motivasi kerja pustakawan non sarjana ilmu
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of motivasi kerja pustakawan non sarjana ilmu
MOTIVASI KERJA PUSTAKAWAN NON SARJANA ILMU
PERPUSTAKAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DI PUSTAKA KEMENTERIAN PERTANIAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuh Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
FADILLA KHAIRUNISA
NIM: 1113025100004
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/ 2017 M
i
ABSTRAK
Fadilla Khairunisa (1113025100004). Motivasi Kerja Pustakawan Non Sarjana
Ilmu Perpustakaan dan Pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian
Pertanian. Di bawah bimbingan Fahma Rianti, M.Hum. Program Studi
Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong motivasi
kerja pustakawan lulusan non Sarjana Ilmu Perpustakaan, upaya pengembangan
SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian, dan peran program pengembangan
SDM terhadap motivasi kerja pustakawan lulusan non Sarjana Ilmu Perpustakaan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan meliputi
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa faktor-faktor utama pendorong motivasi pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan dalam bekerja di Perpustakaan, yaitu kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan harga diri, kebutuhan hubungan dengan pemustaka, dan
kondisi kerja. Program pengembangan SDM yang diberikan oleh PUSTAKA
kepada pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan ada 4 macam yaitu;
memberikan beasiswa tugas belajar bagi pustakawan yang dianggap potensial dan
lulus seleksi untuk melanjutkan S2 ataupun S3, mengikutsertakan dalam Diklat
kepustakawanan, mengikutsertakan dalam kegiatan seminar dan sejenisnya, serta
memberikan kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda, pelatihan statistik dan
juga pelatihan teknologi dan informasi. Peran program pengembangan SDM
adalah sebagai motivator dalam memotivasi pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan untuk dapat mengaktualisasikan diri dan meningkatkan kualitas
serta kinerjanya.
Kata kunci: motivasi, motivasi kerja, pustakawan, non Sarjana Ilmu
Perpustakaan, pengembangan sumber daya manusia, PUSTAKA Kementerian
Pertanian.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana.
Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis mengambil judul tentang “Motivasi
Kerja Pustakawan Non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Pengembangan SDM di
PUSTAKA Kementerian Pertanian”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan dan
keterbatasan ilmu yang dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya
penulis butuhkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Dalam pelaksanaan
penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan serta
iii
sarannya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Fahma Rianti, M.Hum selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses
perkuliahan.
7. Kepada seluruh pihak PUSTAKA Kementerian Pertanian antara lain:
Ibu Titin, Ibu Ceri, Bapak Syaikhu selaku Kepala Sub bidang
Perpustakaan sekaligus juga menjadi pembiming penulis dalam
melakukan penelitian dan memberikan data-data yang berhubungan
dengan skripsi ini, Bapak Sigit selaku Kepala sub bagian
kepegawaian, Pustakawan-pustakawan PUSTAKA; Ibu Juznia, Ibu
Juju, Ibu Penny, Ibu Heryati, dan Ibu Nurdiana.
8. Kedua orang tua tercinta, abi dan umi yang selalu mendoakan,
memberikan kasih sayang dan dukungan kepada penulis untuk
kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Kakakku Fadhil Muhammad Achmal, serta Adik-adikku Yunaika
N.Z Achsani dan Adelya Mifta Ulfani yang setia mendampingi
penulis melakukan penelitian.
10. Terima kasih untuk sahabat-sahabat seperjuanganku: Suci
Rahmawati, Nadya Safitri, Dea Aprilia, Saiyidati Sumaiyah dan Zahra
Nurul Fadhilah yang selalu setia dan bersedia membantu memberikan
iv
semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
11. Terimakasih untuk seluruh teman-teman JIP Angkatan 2013 terutama
JIP A, atas kebersamaannya selama empat tahun terakhir, yang sama-
sama berjuang dan saling mendukung.
12. Terimakasih untuk teman-teman KKN Jingga Kelana atas
kebersamaan dan kerjasamanya.
13. Terimakasih untuk Ka Dina Andriani yang selalu membantu
memberikan saran dan nasihat selama proses penulisan skripsi. Serta
sahabat-sahabatku: Sarah Amalia Delina, Intan Ayu Permatasari,
Nurratika Puri, Riska Meidiana yang tidak hentinya memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
14. Dan semua yang telah banyak mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi, yang tidak dapat diucapkan satu persatu.
Terimakasih atas perhatian dan dukungannya.
Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi para pembacanya.
Jakarta, 07 November 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9
D. Definisi Istilah ............................................................................................ 10
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 13
A. Perpustakaan Khusus ................................................................................. 13
B. Sumber Daya Manusia (SDM) di Perpustakaan ........................................ 14
C. Motivasi Kerja ............................................................................................ 19
D. Sumber Motivasi ........................................................................................ 21
E. Faktor-faktor Pendorong Motivasi ............................................................. 22
F. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................... 31
G. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 45
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 45
B. Kriteria Informan ....................................................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 50
E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 52
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 53
A Profil PUSTAKA Kementerian Pertanian ................................................. 53
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 58
C. Pembahasan .............................................................................................. 106
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 118
A. Kesimpulan .............................................................................................. 118
B. Saran ......................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Daftar Informan Pustakawan ............................................................... 47
Tabel 3.2: Jadwal Penelitian ................................................................................. 52
Tabel 4.1: Pegawai PUSTAKA Berdasarkan Jenjang Fungsional ....................... 57
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4 1 : Struktur Organisasi PUSTAKA Kementerian Pertanian ................ 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan era globalisasi seperti sekarang ini,
perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi harus berjalan sesuai
dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan kebutuhan informasi
pemustakanya. Perpustakaan sebagai pusat informasi berperan untuk
mengatur, mengelola, menyimpan, dan mengumpulkan koleksi bahan
pustaka yang beragam, terpercaya, dan menarik agar dapat memenuhi
kebutuhan informasi pemustakanya. Umumnya, terdapat berbagai jenis
perpustakaan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperoleh
dan menambah informasi. Salah satu dari jenis perpustakaan tersebut
adalah perpustakaan khusus. Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan
yang mempunyai tugas melayani pengguna dari komunitas dimana
perpustakaan itu didirikan.1
Hal yang penting dalam pencapaian keberhasilan sebuah perpustakaan
adalah pustakawan. Menurut Undang-Undang No. 43 tahun 2007
mendefinisikan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
1 Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007), h. 12.
2
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.2 Seperti pada
perpustakaan khusus, pustakawan dituntut untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi institusi induk dan masyarakat luas tentang subjek khusus
yang dikembangkan, tanpa adanya pustakawan pelayanan perpustakaan
tidak akan berjalan dengan baik. Perpustakaan khusus senantiasa
berkembang mengikuti perkembangan kebutuhan organisasi atau
instansi akan pemenuhan dan pengelolaan informasi guna mendukung
jalannya organisasi atau instansinya, untuk itu peran pustakawan
sebagai ujung tombak dalam layanan informasi di perpustakaan sangat
menentukan.3
Pustakawan dalam menjalankan tugasnya sebagai pekerja informasi
sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pustawakan harus memiliki motivasi untuk meningkatkan
kinerja dan kompetensinya. Motivasi adalah motif untuk melakukan suatu
tindakan. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mengubah hidup
manusia. Kekuatan yang ada di dalam diri seseorang dapat dikembangkan
oleh sejumlah kekuatan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau secara negatif tergantung pada situasi dan
kondisi yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan.4 Untuk memunculkan
motivasi di dalam diri setiap manusia, tentunya ada faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk termotivasi melakukan pekerjaannya. Seperti
2 Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,”
2007. 3 Vivit Wardah Rufaidah, “Kompetensi Pustakawan Perpustakaan Khusus (Studi Kasus
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor),” Jurnal Perpustakaan Pertanian
18 (2009): h. 7, http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ 4 Samuel H. Tirtamihardja, Biarkan Mimpi Kecil Tetap Membara (Tangerang: YASKI,
2007), h. 23.
3
teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton Alderver yang menyatakan
bahwa kebutuhan-kebutuhan individual tersusun secara hirarki dan dibagi
menjadi tiga macam, yakni kebutuhan keberadaan, kebutuhan berhubungan,
dan kebutuhan untuk berkembang.5
Motivasi yang dimiliki pustakawan agar dapat meningkatkan kinerja
dan kompetensi dapat memberikan layanan prima yang dapat memenuhi
kebutuhan pemustakanya yang berubah mengikuti perkembangan zaman.
Agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepustakawanan, pustakawan dan perpustakaan harus sesuai dengan
paradigma yang ada. Seperti dalam sebuah instansi, sumber daya manusia
yang seterusnya akan disingkat menjadi SDM merupakan salah satu unsur
paling penting dalam menghadapi persaingan kerja di era globalisasi. SDM
yang tidak berkualitas akan tersingkir dan digantikan oleh SDM yang lebih
berkualitas. Pengertian SDM sendiri sering diartikan hanya terbatas pada
tenaga kerja yang berpotensi saja, dengan kata lain tidak semua tenaga
kerja dalam setiap organisasi atau lembaga termasuk dalam kategori SDM.6
Kenyataannya, di setiap organisasi selalu ada tenaga kerja yang kurang
berpotensi. Keadaan demikian merupakan tantangan sebuah institusi atau
lembaga sekurang-kurangnya untuk mengoptimalisasikan kemampuan
sekecil apapun yang dimiliki dari setiap tenaga kerja yang ada.
Begitupun dengan SDM di Perpustakaan, tidak semua pustakawan
yang ada di perpustakaan adalah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan,
5 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis yang Kompetitif
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), h. 353. 6 Blasius Sudarsono, Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Ikatan Pustakawan
Indonesia, 2006), h. 60.
4
SDM yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan
tentunya memiliki motivasi untuk bekerja di perpustakaan, dan motivasi
yang mendorong ia untuk bisa bekerja di perpustakaan tentunya harus
diiringi dengan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan. Agar dapat
memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, perpustakaan
memerlukan tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang
harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas dari tenaga pustakawan atau
mereka yang bekerja di lingkungan perpustakaan sangat tergantung dari
jenis perpustakaan serta cakupan tugas yang harus dilaksanakannya,
sehingga kualifikasi tenaga untuk masing-masing jenis perpustakaan
tentunya juga berbeda.
Untuk perpustakaan khusus pada umumnya dibutuhkan tenaga yang
memiliki disiplin ilmu tertentu, selain juga dituntut untuk memiliki
pengetahuan bidang perpustakaan.7 Oleh karena itu, motivasi kerja di
perpustakaan bagi pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan harus
mengikuti perkembangan kompetensi pustakawan pada umumnya. Agar
kemampuan dan kompetensi pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan
dapat ditingkatkan, institusi atau lembaga perlu melakukan pengembangan
SDM secara terus menerus. SDM perpustakaan hendaknya diberi peluang
sebesar-besarnya dalam mengembangkan kemampuannya. Kegiatan
pengembangan ini nantinya akan memberikan manfaat dan keuntungan
kepada SDM khususnya berupa keterampilan dan keahlian yang baru.
Keahlian dan keterampilan baru yang terus dikembangkan nantinya akan
7 Darmono, Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 255.
5
menjadi aset yang berharga bagi institusi. Salah satu manfaat dilakukan
pengembangan SDM secara terus menerus ini adalah dapat membantu
meningkatkan motivasi kerja. SDM yang sering diikutsertakan dalam
pengembangan akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih baik dari
sebelumnya.
Pengembangan SDM di perpustakaan bisa diperoleh melalui
pendidikan formal maupun pelatihan kepustakawanan. Pendidikan dan
pelatihan kepustakawanan dalam hal ini sangat penting dan dibutuhkan,
yakni untuk meningkatkan kepuasan dan kinerja mereka, mengatasi
kekurangan, dan meningkatkan kualitas kerjanya hingga menjadi sumber
daya perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi
yang ada. Karena seorang pustakawan bukan hanya dianggap sebagai
seseorang yang bekerja di perpustakaan saja, namun seorang pustakawan
harus mempunyai kecakapan dan keterampilan baik melalui pendidikan dan
pelatihan formal, non-formal, maupun informal.
Selain diberi peluang mengikuti pendidikan dan pelatihan, pustakawan
hendaknya juga diberi peluang dalam mengikuti berbagai event keilmuan
yang berkaitan dengan perpustakaan, karena keikutsertaan pustakawan
dalam kegiatan ilmiah ini sangat berguna bagi pengembangan
kepribadiannya dan akan berpengaruh bagi kinerjanya di Perpustakaan.8
Pentingnya motivasi dan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai memiliki
hubungan yang sangat erat dengan mengarahkan organisasi itu ke arah
yang telah ditentukan. Karena itulah melalui pengembangan dan pelatihan,
8 Sudarnoto Abdul Hakim, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah (Jakarta:
FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 60.
6
dapat menjadi salah satu alternatif yang sangat tepat sebagai upaya
meningkatkan kualitas kinerja.9
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA)
Kementerian Pertanian merupakan salah satu perpustakaan khusus bidang
pertanian di Indonesia yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
perpustakaan dan penyebaran informasi teknologi pertanian. Secara
struktural organisasi, PUSTAKA merupakan unsur penunjang Kementerian
Pertanian. Pustaka di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
melalui Sekretaris Jenderal. PUSTAKA memiliki SDM yang
dikelompokkan berdasarkan jabatan struktural dan fungsional, golongan
dan pendidikan. PUSTAKA memiliki keseluruhan SDM sebanyak 90
orang tenaga PNS dan 35 orang tenaga kontrak. Pada jabatan fungsional
pustakawan, PUSTAKA mempunyai SDM sebanyak 29 orang.
Pustakawan tersebut berasal dari latar belakang pendidikan yang
beraneka macam, ada pustakawan yang berlatar belakang pendidikan ilmu
perpustakaan, ada juga berlatar belakang pendidikan ilmu lain yang
didukung dengan mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat)
khusus bidang ilmu perpustakaan. Untuk jumlah pustakawan yang memiliki
latar belakang Sarjana Ilmu Perpustakaan berjumlah 21 orang, sedangkan
sebanyak 8 orang ialah pustakawan yang memiliki tidak latar belakang
pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan.
Berdasarkan penelitian awal, penulis tertarik membahas masalah
motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan
9 Nenny Anggraeni, “Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai
pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung,” n.d., h. 55, artikel diakses pada 26 Juni
2017 dari https://media.neliti.com/
7
pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian, dikarenakan
PUSTAKA memiliki pustakawan yang berlatar belakang non Sarjana Ilmu
Perpustakaan, dan tentunya mereka memiliki alasan dan latar belakang
yang berbeda-beda mengenai bagaimana mereka bisa bekerja di
perpustakaan dan menjadi pustakawan. Kemudian, tentunya mereka juga
memiliki berbagai macam faktor-faktor yang mendorong motivasinya
untuk bisa bekerja dengan baik di perpustakaan.
Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi motivasi kerja pustakawan-
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk bisa bekerja dengan baik
di perpustakaan adalah salah satunya berupa fasilitas yang diberikan oleh
PUSTAKA sebagai institusi yang menaunginya yaitu dengan memberikan
dan mengadakan berbagai macam program pengembangan SDM. Oleh
karena itu, penulis ingin mengetahui faktor apa saja yang memotivasi
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk bekerja di perpustakaan,
bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan pengembangan terhadap
pustakawannya yang non Sarjana Ilmu Perpustakaan agar dapat memenuhi
motivasinya untuk bekerja di perpustakaan, dan bagaimana program
pengembangan SDM tersebut berperan dalam motivasi kerja pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakan. Hal ini sesuai dengan permasalahan utama
motivasi yang berkaitan dengan pimpinan sebuah institusi atau organisasi,
yaitu tentang bagaimana cara merangsang sekelompok orang yang masing-
8
masing memiliki kebutuhan yang khas dan kepribadian unik untuk bekerja
sama menuju pencapaian sasaran-sasaran organisasi mereka.10
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas maka penulis
tertarik untuk mengangkat tema mengenai motivasi kerja pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan dan pengembangan SDM. Dengan demikian
penulis akan meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi, kemudian hasil
penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul
“Motivasi Kerja Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan
Pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di latar belakang
penulisan di atas, untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan
masalah yang telah diungkapkan, maka penelitian ini akan dibatasi pada
tiga hal yaitu: “faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja bagi
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk bekerja di
Perpustakaan, upaya PUSTAKA Kementerian Pertanian dalam
memberikan program pengembangan SDM, dan peran program
pengembangan SDM terhadap motivasi kerja pustakawan non Sarjana
Ilmu Perpustakaan”.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, untuk mempermudah pelaksanaan
penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah penelitian kedalam
10
J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 7.
9
bentuk pertanyaan-pertanyaan. Sehingga rumusan masalah penelitian ini
adalah:
a. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan di perpustakaan?
b. Bagaimana upaya PUSTAKA Kementerian Pertanian dalam
memberikan program pengembangan SDM untuk pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan?
c. Bagaimana peran program pengembangan SDM terhadap motivasi
kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi
kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan di perpustakaan.
2. Untuk mengetahui upaya PUSTAKA Kementerian Pertanian dalam
memberikan program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana
Ilmu Perpustakaan.
3. Untuk mengetahui peran program pengembangan SDM dalam memotivasi
kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan sangat bermanfaat secara langsung bagi PUSTAKA
Kementerian Pertanian yang dijadikan sebagai tempat penelitian, maupun
bagi perpustakaan lain dalam melaksanakan program pengembangan SDM
10
sebagai upaya memenuhi motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan.
2. Dari penelitian ini tentunya dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis tentang faktor-faktor pendorong motivasi kerja
dan pengembangan SDM yang memberikan manfaat dikemudian hari bagi
peneliti saat terjun langsung di dunia kerja.
3. Dapat dijadikan sebagai media untuk pengembangan referensi bagi
penelitian selanjutnya dengan tema yang relevan.
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa pengertian istilah,
diantaranya:
1. Motivasi kerja
Motivasi kerja adalah dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu
yang diarahkan pada perilaku yang melibatkan diri dengan pekerjaan.
2. Pustakawan
Pustakawan adalah adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan kepustakawanan yang
bertugas untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
3. Non Sarjana Ilmu Perpustakaan
Non Sarjana Ilmu Perpustakaan adalah pustakawan yang tidak memiliki
latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan.
11
4. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk
manusia yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan
kerja dan loyalitas kerja kepada suatu perusahaan ataupun organisasi.
5. PUSTAKA Kementerian Pertanian
PUSTAKA Kementerian Pertanian merupakan perpustakaan khusus
bidang pertanian di Indonesia yang berada di ba wah dan bertanggung
jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan
ini, penulis akan menguraikan secara sistematis kedalam lima bab. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori yang sesuai dan relevan
dengan topik penelitian, meliputi: perpustakaan khusus,
pengertian motivasi kerja, faktor-faktor pendorong
motivasi kerja, pengertian pengembangan SDM,
pengertian pustakawan, program pengembangan SDM di
12
perpustakaan dan penelitian terdahulu.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan mulai dari
jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik
penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang gambaran umum objek
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan mengenai
faktor-faktor pendorong motivasi kerja pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan, upaya pengembangan SDM di
PUSTAKA Kementerian Pertanian dan peran program
pengembangan SDM terhadap motivasi kerja pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian yang berisi
kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan.
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2007, perpustakaan khusus
adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di
lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan
keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain.11
Sedangkan menurut Sutarno,
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi
atau lembaga tertentu, yang tugas pokoknya melayani pemakai dari lembaga
yang bersangkutan, sehingga koleksinya juga relatif terbatas yang berkaitan
dengan misi dan tugas lembaga yang bersangkutan.12
Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perpustakaan khusus,
menyatakan bahwa:
“Perpustakaan khusus adalah institusi/unit kerja pengelola karya tulis,
karya cetak, dan karya rekam yang dikelola secara profesional
berdasarkan sistem yang baku untuk mendukung
kelancaran/keberhasilan pencapaian visi, misi dan tujuan instansi
induk yang menaunginya. Sedangkan perpustakaan khusus instansi
pemerintah yaitu salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh
lembaga pemerintah yang menangani atau mempunyai misi bidang
tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materi
perpustakaan/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung
pencapaian misi instansi induknya.”13
11
“Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.” 12
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Sagung
Seto, 2006), h. 38. 13
Badan Standarisasi Nasional, “SNI Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah,” 2009,
artikel diakses pada 26 Juni 2017 dari elib.unikom.ac.id/
14
Menurut Karmidi, Ciri utama sebuah perpustakaan khusus ialah:
1. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu
saja.
2. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan
induk tempat perpustakaan tersebut bernaung.
3. Peran utama pustakawan ialah melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota.
4. Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam arti sempit) melainkan
pada majalah, pamphlet, paten, laporan penelitian, abstrak atau
indeks.
5. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota
perorangan.14
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perpustakaan
khusus adalah perpustakaan yang berada di bawah naungan instansi tertentu
yang tugasnya adalah untuk melayani pengguna di dalam institusi yang sama
dan memiliki koleksi-koleksi terbatas pada suatu disiplin ilmu tertentu yang
bertujuan untuk mendukung tercapainya visi dan misi instansi yang
bersangkutan.
B. Sumber Daya Manusia (SDM) di Perpustakaan
Menurut Sudarmanto, SDM merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai
tujuan, karena SDM merupakan unsur paling utama dalam sebuah lembaga
14
Karmidi Martoatmodjo, Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.1.
15
atau instansi yang dipandang sebagai faktor strategis dan sangat menentukan
dalam mewujudkan visi dan misi organisasi dibandingkan faktor yang lain.15
Manusia di dalam manajemen mencakup semua faktor yang mempengaruhi,
mewarnai, dan melingkupinya. Unsur manusia meliputi beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain meliputi:
a. Jumlah, harus sesuai dengan formasi dan kebutuhan
b. Persyaratan, seperti pendidikan, kemampuan, keterampilan, pengalaman
c. Komposisi, misalnya unsur pimpinan, unsur pelaksana, teknis, unsur
administrasi 16
Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2007, Sumber daya
perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang
dimiliki dan/atau dikuasai oleh perpustakaan.17
Dalam penyelenggaraan
perpustakaan, SDM merupakan unsur utama dalam pencapaian keberhasilan
perpustakaan. Oleh Karena itu, apabila keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara wajar, maka mereka akan
memberikan kontribusi demi keberhasilan tujuan perpustakaan. Pada sisi yang
lain pimpinan perpustakaan harus memperhatikan unsur-unsur yang bersifat
kemanusiaan, baik secara fisik maupun psikis seperti, keterbatasan,
kelemahan, kejenuhan, serta faktor kesejahteraan, penghargaan, dan
kesempatan untuk berkembang. Semua itu harus berjalan secara seimbang dan
berkesinambungan. Apabila pimpinan perpustakaan dapat mengelola SDM
15
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi
Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 3. 16
NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis, h. 161. 17
“Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.”
16
dengan sebaik-baiknya, niscaya akan menjadi salah satu kekuatan yang sangat
penting.18
1. Definisi Pustakawan
Dalam kode etik pustakawan, pustakawan adalah seseorang yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan
ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui
pendidikan.19
Menurut UU No. 43 Tahun 2007, pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan.20
Menurut Syihabuddin, staf perpustakaan yang disebut pustakawan
adalah sebagai berikut:
“Pustakawan merupakan SDM yang sangat penting dan
berperan. Mereka dapat mengatur alokasi sumber daya bagi
perkembangannya, mampu menyajikan pelayanan kepada
pengguna sepuas mungkin, mampu memenuhi seluruh sarana-
prasarana dan perlengkapan yang diperlukan, dan merekalah
sebagai penentu yang dapat mengantisipasi berbagai gambaran
dan imajinasi untuk perkembangan perpustakaan yang akan
dicapai di masa mendatang.”21
Menurut Karmidi, yang dimaksud “pegawai” atau “staf”
perpustakaan ialah
“Sekelompok orang yang bekerja sama dalam menjalankan tugas
perpustakaan yang terdiri dari pegawai profesional dan pegawai
non-profesional. Pegawai profesional ialah pustakawan, yaitu
18
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan, h. 218-219 19
Basyral Hamidy Harahap, J.N.B Tairas, dan Pengurus Besar Ikatan Pustakawan
Indonesia Periode 1995-1998, Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad Ikatan Pustakawan
Indonesia 1973-1998 (Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1998), h.1. 20
“Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.” 21
Syihabbudin Qalyubi, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Yogyakarta:
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 2003), h.311.
17
mereka yang telah mendapat pendidikan khusus dalam bidang
perpustakaan sehingga dalam menjalankan tugas jabatannya
mampu mengambil keputusan atau tindakan yang bersifat kritis.
Sedangkan pegawai non-profesional atau clerical ialah mereka
yang menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan
hanya memerlukan keterampilan dasar.”22
Menurut Suwarno, pustakawan atau librarian adalah seorang
tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu
perpustakaan, baik melalui pelatihan, kursus, seminar maupun dengan
kegiatan sekolah formal.23
Sedangkan Menurut Sutarno NS, pustakawan
diartikan sebagai semua tenaga kerja yang berada dan bekerja di
perpustakaan, baik sebagai pemimpin, staf maupun pelaksana teknis
operasional.24
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pustakawan
adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan yang telah memiliki
pengetahuan dan kompetensi dalam bidang kepustakawanan baik
diperoleh melalui pendidikan formal maupun pelatihan kepustakawanan
(Diklat, seminar, kursus dan sebagainya).
2. Pustakawan Perpustakaan Khusus
Murphy dalam Vivit mendefinisikan bahwa seorang pustakawan
di perpustakaan khusus mempunyai kompetensi khusus. Kompetensi
khusus tersebut bersifat unik dan saling mempengaruhi satu sama lain,
yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), keahlian
(skill), dan perilaku (attitudes). Kompetensi khusus dan unik tersebut
termasuk di dalamnya penguasaan secara mendalam pengetahuan
22
Martoatmodjo, Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus, h.5.2. 23
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 62. 24
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan, h. 76.
18
berbagai informasi khusus sesuai subjek spesialisnya, berbagai
informasi atau pengetahuan baik tercetak maupun elektronik yang
dapat mempertemukan user atau pengguna dengan informasi yang
dibutuhkannya.25
Menurut Sudarsono, pustakawan khusus adalah PNS yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-
unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik instansi pemerintah
atau unit tertentu.26
Pustakawan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bekerja di instansi pemerintahan termasuk kedalam jabatan fungsional.
Pengertian jabatan fungsional adalah suatu jabatan yang memberikan
kesempatan pada PNS untuk mencapai karirnya dengan memilih
menurut keyakinan dan kemampuan pribadi masing-masing mengenai
jenis pekerjaan yang akan ditempuh serta arti pekerjaan tersebut bagi
instansi maupun dirinya sendiri. PNS yang memilih jalur jabatan
fungsional dapat naik pangkat pada jenjang yang tertinggi di
kepangkatan PNS yaitu IV/e.27
Menurut Darmono, secara umum tujuan pemerintah memberikan
kepercayaan kepada para pustakawan untuk mengembangkan karirnya
melalui jabatan fungsional pustakawan adalah sebagai berikut:
25
Rufaidah, “Kompetensi Pustakawan Perpustakaan Khusus (Studi Kasus Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor),” h. 8. 26
Blasius Sudarsono, Pustakawan Cinta dan Teknologi (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h.
76. 27
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Grasindo,
2001), h. 230.
19
a. Menyediakan sistem karir bagi PNS yang mempunyai keahlian
tertentu tanpa hierarki struktural
b. Mendorong para pejabat fungsional untuk berprestasi tinggi
c. Mendorong pegawai yang mempunyai keahlian serta kreatif
menjadi tenaga fungsional.28
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pustakawan
perpustakaan khusus adalah termasuk salah satunya pustakawan PNS yaitu
pustakawan yang bekerja di instansi pemerintahan dan memiliki tugas-
tugas kepustakawanan sesuai dengan jenjang kepangkatannya dan
termasuk ke dalam jabatan fungsional yang berarti pustakawan dapat
mencapai pangkat dan jenjang tertinggi yaitu IV/e jika mampu berprestasi
dan meningkatkan keahlian.
C. Motivasi Kerja
Dalam melakukan suatu pekerjaan, setiap SDM membutuhkan
motivasi yang ada pada dirinya agar timbul suatu semangat atau kegairahan
dalam bekerja. Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni “movere”,
yang berarti “dorongan atau daya penggerak”.29
Menurut Upev dkk,
“Motivation is a prime factor in all human activities thus. Human
motivation is multifaceted. It cut across various drives, desires, needs, wishes
and other forces; motivation is a dynamic force setting a person into
motion or action” yang berarti bahwa motivasi merupakan faktor utama
dalam setiap aktivitas manusia. Motivasi manusia beranekaragam yang
28
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, h. 230. 29
Burhanuddin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.263.
20
meliputi berbagai dorongan, keinginan, kebutuhan, keinginan dan kekuatan
lainnya. Motivasi adalah kekuatan dinamis yang mengatur seseorang ke dalam
gerak atau tindakan.30
Menurut Fendy, motivasi dalam dunia kerja adalah sesuatu yang
mendorong karyawan/anggota organisasi untuk mendukung tindakan nyata
dalam merealisasikan kebutuhan.31
Sedangkan menurut Suwatno dan Donni,
motivasi dalam dunia kerja diperlukan sebagai daya pendorong yang dapat
mengakibatkan seseorang bersedia bekerja sesuai dengan yang diinginkan
sebuah organisasi. 32
Menurut Burhanuddin, motivasi kerja adalah
“Proses memengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang
atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang
telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan dimaksudkan sebagai
desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan
kehidupan. Motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya
merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-
faktor individual dan faktor-faktor organisasional.”33
Dalam kehidupan berorganisasi, motivasi memiliki peranan yang
sangat penting. Sebab, motivasilah yang menjadi tenaga pendorong untuk
bekerja dan berprestasi. Tanpa adanya motivasi dalam diri seseorang, maka
sehebat apapun rencana yang telah dibuat oleh organisasi, apabila dalam
proses aplikasinya dilakukan oleh anggota yang kurang atau bahkan tidak
30
Micheal Terver Upev, Matthew Terfa Chorun, dan Joy Asibi Idachaba, “The Effects of
Motivation on Staff Productivity/Performance at the Francis Sulemanuu Idachaba Library,
University Of Agriculture, Makurdi-NigeriaChorun, Matthew Terfa(Cln)2, Idachaba, Joy Asibi3,”
Journal of Research & Method in Education 5 (2015): h. 1, artikel diakses pada 30 Juni 2017 dari
www.iosrjournals.org. 31
Fendy Suhariadi, Manajemen Sumber Daya Manusia (Surabaya: Airlangga University
Press, 2013), h. 134. 32
Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Pubik dan Bisnis
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 172. 33
Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah, h.263.
