midwifery Thursday, 21 February 2013
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of midwifery Thursday, 21 February 2013
midwifery Thursday, 21 February 2013Mengidentifikasi Komplikasi Persalinan Dengan Penatalaksanaannya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih
dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(Sarwono, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998).
Dalam persalinan terdapat tahapan –tahapan persalinan
yaitu kala I.II.III.IV.
APN adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal (IBI 2003).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR PERSALINAN
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih
dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(Sarwono, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998)
2.1.2 Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Dalam proses terjadinya persalinan antara lain: Teori
hormonal, Prostaglandin, Struktur Uterus, Sirkulasi uterus,
pengaruh saraf dan nutrisi hal ini yang di duga memberikan
pengaruh partus dimulai:
1. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meningkatakan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dam estrogen
di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone
menurun sehingga timbul his.
2. Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar Oxcytosin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot rahim.
3. Peregangan Otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot
rahim sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4. Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran
penting oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih
lama.
5. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga
aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi
miometrium. Factor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya
jumlah nutrisi, hal ini di kemukakan oleh Hipokrates, bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dilakukan. Factor lain yang di kemukakan adalah tekanan pada
ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang servik, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi
uterus dapat di bangkitkan (his dapat di bangkitkan).
2.1.3 . Tahapan Persalinan (kala I, II, III, IV)
2.1.3.1 Kala I
Pada kala I proses persalinan yang ditandai dengan adanya
kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan
pada servik hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala I
persalinan terdiri dari fase laten yaitu di mulai dari awal
kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, kontraksi mulai
teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak
terlalu mules. dan fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi
diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih
mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap. Fase ini di bagi menjadi
3 fase yaitu fase akselerasi dalam 3- 4 cm yang di capai dalam
2 jam, fase dilatasi maksimal 4-9 cm yang di capai dalam 2
jam, fase deselerasi dari 9 menjadi lengkap selama 2 jam.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan
pembukaan 1 cm perjam sedangkan pada multigravida 8 jam dengan
pembukaan 2 cm perjam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala
I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrubsi
placenta, gawat janin.
2.1.3.2 Kala II
Gejala dan tanda kala II telah tejadi pembukaan lengkap,
tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina,
ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada
rectum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan
springterani membuka, peningkatan pengeluaran lender darah.
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primigravid dan 1 jam pada
multigravida.
Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan
pada rectum ibu merasa ingin buang air besar dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, perineum membuka,perineum meregang. Komplikasi yang
dapat timbul adalah sebgai berikut: eklamsi, kegawatdaruratan
janin.
2.1.3.3 Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda klinis
dari pelepasan plasenta yaitu :
a. Semburan darah
b. Pemanjangan tali pusat
c. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar
(globular)
d. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam
abdomen.
2.1.3.4 Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
perdarahan postpartum.
2.1.4 Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (saepudin, 2007
: 100)
Tujuan dari APN adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal
(IBI 2003).
2.1.5 Tanda-Tanda Persalinan
a. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas
panggul. Gambaran Lightening pada primigravida menunjukkan
hubungan antara ketiga P, yaitu ; power (kekuatan his),
passage (jalan lahir normal), passanger (janinnya dan
plasenta).
b. Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu) :
· Rasa nyeri ringan di bagian bawah
· Datangnya tidak teratur
· Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
2.2 KOMPLIKASI PERSALINAN DAN PENATALAKSANAANYA
A. Kala I dan Kala II
a) Persalinan lama
· Masalah : Fase laten lebih dari 8 jam
Persalinan telah berlangsung selama 12 jam/lebih tanpa
kelahiran bayi. Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada
partograf.
Disebabkan beberapa faktor:
1) kecemasan dan ketakutan
2) pemberian analgetik yang kuat atau pemberian
analgetikyangterlalalu cepat pada persalinan dan pemberian
anastesi sebelum fase aktif.
3) abnormalitas pada tenaga ekspulsi
4) abnormalitas pada panggul
5) kelainan pada letak dan bentuk janin
· Penanganan Umum :
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya). Dan perbaiki
keadaan umum
2) Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan
persalinan normal).
3) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral
maupun parenteral dan upayakan buang air kecil (kateter bila
perlu). tramadol atau®Berikan analgesic petidin 25 mg IM
(maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien
merasakan nyeri.
4) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada
dalam persalinan.
5) Nilai frekuensi dan lamanya His .
· Penanganan Khusus
1) Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan
adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien
boleh rawat jalan.
2) Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
· Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara
retrospektif, jika his berhenti. Pasien disebut belum
inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan
makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten
· Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada
tanda-tanda kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap serviks
· Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau
pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien
belum inpartu.
· Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan
serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
· Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
· Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC.
· Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan,
berbau): Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.
Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan. Ampisilin 2 g
IV setiap 6 jam. Ditambah Gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca
persalinan
Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian antibiotika ditambah
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam
selama 48 jam.
3) Fase Aktif Memanjang
Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban
masih utuh, pecahkan ketuban.
· Nilai His Jika his tidak adekuat (<3>Jika his adekuat
(3 kali dalam 10 menit dan lamanya > 40 detik) pertimbangkan
disproporsi, obstruksi, malposisi/mal presentasi
· Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan
b) Partus Presipitatus
Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin
berlangsung kurang dari 3 jam setelah awal persalinan. Partus
presipitatus sering berkaitan dengan Solusio plasenta (20%)
Aspirasi mekonium, Perdarahan post partu,Pengguna cocain,
Apgar score rendah. Komplikasi maternal Jarang terjadi bila
dilatasi servik dapat berlangsung secara normal. Bila servik
panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan
jalan lahir yang luas, Emboli air ketuban (jarang), Atonia
uteri dengan akibat HPP. terjadi karena Kontraksi uterus yang
terlalu kuat akan menyebabkan asfiksia intrauterine, Trauma
intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
· Penatalaksanaan
Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan
pengawasan yang baik pada kehamilan yang sedang berlangsung.
Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.
c) Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin,
serta kelainan jalan lahir
1) Distosia karena kelainan tenaga/his
His Hipotonic/ Inersia Uteri·
His Hipertonic·
His yang tidak terkordinasi·
2) Distosia karena kelainanletak dan bentuk janin
3) Distosia karena jalan lahir
B. Kala III dan Kala IV
a) Perdarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan
terpotongnya pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas
implantasi plasenta/karena sinus-sinus maternalis ditempat
insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan
itu tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi otot-otot
uterus menekan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka, sehingga
lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari
500cc atau setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah
lahirnya bayi darah yang keluar melebihi 500cc maka dapat
dikategorikan mengalami perdarahan pascapersalinan primer.
Pada pasien yang mengalami perdarahan pada kala III atau
mengalami pengeluaran darah sebanyak >500cc, tanda-tanda yang
dapat dijumpai secara langsung diantaranya perubahan pada
tanda-tanda vital seperti pasien mengeluh lemah, linlung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg,
nadi >100 x/mnt, kadar Hb <8 g%.
Perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama dan
sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post
partum adalah;
· Atonia uteri.
· Perlukaan jalan lahir
· Terlepasnya sebaggian plasenta dari uterus
· Tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya klotiledon
atau plasenta suksenturiata.
Kadang-kadang perdarahan disebabkan kelainan proses
pembekuan darah akibat dari hipofibrinogenemia(solution
plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air
ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum,
terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan
beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu.
Selanjutnya apabila sebagian plasenta sudah lahir, tetapi
sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul
perdarahan dalam masa nifas. Sebab terpenting pada perdarahan
post partum adalah atonia uteri.
1. Atonia uteri
a) Pengertian
* Atonia uteri adalah tidak adanya tegangan/ kekuatan otot
pada daerah uterus/rahim.
(Kamus Kedokteran Dorland).
* Atonia uteri adalah dimana rahim tidak dapat berkontraksi
dengan baik setelah persalinan, terjadi pada sebagian besar
perdarahan pasca persalinan.
(Obstetri edisi ke 2, 1998:254).
* Atonia uteri adalah keadaan dimana uterus tidak berkontraksi
setelah anak lahir.
(Phantom:358).
b) Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi karena:
* Partus lama, karena tak ada pemicu kontraksi/hormon oksitosin
lemah.
* Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti
pada hamil kembar, hidramnion, janin besar.
* Kegagalan kontraksi uterus/ otot rahim.
* Multiparitas.
* Anastesi yang dalam.
* Anestesi lummbal.
* Terjadinya retroplasenta→perdarahan plasenta dalam uterus.
Atonia juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan,dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah
dalam usahamelahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum
terlepas dari uteus.
c) Diagnosis
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul
perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan
sedikit dalm waktu lama, tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat.
d) Gejala:
* Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat.
* Tekanan darah menurun.
* Syok karena perdarahan.
* Kala III : perdarahan dari liang senggama
500cc/lebih.
e) Penanganan Atonia uteri.
Terapi terbaik adalah pencegahan;
* Anemia dalam kehamilan harus diobati, karena perdarahan dalam
batas-batas normal dapat membahayakan penderita yang sudah
menderita anemia.
* Apabila sebelumnya penderita sudah mengalami perdarahan post
partum, persalinan harus berlangsung dirumah sakit.
* Kadar fibrinogen harus diperiksa pada perdarahan banyak,
kematian janin dalam uterus dan solution plasenta.
* Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong kebawah
sebelum plasenta lepas dari dindingnya.
* Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan
post partum. Sepuluh satuan oksitosin diberikan
intramuscular setelah anak lahir untuk mempercepat pelepasan
plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya diberikan 0,2 mg
ergometrin, intramuskulus.
2. Restensio plasenta
a) Pengertian
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah
jam sesudah anak lahir.(Sinopsis Obstertri jilid I : 299).
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir. (Ilmu kebidanan : 656).
b) Patofisiologi.
Retensio plasenta dalam rahim akan mengganggu kontraksi dan
retraksi, menyebabkan sinus-sinus darah tetap terbuka, dan
menimbulkan HPP. Begitu bagian plasenta terlepas dari dinding
uterus, perdarahan terjadi di daerah itu. Bagian plasenta yang
masih melekat merintangi retraksi miometrium dan perdarahan
berlangsung terus sampai sisa organ tersebut terlepas serta
dikeluarkan.
c) Diagnosa.
1) Pada pemeriksaan luar: fundus/korpus ikut tertarik apabila
tali pusat ditarik.
2) Pada pemeriksaan dalam: sulit ditentukan tepi plasenta
karena implantasi yang dalam.
d) Diagnosa banding.
Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat
pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui
laporan spons desidua.
e) Penanganan.
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah
bayi lahir, harus diusahakan untuk mengeluarkannya. Tindakan
yang biasa dilakukan adalah manual plasenta. Dapat dicoba dulu
prast menurut Crede. Tindakan ini sekarang tidak banyak
dianjurkan karena memungkinkan terjaadinya inversio uteri;
tekanan yang keras pada uterus dapat pula menyebabkan
perlukaam pada otot uterus dan rasa nyeri keras dan
kemungkinan syok. Akan tetapi dengan teknik yang sempurna hal
itu dapat dihindarkan. Cara lain untuk pengeluaran plasenta
adalah cara Brandt. Dengan salah satu tangan penolong memegang
tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada
dinding perut diatas simfisis sehingga permukaan palmar jari-
jari tangan terletak dipermukaan depan rahim, kira-kira pada
perbatasan segmen bawah dan badan rahim. Dengan melakukan
tekanan kearah atas belakang, maka badan rahim akan terangkat.
Apabila plasenta telah lepas maka, tali pusat tidak tertarik
keatas. Kemudian tekanan diatas simfisis diarahkan kebawah
belakang, kearah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan
pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta. Yang
selalu tidak dapat dicegah adalah bahwa plasenta tidak dapat
dilahirkan seluruhnya, melainkan sebagian masih ketinggalan
yang harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta
dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik. Dengan
tangan kiri menahan fundus uteri supaya uterus jangan naik
keatas, tangan kanan dimasukkan dalam kavum uteri. Dengan
mengikuti taki pusat, tangan itu sampai pada plasenta dan
mencari pinggir plasenta. Kemudian jari-jari tangan itu
dimasukkan pinggir plasenta dan dinding uterus. Biasanya tanpa
kesulitan plasenta sedikit demi sedikit dapat dilepaskan dari
dinding uterus untuk kemudian dilahirkan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan
plasenta pada plasenta akreta. Plasenta hanya dapat
dikeluarkan sepotong demi sepotong dan bahaya perdarahan serta
pervorasi mengancam. Apabila berhubungan dengan kesulitan-
kesulitan tersebut diatas akhirnya diagnosis plasenta inkreta
dibuat, sebaiknya usaha mengeluarkan plasenta secara bimanual
di hentikan, lalu dilakukan histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi
terhalang untuk dilahirkan karena lingkaran
konstriksi(inkarsearsio plasenta) tangan kiri penolong
dimasukkan kedalam vagina dan kebagian bawah uterus dengan
dibantu oleh anesthesia umum untuk melonggarkan konstriksi.
Dengan tangan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan cunam ovum
melalui lingkaran konstriksi untuk memegang plasenta, dan
perlahan-lahan plasenta sedikit demi sedikit ditarik kebawah
melalui tempat sempit itu.
3. Inversio uteri.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kavum
uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam
kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi
tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar.
Menurut perkembangannya inversion uteri dapat dibagi dalam
beberapa tingkat, yaitu;
* Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri, tetapi belum
keluar dari ruang tersebut.
* Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam
vagina.
* Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, untuk sebagian besar
terletak diluar vagina.
a) Gejala-gejala klinik.
