang berisi kata-kata inggris sehingga kosakata
bahasa Inggrisnya bertambah. Ia pun berusaha untuk menerjemahkan katalog-
katalog tersebut. Kebiasaannya ini membuat Enong lebih pandai menggunakan
bahasa Inggris sampai akhirnya ia dapat mengikuti kursus bahasa Inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Jika ia menemukan sebuah kata Inggris yang baru, pasti ditulisnya
di dalam buku itu. Buku itu sudah semacam kamus yang berisi
bermacam-macam kata Inggris, dan sering menjadi bahan
tertawaan sesama para pendulang.”
(PB:88)
Berdasarkan uraian di atas, siswa dapat memberikan rasa empati dalam
setiap permasalahan dalam novel itu, sehingga siswa menemukan falsafah yang
dipetik dalam cerita, keberagaman unsur yang terdapat dalam novel dapat
memberikan pengaruh khusus terutama aspek psikologis pembacanya dan
dapat dijadikan gambaran jika suatu saat mengalami permasalahan yang
serupa. Tingkat perkembangan jiwa siswa dapat mempengaruhi proses belajar
bagi siswa di kelas. Melalui tahap realistik yang dialami siswa, peserta didik
dapat dirangsang untuk menemukan persoalan dan mencari penyelesaian
116
tentang masalah kehidupan seperti yang terdapat dalam novel Padang Bulan
karya Andrea Hirata ini.
3) Segi Latar Belakang Budaya
Para siswa akan mudah tertarik pada karya sastra dengan latar belakang
yang erat hubungannya dengan latar belakang yang berasal dari lingkungannya.
Seorang guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswanya sehingga
dapat menyajikan sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar
jangkauan pembayangan yang dimiliki oleh siswa. Novel Padang Bulan
menghadirkan cerita dengan latar belakang di Indonesia, lebih tepatnya di
Belitong. Selain itu, latar belakang cerita dalam novel ini sejajar dengan latar
belakang kehidupan peserta didik yaitu sebagai seorang anak dalam taraf
belajar yang berjuang keras menggapai cita-citanya.
Konflik yang ditampilkan dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari yang berlatar budaya di Indonesia dengan masalah-masalah
kehidupan yang sering terlihat pada umumnya. Novel Padang Bulan karya
Andrea Hirata menghadirkan cerita yang di dalamnya terdapat nilai moral yang
sangat kental sehingga peserta didik diharapkan dapat mencontoh nilai-nilai
moral yang dapat dijadikan teladan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Salah satu contohnya ialah perjuangan tokoh Enong dalam mengejar
impiannya untuk belajar bahasa Inggris. Hal itu dapat dilihat pada sikap dan
perbuatan Enong yang mencerminkan nilai moral yaitu berpikir cerdas dan
pantang menyerah. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Matanya yang polos berbinar-binar. Aku terseret semangatnya. Ia
mengeluarkan pensil dari dalam tas. Di halaman buku yang kumal
117
tadi, di belakang kata wound, ia menulis luka. Kemudian, ia
mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya.”
(PB:120)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Enong berpikiran cerdas dan pantang
menyerah dalam mengejar impiannya belajar bahasa Inggris seperti siswa
lainnya. Hal itu dapat dilihat ketika Enong menemukan kata-kata bahasa
Inggris yang tidak terdapat di dalam kamusnya, ia menulis kata-kata tersebut di
kamusnya itu. Ia menulisnya agar tidak lupa. Enong melakukan itu karena ia
sangat menyukai bahasa Inggris. Enong telah berhenti sekolah, maka ia
mempelajari bahasa Inggris itu sendiri.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA
karena latar belakang budaya novel tersebut berasal dari budaya bangsa sendiri
dan sesuai dengan latar belakang budaya siswa sebagai seorang peserta didik.
c. Sumber Belajar
Pada kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari
guru saja. Namun, buku pelajaran juga dapat sebagai sumber belajar. Pelajaran
akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil
belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat.
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra (novel), pribadi
guru, dan buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hasil karya sastra
misalnya novel, siswa dapat secara langsung mengidentifikasi novel secara
keseluruhan, baik unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel yang dianalisis
diutamakan novel yang mempunyai nilai estetik (keindahan) artinya novel
118
tersebut adalah novel sastra. Adapun novel yang dianalisis adalah novel
Padang Bulan karya Andrea Hirata.
