Makalah Medication Error - baixardoc

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit.Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko.Fokus pelayanan kefarmasianbergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented)menuju pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented).Untuk mewujudkan pharmaceutical caredengan risiko yang minimal pada pasien dan petugas kesehatan perlu penerapan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung jawab pemberian pengobatan. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko pada pasien. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari para staf rumah sakit sakit,menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat universal. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat

Transcript of Makalah Medication Error - baixardoc

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses

penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap

suatu penyakit.Keputusan penggunaan obat selalu mengandung

pertimbangan antara manfaat dan risiko.Fokus pelayanan

kefarmasianbergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented)menuju

pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient

oriented).Untuk mewujudkan pharmaceutical caredengan risiko yang

minimal pada pasien dan petugas kesehatan perlu penerapan manajemen

risiko.

Manajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung

jawab pemberian pengobatan. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi

yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan

kemungkinan terjadinya risiko pada pasien.

Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan

rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya

merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari para staf rumah sakit

sakit,menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan

peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan,

pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan

(preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan

pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan dalam

manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain,

namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat

universal.

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication

error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat

2

selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat

dicegah. Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase

prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administration

oleh pasien. Medication error pada fase prescribing adalah error yang

terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi: obat yang diresepkan

tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat

atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan aturan

pakai. Pada fase transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep

untuk proses dispensing. Error pada fase dispensing terjadi pada saat

penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas apotek. Sedangkan error

pada fase administration adalah error yang terjadi pada proses

penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien

atau keluarganya.

Medication Error adalah jenis Medical Error yang paling

umum terjadi di berbagai rumah sakit. Diperkirakan 7000 orang meninggal

pertahun(The Business Case for Medication Safety, February 2003).

Medication Error terjadi dengan regularitas yangsukar dipercaya. Studi di

36 rumah sakit (dipublikasi 2002) ditemukan pada setiap kemungkinan

terjadi 2 MEsetiap hari.

Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah

kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep)

dengan

dispenser (pembaca resep). Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan

oleh ketidakjelasan serta tidak lengkapnya penulisan resep, contoh

ketidaklengkapan resep yaitu tidak tercantumnya berat badan dan umur

pasien, padahal kedua unsur resep ini sangat penting sebagai dasar

perhitungan dosis. Faktor lain yang berpotensi cukup tinggi untuk

terjadinya medication error dan sering dijumpai adalah racikan pada resep

yang berisi tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam satu

peresepan memiliki aksi farmakologis yang sama, serta adanya pemakaian

3

yang tidak sesuai yaitu obat kausatif yang dicampurkan dengan obat

simptomatik dalam racikan.

Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan

melaporkan kesalahan obat. Identifikasi medication error dapat

menggunakan rekam kesehatan pasien selama dirawat. Disadari bahwa

rekam kesehatan mempunyai peran yang penting dalam telusur medication

error. Telusur ini dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif.

Selanjutnya proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat,

menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan mengedukasi staf

tentang proses dan pentingnya pelaporan. Proses pelaporan adalah bagian

dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. Program

memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui pemahaman jenis

kesalahan yang terjadi di rumah sakit maupun di rumah sakit lain dan

mengapa MEterjadi. Perbaikan dalam manajemen pengobatan secara

terpadu digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari.

Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam

proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung

jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat

dicegah. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang

aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah

pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap

atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang di

rekomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka

memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat

tersebut merupakan kontrain dikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat

telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga

bakal terjadi. Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting

dalam keselamatan pasien. Upaya pencegahan kesalahan pemberian obat

akan efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain terkait

penggunaan obat, terutama dokter dan apoteker dan berdasarkan standar

dan sasaran menurut Internasional Patient Safety Goals (IPSG).

4

Di Indonesia pencegahan medication errorterus dilakukan guna

memberikan pelayanan pengobatan yang aman bagi pasien. Untuk

mengoptimalkan aplikasi management of medication error, maka

Indonesia dapat mempergunakan berbagai konsep baik dari manajemen

risiko, patient safety, analisis rekam kesehatan dan konsep NCC MERP (

national coordinating council medication Error reporting and prevention )

yaitu Dewan Koordinasi Nasional untuk Pencatatan dan Pencegahan

Kesalahan Obat yang sudah diaplikasikan di luar negeri.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah “Apakah

penyebab dari Medication Error?”

