model persediaan terintegrasi untuk single vendor multi buyer ...

33
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK SINGLE VENDOR MULTI BUYER WITH SINGLE ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN GUDANG DAN MODAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun oleh : Nama : Agustiandi NPM : 2016610009 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2020

Transcript of model persediaan terintegrasi untuk single vendor multi buyer ...

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK

SINGLE VENDOR MULTI BUYER WITH SINGLE

ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN

GUDANG DAN MODAL

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar

Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri

Disusun oleh :

Nama : Agustiandi

NPM : 2016610009

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2020

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

Nama : Agustiandi

NPM : 2016610009

Program Studi : Sarjana Teknik Industri

Judul Skripsi : MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK

SINGLE VENDOR MULTI BUYER WITH SINGLE ITEM

DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN

GUDANG DAN MODAL

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Bandung, Januari 2020

Ketua Program Studi Sarjana

Teknik Industri

(Romy Loice, S.T., M.T.)

Dosen Pembimbing Pertama Dosen Pembimbing Kedua

(Yoon Mac Kinley Aritonang, Ph.D.) (Cherish Rikardo, S.Si., M.T.)

PERNYATAAN TIDAK MENCONTEK ATAU

MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Agustiandi

NPM : 2016610009

dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul:

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK SINGLE VENDOR MULTI

BUYER WITH SINGLE ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN

GUDANG DAN MODAL

adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber

lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak

sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan kepada saya.

Bandung, 09 Januari 2020

Agustiandi

NPM : 2016610009

i

ABSTRAK

Model persediaan terintegrasi akan lebih feasible untuk diterapkan daripada strategi individual di dalam manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan tujuan utamanya adalah meminimasi gabungan total biaya persediaan dari semua pihak yang ada di dalam sistem. Dengan demikian hasil keputusan yang didapatkan akan memberikan keuntungan yang optimal bagi seluruh pihak yang ada di sistem. Model persediaan terintegrasi sudah banyak dikembangkan, namun pada saat ini masih belum ditemukan adanya model persediaan terintegrasi yang memperhatikan batasan kapasitas modal dan gudang secara keseluruhan. Apabila batasan tersebut tidak diperhatikan, maka dapat menyebabkan hasil perhitungan jumlah barang yang optimal tidak dapat diterapkan karena telah melebihi kapasitas yang ada.

Pada penelitian ini akan dikembangkan model persediaan terintegrasi yang memperhatikan batasan kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level. Batasan service level digunakan untuk mengantikan biaya stock out yang ada di dalam biaya persediaan. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa perhitungan stock out sulit untuk diestimasikan. Sehubungan dengan batasan yang diperhatikan merupakan fungsi non-liniear, maka metode lagrange multiplier akan digunakan untuk penurunan rumus. Dalam rangka untuk memastikan model yang dikembangkan dapat meminimasi total biaya keseluruhan, maka akan dilakukan pembuktian dengan menggunakan Hessian matriks.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak batasan yang diperhatikan dapat menyebabkan peningkatan pada total biaya keseluruhan. Meskipun demikian, hasil perhitungan jumlah barang yang optimal dapat diterapkan karena kapasitas yang tersedia dapat memenuhinya. Adapun juga perubahan nilai dari holding cost, setup cost, kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level perlu diperhatikan dalam menjalani strategi manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan perubahannya dapat mempengaruhi keputusan yang diambil untuk meminimasi total biaya keseluruhan. Kata kunci: Batasan Gudang, Batasan Modal, Persediaan Terintegrasi