119
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan menyajikan pokok temuan
penelitian sebagai penjawab masalah yang dirumuskan sebelumnya. Saran
memuat usulan peneliti terhadap pembaca, khususnya pihak yang diandaikan
dapat memanfaatkan temuan penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Padang
Bulan karya Andrea Hirata sebagaimana telah disajikan dalam bab IV, dapat
ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian
sebagai berikut ini.
1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
meliputi lima unsur, yaitu (a) tema dalam novel ini adalah perjuangan dan
pengorbanan seorang perempuan berusia 14 tahun untuk keluarga dan cita-
citanya, (b) tokoh dalam novel ini dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan
tokoh tambahan. Tokoh utamanya adalah Enong dan tokoh tambahannya,
adalah Ikal, Detektif M. Nur, Syalimah (Ibu Enong), dan Zamzami (Ayah
Enong), (c) alur yang digunakan dalam novel Padang Bulan adalah alur maju,
(d) latar dalam novel ini terdiri dari latar tempat di antaranya di rumah,
tambang timah, toko, bantaran danau, dan Tanjong Pandan, latar waktu yang
digunakan adalah pagi hari, siang hari, dan malam hari, sedangkan latar sosial
dalam novel ini melukiskan status sosial masyarakat ke bawah, (d) sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur
119
120
intrinsik yang terdapat dalam novel Padang Bulan tersebut saling
berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan antarberbagai
unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur yang terjalin
sangat erat dan bernilai estetik.
2. Nilai moral yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata
meliputi empat wujud nilai moral. Nilai moral hubungan manusia dengan
Tuhannya meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun
kepada Allah. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain meliputi
sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, kerjasama,
memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat,
persaudaraan, menasihati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan
manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik, ramah, prasangka baik, berpikir
cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih sayang, intropeksi
diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang menyerah, dan berpendirian. Nilai
moral hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan
memuji keindahan alam. Nilai moral dalam novel Padang Bulan ini disajikan
melalui susunan cerita. Pengarang dalam menyampaikan nilai moral tidak
secara langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu menceritakan
kehidupan yang baik, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kejenuhan dan
memberikan kesan menggurui atau lebih tepatnya untuk kepentingan
keindahan, sehingga dengan hadirnya nilai-nilai moral yang terkandung dalam
karya sastra dapat dijadikan sebagai pendidikan moral bagi siswa.
121
3. Kesesuaian nilai moral novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran di
kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang
budaya. Dari segi bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel Padang Bulan
adalah sederhana dan mudah dipahami oleh siswa, dari segi psikologis
permasalahan yang ada dalam novel Padang Bulan sesuai dengan usia siswa
kelas XI SMA (tahap realistik), dan dari segi latar belakang budaya, budaya
yang ada dalam novel Padang Bulan berasal dari budaya Indonesia sehingga
siswa akan mudah untuk memahaminya. Ketiga aspek tersebut mendukung
novel Padang Bulan disesuaikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas
XI SMA. Pemanfaatan novel Padang Bulan sebagai bahan pembelajaran
sastra di kelas XI SMA semester 1 terdapat dalam standar kompetensi
membaca: memahami berbagai hikayat, novel terjemahan dengan kompetensi
dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan.
B. Saran
1. Bagi Pembelajaran
Pengajar sastra diharapkan, agar novel Padang Bulan karya Andrea
Hirata dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra sekaligus
melestarikan khasanah kesusastraan Indonesia. Selanjutnya, nilai moral yang
terkandung dalam novel Padang Bulan dapat diterapkan oleh siswa didik di
dalam kehidupan sehari-hari.
122
2. Bagi Pembaca
Pembaca diharapkan dapat menjadikan nilai moral yang tedapat dalam
novel Padang Bulan ini sebagai perenungan dalam menjalani hidup, sehingga
nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap dan perilaku
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi
penelitian yang serupa dan mampu menemukan nilai-nilai moral yang lain
dalam sebuah novel, agar nantinya dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan
dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
123
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: C.V. Sinar Baru.
Alwi, Hasan. et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baribin, Raminah. 1985. Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri
Semarang.
Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.
Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. “Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik”. Diktat.
Surakarta.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta: Bentang.
Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
MGMP Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Purworejo. 2011. Bahana. Purworejo:
Alfa Betha.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Subagyo, Mafahir Hery. 2012. “Nilai Moral dalam Novel Sang Pelopor Karya
Alang-Alang Timur sebagai Bahan Pembelajaran di SMA”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.
124
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sulakso, Joko. 2010. “Nilai Pendidikan Moral Cerita Bersambung Harjuna
Kawiwaha dalam Majalah Joko Lodang Karya Wisnu Sri Widodo”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.
Tim. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Tischer, Stefan dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. (Terjemahan
Gazali dkk). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun 2000).
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
PE
NG
EM
BA
NG
AN
SIL
AB
US
Nam
a S
eko
lah
:
SM
A N
EG
ER
I 5 P
UR
WO
RE
JO
Pro
gra
m
:
IPA
/IP
S
Mata
Pel
aja
ran
:
Bah
asa
In
don
esia
Kel
as
Sem
este
r
:
XI
/ 1
Sta
nd
ar
Kom
pet
ensi
: 7
. M
emah
am
i b
erb
agai
hik
ayat,
novel
In
don
esia
/novel
ter
jem
ah
an
Asp
ek
:
Kem
am
pu
an
Ber
sast
ra -
Mem
baca
Kom
pet
ensi
Dasa
r
Mate
ri P
emb
ela
jara
n
Keg
iata
n P
emb
ela
jara
n
Ind
ikato
r P
enil
aia
n
Alo
kasi
wak
tu
Su
mb
er
Bel
aja
r/B
ah
an
/
Ala
t
7.2
Menganali
sis
unsu
r-u
nsu
r
intr
insi
k
dan
ekst
rinsi
k n
ovel
Indo
nes
ia/t
erje
m
ahan
No
vel In
do
nesi
a dan n
ovel
terj
em
ahan
u
nsu
r-u
nsu
r in
trin
sik
( al
ur,
tem
a,
pen
oko
han
, su
dut
pan
dang,
lata
r, d
an a
manat
)
U
nsu
r ek
trin
sik
dala
m
no
vel
terj
em
ahan(n
ilai
budaya,
so
sial,
mo
ral, d
ll)
Mem
bac
a no
vel
Indo
nes
ia d
an n
ovel
terj
em
ahan
Menganali
sis
unsu
r-
unsu
r ek
stri
nsi
k d
an
intr
insi
k
( al
ur,
tem
a,
pen
oko
han
, su
dut
pan
dang,
lata
r, d
an
am
anat
) no
vel In
do
nsi
a
dan
ter
jem
ahan
Mem
band
ingkan u
nsu
r
ekst
rinsi
k d
an i
ntr
insi
c
no
vel
terj
em
ahan
den
gan n
ovel In
do
nesi
a
M
enganali
sis
unsu
r-
unsu
r ek
stri
nsi
k d
an
intr
insi
k
( al
ur,
tem
a,
pen
oko
han
, su
dut
pan
dang,
lata
r, d
an
am
anat
) no
vel In
do
nsi
a
M
enganali
sis
unsu
r-
unsu
r ek
stri
nsi
k d
an
intr
insi
k
( al
ur,
tem
a,
pen
oko
han
, su
dut
pan
dang,
lata
r, d
an
am
anat
) no
vel
terj
em
ahan
M
em
band
ingkan u
nsu
r-
nek
stri
nsi
k d
an i
ntr
insi
k
no
vel
terj
em
ahan
den
gan n
ovel In
do
nesi
a
Jenis
Tag
ihan:
T
ugas
mand
iri
t
erst
ruktu
r
u
langan
Bentu
k
Inst
rum
en:
u
raia
n
bebas
p
ilih
an
gan
da
ja
waban
singk
at
4 x
45’
Mahir
Ber
bahasa
Ind.
2
P T
uka
r
(Pen
:Yud
isti
ra)h
al
19,
51
Ko
mpet
ensi
Ber
bahas
a In
do
nes
ia
Kela
s X
I (P
en.
Erl
angga
) hal
88
LK
S B
ahana
Kela
s
XI
Sem
1 h
al
64
No
vel In
do
nesi
a
No
vel te
rjem
ahan
BIOGRAFI PENGARANG
1
Andrea Hirata Seman Said Harun adalah novelis yang telah merevolusi
sastra Indonesia. Ia lahir di Belitung, 24 Oktober 1982. Novel pertamanya adalah
Laskar Pelangi, novel sastra yang paling laris di Indonesia dari tahun 2006 sampai
sekarang. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan
beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne,
Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang
ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan
ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia dan
merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang
Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal
di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.
