model persediaan terintegrasi untuk single vendor multi buyer ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of model persediaan terintegrasi untuk single vendor multi buyer ...
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK
SINGLE VENDOR MULTI BUYER WITH SINGLE
ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN
GUDANG DAN MODAL
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri
Disusun oleh :
Nama : Agustiandi
NPM : 2016610009
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2020
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
Nama : Agustiandi
NPM : 2016610009
Program Studi : Sarjana Teknik Industri
Judul Skripsi : MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK
SINGLE VENDOR MULTI BUYER WITH SINGLE ITEM
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN
GUDANG DAN MODAL
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Bandung, Januari 2020
Ketua Program Studi Sarjana
Teknik Industri
(Romy Loice, S.T., M.T.)
Dosen Pembimbing Pertama Dosen Pembimbing Kedua
(Yoon Mac Kinley Aritonang, Ph.D.) (Cherish Rikardo, S.Si., M.T.)
PERNYATAAN TIDAK MENCONTEK ATAU
MELAKUKAN PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Agustiandi
NPM : 2016610009
dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul:
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK SINGLE VENDOR MULTI
BUYER WITH SINGLE ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN
GUDANG DAN MODAL
adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber
lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya.
Bandung, 09 Januari 2020
Agustiandi
NPM : 2016610009
i
ABSTRAK
Model persediaan terintegrasi akan lebih feasible untuk diterapkan daripada strategi individual di dalam manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan tujuan utamanya adalah meminimasi gabungan total biaya persediaan dari semua pihak yang ada di dalam sistem. Dengan demikian hasil keputusan yang didapatkan akan memberikan keuntungan yang optimal bagi seluruh pihak yang ada di sistem. Model persediaan terintegrasi sudah banyak dikembangkan, namun pada saat ini masih belum ditemukan adanya model persediaan terintegrasi yang memperhatikan batasan kapasitas modal dan gudang secara keseluruhan. Apabila batasan tersebut tidak diperhatikan, maka dapat menyebabkan hasil perhitungan jumlah barang yang optimal tidak dapat diterapkan karena telah melebihi kapasitas yang ada.
Pada penelitian ini akan dikembangkan model persediaan terintegrasi yang memperhatikan batasan kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level. Batasan service level digunakan untuk mengantikan biaya stock out yang ada di dalam biaya persediaan. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa perhitungan stock out sulit untuk diestimasikan. Sehubungan dengan batasan yang diperhatikan merupakan fungsi non-liniear, maka metode lagrange multiplier akan digunakan untuk penurunan rumus. Dalam rangka untuk memastikan model yang dikembangkan dapat meminimasi total biaya keseluruhan, maka akan dilakukan pembuktian dengan menggunakan Hessian matriks.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak batasan yang diperhatikan dapat menyebabkan peningkatan pada total biaya keseluruhan. Meskipun demikian, hasil perhitungan jumlah barang yang optimal dapat diterapkan karena kapasitas yang tersedia dapat memenuhinya. Adapun juga perubahan nilai dari holding cost, setup cost, kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level perlu diperhatikan dalam menjalani strategi manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan perubahannya dapat mempengaruhi keputusan yang diambil untuk meminimasi total biaya keseluruhan. Kata kunci: Batasan Gudang, Batasan Modal, Persediaan Terintegrasi
ii
ABSTRACT
An integrated inventory model would be more feasible to implement than an individual strategy in inventory management. The main goal in the integrated inventory model is to minimize the joint total expected costs of all parties in the system. Thus the results of the decision obtained will provide optimal benefits for all parties in the system. At this time, there is still no integrated inventory model to be found that takes into account of capital and warehouse capacity constraints as a whole. If these constraints are not considered, it can cause the results of the calculation of the optimal amount of goods to be imposed because it has exceeded the existing capacity. An integrated inventory model that takes into account of the capacity, warehouse capacity, and service level constraint will be develop through this research. Service level constraint are used to replace the stock out cost in the inventory. This is done with the consideration that the stock out cost is difficult to estimated in practically. Due to the constraint that is considered is a non-linear function, the lagrange multiplier method will be used to derive the formula. In order to ensure that the developed model can minimize the total cost, verification will be carried out by using Hessian matrix. Based on the results of the study it can be concluded that the more constraints that are considered can cause an increment in the joint total expected cost. Nevertheless, the results of the calculation of the optimal amount of goods are feasible because the available capacity can accomodate it. The changes in the value of holding costs, setup costs, capital capacity, warehouse capacity, and service level need to be considered in carrying out an inventory management strategy. That is because the changes can affect the decisions taken by decision makers to minimize the joint total expected cost. Keywords: Capital Capacity Constraint, Integrated Inventory, Warehouse Capacity
Constraint
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi ini
dengan judul “Model Persediaan Terintegrasi untuk Single Vendor Multi Buyer with
Single Item dengan Mempertimbangkan Kapasitas Gudang dan Modal”. Penulisan
laporan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mendapatkan gelar Sarjana di Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik
Parahyangan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah menerima bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Yoon Mac Kinley Aritonang, Ph.D. sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, saran, waktu, dan perhatiannya kepada
penulis dalam menyusun laporan skripsi.