ii

ABSTRACT

An integrated inventory model would be more feasible to implement than an individual strategy in inventory management. The main goal in the integrated inventory model is to minimize the joint total expected costs of all parties in the system. Thus the results of the decision obtained will provide optimal benefits for all parties in the system. At this time, there is still no integrated inventory model to be found that takes into account of capital and warehouse capacity constraints as a whole. If these constraints are not considered, it can cause the results of the calculation of the optimal amount of goods to be imposed because it has exceeded the existing capacity. An integrated inventory model that takes into account of the capacity, warehouse capacity, and service level constraint will be develop through this research. Service level constraint are used to replace the stock out cost in the inventory. This is done with the consideration that the stock out cost is difficult to estimated in practically. Due to the constraint that is considered is a non-linear function, the lagrange multiplier method will be used to derive the formula. In order to ensure that the developed model can minimize the total cost, verification will be carried out by using Hessian matrix. Based on the results of the study it can be concluded that the more constraints that are considered can cause an increment in the joint total expected cost. Nevertheless, the results of the calculation of the optimal amount of goods are feasible because the available capacity can accomodate it. The changes in the value of holding costs, setup costs, capital capacity, warehouse capacity, and service level need to be considered in carrying out an inventory management strategy. That is because the changes can affect the decisions taken by decision makers to minimize the joint total expected cost. Keywords: Capital Capacity Constraint, Integrated Inventory, Warehouse Capacity

Constraint

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi ini

dengan judul “Model Persediaan Terintegrasi untuk Single Vendor Multi Buyer with

Single Item dengan Mempertimbangkan Kapasitas Gudang dan Modal”. Penulisan

laporan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

mendapatkan gelar Sarjana di Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik

Parahyangan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah menerima bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Yoon Mac Kinley Aritonang, Ph.D. sebagai dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, saran, waktu, dan perhatiannya kepada

penulis dalam menyusun laporan skripsi.

2. Ibu Cherish Rikardo, S.Si., M.T. sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran, waktu, dan perhatiannya kepada penulis dalam

menyusun laporan skripsi.

3. Bapak Dr. Carles Sitompul sebagai dosen penguji proposal dan sidang

skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk

penelitian skripsi yang lebih baik.

4. Ibu Cynthia Prithadevi Juwono, Ir., M.S. sebagai dosen penguji proposal

skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk

penelitian skripsi yang lebih baik.

5. Ibu Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Sc. sebagai dosen penguji sidang

skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk

penelitian skripsi yang lebih baik.

6. Bapak Romy Loice, S.T., M.T. sebagai Koordinator Skripsi yang telah

memberikan arahan dalam penulisan laporan skripsi.

7. Ko Junaidi, S.T. yang telah membantu penulis untuk memahami materi

yang diperlukan dalam melakukan penelitian skripsi.

iv

8. Keluarga penulis yang telah memberi doa, dukungan, semangat,

motivasi, dan kepercayaannya kepada penulis dalam menyusun laporan skripsi.

9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Teknologi Industri, Fakultas

Teknologi Informasi dan Sains, dan Lembaga Pengembangan Humaniora

Universitas Katolik Parahyangan atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis semasa perkuliahannya serta dalam proses menyusun

laporan skripsi.

10. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis semasa perkuliahannya serta dalam proses menyusun laporan skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini tidak terlepas

dari kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan dan saran dari pembaca yang

membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk pengembangannya ke depan.

Penulis juga berharap laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk penelitan selanjutnya.

Bandung, 09 Januari 2020

Penulis

v

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………….. i

ABSTRACT ……………………………………………………………….…... ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………....... v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….....……… I-1

I.1 Latar Belakang Masalah …………………….………………….. I-1

I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..………………… I-3

I.3 Asumsi Penelitian ………………………………..………………. I-6

I.4 Tujuan Penelitian ………………………………….…………….. I-7

I.5 Manfaat Penelitian ………………………………….…………… I-7

I.6 Metodologi Penelitian ………………………………..………….. I-8

I.7 Sistematika Penulisan ………………………………..…………. I-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...……. II-1