21
memiliki motivasi yang kuat, maka akan menyebabkan tidak terealisasinya
rencana tersebut.34
Berdasarkan pengertian motivasi kerja di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa motivasi kerja ialah dorongan yang ada dalam diri
pegawai yang menimbulkan semangat dalam bekerja agar seseorang bisa
bekerja dan berprestasi untuk mencapai tujuan dan hasil yang sesuai dengan
yang diinginkan sebuah organisasi
D. Sumber Motivasi
Menurut Suwatno dan Donni, teori motivasi yang sudah lazim dipakai
untuk menjelaskan sumber motivasi sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua,
yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar
(ekstrinsik).
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Faktor individual yang biasanya
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah:35
a. Minat, seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu
kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai
minatnya
b. Sikap positif, seseorang yang mempunyai sifat positif terhadap suatu
kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha
34
Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan Praktis (Jakarta:
Kencana, 2013), h. 225. 35
Suhariadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 135
22
sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan
sebaik-baiknya
c. Kebutuhan, jenis motivasi ini timbul dari dalam individu sendiri tanpa
ada paksaan dari orang lain. Karena pada dasarnya setiap individu
memiliki kebutuhan tertentu dan berusaha memenuhi kebutuhannya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. Jenis motivasi ekstrinik ini timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian
seseorang mau melakukan suatu tindakan. Bagi seseorang dengan motivasi
intrinsik lemah, maka motivasi jenis kedua ini perlu diberikan.36
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa perbedaan antara sumber motivasi intrinsik dan ekstrinsik yaitu,
pada motivasi intrinsik, rangsangan yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu adalah dari dalam dirinya sendiri, sedangkan pada
motivasi ektrinsik, rangsangan yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu adalah karena berasal dari pengaruh orang lain.
E. Faktor-faktor Pendorong Motivasi
Faktor-faktor pendorong motivasi menurut teori ERG (Existence,
Relatedness, dan Growt Needs) yang dikemukakan oleh Clayton Alderver
secara konseptual menjelaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan individual
36
Suwatno dan Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Pubik dan Bisnis h. 172.
23
tersusun secara hirarki.37
Kebutuhan tersebut dalam Teori Alderfer harus
dipenuhi oleh pimpinan sebuah lembaga atau institusi agar pimpinan
mampu memotivasi pegawainya.38
Kebutuhan individual dalam teori ERG dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Kebutuhan Keberadaan (Existence = E)
adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup selama masih hidup
didunia ini. Artinya, setiap pegawai pasti ingin bertahan hidup serta
menunjukkan existensinya sebagai makhluk hidup dengan cara
memenuhi kebutuhan biologis akan sandang dan pangan, perumahan.
Indikator kebutuhan eksistensi meliputi:39
a. Gaji
Gaji merupakan salah satu kebutuhan dalam suatu organisasi.
Suatu organisasi dapat memberikan motivasi kepada pegawai
mereka dengan cara memberikan kompensasi secara realistis guna
meningkatkan produktivitas kerja.40
Penghargaan dalam bentuk
uang berupa gaji maupun tunjangan menjadi alat untuk
mengoptimalkan kepuasan pegawai dan untuk memotivasi dalam
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik lagi Selain gaji,
penerimaan lain juga dapat memotivasi pegawai dalam
37
Ary Sutrischastini, “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul,” Jurnal Kajian Bisnis 23 (2015): h. 124, artikel
diakses pada 1 Juli 2017 dari http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/. 38
Medianta Tarigan, Psikologi Industri dan Organisasi (Jakarta: Universitas Mercu
Buana, 2009), h. 153. 39
Tarigan, Psikologi Industri dan Organisasi , h. 153. 40
Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h.261.
24
bekerja,seperti: honorarium/lembur bonus, dan tunjangan.41
Pemberian kompensasi dapat meningkatkan prestasi kerja dan
memotivasi karyawan. Tujuan kenaikan gaji bagi PNS adalah untuk
meningkat motivasi kerja dan meningkatkan daya guna dan hasil
guna, serta kesejahteraan PNS.42
Oleh karena itu, perhatian
organisasi atau perusahaan terhadap pengaturan kompensasi secara
rasional dan adil sangat diperlukan. Bila karyawan memandang
pemberian kompensasi tidak memadai, prestasi kerja, motivasi
maupun kepuasan kerja mereka cenderung akan menurun.43
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa gaji merupakan kebutuhan seseorang yang menjadi salah
satu faktor yang dapat mendorong motivasi dan bisa berpengaruh
pada peningkatan produktivitas kerja.
b. Keamanan
Perihal keamanan, sebagai kebutuhan tidak hanya menyangkut
keamanan fisik dari gangguan di tempat kerja dan aman dari segi
ekonomi, tetapi juga keamanan mental psikologis dalam meniti
karier. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan yang
berhubungan dengan fisik, mental, dan intelektual.44
Sebaiknya
sebuah organisasi yang baik memiliki program kesehatan dan
kesejahteraan untuk memberikan rasa aman bagi pegawainya.
41
A Dale Timpe, Memotivasi Pegawai (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 61. 42
Monang Sitorus dan Lamhot Hutasoit, “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
PNS,” Jurnal Borneo Administrator 9 (2013): h. 163, artikel diakses pada tanggal 1 Juli 2017 dari
https://media.neliti.com/media/publications/ 43
Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah, h. 237. 44
Sondang P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
h. 287.
25
Program tersebut dapat berupa dana pensiun, asuransi kesehatan,
dan kesejahteraan.45
Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
keamanan merupakan faktor pendorong motivasi kerja pegawai
karena menentukan nyaman tidaknya pegawai dalam bekerja, dan
untuk memberikan rasa aman dan nyaman, sebaiknya perusahaan
memberikan berbagai program kesehatan dan kesejahteraan.
c. Kondisi kerja
Kondisi kerja dapat mempengaruhi semangat kerja pegawai. Oleh
sebab itu, pihak perusahaan hendaknya menyediakan lingkungan
kerja yang memberi rasa aman dan menarik, seperti dengan
menyediakan ruang kerja dan fasilitas yang memadai.46
Kondisi
kerja akan berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja seseorang.
Kepuasan kerja merupakan suatu pandangan seseorang tentang
pekerjaannya. Jadi dalam memotivasi pegawai dalam bekerja,
lembaga harus menciptakan lingkungan kerja yang baik, agar
pegawai mampu meningkatkan motivasinya dalam bekerja.47
Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kondisi kerja merupakan faktor pendorong yang bisa meningkatkan
motivasi pegawai dalam bekerja. Jika kondisi kerja dirasa nyaman
dan menarik tentunya kepuasan pegawai akan terpenuhi dan itu
akan berpengaruh pada motivasinya.
45
Noor, Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan Praktis, h. 225 46
Handoko, Manajemen, h.261. 47
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 287
26
2. Kebutuhan Berhubungan (relatedness = R)
Kebutuhan ini masuk kedalam birokrasi karena pegawai itu adalah
makhluk sosial yang selalu membutuhkan kebutuhan sosial dalam
bekerja.48
Indikator kebutuhan berhubungan meliputi perasaan terlibat
dengan kelompok, diterima oleh orang lain, mendekatkan diri dan
bekerjasama, mencari kontak-kontak sosial, berusaha membentuk
kelompok sosial, dan tidak bekerja dengan individu. Seseorang
karena kebutuhan ini akan memotivasi dan mengembangkan dirinya
serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya.49
Selain untuk menjalin hubungan dengan sesama staf, faktor
kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengkolaborasi suatu
kelompok kerja (teamwork) guna mencapai suatu tujuan organisasi.50
Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan, pertanggunjawaban,
sehat dan memiliki sifat-sifat antara lain dewasa, keleluasaan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap
hubungan kerja kemanusiaan.51
Motivasi seorang pemimpin dalam
meningkatkan kinerja pegawai merupakan salah satu faktor yang
menentukan.52
Motivasi seorang individu dapat timbul karena
pengaruh pimpinan yang efektif, misalnya seorang karyawan merasa
48
Noor, Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan Praktis, h. 226 49
Hasibuan, Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan Produktivitas, h. 162-163. 50
Marudut Marpaung, “Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja
Karyawan di Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta,” Jurnal Ilmiah WIDYA 2 (2014): h.
33, artikel diakses pada 1 juli 2017 dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 79. 52
Deni Firnanda, “Motivasi Pemimpin dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai UPTD.
Panti Sosial Perlindungan Anak Dharma di Kota Samarinda,” e-journal Ilmu Pemerintahan 5
(2017): h. 520, artikel diakses pada 1 Juli 2017 dari http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/
27
“puas” bekerja pada suatu organisasi tertentu karena atasannya baik
kepadanya, tetapi sebenarnya prestasinya tidak istimewa.53
Menurut Flippo, Fungsi pimpinan lebih banyak memberikan
konsultasi, bimbingan, motivasi dan memberikan nasihat kepada
bawahan agar memiliki motivasi termasuk juga untuk dirinya sendiri,
sehingga pegawai akan bekerja lebih giat, menjadi bersemangat dan
lebih menikmati pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan.54
Untuk memperoleh kinerja pegawai yang optimal, pimpinan harus
mampu mendorong dan mengarahkan potensi SDM untuk mencapai
tujuan perusahaan. dengan memahami benar motivasi kerja SDM
mereka. Salah satu upaya memahami motivasi kerja SDM adalah
untuk menganalisis kebutuhannya sesuai dengan intensitas. Artinya,
kebutuhan setiap SDM itu berbeda satu sama lain bahkan bagi orang
lain tidak bermanfaat.55
Dalam memotivasi bawahan maka hendaknya
pimpinan dapat menyediakan peralatan, membuat suasana pekerjaan
yang kondusif, dan kesempatan promosi bagi bawahan, agar bawahan
dapat bersemangat untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya yang
merupakan sarana untuk memotivasi bawahan dalam mencapai
tujuan.56
Pemimpin dalam kepemimpinannya perlu memikirkan dan
memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada
53
Nenny Anggraeni. “Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai
pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. h. 57 artikel diakses pada 1 Juli 2017 dari
https://media.neliti.com/media/publications/ 54
Edwin B. Flippo, Manajemen Personalia (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 101. 55
Sitorus dan Hutasoit, “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja PNS,” h. 165. 56
Nenny Anggraeni. “Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai
pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. h. 57
28
pegawainya. Dalam perkembangannya, gaya kepemimpinan dan
motivasi kerja tidak hanya diperhatikan oleh organisasi swasta,
melainkan organisasi pemerintah juga dalam meningkatkan kinerja
pegawai 57
. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan, norma-norma dan
kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk
kesuksesan prestasi dan tujuan organisasi Gaya kepemimpinan yang
dimaksudkan dalam pengertian ini merupakan persepsi orang lain,
pengikut atau bawahan yang akan dipengaruhi perilakunya dan
bukannya persepsi pemimpin itu sendiri.58
Menurut Robbins, terdapat empat macam gaya kepemimpinan,
yaitu:
a. Gaya kepemimpinan kharismatik
Yaitu kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan
memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka
mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka.
b. Gaya kepemimpinan transaksional
Yaitu gaya kepemimpinan yang memandu atau memotivasi para
pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan
memperjelas persyaratan peran dan tugas.
57
Noack Pariaribo, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah di Kabupaten Supiori,” Jurnal Universitas Atmajaya Yogyakarta, n.d., h. 1,
artikel diakses pada 2 Juli 2017 dari http://e-journal.uajy.ac.id/ 58
Susilo Toto Raharjo dan Nafisah Durrotun, “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawam (Studi empiris pada
Departemen Agama Kabupaten Kendal dan Departemen Agama Kota Semarang,” Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi 3 (2006): h. 72, artikel diakses pada 29 Juni 2017 dari
http://ejournal.undip.ac.id/
29
c. Gaya kepemimpinan transformasional
Yaitu gaya kepemimpinan yang menginspirasi para pengikut
untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu
membawa dampak yang mendalam dan luar biasa pada pribadi
para pengikut.
d. Gaya kepemimpinan visioner
Yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan
mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik
mengenai masa depan organisasi yang tengah tumbuh dan
membaik.59
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa kebutuhan berhubungan meliputi kebutuhan sosial dengan
sesama staf, klien, dan juga pimpinan. Kebutuhan berhubungan
merupakan kebutuhan yang dapat memotivasi seseorang untuk bisa
mengembangkan diri, karena kebutuhan sosial sangat diperlukan
seseorang untuk bisa bekerjasama dengan orang lain agar dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Kebutuhan untuk Berkembang (growth need = G)
Adalah suatu kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan
intrinsik dari seseorang untuk kebutuhan yang berhubungan dengan
keinginan intrinsik dari seseorang untuk mengembangkan dirinya.
Yang termasuk dalam kebutuhan ini antara lain:60
59
Robbins Stephen P, Organizational Behavior (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 1996),
h. 342. 60
Tarigan, Psikologi Industri dan Organisasi , h. 155.
30
a. Kebutuhan aktualisasi diri
Setiap orang ingin berprakarsa, berekspresi diri memiliki
konsep ide atau gagasan yang mungkin dapat diakui, diketahui
dan dilaksanakan untuk banyak orang.61
Perwujudannya yang
paling nyata dan menonjol ialah, kesempatan untuk menimba ilmu
dan pengetahuan serta keterampilan baru. Seperti cara utamanya
ialah dengan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan
tambahan, baik di dalam maupun di luar organisasi.62
Pembinaan
dan pelatihan pegawai tersebut dapat dinikmati oleh pegawai
maupun organisasi. Manfaat yang diperoleh adalah untuk
mendorong SDM untuk bekerja lebih baik.63
Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kebutuhan aktualisasi diri ialah kebutuhan yang ada pada diri
seseorang untuk menggunakan semua kemampuan yang ada pada
dirinya untuk mencapai keinginannya agar bisa diakui dan
diketahui orang lain. Salah satu cara agar bisa memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri adalah dengan cara senantiasa
mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan agar pegawai
bisa senantiasa berkembang dan berprestasi.
b. Kebutuhan harga diri
Kebutuhan akan harga diri mencakup kebutuhan yang
mencerminkan pengakuan atas harkat, martabat dan harga diri para
61
NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis, h. 163. 62
Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas kerja, h.105 63
Hasibuan, Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan Produktivitas., h. 162-163.
31
bawahan. Pemuasan kebutuhan itu pada umumnya tercermin pada
simbol-simbol status yang bersangkutan. Simbol-simbol tersebut
seperti; tanda pangkat, tanda jabatan, tanda-tanda penghargaan,
tanda-tanda jasa, piagam, dan lain sebagainya. 64
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa kebutuhan harga diri ialah kebutuhan diri seseorang terkait
dengan reward yang diberikan atas kinerjanya seperti tanda
pangkat, jabatan, golongan dan lainnya.
F. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Pengertian Pengembangan SDM
SDM memiliki kemampuan untuk berkembang secara rasional,
serta memiliki kebutuhan yang terus berkembang selama SDM tersebut
masih menjadi bagian dari lembaga/institusi yang menaunginya.65
Menurut Sutarno, unsur manusia sebagai SDM mencakup:
a. Perencanaan kebutuhan, berapa yang dibutuhkan oleh lembaga
b. Seleksi, melalui kualifikasi, persyaratan, penempatan, sesuai dengan
kemampuan dan tempat jobnya.
c. Penempatan yang sesuai dengan kemampuan dan posisi atau jabatan.
d. Pembinaan, mencakup karir dan jabatan, peningkatan kemampuan
melalui pendidikan non-formal serta pelatihan dalam jabatan, magang,
64
Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas kerja, h.105. 65
Sitorus dan Hutasoit, “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja PNS,” h. 162.
32
dan lain-lan, peningkatan kesejahteraan seperti gaji, pendapatan
tambahan, pakaian dinas (Seragam), koperasi, dan lain-lain.66
Agar keberadaan SDM sebagai salah satu unsur dalam manajemen
memiliki kontribusi atau peran yang maksimal dalam pencapaian misi dan
tujuan organisasi, perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas secara terus
menerus. Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM itu adalah melalui
pelatihan dan pengembangan.
Menurut Sudarmanto, Suatu organisasi yang tidak memiliki SDM
berkualitas atau tidak kompeten akan menuai kegagalan dalam mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengembangan
terhadap SDM yang ada memiliki kontribusi besar dalam organisasi
karena dapat berfungsi sebagai agent of change terhadap individu dalam
organisasi.67
Sedangkan menurut Burhanuddin, pengembangan SDM
adalah penyiapan manusia atau karyawan untuk memikul tanggung jawab
lebih tinggi dalam organisasi atau perusahaan. Pengembangan SDM
berhubungan erat dengan peningkatan kemampuan intelektual yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik68
.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengembangan SDM adalah upaya peningkatan kualitas SDM yang
dilakukan oleh sebuah intansi agar SDM lebih berkualitas dan
berkompeten untuk melaksanakan pekerjaan lebih baik. pengembangan
66
NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis, h. 161. 67
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi
Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi, h.226. 68
Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan Syariah, h.263.
33
SDM dilakukan melalui pendidikan formal maupun non formal untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Pengembangan SDM di Perpustakaan
Agar perpustakaan memiliki SDM yang berkualitas, pimpinan
perpustakaan harus memiliki sebuah perencanaan yang baik untuk
berusaha mengembangkan SDM yang dimiliknya secara terus menerus.
Pengembangan SDM ini perlu mendapat perhatian utama karena SDM ini
dapat dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya yang kemudian
hasilnya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kinerja
perpustakaan untuk memenuhi pekembangan informasi dan kebutuhan
pemustaka masa kini dan masa yang akan datang.69
Perpustakaan dalam era perkembangan sekarang ini memerlukan
tenaga-tenaga yang mumpuni di bidang perpustakaan yang mampu
beradaptasi terhadap kebutuhan baik secara teknis maupun pemikiran
pengembangan ke depan. Pengembangan dalam hal ini diarahkan pada
perbaikan, peningkatan, membuat sesuatu inovasi baru dari program
kegiatan atau rencana yang sudah ada sebelumnya yang pada akhirnya
akan berorientasi pada pemberian pelayanan yang sebaik mungkin
dengan modal kompetensi yang baik dan bila perlu memiliki keunikan
yang berbeda dengan orang kebanyakan.70
Pengembangan SDM (dalam hal ini adalah pustakawan)
berbasis pada kompetensi, perlu dilakukan untuk memberikan hasil yang
69
Triana Santi, “Perencanaan dan Pengembangan SDM di Perpustakaan IAIN Sumatera
Utara,” Iqra 05 (2011): h. 23, http://repository.uinsu.ac.id. 70
Wiji Suwarno, “Mengembangkan SDM Perpustakan dalam Rangka Menuju World
Class University,” Libraria 04 (2016): h. 108, http://journal.stainkudus.ac.id. Artikel diakses pada
1 Juli 2017 dari http://journal.stainkudus.ac.id
34
sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang
telah ditetapkan. Kompetensi ini bisa menyangkut pengetahuan
(cognition), sikap (afection), dan kreativitas (phsychomotoric) yang
dimiliki. Kompetensi ini yang kemudian menjadi daya dukung pokok
terhadap gerak lajunya organisasi.71
Suatu cara utama untuk melakukan pengembangan kompetensi
terhadap SDM adalah melalui pelatihan dan pengembangan, karena
semakin majunya persaingan global yang meningkat, upaya pelatihan dan
pengembangan dapat menyebabkan karyawan mampu mengembangkan
tugas kewajiban dan tanggungjawabnya yang lebih besar.72
Menurut
Sutarno NS, pengembangan kerja harus dilakukan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan tersebut terkait dengan kualitas pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap, kepribadian, perilaku (attitude).
Pengembangan di bidang ini dilakukan dengan:
a. Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang seperti strata 1
dan strata 2, pendidikan diploma, dan akademi.
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh dari lembaga-
lembaga pendidikan tinggi baik lembaga pendidikan dalam maupun
luar negeri dengan jenjang diploma, sarjana dan magister atau
doktor di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.73
Menurut
71
Suwarno, “Mengembangkan SDM Perpustakaan dalam Rangka Menuju World Class
University,” h. 112. 72
Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h.133. 73
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto,
2006), h. 155-156.
35
Lasa, untuk meningkatkan ilmu pengetahuan para SDM
perpustakaan perlu diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi baik program Diploma. Sl, S2, dan S3
yang sesuai. Hal ini merupakan tuntutan tersendiri sesuai dengan
perkembangan pendidikan masyarakat kita. Pihak atasan diharapkan
bersedia memberikan bantuan penuh, bantuan separuh biaya
pendidikan. Apabila hal ini tidak mungkin, maka salah satu bantuan
yang paling minim adalah memberikan izin kepada karyawan untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, meskipun dengan
biaya sendiri.74
b. Mengikutsertakan pegawai di dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat)
pegawai (in the job training).
Salah satu maksud dari pendidikan para pegawai yang bekerja pada
perpustakaan ialah agar timbul kerja sama yang serasi antara golongan
professional dan non-profesional.75
Rendahnya pendidikan
pustakawan ini nantinya akan mernpengaruhi motivasi dan
produktivitas kerja mereka 76
Pola pembinaan melalui diklat/ training di bidang kepustakawanan,
dilaksanakan di tempat penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari
tiga hari. Pembinaan juga diperoleh melalui bimbingan atasan,
mengikuti training dari Perpustakaan Nasional RI dan perpustakaan-
perpustakaan yang berada dalam koordinasi Perpusnas RI. lebih dari 3
74
Lasa Hs, “Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perpustakaan”
(UMY, 2003), h. 9, http://repository.umy.ac.id/. 75
Martoatmodjo, Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus, h.5. 76
Lasa Hs, “Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perpustakaan,”
2003, h. 9, http://repository.umy.ac.id/
36
hari atau mendatangkan trainer dari luar, dan mengikuti training atas
biaya perusahaan.77
c. Mengikutsertakan pegawai dalam kursus-kursus dan sejenisnya.
Untuk menjaga agar seorang pustakawan memiliki pengetahuan
yang selalu sesuai dengan tuntutan jabatannya, pustakawan harus tetap
mendidik diri sendiri, baik dengan mengikuti pendidikan-pendidikan
resmi, maupun pendidikan tidak resmi. Termasuk dalam pendidikan
tidak resmi ialah menghadiri ceramah, diskusi, atau seminar dalam
bidang perpustakaan atau bidang lain yang erat hubungannya dengan
perpustakaan.78
d. Mengikutsertakan pegawai dalam pendidikan profesional (on the job
training). Misalnya untuk menambah kemampuan bahasa, komputer,
dan teknologi informasi lainnya.
Pustakawan harus berkompeten dalam penguasaan teknologi,
komunikasi, dan informasi (ICT). Pustakawan harus dapat
menyesuaikan diri dan cepat tanggap dengan perubahan yang terjadi
disekitarnya.79
Pimpinan institusi perlu mengembangkan kompetensi
tambahan bagi pustakawan seperti kemampuan bahasa Inggris dan
juga kemampuan dalam menggunakan teknoogi informasi.
Kemampuan bahasa Inggris diperlukan untuk mendukung tugas-
tugas kepustakawanan, dan kompetensi teknologi informasi
77
Tupan, “Pembangunan Kompetensi bagi Pustakawan Perpustakaan Khusus Non
Pemerintah di Industri,” Jurnal LIPI, 2015, artikel http://pustakawan.perpusnas.go.id/ 78
Martoatmodjo, Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus, h.5-6. 79
Rhoni Rodin, “Sertifikasi Uji Kompetensi sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas
dan Eksistensi Pustakawan,” Jupiter 14 (2015): h. 15, artikel diakses pada tanggal 1 Juli 2017 dari
http://download.portalgaruda.org/.
37
diperlukan untuk untuk mengetahui berbagai perangkat keras, fitur-
fitur maupun aplikasi yang digunakan dalam otomasi perpustakaan,
dapat mendigitalisasikan koleksi, serta mampu mengirim dan
mengambil informasi dari internet.80
Berkaitan dengan aplikasi ICT ini, pustakawan perlu mempunyai
standar kompetensi yang paling dasar, yakni:81
1) Memiliki kemampuan dalam penggunaan komputer
2) Kemampuan menguasai basis data (database)
3) Kemampuan dan penguasaan peralatan TI
4) Kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan
5) Memiliki kemampuan dan penguasaan internet
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengembangan SDM di perpustakaan adalah pengembangan yang
mengarah pada peningkatan untuk pustakawan agar dapat memperbarui
keterampilannya dan mampu membuat inovasi baru dalam bidang
perpustakaan yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan
kinerja untuk memenuhi perkembangan informasi dan kebutuhan
pemustaka masa kini dan masa yang akan datang. Pengembangan SDM di
perpustakaan dapat dilakukan dengan pendidikan formal seperti
mengikutsertakan pegawai dalam pendidikan formal berjenjang dan juga
pendidikan non formal, seperti; Diklat, seminar, dan kursus-kursus terkait
perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
80
Tupan, “Pembangunan Kompetensi bagi Pustakawan Perpustakaan Khusus Non
Pemerintah di Industri,” Jurnal LIPI, 2015, artikel http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2015/. 81
Rodin, “Sertifikasi Uji Kompetensi sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas dan
Eksistensi Pustakawan,” Jupiter 14 (2015): h. 15, http://download.portalgaruda.org/.
38
3. Peran Program Pengembangan SDM Terhadap Motivasi Kerja
Pengaruh SDM sangat besar dalam sebuah organisasi, SDM
Adalah aset berharga dan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
organisasi. Hal itu disebabkan karena SDM memiliki kemampuan untuk
berkembang secara rasional serta memiliki kebutuhan yang terus
berkembang sepanjang SDM tersebut masih berada di dalam organisasi
yang menanunginya.82
Pada dasarnya, tujuan utama program pengembangan kompetensi
SDM adalah ingin meningkatkan produktivitas kerja pada semua tingkat
organisasi. Salah satu cara meningkatkan kinerja pegawai yaitu dapat
dilakukan dengan cara pemotivasian (motivating). Pentingnya motivasi dan
kemampuan yang dimiliki oleh SDM memiliki hubungan yang sangat erat
dalam mengarahkan organisasi itu kearah yang telah ditentukan.83
Kegiatan pelatihan misalnya, sebagai salah satu metode pengembangan
kompetensi sering kali terbukti mampu meningkatkan keterampilan dan
motivasi. Hal ini pada gilirannya, akan mengarah pada produktivitas yang
lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas sebuah
organisasi.84
Karena itulah melalui pengembangan dan pelatihan, motivasi
merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat sebagai upaya
meningkatkan kualitas kinerja.85
Motivasi kerja merupakan dorongan yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri SDM untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga
82
Santi, “Perencanaan dan Pengembangan SDM di Perpustakaan IAIN Sumatera Utara,”
h. 23. 83
Sitorus dan Hutasoit, “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja PNS,” h. 163. 84
Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, h.133 85
Sitorus dan Hutasoit, “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja PNS,” h. 163.
39
tujuan akan tercapai. Motivasi kerja bisa terjadi jika SDM mempunyai
kebanggaan akan keberhasilan. Keberhasilan tersebut akan diraih jika
SDM memiliki kompetensi yag didapatkan dari pengembangan SDM yang
dilakukan oleh institusi atau organisasi.86
Motivasi kerja memiliki
hubungan dengan kinerja karyawan.
Peran motivasi kerja dapat dijelaskan sebagai berikut; kemampuan
yang tinggi akan memberikan keragaman yang baik berupa produktivitas
yang lebih baik (produktif). Jika motivasi rendah dan kemampuan tinggi
maka akan terjadi dilema tentang apa tujuan dari organisasi dan apa
peranan karyawan, serta manfaat bagi karyawan. Jika motivasi tinggi
tetapi kemampuan rendah, maka diperlukan pelatihan bagi karyawan.
Keadaannya akan menjadi lebih buruk jika motivasi rendah dan
kemampuan rendah maka produktivitas juga akan rendah. 87
Pengembangan SDM semakin penting manfaatnya karena tuntutan
pekerjaan atau jabatan sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin
ketatnya persaingan. Pengembangan didasarkan pada pemikiran bahwa
SDM akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan yang berkembang supaya dapat bekerja dengan lebih selama
karirnya.88
Tujuan lain pengembangan kompetensi SDM berikutnya adalah
mencegah keusangan keterampilan pada semua tingkat organisasi. Setiap
organisasi berkewajiban membantu para pekerjanya untuk selalu
86
“Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Pekerjaan: Motivasi Terhadap Pegawai
Perpustakaan untuk Meningkatkan Pelayanan Perpustakaan. h. 6. 87
Enggar Dwi Jatmiko, Bambang Swasto, dan Gunawan Eko N, “Pengaruh Motivasi
Kerja dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan
Kompartemen Pabrik II PT. Petrokimia Gresik),” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| 21 (2015): h.
4, artikel diakses pada 30 Juni 2017 dari http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/. 88
Santi, “Perencanaan dan Pengembangan SDM di Perpustakaan IAIN Sumatera Utara,”
h. 31.
40
meningkatkan keterampilan berdasarkan minat dan bakat mereka, selain
untuk memenuhi kebutuhan organisasi.89
Menurut Nashibuddin dan Aulianto, peningkatan kompetensi dan
profesionalisme diperlukan oleh pustakawan yang bekerja di
perpustakaan khusus agar mampu berkompetisi, berdaya saing, dan
memberikan kinerja yang optimal. Hal ini dikarenakan:
a. Pustakawan di perpustakaan khusus memiliki kekhususan/keunikan
dalam mengelola perpustakaan, termasuk jenis koleksi dan
karakteristik pemustaka yang dilayani.
b. Pustakawan dituntut untuk menyusun program perpustakaan yang
inovatif dalam rangka meningkatkan citra lembaga.
c. Pustakawan bekerja sebagai one person library atau pustakawan
multitasking dalam mengelola perpustakaan.90
Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengembangan SDM sangat erat kaitannya terhadap motivasi kerja.
