Model Manajemen Laba Akrual dan Riil Berbasis ...

14
PENDAHULUAN Implementasi International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS) membawa banyak konsekuensi (Immanuela, 2012; Kustina, 2012)). IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian professional yang kuat dengan disclosure yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai Model Manajemen Laba Akrual dan Riil Berbasis Implementasi International Financial Reporting Standards Riwayat Artikel: Diterima 27 Nop 2015 Direvisi 4 Jan 2016 Disetujui 6 Jan 2016 NURMALA AHMAR*; NURAINI ROKHMANIA; AGUS SAMEKTO Program Studi Akuntansi, STIE Perbanas, Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya, 60118, Indonesia. *Corresponding Author, E_mail address: [email protected] ABSTRACT The aim of this study was to investigate the impact of inplementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) on accrual earnings manage- ment and real earnings management. Adoption of accounting standards have an impact on the way of assessment, measurement and presentation. Samples are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Accrual earnings measurement method using five measurement ap- proach, and three approaches to the measurement of real earnings management. The results showed that there were differences in real earnings management approach diskretioner costs and production costs. Three of the five methods used accrual earnings management (Modified Jones, Piecewise Linear and Kothari) proved to be the difference between before than after IFRS. While, Stubben Model not proved in this research. Results of this study are expected to have positive contribution on the development some policies related to the adoption of IFRS and the, particularly related to the accrual earnings management and real earnings management. Keywords: Earning Management; Accrual Model;Real Earning Management; IFRS ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) pada manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Adopsi standar akuntansi berdampak pada cara penilaian, pengukuran dan presentasi. Sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laba akrual metode pengukuran menggunakan lima pendekatan pengukuran, dan tiga pendekatan untuk pengukuran manajemen laba nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam pendekatan manajemen laba riil biaya diskresioner dan biaya produksi. Tiga dari lima metode yang digunakan dalam mengukur manajemen laba akrual (Modified Jones, Piecewise Linear dan Kothari) mampu menemukan bukti terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah IFRS. Sementara, model Stubben tidak menemukan bukti adanya perbedaan dalam hal aktivitas manajemen laba pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi positif pada pengembangan beberapa kebijakan terkait dengan adopsi IFRS dan, khususnya terkait dengan manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Kata Kunci:Manajemen Laba;Model Akrual;Manajemen Laba Riil;IFRS kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Pada 15 November 2008 di Washington DC, para pemimpin negara G 20 membuat kesepakatan untuk melakukan konvergensi ke IFRS. Konvergensi ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan investasi secara global, memperkecil biaya modal serta meningkatkan transparansi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Terdapat dua strategi yang digunakan dalam konvergensi IFRS ini DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

Transcript of Model Manajemen Laba Akrual dan Riil Berbasis ...

PENDAHULUANImplementasi International Accounting Standards,

yang lebih dikenal sebagai International FinancialReporting Standards (IFRS) membawa banyakkonsekuensi (Immanuela, 2012; Kustina, 2012)).IFRS merupakan standar tunggal pelaporanakuntansi berkualitas tinggi dan kerangkaakuntansi berbasiskan prinsip yang meliputipenilaian professional yang kuat dengan disclosureyang jelas dan transparan mengenai substansiekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai

Model Manajemen Laba Akrual dan Riil BerbasisImplementasi International Financial Reporting Standards

Riwayat Artikel: Diterima 27 Nop 2015 Direvisi 4 Jan 2016 Disetujui 6 Jan 2016

NURMALA AHMAR*; NURAINI ROKHMANIA; AGUS SAMEKTOProgram Studi Akuntansi, STIE Perbanas, Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya, 60118, Indonesia.

*Corresponding Author, E_mail address: [email protected]

ABSTRACTThe aim of this study was to investigate the impact of inplementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) on accrual earnings manage-ment and real earnings management. Adoption of accounting standards have an impact on the way of assessment, measurement and presentation.Samples are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Accrual earnings measurement method using five measurement ap-proach, and three approaches to the measurement of real earnings management. The results showed that there were differences in real earningsmanagement approach diskretioner costs and production costs. Three of the five methods used accrual earnings management (Modified Jones,Piecewise Linear and Kothari) proved to be the difference between before than after IFRS. While, Stubben Model not proved in this research. Resultsof this study are expected to have positive contribution on the development some policies related to the adoption of IFRS and the, particularly relatedto the accrual earnings management and real earnings management.Keywords: Earning Management; Accrual Model;Real Earning Management; IFRS

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) pada manajemenlaba akrual dan manajemen laba riil. Adopsi standar akuntansi berdampak pada cara penilaian, pengukuran dan presentasi. Sampel perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laba akrual metode pengukuran menggunakan lima pendekatan pengukuran, dan tiga pendekatanuntuk pengukuran manajemen laba nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam pendekatan manajemen laba riil biayadiskresioner dan biaya produksi. Tiga dari lima metode yang digunakan dalam mengukur manajemen laba akrual (Modified Jones, Piecewise Lineardan Kothari) mampu menemukan bukti terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah IFRS. Sementara, model Stubben tidak menemukan buktiadanya perbedaan dalam hal aktivitas manajemen laba pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi positif padapengembangan beberapa kebijakan terkait dengan adopsi IFRS dan, khususnya terkait dengan manajemen laba akrual dan manajemen laba riil.Kata Kunci:Manajemen Laba;Model Akrual;Manajemen Laba Riil;IFRS

kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkaittransaksi tersebut. Pada 15 November 2008 diWashington DC, para pemimpin negara G 20membuat kesepakatan untuk melakukankonvergensi ke IFRS. Konvergensi ini diharapkandapat meningkatkan kegiatan investasi secaraglobal, memperkecil biaya modal sertameningkatkan transparansi perusahaan dalampenyusunan laporan keuangan. Terdapat duastrategi yang digunakan dalam konvergensi IFRS ini

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI80

yaitu Big bang strategy dan gradual strategy. Big bangstrategy yaitu dengan mengadopsi penuh IFRSsekaligus tanpa tahapan–tahapan tertentusedangkan pada gradual strategy adopsi IFRSdilakukan secara bertahap. Di Indonesia adopsi keIFRS dilakukan dengan tiga tahapan yaitu tahapadopsi (2008 – 2010), tahap persiapan akhir (2011)dan tahap implementasi (2012) (Aprilicia, 2014).Implementasi IFRS di Indonesia dilakukanberdasarkan Keputusan Ketua Badan PengawasPasar Modal Dan Lembaga Keuangan NO: KEP-347/BL/2012 Tentang Penyajian danPengungkapan Laporan Keuangan Emitan AtauPerusahaan Publik. Tentu saja konvergensi ke IFRSini bukanlah hal yang mudah karena akanmemberikan dampak terutama di bisnis danpendidikan. Tetapi konvergensi ke IFRS ini harusdilakukan agar Indonesia dapat masuk keperekonomian global.