II.1 Pengertian Persediaan …………………………………………. II-1

II.2 Komponen Biaya Persediaan ………………………………….. II-2

II.3 Batasan yang Mempengaruhi Sistem Persediaan …………... II-3

II.4 Service Level ……………………………………………………. II-4

II.5 Matriks Hessian …………………………………………………. II-5

II.6 Model Persediaan Terintegrasi ………………………………... II-5

BAB III PENGEMBANGAN MODEL ……………………………………….. III-1

III.1 Sistem Model Persediaan Terintegrasi ….…………………… III-1

III.2 Fungsi Tujuan dan Batasan ……………….…………………... III-2

III.2.1 Fungsi Tujuan ………………………..…………………. III-3

III.2.2 Batasan …………………………………..……………... III-5

III.2.3 Model Persediaan Terintegrasi ……………………….. III-6

III.3 Penurunan Rumus ……………………………………………… III-7

III.4 Matriks Hessian ……………………….………………………… III-9

vi

III.5 Algoritma Penyelesaian ………………….………………….…. III-11

BAB IV PERHITUNGAN MATEMATIS DAN ANALISIS

SENSITIVITAS …………………………………………………….... IV-1

IV.1 Perhitungan Matematis ………………………………………... IV-1

IV.2 Analisis Sensitivitas ……………………………………………. IV-10

BAB V ANALISIS …………………………………………………………….. V-1

V.1 Analisis Terkait Algoritma yang Dikembangkan ……………... V-1

V.2 Analisis Penerapan Model Persediaan di Dalam Dunia

Nyata …………………………………………………………….. V-2

V.3 Pengaruh Batasan Terhadap Total Biaya Keseluruhan …….. V-4

BAB VI KESIMPULAN SARAN …………………………………………….. VI-1

VI.1 Kesimpulan ……………………………………………………... VI-1

VI.2 Saran ……………………………………………………………. VI-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Perkembangan dan Perbandingan Model Persediaan

Terintegrasi ......................................................................

Tabel II.1 Notasi Perumusan ............................................................

Tabel III.1 Notasi Perumusan ............................................................

Tabel IV.1 Data Hipotetik Buyer .........................................................

Tabel IV.2 Data Hipotetik Vendor .......................................................

Tabel IV.3 Perhitungan Nilai Q dan m Optimal ...................................

Tabel IV.4 Pengecekan Batasan Buyer .............................................

Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Nilai λ ...................................................

Tabel IV.6 Pembulatan Nilai Q dan m ................................................

Tabel IV.7 Order Quantity Tiap Buyer ................................................

I-3

II-10

III-3

IV-1

IV-2

IV-2

IV-6

IV-7

IV-9

IV-10

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Metodologi Penelitian ........................................................

Gambar II.1 Hubungan Antara Komponen Biaya Terhadap Nilai Q .......

Gambar II.2 Pola Persediaan Untuk Vendor dan Buyer ........................

Gambar III.1 Sistem Persediaan Terintegrasi Single Vendor Multi Buyer

With Single Item ................................................................

Gambar III.2 Diagram Alir Penyelesaian ................................................

Gambar IV.1 2D Plot NIlai m Terhadap JTEC dengan Mempertahankan

Nilai Q Optimal ..................................................................

Gambar IV.2 2D Plot NIlai Q Terhadap JTEC dengan Mempertahankan

Nilai m Optimal ..................................................................

Gambar IV.3 3D Plot Nilai Q dan m Terhadap JTEC ..............................

Gambar IV.4 3D Plot Nilai Q dan m Terhadap JTEC (Diperbesar) .........

Gambar IV.5 Perubahan Nilai m Terhadap Nilai Q .................................

Gambar IV.6 Perubahan Nilai Q Terhadap Nilai m .................................

Gambar IV.7 Perubahan NIlai Holding Cost Vendor Terhadap Variabel

Keputusan .........................................................................

Gambar IV.8 Perubahan NIlai Set Up Cost Vendor Terhadap Variabel

Keputusan .........................................................................

Gambar IV.9 Pengaruh Tingkat Service Level Terhadap Nilai Q dan m ..

Gambar IV.10 Pengaruh Kapasitas Gudang Terhadap Nilai Q dan m .......

Gambar IV.11 Pengaruh Kapasitas Modal Terhadap Nilai Q dan m ..........