SDM tentunya memiliki faktor-faktor yang mendorong motivasinya untuk
bekerja lebih baik, selain itu, kompetensi yang dimiliki SDM juga harus
terus ditingkatkan karena tuntutan pekerjaan akibat dari kemajuan
teknologi dan ketatnya persaingan. Motivasi kerja bisa terjadi jika SDM
mempunyai kebanggaan akan keberhasilan dan keberhasilan tersebut akan
diraih jika SDM memiliki kompetensi yang didapatkan dari
89
Suwarno, “Mengembangkan SDM Perpustakaan dalam Rangka Menuju World Class
University,” h. 112. 90
Wahid Nashihuddin dan Ridho Aulianto, “Strategi Peningkatan Kompetensi dan
Profesionalisme Pustakawan di Perpustakaan Khusus,” Jurnal Perpustakaan Pertanian 21 (2015):
h. 52, artikel diakses pada 30 Juni 2017 dari http://download.portalgaruda.org/
41
pengembangan SDM. Oleh karena itu, motivasi tersebut haruslah diiringi
dengan kompetensi salah satunya melalui pengembangan SDM agar SDM
mampu meningkatkan kemampuan intelektual agar bisa melaksanakan
pekerjaan dengan lebih baik.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan dan yang relevan dengan
judul penelitian ini diantaranya diambil dari beberapa skripsi mengenai
motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan pengembangan
sumber daya manusia di perpustakaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Reni Puspita, dengan judul skripsi
“Motivasi Kerja di Perpustakaan Bagi Pustakawan Lulusan Non Ilmu
Perpustakaan: Studi Kasus Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi kerja di
perpustakaan bagi pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan dan untuk
mengetahui faktor-faktor pendorong motivasi dalam bekerja di Perpustakaan
Kementerian Kesehatan RI.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi pustakawan
lulusan non ilmu perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian
Kesehatan RI merupakan motivasi intrinsik. Motivasi pustakawan non ilmu
perpustakaan bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu,
keinginan dari diri pustakawan untuk bekerja di perpustakaan sebagai
pengabdian kepada apratur negara, pengembangan intelektual bidang
perpustakaan maupun kesehatan dan sebagai penjenjangan karir. Penulis
42
menyimpulkan bahwa adanya faktor pendorong motivasi pustakawan dalam
bekerja di Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI, yaitu adanya gaji,
tunjangan, dan kesempatan untuk berkembang.
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah penulis juga
membahas tentang faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja di
perpustakaan bagi pustakawan non Sarjana Perpustakaan. Perbedaan pada
penelitian ini adalah selain membahas tentang motivasi kerja di perpustakaan
bagi pustakawan non Sarjana Ilmu Perputakaan, penulis juga membahas
tentang upaya pengembangan SDM nya. Selain itu lokasi penelitian juga
berbeda, Penulis melakukan penelitian di PUSTAKA Kementerian Pertanian,
sedangkan Reni Puspita melakukan penelitian di perpustakaan Kementerian
Kesehatan RI.
Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Agung Sanjaya dengan judul skripsi “Pengembangan SDM Non
Sarjana Perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang usaha
dan kendala yang dihadapi oleh penyelanggara perpustakaan dan SDM bukan
sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan
pengembangan pustakawan.
Jenis penelitian ini adalah analitis deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep
pengembangan SDM non sarjana perpustakaan adalah melalui kegiatan
pengembangan wawasan berupa seminar, workshop dan pelatihan yang mana
pelaksanaannya adalah dengan mengundang narasumber yang kompeten
43
dalam bidang perpustakaan, kendala yang dihadapi pada saat melakukan
pengembangan SDM adalah pelaksanaan sering ditunda dari jadwal yang
telah direncanakan oleh sebab SDM nya terbatas, hasil yang ingin dicapai dari
pengembangan ini adalah demi menghasilkan SDM yang dapat menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan visi serta misi instansi.
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah membahas tentang
upaya pengembangan SDM yang dilakukan oleh perpustakaan untuk
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan. Perbedaaan pada penelitian ini
adalah selain membahas tentang pengembangan SDM, Penulis juga
membahas tentang faktor-faktor apa saja yang motivasi pustakawan non
sarjana Ilmu Perpustakaan untuk bekerja di perpstakaan, selain itu perbedaan
yang lain adalah lokasi penelitian, penulis melakukan penelitian di
perpustakaan khusus yaitu PUSTAKA Kementerian Pertanian.
Penelitian relevan yang terakhir ialah penelitian yang dilakukan oleh
Mardiyani dengan judul, “Kebutuhan Pelatihan untuk Meningkatkan
Kinerja Pustakawan di PT Indonesia Air Transport Tbk. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan pelatihan yang diperlukan
oleh pustakawan dan upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pimpinan dan
perusahaan dalam mendukung peningkatan pelatihan pustakawan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode studi
kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan masih perlu
mengadakan pendidikan formal khusus bagi pustakawan dalam memahami
fungsi manual-manual pesawat sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pemustakanya dan meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan manajemen
44
manual pesawat dalam memenuhi kebutuhan pemustakanya. Karena fungsi
Technical Publication sebagai salah satu sub divisi yang mendukung dalam
perawatan pesawat dan berpengaruh terhadap keselamatan pesawat terbang.
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah penulis juga
membahas tentang bagaimana upaya lembaga dalam mengembangkan
kompetensi untuk SDM nya. Perbedaan pada penelitian penulis adalah
terletak pada objek penelitian yang hanya memfokuskan kepada pustakawan
yang bukan sarjana ilmu perpustakaan dan juga penulis meneliti tentang
bagaimana kaitan antara pengembangan yang dilakukan dalam memenuhi
motivasi kerja SDM pustakawan Sarjana Ilmu Perpustakaan.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah atau
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.91
dalam
penelitian ini penulis akan memberikan pemaparan mengenai metode yang
digunakan dalam penelitian yang meliputi: jenis dan pendekatan penelitian,
kriteria informan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menjelaskan suatu hal seperti apa adanya.92
Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala, dan sebagainya yang merupakan obyek penelitian.
Dengan kata lain, penelitian ini ditujukan untuk memecahkan masalah.
Pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data saja melainkan juga
meliputi analisis dan interpretasi dari data itu 93
. Penelitian deskriptif ini
penulis lakukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai
motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan
pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian.
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Suyanto, pendekatan
91
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 9. 92
Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, h.9 93
Arief Subyantoro dan FX Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta:
ANDI, 2007), h. 76.
46
kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci. Penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lain, Penelitian kualitatif lebih menekankan pada kedalaman berpikir formal
dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi dengan cara
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku
manusia.94
B. Kriteria Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi penelitian.95
Penentuan informan,
dilakukan secara purposive sampling yaitu memilih informan dengan kriteria
tertentu yang yang dianggap paling sesuai dan memiliki pengetahuan yang
memadai terhadap objek penelitian.96
Kriteria pemilihan informan yang sesuai dengan konteks penelitian dan
yang paling memahami objek penelitian yaitu berjumlah tujuh orang yaitu:
1. Kepala sub bagian kepegawaian PUSTAKA, yaitu Bapak Sigit Sayogya, S.E.
Alasan penulis memilih beliau sebagai informan, karena beliau merupakan
kepala dari sub bagian kepegawaian yang bertugas dalam memberikan dana
bagi SDM pustaka dalam melakukan pengembangan SDM.
94
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 226. 95
Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, h.9 96
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 62.
47
2. Kepala sub bidang perpustakaan pengelolaan sumber daya perpustakaan, yaitu
Bapak Akhmad Syaikhu HS., S.Sos. Alasan penulis memilih beliau sebagai
informan, karena beliau bertugas sebagai fasilitator para pejabat fungsional
pustakawan dalam memfasilitasi segala kebutuhan kerjanya termasuk dalam
kegiatan pengembangan SDM.
3. 5 (lima orang SDM non Sarjana Ilmu Perpustakaan), yaitu: Ibu Juju JuariahS.,
B.Sc., Ibu Ir. Penny Ismiati Iskak, M.Sc, Ibu Ir. Nurdiana, Ibu Ir. Heryati
Suryantini, M..Si., Ibu Ir. Juznia Andriani, M.Hum. Alasan penulis memilih
lima orang pustakawan tersebut ialah karena memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Berpendidikan S1 non Sarjana Ilmu Perpustakaan
b. Mengikuti program pengembangan SDM bidang kepustakawanan lebih
dari 10 kali.
c. Sudah bekerja lebih dari 20 tahun.
d. 3 orang pustakawan yang mendapatkan beasiswa S2 dari PUSTAKA.
Berikut ini adalah nama-nama pustakawan beserta latar belakang
pendidikannya.
Tabel 3.1: Daftar Informan Pustakawan
No Nama Latar belakang pendidikan
1 Juju JuariahS., B.Sc., D3 Pertanian
2 Ir. Penny Ismiati Iskak, M.Sc S1 Agronomi dilanjutkan S2
Elektronik
3 Ir. Nurdiana S1 Pertanian
4 Ir. Heryati Suryantini, M..Si., S1 Pertanian dilanjutkan S2 Ilmu
Penyuluhan Pembangunan
5 Ir. Juznia Andriani, M.Hum S1 Sosial Ekonomi Pertanian
dilanjutkan S2 Perpustakaan.
48
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya teknik
pengumpulan data agar data yang telah dikumpulkan dapat digunakan
sebagai bahan analisis data. Penelitian ini bersumber dari dua jenis data yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Sumber Data primer
adalah data yang diambil langsung dari lapangan yang merupakan
sumber asli atau sumber pertama.97
Sumber data primer pada penelitian ini
antara lain:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan
penelitian secara teliti.98
Penulis melakukan pengamatan langsung
dilapangan terhadap objek yang sedang diteliti dan yang menjadi objek
penelitian adalah pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian mengenai faktor-faktor pendorong motivasi
kerja. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga melampirkan lembar
observasi.
97
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143. 98
Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 143.
49
b. Wawancara
Wawancara adalah melakukan percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.99
Penulis melakukan tanya jawab langsung
kepada bagian yang bersangkutan mengenai objek penelitian. Penulis
melakukan wawancara dengan 5 pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan, Kepala sub bidang perpustakaan, dan Kepala sub bagian
kepegawaian yang memiliki kriteria untuk dijadikan informan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui respon jawaban dari informan tersebut
sehingga diperoleh data data mengenai masalah yang diteliti.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
(melalui perantara) yang digunakan sebagai pelengkap dalam
penelitian.100
Sumber data sekunder pada penelitian ini mencakup:
a. Riset kepustakaan (Library research)
Penelitian kepustakaan atau studi literatur dilakukan untuk
mencari sumber-sumber tertulis yang dapat dijadikan landasan
teori guna memperkuat analisis data. Dalam penulisan ini, penulis
menggunakan bahan-bahan pustaka yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang faktor-faktor
99
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 83. 100
Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 143.
50
pendorong motivasi kerja dan pengembangan SDM seperti
menggunakan buku, terbitan berkala dan sumber elektronik.
b. Dokumentasi
Penelitian dilakukan dengan mencari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian. Menurut Arikunto, dokumentasi
merupakan sumber tertulis yang berisikan tentang informasi.101
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah teknik yang digunakan dalam
mengolah data yang bersumber dari informan mengenai topik tertentu
yang dilakukan dengan wawancara oleh penulis dengan informan kedalam
tulisan untuk kemudian di analisis untuk menjadi sebuah data.
Data diperoleh dari jawaban informan dengan menggunakan
instrumen penelitian menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara.
Setelah data diperoleh melalui wawancara dengan para informan, maka
percakapan yang direkam dalam wawancara tersebut dicatat dan dibuatkan
tranksripnya untuk kemudian dianalisis.
2. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan dengan
makna yang tersirat maupun tersurat dan dilihat kembali kebenarannya
pada sumber. Hal ini guna menjaga dan menetapkan keabsahan data.
101
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 200.
51
Proses analisis data ini dilakukan dalam tiga langkah berikut: Reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.102
a. Reduksi Data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh dalam lapangan.
Data yang diperoleh penulis adalah melalui observasi dan wawancara
akan dicatat, di kelompokan dan di fokuskan pada hal-hal penting saja.
Dengan demikian data yang penulis kumpulkan dapat memberikan
gambaran jelas.
b. Penyajian Data
Yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun untuk penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan Setelah selesai mereduksi data,
penulis akan menyajikan data dalam bentuk teks narasi.
c. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang terkumpul, kemudian dijabarkan dalam bentuk narasi,
dan penulis buatkan kesimpulan yang nantinya digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian.
102
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber untuk Penelitian
Kualitatif. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 22-23.
52
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PUSTAKA Kementerian Pertanian No.
20 Bogor 16122. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2017-Oktober
2017 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.2: Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Penyusunan
proposal
2 Pengajuan proposal
3 Mendapat dosen
pembimbing
4 Bimbingan awal
skripsi
5 Penelitian lapangan
6 Pengolahan &
penulisan laporan
7 Penyusunan skripsi
8 Pengajuan sidang
9 Sidang skripsi
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Profil PUSTAKA Kementerian Pertanian103
1. Sejarah PUSTAKA Kementerian Pertanian
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian atau
PUSTAKA merupakan perpustakaan pertanian dan biologi tertua di
Indonesia. Didirikan pada bulan Mei 1842, diawali dengan pembelian 25
judul buku milik Jacques Pierot yang disarankan oleh J.K. Hasskarl,
Assistan Hortulanus’s Land Plantentuin dan M. Diard, anggota dari
Natuurkundige Commissie.
Pada awal pendiriannya, PUSTAKA merupakan bagian dari Kebun
Raya Bogor yang memiliki fungsi menyediakan literatur bidang botani
untuk para peneliti tamu yang melakukan penyelidikan botani daerah
tropis. Pada tahun 1850, secara resmi menjadi sebuah perpustakaan
dengan nama Bibliotheek ’s Land Plantentuin te Buitenzorg.
Sejak pendiriannya PUSTAKA telah mengalami beberapa kali
perubahan tugas, fungsi dan nama. Pada bulan Maret 2000, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 160/2000 nama PUSTAKA
menjadi Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
103
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Laporan Tahun 2016
(Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, 2017), h.1-2.
54
2. VISI DAN MISI PUSTAKA KEMENTERIAN PERTANIAN
a. Visi
Menjadi lembaga pelayanan informasi terdepan dan terpercaya dalam
mendukung penelitian dan pengembangan inovasi pertanian.
b. Misi
1) Melakukan penyediaan, pengelolaan dan pelayanan informasi Iptek
pertanian secara prima sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2) Meningkatkan literasi informasi.
3) Meningkatkan kinerja perpustakaan dan profesionalisme pengelola
perpustakaan
4) Meningkatkan kinerja dokumentasi informasi dan komunikasi
Iptek pertanian.
3. Tugas dan Fungsi
a. Tugas
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian No.
43/Permentan/OT.010/08/2015 tentang organisasi dan tata kerja
Kementerian Pertanian, PUSTAKA mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan perpustakaan dan penyebaran informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Pertanian.
b. Fungsi
PUSTAKA menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan program, anggaran, dan evaluasi perpustakaan dan
penyebaran informasi Iptek pertanian
2) Pengelolaan sumber daya dan pelayanan perpustakaan
55
3) Pembinaan sumber daya perpustakaan di lingkungan Kementerian
Pertanian
4) Pembinaan dan pengelolaan publikasi hasil penelitian pertanian
5) Penyebaran informasi Iptek dan hasil-hasil penelitian pertanian
6) Pengelolaan sarana instrumentasi teknologi informasi dan bahan
pustaka
7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga PUSTAKA
4. Struktur Organisasi
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.
43/Permentan/OT.010/08/2015 tentang organisasi dan tata kerja
Kementerian Pertanian, PUSTAKA merupakan unsur penunjang
Kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Menteri melalui Sekretaris Jenderal.
Organisasi PUSTAKA terdiri atas 1 (satu) bagian dengan 3 (tiga)
Subbagian, 3 (tiga) bidang dengan 6 (enam) Subbidang, serta kelompok
jabatan fungsional sebagai berikut:
a. Bagian umum membawahi 3 (tiga) Subbagian yaitu Subbagian
Keuangan, Subbagian Kepegawaian, serta Subbagian Rumah tangga
dan Perlengkapan
b. Bidang Program dan Evaluasi didukung 2 (dua) Subbidang yaitu
Subbidang Program dan Subbidang Evaluasi dan Pelaporan
c. Bidang Perpustakaan terdiri atas 2 (dua) Subbidang yaitu Subbidang
Pengelolaan Sumber Daya Perpustakaan dan Subbidang Layanan
Perpustakaan.
56
d. Bidang Penyebaran Teknologi Pertanian mempunyai 2 (dua)
Subbidang yaitu Subbidang Publikasi dan Subbidang Tata Kelola
Teknologi Informasi (TI) dan Promosi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Pertanian (Iptek)
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar 4 1 : Struktur Organisasi PUSTAKA Kementerian Pertanian
57
5. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM di PUSTAKA dapat dikelompokkan berdasarkan jabatan
struktural dan fungsional, golongan dan pendidikan. Pada tahun 2014
PUSTAKA memiliki 90 Orang tenaga PNS dan 35 orang tenaga kontrak.
Secara rinci sebaran pegawai PUSTAKA berdasarkan jenjang fungsional
per Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1: Pegawai PUSTAKA Berdasarkan Jenjang Fungsional
No Fungsional Jumlah
A Pustakawan
1 Pustakawan Madya 8
2 Pustakawan Muda 4
3 Pustakawan Pertama 6
4 Pustakawan Penyelia 8
5 Pustakawan Pelaksana Lanjut 3
B Fungsional lainnya
1 Pranat komputer 2
2 Arsiparis 3
3 Peneliti 2
Jumlah 36
PUSTAKA Kementerian Pertanian memiliki 29 orang pejabat
fungsional pustakawan. Sebanyak 8 Orang pustakawan adalah
pustakawan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Sarjana
Ilmu Perpustakaan. Adapun latar belakang pendidikan pustakawan
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ilmu
Perpustakaan adalah sebagai berikut:
58
a. Juju Juariah S., B,Sc. latar belakang pendidikan D3 Pertanian
b. Ir. Nurdiana latar belakang pendidikan S1 Pertanian
c. Ir. Heryati Suryantini latar belakang pendidikan S1 Pertanian, S2
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
d. Ir. Juznia Andriani, M.Hum latar belakang pendidikan S1 Sosial
Ekonomi Pertanian, S2 Ilmu Perpustakaan
e. Ir. Penny Ismiati Iskak, M.Sc. latar belakang pendidikan S1
Agronomi, S2 Electronic Publishing
f. Eni Kustanti, S.Pi latar belakang pendidikan S1 Perikanan
g. Dyah Artati, S.E. latar belakang pendidikan S1 Ekonomi
h. Eni Nurwidyastuti, S.Sos., M.AP. latar belakang pendidikan S1
Sosial dan S2 Manajemen
B. Hasil Penelitian
Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti akan memaparkan hasil
penelitian yang peneliti peroleh dari hasil observasi dan wawancara. Pada
penelitian ini motivasi kerja mengacu pada teori ERG Clayton Alderver dan
pengembangan SDM akan mengacu pada teori dari Sutarno NS dan Adapun
hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
1. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan
Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh
informan yaitu pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan mengenai
59
faktor-faktor pendorong motivasi kerja di PUSTAKA Kementerian
Pertanian.
Sumber motivasi pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk
bekerja di perpustakaan adalah berasal dari dirinya sendiri karena sesuai
dengan minat, sikap positif, dan kebutuhan yang ada pada dirinya. Seperti
hasil wawancara sebagai berikut:
“Karena PUSTAKA ini perpustakaan bidang pertanian, jadi masih
sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.”104
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Saat saya melamar bekerja disini, saya mengetahui kalau PUSTAKA
ini ada kaitannya dengan latar belakang pendidikan saya yaitu Ilmu
Pertanian. Meskipun ini perpustakaan, tapi perpustakaan disini juga
punya subjek khusus yang sesuai dengan bidang saya yaitu
pertanian.”105
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti berikut:
“Dulu saat melamar pertama kali di berbagai tempat, saya diterima
PUSTAKA. Saya melihat PUSTAKA ini di bawah badan Litbang
pertanian. Jadi saya tertarik karena awalnya saya ingin jadi peneliti.
Selain itu PUSTAKA ini merupakan perpustakaan khusus dan punya
subjek khusus yakni pertanian jadi sesuai dengan bidang pendidikan
S1 saya.”106
Informan lain menambahkan:
“Saya minta di pindahkan, karena mau jadi pejabat fungsional
pustakawan, dan dasarnya saya memang suka melayani dan bertemu
orang. Saya ingin menggerakkan masyarakat untuk cinta
perpustakaan dan saya juga senang membaca.”107
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan
berikut:
104
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 105
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017 106
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017 107
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017
60
“Saya merasa tertarik bekerja di bagian layanan karena saya senang
dengan memberikan pelayanan informasi.”108
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, sumber motivasi kerja
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan di PUSTAKA Kementerian
Pertanian merupakan keinginan dari pustakawan yang mempunyai minat
untuk melayani pemustaka, karena hobi membaca, karena kebutuhan
untuk menjadi pejabat fungsional pustakawan, dan juga karena sikap
positif yang ada dalam dirinya untuk berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan latar
belakang pendidikan yang ia miliki.
Motivasi pustakawan non Sarjana Ilmu perpustakaan bekerja di
perpustakaan disebabkan oleh adanya sejarah atau cerita yang membuat
mereka bekerja di PUSTAKA Kementerian Pertanian. Berikut pemaparan
informan mengenai hal-hal yang mendasari mereka bekerja di PUSTAKA
Kementerian Pertanian sebagai berikut:
“Waktu itu, pas masuk, saya tidak langsung bekerja di perpustakaan,
tapi di bidang publikasi. Saya bekerja 3 tahun disana. Kemudian, saat
itu baru dibentuk untuk pertama kali jabatan fungsional pustakawan.
Akhirnya saya menjadi pustakawan lewat jalur inpassing.”109
Informan lain memaparkan:
“Pertama kali saya masuk di bagian informasi ilmiah namanya.
Tugasnya mengolah informasi-informasi yang berkaitan dengan
pertanian. Lalu diberi tugas untuk menjadi penanggung jawab di
kegiatan tertentu kemudian baru pindah ke perpustakaan dan ternyata
saya merasa bekerja di perpustakaan sangat menarik dan akhirnya
saya mencintai pekerjaan saya hingga sekarang.”110
108
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017 109
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 110
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
61
Informan lain memaparkan:
“Saya dari awal masuk sudah bekerja di perpustakaan, dan sekarang
saya merangkap menjadi Tim Penilai Jabatan Fungsional
Pustakawan, tugasnya untuk menilai kinerja pustakawan disini yang
penilaiannya dilaksanakan 3 kali setahun. Selebihnya saya
melaksanakan kegiatan pustakawan pada umumnya”111
Informan lain memaparkan:
“Sebelum bekerja di bidang perpustakaan, saya sudah beberapa kali
bekerja di bidang lain. Seperti saat awal masuk saya bekerja di
pengelolaan jurnal di bidang publikasi, kegiatannya juga sama-sama
menyebarkan informasi hasil penelitian. Kemudian saya di pindahkan
di perpustakaan dan saya merasa tertarik bekerja di bagian layanan
karena saya senang dengan memberikan pelayanan informasi.”112
Informan lain memaparkan:
“Dulu sebelum saya bekerja saya sudah bekerja di bagian-bagian lain
seperti TU, lalu saya pindah ke perpustakaan dan dapat S2 Ilmu
Perpustakaan, jadi saya rasa pekerjaan saya sudah sesuai dengan
pendidikan saya yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Sosial
Ekonomi Pertanian dan didukung S2 Ilmu Perpustakaan.”113
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa
sejarah atau proses pustakawan non Sarjana Ilmu perpustakaan bekerja di
bagian perpustakaan antara lain karena dipindahkan dahulu dari bagian
lain, baik dipindahkan oleh pimpinan maupun mengajukan sendiri. Ada
juga yang dari awal masuk sudah di tempatkan di perpustakaan.
Untuk bekerja di perpustakaan, pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan tentunya memiliki faktor-faktor yang mendorong dirinya
untuk termotivasi dalam bekerja. Dalam hal ini faktor yang menjadi
pendorong motivasi kerja pustakawan lulusan non ilmu perpustakaan di
PUSTAKA Kementerian Pertanian berdasarkan teori ERG Clayton
111
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 112
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 113
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
62
Alderver adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan keberadaan (Existence = E)
1) Gaji
Gaji merupakan faktor pendorong motivasi kerja untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis. Gaji yang diterima oleh pustakawan
PUSTAKA dirasa cukup dan sesuai dengan pekerjaan dan jenjang
pendidikan. Seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Sudah sesuai kalau dengan tunjangan-tunjangannya.”114
Informan lain menambahkan:
“Karena PNS sudah ada ketetapannya ya disyukuri saja.
Alhamdulillah sekarang sudah ada tunjangannya.”115
Informan lain menambahkan:
“Ya disyukuri saja ya, tapi kalau dibanding dulu, sekarang sudah
lebih baik. Sudah ada tunjangan kinerja, profesional sudah naik,
jadi ada perhatian dari pemerintah. Kalau dulu kan kecil ya. Jadi
kalau sekarang ya, Alhamdulillah cukup.”116
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Kalau sekarang sih Alhamdulillah ya PNS, karena sekarang ada
tunjangan-tunjangannya. Kalau untuk gaji sih tidak terlalu
diharapkan.”117
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Sebagai PNS ya sudah sesuai dengan peraturan yang ada ya.”118
114
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 115
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 116
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 117
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 118
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017
63
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, gaji yang mereka
dapatkan sekarang sudah cukup memenuhi kebutuhannya. Karena
selain gaji juga ada tunjangan-tunjangan yang mereka dapatkan. Selain
itu, karena pustakawan PUSTAKA merupakan PNS maka gaji yang
didapatkan pun sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
Penerimaan lain yang juga dapat memotivasi pegawai dalam
bekerja antara lain ialah tunjangan. Pustakawan PUSTAKA juga
diberikan beberapa tunjangan yang dapat memotivasi ia untuk bekerja
seperti hasil wawancara berikut.
“Untuk pustakawan PNS ada namanya tunjangan kinerja,
tunjangan fungsional, dan tunjangan anak. Menurut saya kalau
dengan ditambah tunjangan-tunjangan yang diberikan cukup untuk
memotivasi.”119
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Tunjangan sama seperti yang didapatkan pustakawan PNS ya
kurang lebih ada tunjangan kinerja, tunjangan fungsional
pustakawan, tunjangan anak.”120
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut
“Di luar gaji, ada tunjangan pustakawan, tunjangan anak sampai
umur 25 tahun yang belum menikah dan bekerja, serta tunjangan
fungsional pustakawan.”121
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Tunjangan pustakawan PNS ada tunjangan kinerja, ada
119
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 120
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 121
Juju, wawancara pribdi, 2 Oktober 2017.
64
tunjangan jabatan fungsional, ada juga tunjangan anak.”122
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan infoman, tunjangan-
tunjangan yang mereka dapatkan di luar gaji antara lain: tunjangan
kinerja, tunjangan jabatan fungsional, dan tunjangan anak. Tunjangan-
tunjangan tersebut berbeda jumlah dan ketentuannya. Seperti pada
hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau tunjangan kinerja, dan tunjangan anak itu setiap PNS pasti
dapat ya. Tunjangan kinerja didasarkan pada penilaian yang
disebut evaluasi jabatan yang akan digunakan dalam pemberian
tunjangan. Penetapannya berdasarkan dari bobot pekerjaannya
dan peringkat masing-masing jabatan. Kalau tunjangan anak itu
diberikan kepada PNS yang telah menikah dan mempunyai anak.
Ketentuannya adalah anak di bawah usia 21 tahun, belum
menikah, belum berpenghasilan dan maksimal untuk 3 orang anak.
Sedangkan tunjangan jabatan fungsional pustakawan itu
tunjangan yang diberikan kepada PNS yang memiliki jabatan
fungsional pustakawan dan jumlah tunjangan yang diterima pun
sesuai dengan jenjang jabatannya.”123
Gaji dan tunjangan merupakan alat untuk mengoptimalkan
kepuasan pegawai dan sebagai motivasi utama dalam melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik lagi. Akan tetapi, bagi pustakawan non
Sarjana Ilmu Pepustakaan PUSTAKA, gaji beserta tunjangannya
bukanlah faktor utama yang memotivasi kerja mereka. Seperti hasil
wawancara berikut:
“Ada tidak adanya tunjangan, saya tetap harus termotivasi ya
dalam bekerja. Dulu waktu belum ada tunjangan, seperti saat saya
di TI dan pengelolaan jurnal, kerja saya oke saja, saya tetap
berusaha bekerja dengan baik.”124
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
122
Juznia,wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 123
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017. 124
Penny, wawancara pribadi 6 Oktober 2017.
65
“Itu hanya sekedar motivasi saya untuk dapat memberikan hasil
kerja terbaik. Karena tunjangan kinerja tiap staf kan berbeda.
Kalau kita rajin ya, tunjangan kita lebih. “125
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Kalau saya pribadi, sedikit (memotivasi). Itu faktor yang ke
sekian lah ya. Karena kan kita bekerja untuk ibadah, apa yang kita
punya bisa diamalkan untuk orang. Gaji ya pastinya semua orang
bekerja untuk mendapatkan gaji. Tapi tidak yang utama bagi
saya.”126
Informan lain menambahkan:
“Dengan rasa syukur, Alhamdulillah berbagai tunjangan tersebut
cukup bagi saya. Tetapi saya tetap harus memiliki motivasi untuk
meningkatkan kinerja lebih baik lagi.”127
Informan lain menambahkan:
“Cukup untuk memotivasi kalau dengan ditambah tunjangan-
tunjangan yang diberikan.”128
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan, gaji dan
tunjangan yang diberikan bukan merupakan faktor utama yang
memotivasi mereka untuk bekerja di perpustakaan. Karena motivasi
mereka bekerja di perpustakaan adalah untuk ibadah dengan
membantu orang lain dan juga untuk membuktikan dan memberikan
kinerja terbaiknya.