2. Ibu Cherish Rikardo, S.Si., M.T. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, waktu, dan perhatiannya kepada penulis dalam
menyusun laporan skripsi.
3. Bapak Dr. Carles Sitompul sebagai dosen penguji proposal dan sidang
skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk
penelitian skripsi yang lebih baik.
4. Ibu Cynthia Prithadevi Juwono, Ir., M.S. sebagai dosen penguji proposal
skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk
penelitian skripsi yang lebih baik.
5. Ibu Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Sc. sebagai dosen penguji sidang
skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk
penelitian skripsi yang lebih baik.
6. Bapak Romy Loice, S.T., M.T. sebagai Koordinator Skripsi yang telah
memberikan arahan dalam penulisan laporan skripsi.
7. Ko Junaidi, S.T. yang telah membantu penulis untuk memahami materi
yang diperlukan dalam melakukan penelitian skripsi.
iv
8. Keluarga penulis yang telah memberi doa, dukungan, semangat,
motivasi, dan kepercayaannya kepada penulis dalam menyusun laporan skripsi.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Teknologi Industri, Fakultas
Teknologi Informasi dan Sains, dan Lembaga Pengembangan Humaniora
Universitas Katolik Parahyangan atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis semasa perkuliahannya serta dalam proses menyusun
laporan skripsi.
10. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis semasa perkuliahannya serta dalam proses menyusun laporan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini tidak terlepas
dari kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan dan saran dari pembaca yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk pengembangannya ke depan.
Penulis juga berharap laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk penelitan selanjutnya.
Bandung, 09 Januari 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………….. i
ABSTRACT ……………………………………………………………….…... ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………....... v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….....……… I-1
I.1 Latar Belakang Masalah …………………….………………….. I-1
I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..………………… I-3
I.3 Asumsi Penelitian ………………………………..………………. I-6
I.4 Tujuan Penelitian ………………………………….…………….. I-7
I.5 Manfaat Penelitian ………………………………….…………… I-7
I.6 Metodologi Penelitian ………………………………..………….. I-8
I.7 Sistematika Penulisan ………………………………..…………. I-10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...……. II-1
II.1 Pengertian Persediaan …………………………………………. II-1
II.2 Komponen Biaya Persediaan ………………………………….. II-2
II.3 Batasan yang Mempengaruhi Sistem Persediaan …………... II-3
II.4 Service Level ……………………………………………………. II-4
II.5 Matriks Hessian …………………………………………………. II-5
II.6 Model Persediaan Terintegrasi ………………………………... II-5
BAB III PENGEMBANGAN MODEL ……………………………………….. III-1
III.1 Sistem Model Persediaan Terintegrasi ….…………………… III-1
III.2 Fungsi Tujuan dan Batasan ……………….…………………... III-2
III.2.1 Fungsi Tujuan ………………………..…………………. III-3
III.2.2 Batasan …………………………………..……………... III-5
III.2.3 Model Persediaan Terintegrasi ……………………….. III-6
III.3 Penurunan Rumus ……………………………………………… III-7
III.4 Matriks Hessian ……………………….………………………… III-9
vi
III.5 Algoritma Penyelesaian ………………….………………….…. III-11
BAB IV PERHITUNGAN MATEMATIS DAN ANALISIS
SENSITIVITAS …………………………………………………….... IV-1
IV.1 Perhitungan Matematis ………………………………………... IV-1
IV.2 Analisis Sensitivitas ……………………………………………. IV-10
BAB V ANALISIS …………………………………………………………….. V-1
V.1 Analisis Terkait Algoritma yang Dikembangkan ……………... V-1
V.2 Analisis Penerapan Model Persediaan di Dalam Dunia