I-8

II-3

II-8

III-1

II-13

IV-4

IV-4

IV-5

IV-5

IV-11

IV-11

IV-12

IV-13

IV-14

IV-15

IV-16

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Penurunan Rumus ................................................................. A

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan

perumusan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

I.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan perusahaan dalam menghemat biaya tanpa menurunkan

kualitas barang maupun jasa yang ditawarkan merupakan salah satu tolak ukur

yang penting. Hal tersebut dikarenakan adanya tingkat persaingan yang tinggi

antar perusahaan, sehingga masing-masing pihak akan berusaha untuk

menawarkan barang maupun jasa yang lebih terjangkau daripada pesaingnya.

Jika pihak perusahaan tidak dapat mempertahankan kualitas barang dan jasanya

dengan cara yang seefisien mungkin, maka perusahaan tersebut akan mengalami

kesulitan untuk bertahan di dalam dunia persaingan yang ketat ini.

Jenis biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dapat beragam,

salah satunya adalah biaya persediaan. Persediaan diperlukan oleh pihak

perusahaan untuk menunjang kegiatan produksi ataupun bisnisnya serta dapat

digunakan untuk mengantisipasi terjadinya variasi/ penyimpangan aktual. Variasi/

penyimpangan dapat terjadi karena adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu

dapat berasal dari bagian internal maupun bagian eksternal pihak perusahaan.

Ketidakpastian yang berasal dari bagian internal perusahaan adalah adanya

tingkat error dalam forecasting, terjadinya kerusakan mesin yang menghambat

tingkat produksi, dan lain-lain. Sedangkan ketidakpastian yang berasal dari bagian

eksternal perusahaan adalah adanya variasi lead time pengiriman material dari

vendor, kenaikan harga material, permintaan dari konsumen, dan lain-lain.

Biaya persediaan meliputi biaya pembelian atau produksi, biaya

pemesanan atau setup cost, biaya penyimpanan, dan biaya kehabisan barang

atau stockout cost (Tersine, 1994). Jika pihak perusahaan menyetok barang baik

itu material, bahan setengah jadi, maupun barang jadi sebanyak mungkin, maka

kemungkinan besar terjadinya stockout pun akan berkurang. Tingkat stockout

BAB I PENDAHULUAN

I-2

yang menurun pada perusahaan menunjukkan bahwa permintaan dari konsumen

dipenuhi dengan baik olehnya, sehingga konsumen menjadi puas dan service level

perusahaan pun akan meningkat. Akan tetapi, di sisi lain dengan menyetok barang

yang berlebihan pada persediaan akan meningkatkan biaya penyimpanan yang

tidak diperlukan. Dalam rangka menghemat biaya persediaan tanpa mengurangi

service level dari perusahaan, maka diperlukan adanya manajemen persediaan

yang baik.

Menurut Hadley dan Whitin (1963), manajemen persediaan menjawab

pertanyaan sederhana seperti kapan barang akan dipesan atau diproduksi dan

jumlah barang yang akan dipesan atau diproduksi. Berbagai model persediaan

sudah dikembangkan oleh para peneliti untuk mendapatkan penghematan biaya

persediaan yang optimal. Bahkan hingga saat ini, terdapat penambahan variabel

keputusan dan batasan di berbagai perkembangan model persediaan untuk

mengadaptasi perubahan akan permintaan konsumen, contohnya seperti service

level, batasan kapasitas gudang, dan modal.

Menurut Tersine (1994), permasalahan persediaan tidak bisa difokuskan

secara individual atau satu pihak saja di dalam rantai pasok. Hal tersebut

dikarenakan sistem persediaan merupakan bagian dari sistem operasi yang besar,

yakni tiap entitas yang berada di dalam satu rantai pasok. Pernyataan tersebut

juga ditegaskan oleh Jha dan Shanker (2012), bahwa strategi individual tidak akan

cocok untuk diterapkan di dalam dunia yang kompetitif ini karena penghematan

biaya persediaan yang didapatkan tidak akan optimal secara komprehensif di

dalam keseluruhan rantai tersebut. Akan tetapi dengan adanya kerja sama antar

pihak di dalam satuan rantai pasok, biaya persediaan yang ditanggung oleh

masing-masing pihak dapat diminimalkan tanpa menurunkan nilai service level

dari pihak tersebut.