2) Kondisi dan keamanan kerja
Kondisi dan keamanan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja
pegawai dan juga akan berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja
seseorang. Kondisi kerja di PUSTAKA dirasa sudah cukup
125
Juznia, wawancara pribadi 6 Oktober 2017. 126
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 127
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 128
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
66
nyaman, fasilitas yang ada pun dirasa juga sudah cukup memenuhi
kebutuhannya dalam bekerja dan dapat memotivasi pustakawan
untuk bekerja seperti hasil wawancara berikut ini:
“Kondisi kerja disini nyaman. Bahkan mungkin kalau saya disuruh
pindah pun saya tidak mau. Suasana kerjanya enak, koleganya
enak.”129
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Kalau kondisi kerjanya nyaman dan enak. Kebetulan PUSTAKA
itu kan eselon II, jadi Alhamdulillah fasilitasnya tercukupi.”130
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Saya kira kondisi kerja mampu menambah motivasi kerja saya,
karena dari fasilitas, lingkungan, teman-teman semuanya
mendukung.”131
Informan lain menambahkan:
“Bagus ya. Tidak ada masalah. Dengan kondisi kerja seperti ini,
saya merasa nyaman dan termotivasi untuk bekerja.”132
Selain pendapat informan di atas, Informan lain mengatakan bahwa
kondisi kerja cukup baik tetapi, tidak mempengaruhi motivasi kerjanya
seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Kondisi kerja ya seperti ini, tetapi motivasi saya tidak
terpengaruh dengan kondisi kerja. Fasilitas cukup baik, tetapi ada
beberapa barang yang saya bawa sendiri, seperti printer,
laptop.”133
Berdasarkan hasil observasi mengenai kondisi kerja dan fasilitas
129
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 130
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 131
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 132
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 133
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017
67
untuk menunjang kinerja pustakawan sudah nyaman dan baik. Hal ini
dapat terlihat dari ruangan yang cukup besar dan bersih. Kemudian
untuk fasilitas juga setiap pustakawan telah diberikan peralatan
masing-masing di meja kerjanya seperti komputer, printer, dan lain-
lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi, dapat disimpulkan
bahwa kondisi kerja di PUSTAKA sudah cukup baik dan mampu
memotivasi sebagian besar pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakan
untuk bekerja di perpustakaan. Hal ini dikarenakan suasana kerja yang
nyaman dan menarik serta fasilitas yang cukup memadai.
Untuk keamanan dalam bekerja di perpustakaan dirasa sudah
cukup aman, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi
ketidaknyamanan pustakawan terkait dengan keselamatan kerja,
seperti dalam hasil wawancara berikut ini:
“Kalau keamanan saya rasa baik ya.”134
Informan lain memaparkan:
“Menurut saya, keselamatan kerja yang perlu diutamakan dalam
bekerja, terutama yang berhubungan dengan komputer.
Terkadang, tangan saya sampai tidak bisa diangkat, penggunaan
kacamata saya juga jadi semakin tebal, sehingga kalau saya tidak
bawa kacamata. Saya harus memperbesar ukuran huruf yang ada
di komputer agar terlihat jelas.”135
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Untuk keamanan, saya rasa cukup. Tetapi untuk
ketidaknyamanan, saya sedikit merasa tidak nyaman terkait
dengan penggunaan komputer. Peletakkan keyboard yang terlalu
134
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 135
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
68
di bawah jadi saya ketika menggunakannya sering pegal.”136
Informan lain menambahkan:
“Untuk keamanan, saya rasa aman-aman saja. Mungkin kalau
untuk pemeliharaan buku-buku lama yang sudah berdebu. Itu
sedikit mengganggu kenyamanan tapi tidak berpengaruh terhadap
kinerja saya.”137
Informan lain menambahkan:
“Untuk keamanan saya rasa semuanya baik-baik saja ya. Tetapi
kalau untuk ketidaknyamanan mungkin ketika listrik mati ya,
karena pekerjaan kita jadi terganggu, dan kalau ada data yang
hilang atau kena virus.”138
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, keamanan
berupa keamanan fisik sudah memberikan rasa aman. Hal ini terlihat
dari adanya sejumlah security yang bertugas untuk menjaga keamanan
di PUSTAKA. Sedangkan untuk keselamatan kerja, pustakawan
terkadang merasa kelelahan dengan berada di depan monitor dalam
waktu yang lama.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
keamanan kerja yang dimaksud cukup aman ialah keamanan dalam hal
aman dari kehilangan. Akan tetapi untuk keselamatan kerja masih ada
hal yang harus diperhatikan antara lain dalam penggunaan komputer,
pengolahan buku-buku atau bahan pustaka yang sudah berdebu, serta
peningkatan keamanan server.
Untuk memberikan rasa aman bagi pegawainya, PUSTAKA
memberikan program kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara seperti berikut:
136
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 137
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 138
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
69
“Ada BPJS, tetapi disini juga ada Dokter setiap seminggu dua kali
yang dibiayai oleh PUSTAKA, untuk memeriksa penyakit-penyakit
ringan, dan pemberian vitamin.”139
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Kalau untuk PNS, ada namanya BPJS. Selain itu, disini juga ada
dokter seminggu dua kali. Tetapi hanya untuk memeriksa penyakit
ringan saja.”140
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh informan lain
seperti berikut:
“Kalau sejenis asuransi ada BPJS, tetapi setiap minggunya disini
juga ada pelayanan kesehatan dengan dokter.”141
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh informan lain
seperti berikut:
“Untuk mingguan ada dokter, dan untuk PNS ada BPJS.”142
Informan lain memaparkan:
“BPJS, dan dokter.143
”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Program
kesehatan adalah BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) dan
juga dokter yang dihadirkan di PUSTAKA yang ada setiap dua kali
seminggu.
139
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 140
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 141
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 142
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 143
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
70
b. Kebutuhan berhubungan ( relatedness = R )
1) Hubungan dengan sesama pustakawan
Kebutuhan berhubungan diperlukan seseorang dalam melakukan
hubungan sosial dan bekerjasama dengan orang lain. Seperti yang
terjadi di PUSTAKA, hubungan sosial yang terjadi antar sesama
pustakawan terjalin dengan baik dan saling mendukung satu sama
lain. Seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Alhamdulillah, tidak ada masalah. Kita disini saling mendukung
dan membantu satu sama lain. Bahkan karena saya di sini bekerja
sudah sangat lama, saya menganggap teman-teman di sini sudah
seperti saudara.”144
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh informan lain
seperti berikut:
“Ya disini sudah seperti keluarga, sudah saya anggap saudara ya
karena sudah lama juga bekerja disini.”145
Informan lain menambahkan:
“Ya kalau kita berhubungan sama orang lain baik, maka orang
lain pun ke kita juga akan baik ya. Kita di sini saling
memotivasi.”146
Informan lain menambahkan:
“Baik lah ya, berusaha membangun hubungan yang baik dengan
semua orang.”147
Informan lain menambahkan:
“Setiap orang tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Ya
terkadang dalam sehari-hari terdapat kesulitan, tetapi itu semua
bisa teratasi.”148
144
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 145
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 146
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 147
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 148
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
71
Dalam menciptakan hubungan sosial yang baik, tentunya setiap
organisasi memiliki cara atau kebiasaan yang dilakukan untuk
menciptakan iklim kekeluargaan dalam organisasi. Seperti yang terjadi
di PUSTAKA, banyak cara dan kegiatan yang melibatkan pustakawan
untuk memperat rasa kekeluargaan dan memperkuat kerjasama. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara seperti berikut:
“Saling mendukung dan membantu satu sama lain saja. Untuk
menciptakan kerjasama dan iklim kekeluargaan biasanya kita
sering mengadakan silaturahim, outbond, setiap setahun sekali
untuk mempererat silaturahim, kerjasama, dan kesetiakawanan.
Karena biasanya kalau sehari-hari sudah sibuk dengan urusan
masing-masing.”149
Informan lain memaparkan:
“Iya saling membantu saja. selain itu, di luar komunikasi secara
langsung, kita juga intens berkomunikasi via media sosial seperti
whatsapp untuk saling menyapa dengan teman yang jauh.”150
Informan lain memaparkan:
“Saling sharing pengetahuan, pengalaman dan apapun. Karena di
sini kan pustakawan juga banyak jenjangnnya ya”151
Informan lain memaparkan:
“Saling sharing pengetahuan, misalkan saya atau teman-teman
disini ada yang pulang dari tugas belajar atau habis pelatihan kita
bisa bantu teman-teman yang tidak ikut agar mengetahui ilmu atau
pelajaran apa yang kita dapat. Agar ilmu yang kita punya tidak
hanya kita sendiri yang tahu.”152
Informan lain memaparkan:
“Kita sesama pustakawan di sini saling membantu, saling
bekerjasama. Bagi saya tidak ada kesulitan dalam menjalin
hubungan dengan sesama pustakawan disini untuk mempererat
kerjasama biasanya ketika kita mengadakan acara besar kita
149
Heryati. wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 150
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 151
Juju, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 152
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
72
saling bertanggungjawab atas tugas yang kita terima dan saling
membantu satu sama lain.”153
Sharing pengetahuan dilakukan oleh sesama pustakawan melalui
pertemuan rutin yang diadakan setiap sebulan sekali di hari Jumat.
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh sesama pustakawan untuk saling
berdiskusi, bertukar pikiran dan ilmu, serta berbagi pengalaman
terutama untuk pustakawan yang pulang dari pendidikan S2, ataupun
pustakawan-pustakawan yang baru mengikuti Diklat, maupun seminar.
Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Bapak Syaikhu selaku Kepala
sub bidang perpustakaan.
“Iya disini ada pertemuan setiap satu bulan sekali pada hari
Jumat, biasanya pada pertemuan itu kita melakukan evaluasi
internal, sharing pengetahuan. Terutama jika ada pustakawan
yang baru selesai kuliah S2 atau selesai mengikuti Diklat dan
kegiatan lain, mereka akan berbagi pengalaman dan kita saling
bertukar pendapat dan pikiran untuk membahas apapun terkait
dengan kinerja.”154
Di setiap lingkungan kerja tentu memiliki budaya organisasi
masing-masing. Meskipun hubungan antar sesama pustakawan
terbilang baik dan akrab, namun ada salah satu permasalahan yang
terjadi di dalam budaya organisasi di PUSTAKA Kementerian
Pertanian yaitu mengenai pembagian kerja, karena PUSTAKA
merupakan perpustakaan khusus instansti pemerintah, tentunya
pustakawan telah diberikan tugas sesuai dengan jenjang
kepangkatannya. Akan tetapi, kenyataanya sampai saat ini pustakawan
masih mengkotak-kotakkan tugasnya seperti dengan menyebut dirinya
153
Juznia, wawancara pribad, 6 Oktober 2017. 154
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017.
73
sebagai pustakawan pengolahan, pustakawan pelayanan dan lainnya.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Syaikhu sebagai
berikut:
“Karena fungsional itu kan mereka ada aturan pembagian
tugasnya di UU Permenpan No. 9 tahun 2014 tentang tugas
pustakawan dan angka kreditnya. Jadi mereka sudah melakukan
hal-hal sesuai dengan porsinya. Akan tetapi, sudah budaya
organisasi, dari dulu itu terkotak-kotak seperti pustakawan
layanan, pustakawan pengolahan, dan lain sebagainya padahal
mereka mengerjakan semua tugas dan bisa menjalani semua tugas
kepustakawanan. Budaya seperti itu yang saat ini ingin kami ubah
secara perlahan, dan untuk mengubah budaya seperti itu tidaklah
mudah, karena untuk mewujudkannya kami ingin teman-teman
pustakawan juga menghilangkan pengkotakkan tugas seperti itu.
Salah satu cara yang kami lakukan adalah ya dengan sering
mengadakan pertemuan untuk saling bertukar pikiran, juga terus
menerus membangun hubungan yang baik dengan sesama
pustakawan.”155
Berdasarkan hasil observasi penulis, terlihat hubungan yang baik
dan akrab antar sesama pustakawan. Ketika ada pustakawan yang tidak
bisa atau kesulitan melakukan pekerjaannya, pustakawan lain akan
membantunya. Selain itu pustakawan juga saling berbagi pengetahuan
satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis, dapat
disimpulkan bahwa hubungan sosial dan kerjasama yang terjalin baik
antar sesama pustakawan dikarenakan karena mereka banyak
melakukan kegiatan yang melibatkan pustakawan untuk memperat rasa
kekeluargaan dan memperkuat kerjasama seperti mengadakan
silaturahim, outbond setiap setahun sekali untuk mempererat
silaturahim, Saling sharing pengetahuan, berkomunikasi via media
155
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017.
74
sosial dan juga saling membantu ketika bertugas pada suatu acara
besar yang dilaksanakan di PUSTAKA.
2) Hubungan dengan pimpinan
Selain hubungan dengan sesama staf, faktor kepemimpinan sangat
diperlukan untuk memotivasi pegawai agar bekerja lebih giat
dalam rangka mencapai tujuan. Hubungan yang terjalin dengan
pimpinan PUSTAKA cukup terjalin baik, pimpinan terkadang
memberi motivasi dan nasihat untuk senantiasa bekerja dengan
giat. Akan tetapi menurut pustakawan PUSTAKA motivasi kerja
yang dimiliki bukanlah karena faktor kepemimpinannya
melainkan karena faktor yang ada dalam sendirinya. Seperti dalam
hasil wawancara berikut:
“Baik ya hubungannya.”156
Informan lain menambahkan:
“Hubungan saya ke pimpinan baik, ya kalau ada selisih kecil sih
pasti ada tapi tetap baik–baik saja”157
Informan lain menambahkan:
“Hubungan dengan pimpinan ya baik, sebagai seorang
pustakawan, kita tidak boleh terbatas dengan apapun. Kita harus
tetap bekerja secara professional dengan atau tanpa motivasi
pimpinan.”158
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Hubungan saya dengan pimpinan ya layaknya hubungan antara
atasan dan bawahan. Pimpinan cukup memperhatikan. Kalau
untuk mempengaruhi motivasi, menurut saya, itu kembali lagi ke
156
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 157
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 158
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
75
pustakawannya masing-masing, kita harus mandiri. Tidak perlu
hanya termotivasi hanya karena pimpinan.”159
Informan lain memaparkan:
“Ya baik, saling menghormati. Pimpinan terkadang memberikan
nasihat atau motivasi staf yang ada disini.”160
Berdasarkan hasil pemaparan informan di atas, dapat disimpulkan
bahwa hubungannya dengan pimpinan baik, akan tetapi jika untuk
memotivasi itu kurang mempengaruhi pustakawan, karena menurut
mereka, pustakawan harus mandiri. Tidak perlu merasa termotivasi
hanya terbatas oleh pimpinan.
Pemimpin dalam kepemimpinannya perlu memikirkan dan
memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada
pegawainya. Begitupun dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan
oleh pimpinan di PUSTAKA. Seperti pada hasil wawancara berikut
ini:
“Di dalam kepemimpinannya, beliau selalu mengarahkan kita
untuk “kerja, kerja,dan kerja”.161
Informan lain memaparkan:
“Setiap pimpinan kan ada gayanya masing-masing ya. Menurut
saya gaya kepemimpinan pimpinan PUSTAKA disini lebih
menekankan kepada staf untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan agar sesuai dengan visi misi organisasi, dan juga
menekankan kepada staf untuk meningkatkan kerjasama.162
Informan lain memaparkan:
“Beliau tegas dalam menasihati staf untuk senantiasa bekerja
secara giat. Pimpinan terkadang memberikan nasihat atau
159
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 160
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 161
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 162
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
76
motivasi staf yang ada disini agar bekerja dengan baik.”163
Informan lain memaparkan:
“Selalu memberi nasihat, dan merangsang untuk selalu berbuat
inovatif. Kalau ibu kepala disini, beliau seorang yang visioner.”164
Informan lain memaparkan:
“Lebih menekankan kedisiplinan dalam bekerja.”165
Berdasarkan pemaparan di atas, gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan PUSTAKA adalah gaya kepemimpinan
visionaris, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan
mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai
masa depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik. Dengan
cara seperti terus membuat pustakawan senantiasa bekerja sesuai
dengan visi misi PUSTAKA.
3) Hubungan dengan pemustaka
Karena bekerja di perpustakaan tidak hanya terkait dengan sesama
pustakawan dan pimpinan tetapi juga dengan pemustaka yang
menjadi faktor pendorong motivasi kerja di perpustakaan. Karena
dengan melayani pemustaka, pustakawan PUSTAKA dapat
menjalin hubungan yang baik, menjalin relasi dan memperluas
jaringan dengan melayani pemustaka. Selain itu juga karena
pustakawan PUSTAKA yang pada dasarnya bekerja karena senang
melayani pemustaka. Seperti pada wawancara berikut:
163
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 164
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 165
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
77
“Hubungan dengan pemustaka sangat baik, justru saya dapat
menambah teman, jaringan, dan relasi ya. Bahkan saya mensuply
informasi untuk para peneliti sesuai dengan bidang penelitiannya.
Tidak hanya yang datang ke PUSTAKA tetapi juga yang ada di
daerah-daerah dengan menggunakan email.”166
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan lain
sebagai berikut:
“Terjalin baik, karena ya saya seneng ketemu orang, seneng
melayani orang, jadi ketika ada pemustaka yang meminta bantuan,
dengan senang hati saya bantu secara maksimal.”167
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Hubungan ke pemustaka bagus ya. Justru itu awal mulanya juga
saya masuk ke perpustakaan, karena saat saya berada di meja
layanan, relasi saya jadi bertambah banyak, jadi menambah
jaringan.”168
Informan lain menambahkan:
“Saya berusaha membangun hubungan yang baik dengan
pemustaka dengan berusaha melayani sepenuh hati.”169
Informan lain menambahkan:
“Ketika saya bertugas di meja pelayanan dan berhadapan
langsung dengan pemustaka, tidak pernah merasa ada masalah.
Justru saya senang bisa membantu pemustaka dan menjadi ibadah
ya.”170
Berdasarkan dari hasil observasi penulis, terlihat pustakawan yang
ada di PUSTAKA sangat ramah dalam melayani pemustakanya, baik
peneliti atau SDM yang ada di PUSTAKA, maupun mahasiswa atau
orang luar yang ingin mencari referensi di PUSTAKA.
166
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 167
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 168
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 169
Juju, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 170
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017
78
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan informan,
dapat disimpulkan bahwa hubungan dengan pemustaka menjadi salah
satu faktor utama pendorong motivasi kerja pustakawan non Sarjana
Ilmu Perpustakaan dalam bekerja di perpustakaan, karena didasari
dengan kesenangan dalam melayani orang dan juga membantu mereka
yang membutuhkan informasi. Selain itu dengan melayani pemustaka
sepenuh hati mereka dapat menambah jaringan dan relasi.
c. Kebutuhan berkembang ( growth need = G)
1) Kebutuhan harga diri
Pemuasan kebutuhan harga diri pada umumnya tercermin pada
simbol-simbol status seperti; tanda pangkat, tanda jabatan, tanda-
tanda penghargaan dan lain sebagainya. Pustakawan PUSTAKA
pun pada umumnya akan mendapatkan semua itu jika bisa
meningkatkan kinerjanya. Seperti pada wawancara berikut ini:
“Apresiasi berupa kenaikan pangkat. Itu salah satu juga yang
memotivasi PNS, karena otomatis membuat tunjangan naik. Ya
orang yang malas otomatis tidak akan naik pangkat.”171
Informan lain menambahkan:
“Apresiasi bisa berupa naiknya tunjangan dan pangkat. Itu dia
nantinya yang akan membedakan tunjangan yang akan diterima
oleh tiap pustakawan. Apabila kinerja nya bagus, tunjangan nya
bisa meningkat. Jika tidak ya maka tunjangan yang diterima pun
tidak akan naik.”172
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Jika kita rajin dan memenuhi target kinerja, kita akan cepat naik
171
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 172
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
79
pangkat. Begitupun sebaliknya.Ya kalau kita naik pangkat,
otomatis tunjangan kita akan naik. Itu tergantung pustakawan nya
sendiri. Ibu dulu saat kenaikan pangkat ada yang cepat ada juga
yang lama.”173
Informan lain memaparkan:
“Sesuai dengan peraturan yang ada, dan kembali lagi ke kinerja
kita masing-masing.Selama kita bekerja dengan baik, reward yang
kita terima berupa tunjangan atau naik jabatan juga akan
sesuai”174
Informan lain memaparkan:
“Pustakawan PNS sudah punya aturan sendiri terkait naik
jabatan, tunjangan professional, jadi reward yang di dapat sesuai
dengan kinerja dan jenjang karir. jika penilaian kinerja kita sesuai
pencapaian, tidak menutup kemungkinan kita akan cepat naik
pangkat.”175
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan harga diri ditentukan oleh diri sendiri,
jika ia dapat meningkatkan kinerja nya dengan baik maka reward yang
akan di dapatkan antara lain tunjangan yang akan sesuai dengan
kinerja dan jenjang karirnya, serta kenaikan pangkat dan golongan
2) Kebutuhan aktualisasi diri
Salah satu cara seseorang agar dapat diakui dan diketahui oleh
banyak orang mengenai konsep dan gagasan yang dimiliki adalah
dengan mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu dan
pengetahuan serta keterampilan baru. Seperti yang di dapatkan
oleh pustakawan PUSTAKA agar dapat mengaktualisasikan
dirinya, mereka diberikan 4 program pengembangan seperti pada
hasil wawancara berikut:
173
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 174
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 175
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
80
a) Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang seperti
strata 1 dan strata 2, pendidikan diploma dan akademi
PUSTAKA telah memberikan beasiswa pendidikan formal untuk
melanjutkan studi ke S2 ataupun S3 bagi pustakawan yang telah
lulus persyaratan dan seleksi. Seperti pada hasil wawancara berikut
ini:
“Beasiswa ada ya, tapi saya tidak pernah ikut.”176
Informan lain memaparkan:
“Ada, tapi tidak semua SDM diikutsertakan. Hanya SDM yang
lulus seleksi yang akan disekolahkan.”177
Informan lain menambahkan:
“Oh iya, kebetulan juga saya pernah diberi tugas belajar S2 di
IPB jurusan Ilmu Penyuluhan pembangunan. Tadinya saya ingin
mengambil S2 di UI jurusan Ilmu Perpustakaan, tapi
pendaftarannya sudah lewat. Karena sayang dan kebetulan
dananya ada, jadi ya saya cari yang kira-kira ilmunya bisa
dimanfaatkan di perpustakaan. Untuk jurusan sebenarnya yang
memilih adalah PUSTAKA melihat dari kebutuhan, perlu
mengembangkan SDM di bidang apa untuk meningkatkan
kompetensi dan mendukung visi misi instansi.” 178
Informan lain memaparkan:
“Ada, kebetulan saya tahun 1999 dicalonkan kemudian lulus
seleksi saya diberi tugas belajar untuk melanjutkan pendidikan ke
S2 jurusan Ilmu Perpustakaan.”179
Informan lain memaparkan:
“Ya, saya pernah mendapat beasiswa tugas belajar untuk
melanjutkan S2 di Malaysia, tetapi saat itu saya tidak melanjutkan
S2 Ilmu perpustakaan karena pimpinan mengusulkan saya untuk
mengambil jurusan yang kaitannya dengan T1, karena melihat
176
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 177
Juju, wawancara pribadi 2 Oktober 2017. 178
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 179
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
81
kebutuhan instansi juga.”180
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan
bahwa PUSTAKA telah memberikan kesempatan bagi pustakawan
yang ingin melanjutkan studi ke S2 ataupun ke S3 bagi pustakawan
yang lulus persyaratan dan seleksi. Untuk jurusan yang akan di ambil
oleh pustakawan yang terpilih akan diusulkan oleh pimpinan melihat
kebutuhan instansi.
b) Mengikutsertakan pegawai di dalam pendidikan dan pelatihan
(Diklat) pegawai (in the job training)
Salah satu tujuan Diklat kepustakawanan adalah agar timbul
kerjasama yang serasi antara golongan professional dan non-
profesional. PUSTAKA telah menerapkan atau melaksanakan
beberapa jenis Diklat kepustakawanan untuk pustakawan. Seperti
pada hasil wawancara berikut:
“Ada beberapa Diklat yang saya ikuti, salah satunya adalah Diklat
CPTA, karena saya tidak punya latar belakang pendidikan ilmu
perpustakaan dan ingin menjadi fungsional pustakawan. Ada juga
Diklat kerjasama yang diadakan oleh Kementerian Pertanian, serta
pelatihan literasi informasi di Universitas Pelita harapan selama
tiga periode.”181
Informan lain memaparkan:
“Diklat ada beberapa yang saya ikuti, untuk CPTA saya tidak ikut,
karena saya sudah punya latar belakang pendidikan ilmu
perpustakaan. Dan untuk Diklat TOT perpustakaan saya baru akan
mendaftar tahun ini.”182
Informan lain memaparkan:
“Untuk Diklat cukup banyak ya yang saya ikuti, selain Diklat
180
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 181
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 182
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
82
CPTA dan Diklat TOT perpustakaan.”183
Informan lain memaparkan:
“Untuk mendapatkan jabatan fungsional pustakawan, saya
mengikuti Diklat CPTA di PNRI selama 3 bulan, diklat yang penah
diadakan di luar negeri sekali, Diklat Preservasi, Diklat Literasi
informasi dan masih banyak lagi.”184
Informan lain memaparkan:
“PUSTAKA sering mengadakan Diklat. Setiap tahun pasti ada
Diklat baik dari PUSTAKA sendiri ataupun dari luar.” 185
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa Diklat yang diadakan di PUSTAKA cukup banyak mulai dari
Diklat CPTA untuk pustakawan yang sebelumnya tidak memiliki latar
belakang pendidikan Ilmu perpustakaan, Diklat Preservasi, Diklat
Literasi Informasi, Diklat TOT perpustakaan, dan lainnya. Diklat
tersebut ada yang diadakan di PUSTAKA sendiri maupun diadakan
dari luar seperti PNRI. Untuk waktu pelaksanaannya sendiri
tergantung dari jenis Diklat yang diikuti dan lembaga yang
melaksanakan Diklat.
c) Mengikutsertakan pegawai dalam seminar dan sejenisnya
Termasuk salah satu pendidikan tidak resmi ialah dengan
menghadiri ceramah, diskusi, atau seminar dalam bidang
perpustakaaan atau bidang lain yang erat hubungannya dengan
perpustakaan. Pustakawan PUSTAKA juga senantiasa mengikuti
kegiatan seperti seminar dan sejenisnya, seperti pada hasil
wawancara berikut ini:
183
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 184
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 185
Juju, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
83
“Sering. Untuk seminar dan sejenisnya yang terkait dengan
perpustakaan.”186
Informan lain memaparkan:
“Iya, di PUSTAKA sendiri setiap tahunnya rutin mengadakan
Apresiasi pustakawan dan Temu Teknis Perpustakaan. Selain itu
banyak juga seminar-seminar dari dalam maupun luar PUSTAKA
terkait perpustakaan.”187
Informan lain memaparkan:
“Jika ada kesempatan, pasti saya akan selalu mengikuti seminar
dan sejenisnya baik yang diadakan di dalam PUSTAKA maupun
dari luar.”188
Informan lain memaparkan:
“Iya, seperti seminar-seminar terkait perpustakaan, dokumen dan
informasi (perpusdokinfo), seminar di luar negeri dengan
membawa makalah, temu teknis perpustakaan yang berkaitan
dengan mandat PUSTAKA sebagai perpustakaan Pembina seluruh
institusi Kementerian Pertanian. Jadi Temu Teknis Perpustakaan
ini sebagai wadah untuk melakukan pembinaan terhadap seluruh
UPT di Kementerian Pertanian, untuk menggali kesulitan-
kesulitan mereka dalam pengembangan perpustakaan di UPT nya.
Selain itu untuk pustakawan PUSTAKA sendiri juga sering
mencari seminar-seminar yang gratis seperti seminar di
Universitas yang ada jurusan perpusdokinfo nya.”189
Informan lain menambahkan:
“Seminar saya selalu ikut selama ada. Untuk seminar sendiri
sebenarnya ada pembagian-pembagiannya. Hal itu dimaksudkan
agar semua pustakawan dapat mengikuti seminar secara
merata.”190
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa mereka senantiasa ikut dalam kegiatan seminar dan sejenisnya,
baik yang rutin diadakan di PUSTAKA seperti temu teknis
186
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 187
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 188
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 189
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 190
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
84
perpustakaan, ataupun mengikuti seminar di luar PUSTAKA, serta
pernah mengikuti seminar di luar negeri yang berkaitan dengan
perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
d) Mengikutsertakan pegawai dalam pendidikan professional (on the
job training)
Pimpinan institusi perlu mengembangkan kompetensi tambahan
bagi pustakawan seperti kemampuan bahasa Inggris dan juga
kemampuan dalam menggunakan terknologi informasi untuk
mendukung tugas-tugas kepustakawanan. PUSTAKA juga telah
memfasilitasi pustakawan untuk mendapatkan kompetensi
tambahan, seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Ada statistik, pelatihan TI, ada juga dulu kursus Bahasa
Inggris.”191
Informan lain memaparkan:
“Ada, kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda sekitar
beberapa tahun yang lalu. Tetapi yang ikut diutamakan
pustakawan yang mengolah. Tetapi tidak menutup kemungkinan
pustakawan lain untuk ikut. Untuk kemampuan komputer nya
diajarkan langsung oleh orang-orang TI.”192
Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan lain seperti
berikut:
“Selain yang mandiri (biaya sendiri), PUSTAKA juga
menghadirkan guru Bahasa Inggris dan Belanda, kemudian staf
disini belajar. Karena disini banyak koleksi-koleksi tua. Waktunya
2 kali seminggu selama 2 jam setiap pertemuan. Untuk yang
berkaitan dengan teknologi, PUSTAKA pernah mengadakan
kursus pengolahan statistik. Untuk yang berkaitan dengan
teknologi perpustakaan, staf TI sendiri yang menjadi
pembinanya.”193
191
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 192
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 193
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
85
Informan lain memaparkan:
“Ada, dan saya ikuti seperti kursus bahasa inggris, pelatihan
teknologi, dan sebagainya.”194
Informan lain memaparkan:
“Kursus bahasa, teknologi ada. Untuk teknologi kebetulan yang
punya program adalah orang TI. Untuk kursus, dulu ada kursus
Bahasa Inggris dan Belanda, tetapi saya tidak ikut.”195
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa PUSTAKA beberapa tahun terakhir juga memfasilitasi
pustakawan dalam berbagai macam kursus untuk membantu
pustakawan mengembangkan kompetensinya seperti kursus Bahasa
Inggris dan Belanda, kursus pengolahan statistik yang mendatangkan
pengajar dari luar serta pelatihan teknologi informasi yang dibina oleh
staf bagian TI di PUSTAKA sendiri.
Untuk pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus
bahasa, PUSTAKA sudah 3 tahun yang lalu mengadakan kegiatan ini
dan belum diadakan lagi sampai sekarang, pustakawan berharap
PUSTAKA dapat mengadakan program ini lagi untuk kedepannya.
Seperti hasil wawancara berikut:
“Kemungkinan terkait anggaran yang terbatas. Alokasi anggaran
kemungkinan untuk bidang lain mengingat di PUSTAKA ada
jabatan fungsional lain seperti arsiparis dan pranata komputer.
Program kursus semacam ini sebetulnya baik karena untuk
peningkatan kemampuan staf dalam mendukung tugas pokoknya.