Konvergensi ke IFRS secara teori dianggap akandapat mengurangi manajemen laba. Penilaian assetyang dilakukan secara wajar dengan konsep fairvalue dianggap mampu mengurangi manajemenlaba. Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba(earnings management) sebagai tindakan manajemenuntuk memilih kebijakan akuntansi dari suatustandar dengan tujuan untuk memaksimalkankesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan.Manajemen laba terdiri atas manajemen labaakrual dan manajemen laba riil. Manajemen labaakrual dilakukan dengan memanipulasi hal akrualyang tidak berhubungan secara langsung denganarus kas. Akrual sendiri secara teknis adalahperbedaan antara kas operasi dan laba (Islam et.al,2010). Akrual disusun berdasarkan metode danestimasi tertentu. Sebagai contoh dalam penentuannilai beban piutang tak tertagih kita membutuhkandata tentang nilai penjualan atau nilai piutang danprosentase piutang tak tertagih. Kebijakan (discre-tion) manajemen diperlukan untuk menentukan

metode penghapusan piutang yang dipilih danberapa nilai prosentase piutang taktertagihnya.Sebagai contoh dalam penentuan nilaibeban piutang tak tertagih kita membutuhkan datatentang nilai penjualan atau nilai piutang danpersentase piutang tak tertagihnya.

Perhitungan manajemen laba akrual denganmenggunakan diskresioner terdiri dari beberapamodel, model yang pertama adalah model Jones(1991), model ini membagi accruals menjadi discre-tionary accruals dan non discretionary accruals.Dechow et.al (1995) menyempurnakan modelJones dengan memasukkan perubahan dalampenjualan dan perubahan piutang. Perubahan iniuntuk mengurangi kesalahan perhitungan discre-tionary accruals yang berasal dari penjualan /pendapatan. Kothari (2005) menambahkan unsurperhitungan kinerja perusahaan (ROA) dalammodel Modified Jones untuk mendeteksi manajemenlaba . Ball dan Shivakumar (2006) mengembangkanmodel akrual non linear yang disebut denganPiecewise Linear Accruals Models (PWL). Stubben(2010) berpendapat bahwa revenue (pendapatan)adalah komponen terbesar dari keseluruhan earn-ings (penghasilan) sehingga sangat ideal untukmenguji keberadaan manajemen laba . Stubben(2010) menguji pengaruh manipulasi pendapatan(pengakuan pendapa-tan lebih awal) terhadaphubungan antara pendapatan dan piutang.Kelemahan model ini adalah tidak mendeteksiadanya manipulasi biaya.

Motivasi penelitian ini antara lain terkaitinkonsistensi dampak IFRS terhadap manajemenlaba. Rudra dan Bhattacharjee (2012) menelitipengaruh IFRS terhadap manajemen laba di India.Rudra dan Bhattacharjee berpendapat bahwa IFRSlebih baik dari standar akuntansi domestik India,tetapi hasil penelitian justru menunjukkan bahwapenerapan IFRS di India ternyata meningkatkanmanajemen laba . Hal ini mungkin disebabkan

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 81

karena adanya peluang manajer untukmempengaruhi hasil estimasi fair value denganmemilih metode atau alat ukur yang digunakan.Callao et.al (2007) meneliti tentang daya bandingdan relevansi laporan keuangan setelah penerapanIFRS di Spanyol. Callao et.al (2007) berpendapatbahwa penerapan IFRS berpengaruh terhadap nilaiaset lancar karena penggunaan fair value, sedangkanpada aktiva tetap penerapan IFRS tidakmenghasilkan perbedaaan yang signifikan karenabanyak perusahaan tetap memilih acquisitioncostZang (2012) yang mengatakan bahwa penelitianyang hanya berfokus pada manajemen laba akrualsaja tidak akan dapat menjelaskan manajemen labasecara keseluruhan. Untuk meningkatkanreliabilitas hasil penelitian ini maka manajemenlaba akrual tidak hanya diukur dengan satu metodesaja (misal hanya dengan metode modified Jones)tetapi dengan beberapa metode sekaligus yaitumetode modified Jones, Kothari, PWL dan Stubben.Sedangkan manajemen laba riil diukur dengan aruskas operasi/CFO, beban diskresioner dan biayaproduksi. Agar dapat mengamati manajemen labariil secara jelas maka perusahaan manufakturdipilih sebagai populasi dalam penelitian ini.Beberapa penelitian tentang pengaruh IFRSterhadap manajemen laba juga dilakukan diIndonesia. Santy dkk (2012) meneliti tentangpengaruh IFRS terhadap manajemen laba diperbankan. Hasil penelitian Santy dkk (2012)menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkatmanajemen laba yang signifikan antara sebelumdan sesudah penerapan IFRS. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa masih terdapat temuanberbeda terkait dampak manajemen laba. Olehkarenanya penelitian ini melakukan pengujianterkait hal yang sama di Indonesia.