Inversio uteri bisa terjadi spontan/ sebagai akibat
tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan
intra abdominal dengan mendadak karena batuk/ meneran, dapat
menyebabkan masukmya fundus kedalam kavum uteri yang merupakan
permulaan inversion uteri.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri
adalah prasat Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi
baik, dan tarikan pada talil pusat plasenta yang belum lepas
dari dinding uterus. Gejala-gejala inversion uteri pada
permukaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila kelainan
itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa
nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri yang
keras disebabkan kareana fundus uteri menarik adneksa serta
ligamentum infundibulopelvikum dan ligamentum rotundum kanan
dan kirinkedalam terowongan inversion dan dengan demikian
mengadakan tarikan yang kuat pada peritoneum parietal. Kecuali
jika plasenta yang seringkali belum lepas dari uterus masih
melekat seluruhnya pada dinding uterus, terjadi juga
perdarahan.
b) Diagnosis.
Diagnosis tidak sukar dibuat jika dingat kemungkinan
inversion uteri. Pada perdarahan dengan syok, perdarahan dan
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala
III/ setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat
menunjukkan tumor yang lunak diatas servik uteri/ didalam
vagina, sehingga diagnosis inversion uteri dapat dibuat.
Pada mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina
terdapat pula tumor yang serupa, akan tetapi fundus uteri
ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang
konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah
persalinan. Selanjutnya jarang sekali mioma submukosum
ditemukan pada persalinan cukup bulan/ hampir cukup bulan.
c) Prognosis.
Walaupun kadang-kadang inversio uteri bisa terjadi tanpa
banyak gejala dengan penderita tetap dalam keadaan baik, namun
umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan
angka kematian tinggi(15-70%). Reposisi secepat mungkin
memberikan harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
d) Penanganan.
Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan
timbulnya inversion uteri. Tarikan pada tali pusat sebelum
plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan apabila dicoba
melakukan prasat Crede harus diindahkan sebelumnya syarat-
syaratnya.
Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala
syok, gejala-gejala itu perlu diatasi terlebih dahulu dengan
infuse intravena cairan elektrolit dan transfuse darah, akan
tetapi segera setelah itu reposisi harus dilakukan. Makin
kecil jarak waktu antara terjadinya inversion uteri dan
reposisinya, makin mudah tindakan ini dapat dilakukan. Untuk
melakukan reposisi yang perlu diselenggarakan dengan
anesthesia umum, tangan seluruhnya dimasukkan kedalam vagina
sedang jari-jari tangan dimasukkan kedalam kavum uteri melalui
serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan
menekan korpus perlahan-lahan tetapi terus menerus kearah atas
agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversio
ditiadakan. Suntikan intravena 0,2 mg ergometrin kemudian
diberikan dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade
uterovaginal.
Apabila reposisi pervaginam gagal, sebaiknya
dilakukan pembedahan menurut Haultein. Dikerjakan laparotomi,
dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka, sehingga
memungkinkan penyelenggaraan reposisi uterus sedikit demi
sedkit, kemudian luka dibelakang uterus dijahit dan luka
laparotomi ditutup.
Pada inversion uteri menahun, yang ditemukan
beberapa lama setelah persalinan, sebaiknya ditunggu
berakhirnya involusi untuk kemudian dilakukan pembedahan
pervaginam(pembedahan menurut Spinelli).
4. Emboli air ketuban
1. Pengertian.
Emboli air ketuban adalah syok yang berat sewaktu persalinan
selain oleh plasenta previa dapat disebabkan pula oleh emboli
air ketuban.(Obstetri Patologi. 1981:128).
Emboli air ketuban adalah merupakan salah satu penyebab syok
disebabkan karena perdarahan.(Ilmu Kebidanan. 2002:672).
2. Etiologi.
Masuknya air ketuban ke vena endosentrik/sinus yang
terbuka didaerah tempat perlekatan plasenta.
3. Faktor prediposisi.
* Ketuban sudah pecah
* His kuat.
* Pembuluh darah yang terbuka(SC rupture).
* Multiparasit.
* Kematian janin intrauterine(IUFD).
* Mekonium dalam cairan amnion.
* Usia diatas 30 tahun.
* Persallinan pesipitasus(kurang dari 3 jam).
4. Gejala
* Gelisah.
* Mual muntah disertai takikardu dan dispnea.
* Sianosis.
* TD menurun.
* Nadi cepat dan lemah.
* Kesadaran menurun.
* Nistasmus dan kadang timbul kejang tonik klonik.
* Syok.
5. Komplikasi.
* Gangguan pembekuan darah
* Edema paru.
* Kegagalan dan payah jantung kanan.
6. Upaya preventif.
* Perhatikan indikasi induksi persalinan.
* Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak
terlalu besar dan mengurangi masuk kedalam pembuluh darah.
* Saat seksio sesarea, lakukan penghisapan air ketuban perlahan
sehingga dapat mengurangi: Asfiksia intrauterine. Emboli air
ketuban melalui perlukaan lebar insisi operasi.
7. Penanganan.
Tindakan umum.
Segera memasang infuse dua tempat sehingga cairan segera dapat
diberikan untuk mengatasi syok. Berikan O2 dengan tekanan
tinggi ssehingga dapat menambah O2 dalam darah.
* Untuk jantung dapat diberikan: Resusitasi jantung
8. Pengobatan.
* Pemberian transfuse darah segar.
* Fibrinogen.
* Oxygen.
* Heparin/trasylor.
(obstetric patologi:128).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998)
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
2. Rukmono. 2002. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Price,Sylvia. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
MIDWIFERY Friday, February 15, 2013KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANNYA
TEKNOLOGI PENDIDIKANKOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANNYA
DOSEN : HARIYONO, SPd. MM
DISUSUN OLEH :WINDI SUNARTI
PRODI D IV KEBIDANAN PENDIDIK
STIKES KARYA HUSADA PARE-KEDIRI
TAHUN AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas mata kuliah teknologi pendidikan tentang
“Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya”.
Tujuan penyusunan tugas ini terutama untuk evaluasi
mahasiswa DIV Kebidanan Pendidik Karya Husada Pare-Kediri
yang menempuh mata kuliah teknologi pendidikan, namun tidak
menutup kemungkinan kepada pihak-pihak lain yang
berkepentingan dapat juga menggunakannya.
Dalam menyusun tugas ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Tintin Hariyani, SsiT., Mkes, selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Pendidik STIKES Karya Husada Pare-Kediri.
