menentukan arah kiblat dengan aturan cosinus pada segitiga bola
Transcript of menentukan arah kiblat dengan aturan cosinus pada segitiga bola
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan tentang arah kiblat yang benar sangat
penting bagi ummat Islam. Kiblat berasal dari bahasa
arab “Qiblata” yang artinya adalah arah yang merujuk ke
suatu tempat dimana bangunan Ka’bah di Masjidil
Haram, Makkah, Arab Saudi berada. Sedangkan maksud
kata arah di sini ialah jarak terdekat menghadap ke
suatu tempat. Menghadap arah kiblat merupakan suatu
masalah yang penting dalam syari’at islam. Menurut
hukum syari’at, menghadap ke arah kiblat diartikan
sebagai seluruh tubuh atau badan seseorang menghadap
ke arah Ka’bah yang terletak di Makkah yang merupakan
pusat tumpuan umat islam bagi menyempurnakan ibadah-
ibadah tertentu. Ketika ummat Islam melaksanakan
ibadah shalat, terdapat sebuah kewajiban untuk
menghadap kiblat. Allah SWT berfirman :
“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan shalat)
hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah). Sesungguhnya
perintah berkiblat ke Ka’bah itu benar dari Allah (Tuhanmu) dan
ingatlah bahwa Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu
lakukan.” (Q.S Al Baqarah : 149).
Pentingnya mengukur arah kiblat ini sangat
berpengaruh terhadap sahnya ibadah shalat kita dan
1
ketika menentukan lokasi pembangunan Masjid atau
Mushala. Walaupun saat ini sudah ada kompas kiblat
dan sudah beredarnya perhitungan yang di terbitkan
oleh Departemen Agama untuk beberapa lokasi, alangkah
baiknya kita mengetahui cara dan bagaimana menentukan
arah kiblat yang sebenarnya. Cara yang akan
dikenalkan dalam makalah ini adalah dengan
memanfaatkan ilmu matematika yakni menggunakan rumus
cosines segitiga bola (spherical trigonometric).
Karena bumi kita ini berbentuk bola maka rumus ini
dianggap sangat representative untuk menjawab
permasalahan dalam menentukan arah kiblat. Dengan
menggunakan cara ini kita dapat memahami bahwa
matematika bukan hanya sekedar ilmu abstrak. Selama
ini banyak yang beranggapan bahwa matematika hanyalah
ilmu yang abstrak, bersifat teoritis, dan hanya
berbicara tentang rumus-rumus saja. Padahal
matematika merupakan suatu ilmu yang sangat dekat
dengan realita kehidupan. Artinya, banyak sekali
penerapan konsep matematika dalam kehidupan sehari-
hari. Contohnya saja matematika bisa digunakan untuk
menentukan Arah kiblat dari suatu lokasi tertentu.
B. Pembatasan Masalah
Dalam menentukan arah kiblat ada beberapa cara
yang dapat digunakan. Namun dalam makalah ini penulis
2
hanya membatasi menentukan arah kiblat dengan aturan
cosinus segitiga bola.
C. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana aturan cosines dalam segitiga bola?
2. Bagaimana prosedur penentuan arah kiblat dengan
aturan cosinus segitiga bola?
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk :
1. Mengetahui cara menentukan arah kiblat dengan
menggunakan aturan cosines pada segitiga bola
2. Sebagai bahan seminar untuk diseminarkan dan
sekaligus sebagai syarat untuk mengikuti mata
kuliah Seminar Matematika
3. Menambah dan meningkatkan wawasan berfikir tentang
matematika.
3
BAB II
MATERI PENDUKUNG
A. Pengertian Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani
trigonon yang berarti tiga sudut dan metro artinya
mengukur. Oleh karena itu trigonometri adalah
cabang dari ilmu matematika yang berhadapan dengan
sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti
sinus, cosinus, dan tangen. Sedangkan definisi
dari trigonometri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah ilmu ukur mengenai sudut
dan sepadan dengan segitiga (digunakan dalam
astronomi). (Susheri:2012)
Konsep dasar dari trigonometri tidak pernah
lepas dari bangun datar segitiga siku-siku.
Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga
yang memiliki satu sudut siku-siku dan dua sudut
lancip pelengkap. Sisi dihadapan sudut siku-siku
merupakan sisi terpanjang yang disebut dengan sisi
miring (hipotenusa), sedangkan sisi-sisi di
hadapan sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga
itu (E-book Algebra 2 & Trigonometri). Dalam
trigonometri, dikenal istilah-istilah sinus,
cosines, tangent, dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya adalah sebagai berikut :
4
a. Sinus.
Sinus (sin) adalah perbandingan sisi segitiga
yang ada di depan sudut dengan sisi miring
(dengan catatan bahwa segitiga itu adalah
segitiga siku-siku)
C c a
b
A c B
Sin B = ba
b. Cosines
Cosines (cos) adalah perbandingan sisi segitiga
yang terletak di sudut dengan sisi miring (pada
segitiga siku-siku)
C a
b
A c B
Cos B = ca
Adapun hukum cosines pada trigonometri bidang
datar adalah :
a2 = b2 + c2 – 2bc.CosA
b2 = a2 + c2 – 2ac.CosB
c2 = a2 + b2 – 2ab.CosC
5
c. Tangent
Tangent adalah perbandingan sisi segitiga yang
ada di depan sudut dengan sisi segitiga yang
terletak di sudut (pada segitiga siku-siku)
C a
b
A c B
Tan B = bc atau bisa juga tanθ=sinθ
cosθ
Hukum tangent yang cukup sering dipakai dalam
segitiga bola adalah tan2ɵ + 1 = sec2ɵ
B. Geometri bola
Menurut Izzudin dalam Susheri (2012) geometri
bola menunjukkan bentuk geometri pada permukaan
sebuah bola, yaitu sebuah geometri dua dimensi.
Geometri sebuah bola terdiri dari lingkaran
besar (great circle), lingkaran kecil (small circle)
dipermukaan. Dimana lingkaran besar merupakan
sebuah irisan permukaan bola yang melewati
pusat bola sementara lingkaran kecil yang tidak
melewati pusat bola. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat perbedaan dari lingkaran besar
dan lingkaran kecil pada gambar anatomi bangun
ruang bola di bawah ini.
6
Gambar 1.1 Anatomi bangun ruang bola
Pada geometri bola, dikenal juga konsep
trigonometri bola atau segitiga bola. Untuk
memahami permasalahan perhitungan arah kiblat,
maka diperlukan pemahaman dasar mengenai konsep
Trigonometri Segitiga Bola atau sering disebut
Segitiga Bola. Segitiga bola merupakan sebuah
segitiga pada permukaan bola yang sisi-sisinya
merupakan bagian dari lingkaran besar
(Nurwendaya : 2010). Lingkaran besar ditentukan
oleh dua titik pada bola, misalkan titik A dan
titik B yang titik pusatnya adalah P. Dan terdiri
dari dua busur, yakni busur AB dan busur BA. Busur
terpendek AB (besarnya kurang dari 180º) dinamakan
jarak sferis antara A dan B (Koesdiono : 2002)
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
7
Gambar 1.2 Jarak sferis antara A dan B
Jarak-jarak sferis inilah yang nantinya akan
membentuk segitiga bola. Jarak sferis dari setiap
titik pada lingkaran besar ke kutubnya semuanya
sama, yakni sebesar 90º atau ½ ᴨ (Koesdiono :
2002). Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah
ini.
Gambar 1.3 Jarak sferis antara A dan B
Berbeda dengan segitiga pada bangun datar,
segitiga bola memiliki tiga sudut dalam satuan
derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang
berdimensi panjang seperti meter atau centimeter,
8
sehingga segitiga bola seluruh elemennya hanya
dalam satuan derajat busur, karena hanya tiga
sudut dan tiga sisi berbentuk busur atau
lengkungan bagian dari bola langit atau bola bumi
(Toyyib : 2009). Lihat gambar berikut:
Gambar 1.4 Sisi dan sudut pada segitiga
bangun datar dan segitiga bola
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aturan Cosines Pada Segitiga Bola
Pada segitiga bola, aturan cosinusnya
didapatkan menggunakan aturan cosines pada
segitiga bidang datar. Dibawah ini akan
dijabarkan bagaimana aturan cosines pada
segitiga bola didapatkan.