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSANHIPOTESIS

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan dalamhubungan keagenan terdapat kontrak antara agentdan principle. Pendapat yang sama juga dinyatakanoleh Scott (2006). Agent adalah manajemen sebagaipihak yang mengelolah perusahaan sedangkanprinciple adalah pemilik perusahaan. Manajermemperoleh kepercayaan untuk mengelolahperusahaan dengan tujuan untuk mengopti-malkankeuntungan para pemilik, dan untuk hal inimanajer akan memperoleh kompensasi sesuaikontrak. Tentu saja jika kinerja para manajer inidianggap baik, kompensasi yang mereka terimasecara materi atau immateri akan naik. Sebagaipihak yang mengelolah perusahaan, manajermemiliki informasi yang lebih dibandingkandengan pemilik. Inilah asimetri informasi.

Asimetri informasi dapat digunakan olehmanajer untuk melakukan satu tindakan yang akanmembuat penilaian kinerja mereka terlihat baik,meskipun itu dapat menimbulkan kerugian pemilikdi periode mendatang. Jika kedua pihak sama-samaingin meningkatkan utilitas mereka maka menjadihal yang lumrah jika agent tidak selalu bertindakuntuk kepentingan principle. Hal ini sesuai denganEisenhart (1989) yang mengatakan bahwa agencytheory menggu-nakan 3 asumsi sifat manusia, yaitu:mementingkan diri sendiri (self interest), memilikidaya pikir terbatas mengenai persepsi masamendatang (bounded rationality), dan selalumenghindari resiko (risk adverse). Pada kondisi inimemunculkan kemungkinan upaya melaku-kanmajanemen laba.

Healy dan Wahlen (1998) menyatakanmanajemen laba terjadi ketika manajermenggunakan kebijakan dalam pelaporankeuangan dan penataan transaksi untuk mengubahlaporan keuangan sehingga menyesatkan stake-holder tentang performa perusahaan atau untuk

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI82

mempengaruhi kontrak yang didasarkan padaangka dalam laporan keuangan. Manajemen labasecara umum dibagi menjadi 2 kategori yaitumanajemen laba melalui kebijakan akuntansi(akrual) dan manajemen laba melalui aktivitas riil(Sulistiawan 2011:70). Gumanti (2000) menjelaskantransaksi akrual bisa berwujud 1) transaksi yangbersifat nondiscretionaryaccruals, yaitu apabilatransaksi telah dicatat dengan metode tertentumaka manajemen diharapkan konsisten denganmetode tersebut dan 2) transaksi yang bersifatdiscretionary accruals (DA), yaitu metode yangmemberikan kebebasan kepada manajemen untukmenentukan jumlah transaksi akrual secarafleksibel. Ball dan Shivakumar (2006), menyatakanbahwa, akun akrual seringkali dimanfaatkan olehmanajemen untuk melakukan manajemen laba.

Roychowdhury (2006) membuktikan bahwaperusahaan yang melakukan manajemen laba riilberusaha untuk menghindari kerugian denganmenawarkan harga diskon untuk sementara dengantujuan meningkatkan penjualan, melakukanproduksi yang berlebihan untuk menurunkanharga pokok penjualan (COGS), dan mengurangipengeluaran diskresioner untuk meningkatkanmargin. Pengaruh penerapan IFRS di Spanyolkhususnya untuk daya banding dan relevansilaporan keuangan dibuktikan secara empiris olehCallao, et al. (2007). Perusahaan yang terdaftar dibursa efek Spanyol telah diharuskan untukmengaplikasikan IFRS sejak Januari 2005. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa dengan aturanlocal laporan keuangan memiliki daya banding yanglebih rendah, dan implementasi IFRS telahmemperlebar perbedaan antara nilai buku dan nilaiwajar. Rudra dan Bhattacharjee (2012) meyakinibahwa IFRS memiliki kualitas yang lebih tinggi daristandar local dan tetap memilih untukmenggunakan standar local adalah suatu kesalahan.Di beberapa kasus IFRS mampu mengontrol

earnings management, tetapi hasil penelitianmenunjukkan bahwa aplikasi IFRS di India tidakmenurunkan earnings management

Islam, Ali dan Ahmad (2010) menggunakanproxy untuk menentukan tingkat manajemen laba.Akrual diskresioner adalah diperoleh denganmengurangkan akrual non diskresioner dari totalakrual. Akrual non diskresioner diestimasi denganmenggunakan model regresi yang regresi totalakrual pada beberapa variabel penjelas. Namun,kelemahan terhadap total pendekatan akrual adalahbahwa kita tidak dapat membedakan komponendiskresioner dari komponen non-diskresioner. Olehkarena itu perlu dikembangkan untuk akrualdiskresioner terpisah dari total akrual sebelumnyayang dikembangkan Dechow et al. (1995) danterbukti efektif.

Selama bertahun-tahun Model Jonesdimodifikasi dianggap sebagai alat yang palingampuh dalam mendeteksi manajemen laba ini telahdidokumentasikan di banyak negara maju yaitu,Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negaralainnya yaitu, Malaysia, Taiwan, India. Namun,baru-baru ini Yoon dan Miller (2002b) dan Yoon(2006) memberikan bukti empiris bahwa modelJones yang dimodifikasi tidak cocok untukperusahaan-perusahaan Asia. Studi ini menganalisisefektivitas Modified Jones Model dalam mendeteksimanajemen laba antara awal penawaran umumyang terdaftar antara 1985-2005 di Bursa EfekDhaka (DSE). Hasil penelitian ini menegaskanbahwa Modified Jones Model tidak efektif dalammendeteksi manajemen laba dalam konteks modalpasar Bangladesh dan ditemukan bahwa modeltersebut hanya mampu memberikan kekuatanpenjelas dari model sebesar 9%. Oleh karena itudapat disimpulkan bahwa Model Jones yangdimodifikasi tidak efektif dalam mengukur tingkatmanajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan IPO di Pasar modal Bangladesh hal

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 83

yang sama terbukti pada hasil riset empiris di bursaefek Korea. Yoon (2006) mengungkapkan bahwamodel Jones yang dimodifikasi tidak efektif dalammendeteksi manajemen laba dalam konteks Korea.