2. Hariyono, SPd. MM, selaku dosen mata kuliah teknologi pendidikan yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3. Orang tua yang memberikan dukungan dan do’a.Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada,
kami menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga tugas ini berguna, khususnya
bagi kami dan mahasiswa lainnya pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------- ii
DAFTAR ISI----------------------------------------- iii
BAB 1 PENDAHULUAN---------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang-------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah------------------------------- 2
1.3 Manfaat--------------------------------------- 2
BAB 2 PEMBAHASAN----------------------------------- 3
2.1 Kehamilan------------------------------------- 3
2.2 Komplikasi Kehamilan-------------------------- 9
2.3 Perdarahan------------------------------------ 10
2.4 Pre-Eklamsia/Eklamsia------------------------- 12
2.5 Kelainan Letak (Letak Lintang dan Letak Sungsang) 13
2.6 Hidramnion------------------------------------ 15
2.7 Ketuban Pecah Dini---------------------------- 16
2.8 Penyakit Jantung------------------------------ 18
2.9 Tuberculosis---------------------------------- 19
2.10 Anemia---------------------------------------- 20
2.11 Malaria--------------------------------------- 21
2.13 Nasihat-nasihat untuk Ibu Hamil--------------- 22
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan------------------------------------ 25
3.2 Saran----------------------------------------- 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGKematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang
ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnyakehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan(Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo(2009 : 53), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 jutaperempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan iniberlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderitakomplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasiyang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidaklangsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibatkomplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segalaintervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasitersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat daripenyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktukehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnyamalaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler(Sarwono, 2009 : 54).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangattinggi jika dibandingkan dengan AKI di berbagai negara dalamkawasan Asia Tenggara. Seperti di banyak negara lainnya,penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan. Perdarahanmerupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi selamakehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yangdisebabkan oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantaratiga penyebab utama kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis.Ironisnya semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagaipenyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat dihindarkanapabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dandikelola secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibulangsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaituperdarahan (25 %, biasanya perdarahan pasca persalinan),sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet(8 %),komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebablain (8 %).
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?1.2.2 Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?1.2.3 Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan?
1.3 Manfaat1.3.1 Untuk menjelaskan tentang kehamilan dan komplikasi
kehamilan.1.3.2 Untuk menjelaskan tentang apa saja yang termasuk dalam
komplikasi kehamilan.1.3.3 Untuk menjelaskan tentang penatalaksanaan komplikasi
kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEHAMILAN2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlumendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggotakeluarga (BKKBN, 2003 : 19).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan seltelur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui seltelur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 :125).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuandari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atauimplantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterinemulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan(Hanafiah, 2008 : 213).
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnyajanin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu )dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh karena dalamtubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembanguntuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuhmengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan dan jaminanuntuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (SarwonoPrawirohardjo, 2000).
2.1.2 Tanda dan Gejala KehamilanTanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008)
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:2.1.2.1 Tanda tidak pasti kehamilan.
1) Amenorea (tidak dapat haid).Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidakdapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haidterakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksirantanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagle :HT – 3 (bulan + 7).
2) Mual dan muntah.Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhirtriwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut“morning sickness”.
3) Mengidam.Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapimenghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4) Pingsan.Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (tidak ada selera makan).Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapisetelah itu nafsu makan timbul lagi.
6) Mamae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen danprogesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
7) Miksi sering.Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemihtertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akanhilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepalajanin.
8) Konstipasi atau obstipasi.Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkanoleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitanuntuk buang air besar.
9) Pigmentasi (perubahan warna kulit).Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarnalebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perutbagian bawah.
10) Epulis.Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Seringterjadi pada triwulan pertama.
11) Varises (pemekaran vena-vena).Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadipenampakan pembuluh darah vena.
12) Penampakan pembuluh.Darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki danbetis, dan payudara.
2.1.2.2 Tanda kemungkinan kehamilan 1) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar danmulai pembesaran perut.
2) Uterus membesar Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi darirahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterusmembesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
3) Tanda Hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uterimengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismuspada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang danlebih lunak.
4) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan olehpengaruh hormon estrogen.
5) Tanda Piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidakrata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusanhingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
6) Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untukuterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesartetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tandaBraxton-Hicks tidak ditemukan.
7) Teraba ballotemen Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalahtanda adanya janin di dalam uterus.
8) Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya humanchorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencingpertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantumenentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
2.1.2.3 Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin (1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.(2) Dicatat dan didengar dengan alat doppler.(3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.(4) Dilihat pada ultrasonografi.3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen
2.1.2.4 Perawatan ibu hamil Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari
diketahui adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampaidengan menjelang persalinan, agar ibu dan janin terjagakeselamatannya dan sehat (Lamadhah, 2008 : 49).
Perawatan ibu hamil berdasarkan BKKBN (2003 : 26),meliputi:
1) Merawat diri selama hamil 2) Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada
malam hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidurdengan posisi miring ke kanan atau ke kiri secara bergantian.
3) Makan makanan yang mengandung gizi seimbang 4) Senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses
persalinan. 5) Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti
biasa namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan danpada bulan-bulan terakhir kehamilan.
6) Ibu hamil hendaknya menggunakan pakaian yang longgar danmemakai kutang/ BH yang sesuai dengan ukuran payudara.
2.1.2.5 Program antenatal care atau pemeriksaan kehamilan1) Pengertian
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebutantenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelummelahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilanmerupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaanterhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan inidiperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembangdengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukupbulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuaidengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwakehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikitempat kali selama kehamilan yaitu : satu kali pada trimesterpertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali padatrimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelahdiketahui terlambat haid (Saifuddin, 2001).
2) Tujuan antenatal
Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atauantenatal care bertujuan untuk :
(1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
(2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
(3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
(4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
(5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
penberian ASI eksklusif.
(6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Langkah-langkah asuhan antenatal care
Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam penilaianuntuk menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitucakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibuhamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT2 dan cakupanpemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).
Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semuainformasi yang diperlukan, maka petugas kesehatan akanmemberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkahsebagai berikut:
(1) Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman. (2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan
teliti apa yang diceritakan oleh ibu. (3) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja. (4) Melakukan pemeriksaan laboratorium. (5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
menilai apakah kehamilannya normal (tekanan darah dibawah140/90 mmHg, edema hanya pada ekstremitas, tinggi fundus dalamcm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan usia
kehamilan, denyut jantung janin 120-160 denyut per menit,gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan).
(6) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahirandan kemungkinan keadaan darurat:
a. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk
mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi
penolong dan tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk
mempersiapkan biaya persalinan.
b. Bekerja sama dengan dengan ibu, keluarganya dan masyarakat
untuk mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk
mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk
mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,
mengadakan persiapan finansial dan mengidentifikasi pembuat
keputusan kedua jika pembuat keputusan pertama tidak ada
ditempat.
(7) Memberikan konseling : gizi yaitu peningkatan konsumsimakanan hingga 300 kalori perhari dan mengkonsumsi makananseimbang, latihan yang tidak berlebihan dan beristirahat jikalelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan caramengatasinya, menasehati agar mencari pertolongan segera bilamengalami tanda-tanda bahaya.
(8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan amandirumah.
(9) Menjaga kebersihan diri. (10) Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20. (11) Memberikan imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya sudah
mendapatkan. (12) Menjadwalkan kunjungan berikutnya. (13) Mendokumentasikan kunjungan tersebut.
2.2 KOMPLIKASI KEHAMILAN2.2.1 Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrikyang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi(Prawirohardjo, 1999).