Nyata …………………………………………………………….. V-2
V.3 Pengaruh Batasan Terhadap Total Biaya Keseluruhan …….. V-4
BAB VI KESIMPULAN SARAN …………………………………………….. VI-1
VI.1 Kesimpulan ……………………………………………………... VI-1
VI.2 Saran ……………………………………………………………. VI-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Perkembangan dan Perbandingan Model Persediaan
Terintegrasi ......................................................................
Tabel II.1 Notasi Perumusan ............................................................
Tabel III.1 Notasi Perumusan ............................................................
Tabel IV.1 Data Hipotetik Buyer .........................................................
Tabel IV.2 Data Hipotetik Vendor .......................................................
Tabel IV.3 Perhitungan Nilai Q dan m Optimal ...................................
Tabel IV.4 Pengecekan Batasan Buyer .............................................
Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Nilai λ ...................................................
Tabel IV.6 Pembulatan Nilai Q dan m ................................................
Tabel IV.7 Order Quantity Tiap Buyer ................................................
I-3
II-10
III-3
IV-1
IV-2
IV-2
IV-6
IV-7
IV-9
IV-10
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Metodologi Penelitian ........................................................
Gambar II.1 Hubungan Antara Komponen Biaya Terhadap Nilai Q .......
Gambar II.2 Pola Persediaan Untuk Vendor dan Buyer ........................
Gambar III.1 Sistem Persediaan Terintegrasi Single Vendor Multi Buyer
With Single Item ................................................................
Gambar III.2 Diagram Alir Penyelesaian ................................................
Gambar IV.1 2D Plot NIlai m Terhadap JTEC dengan Mempertahankan
Nilai Q Optimal ..................................................................
Gambar IV.2 2D Plot NIlai Q Terhadap JTEC dengan Mempertahankan
Nilai m Optimal ..................................................................
Gambar IV.3 3D Plot Nilai Q dan m Terhadap JTEC ..............................
Gambar IV.4 3D Plot Nilai Q dan m Terhadap JTEC (Diperbesar) .........
Gambar IV.5 Perubahan Nilai m Terhadap Nilai Q .................................
Gambar IV.6 Perubahan Nilai Q Terhadap Nilai m .................................
Gambar IV.7 Perubahan NIlai Holding Cost Vendor Terhadap Variabel
Keputusan .........................................................................
Gambar IV.8 Perubahan NIlai Set Up Cost Vendor Terhadap Variabel
Keputusan .........................................................................
Gambar IV.9 Pengaruh Tingkat Service Level Terhadap Nilai Q dan m ..
Gambar IV.10 Pengaruh Kapasitas Gudang Terhadap Nilai Q dan m .......
Gambar IV.11 Pengaruh Kapasitas Modal Terhadap Nilai Q dan m ..........
I-8
II-3
II-8
III-1
II-13
IV-4
IV-4
IV-5
IV-5
IV-11
IV-11
IV-12
IV-13
IV-14
IV-15
IV-16
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Penurunan Rumus ................................................................. A
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan
perumusan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
I.1 Latar Belakang Masalah
Kemampuan perusahaan dalam menghemat biaya tanpa menurunkan
kualitas barang maupun jasa yang ditawarkan merupakan salah satu tolak ukur
yang penting. Hal tersebut dikarenakan adanya tingkat persaingan yang tinggi
antar perusahaan, sehingga masing-masing pihak akan berusaha untuk
menawarkan barang maupun jasa yang lebih terjangkau daripada pesaingnya.