A
9
c
c B B’
O b a b a
C
C’
Pandang sebuah bola dengan radius satu satuan
panjang beserta segitiga bola ABC pada permukaan,
sudut-sudut BOC, AOC dan AOB masing-masing
besarnya a, b dan c karena berhadapan dengan sisi-
sisi a,b dan c. Dari A dibuat garis-garis singgung
pada busur AC dan AB, yang masing-masing memotong
OC di C’ dan OB di B’, menurut rumus cosinus dari
segi tiga bidang datar didapat:
(B’C’)2 = (OB’)2 + (OC’)2 – 2(OB’)(OC’)Cos(a) . . .
. . (I)
(B’C’)2 = (AB’)2 + (AC’)2 – 2(AB’)(AC’)Cos(A) . . .
. . (II)
Karena radius dianggap = 1, dan titik segitiga
bola (sferis) tegak lurus degan titik pusat bola
(O), maka dapat diterapkan aturan trigonometri
segitiga siku-siku pada bidang datar, sehingga
diperoleh :
Cos b = 1/OC’
OC’ = 1/Cos b = sec b
Cos c = 1/OB’ . . . . . . . . (III)
10
OB’ = 1/Cos c = sec c
Tan b = AC’
Tan c = AB’
Kemudian substitusikan persamaan (III) ke
persamaan (I) dan (II), sehingga diperoleh :
(B’C’)2 = sec2b + sec2c – 2secb.secc.cos(a)
= tan2b + tan2c – 2tanb.tanc.cos(A)
Lalu pindah ruas tan2b dan tan2c ke kiri menjadi :
sec2b – tan2b + sec2c – tan2c - 2secb.secc.cos(a) =
- 2tanb.tanc.cos(A)
2-2secb.secc.cos(a) = -2tanb.tanc.cos(A)
-2secb.secc.cos(a) = -2-2tanb.tanc.cos(A)
(dikali -1/2)
secb.secc.cos(a) = 1+ tanb.tanc.cos(A)
cosa=1+tanb.tanc.cos(A)secb.secc
cosa=1
seca.secb + tanb.tanc.cos(A)
secb.seccSehingga diperoleh :
cosa=cosb.cosc+sinb.sinc.cosA
Dengan cara yang sama, namun pengambilan sudut
yang berbeda nantinya akan dihasilkan pula :
cosb=cosa.cosc+sina.sinc.cosB
cosc=cosa.cosb+sina.sinb.cosC
11
B. Prosedur Penentuan Arah Kiblat dengan Segitiga
Bola
Suatu tempat yang berada pada permukaan bumi
dapat digambarkan dengan titik-titik. Titik
tersebut didefinisikan oleh dua koordinat yaitu
bujur dan lintang. Semua titik yang memiliki bujur
nol terletak pada garis meridian Greenwich
(setengah lingkaran besar yang menghubungkan kutub
utara dan selatan dan melewati Greenwich).
Sementara itu semua titik yang memiliki lintang
nol terletak pada garis ekuator (khatulistiwa).
Persoalan arah Qiblat erat kaitannya dengan garis
lintang (φ) dan garis bujur (λ) tempat yang akan
diukur. (Jamil : 2009)
Lintang tempat (φ) diukur dari garis
khatulistiwa ke arah kutub bumi (dari khatulistiwa
sampai ke suatu tempat). Lintang yang berada
disebelah utara khatulistiwa disebut Lintang Utara
diberi tanda positif (+), sedang yang berada di
sebelah selatan disebut Lintang Selatan dan diberi
tanda negative (-). Bujur tempat (λ) biasanya
diukur dari meridian Greenwich di Inggris sebagai
titik pusat garis bujur. Garis bujur dari kota
Greenwich ke arah barat disebut Bujur Barat dan
bertanda negatif (-) dari 0° sampai 180°.