Nuariyanti dan Erawati (2014) melakukanpenelitian yang bersifat komparatif yangmembandingkan kinerja perusahaan sebagaivariabel dependen dan konversi ke IFRS sebagaivariabel independen. Berdasarkan hasilperhitungan maupun hasil komparasi rasiokeuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelumkonversi IFRS dengan periode setelah konversiIFRS diperoleh simpulan sebagai berikut: Terdapatperbedaan kinerja bank Mandiri yang dinilai dariLoan to Assets ratio, Return on Assets serta Debt toEquity Ratio antara periode sebelum konversi IFRSdengan periode setelah konversi IFRS. Perbedaankinerja antara periode sebelum konversi IFRSdengan periode setelah konversi IFRS disebabkanbeberapa hal antara lain, penerapan prinsippenilaian assets yang menggunakan basis fair valueatau nilai wajar untuk periode setelah konversiIFRS, metode pengakuan biaya research an develop-ment yang tidak lagi dikapitalisasi.

IFRS (INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDSBOARDS)

IFRS adalah standar, interpretasi dan kerangkakerja dalam rangka penyusunan dan penyajianlaporan keuangan berkualitas tinggi, berbasiskanprinsip yang meliputi penilaian yang kuat dengandisclosures yang jelas dan transparan. IFRSdihasilkan oleh IASB (International AccountingStandards Boards). Sebelumnya IFRS lebih dikenaldengan IAS (International Accounting Standards) yangditerbitkan oleh Boards of International AccountingStandards Committee Foundation (IASC). IASBmelanjutkan pengembangan standards akuntansiinternasional dan menyebutnya sebagai IFRS.Indonesia mulai mempersiapakan infrastruktur

yang diperlukan untuk melakukan adopsi IFRSmulai tahun 2008. Tahun 2011 penerapan secaradilakukan untuk beberapa PSAK berbasis IFRS.Tahun 2012 penerapan PSAK berbasis IFRSdilakukan secara bertahap dan dilakukan evaluasidampak penerapan IFRS secara komprehensif.Bukti-bukti empiris terkait dampak penerapan IFRStersebut perlu diinvestigasi untuk perkembangandan penguatan kebijakan penerapan IFRS padatahun-tahun berikutnya.

Hal utama yang membedakan antara IFRSdengan aturan sebelum IFRS (GAAP atau PSAKsebelum konvergensi ke IFRS). Tiga hal tersebutadalah :1) IFRS lebih condong pada penggunaan fair value

(nilai wajar) sedangkan aturan sebelumnya lebihcondong menggunakan historical cost. Menurutlampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LKNOMOR: KEP–347/ BL/2012 nilai wajaradalah nilai dimana suatu aset dipertukarkanatau liabilitas diselesaiakan antar pihak yangmemahami atau berkeinginan untuk melakukantransaksi wajar (arm’s length transactions).Sedangkan historical cost adalah kas / setara kas /imbalan lain yang diserahkan untukmemperoleh suatu aktiva. Dengan penggunaanhistorical cost berarti aktiva yang diperoleh akanselalu dicatat pada harga perolehannya,meskipun mungkin nilainya telah mengalamiperubahan. Hal ini dapat digunakan olehmanajer untuk melakukan manajemen laba.Sebagai contoh jika perusahaan mengalami rugimaka untuk menutup kerugian tersebut manajerakan menjual aktiva tetap yang memiliki fairvalue lebih tinggi dari historical costnya sehinggamuncul keuntungan dari penjualan tersebut.

2) IFRS merupakan standar yang berbasis prinsip(principal based) sedangkan standar sebelumnyaberbasis aturan (rules based). Principal basedberarti pengaturan pada tingkat prinsip akan

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI84

meliputi segala hal dibawahnya. Kelemahanprincipal based adalah diperlukan pemahamandan judgement dalam penerapannya.

3) IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebihrinci dan detail tentang risiko baik kualitatifmaupun kuantitatif daripada standarsebelumnya. Hal mengenai pengungkapan inijuga diatur di bagian C Keputusan KetuaBapepam dan LK NOMOR : KEP–347/BL/2012. Sebagai contoh di pasal 19 terdapatketentuan mengenai pengungkapan yang harusdilakukan oleh perusahaan jika melakukanperubahan estimasi dan kebijakan akuntansi.Dengan pengungkapan yang mendekati fulldisclosure diharapkan informasi yang diperolehpihak pengguna laporan keuangan sama denganinformasi yang digunakan manajemen sehinggatidak terjadi asimetri informasi danmempersempit peluang manajemen laba.

Berdasarkan perkembangan penerapan PSAKIFRS di Indonesia dan beberapa modelpengukuran manajemen laba, riset ini berupayamemberikan bukti empiris dampak implementasiPSAK IFRS pada perilaku manajemen labadipandang dari 8 model pengukuran manajemenlaba. Tiga pengukuran untuk manajemen laba riildan 5 pengukuran untuk manajemen laba akrual.Mengacu pada temuan riset Callao, et al. (2007),Zang (2012), dan Rudra dan Bhattacharjee (2012),hipotesis penelitian adalah perbedaan perilakumanajemen laba ditinjau dari 8 model pengukuranmanajemen laba riil dan akrual

METODE PENELITIANSampel penelitian adalah perusahaan manfaktur

yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposivesampling). Kriteria sampel ketersediaan komponenpengukur pada informasi ynag dipublikasikan dilaporan keuangan tahunan. Pertimbangan cut off

waktu implementasi secara mandatory yaitu tahun2012 dijadikan dasar untuk menentukan masa/waktu observasi untuk menentukan masa sebelumdan sesudah implementasi IFRS. Masa sebelumIFRS ditentukan tahun 2009 sampai dengan 2010.Masa sesudah implementasi adalah tahun 2012sampai dengan tahun 2013. Sementara tahun 2011digunakan sebagai tahun peralihan. Variabeldependen dalam penelitian ini adalah manajemenlaba akrual dengan 5 pendekatan pengukuran danmanajemen laba riil dengan 3 pendekatanpengukuran. Variabel independen masaimplementasi PSAK IFRS. Riset ini mengambildata sebelum implementasi adalah adalah tahunsebelum dan sesudah implementasi IFRS.Adapunkriteria sampel secara lengkap adalah sebagaberikut.a. Data perusahaan sektor industri manufaktur

yang mempunyai data lengkap selama periode2009-2013 karena komponen perhitunganmanajemen laba riil menggunakan pendekatanbiaya produksi membutuhkan t-1, yaitu satutahun sebelum tahun t,

b. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunanyang berakhir pada tanggal 31 Desember selamaperiode pengamatan.

c. Laporan keuangan menggunakan mata uangrupiah.

d. Semua data yang akan digunakan untukmenghitung variabel yang menjadi fokus dalampenelitian ini..

e. Tidak berpindah sektor industri.

Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data sekunder. Data yang diambil dari BursaEfek Indonesia tentang informasi perusahaan-perusahaan publik terdaftar. Data-data tersebutmeliputi komponen manajemen laba riil denganmenggunakan pendekatan biaya produksi dengankomponennya yaitu daya penjelas penjualan (sales),

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 85

perubahan penjualan (Dsales) , perubahanpenjualan pada tahun sebelumnya (Dsalest1)terhadap BPROD. Sumber data yang digunakandalam penelitian ini diperoleh melalui situs yangdimiliki oleh Bursa Efek Indonesia (BEI),diantaranya yaitu www.idx.co.id dan dari IndonesiaCapital Market Directory (ICMD).

MANAJEMEN LABA AKRUALMODEL JONES (1991)

Model Jones mengukur akrual non-diskresionertermasuk di dalamnya variabel plant, property, danequipments untuk mengontrol setiap perubahanakrual non-diskresioner yang berasal daripenyusutan dan adanya perubahan dalam kegiatanbisnis perusahaan. Akrual diskresioner diperolehdengan mengurangkan akrual total terhadap akrualnon-diskresioner.

Dengan meregres komponen-komponen di atasakan diketahui koefisien regresi masing-masingyang akan digunakan untuk menghitung akrualnon-diskresioner, NDAC. Sehingga akrualdiskresioner, DAC, diperoleh dengan rumussebagai berikut:

DACit = TACit –NDACit

MODEL JONES MODIFIKASIAN (1995)Modified Jones model ini dipilih karena banyak

penelitian mengenai manajemen laba di Indonesiayang menggunakan model ini seperti Halim, et al.,(2005), Siregar dan Shiddarta (2005), dan Fanani

(2006). Modified Jones Model (Model JonesModifikasian), memperhitungkan properti, pabrik,dan peralatan dan perubahan pendapatan yangdisesuaikan dengan perubahan piutang. Terdapatdua konsep akrual yaitu: discretionary accruals dannon-discretionary accruals. Discretionary accrualsmerupakan accrual yang ditentukan manajemenkarena manajemen dapat memilih kebijakan dalamhal metode dan estimasi akuntansi. Disinilahkelemahan dari dasar accrual yang menimbulkanpeluang manajer untuk mengimplementasikanstrategi manajemen laba. Discretionary accrualsmerupakan strategi yang lebih sulit dideteksisehingga pendeteksiannya memerlukanpenginvestigasian data dan analisis yang lebih rinci(Achmad, et al., 2007). Non-discretionary accrualsmerupakan accrual yang ditentukan atas kondisiekonomi, merupakan pengakuan laba yang wajar,yang tunduk pada suatu standar atau prinsipakuntansi yang berlaku umum.

a. Performance Matched Discretionary Accruals,Kothari et al. (2005)

Pelopor penelitian akuntansi yang membahasmasalah kinerja keuangan ketika melakukanestimasi keberadaan manajemen laba adalahKothari et al. (2005) yang berpendapat bahwaakrual diskresioner, Model Jones atau Model JonesModifikasian, mengandung kesalahan pengukuran

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI86

pada akrual diskresioner karena model inimengabaikan kinerja perusahaan. Accruals terbagimenjadi dua, yaitu bersifat short term atau long term.Short term accruals terkait dengan cara melakukanmanajemen laba yang berkaitan dengan aktiva danhutang lancar, biasanya waktu yang dilakukanadalah pada kuartal pertama atau satu tahun buku.Sedangkan long - term accruals terkait dengan akunaktiva tetap dan hutang jangka panjang (Kusuma,2006). Manajer dapat mengambil keuntungan dariperbedaan karakteristik tersebut. Manajer akanlebih mudah untuk memanipulasi data akuntansimelalui long - term discretionary accruals, karenatindakan manajer tersebut tidak dapat dideteksiuntuk beberapa periode akuntansi berikutnya(Whelan dan McNamara 2004).

PIECEWISE LINIER ACCRUALS MODELS, BALL DANSHIVAKUMAR (2006)

Model Piecewise Linear adalah salah satu modeluntuk mengukur manajemen laba akrual yangdikemukakan oleh Pope dan Walker (1999). ModelPiecewise Linear dapat memperbaiki informasimanajemen laba akrual yang dihitung denganmodel Jones (1991) dengan memperhitungkanadanya revenue, return, dan memperhi-tungkanpengakuan pendapatan dan kerugian. Sehinggainformasi manajemen laba akrual yang diukurdengan model Piecewise Linear lebih baik karenaasimetri informasi terhadap pengakuan pendapatandan kerugian pada laporan keuangan perusahaandapat dideteksi dengan adanya komponen dividen

pada return. ormula model ini adalah sebagaiberikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Moreira danPope (2007) menunjukkan bahwa model PiecewiseLineardapat mengontrol asimetris keuntungan dankerugian.Ball dan Shivakumar (2006) jugameragukan estimasi Kothari et al. (2005) yangmenyatakan bahwa model akrual cenderung salahspesifikasi untuk perusahaan dengan performaekstrim bisa jadi juga akibat dari pengakuankerugian yang tidak tepat waktu. Untuk itu, Balldan Shivakumar (2006) mengembangkan sebuahmodel yang disebut akrual non-Linier. Model inididasarkan pada model Linier Dechow dan Dichev(2002).