2.2.2 Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANCsesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasiyang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
2.2.2.1 Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :1) Perdarahan2) Pre-eklampsia/eklampsia3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)4) Hidramnion5) Ketuban Pecah Dini
2.2.2.2 Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :1) Penyakit Jantung2) Tuberculosis3) Anemia4) Malaria
2.2.2.3 Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrikkomplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran)(Dewi, 2009).
2.3 PERDARAHAN2.3.1 Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadisetelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebihberbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu(Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauhdari fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanankesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yangdiperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi(Rochjati, 2003).
Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakandalam dua kelompok utama yaitu perdarahan antepartum danperdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahanpervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yangterjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungandengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta secaraprematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah(Depkes RI, 2000).
2.3.2 Klasifikasi perdarahan2.3.2.1 Plasenta previa
1) Pengertian Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaanjalan lahir.
2) Gejala dan tandaPerdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut, sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpanyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi padapagi hari sewaktu bangun tidur.
3) PenangananMenurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang
lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumahsakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal maupunvaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janinmasih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu,atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka kehamilandapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dandilakukan observasi dengan teliti.
2.3.2.2 Solusio plasenta 1) Pengertian
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal,terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
2) Gejala dan tandaPerdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak
janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba, auskultasijantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapatterjadi gangguan pembekuan darah.
3) PenangananPerdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur dilakukan perawatan inap dan pada plasenta tingkatsedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit(Saifuddin, 2002 : 92).
2.4 PRE-EKLAMSIA/EKLAMSIA2.4.1 Pengertian
Pre eklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkanoleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengantanda-tanda oedem (pembengkakan) terutama tampak pada tungkaidan muka, tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapatzat putih telur pada pemeriksaan urine dari laboratorium.Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkanpada tingkat pre-eklampsia berat (Dewi, 2009).
2.4.2 Klasifikasi
2.4.2.1 Pre eklamsia1) Pengertian
Pre eklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnyahipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilansetelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapatmenyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini padaumumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapatterjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan (Prawirohardjo, 1999).
2) Gejala dan tandaEdema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat,kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai 140/90 mmHg ataulebih, proteinuria sebanyak 0,3 gram/liter dalam air kencing24 jam.
3) Penanganan umumIstirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi
protein, suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi dandirawat di rumah sakit bila ada kecenderungan menjadieklamsia.
2.4.2.2 Eklamsia 1) Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalampersalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnyakejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau komadimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklampsia.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia berat”ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsungmendadak.
2) Gejala dan tandaEklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat
(hipertensi, oedem, dan protein urine) dan kejang atau koma,kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
3) Penanganan Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari
kejang yang dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat.(Prawirohardjo, 2008 : 212).
2.5 KELAINAN LETAK (LETAK LINTANG DAN LETAK SUNGSANG)
2.5.1 Letak Lintang2.5.1.1 Pengertian
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintangdi dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkanbokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong beradasedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahuberada pada pintu atas panggul (Hariadi, 1999).
2.5.1.2 Penyebab Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi
dari berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut adalah :1) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit,
hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor
pelvis.
2) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak
kecil, atau sudah mati.
3) Gemelli (kehamilan ganda).
4) Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.
5) Lumbar skoliosis.
6) Pelvic, kandung kemih, dan rektum yang penuh (Mochtar,
1998).
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialahmultiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek(Hariadi, 1999).
2.5.1.3 Penanganan Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu
dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggudilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dadasampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 mingguposisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versiluar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki,2000).
2.5.2 Letak Sungsang2.5.2.1 Pengertian
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalamrahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala diatas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebihsukar lahir, karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003).
2.5.2.2 Penyebab Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat
berasal dari pihak ibu (keadaan rahim, keadaan plasenta,keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali pusat pendek,hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas)(Dewi, 2009).
2.5.2.3 Penanganan Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu
dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggudilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dadasampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 mingguposisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versiluar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki,2000).
2.6 HIDRAMNION2.6.1 Pengertian
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2liter. Keadaan ini mulai tampak pada trimester III, dapatterjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Padakehamilan normal, jumlah air ketuban ½ sampai 1 liter. Karenarahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya,yang menyebabkan keluhan -keluhan sebagai berikut :
2.6.1.1 Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.2.6.1.2 Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban
?2 liter.2.6.1.3 Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai.2.6.2 Penyebab2.6.2.1 Produksi air ketuban bertambah
Yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion,tetapi air ketuban dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion. Misalnya air kencing anak atau cairanotak pada anenchepalus.
2.6.2.2 Pengeluaran air ketuban tergangguAir ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan olehjanin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta,
akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurangterbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresiaaesophagei, anenchepalus atau tumor-tumor plasenta.
2.6.2.3 Terdapat gangguan/sumbatan pada saluran cerna janinMisalnya bagian kerongkongan yang tidak berlubang atau usus
12 jari yang tersumbat. Sehingga memberikan dampak cairanketuban lebih banyak dari sebenarnya. Dalam keadaan normal,bayi dalam kandungan selain akan meminum juga akan membuangair kecil dan buang air besar.
2.6.2.4 Adanya infeksiInfeksi bisa menyebabkan produksi air ketuban lebih sedikit
atau lebih banyak.2.6.3 Gejala dan tanda2.6.3.1 Sesak nafas.2.6.3.2 Oedem labia, vulva dan dinding perut.2.6.3.3 Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri.
Gejala ini menonjol jika terjadi hidramion akut.2.6.3.4 Sulit melakukan palpasi.2.6.3.5 Bunyi jantung sering tidak terdengar.2.6.3.6 Perut terasa kembung dan lebih kencang.2.6.3.7 Kulit perut tampak mengkilap.2.6.3.8 Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan.2.6.4 Klasifikasi 2.6.4.1 Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban terjadi secaraperlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan dan biasanyaterjadi pada kehamilan lanjut.
2.6.4.2 Hidramnion akutTerjadi pertambahan air ketuban secara tiba-tiba dan secara
dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi padakehamilan bulan ke 5 dan ke 6 (Mochtar, 1998).
2.6.5 Penanganan 2.6.5.1 Jika gejala hidramnion tergolong ringan, anjurkan klien
berpantang garam dan dilakukan observasi dan memonitor jumlahair ketuban.
2.6.5.2 Jika jumlah air ketuban bertambah banyak, maka diberikanobat untuk mengurangi sesak dan sakit. Dan jika diperlukanmaka akan memasukkan jarum ke dalam kantong air ketuban untukmengeluarkan sebagian cairan tersebut.
2.7 KETUBAN PECAH DINI2.7.1 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapattanda persalinan, dan ditunggi 1 jam belum dimulainya tandapersalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksirahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (Manuaba, 1998 :229).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketubansebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelumusia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini padakehamilan prematur (Sarwono, 2008).
2.7.2 Penyebab Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi
multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :2.7.2.1 Serviks inkompeten.2.7.2.2 Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.2.7.2.3 Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak
lintang.2.7.2.4 Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi.2.7.2.5 Kelainan bawaan dari selaput ketuban.2.7.2.6 Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkanketuban pecah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsungsebagai berikut :
2.7.2.1 Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringanikat dan vaskularisasi.