Permasalahan dalam mengoptimalkan biaya persediaan di dalam satu

satuan rantai pasok dapat diatasi dengan menggunakan integrated inventory

model. Model tersebut pertama kali dikembangkan oleh Goyal pada tahun 1976.

Hasil penelitian Goyal (1976) menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan

pemesanan yang terkoordinasi dengan baik akan lebih feasible untuk dijalankan

karena tujuan utamanya adalah meminimasi gabungan biaya persediaan dari

semua pihak yang ada di dalam sistem. Dengan demikian hasil keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN

I-3

didapatkan akan memberikan keuntungan yang optimal bagi seluruh pihak yang

ada di sistem tersebut.

I.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan, didapatkan bahwa

model persediaan terintegrasi sudah banyak dikembangkan oleh para peneliti

untuk berbagai kasus. Perbandingan antara berbagai model persediaan

terintegrasi yang dikembangkan oleh para peneliti dapat dilihat pada Tabel I.1

berikut ini.

Tabel I.1. Perkembangan dan Perbandingan Model Persediaan Terintegrasi

No Penelitian

Constraint

Crashing lead time

Buyer Order System

Capital Storage Capacity

Service level

Q- System

T - System

1

Lu (1993) Single Vendor Multi Buyer Multi Item

√ √

2

Huang (2010) Single Vendor Single Buyer Single Item

√ √

3

Jha dan Shanker (2012) Single Vendor Multi Buyer Single Item

√ √ √

4

Liao (2013) Single Vendor Single Buyer Single Item

√ √

5

Ouyang (2015) Single Vendor Single Buyer Single Item

√ √

6

Vijayashree (2017) Single Vendor Single Buyer Single Item

√ √

7

Model yang dikembangkan Single Vendor Multi Buyer Single Item

√ √ √ √

BAB I PENDAHULUAN

I-4

Perkembangan dan perbandingan penelitian terkait model persediaan

dapat dilihat pada Tabel I.1. Ada beberapa faktor yang menjadi pembeda dan

bahan pertimbangan bagi para peneliti dalam mengembangkan modelnya, yaitu

batasan modal, batasan kapasitas gudang, batasan service level, dan sistem

pemesanan buyer.

Vijayashree (2017) mengembangkan model persediaan terintegrasi untuk

kasus single vendor single buyer and single product dengan menjadikan lead time

sebagai variabel keputusan untuk meningkatkan tingkat responsif sistem rantai

pasok dengan penghematan biaya yang seoptimal mungkin.

Jha dan Shanker (2012) mengembangkan model persediaan terintegrasi

untuk kasus single vendor multi buyer with single item. Model yang dikembangkan

merupakan gabungan dari beberapa hasil penelitian yang lain. Model tersebut

menyesuaikan pengiriman dan pemesanan yang didasarkan model kedua Hoque

(2008), yakni penetapan ukuran batch produksi yang sama berdasarkan rata-rata

permintaan buyer. Sistem pengiriman ke tiap buyer dilakukan secepat mungkin

setelah mendapatkan permintaan dari buyer dan pihak vendor sudah

memproduksi jumlah barang yang menghasilkan biaya persediaan gabungan yang

optimal.

Berbeda dengan model persediaan yang dikembangkan oleh Hsu (2009),

Jha dan Shanker tidak memasukkan biaya stock out di dalam total biaya model

persediaan yang dikembangkannya. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan

bahwa biaya stock out itu sulit untuk diestimasikan. Namun Jha dan Shanker

menambahkan batasan service level yang berfungsi untuk membatasi level stock

out, sehingga secara tidak langsung stock out diperhatikan di dalam

perkembangan model persediaannya.

Adapun juga Jha dan Shanker (2012) menambahkan biaya crashing lead

time dalam model biaya persediaannya dengan pertimbangan lead time

merupakan variabel keputusan yang penting dalam membentuk strategi

perusahaan yang lebih adaptif dan responsif terhadap permintaan konsumen.