Jika pihak perusahaan tidak dapat mempertahankan kualitas barang dan jasanya
dengan cara yang seefisien mungkin, maka perusahaan tersebut akan mengalami
kesulitan untuk bertahan di dalam dunia persaingan yang ketat ini.
Jenis biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dapat beragam,
salah satunya adalah biaya persediaan. Persediaan diperlukan oleh pihak
perusahaan untuk menunjang kegiatan produksi ataupun bisnisnya serta dapat
digunakan untuk mengantisipasi terjadinya variasi/ penyimpangan aktual. Variasi/
penyimpangan dapat terjadi karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu
dapat berasal dari bagian internal maupun bagian eksternal pihak perusahaan.
Ketidakpastian yang berasal dari bagian internal perusahaan adalah adanya
tingkat error dalam forecasting, terjadinya kerusakan mesin yang menghambat
tingkat produksi, dan lain-lain. Sedangkan ketidakpastian yang berasal dari bagian
eksternal perusahaan adalah adanya variasi lead time pengiriman material dari
vendor, kenaikan harga material, permintaan dari konsumen, dan lain-lain.
Biaya persediaan meliputi biaya pembelian atau produksi, biaya
pemesanan atau setup cost, biaya penyimpanan, dan biaya kehabisan barang
atau stockout cost (Tersine, 1994). Jika pihak perusahaan menyetok barang baik
itu material, bahan setengah jadi, maupun barang jadi sebanyak mungkin, maka
kemungkinan besar terjadinya stockout pun akan berkurang. Tingkat stockout
BAB I PENDAHULUAN
I-2
yang menurun pada perusahaan menunjukkan bahwa permintaan dari konsumen
dipenuhi dengan baik olehnya, sehingga konsumen menjadi puas dan service level
perusahaan pun akan meningkat. Akan tetapi, di sisi lain dengan menyetok barang
yang berlebihan pada persediaan akan meningkatkan biaya penyimpanan yang
tidak diperlukan. Dalam rangka menghemat biaya persediaan tanpa mengurangi
service level dari perusahaan, maka diperlukan adanya manajemen persediaan
yang baik.
Menurut Hadley dan Whitin (1963), manajemen persediaan menjawab
pertanyaan sederhana seperti kapan barang akan dipesan atau diproduksi dan
jumlah barang yang akan dipesan atau diproduksi. Berbagai model persediaan
sudah dikembangkan oleh para peneliti untuk mendapatkan penghematan biaya
persediaan yang optimal. Bahkan hingga saat ini, terdapat penambahan variabel
keputusan dan batasan di berbagai perkembangan model persediaan untuk
mengadaptasi perubahan akan permintaan konsumen, contohnya seperti service
level, batasan kapasitas gudang, dan modal.
Menurut Tersine (1994), permasalahan persediaan tidak bisa difokuskan
secara individual atau satu pihak saja di dalam rantai pasok. Hal tersebut
dikarenakan sistem persediaan merupakan bagian dari sistem operasi yang besar,
yakni tiap entitas yang berada di dalam satu rantai pasok. Pernyataan tersebut
juga ditegaskan oleh Jha dan Shanker (2012), bahwa strategi individual tidak akan
cocok untuk diterapkan di dalam dunia yang kompetitif ini karena penghematan
biaya persediaan yang didapatkan tidak akan optimal secara komprehensif di
dalam keseluruhan rantai tersebut. Akan tetapi dengan adanya kerja sama antar
pihak di dalam satuan rantai pasok, biaya persediaan yang ditanggung oleh
masing-masing pihak dapat diminimalkan tanpa menurunkan nilai service level
dari pihak tersebut.