2.7.2.2 Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangatlemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2.7.3 Penanganan Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini
dapat dijabarkan sebagai berikut :2.7.3.1 Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalanperkembangan paru yang sehat.
2.7.3.2 Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yangmenjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinanprematuritas.
2.7.3.3 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinandiharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikankortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
2.7.3.4 Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkanmenunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidakdapat diselamatkan.
2.7.3.5 Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibudan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakanmendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untukmenyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
2.7.3.6 Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untukmengukur distantia biparietal dan perlu melakukan aspirasi airketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
2.7.3.7 Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selangwaktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan(Manuaba, 1998 : 232).
2.8 PENYAKIT JANTUNG2.8.1 Pengertian
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapatmenyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin dengan berat badanlahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim danjuga dapat terjadi abortus.
Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahandenyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantungsehingga terjadi keadaan payah jantung. Puncak-puncak keadaanpayah jantung itu akan dijumpai pada waktu :
2.8.1.1 Puncak hemodilusi darah pada minggu 28 sampai 32.2.8.1.2 Pada saat inpartu.2.8.1.3 Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah
umum dalam jumlah besar untuk membentuk ASI.2.8.1.4 Saat laktasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk
membentuk ASI.2.8.1.5 Terjadinya perdarahan postpartum, sehingga diperlukan
kekuatan ekstra jantung untuk dapat melakukan kompensasi.2.8.1.6 Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja
tambahan jantung (Manuaba, 1998 : 272).2.8.2 Tanda dan gejala
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesaknapas, jantung berdebar, dada terasa berat (kadang-kadangnyeri), nadi cepat, kaki bengkak.
Keluhan-keluhan tersebut timbul di waktu kerja berat.Sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerjaringan atau sedang beristirahat/berbaring. Pada saatkehamilan, penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat(Dewi, 2009).
2.8.3 Penanganan
Bila bidan mencurigai terjadi penyakit jantung dalamkehamilan sebaiknya melakukan rujukan atau konsultasi kepadadokter. Pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantungsebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalumemberikan gangguan terhadap kerja jantung (Manuaba, 1998 :273).
2.9 TUBERCULOSIS2.9.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan olehinfeksi mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kumantuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkanperubahan pada sistem pernafasan (Mansjoer, 2001 : 287).
2.9.2 Gejala dan tandaKeluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain
batuk lama tak sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan lemahdan semakin kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak berpengaruhsecara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularanselama kehamilannya. Janin baru akan tertular setelahdilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah berat dapat menurunkankondisi tubuh ibu hamil, tenaga dan termasuk ASI ikutberkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi ASIkepada bayinya secara langsung (Dewi, 2009).
2.9.3 Penanganan Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah,
sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanyauntuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makananyang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur(Mansjoer, 2001 : 287).
2.10 ANEMIA2.10.1 Pengertian
Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggukesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003 : 24).Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr %pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada trimester 2. Anemiadapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin,seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin,cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008 : 281).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12sampai 15 gr %. Angka tersebut juga berlaku untuk wanitahamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil.Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi
pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal, yaitudilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali padapemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagipada triwulan terakhir.
2.10.2 Gejala dan tandaGejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa
lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalambatas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinikdapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan,2008/2009).
Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah lemas badan, lesu,lekas lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruhanemia terhadap kehamilan antara lain dapat menurunkan dayatahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit, menghambatpertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badanrendah dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
2.10.3 Penanganan umumKekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi,pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60mg/hari sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, :187).
2.11 MALARIA2.11.1 Pengertian
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman(plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkankeguguran.
2.11.2 Gejala dan tandaKeluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain panas
tinggi, menggigil sampai keluar keringat (demam), sakitkepala, muntah-muntah, hipogilkemia, edema paru akut.
Bila penyebab malaria ini disertai dengan panas yang tinggidan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.Bahaya yang mungkin terjadi antara lain abortus/keguguran,kematian janin dalam kandungan, dan persalinan prematur (Dewi,2009).
2.11.3 Penanganan Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan
dosis 300 mg/minggu.2.12 DIABETES MELLITUS2.12.1 Pengertian
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidakmenghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya,tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal.Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yangberfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untukdipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
2.12.2 Gejala dan tandaDugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :
1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besardengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 000 gram.
2) Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilanminggu-minggu terakhir.
3) Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium),yang disebut glikosuria.
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayimengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati,dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas,hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakitkuning.
Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan tergantungpada berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya.Pengobatan diabetes mellitus menjadi lebih sulit karenapengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat diabetesmellitus dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasiseperti koma (Dewi, 2009).
2.12.3 Penanganan Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil
harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, sertamenjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderitapenyakit ini (Prawirohardjo, 2008 : 290).
2.13 Nasihat- nasihat untuk Ibu Hamil 2.13.1 Diet dan Pengawasan Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapatperhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori,protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatanibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,perdarahan pasca persalinan dan sebagainya. Sedangkan makananberlebihan karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin),dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi,janin besar dan sebagainya (Mochtar, 19998). Anjurkan wanitatersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlumahal, akan tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun
nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan gizi selamakehamilan meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untukpertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah, mammae yangmembesar, dan metabolisme basal yang meningkat. Sebagaipengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai kenaikanberat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanitahamil rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro, 2002).
2.13.2 Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saathamil maupun tidak hamil dan baik merokok secara pasif maupunaktif. Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalubanyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudahmengalami abortus dan partus prematurus. Maka dari itu,sebaiknya wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).
2.13.3 Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutamapada triwulan I dan II kehamilan. Ada obat yang teratogeniksehingga dapat menimbulkan kelainan teratogenik pada janin,misalnya thalidomide, yang sekarang telah ditarik dariperedaran (Wiknjosastro, 2002).
2.13.4 Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandidiperlukan untuk kebersihan/ hygiene terutama perawatan kulit,karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkanmenggunakan sabun yang lembut/ ringan. Mandi berendam tidakdianjurkan (Mochtar, 1998). Baju hendaknya yang longgar danmudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yangtinggi sebaiknya jangan dipakai, oleh karena tempat titikberat wanita hamil berubah, sehingga mudah tergelincir ataujatuh (Wiknjosastro, 2002).
2.13.5 Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yangsekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu.Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinanabortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkanpada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Padaakhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam ronggapanggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkanperasaan sakit dan perdarahan (Wiknjosastro, 2002).
2.13.6 Perawatan Gigi
Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek danmuntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatangigi tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies,gingivitis, dan sebagainya. Bila kerusakan gigi ini tidakdiperhatikan dengan baik, hal itu dapat mengakibatkankomplikasi, seperti nefritis, septicemia sepsis peurperalis,oleh karena infeksi di rongga mulut, misalnya pulpitis yangtelah menahun, dapat menjadi sarang infeksi yang dapatmenyebar kemana-mana. Maka dari itu bila keadaan mengijinkan,tiap wanita hamil harus memeriksakan giginya secara teratursewaktu hamil (Wiknjosastro, 2002).