Lead time tersebut ditentukan oleh pihak buyer berdasarkan hasil perhitungan

yang dapat memberikan penghematan biaya persediaan yang optimal.

Dapat dilihat pada Tabel I.1 bahwa model yang dikembangkan oleh para

peneliti tidak mempertimbangkan batasan service level, batasan modal, dan

kapasitas gudang secara keseluruhan. Padahal keseluruhan dari pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN

I-5

tersebut sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di

dunia nyata. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Tersine (1994) bahwa

batasan modal dan kapasitas gudang merupakan faktor penting yang perlu

diperhatikan ketika melakukan suatu pemesanan ataupun produksi barang. Jika

salah satu pihak saja tidak dapat melakukan pemesanan yang sesuai dengan

jumlah barang yang optimum karena keterbatasan modal ataupun kapasitas

gudang, maka jumlah penghematan optimal yang ditargetkan pun tidak akan

tercapai. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Bendavid (2016), bahwa modal

berperan penting dalam menentukan profit yang akan didapatkan oleh

perusahaan. Adapun juga pertimbangan service level sangat dibutuhkan oleh

pihak perusahaan dalam membatasi tingkat terjadinya stockout.

Untuk itu, melalui penelitian ini akan diusulkan pengembangan model

persediaan terintegrasi dengan mempertimbangkan batasan service level,

batasan modal dan kapasitas gudang sehingga model tersebut dapat

menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia nyata. Pada penelitian ini akan

dikembangkan model persediaan terintegrasi untuk kasus single vendor multi

buyer with single item. Kasus tersebut dapat ditemukan pada sistem rantai pasok

yang terdiri dari satu perusahaan yang berperan sebagai vendor atau produsen

dan beberapa perusahaan yang berperan sebagai buyer, distributor, atau retailer.

Jenis variasi barang yang beredar dalam sistem pasokan tersebut berjumlah satu.

Model persediaan terintegrasi pada kasus single vendor multi buyer with

single item dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di dunia

nyata. Hal tersebut dikarenakan kasus single vendor multi buyer with single item

dapat ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga cukup relevan untuk

dikembangkan. Biasanya terdapat pada perusahaan yang memonopoli terkait

penjualan barang tertentu, seperti perusahaan negara ataupun perusahaan

swasta yang berupa franchise dan lain-lain. Salah satu contohnya adalah produk

gas yang ditawarkan oleh Perusahaan Gas Negara. Produk tersebut akan

diedarkan ke beberapa pihak perusahaan distributor dan retailer, seperti

Indomaret, Alfamart, Yogya, dan lain-lain.

Pada umumnya vendor tidak memiliki permasalahan terkait kapasitas

gudang dan modal di dalam kasus single vendor multi buyer. Hal tersebut

dikarenakan sumber pendapatannya berasal dari banyak buyer. Sumber

pendapatan vendor yang berasal dari banyak buyer dapat menutupi

BAB I PENDAHULUAN

I-6

permasalahannya terkait kapasitas gudang maupun modal sehingga

permasalahan tersebut cenderung tidak akan terjadi. Sehubungan dengan hal itu,

maka dapat diasumsikan vendor tidak memiliki permasalahan terkait kapasitas

gudang dan modal.

Pada peneltian ini akan dimuat contoh penyelesaian kasus single vendor

multi buyer with single item dengan menggunakan model persediaan yang telah

dikembangkan. Data yang digunakan di dalam contoh kasus berupa data hipotetik.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan, maka dapat

dirumuskan menjadi beberapa poin sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana hasil pengembangan model persediaan terintegrasi pada

kasus single vendor multi buyer with single item dengan mempertimbangkan faktor

service level, batasan modal buyer, dan batasan kapasitas gudang buyer ?

2. Bagaimana lot size yang optimal untuk diproduksi oleh vendor dan dibeli

oleh masing-masing buyer ?

3. Bagaimana perubahan dari parameter tertentu terhadap nilai dari variabel

keputusan yang diambil ?