Permasalahan dalam mengoptimalkan biaya persediaan di dalam satu
satuan rantai pasok dapat diatasi dengan menggunakan integrated inventory
model. Model tersebut pertama kali dikembangkan oleh Goyal pada tahun 1976.
Hasil penelitian Goyal (1976) menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan
pemesanan yang terkoordinasi dengan baik akan lebih feasible untuk dijalankan
karena tujuan utamanya adalah meminimasi gabungan biaya persediaan dari
semua pihak yang ada di dalam sistem. Dengan demikian hasil keputusan yang
BAB I PENDAHULUAN
I-3
didapatkan akan memberikan keuntungan yang optimal bagi seluruh pihak yang
ada di sistem tersebut.
I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan, didapatkan bahwa
model persediaan terintegrasi sudah banyak dikembangkan oleh para peneliti
untuk berbagai kasus. Perbandingan antara berbagai model persediaan
terintegrasi yang dikembangkan oleh para peneliti dapat dilihat pada Tabel I.1
berikut ini.
Tabel I.1. Perkembangan dan Perbandingan Model Persediaan Terintegrasi
No Penelitian
Constraint
Crashing lead time
Buyer Order System
Capital Storage Capacity
Service level
Q- System
T - System
1
Lu (1993) Single Vendor Multi Buyer Multi Item
√ √
2
Huang (2010) Single Vendor Single Buyer Single Item
√ √
3
Jha dan Shanker (2012) Single Vendor Multi Buyer Single Item
√ √ √
4
Liao (2013) Single Vendor Single Buyer Single Item
√ √
5
Ouyang (2015) Single Vendor Single Buyer Single Item
√ √
6
Vijayashree (2017) Single Vendor Single Buyer Single Item
√ √
7
Model yang dikembangkan Single Vendor Multi Buyer Single Item
√ √ √ √
BAB I PENDAHULUAN
I-4
Perkembangan dan perbandingan penelitian terkait model persediaan
dapat dilihat pada Tabel I.1. Ada beberapa faktor yang menjadi pembeda dan
bahan pertimbangan bagi para peneliti dalam mengembangkan modelnya, yaitu
batasan modal, batasan kapasitas gudang, batasan service level, dan sistem
pemesanan buyer.
Vijayashree (2017) mengembangkan model persediaan terintegrasi untuk
kasus single vendor single buyer and single product dengan menjadikan lead time
sebagai variabel keputusan untuk meningkatkan tingkat responsif sistem rantai
pasok dengan penghematan biaya yang seoptimal mungkin.
Jha dan Shanker (2012) mengembangkan model persediaan terintegrasi
untuk kasus single vendor multi buyer with single item. Model yang dikembangkan
merupakan gabungan dari beberapa hasil penelitian yang lain. Model tersebut
menyesuaikan pengiriman dan pemesanan yang didasarkan model kedua Hoque
(2008), yakni penetapan ukuran batch produksi yang sama berdasarkan rata-rata
permintaan buyer. Sistem pengiriman ke tiap buyer dilakukan secepat mungkin
setelah mendapatkan permintaan dari buyer dan pihak vendor sudah
memproduksi jumlah barang yang menghasilkan biaya persediaan gabungan yang
optimal.
Berbeda dengan model persediaan yang dikembangkan oleh Hsu (2009),
Jha dan Shanker tidak memasukkan biaya stock out di dalam total biaya model
persediaan yang dikembangkannya. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan
bahwa biaya stock out itu sulit untuk diestimasikan. Namun Jha dan Shanker
menambahkan batasan service level yang berfungsi untuk membatasi level stock
out, sehingga secara tidak langsung stock out diperhatikan di dalam
perkembangan model persediaannya.
Adapun juga Jha dan Shanker (2012) menambahkan biaya crashing lead
time dalam model biaya persediaannya dengan pertimbangan lead time
merupakan variabel keputusan yang penting dalam membentuk strategi
perusahaan yang lebih adaptif dan responsif terhadap permintaan konsumen.
Lead time tersebut ditentukan oleh pihak buyer berdasarkan hasil perhitungan
yang dapat memberikan penghematan biaya persediaan yang optimal.