Sebaliknya garis bujur dari dari kota Greenwich ke
12
arah timur disebut Bujur Timur yang diberi tanda
positif (+). Jadi garis bujur diukur dari 0° sampa
180°, baik ke arah barat maupun ke arah timur.Untuk lebih jelasnya, dibawah ini disajikan gambar
segitiga bola dimana titik A merupakan titik kota
Mekah, titik B adalah lokasi yang akan ditentukan
arah Qiblatnya, dan titik C adalah titik utara
sejati (Kutub Utara)
Gambar 1.5 Segitiga bola
Dari Gambar di atas, segitiga bola ABC
menghubungkan titik A (kota Mekah), titik B
(lokasi) dan titik C (Kutub Utara). Titik A
memiliki koordinat bujur λA dan lintang φA. Titik
B memiliki koordinat bujur λB dan lintang φB.
Titik C memiliki lintang 90º. Busur a adalah
panjang busur yang menghubungkan titik B dan C.
Busur b adalah panjang busur yang menghubungkan
titik A dan C. Busur c adalah panjang busur yang
menghubungkan titik A dan B. Sudut C (sudut ACB)
tidak lain adalah selisih antara bujur λA dan
bujur λB. Jadi sudut C = λA – λB. Jadi arah kiblat
dari titik B dapat diketahui dengan menentukan
13
besar sudut B (sudut CBA). Selanjutnya, jari-jari
bumi dianggap sama dengan 1. Sudut yang
menghubungkan titik di khatulistiwa, pusat bumi
dan kutub utara adalah 90 derajat. Karena lintang
titik A adalah La, maka busur b sama dengan 90 –
La. Karena lintang titik B adalah Lb, maka busur a
sama dengan 90 – Lb.
1. Data dan Rumus Arah kiblat
a. Data yang digunakan
Untuk perhitungan arah kiblat hanya
diperlukan dua data tempat, yaitu data
lintang dan bujur ka’bah (Makkah) φ = 21,25°
LU dan λ = 39,50° BT dan data lintang dan
bujur tempat yang dicari arah kiblatnya
Tabel 1.1 Daftar Lintang dan Bujur Beberapa Tempatdi Indonesia
No.
Nama Kota Lintang Bujur° ‘ U/
S° ‘ B/
T1 Pekanbaru 0 33 U 10
126 T
2 Rengat 0 23 S 102
32 T
3 Bangkinang 0 21 U 101
7 T
4 Tembilahan 0 24 S 103
2 T
5 Bengkalis 1 29 U 102
4 T
6 Tanjung Pinang
0 54 U 104
27 T
7 Pasir 0 51 U 10 17 T
14
Pangarayan 08 Selat Panjang 0 58 U 10
242 T
9 Dabo Singkap 0 29 S 104
33 T
10 Tj. Balai Karimun
0 59 U 103
25 T
11 Dumai 1 39 U 101
26 T
12 Tarempa 3 12 U 106
12 T
13 Batam 1 7 U 104
2 T
14 Natuna 3 56 U 108
22 T
15 Pangkalan Kerinci
0 2 U 101
56 T
b. Rumus yang digunakan
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan
arah kiblat ini adalah dengan berpatokan pada
rumus cosines segitiga bola, yaitu :
cosb=cosa.cosc+sina.sinc.cosB
Sehingga untuk mencari sudut B rumus diatas
dapat diubah menjadi :
cosB=cosb−cosa.coscsina.sinc
sudut B adalah :
B=cos−1BUntuk menentukan arah kiblat (azimuth), sudut
tersebut digunakan 360°- B
15
Contoh :
1. Tentukan arah kiblat kota Pekanbaru, jika
diketahui letak kota Pekanbaru adalah 0,33° LU
101,26° BT dan lintang Ka’bah adalah 39,5° B T
21,25° LU
Penyelesaian :
Diketahui :
a = 90°- 0,33° = 89,67°
b = 90°- 21,25° = 68,35°
C = 101,26°-39,5° = 61,76°
Ditanya :
Sudut B = . . . ?