I.3 Asumsi Penelitian

Penentuan asumsi dalam penelitian berfungsi untuk menyederhanakan

permasalahan yang akan diselesaikan. Dengan demikian, permasalahan di dalam

penelitian dapat diselesaikan dengan baik. Berikut merupakan asumsi yang

digunakan dalam penelitian.

1. Permintaan antar buyer bersifat independent atau saling bebas.

2. Buyer “i” memesan sejumlah Qi barang dan vendor memproduksi

sejumlah mQ barang dengan tingkat produksi P di dalam satu kali set up. Barang

akan dikirim dalam jumlah Q sebanyak m kali untuk memenuhi permintaan dari

semua buyer. Untuk itu, jumlah barang yang diterima oleh buyer “i” (Qi) adalah

Di.Q/D.

3. Setiap buyer mengecek ketersediaan barang dengan menggunakan

sistem pemesanan Q atau continuous review. Sehingga ketika jumlah barang yang

tersedia berada di titik reorder point, buyer akan langsung melakukan pemesanan.

4. Apabila terjadi shortage, buyer akan melakukan backorder untuk

memenuhi kekurangan tersebut. Vendor diasumsikan tidak pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN

I-7

kekurangan sehingga mampu menyediakan jumlah barang yang cukup untuk

memenuhi permintaan buyer.

5. Vendor tidak mengalami permasalahan seperti batasan kapasitas gudang

dan modal, sehingga batasan kapasitas gudang dan modal untuk vendor tidak

dimasukkan ke dalam pengembangan model persediaan.

6. Biaya transportasi per unit dari vendor ke buyer adalah konstan dan

independent terhadap jumlah pemesanan. Sehingga biaya transportasi dapat

diabaikan.

7. Sistem terdiri atas satu jenis barang yang dikirim oleh satu vendor untuk

banyak buyer.

8. Lead time pengiriman antar vendor ke buyer adalah konstan.

I.4 Tujuan Penelitian

Berikut merupakan poin-poin penetapan tujuan dari penelitan yang

dilakukan.

1. Dapat mengembangkan model persediaan terintegrasi pada kasus single

vendor multi buyer with single item dengan mempertimbangkan faktor service

level, batasan modal, dan kapasitas gudang

2. Dapat mengembangkan rumus perhitungan lot size produksi oleh vendor

dan lot size pemesanan oleh buyer untuk mendapatkan penghematan biaya

persediaan gabungan yang optimal.

3. Dapat mengetahui pengaruh dari perubahan nilai parameter terhadap

hasil keputusan yang akan diambil untuk meminimasi biaya total keseluruhan.

I.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan dapat memberi manfaat bagi berbagai

pihak, antara lain:

1. Untuk pembaca

Menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian topik serupa. Adapun juga model persediaan yang

dikembangkan dapat dipraktikan oleh pembaca untuk menghemat biaya

persediaan di dalam sistem rantai pasok secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN

I-8

2. Untuk penulis

Dapat dijadikan sebagai wadah bagi penulis untuk menuangkan ide dan

pengetahuannya dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dunia nyata,

terutama di bagian persediaan dalam rantai pasok.

I.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan perancangan eksperimen yang disusun

untuk memperjelas dan mengarahkan alur proses penelitian yang dilakukan.

Berikut ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam metodologi penelitian

yang dapat di Gambar I.1.

Mulai

Studi Pustaka

Identifikasi dan

Perumusan Masalah

Menentukan Tujuan

Penelitian

Penentuan Batasan

Masalah dan Asumsi

Penelitian

A

A

Pengembangan

Model Penelitian

Analisis

Model Penelitian

Kesimpulan

dan

Saran

Selesai

Gambar I.1 : Metodologi Penelitian

1. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan pada tahap pendahuluan dalam penelitian.

Tujuan dari studi pustaka adalah untuk memperoleh pengetahuan dan ide terkait

topik penelitian yang dilakukan yaitu pergabungan dari managemen persediaan

BAB I PENDAHULUAN

I-9

dan rantai pasok. Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca dan memahami

penjelasan materi dari buku dan jurnal penelitian.