Dapat dilihat pada Tabel I.1 bahwa model yang dikembangkan oleh para
peneliti tidak mempertimbangkan batasan service level, batasan modal, dan
kapasitas gudang secara keseluruhan. Padahal keseluruhan dari pertimbangan
BAB I PENDAHULUAN
I-5
tersebut sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di
dunia nyata. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Tersine (1994) bahwa
batasan modal dan kapasitas gudang merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan ketika melakukan suatu pemesanan ataupun produksi barang. Jika
salah satu pihak saja tidak dapat melakukan pemesanan yang sesuai dengan
jumlah barang yang optimum karena keterbatasan modal ataupun kapasitas
gudang, maka jumlah penghematan optimal yang ditargetkan pun tidak akan
tercapai. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Bendavid (2016), bahwa modal
berperan penting dalam menentukan profit yang akan didapatkan oleh
perusahaan. Adapun juga pertimbangan service level sangat dibutuhkan oleh
pihak perusahaan dalam membatasi tingkat terjadinya stockout.
Untuk itu, melalui penelitian ini akan diusulkan pengembangan model
persediaan terintegrasi dengan mempertimbangkan batasan service level,
batasan modal dan kapasitas gudang sehingga model tersebut dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia nyata. Pada penelitian ini akan
dikembangkan model persediaan terintegrasi untuk kasus single vendor multi
buyer with single item. Kasus tersebut dapat ditemukan pada sistem rantai pasok
yang terdiri dari satu perusahaan yang berperan sebagai vendor atau produsen
dan beberapa perusahaan yang berperan sebagai buyer, distributor, atau retailer.
Jenis variasi barang yang beredar dalam sistem pasokan tersebut berjumlah satu.
Model persediaan terintegrasi pada kasus single vendor multi buyer with
single item dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di dunia
nyata. Hal tersebut dikarenakan kasus single vendor multi buyer with single item
dapat ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga cukup relevan untuk
dikembangkan. Biasanya terdapat pada perusahaan yang memonopoli terkait
penjualan barang tertentu, seperti perusahaan negara ataupun perusahaan
swasta yang berupa franchise dan lain-lain. Salah satu contohnya adalah produk
gas yang ditawarkan oleh Perusahaan Gas Negara. Produk tersebut akan
diedarkan ke beberapa pihak perusahaan distributor dan retailer, seperti
Indomaret, Alfamart, Yogya, dan lain-lain.
Pada umumnya vendor tidak memiliki permasalahan terkait kapasitas
gudang dan modal di dalam kasus single vendor multi buyer. Hal tersebut
dikarenakan sumber pendapatannya berasal dari banyak buyer. Sumber
pendapatan vendor yang berasal dari banyak buyer dapat menutupi
BAB I PENDAHULUAN
I-6
permasalahannya terkait kapasitas gudang maupun modal sehingga
permasalahan tersebut cenderung tidak akan terjadi. Sehubungan dengan hal itu,
maka dapat diasumsikan vendor tidak memiliki permasalahan terkait kapasitas
gudang dan modal.
Pada peneltian ini akan dimuat contoh penyelesaian kasus single vendor
multi buyer with single item dengan menggunakan model persediaan yang telah
dikembangkan. Data yang digunakan di dalam contoh kasus berupa data hipotetik.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan, maka dapat
dirumuskan menjadi beberapa poin sebagai berikut, yaitu:
1. Bagaimana hasil pengembangan model persediaan terintegrasi pada
kasus single vendor multi buyer with single item dengan mempertimbangkan faktor
service level, batasan modal buyer, dan batasan kapasitas gudang buyer ?
2. Bagaimana lot size yang optimal untuk diproduksi oleh vendor dan dibeli
oleh masing-masing buyer ?
3. Bagaimana perubahan dari parameter tertentu terhadap nilai dari variabel
keputusan yang diambil ?