2.13.7 Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dandi dalam negeri dibolehkan mengambil vaksinasi ulanganterhadap cacar, kolera, dan tifus. Dahulu di Indonesiapencacaran merupakan suatu keharusan, maka untuk wanita hamilpencacaran merupakan pencacaran ulang dan tidak membahayakan.Tapi bila ada wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertamakali tetap dilakukan untuk melindungi ibu dan janin. Virusvaksin dapat melintasi plasenta dan dapat menimbulkankerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta.Biasanya infeksi transplasenta hanya terjadi pada wanita hamilyang baru pertama sekali dicacar. Maka dari itu, dianjurkanagar pencacaran pertama sebaiknya dilakukan sebelum tuakehamilan melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin yang akandilahirkan terhadap tetanus neonatonum dewasa ini dianjurkanuntuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro,2002).
2.13.8 Perawatan Payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadimakanan utama bagi bayi, karena itu, jauh sebelumnya harussudah dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai besarpayudara, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah,bukan menekan dari depan. Dua bulan sekali dilakukan massage,kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untukmencegah putting susu kering dan mudah pecah, maka puttingsusu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan dibersihkanmenggunakan air sabun dan biocream atau alcohol. Bila putingsusu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar (Mochtar, 1998).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel
telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel
telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 :
125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik
yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi
(Prawirohardjo, 1999).
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki
tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster-poster dan
leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil
yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan
kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain
itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan
dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas
kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi
kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang
tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
3.2 SARAN
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa namun manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito. Medika FK UGM : Yogyakarta
Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu. PenerbitMedia Aesculapius FKUI : Jakarta
Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC : Jakarta
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu. Penerbit bukukedokteran EGC : Jakarta
s
Lailatul Fitri's Site I'am Proud that I will be MIDWIFE *Maaf bila ada kesalahan, lagi belajar :D
Saturday, April 5, 2014Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan
biaya. Rosemary E. Cross mengatakan bahwa secara umum
pemikiran tentang kualitas sering dihubungkan dengan
kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari
rasa sakitdan ketidaknyamanan, usia harapan hidup yang
panjang, rasa hormat, kebaikan.
Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Untuk menurunkan angka kematian ibu(AKI) perlu peningkatan
standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak
penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan , dalam hal ini
adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan
peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang
mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan
peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fokus pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI masih terus
menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah karena
salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Maka dari itu seorang bidan harus bisa melakukan standart
pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
menurunkan AKI dan AKB. Dalam makalah ini kami akan membahas
tentang standar pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian standar pelayanan kebidanan?
2. Apa saja standar pelayanan kebidanan?
3. Apa saja yang termasuk dalam standar pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian standar pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui apa saja standar dalam pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui standar pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang
penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan
kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam
sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan
ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53). Standar pelayanan kebidanan
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
a. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
b. Melindungi masyarakat
c. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas
pelayanan
d. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam
menjalankan praktek sehari-hari.
e. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana
pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)
2.2 Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar,
meliputi :
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Standar 5 : Palpasi dan Abdominal
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar 8 : Persiapan Persalinan
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui
Episiotomi.
4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Standar 14 :Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah
Persalinan
Standar 15 :Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
2.3 Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri dan
Neonatal1. Standar 16: Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
Trimester III
A. Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan secara cepat dan tepat
perdarahan dalam trimester III kehamilan.Bidan mengenali
secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
B. Pernyataan Standar
Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan
segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
C. Hasil
a) Kematian ibu atau janin akibat perdarahan dalam kehamilan
dan perdarahan antepartum berkurang.
b) Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada
keadaan gawat darurat.
D. Prasyarat
a) Bidan memberikan perawatan antenatal rutin pada ibu hamil.
b) Ibu hamil mencari perawat kebidanan jika komplikasi
kehamilan terjadi.
c) Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
Mengetahui penyebab, mengenai tanda – tanda dan penanganan
perdarahan pada trimester III kehamilan.
Pertolongan pertama pada kegawatdarurat, termasuk pemberian
cairan IV.
Mengeahui tanda – tanda dan penangan syok.
d) Tersedianya alat perlengkapan yang penting misalnya sabun,
air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan
tangan, alat suntik steril sekali pakai, jarum IV steril 16
dan 18 G, Ringer Laktat atau NaCl 0,9 %, set infus , 3 pasang
sarung tangan bersih.
e) Penggunaan KMS Ibu Hamil / Kartu Ibu , Buku KIA.
f) Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan
dengan baik untuk ibu yang mengalami perdarahan selama
kehamilan
2. Standar 17: Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia
A. Tujuan
Mengenali secara dini tanda – tanda dan gejala – gejala
preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan
memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam
penanganan kegawadaruratan bila eklamsia terjadi.
B. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala
preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan akan
mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu
dan / atau melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang
tepat.
C. Hasil
a) Penurunan kejadian eklamsia.
b) Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
c) Ibu dengan tanda – tanda preeklamsia ringan akan mendapatkan
perawatan yang tepat waktu dan memadai serta pemantauan.
d) Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.
D. Prasyarat
a) Kebijakan dan protokol nasional / setempat yang mendukung
bidan memberikan pengobatan awal untuk penatalaksanaan
kegawatdaruratan preeklamsia berat dan eklamsia.
b) Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
termasuk pemantauan rutin tekanan darah.
c) Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan
selama periode postpartum terhadap tanda dan gejala
preeklamsia termasuk pengukuran tekanan darah.
d) Bidan terlatih dan terampil untuk :
Mengenal tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia
berat dan eklamsia.
Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia.
e) Tersedia perlengkapan penting untuk memantau tekanan darah
dan memberikan cairan IV . Jika mungkin perlengkapan untuk
memantau protein dalam air seni.
f) Tersedia obat anti hipertensi yang dibutuhkan untuk
kegawatdaruratan misalnya Magnesium Sulfat, Kalsium glukonas.
g) Adanya sarana pencatatan : KMS Ibu hamil / Kartu Ibu, Buku
KIA dan Partograf.
3. Standar 18: Penanganan Kegawatdaruratan pada Partus Lama /
Macet
A. Tujuan
Mengetahui dengan segara dan penanganan yang tepat keadaan
darurat pada partus lama/ macet.
B. Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala
preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan akan
mengambil tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu
dan atau melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang tepat.
C. Hasil
a) Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta
tindakan yang tepat.
b) Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua
ibu dalam proses persalinan.
c) Penurunan kematian / kesakitan ibu / bayi akibat partus
lama.
d) Ibu mendapat perawatan kegawatdaruratan obstetri yang cepat
dan tepat.
D. Prasyarat
a) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas / ketuban pecah.
b) Bidan sudah dilatih dengan tepat dan trampil untuk :
Menggunakan patograf dan catatan persalinan.
Melakukan periksa dengan secara baik.
Mengenali hal – hal yang menyebabkan partus lama / macet.