Diharapkan kursus semacam ini dapat dilaksanakan ke depannya
secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja staf.”196
Informan lain memaparkan:
194
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
195 Juju, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
196 Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
86
“Belum dilaksanakan untuk saat ini karena belum ada anggaran
dan program ini bukan program prioritas. Karena ada pelatihan
atau kegiatan lan yang lebih penting.”197
Informan lain memaparkan:
“Tentu, karena belum semua pustakawan berkesempatan
mengikuti program tersebut. Program tersebut penting bagi
pustakawan dalam penyelesaian pekerjaan/tugas sehari-hari.198
Informan lain memaparkan:
“Tetapi saya kira itu soal prioritas sih.. karena disesuaikan
dengan anggaran dan kebutuhan.”199
Informan lain memaparkan:
“Setuju jika diadakan lagi, tetapi itu tergantung pada
kebutuhan”200
Berdasarkan pemaparan informan, dapat disimpulkan bahwa alasan
PUSTAKA belum meberikan program kursus bahasa ini lagi
dikarenakan terkait anggaran dan prioritas. Pustakawan berharap
PUSTAKA mengadakan program ini lagi secara berkelanjutan ke
depannya untuk meningkatkan kinerja staf dalam penyelesaian
pekerjaan/tugas sehari-hari.
Dengan mengikuti pengembangan SDM ini, pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan mampu mengaktualisasikan diri agar dapat
membuktikan bahwa meskipun mereka yang tadinya tidak memiliki
latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, mereka mampu bekerja
dengan baik di perpustakaan. Sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Iya, terutama bagi yang sebelumnya tidak punya latar belakang
197
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 198
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 199
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 200
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017.
87
pendidikan ilmu perpustakaan ya. Saya dan teman-teman yang
mengikuti perngembangan jadi mampu untuk mengaktualisasikan
diri bekerja dengan baik dan juga berbagi ilmu dengan orang
lain.”201
Informan lain memaparkan:
“Jelas iya, karena upaya pengembangan yang saya ikuti saya bisa
ikut berpartisipasi lomba, dan Alhamdulillah dapat juara. Saya
jadi lebih banyak ilmunya dalam mengelola perpustakaan.”202
Informan lain memaparkan:
“Sangat, terutama untuk pustakawan yang ada di PUSTAKA sini
sebagai pustakawan Pembina, tatkala ada pustakawan dari sini
yang ditugaskan untuk jadi Pembina di UPT Kementerian
Pertaniaan di daerah-daerah. Kita mampu mengaktualisasikan
diri berbekal dari pengembangan SDM yang kita ikuti. Jangan
sampai pustakawan yang di daerah bisa, kita yang menjadi
pustakawan Pembina tidak bisa.”203
Informan lain memaparkan:
“Oh iya pastinya, ditambah lagi dengan mengikuti organisasi
profesi seperti IPI di Bogor. Saya dapat mengembangkan diri, bisa
sharing dengan teman-teman lain di IPI, bisa mengabdikan diri,
mengamalkan ilmu yang saya punya untuk orang lain. Dapat
menambah teman, jejaring, dan ilmu juga.”204
Informan lain memaparkan:
“Iya, melalui pengembangan SDM yang saya ikuti sangat mampu
untuk kebutuhan aktualisasi diri saya.”205
Salah satu hal dalam kebutuhan aktualisasi diri adalah dengan
mengekspresikan diri untuk berkreatifitas dan berprestasi. Pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan di PUSTAKA yang telah mengikuti
bekal pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dari program
pengembangan SDM yang diikuti juga bisa berprestasi dan ikut serta
201
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 202
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 203
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 204
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 205
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
88
dalam kegiatan lomba-lomba atau sejenisnya, seperti pada hasil
wawancara berikut:
“Iya, dan Alhamdulillah, saya sudah dua kali mendapatkan
peringkat 1 pustakawan berprestasi di Jawa Barat tahun 2015, dan
2016.”206
Informan lain memaparkan:
Iya, tetapi saya belum pernah dapet. Biasanya yang ikut lomba
dipilih oleh pimpinan.”207
Informan lain memaparkan:
“Iya, saya beberapa kali ikut, tetapi tidak pernah dapat juara.
Karena dari sini juga pustakawan nya banyak ya.”208
Selain pustakawan tersebut di atas yang mengikuti lomba, ada juga
pustakawan yang tidak mengikuti lomba-lomba seperti pada hasil
wawancara berikut:
“Untuk lomba-lomba saya tidak pernah ikut.”209
Informan lain memaparkan:
“Saya tidak pernah ikut.”210
Program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah
cukup memenuhi kebutuhan pustakawan dalam bekerja di
perpustakaan, namun selain pengembangan yang sudah pernah diikuti,
pustakawan juga berharap ada pengembangan SDM berupa seminar
atau Diklat di luar negeri, seperti pada hasil wawancara berikut:
“Menurut saya sudah cukup ya untuk memenuhi kebutuhan. Tapi
kalau pengembangan SDM yang ingin saya ikuti tetapi di
PUSTAKA ini jarang ada yaitu, seminar atau kunjungan-
206
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 207
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 208
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 209
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 210
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
89
kunjungan ke perpustakaan luar negeri.”211
Informan lain memaparkan:
“Bagi saya memenuhi.mungkin. Saya fikir program-program in the
job training itu lebih penting, dan harus ditingkatkan.”212
Informan lain memaparkan:
“Bagi saya cukup, karena pengembangan itu dilakukan
berdasarkan kebutuhan supaya mendukung target-target di
instansi. Untuk pengembangan SDM yang masih kurang saya rasa
seminar ke luar negeri untuk pustakawan masih kurang dan belum
difasilitasi dengan baik.”213
Informan lain memaparkan:
“Sudah memenuhi, hanya saja untuk seminar atau Diklat ke luar
Negeri saya rasa kurang. Mungkin jika itu terpenuhi akan lebih
meningkatkan motivasi pustakawan lagi dalam bekerja.”214
Informan lain memaparkan:
“Kalau yang saya rasakan, sudah cukup.”215
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat
disimpulkan bahwa program-program pengembangan SDM yang telah
mereka ikuti baik dari dalam PUSTAKA maupun dari luar PUSTAKA
telah mampu mengaktualisasikan diri mereka untuk bisa berprestasi
dan ikut serta dalam lomba-lomba yang berkaitan dengan
perpustakaan, berbagi pengetahuan dengan pustakawan yang dibina,
mengamalkan ilmu dan kemampuan yang telah dimiliki untuk
membantu melayai orang lain, dan juga dapat menambah teman, dan
jejaring. Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan juga berharap ada
211
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 212
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 213
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 214
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 215
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
90
pengembangan SDM yang dilaksanakan di luar negeri agar lebih
meningkatkan motivasi pustakawan lagi dalam bekerja dan juga bisa
menambah wawasan dan pergaulan yang lebih luas.
Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan
oleh PUSTAKA dan tentunya sudah banyak diikuti oleh pustakawan,
tentunya ada program yang dirasa lebih disukai atau diminati karena
alasan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhannya untuk
aktualisasi diri, hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Saya pilih kegiatan Diklat kepustakawanan, karena tidak
memerlukan biaya yang banyak dan waktu pelaksanaannya pun
singkat. Karena sekali ada pelatihan ada beberapa orang yang
dapat ikut serta dalam pelatihan.”216
Informan lain memaparkan:
“Semua program yang ada saya sukai dan minati, karena dapat
meningkatkan pengetahuan, menambah keterampilan dan
mempercepat menyelesaikan pekerjaan.”217
Informan lain memaparkan:
“Saya pilih progam pemberian beasiswa tugas belajar, dan
pelaksanaan seminar-seminar, tetapi tidak ada program beasiswa
tugas belajar untuk yang melanjutkan S1.”218
Informan lain memaparkan:
“Menurut saya, kegiatan Diklat kepustakawanan dan seminar.
Karena dua-duanya baik untuk meningkatkan kompetensi
profesional dan kompetensi individual pustakawan. Kegiatan
Diklat kepustakawanan untuk meningkatkan keterampilan
pustakawan di bidang tertentu terkait kepustakawanan. Kegiatan
seminar dapat meningkatkan kompetensi individual, peningkatan
wawasan dan pengetahuan di bidang kepustakawanan.
Pustakawan dapat ikut sebagai peserta, pemakalah atau malahan
narasumber, sehingga dapat meningkatkan kompetensi individual.
Selain itu seminar atau pertemuan ilmiah sejenisnya merupakan
216
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 217
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 218
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017.
91
ajang untuk terbukanya peluang jejaring kerjasama di bidang
perpustakaan, dokumentasi dan informasi antar pustakawan,
pemerhati perpusdokinfo, dosen dan antar institusi. terbukanya
peluang jejaring.”219
Informan lain memaparkan:
“Semua program ibu sukai dan telah ibu ikuti semua. Tujuannya
meningkatkan kompetensi keterampilan dan pengetahuan.”220
Berdasarkan pemaparan informan di atas, dapat disimpulkan
bahwa program pengembangan SDM yang paling disukai dan diminati
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan adalah program Diklat
kepustakawan dan juga kegiatan seminar-seminar. Program tersebut
dianggap mampu meningkatkan kompetensi keterampilan dan
pengetahuan.
Setiap pustakawan tentunya memiliki faktor pendorong utama
yang berbeda-beda untuk memotivasinya bekerja di perpustakaan.
Begitupun dengan pustakawan non Sarjana Ilmu perpustakaan di
PUSTAKA yang termotivasi untuk bekerja di perpustakaan karena
faktor pendorong yang berbeda-beda, akan tetapi dari hasil wawancara
dengan informan, kebutuhan aktualisasi diri yang didapatkan dengan
mengikuti berbagai pengembangan menjadi salah satu faktor utamanya
untuk mendorong motivasi kerja di perpustakaan, seperti pada hasil
wawancara berikut.
“Bagi saya pengembangan yang saya ikuti bisa menjadi salah satu
faktor pendorong utama saya untuk lebih meningkatkan motivasi
kerja di perpustakaan. Karena, tanpa pengembangan yang kita
ikuti mungkin belum tentu kita bisa mengerjakan tugas dengan
baik. Ketika kita dapat mengerjakan tugas dengan baik itu nanti
akan membuka kesempatan bagi kita untuk bisa mengembangkan
219
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 220
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
92
karir yang nantinya akan berkaitan dengan pangkat dan jabatan.
Selain itu kondisi kerja dan motivasi saya untuk melayani
pemustaka saya rasa juga menjadi faktor utama saya bekerja di
perpustakaan.”221
Informan lain memaparkan:
“Dengan adanya pengembangan SDM, saya dapat
mengaktualisasikan diri untuk bekerja di perpustakaan. Selain
pengembangan SDM, faktor kondisi kerja dan kesempatan untuk
mendapatkan pangkat yang lebih tinggi juga menjadi faktor
pendorong motivasi utama saya dalam bekerja.”222
Informan lain memaparkan:
“Karena motivasi saya adalah untuk melayani, saya rasa
pengembangan SDM merupakan salah satunya karena bisa
menjadi wadah bagi saya untuk memperdalam bidang yang saya
jalani ini. Selain itu karena memang saya senang melayani orang
dan membantu dalam mencari informasi, saya rasa faktor
kebutuhan sosial dengan pemustaka juga menjadi faktor utama
yang memotivasi saya dalam bekerja.”223
Informan lain memaparkan:
“Bagi saya motivasi utama saya bekerja di perpustakaan adalah
untuk kebutuhan harga diri berupa pengembangan karir,
aktualisasi diri yang didukung dengan pengembangan SDM, serta
kesenangan saya melayani pemustaka dan membantu mencari
informasi yang dibutuhkan agar menjadi amal ibadah.”224
Informan lain memaparkan:
“Menurut saya program pengembangan SDM ini dapat memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri saya, dan yang kedua adalah dengan
senantiasa berusaha untuk mengembangkan diri agar bisa terus
mendapatkan pangkat atau jabatan yang lebih baik.”225
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan informan, dapat
disimpulkan bahwa faktor pendorong utama yang mendorong motivasi
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dalam bekerja di
221
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 222
Juju, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017.
223
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 224
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 225
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
93
perpustakaan adalah kebutuhan aktualisasi diri yang dibekali dengan
berbagai macam pengembangan SDM, kondisi kerja, kebutuhan
berhubungan terutama dengan pemustaka karena beberapa pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan yang cenderung senang melayani
pemustaka, serta kebutuhan harga diri.
2. Pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian
Berikut ini adalah pemaparan yang disampaikan oleh
informan yaitu kepala sub bagian kepegawaian, Bapak Sigit dan kepala
sub bidang pengelolaan sumber daya perpustakaan, Bapak Syaikhu
mengenai program-program pengembangan SDM di PUSTAKA.
a. Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang seperti Strata 1,
Strata 2, pendidikan diploma, dan akademi
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, para pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan hendaknya diberi kesempatan untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam pengembangan
SDM yang dilakukan oleh PUSTAKA Kementerian Pertanian,
pemberian dana pendidikan yan termasuk ke dalam program training
jangka panjang sudah diberikan kepada beberapa pustakawan yang
dinilai potensial, seperti hasil wawancara sebagai berikut:
“Untuk pemberian beasiswa tugas belajar di PUSTAKA ini ada dan
termasuk ke dalam program training jangka panjang.”226
Informan lain memaparkan:
“Jenis pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA ada dua
macam, yakni program training jangka panjang dan program training
jangka pendek. Dan yang termasuk ke dalam program training jangka
panjang adalah berupa beasiswa tugas belajar untuk para SDM yang
226
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017
94
dinilai potensial.”227
Berdasarkan hasil pemaparan informan di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada program pengembangan SDM berupa beasiswa tugas belajar
untuk pustakawan yang dinilai potensial. Program ini termasuk ke dalam
progam training jangka panjang yang dibiayai oleh APBN melalui Badan
SDM, hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Untuk beasiswa tugas belajar ini dibiayai oleh APBN. Karena
PUSTAKA disini unit eselon II maka nanti yang membiayai adalah
Badan SDM.”228
Untuk pustakawan yang mendapatkan beasiswa tugas belajar ini
adalah pustakawan yang dinilai potensial dan telah lulus persyaratan.
Berikut ini adalah pemaparan informan mengenai kriteria atau pesyaratan
SDM yang akan diberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa tugas
belajar:
“Pustakawan yang mendapatkan kesempatan beasiswa tugas belajar
ini ialah yang dinilai potensial,misalnya dilihat dari segi kinerja,
dilihat apakah layak untuk di sekolahkan, lalu nanti akan diusulkan ke
pimpinan. Selain itu, ia juga harus lulus persyaratan administrasi
seperti; umur, untuk S2 adalah 40 tahun dan S3 ialah 45 tahun. IP,
Indeks Prestasi miniml 3,00. TOEFL, nilai minimum TOEFL 550.
Setelah lulus persyaratan administrasi kemudian SDM yang terpilih
akan melakukan tes, dan bagi SDM yang lulus tes kemudian akan
disaring lagi melalui wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan
PUSTAKA. Kemudian setelah lulus seleksi dari PUSTAKA, ia berhak
memilih Universitas mana yang akan ia pilih.”229
Informan lain memaparkan:
“Jadi untuk jalur pemberian kesempatan tugas belajar ini yaitu
terlebih dahulu calon diusulkan oleh kita (pimpinan) nanti dievaluasi,
dinilai, lolos. Lalu akan disekolahkan sesuai dengan universitas yang
dipilih oleh SDM yang bersangkutan.” 230
227
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017 228
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 229
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 230
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017
95
Berdasarkan hasil pemaparan informan, dapat diketahui bahwa dalam
memberikan dan menentukan pustakawan mana yang berhak diberi
kesempatan untuk mendapatkan beasiswa tugas belajar ini ialah
pustakawan yang telah diusulkan oleh pimpinan melihat dari kinerja dan
potensinya, kemudian lulus dalam persyaratan administrasi seperti umur,
IP, dan nilai TOEFL. Setelah itu bagi yang telah lulus persyaratan
administrasi akan diberikan tes dan kemudian setelah itu dilakukan
wawancara agar terpilih pustakawan mana yang berhak mendapatkan
beasiswa tersebut melihat dari kebutuhan instansi. Kemudian setelah lulus
seleksi dari PUSTAKA, pustakawan berhak memilih Universitas mana
yang akan ia pilih.
b. Mengikutsertakan pegawai di dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat)
pegawai (in the job training)
Tinggi rendahnya Diklat kepustakawanan nantinya akan
mempengaruhi motivasi dan produktivitas kerja pustakawan. Oleh
karena itu, pimpinan sebuah instansi diharapkan dapat
mengikutsertakan SDM nya di berbagai jenis Diklat kepustakawanan.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) termasuk kedalam program training
jangka pendek yang diberikan oleh PUSTAKA terhadap pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan. Jenis Diklat yang diikuti oleh
pustakawan PUSTAKA juga ada beberapa macam, seperti pada hasil
wawancara berikut ini:
96
“Untuk Diklat sendiri ini termasuk ke dalam program training jangka
pendek. Diklat yang diikuti oleh pustakawan juga banyak.”231
Informan lain menambahkan:
“Ada beberapa Diklat yang telah diikutkan oleh pustakawan disini,
antara lain seperti Diklat CPTA (Calon Pustakawan Tingkat Ahli),
Diklat pelatihan preservasi bahan pustaka, Diklat TOT (Trainer of
Training) perpustakaan, pelatihan literasi informasi, dan pelatihan
tentang pengelolaan Arsip terkait digital dokumen.”232
Untuk jenis kegiatan Diklat tersebut, tentunya berbeda isi kegiatan dan
pelaksanaannya, sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Untuk Diklat CPTA itu sendiri adalah Diklat yang diadakan oleh
Perpusnas RI untuk SDM non Sarjana Ilmu Perpustakaan yang ingin
menjabat sebagai fungsional pustakawan, mereka Diklat selama 3
bulan. Diklat preservasi bahan pustaka dilaksanakan untuk
meningkatkan kesadaran pustakawan dalam memelihara koleksi
bahan pustaka, dimana PUSTAKA sendiri memiliki banyak koleksi
antiquariat. Materi yang diberikan biasanya berupa pengenalan
koleksi antiquariat di PUSTAKA, dan kegiatan preservasi seperti
laminasi, ekapsulasi dan penjilidan. Diklat TOT perpustakaan itu
diklat yang diikuti oleh pustakawan yang nantinya akan dijadikan
Pembina untuk menjadi narasumber bagi pustakawan perpustakaan
lain. Pelatihan literasi informasi itu diadakan untuk pustakawan
lingkup Kementerian Pertanian juga untuk eksternal seperti
mahasiswa, siswa maupun dosen.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa pustakawan PUSTAKA telah banyak mengikuti berbagai macam
program Diklat seperti Diklat CPTA (Calon Pustakawan Tingkat Ahli),
Diklat pelatihan preservasi bahan pustaka, Diklat TOT (Trainer of
Training) perpustakaan, pelatihan literasi informasi, dan pelatihan tentang
pengelolaan Arsip terkait digital dokumen. Diklat kepustakawanan yang
diikuti oleh pustakawan, tak hanya berasal dari lingkup PUSTAKA tetapi
231
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 232
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017
97
juga ada yang diselenggarakan dari luar PUSTAKA, seperti pada hasil
wawancara berikut:
“Diklat CPTA dari PNRI contohnya yang diperuntukkan bagi SDM
yang tidak memiliki latar belakang pustakawan agar bisa menjadi
fungsional pustakawan.”233
Informan lain menambahkan:
“Diklat yang diikuti oleh SDM di PUSTAKA ini tidak hanya dari
PUSTAKA sendiri yang mengadakan, tetapi juga ada kerjasama dari
pihak luar. seperti Diklat CPTA untuk SDM yang non Sarjana Ilmu
Perpustakaan untuk mendapatkan jabatan fungsional pustakawan, dan
Diklat TOT perpustakaan untuk SDM PUSTAKA yang akan dijadikan
pustakawan Pembina yang diadakan oleh PNRI, Pelatihan literasi
informasi oleh Universitas Pelita Harapan, Pengelolaan Arsip oleh
ANRI.”234
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa untuk waktu pelaksanaan Diklat yang diikuti pustakawan berbeda-
beda tergantung sesuai dengan lembaga yang melaksanakan Diklat, seperti
pada hasil wawancara berikut:
“Untuk lama waktunya, tergantung dari pelaksana Diklat nya masing-
masing. Seperti Diklat CPTA dari PNRI, waktu yang dibutuhkan
kurang lebih selama 3 bulan.” 235
Untuk pembiayaan, Diklat merupakan program training jangka pendek
yang kegiatannya dibiayai oleh PUSTAKA. Seperti pada hasil wawancara
berikut:
“Untuk Diklat atau program training jangka pendek biasanya biaya
yang dikeluarkan tidak terlalu mahal, dan itu biasanya dari PUSTAKA
sendiri yang mendanai. Tetapi, ada juga Diklat yang gratis tanpa
dipungut biaya, seperti SDM yang mengikuti Diklat CPTA, biayanya
ditanggung oleh PNRI.”236
233
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 234
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017 235
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 236
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017
98
Berdasarkan hasil pemaparan informan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pustakawan PUSTAKA telah banyak mengikusertakan
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dalam berbagai jenis
Diklat. Waktu pelaksanaan Diklat ditentukan oleh lembaga yang
menyelenggarakan, ada yang berbayar dan juga ada yang gratis. Untuk
yang berbayar, kegiatan Diklat akan dibiayai oleh PUSTAKA.
c. Mengikutsertakan pegawai dalam seminar-seminar dan sejenisnya
Pimpinan institusi perlu memberikan kesempatan kepada
pustakawan untukmengikuti seminar, diskusi dan sejenisnya di bidang
perpustakaan agar pustakawan memiliki pengetahuan yang selalu
sesuai dengan jabatannya. Selain beasiswa tugas belajar dan Diklat
PUSTAKA juga telah mengadakan berbagai macam seminar,
workshop, diskusi dan sebagainya yang erat hubungannya dengan
perpustakaan, Hal ini sesuai dengan hasil wawancara seperti berikut :
“Untuk seminar dan sejenisnya, kami selalu rutin mengadakannya.
Ada yang rutin setahun sekali, ada yang harian, atau tiap beberapa
bulan sekali sesuai dengan kebijakan kita. Biasanya dalam
mengadakan seminar, kita selalu mengangkat tema-tema ter up to date
yang berkaitan dengan perpustakaan.”237
Informan lain menambahkan:
“Seminar yang yang diikuti oleh pustakawan ada yang diadakan oleh
PUSTAKA, ada juga seminar-seminar yang diadakan oleh
kementerian-kementerian lain terkait perpustakaan.”238
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan seminar dan sejenisnya yang diikuti oleh pustakawan ada
yang diadakan sendiri di PUSTAKA, ada juga yang mereka ikuti di luar
237
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 238
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017
99
lingkup PUSTAKA yang temanya terkait dengan perpustakaan. Untuk
lebih jelasnya, seminar rutin yang diadakan di PUSTAKA adalah seminar
nasional, dan temu teknis perpustakaan, seperti pada hasil wawancara
berikut:
“Untuk seminar, PUSTAKA rutin mengadakan seminar nasional,
temu teknis perpustakaan setiap setahun sekali dan seminar atau
workshop terkait perpustakaan yang narasumbernya berasal dari
SDM PUSTAKA dan diikuti oleh pustakawan-pustakawan lingkup
Kementerian Pertanian.”239
Berdasarkan pemaparan informan di atas, dapat diketahui bahwa
kegiatan seminar dan sejenisnya yang diadakan oleh PUSTAKA adalah
berupa seminar nasional dan temu teknis perpustakaan yang dilakukan
setiap setahun sekali dan narasumbernya sendiri ialah berasal dari
pustakawan PUSTAKA. Untuk pelaksanaannya, kegiatan seminar tersebut
dilakukan di gedung PUSTAKA sendiri yang dihadiri oleh seluruh
pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian, seperti pada hasil
wawancara berikut:
“Karena kita (PUSTAKA) adalah perpustakaan pembina, maka jenis
seminar apapun yang diadakan di lingkup Kementerian Pertanian
diadakan di sini dan dihadiri pula oleh seluruh pustakawan di lingkup
Kementerian Pertanian. Tetapi ada juga seminar-seminar dari luar
PUSTAKA yang diikuti oleh SDM PUSTAKA baik yang gratis ataupun
tidak.”240
Program pengembangan SDM berupa kegiatan seminar dan sejenisnya
adalah termasuk ke dalam program training jangka pendek yang diadakan
oleh PUSTAKA. Oleh karena itu, pembiayaannya juga dibiayai langsung
oleh PUSTAKA, seperti pada hasil wawancara berikut ini:
239
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 240
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017
100
“Karena seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya ini merupakan
program training jangka pendek maka pembiayaan pun berasal dari
kepegawaian PUSTAKA.”241
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa PUSTAKA telah secara rutin mengadakan seminar setiap tahunnya
ditambah seminar-seminar dari luar yang juga diikuti oleh pustakawan.
Kegiatan seminar dan sejeninya termasuk ke dalam program training
jangka pendek yang dibiayai oleh PUSTAKA.
d. Mengikutsertakan pegawai dalam pendidikan professional (on the job
training)
Pimpinan institusi perlu mengembangkan kompetensi tambahan
bagi pustakawan seperti kemampuan Bahasa Inggris dan juga
teknologi informasi. PUSTAKA telah mengadakan beberapa jenis
pengembangan kompetensi tambahan untuk pustakawan untuk
menambah kemampuan bahasa dan teknologi informasi, seperti pada
hasil wawancara berikut:
“Untuk program kursus bahasa untuk sekarang tidak ada, tetapi
dalam kurun waktu 3 tahun yang lalu PUSTAKA memberikan kursus
Bahasa Inggris, dan juga kursus Bahasa Belanda untuk mempermudah
pustakawan dalam menerjemahkan buku-buku tua. Sedangkan
program yang berkaitan dengan komputer dan teknologi kita selalu
mengikuti perkembangan. Seperti misalkan terkait dengan sistem
otomasi perpustakaan PUSTAKA.” 242
Informan lain memaparkan:
“Ada kursus bahasa, tetapi jarang. Seperti bahasa inggris untuk staf.
Selain itu juga ada statistik. Jadi ada kegiatan untuk pustakawan agar
dapat menganalisa dan mengetahui bagaimana cara menggunakan
statistik untuk penelitian. Berkaitan dengan program aplikasi
perpustakaan kita juga selalu mengikuti tren yang berkembang.”243
241
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 242
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 243
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017
101
Dalam memberikan kegiatan pengembangan kompetensi bahasa,
PUSTAKA mendatangkan orang luar sebagai tenaga pengajar. Sedangkan
untuk kegiatan pengembangan kompetensi berkaitan dengan teknologi dan
informasi, pustakawan dibina langsung oleh staf TI di PUSTAKA, seperti
pada hasil wawancara berikut:
“Untuk kursus bahasa, PUSTAKA mendatangkan orang dari luar
yang menguasai bahasa tersebut. Sedangkan untuk program teknologi
dan informasi (TI), tenaga TI yang ada di PUSTAKA sudah sangat
mumpuni, jika ada program yang berkaitan dengan IPTEK, maka
SDM TI dari PUSTAKA sendiri yang akan memberikan pelatihan
untuk pustakawan maupun staf bidang lain di PUSTAKA bahkan di
luar PUSTAKA atau lingkungan Kementerian Pertanian.”244
Informan lain memaparkan:
“Kita memanggil orang luar untuk kursus bahasa dan statistik.
Sedangkan untuk, kita yang mengadakan sendiri. Jadi misalkan, ada
aplikasi baru, teman-teman dikumpulkan untuk latihan dan yang
mengajar adalah teman-teman dari staf TI.”245
Dalam memberikan kesempatan pustakawan untuk mengikuti kegiatan
ini. PUSTAKA telah menjadwalkan kegiatan ini sebanyak dua kali
dalam seminggu. Sedangkan untuk pelatihan TI, disesuaikan dengan
Pembina dari staf TI sendiri.
“Waktu untuk kursus bahasa seminggu sebanyak 2x di jam kerja.
Sedangkan untuk program komputer dan teknologi tergantung jika ada
program –program software terbaru yang perlu diadakan pelatihan.” 246
Kegiatan ini termasuk ke dalam program training jangka pendek yang
dibiayai oleh PUSTAKA, seperti pada hasil wawancara berikut:
“Untuk pendanaan, kegiatan ini juga dibiayai oleh kepegawaian
PUSTAKA.”
244
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017 245
Syaikhu, Wawancara pribadi, 3 Oktober 2017 246
Sigit, Wawancara pribadi, 2 Oktober 2017
102
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa PUSTAKA telah mengadakan program kursus bahasa Inggris dan
belanda 3 tahun yang lalu, dan pelatihan TI mengikuti perkembangan yang
ada. Waktu yang tersedia adalah sebanyak dua kali dalam seminggu, dan
program ini dibiayai oleh PUSTAKA.
3. Peran pengembangan SDM Terhadap Motivasi Kerja Pustakawan
Non Sarjana Ilmu Perpustakaan
Pengembangan SDM sangat penting manfaatnya karena tuntutan
pekerjaan atau jabatan sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin
ketatnya persaingan. Pengembangan SDM sangat dirasakan manfaatnya
oleh pustakawan karena pustakawan membutuhkan serangkaian
pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang berkembang supaya dapat
bekerja dengan lebih baik. seperti pada hasil wawancara berikut:
“Saya sangat merasakan manfaat dari adanya pengembangan SDM
ini. Karena pustakawan sebagai SDM harus senantiasa berkembang
sama halnya dengan perkembangan IT, perkembangan pengelolaan
perpustakaan. Kalau tidak mengikuti pengembangan SDM nanti kita
tidak akan bisa mengikuti perkembangan-perkembangan tersebut dan
akan tertinggal.”247
Informan lain memaparkan:
“Pengembangan SDM kan ada yang formal dan non formal, yang
paling saya rasakan menurut saya adalah jadi ada peningkatan
terhadap kognisi, pengetahuan, dan kinerjanya makin meningkat.”248
Informan lain memaparkan:
“Ya, saya jadi lebih mantap lagi dalam memberikan pelayanan untuk
pemustaka, saya jadi bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba-
lomba pustakawan, saya dapat meningkatkan pengetahuan,
247
Juju, wawancara pribadi, 2 Oktober 2017. 248
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
103
keterampilan, skills, dan komunikasi. Dan yan terpenting timbul
percaya diri.”249
Informan lain memaparkan:
“Saya jadi banyak tau hal tentang mengelola perpustakaan, mengolah
koleksi dan juga melayani pemustaka dengan lebih baik. Selain itu,
berbekal kegiatan pengembangan yang saya miliki, saya jadi bisa
membantu membina pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian
terutama terkait literasi informasi.”250
Informan lain memaparkan:
“Motivasi itu selalu ada agar kita maju terus. Misalkan ada program
pengembangan, ya pasti kita merasa lebih termotivasi untuk bekerja
agar kita mendapatkan ilmu dan pelajaran baru. Kalau kita tidak ikut
pengembangan, bisa jadi kita akan tertinggal.”251
Selain manfaat yang dirasakan oleh SDM non Sarjana Ilmu
Perpustakaan, manfaat pengembangan SDM juga dirasakan manfaaatnya
oleh PUSTAKA, seperti pada hasil wawancara berikut dengan kepala sub
bidang perpustakaan:
“Kalau menurut saya ada 4 hal yang paling menonjol, yaitu,
kompetensi mereka jadi meningkat, keterampilan dan pengetahuan
jadi sesuai dalam mengelola perpustakaan, kemudian pola berfikir
jadi semakin sistematis dan komunikasi semakin bertambah baik
dalam menyampaikan sesuatu, baik secara tertulis maupun lisan.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa manfaat dengan adanya pengembangan SDM bagi pustakawan
sangatlah beragam, seperti: pustakawan dapat senantiasa berkembang
mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal, adanya peningkatan
terhadap kognisi, pengetahuan, dan dapat meningkatkan kinerja, pola
berfikir jadi semakin sistematis dan komunikasi semakin bertambah baik
dalam menyampaikan sesuatu, baik secara tertulis maupun lisan, lebih
249
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 250
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 251
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
104
baik dan percaya diri dalam melayani pemustaka dan mengelola
perpustakaan, jadi bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba-lomba
pustakawan, serta bisa membantu membina pustakawan di lingkup
Kementerian Pertanian terutama terkait literasi informasi.