I.3 Asumsi Penelitian
Penentuan asumsi dalam penelitian berfungsi untuk menyederhanakan
permasalahan yang akan diselesaikan. Dengan demikian, permasalahan di dalam
penelitian dapat diselesaikan dengan baik. Berikut merupakan asumsi yang
digunakan dalam penelitian.
1. Permintaan antar buyer bersifat independent atau saling bebas.
2. Buyer “i” memesan sejumlah Qi barang dan vendor memproduksi
sejumlah mQ barang dengan tingkat produksi P di dalam satu kali set up. Barang
akan dikirim dalam jumlah Q sebanyak m kali untuk memenuhi permintaan dari
semua buyer. Untuk itu, jumlah barang yang diterima oleh buyer “i” (Qi) adalah
Di.Q/D.
3. Setiap buyer mengecek ketersediaan barang dengan menggunakan
sistem pemesanan Q atau continuous review. Sehingga ketika jumlah barang yang
tersedia berada di titik reorder point, buyer akan langsung melakukan pemesanan.
4. Apabila terjadi shortage, buyer akan melakukan backorder untuk
memenuhi kekurangan tersebut. Vendor diasumsikan tidak pernah mengalami
BAB I PENDAHULUAN
I-7
kekurangan sehingga mampu menyediakan jumlah barang yang cukup untuk
memenuhi permintaan buyer.
5. Vendor tidak mengalami permasalahan seperti batasan kapasitas gudang
dan modal, sehingga batasan kapasitas gudang dan modal untuk vendor tidak
dimasukkan ke dalam pengembangan model persediaan.
6. Biaya transportasi per unit dari vendor ke buyer adalah konstan dan
independent terhadap jumlah pemesanan. Sehingga biaya transportasi dapat
diabaikan.
7. Sistem terdiri atas satu jenis barang yang dikirim oleh satu vendor untuk
banyak buyer.
8. Lead time pengiriman antar vendor ke buyer adalah konstan.
I.4 Tujuan Penelitian
Berikut merupakan poin-poin penetapan tujuan dari penelitan yang
dilakukan.
1. Dapat mengembangkan model persediaan terintegrasi pada kasus single
vendor multi buyer with single item dengan mempertimbangkan faktor service
level, batasan modal, dan kapasitas gudang
2. Dapat mengembangkan rumus perhitungan lot size produksi oleh vendor
dan lot size pemesanan oleh buyer untuk mendapatkan penghematan biaya
persediaan gabungan yang optimal.
3. Dapat mengetahui pengaruh dari perubahan nilai parameter terhadap
hasil keputusan yang akan diambil untuk meminimasi biaya total keseluruhan.
I.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan dapat memberi manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Untuk pembaca
Menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian topik serupa. Adapun juga model persediaan yang
dikembangkan dapat dipraktikan oleh pembaca untuk menghemat biaya
persediaan di dalam sistem rantai pasok secara keseluruhan.
BAB I PENDAHULUAN
I-8
2. Untuk penulis
Dapat dijadikan sebagai wadah bagi penulis untuk menuangkan ide dan
pengetahuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dunia nyata,
terutama di bagian persediaan dalam rantai pasok.
I.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan perancangan eksperimen yang disusun
untuk memperjelas dan mengarahkan alur proses penelitian yang dilakukan.
Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam metodologi penelitian
yang dapat di Gambar I.1.
Mulai
Studi Pustaka
Identifikasi dan
Perumusan Masalah
Menentukan Tujuan
Penelitian
Penentuan Batasan
Masalah dan Asumsi
Penelitian
A
A
Pengembangan
Model Penelitian
Analisis
Model Penelitian
Kesimpulan
dan
Saran
Selesai
Gambar I.1 : Metodologi Penelitian
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan pada tahap pendahuluan dalam penelitian.
Tujuan dari studi pustaka adalah untuk memperoleh pengetahuan dan ide terkait
topik penelitian yang dilakukan yaitu pergabungan dari managemen persediaan
BAB I PENDAHULUAN
I-9
dan rantai pasok. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca dan memahami
penjelasan materi dari buku dan jurnal penelitian.