Mengidentifikasi presentasi abdominal (selain verteks /
presentasi belakang kepala) dan kehamilan.
Penatalaksanaan penting yang tepat untuk partus lama dan
partus macet.
c) Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk
beberapa pasang sarung tangan dan kateter DT / steril.
d) Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, seperti air bersih yang mengalir, sabun dan
handuk bersih, dua handuk / kain hangat yang bersih (satu
untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian),
pembalut wanita dan tempat untuk plasenta.
e) Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, Buku KIA, Patograf
digunakan dengan tepat untuk setiap ibu dalam proses
persalinan.
4. Standar 19: Persalinan dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor
A. Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor.
B. Pernyataan Standar
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
C. Hasil
a) Penurunan kesakitan / kematian ibu/ bayi akibat persalinan
lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetri yang cepat
dan tepat.
b) Extraksi vakum dapat dilakukan dengan aman.
D. Prasyarat
a) Bidan berlatih dan terampil dalam pertolongan persalinan
dengan menggunakan ekstraksi vakum.
b) Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk
beberapa sarung tangan DTT / steril.
c) Tersedianya alat / perlengkapan yang diperlukan, seperti
sabun, air bersih, handuk bersih.
d) Vakum ekstraktor dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan
baik, mangkuk dan tabung yang akan masuk ke dalam vagina harus
steril.
e) Peralatan resusitasi bayi baru lahir harus tersedia dan
dalam keadaan baik.
f) Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan catatan
persalinan / kartu ibu.
g) Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan
dilakukan ( Informed Consent atau persetujuan tindakan
medik ).
5. Standar 20: Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta
A. Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi
retencio plasenta
total / parsial.
B. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan
pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
C. Hasil
a) Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio
plasenta.
b) Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat.
c) Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.
D. Prasyarat
a) Bidan telah terlatih dan terlampil dalam :
Fisiologi dan manajemen aktif kala III
Pengendalian dan penangan perdarahan, termasuk pemberian
oksitoksika, cairan IV dan plasenta manual.
b) Tersedianya pralatan dan perlengkapan penting.
c) Tersedia obat – obat antibiotik dan oksitoksika.
d) Adanya partograf dan catatan persalianan atau kartu ibu.
e) Ibu, suami dan keluarga diberitahu tindakan yang akan
dilakukan.
f) Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan
dengan baik, untuk ibu yang mengalami perdarahan paska
persalinan sekunder.
6. Standar 21: Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
A. Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan
yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post partum
primer/atonia uteri.
B. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan
segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk
mengendalikan perdarahan.
C. Hasil
a) Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post
partum primer.
b) Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan.
c) Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan post
partum primer ke tempat rujukan yang memadai (rumah sakit atau
puskesmas).
D. Prasyarat
a) Bidan terlatih dan terampil dalam menangani perdarahan post
partun termaksud
b) Tersedia peralatan / perlengkapan penting yang diperlukan
dalam kondisi DTT / steril.
c) Tersedia obat antibiotika dan oksitosika serta tempat
penyimpanan yang memadai.
d) Tersedia sarana pencatatan: Kartu Ibu , partograf.
e) Tersedia tansportasi untuk merujuk ibu direncanakan.
f) Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan
kegawatdaruratan obstetri dan fasilitas bank darah berfungsi
dengan baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan post
partum.
7. Standar 22: Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
A. Tujuan
Mengenali gejala dan tanda – tanda perdarahan postpartum
sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa ibu.
B. Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta
gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan / atau
merujuknya.
C. Hasil
a) Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum
sekunder menurun.
b) Ibu yang mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum
sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai.
D. Prasyarat
a) Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan
nifas, termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi
perdarahan postpartum sekunder.
b) Tersedia alat / perlengkapan penting yang diperlukan
seperti sabun bersih, air bersihyang mengalir, handuk bersih
untuk mengeringkan tangan alat suntik steril sekali pakai, set
infus dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang
sarung tangan DTT / steril.
c) Obat – obatan yang penting dan tersedia : oksitoksika
(oksitoksin, metergine), cairan IV ( Ringer Laktat ) dan
antibiotika. Tempat penyimpanan yang mrsedia.
d) Adanya pencatatan pelayanan nifas / Kartu ibu.
e) Sistem rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi
dengan baik untuk ibu degan perdarahan postpartum.
8. Standar 23: Penanganan Sepsis Puerpuralis
A. Tujuan
Mengenali tanda – tanda sepsis puerpularis dan mengambil
tindakan yang tepat
B. Pernyataan Standar
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerpularis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya.
C. Hasil
a) Bidan dengan sepsis puerpuralis mendapat penanganan yang
memadai dan tepat waktu. Penurunan kematian dan kesakitan
akibat sepsis puerpuralis.
b) Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.
D. Prasyarat
a) Bidan berlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan
nifas, termasuk penyebab, pencegahhan, pengenalan dan
penanganan dengan tepat sepsis puerpuralis.
b) Tersedia peralatan / perlengkapan penting : sabun, air
bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan,
alat suntik sekali pakai, set infus steril dengan jarum
berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan bersih DTT / steril.
c) Tersedia obat – oabatan penting : cairan infus ( Ringer
Laktat ), dan antibiotika. Juga tersedianya tempat penyimpanan
untuk obat – obatan yang memadai.
d) Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas / Kartu Ibu.
9. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonatorum
A. Tujuan
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum.
B. Pernyataan Standar
Bidan mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan afiksia,
serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi
baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan merujuk
bayi baru lahir dengan tepat, dan memberikan perawatan
lanjutan yang tepat.
C. Hasil
a) Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum.
Penurunan kesakitan akibat asfiksia neonatorum.
b) Meningkatnya pemanfaatan bidan.
D. Prasyarat
a) Bidan terlatih dan terampil untuk :
Memulai pernafasan pada bayi baru lahir.
Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi.
Menggunakan skor APGAR.
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
b) Tersedianya ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk
persalinan.
c) Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang
bersih dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih,
sabun dan handuk bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk /
kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan bayi, yang
lain untuk menyelimuti bayi ), sarung tangan bersih dan DTT,
termometer bersih / DTT dan jam.
d) Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk
ambubag bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT
( ukuran 0 - 1 ), bola karet penghisap atau penghisap DeLee
steril / DTT.
e) Kartu ibu, kartu bayi dan patograf.
f) Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru
lahir yang efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanStandar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9
standar)
1. Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
Trimester III
2. Standar 17 : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
3. Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
4. Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
5. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
9. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum
3.2 SaranSemoga makalah tentang standar pelayanan kegawatdaruratan
obstetric dan nepnatal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Sehingga dapat melengkapi pengetahuan pembaca tentang standar
pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://lung-zone.blogspot.com/2013/09/makalah-standar-
pelayanan-kebidanan.html
http://luriaingrassia.blogspot.com/2012/02/standar-penanganan-
kegawatdaruratan.html
http://www.sumbarsehat.com/2012/07/standar-pelayanan-
kebidanan-dasar.html
http://dewidizcky.blogspot.com/2013/10/standar-pelayanan-
kebidanan.html