Sejak tahun 2005 sampai 2012 Andrea Hirata mampu membuat delapan
novel. Empat novel tergabung dalam tetralogi Laskar Pelangi yaitu Laskar Pelangi,
Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Dua novel tergabung dalam
dwilogi Padang Bulan yaitu dua karya Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas,
serta Sebelas Patriot (2011), Laskar Pelangi Song Book (2012). Sukses dengan
novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah
diangkat ke layar lebar, dengan judul yang sama ialah Laskar Pelangi pada tahun
2008. Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana pada
produser, film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir
tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis
film yang berjudul Sang Pemimpi.
Sinopsis Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata
Padang Bulan
Novel ini bercerita tentang sebuah keluarga di desa Belitong yang
hidup dengan perjuanga. Keluarga itu terdiri dari suami istri bernama
Syalimah dan Zamzami yang mempunyai empat anak perempuan. Syalimah
adalah ibu rumah tangga dan Zamzami bekerja sebagai tukang tambang
timah. Namun, Zamzami meninggal tertimbun tanah di tempat kerjanya.
Kejadian berawal ketika Zamzami ingin memberikan kejutan kepada istrinya
membelikan sepeda. Namun, tidak disangka hari itu adalah hari terakhir
Syamilah melihat suaminya.
Enong adalah anak tertua dari keluarga pasangan Syamilah dan
Zamzami. Ia seorang gadis kecil yang cerdas. ia bersekolah di kelas 6 SD. Enong
sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris dan ayahnya membelikan kamus bahasa
Inggris kepadanya. Ayahnyapun bekerja keras untuk membelikan kamus itu.
Namun, cita-citanya itu harus terhenti karena ayahnya meninggal dunia saat
mendulang timah. Akhirnya, Enong memutuskan untuk berhenti sekolah dan
bekerja di Tanjong Pandan. Namun, ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan dan
akhirnya ia pulang ke kampung dan memutuskan untuk bekerja sebagai seorang
pendulang timah.
Enong berusaha keras untuk menghidupi keluarganya, walaupun awalnya
ia hanya mendapatkan hinaan dan gunjingan dari masyarakat. Namun, ia tetap
berjuang untuk mendulang seperti almarhum ayahnya. Karena perjuangannya itu,
Enong mendapatkan timah dan dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Setelah
ia mendapatkan uang, ia pun ikut kursus bahasa Inggris.
Sementara itu, Ikal seorang pemuda yang melarikan diri dari rumah karena
ingin mempertahankan cintanya kepada seorang perempuan Tionghoa, A Ling.
Suatu saat terdengar kabar bahwa A Ling akan dijodohkan oleh seorang laki-laki
Tionghoa yang bernama Zinar. Ia pun berencana untuk merebut kembali A Ling
dari Zinar.
Enong dan Ikal dpertemukan saat mereka sedang berada di kantor pos. Ikal
yang akan mengirim lamaran pekerjaan dan Enong yang sedang mengumpulkan
katalog-katalog. Ikal pintar berbahasa Inggris yang membuat mereka menjadi
teman. Suatu ketika Ikal berencana ingin meninggikan badan setelah ia melihat
katalog peninggi badan yang dicurinya dari Enong. Ia memesan dan
mempraktekkannya di gudang. Namun, ketika mencobanya Ikal hampir
kehilangan nyawanya. Namun, Enong datang menolongnya dan nyawanya
selamat.
Kemudian Enong, Ikal, dan Detektetif M. Nur pergi ke Tanjong Pandan.
Enong pergi untuk ikut kursus bahasa Inggris, sedangkan Ikal dan Detektif M.
Nur mencari pekerjaan. Namun, Ikal dan Detektif M. Nur tidak jadi mencari
pekerjaan di Jakarta, mereka kembali lagi ke kampungnya. Ikal masih memikirkan
A Ling, ia pun menyelidiki kebenaran berita itu dan hasilnya ternyata kabar itu
tidak benar. A Ling tidak dijodohkan dengan Zinar, Ikal pun dapat kembali lagi
pada A Ling.