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi

2. Untuk mengetahui penyebab kejadian Mediation Error

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Error didefinisikan sebagai kegagalan dari sesuatu yang telah

direncanakan untuk diselesaikan sesuai dengan tujuan (kesalahan pada

pelaksanaan) atau kesalahan pada perencanaan untuk mencapai tujuan

(kesalahan pada perencanaan). Suatu error mungkin terjadi karena hasil

dari kelalaian (The Institute of Medicine, 2004).

Menurut Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,

Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat

pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang

sebetulnya dapat dicegah. Definisi yang terbaru dari kesalahan pengobatan

adalah kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat

mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada

di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009).

Medication error dapat menyebabkan efek samping yang

membahayakan yang potensial memicu resiko fatal dari penyakit. Suatu

sistem praktik pengobatan yang aman perlu dikembangkan dan dipelihara

untuk memastikan bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi sebaik

mungkin. Hal ini dikarenakan semakin bervariasinya obat-obatan dan

meningkatnya jumlah dan jenis obat yang ditulis per pasien saat ini.

Tanggung jawab seorang apoteker dan perawat dalam dispensing dan

pemberian obat menjadi semakin berat akibat ketersediaan obat tertentu

yang lebih banyak untuk suatu penyakit, waktu kadaluarsa obat yang

semakin cepat, dan banyaknya jenis obat-obat baru yang tertulis pada

resep. Penggunaan obat yang semakin meningkat dapat meningkatkan

bahaya terjadinya kesalahan pengobatan.

Tanggung jawab seorang apoteker dan perawat dalam dispensing

dan pemberian obat menjadi semakin berat akibat ketersediaan obat

tertentu yang lebih banyak untuk suatu penyakit, waktu kadaluarsa obat

yang semakin cepat, dan banyaknya jenis obat-obat baru yang tertulis pada

6

resep. Penggunaan obat yang semakin meningkat dapat meningkatkan

bahaya terjadinya kesalahan pengobatan.

Masalah ini semakin serius karena kesalahan pengobatan

merupakan pemicu terjadinya kecelakaan dalam rumah sakit, sehingga

perlu dicari upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya

kesalahan-kesalahan pengobatan tersebut. Kesalahan pengobatan dapat

terjadi pada masing-masing proses dari peresepan, mulai dari penulisan

resep, pembacaan resep oleh apoteker, penyerahan obat sampai

penggunaan obat oleh pasien, kesalahan yang terjadi di salah satu

komponen dapat secara berantai menimbulkan kesalahan lain di

komponen-komponen selanjutnya

Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai dari

kerugian dalam hal biaya bahkan sampai menyebabkan kematian.

Medication error sendiri merupakan garis besar dari kesalahan pengobatan

yang terjadi didunia kesehatan yang telah dipilah menjadi dua definisi

yang berbeda, yaitu:

1. Medical error

Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh dokter, seperti salah mendiagnosa

penyakit dari seorang pasien. Dari salah diagnosis tersebut bisa

berpengaruh ke tahap selanjutnya yakni tahap pengobatan.

2. Pharmaceutical error

Yaitu kesalahan yang dilakukan oleh pihak kefarmasian. Kesalahan pada

kategori ini bisa terjadi dari tahap produksi obat, pelayanan resep, hingga

obat telah diterima dan dikonsumsi oleh pasien. Sebab-sebab kesalahan

pada saat pelayanan resep meliputi :

a. Salah pembacaan atau interpretasi tulisan dokter. Bisa nama obat atau

dosisnya.

b. Salah pengambilan obat.

c. Salah cara peracikan obat.

d. Hingga salah pada saat KIE kepada pasien.

7

Dalam hal penulisan resep terdapat titik-titik yang rawan yang

harus dipahami baik oleh penulis resep (prescriber) maupun pembaca

resep (dispenser). Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap untuk

menghindari adanya salah persepsi diantara keduanya dalam mengartikan

sebuah resep. Menurut Michelle R. Colien kegagalan komunikasi dan

salah interpretasi antara prescriber dengan dispenser merupakan salah

satu faktor penyebab timbulnya kesalahan medikasi (medication error)

yang bisa berakibat fatal bagi penderita. (Cohen, 1999)

B. Kejadian Medication Error

Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing ,

fase transcribing , fase dispensing, dan fase administrasion oleh pasien

(Cohen, 1991).

a. Prescribing Errors

Medication error pada fase prescribing adalah error yang terjadi

pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi:

1. Kesalahan resep

Seleksi obat (didasarkan pada indikasi, kontraindikasi, alergi

yang diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis, bentuk

sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi

untuk menggunakan suatu obat yang diorder atau diotorisasi oleh

dokter (atau penulis lain yang sah) yang tidak benar. Seleksi obat yang

tidak benar misalnya seorang pasien dengan infeksi bakteri yang

resisten terhadap obat yang ditulis untuk pasien tersebut.Resep atau

order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan kesalahan yang

sampai pada pasien.