MODEL PENDAPATAN DISKRESIONER STUBBEN(2010)

Stubben (2010) menyajikan model pendapatandiskresioner dengan menguji dan membandingkankemampuan model pendapatan dan akrual untukmengung-kapkan besaran manajemen laba melaluipendapatan dengan data simulasi dan data aktual.Namun, salah satu kelemahan dari model iniadalah tidak bisa mendeteksi manipulasi biaya.Menurut Stubben (2010), pengakuan pendapatanlebih awal (premature revenue recognition) adalahbentuk paling umum dari manajemen pendapatan.Dengan adanya pengakuan pendapatan secaraprematur yang dilakukan oleh perusahaan akanberdampak pada pendapatan itu sendiri danpiutang. Dengan mengakui dan mencatatpendapatan periode yang akan datang atau belumterealisasi mengakibatkan pendapatan periode

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 87

berjalan lebih besar daripada pendapatansesungguhnya. Akibatnya, seolah-olah kinerjaperusahaan lebih baik daripada kinerjasesungguhnya (Sulistyanto, 2008)

Stubben- Revenue Model

Stubben-Conditional Revenue Model

MANAJEMEN LABA RIILManajemen laba riil bisa dilakukan melalui

keputusan operasional seperti didefinisikan olehRoychowdhury (2006) sebagai “penyimpangan daripraktik operasional normal, yang termotivasi olehkeinginan manajer untuk menyesatkan beberapastakeholder yang meyakini bahwa tujuan pelaporankeuangan telah terpenuhi melalui kegiatan usahayang normal.”

Model estimasi pertama Roychowdhury (2006),arus kas diskresioner, didasarkan pada model diDechow et al. (1998). Model ini menunjukkan aruskas operasi sebagai fungsi Linier dari pendapatan(St) dan perubahan pendapatan (DSt). Semua

variabel yang digunakan dalam model skala dengantotal aset tahun lalu (At-1). Arus kas kegiatan operasiberisi rincian-rincian jumlah penerimaan danpengeluaran kas dari kegiatan operasionalperusahaan. Semakin rendah nilai arus kas operasiabnormal maka semakin tinggi laba yangdilaporkan (Armando dan Farahmita, 2012:7).

Arus kas normal dihitung berdasarkan koefisienyang diestimasikan dari model dan nilai residuadalah cerminan akrual diskresioner. Arus kasdiskresioner yang lebih rendah dianggapmenunjukkan tingkat manajemen laba riil yanglebih tinggi. Intersep yang diskala (1/At-1)dimasukkan dalam persamaan untuk menghindarikorelasi semu antara arus kas dari operasi danpenjualan karena adanya variasi variabel, diskaladengan total aset.

Model estimasi kedua yaitu model biayaproduksi diskresioner, biaya produksi (PRODt)dinyatakan sebagai fungsi dari pendapatan (REVt)dan perubahan pendapatan (DREVt). Biayaproduksi didefinisikan sebagai Harga Pokok

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI88

Penjualan (COGSt-) ditambah dengan perubahanpersediaan (DINVt). Sebagaimana arus kas, biayaproduksi normal setiap tahun dihitung berdasarkankoefisien yang diestimasikan dari model dan nilairesidu adalah cerminan akrual diskresioner.

Proksi ketiga untuk manajemen laba riil adalahbeban diskresioner. Beban diskresioner dimodelkansebagai fungsi Linier dari pendapatan tahun lalu (St-

1). Yang dimaksud dengan beban diskresioneradalah jumlah biaya Litbang, biaya pemasaran sertabiaya administrasi dan umum. Nilai residu adalahcerminan akrual diskresioner.

Pada model manajemen laba dengan laba riil,indikasi tidak terjadi manajemen laba jika nilairesidual model yang diuji berada pada kisaran -0.075 sampai dengan 0.075 (Stubben, 2010). Halutama dalam pengukuran adalah melakukanperhitungan nilai manajemen laba untuk setiapmodel yang diteliti berdasarkan formula yang ada.Pengujian hipotesis dilakukan dengan duatahapan. Tahap pertama melakukan uji normalitasdata untuk masing-masing variabel yang diteliti dandibedakan. Uji normalitas data dilakukan denganuji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitasdigunakan untuk menentukan apakah pengujianhipotesis menggunakan uji parametrik atau non-parametrik. Uji parametrik menggunakan paired t-test untuk data berdistribusi normal, dan WilcoxonSign Rank Test untuk data berdistribusi tidak nor-mal.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil perhitungan manajemen raba rill sebelum

dan sesudah menerapkan IFRS disajikan padaTabel 1. Selanjutnya, mengacu pada pengukuranyang dilakukan oleh Roychowdhury (2006) rata-ratanilai kesalahan penganggu masih berada diantararentang 0,075 sampai dengan 0,075. Namun jikadicermati berdasarkan sampel yang ditelitiditemukan fakta menarik, dimana ada indikasiyang mengarah pada kenaikan jumlah sampel yangmelakukan manajemen laba riil, baik denganteknik arus kas operasi, beban produksi, maupunbeban diskretioner. Sebelum implementasi IFRS,jumlah perusahaan yang terdikasi melakukanmanajemen laba riil dengan arus kas sejumlah8.2% dan meningkat setelahnya menjadi 12.9%.Hal yang sama terjadi pada beban diskretioner danbeban produksi (Tabel 2).