Selain manfaat di atas yang dirasakan oleh pustakawan maupun
PUSTAKA, pengembangan SDM juga berpengaruh dalam meningkatkan
motivasi dan kinerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan. Seperti
pada hasil wawancara berikut:
“Ya sangat berpengaruh. Karena kita jadi banyak tau hal dalam
bidang perpustakaan, sehingga kita bisa bekerja lebih baik.”252
Informan lain memaparkan:
“Sangat berpengaruh, karena ketika kita mengikuti pengembangan,
ilmu dan keterampilan kita semuanya akan bertambah dan selalu
mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, akan timbul rasa percaya
diri dalam melaksanakan tugas supaya lebih baik lagi.”253
Informan lain memaparkan:
“Iya, karena motivasi bekerja saya salah satunya adalah untuk
membangun umat dan beribadah dengan melayani sesama. Maka saya
juga perlu mengembangkan diri saya dengan mengikuti berbagai
pengembangan SDM, agar saya punya bekal ilmu yang bisa saya
praktekan dalam melayani pemustaka lebih baik dan juga berbagi
ilmu terhadap sesama pustakawan.”254
Informan lain memaparkan:
“Jika ada, ya pasti sangat berpengaruh. Tetapi kalau saya pribadi,
ada tidak adanya pengembangan itu, kita secara pribadi sebagai
pustakawan yang merupaka pejabat fungsional yang professional kita
harus senantiasa meningkatkan kompetensi sendiri. Jadi kalau
memang tidak ada atau kita rasa pengembangan yang diberikan oleh
lembaga kurang, maka kita harus berupaya sendiri untuk menambah
wawasan dan ilmu baru.”255
252
Nurdiana, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 253
Juznia, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 254
Penny, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017. 255
Heryati, wawancara pribadi, 6 Oktober 2017.
105
Informan lain memaparkan:
“Jelas berpengaruh, karena kita sudah punya bekal ilmu dan
pengetahuan baru maka kita pun akan termotivasi untuk bekerja.”256
Kepala sub bidang perpustakaan juga mengatakan bahwa ada
peningkatan produktivitas kerja dilihat meningkatnya kinerja dari
beberapa pustakawan yang berhasil naik pangkat setelah diikutkan
berbagai pengembangan SDM, seperti pada hasil wawancara berikut ini:
“Iya, setelah mengikuti pengembangan mereka jadi lebih menguasai
secara teknik pekerjaan-pekerjaan rutin yang dilakukan di
perpustakaan sehingga itu menambah motivasinya dalam bekerja.
Berkaitan dengan produktivitas kerja, pasti ada dari sebagian
putakawan jadi meningkat misalkan ditunjukkan dengan
administrasinya seperti kenaikan pangkat. Karena mungkin setelah
mendapatkan pengembangan dari dalam maupun luar PUSTAKA,
mereka jadi menyesuaikan ilmu yang dimiliki dalam melakukan
pekerjaan.” 257
Peran pengembangan SDM sangatlah banyak memberikan manfaat
dan pengaruh terhadap motivasi kerja pustakawan-pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan, oleh karena itu lembaga harus secara rutin
melaksanakan upaya pengembangan terhadap SDM nya agar kemampuan
dan pengetahuannya bisa seiring dengan perkembangan zaman.
PUSTAKA memiliki alasan untuk terus melakukan pengembangan SDM,
seperti pada hasil wawancara berikut:
“Karena PUSTAKA merupakan perpustakaan Pembina di lingkup
Kementerian Pertanian. Sehingga pustakawan di PUSTAKA yang
merupakan pustakawan Pembina juga harus punya cukup bekal dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perpustakaan
yang terus berubah dan meningkat sesuai perkembangan zaman bak
secara teori maupun praktek, untuk kemudian dibagikan lagi kepada
pustakawan-pustawakan di lingkup Kementerian Pertanian. Selain
untuk itu juga, agar pustakawan di PUSTAKA juga bisa terus
256
Juju, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017. 257
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017.
106
memperbarui dan memperbaiki keterampilan dan pengetahuan nya
terkait perpustakaan”.258
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan
bahwa peran pengembangan SDM sangatlah bemanfaat bagi pustakawan
karena pustakawan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan
kemampuan yang berkembang supaya dapat bekerja dengan lebih baik,
selain itu pengembangan SDM juga berpengaruh dalam meningkatkan
motivasi dan kinerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan. Oleh
karena itu, PUSTAKA senantiasa memberikan program pengembangan
SDM secara rutin agar pustakawan di PUSTAKA yang merupakan
pustakawan Pembina di lingkungan Kementerian Pertanian bisa terus
memperbarui dan memperbaiki keterampilan dan pengetahuannya terkait
perpustakaan.
C. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian
yang peneliti lakukan terhadap motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan dan Pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian,
peneliti akan membahas mengenai :
1. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan
Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan di PUSTAKA memiliki
motivasi kerja yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk bekerja di
perpustakaan. Motivasi mereka untuk bekerja di perpustakaan adalah
258
Syaikhu, wawancara pribadi, 3 Oktober 2017.
107
karena keinginannya sendiri yang di dasari oleh karena senang membaca
buku, senang berinteraksi dan melayani, serta ingin mendapat jabatan
fungsional pustakawan. Sumber motivasi ini disebut juga sumber motivasi
intrinsik, yaitu motif yang tidak perlu dirangsang dari luar karna di dalam
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.259
Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan yang bekerja di
perpustakaan tentunya memiliki faktor-faktor yang mendorong dirinya
untuk termotivasi dalam bekerja. Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi
pendorong motivasi kerja pustakawan non Sarjana ilmu perpustakaan di
PUSTAKA Kementerian Pertanian berdasarkan teori ERG Clayton
Alderver adalah:
a. Kebutuhan Keberadaan (Existence = E)
1) Gaji
Penghargaan dalam bentuk uang berupa gaji maupun
tunjangan menjadi alat untuk mengoptimalkan kepuasan pegawai
dan untuk memotivasi dalam melaksanakan pekerjaan yang lebih
baik lagi Selain gaji, penerimaan lain juga dapat memotivasi
pegawai dalam bekerja,seperti: honorarium/lembur bonus, dan
tunjangan.260
Tunjangan-tunjangan yang didapatkan oleh PNS
adalah tunjangan kinerja, tunjangan jabatan fungsional, dan juga
tunjangan anak. Tunjangan kinerja adalah, tunjangan jabatan
fungsional pustakawan adalah tunjangan yang diberikan
kepada PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh
259
Suhariadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, h.135 260
Timpe, Memotivasi Pegawai, h. 61.
108
dalam Jabatan Fungsional Pustakawan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut hampir seluruh informan, gaji dan tunjangan yang
mereka dapatkan bukanlah menjadi faktor utama yang mendorong
motivasinya untuk meningkatkan kinerja. Menurut mereka, setiap
orang bekerja tentunya mengharapkan gaji, jadi sudah sewajarnya
orang bekerja memiliki hak untuk itu, tapi jika dikaitkan dengan
motivasi kerja, gaji merupakan termasuk salah satu faktor yang
bisa memotivasi jika ditambah dengan tunjangan-tunjangan, tetapi
tidak yang utama.
2) Kondisi kerja
Menurut Handoko, kondisi kerja dapat mempengaruhi
semangat kerja pegawai.261
Sebagian besar pustakawan non
Sarjana Ilmu perpustakaan menjadikan kondisi kerja sebagai
faktor pendorong utama motivasinya untuk bekerja, karena ruang
kerja dan fasilitas yang didapatkan telah memadai dan itu mampu
meningkatkan motivasinya dalam bekerja.
3) Keamanan
Keamanan di PUSTAKA sudah cukup baik, hanya saja ada
beberapa ketidaknyamanan yang pustakawan alami dalam
keselamatan kerja, seperti: banyak buku-buku tua yang berdebu,
gangguan virus serta penggunaan komputer yang membuat mata
lelah dan gampang pegal, akan tetapi dalam memberikan jaminan
261
Handoko, Manajemen, h. 261.
109
rasa aman berupa pemberian asuransi kesehatan, pustakawan
PUSTAKA yang merupakan pustakawan PNS mendapatkan BPJS
dan juga pelayanan Dokter di PUSTAKA yang ada setiap dua kali
dalam seminggu.
Keadaan tersebut sudah sesuai dengan teori Noor, yang
mengatakan bahwa sebaiknya sebuah organisasi memiliki
program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa
aman bagi pegawainya. Program tersebut dapat berupa dana
pensiun, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan.262
b. Kebutuhan Berhubungan (Relatedness = R)
1) Hubungan dengan sesama pustakawan
Indikator kebutuhan berhubungan ini meliputi perasaan terlibat
dengan kelompok, mendekatkan diri dan bekerjasama, mencari
kontak-kontak sosial, dan tidak bekerja dengan individu..263
Hubungan antar pustakawan di PUSTAKA baik dan akrab,
mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain. Hal ini
terlihat pada pustakawan yang saling mengajak satu sama lainnya
ketika ada kegiatan kepustakawannya, mencari seminar diluar
bersama-sama, selain itu juga ketika ada pustakawan lain yang
kesulitan atau kurang bisa melaksanakan suatu pekerjaan,
pustakawan yang lain bersedia membantu. Untuk bisa bekerjasama
satu sama lain mereka sering melakukan sharing pengetahuan,
mengadakan event besar agar bisa berbagi tanggungjawab,
262
Noor, Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan Praktis, h. 225 263
Hasibuan, Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan Produktivitas, h. 162-163.
110
berkomunikasi secara intens, dan juga silaturahmi bersama dalam
rangka mempererat rasa kekeluargaan dan juga memperkuat
kerjasama.
2) Hubungan dengan pimpinan
Selain untuk menjalin hubungan dengan sesama staf, faktor
kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengkolaborasi suatu
kelompok kerja (teamwork) guna mencapai suatu tujuan
organisasi.264
Hubungan yang terjalin dengan pimpinan
PUSTAKA cukup terjalin baik, pimpinan terkadang memberi
motivasi dan nasihat untuk senantiasa bekerja dengan giat. Akan
tetapi jika untuk memotivasi itu kurang mempengaruhi
pustakawan, karena menurut mereka, pustakawan harus mandiri.
Tidak perlu merasa termotivasi hanya terbatas oleh pimpinan.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan
PUSTAKA adalah gaya kepemimpinan visionaris. Yaitu gaya
kepemimpinan yang mampu menciptakan dan mengartikulasikan
visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan
organisasi yang tengah tumbuh dan membaik.265
3) Hubungan dengan pemustaka
Indikator kebutuhan berhubungan salah satunya meliputi untuk
mencari kontak-kontak sosial dan seseorang karena kebutuhan ini
akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan
264
Marudut Marpaung, “Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja
Karyawan di Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta,” Jurnal Ilmiah WIDYA 2 (2014): h.
33, artikel diakses pada 1 juli 2017 dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 265
P, Organizational Behavior, h. 342.
111
semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.266
Kebutuhan berhubungan yang paling utama menjadi faktor
pendorong motivasi pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan
adalah hubungan dengan pemustaka karena beberapa pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan yang cenderung senang melayani
pemustaka, dan senang mendapatkan relasi dan jaringan baru.
c. Kebutuhan Berkembang (Growth need = G)
1) Kebutuhan aktualisasi diri
Manfaat pengembangan SDM akan dirasakan manfaatnya oleh
pegawai maupun organisasi. Manfaat yang diperoleh adalah untuk
mendorong SDM bekerja lebih baik lagi.267
Kebutuhan aktualisasi diri yang dibekali dengan berbagai
macam pengembangan SDM merupakan faktor utama dalam
mendorong motivasinya untuk bekerja di perpustakaan yang dipilih
oleh semua informan. Karena dengan pengembangan SDM yang
diikuti pustakawan memperoleh banyak manfaat yang kemudian
mempengaruhinya dalam meningkatkan motivasi dan kinerja
mereka.
2) Kebutuhan harga diri
Pemuasan kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada
simbol-simbol status yang bersangkutan. Simbol-simbol tersebut
seperti; tanda pangkat, tanda jabatan, tanda-tanda penghargaan,
266
Hasibuan, Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan Produktivitas., h. 162-163. 267
Hasibuan, asibuan, Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan Produktivitas, h. 162-
163.
112
tanda-tanda jasa, piagam, dan lain sebagainya. 268
Pustakawan non
Sarjana Ilmu perpustakaan memilih faktor ini sebagai salah satu
faktor utama bekerja di perpustakaan adalah untuk memotivasi
dirinya untuk dapat mengembangkan dirinya dalam rangka
mendapatkan jenjang jabatan dan pangkat yang lebih tinggi.
Karena kebutuhan ini hanya bisa diperoleh bagi pustakawan yang
dapat meningkatkan kinerja dengan baik, dan tentunya dalam
meningkatkan kinerja dengan baik tentunya motivasi yang dimiliki
antar orang berbeda.
2. Pengembangan SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian
Sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh informan melalui
wawancara, PUSTAKA telah mengadakan berbagai macam program
pengembangan SDM untuk seluruh pustakawan termasuk pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan berupa pemberian beasiswa tugas belajar untuk
melanjutkan studi ke S2 maupun S3, pelaksanaan Diklat baik di dalam
maupun di luar PUSTAKA, pelaksanaan seminar, diskusi dan sejenisnya,
serta pelaksanaan kursus Bahasa Inggris dan Belanda serta pelatihan
komputer dan teknologi.
Menurut Sutarno NS, Pengembangan SDM di perpustakaan terkait
dengan kualitas pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
perilaku (attitude) yang dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu;
mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang, mengikutsertakan
pegawai di dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat), mengikutsertakan
268
Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas kerja, h.105.
113
pegawai dalam seminar dan sejenisnya, mengikutsertakan pegawai dalam
pendidikan professional untuk menambah kemampuan bahasa, komputer,
dan teknologi informasi lainnya.
Pengembangan SDM yang dilakukan oleh PUSTAKA sudah sesuai
dengan teori tersebut karena PUSTAKA sudah melaksanakan keempat
jenis program pengembangan SDM tersebut untuk pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan bisa bekerja dengan lebih baik di perpustakaan.
a. Mengikutsertakan dalam pendidikan formal berjenjang
Untuk pengembangan SDM berupa pemberian pendidikan formal
berjenjang, PUSTAKA menyebutnya dengan beasiswa tugas belajar
yang diperuntukkan untuk SDM yang dinilai potensial dilihat dari
kinerjanya, lulus persyaratan administrasi, serta lulus seleksi melalui
tes dan wawancara.
Menurut Lasa, pihak atasan diharapkan bersedia memberikan
bantuan penuh, bantuan separuh biaya pendidikan, atau yang paling
minim adalah memberikan izin kepada karyawan untuk melanjutkan
studi meskipun dengan biaya sendiri.269
PUSTAKA Kementerian
Pertanian yang merupakan unit eselon II, memberikan biaya penuh
untuk SDM nya yang mendapatkan beasiswa tugas belajar yang
didanai dari dana APBN yang diberikan melalui Badan SDM.
b. Mengikutsertakan pegawai di dalam pendidikan dan pelatihan (Diklat)
Pola pembinaan melalui diklat/ training dibidang kepustakawanan,
dilaksanakan sesuai dengan pihak yang menyelenggarakan.
269
Lasa HS, “Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perpustakaan”. h.9
114
Pembinaan juga diperoleh melalui bimbingan atasan, ataupun
mengikuti training dari PNRI.270
PUSTAKA telah banyak mengikutsertakan pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan dalam berbagai jenis Diklat seperti Diklat
CPTA (Calon Pustakawan Tingkat Ahli), Diklat pelatihan preservasi
bahan pustaka, Diklat TOT (Trainer of Training) perpustakaan,
pelatihan literasi informasi, dan pelatihan tentang pengelolaan Arsip
terkait digital dokumen. Waktu pelaksanaan Diklat ditentukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan, ada yang berbayar dan juga ada
yang gratis seperti Diklat CPTA yang diadakan oleh PNRI yang
diperuntukkan bagi pustakawan yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan ilmu perpustakaan tetapi ingin mendapatkan jabatan
fungsional pustakawan. Untuk Diklat yang berbayar, kegiatan Diklat
akan dibiayai oleh PUSTAKA.
c. Mengikutsertakan pegawai dalam seminar dan sejenisnya
Pustakawan harus senantiasa mengembangkan diri agar memiliki
pengetahuan yang sesuai dengan jabatannya dengan mengikuti
pendidikan-pendidikan resmi maupun tidak resmi. Yang termasuk
pendidikan tidak resmi adalah dengan mengikuti seminar, diskusi dan
sejenisnya.271
Kegiatan seminar dan sejenisnya yang diikuti oleh pustakawan ada
yang diadakan sendiri di PUSTAKA, ada juga yang mereka ikuti di
luar lingkup PUSTAKA yang temanya terkait dengan perpustakaan.
270
“Pembangunan Kompetensi bagi Pustakawan Perpustakaan Khusus Non Pemerintah di
Industri.” 271
Martoatmodjo, Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus, h.5-6
115
Untuk seminar rutin yang diadakan di PUSTAKA adalah seminar
nasional, dan temu teknis perpustakaan. Untuk pelaksanaannya,
narasumbernya sendiri adalah salah satu pustakawan di PUSTAKA
dan kegiatan seminar tersebut dilakukan di gedung PUSTAKA yang
dihadiri oleh seluruh pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian.
Program pengembangan SDM berupa kegiatan seminar dan
sejenisnya adalah termasuk ke dalam program training jangka pendek
yang diadakan oleh PUSTAKA. Oleh karena itu, pembiayaannya juga
dibiayai langsung oleh PUSTAKA
d. Mengikutsertakan pegawai dalam pendidikan professional untuk
menambah kemampuan bahasa, komputer, dan teknologi informasi
lainnya.
Pimpinan institusi perlu mengembangkan kompetensi tambahan
bagi pustakawan seperti kemampuan Bahasa Inggris dan juga
kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi. Kemampuan
bahasa Inggris diperlukan untuk mendukung tugas-tugas
kepustakawanan, dan kompetensi teknologi informasi diperlukan
untuk untuk mengetahui berbagai perangkat keras, fitur-fitur maupun
aplikasi yang digunakan dalam otomasi perpustakaan, dapat
mendigitalisasikan koleksi, serta mampu mengirim dan mengambil
informasi dari internet.272
Dalam memberikan program on the job training ini PUSTAKA
telah memfasilitasi pustakawan dalam jangka waktu 3 tahun yang lalu
272
Tupan, “Pembangunan Kompetensi bagi Pustakawan Perpustakaan Khusus Non
Pemerintah di Industri,” Jurnal LIPI, 2015, artikel http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2015/.
116
untuk mendapatkan kompetensi tambahan seperti kursus Bahasa
Inggris dan Belanda serta kursus pengolahan statistik yang
mendatangkan pengajar dari luar serta pelatihan teknologi informasi
yang dibina oleh staf bagian TI di PUSTAKA sendiri. Untuk
pelaksanaannya, kegiatan ini dilaksanakan setiap 2 minggu sekali dan
dibiayai oleh PUSTAKA.
Pustakawan berharap PUSTAKA dapat memberikan program
kursus bahasa yang terakhir diadakan 3 tahun yang lalu agar diadakan
secara berkelanjutan ke depannya.
3. Peran pengembangan SDM Terhadap Motivasi Kerja Pustakawan
Non Sarjana Ilmu Perpustakaan
Pada dasarnya, tujuan utama pengembangan kompetensi adalah ingin
meningkatkan produktivitas kerja pada semua tingkat organisasi.273
Hal
ini telah dibuktikan oleh pengembangan SDM sebagai faktor utama
pendorong motivasinya dalam memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya
bekerja di perpustakaan, karena banyak manfaat dan pengaruh yang telah
dirasakan baik oleh pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan sendiri
maupun oleh PUSTAKA selaku instansi yang menaunginya.
Manfaat yang dirasakan oleh pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan antara lain; ada peningkatan terhadap kognisi, pengetahuan,
keterampilan, komunikasi dan peningkatan kinerja, mendapatkan ilmu
dan pelajaran baru, jadi banyak tau hal tentang mengelola perpustakaan,
mengolah koleksi dan juga melayani pemustaka dengan lebih baik, bisa
273
Santi, “Perencanaan dan Pengembangan SDM di Perpustakaan IAIN Sumatera
Utara,”h.33.
117
membantu membina pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian
terutama terkait literasi informasi, bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan
lomba-lomba pustakawan, dan yang terpenting timbul percaya diri.
Sedangkan manfaat yang dirasakan oleh PUSTAKA antara lain ada 4 hal
yang paling menonjol, yaitu, kompetensi mereka jadi meningkat,
keterampilan dan pengetahuan jadi sesuai dalam mengelola perpustakaan,
pola berfikir jadi semakin sistematis dan komunikasi semakin bertambah
baik dalam menyampaikan sesuatu, baik secara tertulis maupun lisan.
Dengan manfaat yang dirasakan oleh PUSTAKA dan pustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan, dapat disimpulkan bahwa adanya
pengembangan SDM dapat memberi pengaruh terhadap motivasi kerja
para pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan. Berkaitan dengan
peningkatan motivasi kerja, ada dari sebagian putakawan jadi meningkat
kinerjanya misalkan ditunjukkan dengan administrasinya seperti kenaikan
pangkat dan golongan.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai
motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan pengembangan
SDM di PUSTAKA Kementerian Pertanian, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor utama pendorong motivasi kerja pustakawan non Sarjana
Ilmu Perpustakaan di PUSTAKA Kementerian Pertanian yaitu kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan harga diri, kebutuhan berhubungan dengan
pemustaka, dan juga kondisi kerja.
2. Pengembangan SDM yang diberikan oleh PUSTAKA kepada pustakawan
non Sarjana Ilmu Perpustakaan ada 4 macam, yaitu; memberikan
beasiswa tugas belajar bagi pustakawan yang dianggap potensial dan lulus
seleksi untuk melanjutkan S2 ataupun S3, mengikutsertakan dalam Diklat
kepustakawanan, mengikutsertakan dalam kegiatan seminar dan
sejenisnya, serta memberikan kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda,
pelatihan statistik dan juga pelatihan teknologi dan informasi.
3. Peran program pengembangan SDM adalah sebagai motivator dalam
memotivasi pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk dapat
mengaktualisasikan diri dan meningkatkan kualitas serta kinerjanya.
.
119
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah disebutkan di atas, penulis
hendak mengemukakan beberapa saran kepada PUSTAKA Kementerian
Pertanian mengenai motivasi kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan
dan pengembangan SDM, sebagai berikut:
1. Agar pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dapat lebih
meningkatkan kinerjanya, hendaknya seluruh faktor-faktor yang dapat
mendorong motivasinya bekerja dapat terpenuhi seperti contohnya faktor
hubungan dengan pimpinan. Pimpinan sebaiknya lebih banyak lagi
memberikan konsultasi, bimbingan, motivasi serta memberikan nasihat
kepada pustakawan, karena pustakawan merasa bahwa pimpinan tidak
mempengaruhi motivasinya dalam bekerja. Padahal, pemberian motivasi
pimpinan kepada pustakawan ditambah motivasi yang timbul dari dalam
dirinya sendiri untuk bekerja sambil berprestasi akan mampu mencapai
kepuasan kerja, tercapainya tujuan organisasi, dan tercapainya kinerja
organisasi yang maksimal.
2. Program pengembangan SDM untuk menambah kemampuan bahasa
sebaiknya lebih rutin diadakan secara berkelanjutan seperti dalam setiap
tahunnya PUSTAKA memberikan waktu beberapa bulan untuk
pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan ikut serta dalam kegiatan
tersebut.
3. Karena program pengembangan SDM sangat berperan terhadap motivasi
kerja pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan maka sebaiknya
PUSTAKA dapat melaksanakan semua program pengembangan SDM
120
lebih rutin dan berkelanjutan agar pustakawan non Sarjana Ilmu
Perpustakaan dapat senantiasa memperbaharui pengetahuan dan
keterampilanya agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan mampu bekerja secara lebih baik.
121
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Nenny. “Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung,”. diakses
pada 26 Juni 2017 dari https://media.neliti.com/
Badan Standarisasi Nasional. “SNI Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah,”
2009. diakses pada 26 Juni 20 dari elib.unikom.ac.id/
Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo,
2001.
———. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2007.
Firnanda, Deni. “Motivasi Pemimpin dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai
UPTD. Panti Sosial Perlindungan Anak Dharma di Kota Samarinda.” e-
journal Ilmu Pemerintahan 5 (2017). diakses pada 1 Juli 2017 dari
http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id
Flippo, Edwin B. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga, 2000.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hakim, Sudarnoto Abdul. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah.
Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Handoko, Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002.
Harahap, Basyral Hamidy, J.N.B Tairas, dan Pengurus Besar Ikatan Pustakawan
Indonesia Periode 1995-1998. Kiprah Pustakawan: Seperempat Abad
Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan
Pustakawan Indonesia, 1998.
Hasibuan, M. P Malayu. Organisasi dan Motivasi:Dasar peningkatan
Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Hermawan, Rachman, dan Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung
Seto, 2006.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009.
122
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian : Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta:
STIA-LAN, 1999.
Jatmiko, Enggar Dwi, Bambang Swasto, dan Gunawan Eko N. “Pengaruh
Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Pada Karyawan Kompartemen Pabrik II PT. Petrokimia
Gresik).” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| 21 (2015). diakses pada 30
Juni 2017 dari http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.
Lasa HS. “Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perpustakaan.” UMY, 2003. diakses pada tanggal 26 Juni 207 dari
http://repository.umy.ac.id/.
Mangkuprawira, Sjafri. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011.
Marpaung, Marudut. “Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja
Karyawan di Koperasi Sekjen Kemdikbud Senayan Jakarta.” Jurnal
Ilmiah WIDYA 2 (2014). diakses pada 1 juli 2017 dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Martoatmodjo, Karmidi. Buku Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus.
Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Nashihuddin, Wahid, dan Ridho Aulianto. “Strategi Peningkatan Kompetensi dan
Profesionalisme Pustakawan di Perpustakaan Khusus.” Jurnal
Perpustakaan Pertanian 21 (2015). diakses pada tanggal 1 Juli 2017 dari
http://download.portalgaruda.org/article.
Nawawi, Hadari. Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011.
Noor, Juliansyah. Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan Praktis.
Jakarta: Kencana, 2013.
P, Robbins Stephen. Organizational Behavior. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,
1996.
Pariaribo, Noack. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Supiori.” Jurnal
123
Universitas Atmajaya Yogyakarta, n.d. diakses pada tanggal 2 Juli 2017
dari http://e-journal.uajy.ac.id/.
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Laporan Tahun 2016.
Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, 2017.
Qalyubi, Syihabbudin. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 2003.
Raharjo, Susilo Toto, dan Nafisah Durrotun. “Analisis Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan
Kinerja Karyawam (Studi empiris pada Departemen Agama Kabupaten
Kendal dan Departemen Agama Kota Semarang.” Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi 3 (2006). diakses pada 29 Juni 2017 dari
http://ejournal.undip.ac.id/
Republik Indonesia. “Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan,” 2007.
Rodin, Rhoni. “Sertifikasi Uji Kompetensi sebagai Upaya Peningkatan
Profesionalitas dan Eksistensi Pustakawan.” Jupiter 14 (2015). diakses
pada tanggal 1 Juli 2017 dari http://download.portalgaruda.org/.
Rufaidah, Vivit Wardah. “Kompetensi Pustakawan Perpustakaan Khusus (Studi
Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Bogor).”
Jurnal Perpustakaan Pertanian 18 (2009). diakses pada tanggal 29 Juni
2017 dari http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber untuk
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Santi, Triana. “Perencanaan dan Pengembangan SDM di Perpustakaan IAIN
Sumatera Utara.” Iqra 05 (2011). http://repository.uinsu.ac.id.
Siagian, Sondang P. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
———. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Sitorus, Monang, dan Lamhot Hutasoit. “Hubungan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja PNS.” Jurnal Borneo Administrator 9 (2013). diakses pada
tanggal 1 juli 2017 dari https://media.neliti.com/media/.
Subyantoro, Arief, dan FX Suwarto. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: ANDI, 2007.
124
Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi
Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Ikatan
Pustakawan Indonesia, 2006.
———. Pustakawan Cinta dan Teknologi. Jakarta: Sagung Seto, 2009.
Suhariadi, Fendy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: Airlangga
University Press, 2013.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Sagung Seto, 2006.
Sutrischastini, Ary. “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul.” Jurnal Kajian Bisnis 23
(2015). http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/
Suwarno, Wiji. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007.
———. “Mengembangkan SDM Perpustakan dalam Rangka Menuju World Class
University.” Libraria 04 (2016). diakses pada tanggal 1 Juli 2017 dari
http://journal.stainkudus.ac.id.
———. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.
Suwatno, dan Donni Juni Priansa. Manajemen SDM dalam Organisasi Pubik dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2013.
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana, 2005.
Tarigan, Medianta. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Mercu
Buana, 2009.
Timpe, A Dale. Memotivasi Pegawai. Jakarta: Gramedia, 1991.