2. Identifikasi dan perumusan masalah

Identifikasi masalah akan dilakukan dengan cara membandingkan

penjelasan dan pengembangan model persediaan terintegrasi dari buku dan jurnal

penelitian terhadap keadaan dan permasalahan yang terjadi di dunia nyata. Jika

terdapat perbedaan dari perbandingan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa

materi penjelasan yang terdapat di dalam buku dan jurnal penelitian masih belum

bisa mengakomodasi permasalahan di dunia nyata. Hasil identifikasi

permasalahan akan dirumuskan menjadi beberapa poin untuk dijadikan fokus

utama dalam penelitian.

3. Menentukan tujuan penelitian

Tujuan penelitian ditentukan untuk memberikan arahan terhadap

penelitian yang dilakukan. Isi dari tujuan penelitian merupakan solusi yang

diusulkan untuk menyelesaikan poin-poin permasalahan yang telah dirumuskan

pada tahapan penelitian sebelumnya.

4. Penentuan batasan masalah dan asumsi

Batasan masalah ditentukan agar cakupan dalam penelitian yang

dilakukan dapat spesifik dan jelas. Jika cakupan penelitian semakin spesifik dan

jelas, maka proses penelitian dilakukan pun akan lebih terfokus. Selain itu,

dibutuhkan penentuan asumsi di dalam penelitian untuk menyederhanakan

permasalahan yang akan diselesaikan. Dengan demikian, permasalahan di dalam

penelitian dapat diselesaikan dengan baik.

5. Pengembangan model penelitian

Pengembangan model penelitian dilakukan dengan cara

menggabungkan beberapa model penelitian dari buku dan jurnal. Model penelitian

tersebut dipilih dan digabungkan berdasarkan kelebihan atau keunggulannya

dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di dalam dunia nyata.

6. Analisis model penelitian

Model penelitian yang telah dikembangkan akan dianalisis secara

mendalam berdasarkan keunggulan dan kelemahannya dalam menyelesaikan

permasalahan. Hasil analisis akan memberikan penjelasan terkait kemampuan

dari model yang dikembangkan apakah sudah optimal atau tidak ketika dalam

menyelesaikan permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN

I-10

7. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan penelitian memuat jawaban dan usulan yang diberikan

terhadap poin-poin permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun juga, saran

diberikan kepada pembaca sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian

dengan topik serupa, maupun penerapan model yang telah dikembangkan di

dalam penelitian ini.

I.7 Sistematika Penulisan

Pada sub-bab ini dibahas mengenai sistematika penulisan yang terbagi

menjadi enam bab. Sistematika penulisan ini dibuat dengan tujuan agar

penyusunan laporan ini menjadi lebih terstruktur. Berikut ini adalah deskripsi

singkat dari isi masing-masing bab.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan

perumusan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar untuk

pemecahan masalah, pengolahan data, dan analisis terkait model persediaan

yang dikembangkan.

BAB III PENGEMBANGAN MODEL

Pada bab ini dibahas mengenai alur pengembangan model persediaan

dan tahapan dalam menggunakannya. Selain itu juga, dilakukan pembuktian

dengan menggunakan matriks Hessian untuk memastikan bahwa model yang

dikembangkan dapat memberikan hasil yang optimal.

BAB IV PERHITUNGAN MATEMATIS DAN ANALISIS SENSITIVITAS

Pada bab ini dibahas mengenai bagaimana cara menggunakan model

yang dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan yang berupa data

hipotetik. Selain itu juga dilakukan analisis senstivitas untuk melihat bagaimana

BAB I PENDAHULUAN

I-11

suatu perubahan dari nilai-nilai tertentu dapat mempengaruhi faktor keputusan

yang akan diambil oleh pihak yang bersangkutan.

BAB V ANALISIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dari hasil pengolahan data

yang telah dilakukan di bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan tersebut dapat

dijadikan juga sebagai gambaran bagi pembaca ketika dalam melakukan

penelitian yang serupa, yakni pengembangan model persediaan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan

dari hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Adapun juga masukan atau saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar

dapat dikembangkan menjadi lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan di

dunia nyata.