Jawab :
cosB=cosb−cosa.coscsina.sinc
Untuk mencari rumus diatas, terlebih
dahulu dicari nilai c dengan cara : cosc=cosa.cosb+sina.sinb.cosC
cosc=cos89,67.cos68,35+sin89,97.sin68,35.cos61,76
= 0,44190398192
c = cos−10,44190398192
= 63,77°
16
Maka cosB=cos68,35−cos89,67.cos63,77
sin89,67.sin63,77 = 0,40845622204
B = 65,89°
Selanjutnya didapatkan arahnya dengan cara
mengurangkan satu lingkaran penuh dengan sudut B,
yakni :
360°-65,89° = 294,11°
Jadi, arah kiblat (azimuth) kota Pekanbaru
adalah 294,11° UTSB (diukur dari utara kompas ke
barat)
2. Tentukan arah kiblat kota Tembilahan, jika
diketahui letak kota Pekanbaru adalah 0,24° LS
103,02° BT dan lintang Ka’bah adalah 39,5° B T
21,25° LU
Penyelesaian :
Diketahui :
Karena Kota Tembilahan terletak di
Lintang selatan, maka bernilai negative,
sehimgga:
a = 90° + 0,24° = 90,24°
b = 90°- 21,25° = 68,35°
C = 103,2°-39,5° = 63,7°
Ditanya :
Sudut B = . . . ?
Jawab :
17
cosB=cosb−cosa.cosc
sina.sincUntuk mencari rumus diatas, terlebih
dahulu dicari nilai c dengan cara : cosc=cosa.cosb+sina.sinb.cosC
cosc=cos90,24.cos68,35+sin90,24.sin68,35.cos63,7
= 0,4102656787
c = cos−10,4102656787
= 65,78°
Maka cosB=cos68,35−cos90,24.cos65,78
sin90,24.sin65,78 = 0,40643291372
B = 66,02°
Selanjutnya didapatkan arahnya dengan cara
mengurangkan satu lingkaran penuh dengan sudut B,
yakni :
360°-66,02° = 293,98°
Jadi, arah kiblat (azimuth) kota Tembilahan
adalah 293,98° UTSB (diukur dari utara kompas ke
barat).
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengetahuan tentang arah kiblat yang benar
sangat penting bagi ummat Islam. Salah satu
cara yang dapat digunakan dalam menentukan ara
kiblat adalah dengan memanfaatkan ilmu
matematika, yaitu dengan menggunakan aturan
cosinus pada segitiga bola. Sedikit berbeda
dengan aturan cosinus pada segitiga bidang
datar, pada segitiga bola aturan cosinusnya
adalah :
cosa=cosb.cosc+sinb.sinc.cosA
cosb=cosa.cosc+sina.sinc.cosB
cosc=cosa.cosb+sina.sinb.cosC
Untuk menentukan arah kiblat, diperlukan 3 buah
titik, A merupakan titik kota Mekah, titik B
adalah lokasi yang akan ditentukan arah
Qiblatnya, dan titik C adalah titik utara sejati
(Kutub Utara). Jadi arah kiblat dari titik B
dapat diketahui dengan menentukan besar sudut B
(sudut CBA). Dengan menggunakan aturan cosinus
diatas, sudut B dapat dicari dengan :
19
cosB=cosb−cosa.cosc
sina.sincsudut B adalah :
B=cos−1BUntuk menentukan arah kiblat (azimuth), sudut
tersebut digunakan 360°- B
B. SARAN
Sebagai ummat islam, sudah selayaknya kita
mengetahui arah kiblat kita. Walaupun saat ini
sudah ada kompas kiblat dan sudah beredarnya
perhitungan yang di terbitkan oleh Departemen
Agama untuk beberapa lokasi, alangkah baiknya
kita mengetahui cara dan bagaimana menentukan
arah kiblat yang sebenarnya. Sebagai mahasiswa
jurusan pendidikan matematika, kita dapat
memanfaatkan ilmu matematika untuk menentukan
arah kiblat yakni dengan menggunakan rumus
cosines segitiga bola (spherical
trigonometric). Karena bumi kita ini berbentuk
bola maka rumus ini dianggap sangat
representative untuk menjawab permasalahan
dalam menentukan arah kiblat. Dengan
menggunakan cara ini kita dapat memahami bahwa
matematika bukan hanya sekedar ilmu abstrak.
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa
20
matematika hanyalah ilmu yang abstrak, bersifat
teoritis, dan hanya berbicara tentang rumus-
rumus saja. Padahal matematika merupakan suatu
ilmu yang sangat dekat dengan realita kehidupan
21