TABEL 1 DESKRIPSI MANAJEMEN LABA RIIL

Temuan terkait manajemen laba akrualberdasarkan sampel yang diuji, terbukti ada upayamenaikkan laba setelah implementasi IFRS. Haltersebut terbukti dari nilai akrual diskretionerpositif meningkat dibandingkan sebelumimplementasi IFRS. Pada Tabel 2 Modelpengukuran akrual diskretioner Kothari dan Modi-fied Jones menunjukkan bahwa nilai akrualdiskretionernya mengalami peningkatan. Berbedadengan model akrual yang lain, Model PiecewiseLinear menunjukkan hasil yang berbeda. dalam hal

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 89

nilai akrual diskretionernya. Sementara pada modelpengukuran Stubben, kedua pendekatanmenunjukkan hasil yang konsisten, sampel yangterindikasi melakukan manajemen laba meningkat.Temuan menarik yang terjadi pada modelpengukuran Piecewise Linear (PWL) penting untukdikaji lebih lanjut. Berbeda dengan model akrualdiskretioner yang lain, model ini memasukkankomponen imbal hasil (return) dan deviden. PWLberupaya memberikan pemahaman yang lebihrealistis, return dan deviden dapat digunakan olehmanajemen sebagai media bagi mereka untukmelakukan manajemen laba, dan jika duakomponen tersebut dimasukkan dalam formulasiperhitungan akrual diskretioner, ternyatamemberikan hasil yang berbeda. Hasil ini konsistendengan temuan Callao et al.(2007) bahwaimplemntasi IFRS tidak berdampak pada relevansinilai yang tercermin dari harga saham di bursa efek.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakanuji beda dua sampel berpasangan memberikan hasilsebagaimana terangkum pada Tabel 3. Nilai akrualdiskretioner dari delapan model pengukuran yangdiuji pada penelitian ini 5 model terbuktimenunjukkan ada perbedaan perilaku/nilaimanajemen laba riil dengan menggunakanpendekatan beban diskretioner dan bebanproduksi, sementara manajemen laba riil mwlalui

arus kas tidak terbukti menujukkan perbedaansecara empiris. Hal ini sekaligus menunjukkanbahwa aktivitas yang terlapor pada laporan arus kasyang mencakup penerimaan piutang, membayarutang, membayar biaya operasional perusahaanmerupakan aktivitas-aktivitas yang secara regulasitidak banyak dipengaruhi oleh implementasi IFRSkarena merupakan kewajiban perusahaan dalam halpembayaran yang didasarkan pada tagihanpemasok, dan peneriman uang yang didasarkanpada bukti penjualan (tagihan faktur).

Pengujian pada model pengukuran manajemenlaba akrual memberikan bukti empiris bahwa adaperbedaan dengan pendekatan Modified Jones,Khothari dan Piecewise Linear. Sementarapengukuran akrual melalui hubungan pendapatndan piutang tidak menunjukkan ada perbedaansecara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwaimplementasi IFRS berdampak besar pada poladan perilaku manajemen terkait dengan akun-akunakrual dalam laporan keuangan. Bukti akan haltersebut ditunjukkan dari adanya perbedaan padaseluruh model akrual yang diuji. Sementara,pendekatan akrual yang didalam hanyamengandung unsur piutang dan penjualan, dimanakedua akun tersebut merupkan akun akrual,terbukti tidak berbeda. Hal ini menunjukkanbahwa akun piutang dan penjualan merupakan

TABEL 2 INDIKASI MANAJEMEN LABA

Keterangan: *) dihitung dalam %, atas dasar proporsi jumlah sampel.

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI90

akun-akun yang masih mungkin dimanfaatkan olehmanajemen dalam mengelola penampakan laporankeuangan yang diinginkan.

TABEL 3 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Keterangan: *) sig pada á=0,05 , **) sig pada pada á=0,10

Pengembangan model Stubben denganmemasukkan unsur laba kotor dan umurperusahaan juga terbukti tidak berbeda. Artinya,perilaku mengelola akun-akun laporan keuangantidak dipengaruhi oleh lama tidaknya perusahaanberoperasi. Hal ini dapat dipahami karenapenyusun laporan keuangan adalah individu-individu yang memiliki motif-motif tertentu yangmenurut teori agensi didasari oleh kepentinganmereka. Hasil penelitian ini konsisten denganNuariyanti dan Erawati (2014), Rudra danBhattacharjee (2012). Mengacu pada hasilpengujian manajemen laba akrual dan laba riil.Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Zang(2012) yang memberikan bukti empiris bahwa adakecenderungan manajemen berpindah kemanajemen laba riil setelah perubahan standarakuntansi berbasis IFRS. Temuan yang berbedapada kondisi penerbitan saham musiman (bukansaham perdana) terjadi pada penelitian Armandodan Aria (2012). Hal yang sama juga dibuktikanoleh Sianipar dan Marsono (2013), bahwa tidahditemukan ada perbedaan, Model pengujian ygdinukan pada penelitian Sianipar dan Marsono(2013) adalah laba bersih dikurang total aset sebagai

pengukur kualitas akuntansi. Riset ini berhasilmembuktikan adanya perbedaan pada 3 modelakrual diskretioner yang diuji.

Perbedaan hasil tersebut jika ditelusur dari datadeskriptif memberikan alasan yang cukup rasional.Berdasarkan data deskriptif, kecenderunganmelakukan manajemen laba riil setelahimplementasi IFRS memang mengalamipeningkatan, namun sampel juga berupayamelakukan manajemen laba dengan melalui akrualdiskretioner setelah implementasi IFRS. Hal initerbukti dari deskripsi sampel yang melakukanmanajemen laba dengan cara meningkatkan labasemakin meningkat melalui akun-akun akrual. Halini dapat dijelaskan bahwa standar akuntansikeuangan belum secara wajib memberlakukan fairvalue kepada emiten-emiten di pasar modal,misalnya terkait revaluasi asset. Revaluasi assetboleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan dengancatatan, jika telah melakukan revaluasi asset, makawajib secara konsisten melakukan penilaiankembali asset tetap berdasarkan nilai wajar.

SIMPULANPenelitian ini bertujuan untuk memberikan

bukti empiris perbedaan manajemen laba riil danakrual pre dan post implementasi IFRS di Indone-sia. Sampel adalah perusahaan manufaktur yangterseleksi berdasarkan kriteria. Sejumlah 48 sampaidengan 104 sampel diuji dengan menggunaka 8model pengukuran manajemen laba. Delapanmodel tersebut terdiri dari 3 manajemen labaakrual dengan pendekatan beban produksi, aruskas operasi dan beban diskretsioner dan 5 modelpengukuran dengan pendekatan akrualdiskretioner. Lima model pendekatan akrualdiskretioner tersebut adalah Modified Jones,Kothari Hasil, Piecewise Linear Model, Revenue Modeldan Conditional Revenue Model.