Tirtamihardja, Samuel H. Biarkan Mimpi Kecil Tetap Membara. Tangerang:
YASKI, 2007.
125
Tupan. “Pembangunan Kompetensi bagi Pustakawan Perpustakaan Khusus Non
Pemerintah di Industri.” Jurnal LIPI, 2015. diakses pada tanggal 1 Juli
2017 dari http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2015/
Upev, Micheal Terver, Matthew Terfa Chorun, dan Joy Asibi Idachaba. “The
Effects of Motivation on Staff Productivity/Performance at the Francis
Sulemanuu Idachaba Library, University Of Agriculture, Makurdi-
NigeriaChorun, Matthew Terfa(Cln)2, Idachaba, Joy Asibi3,.” Journal of
Research & Method in Education 5 (2015). diakses pada tanggal 30 Juni
2017 dari www.iosrjournals.org.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Winardi, J. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers,
2011.
Yusuf, Burhanuddin. Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keuangan
Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Lampiran 6 : Daftar Pertanyaan untuk Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan
A. latar belakang Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non SIP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama ibu untuk
bekerja di perpustakaan?
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman
bagi SDM di PUSTAKA?
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh PUSTAKA
program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa alasannya?
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
C. Peran Pengembangan SDM sebagai faktor pendorong Motivasi Kerja
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Lampiran 7 : Daftar Pertanyaan untuk Sub Bagian Kepegawaian PUSTAKA
1. Apa saja program pengembangan yang dilakukan oleh PUSTAKA?
a. Program pemberian kesempatan beasiswa untuk melanjutkan S2 dan S3
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan?
2) Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
3) Jika ada, apa saja syarat yang harus dipenuhi SDM untuk mendapat bantuan dana
tersebut?
b. Program Diklat (pendidikan kepustakawanan)
1) Program Diklat apa saja yang diikuti oleh bagi pustakawan non S.IP?
2) Adakah kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan Diklat
kepustakawanan ini?
3) Berapa lama biasanya Diklat yang diikutkan oleh pustakawan non S.IP?
4) Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
c. Program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya dalam bidang perpustakaan
1) Adakah program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya yang diberikan
PUSTAKA kepada pustakawan non S.IP Untuk menjaga agar seorang
pustakawan memiliki pengetahuan yang selalu sesuai dengan tuntutan
jabatannya?
2) Dimana biasanya kegiatan seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya
dilaksanakan ?
3) Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
d. Program pendidikan profesional (on the job training). (Misalnya untuk menambah
kemampuan bahasa, komputer, dan teknologi)
1) Apa saja program pendidikan professional yang diberikan oleh PUSTAKA
kepada pustakawan non IP?
2) Siapa yang menjadi pengajar dalam kursus tersebut? Apakah dari SDM
PUSTAKA sendiri atau mengundang pihak luar?
3) Kapan waktu yang disediakan bagi SDM non IP untuk melaksanakan kegiatan
tersebut?
4) Bagaimana dengan pendanaannya?
Lampiran 8 : Daftar Pertanyaan untuk Kepala Sub Bidang Pengelolaan Sumber Daya
Perpustakaan
A. Apa saja program pengembangan yang dilakukan oleh PUSTAKA?
1. Program pemberian kesempatan untuk biaya pendidikan ilmu perpustakaan
a. Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi pustakawan yang ingin melanjutkan
studi pada bidang ilmu perpustakaan?
b. Jika ada, apa saja syarat yang harus dipenuhi pustakawan untuk mendapat bantuan
dana tersebut?
2. Program Diklat (pendidikan kepustakawanan)
a. Program Diklat apa saja yang diikuti oleh bagi pustakawan non IP?
b. Adakah kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan Diklat
kepustakawanan ini?
3. Program seminar, workshop, dan diskusi dalam bidang perpustakaan
a. Adakah program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya yang diberikan
PUSTAKA kepada pustakawan non IP Untuk menjaga agar seorang pustakawan
memiliki pengetahuan yang selalu sesuai dengan tuntutan jabatannya?
b. Dimana biasanya kegiatan seminar yang dari PUSTAKA dilaksanakan? Dan siapa
saja yang mengikuti seminar tersebut?
4. Program pendidikan profesional (on the job training). (Misalnya untuk menambah
kemampuan bahasa, komputer, dan teknologi)
a. Apa saja program pendidikan professional yang diberikan oleh PUSTAKA
kepada pustakawan non IP?
b. Siapa yang menjadi pengajar dalam kursus tersebut? Apakah dari SDM
PUSTAKA sendiri atau mengundang pihak luar?
B. Dampak diadakannya pengembangan SDM bagi Pustakawan non S.IP
1. Apa saja manfaat yang dirasakan Pustaka setelah melakukan pengembangan SDM
bagi pustakawan non IP?
2. Menurut anda, apakah dengan diadakannya pengembangan SDM ini, mampu
meningkatkan keterampilan dan motivasi pustakawan non IP dalam bekerja di
perpustakaan?
3. Menurut anda, mengapa PUSTAKA harus terus mengupgrade kemampuan SDM
nya dengan berbagai macam pengembangan?
Lampiran 9 : Transkip Wawancara
Informan 1
Nama : Ir. Heryati Suryantini, M.Si
Jabatan : Pustakawan Madya
Hari/Tanggal : 06-10-2017
A. latar belakang Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
Jawab:
Dulu saat melamar pertama kali di berbagai tempat, saya diterima PUSTAKA. Saya
melihat PUSTAKA ini di bawah badan Litbang pertanian. Jadi saya tertarik karena
awalnya saya ingin jadi peneliti. Selain itu PUSTAKA ini merupakan perpustakaan
khusus dan punya subjek khusus yakni pertanian jadi sesuai dengan bidang pendidikan
S1 saya.
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
Jawab:
Pertama kali saya masuk di bagian informasi ilmiah namanya. Tugasnya mengolah
informasi-informasi yang berkaitan dengan pertanian. Lalu diberi tugas untuk menjadi
penanggung jawab di kegiatan tertentu kemudian baru pindah ke perpustakaan dan
ternyata saya merasa bekerja di perpustakaan sangat menarik dan akhirnya saya
mencintai pekerjaan saya hingga sekarang.
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non IP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
Jawab:
Ya disyukuri saja ya, tapi kalau dibanding dulu, sekarang sudah lebih baik.
Sudah ada tunjangan kinerja, profesional sudah naik, jadi ada perhatian dari
pemerintah. Kalau dulu kan kecil ya. Jadi kalau sekarang ya, Alhamdulillah
cukup.
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
Jawab:
Tunjangan sama seperti yang didapatkan pustakawan PNS ya kurang lebih ada
tunjangan kinerja, tunjangan fungsional pustakawan, tunjangan anak.
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama ibu untuk
bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Kalau saya pribadi, sedikit (memotivasi). Itu faktor yang ke sekian lah ya.
Karena kan kita bekerja untuk ibadah, apa yang kita punya bisa diamalkan untuk
orang. Gaji ya pastinya semua orang bekerja untuk mendapatkan gaji. Tapi tidak
yang utama bagi saya.
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
Jawab:
Saya kira kondisi kerja mampu menambah motivasi kerja saya, karena dari
fasilitas, lingkungan, teman-teman semuanya mendukung.
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
Jawab:
Untuk keamanan, saya rasa aman-aman saja. Mungkin kalau untuk pemeliharaan
buku-buku lama yang sudah berdebu. Itu sedikit mengganggu kenyamanan tapi
tidak berpengaruh terhadap kinerja saya.
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman
bagi SDM di PUSTAKA?
Jawab:
BPJS, dan dokter.
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
Jawab:
Ya disini sudah seperti keluarga, sudah saya anggap saudara ya karena sudah
lama juga bekerja disini.
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
Jawab:
Saling mendukung dan membantu satu sama lain saja. Untuk menciptakan
kerjasama dan iklim kekeluargaan biasanya kita sering mengadakan silaturahim,
outbond, setiap setahun sekali untuk mempererat silaturahim, kerjasama, dan
kesetiakawanan. Karena biasanya kalau sehari-hari sudah sibuk dengan urusan
masing-masing.
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
Jawab:
Hubungan saya ke pimpinan baik, ya kalau ada selisih kecil sih pasti ada tapi
tetap baik–baik saja.
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
Jawab:
Setiap pimpinan kan ada gayanya masing-masing ya. Menurut saya gaya
kepemimpinan pimpinan PUSTAKA disini lebih menekankan kepada staf untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan agar sesuai dengan visi misi organisasi, dan
juga menekankan kepada staf untuk meningkatkan kerjasama.
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
Jawab:
Ketika saya bertugas di meja pelayanan dan berhadapan langsung dengan
pemustaka, tidak pernah merasa ada masalah. Justru saya senang bisa membantu
pemustaka dan menjadi ibadah ya.
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
Jawab:
Pustakawan PNS sudah punya aturan sendiri terkait naik jabatan, tunjangan
professional, jadi reward yang di dapat sesuai dengan kinerja dan jenjang karir.
jika penilaian kinerja kita sesuai pencapaian, tidak menutup kemungkinan kita
akan cepat naik pangkat.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
Jawab:
Oh iya, kebetulan juga saya pernah diberi tugas belajar S2 di IPB jurusan Ilmu
Penyuluhan pembangunan. Tadinya saya ingin mengambil S2 di UI jurusan Ilmu
Perpustakaan, tapi pendaftarannya sudah lewat. Karena sayang dan kebetulan
dananya ada, jadi ya saya cari yang kira-kira ilmunya bisa dimanfaatkan di
perpustakaan. Untuk jurusan sebenarnya yang memilih adalah PUSTAKA
melihat dari kebutuhan, perlu mengembangkan SDM di bidang apa untuk
meningkatkan kompetensi dan mendukung visi misi instansi.
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
Jawab:
Untuk mendapatkan jabatan fungsional pustakawan, saya mengikuti Diklat
CPTA di PNRI selama 3 bulan, diklat yang penah diadakan di luar negeri sekali,
Diklat Preservasi, Diklat Literasi informasi dan masih banyak lagi.
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
Jawab:
Iya, seperti seminar-seminar terkait perpustakaan, dokumen dan informasi
(perpusdokinfo), seminar di luar negeri dengan membawa makalah, temu teknis
perpustakaan yang berkaitan dengan mandat PUSTAKA sebagai perpustakaan
Pembina seluruh institusi Kementerian Pertanian. Jadi Temu Teknis
Perpustakaan ini sebagai wadah untuk melakukan pembinaan terhadap seluruh
UPT di Kementan, untuk menggali kesulitan-kesulitan mereka dalam
pengembangan perpustakaan di UPT nya. Selain itu untuk pustakawan
PUSTAKA sendiri juga sering mencari seminar-seminar yang gratis seperti
seminar di Universitas yang ada jurusan perpusdokinfo nya.
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
Jawab:
Selain yang mandiri (biaya sendiri), PUSTAKA juga menghadirkan guru Bahasa
Inggris dan Belanda, kemudian staf disini belajar. Karena disini banyak koleksi-
koleksi tua. Waktunya 2 kali seminggu selama 2 jam setiap pertemuan. Untuk
yang berkaitan dengan teknologi, PUSTAKA pernah mengadakan kursus
pengolahan statistik. Untuk yang berkaitan dengan teknologi perpustakaan , staf
TI sendiri yang menjadi pembinanya.
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
Jawab:
Kemungkinan terkait anggaran yang terbatas. Alokasi anggaran kemungkinan
untuk bidang lain mengingat di PUSTAKA ada jabatan fungsional lain seperti
arsiparis dan pranata komputer. Program kursus semacam ini sebetulnya baik
karena untuk peningkatan kemampuan staf dalam mendukung tugas pokoknya.
Diharapkan kursus semacam ini dapat dilaksanakan ke depannya secara
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja staf.
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Oh iya pastinya, ditambah lagi dengan mengikuti organisasi profesi seperti IPI di
Bogor. Saya dapat mengembangkan diri, bisa sharing dengan teman-teman lain
di IPI, bisa mengabdikan diri, mengamalkan ilmu yang saya punya untuk orang
lan. Dapat menambah teman, jejaring, dan ilmu juga.
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
Jawab:
Iya, tetapi saya belum pernah dapet. Biasanya yang ikut lomba dipilih oleh
pimpinan.
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
memenuhi kebutuhan ibu dalam bekerja di perpustakaan? adakah program
pengembangan SDM lain yang ibu harapkan bisa diadakan di PUSTAKA?
Jawab:
Bagi saya cukup, karena pengembangan itu dilakukan berdasarkan kebutuhan
supaya mendukung target-target di instansi. Untuk pengembangan SDM yang
masih kurang saya rasa seminar ke luar negeri untuk pustakawan masih kurang
dan belum difasilitasi dengan baik.
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh PUSTAKA
program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa alasannya?
Jawab:
Menurut saya, kegiatan Diklat kepustakawanan dan seminar. Karena dua-duanya
baik untuk meningkatkan kompetensi profesional dan kompetensi individual
pustakawan. Kegiatan Diklat kepustakawanan untuk meningkatkan keterampilan
pustakawan di bidang tertentu terkait kepustakawanan. Kegiatan seminar dapat
meningkatkan kompetensi individual, peningkatan wawasan dan pengetahuan di
bidang kepustakawanan. Pustakawan dapat ikut sebagai peserta, pemakalah atau
malahan narasumber, sehingga dapat meningkatkan kompetensi individual.
Selain itu seminar atau pertemuan ilmiah sejenisnya merupakan ajang untuk
terbukanya peluang jejaring kerjasama di bidang perpustakaan, dokumentasi dan
informasi antar pustakawan, pemerhati perpusdokinfo, dosen dan antar institusi.
terbukanya peluang jejaring.
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Bagi saya motivasi utama saya bekerja di perpustakaan adalah untuk kebutuhan harga diri
berupa pengembangan karir, aktualisasi diri yang didukung dengan pengembangan SDM,
serta kesenangan saya melayani pemustaka dan membantu mencari informasi yang
dibutuhkan agar menjadi amal ibadah.
C. Peran Pengembangan SDM sebagai faktor pendorong Motivasi Kerja
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
Jawab:
Pengembangan SDM kan ada yang formal dan non formal, yang paling saya rasakan
menurut saya adalah jadi ada peningkatan terhadap kognisi, pengetahuan, dan
kinerjanya makin meningkat.
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Jawab:
Jika ada, ya pasti sangat berpengaruh. Tetapi kalau saya pribadi, ada tidak adanya
pengembangan itu, kita secara pribadi sebagai pustakawan yang merupaka pejabat
fungsional yang professional kita harus senantiasa meningkatkan kompetensi sendiri.
Jadi kalau memang tidak ada atau kita rasa pengembangan yang diberikan oleh
Transkip Wawancara
Informan 2
Nama : Ir. Nurdiana
Jabatan : Pustakawan Madya
Hari/Tanggal : 06-10-2017
A. latar belakang SDM Non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
Jawab:
Saat saya melamar bekerja disini, saya mengetahui kalau PUSTAKA ini ada kaitannya
dengan latar belakang pendidikan saya yaitu Ilmu Pertanian. Meskipun ini perpustakaan,
tapi perpustakaan disini juga punya subjek khusus yang sesuai dengan bidang saya yaitu
pertanian.
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
Jawab:
Waktu itu, pas masuk, saya ga langsung bekerja di perpustakaan, tapi di bidang
publikasi. Saya bekerja 3 tahun disana. Kemudian, saat itu baru dibentuk untuk pertama
kali jabatan fungsional pustakawan. Akhirnya saya menjadi pustakawan lewat jalur
inpassing.
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non IP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
Jawab:
Karena PNS sudah ada ketetapannya ya disyukuri saja. Alhamdulillah sekarang
sudah ada tunjangannya.
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
Jawab:
Untuk pustakawan PNS ada namanya tunjangan kinerja, tunjangan fungsional,
dan tunjangan anak. Menurut saya kalau dengan ditambah tunjangan-tunjangan
yang diberikan cukup untuk memotivasi.
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama ibu untuk
bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Cukup untuk memotivasi kalau dengan ditambah tunjangan-tunjangan yang
diberikan.
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
Jawab:
Bagus ya. Tidak ada masalah. Dengan kondisi kerja seperti ini, saya merasa
nyaman dan termotivasi untuk bekerja.
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
Jawab:
Untuk keamanan, saya rasa cukup. Tetapi untuk ketidaknyamanan, saya sedikit
merasa tidak nyaman terkait dengan penggunaan komputer. Peletakkan keyboard
yang terlalu di bawah jadi saya ketika menggunakannya sering pegal.
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa
aman bagi SDM di PUSTAKA?
Jawab:
Kalau untuk PNS, ada namanya BPJS. Selain itu, disini juga ada dokter
seminggu dua kali. Tetapi hanya untuk memeriksa penyakit ringan saja.
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
Jawab:
Alhamdulillah, tidak ada masalah. Kita disini saling mendukung dan membantu
satu sama lain. Bahkan karena saya di sini bekerja sudah sangat lama, saya
menganggap teman-teman di sini sudah seperti saudara.
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
Jawab:
Iya saling membantu saja. selain itu, di luar komunikasi secara langsung, kita
juga intens berkomunikasi via media sosial seperti whatsapp untuk saling
menyapa dengan teman yang jauh.
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
Jawab:
Hubungan saya dengan pimpinan ya layaknya hubungan antara atasan dan
bawahan. Pimpinan cukup memperhatikan. Kalau untuk mempengaruhi
motivasi, menurut saya, itu kembali lagi ke pustakawannya masing-masing, kita
harus mandiri. Tidak perlu hanya termotivasi hanya karena pimpinan..
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
Jawab:
Di dalam kepemimpinannya, beliau selalu mengarahkan kita untuk “kerja,
kerja,dan kerja.
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
Jawab:
Hubungan ke pemustaka bagus ya. Justru itu awal mulanya juga saya masuk ke
perpustakaan, karena saat saya berada di meja layanan, relasi saya jadi
bertambah banyak, jadi menambah jaringan.
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
Jika kita rajin dan memenuhi target kinerja, kita akan cepat naik pangkat.
Begitupun sebaliknya.Ya kalau kita naik pangkat, otomatis tunjangan kita akan
naik. Itu tergantung pustakawan nya sendiri. Ibu dulu saat kenaikan pangkat ada
yang cepat ada juga yang lama. Ya kalau kita naik pangkat, otomatis tunjangan
kita akan naik. Itu tergantung pustakawan nya sendiri. Ibu dulu saat kenaikan
pangkat ada yang cepat ada juga yang lama.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
Jawab:
Beasiswa ada ya, tapi saya tidak pernah ikut.
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
Jawab:
Untuk Diklat cukup banyak ya yang saya ikuti, selain Diklat CPTA dan Diklat
TOT perpustakaan.
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
Jawab:
Seminar saya selalu ikut selama ada. Untuk seminar sendiri sebenarnya ada
pembagian-pembagiannya. Hal itu dimaksudkan agar semua pustakawan dapat
mengikuti seminar secara merata.
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
Jawab:
Ada, kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda sekitar beberapa tahun yang
lalu. Tetapi yang ikut diutamakan pustakawan yang mengolah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan pustakawan lain untuk ikut. Untuk kemampuan komputer
nya diajarkan langsung oleh orang-orang TI.
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
Jawab:
Tetapi saya kira itu soal prioritas sih.. karena disesuaikan dengan anggaran dan
kebutuhan.
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Iya, melalui pengembangan SDM yang saya ikuti sangat mampu untuk
kebutuhan aktualisasi diri saya.
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
Jawab:
Untuk lomba-lomba saya tidak pernah ikut.
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
memenuhi kebutuhan ibu dalam bekerja di perpustakaan? adakah program
pengembangan SDM lain yang ibu harapkan bisa diadakan di PUSTAKA?
Jawab:
Menurut saya sudah cukup ya untuk memenuhi kebutuhan. Tapi kalau
pengembangan SDM yang ingin saya ikuti tetapi di PUSTAKA ini jarang ada
yaitu, seminar atau kunjungan-kunjungan ke perpustakaan luar negeri.
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh
PUSTAKA program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa
alasannya?
Jawab:
Saya pilih kegiatan Diklat kepustakawanan, karena tidak memerlukan biaya yang
banyak dan waktu pelaksanaannya pun singkat. Karena sekali ada pelatihan ada
beberapa orang yang dapat ikut serta dalam pelatihan.
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Menurut saya program pengembangan SDM ini dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri saya, dan yang kedua adalah dengan senantiasa berusaha untuk mengembangkan diri
agar bisa terus mendapatkan pangkat atau jabatan yang lebih baik.
3. Peran Pengembangan SDM sebagai faktor pendorong Motivasi Kerja
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
Jawab:
Motivasi itu selalu ada agar kita maju terus. Misalkan ada program pengembangan,
ya pasti kita merasa lebih termotivasi untuk bekerja agar kita mendapatkan ilmu dan
pelajaran baru. Kalau kita tidak ikut pengembangan, bisa jadi kita akan tertinggal.
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Jawab:
Ya sangat berpengaruh. Karena kita jadi banyak tau hal dalam bidang perpustakaan,
sehingga kita bisa bekerja lebih baik.
Transkip Wawancara
Informan 3
Nama : Ir. Juznia Andriani, M.Hum
Jabatan : Pustakawan Madya
Hari/Tanggal : 06-10-2017
A. latar belakang SDM Non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
Jawab:
Saya minta di pindahkan, karena mau jadi pejabat fungsional pustakawan, dan dasarnya
saya memang suka melayani dan bertemu orang. Saya ingin menggerakkan masyarakat
untuk cinta perpustakaan dan saya juga senang membaca.
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
Jawab:
Dulu sebelum saya bekerja saya sudah bekerja di bagian-bagian lain seperti TU, lalu
saya pindah ke perpustakaan dan dapat S2 Ilmu Perpustakaan, jadi saya rasa pekerjaan
saya sudah sesuai dengan pendidikan saya yang memiliki latar belakang pendidikan S1
Sosial Ekonomi Pertanian dan didukung S2 Ilmu Perpustakaan.
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non IP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
Jawab:
Sudah sesuai kalau dengan tunjangan-tunjangannya.
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
Jawab:
Tunjangan pustakawan PNS ada tunjangan kinerja, ada tunjangan jabatan
fungsional, ada juga tunjangan anak.
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama untuk bekerja
di perpustakaan?
Jawab:
Itu hanya sekedar motivasi saya untuk dapat memberikan hasil kerja terbaik.
Karena tunjangan kinerja tiap staf kan berbeda. Kalau kita rajin ya, tunjangan
kita lebih.
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
Jawab:
Kondisi kerja disini nyaman. Bahkan mungkin kalau saya disuruh pindah pun
saya tidak mau. Suasana kerjanya enak, koleganya enak.
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
Jawab:
Untuk keamanan saya rasa semuanya baik-baik saja ya. Tetapi kalau untuk
ketidaknyamanan mungkin ketika listrik mati ya, karena pekerjaan kita jadi
terganggu, dan kalau ada data yang hilang atau kena virus.
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman
bagi SDM di PUSTAKA?
Kalau sejenis asuransi ada BPJS, tetapi setiap minggunya disini juga ada
pelayanan kesehatan dengan dokter.
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
Jawab:
Baik lah ya, berusaha membangun hubungan yang baik dengan semua orang.
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
Jawab:
Kita sesama pustakawan di sini saling membantu, saling bekerjasama. Bagi saya
tidak ada kesulitan dalam menjalin hubungan dengan sesama pustakawan disini.
Untuk mempererat kerjasama biasanya ketika kita mengadakan acara besar kita
saling bertanggungjawab atas tugas yang kita terima dan saling membantu satu
sama lain.
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
Jawab:
Baik ya hubungannya.
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
Jawab:
Selalu memberi nasihat, dan merangsang untuk selalu berbuat inovatif. Kalau ibu
kepala disini, beliau seorang yang visioner.
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
Jawab:
Terjalin baik, karena ya saya seneng ketemu orang, seneng melayani orang, jadi
ketika ada pemustaka yang meminta bantuan, dengan senang hati saya bantu
secara maksimal.
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
Jawab:
Apresiasi bisa berupa naiknya tunjangan dan pangkat. Itu dia nantinya yang akan
membedakan tunjangan yang akan diterima oleh tiap pustakawan. Apabila
kinerja nya bagus, tunjangan nya bisa meningkat. Jika tidak ya maka tunjangan
yang diterima pun tidak akan naik.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
Jawab:
Ada, kebetulan saya tahun 1999 dicalonkan kemudian lulus seleksi saya diberi
tugas belajar untuk melanjutkan pendidikan ke S2 jurusan Ilmu Perpustakaan.
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
Jawab:
Diklat ada beberapa yang saya ikuti, untuk CPTA saya tidak ikut, karena saya
sudah punya latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Dan untuk Diklat
TOT perpustakaan saya baru akan mendaftar tahun ini.
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
Jawab:
Sering. Untuk seminar dan sejenisnya yang terkait dengan perpustakaan.
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
Jawab:
Ada, dan saya ikuti seperti kursus bahasa inggris, pelatihan teknologi, dan
sebagainya.
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
Jawab:
Belum dilaksanakan untuk saat ini karena belum ada anggaran dan program ini
bukan program prioritas. Karena ada pelatihan atau kegiatan lan yang lebih
penting.
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Jelas iya, karena upaya pengembangan yang saya ikuti saya bisa ikut
berpartisipasi lomba, dan Alhamdulillah dapat juara. Saya jadi lebih banyak
ilmunya dalam mengelola perpustakaan.
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
Jawab:
Iya, dan Alhamdulillah, saya sudah dua kali mendapatkan peringkat 1
pustakawan berprestasi di Jawa Barat tahun 2015, dan 2016.
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
memenuhi kebutuhan ibu dalam bekerja di perpustakaan? adakah program
pengembangan SDM lain yang ibu harapkan bisa diadakan di PUSTAKA?
Jawab:
Kalau yang saya rasakan, sudah cukup.
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh PUSTAKA
program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa alasannya?
Jawab:
Semua program ibu sukai dan telah ibu ikuti semua. Tujuannya meningkatkan
kompetensi keterampilan dan pengetahuan.
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Bagi saya pengembangan yang saya ikuti bisa menjadi salah satu faktor pendorong
utama saya untuk lebih meningkatkan motivasi kerja di perpustakaan. Karena, tanpa
pengembangan yang kita ikuti mungkin belum tentu kita bisa mengerjakan tugas dengan
baik. Ketika kita dapat mengerjakan tugas dengan baik itu nanti akan membuka
kesempatan bagi kita untuk bisa mengembangkan karir yang nantinya akan berkaitan
dengan pangkat dan jabatan. Selain itu kondisi kerja dan motivasi saya untuk melayani
pemustaka saya rasa juga menjadi faktor utama saya bekerja di perpustakaan.
C. Peran Pengembangan SDM sebagai faktor pendorong Motivasi Kerja
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
Jawab:
Ya, saya jadi lebih mantap lagi dalam memberikan pelayanan untuk pemustaka, saya
jadi bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan lomba-lomba pustakawan, saya dapat
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, skills, dan komunikasi. Dan yan terpenting
timbul percaya diri.
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Jawab:
Sangat berpengaruh, karena ketika kita mengikuti pengembangan, ilmu dan
keterampilan kita semuanya akan bertambah dan selalu mengikuti perkembangan
zaman. Selain itu, akan timbul rasa percaya diri dalam melaksanakan tugas supaya
lebih baik lagi.
Transkip Wawancara
Informan 4
Nama : Ir. Penny Ismiati Iskak, M.Sc.
Jabatan : Pustakawan Muda
Hari/Tanggal : 06-10-2017
A. latar belakang Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
Jawab:
Saya merasa tertarik bekerja di bagian layanan karena saya senang dengan memberikan
pelayanan informasi.
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
Jawab:
Sebelum bekerja di perpustakaan, saya sudah beberapa kali bekerja di bidang lain.
Seperti saat awal masuk saya bekerja di pengelolaan jurnal di bidang publikasi,
kegiatannya juga sama-sama menyebarkan informasi hasil penelitian. Kemudian saya di
pindahkan di perpustakaan dan saya merasa tertarik bekerja di bagian layanan karena
saya senang dengan memberikan pelayanan informasi.
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non IP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
Jawab:
Sebagai PNS ya sudah sesuai dengan peraturan yang ada ya.
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
Jawab:
Tunjangan sama seperti yang didapatkan pustakawan PNS ya kurang lebih ada
tunjangan kinerja, tunjangan fungsional pustakawan, tunjangan anak.
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama untuk bekerja
di perpustakaan?
Jawab:
Ada tidak adanya tunjangan, saya tetap harus termotivasi ya dalam bekerja. Dulu
waktu belum ada tunjangan, seperti saat saya di TI dan pengelolaan jurnal, kerja
saya oke saja, saya tetap berusaha bekerja dengan baik.
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
Jawab:
Kondisi kerja ya seperti ini, tetapi motivasi saya tidak terpengaruh dengan
kondisi kerja. Fasilitas cukup baik, tetapi ada beberapa barang yang saya bawa
sendiri, seperti printer, laptop.
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
Jawab:
Menurut saya, keselamatan kerja yang perlu diutamakan dalam bekerja, terutama
yang berhubungan dengan komputer. Terkadang, tangan saya sampai tidak bisa
diangkat, penggunaan kacamata saya juga jadi semakin tebal, sehingga kalau
saya tidak bawa kacamata. Saya harus memperbesar ukuran huruf yang ada di
komputer agar terlihat jelas.
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman
bagi SDM di PUSTAKA?
Untuk mingguan ada dokter, dan untuk PNS ada BPJS.
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
Jawab:
Setiap orang tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Ya terkadang dalam
sehari-hari terdapat kesulitan, tetapi itu semua bisa teratasi.
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
Jawab:
Saling sharing pengetahuan, misalkan saya atau teman-teman disini ada yang
pulang dari tugas belajar atau habis pelatihan kita bisa bantu teman-teman yang
tidak ikut agar mengetahui ilmu atau pelajaran apa yang kita dapat. Agar ilmu
yang kita punya tidak hanya kita sendiri yang tahu.
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
Jawab:
Hubungan dengan pimpinan ya baik, sebagai seorang pustakawan, kita tidak
boleh terbatas dengan apapun. Kita harus tetap bekerja secara professional
dengan atau tanpa motivasi pimpinan..
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
Jawab:
Lebih menekankan kedisiplinan dalam bekerja.
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
Jawab:
Hubungan dengan pemustaka sangat baik, justru saya dapat menambah teman,
jaringan, dan relasi ya. Bahkan saya mensuply informasi untuk para peneliti
sesuai dengan bidang penelitiannya. Tidak hanya yang datang ke PUSTAKA
tetapi juga yang ada di daerah-daerah dengan menggunakan email.