2. Kesalahan karena yang tidak diotorisasi

Pemberian kepada pasien, obat yang tidak diotorisasi oleh

seorang penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu obat

8

yang keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang keliru, obat

yang tidak diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan di luar pedoman

atau protokol klinik yang telah ditetapkan, misalnya obat diberikan

hanya bila tekanan darah pasien turun di bawah suatu tingkat tekanan

yang ditetapkan sebelumnya.

3. Kesalahan karena dosis tidak benar

Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih

kecil dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau

pemberian dosis duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih unit

dosis sebagai tambahan pada dosis obat yang diorder.

4. Kesalahan karena indikasi tidak diobati

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat tetapi tidak

menerima suatu obat untuk indikasi tersebut. Misalnya seorang pasien

hipertensi atau glukoma tetapi tidak menggunakan obat untuk masalah

ini.

5. Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan

Pasien menerima suatu obat untuk suatu kondisi medis yang tidak

memerlukan terapi obat.

b. Transcription Errors

Pada fase transcribing , kesalahan terjadi pada saat pembacaan

resep untuk proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena

tulisan yang tidak jelas. Salah dalam menterjemahkan order pembuatan

resep dan signature juga dapat terjadi pada fase ini. Jenis kesalahan obat

yang termasuk transcription errors , yaitu:

1. Kesalahan karena pemantauan yang keliru

Gagal mengkaji suatu regimen tertulis untuk ketepatan dan

pendeteksian masalah, atau gagal menggunakan data klinik atau data

laboratorium untuk pengkajian respon pasien yang memadai terhadap

terapi yang ditulis.

2. Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan)

9

Pasien mengalami suatu masalah medis sebagai akibat dari ROM atau

efek samping.

Reaksi diharapkan atau tidak diharapkan, seperti ruam dengan suatu

antibiotik, pasien memerlukan perhatian pelayanan medis.

3. Kesalahan karena interaksi obat

Pasien mengalami masalah medis, sebagai akibat dari interaksi

obat-obat, obat-makanan, atau obat-prosedur laboratorium.

c. Administration Error

Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi pada

proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan

pasien atau keluarganya. Jenis kesalahan obat yang termasuk

administration errors yaitu :

1. Kesalahan karena lalai memberikan obat

Gagal memberikan satu dosis yang diorder untuk seorang

pasien, sebelum dosis terjadwal berikutnya.

2. Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru

Pemberian obat di luar suatu jarak waktu yang ditentukan

sebelumnya dari waktu pemberian obat terjadwal.

3. Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru

Prosedur yang tidak tepat atau teknik yang tidak benar dalam

pemberian suatu obat.

Kesalahan rute pemberian yang keliru berbeda dengan yang ditulis;

melalui rute yang benar, tetapi tempat yang keliru (misalnya mata

kiri sebagai ganti mata kanan), kesalahan karena kecepatan

pemberian yang keliru.

4. Kesalahan karena tidak patuh

Perilaku pasien yang tidak tepat berkenaan dengan ketaatan

pada suatu regimen obat yang ditulis. Misalnya paling umum tidak

patuh menggunakan terapi obat antihipertensi.

10

5. Kesalahan karena rute pemberian tidak benar

Pemberian suatu obat melalui rute yang lain dari yang diorder

oleh dokter, juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang

benar, tetapi pada tempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya

mata kanan).

6. Kesalahan karena gagal menerima obat

Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk

alasan farmasetik, psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak

menerima atau tidak menggunakan obat.

d. Dispensing Error

Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga

penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya

error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena kemasan

atau nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena berdekatan

letaknya. Selain itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan

diracik, ataupun salah dalam pemberian informasi. Jenis kesalahan obat

yang termasuk Dispensing errors yaitu :

1. Kesalahan karena bentuk sediaan

Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda

dari yang diorder oleh dokter penulis.

Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.

2. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru

Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum

pemberian. Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau

rekonstitusi suatu sediaan yang tidak benar. Tidak mengocok

suspensi. Mencampur obat-obat yang secara fisik atau kimia

inkompatibel.