Berdasarkan hasil pengujian, hasil penelitian ini

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 91

terangkum sebagaimana berikut: pertama, uji bedanilai rata-rata manajemen laba riil denganpendekatan model biaya diskretioner dan biayaproduksi menunjukkan adanya perbedaan antarasebelum dibandingkan sesudah implementasiIFRS.Manajemen laba riil denga pendekatan aruskas tidak menujukkan adanya perbedaan. Kedua,uji beda nilai rata-rata manajemen laba akrualdengan pendekatan Modified Jones Model, Khotharidan Piecewise Linear menunjukkan ada perbedaansementara ui beda dengan pendekatan RevenueModel dan Conditional Revenue Model tidak berhasilmemberikan bukti empiris yang berbeda secarasignifikan dalam hal nilai rata-rata manajemenlabanya. Satu kelemahan penelitian ini adalahketerbatasan kurun waktu. Penelitian ini dilakukanpada tahun 2014 dengan publikasi data terakhirtahun 2013. Implementasi IFRS berlaku secarawajib pada tahun 2012, akibatnya perbandinganhanya dapat dilakukan selama satu tahun sebelumdan satu tahun sesudah. Penelitian yang akandatang disarankan untuk melakukanperbandingan dalam kurun waktu yang lebihpanjang, nisalnya 2 sampai dengan 5 tahun. Halini akan bermanfaat untuk menemukan buktiempiris perubahan perilaku dan pola manajemenlaba riil maupun akrual dalam jangka panjang.Penelitian yang akan datang juga dapatmenemukan pembuktian tentang konsistensi akun-akun yang terformula dalam Model Stubbendalam mengukur manajemen laba akrual

DAFTAR PUSTAKAAnkarath, K., Mehta, J., Ghosh, P., dan Alkafaji, A. (2012). Memahami

IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Jakarta: Indeks.Aprilicia, V. (2014). “Road Map International Financial Reporting

Standard (IFRS) dan Implementasinya Di Indonesia”. JIBEKA , 60-64.

Armando, E., dan Aria, F. (2012). “Manajemen Laba Melalui Akrual danAktivitas Riil di Sekitar Penawaran Saham Tambahan DanPengarunya Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas Indonesia”.Seminar Nasional Akuntansi 15, Banjarmasin.

Ball, R., Shivakumar, L. (2006). The Role of Accruals In Asymmetrically

Timely Gain and Loss Recognition. Journal of AccountingResearch, 44(1-2), 207-242

Cahyati. A. D., (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca KonvergensiIFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis Dan Empiris. Jurnal Riset Akuntansidan Keuangan, 2 (1). 1-7.

Callao, S., Jos’e, I., Jos’e, J., dan La’inez, A. (2007). “Adoption Of IFRSIn Spain : Effesct On The Comparability And Relevance OfFinancial Reporting”. Journal of International Accounting, Auditingand Taxation , 16 (2), 148-178.

Eisenhardt, K. M. (1989). “Agency Theory: An Assessment AndReview”. Academy of management review, 14(1) , 57-74.

Gamayuni, R. G., (2009). “Perkembangan Standar AkuntansuKeuangan Indonesia Menuju International Financial ReportingStandars”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol 14 (2).

Ghozali, I., (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMSPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gumanti, T. A. (2004). “Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan , 2(2), 104-115.

Healy, P. M., Wahlen, J.M. (1999). “A Review of The Earnings Manage-ment Literature and Its Implications For Standard Setting”.Accounting Horizon, 13 (4)., 365-383.

Immanuela, I. (2012). “Konsekuensi Adopsi Penuh IFRS TerhadapPelaporan Keuangan di Indonesia”. Widya Warta , 290-295.

Jennifer J. Jones. (1991). “Earnings Management During Import ReliefInvestigations”. Journal Accounting, Vol 29 (2), 193-228.

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). “Theory of the Firm:Managerial Behavior, Agency Cost and OwnershipStructure”.Journal of Financial Economics 3. , p 305-360.

Kothari, S. P., Leone, A. J., dan Wasley, C. E. (2005). “PerformanceMatched Discretionary Accrual Measures.” Journal of AccountingAnd Economics , 39(1), 163-197.

Kustina. K.T., (2012). “Dampak Konvergensi International FinancialReporting Standards (IFRS) Bagi Pelaporan Akuntansi PerusahaanDi Indonesia”. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi, 17 (2).

Lestari, Y. O. (2013). “Konvergensi International Financial ReportingStandard (IFRS) Dan Manajemen Laba”.El-Muhasaba, 1-22.

Moreira, J. A., Pope, P. (2007). “Piecewise Linear Accrual Models : dothey really control for the asymmetric recognition of gains andlosses”?. Universidade De Porto, Faculdade de Economia dePorto.

Nuariyanti, I, K. N., dan Erawati Adi, M. N. (2014). “Analisis KomparatifKinerja Perusahaan Sebelum dan sesudah Konversi ke IFRS.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 6 (2), 274-286.

Purnomo, B. S., (2009). Pengaruh Earning Power Terhadap PraktekManajemen Laba. Jurnal Ekonomi. Vol 14 (1).

Roychowdhury, S. (2006). Earning Management Through Real ActivitiesManipulation. Journal Of Accounting And Economics , 335-370

Rudra, T, Bhattacharjee, C.A.D (2012). “Does IFRs Influence EarningsManagement? Evidence From India.” Journal of ManagementResearch, vol. 4

Sianipar, G.A, Marsono. (2013). Analisis Komparasi Kualitas InformasiAkuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS DiIndonesia. Diponegoro Journal Accounting. Vol 2 (3). 350-360.

Stubben, S.R. (2010). “Discretionary Revenues as a Measure ofEarnings Management”. The Accounting Review, 85 (2)., 695-717

Sulistiawan, D., Januarsi, Y., Liza, A. (2011). Creative AccountingMengungkap Manajemen Laba Dan Skandal Akuntansi. Jakarta:2011.

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI92

Zang, A. Z. (2012). “Evidence on The Trade off between RealManipulation and Accruals – Based Earnings Manage-men”. TheAccounting Review, 87 (2), 675-703.

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92