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
Jawab:
Sesuai dengan peraturan yang ada, dan kembali lagi ke kinerja kita masing-
masing.Selama kita bekerja dengan baik, reward yang kita terima berupa
tunjangan atau naik jabatan juga akan sesuai.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
Jawab:
Ya, saya pernah mendapat beasiswa tugas belajar untuk melanjutkan S2 di
Malaysia, tetapi saat itu saya tidak melanjutkan S2 Ilmu perpustakaan karena
pimpinan mengusulkan saya untuk mengambil jurusan yang kaitannya dengan
T1, karena melihat kebutuhan instansi juga.
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
Jawab:
Ada beberapa Diklat yang saya ikuti, salah satunya adalah Diklat CPTA, karena
saya tidak punya latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan ingin menjadi
fungsional pustakawan. Ada juga Diklat kerjasama yang diadakan oleh
Kementerian Pertanian, serta pelatihan literasi informasi di Universitas Pelita
harapan selama tiga periode.
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
Jawab:
Jika ada kesempatan, pasti saya akan selalu mengikuti seminar dan sejenisnya
baik yang diadakan di dalam PUSTAKA maupun dari luar.
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
Jawab:
Ada statistik, pelatihan TI, ada juga dulu kursus Bahasa Inggris.
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
Jawab:
Tentu, karena belum semua pustakawan berkesempatan mengikuti program
tersebut. Program tersebut penting bagi pustakawan dalam penyelesaian
pekerjaan/tugas sehari-hari.
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Iya, terutama bagi yang sebelumnya tidak punya latar belakang pendidikan ilmu
perpustakaan ya. Saya dan teman-teman yang mengikuti perngembangan jadi
mampu untuk mengaktualisasikan diri bekerja dengan baik dan juga berbagi
ilmu dengan orang lain.
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
Jawab:
Saya tidak pernah ikut.
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
memenuhi kebutuhan ibu dalam bekerja di perpustakaan? adakah program
pengembangan SDM lain yang ibu harapkan bisa diadakan di PUSTAKA?
Jawab:
Bagi saya memenuhi.mungkin. Saya fikir program-program in the job training
itu lebih penting, dan harus ditingkatkan.
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh PUSTAKA
program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa alasannya?
Jawab:
Semua program yang ada saya sukai dan minati, karena dapat meningkatkan
pengetahuan, menambah keterampilan dan mempercepat menyelesaikan
pekerjaan.
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Karena motivasi saya adalah untuk melayani, saya rasa pengembangan SDM merupakan
salah satunya karena bisa menjadi wadah bagi saya untuk memperdalam bidang yang
saya jalani ini. Selain itu karena memang saya senang melayani orang dan membantu
dalam mencari informasi, saya rasa faktor kebutuhan sosial dengan pemustaka juga
menjadi faktor utama yang memotivasi saya dalam bekerja.
C. Peran Pengembangan SDM sebagai faktor pendorong Motivasi Kerja
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
Jawab:
Saya jadi banyak tau hal tentang mengelola perpustakaan, mengolah koleksi dan juga
melayani pemustaka dengan lebih baik. Selain itu, berbekal kegiatan pengembangan
yang saya miliki, saya jadi bisa membantu membina pustakawan di lingkup
Kementerian Pertanian terutama terkait literasi informasi.
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Jawab:
Iya, karena motivasi bekerja saya salah satunya adalah untuk membangun umat dan
beribadah dengan melayani sesama. Maka saya juga perlu mengembangkan diri saya
dengan mengikuti berbagai pengembangan SDM, agar saya punya bekal ilmu yang
bisa saya praktekan dalam melayani pemustaka lebih baik dan juga berbagi ilmu
terhadap sesama pustakawan.
Transkip wawancara
Informan 5
Nama : Juju Juariah S., B,Sc.
Jabatan : Pustakawan Penyelia
Hari/Tanggal : 02-10-2017
A. latar belakang Pustakawan Non Sarjana Ilmu Perpustakaan bekerja di Perpustakaan
1. Bagaimana awal mula ibu termotivasi untuk bekerja di perpustakaan meskipun pekerjaan
ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu?
Jawab:
Karena PUSTAKA ini perpustakaan bidang pertanian, jadi masih sesuai dengan latar
belakang pendidikan saya.
2. Bagaimana proses ibu bisa bekerja di perpustakaan ini?
Saya dari awal masuk sudah bekerja di perpustakaan, dan sekarang saya merangkap
menjadi Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan, tugasnya untuk menilai kinerja
pustakawan disini yang penilaiannya dilaksanakan 3 kali setahun. Selebihnya saya
melaksanakan kegiatan pustakawan pada umumnya.
B. Faktor Pendorong Motivasi Kerja Pustakawan Non IP
1. Faktor apakah yang mendorong motivasi dalam bekerja di perpustakaan ini?
a. Gaji
1) Bagaimana dengan gaji yang diterima, apakah sudah sesuai dengan pekerjaan
yang anda kerjakan dan jenjang pendidikan anda?
Jawab:
Kalau sekarang sih Alhamdulillah ya PNS, karena sekarang ada tunjangan-
tunjangannya. Kalau untuk gaji sih tidak terlalu diharapkan.
2) Selain gaji, apakah ada tunjangan atau kompensasi yang ibu terima? Jenis
tunjangan seperti apa saja yang ibu dapatkan?
Jawab:
Di luar gaji, ada tunjangan pustakawan, tunjangan anak sampai umur 25 tahun
yang belum menikah dan bekerja, serta tunjangan fungsional pustakawan.
3) Apakah gaji dan tunjangan yang ibu terima menjadi motivasi utama ibu untuk
bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Dengan rasa syukur, Alhamdulillah berbagai tunjangan tersebut cukup bagi saya.
Tetapi saya tetap harus memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerja lebih baik
lagi.
4) Jenis tunjangan seperti apa saja yang anda dapatkan?
Jawab:
Di luar gaji, ada tunjangan pustakawan, tunjangan anak sampai umur 25 tahun
yang belum menikah dan bekerja, serta tunjangan fungsional pustakawan.
b. Kondisi kerja/keamanan
1) Bagaimana dengan kondisi kerja dan fasilitas di PUSTAKA ini? Menurut ibu,
apakah dengan kondisi kerja seperti ini mampu menambah motivasi anda dalam
bekerja?
Jawab:
Kalau kondisi kerjanya nyaman dan enak. Kebetulan PUSTAKA itu kan eselon
II, jadi Alhamdulillah fasilitasnya tercukupi.
2) Dalam hal keamanan, apakah bekerja di perpustakaan ini ada gangguan yang
mungkin membuat anda tidak nyaman dalam bekerja?
Jawab:
Kalau keamanan saya rasa baik ya.
3) Apakah ada program kesehatan dan kesejahteraan untuk memberikan rasa aman
bagi SDM di PUSTAKA?
Ada BPJS, tetapi disini juga ada Dokter setiap seminggu dua kali yang dibiayai
oleh PUSTAKA, untuk memeriksa penyakit-penyakit ringan, dan pemberian
vitamin.
c. Kebutuhan sosial
1) Bagaimana hubungan anda dengan sesama staf?
Jawab:
Ya kalau kita berhubungan sama orang lain baik, maka orang lain pun ke kita juga
akan baik ya. Kita di sini saling memotivasi.
2) Bagaimana dengan dorongan yang diberikan kepada sesama pustakawan? Bentuk
kerjasama seperti apa yang biasa dilakukan untuk menciptakan iklim
kekeluargaan dalam organisasi?
Jawab:
Saling sharing pengetahuan, pengalaman dan apapun. Karena di sini kan
pustakawan juga banyak jenjangnnya ya.
3) Bagaimana hubungan anda dengan pimpinan? Dan bagaimana cara pimpinan
anda memberikan bimbingan dan memberikan pengarahan kepada bawahan
sehingga mampu mempengaruhi motivasi dalam bekerja?
Jawab:
Ya baik, saling menghormati. Pimpinan terkadang memberikan nasihat atau
motivasi staf yang ada disini.
4) Bagaimana dengan gaya kepemimipinan yang diterapkan?(kharismatik,
transaksional, transformasional, visioner)
Jawab:
Beliau tegas dalam menasihati staf untuk senantiasa bekerja secara giat.
Pimpinan terkadang memberikan nasihat atau motivasi staf yang ada disini agar
bekerja dengan baik
5) Bagaimana hubungan anda dengan pemustaka?
Jawab:
Saya berusaha membangun hubungan yang baik dengan pemustaka dengan
berusaha melayani sepenuh hati.
d. Kebutuhan harga diri
1) Bagaimana dengan penghargaan atau apresiasi yang anda terima jika anda mampu
meningkatkan kinerja anda?
Jawab:
Apresiasi berupa kenaikan pangkat. Itu salah satu juga yang memotivasi PNS,
karena otomatis membuat tunjangan naik. Ya orang yang malas otomatis tidak
akan naik pangkat.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Bagaimana cara ibu untuk mengaktualisasikan diri agar dapat diketahui, dan
diakui banyak orang? Serta bagaimana upaya PUSTAKA dalam memberikan
program pengembangan SDM untuk pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan?
1) Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi
pada bidang ilmu perpustakaan? Jika ada, apakah anda pernah mengikutinya?
Jawab:
Ada, tapi tidak semua SDM diikutsertakan. Hanya SDM yang lulus seleksi yang
akan disekolahkan.
2) Apa saja Diklat yang ibu ikuti?
Jawab:
PUSTAKA sering mengadakan Diklat. Setiap tahun pasti ada Diklat baik dari
PUSTAKA sendiri ataupun dari luar.
3) Apakah ibu sering mengikuti seminar, workshop, diskusi dan sebagainya?
Jawab:
Iya, di PUSTAKA sendiri setiap tahunnya rutin mengadakan Apresiasi
pustakawan dan Temu Teknis Perpustakaan. Selain itu banyak juga seminar-
seminar dari dalam maupun luar PUSTAKA terkait perpustakaan.
4) Apakah ada program untuk menambah kemampuan bahasa, komputer dan
teknologi? Apa saja yang pernah anda ikuti?
Jawab:
Kursus bahasa, teknologi ada. Untuk teknologi kebetulan yang punya program
adalah orang TI. Untuk kursus, dulu ada kursus Bahasa Inggris dan Belanda,
tetapi saya tidak ikut.
5) Mengapa pemberian program kompetensi tambahan berupa kursus bahasa, belum
diadakan lagi sampai sekarang? apakah ibu berharap PUSTAKA dapat
mengadakan program ini lagi untuk kedepannya?
Jawab:
Setuju jika diadakan lagi, tetapi itu tergantung pada kebutuhan.
6) Apakah dengan mengikuti pengembangan SDM ini mampu mengaktualisasikan
diri anda agar dapat membuktikan bahwa meskipun anda bukan berlatar
belakang pendidikan ilmu perpustakaan mampu bekerja di perpustakaan?
Jawab:
Sangat, terutama untuk pustakawan yang ada di PUSTAKA sini sebagai
pustakawan Pembina, tatkala ada pustakawan dari sini yang ditugaskan untuk
jadi Pembina di UPT Kementerian Pertanian di daerah-daerah. Kita mampu
mengaktualisasikan diri berbekal dari pengembangan SDM yang kita ikuti.
Jangan sampai pustakawan yang di daerah bisa, kita yang menjadi pustakawan
Pembina tidak bisa
7) Apakah anda selalu diikutsertakan dalam presentasi dan lomba-lomba yang
melibatkan PUSTAKA?
Jawab:
Iya, saya beberapa kali ikut, tetapi tidak pernah dapat juara. Karena dari sini juga
pustakawan nya banyak ya.
8) Apakah program pengembangan SDM yang ada di PUSTAKA sudah cukup
memenuhi kebutuhan ibu dalam bekerja di perpustakaan? adakah program
pengembangan SDM lain yang ibu harapkan bisa diadakan di PUSTAKA?
Jawab:
Sudah memenuhi, hanya saja untuk seminar atau Diklat ke luar Negeri saya rasa
kurang, Mungkin jika itu terpenuhi akan lebih meningkatkan motivasi
pustakawan lagi dalam bekerja.
9) Dari keempat jenis program pengembangan SDM yang diadakan oleh PUSTAKA
program mana yang dirasa lebih ibu sukai atau minati? Dan apa alasannya?
Jawab:
Saya pilih progam pemberian beasiswa tugas belajar, dan pelaksanaan seminar-
seminar, tetapi tidak ada program beasiswa tugas belajar untuk yang melanjutkan
S1.
2. Apa saja faktor pendorong utama yang paling mendorong motivasi ibu untuk bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Dengan adanya pengembangan SDM, saya dapat mengaktualisasikan diri untuk bekerja
di perpustakaan. Selain pengembangan SDM, faktor kondisi kerja dan kesempatan untuk
mendapatkan pangkat yang lebih tinggi juga menjadi faktor pendorong motivasi utama
saya dalam bekerja.
C. Peran Pengembangan SDM sebagai Terhadap Motivasi KerjaPustakawan non
Sarjana Ilmu Perpustakaan
1. Apakah manfaat yang dirasakan setelah mendapatkan berbagai upaya pengembangan
SDM tersebut di perpustakaan?
Jawab:
Saya sangat merasakan manfaat dari adanya pengembangan SDM ini. Karena
pustakawan sebagai SDM harus senantiasa berkembang sama halnya dengan
perkembangan IT, perkembangan pengelolaan perpustakaan. Kalau tidak mengikuti
pengembangan SDM nanti kita tidak akan bisa mengikuti perkembangan-
perkembangan tersebut dan akan tertinggal.
2. Apakah pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja di perpustakaan.
Jawab:
Jelas berpengaruh, karena kita sudah punya bekal ilmu dan pengetahuan baru maka
kita pun akan termotivasi untuk bekerja.
Transkip wawancara
Informan 6
Nama : Sigit Sayogya, S.E
Jabatan : Kepala Sub bagian kepegawaian
Hari/Tanggal : 02-10-2017
Pengembangan SDM
A. Program pemberian kesempatan beasiswa untuk melanjutkan S2 dan S3
1. Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi SDM yang ingin melanjutkan studi pada
ilmu perpustakaan?
Jawab:
Untuk pemberian beasiswa tugas belajar di PUSTAKA ini ada dan termasuk ke dalam
program training jangka panjang.
2. Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
Jawab:
Untuk beasiswa tugas belajar ini dibiayai oleh APBN. Karena PUSTAKA disini unit
eselon II maka nanti yang membiayai adalah Badan SDM.
3. Jika ada, apa saja syarat yang harus dipenuhi SDM untuk mendapat bantuan dana
tersebut?
Jawab:
Pustakawan yang mendapatkan kesempatan beasiswa tugas belajar ini ialah SDM yang
dinilai potensial,misalnya dilihat dari segi kinerja, dilihat apakah layak untuk di
sekolahkan, lalu nanti akan diusulkan ke pimpinan. Selain itu, ia juga harus lulus
persyaratan administrasi seperti; umur, untuk S2 adalah 40 tahun dan S3 ialah 45
tahun. IP, Indeks Prestasi miniml 3,00. TOEFL, nilai minimum TOEFL 550. Setelah
lulus persyaratan administrasi kemudian SDM yang terpilih akan melakukan tes, dan
bagi SDM yang lulus tes kemudian akan disaring lagi melalui wawancara dan
disesuaikan dengan kebutuhan PUSTAKA. Kemudian setelah lulus seleksi dari
PUSTAKA, SDM berhak memilih Universitas mana yang akan ia pilih.
B. Program Diklat (pendidikan kepustakawanan)
1. Program Diklat apa saja yang diikuti oleh bagi pustakawan non S.IP?
Jawab:
Untuk Diklat sendiri ini termasuk ke dalam program training jangka pendek. Diklat
yang diikuti oleh pustakawan juga banyak.
2. Adakah kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan Diklat kepustakawanan
ini?
Jawab:
Diklat CPTA dari PNRI contohnya yang diperuntukkan bagi SDM yang tidak
memiliki latar belakang pustakawan agar bisa menjadi fungsional pustakawan.
3. Berapa lama biasanya Diklat yang diikutkan oleh pustakawan non S.IP?
Jawab:
Untuk lama waktunya, tergantung dari pelaksana Diklat nya masing-masing. Seperti
Diklat CPTA dari PNRI, waktu yang dibutuhkan kurang lebih selama 3 bulan.
4. Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
Jawab:
Untuk Diklat atau program training jangka pendek biasanya biaya yang dkeluarkan
tidak terlalu mahal, dan itu biasanya dari PUSTAKA sendiri yang mendanai. Tetapi,
ada juga Diklat yang gratis tanpa dipungut biaya, seperti pustakawan yang mengikuti
Diklat CPTA, biayanya ditanggung oleh PNRI.
C. Program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya dalam bidang perpustakaan
1. Adakah program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya yang diberikan
PUSTAKA kepada pustakawan non S.IP Untuk menjaga agar seorang pustakawan
memiliki pengetahuan yang selalu sesuai dengan tuntutan jabatannya?
Jawab:
Untuk seminar dan sejenisnya, kami selalu rutin mengadakannya. Ada yang rutin
setahun sekali, ada yang harian, atau tiap beberapa bulan sekali sesuai dengan
kebijakan kita. Biasanya dalam mengadakan seminar, kita selalu mengangkat tema-
tema ter up to date yang berkaitan dengan perpustakaan.
2. Dimana biasanya kegiatan seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya dilaksanakan ?
Jawab:
Karena kita (PUSTAKA) adalah perpustakaan pembina, maka jenis seminar apapun
yang diadakan di lingkup Kementerian Pertanian diadakan di sini dan dihadiri pula
oleh seluruh pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian. Tetapi ada juga seminar-
seminar dari luar PUSTAKA yang diikuti oleh SDM PUSTAKA baik yang gratis
ataupun tidak.
3. Siapa yang mengeluarkan dana tesebut?
Jawab:
Karena seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya ini merupakan program training
jangka pendek maka pembiayaan pun berasal dari kepegawaian PUSTAKA.
D. Program pendidikan profesional (on the job training). (Misalnya untuk menambah
kemampuan bahasa, komputer, dan teknologi)
1. Apa saja program pendidikan professional yang diberikan oleh PUSTAKA kepada
pustakawan non IP?
Jawab:
Untuk program kursus bahasa untuk sekarang tidak ada, tetapi dalam kurun waktu 3
tahun yang lalu PUSTAKA memberikan kursus Bahasa Inggris, dan juga kursus
Bahasa Belanda untuk mempermudah pustakawan dalam menerjemahkan buku-buku
tua. Sedangkan program yang berkaitan dengan komputer dan teknologi kita selalu
mengikuti perkembangan. Seperti misalkan terkait dengan sistem otomasi
perpustakaan PUSTAKA.
2. Siapa yang menjadi pengajar dalam kursus tersebut? Apakah dari SDM PUSTAKA
sendiri atau mengundang pihak luar?
Jawab:
Untuk kursus bahasa, PUSTAKA mendatangkan orang dari luar yang menguasai
bahasa tersebut. Sedangkan untuk program teknologi dan informasi (TI), tenaga TI
yang ada di PUSTAKA sudah sangat mumpuni, jika ada program yang berkaitan
dengan IPTEK, maka SDM TI dari PUSTAKA sendiri yang akan memberikan
pelatihan untuk pustakawan maupun staf bidang lain di PUSTAKA bahkan di luar
PUSTAKA atau lingkungan Kementerian Pertanian.
3. Kapan waktu yang disediakan bagi SDM non IP untuk melaksanakan kegiatan
tersebut?
Jawab:
Waktu untuk kursus bahasa seminggu sebanyak 2x di jam kerja. Sedangkan untuk
program komputer dan teknologi tergantung jika ada program–program software
terbaru yang perlu diadakan pelatihan.
4. Bagaimana dengan pendanaannya?
Jawab:
Untuk pendanaan, kegiatan ini juga dibiayai oleh kepegawaian PUSTAKA.
Transkip Wawancara
Informan 7
Nama : Akhmad Syaikhu HS., S.Sos.
Jabatan : Kepala Sub Bidang Pengelolaan Sumber Daya Perpustakaan
Hari/Tanggal : 06-10-2017
A. Apa saja program pengembangan yang dilakukan oleh PUSTAKA?
1. Program pemberian kesempatan untuk biaya pendidikan ilmu perpustakaan
a. Apakah ada bantuan dana pendidikan bagi pustakawan yang ingin melanjutkan
studi pada bidang ilmu perpustakaan?
Jawab:
Jenis pengembangan SDM yang dilakukan PUSTAKA ada dua macam, yakni
program training jangka panjang dan program training jangka pendek. Dan yang
termasuk ke dalam program training jangka panjang adalah berupa beasiswa tugas
belajar untuk para SDM yang dinilai potensial.
b. Jika ada, apa saja syarat yang harus dipenuhi pustakawan untuk mendapat bantuan
dana tersebut?
Jawab:
Jadi untuk jalur pemberian kesempatan tugas belajar ini yaitu terlebih dahulu
calon diusulkan oleh kita (pimpinan) nanti dievaluasi, dinilai, lolos. Lalu akan
disekolahkan sesuai dengan universitas yang dipilih oleh SDM yang
bersangkutan.
2. Program Diklat (pendidikan kepustakawanan)
a. Program Diklat apa saja yang diikuti oleh bagi SDM non IP?
Jawab:
Ada beberapa Diklat yang telah diikutkan oleh SDM disini, antara lain seperti
Diklat CPTA (Calon Pustakawan Tingkat Ahli), Diklat pelatihan preservasi bahan
pustaka, Diklat TOT (Trainer of Training) perpustakaan, pelatihan literasi
informasi, dan pelatihan tentang pengelolaan Arsip terkait digital dokumen.
b. Adakah kerjasama dengan pihak luar dalam penyelenggaraan Diklat
kepustakawanan ini?
Jawab:
Diklat yang diikuti oleh SDM di PUSTAKA ini tidak hanya dari PUSTAKA
sendiri yang mengadakan, tetapi juga ada kerjasama dari pihak luar. seperti Diklat
CPTA untuk SDM yang non Sarjana Ilmu Perpustakaan untuk mendapatkan
jabatan fungsional pustakawan, dan Diklat TOT perpustakaan untuk SDM
PUSTAKA yang akan dijadikan pustakawan Pembina yang diadakan oleh PNRI,
Pelatihan literasi informasi oleh Universitas Pelita Harapan, Pengelolaan Arsip
oleh ANRI.
3. Program seminar, workshop, dan diskusi dalam bidang perpustakaan
a. Adakah program seminar, diskusi, workshop dan sejenisnya yang diberikan
PUSTAKA kepada pustakawan non IP Untuk menjaga agar seorang pustakawan
memiliki pengetahuan yang selalu sesuai dengan tuntutan jabatannya?
Jawab:
Seminar yang yang diikuti oleh pustakawan ada yang diadakan oleh PUSTAKA,
ada juga seminar-seminar yang diadakan oleh kementerian-kementerian lain
terkait perpustakaan.
b. Dimana biasanya kegiatan seminar yang dari PUSTAKA dilaksanakan? Dan siapa
saja yang mengikuti seminar tersebut?
Jawab:
Karena kita (PUSTAKA) adalah perpustakaan pembina, maka jenis seminar
apapun yang diadakan di lingkup Kementerian Pertanian diadakan di sini dan
dihadiri pula oleh seluruh pustakawan di lingkup Kementerian Pertanian. Tetapi
ada juga seminar-seminar dari luar PUSTAKA yang diikuti oleh SDM
PUSTAKA baik yang gratis ataupun tidak.
4. Program pendidikan profesional (on the job training). (Misalnya untuk menambah
kemampuan bahasa, komputer, dan teknologi)
a. Apa saja program pendidikan professional yang diberikan oleh PUSTAKA
kepada pustakawan non IP?
Jawab:
Ada kursus bahasa, tetapi jarang. Seperti bahasa inggris untuk staf. Selain itu juga
ada statistik. Jadi ada kegiatan untuk pustakawan agar dapat menganalisa dan
mengetahui bagaimana cara menggunakan statistik untuk penelitian. Berkaitan
dengan program aplikasi perpustakaan kita juga selalu mengikuti tren yang
berkembang.
b. Siapa yang menjadi pengajar dalam kursus tersebut? Apakah dari SDM
PUSTAKA sendiri atau mengundang pihak luar?
Jawab:
Kita memanggil orang luar untuk kursus bahasa dan statistik. Sedangkan untuk,
kita yang mengadakan sendiri. Jadi misalkan, ada aplikasi baru, teman-teman
dikumpulkan untuk latihan dan yang mengajar adalah teman-teman dari staf TI.
B. Dampak diadakannya pengembangan SDM bagi Pustakawan non S.IP
1. Apa saja manfaat yang dirasakan Pustaka setelah melakukan pengembangan SDM
bagi pustakawan non IP?
Jawab:
Kalau menurut saya ada 4 hal yang paling menonjol, yaitu, kompetensi mereka jadi
meningkat, keterampilan dan pengetahuan jadi sesuai dalam mengelola
perpustakaan, kemudian pola berfikir jadi semakin sistematis dan komunikasi
semakin bertambah baik dalam menyampaikan sesuatu, baik secara tertulis maupun
lisan.
2. Menurut anda, apakah dengan diadakannya pengembangan SDM ini, mampu
meningkatkan keterampilan dan motivasi pustakawan non IP dalam bekerja di
perpustakaan?
Jawab:
Iya, setelah mengikuti pengembangan mereka jadi lebih menguasai secara teknik
pekerjaan-pekerjaan rutin yang dilakukan di perpustakaan sehingga itu menambah
motivasinya dalam bekerja. Berkaitan dengan produktivitas kerja, pasti ada dari
sebagian putakawan jadi meningkat misalkan ditunjukkan dengan administrasinya
seperti kenaikan pangkat. Karena mungkin setelah mendapatkan pengembangan dari
dalam maupun luar PUSTAKA, mereka jadi menyesuaikan ilmu yang dimiliki
dalam melakukan pekerjaan.
3. Menurut anda, mengapa PUSTAKA harus terus mengupgrade kemampuan SDM
nya dengan berbagai macam pengembangan?
Jawab:
Karena PUSTAKA merupakan perpustakaan Pembina di lingkup Kementerian
Pertanian. jadi, pustakawan-pustakawan disini sebagian banyak akan menjadi
pembina untuk membina pustakawan-pustakawan lain di lingkup Kementerian
Pertanian. Sehingga mereka harus punya cukup bekal dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang perpustakaan yang terus berubah dan
meningkat sesuai perkembangan zaman bak secara teori maupun praktek, untuk
kemudian dibagikan lagi kepada pustakawan-pustawakan di lingkup Kementerian
Pertanian. Selain untuk itu juga, agar pustakawan di PUSTAKA juga bisa terus
memperbarui dan memperbaiki keterampilan dan pengetahuan nya terkait
perpustakaan.
Lampiran 10 : Lembar Observasi
“Motivasi Kerja Pustakawan Non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Pengembangan SDM di
PUSTAKA Kementerian Pertanian”
No. Aspek yang diamati Hasil Observasi
1 Kondisi kerja Ruangan pustakawan dan fasilitas untuk menunjang
kinerjanya sudah nyaman dan baik. hal ini terlihat dari
ruangan yang cukup besar dan bersih, kemudian untuk
fasilitas juga setiap pustakawan telah diberikan
peralatan dan perlengkapan di meja kerjanya seperti,
komputer, printer, dan lain-lain.
2 Keamanan Keamanan berupa keamanan fisik sudah memberikan
rasa aman, hal ini terlihat dari adanya sejumlah security
yang bertugas untuk menjaga keamanan di PUSTAKA.
Sedangkan untuk keselamatan kerja, pustakawan
terkadang merasa kelelahan dengan berada di depan
monitor alam waktu yang lama.
3 Hubungan dengan
sesame pustakawan
Terlihat hubungan yang baik dan akrab antara sesama
pustakawan. Ketika ada pustakawan yang tidak
bisa/kesulitan melakukan pekerjaannya, pustakawan
lain akan membantunya. Selain itu juga pustakawan
sering berbagi pengetahuan satu sama lain.
4 Hubungan dengan
pemustaka
Terlihat pustakawan yang ada di PUSTAKA sangat
ramah dalam melayani pemustakanya, baik peneliti atau
SDM yang ada di PUSTAKA, maupun mahasiswa atau
orang luar yang ingin mencari referensi di PUSTAKA.
5 Kebutuhan aktulisasi diri Terlihat pustakawan sangat aktif dalam melaksanakan
atau mengikuti program-program seperti Diklat dan
seminat, baik yang ada di PUSTAKA maupun di luar
PUSTAKA. Pustakawan senantiasa berpartisipasi baik
sebagai peserta ataupun sebagai Pembina (narasumber)
Lampiran 11 : Foto-foto Wawancara, Ruang Koleksi, dan Ruang Kerja Pustakawan
wawancara dengan Ibu Nurdiana wawancara dengan Ibu Penny
wawancara dengan Ibu Juju
wawancara dengan Pak Sigit wawancara dengan Pak Syaikhu
wawancara dengan Ibu Heryati wawancara dengan Ibu Juznia
ruang pustakawan di perpustakaan ruang koleksi dan ruang baca
ruang pelayanan ruang kerja pustakawan
BIODATA PENULIS
Fadilla Khairunisa. Lahir di Jakarta, 16 Februari 1996. Putri kedua dari
empat bersaudara, dari Bapak Sugeng Medi Rahayu dan Ibu Nurhayati.
Penulis bertempat tinggal di Jl. Sawo RT 013 RW 001 No. 21 Cipedak
Jagakarsa Jakarta Selatan. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun
2000-2001, penulis bersekolah di TK Insan Nurani, Tahun 2001-2007
penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di MI Syamsul Huda
Jakarta. Pada tahun 2007-2010 penulis menyelesaikan pendidikan di SMP
Negeri 253 Jakarta. Tahun 2010-2013 penulis menyelesaikan pendidikan di MAN 7 Jakarta.
Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora program studi (S1) Ilmu Perpustakaan. Pada tahun
2013 penulis melakukan magang di Perpustakaan hukum Daniel S.Lev. Pada tahun 2015
selama 2 bulan penulis pernah menjadi relawan dalam merevitalisasi kembali perpustakaan
Baitul Hikmah Pondok Pesantren Madinatunnajah. Pada Februari 2016 penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Sekretariat Jenderal DPR RI. Pada Agustus 2016
penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Caringin Kecamatan Cisoka. Penulis
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Perpustakaan dengan judul Skripsi “Motivasi
Kerja Pustakawan non Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Pengembangan SDM di PUSTAKA
Kementerian Pertanian.”