2. Identifikasi dan perumusan masalah
Identifikasi masalah akan dilakukan dengan cara membandingkan
penjelasan dan pengembangan model persediaan terintegrasi dari buku dan jurnal
penelitian terhadap keadaan dan permasalahan yang terjadi di dunia nyata. Jika
terdapat perbedaan dari perbandingan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
materi penjelasan yang terdapat di dalam buku dan jurnal penelitian masih belum
bisa mengakomodasi permasalahan di dunia nyata. Hasil identifikasi
permasalahan akan dirumuskan menjadi beberapa poin untuk dijadikan fokus
utama dalam penelitian.
3. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian ditentukan untuk memberikan arahan terhadap
penelitian yang dilakukan. Isi dari tujuan penelitian merupakan solusi yang
diusulkan untuk menyelesaikan poin-poin permasalahan yang telah dirumuskan
pada tahapan penelitian sebelumnya.
4. Penentuan batasan masalah dan asumsi
Batasan masalah ditentukan agar cakupan dalam penelitian yang
dilakukan dapat spesifik dan jelas. Jika cakupan penelitian semakin spesifik dan
jelas, maka proses penelitian dilakukan pun akan lebih terfokus. Selain itu,
dibutuhkan penentuan asumsi di dalam penelitian untuk menyederhanakan
permasalahan yang akan diselesaikan. Dengan demikian, permasalahan di dalam
penelitian dapat diselesaikan dengan baik.
5. Pengembangan model penelitian
Pengembangan model penelitian dilakukan dengan cara
menggabungkan beberapa model penelitian dari buku dan jurnal. Model penelitian
tersebut dipilih dan digabungkan berdasarkan kelebihan atau keunggulannya
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di dalam dunia nyata.
6. Analisis model penelitian
Model penelitian yang telah dikembangkan akan dianalisis secara
mendalam berdasarkan keunggulan dan kelemahannya dalam menyelesaikan
permasalahan. Hasil analisis akan memberikan penjelasan terkait kemampuan
dari model yang dikembangkan apakah sudah optimal atau tidak ketika dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN
I-10
7. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan penelitian memuat jawaban dan usulan yang diberikan
terhadap poin-poin permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun juga, saran
diberikan kepada pembaca sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian
dengan topik serupa, maupun penerapan model yang telah dikembangkan di
dalam penelitian ini.
I.7 Sistematika Penulisan
Pada sub-bab ini dibahas mengenai sistematika penulisan yang terbagi
menjadi enam bab. Sistematika penulisan ini dibuat dengan tujuan agar
penyusunan laporan ini menjadi lebih terstruktur. Berikut ini adalah deskripsi
singkat dari isi masing-masing bab.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan
perumusan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar untuk
pemecahan masalah, pengolahan data, dan analisis terkait model persediaan
yang dikembangkan.
BAB III PENGEMBANGAN MODEL
Pada bab ini dibahas mengenai alur pengembangan model persediaan
dan tahapan dalam menggunakannya. Selain itu juga, dilakukan pembuktian
dengan menggunakan matriks Hessian untuk memastikan bahwa model yang
dikembangkan dapat memberikan hasil yang optimal.
BAB IV PERHITUNGAN MATEMATIS DAN ANALISIS SENSITIVITAS
Pada bab ini dibahas mengenai bagaimana cara menggunakan model
yang dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan yang berupa data
hipotetik. Selain itu juga dilakukan analisis senstivitas untuk melihat bagaimana
BAB I PENDAHULUAN
I-11
suatu perubahan dari nilai-nilai tertentu dapat mempengaruhi faktor keputusan
yang akan diambil oleh pihak yang bersangkutan.
BAB V ANALISIS
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dari hasil pengolahan data
yang telah dilakukan di bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan tersebut dapat
dijadikan juga sebagai gambaran bagi pembaca ketika dalam melakukan
penelitian yang serupa, yakni pengembangan model persediaan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan
dari hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Adapun juga masukan atau saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar
dapat dikembangkan menjadi lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan di
dunia nyata.